of 30
8/18/2019 hiperemis gravidarum.pdf
1/30
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hiperemesis gravidarum (HG) dapat menyebabkan komplikasi bahkan
kematian pada ibu dan janin jika tidak tertangani dengan baik. Mual dan muntah
secara terus menerus, mengakibatkan turunnya berat badan hingga lebih dari
5% berat sebelum hamil, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit dapat
menyebabkan komplikasi maternal seperti kerusakan hati dan ginjal, robekan
pada esofagus, pneumothoraks, neuropati perifer, ensefalopati wernicke, dan
kematian. Pada janin dengan ibu yang menderita hiperemesis gravidarum
berkepanjangan dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan
kematian.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah pengertian hiperemesis gravidarum ?
1.2.2 Apakah etiologi terjadinya hiperemesis gravidarum ?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi hiperemesis gravidarum ?
1.2.4 Apa saja manifestasi klinis dari hiperemesis gravidarum ?
1.2.5 Apa komplikasi hiperemesis gravidarum ?
1.2.6 Apa saja penatalaksanaan hiperemesis gravidarum ?
8/18/2019 hiperemis gravidarum.pdf
2/30
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui dan memahami pengertian hiperemesis gravidarum ?
1.3.2 Mengetahui dan memahami etiologi hiperemesis gravidarum ?
1.3.3 Mengetahui dan memahami patofisiologi hiperemesis gravidarum ?
1.3.4 Mengetahui dan memahami manifestasi klinis hiperemesis gravidarum ?
1.3.5 Mengetahui dan memahami komplikasi hiperemesis gravidarum ?
1.3.6 Mengetahui dan memahami penatalaksanaan hiperemesis gravidarum ?
8/18/2019 hiperemis gravidarum.pdf
3/30
BAB II
KONSEP MEDIS HIPEREMESIS GRAVIDARUM
2.1Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan yang terjadi pada
wanita hamil sehingga menyebabkan ketidakseimbangan kadar elektrolit,
penurunan berat badan (>5 % dari BB awal), dehidrasi, ketosis, dan kekurangan
nutrisi. Hal tersebut mulai terjadi ada minggu ke 4 sampai ke 10 kehamilan dan
selanjutnya akan membaik umunya pada usia kehamilan 20 minggu, namun pada
beberapa kasus dapat terus berlanjut sampai pada kehamilan tahap berikutnya.
Melaporkan bahwa pada hampir 10% klien hiperemesis gravidarum ditemukan
gejala menetap selama kehamilan. Runiari, 2010:8
Hiperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali
selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit
atau defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan. Bobak, 2004: 721
2.2Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum masih belum diketahui dengan pasti, dahulu
8/18/2019 hiperemis gravidarum.pdf
4/30
penyakit ini dikelompokkan ke dalam penyakit toksemia gravidarum karena diduga
adanya semacam “racun” yang berasal dari janin atau kehamilan, penyakit ini juga
digolongkan kedalam gestosis bersama pre eklamsi dan eklamsi. Menurut
Sastrawinata (2005), nama gestosis dini diberikan untuk hiperemesis gravidarumdan gestosis lanjut untuk hipertensi (pre-eklamsia dan eklamsia dalam kehamilan).
Beberapa teori menjelaskan penyebab terjadinya hiperemesis gravidarum,
namun tak ada satu yang dapat menjelaskan proses terjadinya secara tepat. Teori
tersebut antara lain Teori endokrin, Teori metabolik, Teori Alergi, Teori Infeksi dan
Teori Psikomatik.
Beberapa teori tersebut adalah :
1) Endokrin
Peningkatan kadar progesterone dan estrogen dapat menjadi factor pencetus
mual dan muntah. Peningkatan hormone progesterone menyebabkan otot polos
pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi, hal itu mengakibatkan
penurunan motilitas lambung sehingga pengosongan lambung melambat.
2) Metabolic dan alergi
Kekurangan vitamin B6 dapat menyebabkan mual dan muntah pada kehamilan.
Adanya histamine sebagai pemicu dari mual dan muntah mendukung
ditegakannya teori alergi sebagai etiologi hiperemesis gravidarum. Lebih jauh
mual muntah yang berlebihan juga terjadi pada klien yang sangat sensitive
terhadap sekresi dari korpus gluteum.
3) Infeksi
Adanya hubungan antara infeksi helicobacter pyelori dengan terjadinya
hiperemesis gravidarum, sehingga dijadikan dasar dikemukakannya teori infeksi
8/18/2019 hiperemis gravidarum.pdf
5/30
sebagai penyebab hiperemesis gravidarum.
2.2.1 Psikososial :
i. Cemas, stress, takut
ii. Ketidakharmonisan dalam rumah tangga
iii. Hal yang mengguncang
iv. Tanggung jawab
v. Penolakan terhadap kehamilan
2.2.2 Lingkungan
i. Bau-bau polutan
ii. Pestisida
iii. Bising
iv. Wilayah padat
2.2.3 Sosio Kultural
i. Pendapatan dan pekerjaan
ii. Takhayul dan mitos
Runiari, 2010: 9-10
8/18/2019 hiperemis gravidarum.pdf
6/30
2.3Patofisiologi
Patofifiologi hiperemesis masih belum jelas, namun peningkatan kadar
estrogen, progesterone, dan Human Chorionic Gonadotropin (hCG) dapat menjadi
factor pencetus mual dan muntah. Peningkatan hormone progesterone
menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi
sehingga motilitas lambung menurun dan pengosongan lambung melambat.
Refluks esophagus,penurunan motilitas lambung, dan penurunan sekresi asam
hidroklorid juga berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah. Hal ini
diperberat dengan adanya penyebab lain berkaitan dengan factor psikologis,
spiritual, lingkungan, dan sosiokultural.
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi pada hamil muda; bila
terjadi terus-menerus dapat terjadi dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit disertai
alkalosis hipokloremik, serta dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Oksidasi lemak yang tidak sempurna
menyebabkan ketosis dengan tertimbunnya asam asetoasetik, asam hidroksi
butirik, dan aseton dalam darah.
Kekurangan intake dan kekurangan cairan karna muntah menyebabkan
dehidrasi, sehingga cairan ekstra seluler dan plasma berkurang. Natrium dan
klorida dalam darah maupun dalam urine turun, selain itu dehidrasi menyebabkan
hemokonsentrasi sehingga menyebabkan aliran darah ke jaringan berkurang.
Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat
ginjal berakibat frekuensi muntah bertambah banyak, sehingga dapat merusak hati
dan terjadilah “lingkaran setan” yang sulit dipatahkan
8/18/2019 hiperemis gravidarum.pdf
7/30
Keadaan dehidrasi dan intake yang kurang mengakibatkan penurunan berat
badan yang terjadi bervariasi tergantung durasi dan beratnya penyakit. Pencernaan
setra absorpsi karbohidrat dan nutrisi lain yang tidak adekuat mengakibatkan tubuh
membakar lemak untuk mempertahankan panas dan energy tubuh. Jika tidak adakarbihidrat maka lemak digunakan untuk menghasilkan energy, akibatnya beberapa
hasil pembakaran dari metabilisme lemak terdapat dalam darah dan urine (terdapat
atau kelebihan keton dalam urine).
Pada beberpa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan dengan
malnutrisi dan dehidrasi yang menyebabkan terdapatnya nonprotein nitrogen,
asam urat, urea, dan penurunan klorida dalam darah. Kekurangan vitamin B1, B6,dan B12. Mengakibatkan terjadinya neuropati perifer dan anemia; bahkan pada
kasus berat, kekurangan vitamin B1 dapat mengakibatkan terjadinya wernicke
enchefalopati (manuaba, 2001; kuscu dan koyancu, 2002; neill dan nelson, 2003);
hal tersebut juga didukung oleh friedman (1998), manuaba (2001), dan
wiknjosastro (2005) yang menyatakan bahwa wernicke ensefalopati dapat timbul
sekunder akibat devisiesi tiamin.
2.4Manifestasi Klinis
Tidak ada batas jelas antara mual yang masih fisiologis dalam kehamilan
dengan hiperemesis gravidarum, tetapi bila keadaan umum klien terpengaruh,
sebaiknya ini dianggap sebgai hiperemesis gravidarum. Menurut berat ringannya
gejala, hiperemesis gravidarum dapat dibagi kedalam 3 tingkatan (Manuaba, 2001;Wiknjosastro, 2005).
2.4.1Tingkatan I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum. Pada tingkatan
8/18/2019 hiperemis gravidarum.pdf
8/30
ini klien merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa
nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali/menit, tekanan darah
systole menurun, dapat disertai peningkatan suhu tubuh, turgor kulit berkurang,
lidah kering, dan mata cekung.
2.4.2Tingkatan II
Klien tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah kering
dan tampak kontor, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun, suhu
kadang-kadang naik, mata cekung dan sedikit ikterus, berat badan turun,
hemokonsentrasi, oliguria, dan konstipasi. Aseton dapat tercium dari hawa
pernapasan karena mempunyai aroma yang khas, dan dapat pula ditemukan
pada urine.
2.4.3Tingkatan III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun serta suhumeningkat. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai
wernicke ensefalopati. Gejala yang dapat timbul seperti nistagmus, diplopia dan
perubahan mental; keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan,
termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan terjadinya payah
hati. Pada tingkatan ini juga terjadi perdarahan dari esophagus, lambung, dan
retina.
Runiari, 2010:12-13
Subjektif : keluhan mual, pusing dan lemah
Objektif : muntah, penurunan berat badan sebanyak 5% atau lebih dibandingkan
8/18/2019 hiperemis gravidarum.pdf
9/30
berat badan sebelum kehamilan, dehidrasi (penurunan TD, penurunan turgor kulit,
peningkatan nadi, peningkatan suhu, penurunan haluaran urin)
Green, 2012 : 284
2.5Komplikasi
2.5.1 Bagi Ibu
i. Dehidrasi
ii. Wernicke Ensefalopati
iii. Vasospasme arteri serebral
iv. Koagulopati
v. Neuropati perifer
2.5.2 Bagi Janin
i. Abortus
ii. Berat badan lahir rendah
iii. Kelahiran premature
iv. Malformasi pada bayi baru lahir
Sebelum diperkenalkan cairan intravena, kasus kematian pada hiperemesis
gravidarum terjadi sebesar 159 kemtian/1000 kelahiran di inggris (michelini, 2002),
namun saat ini hiperemesis gravidarum hanya menimbulkan konsekuensi yang
8/18/2019 hiperemis gravidarum.pdf
10/30
minimal. Dehidrasi (diikutidengan gejala hipotensi ortostatik), gangguan metabilik dan
elekrtolit umumnya terjadi sebagai komplikasi pada klien yang mengalami
hiperemesis gravidarum. Gangguan pada vitamin dan metabolik menimbulkan
komplikasi seperti wernicke ensevalopati, vasospsme arteri serebral, koagulopati, danneuropati perifer. Mual dan muntah yang berlebihan menyebabkan klien dirawt
dirumah sakit (bennet, et al., 1998; miller, 2002). Power, et al. (2001) juga menyetujui
hal tersebut dengan melakukan penelitian yang hasilnya 2,4% wanita yang mengalami
hiperemesis gravidarum membutuhkan perawatan dirumah sakit.
Hiperemesis gravidarum tidak hanya mengancam kehidupan klien, namun
dapat menyebabkan efek samping pada janin seperti abortus, berat badan lahirrendah, kelahiran premature, dan mal formasi pada bayi baru lahir (gross, at al., 1989;
zhang dan cai, 1991 dalam verberg, ar al., 2005; health & medicine week, 2005). Pada
penelitian yang dilakukan oleh paawi, et al. (2005) didapatkan bahwa hiperemesis
gravidarum merupakan factor yang signifikan terhadap memanjangnya hari rawat
bagi bayi yang dilahirkan. Gross, et al., 1989 dalam tiran, 2004 menyatakan bahwa
terjadi peningkatan angka kejadian intrauterine growth retardastion (IUGR) pad klien
hiperemesis gravidarum yag mengalami penurunan berat badan lebih dari 5%.
Selain dampak fisiologis pada klien dan janinnya, hiperemesis gravidarim juga
memberikan dampak secara psikologis, social, spiritual, dan pekerjaan. Secara
psikolgis dapat menimbulkan dampak kecemasan, rasa bersalah dan marah. Jika
mual dan muntah menghebat, maka timbul selfpity dan dapat terjdi konflik antara
ketergantungan dan kehilangan control. Berkurangnya pendapatan akibat berhenti
bekerja mengakibatkan timbulnya rasa ketergantungan terhadap pasangan.
Kontak social dengan orang lain juga berubah karnam klien mangalami
perubahan yang sangat kompleks terhadap kehamilannya. Hal ini dapat menimbulkan
perasaan teisolasi dan kesendirian. Media yang berkembang menjelaskan bahwa
8/18/2019 hiperemis gravidarum.pdf
11/30
kehailan merupakan keadaan fisiologis dan psikoemosional yang optimal, sehingga
jika wanita mengalami mual dan muntah yang menghebat dianggap sebagai
kegagalan perkembangan wanita. Pernyataan ini didukung okeh study yang dilakukan
oleh steele, et al., (2001) yang menyatakan bahwa satu dari tiga wanita dengan mualdan muntah mengalami stress dan perpecahan dalam keluarga, gangguan emosional
atau gangguan fungsi sosial. Hal ini berdampak pada wanita yang bekerja dimana
hamper 50% mengalami penurunan efisiensi kerja dan 25% membutuhkan waktu
untuk istirahat dari bekerja. Runiari, 2010:13-14
2.5.3 Komplikasi potensial
i. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
ii. Alkalosis metabolic
iii. Bayi IUGR dan BBLR
Green, 2012: 285
2.6Pemeriksaan Penunjang
2.6.1 Urinalisis untuk menentukan adanya infeksi dan/atau dehidrasi meliputipemeriksaan keton, albumin, dan berat jenis urine. Runiari, 2010: 38
Berat jenis urin lebih dari 1025; mengindikasikan konsentrasi urin terkait dengan
asupan cairan yang tidak adekuat atau kehilangan cairan berlebihan (misalnya
8/18/2019 hiperemis gravidarum.pdf
12/30
muntah).
Keton urin : keton diproduksi ketika lemak dipecah untuk memberikan energy
jika asupan tidak adekuat. Green, 2012: 285
2.6.2 Kadar hemoglobin dan hematokrit. Runiari, 2010: 38
Untuk mengetahui adanya hemokonsentrasi yang berhubungan dengan asupan
cairan tidak adekuat atau kehilangan cairan berlebihan. Green, 2012 : 285
2.6.3 Pemeriksaan elektrolit jika terjadi dehidrasi dan diduga terjadi muntah
berlebihan meliputi pemeriksaan natrium, kalium, klorida, dan protein
2.6.4 Pemeriksaan Blood Urea Nitrogen (BUN), nonprotein nitrogen, dan kadar asam
Guna menentukan apakah protein telah dimetabolisme untuk menghasilkan
energy jika asupan tidak adekuat; untuk memastikan apakah terjadi kerusakan
ginjal akibat hyperemesis berat. Green, 2012: 285
2.6.5 Tiroid Stimulating Hormone (TSH) untuk menentukan penyakit pada tiroid
2.6.6 Foto abdomen jika ada indikasi gangguan abdomen akut.
2.6.7 Kadar hCG jika diduga kehamilan multiple atau molahidatiformis.
Runiari, 2010: 38
2.6.8 Elektrolit serum (kalium, natrium, klorida): untuk menentukan apakah ada
gangguan keseimbangan elektrolit karena kekurangan asupan nutrisi dan
kehilangan asam hiroklorat atau getah usus alkali dari lambung.
2.6.9 Enzim hati: untuk menyingkirkan adanya penyakit hepatic sebagai penyebab
muntah; untuk mengetahui apakah hati telah rusak akibat hyperemesis yang
lama. Green, 2012 : 285
8/18/2019 hiperemis gravidarum.pdf
13/30
2.7Penatalaksanaan
2.7.1 Penderita diisolasi dalam kamar yang tenang dan cerah dengan pertukaran
udara yang baik.
2.7.2 Diuresis selalu dikontrol untuk mencegah keseimbangan cairan
2.7.3 Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik,
coba berikan minuman dan makanan yang sedikit demi sedikit ditambah.
2.7.4 Sedative yang diberikan adalah fenobarbital
2.7.5 Pada keadaan lebih berat berikan antiemetic seperti metoklopramid, disiklomin,
hidroklorida atau klorpromasin
2.7.6 Berikan terapi psikologis untuk meyakinkan pasien penyakitnya bisa
disembuhkan serta menghilangkan rasa takut hamil dan konflik yang
melatarbelakangi hiperemesis gravidarum.
2.7.7 Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein dengan
glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat
ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan
bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena
Mansjoer. 2000: 260
8/18/2019 hiperemis gravidarum.pdf
14/30
2.7.8 Terapi intravena (IV) : untuk mengoreksi hypovolemia dan gangguan
keseimbangan elektrolit
2.7.9 Obat-obatan antiemetic (misalnya fenotiazin, metoclopramid, droperidol)
2.7.10 Nutrisi parenteral atau enteral
Green, 2012. 2012 : 285
2.8 Prognosis
Dengan penangan yang baik, prognosis sangat memuaskan. Namun, pada
tingkat yang berat dapat menyebabkan kematian ibu dan janin. Mansjoer. 2000:
260
8/18/2019 hiperemis gravidarum.pdf
15/30
2.9WOC
Faktor Fisiologi:
Endokrin
Metabolic dan alergi
Psikososial :
cemas, stress, takut, ,Hal yang
mengguncang,
Tanggung jawab,
ketidakharmonisan
Lingkungan: Bau-bau
polutan, Pestisida,Bising, Wilayah padat
Sosio Kultural:
Pendapatan danpekerjaan, Takhayul
dan mitos
Terjadi peningkatanhCG, estrogen danprogesterone selama
Terjadi penurunanmotilitas lambung
Otot polos pada systemgastrointestinal
8/18/2019 hiperemis gravidarum.pdf
16/30
Pengosongan lambungmelambat, penurunansekresi asam
Mual muntah
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Prognosispenyakit
Kecemasa
Kekuranganintake dankehilangancairan
Pemakaian cadangankarbohidrat dan
Oksidasi lemak tidaksempurna dan terjadi
Penurunancairan dan
Cairan ekstraselulerdan plasma
Nafas berbau asetondan merasa mual,
serta keinginan
Penurunannafsu
Intake masukmakanan berkurang
Penurunanberat badan
Ketidakseimbangannutrisi kurang darikebutuhan
Peningkatanpengunaan
Penurunannafsu makan
Peningkatanpenggunaan cadangan
8/18/2019 hiperemis gravidarum.pdf
17/30
Gangguanrasa nyaman
Defisit volumecairan
Terjadi secara
Tubuhkekurangan
Intoleransi aktivitas
8/18/2019 hiperemis gravidarum.pdf
18/30
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM
3.1 Pengkajian
3.3.1 Identitas : Lebih sering terjadi pada ibu primigravida disebabkan
tingkat stress dan usia pada kehamilan pertama
3.3.2 Umur kehamilan : Hiperemesis gravidarum terjadi pada ibu pada
umur kehamilan minggu ke 4 sampai ke 10 kehamilan
3.2 Keluhan utama
Ibu dengan hiperemesis gravidarum biasanya mengeluh mual
muntah yang hebat pada pagi hari atau setelah makan.( Runiari,
2010:8
3.3 Riwayat Kehamilan
Hiperemesis gravidarum terjadi pada minggu ke-4 sampai
minggu ke-10 kehamilan dan selanjutnya akan membaik umumnya
pada usia kehamilan 20 minggu. Runiari, 2010:8
3.3.1 Riwayat Kehamilan sekarang
Riwayat kehamilan saat ini meliputi tidak adanya gemeli,
riwayat pemeriksaan antenatal dan komplikasi. Runiari, 2010:12-13
3.3.2 Riwayat kehamilan dahulu
Adanya riwayat mual muntah pada kehamilan sebelumnya.
8/18/2019 hiperemis gravidarum.pdf
19/30
Green, 2008:284
3.4 Riwayat Alergi
Masuknya antigen baru (janin atau plasenta) dapat
menimbulkan reaksi sistem imun. Green, 2012:284
3.5 Riwayat Psikososial
Hubungan sosial terganggu akibat mual muntah yang
berlebihan sehingga aktifitas diluar rumah terbatas . Teori
psikosomatik menjelaskan bahwa stress psikologis dapat
meningkatkan gejala. Carol, 2012:284 ). Perubahan hormonal yang
disertai kondisi stress emosional seperti takut terhadap kehamilan
dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu,
kehilangan pekerjaan, merupakan konflik mental yang memperberat
mual dan muntah yang dapat menjadi hiperemesis gravidarum.
Sukowati, 2010:58
3.6 Activity Day Life
3.6.1 Nutrisi:
Pemenuhan nutrisi pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis
gravidarum mengalami penurunan akibat mual muntah yang terjadi
pada pagi hari atau setelah makan.
8/18/2019 hiperemis gravidarum.pdf
20/30
3.6.2 Eliminasi:
Pada tingkat 2 dan 3 pasien mengalami oliguri dan konstipasi.
3.6.3 Hygiene personal
Hygiene personal pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum
mengalami lidah kotor karena mual muntah yang terus menerus.
3.6.4 Aktivitas Istirahatyang
Aktivitas istirahat pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum
mengalami gangguan akibat mual muntah sering terjadi danmengganggu aktivitas ibu.
3.7Pemeriksaan Fisik
3.7.1 Pemeriksaan umum
Kulit dan membrane mukosa sering tampak kering dan turgor
menurun. Pasien dapat menjadi kurus. Vomitus yang iritatif dapat
membuat erosi pada bibir dan wajah bagian bawah; lidah tampak
merah, kering dan pecah-pecah. Faring kering dan merah, dan
pernapaan berbau busuk dengan bau seperti buah-buahan yang khas
untuk ketoasidosis.
Takikardia dan hipotensi dapat menunjukkan dehidrasi
hipovolemia. Pada penyakit yang berat dan berkepanjangan, aberasi
mental, delirium, sakit kepala, stupor dan koma dapat terjadi.
8/18/2019 hiperemis gravidarum.pdf
21/30
3.7.2 Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan ini biasanya normal, meskipun rasa sakit dihepar
dapat ditemukan.
3.7.3 Pemeriksaan Ekstremitas
Pada pemeriksaan ekstremitas didapatkan akral dingin, pada
hiperemesis tingkat 2-3 didapatkan CRT > 2 detik karena terjadi
dehidrasi yang berat.
3.7.4 Pemeriksaan pelvis
Uterus lunak dan membesarkan sesuai dengan umur gestasi.
Ben-Zion Taber,M.D, 1994
3.8Pemeriksaan Penunjang
3.8.1 Urinalisis untuk menentukan adanya infeksi dan/atau dehidrasi
meliputi pemeriksaan keton, albumin, dan berat jenis urine
3.8.2 Kadar hemoglobin dan hematokrit
3.8.3 Pemeriksaan elektrolit jika terjadi dehidrasi dan diduga terjadi muntah
berlebihan meliputi pemeriksaan natrium, kalium, klorida, dan protein
3.8.4 Pemeriksaan Blood Urea Nitrogen (BUN), nonprotein nitrogen, dan
kadar asam
3.8.5 Tiroid Stimulating Hormone (TSH) untuk menentukan penyakit pada
8/18/2019 hiperemis gravidarum.pdf
22/30
tiroid.
3.8.6 Foto abdomen jika ada indikasi gangguan abdomen akut
3.8.7 Kadar hCG jika diduga kehamilan multiple atau molahidatiformis.
Runiari, 2010: 38
3.9 Diagnosa Keperawatan
3.9.1 Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan mual muntah
3.9.2 Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang
berlebihan.
3.9.3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual dan muntah yang menetap sekunder
akibar hiperemisis
3.9.4 Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat tidak
adekuatnya nutrisi dan peningkatan energy yang dibutuhkan selama
kehamilan
3.9.5 Kecemasan berhubungan dengan efek hiperemensis pada
kesejahteraan janin.
3.10 Intervensi
8/18/2019 hiperemis gravidarum.pdf
23/30
3.10.1 Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan mual dan muntah .
Tujuan : Pasien menunjukan kenyamanan setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam dengan criteria hasil :
- Pasien merasa nyaman
- Pasien tidak meperlihatkan tanda-tanda gejala yang meningkatkan
rasa ketidaknyamanan
- Mual dan muntah tidak terjadi
Intervensi :
1. Jelaskan kepada ibu mengenai penyebab rasa tidak nyaman dan cara
mengatasi rasa ketidaknyamanan tersebut.
R/: Rasa ketidaknyamanan timbul akibat mual dan muntah secara
terus menerus/ berlebihan yang dialami ibu.
2. Berikan lingkungan yang nyaman kepada ibu untuk meningkatkan rasanyaman
R/: Lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan rasa nyaman pada
pasien dan dapat sedikit mengalihkan perasaan tidak enak.
3. Ajarkan ibu untuk mengatasi mual dan muntah.
R/: mual dan muntah dapat diatasi dengan menjaga kebersihan
mulut, makan makanan dengan porsi kecil, dan menghindari makan
makanan yang pedas dan berlemak.
4. Perhatikan kebersihan mulut ibu sesudah & sebelum makan.
8/18/2019 hiperemis gravidarum.pdf
24/30
R/: Kebersihan mulut yang baik & terpelihara bisa menimbulkan rasa
nyaman juga diharapkan dapat mengurangi mual & muntah.
5. Alihkan perhatian ibu pada hal yang menyenangkan.
R/: Dengan mengalihkan perhatian diharapkan ibu bisa melupakan
rasa nyeri akibat muntah ynag berulang.
6. Anjurkan ibu untuk istirahat dan batasi pengunjung.
R/: Dengan istirahat yang cukup & membatasi pengunjung, dapat
menambah ketenangan pada ibu.
3.10.2 Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yangberlebihan
Tujuan : Volume cairan dapat terpenuhi dan kembali normal setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama …..x24 jam dengan criteria hasil :
- Pasien tidak mengalami mual dan muntah
- Mukosa bibir lembab
- Turgor kulit baik
- Tanda-tanda vital dalam batas normal (TD : 110-120/70-80, RR : 18-20x/mnt, Nadi : 60-100 x/mnt, suhu 36,5 C- 37,5 C)
Intervensi :
1. Jelaskan kepada ibu dan keluarga penyebab kekurangan volume cairan
R/: Terjadinya kekurangan volume cairan adalah karena ibu mengalami
mual dan muntah dan kehilangan cairan yang berlebihan dalam tubuh.
2. Tentukan frekuensi atau beratnya mual/muntah.
R/: Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi. Peningkatan
8/18/2019 hiperemis gravidarum.pdf
25/30
kadar Hormon Chorionik Gonadotropin (HCG), perubahan metabolisme
karbohidrat dan penurunan motilitas gastrik memperberat mual/muntah
pada trimester I.
3. Kolaborasi dalam pemberian cairan sesuai dengan kebutuhan tubuh
pasien
R/: Pemenuhan cairan berguna untuk memperbaiki keseimbangan
cairan dalam tubuh.
4. Anjurkan peningkatan asupan minuman berkarbonat, makan sesering
mungkin dengan jumlah sedikit. Makanan tinggi karbonat seperti : roti
kering sebelum bangun dari tidur.
R/: Membantu dalam meminimalkan mual/muntah dengan menurunkan
keasaman lambung.
5. Tinjau ulang riwayat kemungkinan masalah medis lain (misalnya Ulkus
peptikum, gastritis).
R/: Membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain untuk
mengatasi masalah khusus dalam mengidentifikasi intervensi.
6. Observasi TTV meliputi suhu badan dan turgor kulit, membran mukosa,
TD, input/output dan berat jenis urine. Timbang BB klien dan
bandingkan dengan standar.
R/: Sebagai indikator dalam membantu mengevaluasi tingkat atau
kebutuhan hidrasi.
3.10.3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungandengan mual dan muntah yang menetap sekunder akibar hiperemis
8/18/2019 hiperemis gravidarum.pdf
26/30
Tujuan : kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi setelah dilakukan tindakankeperawatan selama ….x24 jam
1. Klien tidak lagi menglami mual dan muntah
2. Klien mengalami peningkatan berat badan yang sesuai selamakehamilan
3. Melaporkan asupan harian yang adekuat untuk memenuhi kebutuhandiri sendiri dan janin
Intervensi :
1. Jelaskan tentang makanan yang tinggi kalium,protein, dan kalsium
R: - muntah dapat menyebabkan kehilangan kalium. Tubuh tidakmenyimpan kalium dengan baik sehingga asupan dalam dietdiperlukan
- makanan yang mengandung protein dan kalsium dibutuhkan tidakhanya kesehatan ibu namun juga bagi pertumbuhan danperkembangan janin. Bila asupan kalori tidak cukup, kehilanganprotein akibat pelisutan jaringan dapat terjadi
2. timbang berat badan setiap hari dengan menggunakan timbangan yangsama dan mengenakan jenis pakaian yang sama
R: kehilangan berat badan adalah indicator defisiensi nutrisi/cairan danpenambahan berat badan digunakan untuk menilai keefektifan terapi.Menimbang berat badan pada kondisi yang sama (alat, pakaian danwaktu) memastikan keakuratan pengukuran
3. pantau asupan makanan dan cairan
R: untuk menentukan besarnya defisiensi nutrisi/cairan dan untukmmenilai kefektifan terapi. Membandingkan kebutuhan zat gizi dengnasupan ibu akan memberikan petunjuk adanya defisiensi nutrisi
4. pantau adanya tanda kekurangan nutrisi
8/18/2019 hiperemis gravidarum.pdf
27/30
R: rambut kering dan tipis,kulit kering terkelupas, gusi berdarrah danbengkak serta penurunan tingkat energy mencerminkan defisiensi zatgizi.
Kolaborasi :
1. lakukan kolaborasi dengan ahli diet untuk menentukan jumlah kaloridan zat gizi yang dibutuhkan
R: kebutuhan nutrisi meningkat selama kehamilan guna membantupertumbuhan dan perkembangan janin. Ahli diet dapat menyarankanmakanan tinggi kalori yang dapat ditoleransi ibu
3.10.4 Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat tidakadekuatnya nutrisi dan peningkatan energy yang dibutuhkan selamakehamilan
Tujuan : Klien menunjukan peningkatan kemampuan dalam beraktivitassesuai kemampuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….x24 jam
Intervensi :
1. Anjurkan klien membatasi aktivitas dengan istirahat yang cukup
R: menghemat energy dan menghindari pengeluaran tenagaterus-menerus dapat meminimalkan kelelahan uterus
2. Anjurkan tirah baring yang dimodifikasi sesuai indikasiR: tingkat aktivitas mungkin perlu dimodifikasi sesuai indikasi
3. Bantu klien memenuhi kebersihan diri seperti mandi, menggantipakaian dan kebersihan mulut
8/18/2019 hiperemis gravidarum.pdf
28/30
8/18/2019 hiperemis gravidarum.pdf
29/30
BAB 1V
KESIMPULAN
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada
wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan
umum pasien memburuk. Penyebab Hiperemesis gravidarum secara pastibelum diketahui, factor predisposisinya antara lain ; faktor adaptasi dan
hormonal atau peningkatan kadar HCG, faktor psikologik, dan faktor alergi.
Secara patologik menunjukkan adanya kelainan-kelainan dalam berbagai
alat tubuh seperti hati, jantung, otak dan ginjal. Hiperemesis gravidarum
dapat mengakibatkan dehidrasi, kekurangan energi, tertimbun zat metabolik
toksik, terganggunya keseimbangan elektrolit dan perdarahan
gastrointestinal. Hiperemesis gravidarum terbagi dalam 3 tingkatan yaitu
ringan, sedang dan berat. Penanganan Hiperemesis gravidarum pada tahap
awal adalah pencegahan yaitu dengan memberikan konseling untuk
menghadapi kehamilan dan komplikasinya. Terapi yang diberikan pada
kasus Hiperemesis gravidarum adalah terapi obat-obatan, terapi psikologik,
terapi parenteral dan isolasi. Apabila keadaan tetap memburuk terminasi
kehamilan perlu dipertimbangkan.
8/18/2019 hiperemis gravidarum.pdf
30/30
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Jensen Lowdermilk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi4. Jakarta: Buku Penerbit Kedokteran EGC.Mansjoer, Arif. 2000.Kapita Selekta Kedokteran (Edisi 3).Jakarta: Media
Aesculapius
Runiari, N. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Hiperemesis Gravidarum Penerapan Konsep dan Teori Keperawatan . Jakarta :SalembaMedika
Sukowati.2010. Model Konsep dan Teori Keperawatan (Aplikasi pada Kasus
Obstetri dan Ginekologi) . Bandung : Refika Aditama
Green, Carol J.2012. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Dan Bayi Baru
Lahir . Jakarta : EGC