617
INDEPENDENSI DAN KOMITMEN ORGANISASI: MEDIASI PENGARUH
BRAINSTORMING DAN KEAHLIAN AUDITOR TERHADAP PENILAIAN RISIKO
Agus Mulyono1*, Helmi Yazid1, Elvin Bastian1
1Program Studi Magister Akuntansi, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,
Serang
*Penulis korespondensi: [email protected]
ABSTRACT
This study analyzes the effect of brainstorming and auditor expertise on fraud risk assessment with auditor independence and organizational commitment as mediating variables. The research method uses a quantitative approach with a sample of 200 auditors from the Inspectorate General of the Ministry of Education and Culture. Data was collected through a questionnaire analyzed using the Structural Equation Modeling (SEM) method. The results of this study indicate that brainstorming has a positive effect on risk assessment, brainstorming has no effect on auditor independence, and brainstorming positively affects organizational commitment. Auditor expertise has a positive effect on risk assessment, auditor expertise does not affect organizational commitment, and auditor expertise positively affects auditor independence. Auditor independence has a positive effect on risk assessment, while organizational commitment does not affect risk assessment. The results of the mediation test show that auditor independence only has a mediating effect on the auditor's expertise in risk assessment. Keywords: Brainstorming; Auditor expertise; Independence; Organizational commitment; Fraud risk assessment
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh brainstorming dan keahlian auditor terhadap penilaian risiko fraud dengan independensi auditor
dan komitmen organisasi sebagai variabel mediasi. Metode penelitian
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan sampel adalah auditor di
lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
sebanyak 200 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang
selanjutnya dianalisis menggunakan metode Structural Equation Modeling
(SEM). Hasil penelitian ini menunjukkan brainstroming berpengaruh positif terhadap penilaian resiko, brainstroming tidak berpengaruh terhadap
independensi auditor, dan brainstroming berpengaruh positif terhadap
komitmen organisasi. Keahlian auditor berpengaruh positif terhadap penilaian
resiko, keahlian auditor tidak berpengaruh terhadap komitmen organisasi dan
keahlian auditor berpengaruh positif terhadap independensi auditor.
Independensi auditor berpengaruh positif terhadap penilaian resiko sedangkan
komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap penilaian resiko. Hasil uji mediasi menunjukan independensi auditor hanya memberi pengaruh mediasi
pada keahlian auditor terhadap penilaian resiko.
Kata kunci: Brainstorming; Keahlian auditor; Independensi; Komitmen
organisasi; Penilaian risiko fraud
Jurnal Akun Nabelo:
Jurnal Akuntansi Netral, Akuntabel, Objektif
Volume 4/Nomor 1/Juli 2021 Jurusan Akuntansi FEB Universitas Tadulako
p-ISSN 2622-3082 e-ISSN 2622-3090
618
Independensi dan Komitmen Organisasi: Memediasi Pengaruh Brainstorming dan Keahlian Auditor Terhadap Penilaian Risiko Agus Mulyono, Helmi Yazid, Elvin Bastian
A. PENDAHULUAN
Proses audit harus didasarkan pada teori kecurangan. Pada hal ini, auditor harus menentukan tipe dan ukuran risiko kecurangan sejak dari
tahapan perencanaan audit. Fraud atau kecurangan dapat menyebabkan salah
saji material dalam laporan keuangan dan berdampak pada keputusan
investor (Kerr, 2013; Tuanakota, 2016). Oleh karena itu, penilaian risiko fraud sangat penting dan perlu dilakukan bersamaan dengan pengauditan laporan
keuangan. Fraud auditing merupakan pendekatan audit proaktif yang didesain
untuk memberikan respon terhadap risiko kecurangan (Yurmaini, 2017). Pada sisi lain melakukan audit laporan keuangan bersamaan dengan penilaian
risiko fraud dapat mempengaruhi kinerja penilaian risiko fraud (Knapp &
Knapp, 2001). Praktek bersamaan seperti itu dilakukan karena waktu yang
terbatas dan karena adanya tekanan publik yang memaksa auditor untuk
melakukan penilaian risiko fraud bersamaan dengan pernyataan audit
keuangan (Braun, 2000). Auditor perlu menilai risiko fraud yang ada pada saat
yang sama dengan waktu melakukan audit laporan keuangan. Pada kasus di pemerintahan, auditor pemerintah yang memiliki beragam
latar belakang pendidikan membutuhkan brainstorming untuk penilaian risiko
fraud. Ini sejalan dengan Standar Internasional tentang Audit (ISA–
International Standards on Auditing) 240, dan Standar Internasional Lembaga-
Lembaga Audit Tertinggi (International Standards of Supreme Audit Institutions
-ISSAI) 1240 yang mendorong auditor untuk mengadakan diskusi dengan anggota tim audit tentang potensi materi salah saji karena fraud. Pada
penilaian risiko fraud, brainstorming mendorong anggota tim audit untuk
berbagi informasi klien, indikator risiko fraud, dan pengalaman fraud.
Brainstorming juga bisa untuk alat transfer pengetahuan antara anggota tim
identifikasi risiko fraud (Minter & Michael dalam Priyatno, 2007; Kerr, 2013).
Karena beragam keahlian di kalangan auditor pemerintah, tingkat
pengetahuan pada fraud terutama berasal dari pengalaman auditor. Namun
kurangnya pengalaman dalam deteksi fraud dapat mempengaruhi kinerja
auditor dalam menilai risiko fraud (Kozloski, 2011). Luasnya dari pengaruh
keahlian auditor yang berbeda pada brainstorming menyebabkan proses penilaian risiko fraud tetap tidak pasti.
Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
brainstorming dan keahlian auditor terhadap penilaian risiko fraud dengan
memasukan independensi auditor dan komitmen organisasi sebagai variabel
mediasi. Penelitian ini penting untuk memperkuat peran auditor di dalam
memperkecil risiko fraud melalui brainstroming dan keahlian auditor. Peran
mediasi dari independensi auditor dan komitmen organisasi dalam hubungan antara variabel independen dan dependen adalah untuk menguji peran kedua
variabel mediasi tersebut dalam memperkecil risiko fraud sesuai dengan
temuan penelitian Minter & Michael (2007), Kerr (2013), dan Kozloski (2011).
B. TINJAUAN PUSTAKA
B.1. Agency Theory Agency theory telah populer sebagai teori perspektif dalam corporate governance untuk menjelaskan perilaku organisasi (Eisenhardt, 1989). Potensi
masalah yang muncul dalam agency theory adalah adanya asimetri informasi
antara principal dengan agent yang memicu terjadinya moral hazard dan
adverse selection. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan internal control
Jurnal Akun Nabelo: Jurnal Akuntansi Netral, Akuntabel, Objektif Volume 4/Nomor 1/Juli 2021 (Hal. 617-629)
619
yang handal untuk mencegah terjadinya moral hazard dan adverse selection
dan untuk menguji kehandalan internal control diperlukan audit (Jensen &
Meckling, 1989).
B.2 Pengembangan Hipotesis
B.2.1 Pengaruh Brainstorming terhadap Penilaian Risiko Fraud Proses brainstorming merupakan manfaat tambahan untuk penilaian risiko
fraud dengan menggunakan uji pengendalian internal. Brainstorming dimaksudkan untuk memenuhi asumsi pertama agency theory yaitu human assumption, bahwa setiap manusia mementingkan diri sendiri. O’Donnell et al. (2000) juga menemukan brainstorming meningkatkan penilaian pengendalian
internal untuk lingkungan sistem informasi. Penelitian sebelumnya oleh Alon
dan Dwyer (2010); Carpenter (2007); Nasir (2016) menyatakan brainstorming mempengaruhi penilaian risiko fraud.
H1: Brainstroming berpengaruh positif terhadap penilaian risiko fraud.
B.2.2 Pengaruh Brainstorming terhadap Independensi Auditor Pernyataan Standar Auditing (SAS) Nomor 99 (AICPA, 2002) tentang
Pertimbangan Penipuan dalam Audit Laporan Keuangan, membutuhkan sesi
brainstorming pada setiap audit sebagai sarana untuk memperbaiki penipuan
auditor penilaian. O‟Donnell et al. (2000) menemukan brainstorming
meningkatkan penilaian pengendalian internal untuk lingkungan sistem informasi. Interaksi grup selama proses brainstorming membuat tim
menghasilkan lebih banyak kualitas ide dan informasi dibandingkan dengan
individu (Carpenter, 2007). Dengan ketersediaan teknologi, auditor dapat
menggunakan teknologi dan melakukan penilaian risiko fraud secara
individual (Alon dan Dwyer, 2010).
H2: Brainstroming berpengaruh positif terhadap independensi auditor.
B.2.3 Pengaruh Brainstorming terhadap Komitmen Organisasi Literatur akuntansi menunjukkan bahwa manfaat yang diperoleh dari
brainstorming yang tergantung pada metode yang digunakan brainstorming
(Carpenter 2007; Hoffman & Zimbelman 2009; Lynch et al., 2009).
Brainstorming mengukur sesi kualitas terdiri dari tiga unsur keseluruhan yaitu
kehadiran dan komunikasi, struktur dan waktu, dan keterlibatan usaha tim. Indikator tersebut juga merupakan bagian dari komitmen terhadap organisasi. Menurut Kalbers & Forgarty (1995) dalam Trianingsih (2007) komitmen
organisasional yang tinggi berarti pemihakkan pada organisasi yang
memperkerjakannya.
H3: Brainstorming berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi.
B.2.4 Pengaruh Keahlian Auditor terhadap Penilaian Risiko Fraud Asumsi agency theory yang digunakan adalah human assumption. Human assumption yang difokuskan pada self interest, dimana manusia pada
umumnya mementingkan diri sendiri sehingga semakin tinggi keahlian yang
dimiliki oleh auditor maka akan semakin berpengaruh terhadap kemampuan auditor dalam melakukan penilaian risiko fraud. Penelitian sebelumnya
620
Independensi dan Komitmen Organisasi: Memediasi Pengaruh Brainstorming dan Keahlian Auditor Terhadap Penilaian Risiko Agus Mulyono, Helmi Yazid, Elvin Bastian
menyatakan bahwa keahlian auditor mempengaruhi penilaian risiko fraud
(LaSalle, 2007; Nasir et al., 2016) serta pendapat Purba (2015), dan Mui (2009) serta Bonner & Lewis (1990) yang menjelaskan bahwa pengetahuan dan
kemampuan menyelesaikan masalah merupakan kriteria penting dalam
keahlian kinerja auditor.
H4: Keahlian auditor berpengaruh positif terhadap penilaian risiko fraud.
B.2.5 Pengaruh Keahlian Auditor terhadap Komitmen Organisasi Auditor dituntut untuk selalu menjaga independensinya pada saat
melakukan audit, hal ini dilakukan untuk membangun kepercayaan terhadap
klien dan juga untuk mempertahankan sikap profesional sebagai seorang
auditor. Seorang auditor harus terus menerus menerus mengikuti
perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan profesinya. Dengan bertambahnya pengalaman seorang auditor maka keahlian yang dimiliki
auditor juga semakin berkembang, sehingga penilaian terhadap risiko fraud semakin berkualitas.
H5: Keahlian auditor berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi
B.2.6 Pengaruh Keahlian Auditor terhadap Independensi Auditor Lavin (1976) dalam penelitiannya menjelaskan lebih mendalam konsep
independensi dalam hal hubungan antara klien dan auditor melalui
pengamatan pihak ketiga. Banyaknya penelitian mengenai independensi
menunjukkan bahwa faktor independensi merupakan faktor penting bagi auditor untuk menjalankan profesinya. Akuntan mempunyai kewajiban
untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi
dimana mereka bernaung, profesi mereka, masyarakat dan diri mereka sendiri
dimana akuntan mempunyai tanggungjawab menjadi kompeten dan untuk
menjaga integritas dan objektivitas (Nugrahaningsih, 2005).
H6: Keahlian auditor berpengaruh positif terhadap independensi auditor
B.2.7 Pengaruh Independensi Auditor terhadap Penilaian Risiko Fraud Hasil penelitian tentang independensi menunjukkan bahwa dalam
mengambil keputusan akuntan publik dipengaruhi oleh dorongan untuk mempertahankan klien auditnya. Tetapi di sisi lain terdapat beberapa kekuatan
yang bisa meredakan pengaruh tersebut (Christiawan, 2002). Auditor yang
tidak dapat menjaga sikap independensinya maka auditor tidak akan
mengalami kesulitan atau tekanan dalam mengungkapkan adanya
kecurangan, karena auditor tidak memihak atau tidak memiliki kepentingan
dengan pihak manapun. Selain itu auditor juga dapat membatasi diri agar terhindar dari kecurangan-kecurangan yang ditawarkan oleh klien untuk
berkompromi atas hasil akhir audit laporan keuanga. Penelitian ini didukung
Fuad (2015) yang menyatakan bahwa independensi auditor berpengaruh
positif terhadap tanggung jawab auditor dalam mendeteksi kecurangan dan
Adnyani et al. (2014) bahwa independensi berpengaruh positif terhadap tanggung jawab auditor dalam mendeteksi kecurangan.
H7: Independensi auditor berpengaruh positif terhadap penilaian risiko fraud
Jurnal Akun Nabelo: Jurnal Akuntansi Netral, Akuntabel, Objektif Volume 4/Nomor 1/Juli 2021 (Hal. 617-629)
621
B.2.8 Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Penilaian Risiko Fraud Seorang auditor yang mempunyai kemampuan dalam hal audit maka akan cakap dalam menyelesaikan pekerjaan. Auditor yang komitmen terhadap
profesinya maka akan loyal terhadap profesinya seperti yang dipersepsikan
oleh audititor tersebut. Mayer et al. (1989) dan Fernando et al. (2005)
mengemukakan hubungan komitmen organisasional (affective dan
continuance) dengan kinerja adalah positif dan kuat.
H8: Komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap penilaian risiko fraud
C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Objek
dalam penelitian ini adalah auditor yang terdapat di lingkungan Inspektorat
Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan jumlah sampel sebanyak 200 orang dengan kualifikasi auditor utama, auditor madya, auditor
muda, auditor pertama dan auditor penyelia. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM) yang diaplikasikan
menggunakan Partial Least Square (PLS). Analisis Partial Least Square (PLS)
adalah teknik statistika multivariat yang melakukan perbandingan antara
variabel dependen berganda dan variabel independen berganda. Tujuan PLS
adalah memprediksi pengaruh variabel X (independen) terhadap Y (dependen) dan menjelaskan hubungan teoritis di antara kedua variabel (Abdillah &
Hartono, 2015).
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
D.1 Hasil Uji Outer Model Berdasarkan data, diketahui variabel Brainstroming memperoleh loading
factor dengan rentang 0,809 s/d 0,961; Keahlian Auditor dengan rentang
0,220 s/d 0,892; Independensi Auditor dengan rentang 0,689 s/d 0.894;
Komitmen Organisasi dengan rentang -0,352 s/d 0,929; Penilaian Resiko
dengan rentang 0,745 s/d 0,925. Batas kritis loading factor pada penilaian ini
adalah 0,6, sehingga dari uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa masih
ada item pengukuran yang memperoleh loading factor dibawah 0,6. Kesepuluh
item ini diputuskan untuk di drop dari model sehingga memperoleh model akhir pengukuran sebagai berikut.
622
Independensi dan Komitmen Organisasi: Memediasi Pengaruh Brainstorming dan Keahlian Auditor Terhadap Penilaian Risiko Agus Mulyono, Helmi Yazid, Elvin Bastian
Gambar 1.
Uji Outer Model (Setelah Eliminasi)
Sumber: Data diolah SmartPLS, 2020
Selanjutnya estimasi model pengukuran diukur dari reliabilitas konstruk
yang diperoleh dari nilai cronbach’s alpha dan nilai composite reliability masing
-masing konstruk. Konstruk dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi apabila
nilai cronbach’s alpha > 0,7 dan nilai composite reliability >0,7.
Tabel 1.
Reliabilitas dan Validitas
Sumber: Data diolah SmartPLS, 2020
Hasil analisis menunjukkan bahwa seluruh konstruk telah memiliki nilai
AVE di atas 0,5 yang berarti seluruh konstruk telah memenuhi validitas
konvergen yang baik. Begitu pula hasil uji reliabilitas, nilai cronbach’s alpha seluruh konstruk diperoleh > 0,7, dan nilai composite reliability > 0,7 yang
berarti seluruh konstruk telah memenuhi reliabilitas konstruk yang baik.
D.2 Signifikasi Hubungan Langsung (Direct Effect)
Kriteria uji signifikasi merujuk pada ketentuan jika diperoleh nilai p value < 0,5 maka Ho ditolak dan disimpulkan variabel eksogen berpengaruh
signifikan dengan variabel endogen, sedangkan jika nilai p value > 0,5 maka
Ho diterima dan disimpulkan bahwa variabel eksogen tidak berpengaruh
terhadap variabel endogen (Ghozali, 2016). Hasil estimasi model struktural diperoleh dari uji bootstrapping test sebagai berikut.
Jurnal Akun Nabelo: Jurnal Akuntansi Netral, Akuntabel, Objektif Volume 4/Nomor 1/Juli 2021 (Hal. 617-629)
623
Tabel 2.
Hasil Uji Signifikasi
Sumber: Data diolah SmartPLS, 2020
Penjelasan:
1. Pengaruh Brainstroming terhadap Penilaian Resiko (BS→PR) dinyatakan
oleh nilai koefisien original sample (0,148) positif yang artinya
Brainstroming berpengaruh positif dengan Penilaian Resiko. Adapun nilai
p value pengaruh brainstorming dengan Penilaian Resiko (BS →PR) yang diperoleh (0,017) pada t statistic (2,160).
2. Pengaruh Brainstroming terhadap Independensi Auditor (BS→IA)
dinyatakan oleh nilai koefisien original sample (-0,060) negatif yang artinya
Brainstroming berpengaruh negatif dengan Independensi Auditor. Adapun
nilai p value pengaruh brainstorming dengan independesi auditor (BS→IA)
yang diperoleh (0,159) pada t statistic (1,002).
3. Pengaruh Brainstroming terhadap Komitmen Organisasi (BS→KO)
dinyatakan oleh nilai koefisien original sample (0,901) positif yang artinya
Brainstroming berpengaruh positif dengan Komitmen Organisasi. Adapun
nilai p value pengaruh Brainstorming dengan Komitmen Organisasi (BS→KO) yang diperoleh (0,000) pada t statistic (24,577).
4. Pengaruh Keahlian Auditor terhadap Penilaian Resiko (KA→PR)
dinyatakan oleh nilai koefisien original sample (0,328) positif yang artinya
Keahlian Auditor berpengaruh positif Penilaian Resiko. Adapun nilai p value pengaruh Keahlian Auditor dengan Penilaian Resiko (KA→PR) yang
diperoleh (0,000) pada t statistic (4,054).
5. Pengaruh Keahlian Auditor terhadap Komitmen Organisasi (KA→KO)
dinyatakan oleh nilai koefisien original sample (-0,031) negatif yang artinya
Keahlian Auditor berpengaruh negatif dengan Komitmen Organisasi. Adapun nilai p value pengaruh Keahlian Auditor dengan Komitmen
Organisasi (KA→KO) yang diperoleh (0,079) pada t statistic (1,419).
6. Pengaruh Keahlian Auditor terhadap Independensi Auditor (KA→IA)
dinyatakan oleh nilai koefisien original sample (0,755) positif yang artinya
Keahlian Auditor berpengaruh positif dengan Independensi Auditor.
Adapun nilai p value pengaruh Keahlian Auditor dengan independesi
auditor (KA→IA) yang diperoleh (0,000) pada t statistic (14,453).
7. Pengaruh Independensi Auditor terhadap Penilaian Resiko (IA→PR) dinyatakan oleh nilai koefisien original sample (0,629) positif yang artinya
Independensi Auditor berpengaruh positif dengan Penilaian Resiko.
Adapun nilai p value pengaruh Independensi Auditor dengan Penilaian
Resiko (IA →PR) yang diperoleh (0,000) pada t statistic (8,802).
624
Independensi dan Komitmen Organisasi: Memediasi Pengaruh Brainstorming dan Keahlian Auditor Terhadap Penilaian Risiko Agus Mulyono, Helmi Yazid, Elvin Bastian
8. Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Penilaian Resiko (KO→PR) dinyatakan oleh nilai koefisien original sample (-0,116) negatif yang artinya
Komitmen Organisasi berpengaruh negatif Penilaian Resiko. Adapun nilai
p value pengaruh Komitmen Organisasi dengan Penilaian Resiko (KO→PR)
yang diperoleh (0,053) pada t statistic (1,629).
D.3 Signifikasi Pengaruh Tidak Langsung (Inderrect effect)
Berikut disajikan hasil uji inderrect effect dari Brainstroming dan Keahlian
Auditor dengan Penilaian Resiko, yaitu:
Tabel 3.
Hasil Uji Inderrect Effect
Sumber: Data diolah SmartPLS, 2020
Penjelasan:
1. Diperoleh nilai p value pengaruh tidak langsung Brainstroming melalui
Independensi Auditor terhadap Penilaian Resiko (BS→IA→PR) sebesar (0,166) dengan original sample (-0,038). Oleh karena nilai p value yang
diperoleh tidak signifikan maka disimpulkan Independensi Auditor tidak
dapat memediasi pengaruh Brainstroming terhadap Penilaian Resiko.
Untuk mengetahui kekuatan mediasi yang diberikan, dapat dihitung:
Pengaruh langsung (a) = 0,148
Pengaruh tidak langsung (b) = -0,038
Total pengaruh (c) = 0,110 VAF (b/c) = -0,345
Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh nilai VAF sebesar -0,345.
Hal ini menunjukkan bahwa Independensi Auditor tidak dapat memediasi
pengaruh Brainstroming terhadap Penilaian Resiko. Brainstroming terbukti
memiliki pengaruh signifikan terhadap Penilaian Resiko. Tetapi menjadi tidak
signifikan ketika melewati Independensi Auditor sebagai mediasi. Sehingga hasil tersebut membuktikan bahwa Independensi Auditor tidak dapat
memediasi pengaruh Brainstroming terhadap Penilaian Resiko.
2. Diperoleh nilai p value pengaruh tidak langsung Keahlian Auditor melalui
Independensi Auditor terhadap Penilaian Resiko (KA→IA→PR) sebesar
(0,000) dengan original sample (0,475). Oleh karena nilai p value yang
diperoleh signifikan maka disimpulkan Independensi Auditor dapat
memediasi pengaruh Keahlian Auditor terhadap Penilaian Resiko. Untuk mengetahui kekuatan mediasi yang diberikan, dapat dihitung:
Pengaruh langsung (a) = 0,328
Pengaruh tidak langsung (b) = 0,475
Total pengaruh (c) = 0,803
VAF (b/c) = 0,591
Jurnal Akun Nabelo: Jurnal Akuntansi Netral, Akuntabel, Objektif Volume 4/Nomor 1/Juli 2021 (Hal. 617-629)
625
Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh nilai VAF sebesar 0,591.
Hal ini menunjukkan bahwa Independensi Auditor dapat memediasi pengaruh Keahlian Auditor terhadap Penilaian Resiko. Keahlian Auditor terbukti
memiliki pengaruh signifikan terhadap Penilaian Resiko. Nilainya tetap
signifikan ketika melewati Independensi Auditor sebagai mediasi. Sehingga
hasil tersebut membuktikan bahwa adanya pengharuh mediasi Independensi
Auditor pada Keahlian Auditor terhadap Penilaian Resiko. 3. Diperoleh p value pengaruh tidak langsung Brainstroming melalui
Komitmen Organisasi terhadap Penilaian Resiko (BS→KO→PR) sebesar
(0,060) dengan original sample (-0,105). Oleh karena nilai p value yang
diperoleh tidak signifikan maka disimpulkan Komitmen Organisasi tidak
dapat memediasi pengaruh Brainstroming terhadap Penilaian Resiko.
Untuk mengetahui kekuatan mediasi yang diberikan, dapat dihitung:
Pengaruh langsung (a) = 0,148 Pengaruh tidak langsung (b) = -0,105
Total pengaruh (c) = 0,043
VAF (b/c) = -0,709
Berdasarkan hasil perhitungan atas diperoleh nilai VAF sebesar -0,709.
Hal ini menunjukkan bahwa Komitmen Organisasi tidak dapat memediasi pengaruh Brainstroming terhadap Penilaian Resiko. Brainstroming terbukti
memiliki pengaruh signifikan terhadap Penilaian Resiko. Tetapi menjadi tidak
signifikan ketika melewati Komitmen Organisasi sebagai mediasi. Sehingga
hasil tersebut membuktikan bahwa Komitmen Organisasi tidak dapat
memediasi pengaruh Brainstroming terhadap Penilaian Resiko.
4. Diperoleh p value pengaruh tidak langsung Keahlian Auditor melalui
Komitmen Organisasi terhadap Penilaian Resiko (KA→KO→PR) sebesar (0,182) dengan original sample (0,004). Oleh karena nilai p value yang
diperoleh tidak signifikan maka disimpulkan Komitmen Organisasi tidak
dapat memediasi pengaruh Keahlian terhadap Penilaian Resiko. Untuk
mengetahui kekuatan mediasi yang diberikan, dapat dihitung :
Pengaruh langsung (a) = 0,328
Pengaruh tidak langsung (b) = 0,004
Total pengaruh (c) = 0,332 VAF (b/c) = 0,012
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh nilai VAF sebesar 0,012. Hal ini
menunjukkan bahwa Komitmen Organisasi tidak dapat memediasi pengaruh
Keahlian Auditor terhadap Penilaian Resiko. Keahlian Auditor terbukti
memiliki pengaruh signifikan terhadap Penilaian Resiko. Tetapi menjadi tidak signifikan ketika melewati Komitmen Organisasi sebagai mediasi. Sehingga
hasil tersebut membuktikan bahwa Komitmen Organisasi tidak dapat
memediasi pengaruh Keahlian Auditor terhadap Penilaian Resiko. Dari hasil uji
mediasi yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa Independensi
Auditor hanya memberi pengaruh mediasi pada Keahlian Auditor terhadap
Penilaian Resiko, tetapi tidak mampu memberi pengaruh mediasi pada Brainstroming terhadap Penilaian Resiko. Sedangkan Komitmen Organisasi
tidak memberi pengaruh mediasi pada Brainstroming terhadap Penilaian
Resiko begitu juga pada Keahlian Auditor terhadap Penilaian Resiko.
626
Independensi dan Komitmen Organisasi: Memediasi Pengaruh Brainstorming dan Keahlian Auditor Terhadap Penilaian Risiko Agus Mulyono, Helmi Yazid, Elvin Bastian
D.4 Pembahasan Hasil uji hipotesis 1 dinyatakan signifikan karena p value (0,017) < (0,05)
pada t statistic (2,160) yang menunjukkan bahwa Brainstroming berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Penilaian Resiko Fraud. Hasil penelitian ini
memberikan bukti empiris bahwa semakin tinggi atau berkualitas
brainstorming yang dilaksanakan sebelum proses audit semakin berkualitas
pula penialaian resiko fraud yang dilakukan selama melaksanakan proses
audit. Maka dapat disimpulkan bahwa brainstorming mampu mempengaruhi
dalam penilaian resiko fraud. Brainstorming juga menghasilkan ide-ide yang
berkualitas dalam menunjang proses penilaian resiko. Hal ini mendukung pendapat Carpenter (2007) yang menyatakan Brainstroming menghasilkan ide-
ide kecurangan yang lebih berkualitas dibandingkan dengan individu karena
Brainstroming diharapkan dapat mengungguli individu bahkan ketika bantuan
keputusan tersedia. Begitu pula pendapat O‟Donnell et al. (2000) yang
menemukan Brainstroming meningkatkan pengendalian internal untuk
lingkungan sistem informasi.
Hasil uji hipotesis 2 dinyatakan tidak signifikan karena p value (0,159) > (0,05) pada t statistic (1,002) sehingga disimpulkan tidak terdapat pengaruh
signifikan antara Brainstroming terhadap Independensi Auditor. Berdasarkan
observasi dan analisis terhadap pernyataan dari seluruh responden, diketahui
bahwa ini ide-ide, pemikiran, dan kumpulan pendapat berkualitas yang
dihasilkan dari proses Brainstorming tidak berpengaruh signifikan terhadap
etika yang harus dijaga oleh seorang auditor, berupa kejujuran, tidak mudah
dipengaruhi, dan tidak memihak kepentingan siapapun yang merupakan salah satu komponen dari independensi auditor. Sehebat apapun Brainstorming yang
menghasilkan ide-ide, kesepakatan, dan strategi dalam pelaksanaan audit
tidak akan berpengaruh terhadap etika seorang auditor dalam menjalankan
tugasnya, karena etika berkaitan dengan sikap, sifat, dan karakter individu
yang melekat kepada diri seseorang, sementara brainstorming adalah
kesepakatan bersama dalam tim. Hasil penelitian ini bertentangan dengan
penelitian Carpenter (2011) dan Dusenbury & Reimers (2010). Hasil uji hipotesis 3 dinyatakan signifikan karena p value (0,000) < (0,05)
pada t statistic (24,577) dan menunjukkan bahwa Brainstroming berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Komitmen Organisasi. Kemauan yang kuat
untuk bekerja demi organisasi dan keinginan yang kuat untuk tetap menjadi
anggota organisasi sangat dipengaruhi oleh ide-ide, gagasan, curah pendapat,
dan strategi dari proses Brainstorming. Ide-ide dan strategi berkualitas untuk
tetap menjaga loyalitas dalam mewujudkan tujuan organisasi adalah bukti konkrit bahwa Brainstorming yang telah dilakukan seorang auditor sangat
berpengaruh terhadap komitmen organisasi auditor tersebut. Hal ini sejalan
dengan pendapat Carpenter (2007) yang menyatakan bahwa interaksi grup
selama proses brainstorming membuat tim menghasilkan lebih banyak kualitas
ide dan informasi, untuk memperkuat komitmen dengan organisasinya.
Hasil uji hipotesis 4 dinyatakan signifikan karena p value (0,000) < (0,05)
pada t statistic (4,054) dan menunjukkan bahwa Keahlian Auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penilaian Resiko Fraud. Dari penelitian ini
dapat disimpulkan seorang auditor harus memiliki keahlian dalam mendeteksi
kecurangan. Semakin tinggi keahlian yang dimiliki seorang auditor maka
akan semakin berpengaruh terhadap kemampuan auditor dalam penilaian
resiko fraud. Keahlian tersebut mencakup antara lain merencanakan
Jurnal Akun Nabelo: Jurnal Akuntansi Netral, Akuntabel, Objektif Volume 4/Nomor 1/Juli 2021 (Hal. 617-629)
627
pemeriksaan, menyusun Program Kerja Audit (PKA), melaksanakan PKA,
menyusun Kertas Kerja Audit (PKA), menyusun Laporan Hasil Audit (LHA), mendistribusikan LHA, dan memonitor Tindak Lanjut Hasil Audit (TLHA). Hal
ini mendukung pendapat Purba (2015) serta pendapat lainnya yang
menjelaskan bahwa pengetahuan dan kemampuan menyelesaikan masalah
merupakan kriteria penting dalam keahlian kinerja auditor. Kedua keahlian ini
bisa menjadi kekuatan seorang auditor dalam menyelesaikan masalah kecurangan.
Hasil uji hipotesis 5 dinyatakan tidak signifikan karena diperoleh p value
(0,079) > (0,5) pada t statistic (1,419). Hal ini menunjukkan bahwa Keahlian
Auditor tidak berpengaruh terhadap Komitmen Organisasi. Keahlian auditor
dalam melaksanakan tugas auditnya yang meliputi keahlian dalam hal
pemeriksaan, penguasaan masalah yang diperiksanya, dan pengetahuan yang
dapat menunjang tugas pemeriksaan, tidak akan berpengaruh terhadap sikap atau bentuk perilaku seorang auditor terhadap organisasi yang menaunginya
dalam bentuk loyalitas dan pencapaian visi, misi, nilai dan tujuan organisasi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Trisnaningsih (2007) yang menunjukkan
pemahaman good govermance tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja
auditor.
Hasil uji hipotesis 6 dinyatakan signifikan karena diperoleh p value 0,000) < (0.05) pada t statistic (14,453) dan menunjukkan bahwa Keahlian Auditor
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Independensi Auditor. Dari hasil
penilitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa kompetensi dan independensi
seorang auditor menjadi karakterisktik yang harus dimiliki oleh seorang
auditor untuk menjalankan profesinya. Dengan keahlian auditor berupa
keahlian dalam pemeriksaan, penguasaan masalah yang diperiksanya, dan
pengetahuan yang dapat menunjang tugas pemeriksaan akan berpengaruh terhadap sikap seorang auditor yang tidak memihak, tidak dapat dipengaruhi,
dan tidak dapat ditekan oleh pihak tertentu dalam mengambil tindakan dan
keputusan. Hal ini mendukung pendapat Lavin (1976) yang dalam
penelitiannya menjelaskan lebih mendalam konsep independensi dalam hal
hubungan antara klien dan auditor melalui pengamatan pihak ketiga.
Banyaknya penelitian mengenai independensi merupakan faktor penting bagi auditor untuk menjalankan profesinya.
Hasil uji hipotesis 7 dinyatakan signifikan karena diperoleh p value (0,000)
< (0,05) pada t statistic (8,802). Hal ini menunjukkan bahwa Independensi
Auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penilaian Resiko Fraud. Berdasarkan hasil observasi dan analisis terhadap kuisioner dari responden
dalam penelitian ini, disebutkan bahwa independensi auditor dalam
melaksanakan tugas auditnya akan berpengaruh terhadap kemampuan penilaian resiko fraud, dimana sikap yang jujur, bebas dari tekanan siapapun,
dan obyektif dalam melaksanakan tugas audit akan membantu dalam
mendeteksi adanya tindakan yang disengaja dalam melakukan penipuan,
penggelapan, dan pelanggaran kepercayaan yang digunakan untuk
mendapatkan keuntungan finansial melalui salah saji yang materil. Hal ini
sejalan dengan pernyataan Fuad (2015) bahwa independensi auditor berpengaruh positif terhadap tanggung jawab auditor dalam mendeteksi
kecurangan.
Hasil uji hipotesis 8 tidak signifikan karena diperoleh p value (0,053) >
(0,05) pada t statistic (1,629). Hal ini menunjukkan bahwa Komitmen
628
Independensi dan Komitmen Organisasi: Memediasi Pengaruh Brainstorming dan Keahlian Auditor Terhadap Penilaian Risiko Agus Mulyono, Helmi Yazid, Elvin Bastian
Organisasi tidak berpengaruh terhadap Penilaian Resiko Fraud. Sikap yang
mencerminkan sejauh mana seseorang individu mengenal dan terikat pada organisasinya tidak akan mempengaruhi terhadap cara yang dilakukan oleh
seorang auditor dalam menilai, dan memperoleh bukti audit yang memadai,
serta acuan untuk mengetahui bagian-bagian apa saja yang memiliki
tingkat risiko kecurangan. Hasil ini didukung dari hasil penelitian
(Trisnaningsih, 2007) yang menyatakan komitmen organisasi bukan
merupakan intervening variabel dalam hubungan antara gaya kepemimpinan terhadap kinerja auditor. Tetapi tidak sejalan dengan pendapat (Mayer et al.,
2005) bahwa hubungan komitmen organisasional (affective and continuance)
dengan kinerja adalah positif dan kuat.
E. PENUTUP
E.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwa brainstroming berpengaruh terhadap komitmen organisasi dan
penilaian resiko fraud, namun tidak berpengaruh terhadap Independensi
Auditor. Keahlian Auditor berpengaruh terhadap Penilaian Resiko Fraud dan
independensi auditor namun tidak berpengaruh terhadap Komitmen
Organisasi. Dalam hal ini hanya variabel mediasi independensi auditor yang terbukti berpengaruh terhadap Penilaian Resiko Fraud, sedangkan komitmen
Organisasi tidak berpengaruh terhadap Penilaian Resiko Fraud.
E.2 Saran
Dari hasil ini maka dapat diberikan beberapa saran terutama untuk
auditor agar dalam menjalankan tugas audit, diharapkan dapat terus menjaga
independensi dan kinerjanya walaupun auditor dihadapkan pada tekanan-tekanan yang ada, baik tekanan yang berasal dari dalam ataupun luar diri
auditor. Hal ini dilakukan untuk mencapai tujuan Auditor Inspektorat untuk
memberikan keyakinan memadai atas efisiensi, efektifitas, ketaatan,
kehematan pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi
pemerintah. Selain itu untuk menjamin penggunaan dana publik telah
digunakan secara efektif dan efisien. Disamping itu, dengan mengetahui peluang terjadinya resiko fraud maka auditor inspektorat dapat meningkatkan
kepedulian dengan menyelenggarakan program brainstorming dan pelatihan
lainnya terhadap auditornya dalam rangka untuk membentuk pribadi auditor
inspektorat yang independent dan memiliki komitmen terhadap organisasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, W., & Hartono, J. (2015). Partial Least Square (PLS) – Alternatif
Structural Equation Modeling (SEM) dalam Penelitian Bisnis. Yogyakarta:
CV. Andi Offset.
Alles, M. G., Kogan, A., & Vasarhelyi, M. A. (2008). Putting Continuous
Auditing Theory into Practice: Lessons from Two Pilot Implementations.
Journal of Information Systems, 22(2), 195–214. http://doi.org/10.2308/jis.2008.22.2.195
Jurnal Akun Nabelo: Jurnal Akuntansi Netral, Akuntabel, Objektif Volume 4/Nomor 1/Juli 2021 (Hal. 617-629)
629
Alon, A., & Dwyer, P. (2010). “The Impact of Groups and Decision Aid Reliance
on Fraud Risk Assessment”. Management Reserach Review, Vol.33 no.3,pp.240-256
Bastian, I. (2010). Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar, Jakarata:
Erlangga.
Carpenter, T.D. (2007).„„Audit Team Brainstorming, Fraud Risk Identification,
and Fraud Risk Assessment: Implications of SAS No. 99‟‟.The Accounting
Review, Vol. 82 No. 5, pp. 1119-40.
Ghozali, I. (2006). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Kerr, D. (2013). Fraud-risk Factors and Audit Planning: The Effects of Auditor Rank. Journal of Forensic & Investigative Accounting, 48-76, Vol 5, Issue 2.
Knapp, C. A., & Knapp, M. C. (2001). The effects of experience and explicit
fraud risk assessment in detecting fraud with analytical procedures.
Accounting, Organizations and Society, 26, 25–37. http://doi.org/10.1016/S0361-3682(00)00005-2
Kozloski, T. M. (2011). Knowledge Transfer in the Fraud Risk Assessment Task.
Journal of Forensic & Investigative Accounting, 3(1), 49–85.
LaSalle, R. E. (2007). Effects of the fraud triangle on students‟ risk
assessments. Journal of Accounting Education, 25(1-2), 74–87. http://
doi.org/10.1016/j.jaccedu.2007.03.002.
Minter, D., & Reid, M. (2007). Lightning In A Bottle (Lightning Innovation
Strategy), terj. Haris Priyatno, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, hlm. 57.
Moyes, G. D., & Hasan, I. (1996). An empirical analysis of fraud detection likelihood. Managerial Auditing Journal, 11(3), 41–46. http://
doi.org/10.1108/02686909610115231
O‟Donnell, E., Arnold, V., & Sutton, S. G. (2000). An Analysis of the Group
Dynamics Surrounding Internal Control Assessment in Information Systems Audit and Assurance Domains. Journal of Information Systems,
14, 97–116. http://doi.org/10.2308/jis.2000.14.s-1.97.
Prasetyo, Andrian B. (2017). Dampak Kelompok dan Ketergantungan Bantuan Pengambilan Keputusan pada Penilaian Rrisiko Kecurangan. Jurnal
Analisa Akuntansi dan Perpajakan, Volome 1, Nomor 1, Maret 2017, Hlm. 1
-18
Purba, Bona P. (2015). Fraud dan Korupsi – Pencegahan, Pendeteksian, dan Pemberantasannya. Jakarta:PT Lestari Kiranatama.
Sari, N. N., & Effendy, H. (2015). Influence Implementation Internal Control To
Quality Audit Internal Education Consultant In Indonesian. International
Journal of Scientific & Technology Research, 24-26, Vol 4, Issue 11.
Sugiyono. (2016). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Tuanakotta, T. M. (2016). Audit Kontemporer, Jakarta: Salemba Empat.
Yurmaini. (2017). Kecurangan Akuntansi (Fraud Accounting) Dalam Perspektif
Islam. Jurnal Akuntansi dan Bisnis , 93-104, Vol 3, No. 1.