+ All Categories
Home > Documents > Independensi Bank Sentral Dan Instrument

Independensi Bank Sentral Dan Instrument

Date post: 07-Jul-2018
Category:
Upload: anto-kacamuka
View: 228 times
Download: 1 times
Share this document with a friend

of 30

Transcript
  • 8/18/2019 Independensi Bank Sentral Dan Instrument

    1/30

    BANK SENTRAL :

    INDEPENDENSI BANK SENTRAL DAN INSTRUMEN KEBIJAKAN

    MONETER

    Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi

    Tugas Mata Kuliah Ekonomi Moneter I

    Disusun Oleh :

    Kelompok 6

    1.  Ario Purwo Dyatmiko F0114017

    2.  Hendri Hidayat F0114046

    3.  Rustam Hidayatulloh F0114076

    4.  Zelika Dewi F F0114097

    JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

    2015

  • 8/18/2019 Independensi Bank Sentral Dan Instrument

    2/30

    1

    DAFTAR ISI

    Halaman

    Daftar Isi ........................................................................................................ 1

    BAB Ӏ PENDAHULUAN 

    1.1  Latar Belakang ................................................................................... 2

    1.2 

    Rumusan Masalah .............................................................................. 2

    1.3  Tujuan Penulisan ............................................................................... 3

    BAB ӀӀ PEMBAHASAN 

    2.1 

    Bank Sentral ...................................................................................... 4

    2.2  Independensi Bank Sentral ............................................................... 4

    2.3  Independensi Bank Indonesia ........................................................... 7

    2.4 

    Instrumen Kebijakan Moneter ........................................................... 10

    2.5  Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter ....................................... 19

    2.6  Kebijakan Moneter di Indonesia ....................................................... 22

    BAB ӀӀӀ PENUTUP 

    3.1  Simpulan ............................................................................................ 28

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 29

  • 8/18/2019 Independensi Bank Sentral Dan Instrument

    3/30

    2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1  Latar Belakang

    Bank Sentral memiliki peran yang vital dan strategis bagi masyarakat dan

     pembangunan ekonomi. Hal yang paling mendasar adalah peran bank sentral dalam

    mencetak dan mengedarkan uang. Dengan peran ini, bank sentral mempunyai tujuan

    dan tanggung jawab untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai dari mata uang

    yang diedarkan dan guna mendukung tercapainya tujuan tersebut, maka bank sentral

     perlu memiliki independensi bank sentral dan instrumen kebijakan moneter agar dalam

     pencapaian sasaran dan tujuan tidak dipengaruhi oleh pihak lain.

    Independensi adalah salah satu faktor penting dalam pencapaian tujuan akhir bank

    sentral, yaitu tercapainya kestabilan nilai uang. David Ricardo (1824) mengemukakan

     bahwa perlu adanya otonomi bank sentral dan pemisahan wewenang antara pemerintah

    dengan bank sentral. Independensi bank sentral menjadi penting pada saat bank sentral

    tersebut memiliki target-target tertentu.

    Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia yang independen (pasal 4

    UU No 23 tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU No 3 tahun 2004). Independensi

    Bank Indonesia dimulai sejak diberlakukannya Undang-Undang tersebut dan juga

    mengikuti trend Bank Sentral di negara-negara lain. 

    Selain independesi bank sentral, diperlukan instrumen lain guna untuk

    mendukung tercapainya tujuan bank sentral, yaitu melalui instrumen kebijakan moneter.

    Makalah ini akan mengupas lebih jauh tentang independensi dan instrumen kebijakan

    moneter bank sentral. 

    1.2  Rumusan Masalah

    a.  Apa pengertian bank sentral ?

     b.  Apa tujuan dan tugas bank sentral ?

    c.  Apa pengertian independensi bank sentral ?

    d.  Bagaimana kategori independensi bank sentral ?

    e.  Bagaimana independensi Bank Indonesia ?

    f. 

    Apa pengertian instrumen kebijakan moneter ?

    g.  Apa macam-macam instrumen kebijakan moneter ?

  • 8/18/2019 Independensi Bank Sentral Dan Instrument

    4/30

    3

    h.  Bagaimana mekanisme transmisi kebijakan moneter ?

    i. 

    Bagaimana kebijakan moneter di Indonesia ?

    1.3  Tujuan Penulisan

    a. 

    Untuk mengetahui pengertian bank sentral.

     b.  Untuk mengetahui tujuan dan tugas bank sentral.

    c.  Untuk mengertahui pengertian independensi bank sentral.

    d. 

    Untuk mengetahui kategori independensi bank sentral.

    e.  Untuk mengetahui independensi Bank Indonesia.

    f.  Untuk mengetahui pengertian instrumen kebijakan moneter.

    g. 

    Untuk mengetahui macam-macam instrumen kebijakan moneter.

    h. 

    Untuk mengetahui mekanisme transmisi kebijakan moneter.i. 

    Untuk mengetahui kebijakan moneter di Indonesia.

  • 8/18/2019 Independensi Bank Sentral Dan Instrument

    5/30

    4

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1  Bank Sentral

    Menurut Pasal 4 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang

    Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

    menyatakan Bank Sentral adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang untuk

    mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu negara, merumuskan dan

    melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem

     pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan, serta menjalankan fungsi sebagai

    “lender of the last resort”. 

    Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah

    (Pasal 7 UU No. 6 Tahun 2009) dan untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia

    memiliki beberapa tugas, yang mana tercantum dalam Pasal 8 UU No. 6 Tahun 2009,

    meliputi :

    1. 

    Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter

    2.  Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

    3.  Mengatur dan mengawasi bank (mulai 1 Januari 2014 tugas ini dialihkan ke

    OJK dan diganti dengan menjaga stabilitas sistem keuangan)

    2.2  Independensi Bank Sentral

    Independensi bank sentral adalah kebebasan bank sentral untuk dapat

    melaksanakan kebijakan moneternya yang bebas dari pertimbangan-pertimbangan

     politik (Fraser 1994). Meyer (2000) juga mendefinisikan bank sentral (Bank SentralRepublik Indonesia) sebagai tinjauan kelembagaan, kebijakan dan organisasi yang

    mencangkup bahwa bank sentral bebas dari pengaruh, instruksi atau arahan, control,

     baik dari badan eksekutif maupun dari badan legislatif.

    Menurut para ahli, Independensi bank sentral dikategorikan menjadi beberapa

    aspek, yaitu :

    Meyer (2000) membagi independensi bank sentral menjadi dua, yaitu :

  • 8/18/2019 Independensi Bank Sentral Dan Instrument

    6/30

    5

    1.  Goal Independence : Bank Sentral menetapkan sendiri tujuan-tujuan yang akan

    dicapai

    2.   Instrument Independence :  Bank Sentral memiliki ruang lingkup atau

    wewenang yang cukup dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

    Menurut Fraser, bank sentral sebaiknya tidak memiliki  goal independence tetapi

    memiliki instrument independence. 

    Sedangkan menurut, Grilli et al. (1991) dan Elgie, independensi bank sentral

    dibagi menjadi political independence dan economic independence 

    1.   Political Independence : Kemampuan bank sentral untuk menetapkan tujuan-

    tujuan atau keputusan kebijakannya yang bebas dari pengaruh pemerintah.

    2. 

     Economic Independence : Kemampuan bank sentral untuk menggunakan

    semua instrumen kebijakan moneter yang tersedia secara bebas, tanpa batasan-

     batasan dari pemerintah.

    Baka (1994-1995) membagi independensi bank sentral dalam tiga aspek yaitu :

    1. 

     Institutional Independence : Posisi bank sentral dalam pemerintah dan prosedur

    dalam mengangkat dan memberhentikan pimpinan bank sentral. 

    2.   Functional Independence : Kekuasaan dan kapasitas bank sentral dalam

    rangka menerapkan dan menetapkan kebijakan moneter dan otonomi dalam

    fungsi-fungsi lainnya. 

    3.   Financial Independence : Bank sentral memiliki kontrol penuh dalam

    mengakumulasi dan mendistribusikan sumber daya finansialnya tanpa adanya

     pengaruh luar. 

    Mboweni (2000), membagi independensi bank sentral ke dalam empat aspek yaitu:

    1.   Functional Independence : Hak untuk memutuskan segala hal yang berkaitan

    dengan kebijakan moneter dan kestabilan harga.

    2.   Personnel Independence : Pemilihan dan pengangkatan anggota Dewan

    Gubernur dengan kompetisi professional tinggi dan tanpa kewajiban untuk

    condong pada tekanan-tekanan politik atau lainnya.

  • 8/18/2019 Independensi Bank Sentral Dan Instrument

    7/30

    6

    3.   Instrumental Independence : Bank sentral memiliki kontrol terhadap

    instrumen-instrumen yang mempengaruhi proses inflasi, termasuk larangan

     pembiayaan langsung defisit pemerintah.

    4.   Financial Independence : Hak kepada bank sentral untuk memiliki akses

    sendiri terhadap sumber financial yang cukup dan memiliki kontrol penuh

    terhadap anggarannya sendiri.

    Selain menurut para ahli terkait pembagiaan independensi bank sentral di atas,

    terdapat pembagian lain, namun secara umum kurang lebih meliputi aspek-aspek yang

    hampir sama. Dari gabungan beberapa pendekatan di atas, independensi dapat

    dibedakan menjadi 3 ( tiga ) aspek .

    1. 

    Goal Independence

    Goal Independence  berarti pemerintah tidak memberikan pengaruh langsung

    dalam penetapan tujuan-tujuan kebijakan moneter. Goal independence  bervariasi dari

    kebebasan penuh atau tinggi sampai kebebasan terbatas atau rendah. Kebebasan tinggi

    seperti di Amerika Serikat, undang-undangnya hanya menyebutkan tujuan-tujuan yang

    harus dicapai FedRes yang mana memiliki kebebasan untuk menentukan prioritas sesuai

    keadaan.  Bank of Japan (BoJ) dan Sveriges Riskbank (SR)  juga memiliki  goal

    independence yang cukup tinggi. Kebebasan yang rendah dalam  goal independence

    dimiliki oleh  Reserve Bank Of New Zealand (RBNZ) ,stabilitas harga dinegosiasikan

    antara Gubernur Bank Sentral dan Menteri Keuangan secara berkala. Selain  Reserve

     Bank Of New Zealand (RBNZ) yang memiliki kebebasan yang rendah, terdapat bank

    sentral lain pula yang memiliki kebebasan yang rendah yaitu  Bank of England (BoE)

    dan  Bank of Canada (BoC). Inggris memiliki Menteri Keuangan yang memliki

    kewenangan untuk menetapkan batasan stabilitas harga. Sedangkan di Kanada,

     pemerintah dan BOC menetapkan target-target pengendalian inflasi.

    2.   Instrument Independence

     Instument Independence  berarti bank sentral memiliki wewenang untuk

    menetapkan sendiri target-target operasionalnya tanpa pengaruh dari pemerintah.

     Instrument Independence ini meliputi pengendalian suku bunga jangka pendek dan

    nilai tukar, serta larangan pemberian kredit kepada pemerintah. Sebagai gambaran,bank

    sentral seperti ECB, FedRes, BoJ dan SR memiliki kewenangan penuh dalam

    menetapkan suku bunga. Dalam hal pengendalian nilai tukar hampir semua bank sentral

  • 8/18/2019 Independensi Bank Sentral Dan Instrument

    8/30

    7

    hanya memiliki tanggungjawab yang sangat terbatas. Demikian juga, hampir semua

     bank sentral masih dapat memberikan kredit kepada pemerintah. Sementara itu ECB

    masih memiliki wewenang dalam penetapan nilai tukar dan tidak dapat memberikan

    kredit langsung kepada pemerintah.

    3. 

     Personal Independence

     Personal Independence  berarti badan pembuat kebijakan memiliki wewenang

    untuk menolak campur tangan pemerintah.  Personal Independence  ini meliputi masa

     jabatan, jumlah anggota dan masa jabatan berjenjang dari anggota badan pembuatan

    kebijakan, tingkat keragaman lembaga yang terkait dalam proses pengangkatan anggota

     badan pembuat kebijakan, serta status hukum khusus undang-undang bank sentral.

    Sebagai gambaran, beberapa bank sentral yang memiliki tingkat personal independence

    yang tinggi sehingga dapat mengurangi campur tangan pemerintah di bank sentral,

    antara lain ECB, FedRes, BOC dan BoJ.

    2.3  Independensi Bank Indonesia

    2.3.1 Sejarah Independensi Bank Indonesia

    Sebelum Indonesia merdeka, tepatnya tanggal 10 Oktober 1827 di wilayah

    Hindia-Belanda (Nusantara), sudah didirikan bank oleh pemerintah Hindia-Belanda.Bank tersebut diberi nama De Javasche Bank yang berkedudukan di Batavia (sekarang

    Jakarta). Bank tersebut bukanlah milik pemerintah, namun semua pimpinannya diangkat

    oleh pemerintah. Tujuan utama pendirian bank tersebut adalah untuk meningkatkan

     perekonomian pemerintah Hindia-Belanda. Pada tahun 1951, De Javashe Bank diganti

    namanya menjadi Bank Indonesia. Tahun 1953, Undang-Undang Pokok Bank Indonesia

    menetapkan pendirian Bank Indonesia untuk menggantikan fungsi De Javasche Bank

    sebagai bank sentral, dengan tiga tugas utama dibidang moneter, perbankan, dan sistem

     pembayaran.

    Pada tahun 1968 diterbitkan Undang-Undang Bank Sentral yang mengatur

    kedudukan dan tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral yang terpisah dari bank-bank

    lain yang melakukan fungsi komersial. Selain tiga tugas pokok bank sentral, Bank

    Indonesia juga bertugas membantu pemerintah sebagai agen pembangunan yang

    mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja

    guna meningkatkan taraf hidup rakyat.

  • 8/18/2019 Independensi Bank Sentral Dan Instrument

    9/30

    8

    Tahun 1999 merupakan Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia, sesuai dengan

    UU No. 23 Tahun 1999 yang menetapkan tujuan tunggal Bank Indonesia yaitu

    mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Sebagai bank sentral, Bank Indonesia

    mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

    Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang

    terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain. Untuk

    mencapai tujuan tersebut, BI didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang

    tugasnya. Ketiga bidang tugas ini adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan

    moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan

    mengawasi perbankan di Indonesia. Ketiganya perlu diintegrasi agar tujuan mencapai

    dan memelihara kestabilan nilai rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien.

    Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen

    dimulai ketika sebuah undang-undang baru, yaitu Undang-Undang No. 23 Tahun 1999

    tentang Bank Indonesia, dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999. Undang-undang

    ini memberikan status dan kedudukan sebagai suatu lembaga negara independen dan

     bebas dari campur tangan pemerintah ataupun pihak lainnya. Sebagai suatu lembaga

    negara yang independen.

    2.3.2 

    Independensi Bank Indonesia

    Konsep independensi bank sentral telah banyak dibahas semenjak tahun 1950an .

    Mr. Sjafruddin Prawirnegara, Presiden De Javasche Bank waktu itu, sudah mensinyalir

    adanya gangguan terhadap independensi karena rencana pembentukam dewan moneter.

    Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen

    dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dimulai ketika sebuah undang-undang

     baru, yaitu UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan berlaku pada tanggal

    17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik

    Indonesia No. 6/ 2009 yang berbunyi “  Bank Indonesia adalah lembaga Negara yang

    independen  dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan

     pemerintah dan atau pihak lain”. Undang-undang ini memberikan status dan

    kedudukan sebagai suatu lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas

    dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali

    untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang ini.

  • 8/18/2019 Independensi Bank Sentral Dan Instrument

    10/30

    9

    Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan

    melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam undang-

    undang tersebut. Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank

    Indonesia, dan Bank Indonesia juga berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan

    intervensi dalam bentuk apapun dari pihak manapun juga. Status dan kedudukan yang

    khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia dapat melaksanakan peran dan

    fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien.

    Bank Indonesia memiliki status dan kedudukan sebagai suatu lembaga Negara

    yang independen. Tingkat independensi Bank Indonesia dapat dilihat dari aspek  goal

    independence ,instrument independence, dan personal independence. 

     

    Goal Independence 

    Tujuan Bank Indonesia telah ditetapkan dalam undang-undang, yaitu mencapai

    dan memelihara kestabilan nilai rupiah (tanpa penetapan rentang waktu secara spesifik).

     Namun, Bank Indonesia masih memiliki kebebasan menetapkan target dalam jangka

     pendek sehingga Bank Indonesia dapat dikatakan memiliki Goal Independence yang

    tinggi seperti ECB dan BoJ, tetapi tak seindependen FedRes.

     

     Instrument Independence 

    Bank Indonesia, sesuai dengan undang-undang, memiliki wewenang untuk

    menetapkan sendiri target-target operasionalnya tanpa pengaruh dari pemerintah. Dalam

    menjalankan kebijakan moneternya, Bank Indonesia memiliki wewenang penuh dalam

     pemerintah. Dalam hal nilai tukar, sebagaimana negara-negara lain yang menerapkan

    sistem nilai tukar mengambang, pada dasarnya Bank Indonesia tidak diarahkan untuk

    mencapai target nilai tukar tertentu. Namun, Bank Indonesia masih dapat

    mempengaruhi gejolak nilai tukar melalui operasi valuta asing. Bank Indonesia dapat

    dikatakan memiliki Instrument Independence yang cukup tinggi yang lebih independen

    dari FedRes dan BoJ teteapi tidak seindependen ECB.

       Personal Independence 

    Sesuai dengan undang-undang, pihak luar tidak dibenarkan mencampuri

     pelaksanaan tugas Bank Indonesia (Dewan Gubernur) dan Bank Indonesia (Dewan

    Gubernur) juga berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk

    apapun dari pihak manapun juga. Anggota Dewan Gubernur mempunyai masa jabatan 5

  • 8/18/2019 Independensi Bank Sentral Dan Instrument

    11/30

    10

    (lima) tahun dan dapat diangkat kembali satu kali. Jumlah anggota Dewan Gubernur

     berkisar antara enam dan sembilan orang dengan penggantian secara berkala.

    Pengusulan dan pengangkatan Gubernur dan Deputi Gubernur Senior dilakukan oleh

    Presiden dengan persetujuan DPR. Sedangkan pengusulan Deputi Gubernur dilakukan

    oleh Gubernur dan diangkat oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Sementara itu,

    Bank Indonesia tidak memiliki status hukum seperti ECB, Bank Indonesia dikatakan

    memiliki  personal independence yang sedang, lebih independen dibandingkan BoJ

    tetapi tidak seindependen FedRes atau ECB.

    2.4  Instrumen Kebijakan Moneter

    Kebijakan moneter adalah semua upaya atau tindakan Bank Sentral dalam

    mempengaruhi perkembangan variabel-variabel moneter (uang beredar, suku bunga

    kredit, dan nilai tukar) untuk mencapai tujuan ekonomi tertentu. Beberapa ahli juga

    menyampaikan terkait pengertian kebijakan moneter, yaitu

      Kebijakan moneter merupakan salah satu bagian integral dari kebijakan

    ekonomi makro. Kebijakan moneter ditujukan untuk mendukung tercapainya

    sasaran ekonomi makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas

    harga, pemerataan pembangunan, dan keseimbangan neraca pembayaran

    (Iswardono, 1997 dalam laporan BI).

      Kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moneter

    (biasanya Bank Sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan kredit

    yang pada gilirannya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi

    masyarakat(Ismail, 2006:234).

    Tujuan kebijakan moneter terutama untuk stabilisasi ekonomi yang dapat diukur

    dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yangseimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan ekonomi terganggu, maka kebijakan

    moneter dapat dipakai untuk memulihkan kondisi yang terganggu (tindakan stabilisasi).

    Kebijakan moneter berdasarkan laporan tahunan Bank Indonesia dapat

    digolongkan menjadi dua, yaitu:

    1.  Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy, yaitu suatu

    kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar

  • 8/18/2019 Independensi Bank Sentral Dan Instrument

    12/30

    11

    2.  Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy, yaitu suatu

    kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Disebut juga

    dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)

    Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan

    kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar

    atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan

    oleh Pemerintah. Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut

    menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik

    rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib

    minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat

    melakukan cara-cara pengendalian moneter berdasarkan Prinsip Syariah.

    1.  Operasi Pasar Terbuka

    Operasi pasar terbuka adalah kegiatan transaksi di pasar uang yang di lakukan

    oleh Bank Indonesia dengan bank dan pihak lain dalam rangka pengendalian moneter.

    Kegiatan tersebut dapat bersifat absorpsi (menyerap likuiditas perbankan) maupun

    injeksi (menambah likuiditas perbankan).

    Pelaksanaan operasi pasar terbuka dapat dilakukan secara reguler (periodik)maupun nonreguler (sewaktu-waktu apabila dipandang perlu dalam hal terjadi gejolak

    suku bunga dan atau nilai tukar). Untuk mencapai target operasi pasar terbuka, Bank

    Indonesia mengeluarkan atau menerbitkan beberapa surat berharga, meliputi :

  • 8/18/2019 Independensi Bank Sentral Dan Instrument

    13/30

    12

      Sertifikat Bank Indonesia

    SBI adalah surat berharga sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek

    dalam mata uang rupiah yang di terbitkan oleh Bank Indonesia dengan sistem diskonto.

    SBI diterbitkan Bank Indonesia tanpa warkat (scripless) dan seluruh kepemilikan

    maupun transaksinya di catat dalam sarana Bank Indonesia BI-SSSS.

    Pihak-pihak yang dapat memiliki SBI adalah bank umum dan masyarakat. Bank

    dapat membeli SBI di pasar perdana, sementara masyarakat hanya diperbolehkan

    membeli di pasar sekunder. Penerbitan SBI di pasar perdana dilakukan dengan

    mekanisme lelang pada setiap hari Rabu atau hari kerja berikutnya (dalam hal hari

    dimaksud adalah hari libur).

    SBI diterbitkan Bank Indonesia dalam jangka waktu (tenor) 1 bulan sampai

    dengan 12 bulan dengan satuan unit terkecil sebesar Rp 1 Juta. Saat ini bank Indonesia

    menerbitkan SBI dengan tenor 1 bulan dan 3 bulan. Penerbitan SBI tenor 1 bulan

    dilakukan secara mingguan sedangkan SBI tenor 3 bulan dilakukan secara triwulanan.

    Peserta lelang SBI terdiri dari bank umum dan pialang pasar uang rupiah dan

    valas. Metode lelang penerbitan SBI dilakukan dengan menggunakan 2 cara yaitu :

      Variable Rate Tender (peserta lelang mengajukan penawaran kuantitas dan

    tingkat diskonto SBI )

      Fixed Rate Tender (peserta lelang mengajukan penawaran kuantitas dengan

    tingkat diskonto yang ditetapkan oleh Bank Indonesia)

    Penawaran minimum pada lelang SBI di pasar perdana ditetapkan sebesar 1 miliar

    dengan kelipatan 100 juta. Bank Indonesia mengumumkan rencana lelang SBI paling

    lambat 1 hari sebelum hari pelaksanaan lelang. Bank Indonesia mengumumkan pemenang lelang SBI pada hari pelaksanaan lelang. Dan penyelesaian transaksi

    dilakukan 1 hari kerja berikutnya (one day settlement) melalui sarana BI-SSSS yang

    terhubung langsung dengan sistem BI-RTGS.

      Fasilitas Simpanan Bank Indonesia

    FASBI adalah fasilitas penempatan dana milik bank umum dalam rupiah di

    Bank Indonesia. FASBI disediakan secara harian oleh Bank Indonesia dengan jangkawaktu penempatan dana bank antara 1 hari (Overnite) sampai dengan 14 hari.

  • 8/18/2019 Independensi Bank Sentral Dan Instrument

    14/30

    13

    Penempatan dana minimal pada FASBI ditetapkan sebesar 1 miliar dengan

    kelipatan 100 juta. Tingkat bunga FASBI ditetapkan berdasarkan diskresi Bank

    Indonesia.

    FASBI dilakukan tanpa warkat, dan bukti kepemilikan tercatat dalam sarana BI-

    SSSS. Penyelesaian transaksi FASBI dilakukan pada hari yang sama (same day

    settlement).

      Sertifikat Deposit Bank Indonesia

    SDBI adalah instrumen hutang yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia kepada

    investor. SDBI diterbitkan Bank Indonesia tanpa warkat (scripless) dan seluruh

    kepemilikan maupun transaksinya dicatat dalam sarana Bank Indonesia BI-SSSS.

    Pihak-pihak yang dapat memiliki SDBI adalah investor dan masyarakat. Invesotr

    dapat membeli SDBI di pasar perdana. Penerbitan SDBI di pasar perdana dilakukan

    dengan mekanisme lelang pada setiap hari Rabu atau hari kerja berikutnya (dalam hal

    hari dimaksud adalah hari libur). SDBI di terbitkan Bank Indonesia dalam jangka waktu

    (tenor) 1 bulan sampai dengan 12 bulan.

    Penawaran minimum pada lelang SDBI di pasar perdana ditetapkan sebesar 1

    miliar dengan kelipatan 100 juta. Bank Indonesia mengumumkan rencana lelang SDBI

     paling lambat 1 hari sebelum hari pelaksanaan lelang. Bank Indonesia mengumumkan

     pemenang lelang SDBI pada hari pelaksanaan lelang. Dan penyelesaian transaksi

    dilakukan 1 hari kerja berikutnya (one day settlement) melalui sarana BI-SSSS yang

    terhubung langsung dengan sistem BI-RTGS.

      Reverse Repo Surat Utang Negara

    RR-SUN merupakan transaksi pembelian SUN milik Bank Indonesia oleh bank

    dengan perjanjian untuk menjual kembali kepada Bank Indonesia sesuai dengan harga

    dan jangka waktu yang telah disepakati. Jenis SUN yang digunakan dapat berupa

    obligasi Negara (ON) maupun surat perbendaharaan negara (SPN).

    Transaksi RR-SUN dilakukan dengan mekanisme lelang pada seriap hari Rabu

    atau hari kerja berikutnya (dalam hal hari dimaksud adalah hari libur). Transaksi RR-

    SUN dilakukan dengan jangka waktu (tenor) 1 hari sampai dengan 12 bulan. Pesertatransaksi RR-SUN terdiri dari bank umum dan pialang pasar uang rupiah dan valuta

  • 8/18/2019 Independensi Bank Sentral Dan Instrument

    15/30

    14

    asing serta perusahaan efek yang telak ditunjuk oleh Departemen Keuangan untuk ikut

    dalam lelang SUN di pasar perdana.

    Metode lelang RR-SUN dilakukan dengan menggunakan 2 cara yaitu :

     

    Variable rate tender (peserta lelang mengajukan penawaran kuantitas dan

    reverse repo rate/RRRate )

      Fixed rate tender (peserta lelang mengajukan penawaran kuantitas dengan RR-

    rate yang di tetapkan oleh Bank Indonesia).

    Penawaran minimum pada lelang RRSUN ditetapkan sebesar 1 miliar dengan

    kelipatan 100 juta. Bank Indonesia mengumumkan rencana lelang RR-SUN paling

    lambat 1 hari sebelum hari pelaksanaan lelang. Bank Indonesia mengumumkan

     pemenang lelang RR-SUN pada hari pelaksanaan lelang. Dan penyelesaian transaksi

    dilakukan 1 hari kerja berikutnya (one day settlement) melalui sarana BI-SSSS yang

    terhubung langsung dengan sistem BI-RTGS.

      Sertifikat Bank Indonesia Syari‟ah 

    SBIS adalah instrumen moneter yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai

    kebijakan untuk mengatur kelebihan dana likuiditas perbankan syariah berupa

     penempatan jangka pendek bank syari‟ah di Bank Indonesia. SBIS merupakan

    instrumen pengganti Sertifikat Wadiah Bank Indonesia ( SWBI ). SBIS diterbitkan

    Bank Indonesia tanpa warkat (scripless) dan seluruh kepemilikan maupun transaksinya

    dicatat dalam sarana Bank Indonesia BI-SSSS.

    Pihak-pihak yang dapat memiliki SBIS adalah bank umum dan pialang besar

    melalui pasar perdana. Penerbitan SBIS di pasar perdana dilakukan dengan mekanisme

    lelang pada setiap hari Rabu atau hari kerja berikutnya (dalam hal hari dimaksud adalahhari libur). Jangka waktu SBIS dinyatakan dalam jumlah hari kalender selama (tenor) 1

     bulan sampai dengan 12 bulan.

    Bank Indonesia membayar imbalan atas SBI Syariah pada saat SBI Syariah jatuh

    waktu. Tingkat imbalan yang diberikan mengacu kepada tingkat diskonto hasil lelang

    Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berjangka waktu sama yang diterbitkan bersamaan

    dengan penerbitan SBI Syariah dengan ketentuan sebagai berikut :

  • 8/18/2019 Independensi Bank Sentral Dan Instrument

    16/30

    15

      Dalam hal lelang SBI menggunakan metode fixed rate tender  maka imbalan SBI

    Syariah ditetapkan sama dengan tingkat diskonto hasil lelang SBI.

      Dalam hal lelang SBI menggunakan metode variable rate tender , maka imbalan

    SBI Syariah ditetapkan sama dengan dengan rata-rata tertimbang tingkat

    diskonto hasil lelang SBI.

    Dalam hal pada saat bersamaan tidak terdapat lelang SBI, tingkat imbalan yang

    diberikan, mengacu kepada data terkini antara tingkat imbalan SBI Syariah atau tingkat

    diskonto SBI berjangka waktu sama

    Penawaran minimum pada lelang SBIS di pasar perdana ditetapkan sebesar 1

    miliar dengan kelipatan 100 juta. Bank Indonesia mengumumkan rencana lelang SBIS

     paling lambat 1 hari sebelum hari pelaksanaan lelang. Bank Indonesia mengumumkan

     pemenang lelang SBIS pada hari pelaksanaan lelang. Dan penyelesaian transaksi

    dilakukan 1 hari kerja berikutnya (one day settlement) melalui sarana BI-SSSS yang

    terhubung langsung dengan sistem BI-RTGS.

      Repo (SBI, SBIS, SDBI, SUN)

    Repo adalah transaksi penjualan secara bersyarat oleh bank kepada Bank

    Indonesia dengan persyaratan kewajiban pembelian kembali sesuai dengan harga dan jangka waktu yang di sepakati. Repo merupakan instrumen kebijakan moneter yang

     bersifat ekspansif.

    Saat ini, jumlah maksimal surat berharga milik bank yang dapat direpokan

    adalah 50% dari nilai SBI. Penyelesaian transaksi Repo di lakukan pada hari yang sama

    (same day settlement).

     

    FTO

    FTO adalah instrumen operasi pasar terbuka untuk menambah atau mengurangi

    likuiditas jangka pendek dalam rangka menstabilkan gejolak suku bunga di PUAB. FTO

    hanya digunakan jika dipandang perlu ( berdasarkan diskresi Bank Indonesia).

    Transaksi FTE dilakukan dengan underlying  surat berharga, yaitu SBI dan SUN,

    sedangkan FTK dilakukan melalui penempatan dana bank di Bank Indonesia tanpa

    underlying surat berharga dengan sistem diskonto. Jangka waktu FTO maksimum 14hari dihitung dari tanggal transaksi sampai dengan tanggal jatuh tempo.

  • 8/18/2019 Independensi Bank Sentral Dan Instrument

    17/30

    16

    Transaksi FTO dilakukan dengan mekanisme lelang melalui sarana Bank

    Indonesia SSSS, dapat mengunakan metode fixed rite tender atau Variable rate tende.

    Penyelesaian FTO dilakukan segera setelah Bank Indonesia mengmumkan hasil lelang

    transaksi FTO melalui sarana BI-SSSS yang terhubung langsung dengan sistem BI-

    RTGS pada tanggal transaksi (same day settlement) dengan prinsip Delivery Versus

    Payment (DVP).

      Outright Jual atau Beli SUN

    Outright jual atau beli SUN adalah instrumen kontraksi atau ekspansi moneter

    yang bersifat permanen dengan underlying berupa SUN yang berjangka waktu lebih

    dari 1 tahun. Transaksi dapat di lakukan dengan mekanisme lelang atau nonlelang.

      Sterilisasi Penjualan atau Pembelian Valuta Asing

    Sterilisasi Penjualan atau Pembelian USD atau valas lainnya dengan

    menggunakan rupiah yang dimaksudkan untuk mengurangi atau menambah jumlah

    rupiah yang beredar.

      Peserta Operasi Pasar Terbuka

    Peserta operasi pasar terbuka terdiri dari bank, lembaga perantara dan pihak lain

    yang di tetapkan oleh Bank Indonesia. Lembaga perantara yang di maksud antara lain

     pialang pasar uang, pialang pasar modal, dan primary dealer, sedangkan yang di maksud

     pihak lain adalah badan hukum nonbank, badan lainnya, dan perorangan.

    Di lihat dari cara pengajuan penawaran, peserta operasi pasar terbuka dapat di

    golongkan sebagai peserta langsung dan peserta tidak langsung. Peserta langsung yaitu

     peserta yang mengajukan penawaran langsung ke Bank Indonesia, sedangkan peserta

    tidak langsung mengajukan penawarannya melalui lembaga perantara.

      Fasilitas pendanaan

    Dalam rangka mendukung pencapaian tujuannya, Bank Indonesia menyediakan

    fasilitas pendanaan bagi bank (baik konvensional maupun syari‟ah) yang terdiri dari

    FPJP dan FLI.

     

    FPJP

  • 8/18/2019 Independensi Bank Sentral Dan Instrument

    18/30

    17

    FPJP adalah fasilitas pendanaan jangka pendek untuk bank yang mengalami

    kesulitan pendanaan yang disebabkan oleh terjadinya dana masuk yang lebih kecil

    dibandingka arus dana yang keluar (mismatch)

    FPJP wajib dijamin dengan agunan milik bank yang bersangkutan yang

     berkualitas tinggi dan mudah dicairkan, saat ini berupa SBI, SUN dan SBIS.

    Jangka waktu FPJP adalah 1 hari dan dapat diperpanjang secara bertutut-turut

    dengan jangka waktu FPJP keseluruhannya maksimum 90 hari.

      FLI

    FLI adalah fasilitas pendanaan yang bersifat intraday untuk mendukung

    kelancaran sistem pembayaran sehingga tidak terjadi kemacetan (gridlock) dalam sistem

    BI-TGS, yang harus dilunasi pada hari yang sama dengan hari penggunaan. Bank dapat

    memperoleh FLI baik dalam rangka menjaga kelancaran transaksi dalam sistem BI-

    RTGS (FLI-RTGS) maupun dalam rangka penyeselaian akhir kliring debit (FLI-

    Kliring).

    Bank dapat menggunakan FLI sepanjang memiliki dan mengagunkan surat

     berharga yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan. Adapun pelunasan FLI yang

    digunakan bank secara otomatis oleh sistem BI-TGS setiap terdapat transaksi masuk

    (incoming transaction) yang mengkredit rekening rupiah bank yang bersangkutan di

    Bank Indonesia sampai dengan batas waktu pelunasan FLI. Terhadap nilai FLI yang

    tidak dapat dilunasi diperlakukan sebagai FPJP.

      Sarana pendukung operasi pasar terbuka

    Dalam mendukung pelaksanaan kegiatan operasi pasar terbuka yang efektif dan

    efisien, Bank Indonesia mengembangan infrastruktur pendukung berupa BI-SSSS dan

    BI-RTGS.

      BI-SSSS

    BI-SSSS merupakan sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk

     penatausahaannya, dan penatausahaan surat berharga secara elektronik yang terhubung

    langsung antara peserta, penyelenggara, dan sistem BI-RTGS.

  • 8/18/2019 Independensi Bank Sentral Dan Instrument

    19/30

    18

    BI-SSSS menggabungkan sistem transaksi Bank Indonesia yang mencakup

     pelaksanaan OPT, pemberian fasilitas pendanaan Bank Indonesia, transaksi SUN untuk

    dan atas nama pemerintah dalam satu sistem yang terintegrasi dan terhubung langsung

    (on-line) antara Bank Indonesia dengan para pelaku pasar.

    BI-SSSS juga mempunyai fungsi pendukung dalam distribusi informasi dan

    komunikasi dari dan ke penyelenggara serta antar peserta.

    Penyelesaian transaksi BI-SSSS surat berharga di pasar perdana dan di pasar

    sekunder dilakukan atas dasar prinsip  DVP atas dasar sistem setelmen  gross to gross

    dan gross to net. 

      BI-RTGS

    Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem penyelesaian berbasis gross dengan koneksi

    elektronis on-line antar bank-bank dan pihak selain bank (antara lain Kustodian Sentral

    Efek Indonesia/KSEI) dengan Bank Indonesia. Sistem BI-RTGS adalah proses

     penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan per transaksi (individually

     processed/gross settlement ) dan bersifat real time (electronically processed ), dimana

    rekening bank peserta dapat didebit atau dikredit berkali-kali dalam sehari sesuai

    dengan perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran. Dengan sistem BI-RTGS,originating bank (initiating bank ) mentransmisikan melalui terminal RTGS di

    tempatnya transaksi pembayaran ke pusat pengolahan system RTGS ( RTGS Central

    Computer/RCC ) di Bank Indonesia untuk proses penyelesian dan jika proses

     penyelesaian berhasil, transaksi pembayaran akan diteruskan secara otomatis dan

    elektronis kepada counterparty  bank. Sistem BI-RTGS mampu memenuhi kebutuhan

     berbagai pihak terhadap tersedianya mekanisme pembayaran yang sangat cepat yang

    dibutuhkan oleh transaksi yang mensyaratkan DVP seperti transaksi jual beli saham dan

     securities paper lainnya.

    2.  Penetapan tingkat diskonto,

    Kebijakan yang dilakukan oleh Bank Sentral untuk menambah dan mengurangi

     jumlah uang yang beredar dengan cara menaikkan atau menurunkan suku bunga bank.

    Jika Bank Sentral menaikkan suku bunga berarti bertujuan untuk mengurangi jumlah

    uang yang beredar. Hal ini terjadi karena dengan naiknya suku bunga, masyarakat akan

    cenderung untuk menyimpan uangnya di  bank. Dengan demikian, maka jumlah uang

    https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Sentralhttps://id.wikipedia.org/wiki/Uanghttps://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bungahttps://id.wikipedia.org/wiki/Bankhttps://id.wikipedia.org/wiki/Bankhttps://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bungahttps://id.wikipedia.org/wiki/Uanghttps://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Sentral

  • 8/18/2019 Independensi Bank Sentral Dan Instrument

    20/30

    19

    yang beredar akan berkurang yang mana dapat menekan laju inflasi. Sementara itu, jika

    Bank Sentral menurunkan suku bunga berarti bertujuan untuk menambah jumlah uang

    yang beredar. Hal ini terjadi karena dengan rendahnya suku bunga bank, masyarakat

    tidak akan senang menyimpan uangnya di bank yang akibatnya jumlah uang yang

     beredar di masyarakat akan bertambah. Penurunan suku bunga dilakukan oleh Bank

    Sentral jika perekonomian mengalami resesi atau jika perekonomian mengalami deflasi. 

    3.  Penetapan giro wajib minimum,

    Kebijakan persediaan kas atau cadangan yang diwajibkan oleh Bank Sentral

    kepada bank-bank umum yang besarnya tergantung kepada keputusan dari bank

    sentral/pemerintah. Dengan jalan menaikan perbandingan antara uang yang beredar

    dengan uang yang mengendap di dalam kas mengakibatkan kemampuan bank untuk

    menciptakan kredit berkurang sehingga jumlah uang yang beredar akan berkurang.

    Menaikkan cadangan uang kas yang ada di bank sehingga jumlah uang bank yang dapat

    dipinjamkan kepada debitur/masyarakat menjadi berkurang. Hal ini berarti dapat

    mengurangi jumlah uang yang beredar

    4.  Pengaturan kredit.

    Pengaturan pemberian kredit diatur guna untuk mengawasi jumlah uang yang beredar, baik melalui kredit ketat maupun longgar. Ketika Bank Indonesia menetapkan

     pemberian kredit ketat maka berdampak pada berkurangnya jumlah uang yang beredar.

    Hal ini dilakukan ketika negara mengalami gejala inflasi.

    2.5  Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter

    Tujuan akhir kebijakan moneter adalah menjaga dan memelihara kestabilan nilai

    rupiah yang mana tercermin dari tingkat inflasi yang rendah (stabil) dan nilai tukar.Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia menetapkan suku bunga kebijakan BI

    Rate sebagai instrumen kebijakan utama untuk mempengaruhi aktivitas kegiatan

     perekonomian dengan tujuan akhir pencapaian target inflasi. Namun jalur atau

    transmisi dari keputusan BI rate sampai dengan pencapaian sasaran inflasi tersebut

    sangat kompleks dan memerlukan waktu (time lag ). 

    https://id.wikipedia.org/wiki/Resesihttps://id.wikipedia.org/wiki/Deflasihttps://id.wikipedia.org/wiki/Deflasihttps://id.wikipedia.org/wiki/Resesi

  • 8/18/2019 Independensi Bank Sentral Dan Instrument

    21/30

    20

    Mekanisme kerja perubahan BI Rate yang mempengaruhi inflasi sering disebut

    sebagai mekanisme transmisi kebijakan moneter. Mekanisme ini menggambarkan

    tindakan Bank Indonesia melalui perubahan-perubahan instrumen moneter dan target

    operasionalnya yang mana mempengaruhi berbagai variabel-variabel ekonomi dan

    keuangan sebelum akhirnya berpengaruh ke tujuan akhir inflasi. Mekanisme tersebut

    terjadi melalui interaksi antara Bank Sentral, perbankan dan sektor keuangan, serta

    sektor riil. Perubahan BI Rate mempengaruhi inflasi melalui berbagai jalur, diantaranya

     jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga aset, dan jalur ekspektasi.

    Pada jalur suku bunga, perubahan BI Rate mempengaruhi suku bunga deposito

    dan suku bunga kredit perbankan. Apabila perekonomian sedang mengalami kelesuan,

    Bank Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter yang ekspansif melalui

     penurunan suku bunga untuk mendorong aktifitas ekonomi. Penurunan suku bunga BI

    Rate menurunkan suku bunga kredit sehingga permintaan akan kredit dari perusahaan

    dan rumah tangga akan meningkat. Penurunan suku bunga kredit juga akan

    menurunkan biaya modal perusahaan untuk melakukan investasi. Hal ini akan

    meningkatkan aktifitas konsumsi dan investasi sehingga aktifitas perekonomian

    semakin bergairah. Sebaliknya, apabila tekanan inflasi mengalami kenaikan, Bank

    Indonesia akan merespon dengan menaikkan suku bunga BI Rate untuk mengerem

    aktifitas perekonomian yang terlalu cepat sehingga mengurangi tekanan inflasi.

  • 8/18/2019 Independensi Bank Sentral Dan Instrument

    22/30

    21

    Perubahan suku bunga BI Rate juga dapat mempengaruhi nilai tukar. Mekanisme

    ini sering disebut jalur nilai tukar. Kenaikan BI Rate, sebagai contoh, akan mendorong

    kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia dengan suku bunga luar

    negeri. Dengan melebarnya selisih suku bunga tersebut mendorong investor asing

    untuk menanamkan modal ke dalam instrument-instrumen keuangan di Indonesia

    seperti SBI karena mereka akan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih

    tinggi. Aliran modal masuk asing ini pada gilirannya akan mendorong apresiasi nilai

    tukar Rupiah. Apresiasi Rupiah mengakibatkan harga barang impor lebih murah dan

     barang ekspor kita di luar negeri menjadi lebih mahal atau kurang kompetitif sehingga

    akan mendorong impor dan mengurangi ekspor. Turunnya net ekspor ini akan

     berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi dan kegiatan perekonomian.

    Perubahan suku bunga BI Rate mempengaruhi perekonomian makro melalui

     perubahan harga aset. Kenaikan suku bunga akan menurunkan harga aset seperti saham

    dan obligasi sehingga mengurangi kekayaan individu dan perusahaan yang pada

    gilirannya mengurangi kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti

    konsumsi dan investasi.

    Dampak perubahan suku bunga kepada kegiatan ekonomi juga mempengaruhi

    ekspektasi publik akan inflasi (jalur ekspektasi). Penurunan suku bunga yangdiperkirakan akan mendorong aktifitas ekonomi dan pada akhirnya inflasi mendorong

     pekerja untuk mengantisipasi kenaikan inflasi dengan meminta upah yang lebih

    tinggi. Upah ini pada akhirnya akan dibebankan oleh produsen kepada konsumen

    melalui kenaikan harga.

    Mekanisme transmisi kebijakan moneter ini bekerja memerlukan waktu (time

    lag ). Time lag   masing-masing jalur bisa berbeda dengan yang lain. Jalur nilai tukar

     biasanya bekerja lebih cepat karena dampak perubahan suku bunga kepada nilai tukar

     bekerja sangat cepat. Kondisi sektor keuangan dan perbankan juga sangat berpengaruh

     pada kecepatan transmisi kebijakan moneter. Apabila perbankan melihat risiko

     perekonomian cukup tinggi, respon perbankan terhadap penurunan suku bunga BI rate

     biasanya sangat lambat. Juga, apabila perbankan sedang melakukan konsolidasi untuk

    memperbaiki permodalan, penurunan suku bunga kredit dan meningkatnya permintaan

    kredit belum tentu direspon dengan menaikkan penyaluran kredit. Di sisi permintaan,

     penurunan suku bunga kredit perbankan juga belum tentu direspon oleh meningkatnya

     permintaan kredit dari masyarakat apabila prospek perekonomian sedang

  • 8/18/2019 Independensi Bank Sentral Dan Instrument

    23/30

    22

    lesu. Kesimpulannya, kondisi sektor keuangan, perbankan, dan kondisi sektor riil

    sangat berperan dalam menentukan efektif atau tidaknya proses transmisi kebijakan

    moneter.

    2.6  Kebijakan Moneter di Indonesia

    Sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, tujuan Bank

    Indonesia adalah mencapai dan menjaga kestabilan nilai rupiah. Dalam hal tersebut,

    kestabilan nilai rupiah memiliki dua dimensi, yaitu kestabilan nilai rupiah terhadap

     barang dan jasa (inflasi) dan kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain

    (disebut nilai tukar atau kurs rupiah). Dalam sistem nilai tukar mengambang yang

    dianut saat ini, nilai tukar rupiah ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran

    di pasar valuta asing, dan karenanya Bank Indonesia tidak mengarahkan perkembangan

    nilai tukar rupiah pada tingkat tertentu. Untuk itu, sasaran akhir Bank Indonesia lebih

    diarahkan pada pencapaian target inflasi rendah yang sesuai dengan kondisi

     perekonomian nasional.

    Walaupun target akhir kebijakan moneter lebih diarahkan kepada pengendalian

    laju inflasi, Bank Indonesia tidak akan membiarkan perkembangan nilai tukar rupiah di

     pasar bergerak secara bergejolak dan menimbulkan ketidakpastian. Berkaitan dengan

    hal tersebut, Bank Indonesia menempuh cara-cara untuk menstabilkan nilai tukar rupiah

    dengan dua pertimbangan utama yaitu:

      Kestabilan nilai tukar rupiah diperlukan untuk memberikan kepastian dalam

     perekonomian.

       Nilai tukar rupiah yang bergejolak dan merosot drastis akan menyulitkan Bank

    Indonesia dalam mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan.

    Dalam mencapai sasaran akhir target inflasi tersebut, secara periodik Bank

    Indonesia memantau perkembangan berbagai variabel ekonomi rill, moneter dan

    keuangan untuk meyakinkan bahwa sasaran inflasi yang telah ditetapkan dapat tercapai.

    Permintaan terhadap variabel ekonomi rill dapat dilihat dari sisi permintaan (konsumsi,

    investasi, ekspor  –   impor baik swasta maupun pemerintah) maupun sisi penawaran.

    Dengan penentuan variabel-variabel tersebut diharapkan dapat diketahui secara dini

    kemungkinan tekanan inflasi ke depan.

  • 8/18/2019 Independensi Bank Sentral Dan Instrument

    24/30

    23

    Sementara itu, pemantauan terhadap variable-variabel moneter dan keuangan

    sebagai sasaran antara lain dilakukan untuk menentukan berjalannya mekanisme

    transmisi kebijakan moneter ke sektor rill. Transmisi kebijakan moneter biasanya

     berjalan melalui beberapa jalur, yaitu jalur bunga deposito, jalur kredit, jalur nilai tukar,

     jalur harga asset dan jalur ekspetasi inflasi. Untuk itu, BI memantau terus

     perkembangan sasaran antara yang mencakup besaran-besaran moneter ( M1 dan M2),

    suku bunga dan nilai tukar rupiah. Sedangkan variabel-variabel sector keuangan

    mencakup perkembangan dana perbankan, kredit dan pembiayaan lain, kondisi

    kesehatan perbankan dan pasar modal. Melalui pemantaun tersebut dapat dianalisis

    seberapa besar pengaruh kebijakan moneter yang dilakukan Bank Indonesia, khususnya

    kecepatan dan tenggang waktu terhadap perekmbangan ekonomi rill dan inflasi ke

    depan. Dengan pemantauan terhadap perkembangan sector rill dan berjalannyamekanisme transmisi seperti yang dijelaskan di atas, dapat dirumuskan kebijakan

    moneter yang mudah ditempuh dalam rangka mengantisipasi perkembangan inflasi dan

    output rill ke depan.

    STUDI KASUS :

    Apakah terdapat korelasi antara independensi Bank Sentral dengan

    tingkat inflasi ?

  • 8/18/2019 Independensi Bank Sentral Dan Instrument

    25/30

    24

    Korelasi antara tingkat independensi bank sentral dan inflasi masih menjadi

     perdebatan yang kontroverional di antara para ekonom. Bukti empiris menunjukkan

     bahwa hubungan yang negatif antara tingkat independensi bank sentral dan inflasi rata-

    rata yang ditemukan oleh Grilli dkk (1991), Cukierman et.al. (1992), Alesina dan

    Summer (1993), Berger (2000) Jacome (2007), Hayo dan Voigt (2005), Hicks (2004),

    Eijffinger dkk, (1998).

    Luna (2003) menyatakan bahwa tidak terdapat korelasi antara tingkat

    independensi bank sentral dan inflasi. Dengan menggunakan data panel lintas negara

     pada 23 negara OECD, ia menyatakan bahwa inflasi yang rendah dapat dicapai tanpa

    mendelegasikan kebijakan moneter ke bank sentral yang independen. Inflasi yang

    rendah lebih berhubungan dengan target nilai tukar dibandingkan bank sentral yang

    konservatif.

    Lalu bagaimana dengan korelasi anatar independensi bank sentral dan inflasi di

    Indonesia ? Menurut paper berjudul The Effect of Central Bank Independence on Price

    Stability : The Case of Indonesia yang meneliti hubungan antara keduanya sejak tahun

    1970-2006 didapatkan hasil sebagai berikut :

    Hasil estimasi menunjukkan bahwa independensi legal Bank Sentral (CBI) berhubungan

    terbalik dengan inflasi, yang pada umumnya terjadi pada negara-negara maju. Ini

    adalah temuan yang berlawanan; dimana umumnya korelasi antara CBI legal dan

    inflasi adalah negatif dan tidak signifikan pada negara-negara berkembang. Kami

    menemukan hasil yang sama saat menggunakan model Engel Granger Error

    Correction; keduanya mengindikasikan independensi bank sentral juga negatif dan

    tidak signifikan, dengan magnitude yang sama (0.78).

    Koefisien negatif CBI menunjukkan makin rendah independensi, maka semakin

    tinggi inflasi. Semakin rendah tingkat independensi, maka semakin lemah kekuatan

     bank sentral untuk menolak intervensi pemerintah. Pada situasi ini, bank sentral akan

    mengikuti kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan Sargent dan

    Wallace (1981), jika otoritas fiskal dominan maka otoritas moneter akan dipaksa

    untuk untuk bekerja di bawah instruksi pemerintah. Jadi, inflasi akan lebih tinggi

    karena pemerintah berfokus pada output atau pengangguran. Sebelum Peraturan

    Tentang Independensi Bank Sentral No 23/1999 diterbitkan, fenomena ini terjadi pada

    kasus Indonesia.

  • 8/18/2019 Independensi Bank Sentral Dan Instrument

    26/30

    25

    DATA TERKINI

    Grafik diatas masih berkaitan dengan studi kasus di atas, yaitu mengenai

    hubungan antara independensi dan inflasi. Pada periode 1970-1984 rata-rata tingkat

    inflasi adalah 18 persen setiap tahunnya. Bahkan, pada tahun 1972 dan 1973, tingkat

    inflasi masing-masing adalah 25.80, 30.63, dan 41.03 persen (IFS, 2008). Hal ini salah

    satunya disebabkan oleh banyaknya tujuan yang harus dicapai, Bank Indonesia

     berfungsi sebagai kasir pemerintah atau bagian dari pemerintah, termasuk menjadi agen

     pembangunan. Dengan fungsi kembar ini, BI menjadi lebih sulit untuk merealisasikan

    targetnya, sehingga inflasi menjadi begitu tinggi.

    Grafik diatas juga menunjukkan pergerakan inflasi dan tingkat suku bunga dari

    1974 hingga 2006. Pada tahun 1970an, tingkat inflasi masih tinggi dan pemerintah

    mengambil kebijakan moneter yang ketat. Hal ini mengakibatkan penurunan tingkat

    inflasi di bawah level 1960an tapi tetap di atas 10 persen. Pada tahun 1974, tingkat

    inflasi adalah 41.03%, yang dikarenakan oleh banyaknya tujuan yang harus dicapai oleh

     bank sentral; stabilitas harga dan sebagai agen pembangunan yang memberikan

    likuiditas yang tidak terbatas untuk pemerintah.

    Pada era 1980an kinerja inflasi stabil di bawah 10% dan tingkat suku bunga dalam

    kisaran 15 persen. Pencapaian ini diperoleh dari program stabilisasi dan rehabilitasi,

    diikuti oleh program deregulasi sektor keuangan dan moneter seperti memberikan

    keleluasaan bagi bank konvensional untuk menentukan tingkat suku bunga mereka

    sendiri. Pada tahun 1988, pemerintah menerbitkan paket deregulasi yang dikenal

  • 8/18/2019 Independensi Bank Sentral Dan Instrument

    27/30

    26

    sebagai „Pakto 88‟, yang memberikan kemudahan bagi pendirian bank baru yang pada

    akhirnya meningkatkan jumlah bank.

    Sebelum tahun 1999, ada beberapa bukti tidak independennya Bank Indonesia.

    Salah satunya adalah melemahnya kekuatan Bank Indonesia saat pemerintah

    membentuk dewan moneter, yang meliputi Gubernur Bank Indonesia, Menteri

    Perdagangan, dan Menteri Keuangan (Raharjo, 2002). Hal ini akan membatasi

    fleksibilitas Bank Indonesia untuk merumuskan kebijakan moneternya, dan juga

    merefleksikan independensi dalam merumuskan target. Dalam kerangka ini, Bank

    Indonesia sebagai otoritas moneter diperbolehkan untuk memiliki berbagai kebijakan

    moneter; akan tetapi kebijakan yang diterapkan bergantung pada persetujuan

     pemerintah (Laporan Bank Indonesia, 1966-1984).

    Kasus lain adalah pada Oktober 1996 dan April 1997, saat Chief Executive

    Officer (CEO) dari Bank Indonesia memberikan masukan kepada Presiden Soeharto

    untuk melikuidasi beberapa bank, dan ditolak (Arismunandar, 2004). Pemerintah

    menyatakan likuidasi bank-bank tersebut akan menciptakan ketidakstabilan ekonomi

    dikarenakan permulaan pemilihan umum, dan pada akhirnya Bank Indonesia

    memberikan dispensasi kepada bank-bank tersebut untuk beroperasi. Satu tahun

    setelahnya, krisis keuangan Asia terjadi pada tahun 1997.

    Melalui peraturan No. 23/1999, Bank Indonesia memiliki independensinya.

    Dengan peraturan ini, penunjukan dan pemberhentian pejabat eksekutif bank sentral

    diputuskan oleh dewan gubernur bank sentral. Dengan peraturan ini, Bank Indonesia

    dilarang untuk membeli sekuritas pemerintah pada pasar primer untuk menghindari

     peningkatan uang beredar. Selain itu, peraturan ini juga menjamin independensi Bank

    Indonesia dalam penentuan satu target, yaitu stabilitas harga.

    Setelah legalitas independensi ini, tingkat inflasi berkurang. Bank Indonesia

    menggunakan kebijakan moneter yang ketat dan berhasil mengurangi tingkat inflasi dari

    77.63 persen pada tahun 1998 menjadi 2.1 persen pada tahun 1999. Rata-rata inflasi

     berkisar 8 persen dari 1989 hingga 2004. Pada tahun 2005, ekonomi mengalami inflasi

    yang tinggi (17.11 persen), dikarenakan peningkatan harga minyak. Ini merupakan

    inflasi tertinggi selama periode pasca krisis 1997/1998. Pada tahun 2006 Bank

    Indonesia menerapkan Inflation Targeting Framework (ITF), dan berhasil mengurangi

    inflasi mendekati target yang telah ditetapkan sebesar 6 persen dan nilai tukar menjadi

  • 8/18/2019 Independensi Bank Sentral Dan Instrument

    28/30

    27

    Rp. 8500 per USD. Meskipun demikian, tingkat inflasi ini masih lebih tinggi

    dibandingkan negara-negara berkembang lainnya seperti Malaysia dan Thailand yang

     berkisar 2 persen.

  • 8/18/2019 Independensi Bank Sentral Dan Instrument

    29/30

    28

    BAB III

    PENUTUP

    3.1  Simpulan

    Untuk mencapai tujuan Bank Indonesia yaitu mencapai kestabilan nilai mata uang

    rupiah yang tercermin dalam tingkat inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

    maka dibutuhkan independensi bank sentral agar terlepas dari intervensi pemerintah dan

     pihak lain. Independensi Bank Indonesia berupa  goal independence ,instrument

    independence dan  personnal independence.  Selain itu, Bank Indonesia memiliki

    kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran

    moneter (seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran

    laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Secara operasional,

     pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan instrumen-instrumen,

    antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing,

     penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit

    atau pembiayaan. 

  • 8/18/2019 Independensi Bank Sentral Dan Instrument

    30/30

    DAFTAR PUSTAKA

    Andriani, Yessy dan Prasanna Gai.2013. The Effect of Central Bank Independence on

     Price Stability : The Case of Indonesia. http://www.bi.go.id/id/publikasi/jurnal-

    ekonomi/Documents/YessyAndrianiPrasannaGai.pdf ( diakses pada 19 Novemeber

    2015)

    Anonim. 2011. Sejarah Independensi Bank Sentral .

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44886/3/Chapter%20II.pdf (diakses

     pada 20 November 2015 )

    Anonim. 2014.  Instrumen Kebijakan Moneter .http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Master-22539-8106162014%20-

    %20BAB%20II.pdf (diakses pada 20 November 2015 )

    Bank Indonesia. 2015 . Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter.

    http://www.bi.go.id/id/moneter/transmisikebijakan/Contents/Default.aspx (diakses

     pada 19 November 2015)

    Julius R, Latumaerissa. 2011. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Salemba Empat:

    Jakarta.

    Jonni, Manurung & Adler H, Manurung. 2009.  Ekonomi Keuangan & Kebijakan

     Moneter . Salemba Empat: Jakarta.

    Murdadi,Bambang. 2012.  Independensi Bank Indonesia di Persimpangan Jalan. 

    Jurnal Unimus : Vol. 9, No.1, September 2012  –   Februari.

    http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/vadded/article/view/726/780 2013(diakses

     pada 19 November 2015)

    Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan.2003.  Bank Indonesia Bank Sentral

     Republik Indonesia : Tinjauan kelembagaan,kebijakan,dan organisasi. Jakarta :

    PPSK

    http://www.bi.go.id/id/publikasi/jurnal-ekonomi/Documents/YessyAndrianiPrasannaGai.pdfhttp://www.bi.go.id/id/publikasi/jurnal-ekonomi/Documents/YessyAndrianiPrasannaGai.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44886/3/Chapter%20II.pdfhttp://www.bi.go.id/id/moneter/transmisikebijakan/Contents/Default.aspxhttp://jurnal.unimus.ac.id/index.php/vadded/article/view/726/780http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/vadded/article/view/726/780http://www.bi.go.id/id/moneter/transmisikebijakan/Contents/Default.aspxhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44886/3/Chapter%20II.pdfhttp://www.bi.go.id/id/publikasi/jurnal-ekonomi/Documents/YessyAndrianiPrasannaGai.pdfhttp://www.bi.go.id/id/publikasi/jurnal-ekonomi/Documents/YessyAndrianiPrasannaGai.pdf

Recommended