+ All Categories
Home > Documents > FENOMENOLOGI KONVENSIONAL DALAM IMPLEMENTASI …

FENOMENOLOGI KONVENSIONAL DALAM IMPLEMENTASI …

Date post: 05-Nov-2021
Category:
Upload: others
View: 16 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
21
134 Jurnal Akuntansi Multiparadigma JAMAL Volume 3 Nomor 1 Halaman 1-160 Malang, April 2012 ISSN 2086-7603 FENOMENOLOGI KONVENSIONAL DALAM IMPLEMENTASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA PEMBIAYAAN MUSYARAKAH Silviana Putriandini Gugus Irianto Alumni Magister Akuntansi Universitas Brawijaya Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo No. 223 Pasuruan 67117 Email: [email protected] Abstract: Conventional Values on Internal Control Sistem Implementation of Musyarakah Financing: A Phenomenology Study. This study aims to reveal the values contained in the internal control system implementation of musharakah financing in syariah banking. The research took place in BRI Syariah, Malang. This research is a qualitative research that uses a phenomenological approach. The re- sult shows that the conventional valuesare stillinherent in the Musharakah financ- ing which is syariah banking product. There are three conventional valuesfound: unbelief (su’udzon), vigilance, and dishonesty (lies). These valuesare (still) present becauseof the desire ofbankstoachievemaximumprofit(profitoriented). Abstrak: Nilai-Nilai Konvensional dalam Implementasi Sistem Pengendalian Internal Pada Pembiayaan Musyarakah: Sebuah Studi Fenomenologi. Pene- litian ini bertujuan untuk mengungkapkan nilai-nilai yang terkandung dalam sistem pengendalian internal pada pembiayaan musyarakah di perbankan sya- riah.Penelitian ini dilakukan di BRI Syariah Cabang Malang. Penelitian ini meru- pakan sebuah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenom- enologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai konvensional (masih) melekat pada pembiayaan musyarakahyang berbasis syariah.Nilai-nilai konven- sional tersebut yaitu nilai ketidakpercayaan (su’udzon), nilai kewaspadaan dan nilai ketidakjujuran.(Masih) melekatnya ketiga nilai tersebut disebabkan oleh keinginan bank untuk mencapai laba maksimal (profit oriented). Kata Kunci: Nilai-Nilai Konvensional, Sistem Pengendalian Internal, Pembia- yaan Musyarakah, Fenomenologi. Salah satu faktor berkem- bangnya perbankan syariah di Indonesia adalah diberlakukan- nya kebijakan sistem perbankan ganda (dual banking system). Ber- dasarkan Undang-Undang Per- bankan yang baru, sistem per- bankan di Indonesia terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah (Dual Bank- ing System).Pada dasarnya, fungsi Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah sama yaitu sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyara- kat dan menyalurkannya kem- bali ke masyarakat dalam bentuk kredit atau lainnya (Kasmir 2004: 11). Namun adanya sejumlah per- bedaan cukup mendasar dalam operasional bank syariah menun- tut adanya perbedaan pengaturan dan pengawasan bagi bank syari- ah. Perbedaan mendasar tersebut terutama: (1) perlunya jaminan pemenuhan ketaatan pada prinsip syariah dalam seluruh aktivitas bank; (2) perbedaan karakteristik operasional, khususnya akibat dari pelarangan bunga yang di- gantikan dengan skema Profit-Lost Sharing (PLS) dengan instrumen nisbah bagi hasil. Diskusi mengenai prespektif syariah pada dunia perbankan menjadi topik yang sangat me- narik untuk diangkat. Berbagai penelitian di dunia menunjuk-
Transcript
Page 1: FENOMENOLOGI KONVENSIONAL DALAM IMPLEMENTASI …

134

Jurnal Akuntansi Multiparadigma JAMAL Volume 3 Nomor 1 Halaman 1-160Malang, April 2012 ISSN 2086-7603

FENOMENOLOGI KONVENSIONAL DALAMIMPLEMENTASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL

PADA PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

Silviana Putriandini Gugus Irianto

Alumni Magister Akuntansi Universitas BrawijayaJl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo No. 223 Pasuruan 67117

Email: [email protected]

Abstract: Conventional Values on Internal Control Sistem Implementation of Musyarakah Financing: A Phenomenology Study. This study aims to reveal the values contained in the internal control system implementation of musharakah fi nancing in syariah banking. The research took place in BRI Syariah, Malang. This research is a qualitative research that uses a phenomenological approach. The re-sult shows that the conventional valuesare stillinherent in the Musharakah fi nanc-ing which is syariah banking product. There are three conventional valuesfound: unbelief (su’udzon), vigilance, and dishonesty (lies). These valuesare (still) present becauseof the desire ofbankstoachievemaximumprofi t(profi toriented).

Abstrak: Nilai-Nilai Konvensional dalam Implementasi Sistem Pengendalian Internal Pada Pembiayaan Musyarakah: Sebuah Studi Fenomenologi. Pene-litian ini bertujuan untuk mengungkapkan nilai-nilai yang terkandung dalam sistem pengendalian internal pada pembiayaan musyarakah di perbankan sya-riah.Penelitian ini dilakukan di BRI Syariah Cabang Malang. Penelitian ini meru-pakan sebuah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenom-enologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai konvensional (masih) melekat pada pembiayaan musyarakahyang berbasis syariah.Nilai-nilai konven-sional tersebut yaitu nilai ketidakpercayaan (su’udzon), nilai kewaspadaan dan nilai ketidakjujuran.(Masih) melekatnya ketiga nilai tersebut disebabkan oleh keinginan bank untuk mencapai laba maksimal (profi t oriented).

Kata Kunci: Nilai-Nilai Konvensional, Sistem Pengendalian Internal, Pembia-yaan Musyarakah, Fenomenologi.

Salah satu faktor berkem-bangnya perbankan syariah di Indonesia adalah diberlakukan-nya kebijakan sistem perbankan ganda (dual banking system). Ber-dasarkan Undang-Undang Per-bankan yang baru, sistem per-bankan di Indonesia terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah (Dual Bank-ing System).Pada dasarnya, fungsi Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah sama yaitu sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyara-kat dan menyalurkannya kem-bali ke masyarakat dalam bentuk kredit atau lainnya (Kasmir 2004: 11). Namun adanya sejumlah per-

bedaan cukup mendasar dalam operasional bank syariah menun-tut adanya perbedaan pengaturan dan pengawasan bagi bank syari-ah. Perbedaan mendasar tersebut terutama: (1) perlunya jaminan pemenuhan ketaatan pada prinsip syariah dalam seluruh aktivitas bank; (2) perbedaan karakteristik operasional, khususnya akibat dari pelarangan bunga yang di-gantikan dengan skema Profi t-Lost Sharing (PLS) dengan instrumen nisbah bagi hasil.

Diskusi mengenai prespektif syariah pada dunia perbankan menjadi topik yang sangat me-narik untuk diangkat. Berbagai penelitian di dunia menunjuk-

Page 2: FENOMENOLOGI KONVENSIONAL DALAM IMPLEMENTASI …

Putriandini, Fenomenologi Konvensional dalam Implementasi...135

kan perkembangan pemikiran syariah telah menunjukkan kemajuan yang cukup signifi -kan. Khan (1999); Gerrard dan Cunningham (1997); Naser et. al (1999) menemukan bah-wa kesadaran masyarakat serta kemajuan produk perekonomian yang berbasis syari-ah atau hukum Islam semakin meningkat. Perkembangan ini tidak hanya terjadi pada negara yang mayo-ritas penduduknya mus-lim ataupun negara muslim, bahkan untuk negara yang bukan negara muslim dan may-oritas warganya bukan muslim.Dibanding-kan bank umum konvensional, bank sya-riah memiliki produk yang lebih bervariasi, bersifat kemitraan, kemudahan dalam fasili-tas yang ditawarkan dan lebih memberikan nilai-nilai kemanusiaan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Di dalam organisasi bisnis, salah satu fungsi dasar manajemen adalah menjalan-kan fungsi pengendalian yang akan menja-min tujuan organisasi dapat tercapai. Sistem pengendalian internal yang dirumuskan COSO memiliki orientasi keuangan maupun nonkeuangan. Komponen yang ada di dalam-nya meliputi lima kategori sebagai berikut : lingkungan pengendalian, pengukuran re-siko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan (Wilkinson, 2000: 234-235).

Jika sistem pengendalian internal suatu satuan usaha lemah, maka kemung-kinan terjadinya kesalahan, ketidak aku-ratan ataupun kecurangan dalam perusa-haan sangat besar. Kebutuhan akan sistem pengendalian internal adalah suatu hal yang wajar, karena dengan adanya praktik pe-ngendalian internal yang baik merefl eksikan adanya praktik manajerial yang baik. Ada-nya praktik manajerial yang baik akan me-ningkatkan kepercayaan masyarakat terha-dap perusahaan itu sendiri (Triyuwono dan Roekhuddin 2000).

Pemahaman akan praktik sistem pe-ngendalian internal akan sangat menarik bila dipandang dalam prespektif syariah. Hal ini dikarenakan akuntabilitas bisnis syariah berbeda dari akuntabilitas bisnis konvensional. Akuntansi syariah tidak dapat dipahami melalui pendekatan konvensional, karena ini merupakan instrumen bisnis yang terkait dengan Tuhan, manusia, dan alam. Adanya keterkaitan dengan Tuhan, manusia, dan alam ini telah membedakan akuntansi syariah dengan akuntansi modern, baik nilai yang terkandung di dalamnya maupun pada bentuk teori dan tujuan dasarnya.

Berbagai penelitian yang berkaitan de-ngan sistem pengendalian internal baik pada bank syariah maupun bank konvensional telah banyak dilakukan. Telaah terhadap je-jak penelitian terdahulu ini perlu dilakukan guna memperoleh gambaran yang nyata ten-tang posisi penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan menjadi penguat alasan peneli-tian dengan topik ini dilakukan.

Penelitian tentang sistem pengenda-lian internal pada bank syariah dilakukan oleh Rosalina (2004), Jusuf (2005), Syah-putra (2005), Lutfi triansah (2007), Prasetyo (2008), Anggadini (2008) dan Amira (2009) menyimpulkan bahwa masih adanya pelang-garan-pelanggaran terhadap pembagian tu-gas dan tanggung jawab setiap karyawan, sehingga sistem pengendalian internal dapat dikatakan belum efektif karena masih dite-mukan adanya perangkapan jabatan sehing-ga diindikasikan adanya praktek kerja yang tidak sehat dan juga ditemukan beberapa prosedur yang dijalankan masih menganut sistem induk bank konvensional. Penelitian lain oleh Suprayogi (2006) juga membahas aktivitas pengendalian internal yang ter-dapat pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah.

Beberapa penelitian tentang sistem pengendalian internal pada bank umum Konvensional dilakukan oleh Aryani (2006) dan Rachmat (2006) yang menyimpulkan bahwa sistem pengendalian internal secara keseluruhan sudah cukup baik hanya saja ada kelemahan sedikit pada pengendalian dalam penyaluran kredit yang masih kurang efektif. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perangkapan tugas administrasi kredit yang menangani register, pemeriksa dokumen dan pembuat offering letter. Permadi (2005) dan Sari (2009) meneliti sistem pengenda-lian internal pemberian kredit mikro, hasil penelitiannya menunjukan bahwa fungsi ba-gian yang terdapat pada bank tidak terjadi perangkapan tugas dan wewenang.

beberapa penelitian yang membanding-kan bank syariah dengan bank umum kon-vensional dilakukan oleh Thoyibatun (2008) yang meneliti BPR Syariah dan BPR Konven-sional menemukan bahwa Sistem Pengen-dalian Internal BPR Syariah masih fl eksibel berdasarkan nilai keyakinan yang diikuti dan pagar-pagar yang dikembangkan ham-pir tanpa batas yang jelas, sehingga diteng-arai masih seringnya terjadi kecurangan. Berkembang persepsi di masyarakat bahwa bank konvensional lebih unggul daripada

Page 3: FENOMENOLOGI KONVENSIONAL DALAM IMPLEMENTASI …

136 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 3, Nomor 1, April 2012, Hlm. 134-154

bank syariah sehingga beredar anggapan di masyarakat bahwa bank syariah menganut sistem operasional bank konvensional.

Pada obyek penelitian yang lain, Pur-nomo (2004) mengemukakan suatu panda-ngan bahwa pengendalian internal cukup di-jalankan dengan mengandalkan kesadaran diri semata sebagai pengendali perilaku tan-pa perlu kerangka khusus yang diwujudkan menjadi suatu sistem. Bertentangan dengan Purnomo (2004), Yuniati (2009) mengemuka-kan bahwa dalam penerapan sistem pengen-dalian internal perlu dibuat suatu kerangka khusus yang harus dipatuhi oleh semua karyawan agar perusahaan berjalan dengan efektif, terkendali, dan sesuai dengan tang-gung jawab masing-masing karyawan untuk menghindari perangkapan jabatan. Erwin (2006) juga menekankan bahwa dengan adanya struktur organisasi dan sistem we-wenang yang sudah terbagi sesuai dengan tugas dan tanggungjawab masing-masing karyawan dan dijalankan oleh karyawan se-suai dengan amanah merupakan perwujud-an sistem pengendalian internal yang baik bagi bank syariah, sehingga menunjang ki-nerja perusahaan.

Pada beberapa penelitian yang mem-bahas tentang sistem pengendalian internal tersebut pada dasarnya pelaksanaan opera-sional perbankan syariah baik sistem mau-pun prosedur yang dijalankan masih menga-nut sistem induk bank konvensional, dengan kata lain bahwa perbankan syariah masih melekatkan nilai-nilai konvensional dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan dalam penerapan sistem pengendalian internal bank syariah masih melekatkan nilai-nilai konvensional di dalamnya. Dengan demikian, perlu diung-kap, dengan adanya resiko yang tinggi pada sistem bagi hasil ini, mengapa perbankan syariah masih menggunakan nilai-nilai kon-vensional yang menganut sistem ekonomi kapitalis dalam pelaksanaan pengendalian internalnya, yang seharusnya perbankan syariah memiliki mekanisme sistem pe-ngendalian yang lebih baik agar tidak terjadi fraud yang lebih ditekankan pada etika dan moralitas yang merupakan tanggung jawab sosial, bahkan ada pertanggungjawaban di akhirat, dimana setiap orang akan memper-tanggungjawabkan tindakannya di hadapan Allah SWT.

Berdasarkan temuan-temuan dari penelitian terdahulu, maka peneliti ingin mengetahui seperti apa sistem pengendalian

internal BRI Syariah Cabang Malang. Pilihan terhadap pembiayaan musyarakah pada BRI Syariah Cabang Malang disebabkan oleh ma-sih banyaknya persoalan yang menyeruak pada pembiayaan ini berdasar interviu awal dengan informan.

Ada beberapa pertimbangan peneliti dalam memilih Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah Cabang Malang sebagai obyek pene-litian ini yaitu 1) BRI Syariah merupakan unit usaha syariah dari BRI Konvensional yang merupakan bank umum berskala na-sional dan berstatus BUMN. Sehingga, BRI Syariah merupakan bank yang terpercaya dalam mengelola sektor perbankan, 2) BRI Syariah telah memiliki banyak cabang ham-pir di seluruh Indonesia. Dengan kondisi ini, maka sistem perbankan dalam BRI Syariah telah mapan dan stabil, sehingga sasaran penelitian ini dapat terpenuhi yaitu memiliki sistem yang kompleks (karena berskala be-sar).Keberadaan BRI Syariah Cabang Malang sebagai objek penelitian oleh peneliti sudah tidak asing lagi, peneliti sering berkunjung untuk mencari informasi yang berkaitan dengan penelitian. Seringnya berinteraksi sehingga hubungan keakraban dengan be-berapa karyawan sudah terjalin erat. Ke-dekatan dan aksesibilitas sangat penting dan diperlukan dalam penelitian kualitatif.

Berdasarkan pernyataan awal para in-forman yang notabene adalah karyawan BRI Syariah Cabang Malang, peneliti menang-kap makna bahwa sebenarnya terlepas dari apakah itu bank syariah ataukah bank kon-vensional yang membedakan disini adalah bagaimana sumber daya manusia memak-nai sebuah peraturan yang diterapkan oleh perusahaan tempat mereka bekerja dan melaksanakan tanggungjawabnya dengan baik. Pengendalian internal ini lebih kepada bagaimana seseorang bisa mengendalikan dirinya dalam situasi dan kondisi apapun.Pengendalian bisa dikatakan kompleks jika tidak terbatas pada peraturan yang mengi-kat saja tetapi yang lebih penting adalah pe-ngendalian terhadap diri sendiri. Berdasar-kan pernyataan Dimas (SME&Commercial Marketing Manager),terlihat adanya nilai-ni-lai konvensional dimana evaluasi kelayakan investasi baik itu BRI Syariah maupun BRI Konvensional menggunakan 5C, hanya saja terdapat tambahan pada BRI Syariah yaitu 5C+MAGHRIB (maysir, gharar, riba, dan bathil). Diperoleh indikasi adanya nilai keti-dakpercayaan (su’udzon) BRI Syariah ter-hadap BRI Konvensionalbahwa usaha yang

Page 4: FENOMENOLOGI KONVENSIONAL DALAM IMPLEMENTASI …

Putriandini, Fenomenologi Konvensional dalam Implementasi...137

dibiayai oleh BRI Konvensional masih me-ngandung hal-hal yang bersifat MAGHRIB (maysir, gharar, riba, dan bathil). Oleh karena itu, penambahan tersebut dilakukan untuk memperkuat prinsip-prinsip syariah pada BRI Syariah dan untuk menghindari hal-hal yang bisa menimbulkan kemaksiatan.

Berdasarkan pernyataan Gunawati (Operating Manager) dapat diketahui bah-wa Pmpinan Cabang BRI Syariah Cabang Malang berasal dari BRI Konvensional, se-hingga peneliti bertanya-tanya akankah sistem pengendalian internal yang diterap-kan pada BRI Syariah Cabang Malang juga masih terdapat nilai-nilai konvensional di dalamnya? Dari pernyataan awal informan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam sistem pengendalian internal pembiayaan musyarakah. Permasalahan berikutnya adalah mempertanyakan mengapa nilai-nilai konvensional masih melekat dengan melihat fenomena yang dijumpai peneliti selama di lapangan.

METODEPenelitian ini merupakan penelitian

kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Secara paradigmatik, peneli-tian ini merupakan jenis penelitian yang ter-masuk dalam paradigma interpretif. Menu-rut Sudikin (2002), paradigma interpretif menempatkan subjek terteliti sebagai subjek yang kritis dan problematik, artinya menyer-takan pengetahuan yang dimiliki oleh subjek terteliti. Dengan menggunakan paradigma interpretif, kita dapat melihat fenomena dan menggali pengalaman dari objek penelitian.

Penelitian ini menggunakan pendekat-an fenomenologi dengan lokasi penelitian di PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah Cabang Malang. Adapun unit analisis dalam peneli-tian ini adalah sistem pengendalian internal pada pembiayaan musyarakah khususnya pada 2 komponen yaitu komponen penaksir-an resiko dan komponen pengawasan (prin-sip keadilan) yang tercermin dari 5 Tahapan Proses Standar Pembiayaan Musyarakah.

Pendekatan fenomenologi mengakui adanya kebenaran empiris etik yang me-merlukan akal budi untuk melacak dan menjelaskan serta berargumentasi. Akal budi disini mengandung makna bahwa kita perlu menggunakan kriteria lebih tinggi lagi dari sekedar truth or false (Muhadjir, 2000: 116).Pandangan fenomenologi dipengaruhi oleh pemikiran Edmund Husserl, Alferd

Schultz, dan Weber yang memberi tekanan verstehen (pemahaman), yaitu pengertian interpretif terhadap pemahaman manusia.Inkuiri fenomenologis dimulai dengan diam. Diam merupakan tindakan untuk menang-kap pengertian sesuatu yang sedang diteliti.Yang ditekankan oleh kaum fenomenolo-gis ialah aspek subjektif dari perilaku se-seorang. Mereka berusaha masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang diteliti-nya sedemikian rupa sehingga mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan di sekitar peristiwa dalam ke-hidupan sehari-harinya. Kaum fenomenolog percaya makhluk hidup melakukan berbagai cara menginterpretasikan pengalaman mere-ka melalui interaksi dengan orang lain, dan pengertian pengalaman kitalah yang mem-bentuk kenyataan (Moleong 2004: 9).

Secara metodologi, fenomenologi ber-tugas untuk menjelaskan things in them-selves, mengetahui apa yang masuk sebe-lum kesadaran, dan memahami makna dan esensinya, dalam intuisi dan refl eksi diri.Menurut Husserl, dengan fenomenologi kita dapat mempelajari bentuk-bentuk pengala-man dari sudut pandang orang yang meng-alaminya secara langsung, seolah-olah kita mengalaminya sendiri. Fenomenologi adalah ilmu tentang hakikat dan bersifat apriori. Selama ini setiap organisasi bisnis, pengu-kuran kinerja manajemen hanya selalu diu-kur (didominasi) dengan perspektif keuan-gan dengan menggunakan rasio keuangan baik dengan menggunakan tolok ukur tra-disional, kontemporer (balanced scorecard), dan juga CAMEL yang hanya dapat melihat sisi paling luar dari prestasi suatu perbank-an, baik bank umum konvensional maupun bank syariah. Jika bank umum konvension-al dan bank syariah dihayati sebagai pribadi, sebagaimana yang dikatakan oleh Husserl bahwa dunia tidak dipahami sebagai du-nia obyektif dalam pengertian fi sik material, tetapi dihayati oleh subyek sebagai pribadi, maka ruh dari bank umum konvensional dan bank syariah itu berbeda. Namun, bentuk pengawasan (penilaian) terhadap perbankan syariah dan perbankan konvensional sama-sama menggunakan CAMEL, hal inilah yang dipandang oleh peneliti sebagai sebuah ke-sengajaan dan nilai-nilai konvensional yang melekat pada bank syariah. Oleh karena itu, peneliti menggunakan pemikiran Husserl se-bagai dasar dalam memaknai fenomenologi.

Tujuan utama dari pendekatan feno-menologi dalam penelitian ini adalah un-

Page 5: FENOMENOLOGI KONVENSIONAL DALAM IMPLEMENTASI …

138 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 3, Nomor 1, April 2012, Hlm. 134-154

tuk mengetahui dan memahami secara jelas dan nyata mengenai fenomena implementasi sistem pengendalian internal pembiayaan musyarakah pada PT. BRI Syariah yang ma-sih menggunakan nilai-nilai konvensional. Daymon dan Holloway (2008: 231) menjelas-kan bahwa inti dari riset fenomenologi adalah gagasan yang berhubungan dengan pemahaman realitas kehidupan masing-ma-sing individu yang berbeda melalui perspek-tif bersama, sehingga tugas peneliti untuk mengakses ’pemikiran akal sehat’ orang-orang dengan tujuan menafsirkan motif-mo-tif, tindakan, dan dunia sosial dari sudut pandang individu.

Dalam upaya memahami sebuah fenomena seorang peneliti harus memiliki pemahaman yang cukup tentang objek yang akan ditelitinya. Sanders (1982) menjelaskan beberapa prinsip dalam fenomenologi. Per-tama, prinsip yang berdasarkan pada sum-ber-sumber intuition dan insight yang tidak dapat digeneralisasikan. Dalam ranah ini tu-gas peneliti melakukan investigasi deskriptif berkaitan dengan fenomena consciousness (kesadaran) antara yang obyektif dan sub-yektif atau kesadaran itu sendiri, seperti bentuk kesadaran atas apa yang dilihat yang berhubungan dengan deskripsi budaya dan simbol-simbol. Kedua, pendekatan fenom-enologi dilakukan dengan tribal language phenomenology, yang meliputi intentional-ity (kesadaran), epoche (prosedur), eidos (ide atau bentuk), eidetic reduction (esensi atau hakikat), noesis (pemahaman subyektif), no-ema (objek yang dipersepsikan), dan apodic-tic (intuisi murni tanpa tercampur akal). Ke-tiga, sebagai implikasi dari prinsip pertama dan kedua, maka metode riset yang dilaku-kan adalah metode kualitatif. Dimulai dari pengujian pengalaman kesadaran individual (phenomena), kemudian dilakukan analisis “how meanings develop in the continuing re-structuring process of the consciousness”, dan terakhir pada “the individual’s critical review-ing of experience” (Sanders 1982). Singkat-nya, fenomenologi sebenarnya merupakan pertemuan antara kejadian dan kesadaran.

Alat utama penelitian fenomenologi adalah intuisi dan refl eksi yang subyektif atas hasil analisis intensional dari subjek yang dilakukan dengan proses epoche dengan me-nyertakan ekstensi atau proses pemahaman, yaitu dengan memperhatikan makna hal-hal yang bersifat subyektif dibalik apa yang ter-lihat. Menurut Sanders (1982) langkah yang perlu dilakukan dalam metode fenomenologi

meliputi intentional analysis, epoche, dan ei-detic reduction.

Penelitian ini menggunakan kombi-nasi dua jenis data, yaitu hasil wawancara de-ngan informan dan database hasil doku-mentasi yang berkaitan dengan penelitian ini.Data primer pada dasarnya adalah beru-pa data kualitatif yang diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara mendalam de-ngan informan (Rasyid 1997: 14-15). Infor-man yang akan dijadikan sumber data dalam kajian ini berjumlah enam orang yang terdiri dari staf Operating Manager, SME & Commer-cial Marketing Manager, AO, Appraisal and In-vestigation, Administrasi Pembiayaan(ADP), dan Legal Offi cer yang terlibat langsung dalam pembiayaan musyarakah di BRI Sya-riah Cabang Malang.

Penentuan enam informan yang dise-butkan di atas kalau dikaitkan dengan lima kriteria yang diajukan oleh Kuswarno (2009: 60-61),secara teoritis telah terpenuhi. Hal ini dilandasi oleh pemahaman enam orang in-forman tentang fenomena yang terjadi pada BRI Syariah Cabang Malang. Alasan digu-nakannya perspektif ini adalah agar peneliti dapat memahami secara mendalam makna dan pemahaman yang dimiliki oleh masing-masing informan pada variabel yang penulis kaji.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi dimana data diperoleh bukan dari sumbernya se-cara langsung melainkan dari pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini. Arikunto (2002:206) menyatakan bahwa teknik pen-gumpulan data dengan teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah dan notulen rapat. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berhubungan dengan pembi-ayaan musyarakah karena fenomena yang diteliti oleh peneliti berkaitan dengan pembi-ayaan musyarakah.

Pada dasarnya kedudukan data sekunder dalam kajian ini memiliki kedudu-kan yang sama dengan data primer seb-agaimana dijelaskan di atas. Sumber data sekunder meliputi: (1) Gambar Alur Proses Standar Pembiayaan; (2) Surat Edaran No. 03-DIR-COM/FRS/01/2010 tentang Syarat Realisasi Pembiayaan; (3) Struktur Organ-isasi BRI Syariah Cabang Malang; (4) Hasil penelitian dan kajian terdahulu yang diang-gap relevan dalam penelitian ini dan layak untuk kajian.

Page 6: FENOMENOLOGI KONVENSIONAL DALAM IMPLEMENTASI …

Putriandini, Fenomenologi Konvensional dalam Implementasi...139

Berdasarkan pemahaman ini maka proses analisis data penelitian dilakukan me-lalui beberapa langkah, seperti yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Mengikuti Sanders (1982), langkah awal peneliti melakukan intentional analysis dengan menggabungkan objek yang diper-sepsikan (noema) dan pemahaman subjektif (noesis) pada objek penelitian (PT. BRI Sya-riah Cabang Malang) melalui catatan dan laporan-laporan, individu yang bekerja pada organisasi, aktivitas organisasi, dan persepsi masyarakat mengenai bank syariah. Langkah kedua peneliti melakukan epoche, berkaitan dengan perilaku peneliti dalam melakukan penggalian data lapangan secara personal

menggunakan pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang terikat dalam mental individu.Langkah ketiga melakukan eidetic reduction untuk mengabstraksi esensi dari kesadaran atau pengalaman dengan meng-gunakan intuisi dan refl eksi peneliti. Terak-hir, peneliti menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan temuan peneliti selama di la-pangan seperti terlihat pada Gambar 2.2.

HASIL DAN PEMBAHASANBRI Syariah Cabang Malang merupak-

an Kantor Cabang kelima yang membawahi 3 Kantor Cabang Pembantu yang berada di Kepanjen, Pasuruan, dan Banyuwangi. Kan-tor Cabang BRI Syariah Malang juga memi-

Gambar 1Skema Teknik Analisis Data

Page 7: FENOMENOLOGI KONVENSIONAL DALAM IMPLEMENTASI …

140 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 3, Nomor 1, April 2012, Hlm. 134-154

liki 1 jaringan Kantor Kas yang berada di Pandaan. Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya memberikan pelayanan jasa di bidang keuangan berbasis syariah kepada seluruh lapisan masyarakat, khususnya un-tuk wilayah Malang. Menurut Adelia (Cus-tomer Service) jumlah karyawan BRI Syari-ah Cabang Malang sebanyak 65 orang, 40 orang diantaranya sebagai karyawan tetap, 15 orang sebagai karyawan kontrak, dan 10 orang sebagai karyawan outsourcing.

Berdasar jenisnya, BRI Syariah melak-sanakan operasinya berdasarkan nilai-nilai syariah.Nilai-nilai syariah inilah yang mem-bedakan dengan praktik pada bank konven-sional. Dalam kaitan dengan pertanggung-jawaban yang diemban oleh karyawan dalam mematuhi kebijakan/prosedur perusahaan, karyawan bank syariah terikat pada tang-gung jawab yang tidak hanya kepada sesa-ma manusia saja tapi juga kepada Tuhan.Pernyataan tersebut diungkap oleh Lina (Su-pervisior Adm.Internal):

“Hal tersebut idealnya memang seperti itu dan telah disadari oleh semua karyawan, namun mereka tetap menyadari bahwa selalu saja ada kemungkinan manusia untuk berbuat kecurangan, sama saja dengan bisnis konvensional.”

Gunawati (Operating Manager) menam-bahkan bahwa:

“Bank syariah mana saja dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional, mis-alnya dalam hal komisaris dan direksi, namun ada suatu unsur yang mernbedakan antara bank syariah dan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, yang bertindak sebagai internal auditor pada BRI Syariah yaitu

Gambar 2Rerangka Penelitian

Page 8: FENOMENOLOGI KONVENSIONAL DALAM IMPLEMENTASI …

Putriandini, Fenomenologi Konvensional dalam Implementasi...141

bagian Operation Quality Assur-ance dibawah naungan Dewan Pengawas Syariah, pimpinan ca-bang BRI Syariah Cabang Malang saja dulunya adalah orang dari BRI Konvensional.”

Dengan adanya pemahaman ini, maka diperoleh kesimpulan bahwa sistem pengen-dalian internal BRI Syariah sama saja dengan BRI Konvensional, yang membedakan disini hanyalah bagaimana sumber daya manu-sia memaknai dan melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik. Pengendalian bisa dikatakan kompleks jika tidak terbatas pada peraturan yang mengikat saja tetapi yang lebih penting adalah pengendalian terhadap diri sendiri.

Sebagai langkah awal mendapatkan pemahaman, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan terkait dengan Sistem Pengendalian Internal BRI Syariah Cabang Malang secara menyeluruh. Proses Pengendalian Internal suatu organisasi ter-diri dari lima elemen menurut COSO yaitu lingkungan pengendalian, penaksiran risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komu-nikasi dan pengawasan.

Lingkungan Pengendalian Organisasi adalah komponen pertama dari lima kompo-nen pengendalian internal, dan merupakan fondasi dari komponen-komponen pengen-dalian sistem yang lain. Lingkungan pe-ngendalian merupakan dampak kumulatif atas faktor-faktor untuk membangun, men-dukung dan meningkatkan efektivitas kebi-jakan dan prosedur tertentu. Pada pembia-yaan musyarakah, faktor-faktor pengenda-lian lingkungan terlihat pada : 1) Struktur Organisasi; Struktur Organisasi pada BRI Syariah Cabang Malang didefi nisikan se-bagai pola otoritas dan tanggung jawab yang ada dalam organisasi, 2) Cara memberikan wewenang dan tanggung jawab; metode pemberian wewenang dan tanggung jawab pada karyawan BRI Syariah Cabang Malang menggunakan dua metode yaitu informal atau lisan dan formal dengan mengunakan dokumen tertulis atau memo tertulis. 3) Ke-bijakan dan sumber daya manusia; BRI Sya-riah Cabang Malang mengharuskan pega-wainya kompeten, memiliki kemampuan dan mendapat pelatihan yang cukup terkait de-ngan pekerjaan yang harus mereka lakukan agar mereka mengerti apa saja yang menjadi tanggung jawabnya. 4) Pemisahan Tugas dan berdasarkan bagian-bagian yang ada; Tang-

gung jawab untuk tugas dalam pembiayaan BRI Syariah Cabang Malang secara jelas di-rancang dalam deskripsi pekerjaan sedang-kan detail prosedur dituliskan dalam buku pedoman pembiayaan yang mengungkapkan secara eksplisit tugas yang menjadi tang-gung jawab setiap individu dan karyawan per departemen. 5) Etika Budaya Kerja; Eti-ka budaya kerja yang ditanamkan BRI Sya-riah Cabang Malang adalah KTPP DKI yang artinya Komitmen, Team Work, Profesional, Pelayanan, Disiplin, Kerja Keras dan Inte-gritas, dan nilai-nilai dari budaya kerja terse-but terdapat dalam buku panduan perilaku budaya kerja yang ada pada BRI Syariah Ca-bang Malang. Dengan terpenuhinya faktor-faktor pengendalian lingkungan yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komponen lingkungan pengendalian ini sudah memadai.

Penaksiran Resiko merupakan kompo-nen kedua, terdiri dari proses indentifi kasi, menganalisis, dan mengelola risiko yang mempengaruhi tujuan perusahaan. Taha-pan yang paling kritis dalam menaksir risiko adalah mengidentifi kasi tindakan yang diper-lukan. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih sering terjadi kasus penung-gakan nasabah pembiayaan khususnya na-sabah pembiayaan musyarakah. Pada prose-dur pemberian pembiayaan musyarakah BRI Syariah Cabang Malang, analisis pembiay-aan merupakan landasan utama kegiatan pembiayaan yang berguna untuk menilai kelayakan usaha, mengukur besar, jenis dan sifat keperluan keuangan, serta mene-tapkan stuktur pembiayaannya. Penaksiran resiko pembiayaan musyarakah BRI Syariah Cabang Malang ini terlihat pada Alur Proses Standar Pembiayaan Musyarakah. Dengan ditemukannya kasus penunggakan yang di-lakukan oleh nasabah, maka dapat disim-pulkan bahwa komponen penaksiran resiko ini masih terdapat kele-mahan dan perlu untuk dilakukan pendalaman untuk me-nelusuri nilai-nilai yang terkandung dalam setiap Tahapan Proses Standar Pembiayaan Musyarakah tersebut.

Komponen ketiga, aktivitas pengen-dalian, merupakan kebijakan dan prose-dur yang dibangun untuk membantu me-mastikan bahwa arahan manajemen dilak-sanakan dengan baik. Pada aktifi tas pengen-dalian pembiayaan musyarakah yang ada di BRI Syariah Cabang Malang terlihat dari : a) Ada berbagai macam wujud dokumen dan catatan, mulai dari dokumen yang beru-

Page 9: FENOMENOLOGI KONVENSIONAL DALAM IMPLEMENTASI …

142 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 3, Nomor 1, April 2012, Hlm. 134-154

pa soft copy dan hard copy; b) Pengecekan akuntabilitas dan tinjauan kinerja oleh pihak Independen, dan c) Persetujuan, merupakan penerimaan bahwa permohonan pembia-yaan musyarakah boleh diproses lebih lan-jut. Persetujuan ini terjadi setelah otorisasi dan digunakan untuk mendeteksi transaksi yang tanpa otorisasi. Dengan ditemukannya faktor-faktor aktivitas pengendalian yang baik, maka dapat disimpulkan bahwa aktivi-tas pengendalian ini sudah memadai.

Komponen keempat adalah informasi dan komunikasi.Informasi mengacu pada sistem akuntansi organisasi, yang terdiri dari metode dan catatan yang diciptakan untuk mengidentifi kasi, merangkai, men-ganalisis, mengelompokan, mencatat, dan melaporkan transaksi perusahaan dan un-tuk memelihara akuntabilitasnya. Komuni-kasi terkait dengan memberikan pemaha-man yang jelas mengenai semua kebijakan dan prosedur yang terkait dengan pengenda-lian. Komunikasi yang dimaksud pada pem-biayaan musyarakah BRI Syariah Cabang Malang yaitu dengan memberikan pemaha-man yang jelas mengenai prosedur pembe-rian pembiayaannya, salah satunya adalah dengan teknik dokumentasi yang mengam-barkan prosedur dan alur dokumen untuk memudahkan pengerjaan bagi tiap bagian yang terkait. Pada aspek ini, dapat disimpul-kan bahwa pada komponen informasi dan komunikasi sudah memadai.

Komponen terakhir adalah pengawasan (monitoring). Aspek ini melibatkan proses yang berkelanjutan untuk menaksir kualitas pengendalian internal dari waktu ke waktu serta untuk mengambil tindakan koreksi yang diperlukan. Untuk memastikan apak-ah pembiayaan musyarakah pada BRI Sya-riah Cabang Malang telah memenuhi prin-sip-prinsip bank syariah, maka hal ini dapat terlihat dari: a) prinsip pengharaman riba; prinsip ini tercermin dari produk-produk yang ada serta penyaluran pembiayaan-nya harus dalam usaha-usaha yang tidak bertentangan dengan syariah. Berdasarkan pernyataan Dimas (SME & Commercial Man-ager), bisa dikatakan bahwa produk pembi-ayannya BRI Syariah Cabang Malang sudah dapat sesuai dengan aturan dan prinsip sya-riah yaitu prisip pengharaman riba/ bunga, b) prinsip keadilan; prinsip ini tercermin dari pengambilan keuntungan berdasarkan hasil kesepakatan dua belah pihak yang disepa-kati di akad. Berdasarkan pernyataan Ari-anto (Account Offi cer). ternyata di lapangan

masih ditemukan beberapa kesulitan yang berkaitan dengan pembiayaan musyarakah yaitu kesulitan menarik kembali dana apa-bila terjadi wanprestasi dan kesulitan perhi-tungan keuntungan/bagi hasil karena cici-lan pengembalian dana yang tidak pasti dan disesuaikan dengan pendapatan usaha na-sabah yang bervariasi. Sehingga dalam pem-biayaan musyarakah, dapat disimpulkan bahwa prinsip keadilannya belum terpenuhi, c) prinsip kesamaan; prinsip ini tercermin dengan menempatkan posisi nasabah serta bank pada posisi yang sederajat. Kesamaan ini terwujud dalam hak, kewajiban, dan risiko. Berdasarkan penjelasan Nurina (Ad-ministrasi Pembiayaan/ADP) dimana mas-ing-masing pihak terdapat kesamaan yaitu dalam hak dan kewajiban yang harus di-penuhi serta kesamaan resiko, maka dapat disimpulkan bahwa prinsip kesamaan pada BRI Syariah Cabang Malang telah terpenuhi.Berdasarkan hasil observasi, peneliti men-emukan bahwa masih terdapat kelemahan pada prinsip keadilan, sehingga peneliti ha-rus melakukan pendalaman lebih lanjut un-tuk mengungkap nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Dari hasil observasi dengan menggu-nakan rekomendasi COSO (Committee of Sponsoring Organizations of Tradeway Com-mission) yang terdiri dari 5 elemen dapat diketahui bahwa sistem pengendalian inter-nalnya belum sepenuhnya dikatakan baik, walaupun sudah terdapat Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertanggung jawab atas jalannya oprasional bank sehari-hari agar selalu sesuai dengan prinsip syariah. Pada praktiknya tetap saja ditemukan kelemahan berupa belum diterapkannya prinsip bank syariah secara menyeluruh. Hal ini terlihat pada penaksiran resiko dan prinsip keadil-an yang belum terpenuhi pada pembiayaan musyarakah. Oleh karena itu, peneliti akan menyoroti dua komponen tersebut yang ter-diri dari komponen penaksiran resiko dan pengawasan (prinsip keadilan) yang tercer-min dari tahapan proses standar pembiayaan musyarakah. Langkah selanjutnya adalah mengungkap nilai-nilai yang terkandung dalam lima tahapan proses standar pembi-ayaan musyarakah dan juga mengungkap penyebab melekatnya nilai-nilai konvension-al dalam tahapan proses standar pembiay-aan musyarakah.

Dari pemaparan beberapa informan tersebut, maka diperoleh kesimpulan bahwa secara garis besar struktur pengendalian in-

Page 10: FENOMENOLOGI KONVENSIONAL DALAM IMPLEMENTASI …

Putriandini, Fenomenologi Konvensional dalam Implementasi...143

ternal BRI Syariah sama dengan BRI Kon-vensional Perbedaaannya terdapat beberapa perbedaan pada BRI Syariah yaitu suatu ke-harusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, tugas Account Offi -cer, dan pemisahan unit dalam bagan alur proses standar pembiayaan. Pemisahan tu-gas tersebut dilakukan untuk memperkecil resiko dan menghilangkan sisi subyektifi tas karyawan. Diperoleh anggapan bahwa ma-nusia itu “jahat”, mereka akan mengguna-kan kesempatan yang ada untuk memupuk keuntungan yang sifatnya pribadi. Untuk menghindari hal tersebut, maka dilakukan pemisahan tugas/fungsi antara Account Offi cer(AO), Appraisal Unit, dan Debt Collec-tor. Hal ini juga didukung oleh Gunawati (Op-erating Manager) yang mengatakan bahwa

“Bank syariah mana saja dapat memiliki struktur yang sama den-gan bank konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, namun ada suatu unsur yang mernbedakan antara bank syariah dan bank konvensional adalah ke-harusan adanya Dewan Pengawas Syariah pada bank syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, yang bertindak sebagai internal auditor pada BRI Syariah yaitu bagian Operation Quality Assurance (OQA) dibawah naun-gan Dewan Pengawas Syariah.”

Operation Quality Assurance (OQA) merupakan pejabat independen yang ber-tindak sebagai internal auditor BRI Syariah Cabang Malang dibawah Dewan Pengawas Syariah yang akan mengawasi jalannya op-erasional perusahaan agar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Termasuk yang

dilakukan oleh seorang AO yang bertang-gungjawab dalam pelaksanaan pembiayaan musyarakah. Ada Ketentuan Umum Operasi (KUO) tentang mekanisme operasi pembi-ayaan yang harus dipatuhi oleh AO sebagai bentuk pengendalian dalam aktivitas pem-biayaan. Tugas seorang AO tidak selalu be-rada di kantor BRI Syariah Cabang Malang. AO adalah pejabat Bank yang berhubungan langsung dengan nasabah dan tugas uta-manya adalah berkaitan langsung dengan proses dan persetujuan pembiayaan serta pengelolaan nasabah (account management). AO akan kembali ke kantor jika sudah mem-peroleh semua data dari nasabah pembia-yaan baik data keuangan maupun data non keuangan. Setelah semua data yang dibu-tuhkan tersebut telah terpenuhi, maka AO akan segera melakukan analisis yang diban-tu oleh tim reviewer.

Alur proses standar pembiayaan musy-arakah BRI Syariah Cabang Malang terdapat limatahapan yang harus dikendalikan oleh seorang AO.Kelima tahap tersebut secara ringkas sebagai berikut:

Tahap permohonan fasilitas pembia-yaan musyarakah merupakan tahap per-tama dimana nasabah pembiayaan bertemu langsung dengan AO BRI Syariah Cabang Malang untuk pertama kalinya. Tahap per-tama ini merupakan tahap yang penting dimana AO menentukan bahwa nasabah pembiayaan masuk dalam target marketBRI Syariah Cabang Malang karena tahap ini AO harus mengetahui jenis usaha nasabah pem-biayaan. Ada beberapa nilai yang dituang-kan oleh peneliti yang akan dibahas berikut ini. Tahap ini merupakan tahap awal dimana AO harus turun lapangan untuk memeriksa kembali kebenaran, keabsahan, kelengkapan dan kekinian data/dokumen yang diberikan oleh nasabah. Data yang diperlukan ada 2 jenis yaitu data legalitas: akte pendirian pe-rusahaan, SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagan-gan), SITU (Surat Ijin Tempat Usaha), IG (Ijin

Gambar 3Tahapan Proses Standar Pembiayaan Musyarakah

Page 11: FENOMENOLOGI KONVENSIONAL DALAM IMPLEMENTASI …

144 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 3, Nomor 1, April 2012, Hlm. 134-154

Dagang), TDP (Tanda Daftar Perusahaan), NPWP (Nilai Pokok Wajib Pajak), fotokopi KTP seluruh pengurus perusahaan, NPWP, dokumen jaminan; dan data fi nansial yang terdiri dari laporan keuangan perusahaan; berkas permohonan dari nasabah.

Ada beberapa nilai yang terkandung dalam tahap permohonan fasilitas pembi-ayaan musyarakah ini. Pertama, nilai keti-dakpercayaan (su’udzon). Ketidakpercayaan (su’udzon) ini tercermin pada proses awal yang dilakukan oleh AO dalam memasti-kan kebenaran, keabsahan, kelengkapan, dan kekinian data/dokumen yang diberi-kan oleh nasabah pembiayaan saat nasabah mengajukan permohonan pembiayaan. AO harus bekerja keras pada tahap awal ini karena data yang dikumpulkan merupa-kan data keuangan dan non keuangan. BRI Syariah Cabang Malang berasumsi bahwa data-data yang diberikan oleh nasabah pem-biayaan pada saat pengajuan permohonan bisa direkayasa. Oleh karena itu, AO harus turun lapangan untuk memastikan kebenar-an, keabsahan, kelengkapan, dan kekinian data/dokumen yang diberikan oleh nasabah pembiayaan karena berdasarkan fakta yang didapat oleh peneliti bahwa BRI Syariah Ca-bang Malang beberapa kali sering mengalami masalah penunggakan (Side Streaming) atas nasabah pembiayaan musyarakah dan juga faktor ketidakjujuran nasabah dalam me-nyampaikan berapa besar pendapatan yang diperoleh nasabah tiap tahunnya. AO se-bagai perpanjangan tangan dari BRI Syariah Cabang Malang harus memantau pengem-balian dana pembiayaan yang diberikan oleh bank agar tidak terjadi kecurangan. Nilai kedua yang muncul adalah kepatuhan. Ini tercermin dari nilai-nilai Islam yang dijun-jung tinggi oleh BRI SyariahCabang Malang dalam menetapkan segmentasi nasabah yang artinya tidak semua usaha bisa dibi-ayai oleh BRI Syariah Cabang Malang, maka AOsebagai perpanjangan tangan dari BRI Syariah Cabang Malang harus bekerja keras untuk memastikan bahwa nasabah pembi-ayaan musyarakah tersebut termasuk dalam target market BRI Syariah Cabang Malang. Kepatuhan tersebut merupakan wujud ke-setiaan BRI SyariahCabang Malang dalam menjunjung tinggi nilai-nilai Islam.

Tahap kedua adalahtahap penyelidi-kan atas analisis pembiayaan musyarakah. Tahapan ini merupakan tahap analisis data.Analisis data tidak hanya dilakukan oleh AO tapi juga oleh bagian Administrasi Pembiay-

aan (ADP), Legal, dan Appraisal Unit yang disebut sebagai tim reviewer. Dengan kata lain terdapat dua lapis pengendalian yang tercermin dalam pembiayaan musyarakah pada tahap kedua ini. Pengendalian pertama dilakukan oleh AO terhadap nasabah pem-biayaan dan pengendalian kedua dilakukan oleh tim reviewer terhadap AO.

Beberapa nilai yang terkandung dalam tahap penyelidikan atas analisis pembia-yaan musyarakah adalah nilai ketidak per-cayaan (su’udzon), nilai kewaspadaan, dan nilai kepatuhan. Nilai pertama, ketidakper-cayaan (su’udzon),tercermin pada saat timre-viewer (ADP, Legal, Appraisal Unit) memerik-sa kembali laporan yang dihasilkan oleh AO dengan tujuan untuk mengidentifi kasi ada tidaknya kecurangan yang bisa dilakukan oleh AO. Kecurangan tersebut bisa berben-tuk persekongkolan antara AO dan nasabah pembiayaan. Persekongkolan tersebut juga bisa terjadi antara tim reviewer dengan AO, kecurangan tersebut juga bisa terjadi jika ti-dak ada pemisahaan antara tugas AO deng-an tim reviewer. Nilai kedua, kewaspadaan, tercermin pada pemisahan tugas/fungsi saat proses analisis ulang laporan yang dikum-pulkan oleh AO. Pemisahan tugas/fungsi yang dimaksud disini adalah dibentuknya tim reviewer yang terdiri dari tiga bagian yaitu Administrasi Pembiayaan (ADP), Legal, dan Appraisal Unit. Pada tahap ini terlihat bahwa terdapat penilaian BRI Syariah Ca-bang Malangyang sangat ketat terhadap na-sabah pembiayaan. Nilai ketiga, kepatuhan, tercermin pada saat proses analisis ulang yang dilakukan oleh timreviewersebagai per-panjangan tangan dari BRI Syariah Cabang Malang. Kepatuhan yang tercermin pada tim reviewer ini lebih mengarah pada kepatuhan terhadap prosedur yang dijalankan oleh BRI Syariah Cabang Malang yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip syariah.

Tahapan ketiga pembiayaan musyara-kah adalah tahap keputusan atas permo-honan fasilitas pembiayaan musyarakah. Tahap ini merupakan tahap paling rumit, di-mana tahap ini merupakan tahap penentuan apakah permohonan fasilitas pembiayaan musyarakah yang diajukan oleh nasabah pembiayaan diterima oleh BRI Syariah Ca-bang Malang atau bahkan ditolak. Pihak-pi-hak yang terlibat pada tahap ini bukan saja melibatkan Komite Kantor Cabang BRI Sya-riah Malang saja tetapi juga Komite Kantor Pusat/Kantor Cabang Induk. Pada tahap ini, hasil analisis dari tim reviewer akan dikem-

Page 12: FENOMENOLOGI KONVENSIONAL DALAM IMPLEMENTASI …

Putriandini, Fenomenologi Konvensional dalam Implementasi...145

balikan kepada AO untuk dibuatkan MUP (Memorandum Usulan Pembiayaan) dan ke-mudian dibuatkan lembar persetujuan pem-biayaan dan diberikan limit putusan pembi-ayaan oleh Pimpinan Cabang (PINCA) yang akan diajukan ke Kantor Pusat (KP)/Kantor Cabang Induk (KCI) untuk diputuskan limit pembiayaan yang akan diberikan kepada na-sabah. Setelah melalui proses reviewer KP/KCI dan kesesuaian limit maka KP/KCI akan segera memberikan persetujuannya atau bahkan menolaknya.

Beberapa nilai yang terkandung dalam tahap ketiga ini antara lain: 1) Nilai ke-waspadaan. Nilai ini tercermin dari hasil analisis dari tim reviewer Kantor Cabang (KC) yang diberikan kembali kepada AO dan dibuatkan MUP (Memorandum Usulan Pem-biayaan) yang kemudian diajukan kepada Pimpinan Cabang (PINCA) dan oleh PINCA akan dianalisis ulang terlebih dahulu sebe-lum pada akhirnya diajukan kepada Kantor Pusat (KP)/Kantor Cabang Induk (KCI) untuk segera diberi keputusan atas permohonan pembiayaan musyarakah. Tetapi sebelum dikeluarkannya putusan akan dilakukan review lagi oleh Komite Kantor Pusat (KP)/Kantor Cabang Induk (KCI). Pada tahap ini terlihat ada empat tahap pengendalian BRI Syariah yaitu pengendalian AO terhadap na-sabah, pengendalian tim reviewer Kantor Ca-bang terhadap AO, pengendalian Pimpinan Cabang (PINCA) terhadap tim reviewer dan AO, dan pengendalian Komite Kantor Pusat (KP)/Kantor Cabang Induk (KCI) terhadap Komite Kantor Cabang (KC). Tahap pengen-dalian yang ditunjukkan semakin kuat kare-na tahap ini merupakan tahap dimana BRI Syariah akan menitipkan hartanya kepada nasabah pembiayaan yang tepat. 2) Nilai kepatuhan; tercermin pada ketaatan setiap karyawan baik itu karyawan Kantor Cabang (KC) maupun karyawan Kantor Pusat (KP)/Kantor Cabang Induk (KCI) yang menjun-jung tinggi prinsip-prinsip syariah dalam menjalankan setiap prosedur.3) Nilai keper-cayaan; tercermin pada saat Komite Kantor Pusat (KP)/Kantor Cabang Induk (KCI) me-nyetujui permohonan nasabah pembiayaan. Kepercayaan ini meliputi kepercayaan yang diberikan oleh Komite Kantor Pusat (KP)/Kantor Cabang Induk (KCI) kepada Komite Kantor Cabang (KC) dan nasabah. Keper-cayaan ini muncul ketika seseorang mera-sa bahwa orang yang diberi amanah telah mampu mengemban amanah yang diberi-kan. Sama halnya dengan kepercayaan yang

diberikan oleh Komite Kantor Pusat (KP)/Kantor Cabang Induk (KCI) kepada Komite Kantor Cabang (KC) yang dirasa mampu me-menuhi amanah yang diberikan dan 4) Ni-lai keadilan;tercermin pada saat akad pem-biayaan dan jaminan telah ditandatangani oleh kedua belah pihak yaitu nasabah dan bank (BRI Syariah Cabang Malang). Keadi-lan ini tercermin dengan menempatkan po-sisi nasabah dan bank (BRI Syariah Cabang Malang ) pada posisi yang sederajat/sama. Kesamaan ini terwujud dalam hak, kewa-jiban, dan risiko.

Tahapan keempat adalah pencairan fasilitas pembiayaan musyarakah.Tahap ini bisa dibilang merupakan tahap terakhir bagi nasabah pembiayaan dalam proses permo-honan pembiayaan yang diajukan kepada BRI Syariah Cabang Malang karena pada tahap ini nasabah pembiayaan akan memperoleh dana pembiayaan dari BRI Syariah Cabang Malang jika permohonannya diterima. Pada tahap ini, permohonan pembiayaan musy-arakah telah disetujui oleh KP/KCI maka AO segera memberikan konfi rmasi mengenai bi-aya-biaya administrasi kepada nasabah dan segera dibuatkan SP3 (Surat Penawaran Pu-tusan Pembiayaan). Setelah mendapat kon-fi rmasi balasan dari nasabah maka AO akan segera membuatkan instruksi atas pelaksa-naan akad beserta fi le pembiayaan (MUP, legalitas, dll) dan dokumen jaminan untuk nasabah. Sebelum berkas tersebut diserah-kan kepada nasabah terlebih dahulu akan diperiksa oleh bagian Legal dan Administrasi Pembiayaan (ADP) dan Teller, bagian Legal juga mengajukan 2 syarat yang harus di-penuhi oleh nasabah yaitu syarat-syarat se-belum pencairan dan syarat-syarat sebelum penandatanganan akad. Bagain ADP akan melakukan analisis kelengkapan lanjutan. Setelah proses ini selesai, maka proses beri-kutnya adalah pencairan dana pembiayaan yang dilakukan oleh teller.

Pada tahap ini, peneliti menemukan tiga nilai yaitu nilai kepatuhan, nilai keper-cayaan, dan nilai pertanggungjawaban. Ni-lai kepatuhan tercermin pada saat penerbi-tan dokumen Instruksi Penyediaan Fasilitas (IPF) yang dibuat oleh AO dimana dokumen ini bisa dibuat dan diterbitkan seletah na-sabah memberikan konfi rmasi atas SP3 (Su-rat Putusan Penawaran Pembiayaan). Doku-men IPF tersebut sebagai simbol bahwa na-sabah sudah memenuhi kriteria pembiayaan musyarakah BRI Syariah Cabang Malang. Nilai kedua, kepercayaan, tercermin pada ta-

Page 13: FENOMENOLOGI KONVENSIONAL DALAM IMPLEMENTASI …

146 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 3, Nomor 1, April 2012, Hlm. 134-154

hap ini dimana permohonan nasabah pem-biayaan telah disetujui dan anasabah pem-biayaan akan segera mendapatkan fasilitas pembiayaan. Dengan disetujuinya permo-honan tersebut berarti bahwaBRI Syariah Cabang Malang telah menaruh keperca-yaannya kepada nasabah pembiayaan.Nilai ketiga, pertanggungjawaban, tercermin dari syarat-syarat yang diajukan oleh bagian Le-gal kepada nasabah pembiayaan. Nilai dari sebuah pertanggungjawaban terkait erat dan berhubungan langsung dengan hak dan kewajiban bagi setiap individu. Pertanggung-jawaban dalam konteks muamalah adalah sejauh mana seseorang dapat melaksanakan kewajibannya dengan baik berdasarkan

prosedur atau aturan yang telah ditetapkan dan disepakati di dalam akad sebelum tran-saksi berlangsung.

Tahap terakhir proses pembiayaan musyarakah ini adalah tahap pelunasan. Pada tahap ini, pihak yang berperan ak-tif dalam mengelola nasabah pembiayaan adalah AO dan yang berperan pasif adalah bagian teller.Beberapa nilai yang menyeruak pada tahapan ini antara lain: a) kepatuhan; tercermin pada kepatuhan nasabah untuk menggunakannya sesuai dengan kebutuhan agar tidak melanggar perjanjian/kesepaka-tan awal dengan BRI Syariah Cabang Malang. Kepatuhan juga tercermin dari persyaratan yang diberikan oleh BRI Syariah Cabang

Gambar 4Penyatuan Nilai-Nilai Konvensional pada Tahapan Proses Standar Pembiayaan

Musyarakah

Page 14: FENOMENOLOGI KONVENSIONAL DALAM IMPLEMENTASI …

Putriandini, Fenomenologi Konvensional dalam Implementasi...147

Malang kepada nasabah pembiayaan karena BRI Syariah Cabang Malang ingin nasabah pembiayaan mematuhi semua persyaratan yang berlaku sebagai bentuk pengendalian BRI Syariah Cabang Malang terhadap na-sabah pembiayaan, b) nilai ketidakjujuran (dusta). Ini tercermin saat nasabah pembi-ayaan menyampaikan nominal pendapa-tannya. Nasabah bisa saja menyampaikan nominal pendapatannya tidak jujur kepada BRI Syariah Cabang Malang, c) nilai pertang-gungjawaban, tercermin pada tanggung jaw-ab nasabah dalam proses pelunasan fasilitas pembiayaan musyarakah. Pertanggungjawa-ban BRI Syariah Cabang Malang tercermin pada tanggung jawab seorang AO dalam me-mantau pengembalian dana yang ditanam-kan BRI Syariah Cabang Malang pada keg-iatan usahanasabah sesuai yang disepakati; mengelola nasabah dalam rangka menjaga

kualitas pembayaran, kelengkapan doku-men dan analisis kinerja nasabah; membina hubungan baik dengan nasabah atas dasar rasa saling menghargai dan saling mengun-tungkan; dan mengelola nasabah berma-salah untuk diusahakan kembali lancar, sebelum diserahterimakan pengelolaannya kepada Special Asset Management (SAM). Berdasarkan penggalian makna terha-dap keseluruhan implementasi sistenm pe-ngendalian internal pada proses pembiayaan musyarakah BRI Syariah Cabang malang, maka dapat dikupas perpaduan makna atas nilai yang muncul. Makna perpeaduan an-tara nilai-nilai konvensional dan nilai-nilai syariah pada tahapan proses standar pem-biayaan musyarakah dibutuhkan untuk mendapatkan satu pemahaman yang utuh untuk mengungkap penyebab melekatkan nilai-nilai konvensional tersebut dalam se-

Gambar 5Alasan Melekatnya Nilai-Nilai Konvensional

Page 15: FENOMENOLOGI KONVENSIONAL DALAM IMPLEMENTASI …

148 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 3, Nomor 1, April 2012, Hlm. 134-154

tiap tahapan proses standar pembiayaan-musyarakah. Berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dari 5 tahapan dalam proses standar pembiayaan musyarakah yang telah dikupas oleh peneliti, ditemukan adanya per-paduan antara nilai-nilai konvensional dan nilai-nilai syariah. Oleh karena itu, peneliti menghasilkan suatu kesimpulan dan meny-ajikannya dalam bentuk gambar berikut ini:

Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui bahwa terdapat tiga nilai-nilai konvensional yang melekat yaitu nilai keti-dakpercayaan (su’udzon), nilai kewaspadaan, dan nilai ketidakjujuran (dusta). Langkah peneliti selanjutnya adalah menemukan alasan nilai-nilai konvensional tersebut me-lekat pada dua elemen Sistem Pengendalian Internal yang direkomendasikan oleh Com-mittee of Sponsoring Organizations of Trade-way (COSO) yaitu pada elemen penaksiran resiko dan elemen pengawasan (prinsip ke-adilan). Oleh karena itu, peneliti menghasil-kan suatu kesimpulan dan menyajikannya dalam bentuk gambar berikut ini:

Nilai konvensional pertama yang mun-cul adalah ketidakpercayaan (su’udzon). Nilaiini muncul pada tahap pertama yaitu ta-hap permohonan fasilitas pembiayaan musy-arakah dan tahap kedua yaitu tahap peny-elidikan atas analisis pembiayaan musya-rakah. Ada beberapa penyebab melekatnya nilai ketidakpercayaan (su’udzon) ini: Perta-ma, Bank tidak ingin rugi. Nilai ketidakper-cayaan (su’udzon) ini timbul karena adanya keinginan BRI Syariah Cabang Malang un-tuk melindungi harta perusahaan. Arianto (Account Offi cer) menyatakan bahwa:

“..jelaslah nominalnya pembiay-aan musyarakah kan bisa sampe ratusan juta, mana ada bank yang mau rugi kan...orang aja kalo diu-tangi yo pengennya cepet-cepet dilunasi, sama aja dengan bank yang gak mau rugi...makanya ka-lau bank gak mau rugi yo harus terus dipantau kan usahanya...dan pekerjaan itu ya aku send-iri yang turun lapangan buat mantau.”

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka diperoleh kesimpulan bahwa terlepas itu bank syariah maupun bank konven-sional semuanya menghindari adanya keru-gian. Melekatnya nilai ketidakpercayaan (su’udzon) ini sebagai wujud keinginan BRI Syariah Cabang Malang untuk melindungi

hartanya. Alasan kedua adalah penggunaan dana

pembiayaan tidak tepat sasaran. Nilai ketida-kpercayaan (su’udzon) ini timbul karena BRI Syariah Cabang Malang mencegah adanya nasabah pembiayaan yang dapat melakukan kecurangan dalam bentuk memanfaatkan dana pembiayaan tidak tepat pada sasaran-nya atau tidak sesuai dengan perjanjian. Hal ini terlihat dari pernyataan Arianto (Account Offi cer) bahwa:

“Masih sering terjadi penung-gakan yang biasanya karena na-sabah menggunakan dana pem-biayaan tidak tepat sasaran...yah,begitulah,susah juga men-gendalikan nasabah karena kan keinginan setiap orang berbeda-beda dan kebutuhannyapun juga tidak sama,jadi ya ditunggu saja bagaimana nasabah bisa melu-nasinya, nunggak apa gak.”

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka diperoleh kesimpulan bahwa dengan adanya nasabah pembiayaan yang meng-gunakan dana pembiayaan tidak tepat pada sasarannya atau tidak sesuai dengan per-janjian maka akan menyebabkan masalah penunggakan yang berakibat pemakaian harta perusahaan yang tidak efi sien.

Alasan ketiga adalah meminimalisasi resiko kecurangan.Kecurangan yang dilaku-kan pada BRI Syariah Cabang Malang bisa berbentuk persekongkolan. Persekongkolan ini bisa terjadi dimana-mana dalam situasi dan kondisi yang memungkinkan. Persekong-kolan itu terjadi karena adanya kelemahan seseorang dalam mengendalikan diri sendiri dan situasi dan kondisi yang mendesak se-seorang untuk melakukan hal tersebut. Hal ini terlihat dari pernyataan Arianto (Account Offi cer) yang menceritakan pengalamannya:

“Aku pernah berhadapan dengan nasabah pembiayaan...dia gak bi-asa mencatat transaksinya seperti Accounting...dia minta ke aku un-tuk dibuatkan laporan keuangan yang penting dia tau beres dengan imbalan yang besar...itu sama saja aku menyalahi prosedur donk ka-lau seperti itu, aku gak mau...jadi ya aku terapkan sesuai dengan prosedurnya aja...”

Terkadang timbul godaan pada AO un-tuk meloloskan permohonan pembiayaan

Page 16: FENOMENOLOGI KONVENSIONAL DALAM IMPLEMENTASI …

Putriandini, Fenomenologi Konvensional dalam Implementasi...149

nasabah dengan iming-iming imbalan yang pantas diterima oleh AO. Nasabah berusaha mencari celah kelemahan dari seorang AO untuk diajak bekerjasama. Disinilah kepatu-han seorang AO kepada BRI Syariah Cabang Malang diuji.

Nilai ketidakpercayaan (su’udzon) ini tidak sepenuhnya dipandang sebagai pra-sangka yang negatif. Nilai ketidakpercayaan (su’udzon) ini ada karena suatu alasan yang kuat dan tidak semata-mata dimunculkan tanpa tujuan yang jelas. Jika manusia me-miliki sisi negatif dan juga sisi positif, maka sama saja dengan nilai ketidakpercayaan (su’udzon) ini juga memiliki sisi negatif dan sisi positif. Nilai ketidakpercayaan (su’udzon) dipandang sebagai sisi negatif karena su’udzon atau berburuk sangka dapat mem-buat hati kita menjadi busuk karena apapun yang kita sangka akan mempengaruhi cara kita berfi kir, cara kita bersikap dan cara kita mengambil keputusan. Tetapi nilai ketidak-percayaan (su’udzon) ini juga mempunyai sisi positif yaitu berdasarkan fenomena yang ter-jadi di lapangan bahwa masih sering ditemu-kan nasabah pembiayaan musyarakah yang menunggak ketika membayar kewajibannya kepada BRI Syariah Cabang Malang sehing-ga mengakibatkan kerugian bagi BRI Sya-riah Cabang Malang, maka melekatnya nilai ini sebagai suatu bentuk yang bertujuan un-tuk meminimalisir atau bahkan menghilan-gkan resiko kerugian tersebut karena dalam dunia bisnis perbankan adanya resiko keru-gian tersebut sangatlah tinggi.

Nilai konvensional kedua yang me-nyeruak adalah nilai kewaspadaan. Nilai ini muncul pada tahap tahap kedua yaitu tahap penyelidikan atas analisis pembiayaan musy-arakah dan tahap ketiga yaitu tahap keputu-san atas permohonan fasilitas pembiayaan musyarakah. Terdapat beberapa penyebab melekatnya nilai kewaspadaan ini. Pertama, kerja lebih terfokus untuk pemenuhan target. BRI Syariah Cabang Malang menginginkan masing-masing divisi bekerja sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing agar ha-sil yang diperoleh dari pekerjaan mereka bisa maksimal, dalam hal ini AO dan tim reviewer (ADP, Legal, dan Appraisal Unit). Oleh kare-na itu, BRI Syariah Cabang Malang melaku-kan pemisahan fungsi pada tugas AO. Hal ini terlihat dari pernyataan Lina (Supervisior Adm. Intern) yang mengatakan bahwa:

“Pemisahan fungsi ini dikarena-kan oleh sifat dasar manusia yang

dalam bahasa jawa “teledor” yang artinya kurang bisa berhati-hati atau kurang waspada. Data yang dibutuhkan oleh bank kan meli-puti data-data keuangan maupun non keuangan, makanya kalau di-urus oleh 1 orang saja pasti kesu-litan...dan paling juga sering ter-jadi kesalahan kan.”

Berdasarkan pernyataan Lina terse-but diperoleh anggapan bahwa sifat dasar manusia itu “teledor”, jadi dengan adanya pemisahaan fungsi maka setiap orang bisa fokus dengan apa yang menjadi tanggung jawabnya sendiri.

Alasan kedua, penggunaan dana pem-biayaan tidak tepat sasaran. Kenyataan di lapangan menunjukkan masih terdapat ka-sus penunggakan yang terjadi untuk pem-biayaan musyarakah ini karena nasabah menggunakan dana pembiayaan tidak tepat pada sasaran, maka untuk mencegah tim-bulnya masalah ini lagi BRI Syariah Cabang Malang melakukan pengendalian pada na-sabah pembiayaan. Hal ini dinyatakan oleh Arianto (Account Offi cer) bahwa:

“Masih sering terjadi penung-gakan yang biasanya karena na-sabah menggunakan dana pem-biayaan tidak tepat sasaran...yah,begitulah,susah juga men-gendalikan nasabah karena kan keinginan setiap orang berbeda-beda dan kebutuhannyapun juga tidak sama,jadi ya ditunggu saja bagaimana nasabah bisa melu-nasinya, nunggak apa gak.”

Alasan ketiga yaitu membentengi Komite Kantor Cabang dalam pengambilan keputusan pembiayaan.Nominal dari pem-biayaan musyarakah ini bisa mencapai ra-tusan juta bahkan milyaran. Jika Komite Kantor Cabang tidak waspada terhadap pengambilan keputusannya maka akan be-rakibat fatal bagi kelangsungan hidup pe-rusahaan. Hal ini tampak dari pernyataan Bayu (Reporting&Custody) yang mengatakan bahwa :

“Dengan semakin banyaknya re-viewer bukan saja kecurangan yang bersifat subyektif dapat di-hindari tetapi juga bisa mem-bentengi Komite Kantor Ca-bang untuk tidak berbuat salah

Page 17: FENOMENOLOGI KONVENSIONAL DALAM IMPLEMENTASI …

150 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 3, Nomor 1, April 2012, Hlm. 134-154

dalam pengambilan keputusan pembiayaan.”

Berdasarkan pernyataan tersebut di-simpulkan bahwa dengan adanya tim re-viewer maka diharapkan kecurangan dalam bentuk apapun yang bisa menyebabkan kerugian bagi perusahaan dapat dihindari.

Alasan keempat adalah meminimalisasi resiko kecurangan.Kecurangan bisa terjadi antara AO dengan nasabah pembiayaan. Hal ini terlihat dari pernyataan Syamsul (Appraisal&Investigation) yang mengatakan bahwa:

“Dengan adanya pemisahan tugas antara Account Offi cer dan Ap-praisal Unit diharapkan dapat me-minimalisasi resiko kecurangan yang bisa dilakukan oleh AO.”

Berdasarkan pernyataan tersebut dike-tahui bahwa pemisahan fungsi/tugas meru-pakan bentuk dari kewaspadaan BRI Sya-riah Cabang Malang untuk meminimalisasi resiko kecurangan yang bisa dilakukan oleh AO. Kecurangan tersebut bisa timbul ketika AO memiliki dan menggunakan kesempatan yang ada.

Melekatnya nilai kewaspadaan pada BRI Syariah Cabang Malang dikarenakan oleh BRI Syariah Cabang Malang ingin meng-hindari kerugian dan juga untuk pencapaian laba maksimal. Dasar melekatnya nilai ke-waspadaan ini adalah adanya nilai ketidak-percayaan (su’udzon). Jika nilai ketidakper-cayaan (su’udzon) memiliki nilai positif bagi BRI Syariah Cabang Malang, sama halnya dengan nilai kewaspadaan ini juga memiliki nilai positif. Nilai kewaspadan lebih mem-bawa nilai positif bagi BRI Syariah Cabang Malang karena manfaat yang diperoleh BRI Syariah Cabang Malang juga banyak, selain ingin menghindari kerugian, hubungan in-ternal antar karyawan BRI Syariah Cabang Malang juga semakin erat, bisa menghindari konfl ik internal antar karyawan sehingga menciptakan suasana yang nyaman dalam bekerja.

Nilai konvensional ketiga yang mun-cul adalah nilai ketidakjujuran (dusta). Ini muncul pada tahap tahap kelima yaitu ta-hap pelunasan fasilitas pembiayaan musy-arakah. Penyebab melekatnya nilai ketida-kjujuran (dusta) ini ada beberapa. Pertama, bagian keuntungan yang tidak ingin dibagi dengan bank.Ketidakjujuran (dusta) ini ter-lihat ketika nasabah menggunakan sisi sub-yektifi tasnya untuk memupuk keuntungan yang sifatnya pribadi (egois). Ada bagian

keuntungan yang tidak ingin dibagi dengan bank. Hal ini bisa timbul karena manusia memiliki sifat egois. Cara ini dapat berakibat buruk bukan hanya pada nasabah pembi-ayaan saja tapi juga bagi pihak BRI Syariah Cabang Malang. Cara ini merupakan cara yang tidak halal karena hanya mementing-kan duniawi semata. Arianto (Account Offi -cer) mengatakan bahwa:

“...tapi kenyataan di lapangan dengan teori memang berbeda, di lapangan masih sering kita jump-ai nasabah pembiayaan yang ti-dak jujur dalam menyampaikan pendapatannya, hal ini mereka lakukan dari sisi subyektifi tas na-sabah mereka ingin ada bagian keuntungan yang tidak harus mereka bagi dengan bank meski-pun selisihnya tidak banyak tapi hal ini merupakan tindakan na-sabah yang tidak jujur...”

Memupuk keuntungan pribadi tidak hanya terlihat dari bagaimana nasabah pem-biayaan menginginkan bagian keuntungan yang tidak ingin dibagi dengan bank tetapi juga terlihat ketika nasabah pembiayaan ti-dak menggunakan dana pembiayaan tepat sasaran atau sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Hal ini karena kepentingan masing-masing orang berbeda, kebutuhan-nyapun juga berbeda.

Nilai ketidakjujuran (dusta) ini lebih bersifat subyektifi tas nasabah pembiayaan musyarakah. Nilai ketidakjujuran (dusta) ini muncul karena kepentingan pribadi dari na-sabah pembiayaan musyarakah yang ingin memupuk keuntungan pribadi atau dengan kata lain menghindari kerugian sehingga di-lakukan suatu cara yang membawa dampak positif bagi nasabah pembiayaan musyara-kah sendiri. Nilai ketidakjujuran (dusta) ini lebih membawa dampak negatif bagi BRI Syariah Cabang Malang.

Melekatnya nilai ketidakpercayaan (su’udzon), nilai kewaspadaan, dan nilai ketidakjujuran (dusta) sebenarnya bersum-ber dari keinginan untuk pencapaian laba maksimal atau profi t oriented. Nilai ketidak-percayaan (su’udzon) dan nilai kewaspadaan bersumber pada profi t oriented yang dibawa oleh BRI Syariah Cabang Malang. Sedangkan nilai ketidakjujuran (dusta) juga bersumber pada profi t oriented yang dibawa oleh sub-yektifi tas nasabah pembiayaan musyara-kah. Terlepas dari itu bank syariah maupun

Page 18: FENOMENOLOGI KONVENSIONAL DALAM IMPLEMENTASI …

Putriandini, Fenomenologi Konvensional dalam Implementasi...151

bank konvensional, atau individu maupun kelompok, keduanya sama-sama tidak ingin dirugikan dan akan berlomba-lomba untuk pencapaian laba maksimal. Pencapaian laba maksimal ini bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, tidak hanya dilakukan oleh pi-hak internal bank tetapi juga pihak ekster-nal bank. Ketiga nilai tersebut tidak selalu diartikan sebagai nilai yang membawa dam-pak negatif bagi BRI Syariah Cabang Malang. Kehidupan atau segala sesuatu di dunia ini mempunyai dua sisi yaitu sisi positif dan sisi negatif atau sisi baik dan sisi buruk, sama saja dengan ketiga nilai tersebut. Jika in-gin mengetahui apakah ketiga nilai tersebut membawa dampak negatif atau positif, maka tidak cukup hanya dengan melihat nilai-ni-lai tersebut hanya berdasarkan artinya saja tetapi juga harus mengungkap makna yang sebenarnya dan alasan mengapa nilai-nilai tersebut muncul. Bukan tanpa alasan yang kuat mengapa ketiga nilai tersebut mun-cul. Berdasarkan hasil observasi, nilai-nilai tersebut lebih membawa nilai positif bagi BRI Syariah Cabang Malang karena dalam dunia bisnis perbankan resiko kerugian yang bisa terjadi sangat tinggi. Oleh karena itu, me-lekatnya ketiga nilai tersebut bertujuan se-bagai solusi alternatif untuk meminimalisasi segala jenis resiko dalam dunia bisnis per-bankan yang berlomba-lomba untuk menca-pai laba maksimal.

SIMPULANSistem Pengendalian Internal pembia-

yaan musyarakah yang diteliti tercermin pada alur proses standar pembiayaan musya-rakah yang mengandung lima tahapan. Lima tahapan inilah yang diteliti oleh peneliti. Berdasarkan lima tahapan tersebut, peneliti mengungkapkan nilai-nilai yang terkandung pada setiap tahapan tersebut. Kemudian peneliti memadukan nilai-nilai tersebut dan menggolongkannya menjadi nilai-nilai kon-vensional dan nilai-nilai syariah, selanjutnya peneliti mengungkap penyebab melekatnya nilai-nilai konvensional tersebut.

Ditemukan adanya penyatuan nilai-nilai konvensional dan nilai-nilai syariah yang terkandung dalam lima tahapan proses standar pembiayaan musyarakah. Nilai-ni-lai konvensional yang melekat tidak harus diartikan sebagai nilai-nilai yang membawa dampak negatif karena segala sesuatu yang ada di dunia ini memiliki dua sisi yaitu sisi positif dan juga sisi negatif, sama saja de-ngan nilai-nilai konvensional yang melekat

juga mempunyai sisi positif dan alasan yang kuat mengapa nilai-nilai konvensional terse-but muncul.

Berdasarkan nilai-nilai yang terkan-dung dari 5 tahapan dalam proses standar pembiayaan musyarakah yang telah dikupas oleh peneliti ditemukan adanya nilai-nilai konvensional yang melekat. Tiga nilai kon-vensional yang ditemukan yaitu nilai ketida-kpercayaan (su’udzon), nilai kewaspadaan, dan nilai ketidakjujuran (dusta).

Nilai ketidakpercayaan (su’udzon) ini melekat disebabkan oleh (1) bank tidak ingin-rugi; (2) penggunaan dana pembiayaan tidak tepat sasaran; (3) meminimalisasi resiko ke-curangan. Nilai ketidakpercayaan (su’udzon) memiliki sisi positif bagi BRI Syariah Cabang Malang yaitu untuk menghindari kerugian berdasarkan fenomena yang terjadi di lapan-gan bahwa masih sering ditemukan nasabah pembiayaan musyarakah yang menunggak ketika membayar kewajibannya kepada BRI Syariah Cabang Malang sehingga mengaki-batkan kerugian bagi BRI Syariah Cabang Malang, maka melekatnya nilai ini sebagai suatu bentuk yang bertujuan untuk memi-nimalisir atau bahkan menghilangkan resiko kerugian tersebut karena dalam dunia bisnis perbankan adanya resiko kerugian tersebut sangatlah tinggi.

Nilai kewaspadaan ini melekat disebab-kan oleh (1) kerja lebih terfokus untuk pe-menuhan target; (2) penggunaan dana pembi-ayaan tidak tepat sasaran; (3) membentengi Komite Kantor Cabang dalam pengambilan keputusan pembiayaan; (4) meminimalisasi resiko kecurangan.Nilai kewaspadaan ini melekat dikarenakan oleh BRI Syariah Ca-bang Malang ingin menghindari kerugian dan juga untuk pencapaian laba maksimal.

Nilai Ketidakjujuran (dusta) ini melekat disebabkan olehbagian keuntungan yang ti-dak ingin dibagi dengan bank. Dengan kata lain bahwa adanya sisi subyektifi tas na-sabah pembiayaan untuk memupuk keun-tungan pribadi (egois). Nilai ketidakjujuran (dusta) ini melekat karena nasabah pembi-ayaan musyarakah ingin menghindari keru-gian. Nilai ketidakjujuran (dusta) ini lebih membawa dampak negatif bagi BRI Syariah Cabang Malang.

Melekatnya nilai ketidakpercayaan (su’udzon), nilai kewaspadaan, dan nilai ketidakjujuran (dusta) sebenarnya bersum-ber dari keinginan untuk pencapaian laba maksimal atau profi t oriented. Terlepas dari itu bank syariah maupun bank konven-

Page 19: FENOMENOLOGI KONVENSIONAL DALAM IMPLEMENTASI …

152 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 3, Nomor 1, April 2012, Hlm. 134-154

sional, atau individu maupun kelompok, keduanya sama-sama tidak ingin dirugikan dan akan berlomba-lomba untuk pencapa-ian laba maksimal. Tetapi ketiga nilai terse-but tidak harus selalu diartikan sebagai ni-lai-nilai yang membawa dampak negatif bagi bank. Segala hal yang ada dalam kehidupan ini memiliki dua sisi yaitu sisi positif dan sisi negatif, atau sisi baik dan sisi buruk, atau hitam dan putih.

Kesempurnaan hanya milik Allah SWT begitu pula dengan penelitian ini, walau se-maksimal apapun usaha yang diberikan oleh peneliti untuk memberikan hasil yang ter-baik, masih ditemukan ketidaksempurnaan di dalamnya. Keterbatasan pertama adalah peneliti lebih menyoroti elemen pengenda-lian internal pada prosedur pengendaliannya saja karena berdasarkan fakta di lapangan yang ditemukan oleh peneliti bahwa masih terdapat kasus kecurangan pada elemen tersebut. Keterbatasan kedua adalah peneliti lebih menyoroti dua elemen Sistem Pengen-dalian Internal yaitu pada penaksiran resiko dan pengawasan (prinsip keadilan) karena dua elemen ini berdasarkan hasil observasi peneliti masih terdapat kelemahan. Keterba-tasan ketiga adalah peneliti hanya meneliti produk pembiayaan musyarakah saja kare-na berdasarkan kenyataan di lapangan dan hasil wawancara dengan informan, produk pembiayaan musyarakah masih sering dite-mukan kasus penunggakan yang dilakukan oleh nasabah pembiayaan.

Peneliti selanjutnya dapat meluaskan penelitian ini dengan membandingkan situs penelitian ini dengan bank konvensional se-hingga data dan informasi akan lebih kom-prehensif. Peneliti selanjutnya juga bisa me-nambah dan meluaskan informan-informan terpilih agar mendapatkan lebih banyak ma-sukan dan pandangan sehingga pemahaman yang diperoleh oleh peneliti juga semakin kompleks. Disamping itu, peneliti selanjut-nya juga bisa menambahkan perspektif deng-an meluaskan elemen pengendalian internal yang digunakan untuk mengungkap Sistem Pengendalian Internal pembiayaan musyara-kah bank syariah yang tidak hanya dilihat dari sisi non keuangannya dan pada elemen prosedur pengendaliannya saja tapi juga bisa dibandingkan dengan sisi keuangannya untuk mencapai keselarasan dalam pema-haman peneliti selanjutnya. Jika peneliti se-lanjutnya mengungkap Sistem Pengendalian Internal bank syariah dari sisi keuangan dan

non keuangannya maka Insya Allah akan di-peroleh suatu pemahaman yang utuh.

DAFTAR RUJUKAN:Amira. 2009. Evaluasi Sistem Pengendalian

Intern Pembiayaan Musyarakah pada PT. BPRS Bhakti Haji Malang, Skripsi, Universitas Muhammadiyah, Malang.

Anggadini, S.D. 2008. Bentuk Kecuran-gan pada Lembaga Keuangan Sya-riah. http://majalah ilmiah unicom.com/2008/bentuk-kecurangan-pada-lembaga-keuangan-syariah. 17 Juni 2011.

Alqur`an dan Terjemahannya. Departemen Agama Republik Indonesia. Proyek Pengadaan Kitab Suci Alqur`an.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi V. PT.Rineka Cipta, Jakarta.

Aryani, S. 2006. Analisis Sistem Pengenda-lian Intern dalam Penyaluran Kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Per-sero) Cabang Malang, Skripsi, Univer-sitas Muhammadiyah, Malang.

Bodnar, G.H dan W.S. Hopwood. 2006. Sistem Informasi Akuntansi (Edisi 9). Diterjemahkan oleh Julianto Agung Saputro dan Lilis Setiawati. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Daymon, C. dan I.Holloway. 2008. Metode-Metode Riset Kualitatif. PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta.

Erwin, D. 2006. Analisis Sistem Pengendalian Internal atas Pembiayaan Mudharabah pada BMT-MMU Sidogiri Pasuruan, Skripsi, Universitas Muhammadiyah, Malang.

Fikri, A. 2010. Studi Fenomenologi Akunt-abilitas Non Governmental Organiza-tion WWF (World Wide Fund for Na-ture). Disertasi. Universitas Brawijaya, Malang.

Hall, J.A. 2001. Sistem Informasi Akuntansi. Salemba Empat, Jakarta.

Hariadi, B. 2006. Akuntansi Manajemen: Suatu Sudut Pandang. Edisi Keempat. BPFE, Yogyakarta.

Hardiman, F. B. 2007. Filsafat Fragmentaris. Kanisius, Jakarta.

Indriantoro, N. dan B.Supomo. 1999. Meto-dologi Penelitian Bisnis: untuk Akuntansi dan Manajemen. BPFE, Yogyakarta.

Gerrard, P. dan J. B.Cunningham, 1997. ”Is-lamic Banking: A Study in Singapore”, International Journal of Bank Market-ing page 204-21.

Page 20: FENOMENOLOGI KONVENSIONAL DALAM IMPLEMENTASI …

Putriandini, Fenomenologi Konvensional dalam Implementasi...153

Jusuf, A.H. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam Penentu-an Nisbah Bagi Hasil atas Pembiayaan Musyarakah pada Bank Syariah, Tesis, Universitas Airlangga, Surabaya.

Kasmir. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Rajawali Pers, Jakarta.

Khan. M.F 1999. “Financial Modernization in 21st Century And Challenge For Is-lamic Banking”, International Journal of Islamic Financial Service Vol.1 No.3

Kuswarno, E. 2009.Metodologi Penelitian Ko-munikasi, Fenomenologi (Konsep, Pe-doman, dan Contoh Penelitian). Widya Padjajaran UNPAD, Bandung.

Lutfi triansah, E. 2007.Evaluasi Sistem Pen-gendalian Intern Pembiayaan Muraba-hah pada PT. BPRS Bhakti Haji Malang, Skripsi, Universitas Muhammadiyah, Malang.

Maharani, S.N. 2010.Mereduksi Agency Problem pada Kontrak Mudharabah melalui Bingkai Metafora Amanah, Te-sis, Universitas Brawijaya, Malang.

Mardi. 2011. Sistem Informasi Akuntansi. Ghalia Indonesia, Bogor.

Moleong, L.J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Muhadjir, N. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi keempat. Penerbit Rake, Yogjakarta

Muhamad. 2002. Dasar-dasar Keuangan Is-lami. Ekonisia, Yogyakarta.

Naser, K, A.Jamal dan K.A Khatib. 1999. “Is-lamic Banking: A Study of Customer Satisfaction and Preferences in Jordan”, International Journal of Bank Marketing page 135-150.

Nurhayati, S. dan Wasilah. 2009. Akuntansi Syariah di Indonesia. Salemba Empat, Jakarta.

Permadi, A.R. 2005. Analisis Pengendalian Intern Pemberian Kredit Mikro pada PT. BRI Unit Yosowilangun, Lumajang, Skripsi, Universitas Muhammadiyah, Malang.

Prasetyo, E. 2008.Evaluasi Sistem Pengen-dalian Intern Pembiayaan Murabahah pada PT.BTN Kantor Cabang Syariah Malang,Skripsi, Universitas Muham-madiyah, Malang.

Purnomo, A.W. E. 2004. Sistem Pengen-dalian Internal dalam Gereja: Antara Katolisme dan Budaya Jawa, Tesis, Universitas Brawijaya, Malang.

Rachmat, S. 2006. Analisis Kondisi Ling-kungan Pengendalian (Control Envi-ronment) dalam Sistem pengendalian Intern Bank BTN, Tesis, Universitas Di-ponegoro, Semarang.

Rosalina, A. 2004.Sistem Pengendalian In-tern Pembiayaan dalam Penyaluran Pembiayaan Kepada Masyarakat (Studi Kasus pada Bank BRI Syariah Malang, Skripsi, Universitas Muhammadiyah, Malang.

Sanders, P. 1982. “Phenomenology: A New Way of Viewing Organizational Re-search”. Academy of Management Re-view. Vol. & (3) pp. 353-360.

Sari, LM. 2009. Penerapan Implementasi Pengendalian Internal dalam Sistem Pemberian Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (Studi Kasus pada PT.BRI Tbk.), Skripsi, Universitas Gunadarma, Jakarta.

Sawarjuwono, T. 1997. “Filosofi Bahasa Se-bagai Ontologi dalam Riset Akuntansi”. Media Akuntansi, No. 21 Th. IV, Hal : 11 – 20.

Siregar, H.R. 2003. Evaluasi Efektivitas Sistem Pembiayaan Musyarakah pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, Skripsi, Universitas Sumatra Utara, Medan.

Siregar, G.L. 2005. Menyingkap Subjektivi-tas Fenomena. Universitas Indonesia-Press, Jakarta.

Sudikin, B. 2002.Metode Penelitian Kualita-tif. Perspektif Mikro. Grounded Theory, Fenomenology, Ethnometodologi, Etno-grafi , dramaturgi, Interaksi simbolik, Hermeneutik, Konstruk Sosial, Analisis Wacana dan Metodologi Refl eksi. Insan Cendekia, Surabaya.

Suhardjono. 2003. Manajemen Pengkreditan: Usaha Kecil dan Menengah. UPP AMP YKPN, Jogjakarta.

Suprayogi, N. 2006. Aktivitas Pengawasan In-ternal Syariah pada Bank Syariah(Studi Kasus pada BPRS Bhakti Makmur In-dah Sidoarjo), Tesis, Magister Akun-tansi, Universitas Airlangga, Surabaya.

Syahputra, H. 2005.Analisis Struktur Pen-gendalian Intern terhadap Sistem Pem-berian dan Pengembalian Kredit pada Bank Syariah, Skripsi, Universitas Is-lam Indonesia, Yogyakarta.

Thoyibatun, S. 2008. Struktur Pengendalian Intern Bank Perkreditan Rakyat Sya-riah dan Konvensional, Tesis, Universi-tas Negeri Malang, Malang.

Page 21: FENOMENOLOGI KONVENSIONAL DALAM IMPLEMENTASI …

154 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 3, Nomor 1, April 2012, Hlm. 134-154

Triyuwono, I. 2006. Perspektif, Metodologi, dan Teori Akuntansi Syariah. PT.Raja Grafi ndo Persada, Jakarta.

Triyuwono, I dan Roekhuddin. 2000. “Kon-sistensi Praktik Sistem Pengendalian Intern dan Akuntabilitas pada Lazis”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.3 No.2, pp 12.

Wahyudi, I. 1997. “Does Accounting Need A New Methodology”. Kelola. Edisi No. 16/VI, pp. 116-123.

Wilkinson, J.E., JC. Michael J.C., R. Vvasant dan W.O.W.Bernard. 2000. Accounting Information System: Essential Concept and Application. 4th edition. John Wiley and Sons, New York.

Yuniati, W. 2009.Analisis Sistem pengen-dalian internal Bank Syariah di dalam Penyaluran Pembiayaan kepada Masyarakat.Skripsi. Universitas Mu-hammadiyah, Malang.


Recommended