+ All Categories
Home > Documents > KTI IPS bag 1

KTI IPS bag 1

Date post: 27-Jun-2015
Category:
Upload: hafiedragil
View: 710 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
Description:
Untuk Mendownload Silahkan kunjungi alamat URL ini (format file Microsoft Word 2007) download link http://bit.ly/gYkB6D
68
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas sangat diperlukan dalam pembangunan bangsa khususnya pembangunan di bidang pendidikan. Dalam era globalisasi ini, SDM yang berkualitas akan menjadi tumpuan utama agar suatu bangsa dapat berkompetisi. Sehubungan dengan hal tersebut, pendidikan formal merupakan salah satu wahana dalam membangun SDM yang berkualitas. Pendidikan IPS sebagai bagian dari pendidikan formal seharusnya ikut memberi kontribusi dalam membangun SDM yang berkualitas tinggi. Tujuan pendidikan dapat dicapai jika guru mampu memilih metode mengajar yang sesuai, efektif dan efisien sehingga siswa dapat menguasai materi yang diberikan dengan baik. Metode mengajar yang diterapkan dalam suatu pengajaran dikatakan efektif jika tujuan pembelajaran tercapai. Semakin tinggi tingkatannya untuk mencapai tujuan pembelajaran, semakin efektif metode itu. Sedangkan suatu metode dikatakan efisien apabila penerapannya dalam mencapai tujuan yang diharapkan itu relatif menggunakan tenaga, usaha, pengeluaran biaya dan waktu minimum. Oleh sebab itu 1
Transcript
Page 1: KTI IPS bag 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber Daya Manusia (SDM) yang

berkualitas sangat diperlukan dalam pembangunan bangsa khususnya

pembangunan di bidang pendidikan. Dalam era globalisasi ini, SDM yang

berkualitas akan menjadi tumpuan utama agar suatu bangsa dapat berkompetisi.

Sehubungan dengan hal tersebut, pendidikan formal merupakan salah satu wahana

dalam membangun SDM yang berkualitas. Pendidikan IPS sebagai bagian dari

pendidikan formal seharusnya ikut memberi kontribusi dalam membangun SDM

yang berkualitas tinggi.

Tujuan pendidikan dapat dicapai jika guru mampu memilih metode

mengajar yang sesuai, efektif dan efisien sehingga siswa dapat menguasai materi

yang diberikan dengan baik. Metode mengajar yang diterapkan dalam suatu

pengajaran dikatakan efektif jika tujuan pembelajaran tercapai. Semakin tinggi

tingkatannya untuk mencapai tujuan pembelajaran, semakin efektif metode itu.

Sedangkan suatu metode dikatakan efisien apabila penerapannya dalam mencapai

tujuan yang diharapkan itu relatif menggunakan tenaga, usaha, pengeluaran biaya

dan waktu minimum. Oleh sebab itu untuk mencapai pembelajaran yang

diinginkan seorang guru harus memilih metode mengajar yang tepat atau sesuai

dengan materi dan baik.

Metode mengajar ialah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

yang digunakan oleh seorang guru untuk mengajar atau menyajikan bahan

pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual atau secara klasikal

agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan

baik. Pendapat lain menyatakan bahwa metode mengajar adalah cara yang

dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat

berlangsungnya pengajaran. Berdasarkan pendapat diatas maka dapat diuraikan

bahwa metode mengajar adalah cara mengajar yang digunakan oleh guru untuk

1

Page 2: KTI IPS bag 1

menyampaikan materi pelajaran kepada siswa pada saat berlangsungnya proses

belajar-mengajar.

Secara universal IPS adalah ilmu yang mendasari pengetahuan sosial

manusia, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan

pengetahuan dan pola pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi,

informasi dan komunikasi dewasa ini tidak akan berkembang tanpa didukung dan

dilandasi oleh pengetahuan sosial. Untuk menguasai dan mengendalikan dunia,

negara-negara maju tidak hanya menciptakan teknologi tetapi juga menguasai dan

memahami IPS yang bermanfaat dalam mengembangkan teknologi. Oleh karena

itu untuk menjadi bangsa yang besar dan maju, tidak hanya diperlukan

pemahaman terhadap IPA atau SAINS saja tetapi juga pemahaman IPS secara

dini tehadap anak bangsa.

Mata pelajaran IPS perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari

Sekolah Dasar untuk memberikan pengetahuan kepada peserta didik agar dapat

menghayati suatu kejadian nasional dan internasional, mengetahui kekayaan alam

dunia, mengetahui kondisi politik dan ekonomi dunia. Sehingga siswa dapat

mencerna, berfikir, menanggapi permasalahan, dan mampu memberikan solusi

secara afektif dan psikomotor yang dapat membentuk pola pikir dan perilaku

manusia.

Dengan metode yang lama banyak siswa beranggapan bahwa

pembelajaran IPS sangat membosankan karena metode pembelajaran yang

digunakan yaitu metode konvensional dimana pembelajaran berpusat pada guru

dan tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir dan

mengemukakan pendapatnya. Padahal dalam tujuan pembelajaran diharapkan

siswa memahami terhadap apa yang dipelajari, sehingga dibutuhkan penerapan

dan pengembangan model secara optimal agar mencapai hasil belajar yang

diharapkan. Untuk itu perlu pembaharuan dalam metode pembelajaran khususnya

pembelajaran IPS.

Pada saat ini ada beberapa model pembelajaran yang berorientasi pada

pandangan konstruksivistik yang berkembang, antara lain cooperative learning

(pembelajaran kooperatif). Cooperative learning merupakan sistem pengajaran

yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan

2

Page 3: KTI IPS bag 1

sesama siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur (Lie, 2002:12).

Beberapa ahli menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak hanya

unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep, tetapi juga

membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama, bertanggung jawab

terhadap sesama teman kelompok untuk mencapai tujuan kelompok, berpikir

kritis dan mengembangkan sikap sosial siswa.

Menurut Lie (2002:53-72), Cooperative learning memiliki banyak teknik

antara lain : mencari pasangan (make a match), bertukar pasangan, berpikir-

berpasangan-berempat (think-pair-share and think-pair-square), berkirim salam

dan soal, kepala bernomor (number heads), dan lain-lain. Salah satu teknik yang

disebutkan di atas adalah peggunaan media televisi murid-murid dalam suatu

kelas bisa juga disebut satu kelompok / kesatuan tersendiri dipandang dari

kesatuan sekolah, atau murid dalam suatu kelas dibagi dalam beberapa kelompok

kecil. Dengan demikian kerja kelompok / gotong royong sebagai model, dapat

dipakai mengajar untuk mencapai bermacam-macam tujuan. Yang paling penting

di dalam kelompok / gotong royong harus terdapat hubungan timbal balik antara

individu saling mempercayai. Penggunaan media televis tepat digunakan dalam

kegiatan belajar mengajar sebagai berikut :

a). Apabila kelas memiliki alat / sarana pendidikan yang terbatas misalnya

kelas hanya memiliki beberapa buah buku yang diinginkan sedangkan

jumlah murid cukup besar. Karena itu agar dapat melaksanakan tugas

tersebut para murid harus dibagi dalam beberapa kelompok sesuai

dengan jumlah buku yang tersedia untuk dipelajari bersama.

b). Apabila terdapat perbedaan kemampuan individual anak-anak dalam

belajar. Dalam hal ini anak yang kurang pandai dapat bekerja sama

dengan yang lebih pandai, dapat juga bekerjasama dengan anak-anak

yang setaraf dengannya.

c). Apabila terdapat perbedaan kemampuan individual anak-anak dalam

minat belajar misalnya dalam bidang kesenian, ada yang gemar seni

suara, seni tari, seni lukis dan sebagainya. Adapun pengelompokan

diharapkan akan lebih banyak memberikan kesempatan untuk

mengembangkan minat masing-masing anak.

3

Page 4: KTI IPS bag 1

d). Apabila unit pekerjaan perlu diselesaikan dalam waktu bersamaan, atau

bila suatu pekerjaan lebih tepat untuk diperinci sehingga kelas dapat

dibagi menjadi beberapa kelompok / secara gotong royong. Menurut

jenis kebutuhan masing-masing yang kemudian masing-masing

kelompok bertanggung jawab terhadap tugas khusus tersebut.

Kualitas kehidupan bangsa ditentukan oleh faktor pendidikan. Peranan

pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, dan

demokratis, sehingga pembaharuan pendidikan harus dilaksanakan untuk

meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Upaya peningkatan mutu pendidikan

itu diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia. Untuk

mencapai tujuan tersebut pendidikan harus adaptasi terhadap perubahan zaman

dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

kegiatan bimbingan pengajaran atau latihan bagi peranannya di masa yang akan

datang (Soeparman, 1995:2 ). Peranan pendidikan sangat penting untuk

menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, dan demokratis, sehingga

pembaharuan pendidikan, harus dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan nasional. Upaya peningkatan mutu pendidikan itu diharapkan dapat

menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia. Untuk mencapai tujuan

tersebut pendidikan harus adaptasi terhadap perubahan zaman dan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi (Nurhadi: 1). Masalah pendidikan merupakan hal

yang sangat kompleks. Ini berarti dalam pencapaian tujuan terdapat berbagai

faktor yang mempengaruhi proses pendidikan, salah satunya proses belajar

mengajar.

Ada beberapa faktor yang berperan dalam keberhasilan kegiatan belajar

mengajar khususnya, matematika. Proses kegiatan pembelajaran, dengan model

cooperative learning membutuhkan perhatian demi tercapainya peningkatan hasil

belajar. Salah satu faktor tersebut adalah proses kegiatan pembelajaran yang

melibatkan guru dan siswa. Dalam proses pembelajaran, intinya adalah kegiatan

belajar para peserta didik (Sudjana,1990: 153 ).

Pemerintah Indonesia melalui Deperteman Pendidikan Nasional telah

melaksanakan berbagai cara untuk mengembangkan sistem Pendidikan yaitu

4

Page 5: KTI IPS bag 1

dengan mengeluarkan Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan Nasional. Undang-undang No 20 tahun 2003 ayat 1 menyebutkan

bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara (Depdiknas,2003:1)

Masalah pendidikan merupakan hal yang sangat komplek, ini berarti

dalam pencapaian tujuan terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi proses

pendidikan, salah satunya adalah proses belajar mengajar yang melibatkan guru

dan siswa. Sudjana (2002:153) berpendapat bahwa inti dari proses pengajaran

adalah kegiatan belajar peserta didik. Tinggi rendahnya kadar kegiatan belajar

banyak dipengaruhi oleh pendekatan mengajar yang digunakan oleh sebab itu

pendekatan belajar yang baik hendaknya melibatkan peserta didik untuk aktif

dalam kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk meneliti

secara lebih mendalam mengenai pengaruh media televisi terhadap hasil belajar

yang dapat diperoleh siswa pada mata pelajaran IPS, yang dirumuskan dalam

kalimat judul :

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING DENGAN MEMANFAATKAN

MEDIA TELEVISI PADA BIDANG STUDI IPS MATERI” PERISTIWA

ALAM DI INDONESIA DAN DI NEGARA TETANGGA ” UNTUK

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA

KELAS VI SDN WALIDONO 03 PRAJEKAN BONDOWOSO

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2008/2009

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui penggunaan media

televisi untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar pada siswa kelas VI

5

Page 6: KTI IPS bag 1

SDN Walidono 03 Prajekan Bondowoso semester genap tahun pelajaran

2008/2009?

2. Apakah pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui penggunaan media

televisi dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar pada siswa kelas VI

SDN Walidono 03 Prajekan Bondowoso semester genap tahun pelajaran

2008/2009?

3. Bagaimana efektivitas penerapan metode cooperative learning dengan

penerapan media televisi dalam bidang studi IPS di kelas VI SDN Walidono

03 Prajekan Bondowoso semester genap tahun pelajaran 2008/2009?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengkaji sejauhmana pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui

penggunaan media televisi untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar

pada siswa kelas VI SDN Walidono 03 Prajekan Bondowoso semester genap

tahun pelajaran 2008/2009.

2. Mengkaji lebih jauh pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui

penggunaan media televisi dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar

pada siswa kelas VI SDN Walidono 03 Prajekan Bondowoso semester genap

tahun pelajaran 2008/2009.

3. Untuk mengkaji ada tidaknya peningkatan aktifitas dan hasil belajar bidang

studi IPS melalui penerapan model cooperative learning dengan teknik

penerapan media televisi.

4. Meningkatkan kemampuan guru dalam penerapan metode cooperative

learning dengan penerapan media televisi pada pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial.

5. Untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang timbul

pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang ada di kelas VI.

6. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS melalui model pembelajaran

cooperative learning dengan penerapan media televisi.

6

Page 7: KTI IPS bag 1

7. Agar guru dapat meningkatkan strategi pembelajaran IPS dengan model yang

tepat guna untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran.

1.4 Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian, hipotesis berfungsi sebagai jawaban sementara terhadap

masalah yang akan diteliti atau merupakan dugaan yang belum diteliti

kebenarannya. Dari latar belakang di atas, maka hipotesis alternatifnya yaitu :

Penerapan model Cooperative Learning dengan teknik penerapan media

televisi dalam bidang studi IPS di kelas VI SDN Walidono 03 Prajekan

Bondowoso semester genap tahun pelajaran 2008/2009 dapat meningkatkan

keaktifan belajar dan hasil belajar siswa.

1.5 Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran yang akan digunakan dalam penelitian

ini maka penting untuk menentukan definisi operasional. Adapun hal yang

perlu didefinisikan secara operasional sebagai berikut :

1. Media pembelajaran adalah alat atau teknik yang digunakan dalam rangka

lebih mengaktifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam

proses pendidikan dan pengajaran di sekolah agar tidak terjadi kesesatan

dalam proses komunikasi, maka kita membutuhkan suatu alat yang disebut

media. Media yang dapat digunakan untuk proses belajar mengajar ada

beberapa macam seperti media gambar, peta, media peraga dan lain-lain.

Audio visual televisi termasuk media yang lahir dari revolusi teknologi

komunikasi yang dapat digunakan untuk tujuan-tujuan pendidikan. Maksud

dari penggunaan televisi adalah penggunaan media pembelajaran yang dapat

dimanfaatkan dan digunakan secara optimal sehingga pesan atau informasi

pelajaran dapat di serap dan dipahami oleh siswa, sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Aktivitas belajar merupakan proses kegiatan belajar mengajar yang

melibatkan interaksi antara siswa dengan sesamanya, antara siswa dengan

guru sehingga dapat terjadi komunikasi yang baik di dalam kelas. Dengan

7

Page 8: KTI IPS bag 1

adanya komunikasi yang baik di kelas diharapkan dapat memberikan dampak

yang positif bagi siswa berupa peningkatan hasil belajar.

3. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah dia

menerima pengalaman belajar. Hasil belajar berupa perubahan tingkah laku

yang menyangkut bidang kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana, 1990).

Hasil belajar yang diperoleh oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran

tidak terbatas dari segi pengetahuan dan pemahaman saja, tetapi juga meliputi

sikap dan ketrampilannya. Fungsi utama di prestasi belajar yang merupakan

hasil belajar siswa antara lain adalah :

1. sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai siswa;

2. sebagai pemuasan hasrat ingin tahu;

3. sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan dengan asumsi dapat

dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu

pengetahuan dan teknologi dan berperan sebagai umpan balik dalam

meningkatkan mutu pendidikan;

4. sebagai indikator intern dan ekstern dari institusi pendidikan;

5. dapat dijadikan indikator terhadap daya serap peserta didik (Arifin, 1991).

Hasil yang diperoleh dari pengetahuan dan keterampilan, perubahan sikap dan

perilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan

pengalaman yang dialami sebelumnya.

1.6 Manfaat Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini diharapkan akan memberikan beberapa

manfaat, yaitu :

1. Bagi peningkatan kualitas pembelajaran, penelitian ini diharapkan

memberikan sumbangan bagi peningkatan kualitas pembelajaran IPS di

sekolah.

2. Bagi tenaga pendidikan, sebagai kontribusi untuk mengembangkan

pendidikan khususnya di sekolah ini pada umumnya di lembaga

pendidikan lainnya.

3. Bagi guru, penggunaan media televisi dapat membantu guru dalam

menjelaskan materi dalam ruang luas.

8

Page 9: KTI IPS bag 1

4. Bagi siswa dapat memberikan motivasi untuk lebih tertarik mempelajari

IPS, sehingga dalam proses belajar mengajar siswa bersemangat dalam

menerima materi.

5. Bagi penulis, sebagai pengalaman yang sangat berharga dalam

mengembangkan strategi pembelajaran serta menambah wawasan

penelitian pendidikan.

6. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan referensi untuk penelitian yang

selanjutnya atau penelitian yang sejenis.

9

Page 10: KTI IPS bag 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran IPS

Pembelajaran merupakan suatu proses belajar mengajar untuk memperoleh

pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap antara siswa dengan guru yang

direncanakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pembelajaran adalah suatu

kombinasi yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan

dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran

(Oemar Hamalik, 1999:57). Menurut Dimyati, dkk (1999:159) pembelajaran pada

hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan

psikomotorik siswa yang dikembangkan melalui pengalaman belajar. Sehingga

dapat dikatakan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan memberi bantuan atau

pertolongan kepada siswa agar siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan

perubahan sikap atau tingkah laku setelah pembelajaran selesai.

IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) adalah merupakan salah satu mata

pelajaran yang diberikan mulai SD sampai SMP yang mengkaji seperangkat

peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan sosial. IPS

memuat materi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi (Dinas Pendidikan

Nasional, 2006: 125).

Pembelajaran IPS merupakan suatu proses kegiatan belajar mengajar

antara siswa dengan guru tentang teori yang mengkaji seperangkat peristiwa,

fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan sosial untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Tujuan itu antara lain meningkatkan kemampuan kognitif,

afektif, dan psikomotor yang dikembangkan melalui pengalaman belajar. Jadi

pembelajaran IPS tidak hanya menuntut siswa untuk menghafal dan memahami

peristiwa, fakta dan konsep saja tetapi siswa juga harus mampu mengaplikasikan

suatu makna materi IPS ke dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun ruang lingkup dalam pembelajaran IPS tersebut diatas adalah

sebagai berikut :

10

Page 11: KTI IPS bag 1

“Peristiwa Alam di Indonesia dan di Negara Tetangga”

Peristiwa alam di Indonesia

Keadaan alam wilayah Indonesia

Peristiwa alam yang menguntungkan dan merugikan

Peristiwa alam yang terjadi di Indonesia

Daerah rawan bencana di Indonesia

Daerah rawan gempa

Daerah pertemuan antarlempeng

Daerah patahan

Daerah titik-titik gunung berapi

Daerah rawan kebakaran hutan dan banjir

Peristiwa alam di negara-negara tetangga

Peristiwa alam negara-negara tetangga

Malaysia

Singapura

Filipina

Thailand

Brunei Darussalam

Bencana alam yang terjadi di negara-negara tetangga

Sikap peduli terhadap bencana alam

11

Page 12: KTI IPS bag 1

Gejala Alam di Indonesia

Dan Negara Tetangga

terjadi di

Darat Laut

Terdapat berbagai

peristiwa alam

antara lain banjir,

ombak besar, gempa

Memengaruhi kondisi alam dan

kondisi sosial penduduk

Adapun tujuan dari pembelajaran IPS dengan materi “Peristiwa Alam di

Indonesia dan di Negara Tetangga” adalah siswa diharapkan dapat :

1. Menemutunjukkan pada peta letak dan nama negara-negara tetangga

Indonesia

2. Menguraikan gejala (peristiwa) alam yang terjadi di Indonesia

3. Menguraikan gejala (peristiwa) alam yang terjadi di negara-negara

tetangga

4. Membandingkan ciri-ciri gejala alam Indonesia dengan negara-negara

tetangga

5. Menemutunjukkan jenis bencana alam di Indonesia dan faktor

penyebabnya

12

Page 13: KTI IPS bag 1

6. Mendeskripsikan kondisi akibat dari adanya bencana alam

7. Menjelaskan cara-cara menghadapi bencana alam

2.2 Model Pembelajaran

Media diartikan sebagai alat bantu atau media komunikasi, yaitu segala

sesuatu yang membawa informasi (pesan-pesan) dari sumber informasi

kepenerimanya (Hamalik, 1994:22-23).

Pendapat lain menyebutkan media adalah bagian yang tidak terpisahkan

dari proses pembelajaran demi terciptanya tujuan pendidikan (Arsyad, 1997:2).

Media pendidikan juga merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang

digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa

atau peserta didik (Danim, 1994:12).

Berdasarkan pengertian media diatas dapat disimpulkan bahwa media

adalah segala sesuatu yang memberikan pesan kepada penerima dalam proses

pembelajaran guna tercapainya tujuan pendidikan.

Jenis media pembelajaran meliputi :

a. Papan tulis;

b. Bulletin board dan display;

c. Gambar dan ilustrasi fotografi;

d. Slide dan filmstrip;

e. VCD;

f. Rekaman pendidikan;

g. Radio;

h. Televisi;

i. Peta dan globe;

j. Buku pelajaran;

k. Overhead projector;

l. Tape recorder.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan perlunya media pendidikan dalam

kegiatan pembelajaran seperti tersebut dibawah ini :

13

Page 14: KTI IPS bag 1

1. Terlalu, benda yang terlalu besar tentu tidak mungkin dihadirkan secara

langsung didalam kelas;

1 Beberapa obyek organisme atau benda yang terlalu kecil seperti protozoa dan

bakteri tidak mungkin diamati tanpa menggunakan media tertentu, misalnya

mikroskop;

2 Gejala-gejala yang terlalu lambat gerakan atau perubahannya tidak mudah

dilihat. Dengan media pendidikan, misal fotografi, maka gejala tersebut dapat

dipelajari, diamati atau terekam;

3 Benda-benda dan hal-hal yang proses terjadinya terlalu cepat, sukar diamati.

Dengan menggunakan media pendidikan, maka akan dapat diperlambat;

4 Hal-hal yang terlalu kompleks dapat disederhanakan;

5 Bunyi suara yang terlalu halus yang tidak mungkin didengar, dengan media

pendidikan dapat didengar

6 Hal-hal lain seperti iklim, terbentuknya sebuah lembah, tiupan angin,

pergantian musim dan hal-hal lain dapat dilihat proses terjadinya

menggunakan media pendidikan tertentu (Hamalik,2004).

Mengingat IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang penting untuk

diajarkan dan merupakan mata pelajaran yang kurang diperhatikan oleh siswa,

maka guru yang profesional akan berusaha untuk menarik siswa dengan berbagai

cara, yaitu dengan penggunaan alat bantu. Media pendidikan merupakan alat

untuk membantu pengajar atau siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Pengajar atau guru sangat dominan peranannya atau memegang kendali

dalam kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan. Pandangan bahwa media

pendidikan merupakan salah satu sumber belajar karena mampu menyampaikan

pesan-pesan instruksional kepada siswa adalah salah satu prinsip yang penting

dalam teknologi pendidikan (Endang Sunaryo, 1996:4).

2.3 Pengaruh Penggunaan Media Televisi Terhadap Hasil Belajar

Metodologi pengajaran adalah metode dan teknik yang digunakan guru

dalam melakukan interaksinya dengan siswa agar bahan pengajaran sampai

kepada siswa, sehingga siswa menguasai tujuan pengajaran.

14

Page 15: KTI IPS bag 1

Dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yakni

metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar. Sedangkan

penilaian adalah alat untuk mengukur atau menentukan taraf tercapai – tidaknya

tujuan pengajaran (Sudjana dkk, 2002:1).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kedudukan media pengajaran

sebagai alat bantu mengajar ada dalam komponen metodologi, sebagai salah satu

lingkungan belajar yang diatur oleh guru.

Teknologi pendidikan mempunyai karakteristik tertentu yang sangat

relevan bagi kepentingan pendidikan. Teknologi pendidikan memungkinkan

adanya :

1. Penyebaran informasi secara luas, merata, cepat, seragam dan terintegrasi,

sehingga dengan demikian pesan dapat disampaikan sesuai dengan isi

yang dimaksud.

2. Teknologi pendidikan dapat menyajikan materi secara logis, ilmiah dan

sistematis serta mampu melengkapi, menunjang, memperjelas konsep-

konsep, prinsip-prinsip atau proposisi materi pelajaran.

3. Teknologi pendidikan menjadi partner guru dalam rangka mewujudkan

proses belajar mengajar yang efektif, efisien dan produktif sesuai dengan

kebutuhan dan tuntutan anak didik.

4. Teknologi pendidikan dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar, dapat

menyajikan materi secara lebih menarik, lebih-lebih jika disertai dengan

kemampuan pemanfaatannya (Danim, 1994:3-4).

Sungguh pun demikian media sebagai alat dan sumber pengajaran tidak

bisa menggantikan guru sepenuhnya, artinya media tanpa guru suatu hal yang

mustahil dapat meningkatkan kualitas pengajaran. Peranan guru masih tetap

diperlukan sekalipun media telah merangkum semua bahan yang telah diperlukan

oleh siswa.

Media televisi ataupun media audio visual lainnya yang digunakan dalam

proses pembelajaran memiliki kelebihan atau kebaikan. Kelebihan dari media ini

adalah :

1. Menarik minat atau perhatian siswa untuk belajar;

15

Page 16: KTI IPS bag 1

2. Demonstrasi yang sulit untuk diperagakan bisa direkam sebelumnya;

3. Menghemat waktu karena bisa diputar ulang;

4. Bisa mengamati gambar yang bergerak;

5. Keras lemahnya bisa diatur;

6. Gambar yang belum jelas bisa dihentikan sejenak;

7. Ruangan tidak perlu digelapkan (Sardiman, 1996).

IPS di Sekolah Dasar merupakan mata pelajaran yang membutuhkan

penanaman konsep dasar dengan melibatkan peristiwa nyata di sekeliling kita

sebagai sumber belajar. Oleh karena itu media televisi sangatlah tepat untuk

membantu minat siswa menghadirkan peristiwa nyata ke lingkungan belajar /

kelas sehingga siswa merasa senang dan aktif dalam belajar. Dukungan terhadap

isi bahan pelajaran yang artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip,

konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah

dipahami siswa, sangat jelas sekali bahwa penggunaan media televisi sangatlah

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan media

televisi sangat efektif dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan

penggunaan media ini tidak memerlukan waktu yang lama dan penggunaannya

dapat dikontrol oleh guru. Bukan hanya itu saja, media televisi ini dapat

meningkatkan kreatifitas berpikir siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa pemilihan metode dan media

yang digunakan dalam proses belajar mengajar dapat mempengaruhi hasil belajar

siswa. Walaupun pengajaran menggunakan metode diskusi, namun jika dibantu

dengan menggunakan media akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Menjalankan metode pengajaran untuk memperbaiki mutu pelajaran harus

didukung berbagai fasilitas, sumber dan tenaga pembantu. Belajar dengan

menggunakan televisi membuat siswa menjadi ikut berpikir sehingga muncul

berbagai pertanyaan, berangkat dari situ siswa menjadi aktif dan tidak bosan

untuk mengikuti pelajaran IPS, sehingga IPS bukan lagi dianggap sebagai

pelajaran yang membosankan.

16

Page 17: KTI IPS bag 1

2.4 Hasil Belajar (Prestasi Belajar )

Prestasi belajar adalah keberhasilan yang dicapai dalam belajar dapat

ditunjukkan dengan adanya perubahan tingkah laku yang mengarah penguasaan

pengetahuan, kecakapan dan kebiasaan serta sikap, berkat adanya pengalaman

latihan. Prestasi belajar atau hasil yang telah dicapai sebagai akibat dari kegiatan

belajar dapat dilihat dari perubahan tingkah laku siswa. Perubahan itu terjadi

melalui proses dari belum tahu menjadi tahu. Jadi seseorang yang telah banyak

mengalami perubahan berarti dia sudah banyak belajar. Akan tetapi bukan berarti

bahwa setiap perubahan merupakan hasil dari belajar. Perubahan-perubahan hasil

tersebut adalah perubahan dalam bidang pemahaman, kebiasaan dan sikap.

Sebagaimana dikemukakan oleh Roestiyah (1982 : 140) bahwa, “hasil belajar

adalah perubahan individu dalam hal kebiasaan, pengetahuan dan sikap”.

Disamping itu menurut Winkel (1986:102) “perubahan hasil belajar adalah

terjadinya perubahan yang dapat diketahui dalam prestasi belajar yang dihasilkan

oleh siswa terhadap pertanyaan atau soal atau tugas-tugas yang diberikan oleh

guru”. Sumartono (1991:18) juga berpendapat bahwa “prestasi belajar adalah

suatu nilai yang menunjukkan hasil belajar yang dicapai sesuai dengan

kemampuan siswa dalam mengerjakan sesuatu pada saat tertentu”.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar mata

pelajaran IPS adalah suatu bukti keberhasilan yang dicapai sebagai hasil belajar

atau pengalaman latihan pada program IPS. Sedangkan prestasi belajar yang

digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini meliputi nilai harian.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR

Prestasi belajar merupakan hasil dari perbuatan individu sendiri yang

belajar. Sebab pada dasarnya prestasi merupakan hasil belajar siswa yang dicapai

dari kegiatan belajar mata pelajaran IPS di sekolah. Dalam kegiatan sudah barang

tentu akan ada faktor penghambat atau penunjang, maka seberapa jauh faktor-

faktor tersebut saling mempengaruhi tergantung dari jenis kegiatan yang

dilakukan.

Dengan mempengaruhi faktor-faktor penghambat dalam belajar, maka

guru siswa hendaknya mampu mengatasi hambatan-hambatan itu untuk mencapai

17

Page 18: KTI IPS bag 1

tujuan pengajaran atau tujuan pendidikan. Sumadi Suryabrata (1982 : 6-13)

mengatakan bahwa, “faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar

adalah faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar siswa”.

Secara rinci faktor-faktor tersebut diuraikan sebagai berikut :

1. Faktor dari dalam diri siswa

Faktor dari dalam diri siswa meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.

Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan jasmaniah siswa,

sedangkan faktor psikologis adalah faktor yang berhubungan dengan rohaniah

siswa.

Faktor fisiologis

Hal ini sangat berpengaruh pada umumnya adalah faktor kesegaran

jasmaniah, misalnya kelelahan, kekurangan gizi dan tidak kalah

pentingnya adalah kondisi panca indra. Seseorang yang belajar dalam

keadaan lelah akan berbeda dengan orang yang belajar dengan kondisi

segar. Demikian juga anak yang kekurangan gizi akan lekas lelah dan

mudah mengantuk pada waktu menerima pelajaran jika dibanding dengan

anak yang tidak kekurangan gizi. Pendengaran dan penglihatan juga sangat

berpengaruh, karena dalam belajar kita memfungsikan kedua alat indera

tersebut untuk membaca, melihat contoh atau metode, mendengarkan

penjelasan guru, mendengarkan ceramah dan lain sebagainya.

Faktor psikologis

Hal yang utama berpengaruh dalam belajar adalah minat, kecerdasan,

bakat, motivasi dan kemampuan berpikir kognitif. Secara singkat faktor-

faktor tersebut diuraikan sebagai berikut :

Minat

Seseorang yang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu tidak dapat

diharapkan bahwa dia akan berhasil dengan baik dalam mempelajari

hal tersebut.

Kecerdasan

18

Page 19: KTI IPS bag 1

Kecerdasan besar peranannya dalam berhasil tidaknya seseorang

mempelajari sesuatu atau mengikuti program pendidikan. Orang cerdas

cenderung lebih mampu belajar daripada yang tidak.

Bakat

Selain kecerdasan faktor lain yang menunjang adalah bakat, seseorang

yang belajar sesuai dengan bakatnya lebih besar kemungkinan ia akan

berhasil.

Motivasi

Motivasi adalah kondisi psikologis yag mendorong seseorang

melakukan sesuatu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar

akan meningkat jika motivasi belajar bertambah. Ada dua motif yaitu :

motif intrinsik yang ditimbulkan dari dalam diri orang yang

bersangkutan, sedangkan motif ekstrinsik adalah motif yang berasal

dari luar diri orang bersangkutan.

Kemampuan kognitif

Hal yang utama dalam hal ini adalah persepsi, ingatan dan berpikir.

Karena kemampuan seseorang dalam melakukan persepsi, dalam

mengingat dan dalam berpikir besar pengaruhnya terhadap hasil

belajar.

2. Faktor dari luar diri siswa

Sumadi Suryabrata (1989 : 8-10) mengatakan bahwa “faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar dari luar diri siswa terdiri dari faktor

lingkungan dan instrumental”. Secara singkat faktor-faktor tersebut adalah

sebagai berikut :

Faktor lingkungan

Faktor lingkungan dibedakan menjadi dua yaitu lingkungan alami dan

sosial. Lingkungan alami meliputi keadaan suhu dan kelembaban, karena

seseorang yang belajar dalam keadaan suhu yang segar akan mendapatkan

hasil yang lebih baik. Di Indonesia orang cenderung berpendapat bahwa

belajar pada pagi hari akan lebih baik hasilnya daripada belajar pada sore

hari. Sedangkan lingkungan sosial yang mempengaruhi belajar seperti

suara pabrik, hiruk-pikuk lalu lintas dan orang mondar-mandir di sekitar

19

Page 20: KTI IPS bag 1

orang yang sedang belajar. Oleh karena itu dalam belajar hendaknya

diusahakan untuk memperhatikan kondisi lingkungan sosial ini.

Faktor instrument

Faktor instrument dibedakan menjadi dua bagian yaitu faktor yang

berwujud keras seperti gedung, perlengkapan belajar, dan alat-alat

praktikum dan sebagainya. Sedangkan kedua faktor lunak seperti

kurikulum program, pedoman-pedoman belajar dan sebagainya. Pada

faktor ini hendaknya penggunaannya disesuaikan dengan hasil belajar

yang diharapkan.

Kualitas pembelajaran adalah kualitas proses pembelajaran dan hasil

belajar. Kualitas proses dapat diketahui dari keaktifan siswa dalam proses belajar

mengajar, kualitas hasil dapat diketahui dari tes hasil belajar atau ketuntasan hasil

belajar.

Ketuntasan hasil belajar adalah penguasaan penuh dari peserta didik

terhadap bahan yang telah diajarkan. Untuk mengetahui sampai sejauh mana

proses belajar mengajar mencapai ketuntasan hasil belajar maka perlu dilakukan

tes hasil belajar (Arikunto, 1989: 228).

Tes hasil belajar adalah salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan

untuk menentukan efektivitas dalam proses pembelajaran. Menurut Winataputra

dan Rosita adalah sebagai berikut :

a. Tes hasil belajar harus dapat mengukur apa-apa yang dipelajari dalam

proses pembelajaran sesuai dengan tujuan institusional yang tercantum

dalam kurikulum yang berlaku.

b. Tes hasil belajar disusun sedemikian rupa sehingga benar-benar

mewakili bahan yang telah dipelajari.

c. Bentuk pertanyaan tes hasil belajar hendaknya disesuaikan dengan

aspek-aspek tingkat belajar yang diharapkan.

d. Tes hasil belajar hendaknya dapat digunakan untuk memperbaiki

proses belajar mengajar berikutnya.

Menurut Rosyada (2004 :60-73) bahwa tujuan pendidikan yang ingin

dicapai dalam suatu pembelajaran terdiri dari 3 aspek yaitu : bidang kognitif,

afektif dan psikomotorik. Ketiga aspek tersebut merupakan satu kesatuan yang

20

Page 21: KTI IPS bag 1

tidak terpisahkan yang harus nampak sebagai hasil belajar. Adapun unsur-unsur

yang terdapat dalam ketiga aspek tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kompetensi kognitif

a. Pengetahuan hafalan (knowledge) yaitu pengetahuan yang sifatnya faktual,

merupakan jembatan untuk menguasai tipe hasil belajar lainnya.

b. Pemahaman (comprehention) yaitu kemampuan menangkap makna atau

arti dari suatu konsep.

c. Penerapan (application), kesanggupan menerapkan dan mengabtraksikan

suatu konsep, ide, rumus, hukum, dalam situasi yang baru, misalnya

memecahkan persoalan dengan menggunakan rumus tertentu.

d. Analisa, yaitu kesanggupan memecahkan, menguasai, suatu integritas

(kesatuan yang utuh) menjadi unsur atau bagian yang mempunyai arti

e. Sintesis, yaitu kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu

integritas

f. Evaluasi, yaitu kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu

berdasarkan pendapat yang dimilikinya dan kriteria yang dipakainya.

2. Kompetensi afektif

Perilaku atau kecakapan afektif terbagi lima level, yang secara graduatif level

yang lebih tinggi dipengaruhi level-level di bawahnya. Adapun kelima level

tersebut antara lain :

a. Receiving (attending) yaitu kepekaan dalam menerima rangsangan dari

luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk masalah, situasi dan

gejala.

b. Responding yaitu reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus dari

luar.

c. Valuing yaitu berhubungan dengan nilai dan kepercayaan terhadap

stimulus.

d. Organisasi yaitu pengembangan nilai kedalam satu system organisasi,

termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lainnya dan

kemantapan prioritas yang dimilikinya.

e. Karakteristik nilai yaitu keterpaduan dari semua nilai yang telah dimiliki

seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku.

21

Page 22: KTI IPS bag 1

3. Kompetensi psikomotorik

Hasil belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk ketrampilan dan

kemampuan bertindak individu. Psikomotorik lebih pada implementasi nilai

dalam bentuk tindakan dan perilaku yang dimulai dari pengamatan, peniruan,

pembiasaan dan penyesuaian. Kompetensi psikomotorik terbagi empat level

dan secara graduatif yang lebih tinggi dipengaruhi oleh level-level di

bawahnya. Adapun empat level psikomotorik yaitu sebagai berikut :

a. Abserving; yakni mengamati proses, memberikan perhatian terhadap step-

step dan teknik-teknik yang dilalui dan yang digunakan dalam

menyelesaikan sebuah pekerjaan atau mengartikulasikan sebuah perilaku.

b. Imitating, yakni mengikuti semua arahan, tahap-tahap dan teknik-teknik

yang diamatinya dalam menyelesaikan sesuatu, dengan penuh kesadaran

dan dengan usaha yang sungguh-sungguh untuk level ini perlu dukungan

yang sungguh-sungguh.

c. Practicising, mengulang tahap-tahap dan teknik-teknik yang dicoba

diikutinya itu, sahingga menjadi kebiasaan.

d. Adapting , yakni melakukan penyesuaian individual terhadap tahap-tahap

dan teknik-teknik yang telah dibiasakan, agar sesuai dengan kondisi dan

situasi pelaku sendiri.

Berkenaan dengan uraian di atas, Hariyono mengatakan (1945:6-14)

bahwa hasil belajar yang sangat serius dapat bermanfaat dalam mengantisipasi

kehidupan sehari-hari dan dimasa mendatang. Belajar yang berhasil mendorong

kita melatih semua aspek intelektual yaitu rasa ingin tahu dan semangat meneliti,

memiliki seperangkat logika, ekspresi diri dan komunikasi serta kebiasaan

skeptisme dan kritisme.

Hasil Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Keberhasilan seseorang setelah ia mengalami proses belajar selama satu

periode tertentu disebut hasil belajar ( Nurkancana dan Sumartana 1992:11 ).

Pendapat lain menyatakan bahwa hasil peserta didik setelah ia menerima

pengalaman belajarnya atau pada hakekatnya belajar adalah perubahan tingkah

22

Page 23: KTI IPS bag 1

laku peserta didik setelah melakukan belajar yang biasanya ditunjukkan dengan

angka atau nilai ( sudjana, 2002: 22 )

Jadi hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial adalah keberhasilan setelah

mengalami proses belajar berupa materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

Peserta didik dinyatakan berhasil dalam proses perkembangan apabila

tujuan pembelajarannya tercapai sebagai kegiatan yang berupaya untuk

mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan yang

ditetapkan, dalam mencapai tujuan yang ditetapkan maka evaluasi hasil belajar

peserta didik secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu kognitif,

afektif, psikomotorik.

Hasil belajar yang akan diukur dalam penelitian ini , adalah ranah kognitif.

Hal ini dilakukan karena ranah kognitif yang paling cocok dengan materi yang

diterapkan. Menurut Bloom ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar

intelektual yang terdiri dari 6 aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman,

analisis, penilaian dan aplikasi. Sedangkan menurut Depdiknas ( 2004 : 2 )

menyebutkan bahwa kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir secara

hirarkis terdiri dari pengetahuan, pemahaman aplikasi, analisis, sintesis dan

evaluasi.

Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial adalah keberhasilan siswa setelah

mengalami proses belajar berupa materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Siswa

dinyatakan berhasil dalam proses pembelajaran apabila tujuan pembelajarannya

tercapai. Sebagai kegiatan yang berupaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan

siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, maka evaluasi hasil belajar

memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan. Ranah tujuan

pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan

menjadi tiga yaitu : ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik

(Dimyati dan Moedjiono, 2002: 201).

Menurut Bloom ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar, intelektual

yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan dan ingatan, pemahaman,

analisis, sintesis, penilaian, dan aplikasi. Ranah afektif terdiri dari lima aspek,

yaitu sikap menerima, memberikan respon, penilaian, organisasi dan internalisasi.

Sedangkan untuk ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil balajar ketrampilan

23

Page 24: KTI IPS bag 1

atau kemampuan bertindak. Ranah ini terdiri dari enam aspek, yaitu gerakan

reflek, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan, atau

ketepatan gerakan, ketrampilan komplek, dan gerakan ekpresif dan interaktif

(Sardirman, 2000: 23-24).

2.5 Aktivitas Belajar

Proses kegiatan belajar mengajar yang baik salah satunya ditandai dengan

adanya interaksi antara siswa dengan sesamanya, antara siswa dengan guru

sehingga dapat terjadi komunikasi yang baik di dalam kelas. Dengan adanya

komunikasi yang baik di kelas diharapkan dapat memberikan dampak yang positif

bagi siswa. Dampak positif yang diharapkan dari komunikasi yang baik ini antara

lain :

1. siswa berani untuk mengajukan pertanyaan.

2. siswa dapat mengemukakan dan mempertahankan pendapatnya dengan alasan-

alasan yang kuat.

3. siswa berani menjawab pertanyaan, baik pertanyaan dari guru ataupun

pertanyaan dari siswa lain.

4. siswa teliti dalam menganalisis dan mengkaji suatu masalah.

5. siswa dapat mengambil keputusan.

6. siswa dapat menarik suatu kesimpulan dari suatu masalah.

Menurut Paul B. Dierich dalam Sardiman, (Sardiman, 2000:17)

mengklasifikasikan jenis-jenis aktivitas siswa menjadi 8 golongan antara lain :

1. Visual activities yang meliputi kegiatan membaca dan memperhatikan.

2. Oral activities yang meliputi kegiatan bertanya, mengemukakan pendapat,

berdiskusi, dan memberi saran.

3. Listening activities yang meliputi kegiatan mendengarkan.

4. Writing activities yang meliputi kegiatan menyalin, dan menulis laporan.

5. Drawing activities yaitu kegiatan menggambar.

6. Motor activities yaitu kegiatan melakukan percobaan.

7. mental activities yang meliputi kegiatan menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, dan menganalisa.

8. Emotional activities yaitu kegiatan menaruh minat.

24

Page 25: KTI IPS bag 1

Aktivitas siswa yang dapat diamati dalam pembelajaran ini adalah

aktivitas bertanya dan menjawab pertanyaan (oral activities) dan aktivitas

memperhatikan kegiatan pembelajaran (visual activities). Oleh karena itu, dalam

pelaksanaan pembelajaran, guru harus menentukan terlebih dahulu media yang

cocok untuk diterapkan dalam materi yang disampaikan.

Penggunaan media televisi dimungkinkan dapat diterapkan dalam

pembelajaran IPS, karena dalam penggunaan media televisi ini memuat semua

komponen yang dapat mendukung aktivitas siswa di kelas secara maksimal,

sehingga dampak positif yang diharapkan berupa keaktifan dan hasil belajar yang

baik dapat terwujud.

25

Page 26: KTI IPS bag 1

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini dirancang sebagai penelitian tindakan kelas (PTK). Untuk itu

desain penelitian lebih bersifat deskriptif. Penelitian tentang pembelajaran Model

Cooperative Learning dengan Teknik Penerapan Media Televisi pada bidang

studi IPS ini disamping mengkaji perubahan hasil belajar juga mengkaji aktivitas

dan keefektifan model pembelajaran tersebut. Rancangan penelitian yang

digunakan untuk mengkaji model pembelajaran Model Cooperative Learning

dengan Teknik Penerapan Media Televisi pada pembelajaran IPS yaitu rancangan

penelitian research and development dengan model siklus yang dilakukan secara

berulang dan berkelanjutan meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan

refleksi yang direncanakan selama 3 siklus.

26

Ide eksperimen

Aplikasi dan pengambilan data

Hasil dan analisa data

refleksi

Aplikasi dan pengambilan data

refleksiHasil dan analisa data

perencanaan

perencanaan

Perbaikan I

Perbaikan II

perencanaan Aplikasi dan pengambilan data

Hasil dan analisa data

refleksi

Page 27: KTI IPS bag 1

Gambar: Rancangan penelitian dengan research and development (Kasbolah

1998:117)

Dengan berpedoman pada refleksi awal, maka prosedur pelaksanaan

penelitian tindakan kelas ini meliputi : perencanaan, pelaksanaan tindakan,

observasi dan refleksi dalam setiap siklus.

1. Perencanaan

Kegiatan ini meliputi :

a. Peneliti dan guru pengajar menetapkan alternative upaya peningkatan

kualitas pembelajaran

b. Secara bersama-sama tim peneliti dan guru pengajar mata pelajaran

membuat perencanaan pembelajaran

c. Melakukan latihan bersama guru pengajar dan tim peneliti, serta

mendiskusikan tentang pembelajaran

d. Membuat dan melengkapi alat media pembelajaran, seperangkat alat

evaluasi (authentic assessment) seperti membuat lembar observasi,

merencanakan bentuk tugas, dll.

e. Menyiapkan segala perangkat observasi demi kesuksesan kegiatan

penelitian yang dilengkapi pula dengan membuat lembar observasi,

lembar wawancara dan catatan bebas.

2. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan kegiatan

pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan, yakni melaksanakan

pembelajaran berikut proses evaluasinya dengan menggunakan berbagai

alat evaluasi yang telah dipersiapkan sebelumnya. Kegiatan ini juga

memberikan kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi dalam melakukan

penilaian proses terhadap kinerja temannya selama pembelajaran

berlangsung.

3. Observasi

Dalam tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan

pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah

dipersiapkan oleh tim peneliti dan pemegang mata pelajaran. Observasi ini

27

Page 28: KTI IPS bag 1

dilaksanakan pada saat maupun setelah proses pembelajaran berlangsung.

Pada kegiatan ini digunakan lembar observasi yang dilengkapi dengan

angket pedoman wawancara dan catatan bebas.

4. Refleksi

Data-data yang diperoleh melalui observasi dianalisis pada tahap ini.

Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti bersama guru Pembina mata

pelajaran dapat merefleksikan diri tentang kegiatan pembelajaran yang

telah dilakukan. Berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat diketahui

kelemahan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga dapat

digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada siklus berikutnya.

Setelah semua aspek dipertimbangkan secara seksama dipersiapkan siklus

berikutnya, demikian seterusnya hingga tercapai target dan dikatakan

efektif atau terjadi peningkatan yang signifikan sebagaimana yang telah

ditargetkan. Penelitian ini akan dilaksanakan 3 siklus sehingga

pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini benar-benar bermanfaat dan

meningkatkan hasil belajar siswa. Apabila dalam siklus III tidak diperoleh

hasil belajar yang diinginkan maka akan diteruskan pada siklus

selanjutnya.

3.2 Tempat Penelitian

Tempat penelitian disini merupakan lokasi dimana penelitian itu dilakukan

dan tempat penelitian ditetapkan di SDN Walidono Kecamatan Prajekan

Kabupaten Bondowoso dengan alasan kurangnya aktifitas dan hasil belajar

khususnya dalam pelajaran IPS, sehingga dengan diterapkannya metode

cooperative learning dengan teknik penerapan media televisi diharapkan dapat

meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa dan dapat menghasilkan siswa yang

berkualitas.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ditujukan pada seluruh siswa kelas VI SDN Walidono

Kecamatan Prajekan Kabupaten Bondowoso. Metode yang digunakan guru

sebelumnya yaitu ceramah yang membuat siswa menjadi bosan dan jenuh di

28

Page 29: KTI IPS bag 1

kelas. Hal ini berakibat siswa kurang maksimal dalam menerima atau memahami

materi yang diberikan oleh guru. Dengan menerapkan metode cooperative

learning dengan teknik penerepan media televisi ini diharapkan dapat

mengefektifkan pembelajaran khususnya untuk pembelajaran IPS.

Metode cooperative learning dengan teknik media televisi ini berguna

untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa. Di samping itu alasan pemilihan

subjek ini karena melihat siswa di sekolah tersebut kurang merespon terhadap

pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru khususnya terhadap mata

pelajaran IPS. Maka dari itu guru disini mencoba menerapkan metode cooperative

learning dengan teknik penerapan media televisi, dengan harapan nantinya akan

menghasilkan peserta didik yang berkualitas.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data bermaksud untuk mendapatkan bahan-bahan yang

relevan, akurat dan sesuai dengan tujuan penelitian. Metode yang digunakan

untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah tes, observasi, wawancara,

dan dokumentasi.

Tes

Tes hasil belajar yang digunakan adalah tes buatan guru, dalam hal ini tes

yang disusun oleh peneliti di sesuaikan dengan tujuan-tujuan pembelajaran. Tes

tersebut di bagi dua yaitu:

1. Pre-tes, untuk mengetahui kemampuan awal siswa tentang materi yang akan

dipelajari yang dilakukan sebelum PBM.

2. Post-tes, tes yang dilakukan setelah PBM berlangsung.

Observasi

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan yang

dilakukan untuk melihat aktifitas selama proses pembelajaran IPS dengan

pembelajaran Model Cooperative Learning dengan teknik penerepan media

televisi berlangsung. Peneliti menggunakan observer sehingga peneliti dapat

memperoleh data aktifitas siswa dengan ikut berpartisipasi dalam kelas yaitu

sebagai fasilitator sehingga dapat mengendalikan situasi sesuai dengan keinginan

29

Page 30: KTI IPS bag 1

peneliti. Komponen aktifitas siswa selama proses pembelajaran IPS dengan model

pembelajaran cooperative learning teknik penerepan media televisi ini adalah :

1. kesiapan siswa dalam mengikuti PBM

2. keaktifan siswa dalam memperkatikan penjelasan dari guru

3. keaktifan siswa dengan teman selama diskusi kelompok

4. keaktifan siswa dalam diskusi kelas

Observasi dilakukan untuk mengkaji bagaimanakah aktifitas siswa selama

proses pembelajaran IPS dengan dengan pembelajaran model Cooperative

Learning dengan teknik penerepan media televisi pada materi ”Peristiwa Alam di

Indonesia dan di Negara Tetangga”.

Wawancara

Arikunto (2002:132) menyatakan informasi yang dibutuhkan dalam

penelitian dapat diperoleh melalui dialog antara pewawancara dan terwawancara.

Adapun pelaksanaan wawancara dapat dibedakan atas : (1) Wawancara bebas; (2)

Wawancara terpimpin; (3) Wawancara bebas terpimpin.

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara bebas,

yaitu wawancara dimana responden mempunyai kebebasan dalam mengutarakan

pendapatnya, tetapi telah dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh

subjek evaluasi. Wawancara bebas ini berisi pertanyaan tentang tanggapan siswa

mengenai pembelajaran model Cooperative Learning dengan teknik penerepan

media televisi pada materi ”Peristiwa Alam di Indonesia dan di Negara Tetangga”.

Wawancara diarahkan untuk memperoleh data tentang model pembelajaran yang

diterapkan.

Dokumentasi

Arikunto (2002:135) berpendapat bahwa metode dokumentasi adalah

metode untuk mencari data mengenai hal-hal atau variable dari benda tertulis yang

berupa dokumen, transkrip, buku-buku, majalah, prasasti, catatan harian, notulen

rapat dan sebagainya. Sedangkan menurut Ali (1997:41-42), dokumentasi adalah

segala macam bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen baik

yang resmi maupun yang tidak resmi, dalam bentuk laporan statistik, surar-surat

30

Page 31: KTI IPS bag 1

resmi, buku harian, dan semacamnya baik yang diterbitkan maupun yang tidak

diterbitkan.

3.5 Metode Analisis Data

Dijelaskan oleh Molpeng (1993 : 103) bahwa analisis data merupakan

proses mengorganisasikan dan mengurutkan data yang telah diperoleh dari

informan kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar. Penelitian ini

menggunakan analisis secara deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan keadaan

dilapangan secara deskripsi guna mengetahui kualitas dan efektifitas penggunaan

pembelajaran model Cooperative Learning dengan teknik penerepan media

televisi dalam pembelajran IPS. Dimana dalam memperoleh data kualitatif peneliti

dapat menggunakan beberapa cara seperti observasi, wawancara, dokumentasi dan

tes yaitu dengan mengumpulkan data tersebut diatas, sehingga dapat diketahui

efektif atau tidak model pembelajaran model Cooperative Learning dengan teknik

penerepan media televisi dalam untuk meningkatkan hasil belajar siswa

khususnya mata pelajaran IPS.

3.6 Indikator Hasil Kerja

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila :

1. Penerapan pembelajaran yang dilakukan oleh Pembina mata pelajaran

mampu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar.

2. Proses pembelajaran dapat berjalan efektif dan produktif, yang dapat

diukur dari peningkatan keaktifan peserta didik dalam PBM, prestasi

belajar meningkat memenuhi standart ketuntasan yang ditentukan.

Ketuntasan secara klasikal sebesar 94 %, secara individual nilainya diatas

> 65.

31

Page 32: KTI IPS bag 1

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pelaksanaan Pre Tes dan Pos Tes

Pre tes adalah tes yang dilakukan pada kondisi awal (sebelum belajar

dengan menggunakan pembelajaran model Cooperative Learning dengan teknik

penerepan media televisi pada pembelajaran IPS materi ”Peristiwa Alam di

Indonesia dan di Negara Tetangga”). Sedangkan pos tes diberikan pada siswa

setiap selesai pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa.

Data skor pre tes siswa yang dilakukan sebelum pembelajaran menggunakan

pembelajaran model Cooperative Learning dengan teknik penerepan media

televisi dan pos tes (setelah pembelajaran dengan model pembelajaran ini) dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel Hasil Belajar Siswa dalam PBM

Nilai Siswa 76-100 65-75 <65

Kondisi awal (Pre tes) 4 (16 %) 7 (28 %) 14 (56 %)

Siklus (pos tes)I 8 (32 %) 11 (44 %) 6 (24 %)

II 18 (72 %) 5 (20 % ) 2 (8 % )

Sumber: Data penelitian (hasil pre tes dan pos tes) yang diolah.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

< 65 65-75 76-100

Awal

Siklus I

Siklus II

32

Page 33: KTI IPS bag 1

Grafik: Perbandingan kondisi awal siswa dengan hasil belajar siswa setelah diberi

perlakuan.

Dari tabel diatas menunjukkan hasil belajar IPS siswa. Pada kondisi awal

hasil belajar siswa rendah, siswa yang mendapat nilai <65 sebanyak 14 (56 %)

siswa; Siswa yang mendapat nilai 65-75 sebanyak 7 (28 %) siswa; Siswa yang

mendapat nilai 76-100 sebanyak 4 (16 %) siswa.

Setelah menggunakan pembelajaran model Cooperative Learning dengan

teknik penerepan media televisi, hasil belajar dan aktivitas siswa meningkat tiap

siklusnya. Pada siklus I, Siswa yang mendapat nilai <65 sebanyak 6 (24 % )

siswa; Siswa yang mendapat nilai 65-75 sebanyak 11 (44 %) siswa; Siswa yang

mendapat nilai 76-100 sebanyak 8 (32 %) siswa. Ketuntasan hasil belajar pada

siklus ini 19 (76%) siswa dengan kenaikan hasil belajar 32 % dari kondisi awal.

Melihat dari ketuntasan hasil belajar pada siklus ini, perlu adanya refleksi untuk

meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran atau siklus selanjutnya.

Pada siklus II, Siswa yang mendapat nilai <65 sebanyak 2 (8 %) siswa;

Siswa yang mendapat nilai 65-75 sebanyak 5 (20 %) siswa; Siswa yang mendapat

nilai 76-100 sebanyak 18 (72 %) siswa. Ketuntasan hasil belajar pada siklus ini 23

(92 %) siswa dengan kenaikan hasil belajar 48 % dari kondisi awal. Melihat dari

ketuntasan hasil belajar pada siklus ini sangat tinggi maka siklus dihentikan atau

tidak dilanjutkan pada siklus selanjutnya. Adanya peningkatan hasil belajar siswa

tiap siklusnya, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran model Cooperative

Learning dengan teknik penerepan media televisi dapat meningkatkan hasil

belajar siswa dalam mata pelajaran IPS.

Dari hasil observasi, diperoleh data keaktifan siswa pada kondisi awal

sebelum pembelajaran menggunakan pembelajaran model Cooperative Learning

dengan teknik penerepan media televisi dan setelah pembelajaran dengan model

pembelajaran ini, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel Keaktifan Siswa dalam PBM

Aktifitas siswaSangat Aktif Aktif

Kurang

AktifTidak Aktif

Kondisi Awal 3 (12 %) 5 (20 %) 7 (28 %) 10 (40 %)

Siklus I 8 (32 %) 9 (36 %) 4 (16 %) 4 (16 %)

33

Page 34: KTI IPS bag 1

Siklus II 20 (80 %) 3 (12 %) 2 (8 %) 0 (0 %)

Sumber: Data penelitian (hasil observasi) yang diolah.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

sangat aktif aktif kurang aktif tidak aktif

Awal

Siklus I

Siklus II

Grafik : Perbandingan keaktifan pada kondisi awal siswa dengan keaktifan siswa pada

saat diberi perlakuan.

Dari tabel diatas, menginformasikan bahwa pada proses pembelajaran

yang diamati pada kondisi awal sebelum pembelajaran model Cooperative

Learning dengan teknik penerepan media televisi: sangat aktif 3 (12 %) siswa,

aktif 5 (20%) siswa, kurang aktif 7 (28 %) siswa, yang tidak aktif sebanyak 10 (40

%) siswa. Kondisi tersebut berubah pada proses pembelajaran model Cooperative

Learning dengan teknik penerepan media televisi. Pada siklus I, sangat aktif 8 (32

%) siswa; kategori aktif 9 (36 %) siswa; kurang aktif 4 (16 %) siswa; tidak aktif 4

(16 %) siswa. Sehingga keaktifan siswa secara keseluruhan pada siklus I yaitu 17

(68 %) siswa, yang dirasakan masih kurang aktif.

Pada siklus II, sangat aktif 20 (80 %) siswa; kategori aktif 3 (12 %) siswa;

kurang aktif 2 (8 %) siswa; tidak aktif 0 (0 %) siswa. Jadi keaktifan siswa secara

keseluruhan pada siklus ini yaitu 23 (92 %). Keaktifan siswa pada siklus ini sudah

cukup tinggi atau siswa hampir keseluruhannya telah aktif dalam PBM.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran model Cooperative Learning

dengan teknik penerepan media televisi dari setiap siklusnya mengalami

peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa. Kondisi sebelumnya mayoritas

34

Page 35: KTI IPS bag 1

minat, aktifitas dan hasil belajar siswa untuk belajar IPS rendah, setelah

diterapkan pembelajaran model Cooperative Learning dengan teknik penerepan

media televisi, maka telah terjadi peningkatan secara signifikan.

4.2 Pembahasan

Adanya perbedaan hasil belajar yang signifikan ini disebabkan oleh

adanya perbedaan yang menonjol dalam hal interaksi belajar mengajar dan

motivasi yang dimiliki antara sesudah pembelajaran model Cooperative Learning

dengan teknik penerepan media televisi siswa dan sebelum pembelajaran. Hal ini

dapat diketahui dengan melihat data hasil pre tes dan pos tes siswa.

Dari data hasil observasi, yaitu dengan menggunakan 3 orang sebagai

observer ditunjukkan bahwa selama proses belajar mengajar berlangsung,

pembelajaran model Cooperative Learning dengan teknik penerepan media

televisi lebih aktif dari pada siswa sebelum pembelajaran dengan model ini. Pada

pembelajaran dengan model pembelajaran ini, siswa aktif mempelajari materi dan

mengerjakan soal latihan secara mandiri, aktif berdiskusi dengan anggota

kelompoknya, aktif bertanya, dan siswa bersemangat dalam mempresentasikan

hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Sedangkan pada pembelajaran

sebelumnya, siswa cenderung lebih banyak menyimak dan mendengarkan

penjelasan dari guru, mencatat materi, dan siswa kurang bersemangat dalam

mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru.

Dari data hasil wawancara, didapatkan bahwa siswa merasa senang

mengikuti pembelajaran IPS karena melalui pembelajaran model Cooperative

Learning dengan teknik penerepan media televisi mereka dapat belajar sendiri,

berdiskusi dan dapat bekerja sama dengan siswa yang lain. Sedangkan pada

pembelajaran sebelum menggunakan model pembelajaran ini menunjukkan bahwa

mereka kurang senang dan mereka merasa cepat bosan dalam mengikuti

pembelajaran, karena menurut mereka guru lebih banyak menjelaskan materi

pelajaran sedangkan siswa menyimak penjelasan dari guru, mencatat dan

mengerjakan latihan soal. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran model

Cooperative Learning dengan teknik penerepan media televisi dapat membuat

35

Page 36: KTI IPS bag 1

siswa termotivasi mengikuti pembelajaran IPS, sedangkan model pembelajaran

konvensional kurang dapat membangkitkan motivasi siswa untuk mengikuti

pembelajaran IPS.

Dari masing-masing siklus menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar

dari kondisi awalnya. Bahkan pada siklus II, ketuntasan hasil belajar mencapai

95%, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran model Cooperative

Learning dengan teknik penerepan media televisi mampu membuat hasil belajar

siswa lebih baik dari pada menggunakan model konvensional.

Keberhasilan penggunaan pembelajaran model Cooperative Learning

dengan teknik penerepan media televisi ini sangat tergantung pada keaktifan

siswa dalam mengembangkan potensi dan kreativitasnya pada saat kegiatan. Oleh

karena itu peran guru juga penting, yaitu untuk dapat menumbuhkan dan

memberikan motivasi agar siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Usman (dalam Dianawati, 2005:18) bahwa untuk

mencapai kondisi belajar yang efektif terdapat lima jenis variabel, yaitu : 1).

Melibatkan siswa secara aktif; 2). Menarik minat dan perhatian siswa; 3).

Membangkitkan motivasi siswa; 4). Prinsip individualitas; dan 5). Peragaan dalam

pembelajaran.

Berdasarkan pada pembahasan diatas dapat diketahui bahwa pembelajaran

model Cooperative Learning dengan teknik penerepan media televisi ini dapat

dijadikan alternatif untuk digunakan dalam pembelajaran IPS, khususnya materi

“Peristiwa Alam di Indonesia dan di Negara Tetangga”.

36

Page 37: KTI IPS bag 1

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Perubahan hasil belajar IPS pada materi ”Peristiwa Alam di Indonesia dan

di Negara Tetangga” dengan model pembelajaran Cooperative Learning

dengan teknik penerepan media televisi menunjukkan peningkatan yang

baik. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Cooperative

Learning dengan teknik penerepan media televisi dalam pembelajaran IPS

baik diterapkan di Sekolah Dasar.

2. Dengan model pembelajaran Cooperative Learning dengan teknik

penerepan media televisi dalam pembelajaran IPS ini dapat meningkatkan

keaktifan, minat dan motivasi siswa dalam belajar karena siswa terlibat

langsung dalam proses penanaman konsep secara mandiri dengan

bimbingan guru.

3. Model pembelajaran Cooperative Learning dengan teknik penerepan

media televisi lebih efektif dalam pencapaian hasil belajar siswa daripada

menggunakan model pembelajaran konvensional karena metode

konvensional pembelajaran hanya terpusat pada guru.

5.2 Saran

Berdasarkan pemaparan dalam laporan hasil penelitian ini, ada beberapa

saran yang perlu diperhatikan, antara lain :

1. Dalam pembagian kelompok, hendaknya guru memilih anggota kelompok

yang heterogen agar siswa dapat saling berinteraksi dan saling membantu

kesulitan belajar.

2. Hendaknya guru memperhatikan kekurangan dan kelebihan dalam

pembelajaran Cooperative sehingga dapat memaksimalkan,

mengefektifkan, dan mengefisensi pembelajaran.

37

Page 38: KTI IPS bag 1

3. Untuk guru, karena metode ini cocok untuk siswa Sekolah Dasar maka

perlu dicobakan untuk mata pelajaran yang berbeda untuk meningkatkan

hasil belajar secara efektif dan efisien.

4. Hendaknya guru dalam menyampaikan materi menggunakan metode yang

bisa menciptakan peserta didik tidak tegang dan tidak bosan dalam

mengikuti pembelajaran.

5. Dengan memantau hasil pembelajaran ini metode Cooperative Learning

dengan teknik penerepan media televisi bisa diterapkan pada pembelajaran

selain bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial.

6. Guru hendaknya memperhatikan dan aktif menerapkan model

pembelajaran yang aktual sehingga menjadikan siswa aktif dan produktif.

7. Untuk guru/peneliti lain, perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk

mengkaji yang belum dibahas pada penelitian ini atau untuk mata

pelajaran yang lain.

8. Untuk guru, melihat adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah

menggunakan model pembelajaran yang berbeda dari model pembelajaran

yang biasanya (konvensional), maka perlu adanya inisiatif guru untuk

meningkatkan hasil belajar siswa dengan metode/model pembelajaran

yang berbeda.

38

Page 39: KTI IPS bag 1

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT

Rineka Cipta

__________. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Dimyati dan Moedjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Hakim, T. 2001. Belajar Secara Efektif. Jakarta : Puspa Swara.

Hasibuan dan Moedjiono, 1992. Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Ibrahim, dkk 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : UNESA-University

Press.

Lie, A. 2002. Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang kelas.

Jakarta : Gramedia.

Slavin, R. E. 1995. Cooperatif Learning Theory, Research, and Practice. Second

edition. Massachusets : Allyn & Bacon.

Sriyono. 2002. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta : Rineka Cipta.

Sudjana, N. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dan Proses Belajar Mengajar.

Bandung : Sinar baru Argesindo.

Mastur, Widiarso Wiyono, dan Slamet. 2007. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk

SD/MI Kelas VI. Semarang: Aneka Ilmu.

. 1990. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru

Argesindo.

Winataputra, U.S. 1996. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Universitas

Terbuka

. 1994. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta :

Rineka Cipta.

39

Page 40: KTI IPS bag 1

Lampiran

Data Siswa SDN Walidono 03 Prajekan Bondowoso

Kelas V Tahun 2008/2009

Nomor Nama L/P

1 URIP L

2 ROSIYADI L

3 HOLIFA P

4 CANDRA L

5 MARWATI P

6 FEBRIYANTO L

7 RUDI HARTONO L

8 SENIWATI P

9 NUR FADILA P

10 SLAMET L

11 SUGIRI L

12 KUSYONO L

13 WIYONO L

14 ISNAINI P

15 WULANDARI P

16 SAMSUL ARIFIN L

17 MOH. HASAN L

18 FATHOR ROSI L

19 HASAN BASRI L

20 SANTUSO L

40

Page 41: KTI IPS bag 1

21 HENGKI L

22 YATI OKTAVIA P

23 BUSI YANTI P

24 NUR HASANAH P

25 SUKANTI P

Lampiran

41

Page 42: KTI IPS bag 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

PADA SIKLUS 3

SD : SDN Walidono 03

Pembelajaran : IPS

Kelas / Semester : VI / II

Standart Kompetensi : Memahami gejala alam yang terjadi di Indonesia

dan sekitarnya

Kompetensi Dasar : 1. Mendeskripsikan gejala (peristiwa) alam yang

terjadi di Indonesia dan Negara tetangga

2. Mengenal cara-cara menghadapi bencana alam

Indikator : Siswa mampu :

Menemutunjukkan pada peta letak dan nama

negara-negara tetangga Indonesia

Menguraikan gejala (peristiwa) alam yang

terjadi di Indonesia

Menguraikan gejala (peristiwa) alam yang

terjadi di negara-negara tetangga

Membandingkan ciri-ciri gejala alam Indonesia

dengan negara-negara tetangga

Menemutunjukkan jenis bencana alam di

Indonesia dan faktor penyebabnya

Mendeskripsikan kondisi akibat dari adanya

bencana alam

Menjelaskan cara-cara menghadapi bencana

alam

Alokasi Waktu : 13 kali pertemuan

Tujuan Pembelajaran

42

Page 43: KTI IPS bag 1

Dengan menggunakan media VCD guru dapat meningkatkan aktivitas dan

hasil belajar siswa pada bidang studi IPS dengan materi “Peristiwa Alam

di Indonesia dan di Negara Tetangga”.

Materi Pembelajaran

Peristiwa alam di Indonesia

Keadaan alam wilayah Indonesia

Peristiwa alam yang menguntungkan dan merugikan

Peristiwa alam yang terjadi di Indonesia

Daerah rawan bencana di Indonesia

Daerah rawan gempa

Daerah pertemuan antarlempeng

Daerah patahan

Daerah titik-titik gunung berapi

Daerah rawan kebakaran hutan dan banjir

Peristiwa alam di negara-negara tetangga

Peristiwa alam negara-negara tetangga

Malaysia

Singapura

Filipina

Thailand

Brunei Darussalam

Bencana alam yang terjadi di negara-negara tetangga

Sikap peduli terhadap bencana alam

Metode Pembelajaran

Media VCD

Langkah Kegiatan

a. Kegiatan Pendahuluan

Guru menjelaskan tentang penggunaan media VCD

Guru menjelaskan pokok materi yang akan diajarkan

b. Kegiatan Inti

Guru memberikan motivasi pada siswa

43

Page 44: KTI IPS bag 1

Guru dan siswa melaksanakan kegiatan belajar tentang materi

“Peristiwa Alam di Indonesia dan di Negara Tetangga”.

Guru lebih mendekatkan diri pada siswa dan lebih membimbing

siswa

Guru lebih membimbing siswa dan memfokuskan pada

permasalahan yang diberikan

c. Kegiatan Penutup

Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan pelajaran

d. Refleksi

Guru memberikan pertanyaan pada siswa

44

Page 45: KTI IPS bag 1

Lampiran : instrument penelitian

FORMAT OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR SISWA

Nama :

No. Absen :

No Aspek yang diamati Skor Keterangan

1 Minat dan perhatian siswa

terhadap bidang studi IPS

materi ”Peristiwa Alam di

Indonesia dan di Negara

Tetangga”.

1 2 3 4

2 Semangat siswa dalam

melaksanakan tugas-tugas

belajarnya.

1 2 3 4

3 Tanggung jawab siswa dalam

melaksanakan tugas-tugas

belajarnya.

1 2 3 4

4 Respon yang timbul dari siswa

terhadap stimulus yang

diberikan guru.

1 2 3 4

5 Kegembiraan dalam

mengerjakan tugas yang

diberikan.

1 2 3 4

Keterangan :

1. Sangat rendah

2. rendah

3. tinggi

4. sangat tinggi

45


Recommended