+ All Categories
Home > Documents > JURNAL PERKEMBANGAN PENCAK SILAT DI JAWA TENGAH …

JURNAL PERKEMBANGAN PENCAK SILAT DI JAWA TENGAH …

Date post: 29-Oct-2021
Category:
Upload: others
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
12
77 Naskah diterima: 21 Januari 2020; direvisi akhir: 31 Oktober 2020; disetujui: 2 November 2020 Volume 15 Nomor 2/2020 JURNAL KEBUDAYAAN PERKEMBANGAN PENCAK SILAT DI JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA THE DEVELOPMENT OF PENCAK SILAT IN CENTRAL JAVA AND SPECIAL REGION OF YOGYAKARTA Damardja Kun Marjanto dan Imelda Widjaja Pusat Penelian Kebijakan, Balitbang dan Perbukuan, Kemendikbud [email protected] DOI : 10.24832/jk.v15i2.330 ABSTRACT One of the cultural heritage of the Indonesian naon is Pencak Silat as one of the tradions in the performing arts and maral arts which is full of various elements of the ability to culvate the body to display movements that invite beauty. The ability to culvate the body with beauful movements is a skill even only for the performing arts but also a skill for self-defense. Also besides, Pencak silat is also rich in reflecons of tradions that live in its local culture, which are influenced by values that carry philosophical meanings. This study aims to determine the development of Pencak silat in Central Java and the Special Region of Yogyakarta (DIY), and to observe the process of pencak silat inheritance from generaon to generaon. This research uses a qualitave approach by means of observaon, interviews, and guided group discussions. The results showed that pencak silat is not just a sport, but it is full of values and meaning in people’s lives. As well as the inheritance of maral arts knowledge goes well, from generaon to generaon, from a teacher or trainer to his students. This can be seen with the increasing number of schools and schools of pencak silat originang from Central Java and DI Yogyakarta. Keywords: Pencak Silat, Meaning, Value, Inheritance, and Development ABSTRAK Salah satu warisan budaya bangsa Indonesia adalah Pencak Silat sebagai salah satu tradisi dalam seni pertunjukan dan bela diri yang sarat dengan berbagai unsur kemampuan mengolah tubuh untuk memperagakan gerakan yang mengundang keindahan. Kemampuan mengolah tubuh dengan gerakan yang indah itu merupakan suatu ketrampilan bahkan hanya untuk seni pertunjukan tetapi juga suatu keterampilan membela diri. Selain itu, pencak silat juga kaya cerminan tradisi-tradisi yang hidup dalam kebudayaan lokalnya, yang dipengaruhi oleh nilai-nilai yang mengandung makna filosofi. Penelian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan pencak silat di Jawa Tengah dan Daerah Ismewa Yogyakarta (DIY), dan mengama proses pewarisan pencak silat dari generasi ke generasi. Penelian ini menggunakan pendekatan kualitaf dengan cara observasi, wawancara, dan diskusi kelompok terpumpun. Hasil penelian menunjukkan bahwa pencak silat bukan hanya sekedar olahraga, namun penuh nilai dan makna dalam kehidupan masyarakat. Serta pewarisan ilmu pencak silat berjalan dengan baik, dari generasi ke generasi, dari seorang guru atau pelah kepada murid-muridnya. Hal ini dapat terlihat dengan semakin banyaknya jumlah aliran dan perguruan pencak silat yang berasal dari Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Kata kunci: Pencak Silat, Makna, Nilai, Pewarisan, dan Perkembangan
Transcript
Page 1: JURNAL PERKEMBANGAN PENCAK SILAT DI JAWA TENGAH …

Jurnal Kebudayaan, Volume 15, Nomor 2/2020

77

Naskah diterima: 21 Januari 2020;

direvisi akhir: 31 Oktober 2020;

disetujui: 2 November 2020

Volume 15Nomor 2/2020

JURNAL KEBUDAYAAN

PERKEMBANGAN PENCAK SILAT DI JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

THE DEVELOPMENT OF PENCAK SILAT IN CENTRAL JAVA AND SPECIAL REGION OF YOGYAKARTA

Damardjati Kun Marjanto dan Imelda WidjajaPusat Penelitian Kebijakan, Balitbang dan Perbukuan, [email protected]

DOI : 10.24832/jk.v15i2.330

ABSTRACTOne of the cultural heritage of the Indonesian nation is Pencak Silat as one of the traditions in the performing arts and martial arts which is full of various elements of the ability to cultivate the body to display movements that invite beauty. The ability to cultivate the body with beautiful movements is a skill even only for the performing arts but also a skill for self-defense. Also besides, Pencak silat is also rich in reflections of traditions that live in its local culture, which are influenced by values that carry philosophical meanings. This study aims to determine the development of Pencak silat in Central Java and the Special Region of Yogyakarta (DIY), and to observe the process of pencak silat inheritance from generation to generation. This research uses a qualitative approach by means of observation, interviews, and guided group discussions. The results showed that pencak silat is not just a sport, but it is full of values and meaning in people’s lives. As well as the inheritance of martial arts knowledge goes well, from generation to generation, from a teacher or trainer to his students. This can be seen with the increasing number of schools and schools of pencak silat originating from Central Java and DI Yogyakarta. Keywords: Pencak Silat, Meaning, Value, Inheritance, and Development

ABSTRAKSalah satu warisan budaya bangsa Indonesia adalah Pencak Silat sebagai salah satu tradisi dalam seni pertunjukan dan bela diri yang sarat dengan berbagai unsur kemampuan mengolah tubuh untuk memperagakan gerakan yang mengundang keindahan. Kemampuan mengolah tubuh dengan gerakan yang indah itu merupakan suatu ketrampilan bahkan hanya untuk seni pertunjukan tetapi juga suatu keterampilan membela diri. Selain itu, pencak silat juga kaya cerminan tradisi-tradisi yang hidup dalam kebudayaan lokalnya, yang dipengaruhi oleh nilai-nilai yang mengandung makna filosofi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan pencak silat di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan mengamati proses pewarisan pencak silat dari generasi ke generasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan cara observasi, wawancara, dan diskusi kelompok terpumpun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencak silat bukan hanya sekedar olahraga, namun penuh nilai dan makna dalam kehidupan masyarakat. Serta pewarisan ilmu pencak silat berjalan dengan baik, dari generasi ke generasi, dari seorang guru atau pelatih kepada murid-muridnya. Hal ini dapat terlihat dengan semakin banyaknya jumlah aliran dan perguruan pencak silat yang berasal dari Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.

Kata kunci: Pencak Silat, Makna, Nilai, Pewarisan, dan Perkembangan

Page 2: JURNAL PERKEMBANGAN PENCAK SILAT DI JAWA TENGAH …

Damardjati KM, Imelda W, Perkembangan Pencak Silat di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta

78

PENDAHULUAN

Pencak silat merupakan seni bela diri yang mengandung empat aspek, yaitu olahraga, bela diri, seni dan mental spiritual. Keempat aspek tersebut selalu ada pada setiap ajaran pencak silat yang ada di berbagai perguruan atau padepokan. Pencak silat dikenal oleh masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah sejak beratus tahun yang lalu.

Komunitas Pencak silat di DIY dan Jawa Tengah adalah para praktisi pencak silat mulai dari murid/putro/siswa, pelatih, guru, guru besar, pendekar, dan sesepuh perguruan dan padepokan. Selain praktisi Pencak silat, para penjahit pakaian pencak silat juga merupakan pihak yang bersangkutan dengan pencak silat. Pejabat pemerintah atau dinas terkait, semisal Dinas Kebudayaan Provinsi DIY dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah serta kabupaten/ kota di DIY dan Jawa Tengah merupakan pihak yang senantiasa terlibat dalam kehidupan budaya Pencak silat. Komunitas atau forum komunikasi antarperguruan Pencak silat, semisal PAS (Paseduluran Angkringan Silat) dan IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) DIY dan Jawa Tengah juga merupakan pihak yang sangat peduli dengan perkembangan pencak silat di DIY dan Jawa Tengah.

Silat ditemukan pada hampir semua masyarakat di kabupaten /kota di DIY dan Jawa Tengah. Beberapa perguruan pencak silat berdiri pertama kali di DIY dan Jawa Tengah, kemudian menyebar ke berbagai daerah di Indonesia. Selain itu persebaran pencak silat sampai ke Malaysia. Singapura, Thailand, Kamboja, Jepang, Amerika, Kanada, Belanda, Spanyol, Jerman, Austria, Perancis, dan ada juga di Afrika (Aljazair, Mesir).

Persebaran pencak silat dari DIY dan Jawa Tengah dilakukan oleh para pelatih dari perguruan yang berpindah tempat tinggal di luar wilayah DIY dan Jawa Tengah, baik ke berbagai daerah di Indonesia maupun di luar negeri. Di luar negeri, persebaran pencak silat bisa juga dilakukan oleh murid-murid perguruan yang berasal dari luar negeri. Setelah menduduki jenjang tertentu, mereka dapat membuka tempat latihan di luar negeri. Namun demikian tetap saja selalu ada kontrol pelatih dari perguruan di Indonesia, dengan cara memberikan pembinaan dan pelatihan di tempat latihan luar negeri. Pelatih dari luar negeri belajar ke Indonesia tentang

bidang keilmuan pencak silat.

Dalam masyarakat majemuk di Indonesia, pembauran terjadi dalam kebudayaan Indonesia, begitupun dengan perkembangan silat di Indonesia. Profil pencak silat di Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam tiga bagian, yaitu (Mardotillah, 2016: 125):

1. Pencak silat asli (original), ialah pencak silat yang berasal dari lokal dan masyarakat etnis di Indonesia.

2. Pencak silat bukan asli yang sebagian besar berasal dari Kung Fu, Karate dan Jujitsu.

3. Pencak silat campuran, ialah campuran antara pencak silat asli dan bukan asli (bela diri asing yang ingin bergabung dengan nama pencak silat sesuai peraturan AD dan ART IPSI)

Pencak Silat merupakan sarana budidaya tubuh, wahana pengembangan spiritual, seni pertunjukan, dan olahraga internasional dan sejarahnya terkait erat dengan munculnya negara Indonesia. Silat dapat dijelaskan melalui ilmu pengetahuan, pedagogi Pencak Silat, kekuatan tubuh maupun warisan nenek moyang termasuk pengelolaan tradisi; dari mistis ke molekul; dan badan berdaulat dan praktis kekuasaan (Wilson, 2015).

Salah satu aliran pencak silat yang berkembang di Indonesia adalah Silat Perisai Diri. Silat perisai diri memiliki beberapa fungsi dalam kehidupan masyarakat. Fungsi pertama bahwa silat dipandang sebagai identitas budaya, bahwa seni bela diri perisai diri didirikan oleh orang Indonesia asli yang menempuh pendidikan silat baik pada guru-guru lokal maupun berguru pada pesilat asing yang berasal dari Tiongkok, yaitu Yap Kie San, sehingga tampak akulturasi budaya dalam teknik silat yang dihasilkan untuk memperkaya khasanah teknik silat itu sendiri. Fungsi kedua bahwa silat Perisai Diri dipandang dari segi pendidikan bermakna bahwa dalam setiap pengajaran terdiri dari beberapa tahap sebagai pembentuk kedisiplinan bagi anggota-anggotanya. Pendidikan jasmani dan rohani diberikan dan setiap akhir pertemuan, diberikan bekal spiritual tanpa memandang suku, agama, ras dan kepercayaan anggota sehingga pendidikan spiritual lebih menekankan kepada perbaikan moral dan ketaatan pada Tuhan Yang Maha Esa.

Page 3: JURNAL PERKEMBANGAN PENCAK SILAT DI JAWA TENGAH …

Jurnal Kebudayaan, Volume 15, Nomor 2/2020

79

Fungsi ketiga adalah silat sebagai seni bela diri yang mendukung pada pemeliharaan diri dari pengaruh-pengaruh luar yang tidak menguntungkan baik secara fisik, mental maupun spiritual. Seni bela diri dapat dipakai dalam kehidupan sehari-hari dalam meningkatkan keberanian dan kemandirian selain teknik bela diri yang dapat memberikan kepuasan bagi pelakunya dalam mengelola tubuhnya. Seni bela diri adalah seni yang dapat dinikmati melalui indera penglihatan, sehingga keberagaman teknik bela diri dapat disajikan sebagai bagian dari upacara-upacara peringatan dalam menambah khasanah budaya Indonesia. Seni bela diri Perisai Diri menempatkan silat sebagai seni dan bela diri atau dalam istilah yang umum adalah pencak silat. Fungsi keempat adalah sebagai sarana pemeliharaan kesehatan baik fisik maupun jiwa. Pemilihan gaya hidup sehat melalui olahraga silat masih digemari baik oleh anak-anak, remaja dan dewasa. Setiap kelas usia, mempunyai tujuan berbeda dalam memilih silat. Penekanan pada olahraga, kekuatan fisik dan mental juga bermain sambil belajar, lebih ditujukan pada anak-anak dan remaja dalam menyalurkan energinya. Silat membuat aliran oksigen menjadi lancar sehingga anak-anak dan remaja yang mengikuti silat dapat juga berprestasi secara akademik di sekolah. Selain sarana fisik, sarana peningkatan kesehatan jiwa melalui silat dapat diaktifkan dari peran-peran organisasi sosial kemasyarakatan. Silat bukan hanya sebagai sarana pemeliharaan kesehatan tetapi juga fungsi sosial dalam bergaul dan saling bertukar informasi mengenai pemeliharaan kesehatan itu sendiri (Mardotillah, 2016: 129-130).

Fungsi Keempat Manajemen Konflik. Nilai budaya Jawa sebagai nilai kearifan lokal masyarakat yang oleh anggota perguruan dimaknai sebagai pedoman idup utama, maka proses manajemen konflik juga harus berpedoman pada nilai kearifan lokal yang bertujuan untuk mewujudkan perdamaian jangka panjang (Widiyowati, 2018:34)

Sebagai wahana pendidikan kependekaran, pencak silat sarat akan nilai-nilai luhur. Nilai-nilai luhur dalam pencak silat dapat dimengerti dari empat aspek, yaitu aspek mental spiritual, aspek olahraga, aspek seni gerak, dan aspek bela diri.

1. Aspek Mental Spiritual: Pencak silat membangun dan mengembangkan

kepribadian dan karakter mulia seseorang. Para pendekar dan maha guru pencak silat zaman dahulu seringkali harus melewati tahapan semadi, tapa, atau aspek kebatinan lain untuk mencapai tingkat tertinggi keilmuannya.

2. Aspek Seni Budaya: Budaya dan permainan “seni” pencak silat ialah salah satu aspek yang sangat penting. Istilah Pencak pada umumnya menggambarkan bentuk seni tarian pencak silat, dengan musik dan busana tradisional.

3. Aspek Bela diri: Kepercayaan dan ketekunan diri ialah sangat penting dalam menguasai ilmu bela diri dalam pencak silat. Istilah silat, cenderung menekankan pada aspek kemampuan teknis bela diri pencak silat.

4. Aspek Olahraga: ini berarti bahwa aspek fisik dalam pencak silat ialah penting. Pesilat mencoba menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh.

Keempat aspek tersebut membentuk satu kekuatan dan kesatuan yang bulat (Ramadhan, 2017:108).

Pencak silat bukan hanya seni bela diri yang indah, keras, kokoh, tangguh, dan memiliki berbagai jurus yang mematikan. Tetapi ia lahir sebagi seni bela diri yang menggabungkan aspek lahiriah dan batiniah. Memiliki banyak falsafah yang bermakna dalam tentang kehidupan serta lebih menekankan ajarannya dengan memperkuat hubungan transcendental kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Para pesilat selalu diajarkan tentang bagaimana menjalani kehidupan sebagai insan berbudi pekerti luhur dan berkarakter mulia sebagai pendekar sejati. Ilmu yang dimiliki selalu dimanfaatkan untuk kesejahteraan umat dan selalu berpihak kepada kebenaran (Pratama, 2017:194).

Beberapa nilai positif yang diperoleh dalam olahraga bela diri pencak silat adalah (Kumaidah, 2017):

1. Kesehatan dan kebugaran2. Membangkitkan rasa percaya diri3. Melatih ketahanan mental4. Mengembangkan kewaspadaan diri yang

tinggi5. Membina sportivitas dan jiwa ksatria6. Disiplin dan keuletan yang lebih tinggi

Page 4: JURNAL PERKEMBANGAN PENCAK SILAT DI JAWA TENGAH …

Damardjati KM, Imelda W, Perkembangan Pencak Silat di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta

80

Sebagai pengikat dan komitmen dalam berperilaku dalam kehidupan seharihari, Perisai Diri memiliki janji yang wajib diucapkan dan dilaksanakan oleh setiap anggota. Adapun janji Perisai Diri, yaitu:

1. Berketuhanan Yang Maha Esa2. Setia dan taat kepada Negara3. Mendahulukan kepentingan Negara4. Patuh kepada perguruan5. Memupuk rasa kasih sayangKeseluruhan rangkaian latihan silat dalam Perisai Diri memadukan antara teknik olah tubuh dan mental berdasarkan kepada ilmu yang diwariskan oleh pendirinya. Silat perisai diri bukan hanya sebagai warisan budaya bangsa, tetapi sebagai sarana kedisiplinan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia (Mardotillah, 2016:129).

Sebagai salah satu warisan budaya, maka silat sebagai identitas budaya, sarana pendidikan, seni bela diri dan praktek pemeliharaan kesehatan melalui olahraga memiliki beberapa simpulan antara lain (Mardotillah, 2016:131):

1. Aktifitas Silat merupakan simbol pemaknaan identitas budaya melalui pendidikan untuk pemeliharaan kesehatan dan kemandirian.

2. Aktifitas silat hakekatnya merupakan sebuah sarana pengikat kebersamaan untuk melaksanakan tujuan yang sama.

3. Keberagaman dalam memahami teknik silat yang disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat tidak menghilangkan budaya tersebut sehingga tetap diakomodir sesuai dengan pemahaman dan kebutuhan masingmasing.

4. Kekuatan kebersamaan dalam aktifitas silat tercermin pada gotong royong anggota terutama pada saat berlangsung acara-acara pertandingan baik skala lokal, nasional maupun internasional.

5. Kekuatan gotong royong dalam memelihara keberadaan silat, merupakan potensi positif dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam pemeliharaan budaya melalui olahraga silat, sehingga di harapkan terjadi keseimbangan antara pengetahuan secara turun temurun dan pengetahuan modern demi menjaga keberlangsungan tradisi silat Indonesia.

6. Dampak dari pendidikan bela diri silat dapat meningkatkan fisik dan mental peserta didik yang berimplikasi pada produktivitas.

7. Kekuatan dalam kebersamaan dalam berlatih silat tercermin dalam perilaku yang saling menguatkan dalam memaknai proses kehidupan berbangsa dengan mempertahankan identitas budaya melalui seni bela diri dan pemeliharaan kesehatan.

8. Kekuatan dalam saling membantu sebagai upaya memelihara identitas budaya merupakan potensi positif untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat sebagai jatidiri bangsa yang berkualitas secara fisik dan mental.

9. Simbol seni bela diri silat merupakan sebuah jalan dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai identitas budayanya. Memaknai identitas budaya tidak hanya sekedar pengetahuan tetapi silat dan praktek yang bermanfaat bagi pendidikan dan pemeliharaan kesehatan setiap generasi.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa pencak silat merupakan warisan budaya yang sarat akan makna dan nilai budaya. Akan tetapi dalam perkembangannya seni bela diri pencak silat semakin kurang mendapatkan tempat di hati masyarakat. Banyak di antara para remaja lebih memperhatikan dan meminati kesenian bela diri dari negara tetangga seperti karate, taekwondo, judo, dan yang lainnya.

Faktor penyebab minat masyarakat yang rendah terhadap warisan budaya pencak silat adalah karena perkembangan teknologi, yang berpengaruh terhadap cara berpikir masyrakat sehingga masyarakat mengganggap bahwa pencak silat sudah ketinggalan zaman (Ikhsani, 2017).

Artikel ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan di Jawa Tengah dan DIY. Permasalahan penelitian adalah adanya pandangan bahwa aliran pencak silat yang berada di Jawa Tengah dan DIY mulai berkurang pengikutnya sehingga munculnya kekhawatiran terhadap perkembangan pencak silat, termasuk di dalamnya proses pewarisannya. Dengan demikian, penelitian bertujuan untuk melihat perkembangan pencak silat di Jawa Tengah dan DIY serta mengetahui proses pewarisan tradisi

Page 5: JURNAL PERKEMBANGAN PENCAK SILAT DI JAWA TENGAH …

Jurnal Kebudayaan, Volume 15, Nomor 2/2020

81

pencak silat dari generasi ke generasi serta untuk mengetahu makna filosofi yang terkandung dalam Pencak Silat Jawa Tengah dan DIY.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan diskusi kelompok terpumpun. Adapun pengertian teknik pengumpulan data yang dimaksud adalah (Nugrahani, 2014:124-139):

1. Observasi merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Melalui observasi peneliti dapat mendokumentasikan dan merefleksi secara sistematis terhadap kegiatan dan interaksi subjek penelitian. Semua yang dilihat dan didengar dalam observasi dapat dicatat an direkam dengan teliti jika itu sesuai dengan tema dan masalah yang dikaji dalam penelitian.

2. Teknik wawancara, merupakan teknik penggalian data melalui percakapan yang dilakukan dengan maksud tertentu, dari dua pihak atau lebih. Pewawancara (interviewer) adalah orang yang memberikan pertanyaan, sedangkan orang yang diwawancarai berperan sebagai narasumber yang akan memberikan jawaban atas pertanyaan yang disampaikan.

Wawancara dapat dilakukan untuk mengkonstruksi perihal orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, merekonstruksi kebulatan harapan pada masa yang akan datang, memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi dari berbagai sumber, dan mengubah atau memperluas konstruksi yang dikembangkan peneliti sebagai triangulasi. Teknik wawancara dipilih peneliti untuk memperoleh data yang lebih banyak, akurat dan mendalam.

3. Diskusi kelompok terpumpun merupakan jenis wawancara dengan panduan diskusi tersusun dari beberapa topik, dengan urutan pertanyaan yang disusun secara fleksibel.

Teknik ini sangat bermanfaat untuk menggali data terutama yang berkaitan dengan sikap, minat, dan latar belakang mengenai suatu kondisi, juga untuk menggali data tentang keinginan dan kebutuhan dari suatu kelompok

masyarakat tertentu. Pada dasarnya, diskusi ini merupakan wawancara kelompok, sehinggadata yang diperolehnya sekaligus merupakan data yang mantap karena sudah dibahas oleh banyak narasumber sebagai anggota dalam kelompok diskusi yang diselenggarakan.

Analisis data menggunakan cara analisis data deskriptif kualitatif, merangkai data yang tersedia menjadi sebuah kesimpulan yang merujuk kepada permasalahan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengertian Pencak Silat

Pencak silat pada dasarnya adalah bela diri khas masyarakat Jawa Tengah dan DIY menjadi bagian dari adat sejak dari zaman lampau dan masih berkembang sampai saat ini serta dipraktikkan dari anak-anak sampai orang lanjut usia. Pencak silat pada dasarnya dilakukan oleh laki-laki dan perempuan, meskipun ada beberapa perguruan yang mempunyai ketentuan hanya laki-laki yang boleh belajar pencak silat.1 Berbagai jurus Pencak silat diinspirasi oleh alam dan hewan yang ada di sekitar para pendiri perguruan pencak silat. Gerak pencak silat terdiri dari pukul, tendang, banting, sikut, gunting, sirkel, gampar, patahan dan kuncian.2

Pakaian yang digunakan oleh praktisi pencak silat di DIY dan Jawa Tengah umumnya adalah baju dan celana seragam yang longgar dan memakai ikat kepala yang disebut sebagai udeng. Warna seragam yang menjadi pakaian para praktisi pencak silat berbeda-beda satu perguruan dengan perguruan lainnya. Ada yang hitam-hitam, merah, hijau, dan sebagainya, serta seringkali ada hiasan warna yang lain di pinggir baju seragam. Tambahan: blangkon dan jarik; dalam kejuaraan di Wijaya Kusuma harus hitam-hitam antar perguruan masih menurut warna masing-masing perguruan; dalam pertandingan IPSI memakai warna hitam, seragam kebesaran. Seragam kain camping (hitam-hitam) dapat juga untuk menyambut tamu. Bahasa Jawanya udeng adalah destar (iket).

Senjata yang digunakan dalam penampilan pencak silat baik perorangan maupun

1 Wawancara dengan Tommy, penerus Phashadja Mataram, Jumat 27 Januari 2017.

2 Wawancara Wening, Dekan FIB UGM/Praktisi pencak silat, 31 Januari 2017.

Page 6: JURNAL PERKEMBANGAN PENCAK SILAT DI JAWA TENGAH …

Damardjati KM, Imelda W, Perkembangan Pencak Silat di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta

82

berpasangan adalah pedang pendek, tongkat, tongkat ganda, trisula, dan sebagainya. Satu perguruan dengan perguruan lain memiliki senjata khasnya masing-masing, bahkan ada perguruan yang mengembangkan pencak silat tanpa menggunakan senjata. Di DIY dan Jawa Tengah tidak semua penampilan pencak silat diiringi musik atau vokal, namun di beberapa perguruan pencak silat, alat musik gamelan biasa dipakai untuk mengiringi pertunjukkan pencak silat. Di beberapa perguruan, pertunjukan pencak silat biasa ditampilkan pada acara-acara adat, misalnya Haul pendiri perguruan, jagongan pencak kalau ada upacara pernikahan ataupun kelahiran bayi.3 Tambahan: pertemuan Jumat Kliwon dari Phashadja; tambahan senjata ada belati, pisau, pedang panjang, senjata panjang, senjata pendek, senjata lentur: pecut; ada cinde: sabuk untuk dapat senjata;

Pengampu dan praktisi pencak silat di DIY dan Jawa Tengah terdiri dari siswa/murid/putro, pelatih, guru/ dewan pendekar dan penerus/anak cucu dari pendiri perguruan/ padepokan. Murid/ siswa/ putro menerima pelajaran pemanasan, peragaan gerak dan jurus yang diberikan oleh pelatih. Setiap tahapan yang sudah dilalui oleh murid akan diuji oleh guru untuk menentukan apakah murid tersebut dapat naik ke tingkat selanjutnya. Tambahan: anak turun diteruskan oleh pewaris yang ditunjuk Pelatih berperan memberikan pelatihan dan bimbingan kepada para murid perguruan, dan memberikan evaluasi untuk kenaikan tingkat. Selain melatih murid, pelatih juga mendapat pelatihan dan bimbingan dari guru atau dewan pendekar.

Guru/ Dewan Pendekar berperan dalam memberikan pelatihan dan bimbingan, khususnya kepada pelatih walaupun tidak menutup kemungkinan juga memberikan bimbingan dan pelatihan kepada murid perguruan. Namun ada perguruan yang menetapkan kepelatihan secara berjenjang. Murid hanya dilatih oleh pelatih/ kader, sedangkan guru/pendekar hanya melatih pelatih/kader tetapi tidak melatih murid secara langsung.4 Penerus/ anak (pewaris) cucu pendiri perguruan, berperan dalam menjaga kemurnian ilmu pencak silat yang diterima dari leluhur

3 Wawancara Agung Sukoyo, Sesepuh Perguruan pencak silat Nusantara, Minggu, 29 Januari 2017

4 Wawancara Chamada, Ketua Dewan Pendekar PS Tapak Suci, 26 Januari 2017

mereka. Terkadang melakukan penambahan dan penyempurnaan ilmu pencak silat yang sudah diterima tersebut. Di saat-saat tertentu, penerus ilmu perguruan memberikan wejangan dan nasihat kepada semua anggota perguruan.

Dalam melakukan latihan, para pelatih secara otomatis melakukan peran mereka berdasarkan teladan senior tingkatan mereka. Peranan pelatih perempuan dibutuhkan untuk memperbaiki jurus/ gerak yang dilakukan oleh murid perempuan. Hal itu terkait dengan etika laki-laki perempuan.

Pencak silat di DIY dan Jawa Tengah memiliki karakteristik yang khas. Ada perguruan pencak silat yang memang berdiri pertama kali di DIY atau Jawa Tengah, namun ada juga perguruan pencak silat yang merupakan cabang dari daerah lain. Demikian juga sumber ilmu pencak silat merupakan hasil ramuan ilmu pencak silat dari berbagai daerah. Ada perguruan pencak silat yang berdiri pertama kali di wilayah DIY dan Jawa Tengah, namun berdasarkan penuturan, pendiri tersebut sebelum menemukan ilmu tersebut, berkelana terlebih dahulu ke berbagai daerah yang merupakan basis ilmu pencak silat, yaitu di Sumatera Barat, Jawa Barat, Banten, Ngawi, Madiun, Madura.5 Tambahan: ada juga ilmu adalah hasil cipta karya asli perguruan tanpa pengaruh dari ilmu/aliran yang lain; ada aliran yang memang dari gurunya langsung.

2. Pewarisan Pencak Silat

Pewarisan ilmu pencak silat pada saat ini dilakukan di perguruan/ padepokan, namun beberapa perguruan pencak silat ada menyebut dengan nama paguron.6 Melalui padepokan inilah ilmu pencak silat diwariskan kepada para murid perguruan. Tempat yang biasa dipakai untuk latihan pencak silat adalah di gedung-gedung olahraga, halaman rumah, lapangan, pantai, pegunungan, dan sebagainya.

Pola pewarisan keterampilan maupun pengetahuan pencak silat kepada para murid memiliki pola yang hampir sama satu perguruan dengan perguruan lainnya. Keterampilan gerak dan jurus diajarkan kepada para murid dengan contoh, kemudian murid memperagakan

5 Wawancara Prof. Siswantoyo, Guru Perpi Harimurti, 27 Januari 2017

6 Wawancara dengan Tommy, Penerus Perguruan Phashahdja Mataram, 28 Januari 2017.

Page 7: JURNAL PERKEMBANGAN PENCAK SILAT DI JAWA TENGAH …

Jurnal Kebudayaan, Volume 15, Nomor 2/2020

83

jurus dan gerak tersebut. Kalau ada kesalahan akan diberikan arahan oleh pelatih. Demikian seterusnya diulang-ulang sampai murid menguasai jurus dan gerak tersebut.

Pengetahuan dan filosofi pencak silat juga disampaikan oleh pelatih atau guru. Setelah selesai latihan para murid berkumpul membentuk lingkaran besar. Pelatih atau guru berdiri di tengah-tengah lingkaran tersebut sambil menyampaikan wejangan-wejangan terkait dengan ajaran pencak silat dari pendiri perguruan dan nilai-nilai filosofi pencak silat. Wawan sabdo (wejangan-wejangan) penting bagi pembentukan watak dan karakter siswa. Diharapkan para siswa dapat meneladani pendiri perguruan dan mempunyai karakter yang sesuai dengan ajaran sang pendiri.7 Tambahan: mempunyai karakter yang memiliki filosofi dan kearifan lokal (tidak selalu merujuk pada gurunya); perlu secara spesifik dijelaskan tidak melulu tentang kekuatan fisik tetapi juga untuk mental spritual, kejujuran dsb. Arti penting dan manfaat serta dampak positif terkait pencaksilat, misalkan memberikan pengaruh pada pembangunan pembangunan karakter. Karakter dalam olahraga perlu dikuatkan dengan desain tersendiri. Diketahui bahwa ada beberapa nilai luhur dalam pencak silat yang mudah dan dapat dimengerti berdasarkan empat aspek, yakni: aspek spiritual, aspek mental, aspek olahraga, aspek bela diri, dan terakhir adalah aspek seni gerak (Muhyi dan Purbojati, 2014:145; Saleh. 1991: 34).

Pencak silat merupakan warisan budaya leluhur yang sampai saat ini masih dipraktikkan oleh masyarakat di DIY dan Jawa Tengah. Pencak silat memiliki fungsi sosial karena dalam sebuah perguruan, kebersamaan dan tolong menolong dalam berbagai kehidupan sangat terasa. Melalui pencak silat terjalin silaturahim antar perguruan maupun antar anggota perguruan. Bahkan melalui pencak silat, batas-batas negara menjadi semakin kabur karena dipersatukan dalam satu perguruan. Pencak silat juga ditampilkan dalam berbagai kesempatan acara yang terkait dengan upacara adat antara lain pernikahan, kelahiran bayi dan sebagainya. Demikian pula dalam perayaan-perayaan yang sering diadakan oleh masyarakat, misalnya perayaan ulang tahun kemerdekaan RI, ulang tahun kabupaten

7 Wawancara dengan Dimas, Penerus Perguruan Krida Yudha Sinaliko 29/1/2017

ataupun ulang tahun desa. Tambahan: ada semacam budaya bahwa dari orang tua anak diserahkan ke perguruan; mendidik karakter anak bangsa menjadi lebih baik, ramah, saling tolong-menolong, dan sebagainya.

Sebagai sebuah warisan budaya, pencak silat merupakan hasil karya leluhur dan bermakna sebagai jati diri bangsa Indonesia yang sarat dengan nilai-nilai luhur pembentuk karakter generasi muda.8 Dikatakan sebagai jati diri bangsa, karena pencak silat yang sarat dengan nilai-nilai tersebut dipraktikkan di seluruh Nusantara. Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam pencak silat antara lain kesatria, disiplin, percaya diri, kebersamaan, persahabatan, dan sebagainya. Tambahan: kesetiaan, tanggung jawab, ketulusan

Berlatih pencak silat dapat mengembangkan karakter yang berguna bagi kehidupan sehari-hari murid perguruan. Dalam tradisi Jawa dikenal nilai-nilai sawiji greget sengguh ora mingkuh. Sawiji berarti fokus, greget berarti semangat, sengguh berarti percaya diri tapi tidak sombong, ora mingkuh berarti tanggung jawab. Keempat nilai budaya pembentuk karakter tersebut dapat diperoleh melalui pelatihan pencak silat.9

3. Sejarah Perkembangan Pencak Silat Jawa Tengah dan DIY

Dalam perjalanannya pencak silat di Jawa Tengah dan DIY mengalami perkembangan yang cukup baik terbukti dengan hadirnya berbagai aliran dan perguruan pencak silat di Indonesia, sebagai berikut:10

a. Padepokan RangJat (Ranggah Jati) Persaudaraan Seni Bela diri Pencak Silat Inti Daya Padepokan Ranggah Jati. Didirikan di Yogyakarta pada tanggal 21 Februari 2012

b. Persilatan Ragajati berpusat di Banjarnegara, Jawa Tengah, didirikan tanggal 6 Agustus 1976 oleh (Alm.) Guru Besar Soeharno

8 Wawancara Sri Paduka Paku Alam X/, Wakil Gubernur Provinsi DIY, 30 Januari 2017

9 Wawancara Umar Priono, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DIY, 27 Januari 2017

10 Daftar Perguruan Silat Jawa Tengah dan Yogyakarta. https://id.wikipedia.org/wiki/ Daftar_perguruan_silat#Jawa_Tengah_dan_Yogyakarta. diunduh 31 Oktober 2020.

Page 8: JURNAL PERKEMBANGAN PENCAK SILAT DI JAWA TENGAH …

Damardjati KM, Imelda W, Perkembangan Pencak Silat di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta

84

Soeroatmodjo.

c. Persatuan Hati (PH) didirikan oleh RM Mangku Pujono (Guru Besar) dan dibantu oleh para sesepuh lainnya di Yogyakarta pada tahun 1927, ini merupakan kelanjutan dari perkumpulan “Be United” tahun 1921.

d. Silat Perpi Harimurti - berasal dari Yogyakarta,

e. Silat PPS Bela diri Tangan Kosong Merpati Putih berasal dari Yogyakarta

f. Tapak Suci - perguruan silat di bawah ormas Muhammadiyah. Pendirinya berasal dari Banjarnegara dan berkembang di kawasan Kauman, Yogyakarta

g. Pusaka Sakti Mataram Lakutama - perguruan silat yang berasal dari Yogyakarta,

h. Perguruan Pencak Silat Cepedi (Cepat Pembelaan Diri) - didirikan pada tanggal 17 September 1922

i. Perguruan Bela diri Sinar Perak - merupakan suatu organisasi kekeluargaan bela diri yang secara resmi berdiri pada tanggal 24 Desember 1990.

j. Perguruan Bela diri Garuda Nusantara - didirikan oleh Bapak K.H. Muhammad Thoyyib Sumarko S.Pd. pada tahun 1996.

k. PS Garuda Jisai - Perguruan yg berasal dari Yogyakarta yang di dirikan Oleh FX.Sukirdjo sejak tahun 4 Agustus 1970

l. Perguruan Pencak Silat Ilmu Tangan Kosong (ITK) - Perguruan silat yang berasal dari daerah Surakarta, didirikan oleh R.M.Wisnu Murtie secara de facto pada 1958

4. Makna Filosofi Pencak Silat

Pencak silat memiliki filosofi tidak mencari lawan namun sebaliknya berusaha untuk mendapatkan saudara sebanyak-banyaknya. Salah satu perguruan di DIY memiliki semboyan “sembuh, sehat, saudara”. Orang belajar pencak silat, diharapkan dapat sembuh dari penyakitnya dan menjadi sehat jasmani dan rohani, serta memiliki banyak saudara.11 Dalam hal ini pencak silat tentu saja tidak bertentangan dengan instrumen internasional hak asasi manusia.

11 Wawancara Maryanto, Guru Besar Satria Nusantara. 30 Januari 2017.

Hak untuk mendapatkan kesehatan dan hak untuk dapat hidup yang lebih baik merupakan hak asasi manusia yang dapat dinikmati melalui latihan pencak silat. Tambahan: pencak silat dapat menumbuhkan jiwa amar ma’ruf nahi munkar; bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya; asas bermanfaat yang tidak hanya pada ilmu pergelutan, dapat membantu orang yang kekurangan (cacat), dan sebagainya.

Pencak Silat tidak melulu soal gerak, jurus, dan menyerang atau melukai orang lain. Dalam pengertian yang lebih mendalam pencak silat berbicara soal hubungan saling menghormati antar manusia, dan sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan melalui upaya pemeliharaan jiwa dan raga. Pada sebuah perguruan, diajarkan untuk menghormati perguruan lainnya dan saling menjalin hubungan silaturahim di antara mereka. Menjaga kerukunan terhadap sesama. Inskripsi Silat dalam daftar ICH UNESCO tentu saja akan meningkatkan kesadaran akan pentingnya warisan budaya takbenda (Intangible Cultural Heritage) di tingkat lokal, nasional, dan internasional.

Pencak silat, dikenal sebagai warisan budaya masyarakat yang sarat dengan makna dan nilai filosofi dan menjadi jati diri masyarakat di DIY dan Jawa Tengah. Pencak silat identik dengan kebudayaan bangsa dan menjadi warisan turun temurun. Dengan demikian, masyarakat memiliki kesadaran yang tinggi bahwa pencak silat yang sampai saat ini masih mereka pelajari merupakan warisan budaya. Pencak silat sudah menyatu dan menjadi identitas budaya masyarakat. Anak-anak usia dini, remaja, pemuda, sampai lanjut usia belajar pencak silat di perguruan/padepokan atau ada yang biasa menyebut paguron. Hasil Penelitian Gristyutawati dkk. menyebutkan bahwa sebagian besar responden yang me rupakan pelajar memiliki kebanggaan terhadap pencak silat serta mengetahui pencak silat adalah bela diri asli bangsa Indonesia dan merupakan bela diri ciri khas bangsa yang merupakan wari san budaya bangsa yang patut untuk dilestarikan keberadaannya agar tidak kalah populer dengan bela diri yang datang dari luar negeri (Gristyutawati, 2012:134).

Upaya-upaya promosi terhadap pencak silat dalam bentuk festival-festival, penampilan atau pertunjukkan pencak silat akan semakin intensif dilakukan apabila warisan budaya takbenda ini telah diinskripsi. Penampilan pencak silat akan

Page 9: JURNAL PERKEMBANGAN PENCAK SILAT DI JAWA TENGAH …

Jurnal Kebudayaan, Volume 15, Nomor 2/2020

85

semakin sering dilakukan baik di tingkat Provinsi DIY dan Jawa Tengah wilayah Indonesia lainnya, serta di luar negeri. Bahkan pelatihan-pelatihan pencak silat di beberapa kota di Indonesia dan luar negeri semakin marak.12 Demikian juga peliputan media baik media tulis maupun media elektronik akan semakin meningkat seiring dengan diinskripnya pencak silat. Berbagai kegiatan seminar, workshop, penelitian, training kepada pelatih, nantinya akan lebih sering dilakukan setelah pencak silat diinskripsi. Pengembangan pencak silat dalam aspek seni budaya, misalnya festival pencak silat yang menampilkan kekhasan daerah masing-masing akan menjadi agenda rutin. Pengembangan fungsi padepokan sebagai tempat belajar ketrampilan dan pengetahuan pencak silat akan semakin ditingkatkan apabila pencak silat diinskripsi atau terdaftar di UNESCO.  

Sebelum diinskripsi, pencak silat sudah merupakan sarana untuk mendorong terjadinya dialog di antara berbagai komunitas, kelompok, dan individu yang ada di DIY dan Jawa Tengah. Kalau nantinya diinskripsi, peranan pencak silat dalam mendorong dialog akan semakin kuat. Melalui pencak silat akan mendorong dialog di antara komunitas, kelompok, atau individu. Di Yogyakarta ada komunitas Paseduluran Angkringan Silat (PAS) yang bertujuan untuk menjadi ajang silaturahim di antara perguruan-perguruan pencak silat yang ada di DIY dan Jawa Tengah. Selain itu tujuan dari komunitas ini adalah mendorong pencak silat sebagai warisan budaya yang dapat menggelorakan semangat kerukunan serta mengembangkan pencak silat sebagai sarana pendidikan karakter.13 Setelah pencak silat diinskripsi oleh UNESCO diharapkan pengembangan pencak silat tradisi melalui pembentukan komunitas dapat tumbuh subur di berbagai daerah lainnya. tambahan: pelopor berdirinya IPSI adalah Yogyakarta, PAS terobosan dari IPSI, sudah lama ada dialog antar perguruan (sejak berdirinya IPSI).

5. Berbagai Kegiatan Pencak Silat di Jawa Tengah dan DIY.

Diinskripsinya Pencak Silat akan mendorong

12 Wawancara Maryanto, Guru Besar Satria Nusantara, 30 Januari 2017

13 Wawancara Suryadi, Sekretaris Paseduluran Angkringan Silat (PAS), 29 Januari 2017

semakin banyaknya Festival Pencak Silat dalam sebuah kabupaten/kota atau provinsi. Tentu saja penyelenggara festival ini berasal dari berbagai perguruan/padepokan. Kegiatan bersama oleh beberapa individu yang berasal dari berbagai perguruan tersebut tentu saja membuka dialog di antara individu yang terlibat di dalamnya.    

Pencak Silat di DIY dan Jawa Tengah penuh dengan nuansa keberagaman. Keberagaman tersebut dapat dilihat pada berbagai gerak dan jurus yang berbeda antara satu perguruan dengan perguruan lainnya. Keberagaman itu dapat dilihat pada satu perguruan dengan perguruan lain dalam hal sejarah, penyebutan-penyebutan di setiap tingkatan, seragam perguruan dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan tersebut sangat dihormati oleh sesama praktisi pencak silat dari perguruan yang berbeda. Keberagaman tersebut semakin memperlihatkan keindahan pencak silat di DIY dan Jawa Tengah. Penghormatan terhadap keberagaman akan semakin dipromosikan setelah pencak silat diinskripsi UNESCO.

Keberagaman pencak silat di berbagai perguruan tidak terlepas dari kreativitas manusia. Pencak silat mengalami perkembangan karena adanya unsur kreativitas para praktisinya. Berbagai penelitian tentang pencak silat secara medis modern semakin dikembangkan. Pendekatan medis modern terhadap berbagai hal yang menyangkut “tenaga dalam”, memperlihatkan bahwa pencak silat dapat diterangkan secara rasional berdasarkan telaah modern, bukan selalu terkait dengan hal yang gaib.14 Untuk itu dapat dipastikan inskripsi pencak silat dalam daftar ICH UNESCO akan semakin mendorong penghormatan terhadap kreativitas manusia pelaku pencak silat di berbagai tempat. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, terdapat peningkatan tingkat kebugaran jasmani anak tunagrahita sedang usia 12 tahun keatas setelah diberikan perlakuan berupa latihan pencak silat selama 6 minggu dengan waktu satu minggu tiga kali latihan selama 20-30 menit. (Pratama, 2017:194).

Pencak silat akan senantiasa terjaga keberlanjutannya karena adanya berbagai kegiatan yang dilakukan oleh komunitas pencak silat. Komunitas PAS berusaha untuk menampilkan aspek-aspek budaya dari pencak

14 Wawancara Maryanto, Guru Besar Satria Nusantara, 31 Januari 2017

Page 10: JURNAL PERKEMBANGAN PENCAK SILAT DI JAWA TENGAH …

Damardjati KM, Imelda W, Perkembangan Pencak Silat di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta

86

silat dalam berbagai even kegiatan. Sejak tahun 2012, PAS mengadakan Pencak Malioboro Festival. Festival ini menampikan Koreografi, tampil bareng pencak silat, dan pawai pencak. Pada tahun 2015, komunitas ini juga mengadakan Jambore Pencak Nasional yang diikuti oleh 6000-an pesilat dari 42 perguruan pencak silat. Saat ini, PAS tengah menjalin kerjasama dengan Sanggar Silat Satria Tama Kampung Wisata Kaliaji, Kabupaten Sleman, dalam sebuah kegiatan yang disebut wisata pencak, di mana koreografi pencak ditampilkan sebagai atraksi pariwisata.15 Kerjasama adalah salah satu contoh yang ada dukungan dari PAS sebagai sebuah suguhan wisata. IPSI sampai sekarang juga masih ada kegiatan-kegiatan seperti itu.

Di tingkat perguruan silat, ada perguruan yang melakukan prosesi budaya dalam setiap penerimaan murid baru dan murid perguruan yang naik tingkatan. Hal itu bukan untuk memupuk pemikiran-pemikiran terkait dengan hal yang gaib, namun untuk memperteguh niat calon murid baru dan memperkuat nilai-nilai pencak silat bagi murid yang naik tingkat. Berbagai perlengkapan prosesi ini penuh dengan makna-makna yang baik untuk mengingatkan para calon murid dan murid yang naik tingkatan.16

Kegiatan perguruan pencak silat berusaha menampilkan pencak silat dalam kehidupan sosial budaya sehari-hari. Dalam setiap hajatan, misalnya haul pendiri perguruan, acara pernikahan, acara kelahiran bayi, hari kemerdekaan RI, selalu diadakan atraksi acara jagongan pencak silat, yang menampilkan atraksi pencak silat secara spontanitas dari para murid perguruan. Berbagai kegiatan ini dapat memacu para murid untuk meningkatkan diri dan belajar pencak silat secara sungguh-sungguh.17

Pemerintah daerah, khususnya Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta telah memberikan perhatian serius terhadap perlindungan dan pengembangan pencak silat, khususnya pencak silat tradisi. Bekerja sama dengan komunitas pencak silat mengadakan Festival Pencak Silat yang dibuka oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X.

15 Wawancara Suryadi, Sekretaris PAS, 28 Januari 2017

16 Wawancara Dimas, Penerus Perguruan Krida Yudha Sinaliko, 29 Januari 2017

17 Wawancara Agung Sukoyo, Sesepuh Perguruan Pencak Silat Nusantara, 29 Januari 2017

Kendala utama yang dihadapi adalah keterbatasan sumber daya finansial dan sumber daya manusia, khususnya dalam hal pengelolaan perguruan pencak silat dengan pendekatan manajemen modern. Promosi pencak silat juga perlu digalakkan dengan lebih sering mengadakan festival pencak silat baik di tingkat kabupaten/ kota, provinsi, maupun secara nasional. Silat sebagai seni yang menampilkan pertunjukkan koreografi pencak silat serta dilengkapi dengan musik tradisional akan semakin digemari oleh masyarakat apabila semakin sering diadakan festival.  

Negara, dalam hal ini pemerintah pusat mendukung sepenuhnya upaya-upaya pelindungan yang diusulkan dalam berkas nominasi pencak silat. Dukungan tersebut dilakukan dalam bentuk kebijakan-kebijakan yang memungkinkan pelindungan terhadap pencak silat dapat terjamin. Diharapkan nantinya kebijakan yang dikeluarkan dapat menjadi payung bagi berbagai kegiatan sebagai upaya pelindungan bagi pencak silat, misalnya adanya kebijakan terkait mulok di tingkat pendidikan dasar dan menengah, penyelenggaraan Festival Pencak Silat tingkat nasional dan internsional, dan sebagainya

Pemerintah Provinsi DIY memberikan dukungan penuh terhadap upaya perlindungan warisan budaya takbenda dengan adanya Dinas Kebudayaan yang salah satu tugas pokok dan fungsinya adalah melindungi warisan budaya takbenda di seluruh DIY. Melaui Dinas Kebudayaan pemerintah mengujukan rancangan peraturan daerah terkait kebudayaan yang mencakup perlindungan dan pembinaan warisan budaya takbenda, seperti pencak silat. Melaui Dinas Kebudayaan, pemerintah mengalokasikan dana untuk mengembangkan program dan kegiatan yang berkaitan dengan perlindungan warisan budaya takbenda, khususnya pencak silat.   

Pemerintah Provinsi DIY memberikan dukungan penuh terhadap upaya perlindungan warisan budaya takbenda dengan adanya Dinas Kebudayaan yang salah satu tugas pokok dan fungsinya adalah melindungi warisan budaya takbenda di seluruh DIY. Melaui Dinas Kebudayaan pemerintah mengujukan rancangan peraturan daerah terkait kebudayaan yang mencakup perlindungan dan pembinaan warisan budaya takbenda, seperti pencak silat. Melalui

Page 11: JURNAL PERKEMBANGAN PENCAK SILAT DI JAWA TENGAH …

Jurnal Kebudayaan, Volume 15, Nomor 2/2020

87

Dinas Kebudayaan, pemerintah mengalokasikan dana untuk mengembangkan program dan kegiatan yang berkaitan dengan perlindungan warisan budaya takbenda, khususnya pencak silat.   

Dukungan dari pemerintahan daerah di DIY dan komunitas pencak silat tersebut memperlihatkan bahwa masyarakat sangat menyadari bahwa penominasian pencak silat akan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pendaftaran pencak silat ke UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda milik Bangsa Indonesia.  

SIMPULAN DAN USULAN KEBIJAKAN

Penelitian pencak silat ini untuk melihat perkembangan pencak silat di Jawa Tengah dan DIY. Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa perkembangan pencak silat di Jawa Tengah dan DIY berjalan dengan baik. Hal itu terlihat dari aktivitas di berbagai perguruan pencak silat yang ada di kedua provinsi tersebut. Pewarisan ilmu pencak silat berjalan dengan baik, dari generasi ke generasi, dari seorang guru atau pelatih kepada murid-muridnya. Hal ini dapat terlihat dengan semakin banyaknya jumlah aliran dan perguruan pencak silat yang berasal dari Jawa Tengah dan DIY.

Selain sebagai olahraga dan keterampilan bela diri, pencak silat juga dapat menjadi sebuah seni yang kaya dengan makna dan nilai. Sebagai sebuah seni, pencak silat ketika melakukan penampilan diiringi dengan seperangkat gamelan dan menampilkan jurus-jurus yang indah. Selain itu, sebagai sebuah seni, pencak silat senantiasa ditampilkan dalam berbagai festival yang memperlihatkan keindahan jurus. Perkembangan pencak silat didukung oleh pemerintah daerah maupun komunitas pencak silat yang selalu memiliki kreativitas dan dialog di antara perguruan silat yang ada. 

PUSTAKA ACUAN

Daftar Perguruan Silat Jawa Tengah dan Yogyakarta. https://id.wikipedia.org/wiki/ Daftar_perguruan_silat#Jawa_Tengah_dan_Yogyakarta. diunduh 31 Oktober 2020.

Gristyutawati Anting Dien., Endro Puji Purwono, dan Agus Widodo. 2012. “Persepsi Pelajar

Terhadap Pencak Silat Sebagai Warisan Budaya Bangsa Sekota Semarang Tahun 2012”. Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreation No.1, Vol. 3, tahun 2012.

Ikhsani, Nur. 2017. Pengembangan Nilai-Nilai Budi Pekerti Luhur melalui Kesenian Pencak Silat Panglipur Mekar Buana di Kabupaten Bandung Barat. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Kumaidah, Endang. 2012. Penguatan Eksistensi Bangsa Melalui Seni Bela Diri Pencak Silat. https://akademipencaksilat.wordpress.com/category/artikel-makalah/, diunduh 12 Juni 2019

Mardotillah, Mila dan Zein Dian Mochammad. 2016. “Silat: Indentitas Budaya, Pendidikan, Seni Bela Diri, dan Pemeliharaan Kesehatan.” Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya. Desember 2016 Vol. 18 (2): 121-133.

Muhyi, Muhammad dan Purbojati. 2014. “Penguatan Olahraga Pencak Silat Sebagai Warisan Budaya Nusantara”. Jurnal Budaya Nusantara, Vol.1 No.2, (Desember 2014): 141-147

Nugrahani, Farida. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pilar Media.

Pratama, Toni Yudha. 2017. “Pembelajaran Seni Pencak Silat Terhadap Peningkatan Kebugaran Jasmani Anak Tunagrahita Sedang (Studi Eksperimen Terhadap Siswa Tunagrahita Di Skh X Kota Serang)”. Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni, Vol.2, No.2, Oktober 2017: 183-195.

Ramadhan, Riyo, Ahmad Hafiz Aziz, dan Mansoor Alvanov. 2017. “Translasi Pencak Silat Ke dalam Film Animasi (Studi Kasus Film Kung Fu Panda)”. Jurnal Visual Art & Design. Vol 9 Nomor 2. 2017: 104-122.

Saleh, M. 1991. Pencak Silat (Sejarah Perkembangan, Empat Aspek, Pembentukan Sikap dan Gerak). Bandung: IKIP Bandung.

Wilson. 2015. Martial Arts and The Body Politic in Indonesia. Beaverton: Ringgold Inc. https://search.proquest.com/docview/1688712754?accountid=38628 diunduh 28 Juni 2019

Page 12: JURNAL PERKEMBANGAN PENCAK SILAT DI JAWA TENGAH …

Damardjati KM, Imelda W, Perkembangan Pencak Silat di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta

88

Widiyowati, Estu, dkk. 2018. “Model Manajemen Konflik Berbasis Kearifan Lokal: Konflik Perguruan Pencak Silat”. Jurnal Komunikator, Vol. 10 No. 1 Mei 2018.

NARASUMBER

1. Sri Paduka Paku Alam X, Wakil Gubernur Provinsi DIY

2. Umar Priono, Kepala Dinas Kebudayaan, Provinsi DIY

3. Prof. Siswantoyo, Guru Perpi Harimurti

4. Wening, Dekan Fakultas Ilmu Budaya UGM dan praktisi pencak silat

5. Tommy, Penerus Perguruan Phashadja Mataram

6. Agung Sukoyo, Sesepuh Perguruan Pencak Silat Nusantara

7. Chamada, Ketua Dewan Pendekar PS Tapak Suci

8. Dimas, Penerus Perguruan Krida Yudha Sinaliko

9. Maryanto, Guru Besar Satria Nusantara

10. Suryadi, Sekretaris Paseduluran Angkringan Silat (PAS)


Recommended