Christopher Rico A, Lutfie
KERATITIS DAN ULKUS KORNEA
SKDI
Anatomy & Histology Kornea
Vaughan, Asbury. Lensa. Oftalmologi Umum. Ed 17. Jakarta : EGC; 2010. p 125-35Kanski JJ. Clinical Ophtalmology: a systematic approach 7th ed. USA: Elsevier. 2011.
3 Knski JJ. Clinical Ophtalmology: a systematic approach 7th ed. USA: Elsevier. 2011.
Membran ProtektifMedia refraktif “Jendela Cahaya”
Transparansi Kornealamela kornea, sifat avaskular, serta keadaan
dehidrasi relatif (70%)
Fisiologi Kornea
EpiteliumEndotelium
Vaughan, Asbury. Lensa. Oftalmologi Umum. Ed 17. Jakarta : EGC; 2010. p 125-35
• Zat terlarut, misalnya glukosa• Difusi sederhana• Difusi dari kapiler
perilimbal• Tranpor aktif dari
aqueous humor• Oksigen
• Udara Lapisan air mata Sumber
Energi
• Aerobik glikolisis + HMP shunt
• Anaerobik
Metabolisme
Metabolisme Kornea
Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. New Delhi: New Age International; 2007. p. 89-126.
Sensitivitas kornea Nyeri
Pengeluaran air mata (epifora)
Penutupan mata
involunter (blefarospas
me)
Sistem Proteksi Kornea
Lang GK, Ophhalmology. Stuttgart: Thieme; 2000.p.117-41.
Kerusakan Epitel
Faktor predisposi
si lain
Pertumbuhan mikroorganis
me
Resistensi Kornea terhadap Infeksi
Blefaritis, mata kering, lensa kontak, lagoftalmus, neuroparalitik, trauma, kortikosteroid
Vaughan, Asbury. Lensa. Oftalmologi Umum. Ed 17. Jakarta : EGC; 2010. p 125-35.
Anamnesis (Gejala)• Faktor predisposisi (Riwayat trauma, penyakit kornea
sebelumnya, imunodefisiensi)• Gangguan medium refraksi penglihatan kabur• Stimulasi ujung saraf Nyeri• Fotofobia
Pemeriksaan (Tanda)• Transparansi scar / infiltrat• Fluorescein / Rose bengal• Topografi Placido / videokeratoskopi• Sensitivitas kornea• Densitas epitelium• Ukuran kornea
Pemeriksaan Penyakit Kornea
Vaughan, Asbury. Lensa. Oftalmologi Umum. Ed 17. Jakarta : EGC; 2010. p 125-35.Lang GK, Ophhalmology. Stuttgart: Thieme; 2000.p.117-41.
SpesimenKerokan KorneaLensa Kontak/cairan lensa kontak
TeknikPewarnaan Giemsa dan GramKulturPCR
Pemeriksaan Laboratorium
Inflamasi pada kornea yang karateristikan dengan edema kornea, infiltrasi seluler, dan kongesti siliarUlkus kornea terlokalisasiUlkus kornea perforasiUlkus kornea terkelupas
KERATITIS
Berdasarkan Jaringan yang
terkena
Keratitis Epitelial
Keratitis Subepitelial
Keratitis Stroma
Keratitis Endotelial
Vaughan, Asbury. Lensa. Oftalmologi Umum. Ed 17. Jakarta : EGC; 2010. p 125-35.
Berdasarkan topografi
Keratitis ulseratif
Lokasi
Purulensi
Hipopion
Kedalaman
Pengelupasan
Keratitis non
ulseratif
Superfisial
Dalam
Klasifikasi Keratitis
Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. New Delhi: New Age International; 2007. p. 89-126.
Berdasarkan etiologi
Keratitis infektif
Bakteri
Viral
Fungal
Protozoal
Lain - lain
Keratitis alergik
Phlyctenular
Vernal
Atopik
Keratitis trofik
Pajanan
Neuroparalitik
Keratitis lain
Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. New Delhi: New Age International; 2007. p. 89-126.
Keratitis SuperfisialErosi epitel pungtata. Keratitis epitel
pungtata.Infiltrat subepitelial.Keratitis pungtata
superfisialis.Filamen.Edema epitel.Neovaskularisasi
superfisial.Pannus
Kanski JJ. Clinical Ophtalmology: a systematic approach 7th ed. USA: Elsevier. 2011..
Keratitis DalamInfiltrat
Infektif / SupuratifSteril / Non supuratif
UlserasiVaskularisasiDeposisi lemakLipatan pada membran
DescemetDescemetoceleKerusakan membran
Descemet
Kanski JJ. Clinical Ophtalmology: a systematic approach 7th ed. USA: Elsevier. 2011..
Kontrol infeksi dan inflamasi
• Agen antimikrobial sesuai etiologi
• Agen imunosupresif pada kasus autoimun
Promosi penyembuhan
epitel• Reduksi pajanan
pada obat toksik• Lubrikasi air
mata buatan / salep
• Penutupan kelopak mata
• Perekat jaringan
Tatalaksana Umum
Kanski JJ. Clinical Ophtalmology: a systematic approach 7th ed. USA: Elsevier. 2011..
Keratitis Bakterial
Infeksi bakteri
al
Invasi langsung
Kerusakan
epiteliumSumber infeksi• Eksogen• Endogen
Staphylococcus aureus, Pseudomonas pyocyanea, Streptococcus pneumoniae, E. Coli, Proteus, Klebsiella, N.gonorrhoea,
N.meningitidis, dan C.diphtheriaeVirulensi, toksin, enzim, respons
hostKhurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. New Delhi: New Age International; 2007. p. 89-126.
Gejala dan Tanda Keratitis Bakterial
GejalaNyeriSensasi benda asingHiperlakrimasiFotofobiaPandangan buramMata merah
TandaDefek epitel + infiltrat perluasan defek edema stromal lipatan membran Descemet hipopion / descemetocele
Area putih kekuningan, bentuk oval atau iregular, batas ulkus membengkak dan terangkat, basis ulkus tertutup jaringan nekrotik, edema stroma di sekitarnya
Kanski JJ. Clinical Ophtalmology: a systematic approach 7th ed. USA: Elsevier. 2011..
HipopionDifusi toksin
Pergerakan masif leukosit
Pengumpulan + Gravitasi
Hipopion
Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. New Delhi: New Age International; 2007. p. 89-126.
Pemeriksaan Penunjang Keratitis Bakterial
Laboratorium rutinHb, leukosit, hitung
jenis, LEDPemeriksaan
mikrobiologiAnestesi lokal
Kerokan pada basis dan batas ulkus kornea pemeriksaan Gram dan Giemsa + kultur
Kanski JJ. Clinical Ophtalmology: a systematic approach 7th ed. USA: Elsevier. 2011..
•Terapi inisial antibiotik topikal: Gentamycin 14 mg/ml / tobramisin + sefazolin (50 mg/ml)
•Hasil kultur + sensitivitas sesuaikanTerapi spesifik
•Siklopegik: atropin 1% mengurangi nyeri / spasme, mencegah sinekia posterior, meningkatkan suplai darah pada uvea anterior
•Analgesik dan Anti inflamasi: Parasetamol / Ibuprofen•Vitamin: A, B kompleks, C membantu penyembuhan
Terapi suportif
•Kompres hangat vasodilatasi, mengurangi nyeri•Kacamata hitam mencegah fotofobia•Tirah baringTatalaksa
na tambahan
Tatalaksana Keratitis Bakterial
Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. New Delhi: New Age International; 2007. p. 89-126.American Academy of Ophthalmology. Bacterial Keratitis. San Fransisco: AAO; p.2-22.
Pilihan Terapi sesuai Etiologi
Vaughan, Asbury. Lensa. Oftalmologi Umum. Ed 17. Jakarta : EGC; 2010. p 125-35.American Academy of Ophthalmology. Bacterial Keratitis. San Fransisco: AAO; p.2-22.
Mengatasi etiologi penyebab lainnyaDebridementBandage soft contact lensPerekat jaringanKeratoplasti terapeutik penetratif
Tatalaksana Lanjutan
Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. New Delhi: New Age International; 2007. p. 89-126.
Keratitis Jamur
Infeksi
Jamur
Antibiotik + steroid
Sumber infeksi• Trauma mata akibat bagian dari tumbuhan
• Faktor predisposisi
Jamur berfilamen:Aspergillus, Fusarium, Alternaaria, Cephalosporium, Curvularia, dan
PenicilliumJamur beragi:
Candida dan CryptococcusEnzim proteolitik, mycotoxin, proliferasi filamen fungi
Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. New Delhi: New Age International; 2007. p. 89-126.
Ulkus terlihat kering, putih kelabu, batasnya terelevasi ke luar.
Gambaran ekstensi seperti jari.Infiltrat supuratif berwarna putih kekuningan
pada infeksi Candida.Infiltrat cincin berwarna kekuningan, bila
terdapat interaksi dengan antibodi pejamu.Lesi satelit kecil dan banyak di sekitar area
luka.Hipopion besar.
Ulkus Jamur / Mikotik
Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. New Delhi: New Age International; 2007. p. 89-126.
Diagnosis:Anamnesis
Riwayat trauma pada bagian tanaman
Perburukan ulkus kronik setelah terapi adekuat
Karakteristik ulkusPemeriksaan penunjang
Kerokan kornea dengan KOH 10% Non Candida hifa Candida pseudohifa /
ragiPewarnaan Calcoflour
WhiteKultur pada agar
Saboraud
Lang GK, Ophhalmology. Stuttgart: Thieme; 2000.p.117-41.
•Tetes mata antifungal: natamisin 5%, flukonazol 0,2% selama 6 – 8 minggu, salep mata nistatin 3,5%
•Obat sistemik: flukonazole / ketoconazole 2 – 3 minggu
Terapi spesifik
•Rawat inapTerapi suportif
•Keratoplasti penetrasi terapeutik bila tidak responsif
Tatalaksana
tambahan
Tatalaksana Keratitis Jamur
Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. New Delhi: New Age International; 2007. p. 89-126.
Keratitis Herpes SimplexSelf Limited pada Imunokompeten (+ 3
minggu)Prolonged pada Non-imunokompeten
Infeksi PrimerKanak-kanak (>6 bulan)Droplet, Inokulasi langsungInfeksi sistemik subklinis (demam sedang,
malaise, dan gejala traktur respiratori bagian atas)
Blepahiritis dan konjungtivitis folikular Asiklovir TopikalMenetap di ganglion trigeminum
Keratitis Viral
•Vaughan, Asbury. Lensa. Oftalmologi Umum. Ed 17. Jakarta : EGC; 2010. p 125-35.•Kanski JJ. Clinical Ophtalmology: a systematic approach 7th ed. USA: Elsevier. 2011.
Infeksi Rekurensikemerahan, berair, iritasi, fotofobia dan mild
discomfort, dan gangguan penglihatan (blurred vision)
anestesi korneaLesi blotchy ephitelial keratitis, stellate
epthelial keratitis, dan filamentery keratitis Lesi Dendritik Tipikal
Keratitis diskiformis
•Vaughan, Asbury. Lensa. Oftalmologi Umum. Ed 17. Jakarta : EGC; 2010. p 125-35.•Kanski JJ. Clinical Ophtalmology: a systematic approach 7th ed. USA: Elsevier. 2011.
Primer (varicella) dan rekurens (zooster). Umumnya 60-70 tahunkeratouveitis , erupsi kulit cabang nervus
nasociliariskeratitis neurotopik Lesi epitelnya berbercak dan amorf, sesekali
terlihat pseudodendrit
Herpes Zooster Keratitis
•Vaughan, Asbury. Lensa. Oftalmologi Umum. Ed 17. Jakarta : EGC; 2010. p 125-35.•Kanski JJ. Clinical Ophtalmology: a systematic approach 7th ed. USA: Elsevier. 2011.
Debridement spons selulose steril
Terapi obatAntivirus TopikalAntivirus oral ,Acyclovir oral (5x400mg/hari)
Terapi bedahKeratoplasti penetrans
Pengendalian pemicu HSV rekurensi
Terapi
•Vaughan, Asbury. Lensa. Oftalmologi Umum. Ed 17. Jakarta : EGC; 2010. p 125-35.•Kanski JJ. Clinical Ophtalmology: a systematic approach 7th ed. USA: Elsevier. 2011.
Asiklovir 5X800 mg /hari lima kali sehari untuk 10-14 hari
Valasiklovir 3x1 g/hari selama 7-10 hariFamsiklovir 500 mg per 8 jam selama 7-10
hari.Dimulai <72 jam setelah timbulnya rash
mengurangi tingkat keparahan dari episode akut dan resiko postherpetic neuralgia
Terapi
•Vaughan, Asbury. Lensa. Oftalmologi Umum. Ed 17. Jakarta : EGC; 2010. p 125-35.•Kanski JJ. Clinical Ophtalmology: a systematic approach 7th ed. USA: Elsevier. 2011.
Penggunaan lensa kontak yang dipakai semalaman atau pada individu memakai lensa kontak setelah terpapar air atau tanah yang tercemar.
Rasa nyeri, kemerahan, dan fotofobiaLesi berupa ulkus kornea indolen, cincin
stroma, dan infiltrat perineural, atau hanya perubahan-perubahan yang terbatas pada epitel kornea.
InvestigasiPewarnaan, kultur, PCR
Keratitis Acanthamoeba
•Vaughan, Asbury. Lensa. Oftalmologi Umum. Ed 17. Jakarta : EGC; 2010. p 125-35.•Kanski JJ. Clinical Ophtalmology: a systematic approach 7th ed. USA: Elsevier. 2011.
Terapi dapat dilakukan dengan debridemen. Terapi dengan obat isethionate propamidine topikal (larutan 1 %)
dan polyhexamethylene biguanide (larutan 0,01-0,02%) dan tetes mata neomycin forte.
keratoplasti pada penyakit yang telah lanjut.
Terapi
•Vaughan, Asbury. Lensa. Oftalmologi Umum. Ed 17. Jakarta : EGC; 2010. p 125-35.•Kanski JJ. Clinical Ophtalmology: a systematic approach 7th ed. USA: Elsevier. 2011.
Berdasarkan etiologi
Keratitis infektif
Bakteri
Viral
Fungal
Protozoal
Lain - lain
Keratitis alergik
Phlyctenular
Vernal
Atopik
Keratitis trofik
Pajanan
Neuroparalitik
Keratitis lain
Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. New Delhi: New Age International; 2007. p. 89-126.
Phlyctenular KeratoconjuntivitisHipersensitivitasi tipe 4akumulasi lokal limfosit, monosit, makrofag, dan neutrofilbilateral, sikatrik dan vaskularisasiTanpa terapi 10-14 hari, dengan terapi kortikosteroid 1-2 hariAlergen Penyebab: 2
Pretein tuberkulosaProtein stafilokokusAlergen lain, Moraxella Axenfeld dan parasit tertentu.
Faktor Predisposisi:2
Usia, 3-15 tahunJenis Kelamin, wanitaKurang giziKondisi lingkungan, padat dan tidak higienisMusim musim semi dan panas
Keratitis Alergi
Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. New Delhi: New Age International; 2007. p. 89-126.
Keratitis vernal4
Bilateral, interstisial, self-limiting Periodik Panas (burning) dan garal yang tidak dapat di toleransi dan meningkat
pada atmosfir yang panas dan lembab Fotofobia ringan, lakrimasi, dan kelopak mata yang berat. Alergen eksogen, seperti sebuk sari. Dimediasi Ig-E berperan penting. Riwayat atopik lainnya perlu
ditanyakan. Faktor predisposisi:
Umur 4-20 tahun Jenis kelamin Laki-laki warm weather conjunctivitis/ spring catarhh
Terapi Steroid topikal, oral observasi TIO Stabilisasi sel mast (sodium cromoglycate 2% 4-5 drops/hari) Anti histamin topikal
Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. New Delhi: New Age International; 2007. p. 89-126.
Keratitis Atopikdewasa dari keratokonjungtivitis vernalgatal, sakit, sensasi kering, discharge mukoid,
fotofobia, pandangan buramPada pemeriksaan
Inflamasi kronis di batas posterior berbentuk bulat di batas kelopak mata.
Konjungtiva tarsal penampakan seperti susu dan terdapat papila halus, hiperemia, dan jaringan parut yang mengkisut.
Kornea dapat terlihat keratitis epitelial pungtata, vaskularisasi kornea, penipisan, dan plak.
Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. New Delhi: New Age International; 2007. p. 89-126.
Berdasarkan etiologi
Keratitis infektif
Bakteri
Viral
Fungal
Protozoal
Lain - lain
Keratitis alergik
Phlyctenular
Vernal
Atopik
Keratitis trofik
Pajanan
Neuroparalitik
Keratitis lain
Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. New Delhi: New Age International; 2007. p. 89-126.
Interupsi dari saraf sensorik trigeminus yang menyuplai kornea. Kehilangan sensitivitasnya terhadap simulasi kedipEtiologi
Kongenital Didapat
Setelah blok alkohol atau elektrokoagulasi ganglion Gasseria atau seksio akar sensorik saraf trigeminus karena neuralgia trigeminus
Neoplasma yang menekan ganglion Gasserian Destruksi ganglion Gasserian karena infeksi akut pada herpers zoster oftalmikus Infeksi akut ganglion gasserian karena virus herpes simplex Neuropati sifilitik Progresi dari morbus hansen Trauma pada ganglion Gasserian
Gambaran khasnya tidak terdapat nyeri, tidak ada lakrimasi, dan hilangnya seluruh sekresi kornea
Kongesti silier, kornea kusam, erosi epitel di area intra-palpebra diikuti oleh ulserasi karena eksfoliasi epitel kornea
Keratitis neuroparalisis
•Vaughan, Asbury. Lensa. Oftalmologi Umum. Ed 17. Jakarta : EGC; 2010. p 125-35.•Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. New Delhi: New Age International; 2007. p. 89-126.
TerapiArtificial tear drops dan lubricant ointment
untuk menjaga agar kornea tetapi lembabsalep mata antibiotik dan atropin dan dipasang
penutup mata
•Vaughan, Asbury. Lensa. Oftalmologi Umum. Ed 17. Jakarta : EGC; 2010. p 125-35..•Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. New Delhi: New Age International; 2007. p. 89-126.
Keratitis PajananFaktor predisposisi:
proptosis ekstrim, neuroparalitik, penurunan tonus otot pada koma dalam tanpa penutupan kelopak mata, lagoftalmus
Faktor predisposisi mengeringnya epitel kornea desikasi invasi
Tatalaksana: Air mata buatan / salepPenutupan kelopak mata
Kanski JJ. Clinical Ophtalmology: a systematic approach 7th ed. USA: Elsevier. 2011..
Keratitis terkait penyakit kulit dan membran mukosa keratitis rosacea
Keratitis pada penyakit kolagen / vaskular sistemik SLE, poliartritis nodosa, Wegener’s granulomatosis
Idiopatik Ulkus Mooren Keratitis ulserasi perifer inflamatori berat Etiologi idiopatik: degenerasi, iskemia vaskulitis,
autoimun, enzimatik Ulkus “rodent” mulai dari batas kornea secara
sirkumferensial + vaskularisasi
Keratitis Lain
Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. New Delhi: New Age International; 2007. p. 89-126.
TERIMA KASIH