Date post: | 23-Dec-2015 |
Category: |
Documents |
Upload: | muslim-muhammad |
View: | 15 times |
Download: | 2 times |
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN
KOMODITAS ANDEWI MERAH (Chchorium endevi L)
(ASPEK HPT)
Oleh:
Kelas X
Muthia Rinjani Willis 125040201111014
Muhammad Muslim 125040201111025
Netty Dwi Ariska 125040201111099
Asisten Hadi
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Intensitas penyakit dan metode perhitungan intensitas penyakitIntensitas serangan adalah besarnya serangan penyakit pada suatu area pertanaman
yang dapat dinyatakan secara kuantitatif .Intensitas Serangan adalah tingkat serangan atau
tingkat kerusakan tanaman yang disebabkan oleh Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
yang dinyatakan secara kuantitatif atau kualitatif.
Ukuran kualitatif biasanya menyatakan sehat dan sakit (ringan, sedang dan berat),
sedangkan kuantitatif dibedakan menjadi, intensitas penyakit (desease intensity) yang
meliputi insidensi penyakit dan severitas penyakit. Insidensi penyakit (desease insidence atau
frequency) atau sering disebut juga sebagai “Kejadian Penyakit” merupakan proporsi
individual inang atau organ yang terserang penyakit, tanpa mempedulikan seberapa berat
penyakitnya. Dalam persentase.Contoh tanaman yang terinfeksi (n) dan tanaman yang
diamati (N). Rumus sebagai berikut :
Insedensi Penyakit= nN
x 100 %
Severitas penyakit (Desease Severity) atau disebut keparahan penyakit yang
merupakan proporsi permukaan inang yang terinfeksi terhadap total permukaan inang yang
diamati. Pengamatan keparahan penyakit dapat ditentukan dengan dua cara in situ dan
pengamatan organ secara destruktif. Insitu merupakan pengamatan penyakit yang dapat
diperkirakan secara visual langsung dari unit contoh (misalkan daun).Skor pada setiap
kategori serangan (v), dan skor untuk serangan terberat (V). Rumus yang digunakan :
Severitas Penyakit=∑n x vN x V
x 100 %
Setiap keparahan, ataupun gejala berat dapat dinyatakan ke dalam persentase luas
gejala terhadap luas total permukaan daun dengan skala kerusakan yang beragam, mulai dari
0% - 100%.
Skor keparahan panyakit :
2. Definisi musuh alami Musuh alami adalah organisme yang ditemukan di alam yang dapat membunuh
serangga, sekaligus melemahkan serangga, sehingga dapat mematikan serangga dan
mengurangi fase reproduktif serangga. Musuh alami ini berperan penting dalam
pengendalian hama yang menyerang tanaman bududaya. Dengan adanya musuh alami ini
maka populasi serangga yang berpotensi menjadi hama akan dapat terkontrol apabila jumlah
musuh alami juga cukup. Beberapa peran musuh alami dalam mengendalikan hama antar
lain.
A. Predator
Predator adalah organisme yang memangsa organisme lainnya untuk
kebutuhan makannya. Karakteristik umum dari predator adalah :
1. Membunuh dan memakan mangsanya lebih dari satu hingga mencapai stadia
dewasa
2. Ukuran tubuhnya relative lebih besar disbanding mangsanya
3. Sifat predasi terdapat pada stadia pradewasa dan dewasa
4. Stadia larva/nimfa yang aktif sebagai predator dibantu oleh organ sensorik dan
lokomotorik
5. Perkecualian hanya pada tabuhan predator yang menyimpan mangsanya untuk
progeninya
Skor Skala kerusakan
0 Luas gejala 0 % ( tidak ada gejala )
1 Luas gejala ( 1-5 )%
2 Luas gejala ( 6-10 )%
3 Luas gejala ( 11-25 )%
4 Luas gejala ( 26-40 )%
5 Luas gejala ( 41-65 )%
6 Luas gejala (66-100 )%
B. Parasitoid
Parasitoid serangga adalah serangga yang stadia pradewasanya menjadi
parasit pada atau di dalam tubuh serangga lain, sementara imago hidup bebas mencari
nectar dan embun madu sebagai makanannya. Perbedaan definisi atara parasitoid dan
parasit adalah :
1. Parasitoid selalu menghabiskan inangnya di dalam perkembangannya, sedangkan
parasit tidak.
2. Inang parasitoid adalah serangga juga, sedangkan parasit tidak.
3. Ukuran tubuh parasitoid bisa lebih kecil atau sama dengan inangnya, sedangkan
parasite pasti lebih kecil dari inangnya.
4. Parasitoid dewasa tidak lagi melakukan aktivitas parasitasi, akan tetapi hanya di
saat masih pada stadia pradewasa, sementara parasit dalam seluruh stadia hidupnya
melakukan parasitasi.
5. Parasitoid hanya berkembang pada satu inang dalam siklus hidupnya, sedangkan
parasit tidak
C. Entomopatogen
Entomopatogen adalah organisme heterotroph yang hidup sebagai parasitoid
pada serangga. Entomopatogen merupakan salah satu jenis bioinsektisida yang dapat
digunakan untuk mengendalikan hama tanaman. Entomopatogen termasuk dalam
enam kelompok mikroorganisme yang dapat dimanfaatkan sebagai bioinsektisida yaitu
cendawan, bakteri, virus, nematode dan protozoa
Proses infeksi entomopatogen terhadap inangnya (serangga) dibagi
menjadi fase parasit dan fase saprob. Penyerangan pada serangga inang dilakukan
melalui penetrasi langsung pada kutikula. Pada awalnya sporacendawan melekat pada
kutikula, selanjutnya spora berkecambah melakukan penetrasi terhadap kutikula dan
masuk kehemosoel. Cendawan akan bereproduksi di dalamnya dan membentuk hifa.
Serangga akan mati, sedangkan cendawan akan melanjutkan siklus hidupnya dalam
fase saprob. Setelah tubuh serangga inang dipenuhi oleh massamiselium, tubuh
tersebut akan mengeras dan berbentuk seperti mumi yang berwarna putih, hijau, atau
merah muda. Setelah itu spora akan diproduksi untuk menginfeksi inang lainnya.
Berikut merupakan ciri-ciri karakteristik entomopatogen :
1. Menyebabkan pertumbuhan terhambat, menghambat reproduksi, membunuh inang
2. Memiliki target inang spesifik atau stadium spesifik
3. Efektifitas sangat tergantung pada kondisi lingkungan\
4. Dapat menyebabkan epizootic (ledakan [enyakit di dalam populasi serangga)
5. Tingkat pengendalian tidak dapat diprediksi, relative lambat (memerlukan waktu
untuk dapat mengendalikan)
D. Mikroorganisme Antagonis PenyakitAntagonis Patogen Tumbuhan adalah mikroorganisme yang dapat menginfeksi
aktifitas pathogen dalam menimbulkan penyakit.Agens tersebut tidak dapat mengejar
inang yang telah masuk ke dalam tanaman.Mekanisme antagonis patogen tumbuhan
dalam menekan populasi atau aktivitas pathogen tumbuhan dapat berupa
Hiperparasitisme, kompetisi terhadap ruang dan hara, serta antibiosis dan
lisis.Efektifitasnya dapat diihat dengan tidak berkembangnyapenyakitersebut.
Agens antagonis tumbuhan yang telah banyak dikembangkan dan
dimanfaatkan untuk pengendalian penyakit tular tanah (soil born) adalah dari golongan
Bakteri dan Cendawan. Berikut merupakan jenis dan ciri-ciri dari mikroorganisme
antagonis:
1. Bakteri
Agens antagonis pathogen tumbuhan dari golongan bakteri yang telah
dikembangkan adalah Pseudomona flurescens. P. flurescens merupakan starin
bakteri dari kelompok Pseudomonas. Memiliki Ciri-ciri sebagai berikut:
Mampu menghasilkan metabolit-metabolit seknder, enzyme ekstra seluler dan
senyawa-senyawa aktif lainnya.
Senyawa-senyawa aktif atau metabolit yang dihasilkan dapat melindungi akar,
dengan mekanisme kolonisasi akar, antibiosis, kompetisi zat besi, degradasi
patogenisitas dan faktor perkecambahan pathogen.
Meningkatkan pertumbuhan tanaman atau induksi mekanisme pertahanan
tanaman.
Menghasilkan senyawa antibiotic yang turut andil dalam mempertahankan
hidupnya dalam waktu yang lama di dalam tanah.
Patogen/penyakit yang dapat dikendalikan adalah Pseudomonas sp. (BRS),
Xanthomononas campestris (BLB) pada tanaman padi sawah dan tanaman
hortikultura. Phytopthora sp., Fusarium sp., Rhizoctania solani
a. Cendawan
Agens antagonis pathogen tumbuhan dari golongan ecndawan yang telah
dikembangkan adalah Gliocladium sp. Dan Trichoderma sp.
Gliocladium sp
Gliocladium sp termasuk dalam Deuteromycota, suddivisi
Deuteromycoyina, kelas Deutromycetes, ordo Moniliales dan family
Moniliaceae. Memiliki Ciri-ciri sebagai berikut:
- Cendawan mengeluarkan gliovirin dan viridian yang merupakan
antibiotic yang bersifat fungistatik
- Senyawa tersebut mampu menghambat pertumbuhan cendawan lain
- Patogen/penyakit yang dikendalikan adalah penyakit layu tanaman
(Fusarium spp), Rhizoctiona solani, Phytium spp dan Sclerotina
sclerotiorum.
b. Trichoderma sp.
Trichoderma sp. Merupakan cendawan antagonis yang banyak terdapat
di tanah dan digunakan untuk mengendalikan patogen tanah.
Trichoderma sp, merupakan cendawan dari golongan kelas Deuteromycetes,
ordo Moniliales dan famili Moniliaceae, genus Trichoderma sp
Ciri-ciri :
- Cendawan ini berwarna hijau seperti lumut tetapi lebih cerah. Penapilan warna ini
disebabkan oleh pewarnaan fialospora, jumlah spora dan adanya perpanjangan
hifa steril.
- Menghasilkan sejumlah besar enzim ekstaraseluler b (1,3)-glukanase dankitinase
yang dapat melarutkan dinding sel pathogen.
- Beberapa anggota dari genus Trichoderma mengahsilkan toksin trichodermin.
Toksin ini dihasilkan oleh cendawan bila hidup pada tanaman hidup Adanya
aktifiktas metabolic hifa yang tinggi pada bahan organic dapat pula menyerang
dan menghancurkan propagul pathogen yang ada disekitarnya.
- Trichoderma viridae menghasilkan 2 jenis antibiotik yaitu gliotoksin dan viridian
yang dapat melindungi tanaman bibit dari serangan penyakit rebah kecambah.
- Patogen/penyakit yang dikendalikan adalah penyakit layu pada tanaman sayuran
dan hias (fusarium spp), Rhizoctonia solani (pada tanaman buncis, tomat dan
terong), Phytoptora sp., dan Sclerotium rolfsii.
3. Mekanisme peranan musuh alami
Musuh alami adalah suatu organisme yang dapat membunuh, melemahkan, hingga dapat
mengakibatkan kematian pada serangga, serta mengurangi fase reproduktif dari serangga.
Musuh alami biasanya mengurangi jumlah populasi serangga, inang atau pemangsa, dengan
memakan individu serangga.
Untuk beberapa spesies, musuh alami merupakan kekuatan utama yang mengatur
dinamika populasi serangga, sehingga penting untuk mengetahui bagaimana musuh alami
dapat mempengaruhi populasi serangga untuk mengestimasi pengaruhnya.Untuk
menjelaskan kepadatan populasi serangga dan memprediksi terjadinya outbreaks.Dalam
pengendalian hama terpadu, kita perlu memahami musuh alami untuk memanipulasinya di
lapangan sebagai pengendali hama. Pengendalian hayati (biological control) adalah taktik
pengendalian hama yang melibatkan manipulasi musuh alami hama yang menguntungkan
untuk memperoleh pengurangan jumlah populasi dan status hama di lapangan.
Pengendalian hayati berbeda dengan natural control, natural control dalam prakteknya
melibatkan agen lain selain musuh alami, misalnya cuaca atau makanan. Pengendalian
hayati dalam arti luas termasuk semua metode yang melibatkan organisme hidup sebagai
bagian dari taktik pengendalian, seperti penggunaan inang yang resisten, pelepasan serangga
steril, atau manipulasi genetik.
Organisme dalam aktivitas hidupnya selalu berinteraksi dengan organisme lainnya
dalam suatu keterkaitan dan ketergantungan yang kompleks. Interaksi antar organisme
tersebut dapat bersifat antagonistik, kompetitif atau simbiotik. Sifat antagonistik ini dapat
dilihat pada musuh alami yang merupakan agen hayati dalam pengendalian hama. Musuh
alami memiliki peranan dalam pengaturan dan pengendalian populasi hama, sebagai faktor
yang bekerjanya tergantung kepada kepadatan, dalam kisaran tertentu musuh alami dapat
mempertahankan populasi hama di sekitar aras keseimbangan umum.
Siapkan alat dan bahan
Masukkan arthorpoda ke dalam plastik yang
sudah berisi kapas dan etil asetat
Simpan di lemari es
Amati jenis dan karakteristik
serangga
Identifikasi serangga menggunakan buku
determinan
Dokumentasikan
Catat hasil identifikasi
METODOLOGI
1. Pengamatan intensitas penyakit
2. Pengambilan sampel arthropoda
Siapkan alat dan bahan
Hitung intensitas kerusakan menggunakan rumus P
Dokumentasikan
Ukur dan nilai intensitas kerusakan tanaman
Amati jenis dan gejala penyakit tanaman contoh
PEMBAHASAN
1. Penyakit yang ditemukan
No Nama Penyakit Keterangan Gambar Penyakit1 - Tidak ditemukan
penyakit-
2. Data intensitas penyakit
Kategori/ sakala
kerusakan
∑ Daun TerserangTC1 TC2 TC3 TC4 TC5 TC6 TC7 TC8 TC9 TC10
0 - - - - - - - - - -1 - - - - - - - - - -2 - - - - - - - - - -3 - - - - - - - - - -4 - - - - - - - - - -
Total - - - - - - - - - -
3. Perhitungan Intensitas Penyakit Tiap Minggu
Tidak ada perhitungan ( tidak ada penyakit yang ditemukan )
4. Grafik Presentase Penyakit
a. Kerusakan tiap tanaman sampel
TC 1 TC 2 TC 3 TC 4 TC 5 TC 6 TC 7 TC 8 TC 9 TC 100
102030405060708090
100
KERUSAKAN PADA TIAP TANAMAN SAMPEL
1234
TANAMAN SAMPEL
Pers
enta
se K
erus
akan
Keterangan:
= Skala Kerusakan 1
= Skala kerusakan 2
= Skala kerusakan 3
= Skala kerusakan 4
b. Kerusakan total selama pengamatan
TC 1 TC 2 TC 3 TC 4 TC 5 TC 6 TC 7 TC 8 TC 9 TC 100
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
KERUSAKAN TOTAL
1234
Pers
enta
se K
erus
akan
Tot
al
Keterangan:
= Skala Kerusakan 1
= Skala kerusakan 2
= Skala kerusakan 3
= Skala kerusakan 4
5. Pembahasan Intensitas PenyakitPada tanaman andewi merah yang di tanam, tidak ditemukan penyakit yang
menyerang tanaman selama pengamatan yang dilakukan setiap minggunya. Menurut
Rukmana (2010), penyakit yang sering menyerang tanaman andewi adalah penyakit busuk
daun ( Bremia lactucae Regel ) dan jugapenyakit karat yang disebabkan oleh cendawan
Puccinia endiviae. Gejala dari penyakit ini adalah munculnya bintik-bintik berwarna coklat
karat.Sedangkan pada tanaman komoditas andewi merah tidak didapati gejala dari penyakit
tersebut ataupun penyakit lain.
Tidak adanya penyakit pada tanaman komoditas kelompok kami disebabkan oleh
umur tanaman andewi merah kelompok kami yang lebih muda dibandingkan kelompok lain.
Hal ini disebabkan karena 60% tanaman mati pada minggu ke-2 dikarenakan aplikasi pupuk
yang salah.Sehingga pada minggu ke-4baru lakukan penyemaian dengan bibit baru yang
masih muda. Karena penyemaian ini penampakan tanaman kami lebih kecil dari tanaman lain
sehingga memungkinkan tanaman kami terhindar dari serangan penyakit yang biasanya
menyerang tanaman yang berumur lebih banyak.
Selain dari faktor penyemaian, terdapat faktor lain yang menjadikan tanaman andewi
merah tidak terserang penyakit. Kondisi dari tempat tanaman andewi merah yang berada
didalam greenhouse dapat meminimalisir keberadaan penyakit. Kondisi yang tertutup dapat
mengurangi resiko serangan penyakit karena faktor-faktor pembawa penyakit seperti angin,
serangga dan air akan lebih sulit masuk dan menyebarkan penyakit pada tanaman
dibandingkan jika tanaman di tanaman pada lahan terbuka. Kondisi greenhouse yang panas
juga dapat meminimalisir serangan penyakit.Dengan tingginya suhu dalam greenhouse dapat
menciptakan suatukondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan mikroorganisme penyebab
penyakit.
Busuk daun karat daun
6. Identifikasi Arthropoda
Pada tanaman andewi merah tanam tidak ditemukan jenis arthropoda ataupun jenis
serangga lainnya.
7. Pembahasan Arthropoda
Arthropoda merupakan organisme yang dapat berperan sebagai hama, musuh alami,
maupun serangga lain pada tanaman budidaya. Peran peran ini bisa merugikan ataupun
menguntungkan. Jika arthropoda berperan sebagai hama maka akan menyerang tanaman
budidaya sehingga berdampak merugikan. Sedangkan jika peran dari arthropoda berperan
sebagai musuh alami baik predator maupun parasitoid maka akan menguntungkan karena
dapat mengendalikan hama yang menyerang tanaman budidaya.
Menurut Rukmana hama penting yang sering menyerang tanaman andewi adalah kutu
daun dan ulat tanah. Pada lahan tanaman andewi merah yang kami tanam, tidak ditemukan
adanya arthropoda baik arthropoda sebagai hama ataupun musuh alami.Faktor dari tanaman
yang masih kecil karena adanya penyulaman merupakan faktor utama tidak adanya
arthropoda ini. Umur dam penampakan tanaman yang lebih tua dan besar akan lebih disukai
oleh arthropoda hama ataupun musuh alami. Oleh karena itu pada tanaman andewi merah
kelompok kami tidak ditemukan jenis arthropoda.
Kondisi lingkungan tanaman kami yang berada didalam greenhouse juga dapat
meminimalisir adanya arthropoda. Kondisi greenhouse yang tertutup akan dapat menekan
adanya arthropoda dari luar, sehingga arthropoda didalam greenhouse akan sangatkecil
jumlahnya.Suhu yang cukup tinggi pada greenhouse memungkinkan ketidaksesuaian
lingkungan bagi kehidupan arthropoda. Sehingga perkembangan akan sangat kecil didalam
greenhouse.
Kutu daun
Ulat tanah
KESIMPULAN
Hama dan penyakit pada tanaman merupakan suatu bagian dari budidaya yang hampir
pasti muncul ketika melakukan budidaya tanaman. Munculnya hama dan penyakit pada tanaman
dapat menurunkan produksi tanaman sehingga perlu dilakukan pengendalian. Pengendalian dapat
berupa pengendalian fisik, mekanis, biologi dan kimia.
Pada tanaman andewi merah kelompok kami tidak ditemukan adanya penyakit yang
menyerang tanaman kami. Arthropoda yang dapat berperan sebagai hama ataupun musuh alami
juga tidak ditemukan. Hal ini disebabkan tanaman yang masih muda dan kecil dibandingkan
tanaman kelompok lain karena adanya penyemaian. Selain itu, kondisi lingkungan yang berada
dalam greenhouse tidak mendukung perkembanngan dari penyakit dan arthropoda sehingga tidak
ditemukannya penyakit ataupun arthropoda pada tanaaman kami.
Pengendalian HPT merupakan langkah penting guna memperoleh serta mempertahankan
produksi tanaman budidaya. Dengan adanya pengendalian ini maka dapat meminimalisir
kehilangan produksi yang diakibatkan serangan dari hama ataupun penyakit. Dengan demikian
secara tidak langsung akan mampu meningkatkan produksi tanaman budidaya.