+ All Categories
Home > Documents > Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 ... · 5 Fakultas Ekonomi Universitas...

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 ... · 5 Fakultas Ekonomi Universitas...

Date post: 07-Mar-2019
Category:
Upload: hadieu
View: 213 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
30
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011 1 TANGGUNGJAWAB LINGKUNGAN DAN PERAN INFORMASI BIAYA LINGKUNGAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN: STUDI KUALITATIF ANDAYANI AKHMAD RIDUWAN Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The aim of this research is to know the company’s environmental responsibility, the opinion of the internal accountant to information which has to do with environmental costs and the types of environmental costs is considered important, and also the use of the environmental cost information in taking management decisions. The type of this research is qualitative, and this research is done in PT REIS (Persero), PT MDSA Laboratories, and PT RMSH Tbk. Data is collected by questionnaire, interview, observation, and documentation. Interview is done with the internal accountant, financial manager, and company’s production manager, or the side who represent. The result of this research shows that the company’s environmental responsibility can be known through the result of measurement of environmental performance by identifying through the key elements ISO 14001. The company’s internal accountant has the opinion that environmental c osts are the costs which related to company production process and product influencing company net profit, also costs related to society, company community. Some type of environmental costs said very important although according to spectrum of environmental costs is stated to have very difficult level in measuring. It happened because there is no the standard of accounting that arrange the problem of environmental reporting and measurement. The company’s internal accountant can play an important role in transforming the data become information about environment by identification environmental costs that is important, informing it as cost information, and integrating the costs in management decisions. Whether or not a cost is environmental, the goal is to ensure that relevant costs receive appropriate attention. Keywords : environmental responsibility, environmental costs, environmental cost information, management decisions.
Transcript

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

1

TANGGUNGJAWAB LINGKUNGAN DAN PERAN INFORMASI BIAYA

LINGKUNGAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN:

STUDI KUALITATIF

ANDAYANI

AKHMAD RIDUWAN Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT

The aim of this research is to know the company’s environmental responsibility, the opinion of the

internal accountant to information which has to do with environmental costs and the types of

environmental costs is considered important, and also the use of the environmental cost information in

taking management decisions.

The type of this research is qualitative, and this research is done in PT REIS (Persero), PT MDSA

Laboratories, and PT RMSH Tbk. Data is collected by questionnaire, interview, observation, and

documentation. Interview is done with the internal accountant, financial manager, and company’s

production manager, or the side who represent.

The result of this research shows that the company’s environmental responsibility can be known

through the result of measurement of environmental performance by identifying through the key

elements ISO 14001. The company’s internal accountant has the opinion that environmental costs are

the costs which related to company production process and product influencing company net profit,

also costs related to society, company community. Some type of environmental costs said very

important although according to spectrum of environmental costs is stated to have very difficult level

in measuring. It happened because there is no the standard of accounting that arrange the problem of

environmental reporting and measurement. The company’s internal accountant can play an important

role in transforming the data become information about environment by identification environmental

costs that is important, informing it as cost information, and integrating the costs in management

decisions. Whether or not a cost is environmental, the goal is to ensure that relevant costs receive

appropriate attention.

Keywords : environmental responsibility, environmental costs, environmental cost information,

management decisions.

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

2

1. PENDAHULUAN

Pengaruh aktivitas perusahaan terhadap lingkungan telah mendapatkan perhatian yang

besar dari publik. Sebagai konsekuensi, tanggungjawab perusahaan makin luas, tidak hanya

terbatas pada tanggungjawab ekonomik kepada investor dan kreditor, tetapi juga pada

tanggungjawab sosial dan tanggungjawab lingkungan. Berbagai peraturan mengenai

pengelolaan lingkungan diterbitkan, di antaranya UU No. 23 tahun 1997, dan yang berskala

internasional adalah ISO 14001 yang menetapkan suatu sistem manajemen lingkungan secara

menyeluruh. Bahkan UU No.40 Tahun 2007 tetang Perseroan Terbatas, melalui pasal 74,

mengatur secara khusus tentang kewajiban perusahaan untuk melaksanakan tanggungjawab

sosial dan lingkungan tersebut.

Bagi dunia bisnis, kewajiban untuk melaksanakan peraturan dan perundang-undangan

terkait dengan tanggungjawab sosial dan lingkungan tersebut menimbulkan biaya-biaya yang

tidak kecil. Dari sudut pandang akuntansi, tanggungjawab sosial dan lingkungan perusahaan

merupakan tanggungjawab yang unik, terutama yang berkaitan dengan pengukuran dan

pelaporannya. Spicer (1978) menyatakan bahwa pengukuran kinerja sosial memerlukan (a)

spesifikasi faktor-faktor atau komponen yang dapat secara tepat dikatakan sebagai kinerja

sosial dan lingkungan perusahaan; (b) pengukuran kinerja sosial untuk setiap faktor atau

komponen; (3) simpulan dari ukuran-ukuran ini ke dalam suatu indeks tertentu.

Spicer (1978) berpendapat, bahwa timbulnya perhatian masyarakat yang cukup besar

terhadap konsekuensi sosial dan lingkungan dari aktivitas perusahaan cukup memberikan

alasan tentang perlunya memasukkan dua faktor ke dalam model pembuatan keputusan

investasi. Pertama, faktor sanksi keras yang mungkin akan diterima oleh perusahaan sebagai

akibat terganggunya lingkungan. Kedua, faktor hilangnya kepercayaan investor untuk

melakukan investasi pada perusahaan-perusahaan yang diperkirakan menjadi penyebab

kerusakan lingkungan. Tidak berbeda dengan pendapat Spicer di atas, Roth dan Keller (1997)

juga berpendapat bahwa kesuksesan perusahaan paling tidak ditentukan oleh tiga faktor, yaitu

kualitas, profitabilitas, serta tanggungjawab sosial dan lingkungan. Oleh karena itu, manajer

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

3

dan akuntan perlu memahami bagaimana ketiga faktor tersebut saling berinteraksi sehingga

dapat mengembangkan strategi bagi perusahaan untuk berkompetisi di masa depan.

Penelitian ini bertujuan untuk memahami (a) sejauh mana perusahaan telah memenuhi

tanggungjawab lingkungannya; (b) pendapat akuntan intern tentang informasi biaya yang

perlu diungkapkan sebagai representasi tanggungjawab lingkungan, serta (c) memahami

sejauh mana kegunaan informasi biaya tersebut dalam pengambilan keputusan manajemen.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanggungjawab Sosial Perusahaan

Harahap (2001, 356-358) menggambarkan aktivitas perusahaan dalam tiga model, yaitu:

(1) Model Klasik – bahwa tujuan perusahaan hanya untuk mencari untung yang sebesar-

besarnya; (2) Model Manajemen – bahwa manajer sebagai orang yang dipercayai oleh pemilik

modal menjalankan perusahaan bukan hanya untuk kepentingan pemilik modal, tetapi juga

untuk kepentingan stakeholder lain yang berkepentingan atas eksistensi perusahaan tanpa

adanya hubungan kontraktual; dan (3) Model Lingkungan Sosial – manajer meyakini bahwa

kekuatan ekonomi dan politik yang dimiliki perusahaan mempunyai hubungan dengan atau

bersumber dari lingkungan sosial, bukan semata-mata bersumber dari kekuatan pasar seperti

diyakini oleh model klasik.

Harahap, 2001:360-361) mengutip Bradshaw yang mengemukakan tiga bentuk

tanggungjawab sosial perusahaan, yaitu: (a) Corporate Philanthropy – tanggungjawab sosial

perusahaan berada sebatas kedermawanan yang bersifat sukarela belum sampai pada

kewajiban; (b) Corporate Responsibility – kegiatan pertanggungjawaban sosial sudah

merupakan bagian dari kewajiban perusahaan, baik karena ketentuan UU atau kesadaran

perusahaan; dan (c) Corporate Policy – tanggungjawab sosial perusahaan itu sudah

merupakan bagian dari kebijakannya.

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

4

Dari sudut pandang strategis, organisasi bisnis perlu mempertimbangkan tanggungjawab

sosialnya bagi masyarakat di mana bisnis menjadi bagiannya. Wheelen dan Hunger (2000, 40)

menyatakan bahwa manajer organisasi bisnis memiliki empat tanggungjawab sebagaimana

ditunjukkan dalam gambar 1 berikut.

Gambar 1. Tanggungjawab Perusahaan

Social Responsibilities

Economic

(Must Do)

Legal

(Have to Do)

Ethical

(Should Do)

Discretionary

(Might Do)

2.2 Peraturan Tentang Tanggungjawab Lingkungan Perusahaan

Pada bulan Juni 1990, Pemerintah Republik Indonesia membentuk Badan Pengendalian

Dampak Lingkungan melalui Keputusan Presiden RI No.23 tahun 1990. Di samping itu,

Analisis Dampak Lingkungan dibentuk berdasarkan PP No. 51/1993. Pemerintah juga telah

mengeluarkan UU No. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan

Hidup yang bertujuan untuk mengatur pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan

kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh. UU ini kemudian diubah dan

dituangkan dalam UU No. 23 tahun 1997 dengan topik yang sama (Harahap, 2001, 366).

Melalui pasal 74,, UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas juga mengatur secara

tegas tentang kewajiban perusahaan untuk melaksanakan tanggungjawab sosial dan

lingkungan

Isu mengenai lingkungan juga telah menjadi masalah bersama antar negara. Penetapan

peraturan tentang pengolahan limbah, pelarangan perusakan elemen-elemen lingkungan dan

persetujuan bersama beberapa negara telah menetapkan ISO 9000 dan ISO 14001 untuk

produk-produk yang memasuki negara mereka. ISO (The International Organization for

Standardization) / DIS (The Draft International Standard) 14001 adalah satu seri dari

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

5

munculnya standar manajemen lingkungan internasional yang bertujuan memasyarakatkan

perbaikan yang berkelanjutan dalam environmental performance perusahaan melalui adopsi

dan implementasi environmental management system (EMS) (GEMI, 1996). ISO/DIS 14001

menetapkan suatu sistem manajemen lingkungan (Environmental Management System/EMS)

secara menyeluruh, dan mencakup elemen-elemen kunci berikut: (a) Penetapan kebijakan

lingkungan yang tepat; (b) Perencanaan, Implementasi dan operasi EMS; (c) Pengecekan dan

koreksi prosedur; dan (d) Pengkajian manajemen secara berkala atas keseluruhan EMS.

2.3 Akuntansi Lingkungan (EnvironmentalAccounting)

Secara spesifik, akuntansi lingkungan memasukkan pengaruh isu-isu lingkungan

terhadap akuntansi konvensional. Salah satu tujuan dari akuntansi lingkungan adalah

mengetahui besarnya biaya eksternalitas atas kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh

aktivitas di dalamnya, mengakui dan memasukkannya ke dalam struktur biaya sehingga dapat

diketahui biaya produksi yang sebenarnya. Dari informasi biaya produksi ini, pihak

manajemen perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat berkaitan dengan proses

produksi yang aman bagi lingkungan.

2.4 Biaya-biaya Lingkungan

Terdapat berbagai definisi tentang biaya lingkungan, yang pada dasarnya konsisten

dengan model kualitas lingkungan total, sehingga biaya lingkungan dapat dinyatakan sebagai

biaya kualitas lingkungan. Hansen dan Mowen (2003, 494) mendefinisikan biaya lingkungan

sebagai biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kualitas lingkungan yang rusak,

atau biaya-biaya untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan di masa depan. Hansen

dan Mowen (2003, 494-495) mengklasifikasikan biaya lingkungan sebagai Environmental

prevention costs, Environmental detection costs, Environmental internal failure costs, dan

Environmental external failure costs.

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

6

Menurut EPA (1995), biaya lingkungan mencakup dua dimensi utama yaitu: (a) biaya

lingkungan hanya mengacu kepada biaya-biaya yang secara langsung mempunyai pengaruh

kepada laba bersih suatu perusahaan (diistilahkan sebagai private costs); dan (b) biaya

lingkungan juga mencakup biaya-biaya bagi individu, masyarakat, dan lingkungan.

Perusahaan tidak bertanggungjawab dan tidak dapat menghitung biaya-biaya tersebut. EPA

(1995) mengklasifikasikan biaya-biaya lingkungan ke dalam Conventional Costs, Potential

Hidden Costs, Contingent Costs/contingent liabilities/contingent liability costs dan Image and

Relationship Costs. Tingkat kesulitan pengukuran tersebut digambarkan oleh EPA (1995)

dalam spektrum biaya lingkungan sebagaimana tampak dalam gambar 2 berikut.

Gambar 2

Spektrum Biaya Lingkungan

Conventional

Costs

Hidden

Costs

Contingent

Costs

Relationship/

Image Costs

Societal

Costs

Tingkat Kesulitan Pengukuran

Lebih mudah diukur Lebih sulit diukur

2.5 Keterlibatan Akuntan Intern Dalam Permasalahan Lingkungan

Roth dan Keller (1997) menyatakan bahwa kesuksesan banyak perusahaan paling tidak

ditentukan oleh tiga faktor, yaitu kualitas, profitabilitas, dan tanggungjawab lingkungan.

Dalam hal tanggungjawab terhadap lingkungan, manajemen tidak akan dapat melakukan

tindakan apapun terkait dengan lingkungan sampai akuntan mampu mengidentifikasi dan

mengintegrasikan masalah ini dalam keputusan manajemen. Dalam menanggapi respon

perusahaan terhadap permasalahan lingkungan, Gray et al. (1993, 7-8) berpendapat bahwa

akuntan intern akan terlibat dalam: (a) Perencanaan bisnis, yaitu dalam identifikasi biaya

baru dan perencanaan permodalan/proyeksi pendapatan; (b) Penilaian investasi; (c) Analisis

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

7

biaya dan keuntungan dari perbaikan lingkungan; dan (d) Analisis biaya dan efisiensi program

perbaikan lingkungan.

2.6 Isu Lingkungan dan Informasi Biaya Lingkungan

Peranan akuntansi lingkungan dalam akuntansi manajemen mengacu kepada penggunaan

data mengenai biaya-biaya lingkungan dan kinerja dalam keputusan bisnis dan operasional.

Menurut EPA (1995), informasi biaya lingkungan dapat dimanfaatkan dalam tipe-tipe

keputusan manajemen internal, sebagaimana tampak dalam tabel 1 berikut.

Tabel 1

Tipe-tipe Keputusan Manajemen Dari Pemanfaatan Informasi Biaya Lingkungan

Product Design Capital Investments

Process Design Cost Control

Facility Siting Waste Management

Purchasing Cost Allocation

Operational Product Retention and Mix

Risk Management Product Pricing

Environmental Compliance Strategies Performance Evaluation

3. METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif tidak bermaksud

untuk menarik generalisasi atas kesimpulan bagi suatu populasi, tetapi lebih terfokus kepada

representasi suatu fenomena sosial (Bungin 2003, 53). Pendekatan ini diterapkan dengan

pertimbangan agar diperoleh informasi yang teliti, langsung dari objek penelitian dan

diperoleh suatu hasil yang lebih mendekati kenyataan, serta pertimbangan lain bahwa peneliti

memiliki akses masuk ke dalam objek penelitian dan mendekati para informan.

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

8

3.2 Penentuan Informan dan Pengumpulan Informasi

Penentuan informan kunci dilakukan secara sengaja berdasarkan kriteria yang dinyatakan

oleh Bungin (2003, 54-55). Kriteria untuk pemilihan informan kunci tersebut adalah: (a)

Subjek telah cukup lama dan intensif menyatu dengan kegiatan atau medan aktivitas yang

menjadi sasaran fokus penelitian; (b) Subjek masih terlibat secara aktif pada lingkungan atau

kegiatan yang menjadi perhatian peneliti; (c) Subjek mempunyai cukup banyak waktu atau

kesempatan untuk diwawancarai; (d) Subjek dalam memberikan informasi tidak cenderung

diolah atau dipersiapkan terlebih dahulu; dan (e) Subjek tergolong masih “asing” dengan

peneliti.

Informan dalam penelitian ini adalah akuntan intern, manajer keuangan, dan manajer

produksi pada perusahaan-perusahaan yang sengaja dipilih karena dipandang memiliki

kepedulian terhadap lingkungan. Perusahaan-perusahaan tersebut terletak di Kawasan Industri

Rungkut Surabaya, yaitu PT MDSA Laboratories, PT RSMH Tbk, serta PT REIS (Persero)1.

Data untuk kepentingan penelitian ini dikumpulkan melalui kuisioner (semi tertutup),

wawancara (baku terbuka), observasi dengan partisipasi pasif, dan dokumentasi. Penelitian

dilakukan pada bulan Januari-Juli 2010.

3.3 Pengukuran Skor Tanggungjawab Lingkungan

Hasil pengisian kuesioner dievaluasi untuk mengetahui tanggungjawab lingkungan

perusahaan. Pengukuran skor tiap kelompok elemen pertanyaan diklasifikasikan ke dalam tiga

tingkatan, sebagaimana diadopsi dari GEMI (1996) sebagai berikut.

1) Kebijakan Lingkungan.

Skor 0-5 : perusahaan tidak mempunyai kebijakan lingkungan.

Skor 6-10 : perusahaan mempunyai kebijakan lingkungan tetapi

tidak ditetapkan di bawah standar tertentu.

Skor 11-14 : perusahaan mempunyai kebijakan lingkungan dan

1 Untuk kepentingan penelitian ini, nama-nama perusahaan yang menjadi objek penelitian disamarkan dalam bentuk akronim.

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

9

mana-jemen puncak telah menetapkan dan

mendokumentasikan kebijakan tersebut.

2) Perencanaan.

Skor 0-3 : perusahaan tidak mempunyai perencanaan mengenai

pengelolaan lingkungan.

Skor 3-6 : perusahaan mempunyai perencanaan pengelolaan ling-

kungan sebagaimana peraturan yang ditetapkan.

Skor 6-10 : program pengelolaan lingkungan telah menjadi bagian

dari aktivitas, produk atau jasa perusahaan yang

berpengaruh terhadap lingkungan.

3) Implementasi dan Operasi.

Skor 1-8 : prosedur yang ada tidak sepenuhnya memperhitungkan

aspek lingkungan pada semua tingkatan (level) dan

aktivitas organisasi.

Skor 9-18 : prosedur-prosedur yang ada untuk mencapai tujuan dan

sasaran kebijakan, tetapi tidak termasuk situasi darurat.

Skor 19-26 : operasi dan prosedur lain yang ada telah dikembangkan,

didokumentasikan, dan dikomunikasikan, program pe-

ngelolaan lingkungan menjadi bagian dari semua

tingkatan (level) dan aktivitas perusahaan.

4) Pengecekan dan Koreksi Prosedur.

Skor 1-3 : hanya sedikit prosedur yang dibangun atau

diimplementasikan untuk memeriksa kinerja sistem

manajemen lingkungan dan elemen-elemennya, ukuran-

ukuran perbaikan dan pencegahan tidak berjalan efektif.

Skor 4-7 : perusahaan menetapkan banyak prosedur wajib untuk

mengukur dan mengevaluasi berdasarkan standar.

Skor 8-10 : perusahaan mengimplementasikan sebagian besar

prosedur dan program yang menggambarkan standar

yang efektif serta memantau secara tetap.

5) Pengkajian Manajemen.

Elemen kelima ini hanya berisi satu pertanyaan, sehingga dari pilihan jawaban yang

ada dapat diketahui apakah manajemen melakukan tinjauan/kajian secara berkala

terhadap masalah pengelolaan lingkungan.

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

10

4. HASIL PENELITIAN

4.1 Tanggungjawab Lingkungan Perusahaan

a. PT REIS (Persero)

Sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar, perseroan bertujuan untuk turut

melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah dalam bidang ekonomi

dan pembangunan nasional khususnya di bidang usaha pembangunan dan pengelolaan

kawasan industri (industrial estate). Dari pengisian kuesioner mengenai tanggungjawab

lingkungan, diperoleh hasil berikut.

Elemen 1 : Kebijakan Lingkungan.

Skor 11 - perusahaan mempunyai kebijakan lingkungan dan manajemen puncak

telah menetapkan dan mendokumentasikannya.

Elemen 2 : Perencanaan.

Skor 7 - program pengelolaan lingkungan telah menjadi bagian dari aktivitas,

produk atau jasa perusahaan yang berpengaruh terhadap lingkungan.

Elemen 3 : Implementasi dan Operasi.

Skor 16 - prosedur-prosedur yang ada untuk mencapai tujuan dan sasaran

kebijakan, tetapi tidak termasuk situasi darurat.

Elemen 4 : Pengecekan dan Koreksi Prosedur.

Skor 8 - perusahaan mengimplementasikan sebagian besar prosedur dan program

yang menggambarkan standar yang efektif serta memantau secara tetap.

Elemen 5 : Pengkajian Manajemen.

Manajemen puncak PT REIS (Persero) telah menentukan interval waktu bilamana

akan meninjau ulang sistem manajemen lingkungan dan telah diarsipkan.

PT REIS (Persero) sebagai pengelola kawasan industri, memiliki tanggungjawab selain

menyediakan prasarana dan utilitas umum bagi perusahaan di kawasan industri, juga

mengelola dan meningkatkan mutu lingkungan hidup di kawasan industri. Untuk itu berbagai

usaha telah dilakukan, antara lain : menyusun Studi Evaluasi Lingkungan (SEL) untuk

kawasan industri Rungkut/Berbek serta Studi Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL),

menyusun Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan lingkungan

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

11

(RPL), membuat saluran air hujan secara terpisah untuk kawasan industri Rungkut dan

Berbek melalui Sistem Drainage, menyediakan armada angkutan sampah untuk pengusaha

kawasan, mengoperasikan unit pengolahan air limbah secara terpusat (IPAL) serta membuat

saluran air limbah.

b. PT MDSA Laboratories

PT MDSA Laboratories adalah sebuah pabrik farmasi yang berlokasi di kawasan industri

Rungkut Surabaya, dan mendapat ijin untuk melakukan kegiatan pembuatan obat dan

kosmetik, serta telah mendapat sertifikasi CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dan

CPKB (Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik), dan diakui Departemen Kesehatan RI Jatim

sebagai salah satu pabrik percontohan. Dari hasil pengisian kuesioner mengenai

tanggungjawab lingkungan, diperoleh hasil berikut.

Elemen 1 : Kebijakan Lingkungan.

Skor 6 - perusahaan mempunyai kebijakan lingkungan tetapi tidak ditetapkan di

bawah standar tertentu.

Elemen 2 : Perencanaan.

Skor 4 - perusahaan mempunyai perencanaan pengelolaan lingkungan

sebagaimana peraturan yang ditetapkan.

Elemen 3 : Implementasi dan Operasi.

Skor 9 - prosedur-prosedur yang ada untuk mencapai tujuan dan sasaran

kebijakan, tetapi tidak termasuk situasi darurat.

Elemen 4 : Pengecekan dan Koreksi Prosedur.

Skor 4 - perusahaan menetapkan banyak prosedur wajib untuk mengukur dan

mengevaluasi berdasarkan standar.

Elemen 5 : Pengkajian Manajemen.

Manajemen puncak PT MDSA Lab. telah merencanakan dan menyusun untuk

meninjau ulang sistem manajemen lingkungan, namun tidak diarsipkan.

Atas dasar motivasi tanggungjawab sosial terhadap lingkungan dan memenuhi peraturan

pemerintah tentang AMDAL, perusahaan telah melakukan berbagai usaha untuk mengelola

limbah produksinya, baik yang ditangani sendiri oleh perusahaan dan telah beberapa kali

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

12

melalui uji kelayakan oleh pihak independen di luar perusahaan, maupun yang dialirkan ke

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Terpusat PT REIS (Persero).

c. PT RSMH Tbk

Sesuai dengan Anggaran Dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi

industri dan perdagangan rokok, perdagangan umum, dalam mana termasuk juga perdagangan

ekspor dan interinsulair rokok. Memperhatikan produk yang dihasilkan beserta proses

produksinya, tidak ada limbah yang berdampak terhadap lingkungan yang dikeluarkan PT

RSMH Tbk. baik dalam bentuk limbah padat, gas, maupun cair. Hal ini juga sesuai dengan

pernyataan dari Kepala Bagian Pengendalian Lingkungan PT REIS (Persero), bahwa sesuai

dengan hasil uji laboratorium, limbah cair dari PT RSMH Tbk. yang mengalir ke IPAL

Terpusat PT REIS (Persero) merupakan limbah cair domestik, yaitu limbah cair yang berasal

dari dapur maupun kamar mandi. Sedangkan untuk scrap-scrap sebagai akibat proses

percetakan, pelintingan, pengguntingan, maupun pengepakan, perusahaan memiliki tempat

pembakaran tersendiri.

Namun demikian, sebagai perusahaan publik, PT RSMH Tbk juga memperhatikan

mengenai masalah tanggungjawab sosial termasuk di dalamnya tanggungjawab terhadap

lingkungan. Sehubungan dengan itu, pengumpulan data dari perusahaan ini dilakukan melalui

wawancara, dalam hal ini pihak yang mewakili adalah Assistant Head, Industrial &

Community Relations, serta dengan External Relation Coordinator, didukung dokumentasi

terhadap data-data yang diperlukan termasuk melalui Pusat Referensi Pasar Modal PT Bursa

Efek Surabaya.

Bagi perusahaan ini, pemberdayaan lingkungan merupakan kegiatan peningkatan

prasarana-sarana dasar lingkungan. Program-program perusahaan terhadap lingkungan lebih

banyak proaktif karena tanggungjawab sosial. Berwujud pemeliharaan, perbaikan maupun

pembangunan baru prasarana-sarana dasar lingkungan pemukiman yang dibutuhkan oleh

masyarakat setempat, seperti prasarana-sarana dasar jalan, lingkungan, ruang terbuka hijau

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

13

(taman), pembuatan saluran dan parit-parit untuk pembuangan air bekas pencucian tembakau

atau cengkih ke lahan-lahan pertanian, membentuk unit pemadam kebakaran di plant Rungkut

I dimana unit ini juga disediakan untuk umum, dan masih banyak lagi program perusahaan

lainnya yang berhubungan dengan komunitas.

4.2 Pendapat Akuntan Intern Terhadap Biaya Lingkungan

a. PT REIS (Persero)

Hasil wawancara mendalam dan diskusi, menunjukkan bahwa akuntan intern menyetujui

bahwa biaya lingkungan adalah biaya-biaya yang timbul dalam aktivitas perusahaan meliputi

biaya yang secara langsung mempunyai pengaruh kepada laba bersih perusahaan dan juga

mencakup biaya-biaya bagi individu, masyarakat, dan lingkungan.

Bagian akuntansi mencatat biaya lingkungan tahunan untuk operasi perusahaan, dengan

pertimbangan untuk pengendalian manajemen (evaluasi anggaran dengan realisasinya),

menggabungkan masalah lingkungan dalam bisnis, serta informasi kepada manajemen

maupun dewan direksi. Biaya-biaya ini akan diperlakukan sebagai capital cost apabila

memiliki manfaat jangka panjang dan diperlakukan sebagai operating cost apabila memiliki

manfaat dalam jangka pendek (tahunan). Juga disiapkan untuk manajemen data dan informasi

yang dapat digunakan untuk menilai dampak dari investasi yang dilakukan sehubungan

dengan masalah lingkungan, data dan informasi untuk melakukan analisis biaya dan

keuntungan, analisis biaya dan efisiensi program lingkungan, yang dikoordinasikan dengan

bagian-bagian terkait.

b. PT MDSA Laboratories

Hasil wawancara mendalam menunjukkan bahwa akuntan intern menyetujui bahwa biaya

lingkungan adalah biaya-biaya yang timbul dalam aktivitas perusahaan meliputi biaya yang

secara langsung mempunyai pengaruh kepada laba bersih perusahaan dan juga mencakup

biaya-biaya bagi individu, masyarakat, dan lingkungan, serta menyetujui bahwa akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

14

lingkungan dalam konteks akuntansi manajemen mengacu pada penggunaan data mengenai

biaya-biaya lingkungan dan kinerjanya dalam operasi dan keputusan bisnis sehari-hari.

Informan ini berpendapat bahwa akuntan seharusnya dilibatkan dalam persiapan

informasi mengenai lingkungan untuk manajemen untuk kepentingan standarisasi penilaian,

maupun persiapan informasi mengenai lingkungan untuk masyarakat/publik karena informasi

lingkungan untuk masyarakat terkait dengan kepekaan konflik sosial yang merupakan bagian

dari resiko usaha dalam jangka panjang. Namun untuk penerapannya banyak kendala yang

dihadapi, yaitu berupa adanya kesulitan dalam pengukuran aspek lingkungan, belum ada

standar akuntansi yang jelas, sistem yang ada tidak mendukung pengumpulan data.

c. PT RSMH Tbk

Sehubungan dengan masalah yang dibahas berada di bawah Community Development

Department, maka wawancara diwakili oleh External Relation Coordinator. Wawancara yang

tidak bisa dilakukan secara langsung dengan akuntan intern PT RSMH Tbk merupakan salah

satu keterbatasan dalam penelitian ini.

Hasil wawancara mendalam menunjukkan bahwa akuntan intern perusahaan tidak

dilibatkan dalam persiapan informasi mengenai lingkungan untuk manajemen, karena

penyusunan anggaran sehubungan dengan program ini, dibuat oleh Community Development

Department dan disetujui oleh kepala divisi yang bersangkutan. Akuntan intern perusahaan

juga tidak dilibatkan dalam persiapan informasi mengenai lingkungan untuk

masyarakat/publik, karena tanggungjawabnya adalah mengontrol penggunaan budget yang

dilakukan oleh departemen yang ada.

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

15

4.3 Informasi Biaya Lingkungan Dalam Pengambilan Keputusan Manajemen

a. PT REIS (Persero)

Hasil wawancara mendalam menunjukkan bahwa informasi mengenai biaya lingkungan

digunakan oleh bagian pengendalian lingkungan dalam hal strategi pemenuhan lingkungan

maupun alokasi biaya. Strategi pemenuhan lingkungan mengarah pada pembangunan maupun

penyediaan fasilitas-fasilitas untuk pengolahan/pembuangan limbah. Sedangkan alokasi biaya

dalam hal ini adalah evaluasi atas pendapatan dan biaya yang terjadi di bagian ini, mengingat

bagian pengendalian lingkungan adalah profit center maka diperlukan data-data tersebut.

Bagian keuangan menggunakan informasi biaya operasi lingkungan yang teridentifikasi

dan tercatat, dengan cara mencatat sebagai pengeluaran modal, pengeluaran biaya, dan

penganggaran. Pengeluran-pengeluaran yang memberikan masa manfaat lebih dari lima tahun

merupakan investasi. Dalam mempertimbangkan investasi baru, isu lingkungan dan kinerja

lingkungan merupakan salah satu kriteria investasi, yang nilainya ditentukan/dihitung oleh

ahli lingkungan yang ditunjuk perusahaan, misalnya berupa biaya amdal.

Perencanaan permodalan untuk membiayai program lingkungan dalam satu periode

meliputi : anggaran modal untuk program-program lingkungan, dan anggaran untuk alat-alat

baru. Analisis biaya dan keuntungan yang mungkin didapatkan dari program lingkungan

meliputi : analisis terhadap produktivitas kerja, analisis terhadap imej penanam modal, serta

analisis penghematan biaya yang ditimbulkan. Sedangkan analisis biaya dan efisiensi atas

program lingkungan meliputi : analisis kesesuaian program lingkungan dengan tujuan,

analisis anggaran dan realisasinya (penyimpangan biaya).

b. PT MDSA Laboratories

Sehubungan dengan proses produksi di perusahaan ini, respon perusahaan terhadap

masalah lingkungan hidup antara lain berupa konservasi energi dan BBM, dan penggunaan

bahan-bahan yang akrab lingkungan. Informasi mengenai lingkungan dan biaya-biaya yang

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

16

ditimbulkannya, digunakan perusahaan dalam hal pengambilan keputusan hal-hal yang

berhubungan dengan disain dan proses produk, operasional, investasi modal, maupun

pengendalian biaya. Informasi ini digunakan perusahaan untuk menentukan jenis bahan yang

dipakai, baik untuk proses produksi langsung maupun untuk pemeliharaan peralatan dan

mesin-mesin yang digunakan, untuk bahan-bahan yang digunakan dipilih bahan kimia yang

optimal dan dipelajari resiko pemakaian maupun pemeliharaannya sehingga tidak

menimbulkan dampak operasional, sehingga diupayakan pemenuhannya dengan biaya yang

terjangkau namun masih memenuhi standar ramah lingkungan. Penyediaan alat untuk

mengolah/membakar limbah padat yaitu berupa incenerator, juga merupakan keputusan

investasi modal yang dipertimbangkan perusahaan.

Dalam penyusunan budget jangka pendek maupun jangka panjang, perusahaan belum

memasukkan pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan lingkungan. Analisis biaya

dan keuntungan yang mungkin didapatkan dari program lingkungan meliputi analisis terhadap

imej konsumen dan supplier terhadap perusahaan.

c. PT RSMH Tbk.

Hasil wawancara mendalam menunjukkan bahwa perusahaan ini mempunyai suatu sistem

untuk menempatkan secara formal penanganan masalah lingkungan dalam suatu

unit/departemen tertentu di perusahaan, dengan pertimbangan bahwa masalah lingkungan

hidup akan semakin penting di masa depan, serta meningkatkan pengeluaran perusahaan.

Informasi mengenai biaya-biaya lingkungan pada dasarnya digunakan perusahaan dalam

pengambilan keputusan mengenai kegiatan operasional perusahaan dan strategi pemenuhan

lingkungan dalam rangka memenuhi tanggungjawab sosial perusahaan dan membentuk opini

masyarakat, serta keputusan untuk pengendalian biaya dan alokasinya ke berbagai kegiatan

tanggungjawab sosial perusahaan. Untuk itu dalam menyusun budget pada departemen yang

bertanggungjawab terhadap masalah ini, disertakan pula pengeluaran yang berhubungan

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

17

dengan lingkungan, namun tidak pernah digunakan alat-alat finansial untuk

menghubungkannya.

5. DISKUSI

Perusahaan-perusahaan yang menjadi subjek penelitian ini, dipandang memiliki

kepedulian terhadap lingkungan, dengan memperhatikan identifikasi atas aspek lingkungan

perusahaan yang penting yang berkaitan dengan kegiatan pada satuan operasi yang

mempertimbangkan: emisi ke udara, pembuangan air, pengolahan limbah, kontaminasi tanah,

penggunaan bahan baku dan sumber daya alam, serta isu lingkungan lokal dan masyarakat

lain (Sunu, 2001, 211).

5.1 Tanggungjawab Lingkungan Perusahaan

Tanggungjawab terhadap lingkungan merupakan salah satu bentuk keterlibatan sosial

atau tanggungjawab sosial perusahaan dalam mencapai tujuan bisnisnya. Sebagaimana

dinyatakan oleh Roth dan Keller (1997) bahwa kesuksesan banyak perusahaan paling tidak

ditentukan oleh faktor: kualitas, profitabilitas, dan tanggungjawab lingkungan.

Munculnya peraturan pengelolaan lingkungan hidup memberikan bukti adanya tekanan

pemerintah untuk mendorong perusahaan memperhatikan lingkungan sosialnya. Di sini,

organisasi perusahaan dituntut untuk menjadi sukses dalam lingkungan yang berubah seperti

sekarang ini. Perusahaan harus secara simultan mempertimbangkan banyak faktor yang

berbeda dalam aktivitas perencanaan dan pengendalian kegiatannya. Dimana hal ini dapat

menunjukkan kinerja lingkungan (environmental performance) yang telah dibentuk

perusahaan, dan tentunya diharapkan dapat menggambarkan tanggungjawab lingkungan

(environmental responsibility) perusahaan.

Hasil pengukuran atas kinerja lingkungan terhadap masing-masing perusahaan yang

menjadi subjek dalam penelitian ini dirangkum pada tabel 2. Kinerja lingkungan ini

diharapkan dapat menggambarkan tanggungjawab lingkungan perusahaan. Hal ini sejalan

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

18

dengan pengertian dari tanggungjawab lingkungan yang memiliki dua makna, sebagaimana

dinyatakan oleh Frances Cairncross (Roth and Keller, 1997), bahwa tanggungjawab

lingkungan berarti memenuhi hukum dan peraturan yang berhubungan dengan polusi,

pembuangan limbah, dan isu-isu lingkungan lainnya, dan juga berarti berusaha ke arah

pembangunan berkesinambungan pada saat penduduk yang ada di bumi ini berusaha

memenuhi keperluannya tanpa memperhatikan kemampuan generasi yang akan datang dalam

memenuhi kebutuhannya.

Hasil wawancara di lapangan menunjukkan bahwa tiga perusahaan di atas belum pernah

mengajukan permohonan untuk mendapatkan sertifikasi ISO dari badan yang berwenang.

Namun tidak berarti bahwa perusahaan-perusahaan tersebut tidak memperhatikan masalah

pengelolaan lingkungan. Hasil skoring terhadap kuesioner yang diajukan ke PT REIS

(Persero) dan PT MDSA Lab., secara keseluruhan menunjukkan bahwa pendekatan-

pendekatan maupun prosedur tertentu yang dilakukan perusahaan telah memiliki kesesuaian

dengan sistem manajemen lingkungan seperti digambarkan dalam ISO 14001.

Tabel 2

Identifikasi Elemen-elemen Kunci EMS

PT REIS (Persero), PT MDSA Lab., PT RSMH Tbk

PT REIS (Persero)

PT REIS (Persero) sebagai pengelola kawasan industri Rungkut-Berbek, memiliki kebijakan

lingkungan dan program pengelolaan lingkungan menjadi bagian dari aktivitas usahanya. Menurut

Bradshaw (Harahap, 2001:361) tanggungjawab seperti ini termasuk dalam bentuk Corporate Policy,

yaitu bahwa tanggungjawab sosial perusahaan itu sudah merupakan bagian dari kebijakannya.

Disamping itu, PT REIS (Persero) juga memiliki program bina lingkungan. Pengeluaran-pengeluaran

untuk kegiatan ini tidak dibiayakan, namun diambil dari penyisihan laba 2%. Bentuk tanggungjawab

seperti ini dikelompokkan Harahap ke dalam Model Lingkungan Sosial (Harahap, 2001:357). Dengan

demikian pemilihan dan pelaksanaan berbagai proyek perusahaan, disamping memperhatikan

persentase laba, juga harus memperhatikan keuntungan dan kerugian yang akan diderita masyarakat,

baik karena pengaruh tuntutan masyarakat melalui tangan pemerintah maupun perubahan sikap

manusia dalam perusahaan saat ini.

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

19

PT MDSA Lab.

Dari hasil analisis kuesioner, dapat diketahui bahwa PT MDSA Lab., memiliki kebijakan dan

perencanaan pengelolaan lingkungan. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang industri obat dan

kosmetik, perusahaan ini tidak hanya bertanggungjawab terhadap lingkungan sekitar akibat proses

produksi perusahaan, namun juga pada nilai estetika dan kesehatan bagi para konsumennya dengan

produk yang berkualitas. Untuk masalah pengelolaan limbah PT MDSA Lab. telah memenuhi batas

ambang tertentu yang boleh dialirkan ke IPAL Terpusat PT REIS (Persero). Hal ini di samping untuk

memenuhi ketentuan dalam Perjanjian Penggunaan Tanah Industri yang disepakati antara perusahaan

di kawasan industri Rungkut-Berbek dengan PT REIS, juga sesuai dengan UU RI No.23 Tahun 1997

tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, pasal 16 ayat (1) dan (2).

Tanggungjawab terhadap lingkungan melalui cara-cara seperti di atas, oleh Bradshaw (Harahap,

2001:361) dikelompokkan ke dalam bentuk tanggungjawab Corporate Responsibility. Di sini

menunjukkan bahwa kegiatan pertanggungjawaban itu sudah merupakan bagian dari tanggungjawab

perusahaan, baik karena ketentuan undang-undang atau bagian dari kemauan atau kesediaan

perusahaan. Sedangkan oleh Harahap (2001:357) dikelompokkan ke dalam Model Manajemen, yaitu

bahwa manajer sebagai orang yang dipercaya oleh pemilik modal menjalankan perusahaan bukan

hanya untuk kepentingan pemilik modal saja, tetapi juga mereka yang terlibat langsung dengan hidup

matinya perusahaan seperti karyawan, konsumen, pemasok, dan pihak lain yang ada kaitannya dengan

perusahaan.

PT RSMH Tbk

Dari identifikasi aspek lingkungan yang penting yang berkaitan dengan kegiatan operasional

perusahaan, tidak ada aspek yang berkaitan dengan emisi ke udara, pembuangan ke air, pengolahan

limbah, maupun kontaminasi tanah. Namun perusahaan tetap mempunyai komitmen tinggi terhadap

masalah sosial. Program-program community development menunjukkan perhatian dan tanggungjawab

perusahaan. Assisten Head, Industrial & Community Relation PT RSMH Tbk menyatakan :

“RSMH adalah perusahaan terbuka. Kami berpandangan bahwa setiap perusahaan,

keberadaannya menimbulkan suatu dampak, peminggiran masyarakat, kerusakan nilai-nilai

sosial dan budaya, eksploitasi sumber-sumber ekonomi maupun alam. Sehingga perusahaan

memiliki tanggungjawab sebagai kompensasi yang harus dilakukan kepada masyarakat dan

lingkungannya, dari apa yang telah dilakukan.”

Harahap (2001, 361) mengelompokkan tanggungjawab sosial seperti di atas dalam bentuk Corporate

Policy, yang berarti bahwa tanggungjawab sosial perusahaan itu sudah merupakan bagian dari

kebijakannya. Sedangkan Harahap (2001:357), mengelompokkanya dalam bentuk Model Lingkungan

Sosial, yaitu perusahaan meyakini bahwa kekuasaan ekonomi dan politik yang dimilikinya memiliki

hubungan dengan lingkungan sosial.

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

20

5.2 Pendapat Akuntan Intern Terhadap Biaya Lingkungan

Perhatian perusahaan terhadap masalah lingkungan, menunjukkan kinerja lingkungan

perusahaan. Dengan demikian, kinerja lingkungan dapat mempunyai pengaruh signifikan

pada posisi keuangan perusahaan. Dalam hal ini, akuntan intern perlu mengidentifikasi biaya

baru yang berkaitan dengan permasalahan lingkungan, yaitu identifikasi biaya-biaya yang

berkaitan dengan respon perusahaan dalam permasalahan lingkungan, di luar biaya-biaya

konvensional. Biaya-biaya ini merupakan biaya yang relevan untuk diinternalisasikan

Tiga perusahaan subjek penelitian ini, menanggung beberapa biaya lingkungan seperti

klasifikasi biaya lingkungan oleh Hansen dan Mowen (2003, 494-495). Sebagai contoh, PT

REIS (Persero) mengeluarkan biaya laboratorium untuk pengadaan uji kontaminasi, dan

mengukur tingkat kontaminasi, biaya ini merupakan environmental detection costs. Juga

terdapat biaya pengoperasian dan pemeliharaan peralatan untuk IPAL terpusat, biaya ini

merupakan environmental internal failure costs. PT MDSA Lab. mengeluarkan biaya untuk

pengadaan bahan baku yang bermutu dan akrab lingkungan, biaya ini merupakan

environmental prevention costs. Biaya pengoperasian Air Handling Unit untuk menjaga

udara di dalam pabrik agar tetap nyaman, pengadaan bak-bak kontrol agar limbah cair yang

dikeluarkan memenuhi standar air limbah kawasan, adalah biaya-biaya untuk meminimumkan

pencemaran. Biaya-biaya ini termasuk environmental internal failure costs. PT RSMH Tbk

memiliki tempat sendiri untuk pembakaran scrap-scrap produk.Biaya ini termasuk

environmental internal failure costs.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah mengukur contingent cost, maupun nilai

kerusakan lingkungan akibat suatu kejadian sehubungan dengan aktivitas perusahaan. Secara

umum, cadangan lingkungan dicatat apabila terdapat kewajiban hukum untuk memperbaiki

situasi yang terjadi dan persyaratannya telah ditentukan.

Di samping pengukuran, alokasi biaya juga harus menjadi perhatian. PT MDSA Lab.

mengelompokkan retribusi biaya pemeliharaan operasi untuk pengelolaan limbah cair ke PT

REIS (Persero) sebagai biaya overhead, dan dialokasikan ke masing-masing jenis produk

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

21

perusahaan dengan cara rata-rata tertimbang berdasarkan nilai produk yang dihasilkan dalam

satu periode. Hal ini sejalan dengan hasil empiris penelitian Tellus Institute. Mayoritas

responden penelitian Tellus Institute mengklaim selalu mengalokasikan biaya-biaya

lingkungan yang umum terjadi di perusahaan ke dalam akun overhead, atas dasar ukuran yang

kurang meyakinkan. Hal ini perlu mendapatkan fokus perhatian, karena tidak semua produk

dan proses memiliki kontribusi yang sama terhadap lingkungan. Biaya lingkungan yang

dikumpulkan dalam biaya overhead dan baru kemudian dialokasikan, mengakibatkan terdapat

mata rantai yang hilang antara biaya lingkungan yang terjadi dengan tanggungjawab produk,

proses, dan aktivitas yang menimbulkannya.

Pendapat akuntan intern di perusahaan subjek penelitian terhadap tingkat kepentingan

biaya lingkungan (Tabel 3) didasarkan pada kepentingannya untuk kelanjutan operasional

perusahaan.Biaya-biaya tersebut merupakan biaya yang tipikal dikeluarkan oleh perusahaan.

Akuntan intern subjek penelitian ini menganggap sangat penting social cost yang menurut

spektrum biaya lingkungan gambar 2 (EPA, 1995) memiliki tingkat kesulitan pengukuran

paling tinggi, baru kemudian disusul dengan private cost dan conventional cost. Hasil yang

tidak berurutan sesuai dengan spektrum biaya lingkungan ini, sementara diduga karena

terdapat kesulitan dalam pengukuran aspek-aspek lingkungan dan akuntan tidak memiliki

pedoman yang dapat diandalkan dalam memperlakukan biaya-biaya tersebut. Hasil di atas

sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rusmana (2001).

Tabel 3

Ikhtisar Pendapat Akuntan Intern

PT REIS (Persero), PT MDSA Lab., PT RSMH Tbk,

Tentang Tingkat Kepentingan Biaya-biaya Lingkungan

Tidak

Penting

Cukup

Penting

Penting Sangat

Penting

Pelatihan staff mengenai masalah lingkungan. H S D

Biaya kerusakan sumber daya alam lingkungan S D H

Biaya untuk pembersihan/pembuangan limbah. H D S

Biaya-biaya energi. H S D

Penanganan limbah berbahaya dalam wilayah D S H

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

22

Tidak

Penting

Cukup

Penting

Penting Sangat

Penting

pabrik.

Pengendalian emisi udara dalam wilayah pabrik. S D H

Pengaruh image perusahaan di mata masyarakat

terkait dengan kinerja lingkungan.

D

S H

Pengaruh buruk bagi kesehatan masyarakat akibat

limbah perusahaan.

D S H

Biaya-biaya pra-pembersihan, pembersihan dan

pembuangan limbah berbahaya dalam wilayah

pabrik.

D S H

Biaya transportasi limbah berbahaya ke tempat

pembuangan di luar wilayah pabrik.

D S H

Biaya-biaya perijinan pembuangan emisi udara,

limbah cair, atau padat.

S D H

Denda dan hukuman karena pelanggaran

peraturan lingkungan.

H S D

Biaya-biaya pengetesan/monitoring limbah udara/

limbah cair/limbah berbahaya yang berada dalam

wilayah pabrik.

D S H

Biaya-biaya pra-pembersihan, pembersihan, dan

pembuangan limbah cair dalam wilayah pabrik.

S D H

Biaya-biaya pra pembersihan/pembersihan

limbah cair/limbah berbahaya untuk dipindahkan

ke tempat pembuangan di luar wilayah pabrik.

D S H

Klaim kompensasi keamanan/kesehatan. D S H

Perlindungan bahaya kebakaran. S D H

Pelaporan kepada badan-badan pemerintah. D H S

Pengemasan hasil produksi. S D H

Biaya-biaya konosemen,surat muatan, surat jalan,

dan perijinan lainnya bagi transportasi pembuang-

an limbah berbahaya ke luar wilayah pabrik.

H S D

Biaya pengelolaan sampah. D H S

Biaya pengadaan alat-alat berteknologi tinggi. S D H

Biaya perbaikan kerusakan lingkungan. S D H

Biaya penunjang estetika. D H S

Biaya riset dan pengembangan. H S D Keterangan : S (PT REIS); D (PT MDSA); H (PT RSMH)

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

23

Penyediaan informasi untuk manajemen sehubungan dengan masalah lingkungan juga

perlu dilakukan oleh akuntan intern. Pelaporan akuntansi dan keuangan akan memberikan

informasi yang bermanfaat bagi keputusan internal termasuk pihak-pihak eksternal yang

berkepentingan terhadap kegiatan perusahaan dalam informasi mengenai kinerja lingkungan

dan dampaknya terhadap keuangan. Akuntan intern perlu menganalisis untuk

membandingkan biaya pengolahan limbah yang dikeluarkan dengan keuntungan yang

diperoleh maupun analisis terhadap penghematan dan pemborosan yang ditimbulkan serta

pengaruhnya terhadap laba perusahaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang,

melalui pengukuran kinerja lingkungan.

Pentingnya pengukuran kinerja lingkungan untuk manajemen ini, sesuai dengan hasil

penelitian yang dipimpin oleh National Association for Environmental Management pada

Desember 1995 (GEMI, 1997), yang melakukan penelitian kepada empat puluh satu

perusahaan tentang mengapa mereka melakukan pengukuran kinerja lingkungan. Perusahaan-

perusahaan tersebut melakukan pengukuran kinerja lingkungan dengan alasan terbesar karena

diperlukan oleh manajemen untuk mengendalikan biaya-biaya yang signifikan. Di Indonesia,

dengan semakin aktifnya organisasi-organisasi yang peduli terhadap produk perusahaan dan

juga lingkungan – seperti Yayasan dan Lembaga Konsumen Indonesia, WALHI, NGO –

maka pada masa-masa mendatang perhatian terhadap masalah ini diharapkan semakin

meningkat, baik dari perusahaan, supplier, konsumen, maupun pemerintah sebagai penerbit

peraturan yang berlaku.

5.3 Peran Informasi Biaya Lingkungan Dalam Pengambilan Keputusan Manajemen

Timbulnya perhatian masyarakat yang lebih besar terhadap konsekuensi sosial dan

lingkungan dari aktivitas perusahaan telah menghasilkan situasi di mana dua faktor secara

esensial harus turut pula dipertimbangkan dalam kegiatan perusahaan. Sanksi akan dijatuhkan

kepada perusahaan yang dinilai tidak sesuai dengan keinginan masyarakat dan konsumen,

termasuk menurut undang-undang/peraturan pemerintah. Saat beberapa sanksi yang mahal

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

24

dijatuhkan, pengaruh ekonomis diharapkan terjadi pada perusahaan yang terpengaruh. Dalam

penelitiannya, Spicer (Jaggi, 1992) menemukan bahwa ada hubungan positif antara variabel

ekonomi dan polusi pada tingkat perusahaan. Sedangkan menurut Norren, manajer

perusahaan merupakan pihak yang paling etis, mereka akan dimotivasi secara intrinsik untuk

memastikan bahwa perusahaan selalu menjaga tanggungjawab sosialnya. Apabila perusahaan

melanggar atau mengabaikan tanggungjawab sosialnya,maka biaya yang dikeluarkan akan

sangat tinggi (Susilawati, 2001). Manajer perlu memahami bagaimana faktor kualitas,

profitabilitas, dan tanggungjawab lingkungan, saling berinteraksi sehingga dapat

mengembangkan strategi untuk berkompetisi dimasa depan.

Ikhtisar hasil wawancara terhadap manajer keuangan dan manajer produksi di perusahaan

untuk mengetahui pemanfaatan informasi biaya lingkungan dalam pengambilan keputusan

nampak pada tabel 4 berikut.

Tabel 4

Pemanfaatan Informasi Biaya Lingkungan

Dalam Pengambilan Keputusan Manajemen

PT REIS (Persero) PT MDSA Lab PT RSMH Tbk

Disain produk

Disain proses

Pembelian

Operasional

Manajemen resiko

Strategi pemenuhan

lingkungan

Investasi modal

Pengendalian biaya

Alokasi biaya

Penentuan harga

produk

Evaluasi kinerja

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

25

Menurut informan dalam penelitian ini, apa yang mereka nyatakan seperti tercantum

pada tabel 4 adalah hal yang ideal yang seharusnya dilakukan. Pada kenyataannya sulit untuk

diterapkan karena kendala kesulitan dalam pengukuran aspek lingkungan. Namun karena

keputusan tertentu merupakan keharusan bagi perusahaan sehubungan masalah

tanggungjawab lingkungan ini, maka walau tanpa pengukuran yang tepat terhadap aspek-

aspek lingkungan, maka beberapa hal tetap dijalankan.

Dalam mensosialisasikan akuntansi lingkungan, karena dipandanng sebagai pendukung

pembuatan keputusan, maka perusahaan dapat melakukan pendekatan : Activity Based

Costing atau Activity Based Management, Total Quality Management atau Total Quality

Environmental Management, Business Process Re-Engineering atau Cost Reduction, Cost of

Quality Model atau Cost Environmental Quality Model, Design for Environment atau Life

Cycle design, Life Cycle Assessment atau Life Cycle Costing.

Informasi biaya lingkungan sebagai hasil dari akuntansi biaya lingkungan, dapat

diterapkan pada disain dan proses produk perusahaan. Aspek lingkungan atas disain dan

proses produk diarahkan agar produk dapat memenuhi nilai estetika. Untuk itu proses

produksi ini melibatkan semua kelompok di perusahaan, baik disainer, ahli kimia, operator,

staf keuangan dan akuntansi, maupun kepala produksi sendiri. Disain produk atau proses

produksi secara signifikan berpengaruh pada biaya dan kinerja lingkungan. Perusahaan yang

mengadopsi program life cycle design akan mempertimbangkan faktor lingkungan ke dalam

perhitungan sejak tahap awal.

Dalam kegiatan operasional, keputusan pengelolaan limbah menunjukkan bahwa

perusahaan telah menjalankan manajemen ekoefisiensi. Efisiensi perusahaan meningkat

sejalan dengan meningkatnya kinerja lingkungan. Perusahaan dapat memperoleh keuntungan

ekonomis yang berupa pengurangan material dan biaya pembuangan limbah serta denda yang

lebih kecil akibat masalah lingkungan. Perusahaan memproduksi barang dan jasa yang

berkualitas dengan secara simultan mengurangi efek negatif pada lingkungan dan konsumsi

sumber daya alam.

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

26

Pengambilan keputusan untuk strategi pemenuhan lingkungan, juga memerlukan

informasi mengenai biaya-biaya lingkungan. Tujuan utama dari strategi pemenuhan

lingkungan bagi perusahaan adalah dalam rangka memenuhi tanggungjawab sosial

perusahaan dan membentuk opini masyarakat. Untuk membantu manajemen dalam strategi

pemenuhan lingkungan ini diperlukan penyediaan informasi melalui identifikasi aspek

lingkungan antara lain dalam bentuk analisis biaya dan keuntungan dari perbaikan

lingkungan, serta analisis biaya dan efisiensi program perbaikan lingkungan.

Dalam hal investasi, penilaian terhadap investasi yang akan dijalankan perusahaan dapat

dilaksanakan dengan melakukan penilaian yang memasukkan unsur-unsur lingkungan yang

akan berpengaruh dalam investasi. Dan untuk mengevaluasi biaya dan manfaat program

lingkungan, melalui penganggaran modal (capital budgeting). Penganggaran modal

merupakan proses perencanaan investasi modal bagi perusahaan, dan merupakan

perbandingan antara biaya yang diprediksikan dengan aliran penerimaan dari operasi serta

investasi alternatif yang bisa dilakukan.

Evaluasi terhadap investasi modal akan berguna apabila mempertimbangkan biaya

lingkungan dan penghematan biaya, yaitu dengan cara : 1) Menginventarisir dan mengukur

biaya-biaya lingkungan, 2) Mengalokasikan dan memproyeksikan manfaat dan biaya

lingkungan yang terjadi, 3) Menggunakan indikator-indikator keuangan yang tepat, 4)

Memprediksikan keuntungan yang mungkin diperoleh perusahaan pada masa mendatang atas

program-program lingkungan.

Sedangkan alokasi biaya lingkungan terhadap produk atau proses produksi dapat

memberikan motivasi bagi manajer atau tenaga kerjanya untuk menciptakan alternatif

pencegahan polusi yang meminimumkan biaya dan mempertinggi profitabilitas. Akun

overhead paling sulit untuk dirunut secara fisik dan jelas dengan proses, sistem, produk, atau

fasilitas tunggal. Memisahkan biaya lingkungan dari akun overhead tidak hanya membantu

manajer untuk mengestimasikan biaya-biaya produksi untuk produk dan proses yang berbeda,

tetapi juga membantu manajer menentukan aktivitas pengurangan biaya yang dapat juga

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

27

memperbaiki kualitas lingkungan. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam

pengalokasian biaya lingkungan antara lain : 1) Menentukan skala dan jangkauan biaya

lingkungan., 2) Mengenali biaya-biaya lingkungan, 3) Mengukur biaya-biaya tersebut, 4)

Mengalokasikan biaya lingkungan ke masing-masing proses, produk, sistem, atau fasilitas

yang bertanggungjawab.

5.4 Implikasi

Sesuai dengan pendapat Wheelen dan Hunger (2000, 39-40) tanggungjawab terhadap

lingkungan sebagaimana pembahasan pada bagian-bagian sebelumnya dikelompokkan dalam

tanggungjawab hukum. Tanggungjawab demikian ditentukan oleh pemerintah dan manajemen

diharapkan dapat mematuhi dan taat kepada hukum. Sanksi akan dijatuhkan kepada

perusahaan yang dinilai tidak sesuai dengan keinginan masyarakat dan konsumen, termasuk

menurut undang-undang/peraturan pemerintah, sehingga perusahaan dapat pula terpengaruh

secara ekonomis. Pelanggaran terhadap undang-undang yang berlaku, akan berakibat ganti

rugi dan perusahaan akan menanggung biaya yang tinggi, sebagaimana tercantum dalam

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup pasal 34 ayat (1).

Memperhatikan wacana akuntansi lingkungan dan sistem manajemen lingkungan,

akuntan dimungkinkan memiliki peran yang berarti dalam usaha transparansi laporan

lingkungan hidup perusahaan (Cahyono, 2002). Sistem manajemen lingkungan yang

merupakan sistem terpadu dalam pengelolaan lingkungan di perusahaan, tidak akan dapat

berjalan baik tanpa didukung proses-proses akuntansi. Umumnya peran akuntansi dalam

sistem manajemen lingkungan meliputi fungsi-fungsi: pengelolaan biaya lingkungan hidup,

evaluasi kinerja perusahaan di bidang lingkungan hidup yang telah diterapkan, dan analisis

dampak lingkungan dari aktivitas perusahaan.

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

28

Menyadari besarnya kerugian yang mungkin ditimbulkan oleh kerusakan lingkungan,

maka dalam pengambilan keputusan operasional, perusahaan-perusahaan bisnis harus

mempertimbangkan untuk mengembangkan gagasan yang menerapkan manajemen

ekoefisiensi. Manajemen ekoefisiensi ini menekankan upaya untuk meningkatkan efisiensi

perusahaan dengan memperkecil limbah yang dihasilkan melalui proses produksi dan

teknologi yang bersih lingkungan. Diharapkan titik berat manajemen bergeser dari

menanggulangi limbah setelah dihasilkan ke arah pembangunan teknologi dan proses

produksi yang mencegah terjadinya limbah.

6. SIMPULAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

Tanggungjawab perusahaan terhadap lingkungan dapat diketahui melalui hasil

pengukuran atas kinerja lingkungan dengan mengidentifikasi melalui elemen-elemen kunci

ISO 14001, yang menunjukkan bahwa pendekatan-pendekatan maupun prosedur tertentu yang

diterapkan perusahaan telah memiliki kesesuaian dengan sistem manajemen lingkungan

seperti digambarkan dalam ISO 14001. Dari sudut pandang strategis, suatu perusahaan perlu

mempertimbangkan tanggungjawab terhadap lingkungan bagi masyarakat dan komunitas

bisnisnya. Apabila isu-isu yang berhubungan dengan lingkungan diterjemahkan ke dalam

satuan moneter yang merupakan bahasa bisnis universal, maka kemungkinan besar dapat

dipertimbangkan sebagai salah satu faktor dalam pengambilan keputusan.

Akuntan intern perusahaan dapat memainkan peranan penting dalam mempertimbangkan

informasi lingkungan melalui pengidentifikasian biaya-biaya lingkungan yang penting,

melaporkannya sebagai informasi biaya serta mengintegrasikan biaya-biaya ini ke dalam

keputusan manajemen. Informasi biaya lingkungan berguna dalam pengambilan keputusan

manajemen. Apakah suatu biaya digolongkan sebagai biaya lingkungan, tujuan utamanya

adalah untuk meyakinkan bahwa biaya relevan telah mendapat perhatian yang cukup dari

pembuat keputusan dalam pengambilan keputusan manajemen untuk pengelolaan perusahaan,

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

29

yaitu dalam hal operasional, disain dan proses produk, strategi pemenuhan lingkungan,

investasi modal, pengendalian dan alokasi biaya.

Penelitian ini memiliki keterbatasan berikut. Pertama, penelitian ini dilakukan hanya

pada tiga perusahaan, dan tidak dapat digeneralisasi pada semua perusahaan. Penelitian

lanjutan masih diperlukan dengan menambah jumlah perusahaan baik berkarakteristik sama

maupun berbeda dengan subjek penelitian ini. Kedua, pemahaman mengenai definisi

akuntansi lingkungan dan biaya lingkungan masih sangat luas dan terus berkembang,

sehingga pendapat key informan terhadap biaya-biaya lingkungan dalam penelitian ini,

kemungkinan ambigu.

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif : Pemahaman Filosofis Dan

Metodologis Ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Cetakan Pertama. Jakarta : PT

RajaGrafindo Persada.

Cahyono, D. 2002. Peran Akuntan dan Akuntansi dalam Environmental Management System

(EMS). Media Akuntansi. Edisi 25 (Mei) : 27-29.

EPA (Environmental Protection Agency). 1995. An Introduction to Environmental

Accounting As a Business Management Tool : Key Concepts and Terms. USEPA 742-

R-95-001 (June).

Gray, R. 1993. Accounting For The Environment (Greening Accountancy, Part II). London :

Paul Chapman Publishing Ltd.

GEMI (Global Environmental Management Initiative). 1997. Business Environmental, Health

and Safety (EHS) : Cost Accounting Practices Survey.

____________ March 1996. ISO 14001 Environmental Management System : Self-

Assessment Checklist.

____________ 1994. Finding Cost-Effective Pollution Prevention Initiatives : Incorporating

Environmental Costs Into Business Decision Making.

Hansen, D. R and M. M. Mowen. 2003. Management Accounting. 6th

Edition. SouthWestern.

Thomson Learning.

Harahap, Sofyan Syafri. 2001. Teori Akuntansi. Edisi Revisi (April). Jakarta : PT

RajaGrafindo Persada.

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 21-22 Juli 2011

30

Jaggi, B. and M. Freedman. 1992. An Examination of The Impact of Pollution Performance

on Economic and Market Performance : Pulp and Paper Firm. Journal of Business

Finance and Accounting 19 (5) (September) : 697-713.

Moleong, L. J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan 17 (September). Bandung :

PT Remaja Rosdakarya.

Murni, S. 2001. Akuntansi Sosial : Suatu Tinjauan Mengenai Pengakuan, Pengukuran, dan

Pelaporan Externalities Dalam Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi dan Investasi.

Vol.2 Nomor 1 : 153-165.

Ranganathan, J. and D. Ditz. 1996. Environmental Accounting : A Tool For Better

Management. Management Accounting. (February) : 38-41

Roth, H. P. and C. E. Keller Jr. 1997. Quality, Profits, and The Environment: Diverse Goals

or Common Objectives. Is Your Company Lightgreen or Darkgreen. Management

Accounting (July) : 51-55.

Rusmana, O. 2001. Akuntansi Lingkungan : Internalisasi Biaya Polusi. Tesis. Program Studi

Akuntansi. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Senge, S. V. 1993. Accounting for the Environment : An Analysis of Issues. The Ohio CPA

Journal (February) : 33-41.

Shields, D. and G. Boer. 1997. Research in Environmental Accounting. Journal of Accounting

and Public Policy, 16, 117-123.

Spicer, B. H. 1978. Investor, Corporate Social Performance and Information Disclosure : An

Empirical Study. The Accounting Review. Vol.LIII.No.1 (January) : 94-111.

Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001. Jakarta : PT

Gramedia Widiasarana Indonesia.

Susilawati, C. 2001. Tingkat Kepedulian Tanggungjawab Sosial dan Nilai Perusahaan. Tesis.

Program Studi Akuntansi. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.

Yogyakarta.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup.

Usmansyah. 1989. Telaah Alternatif Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial di

Indonesia. Akuntansi. No.10 (Oktober) : 31-44.

Wheelen, T. L and J.D. Hunger. 2000. Strategic Management : Business Policy. 7th

Edition.

Prentice Hall International, Inc.


Recommended