+ All Categories
Home > Documents > KUALITAS AIR SUNGAI DAN AIR SUMUR PASKA · PDF filepaling aktif di Indonesia. ... terhadap...

KUALITAS AIR SUNGAI DAN AIR SUMUR PASKA · PDF filepaling aktif di Indonesia. ... terhadap...

Date post: 06-Feb-2018
Category:
Upload: nguyenthuy
View: 225 times
Download: 3 times
Share this document with a friend
14
129 Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 3 Desember 2012 : 129 - 142 KUALITAS AIR SUNGAI DAN AIR SUMUR PASKA LETUSAN GUNUNG MERAPI TAHUN 2010 ( THE QUALITY OF RIVER AND WELL AFTER THE MERAPI ERUPTION IN YEAR 2010 ) Armaita Sutriati Peneliti Bidang Teknik Lingkungan Sumber Daya Air Pusat Litbang Sumber Daya Air, Jl.Ir.H.Juanda No.193 Bandung 40135 Pos-el: [email protected] (Diterima 10 Agustus 2012; Disetujui 01 Desember 2012) ABSTRAK Gunung Merapi di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta merupakan salah satu gunung api yang paling aktif di Indonesia. Pada bulan Oktober 2010 gunung ini meletus dan menimbulkan kerusakan yang sangat besar, antara lain hancurnya rumah-rumah penduduk, perkebunan, jalan dan jembatan, infrastruktur pengairan serta lingkungan. Abu vulkanik yang terbawa aliran air ke sungai atau masuk ke dalam sumur dapat memengaruhi kualitas air di sekitar Gunung Merapi. Balai Lingkungan Keairan (BLK) sebagai bagian dari Puslitbang Sumber Daya Air melakukan penelitian di daerah bencana, terutama untuk mengetahui pengaruh letusan Gunung Merapi terhadap kualitas air sungai dan air sumur di daerah gunung tersebut, dengan cara pengambilan percontoh air dan pemeriksaan kualitasnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa letusan Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 2010 ini tidak banyak berpengaruh terhadap kualitas air pada sungai-sungai yang mengalir dari daerah puncaknya. Pengaruh yang sangat besar hanya terjadi pada parameter residu tersuspensi dan kekeruhan, dimana air sungai menjadi sangat keruh. Parameter kualitas air yang lain yang diperiksa seperti pH, kadar oksigen terlarut (DO), daya hantar listrik, dan zat organik (BOD dan COD) umumnya tidak banyak berubah. Kecuali kadar residu tersuspensi dan kekeruhan, kadar parameter lainnya masih berada di bawah persyaratan baku mutu air untuk berbagai pemanfaatan. Kata kunci: gunung api, sumber daya air, sungai, kualitas air, abu vulkanik ABSTRACT Mount Merapi on the border of Central Java Province and Yogyakarta is one of the most active volcanoes in Indonesia. In October 2010 this volcano erupted and caused huge damage, including destruction of homes, plantations, roads and bridges, irrigation infrastructure and the environment. Borne volcanic ash into the river or shallow well can affect water quality in the vicinity of Mount Merapi. The Experimental Station of Water Environment as part of the Research Centre for Water Resources conducted reasearch in the disaster area, especially to know the effect of the eruption of Mount Merapi on the water quality of rivers and shallow well in the mountain areas, by means of water sampling and measurement of water quality. The results showed that the eruption of Mount Merapi, which occurred in 2010 did not much effect water quality in the rivers that flow from the peak. An enormous influence on the parameters only suspended solids and turbidity, which became highly turbid river water. Other water quality parameters which were checked such as pH, dissolved oxygen, electrical conductivity and organic matter (BOD and COD) generally did not much change. Except levels of suspended solids and turbidity, levels of other parameters is below the water quality standard requirements for various uses. Keywords: volcano, water resources, river, water quality, volcanic ash
Transcript
Page 1: KUALITAS AIR SUNGAI DAN AIR SUMUR PASKA · PDF filepaling aktif di Indonesia. ... terhadap kualitas air sungai dan air sumur di daerah gunung tersebut, ... manusia dan kerusakan infrastruktur

129

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)Vol. 22 No. 3 Desember 2012 : 129 - 142

KUALITAS AIR SUNGAI DAN AIR SUMUR PASKALETUSAN GUNUNG MERAPI TAHUN 2010

( THE QUALITY OF RIVER AND WELL AFTER THE MERAPI ERUPTION IN YEAR 2010 )

Armaita Sutriati Peneliti Bidang Teknik Lingkungan Sumber Daya Air

Pusat Litbang Sumber Daya Air, Jl.Ir.H.Juanda No.193 Bandung 40135Pos-el: [email protected]

(Diterima 10 Agustus 2012; Disetujui 01 Desember 2012)

ABSTRAK

Gunung Merapi di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta merupakan salah satu gunung api yang paling aktif di Indonesia. Pada bulan Oktober 2010 gunung ini meletus dan menimbulkan kerusakan yang sangat besar, antara lain hancurnya rumah-rumah penduduk, perkebunan, jalan dan jembatan, infrastruktur pengairan serta lingkungan. Abu vulkanik yang terbawa aliran air ke sungai atau masuk ke dalam sumur dapat memengaruhi kualitas air di sekitar Gunung Merapi. Balai Lingkungan Keairan (BLK) sebagai bagian dari Puslitbang Sumber Daya Air melakukan penelitian di daerah bencana, terutama untuk mengetahui pengaruh letusan Gunung Merapi terhadap kualitas air sungai dan air sumur di daerah gunung tersebut, dengan cara pengambilan percontoh air dan pemeriksaan kualitasnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa letusan Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 2010 ini tidak banyak berpengaruh terhadap kualitas air pada sungai-sungai yang mengalir dari daerah puncaknya. Pengaruh yang sangat besar hanya terjadi pada parameter residu tersuspensi dan kekeruhan, dimana air sungai menjadi sangat keruh. Parameter kualitas air yang lain yang diperiksa seperti pH, kadar oksigen terlarut (DO), daya hantar listrik, dan zat organik (BOD dan COD) umumnya tidak banyak berubah. Kecuali kadar residu tersuspensi dan kekeruhan, kadar parameter lainnya masih berada di bawah persyaratan baku mutu air untuk berbagai pemanfaatan.

Kata kunci: gunung api, sumber daya air, sungai, kualitas air, abu vulkanik

ABSTRACT

Mount Merapi on the border of Central Java Province and Yogyakarta is one of the most active volcanoes in Indonesia. In October 2010 this volcano erupted and caused huge damage, including destruction of homes, plantations, roads and bridges, irrigation infrastructure and the environment. Borne volcanic ash into the river or shallow well can affect water quality in the vicinity of Mount Merapi. The Experimental Station of Water Environment as part of the Research Centre for Water Resources conducted reasearch in the disaster area, especially to know the effect of the eruption of Mount Merapi on the water quality of rivers and shallow well in the mountain areas, by means of water sampling and measurement of water quality. The results showed that the eruption of Mount Merapi, which occurred in 2010 did not much effect water quality in the rivers that flow from the peak. An enormous influence on the parameters only suspended solids and turbidity, which became highly turbid river water. Other water quality parameters which were checked such as pH, dissolved oxygen, electrical conductivity and organic matter (BOD and COD) generally did not much change. Except levels of suspended solids and turbidity, levels of other parameters is below the water quality standard requirements for various uses.

Keywords: volcano, water resources, river, water quality, volcanic ash

Page 2: KUALITAS AIR SUNGAI DAN AIR SUMUR PASKA · PDF filepaling aktif di Indonesia. ... terhadap kualitas air sungai dan air sumur di daerah gunung tersebut, ... manusia dan kerusakan infrastruktur

130

Kualitas Air Sungai Dan Air Sumur Paska Letusan Gunung Merapi Tahun 2010(Armaita Sutriati)

PENDAHULUAN Gunung Merapi yang mempunyai ketinggian 2.968 meter di atas permukaan laut merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Gunung ini terletak di Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara administrasi lereng selatan Gunung Merapi masuk wilayah Kabupaten

Sleman, lereng barat masuk wilayah Kabupaten Magelang, lereng utara, timur masuk wilayah Kabupaten Boyolali, dan sisi tenggara masuk Kabupaten Klaten. Sejak tahun 2004, kawasan hutan di sekitar puncak Gunung Merapi telah ditetapkan sebagai kawasan Taman Nasional Gunung Merapi, sehingga kondisi lingkungannya harus tetap dijaga (Gambar 1).

Gambar 1. Posisi Gunung Merapi di Pulau Jawa bagian tengah.

Page 3: KUALITAS AIR SUNGAI DAN AIR SUMUR PASKA · PDF filepaling aktif di Indonesia. ... terhadap kualitas air sungai dan air sumur di daerah gunung tersebut, ... manusia dan kerusakan infrastruktur

131

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)Vol. 22 No. 3 Desember 2012 : 129 - 142

Letusan Gunung Merapi tercatat mempunyai periode dua sampai lima tahun sekali, dan cukup membahayakan karena selain menjadi Taman Nasional, daerah puncaknya juga banyak dihuni penduduk. Kota Yogyakarta dan Magelang merupakan kota-kota besar yang berada di kaki gunung dengan jarak sekitar 30 km dari puncaknya. Letusan Gunung Merapi terjadi kembali pada tanggal 26 Oktober 2010, yang disusul dengan letusan-letusan berikutnya merupakan letusan yang sangat dahsyat yang banyak menimbulkan korban manusia dan kerusakan infrastruktur lainnya. Selain menimbulkan korban manusia dan infrastruktur, letusan Gunung Merapi tersebut juga telah menimbulkan kerusakan lingkungan yang sangat besar (Gambar 2).

Badan Nasional Penanggulangan Bencanal (BNPB) telahn menyusun peta zonasi bahaya (Gambar 2). Peta zona bahaya merapi menunjukkan jenis ancaman bahaya Merapi dalam radius sejauh 5 km, 10 km, 15 km, dan 20 km dari puncak merapi. Wilayah terdampak meliputi kabupaten Sleman (Provinsi Yogyakarta ) , dan beberapa wilayah di Provinsi Jawa Tengah seperti Magelang, Boyolali , dan Klaten.

Dalam artikel “Setelah debu Merapi, kini hujan asam ancam empat kawasan di Jabar” (Radar Bandung, 09 November 2010) disebutkan bahwa letusan Gunung

Merapi menyemburkan debu vulkanik yang antara lain mengandung gas-gas CO2, NO2 dan SO2 ke atmosfir hal ini berpotensi menimbulkan hujan asam karena turunnya gas-gas tersebut bersama air hujan. Pengaruh hujan asam dengan pH dibawah 5,6 ini akan membuat kulit gatal, gigi keropos, mencemari air minum, dan juga dapat mematikan tanaman. Selain kemungkinan terjadinya hujan asam, erupsi Gunung Merapi dapat menimbulkan perubahan kualitas air sungai-sungai yang berada di sekitarnya dengan masuknya lava dingin yang terbawa oleh aliran hujan.

Dari daerah puncak Gunung Merapi ini terdapat beberapa sungai yang mengalir ke daerah-daerah di lerengnya, terutama ke arah Yogyakarta, Magelang dan Klaten. Sungai-sungai tersebut antara lain sungai Pabelan, Senowo, Putih, Batang, Krasak, Boyong, Code, Kuning, Gendol, Opak, dan Sungai Woro.

Untuk mengetahui pengaruh letusan Gunung Merapi terhadap keadaan sungai-sungai yang mengalir dari daerah puncaknya, pada akhir November 2010 Puslitbang Sumber Daya Air Bandung telahmelakukan suatu penelitian. Penelitian ini dilakukan terutama untuk mengetahui pengaruh letusan Gunung Merapi terhadap kualitas air sungai-sungai yang berasal dari puncak gunung tersebut dan mengalir melalui kota Yogyakarta dan beberapa sumur di sekitarnya.

Gambar 2. Peta Zonasi Bahaya (Jarak Radius 20 km) dari puncak Gunung Merapi. Update untuk ancaman Merapi per tanggal 4 November 2010, (Sumber : Badan Nasional Penanggulangan Bencana)

Page 4: KUALITAS AIR SUNGAI DAN AIR SUMUR PASKA · PDF filepaling aktif di Indonesia. ... terhadap kualitas air sungai dan air sumur di daerah gunung tersebut, ... manusia dan kerusakan infrastruktur

132

Kualitas Air Sungai Dan Air Sumur Paska Letusan Gunung Merapi Tahun 2010(Armaita Sutriati)

TINJAUAN PUSTAKA

Letusan-letusan Gunung Merapi

Letusan-letusan kecil Gunung Merapi biasanya terjadi setiap 2-3 tahun, sedangkan letusan besarnya terjadi sekitar 10-15 tahun sekali.Letusan besar Gunung Merapi diduga terjadi pada tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu. Berdasarkan pengamatan timbunan debu, letusan pada tahun 1872 dianggap sebagai letusan terkuat dalam catatan geologi modern dan diperkirakan setara dengan letusan terbaru di tahun 2010. Letusan tahun 1930, yang menghancurkan tiga belas desa dan menewaskan 1400 orang, merupakan letusan dengan catatan korban terbesar hingga sekarang. Tahun 1994 Gunung Merapi meletus lagi, letusan yang terjadi pada bulan November tersebut menyebabkan luncuran awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban 60 jiwa manusia. Letusan Gunung Merapi terjadi lagi pada 19 Juli 1998. Letusan ini cukup besar namun mengarah ke atas, sehingga tidak memakan korban jiwa. Pada tahun 2006 Gunung Merapi kembali meletus dalam skala yang besar dan sempat menelan korban jiwa. Letusan terakhir terjadi pada bulan November tahun 2010 yang diperkirakan merupakan letusan terbesar sejak letusan tahun 1872 (Wikipedia, 2010).

Kerugian Akibat Letusan Gunung Merapi Tahun 2010

Kajian terhadap kerugian yang ditimbulkan oleh letusan Gunung Merapi tahun 2010 sudah dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana bekerja sama dengan Bappenas, Kementerian/lembaga, dan Pemerintah Daerah. Hasil perhitungan nilai kerusakan, kerugian, dan dampak ekonomi dilakukan pada lima sektor yaitu perumahan, sosial, ekonomi (pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, industri, perdagangan, dan pariwisata), prasarana (transportasi darat dan udara, air bersih, sanitasi, irigasi, energi, telekomunikasi), serta lintas sektor (pemerintahan, keuangan, dan lingkungan hidup).

Dalam perhitungan tersebut data yang digunakan adalah data sampai bulan Desember 2010. Kerugian dan kerusakan akibat banjir lahar dingin tidak atau belum dimasukkan ke dalam kajian ini, sebab potensi banjir lahar dingin masih terus akan terjadi. Jumlah kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan

oleh bencana letusan Gunung Merapi tahun 2010 adalah Rp. 4,23 trilyun. Jumlah nilai kerusakan adalah Rp. 1,138 trilyun (27%), sedangkan jumlah nilai kerugian adalah Rp. 3,089 trilyun (73%). Nilai kerusakan paling besar dialami oleh sektor perumahan yang mencapai 39% dari total nilai kerusakan, disusul oleh kerusakan sektor sumber daya air dan irigasi yang mencapai 13% dari total nilai kerusakan. Kerugian terbesar dialami sektor pertanian dengan nilai kerugian mencapai Rp. 1,326 trilyun atau 43% dari total nilai kerugian. Disusul oleh kerugian sektor industri dan UMKM sebesarRp. 382 milyar atau 12,4% dari nilai kerugian. Secara keseluruhan sektor pertanian budidaya dan tanaman pangan tetapmenjadi sektor yang paling berat terkena dampak dengan nilai total dampak Rp. 1,326 trilyun yang merupakan 31,4% dari nilai total kerusakan dan kerugian. Sektor perumahan senilai Rp. 512,6 milyar yang merupakan 13% dari nilai kerusakan dan kerugian serta sektor industri dan UMKM dengan nilai total dampak sebesar 415,4 milyar atau 11% dari total (BNPB, 2011).

Pengaruh Letusan Gunung Api Terhadap Kualitas Air.

Abu vulkanik berasal dari lava yang disemburkan gunung berapi pada saat meletus. Sebagian besar lava ( > 45% ) adalah silikon dioksida (SiO2), sisanya merupakan oksida aluminium, besi, kalium, natrium, kalsium, magnesium serta 1,5 % campuran mineral lainnya dan air. Lava yang membeku membentuk batuan vulkanik dalam berbagai ukuran dan sebagian terbawa aliran air hujan ke sungai-sungai (Oakeshott, 1976).

Abu vulkanik yang jatuh ke dalam sumber air dapat mengakibatkan perubahan kualitas airnya. Berdasarkan pengalaman, dampak meletusnya gunung berapi umumnya hanya menyebabkan sedikit masalah terhadap kualitas air. Perubahan sifat kimia yang berbahaya dilaporkan hanya terjadi pada beberapa kasus saja. Perubahan yang paling umum dalam kualitas air adalah tersuspensinya abu vulkanik ke dalam air sungai atau saluran sehingga kekeruhannya menjadi sangat tinggi. Dampak abu vulkanik biasanya dapat menurunkan pH air. Pengaruh letusan gunung terhadap pH air pada sumber air seperti sungai dan saluran hanya kecil sampai sedang saja. Pengaruh letusan gunung berapi terhadap kualitas air untuk parameter-parameter kimia lainnya seperi klorida, sulfat, natrium, kalsium, kalium, magnesium, dan fluorida juga tergolong kecil sampai sedang (Johnston, 1997).

Page 5: KUALITAS AIR SUNGAI DAN AIR SUMUR PASKA · PDF filepaling aktif di Indonesia. ... terhadap kualitas air sungai dan air sumur di daerah gunung tersebut, ... manusia dan kerusakan infrastruktur

133

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)Vol. 22 No. 3 Desember 2012 : 129 - 142

Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain berupa peta daerah penelitian, peta sungai-sungai yang mengalir dari daerah puncak Gunung Merapi yang diperoleh dari Balai Sabo, data kualitas air sungai sebelum letusan dari BLH Provinsi D.I Yogyakarta serta data penunjang lainnya.

Pengambilan Percontoh di Lapangan

Untuk mendapatkan data kualitas air setelah terjadinya letusan, pada tanggal 27 – 28 November 2010 telah dilakukan pengambilan percontoh air dari sungai-sungai yang mengalir dari daerah puncak Gunung Merapi. Selain air sungai pada kesempatan ini juga dilakukan pengambilan percontoh air sumur di beberapa lokasi, terutama untuk mengetahui pengaruh abu vulkanik yang mungkin masuk ke sumur-sumur penduduk yang sifatnya terbuka. Sumur-sumur ini merupakan sumber air yang dimanfaatkan oleh penduduk. Lokasi pengambilan air sungai dan air sumur selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 3.

No. Sungai Lokasi

Posisi

LS BT

1. Progo Kp. Sembuhan, Ds. Sendang Mulyo, Kec. Minggir, Kab. Sleman 07o 45,16’ 110o 13,16’

2. Boyong Kp. Pulowatu, Ds. Purwobinangun, Kec. Pakem, Kab. Sleman 07o 39,60’ 110o 23,77’

3. Code Kp. Pogung, Kel. Sinduadi, Kec. Mlati, Kab.Sleman 07o 45,12’ 110o 22,48’

4. Kuning Kp. Sambirejo, Ds. Selomertani, Kec. Kalasan, Kab. Sleman 07o 43,54’ 110o 26,47’

5. Opak Kp. Sepetmadu, Ds. Tamanmartani, Kec. Kalasan, Kab. Sleman 07o 44,15’ 110o 28,97’

6. Woro Ds. Pandansimping, Kec. Prambanan, Kab. Klaten 07o 44,51’ 110o 31,83’

Tabel 1 Tabel. Lokasi Pengambilan Percontoh Air Sungai dan Air Sumur.

Pengaruh letusan gunung berapi terhadap kualitas air yang cukup besar hanya terjadi pada kekeruhan saja. Kekeruhan adalah ukuran kemampuan air untukmenyebarkan dan menyerap cahaya, yang disebabkan oleh terdapatnya partikel, seperti tanah liat, lanau, abu vulkanik, partikel koloid dan organisme yang ukurannya mikroskopis. Kekeruhan air bergantung pada beberapa faktor, seperti jumlah, ukuran, bentuk, dan indeks bias dari partikel yang ada dalam air. Kekeruhan dalam air merangsang pertumbuhan mikroorganisme lebih cepat karena terdapatnya nutrisi pada partikel-partikel penyebab kekeruhan tersebut. Kekeruhan yang berlebihan dalam air juga dapat melindungi mikroorganisme patogen dari efek desinfektan (USGS, 2009).

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dan komparatif. Kegiatan penelitian meliputi 4 tahap yaitu pengumpulan data, pengambilan percontoh air di lapangan, pemeriksaan percontoh air di lapangan, pemeriksaan percontoh air di laboratorium dan evaluasi hasil penelitian.

Page 6: KUALITAS AIR SUNGAI DAN AIR SUMUR PASKA · PDF filepaling aktif di Indonesia. ... terhadap kualitas air sungai dan air sumur di daerah gunung tersebut, ... manusia dan kerusakan infrastruktur

134

Kualitas Air Sungai Dan Air Sumur Paska Letusan Gunung Merapi Tahun 2010(Armaita Sutriati)

Sumber peta : Balai Sabo

Gambar 3. Lokasi pengambilan percontoh air sungai dan air sumur

pH meter merk WTW pH 1970i. Pengukuran juga dilaksanakan dengan mencelupkan elektrode alat ke dalam air, digoyangkan pelan-pelan dan ditunggu sampai pembacaan stabil dengan akurasi + 0,5 % dari nilai terukur.

Daya Hantar Listrik (DHL)Daya hantar listrik atau conductivity percontoh diukur dengan menggunakan alat conductometer merk WTW Cond 1970i. Pengukuran juga dilaksanakan dengan mencelupkan elektrode alat ke dalam air, digoyangkan pelan-pelan dan ditunggu sampai pembacaan stabil, accuracy + 0,5 % dari nilai terukur.

AlkalinitiPemeriksaan kadar alkaliniti percontoh air dilakukan dengan cara titrasi menggunakan larutan asam sulfat 0,05 N dengan indikator methyl orange (MO) sampai menunjukkan pH 4,3.

AsiditiPemeriksaan kadar asiditi percontoh air dilakukan dengan cara titrasi menggunakan larutan natrium hidroksida 0,05 N dengan indikator phenolphtaline (PP) sampai pH menunjukkan pH 8,3.

Pemeriksaan Percontoh Air di Lapangan

Pemeriksaan percontoh air di lapangan dilakukan terutama untuk memeriksa dan mengukur parameter-parameter yang mudah berubah, seperti: temperatur, oksigen terlarut, pH, daya hantar listrik, asiditi, alkaliniti, dan bakteri koli.

TemperaturPengukuran temperatur percontoh air sungai dan air sumur dilakukan dengan menggunakan termometer elektronik yang terdapat pada alat DO Meter WTW OXI 1970i. Pengukuran dilaksanakan dengan mencelupkan elektrode alat ke dalam air dan ditunggu sampai pembacaan stabil, alat ini mempunyai akurasi + 0,1 dari nilai terukur.

Oksigen terlarut (DO)Oksigen terlarut dalam percontoh air diukur dengan alat DO Meter merk WTW OXI 1970i. Pengukuran juga dilaksanakan dengan mencelupkan elektrode alat ke dalam air, digoyangkan pelan-pelan dan ditunggu sampai pembacaan stabil dan akurasi + 0,5 % dari kadar terukur.

Derajat Keasaman (pH)Pengukuran pH percontoh air dilakukan dengan alat

U

Page 7: KUALITAS AIR SUNGAI DAN AIR SUMUR PASKA · PDF filepaling aktif di Indonesia. ... terhadap kualitas air sungai dan air sumur di daerah gunung tersebut, ... manusia dan kerusakan infrastruktur

135

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)Vol. 22 No. 3 Desember 2012 : 129 - 142

Pada daerah-daerah kritis kadar residu tersuspensi dalam air sungai cenderung lebih besar dibandingkan dengan daerah-daerah yang masih normal. Kadar residu tersuspensi dalam air sungai berhubungan sekali dengan banyaknya lumpur yang terbawa oleh air sungai tersebut. Oleh karena, itu parameter residu tersuspensi ini sangat penting dalam penelitian-penelitian tentang sedimentasi sungai, misalnya untuk mendesain saluran irigasi, bendungan, waduk dan sebagainya.

Pada proses pengolahan air, baik air sungai maupun air limbah, kadar residu tersuspensi juga merupakan faktor yang sangat penting karena kadar residu tersuspensi ini erat sekali hubungannya dengan proses pengendapan pada pengolahan air bersih maupun air limbah. Pada pengolahan air sungai menjadi air bersih, kadar residu tersuspensi berpengaruh terhadap dosis koagulan yang dipakai.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, parameter residu tersuspensi dibatasi kadarnya. Untuk kriteria kelas I (air yang dapat digunakan untuk air baku air minum) dan kelas II (air yang dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air), kadar residu tersuspensinya tidak boleh lebih dari 50 mg/l. Untuk kelas III (air yang dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan airtawar dan peternakan) dan juga kelas IV (air yang dapat digunakan untuk mengairi pertanaman), kadar residu tersus-pensinya tidak boleh lebih dari 400 mg/l (Pemerintah RI, 2001).

Hasil pemeriksaan kadar residu tersuspensi terhadap percontoh-percontoh air sungai menunjukkan bahwa air Kali Progo, Kali Boyong, Kali Code dan Kali Kuning mempunyai kadar residu tersuspensi yang jauh lebih besar bila dibandingkan dengan data sebelum terjadinya letusan. Kali Progo meningkat dari 40-164 mg/l sebelum letusan (Pusair, 2010) menjadi 368 mg/l. Demikian pula dengan Kali Code, residu tersuspensi meningkat dari 158 mg/l (BLH 2009) menjadi 629 mg/l setelah letusan atau meningkat hampir 4 kali. Di Kali Boyong kadar residu tersuspensi adalah sebesar 383 mg/l dan kadar tertinggi terdeteksi di Kali Kuning, yaitu sebesar 1170 mg/l. Hasil pemeriksaan kadar residu tersuspensi dalam air Kali Opak dan Kali Woro menunjukkan kadar residu tersuspensi relatif kecil, masing-masing sebesar 7,0 mg/l dan 2,0 mg/l.

Peningkatan kadar residu tersuspensi yang terjadi akibat letusan Gunung Merapi terhadap kualitas air di Kali Progo dan Kali Code cukup tinggi, seperti yang terlihat pada Gambar 4.

Bakteri KoliPemeriksaan dilakukan dengan cara menyaring percontoh dengan membran filter khusus untuk analisa bakteri, kemudian dilakukan inkubasi pada temperatur dan waktu tertentu dan dihitung jumlah koloninya.

Pemeriksaan Kualitas Air di Laboratorium

Pemeriksaan kualitas air di laboratorium dilakukan terhadap parameter-parameter fisika dan kimia dan dilaksanakan di Laboratorium Balai Lingkungan Keairan, Pusat Litbang Sumber Daya Air di Bandung. Metode pemeriksaan kualitas air yang digunakan berdasarkan Kumpulan Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun 2004 dan juga berdasarkan Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater edisi 21th tahun 2005 APHA AWWA. Parameter-parameter kimia yang diperiksa antara lain klorida, sulfat, natrium, kalsium, kalium, magnesium dan fluorida. Selain itu diperiksa juga total fosfat, nitrat, total ammonium dan parameter yang menggambarkan pencemaran bahan organik seperti BOD dan COD.

5. Evaluasi Hasil

Evaluasi hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yang bertujuan untuk mengetahui kondisi kualitas air sungai dan air sumur setelah terjadinya letusan Gunung Merapi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan visual dan pemeriksaan beberapa parameter kualitas air di lapangan terhadap percontoh air sungai dan air sumur dapat dilihat masing-masing pada Tabel 2 dan 3. Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitas air tersebut, untuk beberapa parameter yang penting diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Residu tersuspensi

Residu tersuspensi yang ada dalam air terdiri dari berbagai macam zat, misalnya pasir halus, tanah liat dan lumpur alami yang merupakan bahan-bahan anorganik atau dapat pula berupa bahan-bahan organik yang melayang dalam air. Bahan-bahan anorganik seperti pasir halus, tanah liat dan lumpur alami berasal dari proses alamiah yang disebabkan oleh gesekan air pada kerak bumi (US EPA, 1976).Residu tersuspensi ini biasanya meningkat jumlahnya pada waktu musim hujan dan berkurang pada waktu musim kemarau. Selain dipengaruhi oleh musim, residu tersuspensi anorganik ini juga dipengaruhi oleh kondisi lahan di daerah pengaliran sungai.

Page 8: KUALITAS AIR SUNGAI DAN AIR SUMUR PASKA · PDF filepaling aktif di Indonesia. ... terhadap kualitas air sungai dan air sumur di daerah gunung tersebut, ... manusia dan kerusakan infrastruktur

136

Kualitas Air Sungai Dan Air Sumur Paska Letusan Gunung Merapi Tahun 2010(Armaita Sutriati)

Gambar 4. Peningkatan kadar residu tersuspensi di Kali Progo dan Kali Code.

Gambar 5 Kondisi Kali Progo sebelum (kiri) dan sesudah terjadinya letusan Gunung Merapi (kanan).

Page 9: KUALITAS AIR SUNGAI DAN AIR SUMUR PASKA · PDF filepaling aktif di Indonesia. ... terhadap kualitas air sungai dan air sumur di daerah gunung tersebut, ... manusia dan kerusakan infrastruktur

137

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)Vol. 22 No. 3 Desember 2012 : 129 - 142

Secara visual pun sangat terlihat perbedaan kondisi kualitas air sungai (sebagai percontoh adalah Kali Progo) sebelum terjadinya letusan Gunung Merapi (tanggal 16 Agustus 2010) dan sesudah letusan (tanggal 26 November 2010), dimana terlihat pengaruh lumpur dari Gunung Merapi yang masuk ke sungai sehingga di Kali Progo terdeteksi kadar residu tersuspensi yang cukup tinggi (Gambar 5).

Hasil pemeriksaan kadar residu tersuspensi terhadap percontoh-percontoh air sumur menunjukkan bahwa air sumur menunjukkan kadar residu tersuspensi yang relatif kecil, berkisar antara 0,2 mg/l - 6,0 mg/l. Keadaan ini menunjukkan bahwa air sumur tidak banyak terpengaruh karena terjadinya letusan Gunung Merapi.

2. Kekeruhan

Kekeruhan erat sekali hubungannya dengan kadar residu tersuspensi, karena kekeruhan pada air memang disebabkan adanya residu tersuspensi yang ada dalam air tersebut. Namun demikian, karena residu tersuspensi yang ada dalam air terdiri dari berbagai macam zat yang bentuk dan berat jenisnya berbeda-beda, maka kekeruhan tidak selalu sebanding dengan kadar residu tersuspensi. Dampak kekeruhan pada air hampir sama dengan dampak yang ditimbulkan oleh residu tersuspensi, misalnya dapat menimbulkan estetika yang kurang baik. Selain itu air yang keruh yang mengandung residu tersuspensi yang cukup tinggi, dapat menyebabkan mikroorganisme patogen hidup dan berkembang dengan baik. Bahkan adanya bahan-bahan tersuspensi ini dapat menyebabkan mikroorganisme tersebut lebih tahan terhadap proses desinfeksi (US EPA, 1976).

Hasil pemeriksaan kekeruhan terhadap percontoh-percontoh air sungai menunjukkan bahwa air Kali Progo, Kali Boyong, Kali Code dan Kali Kuning yang mengalir di lereng sebelah barat dan selatan Gunung Merapi terlihat sangat keruh. Nilai kekeruhannya masing-masing sebesar 223, 232, 381 dan 706 NTU. Nilai kekeruhan ini sangat tinggi, apalagi jika dibandingkan dengan kekeruhan air Kali Progo sebelum terjadinya letusan Gunung Merapi yang hanya sebesar 25 – 98,7 NTU pada pengambilan percontoh air bulan Mei dan Agustus 2010, sebelum terjadinya letusan Merapi (Pusair, 2010). Sebaliknya hasil pemeriksaan kekeruhan air Kali Opak dan Kali Woro yang mengalir di lereng sebelah timur Gunung Merapi terlihat rendah dengan nilai kekeruhannya masing-masing sebesar 4,4 NTU dan 1,3 NTU. Keadaan ini menunjukkan bahwa sebagian besar material yang dikeluarkan oleh Gunung Merapi tertuju ke lereng sebelah barat dan selatan dan relatif sedikit yang mengalir ke arah sebelah timur.

Hasil pemeriksaan kekeruhan terhadap percontoh-percontoh air sumur menunjukkan bahwa air sumur yang diambil mempunyai nilai kekeruhan yang relatif kecil. Nilai kekeruhannya berkisar antara 1,2 - 6,2 NTU. Berdasarkan hasil tersebut, ditinjau dari parameter kekeruhan terlihat bahwa kondisi kualitas air sumur tidak banyak terpengaruh oleh terjadinya letusan Gunung Merapi.

Daya Hantar Listrik (DHL)

Daya hantar listrik (DHL) merupakan salah satu parameter yang dapat menggambarkan banyaknya residu yang larut dalam air. Nilai DHL yang tinggi berarti kadar residu terlarut dalam air juga tinggi, sebaliknya nilai DHL rendah kadar residu terlarutnya juga rendah. Terdapat korelasi antara nilai DHL dengan kadar residu terlarut ini, nilai DHL (dalam uS/cm) = 0,5 – 0,7 kadar residu terlarut dalam mg/l (US EPA, 1976).

Hasil pengukuran DHL air sungai berkisar antara 218 – 362 umhos/cm dan air sumur antara 262 - 455 umhos/cm. Dilihat dari nilai DHL, baik air sungai maupun air sumur, mempunyai kadar residu terlarut yang tidak terlalu besar, sehingga masih memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai air baku air minum, sarana rekreasi, air peternakan/perikanan maupun air pertanian.

Dibandingkan dengan DHL air sungai Progo sebelum terjadinya letusan yang nilainya berkisar antara 201 – 280 umhos/cm (Pusair 2010), ), ternyata nilai DHL air sungai setelah letusan ada peningkatan, namun relatif kecil dibandingkan peningkatan residu tersuspensi. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sedikit mineral vulkanik yang terdapat di dalam air sungai.

Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman atau pH merupakan salah satu sifat kimia air yang cukup penting. Nilai pH air dapat memengaruhi kegunaan air tersebut, baik untuk air irigasi, perikanan, pertanian dan juga untuk keperluan-keperluan yang lain. Air yang masih alami biasanya bersifat netral dan nilai pH nya sekitar 7. Nilai pH yang sangat rendah atau yang sangat tinggi menunjukkan adanya kelainan (US EPA, 1976).

Letusan gunung api yang umumnya mengeluarkan gas sulfur dioksida dapat menyebabkan penurunan nilai pH air. Namun, hasil pengukuran air sungai dan air sumur di sekitar Gunung Merapi, ternyata menunjukkan bahwa bila ditinjau dari nilai pH, terlihat kualitas air air sungai dan air sumur di daerah penelitian ternyata masih cukup baik.

Page 10: KUALITAS AIR SUNGAI DAN AIR SUMUR PASKA · PDF filepaling aktif di Indonesia. ... terhadap kualitas air sungai dan air sumur di daerah gunung tersebut, ... manusia dan kerusakan infrastruktur

138

Kualitas Air Sungai Dan Air Sumur Paska Letusan Gunung Merapi Tahun 2010(Armaita Sutriati)

Gambar 6 Nilai pH air sungai dan air sumur.

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Sungai-sungai yang Mengalir dari Gunung Merapi.

Parameter SatuanSungai

Progo Boyong Code Kuning Opak Woro

Tgl 27 Nov 27 Nov 27 Nov 28 Nov 28 Nov 28 Nov

Jam 15:45 11:40 10:00 09:27 08:23 10:35

Pengamatan visual keruh keruh keruh keruh bening bening

Fisika:

Temperatur o C 28,6 27,2 28,6 26,8 27,0 30,2

Kekeruhan NTU 223 232 381 706 4,4 1,3

Residu tersuspensi mg/L 368 383 629 1170 7,0 2,0

DHL uS/cm 277 362 337 443 300 370

Kimia:

Alkaliniti mg/L 104 43 102 104 145 97

Asiditi mg/L 3,4 4,5 9,0 3,4 6,7 22

pH - 8,1 7,8 7,8 7,9 7,4 7,1

Oksigen terlarut mg/L 6,2 5,8 5,8 6,2 4,9 4,9

Klorida mg/L 12,9 16,9 17,9 12,9 10,9 13,9

Sulfat mg/L 16,4 112 39,7 96,1 28,5 43,8

Natrium mg/L 12,8 18,3 20,4 10,9 19,7 22,5

Kalsium mg/L 28,8 36,0 29,1 46,7 25,8 21,7

Kalium mg/L 4,9 9,45 13,1 8,65 7,75 13,1

Magnesium mg/L 7,78 9,97 8,82 10,8 9,12 10,2

Fluorida mg/L 0,071 <0,06 <0,06 0,065 <0,06 0,073

Total fosfat mg/L 0,189 0,136 0,189 0,208 0,106 0,173

Nitrat mg/L <0,04 <0,04 <0,04 0,12 <0,04 <0,04

Total Ammonium mg/L 0,529 0,250 0,516 0,215 0,229 0,236

BOD mg/L 2,6 1,3 2,2 2,3 1,5 4,3

COD mg/L 5,2 4,4 7,4 6,4 4,5 8,6

Mikrobiologi

Bakteri koli kol/100 ml 6000 9000 33000 8000 17000 6000

Page 11: KUALITAS AIR SUNGAI DAN AIR SUMUR PASKA · PDF filepaling aktif di Indonesia. ... terhadap kualitas air sungai dan air sumur di daerah gunung tersebut, ... manusia dan kerusakan infrastruktur

139

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)Vol. 22 No. 3 Desember 2012 : 129 - 142

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air terhadap Percontoh Air Sumur di Sekitar Sungai.

Parameter SatuanAir sumur disekitar sungai

Progo Boyong Code Kuning Opak Woro

Tgl 27 Nov 27 Nov 27 Nov 28 Nov 28 Nov 28 Nov

Jam 15:45 12:00 10:20 09:30 08:30 10:45

Pengamatan visual bening bening bening bening bening bening

Fisika

Temperatur o C 27,5 26,4 31,8 27,4 28,1 29,2

Kekeruhan NTU 1,2 1,4 3,6 6,2 1,6 1,2

Residu tersuspensi mg/L 2,0 2,0 6,0 10 3,0 2,0

DHL uS/cm 372 262 322 374 374 455

Kimia:

Alkaliniti mg/L 128 51 115 142 106 130

Asiditi mg/L 34 31 20 31 16 20

pH - 6,8 6,5 6,9 6,8 6,9 6,9

Oksigen terlarut mg/L 4,7 3,9 4,5 3,8 3,9 4,1

Klorida mg/L 16,9 8,9 13,9 6,0 8,9 19,8

Sulfat mg/L 31,9 11,5 26,9 21,0 68,1 67,2

Natrium mg/L 17,9 20,5 24,8 17,8 20,2 32,7

Kalsium mg/L 40,5 21,9 22,7 30,0 25,0 33,2

Kalium mg/L 9,82 7,98 11,7 8,66 7,13 22,6

Magnesium mg/L 7,90 5,58 8,94 9,73 9,85 11,1

Fluorida mg/L <0,06 <0,06 <0,06 <0,06 <0,06 <0,06

Total fosfat mg/L 0,099 0,156 0,121 0,103 0,141 0,247

Nitrat mg/L <0,04 0,05 <0,04 <0,04 <0,04 <0,04

Total Ammonium mg/L 0,156 0,093 0,152 0,156 0,236 0,156

BOD mg/L 0,7 0,5 1,3 0,7 0,3 1,6

COD mg/L 2,4 1,6 3,9 2,2 1,2 4,8

Mikrobiologi

Bakteri koli kol/100 ml 80 800 40 205 300 40

Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa nilai pH air sungai berkisar antara 7,1 – 8,2 dan air sumur berkisar antara 6,5 – 6,9. Batas nilai pH yang dipersyaratkan untuk air yang dapat digunakan untuk air baku untuk minum, sarana rekreasi, air peternakan dan perikanan (kelas I, II dan kelas III) adalah antara 6 – 9 (Gambar 6). pH yang berada dalam kondisi normal ini kemungkinan terjadi karena oksida sulfur tidak banyak melarut dalam air sungai. Hal ini juga sejalan dengan kecilnya peningkatan kadar DHL seperti yang telah dibahas sebelumnya.

Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut dalam air memegang peranan penting terhadap kehidupan biota dalam air, baik ikan maupun mikroorganisme yang lain. Mikroorganisme ini memerlukan oksigen terlarut antara lain untuk memecah zat organik menjadi gas karbon dioksida dan air untuk memperoleh energi yang sangat dibutuhkan dalam kehidupannya. Jadi, apabila kandungan zat organik tinggi dalam air, maka oksigen terlarut dalam air cenderung turun karena banyak digunakan oleh mikroorganisme.

Page 12: KUALITAS AIR SUNGAI DAN AIR SUMUR PASKA · PDF filepaling aktif di Indonesia. ... terhadap kualitas air sungai dan air sumur di daerah gunung tersebut, ... manusia dan kerusakan infrastruktur

140

Kualitas Air Sungai Dan Air Sumur Paska Letusan Gunung Merapi Tahun 2010(Armaita Sutriati)

Dengan demikian, oksigen terlarut ini dapat juga digunakan sebagai parameter indikator pencemaran air. Air alami yang belum tercemar biasanya mempunyai kadar oksigen terlarut yang cukup besar, sebaliknya air yang sudah tercemar terutama oleh zat organik mempunyai kadar oksigen yang rendah (US EPA, 1976). Kriteria kualitas air kelas III, yaitu air yang dapat digunakan untuk air perikanan menyebutkan bahwa batas minimum kadar oksigen terlarutnya adalah 3 mg/l (Pemerintah RI, 2001).

Hasil pengukuran kadar oksigen terlarut baik dalam air sungai maupun air sumur menunjukkan kadar oksigen terlarut dalam air sungai berkisar antara 4,9 – 6,2 mg/l, sedangkan air sumur berkisar antara 3,9 – 4,7 mg/l (Gambar 7). Dengan demikian, dilihat dari oksigen terlarutnya, air sungai di daerah penelitian ternyata masih cukup baik, termasuk untuk digunakan sebagai air perikanan.

Sulfat

Sulfat juga termasuk anion utama yang terdapat dalam air alami. Keberadaan sulfat dalam air dapat berasal dari berbagai sumber, misalnya pelarutan mineral-mineral yang mengandung sulfat atau masuknya buangan industri dan limbah pertanian. Selain itu, sulfat dalam air dapat pula berasal dari gas sulfur dioksida yang berasal dari letusan gunung berapi. Dalam air alami biasanya sulfat berada dalam konsentrasi yang aman, sehingga tidak menimbulkan masalah bagi kesehatan. Namun demikian apabila sulfat berada dalam konsentrasi yang besar dapat menyebabkan diare atau sakit perut (US EPA, 1976).

Namun, hasil pemeriksaan sulfat pada sungai-sungai yang mengalir dari Gunung Merapi tidak memberikan dampak atau pengaruh yang berarti terhadap kualitas airnya, karena kadar sulfat yang terdeteksi hanya berkisar antara 16,4 – 112 mg/l. Meskipun terlihat peningkatan kadar dari 8,1 – 9,6 mg/l hasil pengukuran pada bulan Mei dan Agustus 2010, namun belum melampaui batas kriteria kualitas air untuk parameter sulfat kelas I yaitu air yang peruntukannya adalah sebagai baku air minum yaitu SO4 400 mg/l (Pemerintah RI, 2001).

Bakteri Koli

Bakteri koli merupakan salah satu parameter indikator pencemaran air. Air sungai di Indonesia, terutama yang berlokasi di perkotaan umumnya mempunyai kandungan bakteri koli yang relatif besar. Hasil pemeriksaan bakteri koli dalam air sungai berkisar antara 6000 – 33000 koloni/100

mL, sedangkan dalam air sumur antara 40 - 800 koloni/100mL. Masih terdapatnya bakteri koli dalam air sungai dan air sumur di daerah penelitian aliran lahar dingin Gunung Merapi menunjukkan bahwa letusan gunung berapi tidak memusnahkan kehidupan bakteri koli dalam air sungai dan air sumur.

Bahan Organik

Bahan organik merupakan bahan pencemar yang paling dominan dalam air sungai-sungai di Indonesia, terutama sungai-sungai di perkotaan. Bahan pencemar organik dalam air berasal dari limbah domestik dan limbah industri atau dari berbagai aktivitas lainnya. Keberadaan senyawa organik dapat menimbulkan masalah karena bahan organik ini dapat terurai oleh mikroorganisme. Proses penguraian ini membutuhkan oksigen, sehingga menyebabkan kadar oksigen terlarut dalam air menjadi berkurang atau bahkan habis sama sekali. Dengan kata lain, air yang mengandung bahan organik yang tinggi akan memberikan dampak habisnya oksigen terlarut dalam air yang dapat menyebabkan air tersebutberwarna hitam, keruh, dan berbau tidak sedap (Terangna, 1998).

Menganalisa jenis-jenis bahan organik dalam air sangat sulit karena jenis bahan organik yang ada di perairan sangat beraneka ragam dan sangat kompleks sifatnya. Guna mengatasi masalah tersebut, maka digunakan parameter-parameter yang dapat dipakai sebagai indikator untuk menaksir banyaknya bahan organik dalam air tanpa melihat jenis bahan organiknya. Parameter-parameter tersebut adalah Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD).

Hasil pengukuran BOD dan COD pada air sungai di lereng barat menunjukkan kadar BOD dan COD masing-masing sebesar 2,6 mg/l dan 5,2 mg/l di Kali Progo; 1,3 mg/l dan 4,4 mg/l di Kali Boyong; 2,2 mg/l dan 7,4 mg/l di Kali Code; 2,3 mg/l dan 6,4 mg/l di Kali Kuning. Tidak berbeda jauh dengan kondisi kualitas air di lereng timur yang relatif lebih baik sebagaimana telah dibahas sebelumnya, yaitu kadar BOD dan COD dalam air Kali Opak masing-masing 1,5 mg/l dan 4,5 mg/l, sedangkan dalam air Kali Woro masing-masing 4,3 mg/l dan 8,6 mg/l. Dari hasil pengukuran BOD dan COD yang telah dilakukan pada bulan Nopember 2010, terlihat bahwa dampak letusan Gunung Merapi tidak banyak berpangaruh terhadap kadar BOD dan COD air sungai, terlihat dari kadar BOD dan COD air sungai-sungai tersebut masih dibawah kadar maksimum kelas I (baku air minum).

Page 13: KUALITAS AIR SUNGAI DAN AIR SUMUR PASKA · PDF filepaling aktif di Indonesia. ... terhadap kualitas air sungai dan air sumur di daerah gunung tersebut, ... manusia dan kerusakan infrastruktur

141

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)Vol. 22 No. 3 Desember 2012 : 129 - 142

Gambar 7. Kadar oksigen terlarut dalam air sungai dan air sumur.

Gambar 8. Kadar BOD dan COD dalam air sungai dan air sumur.

Page 14: KUALITAS AIR SUNGAI DAN AIR SUMUR PASKA · PDF filepaling aktif di Indonesia. ... terhadap kualitas air sungai dan air sumur di daerah gunung tersebut, ... manusia dan kerusakan infrastruktur

142

Kualitas Air Sungai Dan Air Sumur Paska Letusan Gunung Merapi Tahun 2010(Armaita Sutriati)

SIMPULAN DAN SARAN

Letusan Gunung Merapi yang membawa aliran lava dingin ke sungai sangat berpengaruh terhadap peningkatan kadar residu tersuspensi dan kekeruhan dalam air Kali Progo, Kali Boyong, Kali Code, dan Kali Kuning yang mengalir di lereng sebelah barat, namun tidak terlalu berpengaruh pada air Kali Opak dan Kali Woro yang mengalir di lereng sebelah timur.

Hasil pemeriksaan kualitas air sungai dan air sumur yang dilakukan di lapangan menunjukkan aliran lava dengan debu vulkanik Merapi tidak banyak memengaruhi pH, DHL, dan oksigen terlarut.

Selain kadar residu tersuspensi dan kekeruhan, kualitas air Kali Progo, Kali Boyong, Kali Code dan Kali Kuning masih berada di bawah batas persyaratan Baku Mutu Sumber Air.

Kualitas air sumur di sekitar sungai-sungai yang diteliti tidak terkena dampak letusan Gunung Merapi, terlihat dari kualitas air yang relatif baik dan memenuhi Baku Mutu Sumber Air.

Perlu dilakukan pemantauan kualitas air yang mengalir dari Gunung Merapi secara berkesinambungan, terutama pada musim hujan yang diperkirakan akan terjadi perubahan kualitas air sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi akibat dampak aliran lahar dingin yang masuk ke sungai-sungai tersebut.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua fihak, terutama kepada rekan-rekan peneliti dari Balai Lingkungan Keairan dan Balai Sabo, Personil Laboratorium Balai Lingkungan Keairan, serta tim gabungan dari balai lainnya yang telah memberikan bantuan dan kerja samanya selama kami melakukan penelitian di daerah Merapi.

Kepada Prof. (R) Nana Terangna Ginting, Dipl. EST dan Drs. Tontowi, M.Sc kami ucapkan terima kasih atas koreksi dan masukannya sampai terwujudnya tulisan ini.

ACUAN

APHA, AWWA. 2005. Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater. 21th Edition. ISBN : 0875530478. Wahington DC.Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2011. Press release: Dampak Letusan Gunung Merapi, http://www.bakornaspb.go.id/irw/ (diakses 23 November 2010) Foto Posisi Gunung Merapi di Pulau Jawa bagian tengah. Sumber : http://rovicky.files. wordpress.com/2009/05/topografi.jpgJohnston, D.M. 1997. Physical and social impacts of past and future volcanic eruptions in New Zealand, Unpublished Ph.D. thesis, University of Canterbury, Christchurch, 288 p.Oakeshott, G.B. 1976. Volcanoes & Earthquakes Geologic Violence, Mc Grow Hill Book Company, New York.Pemerintah Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah Nomor: 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, Jakarta.Pusat Litbang Sumber Daya Air. 2010. Laporan Akhir Pengembangan dan Pembaharuan Basisdata dan SIG-SDA Bidang Lingkungan Keairan. Bandung.Terangna Nana. 1998. Pengkajian Peruntukan dan Baku Mutu Sumber Air di Indonesia, ISBN 0854 – 4778, Bandung. United States Environmental Protection Agency, 1976. Quality Criteria for Water, Washington D.C.USGS Volcano Hazard Program Site. 2009. Volcanic Ash: Effect & Mitigation Strategy, http:// vo lcanoes .usgs .gov /ash /wa te r / index . html#quality (diakses 8 Januari 2011).Wikipedia. 2010. Gunung Merapi, http://1d. wikipedia.org/wiki/Gunung Merapi (diakses 15 November 2010).WTW. 2009. Operating Manual Oxy 1970i, pH 1970i, Cond 1970i, WTW GmbH, Weilheim.


Recommended