Date post: | 14-Dec-2015 |
Category: |
Documents |
Upload: | amandaadila |
View: | 155 times |
Download: | 2 times |
LAPORAN SGD 2
BLOK 8 LBM 3
MEDICAL EDUCATION
Nama Anggota Kelompok :
1. Amanda Satya Adila (31101400401)
2. Amanda Zerlinda (31101400402)
3. Aminah Sania (31101400403)
4. Intan Maryani (31101200432)
5. Kariza Auliya (31101400435)
6. Mayangdevi Suryaning P. (31101400443)
7. Nova Dwi Lestari (31101400453)
8. Whinahyu Aji S. (31101400467)
9. Wirda Yunita Darwis (31101400468)
10. Yuvika Intan Ristian P. (31101400469)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2015
1
Lembar Pengesahan
Laporan Tutorial
SGD 2 LBM 3
Medical Education
Telah disetujui oleh:
Tutor
drg. Diyah Fatmasari MDSc
Tanggal
Semarang, 29 Juni 2015
2
DAFTAR ISI
JUDUL....................................................................................................................... 1
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................... 2
DAFTAR ISI.............................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 4
1.2 Skenario............................................................................................... ...... 4
1.3 Identifikasi Masalah............................................................................ ...... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 5
2.1 Landasan Teori................................................................................. ...... 5
2.2 Hasil dan Pembahasan.............................................................................. 5
2.3 Kerangka Konsep..................................................................................... 17
BAB III KESIMPULAN...................................................................................... 18
BAB IV DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dental radiology memiliki peranan yang penting dalam menentukan perawatan dan diagnosa
gigi. Penggunaan sinar rontgen telah lama di kenal sebagai suatu alat dalam bidang kedokteran
umum dan kedokteran gigi yang sangat membantu dalam mendiagnosa penyakit dan untuk
menentukan rencana perawatan. Gambaran yang dihasilkan foto rontgen seorang pasien bagi
seorang dokter gigi sangat penting terutama untuk melihat adanya kelainan-kelainan yang tidak
tampak dapat diketahui secara jelas, sehingga akan sangat membantu seorang dokter gigi dalam
hal menentukan diagnosa serta rencana perawatan.
Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan
jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pits, fissure dan daerah interproximal) meluas ke arah
pulpa.Karies akan mengakibatkan kerusakan struktur gigi sehingga terbentuk lubang.
Dasar diagnostik rontgen adalah perbedaan densitas dari berbagai jaringan tubuh yang
memberikan berbagai derajat kehitaman pada film. Pembacaan foto rontgen secara konvensial
memiliki tingkat subyektivitas yang tinggi karena keterbatasan indra penglihatan.Pendeteksian
secara terkomputasi diharapkan dapat membantu menegakkan diagnosis karies gigi.
1.2 Skenario
Seorang wanita berusia 27 tahun datang diantarkan suaminya ke RSIGM Sultan Agung untuk
perawatan gigi. Sebelum dilakukan perawatan pasien diminta untuk foto rontgen periapikal
gigi 11 ke instalasi radiologi. Kondisi pasien saat ini sedang hamil 8 minggu dan dokter
memberitahukan bahwa dalam pengambilan foto rontgen ada proteksi radiasi
1.3 Identifikasi Masalah
Dari skenario di atas, masalah-masalah yang muncul adalah:
4
1. Apa tujuan penggunaan rontgen dalam kedokteran gigi ?
2. Apa saja jenis-jenis foto rontgen dalam kedokteran gigi ?
3. Bagaimana interpretasi dari gambaran hasil foto rontgen ?
4. Bagaimana cara proteksi dari efek radiasi ?
5. Bagaimana sesi pemotretan anatomi dan fisiologi dari foto rontgen ?
6. Apa efek menggunakan rontgen beserta radiasinya ?
7. Apa efek rontgen terhadap ibu hamil ?
8. Apa saja macam-macam sinar yang digunakan untuk foto rontgen ?
9. Apa fungsi dari sinar X ?
10. Bagaimana tehnik atau cara rontgen periapikal dan prosesnya ?
11. Apa saja macam-macam dosis penggunaan dari foto rontgen ?
12. Bagaimana mekanisme radiasi hingga terionisasi dan membentuk suatu gambar ?
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Radiologi
Pengertian
Radiologi adalah suatu cabang ilmu kesehatan mengenai zat radio aktif yang
berfungsi untuk melihat tubuh manusia dengan radiasi elektromagnetik dan mekanik.
2.1.2 Rontgen
Pengertian
Rontgen adalah suatu alat yang digunakan untuk melihat bagian dalam tubuh yang
tidak bisa dilihat dengan kasat mata dengan menggunakan alat atau sinar.
2.2 Hasil dan Pembahasan
1. Rontgen
a. Apa tujuan penggunaan rontgen dalam kedokteran gigi ?
Untuk mendeteksi anomali gigi
Untuk mengetahui tumbuh kembang gigi
Untuk mengetahui dimana letaknya karies
Melihat fraktur yang terjadi
Pada bidang forensik untuk mengidentifikasi korban
Pada bidang prostodinsia untuk melihat kepadatan tulang
Untuk melihat TMJ, rahang, impaksi dan untuk melihat bagian tengkorak
b. Apa saja jenis-jenis foto rontgen dalam kedokteran gigi ?
a) Intra oral
Pemeriksaan gigi dan jaringan sekitar secara radiograf dan filmnya
ditempatkan didalam mulut pasien ada 3 jenis pemeriksaan :
o Foto rontgen periapikal
Untuk melihat keseluruhan mahkota serta akar gigi dan tulang pendukungnya,
teknik pemotretannya menggunakan teknik parallel dan bisectris.
6
o Foto rontgen bite wing
Digunakan untuk melihat mahkota gigi rahang atas dan digunakan untuk
melihat mahkota gigi rahang atas dan rahang bawah daerah anterior dan
posterior. Teknik pemotretannya pasien menggigit sayap dari film untuk
stabilitasi didalam mulut.
o Foto rontgen oklusal
Digunakan untuk melihat area yang luas baik rahang atas atau rahang bawah
dalam film, dengan cara menggigit bagian dari film.
b) Ekstraoral
o Panoramik
Memperlihatkan struktur facial termasuk mandibula dan maksila beserta
struktur pendukungnya, digunakan untuk analisis impaksi, pola erupsi,
mendeteksi penyakit dan evaluasi trauma.
o Teknik lateral
Digunakan untuk melihat bagian lateral dari tulang facial
o Postero anterior
Untuk melihat keadaan penyakit, trauma atau kelainan perkembangan
tengkorak. Pada sinus frontalis, etmoidalis, fossanasalis dan tulang orbitalis
o Antero posterior
Untuk melihat kelainan pada bagian depan maksila dan mandibula.
o Teknik cepalometri
Untuk melihat tengkorak tulang wajah ada atau tidaknya trauma penyakit dan
kelainan pertumbuhan perkembangannya.
o Proyeksi water’s
Untuk melihat sinus-sinus pada wajah, orbita, sutura, zygomatika, frontalis
dan rongga nasal
o Proyeksi reverse towne
Untuk mendeteksi kelainan pada condylus yang mengalami perpindahan
tempat dan untuk melihat dinding posterior lateral pada maksila
o Proyeksi sumbmentovertex
7
Melihat dasar tengkorak, posisi condylus, sinus spenoidalis, lengkung
mandibula, arcus zygomaticus, dan lateral sinus maksila.
c. Bagaimana interpretasi dari gambaran hasil foto rontgen ?
Ada 3 macam kontras , yaitu :
Radiolucent ( warna hitam )
Ini terjadi jika sinar rogent tersebut hanya sedikit saja diabsorpsi atau
hanya menembus saja.Misalnya : rongga mulut, sinus paranasalis
Radiointermediate ( warna hitam dan putih atau abu- abu )
Terjadi bila sinar rogent menembus jaringan ikat, otot, saraf, pembuluh
darah, tulang rawan
Radiopaque ( warna putih )
terjadi bila sinar rogent diabsorpsi sebagian besar misalnya bila sinar
melalui sinar melalui tulang- tulang, gigi- gigi atau benda logam.
Dalam pembacaan hasil dari foto ronrgn sering dikenal dengan yang namanya
radiolucent dan radioopaque. Penghitaman dan pemaparan daerah tertentu yang
dihasilakn dari film merupakan perubahan dari fisikokimiawi akibat dari pemaparan sinar
rontgen. Tetapi pada jaringan atau daerah yang memiliki ketebalan yang tinggi sinar yang
diseappun akan sedikit sehingga pada film akan terbentuk jaringan yang memiliki
ketebalan yang tinggi memiliki fluoresensi yang lebih baik sehingga akan berwarna putih
pada film hal ini disebut dengan radiopaque. Sedangkan pada daerah atau jaringan yang
memiliki ketebalang yang rendah akan cendrung menyerap sinar yang dipaparkan dan
kemampuan fluoresensinya rendah sehingga jaringan yang lebih tipis ini akan cendrung
berwarna gelap atau sering dikenal dengan istilah radioluscent.
Namun sebelum menentukan ada atau tidaknya kelainan dari hasil foto rontgen, kita
harus bisa menentukan depan atau belakang dari film, kemudian gambar tersebut
merupakan elemen gigi apa saja, rahang atas atau bawah, terdapat pada regio berapa
kemudian baru kita analisis dimana tempat terdapat kelainan dalam film hasil foto
rontgen tersebut.
8
d. Bagaimana cara proteksi dari efek radiasi ?
Proteksi Radiasi Bagi Penderita
o Pemeriksaan dengan sinar–x hanya diberikan setelah memperhatikan kondisi
pada pasien untuk menghindari paparan radiasi yang tidak perlu. Oleh karena
itu diperlukan kriteria seleksi pemeriksaan radiografi yang dapat digunakan
sebagai pedoman untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan
radiografi, dengan terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan klinis yang lengkap
yang meliputi data penderita, keluhan utama, riwayat medis, sosial dan
riwayat kasus.
o Pemakaian peralatan sinar-x harus memperhatikan faktor-faktor penyinaran
yaitu kilovotage (kVp), miliamper (mA), dan waktu . Faktor –faktor
penyinaran yang tepat dapat menghasilkan densitas dan kontras yang baik
pada hasil radiografi. Pengaruh kilovoltase yang tinggi (90 kVp) atau rendah
(70 kVp) dapat dibuat sesuai pemilihan kontras yang diinginkan. Miliamper
maupun waktu mempengaruhi gambaran densitas dari radiografi. Apabila
pengaturan kilovotage (kVp), miliamper (mA) yang terlalu tinggi dan waktu
penyinaran yang lama maka film akan overexposed (terlalu gelap) dan apabila
pengaturan kilovotage (kVp), miliamper (mA) yang terlalu rendah dan waktu
penyinaran yang terlalu singkat film akan underexposed (tidak jelas) sehingga
membuat radiasi yang tidak perlu bagi penderita. Tabel penyinaran harus
tersedia di dekat panel kontrol.
o Apron adalah pelindung yang terbuat dari timah dengan ketebalan 0,25 mm
atau bahan yang setara dengan material timah. Apron digunakan di tubuh
penderita untuk melindungi organ reproduksi dan organ sensitif lainnya dari
sinar hambur. Semua penderita harus menggunakan apron sebagai persiapan
sebelum melakukan penyinaran . Bila telah selesai digunakan, apron harus
disimpan datar atau digantung datar, apron tidak boleh terlipat karena dapat
menyebabkan material timahnya patah atau rusak .
o Pelindung tambahan dapat diperoleh dengan menggunakan pelindung tiroid.
Pelindung ini terbuat dari timah atau bahan yang setara dengan material timah
dan digunakan untuk melindungi kelenjar tiroid di daerah leher yang sensitif
9
terhadap radiasi. Pelindung tiroid dapat berupa bagian yang terpisah dengan
pelindung dada.
o Peralatan sinar-x diagnostik yang baru tidak boleh digunakan sebelum
dilakukan pengujian jaminan kualitas dengan hasil yang memuaskan dan
sesuai dengan spesifikasi keselamatan alat. Selain itu peralatan sinar–x harus
dalam kondisi baik, terawat dengan pengujian jaminan kualitas yang ditunjang
secara periodik agar kinerja yang baik dapat dipertahankan sehingga resiko
bahaya radiasi dapat ditekan sekecil-kecilnya jika mungkin ditiadakan.
o Pengenalan dari bahaya efek radiasi dan resiko yang mungkin terjadi
menyebabkan National Council on International Commission on Radiological
Protection (ICRP) menetapkan tuntunan mengenai pembatasan jumlah radiasi
yang diterima oleh petugas dan masyarakat.
o Pelaksanaan dosis limit harus terkontrol dan dapat dipastikan bahwa efek dari
bahaya radiasi tidak terlalu besar kepada pekerja non radiasi dibandingkan
dengan pekerja radiasi. Dosis limit pada masyarakat ditetapkan 10 % dari
pekerja radiasi. Dosis limit yang rendah ini diatur karena merupakan resiko
yang tidak perlu, variasi dalam resiko kematian dan tingkat paparan akibat
radiasi alam serta kisaran yang lebih luas dari orang yang sensitif terhadap
radiasi ditemukan pada masyarakat umum.
o Prinsip dari proteksi radiasi harus dikenali oleh setiap orang.
Proteksi bagi Operator
o Jarak pengamatan adalah yang penting bagi perlindungan operator. Oleh
karena itu operator harus selalu berdiri sejauh mungkin atau minimal 6 kaki
(1,83) dari kepala penderita atau sumber sinar ketika melakukan penyinaran
o tidak boleh memegang film untuk penderita atau memegang corong sinar-x.
Tempat yang teraman bagi operator adalah berdiri pada jarak 90-135o dari
berkas sinar utama dibelakang kepala penderita
o Pada ruangan sinar-x harus terdapat pelindung ruangan yang tepat dan tabir
pelindung radiasi sehingga tidak ada orang yang menerima radiasi di luar
batas wilayah proteksi. Struktur tabir pelindung (shielding) dan pengukuran
keamanan radiasi harus sesuai dengan ketentuan badan yang berwenang
dalam hal ini BAPETEN.
10
o Operator atau staf yang berada dalam ruangan selama dilakukan penyinaran
dan dalam keadaan tidak berada di balik tabir pelindung dan harus
menggunakan apron yang setara dengan 0,3 mm timah dan mampu menahan
sampai 150 kVp . Apron harus menutupi seluruh permukaan depan tubuh
mulai kerongkongan sampai dengan 10 cm di bawah lutut, sisi tubuh dan bahu
o Operator harus berusaha menguasai teknik pengambilan radiografi yang akan
digunakan. Untuk menghindari terjadinya penyinaran yang tidak perlu yang
dapat membahayakan pasien dan operator.
e. Bagaimana sesi pemotretan anatomi dan fisiologi dari foto rontgen ?
1) Teknik Biseksi
a. Posisi Ideal film
Letak film dan gigi harus sejajar, dan diusahakan untuk berkontak sedekat
mungkin. Untuk gigi anterior atas dan bawah film diletakan dalam keadaan
vertikal sedangakn gigi posterior film diletakkan dekan dengan gigi dalam
keadaan horizontal.
b. Teknik pemegangan film
Untuk film yang diletakan pada gigi anterior atas ditahan dengan ibu jari pada
tangan pasien, sedangan untuk gigi anterior bawah dan gigi posterior atas bawah
kiri ditahan dengan telunjuk kanan pasien dan untuk gigi posterior atas dan bawah
kanan ditahan dengan menggunakan jari telunjuk kiri pasien.
c. Teknik pemotertan
Teknik pemotretan rontgen periapikal terdapat 3 jenis, tetapi yang paling sering
digunkan adalah teknik biseksi atau sering disebut sebagai metode garis bagi
yaitu sudut yang dibentuk dari sumber panjang gigi dengan garing yang dibentuk
oleh sumber panjang film akan dibagi menjadi 2 bagian yang memiliki sama besar
yang disebut garis bagi.
Sinar X akan diarahkan pada sinar bagi ini dengan titik dari sinar X akan
diarahkan pada apikal dari gigi.dengan menggunakan prinsip segitiga sama sisi
ukuran gigi yang sebenarnya dengan ukuran gigi pada film memiliki uluran yang
sama. Pastikan film yang dikenai oleh paparan sinar merupakan film yang
menghadap ke gigi yang disinari
11
d. Penentuan sudut
Penentuan sudut vertikat tabung sinar X dengan cara menarik garis dari titik sinar
X terhadap oklusal . dimana titik sinar X tersebut yang akan diarahkan menuju ke
daerah apikal gigi. Sedangkan untuk penentuan sudut dari tabung horizontal titi
pusat sinar X diarahkan melalui titik kontak proximal dari gigi. Tujuannya apabila
pada saat pemaparan sinar tidak ada gambar gigi yang tumpang tindih tercetak
pada film.
e. Stelah menentukan arah tabung vertikal atau horizontal, lakukan penyinaran
dengan inmtensitas yang telah ditentukan yaitu sekita kV = 65 mA = 10 sec = 0,3-
0,5 det.
2) Teknik Paralel
Teknik rontgen periapikal ini menggunakan film holder yang diletakan secara
sejajar dengan gigi dan penyinarannya menggunakan long conu, seperti pada
gambar dibawah ini.
f. Apa efek menggunakan rontgen beserta radiasinya ?
Pada gigi terjadi dua efek radiasi yaitu :
Efek radiasi langsung
Efek radiasi langsung terjadi paling dini dari benih gigi,berupa gangguan
kalsifikasi benihgigi,gangguan perkembangan benih gigi dan gangguan
erupsi gigi.
Efek radiasi tak langsung
Efek radiasi tak langsung terjadi setelah pembentukan gigi dan erupsi gigi
normal beradadalam rongga mulut,kemudian terkena radiasi ionisasi,maka
akan terlihat kelainan gigi tersebutmisalnya ada karies radiasi.Biasanya
karies radiasi terjadi pada beberapa gigi bahkan seluruhregio yang terkena
pancaran sinar radiasi,keadaan ini disebut rampan karies radiasi,yang
terjadisetelah mengabsorbsi dosis radiasi 5.000R
12
Efek radiasi pada membrane mukosa mulut
Radiasi pada daerah kepala dan leher khususnya nasofaring akan
mengikutsertakan sebagian besar mukosa mulut. Akibatnya dalam keadaan
akut akan terjadi efek samping berupa:
Mukositis yang dirasa pasien nyeri saat menelan
Mulut kering(xerostomia)
Hilangnya cita rasa
Efek radiasi pada glandula salivarius
Radiasi pada daerah leher dan kepala menyebabkan berkurangnya volume
produksi saliva, pembengkakakan pada mukosa mulut
g. Apa efek rontgen terhadap ibu hamil ?
Bila wanita hamil terkena radiasi sebesar 5 rad,akan mengakibatkan kelainan
berikut ini12 :
Pada wanita hamil atau kehamilan 10 hari, mengakibatkan keguguran
Pada wanita hamil 3-4 minggu sampai 12 minggu akan mengakibatkan
terjadinya
gangguan pertumbuhan. Hal ini terlihat berupa perubahan bentuk atau
kelainan pertumbuhan pada bayi, bila dilahirkan akan mempunyai cacat
bawaan
Bila dosis radiasi sangat besar, akan mengakibatkan kematian pada
fetus/janin yang sedang dikandungnya.
h. Apa saja macam-macam sinar yang digunakan untuk foto rontgen ?
Sinar alfa
radiasi partikel bermuatan positif. Partikel ini merupakan inti atom helium
yang terdiri atas 2 proton dan 2 neutron.
Sifat:
Memiliki daya tembus kecil (daya jangkau 2,8 – 8,5 cm dalam udara)
dapat mengionsasi molekul yang dilaluinya.
13
dapat menyebabkan satu atau lebih elektron suatu molekul lepas sehingga
molekul berubah menjadi ion (ion positif dan elektron) per cm bila
melewati udara, dalam medan listrik dapat dibelokkan ke arah kutub
negatif.
Partikel-partikel alfa bergerak dengan kecepatan antara 2.000 – 20.000 mil
per detik, atau 1 – 10 persen kecepatan cahaya.
Sinar alfa dapat dihentikan oleh selembar kertas biasa. Sinar alfa segera
kehilangan energinya ketika bertabrakan dengan molekul media yang
dilaluinya. Tabrakan itu mengakibatkan media yang dilaluinya mengalami
ionisasi.
Sinar beta
radiasi partikel bermuatan negatif yang identik dengan elektron.
Sifat:
Memiliki daya tembus yang jauh lebih besar daripada sinar alfa (dapat
menembus lempeng timbel setebal 1 mm)
daya ionisasinya lebih lemah dari sinar alfa
bermuatan listrik negatif, sehingga dalam medan listrik dibelokkan ke arah
kutub positif.
Energi sinar beta sangat bervariasi, mempunyai daya tembus lebih besar
dari sinar alfa tetapi daya pengionnya lebih lemah. Sinar beta paling
energetik dapat menempuh sampai 300 cm dalam uadara kering dan dapat
menembus kulit.
Sinar gamma
radiasi gelombang elektromagnetik, sejenis dengan sinar X, dengan
panjang gelombang pendek.
Sifat:
Tidak memiliki massa
memiliki daya tembus sangat kuat (dapat menembus lempeng timbel
setebal 20 cm)
daya ionisasinya paling lemah, tidak bermuatan listrik, oleh karena itu
tidak dapat dibelokkan oleh medan listrik.
14
i. Apa fungsi dari sinar X ?
PENGOBATAN :
Sinar-x umumnya digunakan dalam diagnosis gambar medical dan kristalografi
sinar-x seperti :
a. Untuk memperoleh gambaran atau foto struktur tubuh manusia tanpa melakukan
pembedahan langsung pada tubuh pasien (radiografi)
b. Sinar-x keras digunakan untuk memusnahkan sel-sel kanker. Kaedah ini dikenal
dengan radioterapi
c. Untuk CT-Scan untuk mengetahui kecacatan tulang, tulang yang patah dan
mengetahui keadaan organ-organ dalam badan.
PERINDUSTRIAN :
Untuk mengetahui kecacatan dalam struktur bahan atau bagian-bagian dalam
mesin dan angine, menyiasatkan rekahan dalam pipa logam.
j. Bagaimana tehnik atau cara rontgen periapikal dan prosesnya ?
TEKNIK PENGAMBILAN FOTO RONTGEN PERIAPIKAL :
a. Terangkan pada penderita ttg cara kerja pada waktu pengambilan. Pakailah baju
timah hitam pada penderita
b. Penderita diinstruksikan melepas akeseoris dan perhiasan yang berbahan dasar logam,
emas, perak
c. Perhatikan kepala penderita dan letakkan kepala penderita pada tempat yang benar
disandaran kepala dari kursi dental dan instruksikan pada untuk tidak menggerakan
kepalanya
d. Letakkan film dalam mulut sesuai letak yang ingin di foto. Kemudian ajarkan kepada
penderita bagaimana memegang film tsb dg cara dan teknik yang dipakai, baik
apakah itu bidang bagi atau kesejajaran dan ingatkan agar penderita jangan bergerak
e. Atur posisi konus
f. Operator harus bediri 3 meter dibelakang tabung atau dinding pemisah yang dilapisi
timah hitam setebal 2 mm
g. Setelah pemotretan, bersihkan film dari saliva dan keringkan
h. Lakukan pemrosesan, kemudian digantung sampai kering
15
i. Setelah kering, simpan di tempat yang tidak mudah rusak
PROSESING FILM :
a. Memasukkan film yang telah terpapar sinar X dalam developer DEVELOPING
b. Mencuci film dengan air RINSING
c. Memasukkan film dengan fixer WASHING
d. Mengeringkan film DRYING
k. Apa saja macam-macam dosis penggunaan dari foto rontgen ?
Dosis lemah / Rendah : 0-50 rad
o 0-25 rad : tidak ada efek
o 25-50 rad : tidak ada efek / sedikit perubahan susunan darah
Dosis Sedang : 50-200 rad
o 50-100 rad : badan leams, mual, perpendekan uur dan perubahan susunan
darah
o 100-200 rad : mual dan muntah 24 jam setelah radiasi, nafsu makan turun,
lemasm suara serak, diare, rambut rontok dan epilepsi.
Dosis Semi letal : 200-400 rad
Dapat menyebabakan mual dan muntah stelah 1-2 jam setelah radiasi,
epilepsi, nafsu makan berkurang, panas dan lemas, radang tenggorokan
pada minggu ketia dan perdarahan hidung pada minggu ke 4.
Dosis letal 400-600 rad
1-2 jam mual dan muntah dan pada minggu ke 1 terjadi radang mulut dan
tenggorokan.
l. Bagaimana mekanisme radiasi hingga terionisasi dan membentuk suatu
gambar ?
Katoda (filamen ) pada tabung dipanaskan dengan sebesar 20.0000C
dibiarkan menyala hingga menghasilkan listrik yang mengalir.
16
Terleppasnya ion-ion pada katoda kemudian ion ion tersebut mengalir
menuju ke anoda
Pada saat pergerakan ion-ion menuju anoda begitu cepat maka ion-ion
tersebut semakin difokuskan menuju ke anoda dengan sngat cepat
menggunakan focusing cup yang ada pada tabung.
Awan – awan elektron mendadak dihentikan pada target/ sasaran ketika
telah mengenainnya.
Karena pemberhentian penyinaran tadi dapat membentuk 99% panas dan 1
% membentuk sianr X.
Pada tabung terdapat pelindung perisai timah yang dapat mencegah
kelaurnya sinar selain melalui window sehingga tabung aman.
Panas yang tinngi yangdihasilkan dapat didininkan menggunakan radiator
panas.
Setelah selelasai oenyinaran film kemudian dibawa keruang gelap untuk
dicuci.
Film kemudian dibersihkan dari sisa salifa terlebih dahulu
Pada film disuntika larutan developer sebanyak 3 ml kemudian ditekan-
tekan pada film dibawah air mengalir hingga larutan developer habis
terbuang.
Buka pembungkus film dan bersihkan lagi menggunakan air mengalir
kemudian masukan kedalam larutar fixer untuk menonaktifkan dari larutan
developer sehingga dapat diperoleh gambar yang kontras.
Rendam selama 4-5 menit didal larutan fixer kemudian bersihkan dan
keringkan.
17
Radiografi
sinar
Radiolusen radioopak
proteksi
Sinar gammaSinar betaSinar alfaSinar x
Mendiagnosa penyakitMenegakkan diagnosa sementaraMenentukan rencana perawatan
Apron (whole body, tiroid & kelenjar gonad)
YA TIDAK
Efek
2.3 Kerangka KonsepDari yang telah kami pelajari, maka didapatkan kerangka konsep diskusi seperti dibawah ini:
18
BAB III
KESIMPULAN
Dental radiologi sangat penting dalam dunia kedokteran gigi, selain untuk menegakkan
diagnosa pada diagnosa sementara, dental radiologi juga dapat menentukan secara tepat rencana
perawatan yang akan dilakukan. Namun dalam pelaksanaannya, dental radiologi yang sangat
khas akan sinar yang digunakannya, maka diperlukan perlindungan atau proteksi baik bagi
pasien maupun tenaga medis yang bekerja. Proteksi tersebut diperlukan untuk menghindari
kerusakan jaringan yang terkena radiasi sinar yang dikeluarkan oleh dental radiologi. Adapun
macam-macam dosis yang sudah ditentukan dalam dental radiologi beserta manfaat dan
kerugiannya masing-masing.
19
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
- Am Dent Assoc. The Use of Dental Radiography. September. 2006. http://jada.ada.org. (3/12/2012).
- Boel T. Prinsip dan Teknik Radiografi Kedokteran Gigi. Medan: FKG USU.2008. - Edwards C.Statkiewicz S.Ritenour R. Perlindungan Radiasi Bagi Pasien dan Dokter
Gigi.Alih Bahasa.Yuwono L.Jakarta: penerbit widya medika. 1990; 9-110. - Margono G. Radiografi Intraoral.Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. 1998.
Rahayuningsih B. Muntini MS. Prasetya NK.Prediksi Dosis Paparan Radiasi dengan Menggunakan Metode Klastering Pada Dosimeter Film. Surabaya: Prossiding Seminar Nasional Sains,2010: 243-9.
- White SC.Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 6 th ed., St. Louis: Sauders Elsevier., 2009: 265-76.
20