Laporan Interim
Puslitbang Sumber Daya Air i
L A P O R A N A K H I R
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
JARINGAN IRIGASI NON PADI ( J I N P )
Desember 2010
No. IP.12 03/02/La-IRIGASI/2010 SATKER : BALAI IRIGASI
Laporan Akhir
Puslitbang Sumber Daya Air
i
KATA PENGANTAR
Laporan ini merupakan Laporan Akhir dari kegiatan Penelitian dan
Pengembangan Jaringan Irigasi Non Padi (JINP) yang dilaksanakan oleh Balai
Irigasi Pusat Litbang Sumber Daya Air, Badan Litbang Departemen Pekerjaan
Umum yang dibiayai oleh APBN tahun 2010.
Tujuan dari kegiatan ini adalah dalam rangka menyiapkan draft pedoman teknis
perencanan dan O&P irigasi tetes dan sprinkler tipe rotator; pedoman teknis
perencanaan dan O&P irigasi gun sprinkler serta mendapatkan model rekayasa
alat irigasi gun sprinkler dan tetes untuk mendukung pengembangan dan
pengelolaan irigasi air tanah dan peningkatan produktivitas lahan kering.
Sasaran output dari kegiatan tahun 2010 ini adalah R-0 SPM perencanaan dan
OP Gun Sprinkler, Memo IPTEK Perencanaan dan OP Irigasi Tetes, Memo
IPTEK Perencanaan dan OP Irigasi Sprinkler kecil (rotator).
Masukan, saran dan kritik sangat kami harapkan untuk menyempurnakan
pelaksanaan kegiatan ini.
Bandung, Desember 2010
Kepala Pusat Litbang Sumber Daya Air
Dr. Ir. Arie Setiadi Moerwanto, M.Sc. NIP. : 195801251986031001
Laporan Akhir
Puslitbang Sumber Daya Air
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Telah diberikan persetujuan penyelesaian penyusunan Laporan Akhir Kegiatan
Penelitian dan Pengembangan Jaringan Irigasi Non Padi (JINP) dibawah
pembinaan Balai Irigasi.
Bekasi, Desember 2010
Mengetahui
Koordinator Kegiatan, Ketua Tim, S u b a r i, M E Dadang Ridwan, ST
NIP. 19540621 198201 1 001 NIP. 19760413 200812 1 001
Mengetahui/Menyetujui,
Penanggung Jawab Kegiatan
Ir. Lolly Martina Martief, MT
NIP: 19600110 198803 2 001
Laporan Akhir
Puslitbang Sumber Daya Air
iii
LEMBAR SUSUNAN TIM PELAKSANA
Mengetahui
Koordinator Kegiatan
Subari, M.E.
NIP. 19540621 198201 1 001
Bekasi, Desember 2010
Ketua Tim Kegiatan
Dadang Ridwan, ST
NIP. 19760413 200812 1 001
Mengetahui/Menyetujui,
Penanggung Jawab Kegiatan
Ir. Lolly Martina Martief, MT
NIP. 19600110 198803 2 001
TIM PENYUSUN
Ketua Tim : Dadang Ridwan, ST
Sekretaris : -
Anggota :
1. Ir. Damar Susilowati, M.sc 2. Ir. M. Muqorrobin 3. Guntur Safei, ST 4. Susi Hidayah, ST
5. Parmin, SIP 6. Maulana Rahim, BE 7. Djamburi 8. Siwi Argono Widodo 9. Sugirno 10. Nawawi 11. Maryanto 12. Nur Choiri 13. Restu Setiati
14. Muljanta 15. Indri S Setianingwulan, ST
Laporan Akhir
Puslitbang Sumber Daya Air
iv
ABSTRAK
Permasalahan yang paling utama pada lahan kering adalah keterbatasan air, sehinga perlu ditunjang dengan model infrastruktur jaringan irigasi dan pemilihan teknologi tepat guna. Irigasi tetes dan sprinkler adalah teknologi yang cocok dan tepat jika diaplikasikan pada lahan kering, guna mendapatkan efisiensi penggunaan air yang lebih besar. Namun dalam penerapannya perlu di diperhitungkan hasil usahatani dan bagaimana tata cara pengelolaannya khususnya dalam operasi dan pemeliharaan, termasuk dalam mempersiapkan pedoman teknis pengelolaannya. Selain kegiatan penelitian juga dilakukan kegiatan pengembangan teknologi melalui rekayasa jaringan irigasi tetes dan rekayasa head sprinkler. Melalui kegiatan penelitian dan pengembangan jaringan irigasi non padi ini diharapkan selain dapat mendorong optimalisasi pemanfaatan JIAT, peningkatan produktivitas lahan kering dan peningkatan pendapatan petani juga dapat membantu para pengelola irigasi dalam penerapannya.
Dari hasil penelitian diperoleh dengan irigasi sprinkler tipe rotator ini dapat memberikan : (i) penghematan air irigasi cukup signifikan, yaitu sebesar 72.12%; (ii) penghematan biaya irigasi sebesar 68,25% atau lebih dari 3 kali lipatnya; serta (iii) memberikan peningkatan keuntungan usahatani sebesar 40,38 %, pada B/C ratio 1,1 dibandingkan dengan irigasi alur. Meskipun dalam pengoperasiannya sprinkler tipe rotator ini sangat perlu memperhatikan kondisi kecepatan angin di lapangan, supaya penyebaran air tetap optimal. Dari hasil kegiatan Pengembangan, dihasilkan prototip jaringan irigasi tetes hasil rekayasa mempunyai tingkat keseragaman tetesan air yang cukup baik yaitu nilai DU (Distribution Uniformity) sebesar 85,88%, dengan debit rata-rata 0,5 liter/jam pada tekanan 0,4 bar. Yang dipadukan dengan teknologi pompa tangga tali yang mampu mengangkat air pada ketinggian lebih dari 5 meter dengan debit 11,66 liter/menit. Sementara untuk prototip Protipe head sprinkler yang dihasilkan, selain mampu mengoptimalkan sumber air dengan debit terbatas juga dalam pengoperasianya dapat menyesuaikan dengan kondisi kecepatan angin dan tinggi tanaman tertentu, dengan cara mengatur sudut lintasan dari head sprinkler itu sendiri. Tekanan optimum untuk pemberian air irigasi ke lahan adalah sebesar 3-3,5 bar dengan seri nozle 0,4”-0,6”, dengan debit yang dihasilkan 2,1 lt/det - 5,3 lt/det, pada radius pancaran 30,95 m - 31,3 m
Laporan Akhir
Puslitbang Sumber Daya Air
v
ABSTRACT The main problems on dry land are the lack of water, so to be supported by models of irrigation infrastructure and selection of appropriate technology. Drip and sprinkler irrigation is a suitable and appropriate technology, if applied on dry land, in order to obtain water use efficiency is greater. But the application needs to be taken into account the result of farming and how the way it is managed, particularly in operations and maintenance, including the preparation of technical guidelines for its management. In addition to research activities are also conducted activities through tissue engineering technology development and engineering of drip irrigation sprinkler heads. Through research and development activities of non paddy irrigation network is expected in addition to encourage optimum utilization JIAT, improving productivity of dry land and increase farmers' income can also help the managers of irrigation in its application. The results were obtained with sprinkler irrigation rotator type can provide: (i) saving of irrigation water is significant, amounting to 72.12%, (ii) irrigation cost savings amounting to 68.25%, or more than 3 times, and (iii) provide increase farm profits by 40.38%, the B / C ratio of 1.1 compared to irrigation flow. Although the type of rotator sprinkler operation is very necessary attention to the condition of wind speed on the field, so that the spread of water remains optimal. From the results of development activities, resulting prototypes engineered drip irrigation networks have this level of uniformity of water droplets which is good enough that the value of DU (Distribution uniformity) of 85.88%, to discharge an average of 0.5 liters / h at 0.4 bar pressure . Pump technology combined with a rope ladder that can lift water at a height of more than 5 meters with a debit of 11.66 liters / minute. As for the prototypes produced prototype sprinkler head, in addition to optimizing the water source with limited flow also in pengoperasianya can adjust to conditions of high wind speeds and certain plants, by regulating the trajectory angle of the sprinkler head itself. Optimum pressure for the provision of irrigation water to the land amounted to 3 to 3.5 bar with a series nozle 0.4 "-0.6", with the resulting flow 2.1 lt / sec - 5.3 lt / sec, the beam radius 30.95 m - 31.3 m .
Laporan Akhir
Puslitbang Sumber Daya Air
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... I - 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. I - 1
1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................... I - 3
1.3 Batasan Masalah .......................................................................... I - 4
1.4 Lingkup Kegiatan .......................................................................... I - 4
1.5 Formulasi Kegiatan dan Hipotesis ................................................ I - 5
1.6 Tujuan dan Sasaran ..................................................................... I - 6
1.7 Lokasi Kegiatan ............................................................................ I - 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. II - 1
2.1 Kebutuhan Air bagi Pertumbuhan Tanaman................................ II - 1
2.2 Efisiensi Penggunaan Air atau Produktivitas Air ......................... II - 2
2.3 Sistem Irigasi Curah .................................................................... II - 4
2.4 Sistem Irigasi Tetes Dalam Pertanian Lahan Kering ................... II - 4
2.5 Teknologi Pompa Tangga Tali ..................................................... II - 8
BAB III METODOLOGI DAN TAHAPAN KEGIATAN .............................. III - 1
3.1 Metodologi .................................................................................. III - 1
3.2 TAHAPAN KEGIATAN ............................................................... III - 3
BAB IV PELAKSANAAN KEGIATAN ...................................................... IV - 1
4.1. Penelitian .................................................................................... IV - 1
4.2. Kegiatan Pengembangan ........................................................... IV - 3
4.3. Studi Evaluasi Pengelolaan O&P Irigasi Serta Monev ............... IV - 9
4.4. Penyusunan Rancangan Standar ............................................. IV - 10
BAB V HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN ..................................... V - 1
5.1. Hasil Kegiatan ............................................................................. V - 1
5.2. Studi Evaluasi Pengelolaan O&P Irigasi serta Monev ............... V - 14
Laporan Akhir
Puslitbang Sumber Daya Air
vii
5.3. Pembahasan ............................................................................. V - 21
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... VI - 1
6.1. Kesimpulan ................................................................................. VI - 1
6.2. Saran .......................................................................................... VI - 2
DAFTAR PUSTAKA
Laporan Akhir
Puslitbang Sumber Daya Air
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Nilai koefisien tanaman (Kc) kedelai dan jagung pada berbagai
fase pertumbuhan. ................................................................... II - 3
Tabel 5. 1. Perbandingan Penggunaan Air Irigasi ..................................... V - 7
Tabel 5. 2. Analisa Usahatani Irigasi Sprinkler tipe Rotator ...................... V - 7
Tabel 5. 3. Analisa Usahatani Irigasi Sprinkler tipe Alur ........................... V - 8
Tabel 5. 4. Data uji teknis keseragaman pada pengaturan emiter
ulangan 1 ................................................................................. V - 9
Tabel 5. 5. Data uji teknis keseragaman pada pengaturan emiter
ulangan 2 ................................................................................. V - 9
Tabel 5. 6. Data uji teknis keseragaman pada pengaturan emiter
ulangan 3 ............................................................................... V - 10
Tabel 5. 7. Data teknis pompa tangga tali ................................................ V - 10
Tabel 5. 8. Data teknis gun sprinkler BIR V.2 .......................................... V - 12
Tabel 5. 9. Jadwal pemberian air irigasi untuk tanaman jagung .............. V - 21
Tabel 5. 10. Penyesuaian jadwal pemberian air irigasi, di lokasi penelitian
untuk tanaman jagung ........................................................... V - 23
Tabel 5. 11. Perbandingan Analisa Usahatani untuk Tanaman Jagung dengan
metode irigasi sprinkler dan Alur ............................................ V - 24
Laporan Akhir
Puslitbang Sumber Daya Air
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1. Kerangka pemikiran Kegiatan Penelitian Irigasi ......................... 8
Gambar 4. 1 Rangkaian kegiatan penyiapan dan pemasangan alat ukur
untuk mendukung penelitian .................................................... 1
Gambar 4. 2 Layout demplot penelitian lapangan ............................................ 2
Gambar 4. 3. Demplot Penelitian jaringan irigasi sprinkler tipe rotator dan
jaringan irigasi alur ........................................................................ 2
Gambar 4. 4. Gambaran hasil produksi di demplot penelitian irigasi Sprinkler
........................................................................................................ 3
Gambar 4. 5. Proses panen dan Pemipilan ....................................................... 3
Gambar 4. 6. Skets Jaringan Irigasi Tetes & Penerapan Tangga Tali ............ 4
Gambar 4. 7. Prototip dan demplot pengembangan jaringan irigasi tetes ...... 5
Gambar 4. 8. Konstruksi Pompa Tangga Tali .................................................... 6
Gambar 4. 9 Uji coba penerapan prototip jaringan irigasi tetes skala demplot
di laboratorium outdoor Balai Irigasi ............................................ 7
Gambar 4. 10 Desain prototipe Gun sprinkler V.2 .............................................. 8
Gambar 4. 11 Proses uji desain prototip Gun Sprinkler ..................................... 9
Gambar 4. 12 Tahapan uji teknis prototip Gun Sprinkler v.2 ............................. 9
Gambar 5. 1. Peta Lokasi Desa Suwawal Timur Kecamatan Pakis Adhi
Kabupaten Jepara ......................................................................... 1
Gambar 5. 2. Kondisi Lokasi Penelitian Irigasi Sprinkler ............................... 2
Gambar 5. 3. Demplot jaringan irigasi sprinkler tipe rotator ........................... 3
Gambar 5. 4. Grafik curah hujan rata-rata di Kecamatan Melonggo Kab.
Jepara...................................................................................... 4
Gambar 5. 5. Grafik rerata jumlah hari hujan di kecamatan Melonggo
Kab.Jepara .............................................................................. 4
Gambar 5. 6. Grafik pF kondisi tanah penelitian di Jepara ............................ 5
Gambar 5. 7. Grafik Pengujian infiltrasi lahan bagian atas ............................ 6
Gambar 5. 8. Grafik Pengujian infiltrasi lahan bagian bawah ........................ 6
Gambar 5. 9. Gambaran Kondisi Lahan daerah Bedugul (Lokasi peninjauan)
.............................................................................................. 14
Gambar 5. 10. Kondisi tanaman paprika pada Green House (versi petani) .. 15
Laporan Akhir
Puslitbang Sumber Daya Air
x
Gambar 5. 11. Proses Pembibitan ................................................................ 16
Gambar 5. 12. Jaringan dan Sitim pendistribusian ........................................ 16
Gambar 5. 13. Blok Irigasi dan Jenis emiter .................................................. 17
Gambar 5. 14. Pemanfaatan Jaringan Irigasi Gun Sprinkler untuk tanaman
teh Rosela ............................................................................. 19
Gambar 5. 15. Pemanfaatan Jaringan Irigasi Gun Sprinkler untuk tanaman
jagung .................................................................................... 19
Gambar 5. 16. Kondisi jaringan baik, namun belum dioperasikan dan tidak
terpelihara dengan baik. ........................................................ 20
Gambar 5. 17. Tower rangka baja, tampak tidak terpelihara ......................... 20
Gambar 5. 18. Grafik Efisiensi Penghematan Air Irigasi................................ 22
Gambar 5. 19. Grafik Pengujian kinerja rekayasa sprinkler ........................... 25
Gambar 5. 12. Budidaya tanaman dengan sistim rigasi tetes pada lahan
terbuka dan tertutup............................................................... 27
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
I - 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam pertanian.
Kebutuhan akan sumber daya air cenderung meningkat akibat pertambahan
jumlah penduduk, dan pola hidup yang menuntut atas peningkatan penggunaan
air, sehingga kompetisi dalam pemanfaatannya juga semakin ketat baik antara
sektor pertanian dengan sektor non-pertanian maupun antar pengguna dalam
sektor pertanian itu sendiri, namun disisi yang lain ketersediaan air sangat
terbatas.
Sumber daya air sangat diperlukan bahkan menjadi faktor kunci dalam
keberlanjutan pertanian, khususnya pada pertanian lahan kering. Air untuk
pertanian sebagian besar berasal dari air irigasi dan digunakan untuk mengairi
lahan sawah. Pengairan pada lahan kering masih sangat terbatas, padahal upaya
ini penting untuk meningkatkan produktivitas lahan.
Lahan kering mempunyai potensi ketersediaan air dalam tanah yang layak
dimanfaatkan, tetapi selalu menghadapi masalah mengenai keterbatasan
pemberian air irigasi khususnya di musim kemarau yang dapat menghambat
terhadap produktivitas tanaman. Sebagian besar pengairan pertanian lahan kering
hanya mengandalkan curah hujan terkadang menggunakan metode irigasi yang
kurang tepat. Situasi seperti ini menyebabkan pemanfaatan lahan dan air tanah
belum berkembang dan optimal, sehingga diperlukan suatu metode irigasi yang
tepat dalam mengatasi masalah tersebut untuk menjamin kontinuitas produksi
pertanian dengan didukung oleh pengelolaan irigasi yang berkelanjutan. Meskipun
dalam penerapannya perlu mempertimbangkan banyak hal khususnya dalam hal
biaya investasi jaringan dan tata cara pengelolaannya.
Untuk itu, Pusat Litbang Sumber Daya Air melalui Balai Irigasi merasa perlu
melakukan berbagai penelitian dan pengembangan teknologi irigasi yang tepat
untuk diterapkan pada lahan kering. Kegiatan penelitian JINP telah berlangsung
selama 4 tahun dari mulai pembangunan model JINP TA. 2006 di kawasan
industri Provinsi Gorontalo (irigasi sprinkler dan alur) dan di lahan kering Desa
Akar-akar Lombok Utara NTB (irigasi sprinkler). Kemudian pada tahun 2007
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
I - 2
sampai dengan 2009 dilanjutkan dengan pengkajian dan penelitian. Pada tahun
2009 di lokasi penelitian NTB, selain melakukan penelitian model irigasi sprinkler
juga dilakukan penelitian irigasi tetes untuk tanaman yang bernilai ekonomis tinggi
seperti semangka, melon. Kegiatan ini direncanakan selesai pada tahun 2014.
Dari serangkaian kegiatan yang telah dilakukan oleh Balai Irigasi pada
tahun 2008 telah dihasilkan Head Sprinkler BIR V.1 dengan rekayasa nozzle.
Head sprinkler ini merupakan tipe rotating head sprinkler dengan kemampuan
dapat mencurahkan air rata-rata lebih dari 10 liter per detik, dengan luas curahan
di lahan pertanian + 1 Ha. Tipe ini telah banyak diterapkan di beberapa daerah
dengan memanfaatkan sarana Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) yang ada, seperti
di Provinsi Sulawesi Utara, NTT, NTB, dan Bali. Namun demikian dalam
penerapannya masih terbatas pada semua sumur air tanah yang mempunyai debit
lebih dari 10 liter per detik. Padahal dalam kenyataannya sumur air tanah dalam
yang telah dibangun mempunyai debit yang bervariasi (kurang dari 10 liter
perdetik atau lebih). Seperti halnya di beberapa wilayah di Indonesia seperti di
provinsi Jawa Barat debit sumur air tanah dalam yang ada cenderung lebih kecil
rata-rata kurang dari 10 liter per detik, sehingga pemanfaatan JIAT yang ada
dengan pemanfaatan irigasi sprinkler dengan tipe ini belum bias dilakukan.
Untuk itu melalui kegiatan pengembangan selain melakukan rekayasa
irigasi tetes juga melakukan rekayasa teknologi irigasi Sprinkler versi kedua.
Dengan versi ini, diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan
ketersediaan debit air tersebut. Sprinkler BIR V.2 direncanakan akan didesain
untuk dapat digunakan pada sumber air dengan debit rata-rata 5 -10 liter per detik.
Sehingga akan lebih dapat mengoptimalkan sumur air tanah yang telah dibangun,
khususnya sumur yang telah dibangun oleh Kementrian Pekerjaan Umum.
Selain itu untuk mendukung keberlanjutan dalam pengelolaan O&P, perlu
disiapkan rancangan standar berupa pedoman teknis perencanaan dan O&P
irigasi sprinkler dan tetes. Namun dalam penyusunannya masih diperlukan data
O&P yang lebih lengkap dan komprehensif, sehingga pelaksanaan kegiatan
penelitian dan pengembangan ini tidak hanya terbatas pada satu lokasi saja,
diharapkan dapat dilakukan di beberapa lokasi yang berbeda guna mendapatkan
data yang lebih lengkap dan dapat mewakili seluruh tipe lokasi lahan kering di
Indonesia.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
I - 3
1.2 Identifikasi Masalah
Dewasa ini irigasi hemat air untuk lahan kering seperti irigasi sprinkler dan
irigasi tetes sangatlah tepat untuk diterapkan, namun dalam penerapannya masih
terdapat beberapa kendala yang perlu dicarikan cara pemecahannya, diantaranya
adalah :
(1). Tingginya biaya investasi peralatan irigasi sprinkler dan tetes yang berpotensi
menjadi kendala dalam penerapannya di lapangan, terutama untuk
penerapan pada skala petani. Selain itu cukup sulitnya mendapatkan
peralatan-peralatan dan sparepart peralatan tersebut di pasaran, selama ini
mesti mendatangkan dari kota-kota tertentu bahkan masih melakukan impor.
(2). Keterbatasan debit air tanah pada sumur-sumur pompa yang telah dibangun
oleh P2AT, tidak semua mempunyai debit air cukup besar atau lebih besar
dari 10 liter per detik, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali dan daerah
lainnya hanya mempunyai debit rata-rata 5 -7 liter per detik. Sehingga untuk
menerapkan metode irigasi dengan menggunakan gun sprinkler dengan
spesifikasi alat lebih besar dari 8,5 liter per detik tidak menghasilkan curahan
air irigasi yang optimal. Untuk itu Balai Irigasi guna melengkapi seri rekayasa
gun sprinkler BIR V.1 dengan kapasitas 8.58 sampai dengan 11.16 liter per
detik bahkan lebih, perlu melakukan rekayasa gun sprinkler versi lainnya
untuk mengoptimalkan sumur-sumur pompa air tanah yang ada.
(3). Berdasarkan hasil kajian TA. 2009 petani sangat merespon terhadap
penerapan irigasi tetes untuk skala petak lapangan, namun selain masih
jarangnya peralatan irigasi tetes di pasaran, juga masih terkendala dengan
tenaga penggerak untuk suplai air ke jaringan tersebut, khusunya untuk lokasi
yang belum ada jaringan irigasi dan jaringan listrik PLN. Sehingga petani
harus menyediakan tenaga penggerak menggunakan genset yang
memerlukan biaya bahan bakar cukup besar.
(4). Dalam rangka mendukung Nota Kesepahaman antara pemerintah Kabupaten
Jepara dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan
Umum No : 13 tahun 2009, dan No : 02/NK/VII/KL/2009 tentang kerjasama
Penelitian dan Pengembangan Prasarana dan Sarana ke PU-an di Kabupaten
Jepara, dan penyusunan pedoman teknis irigasi sprinkler dan tetes, Balai
Irigasi Pusat Litbang Sumber Daya Air, melakukan penerapan uji model
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
I - 4
lapangan irigasi sprinkler tipe rotator. Dengan penerapan model irigasi ini
diharapkan selain mendapatkan hasil penelitian yang lebih lengkap dalam
rangka penyusunan pedoman teknis, juga dapat membantu mengatasi
permasalahan pemberian air ke lahan yang selama ini irigasinya hanya
mengandalkan curah hujan, selain itu juga dapat dijadikan sebagai show
window salah satu model teknologi irigasi sprinkler pada kawasan Kampung
Teknologi Kabupaten Jepara.
1.3 Batasan Masalah
Penelitian ini akan difokuskan pada metode irigasi sprinkler tipe rotator pada
skala demplot lapangan. Kegiatan pengembangan meliputi perekayasaan
peralatan irigasi sprinkler dengan kemampuan mencurahkan debit rata-rata + 5
liter per detik serta rekayasa jaringan irigasi tetes. Untuk keperluan penyusunan
rancangan standar R-0 pedoman teknis perencanaan dan O&P irigasi gun
sprinkler, dan Naskah Ilmiah perencanaan teknis dan O&P irigasi tetes disusun
berdasarkan studi literatur, data hasil penelitian dan hasil studi evaluasi lapangan,
pada jaringan irigasi tetes dan sprinkler yang telah dibangun oleh pihak Direktorat
Irigasi.
1.4 Lingkup Kegiatan
Kegiatan ini telah dimulai pada tahun 2006 dan akan berlangsung sampai
dengan 2014. Untuk tahun 2010 lingkup kegiatan meliputi :
1). Kegiatan Penelitian irigasi sprinkler tipe rotator, skala demplot lapangan.
2). Kegiatan Pengembangan, meliputi :
- rekayasa jaringan irigasi tetes dengan pemanfaatan pompa tangga tali.
- kegiatan pengembangan teknologi irigasi sprinkler dengan melakukan
rekayasa gun sprinkler peruntukan debit + 5 liter/detik.
3). Studi Evaluasi Pengelolaan O&P dan Monitoring & Evaluasi (Monev)
4). Penyusunan Rancangan Standar R-0 Pedoman Teknis Irigasi Gun Sprinkler
dan Naskah Ilmiah Perencanaan dan OP irigasi Sprinkler tipe rotator dan
Tetes.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
I - 5
1.5 Formulasi Kegiatan dan Hipotesis
1.5.1. Formulasi Kegiatan
Permasalahan yang paling utama pada lahan kering adalah keterbatasan air,
sehinga perlu ditunjang dengan model infrastruktur jaringan irigasi dan pemilihan
teknologi tepat guna. Irigasi tetes dan sprinkler adalah teknologi yang cocok dan
tepat jika diaplikasikan pada lahan kering, guna mendapatkan efisiensi
penggunaan air yang lebih besar.
Namun tidak bisa dipungkiri, penggunaan teknologi irigasi sprinkler dan
irigasi tetes, tergolong teknologi yang jarang digunakan di indonesia dengan
mengandalkan komponen-komponen impor, serta membutuhkan biaya investasi
cukup besar sehingga belum terjangkau oleh petani. Untuk itu diperlukan suatu
usaha pemecahan terhadap masalah tersebut dengan melakukan rekayasa
teknologi yang lebih mengutamakan material lokal dan mengarah pada teknologi
tepat guna.
Disamping itu, pengelolaan irigasi sprinkler dan tetes memerlukan kesiapan
dari para pengelolanya, sehingga perlu dilakukan peningkatan kualitas SDM,
sehingga perlu disiapkan pedoman teknis pengelolaan irigasi, baik dari segi
perencanaan maupun implementasi operasi dan pemeliharaan (O&P). Untuk
keperluan penyusunannya, diperlukan data-data O&P yang lebih lengkap dan
komprehensif, yang tidak hanya terbatas pada satu lokasi penelitian saja namun
lebih mewakili seluruh tipe lokasi lahan kering di Indonesia.
1.5.2. Hipotesis
Dengan penerapan teknologi irigasi tetes dan sprinkler, diharapkan mampu
membantu dalam rangka optimalisasi pengelolaan irigasi air tanah dan
produktivitas lahan kering serta dapat meningkatkan pendapatan petani lebih
besar dibanding dengan irigasi konvensional pada lahan kering. Perekayasaan
yang diperlukan adalah perekayasaan teknologi tepat guna yang mampu
diterapkan oleh pengguna khusunya petani.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
I - 6
1.6 Tujuan dan Sasaran
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan rancangan standar
berupa R-0 pedoman teknis perencanan dan O&P irigasi Gun Sprinkler, serta
naskah Ilmiah draft pedoman teknis perencanaan dan O&P irigasi tetes dan
sprinkler tipe rotator, sekaligus mendapatkan hasil pengembangan (model
rekayasa) berupa prototip jaringan irigasi tetes dan prototip head sprinkler tipe gun
kap. kecil (peruntukan debit + 5 liter /detik), yang diharapkan dapat mendukung
dalam pengembangan dan pengelolaan irigasi air tanah serta peningkatan
produktivitas lahan kering.
Kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan, yang telah dimulai sejak tahun
2006 dan direncanakan selesai sampai dengan tahun 2014, dengan sasaran
sebagai berikut :
Tahun 2006 , meliputi :
- Prototip jaringan irigasi alur & irigasi sprinkler, di lokasi penelitian Gorontalo
- Prototip jaringan irigasi sprinkler di lokasi penelitian NTB
Tahun 2007 , meliputi :
- Model sistem berupa laporan kajian teknis pelaksanaan dan laporan kajian
kinerja prototipe uji skala penuh di lokasi penelitian Gorontalo.
- Naskah Ilmiah berupa bahan pedoman teknis O&P irigasi sprinkler di lokasi
penelitian Gorontalo.
Tahun 2008 , meliputi :
- Model sistem berupa laporan kajian teknis pelaksanaan dan kajian kinerja
JINP prototipe uji skala penuh di lokasi penelitian NTB.
- Naskah Ilmiah, berupa bahan pedoman Operasi dan Pemeliharaan irigasi
sprinkler.
Tahun 2009 , meliputi :
- Rancangan standar berupa :
1). Naskah Ilmiah, berupa Draft pedoman teknis perencanaan dan O&P
irigasi Gun Sprinkler.
2). Naskah Ilmiah, berupa modul Jaringan Irigasi sprinkler.
- Prototip jaringan irigasi tetes dan sprinkler type rotator
- Model sistem, berupa laporan kajian teknis pelaksanaan & kajian kinerja
jaringan irigasi sprinkler & tetes
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
I - 7
Tahun 2010, meliputi :
- R-0 Pedoman Teknis Perencanaan dan OP Gun Sprinkler.
- Naskah Ilmiah, berupa Draft Pedoman Teknis Perencanaan dan OP Irigasi
Tetes.
- Naskah Ilmiah, berupa Draft Pedoman Teknis Perencanaan dan OP Irigasi
sprinkler type Rotator.
- Prototip jaringan irigasi tetes
- Prototip head sprinkler
Tahun 2011, meliputi :
- Prototip Jaringan Irigasi Tetes, skala on –farm
- Naskah Ilmiah, berupa Draft Pedoman Teknis Perencanaan dan OP Irigasi
Tetes.
Tahun 2012 , meliputi :
- R-0 Pedoman Teknis Perencanaan dan OP Irigasi Sprinkler tipe rotator
- R0, Pedoman Teknis Perencanaan dan OP Irigasi Tetes.
Tahun 2013 , meliputi :
- Prototip Jaringan Irigasi Mikro, skala on-farm
Tahun 2014 , meliputi :
- R0, Pedoman Teknis Perencanaan dan OP Irigasi Mikro
Dengan demikian, dari seluruh rangkaian kegiatan penelitian JINP yang telah
dimulai sejaki tahun 2006 sampai dengan rencana tahun 2014, akan
mendapatkan model pengembangan JINP yang tepat dan diharapkan dapat
menghasilkan Rancangan Standar berupa R-0 pedoman teknis perencanaan dan
O&P irigasi sprinkler dan irigasi mikro.
1.7 Lokasi Kegiatan
- Kegiatan penelitian dan pengembangan tahun 2010 dilaksanakan di Kawasan
Kampung Teknologi Jepara, Desa Suwawal Kec Pakis Adhi Kab. Jepara
Jawa Tengah.
- Untuk kegiatan pengembangan (perekayasaan) dilakukan di laboratorium
Outdoor Balai Irigasi Bekasi
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
I - 8
- Kegiatan studi evaluasi dipilih beberapa lokasi yang menerapkan teknologi
irigasi Gun Sprinkler dan irigasi tetes antaralain : di Provinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, Bali, NTT, dan Sulawesi Utara.
- Kegiatan monev JINP di lakukan di Desa Akar-Akar Kecamatan Bayan
Lombok Utara NTB.
- Kegiatan workshop penyusunan rancangan standar, di Balai Irigasi Pusat
Litbang Sumber Daya Air, Bekasi.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
II - 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebutuhan Air bagi Pertumbuhan Tanaman
Air menempati lebih dari 90 persen dari bagian tanaman hidup, oleh karena
itu, air mempunyai peran yang sangat menentukan dalam proses pertumbuhan
suatu tanaman. Dalam tubuh tanaman air merupakan penyusun utama dari
senyawa-senyawa organik seperti karbohidrat, protein dan lemak. Selain itu, air
juga berfungsi sebagai alat pengangkut dan pelarut hara di dalam tanah dan di
dalam tubuh tanaman. Keberadaan air sebagai lengas tanah berperan mengatur
suhu di sekitar tanaman (Huisenbuiller, 1978).
Menurut Russell (1973) tanaman memerlukan lengas dalam jumlah yang “tepat”
untuk pertumbuhannya. Kekurangan air bagi pertumbuhan tanaman dapat
menghambat laju pertumbuhan; sebaliknya kelebihan air dalam media
pertumbuhan dapat meracuni pertumbuhan tanaman dari kekahatan oksigen.
Pengaruh kekurangan air terhadap hasil dan pertumbuhan tanaman lebih nyata
apabila terjadi pada tanah-tanah yang kaya unsur hara.
Air yang dapat diserap tanaman tergantung dari yang tersedia dalam tanah.
Air tersedia ini berada dalam kisaran kapasitas lapang dan titik layu permanen.
Jumlah air yang berada dalam kisaran tersebut sangat beragam, tergantung kadar
bahan organik, tekstur dan tipe lempung suatu tanah.
Kebutuhan air tanaman untuk setiap periode pertumbuhan tanaman dihitung
menggunakan formula neraca keseimbangan air (water balance). Evapotranspirasi
dengan singkatan (ETa atau WU) dihitung dari awal pertumbuhan tanaman
sampai panen menurut persamaan Marshall et. al. (1996) sebagai berikut :
ETa = S + CH+ Ir – P– Ru–Sp
S = perubahan kadar lengas tanah antar periode tertentu (mm)
Ir = pemberian air irigasi (mm)
CH = jumlah curah hujan (mm)
Dr = air yang keluar melalui drainase dalam/perkolasi (mm)
Ru = jumlah aliran permukaan
Sp = Aliran ke samping
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
II - 2
Dari penyederhanaan rumus tersebut di atas, besarnya evapotranspirasi aktual
masing-masing petak plot sebenarnya dapat ditetapkan dengan menggunakan
pendekatan Caoili (1967), dalam rahardjo et al, 1990, sebagai berikut :
ETa = ( d awal + CH) – dakhir
dimana :
ETa = evapotranspirasi aktual
D awal = tebal air pada zona akar sebelum mengalami evapotranspirasi
D akhir = tebal air pada zona akar setelah mengalami evapotranspirasi
CH = curah hujan
Tebal air (d-awal dan d-akhir) didekati dengan rumus berikut :
d = kl x BV x D
dimana : d = tebal air dalam zona perakaran (mm)
kl = kadar lengas tanah pada zona perakaran (%)
BV = berat volume tanah (gram/cm3)
D = kedalaman zona perakaran (mm)
Interval irigasi (irrigation interval), dapat dihitung dengan mengetahui terlebih
dahulu kadar lengas tersedia dalam zone perakaran dengan menghitung, {kadar
lengas kapasitas lapang (field capacity) mm/cm-kadar lengas titik layu (wilting
point) mm/cm} x dalam zone perakaran (root zone) cm. Interval irigasi (hari) dapat
dihitung:
Jumlah penurunan air tersedia yang diperbolehkan dalam zone perakaran (mm)
Evapotranspirasi harian (mm/hari) dari hasil perhitungan sebelumnya
2.2 Efisiensi Penggunaan Air atau Produktivitas Air
Agar dapat memanfaatkan air secara efisien, maka harus mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Empat komponen pokok yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan jumlah pemakaian air, yakni: (1) air untuk
penjenuhan tanah, (2) air untuk penggenangan, (3) air yang terpekolasi dan (4)
pemakaian air untuk evapotranspirasi. Tiga komponen pertama sangat ditentukan
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
II - 3
oleh sifat fisik tanah, sedangkan komponen yang terakhir ditentukan oleh kondisi
iklim dan jenis tanaman.
Banyak rumus telah dikembangkan untuk menaksir jumlah air yang
dikonsumsi tanaman. Morris, dkk. (1990) menetapkan total penggunaan air
sebagai jumlah air curahan (curah hujan) ditambah jumlah lengas yang disimpan
oleh jeluk tanah. Sedangkan Doorenbos (1977); Abdulmumin dan Minasari (1990)
menggunakan faktor-faktor iklim dan tanaman dalam menghitung jumlah
penggunaan air bagi tanaman. Mereka menggunakan rumus sebagai berikut:
ET c = Kc x Eto
Dimana Etc adalah jumlah air yang hilang melalui evapotranspirasi aktual
sedangkan Eto adalah jumlah melalui evapotranspirasi tetapan dan Kc adalah
koefisien tanaman. Nilai Kc sangat tergantung pada jenis, fase pertumbuhan
tanaman, musim tanam dan keadaan cuaca. Nilai Kc untuk berbagai tanaman
telah banyak dipublikasikan, sehingga di dalam pendugaan Etc dapat didekati
melalui perhitungan data iklim dan keadaan lengas tanah (Doorenbos, 1977). Nilai
Kc tanaman kedelai dan jagung pada berbagai fase pertumbuhan seperti disajikan
pada Tabel 2.1.
Tabel 2. 1. Nilai koefisien tanaman (Kc) kedelai dan jagung pada berbagai fase pertumbuhan.
Fase Pertumbuhan Nilai Kc
Kedelai Jagung
Pertumbuhan awal 0.30 – 0.40 0.30 – 0.50
Perkembangan 0.70 – 0.80 0.70 – 0.85
Tengah 1.00 – 1.15 1.05 – 1.20
Perkembangan lambat 0.70 – 0.80 0.80 – 0.90
Masak Penuh 0.40 – 0.50 0.55 – 0.60
Efisiensi penggunaan air oleh tanaman didefinisikan sebagai perbandingan
hasil tanaman atau kandungan glukose tanaman (kg/ha) dengan jumlah air yang
dikonsumsikan (m3) melalui sistem evapotranspirasi Gilley dan Jensen, 1983;
Morris, dkk., 1990). Konsep tersebut semula diterapkan pada kondisi tanah
tergenang, akan tetapi Gilley dan Jensen (1983) menerapkan rumus tersebut
untuk sistem tanah tak jenuh, yang mana tanaman memperoleh irigasi secara
terbatas. Dalam batasan tersebut maka efisiensi penggunaan air juga
mengandung pengertian bahwa penggunaan air adalah jumlah air yang
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
II - 4
dikonsumsi selama periode tertentu dalam satu siklus pertumbuhan tanaman,
misalnya periode tanam sampai panen atau dari periode panen ke panen
berikutnya.
Gilley dan Jensen (1983) merumuskan definisi efisiensi penggunaan air (EPA)
tersebut di atas sebagai berikut:
EPA = Hasil tanaman (kg/ha)
Eta selama musim tanam (m3/ha)
Dimana :
Eta adalah jumlah air yang dibutuhkan untuk keperluan evaporasi dan transpirasi.
2.3 Sistem Irigasi Curah
Irigasi sprinkler (curah) merupakan metoda pemberian air irigasi dengan cara
menyemprotkan air ke udara dan menjatuhkannya di sekitar tanaman seperti
hujan. Penyemprotan dilakukan dengan mengalirkan air bertekanan melalui
nozzle (sprinkler head atau pipa berlubang).
Metoda ini dapat diterapkan pada hampir semua tanaman (kecuali padi
sawah), pada daerah dengan tanah bertekstur pasir, bergelombang maupun
bersolum dangkal. Akan tetapi metoda ini tidak dapat diterapkan pada daerah
dengan tektur tanah sangat halus yang mempunyai laju infiltrasi sangat kecil (< 4
mm/jam). Irigasi sprinkler memerlukan air yang bersih, tenaga pompa yang cukup
besar (0.5 – 10 kg/cm2) dan biaya investasi yang tinggi.
2.4 Sistem Irigasi Tetes Dalam Pertanian Lahan Kering
Pengairan efisien dapat ditakrifkan sebagai pengairan yang memberikan air
paling efisien dengan menerapkan jumlah air yang tepat sesuai dengan
kebutuhan optimal tanaman, pada saat yang paling jitu dan benar-benar berada
pada tempat dimana akar tanaman yang tumbuh berada. Pengairan tetes (drip
atau trickle irrigation) boeh jadi merupakan metode pengairan yang paling efisien
saat ini dan teknologi ini sudah dibuktikan keunggulannya sehingga telah
diterapkan di negara maju khususnya untuk pengembangan tanaman sayuran dan
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
II - 5
buah-buahan (horticulture). Nakayama and Buck (1986) menyatakan bahwa
tujuan utama dari pengairan tetes adalah untuk mensuplai air dan hara kepada
tanaman dalam frekuensi tinggi dan volume rendah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan kesuburan dan konsumtifnya.
Untuk menghasilkan pengaliran air (discharge) yang rendah pada keadaan
tekanan atmosfir rendah maka suatu alat kecil khusus yang disebut emitter, telah
dirancang dan mampu menyebabkan tidak adanya gerakan air pada permukaan
tanah, dan pencaran air lateral maupun vertical berlangsung di dalam tanah dan
pada tempat yang terbatas. Oleh karenanya, sangat penting untuk membatasi
variasi aliran emitter atau keseragaman agihan air bagi system ini, khususnya
karena jumlah dan lama pengairan ini sangat didasarkan atas kecepatan aliran
(Wu et.al., 1979).
Pengairan tetes dicirikan oleh sifat-sifat berikut ini (Bucks and Davis, 1986):
air dialirkan dengan kecepatan rendah pada periode waktu yang lama, dengan
interval yang tinggi; air diberikan pada sekitar atau di dalam mintakat perakaran
tanaman (root zone) melalui system pemberian bretekanan rendah. Oleh karena
itu, suatu pengairan tetes ideal adalah pengairan dimana semua emitternya
mampu memberikan volume air yang sama pada pengairan tertentu sehingga
setiap akan menerima jumlah air sama pada periode pengairan. Banyak sekali
factor yang berperan dalam ketepatan pemeberian air , antara lain: sifat-sifat
tanah, akan tetapi komponen system yang paling kritikal dalam hal ini boleh jadi
emiternya (Warrick, 1986; Von Bernuth and Solomon, 1986).
Penampilan ideal dari pengairan tetes dimana semua emitternya
memberikan volume air sama dalam jangka waktu pengairan tertentu tidaklah
mungkin (imposible) dicapai (Nakayama and Buck, 1986) karena kecepatan emisi
dari drippersnya mungkin saja bergantung pada tekanan air dan cirri-ciri pabrik.
Variasi aliran emitter yang disebabkan oleh variasi air dapat dikendalikan dengan
rancangan hidroulik yang disebut variasi hidroulik, sedangkan variasi aliran emitter
yang disebabkan oleh ketidakpanggahan pabrik (mamnufakturing inconsistencies)
dianggap sebagai variasi pabrik (Nakayama and Bucks, 1986).
Pengaruh Sifat Tanah Terhadap Agihan Air Pada Pengiran Tetes sangat
tergantung pada beberapa sifat fisik yang dimilikinya. Distribusi/pengaliran air
pada sistem tetes sangat ditentukan oleh sifat-sifat tanah dan cara air
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
II - 6
ditambahkan dan diatus dari profil (Warrick, 1986). Namun demikian membuat
model agihan air pada pengairan tetes cukup rumit karena adanya cirri-ciri dari
pengairan tetes, misalnya sifat aliran dari sumber tetesan berciri 2 atau 3 dimensi,
tidak sekedar vertical saja. Air ditambahkan dengan frekuensi yang tinggi serta air
tanah dipertahankan dalam kisaran yang relatif sempit.
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa di dalam penerapan pengairan
tetes dimana terjadi aliran multi-dimensional maka kombinasi yang tepat antara
jarak emitter dan discharge adalah sangat penting, dan keadaan ini memerlukan
pengetahuan tentang sifat-sifat hidraulik tanah dan agihan air disekitar drip.
Studi mengenai agihan air dan ketergantungannya pada beberapa parameter
tanah telah dikaji secara teoritis (Brandt et.al., 1971) dan diuji di laboratorium dan
lapangan (Bresler et.al., 1971). Kesesuaian hasil antara percobaan lapangan dan
teori yang ditunjukkan oleh agihan kadar air dan lokasi dari wetting front,
menyarankan bahwa teori tersebut dapat diterapkan pada keadaan lapanngan
yang berbeda.
Roten (1974) mengamati pola agihan lengas tanah dan pembasahan dari
sumber tetesan. Dia menyimpulkan bahwa volume total tanah basah lebih
merupakan fungsi dari jumlah air yang diberikan daripada lamanya pemberian air.
Levin et.al., (1979) meneliti penngaruh tingkat discharge dan pemberian air yang
terputus-putus (intermittent) oleh pengairan tetes pada pola agihan lengas tanah.
Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa hambatan dari gerakan lengas tanah
ke bawah tidak diikuti oleh meningkatnya agihan lateral. Akan tetapi lebih pada
kandungan lengas yang lebihj tinggi pada volume tanah-lebih basah. Sejalan
dengan ini, Bresler et.al., (1971) menemukan bahwa peningkatan luas basah
horizontal dan merunnya kedalaman tanah-basah. Bresler (1978) menyatakan
ternyata tidak mungkin untuk mengendalikan volume basah tanah dengan
mengatur emitter discharge menurut sifat-sifat tanah.
Keunggulan irigasi tetes dapat dirangkum sebagai berikut : (1) meningkatkan
pemanfaatan air tersedia. Pemanfaatan air yang efisien dapat diperoleh dengan
menerapkan metode ini. Hampir semua air pengairan yang disuplai ke tanaman
digunakan untuk transpirasi (Balogh and Gergeley, 1985). Kehilangan air minimum
terjadi hanya karena perkolasi-dalam pembasahan di luar mintakat perakaran
tanaman atau evaporasi dari permukaan lahan, ataupun dari faun. Pengairan tetes
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
II - 7
dapat menghindari limpasan permukaan (run off) meskipun pada budidaya
pertanian lahan miring. Infiltrasi air ke dalam tanah dapat ditingkatkan dengan
menggunakan sistem drip dengan tingkat aplikasi rendah. Sedangkan perkolasi
yang dalam dapat dikendalikan khususnya pada tanah-tanah pasiran (Koth, 1974).
Efisiensi pemanfaatan air yang tinggi telah didemonstrasikan pada tanaman
pepaya. (2) Meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Tanaman
biasanya memberikan hasil dan kualitas yang lebih tinggi dan kemasakan lebih
dini dibandingkan dengan tanaman yang diairi dengan system konvensional
(Finkel, 1982). Penyakit tanaman dan hama pengganggu jarang ditemukan, tidak
terdapat kebakaran daun karena pembasahan. Kotoran, debu dan bahan
semprotan (Sprays) tidak tercuci dari daun (Balogh and Gergeley, 1985), tidak
akan ditemukan pembentukan soil crust dan Lumpur jauh lebih sediki (Nakayama
and Bucks, 1986). Lapoaran tentang tanggapan tanaman terhadap pengairan
tetes akhir-akhir ini menunjukkan bahwa system ini hasilnya selalu lebih baik
atau paling tidak sama pada setiap kasus dibandingkan dengan yang tanpa
pengairan atau metode-metode emberian air lainnya (Howel et.al., 1981;
Constable and Hodgson, 1990). (3) Meningkatkan aplikasi pupuk dan bahan
kimia lainnya. Menurut Bucks et.al (1982) aplikasi pupuk dapat dilakukan dalam
bentuk terlarut melalui air pengairan sehingga memungkinkan suplai hara yang
ajeg, diatur menurut komposisi dan takarannya yang disesuaikan dengan umur
dan kebutuhan tanaman dan dengan mengurangi fluktuasi ketersediaan dan
kehilangan yang lebih kecil. Bresler et.al., (1971) dan Constable et.al.(1990)
menjelaskan beberapa alas an tentang meningkatnya efisiensi pemupukan,
kuantitas pupuk yang diberikan berkurang, saat pemupukan lebih tepat, agihan
pupuk merata dengan pencucian di bawah daerah perakaran atau limpasan
permukaan minimum. Pemberian bahan-bahan cair lainnya seperti herbisida,
insektisida, fungisida dan karbondioksida dilaporkan dapat memperbaiki produksi
tanaman (Nakayama and Bucks, 1986). (4) Mengurangi bahaya kegaraman
pada tanaman. Kegaraman air pengairan (water salinity) kurang berbahaya bagi
tanaman manakala konsentrasi awalnya dapat ditolerir dan air bergaram tinggi
dapat digunakan tanpa mengurangi hasil tanaman secara nyata (Balogh and
Gergeley, 1985). Sebagai tambahan, hembusan angin dan lahan yang
bergelombang (undulating) dan miring (sloping) tidak mengganggu keseragaman
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
II - 8
tetesan pada system drip yang dirancang dan direkayasa dengan baik, berbeda
dengan metode pengairan konvensional lainnya.
Namun demikian, pengairan tetes mempunyai beberapa kelemahan yang
dapat menghalangi keberhasilan aplikasinya dalam beberapa kasus, misalnya:
penyumbatan emitter, perusakan oleh tikus atau binatang lainnya, akumulasi
garam sekitar tanaman, gerakan air tanah dan perkembangan akaar tanaman
yang terhambat serta keterbatasan teknis-ekonomis. Jackson and Kay (1987)
berhasil mengatasi masalah penyumbatan denngan menerapkan system
pengairan tetes terputus-putus (pulse irrigation). Metode ini secara komparatif
mudah dan memerlukan tenaga manusia yang lebih sedikit. Pengairan dapat
dimalarkan (continuous) siang-malam, tanpa menghiraukan hari berangin atau
kegiatan-kegiatan budidaya pertanian lainnya (Bucks et.al., 1982). Tidak diperoleh
informassi tentang pengalaman pengairan tetes di Indonesia sehingga sulit
menduga biaya operasinya.
2.5 Teknologi Pompa Tangga Tali
Pompa tanggatali adalah salah satu teknologi tepat guna yang berfungsi
menaikan air dari sumbernya ke lahan atau penampungan, guna keperluan irigasi,
atau keperluan rumah tangga. Pompa jenis ini terbuat dari material kayu lokal,
dengan proses pembuatan yang cukup mudah dan dapat dikerjakan oleh petani.
Dalam perencanaan pompa tangga tali diperlukan data yang sederhana yaitu yang
hanya berhubungan dengan kondisi lapangan meliputi kedalaman muka air yang
akan dinaikan pompa, bentuk kolam tandon untuk distribusi air, luas areal yang
akan diairi, metode irigasi yang akan dipakai.
Cara pengoperasiannya adalah dengan cara memutar roda pemutar untuk
mengerakkan papan pemutar, kemudian papan pemutar akan menarik tali plastik
dengan terkaitnya simpul-simpul tali plastik. Dengan ditariknya tali plastik oleh
papan pemutar maka air akan terangkat ke atas yang terbawa oleh pipa pralon
tertampung pada silinder penampung distribusi untuk selanjutnya dialirkan ke
jaringan pipa irigasi.
Penempatan pompa tangga tali sebaiknya di tempat yang terlindung dari
cuaca misalnya di bawah pohon. Poros roda pemutar agar sering diberi pelumas,
sebaiknya konstruksi pompa tangga tali dicat agar tidak mudah lapuk serta
menghindari perubahan bentuk akibat sinar matahari.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
III - 1
BAB III
METODOLOGI DAN TAHAPAN KEGIATAN
3.1 Metodologi
a. Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan lapangan dalam skala demplot seluas
1,5 Ha di lokasi Kawasan Kampung Teknologi Kabupaten Jepara, rencana
dilakukan selama satu musim tanam, yang dimulai pada tanggal 22 Juli 2010 yang
meliputi penelitian jaringan irigasi non padi dengan metode irigasi sprinkler tipe
rotator.
Perlakuan pemberian air pada sistem ini dilakukan dengan memberikan air
dengan rpm konstan yang telah ditetapkan untuk masing-masing kekuatan sumur
pompa dengan penyiraman dilakukan hanya untuk mengairi zone perakaran
jagung sedalam 40 cm sesuai dengan periode pertumbuhan tanaman (Lampiran
tabel waktu penyiraman). Setelah pengairan diberikan atau kejadian hujan, kadar
lengas tanah dalam tanah 0 - 40 cm yang diamati dengan tensiometer mulai dari
saat tanam sampai tanaman tidak memerlukan air lagi.
Pengairan berikutnya diberikan setelah kadar lengas tanah menurun mencapai
rata-rata 50% antara kadar lengas kapasitas lapangan dan titik layu permanen.
Pengairan dilakukan sampai kapasitas lapang.
Pengamatan kadar lengas tanah pada kedalaman antara 0 - 40 cm, tergantung
tingkat pertumbuhan tanaman dan dilakukan pada 3 titik pengamatan setiap plot
serta diamati setiap periode pengairan. Kebutuhan air tanaman untuk setiap
periode pertumbuhan tanaman dihitung menggunakan formula neraca
keseimbangan air (water balance).
Untuk mengetahui penghematan penggunaan irigasi sprinkler (rotator) maka
dilakukan demplot pembanding dengan menggunakan irigasi konvensional (irigasi
alur). Demplot irigasi alur ini berada di sebelah lahan irigasi sprinkler dengan luas
25 x 9 m.
Parameter penelitian meliputi Kebutuhan air irigasi, efisiensi penggunaan air
irigasi, pola dasar operasi dan pemeliharaan, budidaya tanaman serta mengkaji
analisa usahatani.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
III - 2
b. Pengembangan
Kegiatan pengembangan direncanakan dilakukan di laboratorium outdoor
Balai Irigasi, meliputi rekayasa teknologi gun sprinkler dan jaringan irigasi tetes.
Metode Perekayasaan dilakukan dengan metode perancangan dan percobaan,
sebagai berikut :
(1). Perekayasaan gun sprinkler meliputi modifikasi bahan, bentuk dan
penyesuaian dimensi secara proporsional di sesuaikan untuk kebutuhan
debit sprinkler dengan debit rata-rata 5 liter per detik. Rencana prototipe di
buat dari perpaduan material, stainless steel, alumunium, blue nilon dan
bahan lainnya. Sistim pengerjaannya berbasis industri rumahan, namun
tetap dapat mempertahankan kualitas dan kinerja yang tetap baik, jika
dibandingkan dengan produk impor.
(2). Perekayasaan jaringan irigasi tetes.
Perekayasaan irigasi tetes meliputi modifikasi tenaga suplai air dari sumber
air ke tangki penampung air menggunakan teknologi sederhana, yaitu
pompa tangga tali, bahan dari kayu, dengan sistim engkel sepeda. Engkel
bisa digerakan oleh tangan atau dengan kaki. Sumber air merupakan
pemodelan sumur dangkal. Rencana emiter akan di buat tipe drip tape.
c. Observasi dan Monitoring & Evaluasi (Monev)
Kegiatan observasi di rencanakan pada lokasi penerapan jaringan irigasi
sprinkler dan irigasi tetes yang dibangun oleh Direktorat Irigasi, Subdit PAT
Kementrian PU dan Ditjen PLA Kementrian Pertanian. Yang direncanakan
meliputi kegiatan observasi penerapan irigasi tetes di Jawa Barat, Jawa Tengah,
dan Bali, serta penerapan irigasi gun sprinkler di NTT dan Sulawesi Utara.
Sedangkan kegiatan Monev dilakukan pada lokasi penelitian tahun anggaran
2008-2009, yaitu lokasi penelitian NTB. Meliputi kegiatan monev penerapan irigasi
Gun Sprinkler dan irigasi tetes. Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan
peninjuan dan pengamatan langsung ke lapangan, serta melakukan wawancara
terhadap petugas pengelola irigasi dan petani. Dari hasil kegiatan tersebut baik
berupa data maupun informasi, akan dijadikan sebagai materi rancangan standar
tersebut yang sedang disusun.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
III - 3
d. Penyusunan Rancangan Standar
Penyusunan materi draft pedoman ini didasarkan daripada hasil penelitian
yang dilaksanakan di lapangan (Provinsi Gorontalo dan NTB) dan hasil penelitian
tahun 2009 di Lokasi Kawasan Kampung Teknologi Kabupaten Jepara serta hasil
observasi pengelolaan O&P jaringan irigasi sprinkler dan tetes yang dikelola baik
oleh PAT Kementerian PU, Dinas pengelola JIAT pemerintah daerah maupun
pihak swasta (Agro wisata dan Agro Industri), serta dilakukan penyesuaian
dengan peraturan-perundang-undangan yang terkait, dengan melibatkan
narasumber atau tenaga ahli, praktisi, dan lainnya.
Dalam proses penyusunan akan dilakukan koordinasi dengan Pusat Litbang
Sebranmas, Kementerian Pu yang terlibat aktif dalam hal pendampingan
kelembagaan petani lahan kering.
e. Workshop penyusunan Rancangan Standar
Dalam rangka memperkaya materi pedoman teknis serta kesesuaian materi
di lapangan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, diperlukan
banyaknya masukan dan saran dari semua pihak baik dari pelaksana pengelola
irigasi, praktisi, akademisi, dan stakeholder lainnya, sehingga melalui worshop ini
diharapkan dapat merumuskan materi pedoman teknis yang tepat, lengkap dan
lebih komprehensif.
Pembahasan materi melalui workshop ini akan dilaksanakan pada bulan
bulan Juli 2010, baik secara substantif maupun jurnalistik dengan melibatkan
para pakar irigasi air tanah (Kementerian Pu dan Kementerian Pertanian),
akademisi, serta para praktisi/pengelola irigasi air tanah.
3.2 TAHAPAN KEGIATAN
Tahapan kegiatan dari Penelitian dan Pengembangan Jaringan Irigasi Non
Padi (JINP) TA 2010 sebagai berikut:
1. Kegiatan Penelitian :
a. Persiapan
Tahap ini meliputi studi literatur, diskusi dan konsultasi teknis dengan
Narasumber.
b. Koordinasi, Pengumpulan data dan survai lapangan.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
III - 4
Koordinasi dimaksud dilakukan kepada pihak UPTD Litbang Bappeda
Kabupaten Jepara.
Pengumpulan data meliputi data-data yang masuk dalam parameter
penelitian dan perencanaan jadwal pemberian air irigasi, seperti data :
karakteristik tanah, klimatologi, curah hujan, pola tanam dan kondisi
lahan serta parameter lainnya.
Survai lapangan juga dilakukan dalam rangka monitoring kesiapan
lahan serta kondisi cuaca sesungguhnya di lapangan guna penentuan
waktu mulai pelaksanaan penelitian yang tepat.
c. Perumusan desain penelitian.
d. Pembuatan dan pemasangan alat bantu penelitian meliputi : (i) rumah
alat pengukur suhu (suhu maksium dan minimum, bola basah dan bola
kering), (ii) alat penakar hujan (iii) serta alat pengukur : panci
penguapan (vaporation pan).
e. Pelaksanaan penelitian lapangan, penerapan irigasi sprinkler tipe
rotator yang, meliputi :
- penelitian efisiensi penggunaan air irigasi
- penentuan pola O&P irigasi, serta
- analisa usahatani.
2. Kegiatan Pengembangan, meliputi :
a. Persiapan
Tahapan ini merupakan tahapan awal, yang meliputi identifikasi awal
bahan rekayasa teknologi, studi literatur, diskusi dan konsultasi teknis
dengan Narasumber.
b. Desain Prototipe.
- Jaringan irigasi tetes yang didesain cukup sederhana murah dan
mudah baik dalam pembuatan maupun dalam penerapannya,
khususnya bagi petani.
- Head Gun Sprinkler kapasitas kecil dipergunakan untuk debit + 5
liter/detik.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
III - 5
c. Pembuatan prototipe.
Pembuatan prototip, dilakukan setelah selesai tahapan desain, dengan
mengutamakan material lokal yang relatif murah dan mudah didapatkan
dipasaran.
- Prototip jaringan irigasi tetes, di desain dan dibuat, dengan
konstruksi jaringan yang cukup sederhana dan dipadukan dengan
pemanfaatan teknologi pompa tangga tali. Material yang digunakan
termasuk barang-barang yang sering menjadi kebutuhan
pendukung dalam rumah tangga, seperti pipa, selang pelastik ,
terminal kabel dll.
- Prototip, head sprinkler di desain dan dibuat melalui kerjasama
dengan pengusaha bengkel lokal, yang cukup ahli dalam bidang
mekanisasi alat ukur dan alat-alat pertanian. Prototip ini dibuat,
dengan mengoptimalkan material logam yang mudah diperoleh di
pasaran, dengan perpaduan bahan stainless steel, besi, bronz,
alumunium, plastik, blue nillon. Selain dapat di terapkan pada lahan
dengan sumber air kecil, lebih ringan, mudah dioperasikan, juga
prototip ini didesain dapat diatur dengan sudut lintasan tertentu
sehingga dapat menyesuaikan terhadap tinggi tanaman dan kondisi
kecepatan angin di lapangan, sehingga diharapkan tetap dapat
memberikan kinerja sebaran air yang optimal.
d. Kajian Teknis dan Kinerja prototipe.
Dalam rangka mendapatkan performance prototip yang baik, sekaligus
menetapkan spesifikasi teknis prototip itu sendiri dilakukan uji teknis
dan kinerja di laboratorium. Kajian tersebut meliputi :
- Prototip jaringan irigasi tetes, meliputi : uji keseragaman tetesan, uji
tekanan operasi, uji seting tetesan, uji debit pompa tangga tali, uji
putaran serta penentuan sesifikasi emiter dan pompa tangga tali
- Prototip head sprinkler, meliputi : uji tekanan dan debit, jarak
pancaran, uji sudut geser dan jumlah putaran, serta uji
keseragaman sebaran air.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
III - 6
e. Uji Coba Penerapan.
Dilakukan setelah mendapatkan hasil uji teknis dan kinerja yang baik,
akan dilakukan uji coba penerapan skala demplot laboratorium.
3. Studi Evaluasi Pengelolaan O&P Irigasi serta Monitoring Evaluasi (Monev)
Kegiatan studi evaluasi ini dilakukan dalam rangka mendapatkan
masukan model pengelolaan irigasi sprinkler dan tetes, pada lokasi yang
telah menerapkan sistim irigasi tersebut, khususnya yang telah dibangun
oleh pihak Kementrian PU dan Kementrian Pertanian.
Diharapkan hasil studi tersebut menjadi bahan/materi masukan yang dapat
memperkaya materi rancangan standar yang sedang disusun, sehingga
lebih lengkap dan komprehensif.
Selain dari itu kegiatan ini dilakukan sekaligus membantu dalam
pendampingan teknis penerapan irigasi sprinkler bagi pengelola irigasi air
tanah di daerah.
Kegiatan Monev dilakukan dalam rangka monitoring sekaligus
evaluasi pemanfaatan prototip jaringan irigasi sprinkler dan tetes yang telah
dibangun pada tahun 2006 dan 2009. Kegiatan monev ini dilakukan Desa
Akar-Akar Lombok Utara Provinsi NTB.
4. Kegiatan Penyusunan Rancangan Standar, meliputi : (i) Penyusunan R-0
Pedoman teknis Perencanaan dan O&P irigasi Gun Sprinkler serta (ii) Naskah
Ilmiah Perencanaan dan O&P irigasi tetes dan sprinkler tipe rotator, antara lain :
a. Persiapan
Tahapan ini merupakan tahapan awal, yang meliputi review bahan,
draft pedoman teknis yang sudah dilakukan tahun sebelumnya, dan
studi literatur.
b. Diskusi dan Konsultasi
c. Workshop.
Kegiatan ini dilakukan, dengan melibatkan para ahli irigasi, praktisi
irigasi air tanah Direktorat Irigasi Dep.PU, pihak Deptan, dan pihak
akademisi. Dengan kegiatan ini diharapkan banyak mendapatkan
masukan untuk perbaikan atau penyempurnaan rancangan standar
yang sedang di susun.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
III - 7
5. Penyusunan Pelaporan
Kegiatan ini meliputi penyusunan laporan awal, laporan interim, konsep
laporan akhir dan penyelesaian laporan akhir.
Adapun alur tahapan kegiatan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1. di
bawah ini :
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
III - 8
Gambar 3. 1. Kerangka pemikiran Kegiatan Penelitian Irigasi
Bertekanan tahun 2006 sampai dengan 2014
LOKASI GORONTALO Irigasi Alur & Sprinkler
LOKASI NTB Irigasi Sprinkler
TAHUN 2006 (Gorontalo & NTB) : - Pembuatan Prototip Jaringan Irigasi Non Padi (JINP), Sprinkler &
Alur
TAHUN 2008 (GORONTALO & NTB) : - Uji Teknis & Kinerja Jaringan Irigasi
Sprinkler
- Penyempurnaan Jaringan Irigasi Gun Sprinkler
- Penelitian JINP
TAHUN 2007 (GORONTALO) : - Uji Teknis & Kinerja Jaringan Irigasi
Sprinkler & Alur - Penelitian JINP
TAHUN 2010 (NTB) : - Penelitian Irigasi Sprinkler tipe Rotator
- Rekayasa Irigasi tetes - Penyusunan Naskah Ilmiah, Irigasi Sprinkler Rotator &
tetes.
- Penyusunan R-0 Pedoman perencanaan dan OP irigasi Gun Sprinkler.
SOSIALISASI MODUL IRIGASI
SPRINKLER
DRAFT PEDOMAN TEKNIS
PERENCANAAN & OP GUN SPRINKLER
WORKSHOP/
SOSIALISASI
R0 SPM PEDOMAN TEKNIS PERENCANAAN & OP GUN
SPRINKLER
NASKAH ILMIAH, IRIGASI SPRINKLER ROTATOR & TETES.
WORKSHOP/ SOSIALISASI
DRAFT PEDOMAN TEKNIS PERENCANAAN & O&P IRIGASI
TETES
TAHUN 2011 (CIREBON, JAWA BARAT) - Penerapan Prototipe Jaringan Irigasi Tetes, skala on
farm (Jawa Barat) - Draft Pedoman Teknis perencanaan & O&P irigasi Tetes - Monev Irigasi Sprinkler tipe Rotator di Jepara NASKAH ILMIAH
PERANCANAAN & OP IRIGASI
SPRINKLER TIPE ROTATOR
WORKSHOP/
SOSIALISASI
R0- SPM PEDOMAN TEKNIS PERENCANAAN & O&P IRIGASI
TETES & SPRINKLER TIPE ROTATOR
SELESAI
MULAI
TAHUN 2013 - Penerapan Prototipe skala on farm di NTT dan Bali
TAHUN 2012 - Penyusunan R0- SPM Pedoman Teknis perencanaan &
O&P irigasi tetes - Penyusunan R0- SPM Pedoman Teknis perencanaan &
O&P irigasi Sprinkler tipe rotator - Monev Penerapan Irigasi Tetes di Cirebon Jawa Barat
WORKSHOP/ SOSIALISASI
DRAFT PEDOMAN TEKNIS PERENCANAAN & O&P IRIGASI
MIKRO LAIN
NASKAH ILMIAH PERANCANAAN & OP IRIGASI
SPRINKLER TIPE ROTATOR
TAHUN 2014
- Penyusunan R0-SPM Pedoman Teknis Perencanaan dan O&P irigasi Mikro
WORKSHOP/
SOSIALISASI
TAHUN 2009 (NTB) :
- Pembuatan Prototip Jaringan Irigasi Tetes - Pembuatan Prototipe Jaringan Irigasi Sprinkler tipe
Rotator - Penelitian Irigasi Tetes - Monev JINP di lokasi Gorontalo
- Penyusunan Draft Pedoman Teknis Perencanaan & OP Irigasi Gun Sprinkler
- Penyusunan Modul Irigasi Gun Sprinkler
R0- SPM PEDOMAN TEKNIS
PERENCANAAN & O&P IRIGASI MIKRO LAIN
BAHAN PEDOMAN TEKNIS (Perencanaan & O&P Irigasi
Sprinkler)
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
IV - 1
BAB IV PELAKSANAAN KEGIATAN
4.1. Penelitian
Kegiatan Penelitian jaringan irigasi sprinkler tipe rotator yang dilakukan pada
demplot lapangan di Kawasan Kampung Teknologi, Kec. Suwawal, Kab. Jepara,
telah selesai dilaksanakan (terealisasi 100%) pada tanggal 13 Nopember 2010.
Sampai dengan konsep laporan akhir ini sedang masuk pada tahap analisis data
hasil penelitian. Sehingga hasil analisis data tersebut belum sepenuhnya dapat
ditampilkan pada konsep laporan ini.
Untuk mendukung penelitian dipasang alat ukur yang meliputi: (i) rumah alat
pengukur suhu (suhu maksium dan minimum, bola basah dan bola kering), (ii)
pembuatan dan pemasangan alat penakar hujan (iii) serta pemasangan alat
pengukur : panci penguapan (evaporation pan). Tampak alat-alat tersebut seperti
pada Gambar 4.1. di bawah ini.
Gambar 4. 1 Rangkaian kegiatan penyiapan dan pemasangan alat ukur untuk
mendukung penelitian.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
IV - 2
Kegiatan penelitian ini mencakup penelitian mencari (i) efisiensi penggunaan
air (ii) penentuan pola O&P irigasinya serta (iii) analisis usahatani menggunakan
irigasi sprinkler tipe rotator yang dibandingkan dengan irigasi alur. Irigasi alur ini
merupakan jenis irigasi konvensional yang biasa diterapkan oleh masayarakat
sekitar lokasi penelitian. Adapun lay out demplot penelitian lapangan seperti
tampak pada Gambar 4.2.
Gambar 4. 2 Layout demplot penelitian lapangan
Lokasi demplot penerapan irigasi alur dibuat tidak jauh dari lokasi demplot
irigasi yaitu berada di sebelah barat lokasi penelitian dengan luasan + 200 m2.
Sistem pemberian air irigasi di suplai dari saluran utama jaringan irigasi sprinkler,
menggunakan tenaga pompa yang di sambungkan dengan selang lipat
berdiameter 2” dan dialirkan melalui guludan-guludan.
(a). Demplot irigasi sprinkler tipe rotator (b). Demplot Irigasi Alur
Gambar 4. 3. Demplot Penelitian jaringan irigasi sprinkler tipe rotator dan jaringan irigasi
alur
Jaringan Irigasi
Sprinkler
Demplot irigasi alur
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
IV - 3
Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan sekitar 108 hari kalender terhitung dari
mulai penyiapan lahan sampai dengan pemanenan.
(a). Gambaran pertumbuhan masa pembuahan (b). Gambaran hasil produksi siap panen
Gambar 4. 4. Gambaran hasil produksi di demplot penelitian irigasi Sprinkler
Gambar 4. 5. Proses panen dan Pemipilan
4.2. Kegiatan Pengembangan
Sampai dengan konsep laporan akhir ini kegiatan pengembangan telah
terealisasi 100 % sesuai dengan KAK, yaitu berupa prototip jaringan irigasi tetes
dan prototip head sprinkler tipe Gun kap. 5 liter/detik.
a. Perekayasaan Jaringan Irigasi Tetes
1). Persiapan
Sebelum pada tahapan desain prototip dilakukan telah dilakukan persiapan-
persiapan yang meliputi : (i) Identifikasi hal-hal atau temuan di lapangan yang
perlu di lakukan inovasi (ii) studi literature (iii) melakukan diskusi dan konsultasi
dengan ahli irigasi dan ahli mekanikal/elektrikal bidang pertanian.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
IV - 4
2). Desain Prototip
Perekayasaan jaringan irigasi tetes ini diharapkan dapat menjadi teknologi
tepat guna khususnya bagi petani. Sehingga dalam konsep desainnya ditekankan
pada kemudahan mendapatkan material, kemudahan dalam pembuatan dan
penerapan serta biaya investasi murah. Jaringan irigasi tetes tersebut didesain
dengan memadukan pemanfaatan teknologi pompa tangga tali yang merupakan
salah satu hasil litbang Balai Irigasi Pusat Litbang Sumber Daya Air. Pompa
tangga tali ini berfungsi menaikan air dari sumber air (reservoir) ke tangki
penampung air untuk diditribusikan pada tanaman melalui jaringan irigasi tetes
hasil rekayasa. Desain penerapannya seperti pada Gambar 4.4. Sistim
pengoperasiannya air di ambil dari bak penampung (reservoir) yang ada,
merupakan fasilitas laboratorium Balai Irigasi, kemudian diangkat ke tangki
menggunakan pompa tangga tali ke penampungan air pada ketinggian + 5 m.
Sebelum masuk tangki air di saring melalui filter pertama. Dari tangki air
disaring kembali melalui filter dua dan di salurkan melalui jaringan utama, dan
didistribusikan melalui jaringan pembagi dan langsung di teteskan ke tanaman
melalui emiter, seperti Gambar 4.6.
Gambar 4. 6. Skets Jaringan Irigasi Tetes & Penerapan Tangga Tali
Saringan outlet
Saringan Inlet
Reservoir
Pipa Utama PVC dia 1”
Pipa Sub Utama dia ¾”
Pompa Tanggatali
Pipa lateral dia 5/8 ”
Emiter
5 M
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
IV - 5
3). Pembuatan Prototip
Jaringan utama dibuat dari pipa PVC diameter 1”, jaringan sub utama terbuat
dari selang plastik rumah tangga ukuran diameter 5/8 inchi. Penetes
(emiter/dripper) disiapkan dengan jenis drip line sistim adjustable. Emiter dibuat
dari selang pelastik elastis ukuran diameter 5 mm, dengan sistim pengatur emiter
menggunakan penjepit kabel (terminal kabel), yang masukan dibagian ujung
selang emiter. Kira-kira diletakan pada jarak 5 cm dari ujung selang tersebut.
Ujung selang yang telah dijepit di buat lancip guna menghindari sumbatan. Sistim
pengaturan tetesan di atur dengan cara menekan kabel dengan baut serta
mengatur putarannya sehingga menghasilkan tetesan air sesuai dengan debit air
yang dibutuhkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti pada Gambar 4.7.
(a). Prototip jaringan irigasi tetes (b). Tipe emitter (hasil rekayasa)
Gambar 4. 7. Prototip dan demplot pengembangan jaringan irigasi tetes
Pompa tangga tali terbuat dari material kayu yang mudah didapatkan. Untuk
mencapai tekanan emiter yang dibutuhkan di lahan, yaitu sebesar minimal 0,2 bar,
ketinggian tangki penampung air di buat dan diletakan pada posisi + 3 meter
diatas permukaan lahan, dan posisi pompa berada pada ketinggian + 5 m dari
permukaan lahan.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
IV - 6
(a). Filter pertama sebelum
masuk tangki penampung
(b) Konstruksi pompa tangga
tali ketinggian 5m
(c) Roda pemutar
Gambar 4. 8. Konstruksi Pompa Tangga Tali
Untuk menjaga terjadinya penyumbatan pada emiter, air yang masuk ke
jaringan diusahakan bersih dengan melalui proses saringan terlebih dahulu.
Saringan di buat dari bahan pipa PVC yang diisi dengan lapisan dacrone sebagai
filter.
4) Kajian Teknis dan Kinerja Prototip
Kajian teknis dan kinerja telah dilakukan di laboratorium outdoor Balai Irigasi,
meliputi :
a). Jaringan Irigasi Tetes, meliput :
- Uji tekanakeseragaman tetesan
- Uji tekanan
b). Pompa Tangga Tali, meliputi pengujian:
- kemampuan pompa menaikan air (hisap pompa)
- debit pompa
- putaran menggerakan pompa (manual)
5). Uji Penerapan
Uji penerapan dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana kinerja prototip
jaringan irigasi tetes dan pompa tanggatali yang telah dibuat dalam praktek
pemberian air irigasi langsung pada tanaman. Tanaman yang diuji cobakan adalah
cabe merah.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
IV - 7
Sehubungan dengan iklim yang kurang mendukung, di tempat uji penerapan
masih sering terjadinya hujan, yang dikhawatirkan tidak dapat melakukan uji
penerapan secara optimal. Sehingga uji penerapan mengalami keterlambatan,
sampai dengan konsep laporan akhir ini uji penerapan baru masuk pada HST 7.
(a). Fumigasi pada guludan yang telah siap
tanam
(b). Kondisi tanaman cabe pada HST 7
Gambar 4. 9 Uji coba penerapan prototip jaringan irigasi tetes skala demplot di
laboratorium outdoor Balai Irigasi
b). Perekayasaan Gun Sprinkler Kapasitas Kecil
1). Persiapan
Kegiatan persiapan meliputi : (i) Identifikasi kelemahan dan kelebihan pada
prototip yang sudah ada (Sprinkler BIR V.1) baik dari system, kemudahan operasi,
bahan dan kinerjanya (ii) studi literature (iii) melakukan diskusi dan konsultasi
dengan ahli irigasi dan ahli mekanikal/elektrikal bidang pertanian.
2). Desain Prototip
Perekayasaan Sprinkler Gun versi 2 ini didesain untuk digunakan pada lahan
pertanian yang mempunyai debit rata-rata 5 liter per detik, dengan menggunakan
bahan/material lokal yang mudah di peroleh di pasaran.
Sudut lintasan di desain dapat di seting sesuai dengan sudut yang diinginkan
(menyesuaikan tinggi tanaman dan kondisi kecepatan angin), sehingga
menghasilkan jarak dan sebaran curahan yang maksimal. Berikut adalah gambar
desain head sprinkler tipe Gun Versi 2 (V.2) seperti pada Gambar 4.10.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
IV - 8
2
3
6
78
10
11
12
1
4
9
5
Keterangan :
Gambar 4. 10 Desain prototipe Gun sprinkler V.2
3). Pembuatan Prototip
Prototip Gun Sprinkler BIR V.2 dibuat dari material logam perpaduan bahan
utama stainless, alumunium, dan pelastik elastis. Merupakan tipe sistim berputar,
yang dilengkapi satu buah nozzle. Head sprinkler tersebut bergerak berputar
karena akibat adanya aliran jet air dan beban pegas pada lengan ayun (swing
arm). Pada waktu beroperasi lengan ayun bergerak karena jet air tersebut dan
memukul drive vane ke satu sisi, kemudian lengan ayun kembali ke posisi semula.
Kecepatan putar dikendalikan oleh tegangan pegas.
4). Kajian Teknis dan Kinerja
Untuk mengetahui kinerja dan spesifikasi teknik dari prototype tersebut,
sama halya dengan rekayasa irigasi tetes, dilakukan uji teknis di Laboratorium
1. Quick Coupling (male&female) 2. HD lower bearing 3. Stops 4. Brake Ring 5. Pengatur sudut lintasan) 6. Trip lever
7. Shif lever 8. Arm Weight 9. Body 10. Drive arm 11. Nozzle 12. Drive Vane
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
IV - 9
Outdoor Balai Irigasi. Berikut adalah gambaran proses uji desain dan uji teknis
seperti pada Gambar 4.11. dan 4.12.
Gambar 4. 11 Proses uji desain prototip Gun Sprinkler
Gambar 4. 12 Tahapan uji teknis prototip Gun Sprinkler v.2
5). Ujicoba Penerapan
Untuk uji coba penerapannya akan dilakukan tahun depan bekerjasama dengan
pihak direktorat irigasi.
4.3. Studi Evaluasi Pengelolaan O&P Irigasi Serta Monev
Sampai dengan laporan ini telah dilakukan kegiatan studi evaluasi
pengelolaan O&P irigasi gun sprinkler di provinsi Sulawesi Utara dan irigasi tetes
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
IV - 10
di Provinsi Bali, serta kegiatan monitoring dan evaluasi di lokasi penelitian lahan
kering Desa Akar-akar NTB.
4.4. Penyusunan Rancangan Standar
a). Persiapan
Kegiatan ini lebih kepada me-review draft pedoman teknis perencanaan dan
O&P irigasi Gun Sprinkler yang telah di susun pada kegiatan tahun anggaran
2009. dan melakukan kegiatan studi literatur dan pengumpulan bahan/ materi
dasar draft pedoman teknis perencanaan dan O&P irigasi tetes.
b). Diskusi dan Konsultasi
Kegiatan diskusi ini dilakukan dengan melibatkan para Narasumber dari
Direktorat Irigasi dan Rawa, Akademisi dan Praktisi irigasi air tanah.
c). Workshop
Kegiatan workshop dalam rangka penyusunan pedoman teknis ini
penyelenggaraanya dilakukan melalui kerjasama antara Balai Irigasi, Bidang
PKSK Pusat Litbang SDA dan Subdit Pengembangan Air Baku dan Air Tanah
Direktorat Irigasi dan Rawa, yang dikemas dalam kegiatan workshop “Penerapan
Teknologi Irigasi Air Tanah” yang telah diselenggarakan selama 3 hari dari mulai
tanggal 28 sampai dengan 30 Juli 2010. Dengan sasaran selain mendapatkan
masukan dalam rangka penyusunan pedoman teknis juga diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan para pengelola irigasi air tanah serta mampu
memahami dalam penerapan irigasi air tanah khususnya teknologi gun sprinkler
baik dari sisi perencanaan maupun Operasi dan Pemeliharaan nya. Kegiatan
workshop ini diikuti sebanyak 40 orang peserta, yang merupakan perwakilan dari
pengelola irigasi air tanah yang ada di BWS/BBWS di lingkungan Direktorat Irigasi
dan Rawa Kementrian Pekerjaan Umum.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
V - 1
BAB V HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Kegiatan
5.1.1. Penelitian Irigasi Sprinkler tipe rotator
1). Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten jepara berada pada koordinat 110 o 9’48,02’’-110 58’37,40’’ Bujur
Timur dan 5o43’20,67-6o47’25,83’’ Lintang Selatan (Jepara Dalam Angka, 2006).
Kabupaten Jepara terletak di bagian utara Jawa Tengah yang berbatasan dengan
Kabupaten Pati dan Kudus di bagian timur,dan berbatasan dengan Kabupaten
Demak di bagian selatan, sedang bagian Barat dan Utara berbatasan angsung
dengan Laut Jawa. Dari empat belas kecamatan yang ada satu diantaranya yaitu
Kecamatan Pakis Adhi, yang merupakan lokasi penelitian lapangan. Terletak di
sebelah timur + 25 km dari kota Jepara, tepatnya di kawasan Kampung Teknologi
Jepara Desa Suwawal Timur Kec Pakis Adhi Kabupaten Jepara Jawa Tengah.
Gambar 5. 1. Peta Lokasi Desa Suwawal Timur Kecamatan Pakis Adhi Kabupaten
Jepara
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
V - 2
Kecamatan Pakis Adhi adalah salah satu kecamatan pemekaran dari
Kecamatan Mlonggo di Kabupaten Jepara, terletak dalam kawasan Pulau Jawa
dan berada di sebelah selatan khatulistiwa.
Gambar 5. 2. Kondisi Lokasi Penelitian Irigasi Sprinkler
Luas kawasan kampung teknologi + 110 Ha, terdiri dari : Perkebunan kelapa
38 Ha, perkebunan kapok 10 Ha, perkebunan tebu 25,25 Ha, ladang ketela pohon
6,25 Ha, lahan rumput gajah 1,8 Ha, ladang alfalfa 1 Ha, kebun bibit Ha, lahan
pertanian 20 Ha, lahan penghijauan (kritis) 5 Ha, halaman perkantoran 1 Ha.
Komoditas pertanian unggulan di lokasi penelitian adalah kacang tanah, jagung,
kapok, dll.
a. Demplot Penelitian
Lokasi penelitian berupa demplot jaringan irigasi tipe rotator dengan luasan +
1,5 Ha yang dibangun pada tahun anggaran 2009. Kondisi topografi lahan adalah
berlerang dengan beda elevasi antar lereng sekitar 0,5 -1,5 m.
Demplot jaringan irigasi ini terdiri dari jaringan utama pipa menggunakan
PVC diameter 2”, dan jaringan lateral menggunakan pipa PVC diameter 1”.
Diameter pipa peninggi (riser) terbuat dari pipa galvanized diameter 0,5” yang
diperkuat dengan concrete trust block pada masing-masing sambungan riser dan
pipa lateral serta perkuatan dengan pipa diameter 2” coran beton 1:2:3 pada
ketinggian 1,5 m.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
V - 3
Gambar 5. 3. Demplot jaringan irigasi sprinkler tipe rotator
Jumlah sprinkler yang digunakan sebanyak 64 buah dengan jarak antar riser
sebesar 0,5 D atau + 12 meter, yang dipasang secara permanen. Dalam
pelaksanaan operasi dan pemeliharaannya sprinkler ini bisa dilakukan dengan
sistem bongkar pasang, namun perlu dilakukan secara hati-hati. Sistem
pendistribusian air diambil dari sumur tanah dalam menggunakan pompa
submersible dengan tenaga penggerak mesin diesel. Sumur pompa yang ada
dibangun oleh BATAN, dengan kedalaman + 125 meter. Letak posisi pompa
berada pada elevasi - 80 meter.
2). Gambaran Data
a. Kondisi Klimatologis
Data sementara yang diperoleh dalam rangka persiapan pelaksanaan
penelitian adalah berupa data curah hujan dari tahun 1998 sampai dengan bulan
Januari 2009. Data curah hujan diambil dari alat pengukur curah hujan yang
dipasang di Kecamatan Melonggo yang merupakan tetangga kecamatan Pakis
Adhi. Berikut adalah Grafik data curah hujan seperti pada gambar 5.4 & 5.5 di
bawah ini.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
V - 4
Gambar 5. 4. Grafik curah hujan rata-rata di Kecamatan Melonggo Kab. Jepara
(tahun 1998-2009)
2120
14
9
53
21 1
4
10
17
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Gambar 5. 5. Grafik rerata jumlah hari hujan di kecamatan Melonggo Kab.Jepara
(tahun 1998-2009)
Seperti daerah lainnya di Indonesia, kondisi iklim Kecamatan Pakis adhi
mengikuti perubahan putaran dua iklim yaitu musim penghujan dan musim
kemarau dengan temperatur berkisar antara 18°C dan 32°C. Musim kemarau
biasanya bearada pada bulan April sampai Agustus sedangkan musim penghujan
September sampai Maret. Bulan basah adalah Desember, Januari, Februari,
Maret, bulan lembab adalah Nopember dan April, sedang bulan kering adalah Mei,
Juni, Juli, Agustus, September, Oktober (Sumber: Jepara Dalam Angka, 2006).
642
550
259
133
58 37 20 4 10 48
188
419
0
200
400
600
800
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan
mm
Bulan
Hari
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
V - 5
Hal tersebut apabila dilihat dari grafik curah hujan, di sekitar lokasi penelitian,
intensitas hujan rendah berada pada kisaran bulan Mei sampai dengan bulan
Oktober. Bahkan pada bulan Agustus merupakan intensitas hujan paling rendah.
Namun dalam kenyataannya di lapangan sampai dengan akhir bulan Juni masih
sering terjadi hujan. Hal tersebut sama hal nya dengan daerah pada umumnya di
Indonesia, sudah terjadi perubahan musim yang tidak pasti.
b. Kondisi tanah
Dari hasil pengujian pF di Laboratorium balai irigasi, diperoleh data lengas
tanah dengan kondisi titik layu permanen (pF 4,2 = 5,65%) dan kapasitas lapang
(pF 2,54 = 28,12%). Pada kondisi kapasitas lapang ini di asumsikan bahwa air
tersedia adalah 100%. Pada umumnya, tanaman akan mulai terganggu
pertumbuhannya pada saat kadar air dalam tanah <50% dari air yang tersedia. Air
irigasi harus diberikan jika kadar air mencapai 50 % air yang tersedia atau sekitar
17,86 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.6
Gambar 5. 6. Grafik pF kondisi tanah penelitian di Jepara
c. Infiltrasi
Pengujian infiltrasi dilakukan di dua titik, yang mewakili lahan bagian atas
(hulu) dan lahan bagian bawah (hilir). Penentuan dua lokasi tersebut didasarkan
pada hasil penelitian laboratorium terhadap sifat fisik tanah menunjukan sifat fisik
tanah pada masing-masing lokasi lahan (bagian hulu dan hilir) cenderung relatif
sama, sehingga tidak perlu melakukan uji infiltrasi di banyak titik atau lokasi.
Berikut ini adalah gambaran data infiltrasi di masing-masing demplot, seperti
tampak pada Gambar 5.7 sampai dengan Gambar 5.8.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
V - 6
y = 1,7894x0,3639
R2 = 0,9704
0
2
4
6
8
10
12
14
0 50 100 150 200 250 300
Laju infiltrasi (mm/jam)
Wak
tu (
mn
t)
Gambar 5. 7. Grafik Pengujian infiltrasi lahan bagian atas
Dari Gambar 5.7, dapat dilihat bahwa laju infiltrasi rata-rata di lahan bagian
atas adalah 6,191 mm/jam.
y = 0,5285x0,3309
R2 = 0,9392
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
0 50 100 150 200 250 300
Laju infiltrasi (mm/jam)
Waktu
(m
nt)
Gambar 5. 8. Grafik Pengujian infiltrasi lahan bagian bawah
Sementara untuk laju infiltrasi lahan bagian bawah adalah sebesar 1,54 mm/
jam, seperti tampak pada gambar 5.8. Apabila melihat data infiltrasi antara lahan
bagian bawah dan bagian atas menunjukan bahwa karakteristik tanah di lahan
bagian bawah lebih kedap dibanding tanah pada bagian atas lahan. Hal ini
disebabkan karena kondisi lahan yang berlereng, mengalami gerusan lapisan
tanah atas, dan jatuh ke lahan bagian bawah, sehingga gerusan tersebut
menutupi pori-pori tanah pada lahan bagian bawah. Sehingg infiltrasi tanah
menjadi lebih kecil.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
V - 7
3. Hasil Penelitian
a. Efisiensi Penggunaan Air Irigasi
Perhitungan Efisiensi penggunaan air irigasi diperhitungkan dari analisa data
konsumsi air irigasi yang berikan ke tanaman, melalui jaringan irigasi yang terukur
melalui water meter. Berikut ini adalah hasil perbandingan jumlah konsumsi air
irigasi menggunakan irigasi sprinkler tipe rotator dan irigasi alur, seperti pada
tabel 5.1.
Tabel 5. 1. Perbandingan Penggunaan Air Irigasi
METODE IRIGASI
VOLUME AIR
IRIGASI TERUKUR
(m3)
LUAS DEMPLOT
(M2)
PENGGUNAAN AIR IRIGASI
(m3/ha)
PENGHEMATAN AIR IRIGASI DIBANDING
IRIGASI ALUR
Irigasi Sprinkler
1011.7 15.000 674,495 72,12 %
Irigasi Alur 96.8 400 2.420
b. Analisa Usahatani
Untuk menilai kelayakan usaha tani jagung dengan metode irigasi sprinkler tipe
rotator yang dibandingkan dengan metode irigasi alur maka dilakukan analisis
usaha tani, seperti terlihat pada Tabel 5.2. dan 5.3. di bawah ini.
Tabel 5. 2. Analisa Usahatani Irigasi Sprinkler tipe Rotator
No Uraian Volume Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana Produksi :
1 Benih Jagung 20 bks 33.000 660.000
2 Urea 100 Kg 1.700 170.000
3 KCL 60 kg 2.000 120.000
4 Urin Sapi 1 Ls 500.000 500.000
Sub Total I 1.450.000
II Tenaga kerja
1 Pembersihan lahan dan Pembajakan 1 Ls 780.000 780.000
2 Pengolahan tanah 30 HOK 20.000 600.000
3 Penanaman 13 HOK 20.000 256.667
4 Penyulaman 5 HOK 20.000 100.000
5 Pemupukan 3 kali 16 HOK 20.000 320.000
6 Penyiangan gulma/Dangir 41 HOK 20.000 810.000
7 Pengairan 160 liter 5.000 800.000
8 Panen dan Angkut 12 HOK 20.000 240.000
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
V - 8
No Uraian Volume Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
Sub Total II 3.906.667
III Total Biaya Produksi (I) + (II) 5.356.667
IV Pendapatan (Jumlah Produksi x harga jual) 5.619,47 Kg 2.000 11.238.933
V Keuntungan (IV) - (III) 5.882.267
VI B/C-RATIO (V) / (III) 1,1
VII R/C 2,1
Tabel 5. 3. Analisa Usahatani Irigasi Sprinkler tipe Alur
No Uraian Volume Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana Produksi :
1 Benih Jagung 20 bks 3.000 660.000
2 Urea 100 Kg 1.700 170.000
3 KCL 60 kg 2.000 120.000
4 Urin Sapi 1 Ls 500.000 500.000
Sub Total I 1.450.000
II Tenaga kerja
1 Pembersihan lahan dan Pembajakan 1 Ls 780.000 780.000
2 Pengolahan tanah 30 HOK 20.000 600.000
3 Penanaman 13 HOK 20.000 256.667
4 Penyulaman 5 HOK 20.000 100.000
5 Pemupukan 3 kali 16 HOK 20.000 320.000
6 Penyiangan gulma/Dangir 41 HOK 20.000 810.000
7 Pengairan 504 liter 5.000 2.520.000
8 Panen dan Angkut 12 HOK 20.000 240.000
Sub Total II 5.626.667
III Total Biaya Produksi (I) + (II) 7.076.667
IV Pendapatan (Jumlah Produksi x harga jual)
5.633,33 Kg 2.000 11.266.667
V Keuntungan (IV) - (III) 4.190.000
VI B/C-RATIO (V) / (III) 0,6
VII R/C 1,6
5.1.2. Pengembangan
1). Rekayasa Jaringan Irigasi Tetes
Sistim pengaturan emiter dilakukan dengan mengatur putaran baut.
Pengaturan emiter dilakukan beberapa kali ulangan sampai mencapai
keseragaman yang sama. Untuk mencapai keseragaman yang sama, dilakukan
pengaturan secara visual dengan mengatur air yang keluar dari emiter tersebut.
Untuk mendapatkan data teknis jaringan irigasi tetes, dilakukan pengujian
keseragaman. Data uji keseragaman dapat dilihat pada Tabel 5.4, 5.5 dan 5.6.
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
V - 9
Tabel 5. 4. Data uji teknis keseragaman pada pengaturan emiter ulangan 1
No Kolektor Jumlah air dalam kolektor pada masing-masing Lateral (ml)
1 2 3 4 5 6
1 165 139 55 253 135 150
2 100 25 - 55 185 135
3 118 270 150 80 0, 95
4 64 173 125 - 160 160
5 295 155 10,5 115 205 175
6 40 110 235 195 230 140
7 50 298 160 185 190 225
8 150 56 290 138 148 100
9 150 - 270 100 295 215
10 294 215 16,8 85 225 95
11 45 103 165 105 303 105
12 50 85 155 185 180 173
13 95 130 130 120 160 190
14 40 305 0,5 65 262 225
15 100 150 130 123 195 95
16 70 95 165 55 125 213
17 43 215 165 120 125 175
18 60 40 123 35 130 110
19 70 93 9, 60 165 27,5
20 60 158 83 80 98 253
21 65 96 168 123 145 240
22 38 80 153 50 140 230
23 10 - 90 70 160 235
24 40 28 108 28 230 180
25 130 10 75 70 230 295
26 250 - 200 295 260 160
EU emiter = 55.21 %
Tabel 5. 5. Data uji teknis keseragaman pada pengaturan emiter ulangan 2
No Kolektor Jumlah air dalam kolektor pada masing-masing Lateral (ml)
1 2 3 4 5 6
1 115 145 35 145 85 95
2 105 45 25 48 50 93
3 53 90 118 55 55 90
4 80 175 130 93 45 175 5 95 133 123 135 50 93
6 85 100 105 105 80 100
7 105 35 20 40 38 80
8 80 85 60 85 75 50
9 83 45 95 25 175 90 10 14,5 275 145 88 105 95
11 133 40 90 120 38 55
12 233 48 170 63 170 110
13 65 75 138 115 65 85
14 135 120 90 88 40 80 15 100 45 110 165 115 80
16 60 135 80 45 120 85
17 55 260 25 100 75 65
18 35 295 135 60 100 43
19 45 55 170 170 70 20
20 43 105 98 85 60 55
21 95 120 45 123 175 145
22 50 215 160 53 95 75
23 130 230 105 120 85 60
24 48 145 110 110 70 40
25 70 45 65 93 75 110 26 35 100 165 65 90 100
EU emiter = 57.96 %
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
V - 10
Tabel 5. 6. Data uji teknis keseragaman pada pengaturan emiter ulangan 3
No Kolektor Jumlah air dalam kolektor pada masing-masing Lateral (ml)
1 2 3 4 5 6
1 10 15 70 75 75 10
2 15 50 90 90 85 12
3 15 60 90 95 85 40
4 35 85 90 100 100 55 5 35 85 95 105 100 60
6 60 85 100 105 105 80
7 60 95 105 105 105 90
8 60 95 105 105 105 95
9 85 95 105 115 110 100 10 95 100 120 120 110 105
11 95 100 120 125 115 115
12 110 105 120 125 115 115
13 110 110 120 125 125 115
14 115 110 125 125 125 115 15 120 110 125 130 130 115
16 125 115 125 135 130 120
17 125 115 125 135 135 120
18 125 120 135 140 135 120
19 125 125 140 155 135 125 20 130 125 145 160 140 125
21 135 130 145 160 140 135
22 140 135 150 165 140 145
23 140 135 160 170 145 145
24 145 145 160 175 150 160
25 170 150 165 190 155 160 26 185 185 185 235 155 185
EU emiter = 85.88 %
Data teknis pompa tangga tali dilakukan dengan mengukur debit yang masuk
ke tanki air setelah melalui penyaringan. Data teknis pompa tangga tali seperti
pada Tabel 5.8.
Tabel 5. 7. Data teknis pompa tangga tali
Ulangan Waktu (Menit)
Volume (liter)
Debit (Liter/Menit)
Jumlah Putaran
Waktu Putaran
RPM
1 0,67 8,00 11,86 27,00 0,67 40,04
2 1,07 12,10 11,31 46,00 1,07 42,99
3 1,09 11,90 10,94 43,00 1,09 39,52
4 1,10 13,50 12,27 46,00 1,10 41,82
5 1,08 12,85 11,93 47,00 1,08 43,64
Rata-rata 11,66 41,60
Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
V - 11
Debit yang masuk kedalam tangki air sebesar 11,66 liter/ menit. Untuk
mengisi 1 tangki air dengan kapasitas 1100 liter, maka dibutuhkan waktu + 1,5
jam.
2). Rekayasa Gun Sprinkler
Uji teknis yang dilakukan untuk rekayasa sprinkler dengan debit + 5 liter per
detik ini adalah uji tekanan, sudut lintasan serta radius pembasahan. Data teknis
gun sprinkler seperti pada Tabel 5.9.
Konsep Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
V - 12
Tabel 5. 8. Data teknis gun sprinkler BIR V.2
TEKANAN (Bar atau Kg/cm2)
DIAMETER NOZZLE
(INCHI)
RADIUS PANCARAN
(M)
DIAMETER BASAH
(M)
WAKTU (DETIK)
DEBIT (LITER/DETIK)
LAMA PUTARAN PER MENIT
(RPM) JUMLAH KETUKAN
KETERANGAN
Searah Jarum
Jam
Berlawanan
arah jarum jam
Searah
Jarum Jam
Berlawanan arah
jarum jam
2 0,4 20,5
41,0
75,6
1,7
120,0 -
196,0 -
0,5 20,3
40,6
46,8
2,7
86,7
137,3
162,7 300,0
0,6 24,75
49,5
35,9
3,5
81,3
102,7
125,3 184,0
0,7 24,7
49,4
25,4
4,9
65,3
60,0
92,0 96,0
2,5 0,4 21,7
43,4
66,9
1,9
132,0
65,3
268,0 -
0,5 22,35
44,7
41,4
3,0
64,0
82,3
90,7 144,0
0,6 28,5
57,0
31,0
4,0
58,7
69,3
82,7 117,3
0,7 28,3
56,6
22,6
5,5
32,0
48,0
50,7 69,3
3 0,4 31,2
62,4
60,7
2,1
65,3
116,0
122,7 -
0,5 25,3
50,6
37,7
3,3
51,3
72,7
74,7 125,3
0,6 29,7
59,4
27,3
4,6
48,0
56,0
60,0 85,3
0,7 28,65
57,3
19,9
6,3
24,7
45,3
38,7 62,7
3,5 0,4 20,6
41,2
54,5
2,3
106,7
61,3
205,3 -
0,5 24,9
49,8
34,7
3,6
45,2
62,7
70,7 98,7
0,6 30,95
61,9
25,4
4,9
49,3
52,0
48,0 70,7
0,7 29,2
58,4
18,2
6,9
28,7
48,0
40,0 61,3
4 0,4 23,8
47,6
50,8
2,5
86,7
54,7
154,7 -
0,5 19,1
38,2
32,5
3,8
40,0
33,3
57,3 46,7
0,6 24,4
48,8
23,6
5,3 -
56,0
- 60,0
Konsep Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
V - 13
0,7 37,2
74,4
17,0
7,4
4,5 0,4 23,8
47,6
48,1
2,6
49,3
45,3
88,0 -
0,5 23,5
47,0
30,0
4,2
29,3
54,0
41,3 70,7
0,6 38,25
76,5
21,9
5,7
-
48,0
- 56,0
0,7 0
16,1
-
-
-
- -
5 0,4 22,35
44,7
45,9
2,7
42,7
44,0
66,7 -
0,5 24,05
48,1
4,3
39,3
51,3
41,3
62,7 -
0,6 31,25
62,5
20,7
6,1
-
46,7
- 58,7
0,7 0
16,1
-
-
-
- -
5,5 0,4 23,65
47,3
44,2
2,8
40,7
49,3
65,3 -
0,5 26,25
52,5
27,4
4,6
37,0
52,0
32,0 56,0
0,6 36,5
73,0
20,0
6,3
-
48,0
- 62,7
0,7 0
15,2
-
-
-
- -
6 0,4 20,95
41,9
43,0
2,9
40,0
44,0
54,7 -
0,5 26,25
52,5
26,1
4,8
0,6 36,9
73,8
6,5 0,4 25,45
50,9
40,8
3,1
36,0
44,0
49,3 -
0,5 21,7
43,4
26,0
4,8 -
-
- -
0,6 35,7
71,4
40,8
3,1
36,0
44,0
49,3 -
0,7 0
-
40,8
3,1
36,0
44,0
49,3 -
Konsep Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
V - 14
5.2. Studi Evaluasi Pengelolaan O&P Irigasi serta Monev
5.2.1 Studi Evaluasi Pengelolaan O&P
1) Penerapan Teknologi Irigasi Tetes dan Sprinkler di Provinsi Bali
a. Gambaran Umum Lokasi
Studi ini dilakukan pada daerah penghasil multi komoditas Sayuran Dataran
Tinggi (SDI) dan tanama hortikulutura, tepatnya di Desa Pancasari, Bedugul Kab
Buleleng Provinsi Bali, sekitar 80 Km dari kota denpasar. Daerah ini merupakan
daerah dataran tinggi dengan ketinggian 1200-1300 m dari permukaan laut.
Kondisi lahan di daerah ini mempunyai sifat tanah dengan tekstur yang sangat
poros, infiltrasi tinggi, dan terbatas akan air irigasi.
Di lokasi ini, sama halnya dengan lahan kering lainnya sulit akan
ketersediaan air irigasi. Selama ini untuk keperluan air irigasi hanya
mengandalkan curah hujan sementara pada saat tidak ada hujan mengandalkan
air untuk konsumsi rumah tangga yang di produksi oleh PDAM. Oleh karenanya
pasokan untuk air minum sering mengalami terganggu.
Ada 3 danau yang berpotensi untuk menjadi sumber air irigasi, antara lain :
(i) danau Bulian desa untuk wilayah Pancasari, (ii) danau Beratan untuk wilayah
desa Candikering dan Kembang Monte dan (iii) danau Tambangan untuk wilayah
desa Sunda Munduk.
Gambar 5. 9. Gambaran Kondisi Lahan daerah Bedugul (Lokasi peninjauan)
Konsep Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
V - 15
Menurut informasi dari petugas penyuluh pertanian ada sekitar 700 Ha lahan
pertanian di daerah Bedugul yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi lahan
pertanian tanaman hortikultura. Keadaan topografi dengan kemiringan lahan
kurang dari 15% di manfaatkan untuk sayur mayur dan tanaman hortikultura,
sementara untuk lahan dengan kemiringan lahan lebih dari 15% adalah hutan.
Rata-rata waktu intensitas tertinggi curah hujan di daerah ini adalah selama 5
bulan setiap tahunnya yaitu pada sekitar bulan Juli sampai dengan Nopember.
b. Sistim Irigasi
Rata-rata sistim irigasi yang diterapkan di lokasi ini, menggunakan sistim
irigasi tetes. Sistim penerapannya ditempatkan pada lahan tertutup (indoor) dan
terbuka (outdoor). Pada lahan tertutup, petani membuat screen house sederhana,
dengan rangka kayu. Rata-rata emiter yang digunakan untuk lahan tertutup ini
menggunakan emiter tipe regulating stick. Rata-rata komoditas tanaman yang
diminati untuk di-usahatani-kan adalah paprika, karena mempunyai nilai jual yang
sangat tinggi.
Gambar 5. 10. Kondisi tanaman paprika pada Green House (versi petani)
Proses pembibitannya langsung dilakukan di dalam screen house, yang
sebelumnya disiapkan media sekam pada poli bag. Sebelum penanaman biji,
media sekam di siram air sampai jenuh, kemudian ditanam biji sekitar 2 biji per
masing-masing polibag. Setiap hari di siram air untuk irigasi sampai air menetes
dari masing-masing polibag. Pada hari ke 7 sudah mulai pertumbuhan. Pada hari
ke 13 air irigasi dicampur nutrisi bersamaan air irigasi.
Konsep Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
V - 16
Gambar 5. 11. Proses Pembibitan
Sementara untuk sistem out door, petani membuat lahan mereka menjadi
sistim blok irigasi. Dengan sistim pembuatan bak penampung air sederhana
dengan cara menggali tanah ukuran 2 m x 1,5 m x 2 m, tanpa pasangan. Bak
penampung air ini sekaligus berfungsi untuk fertigasi. Untuk menghindari
rembesan, permukaan galian tanah dilapisi dengan terpal.
Sistim pemberian irigasi, air dari jaringan PDAM ditampung melalui bak
penampung air, kemudian diangkat menggunakan pompa rumah tangga, di saring
dengan disc filter atau screen filter, kemudian distribusikan langsung ke masing-
masing guludan, melalui jaringan irigasi tetes dan langsung menetes ke tanaman
melalui emiter. Jenis emiter yang digunakan adalah jenis line emiter tipe driptape
dengan jarak antar emiter 20-25 cm. Seperti tampak pada gambar 12.
Gambar 5. 12. . Jaringan dan Sitim pendistribusian
Saringan Bak
Penampung
Air
Konsep Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
V - 17
Sebagian besar petani menggunakan sistim irigasi tetes pada lahan terbuka
ini untuk usahatani komoditas tanaman hortikultura seperti : strawbery, bunga
sedap malam, kentang, cabe dll.
Gambar 5. 13. Blok Irigasi dan Jenis emiter
Selain irigasi tetes, irigasi sprinkler juga menjadi alternatif pilihan petani di
daerah ini terutama, pada lahan sekitar danau. Komoditas yang ditanam
menggunakan irigasi ini adalah Strowbery, salada, rempah-rempah, daun
koreander, mean, lavender, bunga krisantenum.
2) Penerapan Irigasi Sprinkler di Provinsi Sulawesi Utara
Pelaksanaan studi evaluasi ini dilakukan sekaligus dalam mendukung
pendampingan teknis pihak PAT BWSS I dalam penerapan irigasi gun sprinkler di
dua lokasi yaitu Kabupaten Bolaang Mongondow dan Kabupaten Minahasa
Selatan.
Sebagai wilayah tropis yang mengalami dua musim, Sulawesi Utara tercatat
memiliki curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April-Juli. Musim kemarau
berkisar antara bulan Juli hingga Oktober. Sebagian besar wilayah Sulawesi Utara,
terutama Kabupaten Minahasa, Minahasa Selatan, dan Minahasa Utara memiliki
topografi bergunung-gunung yang membentang dari utara ke selatan.
Potensi areal tanaman pangan dan hortikultura di Provinsi Sulawesi Utara
secara keseluruhan mencapai 794.064 ha, terdiri atas lahan sawah 64.968 ha dan
lahan kering 729.096 ha. Sebagian besar lahan sawah berada di lima kabupaten,
yakni : Kabupaten Bolaang Mongondow (40.780 ha) diikuti Kabupaten Minahasa
Selatan (9.017 ha), Kabupaten Minahasa (6.630 ha), Kabupaten Minahasa Utara
Sistim Blok Irigasi Jenis Emiter Line/Drip tape
Konsep Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
V - 18
(4.840 ha) dan Kabupaten Kepulauan Talaud (2.373 ha). Sedangkan sebagian
besar lahan kering berada di lima kabupaten, yakni : Kabupaten Bolaang
Mongondow (211.206 ha), Kabupaten Minahasa Selatan (158.532 ha), Kabupaten
Sangihe (88.836 ha), Kabupaten Minahasa (81.450 ha), dan Kabupaten
Kepulauan Talaud (73.210 ha).
Dari sejumlah luasan lahan kering di masing-masing kabupaten telah ditutupi
oleh tanaman perkebunan (rakyat, besar nasional, besar swasta) masing-masing :
88.544 ha di Kabupaten Bolaang Mongondow; 96.840 ha di Kabupaten Minahasa
Selatan; 33.464 ha di Kabupaten Sangihe; 38.389 ha di Kabupaten Minahasa; dan
31.795 ha di Kabupaten Kepulauan Talaud. Artinya potensi pengembangan areal
komoditas perkebunan agaknya masih cukup besar.
Daerah ini memiliki karakteristik tanah berpasir krikilan dengan kadar
abu/lempung sedang-tinggi, lapukan andesit subur. Rata-rata pola tanam yang
ada adalah Padi-Palawija-Palawija. Tanaman yang diusahakan petani di lokasi ini
adalah jagung, kedelai, ketela rambat, singkong, semangka dan melon.
Untuk penyiraman tanaman pada lahan-lahan kering sebagian besar petani
sangat mengandalkan pada air hujan, mereka belum dapat secara optimal
memanfaatkan sarana Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) yang telah dibangun oleh
pihak PAT BWSS I, karena alas an biaya operasi irigasi sangat tinggi, ujung-
ujungnya petani sering mengalami gagal panen.
5.2.2 Monev
1. Jaringan Irigasi Sprinkler
Berdasarkan informasi dari pihak Universitas Mataram dan petani disekitar
lokasi penelitian, pada kurun waktu bulan Januari-Juli 2010, Kondisi curah hujan di
lokasi penelitian relatif sering terjadi, rata-rata hujan turun 3-4 hari setiap
minggunya, dalam waktu 2-3 jam. Meskipun turun hujan, jaringan tetap
termanfaatkan pada saat sedang tidak ada hujan. Operasi jaringan irigasi rata-rata
dilakukan sekitar 4 kali dalam satu musim tanam. Sehingga penggunaan jaringan
irigasi sprinkler relatif tetap dapat termanfaatkan petani untuk setiap musim
tanamnya. Pada musim ini sebagian besar petani memanfaatkan jaringan irigai
gun sprinkler untuk keperluan irigasi tanaman jagung varietas Bisi 2, dengan hasil
panen sekitar 5,5 ton/Ha. Selain tanaman pangan tersebut juga termanfaatkan
Konsep Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
V - 19
untuk tanaman bernilai ekonomis tinggi lainnya seperti : teh rosela, dan cabe,
bahkan padi untuk keperluan stok pangan mereka.
Gambar 5. 14. Pemanfaatan Jaringan Irigasi Gun Sprinkler untuk tanaman teh Rosela
Pada saat pelaksanaan monitoring dan evaluasi, kondisi lahan dan tanaman
tanaman sudah masuk pada masa peralihan musim tanam 1 dan 2, hal ini nampak
di seluruh lahan untuk tanaman jagung sudah dilakukan pemanenan, dan siap
untuk dilakukan pengolahan lahan untuk musim tanam ke dua, seperti tampak
pada gambar 15 di bawah ini :
bb
Gambar 5. 15. Pemanfaatan Jaringan Irigasi Gun Sprinkler untuk tanaman jagung
Selain termanfaatkan, jaringan irigasi sprinkler dalam kondisi Baik dan
berfungsi.
Konsep Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
V - 20
2. Jaringan Irigasi Tetes
Berdasarkan hasil survai lapangan, jaringan irigasi tetes yang telah dibangun
oleh Balai Irigasi TA. 2009 di lokasi laboratorium lapangan Universitas Mataram
dalam kondisi baik dan berfungsi, namun nampaknya pada pasca penelitian
jaringan tersebut belum termanfaatkan dengan baik oleh pihak Universita Mataram.
Hal ini terlihat dari tidak adanya tanda-tanda jaringan tersebut dioperasikan dan
dipelihara dengan baik, seperti terlihat pada gambar 4.16 di bawah.
Gambar 5. 16. Kondisi jaringan baik, namun belum dioperasikan dan tidak terpelihara dengan baik.
Gambar 5. 17. Tower rangka baja, tampak tidak terpelihara
Water meter
Dijadikan
Sarang Semut
Erosi kecil
disekitar Sloop
Pondasi
Konsep Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
V - 21
Selain itu tampak pada seperti pada gambar 4. di atas tower rangka baja
tidak terpelihara dengan baik antaralain terlihat : (i) tumbuhnya rumput-rumput liar
disekitar pondasi tower yang dapat menyebabkan kerusakan pada rangka baja
disekitar pondasi, (ii) erosi kecil disekitar sloop pondasi lama kelamaan dapat
menyebabkan berkurangnya stabilitas dari pondasi itu sendiri, (iii) di beberapa
bagian rangka baja sudah mulai muncul korosi terutama pada sambungan
(simpul) rangka dan plat bordes/ lantai tangki.
5.3. Pembahasan
5.3.1 Penelitian Irigasi Sprinkler tipe Rotator
Penelitian ini dilakukan pada budidaya tanaman jagung. Waktu penelitian
dilakukan selama + 101 hari dengan jadwal pemberian air irigasi seperti pada
tabel 5.9.di bawah.
Tabel 5. 9. Jadwal pemberian air irigasi untuk tanaman jagung
No Fase pertumbuhan Interval (hari)
Waktu pemberian air
(menit) (jam) (menit) (jam)
3 lateral 2 lateral
1 Fase awal, 0-20 HST 3 30 0,5 30 0,5
2 Fase vegetatif, 21-50 HST 2 60 1 50 0,8
3 Fase generatif, 51-90 HST 2 90 1,5 70 1,2
4 Fase pematangan, 91-101 HST 4 60 1 50 0,8
Jaringan irigasi sprinkler telah dibuat Balai Irigasi TA 2009. Uji teknis telah
dilakukan pada tahun 2009 dengan nilai keseragaman sebesar 80,11%. Untuk
mendapatkan data perbandingan antara metode irigasi sprinkler tipe rotator dan
irigasi konvensional, dilakukan penelitian sistim irigasi alur, dengan luasan lahan +
400 m2. Metode sistem irigasi alur adalah dengan mendistribusikan air melalui
selang pemasok (selang lipat plastik diameter 2”), diambil dari pipa utama demplot
jaringan irigasi sprinkler bagian hilir dengan menggunakan tenaga pompa. Sistem
operasi irigasi dilakukan secara bergantian antara irigasi sprinkler dan alur.
Parameter penelitian meliputi : Kebutuhan air irigasi, efisiensi penggunaan air
irigasi, operasi dan pemeliharaan, budidaya tanaman serta mengkaji analisa
usaha tani.
Konsep Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
V - 22
a. Efisiensi Irigasi
Tujuan utama membuat demplot sistem irigasi alur adalah untuk menghitung
sejauh mana penghematan air irigasi yang diperlukan, serta hubungannya dengan
biaya operasional pompa. Efisiensi penghematan air diperhitungkan dari jumlah air
irigasi yang digunakan. Volume air irigasi yang digunakan pada sistim irigasi
sprinkler dengan memperhitungkan jumlah waktu operasi selama musim tanam,
pada tekanan operasi yang sama untuk setiap operasinya. Total volume
penggunaan air irigasi per hektar selama satu musim tanam, untuk metode irigasi
sprinkler tipe rotator tercatat sebesar 674.5 m3. Sementara untuk irigasi alur
apabila dikonversi ke dalam hektar, sebesar 2.430 m3.
Dengan melihat data tersebut diatas terlihat selisih jumlah konsumsi air
irigasi yang cukup jauh. Penggunaan air irigasi dengan irigasi alur jauh lebih besar
lebih dari 3,5 kali lipat dibanding irigasi sprinkler. Diperhitungkan penghematan air
dengan irigasi sprinkler tipe ini adalah sebesar 72.12 %. Gambaran nilai efisiensi
penggunaan air irigasi dilihat seperti pada Gambar 4.18 di bawah ini.
Gambar 5. 18. Grafik Efisiensi Penghematan Air Irigasi
Hal ini menunjukan bahwa irigasi sprinkler tipe rotator ini jauh lebih hemat
dibandingkan dengan irigasi alur, disebabkan karena kehilangan air atau
penggunaan air yang berlebihan yang ke luar zona perakaran.
Sprinkler
Alur
Efisiensi
Penghematan Air
Irigasi
72.12%
Konsep Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
V - 23
b. Pola Operasi Irigasi
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan terhadap ketersediaan air tanah
yang ada jadwal pemberian air irigasi sprinkler secara kenyataannya banyak
dilakukan penyesuaian, mengingat kondisi di lapangan sering terjadi adanya hujan.
Apabila melihat kondisi nyata di lapangan rencana penjadwalan irigasi perlu
disesuaikan seperti pada tabel 5.10 di bawah ini :
Tabel 5. 10. Penyesuaian jadwal pemberian air irigasi, di lokasi penelitian untuk
tanaman jagung
No Fase pertumbuhan Interval
(hari)
Waktu pemberian air
(menit) (jam) (menit) (jam)
3 lateral 2 lateral
1 Fase awal, 0-20 hari 2 - - 120 2
2 Fase vegetatif, 21-50 hari 2 - - 150 2.5
3 Fase generatif, 51-90hari 2 - - 180 3
4 Fase pematangan, 91-101 hari 3 - - 120 2
* catatan : pada awal tanam lahan perlu dilakukan fumigasi dan penyiraman pasca penanaman + 3 jam
Selain itu pada jam-jam tertentu kecepatan angin cenderung tinggi terutama
waktu siang menjelang sore (jam 11 sd jam 15), sehingga menyebabkan kurang
optimalnya curahan air yang ke luar dari nozzle sprinkler, langsung pada daerah
perakaran tanaman. Butiran air sering banyak terbuang di luar perakaran tanaman
karena terpengaruh oleh kecepatan angin tersebut, apabila dioperasikan pada
jam-jam tersebut. Untuk efektifnya operasi irigasinya dilakukan dalam 2 periode
setiap harinya yaitu pada waktu pagi hari (jam 06 sd 11) dan sore hari (jam 15 sd
jam 17).
c. Usahatani
Dilihat dari produksi jagung yang dihasilkan pada demplot jaringan irigasi sprinkler
adalah sebesar 5.62 ton/ha, dan pada jaringan irigasi alur sebesar 5.63 ton/ha,
nampaknya belum memberikan hasil yang optimal, apabila dibandingkan dengan
hasil produksi seperti di lahan kering NTB yang mampu menghasilkan hasil
produksi 6-7 ton/ha.
Konsep Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
V - 24
Tabel 5. 11. Perbandingan Analisa Usahatani untuk Tanaman Jagung dengan metode irigasi sprinkler dan Alur
NO URAIAN
JUMLAH BIAYA (Rp.)
KETERANGAN IRIGASI
SPRINKLER
IRIGASI
ALUR
1 Sarana Produksi 1.450.000 1.450.000
Efisiensi Biaya
68,25%
2 Tenaga Kerja 3.106.667 3.106.667
3 Biaya Operasi 800.000 2.520.000
4 Total Biaya Produksi 5.356.667 7.076.667
5 Pendapatan 11.238.933 11.266.667
6 Keuntungan 5.882.267 4.190.000
7 B/C Ratio 1,1 0,6
8 R/C Ratio 2,1 1,6
Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis varietas yang digunakan,
kondisi kesuburan tanah yang kurang baik, serta kondisi iklim sering terjadinya
hujan. Namun apabila dilihat dari nilai angka B/C ratio 1,1 untuk tanaman jagung
dengan metode irigasi sprinkler rotator menunjukkan usahatani yang masih layak
dan cukup menguntungkan. Apabila dilihat dari hasil produksi dengan metode
irigasi sprinkler ini tidak menunjukan adanya peningkatan produksi, bahkan
hasilnya relatif lebih kecil dibanding irigasi alur. Hal ini kemungkinan disebabkan
karena kurang optimalnya sebaran air pada akar tanaman, karena pengaruh
kecepatan angin, terutama pada jam-jam tertentu sehingga mempengaruhi jumlah
ketersediaan air di dalam tanah. Tetapi dari segi biaya operasi, selain memberikan
penghematan irigasi, irigasi sprinkler cukup memberikan penghematan biaya
operasi yang cukup tinggi yaitu sebesar 68,25% . Atau untuk gambaran mudahnya
irigasi sprinkler ini mampu menghemat biaya irigasi lebih dari 3 kali lipatnya
dibandingkan dengan irigasi alur.
5.3.2 Pengembangan
1) Perekayasaan Jaringan Irigasi Tetes
Uji keseragaman rekayasa irigasi tetes yang dilakukan di laboratorium
outdoor Balai Irigasi dilakukan sebanyak 3 kali ulangan pengaturan penetes
(emiter). Setelah 3 kali pengaturan didapat keseragaman sebesar 85,88%. Nilai
Konsep Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
V - 25
keseragaman ini tergolong baik, tetapi perlu dilakukan pengaturan baut emiter
secara berulang. Dengan pengaturan emiter tersebut, didapatkan debit emiter
sebesar 0,5 liter/jam dengan tekanan 0,4 Bar. Rekayasa pompa tangga tali ini
diperuntukan untuk daerah-daerah yang tidak terjangkau tenaga listrik, dan tidak
memerlukan bahan bakar, cukup dengan tenaga manusia. Kemampuan pompa
mengangkat air dari sumbernya ke dalam tangki penampung air lebih dari 4,5 m.
Berdasarkan hasil kajian teknis, didapatkan debit pompa sebesar 11,66 liter/menit.
Dengan putaran tangga tali sebanyak + 40 putaran per menit. Untuk mengisi
tangki air 1100 liter diperlukan waktu + 1,5 jam.
2) Rekayasa Teknologi Irigasi Gun Sprinkler
Untuk mendapatkan jarak pancaran dan kualitas sebaran yang paling optimal,
juga dapat dipengaruhi oleh sudut lintasan dari sprinkler itu sendiri. Besaran
sudut putaran mempengaruhi jarak pancaran. Dengan melakukan uji jarak
pancaran dengan pengaturan sudut lintasan di harapkan mendapatkan desain
prototip yang paling optimal.
Gambar 5. 19. Grafik Pengujian kinerja rekayasa sprinkler
Dengan melihat grafik di atas terlihat pada sudut putaran 210 jarak pancaran
menghasilkan jarak pancaran yang paling jauh. Ini memungkinkan bahwa pada
susdut lintasan tersebut adalah sudut yang paling optimal untuk jenis sprinkler ini.
Namun tentunya ini juga perlu mempertimbangkan bagaimana pengaruh sudut
lintasan yang mungkin berpengaruh terhadap keseragaman penyebaran air. Hal
ini perlu dibuktikan dengan uji keseragaman pada masing-masing sudut lintasan.
24,00
25,00
26,00
27,00
28,00
29,00
30,00
31,00
32,00
18,00 21,00 24,00 46,00
Series1
Jara
k
Pancara
n
Sudut lintasan
Konsep Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
V - 26
Pada laporan ini belum tersajikan bagaimana pengaruh sudut lintasan terhadap
keseragaman penyebaran air tersebut. Hal ini masih dalam tahap pengujian.
5.3.3 Studi Evaluasi Pengelolaan O&P Irigasi
Penerapan Teknologi Irigasi Tetes di Provinsi Bali
Pada penerapannya, petani cenderung lebih memilih menerapkan sistim
irigasi tetes lahan tertutup, dengan alasan selain mudah mengendalikan hama dan
suhu, juga alasan efisiensi waktu budidaya. Pada lahan terbuka potensi resiko
gagal panen lebih tinggi, serta membutuhkan pengelolaan yang lebih intensif
dibanding lahan tertutup.
Namun berdasarkan informasi dari penyuluh pertanian, dalam penerapannya
untuk suhu >330c, irigasi sprinkler kurang cocok gunakan karena akan
menghasilkan kualitas buah yang kurang baik biasanya ada gejala terbakar
sebelah. Sehingga kalau pada kondisi irigasi yang tepat adalah dengan sistim
fogger (pengkabutan) sehingga bisa menormalkan kembali suhu yang ada.
Di desa Pancasari, terdapat sebanyak 60 orang petani yang memiliki green
house, namun dalam pengelolaan airnya belum terkoordinir melalui aturan
AD/ART kelembagaan, baru berdasarkan ikatan batin antar individu.
Kelembagaan petani terdiri dari kelompok-kelompok tani, yang dibentuk
berdasarkan jenis komoditas, hamparan dan domisili petani itu sendiri. Hal ini
berbeda dengan kelembagaan kelompok tani di daerah lain yang biasanya di
dijadikan sebagai pengikat adalah faktor alam. Namun dalam pelaksanaannya
kelembagaan yang cukup jalan adalah kelompok tani yang dibentuk berdasarkan
jenis komoditas. Dengan adanya kelompok-kelompk tanai yang didasarkan pada 3
kriteria tersebut di atas, menjadikan koordinasi antar kelompok tani di daerah ini
belum optimal, terutama dalam pengalokasian air irigasi. Dalam pengelolaannya
sangat diperlukan adanya payung hukum minimal setingkat Peraturan Desa
(PERDES), sehingga pengelolaannya bisa lebih terkoordinir.
Dari sisi usahatani dengan sistim irigasi tetes pada lahan tertutup ini sangat
layak dan lebih menguntungkan, sebagai contoh rata-rata hasil produksi tanaman
paprika di dalam green house rata-rata bisa panen 4-5 kg setiap pohonnya.
Populasi pohon per hektar adalah 25.000 pohon, sehingga rata-rata hasil panen
Konsep Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
V - 27
buah paprika pada lahan tertutup (green house) bisa mencapai 100 ton setiap
hektarnya. Apabila dibandingkan dengan bercocok tanam dengan sistim irigasi
tetes pada lahan terbuka hanya bisa menghasilkan produksi buah paprika sekitar
30 ton per hektar.
Gambar 5. 20. Budidaya tanaman dengan sistim rigasi tetes pada lahan terbuka
dan tertutup
Apabila di bandingkan bercocok tanam pada lahan tertutup jauh lebih
menguntungkan lebih dari dua kali lipatnya dibandingkan dengan bercocok tanam
di lahan terbuka. Perbedaan hasil yang cukup besar ini disebabkan pada
pertanian di lahan terbuka disebabkan tanaman sensitif terhadap air hujan dan
kelembaban tanah yang cukup tinggi. Dengan melihat hasil produksi, dan efisiensi
waktu budidaya sangat wajar kalau petani lebih tertarik pada penerapan irigasi
tetes pada tanaman tertutup di screen house di banding penerapan pada sistim
irigasi tetes pada lahan terbuka.
Penerapan Irigasi Gun Sprinkler di Sulawesi Utara
Pembangunan jaringan irigasi gun sprinkler Balai Wilayah Sungai Sulawesi I
telah dilakukan mulai TA. 2009 meliputi wilayah lahan kering Kabupaten Minahasa,
Minahasa Selatan, Minahasa Utara, dan Kabupaten Bolaang Mongondow. Rata-
luasan lahan irigasi sekitar 20 Ha. Dengan debit sumur pompa yang tersedia rata-
rata 10 liter per detik. Rata-rata di setiap lokasi pola operasinya, dimungkinkan
hanya menggunakan satu sprinkler yang beroperasi.
Dalam penerapannya jaringan irigasi sprinkler yang telah dibangun,
nampaknya belum dapat di operasikan secara optimal, karena disebabkankarena
selain baru terselesaikannya tahapan pembangunan di akhir-akhir TA.2009, juga
Konsep Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
V - 28
belum dilakukan sosialisasi atau pelatihan untuk operasi dan pemeliharaannya
dari pihak BWS Sulawesi I. Penyebab lain juga disebabkan petani masih
mengandalkan air hujan untuk pemberian air pada tanaman.
Konsep Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
VI - 1
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari serangkaian kegiatan penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan,
guna mewujudkan capaian sasaran output rancangan standar pedoman teknis
perencanaan dan O&P irigasi sprinkler dan tetes, dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian penggunaan air irigasi dengan metode irigasi
sprinkler tipe rotator yang dibandingkan dengan irigasi alur, mampu
memberikan : (i) penghematan air irigasi yang cukup signifikan, yaitu sebesar
72.12%; (ii) penghematan biaya irigasi sebesar 68,25% atau lebih dari 3 kali
lipatnya biaya irigasi dengan sistim alur; serta (iii) memberikan peningkatan
keuntungan usahatani sebesar 40,38 %, pada B/C ratio 1,1.
2. Dari hasil kegiatan pengembangan dihasilkan 2 buah prototip hasil rekayasa
yaitu : (i) jaringan irigasi tetes tipe sederhana yang mengoptimalkan bahan-
bahan disekitar rumah tangga yang dipadukan dengan teknologi pompa
tangga tali, (ii) prototip head sprinkler tipe gun sprinkler yang dapat diterapkan
pada jaringan irigasi sprinkler dengan debit kurang dari 10 liter per detik.
3. Berdasarkan uji teknis di laboratorium, prototip jaringan irigasi tetes
mempunyai kinerja yang cukup baik dengan keseragaman distribusi sebesar
85,88%. Debit pompa tangga tali yang dihasilkan adalah sebesar 11,66 lt/det,
jumlah putaran engkel 40 putaran per menit.
4. Protipe head sprinkler yang dihasilkan, selain mampu mengoptimalkan
sumber air dengan debit terbatas juga dalam pengoperasianya dapat
menyesuaikan dengan kondisi kecepatan angin dan tinggi tanaman tertentu,
dengan cara mengatur sudut lintasan dari head sprinkler itu sendiri. Tekanan
optimum untuk pemberian air irigasi ke lahan adalah sebesar 3-3,5 bar
dengan seri nozle 0,4”-0,6”, dengan debit yang dihasilkan 2,1 lt/det - 5,3 lt/det,
pada radius pancaran 30,95 m - 31,3 m
Konsep Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
VI - 2
5. Dari hasil kegiatan studi evaluasi, pada beberapa daerah yang dijadikan
lokasi studi, menggambarkan bahwa kesiapan petani khususnya dalam
pengelolaan operasi dan pemeliharaan irigasi sprinkler dan tetes relatif
beragam, ada yang cukup maju dan sama sekali belum maju. Rata-rata
petani yang cukup maju sudah berorientasi bisnis tidak sekedar untuk
konsumsi sendiri atau pemasaran lokal.
6. Dari hasil monitoring dan evaluasi pada jaringan irigasi gun sprinker dan
irigasi tetes yang telah dibangun di Desa Akar-akar, Kabupaten Lombok Utara
NTB, pemanfaatan jaringan irigasi gun sprinkler cukup optimal dimanfaatkan
oleh petani setiap musimnya. Sementara untuk jaringan irigasi tetes,
pemanfaatannya belum optimal, hanya untuk keperluan penelitian pihak
universitas mataram, yang frekuensi penelitiannya masih relatif terbatas.
6.2. Saran
Beberapa hal yang menjadi saran antara lain :
1. Untuk mempermudah mendapatkan keseragaman tetesan air yang baik
dengan nilai koefisien keseragaman distribusi tetesan lebih dari 80% , pada
prototip jaringan irigasi tetes ini, dapat dilakukan melalui pengamatan awal
keseragaman tetesan secara visual terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan
dengan pengaturan putaran baut pada masing-masing emitter, rata-rata
diperlukan frekuensi 2-3 kali pengaturan.
2. Untuk meringankan pengoperasian pengisian tangki penampung air sebaiknya
di atur per periode tertentu dengan mempertimbangkan lama pengoperasian
yang sesuai dengan kemampuan tenaga petani.
3. Dalam pengoperasiannya sprinkler tipe rotator ini sangat perlu memperhatikan
kondisi kecepatan angin di lapangan, supaya penyebaran air tetap optimal.
Perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian dan memilih waktu pengoperasian
yang tepat dimana kondisi kecepatan angin relatif kecil kurang dari 2 km/jam.
Tipe sprinkler ini mempunyai debit curahan air (maksimum) yang kecil, sekitar
0.24 l/det. Karena sebaran air tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor
kecepatan angin.
4. Mengingat kondisi petani di Indonesia pada umumnya yang hanya mempunyai
modal usahatani pas-pasan, serta terbatas akan teknologi baru untuk
Konsep Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
VI - 3
penerapan irigasi tetes skala onfarm, perlu mempertimbangkan : (i) biaya
investasi (ii) kemudahan dan kesiapan dalam pelaksanaan, operasi dan
pemeliharaan, (iii) serta jaminan pasar hasil pertanian.
5. Selain itu sebelum penerapannya petani perlu diberikan pemahaman
bagaimana efisiensi penggunaan air irigasi dan manfaatnya serta
memberikan pelatihan-pelatihan tentang teknologinya sekaligus sebagai
sebagai beberapa upaya dalam perkuatan kelembagaannya.
Konsep Laporan Akhir
Pusat Litbang Sumber Daya Air
DAFTAR PUSTAKA
Abdulmumim, S. dan S.M. Minasari. 1990. Crop Coefficient of Some Major Crops of the
Nigerian semi-arid Tropics. Agric. Water Management. 18 : 159-178. Balai Irigasi, 2009, Akhir Interm Penelitian Jaringan Irigasi Non Padi (JINP), Bekasi. Balogh, J. and I Gergeley, 1985. Basic aspect of trickling irrigation. Budapest.
Brandt, A., E. Bresler, N. Diner, I. Ben-Asher, J. Heller and D. Goldberg, 1971. Infiltration from a trickle source: I. Mathematical models. Soil Sci. Soc. Am. J., 35: 675-682.
Bresler, E., J. Heller, N. Diner, I. Ben-Asher, A. Brandt and D. Goldberg, 1971, Infiltration from a trickle source. II. Eksperimental data and theoretical predictions, soil Sci. Soc. Am.J., 35:683-689.
Bucks, D.A. and S. Davis, 1986, Historical development of trickle irrigation in Nakayama, F.S. and Bucks (ed), Trickle irrigation for crop production: Development in agricultural engineering 9. Elsevier, Amsterdam.
Constable, G.A., I.J. Rochester and A.S. Hodgson, 1990. A Comparison of drip and furrow irrigated cotton on a cracking clay soil : I. Growth and nitrogen uptake. irrigation
sci., 11: 137-147. Doorenbos, J. dan W. O. Pruitt, 1977. Guidelinis for Predicting Crop Water Requirement.
Book 24. FAO, Rome, 144 p. Gilley, J. R. dan Jensen, M. E. 1983. Irrigation Management: Contribution to Agriculture
Productivity dalam Water Resource Research Problem and Potensial for Agriculture and Rural Community (Napier, T. L. Scott, D, Ewster, K. W and Supalla,
Reds.). Soil Conservation society of America. P; 22 – 35. Hausenbiller, R. I. 1978. Soil Science: Priciple and Practices. W.M.C. Brown Co. Iowa.
611 p. Ma’mun Kaman M, Parno S , Muqorrobin dkk., Teknologi Pompa Tangga Tali Untuk
Keperluan Jaringan Irigasi Bambu di Perdesaan. Buku Seri Irigasi. Pusat Litbang Sumber Daya Air
Russel, L.H, 1973 Water and Its Relation to Soils and Crops, Academic Press, New York
,PP :131. Rahardjo, C,S, Yasin l., Mahrup, Sukartono dan Sutriono, R.1992. Efisiensi Penggunaan
Air pada Tumpang Sari Jagung Kedelai di Tanah Entisol Lombok. Laporan Hasil
Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Mataram. Marshall, T.J., Holmes, J.W. dan Rose, C.W. 1996. Soil Physics. Third Manuwoto, 1991. Morris, R.A., A.A. Villegas, AQ. Poltonee, dan H.S. Centeno. 1990. Water Use by
Monocropped and Intercropped Cowpea and Sorghum Grown After Rice. Agron. J.
82: 664 – 668. Phocaides A., Technical Handbook on Pressurized Irrigation Techniques, FAO Consultant. Sapei A., 2000, Irigasi Tetes (Drip/ Trickle Irrigation), Fateta, IPB. Bogor. Sukorahardjo dan Suwardji, 2006, Evaluasi potensi lahan di Kecamatan Bayan untuk
pengembangan pertanian lahan kering. Laporan Penelitian Lembaga Penelitian UNRAM.
Warrick, A.W., 1986, Design principles soil water distribution. In Nakayama F.S. and Bucks (eds). Trickle irrigation for crop production development in agricultural. Eng. Elsevier, Amsterdam.