+ All Categories
Home > Documents > KONSEP AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KESEJAHTERAAN SOSIAL ...

KONSEP AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KESEJAHTERAAN SOSIAL ...

Date post: 16-Oct-2021
Category:
Upload: others
View: 10 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
19
AT-TIBYAN Journal Of Qur’an and Hadis Studies Vol. 2 No. 2 (Desember 2019) Konsep Al-Qur’an Dalam Membentuk Kesejahteraan Sosial (Ahmad Mustaniruddin) 35 KONSEP AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KESEJAHTERAAN SOSIAL MENUJU MASYARAKAT MADANI Ahmad Mustaniruddin Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Indonesia [email protected] Abstrak: Fokus penelitian ini adalah tentang teori kesejahteraan sosial dan bagaimana konsep al-Qur’an dalam membentuk kesejahteraan sosial menuju masyarakat madani. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui; (1) Komponen kesejahteraan sosial yang terdapat dalam al-Qur’an. (2) Cara-cara al-Qur’an dalam mewujudkan kesejahteraan sosial (3) Implementasi Untuk Membentuk Kesejahteraan Sosial Menuju Masyarakat Madani. Hasil penelitian menunjukkan (1) Menurut al-Qur’an terdapat lima komponen yang harus terpenuhi dalam kehidupan agar tercipta kesejahteraan sosial, yaitu kebutuhan fisik biologis, intelektual, emosi/psikis, spiritual dan sosial. (2) Secara subtantif terdapat sejumlah ayat al-Qur’an yang menunjukkan cara-cara untuk memenuhi lima komponen kesejahteraan sosial yang dikemukakan oleh al- Qur’an sehingga terciptalah sebuah masyarakat yang sejahtera dan menjadi salah satu faktor pendukung perwujudan masyarakat madani. (3) Konsep kesejahteraan sosial menurut al-Qur’an masih belum terimplementasikan dengan sempurna di Indonesia. Masih banyak teori-teori lain seperti liberalis kapitalis, sosialis dan lain sebagainya yang lebih didahulukan penggunaannya dalam membentuk kesejahteraan sosial di Indonesia. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah konsep al- Qur’an dalam membentuk kesejahteraan sosial menuju masyarakat madani adalah dengan mengedepankan nilai-nilai ketuhanan dalam segala aktivitas kemanusiaan serta melapisi dimensi material dengan dimensi spiritual yang dibangun di atas pilar agama. Kata Kunci : Kesejahteraan Sosial, Masyarakat Madani, Konsep Al-Qur’an. Abstract: The focus of this research is about a theory of social prosperity and how the concept of the Quran in forming social wealth to achieve a prosperous society. The purposes of this research are; (1) The components of social wealth in the Quran. (2) The steps offered by the Quran in the effort to attain prosperity in society to gain wealth. (3) Implementation to shape social welfare towards civil society. The research resulted (1) The Quran suggests five components that should be fulfilled in life so that it creates social prosperity, such as physically biological relationships, intellectual relationships, emotional or psychological relationships, spiritual relationships, and social relationships. (2) Substantially, several verses of the Quran show steps to gain the five components of social prosperity so wealthy people appear and become one of the supporting factors to attain a prosperous society. (3) The concept of social welfare according to the Qur'an is still not implemented perfectly, there are many other theories such as capitalist liberals, socialists, and others that take precedence in the formation of social welfare in Indonesia. The conclusion in this research is
Transcript
Page 1: KONSEP AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KESEJAHTERAAN SOSIAL ...

AT-TIBYAN Journal Of Qur’an and Hadis Studies Vol. 2 No. 2 (Desember 2019)

Konsep Al-Qur’an Dalam Membentuk Kesejahteraan Sosial (Ahmad Mustaniruddin) 35

KONSEP AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK

KESEJAHTERAAN SOSIAL MENUJU MASYARAKAT

MADANI

Ahmad Mustaniruddin Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Indonesia [email protected]

Abstrak: Fokus penelitian ini adalah tentang teori kesejahteraan sosial dan bagaimana konsep al-Qur’an dalam membentuk kesejahteraan sosial menuju masyarakat madani. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui; (1) Komponen kesejahteraan sosial yang terdapat dalam al-Qur’an. (2) Cara-cara al-Qur’an dalam mewujudkan kesejahteraan sosial (3) Implementasi Untuk Membentuk Kesejahteraan Sosial Menuju Masyarakat Madani. Hasil penelitian menunjukkan (1) Menurut al-Qur’an terdapat lima komponen yang harus terpenuhi dalam kehidupan agar tercipta kesejahteraan sosial, yaitu kebutuhan fisik biologis, intelektual, emosi/psikis, spiritual dan sosial. (2) Secara subtantif terdapat sejumlah ayat al-Qur’an yang menunjukkan cara-cara untuk memenuhi lima komponen kesejahteraan sosial yang dikemukakan oleh al-Qur’an sehingga terciptalah sebuah masyarakat yang sejahtera dan menjadi salah satu faktor pendukung perwujudan masyarakat madani. (3) Konsep kesejahteraan sosial menurut al-Qur’an masih belum terimplementasikan dengan sempurna di Indonesia. Masih banyak teori-teori lain seperti liberalis kapitalis, sosialis dan lain sebagainya yang lebih didahulukan penggunaannya dalam membentuk kesejahteraan sosial di Indonesia. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah konsep al-Qur’an dalam membentuk kesejahteraan sosial menuju masyarakat madani adalah dengan mengedepankan nilai-nilai ketuhanan dalam segala aktivitas kemanusiaan serta melapisi dimensi material dengan dimensi spiritual yang dibangun di atas pilar agama. Kata Kunci : Kesejahteraan Sosial, Masyarakat Madani, Konsep Al-Qur’an. Abstract: The focus of this research is about a theory of social prosperity and how the concept of the Quran in forming social wealth to achieve a prosperous society. The purposes of this research are; (1) The components of social wealth in the Quran. (2) The steps offered by the Quran in the effort to attain prosperity in society to gain wealth. (3) Implementation to shape social welfare towards civil society. The research resulted (1) The Quran suggests five components that should be fulfilled in life so that it creates social prosperity, such as physically biological relationships, intellectual relationships, emotional or psychological relationships, spiritual relationships, and social relationships. (2) Substantially, several verses of the Quran show steps to gain the five components of social prosperity so wealthy people appear and become one of the supporting factors to attain a prosperous society. (3) The concept of social welfare according to the Qur'an is still not implemented perfectly, there are many other theories such as capitalist liberals, socialists, and others that take precedence in the formation of social welfare in Indonesia. The conclusion in this research is

Page 2: KONSEP AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KESEJAHTERAAN SOSIAL ...

AT-TIBYAN Journal Of Qur’an and Hadis Studies Vol. 2 No. 2 (Desember 2019)

Konsep Al-Qur’an Dalam Membentuk Kesejahteraan Sosial (Ahmad Mustaniruddin) 36

that the concept of the Qur'an in shaping social welfare towards civil society is to promote the values of divinity in all humanitarian activities and coat the material dimension with the spiritual dimension built on the pillars of religion. Keywords: Social Prosperity, Prosperous Society, The Concept Of The Quran

PENDAHULUAN

Kesejahteraan merupakan bagian penting dari negara berkembang.

Bahkan, dibentuknya sebuah negara adalah upaya dalam rangka

mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya. Berbagai cara, metode, aturan,

alat, pendekatan, ataupun kebijakan telah dipilih dan dilakukan oleh sebuah

negara dalam rangka untuk mencapai tujuan tersebut. Berbagai nilai dan

institusi sosial tersebut dapat menjadi instrumen bagi terciptanya kehidupan

yang lebih teratur dan lebih baik, demikian juga dengan dorongan untuk

membentuk negara. Negara dibutuhkan dan dibentuk untuk mewujudkan

ketertiban dan kehidupan yang lebih baik yang juga biasa disebut

kesejahteraan. Dengan demikian, kesejahteraan menjadi idaman setiap

individu dan setiap masyarakat, bahkan setiap negara. Kondisi kehidupan

bermasyarakat dan bernegara yang sejahtera menjadi sesuatu yang

diidealkan.(Soetomo, 2014, hlm. 1)

Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,

spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu

mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi

sosialnya.(Undang-Undang Republik Indonesia, 2009, hlm. 2) Namun di

Indonesia yang juga termasuk dari salah satu negara berkembang,

kesejahteraan belum mampu diwujudkan sepenuhnya. Masih banyak

permasalahan-permasalahan sosial yang melanda Indonesia sehingga sangat

sulit untuk membentuk kesejahteraan warga negaranya. Salah satunya

adalah kemiskinan. Kemiskinan dapat dikategorikan sebagai salah satu

masalah sosial yang banyak menarik perhatian para ahli, khususnya para

sosiolog, ekonom dan budayawan. Sebagian dari mereka ada yang

berpendapat bahwa kemiskinan lebih ditujukan kepada orang-orang yang

taraf kehidupan ekonominya tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya

yang pokok dan ada pula yang melihat kemiskinan kasih sayang dan

sebagainya. Demikian pula dengan sebab-sebab terjadinya kemiskinan ada

yang mengatakan karena sikap mental yang malas, tidak tersedianya

kesempatan kerja, karena tertindas dan lain sebagainya.(Azra, 2008, hlm.

153)

Pembangunan kesejahteraan sosial yang selama ini dilakukan oleh

Indonesia perlu dievaluasi secara kritis, baik yang berkiblat pada pandangan

kaum sosialis maupun yang berkiblat pada kaum liberalis-kapitalis, karena

Page 3: KONSEP AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KESEJAHTERAAN SOSIAL ...

AT-TIBYAN Journal Of Qur’an and Hadis Studies Vol. 2 No. 2 (Desember 2019)

Konsep Al-Qur’an Dalam Membentuk Kesejahteraan Sosial (Ahmad Mustaniruddin) 37

pada realitanya ideologi-ideologi tersebut belum membawa negara Indonesia

kepada kesejahteraan sosial yang dicita-citakan. Paradigma sosialis maupun

liberalis-kapitalis yang dianut oleh Indonesia tentang pembangunan

kesejahteraan sosial tersebut secara kasat mata belum membawa umat

manusia kepada kesejahteraan yang sejatinya, lahir batin. Sebaliknya,

pembangunan sosial yang berbasis pada paradigma kapitalis yang bertumpu

pada kepentingan para pemilik modal, menjadi pihak yang paling

bertanggung jawab dalam melahirkan berbagai kerusakan lingkungan

ekologi manusia yang menyangkut tata ruang, penggunaan sumber-sumber

kekayaan alam, air, minyak, dan gas bumi. Kekayaan alam Indonesia yang

dikelola dengan paradigma kapitalis tidak berhasil dalam meningkatkan

kesejahteraan rakyat. Negeri yang kaya dengan sumber-sumber daya alam,

seperti indonesia, masih bergumul dengan kemiskinan dan masalah-masalah

sosial yang masih akut, bahkan ledakan sosial akibat meningkatnya angka

pengangguran dan jumlah orang miskin, serta penyandang masalah

kesejahteraan sosial merupakan ancaman serius yang bisa menyulut gejolak

sosial atau bahkan revolusi sosial yang membahayakan eksistensi Negara

Kesatuan Republik Indonesia.(Usman Ismail, 2012, hlm. 12–13)

Dengan demikian, ada beberapa alasan yang memperkuat perlunya

merumuskan kembali pembangunan kesejahteraan berbasis pada al-Qur’an

yaitu, pertama, kaum muslim yang merupakan penduduk terbesar negeri ini

meyakini bahwa al-Qur’an itu firman Allah yang merupakan buku petunjuk

bagi manusia untuk menjalani hidup dan kehidupan dengan baik, kedua,

negeri ini sebuah negeri yang majemuk. Didirikan oleh berbagai komponen

bangsa. Ibarat sebuah perusahaan, kaum muslim adalah pemilik saham

terbesar. Oleh sebab itu, kaum muslim memiliki tanggung jawab yang besar

pula dalam membangun kesejahteraan bangsa ini. Ketiga, sumber dana untuk

membiayai pembangunan kesejahteraan sosial di negeri yang mayoritas

Muslim ini tidak mengandalkan pinjaman dari Bank Dunia yang merupakan

lembaga keuangan kapitalis, dan tidak juga datang dari bantuan asing, tetapi

dengan menggalang dana dari potensi umat Islam itu sendiri melalui zakat,

infaq, dan sedekah, serta wakaf sebagaimana yang dirintis oleh beberapa

kelompok umat dengan kelembagaan yang mandiri, manajemen modern

serta didukung oleh manusia-manusia yang amanah dan profesional.(Usman

Ismail, 2012, hlm. 13–14)

Page 4: KONSEP AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KESEJAHTERAAN SOSIAL ...

AT-TIBYAN Journal Of Qur’an and Hadis Studies Vol. 2 No. 2 (Desember 2019)

Konsep Al-Qur’an Dalam Membentuk Kesejahteraan Sosial (Ahmad Mustaniruddin) 38

PEMBAHASAN

Kesejahteraan Biologis

Dalam memenuhi kesejahteraan fisik biologis, tentunya manusia

memerlukan empat hal yang harus dipenuhi yaitu makanan, minuman,

pakaian dan tempat tinggal. Dalam kitab suci al-Qur’an banyak ayat yang

memuat tentang makanan dan minuman dalam berbagai konteks dan arti,

dalam hal ini kitab suci al-Qur’an selalu menekankan salah satu dua sifat

yakni halal (boleh) dan thayyib (baik). Bahkan ditemukan empat ayat yang

menggabungkan kedua sifat-sifat tersebut, yaitu QS. al-Baqarah ayat 168, QS.

al-Maidah ayat 88, QS al-Anfal ayat 69, QS al-Nahl ayat 114.(Shihab, 2013,

hlm. 287) Sama halnya dengan makan dan minum, dalam al-Qur’an juga

terdapat ayat-ayat yang menjelaskan tentang kebutuhan manusia terhadap

pakaian dan tempat tinggal seperti yang tertera pada QS. al-Nahl: 80 dan

81.(Departemen Agama RI, 2009, hlm. 276)

Adapun cara yang diberikan al-Quran untuk memenuhi kebutuhan

tersebut adalah bekerja mencari rezeki. Manusia merupakan makhluk

jasmaniah dan rohaniah yang memiliki sejumlah kebutuhan sandang, pangan,

papan, udara dan sebagainya. Guna memenuhi kebutuhan jasmaniah itu

manusia bekerja dan berusaha mencari rezeki walaupun tujuan itu tidak

semata-mata hanya untuk keperluan jasmaniah semata.(Rohim, 2011, hlm.

116)

Setiap manusia pada dasarnya wajib bekerja untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah. Sebagaimana firman

Allah dalam Q.S al-Tawbah: 105. Namun dalam bekerja, manusia diharuskan

untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan keadaan dan kemampuannya. Hal

ini dijelaskan dalam QS. al-Zumar: 39. Namun perlu diingat bahwa dalam

setiap kesibukan manusia mencari rezeki, manusia tidak boleh lupa

mengingat Allah dalam setiap pekerjaannya, karena segala keni’matan yang

ada didunia ini berasal dari Allah SWT dan manusia harus senantiasa

bersyukur kepada-Nya seperti yang tertulis dalam firman Allah QS. al-

Jumu’ah: 10.

Adapun tujuan bekerja setiap orang tergantung pada niatnya.

Sebagian orang tidak menghadirkan rasa religius dalam niat bekerjanya dan

akan berakibat kepada tidak merasa bahagia dalam bekerja. Mereka hanya

mendapat tujuan dari bekerjanya atau cukup secara jasmani namun tidak

bahagia batinnya. Padahal setiap pekerjaan yang baik, yang dilakukan oleh

seorang muslim karena Allah SWT termasuk jihad fi sabilillah.(Luth, 2011,

hlm. 25) al-Qur’an telah menegaskan bahwasanya yang perlu dicari adalah

keutamaan dan keridhaan dalam Q.S al-Baqarah: 207.

Page 5: KONSEP AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KESEJAHTERAAN SOSIAL ...

AT-TIBYAN Journal Of Qur’an and Hadis Studies Vol. 2 No. 2 (Desember 2019)

Konsep Al-Qur’an Dalam Membentuk Kesejahteraan Sosial (Ahmad Mustaniruddin) 39

Kesejahteraan Intelektual

Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran Islam,

hal ini terlihat dari banyaknya ayat al-Qur’an yang memandang orang

berilmu dalam posisi yang tinggi dan mulia disamping hadis-hadis nabi yang

banyak memberi dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut ilmu. Salah

satu ayat yang menyuruh kepada menuntut ilmu adalah pada QS. al-Tawbah:

122.(Departemen Agama RI, 2009, hlm. 206)

Selain mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan Ilmu

dan kearifan, al-Qur’an juga menempatkan orang yang berpengetahuan pada

derajat Tinggi,(Ghulsaniy, 1991, hlm. 3) seperti dalam QS. al-Mujadilah ayat

11.(Departemen Agama RI, 2009, hlm. 543)

Oleh karenanya al-Qur’an memerintahkan manusia untuk belajar.

Belajar dalam Islam bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan dan

perkembangan rasional saja, tetapi harus meliputi seluruh kebutuhan

jasmani dan rohani secara seimbang, tidak melihat unsur-unsur psikologinya

secara dikotomis. Konsep inilah yang sebenarnya melahirkan fikir dan dzikir

menjadi satu arah, dan menempatkan manusia sesuai dengan harkat dan

martabat manusia, baik sebagai individu, sosial ataupun makhluk spiritual.

Sehingga tujuan belajar untuk menempatkan manusia pada posisinya yang

paling mulia dapat tercapai. Manusia sejak lahir memiliki fitrah yang harus

senantiasa dikembangkan. Belajar merupakan media utama untuk

mengembangkannya. Islam telah menjelaskan secara rinci dan operasional

mengenai proses belajar, (pemahaman dan pengetahuan) Proses kerja sistem

memori (akal) dan proses penguasaan pengetahuan dan keterampilan. (Syah,

2006, hlm. 76)

Al-Qur’an hanya memberikan indikasi-indikasi yang sekiranya bisa

menjelaskan tentang ketiga proses itu. Al-Qur’an memberikan penekanan

pada signifikansi fungsi kognitif (aspek akliah) dan sensori (panca indera)

sebagai alat penting untuk belajar dengan sangat jelas. Ada beberapa kata

kunci yang termaktub dalam al-Qur’an yaitu: ya’qilun, yatafakkarun, yubsirun,

dan yasma’un. Dalam beberapa ayat al-Qur’an yang secara eksplisit ataupun

implisit mewajibkan orang untuk belajar agar memperoleh ilmu pengetahuan

sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. al-Zumar: 9.

Agar manusia tidak kosong akalnya maupun jiwa raganya, maka perlu

adanya pengisian melalui belajar. Manusia lahir dalam keadaan kosong, maka

Allah Swt memberikan bekal potensi yang bersifat jasmaniah untuk belajar

dengan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk

kemaslahatan manusia. Potensi-potensi tersebut dalam organ fisio-psikis

manusia berfungsi sebagai alat penting untuk melakukan kegiatan belajar

Page 6: KONSEP AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KESEJAHTERAAN SOSIAL ...

AT-TIBYAN Journal Of Qur’an and Hadis Studies Vol. 2 No. 2 (Desember 2019)

Konsep Al-Qur’an Dalam Membentuk Kesejahteraan Sosial (Ahmad Mustaniruddin) 40

yang berupa, indera penglihatan fungsinya untuk menerima informasi visual,

indera pendengaran, fungsinya untuk menerima informasi verbal, akal

potensi kejiwaan manusia, yang merupakan sistem psikis yang kompleks

untuk menyerap, mengelola, menyimpan, dan memproduksi kembali item-

item informasi dan pengetahuan (ranah kognitif).(Syah, 2006, hlm. 78) Hal

ini sejalan dengan firman Allah QS. al-Nahl: 78.

Daya nalar yang tercantum dalam ayat tersebut di atas sangat penting,

karena dengan daya nalar yang tinggi manusia mampu mengelola segala

potensi yang ada dalam dirinya untuk mewujudkan insan kamil. Begitu juga

dengan proses belajar yang merupakan proses untuk meningkatkan

kemampuan dan memfungsikan aspek-aspek fisio-psikis dalam ajaran Islam

yang telah ada sejak diciptakannya Adam sebagai manusia di bumi.(Najati,

1997, hlm. 170)

Kesejahteraan Psikis

Dalam memenuhi kesejahteraan emosi/psikis, tentunya manusia

memerlukan tiga hal yang harus dipenuhi yaitu rasa aman, cinta dan kasih

sayang dan saling menghormati dan menghargai.

Kedamaian dan rasa aman adalah syarat mutlak bagi tegak dan

sejahteranya suatu masyarakat. Keamanan dan kesejahteraan merupakan

dua hal yang saling terkait. Jika tak ada rasa aman, maka kesejahteraan tidak

dapat diraih dan dirasakan dan bila kesejahteraan tidak wujud, maka

keamanan tidak dapat terasa, bahkan kekacauan dan kegelisahan tumbuh

subur. Itu sebabnya ditemukan al-Qur’an menggarisbawahi keduanya bahkan

menyandingkannya antara lain dengan merekam permohonan Nabi Ibrahim

as. Pada QS. Al-Baqarah: 126.

Oleh karena rasa aman adalah sesuatu yang mutlak dibutuhkan. tidak

heran jika ditemukan sekian banyak firman Allah dalam al-Qur’an yang

mengindikasikan tentang keamanan bagi umat manusia, diantaranya adalah

pada QS. al-Nur: 55 dan QS. Quraisy: 4.

Untuk mencapai keamanan terdapat empat hal yang harus dilakukan

oleh manusia yaitu beriman dan bertaqwa, tidak berbuat syirik dan syukur

terhadap Nikmat yang telah Allah berikan.

Pada dasarnya orang yang beriman kepada Allah adalah orang yang

kuat. Kuat batin dan kuat jiwanya, sehingga tidak akan takut menghadapi

hidup dengan segala tantangan dan masalahnya. Karena itu, banyak

penjelasan dalam al-Qur’an yang menjelaskan bahwa beriman dan berbuat

baik tidak akan merasa takut dan tidak pula akan merasa khawatir. Hal ini

Page 7: KONSEP AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KESEJAHTERAAN SOSIAL ...

AT-TIBYAN Journal Of Qur’an and Hadis Studies Vol. 2 No. 2 (Desember 2019)

Konsep Al-Qur’an Dalam Membentuk Kesejahteraan Sosial (Ahmad Mustaniruddin) 41

dijelaskan dalam firman Allah QS. al-An’am: 48, QS. Fusshilat: 30 dan QS. al-

Nur: 55.

Begitu juga dengan taqwa. Hamka menjelaskan dalam tafsirnya Al-

Azhar bahwa dalam kalimat taqwa terkandung makna yang lebih

komprehensif yaitu cinta, kasih, harapan, cemas, tawakal, ridha, sabar, berani

dan lain-lain. Intinya adalah memelihara hubungan baik dengan Allah.

Dengan memperbanyak amal saleh, hal tersebut dilakukan bukan karena

takut akan tetapi kesadaran diri sebagai hamba Allah.(Hamka, 1985, hlm.

123)

Pengertian yang diberikan oleh Hamka diatas telah memberi

penjelasan bahwa kata taqwa bukan hanya menghindari adzab Allah sebagai

antisipasi menolak kemudharatan, akan tetapi memiliki semangat

keberagamaan (religious spirit) yakni dengan memperbaiki hubungan

vertikal (dengan Allah) dan juga horizontal (dengan Manusia). Ketika

hubungan vertikal telah terjalin, maka rasa aman akan dengan sendirinya

terbangun, sebab orang yang bertakwa meyakini bahwa hidupnya akan

selalu dijaga oleh Allah SWt. Rasa aman yang didapat tidak hanya sebatas

kehidupan dunia, namun juga di akhirat kelak. Sebagaimana yang dijelaskan

pada QS. al-Dukhan: 51 dan QS. al-Hijr: 45-46.

Selain iman dan taqwa, manusia juga tidak boleh menyekutukan Allah

(syirik). Ibnu Katsir dalam menafsirkan QS. al-An’am: 82 memaknai kata

zhulmin dengan memurnikan ibadah kepada Allah dan tidak

menyekutukannya, sebab kata zhulmin pada ayat tersebut dimaknai dengan

syirik berdasarkan hadits Nabi riwayat al-Bukhori bahwa ketika ayat di atas

diturunkan, para sahabat Nabi berkata “siapakah diantara kita yang tidak

berbuat zalim terhadap dirinya sendiri?” lalu turunlah firman Allah QS.

Luqman: 13. Keseluruhan ayat ini mengisyaratkan bahwa siapa saja yang

memurnikan ibadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya, ia akan

mendapatkan keamanan pada hari kiamat dan mendapat hidayah dunia dan

akhirat.(Ismail bin Katsir al-Dimsyiqi, 2000, hlm. 101)

Terakhir adalah bersyukur terhadap nikmat Allah. Hakikat syukur

adalah menampakkan nikmat, sedangkan hakikat kufur adalah

menyembunyikannya. Menampakkan nikmat antara lain berarti

menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan yang dikehendaki oleh

pemberinya, juga menyebut-nyebut nikmat dan pemberinya dengan

lidah.(Shihab, t.t., hlm. 216) Artinya hakikat syukur adalah mempergunakan

nikmat yang dikaruniakan Allah swt untuk berbuat ketaatan kepada Allah

swt guna mendekatkan diri kepada Allah swt.

Page 8: KONSEP AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KESEJAHTERAAN SOSIAL ...

AT-TIBYAN Journal Of Qur’an and Hadis Studies Vol. 2 No. 2 (Desember 2019)

Konsep Al-Qur’an Dalam Membentuk Kesejahteraan Sosial (Ahmad Mustaniruddin) 42

Adapun diantara manfaat syukur itu adalah kembalinya kebaikan

pada dirinya sendiri sebagaimana dalam QS. Al-Naml ayat 40, dan merasakan

keamanan sebagaimana dalam QS. Al-Nahl: 112.

Selanjutnya rasa cinta dan kasih sayang. Semua makhluk ciptaan Allah

di dunia ini memiliki kondisi dan potensi masing-masing. Begitu juga

manusia, dalam kapasitasnya sebagai makhluk yang paling sempurna -

dengan akal, perasaan, dan nafsu yang dimilikinya. Dalam fitrah manusia

sebagai makhluk yang mempunyai perasaan, salah satu potensi yang dimiliki

oleh manusia adalah potensi rasa kasih sayang yang ada pada dirinya sejak

lahir. Kasih sayang adalah fitrah karena merupakan bagian dari kebutuhan

manusia.(Jalaluddin, 2002, hlm. 234) Seperti dalam QS. Al-Rum: 21 dan QS. al-

Balad: 17.

Terwujudnya kasih sayang antar manusia merupakan kebutuhan

penting dalam kehidupan masyarakat yang sejahtera, karena tidak ada alasan

bagi mereka untuk melakukan masalah dan mengembangkan permasalahan,

karena masing-masing sudah bisa menjalani kehidupan dengan baik dan

tentu ingin dipertahankan. Pada masyarakat yang sejahtera berkembanglah

rasa kasih dan sayang antar sesama. Kebahagiaan dan kesejahteraan dalam

kehidupan masyarakat akan terwujud manakala manusia saling menyayangi.

Di samping itu keindahan hidup juga bisa dilihat dan dirasakan bila kasih

sayang antar sesama dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari. Paling tidak,

ada enam hal yang harus diwujudkan sebagai cermin dari saling menyayangi

antar sesama manusia. Yaitu, saling menghormati (QS. Al-Hujurat: 11), tolong

menolong (QS al-Maidah: 2), saling memberi nasihat (QS. al-‘Ashr: 2-3),

melindungi keselamatan harta dan jiwa (QS. Al-Baqarah: 179), saling

memaafkan (QS. al-Shura>: 40), dan saling memberi hadiah (QS. Al-Naml:

35).

Sama halnya dengan dua hal di atas, manusia juga perlu saling

menghormati dan menghargai. Kehormatan dan harga diri adalah sesuatu

yang harus dijaga dan tak boleh mati. Kebenaran yang akhirnya melahirkan

martabat dan martabatlah yang membuat segala menjadi terhormat. Harga

diri adalah wujud dari keinginan untuk tetap terhormat. Terhormat adalah

sebuah tindakan untuk menjaga martabat dengan melakukan tindakan

berdasarkan asas kebenaran dan tatanan.

Di antara ajaran al-Qur’an tentang menjaga harga diri dan kehormatan

adalah tidak adanya paksaan dalam beragama pada QS. al-Baqarah: 256,

Menjaga lidah pada QS. al-Nur: 4 dan menghormati wanita pada QS. Al-Nur:

30-31.

Page 9: KONSEP AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KESEJAHTERAAN SOSIAL ...

AT-TIBYAN Journal Of Qur’an and Hadis Studies Vol. 2 No. 2 (Desember 2019)

Konsep Al-Qur’an Dalam Membentuk Kesejahteraan Sosial (Ahmad Mustaniruddin) 43

Cara pertama yang diberikan oleh al-Qur’an untuk menjaga

kehormatan dan harga diri adalah dengan berusaha menahan pandangan dan

menjaga kemaluan baik bagi laki-laki maupun perempuan. Sebagaimana yang

dijelaskan dalam Q.S. al-Nur: 30-31.

Pada ayat ini, perintah pertama untuk menjaga pandangan adalah

ditujukan kepada kaum laki-laki, karena kaum laki-laki mempunyai potensi

lebih besar menggoda dari pada kaum perempuan. Sedang bagi perempuan,

perintah ini adalah dalam rangka untuk menjunjung tinggi martabat dan

kemuliaan seorang perempuan. Untuk itu, al-Qur’an juga memerintahkan

agar kaum perempuan memalingkan pandangannya dari hal-hal yang

dilarang, seperti melihat laki-laki dengan penuh nafsu. Perintah ini tidak

terlepas dari pergaulan atau interaksi sosial antara laki-laki dan perempuan

yang tidak dapat dielakkan. Hal ini memungkinkan antara laki-laki dengan

perempuan untuk saling melihat dan bergaul, sehingga tidak menutup

kemungkinan aurat dari keduanya (baik laki-laki dan terlebih perempuan)

terbuka. Tidak hanya itu, pada ayat yang sama pula, terdapat perintah untuk

menjaga kemaluan bagi keduanya.

Jadi, dalam hal ini antara kaum laki-laki dan kaum perempuan

mendapatkan perintah dan mempunyai tanggung jawab yang sama, yaitu

sama-sama menjaga pandangan dan memelihara kemaluan mereka. Manusia

laki-laki dan perempuan diberi syahwat kelamin agar supaya mereka tidak

punah dan musnah dari muka bumi ini. Laki-laki memerlukan perempuan

dan perempuan juga memerlukan laki-laki. Tidak hanya manusia saja, namun

binatangpun juga sama. Perbedaannya adalah manusia diberi karunia oleh

Allah dengan akal dan akal sendiri menghendaki hubungan-hubungan yang

teratur dan bersih. Sedangkan hewan tidak diberi akal sebagaimana manusia.

Dengan adanya pemberian anugerah tersebut, tentunya dalam hal ini harus

ada perbedaan antara sikap manusia dan hewan. Syahwat adalah keperluan

hidup dan akan menjadi baik jika digunakan sebagaimana mestinya dan akan

menjadi malapetaka jika tidak digunakan sebagaimana mestinya. Selain itu

menjaga syahwat juga salah satu cara untuk menjaga kehormatan dan harga

diri manusia. (Hamka, 1985, hlm. 492)

Adapun cara kedua adalah tidak meminta-minta. Seseorang yang

meminta-minta kepada orang lain baik harta atau segala kebutuhannya tanpa

ada kebutuhan dan tuntutan yang mendesak, mengandung kehinaan kepada

selain Allah SWT sebagaimana dijelaskan pada QS. Al-Baqarah:

273.(Departemen Agama RI, 2009, hlm. 46)

Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat tersebut berkomentar bahwa

Allah berkehendak agar mereka tidak memelas dalam meminta-minta dan

Page 10: KONSEP AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KESEJAHTERAAN SOSIAL ...

AT-TIBYAN Journal Of Qur’an and Hadis Studies Vol. 2 No. 2 (Desember 2019)

Konsep Al-Qur’an Dalam Membentuk Kesejahteraan Sosial (Ahmad Mustaniruddin) 44

mereka tidak memaksa manusia dengan sesuatu yang mereka tidak

butuhkan, sebab orang yang meminta-minta padahal dia memiliki sesuatu

yang bisa mencegahnya dari meminta-minta maka sungguh dia termasuk

orang yang meminta-minta kepada manusia secara memaksa.(Ismail bin

Katsir al-Dimsyiqi, 2000, hlm. 447)

Kesejahteraan Spiritual

Secara naluri, manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan di luar

dirinya. Dapat dilihat ketika manusia mengalami kesulitan hidup, musibah,

dan berbagai bencana. Manusia mengeluh dan meminta pertolongan kepada

sesuatu yang serba maha, yang dapat membebaskannya dari keadaan

tersebut. Naluriah membuktikan manusia perlu beragama dan

membutuhkan Sang Khaliknya.(Yatimin, 2006, hlm. 37) Sekurang-kurangnya

ada tiga alasan yang melatarbelakangi perlunya manusia terhadap

agama,(Nata, 2011, hlm. 16) yaitu fitrah manusia pada QS. Al-Rum: 30,

kelemahan dan kekurangan manusia pada QS. al-Qamar: 49, serta tantangan

manusia pada QS. al-Isra’: 53 dan QS. al-Anfal : 36.

Orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, pasti mengimani dan

meyakini bahwa hanya Islam sajalah agama yang terbaik dan benar sebagai

pedoman beribadah dan pedoman hidup di dunia. Sebab ia meyakini bahwa

segala yang dikatakan Allah dan Rasul-Nya pasti benar dan baik sebagaimana

firman Allah dalam QS. Ali Imran: 19.

Ayat tersebut merupakan berita dari Allah bahwa tidak ada agama

siapapun yang diterima di sisi-Nya, kecuali Islam. Sedangkan Islam ialah

ittiba' (mengikuti) ajaran Rasul-rasul Allah yang diutus untuk tiap-tiap masa,

sampai akhirnya. ditutup dengan Muhammad sebagai rasul terakhir.

Sehingga semua jalan menuju Allah tertutup kecuali melalui jalan

Muhammad. Karenanya, siapa yang menghadap Allah (setelah diutusnya

Nabi Muhammad) dengan menggunakan agama yang tidak berdasarkan

syari'at beliau, maka tidak akan diterima.(Ismail bin Katsir al-Dimsyiqi, 2000,

hlm. 36) Seperti halnya Firman Allah pada QS. Ali Imran: 85.

Dengan kata lain, bahwa selain Islam adalah agama yang batil. Tidak

akan membawa kebaikan dunia dan tidak pula akhirat. Sebab agama selain

Islam, tidak diakui dan tidak dibenarkan oleh Allah sebagai pedoman, baik

dalam hal ibadah maupun mu'amalah duniawi. Kesempurnaan Islam adalah

kesempurnaan yang meliputi segala aspek, untuk tujuan kebahagiaan masa

depan yang abadi dan tanpa batas. Yaitu kebahagiaan tidak saja di dunia,

tetapi bahkan di akhirat.

Page 11: KONSEP AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KESEJAHTERAAN SOSIAL ...

AT-TIBYAN Journal Of Qur’an and Hadis Studies Vol. 2 No. 2 (Desember 2019)

Konsep Al-Qur’an Dalam Membentuk Kesejahteraan Sosial (Ahmad Mustaniruddin) 45

Selain agama, manusia juga perlu menemukan makna dan tujuan

hidup. Al Quran adalah pedoman bagi manusia untuk menemukan makna

hidup yang sebenarnya. Kehidupan terbagi menjadi dua yaitu kehidupan

dunia dan kehidupan akhirat, banyak ayat al-Qur’an yang menjelaskan

tentang hal tersebut, di antaranya pada QS. Ghafir: 11.

Al Qur’an menjelaskan bahwa kehidupan kini bukanlah akan berlalu

tanpa akibat, tetapi berlangsung dengan catatan atas semua gerak zahir dan

batin yang menentukan nilai setiap individu untuk kehidupan di alam

akhirat, dimana kehidupan akan terpisah antara yang beriman dan yang

kafir. Oleh karenanya al-Qur’an mengisyaratkan tujuan manusia untuk hidup

yaitu ampunan Allah serta surga dan neraka serta Menggapai ridho Allah

seperti dalam firman Allah QS. Ali Imran: 133, QS. al-Tin: 4-6. Dan QS. al-

Tawbah: 72.

Adapun makna dari kehidupan ini telah tergambar dalam al-Qur’an

secara jelas yaitu pertama sebagai sarana penghambaan diri pada QS. al-

Dzariyat: 56, kedua sebagai ujian pada QS. al-Mulk: 2 dan QS. al-Baqarah:

155-156, dan yang ketiga adalah sebagai cara untuk menuju kehidupan yang

lebih baik dan kekal yaitu negeri akhir pada QS. Ali Imran: 14, Qs. al-Dhuha: 4

dan QS. Ghafir: 39.

Untuk itu, dalam menemukan makna dan tujuan hidup, manusia perlu

menjalankan segala Ibadah kepada Allah. Pada QS. Al-Baqarah: 21-22 Allah

memanggil seluruh umat manusia di setiap tempat dan di setiap masa. Allah

memerintahkan mereka untuk merealisasikan tujuan penciptaan mereka

yaitu beribadah kepada-Nya yang mencakup unsur menjalankan perintah-

Nya, menjauhi larangan-Nya dan membenarkan berita-Nya. Dalam

menegaskan ayat ini, Allah menyertakannya dengan memperkenalkan Dzat-

Nya kepada manusia agar mereka mengenal sifat-sifat keagungan dan

kesempurnaan-Nya. Tujuannya, agar mereka menyadari dan lebih mudah

menyambut perintah ini dan akhirnya menjalankan ibadah kepada-Nya yang

akan menyelamatkan mereka dari siksa-Nya dan mendatangkan ridha dan

jannah bagi mereka.(Abu Bakar al-Jaziry, 2003, hlm. 170–172)

Allah menyebutkan langit dan bumi di antara nikmat-nikmat yang Dia

sebutkan bagi mereka, karena melalui keduanya, mereka mendapatkan

makanan pokok, rezki dan penghidupan serta penopang dunia mereka.

Kemudian Allâh SWT menyebutkan bahwa Dzat yang menciptakan keduanya

dan seluruh yang ada di dalam keduanya serta seluruh kenikmatan di

dalamnya Dialah yang berhak ditaati oleh mereka dan berhak disyukuri dan

diibadahi oleh mereka.(al-Thabari, 1994, hlm. 135)

Page 12: KONSEP AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KESEJAHTERAAN SOSIAL ...

AT-TIBYAN Journal Of Qur’an and Hadis Studies Vol. 2 No. 2 (Desember 2019)

Konsep Al-Qur’an Dalam Membentuk Kesejahteraan Sosial (Ahmad Mustaniruddin) 46

Selain beribadah, manusia juga harus bersabar atas ujian dan cobaan.

‘Abdurrahman al-Sa’di dalam menafsirkan QS. Ali Imran: 186 menjelaskan

bahwa Allah SWT mengabarkan dan mengatakan kepada kaum Mukminin

bahwa mereka akan diuji pada harta mereka melalui (perintah untuk)

mengeluarkan nafkah-nafkah wajib dan yang sunat serta terancam hilang

harta untuk (berjuang) di jalan Allâh SWT . (Mereka juga akan diuji) pada

jiwa-jiwa mereka dengan diberi berbagai beban berat bagi banyak orang,

seperti jihad di jalan Allah atau tertimpa penyakit. Oleh karena itu, Allah SWT

berkata, ‘Jika kamu bersabar dan bertakwa’ maksudnya, jika kalian bersabar

atas segala kejadian pada harta dan diri kalian berupa ujian, cobaan dan

gangguan dari orang-orang zhalim, serta kalian dapat bertakwa kepada Allah

SWT dalam kesabaran itu dengan niat mengharap wajah Allah dan

mendekatkan diri kepada-Nya, dan kalian tidak melampaui batas kesabaran

yang ditentukan oleh syariat, maksudnya tidak boleh bersabar atau menahan

diri pada saat syari’at mengharuskan membalas perlakuan musuh-musuh

Allah. (Maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut

diutamakan) artinya itu termasuk perkara yang harus didahulukan dan

meraihnya dengan berlomba-lomba. Tidak ada yang diberi taufik untuk dapat

melakukan ini kecuali orang-orang yang memiliki tekad kuat dan semangat

tinggi.(al-Sa’di, 2001, hlm. 160)

Tentunya dalam hidup, ada hal yang harus diprioritaskan, yaitu

Memprioritaskan kehidupan akhirat. Keberhasilan yang dikejar secara

serius oleh orang yang bertakwa ialah keberhasilan di akhirat. Baginya

keberhasilan di dunia merupakan sesuatu yang bersifat supplementary

(faktor pelengkap) saja. Tetapi keberhasilan di akhirat adalah sesuatu yang

tidak boleh ditawar sedikitpun karena merupakan faktor utama. ia meyakini

bahwa kehidupan sebenarnya adalah di negeri akhirat. Sedangkan kehidupan

di dunia tidak lain hanyalah senda-gurau dan permainan belaka. Seperti

firman Allah dalam QS. al-‘Ankabut: 64. Oleh karena dunia ini hanyalah

berupa senda gurau dan main-main belaka, Allah memerintahkan manusia

untuk mencari kehidupan yang lebih baik yaitu kehidupan akhirat seperti

dalam firman-Nya QS. al-Qashas: 77.

Dan yang terakhir adalah manusia harus berlomba-lomba dalam

berbuat kebaikan. Perintah untuk berlomba-lomba dalam kebaikan terdapat

dalam QS. Al-Baqarah: 148. Berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan berarti

menaati dan patuh untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi

larangannya dengan semangat yang tinggi. Allah akan membalas orang yang

beriman, berbuat baik dan suka menolong dengan surga dan berada

Page 13: KONSEP AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KESEJAHTERAAN SOSIAL ...

AT-TIBYAN Journal Of Qur’an and Hadis Studies Vol. 2 No. 2 (Desember 2019)

Konsep Al-Qur’an Dalam Membentuk Kesejahteraan Sosial (Ahmad Mustaniruddin) 47

didalamnya kekal selama-lamanya sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-

Maidah: 85.

Kesejahteraan Sosial

Hubungan antar manusia di dalam al Qur’an adalah adanya

penciptaan Allah yang berbeda-beda dalam kehidupan manusia seperti laki-

laki dan perempuan, suku-suku yang banyak, berbangsa-bangsa, bahasa yang

berbeda-beda, serta warna kulit yang tidak sama dan berbagai

keanekaragaman lainnya agar manusia tersebut saling mengenal satu sama

lainnya dan bukan untuk menjelekkan perbedaan tersebut. Namun,

bagaimana mereka bisa bersatu dengan segala perbedaan tersebut untuk

menciptakan sebuah kehidupan yang harmonis yang penuh dengan

kedamaian, karena manusia adalah makhluk sosial yang saling

membutuhkan satu sama lainnya dan mereka tidak akan bisa hidup dengan

individu mereka sendiri. Sebagaimana firman Allah dalam QS. al-Hujurat: 13.

Kesempurnaan fitrah seseorang bisa dilihat dari mampunya ia

berinteraksi dengan sesama manusia. Manusia merupakan makhluk sosial

yang tak akan lepas dari sebuah keadaan yang bernama interaksi. Begitu

luasnya daratan serta lautan yang membentang dari timur hingga barat yang

sebagiannya dihuni oleh manusia dengan ragam peradaban serta adat

istiadat. Bermulanya peradaban suatu masyarakat tentu tidak terlepas dari

adanya interaksi sosial yang terjadi diantara manusia, baik diantara anggota

masyarakat dalam satu komunitas maupun interaksi yang terjadi dengan

anggota masyarakat lain diluar komunitasnya.(Ahmad Durah, 2007, hlm. 99)

Sudah umum diketahui bahwa Al-Qur’an memberi perhatian khusus

pada (hak-hak) keluarga, tetangga, dan para sahabat, Namun dalam porsi

yang sama, ia menaruh perhatian pada hak-hak kaum muslimin sebab

sesama muslim tentu bersaudara. Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan

Imam al-Bukhari disebutkan bahwa Hak seorang muslim atas muslim lainnya

ada enam, yaitu mengucap salam ketika bertemu, memenuhi undangannya,

memberinya nasihat jika diminta, mengucap yarhamukallah ketika ia bersin

dan mengucap hamdalah, menjenguknya ketika sakit dan mengiringi

jenazahnya ketika meninggal. (Hajjaj, 2004, hlm. 1085–1086) Oleh karena

itu, untuk menjamin terciptanya sebuah persaudaraan antar sesama muslim,

Allah Swt memberikan beberapa petunjuk yang menunjang lahirnya

persaudaraan tersebut yaitu, prinsip persamaan (QS. al-Hasyr: 9), prinsip

perdamaian (QS. Al-Hujurat: 10), dan menghindari sikap-sikap tercela (QS Al-

Hujurat: 11-12).

Page 14: KONSEP AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KESEJAHTERAAN SOSIAL ...

AT-TIBYAN Journal Of Qur’an and Hadis Studies Vol. 2 No. 2 (Desember 2019)

Konsep Al-Qur’an Dalam Membentuk Kesejahteraan Sosial (Ahmad Mustaniruddin) 48

Implementasi Teori Al-Qur’an Tentang Kesejahteraan Sosial Menuju

Masyarakat Madani di Indonesia

Indonesia sesungguhnya telah menanamkan prinsip-prinsip al-Qur’an

pada ideologi negaranya yaitu pancasila. lima asas penting dalam pancasila

yaitu, ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,

persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan perwakilan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia, telah sejalan dengan prinsip-prinsip bernegara menurut al-Qur’an

seperti yang telah disebutkan pada pembahasan sebelumnya. Selain itu, Asas-

asas dalam penyelenggaraan kesejahteraan di Indonesia pada Undang-

undang Republik Indonesia No. 11 tahun 2009 seperti kesetiakawanan,

keadilan, kemanfaatan, keterpaduan, kemitraan, keterbukaan, akuntabilitas,

partisipasi, profesionalitas dan keberlanjutan juga sejalan dengan prinsip-

prinsip al-Qur’an.

Hal ini wajar terjadi, sebab dalam rumusan ideologi dan konstitusi

tersebut, substansi negara Indonesia adalah berbentuk negara yang religius

(religious nation state). Negara tidak menafikan peran agama, dan agama juga

tidak menolak eksistensi negara. Antara agama dan negara memiliki peran

penting dalam menyukseskan cita-cita kemerdekaan RI, yaitu mewujudkan

kesejahteraan sosial dan mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara

dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Islam tidak perlu menuntut negara atau pemerintah Indonesia

menjadi negara atau pemerintah Islam. Baginya adalah substansi atau esensi-

esensinya, bukan bentuk formalnya yang sangat simbolis.(Madjid, 1984, hlm.

31) Pembentukan negara adalah suatu kewajiban bagi umat manusia dalam

bentuk demokratis, meskipun tidak ada keharusan dari Islam dalam bentuk

negara Islam, karena membentuk negara itu dapat memberikan beberapa

prinsip yang dipakai dalam mewujudkan masyarakat dimaksud, yaitu:

Pertama, pemerintahan yang adil dan demokratis (musyawarah), kedua,

organisasi pemerintah yang dinamis, ketiga, kedaulatan.(Madjid, 1984, hlm.

227)

Masalah integrasi keislaman dan ke-indonesiaan semakin konkrit,

ketika Nurcholis Madjid menjelaskan hubungan Islam dan ideologi Pancasila.

Ia berpendapat bahwa kaum muslim Indonesia menerima Pancasila dan UUD

1945 dengan pertimbangan yang jelas. Kedudukan Pancasila dan UUD 1945

menurutnya, sama kedudukan dan fungsi dokumen politik pertama dalam

sejarah Islam, yaitu Piagam Madinah, dan umat pada masa Rasulullah

menerima konstitusi Madinah dalam rangka menyetujui kesepakatan

Page 15: KONSEP AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KESEJAHTERAAN SOSIAL ...

AT-TIBYAN Journal Of Qur’an and Hadis Studies Vol. 2 No. 2 (Desember 2019)

Konsep Al-Qur’an Dalam Membentuk Kesejahteraan Sosial (Ahmad Mustaniruddin) 49

bersama dalam membangun masyarakat politik bersama.(Madjid, 1983, hlm.

63)

Namun pada kenyataannya Pancasila dan UUD 1945 itu sendiri tidak

dijalankan secara utuh oleh pemerintah Indonesia. Masa orde lama misalnya,

disebut dengan masa liberal, karena dalam politik maupun sistem

ekonominya menggunakan prinsip-prinsip liberal. Perekonomian diserahkan

pada pasar sesuai teori-teori mazhab klasik. Berbeda dengan orde lama. Orde

baru yang saat itu di pimpin oleh Soeharto bercita-cita meletakkan kembali

tatanan seluruh kehidupan rakyat, bangsa dan negara pada kemurnian

pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945. Tekad orde baru ialah melaksanakan

Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Namun maraknya

KKN, kesenjangan sosial dan pembangunan yang tidak merata, ditambah

dengan Krisis moneter yang terjadi tahun 1997 dan terjadinya inflasi,

mengakibatkan dampak ekonomi yang sangat buruk bagi indonesia sehingga

membuat tatanan Negara menjadi kacau sehingga berujung pada

ketidakpuasan rakyat dan penggantian kursi kepresidenan.

BJ. Habibie sebagai pelopor era reformasi yang saat itu menjabat

sebagai presiden pengganti Soeharto, menghadapi keberadaan Indonesia

yang serba parah, baik dari segi ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Cara-

cara yang dilakukan oleh Habibie adalah berusaha untuk dapat mengatasi

krisis ekonomi dan politik. Namun sampai akhir jabatannya tetap tidak

mampu menaikkan kembali kondisi keterpurukan yang di alami oleh

Indonesia.(Hakim & Giovani, 2012, hlm. 169)

Melanjutkan era reformasi Habibie, Abdurahman Wahid (Gus Dur)

bersama kabinetnya menolak melanjutkan semua hasil kerja keras kabinet

pemerintahan Habibie misalnya Departemen Koperasi dan Pengusaha Kecil

Menengah (PKM), yang selama pemerintahan Habibie menjadi lokomotif

ekonomi kerakyatan oleh Presiden Abdurrahman Wahid dijadikan

kementerian nonportofolio atau menteri negara non Departemen.(Rafick,

2008, hlm. 211)

Meskipun begitu ditengah anggaran negara yang minus sekitar Rp 42

triliun, sepanjang tahun 2000 ekonomi Indonesia menggeliat pasti. tahun

2000-an ketika Presiden Abdurrahman Wahid berkuasa pertumbuhan

ekonomi Indonesia mencapai 3-4% dari sebelumnya yang hanya 0.13% pada

tahun 1999. Sementara inflasi bertengger pada angka terkendali, sekitar 7%.

Naiknya harga minyak dan gas bumi juga menjadi faktor penting dalam

menambah pemasukan keuangan Negara. Pemerintahan Abdurahman Wahid

juga memiliki gagasan sekuritisasi aset yaitu aset- aset negara, terutama

barang tambang bisa dinilai dulu, kemudian pemerintah bisa mengeluarkan

Page 16: KONSEP AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KESEJAHTERAAN SOSIAL ...

AT-TIBYAN Journal Of Qur’an and Hadis Studies Vol. 2 No. 2 (Desember 2019)

Konsep Al-Qur’an Dalam Membentuk Kesejahteraan Sosial (Ahmad Mustaniruddin) 50

saham atas aset-aset Negara tersebut yang kemudian diperjual-belikan

dipasar modal untuk membiayai pembangunan nasional, namun sayangnya

hal itu tidak dapat terwujud karena Abdurrahman Wahid berhasil

dilengserkan oleh MPR melalui Sidang Istimewa kedudukannya kemudian

digantikan oleh Megawati.(Rafick, 2008, hlm. 218)

Kebijakan ekonomi masa pemerintahan Megawati adalah Privatisasi

Badan Usaha Milik Negara, Program pengelolaan hutang luar negeri, investasi

asing, Usaha Kecil Menengah dan restrukturisasi dalam bidang keuangan.

Program privatisasi tersebut bertujuan mengembangkan potensi keuntungan

usaha yang telah dirintis oleh BUMN. Selain itu, privatisasi memungkinkan

pemerintah memiliki beberapa opsi eksplorasi sumber-sumber langka untuk

menurunkan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan sosial.(Muchtar,

2002, hlm. 118)

Namun Megawati dianggap gagal melaksanakan agenda reformasi dan

tidak mampu mengatasi krisis bangsa. Menurut beberapa pengamat politik

dan pemerintahan, kebijakan pemerintah Megawati sepanjang tahun

2002 cenderung mengabaikan aspirasi rakyat dan hanya berorientasi pada

kepentingan kalangan tertentu serta tidak mampu melepaskan Indonesia

dari tekanan pihak-pihak asing. Tidak ada upaya pemberantasan KKN,

sebaliknya praktik korupsi makin terang-terangan dan meluas, kebijakan

pemerintah yang memberi pengampunan terhadap sejumlah koruptor jelas

mengingkari nilai keadilan.

Pada masa pemerintahannya, Susilo Bambang Yudhoyono banyak

melakukan perubahan kebijakan khususnya di bidang perekonomian antara

lain adalah mengganti pola kebijakan perekonomian yang selama ini

mengarah ke Amerika Serikat (arah ini sudah di anut sejak era Orba–sebut

saja (America’s Way), ke arah China (China’s Way). Satu hal yang paling

menonjol dalam “China’s Way” adalah agresifitas yang dimulai dalam

membangun infrastruktur dan serta cara nyata dan konsisten tanpa pandang

bulu dalam mencegah dan membasmi korupsi. SBY melakukan pembangunan

berkelanjutan selama masanya menjabat sebagai presiden 2 kali berturut-

turut. Salah satu contoh pembangunan berkelanjutan tersebut adalah

kebijakan subsidi BBM, pembentukan perumahan murah bagi rakyat yang

akan menampung rakyat miskin yang hidup di kolong jembatan, juga

golongan rakyat lain yang belum punya rumah layak.

Meskipun bedasarkan hasil survey LSI tahun 2010 masyarakat

mengaku puas, namun ada banyak hal pula yang ternyata menjadi keburukan

pemerintahan SBY, antara lain adalah banyaknya kasus bersar yang belum

tuntas ditangani pemerintah, seperti kasus Bank Century, kasus pembunuhan

Page 17: KONSEP AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KESEJAHTERAAN SOSIAL ...

AT-TIBYAN Journal Of Qur’an and Hadis Studies Vol. 2 No. 2 (Desember 2019)

Konsep Al-Qur’an Dalam Membentuk Kesejahteraan Sosial (Ahmad Mustaniruddin) 51

aktivis HAM Munir dan kasus dugaan suap atas Nazaruddin.(Muchtar, 2002,

hlm. 316)

Dilihat dari akar sejarah berdirinya Indonesia terutama dalam

pembentukan pancasila dan UUD 1945 sebagai pondasi negara, peneliti

dapat mengambil kesimpulan bahwa sesungguhnya para pendiri Indonesia

telah menanamkan prinsip-prinsip al-Qur’an dalam pondasi negaranya.

Melihat hal ini, secara teoritis Indonesia berkesempatan untuk menjadi

tatanan masyarakat terbaik yang disebut masyarakat madani apabila pondasi

ini dijalankan dengan semaksimal mungkin dengan tetap berpanduan kepada

al-Qur’an dan Hadits Nabi.

Adapun Indonesia hari ini mempunyai pekerjaan rumah yang sangat

banyak dalam usaha memperbaiki tatanan Negara agar kesejahteraan sosial

di Indonesia dapat terwujud. Jangan sampai Indonesia kalah dengan Negara

lain dalam hal mensejahterakan rakyatnya. Hal yang perlu dilakukan

Indonesia adalah menyadarkan setiap individu warga negaranya agar mau

berpedoman dan mengaplikasikan ajaran al-Qur’an dalam kehidupan

bermasyarakat dan bernegara. Apabila setiap individu telah menjadi manusia

yang terbaik, maka dimanapun posisi dan kedudukannya, baik menjadi

masyarakat ataupun pejabat pemerintahan terutama pemimpin, maka ia

akan menjalankan prinsip-prinsip al-Qur’an dalam kehidupannya.

Pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan berdasarkan al-Qur’an

dan masyarakat dalam menjalankan kehidupan bermasyarakatnya juga

berdasarkan ajaran al-Qur’an. Jika hal ini dapat terealisasikan, maka

kesejahteraan akan dapat dirasakan dan masyarakat madani akan mampu

untuk diwujudkan di Negara Indonesia yang tercinta ini.

PENUTUP

Konsep al-Qur’an dalam membentuk kesejahteraan sosial menuju

masyarakat madani adalah dengan mengedepankan nilai-nilai ketuhanan

dalam segala aktivitas kemanusiaan serta melapisi dimensi material dengan

dimensi spiritual yang dibangun di atas pilar agama.

Keadaan umat Islam di Indonesia tidak sesuai dengan apa yang

dinginkan oleh al-Qur’an. Perhatian ummat Islam terhadap ketimpangan

sosial sangat kurang sehingga kesejahteraan sosial tidak mampu diwujudkan

secara sempurna. Melihat permasalahan tersebut, maka perlu dirumuskan

paradigma baru, yang lebih memberi perhatian kepada aspek sosial

masyarakat sebagai prasyarat tercapainya kesejahteraan sosial.

Sasaran kesejahteraan sosial dalam al-Qur’an adalah sesuai dengan

sistem kemanusiaan Yaitu kehidupan rohani dan jasmani. Indikator

Page 18: KONSEP AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KESEJAHTERAAN SOSIAL ...

AT-TIBYAN Journal Of Qur’an and Hadis Studies Vol. 2 No. 2 (Desember 2019)

Konsep Al-Qur’an Dalam Membentuk Kesejahteraan Sosial (Ahmad Mustaniruddin) 52

kesejahteraan sosial dalam al-Qur’an tidak saja tercermin dalam

kesejahteraan lahiriah, melainkan juga tercermin dalam kehidupan rohaniah.

Sebab persoalan keterbalakangan, kebodohan dan kemiskinan bukan hanya

dikarenakan ada faktor-faktor rohani seperti mental, motivasi dan

pemahaman terhadap suatu sistem nilai yang dianut.

Dalam soal kesejahteraan rohani, perbaikan yang harus dilakukan

adalah bagaimana menjadikan sistem nilai yang dianut (tauhid)

sebagai ruh, spirit dan etos dalam melakukan aktifitas kehidupan. Dengan

kata lain, bagaimana mengfungsikan sistem aqidah (keimanan) seseorang

agar mampu berbuat lebih baik didunia ini. Sedangkan dalam kesejahteraan

sosial, Islam menekankan pada upaya memberantas kemiskinan, kebodohan,

dan keterbelakangan. Selain itu, juga mengutamakan penyantunan terhadap

fakir miskin, anak yatim dan orang tua. Penekanan terhadap obyek-obyek

tersebut dikarenakan, memang dalam kenyataannya masalah tersebutlah

yang harus dibenahi. Sebab masalah-masalah tersebut adalah persoalan

abadi yang ada di setiap tempat dan kurun waktu.

REFERENSI

Abu Bakar al-Jaziry, J. (2003). Aysar al-Tafasir li Kalami ‘Aliy al-Kabir.

Madinah: Maktabah al-Ulum wa al-Hikam.

Ahmad Durah, S. M. Y. (2007). Pustaka Pengetahuan Al-Qur’an. Jakarta: PT

Rehal Publika.

al-Thabari, I. J. (1994). Tafsir al-Thabari. Beirut: Muassasah al-Risalah.

al-Sa’di, A. bin N. (2001). Taysir al-Karim al-Rahman. Riyadh: Makatabah al-

Abikan.

Azra, A. (2008). Kajian Tematik al-Qur’an tentang Kontruksi Sosial. Bandung:

Angkasa.

Departemen Agama RI. (2009). Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung:

Diponegoro.

Ghulsaniy, M. (1991). Filsafat Sains Menurut al-Qur’an. Bandung: Mizan.

Hajjaj, A. M. I. (2004). Shahih Muslim. Beirut: Dar al-Fikr.

Hakim, A., & Giovani, G. (2012). Perbandingan ekonomi dari masa Sokarno

hingga Susilo Bambang Yudhoyono (1945-2009). Ekonomika-Bisnis,

03, 02.

Hamka. (1985). Tafsir al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panji Mas.

Ismail bin Katsir al-Dimsyiqi, A. al-Fida’. (2000). Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim.

Kairo: Maktabah Aulad al-Syaikh li al-Turast.

Jalaluddin. (2002). Teologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Page 19: KONSEP AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KESEJAHTERAAN SOSIAL ...

AT-TIBYAN Journal Of Qur’an and Hadis Studies Vol. 2 No. 2 (Desember 2019)

Konsep Al-Qur’an Dalam Membentuk Kesejahteraan Sosial (Ahmad Mustaniruddin) 53

Luth, T. (2011). Antara Perut & Etos Kerja dalam Perspektif Islam. Jakarta:

Gema Insani Press.

Madjid, N. (1983). Aspirasi Umat Islam Indonesia. Jakarta: Leppenas.

Madjid, N. (1984). Suatu Tahapan terhadap Masa Depan Politik Indonesia

(Prisma Edisi Ekstra). Jakarta.

Muchtar, R. (2002). Megawati Soekarnoputri Presiden Republik Indonesia.

Depok: PT Rumpun Dian Nugraha.

Najati, U. (1997). Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa. Bandung: Pustaka.

Nata, A. (2011). Metodologi Studi Islam. Jakarta: Rajawali Pers.

Rafick, I. (2008). Catatan Hitam Presiden Indonesia. Jakarta: PT. Cahaya Insan

Suci.

Rohim, F. A. (2011). Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta: UII

Press.

Shihab, M. Q. (2013). Membumikan al-Qur’an. Bandung: Mizan.

Shihab, M. Q. (t.t.). Wawasan Al-Qur’an; Tafsir Maudhui Atas Berbagai

Persoalan Umat (E-book).

Soetomo. (2014). Kesejahteraan dan Upaya Mewujudkannya dalam Perspektif

Masyarakat Lokal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syah, M. (2006). Psikologi Belajar. Jakarta: Logos.

Undang-Undang Republik Indonesia. (2009).

Usman Ismail, A. (2012). Al-Qur’an dan Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Lentera

Hati.

Yatimin, M. (2006). Studi Islam Kontemporer. Jakarta: Amzah.


Recommended