+ All Categories
Home > Documents > KESIMPULAN UISI-TEKNIK... · Web viewHal tersebut selaras dengan semakin banyaknya pengguna jasa...

KESIMPULAN UISI-TEKNIK... · Web viewHal tersebut selaras dengan semakin banyaknya pengguna jasa...

Date post: 19-Jul-2021
Category:
Upload: others
View: 3 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
15
DRAFT PAPER UISI JURNAL Vol. 1, No. 1, Agustus 2020, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX EVALUASI JUMLAH COMBINE TRACTOR TERMINAL (CTT) DALAM PROSES BONGKAR MUAT PETIKEMAS DI PT TERMINAL TELUK LAMONG MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIMULASI DISKRIT Rifki Ratih Triwardani 1 , Maulin Masyito Putri 2 . E-mail: [email protected] , [email protected] ABSTRACT The use of container terminals as a place for loading and unloading activities is increasing from year to year. Container terminals have equipment including Container Crane (STS), Combine Tractor Terminal (CTT) to support loading and unloading activities. The current operational condition has experienced high STS waiting time at the port. The existence of a high waiting time for STS indicates that the number of CTT is not yet optimal for now.The method used in this research is simulation. The research scenario being tested is to change the number of CTTs used to serve STS. In the existing condition, 7 units of CTT are used to serve STS. The number of CTTs in the scenario used were 6, 7, 8, and 9 units of CTT. The results of this study are the number of CTTs using 9 units of CTT for High Season conditions and CTT of 7 to 8 units for Normal and Low Season conditions. The average waiting time for STS during High Season conditions was from 2.2 minutes to 0.5 minutes, while the average waiting time for STS during Low conditions was from 0.34 minutes to 0.24 minutes and Normal Season from 0.47 minutes to 0.40 minutes. Keywords: Container Terminal, Loading Unloading, Discrete Simulation Approach, Combine Tractor Terminal (CTT). ABSTRAK Penggunaan Terminal Petikemas sebagai tempat kegiatan bongkar muat dari tahun ketahun semakin meningkat. Terminal petikemas mempunyai peralatan diantaranya Container Crane (STS), Combine Tractor Terminal (CTT) untuk mendukung kegiatan bongkar muat. Kondisi operasional saat ini terjadi waiting time STS yang tinggi di pelabuhan. Adanya waiting time STS yang tinggi tersebut menandakan bahwa belum optimalnya jumlah CTT untuk saat ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ada menggunakan simulasi. Skenario penelitian yang diujikan adalah dengan mengubah jumlah CTT yang digunakan untuk melayani STS. Pada kondisi eksisting, CTT yang digunakan untuk melayani STS adalah 7 unit. Jumlah CTT pada skenario yang digunakan adalah
Transcript
Page 1: KESIMPULAN UISI-TEKNIK... · Web viewHal tersebut selaras dengan semakin banyaknya pengguna jasa yang memanfaatkan terminal petikemas modern seperti PT Terminal Teluk Lamong (TTL)

DRAFT PAPER UISI JURNALVol. 1, No. 1, Agustus 2020, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX

EVALUASI JUMLAH COMBINE TRACTOR TERMINAL (CTT) DALAM PROSES BONGKAR MUAT PETIKEMAS DI PT TERMINAL

TELUK LAMONG MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIMULASI DISKRIT

Rifki Ratih Triwardani1, Maulin Masyito Putri2.

E-mail: [email protected], [email protected]

ABSTRACT The use of container terminals as a place for loading and unloading activities is increasing from year to year. Container terminals have equipment including Container Crane (STS), Combine Tractor Terminal (CTT) to support loading and unloading activities. The current operational condition has experienced high STS waiting time at the port. The existence of a high waiting time for STS indicates that the number of CTT is not yet optimal for now.The method used in this research is simulation. The research scenario being tested is to change the number of CTTs used to serve STS. In the existing condition, 7 units of CTT are used to serve STS. The number of CTTs in the scenario used were 6, 7, 8, and 9 units of CTT. The results of this study are the number of CTTs using 9 units of CTT for High Season conditions and CTT of 7 to 8 units for Normal and Low Season conditions. The average waiting time for STS during High Season conditions was from 2.2 minutes to 0.5 minutes, while the average waiting time for STS during Low conditions was from 0.34 minutes to 0.24 minutes and Normal Season from 0.47 minutes to 0.40 minutes.Keywords: Container Terminal, Loading Unloading, Discrete Simulation Approach, Combine Tractor Terminal (CTT).

ABSTRAK Penggunaan Terminal Petikemas sebagai tempat kegiatan bongkar muat dari tahun ketahun semakin meningkat. Terminal petikemas mempunyai peralatan diantaranya Container Crane (STS), Combine Tractor Terminal (CTT) untuk mendukung kegiatan bongkar muat. Kondisi operasional saat ini terjadi waiting time STS yang tinggi di pelabuhan. Adanya waiting time STS yang tinggi tersebut menandakan bahwa belum optimalnya jumlah CTT untuk saat ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ada menggunakan simulasi. Skenario penelitian yang diujikan adalah dengan mengubah jumlah CTT yang digunakan untuk melayani STS. Pada kondisi eksisting, CTT yang digunakan untuk melayani STS adalah 7 unit. Jumlah CTT pada skenario yang digunakan adalah 6, 7, 8, dan 9 unit CTT. Hasil dari penelitian ini adalah jumlah CTT adalah menggunakan 9 unit jumlah CTT untuk kondisi High Season dan CTT sejumlah 7 sampai 8 unit untuk kondisi Normal dan Low Season. Untuk rata-rata waiting time STS saat kondisi High Season dari 2.2 menit menjadi 0.5 menit sedangkan rata-rata waiting time STS saat kondisi Low dari 0.34 menit menjadi 0.24 menit dan Normal Season dari 0.47 menit menjadi 0.40 menit.Kata kunci: Terminal Petikemas, Bongkar Muat Petikemas, Pendekatan Simulasi Diskrit , Combine Tractor Terminal (CTT).

Page 2: KESIMPULAN UISI-TEKNIK... · Web viewHal tersebut selaras dengan semakin banyaknya pengguna jasa yang memanfaatkan terminal petikemas modern seperti PT Terminal Teluk Lamong (TTL)

DRAFT PAPER UISI JURNALVol. 1, No. 1, Agustus 2020, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX

1. PENDAHULUAN ATAU LATAR BELAKANG Meningkatnya pertumbuhan perekonomian dunia dari tahun ke tahun, menimbulkan

dampak dalam berkembangnya perdagangan transfer jalur laut global (global seaborne trade). Peningkatan arus barang terjadi pada pengiriman barang menggunakan container atau petikemas. Jumlah komoditi yang diangkut menggunakan petikemas dari tahun 1980 sampai 2016 mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini memberikan gambaran bahwa menggunakan petikemas untuk pengangkutan barang semakin digemari.

(Sumber : UNCTAD, Review of Maritime Transport 2017)Gambar 1 Perkembangan Pengiriman Komodoti Jalur Laut

Hal tersebut selaras dengan semakin banyaknya pengguna jasa yang memanfaatkan terminal petikemas modern seperti PT Terminal Teluk Lamong (TTL) sehingga dari tahun ke tahun terjadi pertumbuhan arus petikemas. Berdasarkan data dari Annual Report PT Terminal Teluk Lamong, jumlah arus petikemas pada tahun 2017 mencapai 492.536 TEUs atau tumbuh 51% dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 242.570 TEUs di tahun 2016. Kecepatan proses bongkar muat biasanya didapat dari seberapa optimal peralatan petikemas yang digunakan oleh pelabuhan tersebut. Kecepatan bongkar muat akan mempengaruhi lama waktu pelayanan terhadap kapal, semakin cepat pelayanan kapal maka semakin cepat pula waktu sandar kapal. Dengan demikian optimasi alat operasional STS dan CTT juga akan meningkat. Semakin besar optimasi peralatan bongkar muat, akan meningkatkan jumlah kapal dan volume petikemas yang dilayani oleh terminal.

Kondisi saat ini Ship To Shore (STS) sering menunggu kedatangan Combine Tractor Terminal (CTT) dari lapangan penumpukan (CY), hal ini menyebabkan adanya waiting time STS yang tinggi ketika akan menunggu proses bongkar dan muat. Adanya waiting time STS yang tinggi menandakan bahwa belum optimalnya jumlah CTT yang dimiliki untuk saat ini. Pendekatan Simulasi Diskrit juga digunakan dalam penelitian ini untuk mengevaluasi jumlah Combine Tractor Terminal (CTT) yang sebenarnya dibutuhkan untuk operasional bongkar muat di Terminal Teluk Lamong dikarenakan kompleksitas sistem dari kedatangan peti kemas maupun kapal pengangkut yang tidak pasti sehingga harapannya Teluk Lamong dapat mengetahui jumlah Combine Tractor Terminal (CTT) yang dibutuhkan dengan mempertimbangkan demand season arus petikemas.

2. DASAR TEORI DAN ATAU METODE PENELITIAN Terminal petikemas menjadi tempat yang sangat penting dalam menunjang

penggunaan petikemas dalam proses bongkar-muat petikemas. Terminal petikemas juga dapat digunakan sebagai tempat penyimpanan petikemas sebelum pemilik petikemas mengambilnya.

Page 3: KESIMPULAN UISI-TEKNIK... · Web viewHal tersebut selaras dengan semakin banyaknya pengguna jasa yang memanfaatkan terminal petikemas modern seperti PT Terminal Teluk Lamong (TTL)

DRAFT PAPER UISI JURNALVol. 1, No. 1, Agustus 2020, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX

2.1 Proses Bongkar Muat Kegiatan bongkar adalah aktivitas memindahkan petikemas dari kapal untuk

ditempatkan ke lapangan penumpukan (CY) sedangkan Kegiatan muat adalah aktivitas memindahkan petikemas dari lapangan penumpukan (CY) menuju ke kapal untuk diangkut sesuai tujuan.

Gambar 2 Flowchart Kegiatan Bongkar Gambar 3 Flowchart Kegiatan Muat

2.2 Peralatan Bongkar Muat Alat bantu bongkar muat sangat diperlukan terutama di pelabuhan, alat ini dipakai

untuk kegiatan membongkar muatan barang dari kapal ke darat ataupun sebaliknya. Dengan menggunakan peralatan bongkar muat yang sesuai dengan barang yang dibongkar ataupun di muat maka kinerja alat akan lebih efektif dan efesien. Alat yang digunakan dalam proses bongkar muat adalah Ship to Shore (STS) atau Container Crane, Combine Tractor Terminal (CTT), Docking Station (DS) dan Automated Stacking Crane (ASC).

2.3 Layout Dermaga dengan CYDalam penelitian ini, Terminal Petikemas yang digunakan sebagai objek penelitian

adalah Terminal Teluk Lamong. Pada Terminal Teluk Lamong Dermaga terbagi menjadi dua yaitu Dermaga Internasional dan Dermaga Domestik. Masing – masing dermaga memiliki 5 unit STS (5 unit STS Internasional dan 5 Unit STS Domestik). Untuk memindahkan petikemas yang sedang dilakukan proses bongkar ataupun muat dari dermaga maupun CY, PT Terminal Teluk Lamong menggunakan Combine Tractor Terminal (CTT).

Page 4: KESIMPULAN UISI-TEKNIK... · Web viewHal tersebut selaras dengan semakin banyaknya pengguna jasa yang memanfaatkan terminal petikemas modern seperti PT Terminal Teluk Lamong (TTL)

DRAFT PAPER UISI JURNALVol. 1, No. 1, Agustus 2020, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX

Gambar 4 Layout Dermaga dengan CYDalam kondisi eksisting di dermaga satu unit STS dilayani oleh 7 unit CTT dan CTT

akan ditugaskan hanya melayani 1 STS pada satu waktu. Simulasi ini menggunakan 2 dermaga yaitu dermaga internasional dan domestik. Jumlah STS adalah 10 unit STS. Simulasi akan berlangsung bersamaan antara internasional dan domestik. Pada penelitian ini penulis akan melakukan trial dengan membuat skenario 1 dengan menambah dan skenario 2 mengurangi jumlah CTT yang melayani sebuah STS di masing-masing season.

2.4 Simulasi SkenarioSimulasi skenario yang dilakukan pada penelitian ini adalah menentukan jumlah

CTT ketika proses bongkar muat terjadi saat Dermaga sedang sibuk ataupun saat Dermaga sedang sepi. Pertimbangannya yaitu :

1. ketika Antrian CTT > 0 dan waiting time STS = 0, maka posisi CTT terlalu banyak.2. ketika Antrian CTT = 0 dan waiting time STS > 0, maka posisi CTT kurang untuk

melayani bongkar atau muat petikemas di Terminal Teluk Lamong.

Tabel 1 Simulasi Skenario

Season Scenario 1 Scenario 2

NormalMenambah jumlah CTT yang digunakan untuk kegiatan bongkar muat

Mengurangi jumlah CTT yang digunakan untuk kegiatan

bongkar muat

Low SeasonMenambah jumlah CTT yang digunakan untuk kegiatan bongkar muat

Mengurangi CTT yang digunakan untuk kegiatan

bongkar muat

High Season

Menambah jumlah CTT yang digunakan untuk kegiatan bongkar muat

ditambah

Mengurangi jumlah CTT yang digunakan untuk kegiatan

bongkar muat

2.5 Konseptual Model

Page 5: KESIMPULAN UISI-TEKNIK... · Web viewHal tersebut selaras dengan semakin banyaknya pengguna jasa yang memanfaatkan terminal petikemas modern seperti PT Terminal Teluk Lamong (TTL)

DRAFT PAPER UISI JURNALVol. 1, No. 1, Agustus 2020, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX

Gambar 5 Activity Cycle DiagramActivity Cycle Diagram menggambarkan urutan proses yang terjadi ketika proses

bongkar muat petikemas. Diawali ketika kapal yang membawa petikemas sandar di dermaga. Selanjutnya petikemas akan dibongkar menggunakan STS. Diteruskan oleh proses pengangkutan menuju CY dengan menggunakan CTT. Petikemas yang akan dibongkar selanjutnya ditumpuk oleh ASC di CY. Kegiatan bongkar akan dilakukan kembali ketika petikemas yang akan dibongkar itu belum habis. Setelah proses bongkar habis dilanjutkan proses muat petikemas dari CY ke kapal untuk selanjutnya dilakukan pengiriman petikemas.

2.6 Logika PemodelanLogika pemodelan digunakan untuk merepresentasi kondisi eksisting untuk

kepentingan simulasi. Aktifitas yang pertama dalam model adalah kedatangan kapal baik kapal internasional maupun kapal domestik yang mengankut petikemas. Aktifitas ini mengindentifikasi selang waktu antar kedatangan kapal untuk sandar didermaga, vessel serial number, penentuan LOA Kapal, jumlah muatan kapal TEUS yang akan dilakukan proses bongkar muat.

Gambar 6 Logika Pemodelan Kedatangan Kapal dan Muatan Kontainer

Proses selanjutnya adalah proses kapal sandar (berthing). Dalam logika pemodelan ini sebelum kapal sandar dermaga memberikan initial status pada STS yang sudah siap untuk beroperasi, tujuannya untuk mempercepat beroperasinya proses Bongkar Muat di dermaga setelah kapal sudah sandar.

Gambar 6 Logika Pemodelan Proses Kapal Sandar (berthing)

Proses selanjutnya adalah proses penentuan STS. Pada proses ini tergambarkan proses pemilihan STS untuk melayani setiap kontainer sesuai LOA Kapal yang telah sandar.

Page 6: KESIMPULAN UISI-TEKNIK... · Web viewHal tersebut selaras dengan semakin banyaknya pengguna jasa yang memanfaatkan terminal petikemas modern seperti PT Terminal Teluk Lamong (TTL)

DRAFT PAPER UISI JURNALVol. 1, No. 1, Agustus 2020, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX

Gambar 7 Logika Pemodelan Penentuan STS

Proses selanjutnya adalah proses penentuan CTT. Pada proses ini tergambarkan proses pemilihan CTT untuk mengangkut entitas baik untuk proses muat maupun bongkar.

Gambar 8 Logika Pemodelan Penentuan CTT

Proses selanjutnya adalah proses di Container Yard. Pada proses ini tergambarkan proses entitas masuk ke dalam CY dimana entitas berasal dari dermaga sisi 1 dan dermaga sisi 2 sesuai yang dibawa oleh CTT ke CY.

Gambar 9 Logika Pemodelan di Container Yard

Proses selanjutnya adalah proses penentuan CTT. Pada proses ini tergambarkan proses pemilihan CTT untuk mengangkut entitas baik untuk proses muat maupun bongkar.

Gambar 10 Logika Pemodelan CTT selesai

Page 7: KESIMPULAN UISI-TEKNIK... · Web viewHal tersebut selaras dengan semakin banyaknya pengguna jasa yang memanfaatkan terminal petikemas modern seperti PT Terminal Teluk Lamong (TTL)

DRAFT PAPER UISI JURNALVol. 1, No. 1, Agustus 2020, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX

3. ANALISA DAN PEMBAHASAN3.1 Analisa Model Simulasi Kondisi Eksisting

Pada kondisi eksisting muatan kontainer yang akan melakukan proses unloading akan diproses lebih awal oleh STS dan di angkut oleh CTT untuk dilakukan penumpukan di station CY. Selanjutnya muatan kontainer yang akan muat ditahan sampai STS siap beroperasi. Saat STS sudah siap beroperasi maka CTT akan di request untuk selanjutnya melakukan proses muat ataupun bongkar di dermaga. Pada kondisi demand season High, terdapat waiting time pada STS saat menunggu request CTT sebelum proses bongkar muat. Dikarenakan muatan entitas serta jumlah kapal yang lebih banyak dibandingkan season yang lain sehingga waiting time STS lebih besar pada season high.

Gambar 12 Waiting time STS High Season menggunakan 7 unit CTT

Gambar 13 Waiting time STS Low Season menggunakan 7 unit CTT

Gambar 14 Waiting time STS Normal Season menggunakan 7 unit CTT

0123456789

10

Wai

ting

Tim

e (m

inut

es)

0

1

2

3

4

5

6

time

(min

utes

)

Page 8: KESIMPULAN UISI-TEKNIK... · Web viewHal tersebut selaras dengan semakin banyaknya pengguna jasa yang memanfaatkan terminal petikemas modern seperti PT Terminal Teluk Lamong (TTL)

DRAFT PAPER UISI JURNALVol. 1, No. 1, Agustus 2020, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX

3.2 Eksperimen Alternatif Skenario

Pada bagian ini akan dilakukan trial terhadap jumlah CTT, dimana setiap penambahan 1 unit CTT akan dilihat respon terhadap waiting time STS di sistem. Dalam skenario kali ni penambahan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu 7 Unit CTT (kondisi eksisting), 8 Unit CTT dan 9 Unit CTT.

Gambar 15 Grafik skenario kebutuhan jumlah CTT High Season

Gambar 16 Grafik skenario kebutuhan jumlah CTT Low Season

Gambar 17 Grafik skenario kebutuhan jumlah CTT Normal Season

3.3 Analisa kebutuhan CTT pada kondisi sesuai Demand Season

Pada kondisi demand High Season saat proses bongkar muat memang lebih banyak melayani kapal serta muatan kontainer yang datang di pelabuhan. Untuk mengurangi waiting time yang terlalu lama pada STS, saat dilakukan skenario perbaikan menggunakan 9 unit CTT hasil rata-rata waiting time menjadi turun hingga 0.5 menit atau detik. Hal ini

Page 9: KESIMPULAN UISI-TEKNIK... · Web viewHal tersebut selaras dengan semakin banyaknya pengguna jasa yang memanfaatkan terminal petikemas modern seperti PT Terminal Teluk Lamong (TTL)

DRAFT PAPER UISI JURNALVol. 1, No. 1, Agustus 2020, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX

menunjukan bahwa saat demand season sedang High, disarankan untuk dilakukan penambahan CTT dalam proses bongkar muat yaitu 9 unit.

Sedangkan pada kondisi demand Low Season dan Normal Season kapal dan muatan kontainer yang dilayani memang tidak sebanyak saat demand high season, rata-rata kurang dari 100 kapal yang dilayani sehingga saat dilakukan trial penggunaan CTT dari 7 menjadi 8 unit CTT sudah terlihat adanya perubahan dalam waiting time menjadi 0.4 – 0.3 menit atau 24 – 18 detik. Hal ini menunjukan perbaikan pada waiting time STT sehingga sata demand season sedang berada di periode low dan normal disarankan untuk tetap menggunakan 7 CTT atau melakukan penambahan CTT menjadi 8 unit.

4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Model simulasi sistem bongkar muat petikemas di Terminal Teluk Lamong yang paling efektif adalah menggunakan 9 unit jumlah CTT untuk kondisi High Season dan CTT sejumlah 7 sampai 8 unit untuk kondisi Normal dan Low Season.

2. Untuk rata-rata waiting time STS saat kondisi High Season dari 2.2 menit menjadi 0.5 menit sedangkan rata-rata waiting time STS saat kondisi Low dari 0.34 menit menjadi 0.24 menit dan Normal Season dari 0.47 menit menjadi 0.40 menit.

5. SARANAdapun saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutya yaitu sebagai berikut :1. Melakukan analisis keuangan untuk operasional penambahan kebutuhan jumlah truk.2. Perlunya melakukan perbaikan sistem simulasi yang lebih detail untuk

mengakomodasi beberapa parameter yang masih belum diakomodasi pada penelitian ini.

UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Instansi/perusahaan/lembaga yang telah

memberi dukungan yang membantu pelaksanaan penelitian dan atau penulisan artikel.

DAFTAR PUSTAKA [1] Castilla-rodríguez, I. et al. (2019). Simulation-optimization for the management of the

ransshipment operations at maritime container terminals. Elsevier. Universidad de La Laguna, Spain. doi: 10.1016/j.eswa.2019.112852.

[2] Nuryahya, M. W. (2017). Perencnanaan Peningkatan Kapasitas Lapangan Penumpukan Petikemas Dengan Menggunakan Pendekatan Simulasi Diskrit (Studi Kasus : Terminal Nilam Timur Multipurpose). Fakultas Teknologi Kelautan, ITS Surabaya

[3] Rachman, A. and Pristiwati, D. L. (2013). Optimasi Jumlah Kebutuhan Fasilitas Dan Area Lapangan Penumpukan Terminal Peti Kemas Kalibaru (New Tanjung Priok). Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

Page 10: KESIMPULAN UISI-TEKNIK... · Web viewHal tersebut selaras dengan semakin banyaknya pengguna jasa yang memanfaatkan terminal petikemas modern seperti PT Terminal Teluk Lamong (TTL)

DRAFT PAPER UISI JURNALVol. 1, No. 1, Agustus 2020, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX

[4] Rohmana, L. and A. Rusdiansyah. (2016). Analisis Kebutuhan Jumlah Blok Twin-Automatic Stacking Cranes Dengan Mempertimbangkan Turnaround Time Pada Pelabuhan Teluk Lamong melalui Pendekatan Simulasi. Fakultas Teknologi Industri, ITS Surabaya. [5] Brownell, L.E. and Young. E.H., (1979)., Process Equipment Design., New York .,John Wiley and Sons Inc.

[6] Rohman, M. F. (2016). Simulasi Bongkar Muat TPS (Terminal Petikemas Surabaya) Untuk Mengoptimalkan Produksi Bongkar Muat. Fakultas Teknologi Industri, ITS Surabaya.

[7] Sentia, P. D., Ilyas, I. and Haikal, R. (2016). Pendekatan Simulasi untuk Analisis Antrian pada Bengkel Servis PT. X. Jurnal Optimasi Sistem Industri, Universitas Syariah Kuala Banda Aceh. doi: 10.25077/josi.v15.n2.p105-113.2016.

[8] Trigueiro, W. et al.. (2019) . Computers & Industrial Engineering Discrete simulation-based optimization methods for industrial engineering problems : A systematic literature review, Computers & Industrial Engineering. Elsevier, 128(July 2017), pp. 526–540. doi: 10.1016/j.cie.2018.12.073.

[9] Vis, I. F. A. (2003). Transshipment of containers at a container terminal : An overview’, 147, pp. 1–16.

[10] Yuwana, A. S. (2016). Simulasi Kegiatan Bongkar Muat Petikemas Untuk Optimasi Jumlah Combine Tractor Terminal ( CTT ) PT Terminal Teluk. Bidang Keahlian Manajemen Industri, ITS Surabaya.

[11] UNCTAD (2017). Review of Maritime Transport 2017.(United Nations publication. Geneva).

[12] Zhang, X., Zeng, Q. and Chen, W. (2013). Optimization Model For Truck Appointment In Container Terminals. Procedia - Social and Behavioral Sciences. Elsevier B.V., 96(Cictp), pp. 1938–1947. doi: 10.1016/j.sbspro.2013.08.219.


Recommended