perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Triyana et al. /Hubungan antara Resiliensi dan Stres
1
Hubungan antara Resiliensi dan Stres dalam Menyusun Skripsi pada Mahasiswa
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Correlation between Resiliency and Stress in Completing Thesis on College Students at
Department of Psychology Sebelas Maret University
Marlyn Triyana, Tuti Hardjajani, Nugraha Arif Karyanta
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebalas Maret
ABSTRAK
Mahasiswa yang sedang menyusun skripsi menemui berbagai hambatan yang membuat
mahasiswa mengalami stres. Mahasiswa yang mengalami stres perlu penanganan secepatnya, sebab
mahasiswa yang mengalami stres saat menyusun skripsi berdampak pada kelulusan mahasiswa
tidak tepat waktu. Di sisi lain, resiliensi merupakan salah satu faktor penting bagi mahasiswa yang
mengalami stres. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara resiliensi dengan stres
dalam menyusun skripsi pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret.
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2008 sampai 2010 di Program Studi
Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang sedang mengerjakan skripsi dengan
masa studi lebih dari empat tahun. Penelitian ini adalah studi populasi yang melibatkan seluruh
populasi yang berjumlah 40 mahasiswa. Alat ukur yang digunakan yaitu skala stres dalam
menyusun skripsi dengan daya beda aitem 0,305 - 0,659 dan reliabilitas 0,746, skala resiliensi
dengan daya beda aitem 0,300 - 0,653 dan reliabilitas 0,805.
Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu ada hubungan negatif antara resiliensi dengan stres
dalam menyusun skripsi pada mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret. Hubungan tersebut ditunjukkan dari hasil korelasi product moment
diperoleh r = -0,427 dan p = 0,006 (p < 0,05). Adanya hubungan negatif tersebut didukung hasil
tingkat stres dalam menyusun skripsi responden penelitian termasuk kategori tinggi dan tingkat
resiliensi responden penelitian termasuk kategori rendah. Artinya, semakin rendah resiliensi, maka
semakin tinggi stres dalam menyusun skripsi. Besarnya sumbangan resiliensi terhadap stres dalam
penyusunan skripsi 18,3%. Hal ini berarti masih terdapat beberapa variabel lain yang
mempengaruhi stres dalam penyusunan skripsi sebesar 81,7%.
Kata kunci: Resiliensi, stres, mahasiswa.
PENDAHULUAN
Mahasiswa adalah orang yang belajar di
perguruan tinggi, baik di universitas maupun
institusi atau akademi. Individu yang terdaftar
sebagai murid di perguruan tinggi dapat
disebut sebagai mahasiswa (Takwin, 2008).
Monks (2007) menjelaskan bahwa mahasiswa
digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa
awal, yaitu pada usia 18-21 dan 22-24 tahun.
Pada usia tersebut mahasiswa mengalami
masa peralihan dari remaja akhir ke dewasa
awal. Remaja akhir dan dewasa awal
merupakan tahap perkembangan yang sulit
dan kritis. Tugas perkembangan pada masa
tersebut menuntut perubahan besar dalam
bersikap dan berperilaku sehingga mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Triyana et al. /Hubungan antara Resiliensi dan Stres
2
mengarahkan diri dan mengambil keputusan
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Saat mahasiswa telah menempuh semester
akhir dan telah menyelesaikan seluruh mata
kuliahnya, mahasiswa diwajibkan untuk
membuat suatu karya ilmiah yaitu skripsi. Di
setiap angkatan dapat dipastikan ada beberapa
mahasiswa yang tidak dapat menyelesaikan
perkuliahan tepat waktu. Hal ini dibuktikan
penelitian yang pernah dilakukan oleh Dewi
(2011) di Universitas Sebelas Maret pada
Program Studi Psikologi. Mahasiswa angkatan
2004 yang telah lulus selama empat tahun
(delapan semester) sebanyak 17 orang dari
sejumlah 54 mahasiswa, artinya sekitar 68%
mahasiswa lainnya terlambat lulus. Sedangkan
pada angkatan 2005 yaitu dari 40 mahasiswa,
baru terdapat 8 orang lulus, dengan kata lain
80% mahasiswa masih dalam proses skripsi.
Angkatan 2006 yang telah lulus sebanyak 13
orang dari 70 mahasiswa, artinya 81,4%
terlambat lulus. Pada angkatan 2007 dari 68
mahasiswa, sebanyak 12 mahasiswa yang
lulus, artinya sekitar 82,4% yang tidak
mencapai kelulusan selama empat tahun studi.
Mahasiswa yang kelulusannya tidak tepat
waktu, karena dalam pengerjaan skripsi
menemui berbagai hambatan, antara lain
hambatan membuat judul yang menarik dan
pencarian bahan atau literatur memang tidak
mudah, karena tidak semua informasi dapat
dijadikan literatur dan proses pencarian
membutuhkan waktu yang relatif lama.
Mahasiswa kurang tekun untuk berkonsultasi
dengan dosen, dengan alasan dosen sulit
ditemui, dan ketidakmampuan mahasiswa
dalam membagi waktu dalam menyusun
skripsi.
Berbagai hambatan seperti dijelaskan di atas
berpotensi memberikan tekanan pada diri
mahasiswa, cemas, sulit berkonsentrasi, malas
mengerjakan skripsi, menghindar, atau bahkan
meningkatnya permasalahan psikologis yang
lain, misalnya frustasi, stres, atau menunda
mengerjakan skripsi. Dampak mahasiswa
yang tidak lulus tidak tepat waktu dapat
mengurangi kualitas perkuliahan dan nilai
Indeks Prestasi (IP). Hasil penelitian lain
yang dilakukan oleh Fadilah (2013) di
Universitas Mulawarman menjelaskan bahwa
mahasiswa yang sedang menyusun skripsi
mengalami peningkatan stres yang tinggi.
Semua kesulitan dapat menimbulkan stres
yang akan bertambah jika ada teman-teman
satu angkatan atau angkatan di bawahnya
sudah mampu menyelesaikan lebih dahulu.
Oleh sebab itu, mahasiswa dituntut untuk
segera menyelesaikan skripsi tersebut dalam
jangka waktu yang telah ditentukan, sehingga
tidak timbul stres.
Stres terjadi ketika tekanan dirasa melebihi
kemampuan seseorang untuk mengatasinya
Palmer (2007). Stres merupakan kondisi
ketika individu berada dalam situasi yang
penuh tekanan atau ketika individu merasa
tidak sanggup mengatasi tuntutan yang
dihadapinya. Tuntutan terhadap mahasiswa
merupakan sumber stres yang potensial.
Sumber stres yang potensial memicu
timbulnya stres yang berhubungan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Triyana et al. /Hubungan antara Resiliensi dan Stres
3
peristiwa akademis (academic stress) maupun
psikologis. Ketika individu mengalami stres
seringkali tidak memiliki kemampuan
mengatasi atau melakukan strategi dengan
tepat, sehingga permasalahan yang dihadapi
tidak mampu terselesaikan. Reaksi stres
mahasiswa dapat muncul dalam bentuk
perubahan psikologis dan fisik yang
mempengaruhi motivasi rendah dan
berdampak pada penundaan penyusunan
skripsi. Hambatan yang bersifat psikologis
biasanya menjadi penyebab yang paling
berpengaruh dalam timbulnya stres (Shenoy,
2004).
Amelia, dkk. (2014) menjelaskan, bahwa stres
pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Riau, bersumber dari akademik
maupun non akademik. Stres yang bersumber
dari akademik seperti jadwal kuliah dan
praktikum yang padat, tugas yang menumpuk,
bahan ujian yang banyak, Indeks Prestasi
Kumulatif (IPK) rendah dan masalah
akademik lainnya. Sedangkan stres yang
berasal dari non akademik adalah masalah
keuangan, masalah keluarga, interpersonal
maupun intrapersonal. Kutipan tersebut
menjelaskan bahwa faktor stres yang terjadi
pada mahasiswa dipengaruhi oleh faktor di
luar mahasiswa, seperti tugas yang padat,
jadwal kuliah padat, IPK rendah, masalah
keuangan, dan keluarga.
Santrock (2003) menyebutkan, bahwa faktor-
faktor yang menyebabkan stres, yaitu: 1)
beban yang terlalu berat, konflik, dan
frustrasi; 2) faktor kepribadian; dan 3) faktor
kognitif. Tipe kepribadian yang dimiliki
mahasiswa berpengaruh terhadap upaya-upaya
yang dilakukan oleh mahasiswa dalam
menyelesaikan skripsinya. Ada tipe
mahasiswa yang tetap optimis ketika menemui
kesulitan, tetapi ada juga mahasiswa yang
pesimis.
Mahasiswa yang memiliki kepribadian
optimistis dalam menghadapi hambatan akan
berusaha untuk mengatasi hambatan dan
terhindar dari stres, sehingga penyusunan
skripsi dapat diselesaikan. Sebaliknya,
mahasiswa yang memiliki kepribadian pesimis
kurang berusaha dalam mengatasi hambatan
yang menjadi beban, sehingga mahasiswa
dalam mengerjakan skripsi menjadi tidak tepat
waktu. Kepribadian optimis memotivasi
mahasiswa untuk memaksimalkan
kemampuannya dalam menyelesaikan skripsi.
Kemampuan mahasiswa untuk tetap
mengerjakan skripsi walaupun mengalami
kesulitan disebut resiliensi.
Mahasiswa yang memiliki resiliensi tinggi
adalah mahasiswa yang berhasil keluar dari
masalah-masalah yang dihadapi dan sukses
dalam menjalani masa studinya serta
menganggap masalah tersebut adalah bagian
dari tantangan masa studinya, dan bukan hal
yang harus dijadikan alasan untuk terpuruk.
Widuri (2012) dalam penelitiannya dengan
subjek mahasiswa di Universitas Ahmad
Dahlan menjelaskan bahwa mahasiswa
membutuhkan resiliensi agar mampu
menyesuaikan diri dan tetap dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Triyana et al. /Hubungan antara Resiliensi dan Stres
4
mengembangkan dirinya dengan baik sesuai
kompetensi yang dimiliki.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat
diketahui, bahwa mahasiswa yang sedang
menyusun skripsi menemui berbagai
hambatan yang membuat mahasiswa
mengalami stres. Mahasiswa yang mengalami
stres perlu penanganan secepatnya, sebab
mahasiswa yang mengalami stres saat
menyusun skripsi berdampak pada kelulusan
mahasiswa tidak tepat waktu. Mahasiswa akan
menunda-nunda menyelesaikan skripsi.
Resiliensi merupakan salah satu faktor penting
bagi mahasiswa yang mengalami stres. Oleh
sebab itu, peneliti ingin melakukan penelitian
pada mahasiswa Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret dengan judul: “Hubungan antara
Resiliensi dengan Stres dalam Menyusun
Skripsi pada Mahasiswa Program Studi
Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret”.
DASAR TEORI
1. Stres pada Mahasiswa dalam Menyusun
Skripsi
Stres dialami oleh setiap orang, tidak
mengenal jenis kelamin, usia, kedudukan,
jabatan atau status sosial ekonomi. Stres bisa
dialami oleh bayi, anak-anak, remaja maupun
orang dewasa. Stres merupakan istilah yang
berasal dari bahasa latin “singere” yang
berarti “keras” (stricus). Istilah ini mengalami
perubahan seiring dngan perkembangan
penelaahan yang berlanjut dari waktu ke
waktu dari straise, strest, stresce, dan stress
(Yosep, 2007).
Stres menurut Sarafino (1998), adalah kondisi
yang disebabkan oleh interaksi antara individu
dengan lingkungan, menimbulkan persepsi
jarak antara tuntutan-tuntutan, berasal dari
situasi yang bersumber pada sistem biologis,
psikologis, dan sosial dari seseorang. Stres
muncul sebagai akibat dari adanya tuntutan
yang melebihi kemampuan individu untuk
memenuhinya. Seseorang yang tidak bisa
memenuhi tuntutan kebutuhan, akan
merasakan suatu kondisi ketegangan dalam
diri. Ketegangan yang berlangsung lama dan
tidak ada penyelesaian akan berkembang
menjadi stres.
Menurut Sarwono (1997), mahasiswa adalah
kelompok masyarakat yang statusnya terikat
dengan perguruan tinggi. Ismanda dkk.
(2013), mendefinisikan mahasiswa adalah
setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk
mengikuti pelajaran-pelajaran di Perguruan
Tinggi dengan batas usia 18-30 tahun. Untuk
mencapai kelulusan di perguruan tinggi,
mahasiswa harus menyelesaikan tugas
membuat skripsi. Mengerjakan sebuah skripsi
menjadikan kebanyakan mahasiswa stres,
takut, bahkan sampai frustasi dan ada juga
yang nekat bunuh diri.
Stres pada mahasiswa dalam menyusun
skripsi, yaitu keadaan internal yang dapat
diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau
kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Triyana et al. /Hubungan antara Resiliensi dan Stres
5
potensial membahayakan, tidak terkendali
atau melebihi kemampuan individu untuk
mengatasinya, sehingga individu merasakan
suatu kondisi ketegangan dalam diri saat
menyusun skripsi sebagai tugas akhir dalam
perkuliahan.
Santrock (2003) menyebutkan bahwa faktor-
faktor yang menyebabkan stres terdiri atas:
a. Beban yang terlalu berat, konflik dan
frustrasi menyebabkan perasaan tidak
berdaya, kelelahan secara fisik dan
emosional.
b. Faktor kepribadian, tipe kepribadian A
merupakan tipe kepribadian yang
cenderung untuk mengalami stres.
c. Faktor kognitif, sesuatu yang
menimbulkan stres tergantung bagaimana
individu menilai dan menginterpretasikan
suatu kejadian secara kognitif.
Aspek-aspek stres menurut Sarafino (1998)
ada dua, yaitu:
a. Biologis, individu yang mengalami stres
diketahui akan menunjukkan reaksi
jantung berdetak lebih cepat, bernafas
lebih cepat, kemudian otot tangan dan
kaki menjadi tegang. Reaksi tersebut
berasal dari sistem saraf simpatik dan
sistem endokrin yang berusaha
mempertahankan tubuh ketika
menghadapi hal-hal yang menyebabkan
stres.
b. Psikososisal, yang terdiri atas:
1) Kognitif, seorang individu yang
mengalami stres, perhatiannya akan
menjadi kacau dan juga fungsi otaknya
berkurang, misalnya dalam proses
mengingat.
2) Emosi, emosi cenderung terjadi
mengiringi stres, dan seringkali orang-
orang menggunakan keadaan emosinya
untuk menjelaskan stres yang dialami.
3) Sistem sosial, stres dapat mengubah
perilaku individu terhadap sesamanya.
Situasi yang berpotensi menimbulkan
stres dapat mempengaruhi seseorang
menjadi lebih perhatian dan berjiwa
sosial.
2. Resiliensi
Resiliensi berasal dari bahasa latin “salire”
artinya untuk musim semi dan “resilire”
artinya kembali musim semi. Hal ini berarti
resiliensi dianggap sebagai kapasitas untuk
memulihkan atau bangkit kembali (Davidson
et al., 2005, dalam Schaap dkk, 2006).
Menurut Desmita (2007), resiliensi adalah
kemampuan yang dimiliki individu untuk
menghadapi, menempuh, mengurangi, dan
menghilangkan dampak-dampak negatif dari
keadaan yang tidak menyenangkan.
Everall (2007) memaparkan tiga faktor yang
mempengaruhi resiliensi, yaitu:
a. Faktor individual, faktor individual
meliputi kemampuan kognitif individu,
konsep diri, harga diri, dan kompetensi
sosial yang dimiliki individu.
b. Faktor keluarga, faktor-faktor keluarga
yang berhubungan dengan resiliensi, yaitu
hubungan yang dekat dengan orangtua
yang memiliki kepedulian dan perhatian,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Triyana et al. /Hubungan antara Resiliensi dan Stres
6
pola asuh yang hangat, teratur dan
kondusif bagi perkembangan individu.
c. Faktor komunitas, faktor komunitas
meliputi kemiskinan dan keterbatasan
kesempatan. Dukungan sosial yang
diberikan oleh komunitas (dalam hal ini
tetangga, teman, penolong) merupakan
penanda kesuksesan bagi individu..
Reivich dan Shatte (2002) memaparkan tujuh
aspek resiliensi, yaitu pengaturan emosi,
kontrol terhadap impuls, optimisme,
kemampuan menganalisis masalah, empati,
efikasi diri, dan pencapaian.
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah
mahasiswa angkatan 2008 sampai 2010 yang
sedang menyusun skripsi dengan masa studi
lebih dari empat tahun di Program Studi
Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret. Sampel yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah mahasiswa
angkatan 2008 sampai 2010 yang sedang
menyusun skripsi dengan masa studi lebih dari
empat tahun di Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret dengan jumlah sampel penelitian
ditentukan sebanyak 40 mahasiswa. Teknik
sampling dalam penelitian ini menggunakan
studi populasi yang melibatkan semua
individu dalam populasi sebagai responden
yang sesuai dengan karakteristik responden
penelitian yaitu mahasiswa yang sedang
menyusun skripsi dengan masa studi lebih dari
4 tahun.
Metode pengumpulan data penelitian ini
menggunakan alat ukur berupa skala psikologi
dengan jenis skala Likert dengan empat
pilihan jawaban yaitu SS (Sangat Sesuai), S
(Sesuai), TS (Tidak Sesuai), dan STS (Sangat
Tidak Sesuai). Ada dua skala psikologi yang
digunakan, yaitu:
1. Stres dalam Menyusun Skripsi
Skala untuk mengukur stres dalam menyusun
skripsi menggunakan skala stres dari Permana
(2013) dan disusun berdasarkan aspek-aspek
yang dikemukakan oleh Sarafino (1998) yaitu
aspek biologis atau fisik dan aspek psikososial
meliputi gejala kognitif, gejala emosi, dan
gejala sistem sosial atau tingkah laku.
2. Resiliensi
Skala untuk mengukur resiliensi
menggunakan skala stres dari Yuniardi dan
Djudiyah (2011) dan disusun berdasarkan
aspek-aspek yang dikemukakan oleh Reivich
dan Shatte (2002) yaitu pengaturan emosi,
kontrol terhadap impuls, optimisme,
kemampuan menganalisis masalah, empati,
efikasi diri, dan pencapaian.
HASIL- HASIL
Hasil uji validitas skala stres dalam
menyusun skripsi, diketahui dari 56 aitem
skala terdapat 22 aitem yang gugur dengan
koefisien reliabilitas sebesar 0,746. Hasil uji
validitas skala resiliensi, diketahui dari 60
aitem skala terdapat 20 aitem yang gugur
dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,805.
1. Uji Asumsi Dasar
a. Uji Normalitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Triyana et al. /Hubungan antara Resiliensi dan Stres
7
Uji normalitas dalam penelitian ini
menggunakan uji One Sample
Kolmogorov-Smirnov bahwa nilai
signifikansi stres dalam menyusun
skripsi adalah sebesar 0,753 > 0,05.
Nilai signifikansi resiliensi adalah
sebesar 0,841 > 0,05. Berdasarkan
hasil signifikansi kedua variabel
penelitian menunjukkan nilai diatas
0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa data variabel penelitian telah
terdistribusi secara normal.
b. Uji Linearitas
Variabel dikatakan linear jika taraf
signifikansi kurang dari 0,05.
Hubungan antara stres dalam
menyusun skripsi dengan resiliensi
menghasilkan nilai signifikansi
(linearity) sebesar 0,003, maka dapat
disimpulkan bahwa antara variabel
stres dalam menyusun skripsi dengan
resiliensi terdapat hubungan yang
linear.
2. Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil uji hipotesis diketahui
bahwa nilai korelasi (r) antara variabel
resiliensi dengan stres dalam menyusun
skripsi sebesar -0,427 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,006 (p < 0,05).
Artinya hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini diterima, yaitu terdapat
hubungan yang negatif dan signifikan
antara resiliensi dengan stres dalam
menyusun skripsi.
Nilai koefisien korelasi ganda R dalam
penelitian ini adalah 0,427 dan nilai
determinasi R2 (R square) adalah 0,183
atau 18,3%.
PEMBAHASAN
Berdasarkan penghitungan analisis hasil
penelitian yang telah Peneliti lakukan, didapat
hasil uji korelasi product moment dari Pearson
antara resiliensi dengan stres dalam menyusun
skripsi diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar
-0,427 dengan nilai signifikansi sebesar 0,006
(p < 0,05), artinya hubungan antara resiliensi
dengan stres dalam menyusun skripsi adalah
signifikan. Hubungan kedua variabel yang
terbentuk masuk dalam kategori sedang. Arah
hubungan adalah negatif karena nilai r negatif,
artinya semakin tinggi resiliensi maka
semakin rendah tingkat stres dalam menyusun
skripsi pada mahasiswa Program Studi
Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret. Demikian pula sebaliknya,
semakin rendah resiliensi maka semakin
tinggi pula tingkat stres dalam menyusun
skripsi pada mahasiswa Program Studi
Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret.
Hasil penelitian tersebut mendukung
penelitian yang pernah dilakukan oleh
Vesdiawati (2008) dengan subjek yang
berbeda. Kesimpulan penelitian yaitu ada
hubungan negatif antara resiliensi dengan
stres pada anggota Polri di wilayah Poltabes
Yogyakarta dapat diterima. Hasil analisis
korelasi dengan menggunakan teknik korelasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Triyana et al. /Hubungan antara Resiliensi dan Stres
8
product moment dari Pearson menunjukkan
koefisien korelasi (r) sebesar -0,314 dengan p
= 0,002 (p < 0,05), dengan hasil tersebut dapat
diartikan bahwa ada hubungan negatif yang
sangat signifikan antara resiliensi dengan stres
pada anggota Polri. Semakin tinggi resiliensi
maka semakin rendah stres yang dialami
anggota Polri.
Berdasarkan hasil analisis determinasi,
diperoleh nilai R Square sebesar 0,183. Hasil
ini menunjukkan stres dalam menyusun
skripsi sebagai variabel tergantung dapat
dijelaskan oleh resiliensi sebagai variabel
bebas sebesar 18,3%. Dapat dikatakan pula
bahwa resiliensi secara bersama-sama mampu
memberikan kontribusi pengaruh terhadap
stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret sebesar 18,3%.
Sisanya 81,7% dipengaruhi variabel atau
faktor yang berasal dari dalam maupun dari
luar diri subjek. Dijelaskan oleh Sarafino
(1998), bahwa faktor dari dalam individu
dapat muncul melalui penyakit. Tingkatan
stres yang muncul tergantung pada keadaan
rasa sakit dan umur individu, motivasi, konsep
diri. Sedangkan faktor eksternal antara lain
dapat muncul dari keluarga, tempat kerja, dan
lingkungan di sekitarnya. Lingkungan fisik
yang dapat menyebabkan stres antara lain
kesesakan, suhu yang terlalu panas,
kecelakaan lalu lintas, bencana alam, dan
sebagainya.
Hal ini juga dikuatkan dengan penelitian dari
NIOSH (National Institute For Occupational
Safety and Health) (dalam Mochtar, 2004),
yang menyatakan bahwa penyebab stres dapat
berasal dari dalam diri individu yaitu usia,
kondisi fisik, dan faktor kepribadian maupun
dari luar individu baik dari lingkungan
keluarga, lingkungan kerja, cita-cita maupun
ambisi. Setiap individu dalam menghadapi
stres berbeda-beda, tergantung diri individu
dalam memaknai stresnya.
Hasil analisis deskriptif stres dalam menyusun
skripsi berdasarkan karakteristik demografik
responden penelitian menunjukkan terdapat
perbedaan skor rata-rata tingkat stres dalam
menyusun skripsi pada tiap-tiap kelompok
dalam setiap karakteristik demografik, yang
meliputi jenis kelamin dan tahun angkatan.
Skor rata-rata stres dalam menyusun skripsi
pada mahasiswa perempuan (113,20) lebih
tinggi daripada laki-laki (110,80). Ditinjau
dari tahun angkatan, mahasiswa angkatan
2010 memiliki skor rata-rata lebih tinggi
(115,14) dibandingkan mahasiswa angkatan
2009 (109,92) dan mahasiswa angkatan 2008
(110,80).
Berdasarkan uji Independent Samples Test dan
One-Way ANOVA diperoleh hasil bahwa
secara statistik tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara stres dalam menyusun
skripsi ditinjau dari karakteristik demografik
yaitu jenis kelamin, sedangkan terdapat
perbedaan pada tahun angkatan. Pada uji
independent samples test untuk jenis kelamin
terhadap stres dalam menyusun skripsi
diperoleh bahwa nilai t hitung lebih kecil
daripada t tabel yaitu sebesar –1,6859 ≤ –0,788
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Triyana et al. /Hubungan antara Resiliensi dan Stres
9
≤ 1,6859 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan
secara statistik, tidak terdapat perbedaan
tingkat stres dalam menyusun skripsi antara
mahasiswa laki-laki dengan perempuan
sehingga mahasiswa laki-laki dan perempuan
memiliki tingkat stres dalam menyusun skripsi
yang sama meskipun terdapat perbedaan skor
rata-rata. Kecenderungan variasi tingkat stres
akademik diantara laki-laki dan perempuan
pada mahasiswa Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret dipengaruhi oleh respon dari masing-
masing mahasiswa. Hasil penelitian ini tidak
sesuai dengan penelitian Agolla dan Ongori
(2009), yang menentukan bahwa tingkat stres
pada perempuan lebih tinggi daripada laki-
laki. Hal itu disebabkan remaja laki-laki
menggunakan koping yang berorientasi ego,
sehingga lebih santai dalam menghadapi
stresor yang berasal dari kehidupan akademik.
Pada uji ANOVA, hasil yang diperoleh untuk
tahun angkatan terhadap stres dalam
menyusun skripsi adalah F hitung> F tabel yaitu
3,929 > 3,23 dan p < 0,05 (0,028 < 0,05). Hal
ini menunjukkan terdapat perbedaan tingkat
stres dalam menyusun skripsi antara
mahasiswa angkatan 2010, 2009, dan 2008.
Perbedaan tersebut dapat dilihat pada output
Tukey HSDa,,b
yang menunjukkan nilai rata-
rata mahasiswa angkatan 2008 dan 2009 tidak
berbeda secara statistik karena berada pada
subset yang sama yaitu subset satu, sedangkan
nilai rata-rata mahasiswa angkatan 2010
terletak di subset dua sehingga secara statistik
berbeda dibandingkan dengan mahasiswa
angkatan 2008 dan 2009.
Berdasarkan kategorisasi data deskriptif yang
dilakukan pada skala resiliensi diperoleh hasil
bahwa sebanyak 20 mahasiswa (5%) memiliki
resiliensi yang sangat rendah, 20 mahasiswa
(50%), memiliki resiliensi yang rendah, dan
18 mahasiswa (45%) memiliki resiliensi yang
sedang. Nilai rerata empirik resiliensi sebesar
86,08. Dengan demikian, disimpulkan bahwa
secara umum mahasiswa Program Studi
Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret memiliki resiliensi yang
rendah. Hasil wawancara yang telah
dijelaskan mengenai ketidakmamupuan
mahasiswa dalam memahami penyusunan
skripsi sesuai keinginan dosen merupakan
faktor individual yang mempengaruhi
resiliensi responden penelitian rendah.
Dijelaskan oleh Everall (2007), bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi resiliensi
yaitu faktor individual. Faktor individual
meliputi kemampuan kognitif individu.
Keterampilan kognitif berpengaruh penting
pada resiliensi individu. Inteligensi minimal
rata-rata dibutuhkan bagi pertumbuhan
resiliensi pada diri individu karena resiliensi
sangat terkait erat dengan kemampuan untuk
memahami dan menyampaikan sesuatu lewat
bahasa yang tepat, kemampuan membaca, dan
komunikasi non verbal.
Widuri (2012) dalam penelitiannya dengan
subjek mahasiswa di Universitas Ahmad
Dahlan menjelaskan, bahwa mahasiswa
membutuhkan resiliensi agar mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Triyana et al. /Hubungan antara Resiliensi dan Stres
10
menyesuaikan diri dan tetap dapat
mengembangkan dirinya dengan baik sesuai
kompetensi yang dimiliki. Kemampuan
individu untuk bertahan, bangkit, dan
menyesuaikan dengan kondisi sulit dapat
melindungi individu dari efek negatif yang
ditimbulkan dari kesulitan. Seseorang yang
memiliki resiliensi dapat mengatasi berbagai
permasalahan kehidupannya. Dari hasil
penelitian ini, menunjukkan bahwa subjek
telah memiliki resiliensi yang tinggi, sehingga
dapat membantu dalam menghadapi stres.
Selain itu berdasarkan kategorisasi data
deskriptif yang dilakukan pada skala stres
dalam menyusun skripsi, diperoleh hasil
bahwa 1 mahasiswa (2,5%) memiliki tingkat
stres dalam menyusun skripsi sedang, 22
mahasiswa (55%) memiliki tingkat stres
dalam menyusun skripsi tinggi, dan 17
mahasiswa (42,5%) memiliki tingkat stres
dalam menyusun skripsi sangat tinggi. Nilai
rerata empirik stres dalam menyusun skripsi
sebesar 112,90. Dengan demikian,
disimpulkan bahwa secara umum mahasiswa
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret memiliki tingkat
stres dalam menyusun skripsi yang tinggi.
Hasil tersebut didukung jawaban dari 5
mahasiswa yang diperoleh dari hasil
wawancara saat pengisian kuesioner (17
Maret 2015) ada persamaan jawaban bahwa
mahasiswa pada waktu menyusun skripsi
mengalami stres. Skripsi yang dikerjakan
sering direvisi untuk memenuhi permintaan
dosen, di sisi lain mahasiswa kurang mampu
memahami apa yang diinginkan dosen. Selain
itu, mahasiswa kesulitan dalam mencari jurnal
yang sesuai dengan judul penelitian terlebih
mahasiswa seangkatan sudah banyak yang
lulus. Pernyataan tersebut sesuai dengan
pendapat Fadilah (2013) bahwa mahasiswa
yang sedang menyusun skripsi mengalami
peningkatan stres yang tinggi. Semua
kesulitan dapat menimbulkan stres yang akan
bertambah jika ada teman-teman satu
angkatan atau angkatan di bawahnya sudah
mampu menyelesaikan lebih dahulu.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Terdapat hubungan negatif dan
signifikan antara resiliensi dengan
stres dalam menyusun skripsi pada
mahasiswa Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret.
2. Presentase sumbangan pengaruh yang
diberikan resiliensi terhadap stres
dalam menyusun skripsi sebesar
18,3% yang ditunjukkan dengan
koefisien determinasi (R2) sebesar
0,183, sedangkan sisanya 81,7%
dipengaruhi oleh faktor lain yang
tidak diteliti oleh peneliti.
3. Nilai rerata empirik resiliensi 86,08
dan termasuk dalam kategori rendah.
Hasil yang diperoleh menunjukkan
5% mahasiswa memiliki resiliensi
yang sangat rendah, 50% mahasiswa
memiliki resiliensi yang rendah, dan
18% mahasiswa memiliki resiliensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Triyana et al. /Hubungan antara Resiliensi dan Stres
11
yang sedang. Adapun nilai rerata
empirik stres dalam menyusun skripsi
sebesar 112,90 dan termasuk dalam
kategori tinggi. Hasil yang diperoleh
menunjukkan 2,5% mahasiswa
memiliki tingkat stress yang sedang,
55% mahasiswa memiliki tingkat stres
yang tinggi, dan 42,5% mahasiswa
memiliki tingkat stres yang sangat
tinggi.
B. Saran
1. Untuk mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu
mengurangi stres ketika menyusun
skripsi dengan cara menyadari peran
dan tanggung jawab yang menentukan
kesuksesan dirinya baik kini maupun
dimasa depan. Cara yang dapat
dilakukan mahasiswa yaitu mengikuti
perkuliahan dan membuat rencana
penyusunan skripsi yang dilakukan
dengan disiplin, mencari judul skripsi
yang sesuai dengan kemampuan,
menentukan judul skripsi yang
teorinya mudah diperoleh, konsultasi
dengan dosen pembimbing untuk
mengatasi kesulitan yang ditemui,
sehingga mahasiswa dapat
menghindari stres dalam menyusun
skripsi.
2. Untuk pihak Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret
Pihak Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret, dapat
menyelenggarakan program
pembimbingan dan pendampingan
seperti orientasi akademik dan masa
depan yang informatif pada awal
tahun pertama perkuliahan, perwalian
akademik rutin sebanyak 2-3 kali
persemester, pembimbingan khusus
bagi mahasiswa yang mengalami
kesulitan akademik dan masa studi di
atas empat tahun, dan program lainnya
yang dapat dilakukan oleh para dosen.
3. Untuk peneliti selanjutnya
a. Diharapkan hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai informasi
dan bahan acuan dalam penelitian-
penelitian selanjutnya oleh peneliti
lain khususnya ilmuwan psikologi
yang tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan tema yang
sama.
b. Peneliti selanjutnya diharapkan
dapat memperluas area populasi
sehingga sampel yang diperoleh
menjadi lebih banyak dan
generalisasi penelitian dapat lebih
luas.
c. Peneliti selanjutnya diharapkan
dapat mengadakan penelitian lain
dengan tema yang sama secara
lebih mendalam sehingga faktor-
faktor lain yang mempengaruhi
stres dalam menyusun skripsi pada
mahasiswa dapat terungkap secara
lebih gamblang dan jelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Triyana et al. /Hubungan antara Resiliensi dan Stres
12
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, S., Asni, E., dan Chairilsyah, D.
2014. Gambaran Ketangguhan Diri
(Resiliensi) pada Mahasiswa Tahun
Pertama Fakultas Kedokteran
Universitas Riau. Jom FK. Volume 1
No. 2. Hal. 1-9.
Desmita. 2007. Psikologi Perkembangan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Dewi, C.P. 2011. Hubungan Self Efficacy dan
Dukungan Sosial Dosen Pembimbing
dengan Motivasi Mahasiswa dalam
Menyelesaikan Skripsi. Skripsi. (Tidak
Diterbitkan). Surakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Everall, R.D. 2007. Creating a Future: A
Study of Resilience in Suicidal Female
Adolescent. Journal of Counseling and
Development, 84,461- 47.
Fadilah, A.E.R. 2013. Stres dan Motivasi
Belajar pada Mahasiswa Psikologi
Universitas Mulawarman yang Sedang
Menyusun Skripsi. eJournal Psikologi,
Volume 1, Nomor 3, Hal. 254-267.
Gunawati, R., Hartati, S., dan Listiara, A.
2006. Hubungan Antara Efektivitas
Komunikasi Mahasiswa Dosen
Pembimbing Utama Skripsi dengan
Stres dalam Menyusun Skripsi pada
Mahasiswa Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. Jurnal Psikologi
Universitas Diponegoro. Vol.3 No. 2.
Hal 93-115.
Ismanda, S., Supriyatna, A., dan Rahayu, N.I.
2013. Analisis Aktivitas Rekreasi
Terhadap Penurunan Tingkat Stres
Mahasiswa Ilmu Keolahragaan.
IKOR,Volume 1 Nomor 3.
Lazarus, R.S dan Folkman, S. 2006. Stress
and Emotion : A New Synthesis. New
York : Springer Publishing Company
Inc.
Monks F.J., Knoers A.M.P., Haditono S.R.
2002. Psikologi Perkembengan
Pengantar dalam Berbagai Bagiannya,
Edisi Keempat Belas. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Palmer, S. & Cooper, C. 2007. How to Deal
with Stress. London & Philadelphia:
Kogan Page.
Permana, A.C. 2013. Hubungan Dukungan
Sosial Keluarga dengan Tingkat Stres
pada Lansia Andropause Di Gebang
Wilayah Kerja Puskesmas Patrang
Kabupaten Jember. Skripsi (Tidak
Diterbitkan). Jember: Universitas
Jember.
Santrock, J.W. 2003. Adolescence:
Perkembangan Remaja (alih bahasa
Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih).
Jakarta: Erlangga.
Sarwono, S.W. 1997. Psikologi Remaja.
Jakarta: Raja Grafindo.
Schaap, I.A., Smeets, E.C. 2006. Citizen and
Resilience: The BalanceBetween
Awareness and Fear. Amsterdam:
Impact, Dutch Knowledge & Advice
Centre for Post-Disaster Psychological
Care.
Shenoy, U.A. 2004. Colledge-stress and
Symptom-Expression in International
Students: A Comperative Study.
Diunduh dari:
http://scholarlib.vt.edu/thesis/
available/etd.07022001-115853
tanggal 31 Juli 2014.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Triyana et al. /Hubungan antara Resiliensi dan Stres
13
Takwin, B. 2008. Menjadi Mahasiswa.
Artikel. Diakses pada tanggal 18
Oktober 2014, dari
http://bagustakwin.multiply.com/journ
al/item/18.
Vesdiawati, D. A. 2008. Hubungan Antara
Resiliensi dengan Stres pada Anggota
Polri. Jurnal Psikologi. Yogyakrat:
Universitas Islam Indonesia.
Widuri, E.L. 2012. Regulasi Emosi dan
Resiliensi pada Mahasiswa Tahun
Pertama. Humanitas. Vol. IX No.2.
Hal. 147-156.
Yosep, I. 2007. Mencegah Gangguan Jiwa
Mulai dari Keluarga Kita. Bandung:
FIK Universitas Padjajaran.
Yuniardi, M.S dan Djudiyah. 2011. Support
Group Therapy Untuk
Mengembangkan Potensi Resiliensi
Remaja Dari Keluarga "Single
Parent" di Kota Malang. Psikobuana.
Vol. 3. No. 2. Hal. 135–140.