of 12
8/10/2019 Jurnal TA Studi Komparatif RSM dengan CPM dan PERT (1).pdf
1/12
1
THE COMPARATIVE STUDY OF RSM WITH CPM AND PERT ON THE HOUSING PROJECT CLOVE
TYPE 36 MAKASSAR
Oleh:Hafna Ilmi Makhalla (Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil UWKS)
Email:[email protected]. Ir.Miftahul Huda, MM (Dosen Program Studi Teknik Sipil UWKS)
Email:[email protected] Dukuh Kupang XXV / 54, Surabaya
ABSTRACT
Construction project is a process that manages several resources so it can achieve an aim.
Planning and scheduling at construction project are related to time, cost and quality required since
the balance of those three aspects is the main goal that will be pursued. There are some scheduling
methods which are usually used in construction project completion. The construction of housing
project s on The Clove type 36 Makassar had recurring acti vities used several methods by
comparing the results of the use of RSM with CPM and PERTOf the three methods used to
obtain the results of the project completion method of RSM project implementation schedule of
16 weeks to 12 weeks at a cost of workers. 77,392,765 IDR, CPM method obtained during 13
weeks duration with a total cost of workers 134,949,581 IDR, while PERT obtained during 15
weeks duration with a total project cost of workers 142,390,235 IDR. From the results obtained
above, the calculation of some of the most optimal method was RSM method. In this method for every
1 unit of home and work became more regular continuity. Acceleration time and decrease costs
caused by repetitive scheduling method without additional manpower or additional overtime hours.
Keywords: CPM, PERT, RSM, Sche duling
STUDI KOMPARATIF METODE RSM DENGAN CPM DAN PERT PADAPEMBANGUNAN PERUMAHAN THE CLOVE TIPE 36 MAKASSAR
ABSTRAK
Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian proyek dari kegiatan kegi atan yang
mengolah berbagai sumber daya yang ada sehingga mencapai hasil yang diinginkan.
Pern canaan dan penjadwalan pada proyek konstruksi terkait dengan wakt u, biaya dan mutu
yang disyaratkan. Dimana keseimbangan aspek atara ketiga aspe k tersebut adalah merupakan
tujuan utama yang perlu dicapai dalam proyek konstruksi. Pada pengerjaan proyek perumahan
The Clove tipe 36 yang memiliki kegiatan berulang digunakan beberapa metode dengan
membandingkan hasil dari penggunaan metode RSM dengan CPM dan PERT. Dari ketiga
metode tersebut yang digunakan diperoleh hasil penyelesaian proyek dengan metode RSM darijadwal pelaksanaan proyek 16 minggu menjadi 12 minggu dengan biaya pekerja Rp. 77.392.765 ,
metode CPM diperoleh durasi selama 13 minggu dengan biaya total pekerja Rp 134.949.581,
seda ngka n PERT diperol eh durasi sela ma 15 minggu dengan biaya total proy ek sebesar Rp
142.390.235. Dari hasil perhitungan beberapa diatas maka diperoleh metode yang paling
optimal adalah metode RSM. Dalam metode ini untuk tiap 1 unit rumah dan kontinyuitas
pekerjaan menjadi lebih teratur. Percepatan wakt u dan penurunan biaya yang diakibatkan oleh
metode penjadwalan berulang tanpa penambahan tenaga kerja ataupun penambahan jam
lembur.
Kata kunci: CPM, Penjadwalan, PERT , RSM
http://mailto/[email protected]://mailto/[email protected]8/10/2019 Jurnal TA Studi Komparatif RSM dengan CPM dan PERT (1).pdf
2/12
2
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada tahap pelaksanaan suatu proyek terdapat
tiga aspek penting yang harus diperhatikan,
yaitu: biaya, waktu, dan kualitas. Suatu proyekdikatakan berhasil jika waktu dan biaya
pengerjaan sesuai dengan perencanaan serta
kualitas dan kuantitas pekerjaan memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan.
Perencanaan waktu dan biaya pada umumnya
selalu dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat
dalam proyek, yaitu: pemilik proyek,
konsultan dan kontraktor. Perencanaan waktu
pelaksanaan merupakan langkah awal yang
harus dilakukan oleh kontraktor sebelum
melaksanakan suatu proyek. Tujuan dari
perencanaan waktu adalah untuk memperolehbesaran waktu yang optimal sehingga didapat
biaya yang minimum dengan memperhatikan
persyaratan kualitas dan kuantitas dalam suatu
proyek konstruksi. Untuk mencapai tujuan
tersebut dilakukan estimasi agar perencanaan
dapat memperkirakan waktu penyelesaian
kegiatan. Untuk mendapatkan hasil yang
optimal dalam pembangunan suatu proyek
konstruksi, kontraktor harus dapat memilih
waktu penyelesaian proyek yang terbaik pada
tahap awal perencanaan proyek.
Proyek perumahan ini adalah proyek
dengan pembangunan yang memiliki
aktivitas pekerjaan yang berulang untuk
setiap unitnya, sehingga dipilih untuk
penerapan RSM untuk dibandingkan
dengan metode CPM dan PERT didalam
teknik penjadwalannya.Sehubungan
dengan uraian di atas maka studi tentang
penerapan metode RSM untuk proyek
proyek konstruksi yang bersifat
repetitive, dan studi tentang
perbandingan antara metode RSM
dengan metode penjadwalan lainnya
sang at menarik dan penting un tuk
dilakukan.
1.2. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang yang telah
dijelaskan diatas, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh
penerapan metode RSM (Repetit ive
Scheduling Method) dalam merencanakanjadw al proyek multiunit repetitive dengan
tetap mempertahankan kontinyuitas
pekerja an bagiregu-regu pekerja sehingga
pengguna an sumberd aya menjadi tak
terputus dibanding dengan kondisi eksisting
proyek dan apa sajakah kelebihan dan
kelemahan penggunaan Metode RSM
(Repetitive Scheduling Method) bila
dibanding dengan Metode CPM dan PERT.
1.3. Batasan Masalah
Adapun lingkup pembahasan dan batasan
masalah dalam studi ini adalah :
1. Jenis pekerjaan yang ditinjau hanya unit
pekerjaan yang bersifat repetitive saja,
yaitu hanya diterapkan pada aktivitas
pekerjaan.
2. Penerapan teknik teknik penjadwalan
yang dibahas dalam proyek ini dilakukandengan asumsi asumsi tertentu.
3. Sumber daya material dan sumber daya
tenaga kerja bekerja sesuai dengan
bidang pekerjaannya saja, tida k ada
tenaga kerja serba guna yang mampu
mengerjakan beberapa jenis pekerjaan
yang berbeda.
4. Dalam studi ini asumsi perhitungan
tenaga kerja menggunakan orang per
hari (dengan harga satuan mengikuti
HSPK kota Surabaya tahun 2012).
5. Data yang dipakai pada studi ini adalahdata sekunder proyek pembangunan
perumahan The Clove tpe 36 yang
berlokasi di Tanjung Bunga Makassar.
1.4. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari studi ini
adalah sebagai berikut:
1. untuk menganalisa dan mengetahui
pengaruh penerapan RSM terhadap biaya
dan waktu total pekerjaan.
2. Membandingkan efisiensi biaya dan
durasi antara penggunaan metode RSMdengan metode CPM dan PERT.
3. Untuk men ge tah ui kel ebi ha n da n
kelemahan penggunaan Metode RSM
(Repetit ive Scheduling Method) bila
dibanding dengan apabila kita
merencanakan proyek dengan
menggunakan Metode CPM dan PERT.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Bagi ilmu pengetahuan
Memberikan tambahan khazanah ilmu
dan konstribusi praktis tentang
perbandingan penerapan teoritis antara
8/10/2019 Jurnal TA Studi Komparatif RSM dengan CPM dan PERT (1).pdf
3/12
3
metode RSM dengan metode CPM dan
PERT.
2. Bagi industri jasa konstruksi
&stakeholers
Memberikan kontribusi informatif
tentang kelebihan dan kelemahan
penerapan berbagai cara penjadwalan
proyek di lapangan, terutama untuk
kegiatan proyek yang bersifat repetitive
dengan menggunakan metode RSM
dengan metode CPM dan PERT.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dikembangkan
lebih lanjut untuk proyek-proyek yang
bersifat repetitive dengan skala waktu
dan keuangan yang lebih besar.
2. METODOLOGI2.1. Proses PenelitianSetelah data data yang dibutuhkan telah
didapatkan, selanjutnya aktivitas aktivitas
yang terdapat pada data data tersebut
diurutkan menurut urutannya masing
masing. Prosedur untuk mengurutkan
kegiatan tersebut antara lain:
1. Memecahkan item item pekerjaan
menurut WBS (Work Breakdown
Structure) proyek tersebut. Dari WBS
proyek dapat diketahui item pekerjaan
dan apa saja kebutuhan material yang adadalam pekerjaan tersebut, sehingga
memudahkan untuk menerapkan metode
RSM, CPM dan PERT didalamnya.
2. Membandingkan dari segi penggunaan
metode, perhitungan kecepatan, segi
lintasan kritis dan segi biaya dan waktu
optimum.
3. Menganalisa hasil perbandingan antara
RSM dengan CPM dan PERT sehingga
didapatkan hasil yang efisien.
3. HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN
3.1. Identifikasi kebutuhan hari per
aktifitas
Langkah pertama dalam penyusunan tenaga
kerja adalah memilih beberapa aktifitas
yang bersi fat rep eti tif, pada proye k
perumahan ini terj adi kegiatan yang sama
dengan pengulangan sesuai jumlah tipenya
yang terdiri dari 12 aktivitas, aktifitas
tersebut adalah :
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan tanah dan pondasi
3. Pekerjaan Beton Bertulang
4. Pekerjaan Pasangan Bata dan Plesteran
5. Pekerjaan Kusen
6. Pekerjaan Atap
7. Pekerjaan plafond
8. Pekerjaan pasangan keramik
9. Pekerjaan Sanitair
10. Pekerjaan Cat
11. Pekerjaan Plumbing12. Pekerjaan Instalasi Listrik
13. Pekerjaan Lain-lain atau Finising
Setelah itu dilakukan perhitungan durasi
tiap item pekerjaan, waktu dalam setiap
pelaksanaan proyek pembangunan rumah
sangatlah penting. Dengan diketahuinya
kebutuhan waktu pelaksanaannya maka
dapat ditentukan pula waktu berakhirnya
suatu pekerjaan proyek, bahkan juga dapat
diketahui efisiensi biaya untuk suatu
pekerja an. Bila jumlah wakt unya belumdapat ditentukan maka manajemen waktu
tidak dapat dilakukan dengan baik sehingga
dapat terjadi pemborosan biaya.
3.2. Menentukan Hubungan
Ketergantungan Tiap AktifitasLangkah selanjutnya yaitu menentukan
hubungan logis antar aktivitas diatas, tujuan
dari menentukan hubungan antar aktivitas
ini adalah untuk mengeta hui urut an
pekerja an dari tiap akti fitas yang berisfat
repetitif. Penentuan hubungan antar aktivitas ini dilakukan dengan persetujuan
dari pelaksanaan dilapangan.
Tabel 3.1 Daftar hubungan logis antar aktivitas
No. Predecessor Sucessor Hubungan
Logis
1 Pekerjaan persiapan Pekerjaan Tanah dan Pondasi SS
2 Pekerjaan Tanah dan Pondasi Pekerjaan Beton Bertulang FS-14D
3 Pekerjaan Beton Bertulang Pekerjaan Pasangan dan Plesteran FS-21D
4 Pekerjaan Pasangan dan Plesteran Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela FS-21D
5 Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela Pekerjaan Atap FS-21D
8/10/2019 Jurnal TA Studi Komparatif RSM dengan CPM dan PERT (1).pdf
4/12
4
6 Pekerjaan Atap Pekerjaan Plafond FS-7D
7 Pekerjaan Plafond Pekerjaan Pasang keramik FS+21D
8 Pekerjaan Pasang keramik Pekerjaan Sanitary FS-35D
9 Pekerjaan Sanitary Pekerjaan Cat FS+14D
10 Pekerjaan Cat Pekerjaan Plumbing FS+56D
11 Pekerjaan Plumbing Pekerjaan Instalasi Listrik FS-49D
12 Pekerjaan Instalasi Listrik Pekerjaan Lain - lain dan finishing FS
13 Pekerjaan Lain - lain dan finishing Pekerjaan Pembersihan FS
Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2013
3.3. Perhitungan Durasi Pekerjaan
Pada diagram RSM ini juga dihitung
besarnya upah peke rja. Dalam hal ini ada
beberapa macam pekerja yang digunakan.
Masing masing jenis pekerjaan tersebutmemiliki upah yang mungkin tidak sama
sehingga perlu dibuatkan daftar harga upah
bagi peke rja. Perbedaan tersebut terjadi
akiba t dari pengal aman kerja, jeni s
pekerjaannya, maupun daerah atau lokasi
temp at pel aksanaan pembangun an.
Pengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan
akan berbeda dengan pekerja yang baru.
Peke rja yang berpengal aman dapat
dikatakan sebagai pekerja terampil. Adapun
nilai harga yang dicantumkan disini adalah
harga yang berlaku di Surabaya, mengingatpekerja yang dipakai dalam proyek ini
menggunakan tenaga kerja yang
didatangkan dari pulau jawa khususnya kota
surabaya pada tahun 2012.
Besarnya upah pekerja disajikan
dalam tabel upah pekerja pada setiap item
kegiatan berikut:
Tabel 3.2 Daftar Harga Upah Pekerja
No. Jenis Pekerja Satuan Harga Satuan
Kepala Tukang konstruksi
1 Kepala Tukang Batu 1 orang/hari/8 jam 55.000
2 Kepala Tukang Gali
Tanah 1 orang/hari/8 jam 50.000
3 Kepala Tukang kayu 1 orang/hari/8 jam 55.000
4 Mandor 1 orang/hari/8 jam 60.000
Tukang Konstruksi
5 Tukang batu 1 orang/hari/8 jam 50.000
6 Tukang Gali Tanah 1 orang/hari/8 jam 35.000
7 Tukang kayu 1 orang/hari/8 jam 50.000
8 Tukang besi 1 orang/hari/8 jam 50.000
9 Tukang cat 1 orang/hari/8 jam 40.000
10 Tukang Listrik 1 orang/hari/8 jam 50.000
Pembantu Tukang
11 Pembantu tukang Batu 1 orang/hari/8 jam 40.000
12 Pembantu tukang kayu 1 orang/hari/8 jam 40.000
13 Tenaga Kasar 1 orang/hari/8 jam 30.000
Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2013.
Dari tabel 3.2 Diperoleh standard upah
harian setiap item pekerjaan. Sehinggaperhitu ngan biaya upah pelaksanaan
sebelum digunakan metode RSM yang
didapat dari hasil mengalikan masing masing tenaga kerja dengan masing
8/10/2019 Jurnal TA Studi Komparatif RSM dengan CPM dan PERT (1).pdf
5/12
5
masing standard upah yang terdapat pada
tabel 4.4. Biaya upah total pelaksanaan
yang diperoleh adalah hasil dari mengalikan
biaya total hari an dengan durasi pekerjaan.
Sebagai contoh untuk perhitungan
kebutuhan tukang kayu pada pekerjaan
persiapan untuk pemsangan bowplank,
diperoleh dengan cara mengalikan
koefi sie n pada tabel anal isa sa tuan
pekerjaan dengan volume pekerjaan
tersebut yaitu sebagai berikut :
a. Tukang kayu:
=36 m x 0,1org/m = 3,6 orang
dibulatkan menjadi 4 orang
Seperti telah diuraikan diatas maka
untuk perhitungan pekerjaan yang
lain dilakukan dengan cara
perhitungan yang sama, sehingga
diperoleh hasil yang diuraikan pada
tabel 3.3
Tabel 3.3. Daftar Biaya Proyek untuk 1 unit
No. Jenis Pekerjaan Harga Satuan
perhari (O.H) Hari
Jumlah
Biaya (Rp)
1 Pekerjaan persiapan 55.000 7 385.000
2 Pekerjaan Tanah dan Pondasi 214.015 21 4.494.315
3 Pekerjaan Beton Bertulang 894.190 28 25.037.320
4 Pekerjaan Pasangan dan Plesteran 115.200 49 5.644.800
5 Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela 165.000 28 4.620.000
6 Pekerjaan Atap 64.860 28 1.816.080
7 Pekerjaan Plafond 48.200 28 1.349.600
8 Pekerjaan Pasang keramik 144.700 42 6.077.400
9 Pekerjaan Sanitary 469.800 28 13.154.400
10 Pekerjaan Cat 22.500 42 945.00011 Pekerjaan Plumbing 336.640 10 3.366.400
12 Pekerjaan Instalasi Listrik 304.000 21 6.384.000
13 Pekerjaan Lain - lain dan finishing 84.050 49 4.118.450
Total 77.392.765
Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2013
3.4. Penggambaran Diagram RSM
Setelah itu dilakukan hubungan antar
aktivitas. Penyusunan diagram RSM inidapat dilihat pada tabel 4.1. Diagram RSM
ini muncul sebagai akibat adanya kegiatan
yang berula ng ulang tersebut jika
dijadwalkan dengan menggunakan diagram
bar chart yang seri ng dipergunakan akan
memiliki nilai slag time yang berbeda
beda. Hal ini akan mengakibatkan durasi
proyek menj adi lebih panjang. Dari
penjadwalan tersebut dapa t kita peroleh
durasi total proyek untuk 1 unit.
Langkah langkah penggambarannya yaitu
pertama adalah gambar gari s produksi
pekerjaan persiapan (aktivitas A), lalu
diikuti oleh pekerjaan tanah dan pondasi
(aktivitas B) dengan hubungan Start to start
(SS). Artinya pekerjaan B dilakukan secara
bersamaan dengan peke rjaan A. Sehinggakegiatan B dapat dilakukan tanpa
menunggu pekerjaan A selesai terlebih
dahulu.
Selanjutnya yang digambar adalah garis
produksi pekerjaan pasangan dan plesteran
( aktivitas C), dengan menjadikan aktifitas
B sebagai predecessor kegiatan C dengan
hubungan Finish to start (FS) yang berarti
skti vi tas C dila kuk an set elah 7 hari
aktivitas B dilakukan. Sehingga titik
kontrol C terletak pada 7 hari setelah
aktivitas B dilakukan. Aktivitas tersebut
dapat ditulis FS-14D pada kolom hubungan
8/10/2019 Jurnal TA Studi Komparatif RSM dengan CPM dan PERT (1).pdf
6/12
6
logis. Dan aktivitas selanjutnya
digambarkan sesuai tabel 4.3.
Gambar 3.1. Bar Chart untuk 3 unit
rumah tipe 36
Dari gambar diagram bar chart diatas
diperoleh diagram garis untuk 3 unit berikut:
Gambar 3.2. Diagram Garis untuk 3 unit
rumah tipe 36
Pada gamb ar diat as terli hat adanya
perpindahan garis untuk mendapatkan lag
time yang sama pada masing masing unit
sehingga nantinya akan dapat mempercepat
durasi proyek.
Perpindahan garis tersebut mengacu pada
prinsip dasar metode RSM ( Harris dan
Ioan nou, 1998) :
Pada saat ukuran tingkat produksi
dari sebuah garis produksi lebih
besar dari ukuran tingkat produksi
sebelumnya, dua garis tersebut
cenderung menyatu dalam bentuk
peningkatan unit. Mengacu pada
penggunaan sumber daya yangkontinyu dari unit ke unit , penyatuan
ini cenderung untuk menempatkan
titik cenderung untuk menempatkan
titik kontrol ketergantungan antar
aktivitas ke unit terakhir dalam
tahapan.
Pada saat tingkat produksi dari
sebuah garis produksi lebih kecil dari
pada tingkat produksi dari aktivitas
produksi sebelumnya, dua garis
produksi tersebut cenderung
menyebar mengikuti kenaikan
jumlah. Sesuai dengan penggunaan
sumber daya kontinyu dari unit ke
unit, divergensi (penyebaran) ini
cenderung menempatkan titik kontrol
ketergantungan antara aktivitas ke
unit pertama dalam tahapan.
Untuk kegiatan A diadakan work break
setelah pekerjaan A1 selesai, hal ini
dilakukan untuk menghindari lag time yang
terlalu lama. Lag time yang terlalu lama
pada kegiatan A yaitu pada kegiatan
persiapan tida k dimu ngki nkan terjadi
karena jika terjadi lag time yang terlalu
lama akan menimbulkan lahan yang semula
telah dibersihkan menjadi kotor kembali
yang mengakibatkan pekerjaan ulang.
Sedangkan pada kegiatan E, G, H, I, K, L
yang merupakan kegiatan pegikut darikegiatan C, D, F akan tidak efektif apabila
diterapkan metode repetitive Schedule
Met hode . Ap abi la pada kegia ta n ini
diterapkan RSM maka titik kontrol akan
terletak pada unit terakhir dari garis
produksi. Inilah yang menyebabkan jara k
mulai kegiatan yang terlalu lama pada unit
pertama dengan unit selanjutnya sehingga
menyebabkan terganggunya hubungan
ketergantungan dengan pekerjaan
berikutnya.
3.5. Rangkaian Pengontrolan
Seperti diuraikan sebelumnya rangkaian
pengontrolan adalah rantai atau urutan
aktivitas yang membangun durasi minimum
proyek tersebut. Penentuan durasi proyek dari
lintasan kritis tidak dipakai dalam Repetitive
Scheduling Method karena persyaratan
kekontinyuan sumber daya tambahan.
Rangkaian ini menjaga semua kendala teknik
yang diutamakan, ketersediaan sumber daya
dan kekontinyuan sumber daya melalui titik
kontrol yang memindahkan urutan dari garis
produksi ke garis produksi lainnya. Penundaan
8/10/2019 Jurnal TA Studi Komparatif RSM dengan CPM dan PERT (1).pdf
7/12
7
pada kegiatan kritis akan menyebabkan
penundaan durasi proyek secara keseluruhan,
sementara penundaan pada kegiatan non kritis
akan memperlihatkan terputusnya garis
pemanfaatan sumber daya.
Berdasarkan uraian diatas rangkaian
pengontrolan dapat ditelusuri dari akhir proyek
ke awal proyek. Pada penelitian ini penerapan
pengontrolan dapat dilihat pada gambar
diagram 3.3.
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2013
Sehingga diperoleh diagram garis
sebagai berikut:
Gambar 3.3 Diagram Garis Setelah
menggunakan RSM
3.6. Metode CPM (Critical Path Method)
3.6.1. Menyusun Hubungan Antar Kegiatan
Setelah ditentukan pengelompokkan tiap
tiap aktivitas dan durasi penyelesaianya.
Kita dapat menyusun hubungan antar kegiatan. Didalam penentuan hubungan
antar aktivitas ini kita dapat menentukan
pekerjaan mana yang harus diselesaik an
terlebih dahulu, pekerjaan mana yang
dikerjakan secara bersamaan dan pekerjaan
mana yang baru akan diselesaikan setelah
pekerjaan pertama berlangsung. Sehingga
diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 3.4. Hubungan Ketergantungan
Kegiatan
Kegiatan Ketergantungan Durasi
(minggu)
A Start 1
B Start 3C A,B 4
D C 7
E D,C 4
F E 4
G F 4
H E 6
I H,G 4
J F,H 6
K B 10
L K,D 6M Start 16
Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2013.
Setelah hubungan antar aktivitas ditentukan
dan telah diketahui perhitungan maju dan
mundur. Network diagramnya dapat kita
buat sesuai dengan hubungan
ket erga nt un gan dan durasi proye k,
Sebagaimana terlihat pada gambar 4.4 :
Gambar 4.4 diagram Metode CPM
Dari gambar network diagram diatas dapat
diketahui bahwa lintasa kritis terjadi pada
kegiatan L, D, dan M sehingga diperlukan
suatu upaya agar kegiatan tersebut tidakterjadi keterlambatan.
3.6.2. Menentukan Kegiatan yang
Dipercepat
Dari kegiatan diatas, kita dapat mengetahui
bahwa kegiata n D, L dan M adalah kegiatan
kritis, kegiatan tersebut perlu adanya
percepatan. Salah satu alternatif agar
kegiatan tersebut tidak terjadi
keterlambatan yaitu dengan cara
penambahan tenaga kerja lembur
Perhitungan upah lembur untuk kegiatanD,L, dan M adalah dapat ditentukan.
8/10/2019 Jurnal TA Studi Komparatif RSM dengan CPM dan PERT (1).pdf
8/12
8
Kondisi awal sebelum adanya jam kerja lembur
Tabel 3.5. Tabel Durasi proyek dan biaya normal
Kegiatan Durasi Minggu Banyak
pekerja
Upah
Normal
Rp
A 1 4 1.365.000
B 3 44.095.000
C 4 45.460.000
D 7 49.555.000
E 4 45.460.000
F 4 45.460.000
G 4 45.460.000
H 6 48.190.000
I 4 45.460.000
J 6 48.190.000
K 10 413.650.000
L 6 48.190.000
M 16 421.840.000
Total Upah102.375.000
Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2013.
Perhitungan adanya kerja lembur dapat
dihitung mengacu pada keputusan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor Kep. 102/MEN/VI/2004
Tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah
Kerja Lembur. Mengacu perhitungan upahlembur proyek dapat dihitung sebagai
berikut :
Perhitungan upah lembur 3 jam Kepala
Tukang: Pertama sebelum kita
menghitung upah lembur 3 jam kita
harus menentukan upah sejam dalam
satu bulan, didapat rumusan:
Selanjutnya dapat dihitung upah yang
dibayarkan untuk 3 jam waktu lemburdengan ketentuan menurut Kep. 102 /
MEN / VI / 2004 sehingga dapat dihitung
dengan tabel dibawah ini
Tabel 3.6. Perhitungan Upah Lembur
No. Keterangan K.Tukang Mandor Tukang Pem.
Tukang
1 Upah harian 08.00 - 16.00
(8 jam) 55.000 60.000 50.000 40.000
Upah harian ( 1jam) 7.948 8.671 7.225 5.780
8/10/2019 Jurnal TA Studi Komparatif RSM dengan CPM dan PERT (1).pdf
9/12
9
2 Upah Lembur
16.00-17.00 (1 jam) 11.922 13.006 10.838 8.671
17.00-20.00 (3 jam) 47.688 52.023 43.353 34.682
Total Upah lembur 59.610 65.029 54.191 43.353
3 Upah harian + upah
lembur 114.610 125.029 104.191 83.353
Kondisi setelah adanya tenaga kerja lembur:
Tabel 3.7. Perhitungan total Upah Kegiatan D, L, M
Keg Durasi
Minggu
Banyak
pekerja
Upah Lembur
(3jam)
Upah harian
(Rp)
Total Upah
(Rp)
D 7 4 177.746 205.000 18.754.538
L 6 4 177.746 205.000 16.075.318
M 16 4 177.746 205.000 42.867.514
Dari tabel diatas didapatkan kondisi dimana
kegiatan D, L, dan M mengalami
percepatan durasi pekerjaan dengan
penambahan jam kerja ( lemb ur) yang
meningkatkan dari Rp 102.375.000 menjadi
Rp 143.707.370 dengan durasi 13 minggu.
3.7. Metode PERT(Project Evaluation and
Review Technique)
3.7.1. Memperkirakan waktu yang
dibutuhkan setiap aktivitas
Dalam proyek pembangunan perumahan
The clove tipe 36 ini memiliki aktivitas
yang sangat banyak, sama halnya dengan
CPM, metode PERT ini diperlukan
pengelompokkan aktivitas dan durasi. Tabel
dibawah ini menunjukkan daftar aktivitasutama durasi dan biaya proyek.
Tabel 3.8. Daftar Aktivitas Utama , Durasi dan Biaya Proyek
No. Jenis Pekerjaan Durasi Biaya (Rp)
1 Pekerjaan persiapan 7 243.000,00
2 Pekerjaan Tanah dan Pondasi 21 6.662.646,00
3 Pekerjaan Beton Bertulang 28 17.553.150,00
4 Pekerjaan Pasangan dan Plesteran 49 22.958.365,50
5 Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela 28 11.981.475,006 Pekerjaan Atap 28 11.516.647,50
7 Pekerjaan Plafond 28 4.194.405,00
8 Pekerjaan Pasang keramik 42 5.117.837,40
9 Pekerjaan Sanitary 28 1.243.350,00
10 Pekerjaan Cat 42 6.215.823,00
11 Pekerjaan Plumbing 10 2.813.670,00
12 Pekerjaan Instalasi Listrik 21 2.992.770,00
13 Pekerjaan Lain - lain dan finishing 112 9.618.840,00
14 Pekerjaan pagar 49 2.805.107,40
Total 105.917.087
8/10/2019 Jurnal TA Studi Komparatif RSM dengan CPM dan PERT (1).pdf
10/12
10
Total waktu pengerjaan adalah 105 hari
dengan biaya total Rp 159.166.371. Total
biaya tersebut termasuk pajak 10% dan
pajak IMB sebesar 6/1000. Biay a total
setelah pajak sebesar Rp 142.390.235.
Sebelumnya aktivitas utama proyek harus
dipecah menjadi komponen kerja yang
terperinci untuk keperluan analisa jalur
kritis. Menurut Soeharto (1999), tujuan
memecah lingkup proyek menjadi
komponen-komponennya antara lain untuk
meningkatkan akurasi perkiraan kurun
waktu penyelesaian proyek.
3.7.2. Penerapan konsep probabilitas
pada PERT
Pada PERT digunakan konsep probabilitas
dengan memberikan rentang waktu yang
lebih besar yaitu tiga angka estimasi untuk
kegi ata n, wa ktu opt im is (a), wak tu
pesemistis (b), dan waktu paling mungkin
atau realistis (m), dimana waktu pesimsitis
> waktu optimis, sedangkan waktu realistis
adalah waktu yang ditentukan dalam
pengerjaan aktivitas.
Kon sep prob abili tas dia tas meml ik i
beberapa rumusan.
Dari rumusan diatas maka didapatkan tabel
3.9 dan tabel 3.10 sebagai berikut:
Tabel 3.9. Daftar Aktivitas Utama, Waktu Optimis, Paling mungkin, Waktu pesimis,
Standard deviasi, dan Varians Kegiatan
No. Jenis PekerjaanWaktu
te S V(te)a m b
1 Pekerjaan persiapan 5 7 14 8 1,50 2,25
2 Pekerjaan Tanah dan Pondasi 18 21 30 22 2,00 4,00
3 Pekerjaan Beton Bertulang 20 28 40 29 3,33 11,11
4 Pekerjaan Pasangan dan Plesteran 40 49 65 50 4,17 17,36
5 Pekerjaan Kusen Pintu dan
Jendela 20 28 40 29 3,33 11,11
6 Pekerjaan Atap 20 28 40 29 3,33 11,11
7 Pekerjaan Plafond 20 28 40 29 3,33 11,11
8 Pekerjaan Pasang keramik 36 42 50 42 2,33 5,44
9 Pekerjaan Sanitary 20 28 40 29 3,33 11,11
10 Pekerjaan Cat 36 42 50 42 2,33 5,44
11 Pekerjaan Plumbing 60 70 90 72 5,00 25,00
12 Pekerjaan Instalasi Listrik 18 21 30 22 2,00 4,00
13 Pe kerj aa n Lain - lain dan fin ishi ng 110 112 140 116 5 25
Tabel 3.10. Tabel Varians dan Deviasi Standard Proyek keseluruhan
No. Jenis Pekerjaan V(te)
1 Pekerjaan persiapan 2,25
2 Pekerjaan Tanah dan Pondasi 4,00
3 Pekerjaan Beton Bertulang 11,11
4 Pekerjaan Pasangan dan
Plesteran 17,36
5 Pekerjaan Kusen Pintu dan
Jendela 11,11
6 Pekerjaan Atap 11,11
7 Pekerjaan Plafond 11,11
8 Pekerjaan Pasang keramik 5,44
8/10/2019 Jurnal TA Studi Komparatif RSM dengan CPM dan PERT (1).pdf
11/12
11
9 Pekerjaan Sanitary 11,11
10 Pekerjaan Cat 5,44
11 Pekerjaan Plumbing 25,00
12 Pekerjaan Instalasi Listrik 4,00
13 Pekerjaan Lain - lain dan
finishing 25
Varians Proyek 144,06
Deviasi standar 12
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2013
Dari perhitungan diatas dapat dihitung z
(kemungkinan mencapai target) dengan
rumusan:
= 0,16
Merujuk pada kurva distribusi Normal nilai
Z atau peluang 0,16 didapat dari tabel nilai
sebesar 0,0636 berarti ada peluang sebesar
93,36% penyelesian proyek dapat dicapai
pada 110 hari penyelesaian proyek
Adapun perhitungan kemungkinan atau
probality wakt u penyelesai an proyek
Pembangunan Perumahan ini dengan durasi
yang dijadwalkan Ts 112 hari ( diambil daridurasi penyelesaian dengan diagram CPM)
adalah sebagai berikut:
Te adalah jumlah dari te untuk kegiatan
kritis ( Te = (te) untuk kegiatan kritis)
atau sama dengan total waktu penyelesaian
proyek yang diharapkan, lintasan kritis
pada proyek ini dengan meto de PERT
adalah rangkaian kegiatan dengan total
durasi tercepat.
3.8. Analisa Perbandingan
Metode RSM sejauh ini baru mengenal
hubungan FS sedangkan metode CPM
menggunakan hubungan antar kegiatan atau
empat konstrain yaitu FS, SS, FF, dan SF
sedangkan metode PERT menggunakan
metode probalitas yang dapat digunakan untuk
mengetahui kemungkinan waktu penyelesaian
proyek. Untuk itu perlu membandingkan
Metode RSM dengan metode CPM dan PERT.
Perbandingan antara RSM dengan
CPM dan PERT dapat dilihat pada tabel 4.19
berikut:
Tabel 4.19. Perbandingan antara RSM dengan CPM dan PERT
No. Perbandingan RSM CPM PERT
1 Segi penggunaan
metode
Lebih efisien untuk
multiunit
Lebih
menekankankan
pada lintasan
kritis
Lebih mengutamakan
konsep probabilitas
2 Segi perhitungan
kecepatan
Dengan
meminimalkan lag
time
Ditandai dengan
suatu angka
tertentu
Denganmenambahkan angka
tertentu dengan
varians
3 Segi lintasan kritis G,H,I,K D,L,M E,F
4 Segi waktu 12 minggu 13 minggu 15 minggu
5 Segi Biaya 77.392.765 143.707.370 142.390.235
Dari tabel 4.19 diatas terlihat bahwa
masing masing metode mempunyai
kelebihan dan kekurangan masing masing.
Apabila kita berorientasi pada waktupenyelesaian proyek total, maka metode CPM
dan PERT relatif lebih baik. Namun apabila
kita lebih berorientasi pada penggunaan tenaga
kerja yang kontinyu (tidak ada waktu
menunggu / slag time) serta digram yangsederhana, maka Metode RSM lebih unggul.
8/10/2019 Jurnal TA Studi Komparatif RSM dengan CPM dan PERT (1).pdf
12/12
12
Ditinjau dari segi biaya yaitu upah total tenaga
kerja jika kita menggunakan metode RSM
maka terdapat penghematan biaya yang cukup
besar dibandingkan jika menggunakan metode
CPM dan PERT, jika pengaturan tenaga
kerjanya disesuaikan dengan spesialis kerja.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. KesimpulanBerdasarkan perhitungan dan anlisis yang
telah diuraikan pada bab IV, maka hasil studi
ini menyimpulkan bahwa :
1.Penjadwalan dengan Repetative Scheduling
Method (RSM) dapat mempercepat
durasi proyek, dalam hal ini pekerjaan
proyek perumahan The clove Makassar
sebelum diterapkan RSM dikerjakan
selama 16 minggu dan setelah diterapkanRSM dapat dipercepat menjadi 12
minggu dengan total biaya pekerja Rp
77.392.765
2.Dengan metode CPM didapatkan durasi
proyek selama 13 minggu dengan total
biaya Rp 134.949.581
3.Sedangkan dengan metode PERT didapatkan
durasi proyek selama 15 minggu dengan
total biaya Rp 142.390.235
4.Dari hasil analisa perbandingan dapat
diambil kesimpulan bahwa, jika proyek
tersebut ingin dilakukan penghematandalam biaya dan waktu maka dipilih
metode yang memiliki biaya terkecil
dengan durasi yang cepat yaitu metode
RSM (Repetitive Scheduling Method)
dengan durasi penyelesain selama 12
minggu dan biaya pekerja total Rp
77.392.765.
4.2.Saran
1. Untuk penelitian selanjutny a
sebaiknya diperluas lagi denganmenggunakan metode percepatan
durasi proyek yang lain yang tidak
digunakan dalam penelitian ini,
sehingga dapat dijadikan
pembanding untuk mendapatkankombinasi metode percepatan yang
optimal dan perlu studi baru dan
observasi mengenai kemungkinan
alternatif alternatif pelaksanaan
yang lain.
2. Selain itu, perlu dilakukanpengontrolan terhadap setiap durasi
pekerjaan sehingga dapat diketahuipekerjaan tersebut akan dimulai dan
akan selesai. Maka pelaksanaan
proyek dapat terselesaikan sesuai
jadwal yang ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Ervianto, W.I.2003. Manajemen Proyek
Konstruksi. Yogyakarta : Penerbit
Andi.
Harris, R.B and Photios, G.
Ioannou.1998a. Scheduling Project
with Repeating Activities, Journal
of Construction Enginering and
Management, Vol.124 No.4, 269-
278, July August.Hayun, Anggara. 2005. Perencanaan
dan Pengendalian Proyek dengan
Metode PERT-CPM. Studi kasus
Fly Over Ahmad Yani Karawang.
Jurnal The Winners, Vol.6, No.2,
hal 155-174.
Istmawan, Dipohusodo. 1996.
Manajemen Proyek dan Konstruksi
Jilid 2. Yogyakarta. Kanisius.
Laksito,B., 2005. Studi Komparatif
Penjadwalan Proyek KonstruksiRepetitif Menggunakan Metode
Penjadwalan Berulan (RSM) dan
Metode Diagram Preseden (PDM).
Media Teknik Sipil, hal 85-92.
Santosa, Budi. 2008. Manajemen
Konstruksi : Konsep dan
Implementasi. Surabaya. Graha
Ilmu.
Soeharto, Iman. 2004. Manajemen
Proyek: Dari Konseptual Sampai
Operasional. Jakarta : Erlangga.Wiranata, A.A, dkk., 2009. Penggunaan
Metode Penjadwaln Berulang
(Repetitive Scheduling Method)
Pada Pengerjaan Proyek
perumahan ( Studi kasus Pada
Proyek Perumahan Beranda
Mumbul ). Jurnal Ilmiah Teknik
Sipil, Vol.13, No.2, hal 174-182.