+ All Categories
Home > Documents > ESTU MIYARSO Developing of Interactive Multimedia for the...

ESTU MIYARSO Developing of Interactive Multimedia for the...

Date post: 05-May-2019
Category:
Upload: vodiep
View: 213 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
22
ABSTRACT ESTU MIYARSO: Developing of Interactive Multimedia for the Study of Cinematography. Thesis. Yogyakarta: Graduate School, State University of Yogyakarta, 2009. In general this study aims to reveal: (1) Developing of interactive multimedia product on CD program form for the study of cinematography, and (2) The effectiveness of interactive multimedia. The tryout subjects in this study were 35 people consisting of 2 content expert, 2 instructional media specially, 3 students in one-to-one evaluation, 8 students in small group experiment, and 20 students in field experiment. The data were collected of formative evaluation done using assessment enquette for the aspect of instruction, content, design, and pemrogramming. The data collected sumative evaluation done using pretest and posttest and also enlist interview and cheque. The result findings show that: (1) Product of interactive multimedia for The Study of Cinematography have been developed in the form of the CD program as according to development procedure. This matter proven that; product quality of interaktive multimedia of instruction aspect is in good criterion with the average score 3,92; content aspect is in good criterion with the average score 3,65; design aspect is in good criterion with the average score 3,74; and programming aspect is in good criterion with the average score 3,73. (2) The product of interactive multimedia used effective for The Study of Cinematography, proven by increase of score average of pretest and posttest from students equal to 9,55 or 14,54% in once meeting. Besides, data result of interview and observation of that product can motivate students at the process study of. Keywords: Development, Interactive Multimedia, The Study of Cinematography
Transcript
Page 1: ESTU MIYARSO Developing of Interactive Multimedia for the ...staffnew.uny.ac.id/upload/132313279/penelitian/multimedia+interakt...penemuan dan kemajuan dari perpaduan teknologi optik

ABSTRACT

ESTU MIYARSO Developing of Interactive Multimedia for the Study of

Cinematography Thesis Yogyakarta Graduate School State University of

Yogyakarta 2009

In general this study aims to reveal (1) Developing of interactive

multimedia product on CD program form for the study of cinematography and (2)

The effectiveness of interactive multimedia

The tryout subjects in this study were 35 people consisting of 2 content

expert 2 instructional media specially 3 students in one-to-one evaluation 8

students in small group experiment and 20 students in field experiment The data

were collected of formative evaluation done using assessment enquette for the

aspect of instruction content design and pemrogramming The data collected

sumative evaluation done using pretest and posttest and also enlist interview and

cheque

The result findings show that (1) Product of interactive multimedia for

The Study of Cinematography have been developed in the form of the CD

program as according to development procedure This matter proven that product

quality of interaktive multimedia of instruction aspect is in good criterion with the

average score 392 content aspect is in good criterion with the average score 365

design aspect is in good criterion with the average score 374 and programming

aspect is in good criterion with the average score 373 (2) The product of

interactive multimedia used effective for The Study of Cinematography proven by

increase of score average of pretest and posttest from students equal to 955 or

1454 in once meeting Besides data result of interview and observation of that

product can motivate students at the process study of

Keywords Development Interactive Multimedia The Study of Cinematography

1

Pendahuluan

Film (movie) atau sinema merupakan salah satu bentuk teknologi

audiovisual Hampir semua ide gagasan pesan atau kejadian apapun sudah dapat

dibuat dan ditayangkan dengan menggunakan teknologi audiovisual gerak ini

Baik hal-hal nyata yang ada di sekitar manusia (dokumentatif) hingga pada hal-

hal fiktif yang berasal dari imajinasinya

Sebagai suatu karya teknologi film atau sinema dapat dipandang dalam dua

hal yaitu dari segi fisik dan non fisik Secara fisik film banyak dipengaruhi oleh

penemuan dan kemajuan dari perpaduan teknologi optik (lensa) mekanik kimia

(seluloide) elektromagnetik laser sampai teknologi digital Hal ini tampak pada

wujud teknologi perekaman maupun penyajiannya Sedangkan dari segi non fisik

atau isi cerita film lebih banyak dipengaruhi oleh faktor perkembangan budaya

baik dari unsur pola atau kerangka pikir (paradigma) ilmu pengetahuan

teknologi keterampilan maupun perpaduan berbagai bentuk seni yang ada di

dalamnya

Film memiliki banyak keunggulan Film mampu menampilkan objek yang

tidak bisa dilihat secara mata telanjang Film mampu memvisualkan objek yang

terlalu besar objek yang sangat kecil memperlambat gerakan objek yang terlalu

cepat atau sebaliknya mempercepat gerakan objek yang terlalu lambat Dengan

teknologi efek animasi dan tata suara tertentu film mampu memberikan kesan

lebih dramatis daripada kejadian yang sebenarnya Singkat kata dengan film

sesuatu yang tidak mungkin jadi sangat mungkin

2

Pada era informasi film dipandang lebih memiliki arti dan peran penting

Sifatnya yang audiovisual gerak mampu memiliki daya resistensi lebih kuat

dibandingkan bentuk-bentuk informasi lainnya Dengan berbagai format tayangan

dan bentuk saluran penyajiannya film mampu membangun opini publik Pola

pikir masyarakat juga dapat diubah atau bahkan sengaja diciptakan melalui media

ini Itulah sebabnya film atau sinema merupakan media informasi dan

komunikasi massa yang sangat efektif

Begitu kuatnya pengaruh yang dapat ditimbulkan melalui pesan maupun

kesan dalam suatu film media ini justru berpeluang menimbulkan berbagai

masalah dan dampak negatif bagi masyarakat Sejarah telah membuktikan betapa

media ini telah mampu memberikan kekuatan yang sangat besar bagi seseorang

atau suatu penguasa karena memanfaatkan segala kelebihan dari media film

Sebaliknya berapa banyak kehidupan seseorang atau penguasa di dunia yang

harus hancur karena peran langsung maupun tidak langsung dari media ini

Berbagai hasil penelitian juga telah memperlihatkan bahwa film dengan

pesan yang baik bisa saja menimbulkan dampak yang buruk bagi penontonnya

Bagaimana dengan film yang benar-benar tidak memiliki pesan dan tujuan yang

jelas Inilah pentingnya kita harus mamahami siapa penonton film itu jenis film

apa yang tepat bagi mereka Sebaliknya kita juga harus bisa mengetahui

bagaimana seharusnya menjadi penonton film yang baik Bagaimana sikap kita

terhadap film yang telah kita tonton Tentunya pertanyaan-pertanyaan tersebut

harus kita ketahui jawabannya baik ketika berposisi sebagai pembuat film (film

maker) maupun sebagai penonton film

3

Sinematografi merupakan salah satu disiplin ilmu yang berusaha

menemukan jawaban atas beberapa pertanyaan di atas Meskipun secara harfiah

sinematografi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang teknik atau seni

dalam pengambilan gambar gerak (pembuatan film) cabang ilmu ini tidak

berhenti pada hal-hal yang bersifat teknis saja Lebih dari itu dalam

sinematografi dijelaskan dasar filosofis mengapa suatu teknik pengambilan

gambar tertentu harus di ambil bagaimana metodenya Dan untuk kepentingan

apa

Karakter keilmuan inilah yang menjadi salah satu alasan dimasukannya

sinematografi dalam kurikulum Program Studi Teknologi Pendidikan (TP) jenjang

S1 FIP UNY Kompetensi utama dari mata kuliah ini adalah mampu

menggunakan dan menyebarluaskan inovasi teknologi pendidikan sesuai

kebutuhan masyarakat (Kurikulum TP FIP 2004) Artinya dengan sinematografi

diharapkan lulusan Program Studidi TP S1 FIP UNY mampu memanfaatkan film

secara tepat baik sebagai sarana pendidikan maupun sebagai sumber belajar yang

inovatif bagi masyarakat Sedangkan secara sequence dan kedudukannya dalam

kurikulum Sinematografi merupakan mata kuliah pra syarat bagi mahasiswa yang

akan mengambil mata kuliah Pengembangan Media Video

Berdasarkan pengalaman dan hasil pengamatan lapangan selama

perkuliahan di kampus ataupun beberapa acara Diklat Pengembangan Media

Audiovisual di beberapa tempat tercatat kenyataan bahwa materi pembelajaran

sinematografi sangat perlu dipahami oleh semua orang Tidak hanya mahasiswa

4

(Prodi TP) saja tetapi semua lapisan masyarakat Hal ini lebih disebabkan karena

era saat ini adalah era teknologi informasi dalam wujud audiovisual

Namun demikian masyarakat (termasuk mahasiswa) sebagai penonton atau

penerima informasi belum sepenuhnya sadar untuk menempatkan posisi film dan

dirinya secara tepat Dari sudut pandang psikososial mereka lebih banyak

diposisikan atau memposisikan dirinya sebagai objek dari film yang ditonton

bukan sebagai subjek kritis terhadap pesan maupun kesan dalam sebuah tayangan

sinematografis yang tentunya sarat dengan berbagai kepentingan si pembuatnya

Sementara untuk bisa membuat film sendiri bukan perkara yang mudah apalagi

sampai ditonton oleh banyak orang melalui saluran televisi atau bioskop

Di sisi yang lain ada sebagian masyarakat yang sudah mulai tertarik dan

berkeinginan untuk mencoba membuat film sendiri Hal ini didukung oleh harga

peralatan dan bahan produksi film dalam wujud video yang relatif lebih murah

pada saat ini Banyaknya club-club sinema independen di kalangan pelajar

mahasiswa maupun masyarakat umum merupakan fenomena nyata yang sudah

terjadi hampir di semua kota di Indonesia terutama kota-kota besar seperti Jakarta

Bandung Surabaya termasuk Yogyakarta Namun karena faktor kelangkaan

sumber referensi mereka masih merasa kesulitan untuk mendapatkan materi

sinematografi sebagai panduan praktis dalam pembuatan filmnya Ketersediaan

buku-buku literatur dan informasi tentang materi sinematografi di internet juga

belum mampu menjawab secara optimal permasalahan ini

Untuk membantu film maker terutama bagi mereka yang masih pemula

ketersediaan sumber referensi alternatif dalam bentuk software pembelajaran

5

sinematografi dirasa sudah sangat mendesak diperlukan Keunggulan software ini

dapat dikemas dalam bentuk kepingan cd (compact disk) yang memiliki kapasitas

penyimpanan informasi relatif besar Bentuk-bentuk informasinya pun bisa

beraneka ragam Suatu tahap atau teknik sinematografi tertentu dapat dijelaskan

secara lengkap dalam bentuk teks yang dilengkapi dengan ilustrasi gambar suara

animasi maupun contoh nyata dalam bentuk klip atau cuplikan filmnya

Kelangkaan sumber ini juga menjadi penyebab masih banyak digunakannya

metode teacher centered dibandingkan student centered dalam proses

pembelajaran sinematografi Pembelajaran cenderung bersifat klasikal dan

kurang memperhatikan tingkat kemampuan dari masing-masing peserta didik

Daya ingat penguasaan materi rendah Sementara resiko kerusakan peralatan dan

pemborosan bahan produksi film dalam pembelajaran praktek produksinya relatif

tinggi bila tidak berdasarkan petunjuk dari sumber belajar yang lebih praktis

Dari segi kurikulum bobot yang disediakan untuk mata kuliah sinematografi

masih sangat kurang hanya 2 SKS pada semester kedua Muatan yang

disampaikan pun hanya bersifat teoritis Hal ini berdampak pada sempitnya

waktu perkuliahan yang tersedia padahal isi materi yang harus disampaikan sangat

padat sehingga materi pembelajaran kurang optimal diberikan Sementara itu

muatan praktek sinematografi disertakan (include) dalam Mata Kuliah

Pengembangan Media Video yang ditempatkan pada semester ke empat dengan

bobot 3 SKS Dampaknya banyak mahasiswa yang sudah lupa dengan teori

tentang konsep maupun prinsip-prinsip sinematografi yang telah diikuti

sebelumnya saat menempuh kuliah praktek produksi media video

6

Masalah terakhir di lapangan tersebut mungkin saja dapat diatasi dengan

merombak struktur maupun muatan kurikulum yang sudah ada Namun demikian

sangat tidak bijaksana bila ketika solusi ini dijalankan justru menimbulkan

persoalan baru atau masalah lain yang lebih rumit dalam sistem penyelenggaraan

perkuliahan di Program Studi TP Untuk itu diperlukan solusi lain yang lebih baik

dan memiliki nilai kebermanfaatan yang lebih luas bagi masyarakat

Pengembangan multimedia interaktif berbasis komputer yang berisi materi

sinematografi merupakan solusi alternatif dari berbagai permasalahan yang telah

dikemukakan di atas Beberapa manfaat yang diharapkan dari pengembangan

multimedia interaktif ini antara lain nilai kepraktisan efesiensi kelaikan dan

keluasan sasaran Proses maupun hasil belajar sinematografi juga akan terjadi

secara lebih optimal Asumsi inilah yang mendorong perlunya dilakukan

penelitian pengembangan multimedia interaktif untuk materi pembelajaran

sinematografi

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasi permasalahan

sebagai berikut (1) Arti pentingnya sinematografi belum banyak dipahami oleh

masyarakat terutama mahasiswa (2) Pada era teknologi informasi yang bersifat

auidovisual ini masyarakat terutama mahasiswa lebih banyak sekedar menjadi

objek dari pada menjadi subjek media film yang kritis (3) Masyarakat masih

kesulitan untuk bisa membuat film sendiri (4) Minimnya referensi alternatif berisi

materi sinematografi yang lebih praktis dan efesien selain buku literatur untuk

membuat film (5) Masih sering digunakannya metode teacher centered

dibandingkan student centered dalam pembelajaran sinematografi (6)

7

Pembelajaran sinematografi cenderung bersifat klasikal dan kurang

memperhatikan tingkat kemampuan dari masing-masing peserta didik (7) Daya

ingat penguasaan materi peserta didik dengan metode klasikal masih rendah (8)

Resiko kerusakan peralatan dan pemborosan bahan produksi film dalam

pembelajaran praktek produksi relatif tinggi (9) Minimnya bobot SKS

sinematografi dalam kurikulum perkuliahan membuat muatan materi

sinematografi yang disampaikan secara klasikal tidak optimal (10) Jarak

sequence kurikulum antara muatan teori dengan muatan praktis untuk mata kuliah

sinematografi yang dilaksanakan secara klasikal membuat mahasiswa mudah lupa

dengan materi tentang teori dan konsep sinematografi

Untuk lebih memfokuskan pembahasannya penelitian ini dibatasi hanya

pada pengembangan multimedia interaktif untuk pembelajaran sinematografi dan

efektivits penggunaannya

Berdasarkan identifiksi masalah di atas rumusan masalah yang perlu

dikemukakan dalam penelitian pengembangan ini adalah (1) Bagaimana

mengembangkan multimedia interaktif yang berisi materi pembelajaran

sinematografi (2) Apakah multimedia interaktif yang dikembangkan tersebut

layak dan efektif untuk pembelajaran sinematografi

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian pengembangan Prosedur

pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari tiga model

pengembangan yaitu model pengembangan desain pembelajaran menurut Dick Carrey

(1986) model pengembangan desain produk multimedia menurut Rob Philips (1997)

8

WLee amp Owens (2004) serta model pengembangan desain Research amp Development

(Borg and Gall 1983) Prosedur ini digambarkan sebagai berikut

Gambar 1 Prosedur Pengembangan dari modifikasi Dick amp Carrey (1986)

Rob Philips (1997) WLee (2004) dan Borg amp Gall (1983)

Subjek uji coba dari penelitian ini berjumlah 35 orang terdiri dari 2 orang

ahli materi dan 2 orang ahli media 3 orang mahasiswa untuk uji coba perorangan

atau uji coba satu-satu 8 orang mahasiswa untuk uji coba kelompok kecil dan 20

orang mahasiswa untuk uji coba lapangan Jenis instrumen yang digunakan

(a)

Studi Lapangan

(b)

Studi Pustaka

(c)

Hasil Penelitian

Yang Relevan

(e)

Standar

Kompetensi

(f)

Kompetens

i Dasar

(g)

Strategi

Pembelajaran

(h)

Materi

Pembelajara

n

(i)

Bentuk

Penilaian

(k) Desain lay out

(o) Validasi Ahli

materi amp Media

(l) Desain

Navigasi

(m) Desain Grafis

(n) Pengumpulan

bahan

(j)

pemrograman

(p) Uji coba satu-satu

(q) Uji coba

kelompok kecil

(r) Uji coba

kelompok besar

Produk Akhir Multimedia Interaktif

(s)

Diseminasi Kelaikan dan Efektivitas Multimedia Interaktif Pembelajaran Sinematografi

(d)

Karakteristik

Sasaran

5 Implementasi amp Evaluasi Sumatif

4 Evaluasi Formatif Produk Awal

3 Pengembangan Desain Produk Multimedia

2 Pengembangan Desain Pembelajaran

1 Analisis Kebutuhan Pengembangan

9

dalam penelitian ini adalah angket halaman tes lembar observasi lembar catatan

proses pengembangan dan penggunaan serta kamera photo digital

Pada evaluasi formatif data dijaring menggunakan skala likert dengan skala

penilaian 1 - 5 atau dari kriteria sangat kurang kurang cukup baik dan sangat

baik Data kemudian dianalisis secara statistik deskriptif persentase Produk

multimedia interaktif yang dikembangkan ini dapat dikatakan sudah layak

sebagai media pembelajaran untuk mata kuliah sinematografi apabila hasil

penilaian uji coba lapangan minimal termasuk dalam kriteria baik (Sukardjo

200852-53) Pada evaluasi sumatif data hasil skor pre test dari pembelajaran

yang menggunakan multimedia interaktif dibandingkan dengan data hasil skor

post test oleh sekelompok responden (pengguna) yang sama pada waktu (amatan)

yang berbeda Analisis perhitungannya menggunakan statistik deskriptif

persentase dari nilai rerata kenaikan antara post test dan pre test pengguna produk

akhir multimedia ini

Hasil Pengembangan

Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai pada dasarnya

kegiatan penelitian ini bermaksud menjaring dua buah data Data pertama

berkenaan dengan penilaian responden tentang kelaikan produk atau sering

disebut dengan data uji coba sedangkan data yang kedua berkenaan dengan

efektivitas penggunaan produk multimedia interaktif untuk pembelajaran

sinematografi atau disebut dengan data uji efektivitas

10

Data yang berkenaan dengan penilaian responden tentang kelaikan produk

dijaring melalui instrumen angket dan catatan maupun saran perbaikan dari

responden Sedangkan data yang berkenaan dengan efektivitas produk dijaring

dengan instrumen tes dan instrumen pedoman wawancara

1 Data yang Berkenaan dengan Kelaikan Produk

a Data Validasi Ahli Materi

Data yang diperoleh dari penilaian oleh 2 orang ahli materi ditinjau

dari aspek pembelajaran menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada

aspek ini adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 64 dan rerata

skor 427 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria sangat baik Untuk aspek isinya jumlah skor diperoleh 635 dan

rerata skor 423 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria sangat baik

b Data Validasi Ahli Media

Data yang diperoleh dari penilaian oleh 2 orang ahli media untuk

aspek tampilan menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada aspek ini

adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 70 dan rerata skor

467 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor dari ahli media untuk

aspek tampilan produk multimedia ini termasuk dalam kriteria sangat

baik Untuk aspek pemrogramannya jumlah skor diperoleh 68 dan rerata

skor 453 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria sangat baik

c Data Uji Coba Satu-satu

11

data yang diperoleh menunjukkan bahwa item-item yang dinilai

pada aspek pembelajaran adalah cukup baik dan sangat baik Jumlah skor

diperoleh 5867 dan rerata skor 391 Setelah dikonversikan dalam skala 5

skor ini masuk dalam kriteria baik Untuk aspek isi jumlah skor diperoleh

5867 dan rerata skor 391 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini

masuk dalam kriteria baik Jumlah skor aspek tampilan diperoleh 583 dan

rerata skor 389 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini termasuk

dalam kriteria baik Jumlah skor untuk aspek program diperoleh 6133 dan

rerata skor 409 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria sangat baik

d Data Uji Coba Kelompok Kecil

Data hasil penilaian produk pada uji kelompok kecil untuk aspek

pembelajaran menunjukan bahwa jumlah skor diperoleh 5713 dan rerata

skor 381 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria baik Jumlah skor pada aspek isi diperoleh 5588 dan rerata skor

373 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria

baik Jumlah skor aspek tampilan diperoleh 575 dan rerata skor 383

Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik

Jumlah skor aspek program diperoleh 5638 dan rerata skor 376 Setelah

dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik Secara

keseluruhan aspek yang dinilai dari hasil uji coba kelompok kecil masuk

dalam kriteria baik

12

e Data Uji Coba Lapangan

Uji coba lapangan dilakukan oleh 20 orang mahasiswa S1 reguler

semester 3 Jurusan KTP FIP di laboratorium komputer FIP UNY Dalam

uji coba lapangan ini mahasiswa juga diminta mengisi lembar evaluasi

yang mencakup beberapa aspek penilaian yaitu aspek pembelajaran aspek

isi aspek tampilan dan aspek pemprograman

Unstuk aspek pembelajaran pada uji coba lapangan hasil data yang

diperoleh menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada aspek

pembelajaran adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 5885

dan rerata skor 392 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria baik Jumlah skor sspek isi diperoleh 54753 dan rerata

skor 365 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria baik Jumlah skor untuk aspek tampilan diperoleh 5605 dan

rerata skor 374 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria baik Jumlah skor diperoleh 5595 dan rerata skor 373

Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa kualitas produk

multimedia interaktif pembelajaran sinematografi yang dikembangkan

ditinjau dari aspek pembelajaran aspek isi aspek tampilan dan aspek

pemrograman adalah baik Berikut ini disajikan hasil persentase kualitas

13

pengembangan multimedia interaktif untuk materi pembelajaran

sinematografi

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Uji Coba Lapangan

Empat Aspek dalam Pengembangan Multimedia Interaktif

Pembelajaran Sinematografi

Aspek Penilaian Rerata Skor

Pembelajaran 392 2606

Isi 365 2427

Tampilan 374 2487

Pemrograman 373 2480

Rerata Skor keseluruhan 376

Kriteria Baik

2 Data yang Berkenaan dengan Efektivitas Produk

a Analisis Data Skor Pre-test dan Post-test

Efektivitas produk dilihat dari pencapaian kenaikan skor rerata post-

test terhadap skor rerata pre-test penggunaan multimedia interaktif untuk

pembelajaran sinematografi oleh mahasiswa adalah sebesar 1454

Diagram batang hasil perolehan skor pre-test dan post-test dapat dilihat

pada (Gambar 2 dan 3) di bawah ini

14

0

05

1

15

2

25

3

35

4

43 53 60 66 72 76 86

frekfuensi

Gambar 2 Diagram Batang Hasil Pre Test

0

05

1

15

2

25

3

35

4

56 63 73 80 86

frekfuensi

Gambar 3 Diagram Batang Hasil Post Test

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa rerata skor pre-test

mahasiswa sebelum menggunakan produk akhir multimedia ini adalah

sebesar 657 Sesudah mahasiswa menggunakan produk akhir multimedia

ini diperoleh skor sebesar 7525 Kenaikan skor dari pre test ke post test

adalah 955 atau sebesar 1454 Hal ini membuktikan bahwa telah

terjadi peningkatan pemahaman mahasiswa atas materi yang terdapat pada

produk akhir multimedia ini Analisis ini juga membuktikan bahwa

produk akhir multimedia interaktif yang telah dikembangkan tersebut

efektif untuk pembelajaran sinematografi

Skor Pre Test

Skor Post Test

15

b Analisis Data Observasi dan Wawancara

Selain kenaikan skor rerata post-test terhadap skor rerata pre-test

yang mengungkap data tingkat penguasaan materi pengguna Hasil

penjaringan data melalui instrumen check list observasi dan dilengkapi

dengan hasil wawancara untuk mengungkap motivasi mahasiswa

pengguna selama proses pembelajaran mengggunakan multimedia

interaktif ini

1) Komponen resistensi penguasan materi mahasiswa yang diperoleh

selama menggunakan produk akhir ditunjukan dengan dua indikator

yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menyerap dan memahami

materi produk ini dengan cepat sebanyak 16 orang atau 80 Hal ini

juga bisa diamati dari hasil skor pre test dan post test yang

menunjukan bahwa ada 4 orang mahasiswa yang tidak mengalami

peningkatan skor (kenaikannya sebesar 0) (b) jumlah mahasiswa

yang memiliki daya ingat tinggi atas materi yang telah dipelajarinya

dalam jangka waktu lama sebanyak 11 orang atau 55

2) Komponen perubahan sikap mahasiswa terhadap produk multimedia

selama menggunakan produk akhir ditunjukan dengan tiga indikator

yaitu (a) jumlah mahasiswa yang tertarik atas penggunaan produk

akhir ini sebanyak 17 orang atau 85 Hal ini ditunjukan dengan

antusias mahasiswa dalam menggunakan media ini secara serius (b)

jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan kemandiriannya selama

proses pembelajaran dengan menggunakan produk akhir multimedia

16

ini sebanyak 19 orang atau 95 Hal ini ditunjukan dengan kelancaran

penggunaan produk multimedia ini tanpa masalah berarti Mahasiswa

mampu memahami petunjuk penggunaan multimedia ini tanpa harus

menanyakannya pada dosen (c) jumlah mahasiswa yang merasa puas

atas penggunaan produk akhir ini sebanyak 20 orang atau 100 Hal

ini ditunjukkan dengan keinginan seluruh mahasiswa responden yang

menginginkan produk akhir ini dari pengembang sebagai bahan

pembelajaran alternatifnya masing-masing

3) Komponen kinerja mahasiswa dalam menerapkan materi yang

diperoleh dari produk akhir multimedia ini ditunjukan dengan dua

indikator yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menunjukan

kecepatan dalam memprektekan materi sinematografi ini sebanyak 18

orang atau 90 (b) jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan

ketepatan dalam mempraktekan materi sinematografi ini sebanyak 16

orang atau 80

Kesimpulan dan Saran

Hasil penelitian pengembangan ini dapat disimpulkan (1) Semua prosedur

pengembangan dalam penelitian ini telah selesai dilakukan hingga menghasilkan

produk multimedia interaktif dalam bentuk kepingan CD program pembelajaran

sinematografi yang telah memenuhi kriteria kelaikan (2) Kelaikan aspek

pembelajaran produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik

dengan skor 392 (3) Kelaikan aspek isi produk multimedia interaktif ini

17

termasuk dalam kriteria baik dengan skor 365 (4) Kelaikan aspek tampilan

produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik dengan skor 374

(5) Kelaikan aspek pemrograman produk multimedia interaktif ini termasuk

dalam kriteria baik dengan skor 373 (6) Produk multimedia interaktif ini efektif

digunakan untuk pembelajaran sinematografi Hal ini dibuktikan dengan

kenaikan rerata skor post test atas skor pre test dari pengguna sebesar 955 atau

sebesar 1454 dalam satu kali pertemuan Selain itu data hasil observasi dan

wawancara menunjukan bahwa produk multimedia interaktif ini mampu

memotivasi mahasiswa (pengguna) pada saat proses pembelajarannya

Meskipun produk multimedia ini secara kelaikan dapat dinyatakan

berkriteria baik dan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran sinematografi

produk multimedia interaktif ini juga memiliki kelemahan Kelemahan tersebut

antara lain materi dalam program ini belum menggunakan metode simulasi untuk

menerangkan hal-hal yang bersifat praktis latihan soal dan tes akhir produk ini

kurang bervariasi karena hanya berbentuk tes objektif pilihan ganda Efektivitas

produk penelitian ini juga belum sempat diteliti secara lebih jauh dengan

menggunakan kelompok sasaran dan kelompok pembanding maupun untuk

kelompok sasaran yang lebih luas lagi

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan tersebut maka disarankan (1)

Perlu diupayakan pengembangan multimedia interaktif pembelajaran

sinematografi dengan mengoptimalkan metode penyajian secara simulatif (2)

Perlu dikembangkan lagi produk multimedia interaktif ini dengan bentuk soal

latihan maupun tes yang lebih bervariasi (3) Perlu diupayakan kegiatan penelitian

18

lebih lanjut untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan produk multimedia

interaktif ini baik dengan metode penelitian tindakan kelas maupun penelitian

eksperimen (4) Produk multimedia interaktif ini perlu diimplementasikan pada

kelompok mahasiswa S1 semester 2 KTP FIP UNY sebagai sasaran utama pada

saat berlangsungnya perkuliahan sinematografi di semester genap (5) Perlunya

sosialisasi serta penggunaan produk penelitian ini dengan kelompok sasaran yang

lebih luas lagi terutama untuk kelompok atau komunitas pembuat film

independent yang sudah marak di masyarakat

19

DAFTAR PUSTAKA

AECT (1977) The definition of educational technology Washington DC

Association for Educational Communication and Technology

Atwi Suparman (2001) Desain Instruksional Jakarta Tim PAU PPAI

Universitas Terbuka

Borg Walter R amp Gall M D (1983) Educational research An introduction

(4th

ed) New York amp London Logman

Criswell E L (1989) The design of computer-based instruction New York

Macmillan Publishing Compani

CAsri Budiningsih (2003) Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Dick W amp Carey L (1990) The systematic design of instruction (3rd

ed)

Glecview Illinois Scott Foresman and Company

Elizabeth B Hurlock 1980 Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan Erlangga Jakarta

Hannafin Michael J 1988 The Design Development and Evaluation of

Instructional Software New York Macmillan Publishing Company

Heinich R (et al) (1996) Instructional media and technologies for learning

(5td

ed) Englewood cliffs NJ A Simon amp Schuster Company

IRFA Media (2007) Halaman Muka httpIRFA MEDIAcom

Jenks Michael S amp Spinger John M A view of the research of efficacy of CAI

Electronic Journal for the Integration of Technology in Education Vol 1

No 2 Diambil pada tanggal 21 Maret 2008 dari

httpejiteisueduvolume1No2Jenkspdf

Keller J M (1983) Motivation Design of Instruction in Instructional-Design

Theories and Models An Overview of Their Current Status Hillsdale

Lawrence Erlbaum Associates Publishers

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY (2006) Kurikulum

Mata Kuliah Sinematografi KTP FIP UNY

20

Lee William W 2004 Multimedia Based Instructional Design Secend

Edition San Francisco Preiffer

Murti Kusuma Wirasti 2003 Pengantar Sinematografi Buku Pegangan

Kuliah Yogyakarta Fakultas Ilmu Pendidikan UNY

Philips Rob 1997 The Developers Handbook to Interactive Multimedia

(Practcal Guide for Educational Aplication) London Kogan Page

Seel B B amp Rickey R C (1994) Instructionl technology the definition and

domain of the field Washington DC Association for Education

Communication and Technology

Sugiyono (2006) Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif

Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta

Sukardjo 2008 Hand Out materi evaluasi pembelajaran Yogyakarta Jurusan

Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana Universitas Negeri

Yogyakarta

Sunaryo Soenarto (2007) Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis TI

Makalah Lokakarya Desain Pembelajaran Universitas Muhamadiyah

Purworejo 19 Novermber 2007 Yogyakarta Program Pasca Sarjana

UNY

Suyanto M (2003) Multimedia untuk meningkatkan keunggulan bersaing

Yogyakarta Penerbit Andi

Walker D F amp Hess RD (1984) Instructional software Principles and

perspectives for design and use San Francisco Wadwort Publishing

Company

Wikipidea(2007) Film Diambil pada tanggal 29 Desember 2007 dari

http20985175104searchq=cachenat_jF_8kJidwikipideaorgwikifil

m=idampct=clnkampcd=2ampgl=id

Woolf Beverly amp Hall Wendy Interactive multimedia systems for teaching and

learning Diambil tanggal 7 Januari 2008 dari

httpekeesumasseduekepublicationsmultimedia_pedagoguespdf

Woolfolk A E (1984) Educational psychology for teachers (2rd

ed)

Englewood cliffs N J Prentice Hall Inc

21

BIODATA

Nama Estu Miyarso MPd

NIM 06707251002

Tempat dan Tanggal Lahir Tegal 3 Februari 1977

Agama Islam

Program Studi Teknologi Pembelajaran

Angkatan 2006

Alamat Ds Palgading RT 0318 Sinduharjo Ngaglik

Sleman ndash Yogyakarta

Pekerjaan Dosen Jurusan KTP FIP UNY

Kampus Karangmalang UNY

No HP 0811267949 - 02743286323

Motto Hal yang tidak akan berubah dalam hidup selain

perubahan itu sendiri adalah pilihan dan prinsip

Page 2: ESTU MIYARSO Developing of Interactive Multimedia for the ...staffnew.uny.ac.id/upload/132313279/penelitian/multimedia+interakt...penemuan dan kemajuan dari perpaduan teknologi optik

1

Pendahuluan

Film (movie) atau sinema merupakan salah satu bentuk teknologi

audiovisual Hampir semua ide gagasan pesan atau kejadian apapun sudah dapat

dibuat dan ditayangkan dengan menggunakan teknologi audiovisual gerak ini

Baik hal-hal nyata yang ada di sekitar manusia (dokumentatif) hingga pada hal-

hal fiktif yang berasal dari imajinasinya

Sebagai suatu karya teknologi film atau sinema dapat dipandang dalam dua

hal yaitu dari segi fisik dan non fisik Secara fisik film banyak dipengaruhi oleh

penemuan dan kemajuan dari perpaduan teknologi optik (lensa) mekanik kimia

(seluloide) elektromagnetik laser sampai teknologi digital Hal ini tampak pada

wujud teknologi perekaman maupun penyajiannya Sedangkan dari segi non fisik

atau isi cerita film lebih banyak dipengaruhi oleh faktor perkembangan budaya

baik dari unsur pola atau kerangka pikir (paradigma) ilmu pengetahuan

teknologi keterampilan maupun perpaduan berbagai bentuk seni yang ada di

dalamnya

Film memiliki banyak keunggulan Film mampu menampilkan objek yang

tidak bisa dilihat secara mata telanjang Film mampu memvisualkan objek yang

terlalu besar objek yang sangat kecil memperlambat gerakan objek yang terlalu

cepat atau sebaliknya mempercepat gerakan objek yang terlalu lambat Dengan

teknologi efek animasi dan tata suara tertentu film mampu memberikan kesan

lebih dramatis daripada kejadian yang sebenarnya Singkat kata dengan film

sesuatu yang tidak mungkin jadi sangat mungkin

2

Pada era informasi film dipandang lebih memiliki arti dan peran penting

Sifatnya yang audiovisual gerak mampu memiliki daya resistensi lebih kuat

dibandingkan bentuk-bentuk informasi lainnya Dengan berbagai format tayangan

dan bentuk saluran penyajiannya film mampu membangun opini publik Pola

pikir masyarakat juga dapat diubah atau bahkan sengaja diciptakan melalui media

ini Itulah sebabnya film atau sinema merupakan media informasi dan

komunikasi massa yang sangat efektif

Begitu kuatnya pengaruh yang dapat ditimbulkan melalui pesan maupun

kesan dalam suatu film media ini justru berpeluang menimbulkan berbagai

masalah dan dampak negatif bagi masyarakat Sejarah telah membuktikan betapa

media ini telah mampu memberikan kekuatan yang sangat besar bagi seseorang

atau suatu penguasa karena memanfaatkan segala kelebihan dari media film

Sebaliknya berapa banyak kehidupan seseorang atau penguasa di dunia yang

harus hancur karena peran langsung maupun tidak langsung dari media ini

Berbagai hasil penelitian juga telah memperlihatkan bahwa film dengan

pesan yang baik bisa saja menimbulkan dampak yang buruk bagi penontonnya

Bagaimana dengan film yang benar-benar tidak memiliki pesan dan tujuan yang

jelas Inilah pentingnya kita harus mamahami siapa penonton film itu jenis film

apa yang tepat bagi mereka Sebaliknya kita juga harus bisa mengetahui

bagaimana seharusnya menjadi penonton film yang baik Bagaimana sikap kita

terhadap film yang telah kita tonton Tentunya pertanyaan-pertanyaan tersebut

harus kita ketahui jawabannya baik ketika berposisi sebagai pembuat film (film

maker) maupun sebagai penonton film

3

Sinematografi merupakan salah satu disiplin ilmu yang berusaha

menemukan jawaban atas beberapa pertanyaan di atas Meskipun secara harfiah

sinematografi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang teknik atau seni

dalam pengambilan gambar gerak (pembuatan film) cabang ilmu ini tidak

berhenti pada hal-hal yang bersifat teknis saja Lebih dari itu dalam

sinematografi dijelaskan dasar filosofis mengapa suatu teknik pengambilan

gambar tertentu harus di ambil bagaimana metodenya Dan untuk kepentingan

apa

Karakter keilmuan inilah yang menjadi salah satu alasan dimasukannya

sinematografi dalam kurikulum Program Studi Teknologi Pendidikan (TP) jenjang

S1 FIP UNY Kompetensi utama dari mata kuliah ini adalah mampu

menggunakan dan menyebarluaskan inovasi teknologi pendidikan sesuai

kebutuhan masyarakat (Kurikulum TP FIP 2004) Artinya dengan sinematografi

diharapkan lulusan Program Studidi TP S1 FIP UNY mampu memanfaatkan film

secara tepat baik sebagai sarana pendidikan maupun sebagai sumber belajar yang

inovatif bagi masyarakat Sedangkan secara sequence dan kedudukannya dalam

kurikulum Sinematografi merupakan mata kuliah pra syarat bagi mahasiswa yang

akan mengambil mata kuliah Pengembangan Media Video

Berdasarkan pengalaman dan hasil pengamatan lapangan selama

perkuliahan di kampus ataupun beberapa acara Diklat Pengembangan Media

Audiovisual di beberapa tempat tercatat kenyataan bahwa materi pembelajaran

sinematografi sangat perlu dipahami oleh semua orang Tidak hanya mahasiswa

4

(Prodi TP) saja tetapi semua lapisan masyarakat Hal ini lebih disebabkan karena

era saat ini adalah era teknologi informasi dalam wujud audiovisual

Namun demikian masyarakat (termasuk mahasiswa) sebagai penonton atau

penerima informasi belum sepenuhnya sadar untuk menempatkan posisi film dan

dirinya secara tepat Dari sudut pandang psikososial mereka lebih banyak

diposisikan atau memposisikan dirinya sebagai objek dari film yang ditonton

bukan sebagai subjek kritis terhadap pesan maupun kesan dalam sebuah tayangan

sinematografis yang tentunya sarat dengan berbagai kepentingan si pembuatnya

Sementara untuk bisa membuat film sendiri bukan perkara yang mudah apalagi

sampai ditonton oleh banyak orang melalui saluran televisi atau bioskop

Di sisi yang lain ada sebagian masyarakat yang sudah mulai tertarik dan

berkeinginan untuk mencoba membuat film sendiri Hal ini didukung oleh harga

peralatan dan bahan produksi film dalam wujud video yang relatif lebih murah

pada saat ini Banyaknya club-club sinema independen di kalangan pelajar

mahasiswa maupun masyarakat umum merupakan fenomena nyata yang sudah

terjadi hampir di semua kota di Indonesia terutama kota-kota besar seperti Jakarta

Bandung Surabaya termasuk Yogyakarta Namun karena faktor kelangkaan

sumber referensi mereka masih merasa kesulitan untuk mendapatkan materi

sinematografi sebagai panduan praktis dalam pembuatan filmnya Ketersediaan

buku-buku literatur dan informasi tentang materi sinematografi di internet juga

belum mampu menjawab secara optimal permasalahan ini

Untuk membantu film maker terutama bagi mereka yang masih pemula

ketersediaan sumber referensi alternatif dalam bentuk software pembelajaran

5

sinematografi dirasa sudah sangat mendesak diperlukan Keunggulan software ini

dapat dikemas dalam bentuk kepingan cd (compact disk) yang memiliki kapasitas

penyimpanan informasi relatif besar Bentuk-bentuk informasinya pun bisa

beraneka ragam Suatu tahap atau teknik sinematografi tertentu dapat dijelaskan

secara lengkap dalam bentuk teks yang dilengkapi dengan ilustrasi gambar suara

animasi maupun contoh nyata dalam bentuk klip atau cuplikan filmnya

Kelangkaan sumber ini juga menjadi penyebab masih banyak digunakannya

metode teacher centered dibandingkan student centered dalam proses

pembelajaran sinematografi Pembelajaran cenderung bersifat klasikal dan

kurang memperhatikan tingkat kemampuan dari masing-masing peserta didik

Daya ingat penguasaan materi rendah Sementara resiko kerusakan peralatan dan

pemborosan bahan produksi film dalam pembelajaran praktek produksinya relatif

tinggi bila tidak berdasarkan petunjuk dari sumber belajar yang lebih praktis

Dari segi kurikulum bobot yang disediakan untuk mata kuliah sinematografi

masih sangat kurang hanya 2 SKS pada semester kedua Muatan yang

disampaikan pun hanya bersifat teoritis Hal ini berdampak pada sempitnya

waktu perkuliahan yang tersedia padahal isi materi yang harus disampaikan sangat

padat sehingga materi pembelajaran kurang optimal diberikan Sementara itu

muatan praktek sinematografi disertakan (include) dalam Mata Kuliah

Pengembangan Media Video yang ditempatkan pada semester ke empat dengan

bobot 3 SKS Dampaknya banyak mahasiswa yang sudah lupa dengan teori

tentang konsep maupun prinsip-prinsip sinematografi yang telah diikuti

sebelumnya saat menempuh kuliah praktek produksi media video

6

Masalah terakhir di lapangan tersebut mungkin saja dapat diatasi dengan

merombak struktur maupun muatan kurikulum yang sudah ada Namun demikian

sangat tidak bijaksana bila ketika solusi ini dijalankan justru menimbulkan

persoalan baru atau masalah lain yang lebih rumit dalam sistem penyelenggaraan

perkuliahan di Program Studi TP Untuk itu diperlukan solusi lain yang lebih baik

dan memiliki nilai kebermanfaatan yang lebih luas bagi masyarakat

Pengembangan multimedia interaktif berbasis komputer yang berisi materi

sinematografi merupakan solusi alternatif dari berbagai permasalahan yang telah

dikemukakan di atas Beberapa manfaat yang diharapkan dari pengembangan

multimedia interaktif ini antara lain nilai kepraktisan efesiensi kelaikan dan

keluasan sasaran Proses maupun hasil belajar sinematografi juga akan terjadi

secara lebih optimal Asumsi inilah yang mendorong perlunya dilakukan

penelitian pengembangan multimedia interaktif untuk materi pembelajaran

sinematografi

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasi permasalahan

sebagai berikut (1) Arti pentingnya sinematografi belum banyak dipahami oleh

masyarakat terutama mahasiswa (2) Pada era teknologi informasi yang bersifat

auidovisual ini masyarakat terutama mahasiswa lebih banyak sekedar menjadi

objek dari pada menjadi subjek media film yang kritis (3) Masyarakat masih

kesulitan untuk bisa membuat film sendiri (4) Minimnya referensi alternatif berisi

materi sinematografi yang lebih praktis dan efesien selain buku literatur untuk

membuat film (5) Masih sering digunakannya metode teacher centered

dibandingkan student centered dalam pembelajaran sinematografi (6)

7

Pembelajaran sinematografi cenderung bersifat klasikal dan kurang

memperhatikan tingkat kemampuan dari masing-masing peserta didik (7) Daya

ingat penguasaan materi peserta didik dengan metode klasikal masih rendah (8)

Resiko kerusakan peralatan dan pemborosan bahan produksi film dalam

pembelajaran praktek produksi relatif tinggi (9) Minimnya bobot SKS

sinematografi dalam kurikulum perkuliahan membuat muatan materi

sinematografi yang disampaikan secara klasikal tidak optimal (10) Jarak

sequence kurikulum antara muatan teori dengan muatan praktis untuk mata kuliah

sinematografi yang dilaksanakan secara klasikal membuat mahasiswa mudah lupa

dengan materi tentang teori dan konsep sinematografi

Untuk lebih memfokuskan pembahasannya penelitian ini dibatasi hanya

pada pengembangan multimedia interaktif untuk pembelajaran sinematografi dan

efektivits penggunaannya

Berdasarkan identifiksi masalah di atas rumusan masalah yang perlu

dikemukakan dalam penelitian pengembangan ini adalah (1) Bagaimana

mengembangkan multimedia interaktif yang berisi materi pembelajaran

sinematografi (2) Apakah multimedia interaktif yang dikembangkan tersebut

layak dan efektif untuk pembelajaran sinematografi

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian pengembangan Prosedur

pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari tiga model

pengembangan yaitu model pengembangan desain pembelajaran menurut Dick Carrey

(1986) model pengembangan desain produk multimedia menurut Rob Philips (1997)

8

WLee amp Owens (2004) serta model pengembangan desain Research amp Development

(Borg and Gall 1983) Prosedur ini digambarkan sebagai berikut

Gambar 1 Prosedur Pengembangan dari modifikasi Dick amp Carrey (1986)

Rob Philips (1997) WLee (2004) dan Borg amp Gall (1983)

Subjek uji coba dari penelitian ini berjumlah 35 orang terdiri dari 2 orang

ahli materi dan 2 orang ahli media 3 orang mahasiswa untuk uji coba perorangan

atau uji coba satu-satu 8 orang mahasiswa untuk uji coba kelompok kecil dan 20

orang mahasiswa untuk uji coba lapangan Jenis instrumen yang digunakan

(a)

Studi Lapangan

(b)

Studi Pustaka

(c)

Hasil Penelitian

Yang Relevan

(e)

Standar

Kompetensi

(f)

Kompetens

i Dasar

(g)

Strategi

Pembelajaran

(h)

Materi

Pembelajara

n

(i)

Bentuk

Penilaian

(k) Desain lay out

(o) Validasi Ahli

materi amp Media

(l) Desain

Navigasi

(m) Desain Grafis

(n) Pengumpulan

bahan

(j)

pemrograman

(p) Uji coba satu-satu

(q) Uji coba

kelompok kecil

(r) Uji coba

kelompok besar

Produk Akhir Multimedia Interaktif

(s)

Diseminasi Kelaikan dan Efektivitas Multimedia Interaktif Pembelajaran Sinematografi

(d)

Karakteristik

Sasaran

5 Implementasi amp Evaluasi Sumatif

4 Evaluasi Formatif Produk Awal

3 Pengembangan Desain Produk Multimedia

2 Pengembangan Desain Pembelajaran

1 Analisis Kebutuhan Pengembangan

9

dalam penelitian ini adalah angket halaman tes lembar observasi lembar catatan

proses pengembangan dan penggunaan serta kamera photo digital

Pada evaluasi formatif data dijaring menggunakan skala likert dengan skala

penilaian 1 - 5 atau dari kriteria sangat kurang kurang cukup baik dan sangat

baik Data kemudian dianalisis secara statistik deskriptif persentase Produk

multimedia interaktif yang dikembangkan ini dapat dikatakan sudah layak

sebagai media pembelajaran untuk mata kuliah sinematografi apabila hasil

penilaian uji coba lapangan minimal termasuk dalam kriteria baik (Sukardjo

200852-53) Pada evaluasi sumatif data hasil skor pre test dari pembelajaran

yang menggunakan multimedia interaktif dibandingkan dengan data hasil skor

post test oleh sekelompok responden (pengguna) yang sama pada waktu (amatan)

yang berbeda Analisis perhitungannya menggunakan statistik deskriptif

persentase dari nilai rerata kenaikan antara post test dan pre test pengguna produk

akhir multimedia ini

Hasil Pengembangan

Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai pada dasarnya

kegiatan penelitian ini bermaksud menjaring dua buah data Data pertama

berkenaan dengan penilaian responden tentang kelaikan produk atau sering

disebut dengan data uji coba sedangkan data yang kedua berkenaan dengan

efektivitas penggunaan produk multimedia interaktif untuk pembelajaran

sinematografi atau disebut dengan data uji efektivitas

10

Data yang berkenaan dengan penilaian responden tentang kelaikan produk

dijaring melalui instrumen angket dan catatan maupun saran perbaikan dari

responden Sedangkan data yang berkenaan dengan efektivitas produk dijaring

dengan instrumen tes dan instrumen pedoman wawancara

1 Data yang Berkenaan dengan Kelaikan Produk

a Data Validasi Ahli Materi

Data yang diperoleh dari penilaian oleh 2 orang ahli materi ditinjau

dari aspek pembelajaran menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada

aspek ini adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 64 dan rerata

skor 427 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria sangat baik Untuk aspek isinya jumlah skor diperoleh 635 dan

rerata skor 423 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria sangat baik

b Data Validasi Ahli Media

Data yang diperoleh dari penilaian oleh 2 orang ahli media untuk

aspek tampilan menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada aspek ini

adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 70 dan rerata skor

467 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor dari ahli media untuk

aspek tampilan produk multimedia ini termasuk dalam kriteria sangat

baik Untuk aspek pemrogramannya jumlah skor diperoleh 68 dan rerata

skor 453 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria sangat baik

c Data Uji Coba Satu-satu

11

data yang diperoleh menunjukkan bahwa item-item yang dinilai

pada aspek pembelajaran adalah cukup baik dan sangat baik Jumlah skor

diperoleh 5867 dan rerata skor 391 Setelah dikonversikan dalam skala 5

skor ini masuk dalam kriteria baik Untuk aspek isi jumlah skor diperoleh

5867 dan rerata skor 391 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini

masuk dalam kriteria baik Jumlah skor aspek tampilan diperoleh 583 dan

rerata skor 389 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini termasuk

dalam kriteria baik Jumlah skor untuk aspek program diperoleh 6133 dan

rerata skor 409 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria sangat baik

d Data Uji Coba Kelompok Kecil

Data hasil penilaian produk pada uji kelompok kecil untuk aspek

pembelajaran menunjukan bahwa jumlah skor diperoleh 5713 dan rerata

skor 381 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria baik Jumlah skor pada aspek isi diperoleh 5588 dan rerata skor

373 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria

baik Jumlah skor aspek tampilan diperoleh 575 dan rerata skor 383

Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik

Jumlah skor aspek program diperoleh 5638 dan rerata skor 376 Setelah

dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik Secara

keseluruhan aspek yang dinilai dari hasil uji coba kelompok kecil masuk

dalam kriteria baik

12

e Data Uji Coba Lapangan

Uji coba lapangan dilakukan oleh 20 orang mahasiswa S1 reguler

semester 3 Jurusan KTP FIP di laboratorium komputer FIP UNY Dalam

uji coba lapangan ini mahasiswa juga diminta mengisi lembar evaluasi

yang mencakup beberapa aspek penilaian yaitu aspek pembelajaran aspek

isi aspek tampilan dan aspek pemprograman

Unstuk aspek pembelajaran pada uji coba lapangan hasil data yang

diperoleh menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada aspek

pembelajaran adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 5885

dan rerata skor 392 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria baik Jumlah skor sspek isi diperoleh 54753 dan rerata

skor 365 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria baik Jumlah skor untuk aspek tampilan diperoleh 5605 dan

rerata skor 374 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria baik Jumlah skor diperoleh 5595 dan rerata skor 373

Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa kualitas produk

multimedia interaktif pembelajaran sinematografi yang dikembangkan

ditinjau dari aspek pembelajaran aspek isi aspek tampilan dan aspek

pemrograman adalah baik Berikut ini disajikan hasil persentase kualitas

13

pengembangan multimedia interaktif untuk materi pembelajaran

sinematografi

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Uji Coba Lapangan

Empat Aspek dalam Pengembangan Multimedia Interaktif

Pembelajaran Sinematografi

Aspek Penilaian Rerata Skor

Pembelajaran 392 2606

Isi 365 2427

Tampilan 374 2487

Pemrograman 373 2480

Rerata Skor keseluruhan 376

Kriteria Baik

2 Data yang Berkenaan dengan Efektivitas Produk

a Analisis Data Skor Pre-test dan Post-test

Efektivitas produk dilihat dari pencapaian kenaikan skor rerata post-

test terhadap skor rerata pre-test penggunaan multimedia interaktif untuk

pembelajaran sinematografi oleh mahasiswa adalah sebesar 1454

Diagram batang hasil perolehan skor pre-test dan post-test dapat dilihat

pada (Gambar 2 dan 3) di bawah ini

14

0

05

1

15

2

25

3

35

4

43 53 60 66 72 76 86

frekfuensi

Gambar 2 Diagram Batang Hasil Pre Test

0

05

1

15

2

25

3

35

4

56 63 73 80 86

frekfuensi

Gambar 3 Diagram Batang Hasil Post Test

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa rerata skor pre-test

mahasiswa sebelum menggunakan produk akhir multimedia ini adalah

sebesar 657 Sesudah mahasiswa menggunakan produk akhir multimedia

ini diperoleh skor sebesar 7525 Kenaikan skor dari pre test ke post test

adalah 955 atau sebesar 1454 Hal ini membuktikan bahwa telah

terjadi peningkatan pemahaman mahasiswa atas materi yang terdapat pada

produk akhir multimedia ini Analisis ini juga membuktikan bahwa

produk akhir multimedia interaktif yang telah dikembangkan tersebut

efektif untuk pembelajaran sinematografi

Skor Pre Test

Skor Post Test

15

b Analisis Data Observasi dan Wawancara

Selain kenaikan skor rerata post-test terhadap skor rerata pre-test

yang mengungkap data tingkat penguasaan materi pengguna Hasil

penjaringan data melalui instrumen check list observasi dan dilengkapi

dengan hasil wawancara untuk mengungkap motivasi mahasiswa

pengguna selama proses pembelajaran mengggunakan multimedia

interaktif ini

1) Komponen resistensi penguasan materi mahasiswa yang diperoleh

selama menggunakan produk akhir ditunjukan dengan dua indikator

yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menyerap dan memahami

materi produk ini dengan cepat sebanyak 16 orang atau 80 Hal ini

juga bisa diamati dari hasil skor pre test dan post test yang

menunjukan bahwa ada 4 orang mahasiswa yang tidak mengalami

peningkatan skor (kenaikannya sebesar 0) (b) jumlah mahasiswa

yang memiliki daya ingat tinggi atas materi yang telah dipelajarinya

dalam jangka waktu lama sebanyak 11 orang atau 55

2) Komponen perubahan sikap mahasiswa terhadap produk multimedia

selama menggunakan produk akhir ditunjukan dengan tiga indikator

yaitu (a) jumlah mahasiswa yang tertarik atas penggunaan produk

akhir ini sebanyak 17 orang atau 85 Hal ini ditunjukan dengan

antusias mahasiswa dalam menggunakan media ini secara serius (b)

jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan kemandiriannya selama

proses pembelajaran dengan menggunakan produk akhir multimedia

16

ini sebanyak 19 orang atau 95 Hal ini ditunjukan dengan kelancaran

penggunaan produk multimedia ini tanpa masalah berarti Mahasiswa

mampu memahami petunjuk penggunaan multimedia ini tanpa harus

menanyakannya pada dosen (c) jumlah mahasiswa yang merasa puas

atas penggunaan produk akhir ini sebanyak 20 orang atau 100 Hal

ini ditunjukkan dengan keinginan seluruh mahasiswa responden yang

menginginkan produk akhir ini dari pengembang sebagai bahan

pembelajaran alternatifnya masing-masing

3) Komponen kinerja mahasiswa dalam menerapkan materi yang

diperoleh dari produk akhir multimedia ini ditunjukan dengan dua

indikator yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menunjukan

kecepatan dalam memprektekan materi sinematografi ini sebanyak 18

orang atau 90 (b) jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan

ketepatan dalam mempraktekan materi sinematografi ini sebanyak 16

orang atau 80

Kesimpulan dan Saran

Hasil penelitian pengembangan ini dapat disimpulkan (1) Semua prosedur

pengembangan dalam penelitian ini telah selesai dilakukan hingga menghasilkan

produk multimedia interaktif dalam bentuk kepingan CD program pembelajaran

sinematografi yang telah memenuhi kriteria kelaikan (2) Kelaikan aspek

pembelajaran produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik

dengan skor 392 (3) Kelaikan aspek isi produk multimedia interaktif ini

17

termasuk dalam kriteria baik dengan skor 365 (4) Kelaikan aspek tampilan

produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik dengan skor 374

(5) Kelaikan aspek pemrograman produk multimedia interaktif ini termasuk

dalam kriteria baik dengan skor 373 (6) Produk multimedia interaktif ini efektif

digunakan untuk pembelajaran sinematografi Hal ini dibuktikan dengan

kenaikan rerata skor post test atas skor pre test dari pengguna sebesar 955 atau

sebesar 1454 dalam satu kali pertemuan Selain itu data hasil observasi dan

wawancara menunjukan bahwa produk multimedia interaktif ini mampu

memotivasi mahasiswa (pengguna) pada saat proses pembelajarannya

Meskipun produk multimedia ini secara kelaikan dapat dinyatakan

berkriteria baik dan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran sinematografi

produk multimedia interaktif ini juga memiliki kelemahan Kelemahan tersebut

antara lain materi dalam program ini belum menggunakan metode simulasi untuk

menerangkan hal-hal yang bersifat praktis latihan soal dan tes akhir produk ini

kurang bervariasi karena hanya berbentuk tes objektif pilihan ganda Efektivitas

produk penelitian ini juga belum sempat diteliti secara lebih jauh dengan

menggunakan kelompok sasaran dan kelompok pembanding maupun untuk

kelompok sasaran yang lebih luas lagi

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan tersebut maka disarankan (1)

Perlu diupayakan pengembangan multimedia interaktif pembelajaran

sinematografi dengan mengoptimalkan metode penyajian secara simulatif (2)

Perlu dikembangkan lagi produk multimedia interaktif ini dengan bentuk soal

latihan maupun tes yang lebih bervariasi (3) Perlu diupayakan kegiatan penelitian

18

lebih lanjut untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan produk multimedia

interaktif ini baik dengan metode penelitian tindakan kelas maupun penelitian

eksperimen (4) Produk multimedia interaktif ini perlu diimplementasikan pada

kelompok mahasiswa S1 semester 2 KTP FIP UNY sebagai sasaran utama pada

saat berlangsungnya perkuliahan sinematografi di semester genap (5) Perlunya

sosialisasi serta penggunaan produk penelitian ini dengan kelompok sasaran yang

lebih luas lagi terutama untuk kelompok atau komunitas pembuat film

independent yang sudah marak di masyarakat

19

DAFTAR PUSTAKA

AECT (1977) The definition of educational technology Washington DC

Association for Educational Communication and Technology

Atwi Suparman (2001) Desain Instruksional Jakarta Tim PAU PPAI

Universitas Terbuka

Borg Walter R amp Gall M D (1983) Educational research An introduction

(4th

ed) New York amp London Logman

Criswell E L (1989) The design of computer-based instruction New York

Macmillan Publishing Compani

CAsri Budiningsih (2003) Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Dick W amp Carey L (1990) The systematic design of instruction (3rd

ed)

Glecview Illinois Scott Foresman and Company

Elizabeth B Hurlock 1980 Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan Erlangga Jakarta

Hannafin Michael J 1988 The Design Development and Evaluation of

Instructional Software New York Macmillan Publishing Company

Heinich R (et al) (1996) Instructional media and technologies for learning

(5td

ed) Englewood cliffs NJ A Simon amp Schuster Company

IRFA Media (2007) Halaman Muka httpIRFA MEDIAcom

Jenks Michael S amp Spinger John M A view of the research of efficacy of CAI

Electronic Journal for the Integration of Technology in Education Vol 1

No 2 Diambil pada tanggal 21 Maret 2008 dari

httpejiteisueduvolume1No2Jenkspdf

Keller J M (1983) Motivation Design of Instruction in Instructional-Design

Theories and Models An Overview of Their Current Status Hillsdale

Lawrence Erlbaum Associates Publishers

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY (2006) Kurikulum

Mata Kuliah Sinematografi KTP FIP UNY

20

Lee William W 2004 Multimedia Based Instructional Design Secend

Edition San Francisco Preiffer

Murti Kusuma Wirasti 2003 Pengantar Sinematografi Buku Pegangan

Kuliah Yogyakarta Fakultas Ilmu Pendidikan UNY

Philips Rob 1997 The Developers Handbook to Interactive Multimedia

(Practcal Guide for Educational Aplication) London Kogan Page

Seel B B amp Rickey R C (1994) Instructionl technology the definition and

domain of the field Washington DC Association for Education

Communication and Technology

Sugiyono (2006) Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif

Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta

Sukardjo 2008 Hand Out materi evaluasi pembelajaran Yogyakarta Jurusan

Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana Universitas Negeri

Yogyakarta

Sunaryo Soenarto (2007) Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis TI

Makalah Lokakarya Desain Pembelajaran Universitas Muhamadiyah

Purworejo 19 Novermber 2007 Yogyakarta Program Pasca Sarjana

UNY

Suyanto M (2003) Multimedia untuk meningkatkan keunggulan bersaing

Yogyakarta Penerbit Andi

Walker D F amp Hess RD (1984) Instructional software Principles and

perspectives for design and use San Francisco Wadwort Publishing

Company

Wikipidea(2007) Film Diambil pada tanggal 29 Desember 2007 dari

http20985175104searchq=cachenat_jF_8kJidwikipideaorgwikifil

m=idampct=clnkampcd=2ampgl=id

Woolf Beverly amp Hall Wendy Interactive multimedia systems for teaching and

learning Diambil tanggal 7 Januari 2008 dari

httpekeesumasseduekepublicationsmultimedia_pedagoguespdf

Woolfolk A E (1984) Educational psychology for teachers (2rd

ed)

Englewood cliffs N J Prentice Hall Inc

21

BIODATA

Nama Estu Miyarso MPd

NIM 06707251002

Tempat dan Tanggal Lahir Tegal 3 Februari 1977

Agama Islam

Program Studi Teknologi Pembelajaran

Angkatan 2006

Alamat Ds Palgading RT 0318 Sinduharjo Ngaglik

Sleman ndash Yogyakarta

Pekerjaan Dosen Jurusan KTP FIP UNY

Kampus Karangmalang UNY

No HP 0811267949 - 02743286323

Motto Hal yang tidak akan berubah dalam hidup selain

perubahan itu sendiri adalah pilihan dan prinsip

Page 3: ESTU MIYARSO Developing of Interactive Multimedia for the ...staffnew.uny.ac.id/upload/132313279/penelitian/multimedia+interakt...penemuan dan kemajuan dari perpaduan teknologi optik

2

Pada era informasi film dipandang lebih memiliki arti dan peran penting

Sifatnya yang audiovisual gerak mampu memiliki daya resistensi lebih kuat

dibandingkan bentuk-bentuk informasi lainnya Dengan berbagai format tayangan

dan bentuk saluran penyajiannya film mampu membangun opini publik Pola

pikir masyarakat juga dapat diubah atau bahkan sengaja diciptakan melalui media

ini Itulah sebabnya film atau sinema merupakan media informasi dan

komunikasi massa yang sangat efektif

Begitu kuatnya pengaruh yang dapat ditimbulkan melalui pesan maupun

kesan dalam suatu film media ini justru berpeluang menimbulkan berbagai

masalah dan dampak negatif bagi masyarakat Sejarah telah membuktikan betapa

media ini telah mampu memberikan kekuatan yang sangat besar bagi seseorang

atau suatu penguasa karena memanfaatkan segala kelebihan dari media film

Sebaliknya berapa banyak kehidupan seseorang atau penguasa di dunia yang

harus hancur karena peran langsung maupun tidak langsung dari media ini

Berbagai hasil penelitian juga telah memperlihatkan bahwa film dengan

pesan yang baik bisa saja menimbulkan dampak yang buruk bagi penontonnya

Bagaimana dengan film yang benar-benar tidak memiliki pesan dan tujuan yang

jelas Inilah pentingnya kita harus mamahami siapa penonton film itu jenis film

apa yang tepat bagi mereka Sebaliknya kita juga harus bisa mengetahui

bagaimana seharusnya menjadi penonton film yang baik Bagaimana sikap kita

terhadap film yang telah kita tonton Tentunya pertanyaan-pertanyaan tersebut

harus kita ketahui jawabannya baik ketika berposisi sebagai pembuat film (film

maker) maupun sebagai penonton film

3

Sinematografi merupakan salah satu disiplin ilmu yang berusaha

menemukan jawaban atas beberapa pertanyaan di atas Meskipun secara harfiah

sinematografi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang teknik atau seni

dalam pengambilan gambar gerak (pembuatan film) cabang ilmu ini tidak

berhenti pada hal-hal yang bersifat teknis saja Lebih dari itu dalam

sinematografi dijelaskan dasar filosofis mengapa suatu teknik pengambilan

gambar tertentu harus di ambil bagaimana metodenya Dan untuk kepentingan

apa

Karakter keilmuan inilah yang menjadi salah satu alasan dimasukannya

sinematografi dalam kurikulum Program Studi Teknologi Pendidikan (TP) jenjang

S1 FIP UNY Kompetensi utama dari mata kuliah ini adalah mampu

menggunakan dan menyebarluaskan inovasi teknologi pendidikan sesuai

kebutuhan masyarakat (Kurikulum TP FIP 2004) Artinya dengan sinematografi

diharapkan lulusan Program Studidi TP S1 FIP UNY mampu memanfaatkan film

secara tepat baik sebagai sarana pendidikan maupun sebagai sumber belajar yang

inovatif bagi masyarakat Sedangkan secara sequence dan kedudukannya dalam

kurikulum Sinematografi merupakan mata kuliah pra syarat bagi mahasiswa yang

akan mengambil mata kuliah Pengembangan Media Video

Berdasarkan pengalaman dan hasil pengamatan lapangan selama

perkuliahan di kampus ataupun beberapa acara Diklat Pengembangan Media

Audiovisual di beberapa tempat tercatat kenyataan bahwa materi pembelajaran

sinematografi sangat perlu dipahami oleh semua orang Tidak hanya mahasiswa

4

(Prodi TP) saja tetapi semua lapisan masyarakat Hal ini lebih disebabkan karena

era saat ini adalah era teknologi informasi dalam wujud audiovisual

Namun demikian masyarakat (termasuk mahasiswa) sebagai penonton atau

penerima informasi belum sepenuhnya sadar untuk menempatkan posisi film dan

dirinya secara tepat Dari sudut pandang psikososial mereka lebih banyak

diposisikan atau memposisikan dirinya sebagai objek dari film yang ditonton

bukan sebagai subjek kritis terhadap pesan maupun kesan dalam sebuah tayangan

sinematografis yang tentunya sarat dengan berbagai kepentingan si pembuatnya

Sementara untuk bisa membuat film sendiri bukan perkara yang mudah apalagi

sampai ditonton oleh banyak orang melalui saluran televisi atau bioskop

Di sisi yang lain ada sebagian masyarakat yang sudah mulai tertarik dan

berkeinginan untuk mencoba membuat film sendiri Hal ini didukung oleh harga

peralatan dan bahan produksi film dalam wujud video yang relatif lebih murah

pada saat ini Banyaknya club-club sinema independen di kalangan pelajar

mahasiswa maupun masyarakat umum merupakan fenomena nyata yang sudah

terjadi hampir di semua kota di Indonesia terutama kota-kota besar seperti Jakarta

Bandung Surabaya termasuk Yogyakarta Namun karena faktor kelangkaan

sumber referensi mereka masih merasa kesulitan untuk mendapatkan materi

sinematografi sebagai panduan praktis dalam pembuatan filmnya Ketersediaan

buku-buku literatur dan informasi tentang materi sinematografi di internet juga

belum mampu menjawab secara optimal permasalahan ini

Untuk membantu film maker terutama bagi mereka yang masih pemula

ketersediaan sumber referensi alternatif dalam bentuk software pembelajaran

5

sinematografi dirasa sudah sangat mendesak diperlukan Keunggulan software ini

dapat dikemas dalam bentuk kepingan cd (compact disk) yang memiliki kapasitas

penyimpanan informasi relatif besar Bentuk-bentuk informasinya pun bisa

beraneka ragam Suatu tahap atau teknik sinematografi tertentu dapat dijelaskan

secara lengkap dalam bentuk teks yang dilengkapi dengan ilustrasi gambar suara

animasi maupun contoh nyata dalam bentuk klip atau cuplikan filmnya

Kelangkaan sumber ini juga menjadi penyebab masih banyak digunakannya

metode teacher centered dibandingkan student centered dalam proses

pembelajaran sinematografi Pembelajaran cenderung bersifat klasikal dan

kurang memperhatikan tingkat kemampuan dari masing-masing peserta didik

Daya ingat penguasaan materi rendah Sementara resiko kerusakan peralatan dan

pemborosan bahan produksi film dalam pembelajaran praktek produksinya relatif

tinggi bila tidak berdasarkan petunjuk dari sumber belajar yang lebih praktis

Dari segi kurikulum bobot yang disediakan untuk mata kuliah sinematografi

masih sangat kurang hanya 2 SKS pada semester kedua Muatan yang

disampaikan pun hanya bersifat teoritis Hal ini berdampak pada sempitnya

waktu perkuliahan yang tersedia padahal isi materi yang harus disampaikan sangat

padat sehingga materi pembelajaran kurang optimal diberikan Sementara itu

muatan praktek sinematografi disertakan (include) dalam Mata Kuliah

Pengembangan Media Video yang ditempatkan pada semester ke empat dengan

bobot 3 SKS Dampaknya banyak mahasiswa yang sudah lupa dengan teori

tentang konsep maupun prinsip-prinsip sinematografi yang telah diikuti

sebelumnya saat menempuh kuliah praktek produksi media video

6

Masalah terakhir di lapangan tersebut mungkin saja dapat diatasi dengan

merombak struktur maupun muatan kurikulum yang sudah ada Namun demikian

sangat tidak bijaksana bila ketika solusi ini dijalankan justru menimbulkan

persoalan baru atau masalah lain yang lebih rumit dalam sistem penyelenggaraan

perkuliahan di Program Studi TP Untuk itu diperlukan solusi lain yang lebih baik

dan memiliki nilai kebermanfaatan yang lebih luas bagi masyarakat

Pengembangan multimedia interaktif berbasis komputer yang berisi materi

sinematografi merupakan solusi alternatif dari berbagai permasalahan yang telah

dikemukakan di atas Beberapa manfaat yang diharapkan dari pengembangan

multimedia interaktif ini antara lain nilai kepraktisan efesiensi kelaikan dan

keluasan sasaran Proses maupun hasil belajar sinematografi juga akan terjadi

secara lebih optimal Asumsi inilah yang mendorong perlunya dilakukan

penelitian pengembangan multimedia interaktif untuk materi pembelajaran

sinematografi

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasi permasalahan

sebagai berikut (1) Arti pentingnya sinematografi belum banyak dipahami oleh

masyarakat terutama mahasiswa (2) Pada era teknologi informasi yang bersifat

auidovisual ini masyarakat terutama mahasiswa lebih banyak sekedar menjadi

objek dari pada menjadi subjek media film yang kritis (3) Masyarakat masih

kesulitan untuk bisa membuat film sendiri (4) Minimnya referensi alternatif berisi

materi sinematografi yang lebih praktis dan efesien selain buku literatur untuk

membuat film (5) Masih sering digunakannya metode teacher centered

dibandingkan student centered dalam pembelajaran sinematografi (6)

7

Pembelajaran sinematografi cenderung bersifat klasikal dan kurang

memperhatikan tingkat kemampuan dari masing-masing peserta didik (7) Daya

ingat penguasaan materi peserta didik dengan metode klasikal masih rendah (8)

Resiko kerusakan peralatan dan pemborosan bahan produksi film dalam

pembelajaran praktek produksi relatif tinggi (9) Minimnya bobot SKS

sinematografi dalam kurikulum perkuliahan membuat muatan materi

sinematografi yang disampaikan secara klasikal tidak optimal (10) Jarak

sequence kurikulum antara muatan teori dengan muatan praktis untuk mata kuliah

sinematografi yang dilaksanakan secara klasikal membuat mahasiswa mudah lupa

dengan materi tentang teori dan konsep sinematografi

Untuk lebih memfokuskan pembahasannya penelitian ini dibatasi hanya

pada pengembangan multimedia interaktif untuk pembelajaran sinematografi dan

efektivits penggunaannya

Berdasarkan identifiksi masalah di atas rumusan masalah yang perlu

dikemukakan dalam penelitian pengembangan ini adalah (1) Bagaimana

mengembangkan multimedia interaktif yang berisi materi pembelajaran

sinematografi (2) Apakah multimedia interaktif yang dikembangkan tersebut

layak dan efektif untuk pembelajaran sinematografi

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian pengembangan Prosedur

pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari tiga model

pengembangan yaitu model pengembangan desain pembelajaran menurut Dick Carrey

(1986) model pengembangan desain produk multimedia menurut Rob Philips (1997)

8

WLee amp Owens (2004) serta model pengembangan desain Research amp Development

(Borg and Gall 1983) Prosedur ini digambarkan sebagai berikut

Gambar 1 Prosedur Pengembangan dari modifikasi Dick amp Carrey (1986)

Rob Philips (1997) WLee (2004) dan Borg amp Gall (1983)

Subjek uji coba dari penelitian ini berjumlah 35 orang terdiri dari 2 orang

ahli materi dan 2 orang ahli media 3 orang mahasiswa untuk uji coba perorangan

atau uji coba satu-satu 8 orang mahasiswa untuk uji coba kelompok kecil dan 20

orang mahasiswa untuk uji coba lapangan Jenis instrumen yang digunakan

(a)

Studi Lapangan

(b)

Studi Pustaka

(c)

Hasil Penelitian

Yang Relevan

(e)

Standar

Kompetensi

(f)

Kompetens

i Dasar

(g)

Strategi

Pembelajaran

(h)

Materi

Pembelajara

n

(i)

Bentuk

Penilaian

(k) Desain lay out

(o) Validasi Ahli

materi amp Media

(l) Desain

Navigasi

(m) Desain Grafis

(n) Pengumpulan

bahan

(j)

pemrograman

(p) Uji coba satu-satu

(q) Uji coba

kelompok kecil

(r) Uji coba

kelompok besar

Produk Akhir Multimedia Interaktif

(s)

Diseminasi Kelaikan dan Efektivitas Multimedia Interaktif Pembelajaran Sinematografi

(d)

Karakteristik

Sasaran

5 Implementasi amp Evaluasi Sumatif

4 Evaluasi Formatif Produk Awal

3 Pengembangan Desain Produk Multimedia

2 Pengembangan Desain Pembelajaran

1 Analisis Kebutuhan Pengembangan

9

dalam penelitian ini adalah angket halaman tes lembar observasi lembar catatan

proses pengembangan dan penggunaan serta kamera photo digital

Pada evaluasi formatif data dijaring menggunakan skala likert dengan skala

penilaian 1 - 5 atau dari kriteria sangat kurang kurang cukup baik dan sangat

baik Data kemudian dianalisis secara statistik deskriptif persentase Produk

multimedia interaktif yang dikembangkan ini dapat dikatakan sudah layak

sebagai media pembelajaran untuk mata kuliah sinematografi apabila hasil

penilaian uji coba lapangan minimal termasuk dalam kriteria baik (Sukardjo

200852-53) Pada evaluasi sumatif data hasil skor pre test dari pembelajaran

yang menggunakan multimedia interaktif dibandingkan dengan data hasil skor

post test oleh sekelompok responden (pengguna) yang sama pada waktu (amatan)

yang berbeda Analisis perhitungannya menggunakan statistik deskriptif

persentase dari nilai rerata kenaikan antara post test dan pre test pengguna produk

akhir multimedia ini

Hasil Pengembangan

Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai pada dasarnya

kegiatan penelitian ini bermaksud menjaring dua buah data Data pertama

berkenaan dengan penilaian responden tentang kelaikan produk atau sering

disebut dengan data uji coba sedangkan data yang kedua berkenaan dengan

efektivitas penggunaan produk multimedia interaktif untuk pembelajaran

sinematografi atau disebut dengan data uji efektivitas

10

Data yang berkenaan dengan penilaian responden tentang kelaikan produk

dijaring melalui instrumen angket dan catatan maupun saran perbaikan dari

responden Sedangkan data yang berkenaan dengan efektivitas produk dijaring

dengan instrumen tes dan instrumen pedoman wawancara

1 Data yang Berkenaan dengan Kelaikan Produk

a Data Validasi Ahli Materi

Data yang diperoleh dari penilaian oleh 2 orang ahli materi ditinjau

dari aspek pembelajaran menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada

aspek ini adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 64 dan rerata

skor 427 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria sangat baik Untuk aspek isinya jumlah skor diperoleh 635 dan

rerata skor 423 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria sangat baik

b Data Validasi Ahli Media

Data yang diperoleh dari penilaian oleh 2 orang ahli media untuk

aspek tampilan menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada aspek ini

adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 70 dan rerata skor

467 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor dari ahli media untuk

aspek tampilan produk multimedia ini termasuk dalam kriteria sangat

baik Untuk aspek pemrogramannya jumlah skor diperoleh 68 dan rerata

skor 453 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria sangat baik

c Data Uji Coba Satu-satu

11

data yang diperoleh menunjukkan bahwa item-item yang dinilai

pada aspek pembelajaran adalah cukup baik dan sangat baik Jumlah skor

diperoleh 5867 dan rerata skor 391 Setelah dikonversikan dalam skala 5

skor ini masuk dalam kriteria baik Untuk aspek isi jumlah skor diperoleh

5867 dan rerata skor 391 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini

masuk dalam kriteria baik Jumlah skor aspek tampilan diperoleh 583 dan

rerata skor 389 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini termasuk

dalam kriteria baik Jumlah skor untuk aspek program diperoleh 6133 dan

rerata skor 409 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria sangat baik

d Data Uji Coba Kelompok Kecil

Data hasil penilaian produk pada uji kelompok kecil untuk aspek

pembelajaran menunjukan bahwa jumlah skor diperoleh 5713 dan rerata

skor 381 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria baik Jumlah skor pada aspek isi diperoleh 5588 dan rerata skor

373 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria

baik Jumlah skor aspek tampilan diperoleh 575 dan rerata skor 383

Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik

Jumlah skor aspek program diperoleh 5638 dan rerata skor 376 Setelah

dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik Secara

keseluruhan aspek yang dinilai dari hasil uji coba kelompok kecil masuk

dalam kriteria baik

12

e Data Uji Coba Lapangan

Uji coba lapangan dilakukan oleh 20 orang mahasiswa S1 reguler

semester 3 Jurusan KTP FIP di laboratorium komputer FIP UNY Dalam

uji coba lapangan ini mahasiswa juga diminta mengisi lembar evaluasi

yang mencakup beberapa aspek penilaian yaitu aspek pembelajaran aspek

isi aspek tampilan dan aspek pemprograman

Unstuk aspek pembelajaran pada uji coba lapangan hasil data yang

diperoleh menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada aspek

pembelajaran adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 5885

dan rerata skor 392 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria baik Jumlah skor sspek isi diperoleh 54753 dan rerata

skor 365 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria baik Jumlah skor untuk aspek tampilan diperoleh 5605 dan

rerata skor 374 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria baik Jumlah skor diperoleh 5595 dan rerata skor 373

Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa kualitas produk

multimedia interaktif pembelajaran sinematografi yang dikembangkan

ditinjau dari aspek pembelajaran aspek isi aspek tampilan dan aspek

pemrograman adalah baik Berikut ini disajikan hasil persentase kualitas

13

pengembangan multimedia interaktif untuk materi pembelajaran

sinematografi

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Uji Coba Lapangan

Empat Aspek dalam Pengembangan Multimedia Interaktif

Pembelajaran Sinematografi

Aspek Penilaian Rerata Skor

Pembelajaran 392 2606

Isi 365 2427

Tampilan 374 2487

Pemrograman 373 2480

Rerata Skor keseluruhan 376

Kriteria Baik

2 Data yang Berkenaan dengan Efektivitas Produk

a Analisis Data Skor Pre-test dan Post-test

Efektivitas produk dilihat dari pencapaian kenaikan skor rerata post-

test terhadap skor rerata pre-test penggunaan multimedia interaktif untuk

pembelajaran sinematografi oleh mahasiswa adalah sebesar 1454

Diagram batang hasil perolehan skor pre-test dan post-test dapat dilihat

pada (Gambar 2 dan 3) di bawah ini

14

0

05

1

15

2

25

3

35

4

43 53 60 66 72 76 86

frekfuensi

Gambar 2 Diagram Batang Hasil Pre Test

0

05

1

15

2

25

3

35

4

56 63 73 80 86

frekfuensi

Gambar 3 Diagram Batang Hasil Post Test

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa rerata skor pre-test

mahasiswa sebelum menggunakan produk akhir multimedia ini adalah

sebesar 657 Sesudah mahasiswa menggunakan produk akhir multimedia

ini diperoleh skor sebesar 7525 Kenaikan skor dari pre test ke post test

adalah 955 atau sebesar 1454 Hal ini membuktikan bahwa telah

terjadi peningkatan pemahaman mahasiswa atas materi yang terdapat pada

produk akhir multimedia ini Analisis ini juga membuktikan bahwa

produk akhir multimedia interaktif yang telah dikembangkan tersebut

efektif untuk pembelajaran sinematografi

Skor Pre Test

Skor Post Test

15

b Analisis Data Observasi dan Wawancara

Selain kenaikan skor rerata post-test terhadap skor rerata pre-test

yang mengungkap data tingkat penguasaan materi pengguna Hasil

penjaringan data melalui instrumen check list observasi dan dilengkapi

dengan hasil wawancara untuk mengungkap motivasi mahasiswa

pengguna selama proses pembelajaran mengggunakan multimedia

interaktif ini

1) Komponen resistensi penguasan materi mahasiswa yang diperoleh

selama menggunakan produk akhir ditunjukan dengan dua indikator

yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menyerap dan memahami

materi produk ini dengan cepat sebanyak 16 orang atau 80 Hal ini

juga bisa diamati dari hasil skor pre test dan post test yang

menunjukan bahwa ada 4 orang mahasiswa yang tidak mengalami

peningkatan skor (kenaikannya sebesar 0) (b) jumlah mahasiswa

yang memiliki daya ingat tinggi atas materi yang telah dipelajarinya

dalam jangka waktu lama sebanyak 11 orang atau 55

2) Komponen perubahan sikap mahasiswa terhadap produk multimedia

selama menggunakan produk akhir ditunjukan dengan tiga indikator

yaitu (a) jumlah mahasiswa yang tertarik atas penggunaan produk

akhir ini sebanyak 17 orang atau 85 Hal ini ditunjukan dengan

antusias mahasiswa dalam menggunakan media ini secara serius (b)

jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan kemandiriannya selama

proses pembelajaran dengan menggunakan produk akhir multimedia

16

ini sebanyak 19 orang atau 95 Hal ini ditunjukan dengan kelancaran

penggunaan produk multimedia ini tanpa masalah berarti Mahasiswa

mampu memahami petunjuk penggunaan multimedia ini tanpa harus

menanyakannya pada dosen (c) jumlah mahasiswa yang merasa puas

atas penggunaan produk akhir ini sebanyak 20 orang atau 100 Hal

ini ditunjukkan dengan keinginan seluruh mahasiswa responden yang

menginginkan produk akhir ini dari pengembang sebagai bahan

pembelajaran alternatifnya masing-masing

3) Komponen kinerja mahasiswa dalam menerapkan materi yang

diperoleh dari produk akhir multimedia ini ditunjukan dengan dua

indikator yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menunjukan

kecepatan dalam memprektekan materi sinematografi ini sebanyak 18

orang atau 90 (b) jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan

ketepatan dalam mempraktekan materi sinematografi ini sebanyak 16

orang atau 80

Kesimpulan dan Saran

Hasil penelitian pengembangan ini dapat disimpulkan (1) Semua prosedur

pengembangan dalam penelitian ini telah selesai dilakukan hingga menghasilkan

produk multimedia interaktif dalam bentuk kepingan CD program pembelajaran

sinematografi yang telah memenuhi kriteria kelaikan (2) Kelaikan aspek

pembelajaran produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik

dengan skor 392 (3) Kelaikan aspek isi produk multimedia interaktif ini

17

termasuk dalam kriteria baik dengan skor 365 (4) Kelaikan aspek tampilan

produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik dengan skor 374

(5) Kelaikan aspek pemrograman produk multimedia interaktif ini termasuk

dalam kriteria baik dengan skor 373 (6) Produk multimedia interaktif ini efektif

digunakan untuk pembelajaran sinematografi Hal ini dibuktikan dengan

kenaikan rerata skor post test atas skor pre test dari pengguna sebesar 955 atau

sebesar 1454 dalam satu kali pertemuan Selain itu data hasil observasi dan

wawancara menunjukan bahwa produk multimedia interaktif ini mampu

memotivasi mahasiswa (pengguna) pada saat proses pembelajarannya

Meskipun produk multimedia ini secara kelaikan dapat dinyatakan

berkriteria baik dan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran sinematografi

produk multimedia interaktif ini juga memiliki kelemahan Kelemahan tersebut

antara lain materi dalam program ini belum menggunakan metode simulasi untuk

menerangkan hal-hal yang bersifat praktis latihan soal dan tes akhir produk ini

kurang bervariasi karena hanya berbentuk tes objektif pilihan ganda Efektivitas

produk penelitian ini juga belum sempat diteliti secara lebih jauh dengan

menggunakan kelompok sasaran dan kelompok pembanding maupun untuk

kelompok sasaran yang lebih luas lagi

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan tersebut maka disarankan (1)

Perlu diupayakan pengembangan multimedia interaktif pembelajaran

sinematografi dengan mengoptimalkan metode penyajian secara simulatif (2)

Perlu dikembangkan lagi produk multimedia interaktif ini dengan bentuk soal

latihan maupun tes yang lebih bervariasi (3) Perlu diupayakan kegiatan penelitian

18

lebih lanjut untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan produk multimedia

interaktif ini baik dengan metode penelitian tindakan kelas maupun penelitian

eksperimen (4) Produk multimedia interaktif ini perlu diimplementasikan pada

kelompok mahasiswa S1 semester 2 KTP FIP UNY sebagai sasaran utama pada

saat berlangsungnya perkuliahan sinematografi di semester genap (5) Perlunya

sosialisasi serta penggunaan produk penelitian ini dengan kelompok sasaran yang

lebih luas lagi terutama untuk kelompok atau komunitas pembuat film

independent yang sudah marak di masyarakat

19

DAFTAR PUSTAKA

AECT (1977) The definition of educational technology Washington DC

Association for Educational Communication and Technology

Atwi Suparman (2001) Desain Instruksional Jakarta Tim PAU PPAI

Universitas Terbuka

Borg Walter R amp Gall M D (1983) Educational research An introduction

(4th

ed) New York amp London Logman

Criswell E L (1989) The design of computer-based instruction New York

Macmillan Publishing Compani

CAsri Budiningsih (2003) Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Dick W amp Carey L (1990) The systematic design of instruction (3rd

ed)

Glecview Illinois Scott Foresman and Company

Elizabeth B Hurlock 1980 Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan Erlangga Jakarta

Hannafin Michael J 1988 The Design Development and Evaluation of

Instructional Software New York Macmillan Publishing Company

Heinich R (et al) (1996) Instructional media and technologies for learning

(5td

ed) Englewood cliffs NJ A Simon amp Schuster Company

IRFA Media (2007) Halaman Muka httpIRFA MEDIAcom

Jenks Michael S amp Spinger John M A view of the research of efficacy of CAI

Electronic Journal for the Integration of Technology in Education Vol 1

No 2 Diambil pada tanggal 21 Maret 2008 dari

httpejiteisueduvolume1No2Jenkspdf

Keller J M (1983) Motivation Design of Instruction in Instructional-Design

Theories and Models An Overview of Their Current Status Hillsdale

Lawrence Erlbaum Associates Publishers

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY (2006) Kurikulum

Mata Kuliah Sinematografi KTP FIP UNY

20

Lee William W 2004 Multimedia Based Instructional Design Secend

Edition San Francisco Preiffer

Murti Kusuma Wirasti 2003 Pengantar Sinematografi Buku Pegangan

Kuliah Yogyakarta Fakultas Ilmu Pendidikan UNY

Philips Rob 1997 The Developers Handbook to Interactive Multimedia

(Practcal Guide for Educational Aplication) London Kogan Page

Seel B B amp Rickey R C (1994) Instructionl technology the definition and

domain of the field Washington DC Association for Education

Communication and Technology

Sugiyono (2006) Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif

Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta

Sukardjo 2008 Hand Out materi evaluasi pembelajaran Yogyakarta Jurusan

Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana Universitas Negeri

Yogyakarta

Sunaryo Soenarto (2007) Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis TI

Makalah Lokakarya Desain Pembelajaran Universitas Muhamadiyah

Purworejo 19 Novermber 2007 Yogyakarta Program Pasca Sarjana

UNY

Suyanto M (2003) Multimedia untuk meningkatkan keunggulan bersaing

Yogyakarta Penerbit Andi

Walker D F amp Hess RD (1984) Instructional software Principles and

perspectives for design and use San Francisco Wadwort Publishing

Company

Wikipidea(2007) Film Diambil pada tanggal 29 Desember 2007 dari

http20985175104searchq=cachenat_jF_8kJidwikipideaorgwikifil

m=idampct=clnkampcd=2ampgl=id

Woolf Beverly amp Hall Wendy Interactive multimedia systems for teaching and

learning Diambil tanggal 7 Januari 2008 dari

httpekeesumasseduekepublicationsmultimedia_pedagoguespdf

Woolfolk A E (1984) Educational psychology for teachers (2rd

ed)

Englewood cliffs N J Prentice Hall Inc

21

BIODATA

Nama Estu Miyarso MPd

NIM 06707251002

Tempat dan Tanggal Lahir Tegal 3 Februari 1977

Agama Islam

Program Studi Teknologi Pembelajaran

Angkatan 2006

Alamat Ds Palgading RT 0318 Sinduharjo Ngaglik

Sleman ndash Yogyakarta

Pekerjaan Dosen Jurusan KTP FIP UNY

Kampus Karangmalang UNY

No HP 0811267949 - 02743286323

Motto Hal yang tidak akan berubah dalam hidup selain

perubahan itu sendiri adalah pilihan dan prinsip

Page 4: ESTU MIYARSO Developing of Interactive Multimedia for the ...staffnew.uny.ac.id/upload/132313279/penelitian/multimedia+interakt...penemuan dan kemajuan dari perpaduan teknologi optik

3

Sinematografi merupakan salah satu disiplin ilmu yang berusaha

menemukan jawaban atas beberapa pertanyaan di atas Meskipun secara harfiah

sinematografi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang teknik atau seni

dalam pengambilan gambar gerak (pembuatan film) cabang ilmu ini tidak

berhenti pada hal-hal yang bersifat teknis saja Lebih dari itu dalam

sinematografi dijelaskan dasar filosofis mengapa suatu teknik pengambilan

gambar tertentu harus di ambil bagaimana metodenya Dan untuk kepentingan

apa

Karakter keilmuan inilah yang menjadi salah satu alasan dimasukannya

sinematografi dalam kurikulum Program Studi Teknologi Pendidikan (TP) jenjang

S1 FIP UNY Kompetensi utama dari mata kuliah ini adalah mampu

menggunakan dan menyebarluaskan inovasi teknologi pendidikan sesuai

kebutuhan masyarakat (Kurikulum TP FIP 2004) Artinya dengan sinematografi

diharapkan lulusan Program Studidi TP S1 FIP UNY mampu memanfaatkan film

secara tepat baik sebagai sarana pendidikan maupun sebagai sumber belajar yang

inovatif bagi masyarakat Sedangkan secara sequence dan kedudukannya dalam

kurikulum Sinematografi merupakan mata kuliah pra syarat bagi mahasiswa yang

akan mengambil mata kuliah Pengembangan Media Video

Berdasarkan pengalaman dan hasil pengamatan lapangan selama

perkuliahan di kampus ataupun beberapa acara Diklat Pengembangan Media

Audiovisual di beberapa tempat tercatat kenyataan bahwa materi pembelajaran

sinematografi sangat perlu dipahami oleh semua orang Tidak hanya mahasiswa

4

(Prodi TP) saja tetapi semua lapisan masyarakat Hal ini lebih disebabkan karena

era saat ini adalah era teknologi informasi dalam wujud audiovisual

Namun demikian masyarakat (termasuk mahasiswa) sebagai penonton atau

penerima informasi belum sepenuhnya sadar untuk menempatkan posisi film dan

dirinya secara tepat Dari sudut pandang psikososial mereka lebih banyak

diposisikan atau memposisikan dirinya sebagai objek dari film yang ditonton

bukan sebagai subjek kritis terhadap pesan maupun kesan dalam sebuah tayangan

sinematografis yang tentunya sarat dengan berbagai kepentingan si pembuatnya

Sementara untuk bisa membuat film sendiri bukan perkara yang mudah apalagi

sampai ditonton oleh banyak orang melalui saluran televisi atau bioskop

Di sisi yang lain ada sebagian masyarakat yang sudah mulai tertarik dan

berkeinginan untuk mencoba membuat film sendiri Hal ini didukung oleh harga

peralatan dan bahan produksi film dalam wujud video yang relatif lebih murah

pada saat ini Banyaknya club-club sinema independen di kalangan pelajar

mahasiswa maupun masyarakat umum merupakan fenomena nyata yang sudah

terjadi hampir di semua kota di Indonesia terutama kota-kota besar seperti Jakarta

Bandung Surabaya termasuk Yogyakarta Namun karena faktor kelangkaan

sumber referensi mereka masih merasa kesulitan untuk mendapatkan materi

sinematografi sebagai panduan praktis dalam pembuatan filmnya Ketersediaan

buku-buku literatur dan informasi tentang materi sinematografi di internet juga

belum mampu menjawab secara optimal permasalahan ini

Untuk membantu film maker terutama bagi mereka yang masih pemula

ketersediaan sumber referensi alternatif dalam bentuk software pembelajaran

5

sinematografi dirasa sudah sangat mendesak diperlukan Keunggulan software ini

dapat dikemas dalam bentuk kepingan cd (compact disk) yang memiliki kapasitas

penyimpanan informasi relatif besar Bentuk-bentuk informasinya pun bisa

beraneka ragam Suatu tahap atau teknik sinematografi tertentu dapat dijelaskan

secara lengkap dalam bentuk teks yang dilengkapi dengan ilustrasi gambar suara

animasi maupun contoh nyata dalam bentuk klip atau cuplikan filmnya

Kelangkaan sumber ini juga menjadi penyebab masih banyak digunakannya

metode teacher centered dibandingkan student centered dalam proses

pembelajaran sinematografi Pembelajaran cenderung bersifat klasikal dan

kurang memperhatikan tingkat kemampuan dari masing-masing peserta didik

Daya ingat penguasaan materi rendah Sementara resiko kerusakan peralatan dan

pemborosan bahan produksi film dalam pembelajaran praktek produksinya relatif

tinggi bila tidak berdasarkan petunjuk dari sumber belajar yang lebih praktis

Dari segi kurikulum bobot yang disediakan untuk mata kuliah sinematografi

masih sangat kurang hanya 2 SKS pada semester kedua Muatan yang

disampaikan pun hanya bersifat teoritis Hal ini berdampak pada sempitnya

waktu perkuliahan yang tersedia padahal isi materi yang harus disampaikan sangat

padat sehingga materi pembelajaran kurang optimal diberikan Sementara itu

muatan praktek sinematografi disertakan (include) dalam Mata Kuliah

Pengembangan Media Video yang ditempatkan pada semester ke empat dengan

bobot 3 SKS Dampaknya banyak mahasiswa yang sudah lupa dengan teori

tentang konsep maupun prinsip-prinsip sinematografi yang telah diikuti

sebelumnya saat menempuh kuliah praktek produksi media video

6

Masalah terakhir di lapangan tersebut mungkin saja dapat diatasi dengan

merombak struktur maupun muatan kurikulum yang sudah ada Namun demikian

sangat tidak bijaksana bila ketika solusi ini dijalankan justru menimbulkan

persoalan baru atau masalah lain yang lebih rumit dalam sistem penyelenggaraan

perkuliahan di Program Studi TP Untuk itu diperlukan solusi lain yang lebih baik

dan memiliki nilai kebermanfaatan yang lebih luas bagi masyarakat

Pengembangan multimedia interaktif berbasis komputer yang berisi materi

sinematografi merupakan solusi alternatif dari berbagai permasalahan yang telah

dikemukakan di atas Beberapa manfaat yang diharapkan dari pengembangan

multimedia interaktif ini antara lain nilai kepraktisan efesiensi kelaikan dan

keluasan sasaran Proses maupun hasil belajar sinematografi juga akan terjadi

secara lebih optimal Asumsi inilah yang mendorong perlunya dilakukan

penelitian pengembangan multimedia interaktif untuk materi pembelajaran

sinematografi

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasi permasalahan

sebagai berikut (1) Arti pentingnya sinematografi belum banyak dipahami oleh

masyarakat terutama mahasiswa (2) Pada era teknologi informasi yang bersifat

auidovisual ini masyarakat terutama mahasiswa lebih banyak sekedar menjadi

objek dari pada menjadi subjek media film yang kritis (3) Masyarakat masih

kesulitan untuk bisa membuat film sendiri (4) Minimnya referensi alternatif berisi

materi sinematografi yang lebih praktis dan efesien selain buku literatur untuk

membuat film (5) Masih sering digunakannya metode teacher centered

dibandingkan student centered dalam pembelajaran sinematografi (6)

7

Pembelajaran sinematografi cenderung bersifat klasikal dan kurang

memperhatikan tingkat kemampuan dari masing-masing peserta didik (7) Daya

ingat penguasaan materi peserta didik dengan metode klasikal masih rendah (8)

Resiko kerusakan peralatan dan pemborosan bahan produksi film dalam

pembelajaran praktek produksi relatif tinggi (9) Minimnya bobot SKS

sinematografi dalam kurikulum perkuliahan membuat muatan materi

sinematografi yang disampaikan secara klasikal tidak optimal (10) Jarak

sequence kurikulum antara muatan teori dengan muatan praktis untuk mata kuliah

sinematografi yang dilaksanakan secara klasikal membuat mahasiswa mudah lupa

dengan materi tentang teori dan konsep sinematografi

Untuk lebih memfokuskan pembahasannya penelitian ini dibatasi hanya

pada pengembangan multimedia interaktif untuk pembelajaran sinematografi dan

efektivits penggunaannya

Berdasarkan identifiksi masalah di atas rumusan masalah yang perlu

dikemukakan dalam penelitian pengembangan ini adalah (1) Bagaimana

mengembangkan multimedia interaktif yang berisi materi pembelajaran

sinematografi (2) Apakah multimedia interaktif yang dikembangkan tersebut

layak dan efektif untuk pembelajaran sinematografi

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian pengembangan Prosedur

pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari tiga model

pengembangan yaitu model pengembangan desain pembelajaran menurut Dick Carrey

(1986) model pengembangan desain produk multimedia menurut Rob Philips (1997)

8

WLee amp Owens (2004) serta model pengembangan desain Research amp Development

(Borg and Gall 1983) Prosedur ini digambarkan sebagai berikut

Gambar 1 Prosedur Pengembangan dari modifikasi Dick amp Carrey (1986)

Rob Philips (1997) WLee (2004) dan Borg amp Gall (1983)

Subjek uji coba dari penelitian ini berjumlah 35 orang terdiri dari 2 orang

ahli materi dan 2 orang ahli media 3 orang mahasiswa untuk uji coba perorangan

atau uji coba satu-satu 8 orang mahasiswa untuk uji coba kelompok kecil dan 20

orang mahasiswa untuk uji coba lapangan Jenis instrumen yang digunakan

(a)

Studi Lapangan

(b)

Studi Pustaka

(c)

Hasil Penelitian

Yang Relevan

(e)

Standar

Kompetensi

(f)

Kompetens

i Dasar

(g)

Strategi

Pembelajaran

(h)

Materi

Pembelajara

n

(i)

Bentuk

Penilaian

(k) Desain lay out

(o) Validasi Ahli

materi amp Media

(l) Desain

Navigasi

(m) Desain Grafis

(n) Pengumpulan

bahan

(j)

pemrograman

(p) Uji coba satu-satu

(q) Uji coba

kelompok kecil

(r) Uji coba

kelompok besar

Produk Akhir Multimedia Interaktif

(s)

Diseminasi Kelaikan dan Efektivitas Multimedia Interaktif Pembelajaran Sinematografi

(d)

Karakteristik

Sasaran

5 Implementasi amp Evaluasi Sumatif

4 Evaluasi Formatif Produk Awal

3 Pengembangan Desain Produk Multimedia

2 Pengembangan Desain Pembelajaran

1 Analisis Kebutuhan Pengembangan

9

dalam penelitian ini adalah angket halaman tes lembar observasi lembar catatan

proses pengembangan dan penggunaan serta kamera photo digital

Pada evaluasi formatif data dijaring menggunakan skala likert dengan skala

penilaian 1 - 5 atau dari kriteria sangat kurang kurang cukup baik dan sangat

baik Data kemudian dianalisis secara statistik deskriptif persentase Produk

multimedia interaktif yang dikembangkan ini dapat dikatakan sudah layak

sebagai media pembelajaran untuk mata kuliah sinematografi apabila hasil

penilaian uji coba lapangan minimal termasuk dalam kriteria baik (Sukardjo

200852-53) Pada evaluasi sumatif data hasil skor pre test dari pembelajaran

yang menggunakan multimedia interaktif dibandingkan dengan data hasil skor

post test oleh sekelompok responden (pengguna) yang sama pada waktu (amatan)

yang berbeda Analisis perhitungannya menggunakan statistik deskriptif

persentase dari nilai rerata kenaikan antara post test dan pre test pengguna produk

akhir multimedia ini

Hasil Pengembangan

Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai pada dasarnya

kegiatan penelitian ini bermaksud menjaring dua buah data Data pertama

berkenaan dengan penilaian responden tentang kelaikan produk atau sering

disebut dengan data uji coba sedangkan data yang kedua berkenaan dengan

efektivitas penggunaan produk multimedia interaktif untuk pembelajaran

sinematografi atau disebut dengan data uji efektivitas

10

Data yang berkenaan dengan penilaian responden tentang kelaikan produk

dijaring melalui instrumen angket dan catatan maupun saran perbaikan dari

responden Sedangkan data yang berkenaan dengan efektivitas produk dijaring

dengan instrumen tes dan instrumen pedoman wawancara

1 Data yang Berkenaan dengan Kelaikan Produk

a Data Validasi Ahli Materi

Data yang diperoleh dari penilaian oleh 2 orang ahli materi ditinjau

dari aspek pembelajaran menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada

aspek ini adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 64 dan rerata

skor 427 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria sangat baik Untuk aspek isinya jumlah skor diperoleh 635 dan

rerata skor 423 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria sangat baik

b Data Validasi Ahli Media

Data yang diperoleh dari penilaian oleh 2 orang ahli media untuk

aspek tampilan menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada aspek ini

adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 70 dan rerata skor

467 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor dari ahli media untuk

aspek tampilan produk multimedia ini termasuk dalam kriteria sangat

baik Untuk aspek pemrogramannya jumlah skor diperoleh 68 dan rerata

skor 453 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria sangat baik

c Data Uji Coba Satu-satu

11

data yang diperoleh menunjukkan bahwa item-item yang dinilai

pada aspek pembelajaran adalah cukup baik dan sangat baik Jumlah skor

diperoleh 5867 dan rerata skor 391 Setelah dikonversikan dalam skala 5

skor ini masuk dalam kriteria baik Untuk aspek isi jumlah skor diperoleh

5867 dan rerata skor 391 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini

masuk dalam kriteria baik Jumlah skor aspek tampilan diperoleh 583 dan

rerata skor 389 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini termasuk

dalam kriteria baik Jumlah skor untuk aspek program diperoleh 6133 dan

rerata skor 409 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria sangat baik

d Data Uji Coba Kelompok Kecil

Data hasil penilaian produk pada uji kelompok kecil untuk aspek

pembelajaran menunjukan bahwa jumlah skor diperoleh 5713 dan rerata

skor 381 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria baik Jumlah skor pada aspek isi diperoleh 5588 dan rerata skor

373 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria

baik Jumlah skor aspek tampilan diperoleh 575 dan rerata skor 383

Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik

Jumlah skor aspek program diperoleh 5638 dan rerata skor 376 Setelah

dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik Secara

keseluruhan aspek yang dinilai dari hasil uji coba kelompok kecil masuk

dalam kriteria baik

12

e Data Uji Coba Lapangan

Uji coba lapangan dilakukan oleh 20 orang mahasiswa S1 reguler

semester 3 Jurusan KTP FIP di laboratorium komputer FIP UNY Dalam

uji coba lapangan ini mahasiswa juga diminta mengisi lembar evaluasi

yang mencakup beberapa aspek penilaian yaitu aspek pembelajaran aspek

isi aspek tampilan dan aspek pemprograman

Unstuk aspek pembelajaran pada uji coba lapangan hasil data yang

diperoleh menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada aspek

pembelajaran adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 5885

dan rerata skor 392 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria baik Jumlah skor sspek isi diperoleh 54753 dan rerata

skor 365 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria baik Jumlah skor untuk aspek tampilan diperoleh 5605 dan

rerata skor 374 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria baik Jumlah skor diperoleh 5595 dan rerata skor 373

Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa kualitas produk

multimedia interaktif pembelajaran sinematografi yang dikembangkan

ditinjau dari aspek pembelajaran aspek isi aspek tampilan dan aspek

pemrograman adalah baik Berikut ini disajikan hasil persentase kualitas

13

pengembangan multimedia interaktif untuk materi pembelajaran

sinematografi

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Uji Coba Lapangan

Empat Aspek dalam Pengembangan Multimedia Interaktif

Pembelajaran Sinematografi

Aspek Penilaian Rerata Skor

Pembelajaran 392 2606

Isi 365 2427

Tampilan 374 2487

Pemrograman 373 2480

Rerata Skor keseluruhan 376

Kriteria Baik

2 Data yang Berkenaan dengan Efektivitas Produk

a Analisis Data Skor Pre-test dan Post-test

Efektivitas produk dilihat dari pencapaian kenaikan skor rerata post-

test terhadap skor rerata pre-test penggunaan multimedia interaktif untuk

pembelajaran sinematografi oleh mahasiswa adalah sebesar 1454

Diagram batang hasil perolehan skor pre-test dan post-test dapat dilihat

pada (Gambar 2 dan 3) di bawah ini

14

0

05

1

15

2

25

3

35

4

43 53 60 66 72 76 86

frekfuensi

Gambar 2 Diagram Batang Hasil Pre Test

0

05

1

15

2

25

3

35

4

56 63 73 80 86

frekfuensi

Gambar 3 Diagram Batang Hasil Post Test

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa rerata skor pre-test

mahasiswa sebelum menggunakan produk akhir multimedia ini adalah

sebesar 657 Sesudah mahasiswa menggunakan produk akhir multimedia

ini diperoleh skor sebesar 7525 Kenaikan skor dari pre test ke post test

adalah 955 atau sebesar 1454 Hal ini membuktikan bahwa telah

terjadi peningkatan pemahaman mahasiswa atas materi yang terdapat pada

produk akhir multimedia ini Analisis ini juga membuktikan bahwa

produk akhir multimedia interaktif yang telah dikembangkan tersebut

efektif untuk pembelajaran sinematografi

Skor Pre Test

Skor Post Test

15

b Analisis Data Observasi dan Wawancara

Selain kenaikan skor rerata post-test terhadap skor rerata pre-test

yang mengungkap data tingkat penguasaan materi pengguna Hasil

penjaringan data melalui instrumen check list observasi dan dilengkapi

dengan hasil wawancara untuk mengungkap motivasi mahasiswa

pengguna selama proses pembelajaran mengggunakan multimedia

interaktif ini

1) Komponen resistensi penguasan materi mahasiswa yang diperoleh

selama menggunakan produk akhir ditunjukan dengan dua indikator

yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menyerap dan memahami

materi produk ini dengan cepat sebanyak 16 orang atau 80 Hal ini

juga bisa diamati dari hasil skor pre test dan post test yang

menunjukan bahwa ada 4 orang mahasiswa yang tidak mengalami

peningkatan skor (kenaikannya sebesar 0) (b) jumlah mahasiswa

yang memiliki daya ingat tinggi atas materi yang telah dipelajarinya

dalam jangka waktu lama sebanyak 11 orang atau 55

2) Komponen perubahan sikap mahasiswa terhadap produk multimedia

selama menggunakan produk akhir ditunjukan dengan tiga indikator

yaitu (a) jumlah mahasiswa yang tertarik atas penggunaan produk

akhir ini sebanyak 17 orang atau 85 Hal ini ditunjukan dengan

antusias mahasiswa dalam menggunakan media ini secara serius (b)

jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan kemandiriannya selama

proses pembelajaran dengan menggunakan produk akhir multimedia

16

ini sebanyak 19 orang atau 95 Hal ini ditunjukan dengan kelancaran

penggunaan produk multimedia ini tanpa masalah berarti Mahasiswa

mampu memahami petunjuk penggunaan multimedia ini tanpa harus

menanyakannya pada dosen (c) jumlah mahasiswa yang merasa puas

atas penggunaan produk akhir ini sebanyak 20 orang atau 100 Hal

ini ditunjukkan dengan keinginan seluruh mahasiswa responden yang

menginginkan produk akhir ini dari pengembang sebagai bahan

pembelajaran alternatifnya masing-masing

3) Komponen kinerja mahasiswa dalam menerapkan materi yang

diperoleh dari produk akhir multimedia ini ditunjukan dengan dua

indikator yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menunjukan

kecepatan dalam memprektekan materi sinematografi ini sebanyak 18

orang atau 90 (b) jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan

ketepatan dalam mempraktekan materi sinematografi ini sebanyak 16

orang atau 80

Kesimpulan dan Saran

Hasil penelitian pengembangan ini dapat disimpulkan (1) Semua prosedur

pengembangan dalam penelitian ini telah selesai dilakukan hingga menghasilkan

produk multimedia interaktif dalam bentuk kepingan CD program pembelajaran

sinematografi yang telah memenuhi kriteria kelaikan (2) Kelaikan aspek

pembelajaran produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik

dengan skor 392 (3) Kelaikan aspek isi produk multimedia interaktif ini

17

termasuk dalam kriteria baik dengan skor 365 (4) Kelaikan aspek tampilan

produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik dengan skor 374

(5) Kelaikan aspek pemrograman produk multimedia interaktif ini termasuk

dalam kriteria baik dengan skor 373 (6) Produk multimedia interaktif ini efektif

digunakan untuk pembelajaran sinematografi Hal ini dibuktikan dengan

kenaikan rerata skor post test atas skor pre test dari pengguna sebesar 955 atau

sebesar 1454 dalam satu kali pertemuan Selain itu data hasil observasi dan

wawancara menunjukan bahwa produk multimedia interaktif ini mampu

memotivasi mahasiswa (pengguna) pada saat proses pembelajarannya

Meskipun produk multimedia ini secara kelaikan dapat dinyatakan

berkriteria baik dan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran sinematografi

produk multimedia interaktif ini juga memiliki kelemahan Kelemahan tersebut

antara lain materi dalam program ini belum menggunakan metode simulasi untuk

menerangkan hal-hal yang bersifat praktis latihan soal dan tes akhir produk ini

kurang bervariasi karena hanya berbentuk tes objektif pilihan ganda Efektivitas

produk penelitian ini juga belum sempat diteliti secara lebih jauh dengan

menggunakan kelompok sasaran dan kelompok pembanding maupun untuk

kelompok sasaran yang lebih luas lagi

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan tersebut maka disarankan (1)

Perlu diupayakan pengembangan multimedia interaktif pembelajaran

sinematografi dengan mengoptimalkan metode penyajian secara simulatif (2)

Perlu dikembangkan lagi produk multimedia interaktif ini dengan bentuk soal

latihan maupun tes yang lebih bervariasi (3) Perlu diupayakan kegiatan penelitian

18

lebih lanjut untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan produk multimedia

interaktif ini baik dengan metode penelitian tindakan kelas maupun penelitian

eksperimen (4) Produk multimedia interaktif ini perlu diimplementasikan pada

kelompok mahasiswa S1 semester 2 KTP FIP UNY sebagai sasaran utama pada

saat berlangsungnya perkuliahan sinematografi di semester genap (5) Perlunya

sosialisasi serta penggunaan produk penelitian ini dengan kelompok sasaran yang

lebih luas lagi terutama untuk kelompok atau komunitas pembuat film

independent yang sudah marak di masyarakat

19

DAFTAR PUSTAKA

AECT (1977) The definition of educational technology Washington DC

Association for Educational Communication and Technology

Atwi Suparman (2001) Desain Instruksional Jakarta Tim PAU PPAI

Universitas Terbuka

Borg Walter R amp Gall M D (1983) Educational research An introduction

(4th

ed) New York amp London Logman

Criswell E L (1989) The design of computer-based instruction New York

Macmillan Publishing Compani

CAsri Budiningsih (2003) Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Dick W amp Carey L (1990) The systematic design of instruction (3rd

ed)

Glecview Illinois Scott Foresman and Company

Elizabeth B Hurlock 1980 Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan Erlangga Jakarta

Hannafin Michael J 1988 The Design Development and Evaluation of

Instructional Software New York Macmillan Publishing Company

Heinich R (et al) (1996) Instructional media and technologies for learning

(5td

ed) Englewood cliffs NJ A Simon amp Schuster Company

IRFA Media (2007) Halaman Muka httpIRFA MEDIAcom

Jenks Michael S amp Spinger John M A view of the research of efficacy of CAI

Electronic Journal for the Integration of Technology in Education Vol 1

No 2 Diambil pada tanggal 21 Maret 2008 dari

httpejiteisueduvolume1No2Jenkspdf

Keller J M (1983) Motivation Design of Instruction in Instructional-Design

Theories and Models An Overview of Their Current Status Hillsdale

Lawrence Erlbaum Associates Publishers

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY (2006) Kurikulum

Mata Kuliah Sinematografi KTP FIP UNY

20

Lee William W 2004 Multimedia Based Instructional Design Secend

Edition San Francisco Preiffer

Murti Kusuma Wirasti 2003 Pengantar Sinematografi Buku Pegangan

Kuliah Yogyakarta Fakultas Ilmu Pendidikan UNY

Philips Rob 1997 The Developers Handbook to Interactive Multimedia

(Practcal Guide for Educational Aplication) London Kogan Page

Seel B B amp Rickey R C (1994) Instructionl technology the definition and

domain of the field Washington DC Association for Education

Communication and Technology

Sugiyono (2006) Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif

Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta

Sukardjo 2008 Hand Out materi evaluasi pembelajaran Yogyakarta Jurusan

Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana Universitas Negeri

Yogyakarta

Sunaryo Soenarto (2007) Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis TI

Makalah Lokakarya Desain Pembelajaran Universitas Muhamadiyah

Purworejo 19 Novermber 2007 Yogyakarta Program Pasca Sarjana

UNY

Suyanto M (2003) Multimedia untuk meningkatkan keunggulan bersaing

Yogyakarta Penerbit Andi

Walker D F amp Hess RD (1984) Instructional software Principles and

perspectives for design and use San Francisco Wadwort Publishing

Company

Wikipidea(2007) Film Diambil pada tanggal 29 Desember 2007 dari

http20985175104searchq=cachenat_jF_8kJidwikipideaorgwikifil

m=idampct=clnkampcd=2ampgl=id

Woolf Beverly amp Hall Wendy Interactive multimedia systems for teaching and

learning Diambil tanggal 7 Januari 2008 dari

httpekeesumasseduekepublicationsmultimedia_pedagoguespdf

Woolfolk A E (1984) Educational psychology for teachers (2rd

ed)

Englewood cliffs N J Prentice Hall Inc

21

BIODATA

Nama Estu Miyarso MPd

NIM 06707251002

Tempat dan Tanggal Lahir Tegal 3 Februari 1977

Agama Islam

Program Studi Teknologi Pembelajaran

Angkatan 2006

Alamat Ds Palgading RT 0318 Sinduharjo Ngaglik

Sleman ndash Yogyakarta

Pekerjaan Dosen Jurusan KTP FIP UNY

Kampus Karangmalang UNY

No HP 0811267949 - 02743286323

Motto Hal yang tidak akan berubah dalam hidup selain

perubahan itu sendiri adalah pilihan dan prinsip

Page 5: ESTU MIYARSO Developing of Interactive Multimedia for the ...staffnew.uny.ac.id/upload/132313279/penelitian/multimedia+interakt...penemuan dan kemajuan dari perpaduan teknologi optik

4

(Prodi TP) saja tetapi semua lapisan masyarakat Hal ini lebih disebabkan karena

era saat ini adalah era teknologi informasi dalam wujud audiovisual

Namun demikian masyarakat (termasuk mahasiswa) sebagai penonton atau

penerima informasi belum sepenuhnya sadar untuk menempatkan posisi film dan

dirinya secara tepat Dari sudut pandang psikososial mereka lebih banyak

diposisikan atau memposisikan dirinya sebagai objek dari film yang ditonton

bukan sebagai subjek kritis terhadap pesan maupun kesan dalam sebuah tayangan

sinematografis yang tentunya sarat dengan berbagai kepentingan si pembuatnya

Sementara untuk bisa membuat film sendiri bukan perkara yang mudah apalagi

sampai ditonton oleh banyak orang melalui saluran televisi atau bioskop

Di sisi yang lain ada sebagian masyarakat yang sudah mulai tertarik dan

berkeinginan untuk mencoba membuat film sendiri Hal ini didukung oleh harga

peralatan dan bahan produksi film dalam wujud video yang relatif lebih murah

pada saat ini Banyaknya club-club sinema independen di kalangan pelajar

mahasiswa maupun masyarakat umum merupakan fenomena nyata yang sudah

terjadi hampir di semua kota di Indonesia terutama kota-kota besar seperti Jakarta

Bandung Surabaya termasuk Yogyakarta Namun karena faktor kelangkaan

sumber referensi mereka masih merasa kesulitan untuk mendapatkan materi

sinematografi sebagai panduan praktis dalam pembuatan filmnya Ketersediaan

buku-buku literatur dan informasi tentang materi sinematografi di internet juga

belum mampu menjawab secara optimal permasalahan ini

Untuk membantu film maker terutama bagi mereka yang masih pemula

ketersediaan sumber referensi alternatif dalam bentuk software pembelajaran

5

sinematografi dirasa sudah sangat mendesak diperlukan Keunggulan software ini

dapat dikemas dalam bentuk kepingan cd (compact disk) yang memiliki kapasitas

penyimpanan informasi relatif besar Bentuk-bentuk informasinya pun bisa

beraneka ragam Suatu tahap atau teknik sinematografi tertentu dapat dijelaskan

secara lengkap dalam bentuk teks yang dilengkapi dengan ilustrasi gambar suara

animasi maupun contoh nyata dalam bentuk klip atau cuplikan filmnya

Kelangkaan sumber ini juga menjadi penyebab masih banyak digunakannya

metode teacher centered dibandingkan student centered dalam proses

pembelajaran sinematografi Pembelajaran cenderung bersifat klasikal dan

kurang memperhatikan tingkat kemampuan dari masing-masing peserta didik

Daya ingat penguasaan materi rendah Sementara resiko kerusakan peralatan dan

pemborosan bahan produksi film dalam pembelajaran praktek produksinya relatif

tinggi bila tidak berdasarkan petunjuk dari sumber belajar yang lebih praktis

Dari segi kurikulum bobot yang disediakan untuk mata kuliah sinematografi

masih sangat kurang hanya 2 SKS pada semester kedua Muatan yang

disampaikan pun hanya bersifat teoritis Hal ini berdampak pada sempitnya

waktu perkuliahan yang tersedia padahal isi materi yang harus disampaikan sangat

padat sehingga materi pembelajaran kurang optimal diberikan Sementara itu

muatan praktek sinematografi disertakan (include) dalam Mata Kuliah

Pengembangan Media Video yang ditempatkan pada semester ke empat dengan

bobot 3 SKS Dampaknya banyak mahasiswa yang sudah lupa dengan teori

tentang konsep maupun prinsip-prinsip sinematografi yang telah diikuti

sebelumnya saat menempuh kuliah praktek produksi media video

6

Masalah terakhir di lapangan tersebut mungkin saja dapat diatasi dengan

merombak struktur maupun muatan kurikulum yang sudah ada Namun demikian

sangat tidak bijaksana bila ketika solusi ini dijalankan justru menimbulkan

persoalan baru atau masalah lain yang lebih rumit dalam sistem penyelenggaraan

perkuliahan di Program Studi TP Untuk itu diperlukan solusi lain yang lebih baik

dan memiliki nilai kebermanfaatan yang lebih luas bagi masyarakat

Pengembangan multimedia interaktif berbasis komputer yang berisi materi

sinematografi merupakan solusi alternatif dari berbagai permasalahan yang telah

dikemukakan di atas Beberapa manfaat yang diharapkan dari pengembangan

multimedia interaktif ini antara lain nilai kepraktisan efesiensi kelaikan dan

keluasan sasaran Proses maupun hasil belajar sinematografi juga akan terjadi

secara lebih optimal Asumsi inilah yang mendorong perlunya dilakukan

penelitian pengembangan multimedia interaktif untuk materi pembelajaran

sinematografi

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasi permasalahan

sebagai berikut (1) Arti pentingnya sinematografi belum banyak dipahami oleh

masyarakat terutama mahasiswa (2) Pada era teknologi informasi yang bersifat

auidovisual ini masyarakat terutama mahasiswa lebih banyak sekedar menjadi

objek dari pada menjadi subjek media film yang kritis (3) Masyarakat masih

kesulitan untuk bisa membuat film sendiri (4) Minimnya referensi alternatif berisi

materi sinematografi yang lebih praktis dan efesien selain buku literatur untuk

membuat film (5) Masih sering digunakannya metode teacher centered

dibandingkan student centered dalam pembelajaran sinematografi (6)

7

Pembelajaran sinematografi cenderung bersifat klasikal dan kurang

memperhatikan tingkat kemampuan dari masing-masing peserta didik (7) Daya

ingat penguasaan materi peserta didik dengan metode klasikal masih rendah (8)

Resiko kerusakan peralatan dan pemborosan bahan produksi film dalam

pembelajaran praktek produksi relatif tinggi (9) Minimnya bobot SKS

sinematografi dalam kurikulum perkuliahan membuat muatan materi

sinematografi yang disampaikan secara klasikal tidak optimal (10) Jarak

sequence kurikulum antara muatan teori dengan muatan praktis untuk mata kuliah

sinematografi yang dilaksanakan secara klasikal membuat mahasiswa mudah lupa

dengan materi tentang teori dan konsep sinematografi

Untuk lebih memfokuskan pembahasannya penelitian ini dibatasi hanya

pada pengembangan multimedia interaktif untuk pembelajaran sinematografi dan

efektivits penggunaannya

Berdasarkan identifiksi masalah di atas rumusan masalah yang perlu

dikemukakan dalam penelitian pengembangan ini adalah (1) Bagaimana

mengembangkan multimedia interaktif yang berisi materi pembelajaran

sinematografi (2) Apakah multimedia interaktif yang dikembangkan tersebut

layak dan efektif untuk pembelajaran sinematografi

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian pengembangan Prosedur

pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari tiga model

pengembangan yaitu model pengembangan desain pembelajaran menurut Dick Carrey

(1986) model pengembangan desain produk multimedia menurut Rob Philips (1997)

8

WLee amp Owens (2004) serta model pengembangan desain Research amp Development

(Borg and Gall 1983) Prosedur ini digambarkan sebagai berikut

Gambar 1 Prosedur Pengembangan dari modifikasi Dick amp Carrey (1986)

Rob Philips (1997) WLee (2004) dan Borg amp Gall (1983)

Subjek uji coba dari penelitian ini berjumlah 35 orang terdiri dari 2 orang

ahli materi dan 2 orang ahli media 3 orang mahasiswa untuk uji coba perorangan

atau uji coba satu-satu 8 orang mahasiswa untuk uji coba kelompok kecil dan 20

orang mahasiswa untuk uji coba lapangan Jenis instrumen yang digunakan

(a)

Studi Lapangan

(b)

Studi Pustaka

(c)

Hasil Penelitian

Yang Relevan

(e)

Standar

Kompetensi

(f)

Kompetens

i Dasar

(g)

Strategi

Pembelajaran

(h)

Materi

Pembelajara

n

(i)

Bentuk

Penilaian

(k) Desain lay out

(o) Validasi Ahli

materi amp Media

(l) Desain

Navigasi

(m) Desain Grafis

(n) Pengumpulan

bahan

(j)

pemrograman

(p) Uji coba satu-satu

(q) Uji coba

kelompok kecil

(r) Uji coba

kelompok besar

Produk Akhir Multimedia Interaktif

(s)

Diseminasi Kelaikan dan Efektivitas Multimedia Interaktif Pembelajaran Sinematografi

(d)

Karakteristik

Sasaran

5 Implementasi amp Evaluasi Sumatif

4 Evaluasi Formatif Produk Awal

3 Pengembangan Desain Produk Multimedia

2 Pengembangan Desain Pembelajaran

1 Analisis Kebutuhan Pengembangan

9

dalam penelitian ini adalah angket halaman tes lembar observasi lembar catatan

proses pengembangan dan penggunaan serta kamera photo digital

Pada evaluasi formatif data dijaring menggunakan skala likert dengan skala

penilaian 1 - 5 atau dari kriteria sangat kurang kurang cukup baik dan sangat

baik Data kemudian dianalisis secara statistik deskriptif persentase Produk

multimedia interaktif yang dikembangkan ini dapat dikatakan sudah layak

sebagai media pembelajaran untuk mata kuliah sinematografi apabila hasil

penilaian uji coba lapangan minimal termasuk dalam kriteria baik (Sukardjo

200852-53) Pada evaluasi sumatif data hasil skor pre test dari pembelajaran

yang menggunakan multimedia interaktif dibandingkan dengan data hasil skor

post test oleh sekelompok responden (pengguna) yang sama pada waktu (amatan)

yang berbeda Analisis perhitungannya menggunakan statistik deskriptif

persentase dari nilai rerata kenaikan antara post test dan pre test pengguna produk

akhir multimedia ini

Hasil Pengembangan

Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai pada dasarnya

kegiatan penelitian ini bermaksud menjaring dua buah data Data pertama

berkenaan dengan penilaian responden tentang kelaikan produk atau sering

disebut dengan data uji coba sedangkan data yang kedua berkenaan dengan

efektivitas penggunaan produk multimedia interaktif untuk pembelajaran

sinematografi atau disebut dengan data uji efektivitas

10

Data yang berkenaan dengan penilaian responden tentang kelaikan produk

dijaring melalui instrumen angket dan catatan maupun saran perbaikan dari

responden Sedangkan data yang berkenaan dengan efektivitas produk dijaring

dengan instrumen tes dan instrumen pedoman wawancara

1 Data yang Berkenaan dengan Kelaikan Produk

a Data Validasi Ahli Materi

Data yang diperoleh dari penilaian oleh 2 orang ahli materi ditinjau

dari aspek pembelajaran menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada

aspek ini adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 64 dan rerata

skor 427 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria sangat baik Untuk aspek isinya jumlah skor diperoleh 635 dan

rerata skor 423 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria sangat baik

b Data Validasi Ahli Media

Data yang diperoleh dari penilaian oleh 2 orang ahli media untuk

aspek tampilan menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada aspek ini

adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 70 dan rerata skor

467 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor dari ahli media untuk

aspek tampilan produk multimedia ini termasuk dalam kriteria sangat

baik Untuk aspek pemrogramannya jumlah skor diperoleh 68 dan rerata

skor 453 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria sangat baik

c Data Uji Coba Satu-satu

11

data yang diperoleh menunjukkan bahwa item-item yang dinilai

pada aspek pembelajaran adalah cukup baik dan sangat baik Jumlah skor

diperoleh 5867 dan rerata skor 391 Setelah dikonversikan dalam skala 5

skor ini masuk dalam kriteria baik Untuk aspek isi jumlah skor diperoleh

5867 dan rerata skor 391 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini

masuk dalam kriteria baik Jumlah skor aspek tampilan diperoleh 583 dan

rerata skor 389 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini termasuk

dalam kriteria baik Jumlah skor untuk aspek program diperoleh 6133 dan

rerata skor 409 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria sangat baik

d Data Uji Coba Kelompok Kecil

Data hasil penilaian produk pada uji kelompok kecil untuk aspek

pembelajaran menunjukan bahwa jumlah skor diperoleh 5713 dan rerata

skor 381 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria baik Jumlah skor pada aspek isi diperoleh 5588 dan rerata skor

373 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria

baik Jumlah skor aspek tampilan diperoleh 575 dan rerata skor 383

Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik

Jumlah skor aspek program diperoleh 5638 dan rerata skor 376 Setelah

dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik Secara

keseluruhan aspek yang dinilai dari hasil uji coba kelompok kecil masuk

dalam kriteria baik

12

e Data Uji Coba Lapangan

Uji coba lapangan dilakukan oleh 20 orang mahasiswa S1 reguler

semester 3 Jurusan KTP FIP di laboratorium komputer FIP UNY Dalam

uji coba lapangan ini mahasiswa juga diminta mengisi lembar evaluasi

yang mencakup beberapa aspek penilaian yaitu aspek pembelajaran aspek

isi aspek tampilan dan aspek pemprograman

Unstuk aspek pembelajaran pada uji coba lapangan hasil data yang

diperoleh menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada aspek

pembelajaran adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 5885

dan rerata skor 392 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria baik Jumlah skor sspek isi diperoleh 54753 dan rerata

skor 365 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria baik Jumlah skor untuk aspek tampilan diperoleh 5605 dan

rerata skor 374 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria baik Jumlah skor diperoleh 5595 dan rerata skor 373

Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa kualitas produk

multimedia interaktif pembelajaran sinematografi yang dikembangkan

ditinjau dari aspek pembelajaran aspek isi aspek tampilan dan aspek

pemrograman adalah baik Berikut ini disajikan hasil persentase kualitas

13

pengembangan multimedia interaktif untuk materi pembelajaran

sinematografi

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Uji Coba Lapangan

Empat Aspek dalam Pengembangan Multimedia Interaktif

Pembelajaran Sinematografi

Aspek Penilaian Rerata Skor

Pembelajaran 392 2606

Isi 365 2427

Tampilan 374 2487

Pemrograman 373 2480

Rerata Skor keseluruhan 376

Kriteria Baik

2 Data yang Berkenaan dengan Efektivitas Produk

a Analisis Data Skor Pre-test dan Post-test

Efektivitas produk dilihat dari pencapaian kenaikan skor rerata post-

test terhadap skor rerata pre-test penggunaan multimedia interaktif untuk

pembelajaran sinematografi oleh mahasiswa adalah sebesar 1454

Diagram batang hasil perolehan skor pre-test dan post-test dapat dilihat

pada (Gambar 2 dan 3) di bawah ini

14

0

05

1

15

2

25

3

35

4

43 53 60 66 72 76 86

frekfuensi

Gambar 2 Diagram Batang Hasil Pre Test

0

05

1

15

2

25

3

35

4

56 63 73 80 86

frekfuensi

Gambar 3 Diagram Batang Hasil Post Test

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa rerata skor pre-test

mahasiswa sebelum menggunakan produk akhir multimedia ini adalah

sebesar 657 Sesudah mahasiswa menggunakan produk akhir multimedia

ini diperoleh skor sebesar 7525 Kenaikan skor dari pre test ke post test

adalah 955 atau sebesar 1454 Hal ini membuktikan bahwa telah

terjadi peningkatan pemahaman mahasiswa atas materi yang terdapat pada

produk akhir multimedia ini Analisis ini juga membuktikan bahwa

produk akhir multimedia interaktif yang telah dikembangkan tersebut

efektif untuk pembelajaran sinematografi

Skor Pre Test

Skor Post Test

15

b Analisis Data Observasi dan Wawancara

Selain kenaikan skor rerata post-test terhadap skor rerata pre-test

yang mengungkap data tingkat penguasaan materi pengguna Hasil

penjaringan data melalui instrumen check list observasi dan dilengkapi

dengan hasil wawancara untuk mengungkap motivasi mahasiswa

pengguna selama proses pembelajaran mengggunakan multimedia

interaktif ini

1) Komponen resistensi penguasan materi mahasiswa yang diperoleh

selama menggunakan produk akhir ditunjukan dengan dua indikator

yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menyerap dan memahami

materi produk ini dengan cepat sebanyak 16 orang atau 80 Hal ini

juga bisa diamati dari hasil skor pre test dan post test yang

menunjukan bahwa ada 4 orang mahasiswa yang tidak mengalami

peningkatan skor (kenaikannya sebesar 0) (b) jumlah mahasiswa

yang memiliki daya ingat tinggi atas materi yang telah dipelajarinya

dalam jangka waktu lama sebanyak 11 orang atau 55

2) Komponen perubahan sikap mahasiswa terhadap produk multimedia

selama menggunakan produk akhir ditunjukan dengan tiga indikator

yaitu (a) jumlah mahasiswa yang tertarik atas penggunaan produk

akhir ini sebanyak 17 orang atau 85 Hal ini ditunjukan dengan

antusias mahasiswa dalam menggunakan media ini secara serius (b)

jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan kemandiriannya selama

proses pembelajaran dengan menggunakan produk akhir multimedia

16

ini sebanyak 19 orang atau 95 Hal ini ditunjukan dengan kelancaran

penggunaan produk multimedia ini tanpa masalah berarti Mahasiswa

mampu memahami petunjuk penggunaan multimedia ini tanpa harus

menanyakannya pada dosen (c) jumlah mahasiswa yang merasa puas

atas penggunaan produk akhir ini sebanyak 20 orang atau 100 Hal

ini ditunjukkan dengan keinginan seluruh mahasiswa responden yang

menginginkan produk akhir ini dari pengembang sebagai bahan

pembelajaran alternatifnya masing-masing

3) Komponen kinerja mahasiswa dalam menerapkan materi yang

diperoleh dari produk akhir multimedia ini ditunjukan dengan dua

indikator yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menunjukan

kecepatan dalam memprektekan materi sinematografi ini sebanyak 18

orang atau 90 (b) jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan

ketepatan dalam mempraktekan materi sinematografi ini sebanyak 16

orang atau 80

Kesimpulan dan Saran

Hasil penelitian pengembangan ini dapat disimpulkan (1) Semua prosedur

pengembangan dalam penelitian ini telah selesai dilakukan hingga menghasilkan

produk multimedia interaktif dalam bentuk kepingan CD program pembelajaran

sinematografi yang telah memenuhi kriteria kelaikan (2) Kelaikan aspek

pembelajaran produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik

dengan skor 392 (3) Kelaikan aspek isi produk multimedia interaktif ini

17

termasuk dalam kriteria baik dengan skor 365 (4) Kelaikan aspek tampilan

produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik dengan skor 374

(5) Kelaikan aspek pemrograman produk multimedia interaktif ini termasuk

dalam kriteria baik dengan skor 373 (6) Produk multimedia interaktif ini efektif

digunakan untuk pembelajaran sinematografi Hal ini dibuktikan dengan

kenaikan rerata skor post test atas skor pre test dari pengguna sebesar 955 atau

sebesar 1454 dalam satu kali pertemuan Selain itu data hasil observasi dan

wawancara menunjukan bahwa produk multimedia interaktif ini mampu

memotivasi mahasiswa (pengguna) pada saat proses pembelajarannya

Meskipun produk multimedia ini secara kelaikan dapat dinyatakan

berkriteria baik dan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran sinematografi

produk multimedia interaktif ini juga memiliki kelemahan Kelemahan tersebut

antara lain materi dalam program ini belum menggunakan metode simulasi untuk

menerangkan hal-hal yang bersifat praktis latihan soal dan tes akhir produk ini

kurang bervariasi karena hanya berbentuk tes objektif pilihan ganda Efektivitas

produk penelitian ini juga belum sempat diteliti secara lebih jauh dengan

menggunakan kelompok sasaran dan kelompok pembanding maupun untuk

kelompok sasaran yang lebih luas lagi

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan tersebut maka disarankan (1)

Perlu diupayakan pengembangan multimedia interaktif pembelajaran

sinematografi dengan mengoptimalkan metode penyajian secara simulatif (2)

Perlu dikembangkan lagi produk multimedia interaktif ini dengan bentuk soal

latihan maupun tes yang lebih bervariasi (3) Perlu diupayakan kegiatan penelitian

18

lebih lanjut untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan produk multimedia

interaktif ini baik dengan metode penelitian tindakan kelas maupun penelitian

eksperimen (4) Produk multimedia interaktif ini perlu diimplementasikan pada

kelompok mahasiswa S1 semester 2 KTP FIP UNY sebagai sasaran utama pada

saat berlangsungnya perkuliahan sinematografi di semester genap (5) Perlunya

sosialisasi serta penggunaan produk penelitian ini dengan kelompok sasaran yang

lebih luas lagi terutama untuk kelompok atau komunitas pembuat film

independent yang sudah marak di masyarakat

19

DAFTAR PUSTAKA

AECT (1977) The definition of educational technology Washington DC

Association for Educational Communication and Technology

Atwi Suparman (2001) Desain Instruksional Jakarta Tim PAU PPAI

Universitas Terbuka

Borg Walter R amp Gall M D (1983) Educational research An introduction

(4th

ed) New York amp London Logman

Criswell E L (1989) The design of computer-based instruction New York

Macmillan Publishing Compani

CAsri Budiningsih (2003) Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Dick W amp Carey L (1990) The systematic design of instruction (3rd

ed)

Glecview Illinois Scott Foresman and Company

Elizabeth B Hurlock 1980 Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan Erlangga Jakarta

Hannafin Michael J 1988 The Design Development and Evaluation of

Instructional Software New York Macmillan Publishing Company

Heinich R (et al) (1996) Instructional media and technologies for learning

(5td

ed) Englewood cliffs NJ A Simon amp Schuster Company

IRFA Media (2007) Halaman Muka httpIRFA MEDIAcom

Jenks Michael S amp Spinger John M A view of the research of efficacy of CAI

Electronic Journal for the Integration of Technology in Education Vol 1

No 2 Diambil pada tanggal 21 Maret 2008 dari

httpejiteisueduvolume1No2Jenkspdf

Keller J M (1983) Motivation Design of Instruction in Instructional-Design

Theories and Models An Overview of Their Current Status Hillsdale

Lawrence Erlbaum Associates Publishers

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY (2006) Kurikulum

Mata Kuliah Sinematografi KTP FIP UNY

20

Lee William W 2004 Multimedia Based Instructional Design Secend

Edition San Francisco Preiffer

Murti Kusuma Wirasti 2003 Pengantar Sinematografi Buku Pegangan

Kuliah Yogyakarta Fakultas Ilmu Pendidikan UNY

Philips Rob 1997 The Developers Handbook to Interactive Multimedia

(Practcal Guide for Educational Aplication) London Kogan Page

Seel B B amp Rickey R C (1994) Instructionl technology the definition and

domain of the field Washington DC Association for Education

Communication and Technology

Sugiyono (2006) Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif

Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta

Sukardjo 2008 Hand Out materi evaluasi pembelajaran Yogyakarta Jurusan

Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana Universitas Negeri

Yogyakarta

Sunaryo Soenarto (2007) Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis TI

Makalah Lokakarya Desain Pembelajaran Universitas Muhamadiyah

Purworejo 19 Novermber 2007 Yogyakarta Program Pasca Sarjana

UNY

Suyanto M (2003) Multimedia untuk meningkatkan keunggulan bersaing

Yogyakarta Penerbit Andi

Walker D F amp Hess RD (1984) Instructional software Principles and

perspectives for design and use San Francisco Wadwort Publishing

Company

Wikipidea(2007) Film Diambil pada tanggal 29 Desember 2007 dari

http20985175104searchq=cachenat_jF_8kJidwikipideaorgwikifil

m=idampct=clnkampcd=2ampgl=id

Woolf Beverly amp Hall Wendy Interactive multimedia systems for teaching and

learning Diambil tanggal 7 Januari 2008 dari

httpekeesumasseduekepublicationsmultimedia_pedagoguespdf

Woolfolk A E (1984) Educational psychology for teachers (2rd

ed)

Englewood cliffs N J Prentice Hall Inc

21

BIODATA

Nama Estu Miyarso MPd

NIM 06707251002

Tempat dan Tanggal Lahir Tegal 3 Februari 1977

Agama Islam

Program Studi Teknologi Pembelajaran

Angkatan 2006

Alamat Ds Palgading RT 0318 Sinduharjo Ngaglik

Sleman ndash Yogyakarta

Pekerjaan Dosen Jurusan KTP FIP UNY

Kampus Karangmalang UNY

No HP 0811267949 - 02743286323

Motto Hal yang tidak akan berubah dalam hidup selain

perubahan itu sendiri adalah pilihan dan prinsip

Page 6: ESTU MIYARSO Developing of Interactive Multimedia for the ...staffnew.uny.ac.id/upload/132313279/penelitian/multimedia+interakt...penemuan dan kemajuan dari perpaduan teknologi optik

5

sinematografi dirasa sudah sangat mendesak diperlukan Keunggulan software ini

dapat dikemas dalam bentuk kepingan cd (compact disk) yang memiliki kapasitas

penyimpanan informasi relatif besar Bentuk-bentuk informasinya pun bisa

beraneka ragam Suatu tahap atau teknik sinematografi tertentu dapat dijelaskan

secara lengkap dalam bentuk teks yang dilengkapi dengan ilustrasi gambar suara

animasi maupun contoh nyata dalam bentuk klip atau cuplikan filmnya

Kelangkaan sumber ini juga menjadi penyebab masih banyak digunakannya

metode teacher centered dibandingkan student centered dalam proses

pembelajaran sinematografi Pembelajaran cenderung bersifat klasikal dan

kurang memperhatikan tingkat kemampuan dari masing-masing peserta didik

Daya ingat penguasaan materi rendah Sementara resiko kerusakan peralatan dan

pemborosan bahan produksi film dalam pembelajaran praktek produksinya relatif

tinggi bila tidak berdasarkan petunjuk dari sumber belajar yang lebih praktis

Dari segi kurikulum bobot yang disediakan untuk mata kuliah sinematografi

masih sangat kurang hanya 2 SKS pada semester kedua Muatan yang

disampaikan pun hanya bersifat teoritis Hal ini berdampak pada sempitnya

waktu perkuliahan yang tersedia padahal isi materi yang harus disampaikan sangat

padat sehingga materi pembelajaran kurang optimal diberikan Sementara itu

muatan praktek sinematografi disertakan (include) dalam Mata Kuliah

Pengembangan Media Video yang ditempatkan pada semester ke empat dengan

bobot 3 SKS Dampaknya banyak mahasiswa yang sudah lupa dengan teori

tentang konsep maupun prinsip-prinsip sinematografi yang telah diikuti

sebelumnya saat menempuh kuliah praktek produksi media video

6

Masalah terakhir di lapangan tersebut mungkin saja dapat diatasi dengan

merombak struktur maupun muatan kurikulum yang sudah ada Namun demikian

sangat tidak bijaksana bila ketika solusi ini dijalankan justru menimbulkan

persoalan baru atau masalah lain yang lebih rumit dalam sistem penyelenggaraan

perkuliahan di Program Studi TP Untuk itu diperlukan solusi lain yang lebih baik

dan memiliki nilai kebermanfaatan yang lebih luas bagi masyarakat

Pengembangan multimedia interaktif berbasis komputer yang berisi materi

sinematografi merupakan solusi alternatif dari berbagai permasalahan yang telah

dikemukakan di atas Beberapa manfaat yang diharapkan dari pengembangan

multimedia interaktif ini antara lain nilai kepraktisan efesiensi kelaikan dan

keluasan sasaran Proses maupun hasil belajar sinematografi juga akan terjadi

secara lebih optimal Asumsi inilah yang mendorong perlunya dilakukan

penelitian pengembangan multimedia interaktif untuk materi pembelajaran

sinematografi

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasi permasalahan

sebagai berikut (1) Arti pentingnya sinematografi belum banyak dipahami oleh

masyarakat terutama mahasiswa (2) Pada era teknologi informasi yang bersifat

auidovisual ini masyarakat terutama mahasiswa lebih banyak sekedar menjadi

objek dari pada menjadi subjek media film yang kritis (3) Masyarakat masih

kesulitan untuk bisa membuat film sendiri (4) Minimnya referensi alternatif berisi

materi sinematografi yang lebih praktis dan efesien selain buku literatur untuk

membuat film (5) Masih sering digunakannya metode teacher centered

dibandingkan student centered dalam pembelajaran sinematografi (6)

7

Pembelajaran sinematografi cenderung bersifat klasikal dan kurang

memperhatikan tingkat kemampuan dari masing-masing peserta didik (7) Daya

ingat penguasaan materi peserta didik dengan metode klasikal masih rendah (8)

Resiko kerusakan peralatan dan pemborosan bahan produksi film dalam

pembelajaran praktek produksi relatif tinggi (9) Minimnya bobot SKS

sinematografi dalam kurikulum perkuliahan membuat muatan materi

sinematografi yang disampaikan secara klasikal tidak optimal (10) Jarak

sequence kurikulum antara muatan teori dengan muatan praktis untuk mata kuliah

sinematografi yang dilaksanakan secara klasikal membuat mahasiswa mudah lupa

dengan materi tentang teori dan konsep sinematografi

Untuk lebih memfokuskan pembahasannya penelitian ini dibatasi hanya

pada pengembangan multimedia interaktif untuk pembelajaran sinematografi dan

efektivits penggunaannya

Berdasarkan identifiksi masalah di atas rumusan masalah yang perlu

dikemukakan dalam penelitian pengembangan ini adalah (1) Bagaimana

mengembangkan multimedia interaktif yang berisi materi pembelajaran

sinematografi (2) Apakah multimedia interaktif yang dikembangkan tersebut

layak dan efektif untuk pembelajaran sinematografi

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian pengembangan Prosedur

pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari tiga model

pengembangan yaitu model pengembangan desain pembelajaran menurut Dick Carrey

(1986) model pengembangan desain produk multimedia menurut Rob Philips (1997)

8

WLee amp Owens (2004) serta model pengembangan desain Research amp Development

(Borg and Gall 1983) Prosedur ini digambarkan sebagai berikut

Gambar 1 Prosedur Pengembangan dari modifikasi Dick amp Carrey (1986)

Rob Philips (1997) WLee (2004) dan Borg amp Gall (1983)

Subjek uji coba dari penelitian ini berjumlah 35 orang terdiri dari 2 orang

ahli materi dan 2 orang ahli media 3 orang mahasiswa untuk uji coba perorangan

atau uji coba satu-satu 8 orang mahasiswa untuk uji coba kelompok kecil dan 20

orang mahasiswa untuk uji coba lapangan Jenis instrumen yang digunakan

(a)

Studi Lapangan

(b)

Studi Pustaka

(c)

Hasil Penelitian

Yang Relevan

(e)

Standar

Kompetensi

(f)

Kompetens

i Dasar

(g)

Strategi

Pembelajaran

(h)

Materi

Pembelajara

n

(i)

Bentuk

Penilaian

(k) Desain lay out

(o) Validasi Ahli

materi amp Media

(l) Desain

Navigasi

(m) Desain Grafis

(n) Pengumpulan

bahan

(j)

pemrograman

(p) Uji coba satu-satu

(q) Uji coba

kelompok kecil

(r) Uji coba

kelompok besar

Produk Akhir Multimedia Interaktif

(s)

Diseminasi Kelaikan dan Efektivitas Multimedia Interaktif Pembelajaran Sinematografi

(d)

Karakteristik

Sasaran

5 Implementasi amp Evaluasi Sumatif

4 Evaluasi Formatif Produk Awal

3 Pengembangan Desain Produk Multimedia

2 Pengembangan Desain Pembelajaran

1 Analisis Kebutuhan Pengembangan

9

dalam penelitian ini adalah angket halaman tes lembar observasi lembar catatan

proses pengembangan dan penggunaan serta kamera photo digital

Pada evaluasi formatif data dijaring menggunakan skala likert dengan skala

penilaian 1 - 5 atau dari kriteria sangat kurang kurang cukup baik dan sangat

baik Data kemudian dianalisis secara statistik deskriptif persentase Produk

multimedia interaktif yang dikembangkan ini dapat dikatakan sudah layak

sebagai media pembelajaran untuk mata kuliah sinematografi apabila hasil

penilaian uji coba lapangan minimal termasuk dalam kriteria baik (Sukardjo

200852-53) Pada evaluasi sumatif data hasil skor pre test dari pembelajaran

yang menggunakan multimedia interaktif dibandingkan dengan data hasil skor

post test oleh sekelompok responden (pengguna) yang sama pada waktu (amatan)

yang berbeda Analisis perhitungannya menggunakan statistik deskriptif

persentase dari nilai rerata kenaikan antara post test dan pre test pengguna produk

akhir multimedia ini

Hasil Pengembangan

Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai pada dasarnya

kegiatan penelitian ini bermaksud menjaring dua buah data Data pertama

berkenaan dengan penilaian responden tentang kelaikan produk atau sering

disebut dengan data uji coba sedangkan data yang kedua berkenaan dengan

efektivitas penggunaan produk multimedia interaktif untuk pembelajaran

sinematografi atau disebut dengan data uji efektivitas

10

Data yang berkenaan dengan penilaian responden tentang kelaikan produk

dijaring melalui instrumen angket dan catatan maupun saran perbaikan dari

responden Sedangkan data yang berkenaan dengan efektivitas produk dijaring

dengan instrumen tes dan instrumen pedoman wawancara

1 Data yang Berkenaan dengan Kelaikan Produk

a Data Validasi Ahli Materi

Data yang diperoleh dari penilaian oleh 2 orang ahli materi ditinjau

dari aspek pembelajaran menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada

aspek ini adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 64 dan rerata

skor 427 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria sangat baik Untuk aspek isinya jumlah skor diperoleh 635 dan

rerata skor 423 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria sangat baik

b Data Validasi Ahli Media

Data yang diperoleh dari penilaian oleh 2 orang ahli media untuk

aspek tampilan menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada aspek ini

adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 70 dan rerata skor

467 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor dari ahli media untuk

aspek tampilan produk multimedia ini termasuk dalam kriteria sangat

baik Untuk aspek pemrogramannya jumlah skor diperoleh 68 dan rerata

skor 453 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria sangat baik

c Data Uji Coba Satu-satu

11

data yang diperoleh menunjukkan bahwa item-item yang dinilai

pada aspek pembelajaran adalah cukup baik dan sangat baik Jumlah skor

diperoleh 5867 dan rerata skor 391 Setelah dikonversikan dalam skala 5

skor ini masuk dalam kriteria baik Untuk aspek isi jumlah skor diperoleh

5867 dan rerata skor 391 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini

masuk dalam kriteria baik Jumlah skor aspek tampilan diperoleh 583 dan

rerata skor 389 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini termasuk

dalam kriteria baik Jumlah skor untuk aspek program diperoleh 6133 dan

rerata skor 409 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria sangat baik

d Data Uji Coba Kelompok Kecil

Data hasil penilaian produk pada uji kelompok kecil untuk aspek

pembelajaran menunjukan bahwa jumlah skor diperoleh 5713 dan rerata

skor 381 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria baik Jumlah skor pada aspek isi diperoleh 5588 dan rerata skor

373 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria

baik Jumlah skor aspek tampilan diperoleh 575 dan rerata skor 383

Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik

Jumlah skor aspek program diperoleh 5638 dan rerata skor 376 Setelah

dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik Secara

keseluruhan aspek yang dinilai dari hasil uji coba kelompok kecil masuk

dalam kriteria baik

12

e Data Uji Coba Lapangan

Uji coba lapangan dilakukan oleh 20 orang mahasiswa S1 reguler

semester 3 Jurusan KTP FIP di laboratorium komputer FIP UNY Dalam

uji coba lapangan ini mahasiswa juga diminta mengisi lembar evaluasi

yang mencakup beberapa aspek penilaian yaitu aspek pembelajaran aspek

isi aspek tampilan dan aspek pemprograman

Unstuk aspek pembelajaran pada uji coba lapangan hasil data yang

diperoleh menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada aspek

pembelajaran adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 5885

dan rerata skor 392 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria baik Jumlah skor sspek isi diperoleh 54753 dan rerata

skor 365 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria baik Jumlah skor untuk aspek tampilan diperoleh 5605 dan

rerata skor 374 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria baik Jumlah skor diperoleh 5595 dan rerata skor 373

Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa kualitas produk

multimedia interaktif pembelajaran sinematografi yang dikembangkan

ditinjau dari aspek pembelajaran aspek isi aspek tampilan dan aspek

pemrograman adalah baik Berikut ini disajikan hasil persentase kualitas

13

pengembangan multimedia interaktif untuk materi pembelajaran

sinematografi

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Uji Coba Lapangan

Empat Aspek dalam Pengembangan Multimedia Interaktif

Pembelajaran Sinematografi

Aspek Penilaian Rerata Skor

Pembelajaran 392 2606

Isi 365 2427

Tampilan 374 2487

Pemrograman 373 2480

Rerata Skor keseluruhan 376

Kriteria Baik

2 Data yang Berkenaan dengan Efektivitas Produk

a Analisis Data Skor Pre-test dan Post-test

Efektivitas produk dilihat dari pencapaian kenaikan skor rerata post-

test terhadap skor rerata pre-test penggunaan multimedia interaktif untuk

pembelajaran sinematografi oleh mahasiswa adalah sebesar 1454

Diagram batang hasil perolehan skor pre-test dan post-test dapat dilihat

pada (Gambar 2 dan 3) di bawah ini

14

0

05

1

15

2

25

3

35

4

43 53 60 66 72 76 86

frekfuensi

Gambar 2 Diagram Batang Hasil Pre Test

0

05

1

15

2

25

3

35

4

56 63 73 80 86

frekfuensi

Gambar 3 Diagram Batang Hasil Post Test

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa rerata skor pre-test

mahasiswa sebelum menggunakan produk akhir multimedia ini adalah

sebesar 657 Sesudah mahasiswa menggunakan produk akhir multimedia

ini diperoleh skor sebesar 7525 Kenaikan skor dari pre test ke post test

adalah 955 atau sebesar 1454 Hal ini membuktikan bahwa telah

terjadi peningkatan pemahaman mahasiswa atas materi yang terdapat pada

produk akhir multimedia ini Analisis ini juga membuktikan bahwa

produk akhir multimedia interaktif yang telah dikembangkan tersebut

efektif untuk pembelajaran sinematografi

Skor Pre Test

Skor Post Test

15

b Analisis Data Observasi dan Wawancara

Selain kenaikan skor rerata post-test terhadap skor rerata pre-test

yang mengungkap data tingkat penguasaan materi pengguna Hasil

penjaringan data melalui instrumen check list observasi dan dilengkapi

dengan hasil wawancara untuk mengungkap motivasi mahasiswa

pengguna selama proses pembelajaran mengggunakan multimedia

interaktif ini

1) Komponen resistensi penguasan materi mahasiswa yang diperoleh

selama menggunakan produk akhir ditunjukan dengan dua indikator

yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menyerap dan memahami

materi produk ini dengan cepat sebanyak 16 orang atau 80 Hal ini

juga bisa diamati dari hasil skor pre test dan post test yang

menunjukan bahwa ada 4 orang mahasiswa yang tidak mengalami

peningkatan skor (kenaikannya sebesar 0) (b) jumlah mahasiswa

yang memiliki daya ingat tinggi atas materi yang telah dipelajarinya

dalam jangka waktu lama sebanyak 11 orang atau 55

2) Komponen perubahan sikap mahasiswa terhadap produk multimedia

selama menggunakan produk akhir ditunjukan dengan tiga indikator

yaitu (a) jumlah mahasiswa yang tertarik atas penggunaan produk

akhir ini sebanyak 17 orang atau 85 Hal ini ditunjukan dengan

antusias mahasiswa dalam menggunakan media ini secara serius (b)

jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan kemandiriannya selama

proses pembelajaran dengan menggunakan produk akhir multimedia

16

ini sebanyak 19 orang atau 95 Hal ini ditunjukan dengan kelancaran

penggunaan produk multimedia ini tanpa masalah berarti Mahasiswa

mampu memahami petunjuk penggunaan multimedia ini tanpa harus

menanyakannya pada dosen (c) jumlah mahasiswa yang merasa puas

atas penggunaan produk akhir ini sebanyak 20 orang atau 100 Hal

ini ditunjukkan dengan keinginan seluruh mahasiswa responden yang

menginginkan produk akhir ini dari pengembang sebagai bahan

pembelajaran alternatifnya masing-masing

3) Komponen kinerja mahasiswa dalam menerapkan materi yang

diperoleh dari produk akhir multimedia ini ditunjukan dengan dua

indikator yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menunjukan

kecepatan dalam memprektekan materi sinematografi ini sebanyak 18

orang atau 90 (b) jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan

ketepatan dalam mempraktekan materi sinematografi ini sebanyak 16

orang atau 80

Kesimpulan dan Saran

Hasil penelitian pengembangan ini dapat disimpulkan (1) Semua prosedur

pengembangan dalam penelitian ini telah selesai dilakukan hingga menghasilkan

produk multimedia interaktif dalam bentuk kepingan CD program pembelajaran

sinematografi yang telah memenuhi kriteria kelaikan (2) Kelaikan aspek

pembelajaran produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik

dengan skor 392 (3) Kelaikan aspek isi produk multimedia interaktif ini

17

termasuk dalam kriteria baik dengan skor 365 (4) Kelaikan aspek tampilan

produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik dengan skor 374

(5) Kelaikan aspek pemrograman produk multimedia interaktif ini termasuk

dalam kriteria baik dengan skor 373 (6) Produk multimedia interaktif ini efektif

digunakan untuk pembelajaran sinematografi Hal ini dibuktikan dengan

kenaikan rerata skor post test atas skor pre test dari pengguna sebesar 955 atau

sebesar 1454 dalam satu kali pertemuan Selain itu data hasil observasi dan

wawancara menunjukan bahwa produk multimedia interaktif ini mampu

memotivasi mahasiswa (pengguna) pada saat proses pembelajarannya

Meskipun produk multimedia ini secara kelaikan dapat dinyatakan

berkriteria baik dan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran sinematografi

produk multimedia interaktif ini juga memiliki kelemahan Kelemahan tersebut

antara lain materi dalam program ini belum menggunakan metode simulasi untuk

menerangkan hal-hal yang bersifat praktis latihan soal dan tes akhir produk ini

kurang bervariasi karena hanya berbentuk tes objektif pilihan ganda Efektivitas

produk penelitian ini juga belum sempat diteliti secara lebih jauh dengan

menggunakan kelompok sasaran dan kelompok pembanding maupun untuk

kelompok sasaran yang lebih luas lagi

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan tersebut maka disarankan (1)

Perlu diupayakan pengembangan multimedia interaktif pembelajaran

sinematografi dengan mengoptimalkan metode penyajian secara simulatif (2)

Perlu dikembangkan lagi produk multimedia interaktif ini dengan bentuk soal

latihan maupun tes yang lebih bervariasi (3) Perlu diupayakan kegiatan penelitian

18

lebih lanjut untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan produk multimedia

interaktif ini baik dengan metode penelitian tindakan kelas maupun penelitian

eksperimen (4) Produk multimedia interaktif ini perlu diimplementasikan pada

kelompok mahasiswa S1 semester 2 KTP FIP UNY sebagai sasaran utama pada

saat berlangsungnya perkuliahan sinematografi di semester genap (5) Perlunya

sosialisasi serta penggunaan produk penelitian ini dengan kelompok sasaran yang

lebih luas lagi terutama untuk kelompok atau komunitas pembuat film

independent yang sudah marak di masyarakat

19

DAFTAR PUSTAKA

AECT (1977) The definition of educational technology Washington DC

Association for Educational Communication and Technology

Atwi Suparman (2001) Desain Instruksional Jakarta Tim PAU PPAI

Universitas Terbuka

Borg Walter R amp Gall M D (1983) Educational research An introduction

(4th

ed) New York amp London Logman

Criswell E L (1989) The design of computer-based instruction New York

Macmillan Publishing Compani

CAsri Budiningsih (2003) Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Dick W amp Carey L (1990) The systematic design of instruction (3rd

ed)

Glecview Illinois Scott Foresman and Company

Elizabeth B Hurlock 1980 Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan Erlangga Jakarta

Hannafin Michael J 1988 The Design Development and Evaluation of

Instructional Software New York Macmillan Publishing Company

Heinich R (et al) (1996) Instructional media and technologies for learning

(5td

ed) Englewood cliffs NJ A Simon amp Schuster Company

IRFA Media (2007) Halaman Muka httpIRFA MEDIAcom

Jenks Michael S amp Spinger John M A view of the research of efficacy of CAI

Electronic Journal for the Integration of Technology in Education Vol 1

No 2 Diambil pada tanggal 21 Maret 2008 dari

httpejiteisueduvolume1No2Jenkspdf

Keller J M (1983) Motivation Design of Instruction in Instructional-Design

Theories and Models An Overview of Their Current Status Hillsdale

Lawrence Erlbaum Associates Publishers

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY (2006) Kurikulum

Mata Kuliah Sinematografi KTP FIP UNY

20

Lee William W 2004 Multimedia Based Instructional Design Secend

Edition San Francisco Preiffer

Murti Kusuma Wirasti 2003 Pengantar Sinematografi Buku Pegangan

Kuliah Yogyakarta Fakultas Ilmu Pendidikan UNY

Philips Rob 1997 The Developers Handbook to Interactive Multimedia

(Practcal Guide for Educational Aplication) London Kogan Page

Seel B B amp Rickey R C (1994) Instructionl technology the definition and

domain of the field Washington DC Association for Education

Communication and Technology

Sugiyono (2006) Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif

Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta

Sukardjo 2008 Hand Out materi evaluasi pembelajaran Yogyakarta Jurusan

Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana Universitas Negeri

Yogyakarta

Sunaryo Soenarto (2007) Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis TI

Makalah Lokakarya Desain Pembelajaran Universitas Muhamadiyah

Purworejo 19 Novermber 2007 Yogyakarta Program Pasca Sarjana

UNY

Suyanto M (2003) Multimedia untuk meningkatkan keunggulan bersaing

Yogyakarta Penerbit Andi

Walker D F amp Hess RD (1984) Instructional software Principles and

perspectives for design and use San Francisco Wadwort Publishing

Company

Wikipidea(2007) Film Diambil pada tanggal 29 Desember 2007 dari

http20985175104searchq=cachenat_jF_8kJidwikipideaorgwikifil

m=idampct=clnkampcd=2ampgl=id

Woolf Beverly amp Hall Wendy Interactive multimedia systems for teaching and

learning Diambil tanggal 7 Januari 2008 dari

httpekeesumasseduekepublicationsmultimedia_pedagoguespdf

Woolfolk A E (1984) Educational psychology for teachers (2rd

ed)

Englewood cliffs N J Prentice Hall Inc

21

BIODATA

Nama Estu Miyarso MPd

NIM 06707251002

Tempat dan Tanggal Lahir Tegal 3 Februari 1977

Agama Islam

Program Studi Teknologi Pembelajaran

Angkatan 2006

Alamat Ds Palgading RT 0318 Sinduharjo Ngaglik

Sleman ndash Yogyakarta

Pekerjaan Dosen Jurusan KTP FIP UNY

Kampus Karangmalang UNY

No HP 0811267949 - 02743286323

Motto Hal yang tidak akan berubah dalam hidup selain

perubahan itu sendiri adalah pilihan dan prinsip

Page 7: ESTU MIYARSO Developing of Interactive Multimedia for the ...staffnew.uny.ac.id/upload/132313279/penelitian/multimedia+interakt...penemuan dan kemajuan dari perpaduan teknologi optik

6

Masalah terakhir di lapangan tersebut mungkin saja dapat diatasi dengan

merombak struktur maupun muatan kurikulum yang sudah ada Namun demikian

sangat tidak bijaksana bila ketika solusi ini dijalankan justru menimbulkan

persoalan baru atau masalah lain yang lebih rumit dalam sistem penyelenggaraan

perkuliahan di Program Studi TP Untuk itu diperlukan solusi lain yang lebih baik

dan memiliki nilai kebermanfaatan yang lebih luas bagi masyarakat

Pengembangan multimedia interaktif berbasis komputer yang berisi materi

sinematografi merupakan solusi alternatif dari berbagai permasalahan yang telah

dikemukakan di atas Beberapa manfaat yang diharapkan dari pengembangan

multimedia interaktif ini antara lain nilai kepraktisan efesiensi kelaikan dan

keluasan sasaran Proses maupun hasil belajar sinematografi juga akan terjadi

secara lebih optimal Asumsi inilah yang mendorong perlunya dilakukan

penelitian pengembangan multimedia interaktif untuk materi pembelajaran

sinematografi

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasi permasalahan

sebagai berikut (1) Arti pentingnya sinematografi belum banyak dipahami oleh

masyarakat terutama mahasiswa (2) Pada era teknologi informasi yang bersifat

auidovisual ini masyarakat terutama mahasiswa lebih banyak sekedar menjadi

objek dari pada menjadi subjek media film yang kritis (3) Masyarakat masih

kesulitan untuk bisa membuat film sendiri (4) Minimnya referensi alternatif berisi

materi sinematografi yang lebih praktis dan efesien selain buku literatur untuk

membuat film (5) Masih sering digunakannya metode teacher centered

dibandingkan student centered dalam pembelajaran sinematografi (6)

7

Pembelajaran sinematografi cenderung bersifat klasikal dan kurang

memperhatikan tingkat kemampuan dari masing-masing peserta didik (7) Daya

ingat penguasaan materi peserta didik dengan metode klasikal masih rendah (8)

Resiko kerusakan peralatan dan pemborosan bahan produksi film dalam

pembelajaran praktek produksi relatif tinggi (9) Minimnya bobot SKS

sinematografi dalam kurikulum perkuliahan membuat muatan materi

sinematografi yang disampaikan secara klasikal tidak optimal (10) Jarak

sequence kurikulum antara muatan teori dengan muatan praktis untuk mata kuliah

sinematografi yang dilaksanakan secara klasikal membuat mahasiswa mudah lupa

dengan materi tentang teori dan konsep sinematografi

Untuk lebih memfokuskan pembahasannya penelitian ini dibatasi hanya

pada pengembangan multimedia interaktif untuk pembelajaran sinematografi dan

efektivits penggunaannya

Berdasarkan identifiksi masalah di atas rumusan masalah yang perlu

dikemukakan dalam penelitian pengembangan ini adalah (1) Bagaimana

mengembangkan multimedia interaktif yang berisi materi pembelajaran

sinematografi (2) Apakah multimedia interaktif yang dikembangkan tersebut

layak dan efektif untuk pembelajaran sinematografi

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian pengembangan Prosedur

pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari tiga model

pengembangan yaitu model pengembangan desain pembelajaran menurut Dick Carrey

(1986) model pengembangan desain produk multimedia menurut Rob Philips (1997)

8

WLee amp Owens (2004) serta model pengembangan desain Research amp Development

(Borg and Gall 1983) Prosedur ini digambarkan sebagai berikut

Gambar 1 Prosedur Pengembangan dari modifikasi Dick amp Carrey (1986)

Rob Philips (1997) WLee (2004) dan Borg amp Gall (1983)

Subjek uji coba dari penelitian ini berjumlah 35 orang terdiri dari 2 orang

ahli materi dan 2 orang ahli media 3 orang mahasiswa untuk uji coba perorangan

atau uji coba satu-satu 8 orang mahasiswa untuk uji coba kelompok kecil dan 20

orang mahasiswa untuk uji coba lapangan Jenis instrumen yang digunakan

(a)

Studi Lapangan

(b)

Studi Pustaka

(c)

Hasil Penelitian

Yang Relevan

(e)

Standar

Kompetensi

(f)

Kompetens

i Dasar

(g)

Strategi

Pembelajaran

(h)

Materi

Pembelajara

n

(i)

Bentuk

Penilaian

(k) Desain lay out

(o) Validasi Ahli

materi amp Media

(l) Desain

Navigasi

(m) Desain Grafis

(n) Pengumpulan

bahan

(j)

pemrograman

(p) Uji coba satu-satu

(q) Uji coba

kelompok kecil

(r) Uji coba

kelompok besar

Produk Akhir Multimedia Interaktif

(s)

Diseminasi Kelaikan dan Efektivitas Multimedia Interaktif Pembelajaran Sinematografi

(d)

Karakteristik

Sasaran

5 Implementasi amp Evaluasi Sumatif

4 Evaluasi Formatif Produk Awal

3 Pengembangan Desain Produk Multimedia

2 Pengembangan Desain Pembelajaran

1 Analisis Kebutuhan Pengembangan

9

dalam penelitian ini adalah angket halaman tes lembar observasi lembar catatan

proses pengembangan dan penggunaan serta kamera photo digital

Pada evaluasi formatif data dijaring menggunakan skala likert dengan skala

penilaian 1 - 5 atau dari kriteria sangat kurang kurang cukup baik dan sangat

baik Data kemudian dianalisis secara statistik deskriptif persentase Produk

multimedia interaktif yang dikembangkan ini dapat dikatakan sudah layak

sebagai media pembelajaran untuk mata kuliah sinematografi apabila hasil

penilaian uji coba lapangan minimal termasuk dalam kriteria baik (Sukardjo

200852-53) Pada evaluasi sumatif data hasil skor pre test dari pembelajaran

yang menggunakan multimedia interaktif dibandingkan dengan data hasil skor

post test oleh sekelompok responden (pengguna) yang sama pada waktu (amatan)

yang berbeda Analisis perhitungannya menggunakan statistik deskriptif

persentase dari nilai rerata kenaikan antara post test dan pre test pengguna produk

akhir multimedia ini

Hasil Pengembangan

Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai pada dasarnya

kegiatan penelitian ini bermaksud menjaring dua buah data Data pertama

berkenaan dengan penilaian responden tentang kelaikan produk atau sering

disebut dengan data uji coba sedangkan data yang kedua berkenaan dengan

efektivitas penggunaan produk multimedia interaktif untuk pembelajaran

sinematografi atau disebut dengan data uji efektivitas

10

Data yang berkenaan dengan penilaian responden tentang kelaikan produk

dijaring melalui instrumen angket dan catatan maupun saran perbaikan dari

responden Sedangkan data yang berkenaan dengan efektivitas produk dijaring

dengan instrumen tes dan instrumen pedoman wawancara

1 Data yang Berkenaan dengan Kelaikan Produk

a Data Validasi Ahli Materi

Data yang diperoleh dari penilaian oleh 2 orang ahli materi ditinjau

dari aspek pembelajaran menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada

aspek ini adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 64 dan rerata

skor 427 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria sangat baik Untuk aspek isinya jumlah skor diperoleh 635 dan

rerata skor 423 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria sangat baik

b Data Validasi Ahli Media

Data yang diperoleh dari penilaian oleh 2 orang ahli media untuk

aspek tampilan menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada aspek ini

adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 70 dan rerata skor

467 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor dari ahli media untuk

aspek tampilan produk multimedia ini termasuk dalam kriteria sangat

baik Untuk aspek pemrogramannya jumlah skor diperoleh 68 dan rerata

skor 453 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria sangat baik

c Data Uji Coba Satu-satu

11

data yang diperoleh menunjukkan bahwa item-item yang dinilai

pada aspek pembelajaran adalah cukup baik dan sangat baik Jumlah skor

diperoleh 5867 dan rerata skor 391 Setelah dikonversikan dalam skala 5

skor ini masuk dalam kriteria baik Untuk aspek isi jumlah skor diperoleh

5867 dan rerata skor 391 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini

masuk dalam kriteria baik Jumlah skor aspek tampilan diperoleh 583 dan

rerata skor 389 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini termasuk

dalam kriteria baik Jumlah skor untuk aspek program diperoleh 6133 dan

rerata skor 409 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria sangat baik

d Data Uji Coba Kelompok Kecil

Data hasil penilaian produk pada uji kelompok kecil untuk aspek

pembelajaran menunjukan bahwa jumlah skor diperoleh 5713 dan rerata

skor 381 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria baik Jumlah skor pada aspek isi diperoleh 5588 dan rerata skor

373 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria

baik Jumlah skor aspek tampilan diperoleh 575 dan rerata skor 383

Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik

Jumlah skor aspek program diperoleh 5638 dan rerata skor 376 Setelah

dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik Secara

keseluruhan aspek yang dinilai dari hasil uji coba kelompok kecil masuk

dalam kriteria baik

12

e Data Uji Coba Lapangan

Uji coba lapangan dilakukan oleh 20 orang mahasiswa S1 reguler

semester 3 Jurusan KTP FIP di laboratorium komputer FIP UNY Dalam

uji coba lapangan ini mahasiswa juga diminta mengisi lembar evaluasi

yang mencakup beberapa aspek penilaian yaitu aspek pembelajaran aspek

isi aspek tampilan dan aspek pemprograman

Unstuk aspek pembelajaran pada uji coba lapangan hasil data yang

diperoleh menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada aspek

pembelajaran adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 5885

dan rerata skor 392 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria baik Jumlah skor sspek isi diperoleh 54753 dan rerata

skor 365 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria baik Jumlah skor untuk aspek tampilan diperoleh 5605 dan

rerata skor 374 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria baik Jumlah skor diperoleh 5595 dan rerata skor 373

Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa kualitas produk

multimedia interaktif pembelajaran sinematografi yang dikembangkan

ditinjau dari aspek pembelajaran aspek isi aspek tampilan dan aspek

pemrograman adalah baik Berikut ini disajikan hasil persentase kualitas

13

pengembangan multimedia interaktif untuk materi pembelajaran

sinematografi

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Uji Coba Lapangan

Empat Aspek dalam Pengembangan Multimedia Interaktif

Pembelajaran Sinematografi

Aspek Penilaian Rerata Skor

Pembelajaran 392 2606

Isi 365 2427

Tampilan 374 2487

Pemrograman 373 2480

Rerata Skor keseluruhan 376

Kriteria Baik

2 Data yang Berkenaan dengan Efektivitas Produk

a Analisis Data Skor Pre-test dan Post-test

Efektivitas produk dilihat dari pencapaian kenaikan skor rerata post-

test terhadap skor rerata pre-test penggunaan multimedia interaktif untuk

pembelajaran sinematografi oleh mahasiswa adalah sebesar 1454

Diagram batang hasil perolehan skor pre-test dan post-test dapat dilihat

pada (Gambar 2 dan 3) di bawah ini

14

0

05

1

15

2

25

3

35

4

43 53 60 66 72 76 86

frekfuensi

Gambar 2 Diagram Batang Hasil Pre Test

0

05

1

15

2

25

3

35

4

56 63 73 80 86

frekfuensi

Gambar 3 Diagram Batang Hasil Post Test

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa rerata skor pre-test

mahasiswa sebelum menggunakan produk akhir multimedia ini adalah

sebesar 657 Sesudah mahasiswa menggunakan produk akhir multimedia

ini diperoleh skor sebesar 7525 Kenaikan skor dari pre test ke post test

adalah 955 atau sebesar 1454 Hal ini membuktikan bahwa telah

terjadi peningkatan pemahaman mahasiswa atas materi yang terdapat pada

produk akhir multimedia ini Analisis ini juga membuktikan bahwa

produk akhir multimedia interaktif yang telah dikembangkan tersebut

efektif untuk pembelajaran sinematografi

Skor Pre Test

Skor Post Test

15

b Analisis Data Observasi dan Wawancara

Selain kenaikan skor rerata post-test terhadap skor rerata pre-test

yang mengungkap data tingkat penguasaan materi pengguna Hasil

penjaringan data melalui instrumen check list observasi dan dilengkapi

dengan hasil wawancara untuk mengungkap motivasi mahasiswa

pengguna selama proses pembelajaran mengggunakan multimedia

interaktif ini

1) Komponen resistensi penguasan materi mahasiswa yang diperoleh

selama menggunakan produk akhir ditunjukan dengan dua indikator

yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menyerap dan memahami

materi produk ini dengan cepat sebanyak 16 orang atau 80 Hal ini

juga bisa diamati dari hasil skor pre test dan post test yang

menunjukan bahwa ada 4 orang mahasiswa yang tidak mengalami

peningkatan skor (kenaikannya sebesar 0) (b) jumlah mahasiswa

yang memiliki daya ingat tinggi atas materi yang telah dipelajarinya

dalam jangka waktu lama sebanyak 11 orang atau 55

2) Komponen perubahan sikap mahasiswa terhadap produk multimedia

selama menggunakan produk akhir ditunjukan dengan tiga indikator

yaitu (a) jumlah mahasiswa yang tertarik atas penggunaan produk

akhir ini sebanyak 17 orang atau 85 Hal ini ditunjukan dengan

antusias mahasiswa dalam menggunakan media ini secara serius (b)

jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan kemandiriannya selama

proses pembelajaran dengan menggunakan produk akhir multimedia

16

ini sebanyak 19 orang atau 95 Hal ini ditunjukan dengan kelancaran

penggunaan produk multimedia ini tanpa masalah berarti Mahasiswa

mampu memahami petunjuk penggunaan multimedia ini tanpa harus

menanyakannya pada dosen (c) jumlah mahasiswa yang merasa puas

atas penggunaan produk akhir ini sebanyak 20 orang atau 100 Hal

ini ditunjukkan dengan keinginan seluruh mahasiswa responden yang

menginginkan produk akhir ini dari pengembang sebagai bahan

pembelajaran alternatifnya masing-masing

3) Komponen kinerja mahasiswa dalam menerapkan materi yang

diperoleh dari produk akhir multimedia ini ditunjukan dengan dua

indikator yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menunjukan

kecepatan dalam memprektekan materi sinematografi ini sebanyak 18

orang atau 90 (b) jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan

ketepatan dalam mempraktekan materi sinematografi ini sebanyak 16

orang atau 80

Kesimpulan dan Saran

Hasil penelitian pengembangan ini dapat disimpulkan (1) Semua prosedur

pengembangan dalam penelitian ini telah selesai dilakukan hingga menghasilkan

produk multimedia interaktif dalam bentuk kepingan CD program pembelajaran

sinematografi yang telah memenuhi kriteria kelaikan (2) Kelaikan aspek

pembelajaran produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik

dengan skor 392 (3) Kelaikan aspek isi produk multimedia interaktif ini

17

termasuk dalam kriteria baik dengan skor 365 (4) Kelaikan aspek tampilan

produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik dengan skor 374

(5) Kelaikan aspek pemrograman produk multimedia interaktif ini termasuk

dalam kriteria baik dengan skor 373 (6) Produk multimedia interaktif ini efektif

digunakan untuk pembelajaran sinematografi Hal ini dibuktikan dengan

kenaikan rerata skor post test atas skor pre test dari pengguna sebesar 955 atau

sebesar 1454 dalam satu kali pertemuan Selain itu data hasil observasi dan

wawancara menunjukan bahwa produk multimedia interaktif ini mampu

memotivasi mahasiswa (pengguna) pada saat proses pembelajarannya

Meskipun produk multimedia ini secara kelaikan dapat dinyatakan

berkriteria baik dan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran sinematografi

produk multimedia interaktif ini juga memiliki kelemahan Kelemahan tersebut

antara lain materi dalam program ini belum menggunakan metode simulasi untuk

menerangkan hal-hal yang bersifat praktis latihan soal dan tes akhir produk ini

kurang bervariasi karena hanya berbentuk tes objektif pilihan ganda Efektivitas

produk penelitian ini juga belum sempat diteliti secara lebih jauh dengan

menggunakan kelompok sasaran dan kelompok pembanding maupun untuk

kelompok sasaran yang lebih luas lagi

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan tersebut maka disarankan (1)

Perlu diupayakan pengembangan multimedia interaktif pembelajaran

sinematografi dengan mengoptimalkan metode penyajian secara simulatif (2)

Perlu dikembangkan lagi produk multimedia interaktif ini dengan bentuk soal

latihan maupun tes yang lebih bervariasi (3) Perlu diupayakan kegiatan penelitian

18

lebih lanjut untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan produk multimedia

interaktif ini baik dengan metode penelitian tindakan kelas maupun penelitian

eksperimen (4) Produk multimedia interaktif ini perlu diimplementasikan pada

kelompok mahasiswa S1 semester 2 KTP FIP UNY sebagai sasaran utama pada

saat berlangsungnya perkuliahan sinematografi di semester genap (5) Perlunya

sosialisasi serta penggunaan produk penelitian ini dengan kelompok sasaran yang

lebih luas lagi terutama untuk kelompok atau komunitas pembuat film

independent yang sudah marak di masyarakat

19

DAFTAR PUSTAKA

AECT (1977) The definition of educational technology Washington DC

Association for Educational Communication and Technology

Atwi Suparman (2001) Desain Instruksional Jakarta Tim PAU PPAI

Universitas Terbuka

Borg Walter R amp Gall M D (1983) Educational research An introduction

(4th

ed) New York amp London Logman

Criswell E L (1989) The design of computer-based instruction New York

Macmillan Publishing Compani

CAsri Budiningsih (2003) Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Dick W amp Carey L (1990) The systematic design of instruction (3rd

ed)

Glecview Illinois Scott Foresman and Company

Elizabeth B Hurlock 1980 Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan Erlangga Jakarta

Hannafin Michael J 1988 The Design Development and Evaluation of

Instructional Software New York Macmillan Publishing Company

Heinich R (et al) (1996) Instructional media and technologies for learning

(5td

ed) Englewood cliffs NJ A Simon amp Schuster Company

IRFA Media (2007) Halaman Muka httpIRFA MEDIAcom

Jenks Michael S amp Spinger John M A view of the research of efficacy of CAI

Electronic Journal for the Integration of Technology in Education Vol 1

No 2 Diambil pada tanggal 21 Maret 2008 dari

httpejiteisueduvolume1No2Jenkspdf

Keller J M (1983) Motivation Design of Instruction in Instructional-Design

Theories and Models An Overview of Their Current Status Hillsdale

Lawrence Erlbaum Associates Publishers

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY (2006) Kurikulum

Mata Kuliah Sinematografi KTP FIP UNY

20

Lee William W 2004 Multimedia Based Instructional Design Secend

Edition San Francisco Preiffer

Murti Kusuma Wirasti 2003 Pengantar Sinematografi Buku Pegangan

Kuliah Yogyakarta Fakultas Ilmu Pendidikan UNY

Philips Rob 1997 The Developers Handbook to Interactive Multimedia

(Practcal Guide for Educational Aplication) London Kogan Page

Seel B B amp Rickey R C (1994) Instructionl technology the definition and

domain of the field Washington DC Association for Education

Communication and Technology

Sugiyono (2006) Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif

Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta

Sukardjo 2008 Hand Out materi evaluasi pembelajaran Yogyakarta Jurusan

Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana Universitas Negeri

Yogyakarta

Sunaryo Soenarto (2007) Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis TI

Makalah Lokakarya Desain Pembelajaran Universitas Muhamadiyah

Purworejo 19 Novermber 2007 Yogyakarta Program Pasca Sarjana

UNY

Suyanto M (2003) Multimedia untuk meningkatkan keunggulan bersaing

Yogyakarta Penerbit Andi

Walker D F amp Hess RD (1984) Instructional software Principles and

perspectives for design and use San Francisco Wadwort Publishing

Company

Wikipidea(2007) Film Diambil pada tanggal 29 Desember 2007 dari

http20985175104searchq=cachenat_jF_8kJidwikipideaorgwikifil

m=idampct=clnkampcd=2ampgl=id

Woolf Beverly amp Hall Wendy Interactive multimedia systems for teaching and

learning Diambil tanggal 7 Januari 2008 dari

httpekeesumasseduekepublicationsmultimedia_pedagoguespdf

Woolfolk A E (1984) Educational psychology for teachers (2rd

ed)

Englewood cliffs N J Prentice Hall Inc

21

BIODATA

Nama Estu Miyarso MPd

NIM 06707251002

Tempat dan Tanggal Lahir Tegal 3 Februari 1977

Agama Islam

Program Studi Teknologi Pembelajaran

Angkatan 2006

Alamat Ds Palgading RT 0318 Sinduharjo Ngaglik

Sleman ndash Yogyakarta

Pekerjaan Dosen Jurusan KTP FIP UNY

Kampus Karangmalang UNY

No HP 0811267949 - 02743286323

Motto Hal yang tidak akan berubah dalam hidup selain

perubahan itu sendiri adalah pilihan dan prinsip

Page 8: ESTU MIYARSO Developing of Interactive Multimedia for the ...staffnew.uny.ac.id/upload/132313279/penelitian/multimedia+interakt...penemuan dan kemajuan dari perpaduan teknologi optik

7

Pembelajaran sinematografi cenderung bersifat klasikal dan kurang

memperhatikan tingkat kemampuan dari masing-masing peserta didik (7) Daya

ingat penguasaan materi peserta didik dengan metode klasikal masih rendah (8)

Resiko kerusakan peralatan dan pemborosan bahan produksi film dalam

pembelajaran praktek produksi relatif tinggi (9) Minimnya bobot SKS

sinematografi dalam kurikulum perkuliahan membuat muatan materi

sinematografi yang disampaikan secara klasikal tidak optimal (10) Jarak

sequence kurikulum antara muatan teori dengan muatan praktis untuk mata kuliah

sinematografi yang dilaksanakan secara klasikal membuat mahasiswa mudah lupa

dengan materi tentang teori dan konsep sinematografi

Untuk lebih memfokuskan pembahasannya penelitian ini dibatasi hanya

pada pengembangan multimedia interaktif untuk pembelajaran sinematografi dan

efektivits penggunaannya

Berdasarkan identifiksi masalah di atas rumusan masalah yang perlu

dikemukakan dalam penelitian pengembangan ini adalah (1) Bagaimana

mengembangkan multimedia interaktif yang berisi materi pembelajaran

sinematografi (2) Apakah multimedia interaktif yang dikembangkan tersebut

layak dan efektif untuk pembelajaran sinematografi

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian pengembangan Prosedur

pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari tiga model

pengembangan yaitu model pengembangan desain pembelajaran menurut Dick Carrey

(1986) model pengembangan desain produk multimedia menurut Rob Philips (1997)

8

WLee amp Owens (2004) serta model pengembangan desain Research amp Development

(Borg and Gall 1983) Prosedur ini digambarkan sebagai berikut

Gambar 1 Prosedur Pengembangan dari modifikasi Dick amp Carrey (1986)

Rob Philips (1997) WLee (2004) dan Borg amp Gall (1983)

Subjek uji coba dari penelitian ini berjumlah 35 orang terdiri dari 2 orang

ahli materi dan 2 orang ahli media 3 orang mahasiswa untuk uji coba perorangan

atau uji coba satu-satu 8 orang mahasiswa untuk uji coba kelompok kecil dan 20

orang mahasiswa untuk uji coba lapangan Jenis instrumen yang digunakan

(a)

Studi Lapangan

(b)

Studi Pustaka

(c)

Hasil Penelitian

Yang Relevan

(e)

Standar

Kompetensi

(f)

Kompetens

i Dasar

(g)

Strategi

Pembelajaran

(h)

Materi

Pembelajara

n

(i)

Bentuk

Penilaian

(k) Desain lay out

(o) Validasi Ahli

materi amp Media

(l) Desain

Navigasi

(m) Desain Grafis

(n) Pengumpulan

bahan

(j)

pemrograman

(p) Uji coba satu-satu

(q) Uji coba

kelompok kecil

(r) Uji coba

kelompok besar

Produk Akhir Multimedia Interaktif

(s)

Diseminasi Kelaikan dan Efektivitas Multimedia Interaktif Pembelajaran Sinematografi

(d)

Karakteristik

Sasaran

5 Implementasi amp Evaluasi Sumatif

4 Evaluasi Formatif Produk Awal

3 Pengembangan Desain Produk Multimedia

2 Pengembangan Desain Pembelajaran

1 Analisis Kebutuhan Pengembangan

9

dalam penelitian ini adalah angket halaman tes lembar observasi lembar catatan

proses pengembangan dan penggunaan serta kamera photo digital

Pada evaluasi formatif data dijaring menggunakan skala likert dengan skala

penilaian 1 - 5 atau dari kriteria sangat kurang kurang cukup baik dan sangat

baik Data kemudian dianalisis secara statistik deskriptif persentase Produk

multimedia interaktif yang dikembangkan ini dapat dikatakan sudah layak

sebagai media pembelajaran untuk mata kuliah sinematografi apabila hasil

penilaian uji coba lapangan minimal termasuk dalam kriteria baik (Sukardjo

200852-53) Pada evaluasi sumatif data hasil skor pre test dari pembelajaran

yang menggunakan multimedia interaktif dibandingkan dengan data hasil skor

post test oleh sekelompok responden (pengguna) yang sama pada waktu (amatan)

yang berbeda Analisis perhitungannya menggunakan statistik deskriptif

persentase dari nilai rerata kenaikan antara post test dan pre test pengguna produk

akhir multimedia ini

Hasil Pengembangan

Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai pada dasarnya

kegiatan penelitian ini bermaksud menjaring dua buah data Data pertama

berkenaan dengan penilaian responden tentang kelaikan produk atau sering

disebut dengan data uji coba sedangkan data yang kedua berkenaan dengan

efektivitas penggunaan produk multimedia interaktif untuk pembelajaran

sinematografi atau disebut dengan data uji efektivitas

10

Data yang berkenaan dengan penilaian responden tentang kelaikan produk

dijaring melalui instrumen angket dan catatan maupun saran perbaikan dari

responden Sedangkan data yang berkenaan dengan efektivitas produk dijaring

dengan instrumen tes dan instrumen pedoman wawancara

1 Data yang Berkenaan dengan Kelaikan Produk

a Data Validasi Ahli Materi

Data yang diperoleh dari penilaian oleh 2 orang ahli materi ditinjau

dari aspek pembelajaran menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada

aspek ini adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 64 dan rerata

skor 427 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria sangat baik Untuk aspek isinya jumlah skor diperoleh 635 dan

rerata skor 423 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria sangat baik

b Data Validasi Ahli Media

Data yang diperoleh dari penilaian oleh 2 orang ahli media untuk

aspek tampilan menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada aspek ini

adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 70 dan rerata skor

467 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor dari ahli media untuk

aspek tampilan produk multimedia ini termasuk dalam kriteria sangat

baik Untuk aspek pemrogramannya jumlah skor diperoleh 68 dan rerata

skor 453 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria sangat baik

c Data Uji Coba Satu-satu

11

data yang diperoleh menunjukkan bahwa item-item yang dinilai

pada aspek pembelajaran adalah cukup baik dan sangat baik Jumlah skor

diperoleh 5867 dan rerata skor 391 Setelah dikonversikan dalam skala 5

skor ini masuk dalam kriteria baik Untuk aspek isi jumlah skor diperoleh

5867 dan rerata skor 391 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini

masuk dalam kriteria baik Jumlah skor aspek tampilan diperoleh 583 dan

rerata skor 389 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini termasuk

dalam kriteria baik Jumlah skor untuk aspek program diperoleh 6133 dan

rerata skor 409 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria sangat baik

d Data Uji Coba Kelompok Kecil

Data hasil penilaian produk pada uji kelompok kecil untuk aspek

pembelajaran menunjukan bahwa jumlah skor diperoleh 5713 dan rerata

skor 381 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria baik Jumlah skor pada aspek isi diperoleh 5588 dan rerata skor

373 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria

baik Jumlah skor aspek tampilan diperoleh 575 dan rerata skor 383

Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik

Jumlah skor aspek program diperoleh 5638 dan rerata skor 376 Setelah

dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik Secara

keseluruhan aspek yang dinilai dari hasil uji coba kelompok kecil masuk

dalam kriteria baik

12

e Data Uji Coba Lapangan

Uji coba lapangan dilakukan oleh 20 orang mahasiswa S1 reguler

semester 3 Jurusan KTP FIP di laboratorium komputer FIP UNY Dalam

uji coba lapangan ini mahasiswa juga diminta mengisi lembar evaluasi

yang mencakup beberapa aspek penilaian yaitu aspek pembelajaran aspek

isi aspek tampilan dan aspek pemprograman

Unstuk aspek pembelajaran pada uji coba lapangan hasil data yang

diperoleh menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada aspek

pembelajaran adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 5885

dan rerata skor 392 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria baik Jumlah skor sspek isi diperoleh 54753 dan rerata

skor 365 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria baik Jumlah skor untuk aspek tampilan diperoleh 5605 dan

rerata skor 374 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria baik Jumlah skor diperoleh 5595 dan rerata skor 373

Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa kualitas produk

multimedia interaktif pembelajaran sinematografi yang dikembangkan

ditinjau dari aspek pembelajaran aspek isi aspek tampilan dan aspek

pemrograman adalah baik Berikut ini disajikan hasil persentase kualitas

13

pengembangan multimedia interaktif untuk materi pembelajaran

sinematografi

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Uji Coba Lapangan

Empat Aspek dalam Pengembangan Multimedia Interaktif

Pembelajaran Sinematografi

Aspek Penilaian Rerata Skor

Pembelajaran 392 2606

Isi 365 2427

Tampilan 374 2487

Pemrograman 373 2480

Rerata Skor keseluruhan 376

Kriteria Baik

2 Data yang Berkenaan dengan Efektivitas Produk

a Analisis Data Skor Pre-test dan Post-test

Efektivitas produk dilihat dari pencapaian kenaikan skor rerata post-

test terhadap skor rerata pre-test penggunaan multimedia interaktif untuk

pembelajaran sinematografi oleh mahasiswa adalah sebesar 1454

Diagram batang hasil perolehan skor pre-test dan post-test dapat dilihat

pada (Gambar 2 dan 3) di bawah ini

14

0

05

1

15

2

25

3

35

4

43 53 60 66 72 76 86

frekfuensi

Gambar 2 Diagram Batang Hasil Pre Test

0

05

1

15

2

25

3

35

4

56 63 73 80 86

frekfuensi

Gambar 3 Diagram Batang Hasil Post Test

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa rerata skor pre-test

mahasiswa sebelum menggunakan produk akhir multimedia ini adalah

sebesar 657 Sesudah mahasiswa menggunakan produk akhir multimedia

ini diperoleh skor sebesar 7525 Kenaikan skor dari pre test ke post test

adalah 955 atau sebesar 1454 Hal ini membuktikan bahwa telah

terjadi peningkatan pemahaman mahasiswa atas materi yang terdapat pada

produk akhir multimedia ini Analisis ini juga membuktikan bahwa

produk akhir multimedia interaktif yang telah dikembangkan tersebut

efektif untuk pembelajaran sinematografi

Skor Pre Test

Skor Post Test

15

b Analisis Data Observasi dan Wawancara

Selain kenaikan skor rerata post-test terhadap skor rerata pre-test

yang mengungkap data tingkat penguasaan materi pengguna Hasil

penjaringan data melalui instrumen check list observasi dan dilengkapi

dengan hasil wawancara untuk mengungkap motivasi mahasiswa

pengguna selama proses pembelajaran mengggunakan multimedia

interaktif ini

1) Komponen resistensi penguasan materi mahasiswa yang diperoleh

selama menggunakan produk akhir ditunjukan dengan dua indikator

yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menyerap dan memahami

materi produk ini dengan cepat sebanyak 16 orang atau 80 Hal ini

juga bisa diamati dari hasil skor pre test dan post test yang

menunjukan bahwa ada 4 orang mahasiswa yang tidak mengalami

peningkatan skor (kenaikannya sebesar 0) (b) jumlah mahasiswa

yang memiliki daya ingat tinggi atas materi yang telah dipelajarinya

dalam jangka waktu lama sebanyak 11 orang atau 55

2) Komponen perubahan sikap mahasiswa terhadap produk multimedia

selama menggunakan produk akhir ditunjukan dengan tiga indikator

yaitu (a) jumlah mahasiswa yang tertarik atas penggunaan produk

akhir ini sebanyak 17 orang atau 85 Hal ini ditunjukan dengan

antusias mahasiswa dalam menggunakan media ini secara serius (b)

jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan kemandiriannya selama

proses pembelajaran dengan menggunakan produk akhir multimedia

16

ini sebanyak 19 orang atau 95 Hal ini ditunjukan dengan kelancaran

penggunaan produk multimedia ini tanpa masalah berarti Mahasiswa

mampu memahami petunjuk penggunaan multimedia ini tanpa harus

menanyakannya pada dosen (c) jumlah mahasiswa yang merasa puas

atas penggunaan produk akhir ini sebanyak 20 orang atau 100 Hal

ini ditunjukkan dengan keinginan seluruh mahasiswa responden yang

menginginkan produk akhir ini dari pengembang sebagai bahan

pembelajaran alternatifnya masing-masing

3) Komponen kinerja mahasiswa dalam menerapkan materi yang

diperoleh dari produk akhir multimedia ini ditunjukan dengan dua

indikator yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menunjukan

kecepatan dalam memprektekan materi sinematografi ini sebanyak 18

orang atau 90 (b) jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan

ketepatan dalam mempraktekan materi sinematografi ini sebanyak 16

orang atau 80

Kesimpulan dan Saran

Hasil penelitian pengembangan ini dapat disimpulkan (1) Semua prosedur

pengembangan dalam penelitian ini telah selesai dilakukan hingga menghasilkan

produk multimedia interaktif dalam bentuk kepingan CD program pembelajaran

sinematografi yang telah memenuhi kriteria kelaikan (2) Kelaikan aspek

pembelajaran produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik

dengan skor 392 (3) Kelaikan aspek isi produk multimedia interaktif ini

17

termasuk dalam kriteria baik dengan skor 365 (4) Kelaikan aspek tampilan

produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik dengan skor 374

(5) Kelaikan aspek pemrograman produk multimedia interaktif ini termasuk

dalam kriteria baik dengan skor 373 (6) Produk multimedia interaktif ini efektif

digunakan untuk pembelajaran sinematografi Hal ini dibuktikan dengan

kenaikan rerata skor post test atas skor pre test dari pengguna sebesar 955 atau

sebesar 1454 dalam satu kali pertemuan Selain itu data hasil observasi dan

wawancara menunjukan bahwa produk multimedia interaktif ini mampu

memotivasi mahasiswa (pengguna) pada saat proses pembelajarannya

Meskipun produk multimedia ini secara kelaikan dapat dinyatakan

berkriteria baik dan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran sinematografi

produk multimedia interaktif ini juga memiliki kelemahan Kelemahan tersebut

antara lain materi dalam program ini belum menggunakan metode simulasi untuk

menerangkan hal-hal yang bersifat praktis latihan soal dan tes akhir produk ini

kurang bervariasi karena hanya berbentuk tes objektif pilihan ganda Efektivitas

produk penelitian ini juga belum sempat diteliti secara lebih jauh dengan

menggunakan kelompok sasaran dan kelompok pembanding maupun untuk

kelompok sasaran yang lebih luas lagi

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan tersebut maka disarankan (1)

Perlu diupayakan pengembangan multimedia interaktif pembelajaran

sinematografi dengan mengoptimalkan metode penyajian secara simulatif (2)

Perlu dikembangkan lagi produk multimedia interaktif ini dengan bentuk soal

latihan maupun tes yang lebih bervariasi (3) Perlu diupayakan kegiatan penelitian

18

lebih lanjut untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan produk multimedia

interaktif ini baik dengan metode penelitian tindakan kelas maupun penelitian

eksperimen (4) Produk multimedia interaktif ini perlu diimplementasikan pada

kelompok mahasiswa S1 semester 2 KTP FIP UNY sebagai sasaran utama pada

saat berlangsungnya perkuliahan sinematografi di semester genap (5) Perlunya

sosialisasi serta penggunaan produk penelitian ini dengan kelompok sasaran yang

lebih luas lagi terutama untuk kelompok atau komunitas pembuat film

independent yang sudah marak di masyarakat

19

DAFTAR PUSTAKA

AECT (1977) The definition of educational technology Washington DC

Association for Educational Communication and Technology

Atwi Suparman (2001) Desain Instruksional Jakarta Tim PAU PPAI

Universitas Terbuka

Borg Walter R amp Gall M D (1983) Educational research An introduction

(4th

ed) New York amp London Logman

Criswell E L (1989) The design of computer-based instruction New York

Macmillan Publishing Compani

CAsri Budiningsih (2003) Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Dick W amp Carey L (1990) The systematic design of instruction (3rd

ed)

Glecview Illinois Scott Foresman and Company

Elizabeth B Hurlock 1980 Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan Erlangga Jakarta

Hannafin Michael J 1988 The Design Development and Evaluation of

Instructional Software New York Macmillan Publishing Company

Heinich R (et al) (1996) Instructional media and technologies for learning

(5td

ed) Englewood cliffs NJ A Simon amp Schuster Company

IRFA Media (2007) Halaman Muka httpIRFA MEDIAcom

Jenks Michael S amp Spinger John M A view of the research of efficacy of CAI

Electronic Journal for the Integration of Technology in Education Vol 1

No 2 Diambil pada tanggal 21 Maret 2008 dari

httpejiteisueduvolume1No2Jenkspdf

Keller J M (1983) Motivation Design of Instruction in Instructional-Design

Theories and Models An Overview of Their Current Status Hillsdale

Lawrence Erlbaum Associates Publishers

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY (2006) Kurikulum

Mata Kuliah Sinematografi KTP FIP UNY

20

Lee William W 2004 Multimedia Based Instructional Design Secend

Edition San Francisco Preiffer

Murti Kusuma Wirasti 2003 Pengantar Sinematografi Buku Pegangan

Kuliah Yogyakarta Fakultas Ilmu Pendidikan UNY

Philips Rob 1997 The Developers Handbook to Interactive Multimedia

(Practcal Guide for Educational Aplication) London Kogan Page

Seel B B amp Rickey R C (1994) Instructionl technology the definition and

domain of the field Washington DC Association for Education

Communication and Technology

Sugiyono (2006) Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif

Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta

Sukardjo 2008 Hand Out materi evaluasi pembelajaran Yogyakarta Jurusan

Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana Universitas Negeri

Yogyakarta

Sunaryo Soenarto (2007) Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis TI

Makalah Lokakarya Desain Pembelajaran Universitas Muhamadiyah

Purworejo 19 Novermber 2007 Yogyakarta Program Pasca Sarjana

UNY

Suyanto M (2003) Multimedia untuk meningkatkan keunggulan bersaing

Yogyakarta Penerbit Andi

Walker D F amp Hess RD (1984) Instructional software Principles and

perspectives for design and use San Francisco Wadwort Publishing

Company

Wikipidea(2007) Film Diambil pada tanggal 29 Desember 2007 dari

http20985175104searchq=cachenat_jF_8kJidwikipideaorgwikifil

m=idampct=clnkampcd=2ampgl=id

Woolf Beverly amp Hall Wendy Interactive multimedia systems for teaching and

learning Diambil tanggal 7 Januari 2008 dari

httpekeesumasseduekepublicationsmultimedia_pedagoguespdf

Woolfolk A E (1984) Educational psychology for teachers (2rd

ed)

Englewood cliffs N J Prentice Hall Inc

21

BIODATA

Nama Estu Miyarso MPd

NIM 06707251002

Tempat dan Tanggal Lahir Tegal 3 Februari 1977

Agama Islam

Program Studi Teknologi Pembelajaran

Angkatan 2006

Alamat Ds Palgading RT 0318 Sinduharjo Ngaglik

Sleman ndash Yogyakarta

Pekerjaan Dosen Jurusan KTP FIP UNY

Kampus Karangmalang UNY

No HP 0811267949 - 02743286323

Motto Hal yang tidak akan berubah dalam hidup selain

perubahan itu sendiri adalah pilihan dan prinsip

Page 9: ESTU MIYARSO Developing of Interactive Multimedia for the ...staffnew.uny.ac.id/upload/132313279/penelitian/multimedia+interakt...penemuan dan kemajuan dari perpaduan teknologi optik

8

WLee amp Owens (2004) serta model pengembangan desain Research amp Development

(Borg and Gall 1983) Prosedur ini digambarkan sebagai berikut

Gambar 1 Prosedur Pengembangan dari modifikasi Dick amp Carrey (1986)

Rob Philips (1997) WLee (2004) dan Borg amp Gall (1983)

Subjek uji coba dari penelitian ini berjumlah 35 orang terdiri dari 2 orang

ahli materi dan 2 orang ahli media 3 orang mahasiswa untuk uji coba perorangan

atau uji coba satu-satu 8 orang mahasiswa untuk uji coba kelompok kecil dan 20

orang mahasiswa untuk uji coba lapangan Jenis instrumen yang digunakan

(a)

Studi Lapangan

(b)

Studi Pustaka

(c)

Hasil Penelitian

Yang Relevan

(e)

Standar

Kompetensi

(f)

Kompetens

i Dasar

(g)

Strategi

Pembelajaran

(h)

Materi

Pembelajara

n

(i)

Bentuk

Penilaian

(k) Desain lay out

(o) Validasi Ahli

materi amp Media

(l) Desain

Navigasi

(m) Desain Grafis

(n) Pengumpulan

bahan

(j)

pemrograman

(p) Uji coba satu-satu

(q) Uji coba

kelompok kecil

(r) Uji coba

kelompok besar

Produk Akhir Multimedia Interaktif

(s)

Diseminasi Kelaikan dan Efektivitas Multimedia Interaktif Pembelajaran Sinematografi

(d)

Karakteristik

Sasaran

5 Implementasi amp Evaluasi Sumatif

4 Evaluasi Formatif Produk Awal

3 Pengembangan Desain Produk Multimedia

2 Pengembangan Desain Pembelajaran

1 Analisis Kebutuhan Pengembangan

9

dalam penelitian ini adalah angket halaman tes lembar observasi lembar catatan

proses pengembangan dan penggunaan serta kamera photo digital

Pada evaluasi formatif data dijaring menggunakan skala likert dengan skala

penilaian 1 - 5 atau dari kriteria sangat kurang kurang cukup baik dan sangat

baik Data kemudian dianalisis secara statistik deskriptif persentase Produk

multimedia interaktif yang dikembangkan ini dapat dikatakan sudah layak

sebagai media pembelajaran untuk mata kuliah sinematografi apabila hasil

penilaian uji coba lapangan minimal termasuk dalam kriteria baik (Sukardjo

200852-53) Pada evaluasi sumatif data hasil skor pre test dari pembelajaran

yang menggunakan multimedia interaktif dibandingkan dengan data hasil skor

post test oleh sekelompok responden (pengguna) yang sama pada waktu (amatan)

yang berbeda Analisis perhitungannya menggunakan statistik deskriptif

persentase dari nilai rerata kenaikan antara post test dan pre test pengguna produk

akhir multimedia ini

Hasil Pengembangan

Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai pada dasarnya

kegiatan penelitian ini bermaksud menjaring dua buah data Data pertama

berkenaan dengan penilaian responden tentang kelaikan produk atau sering

disebut dengan data uji coba sedangkan data yang kedua berkenaan dengan

efektivitas penggunaan produk multimedia interaktif untuk pembelajaran

sinematografi atau disebut dengan data uji efektivitas

10

Data yang berkenaan dengan penilaian responden tentang kelaikan produk

dijaring melalui instrumen angket dan catatan maupun saran perbaikan dari

responden Sedangkan data yang berkenaan dengan efektivitas produk dijaring

dengan instrumen tes dan instrumen pedoman wawancara

1 Data yang Berkenaan dengan Kelaikan Produk

a Data Validasi Ahli Materi

Data yang diperoleh dari penilaian oleh 2 orang ahli materi ditinjau

dari aspek pembelajaran menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada

aspek ini adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 64 dan rerata

skor 427 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria sangat baik Untuk aspek isinya jumlah skor diperoleh 635 dan

rerata skor 423 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria sangat baik

b Data Validasi Ahli Media

Data yang diperoleh dari penilaian oleh 2 orang ahli media untuk

aspek tampilan menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada aspek ini

adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 70 dan rerata skor

467 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor dari ahli media untuk

aspek tampilan produk multimedia ini termasuk dalam kriteria sangat

baik Untuk aspek pemrogramannya jumlah skor diperoleh 68 dan rerata

skor 453 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria sangat baik

c Data Uji Coba Satu-satu

11

data yang diperoleh menunjukkan bahwa item-item yang dinilai

pada aspek pembelajaran adalah cukup baik dan sangat baik Jumlah skor

diperoleh 5867 dan rerata skor 391 Setelah dikonversikan dalam skala 5

skor ini masuk dalam kriteria baik Untuk aspek isi jumlah skor diperoleh

5867 dan rerata skor 391 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini

masuk dalam kriteria baik Jumlah skor aspek tampilan diperoleh 583 dan

rerata skor 389 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini termasuk

dalam kriteria baik Jumlah skor untuk aspek program diperoleh 6133 dan

rerata skor 409 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria sangat baik

d Data Uji Coba Kelompok Kecil

Data hasil penilaian produk pada uji kelompok kecil untuk aspek

pembelajaran menunjukan bahwa jumlah skor diperoleh 5713 dan rerata

skor 381 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria baik Jumlah skor pada aspek isi diperoleh 5588 dan rerata skor

373 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria

baik Jumlah skor aspek tampilan diperoleh 575 dan rerata skor 383

Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik

Jumlah skor aspek program diperoleh 5638 dan rerata skor 376 Setelah

dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik Secara

keseluruhan aspek yang dinilai dari hasil uji coba kelompok kecil masuk

dalam kriteria baik

12

e Data Uji Coba Lapangan

Uji coba lapangan dilakukan oleh 20 orang mahasiswa S1 reguler

semester 3 Jurusan KTP FIP di laboratorium komputer FIP UNY Dalam

uji coba lapangan ini mahasiswa juga diminta mengisi lembar evaluasi

yang mencakup beberapa aspek penilaian yaitu aspek pembelajaran aspek

isi aspek tampilan dan aspek pemprograman

Unstuk aspek pembelajaran pada uji coba lapangan hasil data yang

diperoleh menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada aspek

pembelajaran adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 5885

dan rerata skor 392 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria baik Jumlah skor sspek isi diperoleh 54753 dan rerata

skor 365 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria baik Jumlah skor untuk aspek tampilan diperoleh 5605 dan

rerata skor 374 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria baik Jumlah skor diperoleh 5595 dan rerata skor 373

Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa kualitas produk

multimedia interaktif pembelajaran sinematografi yang dikembangkan

ditinjau dari aspek pembelajaran aspek isi aspek tampilan dan aspek

pemrograman adalah baik Berikut ini disajikan hasil persentase kualitas

13

pengembangan multimedia interaktif untuk materi pembelajaran

sinematografi

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Uji Coba Lapangan

Empat Aspek dalam Pengembangan Multimedia Interaktif

Pembelajaran Sinematografi

Aspek Penilaian Rerata Skor

Pembelajaran 392 2606

Isi 365 2427

Tampilan 374 2487

Pemrograman 373 2480

Rerata Skor keseluruhan 376

Kriteria Baik

2 Data yang Berkenaan dengan Efektivitas Produk

a Analisis Data Skor Pre-test dan Post-test

Efektivitas produk dilihat dari pencapaian kenaikan skor rerata post-

test terhadap skor rerata pre-test penggunaan multimedia interaktif untuk

pembelajaran sinematografi oleh mahasiswa adalah sebesar 1454

Diagram batang hasil perolehan skor pre-test dan post-test dapat dilihat

pada (Gambar 2 dan 3) di bawah ini

14

0

05

1

15

2

25

3

35

4

43 53 60 66 72 76 86

frekfuensi

Gambar 2 Diagram Batang Hasil Pre Test

0

05

1

15

2

25

3

35

4

56 63 73 80 86

frekfuensi

Gambar 3 Diagram Batang Hasil Post Test

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa rerata skor pre-test

mahasiswa sebelum menggunakan produk akhir multimedia ini adalah

sebesar 657 Sesudah mahasiswa menggunakan produk akhir multimedia

ini diperoleh skor sebesar 7525 Kenaikan skor dari pre test ke post test

adalah 955 atau sebesar 1454 Hal ini membuktikan bahwa telah

terjadi peningkatan pemahaman mahasiswa atas materi yang terdapat pada

produk akhir multimedia ini Analisis ini juga membuktikan bahwa

produk akhir multimedia interaktif yang telah dikembangkan tersebut

efektif untuk pembelajaran sinematografi

Skor Pre Test

Skor Post Test

15

b Analisis Data Observasi dan Wawancara

Selain kenaikan skor rerata post-test terhadap skor rerata pre-test

yang mengungkap data tingkat penguasaan materi pengguna Hasil

penjaringan data melalui instrumen check list observasi dan dilengkapi

dengan hasil wawancara untuk mengungkap motivasi mahasiswa

pengguna selama proses pembelajaran mengggunakan multimedia

interaktif ini

1) Komponen resistensi penguasan materi mahasiswa yang diperoleh

selama menggunakan produk akhir ditunjukan dengan dua indikator

yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menyerap dan memahami

materi produk ini dengan cepat sebanyak 16 orang atau 80 Hal ini

juga bisa diamati dari hasil skor pre test dan post test yang

menunjukan bahwa ada 4 orang mahasiswa yang tidak mengalami

peningkatan skor (kenaikannya sebesar 0) (b) jumlah mahasiswa

yang memiliki daya ingat tinggi atas materi yang telah dipelajarinya

dalam jangka waktu lama sebanyak 11 orang atau 55

2) Komponen perubahan sikap mahasiswa terhadap produk multimedia

selama menggunakan produk akhir ditunjukan dengan tiga indikator

yaitu (a) jumlah mahasiswa yang tertarik atas penggunaan produk

akhir ini sebanyak 17 orang atau 85 Hal ini ditunjukan dengan

antusias mahasiswa dalam menggunakan media ini secara serius (b)

jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan kemandiriannya selama

proses pembelajaran dengan menggunakan produk akhir multimedia

16

ini sebanyak 19 orang atau 95 Hal ini ditunjukan dengan kelancaran

penggunaan produk multimedia ini tanpa masalah berarti Mahasiswa

mampu memahami petunjuk penggunaan multimedia ini tanpa harus

menanyakannya pada dosen (c) jumlah mahasiswa yang merasa puas

atas penggunaan produk akhir ini sebanyak 20 orang atau 100 Hal

ini ditunjukkan dengan keinginan seluruh mahasiswa responden yang

menginginkan produk akhir ini dari pengembang sebagai bahan

pembelajaran alternatifnya masing-masing

3) Komponen kinerja mahasiswa dalam menerapkan materi yang

diperoleh dari produk akhir multimedia ini ditunjukan dengan dua

indikator yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menunjukan

kecepatan dalam memprektekan materi sinematografi ini sebanyak 18

orang atau 90 (b) jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan

ketepatan dalam mempraktekan materi sinematografi ini sebanyak 16

orang atau 80

Kesimpulan dan Saran

Hasil penelitian pengembangan ini dapat disimpulkan (1) Semua prosedur

pengembangan dalam penelitian ini telah selesai dilakukan hingga menghasilkan

produk multimedia interaktif dalam bentuk kepingan CD program pembelajaran

sinematografi yang telah memenuhi kriteria kelaikan (2) Kelaikan aspek

pembelajaran produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik

dengan skor 392 (3) Kelaikan aspek isi produk multimedia interaktif ini

17

termasuk dalam kriteria baik dengan skor 365 (4) Kelaikan aspek tampilan

produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik dengan skor 374

(5) Kelaikan aspek pemrograman produk multimedia interaktif ini termasuk

dalam kriteria baik dengan skor 373 (6) Produk multimedia interaktif ini efektif

digunakan untuk pembelajaran sinematografi Hal ini dibuktikan dengan

kenaikan rerata skor post test atas skor pre test dari pengguna sebesar 955 atau

sebesar 1454 dalam satu kali pertemuan Selain itu data hasil observasi dan

wawancara menunjukan bahwa produk multimedia interaktif ini mampu

memotivasi mahasiswa (pengguna) pada saat proses pembelajarannya

Meskipun produk multimedia ini secara kelaikan dapat dinyatakan

berkriteria baik dan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran sinematografi

produk multimedia interaktif ini juga memiliki kelemahan Kelemahan tersebut

antara lain materi dalam program ini belum menggunakan metode simulasi untuk

menerangkan hal-hal yang bersifat praktis latihan soal dan tes akhir produk ini

kurang bervariasi karena hanya berbentuk tes objektif pilihan ganda Efektivitas

produk penelitian ini juga belum sempat diteliti secara lebih jauh dengan

menggunakan kelompok sasaran dan kelompok pembanding maupun untuk

kelompok sasaran yang lebih luas lagi

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan tersebut maka disarankan (1)

Perlu diupayakan pengembangan multimedia interaktif pembelajaran

sinematografi dengan mengoptimalkan metode penyajian secara simulatif (2)

Perlu dikembangkan lagi produk multimedia interaktif ini dengan bentuk soal

latihan maupun tes yang lebih bervariasi (3) Perlu diupayakan kegiatan penelitian

18

lebih lanjut untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan produk multimedia

interaktif ini baik dengan metode penelitian tindakan kelas maupun penelitian

eksperimen (4) Produk multimedia interaktif ini perlu diimplementasikan pada

kelompok mahasiswa S1 semester 2 KTP FIP UNY sebagai sasaran utama pada

saat berlangsungnya perkuliahan sinematografi di semester genap (5) Perlunya

sosialisasi serta penggunaan produk penelitian ini dengan kelompok sasaran yang

lebih luas lagi terutama untuk kelompok atau komunitas pembuat film

independent yang sudah marak di masyarakat

19

DAFTAR PUSTAKA

AECT (1977) The definition of educational technology Washington DC

Association for Educational Communication and Technology

Atwi Suparman (2001) Desain Instruksional Jakarta Tim PAU PPAI

Universitas Terbuka

Borg Walter R amp Gall M D (1983) Educational research An introduction

(4th

ed) New York amp London Logman

Criswell E L (1989) The design of computer-based instruction New York

Macmillan Publishing Compani

CAsri Budiningsih (2003) Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Dick W amp Carey L (1990) The systematic design of instruction (3rd

ed)

Glecview Illinois Scott Foresman and Company

Elizabeth B Hurlock 1980 Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan Erlangga Jakarta

Hannafin Michael J 1988 The Design Development and Evaluation of

Instructional Software New York Macmillan Publishing Company

Heinich R (et al) (1996) Instructional media and technologies for learning

(5td

ed) Englewood cliffs NJ A Simon amp Schuster Company

IRFA Media (2007) Halaman Muka httpIRFA MEDIAcom

Jenks Michael S amp Spinger John M A view of the research of efficacy of CAI

Electronic Journal for the Integration of Technology in Education Vol 1

No 2 Diambil pada tanggal 21 Maret 2008 dari

httpejiteisueduvolume1No2Jenkspdf

Keller J M (1983) Motivation Design of Instruction in Instructional-Design

Theories and Models An Overview of Their Current Status Hillsdale

Lawrence Erlbaum Associates Publishers

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY (2006) Kurikulum

Mata Kuliah Sinematografi KTP FIP UNY

20

Lee William W 2004 Multimedia Based Instructional Design Secend

Edition San Francisco Preiffer

Murti Kusuma Wirasti 2003 Pengantar Sinematografi Buku Pegangan

Kuliah Yogyakarta Fakultas Ilmu Pendidikan UNY

Philips Rob 1997 The Developers Handbook to Interactive Multimedia

(Practcal Guide for Educational Aplication) London Kogan Page

Seel B B amp Rickey R C (1994) Instructionl technology the definition and

domain of the field Washington DC Association for Education

Communication and Technology

Sugiyono (2006) Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif

Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta

Sukardjo 2008 Hand Out materi evaluasi pembelajaran Yogyakarta Jurusan

Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana Universitas Negeri

Yogyakarta

Sunaryo Soenarto (2007) Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis TI

Makalah Lokakarya Desain Pembelajaran Universitas Muhamadiyah

Purworejo 19 Novermber 2007 Yogyakarta Program Pasca Sarjana

UNY

Suyanto M (2003) Multimedia untuk meningkatkan keunggulan bersaing

Yogyakarta Penerbit Andi

Walker D F amp Hess RD (1984) Instructional software Principles and

perspectives for design and use San Francisco Wadwort Publishing

Company

Wikipidea(2007) Film Diambil pada tanggal 29 Desember 2007 dari

http20985175104searchq=cachenat_jF_8kJidwikipideaorgwikifil

m=idampct=clnkampcd=2ampgl=id

Woolf Beverly amp Hall Wendy Interactive multimedia systems for teaching and

learning Diambil tanggal 7 Januari 2008 dari

httpekeesumasseduekepublicationsmultimedia_pedagoguespdf

Woolfolk A E (1984) Educational psychology for teachers (2rd

ed)

Englewood cliffs N J Prentice Hall Inc

21

BIODATA

Nama Estu Miyarso MPd

NIM 06707251002

Tempat dan Tanggal Lahir Tegal 3 Februari 1977

Agama Islam

Program Studi Teknologi Pembelajaran

Angkatan 2006

Alamat Ds Palgading RT 0318 Sinduharjo Ngaglik

Sleman ndash Yogyakarta

Pekerjaan Dosen Jurusan KTP FIP UNY

Kampus Karangmalang UNY

No HP 0811267949 - 02743286323

Motto Hal yang tidak akan berubah dalam hidup selain

perubahan itu sendiri adalah pilihan dan prinsip

Page 10: ESTU MIYARSO Developing of Interactive Multimedia for the ...staffnew.uny.ac.id/upload/132313279/penelitian/multimedia+interakt...penemuan dan kemajuan dari perpaduan teknologi optik

9

dalam penelitian ini adalah angket halaman tes lembar observasi lembar catatan

proses pengembangan dan penggunaan serta kamera photo digital

Pada evaluasi formatif data dijaring menggunakan skala likert dengan skala

penilaian 1 - 5 atau dari kriteria sangat kurang kurang cukup baik dan sangat

baik Data kemudian dianalisis secara statistik deskriptif persentase Produk

multimedia interaktif yang dikembangkan ini dapat dikatakan sudah layak

sebagai media pembelajaran untuk mata kuliah sinematografi apabila hasil

penilaian uji coba lapangan minimal termasuk dalam kriteria baik (Sukardjo

200852-53) Pada evaluasi sumatif data hasil skor pre test dari pembelajaran

yang menggunakan multimedia interaktif dibandingkan dengan data hasil skor

post test oleh sekelompok responden (pengguna) yang sama pada waktu (amatan)

yang berbeda Analisis perhitungannya menggunakan statistik deskriptif

persentase dari nilai rerata kenaikan antara post test dan pre test pengguna produk

akhir multimedia ini

Hasil Pengembangan

Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai pada dasarnya

kegiatan penelitian ini bermaksud menjaring dua buah data Data pertama

berkenaan dengan penilaian responden tentang kelaikan produk atau sering

disebut dengan data uji coba sedangkan data yang kedua berkenaan dengan

efektivitas penggunaan produk multimedia interaktif untuk pembelajaran

sinematografi atau disebut dengan data uji efektivitas

10

Data yang berkenaan dengan penilaian responden tentang kelaikan produk

dijaring melalui instrumen angket dan catatan maupun saran perbaikan dari

responden Sedangkan data yang berkenaan dengan efektivitas produk dijaring

dengan instrumen tes dan instrumen pedoman wawancara

1 Data yang Berkenaan dengan Kelaikan Produk

a Data Validasi Ahli Materi

Data yang diperoleh dari penilaian oleh 2 orang ahli materi ditinjau

dari aspek pembelajaran menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada

aspek ini adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 64 dan rerata

skor 427 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria sangat baik Untuk aspek isinya jumlah skor diperoleh 635 dan

rerata skor 423 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria sangat baik

b Data Validasi Ahli Media

Data yang diperoleh dari penilaian oleh 2 orang ahli media untuk

aspek tampilan menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada aspek ini

adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 70 dan rerata skor

467 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor dari ahli media untuk

aspek tampilan produk multimedia ini termasuk dalam kriteria sangat

baik Untuk aspek pemrogramannya jumlah skor diperoleh 68 dan rerata

skor 453 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria sangat baik

c Data Uji Coba Satu-satu

11

data yang diperoleh menunjukkan bahwa item-item yang dinilai

pada aspek pembelajaran adalah cukup baik dan sangat baik Jumlah skor

diperoleh 5867 dan rerata skor 391 Setelah dikonversikan dalam skala 5

skor ini masuk dalam kriteria baik Untuk aspek isi jumlah skor diperoleh

5867 dan rerata skor 391 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini

masuk dalam kriteria baik Jumlah skor aspek tampilan diperoleh 583 dan

rerata skor 389 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini termasuk

dalam kriteria baik Jumlah skor untuk aspek program diperoleh 6133 dan

rerata skor 409 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria sangat baik

d Data Uji Coba Kelompok Kecil

Data hasil penilaian produk pada uji kelompok kecil untuk aspek

pembelajaran menunjukan bahwa jumlah skor diperoleh 5713 dan rerata

skor 381 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria baik Jumlah skor pada aspek isi diperoleh 5588 dan rerata skor

373 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria

baik Jumlah skor aspek tampilan diperoleh 575 dan rerata skor 383

Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik

Jumlah skor aspek program diperoleh 5638 dan rerata skor 376 Setelah

dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik Secara

keseluruhan aspek yang dinilai dari hasil uji coba kelompok kecil masuk

dalam kriteria baik

12

e Data Uji Coba Lapangan

Uji coba lapangan dilakukan oleh 20 orang mahasiswa S1 reguler

semester 3 Jurusan KTP FIP di laboratorium komputer FIP UNY Dalam

uji coba lapangan ini mahasiswa juga diminta mengisi lembar evaluasi

yang mencakup beberapa aspek penilaian yaitu aspek pembelajaran aspek

isi aspek tampilan dan aspek pemprograman

Unstuk aspek pembelajaran pada uji coba lapangan hasil data yang

diperoleh menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada aspek

pembelajaran adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 5885

dan rerata skor 392 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria baik Jumlah skor sspek isi diperoleh 54753 dan rerata

skor 365 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria baik Jumlah skor untuk aspek tampilan diperoleh 5605 dan

rerata skor 374 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria baik Jumlah skor diperoleh 5595 dan rerata skor 373

Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa kualitas produk

multimedia interaktif pembelajaran sinematografi yang dikembangkan

ditinjau dari aspek pembelajaran aspek isi aspek tampilan dan aspek

pemrograman adalah baik Berikut ini disajikan hasil persentase kualitas

13

pengembangan multimedia interaktif untuk materi pembelajaran

sinematografi

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Uji Coba Lapangan

Empat Aspek dalam Pengembangan Multimedia Interaktif

Pembelajaran Sinematografi

Aspek Penilaian Rerata Skor

Pembelajaran 392 2606

Isi 365 2427

Tampilan 374 2487

Pemrograman 373 2480

Rerata Skor keseluruhan 376

Kriteria Baik

2 Data yang Berkenaan dengan Efektivitas Produk

a Analisis Data Skor Pre-test dan Post-test

Efektivitas produk dilihat dari pencapaian kenaikan skor rerata post-

test terhadap skor rerata pre-test penggunaan multimedia interaktif untuk

pembelajaran sinematografi oleh mahasiswa adalah sebesar 1454

Diagram batang hasil perolehan skor pre-test dan post-test dapat dilihat

pada (Gambar 2 dan 3) di bawah ini

14

0

05

1

15

2

25

3

35

4

43 53 60 66 72 76 86

frekfuensi

Gambar 2 Diagram Batang Hasil Pre Test

0

05

1

15

2

25

3

35

4

56 63 73 80 86

frekfuensi

Gambar 3 Diagram Batang Hasil Post Test

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa rerata skor pre-test

mahasiswa sebelum menggunakan produk akhir multimedia ini adalah

sebesar 657 Sesudah mahasiswa menggunakan produk akhir multimedia

ini diperoleh skor sebesar 7525 Kenaikan skor dari pre test ke post test

adalah 955 atau sebesar 1454 Hal ini membuktikan bahwa telah

terjadi peningkatan pemahaman mahasiswa atas materi yang terdapat pada

produk akhir multimedia ini Analisis ini juga membuktikan bahwa

produk akhir multimedia interaktif yang telah dikembangkan tersebut

efektif untuk pembelajaran sinematografi

Skor Pre Test

Skor Post Test

15

b Analisis Data Observasi dan Wawancara

Selain kenaikan skor rerata post-test terhadap skor rerata pre-test

yang mengungkap data tingkat penguasaan materi pengguna Hasil

penjaringan data melalui instrumen check list observasi dan dilengkapi

dengan hasil wawancara untuk mengungkap motivasi mahasiswa

pengguna selama proses pembelajaran mengggunakan multimedia

interaktif ini

1) Komponen resistensi penguasan materi mahasiswa yang diperoleh

selama menggunakan produk akhir ditunjukan dengan dua indikator

yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menyerap dan memahami

materi produk ini dengan cepat sebanyak 16 orang atau 80 Hal ini

juga bisa diamati dari hasil skor pre test dan post test yang

menunjukan bahwa ada 4 orang mahasiswa yang tidak mengalami

peningkatan skor (kenaikannya sebesar 0) (b) jumlah mahasiswa

yang memiliki daya ingat tinggi atas materi yang telah dipelajarinya

dalam jangka waktu lama sebanyak 11 orang atau 55

2) Komponen perubahan sikap mahasiswa terhadap produk multimedia

selama menggunakan produk akhir ditunjukan dengan tiga indikator

yaitu (a) jumlah mahasiswa yang tertarik atas penggunaan produk

akhir ini sebanyak 17 orang atau 85 Hal ini ditunjukan dengan

antusias mahasiswa dalam menggunakan media ini secara serius (b)

jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan kemandiriannya selama

proses pembelajaran dengan menggunakan produk akhir multimedia

16

ini sebanyak 19 orang atau 95 Hal ini ditunjukan dengan kelancaran

penggunaan produk multimedia ini tanpa masalah berarti Mahasiswa

mampu memahami petunjuk penggunaan multimedia ini tanpa harus

menanyakannya pada dosen (c) jumlah mahasiswa yang merasa puas

atas penggunaan produk akhir ini sebanyak 20 orang atau 100 Hal

ini ditunjukkan dengan keinginan seluruh mahasiswa responden yang

menginginkan produk akhir ini dari pengembang sebagai bahan

pembelajaran alternatifnya masing-masing

3) Komponen kinerja mahasiswa dalam menerapkan materi yang

diperoleh dari produk akhir multimedia ini ditunjukan dengan dua

indikator yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menunjukan

kecepatan dalam memprektekan materi sinematografi ini sebanyak 18

orang atau 90 (b) jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan

ketepatan dalam mempraktekan materi sinematografi ini sebanyak 16

orang atau 80

Kesimpulan dan Saran

Hasil penelitian pengembangan ini dapat disimpulkan (1) Semua prosedur

pengembangan dalam penelitian ini telah selesai dilakukan hingga menghasilkan

produk multimedia interaktif dalam bentuk kepingan CD program pembelajaran

sinematografi yang telah memenuhi kriteria kelaikan (2) Kelaikan aspek

pembelajaran produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik

dengan skor 392 (3) Kelaikan aspek isi produk multimedia interaktif ini

17

termasuk dalam kriteria baik dengan skor 365 (4) Kelaikan aspek tampilan

produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik dengan skor 374

(5) Kelaikan aspek pemrograman produk multimedia interaktif ini termasuk

dalam kriteria baik dengan skor 373 (6) Produk multimedia interaktif ini efektif

digunakan untuk pembelajaran sinematografi Hal ini dibuktikan dengan

kenaikan rerata skor post test atas skor pre test dari pengguna sebesar 955 atau

sebesar 1454 dalam satu kali pertemuan Selain itu data hasil observasi dan

wawancara menunjukan bahwa produk multimedia interaktif ini mampu

memotivasi mahasiswa (pengguna) pada saat proses pembelajarannya

Meskipun produk multimedia ini secara kelaikan dapat dinyatakan

berkriteria baik dan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran sinematografi

produk multimedia interaktif ini juga memiliki kelemahan Kelemahan tersebut

antara lain materi dalam program ini belum menggunakan metode simulasi untuk

menerangkan hal-hal yang bersifat praktis latihan soal dan tes akhir produk ini

kurang bervariasi karena hanya berbentuk tes objektif pilihan ganda Efektivitas

produk penelitian ini juga belum sempat diteliti secara lebih jauh dengan

menggunakan kelompok sasaran dan kelompok pembanding maupun untuk

kelompok sasaran yang lebih luas lagi

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan tersebut maka disarankan (1)

Perlu diupayakan pengembangan multimedia interaktif pembelajaran

sinematografi dengan mengoptimalkan metode penyajian secara simulatif (2)

Perlu dikembangkan lagi produk multimedia interaktif ini dengan bentuk soal

latihan maupun tes yang lebih bervariasi (3) Perlu diupayakan kegiatan penelitian

18

lebih lanjut untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan produk multimedia

interaktif ini baik dengan metode penelitian tindakan kelas maupun penelitian

eksperimen (4) Produk multimedia interaktif ini perlu diimplementasikan pada

kelompok mahasiswa S1 semester 2 KTP FIP UNY sebagai sasaran utama pada

saat berlangsungnya perkuliahan sinematografi di semester genap (5) Perlunya

sosialisasi serta penggunaan produk penelitian ini dengan kelompok sasaran yang

lebih luas lagi terutama untuk kelompok atau komunitas pembuat film

independent yang sudah marak di masyarakat

19

DAFTAR PUSTAKA

AECT (1977) The definition of educational technology Washington DC

Association for Educational Communication and Technology

Atwi Suparman (2001) Desain Instruksional Jakarta Tim PAU PPAI

Universitas Terbuka

Borg Walter R amp Gall M D (1983) Educational research An introduction

(4th

ed) New York amp London Logman

Criswell E L (1989) The design of computer-based instruction New York

Macmillan Publishing Compani

CAsri Budiningsih (2003) Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Dick W amp Carey L (1990) The systematic design of instruction (3rd

ed)

Glecview Illinois Scott Foresman and Company

Elizabeth B Hurlock 1980 Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan Erlangga Jakarta

Hannafin Michael J 1988 The Design Development and Evaluation of

Instructional Software New York Macmillan Publishing Company

Heinich R (et al) (1996) Instructional media and technologies for learning

(5td

ed) Englewood cliffs NJ A Simon amp Schuster Company

IRFA Media (2007) Halaman Muka httpIRFA MEDIAcom

Jenks Michael S amp Spinger John M A view of the research of efficacy of CAI

Electronic Journal for the Integration of Technology in Education Vol 1

No 2 Diambil pada tanggal 21 Maret 2008 dari

httpejiteisueduvolume1No2Jenkspdf

Keller J M (1983) Motivation Design of Instruction in Instructional-Design

Theories and Models An Overview of Their Current Status Hillsdale

Lawrence Erlbaum Associates Publishers

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY (2006) Kurikulum

Mata Kuliah Sinematografi KTP FIP UNY

20

Lee William W 2004 Multimedia Based Instructional Design Secend

Edition San Francisco Preiffer

Murti Kusuma Wirasti 2003 Pengantar Sinematografi Buku Pegangan

Kuliah Yogyakarta Fakultas Ilmu Pendidikan UNY

Philips Rob 1997 The Developers Handbook to Interactive Multimedia

(Practcal Guide for Educational Aplication) London Kogan Page

Seel B B amp Rickey R C (1994) Instructionl technology the definition and

domain of the field Washington DC Association for Education

Communication and Technology

Sugiyono (2006) Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif

Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta

Sukardjo 2008 Hand Out materi evaluasi pembelajaran Yogyakarta Jurusan

Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana Universitas Negeri

Yogyakarta

Sunaryo Soenarto (2007) Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis TI

Makalah Lokakarya Desain Pembelajaran Universitas Muhamadiyah

Purworejo 19 Novermber 2007 Yogyakarta Program Pasca Sarjana

UNY

Suyanto M (2003) Multimedia untuk meningkatkan keunggulan bersaing

Yogyakarta Penerbit Andi

Walker D F amp Hess RD (1984) Instructional software Principles and

perspectives for design and use San Francisco Wadwort Publishing

Company

Wikipidea(2007) Film Diambil pada tanggal 29 Desember 2007 dari

http20985175104searchq=cachenat_jF_8kJidwikipideaorgwikifil

m=idampct=clnkampcd=2ampgl=id

Woolf Beverly amp Hall Wendy Interactive multimedia systems for teaching and

learning Diambil tanggal 7 Januari 2008 dari

httpekeesumasseduekepublicationsmultimedia_pedagoguespdf

Woolfolk A E (1984) Educational psychology for teachers (2rd

ed)

Englewood cliffs N J Prentice Hall Inc

21

BIODATA

Nama Estu Miyarso MPd

NIM 06707251002

Tempat dan Tanggal Lahir Tegal 3 Februari 1977

Agama Islam

Program Studi Teknologi Pembelajaran

Angkatan 2006

Alamat Ds Palgading RT 0318 Sinduharjo Ngaglik

Sleman ndash Yogyakarta

Pekerjaan Dosen Jurusan KTP FIP UNY

Kampus Karangmalang UNY

No HP 0811267949 - 02743286323

Motto Hal yang tidak akan berubah dalam hidup selain

perubahan itu sendiri adalah pilihan dan prinsip

Page 11: ESTU MIYARSO Developing of Interactive Multimedia for the ...staffnew.uny.ac.id/upload/132313279/penelitian/multimedia+interakt...penemuan dan kemajuan dari perpaduan teknologi optik

10

Data yang berkenaan dengan penilaian responden tentang kelaikan produk

dijaring melalui instrumen angket dan catatan maupun saran perbaikan dari

responden Sedangkan data yang berkenaan dengan efektivitas produk dijaring

dengan instrumen tes dan instrumen pedoman wawancara

1 Data yang Berkenaan dengan Kelaikan Produk

a Data Validasi Ahli Materi

Data yang diperoleh dari penilaian oleh 2 orang ahli materi ditinjau

dari aspek pembelajaran menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada

aspek ini adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 64 dan rerata

skor 427 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria sangat baik Untuk aspek isinya jumlah skor diperoleh 635 dan

rerata skor 423 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria sangat baik

b Data Validasi Ahli Media

Data yang diperoleh dari penilaian oleh 2 orang ahli media untuk

aspek tampilan menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada aspek ini

adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 70 dan rerata skor

467 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor dari ahli media untuk

aspek tampilan produk multimedia ini termasuk dalam kriteria sangat

baik Untuk aspek pemrogramannya jumlah skor diperoleh 68 dan rerata

skor 453 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria sangat baik

c Data Uji Coba Satu-satu

11

data yang diperoleh menunjukkan bahwa item-item yang dinilai

pada aspek pembelajaran adalah cukup baik dan sangat baik Jumlah skor

diperoleh 5867 dan rerata skor 391 Setelah dikonversikan dalam skala 5

skor ini masuk dalam kriteria baik Untuk aspek isi jumlah skor diperoleh

5867 dan rerata skor 391 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini

masuk dalam kriteria baik Jumlah skor aspek tampilan diperoleh 583 dan

rerata skor 389 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini termasuk

dalam kriteria baik Jumlah skor untuk aspek program diperoleh 6133 dan

rerata skor 409 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria sangat baik

d Data Uji Coba Kelompok Kecil

Data hasil penilaian produk pada uji kelompok kecil untuk aspek

pembelajaran menunjukan bahwa jumlah skor diperoleh 5713 dan rerata

skor 381 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria baik Jumlah skor pada aspek isi diperoleh 5588 dan rerata skor

373 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria

baik Jumlah skor aspek tampilan diperoleh 575 dan rerata skor 383

Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik

Jumlah skor aspek program diperoleh 5638 dan rerata skor 376 Setelah

dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik Secara

keseluruhan aspek yang dinilai dari hasil uji coba kelompok kecil masuk

dalam kriteria baik

12

e Data Uji Coba Lapangan

Uji coba lapangan dilakukan oleh 20 orang mahasiswa S1 reguler

semester 3 Jurusan KTP FIP di laboratorium komputer FIP UNY Dalam

uji coba lapangan ini mahasiswa juga diminta mengisi lembar evaluasi

yang mencakup beberapa aspek penilaian yaitu aspek pembelajaran aspek

isi aspek tampilan dan aspek pemprograman

Unstuk aspek pembelajaran pada uji coba lapangan hasil data yang

diperoleh menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada aspek

pembelajaran adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 5885

dan rerata skor 392 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria baik Jumlah skor sspek isi diperoleh 54753 dan rerata

skor 365 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria baik Jumlah skor untuk aspek tampilan diperoleh 5605 dan

rerata skor 374 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria baik Jumlah skor diperoleh 5595 dan rerata skor 373

Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa kualitas produk

multimedia interaktif pembelajaran sinematografi yang dikembangkan

ditinjau dari aspek pembelajaran aspek isi aspek tampilan dan aspek

pemrograman adalah baik Berikut ini disajikan hasil persentase kualitas

13

pengembangan multimedia interaktif untuk materi pembelajaran

sinematografi

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Uji Coba Lapangan

Empat Aspek dalam Pengembangan Multimedia Interaktif

Pembelajaran Sinematografi

Aspek Penilaian Rerata Skor

Pembelajaran 392 2606

Isi 365 2427

Tampilan 374 2487

Pemrograman 373 2480

Rerata Skor keseluruhan 376

Kriteria Baik

2 Data yang Berkenaan dengan Efektivitas Produk

a Analisis Data Skor Pre-test dan Post-test

Efektivitas produk dilihat dari pencapaian kenaikan skor rerata post-

test terhadap skor rerata pre-test penggunaan multimedia interaktif untuk

pembelajaran sinematografi oleh mahasiswa adalah sebesar 1454

Diagram batang hasil perolehan skor pre-test dan post-test dapat dilihat

pada (Gambar 2 dan 3) di bawah ini

14

0

05

1

15

2

25

3

35

4

43 53 60 66 72 76 86

frekfuensi

Gambar 2 Diagram Batang Hasil Pre Test

0

05

1

15

2

25

3

35

4

56 63 73 80 86

frekfuensi

Gambar 3 Diagram Batang Hasil Post Test

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa rerata skor pre-test

mahasiswa sebelum menggunakan produk akhir multimedia ini adalah

sebesar 657 Sesudah mahasiswa menggunakan produk akhir multimedia

ini diperoleh skor sebesar 7525 Kenaikan skor dari pre test ke post test

adalah 955 atau sebesar 1454 Hal ini membuktikan bahwa telah

terjadi peningkatan pemahaman mahasiswa atas materi yang terdapat pada

produk akhir multimedia ini Analisis ini juga membuktikan bahwa

produk akhir multimedia interaktif yang telah dikembangkan tersebut

efektif untuk pembelajaran sinematografi

Skor Pre Test

Skor Post Test

15

b Analisis Data Observasi dan Wawancara

Selain kenaikan skor rerata post-test terhadap skor rerata pre-test

yang mengungkap data tingkat penguasaan materi pengguna Hasil

penjaringan data melalui instrumen check list observasi dan dilengkapi

dengan hasil wawancara untuk mengungkap motivasi mahasiswa

pengguna selama proses pembelajaran mengggunakan multimedia

interaktif ini

1) Komponen resistensi penguasan materi mahasiswa yang diperoleh

selama menggunakan produk akhir ditunjukan dengan dua indikator

yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menyerap dan memahami

materi produk ini dengan cepat sebanyak 16 orang atau 80 Hal ini

juga bisa diamati dari hasil skor pre test dan post test yang

menunjukan bahwa ada 4 orang mahasiswa yang tidak mengalami

peningkatan skor (kenaikannya sebesar 0) (b) jumlah mahasiswa

yang memiliki daya ingat tinggi atas materi yang telah dipelajarinya

dalam jangka waktu lama sebanyak 11 orang atau 55

2) Komponen perubahan sikap mahasiswa terhadap produk multimedia

selama menggunakan produk akhir ditunjukan dengan tiga indikator

yaitu (a) jumlah mahasiswa yang tertarik atas penggunaan produk

akhir ini sebanyak 17 orang atau 85 Hal ini ditunjukan dengan

antusias mahasiswa dalam menggunakan media ini secara serius (b)

jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan kemandiriannya selama

proses pembelajaran dengan menggunakan produk akhir multimedia

16

ini sebanyak 19 orang atau 95 Hal ini ditunjukan dengan kelancaran

penggunaan produk multimedia ini tanpa masalah berarti Mahasiswa

mampu memahami petunjuk penggunaan multimedia ini tanpa harus

menanyakannya pada dosen (c) jumlah mahasiswa yang merasa puas

atas penggunaan produk akhir ini sebanyak 20 orang atau 100 Hal

ini ditunjukkan dengan keinginan seluruh mahasiswa responden yang

menginginkan produk akhir ini dari pengembang sebagai bahan

pembelajaran alternatifnya masing-masing

3) Komponen kinerja mahasiswa dalam menerapkan materi yang

diperoleh dari produk akhir multimedia ini ditunjukan dengan dua

indikator yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menunjukan

kecepatan dalam memprektekan materi sinematografi ini sebanyak 18

orang atau 90 (b) jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan

ketepatan dalam mempraktekan materi sinematografi ini sebanyak 16

orang atau 80

Kesimpulan dan Saran

Hasil penelitian pengembangan ini dapat disimpulkan (1) Semua prosedur

pengembangan dalam penelitian ini telah selesai dilakukan hingga menghasilkan

produk multimedia interaktif dalam bentuk kepingan CD program pembelajaran

sinematografi yang telah memenuhi kriteria kelaikan (2) Kelaikan aspek

pembelajaran produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik

dengan skor 392 (3) Kelaikan aspek isi produk multimedia interaktif ini

17

termasuk dalam kriteria baik dengan skor 365 (4) Kelaikan aspek tampilan

produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik dengan skor 374

(5) Kelaikan aspek pemrograman produk multimedia interaktif ini termasuk

dalam kriteria baik dengan skor 373 (6) Produk multimedia interaktif ini efektif

digunakan untuk pembelajaran sinematografi Hal ini dibuktikan dengan

kenaikan rerata skor post test atas skor pre test dari pengguna sebesar 955 atau

sebesar 1454 dalam satu kali pertemuan Selain itu data hasil observasi dan

wawancara menunjukan bahwa produk multimedia interaktif ini mampu

memotivasi mahasiswa (pengguna) pada saat proses pembelajarannya

Meskipun produk multimedia ini secara kelaikan dapat dinyatakan

berkriteria baik dan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran sinematografi

produk multimedia interaktif ini juga memiliki kelemahan Kelemahan tersebut

antara lain materi dalam program ini belum menggunakan metode simulasi untuk

menerangkan hal-hal yang bersifat praktis latihan soal dan tes akhir produk ini

kurang bervariasi karena hanya berbentuk tes objektif pilihan ganda Efektivitas

produk penelitian ini juga belum sempat diteliti secara lebih jauh dengan

menggunakan kelompok sasaran dan kelompok pembanding maupun untuk

kelompok sasaran yang lebih luas lagi

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan tersebut maka disarankan (1)

Perlu diupayakan pengembangan multimedia interaktif pembelajaran

sinematografi dengan mengoptimalkan metode penyajian secara simulatif (2)

Perlu dikembangkan lagi produk multimedia interaktif ini dengan bentuk soal

latihan maupun tes yang lebih bervariasi (3) Perlu diupayakan kegiatan penelitian

18

lebih lanjut untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan produk multimedia

interaktif ini baik dengan metode penelitian tindakan kelas maupun penelitian

eksperimen (4) Produk multimedia interaktif ini perlu diimplementasikan pada

kelompok mahasiswa S1 semester 2 KTP FIP UNY sebagai sasaran utama pada

saat berlangsungnya perkuliahan sinematografi di semester genap (5) Perlunya

sosialisasi serta penggunaan produk penelitian ini dengan kelompok sasaran yang

lebih luas lagi terutama untuk kelompok atau komunitas pembuat film

independent yang sudah marak di masyarakat

19

DAFTAR PUSTAKA

AECT (1977) The definition of educational technology Washington DC

Association for Educational Communication and Technology

Atwi Suparman (2001) Desain Instruksional Jakarta Tim PAU PPAI

Universitas Terbuka

Borg Walter R amp Gall M D (1983) Educational research An introduction

(4th

ed) New York amp London Logman

Criswell E L (1989) The design of computer-based instruction New York

Macmillan Publishing Compani

CAsri Budiningsih (2003) Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Dick W amp Carey L (1990) The systematic design of instruction (3rd

ed)

Glecview Illinois Scott Foresman and Company

Elizabeth B Hurlock 1980 Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan Erlangga Jakarta

Hannafin Michael J 1988 The Design Development and Evaluation of

Instructional Software New York Macmillan Publishing Company

Heinich R (et al) (1996) Instructional media and technologies for learning

(5td

ed) Englewood cliffs NJ A Simon amp Schuster Company

IRFA Media (2007) Halaman Muka httpIRFA MEDIAcom

Jenks Michael S amp Spinger John M A view of the research of efficacy of CAI

Electronic Journal for the Integration of Technology in Education Vol 1

No 2 Diambil pada tanggal 21 Maret 2008 dari

httpejiteisueduvolume1No2Jenkspdf

Keller J M (1983) Motivation Design of Instruction in Instructional-Design

Theories and Models An Overview of Their Current Status Hillsdale

Lawrence Erlbaum Associates Publishers

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY (2006) Kurikulum

Mata Kuliah Sinematografi KTP FIP UNY

20

Lee William W 2004 Multimedia Based Instructional Design Secend

Edition San Francisco Preiffer

Murti Kusuma Wirasti 2003 Pengantar Sinematografi Buku Pegangan

Kuliah Yogyakarta Fakultas Ilmu Pendidikan UNY

Philips Rob 1997 The Developers Handbook to Interactive Multimedia

(Practcal Guide for Educational Aplication) London Kogan Page

Seel B B amp Rickey R C (1994) Instructionl technology the definition and

domain of the field Washington DC Association for Education

Communication and Technology

Sugiyono (2006) Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif

Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta

Sukardjo 2008 Hand Out materi evaluasi pembelajaran Yogyakarta Jurusan

Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana Universitas Negeri

Yogyakarta

Sunaryo Soenarto (2007) Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis TI

Makalah Lokakarya Desain Pembelajaran Universitas Muhamadiyah

Purworejo 19 Novermber 2007 Yogyakarta Program Pasca Sarjana

UNY

Suyanto M (2003) Multimedia untuk meningkatkan keunggulan bersaing

Yogyakarta Penerbit Andi

Walker D F amp Hess RD (1984) Instructional software Principles and

perspectives for design and use San Francisco Wadwort Publishing

Company

Wikipidea(2007) Film Diambil pada tanggal 29 Desember 2007 dari

http20985175104searchq=cachenat_jF_8kJidwikipideaorgwikifil

m=idampct=clnkampcd=2ampgl=id

Woolf Beverly amp Hall Wendy Interactive multimedia systems for teaching and

learning Diambil tanggal 7 Januari 2008 dari

httpekeesumasseduekepublicationsmultimedia_pedagoguespdf

Woolfolk A E (1984) Educational psychology for teachers (2rd

ed)

Englewood cliffs N J Prentice Hall Inc

21

BIODATA

Nama Estu Miyarso MPd

NIM 06707251002

Tempat dan Tanggal Lahir Tegal 3 Februari 1977

Agama Islam

Program Studi Teknologi Pembelajaran

Angkatan 2006

Alamat Ds Palgading RT 0318 Sinduharjo Ngaglik

Sleman ndash Yogyakarta

Pekerjaan Dosen Jurusan KTP FIP UNY

Kampus Karangmalang UNY

No HP 0811267949 - 02743286323

Motto Hal yang tidak akan berubah dalam hidup selain

perubahan itu sendiri adalah pilihan dan prinsip

Page 12: ESTU MIYARSO Developing of Interactive Multimedia for the ...staffnew.uny.ac.id/upload/132313279/penelitian/multimedia+interakt...penemuan dan kemajuan dari perpaduan teknologi optik

11

data yang diperoleh menunjukkan bahwa item-item yang dinilai

pada aspek pembelajaran adalah cukup baik dan sangat baik Jumlah skor

diperoleh 5867 dan rerata skor 391 Setelah dikonversikan dalam skala 5

skor ini masuk dalam kriteria baik Untuk aspek isi jumlah skor diperoleh

5867 dan rerata skor 391 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini

masuk dalam kriteria baik Jumlah skor aspek tampilan diperoleh 583 dan

rerata skor 389 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini termasuk

dalam kriteria baik Jumlah skor untuk aspek program diperoleh 6133 dan

rerata skor 409 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria sangat baik

d Data Uji Coba Kelompok Kecil

Data hasil penilaian produk pada uji kelompok kecil untuk aspek

pembelajaran menunjukan bahwa jumlah skor diperoleh 5713 dan rerata

skor 381 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria baik Jumlah skor pada aspek isi diperoleh 5588 dan rerata skor

373 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria

baik Jumlah skor aspek tampilan diperoleh 575 dan rerata skor 383

Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik

Jumlah skor aspek program diperoleh 5638 dan rerata skor 376 Setelah

dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik Secara

keseluruhan aspek yang dinilai dari hasil uji coba kelompok kecil masuk

dalam kriteria baik

12

e Data Uji Coba Lapangan

Uji coba lapangan dilakukan oleh 20 orang mahasiswa S1 reguler

semester 3 Jurusan KTP FIP di laboratorium komputer FIP UNY Dalam

uji coba lapangan ini mahasiswa juga diminta mengisi lembar evaluasi

yang mencakup beberapa aspek penilaian yaitu aspek pembelajaran aspek

isi aspek tampilan dan aspek pemprograman

Unstuk aspek pembelajaran pada uji coba lapangan hasil data yang

diperoleh menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada aspek

pembelajaran adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 5885

dan rerata skor 392 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria baik Jumlah skor sspek isi diperoleh 54753 dan rerata

skor 365 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria baik Jumlah skor untuk aspek tampilan diperoleh 5605 dan

rerata skor 374 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria baik Jumlah skor diperoleh 5595 dan rerata skor 373

Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa kualitas produk

multimedia interaktif pembelajaran sinematografi yang dikembangkan

ditinjau dari aspek pembelajaran aspek isi aspek tampilan dan aspek

pemrograman adalah baik Berikut ini disajikan hasil persentase kualitas

13

pengembangan multimedia interaktif untuk materi pembelajaran

sinematografi

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Uji Coba Lapangan

Empat Aspek dalam Pengembangan Multimedia Interaktif

Pembelajaran Sinematografi

Aspek Penilaian Rerata Skor

Pembelajaran 392 2606

Isi 365 2427

Tampilan 374 2487

Pemrograman 373 2480

Rerata Skor keseluruhan 376

Kriteria Baik

2 Data yang Berkenaan dengan Efektivitas Produk

a Analisis Data Skor Pre-test dan Post-test

Efektivitas produk dilihat dari pencapaian kenaikan skor rerata post-

test terhadap skor rerata pre-test penggunaan multimedia interaktif untuk

pembelajaran sinematografi oleh mahasiswa adalah sebesar 1454

Diagram batang hasil perolehan skor pre-test dan post-test dapat dilihat

pada (Gambar 2 dan 3) di bawah ini

14

0

05

1

15

2

25

3

35

4

43 53 60 66 72 76 86

frekfuensi

Gambar 2 Diagram Batang Hasil Pre Test

0

05

1

15

2

25

3

35

4

56 63 73 80 86

frekfuensi

Gambar 3 Diagram Batang Hasil Post Test

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa rerata skor pre-test

mahasiswa sebelum menggunakan produk akhir multimedia ini adalah

sebesar 657 Sesudah mahasiswa menggunakan produk akhir multimedia

ini diperoleh skor sebesar 7525 Kenaikan skor dari pre test ke post test

adalah 955 atau sebesar 1454 Hal ini membuktikan bahwa telah

terjadi peningkatan pemahaman mahasiswa atas materi yang terdapat pada

produk akhir multimedia ini Analisis ini juga membuktikan bahwa

produk akhir multimedia interaktif yang telah dikembangkan tersebut

efektif untuk pembelajaran sinematografi

Skor Pre Test

Skor Post Test

15

b Analisis Data Observasi dan Wawancara

Selain kenaikan skor rerata post-test terhadap skor rerata pre-test

yang mengungkap data tingkat penguasaan materi pengguna Hasil

penjaringan data melalui instrumen check list observasi dan dilengkapi

dengan hasil wawancara untuk mengungkap motivasi mahasiswa

pengguna selama proses pembelajaran mengggunakan multimedia

interaktif ini

1) Komponen resistensi penguasan materi mahasiswa yang diperoleh

selama menggunakan produk akhir ditunjukan dengan dua indikator

yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menyerap dan memahami

materi produk ini dengan cepat sebanyak 16 orang atau 80 Hal ini

juga bisa diamati dari hasil skor pre test dan post test yang

menunjukan bahwa ada 4 orang mahasiswa yang tidak mengalami

peningkatan skor (kenaikannya sebesar 0) (b) jumlah mahasiswa

yang memiliki daya ingat tinggi atas materi yang telah dipelajarinya

dalam jangka waktu lama sebanyak 11 orang atau 55

2) Komponen perubahan sikap mahasiswa terhadap produk multimedia

selama menggunakan produk akhir ditunjukan dengan tiga indikator

yaitu (a) jumlah mahasiswa yang tertarik atas penggunaan produk

akhir ini sebanyak 17 orang atau 85 Hal ini ditunjukan dengan

antusias mahasiswa dalam menggunakan media ini secara serius (b)

jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan kemandiriannya selama

proses pembelajaran dengan menggunakan produk akhir multimedia

16

ini sebanyak 19 orang atau 95 Hal ini ditunjukan dengan kelancaran

penggunaan produk multimedia ini tanpa masalah berarti Mahasiswa

mampu memahami petunjuk penggunaan multimedia ini tanpa harus

menanyakannya pada dosen (c) jumlah mahasiswa yang merasa puas

atas penggunaan produk akhir ini sebanyak 20 orang atau 100 Hal

ini ditunjukkan dengan keinginan seluruh mahasiswa responden yang

menginginkan produk akhir ini dari pengembang sebagai bahan

pembelajaran alternatifnya masing-masing

3) Komponen kinerja mahasiswa dalam menerapkan materi yang

diperoleh dari produk akhir multimedia ini ditunjukan dengan dua

indikator yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menunjukan

kecepatan dalam memprektekan materi sinematografi ini sebanyak 18

orang atau 90 (b) jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan

ketepatan dalam mempraktekan materi sinematografi ini sebanyak 16

orang atau 80

Kesimpulan dan Saran

Hasil penelitian pengembangan ini dapat disimpulkan (1) Semua prosedur

pengembangan dalam penelitian ini telah selesai dilakukan hingga menghasilkan

produk multimedia interaktif dalam bentuk kepingan CD program pembelajaran

sinematografi yang telah memenuhi kriteria kelaikan (2) Kelaikan aspek

pembelajaran produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik

dengan skor 392 (3) Kelaikan aspek isi produk multimedia interaktif ini

17

termasuk dalam kriteria baik dengan skor 365 (4) Kelaikan aspek tampilan

produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik dengan skor 374

(5) Kelaikan aspek pemrograman produk multimedia interaktif ini termasuk

dalam kriteria baik dengan skor 373 (6) Produk multimedia interaktif ini efektif

digunakan untuk pembelajaran sinematografi Hal ini dibuktikan dengan

kenaikan rerata skor post test atas skor pre test dari pengguna sebesar 955 atau

sebesar 1454 dalam satu kali pertemuan Selain itu data hasil observasi dan

wawancara menunjukan bahwa produk multimedia interaktif ini mampu

memotivasi mahasiswa (pengguna) pada saat proses pembelajarannya

Meskipun produk multimedia ini secara kelaikan dapat dinyatakan

berkriteria baik dan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran sinematografi

produk multimedia interaktif ini juga memiliki kelemahan Kelemahan tersebut

antara lain materi dalam program ini belum menggunakan metode simulasi untuk

menerangkan hal-hal yang bersifat praktis latihan soal dan tes akhir produk ini

kurang bervariasi karena hanya berbentuk tes objektif pilihan ganda Efektivitas

produk penelitian ini juga belum sempat diteliti secara lebih jauh dengan

menggunakan kelompok sasaran dan kelompok pembanding maupun untuk

kelompok sasaran yang lebih luas lagi

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan tersebut maka disarankan (1)

Perlu diupayakan pengembangan multimedia interaktif pembelajaran

sinematografi dengan mengoptimalkan metode penyajian secara simulatif (2)

Perlu dikembangkan lagi produk multimedia interaktif ini dengan bentuk soal

latihan maupun tes yang lebih bervariasi (3) Perlu diupayakan kegiatan penelitian

18

lebih lanjut untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan produk multimedia

interaktif ini baik dengan metode penelitian tindakan kelas maupun penelitian

eksperimen (4) Produk multimedia interaktif ini perlu diimplementasikan pada

kelompok mahasiswa S1 semester 2 KTP FIP UNY sebagai sasaran utama pada

saat berlangsungnya perkuliahan sinematografi di semester genap (5) Perlunya

sosialisasi serta penggunaan produk penelitian ini dengan kelompok sasaran yang

lebih luas lagi terutama untuk kelompok atau komunitas pembuat film

independent yang sudah marak di masyarakat

19

DAFTAR PUSTAKA

AECT (1977) The definition of educational technology Washington DC

Association for Educational Communication and Technology

Atwi Suparman (2001) Desain Instruksional Jakarta Tim PAU PPAI

Universitas Terbuka

Borg Walter R amp Gall M D (1983) Educational research An introduction

(4th

ed) New York amp London Logman

Criswell E L (1989) The design of computer-based instruction New York

Macmillan Publishing Compani

CAsri Budiningsih (2003) Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Dick W amp Carey L (1990) The systematic design of instruction (3rd

ed)

Glecview Illinois Scott Foresman and Company

Elizabeth B Hurlock 1980 Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan Erlangga Jakarta

Hannafin Michael J 1988 The Design Development and Evaluation of

Instructional Software New York Macmillan Publishing Company

Heinich R (et al) (1996) Instructional media and technologies for learning

(5td

ed) Englewood cliffs NJ A Simon amp Schuster Company

IRFA Media (2007) Halaman Muka httpIRFA MEDIAcom

Jenks Michael S amp Spinger John M A view of the research of efficacy of CAI

Electronic Journal for the Integration of Technology in Education Vol 1

No 2 Diambil pada tanggal 21 Maret 2008 dari

httpejiteisueduvolume1No2Jenkspdf

Keller J M (1983) Motivation Design of Instruction in Instructional-Design

Theories and Models An Overview of Their Current Status Hillsdale

Lawrence Erlbaum Associates Publishers

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY (2006) Kurikulum

Mata Kuliah Sinematografi KTP FIP UNY

20

Lee William W 2004 Multimedia Based Instructional Design Secend

Edition San Francisco Preiffer

Murti Kusuma Wirasti 2003 Pengantar Sinematografi Buku Pegangan

Kuliah Yogyakarta Fakultas Ilmu Pendidikan UNY

Philips Rob 1997 The Developers Handbook to Interactive Multimedia

(Practcal Guide for Educational Aplication) London Kogan Page

Seel B B amp Rickey R C (1994) Instructionl technology the definition and

domain of the field Washington DC Association for Education

Communication and Technology

Sugiyono (2006) Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif

Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta

Sukardjo 2008 Hand Out materi evaluasi pembelajaran Yogyakarta Jurusan

Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana Universitas Negeri

Yogyakarta

Sunaryo Soenarto (2007) Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis TI

Makalah Lokakarya Desain Pembelajaran Universitas Muhamadiyah

Purworejo 19 Novermber 2007 Yogyakarta Program Pasca Sarjana

UNY

Suyanto M (2003) Multimedia untuk meningkatkan keunggulan bersaing

Yogyakarta Penerbit Andi

Walker D F amp Hess RD (1984) Instructional software Principles and

perspectives for design and use San Francisco Wadwort Publishing

Company

Wikipidea(2007) Film Diambil pada tanggal 29 Desember 2007 dari

http20985175104searchq=cachenat_jF_8kJidwikipideaorgwikifil

m=idampct=clnkampcd=2ampgl=id

Woolf Beverly amp Hall Wendy Interactive multimedia systems for teaching and

learning Diambil tanggal 7 Januari 2008 dari

httpekeesumasseduekepublicationsmultimedia_pedagoguespdf

Woolfolk A E (1984) Educational psychology for teachers (2rd

ed)

Englewood cliffs N J Prentice Hall Inc

21

BIODATA

Nama Estu Miyarso MPd

NIM 06707251002

Tempat dan Tanggal Lahir Tegal 3 Februari 1977

Agama Islam

Program Studi Teknologi Pembelajaran

Angkatan 2006

Alamat Ds Palgading RT 0318 Sinduharjo Ngaglik

Sleman ndash Yogyakarta

Pekerjaan Dosen Jurusan KTP FIP UNY

Kampus Karangmalang UNY

No HP 0811267949 - 02743286323

Motto Hal yang tidak akan berubah dalam hidup selain

perubahan itu sendiri adalah pilihan dan prinsip

Page 13: ESTU MIYARSO Developing of Interactive Multimedia for the ...staffnew.uny.ac.id/upload/132313279/penelitian/multimedia+interakt...penemuan dan kemajuan dari perpaduan teknologi optik

12

e Data Uji Coba Lapangan

Uji coba lapangan dilakukan oleh 20 orang mahasiswa S1 reguler

semester 3 Jurusan KTP FIP di laboratorium komputer FIP UNY Dalam

uji coba lapangan ini mahasiswa juga diminta mengisi lembar evaluasi

yang mencakup beberapa aspek penilaian yaitu aspek pembelajaran aspek

isi aspek tampilan dan aspek pemprograman

Unstuk aspek pembelajaran pada uji coba lapangan hasil data yang

diperoleh menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada aspek

pembelajaran adalah baik dan sangat baik Jumlah skor diperoleh 5885

dan rerata skor 392 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria baik Jumlah skor sspek isi diperoleh 54753 dan rerata

skor 365 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam

kriteria baik Jumlah skor untuk aspek tampilan diperoleh 5605 dan

rerata skor 374 Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk

dalam kriteria baik Jumlah skor diperoleh 5595 dan rerata skor 373

Setelah dikonversikan dalam skala 5 skor ini masuk dalam kriteria baik

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa kualitas produk

multimedia interaktif pembelajaran sinematografi yang dikembangkan

ditinjau dari aspek pembelajaran aspek isi aspek tampilan dan aspek

pemrograman adalah baik Berikut ini disajikan hasil persentase kualitas

13

pengembangan multimedia interaktif untuk materi pembelajaran

sinematografi

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Uji Coba Lapangan

Empat Aspek dalam Pengembangan Multimedia Interaktif

Pembelajaran Sinematografi

Aspek Penilaian Rerata Skor

Pembelajaran 392 2606

Isi 365 2427

Tampilan 374 2487

Pemrograman 373 2480

Rerata Skor keseluruhan 376

Kriteria Baik

2 Data yang Berkenaan dengan Efektivitas Produk

a Analisis Data Skor Pre-test dan Post-test

Efektivitas produk dilihat dari pencapaian kenaikan skor rerata post-

test terhadap skor rerata pre-test penggunaan multimedia interaktif untuk

pembelajaran sinematografi oleh mahasiswa adalah sebesar 1454

Diagram batang hasil perolehan skor pre-test dan post-test dapat dilihat

pada (Gambar 2 dan 3) di bawah ini

14

0

05

1

15

2

25

3

35

4

43 53 60 66 72 76 86

frekfuensi

Gambar 2 Diagram Batang Hasil Pre Test

0

05

1

15

2

25

3

35

4

56 63 73 80 86

frekfuensi

Gambar 3 Diagram Batang Hasil Post Test

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa rerata skor pre-test

mahasiswa sebelum menggunakan produk akhir multimedia ini adalah

sebesar 657 Sesudah mahasiswa menggunakan produk akhir multimedia

ini diperoleh skor sebesar 7525 Kenaikan skor dari pre test ke post test

adalah 955 atau sebesar 1454 Hal ini membuktikan bahwa telah

terjadi peningkatan pemahaman mahasiswa atas materi yang terdapat pada

produk akhir multimedia ini Analisis ini juga membuktikan bahwa

produk akhir multimedia interaktif yang telah dikembangkan tersebut

efektif untuk pembelajaran sinematografi

Skor Pre Test

Skor Post Test

15

b Analisis Data Observasi dan Wawancara

Selain kenaikan skor rerata post-test terhadap skor rerata pre-test

yang mengungkap data tingkat penguasaan materi pengguna Hasil

penjaringan data melalui instrumen check list observasi dan dilengkapi

dengan hasil wawancara untuk mengungkap motivasi mahasiswa

pengguna selama proses pembelajaran mengggunakan multimedia

interaktif ini

1) Komponen resistensi penguasan materi mahasiswa yang diperoleh

selama menggunakan produk akhir ditunjukan dengan dua indikator

yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menyerap dan memahami

materi produk ini dengan cepat sebanyak 16 orang atau 80 Hal ini

juga bisa diamati dari hasil skor pre test dan post test yang

menunjukan bahwa ada 4 orang mahasiswa yang tidak mengalami

peningkatan skor (kenaikannya sebesar 0) (b) jumlah mahasiswa

yang memiliki daya ingat tinggi atas materi yang telah dipelajarinya

dalam jangka waktu lama sebanyak 11 orang atau 55

2) Komponen perubahan sikap mahasiswa terhadap produk multimedia

selama menggunakan produk akhir ditunjukan dengan tiga indikator

yaitu (a) jumlah mahasiswa yang tertarik atas penggunaan produk

akhir ini sebanyak 17 orang atau 85 Hal ini ditunjukan dengan

antusias mahasiswa dalam menggunakan media ini secara serius (b)

jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan kemandiriannya selama

proses pembelajaran dengan menggunakan produk akhir multimedia

16

ini sebanyak 19 orang atau 95 Hal ini ditunjukan dengan kelancaran

penggunaan produk multimedia ini tanpa masalah berarti Mahasiswa

mampu memahami petunjuk penggunaan multimedia ini tanpa harus

menanyakannya pada dosen (c) jumlah mahasiswa yang merasa puas

atas penggunaan produk akhir ini sebanyak 20 orang atau 100 Hal

ini ditunjukkan dengan keinginan seluruh mahasiswa responden yang

menginginkan produk akhir ini dari pengembang sebagai bahan

pembelajaran alternatifnya masing-masing

3) Komponen kinerja mahasiswa dalam menerapkan materi yang

diperoleh dari produk akhir multimedia ini ditunjukan dengan dua

indikator yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menunjukan

kecepatan dalam memprektekan materi sinematografi ini sebanyak 18

orang atau 90 (b) jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan

ketepatan dalam mempraktekan materi sinematografi ini sebanyak 16

orang atau 80

Kesimpulan dan Saran

Hasil penelitian pengembangan ini dapat disimpulkan (1) Semua prosedur

pengembangan dalam penelitian ini telah selesai dilakukan hingga menghasilkan

produk multimedia interaktif dalam bentuk kepingan CD program pembelajaran

sinematografi yang telah memenuhi kriteria kelaikan (2) Kelaikan aspek

pembelajaran produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik

dengan skor 392 (3) Kelaikan aspek isi produk multimedia interaktif ini

17

termasuk dalam kriteria baik dengan skor 365 (4) Kelaikan aspek tampilan

produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik dengan skor 374

(5) Kelaikan aspek pemrograman produk multimedia interaktif ini termasuk

dalam kriteria baik dengan skor 373 (6) Produk multimedia interaktif ini efektif

digunakan untuk pembelajaran sinematografi Hal ini dibuktikan dengan

kenaikan rerata skor post test atas skor pre test dari pengguna sebesar 955 atau

sebesar 1454 dalam satu kali pertemuan Selain itu data hasil observasi dan

wawancara menunjukan bahwa produk multimedia interaktif ini mampu

memotivasi mahasiswa (pengguna) pada saat proses pembelajarannya

Meskipun produk multimedia ini secara kelaikan dapat dinyatakan

berkriteria baik dan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran sinematografi

produk multimedia interaktif ini juga memiliki kelemahan Kelemahan tersebut

antara lain materi dalam program ini belum menggunakan metode simulasi untuk

menerangkan hal-hal yang bersifat praktis latihan soal dan tes akhir produk ini

kurang bervariasi karena hanya berbentuk tes objektif pilihan ganda Efektivitas

produk penelitian ini juga belum sempat diteliti secara lebih jauh dengan

menggunakan kelompok sasaran dan kelompok pembanding maupun untuk

kelompok sasaran yang lebih luas lagi

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan tersebut maka disarankan (1)

Perlu diupayakan pengembangan multimedia interaktif pembelajaran

sinematografi dengan mengoptimalkan metode penyajian secara simulatif (2)

Perlu dikembangkan lagi produk multimedia interaktif ini dengan bentuk soal

latihan maupun tes yang lebih bervariasi (3) Perlu diupayakan kegiatan penelitian

18

lebih lanjut untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan produk multimedia

interaktif ini baik dengan metode penelitian tindakan kelas maupun penelitian

eksperimen (4) Produk multimedia interaktif ini perlu diimplementasikan pada

kelompok mahasiswa S1 semester 2 KTP FIP UNY sebagai sasaran utama pada

saat berlangsungnya perkuliahan sinematografi di semester genap (5) Perlunya

sosialisasi serta penggunaan produk penelitian ini dengan kelompok sasaran yang

lebih luas lagi terutama untuk kelompok atau komunitas pembuat film

independent yang sudah marak di masyarakat

19

DAFTAR PUSTAKA

AECT (1977) The definition of educational technology Washington DC

Association for Educational Communication and Technology

Atwi Suparman (2001) Desain Instruksional Jakarta Tim PAU PPAI

Universitas Terbuka

Borg Walter R amp Gall M D (1983) Educational research An introduction

(4th

ed) New York amp London Logman

Criswell E L (1989) The design of computer-based instruction New York

Macmillan Publishing Compani

CAsri Budiningsih (2003) Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Dick W amp Carey L (1990) The systematic design of instruction (3rd

ed)

Glecview Illinois Scott Foresman and Company

Elizabeth B Hurlock 1980 Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan Erlangga Jakarta

Hannafin Michael J 1988 The Design Development and Evaluation of

Instructional Software New York Macmillan Publishing Company

Heinich R (et al) (1996) Instructional media and technologies for learning

(5td

ed) Englewood cliffs NJ A Simon amp Schuster Company

IRFA Media (2007) Halaman Muka httpIRFA MEDIAcom

Jenks Michael S amp Spinger John M A view of the research of efficacy of CAI

Electronic Journal for the Integration of Technology in Education Vol 1

No 2 Diambil pada tanggal 21 Maret 2008 dari

httpejiteisueduvolume1No2Jenkspdf

Keller J M (1983) Motivation Design of Instruction in Instructional-Design

Theories and Models An Overview of Their Current Status Hillsdale

Lawrence Erlbaum Associates Publishers

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY (2006) Kurikulum

Mata Kuliah Sinematografi KTP FIP UNY

20

Lee William W 2004 Multimedia Based Instructional Design Secend

Edition San Francisco Preiffer

Murti Kusuma Wirasti 2003 Pengantar Sinematografi Buku Pegangan

Kuliah Yogyakarta Fakultas Ilmu Pendidikan UNY

Philips Rob 1997 The Developers Handbook to Interactive Multimedia

(Practcal Guide for Educational Aplication) London Kogan Page

Seel B B amp Rickey R C (1994) Instructionl technology the definition and

domain of the field Washington DC Association for Education

Communication and Technology

Sugiyono (2006) Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif

Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta

Sukardjo 2008 Hand Out materi evaluasi pembelajaran Yogyakarta Jurusan

Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana Universitas Negeri

Yogyakarta

Sunaryo Soenarto (2007) Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis TI

Makalah Lokakarya Desain Pembelajaran Universitas Muhamadiyah

Purworejo 19 Novermber 2007 Yogyakarta Program Pasca Sarjana

UNY

Suyanto M (2003) Multimedia untuk meningkatkan keunggulan bersaing

Yogyakarta Penerbit Andi

Walker D F amp Hess RD (1984) Instructional software Principles and

perspectives for design and use San Francisco Wadwort Publishing

Company

Wikipidea(2007) Film Diambil pada tanggal 29 Desember 2007 dari

http20985175104searchq=cachenat_jF_8kJidwikipideaorgwikifil

m=idampct=clnkampcd=2ampgl=id

Woolf Beverly amp Hall Wendy Interactive multimedia systems for teaching and

learning Diambil tanggal 7 Januari 2008 dari

httpekeesumasseduekepublicationsmultimedia_pedagoguespdf

Woolfolk A E (1984) Educational psychology for teachers (2rd

ed)

Englewood cliffs N J Prentice Hall Inc

21

BIODATA

Nama Estu Miyarso MPd

NIM 06707251002

Tempat dan Tanggal Lahir Tegal 3 Februari 1977

Agama Islam

Program Studi Teknologi Pembelajaran

Angkatan 2006

Alamat Ds Palgading RT 0318 Sinduharjo Ngaglik

Sleman ndash Yogyakarta

Pekerjaan Dosen Jurusan KTP FIP UNY

Kampus Karangmalang UNY

No HP 0811267949 - 02743286323

Motto Hal yang tidak akan berubah dalam hidup selain

perubahan itu sendiri adalah pilihan dan prinsip

Page 14: ESTU MIYARSO Developing of Interactive Multimedia for the ...staffnew.uny.ac.id/upload/132313279/penelitian/multimedia+interakt...penemuan dan kemajuan dari perpaduan teknologi optik

13

pengembangan multimedia interaktif untuk materi pembelajaran

sinematografi

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Uji Coba Lapangan

Empat Aspek dalam Pengembangan Multimedia Interaktif

Pembelajaran Sinematografi

Aspek Penilaian Rerata Skor

Pembelajaran 392 2606

Isi 365 2427

Tampilan 374 2487

Pemrograman 373 2480

Rerata Skor keseluruhan 376

Kriteria Baik

2 Data yang Berkenaan dengan Efektivitas Produk

a Analisis Data Skor Pre-test dan Post-test

Efektivitas produk dilihat dari pencapaian kenaikan skor rerata post-

test terhadap skor rerata pre-test penggunaan multimedia interaktif untuk

pembelajaran sinematografi oleh mahasiswa adalah sebesar 1454

Diagram batang hasil perolehan skor pre-test dan post-test dapat dilihat

pada (Gambar 2 dan 3) di bawah ini

14

0

05

1

15

2

25

3

35

4

43 53 60 66 72 76 86

frekfuensi

Gambar 2 Diagram Batang Hasil Pre Test

0

05

1

15

2

25

3

35

4

56 63 73 80 86

frekfuensi

Gambar 3 Diagram Batang Hasil Post Test

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa rerata skor pre-test

mahasiswa sebelum menggunakan produk akhir multimedia ini adalah

sebesar 657 Sesudah mahasiswa menggunakan produk akhir multimedia

ini diperoleh skor sebesar 7525 Kenaikan skor dari pre test ke post test

adalah 955 atau sebesar 1454 Hal ini membuktikan bahwa telah

terjadi peningkatan pemahaman mahasiswa atas materi yang terdapat pada

produk akhir multimedia ini Analisis ini juga membuktikan bahwa

produk akhir multimedia interaktif yang telah dikembangkan tersebut

efektif untuk pembelajaran sinematografi

Skor Pre Test

Skor Post Test

15

b Analisis Data Observasi dan Wawancara

Selain kenaikan skor rerata post-test terhadap skor rerata pre-test

yang mengungkap data tingkat penguasaan materi pengguna Hasil

penjaringan data melalui instrumen check list observasi dan dilengkapi

dengan hasil wawancara untuk mengungkap motivasi mahasiswa

pengguna selama proses pembelajaran mengggunakan multimedia

interaktif ini

1) Komponen resistensi penguasan materi mahasiswa yang diperoleh

selama menggunakan produk akhir ditunjukan dengan dua indikator

yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menyerap dan memahami

materi produk ini dengan cepat sebanyak 16 orang atau 80 Hal ini

juga bisa diamati dari hasil skor pre test dan post test yang

menunjukan bahwa ada 4 orang mahasiswa yang tidak mengalami

peningkatan skor (kenaikannya sebesar 0) (b) jumlah mahasiswa

yang memiliki daya ingat tinggi atas materi yang telah dipelajarinya

dalam jangka waktu lama sebanyak 11 orang atau 55

2) Komponen perubahan sikap mahasiswa terhadap produk multimedia

selama menggunakan produk akhir ditunjukan dengan tiga indikator

yaitu (a) jumlah mahasiswa yang tertarik atas penggunaan produk

akhir ini sebanyak 17 orang atau 85 Hal ini ditunjukan dengan

antusias mahasiswa dalam menggunakan media ini secara serius (b)

jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan kemandiriannya selama

proses pembelajaran dengan menggunakan produk akhir multimedia

16

ini sebanyak 19 orang atau 95 Hal ini ditunjukan dengan kelancaran

penggunaan produk multimedia ini tanpa masalah berarti Mahasiswa

mampu memahami petunjuk penggunaan multimedia ini tanpa harus

menanyakannya pada dosen (c) jumlah mahasiswa yang merasa puas

atas penggunaan produk akhir ini sebanyak 20 orang atau 100 Hal

ini ditunjukkan dengan keinginan seluruh mahasiswa responden yang

menginginkan produk akhir ini dari pengembang sebagai bahan

pembelajaran alternatifnya masing-masing

3) Komponen kinerja mahasiswa dalam menerapkan materi yang

diperoleh dari produk akhir multimedia ini ditunjukan dengan dua

indikator yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menunjukan

kecepatan dalam memprektekan materi sinematografi ini sebanyak 18

orang atau 90 (b) jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan

ketepatan dalam mempraktekan materi sinematografi ini sebanyak 16

orang atau 80

Kesimpulan dan Saran

Hasil penelitian pengembangan ini dapat disimpulkan (1) Semua prosedur

pengembangan dalam penelitian ini telah selesai dilakukan hingga menghasilkan

produk multimedia interaktif dalam bentuk kepingan CD program pembelajaran

sinematografi yang telah memenuhi kriteria kelaikan (2) Kelaikan aspek

pembelajaran produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik

dengan skor 392 (3) Kelaikan aspek isi produk multimedia interaktif ini

17

termasuk dalam kriteria baik dengan skor 365 (4) Kelaikan aspek tampilan

produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik dengan skor 374

(5) Kelaikan aspek pemrograman produk multimedia interaktif ini termasuk

dalam kriteria baik dengan skor 373 (6) Produk multimedia interaktif ini efektif

digunakan untuk pembelajaran sinematografi Hal ini dibuktikan dengan

kenaikan rerata skor post test atas skor pre test dari pengguna sebesar 955 atau

sebesar 1454 dalam satu kali pertemuan Selain itu data hasil observasi dan

wawancara menunjukan bahwa produk multimedia interaktif ini mampu

memotivasi mahasiswa (pengguna) pada saat proses pembelajarannya

Meskipun produk multimedia ini secara kelaikan dapat dinyatakan

berkriteria baik dan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran sinematografi

produk multimedia interaktif ini juga memiliki kelemahan Kelemahan tersebut

antara lain materi dalam program ini belum menggunakan metode simulasi untuk

menerangkan hal-hal yang bersifat praktis latihan soal dan tes akhir produk ini

kurang bervariasi karena hanya berbentuk tes objektif pilihan ganda Efektivitas

produk penelitian ini juga belum sempat diteliti secara lebih jauh dengan

menggunakan kelompok sasaran dan kelompok pembanding maupun untuk

kelompok sasaran yang lebih luas lagi

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan tersebut maka disarankan (1)

Perlu diupayakan pengembangan multimedia interaktif pembelajaran

sinematografi dengan mengoptimalkan metode penyajian secara simulatif (2)

Perlu dikembangkan lagi produk multimedia interaktif ini dengan bentuk soal

latihan maupun tes yang lebih bervariasi (3) Perlu diupayakan kegiatan penelitian

18

lebih lanjut untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan produk multimedia

interaktif ini baik dengan metode penelitian tindakan kelas maupun penelitian

eksperimen (4) Produk multimedia interaktif ini perlu diimplementasikan pada

kelompok mahasiswa S1 semester 2 KTP FIP UNY sebagai sasaran utama pada

saat berlangsungnya perkuliahan sinematografi di semester genap (5) Perlunya

sosialisasi serta penggunaan produk penelitian ini dengan kelompok sasaran yang

lebih luas lagi terutama untuk kelompok atau komunitas pembuat film

independent yang sudah marak di masyarakat

19

DAFTAR PUSTAKA

AECT (1977) The definition of educational technology Washington DC

Association for Educational Communication and Technology

Atwi Suparman (2001) Desain Instruksional Jakarta Tim PAU PPAI

Universitas Terbuka

Borg Walter R amp Gall M D (1983) Educational research An introduction

(4th

ed) New York amp London Logman

Criswell E L (1989) The design of computer-based instruction New York

Macmillan Publishing Compani

CAsri Budiningsih (2003) Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Dick W amp Carey L (1990) The systematic design of instruction (3rd

ed)

Glecview Illinois Scott Foresman and Company

Elizabeth B Hurlock 1980 Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan Erlangga Jakarta

Hannafin Michael J 1988 The Design Development and Evaluation of

Instructional Software New York Macmillan Publishing Company

Heinich R (et al) (1996) Instructional media and technologies for learning

(5td

ed) Englewood cliffs NJ A Simon amp Schuster Company

IRFA Media (2007) Halaman Muka httpIRFA MEDIAcom

Jenks Michael S amp Spinger John M A view of the research of efficacy of CAI

Electronic Journal for the Integration of Technology in Education Vol 1

No 2 Diambil pada tanggal 21 Maret 2008 dari

httpejiteisueduvolume1No2Jenkspdf

Keller J M (1983) Motivation Design of Instruction in Instructional-Design

Theories and Models An Overview of Their Current Status Hillsdale

Lawrence Erlbaum Associates Publishers

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY (2006) Kurikulum

Mata Kuliah Sinematografi KTP FIP UNY

20

Lee William W 2004 Multimedia Based Instructional Design Secend

Edition San Francisco Preiffer

Murti Kusuma Wirasti 2003 Pengantar Sinematografi Buku Pegangan

Kuliah Yogyakarta Fakultas Ilmu Pendidikan UNY

Philips Rob 1997 The Developers Handbook to Interactive Multimedia

(Practcal Guide for Educational Aplication) London Kogan Page

Seel B B amp Rickey R C (1994) Instructionl technology the definition and

domain of the field Washington DC Association for Education

Communication and Technology

Sugiyono (2006) Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif

Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta

Sukardjo 2008 Hand Out materi evaluasi pembelajaran Yogyakarta Jurusan

Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana Universitas Negeri

Yogyakarta

Sunaryo Soenarto (2007) Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis TI

Makalah Lokakarya Desain Pembelajaran Universitas Muhamadiyah

Purworejo 19 Novermber 2007 Yogyakarta Program Pasca Sarjana

UNY

Suyanto M (2003) Multimedia untuk meningkatkan keunggulan bersaing

Yogyakarta Penerbit Andi

Walker D F amp Hess RD (1984) Instructional software Principles and

perspectives for design and use San Francisco Wadwort Publishing

Company

Wikipidea(2007) Film Diambil pada tanggal 29 Desember 2007 dari

http20985175104searchq=cachenat_jF_8kJidwikipideaorgwikifil

m=idampct=clnkampcd=2ampgl=id

Woolf Beverly amp Hall Wendy Interactive multimedia systems for teaching and

learning Diambil tanggal 7 Januari 2008 dari

httpekeesumasseduekepublicationsmultimedia_pedagoguespdf

Woolfolk A E (1984) Educational psychology for teachers (2rd

ed)

Englewood cliffs N J Prentice Hall Inc

21

BIODATA

Nama Estu Miyarso MPd

NIM 06707251002

Tempat dan Tanggal Lahir Tegal 3 Februari 1977

Agama Islam

Program Studi Teknologi Pembelajaran

Angkatan 2006

Alamat Ds Palgading RT 0318 Sinduharjo Ngaglik

Sleman ndash Yogyakarta

Pekerjaan Dosen Jurusan KTP FIP UNY

Kampus Karangmalang UNY

No HP 0811267949 - 02743286323

Motto Hal yang tidak akan berubah dalam hidup selain

perubahan itu sendiri adalah pilihan dan prinsip

Page 15: ESTU MIYARSO Developing of Interactive Multimedia for the ...staffnew.uny.ac.id/upload/132313279/penelitian/multimedia+interakt...penemuan dan kemajuan dari perpaduan teknologi optik

14

0

05

1

15

2

25

3

35

4

43 53 60 66 72 76 86

frekfuensi

Gambar 2 Diagram Batang Hasil Pre Test

0

05

1

15

2

25

3

35

4

56 63 73 80 86

frekfuensi

Gambar 3 Diagram Batang Hasil Post Test

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa rerata skor pre-test

mahasiswa sebelum menggunakan produk akhir multimedia ini adalah

sebesar 657 Sesudah mahasiswa menggunakan produk akhir multimedia

ini diperoleh skor sebesar 7525 Kenaikan skor dari pre test ke post test

adalah 955 atau sebesar 1454 Hal ini membuktikan bahwa telah

terjadi peningkatan pemahaman mahasiswa atas materi yang terdapat pada

produk akhir multimedia ini Analisis ini juga membuktikan bahwa

produk akhir multimedia interaktif yang telah dikembangkan tersebut

efektif untuk pembelajaran sinematografi

Skor Pre Test

Skor Post Test

15

b Analisis Data Observasi dan Wawancara

Selain kenaikan skor rerata post-test terhadap skor rerata pre-test

yang mengungkap data tingkat penguasaan materi pengguna Hasil

penjaringan data melalui instrumen check list observasi dan dilengkapi

dengan hasil wawancara untuk mengungkap motivasi mahasiswa

pengguna selama proses pembelajaran mengggunakan multimedia

interaktif ini

1) Komponen resistensi penguasan materi mahasiswa yang diperoleh

selama menggunakan produk akhir ditunjukan dengan dua indikator

yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menyerap dan memahami

materi produk ini dengan cepat sebanyak 16 orang atau 80 Hal ini

juga bisa diamati dari hasil skor pre test dan post test yang

menunjukan bahwa ada 4 orang mahasiswa yang tidak mengalami

peningkatan skor (kenaikannya sebesar 0) (b) jumlah mahasiswa

yang memiliki daya ingat tinggi atas materi yang telah dipelajarinya

dalam jangka waktu lama sebanyak 11 orang atau 55

2) Komponen perubahan sikap mahasiswa terhadap produk multimedia

selama menggunakan produk akhir ditunjukan dengan tiga indikator

yaitu (a) jumlah mahasiswa yang tertarik atas penggunaan produk

akhir ini sebanyak 17 orang atau 85 Hal ini ditunjukan dengan

antusias mahasiswa dalam menggunakan media ini secara serius (b)

jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan kemandiriannya selama

proses pembelajaran dengan menggunakan produk akhir multimedia

16

ini sebanyak 19 orang atau 95 Hal ini ditunjukan dengan kelancaran

penggunaan produk multimedia ini tanpa masalah berarti Mahasiswa

mampu memahami petunjuk penggunaan multimedia ini tanpa harus

menanyakannya pada dosen (c) jumlah mahasiswa yang merasa puas

atas penggunaan produk akhir ini sebanyak 20 orang atau 100 Hal

ini ditunjukkan dengan keinginan seluruh mahasiswa responden yang

menginginkan produk akhir ini dari pengembang sebagai bahan

pembelajaran alternatifnya masing-masing

3) Komponen kinerja mahasiswa dalam menerapkan materi yang

diperoleh dari produk akhir multimedia ini ditunjukan dengan dua

indikator yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menunjukan

kecepatan dalam memprektekan materi sinematografi ini sebanyak 18

orang atau 90 (b) jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan

ketepatan dalam mempraktekan materi sinematografi ini sebanyak 16

orang atau 80

Kesimpulan dan Saran

Hasil penelitian pengembangan ini dapat disimpulkan (1) Semua prosedur

pengembangan dalam penelitian ini telah selesai dilakukan hingga menghasilkan

produk multimedia interaktif dalam bentuk kepingan CD program pembelajaran

sinematografi yang telah memenuhi kriteria kelaikan (2) Kelaikan aspek

pembelajaran produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik

dengan skor 392 (3) Kelaikan aspek isi produk multimedia interaktif ini

17

termasuk dalam kriteria baik dengan skor 365 (4) Kelaikan aspek tampilan

produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik dengan skor 374

(5) Kelaikan aspek pemrograman produk multimedia interaktif ini termasuk

dalam kriteria baik dengan skor 373 (6) Produk multimedia interaktif ini efektif

digunakan untuk pembelajaran sinematografi Hal ini dibuktikan dengan

kenaikan rerata skor post test atas skor pre test dari pengguna sebesar 955 atau

sebesar 1454 dalam satu kali pertemuan Selain itu data hasil observasi dan

wawancara menunjukan bahwa produk multimedia interaktif ini mampu

memotivasi mahasiswa (pengguna) pada saat proses pembelajarannya

Meskipun produk multimedia ini secara kelaikan dapat dinyatakan

berkriteria baik dan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran sinematografi

produk multimedia interaktif ini juga memiliki kelemahan Kelemahan tersebut

antara lain materi dalam program ini belum menggunakan metode simulasi untuk

menerangkan hal-hal yang bersifat praktis latihan soal dan tes akhir produk ini

kurang bervariasi karena hanya berbentuk tes objektif pilihan ganda Efektivitas

produk penelitian ini juga belum sempat diteliti secara lebih jauh dengan

menggunakan kelompok sasaran dan kelompok pembanding maupun untuk

kelompok sasaran yang lebih luas lagi

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan tersebut maka disarankan (1)

Perlu diupayakan pengembangan multimedia interaktif pembelajaran

sinematografi dengan mengoptimalkan metode penyajian secara simulatif (2)

Perlu dikembangkan lagi produk multimedia interaktif ini dengan bentuk soal

latihan maupun tes yang lebih bervariasi (3) Perlu diupayakan kegiatan penelitian

18

lebih lanjut untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan produk multimedia

interaktif ini baik dengan metode penelitian tindakan kelas maupun penelitian

eksperimen (4) Produk multimedia interaktif ini perlu diimplementasikan pada

kelompok mahasiswa S1 semester 2 KTP FIP UNY sebagai sasaran utama pada

saat berlangsungnya perkuliahan sinematografi di semester genap (5) Perlunya

sosialisasi serta penggunaan produk penelitian ini dengan kelompok sasaran yang

lebih luas lagi terutama untuk kelompok atau komunitas pembuat film

independent yang sudah marak di masyarakat

19

DAFTAR PUSTAKA

AECT (1977) The definition of educational technology Washington DC

Association for Educational Communication and Technology

Atwi Suparman (2001) Desain Instruksional Jakarta Tim PAU PPAI

Universitas Terbuka

Borg Walter R amp Gall M D (1983) Educational research An introduction

(4th

ed) New York amp London Logman

Criswell E L (1989) The design of computer-based instruction New York

Macmillan Publishing Compani

CAsri Budiningsih (2003) Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Dick W amp Carey L (1990) The systematic design of instruction (3rd

ed)

Glecview Illinois Scott Foresman and Company

Elizabeth B Hurlock 1980 Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan Erlangga Jakarta

Hannafin Michael J 1988 The Design Development and Evaluation of

Instructional Software New York Macmillan Publishing Company

Heinich R (et al) (1996) Instructional media and technologies for learning

(5td

ed) Englewood cliffs NJ A Simon amp Schuster Company

IRFA Media (2007) Halaman Muka httpIRFA MEDIAcom

Jenks Michael S amp Spinger John M A view of the research of efficacy of CAI

Electronic Journal for the Integration of Technology in Education Vol 1

No 2 Diambil pada tanggal 21 Maret 2008 dari

httpejiteisueduvolume1No2Jenkspdf

Keller J M (1983) Motivation Design of Instruction in Instructional-Design

Theories and Models An Overview of Their Current Status Hillsdale

Lawrence Erlbaum Associates Publishers

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY (2006) Kurikulum

Mata Kuliah Sinematografi KTP FIP UNY

20

Lee William W 2004 Multimedia Based Instructional Design Secend

Edition San Francisco Preiffer

Murti Kusuma Wirasti 2003 Pengantar Sinematografi Buku Pegangan

Kuliah Yogyakarta Fakultas Ilmu Pendidikan UNY

Philips Rob 1997 The Developers Handbook to Interactive Multimedia

(Practcal Guide for Educational Aplication) London Kogan Page

Seel B B amp Rickey R C (1994) Instructionl technology the definition and

domain of the field Washington DC Association for Education

Communication and Technology

Sugiyono (2006) Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif

Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta

Sukardjo 2008 Hand Out materi evaluasi pembelajaran Yogyakarta Jurusan

Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana Universitas Negeri

Yogyakarta

Sunaryo Soenarto (2007) Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis TI

Makalah Lokakarya Desain Pembelajaran Universitas Muhamadiyah

Purworejo 19 Novermber 2007 Yogyakarta Program Pasca Sarjana

UNY

Suyanto M (2003) Multimedia untuk meningkatkan keunggulan bersaing

Yogyakarta Penerbit Andi

Walker D F amp Hess RD (1984) Instructional software Principles and

perspectives for design and use San Francisco Wadwort Publishing

Company

Wikipidea(2007) Film Diambil pada tanggal 29 Desember 2007 dari

http20985175104searchq=cachenat_jF_8kJidwikipideaorgwikifil

m=idampct=clnkampcd=2ampgl=id

Woolf Beverly amp Hall Wendy Interactive multimedia systems for teaching and

learning Diambil tanggal 7 Januari 2008 dari

httpekeesumasseduekepublicationsmultimedia_pedagoguespdf

Woolfolk A E (1984) Educational psychology for teachers (2rd

ed)

Englewood cliffs N J Prentice Hall Inc

21

BIODATA

Nama Estu Miyarso MPd

NIM 06707251002

Tempat dan Tanggal Lahir Tegal 3 Februari 1977

Agama Islam

Program Studi Teknologi Pembelajaran

Angkatan 2006

Alamat Ds Palgading RT 0318 Sinduharjo Ngaglik

Sleman ndash Yogyakarta

Pekerjaan Dosen Jurusan KTP FIP UNY

Kampus Karangmalang UNY

No HP 0811267949 - 02743286323

Motto Hal yang tidak akan berubah dalam hidup selain

perubahan itu sendiri adalah pilihan dan prinsip

Page 16: ESTU MIYARSO Developing of Interactive Multimedia for the ...staffnew.uny.ac.id/upload/132313279/penelitian/multimedia+interakt...penemuan dan kemajuan dari perpaduan teknologi optik

15

b Analisis Data Observasi dan Wawancara

Selain kenaikan skor rerata post-test terhadap skor rerata pre-test

yang mengungkap data tingkat penguasaan materi pengguna Hasil

penjaringan data melalui instrumen check list observasi dan dilengkapi

dengan hasil wawancara untuk mengungkap motivasi mahasiswa

pengguna selama proses pembelajaran mengggunakan multimedia

interaktif ini

1) Komponen resistensi penguasan materi mahasiswa yang diperoleh

selama menggunakan produk akhir ditunjukan dengan dua indikator

yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menyerap dan memahami

materi produk ini dengan cepat sebanyak 16 orang atau 80 Hal ini

juga bisa diamati dari hasil skor pre test dan post test yang

menunjukan bahwa ada 4 orang mahasiswa yang tidak mengalami

peningkatan skor (kenaikannya sebesar 0) (b) jumlah mahasiswa

yang memiliki daya ingat tinggi atas materi yang telah dipelajarinya

dalam jangka waktu lama sebanyak 11 orang atau 55

2) Komponen perubahan sikap mahasiswa terhadap produk multimedia

selama menggunakan produk akhir ditunjukan dengan tiga indikator

yaitu (a) jumlah mahasiswa yang tertarik atas penggunaan produk

akhir ini sebanyak 17 orang atau 85 Hal ini ditunjukan dengan

antusias mahasiswa dalam menggunakan media ini secara serius (b)

jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan kemandiriannya selama

proses pembelajaran dengan menggunakan produk akhir multimedia

16

ini sebanyak 19 orang atau 95 Hal ini ditunjukan dengan kelancaran

penggunaan produk multimedia ini tanpa masalah berarti Mahasiswa

mampu memahami petunjuk penggunaan multimedia ini tanpa harus

menanyakannya pada dosen (c) jumlah mahasiswa yang merasa puas

atas penggunaan produk akhir ini sebanyak 20 orang atau 100 Hal

ini ditunjukkan dengan keinginan seluruh mahasiswa responden yang

menginginkan produk akhir ini dari pengembang sebagai bahan

pembelajaran alternatifnya masing-masing

3) Komponen kinerja mahasiswa dalam menerapkan materi yang

diperoleh dari produk akhir multimedia ini ditunjukan dengan dua

indikator yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menunjukan

kecepatan dalam memprektekan materi sinematografi ini sebanyak 18

orang atau 90 (b) jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan

ketepatan dalam mempraktekan materi sinematografi ini sebanyak 16

orang atau 80

Kesimpulan dan Saran

Hasil penelitian pengembangan ini dapat disimpulkan (1) Semua prosedur

pengembangan dalam penelitian ini telah selesai dilakukan hingga menghasilkan

produk multimedia interaktif dalam bentuk kepingan CD program pembelajaran

sinematografi yang telah memenuhi kriteria kelaikan (2) Kelaikan aspek

pembelajaran produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik

dengan skor 392 (3) Kelaikan aspek isi produk multimedia interaktif ini

17

termasuk dalam kriteria baik dengan skor 365 (4) Kelaikan aspek tampilan

produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik dengan skor 374

(5) Kelaikan aspek pemrograman produk multimedia interaktif ini termasuk

dalam kriteria baik dengan skor 373 (6) Produk multimedia interaktif ini efektif

digunakan untuk pembelajaran sinematografi Hal ini dibuktikan dengan

kenaikan rerata skor post test atas skor pre test dari pengguna sebesar 955 atau

sebesar 1454 dalam satu kali pertemuan Selain itu data hasil observasi dan

wawancara menunjukan bahwa produk multimedia interaktif ini mampu

memotivasi mahasiswa (pengguna) pada saat proses pembelajarannya

Meskipun produk multimedia ini secara kelaikan dapat dinyatakan

berkriteria baik dan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran sinematografi

produk multimedia interaktif ini juga memiliki kelemahan Kelemahan tersebut

antara lain materi dalam program ini belum menggunakan metode simulasi untuk

menerangkan hal-hal yang bersifat praktis latihan soal dan tes akhir produk ini

kurang bervariasi karena hanya berbentuk tes objektif pilihan ganda Efektivitas

produk penelitian ini juga belum sempat diteliti secara lebih jauh dengan

menggunakan kelompok sasaran dan kelompok pembanding maupun untuk

kelompok sasaran yang lebih luas lagi

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan tersebut maka disarankan (1)

Perlu diupayakan pengembangan multimedia interaktif pembelajaran

sinematografi dengan mengoptimalkan metode penyajian secara simulatif (2)

Perlu dikembangkan lagi produk multimedia interaktif ini dengan bentuk soal

latihan maupun tes yang lebih bervariasi (3) Perlu diupayakan kegiatan penelitian

18

lebih lanjut untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan produk multimedia

interaktif ini baik dengan metode penelitian tindakan kelas maupun penelitian

eksperimen (4) Produk multimedia interaktif ini perlu diimplementasikan pada

kelompok mahasiswa S1 semester 2 KTP FIP UNY sebagai sasaran utama pada

saat berlangsungnya perkuliahan sinematografi di semester genap (5) Perlunya

sosialisasi serta penggunaan produk penelitian ini dengan kelompok sasaran yang

lebih luas lagi terutama untuk kelompok atau komunitas pembuat film

independent yang sudah marak di masyarakat

19

DAFTAR PUSTAKA

AECT (1977) The definition of educational technology Washington DC

Association for Educational Communication and Technology

Atwi Suparman (2001) Desain Instruksional Jakarta Tim PAU PPAI

Universitas Terbuka

Borg Walter R amp Gall M D (1983) Educational research An introduction

(4th

ed) New York amp London Logman

Criswell E L (1989) The design of computer-based instruction New York

Macmillan Publishing Compani

CAsri Budiningsih (2003) Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Dick W amp Carey L (1990) The systematic design of instruction (3rd

ed)

Glecview Illinois Scott Foresman and Company

Elizabeth B Hurlock 1980 Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan Erlangga Jakarta

Hannafin Michael J 1988 The Design Development and Evaluation of

Instructional Software New York Macmillan Publishing Company

Heinich R (et al) (1996) Instructional media and technologies for learning

(5td

ed) Englewood cliffs NJ A Simon amp Schuster Company

IRFA Media (2007) Halaman Muka httpIRFA MEDIAcom

Jenks Michael S amp Spinger John M A view of the research of efficacy of CAI

Electronic Journal for the Integration of Technology in Education Vol 1

No 2 Diambil pada tanggal 21 Maret 2008 dari

httpejiteisueduvolume1No2Jenkspdf

Keller J M (1983) Motivation Design of Instruction in Instructional-Design

Theories and Models An Overview of Their Current Status Hillsdale

Lawrence Erlbaum Associates Publishers

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY (2006) Kurikulum

Mata Kuliah Sinematografi KTP FIP UNY

20

Lee William W 2004 Multimedia Based Instructional Design Secend

Edition San Francisco Preiffer

Murti Kusuma Wirasti 2003 Pengantar Sinematografi Buku Pegangan

Kuliah Yogyakarta Fakultas Ilmu Pendidikan UNY

Philips Rob 1997 The Developers Handbook to Interactive Multimedia

(Practcal Guide for Educational Aplication) London Kogan Page

Seel B B amp Rickey R C (1994) Instructionl technology the definition and

domain of the field Washington DC Association for Education

Communication and Technology

Sugiyono (2006) Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif

Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta

Sukardjo 2008 Hand Out materi evaluasi pembelajaran Yogyakarta Jurusan

Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana Universitas Negeri

Yogyakarta

Sunaryo Soenarto (2007) Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis TI

Makalah Lokakarya Desain Pembelajaran Universitas Muhamadiyah

Purworejo 19 Novermber 2007 Yogyakarta Program Pasca Sarjana

UNY

Suyanto M (2003) Multimedia untuk meningkatkan keunggulan bersaing

Yogyakarta Penerbit Andi

Walker D F amp Hess RD (1984) Instructional software Principles and

perspectives for design and use San Francisco Wadwort Publishing

Company

Wikipidea(2007) Film Diambil pada tanggal 29 Desember 2007 dari

http20985175104searchq=cachenat_jF_8kJidwikipideaorgwikifil

m=idampct=clnkampcd=2ampgl=id

Woolf Beverly amp Hall Wendy Interactive multimedia systems for teaching and

learning Diambil tanggal 7 Januari 2008 dari

httpekeesumasseduekepublicationsmultimedia_pedagoguespdf

Woolfolk A E (1984) Educational psychology for teachers (2rd

ed)

Englewood cliffs N J Prentice Hall Inc

21

BIODATA

Nama Estu Miyarso MPd

NIM 06707251002

Tempat dan Tanggal Lahir Tegal 3 Februari 1977

Agama Islam

Program Studi Teknologi Pembelajaran

Angkatan 2006

Alamat Ds Palgading RT 0318 Sinduharjo Ngaglik

Sleman ndash Yogyakarta

Pekerjaan Dosen Jurusan KTP FIP UNY

Kampus Karangmalang UNY

No HP 0811267949 - 02743286323

Motto Hal yang tidak akan berubah dalam hidup selain

perubahan itu sendiri adalah pilihan dan prinsip

Page 17: ESTU MIYARSO Developing of Interactive Multimedia for the ...staffnew.uny.ac.id/upload/132313279/penelitian/multimedia+interakt...penemuan dan kemajuan dari perpaduan teknologi optik

16

ini sebanyak 19 orang atau 95 Hal ini ditunjukan dengan kelancaran

penggunaan produk multimedia ini tanpa masalah berarti Mahasiswa

mampu memahami petunjuk penggunaan multimedia ini tanpa harus

menanyakannya pada dosen (c) jumlah mahasiswa yang merasa puas

atas penggunaan produk akhir ini sebanyak 20 orang atau 100 Hal

ini ditunjukkan dengan keinginan seluruh mahasiswa responden yang

menginginkan produk akhir ini dari pengembang sebagai bahan

pembelajaran alternatifnya masing-masing

3) Komponen kinerja mahasiswa dalam menerapkan materi yang

diperoleh dari produk akhir multimedia ini ditunjukan dengan dua

indikator yaitu (a) jumlah mahasiswa yang mampu menunjukan

kecepatan dalam memprektekan materi sinematografi ini sebanyak 18

orang atau 90 (b) jumlah mahasiswa yang dapat menunjukan

ketepatan dalam mempraktekan materi sinematografi ini sebanyak 16

orang atau 80

Kesimpulan dan Saran

Hasil penelitian pengembangan ini dapat disimpulkan (1) Semua prosedur

pengembangan dalam penelitian ini telah selesai dilakukan hingga menghasilkan

produk multimedia interaktif dalam bentuk kepingan CD program pembelajaran

sinematografi yang telah memenuhi kriteria kelaikan (2) Kelaikan aspek

pembelajaran produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik

dengan skor 392 (3) Kelaikan aspek isi produk multimedia interaktif ini

17

termasuk dalam kriteria baik dengan skor 365 (4) Kelaikan aspek tampilan

produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik dengan skor 374

(5) Kelaikan aspek pemrograman produk multimedia interaktif ini termasuk

dalam kriteria baik dengan skor 373 (6) Produk multimedia interaktif ini efektif

digunakan untuk pembelajaran sinematografi Hal ini dibuktikan dengan

kenaikan rerata skor post test atas skor pre test dari pengguna sebesar 955 atau

sebesar 1454 dalam satu kali pertemuan Selain itu data hasil observasi dan

wawancara menunjukan bahwa produk multimedia interaktif ini mampu

memotivasi mahasiswa (pengguna) pada saat proses pembelajarannya

Meskipun produk multimedia ini secara kelaikan dapat dinyatakan

berkriteria baik dan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran sinematografi

produk multimedia interaktif ini juga memiliki kelemahan Kelemahan tersebut

antara lain materi dalam program ini belum menggunakan metode simulasi untuk

menerangkan hal-hal yang bersifat praktis latihan soal dan tes akhir produk ini

kurang bervariasi karena hanya berbentuk tes objektif pilihan ganda Efektivitas

produk penelitian ini juga belum sempat diteliti secara lebih jauh dengan

menggunakan kelompok sasaran dan kelompok pembanding maupun untuk

kelompok sasaran yang lebih luas lagi

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan tersebut maka disarankan (1)

Perlu diupayakan pengembangan multimedia interaktif pembelajaran

sinematografi dengan mengoptimalkan metode penyajian secara simulatif (2)

Perlu dikembangkan lagi produk multimedia interaktif ini dengan bentuk soal

latihan maupun tes yang lebih bervariasi (3) Perlu diupayakan kegiatan penelitian

18

lebih lanjut untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan produk multimedia

interaktif ini baik dengan metode penelitian tindakan kelas maupun penelitian

eksperimen (4) Produk multimedia interaktif ini perlu diimplementasikan pada

kelompok mahasiswa S1 semester 2 KTP FIP UNY sebagai sasaran utama pada

saat berlangsungnya perkuliahan sinematografi di semester genap (5) Perlunya

sosialisasi serta penggunaan produk penelitian ini dengan kelompok sasaran yang

lebih luas lagi terutama untuk kelompok atau komunitas pembuat film

independent yang sudah marak di masyarakat

19

DAFTAR PUSTAKA

AECT (1977) The definition of educational technology Washington DC

Association for Educational Communication and Technology

Atwi Suparman (2001) Desain Instruksional Jakarta Tim PAU PPAI

Universitas Terbuka

Borg Walter R amp Gall M D (1983) Educational research An introduction

(4th

ed) New York amp London Logman

Criswell E L (1989) The design of computer-based instruction New York

Macmillan Publishing Compani

CAsri Budiningsih (2003) Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Dick W amp Carey L (1990) The systematic design of instruction (3rd

ed)

Glecview Illinois Scott Foresman and Company

Elizabeth B Hurlock 1980 Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan Erlangga Jakarta

Hannafin Michael J 1988 The Design Development and Evaluation of

Instructional Software New York Macmillan Publishing Company

Heinich R (et al) (1996) Instructional media and technologies for learning

(5td

ed) Englewood cliffs NJ A Simon amp Schuster Company

IRFA Media (2007) Halaman Muka httpIRFA MEDIAcom

Jenks Michael S amp Spinger John M A view of the research of efficacy of CAI

Electronic Journal for the Integration of Technology in Education Vol 1

No 2 Diambil pada tanggal 21 Maret 2008 dari

httpejiteisueduvolume1No2Jenkspdf

Keller J M (1983) Motivation Design of Instruction in Instructional-Design

Theories and Models An Overview of Their Current Status Hillsdale

Lawrence Erlbaum Associates Publishers

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY (2006) Kurikulum

Mata Kuliah Sinematografi KTP FIP UNY

20

Lee William W 2004 Multimedia Based Instructional Design Secend

Edition San Francisco Preiffer

Murti Kusuma Wirasti 2003 Pengantar Sinematografi Buku Pegangan

Kuliah Yogyakarta Fakultas Ilmu Pendidikan UNY

Philips Rob 1997 The Developers Handbook to Interactive Multimedia

(Practcal Guide for Educational Aplication) London Kogan Page

Seel B B amp Rickey R C (1994) Instructionl technology the definition and

domain of the field Washington DC Association for Education

Communication and Technology

Sugiyono (2006) Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif

Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta

Sukardjo 2008 Hand Out materi evaluasi pembelajaran Yogyakarta Jurusan

Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana Universitas Negeri

Yogyakarta

Sunaryo Soenarto (2007) Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis TI

Makalah Lokakarya Desain Pembelajaran Universitas Muhamadiyah

Purworejo 19 Novermber 2007 Yogyakarta Program Pasca Sarjana

UNY

Suyanto M (2003) Multimedia untuk meningkatkan keunggulan bersaing

Yogyakarta Penerbit Andi

Walker D F amp Hess RD (1984) Instructional software Principles and

perspectives for design and use San Francisco Wadwort Publishing

Company

Wikipidea(2007) Film Diambil pada tanggal 29 Desember 2007 dari

http20985175104searchq=cachenat_jF_8kJidwikipideaorgwikifil

m=idampct=clnkampcd=2ampgl=id

Woolf Beverly amp Hall Wendy Interactive multimedia systems for teaching and

learning Diambil tanggal 7 Januari 2008 dari

httpekeesumasseduekepublicationsmultimedia_pedagoguespdf

Woolfolk A E (1984) Educational psychology for teachers (2rd

ed)

Englewood cliffs N J Prentice Hall Inc

21

BIODATA

Nama Estu Miyarso MPd

NIM 06707251002

Tempat dan Tanggal Lahir Tegal 3 Februari 1977

Agama Islam

Program Studi Teknologi Pembelajaran

Angkatan 2006

Alamat Ds Palgading RT 0318 Sinduharjo Ngaglik

Sleman ndash Yogyakarta

Pekerjaan Dosen Jurusan KTP FIP UNY

Kampus Karangmalang UNY

No HP 0811267949 - 02743286323

Motto Hal yang tidak akan berubah dalam hidup selain

perubahan itu sendiri adalah pilihan dan prinsip

Page 18: ESTU MIYARSO Developing of Interactive Multimedia for the ...staffnew.uny.ac.id/upload/132313279/penelitian/multimedia+interakt...penemuan dan kemajuan dari perpaduan teknologi optik

17

termasuk dalam kriteria baik dengan skor 365 (4) Kelaikan aspek tampilan

produk multimedia interaktif ini termasuk dalam kriteria baik dengan skor 374

(5) Kelaikan aspek pemrograman produk multimedia interaktif ini termasuk

dalam kriteria baik dengan skor 373 (6) Produk multimedia interaktif ini efektif

digunakan untuk pembelajaran sinematografi Hal ini dibuktikan dengan

kenaikan rerata skor post test atas skor pre test dari pengguna sebesar 955 atau

sebesar 1454 dalam satu kali pertemuan Selain itu data hasil observasi dan

wawancara menunjukan bahwa produk multimedia interaktif ini mampu

memotivasi mahasiswa (pengguna) pada saat proses pembelajarannya

Meskipun produk multimedia ini secara kelaikan dapat dinyatakan

berkriteria baik dan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran sinematografi

produk multimedia interaktif ini juga memiliki kelemahan Kelemahan tersebut

antara lain materi dalam program ini belum menggunakan metode simulasi untuk

menerangkan hal-hal yang bersifat praktis latihan soal dan tes akhir produk ini

kurang bervariasi karena hanya berbentuk tes objektif pilihan ganda Efektivitas

produk penelitian ini juga belum sempat diteliti secara lebih jauh dengan

menggunakan kelompok sasaran dan kelompok pembanding maupun untuk

kelompok sasaran yang lebih luas lagi

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan tersebut maka disarankan (1)

Perlu diupayakan pengembangan multimedia interaktif pembelajaran

sinematografi dengan mengoptimalkan metode penyajian secara simulatif (2)

Perlu dikembangkan lagi produk multimedia interaktif ini dengan bentuk soal

latihan maupun tes yang lebih bervariasi (3) Perlu diupayakan kegiatan penelitian

18

lebih lanjut untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan produk multimedia

interaktif ini baik dengan metode penelitian tindakan kelas maupun penelitian

eksperimen (4) Produk multimedia interaktif ini perlu diimplementasikan pada

kelompok mahasiswa S1 semester 2 KTP FIP UNY sebagai sasaran utama pada

saat berlangsungnya perkuliahan sinematografi di semester genap (5) Perlunya

sosialisasi serta penggunaan produk penelitian ini dengan kelompok sasaran yang

lebih luas lagi terutama untuk kelompok atau komunitas pembuat film

independent yang sudah marak di masyarakat

19

DAFTAR PUSTAKA

AECT (1977) The definition of educational technology Washington DC

Association for Educational Communication and Technology

Atwi Suparman (2001) Desain Instruksional Jakarta Tim PAU PPAI

Universitas Terbuka

Borg Walter R amp Gall M D (1983) Educational research An introduction

(4th

ed) New York amp London Logman

Criswell E L (1989) The design of computer-based instruction New York

Macmillan Publishing Compani

CAsri Budiningsih (2003) Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Dick W amp Carey L (1990) The systematic design of instruction (3rd

ed)

Glecview Illinois Scott Foresman and Company

Elizabeth B Hurlock 1980 Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan Erlangga Jakarta

Hannafin Michael J 1988 The Design Development and Evaluation of

Instructional Software New York Macmillan Publishing Company

Heinich R (et al) (1996) Instructional media and technologies for learning

(5td

ed) Englewood cliffs NJ A Simon amp Schuster Company

IRFA Media (2007) Halaman Muka httpIRFA MEDIAcom

Jenks Michael S amp Spinger John M A view of the research of efficacy of CAI

Electronic Journal for the Integration of Technology in Education Vol 1

No 2 Diambil pada tanggal 21 Maret 2008 dari

httpejiteisueduvolume1No2Jenkspdf

Keller J M (1983) Motivation Design of Instruction in Instructional-Design

Theories and Models An Overview of Their Current Status Hillsdale

Lawrence Erlbaum Associates Publishers

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY (2006) Kurikulum

Mata Kuliah Sinematografi KTP FIP UNY

20

Lee William W 2004 Multimedia Based Instructional Design Secend

Edition San Francisco Preiffer

Murti Kusuma Wirasti 2003 Pengantar Sinematografi Buku Pegangan

Kuliah Yogyakarta Fakultas Ilmu Pendidikan UNY

Philips Rob 1997 The Developers Handbook to Interactive Multimedia

(Practcal Guide for Educational Aplication) London Kogan Page

Seel B B amp Rickey R C (1994) Instructionl technology the definition and

domain of the field Washington DC Association for Education

Communication and Technology

Sugiyono (2006) Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif

Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta

Sukardjo 2008 Hand Out materi evaluasi pembelajaran Yogyakarta Jurusan

Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana Universitas Negeri

Yogyakarta

Sunaryo Soenarto (2007) Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis TI

Makalah Lokakarya Desain Pembelajaran Universitas Muhamadiyah

Purworejo 19 Novermber 2007 Yogyakarta Program Pasca Sarjana

UNY

Suyanto M (2003) Multimedia untuk meningkatkan keunggulan bersaing

Yogyakarta Penerbit Andi

Walker D F amp Hess RD (1984) Instructional software Principles and

perspectives for design and use San Francisco Wadwort Publishing

Company

Wikipidea(2007) Film Diambil pada tanggal 29 Desember 2007 dari

http20985175104searchq=cachenat_jF_8kJidwikipideaorgwikifil

m=idampct=clnkampcd=2ampgl=id

Woolf Beverly amp Hall Wendy Interactive multimedia systems for teaching and

learning Diambil tanggal 7 Januari 2008 dari

httpekeesumasseduekepublicationsmultimedia_pedagoguespdf

Woolfolk A E (1984) Educational psychology for teachers (2rd

ed)

Englewood cliffs N J Prentice Hall Inc

21

BIODATA

Nama Estu Miyarso MPd

NIM 06707251002

Tempat dan Tanggal Lahir Tegal 3 Februari 1977

Agama Islam

Program Studi Teknologi Pembelajaran

Angkatan 2006

Alamat Ds Palgading RT 0318 Sinduharjo Ngaglik

Sleman ndash Yogyakarta

Pekerjaan Dosen Jurusan KTP FIP UNY

Kampus Karangmalang UNY

No HP 0811267949 - 02743286323

Motto Hal yang tidak akan berubah dalam hidup selain

perubahan itu sendiri adalah pilihan dan prinsip

Page 19: ESTU MIYARSO Developing of Interactive Multimedia for the ...staffnew.uny.ac.id/upload/132313279/penelitian/multimedia+interakt...penemuan dan kemajuan dari perpaduan teknologi optik

18

lebih lanjut untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan produk multimedia

interaktif ini baik dengan metode penelitian tindakan kelas maupun penelitian

eksperimen (4) Produk multimedia interaktif ini perlu diimplementasikan pada

kelompok mahasiswa S1 semester 2 KTP FIP UNY sebagai sasaran utama pada

saat berlangsungnya perkuliahan sinematografi di semester genap (5) Perlunya

sosialisasi serta penggunaan produk penelitian ini dengan kelompok sasaran yang

lebih luas lagi terutama untuk kelompok atau komunitas pembuat film

independent yang sudah marak di masyarakat

19

DAFTAR PUSTAKA

AECT (1977) The definition of educational technology Washington DC

Association for Educational Communication and Technology

Atwi Suparman (2001) Desain Instruksional Jakarta Tim PAU PPAI

Universitas Terbuka

Borg Walter R amp Gall M D (1983) Educational research An introduction

(4th

ed) New York amp London Logman

Criswell E L (1989) The design of computer-based instruction New York

Macmillan Publishing Compani

CAsri Budiningsih (2003) Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Dick W amp Carey L (1990) The systematic design of instruction (3rd

ed)

Glecview Illinois Scott Foresman and Company

Elizabeth B Hurlock 1980 Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan Erlangga Jakarta

Hannafin Michael J 1988 The Design Development and Evaluation of

Instructional Software New York Macmillan Publishing Company

Heinich R (et al) (1996) Instructional media and technologies for learning

(5td

ed) Englewood cliffs NJ A Simon amp Schuster Company

IRFA Media (2007) Halaman Muka httpIRFA MEDIAcom

Jenks Michael S amp Spinger John M A view of the research of efficacy of CAI

Electronic Journal for the Integration of Technology in Education Vol 1

No 2 Diambil pada tanggal 21 Maret 2008 dari

httpejiteisueduvolume1No2Jenkspdf

Keller J M (1983) Motivation Design of Instruction in Instructional-Design

Theories and Models An Overview of Their Current Status Hillsdale

Lawrence Erlbaum Associates Publishers

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY (2006) Kurikulum

Mata Kuliah Sinematografi KTP FIP UNY

20

Lee William W 2004 Multimedia Based Instructional Design Secend

Edition San Francisco Preiffer

Murti Kusuma Wirasti 2003 Pengantar Sinematografi Buku Pegangan

Kuliah Yogyakarta Fakultas Ilmu Pendidikan UNY

Philips Rob 1997 The Developers Handbook to Interactive Multimedia

(Practcal Guide for Educational Aplication) London Kogan Page

Seel B B amp Rickey R C (1994) Instructionl technology the definition and

domain of the field Washington DC Association for Education

Communication and Technology

Sugiyono (2006) Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif

Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta

Sukardjo 2008 Hand Out materi evaluasi pembelajaran Yogyakarta Jurusan

Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana Universitas Negeri

Yogyakarta

Sunaryo Soenarto (2007) Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis TI

Makalah Lokakarya Desain Pembelajaran Universitas Muhamadiyah

Purworejo 19 Novermber 2007 Yogyakarta Program Pasca Sarjana

UNY

Suyanto M (2003) Multimedia untuk meningkatkan keunggulan bersaing

Yogyakarta Penerbit Andi

Walker D F amp Hess RD (1984) Instructional software Principles and

perspectives for design and use San Francisco Wadwort Publishing

Company

Wikipidea(2007) Film Diambil pada tanggal 29 Desember 2007 dari

http20985175104searchq=cachenat_jF_8kJidwikipideaorgwikifil

m=idampct=clnkampcd=2ampgl=id

Woolf Beverly amp Hall Wendy Interactive multimedia systems for teaching and

learning Diambil tanggal 7 Januari 2008 dari

httpekeesumasseduekepublicationsmultimedia_pedagoguespdf

Woolfolk A E (1984) Educational psychology for teachers (2rd

ed)

Englewood cliffs N J Prentice Hall Inc

21

BIODATA

Nama Estu Miyarso MPd

NIM 06707251002

Tempat dan Tanggal Lahir Tegal 3 Februari 1977

Agama Islam

Program Studi Teknologi Pembelajaran

Angkatan 2006

Alamat Ds Palgading RT 0318 Sinduharjo Ngaglik

Sleman ndash Yogyakarta

Pekerjaan Dosen Jurusan KTP FIP UNY

Kampus Karangmalang UNY

No HP 0811267949 - 02743286323

Motto Hal yang tidak akan berubah dalam hidup selain

perubahan itu sendiri adalah pilihan dan prinsip

Page 20: ESTU MIYARSO Developing of Interactive Multimedia for the ...staffnew.uny.ac.id/upload/132313279/penelitian/multimedia+interakt...penemuan dan kemajuan dari perpaduan teknologi optik

19

DAFTAR PUSTAKA

AECT (1977) The definition of educational technology Washington DC

Association for Educational Communication and Technology

Atwi Suparman (2001) Desain Instruksional Jakarta Tim PAU PPAI

Universitas Terbuka

Borg Walter R amp Gall M D (1983) Educational research An introduction

(4th

ed) New York amp London Logman

Criswell E L (1989) The design of computer-based instruction New York

Macmillan Publishing Compani

CAsri Budiningsih (2003) Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Dick W amp Carey L (1990) The systematic design of instruction (3rd

ed)

Glecview Illinois Scott Foresman and Company

Elizabeth B Hurlock 1980 Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan Erlangga Jakarta

Hannafin Michael J 1988 The Design Development and Evaluation of

Instructional Software New York Macmillan Publishing Company

Heinich R (et al) (1996) Instructional media and technologies for learning

(5td

ed) Englewood cliffs NJ A Simon amp Schuster Company

IRFA Media (2007) Halaman Muka httpIRFA MEDIAcom

Jenks Michael S amp Spinger John M A view of the research of efficacy of CAI

Electronic Journal for the Integration of Technology in Education Vol 1

No 2 Diambil pada tanggal 21 Maret 2008 dari

httpejiteisueduvolume1No2Jenkspdf

Keller J M (1983) Motivation Design of Instruction in Instructional-Design

Theories and Models An Overview of Their Current Status Hillsdale

Lawrence Erlbaum Associates Publishers

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY (2006) Kurikulum

Mata Kuliah Sinematografi KTP FIP UNY

20

Lee William W 2004 Multimedia Based Instructional Design Secend

Edition San Francisco Preiffer

Murti Kusuma Wirasti 2003 Pengantar Sinematografi Buku Pegangan

Kuliah Yogyakarta Fakultas Ilmu Pendidikan UNY

Philips Rob 1997 The Developers Handbook to Interactive Multimedia

(Practcal Guide for Educational Aplication) London Kogan Page

Seel B B amp Rickey R C (1994) Instructionl technology the definition and

domain of the field Washington DC Association for Education

Communication and Technology

Sugiyono (2006) Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif

Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta

Sukardjo 2008 Hand Out materi evaluasi pembelajaran Yogyakarta Jurusan

Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana Universitas Negeri

Yogyakarta

Sunaryo Soenarto (2007) Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis TI

Makalah Lokakarya Desain Pembelajaran Universitas Muhamadiyah

Purworejo 19 Novermber 2007 Yogyakarta Program Pasca Sarjana

UNY

Suyanto M (2003) Multimedia untuk meningkatkan keunggulan bersaing

Yogyakarta Penerbit Andi

Walker D F amp Hess RD (1984) Instructional software Principles and

perspectives for design and use San Francisco Wadwort Publishing

Company

Wikipidea(2007) Film Diambil pada tanggal 29 Desember 2007 dari

http20985175104searchq=cachenat_jF_8kJidwikipideaorgwikifil

m=idampct=clnkampcd=2ampgl=id

Woolf Beverly amp Hall Wendy Interactive multimedia systems for teaching and

learning Diambil tanggal 7 Januari 2008 dari

httpekeesumasseduekepublicationsmultimedia_pedagoguespdf

Woolfolk A E (1984) Educational psychology for teachers (2rd

ed)

Englewood cliffs N J Prentice Hall Inc

21

BIODATA

Nama Estu Miyarso MPd

NIM 06707251002

Tempat dan Tanggal Lahir Tegal 3 Februari 1977

Agama Islam

Program Studi Teknologi Pembelajaran

Angkatan 2006

Alamat Ds Palgading RT 0318 Sinduharjo Ngaglik

Sleman ndash Yogyakarta

Pekerjaan Dosen Jurusan KTP FIP UNY

Kampus Karangmalang UNY

No HP 0811267949 - 02743286323

Motto Hal yang tidak akan berubah dalam hidup selain

perubahan itu sendiri adalah pilihan dan prinsip

Page 21: ESTU MIYARSO Developing of Interactive Multimedia for the ...staffnew.uny.ac.id/upload/132313279/penelitian/multimedia+interakt...penemuan dan kemajuan dari perpaduan teknologi optik

20

Lee William W 2004 Multimedia Based Instructional Design Secend

Edition San Francisco Preiffer

Murti Kusuma Wirasti 2003 Pengantar Sinematografi Buku Pegangan

Kuliah Yogyakarta Fakultas Ilmu Pendidikan UNY

Philips Rob 1997 The Developers Handbook to Interactive Multimedia

(Practcal Guide for Educational Aplication) London Kogan Page

Seel B B amp Rickey R C (1994) Instructionl technology the definition and

domain of the field Washington DC Association for Education

Communication and Technology

Sugiyono (2006) Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif

Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta

Sukardjo 2008 Hand Out materi evaluasi pembelajaran Yogyakarta Jurusan

Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana Universitas Negeri

Yogyakarta

Sunaryo Soenarto (2007) Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis TI

Makalah Lokakarya Desain Pembelajaran Universitas Muhamadiyah

Purworejo 19 Novermber 2007 Yogyakarta Program Pasca Sarjana

UNY

Suyanto M (2003) Multimedia untuk meningkatkan keunggulan bersaing

Yogyakarta Penerbit Andi

Walker D F amp Hess RD (1984) Instructional software Principles and

perspectives for design and use San Francisco Wadwort Publishing

Company

Wikipidea(2007) Film Diambil pada tanggal 29 Desember 2007 dari

http20985175104searchq=cachenat_jF_8kJidwikipideaorgwikifil

m=idampct=clnkampcd=2ampgl=id

Woolf Beverly amp Hall Wendy Interactive multimedia systems for teaching and

learning Diambil tanggal 7 Januari 2008 dari

httpekeesumasseduekepublicationsmultimedia_pedagoguespdf

Woolfolk A E (1984) Educational psychology for teachers (2rd

ed)

Englewood cliffs N J Prentice Hall Inc

21

BIODATA

Nama Estu Miyarso MPd

NIM 06707251002

Tempat dan Tanggal Lahir Tegal 3 Februari 1977

Agama Islam

Program Studi Teknologi Pembelajaran

Angkatan 2006

Alamat Ds Palgading RT 0318 Sinduharjo Ngaglik

Sleman ndash Yogyakarta

Pekerjaan Dosen Jurusan KTP FIP UNY

Kampus Karangmalang UNY

No HP 0811267949 - 02743286323

Motto Hal yang tidak akan berubah dalam hidup selain

perubahan itu sendiri adalah pilihan dan prinsip

Page 22: ESTU MIYARSO Developing of Interactive Multimedia for the ...staffnew.uny.ac.id/upload/132313279/penelitian/multimedia+interakt...penemuan dan kemajuan dari perpaduan teknologi optik

21

BIODATA

Nama Estu Miyarso MPd

NIM 06707251002

Tempat dan Tanggal Lahir Tegal 3 Februari 1977

Agama Islam

Program Studi Teknologi Pembelajaran

Angkatan 2006

Alamat Ds Palgading RT 0318 Sinduharjo Ngaglik

Sleman ndash Yogyakarta

Pekerjaan Dosen Jurusan KTP FIP UNY

Kampus Karangmalang UNY

No HP 0811267949 - 02743286323

Motto Hal yang tidak akan berubah dalam hidup selain

perubahan itu sendiri adalah pilihan dan prinsip


Recommended