Date post: | 16-Jan-2017 |
Category: |
Documents |
Upload: | nguyenhanh |
View: | 224 times |
Download: | 0 times |
Acrylic on Canvas
Andrie
Grade 12 IB
Acrylic on Canvas
with Thumbtacks
Vidia
Grade 12 IB
Galvanized Wire Sculpture
Vidia
Grade 12 IB
Galvanized Wire Sculpture
Vidia
Grade 12 IB
Photoprint on Canvas
Andri
Grade 12 IB
One Less Arm
Vidia Chandrawati
Grade 12 IB
One Less Arm In the distance I see
A child full of glee,
The sparkle in her eyes,
Her hair she ties,
Her bright red shirt caught my sight,
Yet her one empty sleeve dangles in the light,
With the bicycle underneath her,
She greets and says, ‘Hello, Sir!’
I ponder and stare at this girl,
Wonder how she can still twirl,
When she knows in the end of the day,
She will always have one less arm.
I Hear an Army
I hear an army charging upon the land,
And the thunder of horses plunging; foam about their knees:
Arrogant, in black armour, behind them stand,
Disdaining the reins, with fluttering whips, the Charioteers.
They cry into the night their battle name:
I moan in sleep when I hear afar their whirling laughter.
They cleave the gloom of dreams, a blinding flame,
Clanging, clanging upon the heart as upon an anvil.
They come shaking in triumph their long grey hair:
They come out of the sea and run shouting by the shore.
My heart, have you no wisdom thus to despair?
My love, my love, my love, why have you left me alone?
I Hear My Mom
Faisal
Grade 12 IB
I Hear my Mom
I hear my mom yelling upon the land,
And the thunder of her fierceness; foam about her knees;
Angry, in black house dress, behind her stand,
Disdaining the cuisines, with chopping knifes, the kitchen
She cries into the night my name:
I moan in sleep when i hear afar enraged shout
She cuts my pocket money, a blinding flame,
Slapping, slapping upon my heart as upon my face
She comes shaking in triumph her long black hair:
She comes out of the kitchen and runs shouting to my room,
My heart, have you done something wrong thus to despair?
My mom, my mom, my mom, why have you cut my pocket money?
Poem Parody Joshua
Grade 12
“Exotic”
by John Canaday from The Invisible World
Amman sprawls, sun-struck, on seven
hills, like a latter-day Rome, only
less so. It was, in fact, once Roman,
as the ruined theatre downtown attests,
but today the grown children of sheikhs
drive herds of camel-coloured
Mercedes down the steep wadis.
These castoffs of the rich Gulf nations
bellow in the narrow streets of the souk,
where the voices of gold and silver
merchants buzz in their beehive shops.
The cries of muezzins from a dozen
mosques
buzz likewise on the outer hills,
blunting their stings against the double-
glazing of the wealthy. A water peddler
hawks the sweat of his brow in a
neighbourhood
frosted with roses. How wild, how strange
it all seems, as exotic as a rose
thrown in the face of a thirsty man.
“Ironic”
by Joshua Ega Yuspratama, Grade 12IB
Arman sprawls, bun-buck, at Seven
Eleven, like a latter-day Dome Café, only
mess so. It was, in fact, once Bakso Cak Man,
as the ruined ‘warung’ downtown manifests,
but today the grown children of freaks
hive nerds with white enamel
Ladies down doing the thesis.
These castoffs the bitch populations
fellow folks from the protocol streets
where the noises of Gold’s Gym and
Quiksilver
merchants buzz in their beehive shops.
The fries and muffins from a dozen stalls
buzz likewise on the outer malls,
blunting their stings against the triple-
lazing of the poverty. A water peddler
hawks the sweets of his plough in a
neighbourhood
frosted with doses. How wild, how strange
it all seems, as ironic as a prose
shown in the face of a pity man.
Poem Parody
Desy Kristianti
Grade 12 IB
SPRING
By Gerard Manley Hopkins
Nothing is so beautiful as Spring –
When weeds, in wheels, shoot long and lovely and lush;
Thrush’s eggs look little low heavens, and thrush
Through the echoing timber does so rinse and wring
The ear, it strikes like lightings to hear him sing;
The glassy peartree leaves and blooms, they brush
The descending blue; that blue is all in a rush
With richness; the racing lambs too have fair their fling.
What is all this juice and all this joy?
A strain of the earth’s sweet being in the beginning
In Eden garden. – Have, get, before it cloy,
Before it cloud, Christ, lord, and sour with sinning,
Innocent mind and Mayday in girl and boy,
Most, O maid’s child, thy choice and worthy the
winning.
IB
By Desy Kristianti, Grade 12IB
Nothing is so painful as IB –
When homework, in heaps, piles up long and lovely and lush;
Hatred’s eggs grow hellishly, and hatred
Through the echoing teachers’ voice does so screw and kill
The ear, it strikes the students to hear him scream;
The glassy classroom shuts and dies, they brush
The descending blue; that blue is all in a rush
With sadness; the racing deadlines too have fair their fling.
What is all this suffering and all this hatred?
A strain of the earth’s worst soreness in the beginning
In STB-ACS. – Have, get, before the exams,
Before you die, Christ, lord, and sour with sinning,
Innocent exams in May for girl and boy,
Most, O IB examiners, thy choice and worthy the hatred.
Ekstrak ini berasal dari sebuah puisi yang berjudul “Surat Seorang Suami kepada Istrinya yang Mandul”
yang merupakan bagian dari kumpulan puisi Biarkan Angin itu karya Piek Ardijanto Soeprijadi. Secara garis
besar, ekstrak puisi ini merupakan sebuah surat dari seorang suami untuk istrinya. Sang suami di dalam suratnya
hendak menginformasikan kepda istrinya perihal itikad sang suami untuk mempersunting perempuan lain
bernama Narsih. Hal ini didasari oleh keinginan sang suami untuk memiliki anak. Dapat kita cermati bahwa fokus
dalam ekstrak ini adalah permasalahan di dalam rumah tangga. Piranti-piranti sastra yang digunakan oleh penyair
dalam menampilkan fokus ekstrak adalah diksi, bunyi, dan citraan.
Pertama-tama, ekstrak puisi ini terdiri atas 5 bait dan tiap-tiap bait terdiri atas 4 baris. Selain itu, rima
akhir yang ditampilkan pengarang dalam tiap-tiap bait secara keseluruhan menunjukkan suatu keteraturan dengan
pola a-a-b-b yang konsisten dari bait ke-2 hingga bait ke-5. Oleh karena itu, dari segi struktur ekstrak puisi ini
memiliki unsur keteraturan yang tinggi.
Ekstrak ini diawali dengan bait pertama yang mengandung rima akhir a-a-a-a. Pengguaan huruf ‘k’ dan
‘t’ yang dominan di dalam bait ini seperti yang dapat disimak di kata ‘kota’, ‘dik’ (baris ke-1) ‘laku’ (baris ke-2)
dan ‘kucing’ (baris ke-3) menimbulkan bunyi tidak merdu atau kakofoni yang diasosiasikan dengan suasana yang
serius dan tidak menyenangkan. Hal ini didukung oleh dominasi huruf ‘a’, ‘u’, ‘b’, dan ‘d’ di dalam bait yang
merupakan suatu lambing rasa dengan fungsi menampilkan suasana yang berat. Suasana berat yang tergambar
melalui bunyi dapat dikorelasikan dengan diksi serta citraan di dalam bait. Pada baris ke-1, dapat kita lihat bahwa
pembicara memberikan pernyataan kepada ‘dik’. Kata ‘dik’ merupakan kependekan dari kata ‘adik’ yang
mengacu kepada orang yang lebih muda. Dalam konteks ini, kata tersebut mengacu kepada istri dari pembicara.
Penggunaan diksi ‘masih’ mengartikan bahwa ‘aku’ telah berada di ‘ibu kota’ yang mengacu kepada kota Jakarta
dan tetap berada di sana dalam jangka waktu ‘seminggu’. Alasan dari pernyataan di baris ke-1 ditampilkan di
baris ke-2 dengan keberadaan kata ‘sebab’ yang mengindikasikan suatu alasan. Selain itu, dapat juga dicermati di
baris ke-2 bahwa ‘aku’ adalah bermata pencaharian sebagai pedagang sebab ‘belum semua dagangan laku’ atau
habis terjual. Beralih ke baris ke-3, ‘aku’ menunjukkan perhatian layaknya suami yang baik dengan menunjukkan
perhatian kepada istrinya melalui pertanyaan perihal kabar istrinya di rumah. Diksi ‘kesayanganmu’ yang dapat
diasosiasikan dengan barang-barang yang bernilai tinggi bagi sang istri mengacu kepada barang-barang yang
disebutkan di baris ke-4 yang antara lain adalah ‘perhiasan’, ‘kucing’, dan ‘bunga arumdalu’. Oleh karena itu,
bunyi yang menampilkan suasana tidak menyenangkan di bait ini dapat dihubungkan dengan kabar sang suami
yang belum dapat pulang dan akan membentuk focus utama kestrak di bait-bait selanjutnya.
Ekstrak dilanjutkan dengan bait ke-2 yang memiliki rima akhir a-a-b-b. Seperti dapat kita perhatikan di
bait ke-1, bait ke-2 didominasi oleh huruf ‘k’ dan ‘p’ di dalam kata ‘pagi’, ‘pasar’ (baris ke-5) dan ‘kolera’ (baris
ke-7) yang menciptakan bunyi kakofoni. Kemunculan huruf ‘a’, ‘u’, ‘b’, dan ‘d’ yang merupakan lambing rasa
yang menampilkan perasaan tidak menyenangkan melemngkapi kehadiran bunyi kakofoni yang dominan di dalam
ekstrak ini. Baris ke-5 merupakan awal dari kisah pengalaman ‘aku’ yang ingin disampaikan kepada istrinya.
Diksi ‘pagi’ menggambarkan awal baru di suatu hari dan dengan didukung oleh diksi ‘pasar baru’ yang
merupakan sebuah area pasar di Jakarta, dapat kita cermati bahwa ‘aku’ tengah melaksanakan aktivitas sebagai
pedagang di pasar. Terdapat citraan penglihatan di baris ke-5 dan 6, yang seolah-olah menampilkan gambaran
‘aku’ dan ‘Narsih’ yang bertemu di Pasar Baru. Seperti yang dapat kita cermati di baris ke-6, Narsih merupakan
teman sang istri semasa sekolah dulu yang menandakan bahwa sang istri pernah menjalin hubungan baik dengan
Narsih. Baris ke-7 dan ke-8 mendedahkan kondisi keluarga Narsih. Penggunaan diksi ‘digilas’ pada baris ke-7
menekankan bahwa suami Narsih telah meninggal akibat penyakit kolera. Selanjutnya di baris ke-8, diksi ‘mati
bayi’ dapat diartikan sebagai keadaan ketika anak Narsih meninggal sewaktu dia masih bayi. Kata ‘gila’
merupakan hiperbola yang menekankan beban mental berupa kesedihan yang dialami oleh Narsih.
Berlanjut ke bait ke-3 yang mengandung rima akhir a-a-b-b, kisah ‘aku’ kepada istrinya di bait ke-2
dilanjutkan dengan kejadian pada malam harinya. Kata ‘kami’ di baris ke-9 mengacu kepada ‘aku’ dan Marsih.
Oleh karena itu, mereka berdua mengunjungi ‘bina ria’ atau taman hiburan. Aktivitas yang mereka lakukan di
bina ria ditampilkan di dalam baris ke-10 hingga baris ke -12. Kata ‘rundingan masak’ mengarah kepada diskusi
serius yang mencapai suatu keputusan. Lokasi ‘semak gulita’ yang ditampilkan di baris ke-10 mengandung kesan
rahasia, sebab kata ‘gulita’ mengarah kepada tempat remang-remang dan ‘semak’ dapat diartikan sebagai tempat
yang terpencil atau terpisah dari keramaian taman hiburan. Isi pembicaraan di baris ke-11 dan ke-12 merupakan
suatu permasalahan yang timbul di dalam keluarga ‘aku’. Kata’ia’ merupakan kata ganti yang ditujukan kepada
Narsih dan diksi ‘madumu’ secara umum merupakan suatu kiasan yang mengacu kepada istri yang kedua. Oleh
Mengomentari Ekstrak Puisi
Faisal Irsyad
Grade 12 IB
karena itu, dapat diteliti bahwa ‘aku’ berkeinginan untuk menikahi narsih sebagai istri kedua. Walaupun
demikian, di baris ke-12, diksi ‘melanjutkan keakraban’ mengacu kepada hubungan baik antara Narsih dan sang
istri ketika sekolah yang tetap ingin dijaga. Oleh karena itu, keinginan Narsih untuk dinikahi ‘aku’ tidak
ditujukan untuk merusak hubungan baik antara Narsih dan sang istri.
Berlanjut ke bait ke-4, baris ke-13 hingga 16 merupakan permasalahan rumah tangga lain yang
menimbulkan niat ‘aku’ untuk menikah kembali. Personifikasi di baris ke-13 seolah-olah ranjang pengantin
layaknya seorang saksi dapat hidup dan menyaksikan kejadian tertentu menandakan bahwa ‘aku’ dan sang istri
belum dikaruniai anak yang mereka dambakan seperti yang tergambar di baris ke-14. Baris ke-15 merupakan
sisi baik yang ditampilkan ‘aku’ apabila dia menikahi Narsih sebab mereka pada akhirnya akan memiliki anak.
Hal ini ditekankan di baris ke-16 dengan kata ‘mengganti kucing’. Kucing yang dimaksud merupakan bentuk
keinginan sang istri untuk mengurus, merawat, dan membesarkan anak sekaligus luapan kasih saying kepada
anak yang tidak tersalurkan dan pada akhirnya dialokasikan kepada kucing itu. Hal ini merupakan masalah
yang sudah ada di dalam keluarga ‘aku’
Bait ke-5 yang merupakan bait terakhir di dalam ekstrak ini merupakan dorongan suami agar sang istri
mengambil keputusan. Hal ini ditekankan melalui diksi ‘balaslah’ di baris ke-18 meskipun sang istri
‘terperanjat’ yang berarti sangat terkejut. Dorongan ini dimaksudkan agar permasalahan di dalam keluarga ini
dapat diselesaikan. Terakhir, di baris ke-19 dan ke-20, pembicara tetap memberikan rasa cintanya kepada
istrinya walaupun dia hendka menikahi Narsih dengan penggunaan diksi’peluk cium’ di baris ke-19.
Melalui pembahasan di atas dapat kita perhatikan bahwa ekstrak puisi yang berjudul “Surat Seorang
Suami kepada Istrinya yang Mandul” karya Piek Ardijanto Soepardji memiliki focus permasalahan di dalam
rumah tangga. Hal ini dapat dicermati melalui diksi, bunyi, dan citraan dalam ekstrak.
Menulis Email
Kartini Andri Wardhani
Grade 12 IB
Untuk: [email protected]
Subjek: Memilih Mata Pelajaran
Dengan hormat,
Nama saya adalah Andri Wardhani dari sekolah ACS (International) Jakarta, dan saya menulis surel
ini dengan maksud untuk memberikan masukan informasi untuk artikel tentang cara memilih mata
pelajaran yang mendukung bidang studi pilihan di universitas. Memilih mata pelajaran yang tepat
memang susah, terutama jika siswa tersebut mengambil International Baccalaureate (IB) Diploma
karena mereka harus memilih dari 6 kategori pelajaran dan mungkin tidak semua kategori tersebut
cocok dengan bidang studi yang mau diambil nanti. Maka dari itu, siswa pun harus betul–betul
memikirkan hal tersebut.
Hal paling penting yang harus diketahui siswa untuk memilih pelajaran yang tepat adalah bidang
studi yang mau diambil nanti. Tanpa itu, mereka tidak akan mempunyai panduan untuk memilih
mata pelajaran di SMA. Saya telah memilih jurusan Hukum untuk saya ambil di universitas nanti,
dan mata pelajaran yang harus saya ambil itu harus berdasarkan kemampuan yang nanti diperlukan
dalam mengambil jurusan tersebut. Di dalam hukum, saya butuh kemampuan untuk mengutarakan
dan menganjurkan argumen saya, namun saya pun memerlukan kemampuan untuk menyelesaikan
masalah secara logis. Maka dari itu, saya perlu menyeimbangkan antara mata pelajaran ilmu sosial
dengan mata pelajaran yang berlatar belakang logika, seperti ilmu alam dan matematika. Seperti
contohnya, saya mengambil pelajaran Fisika dan juga Ekonomi. Masalah yang sulit itu terjadi pada
kategori ke 6 di IB Diploma, yaitu ‘Kesenian’, karena lebih jarang siswa yang mau mengambil
pelajaran kesenian di universitas. Hal ini pun sering dialami oleh para siswa yang memiliki pelajaran
wajib. Ini adalah salah satu permasalahan yang saya alami, karena saya mengambil pelajaran ‘Seni
Visual’ dan pelajaran itu memang kurang saya kuasai dan kurang cocok dengan bidang studi yang
mau saya ambil. Untungnya, jika hanya satu pelajaran saja yang kurang cocok, masalah tersebut
masih bisa teratasi jika pelajaran yang lain itu sesuai. Bahkan, di sekolah lain banyak yang diberikan
pilihan pelajaran yang lebih banyak, jadi hal ini belum tentu menjadi masalah bagi semua kandidat
IB Diploma.
Untuk memilih pelajaran yang betul, siswa harus mengetahui bidang studi yang mau diambil
tersebut, dan juga berhati-hati dalam memilih pelajaran yang mau diambil. Walaupun beberapa
sekolah mempunyai sebuah pelajaran wajib, siswa tidak perlu takut karena asalkan majoritas
pelajaran lainnya itu cocok, hal ini bukanlah masalah. Sampai disini saja surel saya mengenai
pemilihan mata pelajaran yang cocok. Mohon maaf jika ada perkataan saya yang kurang berkenan.
Hormat saya,
Andri Wardhani