Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)
361
JEDI Vol.3,, No. 2, pp 361-376, 2020
© 2018 FEB UPNVJT. All right reserved
e-ISSN - 2614-2384
Journals of Economics Development Issues (JEDI)
U R L : h t t p : / / J E D I . u p n j a t i m . a c . i d / i n d e x . p h p / J E D I
JEDI
Analisis Pengaruh Transaksi Pembayaran Non Tunai Terhadap Jumlah Uang
Beredar Di Indonesia
Devi Kartika Sari 1*, Ririt Iriani Sri Setiawati 2
2Alumni Program Studi Ekonomi Pembangunan, FEBIS UPN “ Veteran” Jawa Timur
1Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UPN “ Veteran” Jawa Timur
Email : [email protected]
I N F O R M A S I A R T I K E L A B S T R A C T
Article history: Dikirim tanggal: 25 Agustus 2020 Di review tanggal : 27 Agustus 2020
Di terima tanggal : 29 Agustus 2020
Tersedia online tanggal : 30 Agustus 2020
Key words : Money Supply (M1),
Credit Card, ATM/Debit Card, E-
money
The advancement of science and technology is always growing
rapidly, no exception on financial technology. The development of
financial technology has led to innovation payment systems from a
cash payment system to a non-cash payment system.
The study aims to determine the effect of non-cash transactions
(credit card, ATM/debit card, and E-money) on the amount of money
supply in Indonesia. Research using data sourced from Bank
Indonesia (BI) and the Central Statistics Agency. The data used in this
research is the quarter time series data between the years 2015(I) to
the year 2019 (II). The analytical techniques used in this study
multiple regression analysis.
The result of this study indicate that non-cash transactions using
credit cards, ATM/debit cards, and E-money simultaneously have
significant effect on the amount of money supply (M1) in Indonesia.
Partially, ATM/debit card significant impact on the amount of money
supply (M1), while credit cards and E-money have no significant
effect.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang
pesat, tidak terkecuali pada teknologi finansial. Perkembangan
teknologi finansial telah menimbulkan inovasi pada sistem
pembayaran dari sistem pembayaran tunai menuju sistem pembayaran
non tunai.
Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)
362
Kata Kunci : Jumlah Uang Beredar
(M1), Kartu Kredit, Kartu
ATM/Debit, E-money
Tujuan dari pnelitian ini adalah mengetahui dampak antara
transaksi non tunai (kartu kredit, kartu ATM/debit, dan E-money)
dengan jumlah uang beredar di Indonesia. Penelitian ini menggunakan
data yang bersumber dari Bank Indonesia (BI) dan Badan Pusat
Statistik (BPS). Data yang dipergunakan pada penelitian ini yaitu data
time series triwulan antara tahun 2015(I) sampai dengan tahun
2019(II). Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu
analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa transaksi non tunai dengan
menggunakan kartu kredit, kartu ATM/debit, serta E-money secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar dalam
arti sempit (M1) di Indonesia. Secara parsial, kartu ATM/debit
berpengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar (M1),
sedangkan kartu kredit dan E-money tidak berpengaruh signifikan.
Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)
363
PENDAHULUAN
Saat ini dunia mulai memasuki
masa digitalisasi, hal itu ditandai dengan
munculnya berbagai macam teknologi
canggih yang menawarkan beberapa
fasilitas dan kemudahan. Fasilitas yang
ditawarkan dapat berupa kemudahan dalam
mengakses informasi, kemudahan dalam
berkomunikasi jarak jauh, bahkan
kemudahan dalam sistem pembayaran.
Sistem pembayaran selalu
berkembang pesat dari masa ke masa. Pada
awalnya transaksi pembayaran dilakukan
dengan sistem barter antar barang yang
diperjualbelikan. Dalam perkembangannya
mulai dikenal uang sebagai satuan tertentu
yang memiliki nilai pembayaran. Hingga
saat ini uang masih menjadi salah satu alat
pembayaran utama yang berlaku di
masyarakat. Selanjutnya alat pembayaran
terus berkembang yang awalnya
menggunakan alat pembayaran tunai saat
ini menggunakan alat pembayaran non
tunai.
Kemunculan sistem pembayaran
non tunai juga didukung oleh Bank
Indonesia dengan menyiarkan Gerakan
Nasional Non Tunai (GNNT) pada tanggal
14 Agustus 2014. Transaksi pembayaran
non tunai mendapat dukungan dari berbagai
pihak karena beberapa kelebihan yang
dimiliki. Apabila transaksi dilaksanakan
secara non tunai, nantinya akan mudah
terintegrasi dengan sistem keuangan.
Masalah ini selanjutnya mempermudah
dalam menghitung aktivitas ekonomi.
Indonesia sendiri saat ini sangat rawan
dengan banyak kegiatan underground
economy yang biasanya dilaksanakan
dalam bentuk tunai. Nantinya pengurangan
transaksi tunai diprediksi akan mengurangi
kriminalitas dan mengurangi potensi
kehilangan angka yang terekam dalam PDB
(Produk Domestik Bruto). Selain itu,
dengan menggunakan alat pembayaran non
tunai juga akan menciptakan peningkatan
sirkulasi uang dalam perekonomian
(velocity of money). Menurut Maulana
Ibrahim sebagai mantan Deputi Gubernur
BI, perputaran uang yang semakin cepat
dalam masyarakat akan menstimulasi
kegairahan dan pertumbuhan ekonomi
sebagai dampak dari money multiplier yang
diciptakannya. (kompasiana.com)
Pertumbuhan jumlah instrumen
uang elektronik yang beredar dengan
perubahan PDB (atas harga berlaku) pada
tahun 2017 triwulan pertama sampai
dengan tahun 2018 triwulan keempat
digambarkan pada kurva berikut.
Sumber : data diolah dari BI dan Kementerian Perdagangan
1.06 4.29 4.08-0.39 0.62 4.94 4.24
-1.12
10.54 11.61 15.68
33.08
11.1115.14 14.66
13.06
2017 (I) 2017 (II) 2017 (III) 2017 (IV) 2018 (I) 2018 (II) 2018 (III) 2018 (IV)
Gambar 1
Gambaran Pertumbuhan Jumlah Instrumen Uang Elektronik Beredar dengan
Perubahan PDB atas Harga Berlaku
(2017 (I) - 2018 (IV)
Pertumbuhan PDB atas Harga Berlaku (%) Pertumbuhan Jumlah Instrumen E-money (%)
Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)
364
Sebagaimana terlihat dalam gambar
1.1, kondisi tahun 2017 triwulan IV
pertumbuhan jumlah instrumen uang
elektronik mengalami peningkatan yang
signifikan, bahkan sepanjang tahun 2017(I)
sampai dengan tahun 2018(IV)
pertumbuhan jumlah instrumen uang
elektronik paling signifikan terjadi pada
tahun 2017 triwulan IV, namun perubahan
PDB pada tahun 2017 triwulan IV justru
mengalami kontraksi. Hal ini disebabkan
oleh efek musiman pada Lapangan Usaha
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang
mengalami kontraksi sebesar 21,60%.
Selanjutnya pertumbuhan tertinggi PDB
dari sisi produktif dicapai oleh Lapangan
Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar
9,81% sehingga pertumbuhan jumlah
instrumen uang elektronik pun meningkat.
(www.cnbcindonesia.com)
Menurut Murni (2009)
perkembangan jumlah uang beredar
mencerminkan perkembangan ekonomi.
Apabila perekonomian tumbuh dan
berkembang, jumlah uang beredar juga
bertambah. Sedangkan komposisinya
berubah. Bila perekonomian makin maju,
porsi penggunaan uang kartal makin sedikit
karena digantikan uang giral dan near
money. Salah satu bagian dari near money
yaitu kartu kredit. Kartu kredit merupakan
jenis uang yang dalam penggunaannya
harus ditukarkan atau dicairkan terlebih
dahulu (hampir likuid sempurna).
Selanjutnya bila perekonomian semakin
meningkat, komposisi M1 dalam peredaran
uang semakin kecil, sebab porsi uang kuasi
(near money) makin besar. Sehingga
apabila kartu kredit yang termasuk ke
dalam kategori near money meningkat,
maka M1 (jumlah uang beredar dalam arti
sempit) akan menurun.
Berdasarkan uraian latar belakang
diatas, dan kondisi yang terjadi di Indonesia
maka penulis mempunyai keinginan untuk
membuat penelitian yang berjudul
“Analisis Pengaruh Transaksi
Pembayaran Non Tunai Terhadap
Jumlah Uang Beredar di Indonesia”.
KAJIAN PUSTAKA
Jumlah Uang Beredar
Menurut Sukirno (2004) mata uang
dalam peredaran adalah seluruh jumlah
mata uang yang telah dikeluarkan dan
diedarkan oleh bank sentral. Mata uang
tersebut terdiri dari dua jenis, yaitu uang
logam dan kertas. Dengan demikian mata
uang dalam peredaran adalah sama dengan
uang kartal. Sedangkan uang beredar
adalah semua jenis uang yang berada di
dalam perekonomian, yaitu jumlah dari
mata uang dalam peredaran ditambah
dengan uang giral dalam bank-bank umum.
Pengertian uang beredar atau money
supply perlu dibedakan pula menjadi dua
pengertian, yaitu pengertian yang terbatas
dan pengertian yang luas. Dalam pengertian
yang terbatas uang beredar adalah mata
uang dalam peredaran ditambah dengan
uang giral yang dimiliki oleh perseorangan,
perusahaan, dan badan pemerintah. Dalam
pengertian yang luas uang beredar meliputi
mata uang dalam peredaran, uang giral, dan
uang kuasi. Uang kuasi terdiri dari deposito
berjangka, tabungan, dan rekening
(tabungan) valuta asing milik swasta
domestik. Uang beredar menurut
pengertian luas ini dinamakan juga sebagai
likuiditas perekonomian atau M2.
Pengertian yang sempit dari uang beredar
selalu disingkat dengan M1. (Sukirno,
2004).
Uang beredar dalam arti sempit
(M1) didefinisikan sebagai uang kartal
ditambah dengan uang giral (currency plus
demand deposits). (Boediono, 1998).
M1 = C + DD (Boediono, 1998)
Dimana:
M1= Jumlah uang beredar (M1)
C = Currency (uang kartal)
DD= Demand Deposits (uang giral)
Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)
365
Menurut Fahmi (2015) uang kartal
(C) terdiri dari dua bentuk yaitu kertas dan
logam, uang kartal yang terbuat dari kertas
disebut dengan uang utama sedangkan uang
kartal yang terbuat dari logam disebut
dengan uang pembantu. Sedangkan uang
giral (DD) mencakup cek, bilyet giro dan
sejenisnya.
Jumlah uang giral yang beredar
dapat menunjukkan kondisi perekonomian
dalam suatu negara tersebut, jika pada suatu
negara lebih banyak beredar uang giral
maka semakin menunjukkan perekonomian
negara tersebut lebih dinamis dengan angka
transaksi yang terlibat juga semakin tinggi.
Namun pada nepagara dengan penggunaan
uang kartal masih lebih tinggi dari uang
giral maka menunjukkan bahwa negara
tersebut memiliki angka transaksi finansial
yang masih rendah dibandingkan dengan
negara yang lebih dominan
mempergunakan uang giral. (Fahmi, 2015)
Kartu Kredit
Menurut Sri Mulyati Tri Subari dan
Ascarya (2003) dalam bukunya yang
berjudul “Kebijakan Sistem Pembayaran di
Indonesia”, kartu kredit merupakan kartu
yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga
pembiayaan lainnya yang diberikan kepada
nasabah untuk dapat dipergunakan sebagai
alat pembayaran dan pengambilan uang
tunai. Transaksi yang dilakukan dengan
menggunakan kartu kredit melibatkan
berbagai pihak yang saling berkepentingan,
yang masing-masing terikat dalam suatu
perjanjian.
Dalam mekanisme penggunaan
kartu kredit terdapat sedikitnya tiga pihak
yang terlibat langsung untuk setiap
transaksi penggunaan dan pembayaran
kartu kredit. Pihak-pihak dimaksud adalah
bank atau lembaga pembiayaan, merchant
(pedagang), dan card holder (pemegang
kartu).
Mekanisme penggunaan kartu
kredit yaitu dimulai dari permohonan
penerbitan kartu, transaksi pembelanjaan,
transaksi pengambilan uang tunai,
pembayaran dari nasabah ke bank, sampai
dengan penagihan yang dilakukan oleh
lembaga penerbit dan pembayaran kartu
kredit. Contoh kartu kredit yang dikenal
oleh masyarakat antara lain VISA,
MasterCard, American Express (AMEX),
dan Diners. (Subari dan Ascarya, 2003).
Kartu ATM/Debit
Kartu ATM adalah alat yang
digunakan untuk melakukan pembayaran
dengan menggunakan kartu di mana kartu
ini dapat digunakan untuk penarikan tunai
dan pemindahan dana dimana kewajiban
pemegang kartu dipenuhi seketika dengan
mengurangi secara langsung simpanan
pemegang kartu pada Bank atau Lembaga
Selain Bank yang berwenang untuk
menghimpun dana sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. (PBI
no.14 Th 2012).
Penggunaan kartu ATM memiliki
beberapa fasilitas dan pelayanan (Subari
dan Ascarya, 2003):
a) Penarikan uang tunai yang dapat
langsung dilakukan nasabah di
berbagai ATM yang memiliki
hubungan dengan bank penerbit
kartu ATM
b) Dapat melihat, mengecek,
meminta/mencetak saldo rekening
pemegang/nasabah
c) Pelayanan pembayaran lainnya,
seperti pembayaran listrik, telepon,
kartu kredit, dan transfer uang.
Kartu debit adalah alat pembayaran
menggunakan kartu yang dapat digunakan
untuk melakukan pembayaran atas
kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan
ekonomi, termasuk transaksi
pembelanjaan, dimana kewajiban
pemegang kartu dipenuhi seketika dengan
mengurangi secara langsung simpanan
pemegang kartu pada bank atau lembaga
selain bank yang berwenang untuk
Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)
366
menghimpun dana sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. (PBI
no.14 Th 2012).
Menurut Peraturan Bank Indonesia
No.14/2/PBI/2012, tentang perubahan atas
No.11/11/PBI/2009 tentang
penyelenggaran kegiatan APMK (Alat
Pembayaran dengan Menggunakan Kartu),
pihak- pihak yang terkait dalam
penggunaan APMK yaitu:
1) Card Holder (you) : Seseorang
yang mempunyai account di sebuah
lembaga institusi yang
mengeluarkan kartu pembayaran
(kartu debit atau kartu kredit).
2) Retailer/Merchant : Organisasi
yang menerima pembayaran atas
barang atau jasa dari card holder
(dapat berupa outlet, supermarket,
dan toko).
3) Acquirer : Bank atau lembaga selain
bank yang melaksanakan kegiatan
APMK baik sebagai financial
acquirer (melakukan kegiatan
pembayaran dahulu kepada
pemegang kartu) atau sebagai
technical acquirer (mempersiapkan
sarana yang dbutuhkan dalam
pelaksanaan kegiatan APMK).
4) Card Scheme : Organisasi penyedia
jaringan kartu kredit yang
mengawasi dan menata transaksi
kartu kredit. Misalnya: Visa, Master
Card dan Maestro.
5) Card Issuer : Bank atau lembaga
keuangan yang mengeluarkan kartu
pembayaran (kredit, debit, dan
charge) kepada nasabahnya.
E-Money (Uang Elektronik)
Uang elektronik adalah alat
pembayaran elektronik yang didapat dari
memberikan sebelumnya sejumlah uang
kepada penerbit, baik secara langsung, atau
lewat agen-agen penerbit, atau
pengurangan rekening di bank dan nilai
uang tersebut dimasukkan menjadi nilai
uang dalam media uang elektronik, yang
dinyatakan dalam satuan Rupiah, yang
dipakai untuk melakukan transaksi
pembayaran dengan cara mengurangi
secara langsung nilai uang pada media uang
elektronik tersebut. (Rivai dkk, 2001).
Ketidaksamaann antara uang
elektronik dengan Alat Pembayaran
Menggunakan Kartu ( APMK ) seperti
kartu kredit, kartu debit dan kartu ATM
adalah uang elektronik (e-money) bersifat
prabayar (prepaid) sedangkan APMK
bersifat akses. (id.wikipedia.org).
Menurut Peraturan Bank Indonesia
No.11/12/PBI/2009 Tanggal 13 April 2009
tentang uang elektronik (E-money) adalah
alat pembayaran yang memenuhi unsur-
unsur sebagai berikut :
1) Diterbitkan berdasarkan nilai uang
yang disetor diawal oleh pemegang
kepada penerbit
2) Nilai uang disimpan secara
elektronik dalam suatu media
seperti server atau chip
3) Digunakan sebagai alat pembayaran
kepada pedagang yang bukan
merupakan penerbit uang elektonik
tersebut
4) Nilai uang elektronik yang di setor
oleh pemegang dan diatur oleh
penerbit bukan merupakan
simpanan sepertu yang dimaksud
dalam undang-undang yang
mengatur mengenai perbankan.
HIPOTESIS
1. Diduga terdapat pengaruh antara
transaksi pembayaran non tunai
dengan menggunakan kartu kredit,
kartu ATM/debit dan E-money
(uang elektronik) terhadap jumlah
uang yang beredar di Indonesia.
2. Diduga terdapat pengaruh antara
transaksi pembayaran non tunai
dengan menggunakan kartu kredit
terhadap jumlah uang yang beredar
di Indonesia
Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)
367
3. Diduga terdapat pengaruh antara
transaksi pembayaran non tunai
dengan menggunakan kartu
ATM/debit terhadap jumlah uang
yang beredar di Indonesia
4. Diduga terdapat pengaruh antara
transaksi pembayaran non tunai
dengan menggunakan E-money
(uang elektronik) terhadap jumlah
uang yang beredar di Indonesia
METODE PENELITIAN
Definisi Operasional dan Pengukuran
Variabel
1. Jumlah Uang Beredar (M1) adalah
mata uang dalam peredaran
ditambah dengan uang giral yang
dimiliki oleh perseorangan-
perseorangan, perusahaan-
perusahaan, dan badan-badan
pemerintah. (Sukirno, 2004). Pada
penelitian ini variabel jumlah uang
beredar dalam arti sempit (Y)
dinyatakan dalam satuan milyar
rupiah.
2. Kartu Kredit adalah APMK yang
digunakan untuk pemenuhan
kebutuhan ekonomi dengan
mekanisme kewajian pembayaran
pemegang kartu ditanggung terlebih
dahulu oleh penerbit, kemudian
pemegang kartu memiliki
kewajiban membayar dikemudian
hari baik secara angsuran maupun
tunai. Pada penelitian ini variabel
kartu kredit (X1) dinyatakan dalam
satuan juta rupiah.
3. Kartu ATM/Debit adalah APMK
yang berfungsi sebagai media tarik
tunai atau pemindah dana dimana
kewajiban nasabah secara otomatis
akan dipotong mengurangi
simpanan pada rekening nasabah
tersebut. Nilai transaksi kartu
ATM/debit ini mengkaji sejauh
mana perkembangan kemajuan
teknologi sistem pembayaran dapat
mempengaruhi jumlah uang beredar
di Indonesia. Pada penelitian ini
variabel kartu ATM/debit (X2)
dinyatakan dalam satuan juta
rupiah.
4. E-Money adalah alat pembayaran
elektronik yang diperoleh dengan
menyetorkan terlebih dahulu
sejumlah uang kepada penerbit, atau
dengan pendebitan rekening di bank
dan nilai uang tersebut dimasukkan
menjadi nilai uang dalam media
uang elektronik. Pada penelitian ini
variabel E-money (X3) dinyatakan
dalam satuan juta rupiah.
Jenis Data
Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jenis data sekunder
time series triwulan antara tahun 2015(I)
sampai dengan tahun 2019(II) yang
diperoleh atau dikumpulkan dari beberapa
instansi atau lembaga yang berhubungan
dengan penelitian ini. Data informasi yang
digunakan yaitu nilai transaksi kartu kredit,
kartu ATM/debit, E-money dan Jumlah
Uang Beredar yang terdapat di laporan
Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik dan
Kementerian Perdagangan.
Teknik Pengumpulan Data
Cara yang dipakai untuk
pengumpulan data pada penelitian ini
adalah cara dokumentasi data sekunder
yang didapat dari lembaga-lembaga yang
masih ada kaitannya dari data yang
diperlukan. Sumber pemakaiannya dengan
data statistik yang diperoleh dari data
eksternal yaitu data yang diperoleh dari
BPS (Badan Pusat Statistik), Bank
Indonesia (BI), dan Kementerian
Perdagangan (Kemendag).
Analisis Data Untuk menganalisis pengaruh yang
telah disebutkan di hipotesis di atas, maka
penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda dengan menggunakan software
SPSS 13.0 untuk melakukan regresi.
Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)
368
pengujian dari penelitian ini terdiri dari uji
asumsi klasik, analisis regresi, uji koefesien
determinasi, uji koefesien regresi secara
parsial dan uji koefesien regresi secara
simultan.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk
mengetahui dalam model regresi penelitian
apakah terdapat variabel pengganggu atau
residual yang memiliki distribusi normal
atau tidak. Dalam penelitian ini
menggunakan uji normalitas Kolmogorov
Smirnov dengan taraf signifikansi 0,05.
Data dinyatakan berdistribusi normal
apabila nilai probabilitas lebih dari 0,05.
Uji Multikoleniaritas
Uji multikolinearitas digunakan
untuk mengetahui apakah terdapat
pengaruh antar variabel independennya.
Model regresi penelitian yang baik yaitu
model yang tidak terdapat pengaruh yang
kuat antar variabel independennya
(Ghozali, 2016).
Dasar pengambilan keputusan
dalam uji multikolenieritas adalah sebagai
berikut:
A. Jika nilai tolerance < 0,10 dan VIF
> 10, maka terdapat korelasi atau
hubungan yang kuat antar variabel
independennya atau dapat
dikatakan terjadi multikolinearitas.
B. Jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF
< 10, maka tidak terdapat korelasi
atau hubungan yang kuat antar
variabel independennya atau dapat
dikatakan tidak terjadi
multikolinearitas.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk
mendeteksi apakah terdapat korelasi
pengganggu antara periode t dengan
periode sebelumnya (t-1). Jika terdapat
korelasi dalam model regresi maka
dinamakan terdapat masalah autokorelasi.
Penelitian ini menggunakan uji Durbin
Watson untuk mengetahui ada atau
tidaknya autokorelasi dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Daerah A : Nilai DW tes < dL,
terjadi autokorelasi positif
b. Daerah B : dL < Nilai DW tes < dU,
tanpa kesimpulan
c. Daerah C : dU < Nilai DW tes < 4 –
dU, tidak terjadi autokorelasi
d. Daerah D : 4 – dU < Nilai DW tes <
4 – dL, tanpa kesimpulan
e. Daerah E : 4 – dL < Nilai DW tes,
terjadi autokorelasi negatif
Dalam penelitian ini juga digunakan
uji Run Test untuk mengetahui masalah
autokorelasi. Run Test merupakan bagian
dari statistik non-parametrik digunakan
untuk mengetahui apakah terdapat korelasi
yang tinggi antar residualnya. Apabila antar
residual tidak terdapat korelasi maka dapat
diartikan bahwa residualnya acak atau
random. Jika hasil uji run test menunjukkan
nilai signifikansi < 0,05 maka dapat
diartikan bahwa residual tidak acak atau
terjadi autokorelasi antar residual.
Sedangkan jika hasil uji run test
menunjukkan nilai signifikansi > 0,05 maka
dapat diartikan bahwa residual acak atau
tidak terjadi autokorelasi antar residual.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan
untuk Mengetahui apakah dalam model
penelitian terdapat ketidaksamaan dari
pengamat satu ke pengamat lainnya. Cara
mengetahui ada tidaknya
heteroskedastisitas adalah dengan
menggunakan uji Glejser. Uji ini
meregresikan nilai absolute residual
terhadap variabel independen dengan
persamaan regresi dalam penelitian. Jika
signifikansi antara variabel bebas dengan
absolute residual > 0,05 maka model
regresi tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas, sedangkan jika
signifikansi antara variabel bebas dengan
absolute residual < 0,05 maka model
Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)
369
regresi terjadi masalah heteroskedastisitas.
(Ghozali, 2016)
Uji Analisis Regresi
Metode analisis linier berganda
digunakan untuk mengetahui bagaimana
eratnya hubungan antara beberapa variabel
independen dengan sebuah variabel
dependen. (Nazir, 2014). Model persamaan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
Dimana :
Y : Jumlah uang yang beredar
β0 : Konstanta
β1... β3 : Koefisien masing masing variabel
independen
X1 : Nilai transaksi kartu kredit
X2 : Nilai transaksi kartu ATM/debit
X3 : Nilai transaksi E-money
e : Standard Error
Uji Hipotesis
Uji Koefesien Determinasi
Uji koefisien determinasi
digunakan untuk mengukur sejauh mana
variabel bebas dapat menjelaskan variabel
terikat. Nilai dari koefisien determinasi
adalah nol sampai dengan satu. Jika nilai R2
mendekati nol atau kecil maka kemampuan
variabel independen dalam menjelaskan
hubungan variasi variabel dependen sangat
kecil atau terbatas, sedangkan apabila nilai
R2 mendekati satu atau lebih besar maka
dapat diartikan bahwa variabel-variabel
independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan dalam
memprediksi variabel dependen.
Uji Koefesien Regresi Secara simultan
(Uji F)
Uji statistik F digunakan untuk
mendeteksi cocok atau tidaknya model
regresi serta untuk mengetahui apakah
variabel independen secara simultan
(keseluruhan) memiliki pengaruh terhadap
variabel dependen. Ketentuan pengambilan
keputusan dalam uji F adalah jika F hitung
> F tabel atau probabilitas < nilai
signifikansi 0,05 maka model variabel
independen secara keseluruhan memiliki
hubungan dengan variabel dependen,
sebaliknya jika F hitung < F tabel atau
probabilitas > nilai signifikansi 0,05 maka
model variabel independen secara
keseluruhan tidak memiliki hubungan
dengan variabel dependen.
Uji Koefesien Regresi Secara Parsial (Uji
t)
Uji statistik t digunakan untuk
mengetahui seberapa jauh pengaruh antara
variabel independen dengan variabel
dependen secara individual. Apakah
terdapat pengaruh kuat atau lemah bisa
terdeteksi dengan menggunakan uji statistik
t. Ketentuan uji statistik t dapat dilihat dari
nilai signifikansi t pada hasil olah data
regresi. Jika nilai signifikansi t < 0,05 maka
H0 ditolak yang artinya terdapat pengaruh
yang signifikan antara variabel dependen
dengan variabel independen secara
individual, sedangkan apabila nilai
signifikansi t > 0,05 maka H0 diterima yang
artinya tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel dependen dengan
variabel independen secara individual.
(Ghozali, 2016).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan
melihat pengaruh transaksi kartu kredit,
kartu ATM/debit, dan E-money terhadap
Jumlah Uang Beredar (M1) di Indonesia
pada tahun 2015 triwulan pertama sampai
dengan tahun 2019 triwulan kedua.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)
370
Tabel 1
Uji Normalitas
Berdasarkan tabel 1, nilai Sig
sebesar 0,806 yang artinya sig > 0,05.
Sehingga disimpulkan data yang digunakan
di penelitian ini telah berdistribusi normal.
Uji Autokorelasi Tabel 2
Uji Autokorelasi
Dari hasil uji DW yang telah
dilakukan yang terdapat pada tabel 2,
didapatkan hasil Durbin-Watson sebesar
0,951. Sedangkan dL = 0,9331 dan dU =
1,6961. Karena nilai d hitung lebih besar
dari dL dan lebih kecil dari dU, maka nilai
Durbin Watson terdapat pada daerah tanpa
kesimpulan. Sehingga dilanjutkan pada uji
Run Test.
Berdasarkan uji Run Test
didapatkan nilai Sig sebesar 0,089 yang
artinya nilai (Sig > 0,05) maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala
autokorelasi antar residualnya.
Uji Multikoleniaritas Tabel 3
Uji Multikoleniaritas
Model Summaryb
.983a .966 .959 34628.42955 .951
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), EM, ATM, KKa.
Dependent Variable: JUBb.
Coefficientsa
268410.3 211699.8 1.268 .226
-.012 .012 -.124 -.974 .346 .148 6.739
.002 .000 1.120 9.398 .000 .170 5.880
-.002 .005 -.033 -.375 .713 .313 3.190
(Constant)
KK
ATM
EM
Model1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: JUBa.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
18
.0000000
31424.78776
.151
.151
-.083
.641
.806
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parameters a,b
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz
ed Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)
371
Nilai tolerance antar variabel untuk
uji multikoleniaritas, semua nilai tolerance
lebih dari 0,01 dan nilai VIF kurang dari 10,
maka dapat disimpulkan bahwa model
terbebas dari masalah multikoleniaritas.
Uji Heteroskedastisitas Tabel 4
Uji heteroskedastisitas
Semua nilai signifikansi lebih dari
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model
terbebas dari masalah heteroskedastisitas.
Uji Analisis Regresi Berganda Berdasarkan nilai konstanta yang
dapat dilihat pada tabel 3, maka diperoleh
persamaan regresi sebagai berikut: Y = 268410,3 - 0,012X1 + 0,002X2 – 0,002X3
Nilai konstanta sebesar 268410,3
menunjukkan bahwa apabila transaksi kartu
kredit (X1), transaksi kartu ATM/debit
(X2), dan transaksi e-money (X3) dianggap
konstan maka jumlah uang beredar dalam
arti sempit (M1) akan naik sebesar Rp
268.410.300.000. Berikutnya nilai β1
sebesar (-0,012) menunjukkan bahwa
apabila transaksi kartu ATM/debit (X2),
dan transaksi e-money (X3) dianggap
konstan, maka setiap transaksi kartu kredit
(X1) naik satu juta rupiah maka jumlah
uang beredar dalam arti sempit (M1) turun
sebesar 12 juta rupiah. Kemudian nilai β2
sebesar 0,002 menunjukkan bahwa apabila
transaksi kartu kredit (X1) dan transaksi e-
money (X3) dianggap konstan maka setiap
transaksi kartu ATM/debit (X2) yang naik
sebesar satu juta rupiah maka jumlah uang
beredar dalam arti sempit (M1) juga akan
naik sebesar 2 juta rupiah. Selanjutnya nilai
β3 sebesar 0,002 menunjukkan bahwa
transaksi kartu kredit (X1) dan transaksi
kartu ATM/debit (X2) dianggap konstan
maka setiap transaksi e-money (X3) naik
sebesar satu juta rupiah maka jumlah uang
beredar dalam arti sempit (M1) akan turun
sebesar 2 juta rupiah. Uji Koefesien Determinasi
Berdasarkan tabel 3, nilai R sebesar
0,983 dan R2 sebesar 0,966. Artinya
besarnya keeratan hubungan antara variabel
bebas dalam mempengaruhi variabel terikat
adalah sebesar 98,3% selain itu besarnya
kemampuan semua variabel bebas dalam
menjelaskan varians dari variabel
terikatnya adalah sebesar 96,6% dan
sisanya 3,4% dijelaskan oleh faktor lain.
Uji Koefesien Regresi Secara Simultan (Uji F) Tabel 5 Uji F
Coefficientsa
10104.770 96498.983 .105 .918
-.003 .005 -.331 -.538 .599 .148 6.739
.000 .000 .867 1.507 .154 .170 5.880
-.001 .002 -.203 -.478 .640 .313 3.190
(Constant)
KK
ATM
EM
Model1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Abs_RESa.
ANOVAb
5E+011 3 1.600E+011 133.403 .000a
2E+010 14 1199128133
5E+011 17
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), EM, ATM, KKa.
Dependent Variable: JUBb.
Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)
372
Pada tabel ANOVA diatas diperoleh
f hitung sebesar 133,403 dengan tingkat
signifikan sebesar 0,000a sedangkan nilai f
sebesar 3,34. Dari hasil tersebut diketahui
bahwa nilai f hitung 133,403 > f tabel 3,34
dengan dibuktikan pada kurva distribusi uji
f dalam gambar 2.
Gambar 2
Kurva Distribusi Uji F
Dari hasil analisis diatas, dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha
diterima, artinya secara bersamaan
transaksi kartu kredit, transaksi kartu
ATM/debit, dan transaksi e-money
berpengaruh secara positif terhadap jumlah
uang beredar dalam arti sempit (M1).
Uji Koefesien Regresi Secara Parsial (Uji t)
Hasil dari uji t dalam penelitian ini digambarkan dalam tabel berikut: Tabel 6
Hasil Analisis Uji t
Berdasarkan tabel 6, transaksi kartu
ATM/debit terhadap jumlah uang beredar
(M1) berpengaruh signifikan karena t
hitung > t tabel. Sedangkan Transaksi kartu
kredit dan E-money tidak berpengaruh
signifikan karena t hitung < t tabel.
Pengaruh Transaksi Kartu Kredit,
Transaksi ATM/debit, dan Transaksi E-
money Secara Simultan Terhadap
Jumlah Uang Beredar (M1) di Indonesia
Berdasarkan hasil analisis diketahui
bahwa secara simultan (secara bersama-
sama) transaksi kartu kredit, transaksi kartu
ATM/debit, dan transaksi e-money
berpengaruh signifikan terhadap jumlah
uang beredar (M1) di Indonesia. Apabila
transaksi kartu kredit (X1), transaksi kartu
ATM/debit (X2), dan transaksi e-money
(X3) dianggap konstan maka jumlah uang
beredar dalam arti sempit (M1) akan naik
sebesar 268.410,3 milyar rupiah.
Pengaruh secara simultan (secara
bersama-sama) antara transaksi kartu
kredit, transaksi kartu ATM/debit, dan
Variabel t
Hitung
t
Tabel
Sig Keterangan
Transaksi
Kartu
Kredit (X1)
-0,974 2,145 0,346 Tidak
Berpengaruh
Transaksi
Kartu
ATM/debit
(X2)
9,398 2,145 0,000 Berpengaruh
Transaksi
E-money
(X3)
-0,375 2,145 0,713 Tidak
Berpengaruh
Daerah Penerimaan H0
Daerah Penerimaan Ha
3,34
4 133,4
03
Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)
373
transaksi e-money terhadap jumlah uang
beredar (M1) telah sesuai dengan hipotesis
yang dikemukakan pada bab sebelumnya.
Yang artinya jika transaksi non tunai seperti
kartu kredit, kartu ATM/debit, dan e-money
meningkat maka jumlah uang beredar
dalam arti sempit (M1) juga akan
meningkat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ayu Nursari
(2019), dimana hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa nilai nominal
transaksi Kartu ATM/debit, nilai nominal
transaksi kartu Kredit, nilai nominal
transaksi E-Money, nilai nominal transaksi
RTGS secara bersama-sama berpengaruh
positif terhadap jumlah permintaan uang
masyarakat (M1) Indonesia baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang.
Hal ini sesuai dengan teori
permintaan uang yang dikemukakan oleh
Asfia Murni (2009), dimana ketika
perekonomian semakin maju maka porsi
penggunaan uang kartal akan semakin
sedikit karena digantikan oleh uang giral
dan near money dalam hal ini yaitu
transaksi tunai digantikan oleh transaksi
non tunai, sehingga apabila perekonomian
semakin maju dan berkembang maka
jumlah uang beredar juga akan bertambah.
Pengaruh Transaksi Kartu Kredit
Terhadap Jumlah Uang Beredar
(M1) di Indonesia
Berdasarkan hasil analisis diketahui
bahwa transaksi kartu kredit tidak
berpengaruh signifikan terhadap jumlah
uang beredar dalam arti sempit (M1).
Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis
yang dikemukakan pada bab sebelumnya
dimana kartu kredit berpengaruh secara
negatif terhadap jumlah uang beredar dalam
arti sempit (M1). Karena meski transaksi
non tunai menggunakan kartu kredit mulai
menjadi trend dikalangan masyarakat,
namun transaksi dalam sistem pembayaran
masih didominasi dengan uang kartal,
mengingat tidak semua kalangan dapat
dengan mudah memiliki kartu kredit yang
disebabkan oleh beberapa proses yang
terbilang cukup ketat dalam pembuatan
kartu kredit. Selain itu, tidak meratanya
akses teknologi yang dapat dijangkau oleh
seluruh kelompok masyarakat seperti
masyarakat yang tinggal pada wilayah
pantai atau pesisir dan masyarakat yang
tinggal pada wilayah pegunungan juga
menyebabkan masih mendominasinya
penggunaan uang kartal dibanding dengan
kartu kredit.
Selanjutnya mayoritas masyarakat
beranggapan bahwa penggunaan kartu
kredit hanya akan menimbulkan sifat
konsumtif terlebih dengan ditawarkannya
bunga kredit yang rendah mencapai 0%
dengan tujuan agar penggunaan kartu kredit
dapat meningkat, namun dengan rendahnya
harga kredit tersebut beberapa golongan
masyarakat justru menilai hal tersebut
hanya akan menimbulkan sifat konsumtif
pada masa sekarang, dan menimbulkan
beban pembayaran di masa depan.
Sehingga masyarakat cenderung
menghindari penggunaan kartu kredit agar
terhindar dari sifat konsumtif dan lebih
memilih menggunakan uang tunai. Jika
dilihat dari sisi moneter, bunga kredit yang
rendah mencapai 0% dilakukan dengan
tujuan untuk meningkatkan penggunaan
kartu kredit. Apabila penggunaan kartu
kredit meningkat maka permintaan
terhadap barang dan jasa juga akan
meningkat, hal ini menyebabkan
peningkatan pula terhadap harga barang
dan jasa yang ditawarkan, sehingga
berakibat pada terjadinya inflasi.
Hasil dari penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nastiti Ninda Lintangsari (2018), dimana
hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa transaksi kartu kredit tidak
berpengaruh signifikan terhadap jumlah
uang yang beredar (M1).
Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)
374
Pengaruh Transaksi Kartu ATM/debit
Terhadap Jumlah Uang Beredar (M1) di
Indonesia
Berdasarkan hasil analisis diketahui
bahwa nilai nominal transaksi kartu
ATM/debit berpengaruh signifikan secara
positif terhadap jumlah uang beredar dalam
arti sempit (M1), apabila transaksi kartu
kredit (X1) dan transaksi e-money (X3)
dianggap konstan maka setiap transaksi
kartu ATM/debit (X2) naik sebesar satu
juta rupiah maka jumlah uang beredar
dalam arti sempit (M1) juga akan naik
sebesar 2 juta rupiah.
Hal ini sesuai dengan hipotesis yang
telah dikemukakan pada bab sebelumnya.
Dimana M1 adalah uang kartal ditambah
uang giral. Jika uang kartal dianggap
konstan, maka peningkatan nominal
transaksi kartu ATM/debit yang termasuk
dalam kategori uang giral juga
menyebabkan peningkatan terhadap M1.
Penggunaan kartu ATM/debit sudah
menjadi hal lumrah di kalangan
masyarakat, hampir setiap orang memiliki
lebih dari satu kartu ATM/debit. Bahkan
sebagian besar perusahaan menggunakan
transaksi melalui kartu ATM/debit dalam
memberikan gaji kepada karyawannya.
Pengguna ATM bisa melakukan transaksi
keuangan hampir ke seluruh dunia, baik
mengirim atau menarik uang dan
melakukan pembayaran tagihan secara
online tanpa harus mengantri di Bank.
Besarnya transaksi yang dilakukan melalui
kartu ATM/debit inilah kemudian yang
mempengaruhi jumlah uang beredar (M1),
dimana semakin meningkatnya transaksi
kartu ATM/debit, maka jumlah uang
beredar (M1) juga akan semakin
meningkat.
Hasil dari penelitian ini sesuai
dengan pendapat Siti Hidayati (2006),
dimana kemajuan perangkat pembayaran
non tunai menggunakan kartu semacam
ATM dan kartu debit dengan tabungan
untuk underlyingnya menimbulkan
terjadinya perubahan manfaat tabungan
dari simpanan yang tidak bisa diambil
kapan saja membuat bentuk simpanan yang
bisa diambil kapan saja seperti halnya
simpanan giral. Sehingga pengklasifikasian
tabungan yang menggunakan ATM atau
kartu debit adalah bagian dari nerrow
money (M1) dalam kategori uang giral
bukan lagi M2. M1 sendiri merupakan uang
kartal ditambah uang giral. Jika uang kartal
dianggap konstan, maka peningkatan
nominal transaksi kartu ATM/debit juga
dapat menyebabkan peningkatan terhadap
M1. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nastiti Ninda Lintangsari
(2018), yang berjudul “Analisis Pengaruh
Instrumen Pembayaran Non Tunai
Terhadap Stabilitas Sistem Keuangan di
Indonesia” dengan menggunakan metode
regresi berganda, dimana hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh positif dan signifikan antara kartu
ATM/debit terhadap jumlah uang beredar
(M1).
Penelitian ini juga mendukung dari
penelitian Lasondy Istanto dan Syarief
Fauzie (2014) yang berjudul “Analisis
Dampak Pembayaran Non Tunai Terhadap
Jumlah Uang Beredar di Indonesia” dengan
menggunakan metode ECM yang
menunjukkan hasil yang sesuai dengan
analisis yang dilakukan oleh peneliti,
dimana hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa transaksi APMK
melalui proxy volume transaksi kartu ATM
/ debit berpengaruh postif dan signifikan
terhadap M1 dalam jangka panjang dan
jangka pendek.
Pengaruh Transaksi E-money Terhadap
Jumlah Uang Beredar (M1) di Indonesia
Berdasarkan hasil analisis diketahui
bahwa transaki e-money tidak berpengaruh
signifikan terhadap jumlah uang beredar
dalam arti sempit (M1).
Hasil penelitian ini tidak
mendukung hipotesis ke empat, yaitu
diduga terdapat pengaruh antara transaksi
Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)
375
pembayaran non tunai dengan
menggunakan E-money terhadap jumlah
uang beredar di Indonesia yang
dikemukakan pada bab sebelumnya.
Karena dengan berkembangnya digitalisasi
menyebabkan e-money semakin
berkembang pesat khususnya pada sektor
pembayaran ritel. Namun transaksi dalam
sistem pembayaran masih didominasi
dengan penggunaan uang kartal, mengingat
tidak semua kelompok masyarakat dapat
menggunakan uang elektronik karena pada
beberapa wilayah tertentu seperti pada
wilayah pantai dan pegunungan yang belum
terjangkau perubahan teknologi sehingga
transaksi pembayaran masih didominasi
dengan penggunaan uang tunai.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Eduardus
Arthur (2016), yang menunjukkan bahwa
dalam jangka panjang e-money (uang
elektronik) tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap M1. Hasil penelitian ini
diperkuat oleh pendapat dari Hidayati
(2006) yang menyatakan bahwa E-money
(uang elektronik) merupakan produk pra-
bayar yang mana jumlah nilai uang
disimpan didalam sebuah media elektronis
yang dimiliki seseorang, yang besarnya
akan berkurang pada waktu digunakan saat
pembayaran beberapa macam jenis
transaksi. E-money bisa dikeluarkan atas
beban rekening nasabah yang berada di
bank umum atau dengan setoran tunai. E-
money (uang elektronik) merupakan alat
pembayaran yang sifatnya liquid dan dapat
disertakan dengan uang tunai atau giro.
Oleh karena itu perhitungan M1 di dalam
statistik uang beredar, terkait dengan
penerbitan E-money (uang elektronik) akan
menjadi uang kartal ditambah uang giral
ditambah float (dana E-money). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa perbandingan
penggunaan e-money yang masih relatif
kecil dibandingkan dengan penggunaan
uang kartal, menyebabkan besarnya volume
dalam transaksi uang elektronik selama
periode tahun 2015 triwulan I sampai
dengan tahun 2019 triwulan II tidak
mempengaruhi besarnya jumlah uang
beredar dalam arti sempit (M1), melainkan
hanya merubah komposisi uang kartal dan
uang giral.
Kesimpulan
1. Variabel independen yang berupa
transaksi kartu kredit, transaksi
kartu ATM/debit, dan transaksi e-
money berpengaruh signifikan
secara simultan terhadap variabel
dependen, yaitu jumlah uang
beredar dalam arti sempit (M1).
2. Transaksi kartu kredit secara parsial
tidak berpengaruh signifikan
terhadap jumlah uang beredar (M1),
meski transaksi non tunai
menggunakan kartu kredit mulai
menjadi trend dikalangan
masyarakat, namun transaksi dalam
sistem pembayaran masih
didominasi dengan uang kartal,
mengingat tidak semua kalangan
dapat dengan mudah memiliki kartu
kredit yang disebabkan oleh
beberapa proses yang terbilang
cukup ketat dalam pembuatan kartu
kredit.
3. Transaksi kartu ATM/debit secara
parsial berpengaruh positif terhadap
jumlah uang beredar dalam arti
sempit (M1), dimana M1 adalah
uang kartal ditambah uang giral.
Jika uang kartal dianggap konstan,
maka peningkatan nominal
transaksi kartu ATM/debit yang
termasuk dalam kategori uang giral
juga menyebabkan peningkatan
terhadap jumlah uang beredar (M1).
4. Transaksi e-money secara parsial
tidak berpengaruh signifikan
terhadap jumlah uang beredar (M1),
seiring dengan berkembangnya
digitalisasi menyebabkan e-money
semakin berkembang pesat
khususnya pada sektor pembayaran
Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)
376
ritel. Namun transaksi dalam sistem
pembayaran masih didominasi
dengan penggunaan uang kartal,
karena tidak semua golongan
masyarakat dapat bertransaksi
dengan e-money.
Saran
1. Penggunaan E-money yang
menawarkan kemudahan dalam
bertransaksi disertai berbagai
promosi menarik salah satunya
yaitu pemberian cashback dapat
menimbulkan sifat konsumtif bagi
penggunanya, untuk itu diperlukan
peran Bank Indonesia dalam
membatasi nominal cashback dan
jumlah promosi yang ditawarkan
oleh platform perdagangan
elektronik dalam periode waktu
tertentu agar jumlah uang beredar
tetap terjaga sehingga tidak
menimbulkan inflasi.
2. Bagi peneliti selanjutnya
diharapkan untuk dapat melakukan
penelitian dengan menambah
variabel BI-RTGS, Bilyet Giro, dan
Kartu Prabayar atau faktor-faktor
lain yang mempengaruhi jumlah
uang beredar (M1), menambah
periode penelitian, serta
menggunakan metode penelitian
lain seperti metode ECM untuk
mendapatkan hasil penelitian yang
lebih akurat dan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA Asmara, Chandra Gian. Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia 2017 Capai 5,07%. CNBC
Indonesia. www.cnbcindonesia.com
diakses pada tanggal 25 November
2019 Pukul 12.00 WIB.
Boediono. 1998. Ekonomi Moneter, Seri
Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi.
Yogyakarta : BPFE.
Fahmi, Irham. 2015. Manajemen Perbankan
Konvensional dan Syariah. Jakarta : PT
Mitra Wacana Media. Hal.239
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis
Multivariete Dengan Program IBM
SPSS 23 (Edisi 8). Cetakan ke VIII.
Semarang : Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Hidayati Siti, dkk. 2006. Kajian Operasional E-
Money. Jakarta: Bank Indonesia.
Istanto, Lasondy. Fauzie, Syarief. 2014.
Analisis Dampak Pembayaran Non
Tunai Terhadap Jumlah Uang Yang
Beredar di Indonesia, Jurnal Ekonomi
dan Keuangan Vol.2 No.10.
Lintangsari dkk. 2018. Analisis Pengaruh
Instrumen Pembayaran Non Tunai
Terhadap Stabilitas Sistem Keuangan
di Indonesia, Universitas Diponegoro.
Lukman, Arif. Mantapkan Diri Menerapkan
Less Cash Society,
www.kompasiana.com diakses tanggal
21 Oktober 2019 pukul 22.50 WIB.
Murni, Asfia. 2009. Ekonomika Makro Cetakan
Kedua. Bandung : PT Refika Aditama.
Hal.116
Nazir. 2014. Metode Penelitian Cetakan
Kesepuluh. Bogor : PT Ghalia
Indonesia. Hal.79-110.
Peraturan Bank Indonesia No.11/12/PBI/2009
Tanggal 13 April 2009 Tentang Uang
Elektronik (E-money)
Peraturan Bank Indonesia No.14/2/PBI/2012
Tentang Perubahan atas
No.11/11/PBI/2009 tentang
Penyelenggaran Kegiatan APMK (Alat
Pembayaran dengan Menggunakan
Kartu).
Rivai, Veithal dkk. 2001. Bank and Financial
Institution Management. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, hal 1367.
Subari, Tri dan Ascarya. 2003. Kebijakan
Sistem Pembayaran di Indonesia Seri
Kebanksentralan No.8. Jakarta : Pusat
Pendidikan dan Studi Kebanksentralan.
Hal.38
Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi Teori
Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada. Hal.270,295.
Tanpa Nama. Org, Perbedaan Uang Elektronik
dan APMK, www.wikipedia.com
diakses tanggal 9 Oktober 2019 pukul
19.21 WIB