+ All Categories
Home > Documents > LESI RADIOLUSEN GENERAL DAN LOKAL PARENKIM.docx

LESI RADIOLUSEN GENERAL DAN LOKAL PARENKIM.docx

Date post: 02-Mar-2016
Category:
Upload: fadillovemama
View: 115 times
Download: 11 times
Share this document with a friend
Description:
LESI RADIOLUSEN GENERAL DAN LOKAL PARENKIM.docx

of 27

Transcript

TUGAS TRANSLATE

ROENTGEN SIGN IN DIAGNOSTIC IMAGING SECOND EDITION VOLUME 4 THE CHEST, CHAPTER 10 : GENERALIZED AND LOCALIZED PARENCHYMAL RADIOLUCENT LESIONS

Oleh :Muhammad FadillahH1A 007 041

Pembimbing :dr. Dewi Anjarwati, M.Kes, Sp.Rad

KEPANITERAAN KLINIK SMF RADIOLOGIRUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NUSA TENGGARA BARATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM2013

LESI RADIOLUSEN GENERAL DAN LOKAL PARENKIMIntroduksiRadiolusen dengan radiografi konvensional atau tomografi komputer di definisikan sebagai gambar yang dihasilkan akibat peningkatan penetrasi terhadap salah satu bagian anatomi tubuh. Peningkatan penetrabilitas ini dalam hounsfield units (HU) ditunjukkan dengan angka yang negatif terhadap air, ditetapkan pada 0- atau dengan pencitraan dengan film konvensional di mana derajat abu-abu atau hitam lebih besar dari kepadatan unit air yang digambarkan. Pada umumnya (tidak semua) publikasi di amerika serikat, struktur yang terlihat lusens tampak hitam. Pada beberapa publikasi asing, editor dan penulis memilih untuk menyimpan extra step dalam penggambaran fotografik dalam radiografi (termasuk membuat sebuah negatif), berdasarkan teori bahwa setiap langkah penurunan resolusi dan detail dari radiograf. Struktur radiolusen dapat tampak putih. Namun, dengan perbaikan fotografi baru-baru ini, kerugian tersebut tidak terdeteksi dan kebanyakan pembaca lebih menyukai foto-foto radiografi seperti yang muncul dalam film aslinya. Atas dasar ini, radiolusen dapat didefinisikan pada skala abu-abu sebagai bayangan yang lebih abu-abu atau hitam.Radiolusen juga harus didefinisikan dalam sembilan tanda-tanda rontgen dasar pada regio toraks. Position : apakah terdapat dalam kavum toraks, pleura, mediatinum, regio subdiagfragma, atau parenkim paru ? Bentuk : apakah berbentuk linear atau bercak atau keduanya ? apakah bulat, lonjong atau ireguler ? Size : apakah bayangan lusen tersebut berdimensi kecil atau besar (mulai dari sebagian ataupun seluruh hemitorak, atau mungkin juga bilateral) ? Jumlah : apakah bayangan lusen hanya pada satu area, satu lobus, satu bagian paru atau mungkin bilateral ? Densitas : apakah bayangan lusen berdensitas hitam atau abu abu? Arsitektur : apakah batas luar tidak terlihat, tipis atau terlihat jelas, atau apakah terdapat kapsus radiologik yang tebal, reguler atau ireguler pada bagian dalamnya? Apakah bayangan lusen berhubungan dengan bronkus atau kavum pleura? Apakah kecil dan bernodul atau besar dan bernodul? Fungsi : apakah bayangan lusen itu berpengaruh pada fungsi sistem respirasi atau valsava atau muellers manuver ? Perubahan seiring waktu : apakah terdapat terjadi perubahan dari waktu ke waktu dibanding tanda rontgen sebelumya? Apakah merupakan sebuah proses kronis, subkronis, akut atau subakut ? Perbaikan dengan terapi : apakah terapi tertentu mempengaruhi gambaran rontgen pada pasien ?Table 10-1 penyakit nodular paru yang tampak lusenA. Nodul pulmoner tunggal1. Berdinding tipis : mengandung air fluid levels.a. Kistab. Bulac. Cavitasd. Pneumatokel 2. Berdinding tebal : mengandung cairan, udara dan jaringan nekrotik a. Absesb. Gangrenc. Kavitas infarkd. Kavitas neoplasma (primer ataupun metastastik)e. Arteritis kolagenf. Kista hidatikg. Jamurh. Tuberculosis B. Nodul pulmoner multipel1. Multipel abses2. Multipel infark (cavitas)3. Multipel kavitas neoplasma4. Multipel kista hidatic5. honeycombing

Sementara semua pertimbangan ini penting, kami telah memilih untuk menggambarkan lesi lusen pada kategori utama.1. Penyakit nodular pada paru yang dapat menjadi lusen.2. kepadatan homogen buruk tergambar sebagai lusensi3. lusensi pada paru yang berkaitan dengan linearity.4. Lusensi berpengaruh pada neonatus.5. Lusensi pada toraks, nonparenkimal.6. Hiperlusensi lain yang melibatkan parenkim, termasuk bilateral atau unilateral.

Table 10-2. Hiperlusensi pada toraks (nonparenkim)1. Dinding dadaa. Emfisema subkutisb. Atrofi neurouskular atau paralisisc. Defek congenital pada ototd. Tindakan bedah, seperti radikal mastektomi tipe halsted.2. Cavitas pleuraa. Pneumotoraks parsial atau komplit ataupun berbagai variasinya, seperti hidropneumotoraks, piopneumotoraks atau cilopneumotoraks.b. Fistula bronkopleural dan empiema.3. Mediastinuma. Emfisema paramediastinal dengan gambaran bercak udara yang menjalar naik ke leher.b. Pneumoperikardiumc. Kista bronkogenik4. Herniasi udara dari cavum abdomena. Fluid levelb. Penurunan kerckring c. Kontras opak pada lumen saluran cerna.5. Lipoma pada mediastinum

Bagian ini terfokus pada lusensi pada parenkim paru yang cenderung bilateral dan terkadang hanya melibatkan satu paru.Hiperlusensi Pada Parenkim Paru Dengan Kecendrungan Untuk BilateralTanda rontgen ini dapat disimpulkan sebagai berikut :1. Lesi yang dicirikan dengan oligemia2. Lesi yang dicirikan dengan hiperaerasi akibat inflamasi pada bronkiolus, sperti bronkiolitis pada bayi.3. Air trapping, seperti pada asma, benda asing dan neoplasma.4. Emfisema dan penyakit bulosa5. Sindrom hipoventilasi alveolus6. Polinkondritis7. Hiperventilasi akibat asidosis dan dehidrasi, khususnya pada bayi.8. Defisiensi alfa 1-antitripsin.9. Perubahan akibat tradiasi unilateral atau bilateral atau lusensi yang terkait dengan prosedur diagnostik atau terapeutik lainnya.Bronkiolitis akutPenyakit virus pernapasan adalah penyebab utama bronkiolitis, dan RSV dan virus parainfluenza sangat penting pada bayi dan anak-anak. Gangguan ini bisa cukup berat secara klinis dapat menghasilkan bronchiolitis mematikan dengan croup atau pneumonia. Adenovirus 31 serotipe yang diketahui juga dapat menyebabkan pneumonia sporadis parah, tetapi biasanya lebih ringan secara klinis. pada kali adenovirus terkait dengan batuk rejan, khususnya pada bayi dan anak-anak yang belum diimunisasi. Waktu inkubasi sangat pendek untuk virus jenis ini pada anak-anak dan mungkin kurang dari 24 jamSebagai hasil dari gangguan fungsi bronchociliary, mungkin terdapat superinfeksi oleh bakteri yang ditandai dengan supurasi atau nanah.Terdapat dua efek utama sebagai akibat dari hal dibawah ini :1. Mungkin ada penyumbatan luas saluran udara sekunder dan terminal oleh sel debris, fibrin, dan eksudat, dan akhirnya proses infeksi jenis ini dapat menghasilkan bronchiolitis obliteratif virus.2. Terkadang, pneumonia terbatas pada proses inflamasi interstisial, dan ruang udara paling perifer yang jelas kecuali untuk sesekali makrofag alveolar tersebar. bidang paru-paru sangat hyperlucent. Dalam keadaan ini, paru-paru tampak hiperinflasi bilateral, diagphragm datar, dan sternum menonjol ke anterior, sebagai hasil dari peningkatan inflasi. tulang rusuk mengasumsikan konfigurasi horizontal.Meskipun penampilan radiografi oleh hiperlusen adalah seiring sering bronchiolitis pada bayi (dan kadang-kadang pada orang dewasa dengan asma broncial) mungkin ada baik-baik saja, nodulations miliaria luas dicatat (pada pemeriksaan yang teliti dengan CT). Mycoplasma pneumonia dapat juga ditemukan. Dalam kondisi ini, terdapat area dengn peningkatan densitas yang biasanya terkait dengan infiltrate inflamasi dan hiperplasia pneumonosit II, dengan beberapa deskuasami pada alveoli.

Tampakan ini dapat mencerminkan penyakit membrane hialin dengan baik. Pada orang dewasa, dapat menstimulasi ARDS (acute respiratory distress syndrome).Adenovirus dan herpes virus dapat memproduksi sebuah respon neutrofilik yang menstimulasi sebuah tampakan radiologis yg identik dengan superinfeksi bakteri.Biasanya, proses ini reversible dengan restorasi yang normal pada tekstur parenkim paru. Ketika proses inflamasi memanjang dan fibrosis intertisial terbentuk, terdapat sel reticular yang membatasi perkembangan dari penyakit nodular.Air trapping pada asmaPada banyak pasien dengan asma bronchial, radiografi dada tampak normal. Namun, dengan status asmatikus atau dengan serangan asma tidak terkontrol, karakteristik tampilan radiografis adalah terjadi overinflasi dan air trapping yang terlihat lusen. Pada ekspirasi penuh, sebagai pembanding dengan film pada saat inspirasi, terdapat imobilitas yang relative pda diagfragma. Pembuluh darah pada paru, masih dalam caliber normal, dan bayangan hilar tampak normal. Kadang-kadang, arteri pulmonal tampak sedikit membesar dan berhubungan dengan hipertensi arteri pulmonary.Rebuck dan pengelly (1970) meneliti 58 pasien, usia antara 10-69 tahun, yang menderita asma berat, dan menemukan overinflasi pulmonary pada 75 persen. Simon dkk (1973) yang meneliti 218 ank dengan asma menemukan bahwa mereka yang mengalami asma berat yang persiten kemungkina besar akan menunjukkan abnormalitas dalam tampakan radiografi.dilain pihak, mereka dengan intermiten episodik memiliki gambaran radiologic yang normal, walaupun saat terjadi serangan asma akut. Pada penelitian mereka, sekitar 73% tampakan radiologinya normal.Peningkatan linearitas kadang-kadang terlihat berkaitan dengan asma bronchial dimana terjadi penebalan dinding bronkus. Banner dkk (1976), sebagaimana Collins-Williams dkk (1981) mengemukakan bahwa ketika serangan asma bertahan selama lebih dari 12 jam tanpa pemulihan yang signifikan dengan terapi apapun, pasien tersebut dianggap mengalami status asmatikus dan harus dirawat inapkan.Walaupun pneumomediastinum merupakan komplikasi yang jarang dari air trapping, hal ini dapat terjadi pada anak atau dewasa muda. Hal ini terkait dengan air trapping akibat plak-plak mucus dalam bronkiolus, kemungkinan mengakibatkan gangguan pada aliran udara pada perivaskular menuju hilum dan mediastinum. Pada bayi, dapat pula terjadi pneumotoraks. (potongan lateral dari dada dengan air trapping pada asma)Emfisema pulmonary defisiensi arterial atau tipe lusenPada chapter 9, peningkatan marking linear, tipe-tipe emfisema pulmonary dideskripsikan dengan ukuran yang dapat dipercaya. Dapat dikatakan bahwa American thoracic society dan WHO telah sepakat mendefinisikan emfisema pulmonary sebagai kelainan anatomis pada paru yang dicirikan dengan pembesaran abnormal pada air space distal sampai ke terminal, pada bronkiolus nonrespiratori, yang diikuti oleh kerusakan progresif tipe ireversibel pada dinding alveolus.Kemudian, secara morfologis, emfisema dapat terjadi pada beberapa area spesifik pada asinus atau lobus sekunder, atau dapat terjadi kerusakan yang general pada asinus atau lobules tanpa harus memperhitungkan beberapa region spesifik. Ketika emfisema terlokalisir, hal ini dapat disebut tipe sentrilobular, ketika asini secara umum terlibat, hal ini dpat disebut pablobular atau panasinar emfisema.Walaupun emfisema panlobular dapat terjadi secara acak pada berbagai area paru, tapi secara umum tempat predileksnya pada lobus inferior dan permukaan anterior. Hal ini lebih sering terjadi pada orang tua disbanding anak muda. Pada beberapa kasus, terdapat riwayat keluarga dari emfisema panlobular, dan proses ini dikaitkan dengan defisiensi alfa 1-antitripsin. Kronik bronchitis juga memiliki keterkaitan yang erat.

Berbanding terbalik dengan emfisema panlobular, emfisema centrilobular lebih sering mengenai 2/3 bagian apeks paru dan segmen posterior dari lobus superior dan segmen superior dari dari lobus inferior. Sering tampak inflamasi bronkiolar, dan sepertinya inhalasi polutan, mikroorganisme dan gas bertanggung jawab dalam hal ini. Perokok berat telah dikaitkan dengan emfisema tipe ini. Bronchitis kronis biasanya juga muncul. Bersama-sama, bronchitis kronis dan emfisema secara umum membentuk PPOK (penyakit paru obstruksi kronis).Morfologi dasar lesi pada bronchitis kronis adalah hipertrofi dan hyperplasia pada kelenjar sekresi mucus pada dinding bronkus. Pada banyak kasus bronchitis kronis, terjadi peningkatan jumlah sel goblet yang signifikan. Dapat terjadi inflamasi kronis pada dinding bronkus dan bronkiolus, walaupun hanya sebatas derajat minor. Bentukan defisiensi arterial dihubungkan dengan oligemia dan pada kasus overinflasi berat.Secara radiologis, Nicklaus dkk (1966) meneliti lima tanda rontgen spesifik dalam usaha untuk mengkorelasi akurasi pada diagnosis emfisema pulmoner. Kelima criteria rontgen itu adalah : Diagfragma tampak mendatar Peningkatan ukuran retrosternal air space Sternum membonjol kearah anterior Thoracic kifosis Pelebaran kostaDari kelima hal ini, diagfragma yang tampak mendatar merupaka tanda paling akurat. Peningkatan pada ukuran retrosternal air space lebihdari 3.5cm dari anterior ke margin dari aorta asenden adalah tanda kedua yang paling akurat.Tanda tambahan telah banya disebutkan. Terdapat semacam gerakan pada mediastinum saat ekspirasi yang terekam pada fluoroskopi. Spasium interkostal cenderung untuk menonjol, jantung tampak tergantung.Dari sisi oblik, penonjolan interkostal dari paru merupakan tampilan khusus. Terdapat keterkaitan peningkatan diameter transversal dari dada, dan tulang kosta mengasumsikan konfigurasi horizontal, yang memberika tampakan barrel chest.Ini terekam dalam inspirasi dan ekspirasi dibandingkan, terdapat perbedaan mobilitas dari diagfragma dengan inspirasi penuh- 2 sampai 3 cm atau kurang dibandingkan dengan 5 sampai 10 cm- dan tampakan diagfragma pada ekspirasi paksa, secara jelas menunjukkan air trapping.Emfisema sentrilobulrar biasanya teridentifikasi pada zona paru atas, sedangkan emfisema panasinar didapatkan pada zona bawah.

Sindrom hipoventilasi alveolusUnderventilasi pada paru normal dapat mengakibatkan hipertensi pulmoner. Sindrom ini dikemukakan dengan Ondines curse, yang terdiri dari obesitas, obstruksi saluran nafas atas, kehilangan aklimasi ketinggan, atau depresi yang berkelanjutan dari pusat respirasi akibat obat-obatan. Hipertensi pulmoner bermanifestasi berupa dilatasi dari arteri pulmoner utama serta cabang hilarnya. Jantung membesar, dan konfigurasu pada ventrikel kanan berupa kor pulmonal.Hipoventilasi alveolar juga muncul pada pasien yang tidak obese yang memiliki kelainan pada mekanisme pangatura batang otak. Pasien tersebut sering memiliki riwayat kelainan saraf pusat seperti ensefalitis, Parkinson, sitiongomielia, neurosifilis (severiinghaus dan Mitchell, 1962; mellins, 1970)Pada sindrom pickwickian, yang aslinya dideskripsikan oleh kerr dan lagen (1936), sianosis, polisitemia dan obesitas merupakan cirrinya. Pasien tersebut tidak hanya mengalami hipoksemia, tetapi juga hiperkapnea. Penrpasan menurun akibat obesitas dan terdapat penurunan sensitifitas terhadap pusat control pernapasan (Kaufman, 1959).PolikondritisPolikondritis adalah penyakit pada jaringan kolagen yang berefek pada kartilago di banyak bagian pada tubuh, meliputi lobus telinga, hidung, sendi, kosta dan trakeobronkial. Mekanisme jelasnya belum diketahui, namun diduga akibat aktivitas dari enzim lisosom, yang mengakibatkan destruksi jaringan ikat kondroid pada matriks kartilago.Secara radiologis, terpisah dari kalsifikasi kartilago pada area lain pada tubuh, ketika paru mengalami air trapping beratsaat ekspirasi terjadi, dan paru dapat mengalami oligemik. Sejak polikondritis mengalami relaps, biasanya general dan merupakan kelainan sistemik, diagnosis biasanya dibuat berdasarkan dasar ini.Defisiensi alfa 1-antitripsinPada kasus lanjut dari defiensi ini, gejala dan gambaran radiologik mirip seperti PPOK, walaupun pasien mestinya harus menunjukkan gejala obstruksi jalan napas melalui pengukuran secara rutin.sebagai akibat dari defisiensi alfa 1-antitripsin, terjadi kehilangan elastik rekoil dan redistribusi dari aliran darah dengan kehilangan gradasi perfusi normal dari apeks ke basal paru. Pada posisi tegak, aliran darah pada basal paru tiga kali lebih banyak dibanding pada apeks. Terjadi penurunan pada FEV1. Hubungan antara enzim ini dengan kejadian emfisema dan merokok telah bisa dijelaskan dengan mekanisme yang jelas.Analisis terhadap akurasi penyebab hiperlusen paru bilateralSebagai kesimpulan, seperti telah dikatakan sebelumnya, nicklaus dkk (1966) melakukan korelasi morfologis yang hati-hati dengan interpretasi radiologis. Mereka menemukan bahwa tampakan rontgenologis, sebagaimana didefinisikan dengan rontgen dasar yang telah disebutkan sebelumnya, cukup akurat pada kasus sedang dan berat. Pada banyak kasus tersebut, diagnosis dibuat bahkan tanoa kecurigaan klinis.Ketika ukuran air space adalah 5 mm atau lebih, korelasi dengan perubahan struktural paru itu bagus secara radiologis (Reid dan Millard 1964).Sutinen dkk mempelajari 60 kasus secara retrospektif, dan diagnosis secara radiologis terbilang tepat pada 54 kasus, overlook pada 6 kasus lainnya, tanpa hasil kasus postif palsu.Sialnya, korelasi klinis tidak begitu bagus hasilnya, dan hasil postif serta negatif palsu sering ditemukan. Uji fungsi paru memainkan peranan penting dalam penilaian klinis pada pasien-pasien tersebut. Tes sperti uji kapasitas vital, kapasitas ekspirasi maksimal, pengukuran cadangan napas, kapasitas ekpirasi vital dapat dialkukan untuk evaluasiHiperlusen unilateral pada parenkim paru. Tampakan hiperlusen unilateral ini dan penyakit dasarnya, sebagai berikt :1. Kongenitala. Ketiadaan atau malformasi dari paru atau cabang bronkus atau kelainan pada otot pectoralis.b. Aberasi pada arteri pulmoner kiri.c. Emfisema lobaris kongenitald. Paten duktus arteriosuse. Paten duktus arteriosus dan karsinoid bronkial.2. Oklusi unilateral pada bronkus karena tumor jinak atau ganas atau benda asing.3. Swyer-james atau sindrom masleod4. Kompkikasi dari infeksi parua. Adenovirus. b. Pneumonia karena Staphylococcus aureus .c. Nekrosis akibat infeksi granuloma, misalnya TBC5. Penyakit didapat yang berkenaan dengan arteri atau penyakit parua. Udara akibat embolib. Sindrom westermark dengan trombus pada arteri pulomner utama yang menghasilkan nekrosis pucat.c. Penyakit jantung didapat.6. Lesi kistik parua. Bulab. Kista terminalc. Pneumatocelesd. Kista bronkogenik.7. Lesi akibat pengobatana. Terapi radiasib. Intubasi bronkoskopic. Intermitent positive pressure breathing (IPPB) atau postive end expiratory pressure breathing (PEEP)

Penyebab kongenital radiolusensiSindrom paru hipogenetikSindrom paru hipogenetik berkaitan dengan hipoplasia pada paru kanan dan abnormalitas pada arteri pulmoner kanan dan biasanya pada cabang bronkus kanan.Paru yang abnormal sering disuplai langsung oleh arteri bronkial dan ini berkaitan dengan bronkietaksis. Banyak hal ini akan berefek pada pasien sehingga mengalami gejala kardiorespirasi dan hipertensi pulmonar. Banyak juga yang mengalami infeksi paru atau hemoptisis. Hipertrofi ventrikel kanan juga sering ditemukan.Aerasi Yang Tidak Sama Pada Paru Pada Kelainan Jantung Congenital Seperti Patent Duktus ArteriosusGarfunkel dan kiekpatrik melaporkan bahwa pada beberapa kasus pasien dengan paten duktus arteriosus pada bulan pertama kehidupan menunjukkan overaerasi persisten pada paru kiri dan tampakan pembuluh darah yang berbeda antara paru kiri dan paru kanan. penemuan ini menghilang setelah dilakukan perbaikan duktus melalui psroses operasi. penyebab pasti belum ditemukan namun dicurigai akibat aliran langsung yang melewati duktus menuju paru.Kelainan pada adteri carotid komunis kiri dan arteri brachiocephalicaKelainan pada arteri paru kiri menimbulkan indentasi yang lebih oblik dari trakea dan trakea bersama dengan esophagus lebih divergen.

AIR TRAPPING ATAU CHECK VALVE PADA NEOPLASMA PARU JJINAK MAUPUN GANASNeoplasma jinak sekitar 50 [ersen dari neoplasma bronchial adenoma namun hanya menyumbang 6 hingga 10 persen sebagai tumor primer pada paru. Penelitian lain menunjukan jenis neoplasma yang lain menyumbang hanya 1,2 persen pada neoplasma paru.Tempat yang paling sering bagi tumbuhnya neoplasma adalah pada daerah di dekat bifurkasio trakea atau pada region karina. Pada lokasi tersebut menimbulkan atelektasis, air trapping ataupun pneumonitis obstruksi. Terdapat dua jenis adenoma bronchial yaitu karsinoid dan silindroma. Jenis karsinoid sekitar 85 hingga 95 persen dari adenoma tersebut. Dimana perempuan lebih sering terkena adenoma ini dan lebih sering pada akhir decade 3oan dan awal 40an.Silindroma ataupun neoplasmma lain yang lebih ganas daripada karsinoid sering tumbuh kembali setelah pengangkatan. Selain kedua jenis adenoma ini ada juga tumor mukoepidermoid yang terdiri dari sel skuamosa yang berkumpul dengan sel kolumnar.Jika lesinya terletaj di daearh sentrral obstruksi bronchial atau air trapping lebih sering terjadi atau terlihat pada radiologi. Obstruksi dapat bersamaan dengan atelektasi peroferal dan pneumonitis obstruktif.Hanya sekitar 20 persen dari adenoma bronchial yang berada di daearah perifer menunjukan munculnya nodul dengan diameter sekitar 4 cm. Nodul pada adenoma bronchial perifer lebihs erring pada lobus atas dan tengah dan lingual lobus atas paru kiri. Tomografi konvensional sangat membantu memperlihatkan adanya kelainan adenoma bronchial ataupun trakea. Jika terjadi metastasis tulang akan menimbulkan osteoblastik ataupun osteolitik.

Benda asing pada bronkus memunculkan hiperlusens check valveGambar 10-27 menunjukkan gambaran seperti wortel pada bronkus kanan menimbulkan air trapping selama ekspirasi dengan hiperlusensi pada paru kanan pada fase respirasi ini. Juga bisa terjadi mediastinum yang bergeser.Maslah ini pada bayi kadang sulit ditangani karena susah nggali informasi melalui anamnesis. Pada orang yang lebih tua penggalian informasi adalah faktor yang lebih penting.

Sindrom Hiperlusen Paru UnilateralSindrom hiperlusen paru unilateral adalah sebuah kondisi yang ditandai dengan pemadatan paru yang bisa melibatkan satu lobus dua lobus atau pada lobus bawah paru yangatu dan lobus atas paru yang lain.Patogenesisnya Seperti Berikut1. terjadi infeksi pada satu paru biasanya infeksi virus pada awal masa kanak-kanak2. akut bronkiolitis pada paru perifer3. air trapping dan over aerasi yang terjadi pada parenkim paru perifer dan biasanya muncul enfisemaSecara morfologis terdapat bronkiolitis obsliteran, bronkiektasis dan distensi dan obstruksi pada distal air space.Secara radiografis, penampakan posteroanterior dada terdapat perbedaan mencolok dari radiolusensi dari kedua paru karena terjadi penurunan perfusi dari salah satu paru. Hilus dari bagian yang lusen terlihat kecil menunjukkan agenesis arteri pulmonalSelama fase ekspirasi pada foto menunjukkan air trapping pada paru yang terkena dengan pergeseran dari mediastinum ke sisi yang normal.Komplikasi-komplikasi dari infeksi parenkim paru yang memberikan gambaran lusenHiperlusensi pada inflamasi paru dapat muncul pada kelainan berikut1. Supurasi atau nekrosis2. Gangrene paru akut3. Negrosis di dalam granuloma4. Ateritis dengan nekrosis5. Aspirasi isi lambung6. Inhalasi gas noxious7. Cacing dan parasit8. Bronkiektasis,Stafilokokus aureus pneumoniaPneumonia akibat Stafilokokus aureus fase lusen pada bayi dan dewasa dicirikan dengan pembentukan pneumatokel, fistula bronkopleural dengan empiema dan pneumotoraks. Pada orang dewasa kejadian unilateral sekita 40% dari seluruh kasus.

Nekrosis pada infeksi granulomaNekrosis yang timbul pada infeksi granuloma sepeti TBC dan jamur, telah dilaporkan. Kavitasna dapat berdinding tebal, bentuk dan ukuran tidak regular, dengan atau tanpa fluid lever yang meliputi lusensi.

Gangrene paru akut Terutama disebabkan karena Klebsiella Pneumonia dengan perluasan ke lobus-lobus paru. Pada posisi erect, gas yang terdapat pad arongga daerah gangrene biasanya tampak pada bagian atas di bawah dinding dan tampak tidak beraturan.Massa yang terpisah tampak berlapis tipis permukaan rongga (Kninght, 1975).KavitasNekrosis yang terjadi pada rongga berhubungan dengan Wegeners arteri, dan gambaran gelembung-gelembung kecil seperti tampakan dermotomyosis.Pneumoni aspirasi.Tampakan lucent pada Pneumoni aspirasi ini kemungkinan dihasilkan oleh cairan gaster.Hematoma.Hematoma, dapat terjadi karena kista yang terjadi akibat pengeluaran dahak yang dapat menyebabkan infeksi dengan tampilan encapsulated air.Encapsulated Pneumotthorax.Kadang-kadang encapsulated pneumothorax mungkinakan menyebabkan tampakan cyst, memerlukan body section radiographs, secara oblig dan tampkan yang stereotifik untuk melihat adanya perbedaan dari tampilannya.Nodul InflamasiAdalah kejadian inflamasi yang jarang terjadi pada nodul-nodul didaerahdindingdari bronkus dengan tampakan crescentic (sabit) air shadow yang biasanya tampak pada hydatis disease.

TAMPAKAN RADIOLUSEN, AKIBAT PENYAKIT VASKULER PARUThrombosis arteripulmonary (westermarks Syndrome). Tampakan oligemia dan lusen periper sampai trombus yang luas yang terjadi pada arteri pulmonary tampak pada gambar 10-20

Hipoventilasi pada paru kiri berhubungan dengan heart disease.Menggunakan teknik scintigraphs, Spellberg (1973) menemukan bahw apasien dengan heart disease terjadih ipoventilasi pada paru kiri.Gambaran lusen tersebut disertai dengan gejala pleural pain, hemiparesis atau empisema.Kadang terjadi elevasi vascular pulmonary yang resisten dan tekanan arteri pulmonary dan hipoksemia arteri.

LESI KISTIK PARUBullous Disease paru.Bulla terdapat didalam paru.Ada tiga tipe bulla yang memiliki perbedadaan sebagaib erikut.Tipe I. bulla terjadi pada subpleura yang meninggalkan scar pada paru yang banyak terdapat pada apek sparu. Bulla ini dapat rupture dan menyebabkan pneumotoraks.Tipe II. Bulla dapat terjadi dpada semua permukaan paru terutama pada daerah anterior berawalpada upper dan middle lobus paru sampai diatas diafragma. Bulla ini terpisah dari jaringan dan pembuluh darah.Dapat penyebabkan empisema.Tipe III. Bulla terjadi lebih dalam sampai ke parenkim paru, berisi untaian empisema dan pembuluh darah yang menyebabkan lobus atas dan bawahs amab esar.Emfisema obstruktif lokalEmpisema dapat terdapat padaseluruh daerah paru dengan tampakan oligemis dan hiperlusen. Diagnosisny atidak akan dipengaruhi dengan gambaran adanya unilateral atau empisema lobaris.Dari beberapa kausa dijelaskan oleh Putman (1984), menggunakan CT, dengan indikasi sebagai berikut : Intrapulmonary air sacs, Traumatic lung cyst, Infeksidan non-infeksi granuloma, termasuk jamur, Cavitary cilicosis, Hamartomas (jarang), Westermarks Sindrom, Pulmonary embolism.Kista koelomik kongenital.Kista intra toraks terdapat di 3 tempatyaitu : Mediastinal Esophageal BronkusCT-scan pada lesi lusens paru yang terlokalisasiRadiografi konvensional memiliki kemampuanterbatas dalam mendiagnosis kelainan ini kecuali pada kasus-kasus dengan obstruksi paru menyeluruh yang kronis. Ct-scan dapat meniagnosis lebih tepat pada kelainan ini. Ct-scan juga sangat membantu membedakan kelainan pleura dengan kelainan parenkim.

CT pada intrapulmonary air sacIndikasinya adalah : (1) paru normal tanpa gangguan dan asimptomatik (2) simptomatik dengan kompresi pada organ paru normal (3) simtomatik dengan kerusakan paru berpengaruh secara nyata terhadap fungsi paru.

CT pada pasien dengan pneumatokel atau kista paru traumaticSeperti telah diketahui pneumatokel sering diakibatkan oleh stafilokokus, namun lesi ini juga muncul pada orang dewasa, khususnya dalam bentuk ARDS. Pneumatokel traumatic dapat terjadi sebagai akibat daritrauma dada nonpenetrasi langsung atau sebagai akibat dari barotraumas.CT pada lokasi kelainan yang lainHal ini merupakan problema bahwa CT khususnya sangat membantu dalam mengatasi problem yang terkait dengan emboli paru. Namu, tromboemboliterjadi pada cabang utama arteri pulmonal, CT akan lebih efektif dengan contrast. CT mungkin dapat dipilih pada kateterisasi berulang untuk memonitor resolusi dari situasi pusat thrombus pulmonal.

27


Recommended