+ All Categories
Home > Documents > GERAKAN ETNO-NASIONAL DI BOUGANVILLE: KRISIS YANG TAK ...

GERAKAN ETNO-NASIONAL DI BOUGANVILLE: KRISIS YANG TAK ...

Date post: 29-Oct-2021
Category:
Upload: others
View: 2 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
17
Global: Jurnal Politik Internasional Global: Jurnal Politik Internasional Volume 3 Number 0 Article 5 December 1992 GERAKAN ETNO-NASIONAL DI BOUGANVILLE: KRISIS YANG TAK GERAKAN ETNO-NASIONAL DI BOUGANVILLE: KRISIS YANG TAK KUNJUNG TERPADAMKAN KUNJUNG TERPADAMKAN Ikrar Nusa Bhakti PPW-LIPI, [email protected] Follow this and additional works at: https://scholarhub.ui.ac.id/global Recommended Citation Recommended Citation Bhakti, Ikrar Nusa (1992) "GERAKAN ETNO-NASIONAL DI BOUGANVILLE: KRISIS YANG TAK KUNJUNG TERPADAMKAN," Global: Jurnal Politik Internasional: Vol. 3 : No. 0 , Article 5. DOI: 10.7454/global.v3i0.172 Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/global/vol3/iss0/5 This Article is brought to you for free and open access by the Faculty of Social and Political Sciences at UI Scholars Hub. It has been accepted for inclusion in Global: Jurnal Politik Internasional by an authorized editor of UI Scholars Hub.
Transcript

Global: Jurnal Politik Internasional Global: Jurnal Politik Internasional

Volume 3 Number 0 Article 5

December 1992

GERAKAN ETNO-NASIONAL DI BOUGANVILLE: KRISIS YANG TAK GERAKAN ETNO-NASIONAL DI BOUGANVILLE: KRISIS YANG TAK

KUNJUNG TERPADAMKAN KUNJUNG TERPADAMKAN

Ikrar Nusa Bhakti PPW-LIPI, [email protected]

Follow this and additional works at: https://scholarhub.ui.ac.id/global

Recommended Citation Recommended Citation Bhakti, Ikrar Nusa (1992) "GERAKAN ETNO-NASIONAL DI BOUGANVILLE: KRISIS YANG TAK KUNJUNG TERPADAMKAN," Global: Jurnal Politik Internasional: Vol. 3 : No. 0 , Article 5. DOI: 10.7454/global.v3i0.172 Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/global/vol3/iss0/5

This Article is brought to you for free and open access by the Faculty of Social and Political Sciences at UI Scholars Hub. It has been accepted for inclusion in Global: Jurnal Politik Internasional by an authorized editor of UI Scholars Hub.

GERAI(AN ETNO-NASIONALDI BOUGAINVILLE:KRISIS YANG TAKKUNIUNGTERPADAMKAN

Ikrar Nusa Bhakti

Ikrar Nusa Bhakti adalah staf peneliti PPW-LIPIbiilang Asean dan Pasit'ik. Lulus Sarjana 31 pada

Juntsan llmu Politik FISIP-W, 7983. Sekarang kan-

didat doktor pada Dioision of Asian and lnternationalS t udi es, Giffith Unioersity Australia.

KRISIS yang terjadi di Pulau Bougainville,Papua Niugini, belum juga berakhir. Diakhir 1988 lalu, para pemilik tanah militanmenuntut agar mereka mendapatkan ba-gian yang layak dari "kue kekayaan" yangterdapat di tambang tembaga dan emas diPanguna, Bougainville Selatan. Kurangnyakompensasi yang layak bagi mereka, di-tambah rusaknya lingkungan di sekitar me-reka, menyebabkan para pemilik tanah mi-litan ini melakukan tindak kekerasan agartuntutan mereka dikabulkan baik oleh per-usahaan tambang Bougainville Copper Li-mited (BCL) maupun oleh pemerintah pu-sat di Port Moresby. Tiadanya tanggapanawal yang positif dari pemerintah menye-babkan para pemilik tanah militan ini me-lakukan sabotase di pertambangan Pangu-na pada 15 Mei 1989 yang mengakibatkanditutupnya tambang tersebut.

Pemerintah Papua Niugini (PNG) ber-usaha memadamkan pemberontakan diBougainville ini baik dengan cara diplo-masi, yaitu negosiasi dengan para pemiliktanah militan, maupun dengan cara keke-rasan, yakni mencoba menumpas gerakan

tersebut secara militer. Namun demikiarysampai saat ini gerakan etnonasional yangingin memisahkan diri dari PNG tersebuttak kunjung terpadamkan.

Tulisan ini akan menggambarkan danmenganalisis gerakan etno-nasional di pu-lau paling timur PNG tersebut. Pembahas-an akan difokuskan pada latar belakanggerakan tersebut, faktor-faktor aPa saja

(faktor pendorong mauPun penarik) yangmenyebabkan mereka berontalg tujuan apa

yang ingin mereka raih, dan bagaimanaprospek penyelesaiannya.

Latar Belakang

Bougainville terletak sekitar 650 km dariibukota negara, Port Moresby. Luas pulauini sekitar 640 km'. Pulau ini berpenduduksekitar 170.000 jiwa yang terdiri atas Pen-duduk asli Bougainville maupun Para Pen-datang dari wilayah PNG lainnya, khusus-nya wilayah di pegunungan dan orang dariluar PNG.' Secara historis dan etnilqBougainville merupakan bagian dari Kepu-lauan Solomon. Pertukaran wilayah iajahanantara Inggris dan Jerman di tahun 1886

lBill Standish, "Bougainville: pndermining the State inPapua New Guinea", Paci[ic'Research, Vol. 2, No' 4,

November 1989, hlm. 5.

menghasilkan persetrijuville merupakan bagi.lrJerman, sedangkan Kepmudian menjadi ruilarNamun demikian pertuperse^tuiuan tersebut ha

1899.' Setelah Jerman Idengan tentara Au*stran

gainville kemudian merlayah New Guinea dan,

tah bersama oleh Aushdari wilayah Papua daTerritory of Papua ,;';PNG merdeka pada I

Bougainville juga tetapdari PNG.'

Bougainville menrPikaya di PNG. Pulau ilkitar seperenam dari I

perempat dari hasil ct'IPanguna juga menganddan perak, di mana ..'fralia (CRA) d3n lr.,i--t :

yang merupakan dua pmenanamkan modarneksploitasi tambang ter

Krisis yang terjadi c

1988 lalu sebenarnva n"

panjang. Wilayah ters*

2leo Hannett, "The Ca:e::,.Veanjin Qumterly, Spr'-: . --

3lames Griffin , ed., A i:-':-'-Papua Nant Cuinea, Svdr'e; .'hlm. 28-29. Lihat )uga

':--Separation and Sece.si:-'Ross and John Langmor: ::Papua Nao Cuinea, \Iel:' --;i9Z, hlm. 118; Jame.. -: '' -

and their Future in Pap-: '-Vol. 15, No.I, Special Is.-: '

John Connell, "The Pa::--.:Peter Polomka, e,J., B:,:;,-'Canberra Papers on S:::::Strategic and defence S:-: .of Pacific Studies, Th< :. - - 'Canberra, 1990, hlm. 1,1.

50

menghasilkan persetujuan bahwa Bougain-ville merupakan bagian dari New GuineaJerman, sedangkan Kepulauan Solomon ke-mudian menjadi wilayah jajahan Inggris.Namun demikian pertukaran ratifikasi daripersetujuan tersebut baru dilakukan pada1899.' Setelah Jerman kalah dalam perangdengan tentara Australia pada 1914, Bou-gainville kemudian menjadi bagian dari wi-layah New Guinea dan sejak 1949 diperin-tah bercama oleh Australia sebagai baSiandari wilayah Papua dan New Guinea (TheTerritory of Papua and Neu) Guinea). SejakPNG merdeka pada 16 September 1,975,Bougainville juga tetap merupakan bagiandari PNG.r

Bougainville merupakan pulau palingkaya di PNG. Pulau ini menghasilkan se-kitar seperenam dari hasil kopra dan se-perempat dari hasil coklat PNG. Di daerahPanguna juga mengandung tembaga, emas,dan perak, di mana Conzinc Riotinto of Aus-fralia (CRA) dan Broken Hill Proprietary (BHP)yang merupakan dua perusahaan Australia,menanamkan modalnya untuk meng-eksploitasi tambang tersebut sejak'1967.4

Krisis yang terjadi di Bougainville sejak1988 lalu sebenarnya memiliki sejarah yangpanjang. Wilayah tersebut sejak lama di-

2leo Hannett, 'The Case for Bougainville Secession",Meanjin Quarterly, Spring 1975, hlm. 286.

]ames Griffin , ed., A Foreign Policy For An lntlEtendentPapua New Cuinea, Sydney: Angus and Robertson, 1974,hlm. '2329. Lihat juga James Griffin, "Movements ForSeparation and Secession", dalam Anthony CluniesRoss and John Langmore, eds., Altermtioe Strategies lorPapua Nao Guinea, Melbourne: Oxford University Press,-1973, hlm. 118; James Griffin, "Secessionist Movementsand their Future in Papua New Cuinea", World Rallian,Vol. 15, No.I, Special Issue, hlm. 30-36.

aJohn Connell, "The Panguna Mine Impact (1)", dalamPeter Polomka, ed., Bougainaille: Perspectiues on a Crisis,Canberra Papers on Strategy and defence No 66,Strategic and defence Studies Centre, Re-search Schoolof Pacific Studies, The Australian National University,Canberra, 1990, hlm. 43.

abaikan oleh para penguasa kolonial, sam-pai ditemukannya tambang di Panguna.Usaha-usaha untuk memisahkan diri dariPNG juga sudah ada sejak akhir 1960-arykhususnya menjelang kemerdekaan PNG ditahun 1975. Namun demikian, tampaknya,gerakan-gerakan melawan pemerintah pu-sat ini sebenarnya hanyalah upaya merekaagar mendapatkan lebih banyak perhatiandari pusat dan juga mendapatkan otonomiyang lebih luas. Dengan kata lain, Bougain-ville ingin mendapatkan bagian yang layakdari "kue kekayaan" yang mereka milikidan tak ingin kekayaan itu hanya dinik-mati orang-orang baik di dalam maupun diluar Bougainville. Selain itu, mereka jugatak ingin dominasi pemerintah pusat ter-lalu besar dalam masalah Bougainville.

Gerakan pemisahan diri di Bougainvillesebenarnya merupakan hal yang umum ter-jadi di negara-negara sedang berkembangyang baru merdeka, seperti juga terjadi diMyanmar, India, maupun Indonesia. Seper-ti juga telah diutarakan oleh Walker Con-nor/ pada 7972 diperktrakan ada 135 negaradi dunia dan hanya 74_yang tidak memilikimasalah etno-nasional.5 Dasar dari gerakan-gerakan pemisahan diri umumnya adalahperbedaan bahasa, nilai-nilai budaya, dae-rah, secara ekonomi terabaikan dan adanyaopresi dari pemerintah pusat yang dido-minasi oleh kelompok mayoritas. Atas da-sar perbedaan-perbedaan tersebut makamereka ingin memisahkan diri dari'suatunegara dan membentuk negara baru sen-diri. Para perancang dan pendukung ge-rakan pemisahan diri umumnya tidak maugerakannya disebut seksesionisme ataupunseParatisme (secessionism, *paratism), me-Iainkan sebagai gerakan untuk "menentu-kan nasib sendiri" (selt'-determination).

swulk", Connor, "ThejPoliticsJournal of Intetwtioral Affairs,hlm. 1.

of Ethno-nationalism",Yol.27, No. 1, 1973,

51

Sebenarnya, kebanyakan negara di DuniaKetiga adalah multietnik yang terdiri atas

berbagai suku bangsa yang berbeda. Dasardari pembentukan suatu negara-bangsaadalah adanya perasaan psikologis bahwamereka merasa senasib dan sepenanggung-an dan ingin mencapai tujuan bersama. Bi-sa saja salah satu etnik di,dalam negara

tersebut membesar-besarkan perbedaan an-tara kelompoknya yang minoritas denganmayoritas warganegara. Masalahnya ada-lah, apakah seluruh penduduk beretnik mi-noritas tersebut sadar dan Percaya bahwamereka unik dan patut menjadi bangsa ter-sendiri. Tiadanya perasaan dan kepercaya-an bahwa mereka unik dalam segala haldibandingkan dengan kelompok mayoritas,maka kelompok minoritas tersebut hanya-lah kelompok etnik dan bukan bangsa.Prof. Connor menyebut paham kebangsaanyang terdapat di kalangan kelompok etnikini sebagai nasionalisme etnik (Ethno'

nationalism) atau nasionalisme kesukuandan bukan nasionalisme yang menyangkutberbagai etnik.6

Biasanya pula gerakan separatis ini ter-jadi di wilayah yang jauh dari pusat pe-merintahan dan kaya akan sumber alam,seperti yang terjadi di Bougainville ataupunyang terjadi di ujung barat dan ujung ti-mur Indonesia, yakni Gerakan Aceh Mer-deka dan Oqganisasi Papua Merdeka. Na-mun demikian ada juga daerah yang kayadan jauh dari pusat yang tidak berontakuntuk membentuk negara sendiri sepertidaerah Riau di Sumatra Tengah misalnya.Sebaliknya, ada pula daerah yang dekatdengan pusat dan ingin membentuk negara

sendiri seperti kasus gerakan pemisahan di-ri Papua Besena (Bangsa Papua) yang di-pimpin oleh Josephine Abaijah menjelangkemerdekaan PNG. Padahal ibukota PNG,Port Moresby, terletak di wilayah Papua.

6L̂Onnor, lDla.

Timbulnya gerakan pemisahan diri inij.rga merupakan penjelmaan dari masihkuatnya ikatan primordial di tengah mun-culnya negara-bangsa yang baru merdeka.Di sinilah timbul ketegangan antara kelom-pok yang mendukung dasar-dasar ikatanprimordial dengan mereka yang menen-tangnya. Dengan kata lain, ada Pertentan-gan antara nilai-nilai tradisional (primor-dialisme) de.ngan nilai-nilai modern(nasionalisme).'

Kembali ke soal Bougainville, aPa yangterjadi di Bougainville saat ini merupakantumpukan masalah yang tak terselesaikansecara tuntas pada 1975, seperti ketidak-puasan para pemilik tanah atas kompensasiyang mereka terima dari hasil tambang,ketidaksukaan rakyat Bougainville atas mo-dernisasi yang dipaksakan, ketegangan diantara para pemilik tanah sendiri karenapenguasaan atas tanah didasarkan atas ga-

ris ibu (matiilineal) dan bukan patrilinealsehingga para penduduk desa pemilik ta-nah atas dasar patrilineal menduduki posisikedua atas hak atas tanah, antara pendu-duk desa dengan pemerintah propinsi, danantara pemilik tanah serta pemerintah pro-pinsi dengan pemerintah Pusat.

Gerakan Separatis di Bougainville Men-jelang Kemerdekaan PNG

Seperti telah diutarakan di atas, Perasaanuntuk merdeka sendiri di Bougainville di-sebabkan antara lain oleh Perasaan kecewaatas sikap pemerintah-pemerintah kolonial,baik oleh Jerman, Inggris, maupun Aus-tralia. Sejak dahulu kala, penduduk Bou-gainville dan juga Kepulauan Solomon pa-da umumnya selalu menjadi objek dariBlaclcbirding, yakni mereka dikejar, di-tangkap, dan dijadikan budak untuk di-

TTentang konsep primordial, lihat Clifford Geertz, "TheIntegrative Revolution: Primoidial Sentiments and Ci-vil Politics in New States", dalam Clifford Ceettz, ed.,

Nao States and Old Scrieties, New Yorlg 1953.

pekerjakan di perkQueensland, Fiii, SauBritain.s Setelah beraII, orang Bougainvilomon Utara, tidak lluar wilayahnya. Nasedikit pemilik perkrgainville yang mau Edi perkebunan-perkeataupun kopi di Boupara buruh perkeburGuinea daratan, khrpegunungan dan set'tpua. Sejak saat itulaorang-orang dari lu,beremigrasi dari Nerrkemudian pula meniretnik antara pendudpendatang tersebut. Fkemudian menimbullduk asli agar Bougaidatnya dari AustraSerikat, dengan harapan di wilayah itu bisasaat bisa mencapaisendiri. Keinginan pckat ini mereka ajukPerserikatan Bangsa-berkunjung ke Bousaipertengahan 1950-an.diulangi lagi pada irterkabulkan.

Sebelum tambangberoperasi pada 196I,kan daerah yang sur-ri

Australia hanya mennya melalui pos-po: 'pSedangkan pemerintah

6Apabila tidak ada ca:a r:--didasarkan atas data dar \l:A Crisis (3)", dalam l<:.: :James Griffin, "Bouga in'. :-tralian Financial Reuirr, l,'.zrcdas, "Secessionist Politi:. - :

Allairs,Yol.50, No.1. Si': -: .

52

pekerjakan di perkebunan-perkebunan diQueens-land, Fiji, Samoa, dan terakhir, NewBritain.6 Setelah berakhirnya perang DuniaII, orang Bougainville, disebut juga So-lomon Utara, tidak lagi menjadi budak diluar wilayahnya. Namun demikian, hanyasedikit pemilik perkebunan asing di Bou-gainville yang mau mempekeriakan merekadi perkebunan-perkebunan kelapa, coklatataupun kopi di Bougainville. Kebanyakanpara buruh perkebunan diambil dari NewGuinea daratan, khususnya dari wilayahpegunungan dan sebagian dari wilayah pa-pua. Sejak saat itulah mulai berdatanganorang-orang dari luar Bougainville yangberemigrasi dari New Guinea daratan yangkemudian pula menimbulkan pertentanganetnik antara penduduk asli dengan parapendatang tersebut. Perasaan terabaikan inikemudian menimbulkan keinginan pendu-duk asli agar Bougainville dialihkan man-datnya dari Australia kepada AmerikaSerikat, dengan harapan agar pembangun-an di wilayah itu bisa dipercepat dan suatusaat bisa mencapai kemerdekaan penuhsendiri. Keinginan para pemuka rnasyara-kat ini mereka ajukan kepada misi-misiPerserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yangberkunjung ke Bougainville pada awal danpertengahan 1950-an. Permohonan tersebutdiulangi lagi pada 1962, namun tak jugaterkabulkan.

Sebelum tambang tembaga di Pangunaberoperasi pada 7967, Bougainville merupa-kan daerah yang sunyi senyap. pemerintah

Australia hanya menampakkan kehadiran-nya melalui pos-pos "patrol" di Bougainville.Sedangkan pemerintah de ftato dipegang oleh

6Apabila tidak ada catatan kaki khusus, bagian inididasarkan atas data dari Moses Havini, "Perspective onA Crisis (3)", dalam Peter Polomka, loc.cit., hlm. 18-21;James Griffin, "Bougainville----a People Apart", Thc Aus-tralian Financial Reoiaa, March 30, 1989; Ralph R. prem-das, "Secessionist Politics in Papua New Guinea,,, pac{icAffairs, Y ol. 50, No.I, Sp ri ng 1977, h I m. 64-84.

gerejagereja Katolik dan Kristen Protestan diBougainville yang memberikan pelayanan-pelayanan sosial dan ekonomi, seperti pen-didikan dan kesehatan. Sampai awal 1960-ankedua misi gereja tersebut memiliki lebihdari 130 SD dan 3 SMP. Baru pada ak-hir 1962pemerintah kolonial Australia membangun13 sekolah dasar dan satu SMP, itu punbukan untuk penduduk asli, melainkanuntuk anak-anak kiqs (petugas patroli) danpejabat pemerintah.

Meskipun Bougainville dan wilayah be-kas New Guinea Jerman pada umumnyaterabaikan, namun secara sosial-ekonomiposisi mereka masih jauh lebih baik ketim-bang orang-orang gunung. Mereka sudahmenikmati kemakmuran baik dari perke-bunan-perkebunan dan pertambangan yangada di daerah tersebut. Adanya "harapan-harapan yang tak terpenuhi", waiau merekasudah makmur, menyebabkan timbulnyapemberontakan di daerah tersebut.

Kebanyakan penduduk pantai dan ke-pulauan, baik di New Guinea,maupun Pa-pua, telah mengalami kontak dengan orangasing sejak pertengahan abad ke-19. Se-dangkan orang-orang gunung ada yang ba-ru mengalami kontak pada 1930.v Atas da-sar kenyataan tersebut, pemerintah koloniallebih memfokuskan pembangunan di wi-layah pegunungan yang amat terbelakanltersebut. Hal ini sesuai dengan programpembangunan merata (uniform deuelopment)di wilayah PNG yang dicanangkan Aus-tralia pada tahun 1960-an.ro

hentang kontak pertama orang gunung, lihat BobConnofly and Robin Anderson, First Contact. NalCuinea's Highlanders Enmunter The Outside World, NewYork: Viking Penguin, 19E7.

loSoal perbedaan pandangan men)elang persiapan ke-merdekaan PNG f ihat flank Nelso, Papua Naa Guiea:Bla& lJnity or Blad< Ctaos?, Harmondsworth, Penguin,1,972; Peter Hastings, $ant Guinea: Problerns and Pros-pccfs, Melbourne: Chesfrire, 1,973; Don VlooltovJ, PapuaN,lz.t Guinea: lnitiation and Independence, St. Lucia: Uni-versity of Queensland Pr*s, 1,976.

53

Sikap keras penduduk di Propinsi Bou-gainville terhadap pemerintah kolonial per-tama kali muncul pada awal 1960-an ketikapenduduk di Pulau Buka, utara Bougain-ville (lihat peta), yang menyebut dirinyaHahalis Welfare Scrciety, menolak membayarpajak kepada pemerintah pusat di Port Mo-resby. Mereka berpendapat bahwa lebih ba-ik menyalurkan uang tersebut ke organisasisosial di Buka untuk pembangunan di wi-layahnya ketimbang membantu pemerintahpusat yang jauh di Port Moresby. Menang-gapi sikap keras ini, gereja Katolik me-nekankan programnya bukan saja ke soalmaterial tetapi juga ke soal-soal spiritual,sedangkan pemerintah kolonial juga mem-bantu membangun jalan desa agar bisamemperlancar arus barang dari desa kekota, dan sebaliknya.

Selain gerakan Hahalis, ada pula gerakancargo cult lain di Bougainville, yakni Ge-rakan Lima Puluh Toea (Fit'ty Tu:a Mtrue-ment)rr dipimpin oleh Damien Damen diwilayah Kongara. Seperti juga p;erakan Ha-halis, Damen memungut pajak sebesar 50toea untuk pembangunan daerah dan tidakdiserahkan ke Port Moresby.

Lepas dari adanya kekecewaan pendu-duk Bougainville terhadap perlakuan pe-merintah kolonial, gerakan pemisahan diridi Bougainville dipengaruhi oleh adanyatambang tembaga, emas, dan perak di s€-latan Bougainville. Dengan kata lain, per-tambangan tersebut bukanlah "penyebabutama" melainkan hanyalah "katali-sator"bagi gerakan pemisahan diri.

Adanya tembap;a di daerah Bougainvilletelah diketahui sefak awal 1930-an, namunbaru pada 1963 lisensi diberikan kepadaCRA dan BHP untuk mengeksplorasi dac-rah Panguna dan Kupci. Pcrrelitian lapang-

an dilakukan pada Maret 1964 dan baruselesai empat tahun kemudian. Dari pe-nelitian tersebut diperkirakan bahwa wila-yah tercebut rnengandung 700 juta ton de-posit berkadar rendah dengan 0,4 bobotmati emas per ton dan harapan hidup bagitambang tersebut antara 25-50 tahun.

Sejak itulah timbul masalah baik di an-tara penduduk Bougainville maupun antarapenduduk dengan pemerintah. Perlu dike-tahui bahwa penduduk yang berhak atashak tanah di kawasan pertambangan terce-but adalah penduduk yang berbahasaNasioi khususnya dari garis ibu, sedangkanmereka yang dari garis bapak diperhitung-kan kemudian. Di Bougainville sendiri ter-dapat 19 kelompok bahasa, di mana tigakelompok bahasa di wilayah selatan (Buin,Siwai, dan Nap;osivi) sangat mirip baha-sanya dengan mereka yang beretnikNasioi.12

Ketegangan antara pemerintah denganpenduduk muncul karena adanya perbe-daan cara pandang soal hukum atas tanah.Seperti juga di daerah yang berumpun Me-lanesia lainnya, hak atas tanah di Bougain-ville berdasarkan atas nilai-nilai tradisionaldi mana tanah dikuasai oleh klen (c/an) danbisa digunakan oleh anggota klen tersebutuntuk kesejahteraan para anggotanya. Da-lam hal ini tak dibedakan apakah itu-pe-milikan atas tanah bagian atas (fopsoil) a-taupun kandungan yang terdapat di ba-wahnya (subnit). Sedangkan menurut hu-kum kolonial, khususnya Ordonansi Tam-bang tahun 1928, terdapat perbedaan an-tara pemilikan atas toytsoil dan srzb.soi/. De-ngan kata lain, kandunp;an di bawah tanahadalah milik negara. Atas dasar ordonansiini, para pemilik tanah berbahasa Nasioi

llMutu uung PNC atlalah Kina. Satu Kina sanra tle-ngan 100 Toea. Satu kina setara den2;an kurang lebihRp 2InQ00.

r21ohn Conn"ll, "Perspective on A Cri-sis(4)", dalamPeter Polomka, loc.cit, hlm. 28; lihat jug,a Premdas,loc.cit, hlm. 76; Eugene Ogan, "Perspective On A Crisis(5)", dalam Peter Polomka,loc.cit., hlm. 35.

54

PETA TEMPAT.TEMPAT KEJADIAN DIBOUGAINVILLE

55

t

tersebut hanya meft,(kompensasi) atas ta:dan bangunan yang t{

dan bukan kandungarpemilik tanah di Pang:dan 5% royalti vangpusat, namun hal itu r

Pemerintah koloniai Anaikkan jumlah komprakan mengurangi p'er

pusat di Port Morcb'ningkatkan harya tan;bangan tersebut. Akitsebut timbul perasaarlatan, khususnya di duntuk memisahkan dil

Sejak pertentanganBougainville yang saisitas Papua Niugirjsuatu organisasi vangrang Hitam (The 71u,pimpin oleh Leo FIarjuga punya cabang d:Panguna Mungkas -1st',Kieta dan daerah sekit,da 1968 didirikan a-rsma Napidakoe Napituseorang bekas man.:iebangsaan Australia, 8;memiliki patron S€ur,tr'

yakni Paul Lapun. Gertut kenaikan ganti rx

ingin memisahkan ci rr:Pada 8 Septemt'er 1

anggota Thc ltlun;.;.dakan pertemuan dr Fmasa depan Bougair-.'. :

inilah mereka membu;yang meminta pemertralia untuk memberikBougainville bisa berCrPNG. Asosiasi ini !ug,

thavini, Ioc.cif., hlm. 2t:l80-a1.

rcpat:- O>Ei;'i cqE .E3

:i:l

:1

rft<l):l

r u /'l]f, l't,\ / liE."l 'l

i',,2 F li 1':l*,s\ .", uo,no-"il

r

4dirt= -l....?.........\ i t? 4-i

'B ..A i1 oij I=Xi'Q ,ED I\ hI : = :

}};l i#, Ilu '

I --

f\l{

U

o

tlU

\lr1

a,'

F]zD

tllz

!:P{

a<ht<-

U

t\

U

\q

56

tersebut hanya mendapatkan ganti rugi(kompensasi) atas tanah, pohon-pohonan,dan bangunan yang terdapat di atas tanah,dan hukan kandungannya. Meskipun parapemilik tanah di Panguna mendapatkan 1/odari 5% royalti yang diterima pemerintahpusat, namun hal itu dianggap terlalu kecil.Pemerintah kolonial Australia tak mau me-naikkan jumlah kompensasi tersebut karenaakan mengurangi pendapatan pemerintahpusat di Port Moresby dan juga akan me-ningkatkan ha4ga tanah di daerah pertam-bangan tersebut. Akibat pertentangan ter-sebut timbul perasaan di Bougainville Se-latan, khususnya di daerah pertambangan,untuk memisahkan diri dari pNG.

Sejak pertentangan tersebut, orang-orangBougainville yang sedang studi di Univer-sitas Papua Niugini (UPNG) mendirikansuatu organisasi yang bernama Asosiasi O-rang Hitam (The Mungk*s Association), di-pimpin oleh Leo Hannett. Organisasi inijuga punya cabang di Bougainville, yakniPanguna Mungkas Asnciation. Sedangkan diKieta dan daerah sekitar pertambangan, pa-da 1968 didirikan asosiasi lain yang berna-ma Napidakoe Napitu yang dipimpin olehseorang bekas manajer perkebunan berke-bangsaan Australia, Barry Middlemiss danmemiliki patron seorang penduduk asli,yakni Paul Lapun. Gerakan mereka menun-tut kenaikan ganti rugi tanah _dan jugaingin memisahkan diri dari pNG.r3

Pada 8 September 1968, dua puluh limaanggota The Mungkas AssociatiLu menga-dakan pertemuan di Port Moresby tentangmasa depan Bougainville. Pada pertemuaninilah mereka membuat pernyataan umumyang meminta pemerintah kolonial Aus-tralia untuk memberikan kesempatan agarBougainville bisa berdiri sendiri lepas dariPNG. Asosiasi ini juga akan mengadakan

13F{avini, loc.cit., hlm. 2fr-27 dan premdas, loc.cit., hlm.80-a1.

referendum di Bougainville dengan tiga al-ternatif politik 1) apakah Bougainville se-baiknya membentuk satu bangsa sendiri; 2)meninggalkan PNG dan bergabung denganKepulauan Solomon; 3) tetap bergabungdengan PNG.

Dua alasan yang, dikemukakan LeoHannett untuk memisahkan Bougainvilledari PNG adalah berdasarkan nilai-nilaiprimordial, yakni adanya perbedaan warnakulit dan nilai-nilai budaya antara orangBougainville dan orang PNG lainnya. Disini Hannett tidak rnengajukan adanya per-bedaan bahasa, karena pada dasarnya ba-hasa pasar yang digunakan di Bougainvilletidaklah berbeda dengan bahasa di NewCuinea, yakni bahasa Pidgin.ra

Meski Hannett merasa bahwa perbedaanwarna kulit ini tidak relevan untuk digu-nakan, namun ia menyebut orang-orangPNC lainnya berkulit merah (redskin). lajuga mengatakan bahwa orang-orang PNGnon-Bougainville tidak menyukai orangBougainville karena berwarna "hitam le-gam" atau yang dalam bahasa Pidgin dise-but bilak olsem as bilong soq)en (hitam legamseperti pantat panci).

Perbedaan warna kulit ini sebenarnyatidaklah begitu kuat untuk mendirikan su-atu bangsa tersendiri. Di PNG sendiri ter-dapat penduduk dengan berbagai warna,dari yang hitam moderat seperti orang gu-nung dan Papua sampai ke kulit coklatkehitam-hitaman seperti orang Madang danpesisir pantai dekat perbatasan dengan I-rian Jaya.

Perbedaan nilai-nilai kultural juga ku-rang begitu kuat, karena di PNG sendiri

ItDi Pupru Niugini acla dua bahasa pasar utama selainbahasa Inggris, yakni

-bahasa Pidgin yang digunakan

di wilayah New Cuinea' (paruh utara PNC) dan baha-sa Hiri Motu di wilayah Papua (paruh selatan PNG).Pidgin saat ini sudah sdmakin luas digunakan, baik diNew Guinea maupun di Papua. Selain itu juga adasekitar 700 bahasa lokal.

57

terdapat berbagai etnik dengan beragam

kultui. Jika Hannett mengatakan bahwa

orang-orang Bougainville lebih lembut dan

tidak ganas, maka kenyataannya kebanya-

kan oiang PNG di daerah pesisir pantai

baik di New Guinea mauPun di PaPua

juga tidak ganas, dibandingkan misalnya

dengan orang-orang Sunung (Highlandns)

yan[ masih terdapat Perang antarsuk-u' Se-

iain itu, orang-orang di wilayah-wilayahMamose (Madang, Sepi( dan Morobe) s.er-

ta Papua iuga memiliki sedikit Persamaanbudaya dengan orang-orang dari Ke-

pulauan Bismarck dibandingkan dengan o-

iang Bismarck dan orang Bougainville' Per-

nyriurt Hannett memang agak kuat jika iamengatakan bahwa oran€i-orang Bougain-

ville mirip dengan orang- orang di Kepu-

lauan Solomon bagian barat. Hannett per-

nah berkunjung ke Honiara, ibukota Solo-

mon Inggris (sekarang Kepulauan Solo-

mon) untuk mendiskusikan masa depan

Bougainville dengan Ketua Menteri Kepu-

lauan Solomon, Solomon Mamaloni' Tam-

paknya terdapat ketidaksepakatan di antara

teduanya tentang masa depan Bougain-

ville. Jika Bougainville berhasil berdiri sen-

diri, maka akan menimbulkan ketidaksta-

bilan politik di Solomon Barat yang ber-

penduduk 40.000 iiwa, karena secara etnik

dan warna kulit mereka sama dengan o-

rang Bougainville. Sedangkan apabila Bou-

gainville bersatu dengan Kepulauan So-

lo^on, akan menimbulkan kesulitan di an-

tara orang Bougainville dan Kepulauan So-

lomon, baik dalam hal perbedaan sistem

administrasi maupun dala-m hal siapa yang

akan mendominasi siaPa.ls

Di tahun 1'977, Paul Lapun mengadakan

referendum secara informal di Bougainville

dengan hasil yanB menunjukkan bahwa

100% orang Bougainville ingin merdeka'

Hasil ini diaiukan ke parlemen PNG (Florzsc

of Assembly) pada Maret 1971, namun di-

ttlak oletr pemerintah dan dikalahkan di

parlemen. Hasil referendum tersebut se-

t"nu*yu patut dipertanyakan, -karena .di-lakukan oieh orang Bougainville sendiri'

Usaha Partai Pangu (Partai Persatuan

Papua dan Niugini) untuk -mendukung

mosi bagi penyelidikan soal keinginan

rakyat Bougainville juga dikalahkan di par-

lemen.Pada Desember 1972, PaPua Niugini

memperoleh status pemerintahan. s.endiri

(self-gooer nment) d.ari Australia' Sejak itu- d i-

U"ntirt Komite Perencanaan Konstitusi' Un-

tuk mengurangi sikap Bougainville- yang

ingin m"emisahkan diri, maka Menteri

Ketua PNG saat itu, Michael Somare, men-

janjikan pada rakyat Bougainville -bahwapemerintih pusat akan memperhatikan'keinginan rakyat dan akan menyelesaikan-

.yu "r".u.u konstitusional' Selain itu, untuk

meredam sikap keras Bougainville, Somare

mengangkat tiga dari empat anggota Par-leme"n a-"sal Bougainville untuk menduduki

posisi penting di pemerintahan-Paul La-

prn t"Uogui menteri pertambangan, Do-

natus Mola sebagai menteri pengembangan

usaha, dan Pastur john Momis sebagai de-

puti ketua dari Komite Perencanaan Kon-

stitusi. Meski Somare adalah ketua komite

tersebut, namun tanggung' jawab sehari-ha-

rinya dipegang oleh Father Momis' Kepu-

tusan S'o^ot" ini berhasil mengurangi

perasaan-Perasaan untuk memisahkan diridi Bougainville.'"

Di antara para perseperti Leo HannettJohn Momis, Dr. Alexdan John Dummit rbahwa Bougainville rgian dari PNG asaikinternal yang maksim,ketegangan dengan pmerintah pusat tak botonomi penuh karenpemisahan diri Bougalmerintah pusat juga tpendapatan utama da:berkurang dan akandistrik (setelah kemerrtersebut menjadi propmenuntut seperti BouE:ilain, hal ini akan mcstabilan politik di P\G

Selain itu, pemerintnolak memberikan danta kepada Bougainriltrekan pembangunan jalaryek lainnya. Di satu IBougainville merasa furena Bougainville menv50 jutg kepada pemerlrtembaga, kopra, coklat.Di sisi lain, pemerintahbahwa pemberian perrieBougainville telah le'bildibandingkan dengan ppinsi lainnya. Tampaknmerintah pusat ini iugpolitik. Jika Bougain,. iluasaan untuk mengelotrka akan memungkin&amiliki wewenang

-\'anE:sa membentuk negarahari.

Kekecewaan para p.nmenyebabkan Leo Fianrsikan propinsi tersebut s

deka terpisah dari P\G1975, hanya 15 hari =kaan resmi PNG, dan r

'5C.iffin, Secessionist Mouanenls . ., lctc cil, hlm' 34'

1 6Dorglu, Oliv er, B oug ainu ille: P ersotal Hist ory' Ca rl ton:

Melbo"urne University Press, 1973, hlm' 210-211' Pro

fesor Oliver sebenainya adalah profesor antropologi

dari Universitas Harvard yang diangkat oleh BCL un-

tuk menasihati perusahaan tambang tersebut' Namun ia

easal menasihuti SCL soal aspek politik di daerah

Fuigrnu itu, seperti soal kesedihan rakyat karena kom-

p"niu.l yang renduh tlan iuga ketakutan rakyat,akan

ior.,inu.i o.Ing luu. karena BCL banyak mempeker)a-

kun orung-oru,ig .lari luar Bougainville' khususnya, dari

daerah iegunringan. Lihat, Griffin, "Bougainville--a

People Apart", Ioc.cif.

58

I

i-li

1-

i.nobn

n:o-

tin-ia

rhn-lnF.rri

-a

Di antara para pemimpin Bougainville,seperti Leo Hannett, Paul Lapun, FatherJohn Momis, Dr. Alex Sarei, Moses Havini,dan John Dummit terdapat kesepakatanbahwa Bougainville tetap merupakan ba-gian dari PNG asalkan terdapat otonomiinternal yang maksirnal. Di sinilah timbulketegangan dengan pemerintah pusat. pe-merintah pusat tak bersedia memberikanotonomi penuh karena akan menjurus kepemisahan diri Bougainville. Selain itu, pe-merintah pusat juga takut bahwa rr^L"rpendapatan utama dari Bougainville akanberkurang dan akan mendorong distrik-distrik (setelah kemerdekaan pNG, distriktersebut menjadi propinsi) lainnya untukmenuntut seperti Bougainville. Dengan katalain, hal ini akan menimbulkan ketidak-stabilan politik di PNG.

Selain itu, pemerintah pusat juga me-nolak memberikan dana sekitar AS$ 3,5 ju-ta kepada Bougainville untuk menyelesai-kan pembangunan jalan dan beberapa pro-yek lainnya. Di satu sisi, para pemimpinBougainville merasa hal itu tidak adil ka-rena Bougainville menyumbang sekitar ASg50 jutp kepada pemerintah pusat dari hasiltembaga, kopra, coklat, kopi, dan lain-lain.Di sisi lain, pemerintah pusat berpendapatbahwa pemberian pemerintah pusat kepadaBougainville telah lebih dari AS$ 2,5 jutadibandingkan dengan pemberian ke-18 pro-pinsi lainnya. Tampaknya, keengganan pe-merintah pusat ini juga berlatar belakangpolitik. Jika Bougainville diberikan kele-luasaan untuk mengelola dana daerah, ma-ka akan memungkinkan propinsi itu me-miliki wewenang yang sangat kuat dan bi-sa membentuk negara sendiri dikemudianha ri.

Kekecewaan para pemimpin Bougainvillemenyebabkan Leo Hannett memproklama-sikan propinsi tersebut sebagai negara mer-deka terpisah dari PNG pada 1 September1975, hanya 15 hari menjelang kemerde-kaan resmi PNG, dan menolak untuk ber-

negosiasi dengan pemerintah pusat. Se-dangkan Dr. Alex Sarei dipilih sebagai pre-siden. Sebulan setelah PNG merdeka, 16Oktober '1.975, pemerintah Somare membu-barkan Majelis Propinsi Bougainville danmembekukan seluruh dana bagi propinsitersebut. Konfrontasi bersenjata tampaknyatak terhindarkan lagi, namun demikian pa-da 28 Januari 1976 para pemberontak danpemerintah setuju untuk mengadakan per-temuan dan negosiasi di tempat "netral" diwilayah PNG, yakni di Rabaul. Negosiasiberlangsung dari 16 Februari sampai de-ngan 9 Agustus 1976 dan menghasilkanpersetujuan bahwa Bougainville berhak me-naikkan benderanya sendiri di sampingbendera nasional PNG. Nama Bougainvillejuga diganti menjadi Propinsi SolomonUtara. Pada tahun 1977, Perdana MenteriMichael Somare secara prinsip setuju untukmenjalankan program desentralisasi di se-luruh propinsi di PNG, dan mengangkatFather Momis sebagai menteri urusan de-sentralisasi.lT

Di bulan Februari 1977, parlemen nasio-nal PNG menerima berlakunya Hukum Or-ganik tentang Pemerintah Propinsi (OrganicLaw on Prooincial Gouernment). Namun de-rnikian, sesuai dengan konstitusi PNG, pe-merintah pusat di Port Moresby masih te-tap memiliki kekuasaan yang kuat di PNG,khususnya soal pembagian anggaran pen-dapatan dan belanja daerah.lu Pada akhir1978, seluruh propinsi di PNG mendapat-

r7P.em,lus, loc.cit.,, hlm. 77-79; lihat juga Asia 1977Yeadtook, Far Eastern Economic Review, hlm. 268.

lsAngo"u Tadabe, "The Constitution and provincialCovernment", dalam Ross De Vere, Duncan Colquhon-Kerr and Jcrhn Kaburise, eds., Essays on the Constitutionol Pa1aa Nezu Cuinen, Port Moresby, Tenth IndependentAnniversary Advisory Committee, 1985, hlnr. 82-98;lihat iuga William Tordbff, "Provincial Government inPapua New Guinea, 1974-1982, in Peter Kng, et al.,From Rhetttric To Realityl Papua Nao Cuinea's Eight pointPlan anll National Coals At'ter a Decttde, Waigani: Univer-sity of Papua New Guinea Press, 1985, Chapter 26.

59

kan status pernerintahan propinsi. Dengankata lain, adanya gerakan pemisahan diridi Bougainville merupakan pendorong bagipemerintah PNG untuk memberikan semiotonomi bagi ke-20 propinsi di PNG. Di-katakan semi otonomi, karena dalam halkeuangan, pemerintah pusat masih meme-gang kendali kekuasaan yang lebih kuatdan tidak dikeiola oleh daerah secara inde-penden.

Gerakan di Bougainville Sejak 1988

Gerakan etno-nasional di Bougainville sejak

1988 juga berpusat di Bougainville Selatan,

khususnya di sekitar pertambangan. Me-reka yang memberontak juga berasal darikelompok etnik yang berbahasa' Nasioi-Masalah pokok yang mereka lontarkan juga

*enyu.rgkrt soal kompensasi yang tidakmemadai.

Sejak 1972, BCL menyumbang sekitar16% dari pendapatan nasional PNG atau

sekitar 44% dari seluruh ekspor negeri itu.Dalam sepuluh tahun terakhir, 7977-87,pendapatan BCL dibagi antara pemerintahpusat, pemerintah propinsi, pemegang sa-

ham asing, dan para pemilik tanah. Pe-

merintah pusat mendapatkan keuntunganbagian sekitar 60% dari hasil pajak, pem-bayaran maupun dividen dan 35% kepadapara pemegang saham asing; 5% ke pe-merintah Propinsi Solomon Utara; dan 0,2%

kepada para pemilik tanah lokal dalambcntuk royalti di luar kompensasi tanah.Berdasarkan persetujuan antara BCL danpara pernilik tanah (PLutguntt Landouna's'Ass<tciation), royalti dan koml'rensasi tanahd irraikkan.re

Di sinilah timbul masalah di antara parapen-rilik tanah sendiri, kirususnya antara ke-lompok konservatif dengan kelompok ra-

1'l-ih.t L)g,nn, loc.cit.,, hlmnell, "The I'anguna Minefuc.cif., hlm. 4}. 53.

35-39; lihat juga John Con-lmpact (1)", dalam Polomka,

dikal. Masalahnya, "kue kekayaan" tersebut

sebagian besar dinikmati oleh hanya se-

gelintir orang Nasioi yang berpendidikanBarat dan konservatif, seperti Matthew Ko-ve. Kelompok minoritas ini menguasai "kue

kekayaan" tersebut atas dasar garis ibu. Ke-

lompok muda radikal, pimpinan Francis O-

na, merasa tak suka dengan kelompok kon-servatif tua pimpinan Kclve tersebut, wa-laupun Kove sebenarnya adalah PamanOna dari garis bapak. Ona dan kelompok-nya menginginkan agar bagian "kue ke-

kayaan" itu dikuasai oleh orang Nasioi atas

dasar garis bapak. Ini berarti pertentanganantara kelompok tua dan kelompok mudaadalah persoalan di antara mereka sendiriyang menyangkut soal nilai-nilai tradisi-onal.

Rasa kecewa kelompok muda ini kemu-dian mereka manifestasikan dalam ber-rtuk

tuntutan, bukan saja kepada kelompok tua

tetapi juga kepada BCL. Di kernudian hari,tuntutan ini meningkat ke gerakan pemi-sahan diri dari PNG. Dari sini tampak bah-wa sesungguhnya persoalan yang ada diBougainville saat ini berawal dari soal-soaltradisional yang kemudian meningkat ke

soal separatisme. Pemberontakan Ona ter-

hadap pemerintah pusat sebenarnya hanya-

lah manipulasi tuntutan agar bisa menda-

patkan dukungan bukan saja dari kelom-pok muda orang Nasioi tetaPi iuga dariseluruh Bougainville. Secara kebetulan, ke-

banyakan orang Bougainville Selatan yangbukan berbahasa Nasioi iuga kecewa de-ngan BCL dan pemerintah pusat akibat ba-

nyaknya pendatang baik dari wilayah Pa-

pua maupun dari wilayah Pegununganyang bekcrja di pertambanplan Pangunadan di perkebunan-perkebunan asing. De-

ngan kata lain, suatu hal yang tadinya ira-

nya mcrupakan masalah sosial bisa terang-

kat nrenjadi mas.rlah ptrlitik.Satu hal yang perly diketahui, peruba-

han sikap para pemimpin potitik di Bou-gainville dari rncnd ukung gerakan pcmi-

sahan diri, atau paiir: ,

pentingan rakyat, kt lltah (dan antigerakar. :mempengaruhi ka r.:Contohnya, Paul L.r:-:koh gerakan Na;.y;, -

tokohreferendunr:. :

gainville. Srtelah ia : -menjadi menteri per:::sikap dan mengatai{:::misahan diri adalah :.:noritas.2o Akibatnrl --:si di parlemcn rr- -:lagi dalam pemilu ,--silitas yang didap.r' ,

telah kemcrdekl.r r, - - jkap seseorang darL :.:rakan pemisahan -:Hannett yang mLr, --ziar) Bougainr ille . 'Bougainaille Deacit't,.-,,:ga PNC Investmer: -- :

mendukung sekcer - -

pil ataupun isol,is; : - -Sa la h seora ng :

tetap mernperjur n:- - -

Bougainville ad.rl--Velancsia (Miltt:. .

John Mornis. N; n- - - -r ang ia be rikan 1-- - -untuk mcndapati.;:rak tcntunya jug:: -.

politiknya. Monrr. . -bahwa Aliansi \1- -'..nasi politik di B, --- -

f drt.linya pt,nd uu -, -pun partai ini tci,:: -

nya ke wilayair-r'..-. --perti ke SePik 3,t,, .--

-''Alexander Manrak .i::\',ttionulisn, Bougainr .Jhrischurch, 7974, hlm. -:' G.i ffi n, "llougainr rl ie-:

60

rbut se­

tkan Ko­

"kue Ke­

s O­ kon­ wa­

man pok­

ke­ alas

'!<'" uda

·diri Jisi-

mu­ ·tuk tua

\ari, -nu­ "1h­ l di -oal ke

ter­ rye­ od.t- om­ aari ke­

ang de­ be­ r,. ion una 0.­ h.,.

�-

U· mi-

sahan diri, atau paling sedikit mcmbela ke­ pcntingan rakyat, ke mendukung pemcrin­ tah (dan antigerakan pcmisahan diri) bisa mempcngaruhi karir politik seseorang. Contohnya, Paul Lapun dulunya adalah to­ koh gerakan Napldakoc Napitu dan juga tokoh referendum soal pcmisahan diri Bou­ gainville. Sctclah ia dlangkat oleh Somare mcnjadi menteri pcrtarnbangan, ia berubah sikap dan mcngatakan bahwa gerakan pi!· misahan diri adalah gcrakan kclompok mi­ noritas.w Akibatnya, Lapun kehilangan kur­ si di parlcmcn nasional karcna tak tcrpilih lagi dalam pemilu 1977. Kekayean dan fa­ silitas yang didapat tokoh Bougainville SC·

tclah kemerdckaan juga bisa mengubah si­ kap scscorang dari pcndukung kc entlge­ rakan pemtsahan diri. Contohnya, Leo Hannctt yang menjadi menteri utama (pre­ mier) Bougainvil\c 1980---84, menjadi kctua Bougainville Di:v..:lopmenf Corr1Cirufio11 dan ju­ ga PNG Investment Corporation, tidak lagi mendukung sckscnionls, ketidakpatuhiln st­ pil ataupun lsolastomsme etnik.2

Salah seorang lokoh Bougainville yang tctap mempcrjuangkan kcpcntingan rakyat Bougainville adalah ketua Partai Aliansi Melanesia (Mc:/,111C'.�1111 !tll,ance: Purty), Father John Momis. Namun dcmikian, dukungan yang ia berikan pada par.i pemilik tanah untuk mcndapatkan kompensasi yang la· yak tcntunya juga bcrkaitan dcngan karir politiknya. Momi .. ingin mcmpertahankan bahwa Aliansi Melanesia tetap mcndomi­ nasi politik di Bougainvillc dan dianggap partainya penduduk Bougainville, walau­ pun parlai ini telah rncluaskan jangkauan­ nya ke wilayah-wif ayah PNC lainnya SC· pcrti kl' Scpik Barat dan Morobe.

10AIClCanJl.'r M�m,1k Jan l<,ch�rd Beford, R"ugai11vtll<' Nall,,n.i/rs,n, Boug�i11v,II�· Sp<.'C1JI Pubbcetion, No t, Chnschurch, 1974, hlrn. 40

21t.roff,n, "Bougainv,ll�--.:i People> Ap.1rt�, /,>t.·cil ...

61

Agar bisa menang dalam pcmilu nasi­ onal pada 1977 lalu, Father Momis melon­ tarkan gagasan ·sougainville Inisiative", yakni agar BCL mcnycrahkan 3% dari ke­ untungannya lang;sung pada propinsi. Kampanyc pcmilu Momis ini bisa dikata­ kan sebagai mcnarik picu pclatuk bagi tim­ bulnya pemberontakan di Bougainville SC· jak 1988.22

Pernyetaan Momis itu mcmberikan cfck bola sat]u bagi para pcmilik tanah militan untuk mcnuntut pada BCL bagi pembcrian kompensasi yang lebih tinggi dan kemu­ dian dlsusul deng;an sabotase dan juga pemberontakan. Francis Ona, yang ncta lx­ ne bckas surveyor di BCL, mcmbentuk 111.w Panguna Landaumers' As&:.!l:ifltion-New PLA dan di bulan Maret 1988 menuntut ke­ naik.an kompcnsasi tersebut. Karena tidak m1tndapatkan tanggap<1n posilif dari BCL, Ona dan kawan-kawan ,nenuntut BCL un­ tuk membcrikan 50% dari seluruh kcun­ tungan yang diperolch BCL sclama ber· opcrasi, ditambah dengan tuntutan sebcsar 10 n1ilyar Kina (sekitar 20 trilyun rupiah) bagi kerusakan lingkungan. Kedua tuntutan lerscbut sangat fantastis dan tak mungkin dipcnuhi olch BCL, karcna keuntungan BCL selan1a beroperasi sendiri tak n1elebihi jumlah tcr<>ebut. Gcrakan etno-nasional di Bougainville ini juga didukung oleh bckas lctnan tcntara PNC didikan Australia yang ahli bJ.hiln peledak, Sam Kaona. Ta men­ dirikan apa yang dinamakan Tcntara Rcvo­ lu�ioncr Bougainvillc (Buuguinvil/e Rcvolu­ tion,iry Arn1y----BRA) yang didukung sckitar 50 sampai 200 pemilik tanah militan.

Tind<1k<1n Ona scbcnarnya tidak didu­ kung olch para anggot.i kclompok konser­ ·,atif anggota PLA la1na (Old PLA), karcna bcrlt'ntang.i.n dengan kepentingan kelom­ pok tua ini. Kclo1npok ini berusah.i. untuk n1cnctr..ili�ir Ona mclalui pcrtc1nuan para

yang dikenal denganBlueprint. Ini berarti thak untuk rnelakukarpelosok di kawasanngejar para pemberckian, hal ini malahanradikal para pembemrbulan Mei 1989 P\{ lamnesti kepada Frankelompoknya keiuardemikian hal itu tak jrOna keluar dari hutarningkatkan tindakan ,c

Namaliu kemudianro, bekas panglirnaPNG, sebagai menterikhusus menyelesaikanDiro saat itu masih ter

dan kalau ia berhasil r

membersihkan narnarmembuatnya menjadiTindakan pertama Dpernyataan bahrtaBougainville adalah nkarena di PNG han'yakni Tentara Nasiorkemudian, 26 Juni 19nyatakan Keadaan thdengan demikian tcara-cara militer semal

Untuk menghindarkorban jiwa baik dimaupun di kalangan r

bulan Agustus 1989 X

Bougainville mengelurterjadi rekonsiliasi arpemberontak. Namurbaik oleh tentara mau;

25Press Statement Hor J=State. Bougainville Rep -r.June 1989.bData untuk penggamba:e:penulis ambil dari surat-.rrnya The Auslralian, Th; -i..;'A ustralian F inancial R r-v-- .

dengan Januari 1990.

pemilik tanah pada November 1988. Ka-rena Ona merupakan keturunan pemilik ta-nah dari garis bapak, maka ia sebenarnyatak memiliki hak yang kuat atas tanah.Ketidaksepakatan antara Ona dan Paman-nya sendiri, Matthew Kove, soal nilai-nilaitradisional ini menyebabkan Ona keluardari pertemuan para pemilik tanah tersebutdan lari ke hutan untuk menyusun keku-atan "revolusi". Nasib Kove akhirnya cukupmengenaskan, ia diculik oleh kel^ompokOna pada Januari 1989 dan dibunuh.'

Pada 22 November 1988'kelompok Onamencuri bahan-bahan peledak dari tam-bang Panguna. Karena Ona adalah bekas"orang dalam" di BCL, tentunya ia men-getahui peta pertambangan tersebut secaradetail dan juga memiliki anakbuah di per-tambangan tersebut. Karena itu tidak herankalau mereka bisa mencuri bahan-bahanpeledak yang biasanya digunakan untukmenghancurkan tanah dan batu-batuan diPanguna.

Pada 25 November 1988, Ona kembalimeminta kompensasi K10 milyar, penutup-an tambang Panguna, dan juga menyatakanbahwa Bougainville pisah dari PNG. Seharikemudian para pemilik tanah militan inimelakukan sabotase di pertambangan Pan-guna.

Di sinilah timbul dilema bagi PerdanaMenteri PNG, Rabbie Namaliu. Di satu pi-hak, sebagai orang moderat, ia ingin me-nyelesaikan masalah Bougainville ini de-ngan cara negosiasi. Tapi di lain pihak,tuntutan dari oposisi maupun opini publikpada umumnya menuntut agar masalah inibisa diselesaikan secara cepat, sebelum ber-kembang lebih jauh. Sikap Namaliu yangmoderat tersebut dianggap terlalu lemah.

2lData tanggal serta tahun clalam tulisan ini diambildari berbagai sumber yang telah disebutkan padacatatan-catatan kaki sebelumnya, khususnya CronologyOl The Cun'ent Bougainuille Crisjs yang dihimpun olehPeter Polomka, loc.cit., hlm. 81-82.

Pada 1,976, Namaliu pernah diutus So-

mare untuk menyelesaikan masalah Bou-gainville dengan negosiasi, dan ia berhasil.Karena itu ia juga ingin menggunakancara-cara diplomasi ini kembali. Dari dulumemang sudah diperkirakan bahwa Bou-gainville tidak akan mampu memisahkandiri dari PNG tanpa kekerasan. Kalaupunpara pemimpin di tahun 7970-an itu me-nerima negosiasi, itu karena Bougainvillesaat itu tidak didukung oleh "tentara revo-Iusioner" seperti saat ini.

Pemikiran Namaliu tampaknya juga di-dukung oleh suatu perkiraan bahwa kalaudigunakan cara-cara kekerasan, maka akanmenimbulkan efek bola saliu, yakni makinkuatnya sikap ingin memisahkan diri dikalangan rakyat Bougainville, bukan saja didaerah berbahasa Nasioi tetapi juga di dae-rah lainnya.

Tarik tambang antara kelompok garis ke-ras dan garis moderat di kabinet, akhirnyamemenangkan kelompok yang pertama. Pe-merintah PNG mula pertama mengirimkanpolisi ke Bougainville. Namun, sejak dulusudah diketahui bahwa polisi PNG kurangdisiplin dibandingkan dengan tentara PNG.Di sinilah timbul ketegangan antara polisidengan pemerintah propinsi dan juga po-litisi nasional asal Bougainville, khususnyaMenteri Urusan Propinsi, Father Momis.Momis meminta agar polisi jangan mela-kukan tindakan semena-mena terhadaprakyat Bougainville. Sikap Momis ini di-anggap oleh Komisaris Polisi PNG, PaulTohian, mencampuri urusan operasi me-numpas pemberontak dan bersifat kedae-rahan. Karena kesal atas sikap Momis, se-kitar 100 polisi mendatangani rumah Mo-mis di Pori Moresby.2a

Pada 21 Maret 1989, pemerintah PNGmengirim tentara untuk membantu polisiBougainville menangani pemberontakan,

zaThe Aush'aliun, March 6, 1989.

62

)

E

yang dikenal dengan nama sandi Operation

Blueprint. Ini berarti tentara PNG memilikihak untuk melakukan operasi di seluruhpelosok di kawasan Panguna untuk me-

ngejar para pemberontak. Namun demi-kian, hal ini malahan meningkatkan sikap

radikal para pemberontak. Karena itu, padabulan Mei 1989 PM Namaliu menawarkanamnesti kepada Francis Ona agar ia dan

kelompoknya keluar dari hutan. Namundemikian hal itu tak juga berhasil membuatOna keluar dari hutan, bahkan makin me-

ningkatkan tindakan sabotasenya.Namaliu kemudian mengangkat Ted Di-

fo, bekas panglima Angkatan Berseniata

PNG, sebagai menteri negara dengan tugas

khusus menyelesaikan masalah Bougaiville.Diro saat itu masih terkena skandal korupsidan kalau ia berhasil maka bukan saja akan

membersihkan namanya tetapi juga akan

membuatnya menjadi pahlawan nasional.

Tindakan pertama Diro adalah membuatpernyataan bahwa Tentara RevolusionerBougainville adalah melawan hukum PNG,

karena di PNG hanya ada satu tentara,

yakni Tentara Nasional PNG.25 Seminggukemudian, 26 Juni 1989, PM Namaliu me-

nyatakan Keadaan Darurat di Bougainville,dengan demikian penyelesaian dengan

cara-cara militer semakin dimantapkan.'"Untuk menghindari semakin banyaknya

korban jiwa baik di pihak tentara PNG

rhaupun di kalangan masyarakat sipil, pada

bulan Agustus 1989 Keuskupan Katolik di

Bougainville mengeluarkan pernyataan agar

terjadi rekonsiliasi antara pemerintah dan

pemberontak. Namun hal ini diabaikanbaik oleh tentara mau'pun pemberontak.

2?Press Stat"ment Hon Ted Diro, MP, Minister For

State. Bougainville Republican Army Outlawed, 20

June 1989.

26Data untuk penggambaran peristiwa di Bougainvillepenulis ambil dari surat-surat kabar Australia, khusus-

nya The Australian, The Sydney Morning Herald, dan Tlrc

Australian Financial Rettiao, antara Januari 1989 sampai

dengan Januari 1990.

Ted Diro kemudian mengangkat KolonelLima Datoana sebagai komandan pasukan

gabungan antara tentara dan polisi di Bou-

gainville. Datoana adalah bekas sekretaris

Deplu PNG urusan perbatasan dengan In-donesia. Sikapnya yang lembut banyak

mendapatkan simpati dari orang Bougain-

ville, tapi masalahnya tentara PNG tak me-

miliki perlengkapan yang cukup untuk me-

numpas pemberontalg seperti helikoptermiliter misalnya. Dilema lainnya, tentara

PNG boleh dikatakan kurang menguasai

medan Bougainville dan kurang terlatih'Karena itu, gerakan gerakannya amat ter-

batas. Di saat itulah Ted Diro menawarkanuang sejumlah K200.000 $p a00 juta) bagi

mereka yang bisa menangkap Francis Ona'

Selain itu PNG juga meminta bantuan heli-

kopter dari Australia. Tanggapan Australia,PNG diberi 4 buah helikopter "Iroquoi" pa-

da tentara PNG, dengan catatan pilotnyamesti cari sendiri dan helikopternya tak bo-

leh dijadikan helikoPter temPur.Sementara itu, pada bulan Oktober 1989,

Kabinet Namaliu mengganti komandantempur di Bougainville, dari Kolonel Lima

Datoana yang lembut ke Kolonel Leo Nuiayang dikenal dengan Kolonel "Itambo"'

Jumlah tentara yang bertugas di Bougain-ville juga ditingkatkan dari 200 menjadi

600. Pemerintah juga mencabut pemberian

amnesti pada Ona.Namun der-nikian, penyelesaian dengan

cara diplomasi juga tetap dilakukan. Pada

September 1989 PM Namaliu, Ketua Men-

teri Bougainville Joseph Kabui dan saudara

wanita Francis Ona, Cecilia Gemel, menS-

adakan pertemuan untuk membahas usul-

an Bika (anggota parlemen Bougainvilleyang menjadi ketua Komite Penyelesaian

Masalah Bougainville) dan disepakati akan

ditandatangani pada 12 September 1989'

Sayangnya, hanya sehari sebelum penan-

datanganan Memrorandum Saling Pengetian

tersebut dilakukan, John Bika dibunuh oleh

63

J

;i

l,

kelompok militan Ona dan deng;an ilemi-kian penandatanganan tersebut batal.

Pemerintah sekali lagi menawarkan Pa-

ket Perdamaian kepada para pemberontalgnamun ditolak kelompok Ona. Karena itu,pemerintah memerintahkan tentara untukmelakukan operasinya yang dikenal de-

ngan nama sandi baru Operation Frntloose.

Ini berarti tentara berhak untuk melakukanapa saja di sekitar Bougainville.

Pada 2 Maret 1990 terjadi persetujuangencatan senjata antara pemerintah danpemberontak dan pada 16 Maret 1990 ten-tara PNG ditarik dari Bougainville. Sebe-

narnya taktik pemerintah adalah tidak me-

narik seluruh tentara melainkan hanya se-

bagian saja, sedangkan lainnya tetap men-jaga keamanan di pulau itu. Namun ko-misaris polisi, Paul Tohian, yangi menjadikomandan di Bougainville merasa tak sukaatas ditariknya tentara ini. Alasannya, oPe-

rasi belum selesai dan hanya memberikannapas baru bagi pemberontak untuk me-nyusun kekuatan. Karena jengkelnya padapemerintah, Tohian bukan saja menarik se-

luruh kekuatan pemerintah dari Bougain-ville, tetapi juga melakukan "kudeta di ba-

wah pengaruh alkohol" terhadap PM Na-maliu. Kudeta polisi di Port Moresby itugagal karena tak didukung tentara PNG.Brigjen Rochus Lokinap memerintahkananak buahnya agar loyal pada pemerintahsipil.

Pada bulan Mei 1990 pemerintah PNGmenawarkan otonomi yang lebih luas bagiBougainville dan mengajukan inisiatif baruuntuk perundingan masalah Bougainville.Namun tak juga mendapatkan hasil yangdiinginkan. Karena itu, pemerintah mela-kukan embaqgo atas barang-barang danjasa-jasa agar tak bisa masuk ke Bougain-ville. Keputusan pemerintah ini justrumemperburuk suasana. Ini terbukti denganadanya Proklamasi Kemerdekaan Bougain-ville yang dilakukan Francis Ona pada 17

Mei 1990.

Untuk meredam suasana/ antara pembe-

rontak dan pemerintah sepakat untuk be-

runding lagi. Pada 29 Juli 1990, perundin-gan dilakukan di atas kapal Angkatan LautSelandia Baru, Endeaztour, di atas perairanKepulauan Solomon. Pembrintah setujubahwa embargo tersebut akan dicabut, na-mun masalah masa depan politik Bougain-ville tetap diambangkan. Sampai saat ini,sudah beberapa kali teriadi perundinganantara pemerintah dan pemberontalg na-

mun belum meredamkan pemberontakandi pulau yang indah dan kaYa itu'

Prospek Penyelesaian

Sebenarnya prospek penyelesaian atas ma-

salah Bougainville tersebut masih ada.

Pemberontakan di Bougainville, seperti te-

lah diutarakan di atas, pada dasarnya ha-

nyalah pemberontakan sekelompok pemiliktanah militan berbahasa Nasioi. Pada awal-nya pemberontakan ini hanyalah pertentan-gan antara orang-orang tua Nasioi dengan

orang mudanya karena tak meratanya Pem-bagian "kue kekayaan". Ona bisa menda-patkan dukungan yang luas di kalanganpenduduk di Bougainville Selatan karena iamampu memanipulir pendukungnya darimasalah sosial ke masalah politik. Namundemikian, pemberontakan ini hanya didu-kung oleh kelompok pemilik tanah militandi selatan yang berbahasa Nasioi dan ber-agama Katolik. Sedangkan orang-orangBougainville di utara dan beragama Kristentidak mendukungnya.

Kelemahan pemerintah PNG tampaknyaterletak pada kekurangmampuannya dalammematahkan Propaganda dari para pembe-rontak. Seandainya pemerintah PNG mampumematahkannya, mungkin dukungan ter-hadap pemberontak tak akan semakin ber-

tambah. Ona memang; lihai dalam mem-propagandakan isu-isu politiknya sehinggaia bisa mendapatkan dukungan dari pen-duduk di selatan Bougainville tersebut.

Kelemahan lain daradalah terlalu cepatn-i-tara ke Bougainville. I

uraian di atas, sebenarragar tambang pangunasa bernegosiasi baik demaupun dengan BCLkelompok mayoritas u_s

sioi bisa lebih besar.malah digunakan olelrpaganda antipemerin::dukungannya semakln Ikece.waan terhadap perdah semakin bertamnaibagian uang untuk ra.nyaknya pendatang dari

Jika dilihat dari FPNC, kecil kemungkinarberdiri sendiri. Masalahmerintah pusat saat ini ,

ningkatkan integrasi nzugainville. Selain itu, parville- juga harus berp,Imendukung pemberontaldiri dari PNG. Jika Bcupara politisi ini tentun,,yang akan memimpir,riiminasi dari para pemi,rxkemerdekaan tidak aka:rsana "chaos" di Bouglirorang yang berbahasa \,sioi maupun antara rnerdengan mereka yang llsaat ini saja di antara or:tak terdapat kesepakat:nBougainville. Kelomp. kdang bahwa anak-anaklanggar adat. Dan daiarrLorang Nasioi sendiri meryang egaliter sehingga kr

64

t-

t-

1t

nuI-l-ri,

nl-rn

a-a.

€-a-iikrl-n-anm-

la-ania

ariunlu-aner-nBten

lyaambe-IPU

ier-ler-:m-

18a€n-

Kelemahan lain dari pemerintah pusatadalah terlalu cepatnya mengirimkan ten-tara ke Bougainville. Seperti tampak dariuraian di atas, sebenarnya Ona hanya inginagar tambang Panguna ditutup, agar ia bi-sa bernegosiasi baik dengan kelompok tuamaupun dengan BCL agar bagian untukkelompok mayoritas usia muda orang Na-sioi bisa lebih besar. Dikirimnya tentaramalah digunakan oleh Ona sebagai pro-paganda antipemerintah pusat sehinggadukungannya semakin banyak. Apalagi ke-kece.waan terhadap pemerintah pusat su-dah semakin bertambah akibat kurangnyabagian uang untuk rakyat dan juga ba-nyaknya pendatang dari luar.

Jika dilihat dari politik dalam negeriPNG, kecil kemungkinan Bougainville akanberdiri sendiri. Masalah yang dihadapi pe-merintah pusat saat ini justru semakin me-ningkatkan integrasi nasional di luar Bou-gainville. Selain itu, para politisi Bougain.ville' juga harus berpikir panjang untukmendukung pemberontak dan memisahkandiri dari PNG. Jika Bougainville merdeka,para politisi ini tentunya berpikir, "siapayang akan memimpinnya?" Bagaimana do-minasi dari para pemilik tanah ini? Apakahkemerdekaan tidak akan menimbulkan sua-sana "chaos" di Bougainville, baik antaraorang yang berbahasa Nasioi dan non-Na-sioi maupun antara mereka yang Katolikdengan mereka yang Kristen? Sedangkansaat ini saja di antara orang Nasioi sendiritak terdapat kesepakatan soal masa depanBougainville. Kelompok tua juga meman-dang bahwa anak-anak muda itu me-langgar adat. Dan dalam sejarahnya orang-orang Nasioi sendiri memang masyarakatyang egaliter sehingga kesetiaan terhadap

pemimpin bisa berubah-ubah dari satu pe-mimpin ke lainnya dari masa ke masa.

Dari segi geopolitik, tampaknya kecil ke-mungkinan pemberontakan Bougainville iniakan didukung oleh tetangga-tetangga disekitarnya. Kepulauan Solomon, sebagai ne-gara terdekat, akan berpikir panjang karenaia juga punya masalah serupa di bagianbarat negeri itu. Indonesia juga tak mung-kin membantu kelompok pemberontak, bu-kan saja karena solider terhadap PNG, te-tapi karena Indonesia tak ingin terjadiperubahan peta baru di kawasan PasifikSelatan. Australia juga sejak sebelum ke-merdekaan PNC sudah memiliki kebijakanagar PNG tidak terpecah belah menjadi be-berapa negara, karena akan menyulitkantercapainya stabilitas regional di Pasifik Se-

latan.Penyelesaian masalah Bougainville me-

mang rumit bagi PNG. Iika Bougainvillediberi otonomi penuh di luar pertahanandan politik luar negeri, maka ini berartiakan sama saja dengan pemberian statusself-gcnernmenf seperti yang dimiliki PNGmenjelang kemerdekaan. Prospek penyele-saiannya tampaknya terletak pada bagai-mana pemerintah pusat bisa menambah ba-gian dari keuntungan yang terdapat di'tambang Panguna, bukan saja bagi kelom-pok konservatif tetapi juga bagi merekayang militan. Selain itu, peningkatan jum-lah penduduk yang berasal dari luar Bou-gainville juga perlu direm, agar pendudukasli tidak merasa tertekan dengan ulah pa-ra pendatang, khususnya dari wilayah pe-gunungan. Tentunya pula, jatah bagian ke-untungan hasil tambang bagi pemerintahpropinsi juga ditambah, agar loyalitas pro-pinsi tetap dijaga.

65


Recommended