+ All Categories
Home > Documents > Jurnal Sandra Aristiani

Jurnal Sandra Aristiani

Date post: 17-Dec-2015
Category:
Upload: taiyohoshi
View: 27 times
Download: 3 times
Share this document with a friend
Description:
Jurnal Sandra Aristiani
Popular Tags:
28
ANALISIS MERGER DAN KINERJA KEUANGAN PT KALBE FARMA Tbk. SANDRA ARISTIANI ANDRIYANTO Dr. JAKA ISGIYARTA, M.Si, Akt. ABSTRACT This research aims to analyze the purpose of the merger and its effect on corporate financial performance. Merger is a merger of two or more companies that then there is only one surviving company, while another company was dissolved. Merger objectives used in this research is the company's growth, synergy, and market share. While financial performance is measured using the financial ratios: Current Ratio, Quick Ratio, Return on Assets, Return on Equity, Debt to Equity Ratio, and Total Asset Turnover. The data used in this research is secondary data. The object of this research is PT Kalbe Farma Tbk, which merged with PT Dankos Laboratories Tbk and PT Enseval in 2005. Data analysis methods used is trend analysis. The research result shows that with merger, PT Kalbe Farma Tbk can growth through an increase in assets, equity, and profit, as well as a decrease in liabilities. PT Kalbe Farma Tbk not obtain synergies, but the market share of PT Kalbe Farma Tbk is increase. In addition, the financial performance of PT Kalbe Farma Tbk after the merger to be better. Current Ratio, Quick Ratio, Return on Assets, and Total Asset Turnover has increased. While Return On Equity and Debt to Equity Ratio has decreased. Keywords: Merger, Company’s Growth, Synergy, Market Share, Financial Performance
Transcript
  • ANALISIS MERGER DAN KINERJA KEUANGAN

    PT KALBE FARMA Tbk.

    SANDRA ARISTIANI ANDRIYANTO

    Dr. JAKA ISGIYARTA, M.Si, Akt.

    ABSTRACT

    This research aims to analyze the purpose of the merger and its effect on

    corporate financial performance. Merger is a merger of two or more companies that

    then there is only one surviving company, while another company was dissolved.

    Merger objectives used in this research is the company's growth, synergy, and market

    share. While financial performance is measured using the financial ratios: Current

    Ratio, Quick Ratio, Return on Assets, Return on Equity, Debt to Equity Ratio, and Total

    Asset Turnover.

    The data used in this research is secondary data. The object of this research is

    PT Kalbe Farma Tbk, which merged with PT Dankos Laboratories Tbk and PT Enseval

    in 2005. Data analysis methods used is trend analysis.

    The research result shows that with merger, PT Kalbe Farma Tbk can growth

    through an increase in assets, equity, and profit, as well as a decrease in liabilities. PT

    Kalbe Farma Tbk not obtain synergies, but the market share of PT Kalbe Farma Tbk is

    increase. In addition, the financial performance of PT Kalbe Farma Tbk after the

    merger to be better. Current Ratio, Quick Ratio, Return on Assets, and Total Asset

    Turnover has increased. While Return On Equity and Debt to Equity Ratio has

    decreased.

    Keywords: Merger, Companys Growth, Synergy, Market Share, Financial

    Performance

  • 1. PENDAHULUAN

    Latar Belakang Masalah

    Semakin banyaknya jumlah perusahaan membuat persaingan usaha menjadi

    semakin ketat. Kondisi tersebut menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan

    strategi agar mempertahankan eksistensinya dan memperbaiki kinerjanya. Salah satu

    strategi yang dapat dilakukan adalah melalui ekspansi. Ekspansi perusahaan dapat

    dilakukan dengan ekspansi internal ataupun ekspansi eksternal. Ekspansi internal

    dilakukan dengan memperluas kegiatan perusahaan yang sudah ada, yaitu dengan

    menambah kapasitas pabrik, menambah produk, atau mencari pasar yang baru.

    Sedangkan ekspansi eksternal dilakukan dengan bergabung dengan perusahaan lain

    yang sudah ada.

    Dari waktu ke waktu perusahaan lebih menyukai pertumbuhan eksternal

    daripada pertumbuhan internal. Alasannya karena pertumbuhan eksternal dianggap jalan

    cepat untuk mewujudkan tujuan perusahaan dimana perusahaan tidak perlu memulai

    dari awal suatu bisnis baru.Merger adalah salah satu strategi pertumbuhan eksternal.

    Menurut Moin (2010), merger merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan

    yang kemudian hanya akan ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum,

    sementara yang lainnya akan menghentikan aktivitasnya atau bubar.

    Merger dianggap sebagai jalur cepat dalam mengakses pasar baru atau menjual

    produk baru tanpa memulai dari nol. Merger juga dianggap dapat menciptakan sinergi,

    yaitu nilai keseluruhan perusahaaan setelah merger dan akuisisi yang lebih besar

    daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger dan akuisisi.

    Selain itu keuntungan lebih banyak diberikan melalui merger dan akuisisi kepada

    perusahaan antara lain peningkatan kemampuan dalam pemasaran, riset, skill

    manajerial, transfer teknologi, dan efisiensi berupa penurunan biaya produksi (Hitt

    dalam Sijabat, 2008).

    Ada beberapa motif yang mendorong perusahaan untuk melakukan merger.

    Motif pertama adalah pertumbuhan. Suatu perusahaan mungkin tidak mampu tumbuh

    dengan cepat melalui ekspansi internal. Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan

    yang cepat perlu melakukan ekspansi eksternal melalui merger maupun akuisisi.

    Melalui penggabungan perusahaan, ukuran perusahaan dengan sendirinya akan menjadi

    lebih besar karena seluruh aset dan kewajiban perusahaan akan digabung.

  • Motif kedua adalah terciptanya sinergi. Sinergi dapat terjadi dalam dua hal,

    yaitu sinergi operasional dan sinergi keuangan. Sinergi operasional terjadi apabila

    perusahaan yang di akuisisi mempunyai proses produksi yang hampir sama. Dengan

    demikian hal utama yang menjadi sumber dari terjadinya sinergi operasional ini adalah

    penurunan biaya yang terjadi sebagai akibat dari kombinasi dua perusahaan tersebut.

    Sinergi operasi dapat dilihat dari adanya peningkatan pendapatan operasional dan

    penurunan biaya. Sedangkan sinergi finansial dihasilkan ketika perusahaan hasil merger

    memiliki struktur modal yang kuat dan mampu mengakses sumber-sumber dana dari

    luar secara lebih mudah dan murah sedemikian rupa sehingga biaya modal perusahaan

    semakin menurun (Moin, 2010).

    Motif ketiga dari merger adalah motif ekonomi. Peningkatan pangsa pasar

    merupakan salah satu tujuan dari dilaksanakannya merger. Merger dan akuisisi sangat

    potensial dalam mengubah struktur pasar. Perusahaan hasil merger horisontal berpotensi

    meningkatkan kekuatan pasar melalui penguasaan pangsa pasar yang lebih besar (Moin,

    2010).

    Pada akhirnya manfaat yang ingin diperoleh perusahaan dengan dilaksanakannya

    merger adalah tercapainya kondisi keuangan yang lebih baik. Keputusan merger dan

    akuisisi akan berpengaruh besar dalam memperbaiki kondisi perusahaan dan

    peningkatan kinerja. Dengan bergabungnya dua atau lebih perusahaan dapat menunjang

    kegiatan usaha, sehingga keuntungan yang dihasilkan juga lebih besar dibandingkan

    jika dilakukan sendiri-sendiri. Secara teori, setelah merger dan akuisisi ukuran

    perusahaan dengan sendirinya bertambah besar karena aset dan kewajiban perusahaan

    digabung bersama. Dasar logis dari pengukuran berdasarkan akuntansi adalah bahwa

    jika ukuran bertambah besar ditambah dengan sinergi yang dihasilkan dari aktivitas-

    aktivitas yang simultan, maka laba perusahaan juga akan semakin meningkat. Oleh

    karena itu, kinerja pasca merger dan akuisisi seharusnya semakin baik dibandingkan

    dengan sebelum merger dan akuisisi (Usadha dan Gerianta, 2008).

    Untuk menilai bagaimana keberhasilan merger yang dilakukan, kita dapat

    melihatnya dari kinerja perusahaan yang melakukan merger, terutama kinerja keuangan.

    Beberapa penelitian mengenai pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan

    di Indonesia diantaranya adalah Payamta dan Setiawan (2004) yang meneliti kinerja

    keuangan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dari rasio-rasio keuangan

  • dan return saham di sekitar peristiwa terjadi. Hasil penelitiannya menunjukkan rasio-

    rasio keuangan dua tahun sebelum dan sesudah peristiwa merger dan akuisisi tidak

    mengalami perubahan yang signifikan. Sedangkan abnormal return saham sebelum

    pengumuman merger dan akuisisi positif, namun setelah pengumuman merger dan

    akuisisi justru negatif. Hal ini terjadi karena merger dan akuisisi yang dilakukan tidak

    menimbulkan sinergi bagi perusahaan. Atau dengan kata lain motif ekonomi bukanlah

    motif utama perusahaan melakukan merger dan akuisisi.

    Chikita (2011) melakukan penelitian mengenai kinerja perusahaan pengakuisisi

    sesudah merger. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan pengakuisisi yang

    melakukan merger berdasarkan jenis industri yang terdaftar di BEI mulai dari tahun

    2000-2006. Dalam penelitian ini, peneliti menguji rasio Operating Profit Margin, Gross

    Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Net Worth, Return on Capital Employed,

    dan Debt Equity Ratio. Dengan menggunakan alat analisis uji beda, hasil penelitian ini

    menunjukkan bahwa kinerja operasi perusahaan pengakuisisi tidak mengalami

    peningkatan pada periode sesudah merger meskipun salah satu rasio yaitu Debt Equity

    Ratio menunjukkan hasil yang berbeda. Selain itu, penelitian ini membuktikan bahwa

    jenis ndustri membuat suatu perbedaan pada kinerja operasi perusahaan pengakuisisi

    pada periode sesudah merger.

    Rumusan Masalah

    Merger PT Kalbe Farma Tbk belum pasti dikatakan berhasil. Keberhasilan

    merger tersebut dapat dikatakan jika tujuan dilaksanakan merger dapat tercapai dan

    memberikan manfaat bagi perusahaan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan,

    maka penulis akan merumuskan permasalahan sebagai berikut:

    1. Apakah sesudah merger PT Kalbe Farma Tbk tercapai pertumbuhan

    perusahaan?

    2. Apakah sesudah merger PT Kalbe Farma Tbk tercipta sinergi?

    3. Apakah sesudah merger PT Kalbe Farma Tbk tercapai motif ekonomi melalui

    peningkatan pangsa pasar?

    4. Apakah sesudah merger terdapat peningkatan kinerja keuangan pada PT Kalbe

    Farma Tbk?

  • 2. TINJAUAN PUSTAKA

    Teori Merger

    Teori yang dapat menjelaskan motivasi yang melatarbelakangi terjadinya suatu

    penggabungan usaha menurut Dharmasetya dan Sulaimin (2009) dalam Wangi (2010)

    antara lain :

    a. Teori Efisiensi

    Menurut teori ini, merger dapat meningkatkan efisiensi. Efisiensi tersebut

    karena merger akan menghasilkan sinergi yang secara sederhana diartikan sebagai

    2+2=5, yaitu konsep dalam ilmu ekonomi yang mengatakan gabungan faktor-

    faktor yang komplementer akan menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda.

    b. Teori Diversifikasi

    Dengan memiliki bidang usaha yang beraneka ragam, maka suatu

    perusahaan dapat menjaga stabilitas pendapatannya. Diversifikasi adalah strategi

    pemberagaman bisnis yang bisa dilakukan melalui merger dan akuisisi.

    Diversifikasi dimaksudkan untuk mendukung aktivitas bisnis dan operasi

    perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing.

    c. Teori Kekuatan Pasar

    Keinginan untuk meningkatkan pangsa pasar (market share) juga dapat

    menjadi salah satu motivasi terjadinya suatu merger. Penggabungan dua atau lebih

    perusahaan yang sebelumnya saling bersaing menjual produk yang serupa, secara

    teoritis akan meningkatkan penguasaan pangsa pasar secara berlipat ganda.

    d. Teori Keuntungan Pajak

    Keuntungan di bidang perpajakan melalui pengurangan kewajiban

    pembayaran pajak dapat menjadi motivasi yang melatarbelakangi suatu merger.

    Dengan adanya penggabungan usaha dimana perusahaan yang satu adalah

    perusahaan yang tidak mempunyai laba dengan perusahaan mempunyai laba

    besar, maka dapat mengecilkan pajak yang akan dibayarkan.

    e. Teori Under Valuation

    Penilaian harta yang lebih rendah dari harga sebenarnya pada suatu

    perusahaan akan mendorong minat perusahaan lainnya untuk menggabungkan

    perusahaan yang pertama ke dalam perusahaannya melalui merger.

  • f. Teori Prestise

    Kadang-kadang terjadinya merger maupun akuisisi dilakukan bukan karena

    motivasi ekonomi, melainkan karena motivasi ingin meningkatkan prestise.

    Dengan melakukan penggabungan usaha yang menyebabkan perusahaan menjadi

    semakin besar, maka akan meningkatkan prestise direksi perusahaan tersebut.

    Merger

    Merger berasal dari kata mergere yang berarti (1) bergabung, bersama,

    menyatu, berkombinasi dan (2) menyebabkan hilangnya identitas karena terserap atau

    tertelan sesuatu. Merger didefinisikan penggabungan dua atau lebih perusahaan yang

    pada akhirnya bergabung ke dalam salah satu perusahaan yang telah ada sebelumnya,

    sehingga menghilangkan salah satu nama perusahaan yang melakukan merger. Dengan

    kata lain, merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya

    ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya

    menghentikan aktivitas atau bubar (Moin, 2010).

    Pihak yang masih hidup atau yang menerima merger dinamakan surviving firm

    atau pihak yang mengeluarkan saham (issuing firm). Sementara itu perusahaan yang

    berhenti atau bubar setelah terjadinya merger dinamakan merged firm. Surviving firm

    dengan sendirinya memiliki ukuran (size) yang semakin besar karena seluruh aset dan

    kewajiban dari merged firm dialihkan ke surviving firm. Perusahaan yang dimerger

    akan menanggalkan status hukumnya sebagai entitas yang terpisah dan setelah merger

    statusnya berubah menjadi bagian (unit bisnis) di bawah surviving firm (Moin, 2010).

    Jenis-jenis Merger

    Menurut Gaughan (2002) dalam Junaidi (2004), terdapat tiga tipe merger yaitu

    merger horizontal, merger vertikal, merger konglomerasi.

    1. Merger Horisontal, terjadi ketika dua kompetitor disatukan. Merger ini merupakan

    penggabungan dua atau lebih perusahaan yang memiliki kegiatan usaha sejenis

    dengan tujuan untuk meningkatkan skala ekonomi.

    2. Merger Vertikal adalah kombinasi perusahaan-perusahaan yang memiliki suatu

    hubungan sebagai penjual dan pembeli. Maksudnya penggabungan dua atau lebih

  • perusahaan yang memiliki tahapan-tahapan produksi yang berbeda dengan

    keterkaitan masukan dengan keluaran dalam proses produksi suatu industri.

    3. Merger Konglomerat, terjadi ketika perusahaan-perusahaan yang bukan

    kompetitor dan tidak memiliki suatu hubungan penjual dan pembeli. Merger

    konglomerat adalah merger dua atau lebih perusahaan yang masing-masing

    bergerak dalam industri yang tidak terkait.

    Tujuan Merger dan Akuisisi

    Ada beberapa tujuan yang mendorong perusahaan untuk melakukan merger atau

    akuisisi yaitu sebagai berikut (Yuliana, 2009):

    1. Pertumbuhan Perusahaan

    Pertumbuhan dianggap salah satu alasan utama perusahaan untuk

    melaksanakan merger dan akuisisi. Dalam rangka tumbuh dan berkembang,

    perusahaan bisa melakukan ekspansi melakukan ekspansi bisnis dengan memilih

    diantara dua alternatif yaitu pertumbuhan dari dalam perusahaan (internal growth)

    dan pertumbuhan dari luar perusahaan (external growth). Perusahaan yang

    menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik ukuran, pasar saham, maupun

    diversifikasi usaha cenderung memilih jalur pertumbuhan eksternal melalui merger

    maupun akuisisi. Menurut Rokhayati (2005) dalam Atmawati (2010) pertumbuhan

    perusahaan dapat direalisasi dalam beberapa bentuk, antara lain: pertumbuhan

    penjualan, pertumbuhan laba, pertumbuhan ekuitas, dan pertumbuhan aset.

    2. Sinergi

    Sinergi merupakan nilai keseluruhan perusahaan setelah merger atau akuisisi

    yang lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum

    merger dan akuisisi. Sinergi tidak dapat diperoleh seandainya perusahaan-

    perusahaan tersebut bekerja secara terpisah. Sinergi dihasilkan melalui kombinasi

    aktivitas secara simultan dari dua kekuatan atau lebih elemen-elemen perusahaan

    yang bergabung sedemikian rupa sehingga gabungan aktivitas tersebut

    menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan aktivitas-

    aktivitas perusahaan jika mereka bekerja sendiri (Moin, 2010). Sinergi dapat

    berasal dari dua sumber, yaitu sinergi operasional dan sinergi finansial.

  • 3. Motif Ekonomi

    Menurut Gaughan (2001) dalam Wiriastari (2010), ada dua motif ekonomi

    yang mendorong perusahaan melakukan transaksi akuisisi, yaitu peningkatan

    pangsa pasar (market share) dan kekuatan pasar (market power) sebagai akibat

    integrasi horizontal, serta berbagai keuntungan lain sebagai akibat dari integrasi

    vertikal. Jika perusahaan melakukan akuisisi dengan integrasi horizontal, berarti

    perusahaan mengakuisisi perusahaan lain yang berada pada industri yang sama atau

    sejenis. Dengan demikian industri yang dilayani akan lebih terkonsentrasi sehingga

    pangsa pasar dan kekuatan pasar dapat lebih ditingkatkan.

    Kinerja Perusahaan

    Kinerja adalah suatu tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas untuk

    mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Kinerja perusahaan merupakan

    cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber

    dayanya. Kinerja keuangan perusahaan merupakan kinerja perusahaan yang juga

    menjadi perhatian utama dari perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan

    perusahaan. Analisis rasio keuangan merupakan metode umum yang digunakan untuk

    mengukur kinerja keuangan perusahaan. Adapun jenis rasio yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah:

    1. Rasio Likuiditas

    Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang-hutang

    jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio likuiditas yang digunakan dalam

    penelitian ini sebagai berikut: Current Ratio (CR) dan Quick Ratio (QR).

    2. Rasio Profitabilitas

    Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Rasio

    ini membantu perusahaan dalam mengontrol penerimaannya. Rasio-rasio

    profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Return On Asset (ROA)

    dan Return On Equity (ROE).

    3. Rasio Solvabilitas

    Rasio solvabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan

    untuk membayar kewajiban jika pada suatu saat perusahaan dilikuidasi atau

  • dibubarkan. Rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to

    Equity Ratio (DER).

    4. Rasio Aktivitas

    Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif manajemen perusahaan mengelola

    sumber dayanya. Rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total

    Asset Turnover (TATO).

    Kerangka Pemikiran

    Merger merupakan salah satu strategi untuk mengembangkan dan

    menumbuhkan perusahaan. Secara umum tujuan dilakukan merger adalah untuk

    pertumbuhan perusahaan, tercipta sinergi, dan peningkatan pangsa pasar. Melalui

    merger perusahaan dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan melakukan ekspansi

    secara internal serta dapat tercipta sinergi. Sinergi dihasilkan melalui kombinasi

    aktivitas secara simultan dari kekuatan atau lebih elemen-elemen perusahaan yang

    bergabung sedemikian rupa sehingga gabungan aktivitas tersebut menghasilkan efek

    yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan aktivitas-aktivitas perusahaan jika

    mereka bekerja sendiri.

    Pelaksanaan merger pada akhirnya akan berpengaruh pada kinerja perusahaan.

    Dengan adanya manfaat dari dilaksanakannya merger, diharapkan kondisi keuangan

    perusahaan menjadi lebih baik. Secara teori, setelah merger dan akuisisi ukuran

    perusahaan dengan sendirinya bertambah besar karena aset, kewajiban, dan ekuitas

    perusahaan digabung bersama. Dasar logis dari pengukuran berdasarkan akuntansi

    adalah bahwa jika ukuran bertambah besar ditambah dengan sinergi yang dihasilkan

    dari aktivitas-aktivitas yang simultan, maka laba perusahaan juga akan semakin

    meningkat (Usadha dan Gerianta, 2008).

    3. METODE PENELITIAN

    Definisi Operasional Variabel

    a. Pertumbuhan Perusahaan

    Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan

    size perusahaan. Pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan

  • (Rokhayati, 2005 dalam Atmawati, 2010) sebagai berikut: pertumbuhan aset,

    pertumbuhan kewajiban, pertumbuhan ekuitas, pertumbuhan laba, dan diversifikasi.

    b. Sinergi

    Sinergi merupakan nilai keseluruhan perusahaan setelah merger dan akuisisi yang

    lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger

    dan akuisisi. Sinergi dapat berasal dari sinergi operasi dan sinergi keuangan. Dalam

    penelitian ini sinergi diukur dengan menggunakan: Jumlah Penjualan dan Harga

    Pokok Penjualan.

    c. Pangsa Pasar

    Motif ekonomi merupakan motivasi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan

    ekonomis dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Motif ekonomi dalam

    penelitian ini menggunakan proksi pangsa pasar (market share). Pangsa pasar

    adalah besarnya pasar yang dikuasai oleh perusahaan dan biasanya dinyatakan

    dengan persentase.

    d. Kinerja Perusahaan

    Kinerja keuangan perusahaan merupakan kinerja perusahaan yang menjadi

    perhatian utama dari perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan

    perusahaan. Kinerja keuangan diukur menggunakan rasio likuiditas, profitabilitas,

    solvabilitas, dan aktivitas. Rasio-rasio keuangan tersebut antara lain:

    RASIO DEFINISI RUMUS

    LIKUIDITAS

    Current Ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk

    membayar kewajiban jangka pendeknya

    dengan aktiva lancarnya.

    Quick Ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk

    membayar kewajiban jangka pendek dengan

    aktiva lancarnya yang benar-benar likuid.

    PROFITABILITAS

    Return On Asset mengukur kemampuan perusahaan dalam

    menghasilkan laba dengan memanfaatkan

    seluruh aktiva yang dimilikinya.

    Return On Equity mengukur kemampuan perusahaan dalam

    menghasilkan laba dengan menggunakan

    modal yang dimilikinya.

    SOLVABILITAS

  • Populasi dan Sampel

    Populasi penelitian adalah keseluruhan dari objek penelitian yang akan diteliti.

    Dalam penelitian ini, objek penelitiannya adalah PT Kalbe Farma Tbk. yang merupakan

    perusahaan hasil merger dengan PT Dankos Laboratories Tbk dan PT Enseval.

    Jenis dan Sumber Data

    Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak

    lain berupa laporan publikasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa annual

    report PT Kalbe Farma Tbk periode 2005-2010. Data yang digunakan dalam penelitian

    ini diperoleh dari www.kalbe.co.id dan www.idx.co.id.

    Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi.

    Metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara mencatat atau

    mendokumentasikan data yang sudah ada. Data yang digunakan dalam penelitian ini

    berupa laporan keuangan auditan PT Kalbe Farma Tbk periode 2005-2010.

    Teknik Analisis Data

    Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis trend. Analisis trend

    merupakan salah satu teknik analisis laporan keuangan dan termasuk metode horizontal.

    Analisis ini menggambarkan kecenderungan perubahan suatu pos laporan keuangan

    selama beberapa periode. Data laporan keuangan beberapa periode dinyatakan dalam

    satuan % atas tahun dasar (Prastowo dan Rifka, 2005).

    Untuk melakukan analisis trend menurut Harahap (2000) dalam Wijaya (2006),

    dapat digunakan dua metode yaitu:

    a. Metode statistik dengan cara menghitung garis trend dari laporan keuangan

    beberapa periode.

    Debt to Equity Ratio

    mengukur kemampuan perusahaan membayar

    hutang-hutangnya dengan ekuitas yang

    dimilikinya.

    AKTIVITAS

    Total Asset Turnover mengukur seberapa efektif aktiva perusahaan

    mampu menghasilkan pendapatan operasional.

  • b. Menggunakan presentase trend atau angka indeks.

    Langkah melakukan analisis persentase trend adalah sebagai berikut:

    a. Menentukan tahun dasar. Tahun dasar ditentukan dengan melihat arti suatu tahun

    bias tahun pendirian, tahun perubahan, atau tahun reorganisasi. Pos-pos laporan

    keuangan tahun dasar ditulis dengan indeks 100.

    b. Menghitung angka indeks tahun-tahun lainnya dengan menggunakan angka pos

    laporan keuangan tahun dasar sebagai penyebut.

    c. Memprediksi kecenderungan yang mungkin terjadi berdasarkan arah dari

    kecenderungan historis pos laporan keuangan yang dianalisis.

    d. Mengambil keputusan mengenai hal-hal yang harus dilakukan untuk mengantisipasi

    kecenderungan itu.

    4. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pertumbuhan Perusahaan

    Merger merupakan salah satu alternatif strategi pertumbuhan melalui jalur

    eksternal untuk mencapai tujuan perusahaan. Pertumbuhan dianggap salah satu alasan

    utama perusahaan untuk melaksanakan merger karena dengan merger perusahaan dapat

    tumbuh lebih cepat, baik ukuran, pasar saham, maupun diversifikasi usaha.

    Menurut Rokhayati (2005) dalam Atmawati (2010), pertumbuhan perusahaan

    dapat direalisasi dalam beberapa bentuk, yaitu pertumbuhan penjualan, pertumbuhan

    laba, pertumbuhan ekuitas, dan pertumbuhan aset. Secara teori, setelah merger dan

    akuisisi ukuran perusahaan dengan sendirinya bertambah besar karena aset dan

    kewajiban perusahaan digabung bersama. Dasar logis dari pengukuran berdasarkan

    akuntansi adalah bahwa jika ukuran bertambah besar ditambah dengan sinergi yang

    dihasilkan dari aktivitas-aktivitas yang simultan, maka laba perusahaan juga akan

    semakin meningkat. Oleh karena itu, kinerja pasca merger dan akuisisi seharusnya

    semakin baik dibandingkan dengan sebelum merger dan akuisisi (Usadha dan Gerianta,

    2008). Pertumbuhan PT Kalbe Farma Tbk sesudah merger dapat dilihat pada tabel

    berikut ini:

  • Tabel 4.1

    Perhitungan Trend Pertumbuhan PT Kalbe Farma Tbk

    Sumber: Data diolah, 2011

    a) Pertumbuhan Aset, Kewajiban, dan Ekuitas

    Dari hasil perhitungan trend di atas, dapat diketahui bahwa pada periode

    sesudah merger terjadi perubahan jumlah aset, kewajiban, ekuitas, dan laba PT

    Kalbe Farma Tbk yang signifikan. Pada rekening aset, trend menunjukkan suatu

    peningkatan mulai tahun 2007 sampai tahun 2010. Sedangkan pada tahun 2006,

    jumlah aset Kalbe sempat menurun sebesar 2%. Pada trend kewajiban, menunjukkan

    bahwa jumlah kewajiban mengalami penurunan setiap tahun. Kewajiban Kalbe pada

    tahun 2005 sebesar Rp 1,02 triliun dan menurun drastis pada tahun 2010 menjadi Rp

    25 miliar. Sementara itu, trend ekuitas menunjukkan peningkatan. Dalam kurun

    waktu 5 tahun, jumlah ekuitas Kalbe meningkat sebesar 125%. Begitu juga dengan

    trend laba yang selalu meningkat setiap tahun. Laba Kalbe meningkat dari Rp 653

    miliar pada tahun 2005, menjadi Rp 1,29 triliun pada tahun 2010.

    a) Diversifikasi

    Pada aktivitas merger yang dilakukan oleh PT Kalbe Farma Tbk terdapat suatu

    diversifikasi usaha. Hal ini terjadi karena PT Enseval yang melebur ke dalam Kalbe

    merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan besar (distribusi

    utama). PT Enseval menjalankan usahanya di bidang distributor utama untuk

    barang-barang dagangan antara lain obat-obatan, alat-alat kesehatan, serta makanan

    2005 2006 2007 2008 2009 2010

    Rp

    (miliar) %

    Rp

    (miliar) %

    Rp

    (miliar) %

    Rp

    (miliar) %

    Rp

    (miliar) %

    Rp

    (miliar) %

    Aset 4,728 100 4,625 98 5,138 109 5,704 121 6,482 137 7,033 149

    Kewajiban 1,822 100 1,080 59 1,121 62 1,359 75 1,692 93 1,260 69

    Ekuitas 2,389 100 2,995 125 3,387 142 3,622 152 4,310 180 5,374 225

    Laba 653 100 677 104 706 108 707 108 929 142 1,286 197

  • dan minuman. Dengan bergabungnya PT Enseval menyebabkan Kalbe mempunyai

    divisi baru yaitu divisi distribusi.

    Sesudah merger, kegiatan usaha divisi distribusi ini dijalankan oleh PT Enseval

    Putera Megatrading Tbk yang merupakan anak perusahaan PT Enseval. Divisi

    distribusi ini mempunyai fasilitas distribusi dan logistik dengan jangkauan ke

    seluruh wilayah Indonesia. Hal ini membuat Kalbe menjadi perusahaan dengan

    jaringan distribusi paling luas diantara perusahaan farmasi di Indonesia dengan 2

    pusat distribusi regional dan 65 cabang. Divisi ini tidak hanya memasarkan produk

    milik Kalbe saja, namun juga mendistribusikan produkproduk milik pihak ketiga,

    seperti misalnya dari Interbat, Loreal, Darlie, Nyonya Meneer, 3M, Roche, Kyowa

    dan lainnya.

    Sinergi

    Salah satu tujuan utama dilaksanakan merger adalah untuk memperoleh sinergi.

    Sinergi merupakan nilai keseluruhan perusahaan setelah merger dan akuisisi yang lebih

    besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger dan

    akuisisi. Sinergi dapat berasal dari sinergi operasi dan sinergi keuangan. Sinergi operasi

    dibagi dalam dua bentuk yaitu peningkatan pendapatan dan pengurangan biaya.

    Sedangkan sumber sinergi keuangan antara lain melalui peningkatan kapasitas utang

    (debt capacity).

    Dalam penelitian ini sinergi diproksi menggunakan total penjualan dan harga

    pokok penjualan. Berikut ini merupakan hasil perhitungan trend sinergi PT Kalbe Farma

    Tbk:

    Tabel 4.2

    Perhitungan Trend Sinergi PT Kalbe Farma Tbk

    2005 2006 2007 2008 2009 2010

    Rp

    (miliar) %

    Rp

    (miliar) %

    Rp

    (miliar) %

    Rp

    (miliar) %

    Rp

    (miliar) %

    Rp

    (miliar) %

    Penjualan 5,871 100 6,072 103 7,005 119 7,877 134 9,087 155 10,227 174

    HPP 2,861 100 2,973 102 3,453 104 4,074 121 4,575 142 5,060 177

  • Tabel 4.3

    Perhitungan Rasio Harga Pokok Penjualan terhadap Penjualan

    PT Kalbe Farma Tbk

    Sumber : Data diolah, 2011

    Penjualan PT Kalbe Farma Tbk berasal dari penjualan empat divisi, yaitu divisi

    obat resep, divisi produk kesehatan, divisi nutrisi, dan divisi distribusi dan kemasan.

    Kontribusi terbesar total penjualan Kalbe adalah berasal dari divisi distribusi dan

    kemasan. Dari hasil perhitungan trend di atas, dapat diketahui bahwa pada periode

    sesudah merger terjadi kenaikan jumlah penjualan dan harga pokok penjualan PT Kalbe

    Farma Tbk.

    Pada tabel 4.2, dapat dilihat bahwa penjualan PT Kalbe Farma Tbk semakin

    baik. Tahun 2005 penjualan Kalbe sebesar Rp 5.871 miliar dan tahun 2006 Kalbe

    berhasil meningkatkan penjualannya sebesar 3,4% menjadi Rp 6.072 miliar. Pada

    tahun-tahun berikutnya, penjualan Kalbe terus meningkat. Tahun 2010 penjualan Kalbe

    meningkat sebesar 74,2% dari penjualan tahun 2005 atau mencapai Rp 10.227 miliar.

    Peningkatan tersebut disebabkan oleh semakin banyaknya produk yang dapat dijual oleh

    Kalbe. Sesudah merger, pasar yang dijangkau Kalbe menjadi semakin luas karena

    sebelumnya Kalbe dan Dankos mempunyai pasar sendiri-sendiri. Hal ini juga didorong

    oleh semakin banyaknya jumlah tenaga pemasaran yang dimiliki oleh PT Kalbe Farma

    Tbk. Saat ini jumlah tenaga pemasaran Kalbe lebih dari 4000 orang. Pasca merger, tim

    pemasaran dan penjualan Kalbe dan Dankos digabung. Tim yang sebelumnya saling

    bersaing memasarkan produk yang serupa, saat ini telah disatukan. Dengan demikian,

    pasar yang dicakup oleh tim pemasaran menjadi lebih luas sehingga dapat

    meningkatkan pangsa pasar dan jumlah penjualan perusahaan.

    Peningkatan jumlah penjualan akan mempunyai arti jika dibandingkan dengan

    harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan merupakan seluruh biaya yang

    2005 2006 2007 2008 2009 2010

    rasio HPP atas penjualan (%) 48,7 49 49,3 51,7 50,3 49,5

    TREND (%) 100 100,5 101 106 103 102

  • dikeluarkan untuk memperoleh barang yang dijual atau harga perolehan dari barang

    yang dijual. Harga pokok penjualan digunakan untuk menentukan harga jual. Semakin

    besar persentase harga pokok penjualan terhadap penjualan, maka dianggap perusahaan

    tidak efisien.

    Dari hasil perhitungan, dapat dilihat bahwa trend harga pokok penjualan

    menunjukkan peningkatan. Tahun 2005, harga pokok penjualan Kalbe sebesar Rp 2.861

    miliar dan meningkat menjadi Rp 2.973 miliar pada tahun 2006. Peningkatan tersebut

    mengikuti peningkatan jumlah penjualan Kalbe karena volume produksinya juga

    meningkat. Pada tahun berikutnya, harga pokok penjualan tetap mengalami

    peningkatan. Harga pokok penjualan meningkat sebesar 17% pada tahun 2007, 21%

    pada tahun 2008, 17% pada tahun 2009, dan 20% pada tahun 2010. Pada tahun 2010,

    harga pokok penjualan Kalbe menjadi Rp 5.060 miliar.

    Dari hasil perhitungan, rasio HPP terhadap penjualan mengalami fluktuasi.

    Tahun 2005, rasio HPP terhadap penjualan Kalbe sebesar 48,7%. Pada tahun 2006, rasio

    tersebut meningkat menjadi 49%. Ini berarti bahwa tingkat efisiensi perusahaan lebih

    efisien mengalami sedikit penurunan, dimana tingkat HPP lebih tinggi dari

    penjualannya. Tahun 2007 dan tahun 2008, HPP Kalbe mengalami peningkatan yang

    lebih besar dari penjualannya. Hal ini menyebabkan rasio HPP terhadap penjualan

    kembali meningkat dan menandakan adanya ketidakefisienan dalam proses produksi.

    Peningkatan HPP yang melebihi penjualan ini disebabkan meningkatnya beban

    produksi yang mungkin disebabkan karena meningkatnya harga bahan baku, serta upah

    buruh dan beban pebrikasi yang meningkat..

    Akan tetapi pada tahun 2009 dan 2010, perusahaan mampu menurunkan rasio

    HPP terhadap penjualannya. Tahun 2009 rasio HPP terhadap penjualan sebesar 50,3%

    dan 49,5% pada tahun 2010. Pertumbuhan harga pokok penjualan lebih kecil dari

    pertumbuhan penjualannya. Ini berarti pada tahun 2009 dan 2010 perusahaan lebih

    efisien dalam menghasilkan produk. Meskipun demikian, tingkat efisiensi Kalbe pada

    tahun tersebut, lebih rendah dari tingkat efisiensi pada tahun 2005-2007.

    Pangsa Pasar

    Keinginan untuk meningkatkan pangsa pasar (market share) juga dapat menjadi

    salah satu motivasi terjadinya suatu merger. Penggabungan dua atau lebih perusahaan

  • yang sebelumnya saling bersaing menjual produk yang serupa, akan meningkatkan

    penguasaan pangsa pasar secara berlipat ganda. Jika perusahaan melakukan merger,

    maka jumlah produk keseluruhan akan meningkat. Berikut ini adalah perhitungan trend

    pangsa pasar PT Kalbe Farma Tbk.

    Tabel 4.4

    Perhitungan Trend Pangsa Pasar PT Kalbe Farma Tbk

    2005 2006 2007 2008 2009 2010

    PANGSA PASAR (%) 25 26 28 29 31 27

    TREND (%) 100 104 112 116 124 108

    Sumber: Data diolah, 2011

    Dari hasil perhitungan, trend pangsa pasar PT Kalbe Farma Tbk mengalami

    peningkatan pada periode sesudah merger. Tahun 2005, penjualan Kalbe sebesar Rp

    5,9 triliun dan menyebabkan Kalbe mempunyai pangsa pasar sebesar 25%. Tahun 2006

    sampai dengan tahun 2009 pangsa pasar Kalbe selalu mengalami peningkatan.

    Sedangkan pada tahun 2010, meskipun penjualan Kalbe meningkat, namun pangsa

    pasar Kalbe justru mengalami penurunan menjadi 27%. Hal ini terjadi karena penjualan

    Kalbe meningkat sebesar 13% atau Rp 1,1 triliun, sedangkan total penjualan perusahaan

    farmasi meningkat sebesar 27% atau Rp 8 triliun.

    Salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan pangsa pasar Kalbe pada

    periode sesudah merger ini adalah semakin luasnya pasar yang dapat dijangkau oleh

    Kalbe. Saat ini jumlah tim pemasaran dan penjualan Kalbe berjumlah lebih dari 4000

    orang. Tim pemasaran Kalbe dan Dankos yang sebelumnya saling bersaing, sekarang

    menjadi satu tim yang saling bekerja sama. Hal ini menyebabkan luas geografis yang

    dapat dicakup oleh Kalbe semakin besar sehingga jumlah penjualannya ikut meningkat.

    Adanya peningkatan penjualan berarti pangsa pasar perusahaan bertambah

    mengakibatkan perusahaan dapat meningkatkan penjualan secara berkesinambungan

    dan dapat mendominasi pasar.

    Selain itu, peningkatan pangsa pasar Kalbe juga disebabkan oleh promosi yang

    dilakukan oleh perusahaan. Hal ini dapat terlihat dari meningkatnya beban operasional

    yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah biaya promosi guna meningkatkan pangsa

    pasar. Pada tahun 2010 besarnya biaya promosi yang dikeluarkan Kalbe meningkat

    sebesar Rp 260 miliar atau 48% dari tahun 2009.

  • Kinerja Keuangan

    Keputusan merger mempunyai pengaruh yang besar dalam memperbaiki kondisi

    perusahaan dan peningkatan kondisi perusahaan, terutama dalam penampilan finansial

    perusahaan serta peningkatan kondisi dan posisi keuangan mengalami perubahan.

    Kinerja keuangan didefinisikan sebagai prestasi manajemen dalam hal ini manajemen

    keuangan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan

    meningkatkan nilai perusahaan. Berikut adalah perhitungan trend kinerja keuangan PT

    Kalbe Farma Tbk:

    Tabel 4.5

    Trend Kinerja Keuangan PT Kalbe Farma Tbk

    Sumber : Data diolah, 2011

    Dari perhitungan trend untuk kinerja keuangan PT Kalbe Farma Tbk selama

    tujuh tahun terakhir, dapat dilihat bahwa terjadi ketidakstabilan pada Current Ratio

    (CR), Quick Ratio (QR), Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Debt to

    Equity Ratio (DER), dan Total Asset Turnover (TATO) dari tahun 2005 sampai tahun

    2010. Pada tahun 2010 trend CR, QR, ROA, dan TATO menunjukkan persentase yang

    lebih tinggi dibandingkan tahun 2005, meskipun peningkatannya naik turun dari tahun

    ke tahun. Sedangkan trend ROE dan DER pada tahun 2010 menunjukkan persentase

    yang lebih rendah dibandingkan persentase pada tahun 2005.

    2005 2006 2007 2008 2009 2010

    %

    %

    %

    %

    %

    %

    CR 4.05 100 5.04 125 4.98 123 3.33 82 2.99 74 4.39 109

    QR 2.83 100 3.70 130 3.09 109 2.05 72 2.00 70 3.04 107

    ROA 0.14 100 0.15 104 0.14 97 0.12 88 0.14 102 0.18 130

    ROE 0.27 100 0.23 81 0.21 74 0.20 70 0.22 77 0.24 85

    DER 0.76 100 0.36 46 0.33 42 0.38 48 0.39 50 0.23 30

    TATO 1.24 100 1.31 104 1.36 108 1.38 109 1.40 111 1.45 115

  • Rasio Likuiditas

    Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan

    perusahaan dalam melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh

    tempo. Semakin tinggi rasio likuiditas menunjukkan jaminan yang lebih baik atas

    kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas dalam penelitian ini adalah Current Ratio

    dan Quick Ratio.

    a) Current Ratio

    Berdasarkan perhitungan rasio keuangan PT Kalbe Farma Tbk periode

    sebelum dan sesudah merger, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan kinerja

    pada periode sebelum dan sesudah merger khususnya kinerja rasio likuiditas. Rasio

    Current Ratio cenderung mengalami peningkatan pada periode sesudah merger.

    Trend Current Ratio PT Kalbe Farma Tbk sesudah dilaksanakan merger

    menunjukkan nilai yang lebih baik dibandingkan sebelum merger. Sesudah merger,

    jumlah aktiva lancar PT Kalbe Farma Tbk mengalami peningkatan, sehingga

    berpengaruh terhadap Current Ratio. Pada tahun 2005 Current Ratio Kalbe sebesar

    4,05 dan meningkat menjadi 4,39 pada tahun 2010, meskipun sempat mengalami

    penurunan pada tahun 2007 sampai tahun 2009. Hal ini menandakan bahwa Current

    Ratio pada periode sesudah merger menjadi semakin baik. Ini berarti kemampuan

    PT Kalbe Farma Tbk untuk membayar kewajiban lancarnya dengan aset yang likuid

    pada periode sesudah merger menjadi lebih baik.

    b) Quick Ratio

    Quick Ratio merupakan rasio yang mengukur seberapa besar aktiva yang

    benar-benar likuid untuk menjamin pelunasan kewajiban lancar perusahaan. Dalam

    rasio ini, persediaan dikeluarkan dari komponen aktiva lancar dalam perhitungan ini

    karena persediaan merupakan komponen aktiva lancar yang paling tidak likuid.

    Persediaan memerlukan waktu yang relatif lebih lama untuk mengubahnya menjadi

    kas.

    Dari hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa Quick Ratio PT Kalbe Farma

    Tbk mengalami fluktuasi dimana Quick Ratio mengalami peningkatan pada tahun

    2006, menurun pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009, dan kembali meningkat

    pada tahun 2010. Tahun 2005, Quick Ratio PT Kalbe Farma Tbk sebesar 2,83 dan

    meningkat pada tahun 2006 menjadi 3,04. Hal ini berarti bahwa setiap Rp 100

  • kewajiban lancar dijamin oleh aktiva lancar yang lebih likuid (tanpa

    memperhitungkan persediaan) sebesar Rp 304. Peningkatan ini dipengaruhi oleh

    menurunnya jumlah persediaan sebesar 0,6%, diikuti oleh turunnya jumlah

    kewajiban lancar yang harus dibayar perusahaan akibat pelunasan pinjaman bank

    jangka pendek, serta meningkatnya jumlah aset lancar yang dimiliki perusahaan.

    Kewajiban lancar mengalami penurunan sebesar Rp 427 miliar atau 27%, sedangkan

    aset lancar meningkat sebesar Rp 335 miliar atau 7%.

    Dengan demikian, dilihat dari hasil perhitungan rasio likuiditas PT Kalbe

    Farma Tbk dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010, khususnya Quick Ratio,

    dapat dikatakan bahwa pada periode sesudah merger Quick Ratio PT Kalbe Farma

    Tbk semakin baik. Hal ini berarti kemampuan PT Kalbe Farma Tbk untuk

    membayar kewajiban lancarnya dengan aset yang likuid (kecuali persediaan) pada

    periode sesudah merger menjadi lebih baik.

    Rasio Profitabilitas

    Rasio profitablitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam

    hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Semakin tinggi

    profitabilitas berarti semakin baik. Dalam penelitian ini, rasio profitabilitas yang

    digunakan adalah Return On Asset dan Return On Equity.

    a) Return On Assets (ROA)

    Untuk memperoleh aset maka perusahaan memerlukan dana yang dapat

    diperoleh baik dengan melakukan hutang atau dari modal sendiri. Aset yang

    diperoleh nantinya akan dijadikan sumber daya perusahaan untuk menghasilkan

    hasil usaha. Return On Assets menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan

    menghasilkan laba bersih dengan total aset yang dimiliki dan digunakan dalam

    kegiatan operasionalnya. Semakin tinggi Return On Assets sebesar menggambarkan

    adanya efektifitas perusahaan yang semakin tinggi dalam pemanfaatan aset yang

    dimiliki untuk meningkatkan kinerja perusahaan sehingga dapat meningkatkan laba

    bersih yang tinggi.

    Dari hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa Return On Assets PT Kalbe

    Farma Tbk mengalami fluktuasi mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2010. Pada

    tahun 2005, nilai Return On Assets sebesar 0,14 dan meningkat menjadi 0,15 pada

  • tahun 2006. Return On Assets tahun 2007 dan tahun 2008 mengalami penurunan.

    Penurunan tersebut berasal dari peningkatan total aset perusahaan yang melebihi

    persentase peningkatan jumlah laba bersihnya. Pada tahun 2009, Return On Assets

    sebesar kembali meningkat menjadi 0,14 dan 0,18 pada tahun 2010. Hal ini berarti

    pada tahun 2010, perusahaan dapat memperoleh laba bersih sebesar Rp 18 untuk

    setiap Rp 100 aktiva. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya kemampuan

    perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari total aset yang dimiliki

    perusahaan. Laba bersih yang diterima Kalbe tahun 2010 meningkat sebesar 38%

    atau Rp 357 miliar, dan total asetnya meningkat 9% yaitu sebesar Rp 551 miliar.

    Dengan demikian, dilihat dari hasil perhitungan Return On Assets sebesar PT

    Kalbe Farma Tbk dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010, dapat dikatakan

    bahwa Return On Assets sebesar perusahaan sesudah merger semakin baik. Hal ini

    menunjukkan bahwa pada periode sesudah merger kemampuan PT Kalbe Farma

    Tbk dalam memberikan keuntungan kepada pemegang saham melalui aktiva yang

    dimiliki semakin baik karena keuntungan yang diperoleh semakin besar.

    b) Return On Equity (ROE)

    Salah satu alasan mengapa perusahaan mengoperasikan perusahaan adalah

    untuk menghasilkan laba yang bermanfaat bagi para pemegang saham. Rasio Return

    On Equity mengukur seberapa besar keuntungan bersih yang tersedia bagi

    pemegang saham. Dengan kata lain, rasio ini mengukur seberapa besar keuntungan

    yang dihasilkan oleh modal sendiri. Semakin tinggi Return On Equity menunjukkan

    kinerja perusahaan semakin baik sehingga dapat meningkatkan daya tarik saham di

    pasar modal.

    Pada tahun 2005, Return on Equity PT Kalbe Farma Tbk sebesar 0,27. Hal

    ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba bersih setelah pajak

    Rp 27 bagi setiap Rp 100 ekuitas pemegang saham. Sementara itu meskipun jumlah

    laba bersih selalu meningkat, namun mulai tahun 2006 nilai Return on Equity PT

    Kalbe Farma Tbk semakin menurun. Penurunan tersebut disebabkan karena

    persentase peningkatan jumlah ekuitas melebihi persentase peningkatan laba

    bersihnya. Tahun 2010, Return on Equity kembali mengalami peningkatan menjadi

    0,24. Peningkatan tersebut karena laba bersih mengalami peningkatan dengan

    persentase yang lebih besar dari peningkatan jumlah ekuitasnya. Laba bersih tahun

  • 2010 meningkat 38% sebesar Rp 357 miliar dan ekuitas meningkat 24,7% sebesar

    1,064 triliun. Meskipun Return on Equity tahun 2010 mengalami peningkatan,

    namun nilai tersebut masih lebih kecil dari Return on Equity tahun 2005 sebesar

    0,27. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam memberikan

    keuntungan kepada pemegang saham menjadi menurun.

    Dengan demikian, dilihat dari hasil perhitungan Return on Equity PT Kalbe

    Farma Tbk dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010, dapat dikatakan bahwa

    Return on Equity perusahaan sesudah merger semakin buruk. Hal ini menunjukkan

    bahwa pada periode sesudah merger kemampuan PT Kalbe Farma Tbk dalam

    memberikan keuntungan kepada pemegang saham melalui ekuitasnya semakin

    menurun karena keuntungan yang diperoleh semakin kecil.

    Rasio Solvabilitas

    Rasio solvabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan

    untuk membayar kewajibannya jika pada suatu saat perusahaan dilikuidasi atau

    dibubarkan. Rasio ini mengukur seberapa besar perusahaan menggunakan dana dari

    pihak luar atau kreditor. Rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    Debt to Equity Ratio (DER). Rasio DER menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio ini

    maka semakin besar risiko yang dihadapi, dan investor akan meminta tingkat

    keuntungan yang semakin tinggi. Rasio yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal

    sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva.

    Berdasarkan hasil perhitungan rasio Debt to Equity Ratio PT Kalbe Farma Tbk,

    dapat diketahui bahwa rasio tersebut menujukkan kondisi yang lebih baik. Debt to

    Equity Ratio Kalbe pada periode sesudah merger yaitu tahun 2005 sampai tahun 2010

    mengalami penurunan. Pada tahun 2005, nilai Debt to Equity Ratio PT Kalbe Farma

    Tbk sebesar 0,76. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 76 total hutang dijamin dengan

    Rp 100 ekuitas pemegang saham. Pada tahun 2010 nilai Debt to Equity Ratio PT Kalbe

    Farma Tbk mencapai nilai terendah yaitu sebesar 0,5%.

    Penurunan ini disebabkan oleh adanya peningkatan ekuitas pemegang saham

    dan disertai dengan penurunan jumlah hutang perusahaan. Peningkatan ekuitas

    pemegang saham PT Kalbe Farma Tbk berasal dari meningkatnya jumlah penjualan

    sehingga jumlah laba yang diperoleh semakin besar. Sedangkan penurunan jumlah

  • hutang dikarenakan PT Kalbe Farma Tbk telah melakukan pelunasan sebagian hutang

    perusahaan.

    Dengan demikian, dilihat dari hasil perhitungan rasio solvabilitas PT Kalbe

    Farma Tbk dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010, dapat dikatakan bahwa rasio

    Debt to Equity Ratio perusahaan sesudah merger semakin baik. Hal ini menunjukkan

    bahwa kemampuan PT Kalbe Farma Tbk dalam menjamin hutang-hutangnya

    meggunakan ekuitas yang dimiliki pada periode sesudah merger menjadi lebih baik.

    Rasio Aktivitas

    Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif manajemen perusahaan mengelola

    sumber dayanya. Rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Asset

    Turnover (TATO). Rasio ini mengukur seberapa efektif aktiva perusahaan mampu

    menghasilkan pendapatan operasional yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan

    utama perusahaan. Semakin tinggi asset turnover ini berarti semakin efektif aktiva

    tersebut dalam menghasilkan pendapatan.

    Berdasarkan perhitungan rasio keuangan PT Kalbe Farma Tbk periode sebelum

    dan sesudah merger, dapat diketahui bahwa Total Assets Turnover (TATO) sesudah

    merger semakin baik. Nilai Total Assets Turnover dari tahun 2005 sampai dengan tahun

    2010 selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 Total Assets Turnover PT Kalbe

    Farma Tbk sebesar 1,24. Hal ini berarti setiap Rp 1,00 aktiva dapat menghasilkan Rp

    1,24 penjualan bersih. Dari tahun 2006 sampai tahun 2010, TATO PT Kalbe Farma Tbk

    selalu mengalami peningkatan. Peningkatan nilai TATO PT Kalbe Farma Tbk ini

    menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif dalam menggunakan aset yang

    dimilikinya untuk menperoleh pendapatan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah

    penjualan yang dihasilkan oleh perusahaan. Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa

    perputaran aktiva PT Kalbe Farma Tbk terbesar adalah pada tahun 2010 sebesar 1,45.

    Analisis Komprehensif

    Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pada periode

    sesudah merger, yaitu periode tahun 2005 sampai tahun 2010, terdapat kondisi yang

    berbeda pada kondisi keuangan PT Kalbe Farma Tbk. Setelah dilakukan analisis

  • menggunakan analisis trend, sebagian besar indikator menunjukkan peningkatan.

    Berikut ini merupakan hasil analisis terhadap indikator tersebut:

    Indikator Hasil

    Analisis

    Alasan

    Aset Naik Penggabungan aset perusahaan

    Kewajiban Turun Pelunasan hutang-hutang perusahaan.

    Ekuitas Naik Penambahan modal disetor dan ditempatkan

    akibat penggabungan usaha; laba meningkat.

    Laba Naik Meningkatnya jumlah penjualan

    Diversifikasi Ada Bergabungnya PT Enseval yang merupakan

    perusahaan distribusi.

    Penjualan Naik Semakin luas pasar yang dijangkau

    perusahaan.

    HPP Naik Meningkatnya jumlah penjualan.

    Pangsa Pasar Naik Tim pemasaran digabung, sehingga pasar

    yang dijangkau semakin luas.

    Current Ratio Naik Kewajiban lancar turun akibat pelunasan

    pinjaman jangka pendek.

    Quick Ratio Naik Kewajiban lancar turun akibat pelunasan

    pinjaman jangka pendek.

    Return On Asset Naik Meningkatnya laba bersih.

    Return On Equity Turun Pemanfaatan modal kurang efektif.

    Debt to Total Asset Turun Menurunnya hutang perusahaan.

    Total Asset Turnover Naik Semakin produktif dalam pemanfaatan aset.

    5. KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Berdasarkan analisis data menggunakan analisis trend dan analisis rasio sesudah

    merger, maka dapat disimpulkan bahwa PT Kalbe Farma Tbk mengalami perutumbuhan

    melalui aset, ekuitas, dan laba bersih. PT Kalbe Farma Tbk juga mengalami

  • peningkatan pangsa pasar. Selain itu, pasca merger kinerja PT Kalbe Farma Tbk juga

    mengalami perbedaan. Beberapa rasio keuangan menunjukkan suatu peningkatan

    kinerja perusahaan. Akan tetapi, merger yang dilaksanakan belum menciptakan sinergi

    bagi perusahaan. Berikut merupakan penjelasan masing-masing variabel yang

    digunakan dalam penelitian ini:

    1. Pada variabel pertumbuhan perusahaan, menunjukkan peningkatan pada rekening

    aset, kewajiban, ekuitas, dan laba bersih. Peningkatan rekening tersebut dapat

    dilihat dari trend yang selalu meningkat. Selain itu, akibat merger tersebut PT

    Kalbe Farma Tbk telah melakukan diversifikasi usaha dengan menggabungkan

    perusahaan distribusi.

    2. Pada variabel sinergi, menunjukkan bahwa sesudah terjadinya merger, PT Kalbe

    Farma Tbk tidak memperoleh suatu sinergi karena meskipun tingkat penjualan

    mningkat, harga pokok penjualan juga meningkat. Akan tetapi, jika dibandingkan

    antara harga pokok penjualan dengan jumlah penjualannya, menunjukkan bahwa

    tingkat efisiensi Kalbe semakin menurun.

    3. Merger PT Kalbe Farma Tbk menyebabkan meningkatkan pangsa pasar.

    4. Sesudah merger terjadi peningkatan kinerja keuangan PT Kalbe Farma Tbk. Rasio

    keuangan yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan kondisi yang lebih

    baik dibanding sebelum merger, kecuali Return On Equity. Rasio likuiditas

    (Current Ratio dan Quick Ratio) menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari sebelum

    merger. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam menjamin

    kewajiban lancarnya dengan aset lancar menjadi semakin baik. Rasio

    profitabilitas, Return On Assets mengalami peningkatan yang berarti kemampuan

    PT Kalbe Farma Tbk dalam memberikan keuntungan melalui aktiva semakin baik.

    Sebaliknya, Return On Equity menurun yang berarti kemampuan PT Kalbe Farma

    Tbk dalam memberikan keuntungan melalui ekuitasnya semakin buruk. Pada rasio

    solvabilitas dan aktivitas, kedua rasio tersebut menunjukkan perbaikan kinerja.

    Debt Equity Ratio mengalami penurunan yang menandakan bahwa kemampuan

    perusahaan dalam menjamin hutang-hutang dengan ekuitasnya menjadi semakin

    baik. Sedangkan Total Assets Turnover meningkat menunjukkan bahwa PT Kalbe

    Farma Tbk semakin efektif dalam menggunakan asetnya untuk memperoleh

    pendapatan.

  • Keterbatasan

    Penelitian ini mempunyai keterbatasan yang dapat dijadikan pertimbangan bagi

    penelitian berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik. Keterbatasan tersebut

    adalah penelitian ini hanya menganalisis data keuangan saja sehingga tidak dapat

    mengetahui manfaat yang diperoleh dari aktivitas merger pada aspek lain yaitu aspek

    non keuangan. Beberapa aspek non keuangan misalnya sumber daya manusia,

    teknologi, dan budaya organisasi. Oleh karena itu, penelitian ini tidak dapat

    menggambarkan manfaat dari merger pada seluruh aspek yang ada diperusahaan, baik

    aspek keuangan maupun aspek non keuangan.

    Saran

    Berdasarkan keterbatasan yang ada dalam penelitian ini, maka penulis

    memberikan saran untuk penelitian yang lebih baik di masa mendatang. Bagi penelitian

    berikutnya sebaiknya tidak hanya menggunakan aspek keuangan saja, melainkan juga

    memasukkan aspek-aspek non keuangan seperti sumber daya manusia, teknologi, dan

    budaya organisasi karena merger tidak hanya berpengaruh pada aspek keuangan saja

    tetapi juga pada aspek non keuangan. Dengan demikian penelitian berikutnya

    diharapkan dapat menggambarkan mengenai manfaat dari merger bagi perusahaan

    secara lebih lengkap.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anthony, Robert dan Vijay Govindarajan. 2002. Sistem Pengendalian

    Manajemen, Jakarta: Salemba Empat.

    Atmawati, Dyah Putri. 2010. Pengaruh Cash Flow, Profitability, Dan Company Growth Terhadap Investment Opportunity Set: Pengujian Atas Perusahaan Non

    Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    Beams, Floyd A; Jusuf, Amir Abadi. 2000. Akuntansi Keuangan Lanjutan Di Indonesia

    I Edisi: Revisi, Jilid: 1, Jakarta: Salemba Empat.

    Chikita, Grace Nehemia. 2011. Kinerja Perusahaan Pengakuisisi Setelah Merger. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.

    Hadiningsih, Murni. 2007. Analisis Dampak Jangka Panjang Merger dan Akuisisi terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi dan Perusahaan Diakuisisi

    di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

    Husnan, Suad. 2001. Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan. Edisi ke-3.

    Yogyakarta: BPFE.

    Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba

    Empat.

    Junaidi. 2004. Strategi dan Valuasi Merger Akuisisi. Kompak No. 11 Mei-Agustus 2004.

    Kusuma, Hadri dan Wigna Ayu Udiana Sari. 2003. Manajemen Laba oleh Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia Vol. 7 No. 1.

    Martono dan Agus Harjito. 2008. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia.

    Moin, Abdul. 2010. Merger, Akuisisi, dan Divestasi. Edisi Kedua. Yogyakarta: Ekonisia.

    Nilam, Lizti Nadya. 2010. Analisis Perbedaan Tingkat Abnormal Return dan Rasio Keuangan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.

    Nugroho, Aji Muhammad. 2010. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.

    Payamta, dan Doddy Setiawan, 2004. Analisis Pengaruh Merger dan Akuisisi Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 7 No 3.

  • Prasetio, Januar Eko. 2007. Dampak Merger dan Akuisisi Terhadap Cash Flow Operasi.

    Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol 5 No 2 Sepember 2007.

    Prastowo, Dwi dan Rifka Juliaty. 2005. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan

    Aplikasi. Yogyakarta: UPP YPP YKPN.

    Purba, Marisi P. 2008. Akuntansi Penggabungan Usaha. Yogyakarta: Graha Ilmu.

    Sifaiyah, Nurus. 2010. Analisis Dampak Merger Terhadap Kinerja Industri Keuangan Perbankan. Skripsi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

    Sijabat, Sarah Indriyani dan Azhar Maksum. 2008. Analisis Kinerja Keuangan Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di

    Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

    Sukartha, I Made. 2007. Pengaruh Manajemen Laba dan Kepemilikan Manajerial pada Kesejahteraan Pemegang Saham Perusahaan Target Akuisisi. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Udayana Denpasar.

    Ujiyantho, Muh. Arief dan Bambang Agus Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X Makasar.

    Usadha, I Putu Adnyana dan Gerianta Wirawan Yasa. 2008. Analisis manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Merger

    dan Akuisisi di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Udayana Denpasar.

    Wangi, Annisa Meta Cempaka. 2010. Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi

    Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2009. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.

    Weston, J. Fred dan Thomas Copeland. 1996. Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga.

    Wijaya, Andriyanto. 2006. Perbandingan Analisis Tren Laporan Keuangan Untuk Memprediksi Kinerja Perusahaan Di Masa yang akan Datang. Skripsi Universitas Widyatama Bandung.

    Wiriastari, Rahadiani. 2010. Analisis Dampak Pengumuman Merger Dan Akuisisi Terhadap Return Saham Perusahaan Akuisitor Yang Terdaftar Di Bei Tahun

    2004-2008. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.

    Yuliana. 2009. Decisionally Semi Strong Form Market Efficiency Testing: Merger and Acquisition Decision Analysis. Jurnal Cakrawala Akuntansi Vol 1 No 1 Februari 2009.


Recommended