Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
1
KEBERLANJUTAN SISTEM INTENSIFIKASI
PRODUKSI PADI DI INDONESIA
I Putu WardanaZulkifli Zaini
Hasil Sembiring
Pusat Penelitian dan PengembanganTanaman Pangan
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
I
2
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
Pada 2013 sawah di Indonesia sekitar 8,2 juta
ha dan konversi lahan produktif untuk
keperluan nonpertanian meningkat.
Hanya 4,75 juta ha yang memiliki prasarana
irigasi teknis, semi teknis, dan sederhana.
3
Setiap orang
dihidupi oleh 339 m2.
Kebutuhan beras
dari 248 juta orang
terus meningkat
(1,49%/tahun)
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
Tingginya laju pertumbuhan penduduk,
Berkurangnya luas lahan sawah,
Keterbatasan suplai air irigasi,
Infrastruktur yang tidak memadai, sehingga
terjadi cekaman banjir, kekeringan, dan
salinitas.
Biaya produksi padi makin tinggi,
Akses terhadap permodalan rendah,
Pendidikan petani rendah,
Tantangan
4
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
Produktivitas lahan harus segera ditingkatkan
guna mencapai kapasitas produksi optimal
melalui introduksi teknologi.
Pengembangan green economy menjadi
sangat penting karena mengutamakan
ketahanan pangan dan energi, kesejahteraan
petani, kelestarian sumberdaya dan lingkungan.
Untuk mempertahankan swasembada beras,
Pemerintah mempromosikan PTT Padi dan
memasalkan GP-PTT.
5
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
II
6
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
2.1. Era Sebelum Kemerdekaan
Landbouw Departement (1905): LVD telahmelakukan desentralisasi program hingga ketingkat provinsi.
Petani menanam varietas lokal, teknik pengolahan tanah yang baik, dan pupukorganik.
7
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
2.2. Periode Kasimo (1948-1950)
Fokus: melatih petani dalam produksi padi
(seleksi benih, pemupukan, pengairan, dan
proteksi tanaman)
Pupuk nitrogen dianjurkan dengan takaran 20-
40 kg N/ha, dan penggunaan pupuk fosfat.
Air irigasi diperkirakan cukup menyediakan hara
kalium.
Pengembangan sistem usahatani lahan kering
(konversi perkebunan tebu).
8
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
2.3. Periode Padi Sentra (1950-1960)
Impor beras mencapai 1 juta ton (1959)
Dewan Bahan Makanan membentuk Padi
Sentra sebagai pelaksana program
ekstensifikasi dan intensifikasi.
Balai Penyelidikan Teknik Pertanian
melaksanakan penelitian efektivitas
pemupukan N, P, dan K pada varietas
Bengawan dan Sigadis, Sinta, Dewi
Ratih.
Produktivitas meningkat hingga 2 t/ha.
9
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
2.4. Periode Pra-Bimas (1960-1966)
Pada MT 1963/64 proyek percontohan
dilaksanakan di lahan sawah irigasi seluas
100 ha di Karawang.
Pembinaan dan pengawalan teknologi
intensif dari dosen dan mahasiswa IPB di
lapangan.
Hasil meningkat secara meyakinkan dan
diperluas menjadi Demonstrasi Massal
(Demas) 11.000 ha.
Varietas padi yang digunakan Bengawan,
Sigadis, Remaja, Sinta, dan Arimbi dengan
produktivitas 3 ton/ha.
10
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
Mulai MT 1965/66, Program Demas diganti
dengan Bimas dengan ”Panca Usahatani”.
Pada 1969 introduksi IR 5 dan IR-8 (hasil
persilangan Peta dari Indonesia dengan Dee-
geo-woo-gen dari Taiwan) yang memiliki potensi
hasil 4,5 t/ha.
2.5. Periode Bimas (1966-1980)
11
Panca Usahatani :
benih unggul,
cara bercocok tanam baik,
pengaturan air irigasi,
pemupukan,
pemberantasan hama dan penyakit.
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
Program Insus (1980) menerapkan teknologi
Sapta Usahatani yang merupakan
penyempurnaan dari Panca Usahatani.
Kombinasi inovasi teknologi, penyuluhan, dan
perbaikan infrastruktur.
Program ini dikenal dengan revolusi hijau yang
menghasilkan swasembada beras pada tahun
1984.
12
2.6. Periode Insus (1980-1986)
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
Supra Insus dilaksanakan pada
1986/87 dengan pendekatan yang
lebih holistik menggunakan 10
jurus teknologi Paket-D.
Program Supra Insus
menggunakan berbagai varietas
unggul baru (VUB) yang lebih
tahan terhadap hama dan
penyakit, seperti IR-64.
2.7. Periode Supra Insus (1986-1997)
13
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
Pada 1997: Gerakan Mandiri Peningkatan
Produksi Padi, Kedelai, dan Jagung (Gema
Palagung) dengan Perbaikan Mutu Intensifikasi
(PMI), IP 200, dan IP300.
Pergantian Menteri Pertanian membuat
kegiatan Gema Palagung terhenti dan sebagai
gantinya dicanangkan program Corporate
Farming.
2.8. Periode Gema Palagung (1997-2000)
14
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
2.9. Periode Reformasi (2000-2007)
• Dari penelitian Reversing Trends of Declining
Productivity (mega project) kerja sama antara
Badan Litbang Pertanian-IRRI, dan diperkaya
oleh kajian System of Rice Intensification (SRI),
dihasilkan inovasi Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT).
15
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
(1) penggunaan varietas unggul baru,
(2) benih bermutu dan berlabel,
(3) perlakuan benih
(4) penggunaan bibit muda,
(5) pemberian bahan organik,
(6) pengaturan populasi tanaman secara optimum/sistem
tanam Legowo,
(7) pemupukan spesifik lokasi (N,P,K),
(8) pengendalian OPT dengan pendekatan PHT,
(9) pengairan berselang,
(10) panen tepat waktu dan gabah segera dirontok.
Komponen Teknologi PTT
16
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
Komponen teknologi disesuaikan dengan
keadaan biofisik, sosial ekonomi, sumber daya
setempat (spesifik lokasi), dan dinamis.
FAO mengakui efektivitas implementasi inovasi
PTT dalam meningkatkan produktivitas padi.
Teknologi PTT diadopsi oleh Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan dengan nama PMI
(Peningkatan Mutu Intensifikasi) pada tahun
2002-2006.
Pemerintah memberi dukungan berupa: subsidi
benih dan pupuk, kredit, dan ternak kepada
petani.
Raskin diberikan kepada konsumen untuk
menstabilkan harga.17
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
Program SL-PTT mencakup padi inbrida, padi
hibrida, padi gogo, jagung, dan kedelai.
Mulai 2008, luas area SL-PTT terus meningkat.
SL-PTT padi inbrida luasan 1 juta ha dan
meningkat menjadi 3,1 juta ha pada 2012.
2.10. Periode Pengembangan PTT
(2008-2012)
18
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
2.11. Periode Transformasi PTT
Komponen teknologi seperti varietas unggul,
pemupukan, dan waktu tanam telah dikaji dengan
pendekatan usahatani presisi .
Teknologi pemupukan spesifik lokasi telah tersedia
dengan bantuan teknologi informasi seperti web,
hand phone, dan smart phone.
Kalender tanam memandu petani dalam memulai
tanam dan memperkirakan iklim ekstrim (El Nino
atau La Nina).
19
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
Usahatani presisi membantu petani untuk lebih
efektif dan efisien menggunakan pupuk,
insektisida, fungisida, herbisida, dan air irigasi.
Implementasi inovasi PTT dapat diarahkan
pada usahatani presisi untuk memperkecil
senjang hasil di tingkat petani.
Usahatani presisi membutuhkan manajemen
yang tepat dan teknologi spesifik lokasi,
terutama dalam pengelolaan tanah dan
tanaman.
20
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
21
Period Program
Rata-rata per tahun
Luas panen
(juta ha)
Produktivitas
(ton/ha)Produksi (juta ton)
1961-68 BIMAS 7.3 1.81 13.3
1969-73 BIMAS 8.2 2.42 19.7
1974-78 BIMAS 8.5 2.75 23.4
1979-83 INSUS 9.1 3.47 31.5
1984-88 INSUS 9.9 4.00 39.7
1989-93 SUPRA INSUS 10.7 4.32 46.2
1994-98 SUPRA INSUS 11.3 4.35 49.2
1999-13 SRI, PTT, ICM 12.3 4.71 58.3
Pada periode BIMAS hingga INSUS produktivitas padi naik lebih dari 2 kali lipat : 1.81
ton/ha menjadi 4.00 ton/ha tetapi setelah itu peningkatan produktivitas relatif kecil
Pada periode BIMAS hingga INSUS luas panen padi naik sebesar 2.6 juta hektar tetapi
setelah itu naik seluas 2.4 juta hektar
Luas panen, produktivitas dan produksi padi
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
22
Period ProgramSawah irigasi Cropping
index
Pertumbuhan (%/th)
Luas (%/thn) Luas panen Produktivitas Produksi
1961-68 BIMAS na - - 2.4 3.1 5.7
1969-73 BIMAS 5.5 - 1.49 1.0 3.7 4.7
1974-78 BIMAS 5.7 5.0 1.49 1.3 2.5 3.8
1979-83 INSUS 6.1 6.6 1.50 0.6 5.9 6.6
1984-88 INSUS 6.2 3.0 1.60 2.1 1.3 3.4
1989-93SUPRA
INSUS6.3 2.0 1.70 1.7 1.3 3.0
1994-98SUPRA
INSUS6.8 9.8 1.67 1.4 0.1 0.5
1999-13SRI, PTT,
ICM7.9 21.8 1.56 1.1 1.4 2.5
Peningkatan produktivitas > 2.5 %/th hanya terjadi pada periode 1961-1983 (periode BIMAS dan INSUS), setelah itu hanya sekitar 1%/th semakin lambat
Peningkatan produksi > 3.5%/th hanya terjadi pada periode 1961-1983 (periode BIMAS danINSUS), setelah itu semakin lambat
Sebelum swasembada (1984) sebagian besar peningkatan produksi berasal dari peningkatanproduktivitas, sebaliknya setelah swasembada.
Pertumbuhan produksi padi
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
III
23
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
Litbang Pertanian
Infrastruktur Irigasi
Kebijakan harga dan
subsidi.
Regulasi perdagangan
(domestik dan global).
24
3.1. Kebijakan
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
25
Periode Program Inovasi teknologi Pengembangan kelembagaanKebijakan / faktor
pendukung
1905-
1945-
Pengolahan lahan Kementrian pertanian (1905)
-Varietas lokal Lembaga penyuluhan (1910)
Pupuk organik
1948-
1950
Kasimo Plan +
Wicaksono
Plan
Produksi benih
Balai Pendidikan Masyarakat
Desa (BPMD)-
Irigasi
Pemupukan N
Proteksi tanaman
1950-
1959Padi Sentra
Varietas unggul lokal
- -
- Bengawan
- Si gadis
- Sinta
- Dewi Ratih
1966-
1979Bimas
Panca Usahatani PadiKonsolidasi petani
(pembentukan KT)Komitmen politik kuat
Varietas IR 5 + IR 8 Pembentukan PPL Birokasi pusat-daerah lancar
Pemupukan anorganik
-
Devisa minyakPestisida Subsidi pupuk
Irigasi Subsidi pestisida
Transportasi Subsidi harga gabah
Akses pasar
Ringkasan Program Intensifikasi Padi
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
26
Periode Program Inovasi teknologi Pengembangan kelembagaanKebijakan / faktor
pendukung
1980-
1986INSUS
Panca Usahatani PadiKonsolidasi petani
(pembentukan KT)Komitmen politik
Varietas IR 36Penyaluran input ke tingkat
petaniBirokasi pusat-daerah lancar
Pemupukan anorganik
-
Subsidi pupuk
Pestisida Subsidi pestisida
Subsidi harga gabah
1987-
1997
SUPRA
INSUS
Sapta Usahatani Padi Pabrik pupuk Komitmen politik
Varietas IR 64PT. Pusri, Kujang, Petrokimia,
BontangBirokasi pusat-daerah lancar
Pemupukan anorganik BRI-Unit Desa Subsidi pupuk
Pestisida Kios pupukPembatasan subsidi
pestisida
Varietas umur pendek KUD (7900) Kredit Usahatani
IPM, 1979 PPL (37000), metoda LAKU Subsidi harga gabah
1998-
1999
GEMA
PALAGUNG
Inovasi SUPRA INSUS
diperluas pada jagung dan
kedele
-
Subsidi pupuk-harga gabah
Peranan BULOG
Krisis politik
Krisis ekonomi
El Nino
Ringkasan Program Intensifikasi Padi (lanjutan)
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
27
Periode Program Inovasi teknologiPengembangan
kelembagaanKebijakan / faktor pendukung
2000-
2007SRI dan PTT
Teknologi PTT
-
Desentraliasai pemerintahanVarietas unggul baru
Benih berlabel Birokasi pusat-daerah kurang
lancarJajar legowo
irigasi berselang
Bantuan langsung benih, pupuk,
pelatihan petani (BANSOS)
Pupuk kompos
Perlakuan benih
Bibit muda
Pemupukan berimbang
Pemupukan spesifik lokasi
IPM
Teknologi pasca panen
2008-
2012PTT dan ICM
Teknologi PTT
-
Kredit input
Kalender tanam Subsidi kandang
Teknologi informasi (We)Bantuan langsung benih, pupuk,
pestisida (BANSOS)Pemupukan Spesifik lokasi
Integrasi Padi-Sapi
Bantuan 80 ekor sapi/KT
Ringkasan Program Intensifikasi Padi (lanjutan)
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
3.2. Produksi
Pemakaian pupuk kimia yang berlebih (belum
mempertimbangkan ketersediaan hara dalam
tanah).
Kelangkaan pupuk dan bahan organik
Biaya produksi padi tinggi
28
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
Pabrik pupuk perlu membuat 2 komposisi
pupuk majemuk:
1) Kandungan hara N seperti pada Phonska dengan P
relatif rendah dan K relatif tinggi,
2) Kandungan hara N seperti Phonska dengan
kandungan P relatif tinggi dan kandungan K relatif
rendah.
Pupuk NPK Phonska akan lebih efisien jika
diberikan sebagai pupuk dasar. Kekurangan N
bagi tanaman padi dapat dipenuhi dengan
pemberian pupuk urea.
29
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
Penggunaan pupuk hijau, jerami padi, dan pupuk
kandang meningkatkan kandungan BO, tetapi tidak
dapat mempertahankan BO tanah dan kapasitas
pasokan N pada lahan sawah.
Pemberian BO secara terus-menerus dalam jumlah
besar tidak nyata meningkatkan produktivitas padi.
30
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
Sebaliknya, inovasi PTT menggunakan pupuk
organik dan anorganik yang disesuaikan
dengan kebutuhan tanaman dapat memperbaiki
kesuburan tanah.
Penggunaan pestisida mengacu pada prinsip
pengelolaan hama terpadu.
31
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
32
Perbandingan produksi dan produktivitas padi sertakonsumsi beras dari negara ASEAN, 2010.
NegaraKonsumsi(kg/cap)
Produksi(Juta ton)
Produktivitas(kg GKG/ha)
Indonesia 127,4 66,5 5,02Vietnam 141,2 40,0 5,32Myanmar 140,8 33,2 4,12Thailand 133,0 31,6 2,88Philippines 123,3 15,8 3,62Cambodia 160,3 8,2 2,97Malaysia 74,0 2,5 3,64Timor Leste 67,3 0,1 3,09
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
IV
33
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
Implementasi program P2BN berhasil
meningkatkan produksi beras dan ketahanan
pangan nasional. Hal ini berdampak positif
terhadap stabilitas politik, sosial, dan ekonomi.
34
Keberlanjutan
program SL-PTT
perlu didukung oleh
kebijakan yang
komprehensif dan
terintegrasi, baik di
tingkat nasional maupun daerah.
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
Hal-hal yang perlu ditingkatkan: Ketersediaan
dan akses teknologi, sarana produksi,
perbaikan infrastruktur, prasarana panen dan
pascapanen, struktur dan efisiensi pemasaran,
subsidi, dan stabilisasi harga.
Komitmen pembinaan dan pendanaan daerah
sangat diperlukan.
35
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
Koordinasi dan sinkronisasi yang kuat antara
pada tingkat pusat dengan provinsi dan
kabupaten sesuai Permentan No. 45 tahun
2011.
Dukungan kebijakan makro dan regulasi yang
kondusif sangat diperlukan agar seluruh
pelaksanaan kegiatan dapat berfungsi secara
harmonis dan optimal.
4.1. Optimalisasi Sinergisme Program
Pusat dan Daerah
36
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
Konsepsi dan implementasi SL-PTT yang
cenderung bersifat sentralistik menghambat
penerapan PTT spesifik lokasi.
Pengembangan PTT perlu diarahkan ke sentra
produksi dengan dukungan infrastruktur,
kelembagaan, dan manajemen yang memadai.
4.2. Tanggung Jawab Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam
Meningkatkan Ketahanan Pangan
37
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
4.3. Desain Ulang Tahapan
Pelaksanaan
Pengembangan SL-PTT
harus mengikuti proses
pembelajaran sekolah
lapangan secara sinambung,
bukan pendekatan
keproyekan.
Perencanaan, persiapan
logistik, dan pelatihan (TOT)
harus mendahului tahapan
implementasi SL-PTT.
38
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
Benih VU spesifik lokasi diidentifikasi
BPTP dan VU yang sesuai dg preferensi
konsumen dan agroekosistem dipetakan
oleh Balit dan BPTP.
Konsep 1 penangkar untuk 1 kecamatan
perlu dikembangkan dan dikaitkan dengan
program strategis Kementan lainnya
(PUAP, KKPE, dan LUEP).
SL-PTT dilaksanakan lebih dari 1 musim
an skema pembiayaannya memberikan
insentif bagi petani.
4.4. Penyediaan Benih Unggul
Spesifik Lokasi
39
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
4.5. Penekanan Senjang Hasil dan
Peningkatan Efisiensi Input
Senjang hasil antara petani dan
peneliti 1-3 t/ha, kehilangan
pascapanen 15-20%, dan
efisiensi pupuk N dan air 30-
50%.
Peningkatan potensi hasil,
penekanan senjang hasil,
peningkatan efisiensi input,
pengurangan susut hasil, dan
peningkatan nilai tambah
merupakan elemen penting.
40
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
4.7. Perkuat Teknologi PTT
Lahan Marginal
Lahan marjinal yang dimaksud adalah lahan
sawah tadah hujan, lahan rawa lahan pasang
surut, lebak, dan lahan kering. Jika lahan
marjinal ini ditata secara proporsional dan
dikelola dengan baik dapat memberikan
kontribusi dalam pengadaan pangan.
41
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
4.8. Percepatan Adopsi PTT Padi
Berbasis Teknologi Informasi
Gerakan percepatan adopsi PTT padi dapat
menggunakan panduan PTT padi yang dibangun
menggunakan web.
Panduan PTT padi dapat dihubungkan dengan Klinik
Tanaman Padi (Rice Crop Doctor) yang menyediakan
informasi untuk mengatasi masalah yang timbul .
42
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
V
43
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
Produksi padi Indonesia meningkat terus dalam
lima dekade karena keberhasilan dalam
menerapkan kebijakan dan program aksi.
Walaupun demikian dalam dekade terakhir diteliti
terjadi stagnasi hasil seperti juga terjadi di negara
lain.
.
44
Science . Innovation . Networks
www.litbang.deptan.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian
45
Revitalisasi program intensifikasi padi perlu terus dilakukan
melalui :
Pengalihan tanggung jawab kepada pemerintah
kabupaten/kota
Perancangan ulang tahapan pelaksanaan SLPTT
Penyediaan benih spesifik lokasi
Pengembangan teknologi PTT lahan marginal
Percepatan adopsi PTT padi berbasis teknologi informasi.