+ All Categories
Home > Documents > laporan compaction

laporan compaction

Date post: 10-Jul-2016
Category:
Upload: agam-bakong-aneuk-bandet
View: 56 times
Download: 13 times
Share this document with a friend
Description:
laporan praktikum mekanika tanah
22
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia COMPACTION 1 NAMA PRAKTIKAN : Hansel Loshaless 1306410686 Khasri thamrin priatama 1306369245 Nurul lathifah 1306369200 KELOMPOK : R5 TANGGAL PRAKTIKUM : 7 Maret 2015 JUDUL PRAKTIKUM : COMPACTION ASISTEN : PARAF DAN NILAI : I. PENDAHULUAN A. Standar Acuan ASTM D 698 "Standard Test Methods forLaboratory Compaction Characteristics of Soil UsingStandard ASTM D 1557 "Standard Test Methods forLaboratory Compaction Characteristics of Soil UsingModified Effort" AASHTO T 99 "The Moisture-Density Relations of Soils Using a 2.5-kg (5.5-lb) Rammer and a 305-mm (12-in) Drop" SNI 03-2832-1992 "Metode pengujian untuk mendapatkan kepadatan tanah maksimum dengan kadar air optimum" AASHTO T 180 "The Moisture-Density Relations of Soils Using a 4.54-kg (10-lb) Rammer and 457-mm (18-in) Drop" B. Maksud dan Tujuan Percobaan Mencari nilai kerapatan kering (γdry) maksimum pada kadar air optimum (Wopt) dari suatu sampel tanah yang dipadatkan. Uji pemadatan laboratorium digunakan sebagai dasar dalam menentukan presentase pemadatan dan kadar air yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi pemadatan yang sesuai di lapangan.
Transcript
Page 1: laporan compaction

Laboratorium Mekanika Tanah

Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik

Universitas Indonesia

COMPACTION 1

NAMA PRAKTIKAN : Hansel Loshaless 1306410686

Khasri thamrin priatama 1306369245

Nurul lathifah 1306369200

KELOMPOK : R5

TANGGAL PRAKTIKUM : 7 Maret 2015

JUDUL PRAKTIKUM : COMPACTION

ASISTEN :

PARAF DAN NILAI :

I. PENDAHULUAN

A. Standar Acuan

ASTM D 698 "Standard Test Methods forLaboratory Compaction Characteristics of

Soil UsingStandard

ASTM D 1557 "Standard Test Methods forLaboratory Compaction Characteristics

of Soil UsingModified Effort"

AASHTO T 99 "The Moisture-Density Relations of Soils Using a 2.5-kg (5.5-lb)

Rammer and a 305-mm (12-in) Drop"

SNI 03-2832-1992 "Metode pengujian untuk mendapatkan kepadatan tanah

maksimum dengan kadar air optimum"

AASHTO T 180 "The Moisture-Density Relations of Soils Using a 4.54-kg (10-lb)

Rammer and 457-mm (18-in) Drop"

B. Maksud dan Tujuan Percobaan

Mencari nilai kerapatan kering (γdry) maksimum pada kadar air optimum (Wopt) dari

suatu sampel tanah yang dipadatkan.

Uji pemadatan laboratorium digunakan sebagai dasar dalam menentukan presentase

pemadatan dan kadar air yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi pemadatan yang

sesuai di lapangan.

Page 2: laporan compaction

Laboratorium Mekanika Tanah

Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik

Universitas Indonesia

COMPACTION 2

C. Alat – alat dan Bahan

a. Alat

Mould, lengkap dengan collar dan base plate

Hammer seberat 5.5 lbs, dengan tinggi jatuh 12 inch

Hydraulic extruder

Pelat baja pemotong

Gelas ukur

Wadah untuk mencampur tanah dengan air

Pelat besi/penggaris untuk mengukur tinggi tanah

Timbangan

Oven

Jangka sorong

b. Bahan

Sampel tanah lolos saringan No. 4 ASTM sebanyak minimal 5 kantong @ 2kg (lebih

baik digunakan 6 kantong)

Gambar 5.1 Peralatan praktikum compaction: a) Mould (lengkap); b) Hammer; c) Pelat besi/penggaris;

d) Jangka sorong

Page 3: laporan compaction

Laboratorium Mekanika Tanah

Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik

Universitas Indonesia

COMPACTION 3

D. Teori dan Rumus yang Digunakan

Compaction (pemadatan tanah) adalah suatu proses dimana pori-pori tanah

diperkecil dan kandungan udara dikeluarkan secara mekanis. Suatu pemadatan tanah

adalah juga merupakan usaha (energi) yang dilakukan pada massa tanah. Suatu

pemadatan (Compactive Effort = CE) yang dilakukan tersebut adalah fungsi dari

variabel-variabel berikut:

(5.1)

dengan:

CE = Compactive Effort (lb/ft2)

W = berat hammer (lb)

H = tinggi jatuh (inch)

L = jumlah layer

B = jumlah pukulan per-layer

V = volume tanah (ft3)

Pemadatan tanah yang dilakukan di laboratorium pada umumnya terdiridari

dua macam, yaitu:

1. Standard Proctor - AASHTO T 99 (ASTM D 698)

2. Modified Proctor - AASHTO T 180 (ASTM D 1557)

Page 4: laporan compaction

Laboratorium Mekanika Tanah

Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik

Universitas Indonesia

COMPACTION 4

Perbedaan mengenai dua metode tersebut dirangkum pada tabel di bawah ini:

Table 5.1. Perbedaan Modified Proctor dan Standard Proctor pada uji pemadatan

Test Identification AASHTO T99 AASHTO T180

ASTM D 698 ASTM D 1557

Diameter Mould (inch) 4" 6" 4" 6"

Berat Hammer (lb) 5.5 5.5 10 10

Tinggi Jatuh Hammer (inch) 12 12 18 18

Jumlah Layer 3 3 5 5

Jumlah Pukulan Per-Layer 25 56 25 56

C.E (lb/ft2) 12.375 12.375 56.25 56.25

Ukuran Butir Maksimum yg

Lolos No. 4 (3/4") No. 4 (3/4") No. 4 (3/4") No. 4 (3/4")

Kepadatan tanah bergantung pada kadar airnya. Untuk membuat suatu

hubungan tersebut dibuat beberapa sampel tanah minimal empat contoh dengan kadar

air yang berbeda-beda, dengan perbedaan kurang lebih 4% antara setiap sampel.

Dari percobaan tersebut kemudian dibuat grafik yang menggambarkan

hubungan antara kepadatan dan kadar air, sehingga dari grafik tersebut diperoleh γdry

maksimum pada kadar air optimumnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

suatu tanah yang dipadatkan dengan kadar air tanah lebih dari Wopt akan diperoleh

nilai kepadatan yang lebih kecil dari γdry maksimum.

Gambar 5.2. Perbedaan grafik pemadatan Modified Proctor dan Standard Proctor

Page 5: laporan compaction

Laboratorium Mekanika Tanah

Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik

Universitas Indonesia

COMPACTION 5

Gambar 5.1. menunjukkan perbedaan dari energi pemadatan antara metode

standard proctor dan juga menggunakan modified proctor. Penggunaan modified

proctor yang memiliki energi pemadatan yang hampir 5 kali lebih besar dari standard

proctor menghasilkan γdry maksimum yang lebih tinggi dibanding standard proctor

namun menghasilkan kadar air optimum (wopt) yang lebih rendah dibandingkan

standard proctor.

Penentuan kadar air

(5.2)

(5.3)

(5.4)

dengan :

W = kadar air

wwater = berat air (gram)

wdry = berat tanah kering (gram)

wwet = berat tanah basah (gram)

Penentuan penambahan volume air

(5.5)

dengan :

Vadd = volume air yang akan ditambahkan

WX = kadar air yang akan dibuat

W0 = kadar air awal

w = berat sampel tanah (gram)

Page 6: laporan compaction

Laboratorium Mekanika Tanah

Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik

Universitas Indonesia

COMPACTION 6

Perhitungan nilai γwet dan γdry

(5.6)

(5.7)

dengan :

γwet = berat isi tanah dalam keadaan basah (gr/cm3)

wwet = berat tanah basah (gr)

V = volume sampel tanah yang telah dipadatkan (cm3)

γdry = berat isi tanah dalam keadaan kering (gr/cm3)

wdry = berat tanah kering(gr)

W = kadar air (%)

Perhitungan nilai Zero Air Void Line (ZAV-line)

ZAV-line adalah garis yang menggambarkan hubungan antara berat isikering

dengan kadar air dalam kondisi derajat kejenuhan (Sr) 100%.

(5.8)

dengan:

GS = nilai specific gravity

γW = berat jenis air (gr/cm3)

W = kadar air (%)

Sr = derajat kejenuhan

Page 7: laporan compaction

Laboratorium Mekanika Tanah

Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik

Universitas Indonesia

COMPACTION 7

Perhitungan nilai Compaction Effort (CE)

lihat kembali persamaan (5.1)

di mana :

C.E. = Compactive Effort (lb/ft2)

W = berat hammer (lb)

H = tinggi jatuh (inch), pada percobaan ini adalah 12 inch

L = jumlah layer, pada percobaan ini adalah 3 lapisan

B = jumlah pukulan per-layer, pada percobaan ini adalah 25 kali

V = volume tanah (ft3)

II. PRAKTIKUM

a. Persiapan Praktikum

1. Siapkan 6 kantong sampel tanah masing-masing 2 kg, lolos saringan No. 4 ASTM.

2. Campur seluruh sampel dalam kantong dengan rata dalam satu wadah, nilai kadar air

awal dalam hal ini dianggap sama.

3. Ambil sebagian sampel yang dianggap mewakili nilai kadar air seluruhnya, dan cari

nilai kadar air sampel tersebut.

4. Kembalikan sampel tanah ke kantongnya masing-masing.

5. Hitung kadar air pada keesokan harinya, lalu tambahkan air pada masing-masing

kantong agar mencapai kadar air yang berbeda-beda.

6. Masukkan sampel tanah ke dalam kantong plastik dan diamkan selama 18-24 jam

(diperam) agar kadar airnya merata.

Page 8: laporan compaction

Laboratorium Mekanika Tanah

Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik

Universitas Indonesia

COMPACTION 8

b. Jalannya Praktikum

1. Memeriksa Siapkan mould, collar, dan base plate.

2. Timbang mould dan ukur dimensinya untuk mengetahui volume tanah hasil

pemadatan.

3. Masukkan sampel tanah ke dalam mould, perkirakan jumlahnya sedemikian rupa

sehingga setelah dipadatkan tingginya mencapai 1/3 tinggi mould (karena total

lapisan pemadatan sebanyak 3 lapis).

4. Tumbuk 25 kali pada setiap lapisan secara merata dengan hammer seberat 5.5 lb dan

tinggi jatuh 12 inch (Standard Proctor ASTM).

5. Pada lapisan ketiga, pasang collar dan tambahkan tanah hingga melebihi batas mould.

6. Setelah pemadatan lapis ketiga selesai, buka collar dan ratakan kelebihan tanah pada

mould dengan pelat pemotong.

7. Timbang berat tanah beserta mould.

8. Keluarkan sampel tanah dari mould dengan bantuan extruder.

9. Ambil sebagian dari bagian atas, tengah, bawah dari sampel tanah tersebut untuk

diperiksa kadar airnya, dengan demikian akan diperoleh kadar air rata-rata dari

sampel tanah setelah dipadatkan.

Page 9: laporan compaction

Laboratorium Mekanika Tanah

Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik

Universitas Indonesia

COMPACTION 9

III. PENGOLAHAN DATA

Dalam praktikum ini, kadar air awal yang di dapatkan praktikan adalah 7.24%.

Menghitung penambahan volume air untuk compaction

Sampel 31%

Wo : 7.24%

Wx : 31%

W : 2000 gr

Vadd =

=

Dalam rumus ini, nilai penambahan volume menggunakan nilai 100 dan bukan 1,

karena perhitungan menggunakan kadar air dalam bentuk persen. Nilai perhitungan

penambahan volume air secara keseluruhan:

Sampel Volume Air yang Ditambahkan

31% 443.12 ml

34 % 499.07 ml

37 % 555.02 ml

40 % 610.97 ml

43% 666.92 ml

46 % 722.86 ml

Menentukan Hubungan W – γdry (Mould)

Diameter dan tinggi mould merupakan hasil dari rata- rata tiga kali pengukuran

sebagai berikut:

Mould ke 1 2 3

Diameter (mm) 101 101.15 101.3 101.25 100.9 101 101.35 101 101.5

Tinggi (mm) 116.15 116.45 116.9 116.9 116.75 116.7 116.1 115.8 115.65

Page 10: laporan compaction

Laboratorium Mekanika Tanah

Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik

Universitas Indonesia

COMPACTION 10

Dimensi mould:

Mould

ke D mould (cm) H mould (cm) Berat mould (gr) Volume (cm

3)

1 10.115 11.65 1684 936.53

2 10.105 11.68 1718 937.09

3 10.128 11.58 1684 933.29

Contoh perhitungan volume mould ke 1

V = 22/7 x (10,115)2 x (11,65)/4 = 936.53 cm3

Water Content Determination

Assumed Water Content 31% 34% 37% 40% 43% 46%

Wt Of Can + Wet Soil (g) 213.1 436.96 451.83 305.97 333.58 273.2

Wt Of Can + Dry Soil (g) 169.15 345.2 349.57 228.54 248.93 199.47

Wt Of Water (g) 43.95 91.76 102.26 77.43 84.65 73.73

Wt Of Can (g) 21.95 19.85 19.62 20.28 17.02 26.26

Wt Of Dry Soil (g) 147.2 325.35 329.95 208.26 231.91 173.21

Water Content (%) 29.86 28.20 30.99 37.18 36.50 42.57

Untuk penentuan kadar air digunakan rumus

Sampel 31%

Page 11: laporan compaction

Laboratorium Mekanika Tanah

Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik

Universitas Indonesia

COMPACTION 11

Density Determination

Menentukan kerapatan kering γdry

Kadar 28%

Kerapatan basah:

=

= 1.53 gr/cm

3

Kerapatan kering:

=

= 1.178 gr/cm

3

Kesalahan Relatif

Kesalahan relatif = |

|

Contoh Sampel 31 %

Kesalahan relatif = |

|

|

|

Assumed Water Content 31% 34% 37% 40% 43% 46%

Water Content 0.2986 0.282 0.3099 0.3718 0.365 0.4257

Wt Of Soil + Mold (kg) 3.116 3.236 2.970 3.390 3.418 3.120

Wt Of Mold (kg) 1.684 1.718 1.396 1.684 1.718 1.396

Wt Of Soil In Mold (kg) 1.432 1.518 1.574 1.706 1.7 1.724

Wet Density (gr/cm3) 1.53 1.62 1.687 1.82 1.814 1.85

Dry Density (gr/cm3) 1.178 1.264 1.288 1.327 1.329 1.298

Page 12: laporan compaction

Laboratorium Mekanika Tanah

Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik

Universitas Indonesia

COMPACTION 12

Kadar Air Didapat (%) 29.86 28.20 30.99 37.18 36.50 42.57

Kadar Air Rencana (%) 31 34 37 40 43 46

Kesalahan Relatif (%) 3.68 17.06 16.24 7.05 15.12 7.46

Garis Zero Air Void

Sr : 100%

Nilai Gs : 2.61 ; 2.63 ; 2.65 didapat dari masing-masing kelompok.

Nilai rata-rata Gs = 2.63

ᵞwater : 1 gr/cm3

Contoh = kadar air 29.86%

RUMUS ZAV = γ

Zero Air Void Per kadar Air

Kadar Air (%) 29.86 28.20 30.99 37.18 36.50 42.57

Zero Air Void 1.47 1.51 1.45 1.33 1.34 1.24

Page 13: laporan compaction

Laboratorium Mekanika Tanah

Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik

Universitas Indonesia

COMPACTION 13

Grafik hubungan kadar air dengan γdry:

Kadar air optimum = 36.5 %

γdry maksimum = 1.329 gr/cm3

Grafik Pemadatan Tanah

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan di atas, diperoleh nilai γdry dan

ZAV sebagai berikut :

Water Content Ydry ZAV

28.2 1.264 1.51

29.86 1.178 1.47

30.99 1.288 1.45

36.5 1.329 1.34

37.18 1.327 1.33

42.57 1.298 1.24

1.161.18

1.21.221.241.261.28

1.31.321.341.36

25 30 35 40 45

𝛾_𝑑𝑟𝑦

Water Content (%)

kadar air vs Ydry

Page 14: laporan compaction

Laboratorium Mekanika Tanah

Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik

Universitas Indonesia

COMPACTION 14

Menghitung Nilai Compactive Effort (CE) :

1 feet = 0,3048 m

1 m = 3,281 feet

Vol = 936.53 cm3

= 936,53 x 10-6

m3

= 0,03307 ft3

= 12470.49 lb/ft2

Mould 1 2 3

CE (lb/ft2) 12470.49 12463.03 12513.78

1

1.1

1.2

1.3

1.4

1.5

1.6

25 30 35 40 45

𝛾_𝑑𝑟𝑦

Water Content (%)

Grafik Hubungan Kadar Air, ZAV, dan Kerapatan

Ydry

ZAV

Page 15: laporan compaction

Laboratorium Mekanika Tanah

Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik

Universitas Indonesia

COMPACTION 15

IV. ANALISIS

Analisis Percobaan

Percobaan Compaction ini dilakukan untuk mencari nilai kerapatan kering

(γdry) maksimum pada kadar air optimum (Wopt) dari suatu sampel tanah yang

dipadatkan. Percobaan compaction dapat dilakukan dengan dua metode, yakni

Standard Proctor (AASHTO T99/ASTM D698) dan Modified Proctor (AASHTO

T180/ASTM D1557). Pada percobaan kali ini praktikan menggunakan metode

Standard Proctor dengan spesifikasi yang telah dijelaskan sebelumnya.

Dalam persiapannya, praktikan melakukan persiapan dengan menyiapkan

tanah yang lolos saringan no.4 ASTM sebanyak 6 kantong dengan masing-masing

berat 2 kg. Untuk mempermudah praktikum, praktikan menganggap kadar air tanah di

tiap kanton pada awalnya adalah sama dan kemudian ditambahkan dengan air sesuai

dengan kadar air yang diinginkan, yaitu 31%, 34%, 37%, 40%, 43%, dan 46%.

Setelah menambahkan air pada tiap kantong. Tanah kemudian diaduk dengan

menggunakan tangan kosong lalu tanah kemudian dimasukkan ke masing-masing

plastik yang berbeda kemudian didiamkan selama 18-24 jam agar campuran tanah

dan air merata dan homogen.

Setelah didiamkan selama kurang lebih 18-24 jam, praktikan memulai

percobaan dengan menyiapkan mold (berat dan dimensi mold terlebih dahulu diukur

dan dicatat). Mold kemudian ditaruh di atas base plate dan pada dasar lantainya

diletakkan kertas sebagai alas agar tidak licin. Lalu pada bagian dalam mold diolesi

dengan vaseline agar tanah yang sudah ditumbuk di mold mudah dikeluarkan jika

mold sudah terisi penuh. Tiap kelompok menggunakan 2 kantong tanah dengan kadar

air yang berbeda untuk dimasukkan ke dalam mold dan ditumbuk menggunakan

standard proctor dengan ketinggian 12 inch sebanyak 25 kali. Penumbukkan pada

mold dilakukan secara merata pada tiap lapisan tanah.

Page 16: laporan compaction

Laboratorium Mekanika Tanah

Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik

Universitas Indonesia

COMPACTION 16

Untuk lapisan pertama, tinggi tanah yang diinginkan adalah 1/3 dari tinggi

mold. Setelah tanah dimasukkan dan ditumbuk, tinggi tanah diukur menggunakan

pelat besi untuk mengecek apakah sudah mencapai ketinggian yang diinginkan.

Setelah pemasukkan tanah pertama, praktikan tidak langsung menumbuk sebanyak 25

kali untuk mengantisipasi kelebihan tumbukan jika tinggi tanah masih kurang.

Apabila tinggi tanah berlebih, tanah dikorek dengan menggunakan sendok hingga

mencapai ketinggian yang diinginkan. Pada tiap penumbukkan, tanah akan tergeser

sendirinya ke pinggir mould, oleh karena itu praktikan memindahkan tanah pada

pinggir mould ke tengah-tengah mould dengan sendok maupun tangan kosong.

Proses yang sama dilakukan untuk ketinggian tanah 2/3 dari mold dan setinggi

permukaan mold.

Setelah tinggi tanah sudah setinggi permukaan mold, permukaan tanah

diratakan menggunakan pelat baja pemotong hingga permukannya sama rata dengan

permukaan mold. Setelah itu barulah mold dilepaskan dan ditimbang beratnya. Lalu

tanah di dalam mold dikeluarkan menggunakan hydraulic extruder. Setelah tanah

dikeluarkan, tanah dipecah menjadi 3 lapisan dan bagian tengah dari setiap lapisan

tersebut diambil dan dimasukkan ke dalam can (berat can dan berat can+tanah

ditimbang dan dicatat). Setelah itu, can beserta tanah dimasukkan ke dalam oven

selama kurang lebih 24 jam. Setelah 24 jam, can beserta tanah dikeluarkan dan

ditimbang beratnya kembali. Ketiga bagian tanah dianggap memiliki kadar air yang

sama sehingga untuk menghitung kadar airnya hanya diperlukan satu can. Hasil dari

penghitungan kadar air tersebut akan digunakan untuk menghitung nilai berat isi

kering.

Page 17: laporan compaction

Laboratorium Mekanika Tanah

Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik

Universitas Indonesia

COMPACTION 17

Analisis Hasil

Sampel tanah yang digunakan adalah sampel tanah yang telah lolos saringan

4. Sebelum dapat dilakukan percobaan, tanah dikeringkan dengan menggunakan

oven. Hal ini berbeda dengan standar. Seharusnya tanah yang digunakan adalah tanah

hasil kering udara. Tindakan tersebut dilakukan karena pertimbangan waktu yang

terbatas. Kadar air awal tanah yang di dapat adalah 7.24%. Menggunakan rumus

kadar air, didapat jumlah air yang harus ditambahkan pada saat melakukan persiapan

percobaan untuk setiap kadar air yang diinginkan yaitu

Vadd =

Sampel Volume Air yang Ditambahkan

31% 443.12 ml

34 % 499.07 ml

37 % 555.02 ml

40 % 610.97 ml

43% 666.92 ml

46 % 722.86 ml

Besar volume air yang ditambahkan untuk mendapatkan tanah dengan kadar

air yang diinginkan terlihat dari tabel di atas. Namun setelah dilakukan pemadatan

dan dihitung lagi menggunakan rumus kadar air, nilai kadar air yang didapat sebesar

29.86%, 28.2%, 30.99%, 37.18%, 36.50%, dan 42.57%.

Setelah mendapatkan nilai kadar air setelah pemadatan, pada percobaan ini

juga didapatkan nilai kerapatan kering pada masing-masing kadar air yang berbeda.

Untuk mengetahui nilai kerapatan kering, digunakan rumus berikut

Page 18: laporan compaction

Laboratorium Mekanika Tanah

Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik

Universitas Indonesia

COMPACTION 18

Sehingga didapatkan nilai kerapatan kering dari tanah sebesar 1.178 gr/cm3,

1.264 gr/cm3, 1.288 gr/cm

3, 1.327 gr/cm

3, 1.329 gr/cm

3, dan 1.298 gr/cm

3. Dari

data-data yang sudah dihitung tersebut, dapat terlihat bahwa kadar air setelah

pemadatan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh hilangnya air yang berada

pada rongga antar partikel tanah akibat proses pemadatan. Dimana saat proses

pemadatan tersebut ada kemungkinan besar bahwa air pada tanah di dalam mould

mengalami proses penguapan ke udara. Hal lain yang dapat menyebabkan kadar air

berkurang adalah terjadinya penguapan air ke udara saat penyimpanan tanah dalam 6

kantong plastik dimana di dalam kantok plastik tersebut masih terdapat rongga-

rongga udara.

Nilai kerapatan kering optimum yang didapatkan adalah sekitar 1.329 gr/cm3,

dan kadar air optimum yang didapat adalah 36.5%. Air dapat mempengaruhi sifat

kohesif butiran tanah, dimana semakin banyak kadar air yang ada di dalam tanah,

tanah akan semakin kohesif (lebih melekat). Tanah yang kering butiran tanahnya

tidak mengikat satu sama lain, sehingga nilai kohesifnya menjadi kecil dan

mengurangi kepadatan. Dari teori ini, kita dapat menyimpulkan bahwa seharusnya

jika kadar air dalam tanah diperbesar maka proses compaction akan menghasilkan

R² = 0.3591

1.161.18

1.21.221.241.261.28

1.31.321.341.36

25 30 35 40 45

𝛾_𝑑𝑟𝑦

Water Content (%)

kadar air vs Ydry

Page 19: laporan compaction

Laboratorium Mekanika Tanah

Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik

Universitas Indonesia

COMPACTION 19

nilai Ydry yang semakin besar sampai dengan kadar air optimumnya. Namun ada

penyimpangan yang tejadi pada kadar air 29.86% dimana pada kadar air tersebut nilai

Ydry nya lebih kecil dibandingkan Ydry pada kadar air 28.2%. Dari penyimpangan ini,

dapat disimpulkan bahwa praktikan melakukan kesalahan saat compaction . Misalnya

saja, praktikan melakukan compaction tidak secara tegak lurus permukaan tanah

(membentuk sudut). Compaction juga dilakukan secara tidak merata serta adanya

kesalahan saat memotong permukaan tanah yang berlebih dengan plat pemotong

dimana saat dilakukan pemotongan praktikan secara tidak langsung melakukan

penekanan terhadap tanah. Dimensi dari mould yang berbeda-beda juga dapat

mempengaruhi nilai Ydry yang didapat, dimana semakin besar luas permukaan mould

maka nilai Ydry yang didapatkan setelah compaction akan semakin kecil.

Nilai ZAV pada percobaan ini memotong grafik hubungan antara γdry dengan

kadar air sampel. Nilai ZAV di atas di dapatkan dengan menggunakan rumus

ZAV = γ

(

)

Nilai ZAV yang memotong γdry tersebut juga dapat terlihat pada tabel serta

grafik ZAV vs water content.

R² = 0.3591

1

1.1

1.2

1.3

1.4

1.5

1.6

25 30 35 40 45

𝛾_𝑑𝑟𝑦

Water Content (%)

Grafik Hubungan Kadar Air, ZAV, dan Kerapatan

Ydry

ZAV

Page 20: laporan compaction

Laboratorium Mekanika Tanah

Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik

Universitas Indonesia

COMPACTION 20

Water Content γdry ZAV

28.2 1.264 1.51

29.86 1.178 1.47

30.99 1.288 1.45

36.5 1.329 1.34

37.18 1.327 1.33

42.57 1.298 1.24

Padahal nilai yang seharusnya terjadi adalah nilai ZAV > γdry . Kejadian

terpotongnya grafik kerapatan kering oleh grafik ZAV menunjukkan adanya

kesalahan dalam proses pemadatan. Karena nilai γdry sangat mendekati nilai ZAV ,

bahkan ada yang melewati batas ZAV. Maka dapat disimpulkan bahwa kesalahan

yang dilakukan praktikan adalah, tanah dipadatkan terlalu padat dari sebagaimana

mestinya.

Berbedanya praktikan yang melakukan pemadatan pada tiap mould dapat

menyebabkan nilai pemadatan menjadi menjauhi nilai liniernya karena tiap praktikan

memiliki teknik yang berbeda saat melakukan praktikum compaction. Hal inilah yang

menyebabkan nilai R² = 0.3591 sangat jauh dari nilai 1.

Compactive effort pada percobaan compaction ini sedikit lebih besar daripada

compactive effort yang digunakan pada standard proctor yang nilainya adalah sebesar

12400 lb/ft2 , data compactive effort pada percobaan yang dilakukan praktikan ini

pada setiap mould tercantum pada table dibawah ini :

Mould 1 2 3

CE (lb/ft2) 12470.49 12463.03 12513.78

Penyebab berbedanya nilai compactive effort pada percobaan ini diakibatkan

oleh volume mould yang berbeda daripada moukd yang digunakan pada proses

compaction dengan metode standard proctor.

Page 21: laporan compaction

Laboratorium Mekanika Tanah

Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik

Universitas Indonesia

COMPACTION 21

Analisi Kesalahan

Kesalahan yang mungkin terjadi pada percobaan ini dan dapat mempengaruhi

hasil yaitu :

Tidak ratanya proses pencampuran tanah dan air yang dilakukan dengan

pengadukan dengan tangan serta penyimpanan di dalam kantong plastik

selama 24 jam. Sehingga dapat menyebabkan perbedaan asumsi kadar air

dengan kadar air yang sesungguhnya.

Penumbukan yang tidak merata di seluruh bagian (ada bagian yang

terlewat) serta kesalahan praktikan dalam penumbukkan yaitu beban

tidak dijatuhkan secara tegak lurus dengan permukaan tanah.

Proses pemadatan tidak sesuai dengan yang direncanakan, yaitu tanah

yang dipadatkan menjadi terlalu padat. Sehingga nilai ZAV memotong

nilai kerapatan kering pada kadar air sampel tertinggi.

Kesalahan memperkirakan jumlah tanah yang dimasukkan untuk

mendapatkan ketinggian layer tertentu.

Kesalahan literatur saat mengukur dimensi dengan jangka sorong, dan

pembulatan saat pengolahan data.

V. KESIMPULAN

1. Nilai kerapatan kering terbesar didapat pada kondisi kadar air optimum yaitu

sebesar 40.73% dan memiliki kerapatan kering sebesar 1.271 gr/cm3.

2. Pemadatan tanah selalu dilakukan pada proses pembangunan pondasi suatu

bangunan, jalan raya, dan struktur teknik sipil lainnya. Pemadatan dilakukan

dengan memperhatikan spesifikasi tanah yang ada di lokasi dan kondisi

lingkungan sekitar, dimana proses pemadatan menyesuaikan dengan faktor-faktor

diatas tersebut. Karena tanah yang kurang rapat memiliki ketahanan yang lebih

rendah.

Page 22: laporan compaction

Laboratorium Mekanika Tanah

Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik

Universitas Indonesia

COMPACTION 22

VI. LAMPIRAN

Menimbang Mould

Mengukur Tinggi Tanah pada Mould

Penumbukkan Mould dengan hammer

Hydraulic extruder

Mengukur dimensi Mould


Recommended