+ All Categories
Home > Documents > KALIMANTAN TIMUR TERDEPAN MENGHADAPI RAWAN PANGAN NASIONAL

KALIMANTAN TIMUR TERDEPAN MENGHADAPI RAWAN PANGAN NASIONAL

Date post: 01-Jul-2015
Category:
Upload: kamen-ride
View: 1,170 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
30
Yayasan Pertanian Mandiri (YAPARI) Samarinda 17 Desember 2012 25/12/2012 1
Transcript
Page 1: KALIMANTAN TIMUR TERDEPAN MENGHADAPI RAWAN PANGAN NASIONAL

Yayasan Pertanian Mandiri (YAPARI)

Samarinda 17 Desember 2012

25/12/2012 1

Page 2: KALIMANTAN TIMUR TERDEPAN MENGHADAPI RAWAN PANGAN NASIONAL

RAWAN PANGAN NASIONAL

Pada dua dekade terakhir sangat dirasakan bahwa situasi pangan nasional sangat rawan.

Realitas kenaikan produksi pangan yang lamban tidak dapat mengimbangi dinamika peningkatan permintaan pangan.

Kecepatan pertumbuhan penduduk yang masih tinggi, peningkatan pendapatan dan urbanisasi, menyebabkan permintaan konsumsi pangan pokoknya melebihi kemampuan produksi dalam negeri.

25/12/2012 2

Page 3: KALIMANTAN TIMUR TERDEPAN MENGHADAPI RAWAN PANGAN NASIONAL

Gambar 1: Indeks Kemandirian Pangan Indonesia 1980-2009

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008

INDEK DAGING SAPI (%) INDEKS GULA (%)

INDEKS KEDELAI (%) INDEKS SUSU SAPI (%)

INDEKS KACANG TANAH (%)

25/12/2012 3

Page 4: KALIMANTAN TIMUR TERDEPAN MENGHADAPI RAWAN PANGAN NASIONAL

KEMANDIRIAN PANGAN NASIONAL MENURUN

Impor komoditi pangan selama 2011 mencapai USD 15,5 Milliar, dimana hampir semua jenis komoditi pangan di impor, termasuk singkong dan kacang tanah

Harga komoditi pangan dalam negeri mencapai sekitar 2 kali harga import, terutama untuk beras dan daging sapi, kedelai dan gula 1,5 kali harga import.

Kerawanan pangan dan tingginya harga komoditi pangan mengindikasikan terjadinya krisis pengelolaan lahan dan air dalam dua dekade terakir ini.

Lahan sawah yang ada saat ini diperkirakan hanya tinggal 6,5 juta ha menurun dari 7,5 juta ha tahun 1990, dalam periode yang sama lahan perkebunan meningkaat dari 9,0 juta ha menjadi sekitar 16,0 juta ha disaat ini.

25/12/2012 4

Page 5: KALIMANTAN TIMUR TERDEPAN MENGHADAPI RAWAN PANGAN NASIONAL

TABEL 1. PERDAGANGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA 2011.

Golongan KomoditiNilai

Eksport (US $ 1000)

Vulume Ekport

( Ton)

Nilai Import

(US $ 1000)

Vulume Import (Ton)

Komoditi Tanaman Pangan

1. Beras 1,272 1,752 1,513,164 2,750,476

2. Jagung 9,464 12,717 1,028,527 3,207,657

3. Kedelai 5,886 4,757 1,245,963 2,088,616

4. Gandum dan Tepungnya 18,297 31,657 2,883,954 6,310,577

5. Tanaman Pangan Lainnya 111,666 188,263 200,901 895,846

Hortikultura

1. Sayuran 109,672 613,619 959,093

2. Buah-Buahan dan Olahannya

257,197 894,458 856,289

TOTAL NILAI 513,454 8,380,584

25/12/2012 5

Page 6: KALIMANTAN TIMUR TERDEPAN MENGHADAPI RAWAN PANGAN NASIONAL

TABEL 2. PERDAGANGAN KOMODITI PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN 2011

Golongan Komoditi Nilai Eksport (US $ 1000)

Vulume Ekport ( Ton)

Nilai Import

(US $ 1000)

Vulume Import (Ton)

Komoditi Perkebunan

1. Karet dan Olahannya 11,941,224 2,631,643 1,132,319 337,870

2. Minyak Kelapa Sawit 19,375,125 17,878,868

3. Minyak Makan 1,238,586 1,050,291 169,899 92,577

4. Kopi dan Olahannya 1,036,671 346,493 128,526

5. Kakao dan Olahannya 1,453,387 453,930 175,507

6. Gula dan Olahannya 84,246 546,293 1,872,994 2,718,020

7. Komoditi Perkebunan lainnya 1,067,375 829,032 401,415

Komoditi Peternakan

1. Ternak Hidup 65,066 328,661

2. Daging dan olahannya 86,214 331,854

3. Susu dan Olahannya 83,600 1,148,957

Makanan Olahan dan Minuman

1. Makanan Olahan 886,192 641,310

2. Minuman 96,632 822,315

TOTAL NILAI 37,414,316 7,153,75825/12/2012 6

Page 7: KALIMANTAN TIMUR TERDEPAN MENGHADAPI RAWAN PANGAN NASIONAL

ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI JAWASANGAT MEMPERBURUK POSISI PANGAN NASIONAL

Walaupun dicoba dihalangi oleh berbagai kesepakatan dan peraturan seperti UU No.41 Tahun 2009 Tentang Perlidungan Lahan Pangan Berkelanjutan, disisi lain UU No. 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, alih fungsi lahan sawah di Jawa tampaknya sulit untuk terbendung.

Apalagi dengan adanya Rencana MP3EI yang menjadikan Jawa wilayah industri, perdagangan, dan jasa.

Pada saat ini kontribusi Jawa kepada produksi padi dan pangan nasional adalah sekitar 60 %.

25/12/2012 7

Page 8: KALIMANTAN TIMUR TERDEPAN MENGHADAPI RAWAN PANGAN NASIONAL

ALIH FUNGSI LAHAN TIDAK DIIMBANGI PEMBUKAAN LAHAN SAWAH BARU Badan Pertanahan Nasional memberi izin prinsip

konversi lahan sawah di Jawa dan Bali seluas 1,8 juta Ha dan diluar Jawa dan Bali seluas 1,7 juta Ha

Tidak ada perencanaan untuk pembukaan lahan sawah baru kecuali di Merauke seluas 1,3 juta Ha untuk pangan dan enerji, itupun masih menghadapi banyak masalah. Dari data yang didapat ternyata sebagian besar areal diperuntukan bagi pengembangan Energi utamanya perkebunan besar Kelapa Sawit. Untuk Padi sangat kecil.

25/12/2012 8

Page 9: KALIMANTAN TIMUR TERDEPAN MENGHADAPI RAWAN PANGAN NASIONAL

PERKEMBANGAN PRODUKSI PANGAN DUNIA TIDAK MEMBANTU Laju pertumbuhan produksi pangan dunia pada saat

ini sangat lambat, yaitu -1,7 %, dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk dunia terutama dinegara berkembang.

Khusus untuk beras prosentase yang ditawarkan di pasar dunia sangat kecil sekitar 7 % dari produksi dibandingkan dengan jagung 11 % , gandum 19 %, dan gula 28 % total produksi masing-masing komoditi.

Semakin mencuat urgensi untuk menghasilkan bio-energi yang berpotensi mengkonversi lahan pangan untuk pengembangan komoditi energi terbarukan.

25/12/2012 9

Page 10: KALIMANTAN TIMUR TERDEPAN MENGHADAPI RAWAN PANGAN NASIONAL

KENAIKAN HARGA PANGAN DUNIA Impor pangan untuk mengimbangi kekurangan

produksi akan makin mahal dan sulit dilakukan dimasa yang akan datang karena Indonesia adalah negara dengan penduduk nomor 4 dunia, semua negara besar surplus pangan pokoknya.

Pertanda tentang gawatnya ketersediaan pangan dunia adalah langkah negara kaya untuk menguasai lahan di negara miskin untuk memproduksi pangan.

Gejala itu disebut “Land Grabbing” yang oleh FAO disebut sebagai penjajahan bentuk baru.

25/12/2012 10

Page 11: KALIMANTAN TIMUR TERDEPAN MENGHADAPI RAWAN PANGAN NASIONAL

DIPERLUKAN TEROBOSAN Walaupun peningkatan pengelolaan dan kualitas dari

sistem produksi yang sekarang masih menjanjikan, sulit untuk mengharapkan bahwa target-target yang dikumandangkan akan dapat tercapai (Swasembada lima komoditi pangan utama, beras, jagung, kedelai, gula, dan daging sapi).

Ketepatan angka produksi pangan yang disajikan kurang meyakinkan, diperkirakan angka produksi “Over Estimate” sebesar 25 %.

Diperlukan keberanian melakukan terobosan untuk mengatasi kerawanan pangan yang sudah gawat.

Keberanian untuk meninggalkan “zone kenyamanan” berupa perubahan “Mind Set” bahwa pembangunan hendaklah didasarkan pada, data yang tepat, dan potensi sumberdaya domestik dan nasional.

25/12/2012 11

Page 12: KALIMANTAN TIMUR TERDEPAN MENGHADAPI RAWAN PANGAN NASIONAL

DIPERLUKAN UPAYA NASIONAL Penanggulangan rawan pangan nasional yang sudah

sangat gawat hanya dapat dicapai apabila didukung oleh semua wilayah dan semua pihak.

Wilayah di luar Jawa yang tidak terkena alih fungsi lahan sawah separah di Jawa tidak dapat mengandalkan penerimaan ekspor untuk mengimpor pangan karena mahal dan terbatasnya suplai di pasar dunia, dan Indonesia adalah Negara Besar.

Wilayah Sumatera dan Kalimantan menunjukan konversi lahan pangan untuk Kelapa Sawit cukup tinggi dan mengkawatirkan, perlu di-imbangi dengan alokasi lahan untuk pengembangan pangan nasional.

25/12/2012 12

Page 13: KALIMANTAN TIMUR TERDEPAN MENGHADAPI RAWAN PANGAN NASIONAL

PERAN KALIMANTAN TIMUR Kalimantan Timur yang kaya sumberdaya alam dapat

saja mengandalkan ekspor kayu, minyak, mineral dan hasil tambang untuk membeli dan mengimpor pangan, ternyata memilih untuk sepenuhnya mendukung upaya nasional mengatasi rawan pangan.

Dalam konteks itulah : “Kalimantan Timur Terdepan Menghadapi dan Mengatasi Rawan Pangan Nasional” dengan upaya pengembangan lahan pangan baru.

25/12/2012 13

Page 14: KALIMANTAN TIMUR TERDEPAN MENGHADAPI RAWAN PANGAN NASIONAL

“RICE /FOOD ESTATE” TEROBOSAN KALIMANTAN TIMUR Kalimantan Timur telah mengundang 14 investor

untuk membangun “rice/food estate”, diantaranya 3 BUMN yaitu PT Sang Hyang Seri, PT Pertani dan PT Pusri Holding.

Untuk itu 10 Kabupaten menyediakan areal seluas 234.734 Ha untuk pengembangan “rice/food estate”.

Walaupun demikian merealisasikannya menghadapi masaalah yang cukup berat dan memakan waktu, akan tetapi upaya harus dimulai dari sekarang.

Untuk ini diperlukan adanya terobosan dalam mempertimbangkan alokasi lahan potensial yang ada.

25/12/2012 14

Page 15: KALIMANTAN TIMUR TERDEPAN MENGHADAPI RAWAN PANGAN NASIONAL

MASALAH YANG DIHADAPI PENGEMBANGAN “RICE/FOOD ESTATE”

Besarnya biaya pembukaan dan biaya pembangunan irigasi untuk mematangkan lahan sawah , kelangkaan tenaga kerja, Hak Pakai Lahan yang tidak “laku” di bank, dan kelangkaan infrastruktur penunjang merupakan kendala-kandala utama yang dihadapi.

Diperlukan waktu melakukan SIDCOM (Survey, Investigation, Design, Construction, Operation, and Maintenance) yang cukup lama, 10 sampai 15 tahun sebelum investasi pembukaan sawah baru dapat menghasilkan, dengan terobosan SIDCOM untuk dapat diperpendek menjadi 5 – 10 tahun.

Apabila “Food Estate” dikelola Swasta/BUMN maka investasi prasarana haruslah oleh investor ini, seperti pengalaman dalam Pengembangan pola PIR.

25/12/2012 15

Page 16: KALIMANTAN TIMUR TERDEPAN MENGHADAPI RAWAN PANGAN NASIONAL

MENYIKAPI KENDALA DAN MASALAH PENGEMBANGAN “RICE/FOOD ESTATE” Diperlukan keberanian untuk menerobos “mind set”

bahwa membangun “rice/food estate” adalah membangun sawah di areal yang luas secara Monokultur, menjadi pembangunan pertanian terintegrasi Aneka usaha pertanian dan Agribisines.

Biaya sebesar Rp.40 juta per Ha yang sempat disebut oleh seorang investor adalah relatif kecil karena memanfaatkan kedekatan dengan sungai dan hanya membangun sistem saluran irigasi terbuka. Biaya membangun irigasi dan mematangkan lahan sawah jauh lebih tinggi sekitar Rp. 110 juta/ha.

25/12/2012 16

Page 17: KALIMANTAN TIMUR TERDEPAN MENGHADAPI RAWAN PANGAN NASIONAL

LANJUTAN MENYIKAPI KENDALA

Dari sejarah, pembangunan irigasi oleh Belanda sebenarnya hanya memanfaatkan persawahan penduduk yang sudah ada.

Demikian pula pembangunan irigasi periode 1968-1998 memerlukan bantuan Bank Dunia dan Bank Pembangnan Asia hingga sekitar 15 tahap, yang hanya mampu meningkatkan areal irigasi sekitar 1,0 juta ha.

Pembangunan “Rice Estate” pasang surut oleh Pertamina pada tahun 1980an di Sumatera Selatan gagal, antara lain karena budidaya padi sawah adalah intensif tenaga kerja, dan pendekatan monokultur.

25/12/2012 17

Page 18: KALIMANTAN TIMUR TERDEPAN MENGHADAPI RAWAN PANGAN NASIONAL

LANJUTAN MENYIKAPI KENDALA

Mendatangkan tenaga kerja melalui program transmigrasi masih tetap dalam “mind set” bahwa “rice/food estate” adalah areal sawah yang luas, sementara itu belum jelas status yang akan dimiliki transmigran yang didatangkan.

Keberanian yang diperlukan adalah membangun areal luas untuk pertanian pangan terpadu dengan sistem Agribisinesnya dilahan basah dan lahan kering.

Penduduk lokal haruslah dilibatkan secara aktif dalam kegiatan ini, bukan hanya sebagai buruh, sehingga mereka mendapat manfaatnya (sesuai dengan pasal 33 UUD 1945), dan menghindari konflik sosial yang mungkin timbul seperti belakangan ini.

25/12/2012 18

Page 19: KALIMANTAN TIMUR TERDEPAN MENGHADAPI RAWAN PANGAN NASIONAL

LANJUTAN MENYIKAPI KENDALA

Untuk jangka pendek dan menengah perlu pemberdayaan dan pengembangan tanaman pangan di lahan sawah yang sudah ada sekarang dengan meningkatkan produktivitas dan intensitas panen serta mengembangkan pola diversivikasi sistem budidaya dan Agribisines sehingga mampu menigkatkan produksi dan pendapatan petani.

BUMN/Swasta bisa berperan dalam penyediaan sarana produksi benih, pupuk, pasca panen, pengolahan, dan pemasaran hasil serta pemberdayaan petani dengan kemitraan, seperti yang telah dilakukan oleh PT BJR.

Perlu dirumuskan Perbaikan GP3K BUMN dengan perbaikan kemitraan dengan petani lokal, termasuk mengolah dan memasarkan hasil.

25/12/2012 19

Page 20: KALIMANTAN TIMUR TERDEPAN MENGHADAPI RAWAN PANGAN NASIONAL

PEMBANGUNAN “FOOD ESTATE” LAHAN KERING Apabila dirancang dengan cermat membangun

pertanian terintegrasi dengan “food estate” lahan kering bisa lebih menguntungkan dari “rice/food estate” bebasis sawah

Diperlukan penelitian untuk menetapkan tanaman pangan termasuk padi, palawija, sayuran, dan ternak yang akan diusahakan dalam pertanian terintegrasi dengan “food estate” lahan kering

Waktu menghasilkan relatif singkat, dan lahan tersedia untuk ini.

25/12/2012 20

Page 21: KALIMANTAN TIMUR TERDEPAN MENGHADAPI RAWAN PANGAN NASIONAL

PENGEMBANGAN “FOOD ESTATE” LAHAN KERING, LANJUTAN Diperlukan kajian untuk merumuskan pola usahatani

dan kemitraan antara investor dan penduduk setempat yang saling menguntungkan.

Diperlukan kajian biaya dan keterlaksanaan (feasibility) investasi dan untuk mendapatkan dana dari bank.

Kaltim dapat menjadi model pengembangan “food estate” lahan kering.

25/12/2012 21

Page 22: KALIMANTAN TIMUR TERDEPAN MENGHADAPI RAWAN PANGAN NASIONAL

POTENSI GERAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI MELALUI KORPORASI Gerakan P3K yang diprakarsai oleh Menteri BUMN

yang disempurnakan dapat dikembangkan di lahan kering berpotensi di Kalimantan Timur seluas 1.040.443 ha.

Penyempurnaan GP3K : merumuskan pola usahatani, Agribisines dan kemiteraan petani-swasta/BUMN di ikuti sosialisasi intensif kepada petani peserta.

GP3K yang disempurnakan meliputi padi gogo, jagung, kedelai, sayuran, dan ternak.

25/12/2012 22

Page 23: KALIMANTAN TIMUR TERDEPAN MENGHADAPI RAWAN PANGAN NASIONAL

PENYEMPURNAAN POLA KEMITERAANGP3K Petani peserta adalah petani setempat yang sudah

aktif berproduksi.

Kemiteraan meliputi kewajiban swasta/BUMN menyalurkan pupuk, insecticida, benih langsung kepada petani yang merupakan hutang petani yang dibayar setelah panen.

Disamping itu swasta/BUMN juga berperan dalam mengolah dan memasarkan hasil.

Penetapan pembagian laba disepakati bersama dan dikawal pemerintah daerah.

25/12/2012 23

Page 24: KALIMANTAN TIMUR TERDEPAN MENGHADAPI RAWAN PANGAN NASIONAL

TUMPANGSARI SAWIT/KARET DENGAN TANAMAN PANGAN Gerakan tumpangsari tanaman perkebunan dengan

tanaman pangan mempunyai potensi untuk menanggulangi masalah rawan pangan nasional.

Tumpangsari dilakukan pada areal peremajaan perkebunan atau pada areal perkebnunan baru.

Pola ini dapat diterapkan pada pengembangan perkebunan kelapa sawit dan karet.

Apabila dilakukan oleh perusahaan besar dengan kewajipan mengalokasikan 20 % areal plasma, maka pada petani plasma pola pertanian terintegrasi dapat diterapkan.

25/12/2012 24

Page 25: KALIMANTAN TIMUR TERDEPAN MENGHADAPI RAWAN PANGAN NASIONAL

GERAKAN TUMPANGSARI, LANJUTAN Dari total area perkebunan sawit dan karet sekitar 15 juta

Ha. Seluruh Indonesia, sekitar 750.000 Ha (5%) harus diremajakan setiap tahun artinya setiap tahun terdapat sekitar 750.000 Ha areal peremajaan yang dapat ditanami tumpangsari dengan tanaman pangan.

Potensi ini harus dimanfaatkan, dan untuk perkebunan rakyat upaya peremajaan ini dilakukan paling tidak dengan pola kridit bersubsidi untuk pengembangan pangan dan energi.

Terobosan yang mungkin juga adalah membiayai peremajaan perkebunan rakyat dari dana pajak eksport (Semacan dana CESS, seperi yang berhasil di Malaysia) .

25/12/2012 25

Page 26: KALIMANTAN TIMUR TERDEPAN MENGHADAPI RAWAN PANGAN NASIONAL

GERAKAN TUMPANGSARI, LANJUTAN Diperlukan kajian mengenai jarak tanaman

perkebunan dan komposisi tanaman pangan, sayuran, dan ternak untuk memperoleh laba optimal.

Gerakan tumpangsari dapat memanfaatkan tenagakerja dari penduduk setempat dan tidak terkendala oleh status hak atas tanah.

25/12/2012 26

Page 27: KALIMANTAN TIMUR TERDEPAN MENGHADAPI RAWAN PANGAN NASIONAL

GERAKAN TUMPANGSARI,LANJUTAN Pola tumpangsari tanaman perkebunan dengan

tanaman pangan sudah diterapkan dengan berhasil di beberapa negara, antara lain di Thailand dan Sri Langka.

Masih diperlukan ketetapan pemerintah Pusat dan Daerah untuk landasan hukum pelaksanaannya

Untuk perkebunan rakyat diperlukan dukungan kredit.

25/12/2012 27

Page 28: KALIMANTAN TIMUR TERDEPAN MENGHADAPI RAWAN PANGAN NASIONAL

CATATAN PENUTUP Untuk jangka pendek diperlukan peningkatan

produktivitas, efektivitas, dan intensitas panen lahan pangan yang sudah ada sehingga mampu memberikan lonjakan pendapatan petani.

Diperlukan keberanian poltik untuk mengkonservasi lahan pangan yang sudah dikembangkan.

“Food Estate Lahan Kering”, mungkin dapat diawali dengan GP3K yang disempurnakan dan Gerakan Tumpang Sari Perkebunan dengan Tanaman Pangan, potensial bagi Kaltim.

“Food Estate” lahan basah memerlukan Investasi yang cukup besar dan waktu yang relatif lama (5 – 10 tahun) serta kendala ketersediaan lahan, akan tetapi upaya perlu dilanjutkan.

25/12/2012 28

Page 29: KALIMANTAN TIMUR TERDEPAN MENGHADAPI RAWAN PANGAN NASIONAL

CATATAN PENUTUP LANJUTAN

Perlu terobosan alokasi lahan (konservasi lahan) untuk kemandirian pangan nasional.

Diperlukan Kajian Inventarisasi secara terinci Potensi Lahan basah dan lahan kering yang ada.

Diperlukan juga inventarisasi dan pemetaan kepemilikan lahan potensial ini.

Perlu dirumuskan dengan rinci Program Pengembangan Pertanian Terintegrasi termasuk pola kemitraan dan pemberdayaan penduduk lokal.

YAPARI tetap bersedia untuk bersama Pemerintah Daerah untuk melaksanakan kajian yang diperlukan.

25/12/2012 29

Page 30: KALIMANTAN TIMUR TERDEPAN MENGHADAPI RAWAN PANGAN NASIONAL

DEMIKIANLAH, TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA DAN SEMOGA BERMANFAAT

25/12/2012 30


Recommended