+ All Categories
Home > Documents > Laporan Praktikum Thermoset

Laporan Praktikum Thermoset

Date post: 05-Jul-2018
Category:
Upload: theresia
View: 289 times
Download: 8 times
Share this document with a friend

of 30

Transcript
  • 8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset

    1/30

     

    LAPORAN PRAKTIKUM

    LABORATORIUM TEKNIK MATERIAL

    MODUL E POLIMER TERMOSET

    Oleh :

    Anggota : Adhi Vijja Kumara (123.13.003)

    Muhammad Iqbal (123.13.005)

    Nindi Paramitha Masduki (123.13.018)

    Thia Theresia (123.13.027)

    Kelompok : V (Lima)

    Tanggal Praktikum : 9 April 2016

    Tanggal Laporan : 7 Mei 2016

     Nama Asisten : Rangga Pradipta (123.12.002)

    LABORATORIUM METALURGI

    PROGRAM STUDI TEKNIK MATERIAL

    FAKULTAS TEKNIK MESIN DAN DIRGANTARA

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    2016

  • 8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset

    2/30

     

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Praktikum

    Perkembangan yang sangat pesat dari industri polimer sintetik membuat kehidupan kita selaludimanjakan oleh kepraktisan dan kenyamanan dari produk yang mereka hasilkan. Berdasarkan

    sifat termalnya, polimer terdiri atas polimer termoplastik dan polimer thermoset.

    Polimer termoplastik adalah polimer yang mempunyai sifat tidak tahan terhadap panas. Jenis

     plastik ini tidak memiliki ikatan silang antar rantai polimernya, melainkan dengan strukturmolekul linear atau bercabang. Polimer termoset adalah polimer yang mempunyai sifat tahan

    terhadap panas. Jika polimer ini dipanaskan, maka tidak dapat meleleh. Sehingga tidak dapat

    dibentuk ulang kembali. Hal tersebut di karenakan polimer thermoset memiliki ikatan cross

    link. Susunan polimer ini bersifat permanen pada bentuk cetak pertama kali (pada saat pembuatan). Bila polimer ini rusak/pecah, maka tidak dapat disambung atau diperbaiki lagi.

    Dalam proses pembentukannya, polimer termoset harus ditambahkan dengan suatu zat (curingagent) agar dapat membentuk suatu material yang solid. Penambahan zat tersebut dapat

    mempengaruhi karakteristik dari material produk. Oleh karena itu, pada praktikum ini akan

    diamati pengaruh penambahan zat katalis di dalam resin poliester.

    1.2 Tujuan PraktikumTujuan praktikum polimer termoset adalah :

    -  Mengetahui perubahan warna selama proses pembuatan polimer termoset

    -  Mengetahui pengaruh penambahan katalis dalam resin poliester

    -  Mengetahui perbedaan waktu curing

    BAB IITEORI DASAR

    2.1 Polimer

    Polimer adalah suatu molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari susunan ulangmolekul kecil yang terikat melalui ikatan kimia disebut polimer (poly = banyak; mer =

     bagian). Polimer merupakan senyawa-senyawa yang tersusun dari molekul sangat besar yang

    terbentuk oleh penggabungan berulang dari banyak molekul kecil. Molekul yang kecil disebut

    monomer, dapat terdiri dari satu jenis maupun beberapa jenis. Polimer didefinisikan sebagai

    makromolekul yang dibangun oleh pengulangan kesatuan kimia yang kecil dan sederhanayang setara dengan monomer.Reaksi pembentuk polimer di kenal dengan istilah polimerisasi.

    Polimer digolongkan menjadi dua macam, yaitu polimer alam (seperti pati, selulosa, dan sutra)

    dan polimer sintetik (seperti polimer vinil). Plastik yang kita kenal sehari-hari sering

    dipertukarkan dengan polimer sintetik. Ini dikarenakan sifat plastik yang mudah dibentuk(bahasa latin; plasticus = mudah dibentuk) dikaitkan dengan polimer sintetik yang dapat

    dilelehkan dan diubah menjadi bermacam-macam bentuk. Padahal sebenarnya plastik

  • 8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset

    3/30

     

    mempunyai arti yang lebih 2 sempit. Plastik termasuk bagian polimer termoplastik, yaitu

     polimer yang akan melunak apabila dipanaskan dan dapat dibentuk sesuai pola yang kita

    inginkan. Setelah dingin polimer ini akan mempertahankan bentuknya yang baru. Proses inidapat diulang dan dapat diubah menjadi bentuk yang lain.

    Golongan polimer sintetik lain adalah polimer termoset (materi yang dapat dilebur pada tahap

    tertentu dalam pembuatannya tetapi menjadi keras selamanya, tidak melunak dan tidak dapatdicetak ulang). Contoh polimer ini adalah berkelit yang banyak dipakai untuk peralatan radio,

    toilet, dan lain –  lain

    Proses pertumbuhan rantai selama polimerisasi bersifat acak. Oleh karna itu, rantai-rantai

     polimer yang berbeda dalam suatu contoh polimer akan mempunya panjang yang berbeda- beda pula, tentu saja karna massa molekul (Mr) hanya merupakan salah satu penentu sifat

     polimer. Faktor penting lainnya ialah susunan rantai dalam polimer. Penelitian sinar x

    terhadap polimer menunjukan bahwa dalam bahan polimer terdapat daerah yang di dalamnya

    terdapat rantai polimer yang tersusun secara teratur.[Cowd,M.A.1991]

    2.2 Polimer Tak Jenuh

    Polimer Tak jenuh merupakan jenis oligomer yang lain. Polimer tak jenuh merupakan hasilreaksi campuran asam organik (misal asam fumarate, asam maleat) dengan glikol (misal

     propilen glikol dan dietilen glikol). Campuran polyester tak jenuh dengan monomer stiren

    merupakan bahan pelapis radiasi yang sudah lama di kenal.Suatu asam dibasa (table 1) bereaksi secara kondensasi dengan alcohol dihidrat (table 2) di

    gunakan untuk mendapatkan polyester. Karena asam tak jenuh digunakan dengan berbagai

    cara sebagai bagan dari asam dibasa, yang menyebabkan terdapatnya ikatan tak jenuh dalamrantai utama polimer yang dihasilkan, maka disebut polimer tak jenuh.

    Tabel 1 .Alkohol dihidrat dipakai untuk resin poliester

    Tabel 2. Asam dibasa dipergunakan untuk resin poliester

  • 8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset

    4/30

     

    Berdasarkan karakteristik termalnya matrik dapat dibagi dua yaitu matrik thermosetting dan

    matrik termoplastik. Ada dua macam resin thermosetting yang banyak digunakan saat ini, yaitu

    epoxy dan polyester. Resin unsaturated polyester ( UP ) adalah matrik thermosetting yang paling banyak dipakai untuk pembuatan komposit GFRP. Resin UP ini digunakan mulai dari proses pembuatan dengan metode hand lay up hingga metode yang lebih kompleks seperti filament

    winding, resin injection molding, dan resin transfer molding.

    Polyester berarti polimer yang disusun dari monomer yang mengandung gugus ester. UP adalah

     polimer tak jenuh yang memiliki ikatan kovalen ganda karbon  –   karbon rektif yang dapatdihubung –  silangkan selama proses curing guna membentuk suatu material thermosetting.

    2.3 Cross Link

    Crosslink adalah obligasi yang menghubungkan satu rantai polimer yang lain. Crosslinkermerupakan senyawa-senyawa yang memiliki berat molekul rendah dengan gugus hidroksil

    atau gugus amine lebih dari dua. Crosslinker berfungsi sebagai pengikat silang rantai polimermelalui ikatan antar gugusdiisocyanate berlebih dengan gugus hidroksil Selain reaksi antara polyol dan diisocyanate. Crosslinker juga mempunyai peranan penting dalam sintesa

     polyurethane. Crosslinker bereaksi dengan gugus isocyanate membentuk urethane atau urea

    linkage dalam hard segment yang membentuk ikatan cabang. Crosslinker dapat secara

    kovalen atau ionik. (Gunter,1985)

    Mekanisme yang paling tepat dalam menurunkan kebebasan molekul adalah ikatan silangkimia yang mengikat silang bersama rantai –  rantai polimer melalui ikatan kovalen atau ikatan

    ion untuk membentuk suatu jaringan. Crosslinking digunakan untuk meningkatkan ikatan

    kovalen dalam pembuatan polyurethane. (Katz,2008)

    Resin polyester pada suhu ruang stabil tetapi dengan penambahan suatu peroksida (biasanya

    disebut katalis) akan terjadi pengerasan (curing). Pengerasan ini terjadi karena reaksi ikatsilang secara radikal bebas dari poliester dengan monomer reaktif yang ditambahkan dalam

    resin poliester tersebut. Sebagai monomer aktif, dalam hal ini ditambahkan stirena yang pada

    umumnya dengan komposisi 30/70 resin. Dalam reaksi ini terjadi konversi ikatan rangkapmenjadi ikatan tunggal. Adanya radikal bebas yang terbentuk setelah terjadinya dekomposisi,

    memungkinkan terjadi reaksi propagasi antara resin polyester dengan stirena tak jenuh

    (monomer reaktif). Reaksi ini akan merubah resin poliester dan molekul stirena menjadi

    Tabel 3. Monomer vinil di gunakan untuk resin poliester

  • 8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset

    5/30

     

    radikal bebas sehingga terjadi mekanisme reaksi

     berikutnya dengan molekul resin selanjutnya. Reaksi

    antara stirena dengan ikatan rangkap yang reaktif dari

     poliester, akan menghasilkan ikatan silang dalam bentuk polimer jaringan tiga dimensi. Struktur molekul dalam

     berituk padat dapat digambarkan sebagai berikut :

    2.4 Curing pada Polyester

    Curing  merupakan proses pengeringan untuk merubah

    material pengikat (resin) dari keadaan cair menjadi padat.Curing  ini terjadi melalui reaksi kopolimerisasi radikal

    antara molekul jenis vinil yang membentuk hubungan

    silang melalui bagian tak jenuh dari polyester. Reaksi ini

    dipicu oleh katalis yang ada (MEPOXE ), yang mulai diaktifkan oleh sejumlah kecil akselerator.Curing  juga dapat terjadi karena perubahan kimia, terjadinya reaksi antara molekul molekul

    yang relative kecil dengan fase cair atau fase membentuk jaringan molekul yang lebih

     besar,padat dan tidak mudah larut.Proses Curing dapat di lakukan dengan dengan polimerisasi yang bersifat eksotermis. Proses

    lebih sederhana, walaupun kadang-kadang curing dalam polimerisasi ini membutuhkan waktuyang lama. Reaksi polimerisasi dimulai dengan adanya radikal bebas yang terbentuk karena

    dekomposisi bahan yang tidak stabil oleh suhu maupun katalis. Radikal bebas dengan monomer

    akan mengadakan reaksi polimerisasi dan akhirnya jika radikal bebas dengan radikal bebasmaka akan terjadi reaksi terminasi yang menghasilkan polimer.

  • 8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset

    6/30

     

    BAB III

    DATA PERCOBAAN

    3.1 Prosedur Percobaan

    3.2 Data Percobaan

    a. Tabel waktu perubahan warna terhadap %curing agent

    % Curing

    Agent

    Lama Waktu Perubahan

    Warna (Menit)

    3 25

    4 23

    5 20

    6 19

    7 16

    8 12

    Resin polyester dan curing agent di

    Masukan masing masing curing agent kedalam gelas plastic yang berisi

    resin polyester,kemudian aduk

    Hitung perubahan warna yang terjadi dan waktu curingnya di catat.

    Timbang curing agent sebanyak 3%,4%,5%,6%,7%,8% dari berat resin

    polyester

    Siapkan 6 gelas plastic dan masukan masing masing

    gelas resin polyester sebanyak 10 grm

  • 8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset

    7/30

     

     b. Tabel waktu curing terhadap %curing agent

    c. Tabel pengaruh dimensi terhadap %katalis

    d. Tabel mechanical properties terhadap %katalis

    Mech.

    Properties

    Katalis (%)

    1 2 4 5

    UTS (Mpa) 39,19476 43,14641 47,40152 47,31992

    El(%) 6,264094 2,640956 2,723726 4,260074

    E(Mpa) 2159,814 2407,089 3108,015 2774,452

    % Curing

    Agent

    Waktu Curing

    (menit)

    3 19

    4 17

    5 15

    6 14

    7 10

    8 7

    Dimensi Katalis (%)

    1 2 4 5

    Panjang 161,2 161,98 161,6 161,5

    Lebar 12,5 12,77 12,87 12,9Tinggi 5,48 5,44 5,73 5,8

    Luas 11032,1 11252,6 11917,2 12083,4

  • 8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset

    8/30

     

    BAB IV

    ANALISIS DATANAMA : ADHI VIJJA KUMARA

    NIM :123.13.003

    Dalam proses percobaan kali ini terdapat dua peristiwa yang patut ditinjau, yaitu

    peristiwa kimia dan peristiwa fisika. Peristiwa kimia, yaitu terjadinya ikatan silang (cross link )

    pada polimer.Pada praktikum kali ini menggunakan jenis resin polyester (resin 157 BQTN)

    produksi JUSTUS yang bertipe Ortho-Phatalic resin yang merupakan UP(unsaturated polimer)

    dan curing agent berupa MEPOXE (methyl ethyl ketone peroxide).

    Polyester berarti polimer yang disusun dari monomer yang mengandung gugus ester. UP

    adalah polimer tak jenuh yang memiliki ikatan kovalen ganda karbon – karbon rektif yang dapat

    dihubung – silangkan selama proses curing guna membentuk suatu material thermosetting.

    Curing pada polyester merupakan proses pengeringan untuk merubah material pengikat

    ( resin ) dari keadaan cair menjadi padat. Curing ini terjadi melalui reaksi kopolimerisasi radikal

    antara molekul jenis vinil yang membentuk hubungan silang melalui bagian tak jenuh dari

    polyester. Reaksi ini dipicu oleh katalis yang ada ( MEPOXE ), yang mulai diaktifkan oleh sejumlah

    kecil akselerator.

    Curing juga dapat terjadi karena perubahan kimia,terjadinya reaksi antara molekul

    molekul yang relative kecil dengan fase cair atau fase membentuk jaringan molekul yang lebih

    besar,padat dan tidak mudah larut. yaitu terjadinya ikatan silang (cross/inking) antara poliester

    tak jenuh dengan monomer aktif (stirena) membentuk senyawa dengan struktur cross link .

  • 8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset

    9/30

     

    Mekanisme Cross link Resin Poliester

    Dari grafik antara waktu curing dengan persentase curing agent menjelaskan bahwa

    semakin banyak curing agent yang di tambahkan kedalam resin polyester maka proses terjadinya

    curing semakin cepat.Begitu juga dengan kecepatan perubahan warna yang di timbulkan semakin

    banyak curing agent yang di tambahkan maka waktu untuk berubah warna dari yang transparan

    menuju warna orange juga cepat,yang di jelaskan dari grafik.

    Perubahan warna terjadi akibat proses Curing yang terjadi melalui reaksi kopolimerisasi radikal

    antara molekul jenis vinil yang membentuk hubungan silang melalui bagian tak jenuh dari

    polyester

  • 8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset

    10/30

     

    Dari hasil yang di dapat dari semakin banyaknya penambahan curing agent yaitu adanya

    bagian dari resin yang belum sempat tersolidifikasi dan terjadinya shrinkage yang berada di

    bagian bawah dari wadah gelas plastic.Hal tersebut di akibatkan karena pengadukan yang tidak

    merata.Di dalam proses penambahan zat additive yang dalam praktikum ini curing agent berupa

    MEPOXE pendistribusian dan dispersi tidak merata di dalam resin polyester.

    Penambahan curing agent di atas 6% menyebabkan wadah yakni gelas plastic berubah

    sifat kekakuannya menjadi lebih elastis hal ini di timbulkan akibat dari panas yang di timbulkan

    saat proses curing terjadi,dan proses pendinginan yang cepat.Reaksi yang terjadi antara polyester

    dan curring agent merupakan reaksi eksotermis sehingga menimbulkan panas ketika direaksikan.

    Semakin banyak curing agent yang ditambahkan maka semakin tinggi juga temperatur polymer

    tersebut .

    Curing agent dipengaruhi oleh temperatur dan waktu. Temperatur yang tinggi, akan

    melebarkan atau merenggangkan rantai polimernya sehingga curring agent akan lebih cepat

    membentuk crosslingking.

    Grafik yang di hasilkan

    hampir linier,hal ini di

    sebabkan bahwa semakin

    besar curing agent yang di

    tambahkan makan volume

    specimen yang di hasilkan

    akan semakin besar.

    y = 276.72x + 10741

    10800

    11000

    11200

    11400

    11600

    11800

    12000

    12200

    0 1 2 3 4 5 6

       v   o    l   u   m   e

    katalis %

    Grafik volume spesimen terhadap

    penambahan katalis

  • 8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset

    11/30

     

    Dari grafik dapat di jelaskan,yaitu semakin tinggi

    curing agent makan UTS semakin tinggi.Hal ini di

    karenakan pembentukan crosslink pada polimer

    berbanding lurus dengan banyaknya curing agent

    yang di tambahkan.

    Crosslink dalam polimer sangat mempengaruhi

    kekuatannya,semakin banyak crosslink maka

    semakin kuat dan terjadinya patah getas akan

    semakin besar kemungkinan terjadi.

    Elongasi di dalam satu polimer menjelaskan

    besarnya gaya untuk mematahkannya. Elongasi

    akan menunjukkan perubahan ukuran setelah

    diberi gaya. Pada grafik disamping dapat kita lihat,

    pada sampel yang diberi katalis dengan persentase

    yang rendah, menunjukkan persen elongasi yang

    tinggi dan menurun seiring dengan

    bertambahnyacuring agent. Lain halnya, pada

    sampel terakhir menunjukkan kenaikan persen elongasi. Hal ini bisa terjadi dikarenakan

    pencampuran antar resin polyester dengan katalis yang hamper merata sempurna yang

    menyebabkan crosslink yang di hasilkan akan semakin banyak dan hampr tersolidifikasi

    sempurna.

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    0 2 4 6

       U   T   S    (   M   p   a    )

    Katalis(%)

    Grafik UTS Terhadap Perubahan

    Persentase Katalis

    0

    1

    2

    34

    5

    6

    7

    0 2 4 6

       E    l    (   %

        )

    Katalis (%)

    Grafik El(%) Terhadap Perubahan

    Persentase Katalis

  • 8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset

    12/30

     

    Hasil analisa tersebut menunjukkan bahwa

    semakin tinggi kadar katalis bukan berarti

    diperoleh sifat mekanik yang semakin baik. Hal

    tersebut dapat dijelaskan dengan beberapa

    pendekatan. Sifat suatu polimer, antara lain sifat

    mekanik Densitas tergantung juga pada berat

    rata-rata. Young Modulus pada polimer jaringan

    tiga dimensi semakin besar nilainya dengan

    bertambahnya ikatan silang, secarahubungan linier. Young modulus mempunyai hubungan

    dengan tensile .stress yang dinyatakan dalam persamaan:

    Dari persamaan tersebut dapat dinyatakan bahwa semakin banyak ikatan

    silang yang terbentuk,semakin besar nilai E dan berakibat juga pada nilai

    dan E.

  • 8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset

    13/30

     

    ANALISIS DATA

    NAMA : Muhammad Iqbal

    NIM :123.13.005

    Pada praktikum ini menggunakan jenis resin polyester (resin 157 BQTN) Poliester berarti

    polimer yang disusun dari monomer yang mengandung gugus ester dan resin yang merupakan

     jenis UP(unsaturated polimer). UP adalah polimer tak jenuh yang memiliki ikatan kovalen ganda

    karbon  –  karbon rektif yang dapat di hubung-silangkan guna membentuk suatu material

    thermosetting.

    Lalu curing agent berupa MEPOXE (methyl ethyl ketone peroxide). Pada polyester

    merupakan proses pengeringan untuk merubah material pengikat ( resin ) dari keadaan cair

    menjadi padat. Curing ini terjadi melalui reaksi kopolimerisasi radikal antara molekul jenis vinil

    yang membentuk hubungan silang melalui bagian tak jenuh dari polyester. Reaksi ini dipicu oleh

    katalis yang ada ( MEPOXE ), yang mulai diaktifkan oleh sejumlah kecil akselerator.

    Data penambahan curring agent (katalis) berupa MEPOX (methyl ethyl ketone peroxide)

    terhadap waktu solidifikasi resin polyester (resin 157 BQTN) adalah sebagai berikut:

    Dari data diatas dapat diketahui bahwa semakin banyak penambahan curring agent pada resin

    akan berpengaruh kepada cepat nya proses solidifikasi. Hal ini dikarenakan MEPOX merupakan

    senyawa peroksida organik yang berfungsi sebagai accelerator untuk memicu reaksi crosslingking 

    No Curring Agents (%)Waktu

    (menit)

    1. 3 19

    2. 4 17

    3. 5 15

    4. 6 14

    5. 7 106. 8 7

  • 8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset

    14/30

     

    pada resin. Sehingga ketika komposisi MEPOX ditambahkan lebih besar akan lebih banyak

    terciptanya cross-linking pada resin. Selain itu, reaksi yang terjadi antara polyester dan MEPOX

    (curring agent)  merupakan reaksi eksotermis yang menimbulkan panas ketika direaksikan,

    sehingga apabila MEPOX semakin banyak ditambahkan maka panas yang di hasilkan akan

    semakin tinggi sehingga proses solidifikasi lebih cepat. Tetapi karena panas yang di timbulkan

    besar. Pada percobaan dengan menambahkan MEPOX 8% terjadi panas berlebih. Dapat di lihat

    dari warna specimen yang lebih gelap (gambar 1).

    Dari Percobaan tersebut diketahui bahwa penambahan curring agent  berpengaruh terhadap

    temperatur dan waktu. Semakin banyak penambahan curring agent   maka temperatur yang

    dihasilkan tinggi dan akan melebarkan atau merangangkan rantai polimernya sehingga curring

    agent   akan lebih cepat membentuk crosslingking. Sehingga, semakin banyak penambahan

    curring agent   cepat waktu yang dibutuhkan polimer untuk curring akan semakin cepat. tetapi

    specimen dapat rusak karena kelebihan panas.

    Dimensi

    Katalis (%) 

    1 2 3 4 5

    Panjang 161,20 161,98 161,75 161,60 161,50

    Lebar 12,50 12,77 13,00 12,87 12,90

    Tinggi 5,48 5,44 5,20 5,73 5,80

    Luas 11032,13 11252,56 10934,3 11917,21 12083,43

    Dari tabel diatas, didapatkan bahwa semakin tinggi persentase katalis yang ditambahkan pada

    resin, akan membuat dimensi (volume) semakin besar. Hal ini disebabkan ketika persentase

    katalis lebih besar maka volume katalis yang ditambahkan lebih besar pula. Lalu katalis yang

    semakin banyak akan menghasilkan panas yang tinggi. Sehingga specimen akan mengembang.

    Oleh karena itu, semakin banyak katalis yang dicampurkan maka volumenya akan lebih besar.

  • 8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset

    15/30

     

    Setelah pengujian uji tarik pada resin poliester dengan penambahan curring agent didapatkan

    data sebagai berikut:

    Dari data grafik diatas, didapatkan bahwa semakin besar komposisi katalis yang ditambahkan

    pada resin, akan meningkatkan UTS dari Specimen tersebut. Hal ini terjadi karena pada katalis

    dengan komposisi lebih besar akan membentuk crosslinking yang lebih banyak, Semakin banyak

    10800

    11000

    11200

    11400

    11600

    11800

    12000

    12200

    0 1 2 3 4 5 6

       V   o    l   u   m   e

    Curring agents (%)

    Volume

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    0 1 2 3 4 5 6

       U   T   S    (   M   p   a    )

    Katalis(%)

    Grafik UTS Terhadap Perubahan Persentase

    Katalis

    Mech.

    Properties

    Katalis (%) 

    1 2 4 5

    UTS (Mpa) 39,19476 43,14641 47,40152 47,31992

    El(%) 6,264094 2,640956 2,723726 4,260074

    E(Mpa) 2159,814 2407,089 3108,015 2774,452

  • 8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset

    16/30

     

    crosslingking yang terbentuk, maka ikatan polimer akan semakin susah untuk di pisahkan

    sehingga memiliki UTS yang lebih tinggi karena kekuatan nya meningkat.

    Dari grafik diatas dapat kita lihat, pada sampel yang diberi katalis dengan bayak 1%, menunjukkan

    persen elongasi yang tinggi dan menurun seiring dengan bertambahnya katalis (Curring agent).

    Hal ini menunjukkan bahwa ikatan crosslingking pada sampel 1% katalis hanya sedikit

    dibandingkan dengan sampel setelahnya. Akan tetapi, pada sampel 5% katalis menunjukkan

    kenaikan persen elongasi. Hal ini bisa terjadi dikarenakan pada saat melakukan percobaan

    terdapat kesalahan dalam pengukuran berat resin atau berat katalis. Sehingga data yang di dapat

    tidak pasti. Oleh karenanya, dapat disimpulkan semakin sedikit katalis yang ditambahkan, maka

    semakin ulet juga polimer tersebut.

    0

    2

    4

    6

    8

    0 1 2 3 4 5 6

       E    l    (   %    )

    Curring agents (%)

    EL (%)

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    2500

    3000

    3500

    0 1 2 3 4 5 6

       E    (   M

       p   a    )

    Katalis (%)

    Grafik E(Mpa) Terhadap Perubahan Persentase

    Katalis

  • 8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset

    17/30

     

    Sedangkan untuk grafik antara modulus elastisitas (E) terhadap penambahan katalis

    menunjukkan hasil yang fluktuatif. Penurunan modulus elastisitas pada sampel dengan katalis

    5% ini terjadi karena faktor seperti yang di uraikan diatas. Modulus elastisitas menunjukkan

    ketangguhan dari suatu material. Dalam hal ini semakin banyak penambahan katalis yang

    diberikan maka, semakin tangguh juga polimer tersebut tetapi perlu di ingat Sifat suatu polimer

     juga beragantung pada sifat mekanik, Densitas juga pada berat rata-rata nya.

  • 8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset

    18/30

     

    ANALISIS DATA

    Nindi Paramitha M (123.12.018)

    4.1 Curing Agent dan Mekanismenya

    Curing adalah istilah dalam kimia polimer dan rekayasa proses yang mengacu pada ketangguhan

    atau pengerasan dari bahan polimer karena terbentuknya ikatan silang rantai polimer, yang

    dibawa curing agent berupa panas atau bahan kimia tambahan.

    Efek dari curing memberikan kekuatan tinggi, tahan terhadap temperature tinggi, dan lain

    sebagainya. Curing agent dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu :

    1.  Single Component (1-C)

     

    Anaerobic  Cyanoacrylates

      Heat Cure

      Moisture Cure

      Radiation Cure

      Silicones

    2.  Two Component (2-C)

      Epoxies

      Methyl Methacrylates

      Silicone Adhesives

     

    Urethanes

      Mekanisme curing

  • 8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset

    19/30

    Pada percobaan kemarin kita memakai 2 komponen. Jenis resin yang dipakai yaitu resin polyester

    (resin 157 BQTN) produksi JUSTUS yang bertipe Ortho-Phatalic resin yang merupakan

    UP(unsaturated polimer) dan curing agent berupa MEPOXE (methyl ethyl ketone peroxide).

    Adapun mekanisme curing agent yang terjadi yaitu :

    Dimana resin diberi katalis, kemudian senyawa hidro karbon yang ada pada katalis akan

    membentuk cross-linking  atau ikatan silang. Ikatan silang yang terbentuk termasuk kedalam

    ikatan primer. Hal tersebut menambahkan sifat keras pada resin. Pengerasan ini terjadi karena

    reaksi ikat silang secara radikal bebas dari poliester dengan monomer reaktif yang ditambahkan

    dalam resin poliester tersebut.

    Adanya radikal bebas yang terbentuk setelah terjadinya dekomposisi memungkinkan terjadi

    reaksi propagasi antara resin polyester dengan stirena takjenuh (monomer reaktif). Reaksi ini

    akan merubah resin poliester dan molekul stirena menjadi radikal bebas sehingga terjadi

    mekanisme reaksi berikutnya dengan molekul resin selanjutnya .

    Reaksi antara stirena dengan ikatan rangkap yang reaktif dari poliester, akan menghasilkan ikatan

    silang dalam bentuk polimer jaringan tiga dimensi. Selain itu ikatan silang yang terbentuk

    menyebabkan resin susah untuk dilunakkan kembali. Walaupun diberi temperature tinggi, resin

    yang telah mengalami curing tidak akan meleleh atau rubbery karena ikatan silang tersebut

    sangat kuat. Bahkan, jika diberi temperature tinggi akan hanya membuat resin tersebut

    terdegradasi (gosong).

  • 8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset

    20/30

     

    4.2 Pengaruh % Curing Agent terhadap Waktu Curing

    Dari data yang didapat, maka dihasilkan kurva :

    Dilihat dari kurva dapat disimpulkan bahwa semakin banyak curing agent yang ditambahkan,

    maka akan semakin cepat terjadinya fenomena curing. Hal tersebut diperkuat dengan adanya

    teori bahwa laju reaksi dipengaruhi oleh salah satunya konsentrasi. Dimana larutan dengan

    konsentrasi yang besar (pekat) mengandung partikel yang lebih rapat. Semakin tinggi

    konsentrasi berarti semakin banyak molekul-molekul dalam setiap satuan luas ruangan,

    Akibatnya tumbukan antar molekul makin sering terjadi dan reaksi berlangsung semakin

    cepat.

    Tumbukan yang terjadi antar molekul pada proses curing mengakibatkan adanya energy

    aktivasi (Ea). Semakin cepat tumbukan terjadi maka semakin tinggi energy aktivasi yang

    dihasilkan. Energy aktivasi yang tinggi akan diketauhi dengan memanasnya bagian resin yang

    mengalami curing. Sehingga tidak heran pada saat proses curing akan selalu disertai dengan

    panas walaupun proses terjadi di temperature ruangan.

    y = -2.3429x + 26.552

    R² = 0.967

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    0 2 4 6 8 10

       w   a    k   t   u    (   m   e   n   i   t    )

    % curing Agent

    Waktu Curing vs % Curing Agent

    Waktu Curing vs %

    Curing Agent

    Linear (Waktu Curing

    vs % Curing Agent)

  • 8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset

    21/30

     

    4.3 Pengaruh % Curing Agent terhadap Perubahan Warna 

    Dari data yang didapat, maka dihasilkan kurva :

    Jika dilihat dari bentuknya, grafik waktu perubahan warna dan grafik waktu perubahan

    temperature hampir sama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perubahan warna

    dipengaruhi oleh suhu saat curing agent terjadi. Perubahan warna mengikuti perubahan

    temperature yang terjadi saat curing.

    4.4 Pengaruh Komposisi Katalis Terhadap Volume

    Seharusnya grafik diatas memiliki garis yang linier, namun pada saat katalis sedang berada

    di 3% larutan mengalami kejenuhan.

    y = -2.4857x + 32.838

    R² = 0.9756

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    0 2 4 6 8 10

       w   a    k   t   u    (   m   e   n   i   t    )

    % curing Agent

    Waktu Perubahan Warna vs % Curing Agent

    Waktu Perubahan

    Warna vs % Curing

    Agent

    Linear (Waktu

    Perubahan Warna vs

    % Curing Agent)

    10800

    11000

    11200

    11400

    11600

    11800

    12000

    12200

    0 1 2 3 4 5 6

       V   o    l   u   m   e

    Katalis (%)

    Grafik volume spesimen terhadap penambahan

    katalis

  • 8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset

    22/30

     

    4.5 Pengaruh Komposisi Katalis terhadap Sifat Mekanik

    Secara umum jika resin yang telah diberi curing agent, memiliki sifat yang kaku (stiff), keras,

    dan tahan terhadap temperature tinggi. Hal tersebut disebabkan karena ikatan yang

    terbentuk antar resin dan katalis tersebut.

    Jika % katalis lebih banyak, maka UTS yang dimiliki resin tersebut akan semakin tinggi,

    semakin keras, elongasi makin kecil fan modulus elastisitasnya makin tinggi. Dan begitupun

    sebaliknya.

    Namun, pada grafik yang didapat, tidak memenuhi hal tersebut. Contoh pada grafik

    %Elongasi dan modulus elastisitas, pada komposisi yang paling tinggi malah didapatkan

    penurunan. Hal tersebut disebabkan karena adanya kejenuhan dalam polimer yang

    membuat kekuatan resin malah menurun.

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    0 2 4 6

       U   T   S    (   M   p   a    )

    Katalis(%)

    Grafik UTS Terhadap Perubahan

    Persentase Katalis

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    67

    0 2 4 6

       E    l    (   %    )

    Katalis (%)

    Grafik El(%) Terhadap Perubahan

    Persentase Katalis

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    2500

    3000

    3500

    0 2 4 6

       E    (   M   p   a    )

    Katalis (%)

    Grafik E(Mpa) Terhadap Perubahan

    Persentase Katalis

  • 8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset

    23/30

     

    ANALISIS DATA

    Thia Theresia (123.13.027)

    Pada praktikum polimer thermoset terjadi mekanisme curing pada polyester yang merupakan

     proses terjadinya ikatan silang, terjadi pengeringan berupa pengerasan material pengikat dalam hal

    ini adalah resin dari keadaan cair menjadi padat. Curing ini terjadi melalui reaksi kopolimerisasi

    radikal antara molekul jenis vinil yang membentuk hubungan silang melalui bagian tak jenuh dari

     polyester. Agar terjadi mekanisme curing, maka polyester tidak jenuh harus ditambahkan dengan

    katalis. Katalis yang digunakan pada temperature ruang adalah Metil Etil Keton Peroksida

    (MEKP). Mekanisme curing pada polyester dengan bantuan katalis MEKP seperti pada gambar di

     bawah ini :

    Keterangan gambar :

    1.  Sebelum curing

    2.  Setelah curing

    a.  Polyester tak jenuh dengan BM rendah

     b.  Molekul larutan reaktif (stiren)

    c.  Molekul inisiator (katalis)

    Penambahan katalis kemudian menghasilkan reaksi yang melibatkan radikal bebas dari katalisyang berikatan dengan hidrogen pada rantai polyester, sehingga menghasilkan rantai reaktif dan

    dapat terhubung dengan rantai lain menyebabkan terjadi ikat silang membentuk makro molekul.Mekanisme proses ikat silang polyester tak jenuh dengan monomer styrene menggunakan bantuan

    katalis peroksida dan accelerator dapat terjadi seperti diilustrasikan pada gambar berikut :

  • 8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset

    24/30

     

    Gambar mekanisme ikat silang resin polyester tak jenuh

    a.  Grafik waktu perubahan warna terhadap %curing agent

    Banyak curing agent yang ditambahkan maka akan mempercepat waktu perubahan warna.Hal tersebut diakibatkan karena mekanisme curing akan menghasilkan panas yang

    menimbulkan adanya perubahan warna, semakin banyak curing agent yang ditambahkan,

    y = -2.4857x + 32.838

    R² = 0.9756

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    0 2 4 6 8 10

       w   a    k   t   u    (   m   e   n   i   t    )

    % curing Agent

    Waktu Perubahan Warna vs % Curing Agent

    Waktu Perubahan Warna vs

    % Curing Agent

    Linear (Waktu Perubahan

    Warna vs % Curing Agent)

  • 8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset

    25/30

     

    maka semakin cepat panas yang dihasilkan, sehingga perubahan warna pun terjadi semakin

    cepat.

     b.  Grafik waktu curing terhadap %curing agent

    Banyaknya curing agent yang ditambahkan, maka akan mempercepat waktu curing. Haltersebut diakibatkan karena curing agent dipengaruhi oleh temperatur dan waktu, semakin

     banyak curing agent akan menghasilkan panas dengan temperatur yang tinggi, sehingga

    dapat membuat jarak antar rantai polimer meregang sehingga curing agent dapat mengisi

    celah lebih cepat dan membentuk crosslingking.

    c. 

    Grafik pengaruh dimensi terhadap %katalis

    y = -2.3429x + 26.552

    R² = 0.967

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    0 2 4 6 8 10

       w   a    k   t   u    (   m   e   n   i   t    )

    % curing Agent

    Waktu Curing vs % Curing Agent

    Waktu Curing vs % Curing

    Agent

    Linear (Waktu Curing vs %

    Curing Agent)

    y = 276.72x + 10741

    10800

    1100011200

    11400

    11600

    11800

    12000

    12200

    0 1 2 3 4 5 6

       v   o    l   u   m   e

    katalis %

    Grafik volume spesimen terhadap

    penambahan katalis

  • 8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset

    26/30

     

    Banyaknya curing agent yang ditambahkan, maka akan meningkatkan volume akhir pada

     produk, karena curing agent yang mengisi celah dan membentuk rantai silang antar rantai

     polimer akan membuat volume semakin meningkat.

    d.  Grafik mechanical properties terhadap %katalis

    Penambahan katalis mempengaruhi sifat mekanik :

    1)  Semakin banyak katalis yang ditambahkan, maka UTS akan semakin meningkat,karena semakin banyak cross link yang terbentuk. Pembentukan crosslink berbanding

    lurus dengan kekuatan yang dihasilkan.

    2)  Semakin banyak katalis yang ditambahkan, maka %elongasi akan semakin rendah,

    karena dibutuhkan energi yang besar untuk mendeformasi akibat adanya pembentukancrosslink. Semakin banyak crosslink yang terbentuk maka akan semakin kuat dan getas.

     Namun pada sampel 4 terjadi peningkatan elongasi, faktor yang menyebabkan haltersebut karena proses pengadukan resin dengan katalis tidak merata, sehingga terdapat

    daerah yang memiliki rantai silang yang sedikit.3)  Semakin banyak katalis yang ditambahkan, maka nilai modulus elastisitas akan

    semakin tinggi, karena sampel akan semakin kaku. Regangan yang dihasilkan sangat

    kecil sehingga rasio antara tegangan dan regangan akan bernilai besar.

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    0 2 4 6

       U   T   S    (   M   p   a    )

    Katalis(%)

    Grafik UTS Terhadap Perubahan

    Persentase Katalis

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    0 2 4 6

       E    l    (   %    )

    Katalis (%)

    Grafik El(%) Terhadap Perubahan

    Persentase Katalis

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    2500

    3000

    3500

    0 2 4 6

       E    (   M   p   a    )

    Katalis (%)

    Grafik E(Mpa) Terhadap Perubahan

    Persentase Katalis

  • 8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset

    27/30

     

     Namun pada sampel 4 terjadi penurunan nilai modulus elastisitas, faktor yang

    menyebabkan hal tersebut karena adanya ketidakhomogenan rantai silang yang

    terbentuk.

    Berikut sampel percobaan yang mengalami shrinkage :

    Terlihat bahwa terdapat daerah yang mengalami penyusutan. Hal tersebut dikarenakan

    adanya perbedaan komposisi kimia pada daerah tersebut yang diakibatkan pengadukan

    yang tidak merata saat pencampuran resin dengan katalis. Bagian yang membentuk rantai

    crosslink akan menarik bagian sekelilingnya, sehingga daerah yang tidak atau sedikit

    katalis akan menyisakan resin yang tidak berikatan crosslink dan hal tersebut akan

    memperlihatkan hasil akhir sampel yang basah atau masih terdapat cairan yang belum

    mengeras.

  • 8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset

    28/30

     

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    1.  Semakin banyak curing agent yang ditambahkan maka akan mempercepat perubahan

    warna.

    2.  Penambahan katalis akan mempengaruhi sifat mekanik. Semakin banyak katalis yang

    ditambahkan maka akan meningkatkan UTS dan modulus elastisitas, namun akan

    menurunkan %elongasinya.

    3.  Semakin banyak curing agent yang ditambahkan maka akan mempercepat waktu curing.

    5.2 Saran

    Proses pengadukan sebaiknya dilakukan dengan benar, sehingga tercipta kehomogenan

    struktur crosslink yang terbentuk.

    BAB VI

    DAFTAR PUSTAKA

    Prima, Sukartini, Dody AW. 1998. PENGARUH KOMPOSISI KATALIS PADA GLASS REINFORCED 536

    POLYESTER TERHADAP SIFAT MEKANIKNYA.Di akses dari

    http://digilib.batan.go.id/ppin/katalog/index.php/searchkatalog/downloadDatabyId/3153/1410-2897-1998-1-290.pdf pada 5 mei 2016

    Sachin,waigaonkar dan Amit,Rajput.2011.Curing Studies Of Unsaturated Polyester Resin Used In

    FRP Product.Diakses dari

    http://nopr.niscair.res.in/bitstream/123456789/11204/1/IJEMS%2018(1)%2031-39.pdf .di akses

    pada 5 mei 2016

    Askeland., D. R., 1985, “The Science and Engineering of Material”, Alternate Edition, PWS

    Engineering, Boston, USA

    http://nopr.niscair.res.in/bitstream/123456789/11204/1/IJEMS%2018(1)%2031-39.pdfhttp://nopr.niscair.res.in/bitstream/123456789/11204/1/IJEMS%2018(1)%2031-39.pdf

  • 8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset

    29/30

     

    LAMPIRAN

    Soal Setelah Praktikum

    1.  Mengapa pada penambahan katalis dengan jumlah tertentu dapat menyebabkan resin

    berubah warna?

    Jawab :

    Molekul-molekul yang ada didalamnya terpengaruh dengan panas yang ditimbulkan oleh

    tumbukan antar molekul sehingga terjadi perubahan warna saat curing terjadi.

    2.  Mengapa polimer thermoset umumnya bersifat kaku?

    Jawab :

    Karena plomer termoseting memiliki ikatan  –  ikatan silang yang mudah dibentuk pada

    saat terjadinya curing. Hal ini membuat polimer menjadi kaku dan keras. Semakin banyak

    ikatan silang pada polimer ini, maka semakin kaku dan keras, namun elongasinya sangatrendah (getas).

    3.  Mengapa penambahan katalis pada polyester dapat mengubah viskositas dari polyester? 

    Jawab :

    Ketika proses penambahan katalis terjadi, molekul-molekul yang ada pada polyester akan

    mencoba untuk membentuk ikatan silang. Ikatan silang tersebut yang membuat sebuah

    polimer menjadi lebih padat. Sehingga sulit untuk mengalami pergerakan. 

  • 8/16/2019 Laporan Praktikum Thermoset

    30/30

    LAMPIRAN FOTO

    (1) 

    (1)resin polyester (2)resin polyester di timbang (3)resin polyester di dalam wadah gelas plastik

    (2)  (3) 

    (4 ) sampel resin polyester dengan % katalis berbeda


Recommended