+ All Categories
Home > Documents > HARMONIZATION OF ISLAM AND SINGLE TRUST SABDO … · sebagaian kalangan Islam puritan sebagai...

HARMONIZATION OF ISLAM AND SINGLE TRUST SABDO … · sebagaian kalangan Islam puritan sebagai...

Date post: 03-Mar-2019
Category:
Upload: truongliem
View: 215 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
38
437 HARMONIZATION OF ISLAM AND SINGLE TRUST SABDO JATI IN DIENG CENTRAL JAVA (Social Cohesion Portrait base on Multicultural) By: Dr. Nurul Mubin, M.S.I (Postgraduate Lecturer of Quranic Science University in Wonosobo Chairman of Dieng Study Center) Abstract: Religion phenomenon is developing very fast in society. Islam Sasak, WektuTelu, and Tunggal SabdoJati are the religions which have many followers. This reality opposes against the argument of some society aspect who claimed the religions have crisis reliance, especially religions which are avowed by government. The argument above has strong reason. In fact, the region becomes the aspect of social conflict and civil war. The existence of Islam and Single Truth to the single God are dynamic portrait of “local religion” in the hoisterous of religious proselytizing movement Islam doctrine purification with radical and intolerant ways. Meanwhile, Islam harmonization and single truth are developing better and become the elements of multicultural in local area. This research concludes that 1) Historical factor of Islam spreading by accommodating local truth has important role in harmony relation between Islam and single truth as local
Transcript

437

HARMONIZATION OF ISLAM ANDSINGLE TRUST SABDO JATI IN DIENG

CENTRAL JAVA(Social Cohesion Portrait base on

Multicultural)

By: Dr. Nurul Mubin, M.S.I(Postgraduate Lecturer of Quranic Science University in

WonosoboChairman of Dieng Study Center)

Abstract:Religion phenomenon is developing very fast in society.

Islam Sasak, WektuTelu, and Tunggal SabdoJati are thereligions which have many followers. This reality opposesagainst the argument of some society aspect who claimed thereligions have crisis reliance, especially religions which areavowed by government. The argument above has strongreason. In fact, the region becomes the aspect of social conflictand civil war.

The existence of Islam and Single Truth to the singleGod are dynamic portrait of “local religion” in the hoisterousof religious proselytizing movement Islam doctrinepurification with radical and intolerant ways. Meanwhile,Islam harmonization and single truth are developing betterand become the elements of multicultural in local area.

This research concludes that 1) Historical factor of Islamspreading by accommodating local truth has important rolein harmony relation between Islam and single truth as local

438

International Seminar on Islamic Civilization

syncretism. 2) There is an encountering point between Islamand local single truth “Tunggal SabdoJati”. 3) The localwisdom strategy as unifier media. 4) Islam harmonizationand single truth of Tunggal SabdoJati in Dieng plateauprospect would expand by old tradition and value whichwould be dynamist. In the other hand, shock modernityincreasingly threatened the harmony of both communities.

Keywords: Harmonization, Islam, Single Truth of TunggalSabdoJati, Social Cohesion, Multicultural.

439

HARMONISASI ISLAM DANPENGHAYAT KEPERCAYAAN

TUNGGUL SABDO JATI DI DIENGJAWA TENGAH

(Potret Kohesi Sosial BerbasisMultikultural)

Oleh: Dr. Nurul Mubin, M.S.I(Dosen Pascasarjana Universitas Sains Al-Qur’an Wonosobo

Ketua Pusat Studi Dieng)

I. Latar Belakang:Komunitas penganut aliran Tunggul Sabdo Jati Doyo

Amongrogo adalah segolongan minoritas masyarakatdikawasan dataran tinggi Dieng, Wonosobo Jawa Tengah.Sebagai penganut sistem tradisi atau kepercayaan “sinkretis”hasil persilangan ajaran Islam, Hindu dan Animisme yangberkembang semasa dinasty Sanjaya dan Syailendra1 hinggasekarang kebaradaan mereka masih konsisten melaksanakanajaran da tradisinya. Seiring dengan gencarnya gerakandakwah Islamiyah dihampir seluruh wilayah pedesaan yangbegitu massif dan implikasi dari kebijakan pemerintah OrdeBaru yang menggabungkan semua aliran kepercayaan1 Nurul Mubin, Islam Bumi Kahyangan Dieng, Pustaka Prisma Yogyakarta,

2010, hal. 23

440

International Seminar on Islamic Civilization

kedalam lima agama yang ditetapkan oleh pemerintah,keberadaan kepercayaan Kaki Tunggul Sabdo Jati DoyoAmongrogo dengan segala kekayaan kultural, religi dantradisi yang mengiringinya semakin memudar.

Kenyataan ini semakin meminggirkan komunitaskepercayaan lokal ini yang tidak luput dari tuduhan darisebagaian kalangan Islam puritan sebagai aliran sesat,bahkan juga dianggap sebagai agama Hindu yang menya-mar, agama nenek moyang dan aliran kepercayaan sebagaisempalan dari Islam. Tidak tanggung-tanggung mereka jugasering disebut pelaku syirik, meskipun mereka terdiri daripemeluk agama resmi yang ditetapkan pemerintah.

Kenyataan inimembuat mereka mulai membuka diri dansebagai yang lain justru berusaha untuk menutupi dengancara tetap mendekap tradisi dan ritual Kaki Tunggukl SabdoJati Doyo Amongrogo, mereka membangun semacamproteksi yang bisa mencabik pranata dan ajaran yang telahmereka yakini secara turun temurun, meskipun tidak sedikitpula mereka adalah orang baru yang karena pengetahuan,informasi yang semakin meneguhkan keyakinan merekauntuk tetap eksis dengan keyakinan dan tradisinya, bahkanbelakangan ini mereka semakin terorganisir diberbagai kotauntuk melakukan ritual dan upacara yang terpusat dika-wasan Dieng.

II. Rumusan Masalah:Demi menghindari pelebaran penelitian, penelusuran

penelitian ini akan difokuskan pada upaya menjawab duamasalahutama, (1) Bagaimana sejarah dan ajaran

441

Penghayat Kepercayaan Tunggul Sabdo Jati. (2) Mengapaharmonisasi kehidupan keagamaan antara Islam danPenghayat Kepercayaan Tunggul Sabdo Jati masihbertahan? (3) Bagaimana prospek harmonisasi Islamdengan penghayat kepercayaan tersebut ditengahgempuran modernitas.

Upaya menjawab dua masalah tersebut dilakukandengan mentengahkan wilayah Dieng terutama DiengWetan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Diengdipilih sebagai lokasi penelitian karena secara purposifmerupakan basis utama penduduknya beragama islam danpengikut penghayat kepercayaan tersebut.

III. Metode Penelitian:Dari sejumlah besar studi ilmu-ilmu sosial, terungkap

aspek sejarah dalam penelitian menjadi hal yang tidak bisadilepaskan, karena semua hal yang terjadi pada dinamikamasyarakat memiliki korelasi dengan masa lampau, disinilahaspek sejarah dalam penilitian sosial digunakan. Untukmemberikan gambaran utuh dan detail sebagaimana yangdi ungkapkan oleh Burckhardt (1818-1897). Penelitian sejarahadalah penelitian bertujuan untuk mempelajari dan menggalifakta-fakta, pengalaman perkembangan masa lampaudengan berusaha menarik kesimpulan dan mencobamembuat interpretasi terhadap data dari peristiwa tersebut,2

dengan penelitian seperti ini kita dapat menemukan pola (pat-tern) atau kecenderungan dari peristiwa tersebut, sehingga

2 IR. Kusmayadi, IR. Endang Sugiarto MM, Metode Penelitian dalam BidangKepariwisataan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2000, hal. 28.

Harmonasasi Islam Dan Penghayat Kepercayaan Tunggul Sabdo Jati...

442

International Seminar on Islamic Civilization

kita dapat memprediksi atau memproyeksi keadaan di masayang akan datang. Model penelitian sejarah ini meniscayakanadanya pengakjian terhadap bahan-bahan fisik misalnyacandi, masjid, pure, alat-alat yang di gunakan dalam kehidup-an masa lampau.

Disamping itu untuk mendapatkan data yang kompre-hensif, penelitian mengunakan metode studi lapangan (fieldresearch), yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara intensifdan terperinci terhadap suatu obyek yang diinginkan denganmempelajarinya berbagai data penguat atau pendukung suatukasus.3 Supaya mendapatkan data yang lengkap dan valid.Selain ini penelitian ini juga mengunakan metode (library re-search) agar mendapatkan data yang aktual dan faktual sertateruji kebenarannya. Dengan mengunakan pengabungan duacara penelitian ini di harapkan dapat menemukan keterkaitanantar fakta-fakta serta realitas yang ada.

1. Sejarah dan ajaran Penghayat KepercayaanTunggul Sabdo Jati Jati.

Munculnya berbagai aliran keagamaan di Indonesiatelah menimbulkan polemik diberbagai kalangan.Argumen pro dan kontra tidak bisa terhindarkan. Bebe-rapa kalangan berpandangan, bahwa munculnyaberbagai aliran keagamaan di Indonesia adalah cerminankebebasan beragama yang dilindungi oleh UUD 1945.Bahkan sikap tidak toleran atas keberadaan alirankeagamaan dan aliran keyakinan dengan berbagai varian

3 Hadari Nanawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Gajah Mada Univer-sity Press, 1995), hlm. 72.

443

ajaran dan praktek ibadahnya dianggap sebagaipelanggaran terhadap prinsip-prinsip HAM.

Pada sisi lain, ada keresahan dikalangan pemelukagama atas munculnya berbagai aliran keagamaan baruatau warisan agama dan kepercayaan kuno yangdipahaminya sebagai aliran sempalan yang berpretensimenodai ajaran agama yang sah. Oleh karena itu,peraturan pemerintah tentang penodaan agama dalamrangka menciptakan ketentraman dan membangunkerukunan diantara umat beragama serta antar umatberagama menuai kontroversi.

Rupa-rupanya ada fenomena yang menarik untukdikaji, bahwa semakin kuatnya praktek keagamaan yangsinkretis dengan kebudayaan lokal telah melahirkan akar-akar fundamentalisme yang berorientasi pada usaha-usahapurifikasi ajaran agama dari kebudayaan dan tradisi lokalyang dianggap menodai ajaran agama yang sah, sehinggaagama dipakai untuk membuldoser keyakinan dan tradisilokal4. Dan semakin kuatnya gerakan purifikasi dewasa inijustru semakin menyuburkan praktek-praktek keagamaanyang sinkretis dengan tradisi dan kebudayaan lokal.

Kecenderungan-kecenderungan untuk menciptakanaliran agama baru, mereduksi dan mengintegrasikanberbagai ajaran agama serta menghadirkan kembali alirankepercayaan yang hanya berlaku pada masayarkattertentu sangat marak. Pemerintah khususnya kementrianAgama yang pada era Orde Baru tidak disibukkan dengan

4 Kuntowijoyo, Strukturalisme Transdental,

Harmonasasi Islam Dan Penghayat Kepercayaan Tunggul Sabdo Jati...

444

International Seminar on Islamic Civilization

persoalan tersebut, belakangan ini harus dihadapkandengan sejumlah persoalan ini. Dari hasil penelitian inimenunjukkan bahwa Dieng mengalami dinamikaperkembangan sosial, agama yang beragam.

Pertama, Dieng adalah pusat peradaban besar semasakejayaan Hindu pada Abad ke-7 dimasa kekuasaanMataram Kuno dibawah pengaruh Dinasti Sanjaya.5

Suatu jaman dimana Hindu sebagai pemandu peradabanterbukti sangat besar sumbangannya dalam tatakehidupan manusia. Berbagai peninggalan bersejarahseperti bangunan candi menunjukkan bahwa Diengsebagai kota religius yang cukup maju pada masanya.Meskipun dalam perkembangannya, kini masyarakatDieng tidak lagi memeluk agama Hindu bahkanmayoritas penduduknya beragama Islam.

Kedua; Masyarakat Dieng mayoritas beragama Islam.Hal ini bisa dilihat dari berbagai aktivitas kegamaanseperti pengajian, jama’ah Toriqoh dan banyaknyabangunan-bangunan tempat ibadah seperti masjid,mushola, madrasah dan Pondok Pesantren yangberkembang pesat. Meskipun demikian, dalam praktekkeagamaannya, masyarakat Dieng masih sangat sangatmenghargai ajaran dan tradisi agama nenek moyang(Hindu) dan bahkan mengikuti keyakinan aliran fahamkeagamaan lokal seperti “Kaki Tunggul Sabdo Jati DoyoAmongrogo” yang menempatkan tokoh “Resi Semar”

5 Otto Sukatno, Dieng Poros Dunia, Nirwana Surga yang Hilang, IRCiSoDYogyakarta, 2004

445

sebagai sumber spiritualitas dan sumber ajaran dalamberbagai bentuk ritual.

Ketiga; Maraknya berbagai aliran keagamaan di Indo-nesia seperti halnya menguatnya kembali pengamalan ajaranagama dan keyakinan lokal seperti “Kaki Tunggul SabdoJati Doyo Amongrogo” oleh pemeluk agama Islam, Hindu,Kristen, penghayat kebatinan atau kejawen di dataran tinggiDieng membuktikan adanya kecenderungan kembalinyasemangat keagamaan yang bertumpu pada tradisikeagamaan nenek moyang dan keyakinan lokal.

Kebebasan dan perlindungan beragama adalah pilarutama dalam membangun sistem masyarakat yangberadab. Oleh karena itu, penganut keyakinan agamaharus dilindungi dan diberi kebebasan untuk menjalankanagamanya, mengamalkan ajarannya serta mengekpresi-kan spirit keagamannya dalam kehidupan sosial. Olehkarena itu, keberadaan agama yang berdialog, danmengalami proses internalisasi dan sinkretisasi dengantradisi dan keyakinan aliran lokal tentu juga harusmemperoleh hak yang sama.

Sinkretisme adalah fenomena yang unik karenadisanalah letak relasi antara penganut agama atau alirankeyakinan dengan kenyataan sosial yang dihadapinya.Ketika agama yang ia peluk sebagai agama resmi tidaklagi mampu menjawab berbagai persoalan yang dihadapioleh pemeluknya, maka sinkretisme dan memadukandengan ritualitas atau simbol yang lebih populer akanterjadi sekalipun hal itu menuai kecaman karena akandianggap menyempal dan sesat.

Harmonasasi Islam Dan Penghayat Kepercayaan Tunggul Sabdo Jati...

446

International Seminar on Islamic Civilization

Selain itu, munculnya keyakinan agama atau ajaranbaru yang secara masif diikuti oleh penduduk masyara-kat, maka akan berpengaruh terhadap keyakinan lamayang telah ada. Karena itu dalam praktek keagamaanpenduduk sekitar bersikap akomodatif terhadapkeyakinan nenek moyangnya dengan agama resmi yangdiikutinya dalam bentuk agama secara sinkretis.

Ajaran Penghayat KepercayaanTunggul Sabdo Jati.

Sebagaimana diungkapkan oleh antropologkenamaan, Prof. Mark R. Woordward, Ph.D dalam buku-nya yang berjudul “Islam Jawa, Kesalehan Normatif VersusKebatinan” bahwa keberadaan Islam Jawa dengan segalaekspresi keagamaannya bukan Hindu, Budha dan bukanpula penyimpangan terhadap Islam, akan tetapi merekaadalah Islam.6 Demikian halnya dengan keberadaanberbagai aliran kepercayaan dan penghayatan yangberkembang didataran tinggi Dieng. Ia bukan entitas yangberbeda sama sekali dengan ajaran Islam, meskipun dalamberbagai pandangan berbeda dan cenderung bertentangandengan agama Islam yang dipahami secara syar’i.7

6 Prof. Mark R. Woordward, “Islam Jawa, Kesalehan Normatif VersusKebatinan” LkiS, Yogyakarta, 1999. Dalam pemaparan lain, Cliford Geetzdalam Santri, Priyayi dan Abangan juga menjelaskan tentang bentuk-bentuksinkretisme yang dilakukan kaum abangan dalam praktek beragama,demikian juga dikalangan santri.

7 Salah stu pandangan para penganut aliran ini menjelaskan bahwa tatananbangsa ini rusak akibat perilaku manusia yang tidak lagi mengikuti ajarannenek moyang mereka, bahkan mereka beranggapan bahwa praktekibadaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan tidak harus berada di

447

Fenomena keagamaan dalam bentuk semakinmaraknya aliran keagamaan dewasa ini, seperti halnyayang terjadi di Indonesia semenjak reformasi, berbagaiagama baru dan aliran keagamaan muncul, tumbuh danberkembang dengan begitu pesat, demikian juga denganfenomena kenabian.

Kenyataan ini bertentangan sama sekali denganpendapat beberapa kalangan seperti halnya HendrikKraemer, seorang tokoh terkemuka Gereja Protestan yangmenyimpulkan bahwa agama-agama dewasa ini sedangmengalami krisis. Pendapat senada juga dikatakan olehDr. Malachi Martin setelah melakukan studi terhadap tigaagama yang berasal dari Kemah Ibrahim yakni Yahudi,Nasrani dan Islam, ia mengambarkan krisis agama dalamkutipan berikut:

Tak satupun dati ketiga agama yang telah kitabicarakan mampu mengendalikan perkembangan umatmanusia dewasa ini. Manusia akan kehilangan harapanapabila kecenderungan satu-satunya digerogoti padaakarnya. Dalam keadaan ini, “Tuhan” benar-benar telahmati. akhir dari dominasi agama sebagaimana yangdialami oleh ketiga agama ini bisa terjadi bila agama-agama tersebut mulai mengulang-ulangi cerita mengenai

Masjid, tetapi juga bisa dilakukan didepan batu, kayu dan patung. Dalampemahaman mereka kayu dan batu merupakan media untukberkomunikasi dengan Tuhan sang pencipta yang jauh lebih sucidibandingkan Masjid dan tempat ibadah lain, karena kayu dan batu adalahciptaan Tuhan langsung. Wawancara dengan Ki Rusmanto salah seorangpemuka keyakinan Ki Semar Sabdo Tunggul Jati Amongrogo, tanggal 4Oktober 2011 di kediamannya didekat Candi di Kawasan Dataran TinggiDieng.

Harmonasasi Islam Dan Penghayat Kepercayaan Tunggul Sabdo Jati...

448

International Seminar on Islamic Civilization

kepercayaan individu tentang semua hal yang tidakesensial, tentang semua hal yang diraih oleh peristiwasejarah dan oleh regionalisme dalam berbagai bentuk.8

Sejalan dengan krisis agama-agama sebagaimanapendapat para pakar tersebut, justru fenomenakeagamaan ini berbeda dengan apa yang terjadi di Indo-nesia sejak reformasi 1998 digulirkan. Justru alirankeagamaan berkembang pesat sebagaimana yangditerjadi pada masyarakat lokal Dieng sebagaimana “KakiTunggul Sabdo Jati Doyo Amongrogo” menempatkanagama dalam konteks yang lebih universal yaitu ketaatandan ketundukan kepada Tuhan yang maha kuasa.

Kaki Tunggul Sabdo Jati Doyo Amongrogo inimenurut keyakinan penganutnya merupakan singkatandari nilai-nilai moral dan spiritual dari ajaran dan tujuanakhir dari kehidupan manusia sebagai berikut:

“Kaki” bermakna “Kanti ngati-ngati hanuju tekad.”“Tunggul” bermakna “urut” atau bergilir dan

bertahap. Bahkan dirinci lagi hurufT: TekadU: UrutN: NarimoG: Guyup rukun den perdeU: Urut tan tumpangsuhG: Gayam Nyawiji

8 Malachi Martin, The Encounter, Religion in Crisis, Michael Joseph, London,1969 hal 481 sebagaimana dikutip dalam Huston Smith, Agama- AgamaManusia, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004 hal ix-x

449

U: Urip SampurnoL: langgeng tekan qiyamatSabdo Jati: Cerita dan tutur atau nasihat yang

sesungguhnyaDoyo: KekuatanAmongrogo: yang memelihara raga yang tidak lain

adalah Sang Hyang maha kuasa yang menjaga ragamanusia. (Tuhan)9

Selain itu, ada beberapa ajaran utama yangdilakukan oleh penghayat aliran kebatinan inidiantaranya yang tertuang dalam ajaran “Poncowalikan”yang artinya lima hal yang harus dijalani dan jugadilarang dilakukan oleh pengikut ini. Makna spiritual dariajaran Poncowaklikan ini adalah sebagai berikut:

“Ponco” berarti “lima” walika” yang bermakna“weweler seng ora biso diambah” lima hal yang tidak bolehdijalankan, yakni: (1) Ora tresno karo sepadaning urip.(2) Nerak pelanggerane negoro. (3) Nerak saking guruseng saj mestinya. (4) Ora keno sepoto hanyupatani. (5)Ora keno Cidro tan upoyo atau nulayani janji.10

Kelima ajaran ini menjadi dasar bagi para pengikutpenghayat aliran ini dalam menjalankan kehidupanmereka sehari-hari. Kelima hal tersebut juga menjadi

9 Wawancara dengan Kuswanto, anggota penghayat Tunggul Sabdo Jati1 0 Poncowalikan ini dibacakan pada saat ritual 1 suro 1945 tahun Saka

bertepatan pada tanggal 28 November 2011 dikediaman Ki Rusmantoatau Romo Rusmanto. kelima ajaran ini menjadi dasar bagi pengikutajaran Kaki Tunggul Sabdo Jati Doyo Amongrogo

Harmonasasi Islam Dan Penghayat Kepercayaan Tunggul Sabdo Jati...

450

International Seminar on Islamic Civilization

pedoman suci yang selalu diamalkan dalam kehidupanmereka.

Simbol Semar; Kohesi sosial berbasismultikultural.

Artikulasi keagamaan yang bernilai ritual dan ibadahcenderung diminati oleh beberapa penganut berbagaialiran keyakinan yang sudah sinkretis dengan budayadan keyakinan lokal. Hal ini terungkap dalam beberapawawancara tentang arti penting kehidupan manusia yangharus senantiasa tunduk dengan titah Tuhan yangdiwujudkan dalam berbagai ritual persembahan kepadapara leluhur dan nenek moyang. Penganut aliran inimeyakini “Kaki Semar” bukan saja simbol tokohpunakawan yang bijak, tetapi juga ada dengan sebenar-benarnya dan ia hidup mengiringi perjalanan kehidupanmanusia hingga sekarang ini. Berikut kutipan pernyataanKi Rusmanto:

“Kaki Tunggul engkang mboten sanes ingih Eyang Semarmuniko wonten ing jagad kahyangan muniko wonten wujudtur maujud, sebab penjenenganipun muniko mboten bakalsedo, kawontenanipun Eyang Semar sa’estu wonten mbotensanes kange ngerantasi urusan-urusan manunggo ingkangsampun sami supe dateng jati dirinipun. Pramilu kawulosak konco mboten sanes nguri-nguri punopo ingkang dadosharapan Eyang Semar wonten ing tingkah mulosoro dunyoingkang sampun bubrah muniko”11

1 1 Mbah Rusmanto adalah salah seorang juru kunci Gunung Dieng. Berbagaiupacara dan ritual dipimpin dan diarahkan olehnya.

451

Keberadaan Semar dalam pandangan pengikutaliran ini berfungsi sebagai pemberi kabar berita tentangapa yang sedang terjadi dan apa yang akan terjadi dimasayang akan datang, berikut juga dengan titahnya untukmenyelenggarakan sejumlah upacara tolak sial sepertihalnya bencana alam dan lain sebagainya.

Sebagaimana dalam nilai-nilai universal dalam keya-kinan paguyuban “Kaki Tunggul Sabdo Jati Amongrogo”apa yang mereka lakukan tidak lain sebagai bagian daritanggung jawab moral dan tanggung jawab sosial yangharus mereka emban. Mengamalkan ajaran-ajaran dansabda “Kaki Tunggul” yang tidak lain adalah “KakiSemar” yang memiliki seribu sifat dan wujud yang uni-versal dan multikultural, tidak saja mewakili entitasbudaya Jawa tetapi sekaligus mewakili entitas religius yangmuslim. Perwujudan tokoh “Semar” tidak lain dalamrangka menjaga harkat dan martabat sebagai manusiaIndonesia.

Al-hasil pengingkaran terhadap nilai-nilai dan ajarannenek moyang yang bernilai tinggi tersebut telahmengubah tatanan sosial, tatanan berbangsa danbernegara semakin carit marut yang membuat bangsaIndonesia terpuruk dalam kenistaan. Berbagai bencanaalam yang melanda bangsa Indonesia oleh sebagianpenganut keyakinan “Kaki Tunggul Sabdo JatiAmongrogo” disinyalir sebagai buah dari perilaku yangmenentang terhadap ajaran-ajaran suci nenek moyangbangsa Indonesia.

Harmonasasi Islam Dan Penghayat Kepercayaan Tunggul Sabdo Jati...

452

International Seminar on Islamic Civilization

Dalam berbagai ritual, beberapa tokoh dan sesepuhPaguyuban Kaki Tunggul Sabdo Jati Doyo Amongrogomelakukan berbagai ritual dan ruwatan pada waktu-waktu yang dianggap sebagai hari dan waktu kramat.Seperti saat tanggal 1 suro, mereka dan khususnya adalahEyang Rusmanto, juru kunci Gunung Dieng yangsekaligus sebagai sesepuh kebatinan ini harus melakukansejumlah ritual diberbagai tempat seperti di PesangrahanKolowacono yang diyakini sebagai pengaringan EyangKolodete, di Pesangrahan Bumi Pertolo,12 di GunungPakuwojo, di sekitar Gua Semar, Telaga Warna sertadiberbagai tempat yang diyakini dihuni oleh nenekmoyang yang melindungi keberadaan masyarakat Dieng.Disamping itu, juga melakukan berbagai ritual danruwatan bumi untuk keselamatan bangsa dan negara.Tidak ketinggalan pagelaran wayang kulit menjadibagian dari siklus ritual yang tidak boleh terpisahkan.

Kohesi sosial yang universal dan multikultural tersebuttercermin dalam proses ritual, dimana mantra do’a yangdibaca yang mengabungkan antara pembacaan “SastroJentro Hayuningrat” yang berisi tentang penjelasan tentangraga manusia mulai dari ujung rambut hingga ujung kakiserta segala hal yang ada dalam tubuh manusia, Bayu,Getih, Otot, Kulit, Balung hingga bacaan fatikhah Jawa.

12 Kedua pesangrahan ini dibangun oleh penganut aliran ini untuk dijadikansebagai tempat pemujaan terhadap arwah para leluhur Dieng. Bahkantidak sedikit pula yang mengunakannya sebagai sarana untuk pasugihandengan perantara juru kunci Ki Rusmanto untuk berkomunikasi denganKanjeng Ratu Kidul atau disebut dengan Nyi Roro Kidul. Wawancaradengan Ki Rusmanto tanggal 14 November 2011

453

Pada saat pembacaan “Sastro Jentro Hayuningrat:inilah sesekali terucap kata “Hong Wilaheng” secaraserempak.Setelah pembacaan “Sastro JentroHahuningrat” dilanjutkan dengan membaca Kidungsecara bersama-sama dan lagu-lagu dandang gulo.Kidung-kidung yang dibacakan ini juga berisi tentang“Fatikhah Jowo” yang berisi tentang ajaran moral yangjuga mirip dengan ajaran Islam. Kalimat Syahadat sesekalijuga muncul, bahkan 25 Nabi juga disebutkan dalamKidung-kidung tersebut.

2. Potret Harmonisasi Islam dan PenghayatKepercayaan.

Pro dan kontra terhadap berbagai aliran keyakinanlokal ini sering terjadi, hal ini karena munculnyapandangan dan pemahaman keagamaan yang berbedadalam aspek pendekatan dan pemaknaan terhadapsubstansi agama. Orang Islam yang puritan dalambanyak hal akan menuduh mereka sebagai pelaku syirikdan kemusyrikan yang harus dilawan, sebagaiankalangan Islam moderat justru memandang hal tersebutsebagai identitas Islam di Indonesia yang memilikikekayaan nilai-nilai yang universal. Mafhum jikakeberadaan aliran keagamaan yang bersifat lokalkadangkala dianggap sebagai tindakan penodaan agamaatau pelaku kemurtadan.

Keberadaan berbagai aliran keagamaan yang sudahturun temurun sejak ratusan tahun yang lalu tentu tidakboleh diabaikan. Konstribusinya dalam membangundinamika masyarakat dan pembentukan karakter

Harmonasasi Islam Dan Penghayat Kepercayaan Tunggul Sabdo Jati...

454

International Seminar on Islamic Civilization

kepribadian terbukti sangat mengakar dan menjadiidentitas unggul orang Indonesia.

Keberadaan aliran kebatinan Kaki Tunggul SabdoJati Doyo Amongrogo yang menjadikan Semar (1610)sebagai pusat spiritual dan keteladanan adalah fakta darisemakin kuatnya manusia memegang prinsip, nilai danajaran moral. Tidak sebagaimana yang dituduhkan olehpara filosof seperti Karl Marx, Einstein yang menganggapTuhan telah mati dan agama sebagai candu, bahkan olehSigmound Freud kaum beragama disebut sebagai orangyang mengidap penyakit jiwa (neorosis).13 Justru Tuhandan agama mendapat tempat yang cukup luas bagisebagian manusia diberbagai aktivitas mereka.

Bahkan keberadaan Semar sebagai simbol tidakdiartikan sebutan Dahyang karena berdasarkan kamusBahasa Jawa arti dari Dahyang adalah makhluk halus(maya), sedangkan Bhatara Ismaya, Semar tidaklahselamanya makhluk halus, karena didalam sejarahNusantara Indonesia beliau sering menjelma danmenjelma lagi dalam waktu yang tidak lama lagi, karenabeliau Pamong Ksatria Nusantara yang bisa menciptakan

1 3 Karl Marx berpandangan bahwa Agama adalah candu, pendapat ini muculsebagai kritik terhadap fenomena kaum berjuis yang menindas kaumproletar dan kaum berjuis mengunakan agama sebagai instrumen yangmenindas kaum buruh. Demikian juga dengan pendapatEinstein yangmenunjukkan adanya realitas tentang eksistensialisme menanusia yangotonom. Bahkan pandangan Sigmound Freud kaum beragama disebutsebagai orang yang mengidap penyakit jiwa (neorosis) karena agamadianggap membelenggu hak dasar manusia. Dengan tidak beragamamenurut para filosof ini maka manusia akan menemukan kemerdekaansejati. Selengkapnya baca; Bagus, L., Kamus Filsafat, Gramedia, Jakarta,1996.

455

situasi, Tata Tentram Kitha Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawidi Nusantara ini.

Penjelmaan Semar di Nusantara berubah-ubah sesuaijamannya, jaman Kerajaan Singosari I (Rejeng) sekitargunung Bromo, beliau bernama Kyai Tuki Buda ManangMunung, jaman Kediri, beliau bernama Kyai Bancak,jaman Majapahit beliau bernama Kyai Sabdopalon.Dalam penjelasannya para pengikut ini meyakini bahwadikemudian hari setelah kehancuran kerajaan Majapahit,tokoh Semar ini menguasai kerajaan gaib yang kemudianbeliau bernama Kaki Tunggul Sabdo Jati Doyo AmongRogo.

“Sak wise kerajaan Mojopahit praloyo, panjenenganipunMbah Semar ngeratoni jagad bongso lelembut kang asmoKaki Tunggul Sabdo Jati Doyo Among Rogo, kang sa banjuremokso tur ganti jeneng kang koyo asline yaiku “Semar”bebarerengan mongso praloyo wonten ing tlatahNusantoro.”14

Istilah Bhatara bukan berarti Raja yang mulia (NobleLord), akan tetapi lebih mencakup penjelmaan swataarayaitu penjelmaan Dewata terutama Dewa Wisnu. Secaraetimologi kata Ismaya berasal dari akar kata Iish artinyamenguasai, sedangkan mayaa artinya aspek dinamissubstansi universal. Jadi kata Ismaya mengandung arti

1 4 Setelah kehancuran Kerajaan Majapahit, beliau menguasai kerajaan Gaibatau bongso lelembut, beliau bernama Kaki Tunggul Sabdo Jati Doyo AmongRogoyang kemudian penjelmaan berikutnya beliau kembali bernamaSemar dan muncul bersamaan Pralaya Nusantara, dimana tatanankehidupan ini akan hancur. Wawancara Ki Rusmanto, Tanggal 7 Oktober2011

Harmonasasi Islam Dan Penghayat Kepercayaan Tunggul Sabdo Jati...

456

International Seminar on Islamic Civilization

menguasai aspek dinamis substansi universal. Ismayamerupakan kesadaran kosmis dinamis yang dilambang-kan dalam wujud bulat Bathara Ismaya atau Semar yangbergerak.

Ditinjau dari pelaksanaan upacara peribadatan alirankeyakinan ini, fakta metaphisis mereka menempatkanbeliau pada tataran “Avadhoot” yang mewujudkan ShaktiBaglamukti sehingga terbatasinya kesadaran sariradengan segala macam dualitas dan segala standartkonvensional, yang merupakan suatu tingkatan di bidangibadah yang dilambangkan oleh Bhatara Ismaya atauSemar dalam kiprahnya dengan membalikkan sarira15

sehingga posisinya dari berhadapan (dualistis) menjadisearah (tunggal).

Searah meniadakan dualitas sambil “ngenthut” (avamenjadi hawa dan dhoot menjadi kentut), sehinggamenjadi jelas bahwa Bhatara Ismaya merupakan aspekdinamis kosmis Hyang Tunggal disamping aspek statiskosmis Hyang Tunggal. Kalau aspek statis kosmis HyangTunggal dilambangkan sebagai titik pusat lingkaran,maka Bhatara Ismaya merupakan bagian luar titiksampai garis lingkaran yang bergerak.

Tokoh Semar, maka ada petunjuk dalam serat RajaPati Grendala yang menyebutkan dua tokoh Nusantarayakni; 1) Langka Dhvipa dan 2) Salmali Dhwipa atauLemuria atau dikenal dengan nama Bathara Semar dan

1 5 Membalikkan badan, bukan saling membelakangi melainkan salingberhadapan

457

Sang Hyang Wamana. Kedua nama tersebut adalah sama,karena nama dari leluhurnya orang asli Nusantara yangmerupakan Avatara ke-5 Dewa Wisnu dalam wujudmanusia kerdil dari lembah Bhagawan Soma/Sala adalahleluhur/Pitri Bangsa Nusantara dan Agama Triwikramayaitu Agama asli berkembang melalui melalui prosesheriditi kurang-lebih 2 juta tahun SM. Jadi dengandemikian terjawab sudah bahwa Semar itu adalah CikalBakal Bangsa Nusantara yang merupakan bibit kawitanmanusia Nusantara asli yang selalu menghormati leluhur.

Ditengah gencarnya islamisasi ditanah Jawa, justrualiran keyakinan lokal semakin menguat, sebagaimanaaliran “Tunggul Jati Amongrogo” yang justru semakineksis ditengah gencarnya dakwah Islam puritan. Hal initidak lepas dari beberapa faktor yang mendukungtumbuh dan betkembangnya aliran ini. Diantaranya:

Pertama; Faktor Historis; dimana Islam hadir danberkembang justru tidak memposisikan keyakinan lokaldalam posisi lawan melainkan justru menjadi pintu masukyang sama sekali tidak meninggalkan praktek-praktekkeagamaan yang berbau ajaran lokal, bahkan Islamcenderung akomodatif. Maka meskipun mereka adalahpemuka agama atau aliran keyakinan tersebut merekatetap mengaku sebagai pengikut agama Islam.

Meskipun Kartu Tanda Pendudukk (KTP) bukan satu-satunya indikator, tetapi pengakuan total akan agamaIslam atau Nasrani, Hindu dan Budha bagi pengikut aliranini membuktikan bahwa mereka mengakui keberadaanagama-agama yang ada dan mereka tetap menjalankan

Harmonasasi Islam Dan Penghayat Kepercayaan Tunggul Sabdo Jati...

458

International Seminar on Islamic Civilization

agamanya meskipun juga terjadi pencampuran nilai-nilaiyang saling mendukung dan kadangkala bertentangan.Selain itu, mereka yang telah mengakui keberadaanagama resmi pemerintah, mereka juga tidak meninggal-kan sama sekali ajaran dan nilai yang ada pada alirankeagamaan ini.

Kedua; Ada titik temu Islam dengan Ajaran Ke-yakinan Kaki Semar Tunggul Jati Amongrogo. Keha-diran Islam di dataran tinggi Dieng, bagi penganut aliranini bukanlah sebuah bencana, tetapi justru harmonikehidupan. Ajaran Islam dengan aliran lokal inidipandang saling mendukung diantara satu sama lain.

Ketiga; Adanya Siasat Kearifan Lokal sebagaimedia pemersatu.

Keberadaan aliran ini tidak lain dalam rangkamempertahankan nilai yang diwariskan oleh leluhurmereka yang tidak lain adalah Ki Semar tersebut. Merekabukan elit dan pemuka masyarakat, tetapi mereka adalahwarga biasa yang awam dengan berbagai persoalanagama. Meskipun mereka juga menjalankan sholat bagimereka yang muslim dan juga ke Gereja bagi merekayang Nasrani, tetapi dalam konteks keyakinan terhadapaliran ini mereka mengakui adanya ajaran dan nilaitunggal dibawah panji –panji nilai yang dibawa olehSemar.

Lebih-lebih Ketika tata krama diabaikan dan kaumningrat lupa tentang kewajibannya serta kawulo alit mulaiberani menentang yang dititahkan oleh para bendaranya,

459

sebuah bencana mulai terjadi. Kekisruhan, huru-hara sertamurkanya alam akan mewarnai negeri yang selalumelupakan jati dirinya. Karena itu, manusia hendaknyaselalu ingat dan waspada merenungi apa yang selama inipernah diperbuat agar Tuhan menjauhkan azabmalapetaka.16

Setiap malam tanggal 1 Suro, yakni awal tahun barudalam penanggalan Jawa yang bertepatan dengan TahunBaru Islam Hijriah. Bagi sebagian masyarakat Jawapenganut aliran ilmu Kejawen meyakini bulan Suromemiliki arti yang sangat penting sama halnya denganbulan suci yang dianut agama-agama Samawi. Di saatitulah, biasanya mereka membuat laku membersihkan diridari segala kotoran yang menurutnya badan fisikdianggap sebagai belenggu roh atau jiwa manusia.

Ki Roesmanto, lelaki separuh baya adalah sesepuhpenganut kepercayaan Tunggul Sabdo Jati DoyoAmongrogo di kawasan dataran tinggi Dieng. Sebagaipenghayat, dirinya percaya adanya Tuhan Yang MahaEsa atau Sang Hyang Betara Tunggal. Tapi, mereka jugapercaya adanya roh-roh leluhur gaib. Karena itu, KiRoesmanto beserta warga menjalani ritual ke beberapalokasi keramat ke gunung gunung dan gua yang diyakini

1 6 Pesan-pesan moral ini sering kali menjadi tema dalam berbagaipertemuan dan pagelaran seni seperti Wayang kulit kulit Ringgit Purwoyang mengambil lakon Semar Bangun Kahyangan. Sebuah pertunjukanyang menjadi bagian perayaan malam Satu Suro bersamaan denganmalam upacara penganut aliran “Kaki Tunggul Jati Doyo Among Rogo didataran tinggi Dieng tahun 2010.Sumber; Jawa Pos Radar Semarang,Desember 2010.

Harmonasasi Islam Dan Penghayat Kepercayaan Tunggul Sabdo Jati...

460

International Seminar on Islamic Civilization

tempat bersemayamnya para roh-roh gaib leluhur. Dalamajarannya, Roesmanto meyakini adanya kehidupansetelah kematian. Roh leluhur yang banyak mendiamipuncak-puncak gunung diyakini banyak membantukemakmuran anak cucu turunannya.

Adanya roh leluhur gaib yang bersemayam di bumiDieng dianggap memberi pengayom dan kemakmurankepada para penghuninya. Bulan Suro, saat yang palingtepat untuk menyampaikan kabar kepada penguasamistis perut bumi Kawah Sikidang yaitu Eyang PelangkahJagad bahwa esok ruwatan bumi hendak dilakukan.

Sebagian masyarakat Jawa tak sekadar memaknaibulan Suro dengan laku membersihkan diri lahir maupunbatin. Bagi yang mencintai benda-benda seni bertuahsemacam keris, bulan Suro adalah saat yang paling tepatuntuk dibersihkan dari kotoran agar pamor yang melekatpada keris muncul kembali. Keris dianggap sebagaiPiyandel atau sebagai harapan, doa, dan kepercayaan bagiorang Jawa. Karena itu, di bulan suci Jawa itu semuanyadiserahkan pada Tuhan Yang Maha Esa. Keris maupunpemiliknya harus dibersihkan mengingat keris adalahcerminan diri bagi pemiliknya.

Inilah puncak ritual di malam satu Suro. Sebuahtembang Mocopat Dandang Gulo Sabdo Utomo ciptaanPrabu Sri Aji Joyoboyo dilantunkan sebagai pembukaacara malam Suro. Tembang ini mengingatkan agarmanusia selalu eling dan waspada. Kekeliruan tingkahlaku bisa menimbulkan alam murka, huru-hara, dankekisruhan akan terjadi di mana-mana.

461

Pada malam Suro itu pula, guru raib roh leluhur KakiSemar yang berjuluk Begawan Sampurno Jati, merasukpada wadah seseorang sebagai media untuk memberipetuah kepada pengikutnya di paguyuban kebudayaanJawa Tunggul Sabdo Jati. Kaki Semar mengingatkan,manusia supaya waspada dan setiap tahun pesannyaberagam sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat.Diantaranya pada tahun hingga 2008, Ki Semar berpesanuntuk waspada hingga tahun 2009 karena akan terjadiguncangan jagad yang luar biasa. Kekisruhan akanmelanda negeri ini, terutama di wilayah Jawa bagiantimur. Karena itu, negeri ini perlu dibersihkan dengan caramelakukan ruwatan bumi. Memohon kepada Tuhan YangMaha Kuasa, penguasa alam semesta supaya dijauhkandari malapetaka.

3. Prospek Harmonisasi Islam dan PenghayatKepercayaan Tunggul Jati di dataran tinggi Dieng.

Seiring dengan gencarnya gerakan Islamisasiditengah masyarakat, tak terkecuali dikawasan datarantinggi Diengjuga mengalami hal yang sama. Penelitianini tidak membahas tentang proses islamisasi itu, tetapisekedar mencatat data-data penting tentang keberadaanpengaruh dakwah Islam dikawasan tersebut yang ditandaidengen berdirinya sejumlah tempat ibadah seperti Masjid,mushola, Madrasah Diniyah dan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ).

Keberadaan Islam dikawasan Dieng makin kuat,apalagi dengan dinamika organisasi keagamaannya yangsangat dinamis. Salah satunya adalah keberadaan

Harmonasasi Islam Dan Penghayat Kepercayaan Tunggul Sabdo Jati...

462

International Seminar on Islamic Civilization

Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah, Rifa’iyah yangcukup solid sampai ke pedesaan.

Dalam catatan penulis, ada 15 pengurus rantingNahdhatul Ulama’ terbentuk dan berjalan dengan baikdisana. Ruh dan nilai ke-NU-an Nampak cukup dinamis.Beberapa aktivitas keagamaan yang dikelola langsungoleh ormas Nahdhatul Ulama’ banyak memberikanpengaruh positif bagi sikap dan perilaku keagamaandikawasan Dieng tersebut. Demikian juga dengankeberadaan tarekat-tarekat yang tumbuh subur danberkembang pesat dikawasa tersebut.

Salah satu dinamika keagamaan yang sangat menja-mur dikawasan Dieng adalah gerakan pengamal ajarantarikat17 yang sangat populer dikalangan masyarakat.Beberapa hal penting yang menjadi indikator ketaqwaandan keimanan antara lain adalah keikutsertaan kaummuslim disana kepada aliran tariqat. Seseorang dianggapmendekati kesempurnaan ibadah manakala ia telahmenjadi anggota tarekat tertentu.

Dikawasan Dieng ini ada beberapa aliran tarekat yangdiikuti dan dijadikan sebagai pedoman dalam menjalan-kan kehidupan dan laku sufistiknya. Diantara alirantarekat yang menjamur antara lain adalah tarekat-tarekatyang secara sah diakui oleh Nahdhatul Ulama.’

Nahdhatul Ulama’ memiliki beberapa sayap perge-rakan ibadah yang cukup solid dan sebagai basis utama

1 7 Tarekat adalah jalan yang ditempuh untuk mencapat maqom (tempat)tertentu dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Swt.

463

warga jama’ah ini. Diantaranya keberadaan pengamal danpengnut tarekat yang sah milik NU. Beberapa tarekatyang berafiliasi dengan NU lebih dikenal dengan sebutan“Jami’ah Ahl Al-Thariqah Al-Mu’tabarah Al-nahdhiyah.18

Istilah tareqat adalah istilah bahasa arab yang artinyajalan bagi orangt-orang yang mengamalkan disiplinibadah seperti wirid, dzikir yang dibimbing langsung olehseorang guru yang disebut dengan mursyid.Para penga-mal tarekat ini menjalankan amalan zikir, wirid, ratib,wazifah dan berbagai teknik meditasi dan kadang-kadangjuga berkhalwat.19

Kebanyakan orang-orang Islam di Dieng jugamengikuti beberapa aliran tarekat yang mu’tabar atauyang sah diyakini dan disebar luaskan oleh para ulamaNU. Bahkan keberadaan tarekat-tarekat ini hinggasampai pelosok desa. Tidak saja orang-orang yang sudahtua yang tergabung dalam tarekat-tarekat ini akan tetapibanyak juga anak-anak muda.

Beberapa tarekat yang tersebar dan memiliki jaringanyangcukup luas di Indonesia antara lain, tarekat Naqsa-bandiyah, Qadiriyah wa Naqsabandiayah, Khalwatiyah,

1 8 Tarekat yang disyahkan oleh organisasi keagamaan Nahdhatul Ulamayang diakui dan sekaligus memiliki legitimasi kuat serta memiliki jaringandengan para pendahulu yang kebenarannya dijamin oleh para pendiridan memiliki hubungan dengan Nabi Muhammad Saw. Dalam PrakteknyaNU menyandarkan tarekat ini pada cara pandang dan praktek yangdilakukan oleh Hujjatul Islam Syaik Muhammad Al-Ghozali yangdianggap lebih moderat diabndingkan dengan pemimpin tarekat yanglain.

1 9 Martin Van Bruinessen, NU Tradisi Relasi-Relasi KuasaPencarian Wacana Baru,LKiS, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1994. hal. 170.

Harmonasasi Islam Dan Penghayat Kepercayaan Tunggul Sabdo Jati...

464

International Seminar on Islamic Civilization

Tijaniyah. Para guru pembimbing spiritual dalam tarekatdisebut mengangkat seorang Badal Mursyid atau wakilimam tarekat yang berada dipedesaan dan kecamatan.Hal ini dilakukan untuk mempermudah kepada kaummuslimin yang akan mengikuti tarekat akan denganmudah mendapatkan bimbingan secara intensif dari parabadal yanga ada didesa.

Sebelum mereka melakukan beberapa amalan dalamtarekat, mereka mengikuti prosesi bai’at dari seorangmursyid atau ulama’ yang memimpin tarekat tersebut.Setelah pembaitan maka barulah seseorang mulai menja-lankan amalan-amalan harian seperti membaca kalimatthayibah dan sholawat, sejumlah ratusan atau ribuan sesuaidengan ketentuan dari mursyidnya.

Keberadaa guru atau mursyid tidak lain berfungsusebagai wasilah atau perantara dalam rangka mencapaipuncak spiritual hingga sampi pada ma’rifatullah ataupengetahuan kepada hakikat keagungan Allah Swt.

Disini perlu diungkapkan beberapa Ulama terkemu-ka di kawasan Dieng yang mendapatkan tugas baiksebagai mursyid atau badal bagi pengikut tarekat.Beberapa nama diantaranya adalah Kyai Natsir Dalhar,Kyai Ahmad Juwaini, KH Syamsudin Bisri yang membinasecara langsung tarekat-tarekat NU di kecamatan Kejajar.Demikian juga beberapa kyai di tingkat pedesaan yangditunjuk sebagai badal antara lain Kyai Taqim SerangsariKejajar, Kyai Abdul Hasyim Tambi dan beberapa Kyailain disekitar Dieng.

465

Para badal20 ini menjadi penanggung jawab dalammembina kelangsungan aktivitas spiritual ibadah tarekatsekaligus sebagai perantara bagi anggota baru yang akanmengikuti pembaitan dan khalwat selama beberapa hariatau beberapa minggu di pesantren atau kediaman Ulamaatau Mursyid.

Para badal ini mengantarkan bagi calon jamaah barudan sekaligus membina mereka yang telah menjalanipembaitan.Bahkan segala kesulitan yang di hadapi olehjama’ah dapat di Bantu pelayanan konsultasi spiritualnyakepada para badal tersebut. Beberapa Ulama terkemukayang cukup besar pengaruhnya dalam penyebarantarekat dan sekaligus mereka sebagai Mursyid antara lainadalah KH. Muhaiminan Gunardo, Parakan, Temang-gung Jawa Tengah yang sekaligus sebagai pengasuhPondok Pesantren Kyai Parak Bambu Runcing yang wafatpada tahun 2007 yang lalu.

Keberadaan tarekat yang begitu kuat di kawasanDieng tidak lepas dari peran serta ulama Nu dalam rangkamengajarkan ajaran islam. Bahkan keberadaan tarekattidak saja menjadi bagian dari amalan harian yangdilakukan oleh penduduk muslim di kawasan Dieng, akan

2 0 Wakil dari guru utama yang berperan mengantikan dan sekaligusmembantu guru utama dalam mengajarkan ajaran-ajaran inti tarekattersebut. Keberadaan badal ini tidak mewakili guru utamanya tetapisekaligus menjadi agen dalam perekrutan bagi calon anggota baru hinggasampai pada saat di bai’at oleh guru utamanya setelah melakukansejumlah ritual seperti mondok selama sepuluh hari atau bahkan empatpuluh hari ditempat guru utama.

Harmonasasi Islam Dan Penghayat Kepercayaan Tunggul Sabdo Jati...

466

International Seminar on Islamic Civilization

tetapi keberadaannya juga memperkuat dimensi sosialpolitik dikawasan tersebut.

Sikap dan ketaatan para jama’ah tarekat kepadaimam atau kepada guru Mursyidnya menjadi hal yangcukup unik. Karena apapun yang diungkapkan oleh guruatau Mursyid tarekat akan diikuti dan dijalankan,sekalipun fatwa atau perintah itu sama sekali tidak adahubungannya dengan pekerjaan ibadah tarekat.

Dalam konteks politik misalnya, ketika Mursyid ataubadalnya telah menyatakan sikap politik tertentu, makatanpa adanya pemaksaan sekalipun mereka mengikutiMursyidnya, karena apa yang diungkapkannya diang-gap sebagai kebenaran yang mengandung hikmah.Sehingga keberadaan pemimpin tarekat jauh lebihberpengaruh dan lebih kuat pengaruhnya dibandingkandengan pemimpin formal sebagaimana camat ataubupati.Posisi pemimpin tarekat menjadi sangat sebtral dancukup dominan.

Keberadaan tarekat di kawasan Dieng berkembangcukup pesat. Bahkan setiap tahunya jumlah pengikuttarekat cenderung meningkat hingga ratusan ataubahkan ribuan jama;ah yang tersebut diberbagai desa.Sayangnya belum ada hasil penelitian yang secara spesifikmelakukan pendataan jumlah anggota tarekat yangmu’tabar dikawasan ini, terlebih data jama’ah tarekat diIndonesia.

Persis sebagaimana dinamika tarekat di Indonesia,yang sekaligus melakukan berbagai aktivitas jam’iyah

467

yang cukup solid sebagaimana kongres dan muktamartarekat. Tarekat yang tersebar diberbagai wilayahpedesaan di kawasan Dieng juga melakukan berbagaiaktivitas jama’ah dan sekaligus jam’iyah seperti halnyapengajian umum antara tarekat Naqsabandiyah,Syadhiliyah dan Qodariyah yang melakukan pertemuanrutin selapanan jama’ah tarekat yang dipimpin oleh Kyaisetempat.

Ihwal keberadaan tarekat di kawasan Dieng menjadisalah satu bukti betapa kuatnya pengaruh Islam dikawasan tersebut sehingga hampir semua lini kehidupanmasyarakatnya berkarakter religius.Tentu tidak lepas dariperan beberapa ulama besar dan terkemuka pada jaman-nya. Keberadaan makam Syeik Abdullah Selomanik didesa Kalilembu dan makam Syeik Abdullah Qutbuddindari Irak yang dimakamkan di desa Candirejo kecamatanMojotengah tentu menjadi bagian dari ikon sejarah yangtidak bisa kita lupakan begitu saja. Syeik AbdullahQutbuddin menurut ceritanya adalah penyebar tarekatQadiriyah dan sekaligus sebagai ulama besar dari negeriIrak.

Demikian juga keberadaan Al-Magfurrilah KyaiNatsir Dalhar dan gerakan dakwah yang dilakukansemasa hidupnya sangat besar pengaruhnya bagikapasitas keislaman dan kemajuan islam dikawasan Diengterutama pada abad ke-21 ini.

Laku ibadah dengan mengikuti ajaran tarekat tertentubagi masyarakat Dieng menempati posisi dan derajat spiri-tual tinggi. Seseorang yang sudah bergabung dalam

Harmonasasi Islam Dan Penghayat Kepercayaan Tunggul Sabdo Jati...

468

International Seminar on Islamic Civilization

tarekat tertentu atau sudah secara defakto di ba’iat olehMussyid untuk menjalankan tarekat, maka ia dianggapmenempati derajat yang lebih tinggi dibandingkanmasyarakat yang belum tarekat. Bahkan untuk masukdalam jama’ah tarekat menurut keyakinan lokalsebaiknya mereka yang telah cukup usia dan relamengorbankan segala aktivitas keduniaan denganmemperbanyak melakukan ritual zikir dan mendekatkandiri kepada Allah Swt.

Sekalipun ada pendapat bahwa sebaiknya merekayang mengikuti tarekat adalah seorang muslim yangmapan dan sanggup menjalankan ibadah secara seriusdan berani meninggalkan beberapa aktivitas yang dapatmenganggu kedekatan dengan Allah Swt, akan tetapifaktanya banyak pula anak-anak muda yang sudahmengikuti pembai’atan tarekat, bahkan mereka seriusmenjalankan ritual dalam tarekatnya.

Jama’ah tarekat yang menjamur di kawasan Diengini tidak saja menjadi aktivitas ibadah ritual semata-mata,akan tetapi juga menjadi gerakan sosial dan jaringansolidaritas yang cukup kuat diantara sesama anggotatarekat dan juga antar anggota tarekat yang mu’tabar (sah)dikalangan NU.

Keberadaan tarekat dikawasan Dieng tidak lepas darimodel pengalaman agama yang dipengaruhi oleh ajarantasawuf yang pernah berkembang dihampir seluruhpenjuru dunia. Pada dasarnya tarekat adalah jalan untukbertasawuf yang diwarisi oleh dua ahli tasawuf yang

469

cukup ternama di Asia Tenggara yaitu, Hamzah Fansuridan Syamsudin al-Sumatrani.

Demikian juga para pelaku ajaran tarekat di Diengsangat kenal bahkan dalam wiridnya juga selalumenyertakan Syeik Abdul Qadir al-Jailani (1088-116)seorang Hujjatul al-Islam yang sangat disegani dalam sufiislam Nusantara. Abdul Qadir al-Jailani dikenal sebagaipendiri tarekat Qadiriyah, yang merupakan tarekat sufipaling awal, bahkan di Indnesia tarekat ini tercatat hinggaabad ke-17.21 Bahwa Hamzah Fansuri (1989-1694) jugamenjadi bagian dari anggota tarekat ini yang jugamemberikan pengaruh terhadap umat islam di Jawa.Diantara beberapa aliran tarekat yang berkembang diJawa, seperti tarekat Shatariyah, Siddiqiyah, Shadliliyyahdan Wahidiyah tarekat Qadiriyyah termasuk tarekat yangbanyak paling banyak pengikutnya.22

Menjamurnya tarekat di kawasan Dieng tentumenjadi bagian yang tidak lepas dari beberapa tokoh jejakpara tokoh yang menyebarkan ajaran Islam dilembahtersebut, sebagaimana keberadaan Syeikh AbdullahQutbudin di desa Candirejo, Mojotengah, Wonosobo.Karena pada dasarnya hampir semua penyebar islamdiberbagai tempat mereka juga sekaligus sebagai seorangsufi atau ahli tasawuf yang cukup taat.

2 1 Mark R. Wooodward, Islam Jawa, Kesalehan Normatif Versus Kebatinan, LKiS,Yogyakarta, cet 3 2006. hal. 163.

2 2 Baca, Zamakhsyari Dhofier, The Pesantren Tradition, The Role of Kyai in theMaintenance of Traditionla islam in Java, Monograph Series Press, Programfor Southeast Asian Studies, Azizona State University. Cetakan Mei 1999.hal. 141-145.

Harmonasasi Islam Dan Penghayat Kepercayaan Tunggul Sabdo Jati...

470

International Seminar on Islamic Civilization

Meskipun begitu gencarnya gerakan islamisasididataran tinggi Dieng ini, tetapi keberadaan penganutaliran ini tidak semakin berkurang, justru sebaliknyasemakin meningkat tajam. Pada puncak peringatakan 1syuro tahun 2009 jumlah pengikut aliran ini hanyamencapai 70 orang, tetapi pada tahun 2010 mencapai 230pengikut. Peningkatan jumlah itu tidak saja darimasyarakat dan warga sekitar, tetapi justru berasal dariluar kota seperti Yogyakarta, Jawa Timur, Klaten, Solo danlain sebagainya.

Selain dari aspek kuantitas, aliran ini dianggap olehsebagian kalangan masyarakat bukan aliran yang perludicurigai. Karena aliran ini tidak menonjolkan aspekkeagamaan dan praktek-praktek yang menyimpang dariajaran Islam. Hal ini juga tidak lepas dari ritual yang selaludibarengi dengan pagelaran budaya yang cukup harmonisdengan ajaran agama resmi dan juga kepada pendudukmasyarakat sekitar. Sehingga praktis tidak ada perten-tangan dikalangan masyarakat. Sebaliknya banyakagenda ritual yang dilakukan justru mendapatkansambutan yang hangat dari masyarakat.

Melihat fenomena ini beberapa kemungkinan aliranini akan eksis ditengah gencarnya gerakan purifikasiajaran islam. Satu sisi gerakan purifikasi akan memberikandampak positif dalam mewarnai dinamika keagamaanmasyarakat, akan tetapi jika tidak mampu menyanding-kan gerakan ini pada posisi kompromi dan koordinatifmaka justru keberadaan aliran keagamaan Kaki sabdoTunggul Jati Amongrogo akan menempatkan gerakan ini

471

sebagai musuh bersama dan akan mengancam persatuandan memantik disintegrasi. Sebab bagaimanapun jugaaliran ini telah menyatu dalam praktek keagamaanmasyarakat setempat, sehingga melakukan konfrontasiterhadap budaya dan keyakinan lokal justru akanmelahirkan apriori terhadap Islam.

Kesimpulan:Harmonisasi Islam dengan penghayat kepercayaan

kepada Tuhan Yang Maha Esa khususnya “Tunggul SbdoJati” di Dieng merupakan sebuah model dan pola hubunganreligius yang mengedepankan aspek fungsionalitas darikeyakinan dan agama. Agama dan kepercayaan dankeyakinan tidak dipelihara dalam aras imam yang bersifatpersonal semata, melainkan lebih dominan ditonjolkan padaaspek fungsi sosialnya, sehingga keduanya mampumembangun spektrum multikultural yang baik.

Kohesi dan harmoni sosial berbasisi multikultural iniberangkat dari ajaran agama dan kepercayaan yang secaramendalam mengalami internalisasi yang kuat, sehinggamempertahankan keyakinan lokal ditengah gencarnyagerakan purifikasi Islam ternyata tidak mudah sebagaimanayang disebutkan oleh para antropolog seperti halnya Geertzbahwa didalam komunitas ini akan konfliktual yangmemungkinkan terjadi bahkan rentan pecah. Tetapi justruada proses sinkretis diantara keduanya yang justru saling tarikmenarik untuk saling memberi dan menerima melalui medanbudaya yang mempertemukan keduanya. Pandanganmuslim puritan terhadapa kebaradaan aliran ini sebagai

Harmonasasi Islam Dan Penghayat Kepercayaan Tunggul Sabdo Jati...

472

International Seminar on Islamic Civilization

sarana “mempertahankan budaya justru menjadi alatpemersatu.” Demikian halnya dengan penghayat TunggulJati Amongrogo yang menganggap Islam sebagai agamayang sangat akomodatif terhadap praktek keagamaan yangbercorak lokal. Pandangan ini terutama ditujukan kepadakomunitas NU yang tidak alergi dengan fenomena aliran inibahkan dipandang sangat moderat dalam urusanpengamalan ajaran keyakinan lokal tersebut. Inilah yangmenyebabkan aliran keagamaan ini tidak saja diikutikomunitas kejawen tetapi justru umat Islam taat.

Prospek aliran lokal didataran tinggi Dieng ini akansemakin berkembang dengan nuansa tradisi dan nilai lamayang akan berperan sebagai dinamisator, sebaliknyagoncangan terhadap tatanan kearifan lokal yang sudahberjalan justru akan mengancam eksistensi dan kelangsunganpenghayat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yangbersifat lokal.

473

DAFTAR PUSTAKA

Nurul Mubin, Islam Bumi Kahyangan Dieng, Pustaka PrismaYogyakarta, 2010.

IR. Kusmayadi, IR. Endang Sugiarto MM, Metode Penelitiandalam Bidang Kepariwisataan, Gramedia PustakaUtama, Jakarta, 2000.

Hadari Nanawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Gajah MadaUniversity Press, 1995)

Drs. Sarbiran. M.Ed. Ph.D, Metodologi Penelitian Kualitatif,Yogyakarta, 2001.

Prof. Dr. Mastuhu, M.Ed, Dinamika Sistem PendidikanPesantren, Jakarta, INIS, 1994.

Prof. Dr. Iman Suprayogo, Drs. Tobroni, Msi, MetodePenelitian Sosial Agama, Rosda, Bandung.

Otto Sukatno, Dieng Poros Dunia, Nirwana Surga yang Hilang,IRCiSoD Yogyakarta, 2004.

Prof. Mark R. Woordward, “Islam Jawa, Kesalehan NormatifVersus Kebatinan” LkiS, Yogyakarta, 1999.

Malachi Martin, The Encounter, Religion in Crisis, MichaelJoseph, London, 1969.

Huston Smith, Agama- Agama Manusia, Yayasan Obor In-donesia, Jakarta, 2004 hal ix-x

Bagus, L., Kamus Filsafat, Gramedia, Jakarta, 1996.

Martin Van Bruinessen, NU Tradisi Relasi-Relasi KuasaPencarian Wacana Baru, LKiS, Pustaka Pelajar,Yogyakarta, 1994.

Harmonasasi Islam Dan Penghayat Kepercayaan Tunggul Sabdo Jati...

474

International Seminar on Islamic Civilization

Mark R. Wooodward, Islam Jawa, Kesalehan Normatif VersusKebatinan, LKiS, Yogyakarta, cet 3 2006.

Zamakhsyari Dhofier, The Pesantren Tradition, The Role ofKyai in the Maintenance of

Traditionla islam in Java, Monograph Series Press, Programfor Southeast Asian Studies, Azizona State Univer-sity. Cetakan Mei 1999


Recommended