+ All Categories
Home > Design > JongArsitek!Jun08

JongArsitek!Jun08

Date post: 28-Nov-2014
Category:
Upload: jong-arsitek
View: 2,054 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
Description:
Akhirnya masalah copyright-nya sudah terselesaikan dan JongArsitek! bulan ini bisa terbit dengan lengkap... Terimakasih untuk semua pihak terlibat yang telah membuat hal ini menjadi mungkin. Selamat menikmati edisi JongArsitek! bulan ini yang didedikasikan untuk ulang tahun Jakarta. jadi... selamat ulang tahun untuk jakarta dan selamat membaca untuk anda -tim editor- JongArsitek! adalah media bulletin kegiatan arsitek yang tujuannya sebagai media dokumentasi kegiatan karya dan wadah berkarya kita-kita orang arsitek yang dibuat oleh kita dikerjakan oleh kita untuk siapa saja. Siapa saja bisa berkontribusi dan meluangkan pikiran maupun wujud desain yang memiliki makna yang terkadang di lewatkan oleh orang lain, bahkan bos-kita. Gratis dibagikan dan disebarkan dalam bentuk digital, fotokopi, print out maupun di mading kampus-kampus, kantor, jadwal kerja, atau sebagai poster di kamar anda, sebagaimana bisa disebarkan sebagai berita baik, doktrinasi maupun propaganda arsitektur dan issue-nya. Awas penipuan dalam bentuk uang, laporkan ke Polisi terdekat bila media ini di distribusikan secara komersial. selamat membaca, desain menginspirasi JongARSITEK!
20
Transcript
Page 1: JongArsitek!Jun08
Page 2: JongArsitek!Jun08

The avant garde architect is a radical innovator in the fi eld of spatial organization. Schumacher, Patrick (2002) : “What is an architect in soci-ety today?” Survey appearing in: Hunch Magazine, No.5, The Netherlands

Selamat menikmati.. Desain menginspirasi

[email protected]

Except where otherwise noted, content on this magazine islicensed under a Creative Commons Attribution 3.0 License

3

The responsibilty of architecture is split according to the di-vision of labour be-tween high art and mainstream. The sole responsibility of the avant garde architect is to inno-vate. His/her work is a manifesto, it’s value transcends the immediate task of the building at hand. The respon-sibility of the main-stream architect is to adopt what can be adopted ac-cording to circum-

stance.

Page 3: JongArsitek!Jun08

JongEDITORIAL!oleh : Danny Wicaksono

Kontributortanpa basa basi, anda bisa mengecek profi l mereka langsung ke Facebook dan media sosialweb lainnya.

adikritzhttp://www.facebook.com/profi le.php?id=622062159

danny wicaksonohttp://www.facebook.com/profi le.php?id=537977711

rafael arsonohttp://www.facebook.com/profi le.php?id=621537643

Dicky Ferdiansyahhttp://www.facebook.com/profi le.php?id=788357564

Hikmat Subarkahhttp://www.facebook.com/profi le.php?id=702846031

Ahmad Saladinhttp://www.facebook.com/profi le.php?id=1160641034

Noviardi Prasetyahttp://www.facebook.com/profi le.php?id=835774447

adikritzadikritzhttp://www.facebook.com/profi le.php?id=622062159

danny wicaksono

adikritz php?id=788357564

Ahmad Saladin

Farid Rakunhttp://fairdkun.multiply.com/

Happy Birthday Jakarta..

It is a truly strange thing how on one side we always hate, but on the other side love this city. There is something about jakarta that makes her special in the heart of her people and they who comes to her.Jakarta is not a city where quality of life is at it’s best. Maybe even now jakarta is no longer a city, Jakarta is a mere vehicle. A place where more than 12 million people look for a better living, and most of them, struggling to live after leaving their origins to look for (what they thought) a better place to make a living. There are no logical reasons why we love this city, except for that longing feeling of coming back, after leaving her for a long while.This edition is for her birthday. Our wretched but loved jakarta (for some reasons that will only be un-derstand by they who live there).

tanpa basa basi, anda bisa mengecek profi l mereka langsung ke

Dicky Ferdiansyah

Selamat ulang tahun jakarta..

Benar-benar sebuah hal yang aneh bagaimana kita dalam satu sisi selalu membenci, tapi di sisi lain rindu kota ini. Ada sesuatu tentang jakarta yang membuatnya sangat spesial di hati para penduduknya dan mereka yang datang ke-padanya. Jakarta bukan kota dimana kualitas kehidupan mencapai titik tertinggi. Jakarta (mungkin) kini bukan lagi sebuah kota, jakarta adalah wahana. Tempat 12 juta orang lebih mencari penghidu-pan yang lebih layak, dan sebagian besar dari jumlah itu, berjuang untuk hidup setelah me-ninggalkan daerah asal mereka untuk mencari (apa yang mereka kira) tempat untuk memper-baiki nasib.tidak ada alasan yang logis mengapa kita ke-mudian mencintai kota ini, kecuali rasa ingin kembali setiap pergi terlalu jauh darinya. edisi ini untuk ulang tahunnya. Jakarta kita yang keparat tapi tetap kita cinta (untuk alasan yang hanya mereka yang hidup di dalamnya yang mengerti)

Danny Wicaksono

php?id=702846031

Noviardi Prasetya

php?id=622062159

Hikmat Subarkah

Page 4: JongArsitek!Jun08

p4jongEditorialsambutan dari redaksi kita

p8jongFoto

Kul Kul Green School

p14jongTulisan

Dematerialist : From Kapoor to Hadid

p26jongGambar

Tourism and Hospitality Institute

jongArsitek! mei 2008 | desain menginspiras i

p32jongGambar

Totem International Student Competition

p18jongTulisan

Home Sweet (Polygamy) Home

Page 5: JongArsitek!Jun08

. k u l k u l g r e e n s c h o o l d a l a m k o l a s e + p a n o r a m a

.jembatan kul-kul

.foto dan olah digital: farid rakun

.lokasi: kul-kul green school, sibang kaja, bali

.building facilitator: pt. bambu, sibang kaja, bali

.kamera: nikon coolpix 35oo

jongArsitek! mei 2008 | desain menginspiras i

��

Page 6: JongArsitek!Jun08

. k u l k u l g r e e n s c h o o l d a l a m k o l a s e + p a n o r a m a

.jalan masuk

.rumah ombak

1110

jongArsitek! mei 2008 | desain menginspiras i

Page 7: JongArsitek!Jun08

jongArsitek! mei 2008 | desain menginspiras i. k u l k u l g r e e n s c h o o l d a l a m k o l a s e + p a n o r a m a

.bedeng/gudang .gelanggang olahraga

1312

jongArsitek! mei 2008 | desain menginspiras i

Page 8: JongArsitek!Jun08

1514

jongArsitek! mei 2008 | desain menginspiras i

.DematerialistFrom Kapoor to HadidBy Rafael Arsono

Last time I checked TIME magazine,I saw something intriguing about the Turner Prize winning sculptor, Anish Kapoor. The 54 year old British-based Indian-born sculptor was pointed out for his remarkable works, something extremely heavy, but appears just the opposite. It called Dematerialist. One of his famous piece is “The Cloud Gate” (2004), a 110 ton elliptical steel sculpture put in Millennium Park, Chicago. The 12 feet-arch concave gate allows visitors to pass through the giant sculpture, touch the mirror-like surface and see their refl ection in various perspective. Cloud Gate is one of the biggest sculpture in the world, but yet it doesn’t look heavy. Moreover it blends with the skyline of Chicago.

I happened to see one of Kapoor’s work when I visited 21st MoCA Kanazawa. But I didn’t really get it. The room is too small for his work, and not as bright-coloured as I expect. I still thought outdoor work is his real hit.

His recent work, S-Curve, reminds me of the work of Richard Serra, the big-fl uid corten-steel which become the main collection of Guggenheim Museum Bilbao. Only S-Curve ap-pears light. The seamless-polished skin creates new sensation of the space surround it. This ‘refl ective’ sculptures has prove Kapoor’s investigation of creating ‘non-object’.

DEMATERIALISTFROM KAPOOR TO HADID

By Rafael Arsono

Anish Kapoor’s Cloud Gate - The Bean, taken from http://www.fl ickr.com/photos/desertpenguin-photos/2258818481/ by desertpenguinphotos under creative common license

Page 9: JongArsitek!Jun08

1716

jongArsitek! mei 2008 | desain menginspiras i

Contemporary sculptures has pushed the bound-ary from exploiting the material technology to exploring the space within them. In this case An-ish Kapoor’s works blurs the boundary between art and architecture.

Some architects can be considered working in this ‘grey’ ideas. Zaha Hadid is one of them, but the unique example. Compared to Kapoor’s, I think her works best described as dematerialist. From the sliced wall to irregular steel-column, the curved wall to asymmetrical window, making her concrete-made buildings often seems floating and ‘moving towards flying’. Doesn’t look heavy at all. Somehow she consistently engage anti-gravity through her design. Her new design of pedestrian bridge in Zaragoza, nearly shapes giant whale hanging over the river. The aerodynamics design somehow blinds the bulky concrete construction.

Aesthetically, Zaha Hadid pioneered architecture which combine the influence of Constructiv-ism—which she literally admit—and Surrealism. Both of them are contradict to each other, the first was evolve from industrial era, realist and truth to the material. While Surrealism came from the world of dream. Hadid is virtuoso in blending both of them through one building. Her sketches is already pieces of art, her 3D is eye’s provoking. Her work is a city-generator.

Both Kapoor and Hadid are London-based artist, and immigrant (India & Irak). They share the same philosophy of not making any ‘forms’. Whatever it is, I think they has made such a passionate ‘creatures’ and—like Aaron Betsky’s quote—made us belief that ARTchitecture ‘still’ burn.

Phaeno Science Center, Wolfsburgh, 2008

Page 10: JongArsitek!Jun08

1�

Kalau dalam contoh lakon/cerita yang ditampil-kan adalah analogi dinamika keluarga dalam masyarakat maka rasanya interaksi yang terjadi antara rumah dan keluarga dalam masyarakat kita seakan menjadi sebuah pertunjukkan yang kurang menarik. Dimana tidak terjadi interaksi yang khas antara keduanya.

Dalam arsitektur kita mengenal tipologi bangu-nan (rumah). Kita juga mengenal pola inhabitasi pengguna terhadap bangunan (rumah). Kom-pleksitas pola inhabitasi pengguna bangunan harus ditopang oleh kapasitas tipologi bangunan yang mencukupi. Interaksi antara tatanan fisik dan kehidupan yang terjadi di atasnya harus ter-cipta dengan koheren. Menurut pendapat kami, terjadi ketimpangan antara kompleksitas kehidu-pan keluarga dalam masyarakat dengan keterse-diaan kapasitas tipologi bangunan hunian yang ada.

Sehingga perlu adanya kajian terhadap tipologi rumah dalam kaitannya dengan pola inhabi-tasi-nya. Dalam artikel ini kami mencoba untuk mengkaji hal tersebut, dengan mengangkat topik rumah “keluarga polygamy” yang juga merupakan bagian dari kompleksitas kehidupan masyarakat kita.

Why?

Kita dapat melihat contoh pada sebagian be-sar rumah yang ditawarkan para pengembang; dengan luas, artikulasi, tata ruang dan gaya be-ragam. Namun dengan berbagai keinginan dan kebutuhan pemilik rumah dan berbagai gagasan kreatif si perancang; dibolak-balik sedemikian rupa; boleh jadi polanya tetap itu-itu juga.

Timbul pertanyaan; mengapa rumah yang dihuni keluarga dengan berbagai komposisi penghunin-ya sedangkan tatanan fisik yang menjadi wadah aktivitasnya hanya memiliki sedikit perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Kalaupun ada perbedaan besar diantaranya hanya berkisar an-tara luasan bangunan, jumlah lantai, gaya ban-gunan dan variasi-variasi tata layoutnya.

Kami berpendapat bahwa rumah(arsitektur); dalam analogi; adalah panggung dimana sebuah pertunjukan lakon/cerita berlangsung. Dalam sebuah pertunjukan, terjadi interaksi yang khas antara panggung dan lakon/ceritanya. Dalam pertunjukkan wayang kulit misalnya; interaksi antara setting panggung dengan lakon/ceritanya tercipta; redup-terang pencahayaan, getaran layar kanvas, permainan jarak wayang dengan kanvas menampilkan detail yang berbeda-beda, membesar-mengecil, menjauh-mendekat. Per-ang, dialog, kesedihan, kegembiraan, keberani-an, ketakutan, kelicikan. Masing-masing episode cerita tampil dalam setting yang spesifik sehing-ga pertunjukan terasa hidup dan menarik.

photo by : mohammad sagitha

What?

Apa yang kita sebut keluarga?

Bahasa Indonesia3 memahami keluarga dalam definisi ibu-bapak dan anak-anaknya. Pengertian ini seringkali diistilahkan “keluarga inti (nucleus family)”. Pemahaman lain menyatakan keluarga adalah (kaum--) sanak saudara (extended fami-ly). Masih menurut referensi yang sama, keluarga juga dapat berarti orang seisi rumah yang men-jadi tanggungan4 . Dalam pemahaman ini siapa-pun yang tinggal dalam rumah adalah keluarga.

Dengan definisi-definisi tersebut, pengertian ke-luarga di Indonesia sangat luas. Sehingga ben-tuk keluarga polygamy-pun bukanlah sesuatu yang asing lagi.

Namun mengapa rumah keluarga polygamy menjadi sesuatu yang perlu didiskusikan?

_________________________________________

1 Dalam Webster dictionary; Istilah polygamy didefinisikan dengan: memiliki lebih dari satu pasangan (istilah “polygyny: suami-istri-istri-dst; polyandry: istri-suami-suami-dst” 2 Nia Dinata melakukan riset selama 8 bulan mengenai polygamy dalam masyarakat.

3 Kamus Besar Bahasa Indonesia

4 Tidak dijelaskan mengenai tanggungan siapa dan bentuk tanggungannya (ekonomi? adminis-trasi? sosial?

Berapa sering kita berandai-andai untuk memi-liki rumah. Membayangkan untuk “living single” di penthouse apartment dengan citylight view 360 derajat, atau di rumah renovasi bekas gu-dang tua di tengah-tengah kota. Di antara kita mungkin ada berandai untuk tinggal di rumah kecil dengan taman yang luas dimana keluarga dan anak-anak dapat bermain bebas.

Namun adakah diantara kita yang membayang-kan untuk hidup beserta kedua atau ketiga istri/suami sebagai sebuah keluarga dalam sebuah rumah?

Di akhir tahun 2006, Aa Gymnastiar menyatakan telah memiliki istri kedua, yang kemudian me-micu polemik dalam masyarakat. Sebelumnya sebuah film dari Nia Dinata “Berbagi Suami” menampilkan beberapa potret kehidupan kelu-arga polygamy1 . Belakangan ini novel dan film fenomenal “Ayat-Ayat Cinta” juga menampilkan sisi potret polygamy selain sisi-sisi lain yang ti-dak kalah menarik dalam ceritanya.

Asingkah praktek polygamy dalam masyara-kat kita? Kontroversial ?! Benarkah begitu? Apakah yang akan kita lakukan sebagai arsitek jika mendapat tugas untuk merancang sebuah rumah; sebuah rumah impian – rumah polyg-amy.

Dalam artikel ini kami melanjutkan riset Nia Dinata terhadap polygamy yang diwujudkan melalui film “Berbagi Suami”. Kami mengambil kasus keluarga Pak Lik dan Abah dan mencoba untuk mengapresiasi riset Nia Dinata dari sudut pandang arsitektur2.

H o m e S w e e t (P o l y g a m y) H o m eoleh : Ahmad Saladin, Mohammad Hikmat Subarkah

jongArsitek! mei 2008 | desain menginspiras i

Page 11: JongArsitek!Jun08

2120

jongArsitek! mei 2008 | desain menginspiras i

How?

Rumah keluarga Pak Lik berada lingkungan pa-dat pemukiman kampung kota. Antar rumah di-batasi oleh gang selebar kurang lebih 2 meter. Pagar rumah yang tidak tinggi dan tidak masif membatasi wilayah publik dan privat. Konteks padat ini adalah tatanan fisik dimana interaksi so-sial antara keluarga dan tetangga terjadi. Dapat kita bayangkan interaksi yang mungkin terjadi dengan kapasitas fisik demikian; ketika Pak Lik pertama kali mengantar Siti ke rumahnya (Dalam film tidak tergambarkan terjadinya interaksi ini).

Di beberapa rumah, seperti rumah Pak Lik ini, terdapat sedikit halaman dan teras rumah yang cukup luas di muka rumah. Melalui mediasi inilah rumah Pak Lik terikat dengan konteksnya. Hala-man dan teras adalah ruang interface antara ke-luarga dan non-keluarga.

Pembagian tegas sifat ruang seperti ini (public-semipublic/private-private) tidak terjadi di dalam rumah. Di awal cerita terlihat ketika Sri melahirkan anaknya dibantu oleh Siti. Aktivitas privat ini ter-jadi di kamar tidur, sementara di teras dan ruang TV anak-anak mereka yang lain sedang bermain bersama. Ketika Siti keluar kamar memberitakan kelahiran tersebut, anak-anak lain berlarian ma-suk ke kamar sementara Siti berganti duduk di ruang TV; mengambil jarak dari yang lainnya. Di sini terlihat bagaimana sifat-sifat ruang berubah seketika mengakomodasi aktivitas yang terjadi di dalamnya. Privat menjadi publik dan sebaliknya.

Perubahan seketika seperti ini terjadi berulang-ulang. Ruang cuci yang juga menampung aktivi-tas “ngobrol”. Ruang TV yang juga menampung aktivitas tidur. Bahkan ruang tidur Pak Lik, dimana aktivitas privat hubungan intim suami-istri terjadi pun, dapat seketika berubah fungsi menampung aktivitas bersama, dan seketika berubah menjadi ruang melahirkan.

Dalam ruang-ruang rumah dimana batas antara wilayah privat dan publik antar anggota keluarga berubah-ubah seketika seperti ini, hubungan an-tar anggota keluarga menjadi unik. Dibutuhkan sifat keterbukaan yang tinggi pada masing-mas-ing karakter. Menarik untuk melihat kecanggun-gan Siti dalam keterbukaan keluarga pada saat ia dilamar tidak hanya oleh Pak Lik namun juga bersama dengan kedua istrinya.

Menarik juga untuk melihat bagaimana Dwi mulai membandingkan antara hubungannya dengan Pak Lik dan hubungan Sri dengan Pak Lik, ketika hadir Siti sebagai teman sepenanggungan. Tidak ada tempat untuk rahasia. Kecenderungan untuk membandingkan hubungan antara satu anggota keluarga dengan yang lain tidak terhindarkan. Masing-masing anggota keluarga harus saling memahami aktivitas apa yang sedang terjadi dalam sebuah ruangan, berkepentingankah dia? Dapatkah dia masuk ke dalam? Bolehkah dia ikut bergabung?

Interaksi antara tatanan fisik dan inhabitasi kelu-arga terjadi secara seketika. Interaksi semacam ini secara mendasar berbeda dengan interaksi yang biasa terjadi pada rumah-rumah modern, dimana ruang-ruang bersifat tunggal (monofunc-tion). Ruang tidur (privat), ruang keluarga (pub-lik), ruang makan, ruang belajar, dst. Nama ruang berdasarkan kepemilikan aktivitas permanen dan bahkan kepemilikan anggota keluarga seperti kamar utama (bapak/ibu), kamar anak, dst. Ada-pun perubahan ruang sifatnya sementara dan biasanya masih berada dalam wilayah ke-pub-lik/privat-an yang sama (Kamar anak jadi kamar nenek, dsb).

Sedangkan dalam studi rumah Pak Lik, penamaan ruang menjadi tidak relevan. Ruang tidak dibentuk atas dasar kepemilikan melainkan atas dasar aktivitas seketika (“Immediate activity-immediate space”)

Page 12: JongArsitek!Jun08

Perubahan seketika seperti di studi rumah Pak Lik, tidak terjadi pada studi rumah-rumah Abah. Di rumah-rumah Abah, interaksi antara tatanan fisik dan inhabitasi keluarga terjadi seperti yang umumnya terjadi pada rumah-rumah modern. Ruang-ruang bersifat tunggal (monofunction); adanya kamar tidur utama, kamar tidur anak, ru-ang keluarga, ruang makan dan seterusnya; di-manfaatkan sesuai dengan kepemilikan aktivitas permanen dan anggota keluarga.

Kepribadian Abah yang berbeda dengan Pak Lik, dimana sifat Abah yang tertutup pada pilihan hidupnya untuk berpoligami terhadap istri-istrin-ya diwujudkan dengan memiliki beberapa rumah untuk ditempati masing-masing istrinya.

Di rumah pertama Abah, kehadiran Abah yang tidak selalu berada rumah membuat Ibu Salma yang juga sehari-harinya bekerja untuk tidur di kamar Nadim di waktu-waktu dimana Abah ti-dak tinggal di rumah. Hal yang berlangsung terus hingga Nadim dewasa ini membuat hubungan keduanya menjadi sangat dekat.

Pada saatnya ketika Abah ketahuan berpoligami dengan istri keduanya, Ibu Salma dengan berat menerima kenyataan tersebut dan mengajukan syarat yang harus dilakukan (mandi besar) jika Abah tinggal di rumah setelah berkunjung dari rumah keduanya. Kenyataan ini pula memper-erat hubungan Ibu Salam dan Nadim menjadi semakin istimewa.

Hubungan exclusive Ibu Salma dan Nadim dan pola inhabitasi Abah terhadap rumah-rumahnya membuat Abah justru terasing dari rumahnya sendiri. Rumah pertama Abah pada prakteknya adalah rumah Ibu Salma dan Nadim. Abah adalah tamu di rumah tersebut. Keberadaan ka-mar utama di rumah ini pada prakteknya adalah kamar tamu. Wilayah privat rumah Ibu Salma tertutup terhadap penetrasi di luar keluarga ke-cilnya. Abah boleh jadi merupakan “tamu istime-wa” namun istri-istri lain Abah adalah “orang lain” bagi mereka. Kecanggungan muncul ketika mau tidak mau Ibu Salma menerima istri-istri lain di dalam rumahnya waktu Abah jatuh sakit.

Hal yang sama terjadi pula di rumah-rumah yang lainnya. Abah memiliki rumah yang tersebar di kota. Interaksi antara inhabitasi hidup poligami Abah terhadap tatanan fisiknya ternyata tidak berhenti sebatas dalam rumah, melainkan mel-uas ke wilayah publik kota.

Komunikasi, keputusan-keputusan penting an-tar keluarga besar Abah terjadi di luar rumah-rumahnya. Pertemuan pertama Ibu Salma dan istri kedua Abah terjadi di sebuah pesta. Perte-muan lain terjadi di rumah sakit, bahkan ketika Abah meninggal-pun pertemuan antara istri-istri Abah terjadi di tempat pemakaman. Menarik pula ketika terjadi perundingan antara Ibu Salam dan istri kedua-ketiga Abah yang ter-jadi di teras rumah Ibu Salma, dan bukan di ru-ang keluarga dalam rumahnya.

Hal ini menampilkan potret lain tentang hubun-gan tatanan fisik dengan pola inhabitasi keluarga. Abah yang berusaha “melindungi” wilayah privat istri-anak yang satu terhadap intervensi istri-anak yang lainnya, justru membuat Abah kehilangan wilayah privat-nya sendiri. Di saat yang sama, ketertutupan hidup poligami terhadap istri-istrin-ya ini justru membuka dirinya terhadap wilayah publik “orang lain”; dalam hal ini publik kota.

Studi kasus rumah Abah menunjukkan bahwa wilayah privat-publik antar anggota keluarga ter-juxtapose dengan wilayah privat-publik antar penduduk kota. Hal ini secara mendasar ber-beda dengan pola pemahaman kota modern (zoning) dimana keluarga hanya berada dalam wilayah domestik/ privat. Sehingga diperlukan adanya metode-metode lain sebagai alternatif untuk memahami kompleksitas hubungan tata fisik kota dan inhabitasinya

23

jongArsitek! mei 2008 | desain menginspiras i

Page 13: JongArsitek!Jun08

When? (Epilog)

Kebijakan pemerintah dalam bidang perumahan menekankan pada pemenuhan jumlah hunian bagi masyarakat. Sebagai contoh adalah proyek 1000 tower rusun dan RSS (Rumah Sangat Sederhana). Terlepas dari polemik mengenai pendanaan, ket-ersediaan land bank negara dan lain sebagainya, ada yang sering luput dari diskusi yaitu mengenai kapasitas tipologi unit-unit huniannya dan kaitan-nya dalam membentuk satu bangunan/ kompleks hunian dan lebih jauh lagi adalah dalam kapasitas-nya membentuk lingkungan kota5 .

Seringkali kita menyama-ratakan satu pola keke-luargaan ke dalam masyarakat kita. Kecenderun-gan kita untuk kurang memahami kompleksitas pola kekeluargaan dalam masyarakat yang akan ditampung seringkali berakibat pada hanya mun-culnya satu pola tunggal pada tipologi huniannya. Seakan-akan menawarkan satu menu masakan yang sebenarnya sama namun ditampilkan den-gan variasi bumbu yang berbeda. Bagi kita arsi-tek, rasanya seperti berputar-putar di permukaan berusaha untuk menciptakan sesuatu yang baru tanpa berhasil masuk ke inti masalah yang ses-ungguhnya.

Keragaman bermasyarakat yang ada hanya di-topang oleh satu bentuk tatanan fi sik (tipologi) yang itu-itu saja. Lemahnya dukungan fi sik dalam kompleksitas masyarakat kita, bisa jadi dalam prakteknya menyebabkan munculnya friksi, kete-gangan, kecanggungan dan kehilangan identitas dalam menjalani kehidupan. Masyarakat dipaksa hidup dalam tatanan fi sik tertentu yang sebena-rnya hanya cocok untuk pola hidup sebagian dari kita; tanpa punya pilihan. Sebagian dari kita dipak-sa untuk membuang identitas6 -nya agar dapat bertahan hidup.

Dalam arus lintas informasi dan budaya dunia yang demikian cepat-nya mengalir, identitas adalah mata tukar yang paling berharga. Kera-gaman adalah aset. Sustainibility7 adalah taruhannya. Haruskah keragaman tersebut hilang karena tatanan fi sik yang kita ciptakan? Dapatkah keragaman, hidup berdampingan?

_________________________________________

5 To see the city as a piece of architecture; (Aldo Rossi : The Architecture of the city) 6 Yang mencakup, nilai sosial, nilai gender, nilai budaya, nilai ras, nilai agama-keyakinan dsbnya, tidak hanya data statistik tingkat ekonomi, jenis kelamin, kewarganegaraan, dsb.

7 Dalam arti luas, tidak hanya konteks lingkungan namun juga budaya, ekonomi, dst.

PLUG YOUR IDEA!

Selamat menikmati.. Desain menginspirasi

[email protected]

Except where otherwise noted, content on this magazine islicensed under a Creative Commons Attribution 3.0 License

Page 14: JongArsitek!Jun08

Diagram is a graphic summary, an ideogram but not an abstraction. Diagram represents something, but not something itself. Diagram always has their meanings and value, event for explaining a relation or a formation, but not isomorphic. On Diagram Diaries – peter Eisenman, diagram is understand in two ways, as an “explanatory / analytical device” and as a “generative device”.This Final Project is trying to generate a new architecture by fus-ing two kind of architecture that usually use in different way.

TOURISM AND HOSPITALITY INSTITUTEBy : Noviardy Prasetya

2726

jongArsitek! mei 2008 | desain menginspiras i

Page 15: JongArsitek!Jun08

2�2�

jongArsitek! mei 2008 | desain menginspiras i

I’m trying to avoid my own interpretation of form and function of the result. On the other-hand I hope it will generate something new and pure. “Diagrams become a means to uncover something outside of my own authorial prejudices”-Diagram Diaries.

Page 16: JongArsitek!Jun08

The result is a new ‘soul’ with two faces, educa-tion face and commercial faces. From the outside it will be look like a modern lifestyle center, but it’s an education face from the inside. Then the next step is creating the ‘container’ by analyzing the surrounding activity, road axis, curve pattern from the neighbor-hood. Then mapping them into the site. The Basic form is a bended long box like “U” letter, so the com-mercial area facing the outside and education area will be clustered inside. The fi nal result come from the adaptation of the process.

Page 17: JongArsitek!Jun08

05dbfff5-7bd9-4b5d-9c25-6e52f46af86e

05dbfff5-7bd9-4b5d-9c25-6e52f46af86e

3332

TOTEM INTERNATIONAL STUDENT COMPETITION3rd winner, by: Dicky Ferdiansyah

Page 18: JongArsitek!Jun08

05dbfff5-7bd9-4b5d-9c25-6e52f46af86e

05dbfff5-7bd9-4b5d-9c25-6e52f46af86e

3534

jongArsitek! mei 2008 | desain menginspiras i

Page 19: JongArsitek!Jun08

05dbfff5-7bd9-4b5d-9c25-6e52f46af86e

05dbfff5-7bd9-4b5d-9c25-6e52f46af86e

3736

05dbfff5-7bd9-4b5d-9c25-6e52f46af86e

05dbfff5-7bd9-4b5d-9c25-6e52f46af86e

Page 20: JongArsitek!Jun08

d e s a i n m e n g i n s i p i r a s i


Recommended