Date post: | 04-Jul-2015 |
Category: |
Documents |
Upload: | muhammad-baried-izhom |
View: | 123 times |
Download: | 3 times |
INTERPRETING TERRITORIAL LIMITS
GEOGRAFI POLITIK
Disusun Oleh:
Abdul Hafizh 0806 453 762
Aulia Ayu Riandini Bulkia 0806 328 266
Avrie Yustianti 0806 328 272
Bagus Andriono 0806 328 285
Dimas Rahardjo 0806 328 386
Frida Tri Rahayu 0806 328 423
Imarotul Mufidah 0806 328 461
Karina Fauziah 0806 328 511
M. Baried Izhom 0806 328 562
Muhammad Wahid 0806 328 606
Satrio Nugroho 0806 454 014
Sigit 0806 454 020
Wahyuni 0806 328 833
DEPARTEMEN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
2011
DAFTAR ISI
Daftar Isi ~ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................... 1
1.3 Metode Penelitian................................................................................. 2
1.4 Sistematika Penyajian........................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Teritorial...................................................................................... 3
2.2 Batas Negara Sebagai Garis Pembagi.................................................. 5
2.3 Batas Negara sebagai Warisan Sejarah................................................ 7
BAB III GARIS BATAS TERITORIAL DI INDONESIA
3.1 Penerapan Teori Grafitasi.................................................................... 9
3.2 Penerapan Teori Garis Tengah........................................................... 11
3.3 Penerapa Teori Biologis..................................................................... 12
BAB IV KESIMPULAN.............................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 15
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kawasan perbatasan memegang peranan penting dalam proses
pembangunan nasional. Kawasan perbatasan dalam perkembangannya berperan
sebagai beranda depan dari suatu yang merupakan cermin diri dan tolok ukur
pembangunan nasional. Kedudukannya yang strategis menjadikan pengembangan
kawasan perbatasan menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional. Kawasan
ini juga dapat menjadi bukti eksistensi suatu negara bagi negara lain dan
mempunyai wilayah yang saling berbatasan. Jika dilihat dari sisi positifnya
kawasan perbatasan memiliki potensi yang sangat strategis dalam berhubungan
dengan negara-negara tetangga seperti kegiatan ekonomi, sosial, maupun budaya.
Namun jika dilihat dari sisi negatifnya, kawasan perbatasan rawan terjadi konflik
seperti dalam hal pemanfaatan sumberdaya alam, isu politik maupun kegiatan
ekonomi. Persoalan garis perbatasan, ketimpangan ekonomi dunia, globalisasi dan
penyebaran penyakit mematikan merupakan issu global sekaligus merupakan
tantangan bagi para geograf untuk memberikan berbagai alternatif pemecahannya.
Kawasan perbatasan tidak terlepas dari konsep batas wilayah atau teritori, dimana
konsep tersebut sebenarnya merupakan kunci bagi suatu negara untuk
menunjukkan eksistensi dirinya kepada dunia.
Makalah ini dibuat sebagai bentuk upaya mengetahui penentuan garis
batas dari Negara Indonesia dan beberapa permasalahan yang muncul di Kawasan
perbatasan sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Peter Haggett dalam
bukunya yang berjudul Geography: A Global Synthesis.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui konsep batas
teritorial wilayah yang kemudian dikaitkan dengan batas wilayah yang ada di
Indonesia.
2
1.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah
dengan melakukan studi literatur dari berbagai sumber.
1.4 Sistematika Penyajian
Makalah ini terdiri dari empat bagian yaitu pendahuluan, tinjauan pustaka,
hasil dan pembahasan, dan kesimpulan. Bagian pendahuluan berisi latar belakang,
tujuan, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bagian tinjauan pustaka
berisi kajian tentang konsep batas wilayah. Bagian pembahasan berisi analisis
mengenai batas wilayah yang ada di Indonesia dikaitkan dengan teori batas
wilayah. Pada bagian penutup berisi kesimpulan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Teritorial
Pada awalnya, sebuah negara (states) akan memunculkan begitu banyak
kajian yang berhubungan dengan wilayah dan batas wilayah. Batas wilayah atau
teritori ini sebenarnya merupakan kunci bagi suatu negara untuk menunjukkan
eksistensi dirinya kepada dunia. Baik dalam hal kekuatan politik, militer, ekonomi
maupun sosial-budaya. Batas wilayah tidak hanya sebagai batas fisik yang dapat
dinyatakan dalam satuan lintang dan bujur, namun lebih dari itu batas wilayah
memiliki dimensi sosial-budaya, politik, ekonomi, dan lain-lain.
Dalam bukunya Geography : A Global Synthesis, Peter Hagget menulis,
“Teritori akan dipertahankan secara agresif terhadap binatang-binatang yang
lain yang sejenis – terkadang dengan cara berkelahi, tapi biasanya melalui
tampilan-tampilan ritual yang tinggi. Dengan catatan terdapat perbedaan pada
mereka dan terjadinya teritori yang overlap yang mana keduannya merupakan
spesies yang sama dan hidup berkelompok. Spesies burung yang hidup
berkelompok dalam koloni-koloni dan teritori-teritori merupakan spesies yang
semuanya berkoloni”. Kemudian, ” Bagaimana teritori terjadi? Dua alasan yang
paling banyak muncul yaitu pertama adalah teritori membantu mengatur
kepadatan populasi dan dengan demikian dapat mempertahankan keseimbangan
ekologi dalam hal pasokan makanan. Hewan-hewan yang tidak bisa
mengamankan teritorinya untuk mereka sendiri akan dipaksa untuk berpindah
dan kelaparan. Kedua, teritori memastikan bahwa anggota terkuat dari populasi
merupakan salah satu yang berkembang biak dan mengabadikan kelompoknya.
Karena hewan akan memaksa keluar untuk anggota dari populasi yang lebih
lemah atau tidak bisa berkembang biak.” Sedangkan dalam keterangan lain, Peter
Hagget menyampaikan tentang terbentuknya teritori yang mirip dengan
pembentukan batas wilayah kegiatan ekonomi yang dikemukakan Christaller,
“Teritori poligon dibentuk dengan cara seperti ini disebut Dirichlet polygon
ditemukan oleh matematikawan Jerman yang mempelajari sifat geometrik di abad
4
terakhir. Yang terpenting adalah sisi lain dari poligon sebagai garis tengahnya,
ditarik pada sudut yang tepat menuju garis yang menggabungkan tanah pertanian
pada titik setengahnya.”
Berdasarkan uraian diatas, Peter Hagget menjelaskan lebih lanjut bahwa
terdapat dua teori yang berkembang mengenai pembentukan suatu negara,
khususnya yang menekankan pada asal mula terbentuknya batas wilayah (teritori).
Pertama, Teori Biologis yang mengibaratkan perkembangan teritorial dari suatu
wilayah yang dihuni sekelompok manusia seperti pembentukkan teritorial yang
dibentuk dalam dunia hewan. Teori ini menekankan, teritorial dibentuk oleh
sekelompok individu yang menjadi koloni-koloni dan berusaha mengamankan
daerahnya untuk memastikan bahwa setiap anggota koloni mendapatkan ruang
gerak dan sumber makanan yang rata dan adil. Sehingga, anggota koloni yang
tidak dapat bertahan dengan persaingan akan mati dengan sendirinya akibat
kelapran. Teori ini dapat berlaku pada suatu wilayah yang relatif terpencil atau
masih belum tersentuh peradaban yang maju. Misalnya, pembentukan wilayah
kekuasaan dan teritorial antara suku-suku lokal di pedalaman Papua.
Kedua, Teori Model Garis Tengah yang menjelaskan bahwa teritorial
dibentuk oleh pertemuan garis batas antara lingkaran-lingkaran geometrik. Teori
ini mirip dengan teori perkembangan ekonomi yang diungkapakan Christaller.
Artinya, teori ini mempunyai kemiripan dalam hal pembentukan batas-batas
wilayah, jika dalam teori ekonomi Christaller terbentuknya wilayah-wilayah
kegiatan ekonomi sedangkan dalam teori teritorial merupakan pembentukan batas
wilayah secara politik dalam lingkup Negara (states). Teori ini mungkin dapat
berlaku pada wilayah yang sudah terbagi-bagi menjadi bagian-bagian sesuai
fungsi dan kepemilikannya. Misalnya, suatu daerah dengan mayoritas penggunaan
lahan pertania akan cenderung membentuk teritorial sendiri, membatasi dengan
teritori lain misal perkebunan atau hutan. Tentu saja, pembentukan teritorial ini
memerlukan kesadaran manusia yang tinggi akan pentingnya penentuan batas
wilayah, untuk menunjukkan eksistensi keberadaan mereka.
5
Gambar.1. Sketsa Teori Ekonomi Christaller (Aleksander, 1963)
2.2. Batas Negara Sebagai Garis Pembagi
Keberagaman dari area pertanian dimana ada petani dengan area pertanian
yang luas dan ada pula yang kecil, ada yang memiliki lebih banyak menghasilkan
produk dari yang lain dan sebagainya. Sehingga apa yang dapat dilakukan oleh
seorang geographer dalam menggabungkan pengaruh-pengaruh dari gejala-gejala
tersebut ke dalam sebuah model territorial?
Peter Hagget menyampaikan bahwa salah satu pendekatan yang digunakan
dalam menggambarkan model territorial suatu gejala adalah dengan menggunakan
model gravitasi (gravity model). Melalui gravity model ini kita dapat
memperkirakan batas-batas antara satu objek dengan objek lainnya. Contohnya
kita dapat memperkirakan garis batas antara dua pusat pasar dengan menggunakan
gravity model dengan rumus:
6
Keterangan:
B2 = Break point (Jarak antara dua kota/ pusat/pasar)
M1dan M2 = Ukuran kota/pusat/pasar
D12 = Jarak antara M1 dan M2
Peter Hagget memberikan contoh kasus ketika kita memiliki dua lahan
pertanian dengan ukuran yang sama, maka kita akan dapat memperkirakan batas
antara keduanya yaitu berada di tengah keduanya (jarak keduanya dibagi dua
sama luas). Namun jika salah satunya lebih besar dari yang lain maka batas antara
keduanya mengalami pergesaran dari semula berada tepat ditengah sekarang
mengalami pergesaran ke arah lahan pertanian yang lebih kecil.
Menurut Peter Hagget, Gravity model juga bisa digunakan untuk sebuah
model kompetisi seperti yang telah dilakukan oleh para ahli ekonomi regional
dengan sudut pandang lain yaitu bagaimana ruang dapat dibagi-bagi ke dalam
teritori-teritori. Contohnya pada kasus pertama yaitu area teritori antara 2
pedagang dimana pedagang pertama dan kedua sama-sama memproduksi barang
yang sama dengan biaya produksi yang sama. Maka proporsi ruang keduany
adalah sama Proporsi ruang tersebut mempengaruhi harga barang yang dijual
dimana harga barang antara kedua pedagang adalah sama. Harga ini berdasarkan
dari kerucut hasil pertemuan dua kurva yang terbentuk dari batas antara dua
pedagang.
Pada kasus kedua, barang yang dijual oleh kedua pedagang adalah sama
sedangkan biaya produksi yang dikeluarkan berbeda antara pedagang pertama dan
kedua. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh pedagang kedua lebih besar dari
pada pedagang pertama. Sehingga, interseksi/ titik pertemuan antara dua kerucut
membentuk sebuah kurva dan batas yang membentuk sebuah hiperbola.
Sedangkan kasus ketiga adalah kebalikan dari kasus dua dimana biaya produksi
yang dikeluarkan sama sedangkan jenis barang yang dijual antara pedagang
pertama dan kedua berbeda. Sehingga membentuk garis batas seperti sebuah
lingkaran dimana area pedagang kedua juga masuk dalam wilayah teritori
7
pedagang pertama (pedagang pertama memiliki area teritori yang sangat luas).
Jadi, struktur formal dari model dapat menggabungkan variasi gejala yang lebih
kompleks dari biaya produksi dan transportasi.
Sejauh ini kita telah menganalogikan bentuk spasial dari teritori manusia
dan binatang. Adapun tujuan dari mengetahui bentuk teritoria dalah berperan
dalam mengontrol kepadatan penduduk, mengatur area dengan membatasi
penggunaan sumberdaya dan sebagainya. Namun pastinya, tidak semua grup
pertanian dapat dibagi-bagi ke dalam teritori-teritori jika jumlah petani yang
berpotensi meningkat.
2.3. Batas Negara sebagai warisan sejarah
Peter Hagget menyampaikan bahwa, “Apa yang membedakan teritori atau
batas wilayah antara manusia dengan hewan? Perbedaan paling utama adalah
batas wilayah manusia lebih permanen dibandingkan dengan hewan. Ketika kita
berada dalam kondisi wilayah yang tidak stabil, seperti pasar dengan banyak
pedagang, kita dapat memperkirakan batas dengan baik disesuaikan dengan
kekuatan pembentuknya. Ketika salah satu penjual menurunkan harga dagangan
di bawah harga pedagang yang lain, dapat diperkirakan kepadatan teritori di
sekitar pedagang tersebut akan meningkat. Keadaan ini bisa menjadi batas yang
legal apabila kekuatan tersebut bertahan lama. Namun batas yang sudah
ditetapkan secara hukum dapat bertahan lama setelah kekuatan yang
membentuknya berubah.”
Selain itu, “Batas internasional menunjukkan kekuatan politik dalam
pembentukannya. Batas wilayah saat ini antara Korea Utara dan Korea Selatan
tergantung pada situasi militer sejak 1953. Perbedaan segmen batas negara
berbeda pada tiap periode. Di Amerika Serikat, batas antara Maine dan Kanada
terjadi pada 1782 tahun yang lalu, sedangkan Arizona dengan Mexico terjadi
sejak tahun 1853. Gambar 17.5 menunjukkan sejauh mana batas wilayah suatu
negara di Afrika Tropis yang disahkan oleh ekspansi Kolonial Eropa dan
lahirnya budaya saat ini dan realita ekonomi.”
8
Gambar. 2. Batas Negara dan Kelompok Enis
Kemudian Peter Hagget menyimpulkan bahwa, “Sebuah batas wilayah
juga berkembang pada hewan tertentu selain manusia, hal ini juga penting
sebagai control pupulasi dan selektivitas dalam perkembanbiakan. Wilayah
dengan bentuk spasial yang sama yang timbul dalam komunitas manusia,
walaupun mereka memiliki tujuan yang sama masih menjadi bahan perdebatan.
Akhirnya, kita telah mencatat kualitas pelembagaan yang khas pada wilayah
manusia secara tegas sesuai dengan karakter biologis mereka. Ini adalah tipe
teritori ketiga yang akan menjadi perhatian dalam pembahasan selanjutnya.”
9
BAB III
GARIS BATAS TERITORIAL DI INDONESIA
3.1 Penerapan Teori Gravitasi
Wilayah “perbatasan” Indonesia dengan Papua New Guinea (PNG)
merupakan contoh yang paling nyata didalam pembentukan batas wilayah
(teritori) berdasarkan teori gravitasi. Penduduk daerah perbatasan baik di Papua
maupun PNG merupakan “satu keluarga besar”, yakni termasuk rumpun ras
Melanosoid sehingga penduduknya memiliki banyak kesamaan yang dapat dilihat
dari berbagai sudut pandang, baik fisik, suku, bahasa, maupun budaya. Namun,
dalam perjalanan sejarah mereka telah terpisah, oleh karena berlakunya konsep
politik, berupa sebuah negara yang berbeda. Sementara itu, karena mereka masih
melanggengkan hubungan kekerabatan etnis, maka muncul persoalan batas
kultural (biologis) yang berbeda dengan konsep batas negara. Karena itu banyak
dijumpai kasus, batas kultural yang dimiliki oleh kekuasaan, suku, klan tertentu
untuk lebih dihormati, dibandingkan dengan batas kekuasaan yang dimiliki oleh
garis batas wilayah sebuah negara yang lainnya, secara tidak langsung masyarakat
sekitar perbatasan tidak begitu menganggap adanya batas negara. Hal ini dapat
dilihat dari masyarakat yang tinggal di wilayah Indonesia juga seringkali memiliki
tanah ulayat yang merupakan lahan garapan yang berada di wilayah PNG,
demikian juga sebaliknya masyarakat yang tinggal di PNG setiap hari bercocok
tanam di lahan di wilayah Indonesia. Pengaruh sumberdaya alam yang ada di
sepanjang perbatasan sebagian besar adalah hutan yang sulit dijangkau dengan
kendaraan biasa dan memakan waktu yang lama untuk mencapainya serta Kondisi
masyarakat di sepanjang perbatasan umumnya masih miskin dan tertinggal serta
kurang mendapat perhatian dari aparat pemerintah daerah maupun pusat juga
memberikan kontribusi besar maraknya pelintas batas negara tersebut
Jika dilihat dari batas negara yang dibentuk secara politik, Provinsi Irian
Jaya terletak di kawasan paling timur dari Negara Indonesia yang berbatasan
langsung dengan Negara Papua New Guinea (PNG). Wilayah tingkat II di
10
Provinsi Irian Jaya yang berbatasan langsung dengan PNG meliputi Kotamadya
Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Merauke, dan Kabupaten Jayawijaya.
Wilayah perbatasan darat RI – PNG tersebut memanjang dari utara ke selatan
memotong tengah pulau Papua sepanjang kurang lebih 760 km. Garis batas ini
ditetapkan melalui perjanjian antara Pemerintah Belanda dan Inggris pada pada
tanggal 16 Mei 1895. Perjanjian ini menetapkan bahwa garis batas antara
kekuasaan Belanda dan Inggris di New Guinea adalah mengikuti garis lurus 141°
Bujur Timur dari titik perbatasan di sebelah utara sampai bertemu dengan Sungai
Fly. Kemudian batas mengikuti aliran Sungai Fly terus ke selatan sampai dengan
titik pada garis 141° 1’ 47,9” Bujur Timur. Dari titik inilah selanjutnya ditarik
lurus ke selatan mengikuti garis bujur tersebut, dengan menetapkan garis batas
yang hampir semuanya mengikuti garis lurus bujur timur. Petetapan garis batas ini
tidak mempertimbangkan kondisi topografis di lapangan. Di bagian utara daerah
perbatasan berada wilayah pegunungan dengan kondisi medan yang sangat sulit
dijangkau. Berbeda dengan perbatasan bagian selatan kondisi topografisnya cukup
landai, datar dan berawa. Daerah perbatasan yang termasuk dalam wilayah
adminstratif berbeda antara Indonesia dan PNG. Dalam kesepakatan yang dibuat
antara RI dan PNG, disepakati bahwa daerah perbatasan di dalam wilayah PNG
terdiri dari Census Division, sedangkan daerah perbatasan di dalam wilayah
Indonesia terdiri dari kampung-kampung (setingkat desa) dan kelurahan-
kelurahan. Konsep batas teritorial yang ada dipahami antara penduduk yang ada di
wilayah perbatasan tersebut jauh berbeda dengan konsep perbatasan yang
diberlakukan oleh NKRI, dimana di Paupa, suku lah yang menentukan batas
teritorial yang ada yakni sesuai dengan konsep model gravitasi, dimana suku yang
kuat akan mempengaruhi suku-suku disekitarnya yang lemah, sehingga suku yang
kuat tersebut berhak mengatur batas teritorial. Oleh karena itu banyak terjadi
pelintas batas negara, hal ini dikarenakan batas teritorial suku yang ada di wilayah
Indonesia mencapai wilayah PNG, begitu pula sebaliknya. Sebagai contohnya
tanah adat orang Wutung (PNG) pimpinan Ondoafi Stanis Tanfa ternyata batas
tanah adatnya dari Wutung hingga Muara Tami (Indonesia), sejauh 4 kilometer
dari batas negara. Sehingga wilayah tersebut banyak orang Wutung yang
melakukan kegiatan pertanian seperti penanaman tanaman musiman atau mencari
11
hasil hutan. Oleh karena itu perlu ditekankan pada pemerintah agar melakukan
sosialisasi atas pemahaman tentang konsep garis batas yang berlaku di Indonesia.
3.2 Penerapan Teori Garis Tengah
Penentuan batas landas kontinen merupakan contoh yang nyata dari teori
garis tengah. Landas kontinen adalah dasar lautan baik dari segi geologi, maupun
morfologi merupakan kelanjutan dari kontinen benua, dimana laut yang ada
diatasnya merupakan lautan dangkal (kedalaman <150 meter). Jarak Batas landas
kontinen dari garis dasar berbeda-beda di setiap wilayah, namun jarak terjauh
adalah 200 mil dari garis batas. Jika terdapat dua negara ataupun lebih yang
menguasai lautan diatas landas kontinen maka batas antara negara-negara itu
ditarik sama jauhnya dari garis dasar masing-masing. Kasus ini seperti batas
kontinen yang ada di Indonesia.
Berikut ini ssjarah penentuan batas landas kontinen Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) dengan negara-negara sahabat dengan semangat good
neighboorhood policy atau semangat kebijakan negara bertetangga yang baik di
antaranya dengan negara sahabat Malaysia, Thailand, Australia dan India.
1. Perjanjian RI dan Malaysia
Penetapan garis batas landas kontinen kedua negara di Selat
Malaka dan laut Cina Selatan
Ditandatangai tanggal 27 oktober 1969
Berlaku mulai 7 November 1969
2. Perjanjian Republik Indonesia dengan Thailand
Penetapan garis batas landas kontinen kedua negara di Selat
Malaka dan laut andaman
Ditandatangai tanggal 17 Desember 1971
Berlaku mulai 7 April 1972
12
3. Perjanjian Republik Indonesia dengan Malaysia dan Thailand
Penetapan garis batas landas kontinen bagian utara
Ditandatangai tanggal 21 Desember 1971
Berlaku mulai 16 Juli 1973
4. Perjanjian RI dengan Australia
Penetapan atas batas dasar laut di Laut Arafuru, di depan pantai
selatan Pulau Papua / Irian serta di depan Pantau Utara Irian /
Papua
Ditandatangai tanggal 18 Mei 1971
Berlaku mulai 19 November 1973
5. Perjanjian RI dengan Australia (Tambahan Perjanjian Sebelumnya)
Penetapan atas batas-batas dasar laut di daerah wilayah Laut Timor
dan Laut Arafuru
Ditandatangai tanggal 18 Mei 1971
Berlaku mulai 9 Oktober 1972
6. Perjanjian RI dengan India
Penetapan garis batas landas kontinen kedua negara di wilayah
Sumatera / Sumatra dengan Kepulauan Nikobar / Nicobar
Ditandatangai tanggal 8 Agustus 1974
Berlaku mulai 8 Agustus 1974
Namun yang perlu ditekankan adalah kewenangan atau hak sebuah negara
dalam wilayah landas kontinen adalah dalam hal memanfaatkan sumberdaya alam
yang terdapat didalam batas kontinen tersebut, tetapi dengan kewajiaban untuk
tidak menggangu lalu lintas internasional.
3.3 Penerapan Teori Biologis
Pada dasarnya teori biologis berpandangan bahwa pembentukan batas
teritorial suatu negara layaknya pembentukan batas teritori yang terjadi di dunia
hewan atau alam bebas. Contoh dari penerapan teori ini adalah di suku Baduy
13
dalam. Suku yang berada di Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Provisi banten ini,
dapat disebut sebagai miniatur sebuah negara. Hal ini disebabkan mereka
mempunyai sebuah pereturan yang mengatur kehidupan mereka dan memiliki
pemimpin dalam suku mereka. Mereka mengatur hidupnya serta batas-batas
wilayahnya berdasarkan aturan yang dibuat oleh kepala suku yang disebut
Pupuhu. Seorang Pupuhu menentukan garis batas teritori berdasarkan banyaknya
penduduk yang ia pimpin, dimana asalkan daerah tersebut masih dapat
memberikan mereka sumber-sumber makanan, mereka tdak akan meperluas
wilayah kekuasaanya.
14
BAB IV
KESIMPULAN
Batas teritorial merupakan suatu bahasan yang mencakup unsur-unsur fisik
wilayah, sosial budaya, ekonomi, dan politik. Konsep penentuan batas teritorial
dari suatu negara dapat mengacu dari teori pembentukan batas teritorial, yaitu
teori biologis, teori garis tengah, dan teori model gravitasi. Ketiga teori tersebut
memaparkan proses terbentuknya batas teritorial berdasarkan faktor-faktor yang
berpengaruh dan sudut pandang yang berebeda. Teori biologis berpandangan
bahwa pembentukan batas teritorial suatu negara layaknya pembentukan batas
teritori yang terjadi di dunia hewan atau alam bebas. Sedangkan teori garis tengah
memiliki sudut pandang bahwa batas teritorial dibentuk oleh pertemuan garis-
garis yang saling berpotongan layaknya pembentukan wilayah aktifitas
perkembangan ekonomi yang dikemukan oleh Christaller, seperti yang terlihat
pada penentuan garis landas kontinen yang ada di Indonesia. Kemudian teori
model gravitasi mempunyai pandangan bahwa pembentukan batas teritorial
ditentukan oleh pengaruh dari dua kekuatan negara seperti yang terlihat pada
pemahaman mengenai garis perbatasan di kalangan masyarakat perbatasan
Indonesia dengan PNG.
15
DAFTAR PUSTAKA
Haggett, P. 2001. Geography A Global Synthesis. Prentice Hall. New York.
Hayati, dkk. 2007. Geografi Politik. Refika Adiatama. Bandung.
Karim, Muhammad. 2009. Eksisitensi Pulau-Pulau Kecil di Kawasan Perbatasan
Negara. Pusat Kajian Pembangunan Kelautan dan Maritim. Jakarta.
Sandy. 1996. Geografi Regional Republik Indonesia. Indograph Bakti. Jakarta.
http://www.bakosurtanal.go.id/bakosurtanal/batas-landas-kontinen-indonesia-
bertambah-seluas-4-209-kilometer-persegi