+ All Categories
Home > Documents > Jenis-jenis Pemeriksaan Radiologi

Jenis-jenis Pemeriksaan Radiologi

Date post: 08-Dec-2015
Category:
Upload: nur-djana-setiarini-henaulu
View: 75 times
Download: 1 times
Share this document with a friend
Description:
Radiologi
Popular Tags:
35
RDP's Radiology Doesn't Painful. That's the meaning of my blog title. I share more about Radiology and also computer. Hopefully, the articles that I share will help you to find something you needs. Just follow and visit my blog. Enjoy!!! Friday, October 25, 2013 Pemeriksaan Radiologi dengan Media Kontras yang Digunakan Media kontras merupakan suatu bahan atau media yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien untuk membantu menegakkan diagnosa dalam pemeriksaan radiografi, sehingga media yang dimasukkan tampak lebih radioopaque atau lebih radiolucent pada organ tubuh yang diperiksa. Ada 2 jenis media kontras, yaitu media kontras negatif (-) dan media kontras positif (+). Pemeriksaan radiologi yang menggunakan media kontras, sebagai berikut: A. Radiologi Anak 1. Pemeriksaan Colon In Loop (Barium Enema) Pediatrik a. Pengertian Pemeriksaan Colon In Loop Pediatrik adalah teknik pemeriksaan secara radiologis dari Colon dengan menggunakan media kontras secara retrograde pada pasien pediatrik (anak-anak). b. Tujuan Pemeriksaan 1) Untuk mendapatkan gambaran anatomis dari colon sehingga dapat membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit atau kelainan pada colon. c. Indikasi Pemeriksaan 1) Colitis: penyakit-penyakit inflamasi (pembengkakan) pada colon. 2) Carsinoma: tumor 3) Diverticulum: kantong yang menonjol pada dinding colon, terdiri daro lapisan mukosa dan muskularis mukosa. 4) Polyps: penonjolan pada selaput lendir.
Transcript

RDP's Radiology Doesn't Painful. That's the meaning of my blog title. I share more about Radiology and also computer. Hopefully, the articles that I share will help you to find something you needs. Just follow and visit my blog. Enjoy!!!

Friday, October 25, 2013

Pemeriksaan Radiologi dengan Media Kontras yang Digunakan

Media kontras merupakan suatu bahan atau media yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien untuk membantu menegakkan diagnosa dalam pemeriksaan radiografi, sehingga media yang dimasukkan tampak lebih radioopaque atau lebih radiolucent pada organ tubuh yang diperiksa.

Ada 2 jenis media kontras, yaitu media kontras negatif (-) dan media kontras positif (+). Pemeriksaan radiologi yang menggunakan media kontras, sebagai berikut:

A.     Radiologi Anak1.      Pemeriksaan Colon In Loop (Barium Enema) Pediatrika.      Pengertian

Pemeriksaan Colon In Loop Pediatrik adalah teknik pemeriksaan secara radiologis dari Colon dengan menggunakan media kontras secara retrograde pada pasien pediatrik (anak-anak).

b.      Tujuan Pemeriksaan1)      Untuk mendapatkan gambaran anatomis dari colon sehingga dapat membantu menegakkan

diagnosa suatu penyakit atau kelainan pada colon. c.       Indikasi Pemeriksaan1)      Colitis: penyakit-penyakit inflamasi (pembengkakan) pada colon.2)      Carsinoma: tumor3)      Diverticulum: kantong yang menonjol pada dinding colon, terdiri daro lapisan mukosa dan

muskularis mukosa.4)      Polyps: penonjolan pada selaput lendir.5)      Volvulus: penyumbatan isi usus karena terbelitnya usus ke bagian yang lain.6)      Invagination: melipatnya bagian usus besar ke bagian usus itu sendiri7)      Intussusception8)      Atresia ani: Tidak adanya saluran dari colon yang seharusnya ada.9)      Stenosis: Penyempitan saluran usus besar.10)  Mega colon: suatu kelainan konginetal yang terjdi karena tidak adanya sel ganglion di flexus

mientrik dan submukosa pada segmen colon distal menyebabkan feses siulit melewati segmen gangloinik.

 d.      Kontra indikasi 1)      Perforasi2)      Obstruksi

3)      Diare berate.      Persiapan Alat dan Bahan1)      Untuk Anak-Anak >1 Tahuna)      Kantung enema sekali pakai diisi dengan BaSO4₄b)      Tabungc)      Penjepitd)      Air hangat digunakan untuk melarutakan BaSO₄e)      Beberapa di antaranya, kateter didesign agar tidak dapat keluar rectum setelah disisipkan,

sehingga tidak bocor.2)      Untuk Bayi dan Anak-Anak

Menggunakan kateter silicon 10 french dan sebuah spuit 60 ml, barium diinjeksi secara manual dan perlahan.

3)      Untuk semua pasiena)      Jellyb)      Hypoallergenic tapec)      Handscoend)      Tissuef.        Persiapan Pasien1)      Pasien beserta orang tuanya harus masuk ke dalam ruang pemeriksaan, kemudian dijelaskan

bagaimana prosedur pemeriksaan kepada pasien beserta orang tuanya.2)      Tanyakan riwayat penyakit pasien.3)      Untuk bayi sampai 2 tahun tidak ada persiapan khusus.4)      Untuk anak-anak 2-10 tahun memerlukan persiapan khusus, yaitu:a)      Pada malam hari sebelum pemeriksaan hanya makan makanan yang rendah serat.b)      Malam sebelum pemeriksaan minum 1 tablet bisacodyl atau laxative atau sejenisnya.c)      Jika setelah diberi laxative tidak menunjukkan pengeluaran yang cukup, maka dilakukan enema

pedi fleet (urus-urus) atas petunjuk dokter.g.      Teknik Pemasukan Media Kontras

Pemeriksaan Colon In Loop pada bayi dan anak-anak biasanya hanya menggunakan metode kontras tunggal yang menggunakan BaSO₄ sebagai media kontrasnya.

h.      Proyeksi Pemeriksaan1)      Foto Pendahuluan APa)      Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan dengan MSP tubuh berada tepat pada gasri

tengah kaset.b)      Kedua tangan diletakkan di atas kepala pasien dan diberi pengganjal untuk fiksasi.c)      Kedua kaki diluruskan ke bawah dan diberi pengganjal juga.d)      Batas atasnya Processus Xyphoideus dan batas bawahnya Symphisis Pubis.e)      CP berada pada pertengahan kedua Crista Illiaca dengan CRnya vertikal tegak lurus dengan

kaset2)      Foto AP dengan kontrasa)      Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan dengan MSP tubuh berada tepat pada garis

tengah kaset.b)      Kedua tangan diletakkan di atas kepala pasien dan kedua kaki lurus ke bawah dengan pegang di

pegang oleh orang tuanya yang menggunakan apronc)      Batas atasnya processus xypoideus dan batas bawah adalah symphisis pubis.d)      CP pada petengahan kedua crista illiaca dengan arah sinar vertikal tegak lurus dengan kaset

e)      Eksposi dilakukan pada saat ekspirasi penuh dan tahan nafas3)      Foto Lateral dengan Kontrasa)      Pasien diposisikan lateral/tidur miring dengan MCP diatur pada pertengahan kaset dan vertikal

terhadap garis tengah kaset.b)      Genu sedikit fleksi dengan kedua ujung kaki dan tangan dipegang oleh orang tuanya yang

terlebih dahulu diberi apron agar pasien tidak bergerak.c)      CRnya tegak lurus terhadap film dengan CP berada pada MCP setinggi SIAS.4)      Foto AP Post Evakuasia)      Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan dengan MSP tubuh berada tepat pada gasri

tengah kaset.b)      Kedua tangan diletakkan di atas kepala pasien dan diberi pengganjal untuk fiksasi.c)      Kedua kaki diluruskan ke bawah dan diberi pengganjal juga.d)      Batas atasnya Processus Xyphoideus dan batas bawahnya Symphisis Pubis.e)      CP berada pada pertengahan kedua Crista Illiaca dengan CRnya vertikal tegal lurus dengan

kaset.f)       FFD: 100 cm2.      Pemeriksaan Intra Venous Pyelography (IVP) Pediatrika.      Pengertian

Pemeriksaan IVP Pediatrik adalah pemeriksaan traktus urinarius dengan menggunkan media kontras positif yang dimasukkan ke dalam intra vena.

b.      Tujuan PemeriksaanUntuk melihat anatomi, fisiologi maupun kelainan pada traktus urinarius tersebut.

c.       Indikasi Pemeriksaan1)      Adanya batu ginjal (Neprolithiasis)2)      Anomali pada Traktus Urinarius3)      Traumal Renald.      Kontra Indikasi1)      Absolut (mutlak): shock, dehidrasi.2)      Relatif: alergi iodine dan makanan laut, gagal jantung, gagal ginjal, dll.e.      Persiapan Pasien1)      Dianjurkan untuk minum banyak air dan jus buah agar pasien mengalami hidrasi yang bertujuan

untuk memperlambat penyerapan media kontras oleh ginjal.2)      4 jam sebelum pemeriksaan pasien pediatrik diberi makanan dengan serat rendah.3)      Pada pasien anak-anak tidak memerlukan obat pencahar.f.        Persiapan Alat1)      Pesawat sinar-x2)      Spuit 1, 5, 10, 20, dan 50 cc3)      Wing needles: 19, 23, 25, 27 G4)      Tourniquet5)      Handscoen6)      Masker7)      Kasa alkohol8)      Tabung oksigen9)      Obat alergi10)  Band-aidg.      Persiapan Bahan

1)      Media kontras positif yang memiliki osmolalitas rendah dan non ionik seperti ioversol, dan iopamidol. Tetapi oriohexal lebih disukai meskipun reaksi alergi sering terjadi pada anak-anak, namun cenderung ringan.

2)      Obat-obat untuk mengatasi alergi.h.      Prosedur Pemeriksaan1)      Proteksi AP supine Abdomen dilakukan untuk foto pendahuluan.2)      Proyeksi AP supine Abdomen pasca dilakukannya injeksi media kontrasa)      3 menit dengan posisi AP supine Abdomen.b)      15 menit dengan posisi supine atau prone Abdomen.3)      Kaset yang digunakan sesuai dengan besar tubuh pasien.4)      Setelah pemeriksaan selesai dilakukan anak dianjurkan untuk banyak minum dan makan

makanan yang bergizi tinggi.3.      Pemeriksaan Loopografi Pediatrika.      Pengertian

Pemeriksaan Loopografi Pediatrik adalah pemeriksaan radiografi pada colon yang dilakukan Post Colostomy pada anak-anak.Colostomy adalah tindakan bedah pembuatan saluran dari colon ke dinding abdomen sebagai pengganti fungsi anus.

b.      Tujuan PemeriksaanUntuk mengevaluasi saluran buatan antara colon dengan dinding abdomen tersebut.

c.       Kelainan pada Colon sehingga Dilakukannya Tindakan Colostomy

1)      Ulseratif Colitis2)      Diverticulitis3)      Polip4)      Intraluminal Lesion5)      Tumor Colon6)      Hirschsprung7)      Carsinoma Colon8)      Malformasi Anorectal9)      Enterocolitis Necrosis10)  Atresia Ani

d.      Persiapan Pasien1)      Pasien dalam keadaan puasa2)      Colon dalam keadaan bersihe.      Persiapan Alat1)      Alat yang digunakan sama dengan alat-alat untuk Colon In Loop.2)      Media kontras:a.      Media kontras positif (+) BaSO₄: 1000 mL untuk kontras tunggal, 400 mL untuk kontras ganda.b.      Media kontras negatif (-).f.        Teknik Pemasukan Media Kontras1)      Pemasukan media kontras dengan menggunakan kateter yang dimasukkan melalui anus buatan.2)      Dengan dikontrol fluoroscopy suntikkan media kontras positif (+) secara cepat, kemudian

dimasukkan media kontras negatif (-).3)      Dibuat foto-foto spot atau foto besar dengan posisi yang sesuai, biasanya AP dan Lateral.

g.      Kriteria Gambaran1)      Posisi APa)      Tampak media kontras mengisi Colon Descendens dan Sigmoid pada posisi AP.b)      Tampak post colostomy pada sisi kiri pasien.c)      Tampak anal dimple.2)      Posisi Laterala)      Tampak media kontras mengisi Colon Descendens dan Sigmoid pada posisi Lateral.b)      Tampak anal dimple.B.      Kardiologi (Pencitraan Pembuluh Darah)1.      Arteriografi Femoralisa.      Pengertian

Arteriografi Femoralis adalah pemeriksaan radiografi untuk memperlihatkan pembuluh arteri pada ekstremitas bawah dengan memasukkan media kontras positif (+).

b.      Tujuan PemeriksaanUntuk memperlihatkan anatomi dan patologi dari hip joint sampai dengan kaki.

c.       Indikasi Pemeriksaan1)      Arterosklerosis Obliterans2)      Aneurysm3)      Trauma arteri4)      Arteriovenosus Malformasi5)      Artritis6)      Neoplasmad.      Kontra Indikasi1)      Alergi terhadap media kontras.2)      Kelainan jantung.e.      Media Kontras yang Digunakan

Conray 280 dengan volume 20-30 mL dengan kecepatan penyuntikan sekitar 8 mL/detik untuk satu proyeksi.

f.        Persiapan Alat dan Bahan1)      Sterila)      Jarum arteriogramb)      Adaptorc)      Spuit 50 ml sebanyak 2 buahd)      Spuit 10 ml sebanyak 1 buahe)      Spuit 2 ml sebanyak 1 buahf)       Drawing up canulag)      Kateterh)      Sponge forcepsi)        Mangkuk pelembab 2 buahj)        Gallipotk)      Kasal)        Handukm)   Baju pasien2)      Unsterila)      Pembersih kulitb)      Ampuls media kontras

c)      Salined)      Jarum disposablee)      Pembuka ampulsf)       Lokal anastesi (Omnopone atau Scopolamine)g.      Teknik Pemeriksaan1)      Persiapan Pasiena)      Pasien puasa kurang lebih 5 jam sebelum dimulainya pemeriksaan.b)      Mencukur rambut pada daerah yang akan dilakukan punksi (pada daerah inguinal atau lipatan

paha dan pubis).c)      Pasien diwajibkan mixie sebelum pemeriksaan dimulai.2)      Premedikasi

Diberikan anastesi lokal menggunakan omnopon dan scopolamine.3)      Posisi Pasiena)      Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan dengan jari-jari kaki diputar 30° ke dalam.b)      Kedua tumit sedikit dijauhkan agar mudah untuk diputar.c)      Variasi posisi pasien juga dapat dilakukan untuk mendukung penglihatan yang lebih baik pada

daerah poplitea dan cabang-cabangnya.4)      Metode Pemasukan Media Kontrasa)      Peyuntikan secara langsung.b)      Kateterisasi teknik seldinger.h.      Teknik Pengambilan Gambar1)      Single Techniquea)      Menggunakan film ukuran besar yaitu ukuran 35 cm x 43 cm.b)      Membutuhkan dua kali penyuntikan kontras yang masing-masing digunakan untuk

menggambarkan arteri femoralis dan arteri tibia sampai dorsalia.2)      Serial Techniquea)      Menggunakan film ukuran 35 cm x 35 cm.b)      Membutuhkan peralatan yang mempunyai variasi kecepatan  pergantian film, termasuk rol film,

cut film, dan kaset charger yang berkemampuan dua eksposi dalam satu menit.c)      Hanya memerlukan satu kali penyuntikan bahan kontras.C.      CT-Scanning1.      Pemeriksaan CT-Scan Kepalaa.      Indikasi Pemeriksaan1)      Tumor, massa, lesi2)      Metastase otak3)      Perdarahan intra cranial4)      Anuerisma5)      Abses6)      Atrophy otak7)      Kelainan post trauma8)      Kelainan congenitalb.      Persiapan Pasien

Tidak memerlukan persiapan khusus.c.       Persiapan Alat dan Bahan1)      Sterila)      Alat-alat suntik

b)      Spuitc)      Kassa dan kapas alkohol2)      Unsterila)      Pesawat CT-Scanb)      Media Kontras: omnipaque, visipaque dengan volume 2-3 mm/kg, maksimal 150 mm. Beserta

injeksi rate sekitar 1-3 mm/detikc)      Tabung oksigend.      Teknik Pemeriksaan1)      Posisi pasien: Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi kepala dekat dengan gantry.2)      Posisi objek:a)      Kepala hiperfleksi dan diletkkan pada head holder.b)      Kepala diposisikan sehingga MSP tubuh sejajar dengan lampu indikator longitudinal dan

interpupilary line sejajar dengan lampu indikator horizontal.c)      Lengan pasien diletakkan diatas perut atau disamping tubuh.d)      Untuk mengurangi pergerakan dahi dan tubuh pasien sebaiknya difikasasi dengan sabuk khusus

pada head holder dan meja pemeriksaan.e)      Lutut diberi pengganjal untuk kenyamanan pasiene.      Gambar yang Dihasilkan1)      Potongan Axial 1: bagian paling superior dari otak yang disebut hemisphere. Kriteria gambarnya

adalah tampak:a)      Bagian anterior sinus superior sagital.b)      Centrum semi ovale (yang berisi materi cerebrum).c)      Fissura longitudinal (bagian dari falks cerebri).d)      Sulcus, Gyruse)      Bagian posterior sinus superior sagital.2)      Potongan Axial 4: irisan axial yang ke empat yang disebut tingkat medial ventrikel. Kriteria

gambarnya tampak:a)      Anterior corpus collosum.b)      Anterior horn dari ventrikel lateral kiri.c)      Nucleus caudated)      Thalamus, ventrikel tigae)      Kelenjar pineal (agak sedikit mengalami kalsifikasi).f)       Posterior horn dari ventrikel lateral kiri.3)      Potongan Axial 5: jaringan otak dalam ventrikel medial tiga. Kriteria gambarnya:a)      Anterior corpus collosumb)      Anterior horn ventrikel lateral kiric)      Ventrikel tiga kelenjar pineald)      Protuberontia Occipital Interna4)      Potongan Axial 7: jaringan dari bidang orbita. Kriteria gambaran tampak:a)      Bola mata/occular bulbb)      Nervous opticum kananc)      Optic chiasmad)      Lobus temporale)      Otak tengah, cerebellum, lobus occipitalisf)       Mastoid air cells, sinus ethmoid, dan sinus sphenoid.D.     Saluran Perkencingan (Traktus Urinarius)

1.      Pemeriksaan BNO-IVPa.      Pengertian

Pemeriksaan BNO-IVP adalah pemeriksaan radiografi dari Traktus Urinarius (Renal, Ureter, Vesica Urinaria dan Urethra) dengan penyuntikan media kontras positif (+) secara intra vena.

b.      Tujuan Pemeriksaan1)      Untuk menggambarkan anatomi dari Pelvis Renalis dan sistem Calyces serta seluruh Traktus

Urinarius dengan penyuntikan media kontras positif (+) secara intra vena.2)      Dapat mengetahui kemampuan ginjal mengkonsentrasikan dan mengekskresikan media kontras

tersebut.c.       Indikasi Pemeriksaan1)      Nephrolitiasis: suatu keadaan terdapat satau atau lebih batu di dalam Pelvis atau Calyces dari

ginjal.2)      Hydronephrosis (pembesaran ginjal): distensi dan dilatasi dari Pelvis Renalis, biasanya

disebabkan oleh terhalangnya aliran urin dari ginjal.3)      Urolithiasis: suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu di dalam saluran ureter.4)      Pyelonephritis: radang pada ginjal dan saluran perkencingan bagian atas.5)      Renal Failure: kegagalan fungsi ginjal.6)      Haematuria: suatu keadaan dimana terdapat sel-sel darah merah di dalam urine.7)      Massa pada ginjald.      Persiapan Alat dan Bahan1)      Peralatan Sterila)      Wings Needle No. 21 G 1 buahb)      Spuit 20 cc 2 buahc)      Kapas alkohol atau wipesd)      Tourniquet2)      Peralatan Un-Sterila)      Plesterb)      Marker R/Lc)      Media Kontras (Omnipaque, Urografin, Iopamario)d)      Obat-obatan emergencye.      Persiapan Pasien1)      Sehari sebelum pemeriksaan, pasien harus banyak makan makanan yang tidak berserat, misalnya

bubur kecap.2)      Makan terakhir jam 19.00.3)      Minum obat pencahar jam 20.00, misalnya garam inggris sebanyak 30 gr atau Dulcolax

sebanyak 6 tablet dan pagi-pagi diberi Dulcolax supposituria (per anal).4)      Boleh minum air putih sampai jam 23.00.5)      Puasa sampai dilakukan pemeriksaan radiografi.6)      Tidak boleh banyak bicara dan merokok.f.        Prosedur Pemeriksaan

Bila pasien sudah menjalani puasa sebagai langkah persiapannya, pasien harus menjalani pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin dalam tubuhnya. Setelah iru dibuat foto pendahuluan dengan menggunakan kaset & film ukuran 30 x 40 cm mencakup seluruh abdomen dengan posisi AP. Foto pendahuluan ini berguna untuk mengecek persiapan pasien, mengevaluasi keseluruhan abdomen, mengetahui keadaan ginjal pasien, dan menentukan faktor eksposi selanjutnya.

Media kontras disuntikkan secara intra vena, biasanya pada vena cubiti dengan pasien dalam posisi supine.Volume media kontras sebagai berikut:

1)      Media kontras yang digunakan adalah yang berbaham iodium, dimana jumlahnya disesuaikan dengan berat badan pasien, yaitu 1-2 cc/kg berat badan.

2)      Untuk anak-anak kira-kira 2 ml/kg berat badan.3)      Bila ada dugaan kegagalan ginjal, dosis Bila ada dugaan kegagalan ginjal, dosis 4 ml/ kg berat

badan.g.      Pengambilan Gambar Radiografi1)      Foto menit ke-5 setelah disuntikkan media kontras

Dilakukan foto pada 5 menit pertama dengan area jangkauan pada pertengahan Processus Xypoideus dan Umbilicus. Foto ini untuk melihat perjalanan kontras mengisi sistem Calyces pada ginjal. Memakai kaset dan film ukuran 24 x 30 cm dengan posisi AP sama seperti foto Abdomen dan CRnya vertikal tegak lurus terhadap kaset. Kompresi ureter dilakukan dengan tujuan untuk menahan kontras media tetap berada pada sistem Pelvis Calyces dan bagian Ureter proximal. Kompresi ureter diketatkan setelah dilakukan pengambilan foto menit ke-5

2)      Foto menit ke-10 atau ke-15 bila pada foto menit ke-5 kurang baikBila pengambilan gambar pada Pelvis Calyces di menit ke-5 kurang baik, foto diambil kembali pada menit ke-10 dengan zonografi untuk memperjelas bayangan. Menggunakan kaset dan film ukuran 24 x 30 cm mencakup gambaran Pelviocalyseal, Ureter, dan Bladder mulai terisi media kontras dengan posisi AP sama seperti foto Abdomen, CP berada di antara Processus Xypoideus dengan Umbilicus dan CRnya vertikal tegak lurus kaset.

3)      Foto menit ke-30Setelah menit ke-30 kompresi dibuka dan diambil gambar dengan menggunakan kaset dan film ukuran 30 x 40 cm. Di beberapa rumah sakit setelah menit ke-30 diharuskan meminum air yang banyak. Foto ini digunakan untuk mengevaluasi kemampuan ginjal mengsekresikan media kontras. Denhan posisi AP sama seperti foto Abdomen dan CRnya vertikal tegak lurus kaset.

4)      Foto menit ke-60Setelah masuk menit ke-60 dibuat foto BNO lagi dengan kaset dan film ukuran 30 x 40 cm. Setelah hasil rontgen dikonsultasikan pada radiolog dan dinyatakan normal maka pasien diharuskan mixi kemudian difoto kembali. Jika radiolog menyatakan ada ganguan biasanya dilakukan foto 2 jam. Dengan posisi AP sama seperti foto Abdomen dan CRnya vertikal.

5)      Foto Post VoidYang terakhir adalah melakukan foto post void dengan posisi AP supine atau erect untuk melihat kelainan kecil yang mungkin terjadi di daerah bladder. Dengan posisi erect dapat menunjukkan adalanya ren mobile (pergerakan ginjal yang tidak normal) pada kasus post haematuri. Dengan posisi AP sama seperti foto Abdomen dan CRnya vertikal tegak lurus kaset.

h.      Hasil Gambaran Radiografi1)      Foto menit ke-5

5)      Foto Post Void

2.      Pemeriksaan Antegrade Pyelografi (APG)a.      Pengertian

Pemeriksaan Antegrade Pyelografi (APG) adalah teknik/prosedur pemeriksaan radiografi dari sistem urinaria dengan menggunakan media kontras yang dimasukkan melalui kateter yang telah dipasang dokter urologi dengan cara nefrostomi percutan.

b.      Tujuan1)      Memperlihatkan anatomi dan lesi-lesi Traktus Urinarius bagian proximal.2)      Dilakukan setelah IVP gagal menghasilkan suatu diagnosa yang kurang akurat/metode

Retrograde Pyelografi (RPG) tidak memungkinkan.3)      Untuk menunjukkan terutama gambaran Pelvis Renalis dan Ureter.4)      Menunjukkan obstruksi Ureter akibat batu.c.       Indikasi Pemeriksaan1)      Nephrolitiasis: suatu keadaan terdapat satau atau lebih batu di dalam Pelvis atau Calyces dari

ginjal.

2)      Urethrolitiasis: penyumbatan saluran ureter oleh batu karena pengendapan garam urat, oksalat, atau kalsium.

3)      Nephritis: kerusakan pada bagian glomerulus ginjal akibat infeksi kuman umumnya bakteri steptococcus.

4)      Pyelonephritis: radang pada ginjal dan saluran perkencingan bagian atas.5)      Trauma akut Traktus Urinarius6)      Hydronephrosis (pembesaran ginjal): distensi dan dilatasi dari Pelvis Renalis, biasanya

disebabkan oleh terhalangnya aliran urin dari ginjal.d.      Persiapan Alat dan Bahan1)      Media kontras iodium 50 cc, cairan NaCl 100 cc.2)      Spuit dissposible 50 cc3)      Needle 19 G4)      Handscoen5)      Clamp6)      Plester7)      Alkohol atau betadine8)      Haas9)      Pesawat sinar-x, kaset dan film ukuran 24 x 30 cm dan 30 x 40 cme.      Persiapan Pasien1)      Sehari sebelum pemeriksaan, pasien harus banyak makan makanan yang tidak berserat, misalnya

bubur kecap.2)      Makan terakhir jam 19.00.3)      Minum obat pencahar jam 20.00, misalnya garam inggris sebanyak 30 gr atau Dulcolax

sebanyak 6 tablet dan pagi-pagi diberi Dulcolax supposituria (per anal).4)      Boleh minum air putih sampai jam 23.00.5)      Puasa sampai dilakukan pemeriksaan radiografi.6)      Tidak boleh banyak bicara dan merokok.f.        Prosedur Pemeriksaan1)      Kateter yang telah terpasang diklem kemudian selang yang menghubungkan dengan urine

dicabut.2)      Media kontras disiapkan dengan mencampur media kontras dan NaCl dengan perbandingan 1:3.3)      Sebelum pemasukan media kontras dilakukan, buat foto pendahuluan dengan menggunakan

kaset dan film ukuran 30 x 40 cm dengan posisi AP seperti foto Abdomen, CRnya tegak lurus terhadap kaset.

4)      Masukkan media kontras yang sudah diencerkan melalui kateter yang langsung terhubung dengan Pelviocalyces.

g.      Teknik PemeriksaanTerdapat 3 seri pemotretan dengan proyeksi AP dan oblique dengan menggunakan kaset dan film 30 x 40 cm.

1)      Foto 1 fokus pada renogram dan sistem Pelviocalyceal.2)      Foto 2 fokus pada ureter bagian proximal dan sistem Pelviocalyceal.3)      Foto 3 fokus pada ureter distal dan Vesica Urinaria.4)      Foto terakhir dibuat untuk melihat sekresi ginjal.h.      Proyekdi Pemeriksaan Antegrade Pyelografi (APG)1)      Proyeksi APa)      Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan.

b)      MSP sejajar dengan pertengahan bucky.c)      Kedua tangan pasien diletakkan di samping tubuh.d)      CRnya tegak lurus terhadap kaset.e)      CP berada pada MSP setinggi Crista Illiaca.f)       FFD=100 cm.2)      Proyeksi AP Obliquea)      Pasien diposisikan semisupine di atas meja pemeriksaan.b)      Atur tubuh pasien sehingga membentuk sudut 45° terhadap meja pemeriksaan.c)      Tekuk lutut yang jauh dari meja pemeriksaan, luruskan kaki yang dekat dengan meja

pemeriksaan, tangan yang dekat dengan meja pemeriksaan digunakan sebagai ganjalan kepala, tangan yang jauh dari meja pemeriksaan diletakkan di depan tubuh.

d)      CRnya tegak lurus terhadap kaset.e)      CP berada pada 2 inci (5 cm) medial dari SIAS dan 1½ inci (3,8 cm) di atas Crista Illiaca.f)       FFD=100 cm.i.        Hasil Gambaran Radiografi

Terlihat gambaran ginjal yang tidak terpotong dan gambaran dimulai dari nefron sampai blass tetapi tidak ada rentang waktu seperti pemeriksaan BNP-IVP.

3.      Pemeriksaan Retrograde Pyelografi (RPG)a.      Pendahuluan1)      Pemeriksaan ini dilakukan apabila sistem urinari sudah tidak berfungsi.2)      Media kontras dimasukkan berbalik atau melawan jalannya alur sistem urinaria melalui sistem

Pelviocalyceal dengan memasang kateter.3)      Pemasangan kateter adalah dengan melakukan bedah minor oleh dokter urologi di ruang bedah.4)      Umumnya dilakukan untuk menunjukkan letak urinary calculi atau jenis kerusakan lain.b.      Pengertian

Pemeriksaan Retrograde Pyelografi (RPG) adalah teknik/prosedur pemeriksaan sistem urinaria dengan menggunakan sinar-x dan memasukkan media kontras secara retrograde (berlawanan arah dengan alur sistem urinaria) untuh menegakkan diagnosa.

c.       Indikasi Pemeriksaan1)      Stricture Uretra: kondisi medis yang ditandai oleh penyempitan abnormal uretra karena

peradangan atau jaringan parut dari operasi, penyakit atau cidera.2)      Batu uretra

3)      Uretris Injury4)      Renal Pelvic Neoplasm5)      Renal Calculi6)      Ureteric Fistule: adhesi abnormal struktur tubuh ureter, yang merupakan tabung yang

mengangkut urine dari ginjal ke kandung kemih.7)      Accidental Ureteric Ligationd.      Kontra Indikasi1)      Urethritisa)      Merupakan kontra indikasi absolute karena dapat menyebarkan infeksi pada Traktus Urinarius

distal dan proximal.b)      Peradangan yang terjadi akan sulit untuk diobati.2)      Stricture Urethraa)      Bukan kontra indikasi absolute, namum pemasukan kateter dapat memperparah keadaan.e.      Komplikasi yang Mungkin Terjadi1)      Injuri Uretra

Penggunaan cystoscopy dengan ukuran besar dan tidak digunakan lubricant (jelly) memungkinkan injuri terjadi.

2)      Bladder InjuriApabila tekanan keras dengan paksaan dilakukan, maka perforasi bladder mungkin terjadi. Hal ini jarang terjadi.

3)      ParaphimosisMungkin terjadi pada pasien yang tidak dicircumsisi.

4)      Stricture UrethraTidak digunakannya lubricant yang cukup dapat menyebabkan lukan dan stricture kemudian.

5)      Meatal StrictureAda stricture urethra.

6)      CystitisJika tidak dilakukan aseptic maka terjadi peradangan.

f.        Persiapan Pasien1)      Sehari sebelum pemeriksaan, pasien harus banyak makan makanan yang tidak berserat, misalnya

bubur kecap.2)      Makan terakhir jam 19.00.3)      Minum obat pencahar jam 20.00, misalnya garam inggris sebanyak 30 gr atau Dulcolax

sebanyak 6 tablet dan pagi-pagi diberi Dulcolax supposituria (per anal).4)      Boleh minum air putih sampai jam 23.00.5)      Puasa sampai dilakukan pemeriksaan radiografi.6)      Tidak boleh banyak bicara dan merokok.g.      Persiapan Alat dan Bahan1)      Pesawat Rontgen2)      Media kontras iodium 20 cc3)      Spuit 20 cc4)      Needle 19 G5)      Handscoen6)      Kaset dan film ukuran 24 x 30 cm dan 30 x 40 cm7)      Grid atau bucky8)      Marker R/L

9)      Kateter dipasang dengan bantuan cystoscopy10)  Desinfektanh.      Prosedur Pemeriksaan1)      Pemasangan kateter dilakukan oleh dokter urologi dengan menggunakan bantuan cystoscopy,

secara retrograde (berlawanan arah dengan alur sistem urinari) melalui uretra sebelum pemeriksaan mulai dilakukan.

2)      Lakukan foto pendahuluan (Abdomen Polos).a)      Untuk memastikan letak kateterb)      Mengetahui ketepatan teknik dan positioning3)      Lakukan injeksi 3-5 cc media kontras melalui kateter menuju Pelvis Renalis, pada ginjal yang

diperiksa.a)      Diambil dengan menggunakan kaset dan film ukuran 24 x 30 cm.b)      Kontras dimasukkan kembali ± 5 cc sambil kateter ditarik perlahan, lalu foto menggunakan

kaset dan film ukuran 30 x 40 cm untuk melihat daerah ureter.c)      Kontras dimasukkan sampai habis, sambil ditarik diperkirakan kontras habis, dan kateter dilepas.

Foto diambil dengan menggunakan kaset dan film ukuran 30 x 40 cm.i.        Proyeksi Pemeriksaan Retrograde Pyelografi (RPG)1)      Proyeksi APa)      Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan.b)      MSP sejajar dengan pertengahan bucky.c)      Kedua tangan pasien diletakkan di samping tubuh.d)      CRnya tegak lurus terhadap kaset.e)      CP berada pada MSP setinggi Crista Illiaca.f)       FFD=100 cm.2)      Proyeksi AP Obliquea)      Pasien diposisikan semisupine di atas meja pemeriksaan.b)      Atur tubuh pasien sehingga membentuk sudut 45° terhadap meja pemeriksaan.c)      Tekuk lutut yang jauh dari meja pemeriksaan, luruskan kaki yang dekat dengan meja

pemeriksaan, tangan yang dekat dengan meja pemeriksaan digunakan sebagai ganjalan kepala, tangan yang jauh dari meja pemeriksaan diletakkan di depan tubuh.

d)      CRnya tegak lurus terhadap kaset.e)      CP berada pada 2 inci (5 cm) medial dari SIAS dan 1½ inci (3,8 cm) di atas Crista Illiaca.f)       FFD=100 cm.j.        Hasil Gambaran Radiografi

4.      Pemeriksaan Uretrocystografia.      Pengertian

Pemeriksaan Uretrocystografi adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat fungsi dari uretra dan vesica urinaria yang mengalami gangguan berupa penyempitan dan sumbatan sehingga menimbulkan gangguan pada uretra dan vesica urinaria.

b.      Indikasi Pemeriksaan1)      Stricture Urethra: penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada dindingnya.2)      Retensi urine: kesulitan pada saat buang air kecil.3)      Kelainan kongenital: kelainan bawaan dari lahir, hal ini jarang terjadi.4)      Fistule: saluran abnormal yang terbentuk antara 2 buah organ yang seharusnya tidak terhubung.5)      Tumorc.       Kontra Indikasi1)      Infeksi akut2)      Recent instrumentationd.      Prosedur Pelaksanaan1)      Uretrografia)      Persiapan Pasien-          Tidak ada persiapan khusus.-          Vesica urinaria dikosongkan semaksimal mungkin.b)      Persiapan Alat dan Bahan-          Pesawat sinar-x-          Kaset dan film ukuran 24 x 30 cm beserta marker R/L-          Media kontras, yaitu urografin-          Gliserin-          Kateter-          Spuit-          Handscoen-          Kassa steril-          Bengkok atau mangkuk kecil-          Kapas alkohol-          Plester

-          Baju pasienc)      Jalannya Pemeriksaan-          Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan setelah disuruh untuk buang air kecil.-          Daerah orifisium uretra diolesi dengan gliserin.-          Masukkan media kontras melalui kateter sebanyak 12 cc.-          Lakukan pemotretan dengan beberapa proyeksi.d)      Proyeksi Pemotretan-          AP         Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan.         Daerah pelvis dan uretra ditempatkan tepat di atas kaset         Kedua kaki direnggangkan         CP ditujukan ke symphisis pubis dan CR disudutkan 10°.-          RPO dan LPO         Pasien diposisikan semisupine di atas meja pemeriksaan.         Daerah pelvis dan uretra ditempatkan tepat di atas kaset, kemudian pasien dimiringkan 30° ke

arah yang ingin diperiksa sehingga tidak superposisi dengan soft tissue dari otot paha.         CRnya vertikal tegak lurus terhadap kaset dengan CP berada pada symphisis pubis.2)      Cystografia)      Persiapan Pasien-          Tidak ada persiapan khusus.-          Vesica urinaria dikosongkan semaksimal mungkin.b)      Persiapan Alat dan Bahan-          Pesawat sinar-x-          Kaset dan film ukuran 24 x 30 cm beserta marker R/L-          Media kontras, yaitu urografin-          Gliserin-          Kateter-          Spuit-          Handscoen-          Kassa steril-          Bengkok atau mangkuk kecil-          Kapas alkohol-          Plester-          Baju pasienc)      Jalannya Pemeriksaan-          Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan setelah disuruh buang air kecil.-          Daerah orifisium uretra diolesi dengan gliserin.-          Masukkan media kontras yang telah diencerkan dengan cairan infus sebanyak 150-500 cc

melalui kateter, secara perlahan sampai ke vesica urinaria sehingga residu urine keluar melalui kateter.

-          Setelah media kontras mengisi vesica urinaria, maka lakukan pemotretan dengan beberapa proyeksi.

d)      Proyeksi Pemotretan-          AP

         Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan dengan MSP berada di tengah meja pemeriksaan.

         Daerah pelvis tepat di pertengahan kaset.         CR disudutkan 10° caudad.         CP berada pada 5 cm di atas symphisis pubis.-          RPO dan LPO         Pasien diposisikan semisupine di atas meja pemeriksaan.         Tubuh pasien dirotasikan ke arah yang akan diperiksa sebesar 45°-60°.         CR vertikal tegak lurus terhadap kaset.         CP berada pada 5 cm di atas symphisis pubis dan 5 cm ke arah medial menuju SIAS.-          Lateral         Pasien diposisikan miring pada salah satu sisi di atas meja pemeriksaan.         Kedua lutut ditekuk sebagai fiksasi dan diganjal bantal.         Daerah pelvis tepat berada di atas kaset.         CR vertikal tegak lurus terhadap objek kaset.         CP berada pada 5 cm superior dan posterior dari symphisis pubis.E.      Saluran Pencernaan (Traktus Digestivus)1.      Pemeriksaan Oesofagografia.      Pengertian

Pemeriksaan Oesofagografi adalah pemeriksaan radiografi dari oesofagus dengan menggunakan media kontras per oral.

b.      Media Kontras yang Digunakan1)      Media kontras positif (+): BaSO₄ dengan viscositas 1:1 atau 1:2.2)      Media kontras negatif (-): kristal-kristal CO₂, misalnya es gas.c.       Indikasi Pemeriksaan1)      Disfagia: kesulitan menelan.2)      Akhlasia Oesofagus: kelainan neomuskular yang menyebabkan kegagalan gerak oesofagus.3)      Varises Oesofagus: pelebaran pembuluh darah vena pada oesofagus.4)      Massa (tumor)5)      Striktura Oesofagus: penyempitan pada oesofagus.6)      Divertikula: terbentuknya kantong-kantong kecil pada dinding oesofagus yang mengarah ke

bagian luar.d.      Teknik Pemeriksaan1)      Tidak memerlukan paersiapan pasien secara khusus.2)      Premedikasi tidak perlu diberikan.3)      Posisi pasien:a)      Erect di antara meja pemeriksaan yang diposisikan vertikal dengan layar fluoroscopy.b)      Berikan bahan kontras, instruksikan untuk menelan beberapa teguk. Proses ini diikuti dengan

fluoroscopy.4)      Bila pasien tidak memungkinkan untuk diposisikan erect, pemeriksaan dapat dilakukan dengan

posisi recumbent.5)      Posisi memungkinkan:a)      Pengisian lumen oesofagus lebih sempurna, terutama bagian proximal.b)      Posisi ini diperlukan pada klinis Varises Oesofagus.e.      Pengambilan Gambar Radiografi

Dilakukan secara penuh atau spot foto pada daerah-daerah yang dicurigai ada kelainan (misalnya lesi), dengan posisi-posisi:

1)      AP/PA2)      Oblique (biasanya RAO)3)      Lateral

Bila pemeriksaan dilakukan dengan kontras ganda, prosedur sama dengan di atas. Tetapi pada larutan BaSO₄ dimasukkan kristal-kristal CO₂ atau dapat juga ditelan sebelum minum media kontras positif (+).

a)      Posisi AP/PA         Pasien diposisikan supine/prone di atas meja pemeriksaan dengan kedua lengan lurus di samping

tubuh.         MSL sejajar dengan garis tengah meja pemeriksaan.         CR vertikal tegak lurus kaset dengan CP berada pada MSL setinggi Columna Vertebrae

Thoracal 5-6.b)      Posisi Oblique         Pasien diposisikan RAO/LPO 35°-45°.         CR vertikal tegak lurus kaset dengan CP berada pada garis 5 cm dari dan sejajar MSL setinggi

Columna Vertebrae Thoracal 5-6.c)      Posisi Lateral         Pasien diposisikan true lateral dengan kedua lengan di atas kepala atau ke belakang.         MCL sejajar dengan garis pertengahan kaset.         CR vertikal tegak lurus kaset dengan CP berada pada MCL setinggi Columna Vertebrae

Thoracal 5-6.f.        Hasil Gambaran Radiografi

g.      Kriteria Gambaran1)      Gambaran umum: tampak gambaran oesofagus terisi BaSO₄ meliputi bagian proximal sampai

ke distal.2)      Posisi AP/PA: oesofagus terisi BaSO₄ superposisi dengan Columna Vertebrae Thoracal.

3)      Posisi Oblique: oesofagus tergambar di antara Columna Vertebrae Thoracal dengan jantung.4)      Posisi Lateral: bagian proximal oesofagus tidak superposisi dengan gambaran lengan.2.      Pemeriksaan Oesofagus Maag-Duodenum (OMD)a.      Pengertian

Pemeriksaan OMD adalah teknik pemeriksaan secara radiologi saluran pencernaan atas dari organ oesofagus maag duodenum menggunakan media kontras barium swallow dan barium meal, kemudian diamati dengan fluoroscopy.

b.      Tujuan PemeriksaanUntuk melihat kelainan-kelainan pada organ oesofagus, maag, dan duodenum.

c.       Indikasi Pemeriksaan1)      Ulcus Pepticum: peradangan dari dinding mucosa, biasanya terjadi pada curvatura major.2)      Diverticula: penonjolan keluar dari maag yang membentuk kantung (banyak terjadi pada

fundus).3)      Hematemesis: pendarahan.4)      Ulcers: erosi dari mucosa dinding lambung (karena cairan gaster, diet, rokok, bakteri)5)      Gastritis: peradangan yang terjadi pada gaster (baik akut maupun kronik).6)      Tumor: biasanya terjadi pada gaster atau duodenum.7)      Carsinoma: tumor, benjolan yang merupakan pertumbuhan jaringan.8)      Hernia hiatal: sebagian lambung tertarik ke atas diafragma karena oesofagus yang pendek.9)      Stenosis pylorus: penutupan atau penyempitan dari lumen pylorus.d.      Kontra Indikasi1)      Obstruksi usus besar.2)      Persangkaan perforasi tidak boleh menggunakan BaSO₄ tetapi menggunakan water soluble

kontras (urografin, iopamiro).e.      Persiapan Pasien1)      Pasien diberi penjelasan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan.2)      Sehari sebelum pemeriksaan pasien diet rendah serat untuk mencegah pembentukan gas akibat

fermentasi.3)      Lambung harus dalam keadaan kosong. Untuk memastikan hal tersebut pasien puasa 8-9 jam

sebelum pemeriksaan.4)      Pasien tidak diperbolehkan mengkonsumsi obat-obatan yang mengandung substansi

radioopaque seperti steroid, pil kontrasepsi, dll.5)      Sebaiknya colon bebas dari fecal material dan udara, bila perlu diberikan zat laxative.6)      Tidak boleh merokok.7)      Pasien diminta mengisi Inform Concent.f.        Persiapan Alat1)      Pesawat sinar-x + fluoroscopy2)      Baju pasien3)      Gonad shield4)      Kaset dan film ukuran 30 x 40 cm5)      Bengkok6)      Marker R/L7)      Tissue8)      Obat emergency: dexametason, delladryl, dll9)      Air masak sendok/sedotan dan gelasg.      Persiapan Bahan

1)      Media kontras positif (+): BaSO₄ (1:4)2)      Media kontras negatif (-): Natrium Bicarbonat + Asam Sitrun misalnya Ez gas.h.      Tata Laksana Pemeriksaan1)      Pemeriksaan dengan Kontras Tunggala)      Pasien pada posisi erect, diinstruksikan menelan 2-3 teguk BaSO₄.b)      Dengan kontrol fluoroscopy, diamati bentuk, ukuran, dan posisi dari gaster.c)      Media kontras biasanya akan mengisi duodenum, bila ada jeda waktu dimungkinkan lambung

pasien spasme.d)      Foto-foto radiografi segera dibuat, sebelum media kontras masuk ke Jejunum.2)      Pemeriksaan dengan Kontras Ganda

Teknik ini memiliki keuntungan dalam menegakkan diagnosa karena lesi yang kecil dan dinding mucosa lambung dapt lebih jelas

i.        Proyeksi-Proyeksi Radiografi1)      Proyeksi PAa)      Pasien prone di atas meja pemeriksaan dengan posisi kepala rileks.b)      MSL kira-kira 7 cm di sebelah kanan garis tengah meja pemeriksaan.c)      CR vertikal tegak lurus kaset dengan CP setinggi Pylorus, kira-kira setinggi pertengahan

Processus Xypoideus dengan Umbilicus.d)      Bila pasien erect, CP kira-kira 3 inci di bawah titik tersebut.e)      Kriteria Gambar:-          Diafragma harus tergambar untuk memperlihatkan BaSO₄ di dalam oesofagus bagian distal.-          Seluruh gambaran gaster dan duodenum harus tercakup.-          Tidak terjadi rotasi tubuh.2)      Proyeksi RAOa)      Pasien diposisikan RAO, dengan sisi kiri oblique 40°-70°.b)      Sisi kiri tubuh diganjal oleh spons.c)      Lengan kiri diangkat dan diletakkan di bagian kepala, lengan kanan lurus di samping tubuh, lutut

kiri sedikit fleksi.d)      MSL berada kira-kira 7 cm di sebelah kanan garis tengah meja pemeriksaan.e)      CR vertikal tegak lurus terhadap kaset dengan CP berada pada Pylorus.f)       Kriteria Gambar:-          Oesofagus distal dan fundus harus tergambar.-          Antrum Pyloricum, Bulbus Duodeni terisi oleh BaSO₄.-          Duodenal Loop (lengkungan Duodenal) harus saat posisi terbuka.3)      Proyeksi Laterala)      Pasien diposisikan lateral recumbent pada sisi kanan tubuh.b)      Pertengahan antara Mid Axillary Line dan tepi anterior Abdomen diletakkan pada garis tengah

meja pemeriksaan.c)      Kedua lutut fleksi dan superposisi.d)      Lengan fleksi pada siku dan diletakkan di atas kepala.e)      CR vertikal tegak lurus terhadap kaset dengan CP berada pada Pylorus.f)       Kriteria Gambar:-          Seluruh lambung tergambar.-          Antrum Pyloricum dan Bulbus Duodeni terisi BaSO₄.4)      Proyeksi LPOa)      Pasien diposisikan semisupine dengan sisi kanan diangkat kira-kira 20° dan diganjal spons.

b)      MSL ditempatkan pada garis tengah meja pemeriksaan.c)      Lengan kiri lurus, lengan kanan di depan dada.d)      CR vertikal tegak lurus terhadap kaset dengan CP pada crista illiaca.e)      Kriteria Gambar:-          Gambar harus mencakup seluruh gaster, oesofagus bagian distal, Duodenal Loop.-          Fundus terisi BaSO₄, sedangkan bagian Antrum Pyloricum dan Bulbus Duodeni terisi media

kontras negatif (-).5)      Proyeksi APa)      Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan.b)      Pertengahan antara MSL dengan sisi kiri tubuh berada pada garis tengah meja pemeriksaan.c)      CR vertikal tegak lurus kaset dengan CP pada Pylorus.d)      Kriteria Gambar:-          Seluruh gaster dan Duodenal Loop terlihat.-          Tampak gambaran kontras ganda pada Pylorus dan Bulbus Duodeni.3.      Pemeriksaan Follow Througha.      Pengertian

Pemeriksaan Follow Through adalah pemeriksaan secara radiografi dari usus halus.b.      Tujuan Pemeriksaan

Untuk mendapatkan gambaran radiografi dari usus halus yang terisi media kontras positif (+).c.       Media Kontras dan Cara Pemasukannya1)      Per oral: melalui mulut2)      Per anal: Complete Reflux Filling3)      Enteroclysis: pemasukan langsung ke dalam usus halus dengan menggunakan Intestinal Tube

yang dimasukkan melalui mulut.4)      Intubasi: pemasukan langsung ke dalam usus halus dengan menggunakan Intestinal Tube yang

dimasukkan melalui hidung.d.      Persiapan Pasien1)      Sama dengan persiapan untuk pemeriksaan radiografi Abdomen dengan persiapan.2)      Untuk metode per anal sebaiknya diklisma (dimasukkan cairan ke anal agar merangsang

pembersihan colon dari kotoran.3)      Premedikasi:a)      Untuk metode per oral diberikan Maxalon untuk mempercepat gerak peristaltik.b)      Untuk metode Enteroclysis: Glucagon/Buscopan/Diazepam.c)      Untuk metode per anal diberikan glucagon.e.      Prosedur Pemeriksaan1)      Metode Orala)      Dibuat foto pendahuluan Abdomen posisi AP.b)      Pasien minum BaSO₄ kira-kira 400 mL.c)      Pasien diposisikan supine, foto-foto radiografi dibuat dengan interval waktu 15 menit dengan

dikontrol fluoroscopy sebelum pembuatan foto.d)      Interval waktu:-          Foto pertama: 15 menit setelah minum media kontras.-          Foto kedua: 30 menit setelah minum media kontras.-          Selanjutnya setiap 15 menit berikutnya.-          Foto terakhir, biasanya pada menit ke-60 setelah minum media kontras/bila media kontras sudah

mencapai illeocaecal.

e)      Kriteria Gambar:-          Seluruh usus halus harus tercakup dalam radiograf.-          Gambaran lambung sebaiknya terlihat.-          Marker waktu harus tampak.-          Columna vertebralis tergambar pada garis tengah film.-          Foto terakhir harus tampak caecum.2)      Metode Complete Reflux Fillinga)      Masukkan media kontras sebanyak 4500 mL melalui anal dengan menggunakan irigator

set/enema bag serta dikontrol fluoroscopy.b)      Bila media kontras telah mencapai Bulbus Duodeni, tabung irigator/enema bag direndahkan

untuk mengososngkan colon.c)      Dibuat foto usus halus sesuai keperluan diagnosa, biasanya dengan posisi pasien supine.3)      Metode Enteroclysisa)      Persiapan pasien sama seperti untuk metode Complete Reflux Filling.b)      Masukkan Bilbao/Selling Tube dengan guide wire melalui mulut sampai mencapai duodenum.c)      Suntikkan media kontras melalui tabung tersebut dengan kecepatan 100 mL/menit.d)      Dibuat spot foto untuk bagian-bagian penting yang dicurigai adanya kelainan.e)      Dapat juga dimasukkan udara setelah media kontras mencapai Caecum.4)      Metode Intubasia)      Metode pemasukan bahan kontras secara langsung ke dalam usus halus dengan menggunakan

Miller Abbot Tube yang dimasukkan melalui hidung.b)      Prosedur pemasukan bahan kontras dan pengambilan foto sama dengan metode Enteroclysis.4.      Pemeriksaan Colon In Loopa.      Pengertian

Pemeriksaan Colon In Loop adalah pemeriksaan radiografi dari usus besar dengan menggunakan media kontras yang dimasukkan per anal.

b.      Tujuan PemeriksaanUntuk menggambarkan usus besar yang berisi media kontras sehingga dapat memperlihatkan anatomi dan kelainan-kelainan yang terjadi baik pada mucosanya maupun yang tedapat pada lumen usus.

c.       Indikasi Pemeriksaan1)      Colitis: peradangan pada mucosa colon.2)      Polip, lesi, tumor, carsinoma3)      Diverticulitis4)      Megacolon5)      Invaginasi: masuknya lumen usus bagian proximal ke dalam usus bagian distal yang

diameternya lebih besar.d.      Metode Pemeriksaan1)      Metode kontras tunggal2)      Metode kontas gandaa)      Metode satu tahap: pemasukan media kontras negatif (-) dilakukan setelah pemasukan media

kontras positif (+) tanpa evakuasi terlebih dahulu.b)      Metode dua tahap: pemasukan media kontras negatif (-) dilakukan setelah pemasukan media

kontras positif (+) setelah evakuasi terlebih dahulu.e.      Persiapan Pasien1)      2 hari sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak.

2)      Makan terakhir jam 19.00 malam sebelum pemeriksaan.3)      Minum obat pencahar pada jam 20.00.4)      Boleh minum sampai jam 23.00, tidak merokok, puasa sampai dilakukan pemeriksaan.5)      Premedikasi: Buscopan atau Glucagon.f.        Persiapan Alat dan Bahan1)      Pesawat sinar-x dengan fluoroscopy.2)      Irigator set atau disposable soft-plastic enema tips dan enema bags.3)      Receiver4)      Vaselin sebagai pelumas5)      Rectal canule/tube6)      Handscoen7)      Laken/kain penutup meja pemeriksaang.      Prosedur Pemeriksaan1)      Metode Kontras Tunggala)      Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan, dibuat foto pendahuluan.b)      Kemudian miring ke arah kiri, sehingga bagian tubuh kanan terangkat dengan kemiringan 35°-

40°, lutut kanan fleksi dan diletakkan di depan lutut kiri yang diatur sedikit fleksi.c)      Irigator dipasang dengan tinggi kira-kira 24 inci di atas ketinggian anus, volume BaSO₄ kira-kira

2000 mL.d)      Rectal tube dioleskan vaselin, dimasukkan melalui anal ke dalam rectum.e)      Klem irigator dibuka, barium akan mengalir masuk ke dalam rectum.f)       Dengan dikontrol fluoroscopy, dibuat spot view untuk daerah yang dicurigai ada kelainan.g)      Bila pengisian BaSO₄ telah mencapai illeocaecal, klem ditutup kembali, dibuat foto full filling

dari colon.h)      Pasien disuruh evakuasi di kamar kecil atau bila menggunakan irigator set disposable, bags

direndahkan sehingga barium akan keluar dan ditampung dengan receiver.i)        Setelah evakuasi, dibuat foto post evakuasi.j)        Posisi-posisi yang dibuat:-          Posisi AP/PA         Pasien diposisikan supine/prone di atas meja pemeriksaan.         CR vertikal tegak lurus kaset dengan CP berada pada MSL setinggi Crista Illiaca.         Kriteria Gambar:  Seluruh usus besar tergambar termasuk flexura.  Columna vertebralis pada pertengahan film.-          Posisi LAO         Pasien diposisikan LAO 45° di atas meja pemeriksaan.         CR vertikal tegak lurus terhadap kaset dengan CP berada pada kira-kira 2 inci ke arah kanan dari

MSL setinggi Crista Illiaca.         Kriteria Gambar: tampak gambaran flexura lienalis dan colon descendens.-          Posisi RAO         Pasien diposisikan RAO 35°-45° di atas meja pemeriksaan.         CR vertikal tegak lurus terhadap kaset dengan CP berada pada kira-kira 2 inci ke arah kiri dari

MSL setinggi Crista Illiaca.         Kriteria Gambar: tampak gambaran flexura hepatica, colon ascendens, caecum, colon sygmoid.-          Posisi PA Axial         Pasien diposisikan prone di atas meja pemeriksaan.

         CR 30°-45° caudally dengan CP pada MSL setinggi SIAS.         Menggunakan film ukuran 24 x 30 cm.         Kriteria Gambar: tampak daerah rectosygmoid dengan superposisi yang lebih kecil

dibandingkan gambaran posisi PA.-          Posisi AP Axial         Posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan.         CR 30°-40° cranially dengan CP pada tepi bawah symphisis pubis.         Menggunakan film ukuran 24 x 30 cm.         Kriteria Gambar: tampak gambaran daerah rectosygmoid dengan superposisi leebih kecil

dibandingkan dengan posisi AP.-          Posisi Lateral         Pasien diposisikan laretal recumbent pada sisi kiri atau kanan di atas meja pemeriksaan.         CR vertikal tegak lurus kaset dengan CP pada Mid Axillary Plane 5-7 cm di atas symphisis

pubis.         Menggunakan film ukuran 24 x 30 cm.         Kriteria Gambar: tampak rectum pada pertengahan kaset dan kedua femur superposisi.2)      Metode Kontras Gandaa)      Metode Satu Tahap-          Dibuat foto pendahuluan Abdomen posisi AP.-          Prosedur pemasukan media kontras positif (+) sama dengan metode kontras tunggal.-          Klem selang irigator dibuka, media kontras positif (+) akan mengalir, kira-kira 300-350 mL

masuk ke dalam rectum dikontrol dengan fluoroscopy.-          Bila media kontras positif (+) telah mencapai colon transversum, klem ditutup , meja

pemeriksaan diposisikan horizontal, lalu pompakan udara dengan menggunakan Regular Sphygmomanometer Bulb dengan memposisikan pasien lateral kiri, LAO, prone, RAO, lateral kanan, RPO, dan supine, masing-masing 7 pompaan.

-          Foto-foto dibuat dengan posisi AP/PA, LAO, RAO, AP/PA axial, lateral.b)      Metode Dua Tahap-          Prosedur awal pemasukan media kontras positif (+) dan pengambilan foto sama dengan metode

satu tahap.-          Bila media kontras telah mencapai illeocaecal, klem selang irigator ditutup, kemudian dibuat

foto “full filling” dengan posisi pasien supine.-          Kemudian pasien evakuasi ke kamar kecil atau enema bag direndahkan posisinya sampai lebih

rendah dari meja pemeriksaan, media kontras dari dalam colon akan mengalir kembali ke dalam enema bag.

-          Setelah colon kosong, pompakan udara melalui anus, sampai terjadi distensi usus.-          Dibuat foto evakuasi dengan posisi pasien supine.5.      Pemeriksaan Appendicografia.      Pengertian

Pemeriksaan Appendicografi adalah pemerikasaan radiografi dari appendiks vermiformis dengan pemasukan media kontras positif (+) melalui mulut.

b.      Tujuan PemeriksaanUntuk memperlihatkan atau menilai kelainan-kelainan yang terjadi pada appendiks vermiformis melalui pengisian media kontras ke dalam lumen appendiks.

c.       Indikasi Pemeriksaan1)      Appendiksitis

d.      Persiapan Pasien1)      Makan makanan yang mempunyai konsistensi lunak, rendah serat, dan rendah lemak.2)      Minum lebih banyak.3)      Diberikan obat pencahar.e.      Tahapan Pemeriksaan1)      Pembuatan foto pendahuluan Abdomen AP supine.2)      Kemudian pasien diberikan media kontras dengan meminum BaSO₄ dengan viskositas 1:2.3)      Pembuatan foto setelah meminum media kontras:a)      Waktu pengambilan foto bervariasi menurut kebiasaan di rumah sakit, misal 8 jam, 12 jam atau

14 jam, setelah minum media kontras. b)     Posisi oblique dengan pasien supine dan prone.


Recommended