+ All Categories
Home > Documents > exposure-2015-84-l

exposure-2015-84-l

Date post: 07-Jul-2018
Category:
Upload: ming-muslimin
View: 215 times
Download: 0 times
Share this document with a friend

of 54

Transcript
  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    1/54

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    2/54

    Sekitar awal Juni lalu, National Geographic Indonesia (NGI) mengirim surat resmi permintaan maafpada seorang pewarta foto Indonesia, karena kelalaian media tersebut dalam memuat foto tanpaizin dari empunya. Persoalan ini bermula dari berita yang dimuat di situs web NGI yang menyertakanfoto karya Ardiles Rante tentang perburuan paus di Lamalera, Nusa Tenggara Timur.

    NGI mengaku mengambil materi berita tersebut dari Kompas.com yang sebelumnya menerbitkanberita tersebut. Kedua media diketahui telah menjalin kerja sama content, yang meliputi teks danfoto, yang berarti keduanya dapat saling mencomot materi yang dimuat. Kebetulan keduanyaberada di bawah “payung” sama, yakni Kelompok Kompas Gramedia.

    Masalahnya sendiri kini sudah terselesaikan dengan baik. NGI sudah secara resmi memintamaaf kepada fotografernya, dan Ardiles Rante sendiri telah menerima permintaan maaf itu danmenganggap persoalan sudah selesai. Namun sepertinya masih tersisa pertanyaan, bagaimanamedia sekaliber National Geographic – yang notabene sangat melindungi hak cipta parafotografernya – bisa lalai?

    Kita yakin, pemuatan sebuah berita di media tersebut tentulah sudah melalui pemeriksaan yangketat, entah itu berkaitan dengan naskah berita atau foto-foto yang disertakan. Pastinya sudahmenjadi kesadaran bagi para editornya untuk meneliti sumber beritanya, termasuk sumber fotonya.

    Ketika melihat keganjilan dalam pencantuman kredit foto, semestinya sang editor tidak gegabahmenerbitkan begitu saja. Saat itu yang tercantum di keterangan foto “Memburu paus di lautLamalera, NTT. (Kompas.com).” Di keterangan yang amat singkat ini seharusnya sudah adakecurigaan karena tak ada pencantuman nama fotografer. Tapi yang terjadi ini justru lolos begitusaja, walaupun foto tersebut kemudian diganti dengan foto lainnya. Pastilah tim NGI sudah pahamdengan UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

    Tak ada maksud untuk mengungkit persoalan yang sudah selesai, tapi setidaknya ini bisa menjadipelajaran bagi kita untuk lebih berhati-hati, dan lebih memahami bahwa ada proses yang perlu kitaapresiasi dalam pembuatan sebuah foto. Apresiasi juga patut kita berikan kepada NGI yang telahmengaku lalai dan meminta maaf.

    Salam,Farid Wahdiono

    2 2015-84 3 2015-84

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    3/54

    Edition 80Edition 81Edition 82Edition 83

    Download all editions here

    @exposuremagz

    [email protected]

    www.facebook.com/exposure.magz

    www.exposure-magz.com

    4 2015-84 5 2015-84

    http://www.exposure-magz.com/2015/03/07/exposure-80th-edition/http://www.exposure-magz.com/2015/04/11/exposure-81st-edition/http://www.exposure-magz.com/2015/05/09/exposure-82nd-edition/http://www.exposure-magz.com/2015/06/06/exposure-83rd-edition/http://www.exposure-magz.com/category/exposuremagz/mailto:[email protected]://www.facebook.com/exposure.magzhttp://exposure-magz.com/http://www.exposure-magz.com/http://exposure-magz.com/http://www.exposure-magz.com/https://www.facebook.com/exposure.magzhttps://www.facebook.com/exposure.magzmailto:[email protected]://www.exposure-magz.com/category/exposuremagz/http://www.exposure-magz.com/category/exposuremagz/http://www.exposure-magz.com/2015/06/06/exposure-83rd-edition/http://www.exposure-magz.com/2015/05/09/exposure-82nd-edition/http://www.exposure-magz.com/2015/04/11/exposure-81st-edition/http://www.exposure-magz.com/2015/03/07/exposure-80th-edition/

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    4/54

    Galling butChallengingTo some photojournalists,shooting celebrities is sometimesannoying; but to some others,it is challenging due to variouslimitedness.

    12

    Caught in a Valleyafter SevereEarthquake

    A 7.8 magnitude earthquakebrought about utter devastationin Nepal. Some people wascaught in a valley with limitedsupplies of food and water.

    32What a CharmingMatterhornJuly 14, 2015, is the 150 th anniversary of the ascent of MtMatterhorn. But it is not aboutthe celebration, it is aboutshooting the charming mountain.

    74

    6 2015-84 7 2015-84

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    5/54

    cover photo by Arbain Rambey

    cover design by Koko Wijanarto

    Hak CiptaDilarang mengutip/menyadur/menggandakan/ menyebarluask an isi majalah tanpa izinredaksi. Hak cipta tulisan ada pada penulis dan hak ciptafoto ada pada fotografer, dan dilindungi undang-undang.Setiap fotografer dianggap telah memperoleh izin darisubyek yang difoto atau dari pihak lain yang berwenangatas subyek tersebut.

    Arbain Rambey

    Athena Zelandonii

    Imam Tau kSuryanegara

    Aditya Alamsyah

    Andar Tri Atmaja

    Bonny Passandra

    Dimaz Ariezky Susetyo

    Fakhri Reyshari Sinaga

    Fikhy Riandi

    Levi Kusuma Putra

    M. Armansyah

    Monica Christy

    Pandu Arya Dwikatama

    Putri Ranna

    Panduan Belanja Peralatan FotograBazaar104Info Aktual, Berita Komunitas, AgendaSnapshot5o

    Info Aktual, Berita Komunitas, AgendaIndex107

    Natgeo IndonesiaMinta Maaf

    Akibat lalai memuat foto tanpa izin,National Geographic Indonesia memintamaaf.

    50

    PeluncuranFuji lm X-T10Kamera Fuji lm X-Series terbaruini diluncurkan di empat kota diIndonesia

    52Kemauan BelajarKlub yang menjadi wadah bagimereka yang punya kemauanbelajar fotogra58

    This MonthFive Years AgoWhen photos &photography experienceare enjoyed ve years later

    10

    8 2015-84 9 2015-84

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    6/54

    Lima tahun lalu tepatnya bulan ini, fotografer komersial ternama berbagi pengalamannyatentang bagaimana mengeksekusi karya yang sesuai dengan selera klien. Idealismesebagai “tukang foto” dan ego ia singkirkan jauh-jauh demi keberhasilan mengerjakanproject komersialnya. tercapainya informasi melalui karya fotonya merupakan hal yangpenting tanpa menghilangkan sisi komersial dan keindahan foto tersebut.

    Sebelum drone menjadi pilihan para aerial photography masa sekarang, paramotor lebihdulu menjadi alat untuk membawa fotografer merasakan sensasi terbang bagai burungdi udara. Paramotor merupakan kendaraan terbang berawak paling ringan, ringkas danpaling murah didunia. Namun seringkali penerbang terpecah konsentrasinya karenaharus mengendalikan paramotor dan juga membingkai(framing) objek bidikan dari udara.

    Liputan khusus menelisik sisi religious para waria di Notoyudan , Yogyakarta olehKarolus Naga ini menceritakan rangkaian akti tas religious para waria di Daerah IstimewaYogyakarta. Bahkan seorang waria berhasil mendirikan sebuah Sekolah Quran khususwaria yaitu “Pesantren Senen-Kamis”. Sekolah ini memiliki anggota lebih dari seratusanggota yang berasal dari komunitas transeksual.

    Perugia merupakan tempat yang nyaman untuk membangun suasana romantismedimana berjalan kaki merupakan suatu kenikmatan, dedaunan menyapa, udara terasawangi , terbangun adalah mimpi dan belajar bersahabat dengan alam. Kesan itulahyang didapat oleh ketika selama 90 hari yinggal di Perugia dan menyusuri sudut-sudutkotanya. Tempat ini juga dikenal sebagai daerah penghasil coklat hingga terdapat sebuahpabrik atau museum bernama Perugia.

    Click to Download Exposure Magz #24

    10 2015-84 11 2015-84

    http://www.exposure-magz.com/2010/07/02/exposure-24th-edition/http://www.exposure-magz.com/2010/07/02/exposure-24th-edition/

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    7/54

    Be InspiredBe Inspired

    Photos & Text: Arbain Rambey

    Be InspiredBe Inspired

    132015-8412 2015-84

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    8/54

    Be InspiredBe Inspired

    A lot of people want to photograph celebrities. Inan event attended by one or more celebrities, wewill surely see many people jostling each otherto shoot the famous ones. However, it is not formost of photographers at Jakarta-based KompasDaily. Busy at work everyday with tight schedules,Kompas photographers make the celebrity shootas the last option. If they are allowed to choosebetween shooting riot/natural disaster andshooting celebs, almost all photographers willchoose the rst one.

    Banyak orang ingin memotret selebriti. Dalamsuatu acara yang dihadiri selebriti, pasti kita akanmelihat banyak orang berebut untuk memotretorang terkenal itu. Namun tidak begitu bagisebagian besar fotografer di Harian Kompas. Kerjaharian yang padat dengan jadwal-jadwal ketatmembuat para fotografer Kompas menempatkanpemotretan selebriti sebagai hal terakhir. Kalauboleh memilih antara memotret kerusuhan/ bencana alam dan memotret selebriti, hampirsemua fotografer Kompas memilih memotretkerusuhan/bencana alam.

    14 2015-84 15 2015-84

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    9/54

    Be InspiredBe Inspired

    Memotret selebriti memang berkesan tidak menantangdari segi profesi jurnalistik. Segalanya sudah tersedia;modelnya cantik/ganteng, tempatnya nyaman, dan

    sebagainya. Keengganan fotografer harian untukmelakukannya adalah berkait jadwal pemotretan, yangharus dirancang dan disetujui kedua pihak.

    Saat menjabat sebagai redaktur foto di Kompas, sayamemutuskan untuk memotret selebriti sendiri daripadamengacaukan jadwal pemotetan fotografer lain.Nyatanya, saya mendapati bahwa memotret selebritisungguh berbeda dari memotret manusia lain. Secarafotogra sama, tetapi secara rasa sangatlah berbeda.

    It seems that photographing celebs is notchallenging for journalistic profession. Everythingis already available, such as lovely/handsome

    models, comfortable places, and others.Photographers’ unwillingness to do it is due toshooting schedule which has to be planned andapproved by both sides.

    When I was photo editor at Kompas, I decidedto photograph the celeb by myself rather thandisrupting the schedules of other photographers.

    As a matter of fact, I have found that shootingcelebrities is different from shooting other people.Photographically both are similar, but they arereally different in sense.

    16 2015-84 17 2015-84

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    10/54

    Be InspiredBe Inspired

    18 2015-84 19 2015-84

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    11/54

    The Right LimitWhen I shot Maia Estianty in 2008, actually sheasked me to reschedule the shoot. Due to deadlinethat could not be delayed anymore, however, theshooting was carried out fast. Maia was photographedin kitchen/dining room with shelves and availablelighting. Even Maia did not change her clothes untilthe shoot ended.

    It is important to note that a photo is interesting if wecan choose the right limit for our photo. The image ofMaia became interesting since it was tightly croppedthat the kitchen with its shelves was not seen in theframe.

    The similar situation occurred when I shot SitiNurhaliza who just released her new album in Jakartain 2008. Press conference on it was held in hermanager’s room at a luxurious hotel in Jakarta. Dueto long queu of photographers to take pictures of Siti,time for each photographer was limited. I forgot howlong the time was provided for a photographer, butcertainly it was not more than ve minutes.

    Batas yang PasKetika memotret Maia Estianty pada tahun 2008,sebenarnya saat itu ia meminta penjadwalan ulanguntuk pemotretannya. Tapi karena terikat tenggatyang tak bisa dimundurkan lagi, maka pemotretandilakukan juga dengan cepat. Maia dipotret di ruangdapur/ruang makan dengan rak-rak dan peneranganseadanya. Bahkan kalau kita perhatikan, pakaian yangdikenakan Maia pun tidak diganti sampai pemotretanberakhir.

    Yang perlu dicatat dari kejadian tersebut adalahbahwa foto itu menarik kalau kita bisa memilih batasyang pas pada foto kita. Foto Maia menjadi menarikkarena dipotong ketat sehingga suasana dapurdengan rak-raknya tidak ikut terekam dalam foto.

    Kondisi yang mirip terjadi ketika saya memotretSiti Nurhaliza, yang baru saja meluncurkan albumbarunya di Jakarta, juga pada tahun 2008. Saat itu

    jumpa pers dilakukan di kamar manajer Siti di sebuahhotel mewah di Jakarta. Karena banyak fotografermengantre untuk memotret, tiap fotografer dibatasiwaktunya. Saya lupa berapa lama waktu yangdiberikan untuk seorang fotografer, tetapi yang pastitidak lebih dari lima menit per orangnya.

    Be InspiredBe Inspired

    20 2015-84 21 2015-84

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    12/54

    Be InspiredBe Inspired

    I brought with me lighting gears, but in that short timeprovided, I preferred shooting with available light. Icaptured Siti with only light from window. The whiteglazing softened the sun light, as if using softbox.

    The shoot for Agnes Monica was also done in thesame way, using light coming through the window.

    Safari Park & Coffee ShopNo less interesting is the shoot for Putri Indonesia2009, Nadine Chandrawinata, in Bali. Bali Safari parkprovided its two elephants for the shooting.

    I requested that the shoot was done at dawn in orderto obtain great atmosphere. Morning sky before

    sunrise is usually lled with lovely colors when the dayis bright. That’s why I prefer to shoot when the sun isstill in low position.

    Saya membawa peralatan lampu cukup lengkapwaktu itu, tetapi dengan singkatnya jatah waktu yangdiberikan, saya memilih memotret dengan cahayaseadanya. Kalau kita perhatikan, saya memotretSiti cukup dengan cahaya dari jendela saja. Vitrageputih tipis melembutkan cahaya matahari, seakanmenggunakan softbox.

    Pemotretan Agnes Monica juga dengan cara yangsama, yaitu hanya memanfaatkan cahaya dari jendela.

    Taman Safari & Kedai KopiYang tidak kalah menarik adalah pemotretan PutriIndonesia 2005, Nadine Chandrawinata, di Bali.Taman Safari Bali meminjamkan dua gajahnya untuk

    pemotretan.Saya meminta agar pemotretan dilakukan subuhagar mendapat atmosfer yang tidak biasa-biasa saja.Langit pagi sebelum matahari terbit biasanya dipenuhiwarna-warna indah bila kondisi cerah. Itulah kenapasaya memilih pemotretan di saat posisi mataharimasih sangat rendah.

    22 2015-84 23 2015-84

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    13/54

    Be InspiredBe Inspired

    24 2015-84 25 2015-84

    B I i dB I i d

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    14/54

    Be InspiredBe Inspired

    The sky in Nadine’s background was colorful sinceit was illuminated by the sun which was still in thehorizon. Light for Nadine came from ash. Meanwhile,I ommitted garbages on the beach with digital imagingsoftware; if we had to clean it during the shooting, Iwas afraid the sun was too high then – not good time

    to take pictures.

    The shoot for female violist, Maylaffaiza, was justsimple. All the pictures was made with blurring thebackground using wide aperture opening. The shootand interview were carried out at a coffee shop, not ina special studio.

    Narrow SpaceSince I worked simultaneously with my fellow

    journalist who interviewed the celeb, sometimes theshoot was done in the same room where the interviewtook place. Frequently the room was very narrow.

    Photographing Ivan Gunawan, I used carpet on theoor as background. So, Ivan just sit on the carpet

    and I shot him with high angle.

    Taking pictures in a narrow room also happened whenI shot a music group, Raja. Too close the distancebetween me and the band players, It made thebackground dark because it was impossible to useseveral lights. To overcome too much dark space, Iasked Moldy, the guitar player, to reverse his guitarposition with the guitar neck below. Hence, I got a“view” variation.

    I did the same thing when I shot Stefania Fernandez,Miss Universe 2009, when she visited Jakarta. Itwas not possible for me to use lighting gears, and Iwas faced with “crowded” background. To make thebackground blur, I used 3.5 aperture opening on a85mm f/1.4 lens. I did not use 1.4 opening since its

    depth of eld was too thin, but the opening did helpme to shoot in a room with low-light condition.

    Langit di latar belakang Nadine penuh warna karenatercahayai oleh matahari yang masih berada tepat dicakrawala. Penerangan untuk Nadine menggunakan

    ash. Sementara itu, sampah di pantai saya bersihkanmelalui perangkat lunak; jika dibersihkan saatpemotretan, saya khawatir matahari telanjur terlalu

    tinggi.

    Pemotretan terhadap wanita pemain biola,Maylaffaiza, malahan sederhana. Semua fotodihasilkan hanya dengan membuat blur latar belakangdengan menggunakan bukaan besar. Pemotretan danwawancara dilakukan di sebuah kedai kopi, bukan distudio khusus.

    Ruangan SempitKarena saya bekerja simultan dengan wartawan tulisyang melakukan wawancara dengan sang selebriti,kadang pemotretan dilakukan di ruang yang samadengan wawancaranya. Tidak jarang, ruangan itusempit sekali.

    Pada waktu memotret Ivan Gunawan, sayamemanfaatkan karpet di lantai sebagai latar belakang.Jadi, Ivan duduk di karpet dan saya memotretnya dariarah atas.

    Pemotretan di ruangan sempit juga saya alami saatmemotret grup musik Raja. Dengan begitu dekatnyasaya ke para pemain band itu, saya menghadapirealita bahwa background akan menjadi gelap karenatidak memungkinkan memakai beberapa lampusekaligus. Untuk mengatasi agar bidang gelap tidakterlalu banyak, saya meminta pemain gitar Moldyuntuk membalik posisi gitarnya, dengan leher gitardi bawah. Dengan begitu saya mendapat variasi“pemandangan.”

    Demikian pula dengan pemotretan Stefania

    Fernandez, Miss Universe 2009, saat berkunjung keJakarta. Selain tidak memungkinkan penggunaanperanti lampu, saya juga dihadapkan pada “ramainya”latar belakang. Agar latar belakang bisa blur, sayamenggunakan lensa dengan bukaan 3.5 pada lensa85mm f/1.4. Bukaan 1.4 tidak saya gunakan karenadepth of eld-nya terlalu tipis, tapi bukaan tersebutsangat menolong saya dalam membidik di ruanganredup.

    26 2015-84 27 2015-84

    Be InspiredBe Inspired

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    15/54

    Be InspiredBe Inspired

    With Fire

    Another challenge came when I shot a magiciannamed Demian. In pictures, Demian had to look asmagician. How?

    Some magic tricks were only interesting when we sawthem directly. Most of the tricks were interesting whenthey were in motion; it means when we capture them,the result does not impress at all. I felt confused inchoosing varried tricks which did not “speak” at all inthe pictures I made, but suddenly Demian offered meto photograph him with re. The shoot was carriedout at Kompas of ce, and I broke the rule in a placewhere ring up was forbidden. However, the resultwas satisfying, Demian’s character was depicted inthe picture.

    Photographing Agus Ringo and Shareefa Daanish alsoimpressed me. I succeeded in digging the character of

    Agus Ringo by using sh-eye lens. Meanwhile, I shotShareefa before she was becoming famous. At thattime, she looked glad to pose with varried gears ofmarching band at Kota Tua area, Jakarta, in 2006. In2012, when she was already famous, really I could notget a shooting schedule from her manager. She wasvery busy.

    Dengan Api

    Tantangan lain muncul ketika hendak memotretseorang pesulap, Demian. Dalam foto, Demian harustampak sebagai pesulap. Caranya?

    Beberapa trik sulap hanya menarik bila ditontonsecara langsung. Mayoritas trik sulap hanya menarikdalam keadaan bergerak; artinya, ketika dicobadipotret, hasilnya tak menunjukkan kesan apapun. Ditengah kebingungan memilih aneka trik yang tidakkunjung “berbicara” pada foto yang saya hasilkan,tiba-tiba Demian menawari saya untuk memotretdirinya dengan api. Kala itu pemotretan dilakukan dikantor Kompas, dan saya melanggar peraturan ditempat yang seharusnya dilarang menyalakan api.Namun, foto yang dihasilkan cukup memuaskan;karakter Demian tergambar di foto itu.

    Yang bagi saya juga mengesankan adalah ketikamemotret Agus Ringo dan Shareefa Daanish. Karakter

    Agus Ringo berhasil saya gali dengan memakai lensamata ikan. Sedangkan pemotretan Shareefa justruberhasil saya lakukan saat dia belum terlalu terkenal.Waktu itu dia dengan senang berpose menggunakananeka alat marching band di kawasan Kota Tua,Jakarta, pada tahun 2006. Pada tahun 2012 saat diasudah begitu terkenal, sungguh saya tidak kunjungmendapat jadwal pemotretan dari manajernya. Diasudah sangat sibuk.

    28 2015-84 29 2015-84

    Be InspiredBe Inspired

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    16/54

    Be InspiredBe Inspired

    Arbain [email protected] a photojournalist in Kompas Daily, he is alsoa photography lecturer in one photography schooland some colleges in Jakarta, a speaker in somany seminars and a judge in several photographycompetitions. He has participated in some photoexhibitions (personally and collectively), both inIndonesia and abroad, together with his receivingsome photography awards. His very own photographybook is the Indonesia, Mist of Time, published byWaterous & Co., London, 2005.

    30 2015-84 31 2015-84

    Essay

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    17/54

    Photos & Text: Athena Zelandonii

    Essay

    Over 400 people called Langtang village ‘home’, and with 55 guesthouses it wasthe largest settlement in the popular trekking valley of the same name. The forceof the glacial collapse buried the village under many metres of debris, and over300 people are dead or missing here.

    332015-8432 2015-84

    Essay

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    18/54

    On April 25, 2015, a 7.8 magnitude earthquakerocked Nepal. In the following days, much of theworld’s media focussed on the effects in the capitalof Kathmandu, or the stories coming from thecamps on the world’s highest peak: Mt Everest. Butin the Langtang Valley, the single greatest loss of lifehas occurred, away from cell reception and the eyesof global concern.

    I was trekking in that valley, and on a rest day at thetrails end in Kyanjin Gompa when the earthquake,and then an avalanche, tore through. By sheer luck,there was very little loss of life there. Returning tothe partial ruins of my guesthouse, only one of mybelongings was salvageable in the rubble of mybedroom – my Canon camera.

    Pada 25 April 2015, gempa bumi berkekuatan 7,8pada Skala Richter mengguncang Nepal. Hari-harisesudahnya sebagian besar media dunia hanyaterfokus pada dampak yang terjadi di ibukota negeriitu, Kathmandu, atau kisah-kisah yang berasaldari kam-kamp yang ada di kawasan puncaktertinggi dunia, Gunung Everest. Namun LembahLangtang yang tak terjangkau sinyal selular, dengan

    jumlah korban jiwa yang termasuk besar, lolos dariperhatian dunia.

    Kala itu saya sedang melakukan trekking di lembahtersebut, dan beristirahat di akhir perjalanan dikawasan Kyanjin Gompa, ketika gempa memporak-porandakan Nepal. Beruntunglah korban jiwa dilokasi saya sangat sedikit. Kembali ke tengahreruntuhan guesthouse, hanya satu bawaan sayayang selamat di antara puing-puing kamar saya –kamera Canon saya.

    y

    Just metres from the edge of anavalanche of snow and rock thatobliterated and buried the mountainvillage of Langtang, a solitary hotelnestles at the base of Mt LangtangLirung. (Left)

    Human lives were not the only liveslost to the incredible natural powersof earthquake, avalanche, andlandslide in Langtang valley. (Right)

    352015-8434 2015-84

    Essay

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    19/54

    y

    An injured German man isstretchered into the survivor campabove Langtang village on the dayafter the earthquake. In the d aysfollowing the disaster only a singlehelicopter was spared to service theentire valley for rescues, and poorweather often hampered efforts.

    372015-8436 2015-84

    Essay

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    20/54

    With locals and tourists I ed, heading for the largervillage of Langtang two hours south. Our groupcrossed the dirty, towering peaks of a fresh avalanchechute, and diverted past the prayer stones on theoutskirts of the village. A single story concretebuilding, roo ess, intended as the new village hospital,stood solitary on the ridge above Langtang village.There were already many other survivors there.

    Down the valley the landslides were kilometres wide,and metres deep. Corrugated iron roof sheets hungfrom twigs, reformed by the shockwave so that theyseemed as soft as tissue. The shockwave from thecollapse of the glacier above Langtang had blackenedthe sky, attened trees on the opposite mountainside,and plucked the feathers from birds. Where there hadbeen the homes and livelihoods of more than 400people, there was barely even visible rubble.

    Italian survivor Anita Speranza reactsin shock and dismay after Nepalese

    Army forces leave the Langtangnew hospital ruins without providingsupplies or rescue. Over 100 peoplewere camped above entombedLangtang village for ve days withoutsupply drops of food, water, ortarpaulins. (Left)

    A group of Nepalese survivors rushtheir injured friend to a waitinghelicopter, hoping to get him oneof the limited seats out of thedevastated Langtang valley on theday after the earthquake. (Right)

    Bersama sejumlah penduduk setempat danwisatawan, saya menuju ke desa Langtang yang lebihbesar; dua jam perjalanan ke arah selatan. Kelompokkami melewati bekas longsoran baru yang kotor danbatu-batu doa di pinggiran desa. Sebuah bangunanbeton tanpa atap, yang dijadikan rumah sakit desa,menjadi satu-satunya bangunan yang berdiri dipunggung bukit di atas desa Langtang. Ada banyakyang selamat di sini.

    Di bagian bawah lembah, ada tanah longsor selebarbeberapa kilometer dengan kedalaman beberapameter. Lembaran-lembaran atap besi bergelombangterobek-robek bak kertas tisu dan tersangkut diranting-ranting pohon. Hempasan gletser yang runtuhdi atas Langtang membuat langit kelam, meluluh-lantakkan pohon-pohon di lereng gunung di seberangdesa, dan mencerabut bulu-bulu burung. Apa yangsebelumnya menjadi rumah-rumah dan permukimanbagi 400 penduduk, saat itu tinggal puing-puingbelaka.

    392015-8438 2015-84

    Essay

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    21/54

    Swedish survivor Petter Dunåsawakens to another day watchingthe skies for signs of rescue or resupply.

    412015-8440 2015-84

    Essay

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    22/54

    Over the next four chilly nights and almost equally cold days,the population of Langtang New Hospital uctuated aroundthe 100 mark as local wounded poured in almost as quicklyas the lone charter pilot for the valley could take them out. Onthe day after the earthquake a large military helicopter landed,and hopes soared. They brought limited medical supplies,but no food, water, or shelter. And when the MI-8 chopperreappeared on the evening of day three, it brought only 30packets of dry noodles, 25 of biscuits, and 80 litres of water.It left with no one but the military on board.

    As the only source of water nearby dwindled on the rocks,tensions rose when some tourists took rice, tinned sh,and cooking pots from the village wreckage. Still, the smallchopper brought no supplies on its sporadic visits to the site.Every day we watched the skies, willing the weather to beclear, eating small portions of rice or shrivelled potatoes andwondering when relief would come.

    On the morning of the fth day, acoordinated effort by the Nepalese

    Army evacuated the entire valleyover just a few quick hours.

    A group of survivors shieldthemselves against the powerfulwind from a departing Nepalese

    Army helicopter. Military personnelwere airdropped in with medicalsupplies. (Above)

    Selama empat hari dan empat malam yang dingin menggigil,populasi di rumah sakit baru Langtang mencapai angkasekitar 100-an sementara korban luka terus berdatangansecepat pihak rumah sakit mampu merawat/mengeluarkanmereka. Sehari setelah gempa, sebuah helikopter militerbesar mendarat, dan harapan pun menyeruak. Merekamembawa pasokan terbatas untuk keperluan medis, tapitidak membawa makanan, air, atau keperluan untuk berteduh.Dan ketika helikopter MI-8 tersebut datang lagi pada petanghari di hari ketiga, ia hanya membawa 30 paket mi kering, 25paket biskuit dan 80 liter air. Helikopter itu lalu pergi tanpamembawa satu orang pun; hanya ada petugas-petugasmiliter di heli.

    Ketika satu-satunya sumber air mengecil, keteganganterjadi di saat sejumlah wisatawan mengambil nasi, ikandan peralatan masak dari tengah reruntuhan. Helikopterkecil masih saja tidak membawa pasokan apapun dalamkunjungan sporadisnya ke lokasi kami. Setiap hari kamimengawasi langit, berharap cuaca terus cerah, memakansedikit nasi atau kentang-kentang yang sudah lusuh, danbertanya-tanya kapan bantuan akan datang.

    432015-8442 2015-84

    Essay

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    23/54

    Two French survivors camped atthe Langtang new hospital ruinswarm themselves by the re in thepredawn light, after another cold andsleepless night. (Left)

    Several lists of survivors names orpleas for help were made and sentout with rescue helicopters, as wedesperately hoped to let loved onesknow we still lived. (Right)

    452015-8444 2015-84

    Essay

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    24/54

    Shelter improvements underwayduring a rare sunny moment. Nightswere above freezing, but incrediblycold, and rain was a frighteningthreat as everyone in the camp wasdehydrated, exhausted, and starving.(Left)

    A scene from inside the hospital,which had been half completedbefore the disaster. Doors becamebeds or shelters, window framesbecame kindling, and groups ofsurvivors banded together likefamilies to care for one another.(Right)

    472015-8446 2015-84

    Essay

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    25/54

    Athena [email protected]

    A freelance social documentary photographer andvisual storyteller based in Brisbane, Australia. Sheholds a Bachelor of Photography with First ClassHonours from the Queensland College of Art,Grif th University, and is the current Issue Editor ofthe Australian Photojournalist .

    When the Nepalese army arrived and evacuated uson April 29, it was with shell shocking speed andprofessionalism after the anxious days of waiting .The relief was intense and overwhelming, and cheersdissolved to tears quickly as the helicopter evacuatedus over scenes of utter devastation.

    We are the lucky ones.

    The rst helicopter full of survivorsfrom Langtang new hospitalcelebrated on takeoff. Tears followedmoments later, as the overwhelmingsituation nally sank home.

    Pada saat militer Nepal tiba dan mengevakuasi kamipada 29 April, hal itu dilaksanakan dengan cepat danprofesional setelah berhari-hari menanti dan berharap-harap cemas. Pertolongan dilakukan dengan intensdan luar biasa, dan keriangan yang penuh haru punmenyeruak ketika helikopter membawa kita terbang diatas suasana kehancuran total.

    Kami beruntung.

    492015-8448 2015-84

    SnapshotSnapshot

    mailto:[email protected]://www.athenazelandonii.com/http://cdp.edu.au/cdp/photojournalisthttp://cdp.edu.au/cdp/photojournalisthttp://www.athenazelandonii.com/mailto:[email protected]

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    26/54

    National Geographic (Natgeo) Indonesia sekitar awalJuni lalu meminta maaf kepada seorang pewarta foto

    Indonesia, Ardiles Rante, atas kelalaian media tersebutmemuat foto Rante tanpa izin. Foto milik Rante itumenggambarkan aktivitas perburuan ikan paus di NusaTenggara Timur.

    Nationalgeographic.co.id (NGI) menerbitkan fototersebut dalam berita yang berjudul “Lembata, Lamalera,dan Perburuan Paus” pada 31 Maret 2015, tapikemudian fotonya diganti dengan foto yang lain. NGImengambil materi tersebut dari Kompas.com karenakeduanya telah bekerja sama dalam content synergysejak tahun lalu; content tersebut mencakup teks danfoto.

    Natgeo Indonesia Minta Maaf pada Ardiles Rante

    “NGI Online (nationalgeographic.co.id) memangbermitra dengan Kompas.com dalam bentuksindikasi konten, artinya kami boleh salingmengambil konten (teks dan foto) dari websitemasing-masing. Sayangnya, telah terjadi kelalaiandari kami, yakni tidak mengecek ulang status ‘rights’foto dari artikel tersebut, yang ternyata foto milik

    Anda yang dimuat Kompas.com tanpa seizin Anda,”ujar surat NGI kepada Rante yang dipublikasikanFacebook page milik NGI, “Untuk itu, kami memohonmaaf atas kelalaian tersebut. Saat ini, foto milikSdr Ardiles Rante sudah kami turunkan dari artikeltersebut.”

    Pemimpin Redaksi NGI Didi Kaspi Kasim melaluie-mail-nya kepada Exposure, mengemukakan, “Kamitelah menelepon dan membuat surat permohonanmaaf kepada fotografer Ardilles Rante terkait hal ini.Dan, foto tersebut telah kami keluarkan dari situsweb kami. Mudah-mudahan bisa menjadi jernih.”

    Ardiles Rante pun langsung menerima permintaanmaaf resmi dari NGI. “Surat atas nama institusisudah saya terima. Dengan ini saya anggap(masalah) sudah selesai,” tuturnya.

    Mengenai Kompas.com yang memuat fotonyapertama kali, Rante mengatakan bahwa pada waktuitu penulisnya dengan cepat merespon complain dariRante; ada negosiator yang juga adalah rekannyadan kolega Kompas.com. “Editor fotonya jugalangsung meminta maaf ke saya,” imbuhnya.

    Fotogra Analog oleh Mahasiswa Era Digital

    “Pameran ini hadir karena adanyasemangat keingintahuan dan minatuntuk berproses dan berkreasi,”tutur Irwandi, seorang dosen di

    jurusan fotogra , Fakultas SeniMedia Rekam (FSMR), InstitutSeni Indonesia (ISI) Yogyakarta.Bertajuk “Imaji #1,” pameran inimemamerkan 176 foto hitam-putihkarya 88 mahasiswa FSMR. Semuakarya dibuat dengan kamera analog/

    lm.

    “Yang menarik, hampir seluruhpeserta pameran Imaji #1 lahir diera fotogra digital. Ini menandakanfotogra analog, dalam hal inifotogra hitam-putih, memiliki ‘sihir’yang mampu menebar pesona bagisiapa saja, bukan hanya kepadamereka yang pernah merasakansebelumnya,” imbuh Irwandi.

    Imaji #1 menekankan pada prosesdari membayangkan bagaimana

    hasil gambarnya, memotretdengan menggunakan lm, sampaimemproses dan mencetak karyatersebut dalam format hitam-putih.Menurut Dekan FSMR AlexandriLuth R, proses fotogra analogmemiliki peran penting dalam“mengolah rasa” karena hal itumenuntut ketelitian, presisi, baiksaat memotret, memproses ( lmnya)dan mencetaknya. “Ada permainanrasa dan tangan di sana, serta adasaat-saat yang mendebarkan ketikamenunggu munculnya imaji fotograsaat kertas masuk ke cairandeveloper. Ini yang tidak didapatkandi fotogra digital,” ujarnya.

    Bertempat di Galeri FakultasSeni Media Rekam, pameranberlangsung 24-27 Juni lalu. Foto-foto yang dipamerkan meliputi

    jurnalistik, human interest, arsitektur,lansekap, ora dan fauna, daneksperimentasi ruang gelap.

    Hasselbald berencana meluncurkankamera aerial barunya, A5D, tanpaada bagian-bagian dalamnyayang bergerak. Berdasarkan opsisensornya, akan ada tiga jenis dariseri tersebut, yakni A5D-40 dan

    A5D-60 yang berbasis CCD, dan

    Kamera Aerial A5D dari Hasselblad

    A5D-50c yang berbasis CMOS. Akan ada lagi yang lainnya.

    Hasselblad mengemukakan,pihaknya telah kembali merekayasakamera-kameranya tanpa disertaibagian-bagian internal yang

    bergerak untuk menghadapikemungkinan getaran di fotograaerial, misalnya gerakan yangtak diinginkan akibat getaranpesawat. Menjamin kualitas gambarmaksimal, Hasselblad menyediakansembilan lensa untuk keperluanfoto aerial dengan focal lengthberbeda-beda, lengkap dengan

    mount berkunci pengaman untukmemastikan gambar dan sensortatap paralel sleamanya.

    “Hasselblad punya sejarah yangpanjang dengan segmen-segmenfotogra khusus dan pengembanganteknologi-teknologi baru. Padatahun 1940an kamera Hasselbladpertama adalah kamera aerial,” ujarPerry Oosting, CEO Hasselblad.

    512015-8450 2015-84

    Snapshot

    http://nationalgeographic.co.id/http://www.hasselblad.com/special-applications/a5d-aerialhttp://www.hasselblad.com/special-applications/a5d-aerialhttp://nationalgeographic.co.id/

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    27/54

    Canon Indonesia telah meluncurkantiga kamera baru, yakni Canon EOSM3, EOS 750D dan EOS 760D, danCanon Connect Station CS100 –peranti baru untuk menyimpan danberbagi foto dan video. Keempatproduk tersebut diluncurkan diJakarta pada akhir Juni.

    Yang terbaru di jajaran kameramirrorless Canon, EOS M3didukung dengan teknologi HybridCMOS AF III, prosesor gambarDIGIC 6 dan sensor CMOS 24.2Megapixel. Sensitivitas ISO-nyadari 100 hingga 12.800 dan masihbisa ditingkatkan sampai 25.600.Dengan lensa EF-M 18-55mm,Canon EOS M3 dibandrol Rp6.850.000; sedangkan denganEF-M 18-55mm dan EF-M 55-

    Baru dari Canon3 Kamera& 1 Peranti Simpan-Bagi

    200mm, harganya Rp 10.850.000.

    Canon EOS 750D dan 760Dsama-sama ber tur prosesor

    gambar DIGIC 6, sensor CMOS24.2 Megapixel, dan ISO dari 100sampai 12.800 yang masih bisadinaikkan hingga 25.600. Keduakamera DSLR ini mampu memotrethingga 5 fps, memiliki 19 poin AF

    jenis cross-type, sistem HybridCMOS AF III yang diklaim mampumendongkrak kamera untukmelakukan focusing cepat danakurat saat menggunakan LiveView, konektivitas Wi-Fi dan NFC,dan bisa merekam video dalamformat MP4. Pada 760D terdapat

    tur- tur seperti High DynamicRange (HDR) dan zoom digital yangberguna untuk pembuatan video.

    Fuji lm X-T10, kamera terbaru Fuji lmdi jajaran X-Series, secara resmi telahdiluncurkan di Indonesia. Peluncurandilakukan di empat kota, yakni Jakarta(27/6), Surabaya (28/6), Bandung (4/7)dan Yogyakarta (5/7).

    Peluncuran secara simbolik olehPresiden Direktur PT Fuji lm Indonesia,Takayuki Takahashi, dan Manajer DivisiPemasaran dan Penjualan Fuji lmCorporation, Hiroshi Kawahara,mengawali rangkaian acara di Jakartadan Surabaya. Dalam acara peluncurandi kedua kota tersebut, ratusan X-T10berhasil terjual.

    Karena dilakukan di bulan Ramadan,acara peluncuran diakhiri dengan bukapuasa bersama. Di Jakarta, event-nya

    Fuji lm X-T10 Resmi Diluncurkan di Indonesiakian meriah dengan adanya penampilandari penyanyi Andien.

    Tersedia dalam dua warna (hitamdan silver), X-T10 memiliki sensor 16Megapixel, prosesor dan view nderelektronik yang sama dengan X-T1.Lebih kecil dan ringan dibandingX-T1, X-T10 tidak weather-sealingsebagaimana saudara besarnya. Fitur-

    tur utama X-T10 meliputi monitorLCD yang dapat diputar, pop-up ash,view nder yang besar dan cepat. Ia

    juga dilengkapi dengan sensor X-TransCMOS II, yang dipadu dengan prosesorgambar EXR Processor II, yang diklaimmampu menghasilkan resolusi ampuhdan noise rendah. Sementara itu, sistem

    AF barunya dengan moda Zone danWide/Tracking akan mempermudah

    pengguna dalam memotret subyekbergerak.

    Berkaitan dengan keberadaan tomboldan dial di body kamera, HiroshiKawahara menjelaskan, “Kami desainpengaturan diafragma, kecepatan ranadan shooting function sedemikian rupasehingga fotografer bisa berkonsentrasipada pembuatan gambar.”

    Menurut General Manager Fuji lmIndonesia, Johanes Rampi, harga X-T10dengan lensa Fujinon XF 18-55mmf/2.8-4 R LM OIS adalah sekitar USD1200, dan USD 1000 untuk X-T10dengan lensa Fujinon XC 16-50mmf/3.5-5.6 OIS. Kristupa

    Harga EOS 750D (body only) adalahRp 8.475.000, dan 760D (body only)Rp 9.325.000.

    Sebagai peranti untuk menyimpandan berbagi, CS100 dapatdihubungkan ke televisi melalui

    port HDMI, dan semua pengaturandilakukan melalui remote control.Dengan kapasitas simpan 1 TB,peranti ini bisa menyimpan le fotodan video melalui koneksi Wi-Fi,NFC dan kabel USB, atau langsungdari kartu SD dan CF. Anda juga bisa

    men-share foto dan video Anda keberbagai media sosial. Harganya Rp5.500.000.

    Menurut PT Datascrip sebagaidistributor tunggal produk-produkCanon di Indonesia, canon EOS

    750D dan 760D kini sudah tersediadi pasaran Indonesia; sedangkanCanon EOS M3 baru akan tersediapada pertengahan Juli, dan CS100pada triwulan keempat tahun ini.

    532015-8452 2015-84

    L i QSnapshot

    http://www.exposure-magz.com/2014/03/06/fujifilm-is-optimistic-with-x-t1-sale-in-indonesia/http://www.exposure-magz.com/2014/03/06/fujifilm-is-optimistic-with-x-t1-sale-in-indonesia/

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    28/54

    552015-84

    Lomba - Lomba Foto AstraSampai 31 Juli 2015Seluruh IndonesiaInfo: www.satu-indonesia.com

    Lomba – Bandung Di MatakuSampai 1 Agustus 2015BandungCP: 089666909888

    Hunting - Odolan Bali29 Juli – 4 Agustus 2015BaliCP: 081 5686 1000

    Hunting – PhotoHunt (Beauty |Glamour | Fashion) 9 Agustus 2015MalangCP: 087862995154

    Hunting – FN Hunting Series:Festival Lembah Baliem Wamena5 – 10 Agustus 2015Wamena, PapuaCP: 081 5686 1000

    Hunting - Kemilau IndonesiaSumba Island Journey26 - 30 Agustus 2015

    SumbaCP: 085781516398

    Hunting – FN Hunting Series:Flores & Pulau Komodo23 – 27 September 2015Nusa Tenggara TimurCP: 081 5686 1000

    Hunting – Together For Fun 15 – 25 Oktober 2015Museum Taman Prasasti JakartaCP: 081905059296

    Hunting – Kemilau IndonesiaJourney 23 – 25 Oktober 2015Pariaman, Sumatera Barat

    CP: 081393931000

    *Jadwal dapat berubah sewaktu-waktu. Info selengkapnya bisadilihat di www.fotografer.net

    AGENDA

    Leica telah meluncurkan kamerabaru Leica Q, kamera kompakdigital full-frame dengan lensaber-focal-length klasik danberkecepatan tinggi. Kamera inidikatakan cocok untuk memotretstreet, arsitektur dan lansekap.

    Leica Q dilengkapi dengan sensorCMOS full-frame beresolusi 24Megapixel dan lensa Summilux28mm f/1.7 ASPH., yang menjaminexposure detail dengan noiseyang sangat rendah dalam kualitasoptimal pada ISO hingga 50.000.

    Prosesor gambar Maestro II-nyabekerja sangat cepat dan dapatmenghasilkan sampai 10 frame perdetik pada resolusi penuh.

    Ada layar sentuh 3 inci danview nder elektronik di bagianbelakang kamera. Denganview nder tersebut, “Detailterbagus dari setiap exposureditayangkan tanpa penundaansedikit pun ketika kameraditempelkan ke mata pengguna,”tutur Leica dalam siaran persnyatentang Leica Q.

    Fitur- tur lainnya meliputiperekaman video full-HD denganwind-noise lter yang menjaminkebeningan suara, dan fasilitas Wi-Fi untuk berbagi atau transfer fotodan video secara nirkabel. PaketLeica Q juga menyertakan AdobePhotoshop Lightroom.

    Leica Q kini sudah tersedia disemua dealer resmi Leica denganharga USD 4.250. Untuk informasilebih lanjut tentang kameratersebut, silakan klik di sini.

    Leica QKamera Kompak Full-frame dengan Lensa 28mm f/1.7

    54 2015-84

    http://www.fotografer.net/http://us.leica-camera.com/Photography/Leica-Q/LEICA-Qhttp://us.leica-camera.com/Photography/Leica-Q/LEICA-Qhttp://www.fotografer.net/

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    29/54

    56 2015-84 572015-84

    Community

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    30/54

    PHOTO BY MONICA CHRISTY

    F O T O G R A F I U N S R I

    592015-8458 2015-84

    Community

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    31/54

    This photography club grows and develops inSriwijaya University (Universitas Sriwijaya/Unsri),Palembang, and of course its members are thepeople in the university based in the capital ofSouth Sumatra Province.

    Established in 2010, the club was initially named“Komunitas Fotogra Unsri” (Unsri PhotographyCommunity) which, however, was then changedto “Fotogra Unsri” since the members wanted tomake it as Unit Kegiatan Mahasiswa/UKM (Student

    Activity Unit). “We hope Sriwijaya University wouldlike to make it as UKM,” said Bonny Pasandra,chairman of Fotogra Unsri.

    Klub fotogra ini tumbuh dan berkembang di tengahkampus Universitas Sriwijaya (Unsri), Palembang,dan tentu saja para anggotanya adalah orang-orangyang berada di lingkup perguruan tinggi tersebut.Namun, bukan berarti kegiatan mereka hanyaterbatas di dalam kampus.

    Berdiri tahun 2010, klub ini awalnya bernamaKomunitas Fotogra Unsri, tapi kemudian diubahmenjadi Fotogra Unsri karena para anggotanyaingin menjadikannya sebagai sebuah unitkegiatan mahasiswa (UKM). “Kami berharap pihakUniversitas Sriwijaya bisa menjadikan kami UKM,”ujar Bonny Pasandra, ketua Fotogra Unsri.

    PHOTO BY ADITYA ALAMSYAH

    612015-8460 2015-84

    Community

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    32/54

    PHOTO BY FAKHRI REYSHARI SINAGA

    632015-8462 2015-84

    Community

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    33/54

    PHOTO BY ANDAR TRI ATMAJA

    652015-8464 2015-84

    Community

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    34/54

    Until nowadays they are quite active in organizingactivities related to photography. In addition toweekly meeting, photo hunting is certainly anactivity they organize together periodically.

    Already they visited several locations in SouthSumatra for hunting photos. Even they haveorganized photo hunting in some areas outsidethe province, such as in Lampung, Yogyakarta,Bangka, Bali and others. Hunting inside their cityis carried out “Minimally twice in a month. Andhunting outside the city is usually once in a year,”said Monica Christy, vice chairman of the club. Theirphotos resulted from hunting events are usuallyshowcased at the secretariat of Fotogra Unsri, andare also uploaded to their website ( www.fotogra .unsri.ac.id ), Instagram (fotogra unsri), Facebook(Fotogra Unsri) and Twitter (@fotogra unsri1).

    Hingga kini mereka cukup giat dalam menggelarkegiatan yang berkait dengan fotogra . Selainpertemuan rutin mingguan, hunting foto tentunyamenjadi kegiatan yang secara berkala merekalakukan bersama.

    Beberapa lokasi di Sumatera Selatan pernahmereka datangi untuk berburu foto. Bahkan merekapernah menggelar hunting foto ke luar provinsi,seperti ke Lampung, Yogyakarta, Bali, Bangka danlain-lain. Hunting bersama di dalam kota “Per bulanminimal dua kali. Dan ada juga hunting keluar kota,biasanya setahun sekali,” tutur Monica Christy, sangwakil ketua. Foto-foto hasil hunting kerap merekapajang di sekretariat Fotogra Unsri, dan jugamereka pamerkan secara online di situs FotograUnsri ( www.fotogra .unsri.ac.id ), Instagram(fotogra unsri), Facebook (Fotogra Unsri) danTwitter (@fotogra unsri1).

    PHOTO BY LEVI KUSUMA PUTRA PHOTO BY PUTRI RANNA

    672015-8466 2015-84

    Community

    http://www.fotografi.unsri.ac.id/http://www.fotografi.unsri.ac.id/http://www.fotografi.unsri.ac.id/http://www.fotografi.unsri.ac.id/http://www.fotografi.unsri.ac.id/http://www.fotografi.unsri.ac.id/

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    35/54

    PHOTO BY BONNY PASSANDRA PHOTO BY DIMAZ ARIEZKY SUSETYO

    692015-8468 2015-84

    Community

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    36/54

    Beside photo hunting, they have also held severalphotography workshops and exhibitions. The latestphoto exhibition they joined, in which they wereinvolved in the exhibition committee as well, wasa charity exhibition entitled “An Eye for Indonesia”taking place at Palembang Icon. They felt theylearned much from the exhibition. “Thank God theevent went well,” said Bonny.

    Fotogra Unsri has now been a kind of cirquefor those who have passion in photography;not only the students, but also the lecturers andworkers in Unsri. Certainly they are not pro yet inphotography, but they are surely “Willing to learn.

    And here they have found their genres and styles inphotographing,” Bonny added.

    Tak hanya hunting foto, mereka juga sudahbeberapa kali menggelar workshop dan pameranfotogra . Pameran foto terakhir yang pernahmereka ikuti, dan terlibat dalam kepanitiaan, adalahpameran amal yang bertajuk “An Eye for Indonesia”di Palembang Icon. Mereka merasa banyak belajardari pemeran tersebut. “Syukur Alhamdulillah acaraini lancar,” kata Bonny.

    Fotogra Unsri kini telah menjadi wadah bagimereka yang punya minat fotogra ; bukan hanyapara mahasiswa, melainkan juga para dosen dankaryawan di Unsri. Tentu saja mereka adalah orang-orang yang belum pro di bidang fotogra , tapiyang pasti mereka adalah orang-orang yang “Maubelajar. Dan di sini mereka menemukan sendirigenre dan style mereka dalam memotret,” imbuhBonny.

    PHOTO BY FIKHY RIANDY

    PHOTO BY PANDU ARYA DWIKATAMA

    712015-8470 2015-84

    Community

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    37/54

    Sekretariat Fotogra Unsri

    Lt. 1 Student Center Universitas SriwijayaJl. Palembang-Prabumulih Km 32, Ogan IlirSumatera Selatan

    PHOTO BY M. ARMANSYAH

    732015-8472 2015-84

    Traveling

    Traveling

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    38/54

    Photos & Text: Imam Tau k Suryanegara

    752015-8474 2015-84

    Traveling

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    39/54

    Tahun ini menjadi peringatan 150 tahun pendakianGunung Matterhorn (4478 m) yang terletak dikawasan Zermatt, Swiss. Bersama timnya pada 14Juli 1865, pendaki asal Inggris Edward Whymperberhasil menggapai puncak gunung tersebut.

    Kunjungan saya akhir Juni lalu memang tidak terkaitdengan perayaan itu, tidak pula untuk mencapaipuncak Matterhorn, melainkan untuk menikmatikeindahan gunung bersalju itu. Tentu saja saya jugaingin memotret berbagai hal yang menurut sayamenarik.

    This year is the 150th anniversary of the ascent ofMt Matterhorn (4478 m) which is located at the areaof Zermatt, Switzerland. Together with his team onJuly 14, 1865, British climber Edward Whympersucceeded to reach the peak of the mountain.

    My visit to the area at the end of June was notrelated to the celebration, nor to ascend themountain, but only to enjoy the loveliness of thesnow-covered mountain. Of course I also wanted tophotograph various objects attracting me.

    772015-8476 2015-84

    Traveling

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    40/54

    792015-8478 2015-84

    Traveling

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    41/54

    812015-8480 2015-84

    Traveling

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    42/54

    If we depart from Jakarta, we can take a ight toSwitzerland via Amsterdam, and from the capital ofthe Netherlands we y to Geneva. If we start fromSingapore, we can y directly to Zurich. From thesetwo cities in Switzerland, Zermatt can be reachedby train.

    As tourist destination, Zermatt which is part of VispDistrict, Valais Canton, is unique since the area iscar-free. Visitors entering the village with privatevehicles have to park their vehicles in Täsch (5 kmfrom Zermatt), and change to train or electric bus/ car.

    Jika kita berangkat dari Jakarta, kita bisa memilihpenerbangan ke Swiss melalui Amsterdam, dandari ibukota Belanda ini kita terbang ke Jenewa.Jika dari Singapura, Anda bisa terbang langsung keZurich. Dari kedua kota di Swiss itu kita naik keretake Zermatt.

    Sebagai daerah tujuan wisata, Zermatt yangmerupakan bagian dari distrik Visp, canton Valais,dikenal cukup unik karena wilayah ini bebas darikendaraan bermotor. Para wisatawan yang masukke desa tersebut dengan kendaraan pribadi harusmemarkir kendaraannya di Täsch (5 km dariZermatt), dan berganti dengan kereta atau busbertenaga listrik.

    832015-8482 2015-84

    Traveling

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    43/54

    852015-8484 2015-84

    Traveling

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    44/54

    872015-8486 2015-84

    Traveling

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    45/54

    892015-8488 2015-84

    Traveling

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    46/54

    Arriving at Zermatt train station, and if you stay thenight at the village before leaving for Gornegrat (thehighest location that can be reached by train), takeyour time to visit Matterhorn Museum – only 150 mfrom the station.

    A lot of interesting objects are worth to photographin summer like this time, such as nature scenery,tourists who are trekking, cycling, taking a walk,summer skiing, snapping, enjoying the sceneryand food, and taking cable car. The air is warm,the sky is clear, and as far as the eyes can see isthe gorgeous and charming scenery, including thesnow-covered peaks. The situation will of coursetotally change in winter.

    Begitu tiba di stasiun kereta Zermatt dan jika Anda

    menginap di desa itu, sebelum naik ke Gornegrat(lokasi tertinggi yang bisa dicapai menggunakankereta), sempatkan untuk berkunjung ke MuseumMatterhorn. Jaraknya hanya 150 meter dari stasiun.

    Banyak obyek yang menarik dipotret di saatmusim panas seperti sekarang ini, di antaranyapemandangan alam, wisatawan yang melakukantrekking, bersepeda, berjalan-jalan, melakukansummer skiing, berfoto-ria, menikmatipemandangan, menikmati makanan, dan menaikicable car. Udara hangat, langit cerah, dan sejauhmata memandang terdapat pemandangan alamyang luar biasa indah dan memesona, termasukpuncak-puncak yang bersalju. Situasi ini tentulahakan berubah total di saat musim dingin.

    912015-8490 2015-84

    Traveling

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    47/54

    932015-8492 2015-84

    Traveling

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    48/54

    952015-8494 2015-84

    Traveling

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    49/54

    972015-8496 2015-84

    Traveling

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    50/54

    In the early summer (May to early June), there is stilla lot of snow and several places like restaurantsand hotels are still closed. Mid-June until August isthe exact time to visit because the temperature isnot too cold anymore; in Zermatt the temperatureis around 18-26oC, while on the higher location8-14 oC. At this time, no snow covers lake. FromLake Riffelsee, we can capture the re ection ofMatterhorn.

    For photo hunting in the area, I brought two zoomlenses: 24-70mm and 18-135mm. If you focus oncapturing landscapes, wide-angle lens is moreneeded.

    Di awal musim panas (Mei sampai awal Juni),salju masih banyak dan beberapa tempat sepertirestoran dan hotel di sepanjang Zermatt sampaiGornegrat masih tutup. Pertengahan Juni hingga

    Agustus adalah waktu yang tepat untuk berkunjungkarena suhu tidak terlalu dingin; di Zermatt suhusekitar 18-26oC, sedang di lokasi yang lebih tinggisuhu sekitar 8-14 oC. Pada saat itu, danau punsudah tidak tertutup salju. Dari Danau Riffelsee, kitabisa memotret re eksi Matterhorn.

    Untuk berburu foto, saya membawa dua lensazoom 24-70mm dan 18-135mm. Jika saja Andalebih memfokuskan untuk memotret lansekap, tentulensa lebar lebih dibutuhkan.

    992015-8498 2015-84

    Traveling

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    51/54

    1012015-84100 2015-84

    Traveling

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    52/54

    Imam Tau k SuryanegaraE-mail: [email protected]

    Twitter/Intagram: @tau k_its An Indonesian now working and living in Lausanne,Switzerland, he is fond of landscape and long-exposurephotography; photo contributor for CityLinkers magazine;speaker for various photography discussion forumsespecially on landscape, long-exposure a and underwaterphotography; has won some photo contests. Some of hisphoto works are published in “Pefect Days of Indonesia”photo book.

    1032015-84102 2015-84

    mailto:[email protected]:[email protected]

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    53/54

    104 2015-84 1052015-84

    Nikon D750 Body24.3 MP

    Canon EOS 7D Mark II Kit20.2 MP

    FUJIFILM X-T1 GS Body16.3 MP

    Canon EOS 7D Mark II (Body)20.2 MP

    Panasonic Lumix DMC-GH4 Body17.2 MP

    Sony Alpha A7 II Body24.3 MP

    Rp 23.055.000 Rp 21.200.000

    Rp 20.999.000 Rp 19.999.000 Rp 18.995.000 Rp 18.499.000

    Nikon D750 Kit 24-12024.3 MP

    Rp 32.400.000

    SONY Alpha 7S(EF-S18-200 IS) + Wi12.2 MP

    Rp 26.999.000

    Olympus PEN E-PL7 with 14-42mmII R16.1 MP

    Samsung Smart Camera NX1 Body30.7 MP

    FUJIFILM X100T16.3 MP

    PENTAX K-3 Body Prestige Edition24 MP

    SONY DSC-QX1 E-mount Lens-style Camera20.1 MP

    Samsung NX500 with 16-50mm28.2 MP

    Canon PowerShot G7 X20.2 MP

    FUJIFILM X-A2 Kit XC16-50mm16.3 MP

    Rp 17.600.000 Rp 14.499.000 Rp 19.999.000 Rp 8.899.000

    Rp 7.999.000 Rp 6.150.000 Rp 9.999.000 Rp 4.999.000

    CANON EOS 6D WiFi GPS BOKondisi: 99%Kontak: 085692913767

    Rp 15.000.000

    Sony FE 24-70mm F4 ZA OSSKondisi: 99%Kontak: 083832639990

    Rp 12.300.000

    NIKON D600 BOKondisi: 99%Kontak: 087777788789

    Rp 11.000.000

    VOIGHTLANDER NOKTON 35mmKondisi: 98%Kontak: 083832639990

    Rp 11.750.000

    Canon 5D Mark IIKondisi: 99%Kontak: 08161816097

    Rp 10.000.000

    FUJINON XF 35mm F1.4Kondisi: 98%Kontak: 083832639990

    Rp 4.750.000

    OLYMPUS OM-D E-M5 KIT 12-50mmKondisi: 98%Kontak: 085736009937

    Rp 7.150.000

    TOKINA AT-X DX 10-17mmKondisi: 97%Kontak: 083832639990

    Rp 4.150.000

    Sumber (baru) :

    Bursa Kamera Profesional ( www.bursakamera-profesional.net )Wisma Benhil lt.dasar C6, Jl. Jend. SudirmanKav.36 Jakarta 10210Tel (021) 5736038 - 5736688 - 92862027

    Focus Nusantara (www.focusnusantara.com)Jl. KH. Hasyim Ashari No. 18, Jakarta Pusat 10130Telp (021) 6339002, Email: [email protected]

    Sumber (bekas):www.fotografer.net

    *Harga per 5 Juli 2015; dapat berubahsewaktu-waktu

    Victory Photo Supply (www.victory-foto.com) Ruko Klampis Jaya 64, Surabaya, Jawa TimurPhone: (031) 5999636, Fax: (031) 5950363, Hot-line: (031) 70981308Email: [email protected]

    *Harga per 6 Februari 2015; dapat berubahsewaktu-waktu .

    NIKON D7000Kondisi: 98%Kontak: 08122163602

    Rp 5.650.000

    FUJI X-PRO1Kondisi: 98%Kontak: 08161816097

    Rp 5.499.000

    FUJI X-PRO1 BOKondisi: 99%Kontak: 085692913767

    Rp 5.000.000

    CANON BG-E2N FOR20D/30D/40D/50D Kondisi: 98%Kontak: 087821192993

    Rp 750.000

    A LEdisi 85, Agustus 2015

    Next IssueIndex

    http://c/Users/FN/AppData/Local/Adobe/InDesign/Version%208.0/en_US/Caches/InDesign%20ClipboardScrap1.pdfhttp://c/Users/FN/AppData/Local/Adobe/InDesign/Version%208.0/en_US/Caches/InDesign%20ClipboardScrap1.pdfhttp://c/Users/FN/AppData/Local/Adobe/InDesign/Version%208.0/en_US/Caches/InDesign%20ClipboardScrap1.pdfhttp://c/Users/FN/AppData/Local/Adobe/InDesign/Version%208.0/en_US/Caches/InDesign%20ClipboardScrap1.pdfhttp://c/Users/FN/AppData/Local/Adobe/InDesign/Version%208.0/en_US/Caches/InDesign%20ClipboardScrap1.pdfhttp://c/Users/FN/AppData/Local/Adobe/InDesign/Version%208.0/en_US/Caches/InDesign%20ClipboardScrap1.pdfhttp://c/Users/FN/AppData/Local/Adobe/InDesign/Version%208.0/en_US/Caches/InDesign%20ClipboardScrap1.pdfhttp://c/Users/FN/AppData/Local/Adobe/InDesign/Version%208.0/en_US/Caches/InDesign%20ClipboardScrap1.pdfhttp://c/Users/FN/AppData/Local/Adobe/InDesign/Version%208.0/en_US/Caches/InDesign%20ClipboardScrap1.pdfhttp://c/Users/FN/AppData/Local/Adobe/InDesign/Version%208.0/en_US/Caches/InDesign%20ClipboardScrap1.pdfhttp://c/Users/FN/AppData/Local/Adobe/InDesign/Version%208.0/en_US/Caches/InDesign%20ClipboardScrap1.pdfhttp://c/Users/FN/AppData/Local/Adobe/InDesign/Version%208.0/en_US/Caches/InDesign%20ClipboardScrap1.pdf

  • 8/19/2019 exposure-2015-84-l

    54/54

    1072015-84

    Arbain Rambey 12, 75

    Athena Zelandonii 33

    C

    Canon 52

    Canon EOS M3 52

    celebrities 15

    Connect Station CS100 52

    E

    earthquake 35

    Edward Whymper 76

    electric bus 82

    EOS 750D 52

    EOS 760D 52

    F

    Fotograf Analog 51

    Fotograf Unsri 61

    Fujiflm X-T10 52

    G

    gempa bumi 35

    Gornegrat 91

    H

    Hasselblad 51

    I

    Imam Taufk Suryanegara 75

    J

    journalistic 17

    jurnalistik 17

    Langtang 35

    Leica Q 54

    M

    Matterhorn 76

    musim panas 91

    N

    National Geographic 50

    Nepal 35

    P

    Palembang 61

    pemandangan 91

    R

    Riffelsee 99

    S

    scenery 91

    selebriti 15

    summer 91

    Swiss 76

    Switzerland 76

    U

    Universitas Sriwijaya 61

    Z

    Zermatt 76

    Pemimpin UmumKristupa Saragih

    Pemimpin RedaksiFarid Wahdiono

    RedakturFarid Wahdiono

    Desainer GrafisKoko WijanartoYanuar Efendy

    Wahyu Andhika Fadwa

    Pemimpin PerusahaanValens Riyadi

    Distribusi & Sirkulasi OnlineFarid Wahdiono

    MarketingEvon Rosmala

    SekretariatEvon Rosmala

    Alamat Redaks iPerum Puri Gejayan Indah B-12

    Yogyakarta 55283Indonesia

    Telepon+62 274 518839

    Fax:+62 274 563372E-mail Redaksi

    [email protected]

    E-mail Iklan:[email protected]

    Komentar dan Saran:Exposure terbuka terhadap

    saran dan komentar, yang bisadisampaikan melalui e-mail ke:

    [email protected]

    Kamar gelap analog memangtak lagi menjadi bagian darimainstream fotogra masakini, tapi bukan berarti ia telahsirna sama sekali. Kamargelap analog malah menjadisarana bereksperimen untukmenghasilkan foto-fotoberatmosfer surealistik, denganmemanfaatkan teknik multi print,yaitu pencetakan beberapa negatifdi atas selembar kertas foto.

    Photos by Irwandi

    106 2015-84

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]

Recommended