Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
NABI IBRAHIM AS :
BAPAK FILSAFAT DAN BAPAK PARA NABI
Oleh : Mufatihatut Taubah1
Abstrak Philosophy is the study of the nature. Someone who learn about the
essence of life is called a philosopher. So far we know that the philosophy which
first appeared and is considered the most ancient philosophy is Greek philosophy
pioneered by their Greek people like Tales, Anaximendres, Socrates, Aristotle.
Tales is a Greek who is regarded as the first character introduced on the
nature of the search for the origin of life on earth. In his quest Tales found the
origin of life on earth from the water. With these thoughts later Tales called the
father of ancient Greek philosophy. So from here we assume that philosophy (the
search for the essence of life on earth) originated from Greece with the
characters is Tales.
Yet long before Tales, Abraham had to search it. Even the conclusions
obtained by Abraham of his thoughts on the search results the nature of the
creator of the universe and its contents are much higher in rank than the findings
of Tales. The conclusion by tales stop at that life originated from water, but the
prophet ibrahim far exceed it. So from the results of his thinking and
accompanied by a revelation to him then Abraham became the father of
philosophy and also the father of the prophets. Likewise, if judging from their
lifetime, Abraham lived long before Tales. Tales lived during 600SM, while
Abraham lived in 1861 BC, another says Abraham lived in 2295 BC.
Thinking about the origin of something, to reach the conclusion of the
forces commonly called Causa Prima is the realm of philosophy. To find out who
the prima causa then this is where the role of revelation to decide.
Key word : Phylosophy’s Father, Abraham, The Prophet
A. PENDAHULUAN
Filsafat berasala dari kata yunani Philosophia, Philos yang artinya
cinta atau suka dan Sophia artinya bijaksana. Dengan demikian secara
1 Penulis adalah peneliti pada eL-Kasyf Kudus dan pengajar di STAiN Kudus
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
etimologis kata filsafat memberi pengertian cinta kebijaksanaan. Orangnya
disebut Philosoper atau failasuf.2
Objek penyelidikan filsafat adalah segala yang ada dan yang
mungkin ada, tidak terbatas. Inilah yang disebut objek material flsafat.
Dalam hal ini ilmu pengetahuan pun memiliki objek material yang sama
dengan filsafat yaitu segala yang ada dan yang mungkin ada. Ilmu
pengetahuan bebas dan tidak terikat untuk menentukan objek
penyelidikannya. Sehingga kalau dilihat dari objek meterialnya, baik
filsafat ataupun ilmu pengetahuan memiliki objek yang sama. Tetapi
perbedaannya pada objek penyelidikannya.
Objek penyelidikan ilmu pengetahuan hanya terbatas pada suatu
yang bisa diselidiki secara ilmiah saja. Dan jika sudah tidak bisa diselidiki
lagi maka ilmu pengetahuan akan berhenti. Tetapi penyelidikan filsafat
akan terus bekerja hingga permasalahannya dapat ditemukan hingga
keakar-akarnya. Filsafat baru menampakkan kerjanya ketika ilmu
pengetahuan menghentikan penyelidikannya dan tidak mampu
memberikan jawaban terhadap masalah tersebut.
Seseorang disebut sebagai filosof ketika seseorang tersebut berfikir
dan merenung untuk menemukan persoalan yang memenuhi benaknya. Ia
berfikir sedalam-dalamnya sampai keakar-akarnya untuk mencari hakekat
sesuatu. Dari latar belakang pemikiran diatas maka pertanyaan sebagai
berikut: bagaimana sejarah perkembangan Filsafat, kenapa Thales disebut
bapak filsafat Yunani Kuno, apakah proses berfikir Nabi Ibrahim tentang
pencariannya terhadap sang kholik termasuk filsafat. Berikut ini
penjelasan yang akan penulis uraikan dengan pertanyaan-pertanyaan
tersebut.
2 Juhaya S.Praja, Aliran – Aliran Filsafat dan Etika, (Bogor: Kencana, 2003 ),
hal. 2
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
B. PEMBAHASAN
1. SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT
Menurut Sutarjo A. Mirawi’harja, sejarah filsafat dibagi
dalam 5 periode, Setiap Periode memiliki ciri khas sendiri,baik
menyangkut isi atau materi wacana maupun metode dan tokoh-
tokoh penggeraknya. Lima periode tersebut adalah :
a. Zaman Yunani kuno (600 SM – 200 M)
Sejarahnya filsafat yunani kuno dimulai tahun 600 SM.
Zaman ini dibagi menjadi 3 masa yaitu Pertama Masa awal
filsafat Yunani Kuno, Kedua Masa keemasan Yunani Kuno
Ketiga Masa Helenitas dan Romawi.
Pertama Masa awal filsafat Yunani Kuno. Masa awal
filsafat Yunani kuno ditandai oleh tercatatnya tiga nama filsuf
yang berasal dari daerah Miletos yaitu
Thales
Menurut Thales asal mula alam ini adalah air. Air
yang cair itu adalah pangkal, pokok dan dasar dari segal-
galanya. Segala sesuatu berasal dari air dan kembali menjadi
air. Sebagai dasar pemikirannya Thales memberikan argumen
yang rasional bahwa tumbuh-tumbuhan, binatang lahir
ditempat yang lembab, bakteri-bakteri hidup dan berkembang
ditempat yang lembab dan kelembaban bersumber dari air.
Dari air itu terjadilahlah tumbuhan dan binatang, bahkan
tanahpun mengandung air. 3
Anaximandros
3 Op. cit., hal 74
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
Anaximandros adalah murid Thales. Dia lima belas
tahun lebih muda dari Thales, tetapi meninggal dua tahun
lebih dahulu. Sebagai seorang filsuf, dia lebih besar dari pada
gurunya. Ia juga ahli astronomi dan ilmu bumi.
Anaximandros tidak menerima begitu saja apa yang diajarkan
oleh gurunya. Ia berpendapat bahwa yang asal itu satu, tidak
banyak. Tetapi yang satu itu bukan AIR, dan bukan sesuatu
anasir yang dapat diamati oleh panca indra. Menurut
Anaximandros segala sesuatu itu berasal dari to Apeiron
yang sering diterjemahkan sebagai the boundless, the
indefinite, the infinitie yaitu yang tak terbatas, tak terhingga,
tak tersusun. Apeiron tidak dapat dirupakan, tidak ada
persamaannya dengan salah satu barang apapun.4
Anaximanes
Anaximenes adalah murid Anaximandros.
Pandangannya tentang alam semesta tidak jauh berbeda
dengan gurunya. Akan tetapi dia tidak sependapat dengan
gurunya bahwa yang asal itu tidak ada persamaannya dengan
barang yang lahir dan tidak dapat dirupakan. Menurutnya
barang yang asal itu adalah udara. Udaralah yang satu dan
tidak terhingga.
Beberapa nama lainnya adalah Herakleitos dari Aphesos,
Pythagoras dari Italia Selatan, Parmenides dari Elea, dan
Demokritos dari Abdera. Menurut tradisi Pythagoras atau
Sokrateslah yang pertama menyebut dirinya dengan sebutan
“Philosophus” yaitu sebagai protes terhadap kaum Sophist, kaum
terpelajar pada waktu itu yang menamakan dirinya “bijaksana”,
4 Op. cit., hal. 75
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
padahal kebijaksanaan mereka itu hanya semu. Sebagai protes
terhadap kesombongan mereka maka Socrates lebih suka
menyebut dirinya “pecinta kebijaksanaan”5
Kedua Masa keemasan Yunani Kuno. Pada masa ini
terdapat beberapa nama filsuf yang tidak pernah terlupakan dan
memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan filsafat pada
masa berikutnya. Nama- nama tersebut adalah Perikles,
Protagoras, Socrates (470 SM – 399 SM), Plato (427 SM – 347
SM), Aristoteles (384 SM – 322 SM).
Ketiga Masa Helenitas dan Romawi. Pada masa ini tokoh
yang memegang peranan penting adalah Raja Alexander Agung.
Raja ini telah mampu mendirikan negara yang besar yang
meliputi tidak hanya seluruh Yunani tetapi juga daerah-daerah
sebelah timurnya. Kebudayaan Yunani menjadi kebudayaan
supranasional yang disebut dengan kebudayaan Helenitas. Pada
masa Raja Alexander Agung selain akademia Lykeion dibuka
juga sekolah-sekolah baru yang menjadi tekanan
pembelajarannya pada masalah etika tentang bagaimana
sebaiknya orang mengatur tingkah lakunya agar dapat hidup
bahagia dalam kehidupan bersama. Pada masa ini muncul
beberapa aliran yaitu Stoasisme, Epikurisme, Skeptisisme,
Eklektisisme, Neoplatonisme.6
Sementara Nabi Ibrahim hidup jauh sebelum masa itu.
Pendapat sebagian referensi mengatakan bahwa Nabi Ibrahin AS
5 Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005),cet.
Ke 6, hal. 46 6 Sutardjo A. Wiramiharja, Pengantar Filsafat; Sistematika Filsafat, Sejarah
Filsafat, Logika dan Filsafat Ilmu (Epistimologi) Metafisika dan Filsafat Manusia,
(Bandung: Refika Aditama,) 2006, hal. 50
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
hidup pada tahun 1861 – 1686 SM. Artinya Nabi Ibrohim hidup
pada 1261 tahun sebelum lahirnya filsafat Yunani kuno.
b. Zaman Patristik dan zaman pertengahan (200 M – 1600
M)
Zaman Patristik dan Zaman Pertenganan dibagi dalam 4
periode, yaitu periode atau zaman patristik, zaman awal skolastik,
zaman keemasan skolastik dan zaman akhir abad pertengahan.
Zaman Patristik : istilah ini berasal dari bahasa latin
patres yang berarti bapak dalam lingkungan gereja. Bapak
pujangga Kristen mencari jalan menuju teologi kristiani melalui
peletakan dasar intelektual untuk agama Kristen. Pada masa ini
terdapat dua golongan filsafat yang berlainan yaitu yang
berdasarkan agama Kristen dan berdasarkan filsafat Yunani.
Pandangan pemikir agamapun dalam menanggapi filsafat terbagi
3 yaitu Pertama berpendapat bahwa setelah ada wahyu ilahi yang
terwujud dalam Yesus kristus seharusnya tidak ada lagi pemikiran
filosofis. Kedua berusaha untuk menengahinya dengan
mensintesiskan kedua pemikiran tersebut. Ketiga menyatakan
bahwa filsafat Yunani adalah langkah awal menuju agama yang
harus diterima dan dikembangkan.
Beberapa tokoh pada zaman ini adalah Yustinus Martyr
adalah pemikir yang sejak semula telah mempelajari berbagai
sistem filsafat dan ketika masuk Kristen dia menyebut dirinya
sebagai filosof dan menulis dua buku tentang membela hak
agama Kristen. Tokoh yang lain adalah Clemens (150 – 215 M)
dan Origenes (185 – 254 M). kemudian pergantian zaman pada
Zaman keemasan patristic. Tokoh yang hidup pada zaman ini
adalah Gregorius (330 – 390 M) dari Nazianza, Basilius (330 –
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
379) dan adiknya Gregorius (335 – 394 M) dari Nyssa. Pada
dasarnya mereka menggunakan Neoplatonisme tetapi mereka
menolak disebut Neoplatonisme yang merendahkan materi.
Pada abad ke 8 zaman keemasan patristic Yunani
berakhir pada masa Johanes Damascenus sebagai raja. Dia
menulis suatu karya berjudul “ Sumber Pengetahuan” yang secara
sistematis menggambarkan seluruh sejarah filsafat pada zaman
patristic Yunani sebanyak 3 jilid. Pada sekitar abad ke 8 orang
Arab (Islam) merebut Siria, Mesir, Afrika Utara, dan bagian
selatan Spanyol. Alexander jatuh dan sekolah-sekolahnya ditutup.
Zaman Awal Skolastik. Zaman ini ditandai dengan
perpindahan bangsa Hun dari Asia masuk ke Eropa sehingga
bangsa Jerman pindah melewati perbatasan kekaisaran Romawi
yang secara politik sudah mengalami kemerosotan dan ricuh.
Beberapa tokoh filsafat dan situasi yang ada pada masa ini adalah
Boithius (480 – 524 M)
Kaisar Karel Agung
Johannes Scotus Ariugena (810 – 877 M) bekerja disekolah
lingkungan istana Karel Agung. Ia berjasa dalam
menerjemahkan karya Pseudo-Dionysios kedalam bahasa latin
sehingga menjadi refrensi bagi dunia pemikiran abad abad
selanjutnya. Berdasarkan filsafat neoplatonisme ia membangun
sintesis teologi, Akan tetapi pemikirannya agak sulit dicerna
dan tidak dapat diteruskan orang lain.
Anselmus (1033 – 1109 M)
Abelardus (1079 – 1142 M)
Situasi atau cara mengajarnya terdiri dari dua jenis yaitu cara
kuliah (lectio) yang diberikan seorang mahaguru dan dikusi
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
yang dipimpin mahaguru. Suatu topik dibahas secara sitematis
dengan menampung semua argumen pro dan kontra
(Disputation). Pelaksanaan baik kuliah maupun diskusi
dibuatkan buku pegangan yang disebut sententiae (pendapat-
pendapat) dan buku pegangan lain yang disebut Summa
(ikhtisar).7
Zaman Keemasan Skolastik terjadi pada abad ke-13.
Pada zaman inipun filsafat dipelajari dalam hubungannya dengan
teologi. Pada abad ini dibangun sintesis filosofis yang berkaitan
dengan tiga hal. Pertama berdirinya Universitas-universitas pada
1200.
Kedua beberapa ordo baru dibentuk dan mempengaruhi
perkembangan hidup intelektual. Dua ordo yang terkenal adalah
ordo fransiskan yang didirikan fransiskus pada 1209 M, dan ordo
dominikan yang didirikan dominikus pada 1215 M.
Ketiga, penemuan karya filsafat Yunani terutama karya
Aristoteles. Hal ini merupakan faktor terpenting dalam
perkembangan intelektual. Ajaran filsafat Aristoteles masuk
kedunia Barat melalui Arab dengan tokoh-tokohnya Ibnu Sina
(980-1037 M), Ibnu Rushd (1126-1198 M) dan beberapa filosof
Yahudi serta melalui Sisilia.
Zaman akhir abad pertengahan. Filsafat abad
pertengahan diawali oleh Boethius dan diakhiri oleh Nicolaus
Cusanus (1401 - 1464). Nicolaus Cusanus membedakan tiga
macam pengenalan yaitu pancaindra, rasio dan intuisi.
Menurutnya pengalaman indrawi kurang sempurna, rasio
membentuk konsep berdasarkan pengalaman indrawi, sedangkan
7 Sutardjo, Pengantar Filsafat…….. hal . 56
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
aktivitasnya dikuasai prinsip non kontradiksi (tidak mungkin
sesuatu ada dan tidak ada). Dengan intuisi, manusia dapat
mencapai segala sesuatu yang tidak terhingga. Allah adalah
merupakan objek intuisi manusia, dalam diri Allah seluruh hal
yang berlawanan akan mencapai kesatuan (coincidentia
oppositorium).
c. Zaman Modern (1600 M – 1800 M)
Beberapa pendapat menyebutkan bahwa zaman
pertengahan berakhir pada saat yang tidak jelas, maka
disimpulkan bahwa masa Renaisans-lah yang menjadi
pembatasnya. Renaisans artinya lahir kembali yaitu melahirkan
kembali kebudayaan klasik yunani dan romawi.
Micheal de Montaigne (1533-1592) adalah “ founding
father” filsafat ini. Ia bukan seorang matematikawan atau
ilmuwan tetapi seorang moralis. Pertanyaan mendasarnya adalah
apakah manusia akan mendapat kebenaran jika sudah
menemukannya, atau mampukah manusia berbuat adil jika
manusia menemukannya. Dia beraliran skeptisisme dan
meragukan indra atau akal budi. Namun ia menekankan idea alam
yang melekat dalam diri manusia sebagai karakter.8
2. BAPAK FILSAFAT
Filsuf-filsuf Yunani yang pertama tidak lahir ditanah airnya
sendiri, melainkan di tanah perantauan di Asia Minor. Dahulu
bangsa Yunani di Semenanjung Balkan. Banyak yang menjadi
perantau karena tanahnya tidak subur, dan sepanjang daratan dilalui
oleh bukit barisan, serta banyak teluk-teluk yang menjorok
8 Sutardjo, Pengantar Filsafat…….. hal. 60
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
kedaratan, sehingga banyak tanah yang baik untuk tempat tinggal.
Karena yang merantau itu makmur hidupnya, mereka hidup dari
perniagaan dan pelayaran. Kemakmuran itu memberikan
kelonggaran bagi mereka untuk mengerjakan hal-hal lain selain dari
mencari penghidupan. Waktu yang luang dipergunakan untuk
memperkuat kemuliaan hidup dengan seni dan mengembangkan
buah pikiran. Itulah sebabnya Miletos di Asia Minor tempat meraka
merantau menjadi tempat lahirnya filsuf-filsuf Yunani yang pertama
seperti Thales, Anaximandros, dan Anaximenes. Mereka disebut
filsuf alam sebab tujuan filsafat mereka ialah memikirkan masalah
alam besar dari mana terjadinya alam.
Bapak filsafat Yunani kuno adalah Thales. Thales hidup pada
abad ke-6 SM. Dikalangan orang Yunani pada waktu itu ia dikenal
sebagai salah seorang dari hoi hepta sophoi, Tujuh orang yang
bijaksana atau The seven Wise Men, atau al-Hukama’ al-Sab’ah.
Mereka terkenal dengan petuah-petuahnya yang pendek-pendek,
seperti “kenalilah dirimu”, “ingat akhirnya”, “jangan berlebih-
lebihan (meden agan)”.
Thales adalah seorang saudagar yang sering berlayar ke
negeri Mesir. Ia menemukan ilmu ukur di Mesir dan membawanya
ke Yunani. Dia juga memiliki ilmu tentang bagaimana mengukur
tinggi piramida-piramida dari bayangannya. Bagaimana mengukur
jauhnya kapal dilaut dari sebuah pantai, dia juga mempunyai teori
tentang banjir tahunan sungai Nil di Mesir. Bahkan dia juga berhasil
meramalkan terjadinya gerhana pada tanggal 28 Mei Tahun 585 SM.
Karena itulah ia dikenal sebagi ahli ilmu astronomi dan metafisika.9
9 Juhaya S.Praja, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika, (Jakarta : Prenada Media,
2003), hal. 73
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
Aristoteles adalah salah satu murid Thales. Dialah yang
menulis ajaran ajaran Thales dan menjadi sumber utama ajaran
ajaran Tthales. Dalam Traktatnya mengenai metafisika Aristoteles
menyatakan bahwa Thales adalah orang yang pertama kali
memikirkan tentang asal mula terjadinya alam semesta ini. Sehingga
Aristoteles memberikan gelar kepada Thales sebagai filsuf yang
pertama.
Menurut Thales asal mula alam ini adalah air. Air yang cair
itu adalah pangkal, pokok dan dasar dari segal-galanya. Segala
sesuatu berasal dari air dan kembali menjadi air. Sebagai dasar
pemikirannya Thales memberikan argumen yang rasional bahwa
tumbuh-tumbuhan, binatang lahir ditempat yang lembab, bakteri-
bakteri hidup dan berkembang ditemp[at yang lembab dan
kelembaban bersumber dari air. Dari air itu terjadilahlah tumbuhan
dan binatang, bahkan tanahpun mengandung air.
Thales, dalam mencari asal alam tidak menggunakan
takhayul atau kepercayaan umum diwaktu itu10
melainkan
menggunakan akal. Berdasarkan pengalamannya baik bagi orang
pesisir, sebagai saudagar yang suka berlayar dilautan maupun
pengalamannya menyaksikan kehidupan penduduk Mesir yang
hidupnya bergantung kepada sungai Nil, maka semuanya dijadikan
landasan berfikir untuk mencari jawaban mengenai asal mula
10Kepercayaan umum bangsa yunani pada waktu itu adalah berkaitan dengan
mitos kosmogonis yang muncul karena adanya keajaiban-keajaiban alam. Kejadian-
kejadian itu sering membangkitkan perasaan heran dan takjub dan juga sering kali
menimbulkn perasaan misteri dan rasa takut. Sehingga kebanyakan manusia mencari
keterangan-keterangan tentang asal usul alam semesta dari cerita-cerita mitos tersebut dan
tanpa bimbingan rasio.
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
kejadian alam ini yakni “ semuanya itu air”11
. Bagi Thales air adalah
sebab yang pertama dari segala yang ada dan yang jadi, tetapi juga
akhir dari segala yang ada dan yang jadi. Air adalah subtrat (bingkai)
dan substansi (isi). Sehingga tidak ada jurang pemisah antara hidup
dan mati.
Kepercayaan Thales adalah Animisme yang mempercayai
bahwa bukan hanya yang hidup saja yang mempunyai jiwa tetapi
juga benda mati mempunyai jiwa. Aristoteles menanamkan pendapat
Thales yang menyatakan bahwa jagad raya ini memiliki jiwa dengan
nama Hylezoisme.12
3. SEJARAH NABI IBRAHIM AS
Nabi Ibrahim adalah seorang Nabi yang mendapat gelar
Khalilullah yang artinya Kesayangan Allah. Nama Nabi Ibrahim
adalah Ibrahim bin Aazar (Tarikh) bin Nahur bin Sarugh bin Ra’u
bin Faligh bin Abir bin Shaleh bin Arfakhsad bin Syam bin Nuh.
Beliau dilahirkan pada 2.295 SM didaerah Faddam, A’ram yang
terletak dikawasan kerajaan Babilonia. Menurut Al-Hafidz ibnu
Asakir ibu Nabi Ibrohim bernama Amilah, hal ini terdapat dalam
kitab at Tarikh dari Ishaq bin Basyar al-Kahiliy, Penulis kitab al
Mubtadi. Sedangkan al Kalbiy berkata ibu beliau bernama Buna
binti Karbina bin Kartsi yang berasal dari bani Arfakhsyad bin Syam
bin Nuh. Ibnu Asakir meriwayatkan lebih dari satu jalur dari
Ikrimah, bahwasanya ia berkata: "Ibrahim dijuluki dengan gelar Abu
adh-Dhaifan." Sedangkan dalam buku yang berjudul "Muhammad
11
Bandingkan dengan ayat al qur’an surah al-Anbiya’ ayat 30 yang menyatakan
bahwa Tuhan menjadikan segala sesuatu yang hidup itu berasal dari air. 12
Juhaya S.Praja, Aliran – Aliran Filsafat dan Etika,( Jakarta: Prenada Media,
2003), hal 73-74
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
Sang Nabi" - Penelusuran Sejarah Nabi Muhammad Secara Detail,
karya Omar Hashem, dikatakan bahwa nama Ibrahim berasal dari
dua suku kata, yaitu ib/ab (إب) dan rahim (راهيم). Jika disatukan
maka nama itu memiliki arti "ayah yang penyayang."13
Pada saat Nabi Ibrahim lahir kerajaan Babilonia diperintah
oleh Namrudz, seorang raja bengis yang berkuasa secara absolud dan
zalim. Suatu saat Kerajaan Babilonia mendapat pertanda Aneh pada
bintang-bintang bahwa akan ada seorang anak laki-laki perkasa lahir
dan keturunannya akan memenuhi seisi bumi, dengan salah seorang
keturunannya akan membunuh raja Namrudz. Raja Namrudz
ketakutan, maka dia memerintahkan semua bayi laki-laki yang
dilahirkan harus dibunuh. Ayah Ibrahim merasa bahagia dan amat
khawatir karena ia mendengar kabar bahwa istrinya sedang
mengandung seorang anak sesaat setelah ia dinobatkan sebagai
panglima kerajaan. Dalam kebingungan ini, dua putranya, Nahor dan
Haran, memberi pendapat tentang persoalan ini, Haran sebagai
seorang ahli nujum berpendapat bahwa sang ayah dapat
menyerahkan si bayi kepada raja, sebab Haran meyakini bahwa
belum ada pertanda di langit yang gagal, sekalipun harus diserahkan
ke pedang atau perapian, Haran percaya akan ada keajaiban yang
membuatnya tetap hidup. Akan tetapi Nahor memberikan saran
untuk meninggalkan Babilonia sementara waktu dan menyerahkan
bayi lain sebagai ganti bayinya. Sang ayah menerima saran dari
Nahor dan pergi dari negeri Babilonia.
Setelah keluar dari babilonia Ibu Ibrahim ditempatkan di
sebuah gua bersama seorang pengasuh sampai hari bersalin.
13
Al Hafidz Ibnu Katsir, Al Bidayah wa An Nihayah, (Al Qahirah: Darul Hadits,
2004), hal.180
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
Sementara sang ayah mengambil seorang bayi dari hambanya untuk
diserahkan ke Namrudz. Ketika penyembelihan bayi dilakukan,
Namrudz bergembira sebab ia menyangka ancaman bagi
kerajaannya telah lenyap. Sementara itu, setelah Ibu Ibrahim
mengalami persalinan, ia bersama seorang pengasuh meninggalkan
Ibrahim seorang diri di gua sambil menangis dan berdoa "Semoga
Sang Pelindung selalu menyertaimu wahai anakku....." setelah
Ibrahim ditinggalkan sendiri, Allah mengutus sesosok malaikat
datang dan merawat Ibrahim.
Setelah berbulan-bulan, Haran yang masih mempercayai
pertanda di langit tentang Ibrahim, pergi mendatangi gua dimana
Ibrahim ditinggalkan. ia terkejut ketika mendapati Ibrahim telah
menjadi seorang anak laki-laki yang dapat berbicara. Haran
mengajaknya pulang ke Babilonia, Ibrahim sempat menolak dan
menyatakan bahwa ia tidak mempunyai rumah karena ia mengaku
telah tersesat di sebuah tempat yang tidak ia kenal. Pada akhirnya
Haran berhasil membawa Ibrahim ke rumah ayahnya di Babilonia.
Ketika Haran mempertemukan Ibrahim, dengan sang ayah,
ayahnyapun tidak percaya bahwa yang diajak Haran itu adalah bayi
yang ditinggalkan selama berbulan-bulan di gua. ketika Ibrahim
ditanya siapa yang selama ini memberinya makan, ia menjawab
bahwa Yang Maha Pemberi yang menyediakan makanan untuknya,
lalu ia kembali ditanya tentang siapa yang merawatnya saat sakit, ia
menjawab bahwa Yang Maha Menyembuhkan yang melakukannya
kemudian ketika ditanya tentang siapa yang memberitahunya tentang
jawaban-jawaban ini, Ibrahim menjawab bahwa Yang Maha
Mengetahui yang mengajarinya. terkejut dengan jawaban ini,
semakin sulit bagi sang ayah meyakinkan diri tentang anak ini.
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
Untuk menghindari kecurigaan dari raja Namrudz, Ibrahim diasuh di
rumah Haran yang terletak di luar Babilonia. Di sana Ibrahim tinggal
bersama anak-anak dari kakaknya yaitu Luth, Sarah dan Milka.
Setelah Ibrahim keluar dari gua kira-kira umurnya sama
dengan anak dua belas tahun, ia merasa kehilangan Allah yang
sebelumnya memberinya makan dan perlindungan, Ibrahim
memutuskan untuk pergi ke rumah nabi Nuh untuk mencari Tuhan.
Pada zaman Ibrahim, kebanyakan rakyat di Mesopotamia beragama
Politeisme yaitu menyembah lebih dari satu dewa dan membuat
patung sebagai simbol dari dewa-dewa itu. Setelah berguru di rumah
Nabi Nuh, Ibrahim memutuskan pergi sebab ia belum mendapat
jawaban dari pencariannya. Ibrahim pun pergi ke rumah ayahnya,
dia sering mendapati ayahnya membuat dan meletakkan makanan di
depan patung-patung, lalu dia bertanya perilaku sang ayah.
Mendapati jawaban bahwa ayahnya menyembah patung karena
tradisi leluhur, Ibrahim mempertanyakan tindakan ini namun sang
ayah membiarkan Ibrahim. Nahor menyatakan bahwa di langit ada
dewa-dewa, namun Ibrahim merasa perlu membuktikan ucapan ini.
Nabi Ibrahim terus mencari tentang siapa tuhannya, hal ini
tercantum dalam Al Qur’an surat Al-An’am ayat 76-78 :
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
Artinya : (76)“ketika malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang
(lalu) Dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu
tenggelam Dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam."
(77)“kemudian tatkala Dia melihat bulan terbit Dia berkata: "Inilah
Tuhanku". tetapi setelah bulan itu terbenam, Dia berkata:
"Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaKu,
pastilah aku Termasuk orang yang sesat." (78). kemudian tatkala ia
melihat matahari terbit, Dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih
besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, Dia berkata: "Hai
kaumku, Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu
persekutukan.
Inilah daya logika yang dimiliki oleh Ibrahim dalam mencari
Tuhan. Dia menolak agama penyembahan berhala yang dipercayai
kaumnya dan menyadari bahwa yang mengendalikan bulan, bintang,
matahari, siang, malam dan yang menciptakan segala makhluk di
bumi adalah Tuhan yang sebenarnya. Akan tetapi dia masih belum
mendapatkan kesimpulan tentang Siapa itu Tuhan hingga Semasa
remaja, Ibrahim masih sering bertanya kepada ayahnya tentang
apakah itu Tuhan. Namun ayahnya tetap tak menghiraukan Ibrahim.
Sampai suatu ketika Ibrahim bertanya "terbuat dari apakah patung-
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
patung ini?" maka ayahnya menunjukkan kayu sebagai bahan
pembuatan. Ibrahim pun mempertanyakan "apakah kayu itu
tuhan?, benda yang hangus lenyap di perapian?" untuk menghindari
pertanyaan-pertanyaan lain, Ibrahim diperintah menjual patung-
patung buatan ini. Ibrahim berkeliling kota menjajakan patung-
patung buatannya, namun karena iman dan tauhid yang telah
diilhamkan oleh Allah kepadanya ia tidak bersemangat untuk
menjajakan barang-barang itu bahkan secara mengejek ia
menawarkan patung-patung itu kepada calon pembeli dengan kata-
kata: "Siapakah yang akan membeli patung-patung yang diam dan
tidak berguna ini?". Dengan berbagai cara, dalam pencariannya
terhadap Tuhan Ibrahim berusaha menyadarkan dan mengenalkan
tentang Tuhan yang sebenarnya kepada masyarakatnya.
Ibrahim berulang-ulang kali berusaha memperingatkan sang
ayah dan masyarakatnya, tetapi mereka tetap tidak mau
meninggalkan berhala- berhala kayu, hingga Ibrahim menyatakan
"sekiranya kayu itu memang sembahan, bukankah api dapat
menghanguskan kayu, sekalipun api disebut sembahan, maka air
dapat memadamkan dan melenyapkan api, meskipun air disebut
sebagai sembahan, maka air akan lenyap diserap oleh tanah,
sekalipun tanah disebut sebagai sembahan, maka matahari
mengeringkan tanah dan menjadikannya tandus. sekalipun matahari
yang bersinar teran, tidaklah layak dianggap sembahan, sebab ia
akan kehilangan cahaya karena awan bergumpal-gumpal dan lenyap
dalam kegelapan malam dengan sinar bulan dan bintang-bintang.
awan-awan dan malam pun tidak pantas dianggap sebagai sembahan
sebab apakah sembahan hanya hadir dalam waktu tertentu dan
menghilang dalam waktu tertentu, sementara umat manusia yang
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
menyembah dan segala makhluk di bumi selalu hidup dan hadir
setiap waktu? Bukankah Yang Menciptakan langit, bumi dan segala
yang diantara keduanya adalah Tuhan yang sebenarnya. sekiranya
kamu mau merenungkan.
Apapun yang kamu sembah itu adalah segala yang ku benci,
terkecuali Tuhan atas segala sesuatu, Dialah yang menciptakan
diriku dan membimbingku sebab Dia menciptakan sesuatu berdasar
tujuanNya dan kehendakNya, Dialah menyerukan kebenaran
kepadaku melalui pendengaranku sebab semula aku hanya ciptaan
tuli yang bahkan tidak mengenali diri sendiri, Dialah yang
menampakkan cahaya yang menerangi supaya aku tahu jalan apa
yang harus kutempuh karena aku hanyalah ciptaan yang tersesat di
antara bumi dan langitNya, Dialah yang selalu hadir untukku sebab
Dia menyediakan segala hal untuk kumakan dan kuminum, Dialah
yang menghidupkan yang mati untukNya dan mematikan yang hidup
tanpaNya. aku sendiri tidak tahu untuk apa aku dihidupkan maka
tiada tugas bagiku di dunia selain melaksanakan apapun yang
diperintahkan oleh Pencipta yang menghidupkanku dan aku pun
bersedia mati sekiranya Dia pula yang menghendaki itu. lalu
patutkah aku bersujud dan memuja yang kalian serukan itu daripada
Tuhan yang menghidupkan seluruh makhluk di bumi?" Dengan cara
demikian, Ibrahim berusaha untuk menyadarkan kaumnya, akan
tetapi mereka mengabaikan seruan-seruan Ibrahim dan tetap
meneruskan penyembahan berhala mereka.
Dalam surah Al An-am ayat 74 dijelaskan tentang
kebimbangan Nabi Ibrahim terhadap kebenaran perbuatan
menyembah berhala yang dilakukan oleh ayahnya:
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
Artinya “dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya,
Aazar14
"Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-
tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam
kesesatan yang nyata."
Dengan sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan
oleh seorang anak terhadap orang tuanya dan dengan kata-kata yang
halus ia datang kepada ayahnya menyampaikan bahwa ia diutuskan
oleh Allah sebagai nabi dan rasul dan bahwa ia telah diilhamkan
dengan pengetahuan dan ilmu yang tidak dimiliki oleh ayahnya. Ia
bertanya kepada ayahnya dengan lemah lembut gerangan apakah
yang mendorongnya untuk menyembah berhala seperti lain-lain
kaumnya padahal ia mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak
berguna sedikit pun tidak dapat mendatangkan keuntungan bagi
penyembahnya atau mencegah kerugian atau musibah. Diterangkan
pula kepada ayahnya bahwa penyembahan kepada berhala-berhala
itu adalah semata-mata ajaran setan yang memang menjadi musuh
kepada manusia sejak Adam diturunkan ke bumi. Ia berseru kepada
ayahnya agar merenungkan dan memikirkan nasihat dan ajakannya
berpaling dari berhala-berhala dan kembali menyembah kepada
14 Diantara mufassirin ada yang berpendapat yang dimaksud dengan abihi
(bapaknya) adalah pamannya.
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
Allah yang menciptakan manusia dan semua makhluk yang
dihidupkan memberi mereka rezeki dan kenikmatan hidup serta
menguasakan bumi dengan segala isinya kepada manusia.
Haran yang mendapati Ibrahim selamat dari perapian
bergegas mendekat untuk memeluknya, ia yang mendekat tanpa
memiliki keimanan kepada Allah seketika mati disambar oleh
kobaran api dari Allah. Di saat semacam ini, Allah menimbulkan
pandangan yang bermacam-macam dalam pengamatan orang-orang
menyaksikan, sebagian mengatakan, "dewa itu adalah api sebab api
yang menyelamatkan Ibrahim" sebagian lain mengatakan. "dewa itu
adalah kayu sebab akibat kayu itu, Ibrahim selamat" sebagian lain
mengatakan, "dewa itu adalah angin sebab angin yang
menghindarkan Ibrahim" dan muncul berbagai pendapat berbeda-
beda dari kejadian ini. orang-orang yang saling bersepakat bersatu
dan membantah pihak yang berbeda akibat mereka saling berkeras
pada pendapat masing-masing, sejak saat itulah umat manusia saling
menjauh berpencar dari tempat perapian bersejarah ini. Maka
Ibrahim mengatakan, "Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu
sembah selain Allah adalah untuk menciptakan kasih sayang di
antara kalian dalam kehidupan dunia ini kemudian di hari kiamat
sebagian kalian mengingkari sebagian lain dan sebagian kalian
mengutuki sebagian lain, dan tempat kembali kalian memang
neraka, dan takkan ada seorang pun yang membela kalian.15
Setelah menyaksikan Ibrahim yang diselamatkan oleh Allah
dari perapian, Namrudz dan para pengikutnya merasa dipermalukan
dan merasa takut bahwa banyak orang lebih percaya kepada Ibrahim
dibanding kepada kerajaannya maka seorang manusia yang mengaku
15 http://id.wikipedia.org//wiki/ibrahim
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
sebagai raja dan dewa atas umat manusia berupaya mengalahkan
Ibrahim dengan memberikan pertanyaan “kami sadari bahwa kamu
memang tetap hidup dari perapian tetapi kamu tidak menghadirkan
sembahanmu itu di hadapan kami, maka kami takkan percaya
kepadamu” Ibrahim mengatakan, "Tuhankulah Yang Menghidupkan
dan Yang Mematikan manusia yang Dia kehendaki sebab Dialah
yang Berkuasa atas segala yang di langit dan di bumi," lalu Namrudz
memanggil dua orang budaknya dengan membunuh salah seorang
dan membiarkan yang lain tetap hidup, dia pun mengatakan, "aku
pun memiliki kuasa di bumi terhadap orang-orang itu sebab akulah
raja, dan aku pun sanggup menghidupkan dan mematikan. aku
bertaruh dengan seluruh budak yang kumiliki bahwa kamu takkan
bisa menunjukkan kepadaku bukti-bukti tentang Tuhanmu itu"
Ibrahim berkata, "Sekalipun kamu memberiku seisi bumi kepadaku
maka segala benda-benda di bumi beserta benda-benda di langit
adalah milikNya, lihatlah ke arah matahari yang terbit itu,
sesungguhnya Allah adalah Yang Menerbitkan Matahari dari arah
timur, jika memang terdapat kuasa padamu terhadap matahari itu
maka terbitkanlah ia dari arah barat," seketika Namrudz tertegun dan
menjadi bisu di hadapannya lalu banyak orang yang meninggalkan
dan memisahkan diri dari kepemimpinan Namrudz dengan
mendirikan kekuasaan mereka sendiri.
Dengan diiringi banyak pengikut, Ibrahim meninggalkan
Babilonia setelah ayah Ibrahim memanggilnya untuk hadir di rumah
Haran untuk pembagian warisan yang ditinggalkan. kedua anak
perempuan Haran masing-masing dijadikan istri bagi dua
saudaranya, Nahor dan Ibrahim, sedangkan Luth memilih ikut
bersama Ibrahim sebab Ibrahim telah tinggal bertahun-tahun di
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
rumah Haran. Ibrahim pun sempat mengajak sang ayah untuk
meninggalkan berhala dan pergi bersamanya untuk mengikut kepada
Allah. Akan tetapi ayahnya yang lelah dengan seruan-seruan Ibrahim
menjadi marah dan menghendaki Ibrahim pergi meninggalkannya
untuk waktu yang lama. Meski dimusuhi oleh ayahnya, Ibrahim
masih berdoa memohonkan ampun bagi ayahnya sebagai janji dan
wujud anak yang berbakti terhadap ayah.
Ibrahim bersama Sarah, Luth juga para pengikutnya
meninggalkan rumah Haran untuk pergi ke manapun yang Allah
perintahkan yang Ibrahim imani. ketika menjadi pendatang di negeri
Mesir, Ibrahim disambut sebagai tamu kehormatan yang diberi
berbagai pemberian sebab Sarah hendak djadikan istri oleh raja
Fir’aun oleh lantaran Ibrahim menyebut Sarah sebagai saudara.
Semenjak di tinggal di rumah Haran, Ibrahim telah menganggap
anak perempuan kakaknya ini sebagai saudaranya dan sebagai
saudara dalam keimanan. Pada akhirnya Fir’aun yang tersadar
bahwa Sarah adalah istri Ibrahim, merasa bersalah dan takut
terhadapnya dan sebagai tanda permintaan maaf dia memberi banyak
hadiah kepada Ibrahim juga sebuah tanah milik di Mesir agar
Ibrahim tetap tinggal di Mesir, terlebih anak perempuan Fir’aun,
Hajar, diserahkan sebagai budak untuk Sarah sebagai penebusan atas
kesalahan yang diperbuat.
Walau menerima penawaran untuk menetap di Mesir, atas
keimanannya Ibrahim tetap pergi menuju negeri yang diberikan oleh
Allah untuknya, yang membuktikan bahwa Ibrahim lebih menaruh
kepercayaan terhadap janji Allah dibanding kepada janji manusia.
Ketika menetap di negeri Palestina, Ibrahim menjadi sosok yang
terhormat dan dikenal bagi penduduk Kana’an oleh karena Ibrahim
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
berlaku dermawan terhadap penduduk Kana’an. Sekalipun Allah
berjanji bahwa seluruh negeri Palestina diberikan untuknya dan
keturunannya sebagai tanah milik, Ibrahim tidak mengusir atau
menyingkirkan penduduk yang tinggal di wilayahnya oleh karena
Ibrahim mengaku bahwa dirinya hanya pendatang di bumi yang
diterima secara baik oleh Allah, sehingga Ibrahim menjadi sosok
yang amat ramah menyambut para pendatang serta para pengembara
di rumahnya. Ibrahim juga mengenalkan ajaran iman kepada Allah
ketika menerima para tamu dari berbagai negeri.
Allah tidak memerintahkan Ibrahim untuk menguasai atau
negeri Palestina karena sosoknya yang memiliki kesetiaan sejati
pada Allah disertai keimanan kuat maka dia mampu mempengaruhi
penduduk negerinya dan tidak sedikitpun mengalami pengurangan
atau pelemahan iman akibat ajakan mereka.
Oleh karena merasa bersalah tidak dapat member keturunan
kepada suaminya, Sarah mengizinkan Ibrahim mengawini budaknya
itu, hajar, dan lahirlah putra yang dinamai Ismail, arabisasi dari
nama aslinya dalam bahasa Ibrani Yishma’El, yang berarti Allah
mendengar, bahwa Allah telah mendengar doa Nabi Ibrahim AS.
Untuk mendapatkan keturunan meski diusia yang sudah lanjut.16
Tidak selang lama maka lahir pula Ishaq dari Sarah. Sebagaimana
yang tertuang dalam al Qur’an surat Ibrahim ayat 39.
Ketika seorang putra Ibrahim telah mencapai usia dewasa.
Allah hendak menguji kesetiaan Ibrahim terhadap perintah-
perintahNya melalui sebuah mimpi tentang penyembelihan anak.
16 Nurkholis Madjid dan Budi Munawar Rachman, Al Qur’an dan Tradisi
Ibrahim, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Akar dan Awal, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van
Hoeve, tt), hal. 184
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
Keimanan Ibrahim yang berhasil melaksanakan ujian-ujian
sebelumnya sama sekali tidak berubah ketika menerima perintah ini.
Ibrahim mengajak putranya pergi untuk melaksanakan perintah
Allah, dia tidak sedikitpun mengeluh atau meminta keringanan dari
Allah tentang perintah ini melainkan melaksanakan sebagaimana
yang diperintahkan. Ketika Ibrahim membaringkan sang anak untuk
perintah Allah, dia terlebih dahulu meminta tanggapan dan
persetujuan dari sang anak. Ibrahim berkata, "Wahai anakku,
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. maka sampaikanlah apa pendapatmu!" putranya
menjawab, "wahai ayahku, laksanakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; dengan perkenan Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar." di saat putranya telah merelakan
diri dan Ibrahim bersiap mengulurkan tangan untuk menyembelih
putranya, seketika Allah memanggil Ibrahim supaya menahan
tangannya, sebab tindakan ini membuktikan bahwa Ibrahim bersedia
melaksanakan apapun untuk Allah sebagai hamba yang berbakti dan
benar-benar terpercaya bagi Allah. Ibrahim pun mendapati seekor
domba besar sebagai kurban pengganti putranya.
Nabi Ibrahim merupakan sosok teladan utama bagi umat
Islam dalam hal keimanan, pengabdian dan ketauhidan pada Allah
SWT. Nabi Muhammad juga mendapat anjuran melalui Firman
Allah untuk mengikuti pribadi Ibrahim, hal ini dijelaskan dalam al
Qur’an.
4. PEMIKIRAN NABI IBROHIM TENTANG SANG
PENCIPTA ADALAH SEBUAH FILSAFAT
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
Thales disebut sebagai bapak filsafat Yunani kuno. Beberapa
refrensi menjelaskan bahwa Thales tidak menulis sendiri ide-ide
pemikirannya tetapi Aristoleleslah yang menulis dan membukukan
semua pemikiran sang Guru. Aristoteles menjelaskan kenapa
kemudian Thales disebut sebagai bapak filsafat Yunani Kuno karena
pada masa itu hanya baru Thales orang pertama yang berfikir secara
mendetail untuk mencari hakekat kehidupan dibumi, asal mula
terjadinya alam semesta. Dalam pemikirannya tentang asal mula
terjadinya alam semesta, thales mendapatkan kesimpulan bahwa
AIR lah asal segala sesuatu dan menjadi air pula akhir segala
sesuatu kehidupan dibumi. Argument rasional yang dijadikan
landasan berfikir atau dasar pemikiran Thales adalah bahwa tumbuh
tumbuhan, binatang, lahir ditempat yang lembab. Bakteri-bakteri
hidup dan berkembang ditempat yang lembab, bakteri makan dari
sesuatu yang lembab dan kelembaban berasal dari air. Bahkan
tanahpun mengandung air.
Sikap berfikir rasional yang dimiliki Thales dipengaruhi oleh
pengetahuannya yang dia peroleh dari perkembangan ilmu ilmu
pengetahuan di Timur Kuno, seperti Ilmu Ukur, Ilmu Hitung, dan
Astronomi dari bangsa mesir dan Babilonia.17
Akan tetapi belum
ditemukan keterangan tentang siapa saja guru Thales ketika dia
menimba ilmu di Mesir dan Babilonia namun hal ini dapat menjadi
data dan merupakan suatu bukti bahwa perkembangan filsafat di
Yunani berakar dari Babilonia18
tempat dimana Nabi Ibrahim lahir
17 Roger Garaudi, Janji- Janji Islam, terjemahan H.M.Rasyidi, (Jakarta: Bulan
Bintang, tt), hal. 11-47
18 Babilonia adalah suatu negri di lembah Irak yang disebut Babil yang berasal
dari bahasa Semantik Bab El artinya pintu Allah. Nabi Ibrahim AS lahir dan mengenal
Tuhannya adalah Allah di negeri tersebut
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
dan mengenal Tuhannya, serta Mesir tempat dimana Nabi Ibrahim
pernah tinggal, seperti yang sudah dijelaskan dimuka.
Pemikiran yang dilakukan Thales dalam pencarian hakekat
hidup hanya berhenti pada air. Tetapi tidak demikian dengan nabi
Ibrahim. Nabi Ibrahim hidup jauh sebelum Thales Hidup kurang
lebih 1500 th sebelum Thales, sudah melakukan Pemikiran,
pencarian terhadap asal muasal kehidupan. Bedanya adalah kalau
Thales menggunakan kata dari mana asal mula terjadinya alam
semesta, sedangkan Nabi Ibrahim dalam proses berfikirnya tidak
berhenti pada dari mana asal mula terjadinya tetapi lebih jauh lagi
sampai pada penggunakan kata siapa yang menjadikan alam
semesta.
Nabi Ibrahim memikirkan tentang asal mula terjadinya alam
semesta, mencari hakekat hidup, dari mana asal mula kehidupan,
siapa penciptanya, mendapatkan kesimpulan bahwa yang
menciptakan alam semesta adalah Dzat yang tak terhingga.
Argument rasional yang dijadikan landasan berfikir atau dasar
pemikiran nabi Ibrahim adalah dari kejadian yang setiap hari dia
lihat. Dia sering mendapati ayahnya membuat dan meletakkan
makanan di depan patung-patung, lalu dia bertanya perilaku sang
ayah.19
Ibrahim bertanya tentang Siapa itu Tuhan, hingga Semasa
remaja Ibrahim masih sering bertanya kepada ayahnya tentang
apakah itu Tuhan.
Apakah patung itu Tuhan? "sekiranya kayu itu memang
sembahan, bukankah api dapat menghanguskan kayu, sekalipun api
19
Pada zaman Ibrahim, kebanyakan rakyat di Mesopotamia beragama
Politeisme yaitu menyembah lebih dari satu dewa dan membuat patung sebagai simbol
dari dewa-dewa tersebut.
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
disebut sembahan, maka air dapat memadamkan dan melenyapkan
api, meskipun air disebut sebagai sembahan, maka air akan lenyap
diserap oleh tanah, sekalipun tanah disebut sebagai sembahan, maka
matahari mengeringkan tanah dan menjadikannya tandus. sekalipun
matahari yang bersinar teran, tidaklah layak dianggap sembahan,
sebab ia akan kehilangan cahaya karena awan bergumpal-gumpal
dan lenyap dalam kegelapan malam dengan sinar bulan dan bintang-
bintang. awan-awan dan malam pun tidak pantas dianggap sebagai
sembahan sebab apakah sembahan hanya hadir dalam waktu tertentu
dan menghilang dalam waktu tertentu, sementara umat manusia yang
menyembah dan segala makhluk di bumi selalu hidup dan hadir
setiap waktu? Bukankah Yang Menciptakan langit, bumi dan segala
yang diantara keduanya adalah Tuhan yang sebenarnya. sekiranya
kamu mau merenungkan.
Inilah proses berfikir Nabi Ibrahim yang dapat kita masukkan
pada ranah filsafat. Sedangkan pengenalan Nabi Ibrahim terhadap
Tuhan itu adalah Allah itulah wahyu. Setelah proses berfikirnya
mentok, berhenti pada bahwa asal mula terjadinya kehidupan ini dari
Dzat yang disebut Tuhan, yang oleh Nya bintang, bulan, matahari
dan seluruh isi jagad raya ini diciptakan. Sembahan yang patut
disembah adalah Tuhan yang sebenarnya. Yang berasal dariNya api,
air tanah bumi dan segala isinya. Setelah proses berfikir itu
dilakukan oleh Ibrahim maka hadirlah wahyu yang memperkenalkan
bahwa Dzat yang disebut Tuhan yang sesungguhnya itu adalah Allah
SWT.
Berfikir tentang asal muasal sesuatu sehingga mencapai
kesimpulan adanya kekuatan yang biasa disebut Causa Prima
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
merupakan ranah filasat. Untuk menemukan siapakah sang causa
prima maka disinilah peran wahyu.
Maka dengan demikian Nabi Ibrahimlah dalam hal ini yang
patut disebut sebagai bapak filsafat, karena beliaulah orang pertama
kali yang memikirkan tentang causa prima dan kemudian diberi
wahyu oleh Allah SWT. Sehingga dari beliaulah cikal bakal ketiga
agama samawi didunia, yaitu yahudi Kristen dan islam. Tradisi
Monoteistik, Yahudi, Kristen dan Islam berasal dari nabi Ibrahim AS
pada abad ke 19 SM.20
C. KESIMPULAN
Dari paparan diatas ditarik beberapa kesimpulan bahwa sejarah
filsafat yunani diawalai oleh Thales yang berupaya mencurahkan
fikiran untuk mencari asal muasal kehidupan dibumi dengan
menggunankan Rasio dan menjauhkan dari mitos dan Takhayul. Sikap
berfikir rasional yang dimiliki Thales ini dipengaruhi oleh
pengetahuannya yang dia peroleh dari perkembangan ilmu ilmu
pengetahuan di Timur Kuno yaitu bangsa mesir dan Babilonia. hal ini
merupakan suatu bukti bahwa perkembangan filsafat di Yunani
berakar dari Babilonia dan Mesir.
Nabi Ibrahim memikirkan tentang asal mula terjadinya alam
semesta, mencari hakekat hidup, dari mana asal mula kehidupan, siapa
penciptanya, mendapatkan kesimpulan bahwa yang menciptakan
alam semesta adalah Dzat yang tak terhingga. Inilah proses berfikir
20
Kautsar Azhari Noer, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Jilid 1 Akar dan
Awal :Tradisi Monoteistik, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, , tt) hal. 39
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
Nabi Ibrahim yang dapat kita masukkan pada ranah filsafat.
Sedangkan pengenalan Nabi Ibrahim terhadap Tuhan itu adalah Allah
itulah wahyu.
Berfikir tentang asal muasal sesuatu sehingga mencapai
kesimpulan adanya kekuatan yangtak terhingga, dalam bahasa filsafat
biasa disebut Causa Prima merupakan ranah filasat. sedangkan untuk
menemukan siapakah sang causa prima itu maka disinilah peran
wahyu.
DAFTAR PUSTAKA
Al Hafidz Ibnu Katsir, Al Bidayah wa An Nihayah, al Qohiroh:
Darul Hadits 2004
Juhaya S.Praja, Aliran – Aliran Filsafat dan Etika, Bogor:
Kencana, 2003
Sutardjo A. Wiramiharja, Pengantar Filsafat; Sistematika Filsafat,
Sejarah Filsafat, Logika dan Filsafat Ilmu (Epistimologi) Metafisika dan
Filsafat Manusia, Bandung: Refika Aditama, 2006,
Kasyf el Fikr Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
Juhaya S.Praja, Aliran – Aliran Filsafat dan Etika, Jakarta :
Prenada Media, 2003
http://id.wikipedia.org//wiki/ibrahim
Nurkholis Madjid dan Budi Munawar Rachman, Al Qur’an dan
Tradisi Ibrahim, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Akar dan Awal, Jakarta
: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, tt
Roger Garaudi, Janji- Janji Islam, terjemahan H.M.Rasyidi,
Jakarta : Bulan Bintang, tt,
Kautsar Azhari Noer, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Jilid 1
Akar dan Awal :Tradisi Monoteistik, Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve,
tt
Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, Bumi Aksara, cet.6, 2005
Syamsul Arifin dan Ajang budiman, Jakarta: Pengantar Filsafat
(Pendekatan Sistematis), Malang: UMM Press, 2004
Moh. Syaifuddin, dkk, Perspektif dan Orientasi Filsafat (Analisis
Ilmu Pendidikan, Agama dan Moralitas), Yogyakarta: IDEA Press, 2015