EKONOMI MINGGUAN
Edisi
4 / 2 / 2019 Kementrian Koordinator
Bidang Perekonomian
Date Country Release Current Previous
13-Feb Industrial Production YoY DEC -4% -3%14-Feb GDP Growth Rate YoY 2nd Est Q4 0.012 0.01615-Feb Balance of Trade DEC €17B €19.7B11-Feb Retail Sales YoY DEC 7.70% 3.40%15-Feb Balance of Trade JAN $-1.16B $-1.03B13-Feb GDP Growth Annualized Prel Q4 0.014 -0.02615-Feb Industrial Production YoY Final DEC -1.90% 1.50%
Euro Area
Japan
Indonesia
PASAR VALAS
Kurs 15-Feb-19 Percentage Change (%wtw) Movement
Indonesia 14,154.00
Eropa 1.13
Inggris 1.29
Jepang 110.47
Tiongkok 6.77
Dollar Index 96.90
-1.41
-0.24
-0.42
-0.67
-0.28
0.21
IDR
EUR
GBP
JPY
CNY
DXY
PERINGKAT NILAI TUKAR
0.63%
0.11%
-0.02%
-0.02%
-0.35%
-0.41%
-0.42%
-0.44%
-0.67%
-0.68%
-1.30%
Thai Baht
Indian Rupee
Hong Kong Dollar
Singapore Dollar
Taiwanese Dollar
Chinese Renminbi
Malaysian Ringgit
South Korean Won
Japanese Yen
Philippine Peso
Indonesian Rupiah
PASAR SAHAM
Kurs 15-Feb-19 Movement
Indonesia 6,389.09
Tiongkok 25,883.25
Eropa 3,004.46
Inggris 20,900.63
Jepang 2,682.39
-2.03
3.09
3.04
2.79
2.45
JCI
DJI
SX5P
NKY
SHCOMP
Percentage Change (wtw)
PERINGKAT INDEKS SAHAM
7.95%
7.60%
7.56%
5.93%
5.57%
4.67%
4.43%
3.47%
3.14%
-0.10%
-0.72%
Hong Kong
Korea Selatan
Tiongkok
Filipina
Singapura
Thailand
Jepang
Taiwan
Indonesia
Malaysia
India
Date Country Release Current Previous
14-Feb Balance of Trade JAN $39.16B $57.06B13-Feb GDP Growth Annualized Prel Q4 1.40% -2.60%12-Feb API Crude Oil Stock Change FEB/08 -0.998M 2.514M13-Feb Inflation Rate YoY JAN 1.6% 1.9%11-Feb GDP YoY DEC 0.01 0.01511-Feb Balance of Trade DEC £-3.229B £-3.615B13-Feb Inflation Rate YoY JAN 1.80% 2.10%
UK
US
China
PASAR UANG
Kurs 15-Feb-19 Movement (wtw) Movement (ytd) Movement
Yield 8.05
PUAB 7.02
Overnight 5.81 0.00
-0.09
-0.24
0.00
-5.50
-0.29
FOREIGN INVESTMENT
(20.30)
(120.00)
(100.00)
(80.00)
(60.00)
(40.00)
(20.00)
-
11
-Fe
b
12
-Fe
b
13
-Fe
b
14
-Fe
b
15
-Fe
b
Foreign Investment on Stocks
(Million USD)
(98.60) (200.00)
(100.00)
-
100.00
200.00
11
-Fe
b
12
-Fe
b
13
-Fe
b
14
-Fe
b
15
-Fe
b
Foreign Investment on Government Bonds (Million USD)
ALIRAN DANA ASING
Saham Obligasi Periode (Saham/Obligasi)
Indonesia 761.4 1,967.9 Per 15 Feb 2019 / 13 Feb 2019
AS -129,543.0 283,818.0 Per 31 Des 2018 / 31 Des 2018
Filipina 427.1 4,620.1 Per 15 Feb 2019 / 1 Okt 2018
India 283.4 -384.1 Per 14 Feb 2019
Malaysia 224.5 -422.4 Per 14 Feb 2019 / 31 Jan 2018
Thailand -51.2 -435.0 Per 15 Feb 2019
Tiongkok -11,104.5 66,542.2 Per 31 Des 2018 / 15 Feb 2019
Vietnam 148.0 Per 15 Feb 2019 / 31 Des 2019
PASAR KOMODITAS MINERAL
Kurs 15-Feb-19 Movement Percentage Change (%wtw)
Batu Bara 94.85
Brent 66.25
Emas 1,322.49
Nikel 12,321.00
Tembaga 279.85
WTI 55.59
-2.42
6.68
0.62
-1.45-0.43
5.44
Brent WTI
PASAR KOMODITAS PERTANIAN
Kurs 15-Feb-19 Movement Percentage Change (%wtw)
Beras 10.09
CPO 2,254.00
Gandum 507.00
Gula 13.00
Kedelai 921.50
-0.19 -0.53
0.241.36 1.36
Rilis Mingguan (11 Feb - 15 Feb 2019)
Asisten Deputi Moneter dan Neraca Pembayaran
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan
Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian
Menggali Leading Sector Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan merupakan
salah satu sektor penting dalam pembangunan
ekonomi nasional. Sektor ini menjadi motor
penggerak perekonomian Indonesia karena
memberikan kontribusi yang cukup signifikan
pada pertumbuhan ekonomi. Sektor industri
pengolahan merupakan sektor yang cukup
stabil dan menjadi salah satu penopang
perekonomian negara di tengah ketidakpastian
perekonomian dunia dengan tingkat
pertumbuhan yang positif.
Grafik 1. Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor Industri Pengolahan
Sumber : Tabel Input Output Indonesia 2010, diolah
Sektor industri pengolahan
memberikan kontribusi terbesar terhadap
perekonomian nasional, namun sejak 2005
pertumbuhan industri pengolahan selalu di
bawah pertumbuhan ekonomia (PDB) serta
diikuti kontribusinya yang terus menurun.
Mengingat pentingnya sektor ini dalam upaya
untuk meningkatkan laju pertumbuhan
ekonomi nasional, dimana saat ini Indonesia
tengah berada dalam transisi dari
perekonomian yang berbasis agraris menjadi
perekonomian semi-industrial, maka
diperlukan strategi dan kebijakan yang tepat
agar dapat kembali mengangkat kinerja sektor
industri pengolahan. Salah satu strategi yang
dapat dilakukan adalah dengan menganalisis
potensi yang dimiliki oleh masing-masing
sektor. Alat analisis yang dapat digunakan
untuk melihat potensi suatu sektor salah
satunya adalah dengan menggunakan analisis
keterkaitan antarsektor.
Dalam analisis keterkaitan antarsektor
tersebut terdapat dua macam indeks yaitu
indeks daya penyebaran (DP) dan indeks
derajat kepekaan (DK). Kedua indeks ini
mampu melihat sektor yang mampu
merangsang pertumbuhan ekonomi dan
memiliki kepekaan yang tinggi. Sektor yang
memiliki nilai tambah tinggi belum tentu
memiliki indeks DP dan indeks DK yang tinggi.
Sektor dengan nilai indeks DP dan indeks DK
yang tinggi merupakan sektor kunci bagi
pembangunan ekonomi (leading sector). Oleh
karena itu, tulisan ini bertujuan untuk
mengidentifikasi subsektor yang menjadi
leading sector dari sektor industri pengolahan
dengan menggunakan Tabel Input Output
Indonesia tahun 2010, sehingga dapat
membantu dalam pengembangan sektor
industri pengolahan yang lebih terarah dan
tepat dalam rangka kembali meningkatkan
pertumbuhannya.
Berdasarkan Tabel Input-Output Indo-
nesia tahun 2010 total permintaan barang dan
jasa di Indonesia adalah sebesar Rp13.109,12
triliun. Sektor industri pengolahan memiliki
nilai permintaan terbesar yaitu Rp4.370,81 tri-
liun atau berkontribusi sebesar 33,34% dari to-
tal permintaan di Indonesia. Dari total per-
mintaan sektor industri pengolahan tersebut
sebagian besar yaitu 48,02% digunakan untuk
permintaan antara, sedangkan sisanya yaitu
31,14% digunakan untuk permintaan akhir do-
mestik dan 20,85% digunakan untuk per-
mintaan ekspor. Sementara jika dilihat dari sisi
penawarannya, hampir sebagian besar per-
mintaan akan sektor industri pengolahan di-
penuhi oleh output dalam negeri yaitu men-
capai 88,50%, sedangkan sisanya sebesar
11,50% berasal dari impor.
Asisten Deputi Moneter dan Neraca Pembayaran
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan
Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian
Tabel 1. Struktur Permintaan dan Penawaran Sektor Industri Pengolahan
Uraian Nilai (Rp. Tri-
liun)
Persentase
(%)
Penawaran 4.370,82 100,00
Output Domestik 3.868,20 88,50
Impor 502,62 11,50
Permintaan 4.370,82 100, 00
Permintaan Antara 2.098,66 48,02
Permintaan Akhir Do-
mestik 1.360,92 31,14
Ekspor 911,24 20,85
Sumber : Tabel Input Output Indonesia 2010, diolah
Besarnya kontribusi untuk permintaan
antara pada sektor industri pengolahan
menunjukkan bahwa sektor ini memiliki
peranan yang besar dari output yang
dihasilkannya terhadap sektor-sektor
perekonomian lainnya seperti terlihat pada
angka keterkaitan sektor ini terhadap sektor
lainnya baik pada keterkaitan kedepan
(forward linkage) maupun keterkaitan
kebelakang (backward linkage). Dari total 92
subsektor industri pengolahan yang ada dalam
Tabel Input-Output Indonesia tahun 2010,
diperoleh 10 subsektor yang yang memiliki
nilai keterkaitan kedepan dan kebelakang yang
terbesar. Subsektor barang-barang hasil kilang
minyak dan gas bumi memiliki nilai keterkaitan
kedepan yang terbesar atau dapat diartikan
sangat tergantung dengan sektor lain sebagai
peminta bahan masukan. Sementara subsektor
makanan dan minuman yang terbuat dari susu
memiliki nilai keterkaitan kebelakang yang
besar atau dengan kata lain sektor ini sangat
penting kedudukannya terutama dalam
menyediakan bahan masukan yang diperlukan
oleh sektor-sektor terkait kepadanya.
Tabel 2. Sepuluh Subsektor Industri Pengolahan yang Memiliki Nilai
Keterkaitan Kedepan dan Kebelakang Terbesar
No. Keterkaitan Kedepan (Forward Linkage)
Keterkaitan Kebelakang (Backward Linkage)
Sektor Nilai Sektor Nilai
1
Barang-barang Hasil Ki-lang Min-yak dan Gas Bumi
6.117882
Makanan dan Minu-man Ter-buat dari Susu
2.346742
2
Kimia Dasar Kecuali Pupuk
3.260298
Hasil Pen-golahan Dan Pengawe-tan Daging
2.304142
3
Damar Sintetis, Bahan Plastik
3.059408 Roti, Biskuit dan Sejenisnya
2.246888
No. Keterkaitan Kedepan (Forward Linkage)
Keterkaitan Kebelakang (Backward Linkage)
Sektor Nilai Sektor Nilai
dan Serat Sintetis
4 Kertas 2.688047 Mie, Maca-roni dan Sejenisnya
2.221991
5 Benang 2.639706 Makanan Lainnya
2.191207
6 Besi dan Baja Da-sar
2.413773 Coklat dan Kembang Gula
2.177348
7
Barang-Barang dari Plas-tik
2.399577 Gula 2.124722
8 Tepung Lainnya
2.388365 Bubur Ker-tas
2.059593
9 Makanan Hewan Olahan
2.347474
Barang-ba-rang Lainnya dari Karet
2.055367
10
Tepung gandum dan te-pung meslin
2.322524
Barang dari Tekstil Selain Kain dan Paka-ian Jadi
2.043373
Sumber : Tabel Input Output Indonesia 2010, diolah
Dari analisis tabel Input Output juga
dapat diketahui leading sector melalui indeks
DP dan indeks DK. Indeks ini pada dasarnya
adalah nilai keterkaitan kebelakang dan
kedepan yang telah dinormalisasi dengan cara
membandingkan rata-rata perubahan yang
ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata–
rata perubahan dari keseluruhan sektor.
Dengan indeks ini dapat diketahui sektor mana
yang mempunyai kemampuan untuk
mendorong pertumbuhan sektor-sektor hulu
dan hilirnya melalui mekanisme transaksi
pasar output dan input. Penentuan sektor
prioritas (leading sector) dapat dilihat dari nilai
indeks DP dan indeks DK. Bila suatu sektor
memiliki nilai indeks DP dan nilai DK tinggi
maka sektor tersebut dikategorikan sebagai
sektor kunci atau sektor prioritas (leading
sector) dalam perekonomian. Terdapat
beberapa kriteria peringkat sektor prioritas
yang dapat dirinci sebagai berikut (BPS, 2008):
Tabel 3. Kriteria Penentuan Peringkat Sektor Prioritas
Indeks Daya Penyebaran
Indeks Derajat Kepekaan
Prioritas
Tinggi (>1) Tinggi (>1) I Tinggi (>1) Rendah (<1) II
Rendah (<1) Tinggi (>1) III Rendah (<1) Rendah (<1) IV
Sumber : BPS
Asisten Deputi Moneter dan Neraca Pembayaran
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan
Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian
Grafik 2. Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat Kepekaan Subsektor Industri Pengolahan
Sumber : Tabel Input Output Indonesia 2010, diolah
Tabel 4. Subsektor Prioritas Dalam Sektor Industri Pengolahan
Prioritas I (24 Subsektor)
Coklat dan kembang gula; gula; bubur kertas; makanan hewan olahan; tepung lainnya; benang; minyak hewan dan minyak nabati; besi dan baja dasar; hasil pemotongan hewan; hasil penggilingan padi dan penyosohan beras; barang-barang dari kertas dan karton; karet remah dan karet asap; produksi farmasi; barang-barang dari plastik; logam dasar bukan besi; kayu gergajian dan kayu olahan, kertas; barang-ba-rang lainnya dari bahan bukan logam; sepeda motor; kayu lapis dan sejenisnya; perlengkapan listrik lainnya; pupuk; tepung gandum dan tepung meslin; dan barang-barang logam lainnya.
Prioritas II (52 subsektor)
Mesin listrik dan perlengkapannya; bahan bangunan dari logam; se-men; makanan lainnya; alat ukur; fotografi; optik dan jam; permadani; tali dan penutup lantai lainnya; cat dan tinta cetak; tembakau olahan; makanan dan minuman terbuat dari susu; ban; jasa perawatan dan perbaikan produk-produk logam pabrikan, mesin-mesin; barang-ba-rang dari tanah liat, keramik porselen; mesin penggerak mula; mesin pembangkit dan motor listrik; kaca dan barang-barang dari kaca; kopra; barang cetakan, barang tekstil selain kain dan pakaian jadi; mi-numan beralkohol; pestisida; bahan bangunan daru kayu; barang-ba-rang lainnya dari kayu, gabus, bambu, dan rotan; alat listrik untuk ru-mah tangga, barang-barang hasil industri lainnya; teh olahan; kopi olahan; vernis dan lak; kereta api dan jasa perbaikannya; hasil pen-golahan dan pengawetan buah-buahan dan sayur-sayuran; baterai dan aki; hasil pengolahan dan pengawetan daging; barang-barang dari ku-lit; perabotan rumah tangga dan kantor selain dari logam; pakaian jadi; barang-barang lainnya dari karet; alat-alat musik; kedelai olahan; sabun dan bahan pembersih; alat-alat olahraga; obat tradisional; alat kedokteran; hasil pengawetan dan penyamakan kulit; ikan kering dan ikan asin; minuman beralkohol; hasil pengolahan dan pengawetan ikan; roti, biskuit dan sejenisnya; alas kaki; barang-barang rajutan; alat permainan dan mainan anak-anak; mie, amcaroni, dan sejenisnya; ba-rang-barang hasil pengecoran logam; dan perhiasan.
Prioritas III (7 subsektor)
Barang-barang hasil kilang minyak dan gas bumi; kimia dasar kecuali pupuk; damar sintetis, bahan plastik, dan serat sintetis, kendaraan ber-motor kecuali sepeda motor; barang-barang elektronik, komunikasi dan perlengkapannya; barang-barang kimia lainnya; mesin lainnya dan perlengkapannya.
0.5000
1.0000
1.5000
2.0000
2.5000
3.0000
3.5000
4.0000
0.5000 0.6000 0.7000 0.8000 0.9000 1.0000 1.1000 1.2000 1.3000 1.4000 1.5000
Ind
eks
De
raja
t K
epe
kaan
Indeks Daya Penyebaran
Prioritas I
Prioritas II
Prioritas III
Prioritas IV
Asisten Deputi Moneter dan Neraca Pembayaran
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan
Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian
Prioritas IV (9 subsektor)
Mesin untuk keperluan kantor dan akunting, dan bagian perlengka-pannya; tekstil; alat pengangkutan lainnya; alat-alat dapur, pertukan-gan, perabot; kapal dan jasa perbaikannya; kosmetik; rokok; pesawat terbang dan jasa perbaikannya; dan senjata dan amunisi, matalurgi dan jasa.
Sumber : Tabel Input Output Indonesia 2010, diolah
Subsektor prioritas I dalam sektor
industri pengolahan terdapat sebanyak 24
subsektor. Subsektor-subsektor tersebut
mempunyai nilai indeks DP dan indeks DK yang
tinggi atau memiliki dampak penyebaran pada
sektor hulu atau sektor input produksi, dan
outputnya menjadi input sektor lain atau
sektor hilir. Jika terjadi gejolak yang
mempengaruhi sektor prioritas maka akan
berdampak cukup signifikan bagi sektor
industri pengolahan dan perekonomian secara
agregat terutama pada sektor-sektor yang
memiliki keterkaitan yang tinggi dengannya.
Begitu pula bila terdapat stimulus pada sektor
prioritas, maka berdampak pada peningkatan
pertumbuhan yang lebih besar tehadap sektor-
sektor perekonomian lainnya.
Subsektor industri pengolahan yang
termasuk dalam prioritas II yaitu sebanyak 52
subsektor. Sebagian besar subsektor pada
sektor industri pengolahan berada pada
kelompok ini. Subsektor-subsektor tersebut
mampu memacu pertumbuhan sektor input
atau hulu dan juga menunjukkan bahwa
subsektor tersebut memiliki rantai keterkaitan
yang pendek atau sektor hilir yang lebih dekat
dengan konsumen.
Subsektor industri pengolahan yang
masuk dalam prioritas III sebanyak 7 subsektor
yaitu subsektor dengan nilai indeks DP rendah
namun memiliki indeks DK yang tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa subsektor-subsektor
tersebut belum mampu memacu pertumbuhan
produksi sektor-sektor inputnya, namun
memiliki kepekaan yang tinggi terhadap
perubahan eksternal pada sektor-sektor
hilirnya.
Subsektor industri pengolahan dengan
prioritas IV atau prioritas terakhir yaitu
subsektor yang memiliki nilai indeks DP dan
indeks DK yang rendah. Terdapat 9 subsektor
industri pengolahan yang masuk dalam
kategori ini. Subsektor-subsektor tersebut
tidak bisa diandalkan dalam merangsang
pertumbuhan produksi sektor-sektor lain dan
juga memiliki kepekaan yang rendah terhadap
perubahan pada sektor-sektor hilirnya.
Penulis: Ai Dewi Robiatul Adawiah
Kepala Subbidang Stabilitas Sistem Keuangan
dan Sistem Pembayaran
Asdep Moneter dan Neraca Pembayaran
Referensi
1. Imas Wildan Rafiqah dkk, Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan Sektor Pertanian dalam
Pembangunan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah.
2. Abednego Dwi Septiadi dkk, Analisis Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan Sektor Ekonomi di
Jawa Tengah, 2017.
3. Muhammad Azwar Anas, Peranan Sektor Industri Pengolahan Dalam Perekonomian Provinsi
Jawa Tengah Dengan Pendekatan Analisis Input Output, 2015.
4. Arif Darmawan, Perkembangan Industri Manufaktur di Indonesia tahun 2015-2016.