+ All Categories
Home > Documents > Kesalahan Bentuk dan Pilihan Kata dalam Penggunaan Bahasa ...

Kesalahan Bentuk dan Pilihan Kata dalam Penggunaan Bahasa ...

Date post: 02-Nov-2021
Category:
Upload: others
View: 20 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
16
Kesalahan Bentuk dan Pilihan Kata dalam Penggunaan Bahasa Indonesia di Ruang Publik di Provinsi Lampung (The Errors of Word Form and Dictions in The Use of Indonesian in Public Spaces in Lampung Province) Kiki Zakiah Nur Kantor Bahasa Lampung Jalan Beringin II No. 40 Kompleks Kantor Gubernur, Telukbetung, Bandarlampung Telepon (0721) 486408, ponsel 082183815323, Pos-el [email protected] Diajukan: 7 Agustus 2019, direvisi: 25 November 2019 Abstract This paper discusses research on form errors and choice of words in the use of Indonesian in public spaces in the area of Lampung Province. The purpose of this study is to find and describe the types of errors in form and choice of words in Indonesian in public spaces. In this research, the method used is descriptive qualitative. From the results of the analysis, it was found that the errors in the form of words in the form of mistakes in words that are prefix affixes that are written separately from the words that follow it and the initial letters of the word should be cured when the prefix starts, but not written; miscible words in the form of combined words that should be written separately, but written concurrently; and the error of the bound form in the form of bound which is written separately from the words that follow it. Meanwhile, the choice of words found in the form of an incorrect choice of words, ie words that are not in accordance with their meaning; non-standard choice of words; and waste of words, i.e. use of two or more words that contain the same meaning. Keywords: form of words, dictions, language of public space Abstrak Makalah ini membahas penelitian mengenai kesalahan bentuk dan pilihan kata dalam penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik di wilayah Provinsi Lampung. Tujuan penelitian ini adalah menemukan serta mendeskripsikan jenis kesalahan bentuk dan pilihan kata pada bahasa Indonesia di rua ng publik. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Dari hasil analisis ditemukan kesalahan-kesalahan bentuk kata berupa kesalahan kata berimbuhan, yakni bentuk imbuhan a walan yang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya serta huruf awal kata seharusnya diluluhkan ketika mendapat awalan meng-, tetapi tidak diluluhkan; kesalahan gabungan kata berupa gabungan kata yang seharusnya ditulis terpisah, tetapi ditulis serangkai; serta kesalahan bentuk terikat berupa bentuk terikat yang ditulis secara terpisah dari kata yang mengikutinya. Sementara itu, kesala han pili han ka ta yang ditemukan berupa pilihan kata yang tidak tepat, yakni kata yang tidak sesuai dengan maknanya; pilihan kata yang tidak baku; serta pemborosan kata, yakni digunakannya dua atau lebih kata yang mengandung makna yang sama. Kata kunci : bentuk kata, pilihan kata, ruang publik
Transcript
Page 1: Kesalahan Bentuk dan Pilihan Kata dalam Penggunaan Bahasa ...

Kesalahan Bentuk dan Pilihan Kata dalam Penggunaan Bahasa Indonesia di Ruang Publik

di Provinsi Lampung

(The Errors of Word Form and Dictions in The Use of Indonesian in Public Spaces in Lampung Province)

Kiki Zakiah Nur

Kantor Bahasa Lampung

Jalan Beringin II No. 40 Kompleks Kantor Gubernur, Telukbetung, Bandarlampung Telepon (0721) 486408, ponsel 082183815323, Pos-el [email protected]

Diajukan: 7 Agustus 2019, direvisi: 25 November 2019

Abstract This paper discusses research on form errors and choice of words in the use of Indones ian in

public spaces in the area of Lampung Province. The purpose of this study is to find and describe the types

of errors in form and choice of words in Indonesian in public spaces. In this research, the method used is

descriptive qualitative. From the results of the analysis, it was found that the errors in the form of words

in the form of mistakes in words that are prefix affixes that are written separately from the words that

follow it and the initial letters of the word should be cured when the prefix starts, but not written;

miscible words in the form of combined words that should be written separately, but written

concurrently; and the error of the bound form in the form of bound which is written separately from the

words that follow it. Meanwhile, the choice of words found in the form of an incorrect choice of words, ie

words that are not in accordance with their meaning; non-standard choice of words; and waste of words,

i.e. use of two or more words that contain the same meaning.

Keywords: form of words, dictions, language of public space

Abstrak Makalah ini membahas penelitian mengenai kesalahan bentuk da n pi l ihan kata dalam penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik di wilayah Provinsi Lampung. Tujuan penelitian ini adalah menemukan serta mendeskripsikan jenis kesalahan bentuk dan pilihan kata pada bahasa Indonesia di rua ng publik. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Dari hasil analisis di temukan kesalahan-kesalahan bentuk kata berupa kesalahan kata berimbuhan, yakni bentuk imbuhan a walan yang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya serta huruf awal kata seharusnya di luluhkan ketika mendapat awalan meng-, tetapi tidak diluluhkan; kesalahan gabungan kata berupa gabungan kata yang seharusnya ditulis terpisah, tetapi ditulis serangkai; serta kesalahan bentuk terikat berupa bentuk terikat yang ditulis secara terpisah dari kata yang mengikutinya. Sementara itu, kesala han pi l i han ka ta yang ditemukan berupa pilihan kata yang tidak tepat, yakni kata yang tidak sesuai dengan maknanya; pi l ihan kata yang tidak baku; serta pemborosan kata, yakni digunakannya dua atau lebih kata yang mengandung makna yang sama. Kata kunci: bentuk kata, pilihan kata, ruang publik

Page 2: Kesalahan Bentuk dan Pilihan Kata dalam Penggunaan Bahasa ...

Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 259—274

260

1. Pendahuluan Bahasa Indonesia memiliki

kedudukan sebagai bahasa negara. Hal ini telah ditetapkan di dalam UUD 1945 yang berbunyi bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (2017:1). Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia harus digunakan oleh semua warga negara Indonesia dengan baik dan benar. Oleh karena itu, sebagai warga negara Indonesia, kita harus terus berupaya membina diri dan meningkatkan kemampuan kita dalam berbahasa Indonesia, baik lisan maupun tulisan. Penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar bukan hanya kewajiban masyarakat sebagai pribadi dan warga masyarakat, tetapi juga kewajiban lembaga-lembaga ruang publik, baik pemerintah maupun swasta. Dalam hal ini, lembaga-lembaga tersebut harus menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar pada papan-papan nama serta papan informasi lainnya yang terdapat di lingkungan lembaga tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah telah mengaturnya di dalam Undang-Undang Nomor 24 tahun 2009 tentang bendera, bahasa, dan lambang negara serta lagu kebangsaan yang terdapat pada pasal 36 s.d.38. Ruang publik, sebagai tempat atau sarana umum, seharusnya tidak hanya menjadi tempat berkumpul atau bertemunya masyarakat, tetapi juga dapat menjadi contoh bagi masyarakat mengenai penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Akan tetapi, faktanya ternyata berbeda. Bahasa Indonesia tampaknya belum menjadi primadona di ruang-ruang publik. Hal ini dapat dilihat dengan maraknya unsur bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, yang digunakan di dalam

papan-papan nama, petunjuk umum, papan informasi, reklame, kain rentang, dan papan-papan informasi lainnya. Selain itu, masih banyak tulisan berbahasa Indonesia yang tidak memenuhi kaidah-kaidahnya, baik ejaan, bentuk dan pilihan kata, serta kalimat. Kondisi yang demikian dikhawatirkan akan mengancam keberadaan bahasa Indonesia. Bahkan, bukan tidak mungkin bahwa lama-kelamaan bahasa Indonesia akan menjadi punah dan terasing di negerinya sendiri. Padahal, sejatinya, bahasa Indonesia yang digunakan di ruang publik harus memenuhi unsur kaidah atau aturan yang berlaku. Ini menunjukkan bahwa bahasa Indonesia di ruang publik harus memenuhi unsur kebakuan yang mencakup kaidah ejaan, pembentukan kata, pemilihan kata, serta kalimat. Sugono dalam Yayuk (2019) menjelaskan bahwa kriteria yang harus dipenuhi di dalam bahasa baku adalah tata bunyi, ejaan, kosakata, istilah, tata bahasa, dan makna. Sementara itu, Moeliono dalam Yayuk (2019) menjelaskan bahwa wujud bahasa baku, di antaranya, adalah penggunaan kata yang mengikuti kaidah pembentukan kata bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah morfologinya. Penggunaan bahasa Indonesia yang baku di ruang-ruang publik menjadikan bahwa fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara tepat guna (Yayuk:2019). Yayuk juga menjelaskan bahwa jika bahasa Indonesia yang digunakan di ruang publik tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku, itu akan menjadi hambatan bagi perkembangan kemajuan bahasa Indonesia. Selain itu, komunikasi yang terjadi akan terhambat karena kata-kata yang digunakan dapat menimbulkan tafsiran yang berbeda bagi pembacanya.

Page 3: Kesalahan Bentuk dan Pilihan Kata dalam Penggunaan Bahasa ...

Kesalahan Bentuk (Kiki Zakiah Nur)

261

Berkaitan dengan penjelasan-penjelasan tersebut, penulis melakukan penelitian mengenai penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik di Provinsi Lampung. Penulis memfokuskan penelitian pada kesalahan bentuk dan pilihan kata. Data yang penulis gunakan adalah tulisan-tulisan yang ada di ruang-ruang publik, seperti lembaga atau instansi pemerintah, swasta, dan pendidikan, di Lampung. Tulisan-tulisan tersebut berada di papan informasi yang berbahan spanduk, kertas, dan lain-lain.

Penelitian mengenai penggunaan bahasa di ruang publik di wilayah-wilayah Indonesia sudah banyak dilakukan. Yayuk melakukan penelitian penggunaan bahasa Indonesia di wilayah Kabupaten Bandung dan Bogor. Daerah pengamatannya adalah jalan-jalan dari Kota Bandung menuju Kota Bogor. Di sepanjang tersebut terdapat papan nama gedung atau bangunan yang bertuliskan aksara Cina, Arab, dan Latin. Di antara aksara-aksara tersebut, ada yang disertai dengan tulisan bahasa Indonesia dan ada pula yang tidak. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat tulisan yang tidak sesuai dengan kaidah, yaitu kaidah baku dan kesantunan berbahasa. Yayuk juga menjelaskan beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk menangani kondisi tersebut, yaitu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan bahasa di ruang publik tersebut, dibentuknya tim pengendali penggunaan bahasa di ruang publik, adanya kerja sama antarpihak dalam sosialisasi penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di ruang publik, serta adanya buku panduan mengenai penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik. Penelitian penggunaan bahasa di ruang publik di Bandarlampung

dilakukan oleh Sari dkk. Sari dkk. melakukan penelitian penggunaan bahasa Indonesia ragam tulis di SMAN 12 Bandarlampung dengan mendeskripsikan data berupa surat pengumuman, iklan, spanduk, majalah dinding, artikel, slogan, dan brosur yang ada di sekolah tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada data-data tersebut terdapat kesalahan-kesalahan dalam bidang ejaan, yaitu penggunaan huruf kapital, huruf miring, penulisan kata, unsur serapan, dan tanda baca. Kesalahan lain terdapat pada bidang diksi dan unsur bahasa asing yang digunakan secara tidak tepat yang bersifat pemborosan terhadap penggunaan kata. Ada juga kesalahan dalam bidang kalimat, yaitu ketidakefektifan kalimat. Hendrastuti (2015) melakukan penelitian variasi penggunaan bahasa pada ruang publik di Kota Surakarta. Dalam penelitiannya, Hendrastuti menganalisis adanya penggunaan, penyimpangan, dan sebab-sebab terjadinya penyimpangan penggunaan bahasa di kota tersebut. Data-data dalam penelitiannya berupa nama bangunan, permukiman, jalan, merek dagang, lembaga, spanduk, iklan, rambu umum, dan fasilitas umum. Dari hasil penelitian yang dilakukannya diperoleh simpulan bahwa ada sepuluh jenis bahasa yang digunakan di ruang publik di Kota Surakarta. Bahasa-bahasa tersebut adalah bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Inggris, dan bahasa asing lainnya. Ada juga campuran penggunaan bahasa, yakni antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris; antara bahasa Indonesia dan bahasa asing lainnya; antara bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Inggris; antara bahasa Jawa dan bahasa Inggris; serta antara bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa asing lainnya.

Page 4: Kesalahan Bentuk dan Pilihan Kata dalam Penggunaan Bahasa ...

Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 259—274

262

Beberapa penyimpangan penggunaan bahasa yang ditemukannya adalah penyimpangan penerapan kaidah ejaan, diksi, dan struktur. Penyimpangan-penyimpangan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yakni faktor kesengajaan dan ketidaksengajaan. Terjadinya faktor kesengajaan disebabkan oleh kebutuhan akan sinonim dan gaya bahasa serta ketidaktersediaan kosakata yang diperlukan. Sementara itu, faktor ketidaksengajaan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang kebahasaan, pengaruh kedwibahasaan, serta hilangnya kata yang jarang digunakan. Ardian (2017) melakukan penelitian penggunaan bahasa media luar ruang di Lampung. Dalam penelitiannya, Ardian membandingkan penggunaan bahasa Indonesia media luar ruang di Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Pringsewu. Penelitian yang dilakukannya tersebut didasarkan pada pengamatannya mengenai penggunaan bahasa Indonesia di media luar ruang, yaitu adanya kesalahan berbahasa serta perbedaan kualitas penggunaan kaidah bahasa pada media luar ruang. Data-data yang digunakannya adalah tulisan-tulisan yang terdapat di papan nama pertokoan serta instansi atau lembaga, spanduk, serta baliho yang terdapat di kedua kabupaten tersebut. Dari penelitian yang dilakukannya, diperoleh simpulan bahwa terdapat perbedaan penggunaan kaidah bahasa Indonesia di media luar ruang di kedua kabupaten tersebut, yaitu 5 persen dan 1 persen. Penggunaan kaidah berbahasa Indonesia di Kabupaten Pringsewu lebih baik daripada di Kabupaten Lampung Tengah. Di antara kedua kabupaten tersebut, kesalahan paling tinggi terdapat pada

penggunaan diksi dan kesalahan paling rendah terdapat pada penggunaan struktur frasa. Meskipun begitu, jika diamati unsur-unsur utama pembentuk kaidah bahasa Indonesia yang mencakup ejaan, pilihan kata, dan struktur frasa secara utuh, kaidah penggunaan bahasa Indonesia media luar ruang di kedua kabupaten tersebut belum dapat dikatakan baik karena masih banyak unsur yang tidak sesuai dengan kaidahnya. Penelitian-penelitian tersebut penulis jadikan sebagai acuan dalam melakukan kegiatan atau bentuk penelitian yang serupa. Penelitian yang penulis lakukan adalah penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik di wilayah Lampung. Fokus penelitiannya adalah pada bentuk dan pilihan kata yang terdapat pada papan informasi di lembaga-lembaga, baik pemerintah, swasta, maupun lembaga pendidikan. Dalam penelitian ini, penulis bermaksud mengetahui serta mendeskripsikan kesalahan-kesalahan bentuk dan pilihan kata pada bahasa Indonesia di ruang publik di wilayah Lampung. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi pembinaan penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik, khususnya di wilayah Lampung, dan umumnya di seluruh wilayah Indonesia. Teori Penelitian

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang berkaitan dengan pembentukan kata serta pemilihan kata atau diksi. Bentuk kata merupakan bagian dalam kajian morfologi, yakni ilmu bahasa tentang seluk-beluk bentuk (struktur) kata (Arifin dan Junaiyah, 2007:2). Pengertian morfologi juga

Page 5: Kesalahan Bentuk dan Pilihan Kata dalam Penggunaan Bahasa ...

Kesalahan Bentuk (Kiki Zakiah Nur)

263

dijelaskan oleh Ramlan (2012: 21), yaitu bagian ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.

Suatu kata dapat dibentuk dari satu jenis kata ke dalam jenis kata yang lain. Hal itu berarti bahwa kata dapat diubah. Perubahan tersebut dapat dilakukan dalam berbagai jenis dan bentuk kata. Pengubahan bentuk-bentuk kata itulah yang disebut dengan pembentukan kata. (Moeliono, 2001:7) menjelaskan bahwa pembentukan kata adalah suatu kegiatan mengubah kata dasar menjadi kata baru atau kata jadian. Mustakim (2016:8) menjelaskan bahwa pembentukan kata merupakan proses membentuk kata dengan menambahkan imbuhan atau unsur lain pada kata dasar.

Membahas pembentukan kata tentu tidak terlepas dari aspek-aspek pembentuknya. Ada beberapa aspek yang menjadi pembentuk suatu kata, yaitu kata dan alat-alat pembentuknya. Kata dapat berupa kata dasar dan kata berimbuhan. Kata dasar dapat dibentuk menjadi kata lain dengan alat yang berupa imbuhan atau afiks. Imbuhan berupa prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran), konfiks, dan simulfiks. Imbuhan-imbuhan tersebut dapat mengubah sebuah kelas kata menjadi kelas kata yang lain, misalnya nomina, verba, adjektiva, dst. Contohnya adalah kata makan. Kata tersebut merupakan kata dasar yang berkelas verba atau kata kerja. Kata makan dapat diubah dengan menambahkan afiks atau imbuhan sehingga membentuk kelas kata lain, misalnya makanan dan pemakan menjadi nomina. Contoh lain adalah kata dasar tinggi yang berkelas adjektiva. Kata itu dapat diubah menjadi kelas kata lain dengan pemberian imbuhan atau afiks,

misalnya meninggikan dan mempertinggi menjadi berkelas verba atau kata kerja. Tidak hanya afiks, suatu kata dapat dibentuk dengan cara mengulang kata-kata yang dibentuk tersebut atau yang disebut dengan reduplikasi. Contohnya adalah kata rumah yang jika diubah dengan proses reduplikasi menjadi rumah-rumah dan rumah-rumahan.

Suatu kata pun dapat dibentuk dengan cara menggabungkan suatu kata dengan kata yang lain. Ini disebut dengan penggabungan kata. Dalam proses penggabungan kata, suatu kata dapat dibentuk dengan menggabungkan kata dasar dengan kata dasar. Contohnya adalah tanggung jawab, terima kasih, dan tanda tangan. Selain itu, gabungan kata dapat berupa bentuk atau unsur terikat dan kata dasar. Contohnya adalah prasejarah, nonakademis, mahakarya, dan antarkelas. Selain afiksasi, reduplikasi, dan gabungan kata, pembentukan kata pun dapat dilakukan dengan proses pemangkasan dan pengakroniman. Contoh bentuk pangkas adalah demo yang berasal dari demonstrasi dan promo yang berasal dari promosi. Contoh bentuk akronim adalah tilang yang berasal dari bukti pelanggaran dan puskesmas yang berasal dari pusat kesehatan masyarakat. Beberapa proses pembentukan kata seperti yang dijelaskan tersebut merupakan pembentukan kata dari dalam bahasa Indonesia. Kosakata baru terbentuk dari kata dasar yang sudah ada. Ada juga pembentukan kata yang berasal dari luar bahasa Indonesia. Kata baru terbentuk dengan melalui proses penyerapan, yaitu menyerap kata-kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya kuitansi, inframerah, dan aktivitas.

Diksi disebut juga pilihan kata. Kridalaksana (2008:50) menjelaskan bahwa diksi adalah pilihan kata dan

Page 6: Kesalahan Bentuk dan Pilihan Kata dalam Penggunaan Bahasa ...

Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 259—274

264

kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di depan umu atau dalam karang-mengarang. Dengan demikian, dalam menggunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan, kata-kata yang dipilih harus diperhatikan, apakah kata tersebut tepat ataukah tidak tepat, sesuai ataukah tidak sesuai dengan konteks kalimatnya. Ketepatan memilih kata tentu akan memengaruhi makna yang muncul dalam bahasa yang digunakan. Kata yang tidak tepat dapat mengakibatkan tidak efektifnya bahasa yang digunakan. Selain itu, akibat penggunaan kata yang tidak tepat, kejelasan makna yang disampaikan menjadi terganggu. Oleh karena itu, pilihan kata merupakan unsur yang sangat penting di dalam aktivitas kita menggunakan bahasa.

Ada beberapa kriteria yang digunakan dalam pemilihan kata, yaitu tepat, cermat, dan serasi (Mustakim, 2016:49). Tepat memilih kata mengandung makna bahwa kata yang dipilih harus dapat mewakili gagasan yang disampaikan. Gagasan antara pembicara atau penulis dan lawan bicara atau pembaca harus sejalan. Cermat dalam memilih kata mengandung makna bahwa kata-kata yang dipilih merupakan kata-kata yang memang sangat diperlukan untuk mengungkapkan suatu gagasan tertentu. Dalam kecermatan berbahasa, pemakai bahasa harus menghindari penggunaan kata-kata yang dapat menimbulkan pemborosan atau kemubaziran. Jika hal itu dilakukan, tentu akan menimbulkan ketidakefektifan pada bahasa yang digunakannya. Serasi dalam memilih kata mengandung makna bahwa kata-kata yang dipilih harus sesuai dengan konteks penggunaannya. Ada beberapa faktor kebahasaan yang berkaitan dengan serasi atau tidaknya pemilihan kata, yaitu penggunaan kata

yang lazim, majas, ungkapan idiomatik, idiom, bentuk gramatikal, serta kata yang sesuai dengan konteks kalimat. 2. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan kesalahan bentuk-bentuk dan pilihan kata pada bahasa Indonesia ruang publik di wilayah Lampung. Dalam metode ini, objek penelitian digambarkan apa adanya. Data yang diperoleh berasal dari tulisan-tulisan yang terdapat dalam ruang publik berupa papan-papan nama yang berisi informasi yang ada di lembaga atau instansi pemerintah, swasta, dan pendidikan.

Pengambilan data penelitian dilakukan dalam periode Februari sampai Juni 2019. Pengambilan data dilakukan dengan teknik dokumentasi, yakni dengan menggunakan media foto yang terdapat pada gawai. Foto-foto yang diambil berupa tulisan-tulisan yang dapat dilihat oleh banyak orang. Tulisan tersebut berupa pengumuman, iklan, semboyan atau motto, dan lain-lain. Foto-foto tersebut kemudian dikumpulkan berdasarkan wilayah pengamatan. Setelah itu, foto-foto tersebut dipilah berdasarkan nama lembaga atau instansi tempat foto tersebut. Langkah berikutnya adalah memilah foto berdasarkan objeknya, seperti nama badan, nama jabatan, nama sarana umum, petunjuk arah, nama merek atau produk, serta informasi-informasi lainnya. Langkah selanjutnya adalah memilah bentuk-bentuk kesalahan berbahasa yang terdapat di dalam tulisan-tulisan atau data-data tersebut. Langkah terakhir adalah menganalisis data-data tersebut

Page 7: Kesalahan Bentuk dan Pilihan Kata dalam Penggunaan Bahasa ...

Kesalahan Bentuk (Kiki Zakiah Nur)

265

sesuai dengan jenis kesalahan berbahasa yang dimilikinya. 3. Hasil dan Pembahasan A. Kesalahan Bentuk Kata 1. Kesalahan Bentuk Berimbuhan

Kesalahan penggunaan bentuk kata pada papan informasi yang berbentuk spanduk tersebut ada pada kata di kenakan dan terlantar. Bentuk kata di kenakan merupakan bentuk pasif yang terdiri dari kata dasar kena dan imbuhan di-kan. Bentuk kata tersebut merupakan kata kerja. Penulisan bentuk di kenakan pada papan informasi tersebut tidak tepat atau salah karena bentuk di- tersebut merupakan imbuhan, bukan kata depan. Sebagai kata imbuhan, seharusnya di- ditulis serangkai dengan kata kenakan, bukan terpisah. Jadi, tulisan atau bentuk kata yang benar adalah dikenakan. Sementara itu, kata terlantar yang terdapat pada papan informasi tersebut juga tidak tepat. Kata itu bukan berasal dari kata dasar lantar yang mendapat imbuhan awalan ter-. Kata tersebut merupakan bentuk tidak baku untuk kata telantar. Beberapa contoh kesalahan bentuk kata yang lain dengan pemberian imbuhan

adalah di sholatkan, di gunakan, di larang, di lepas, di tutup, di perbolehkan, di matikan, dan di gunakan. Imbuhan di- pada contoh-contoh tersebut dituliskan secara terpisah dengan kata yang mengikutinya. Padahal, imbuhan di- seharusnya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Jadi, bentuk kata yang benar untuk contoh-contoh tersebut adalah disholatkan, digunakan, dilarang, dilepas, ditutup, diperbolehkan, dimatikan, dan digunakan. Akan tetapi, pada beberapa kasus atau contoh lain, ditemukan bentuk di yang bukan sebagai imbuhan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Padahal, bentuk di tersebut adalah kata depan atau preposisi. Contohnya adalah sebagai berikut.

Pada papan petunjuk tersebut terdapat tulisan disini. Bentuk di pada tulisan itu bukan merupakan imbuhan atau kata kerja, melainkan kata depan. Sebagai kata depan, di seharusnya ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya sehingga menjadi di sini. Beberapa contoh kesalahan lain yang ditemukan pada papan informasi dan papan petunjuk adalah dibawah, dibelakang, dan kedalam. Bentuk di dan ke pada kata-kata tersebut ditulis secara serangkai. Padahal, seharusnya bentuk itu ditulis secara

Page 8: Kesalahan Bentuk dan Pilihan Kata dalam Penggunaan Bahasa ...

Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 259—274

266

terpisah sehingga menjadi di bawah, di belakang, dan ke dalam.

Pada tulisan yang berupa informasi tersebut terdapat bentuk kata melegalisir. Bentuk kata tersebut tidak tepat. Ketidaktepatan tersebut disebabkan oleh kata serapan yang berasal dari bahasa asing, legal, yang mendapat akhiran –ir. Bahasa Indonesia tidak menyerap bentuk –ir sebagai akhiran, tetapi -isasi dan -asi. Oleh karena itu, bentuk kata yang benar adalah melegalisasi.

Pada papan informasi tersebut terdapat bentuk kata berdoa yang dituliskan dengan Ber DOA. Bentuk ber- merupakan imbuhan awalan. Sebagai imbuhan, bentuk ber- seharusnya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Selain itu, huruf d, o, dan a pada kata doa

seharusnya tidak ditulis dengan menggunakan huruf kapital, tetapi huruf kecil. Oleh karena itu, tulisan yang tepat untuk bentuk tersebut adalah berdoa. Pada papan informasi yang berbahan spanduk tersebut terdapat tulisan mengkonsumsi. Bentuk kata tersebut berasal dari kata dasar konsumsi yang diberi imbuhan awalan meng-. Menurut kaidah, sebuah kata yang diawali dengan huruf k, p, t, dan s ketika mendapat imbuhan awalan meng-, huruf-huruf tersebut menjadi luluh atau hilang. Bentuk kata mengkonsumsi tersebut salah. Kesalahan itu disebabkan oleh tidak luluhnya huruf k yang mendapat imbuhan awalan meng-. Kesalahan tersebut seharusnya diperbaiki menjadi mengonsumsi. Kesalahan lain yang terdapat pada tulisan di spanduk tersebut adalah bentuk gabungan kata olah raga. Kata itu ditulis secara terpisah. Sesuai dengan kaidah, ada beberapa bentuk gabungan kata yang dituliskan secara serangkai. Salah satunya adalah olahraga. Dengan demikian, gabungan kata itu seharusnya ditulis serangkai.

Page 9: Kesalahan Bentuk dan Pilihan Kata dalam Penggunaan Bahasa ...

Kesalahan Bentuk (Kiki Zakiah Nur)

267

2. Kesalahan Gabungan Kata

Pada papan nama jabatan tersebut terdapat tulisan gabungan kata sumberdaya. Kata tersebut merupakan gabungan kata yang masing-masing merupakan kata dasar. Gabungan kedua kata tersebut seharusnya ditulis secara terpisah atau diberi spasi di antara keduanya sehingga menjadi sumber daya.

Beberapa contoh kesalahan gabungan kata lain yang ditemukan adalah terimakasih dan kerjasama. Datanya adalah sebagai berikut.

Pada papan informasi tersebut terdapat tulisan gabungan kata terimakasih. Tulisan tersebut berasal dari dua kata, yaitu terima dan kasih. Akan tetapi, kedua kata itu ditulis secara serangkai. Padahal, seharusnya kedua kata tersebut ditulis secara terpisah. Jadi,

perbaikan tulisan yang berupa gabungan kata tersebut adalah terima kasih.

Pada papan informasi tersebut terdapat tulisan gabungan kata kerjasama. Gabungan kata tersebut berasal dari dua kata, yaitu kerja dan sama. Akan tetapi, kedua kata itu ditulis serangkai atau bergabung. Sesuai dengan kaidah, gabungan kata kerjasama seharusnya ditulis secara terpisah, bukan serangkai. Jadi, perbaikan untuk gabungan kata tersebut adalah kerja sama.

Contoh kesalahan gabungan kata lain yang juga ditemukan adalah sebagai berikut.

Page 10: Kesalahan Bentuk dan Pilihan Kata dalam Penggunaan Bahasa ...

Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 259—274

268

Pada papan informasi tersebut terdapat tulisan dipertanggung jawabkan. Bentuk tersebut berasal dari gabungan kata tanggung jawab dan imbuhan awalan diper- dan akhiran -kan. Sesuai dengan kaidah, gabungan kata tanggung jawab ditulis secara terpisah karena masing-masing berupa kata dasar. Namun, apabila gabungan kata tersebut diberi imbuhan awalan dan akhiran sekaligus, tulisannya digabung atau serangkai. Akan tetapi, tulisan dipertanggung jawabkan tersebut dipisah di antara kata dipertanggung dan jawabkan sehingga menjadi salah. Oleh karena itu, tulisan tersebut seharusnya diperbaiki dengan cara ditulis secara serangkai atau digabungkan sehingga menjadi dipertanggungjawabkan. Contoh lain yang juga mengandung kesalahan yang sama adalah sebagai berikut.

Pada papan informasi tersebut terdapat bentuk kata ketidak nyamanan. Bentuk itu ditulis secara terpisah di antara ketidak dan nyamanan. Padahal, jika diamati, tulisan tersebut berasal dari frasa tidak nyaman yang mendapat imbuhan awalan dan akhiran sekaligus, yaitu ke-an. Seharusnya, bentuk kata tersebut ditulis secara serangkai atau bergabung sehingga menjadi ketidaknyamanan. Selain itu, pada papan informasi itu juga terdapat tulisan

dikarenakan. Bentuk kata dikarenakan tidak diperbolehkan karena bukan bentuk yang sesuai dengan kaidah. Bentuk kata yang tepat untuk kata tersebut adalah disebabkan oleh.

3. Kesalahan Bentuk Terikat

Pada papan informasi tersebut terdapat bentuk terikat pra- yang diikuti oleh kata pelita. Kedua bentuk tersebut dituliskan secara terpisah. Sesuai dengan kaidah bentuk terikat seharusnya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Oleh karena itu, bentuk tersebut harus ditulis serangkai sehingga menjadi prapelita. Beberapa contoh kesalahan lain yang terdapat dalam ruang publik adalah bentuk atau tulisan sampah non organik dan sampah non medis. Bentuk non- termasuk bentuk terikat. Bentuk itu harus ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Jadi, bentuk terikat pada contoh tersebut adalah tidak tepat. Seharusnya, bentuk kata itu diperbaiki dengan merangkaikan keduanya sehingga menjadi sampah nonorganik dan sampah nonmedis. Contoh kesalahan bentuk terikat tersebut adalah sebagai berikut.

Page 11: Kesalahan Bentuk dan Pilihan Kata dalam Penggunaan Bahasa ...

Kesalahan Bentuk (Kiki Zakiah Nur)

269

B. Kesalahan Pilihan Kata

Pada papan informasi yang terdapat di sebuah rumah sakit tersebut terdapat tulisan pagi: jam 11.00 s/d 14.00 WIB dan sore: jam 16.00 s/d 21.00 WIB. Pada tulisan tersebut terdapat diksi atau pilihan kata yang tidak tepat, yakni jam. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa kata jam mengandung makna 1) ‘alat untuk mengukur waktu (arloji, lonceng dinding)’, 2)’waktu yang lama 1/24 hari (dari sehari semalam) sama dengan 60 menit atau 3600 detik’. Meskipun di dalam KBBI dijelaskan juga bahwa kata jam dapat mengandung makna ‘pukul’ dan ‘waktu’. Akan tetapi, kedua makna tersebut biasanya digunakan di dalam ragam cakapan atau sehari-hari. Oleh karena itu, kata jam yang terdapat pada papan informasi tersebut harus diganti

dengan kata pukul yang bermakna ‘saat yang menyatakan waktu’.

Pada famplet tersebut terdapat tulisan berbentuk frasa, yaitu sabuk keselamatan. Kata keselamatan bermakna ‘perihal (keadaan dan sebagainya) selamat’. Pilihan kata keselamatan pada frasa sabuk keselamatan menyiratkan makna bahwa sabuk tersebut memiliki fungsi untuk membebaskan atau menyelamatkan penggunanya dari hal-hal yang membahayakan dalam berkendara. Padahal, sabuk pada kendaraan berfungsi untuk menghindari pemakainya dari hal-hal yang dapat membahayakan dalam berkendara. Sabuk dapat membuat pemakainya menjadi lebih aman ketika dia berkendara. Sabuk bukan menjamin atau memberi keselamatan penggunanya. Jadi, frasa sabuk keselamatan tersebut bukan merupakan pilihan kata yang tepat. Sesuai dengan fungsi dan maknanya, pilihan kata yang tepat untuk frasa tersebut adalah sabuk pengaman.

Page 12: Kesalahan Bentuk dan Pilihan Kata dalam Penggunaan Bahasa ...

Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 259—274

270

Pada papan petunjuk tersebut terdapat pilihan kata yang berupa kata serapan, yaitu toilet, dan bahasa asing (Inggris), yaitu ladies. Kata ladies sudah ada padanannya di dalam bahasa Indonesia, yakni wanita atau perempuan. Demikian juga kata toilet. Kata tersebut, meskipun sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia, ada padanannya dalam bahasa Indonesia, yakni kakus atau jamban. Dalam upaya pemartabatan bahasa Indonesia di ruang publik, pilihan kata berupa unsur bahasa asing tidaklah tepat. Oleh karena itu, tulisan tersebut seharusnya diganti menjadi kakus wanita atau toilet wanita.

Pada papan petunjuk tersebut terdapat pilihan kata depan pada yang digunakan untuk menunjukkan tempat. Seharusnya kata pada diganti dengan kata di yang menunjukkan makna tempat atau posisi.

Pada papan informasi yang berbahan kertas tersebut terdapat pilihan kata berbentuk frasa, yaitu jam berkunjung. Pilihan kata jam pada frasa tersebut tidak tepat karena kata itu menunjukkan makna alat, bukan waktu. Jadi, kata tersebut seharusnya diganti dengan waktu sehingga menjadi waktu berkunjung.

Pada papan petunjuk yang berbahan kertas tersebut terdapat pilihan kata mushala naik ke atas. Kata mushala tidak baku. Bentuk bakunya adalah musala. Sementara itu, makna yang muncul pada tulisan tersebut terkesan janggal dan tidak logis. Maknanya adalah bahwa musala dapat bergerak ke suatu tempat yang lebih tinggi. Pilihan kelompok kata ke atas yang ditulis setelah kata naik pun tidak tepat karena mengandung pemborosan makna. Tulisan tersebut seharusnya diganti menjadi

Page 13: Kesalahan Bentuk dan Pilihan Kata dalam Penggunaan Bahasa ...

Kesalahan Bentuk (Kiki Zakiah Nur)

271

musala berada di lantai atas atau dapat juga musala berada di lantai 2.

Pada papan informasi yang berbahan kertas tersebut terdapat tulisan atau pilihan kata absensi. Sebenarnya, maksud tulisan tersebut adalah untuk memberikan informasi bahwa waktu yang tepat untuk mengisi daftar hadir atau merekam kehadiran para pegawai di kantor sebanyak tiga kali, yaitu pagi, pukul 06.30 s.d. 07.30, siang pukul 12.31 s.d. 13.00., dan sore pukul 15.30 s.d. 16.00. Akan tetapi, pilihan kata absensi yang digunakan dalam tulisan tersebut tidak tepat karena absensi mengandung makna ‘ketidakhadiran’, bukan ‘kehadiran’. Untuk menyatakan makna kehadiran digunakan kata presensi. Oleh karena itu, ketidaktepatan pilihan kata pada papan informasi tersebut harus diperbaiki. Perbaikannya dapat berupa frasa mengisi daftar hadir atau merekam kehadiran.

Dalam papan petunjuk tersebut terdapat frasa parkir pasien. Maksud tulisan tersebut adalah untuk memberitahukan bahwa area tersebut hanya digunakan sebagai tempat memarkirkan kendaraan yang membawa pasien atau orang sakit. Akan tetapi, pilihan kata tersebut tidak tepat. Kata parkir, memarkir bermakna ‘meng-hentikan atau menaruh (kendaraan bermotor) untuk beberapa saat di tempat yang sudah disediakan’. Berdasarkan penjelasan tersebut frasa parkir pasien mengandung makna bahwa yang ditaruh atau dihentikan tersebut adalah pasien atau orang yang sakit, bukan kendaraan pasien. Makna tersebut sangat janggal. Oleh karena itu, agar tidak menimbulkan salah tafsir karena memiliki makna janggal, frasa parkir pasien harus diganti. Frasa penggantinya dapat saja berupa frasa tempat parkir kendaraan pasien.

Page 14: Kesalahan Bentuk dan Pilihan Kata dalam Penggunaan Bahasa ...

Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 259—274

272

Dalam kotak yang berisi obat-obatan tersebut terdapat tulisan berbentuk frasa, yaitu kotak emergensi. Maksud tulisan atau frasa tersebut adalah untuk memberikan informasi bahwa kotak tersebut merupakan tempat menyimpan obat-obatan yang dibutuhkan dalam waktu yang mendesak atau sebagai alat pertolongan pertama bagi penderita atau pasien yang mengalami kecelakaan. Akan tetapi, penggunaan kata emergensi pada frasa tersebut tidak tepat. Kata emergensi merupakan kata yang berasal dari bahasa asing, Inggris, yaitu emergency. Kata itu tidak diserap menjadi emergensi, tetapi dipadankan ke dalam bahasa Indonesia menjadi gawat darurat. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016) dijelaskan bawa kata gawat mengandung makna genting, berbahaya; kritis, mengkhawatirkan; dekat kepada kematian; sulit, terancam. Sementara itu, kata darurat bermakna ‘keadaan sukar (sulit) yang tidak tersangka-sangka yang memerlukan penanggulangan segera’; keadaan terpaksa; keadaan sementara’. Berdasarkan penjelasan kedua kata tersebut, kata emergensi (emergency) tidak sesuai jika digunakan pada kotak tersebut karena memiliki makna yang luas. Jika kotak tersebut digunakan sebagai tempat menyimpan obat-obatan untuk bermacam penyakit, frasa kotak emergensi dapat diganti menjadi kotak obat-obatan. Jika kotak tersebut digunakan sebagai tempat menyimpan obat-obatan yang dibutuhkan dalam waktu mendesak atau sebagai alat pertolongan pertama dalam kecelakaan dapat digunakan frasa kotak obat p3k ( pertolongan pertama pada kecelakaan).

4. Simpulan Penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik di wilayah Provinsi Lampung masih terdapat banyak kesalahan dalam hal bentuk dan pilihan kata. Dalam bentuk kata, kesalahan yang ditemukan berupa kesalahan bentuk berimbuhan, kesalahan gabungan kata, serta kesalahan bentuk terikat. Kesalahan bentuk berimbuhan yang ditemukan, di antaranya adalah bentuk berimbuhan di- dan ber- yang dituliskan terpisah dari kata mengikutinya. Ada juga imbuhan –ir yang dilekatkan pada akhir kata, yaitu legalisir. Selain itu, ada kata yang diawali dengan huruf k yang mendapat imbuhan awalan meng-, tetapi huruf tersebut tidak diluluhkan. Kesalahan gabungan kata yang ditemukan berupa gabungan dua kata yang seharusnya ditulis terpisah, tetapi dua kata tersebut ditulis secara serangkai. Selain itu, ada juga gabungan dua kata yang diberi imbuhan awalan dan akhiran sekaligus yang ditulis secara terpisah. Padahal, seharusnya gabungan kata tersebut ditulis secara serangkai. Kesalahan bentuk terikat yang ditemukan berupa bentuk-bentuk terikat yang seharusnya ditulis secara serangkai dengan kata yang mengikutinya, tetapi bentuk terikat tersebut ditulis secara terpisah.

Sementara itu, kesalahan pilihan kata yang ditemukan berupa pilihan kata yang tidak tepat, pilihan kata yang tidak baku, serta pemborosan kata. Pilihan kata yang tidak tepat berupa kata-kata yang digunakan tidak sesuai dengan maknanya. Pilihan kata yang tidak baku berupa kata-kata yang tidak sesuai dengan ragam baku atau resmi. Pemborosan kata berupa digunakannya dua kata atau lebih yang mengandung makna atau maksud yang sama.

Page 15: Kesalahan Bentuk dan Pilihan Kata dalam Penggunaan Bahasa ...

Kesalahan Bentuk (Kiki Zakiah Nur)

273

Penelitian ini hanya berfokus pada aspek bentuk dan pilihan kata. Padahal, kajian kebahasaan bukan hanya pada kedua aspek tersebut. Ada aspek lainnya, seperti ejaan, kalimat, dan paragraf. Selain itu, daerah pengamatannya belum mencapai keseluruhan wilayah Provinsi Lampung. Instansi atau lembaga yang menjadi objek penelitian pun masih sangat terbatas. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kesalahan berbahasa di ruang-ruang publik di seluruh wilayah Provinsi Lampung.

Daftar Acuan

Arifin, Zaenal dan Junaiyah. 2007. Morfologi: Bentuk, Makna, dan fungsi. Jakarta: PT Grasindo.

Ardian, Dina. 2017. Studi Komparatif:

Penggunaan Kaidah Bahasa pada Media Luar Ruang di Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Pringsewu. Jurnal Bastera. Kantor Bahasa Bengkulu. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

2011. Undang-Undang Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

--------------. 2017. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Chaer, Abdul. 2015. Morfologi Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: Rineka Cipta.

Hendrastuti, Retno. 2015. Variasi Penggunaan Bahasa pada Ruang Publik di Kota Surakarta. Jurnal Kandai. Balai Ba hasa Sulawesi Tenggara. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kridalaksana, Harimurti. 2008 Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramrdia Pustaka Utama.

Mustakim. 2016. Bentuk dan Pilihan Kata.Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Ramlan, M. 2012. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono. Sari, Lida dkk. 2013. Bahasa Indonesia Ragam

Tulis di Ruang Publik SMA Negeri 12 Bandar Lampung. Jurnal Kata ( Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya. F akultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Diunduh dari https://www.academia.edu/29392197 23 September 2019. 08.41.

Yayuk, Rissari. 2019. Wajah Linguistik di Kabupaten Bandung dan Bogor. Kumpulan Makalah “Semiloka Pengutamaan Bahasa Negara di R uang Publik: Perkuat wawasan”. Balai Bahasa Kalimantan Selatan. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Page 16: Kesalahan Bentuk dan Pilihan Kata dalam Penggunaan Bahasa ...

Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 259—274

274


Recommended