of 30
8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset
1/30
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM TEKNIK MATERIAL
MODUL E POLIMER TERMOSET
Oleh :
Anggota : Adhi Vijja Kumara (123.13.003)
Muhammad Iqbal (123.13.005)
Nindi Paramitha Masduki (123.13.018)
Thia Theresia (123.13.027)
Kelompok : V (Lima)
Tanggal Praktikum : 9 April 2016
Tanggal Laporan : 7 Mei 2016
Nama Asisten : Rangga Pradipta (123.12.002)
LABORATORIUM METALURGI
PROGRAM STUDI TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNIK MESIN DAN DIRGANTARA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2016
8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset
2/30
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Praktikum
Perkembangan yang sangat pesat dari industri polimer sintetik membuat kehidupan kita selaludimanjakan oleh kepraktisan dan kenyamanan dari produk yang mereka hasilkan. Berdasarkan
sifat termalnya, polimer terdiri atas polimer termoplastik dan polimer thermoset.
Polimer termoplastik adalah polimer yang mempunyai sifat tidak tahan terhadap panas. Jenis
plastik ini tidak memiliki ikatan silang antar rantai polimernya, melainkan dengan strukturmolekul linear atau bercabang. Polimer termoset adalah polimer yang mempunyai sifat tahan
terhadap panas. Jika polimer ini dipanaskan, maka tidak dapat meleleh. Sehingga tidak dapat
dibentuk ulang kembali. Hal tersebut di karenakan polimer thermoset memiliki ikatan cross
link. Susunan polimer ini bersifat permanen pada bentuk cetak pertama kali (pada saat pembuatan). Bila polimer ini rusak/pecah, maka tidak dapat disambung atau diperbaiki lagi.
Dalam proses pembentukannya, polimer termoset harus ditambahkan dengan suatu zat (curingagent) agar dapat membentuk suatu material yang solid. Penambahan zat tersebut dapat
mempengaruhi karakteristik dari material produk. Oleh karena itu, pada praktikum ini akan
diamati pengaruh penambahan zat katalis di dalam resin poliester.
1.2 Tujuan PraktikumTujuan praktikum polimer termoset adalah :
- Mengetahui perubahan warna selama proses pembuatan polimer termoset
- Mengetahui pengaruh penambahan katalis dalam resin poliester
- Mengetahui perbedaan waktu curing
BAB IITEORI DASAR
2.1 Polimer
Polimer adalah suatu molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari susunan ulangmolekul kecil yang terikat melalui ikatan kimia disebut polimer (poly = banyak; mer =
bagian). Polimer merupakan senyawa-senyawa yang tersusun dari molekul sangat besar yang
terbentuk oleh penggabungan berulang dari banyak molekul kecil. Molekul yang kecil disebut
monomer, dapat terdiri dari satu jenis maupun beberapa jenis. Polimer didefinisikan sebagai
makromolekul yang dibangun oleh pengulangan kesatuan kimia yang kecil dan sederhanayang setara dengan monomer.Reaksi pembentuk polimer di kenal dengan istilah polimerisasi.
Polimer digolongkan menjadi dua macam, yaitu polimer alam (seperti pati, selulosa, dan sutra)
dan polimer sintetik (seperti polimer vinil). Plastik yang kita kenal sehari-hari sering
dipertukarkan dengan polimer sintetik. Ini dikarenakan sifat plastik yang mudah dibentuk(bahasa latin; plasticus = mudah dibentuk) dikaitkan dengan polimer sintetik yang dapat
dilelehkan dan diubah menjadi bermacam-macam bentuk. Padahal sebenarnya plastik
8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset
3/30
mempunyai arti yang lebih 2 sempit. Plastik termasuk bagian polimer termoplastik, yaitu
polimer yang akan melunak apabila dipanaskan dan dapat dibentuk sesuai pola yang kita
inginkan. Setelah dingin polimer ini akan mempertahankan bentuknya yang baru. Proses inidapat diulang dan dapat diubah menjadi bentuk yang lain.
Golongan polimer sintetik lain adalah polimer termoset (materi yang dapat dilebur pada tahap
tertentu dalam pembuatannya tetapi menjadi keras selamanya, tidak melunak dan tidak dapatdicetak ulang). Contoh polimer ini adalah berkelit yang banyak dipakai untuk peralatan radio,
toilet, dan lain – lain
Proses pertumbuhan rantai selama polimerisasi bersifat acak. Oleh karna itu, rantai-rantai
polimer yang berbeda dalam suatu contoh polimer akan mempunya panjang yang berbeda- beda pula, tentu saja karna massa molekul (Mr) hanya merupakan salah satu penentu sifat
polimer. Faktor penting lainnya ialah susunan rantai dalam polimer. Penelitian sinar x
terhadap polimer menunjukan bahwa dalam bahan polimer terdapat daerah yang di dalamnya
terdapat rantai polimer yang tersusun secara teratur.[Cowd,M.A.1991]
2.2 Polimer Tak Jenuh
Polimer Tak jenuh merupakan jenis oligomer yang lain. Polimer tak jenuh merupakan hasilreaksi campuran asam organik (misal asam fumarate, asam maleat) dengan glikol (misal
propilen glikol dan dietilen glikol). Campuran polyester tak jenuh dengan monomer stiren
merupakan bahan pelapis radiasi yang sudah lama di kenal.Suatu asam dibasa (table 1) bereaksi secara kondensasi dengan alcohol dihidrat (table 2) di
gunakan untuk mendapatkan polyester. Karena asam tak jenuh digunakan dengan berbagai
cara sebagai bagan dari asam dibasa, yang menyebabkan terdapatnya ikatan tak jenuh dalamrantai utama polimer yang dihasilkan, maka disebut polimer tak jenuh.
Tabel 1 .Alkohol dihidrat dipakai untuk resin poliester
Tabel 2. Asam dibasa dipergunakan untuk resin poliester
8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset
4/30
Berdasarkan karakteristik termalnya matrik dapat dibagi dua yaitu matrik thermosetting dan
matrik termoplastik. Ada dua macam resin thermosetting yang banyak digunakan saat ini, yaitu
epoxy dan polyester. Resin unsaturated polyester ( UP ) adalah matrik thermosetting yang paling banyak dipakai untuk pembuatan komposit GFRP. Resin UP ini digunakan mulai dari proses pembuatan dengan metode hand lay up hingga metode yang lebih kompleks seperti filament
winding, resin injection molding, dan resin transfer molding.
Polyester berarti polimer yang disusun dari monomer yang mengandung gugus ester. UP adalah
polimer tak jenuh yang memiliki ikatan kovalen ganda karbon – karbon rektif yang dapatdihubung – silangkan selama proses curing guna membentuk suatu material thermosetting.
2.3 Cross Link
Crosslink adalah obligasi yang menghubungkan satu rantai polimer yang lain. Crosslinkermerupakan senyawa-senyawa yang memiliki berat molekul rendah dengan gugus hidroksil
atau gugus amine lebih dari dua. Crosslinker berfungsi sebagai pengikat silang rantai polimermelalui ikatan antar gugusdiisocyanate berlebih dengan gugus hidroksil Selain reaksi antara polyol dan diisocyanate. Crosslinker juga mempunyai peranan penting dalam sintesa
polyurethane. Crosslinker bereaksi dengan gugus isocyanate membentuk urethane atau urea
linkage dalam hard segment yang membentuk ikatan cabang. Crosslinker dapat secara
kovalen atau ionik. (Gunter,1985)
Mekanisme yang paling tepat dalam menurunkan kebebasan molekul adalah ikatan silangkimia yang mengikat silang bersama rantai – rantai polimer melalui ikatan kovalen atau ikatan
ion untuk membentuk suatu jaringan. Crosslinking digunakan untuk meningkatkan ikatan
kovalen dalam pembuatan polyurethane. (Katz,2008)
Resin polyester pada suhu ruang stabil tetapi dengan penambahan suatu peroksida (biasanya
disebut katalis) akan terjadi pengerasan (curing). Pengerasan ini terjadi karena reaksi ikatsilang secara radikal bebas dari poliester dengan monomer reaktif yang ditambahkan dalam
resin poliester tersebut. Sebagai monomer aktif, dalam hal ini ditambahkan stirena yang pada
umumnya dengan komposisi 30/70 resin. Dalam reaksi ini terjadi konversi ikatan rangkapmenjadi ikatan tunggal. Adanya radikal bebas yang terbentuk setelah terjadinya dekomposisi,
memungkinkan terjadi reaksi propagasi antara resin polyester dengan stirena tak jenuh
(monomer reaktif). Reaksi ini akan merubah resin poliester dan molekul stirena menjadi
Tabel 3. Monomer vinil di gunakan untuk resin poliester
8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset
5/30
radikal bebas sehingga terjadi mekanisme reaksi
berikutnya dengan molekul resin selanjutnya. Reaksi
antara stirena dengan ikatan rangkap yang reaktif dari
poliester, akan menghasilkan ikatan silang dalam bentuk polimer jaringan tiga dimensi. Struktur molekul dalam
berituk padat dapat digambarkan sebagai berikut :
2.4 Curing pada Polyester
Curing merupakan proses pengeringan untuk merubah
material pengikat (resin) dari keadaan cair menjadi padat.Curing ini terjadi melalui reaksi kopolimerisasi radikal
antara molekul jenis vinil yang membentuk hubungan
silang melalui bagian tak jenuh dari polyester. Reaksi ini
dipicu oleh katalis yang ada (MEPOXE ), yang mulai diaktifkan oleh sejumlah kecil akselerator.Curing juga dapat terjadi karena perubahan kimia, terjadinya reaksi antara molekul molekul
yang relative kecil dengan fase cair atau fase membentuk jaringan molekul yang lebih
besar,padat dan tidak mudah larut.Proses Curing dapat di lakukan dengan dengan polimerisasi yang bersifat eksotermis. Proses
lebih sederhana, walaupun kadang-kadang curing dalam polimerisasi ini membutuhkan waktuyang lama. Reaksi polimerisasi dimulai dengan adanya radikal bebas yang terbentuk karena
dekomposisi bahan yang tidak stabil oleh suhu maupun katalis. Radikal bebas dengan monomer
akan mengadakan reaksi polimerisasi dan akhirnya jika radikal bebas dengan radikal bebasmaka akan terjadi reaksi terminasi yang menghasilkan polimer.
8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset
6/30
BAB III
DATA PERCOBAAN
3.1 Prosedur Percobaan
3.2 Data Percobaan
a. Tabel waktu perubahan warna terhadap %curing agent
% Curing
Agent
Lama Waktu Perubahan
Warna (Menit)
3 25
4 23
5 20
6 19
7 16
8 12
Resin polyester dan curing agent di
Masukan masing masing curing agent kedalam gelas plastic yang berisi
resin polyester,kemudian aduk
Hitung perubahan warna yang terjadi dan waktu curingnya di catat.
Timbang curing agent sebanyak 3%,4%,5%,6%,7%,8% dari berat resin
polyester
Siapkan 6 gelas plastic dan masukan masing masing
gelas resin polyester sebanyak 10 grm
8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset
7/30
b. Tabel waktu curing terhadap %curing agent
c. Tabel pengaruh dimensi terhadap %katalis
d. Tabel mechanical properties terhadap %katalis
Mech.
Properties
Katalis (%)
1 2 4 5
UTS (Mpa) 39,19476 43,14641 47,40152 47,31992
El(%) 6,264094 2,640956 2,723726 4,260074
E(Mpa) 2159,814 2407,089 3108,015 2774,452
% Curing
Agent
Waktu Curing
(menit)
3 19
4 17
5 15
6 14
7 10
8 7
Dimensi Katalis (%)
1 2 4 5
Panjang 161,2 161,98 161,6 161,5
Lebar 12,5 12,77 12,87 12,9Tinggi 5,48 5,44 5,73 5,8
Luas 11032,1 11252,6 11917,2 12083,4
8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset
8/30
BAB IV
ANALISIS DATANAMA : ADHI VIJJA KUMARA
NIM :123.13.003
Dalam proses percobaan kali ini terdapat dua peristiwa yang patut ditinjau, yaitu
peristiwa kimia dan peristiwa fisika. Peristiwa kimia, yaitu terjadinya ikatan silang (cross link )
pada polimer.Pada praktikum kali ini menggunakan jenis resin polyester (resin 157 BQTN)
produksi JUSTUS yang bertipe Ortho-Phatalic resin yang merupakan UP(unsaturated polimer)
dan curing agent berupa MEPOXE (methyl ethyl ketone peroxide).
Polyester berarti polimer yang disusun dari monomer yang mengandung gugus ester. UP
adalah polimer tak jenuh yang memiliki ikatan kovalen ganda karbon – karbon rektif yang dapat
dihubung – silangkan selama proses curing guna membentuk suatu material thermosetting.
Curing pada polyester merupakan proses pengeringan untuk merubah material pengikat
( resin ) dari keadaan cair menjadi padat. Curing ini terjadi melalui reaksi kopolimerisasi radikal
antara molekul jenis vinil yang membentuk hubungan silang melalui bagian tak jenuh dari
polyester. Reaksi ini dipicu oleh katalis yang ada ( MEPOXE ), yang mulai diaktifkan oleh sejumlah
kecil akselerator.
Curing juga dapat terjadi karena perubahan kimia,terjadinya reaksi antara molekul
molekul yang relative kecil dengan fase cair atau fase membentuk jaringan molekul yang lebih
besar,padat dan tidak mudah larut. yaitu terjadinya ikatan silang (cross/inking) antara poliester
tak jenuh dengan monomer aktif (stirena) membentuk senyawa dengan struktur cross link .
8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset
9/30
Mekanisme Cross link Resin Poliester
Dari grafik antara waktu curing dengan persentase curing agent menjelaskan bahwa
semakin banyak curing agent yang di tambahkan kedalam resin polyester maka proses terjadinya
curing semakin cepat.Begitu juga dengan kecepatan perubahan warna yang di timbulkan semakin
banyak curing agent yang di tambahkan maka waktu untuk berubah warna dari yang transparan
menuju warna orange juga cepat,yang di jelaskan dari grafik.
Perubahan warna terjadi akibat proses Curing yang terjadi melalui reaksi kopolimerisasi radikal
antara molekul jenis vinil yang membentuk hubungan silang melalui bagian tak jenuh dari
polyester
8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset
10/30
Dari hasil yang di dapat dari semakin banyaknya penambahan curing agent yaitu adanya
bagian dari resin yang belum sempat tersolidifikasi dan terjadinya shrinkage yang berada di
bagian bawah dari wadah gelas plastic.Hal tersebut di akibatkan karena pengadukan yang tidak
merata.Di dalam proses penambahan zat additive yang dalam praktikum ini curing agent berupa
MEPOXE pendistribusian dan dispersi tidak merata di dalam resin polyester.
Penambahan curing agent di atas 6% menyebabkan wadah yakni gelas plastic berubah
sifat kekakuannya menjadi lebih elastis hal ini di timbulkan akibat dari panas yang di timbulkan
saat proses curing terjadi,dan proses pendinginan yang cepat.Reaksi yang terjadi antara polyester
dan curring agent merupakan reaksi eksotermis sehingga menimbulkan panas ketika direaksikan.
Semakin banyak curing agent yang ditambahkan maka semakin tinggi juga temperatur polymer
tersebut .
Curing agent dipengaruhi oleh temperatur dan waktu. Temperatur yang tinggi, akan
melebarkan atau merenggangkan rantai polimernya sehingga curring agent akan lebih cepat
membentuk crosslingking.
Grafik yang di hasilkan
hampir linier,hal ini di
sebabkan bahwa semakin
besar curing agent yang di
tambahkan makan volume
specimen yang di hasilkan
akan semakin besar.
y = 276.72x + 10741
10800
11000
11200
11400
11600
11800
12000
12200
0 1 2 3 4 5 6
v o l u m e
katalis %
Grafik volume spesimen terhadap
penambahan katalis
8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset
11/30
Dari grafik dapat di jelaskan,yaitu semakin tinggi
curing agent makan UTS semakin tinggi.Hal ini di
karenakan pembentukan crosslink pada polimer
berbanding lurus dengan banyaknya curing agent
yang di tambahkan.
Crosslink dalam polimer sangat mempengaruhi
kekuatannya,semakin banyak crosslink maka
semakin kuat dan terjadinya patah getas akan
semakin besar kemungkinan terjadi.
Elongasi di dalam satu polimer menjelaskan
besarnya gaya untuk mematahkannya. Elongasi
akan menunjukkan perubahan ukuran setelah
diberi gaya. Pada grafik disamping dapat kita lihat,
pada sampel yang diberi katalis dengan persentase
yang rendah, menunjukkan persen elongasi yang
tinggi dan menurun seiring dengan
bertambahnyacuring agent. Lain halnya, pada
sampel terakhir menunjukkan kenaikan persen elongasi. Hal ini bisa terjadi dikarenakan
pencampuran antar resin polyester dengan katalis yang hamper merata sempurna yang
menyebabkan crosslink yang di hasilkan akan semakin banyak dan hampr tersolidifikasi
sempurna.
0
10
20
30
40
50
0 2 4 6
U T S ( M p a )
Katalis(%)
Grafik UTS Terhadap Perubahan
Persentase Katalis
0
1
2
34
5
6
7
0 2 4 6
E l ( %
)
Katalis (%)
Grafik El(%) Terhadap Perubahan
Persentase Katalis
8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset
12/30
Hasil analisa tersebut menunjukkan bahwa
semakin tinggi kadar katalis bukan berarti
diperoleh sifat mekanik yang semakin baik. Hal
tersebut dapat dijelaskan dengan beberapa
pendekatan. Sifat suatu polimer, antara lain sifat
mekanik Densitas tergantung juga pada berat
rata-rata. Young Modulus pada polimer jaringan
tiga dimensi semakin besar nilainya dengan
bertambahnya ikatan silang, secarahubungan linier. Young modulus mempunyai hubungan
dengan tensile .stress yang dinyatakan dalam persamaan:
Dari persamaan tersebut dapat dinyatakan bahwa semakin banyak ikatan
silang yang terbentuk,semakin besar nilai E dan berakibat juga pada nilai
dan E.
8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset
13/30
ANALISIS DATA
NAMA : Muhammad Iqbal
NIM :123.13.005
Pada praktikum ini menggunakan jenis resin polyester (resin 157 BQTN) Poliester berarti
polimer yang disusun dari monomer yang mengandung gugus ester dan resin yang merupakan
jenis UP(unsaturated polimer). UP adalah polimer tak jenuh yang memiliki ikatan kovalen ganda
karbon – karbon rektif yang dapat di hubung-silangkan guna membentuk suatu material
thermosetting.
Lalu curing agent berupa MEPOXE (methyl ethyl ketone peroxide). Pada polyester
merupakan proses pengeringan untuk merubah material pengikat ( resin ) dari keadaan cair
menjadi padat. Curing ini terjadi melalui reaksi kopolimerisasi radikal antara molekul jenis vinil
yang membentuk hubungan silang melalui bagian tak jenuh dari polyester. Reaksi ini dipicu oleh
katalis yang ada ( MEPOXE ), yang mulai diaktifkan oleh sejumlah kecil akselerator.
Data penambahan curring agent (katalis) berupa MEPOX (methyl ethyl ketone peroxide)
terhadap waktu solidifikasi resin polyester (resin 157 BQTN) adalah sebagai berikut:
Dari data diatas dapat diketahui bahwa semakin banyak penambahan curring agent pada resin
akan berpengaruh kepada cepat nya proses solidifikasi. Hal ini dikarenakan MEPOX merupakan
senyawa peroksida organik yang berfungsi sebagai accelerator untuk memicu reaksi crosslingking
No Curring Agents (%)Waktu
(menit)
1. 3 19
2. 4 17
3. 5 15
4. 6 14
5. 7 106. 8 7
8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset
14/30
pada resin. Sehingga ketika komposisi MEPOX ditambahkan lebih besar akan lebih banyak
terciptanya cross-linking pada resin. Selain itu, reaksi yang terjadi antara polyester dan MEPOX
(curring agent) merupakan reaksi eksotermis yang menimbulkan panas ketika direaksikan,
sehingga apabila MEPOX semakin banyak ditambahkan maka panas yang di hasilkan akan
semakin tinggi sehingga proses solidifikasi lebih cepat. Tetapi karena panas yang di timbulkan
besar. Pada percobaan dengan menambahkan MEPOX 8% terjadi panas berlebih. Dapat di lihat
dari warna specimen yang lebih gelap (gambar 1).
Dari Percobaan tersebut diketahui bahwa penambahan curring agent berpengaruh terhadap
temperatur dan waktu. Semakin banyak penambahan curring agent maka temperatur yang
dihasilkan tinggi dan akan melebarkan atau merangangkan rantai polimernya sehingga curring
agent akan lebih cepat membentuk crosslingking. Sehingga, semakin banyak penambahan
curring agent cepat waktu yang dibutuhkan polimer untuk curring akan semakin cepat. tetapi
specimen dapat rusak karena kelebihan panas.
Dimensi
Katalis (%)
1 2 3 4 5
Panjang 161,20 161,98 161,75 161,60 161,50
Lebar 12,50 12,77 13,00 12,87 12,90
Tinggi 5,48 5,44 5,20 5,73 5,80
Luas 11032,13 11252,56 10934,3 11917,21 12083,43
Dari tabel diatas, didapatkan bahwa semakin tinggi persentase katalis yang ditambahkan pada
resin, akan membuat dimensi (volume) semakin besar. Hal ini disebabkan ketika persentase
katalis lebih besar maka volume katalis yang ditambahkan lebih besar pula. Lalu katalis yang
semakin banyak akan menghasilkan panas yang tinggi. Sehingga specimen akan mengembang.
Oleh karena itu, semakin banyak katalis yang dicampurkan maka volumenya akan lebih besar.
8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset
15/30
Setelah pengujian uji tarik pada resin poliester dengan penambahan curring agent didapatkan
data sebagai berikut:
Dari data grafik diatas, didapatkan bahwa semakin besar komposisi katalis yang ditambahkan
pada resin, akan meningkatkan UTS dari Specimen tersebut. Hal ini terjadi karena pada katalis
dengan komposisi lebih besar akan membentuk crosslinking yang lebih banyak, Semakin banyak
10800
11000
11200
11400
11600
11800
12000
12200
0 1 2 3 4 5 6
V o l u m e
Curring agents (%)
Volume
0
10
20
30
40
50
0 1 2 3 4 5 6
U T S ( M p a )
Katalis(%)
Grafik UTS Terhadap Perubahan Persentase
Katalis
Mech.
Properties
Katalis (%)
1 2 4 5
UTS (Mpa) 39,19476 43,14641 47,40152 47,31992
El(%) 6,264094 2,640956 2,723726 4,260074
E(Mpa) 2159,814 2407,089 3108,015 2774,452
8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset
16/30
crosslingking yang terbentuk, maka ikatan polimer akan semakin susah untuk di pisahkan
sehingga memiliki UTS yang lebih tinggi karena kekuatan nya meningkat.
Dari grafik diatas dapat kita lihat, pada sampel yang diberi katalis dengan bayak 1%, menunjukkan
persen elongasi yang tinggi dan menurun seiring dengan bertambahnya katalis (Curring agent).
Hal ini menunjukkan bahwa ikatan crosslingking pada sampel 1% katalis hanya sedikit
dibandingkan dengan sampel setelahnya. Akan tetapi, pada sampel 5% katalis menunjukkan
kenaikan persen elongasi. Hal ini bisa terjadi dikarenakan pada saat melakukan percobaan
terdapat kesalahan dalam pengukuran berat resin atau berat katalis. Sehingga data yang di dapat
tidak pasti. Oleh karenanya, dapat disimpulkan semakin sedikit katalis yang ditambahkan, maka
semakin ulet juga polimer tersebut.
0
2
4
6
8
0 1 2 3 4 5 6
E l ( % )
Curring agents (%)
EL (%)
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
0 1 2 3 4 5 6
E ( M
p a )
Katalis (%)
Grafik E(Mpa) Terhadap Perubahan Persentase
Katalis
8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset
17/30
Sedangkan untuk grafik antara modulus elastisitas (E) terhadap penambahan katalis
menunjukkan hasil yang fluktuatif. Penurunan modulus elastisitas pada sampel dengan katalis
5% ini terjadi karena faktor seperti yang di uraikan diatas. Modulus elastisitas menunjukkan
ketangguhan dari suatu material. Dalam hal ini semakin banyak penambahan katalis yang
diberikan maka, semakin tangguh juga polimer tersebut tetapi perlu di ingat Sifat suatu polimer
juga beragantung pada sifat mekanik, Densitas juga pada berat rata-rata nya.
8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset
18/30
ANALISIS DATA
Nindi Paramitha M (123.12.018)
4.1 Curing Agent dan Mekanismenya
Curing adalah istilah dalam kimia polimer dan rekayasa proses yang mengacu pada ketangguhan
atau pengerasan dari bahan polimer karena terbentuknya ikatan silang rantai polimer, yang
dibawa curing agent berupa panas atau bahan kimia tambahan.
Efek dari curing memberikan kekuatan tinggi, tahan terhadap temperature tinggi, dan lain
sebagainya. Curing agent dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Single Component (1-C)
Anaerobic Cyanoacrylates
Heat Cure
Moisture Cure
Radiation Cure
Silicones
2. Two Component (2-C)
Epoxies
Methyl Methacrylates
Silicone Adhesives
Urethanes
Mekanisme curing
8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset
19/30
Pada percobaan kemarin kita memakai 2 komponen. Jenis resin yang dipakai yaitu resin polyester
(resin 157 BQTN) produksi JUSTUS yang bertipe Ortho-Phatalic resin yang merupakan
UP(unsaturated polimer) dan curing agent berupa MEPOXE (methyl ethyl ketone peroxide).
Adapun mekanisme curing agent yang terjadi yaitu :
Dimana resin diberi katalis, kemudian senyawa hidro karbon yang ada pada katalis akan
membentuk cross-linking atau ikatan silang. Ikatan silang yang terbentuk termasuk kedalam
ikatan primer. Hal tersebut menambahkan sifat keras pada resin. Pengerasan ini terjadi karena
reaksi ikat silang secara radikal bebas dari poliester dengan monomer reaktif yang ditambahkan
dalam resin poliester tersebut.
Adanya radikal bebas yang terbentuk setelah terjadinya dekomposisi memungkinkan terjadi
reaksi propagasi antara resin polyester dengan stirena takjenuh (monomer reaktif). Reaksi ini
akan merubah resin poliester dan molekul stirena menjadi radikal bebas sehingga terjadi
mekanisme reaksi berikutnya dengan molekul resin selanjutnya .
Reaksi antara stirena dengan ikatan rangkap yang reaktif dari poliester, akan menghasilkan ikatan
silang dalam bentuk polimer jaringan tiga dimensi. Selain itu ikatan silang yang terbentuk
menyebabkan resin susah untuk dilunakkan kembali. Walaupun diberi temperature tinggi, resin
yang telah mengalami curing tidak akan meleleh atau rubbery karena ikatan silang tersebut
sangat kuat. Bahkan, jika diberi temperature tinggi akan hanya membuat resin tersebut
terdegradasi (gosong).
8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset
20/30
4.2 Pengaruh % Curing Agent terhadap Waktu Curing
Dari data yang didapat, maka dihasilkan kurva :
Dilihat dari kurva dapat disimpulkan bahwa semakin banyak curing agent yang ditambahkan,
maka akan semakin cepat terjadinya fenomena curing. Hal tersebut diperkuat dengan adanya
teori bahwa laju reaksi dipengaruhi oleh salah satunya konsentrasi. Dimana larutan dengan
konsentrasi yang besar (pekat) mengandung partikel yang lebih rapat. Semakin tinggi
konsentrasi berarti semakin banyak molekul-molekul dalam setiap satuan luas ruangan,
Akibatnya tumbukan antar molekul makin sering terjadi dan reaksi berlangsung semakin
cepat.
Tumbukan yang terjadi antar molekul pada proses curing mengakibatkan adanya energy
aktivasi (Ea). Semakin cepat tumbukan terjadi maka semakin tinggi energy aktivasi yang
dihasilkan. Energy aktivasi yang tinggi akan diketauhi dengan memanasnya bagian resin yang
mengalami curing. Sehingga tidak heran pada saat proses curing akan selalu disertai dengan
panas walaupun proses terjadi di temperature ruangan.
y = -2.3429x + 26.552
R² = 0.967
0
5
10
15
20
25
0 2 4 6 8 10
w a k t u ( m e n i t )
% curing Agent
Waktu Curing vs % Curing Agent
Waktu Curing vs %
Curing Agent
Linear (Waktu Curing
vs % Curing Agent)
8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset
21/30
4.3 Pengaruh % Curing Agent terhadap Perubahan Warna
Dari data yang didapat, maka dihasilkan kurva :
Jika dilihat dari bentuknya, grafik waktu perubahan warna dan grafik waktu perubahan
temperature hampir sama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perubahan warna
dipengaruhi oleh suhu saat curing agent terjadi. Perubahan warna mengikuti perubahan
temperature yang terjadi saat curing.
4.4 Pengaruh Komposisi Katalis Terhadap Volume
Seharusnya grafik diatas memiliki garis yang linier, namun pada saat katalis sedang berada
di 3% larutan mengalami kejenuhan.
y = -2.4857x + 32.838
R² = 0.9756
0
5
10
15
20
25
30
0 2 4 6 8 10
w a k t u ( m e n i t )
% curing Agent
Waktu Perubahan Warna vs % Curing Agent
Waktu Perubahan
Warna vs % Curing
Agent
Linear (Waktu
Perubahan Warna vs
% Curing Agent)
10800
11000
11200
11400
11600
11800
12000
12200
0 1 2 3 4 5 6
V o l u m e
Katalis (%)
Grafik volume spesimen terhadap penambahan
katalis
8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset
22/30
4.5 Pengaruh Komposisi Katalis terhadap Sifat Mekanik
Secara umum jika resin yang telah diberi curing agent, memiliki sifat yang kaku (stiff), keras,
dan tahan terhadap temperature tinggi. Hal tersebut disebabkan karena ikatan yang
terbentuk antar resin dan katalis tersebut.
Jika % katalis lebih banyak, maka UTS yang dimiliki resin tersebut akan semakin tinggi,
semakin keras, elongasi makin kecil fan modulus elastisitasnya makin tinggi. Dan begitupun
sebaliknya.
Namun, pada grafik yang didapat, tidak memenuhi hal tersebut. Contoh pada grafik
%Elongasi dan modulus elastisitas, pada komposisi yang paling tinggi malah didapatkan
penurunan. Hal tersebut disebabkan karena adanya kejenuhan dalam polimer yang
membuat kekuatan resin malah menurun.
0
10
20
30
40
50
0 2 4 6
U T S ( M p a )
Katalis(%)
Grafik UTS Terhadap Perubahan
Persentase Katalis
0
1
2
3
4
5
67
0 2 4 6
E l ( % )
Katalis (%)
Grafik El(%) Terhadap Perubahan
Persentase Katalis
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
0 2 4 6
E ( M p a )
Katalis (%)
Grafik E(Mpa) Terhadap Perubahan
Persentase Katalis
8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset
23/30
ANALISIS DATA
Thia Theresia (123.13.027)
Pada praktikum polimer thermoset terjadi mekanisme curing pada polyester yang merupakan
proses terjadinya ikatan silang, terjadi pengeringan berupa pengerasan material pengikat dalam hal
ini adalah resin dari keadaan cair menjadi padat. Curing ini terjadi melalui reaksi kopolimerisasi
radikal antara molekul jenis vinil yang membentuk hubungan silang melalui bagian tak jenuh dari
polyester. Agar terjadi mekanisme curing, maka polyester tidak jenuh harus ditambahkan dengan
katalis. Katalis yang digunakan pada temperature ruang adalah Metil Etil Keton Peroksida
(MEKP). Mekanisme curing pada polyester dengan bantuan katalis MEKP seperti pada gambar di
bawah ini :
Keterangan gambar :
1. Sebelum curing
2. Setelah curing
a. Polyester tak jenuh dengan BM rendah
b. Molekul larutan reaktif (stiren)
c. Molekul inisiator (katalis)
Penambahan katalis kemudian menghasilkan reaksi yang melibatkan radikal bebas dari katalisyang berikatan dengan hidrogen pada rantai polyester, sehingga menghasilkan rantai reaktif dan
dapat terhubung dengan rantai lain menyebabkan terjadi ikat silang membentuk makro molekul.Mekanisme proses ikat silang polyester tak jenuh dengan monomer styrene menggunakan bantuan
katalis peroksida dan accelerator dapat terjadi seperti diilustrasikan pada gambar berikut :
8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset
24/30
Gambar mekanisme ikat silang resin polyester tak jenuh
a. Grafik waktu perubahan warna terhadap %curing agent
Banyak curing agent yang ditambahkan maka akan mempercepat waktu perubahan warna.Hal tersebut diakibatkan karena mekanisme curing akan menghasilkan panas yang
menimbulkan adanya perubahan warna, semakin banyak curing agent yang ditambahkan,
y = -2.4857x + 32.838
R² = 0.9756
0
5
10
15
20
25
30
0 2 4 6 8 10
w a k t u ( m e n i t )
% curing Agent
Waktu Perubahan Warna vs % Curing Agent
Waktu Perubahan Warna vs
% Curing Agent
Linear (Waktu Perubahan
Warna vs % Curing Agent)
8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset
25/30
maka semakin cepat panas yang dihasilkan, sehingga perubahan warna pun terjadi semakin
cepat.
b. Grafik waktu curing terhadap %curing agent
Banyaknya curing agent yang ditambahkan, maka akan mempercepat waktu curing. Haltersebut diakibatkan karena curing agent dipengaruhi oleh temperatur dan waktu, semakin
banyak curing agent akan menghasilkan panas dengan temperatur yang tinggi, sehingga
dapat membuat jarak antar rantai polimer meregang sehingga curing agent dapat mengisi
celah lebih cepat dan membentuk crosslingking.
c.
Grafik pengaruh dimensi terhadap %katalis
y = -2.3429x + 26.552
R² = 0.967
0
5
10
15
20
25
0 2 4 6 8 10
w a k t u ( m e n i t )
% curing Agent
Waktu Curing vs % Curing Agent
Waktu Curing vs % Curing
Agent
Linear (Waktu Curing vs %
Curing Agent)
y = 276.72x + 10741
10800
1100011200
11400
11600
11800
12000
12200
0 1 2 3 4 5 6
v o l u m e
katalis %
Grafik volume spesimen terhadap
penambahan katalis
8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset
26/30
Banyaknya curing agent yang ditambahkan, maka akan meningkatkan volume akhir pada
produk, karena curing agent yang mengisi celah dan membentuk rantai silang antar rantai
polimer akan membuat volume semakin meningkat.
d. Grafik mechanical properties terhadap %katalis
Penambahan katalis mempengaruhi sifat mekanik :
1) Semakin banyak katalis yang ditambahkan, maka UTS akan semakin meningkat,karena semakin banyak cross link yang terbentuk. Pembentukan crosslink berbanding
lurus dengan kekuatan yang dihasilkan.
2) Semakin banyak katalis yang ditambahkan, maka %elongasi akan semakin rendah,
karena dibutuhkan energi yang besar untuk mendeformasi akibat adanya pembentukancrosslink. Semakin banyak crosslink yang terbentuk maka akan semakin kuat dan getas.
Namun pada sampel 4 terjadi peningkatan elongasi, faktor yang menyebabkan haltersebut karena proses pengadukan resin dengan katalis tidak merata, sehingga terdapat
daerah yang memiliki rantai silang yang sedikit.3) Semakin banyak katalis yang ditambahkan, maka nilai modulus elastisitas akan
semakin tinggi, karena sampel akan semakin kaku. Regangan yang dihasilkan sangat
kecil sehingga rasio antara tegangan dan regangan akan bernilai besar.
0
10
20
30
40
50
0 2 4 6
U T S ( M p a )
Katalis(%)
Grafik UTS Terhadap Perubahan
Persentase Katalis
0
1
2
3
4
5
6
7
0 2 4 6
E l ( % )
Katalis (%)
Grafik El(%) Terhadap Perubahan
Persentase Katalis
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
0 2 4 6
E ( M p a )
Katalis (%)
Grafik E(Mpa) Terhadap Perubahan
Persentase Katalis
8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset
27/30
Namun pada sampel 4 terjadi penurunan nilai modulus elastisitas, faktor yang
menyebabkan hal tersebut karena adanya ketidakhomogenan rantai silang yang
terbentuk.
Berikut sampel percobaan yang mengalami shrinkage :
Terlihat bahwa terdapat daerah yang mengalami penyusutan. Hal tersebut dikarenakan
adanya perbedaan komposisi kimia pada daerah tersebut yang diakibatkan pengadukan
yang tidak merata saat pencampuran resin dengan katalis. Bagian yang membentuk rantai
crosslink akan menarik bagian sekelilingnya, sehingga daerah yang tidak atau sedikit
katalis akan menyisakan resin yang tidak berikatan crosslink dan hal tersebut akan
memperlihatkan hasil akhir sampel yang basah atau masih terdapat cairan yang belum
mengeras.
8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset
28/30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Semakin banyak curing agent yang ditambahkan maka akan mempercepat perubahan
warna.
2. Penambahan katalis akan mempengaruhi sifat mekanik. Semakin banyak katalis yang
ditambahkan maka akan meningkatkan UTS dan modulus elastisitas, namun akan
menurunkan %elongasinya.
3. Semakin banyak curing agent yang ditambahkan maka akan mempercepat waktu curing.
5.2 Saran
Proses pengadukan sebaiknya dilakukan dengan benar, sehingga tercipta kehomogenan
struktur crosslink yang terbentuk.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Prima, Sukartini, Dody AW. 1998. PENGARUH KOMPOSISI KATALIS PADA GLASS REINFORCED 536
POLYESTER TERHADAP SIFAT MEKANIKNYA.Di akses dari
http://digilib.batan.go.id/ppin/katalog/index.php/searchkatalog/downloadDatabyId/3153/1410-2897-1998-1-290.pdf pada 5 mei 2016
Sachin,waigaonkar dan Amit,Rajput.2011.Curing Studies Of Unsaturated Polyester Resin Used In
FRP Product.Diakses dari
http://nopr.niscair.res.in/bitstream/123456789/11204/1/IJEMS%2018(1)%2031-39.pdf .di akses
pada 5 mei 2016
Askeland., D. R., 1985, “The Science and Engineering of Material”, Alternate Edition, PWS
Engineering, Boston, USA
http://nopr.niscair.res.in/bitstream/123456789/11204/1/IJEMS%2018(1)%2031-39.pdfhttp://nopr.niscair.res.in/bitstream/123456789/11204/1/IJEMS%2018(1)%2031-39.pdf
8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset
29/30
LAMPIRAN
Soal Setelah Praktikum
1. Mengapa pada penambahan katalis dengan jumlah tertentu dapat menyebabkan resin
berubah warna?
Jawab :
Molekul-molekul yang ada didalamnya terpengaruh dengan panas yang ditimbulkan oleh
tumbukan antar molekul sehingga terjadi perubahan warna saat curing terjadi.
2. Mengapa polimer thermoset umumnya bersifat kaku?
Jawab :
Karena plomer termoseting memiliki ikatan – ikatan silang yang mudah dibentuk pada
saat terjadinya curing. Hal ini membuat polimer menjadi kaku dan keras. Semakin banyak
ikatan silang pada polimer ini, maka semakin kaku dan keras, namun elongasinya sangatrendah (getas).
3. Mengapa penambahan katalis pada polyester dapat mengubah viskositas dari polyester?
Jawab :
Ketika proses penambahan katalis terjadi, molekul-molekul yang ada pada polyester akan
mencoba untuk membentuk ikatan silang. Ikatan silang tersebut yang membuat sebuah
polimer menjadi lebih padat. Sehingga sulit untuk mengalami pergerakan.
8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset
30/30
LAMPIRAN FOTO
(1)
(1)resin polyester (2)resin polyester di timbang (3)resin polyester di dalam wadah gelas plastik
(2) (3)
(4 ) sampel resin polyester dengan % katalis berbeda