KAJIAN KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd),KROMIUM (Cr), DAN MERKURI (Hg) PADA SEDIMEN DI
PERAIRAN PESISIR PESAWARAN SECARASPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM
(Skripsi)
Oleh
M. FIRZA ERSA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
ABSTRACT
HEAVY METAL CONTENT’S STUDY OF CADMIUM (Cd), CHROMIUM(Cr), AND MERCURY (Hg) IN SEDIMENT AT PESAWARAN COASTAL
WATERS USING ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETER
By
M. FIRZA ERSA
The heavy metal’s study of Cd, Cr, and Hg have done of sediment sample
which obtained at Lampung coastal bay. Aim of this research are measure the
content and pollution level of Cd, Cr, and Hg’s heavy metals in Pesawaran coastal
waters. There are 3 sampling location spots (Lunik Island, Kekatang, and Estuary
of Sanggi) and taken on the same day and labeled as location where the sample
was obtained. Sample preparation of heavy metal were did with wet destruction
method and analyzed by Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS).
The measurement results show the average content of Cd metal is 4.6789
ppm - 5.9379 ppm, the average content of Cr metal is 10.2267 ppm - 11.9628
ppm, and the average content of Hg metal is 1.0167 ppm - 1.6591 ppm. The
measurement results in Cd and Hg metal samples show that the levels have
exceeded the quality standard, whereas Cr metal samples indicate that the levels
M. Firza Ersa
have not exceeded the quality standard according to the National Sediment
Quality Survey: Second Edition, U.S Environmental Protection Agency (USEPA).
_____Key Word : Heavy Metal, Sediment Sample, AAS, Lampung Coastal Bay
ABSTRAK
KAJIAN KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd), KROMIUM(Cr), DAN MERKURI (Hg) PADA SEDIMEN DI PERAIRAN PESISIRPESAWARAN SECARA SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM
Oleh
M. FIRZA ERSA
Telah dilakukan kajian kandungan logam berat Cd, Cr, dan Hg pada
sampel sedimen yang diperoleh dari Pesisir Teluk Lampung. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengukur kadar dan tingkat pencemaran logam berat Cd, Cr,
dan Hg, yang ada pada sedimen di perairan pesisir Pesawaran. Terdapat 3 spot
lokasi pengambilan sampel (Pulau Lunik, Kekatang, dan Muara Sanggi) dan
diambil di hari yang sama serta diberi label sebagai penanda lokasi tempat sampel
diambil. Preparasi sampel logam berat dilakukan dengan metode destruksi basah
dan dianalisis secara Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
Hasil pengukuran menunjukkan kandungan rerata logam Cd berkisar
4,6789 ppm - 5,9379 ppm, kandungan rerata logam Cr berkisar 10,2267 ppm -
11,9628 ppm, dan kandungan rerata logam Hg berkisar 1,0167 ppm - 1,6591 ppm.
Hasil pengukuran pada sampel logam Cd dan Hg menunjukkan bahwa kadarnya
sudah melewati batas baku mutu, sedangkan pada sampel logam Cr menunjukkan
M. Firza Ersa
bahwa kadarnya belum melewati batas baku mutu menurut National Sediment
Quality Survey : Second Edition, U.S Environmental Protection Agency (USEPA).
_________
Kata Kunci : Logam Berat, Sampel Sedimen, SSA, Pesisir Teluk Lampung.
KAJIAN KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd),
KROMIUM (Cr), DAN MERKURI (Hg) PADA SEDIMEN DI
PERAIRAN PESISIR PESAWARAN SECARA
SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM
Oleh
M. FIRZA ERSA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lampung
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap M. Firza Ersa dilahirkan di Kalianda pada tanggal 07
Januari 1997. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan
Bapak Erwin Bakar dan Ibu Syarifah Lastari.
Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Pembina pada tahun 2002, lalu
melanjutkan ke SD Negeri 2 Way Urang pada tahun 2002 dan lulus pada tahun
2008, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 1 Kalianda pada tahun 2008 dan
lulus pada tahun 2011, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMA
Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2014. Pada tahun 2014, penulis terdaftar
sebagai mahasiswa Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SBMPTN).
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata
kuliah Kimia Analisis Lingkungan semester genap 2017/2018. Penulis pernah
mengikuti serangkaian studi lapangan bertajuk “Kunjungan Industri” ke PT Great
Giant Pineapple di Lampung tahun 2015. Penulis juga mengikuti aktivitas
organisasi, dimulai dengan menjadi Kader Muda Himaki (KAMI) dan Anggota
Muda Rois (AMAR) pada tahun 2014, kemudian terpilih menjadi anggota Bidang
Kaderisasi dan Pengembangan Organisasi (KPO) Himpunan Mahasiswa Kimia
(Himaki) FMIPA Unila periode 2015-2016, serta anggota Kesekretariatan dan
Rumah Tangga Rohani Islam (Rois) FMIPA Unila periode 2015/2016, dan
menjadi Sekretaris Umum Rois FMIPA Unila periode 2016. Pada tahun 2017
penulis menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan dengan judul Penentuan Korelasi
antara Kadar Biji Enteng dengan Kadar Minyak Atsiri pada Bahan Ekspor Lada
Hitam di BPSMB Lampung. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di
Desa Durian Payung, Kecamatan Padang Cermin, Pesawaran pada juli-Agustus
2017.
MOTTO
“Keberhasilan didapat oleh orang-orang yang tidak mudah menyerah”
(M. Firza Ersa)
“Sesungguhnya Bersama Kesulitan Ada Kemudahan”.
(Al-Insyirah 94:6)
“Charge Forward and Fear Nothing”. (Hylos)
“It’s Fine to Celebrate Success but It Is More Important to Heed The Lesson of Failure”.
(Bill Gates)
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Dengan mengucap Alhamdulillahirabbilalamin
Ku Persembahkan karya kecilku ini kepada
Yang tercinta dan tersayang, Ayahanda dan ibunda ku
Kakak perempuan dan kakak laki-laki ku
Serta yang terhormat kepada bapak Diky Hidayat, M.Sc., bapak Drs. R. Supriyanto, M.S., dan bapak Dr. Hardoko Insan Qudus, M.S.,
SANWACANA
Segala puji dan syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala Tuhan semesta alam
yang telah memberikan segala kesempatan, rahmat dan nikmat-Nya, sehingga
Penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurah
kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam beserta keluarga dan
para sahabat, semoga kita termasuk umat yang beliau cintai dan mendapatkan
syafa’at dari beliau di yaumil akhir nanti, aamiin yarabbal’alamin.
Skripsi dengan judul “Kajian Kandungan Logam Berat Kadmium (Cd),
Kromium (Cr), dan Merkuri (Hg) pada Sedimen Di Perairan Pesisir
Pesawaran secara Spektrofotometer Serapan Atom” merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) pada Jurusan Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
Teriring doa yang tulus, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Tuhan semesta alam yang sudah memberikan
kesempatan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tua Penulis, Bapak Erwin Bakar dan Ibu Syarifah Lastari yang
telah memberikan segala dukungan dalam banyak bentuk. Tak banyak yang
bisa penulis ucapkan, hanya bisa berterima kasih dan mendoakan semoga
Allah meridhoi semua kebaikan kalian dan membalas kebaikan kalian dengan
kebaikan pula, aamiin Allahumma aamiin;
3. Kakak Perempuan dan Kakak Laki-laki, Rasuna Ersa dan M. Prasetio Ersa
yang tak lupa untuk mengingatkanku agar tidak lalai dalam perkuliahan,
penulis ucapkan terimakasih banyak kepada kalian.
4. Bapak Diky Hidayat, M.Sc., selaku pembimbing I atas segala bimbingan, ilmu
yang bermanfaat, motivasi, kritik, saran, nasihat serta kesabaran sehingga
penulis bisa menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.
5. Bapak Drs. R. Supriyanto, M.S., selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, kritik, saran, nasihat dan arahan yang diberikan
kepada penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.
6. Bapak Dr. Hardoko Insan Qudus, M.S., selaku pembahas atas segala
bimbingan, kritik, saran, dan ilmu bermanfaat yang telah diberikan kepada
penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Bapak Prof. Dr. Sutopo Hadi, M.Sc., selaku pembimbing akademik, penulis
mengucapkan terimakasih banyak karena selalu memberikan bimbingan
konseling berupa arahan dan masukan yang baik kepada penulis selama
penulis menjadi mahasiswa.
8. Bapak Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T. selaku Ketua Jurusan Kimia
FMIPA Unila.
9. Bapak Drs. Suratman M.Sc. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Lampung beserta jajarannya.
10. Dosen Jurusan Kimia FMIPA Unila atas seluruh ilmu pengetahuan dan
pengalaman yang telah diberikan selama perkuliahan hingga penulis dapat
menyelesaikan studi ini. Serta penulis ucapkan terimakasih kepada staff
administrasi Jurusan Kimia FMIPA Unila yang telah membantu penulis untuk
menyelesaikan persyaratan administrasi selama kuliah.
11. Bapak Dr. Hardoko Insan Qudus, M.S., selaku Kepala Laboratorium Kimia
Analitik dan Instrumen atas izin penggunaan laboratorium yang telah
diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
12. Mas Udin dan Mbak Iin selaku Laboran Laboratorium Laboratorium Kimia
Analitik dan Instrumen yang telah banyak memberikan arahan, membantu
penulis dalam penyediaan alat untuk penelitian.
13. Semua Bapak dan Ibu guru dari TK, SD, SMP, dan SMA yang pastinya
memberikan penulis jalan menuju sampai saat ini, penulis hanya bisa ucapkan
terimakasih dan berdoa atas semua ilmu yang telah diberikan selama ini.
14. “HF4” Hafid, Fendi, Fikri, Firdaus, sahabat penulis yang mengisi hari-hari
dengan canda, tawa, marah, dan semua emosi yang pernah ada, serta ada
kalanya menjadi pengingat dan motivator yang buruk untuk sahabat sendiri.
Penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan semoga apa yang
dicita-citakan dapat terwujud di waktu yang tepat aamiin.
15. Tim dan keluarga “Cemara(n)” logam berat yang merupakan bimbingan
dibawah arahan bapak Diky Hidayat yaitu Firdaus, Riza, Yola, dan bang Edis.
Penulis ucapkan maaf sebesar-besarnya karena selalu mau direpotkan oleh
penulis dan juga terimakasih sebanyak-banyak nya karena telah mengisi
kegiatan penulis saat melakukan penelitian di laboratorium ataupun saat
sampling.
16. Hafid, Asrul, Riza, Herda, dan Dhia, Teman seperjuangan untuk saling
mengingatkan print segala hal untuk kepentingan daftar wisuda.
17. Kak ubay, yang selalu menjadi teman mengurus segala administrasi di
jurusan, teman mengobrol dan meminta nasihat dalam laboratorium instrumen
bersama bapak R. Supriyanto, penulis ucapkan terimakasih banyak atas
kesabaran dan kebaikannya.
18. Penghuni Lab. Kimia Analitik “Oven Hidup”, penulis ucapkan terimakasih
telah mengisi hari-hari di laboratorium bersama penulis saat praktikum dan
juga penelitian
19. Teman-teman angkatan 2014 yang telah mengisi kehidupan kampus penulis
selama ini, segala macam sifat dan perilaku kalian yang bermacam-macam
menjadi pelajaran dan pengalaman tersendiri untuk penulis. Terimakasih
banyak.
20. Keluarga besar Himaki FMIPA Unila atas segala pengalaman dan
persahabatannya selama berorganisasi, menjadi rumah pertama yang
memberikan pengalaman dunia kampus saat penulis berstatus mahasiswa
baru.
21. Keluarga besar Rois FMIPA Unila Periode 2016 yang telah mengisi waktu
berorganisasi penulis dengan segala macam cerita sedih dan bahagia, serta
pengalaman yang telah diberikan.
22. Almamater tercinta Universitas Lampung
23. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas
segala ketulusan, bantuan, dan doa. Semoga kebaikan yang sudah diberikan
selama ini mendapat balasan dari Allah SWT.
Bandar Lampung, 27 Juni 2019
Penulis,
M. Firza Ersa
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1B. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4C. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 6
A. Teluk Lampung.................................................................................. 6B. Pesisir Pesawaran............................................................................... 6C. Pencemaran ........................................................................................ 9D. Sedimen.............................................................................................. 10E. Logam Berat....................................................................................... 12F. Kromium (Cr) .................................................................................... 15
1. Sifat Fisik dan Kimia Kromium.................................................... 152. Toksisitas Kromium ...................................................................... 16
G. Kadmium (Cd) ................................................................................... 161. Sifat Fisik dan Kimia Kadmium.................................................... 162. Toksisitas Kadmium...................................................................... 16
H. Merkuri ........................................................................................................ 171. Sifat Fisik dan Kimia Merkuri................................................................ 172. Toksisitas Merkuri ................................................................................ 17
I. Spektrofotometer Serapan Atom........................................................ 181. Prinsip Dasar ................................................................................. 182. Instrumentasi pada Spektrofotometer Serapan Atom.................... 19
2.1 Sumber Sinar .......................................................................... 192.2 Sumber Atomisasi .................................................................. 202.3 Monokromator........................................................................ 212.4 Detektor.................................................................................. 21
ii
2.5 Sistem Pengolah ..................................................................... 212.6 Sistem Pembacaan.................................................................. 22
3. Analisis Kuantitatif ....................................................................... 22J. Validasi Metode ................................................................................. 23
1. Limit Deteksi................................................................................. 232. Presisi (Ketelitian)......................................................................... 243 Akurasi (Kecermatan) ................................................................... 244. Linieritas........................................................................................ 25
III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 26
A. Waktu dan Tempat Penelitian............................................................ 26B. Alat dan Bahan................................................................................... 26C. Prosedur ............................................................................................. 27
1. Pembuatan Larutan........................................................................ 271.1 Larutan HNO3 5% .................................................................. 271.2 Larutan Standar Cd 1000 ppm ............................................... 271.3 Larutan Standar Cr 1000 ppm ................................................ 271.4 Larutan Standar Hg 1000 ppm ............................................... 27
2. Metode Pengambilan Sampel........................................................ 282.1 Persiapan Pengambilan Sampel ............................................. 282.2 Pengambilan Sampel .............................................................. 28
3. Preparasi Sampel dan Penentuan Kadar Hg, Cd, Cr ..................... 284. Pembuatan Kurva Kalibrasi .......................................................... 30
4.1 Kurva Kalibrasi Merkuri ........................................................ 304.2 Kurva Kalibrasi Kadmium ..................................................... 304.3 Kurva Kalibrasi Kromium ..................................................... 30
5. Validasi Metode ............................................................................ 325.1 Limit Deteksi (LoD) dan Limit Kuantitasi (LoQ).................. 325.2 Presisi (Ketelitian).................................................................. 325.3 Akurasi (Kecermatan) ............................................................ 32
5.3.1 Uji Perolehan Kembali Hg ........................................... 325.3.2 Uji Perolehan Kembali Cd ........................................... 335.3.3 Uji Perolehan Kembali Cr............................................ 33
5.4 Linieritas ................................................................................ 33
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 34
A. Pengambilan Sampel.......................................................................... 34B. Preparasi Sampel................................................................................ 36C. Kandungan Logam Cd, Cr dan Hg pada sampel sedimen di Pesisir
Pesawaran .......................................................................................... 371. Kandungan Logam Cd .................................................................. 372. Kandungan Logam Cr ................................................................... 383. Kandungan Logam Hg .................................................................. 39
D. Validasi Metode ................................................................................. 401. Linieritas........................................................................................ 40
iii
2. Limit deteksi (LOD) dan Limit Kuantitatif (LOQ)....................... 433. Presisi ............................................................................................ 444. Akurasi .......................................................................................... 45
SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 49
LAMPIRAN ................................................................................................... 53
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Nilai LOD dan LOQ logam Cd, Cr, dan Hg ............................................... 43
2. Konsentrasi Rerata, SD, dan % RSD dari Sampel Logam Cd, Cr, dan Hgpada Sampel Sedimen ................................................................................. 44
3. Persen Perolehan Kembali Sampel Logam Cd, Cr, dan Hg pada SampelSedimen ....................................................................................................... 45
4. Absorbansi Larutan Standar Cd .................................................................. 54
5. Konsentrasi Logam Cd Pada Sampel Sedimen di Pulau Lunik .................. 55
6. Konsentrasi Logam Cd Pada Sampel Sedimen di Kekatang....................... 56
7. Konsentrasi Logam Cd Pada Sampel Sedimen di Muara Sanggi ............... 57
8. Absorbansi Larutan Standar Cr ................................................................... 58
9. Konsentrasi Logam Cr Pada Sampel Sedimen di Pulau Lunik ................... 58
10. Konsentrasi Logam Cr Pada Sampel Sedimen di Kekatang ..................... 59
11. Konsentrasi Logam Cr Pada Sampel Sedimen di Muara Sanggi.............. 60
12. Absorbansi Larutan Standar Hg................................................................ 61
13. Konsentrasi Logam Hg Pada Sampel Sedimen di Pulau Lunik................ 62
14. Konsentrasi Logam Hg Pada Sampel Sedimen di Kekatang .................... 63
15. Konsentrasi Logam Hg Pada Sampel Sedimen di Muara Sanggi............. 63
16. Standar Deviasi Blanko pada Logam Cd .................................................. 64
17. Standar Deviasi Blanko pada Logam Cr................................................... 65
18. Standar Deviasi Blanko pada Logam Hg.................................................. 66
19. Nilai % Recovery Logam Cd.................................................................... 67
20. Nilai % Recovery Logam Cr..................................................................... 68
v
21. Nilai % Recovery Logam Hg.................................................................... 68
22. Contoh Nilai SD dan RSD Logam Cd pada sampel Pulau Lunik............. 69
23. Contoh Nilai SD dan RSD Logam Cr pada sampel Pulau Lunik ............. 70
24. Contoh Nilai SD dan RSD Logam Hg pada sampel Pulau Lunik ............ 71
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Pulau Lunik ................................................................................................. 7
2. Muara Sanggi .............................................................................................. 8
3. Kekatang...................................................................................................... 8
4. 3 titik lokasi pengambilan sampel di Muara Sanggi ................................... 34
5. 3 titik lokasi pengambilan sampel di wilayah Kekatang............................. 35
6. 3 titik lokasi pengambilan sampel di Pulau Lunik ...................................... 35
7. Rerata Kandungan Logam Cd pada Sampel Sedimen................................. 37
8. Rerata Kandungan Logam Cr pada Sampel Sedimen ................................. 38
9. Rerata Kandungan Logam Hg pada Sampel Sedimen ................................ 39
10. Kurva Regresi Linier Logam
(a) Cd .......................................................................................................... 41
(b) Cr .......................................................................................................... 41
(c) Hg .......................................................................................................... 42
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perairan yang berada di Provinsi Lampung memiliki wilayah yang cukup luas
yaitu ± 16.625,3 km2 dengan wilayah laut pesisir sampai dengan ZEE mencapai ±
129.330 km2, dan panjang garis pantai mencapai ± 1.105 km2, yang terdiri dari
Teluk Lampung dan Selat Sunda ± 160 km2 , Teluk Semangka ± 200 km2 , Pantai
Barat ± 129.330 km2 , Pantai Timur dan pulau-pulau kecil ± 535 km2 . Di
antara wilayah perairan tersebut di atas adalah salah satu teluk besar yang dimiliki
oleh Provinsi Lampung, yaitu Teluk Lampung (Dirjen KP3K, 2010). Secara
geografis, Teluk Lampung menghadap ke Selat Sunda dan sebagian menghadap
ke Samudera Hindia dengan titik koordinat antara 104o14’00’-105o29’00’ BT dan
5o29’00’-5o50’00’ LS (Risanti, 2006).
Teluk Lampung merupakan salah satu teluk yang terletak di ujung selatan
Provinsi Lampung, pada mulanya termasuk dalam wilayah administrasi Kota
Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Selatan. Dengan adanya pemekaran
Kabupaten Lampung Selatan menjadi Kabupaten Lampung Selatan dan
Kabupaten Pesawaran berdasarkan Undang-undang Nomor 33 tahun 2007 tentang
Pembentukan Kabupaten Pesawaran yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus
2007, wilayah Teluk Lampung termasuk ke dalam wilayah administrasi Kota
2
Bandar Lampung, Kabupaten Lampung Selatan, dan Kabupaten Pesawaran.
Sebagai wilayah pesisir, wilayah Teluk Lampung meliputi daratan dan perairan
(laut). Wilayah tersebut merupakan lokasi beragam aktifitas yang meliputi
permukiman dan perkotaan, pertanian, kehutanan dan perkebunan, industri
manufaktur, perikanan tangkap dan budidaya, transportasi laut, militer, dan
pariwisata (Wiryawan, Marsjen, Susanto, Mahi, Ahmad, dan Poepitasari. 1999;
Pemerintah Provinsi Lampung 2001; Pemerintah Provinsi Lampung 2009).
Banyaknya aktivitas yang dilakukan masyarakat di Pesisir Teluk Lampung seperti
industri, penambangan, serta limbah rumah tangga yang berbahan organik dan
anorganik di daerah sekitar dapat memberikan dampak yang dapat mempengaruhi
lingkungan, kesehatan, serta kualitas hidup masyarakat yang berada di pesisir
Teluk Lampung. Untuk limbah anorganik seperti logam Merkuri (Hg) bisa dilihat
dari penelitian Tugiyono (2007), analisis kadar Logam Berat Hg menggunakan
metode Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dengan lokasi penelitian di daerah
Pesawaran tepatnya di wilayah Pantai Mutun dan Lempasing yang tidak begitu
padat pemukiman. Hasilnya adalah kadar logam Hg masih berada di bawah baku
mutu peruntukan. Sedangkan untuk logam Kadmium (Cd) dan Kromium (Cr) bisa
dilihat pada kajian yang dilakukan oleh BPLHD (Badan Pengelola Lingkungan
Hidup Daerah) Provinsi Lampung pada tahun 2014 menyatakan bahwa kadar
logam Cr (0,001-0,028 ppm) dan Cd (0,0015-0,0021 ppm) di perairan Teluk
Lampung telah melebihi baku mutu logam berat di perairan menurut Kep.
51/Men-KLH/2004 yaitu untuk logam Cr < 0,005 ppm dan Cd < 0,001 ppm.
Akibat yang ditimbulkan dalam jangka waktu yang lama pada akumulasi logam
Cd yang sudah melewati baku mutu adalah dapat menghambat kerja paru-paru,
3
mual, muntah, diare, kram, anemia, dermantis, pertumbuhan lambat, kerusakan
ginjal, hati, gangguan kardiovaskular, merusak tulang (Osteomalacia dan
Osteoporosis), dan meningkatkan tekanan darah. Dengan gejala umum keracunan
logam Cd adalah sakit di dada, nafas sesak (pendek), batuk-batuk dan lemah
(Purnomo, 2009). Sedangkan akibat yang ditimbulkan dalam jangka waktu yang
lama pada akumulasi logam Cr adalah kerusakan dalam sistem organ tubuh. Efek
toksisitas logam Cr dapat merusak serta mengiritasi hidung, paru-paru, lambung,
dan usus. Mengonsumsi makanan berbahan kromium dalam jumlah yang sangat
besar, menyebabkan gangguan perut, bisul, kejang, ginjal, kerusakan hati, dan
bahkan kematian (Pallar, 1994). Sedangkan untuk limbah organik dapat dilihat
pada Penelitian Ersa (2015) yaitu mengukur kadar Nitrit dan Nitrat dengan
menggunakan metode spektrofotometer UV-VIS. Dengan lokasi penelitian di
perairan Teluk Lampung menunjukkan bahwa kawasan industri dan padat
pemukiman penduduk mempengaruhi perairan dengan kadar Nitrit dan Nitrat
tertinggi berada di Pelabuhan Panjang, sedangkan kadar nitrit di daerah
Lempasing, Mutun, Pahawang sangat rendah (0,0031 ppm – 0,0008 ppm) dan
kadar Nitrat di daerah tersebut hasilnya nihil. Akibat yang bisa ditimbulkan dari
tingginya kadar Nitrit dan Nitrat adalah munculnya peristiwa HAB (Harmful
Algal Bloom) (Mulyani, Widiarti dan Wardhana. 2012). Peristiwa HAB dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu Red Tide Maker dan Toxin Producer. Peristiwa
HAB yang masuk dalam kategori Red Tide Maker disebabkan oleh ledakan
populasi fitoplankton berpigmen sehingga warna air laut akan berubah sesuai
dengan warna pigmen spesies fitoplanktonnya. Ledakan populasi fitoplankton
tersebut dapat menutupi permukaan perairan sehingga selain menyebabkan
4
deplesi oksigen, juga dapat menyebabkan gangguan fungsi mekanik maupun
kimiawi pada insang ikan. Hal tersebut dapat mengakibatkan kematian massal
ikan. Sedangkan peristiwa HAB yang dikategorikan toxin producer disebabkan
oleh metabolit sekunder yang bersifat toksik dari suatu fitoplankton sehingga
toksin tersebut dapat terakumulasi pada biota perairan seperti ikan dan kerang.
Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan analisis mengenai kandungan logam
berat Kadmium (Cd), Kromium (Cr), dan Merkuri (Hg) pada Sedimen dasar laut
yang berada di perairan teluk lampung, khususnya di pesisir kabupaten
Pesawaran.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari Penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengukur kadar logam berat Kadmium (Cd), Kromium (Cr), dan
Merkuri (Hg) di perairan teluk lampung, khususnya pesisir Kabupaten
Pesawaran
2. Mengetahui tingkat pencemaran kadar logam berat di Kadmium (Cd),
Kromium (Cr), dan Merkuri (Hg) perairan teluk lampung, khususnya pesisir
Kabupaten Pesawaran.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian ini adalah sebagai Informasi untuk mengetahui tingkat
pencemaran oleh logam berat Kadmium (Cd), Kromium (Cr), dan Merkuri (Hg)
di Perairan Teluk Lampung, khususnya di Pesisir Kabupaten Pesawaran untuk
5
menjadi evaluasi bagi masyarakat sekitar, industri, serta pemerintah kabupaten
Pesawaran, sehingga dapat mengelola kawasan pesisir Pesawaran dengan baik dan
benar.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teluk Lampung
Teluk Lampung merupakan perairan yang memiliki peranan besar bagi
masyarakat Provinsi Lampung dengan lalu lintas pelayaran yang sibuk, sebab
dilalui oleh kapal kapal besar berupa pengangkut barang maupun penumpang
(Nursusty, 2013). Teluk Lampung memiliki peranan sebagai berikut :
1. Kawasan pemukiman penduduk serta kawasan industri yang diantaranya adalah
Industri manufaktur dan pembangkit tenaga listrik (Tarahan).
2. Pelabuhan dan perdagangan utama di Provinsi Lampung;
3. Kawasan pariwisata diantaranya, Pulau Kiluan, Pulau Pahawang, Pulau
Tegal, Pulau Sebesi, Pasir Putih, dan Pulau Pahawang;
4. Tempat tangkapan ikan bagi para nelayan tradisional disekitarnya.
B. Pesisir Pesawaran
Berdasarkan Undang-undang Nomor 33 tahun 2007 tentang pembentukan
Kabupaten Pesawaran di Provinsi Lampung, pesisir Pesawaran berada di bagian
selatan dan timur. Bagian selatan dari Kabupaten Pesawaran yaitu kecamatan
Padang Cermin, Punduh Pidada dan Kelumbayan yang langsung berbatasan
dengan Teluk Lampung, dengan tiga pulau yang terbesar adalah Pulau Legundi,
7
Pulau Pahawang, dan Pulau Kelagian. Sedangkan bagian timur yang merupakan
daerah pesisir berbatasan dengan Kecamatan Teluk Betung.
Banyaknya pulau dengan lingkungan yang masih asri dan pantainya yang bersih,
menjadikan pesisir pesawaran sebagai salah satu tujuan wisata bahari untuk
pengembangan destinasi wisata. Contohnya seperti wisata snorkling, diving, dan
permainan air lainnya di Pantai Mutun, Pantai Sari Ringgung, Pulau Tangkil,
Pulau Pahawang, Pulau Kelagian, dan lainnya (Abdillah, 2016). Maka akibat
banyaknya aktivitas yang terjadi di wilayah pesisir pesawaran ini, bisa menjadi
potensi pencemaran lingkungan.
Terdapat 3 lokasi pengambilan sampel :
1. Pulau Lunik (5o44’24”S 105o10’25”E)
Gambar 1. Pulau Lunik
8
2. Muara Sanggi (5o35’30”S 105o10’46”E)
Gambar 2. Muara Sanggi
3. Kekatang (5o45’06”S 105o09’22”E)
Gambar 3. Kekatang
9
C. Pencemaran
Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan
komponen lain ke dalam lingkungan hidup yang melebihi baku mutu lingkungan
hidup yang telah ditetapkan (Setiawan, 2010). Pencemaran yang terjadi hingga
melewati baku mutu atau kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu,
menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukkannya yang akan menimbulkan kerugian pada sumber kehidupan,
kondisi kehidupan dan proses industri.
Darmono (1995) mengklasifikasikan sumber pencemaran logam berat berdasarkan
lokasinya yaitu :
1. Pada perairan estuaria, pencemaran memiliki hubungan yang erat dengan
penggunaan logam oleh manusia.
2. Pada perairan laut lepas kontaminasi logam berat biasanya terjadi secara
langsung dari atmosfer atau karena tumpahan minyak dari kapal-kapal tanker
yang melaluinya.
3. Di perairan sekitar pantai kontaminasi logam kebanyakan berasal dari mulut
sungai yang terkontaminasi oleh limbah buangan industri atau pertambangan.
Pencemaran yang terjadi, bisa menimbulkan dampak jangka panjang yang
berbahaya dan penyebab utama logam berat menjadi bahan pencemar berbahaya
yaitu karena logam berat tidak dapat dihancurkan oleh organisme hidup di
lingkungan dan terakumulasi di lingkungan, terutama mengendap di dasar
perairan. Biota air yang hidup dalam perairan tercemar logam berat, dapat
mengakumulasi logam berat tersebut dalam jaringan tubuhnya. Makin tinggi
10
kandungan logam dalam perairan akan semakin tinggi pula kandungan logam
berat yang terakumulasi dalam tubuh hewan tersebut (Rohyatun dan Rozak,
2007).
Sumber pencemar di Lampung berasal dari aktivitas industri, seperti limbah
agroindustri dan tambak udang. Pencemaran tersebut ditandai dengan
menurunnya kualitas dan produktivitas perairan karena pembuangan limbah dari
limbah domestik rumah tangga, aktivitas industri, maupun aktivitas perkapalan
(Wijayanti, 2007)
D. Sedimen
Wilayah pesisir merupakan daerah tempat pertemuan darat dan laut, akibatnya
wilayah pesisir rentan terhadap dampak dari seluruh aktifitas manusia seperti
pertambahan penduduk, kegiatan pembangunan, pencemaran industri,
overeksploitasi, serta sedimentasi (Astuti, 2011).
Sedimen yang dijumpai di dasar lautan dapat berasal dari beberapa sumber dan
dibedakan menjadi empat yaitu (Ward and Stanley, 2004):
1. Lithougenus sediment yaitu sedimen yang berasal dari erosi pantai dan material
hasil erosi daerah up land. Material ini dapat sampai ke dasar laut melalui
proses mekanik, yaitu tertransport oleh arus sungai maupun arus laut dan akan
terendapkan jika energi tertransformkan telah melemah.
2. Biogeneuos sediment yaitu sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme
yang hidup seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik
yang mengalami dekomposisi.
11
3. Hidrogenous sediment yaitu sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi
kimia di dalam air laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut
sehingga akan tenggelam ke dasar laut, sebagai contoh dan sedimen jenis ini
adalah magnetit, endapan Mangan (Mn) yang berbentuk nodul dan endapan
glaukonit.
4. Cosmogerous sediment yaitu sedimen yang bersal dari berbagai sumber dan
masuk ke laut melalui jalur media udara atau angin. Sedimen jenis ini dapat
bersumber dari luar angkasa, aktifitas gunung api atau berbagai partikel darat
yang terbawa angin. Material yang berasal dari luar angkasa merupakan sisa-
sisa meteorik yang meledak di atmosfir dan jatuh ke laut. Sedimen yang
berasal dari letusan gunung berapi dapat berukuran halus berupa debu
volkanin, atau berupa fragmen-fragmen aglomerat. Sedangkan sedimen yang
berasal dari partikel di darat dan terbawa angin banyak terjadi pada daerah
kering dimana proses aeolian dominan namun demikian dapat juga terjadi pada
daerah sub tropis saat musim kering dan angin bertiup kuat.
Menurut Fardiaz (2005) adanya sedimen dalam jumlah tinggi di perairan dapat
merugikan karena:
1. Menyebabkan pendangkalan dan penyumbatan sehingga mengurangi volume
air yang ditampung.
2. Mengurangi populasi ikan dan hewan air lainnya karena telur dan sumber
makanan terendam oleh sedimen.
3. Mengurangi penetrasi cahaya ke dalam perairan sehingga mengurangi
kecepatan fotosintesis.
12
E. Logam Berat
Logam berat adalah unsur alami dari kerak bumi. Logam yang stabil dan tidak
bisa rusak atau hancur, oleh karena itu mereka cenderung menumpuk dalam tanah
dan sedimen. Banyak istilah logam berat telah diajukan, berdasarkan kepadatan,
nomor atom, sifat kimia, atau racun. Logam berat yang dipantau meliputi
Antimony (Sb), Arsen (As), Kadmium (Cd), Kobalt (Co), Kromium (Cr),
Tembaga (Cu), Nikel (Ni), Timbal (Pb), Mangan (Mn), Merkuri (Hg),
Molybdenum (Mo), Skandium (Sc), Selenium (Se), Titanium (Ti), Tungsten (W),
Timah (Sn), dan Vanadium (V).
Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek khusus
pada makhluk hidup. Dapat dikatakan bahwa semua logam berat dapat menjadi
racun bagi tubuh makhluk hidup apabila melampaui ambang batas yang diizinkan.
Namun sebagian dari logam berat tersebut memang dibutuhkan di dalam tubuh
makhluk hidup dalam jumlah sedikit, yang juga apabila tidak terpenuhi akan
berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup dari makhluk hidup tersebut (Pallar,
1994).
Sedikitnya terdapat 80 jenis dari 109 unsur kimia di muka bumi ini yang telah
teridentifikasi sebagai jenis logam berat. Berdasarkan sudut pandang toksikologi,
logam berat dapat dibagi dalam dua jenis. Pertama, logam berat essensial, di mana
keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup,
namun dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh
logam berat ini adalah Zn, Ni, Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya. Sedangkan
jenis kedua, logam berat tidak essensial atau beracun, di mana keberadaannya
13
dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun,
seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain (Connel dan Miller 1995).
Berdasarkan sifat kimia dan fisikanya, maka tingkat atau daya racun logam berat
terhadap hewan air dapat diurutkan (dari tinggi ke rendah) yaitu Merkuri (Hg),
Kadmium (Cd), Seng (Zn), Timah Hitam (Pb), Krom (Cr), Nikel (Ni), dan Kobalt
(Co) (Sutamihardja, 1982). Menurut Darmono (1995) daftar urutan
toksisitas logam paling tinggi ke paling rendah terhadap manusia yang
mengkomsumsi ikan adalah sebagai berikut Hg2+ > Cd2+ >Ag2+ > Ni2+ > Pb2+ >
As2+ > Cr2+ Sn2+ > Zn2+ . Sedangkan menurut Kementrian Negara Kependudukan
dan Lingkungan Hidup (2004) sifat toksisitas logam berat dapat dikelompokkan
ke dalam 3 kelompok, yaitu :
1. Bersifat toksik tinggi (Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn).
2. Bersifat toksik sedang (Cr, Ni, dan Co).
3. Bersifat tosik rendah (Mn dan Fe).
Menurut Pallar (1994) faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan logam berat
dalam suatu badan air antara lain :
pH air
Dalam lingkungan perairan, bentuk logam antara lain berupa ion bebas, pasangan
ion organik, dan ion kompleks. Kelarutan logam dalam air dikontrol oleh pH air.
Kenaikan pH menurunkan kelarutan logam dalam air, karena kenaikan pH
mengubah kestabilan dari bentuk karbonat menjadi hidroksida yang membentuk
ikatan dengan partikel pada badan air, sehingga akan mengendap membentuk
lumpur.
14
Suhu air
Kenaikan suhu air dan penurunan pH akan mengurangi adsorpsi senyawa logam
berat pada partikulat. Suhu air yang lebih dingin akan meningkatkan adsorpsi
logam berat ke partikulat untuk mengendap di dasar. Sementara saat suhu air naik,
senyawa logam berat akan melarut di air karena penurunan laju adsorpsi ke dalam
partikulat. Logam yang memiliki kelarutan yang kecil akan ditemukan di
permukaan air selanjutnya dengan perpindahan dan waktu tertentu akan
mengendap hingga ke dasar, artinya logam tersebut hanya akan berada di dekat
permukaan air dalam waktu yang sesaat saja untuk kemudian mengendap lagi.
Hal ini ditentukan antara lain oleh massa jenis air, viskositas (kekentalan) air,
temperatur air, arus air serta faktor lainnya.
Konsentrasi oksigen dalam badan air
Pada daerah yang kekurangan oksigen, misalnya akibat kontaminasi bahan-bahan
organik, daya larut logam berat akan menjadi lebih rendah dan mudah
mengendap. Logam berat yang terlarut dalam air akan berpindah ke dalam
sedimen jika berikatan dengan materi organik bebas atau materi organik yang
melapisi permukaan sedimen, dan penyerapan langsung oleh permukaan partikel
sedimen.
Keberadaan logam dalam perairan terutama muara dapat berasal dari sumber
alamiah dan aktifitas manusia (Pallar, 1994). Masuknya logam berat kedalam
muara secara alamiah dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Pasokan dari daerah hulu sungai karena erosi yang disebabkan oleh gerakan
gelombang air.
15
2. Pasokan dari laut dalam yang meliputi logam yang dilepaskan gunung berapi di
laut dalam dan dari partikel atau endapan oleh adanya proses kimiawi.
3. Pasokan yang berasal dari lingkungan dekat muara dan meliputi logam yang
diangkat ke dalam atmosfer sebagai partikel debu.
Sedangkan keberadaan logam-logam berat di muara yang disebabkan oleh
aktifitas manusia dapat berasal dari:
1. Buangan rumah tangga.
2. Buangan sisa industri yang tidak terkontrol, dimana logam berat ini mengalir ke
sungai dan akhirnya sampai di muara dan mengendap jadi sedimen.
3. Lumpur minyak yang kadang-kadang juga mengandung logam berat dengan
konsentrasi yang tinggi yang terbuang sampai ke muara dan mengendap jadi
sedimen. Pembakaran hidrokarbon dan batu bara diantaranya ada yang
melepaskan senyawa logam berat ke udara kemudian bercampur dengan air
hujan dan mengalir melalui sungai yang pada akhirnya sampai di muara.
F. Kromium (Cr)
1. Sifat Fisik dan Kimia Kromium
Kromium adalah unsur logam transisi yang terletak di golongan VI B dengan
nomor atom 24 dengan sifat tahan karat dan berwarna abu-abu, massa atom
relative 51,99 dengan massa jenis 7,19 g/cm3. Kromium di alam terdapat dalam 3
jenis valensi, yaitu Kromium (0), Kromium (III), dan Kromium (VI). Kromium
(III) merupakan unsur essensial yang dibutuhkan tubuh dalam reaksi enzimatis
untuk metabolisme gula, protein, dan lemak (ATSDR, 2008).
16
2. Toksisitas Kromium
Akumulasi kromium dalam tubuh manusia dapat mengakibatkan kerusakan dalam
sistem organ tubuh. Akumulasi Kromium (VI) dalam jumlah 7,5 mg/l pada
manusia menyebabkan toksisitas akut berupa kematian sedangkan bila terjadi
akumulasi Kromium (VI) pada dosis 0,57 mg/kg perhari dapat menyebabkan
kerusakan pada hati (ATSDR, 2008). Ambang batas untuk Kromium sesuai
dengan Keputusan Dirjen BPOM No. 03725/B/SK/VII/89 adalah sebesar 2,5 ppm.
G. Kadmium (Cd)
1. Sifat Fisik dan Kimia Kadmium
Kadmium adalah logam berat yang masuk dalam unsur golongan IIB dan periode
5 dengan bilangan oksidasi +2, tidak berwarna jika dalam bentuk ion, tidak
berwarna mencolok jika dalam wujud padatan (Petrucci, 1987). Diperairan Cd
tidak bereaksi, melainkan hanya terhidrasi sebagai ion kompleks yang berikatan
dengan CO32-, Cl-, dan SO4
2-. Keberadaan ion Cd (II) di dalam air tergantung
kadar garam dan keasaman (pH). Air dengan kadar garam dan alkalinitas tinggi
akan mempercepat spesiasi ion Cd (II) yaitu dengan membentuk pasangan ionnya
(Marganof, 2003). Cd menempati nomor atom 48, massa atom 112,4 gr/mol,
kerapatan 8,64 g/cm3, titik cair 320,9oC, dan titik didih 767oC (Stoeppler, 1992).
2. Toksisitas Kadmium
Logam Kadmium memiliki bahaya jangka panjang dengan tidak menunjukkan
gejala pada penderita selama bertahun-tahun yang berakhir pada terganggunya
kesehatan. Toksisitas yang ditimbulkan adalah terganggunya paru-paru, tulang,
17
hati, dan ginjal. Selain itu keracunan dapat menyebabkan darah tinggi, kerusakan
jaringan testikular dan kerusakan sel darah merah (Svehla, 1985). Logam Cd juga
bisa bersifat neurotoksin yang memberikan dampak pada kerusakan indra
penciuman serta penyakit tulang yang dikenal dengan istilah “Itai-itai kyo”.
(Petrucci, 1987).
H. Merkuri (Hg)
1. Sifat Fisik dan Kimia Merkuri
Dalam tabel periodik, Merkuri atau disingkat dengan Hg terdapat pada periode 6,
golongan XII D, dengan nomor atom 80 dan berat atom 200,59 g/mol (Cotton dan
Wilkinson, 1989). Sifat sifat merkuri menurut Darmono (1995), Effendi (2003),
Fardiaz (2005), Lu (2006) dan Sanusi (2006) adalah sebagai berikut :
Konduktor yang baik karena memiliki ketahanan listrik yang rendah.
Bahan untuk logam campuran dengan logam lain atau disebut alloy.
Toksisitas tinggi terhadap makhluk hidup
Merkuri anorganik, termasuk logam merkuri (Hg2+) dan garam-
garamnya seperti merkuri klorida (HgCl2) dan merkuri oksida (HgO2)
Komponen organomerkuri terdiri dari Aril merkuri, alkil merkuri, dan
alkoksialkil merkuri.
2. Toksisitas Merkuri
Semua komponen merkuri baik dalam bentuk metal dan bentuk alkil yang masuk
ke dalam tubuh manusia secara terus menerus akan menyebabkan kerusakan
permanen pada otak, hati, dan ginjal (Roger, 1984). Ion merkuri menyebabkan
18
pengaruh toksik, karena terjadinya proses presipitasi protein menghambat
aktivitas enzim dan bertindak sebagai bahan yang korosif. Merkuri juga terikat
oleh gugus sulfhidril, fosforil, karboksil, amida, dan amina, di mana dalam gugus
tersebut merkuri dapat menghambat fungsi enzim. Efek toksisitas merkuri pada
manusia bergantung pada bentuk komposisi merkuri, jalan masuknya ke dalam
tubuh, dan lamanya berkembang. Contohnya adalah bentuk merkuri (HgCl2) lebih
toksik daripada bentuk HgCl. Hal ini disebabkan karena bentuk divalent lebih
mudah larut daripada monovalen. Di samping itu, bentuk HgCl2 juga cepat dan
mudah diadsorbsi sehingga daya toksisitasnya lebih tinggi (Alfian. 2006).
I. Spektrofotometer Serapan Atom
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) adalah suatu istilah yang digunakan jika
radiasi diserap oleh atom–atom yang diukur. Sebuah atom memiliki beberapa
tingkat energi. Pada kondisi normal, sebagian besar atom berada pada tingkat
dasar (tidak tereksitasi). Untuk tingkat energi Eo (tingkat dasar) dan Ej
(tereksitasi), sebuah transisi dari Eo → Ej menandakan terjadinya serapan radiasi.
Cahaya dengan panjang gelombang yang tepat (energi) diserap oleh elektron
tingkat dasar, sehingga berubah menjadi tereksitasi. Intensitas cahaya berkurang
setelah melewati analit. Jumlah cahaya yang berkurang proporsional dengan
jumlah atom yang menyerapnya (Ebdon, L., E. H. Evans., A. Fisher., and S. J.
Hill, 1999)
1. Prinsip dasar
Jika cahaya dengan panjang gelombang resonansi dilewatkan nyala yang
19
mengandung atom-atom yang bersangkutan, maka sebagian cahaya akan
diserap dan jauhnya penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom
keadaan dasar yang berada dalam nyala. Cahaya pada panjang gelombang ini
mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom yang
mana transisi elektronik suatu atom bersifat spesifik. Dengan menyerap suatu
energi, maka atom akan memperoleh energi sehingga suatu atom pada keadaan
dasar dapat ditingkatkan energinya ke tingkat eksitasi. Hal ini merupakan dasar
penentuan kuantitatif logam-logam dengan menggunakan Spektrofotometer
Serapan Atom (AAS).
2. Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom
Spektrofotometer Serapan Atom memiliki komponen-komponen sebagai berikut
(Slavin, 1987) :
2.1. Sumber Sinar
Sumber radiasi Spektofotometer Serapan Atom (SSA) adalah Hallow Cathode
Lamp (HCL). Setiap pengukuran dengan SSA harus menggunakan Hallow
Cathode Lamp khusus misalnya untuk menentukan konsentrasi tembaga dari
suatu cuplikan, maka digunakan Hallow Cathode khusus untuk tembaga. Hallow
Cathode akan memancarkan energi radiasi yang sesuai dengan energi yang
diperlukan untuk transisi elektron atom. Hallow Cathode Lamp terdiri dari katoda
cekung silindris yang terbuat dari unsur yang sama dengan unsur yang akan
dianalisis dan anoda yang terbuat dari Tungsten. Sumber radiasi lain yang sering
dipakai adalah Electrodless Dischcarge Lamp, lampu ini mempunyai prinsip kerja
hampir sama dengan Hallow Cathode Lamp (lampu katoda cekung), tetapi
mempunyai output radiasi lebih tinggi dan biasanya digunakan untuk analisis
20
unsur-unsur As dan Se, karena lampu HCL untuk unsur-unsur ini mempunyai
signal yang lemah dan tidak stabil.
2.2. Sumber atomisasi
Sumber atomisasi dibagi menjadi dua yaitu sistem nyala dan sistem tanpa nyala.
Kebanyakan instrumen sumber atomisasinya adalah nyala dan sampel
diintroduksikan dalam bentuk larutan. Sampel masuk ke nyala dalam bentuk
aerosol. Aerosol biasa dihasilkan oleh nebulizer (pengabut) yang dihubungkan ke
nyala oleh ruang penyemprot (chamber spray). Jenis nyala yang digunakan secara
luas dan umum untuk pengukuran analitik adalah udara-asetilen dan nitrous
oksida-asetilen. Dengan kedua jenis nyala ini, kondisi analisis yang sesuai untuk
kebanyakan analit dapat ditentukan dengan menggunakan metode emisi, absorbsi
dan juga flourosensi.
Adapun beberapa jenis nyala yang digunakan dalam proses atomisasi yaitu :
Nyala udara - asetilen
Biasanya menjadi pilihan untuk analisis mengunakan SSA (Spektrofotometer
Serapan Atom). Temperatur nyalanya yang lebih rendah mendorong terbentuknya
atom netral dan dengan nyala yang kaya bahan bakar pembentukan oksida dari
banyak unsur dapat diminimalkan.
Nitrous oksida - asetilen
Suhu nyala ini sangat tinggi karena nitrous oksida mempunyai daya pereduksi
yang kuat sehingga dapat digunakan untuk unsur yang sulit diuraikan oleh nyala
lain. Biasanya digunakan untuk penentuan unsur-unsur yang mudah membentuk
oksida dan sulit terurai. Hal ini disebabkan karena temperatur nyala yang
dihasilkan relatif tinggi. Unsur-unsur tersebut adalah Al, B, Mo, Si, So, Ti dan V.
21
Nyala Udara - Hidrogen
Dibanding dengan nyala udara - asetilen nyala ini mempunyai transmitan yang
baik pada daerah panjang gelombang pendek yaitu untuk analisis spektrum pada
daerah 230 nm. Nyala udara ini efektif untuk analisis unsur Pb, Cd, Sn, dan Zn.
Nyala Argon - Hidrogen
Nyala ini mempunyai transmitan pada daerah panjang gelombang pendek, nyala
ini sesuai untuk analisis unsur As (192,7 nm) dan Se (196 nm). Akan tetapi karena
suhu nyala yang sangat rendah memungkinkan adanya interferensi yang besar.
2.3. Monokromator
Monokromator merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan radiasi yang
tidak diperlukan dari spektrum radiasi lain yang dihasilkan oleh Hallow Cathode
Lamp.
2.4. Detektor
Detektor merupakan alat yang mengubah energi cahaya menjadi energi listrik,
yang memberikan suatu isyarat listrik berhubungan dengan daya radiasi yang
diserap oleh permukaan yang peka.
2.5. Sistem pengolah
Sistem pengolah berfungsi untuk mengolah kuat arus dari detektor menjadi
besaran daya serap atom transmisi yang selanjutnya diubah menjadi data dalam
sistem pembacaan.
22
2.6. Sistem pembacaan
Sistem pembacaan merupakan bagian yang menampilkan suatu angka atau
gambar yang dapat dibaca oleh mata. Skema Instrumentasi Spektrofotometer
Serapan Atom mulai dari sumber radiasi hingga recorder yang menampilkan
sistem pembacaan.
3. Analisis Kuantitatif
Pada dasarnya hubungan antara absorpsi atom dengan konsentrasi di dalam
metode SSA dapat dinyatakan dengan hukum Lambert-Beer, yaitu secara
matematika persamaannya adalah sebagai berikut:== . .= . . (1)
Keterangan:
I0 : Interaksi cahaya yang datang (mula-mula)
I : Interaksi cahaya yang ditransmisikan
a : Absorpsitivitas (g/l)
b : Panjang jalan cahaya atau tebalnya medium penyerap (cm)
c : Konsentrasi atom yang mengabsorpsi
A : Absorbansi
Dari Persamaan 1, nilai absorbansi sebanding dengan konsentrasi untuk panjang
jalan penyerapan dan panjang gelombang tertentu. Ada dua cara untuk
mengetahui konsentrasi cuplikan yang telah diketahui nilai absorbansinya yaitu :
1. Cara deret waktu dengan membandingkan nilai absorbansi terhadap Kurva
kalibrasi dari standar-standar yang diketahui.
23
2. Cara penambahan standar dengan membandingkan konsentrasi dengan
perpotongan grafik terhadap sumbu dengan konsentrasi dari data absorbansi.
J. Validasi Metode
Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter
tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa
parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Parameter
validasi metode antara lain :
1. Limit Deteksi dan Limit Kuantitatif
Batas deteksi atau limit deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang
dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Berdasarkan Batas
deteksi, maka limit deteksinya dapat ditentukan dengan Persamaan 2.
LOD = + 3SD (2)
Keterangan :
LOD : Limit Of Detection (Limit Deteksi)
M : Rerata Konsentrasi Terukur Blangko
SD : Simpangan Baku Respon Analitik dari Blangko
Sedangkan Limit Kuantitatif dapat ditentukan dengan Persamaan 3.
LOQ = + 10SD (3)
Keterangan :
LOQ : Limit Of Quantitation (Limit Kuantitatif)
M : Rerata Konsentrasi Terukur Blangko
SD : Simpangan baku respon analitik dari Blangko
24
2. Presisi (ketelitian)
Presisi merupakan ukuran derajat keterulangan dari metode analisis yang
memberikan hasil yang sama pada beberapa perulangan, dinyatakan simpangan
baku relatif (RSD) dan simpangan baku (SD). Metode dengan presisi yang baik
ditunjukan dengan simpangan baku relatif (RSD) < 5 %. Simpangan Baku (SD)
dan Simpangan Baku Relatif (RSD) dapat ditentukan dengan Persamaan 4 dan 5.
SD =∑ ( )
(4)
Keterangan :
Mi : Konsentrasi sampel ke-i (dengan i dimulai dari no. 1)
M : Rata-rata konsentrasi sampel
n : Jumlah sampel
Sedangkan RSD bisa didapat dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
RSD = x 100% (5)
Keterangan :
SD :Standar Deviasi
M :Rata-rata konsentrasi sampel
3. Akurasi (Kecermatan)
Akurasi adalah suatu kedekatan kesesuaian antara hasil suatu pengukuran dan
nilai benar dari kuantitas yang diukur atau suatu pengukuran posisi yaitu seberapa
dekat hasil pengukuran dengan nilai benar yang diperkirakan. Kecermatan
dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (Recovery) analit yang
ditambahkan. Persen perolehan kembali dapat ditentukan dengan Persamaan 6.
(AOAC, 1993) :
25
% perolehan kembali = ∗ x 100% (6)
Keterangan :
Cf : Konsentrasi total sampel yang diperoleh dari pengukuran
Ca : Konsentrasi sampel sebenarnya
Ca* : Konsentrasi analit yang ditambahkan
4. Linieritas
Linieritas adalah kemampuan metode analisis memberikan respon proporsional
terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Linieritas suatu metode merupakan
ukuran seberapa baik kurva kalibrasi yang menghubungkan antara respon (y)
dengan konsentrasi (x). Linieritas dapat diukur dengan melakukan pengukuran
tunggal pada konsentrasi yang berbeda-beda. Data yang diperoleh selanjutnya
diproses dengan metode kuadrat terkecil, untuk selanjutnya dapat ditentukan nilai
slope, intersep, dan koefisien korelasinya.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2018 sampai dengan bulan Maret
2018. Preparasi sampel dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas
Lampung. Analisis menggunakan spektrofotometer serapan atom dilakukan di
Laboratorium Analisis Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spektrofotometer Serapan
Atom (shimadzu AA-7000), neraca analitik, eckman grab Wildco Supply
Company, water sampler, ayakan 100 mesh, wadah sampel, kertas saring, kertas
whatman no. 41, pH meter, mortar dan alu, ayakan, oven, spidol permanen dan
peralatan gelas yang umum digunakan di laboratorim.
Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel sedimen, sampel air laut, HNO3
pekat, larutan standar Hg, larutan standar Cd, larutan standar Cr, dan akuades.
27
C. Prosedur
1. Pembuatan Larutan
1.1 Larutan HNO3 5%
HNO3 69% diambil sebanyak 72,46 ml lalu diencerkan ke dalam labu ukur 1000
ml yang telah di masukkan sebelumnya sedikit akuades (Perhitungannya terdapat
di Lampiran 1), kemudian ditambahkan akuades hingga tanda batas dan
dihomogenkan.
1.2 Larutan Standar Cd 1000 ppm
Cd(NO3)2 ditimbang sebanyak 0,21 gram lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100
ml, dilarutkan dan ditambahkan akuades hingga tanda batas kemudian
dihomogenkan.
1.3 Larutan Standar Cr 1000 ppm
K2Cr2O7 ditimbang sebanyak 0,565 gram lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100
ml, dilarutkan dan ditambahkan akuades hingga tanda batas kemudian
dihomogenkan.
1.4 Larutan Standar Hg 1000 ppm
Hg(NO3) ditimbang sebanyak 0,16 gram dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml,
dilarutkan dan ditambahkan akuades hingga tanda batas kemudian dihomogenkan.
28
2. Metode Pengambilan Sampel
2.1 Persiapan Pengambilan Sampel
Sebelum melakukan pengambilan sampel, semua wadah dicuci dengan sabun dan
dibilas merata dengan air sampai busanya habis, kemudian direndam dengan
HNO3 5% selama 24 jam untuk menghilangkan kontaminasi logam yang
menempel dalam wadah sampel. Proses pengeringan dan penyimpanan dilakukan
dalam keadaan tertutup sampai digunakan (Sulistiani, 2009).
2.2 Pengambilan Sampel
Sampel sedimen di ambil di pesisir Lampung Selatan pada 3 titik yang berbeda
dengan pengulangan 3 kali. Sampel sedimen diambil dengan menggunakan
eckman grab dan dimasukan ke dalam kantong plastik transparan dan diberi label.
Kemudian sampel disimpan dalam coolbox yang selanjutnya akan dibawa ke
laboratorium.
Sampel air laut di ambil di pesisir Lampung Selatan pada 3 titik yang berbeda
dengan pengulangan 3 kali. Pengambilan sampel air laut diambil dengan
menggunakan botol plastik. Sampel air laut yang sudah diambil ditambahkan
HNO3 pekat hingga pH < 2 (SNI 06-6989.7.2009) tujuannya untuk pengawetan
karena sampel tidak langsung dianalisis.
3. Preparasi sempel serta Penentuan Kadar Cd, Cr, dan Hg.
Preparasi sampel untuk logam Cd dan Cr, Sedimen basah dijemur di bawah sinar
matahari kemudian digerus dan diayak. Sedimen halus kemudian dioven selama 1
jam pada suhu 100°C hingga diperoleh berat konstan. Sedimen kering ditimbang
dengan teliti 10 gram dimasukkan ke dalam tabung destruksi, ditambahkan 20 ml
29
larutan HNO3 pekat kemudian didestruksi dan didiamkan selama 3 jam sampai
larutan menjadi jernih. Hasil destruksi disaring dengan menggunakan kertas
saring Whatman no. 41. Sisa sedimen yang terdapat pada kertas saring dicuci
dengan akuades hingga pH 2-3. Filtrat yang dihasilkan kemudian diukur
menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom dengan pengulangan sebanyak 3
kali.
Sedangkan preparasi sampel untuk logam Hg, Sedimen basah dikeringkan dengan
sinar matahari kemudian dikeringkan kembali dalam oven 100 ºC selama 1 jam
selanjutnya sedimen kering digerus. Siapkan labu takar 50 ml, timbang ± 1 g
contoh uji, masukkan ke dalam labu takar. Tambahkan 2 ml larutan HNO3 dan
HClO4 dengan perbandingan (1 : 1) ke dalam labu takar. Selanjutnya tambahkan 5
ml H2SO4 ke dalam labu takar. Tambahkan 1 ml air suling bebas merkuri ke
dalam labu takar. Tambahkan batu didih secukupnya ke dalam labu takar.
Panaskan di atas penangas listrik pada suhu 250˚C selama 20 menit. Kemudian
didinginkan, tambahkan dengan air suling bebas merkuri sampai tanda tera (SNI
06-6992.2-2004).
Sampel air disaring dengan kertas saring 0,45 μm, kemudian ditambahkan
HNO3 hingga pH < 2. Larutan tersebut ditambahkan dengan 1 ml HNO3 dan 5 ml
larutan buffer, kemudian dianalisis dengan menggunakan Spektrofotometer
Serapan Atom (APHA, 2012).
30
4. Pembuatan Kurva Kalibrasi
4.1 Kurva Kalibrasi Merkuri
Larutan standar merkuri 1000 ppb dipipet sebanyak 1 ml kemudian dimasukkan
ke dalam labu ukur 100 ml, lalu larutan diencerkan dengan ditambahkan akuades
ke dalam labu ukur sampai tanda batas, kemudian larutan dihomogenkan.
Hasilnya adalah larutan dengan konsentrasi 10 ppm, selanjutnya diencerkan
kembali dengan ditambahkan akuades sampai tanda batas kemudian
dihomogenkan sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi masing-masing 2,5
; 5 ; 10 ; 15 dan 20 ppb. Larutan-larutan standar merkuri tersebut diukur
serapannya menggunakan spektrofotometer serapan atom.
4.2 Kurva Kalibrasi kadmium
Larutan standar kadmium 1000 ppm dipipet sebanyak 1 ml kemudian dimasukkan
ke dalam labu ukur 100 ml, lalu larutan diencerkan dengan ditambahkan akuades
ke dalam labu ukur sampai tanda batas, kemudian larutan dihomogenkan.
Hasilnya adalah larutan dengan konsentrasi 10 ppm, selanjutnya diencerkan
kembali dengan ditambahkan akuades sampai tanda batas kemudian
dihomogenkan sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi masing-masing
0,25 ; 1 ; 2,5 ; 5 dan 10 ppm. Larutan-larutan standar kadmium tersebut diukur
serapannya menggunakan spektrofotometer serapan atom.
4.3 Kurva Kalibrasi Kromium
Larutan standar kromium 1000 ppm dipipet sebanyak 1 ml kemudian dimasukkan
ke dalam labu ukur 100 ml, lalu larutan diencerkan dengan ditambahkan akuades
ke dalam labu ukur sampai tanda batas, kemudian larutan dihomogenkan.
31
Hasilnya adalah larutan dengan konsentrasi 10 ppm, selanjutnya diencerkan
kembali dengan ditambahkan akuades sampai tanda batas kemudian
dihomogenkan sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi masing-masing 0,5
; 1 ; 5 ; 10 dan 20 ppm. Larutan-larutan standar besi tersebut diukur serapannya
menggunakan spektrofotometer serapan atom. Dari grafik kurva standar terdapat
korelasi antara konsentrasi (x) dan absorbansi (y). Dengan menggunakan
persamaan regresi linier, maka konsentrasi dari sampel dapat diketahui sebagai
berikut :
y = a + bx (7)
keterangan :
y = Absorbansi sampel
b = Slope
x = Konsentrasi sampel
a = Intersep
Konsentrasi pengukuran setelah diketahui, maka konsentrasi sebenarnya dari
dalam sampel kering dapat ditentukan dengan persamaan berikut (Siaka, 2008).
M =. .
(8)
Keterangan :
M = Konsentrasi logam dalam sampel (mg/kg)
C = Konsentrasi yang diperoleh dari kurva kalibrasi (ppm)
V = Volume larutan sampel (l)
B = Bobot sampel (kg)
F = Faktor Pengenceran
32
5. Validasi Metode
Penelitian ini menggunakan 4 validasi metode diantaranya Limit Deteksi dan
Limit Kuantitasi, Presisi (Ketelitian), Akurasi (Ketepatan) dan Linieritas.
5.1 Limit Deteksi (LOD) dan Limit Kuantitasi (LOQ)
Penentuan nilai LOD dan LOQ untuk logam Hg, Cr, dan Cd diperoleh dari
pengukuran sampel masing-masing sebanyak 4 kali pengulangan yang selanjutnya
hasil pengukuran diproses dengan metode perhitungan persamaan kurva kalibrasi
secara statistik.
5.2 Presisi
Penentuan presisi dilakukan dengan mengukur konsentrasi sampel dengan 4 kali
pengulangan. Nilai absorbansi yang diperoleh dari hasil analisis tersebut
kemudian ditentukan nilai konsentrasi (kurva kalibrasi), lalu nilai simpangan baku
(SD) serta nilai relative standar deviasi (RSD). Metode dengan presisi yang baik
ditunjukan dengan perolehan relatif standar deviasi (RSD) < 15 %.
5.3 Akurasi
Penentuan akurasi dilakukan dengan penambahan larutan standar ke dalam larutan
sampel. Akurasi dinyatakan sebagai persen peroleh kembali (recovery) larutan
standar yang ditambahkan. Akurasi ini bertujuan untuk mengetahui kedekatan
antara nilai yang diterima sebagai nilai kebenaran dibandingkan dengan nilai yang
diperoleh. Persen perolehan kembali dapat ditentukan dengan menggunakan
Persamaan (6).
5.3.1 Uji Perolehan kembali Hg
Sebanyak 0,1 ml larutan standar Hg 100 ppm ditambahkan ke dalam labu ukur 50
33
ml yang berisi larutan sampel, dihomogenkan dengan menggunakan stirrer,
kemudian ditentukan serapannya.
5.3.2 Uji Perolehan kembali Cd
Sebanyak 0,1 ml larutan standar Cd 100 ppm ditambahkan ke dalam labu ukur 50
ml yang berisi larutan sampel, dihomogenkan dengan menggunakan stirrer,
kemudian ditentukan serapannya.
5.3.3 Uji Perolehan kembali Cr
Sebanyak 0,1 ml larutan standar Cr 100 ppm ditambahkan ke dalam labu ukur 50
ml yang berisi larutan sampel, dihomogenkan dengan menggunakan stirrer,
kemudian ditentukan serapannya.
5.4 Linieritas
Uji ini dilakukan dengan membuat kurva kalibrasi standar dari masing-masing
logam dengan lima macam konsentrasi yaitu logam Cd sebesar 0,25 ; 1 ; 2,5 ; 5
dan 10 ppm, logam Cr sebesar 0,5 ; 1 ; 5 ; 10 dan 20 ppm, dan logam Hg sebesar
2,5 ; 5 ; 10 ; 15 dan 20 ppb. Nilai absorbansi kemudian diproses dengan metode
kuadrat terkecil untuk selanjutnya dapat ditentukan nilai kemiringan (slope),
intersep, dan koefisien korelasinya.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapat kesimpulan sebagai berikut :
1. Kandungan rerata Logam Cd pada sampel sedimen yang berasal dari Pulau
Lunik, Kekatang, dan Muara Sanggi masing masing sebesar 4,6789 ppm,
5,5093 ppm, dan 5,9379 ppm. Dengan baku mutu/ambang batas berdasarkan
National Sediment Quality Survey : Second Edition, U.S Environmental
Protection Agency (USEPA) yaitu sebesar 0,65 ppm - 2,49 ppm, maka
tingkat pencemaran yang berada di Pulau Lunik, Kekatang, dan Muara
Sanggi sudah melewati ambang batas. Sedangkan berdasarkan Washington
Department of Ecology Chapter 173-204-320 WAC yaitu sebesar 5,1 ppm,
maka tingkat pencemaran logam Cd yang berada di Pulau Lunik, belum
mencapai ambang batas tetapi daerah Kekatang dan Muara Sanggi hampir
mencapai ambang batas.
2. Kandungan rerata Logam Cr pada sampel sedimen yang berasal dari Pulau
Lunik, Kekatang, dan Muara Sanggi masing masing sebesar 10,2267 ppm,
10,7128 ppm, dan 11,9628 ppm. Dengan baku mutu/ambang batas
berdasarkan Washington Department of Ecology Chapter 173-204-320
WAC yaitu sebesar 260 ppm dan National Sediment Quality Survey :
48
Second Edition, U.S Environmental Protection Agency (USEPA) yaitu
sebesar 76 ppm - 233,27 ppm, maka tingkat pencemaran logam Cr yang
terjadi di ketiga lokasi tersebut belum mencapai ambang batas.
3. Kandungan rerata Logam Hg pada sampel sedimen yang berasal dari Pulau
Lunik, Kekatang, dan Muara Sanggi masing masing sebesar 1,0167 ppm,
1,0258 ppm, dan 1,6591 ppm. Dengan baku mutu berdasarkan Washington
Department of Ecology Chapter 173-204-320 WAC yaitu sebesar 0,41 ppm
dan National Sediment Quality Survey : Second Edition, U.S Environmental
Protection Agency (USEPA) yaitu sebesar 0,23 ppm – 0,87 ppm, maka
tingkat pencemaran logam Hg sudah melewati ambang batas pada ketiga
daerah tersebut.
B. Saran
Jika logam Cd, Cr, dan Hg sudah melewati baku mutu, maka akan sangat
berbahaya dampaknya bagi kehidupan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengawasan dan penyuluhan kepada masyarakat agar tetap waspada dan juga
mulai hidup untuk tidak membuang limbah rumah tangga ke genangan air ataupun
aliran air seperti selokan dan sungai. Serta penelitian lebih lanjut tentang adanya
pencemaran logam lain di perairan Teluk Lampung.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, D. 2016. Pengembangan Wisata Bahari di Pesisir Pantai TelukLampung. Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia. Jakarta. Volume 1,No. 1.
Agency for Toxic Substances and Disease Registry (ATSDR). 2008.Toxicological Profile for Manganese (Draft for Public Comment). AtlantaGA: U.S. Department of Public Health and Human Services. Public HealthService.
Alfian, Z. 2006. Merkuri : Antara Manfaat dan Efek Penggunaannya bagiKesehatan Manusia dan Lingkungan. USU. Medan.
Anonim. 2007. Tentang pembentukan Kabupaten Pesawaran di ProvinsiLampung. Diakses pada tanggal 2 Februari 2018 pukul 19.00 WIB.
AOAC. 1993. Peer Verified Methods Program, Manual on Policies andProcedures. Arlington. USA.
AOAC. 1998. Peer Verified Methods Program, Manual on Policies andProcedures. Arlington. USA.
APHA. 2012. Standard Method For The Examination Of Water and Waste Water22nd. American inc. New York.
Astuti, T.P. 2011. Kajian Sedimentasi Muara Sungai Pekalongan Provinsi Jawa.Tengah. Tesis. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gadjah.Mada. Yogyakarta.
50
Badan Standarisasi Nasional. 1989. SK Dirjen BPOM No. 03725/B/SK/VII/89.BSN. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2004. SNI 06-6992.2-2004 Cara Uji Merkuri (Hg)Secara Uap Dingin (Cold Vapour) dengan Mercury Analyzer: BadanStandarisasi Nasional. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2009. SNI 06-6989.7.2009. Air dan Air Limbah.SNI. Jakarta.
Clark, D. V. 1986. Heavy Metal in Sediment. Butterworth-Heinemann. USA
Connel, D.W., dan G.J. Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran.Terjemahan Yanti Koestoer. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Cotton, F. A., dan G. Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. PenerjemahSahati Suharto, Yarti A. Koestoer. UI Press. Jakarta.
Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Penerbit UI Press.Jakarta.
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil (KP3K). 2010.Direktori Pulau-pulau di Provinsi Lampung. Kementrian Kelautan danPerikanan. Jakarta.
Ebdon, L., E. H. Evans., A. Fisher., and S. J. Hill. 1999. An Introduction toAnalytical Atomic Spectrometry. John Wiley and Sons Ltd. England.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya danLingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Ersa, M. P. 2015. Penentuan Kadar Nitrit dan Nitrat pada Perairan TelukLampung Sebagai Indikator Kualitas Lingkungan Perairan. Skripsi.FMIPA. Universitas Lampung.
Fardiaz, S. 2005. Polusi air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta.
51
Harmita. 2004. Buku Ajar Analisis Fisikokimia. UI Press. Jakarta.
Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup. 2004.Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.Kep51/MNKLH/I/2004 Tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Air Laut.Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Jakarta.
Listiana, Vika. 2013. Analisis Kadar Logam Berat Kromium (Cr) denganEkstraksi Pelarut Asam Sulfat (H2SO4) Menggunakan Atomic AbsorptionSpectrofotometry (AAS) di Sungai Donan (Cilacap) pada Jarak 2 KmSesudah PT. Pertamina. Skripsi. Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan KeguruanInstitut Agama Islam Negeri Walisongo. Semarang.
Lu, F. C. 2006. Toksikologi Dasar: asas, organ sasaran, dan penilaian resiko.Penerjemah Edi Nugroho Pendamping Zunilda S. Bustami, IwanDarmansyah. UI-Press. Jakarta.
Marganof. 2003. Potensi Limbah Udang sebagai Penyerap Logam Berat (Timbal,Kadmium, dan Tembaga) di Perairan. ITB Press. Bandung.
Mulyani, R., Widiarti, dan Wardhana. (2012). Sebaran Spasial Spesies PenyebabHarmful Algal Bloom (HAB) di Lokasi Budidaya Kerang HIjau (Pernaviridis) Kamal Muara. Jurnal Akuatika. Jakarta Utara pada Bulan Mei 2011.3(1), 28-39.
Nursusty, F. 2013. Transpor Sedimen Di Perairan Teluk Lampung. JurnalOseanografi. FPIK. Universitas Diponegoro. Volume 2, Nomor 3, Halaman361-368.
Pallar, H. 1994. Toksikologi dan Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta.
Pariwono. John I. 1999. Kondisi Oseanografi Perairan Pesisir Lampung. CRMP.Jakarta.
Pemerintah Provinsi Lampung. 2001. Rencana strategis pengelolaan wilayahpesisir Lampung. Bandar Lampung: Kerjasama Pemerintah ProvinsiLampung dengan Proyek Pesisir Lampung dan PKSPL-IPB.
52
Pemerintah Provinsi Lampung. 2009. Peta Administrasi Provinsi Lampung Skala1:250.000. Bandar Lampung.
Petrucci, R. H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 1. Erlangga.Jakarta.
Purnomo, D. 2009. Logam berat sebagai penyumbang pencemaran air laut.Http://masdony.wordpress.com/2009/04 /19/logam-berat-sebagai-penyumbang-pencemaran-air-laut. Diakses pada tanggal 20 Desember 2017.
Risanti, F.D.O. 2006. Tingkat Pencemaran Teluk Lampung BerdasarkanKandungan Logam Berat Hg Dan Pb Terlarut Dalam Badan Air DanSedimen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Roger, A.R. 1984. Water Analysis : Inorganic Species. 2nd Ed. Academic Press.Orlando. Florida.
Rohyatun, E. dan A. Rozak. 2007. Pemantauan Kadar Logam Berat dalam Airdan Sedimen di Perairan Teluk Jakarta. Makara Sain, Vol. 11.
Sanusi, H. S. 2006. Kimia Laut Proses Fisik Kimia dan Interaksinya denganLingkungan. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanandan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Setiawan. 2010. Penanggulangan Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta.Jakarta.
Siaka, M. I. 1998. The Application of Atomic Absorption Spectroscopy to theDetermation of Selected Trace Element in Sediment of the Coxs River.University of Western Sydney Nepean.
Slavin, M. 1987. Atomic Absorption Spectroscopy Second Edition. United State ofAmerica. New York.
Stoeppler, M. 1992. Hazardous Metals in the Environment. Elsevier Science.Publishers B.V. London.
53
Sulistiani, W.S. 2009. Analisis Simultan Logam Berat Pb, Cu, Zn, Cr, Mn, Ni, Fe,dan Cd pada Bioindikator Remis (Eremopyrgus eganensis) di SungaiKuripan Lampung Menggunakan ICP-OES. Skripsi. FMIPA. UniversitasLampung.
Sutamihardja, R.T.M. 1982. Perairan Teluk Jakarta Ditinjau dari TingkatPencemaran. IPB Press. Bogor.
Svehla. 1985. Analisis Kualitatif Anorganik Makro dan Semi Mikro. KalmanMedia Pustaka. Jakarta.
Tugiyono. 2007. Bioakumulasi Logam Hg Dan Pb Di Perairan Teluk Lampung.Provinsi Lampung. J.Sains MIPA. Vol.13, No. 1, Hal.: 44-48. ISSN 1979-1873.
USEPA. 2004. The Incidence an Severity Of Sediment Contamination in SurfaceWater of United States, National Sediment Quality Survey : Second Edition.EPA-823-R-04-007. U. S. Environmental Protection Agency. WashingtonD.C.
Ward, A. D. and W. Stanley Trimble. 2004. Enviromental Hidrology 2nd Edition.United States of Amerika. New York.
Washington Department of Ecology. 1991. Sediment Management StandardChapter 173-204 WAC. Washington Administrative Code. Wahington D.C.
Wegscheider. 1996. Validation of Analytical Method, in Accreditation andQuality Assurance in Analytical Chemistry. Springer Verlag. Berlin.
Wijayanti. M. H. 2007. Kajian Kualitas Perairan Di Pantai Kota BandarLampung Berdasarkan Komunitas Hewan Makrobenthos.TESIS. ProgramPasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang.
Wiryawan, B., B. Marsjen, H. A. Susanto, A.K. Mahi, M. Ahmad, dan H.Poepitasari. 1999. Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung. Pemda Tk1 Lampung-CRMP. Lampung.