+ All Categories
Home > Documents > JAN VOL. 22 NO. 1 April 2016.pdf

JAN VOL. 22 NO. 1 April 2016.pdf

Date post: 02-Mar-2018
Category:
Upload: stialanmakassar
View: 218 times
Download: 0 times
Share this document with a friend

of 17

Transcript
  • 7/26/2019 JAN VOL. 22 NO. 1 April 2016.pdf

    1/17

  • 7/26/2019 JAN VOL. 22 NO. 1 April 2016.pdf

    2/17

    i

    JURNAL ADMINISTRASI NEGARAVolume 22 Nomor 1 ISSN 1410-8399 April 2016

    PROGRAM PERSIAPAN PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL

    DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DI KOTA MAKASSAR

    RETIREMENT PREPARATION PROGRAM

    FOR THE CIVIL SERVANT OF GENERAL DIRECTORATE OF TAXATION IN MAKASSAR

    Husein Akbar1

    dan Muttaqin2

    1Sekretariat Daerah Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

    e-mail: [email protected]

    Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi-Lembaga Administrasi Negara, Makassar.

    e-mail: [email protected]

    Abstrak

    Pensiun adalah seseorang yang sudah tidak bekerja lagi. Pada masa pensiun, individu akan meninggalkan

    karir, meninggalkan kelekatan dengan organisasi dan menghadapi tekanan masa pensiun baik secara fisik,

    psikologis maupun sosial. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis

    program persiapan pensiun pegawai negeri sipil Direktorat Jenderal Pajak di kota Makassar. Metode yangdigunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan melakukan survei terhadap 85 responden

    dari 542 pegawai. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa persiapan pensiun ditinjau dari kesadaran

    pegawai mengenai : (a) aspek ekonomi berupa kewirausahaan dan tata kelola keuangan, (b) aspek psikologis

    yang terdiri dari mental (mindset) dan manajemen stress, (c) aspek sosial yaitu peran/aktivitas sosial dan

    dukungan sosial keluarga serta (d) aspek fisik/kesehatan berupa tindakan preventif dan manajemen pola

    makan berada pada kategori setuju dan sangat setuju, sedangkan peran serta instansi masih perlu

    ditingkatkan dimana keempat aspek tersebut masih berada dalam kategori cukup setuju.

    Kata kunci: program persiapan pensiun, aspek ekonomi, psikologis, sosial, kesehatan fisik.

    AbstractRetirement is an employee who does not work anymore. In retirement period, individual will leave his/her

    career, leave the attachment of the organization and face retirement pressure physically, psychologically

    and socially. Therefore, this study aims to identify and analyze the retirement preparation programs for the

    civil servant of the General Directorate of Taxation in the city of Makassar. The method used in this

    research is quantitative descriptive by conducting a survey of 85 respondents out of 542 employees. The

    results of this study indicate that retirement preparation in terms of awareness of employees regarding: (a)

    economic aspects such as entrepreneurial and financial governance, (b) psychological aspects consisting of

    mental (mindset) and stress management, (c) social aspects consisting of role/ social activities and family

    supports, and (d) physical/health aspects consisting of preventive actions and management in the form of

    diet in the category of agree and strongly agree. Meanwhile, the role of the agency still needs to be

    improved because the fourth aspects are in quite agree category.

    Keywords: retirement preparation programs, the economic, psychological, social, physical health.

  • 7/26/2019 JAN VOL. 22 NO. 1 April 2016.pdf

    3/17

    ii

    PENDAHULUAN

    Pensiun adalah seseorang yang sudah tidak bekerja lagi karena usianya sudah lanjut dan

    harus diberhentikan, ataupun atas permintaan sendiri (pensiun muda). Seseorang yang pensiun

    biasanya berhak atas dana pensiun atau pesangon. Jika mendapat pensiun, maka ia tetap menerima

    dana pensiun sampai meninggal dunia. Pada umumnya usia pensiun di Indonesia berkisar antara

    usia 56 tahun, sedangkan di negara Barat usia pensiun adalah berkisar 65 tahun. Pada usia 65 tahun,

    secara psikologi perkembangan seseorang memasuki usia manula atau dewasa akhir ( late

    adulthood). Keadaan ini cukup berlainan dengan situasi di Indonesia dimana seseorang sudah

    termasuk pensiun pada tahapan dewasa menengah (middle adulthood). Masa dewasa menengah ini

    masih dapat dikatakan cukup produktif. Meskipun kekuatan fisik maupun kekuatan mental

    seseorang pada masa ini mulai menurun, namun pada masa inilah seseorang mulai mencapai

    prestasi puncak baik itu karir, pendidikan dan hubungan interpersonal.

    Program jaminan hari tua dan pensiun di Indonesia masih jauh dari kategori baik, dikutip

    dari surat kabar harian Bisnis Indonesia, surat kabar harian dengan segmentasi pemberitaan bisnis

    dan ekonomi berbahasa Indonesia yang diterbitkan di Jakarta, Indonesia, sejak 14 Desember 1985,

    edisi tanggal 20 Oktober 2015 halaman 22 dengan judul Kualitas Pensiun di Indonesia Rendah

    bahwa berdasarkan laporan Melbourne Mercer Global Pension Index (MMGPI), nilai indeks

    kualitas pensiun Indonesia masih berada di poin 35-50 atau diklasifikasikan dalam rating Dmeskipun posisi indeks maik menjadi 48,2 dari sebelumnya 45,3 pada 2014. Harmonisasi antara

    skema pensiun wajib dan dana pensiun swasta menjadi kendala utama. Mulai 1 Juli 2015, BPJS

    Ketenagakerjaan sebagai lembaga negara akan memberlakukan program Jaminan Pensiun untuk

    para buruh atau pekerja di sektor swasta sedangkan khusus untuk pegawai negeri sipil (PNS), TNI

    dan Polri baru berlaku pada 2029.

    Program Jaminan Pensiun BPJS Ketenagakerjaan ini mendapat sorotan dari sejumlah

    kalangan. Karena dikhawatirkan akan menggerus ceruk bisnis program pensiun swasta yang

    diselenggarakan oleh dana pensiun lembaga keuangan, maupun dana pensiun pemberi kerja. Bisa

    dipastikan, industri dana pensiun swasta sepertinya harus berancang-ancang mengambil strategi

    bisnis baru. Soalnya BPJS Ketenagakerjaan sudah mengambil langkah-langkah pasti untuk

    melaksanakan program Jaminan Pensiun. Namun demikian, kebijakan program tersebut tidak akan

    tumpang tindih dengan perusahaan yang sudah memberlakukan jaminan serupa. Karena targetnya

    karyawan baru atau pekerja yang belum mendapatkan jaminan pensiun. Apalagi bentuk jaminan

    yang diberlakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan hanya bersifat perlindungan dasar.

    Negara yang berada dalam rating D didefinisikan telah memiliki sistem pensiun dengan fitur

    yang diinginkan, tetapi memiliki beberapa kelemahan. Tanpa adanya perbaikan, maka keberlanjutan

  • 7/26/2019 JAN VOL. 22 NO. 1 April 2016.pdf

    4/17

    1

    sistem diragukan. Rinciannya, Indikator integritas sistem pensiun Indonesia saat ini mencapai 70,8

    atau meningkat dibandingkan tahun lalu 68,3, tetapi indikator kecukupan dan keberlanjutan masih

    dinilai rendah masing-masing 41,3 dan 40,1. MMGPI mengukur sistem pensiun di 25 negara

    dengan 40 indikator yakni indeks kecukupan, keberlanjutan, dan integritas. MMGPI mengklaim

    mencakup hampir 60% dari populasi dunia.

    Tabel 1

    Rating Pensiun Sejumlah Negara

    N

    oRating

    Nilai Indeks Negara

    1 A >80 Denmark dan Belanda

    2 B+ 75-80 Australia

    3 B 65-75 Swedia, Swiss, Finlandia, Kanada, Chili dan Inggris Raya4 C+ 60-65 Singapura, Irlandia dan Jerman

    5 C 50-60 Prancis, Amerika Serikat, Polandia, Afrika Selatan, Brazil,

    Austria, Mexico dan Italia

    6 D 35-50 Indonesia, China, Jepang, Korea Selatan dan India

    7 E

  • 7/26/2019 JAN VOL. 22 NO. 1 April 2016.pdf

    5/17

    2

    Selain itu, sebagai orang tua, pada umumnya mereka harus bertanggung jawab dalam

    membesarkan anak-anak yang mulai berangkat remaja, bahkan ada yang sudah berkeluarga. Dapat

    dipahami bahwa pada masa ini sebetulnya masa yang penuh tantangan khususnya untuk pensiunan

    di Indonesia. Terlebih bagi pensiunan yang masih harus membiayai kuliah anak-anak mereka

    padahal dengan status pensiun keadaan keuangan menurun. Biaya pendidikan di Indonesia naik

    mencapai dua kali lipat dari rata-rata tingkat inflasi Indonesia, kenaikan biaya pendidikan bisa

    mencapai 18-30% per tahun. Begitu pula harga barang kebutuhan pokok tiap tahun meningkat

    akibat inflasi.

    Tabel 2

    Inflasi di Indonesia 2008-2015

    2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015Inflasi

    (perubahan % tahunan)9.8 4.8 5.1 5.4 4.3 8.4 8.4 2.2*

    Target Bank Indonesia

    (perubahan % tahunan)5.0 4.5 5.0 5.0 4.5 4.5 4.5 4.0

    * s.d. September 2015

    Sumber : BPS, Bank Indonesia dan Bank Dunia

    Meningkatnya harga dan biaya diatas disertai dengan adanya penurunan penghasilan yangakan diterima oleh para pegawai yang sudah memasuki usia pensiun, dimana akan berdampak pada

    hilangnya ketenangan bekerja, karena terdapat penurunan jumlah pendapatan ketika masih aktif dan

    pada saat pensiun nanti, sehingga mereka akan menyongsong masa purna tugas yang suram dan

    masa transisi karir mereka dari bekerja ke tidak bekerja lagi.

    Sebagai contoh pensiunan pegawai atau PNS yang memasuki Batas Usia Pensiun/mencapai

    batas masa pengabdian berdasarkan usia, maka berhak menerima maksimal 75% dari gaji pokok

    dan serendah-rendahnya 40% dari gaji Pokok. Kemudian, bagi pensiunan janda/duda disebabkan

    oleh perceraian berhak menerima maksimal 36% dari gaji pokok. Berikutnya bagi pensiunan

    janda/duda tewas atau meninggal dunia dalam tugas atau aktif sebagai PNS maka diberikan hak

    maksimal 72% dari gaji pokok, dapat dilihat dalam perhitungan pada tabel berikut berdasarkan

    penetapan gaji pokok tahun 2015:

  • 7/26/2019 JAN VOL. 22 NO. 1 April 2016.pdf

    6/17

    3

    Tabel 3

    Penghasilan PNS Aktif dan Pensiun Pegawai DJP

    di Kota Makassar

    Sumber : SIKKA DJP, PP 30 Tahun 2015 dan PP 37 Tahun 2015

    Hal tersebut tidak dibarengi dengan persiapan yang baik, hanya segelintir PNS yang

    memikirkan masa transisi karir lni, terlebih saat rutinitas harian, mingguan, bulanan dan tahunanserta pencapaian-pencapaian target kinerja yang ditetapkan oleh atasan menjadi sebuah kesibukan

    seorang aparatur negara sekarang ini. Hal demikian terjadi disebabkan oleh manusia itu sendiri di

    mana secara kejiwaan cenderung memilih infrmrasi yang memuaskan dan menyenangkan bagi

    rnereka, kemudian mengabaikan infromasi yang dianggap mengganggu atau tidak penting.

    Kondisi ini memerlukan penanganan yang serius agar calon pensiunan tersebut dapat

    mernasuki dan rnernanfaatkan rnasa pensiunnva dengan lebih baik salah satunya dengan

    menyusun sebuah model persiapan masa pensiun yang baik karena apabila permasalahan ini

    dibiarkan berlarut-larut maka permasalahan akan semakin sulit diatasi, dimana tiap tahunnya

    terdapat PNS yang pensiun. Oleh karena itu, persiapan menjelang masa pensiun dalam aspek

    ekonomi, psikologis, sosial dan fisik/kesehatan harus direncanakan sejak dini, sehingga tidak terjadi

    masalah yang timbul akibat pensiun. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

    dan menjelaskan program persiapan pensiun Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Pajak di Kota

    Makassar.

    METODE PENELITIAN

    Tipe penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan analisis deskriptif, yakni dimaksudkan

    untuk menggambarkan program persiapan pensiun Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Pajak

    di Kota Makassar dengan menggunakan data dan analisis kuantitatif.

    Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian adalah di tujuh kantor pajak dalam kota Makassar, yaitu Kantor Wilayah DJP

    Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Utara, Kantor

  • 7/26/2019 JAN VOL. 22 NO. 1 April 2016.pdf

    7/17

    4

    Pelayanan Pajak Pratama Makassar Selatan, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Barat,

    Kantor Pelayanan Pajak Madya Makassar dan Kantor Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan

    Makassar.

    Populasi dan Sampel

    Populasi dalam penelitian ini adalah 542 pegawai dengan status aktif pada November 2015.

    Sampel sebanyak 85 orang ditetapkan menggunakan rumus Slovin dan diambil secara

    Disproportional Stratified Random Sampling, yaitu sampel acak yang ditetapkan berdasarkan

    kriteria populasi yang tidak proporsional jumlahnya pada setiap strata.

    Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penyebaran angket/kuisioner, wawancara,

    telaah dokumen dan observasi.

    Untuk memperoleh data yang akurat terhadap sampel yang telah ditentukan maka digunakaninstrumen pengumpulan data yang terdiri dari kuesioner sebagai sumber data primer dan pedoman

    wawancara yang digunakan untuk memperoleh data dalam bentuk pernyataan isian atau tertulis

    yang digunakan untuk mendukung analisis penelitian secara keseluruhan sebagai simpulan

    fenomena atas kecenderungan pilihan jawaban dalam kuisioner sebagai data sekunder ditambah

    dengan hasil telaah dokumen dan observasi.

    Teknik Analisis Data

    Data dianalisis secara menggunakan tabel distribusi frekuensi untuk mengkaji variabel

    penelitian, dengan rumus P=F/n x 100%

    HASIL PENELITIAN

    Karakteristik Responden

    Responden dalam penelitian ini yaitu pegawai negeri sipil Direktorat Jenderal Pajak di kota

    Makassar yang berjumlah 85 orang, yang diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin, umur, masa

    kerja, kantor/unit organisasi dan golongan.

    Hasil klasifikasi responden berdasarkan jenis kelamin memperlihatkan bahwa umunya

    responden adalah pria yaitu 57 orang (67,1%) sedangkan responden wanita sebanyak 28 orang

    (32,9%). Sedangkan menurut kelompok umur memperlihatkan bahwa kelompok umur yang paling

    banyak menjadi responden yaitu umur lebih dari 50 tahun tahun sebanyak 40 orang (47,9%) dan

    kelompok umur yang paling sedikit menjadi responden yaitu umur kurang dari 30 tahun yakni

    sebanyak 10 orang (11,8%).

    Klasifikasi responden berdasarkan masa didominasi oleh pegawai dengan masa kerja 30-40

    tahun paling banyak yaitu 29 orang (34,1%). Penyebaran responden berdasarkan asal kantor/unit

  • 7/26/2019 JAN VOL. 22 NO. 1 April 2016.pdf

    8/17

    5

    organisasi hampir merata pada 6 (enam) kantor pajak di kota Makassar dengan rentang sebesar 8-20

    pegawai tiap kantor. Sedangkan untuk kategori golongan didominasi oleh pegawai golongan III

    sebanyak 65 orang (76,5%).

    Program Persiapan Pensiun Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Pajak di Kota

    Makassar

    Berikut ini hasil penelitian mengenai program persiapan pensiun pegawai negeri sipil

    Direktorat Jenderal Pajak di kota Makassar yang dilihat dari 4 (empat) aspek dengan total 24

    indikator.

    1. Aspek Ekonomi

    Aspek ekonomi terdiri yang terdiri dari (a) kewirausahaan dijabarkan menjadi empat

    indikator yaitu menyadari penurunan penghasilan, berwirausaha sebelum pensiun, berwirausaha

    setelah pensiun dan bekal kewirausahaan dari instansi serta (b) tata kelola keuangan yang jugadijabarkan menjadi empat indikator yaitu mengatur keuangan, membeli produk investasi,

    memanfaatkan tunjangan pensiun untuk investasi dan bekal pengetahuan manajemen keuangan dari

    instansi, dapat dilihat pada tabel 2 berikut:

    Tabel 4

    Tanggapan Responden Mengenai Program Persiapan Pensiun

    dari Aspek Ekonomi

    Sumber : Hasil Olahan Data Primer, Januari 2016

  • 7/26/2019 JAN VOL. 22 NO. 1 April 2016.pdf

    9/17

    6

    Tabel 2 memperlihatkan tanggapan pegawai mengenai program persiapan pensiun pegawai

    negeri sipil Direktorat Jenderal Pajak di kota Makassar dari aspek ekonomi berada pada kategori

    setuju dengan persentase nilai rata-rata skor adalah 548/8 = 68,5 %. Indikator bekal kewirausahaan

    dari instansi dan bekal pengetahuan manajemen keuangan dari instansi masih berada pada kategori

    cukup setuju yaitu 50,4% dan 52,2%. Hal ini menunjukkan bahwa peran instansi masih kurang dan

    perlu ditingkatkan.

    2. Aspek Psikologis

    Aspek Psikologis terdiri yang terdiri dari (a) Mindset (mental) dijabarkan menjadi tiga

    indikator yaitu kesiapan mental, siap mental menjalani fase pensiun dan peran instansi dalam

    menyiapkan mental pegawai serta (b) Manajemen stress yang juga dijabarkan menjadi tiga indikator

    yaitu mengelola stress, kecerdasan emosional dan pelatihan manajemen stress dari instansi, dapat

    dilihat pada tabel 3 berikut :Tabel 5

    Tanggapan Responden Mengenai Program Persiapan Pensiun

    dari Aspek Psikologis

    Sumber : Hasil Olahan Data Primer, Januari 2016

    Tabel 3 memperlihatkan tanggapan pegawai mengenai program persiapan pensiun pegawai

    negeri sipil Direktorat Jenderal Pajak di kota Makassar dari aspek psikologis berada pada kategori

    setuju dengan persentase nilai rata-rata skor adalah 433,6/6 = 72,3 %. Indikator peran instansi

    dalam menyiapkan mental pegawai dan pelatihan manajemen stress dari instansi masih berada pada

  • 7/26/2019 JAN VOL. 22 NO. 1 April 2016.pdf

    10/17

  • 7/26/2019 JAN VOL. 22 NO. 1 April 2016.pdf

    11/17

    8

    berada pada kategori cukup setuju yaitu 58,4% dan 52,9% yang menunjukkan bahwa peran instansi

    masih kurang dan perlu ditingkatkan.

    Tabel 7

    Tanggapan Responden Mengenai Program Persiapan Pensiun

    dari Aspek Fisik/Kesehatan

    Sumber : Hasil Olahan Data Primer, Januari 2016

    PEMBAHASAN

    Undang Undang nomor 5 Tahun 2014 Tanggal 14 Januari 2014 tentang Aparatur Sipil

    Negara (selanjutnya disingkat UU ASN) mengatur manajemen PNS meliputi penyusunan dan

    penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat danjabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi,

    mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian,

    jaminan pensiun dan jaminan hari tua dan perlindungan.

    Manajemen PNS pada instansi pusat dilaksanakan oleh pemerintah pusat, sedangkan pada

    instansi daerah dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Keduanya dilaksanakan sesuai dengan

    ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Salah satu bagian penting dalam manajemen PNS adalah pensiun. Partini (2011)

    menyatakan Pensiun merupakan keadaan dimana pada umur tertentu institusi mengatur untuk

    karyawannya berhenti dari pekerjaannya. Pensiun merupakan bagian tahapan perencanaan karier

    yaitu tahap akhir yang terfokus pada meninggalkan karir, meninggalkan kelekatan pada organisasi

    dan siap menghadapi masa pensiun. Karyawan pada tahap ini mulai merencanakan ketertarikan

    diluar pekerjaan, pekerjaan setelah pensiun, keamanan keuangan, kesehatan, mental menghadapi

  • 7/26/2019 JAN VOL. 22 NO. 1 April 2016.pdf

    12/17

    9

    masa transisi dan karya yang akan dilakukan setelah pensiun. (Cummings & Worley, 2005).

    Pensiun tidak hanya sekedar berhenti bekerja karena usia. Sebagai sebuah istilah, pensiun

    kurang lebih bermakna purnabakti, tugas selesai, atau berhenti. (Sutarto dan Ismulcokro, 2008).

    Kondisi ini mengakibatkan transisi peran dari seorang pekerja menjadi seorang pensiunan yang

    tidak bekerja lagi. Masa-masa ini cukup kritis dalam perjalanan hidup seseorang, dan memengaruhi

    kesejahteraan hidupnya kelak. Pandangan lain berpendapat bahwa pensiun bukanlah hanya sekedar

    mengenai berhenti bekerja yang disebabkan oleh faktor usia, namun pensiun adalah suatu fase

    dalam hidup manusia yang harus dilalui oleh semua individu. Pandangan ini lebih menekankan

    aspek psikologis individu, dan seorang yang bekerja kepada orang lain (instansi/perusahaan)

    menjadi pekerja yang mandiri. Pola pikir yang positif seperti ini penting untuk ditanam dan

    dikembangkan agar pensiun tidak lagi dianggap sebagai ancaman dalam hidup, melainkan peluang

    besar yang harus dioptimalkan, sehingga individu bisa memandang dan menerima masa pensiundengan lebih baik.

    Sutarto dan Ismulcokro (2008) menyatakan:

    Sebaiknya membangun dan menciptakan perspektif dan persepsi yang indah dan

    bahagia terlebih dahulu, barulah membuat rencana-rencana untuk kehidupan di masa

    pensiun. Salah satu elemen kunci untuk bisa menjalani masa pensiun dengan sukses

    adalah persiapan. Orang yang telah membuat persiapan untuk masa pensiunnya

    cenderung lebih sukses beradaptasi pada perubahan dalam hidupnya.

    Berk (2007) menyatakan bahwa merencanakan suatu kehidupan yang aktif memberi

    dampak yang lebih besar dalam kebahagiaan di masa pensiun dibandingkan dengan persiapan

    finansial. Sebuah Bank yang menyediakan jasa asuransi kesejahteraan hari tua (Sun Trust Bank

    Amerika) mendefinisikan kesiapan pensiun adalah suatu kondisi yang menunjukkan apakah pekerja

    memiliki uang yang cukup di masa pensiunnya (nanti) untuk menikmati standar hidup yang seperti

    yang ia jalani saat sebelum pensiun.

    PNS yang akan mencapai Batas Usia Pensiun (BUP), dapat dibebaskan dari jabatannya

    untuk paling lama 1 (satu) tahun, dengan mendapat penghasilan berdasarkan peraturan

    perundangan-undangan yang berlaku, kecuali tunjangan jabatan. Pembebasan tugas ini dikenal

    dengan MPP. MPP dapat diambil penuh 1 tahun atau sebagian sesuai dengan keinginan/kebutuhan

    PNS.

    Masa Persiapan Pensiun Pegawai Negeri Sipil (MPP) adalah waktu yang diberikan kepada

    setiap pegawai Negeri (PNS) selama satu tahun, tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada

    setiap PNS untuk mempersiapkan diri menjelang masa pensiun. Selama MPP seorang PNS

    dibebaskan dari tugas-tugas pekerjaan sebagai PNS. Untuk dapat menikmati masa MPP enam bulan

    sebelumnya harus sudah mengajukan permohonan mengambil MPP, dan nanti akan menerima surat

  • 7/26/2019 JAN VOL. 22 NO. 1 April 2016.pdf

    13/17

    10

    tugas yang menyatakan PNS yang bersangkutan bebas dari tugas-tugas sebagai PNS dengan

    mendapatkan gaji pokok ditambah tunjangan istri dan anak full. Kecuali bagi PNS yang memiliki

    jabatan fungsional atau jabatan struktural tidak akan diberikan.

    Masa MPP bisa diambil bagi PNS yang mau, atau tidak diambil juga tidak apa-apa,

    tergantung pada PNS yang bersangkutan. Biasanya PNS yang memiliki jabatan fungsional dan

    jabatan struktural jarang sekali yang memanfaatkan masa MPP, sepertinya merasa sayang

    kehilangan tunjangan jabatan.

    Dengan peraturan baru, UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, ada

    perubahan usia pensiun untuk PNS biasa, dari usia 56 tahun diperpanjang menjadi 58 tahun. Masa

    pensiun merupakan sesuatu yang tidak diinginkan oleh setiap PNS, maka oleh sebab itu bagi PNS

    yang belum siap menerima datangnya masa pensiun kadang-kadang tidak tahan dalam menjalankan

    masa transisi, biasanya ada yang stress karena kaget biasa beraktivitas, kemudian tiba-tiba stop.Oleh karena itu MPP merupakan kesempatan yang baik untuk digunakan sebagai masa transisi dan

    mempersiapkan diri sebelum tiba saatnya masa pensiun yang sebenarnya.

    Ketika tiba saatnya masa pensiun, maka penghasilan akan melorot tajam, apalagi bagi PNS

    yang memiliki jabatan fungsional seperti guru, dosen, laboran, pustakawan dsb, dan bagi PNS yang

    memiliki jabatan struktural mulai sebagai pejabat eselon satu sampai eselon terendah yaitu eselon

    empat.

    Masa Persiapan Pensiun sebaiknya dimanfaatkan untuk melatih dan mempersiapkan diri kita

    sebelum datangnya masa pensiun, dengan mencari alternatif kegiatan tertentu yang nantinya bisa

    dijadikan pengisi waktu di masa pensiun.

    Program persiapan pensiun yang difasilitasi oleh pemeintah memungkinkan adanya

    perencanaan persiapan yang dibangaun secara terstruktur, sifatnya sistemik atau menyeluruh,

    menyangkut berbagai aspek yang dibutuhkan, bisa menjangkau sampai dengan keberlanjutan

    program dan memiliki konsistensi persiapan. Persiapan ini pula bisa membangun kerjasama yang

    tetap harmonis antara pegawai yang memasuki masa masa pensiun dengan instansinya. Pegawai

    yang merasa mendapatkan support dan instansinya di masa purnabakti maka yang bersangkutan

    akan tetap memberikan performasi terbaik atau memiliki motivasi kerja yang tinggi.

    Beberapa bentuk persiapan pensiun yang ada, masing-masing memiliki prioritas yang

    berbeda. Beberapa program persiapan pensiun mentitikberatkan pada persiapan berwirausaha. untuk

    mempersiapkan income baru setelah masa pensiun. Beberapa program menawarkan bahwa

    persiapan pensiun tidak cukup hanya persiapan untuk memulai usaha guna income baru tetapi

    masih ada beberapa persiapan yang penting untuk dilakukan. Antara lain perlu pula dilakukan

    persiapan pensiun secara psikologis, sosial, kesehatan atau persiapan secara fisik.

  • 7/26/2019 JAN VOL. 22 NO. 1 April 2016.pdf

    14/17

    11

    Program persiapan pensiun tidak hanya meliputi persiapan finansial (income) saja, tetapi

    juga persiapan fisik-kesehatan, psikologis, dan sosial (Becker et ail, 1983).

    1. Aspek ekonomi, pegawai prapurnabakti harus mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan

    pengelolaan keuangan serta kewirausahaan.

    a. Kewirausahaan mencakup hal-hal berikut :

    Memberikan bekal kepada karyawan pra pensiun dalam rangka menyiapkan aktivitas

    dan income baru setelah pensiun dengan menyadari bahwa setelah pensiun akan ada

    pengurangan penghasilan yang drastis (signifikan);

    Menyiapkan usaha ini tidak sebatas memberikan ketrampilan dan menemukan usaha

    yang tepat namun demikian sampai dengan bagaimana usaha ini ditatakelola dan

    karyawan memiliki bisnis plan yang jelas baik sebelum maupun setelah pensiun;

    Perlu diperhatikan pula bagaimana menfasilitasi usaha ini disesuaikan dengan minatatau hobby karyawan pra pensiun.

    b. Perencanaan atau tatakelola keuangan dalam keluarga termasuk di dalamnya mencakup :

    Penataan gaya hidup sehingga pengeluaran tidak lebih besar daripada pemasukan

    (mulai pensiun biasanya pendapatan akan berkurang dan seharusnya tidak ada hutang);

    Menghilangkan pengeluaran yang tidak perlu;

    Mengenali aset yang dimiliki sehingga bisa dikelola;

    Membeli produk investasi berupa asuransi, reksadana, tabungan rencana, dan produklainnya;

    Pemahaman bagaimana memanfaatkan pesangon dengan tepat.

    2. Aspek psikologis yaitu mempersiapkan mental untuk menghadapi perubahan pada saat pensiun.

    Terdiri dari :

    a. Mental (mindset) yang mencakup :

    Menyiapkan mental karyawan pra pensiun menghadapi perubahan yang akan terjadi

    saat masa transisi pensiun sehingga perubahan yang ada tidak menimbulkan stress atauketidaknyamanan lain;

    Memahami fase pensiun yang akan dilalui oleh seseorang yang akan menjalani masa

    pensiun sehingga ada gambaran kesiapan secara psikologis.

    b. Manajemen Stress yang terdiri dari :

    Mampu menghadapi fase kekecewaan dengan mengenali stessor yang mungkin

    muncul, mampu menatakelola emosi dan management stress;

    Melatih skil tatakelola stress dengan antara lain meditasi, yoga, relaksasi, senam otak

    bagi senior dan program lainnya.

  • 7/26/2019 JAN VOL. 22 NO. 1 April 2016.pdf

    15/17

    12

    3. Aspek sosial terdiri dari :

    a. Menyiapkan aktivitas dan peran sosial yang akan ditekuni untuk mengisi waktu luang dan

    tetap memiliki keterlibatan sosial meskipun sudah pensiun;

    b. Menyiapkan atau membangun dukungan sosial maupun dukungan keluarga pada saat

    pensiun nantinya.

    4. Aspek fisik berkaitan dengan kesehatan, diantaranya dalam rangka membangun perilaku kuratif

    untuk menjaga kesehatan dan mengatur pola makan yang terdiri dari :

    a. Perlunya tindakan preventif untuk menjaga kesehatan dan pentingnya cekcup untuk

    mendeteksi adanya gangguan kesehatan supaya segera diatasi;

    b. Mengenali penyakit yang biasanya timbul diusia pensiun sehingga muncul kesadaran dan

    tanggungjawab untuk mencegahnya dan penting untuk menjaga kesehatan;

    c. Menata pola makan yang tepat untuk menjaga kesehatan dan upaya untuk pencegahan.Berdasarkan konsep tersebut, dalam kajian ini dapat dijelaskan tentang program persiapan

    pensiun pegawai negeri sipil Direktorat Jenderal Pajak di kota Makassar sebagai berikut.

    Aspek ekonomi, pegawai prapurnabakti harus mempersiapkan hal-hal yang berkaitan

    dengan pengelolaan keuangan serta kewirausahaan. Kewirausahaan mencakup hal-hal berikut:

    memberikan bekal kepada pegawai pra pensiun dalam rangka menyiapkan aktivitas dan income

    baru setelah pensiun dengan menyadari bahwa setelah pensiun akan ada pengurangan penghasilan

    yang drastis (signifikan), menyiapkan usaha ini tidak sebatas memberikan ketrampilan dan

    menemukan usaha yang tepat namun demikian sampai dengan bagaimana usaha ini ditatakelola dan

    karyawan memiliki bisnis plan yang jelas baik sebelum maupun setelah pensiun dan perlu

    diperhatikan pula bagaimana menfasilitasi usaha ini disesuaikan dengan minat atau hobby karyawan

    pra pensiun. Perencanaan atau tatakelola keuangan dalam keluarga termasuk di dalamnya mencakup

    penataan gaya hidup sehingga pengeluaran tidak lebih besar daripada pemasukan (mulai pensiun

    biasanya pendapatan akan berkurang dan seharusnya tidak ada hutang), menghilangkan pengeluaran

    yang tidak perlu, mengenali aset yang dimiliki sehingga bisa dikelola, membeli produk investasi

    berupa asuransi, reksadana, tabungan rencana, dan produk lainnya dan pemahaman bagaimana

    memanfaatkan pesangon dengan tepat.

    Aspek psikologis yaitu mempersiapkan mental untuk menghadapi perubahan pada saat

    pensiun yang terdiri dari mental (mindset) dan manjemen stress. Mental (mindset) mencakup

    menyiapkan mental karyawan pra pensiun menghadapi perubahan yang akan terjadi saat masa

    transisi pensiun sehingga perubahan yang ada tidak menimbulkan stress atau ketidaknyamanan lain

    dan memahami fase pensiun yang akan dilalui oleh seseorang yang akan menjalani masa pensiun

    sehingga ada gambaran kesiapan secara psikologis. Manajemen Stress terdiri dari kemampuan

  • 7/26/2019 JAN VOL. 22 NO. 1 April 2016.pdf

    16/17

    13

    menghadapi fase kekecewaan dengan mengenali stessor yang mungkin muncul, mampu

    menatakelola emosi dan management stress dan melatih skil tatakelola stress dengan antara lain

    meditasi, yoga, relaksasi, senam otak bagi senior dan program lainnya.

    Aspek sosial terdiri dari menyiapkan aktivitas dan peran sosial yang akan ditekuni untuk

    mengisi waktu luang dan tetap memiliki keterlibatan sosial meskipun sudah pensiun dan

    menyiapkan atau membangun dukungan sosial maupun dukungan keluarga pada saat pensiun

    nantinya.

    Aspek fisik berkaitan dengan kesehatan, diantaranya dalam rangka membangun perilaku

    kuratif untuk menjaga kesehatan dan mengatur pola makan yang terdiri dari tindakan preventif

    untuk menjaga kesehatan dan pentingnya checkcup untuk mendeteksi adanya gangguan kesehatan

    supaya segera diatasi, mengenali penyakit yang biasanya timbul diusia pensiun sehingga muncul

    kesadaran dan tanggungjawab untuk mencegahnya dan penting untuk menjaga kesehatan danmenata pola makan yang tepat untuk menjaga kesehatan dan upaya untuk pencegahan.

    Berdasarkan hasil jawaban responden atas indikator-indikator faktor ekstrinsik, maka dapat

    diketahui bahwa program persiapan pensiun pegawai negeri sipil Direktorat Jenderal Pajak di kota

    Makassar baik. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase program persiapan pensiun sebesar

    1674,4/24 = 69,8 % atau kategori setuju. Persiapan pensiun berupa kesadaran dari pegawai sudah

    sangat baik sedangkan peran serta instansi masih perlu ditingkatkan dimana indikatornya masih

    dalam kategori cukup setuju yang menggambarkan bahwa peran instansi masih kurang dimana

    sesuai hasil telaah dokumen penulis bahwa dalam kurun waktu dua tahun (2014 dan 2015) hanya

    terdapat satu diklat persiapan pensiun yang dilaksanakan di pada bulan maret 2014 sedangkan di

    tahun 2015 tidak dilaksanakan diklat persiapan pensiun. Pada diklat tahun 2014 pun tidak terdapat

    pegawai Direktorat Jenderal Pajak dimana pesertanya sebanyak 17 orang yang berasal dari

    direktorat jenderal bea dan cukai sebanyak 13 orang dan direktorat jenderal kekayaan negara

    sebanyak 4 orang.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kami menyimpulkan bahwa program persiapan pensiun pegawai negeri sipil Direktorat

    Jenderal Pajak di kota Makassar dalam kategori baik. Persiapan pensiun berupa kesadaran dari

    pegawai sudah sangat baik sedangkan peran serta instansi masih perlu ditingkatkan dimana

    indikatornya masih dalam kategori cukup setuju yang menggambarkan bahwa peran instansi masih

    kurang. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan peran instansi dalam rangka persiapan

    pensiun pegawai dengan memberikan bekal kepada para pegawai berupa pengetahuan wirausaha,

    manajemen keuangan, manajemen stress, penyakit yang mungkin timbul di usia pensiun dan

  • 7/26/2019 JAN VOL. 22 NO. 1 April 2016.pdf

    17/17

    14

    manajemen gizi dan pola makan. Seluruh pegawai yang sudah masuk dalam masa prapurnabhakti

    kira-kira 10 tahun sebelum pensiun dipanggil untuk mengikuti diklat persiapan pensiun, supaya bisa

    memiliki lebih banyak alternatif pilihan dan keterampilan dalam menghadapi masa pensiun,

    melakukan sosialisasi persiapan pensiun pada PNS yang merupakan inisiatif dari instansi,

    menyediakan ruang dan waktu kepada para pegawai yang telah pensiun untuk berinteraksi dengan

    instansi dan pegawai lainnya dengan membentuk paguyuban pensiunan pegawai negeri sipil

    Direktorat Jenderal Pajak di kota Makassar dan mengundang para pensiunan jika ada acara family

    gathering, menyediakan bantuan modal berupa kredit lunak kepada pegawai purnabhakti dari

    koperasi pegawai sebagai modal untuk memulai usaha dan menyediakan fasilitas chekup

    (pemeriksaan) kesehatan secara berkala terutama pegawai yang sudah memasuki masa

    prapurnabhakti.

    REFERENSI

    Becker J.M, Trail F.M, Lambert B.M, & Jimmerson M.R. Is Preretirement Planning Important?.

    Journal of Extention, May/June 1983, 10-14.

    Berk, Laura. E. 2007. Through the Life Span. Boston: Person Education.

    Cummings & Worley. 2005. Organization Development & Change. Eight Edition. Thomson South-

    Western.

    Partini S, Suardiman. 2011.,. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

    Sutarto, J. T., & Ismu l Cokro, 2008. Pensiun Bukan Akhir Segalanya. Jakarta: Gramedia Pustaka

    Utama.


Recommended