i
i
LOGO SEBAGAI TANDA: ANALISIS MAKNA BENTUK DAN PERANAN WARNA PADA HASIL
CIPTAAN PARA MAHASISWA POLIMEDIA
TESIS
Oleh
AFRI DELIANSYAH NASUTION
NIM: 137037006
PROGRAM STUDI MAGISTER PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017
ii
ABSTRAK
This thesis titled Logo as a sign: Meaning Analysis of Form and Color
Role In Creation Results The Student Polimedia. Theoretically driven sense of desire to understand the meaning of symbols and colors that produce communications role a sign of local wisdom North Sumatra as a material for making the logo on the work of students Polimedia PSDD Medan. It is interesting to be studied through the disciplines of graphic design and technology based on local wisdom, given the lack of student knowledge about the cultures, filsafal aesthetic and cultural anthropology. With basic courses that are pokasi, diseharusnya students are able to create an applied art products with charges of local wisdom as an enticement to compete in international markets.Therefore, this thesis attempts to explain the process the concept of line, shape, form, volume, color, texture, and lighting by reference to the aesthetics and the local knowledge of North Sumatra that can be classified into three types, namely design with loads of traditional, modern, and contemporary. This study uses qualitative descriptive method and analyzed through pendekatnan science of semiotics, and the disciplines of art plus science imu-aids (auxilary disciplines) such as: cultural sciences, anthropology, aesthetics, psychology, and others. in order mengomunikasi expression of the identity of a mark on the logo through the meaning of shapes and colors created role. Accomplishment research logo as a sign, can reinforce, markers generated from textual objects that are tangibly a symbol and a marker of conception typo (text) and color abstraction that is a symbol. If the meaning of the form (textual) coupled with the role of color (conceptual) will produce a logo, and the logo is an indication. The logo creation can not be separated from that category of logo, logotype, Logograms, and Combination typo and gram. Logograms and separate type and logotype and blend gram. Typographic Logo, Logo gramgraphic, Logograms transform typo, Logotypo transform gram. Meaning the shape and role of color presented by students Polimedia PSDD Terrain in the logo is a sign of local wisdom North Sumatra as a means of communication and identity on the international market.
Keywords: logo, mark, shape, color and culture
iii
INTISARI
Tesis ini berjudul Logo sebagai Tanda: Analisis Makna Bentuk dan Peranan Warna Pada Hasil Ciptaan Para Mahasiswa Polimedia. Secara teoritis didorong rasa keinginan untuk memahami makna simbol dan peranan warna yang menghasilkan komunikasi sebuah tanda dari kearifan lokal Sumatera Utara sebagai materi untuk pembuatan logo pada karya mahasiswa Polimedia PSDD Medan. Sangat menarik untuk dikaji melalui disiplin ilmu desain grafis dan teknologi yang berbasis kearifan lokal, mengingat minimnya pengetahuan mahasiswa tentang kultur budaya, filsafal estetika dan antropologi budaya. Dengan basic perkuliahan yang bersifat pokasi, mahasiswa diseharusnya mampu menciptakan produk seni terapan dengan muatan-muatan kearifan lokal sebagai daya tarik untuk bersaing di pasar Internasional. Oleh karena itu tesis ini berusaha menjelaskan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika dan kearifan lokal Sumatera Utara yang dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu desain dengan muatan tradisional, modern, dan kontemporer. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan dikaji melalui pendekatnan ilmu semiotika, dan disiplin ilmu seni rupa ditambah dengan imu-ilmu bantu (auxilary disciplines) seperti: ilmu budaya, antropologi, estetika, psikologi, dan lain-lainnya. dalam rangka mengomunikasi ekpresi identitas sebuah tanda pada logo melalui makna bentuk dan peranan warna yang diciptakan. Pencapain hasil penelitian logo sebagai tanda, dapat mempertegas, penanda yang dihasilkan dari tekstual objek yang bersifat kongkrit merupakan simbol dan petanda dari konsepsi typo (teks) serta warna yang bersifat abstraksi merupakan lambang. Apabila Makna bentuk (bersifat tekstual) digabungkan dengan peranan warna (bersifat konseptual) akan menghasilkan sebuah logo, dan logo merupakan sebuah tanda. Penciptaan logo tersebut tidak terlepas dari katagori logo yaitu, Logotype, Logogram, dan Combination typo and gram. Logogram and separate type dan Logotype and blend gram. Logo typographic, Logo gramgraphic, Logogram transform typo, Logotypo transform gram. Makna bentuk dan peranan warna yang dihadirkan mahasiswa Polimedia PSDD Medan pada logo merupakan sebuah tanda dari kearifan lokal Sumatera Utara sebagai alat komunikasi dan identitas di pasar Internasional. Kata kunci : Logo, tanda, bentuk, warna dan budaya
iv
PRAKATA
Terimakasih serta rasa syukur yang tidak terhingga kehadirat Allah
SWT, karena dengan rahmad dan hidayah serta kuasaNya yang telah
dilimpahkan kepada penulis dan juga memberi keberkahan ilmu dan
pemilikiran-pemikiran untuk merangkai kata demi kata serta perlindunganNya
sehingga tesis ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat meraih gelar
Magister Seni (M,Sn) pada Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan
Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa keterbatasan kemampuan dan pengalaman
sehingga menemukan berbagai kendala dalam menyelesaikan tesis ini, namun
hal ini dapat teratasi dikarenakan bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Runtung,S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara dan Bapak Dr. Budi Agustono, M.S., sebagai Dekan
Fakultas Ilmu Budaya yang telah memberikan fasilitas dan sarana
pembelajaran sehingga penulis dapat belajar di kampus Universitas
Sumatera Utara dalam kondisi nyaman.
2. Bapak Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D selaku pembimbing utama
yang telah banyak memberikan masukan dalam hal ide, gagasan dan
koreksi bagi penulisan tesis ini
v
3. Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hum., Sekretaris Prodi Magister (S-2)
Penciptaan dan Pengkajian Seni fakultas seni budaya Universitas Sumatera
Utara, yang telah memberi masukan, saran yang sifatnya membangun serta
materi dan teknik penulisan dalam penyelesaian tesis ini.
4. Bapak Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D selaku Ketua Prodi
Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni Universitas Sumatera
Utara dan pembimbing utama yang telah banyak memberikan masukan
dalam hal ide, gagasan dan koreksi bagi penulisan tesis ini
5. Bapak Drs. Fuad Erdansyah, M.Sn. sebagai pembimbing dua yang telah
banyak memberikan pandangan, membuka jalan pikiran penulis dalam
menungkan ide-ide serta masukan dan koreksi terhadap penulisan tesis ini.
6. Bapak Dr. H. Muhizar Muchtar, M.S., sebagai penguji tesis yang telah
banyak memberikan masukan dan pandangan dalam perbaikan tesis ini.
7. Seluruh dosen mata kuliah sebagai Narasumber yang telah banyak
memberikan informasi dan ilmu serta pengalaman selama perkuliahan
8. Bapak Drs. Irwansyah, M.A., selaku Dosen Magister (S-2) Penciptaan dan
Pengkajian Seni Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi masukan
dan materi dalam penyelesaian tesis ini.
9. Abangda Duta Syailendra, M.Sn. yang banyak memberikan bantuan,
dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya atas waktu, ide, pikiran, dan bimbingan yang diberikan kepada
penulis
vi
10. Bapak Drs. Ponisan, yang telah banyak membantu dalam administrasi baik
selama perkuliahan maupun dalam penyelesaianya tesis ini.
11. Keluarga Besar Manja Family (Keluarga Alm. Alimansyur Nasution dan
Almh. Nabsiah) untuk dukungan, doa dan semangat yang selalu diberikan
dalam penyelesaian studi. Penulis dalam kesempatan ini mengucapkan
terima kasih untuk dukungan dukungan doa dan semangat yang di berikan.
12. Istri tercinta penulis Rahmadhani dan anak-anak penulis Afram
Muhammad Nasution dan Rasya Azkya Zaffir Nasution atas doa,
kesabaran, dukungan dan semangat bagi penulis dalam penyelesaian
tulisan ini.
13. Keluarga mertua penulis (Bapak Suyadi dan Ibu Yulia), atas doa,
kesabaran, dukungan dan semangat bagi penulis dalam penyelesaian
tulisan ini.
14. Keluarga besar SMP Negeri 3 Galang yang tidak dapat penulis sebutkan
namanya satu persatu, untuk dukungan moril maupun materil yang
diberikan selama penulis menimba ilmu di prodi pengkajian dan
penciptaan seni fakultas ilmu budaya Universitas Sumatera Utara
15. Keluarga besar Dosen dan Staf Prodi Mulitimedia Politiknik Negeri Media
Kreatif PSDD Medan yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu
persatu, untuk dukungan moril maupun materil yang diberikan selama
penulis menimba ilmu di prodi pengkajian dan penciptaan seni fakultas
ilmu budaya Universitas Sumatera Utara.
vii
16. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan pada prodi Penciptaan dan
Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
17. Mahasiswa Prodi Mulitimedia Politiknik Negeri Media Kreatif PSDD
Medan, untuk dukungan dan peran sertanya sebagai sampel dalam
penelitiaan ini
18. Kepada seluruh pihak yang juga tidak dapat penulis sebutkan satu per satu
untuk keterlibatannya baik secara langsung maupun tidak langsung yang
terkait dalam proses
Penulis menyadari bahwa tidak akan pernah dapat membalas semua
kebaikan yang telah penulis dapatkan selama menempuh perkuliahan, muda-
mudahan segala bantuan, fikiran, perhatian dan dorongan tersebut mendapat
balasan dari Allah SWT. Akhir kata, penulis berharap kiranya tesis ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya. Terima kasih
Medan, Februari 2017
Penulis,
Afri Deliansyah Nasution
NIM: 137037006
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : AFRI DELIANSYAH NASUTION
NIP : 137037006
Tempat/Tanggal Lahir : Labuhan Deli, 13 April 1978
Alamat : Jln. Maharani V Komp. PDK no. 73. Lingk.18
Rengas Pulau Medan Marelan
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
dan Dosen Honor Politeknik Negeri Media
Kreatif PSDD Medan
Pendidikan : Sarjana Pend. Seni Rupa (S.Pd) dari Fakultas
Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan,
Jurusan Seni Rupa, lulus tahun 2003.
Pada tahun akademi 2013/2014 diterima menjadi mahasiswa pada
Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara.
ix
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.
Medan, 14 Februari 2017
Afri Deliansyah Nasution NIM 137037007
x
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i PRAKATA ......................................................................................................... iii DAFTRA HIWAYAT HIDUP ............................................................................. v PERNYATAAN ................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1 1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 14 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 14 1.4. Tijauan Pustaka ........................................................................................... 16 1.5. Konsep dan Teori ........................................................................................ 23
1.5.1. Konsep ............................................................................................ 23 1.5.2. Teori yang digunakan ...................................................................... 30
1.5.2.1. Teori semiotika .................................................................... 31 1.5.2.2. Teori logo ............................................................................ 37 1.6. Metode Penelitian ....................................................................................... 61
1.6.1. Pendekatan penelitian ........................................................................ 62 1.6.2. Jenis penelitian .................................................................................. 63 1.6.3. Studi kepustakaan .............................................................................. 64 1.6.4. Soal untuk penciptaan logo ................................................................ 65 1.6.5. Observasi ........................................................................................... 66 1.6.6. Dokumen ........................................................................................... 67 1.6.7. Hipotesis kerja ................................................................................... 67 1.6.8. Teknik Analisis Data .......................................................................... 67
1.7. Penentuan Lokasi dan Obyek Penelitian ...................................................... 68 1.8. Pilihan Penelitian terhadap Para Mahasiswa Pencipta Logo ......................... 69 1.9. Sistematika Penulisan Tesis ........................................................................ 69 BAB II ETNOGRAFIS ETNIK DI SUMATERA UTARA DAN RAGAM HIASNYA .................................................................... 72 2.1. Konsep Suku Bangsa atau Kelompok Etnik ................................................. 72 2.2. Etnografi Masyarakat dan Kebudayaan Sumatera Utara .............................. 77 2.3. Etnik Karo dan Seni Rupanya ..................................................................... 82 2.4. Etnik Pakpak-Dairi dan Seni Rupanya ........................................................ 88 2.5. Etnik Simalungun dan Seni Rupanya........................................................... 91 2.6. Etnik Batak Toba dan Seni Gorganya ....................................................... 100 2.7. Etnik Mandailing-Angkola dan Seni Rupanya ........................................... 114 2.8. Suku Pesisir dan Seni Rupanya ................................................................. 120 2.9. Suku Nias dan Seni Rupanya..................................................................... 123 2.10. Etnik Melayu dan Seni Rupanya .............................................................. 129
xi
BAB III POLIMEDIA MEDAN DAN DISKURSUS LOGO DALAM DISIPLIN ILMU SENI RUPA .......................................................... 133 3.1. Deskrispsi Polimedia ................................................................................. 133 3.1.1. Sejarah Polimedia ............................................................................ 134 3.1.2. Mata kuliah logo ............................................................................. 135 3.2. Studi tentang Logo dalam Disiplin Ilmu Seni Rupa ................................... 136 3.3. Sejarah Logo ............................................................................................. 138 3.4. Klasifikasi Logo ........................................................................................ 143 3.5. Katagori Logo ........................................................................................... 145 3.5.1. Logotype (elemen tulisan saja) ......................................................... 149 3.5.2. Logogram (elemen gambar saja) ...................................................... 150
3.5.3. Combination typo and gram (gabungan tulisan dan gambar) .......... 152 3.5.3.1. Logogram and separate type (gabungan gambar & tulisan terpisah) .............................. 152 3.5.3.2. Logotype and blend gram (Logo gambar & tulisan membaur) ................................... 154 3.5.3.2.1. Typographic (logo dalam tulisan terdapat gambar) ................. 154 3.5.3.2.2. Gramgraphic (logo dalam gambar terdapat tulisan) ................ 155 3.5.3.2.3. Logotype transform gram (logo tulisan membentuk gambar) ..................... 156 3.5.3.2.4. Logogram transform typo (logo gambar membentuk huruf) ....................... 157 3.6. Kajian Bentuk Logo .................................................................................. 159 3.6.1.Bentuk Pola ...................................................................................... 161 3.6.1.1. Pola bentuk titik ................................................................... 162 3.6.1.2. Pola bentuk garis ................................................................. 163 3.6.1.3. Pola bentuk bidang............................................................... 166 3.6.1.4. Pola Bentuk Ruang .............................................................. 168 3.6.2. Bentuk Motif ................................................................................... 170 3.6.2.1. Bentuk motif tumbuhan ...................................................... 177 3.6.2.2. Bentuk motif fauna ............................................................. 179 3.6.2.3. Bentuk motif geometris ....................................................... 182 3.6.2.4. Bentuk Motif Figuratif ........................................................ 185 3.7. Kajian Warna ............................................................................................ 188 3.8. Pengaruh Unsur Budaya ............................................................................ 191 3.8.1. Sebagai sistem tanda........................................................................ 193 3.8.2. Makna simbol .................................................................................. 194 3.8.3. Makna lambang ............................................................................... 196 3.8.4. Perbedaan Simbol, Lambang, dan Logo ........................................... 198
xii
BAB IV ANALISIS MAKNA BENTUK DAN PERANAN WARNA LOGO CIPTAAN PARA MAHASISWA POLIMEDIA MEDAN ................ 204 4.1. Deskripsi Bentuk Berdasarkan Teori Nirmana ........................................... 206 4.1.1. Bentuk Logo Karya Pencipta 1 (Ade Fitria Ningsih) ...................... 206 4.1.2. Bentuk Logo Karya Pencipta 2 (Aditya Chansa M) ........................ 208 4.1.3. Bentuk Logo Karya Pencipta 3 (Agnes Ramadhani) ...................... 209 4.1.4. Bentuk Logo Karya Pencipta 4 (Agung Nugraha) .......................... 210 4.1.5. Bentuk Logo Karya Pencipta 5 (Bayu Irgi Fahrizal)....................... 212 4.1.6. Bentuk Logo Karya Pencipta 6 (Cepen Firmus G) ......................... 214 4.1.7. Bentuk Logo Karya Pencipta 7 (Fita Elfatisi Purba) ....................... 215 4.1.8. Bentuk Logo Karya Pencipta 8 (Hasalan P. Samosir) ..................... 216 4.1.9. Bentuk Logo Karya Pencipta 9 (Iqbal Rizki) ................................. 218 4.1.10. Bentuk Logo Karya Pencipta 10 (Masnur Pardede) ........................ 219 4.1.11. Bentuk Logo Karya Pencipta 11 (Menanti Sitohang) ..................... 220 4.1.12. Bentuk Logo Karya Pencipta 12 (Muhammad Soufiyarno) ............ 222 4.1.13. Bentuk Logo Karya Pencipta 13 (Muhammad Zailani) .................. 223 4.1.14. Bentuk Logo Karya Pencipta 14 (Nurul Azizah) ............................ 224 4.1.15. Bentuk Logo Karya Pencipta 15 (Risky Hamdany Ks Lubis) ......... 226 4.1.16. Bentuk Logo Karya Pencipta 16 (Sri Damayanti) .......................... 227 4.1.17. Bentuk Logo Karya Pencipta 17 (Triana Sahfitri) .......................... 228 4.1.18. Bentuk Logo Karya Pencipta 18 (Yandri Hotdenito M) ................. 229 4.1.19. Bentuk Logo Karya Pencipta 19 (Yuni Kartika Sari) ..................... 230 4.1.20. Bentuk Logo Karya Pencipta 20 (Zulfi Arfian) .............................. 232 4.2. Analisis Logo Karya Para Mahasiswa Polimedian Medan Berdasarkan Teori Logo ............................................................................ 233 4.2.1. Berdasarkan Kriteria Logo............................................................... 233 4.2.2. Penilaian Secara Kualitatif............................................................... 238 4.3. Analisis Berdasarkan Kategori Logo dalam Disiplin Seni Rupa................. 240 4.3.1. Katagori logotype ............................................................................ 240 4.3.2. Kategori logogram .......................................................................... 242 4.3.3. Katagori logo combination typo and gram ....................................... 243 4.3.3.1. Katagori logogram and separate type .................................. 244 4.3.3.2. Logotype and blend gram .................................................... 251 4.3.3.2.1. Typographic ........................................................ 251 4.3.3.2.2 Gramgraphic ....................................................... 254 4.3.3.2.3 Logogram transform typo .................................... 256 4.3.3.2.4. Logotypo transform gram .................................... 257 4.4. Analisis Semiotik Makna Bentuk dan Analisis Teori Warna terhadap Peranan Warna Logo ............................................................................................. 260 4.4.1. Makna Bentuk dan Peranan Warna Katagori Logotype .................... 264 4.4.1.1. Logo Masnur Pardede ......................................................... 264
4.4.1.1.1. Makna bentuk logo Masnur Pardede ................... 270 4.4.1.1.2. Peranan warna logo Masnur Pardede .................. 272 4.4.1.1.3. Jenis font logo Masnur Pardede .......................... 273
4.4.2.Makna bentuk dan Peranan Warna Kategori Logogram .................... 272
xiii
4.4.2.1. Logo Yandri Hotdenito M .................................................. 272 4.4.2.1.1. Makna bentuk logo Yandri Hotdenito M............. 273 4.4.2.1.2. Peranan warna logo Yandri Hotdenito M. ........... 277 4.4.2.1.3. Jenis font logo Yandri Hotdenito M. ................... 280
4.4.3.Makna Bentuk dan Peranan Warna Katagori Logogram and separate type .................................................................................... 281
4.4.3.1. Logo Agnes Ramadhani ………………………………….283 4.4.3.1.1. Makna bentuk logo Agnes Ramadhani ................ 283 4.4.3.1.2. Peranan warna logo Agnes Ramadhani ............... 285 4.4.3.1.3. Jenis font logo Agnes Ramadhani ....................... 289
4.4.3.2. Logo Agung Nugraha ……………………………………..292 4.4.3.2.1. Makna bentuk logo Agung Nugraha ................... 283 4.4.3.2.2. Peranan warna logo Agung Nugraha ................... 285 4.4.3.2.3. Jenis font logo Agung Nugraha .......................... 289
4.4.3.3. Logo Fita Elfatisia Purba …………………………………..296 4.4.3.3.1. Makna bentuk logo Fita Elfatisia Purba .............. 283 4.4.3.3.2. Peranan warna logo Fita Elfatisia Purba .............. 285
4.4.3.3.3. Jenis font logo Fita Elfatisia Purba ...................... 300 4.4.3.4. Logo Iqbal Rizky ……………………….…………………..301
4.4.3.4.1. Makna bentuk logo Iqbal Rizky…………………302 4.4.3.4.2. Peranan warna logo Iqbal Rizkya........................ 303
4.4.3.4.3. Jenis font logo Iqbal Rizky ................................. 304 4.4.3.5. Logo Menanti Sitohang ……………….…………………..305
4.4.3.5.1. Makna bentuk logo Menanti Sitohang ................ 306 4.4.3.5.2. Peranan warna logo Menanti Sitohang ............... 308
4.4.3.5.3 Jenis font logo Menanti Sitohang ........................ 309 4.4.3.6. Logo Muhammad Zailani ……………….………………..310
4.4.3.6.1. Makna bentuk logo Muhammad Zailani ................... 311 4.4.3.6.2. Peranan warna logo Muhammad Zailani ................ 312
4.4.3.6.3. Jenis font logo Muhammad Zailani .................... 314 4.4.3.7. Logo Sri Damayanti Hutabarat ……………….…………..314
4.4.3.7.1. Makna bentuk logo Muhammad Zailani ............. 315 4.4.3.7.2. Peranan warna logo Muhammad Zailani ............. 317
4.4.3.7.3. Jenis font logo Muhammad Zailani ..................... 320 4.4.3.8. Logo Yuni Kartika Sari ……………….………………..…..320
4.4.3.8.1. Makna bentuk logo Yuni Kartika Sari................. 321 4.4.3.8.2. Peranan warna logo Yuni Kartika Sari ................ 322
4.4.3.8.3 Jenis font logo Yuni Kartika Sari ........................ 324 4.4.3.9. Logo Zulfi Afrian ….……..………….………………..…..325
4.4.3.9.1. Makna bentuk logo Zulfi Afrian ......................... 326 4.4.3.9.2. Peranan warna logo Zulfi Afrian ......................... 327
4.4.3.9.3. Jenis font logo Zulfi Afrian ................................. 328 4.4.4. Makna Bentuk dan Peranan Warna logo Typographic...................... 341
4.4.4.1. Logo Hasalan P. Samosir…..………….………………..…..330 4.4.4.1.1 Makna bentuk logo Hasalan P. Samosir .............. 331
xiv
4.4.4.1.2 Peranan warna logo Hasalan P. Samosir ............. 334 4.4.4.1.3 Jenis font logo Hasalan P. Samosir ...................... 337
4.4.4.2. Logo Muhammad Soufiyarno………….………………..…..338 4.4.4.2.1 Makna bentuk logo Muhammad Soufiyarno ....... 339 4.4.4.2.2 Peranan warna logo Muhammad Soufiyarno ....... 340
4.4.4.2.3 Jenis font logo Muhammad Soufiyarno ................ 342 4.4.4.3. Logo Triana Sahfitri………….………………..…………....343
4.4.4.3.1 Makna bentuk logo Triana Sahfitri ..................... 344 4.4.4.3.2 Peranan warna logo Triana Sahfitri ..................... 346
4.4.4.3.3. Jenis font logo Triana Sahfitri .................................... 346 4.4.5. Makna Bentuk dan Peranan Warna Logo Gramgraphic ................... 364
4.4.5.1. Logo CepenFirmus G………….………………..……..........349 4.4.5.1.1 Makna bentuk logo CepenFirmus G ................... 350 4.4.5.1.2 Peranan warna logo CepenFirmus G ................... 351
4.4.5.1.3 Jenis font logo CepenFirmus G ........................... 352 4.4.5.2. Logo Nur Azazah…..………….………………..……........,..353
4.4.5.2.1 Makna bentuk logo Nur Azazah ......................... 354 4.4.5.2.2. Peranan warna logo Nur Azazah ......................... 356
4.4.5.2.3. Jenis font logo Nur Azazah ........................................ 358 4.4.6. Makna Bentuk dan Peranan Warna Logogram transform typo ......... 377
4.4.6.1. Logo Bayu Irgi Fahrizal……….………………..……..........359 4.4.6.1.1 Makna bentuk Bayu Irgi Fahrizal........................ 360 4.4.6.1.2. Peranan warna Bayu Irgi Fahrizal ....................... 361 4.4.6.1.3. Jenis font logo Bayu Irgi Fahrizal ....................... 361
4.4.7.Makna Bentuk dan Peranan Warna Logotypo transform gram .......... 383 4.4.7.1. Logo Ade Fitria Ningsih……….………………..……..........363
4.4.7.1.1 Makna bentuk Ade Fitria Ningsih ....................... 364 4.4.7.1.2. Peranan warna Ade Fitria Ningsih ...................... 366 4.4.7.1.3. Jenis font logo Ade Fitria Ningsih ...................... 367
4.4.7.2. Logo Aditya Chansa M.……….………………..……........,..368 4.4.7.2.1 Makna bentuk Aditya Chansa M......................... 369 4.4.7.2.2. Peranan warna Aditya Chansa M ........................ 372 4.4.7.2.3. Jenis font logo Aditya Chansa M ........................ 375
4.4.7.3. Logo Risky Hamdani Ks Lubis.………………………......,..376 4.4.7.3.1 Makna bentuk Risky Hamdani Ks Lubis ............. 377 4.4.7.3.2. Peranan warna Risky Hamdani Ks Lubis ............ 378 4.4.7.3.3. Jenis font logo Risky Hamdani Ks Lubis ............ 380
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 407 5.1. Kesimpulan ............................................................................................... 407 5.2. Saran ......................................................................................................... 410
xv
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….396 LAMPIRAN …………………………………………………………………. 400
xvi
DAFTAR GAMBAR, TABEL, BAGAN, DAN PETA Gambar 1.1 : Bentuk dasar logo berupa gambar dan huruf ........................... 39 Gambar 1.2 : Picture mark dan letter mark ………………………………41 Gambar 1.3 : Logogram dan logotype ………………………….…………...42 Gambar 1.4 : Logo Rianty batik ………….………………………………….43 Gambar 1.5 : Logo Batik Kojo ………………………..…..…………………44 Gambar 1.6 : Logo Nike yang Sederhana ..................................................... 50 Gambar 1.7 : Loga Playboy (majalah dewasa) yang mudah dimengerti ..…..50 Gambar 1.8 : Salah satu logo elektronik milik perusahasan Apel .................. 52 Gambar 1.9 : Logo Mc Donald yang Enak Dipandang ................................. 53 Gambar 1.10 : Logo The Nipoon Founduction yang Sesuai Fungsi ................ 54 Gambar 1.11 : Logo Bursa Efek Indonesia yang tepat ………………………..54 Gambar 1.12 : Logo KFC yang unik dan menarik ……………...…………….55 Gambar 1.13 : Logo RCTI yang fleksibel …………………………..……….55 Bagan 2.1 : Tiga kategori kelompok etnik di Sumatera Utara………….. 82 Peta 2.1 : Wilayah Budaya Etnik Natif Sumatera Utara …………………83 Gambar 2.1 : Ragam Hias Motif Geometris Tutup Dadu Suku Karo ............ 85 Gambar 2.2 : Ragam Hias Motif Geometris Suku Pakpak Dairi (Bulan) ....... 90 Gambar 2.3 : Ragam Hias Motif Geometris Suku Simalungun (Gorga
Suleppat) ................................................................................ 94 Gambar 2.4 : Ragam Hias Motif Geometris Suku Simalungun (Gorga Desa Na Uwaluh) ....................................................... 95 Gambar 2.5 : Ragam Hias Motif Geometri Suku Simalungun
(Rot-rot Derpih) ..................................................................... 96 Gambar 2.6 : Warna ragam hias suku Simalungun ....................................... 98 Gambar 2.7 : Motif tumbuhan suku batak toba (dalihan natolu) ................. 107 Gambar 2.8 : Motif Tumbuhan Suku Batak Toba (Simarogung-ogung) ...... 109 Gambar 2.9 : Ragam Hias Motif Geometris Suku Madailing-Angkola (Raga-raga) .......................................................................... 117 Gambar 2.10 : Ragam Hias Motif Geometris Suku Madailing-Angkola
(Bondul na Opat) .................................................................. 118 Gambar 3.1 : Logo dari segi kontruksi ....................................................... 144 Gambar 3.2 : Klasifikasi bentuk logo ......................................................... 144 Gambar 3.3 : Logo Cocacola (logotype) ..................................................... 150 Gambar 3.4 : Logo Appel (logogram) ........................................................ 152 Gambar 3.5 : Logo Garuda Indonesia (Logogram and Separate Type) ...... 153 Gambar 3.6 : Logo Logotype and Blend Gram (Typograghic) .................... 155 Gambar 3.7 : Logo Logotype and Blend Gram (Gramgraphic) ................... 155 Gambar 3.8 : Logo yang tulisan didistrosi sesuai dengan bentuk gambar
(Logo MTQN 31 Tanjung Balai 2008) .................................. 156
xvii
Gambar 3.9 : Logo yang gambar didistrosi sesuai dengan bentuk tulisan (Unilever)……………………………………………155 Gambar 3.10 : Pola Bentuk Titik…………………………………………… 155 Gambar 3.11 : Pola Bentuk Garis……………………………………………156 Gambar 3.12 : Pola Bentuk Bidang………………………………………….156 Gambar 3.13 : Pola Bentuk Runag…………………………………………..162 Gambar 3.14 : Bentuk Motif Fauna………………………………………….163 Gambar 3.15 : Beberapa Bentuk Motif Geometris Seni Rupa Etnik Mandailng Sumatera Utara…………………………………..166 Gambar 3.16 : Bentuk Motif Geometris pada Gorga Batak Toba…………..168 Gambar 3.17 : Motif Figuratif……………………………………………….179 Gambar 3.18 : Kosmologi I La Galigo………………………………………182 Gambar 3.19 : Contoh Gambar Perbedaan antara Simbol, Lambang,
dan Logo……………………………………………………..184 Gambar 4.1 : Desain Logo Batik Motif Angkola-Mandailing ..................... 207 Gambar 4.2 : Desain Logo Batik Motif Batak Toba ................................... 208 Gambar 4.3 : Desain Logo Batik Motif Batak Toba ................................... 210 Gambar 4.4 : Desain Logo Batik Motif Tembakau Deli ............................. 211 Gambar 4.5 : Desain Logo Baytik (Bayu Batik) Motif Melayu ................... 213 Gambar 4.6 : Desain Logo Cepen Batik Motif Melayu ............................... 214 Gambar 4.7 : Desain Logo Batik Motif Bunga ........................................... 215 Gambar 4.8 : Desain Logo Batik Motif Ulos Toba Samosir........................ 217 Gambar 4.9 : Desain Logo Batik Motif Bunga ........................................... 218 Gambar 4.10 : Desain Logo Batik Melayu Langkat ...................................... 219 Gambar 4.11 : Desain Logo Batik Motif Daun Sirih .................................... 221 Gambar 4.12 : Desain Logo Batik Motif Ornamen Modern .......................... 222 Gambar 4.13 : Desain Logo Batik Motif Melayu.......................................... 223 Gambar 4.14 : Desain Logo Batik Motif Simalungun ................................... 225 Gambar 4.15 : Desain Logo Batik Motif Simalungun ................................... 226 Gambar 4.16 : Desain Logo Batik Motif Batak Toba ................................... 227 Gambar 4.17 : Desain Logo Batik Motif Modern ......................................... 229 Gambar 4.18 : Desain Logo Batik Motif Mandailing-Angkola ..................... 230 Gambar 4.19 : Desain Logo Batik Motif Bunga Kenanga ............................. 231 Gambar 4.20 : Desain Logo Batik Motif Mandailing.................................... 232 Tabel. 4.1. : Logo Karya Para Mahasiswa Polimedia Medan ditinjau dari
Kriteria Logo ……………………………………….……… 233 Tabel 4.2. : Penilian Kualitatif Logo Ciptaan Para Mahasiswa Polimedia 239 Gambar 4.21 : Desain Logo Batik Motif Ragam Hias Melayu ...................... 242 Gambar 4.22 : Desain Logo Batik Motif Mandailing.................................... 243 Gambar 4.23 : Desain Logo Batik Motif Sumatera Utara 1 .......................... 245 Gambar 4.24 : Desain Logo Batik Motif Daun Tembakau ............................ 246 Gambar 4.25 : Desain Logo Batik Motif Sumatera Utara 2 .......................... 246 Gambar 4.26 : Desain Logo Batik Motif Bunga ........................................... 247
xviii
Gambar 4.27 : Desain Logo Batik Motif Daun Sirih .................................... 248 Gambar 4.28 : Desain Logo Batik Motif Melayu.......................................... 248 Gambar 4.29 : Desain Logo Batik Motif Batak Toba ................................... 249 Gambar 4.30 : Desain Logo Batik Motif Sumatera Utara 3 .......................... 250 Gambar 4.31 : Desain Logo Batik Motif Mandailing.................................... 250 Gambar 4.32 : Desain Logo Batik Motif Ulos Samosir ................................ 252 Gambar 4.33 : Desain Logo Batik Motif Modern 1 ...................................... 253 Gambar 4.34 : Desain Logo Batik Motif Modern 2 ...................................... 253 Gambar 4.35 : Desain Logo Batik Motif Melayu.......................................... 255 Gambar 4.36 : Desain Logo Batik Motif Simalungun ................................... 255 Gambar 4.37 : Desain Logo Batik Motif Melayu.......................................... 257 Gambar 4.38 : Desain Logo Batik Motif Angkola ........................................ 258 Gambar 4.39 : Desain Logo Batik Motif Batak Toba ................................... 258 Gambar 4.40 : Desain Logo Batik Motif Simalungun ................................... 259 Gambar 4.41 : Tampilan Bentuk dan Warna ................................................ 265 Gambar 4.42 : Ukuran skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna Logo……..266 Gambar 4.43 : Diagram Tanda, Penanda dan Petanda………………………268 Gambar 4.44 : Tampilan Bentuk dan Warna……………………………….. 270 Gambar 4.45 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna ................. 276 Gambar 4.46 : Tanda, Penanda dan Petanda ................................................. 277 Gambar 4.47 : Tampilan Bentuk dan Warna ................................................ 280 Gambar 4.48 : Ukuran skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna .................. 286 Gambar 4.49 : Diagram, Tanda, Penanda dan Petanda ................................. 287 Gambar 4.50 : Tampilan Bentuk dan Warna ................................................ 289 Gambar 4.51 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna ................. 292 Gambar 4.52 : Diagram Tanda, Penanda dan Petanda .................................. 293 Gambar 4.53 : Tampilan Bentuk dan Warna ................................................ 295 Gambar 4.54 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna ................. 298 Gambar 4.55 : Diagram Tanda, Penanda dan Tanda ..................................... 299 Gambar 4.56 : Tampilan Bentuk dan Warna ................................................ 301 Gambar 4.57 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna ................. 304 Gambar 4.58 : Diagram Tanda, Penanda dan Petanda .................................. 305 Gambar 4.59 : Tampilan Bentuk dan Warna ................................................ 307 Gambar 4.60 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna ................. 310 Gambar 4.61 : Diagram Tanda, Penanda dan Petanda .................................. 311 Gambar 4.62 : Tampilan Bentuk dan Warna ................................................ 313 Gambar 4.63 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna ................. 316 Gambar 4.64 : Diagram Tanda, Penanda dan Petanda .................................. 317 Gambar 4.65 : Tampilan Bentuk dan Warna ................................................ 319 Gambar 4.66 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna ................. 324 Gambar 4.67 : Diagram Tanda, Penanda dan Petanda .................................. 325 Gambar 4.68 : Tampilan Bentuk dan Warna ................................................ 326 Gambar 4.69 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna ................. 330 Gambar 4.70 : Diagram Tanda, Penanda dan Petanda .................................. 331 Gambar 4.71 : Tampilan Bentuk dan Warna ................................................ 333
xix
Gambar 4.72 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna ................. 335 Gambar 4.73 : Diagram Tanda, Penanda dan Petanda .................................. 337 Gambar 4.74 : Tampilan Bentuk dan Warna ................................................ 339 Gambar 4.75 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna ................. 346 Gambar 4.76 : Diagram Tanda, Penanda dan Petanda .................................. 347 Gambar 4.77 : Tampilan Bentuk dan Warna ................................................ 348 Gambar 4.78 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna ................. 351 Gambar 4.79 : Diagram Tanda, Penanda dan Petanda .................................. 353 Gambar 4.80 : Tampilan Bentuk dan Warna ................................................ 354 Gambar 4.81 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna ................. 357 Gambar 4.82 : Diagram Tanda, Penanda dan Petanda………………………359 Gambar 4.83 : Tampilan Bentuk dan Warna………………………………...362 Gambar 4.84 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna ................. 365 Gambar 4.85 : Diagram Tanda, Penanda dan Petanda .................................. 366 Gambar 4.86 : Tampilan Bentuk dan Warna ................................................ 367 Gambar 4.87 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna ................. 371 Gambar 4.88 : Diagram Tanda, Penanda dan Petanda .................................. 372 Gambar 4.89 : Tampilan Bentuk dan Warna ................................................ 374 Gambar 4.90 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna ................. 376 Gambar 4.91 : Diagram Tanda, Penanda dan Petanda .................................. 378 Gambar 4.92 : Tampilan Bentuk dan Warna ................................................ 380 Gambar 4.93 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna ................. 384 Gambar 4.94 : Diagram Tanda, Penanda dan Petanda .................................. 385 Gambar 4.95 : Tampilan Bentuk dan Warna ................................................ 386 Gambar 4.96 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna ................. 392 Gambar 4.97 : Diagram Tanda, Penanda dan Petanda .................................. 394 Gambar 4.98 : Tampilan Bentuk dan Warna ................................................ 395 Gambar 4.99 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna ................. 398 Gambar 4.100 : Diagram Tanda, Penanda dan Petanda .................................. 400
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Baik dipandang dari sisi kebudayaan, maupun administratif pemerintahan,
Sumatera Utara memiliki penduduk dan budaya yang sangat heterogen.
Keberagaman ini dijadikan potensi untuk membangun secara bersama, walaupun
adakalanya gesekan atau friksi sosial sesekali terjadi tetapi tidak sampai meluas,
diredam secara bersama untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Sumatera Utara mencerminkan peradaban Nusantara yang beraneka-ragam namun
tetap mewujudkan nilai integritas dan kebersamaan. Walaupun memiliki beragam
keyakinan atau perbedaan agama.
Masyarakat1 Sumatera Utara berdasarkan kelompok etnik, biasanya dalam
konteks pemerintahan Republik Indonesia dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu: (1)
delapan etnik setempat yang terdiri dari: Melayu, Karo, Simalungun, Pakpak-
Dairi, Batak Toba, Mandailing-Angkola, Pesisir, dan Nias; (2) etnik pendatang
1Dalam tesis ini, pengertian mengenai masyarakat adalah mengacu kepada pendapat Gilin
dan Gillin, sebagai berikut. Masyarakat (society) adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama (lihat Koentjaraningrat (1974, hal.11). Menurut J.L. Gillin dan J.P. Gillin, yang dimaksud masyarakat adalah: "... the largest grouping in which common customs, traditions, attitudes and feelings of unity are operative,"--yang ertinya: "kelompok manusia yang terbesar, yang secara umum memiliki adat istiadat, tradisi, sikap, dan rasa bersatu, yang merupakan kesatuan tingkah laku mereka." Lebih jauh lihat J.L. Gillin dan J.P. Gillin (1954, hal. 139).
2
dari Nusantara: Minangkabau, Aceh, Banjar, Jawa, dan lainnya; serta (3) etnik
pendatang dari luar negeri: Tionghoa, Tamil, Benggali, Eropa, dan lainnya.2
Pada masa sekarang sebagian besar masyarakat Sumatera Utara, menerima
cara pembahagian kelompok-kelompok etnik setempat ke dalam tiga kelompok
sesuai di atas. Namun jika digeneralisasi, terdapat tiga kesatuan kelompok besar
etnik natif Sumatera Utara, yaitu Batak, Melayu Pesisir, dan Nias. Orang-orang
natif Sumatera Utara biasanya disebut dengan suku-suku.
Kelompok etnik Batak yang lebih luas dan memiliki lima komunitas
utama, yaitu: Pakpak-Dairi, Batak Toba, Angkola-Mandailing, Karo, dan
Simalungun. Kelima komunitas utama ini mempunyai organisasi sosial yang
sama, yaitu berdasar pada sistem patrilineal dan klen yang eksogamus. Mereka
mempunyai sistem sosial, budaya, religi, dan linguistik yang berbeda, tetapi
memikili persamaan dari berbebapa hal, terutama tiga struktur sosial berdasarkan
hubungan darah dan perkawinan.
2Kemudian yang dimaksud etnik adalah adalah suatu golongan manusia yang anggota-
anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. Identitas suku ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut seperti kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku, dan ciri-ciri biologis. Menurut pertemuan internasional tentang tantangan-tantangan dalam mengukur dunia etnik pada tahun 1992, "Etnikitas adalah sebuah faktor fundamental dalam kehidupan manusia. Ini adalah sebuah gejala yang terkandung dalam pengalaman manusia" meskipun definisi ini seringkali mudah diubah-ubah. Yang lain, seperti antropolog Fredrik Barth dan Eric Wolf, menganggap etnikitas sebagai hasil interaksi, dan bukan sifat-sifat hakiki sebuah kelompok (Barth, 1969, hlm. 831). Proses-proses yang melahirkan identifikasi seperti itu disebut etnogenesis. Secara keseluruhan, para anggota dari sebuah kelompok suku bangsa mengklaim kesinambungan budaya melintasi waktu, meskipun para sejarawan dan antropolog telah mendokumentasikan bahwa banyak dari nilai-nilai, praktik-praktik, dan norma-norma yang dianggap menunjukkan kesinambungan dengan masa lalu itu pada dasarnya adalah temuan yang relatif baru.
3
Dalam berkesenian, etnik di Sumatera Utara memiliki kekayaan yang
beragam. Setiap benda budaya, termasuk artefak seni, diproduksi masyarakat
sendiri, karena memiliki fungsi dalam kehidupan mereka. Setiap benda seni tidak
semuanya berfungsi religius, banyak benda seni diciptakan hanya untuk
kepentingan sekuler saja. Menurut penulis, bentuk benda-benda seni untuk
upacara dan untuk kepentingan praktis sehari-hari dibuat dengan bentuk yang
sama, yang membedakaan adalah proses pembuatannya saja.
Benda-benda seni yang dipergunakan untuk upacara mempunyai proses
pembuatan yang sifatnya ritual, sedangkan benda-benda dengan bentuk yang sama
tetapi untuk kepentingan diluar dari kebutuhan upacara yang bersifat keagamaan
atau pun tidak diproses dengan upacara. Karena bentuknya yang sama, maka
dapat dibedakan dari membaca penafsiran simbol-simbol religi pada benda seni
upacara tersebut. Dari tafsiran tersebut akan diperoleh bangunan gagasan
religinya.
Pemetaan cara berpikir relegius suku-suku di Sumatera Utara sampai
sekarang masih bertahan dengan penggunaan bahasa daerah masing-masing.
Pemikiran relegius ini disusun dari mitos-mitos penciptaan semesta mereka,
bangunan rumah mereka, upacara-upacara adat, susunan perkampungan, hukum
adat, perahu, seni sastra, seni musik, seni teater, ataupun seni rupa (dan salah
satunya adalah ragam hias mereka yang beraneka ragam).
4
Karya seni arsitektur rumah adat yang merupakan perpaduan dari hasil
seni pahat dan seni ukir serta hasil seni kerajinan. Arsitektur rumah adat ini
umumnya disertai dengan berbagai bentuk ragam hias atau ornamen yang
memiliki makna-makna simbolis, ikonik, maupun indeks yang dapat ditafsirkan
dari benda-benda seni yang diciptakan.
Selain arsitektur, ragam hias atau ornamen juga dituangkan ke dalam
bentuk tenunan. Tenunan merupakan seni kerajinan dari jalinan-jalinan benang
kapas atau rami yang dijalin sesuai dengan bentuk ragam hias daerah masing-
masing dan menghasilkan karya seni yang sangat menarik. Karya hasil tenunan
tersebut adalah kain ulos (Batak Toba), uis (Karo), oles (Pakpak-Dairi), hiou
(Sialungun), abit (Mandailing-Angkola), dan kain songket Melayu. Ulos
merupakan kain adat Batak yang digunakan dalam upacara-upacara perkawinan,
kematian, mendirikan rumah, kesenian, dan lain-lain. Bahan kain ulos terbuat dari
benang kapas atau rami. Warna ulos biasanya adalah hitam, putih, dan merah yang
mempunyai makna-makna tertentu. Sedangkan warna lain merupakan lambang
dari variasi kehidupan.
Pada suku Pakpak ada tenunan yang dikenal dengan nama oles. Bisanya
warna dasar oles adalah hitam kecokelatan atau putih. Pada suku Karo ada
tenunan yang dikenal dengan nama uis. Bisanya warna dasar uis adalah biru tua
dan kemerahan. Pada masyarakat pesisir barat ada tenunan yang dikenal dengan
nama songket Barus. Biasanya warna dasar kerajinan ini adalah merah tua atau
5
kuning emas. Kesemua kekayaan kerajinan ini dapat melahirkan indusrti-industri
kreatif, yang dapat dipasarkan hasil dari kerajinan di Sumatera Utara.
Sumatera Utara yang memiliki keberagaman ragam hias, merupakan
potensi pariwisata yang dapat dikembangkan melalui industri kreatif di antara
adalah industri batik. Dengan kekayaan ragam hias yang beraneka ragam, motif-
motif batik yang dihasilkan lebih memiliki pilihan variasi yang beragam
dibandingkan daerah asal batik tersebut yaitu pulau Jawa.
Untuk menembus pangsa pasar sebuah industri harus memiliki komunikasi
terhadap konsumen melalui tanda yang memiliki simbol atau pun lambang dari
industri atau perusahan batik tersebut yang berbuatan kearifan lokal Sumatera
Utara. Sehingga dapat mempengaruhi konsumen, agar mencapai tujuan yang
dapat diidentifikasi.
Bentuk-bentuk ragam hias atau ornamen yang dimiliki pada setiap etnik di
Sumatera Utara sangat beragam yang terdiri dari delapan etnik meliputi Melayu,
Karo, Simalungun, Pakpak Dairi, Batak Toba, Mandailing-Angkola, Pesisir, dan
Nias juga menghadirkan makna simbol atau makna lambang yang bersifat
konvensi sesuai dengan etnik masing-masing.
Pengelompokan besar etnik di Sumatera Utara salah satu unsurnya adalah
dari bentuk dan warna ornamen yang dimiliki pada setiap kolompok masyarakat
Batak, yaitu Karo, Simalungun, Pakpak-Dairi, Batak Toba, Mandailing-Angkola,
yang memiliki beberepa bentuk dan warna ragam hias atau ornamen yang hampir
6
sama, tetapi pada setiap penafsiran dalam tanda, bentuk dan warna tersebut
memiliki arti pada makna simbol dan makna lambang yang berbeda, yang dapat
menginformasikan ataupun mengkomunikasikan perbedaan sehingga
menghasilkan identitas dari masing-masing etnik yang terdapat dalam bagian
kelompok besar etnik Batak tersebut. Penafsiran sebuah tanda pada bentuk dan
warna dari masing-masing etnik tersebut dapat dilihat melalui ilmu semiotika,
yang meliputi makna denotatif dan konotatif sesusai dengan reprensi ilmu budaya
yang di miliki seseorang.
Dalam konteks logo yang dihasilkan oleh para desainer logo maupun
mahasiswa seni rupa dan desain, dapat diadopsi dari bentuk-bentuk ragam hias
atau ornamen yang didistorsi menjadi sebuah logo. Kemudian secara tidak
langsung akan menciptakan penanda dari tekstual bentuk yang memiliki makna
denotatif yang bersifat kongkrit dari sebuah simbol dan petanda dari konsepsi
warna yang memiliki makna konotatif yang bersifat abstraksi dari sebuah
lambang, sehingga mengomunikasi sebuah tanda.
Simbol-simbol yang dihadirkan melalui makna bentuk menggantikan
gagasan atau objek, sering diartikan secara terbatas sebagai tanda konvensional,
sesuatu yang dibangun oleh masyarakat atau individu dengan arti tertentu yang
kurang lebih standar dan disepakati atau dipakai anggota masyarakat. Begitu juga
dengan lambang yang dihadirkan melalui peranan warna untuk menyatakan suatu
7
hal yang mengandung maksud tertentu, yang dipakai untuk menyampaikan pesan
di dalam proses komunikasi melalui sebuah penafsiran.
Kombinasi bentuk dan warna yang terkandung pada sebuah logo yang
diadopsi dari kearifan lokal Sumatera Utara akan menghasilkan sebuah karya
yang memiliki ciri khas tersendiri dari logo yang telah diciptakan oleh pendahulu
dengan konsep-konsep barat yang dominan melekat pada setiap logo yang
diciptakan. Sehingga setiap desain logo yang diciptakan tidak memiliki perbedaan
yang signifikan dari sebuah identitas daerah maupun negara asal logo tersebut
diciptakan. Demikian pula yang terjadi dalam sebuah institusi pendidikan media
kreatif yakni Politeknik Negeri Media Kreatif PSDD Medan.
Politeknik Negeri Media Kreatif PSDD Medan (Polimedia PSSD Medan)
adalah wadah pendidikan yang menempah mahasiswa, salah satunya untuk
menjadi desainer logo. Program Studi yang memiliki strategi pembelajaran
berbasis kompetensi produksi yang menunjang pada penguasaan keahlian terapan
tertentu, salah satunya adalah prodi multimedia. Materi perkuliah dasar pada prodi
ini mahasiswa diharapkan mampu menciptakan desain logo, untuk kebutuhan di
berbagai media.
Kurikulum yang menjadi acuan prodi multimedia Polimedia, lebih
mengutamakan praktik (70%) dari pada teori (30%), yang bersifat vokasi yaitu
pendidikan tinggi yang menunjang pada penguasaan keahlian terapan tertentu.
8
Jadi mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi tenaga ahli siap pakai setelah
menyelesaikan studinya.
Pada materi perkulihan menciptakan sebuah logo, mahasiswa dibekali
secara teoris tentang ciri dan kreteria logo yang baik, konsep logo, pengolahan
bentuk dan warna pada logo. Mata kuliah lain yang berhubungan dengan
menciptakan sebuah logo, seperti Nirmana dan Tipografi sangat membantu dalam
menciptakan sebuah logo. Teori pengolahan bentuk dan warna secara teoris telah
membantu mahasiswa dalam menciptakan bentuk dan wujud logo di dalam
institusi ini.
Namun, dalam memahami sebuah logo, melalui makna bentuk dan
peranan warna, mahasiswa tidak dibekali secara formal dengan ilmu filsafat
keindahan atau estetika, serta pola ragam hias Sumstera Utara dari setiap etnik.
Padahal secara keilmuan, adalah penting untuk melihat ekpresi identitas dari logo
melalui bentuk-bentuk ornamen yang didistorsi menjadi sebuah logo, yang secara
tidak langsung akan mempertegas pemahaman tentang tanda, penanda dan
petanda, sehingga dapat membedakan antara logo, simbol dan lambang, yang
dihasilkan dari pengolahan bentuk dan penerapan warna pada logo hasil karya
mahasiswa yang diadopsi dari kearifan lokal Sumatera Utara yang terwujud
melalui makna bentuk dan peranan warna sehingga menghasilkan desain logo
batik sesuai dengan prinsip logo, fungsi logo, standart anatomi logo, katagori dan
9
kreteria logo yang baik, yang menjadi daya tarik dan dapat bersaing di pasar
Internasional.
Inilah yang menjadi alasan pentingnya untuk diteliti guna melihat sejauh
mana kompetensi mahasiswa Desain Grafis di PSDD Polmed dalam
menghasilkan karya-karya desain dengan berbasis pada muatan lokal.
Pendekatan ilmu desain adalah berbasis kepada disiplin ilmu (dicipline
based art education, disingkat DBAE). Pendekatan ini berintikan pemikiran
bahwa pengetahuan desain telah hadir dalam kehidupan, yang bukan hanya
sebagai kegiatan penciptaan, tetapi juga sebagai cabang pengetahuan yang
menjadi bahan kajian filosofis (filsafat ilmu) maupun ilmiah, dan berhak
dipelajari di lembaga pendidikan. Kajian filsafat melalui ilmu budaya, estetikan
dan antropologi budaya adalah disiplin ilmu yang khas dengan karakter yang
dimilikinya, mendapat dukungan kelompok ilmuwan, dikembangkan melalui
penelitian.
Pendukung pendidikan berbasis disiplin berpendapat bahwa pendidikan
kajian filsafat memberikan kesempatan kepada peserta didik (siswa atau
mahasiswa) untuk mengekspresikan emosinya adalah penting, tetapi jangan
sampai mengabaikan kegiatan mempelajari aspek pengetahuan keilmuannya.
Cakupan pendidikan ilmu desain diperluas. Eisner (1987/1988) menegaskan
bahwa pendidikan seni rupa khususnya ilmu desain berbasis disiplin, bertujuan
untuk menawarkan program pembelajaran yang sistematik dan berkelanjutan
10
dalam empat bidang ilmu desain yang lazim dalam kenyataan yaitu bidang: (1)
penciptaan, (2) penikmatan, (3) pemahaman, dan (4) penilaian. Keempat bidang
tersebut disampaikan dalam kegiatan belajar; produksi seni rupa khusunya ilmu
desain, kritik seni rupa, sejarah seni dan estetika. Peserta didik hendaknya tidak
hanya diberi kesempatan untuk berekspresi dan menciptakan karya seni rupa
khususnya karya desain, tetapi perlu juga mempelajari bagaimana caranya
menikmati suatu karya serta memahami konteks dari sebuah karya dari berbagai
masa. Pelaksanaannya tidak harus terpisah tetapi dapat dipadukan.
Pendidikan ilmu desain berbasis disiplin merupakan suatu pendekatan dan
merupakan suatu metode yang spesifik, maka wujud penampilannya dapat yang
bervariasi. Yang jelas, sasarannya adalah adanya peningkatan kemampuan peserta
didik dalam berbagai bidang kegiatan tersebut. Ciri-ciri DBAE adalah sebagai
berikut.
1. Seni rupa khususnya desain grafis sebagai subyek dalam pendidikan umum
dengan kurikulum yang tertulis serta disusun secara sistematis mencakup
kegiatan ekspresi (kreasi), teori dan kritik (apresiasi) seni rupa untuk
membangun pengetahuan, pemahaman dan keterampilan.
2. Kemampuan peserta didik dikembangkan untuk menghasilkan karya,
menganalisis, menafsirkan, dan menilai kualitas karya, mengetahui dan
memahami peran desain dalam masyarakat serta memahami keunikan karya
11
yang dihasilkannya dan bagaimana orang memberikan penilaian dan
menguraikan alasan penilaian.
3. Seni rupa khususnya ilmu desain diimplementasikan dengan dukungan
masyarakat, staf pengembang, narasumber dan program penilaian (Dobbs,
1992).
Di lain sisi dalam konteks klasifikasi kultural dan dinamikanya, ilmu
desain adalah cabang seni rupa yang membentuk karya seni dengan media yang
bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan
mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan
dengan acuan estetika, yang dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu (a)
tradisional, (b) modern, dan (c) kontemporer.
Desain bermuatan tradisional adalah unsur kesenian yang menjadi bagian
hidup masyarakat dalam suatu kaum (puak, suku, bangsa) tertentu. Seni
tradisional yang ada di suatu daerah berbeda dengan yang ada di daerah lain,
meskipun tidak menutup kemungkinan adanya seni tradisional yang mirip antara
dua daerah yang berdekatan. Ciri-ciriya: (i) Penciptaannya selalu berdasarkan
pada filosofi sebuah aktivitas dalam suatu budaya, bisa berupa aktivitas religius
maupun seremonial (istana sentris); (ii) terikat dengan pakem-pakem tertentu.
Contoh: wayang kulit, wayang golek, wayang beber, ornamen pada rumah-rumah
tradisional di tiap daerah (dalam penelitian ini termasuk Sumatera Utara), batik,
songket, dan lain-lain.
12
Seterusnya desain bermuatan modern adalah seni rupa yang tidak terbatas
pada kebudayaan suatu adat atau daerah, namun tetap berdasarkan sebuah filosofi
dan aliran-aliran seni rupa. Ciri-ciri: (i) konsep penciptaannya tetap berbasis pada
sebuah filosofi, tetapi jangkauan penjabaran visualisasinya tidak terbatas; (ii)
tidak terikat pada pakem-pakem (norma) tertentu. Contohnya desain-desain logo
yang yang diadopsi dari dunia barat ataupun eropa.
Desain bermuatan kontemporer adalah salah satu cabang seni yang
terpengaruh dampak modernisasi. Kontemporer itu artinya kekinian, modern atau
lebih tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau
saat ini. Jadi seni kontemporer adalah seni yang tidak terikat oleh aturan-aturan
zaman dulu dan berkembang sesuai zaman sekarang. Kontemporer adalah gaya
non-tradisional yang berfokus pada garis-garis sederhana, bersih , dan rapi .
Kadang-kadang , pencahayaan digunakan untuk menyoroti potongan khusus seni.
Kontemporer adalah karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang
sedang dilalui. Misalnya lukisan yang tidak lagi terikat pada Rennaissance
(Renaisans). Begitu pula dengan tarian, lebih kreatif dan modern. Ciri-cirinya: (i)
tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman; (ii)
tidak adanya sekat antara berbagai disiplin seni, alias meleburnya batas-batas
antara seni lukis, patung, grafis, kriya, teater, tari, musik, hingga aksi politik.
Contoh karya-karya happening art, karya-karya Christo dan berbagai karya
13
enviromental art. Di antara perupa kontemporer di Indonesia adalah Gregorius
Sidharta, Christo, dan Saptoadi Nugroho.
Apabila ketiga unsur ini dikombinasikan dalam menciptakan sebuah logo,
akan menghasilkan karya desain logo yang memiliki ciri khas dari kearifan lokal
Sumatera Utara. Hasil logo karya mahasiswa Polimedai PSDD Medan tidak hanya
sebatas ketentuan-ketuntuan dalam menciptanya sebuah logo yang meliputi,
unsur-unsur pada logo, katagori logo, prinsip-prinsip logo dan kreteria logo yang
baik, seperti desain logo yang diadopsi dari dunia barat atau eropa. Sehingga
desain logo yang bermuatan keafifan lokal Sumatera Utara mampu menjadi daya
tarik untuk dapat bersaing.
Inilah yang menjadi alasan pentingnya untuk diteliti guna melihat sejauh
mana kompetensi mahasiswa Desain Grafis di PSDD Polmed dalam
menghasilkan karya-karya desain dengan berbasis pada muatan lokal. Seperti
dalam penelitian ini Logo Sebagai Tanda: Analisis Makna Bentuk dan Peranan
Warna Pada Hasil Ciptaan Para Mahasiswa Polimedia, melalui pendekatan
utama disiplin seni rupa khususnya ilmu grafis dalam konteks multidisiplin ilmu.
Artinya disiplin ilmu grafis ditambah dengan imu-ilmu bantu (auxilary
disciplines) seperti: ilmu budaya, semiotika, antropologi, estetika,psikologi, dan
lain-lainnya, untuk pencapaian pemahaman tentang tanda, penanda dan petanda,
sehingga dapat membedakan antara logo, simbol dan lambang melalui makna
bentuk dan peranan warna yang diwujudkan pada sebuah logo.
14
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan bagian penting dalam penelitian ini, berupa
pertanyaan mendasar, apa yang menjadi masalah penelitian. Di dalam konteks
penelitian ini dirumuskan dengan jelas dan tegas permasalahan yang ingin diteliti.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah makna bentuk pada logo dari hasil ciptaan para mahasiswa
Polimedia PSDD Medan?
2. Bagaimanakah peranan warna pada logo dari hasil ciptaan mahasiswa para
Polimedia PSDD Medan?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum
merupakan tujuan penelitian secara keseluruhan yang ingin dicapai melalui
penelitian. Sedangkan tujuan khusus merupakan penjabaran atas pertanyaan dari
tujuan umum, yang bersifat lebih operasional.
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan yang ingin dicapai
adalah untuk :
1. Mendeskripsikan dan menganalisis makna bentuk pada logo dari hasil ciptaan
mahasiswa Polimedia PSDD Medan.
15
2. Mendeskripsikan dan menganalisis peranan warna pada logo dari hasil ciptaan
mahasiswa Polimedia PSDD Medan.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat antara sebagai berikut.
1. Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa desain grafis atau desainer, untuk
memperlajari dan mendeskripsikan (menganalisis) makna bentuk dan peranan
warna pada logo serta pengaruh ekspresi identitas pada hasil ciptaan
mahasiswa Politiknik Negeri Media Kreatif PSDD Medan
2. Sebagai bahan masukan bagi dunia pendidikan khususnya desain grafis untuk
memperlajari sejauhmana makna bentuk dan peranan warna pada logo serta
pengaruh ekspresi identitas pada hasil ciptaan mahasiswa Politiknik Negeri
Media Kreatif PSDD Medan
3. Sebagai bahan reprensi bagi dosen mata kuliah desain grafis untuk
memperlajari sejauhmana makna bentuk dan peranan warna pada logo serta
pengaruh ekspresi identitas pada hasil ciptaan mahasiswa Politiknik Negeri
Media Kreatif PSDD Medan
4. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk melihat lebih jelas makna
bentuk dan peranan warna pada logo serta pengaruh ekspresi identitas pada
hasil ciptaan mahasiswa Politiknik Negeri Media Kreatif PSDD Medan.
16
5. Sebagai masukan bagi penulis untuk meneliti sejauhmana makna bentuk dan
peranan warna pada logo serta pengaruh ekspresi identitas pada hasil ciptaan
mahasiswa Politiknik Negeri Media Kreatif PSDD Medan.
1.4. Tijauan Pustaka
Penelitian ini berangkat dari asumsi bahwa logo sebaiknya
mengomunikasikan sebuah tanda, sehingga menghadirkan ekspresi identitas
melalui makna bentuk dan peranan warna. Pustaka yang menjadi rujukan penulis
juga tetap mengutamakan dua aspek untuk kajian tersebut, sesuai dengan judul
penelitian adalah: “Logo Sebagai Tanda: Analisis Makna Bentuk dan Peranan
Warna Pada Hasil Ciptaan Para Mahasiswa Politiknik Negeri Media Kreatif
PSDD Medan.” Setelah dilakukan kajian pustaka, maka bahan-bahan pustaka
penulis klasifikasikan kepada enam kategori, yakni: (1) bahan pustaka yang
mengulas teori nirmana, (2) teori semiotika, (3) teori logo dan desain, (4) teori
warna, (5) tipografi, dan (6) teori estetika (filsafat keindahan).
Beberapa bahan pusataka yang penulis gunakan seperti klasifikasi di atas,
sebagai rujukan dalam mengkaji pokok permasalahan peneilitian, dapat dijabarkan
sebagai berikut.
1. Teori nirmana
Merujuk kepada teori yang dikemukan para ahli,
17
a. Nirmana Dasar-dasar Seni dan Desain oleh Sadjiman Ebdi Sanyoto
(Bandung, 2011). Di dalam buku ini, diuraikan secara mendasar dan meluas
tentang teori nirmana di dalam disiplin ilmu seni rupa. Buku ini menjadi
salah satu panduan penulis dalam melihat logo karya para mahasiswa
Politeknik Negeri Media Kreatif PSSD Medan.
b. Nirmana Dwimatra (Desain Dasar Dwimatra) oleh Arfial Arsad (Jakarta,
2001). Melalui buku ini, Arfial Arsad menguraikan secara panjang lebar
mengenai desain dalan seni rupa, dengan kajian khusus pada nirmana
dwimatra (dua dimensi). Di dalam buku ini diuraikan jenis-jenis, kategori,
dan klasifikasi karya-karya seni rupa dalam dua dimensi tersebut. Buku ini
amat relevan digunakan dalam konteks penelitian penulis terhadap disain
logo karya para mahasiswa Politeknik Negeri Media Kreatif PSSD Medan,
yang terutama berakar dari budaya seni rupa etnik Sumatera Utara, yang
dapat dikatakan berakar dari nirmana deimatra.
Berbicara tentang nirmana, tidak terlepas dari pengorganisasian atau
penyusunan elemen-elemen visual seperti: titik, garis, warna, ruang, dan
tekstur menjadi satu kesatuan yang harmonis. Dalam memciptakan sebuah
logo harus memiliki prinsip-prinsip yang bersifat subyektif terhadap
penciptanya, pengembangan dominasi yang bertujuan untuk menonjolkan salah
satu unsur sebagai pusat perhatian sehingga mencapai nilai artistik.
18
Dalam penelitian ini bentuk-bentuk yang dihadirkan pada sebuah desain
logo dapat ditafsirkan sesuai dengan tujuan ataupun visi misi dari perorangan,
golongan, kelompok, bahkan perusahaan. Penafsiran tersebut dapat diartikan
berdasarkan teori simiotika. Berbicara semiotika, maka tidak akan lepas dari
tanda dan bahasa.
2. Teori semiotika
Merujuk kepada teori yang dikemukan para ahli seperti
a. Semiotika Komunikasi oleh Alex Sobur (Bandung, 20007). Di dalam buku
ini dikupas mengenai apa itu semiotika atau semiologi, terutama yang
lazim digunakan di dalam disiplin ilmu komunikasi.
b. Mengenal Semiotika oleh Paul Cobley dan Litza Jans (Bandung, 2002). Di
dalam buku ini diuraikan secara mendalam tentang apa itu semiotika, dan
bagaimana merngoperasikannya dalam kajian atau penelitian.
c. Semiotika dalam Riset Komunikasi oleh Nawiroh Vera (Bogor:2014).
Nawiro Vera didalam buku ini, khusus mengkaji tentang semiotika yang
biasa digunakan dalam penelitian bidang disiplin ilmu komunikasi. Di
dalam diurai mengenai komunikasi lisan, komunikasi nonverbal,
menganalisis makna-makna komunikasi, dan aspek-aspek sejenisnya.
d. Semiotika Budaya oleh Tommy Christomy dan Untung Yuwono (Depok,
2004). Buku semiotika yang dikarang oleh dua orang pakar ini,
menguraikan secara rinci mengenai apa-apa saja makna semiosis dalam
19
konteks kebudayaan manusia. Tafsiran semiotika tidak dapat dilepaskan
dari kebudayaan di mana aktivitas semiosis itu berlangsung.
e. Sistem Simbol dalam Munaba Waropen Papua oleh Dharmojo (Jakarta,
2005). Buku yang ditulis Dharmojo ini, khusus mebahasa sistem simbol
(lambang) yang terjadi dalam masyarakat Papua yang berada di Waropen.
Simbol tersebut terutama yang diekspresikan dalam bentu-bentuk artefak.
Pada umumnya, teori-teori semiotika dan simbol tersebut, menafsirkan
teori tentang tanda, penanda, dan petanda yang merujuk pada makna denotatif
dan konotatif sehingga dapat mengomunikasikan makna-makna simbol pada
sebuah identitas. Dalam konteks penelitian ini adalah makna-makna simbol dalam
logo karya para mahasiswa Polimedia PSSD Medan.
3. Teori Logo dan Desain
Teori logo dan disain ini diwacanakan oleh para ahli dan ilmuwan, seperti
uraian berikut ini.
a. Mendesain Logo oleh Surianto Rustam (Jakarta, 2009) yang berisikan
tentang sejarah logo, klasifikasi logo, anatomi logo, tahapan menciptakan
sebuah logo dan trend logo.
b. Computer Graphic Design oleh Hendri Hendratman (Bandung, 2014)
yang mengulas tentang teori dan konsep logo, pemahaman warna,
typography (tipografi), dan layout.
20
c. Heriyani Agustina, Farida Nurfalah dan Popo Sutopo dengan judul Makna
Logo Sebagai Cerminan Citra Perusahaan (Cirebon, 2009) mengulas
tentang pencitraan sebuah perusahan sesuai dengan bentuk logo yang
diciptakan.
d. How to Design Logos, Symbol and Icon oleh Gregory Thomas
(Netherland, 1990) berikan tentang perencanaan corporate identity design,
simbol, dan ikon pada logo.
e. Designing Brand Identity karya Alina Wheeler, (Netherland, 1997) buku
menyatakan tentang bagaimana merancang logo untuk perusahaan-
perusahaan ternama dengan kosep yang telah ada sesuai dengan tujuan dan
visi misi dari perusahan tersebut
f. Logos Of Phenomenology And Phenomenology Of The Logos oleh Anna-
Teresa Tymieniecka (2005) buku ini hanya bercerita tentang fenomena
penciptaan tentang logo.
g. Sejarah dan Rahasia di Balik Logo oleh Gamal Kartono (Jurnal Seni Rupa
FBS Unimed Medan, 2012), berisikan sejarah, perjalanan dan rahasia
dibalik logo.
h. Cara Mutakhir Jago Desain Logo oleh Ferri Caniago (Cipayung, 2012)
buku ini berikan tentang dasar-dasar desain analisis logo.
21
i. How to Design Trademarks and Logos oleh John Murphy and Michael
Rowe Ohio (North Light Book, 1998) buku ini berikan tentang teori logo
dan elemen estetis, dan unsur logo.
4. Teori Warna
a. The True Power of Color oleh Aline Methga (Yogyakarta, 2014) berisikan
psikologi warna.
b. Rahasia Teknik Warna oleh Feri Sulianta (Jakarta, 2014) dengan yang
berisikan tentang aplikasi warna dalam teknologi komputer.
c. Color Management oleh Jhon T. Dwer. (Inggris, 1998) Buku ini
menceritakan tentang pengaturan warna sesuai dengan fungsinya. Juga
membahas tentang pengorganisaian warna untuk mendukung penciptaan
desain tutorial membuat desain buku dan panduan membuat desain logo
yang menarik.
5. Tifografi merujuk pada para ahli dengan judul Tipografi oleh Gamal Kartono,
(Medan, 2015) Berisikan tentang anatomi bentuk huruf, keluarga huruf,
klasifikasi huruf dan penggunakan huruf secara efektif.
6. Teori etetika atau filsafat keindahan
Merujuk pada para ahli berikut.
22
a. Estetika oleh Darsono Sony Katika (Bandung 2007). Di dalam buku ini
dibicarakan secara umu apa itu estetika, bidang-bidang kajian estetika, dan
hakl sejenisnya.
b. Estetika: Sebuah Pengantar oleh A.A.M. Djelantik (Bandung, 1999)
membahas tentang keindahan, bantuan dari alam, keindahan instrumental,
bentuk dan stuktur, gerak sinar dan warna serta berorentasi pada keserasian,
harmoni, dan keseimbangan
c. Estetika Paradoks oleh Jacob Sumardjo (Bandung, 2006) simbol seni,
estetika pola dua, tiga, empat, lima, dan seni ritual lainnya. Inti utama buku
ini adalah melihat berbagai jenis estetika yang paradoks, misalnya malam
dengan siang, panjang dengan pendek, dan seterusnya.
d. Estetika dalam Arkeologi Indonesia oleh Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia
(Jakarta, 1985) berisika tentang konsep-konsep keindahan dam simbolik
dalam bangunan sakral dan sekuler.
e. Hubungan Estetika Seni dengan Realita oleh Chernyshevsky, N. G.
(Ultimus, 2005) berisikan tentang suatu penilaian atas pandangan filosofi
tentang asas-asas filsafat pada ruang lingkup nyata pada estetika.
f. Bahasa Tubuh oleh Allan Pease (Jakarta, 1996) yang berisikan bagaimana
membaca pikiran seseorang melalui gerak isyarat.
23
g. Seni sebagai Ekpresi Eksistensi (Antropologi Indonesia) oleh Yasmin Z.
Shahab (UI, 2004) berikan tentang tantangan kebijakan multikulralisme.3
1.5. Konsep dan Teori
1.5.1. Konsep
Konsep yang digunakan di dalam tesis ini adalah yang berkait dengan
tema penelitian, yaitu tentang: (1) logo, (2) tanda, (3) makna bentuk, (4) peran
warna, dan (5) pengaruh ekspresi identitas. Masing-masing konsep diuraikan
sebagai berikut.
(1) Logo merupakan seni yang memiliki makna gambar dan makna tanda,
sebagai cerminan ekspresi identitas dari latar belakang yang mewakilinya. Dalam
hal lainnya logo juga membutuhkan sesuatu kata atau tulisan yang singkat dan
mudah diingat sebagai pengganti dari nama sebenarnya atau identitas.
3Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan
seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut. Multikulturalisme berhubungan dengan kebudayaan dan kemungkinan konsepnya dibatasi dengan muatan nilai atau memiliki kepentingan tertentu. Multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahami sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam kesadaran politik (Azyumardi Azra, 2007). Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa macam komunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan sedikit perbedaan konsepsi mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta kebiasaan (“A Multicultural society, then is one that includes several cultural communities with their overlapping but none the less distinc conception of the world, system of [meaning, values, forms of social organizations, historis, customs and practices”; Parekh, 1997 yang dikutip dari Azra, 2007).
24
Logo memiliki filosofi dan kerangka dasar berupa konsep dengan tujuan
melahirkan sifat yang berdiri sendiri atau mandiri. Logo lebih lazim dikenal oleh
penglihatan atau visual, seperti ciri khas berupa bentuk, warna dan typogafi yang
sesuai dengan ekspresi identitas mencerminkan latar belakang yang diwakilinya.
Pembahasan antara makna simbol, lambang dan logo, dapat di simpulkan
bahwa perbedaan antara ketiganya terletak pada makna yang dihadirkan dalam
konteks penyesuaian kebutuhan dari ekperesi identitas yang mencerminkan latar
belakang yang diwakilinya.
Telah dibahas bab sebelumnya bahwa logo merupakan kata, ataupun
bentuk yang mendeskripsikan makna gambar dan makna tanda, serta
mencerminkan ekspresi identitas karakter seseorang, perusahaan, produk, atau
jasa yang diwakilinya. Logo juga merupakan sesuatu makna yang disimbulkan
melalui bentuk dan yang melambangkan melalui peranan warna. Kesemua itu
tidak terlepas dari konsep logo yang meliputi: ciri-ciri logo, fungsi logo dan
proses penciptaan logo.
(2) Tanda adalah berkaitan dengan objek-objek yang menyerupainya,
keberadaannya memiliki hubungan sebab-akibat dengan makna simbol dan
lambang atau karena ikatan konvensional dengan hubungan tersebut. Tanda
juga merupakan wujud konkret dari citra bunyi dan sering diidentifikasi
sebagai penanda, sedangkan konsep-konsep dari bunyi-bunyian atau
25
gambar, disebut sebagai petanda.4. Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik,
dan pada sesuatu diluar tanda itu sendiri semua ini mengaju pada teori semoitika.
Logo dari sudut pandang ilmu semiotika adalah sebagai tanda yang
memiliki makna konotatif dan dedotatif dengan penafsiran logis dari gambaran
mental, pikiran, serta konsep (petanda) dan memiliki suatu bentuk yang ditulis
atau dibaca (penanda) yang diterjemahkan melalui simbol dan lambang
berdasarkan ekpresi identitas karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa
yang diwakilkannya.
(3) Makna bentuk dapat menjadikan sebuah logo sesuai dengan karakter
seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya. Melalui bentuk
yang didistorsi menjadi bentuk sederhana yang dapat mudah diingat, bentuk
tersebut akan menjadi salah unsur didalam logo yaitu unsur simbol. Makna simbol
pada logo merupakan bagian dari bentuk yang tidak dipisahkan dari logo, karena
simbol adalah sesuatu yang biasanya merupakan tanda yang terlihat yang
menggantikan gagasan atau objek. Simbol adalah kata, tanda atau isyarat, yang
digunakan untuk mewakili sesuatu yang lain seperti arti, kualitas, abstraksi,
gagasan, dan objek. Simbol adalah apapun yang diberikan arti dengan pesetujuan
umum dan atau dengan kesepakatan atau kebiasaan.
(4) Peranan warna, dalam menciptakan sebuah logo warna dapat
menghadirkan makna yang berbeda, warna dapat merupakan unsur lambang pada
4 John Fiske, Cultural and Communication Studies,Yogyakarta dan Bandung: Jalasula,
2001, hlm. 63.
26
sebuah logo. Lambang adalah alat untuk mempergaruhi komunikan, dapat juga
menjadikan seseorang menjadi paham akan pesan yang disampaikan.
Berhubungan dengan hal tersebut, lambang adalah alat untuk menjadikan
pengertian terhadap pesan-pesan yang disampaikan juga sebagai alat untuk
penghubungkan komunikator dengan komunikan. Seiring dengan pembahasan
tersebut lambang adalah alat untuk mencapai suatu tujuan komunikasi.
Peranan warna pada logo dari hasil ciptaan mahasiswa Polimedia PSDD
Medan, pada tesis ini dianalisis dengan menggunakan pendekatan teori prinsip-
prinsip desain, dasar-dasar seni rupa, teori nirmana, teori warna, dan teori
psikologi warna.
(5) Pengaruh Ekspresi Identitas, ada dua dasar terjadinya ekspresi, yaitu
pikiran dan suasana kehidupan dan ekspresi yang timbul dari intensi pikiran,
misalnya konsep serta struktur pikiran. Keduanya adalah unsur pokok dalam ilmu
pengetahuan dan berurusan dengan logika.
Ekspresi mengandung dua unsur pokok, yaitu ilmu pengetahuan dan
logika. Yang dimaksud dalam katagori ini adalah bidang-bidang keilmuan yang
menuntut adanya validasi yang lepas dari situasi yang muncul.5
Biasanya ekspresi pada penciptaan logo terwujud melalui bentuk dan
warna atau makna yang disimbolkan atau dilambangkan untuk penekanan pada
sebuah identitas.
5Ninuk Kleden-Probonegoro, “Ekspresi Karya (Seni) dan Politik Multikulutral” dalam Antropologi Indonesia, Tahun XXVIII no. 75 September-Desember 2004, Jakarta: UI Press, hal. 1.
27
Seperti telah bahas pada latar belakang masalah, identitas dapat
pendefinisian diri seseorang sebagai individu yang berbeda dalam perilaku,
keyakinan dan sikap serta refleksi diri atau cerminan diri yang berasal dari
keluarga, gender, budaya, etnik dan proses sosialisasi.6
Begitu banyak unsur yang terdapat pada identitas, salah satunya adalah
budaya, budaya merupakan cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi.7 Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Kesemua itu dapat
disimbolkan melalui distorsi bentuk yang sederhana sesuai dengan ekpresi
identitas karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya.
Begitu juga dengan warna unsur budaya yang begitu rumit dapat
dilambangkan melalui warna sesuai dengan kesepakatan, ekpresi identitas
karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya.
Identitas lain yang dapat dihadirkan dalam menciptakan sebuah logo dapat
dihasilkan dari kata atau pun bahasa, kata atau bahasa merupakan bagian unsur
budaya, dengan membubuhi kata ataupun bahasa yang disederhanakan dapat
menciptakan logo sesuai dengan kreteria logo.
Permasalahan yang harus ukur pada variabel bebas ini adalah keberhasilan
mendeskripsikan/menganalisis ekspresi identitas pada logo hasil ciptaan
6Larry A. Samovar, Richard E. Porter, dan Edwin R. McDaniel, Communication Between Cultures, Cengage: Learning, 2009, hal. 154-161.
7Siegfried Giedion, Space, Time and Architecture (6th ed.), London: t.p., 1990, hal. 3.
28
mahasiswa Polimedia PSDD Medan, dengan menggunakan pendekatan teori
nirmana, teori warna, dan teori semiotika.
Hasil logo dari ciptaan mahasiswa Polimedia PSSD Medan tidak
mempengaruhi pada variabel bebas dan variabel terikat, tetapi hasil karya logo
mahasiswa tersebut akan dijadikan sampel yang menjadi tolak ukur pada
pembahasan penelitian ini. Hasil logo yang diciptakan mahasiswa Polimedia
sebagai pembatasan menganalis masalah dalam penelitian ini. Karena logo yang
di ciptakan harus memenuhi semua kreteria dalam menghasilkan logo yang baik.
Dalam menciptakan sebuah logo harus menunjukan karakter bentuk,
warna, tipografi yang memiliki ekpresi identitas serta mencerminkan karakter
seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilinya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ekspresi adalah /eks·pre·si/
/éksprési/ n 1. pengungkapan atau proses menyatakan (yaitu memperlihatkan atau
menyatakan maksud, gagasan, perasaan, dan sebagainya. 2. pandangan air muka
yang memperlihatkan perasaan seseorang.
Ada dua dasar terjadinya ekspresi, yaitu pikiran dan suasana kehidupan
dan ekspersi yang timbul dari intensi pikiran, misalnya konsep serta struktur
pikiran. Keduanya adalah unsur pokok dalam ilmu pengetahuan dan berurusan
dengan logika.
Seperti yang dikemukakan Ninuk Kleden-Probonegoro Jurnal Antropologi
Indonesia, dalam Judul : “Eksresi Karya (Seni) dan Polotik Multikultural”. Bahwa
29
Ekspresi mengandung dua unsur pokok, yaitu ilmu pengetahuan dan logika. Yang
dimaksud dalam katagori ini adalah bidang-bidang keilmuan yang menuntut
adanya validasi yang lepas dari situasi yang muncul.8
Biasanya ekspresi pada penciptaan logo terwujud melalui bentuk dan
warna atau makna yang disimbolkan atau dilambangkan untuk penekanan pada
sebuah identitas. Menurut Gardiner W. Harry dan Kosmitzki Corinne melihat
identitas sebagai pendefinisian diri seseorang sebagai individu yang berbeda
dalam perilaku, keyakinan dan sikap serta refleksi diri atau cerminan diri yang
berasal dari keluarga, gender, budaya, etnik dan proses sosialisasi.9
Merujuk pendapat di atas dapat di pengaruhi oleh identitas, salah satunya
unsur tersebut adalah budaya. Budaya adalah cara hidup yang berkembang, dan
dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke
generasi.10 Dengan kata lain budaya merupakan kebiasanya tata cara hidup yang
dilakukan secara turun temurun. Budaya kehidupan dari setiap golongan berbeda-
beda, yang melahirkan simbol-simbol atau lambang secara tidak langsung
menciptakan sebuah identitas dari setiap golongan tersebut.
Menyimpulkan dari pendapat beberapa ahli terdapat dua pemahaman,
yaitu bahwa identitas karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang
8 Ninuk Kleden-Probonegoro, “Ekspresi Karya (Seni) dan Politik Multikulutral”
(Antropologi Indonesia Tahuin XXVIII no. 75 september-desember2004), Jakarta, UI,1 9Larry A. Samovar, Richard E. Porter, dan Edwin R. McDaniel, Communication Between
Cultures. Cengage: Learning, 2009, hlm. 154-161. 10 Siegfried Giedion, Space, Time and Architecture (6th ed.), p 3
30
diwakilkannya, dapat diekrpesikan sebagai makna simbol dan lambang yang
dihadir melalui bentuk dan warna pada sebuah logo.
Pemahaman yang kedua, bahwa untuk menghasilkan bentuk dan
penerapan warna pada logo, ataupun makna yang disimbolkan dan dilambangkan,
tentu ada unsur-unsur yang mempengaruhnya melalui ekspresi ataupun identitas
yaitu, dari pencipta logo itu sendiri. Sehingga makna simbol dan lambang menjadi
bentuk kongkrit dari sebuah logo.
1.5.2. Teori yang digunakan
Berdasarkan pendapat beberapa teori, makna logo merupakan hasil dari
dasar pemikiran yang menghasilkan refrensi atau penggambaran maupun
konseptualisasi dengan acuan simbolik. Secara garis besar, logo merupakan
bentuk simbol visual yang memiliki makna ataupun penafsiran tanda,
menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif. Keberadaannya
mampu menggantikan sesuatu yang lain, dapat dipikirkan, atau dibayangkan.
Melalui pendekatan teori di dalam komunikasi, logo dapat diartinya dari sudut
pandang semiotika, karena semiotika merupakan salah satu metode komunikasi
yang merujuk pada bidang studi untuk mempelajari makna atau arti pada logo,
yang didalamnya mengandung makna bentuk, peranan warna sebagai ekspresi
identitas yang diperangaruhi oleh unsur budaya.
31
1.5.2.1. Teori semiotika
Untuk mengkaji makna bentuk, dalam tesis ini digunakan teori semiotika.
Dalam konteks keilmuan, semiotika merupakan studi tentang hubungan antara
tanda (lebih khusus lagi simbol dan lambang) dengan apa yang dilambangkan.
Perintis awal semiotika adalah Plato (428-348 SM) yang memeriksa asal muasal
bahasa dalam cratylus (Cratylus adalah nama dari dialog Plato).11
Kata “semiotika” berasal dari bahasa Yunani, seme, bahasa semeiotikos,
yang berarti penafsiran tanda. Sebagai salah satu disiplin ilmu, Semiotika berarti
ilmu analisis tanda atau studi tentang bagaimana sistem penandaan berfungsi.12
Pada sistem penandaan memiliki pengaruh besar, namun munculnya studi
khusus tentang sistem penandaan. Sudah sejak dahulu, tanda menjadi sumber
perdebatan. Salah satunya adalah antara penganut mazhab Soik dan kaum
Epikurean di Athena kiri-kira 300 SM.13 Inti dari perdebatan tersebut berkaitan
dengan perbedaan antar “tanda natural” (yang terjadi secara alami) dan tanda
konvensional (yang khusus dibuat untuk komunikasi).
Masyarakat selalu melakukan interaksi dengan masyarakat lainnya yang
membutuhkan suatu alat komunikasi agar bisa saling memahami tentang suatu
hal. Dari beberapa banyak hal salah satunya adalah tanda. Tanda bisa dipahami
secara benar dan sama, namun membutuhkan konsep yang sama agar tidak terjadi
11Paul Cobley dan Litza Jansz, Mengenal Semiotika, Bandung: Mizan Media Utama,
2004, hal. 4. 12Ibid., hlm. 4. 13Ibid., hlm. 5.
32
salah pengertian. Tanda itu tidak selamanya dapat dipahami secara benar dan
sama. Setiap orang memiliki interpretasi makna tersendiri, dengan berbagai alasan
yang melatarbelakanginya.
Zeman, 1977, dalam buku John Fiske “Cultural dnd Communication
Studes” menyatakan menegenai tanda dalam kajian-kajian semiotika ini sebagai
berikut.
Tanda adalah sesuatu yang dikaitkan pada seseorang untuk sesuatu dalam beberapa hal atau kapasitas. Tanda merujuk pada seseorang, yakni, menciptakan di benak orang tersebut suatu tanda yang setara, atau barangkali suatu tanda yang lebih berkembang. Tanda yang diciptakan saya namakan interpreteant dari tanda pertama. Tanda itu menunjukan sesuatu, yakni objeknya.14
Terdapat dua pendekatan penting yang berkenaan dengan tanda, yakni
pendekatan yang dicetuskan oleh Ferdinand de Saussure dan pendekatan yang
dicetuskan oleh Charles Sanders Peirce. Menurut Saussure, tanda
merupakan wujud konkret dari citra bunyi dan sering diidentifikasi
sebagai penanda, sedangkan konsep-konsep dari bunyi-bunyian atau gambar,
disebut sebagai petanda.15
Dapat dikatakan, di dalam tanda terungkap citra bunyi ataupun konsep
sebagai dua komponen yang tak terpisahkan. Hubungan penanda dan petanda
juga bersifat arbitrer (bebas), baik secara kebetulan maupun ditetapkan.16
14John Fiske, op. cit., hlm. 63 15Ibid., hlm. 63. 16Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, hal. 32
33
Saussure menyatakan da la m John Fiske “Cultural dnd Communication
Studes”(2004:63) bahwa telaah tanda dapat dibagi menjadi dua yaitu sinkronik
dan diakronik.17 Sinkronik terkait dengan tanda pada suatu waktu, dan
diakronik merupakan telaah bagaimana perubahan makna dan bentuk tanda
dalam waktu.
Tanda juga dapat dilihat sebagai sebuah “gejala biner,” yaitu bentuk yang
tersusun atas dua bagian yang saling terkait satu sama lain, yakni penanda
(signifier) yang berguna untuk menjelaskan “bentuk” dan “ekspresi” serta
petanda (signified) yang berguna untuk menjelaskan “konsep” atau “makna.”
Hubungan antara keberadaan fisik tanda dan konsep atau makna tersebut
dinamakan dengan signification. Dalam mencermati hubungan pertandaan ini,
dapat ditafsirkan bahwa diperlukan semacam konvensi sosial untuk mengatur
pengkombinasian tanda dan maknanya.
Pendekatan yang kedua, yang dicetuskan oleh Charles Sanders Peirce,
bermakna kurang lebih sama.18 Dapat mengartikan tanda sebagai yang terdiri
atas representamen (sesuatu yang melakukan representasi) yang merujuk ke
objek (yang menjadi perhatian representamen), membangkitkan arti yang
disebut sebagai interpretant (apapun artinya bagi seseorang dalam konteks
tertentu). Hubungan antara ketiganya bersifat dinamis, dengan yang satu
menyarankan yang lain dalam pola siklis. Artinya, tanda-tanda berkaitan dengan
17John Fiske, op.cit., h. 64. 18Alex Sobur, op. cit., hlm. 34
34
objek-objek yang menyerupainya, keberadaannya memiliki hubungan sebab-
akibat dengan tanda-tanda atau karena ikatan konvensional dengan tanda-tanda
tersebut.
Menurut Peirce, sebuah analisis tentang esensi tanda mengarah pada
pembuktian bahwa setiap tanda ditentukan oleh objeknya. Pertama, dengan
mengikuti sifat objeknya, ketika kita menyebut tanda sebuah ikon.
Icon atau ikon, adalah bentuk yang paling sederhana, karena ia hanya pola
yang menampilkan kembali obyek yang ditandainya, sebagaimana bentuk fisik
obyek itu. Ikon cenderung hanya menyederhanakan bentuk, tetapi mencoba
menampilkan bagian yang paling esensial dari bentuk tersebut. Contohnya,
gambar wajah anda, adalah ikon dari diri anda, ikon printer di komputer Anda,
adalah ikon dari fungsi mencetak, yang akan dilakukan oleh mesin printer. Tulisan
"print" saja bukanlah ikon, karena tidak mewakili ciri fisik printer,
Kata-kata yang bisa menjadi ikonik, misalnya dalam komik yang sering
menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan efek suara dari suatu peristiwa.
Misalnya efek meledak, "Dhuaar!" (penggunaan seperti ini sering disebut sebagai
onomotopoetic).
Kedua, menjadi kenyataan dan keberadaannya berkaitan dengan objek
individual, ketika kita menyebut tanda sebuah indeks. Dalam hal ini indeks
diterjemahkan secara literal sebagai some sensory feature (sesuatu yang dapat
dilihat, didengar, atau mudah tercium baunya) yang kemudian
35
menghubungkannya dengan obyek tertentu. Binatang adalah makhluk yang paling
terbiasa menggunakan index sebagai alat mereka mengenali lingkungan
sekitarnya. Anjing pelacak misalnya, sangat tajam penciumannya, sehingga
mampu membedakan bau mangsa atau bahaya. Contohnya, awan yang gelap
dipahami sebagai tanda (index) akan datangnya hujan, jejak binatang, bisa
dipahami para pemburu sehingga dapat mengenali binatang apa yang baru saja
melewati daerah tersebut, dialek dalam berbahasa, bisa dipahami sebagai tanda
bahwa seseorang berasal dari wilayah tertentu (dialek Jawa, bahasa Inggris dari
Amerika atau gaya British).
Ketiga, kurang lebih, perkiraan yang pasti bahwa hal itu
diinterpretasikan sebagai objek denotatif sebagai akibat dari suatu kebiasaan
ketika kita menyebut tanda sebuah simbol.19 Simbol adalah sesuatu yang biasanya
merupakan tanda yang terlihat yang menggantikan gagasan atau objek. Simbol
adalah kata, tanda atau isyarat, yang digunakan untuk mewakili sesuatu yang lain
seperti arti, kualitas, abstraksi, gagasan, dan objek. Simbol adalah apapun yang
diberikan arti dengan persetujuan umum dan atau dengan kesepakatan atau
kebiasaan.
Simbol memiliki hakekat yang dikemukakan topik tentang konsep-konsep
simbol. Eksplosasi tentang konsep simbol digunakan sebagai dasar untuk
menentukan sikap, yang dalam bahasa Yunani berarti mencocokan bagian dari
barang yang telah dibelah atau dipecahkan menjadi dua bagian atau keping.
19Ibid., hlm. 35
36
Kedua bagian itu disebut symbola, kata tersebut lambat laun menjadi kata simbol.
Istilah simbol yang lebih luas disebut lambang.
Berhubungan dengan hal tersebut, lambang juga dijadikan sebagai alat
untuk menjadikan pengertian terhadap pesan-pesan yang disampaikan juga
sebagai alat untuk penghubungkan komunikator dengan komunikan. Seiring
dengan pembahasan tersebut lambang adalah alat untuk mencapai suatu tujuan
komunikasi. Lambang adalah alat untuk mempergaruhi komunikan, dapat juga
menjadikan seseorang menjadi paham akan pesan yang disampaikan.
Dapat disimpulkan bahwa makna muncul ketika ada hubungan yang
bersifat asosiasi ‘yang ditandai’ (signified) dan ‘yang menandai’ (signifier). Tanda
adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau
petanda (signified).
Dengan kata lain, penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan
yang bermakna.” Jadi, penanda adalah aspek material dari bahasa yaitu apa yang
dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca, dan petanda adalah
gambaran mental, pikiran, atau konsep.
Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa dan karena itu tidak
merupakan tanda. Sebaliknya, suatu petanda tidak mungkin disampaikan atau
tanpa dari penanda, petanda atau yang ditandakan itu termasuk tanda sendiri dan
dengan demikian merupakan suatu faktor linguistik.
37
Dengan demikian simbol dan lambang mempunyai keterkaitan satu sama
lain, bedanya simbol merupakan konsep tentang objek dalam berbicara mengenai
sesuatu, dan bukan sesuatu itu sendiri, bilamana simbol diartikan maka muncullah
sebuah makna. Sedangkan lambang merupakan identifikasi kepemilikan dan
identifikasi si empunya, lambang juga merupakan tanda yang membedakan satu
dengan yang lainnya.
Melalui pendekatan ilmu semiotika bahwa logo merupakan sebagai tanda
yang memiliki makna konotatif dan denotatif dengan penafsiran logis dari
gambaran mental, pikiran, serta konsep (petanda) dan memiliki suatu bentuk yang
ditulis atau dibaca (penanda) yang diterjemahkan melalui simbol dan lambang
berdasarkan ekpresi identitas dari latar belakang budaya yang diwakilkannya.
Dalam penelitian ini teori semiotika hanya dipakai sebagai pendekatan
dalam menggali informasi untuk membedakan antara simbol, lambang dan logo.
Agar penelitian ini fokus sesuai tujuan penelitian.
1.5.2.2. Teori logo
Untuk mengkaji bentuk logo, penulis menggunakan teori logo. Melalui
teori logo penelitian ini mengacu pada (a) unsur-unsur logo, (b) anatomi logo, (c)
fungsi logo, serta (d) prinsip-prinsip logo, sebagai dasar untuk menganalisis
permasalahan yang ada dalam penelitiaan ini sehingga dapat didekripsikan
permasalahan-permasalahan yang ada di rumusan masalah.
38
(a) Unsur-unsur logo, penelitian dibidang psikologi membuktikan
bahwa ada dua tahap yang dilakukan otak dalam proses mengenali suatu objek,
yang pertama kategori, pertama-tama otak mengkategori objek contohnya burung.
Yang kedua indentifikasi, selanjutnya mengidentifikasi lebih spesifik contohnya
bangau atau merpati.20 Sekalipun tidak terlalu jelas ketika melihat suatu benda,
urutan otak manusia mengenali suatu benda dengan menangkap citra suatu benda
dan peristiwa dengan seketika.
Dalam dunia tiga dimensi, benda-benda tersebut tersusun dari bentuk-
bentuk yang lebih sederhana yang memberikan perbedaan visual pada tingkat
yang paling dasar, karena dapat membedakan benda-benda yang lebih kompleks
pada saraf manusia.antara lain kubus, silinder, bola, kerucut.
Begitu juga dalam dunia desain dua dimensi berlaku juga demikian.
Simbol yang dihadirkan pada sebuah logo, yang paling tepat di kenali otak
manusia pertama kali adalah bentuk-bentuk dasar (basic shapes/primitive
shaper), seperti lingkaran, segitiga, kotak dan lain.
Logo yang efektif memiliki karakteristik yang harus diterapkan.
Karekteristik logo tersebut harus mendefinisikan Shape (bentuk) yang mudah
dikenali. Otak manusia dapat dengan mudah mengidentifikasi bentuk yang jelas
dengan visualisasi yang dihadirkan melalui kehadiran keberanian logo, sehingga
mampu menciptakan daya tarik yang tepat. Logo yang baik memiliki elemen
visual yang berarti.
20Surianto Rustan, Mendesain Logo, Jakarta: PT. Gramedia, 2009, hlm. 46.
39
Menurut Hendratman Hendri21 dalam Computer Graphic Design bahwa
unsur dalam logo adalah logotype (tulisan/typografi), logogram (gambar) dan
warna. Logo juga cenderung ke dalam bentuk dasar seperti segitiga, segiempat,
segilima, elips, dan lingkaran.
Melalui pengolahan bentuk dasar biasa dapat bereksperimen untuk
mencari bentuk-bentuk baru dalam pembuatan logo, kemudian pengolahan bentuk
tersebut disesuaikan konsep dan filosofi logo yang akan diciptakan, hal ini
merupakan proses dalam menenukan kepekaan untuk mendapat bentuk logo yang
menarik dan unik
Sama halnya yang dikemukakan oleh Ali Mat dalam bukunya Mahir
Membuat Ide Kreatif dan Desain Logo bahwa sebelum membuat logo harus
memahami beberapa unsur-unsur logo: (1) Awalnya warna harus didiskusikan
terlebuh dahulu, (2) Proses pembuatan gambar logo melalui bentuk-bentuk dasar,
dan (3) Memilihan tipografi untuk nama identitas logo ataupun perusahaan.22
Unsur-unsur bentuk logo sebenarnya berasal dari bentuk-bentuk dasar
yang didistorsi ataupun digabungkan menjadi suatu bentuk yang unik dan
menarik, peranan warna pada logo merupakan komunikasi ataupun informasi dari
identitas pemilik logo yang sifatnya konvensi.
Pendapat lain juga mengatakan dalam buku Caniaco Ferri, bertajuk Cara
Mutakhir Jago Desain Logo, bahwa sebuah logo harus mempertimbangkan
21Hendratma Hendri, Computer Graphic Desain, Bandung: Informatika, 2014, hlm. 252. 22Mat Ali, Mahir Membuat Ide Kreatif dan Desain Logo, Jakarta: PT. Maha Daya, 2014,
hlm. 20-21.
40
beberapa hal melalui penggunaan bentuk, huruf, warna/atau gambar.23 Melalui
bentuk, huruf, warna/atau gambar, rancangan sebuah logo harus memahami apa
yang harus mewakili konsep ataupun filososi dari perwakilan bentuk, huruf,
warna/atau gambar yang harus dihadirkan dalam sebuah logo yang akan
diciptakan. Oleh karena itu, sebuah logo harus menunjukan karakter bentuk,
warna, typografi yang memiliki ekpresi identitas serta mencerminkan karakter
seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilinya.
Gambar 1.1 : Bentuk Dasar Logo Berupa Gambar dan Huruf
Rustan Surianto juga mengatakan bahwa, pada dasarnya semua bentuk
logo berasal dari bentuk-bentuk dasar. Dari beberapa gabungan bentuk dasar dapat
23Ferri Caniaco, Cara Mutakhir Jago Desain Logo, Jakarta Timur,:Niaga Swadaya, 2012,
hal. 20.
41
membentuk dua jenis objek lebih kompleks, yang dikenal sebagai gambar dan
huruf.24
Bentuk-bentuk dasar, berdasarkan keterangan gambar di atas bahwa
bentuk-bentuk dasar apabila digabungkan dua bentuk dasar atau lebih dapat
menghasilkan bentuk-bentuk yang komplek dapat berupa bentuk gambar dan
bentuk huruf dibangun dari bentuk dasar sehingga otak perlu proses untuk
menterjemahkannya. Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa
unsur-unsur dalam pembuatan logo adalah (1) bentuk, yang tebagi dua yaitu
gambar dan huruf yang sesuai dengan konsep dan filosofi pemiliknya; serta (2)
warna sebagai identitas yang bersifat konvensi.
(b) Anatomi logo, perbedaan pemahaman dalam anatomi logo yang
disebabkan perluasan istilah, dapat mengakibatkan kesalahpahaman dalam
menciptakan sebuah logo. Menurut Surianto Rustan mengetahui anatomi dan jenis
logo akan mempermudah dalam menentukan logo, apa yang akan dibuat dan jenis
mana yang paling mewakili kepribadian entitasnya.25
Logo-logo zaman sekarang dan di masa depan, semakin lama semakin
jauh dari sifat konvensional. Dan tidak ada yang sempurna yang dapat mewakili
jutaan logo dengan bentuk yang beraneka ragam. Meskipun demikian istilah yang
digunakan dalam Taxonomy of Tradermarrk karya Per Mollerup, untuk
24Surianto Rustan, op. cit., hlm. 23. 25Ibid, p 20
42
menyebutkan elemen gambar dan elemen tulisan pada sebuah logo adalah picture
mark dan letter mark.
Gambar 1.2 :
Picture Mark dan Letter Mark
(i) Picture mark dan letter mark, namun demikian istilah tersebut tidak
dapat digunakan secara sempit, picture mark biasanya didominasi oleh gambar,
bisa mengandung, foto atau gambar kongkrit, gambar abstrak, disederhanakan,
kata atau huruf atau singkatan, angka atau tanda baca. Picture mark juga bisa
berdiri sendiri, menjadi sebuah logo yaitu logogram yang hanya dengan elemen
gambar saja.
43
Gambar 1.3 : Logogram dan Logotype
(ii) Gambar logogram dan logotype, begitu juga dengan letter mark
yang didominasi oleh tulisan, bisa juga mengandung, kata atau huruf atau
singkatan, angka atau tanda baca. Letter mark juga bisa berdiri sendiri menjadi
sebuah logo yaitu logotype yang hanya dengan elemen tulisan saja.
Gambar 1.4 : Logo Rianty Batik
44
Meskipun demikian istilah tersebut tidak bisa digunakan secara eksklusif,
contohnya picture mark, belum tentu hanya berupa gambar saja. Banyak logo
yang menggunakan inisial namanya (huruf) sebagai picture mark.
Demikian pula dengan letter mark atau typographic logo yang
menggandung gambar di antara letter marknya. Biasanya gambar tersebut
mendekati karakter seperti jenis huruf, gambar tersebut distorsi dari bentuk flora
ataupun fauna, biasa juga bentuk geometri.
Gambar 1.5 : Logo Batik Kojo
Dapat disimpulkan bahwa masing-masing klasifikasi tertentu memiliki kelebihan
dan kelemahan, perkembangan logo yang makin jauh dari sifat konvensional
membutuhkan klasifikasi dan katagori yang bersifat lebih fleksibel.
45
(d) Fungsi logo, Sebagai bagian ekspresi identitas karakter dari latar
belakang yang diwakilkan oleh budanya. Logo mempunyai fungsi pembeda
produk dengan produk lainnya. Sebagai cerminan karakter seseorang, perusahaan,
produk, atau jasa yang diwakili oleh budayanya, logo ibarat bagian tubuh yang
mampu mengutarakan isi hati seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang
diwakilinya. Dari sisi pemasaran, logo mempunyai fungsi pembeda produk
dengan produk lainnya. Fungsi logo merupakan visualisasi dari konsep,
perpaduan dari elemen garis yang mencerminkan orintasi perusahaan26.
Ada beberapa hal yang menyangkut fungsi logo, agar logo yang diciptakan
memiliki perbedaan dari logo-logo yang telah dimiliki oleh organisasi atau
perusahaan lain, dan juga menghindari dari bajakankan atau meniru logo yang
telah ada. Logo harus memiliki fungsi: (a) Identitas diri fungsinya untuk
membedakannya dengan identitas milik orang lain, (b) Tanda kepemilikan
fungsinya untuk membedakan miliknya dengan milik orang lain. (c) Tanda
jaminan kualitas fungsinya untuk mebedakan kualitas miliknya dengan milik
orang lain dan (d) Mencegah peniruan dan pembajakan.27 Berikut pembahasan
fungsi
(1) Fungsi logo sebagai sarana identifikasi (branding). Sebagai sarana
identifikasi, logo mampu berfungsi sebagai wujud pengenalan atau identitas baik
bagi produk, jasa, atau identitas seseorang. Fungsinya sebagai identitas tentu
26Hendri Hendratman, Computer Graphic Design, Bandung, Informatika, 2014, hlm. 251 27 Surianto Rustan, S.Sn, Mendesain Logo, Jakarta, PT. Gramedia, 2009, hlm. 13
46
menuntut logo untuk mampu menjiwai dan mencerminkan karakter seseorang,
perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilinya, bertujuan untuk mudah dikenali,
diingat, dan mudah untuk dibedakan dengan identitas lainnya.
(2) Fungsi logo sebagai sarana informasi, pengendali, pengawas serta
pengontrol. Bahwa logo mengandung sebuah informasi yang ingin disampaikan
pemilik logo kepada publik. Informasi ini digunakan sebagai alat pengendali, baik
berupa pandangan maupun perilaku publik terhadap brand pemilik logo. Berarti
logo pun menjadi pengawas serta pengontrol dari brand image yang publik
pikirkan mengenai brand. Akan tetapi jangan memandang negatif pada logo
karena dianggap mengendalikan pemikiran publik. Dalam hal ini, pengendalian
pikiran bukan merupakan suatu yang ekstrim sehingga apapun yang dikatakan
oleh brand akan dilakukan oleh publik. Logo hanya menyampaikan informasi
untuk memberikan kesan yang diinginkan. Seperti sebuah rekomendasi yang tentu
saja tidak memaksa.
(3) Fungsi logo sebagai sarana motivasi. Sebagai sarana motivasi logo
biasanya dilakukan dengan menggunakan poster. Akan tetapi, logo pun dapat
melakukan hal yang sama. Logo dapat menyampaikan motivasi kepada publik
atau konsumennya yang tentu saja disesuikan dengan tujuan brand.
(4) Fungsi logo sebagai sarana pengutaraan emosi. Logo dapat menjadi
sarana pengutaraan emosi. Misalnya bagi logo yang akan menggambarkan
bagaimana kasih sayang ibu kepada anaknya. Logo ini tentu digunakan oleh
47
produk atau brand yang menjual jasa atau produk bayi atau produk yang
dikhususkan untuk ibu hamil dan menyusui. Melalui logo, publik akan membaca
bagaimana sebenarnya seorang ibu menyayangi anaknya.
(5) Fungsi logo ebagai sarana presentasi dan promosi. Tujuan dari
logo sebagai sarana presentasi dan promosi adalah untuk menyampaikan
informasi atau pesan dengan cara menarik perhatian publik secara visual sehingga
informasi atau pesan yang disampaikan mudah diingat. Penggunaan gambar serta
kalimat dibuat agar bersifat persuasif dan menarik. Inilah salah satu fungsi dari
logo. Melalui logo, brand akan menarik perhatian publik dan melalui logo itu pula
brand menyampaikan informasi atau pesan.
(6) Fungsi logo sebagai bagian identitas organisasi atau perusahaan.
Logo ibarat bagian tubuh yang mampu mengutarakan isi hati produk atau
perusahaan. Dari sisi pemasaran, logo mempunyai fungsi pembeda produk dengan
produk lainnya. Fungsi logo merupakan visualisasi dari konsep, perpaduan dari
elemen garis yang mencerminkan orintasi perusahaan.28
Logo sudah seharusnya memiliki fungsi yang praktis dan tepat guna atau
efisien, yang memili makna yang disimbolkan ataupu yang dilambangkan sesuai
dengan ekspresi identitas baik itu melalui karakter dari latar belakang yang
diwakilkan oleh budayanya.
28Hendri Hendratman, “Computer Graphic Design”, Bandung, Informatika, 2014, hlm.
251
48
(e) Prinsip-prinsip logo. Pada prinsipnya logo harus memiliki makna
bentuk dan peranan warna serta tujuan ataupun tujuan yang terkandung
didalamnya. Seperti yang di ungkapkan Caniago Ferri dalam bukunya “Cara
Mutakhir Jago Desain Logo” (2012:20) logo bukan hanya memenuhi persyaratan
untuk penampilan fisik saja, melainkan sebuah logo haruslah memiliki makna dan
tujuan yang terkandung didalamnya.29 Ada beberapa aspek yang harus
diperhatikan pada logo, aspek-aspek tersebut merupakan ciri logo diantaranya :
simple, memorable, timeless, Versatile, appropriate.30
Menurut Ali Mat pada bukunya “Mahir Membuat Logo”, terdapat
berbagai macam aturan dasar ataupun prinsip-prinsip uang harus dilakukan
sehingga menghasilkan logo yang baik.31 Aturan ataupun prinsip-prinsip dasarnya
adalah (1)Simple, sebuah logo harus dibuat sesederhana mungkin); (2)
Memorable, sebuah logo harus mudah diingat; (3)Timeless, sebuah logo harus
bisa abadi; (4) Versaile, sebuah logo harus bisa serba guna; (5) Appropriate,
sebuah logo harus sesuai dengan pasar.
Pendapat lain juga mengatakan Hendratman Hendi “Computer Graphic
Design” Proses penciptaan logo merupakan kreatifitas dan berdasarkan
pengalaman, tetapi juga harus memenuhi prinsip-prinsip dasar desain logo seperti;
sederhana, unik, jelas, mudah diingat, abadi, fleksibel dan tahan lama.
29Ferri Caniago, “Cara Muktahir Jago Desain Logo”, Jakarta, Niaga Swadaya, 2012, hlm.
20 30Ibid., hlm. 21-22. 31Ali Mat, “Mahir membuat Logo”, Jakarta, Techno Publishing, 2014, hlm. 23-24
49
Menurut pendapat lain, Rustan Surianto (2009:42) mengatakan
berdasarkan fungsi awal logo, maka unsur utama dalam pembuatan logo. Pertama
harus unik. Mencermikandan mengangkat citra entitasnya sekaligus
membedakannya dengan yang lain. Kedua harus mengakomodasikan dinamika
yang dialami entitasnya dalam jangka waktu selama mungkin. Artinya logo harus
fleksibel sekaligus tahan lama. Ada juga beberapa kreterianya yang bersifat fisik
selain prinsip dasar dalam pembuatan logo, dan dapat dilihat dari faktor bentuk,
warna dan ukuran.
Secara keseluruhan prinsip-prinsip dasar dalam pembuatan logo adalah,
simple, unik, fleksibel, bentuk, warna dan ukuran.32 Merujuk pada beberapa
pendapat para ahli dan berpedeoman dari sistem identitas, berbagai media internal
dan eksternal, dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip dasar logo adalah (1)
sederhana; (2) mudah diingat, (3) tahan lama; (4) enak dipandang; (5) sesuai
fungsi; (6) tepat sasaran; (7) unik dan menarik, serta (8).Fleksibel.
Sebagai acuan untuk menganalisis logo hasil ciptaan mahasiswa Polimedia
PSDD Medan yang sesuai dengan prinsip-prinsip dasar logo, akan dijabarkan satu
persatu unsur-unsur tersebut beserta contohnya.
Sederhana, logo harus memiliki banyak variasi dan pesan didalamnya sehingga
mudah dicerna. Namun meskipun sederhana, logo haruslah berbeda
dengan yang lainnya, sehingga logo tidak terkesan membosankan.
Sederhana bukan berarti tidak memiliki makna ataupun hanya berbentuk
32Surianto Rustan, S.Sn, Mendesain Logo, Jakarta, PT. Gramedia, 2019, hlm. 43
50
bulat, dan tidak memiliki daya tarik atau nilai estetis, justru akan menjadi
ambigu untuk dikategorikan sebagai sebuah logo karena bentuknya sangat
umum.
Gambar 1.6 : Logo Nike yang Sederhana
Mudah diingat dan dimengerti, menciptakan sebuah logo harus dapat
mencerminkan pesan atau sesuai dengan identitas latarbelakang budaya
diwakilkannya, sehingga logo berbeda dari yang lainnya dan mudah
mengingatnya dalam sekali lihat.
51
Gambar 1.7 : Logo Playboy (Majalah Dewasa) yang Mudah Dimengerti
Tahan lama, mendesain logo harus dapat bertahan dalam rentang waktu yang
lama, dan harus dipikirkan dapat bertahan dalam kurun waktu 10, 20
bahkan sampai 50 tahun kedepan serta tidak terkesan kuno, sehingga tidak
harus merevisi logo tersebut. Dengan kata lain logo itu harus abadi
sepanjang masa. Logo juga harus dapat mengakomodasi dimanika yang
dialami entitasnya dalam jangka waktu selama mungkin.
52
Gambar 1.8 : Salah satu logo elektronik milik perusahasan Apel
Enak dipandang, dalam mendesain logo harus memiliki nilai estetis, selain
makna bentuk, warna, saat mendistorsi bentuk ataupun pemilihan warna
harus mempertimbangkan prinsip-prinsip desain sehingga logo memiliki
daya tarik dari nilai estetisnya dan menjadi kesan bahwa identitas dari
karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya
menghadir citra yang baik secara profesional.
53
Gambar 1.9 : Logo Mc Donald yang Enak Dipandang
Sesuai fungsi. Sebuah logo harus melambangkan fungsi dan makna dari identitas
dari latar belakang yang diwakilkannya sehingga logo dapat tersebut dapat
dipahami. Namun ada juga logo yang tidak kelihatan pelambangan fungsi
dari identitas dari latar belakang yang diwakilkannya, contohnya logotype
atau logo yang hanya tulisan, namun kalau diperhatikan jenis dari
typography yang dihadir pada logo.
54
Gambar 1.10 : Logo The Nipoon Founduction yang Sesuai Fungsi
Tepat. Selain nilai estetis, ketepatan pemilihan berbagai elemen dalam logo,
seperti bentuk, warna, typografi, harus sesuai dengan fungsi dan tujuan
serta visi misi dari identitas dari latar belakang yang diwakilkannya
sehingga, makna dari bentuk yang dihadirkan sesuai dengan makna warna
yang bersifat konvensi (kesepakatan), begitu juga dengan typografi,
karakter dan anatomi dari bentuknya harus sesuai dengan makna bentuk
dan warna yang telah direncanakan.
55
Gambar 1.11 : Logo Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange) yang Tepat
Unik dan menarik. Menciptakan sebuah logo, bentuk yang dihadirkan harus yang
unik dan menarik, dan merupakan salah satu cara dalam menciptakan daya
taris bagi yang melihatnya. Logo yang diciptakan dengan bentuk yang
unik dan menarik, juga akan menjadi ciri khas dari identitas karakter
seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya.
Gambar 1.12 : Logo Kentucky Fried Chicken (KFC) yang Unik dan Menarik
56
Fleksibel. Logo harus mudah dikembangkan sesuai dengan karakteristik media
tertentu misalnya: web, 3D, animasi, TV, handset dan lain sebagainya.
Gambar 1.13 : Logo Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) yang Fleksibel
Sebuah logo dapat menginspirasi kepercayaan, pengakuan dan kekaguman
dari sebuah identitas karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa dan
latarbelakang budaya yang diwakilkannya, sehingga menghadirkan citra yang baik
secara profesional.
Dengan demikian pemahaman tentang teori logo, dapat dijadikan sebagai
alat untuk menganalisa desain logo hasil ciptaan mahasiswa Polimedia dalam
memilah klasifikasi logo, sehingga logo dapat dikatagorikan sesuai dengan bentuk
dasar logo tersebut yang sesuai dengan logo yang baik.
57
(f) Proses penciptaan logo. Sama halnya dengan sebuah karya, logo juga
memiliki unsur dalam penciptaanya, agar logo yang diciptakan memiliki nilai
estetis sesuai dan ekspresi identitas serta cerminan karakter seseorang,
perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya. Berkaitan pada proses
penciptaan logo tersebut adalah bentuk, warna dan typografi yang dipengaruhi
oleh unsur budaya sebagai ekspresi identitas karakter seseorang, perusahaan,
produk, atau jasa yang diwakilkannya.
(1) Bentuk logo. Pengertian bentuk menurut Leksikon Grafika dalam
Hendri Hendratman adalah macam rupa atau wujud sesuatu, seperti bundar elips,
bulat segi empat dan lain sebagainya.33 Dari definisi tersebut dapat diuraikan
bahwa bentuk merupakan wujud rupa sesuatu, biasa berupa bentuk dasar atau
bentuk geometri. Pada proses penciptaan logo, bentuk merupakan satu unsur
untuk menterjemahkan makna dari ekspresi identitas karakter seseorang,
perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya, secara visual.
Pada dasarnya bentuk merupakan gabungan dari beberapa garis sebagai
pembentuk kontur, garis merupakan elemen untuk mengungkapkan gerak dan
bentuk dengan wujud dua dimensi maupun tiga dimensi. Garis sebegai elemen
simbol yang pertama kali diperkenalkan oleh Otto Neurath (1882 – 1945) seorang
pengajar dan ilmuwan sosial, yang menamakan simbol tersebut sebagai Isotype.
33Hendri Hendratman, “Computer Graphic Design”, Bandung, Informatika, 2014, hlm.
252
58
Kemudian bahasa Isotype ini berkembang dan menjadi salah satu bahasa gambar
yang mampu mewakili berbagai bentuk komunikasi.
Dalam perkembangan selanjutnya bentuk-bentuk simbol ini banyak
dipergunakan dalam perancangan logo dalam upayanya agar mudah diingat dan
mempunyai daya komunikasi yang baik. Kemudian muncul teori tentang frame of
reference (kerangka referensi) dan field of reference (lapangan pengalaman) yang
menjelaskan bahwa penerimaaan suatu bentuk pesan, dipengaruhi oleh beberapa
aspek yakni panca indra, pikiran serta ingatan.
(2) Warna untuk logo, warna dapat direpresentasikan sebagai lambang
yang menggambarkan suatu objek, sebagai ekpresi identitas dari karakter
seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya. Karakteristik warna
perlu dijadikan pertimbangan dalam aplikasi warna, agar menjadi tujuan dalam
menciptakan sebuah logo. Oleh karena itu pemilihan warna yang tepat
memerlukan proses yang sangat penting dalam mendesain identitas visual, karena
setiap warna yang digunakan dalam pembuatan logo menyangkut bidang
psikologi, budaya dan komunikasi, dengan demikian warna harus memiliki arti
dan penjelasan mengapa menggunakan warna tersebut.
Sebagai salah satu unsur pada logo, umumnya ada dua macam warna pada
identitas visual, yaitu warna pada logo dan untuk warna perusahaan. Warna juga
berperan sebagai sarana untuk lebih mempertegas dan memperkuat kesan atau
59
tujuan dari karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkan
oleh budayanya.
Dalam perencanaan corporate identity, warna juga mempunyai fungsi
untuk memperkuat aspek ekpresi identitas dari karakter seseorang, perusahaan,
produk, atau jasa yang diwakilkan oleh budayanya. Lebih lanjut dikatakan oleh
Henry Dreyfuss, bahwa warna digunakan dalam simbol-simbol grafis untuk
mempertegas maksud dari simbol-simbol tersebut34.
Sebagai contoh adalah penggunaan warna merah pada segitiga pengaman,
warna-warna yang digunakan untuk traffic light merah untuk berhenti, kuning
untuk bersiap-siap dan hijau untuk jalan. Dari contoh tersebut ternyata pengaruh
warna mampu memberikan impresi yang cepat dan kuat yang bersifat konvensi
pada karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkan oleh
budayanya.
(3) Tipografi. Sama halnya dengan warna, tipografi memiliki dua macam,
yaitu letter mark (tipografi dalam logo) dan corporate typeface/coporate
typography (tipografi yang digunakan dalam media-media aplikasi logo).
Pada tipografi dalam logo, keunikan menjadi hal yang paling utama dalam
logo, jenis tipografi dalam logo biasaya dirancang khusus atau medistosi bentuk
huruf yang telah ada. Jenis typografi yang digunakan dalam media-media aplikasi
34Henry Dreyfuss, Simbol Sourcebook: An Authoritative Guide to International Graphic
Simbols, London: McGraw-Hill Companies, 2004, hal. 24.
60
logo, lebih bertujuan untuk menjaga kesatuan desain, yang memiliki fungsi-fungsi
tipografi pada umumnya, yaitu menyampaikan informasi yang harus nyaman
dibaca dengan segala kreterianya.
Dengan demikian logo yang telah memenuhi persyaratan untuk
penampilan fisik saja tidak cukup, karena logo bukanlah hanya menyangkut
penampilan visual saja, melainkan sebuah logo haruslah memiliki makna dan
tujuan yang terkandung didalamnya sesuai dengan karakter seseorang,
perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkan oleh budayanya.
Secara visual typografi juga merupakan bentuk yang diciptakan untuk
menyampaikan pesan khusus yang dirancang semaksimal mungkin untuk
kenyamanan membaca serta memudahkan pembaca untuk dapat menterjemahkan
pesan yang disampaikan melalui bentuk tulisan. Seperti yang dikatakan Mat Ali,
dalam bukunya “Mahir Membuat Ide Kreatif dan desain Logo”. Tipografi
merupakan seni memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya
pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan khusus, sehingga akan
menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal
mungkin35. Sebuah makna simbol dari sebuah logo. Fungsi typografi disini hanya
merupakan dasar dari bentuk untuk jadikan sebuah logo. Seperti contoh logo yang
berbentuk tulisan seperti Louis Vuitton.
35Mat Ali, op. cit., hal. 37.
61
Gambar 1.14 : Logo Louis Vuitton Berdasar Tipografi
Tipografi ini di distrorsi menjadi sebuah bentuk untuk menghadirkan
ekspresi identitas dari karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang
diwakilkannya. Jadi typografi hanya sebagai dasar untuk menciptakan bentuk
yang memiliki makna simbol dan makna lambang, yang diwujudkan dari bentuk
logo yang kongkrit.
Dari ketiga unsur tersebut, peneliti akan menganalasis, pengaruh unsur
budaya yang hadir pada hasil ciptaan logo, serta mengamati makna bentuk yang
disimbolkan serta peranan warna yang dilambangkan dalam menciptakan logo
yang baik sesuai ekspresi identitas, karakter seseorang, perusahaan, produk, atau
jasa yang diwakilkan oleh budayanya., sehingga logo yang dihasilkan bersifat
komunikatif.
1.6. Metode Penelitian
Sesuai dengan tujuan dari penelitian yang diuraikan sebelumnya maka
peneliti menetapkan metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah metode dekriptif kualitataif . Dalam bagian awal penelitian ini, peneliti
62
terlebih dahulu melakukan telaah tentang logo sebagai identitas, sesuai dengan
makna bentuk dan warna pada logo yang sudah ditetapkan sebagai sample kerja
pada penelitian ini.
1.6.1. Pendekatan penelitian
Tesis ini merupakan suatu penelitian kualitatif berupa, Logo sebagai
tanda (Analisis makna bentuk dan peranan warna serta pengaruh ekspresi identitas
pada hasil ciptaan mahasiswa politiknik negeri media kreatif PSDD Medan).
Pemilihan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada
pendapat Creswell (1994, p.146) bahwa karakteristik penelitian kualitatif adalah :
(a) konsepnya tidak matang karena kurangnya teori dan penelitian terdahulu, (b)
pandangan bahwa teori yang sudah ada mungkin tidak tepat, tidak memadai, tidak
benar, atau rancu, (c) kebutuhan untuk mendalami dan menjelaskan fenomena dan
untuk mengembangkan teori, atau (d) hakekat fenomenanya mungkin tidak cocok
dengan ukuran-ukuran kuantitatif.36 Lebih jauh, pendekatan kualitatif dirasa tepat
karena ciri-ciri penelitian kualitatif antara lain: mengkonstruk realitas makna
sosial budaya; meneliti interaksi peristiwa dan proses; melibatkan variabel-
variabel yang kompleks dan sulit diukur; memiliki keterkaitan erat dengan
konteks; melibatkan peneliti secara penuh; memiliki latar belakang alamiah;
menggunakan sampel purposif; menerapkan analisis induktif; mengutamakan
36Diah Dwi Utami, Analisa terhadap Penyusunan Kebijakan Pengelolaan Dana Bergulir
pada Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Jakarta: FISIP UI, 2009, hal. 54.
63
“makna” di balik realitas; serta mengajukan pertanyaan “mengapa” (why), bukan
“apa” (what).37
1.6.2. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah penelitian
deskriptif. Artinya tesis ini bertujuan meyimpulkan obyek dari hasil penelitian,
sehingga dapat menganalisi atau mendeskripsikan makna bentuk dan peranan
warna serta pengaruh ekspresi identitas pada hasil ciptaan mahasiswa politiknik
negeri media kreatif PSDD Medan. Dengan demikian tesis tak hanya akan
memberikan gambaran dan penjelasan mengenai data-data yang diperoleh, namun
juga menganalisis dan menginterpretasikan data tersebut.
Pertama-tama peneliti akan menggambarkan mengenai masalah
pemahaman makna bentuk pada logo dan makna simbol merupakan bagian dari
bentuk yang tidak dipisahkan dari logo, karena simbol merupakan tanda yang
terlihat yang menggantikan gagasan atau objek.
Berikutnya peneliti juga akan menganalisis peranan warna pada logo, yang
menghadirkan makna berbeda, dan menyujudkannya menjadi unsur lambang pada
sebuah logo sebagai alat untuk menghubungkan antara komunikator dengan
komunikan, agar mencapai suatu tujuan komunikasi.
Hal tersebut dilakukan untuk akan melihat pengaruh ekpresi identitas dari
hasil ciptaan mahasiswa Polimedia PSDD Medan sesuai dengan ekspresi identitas
37Ibid.
64
karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkan budayanya,
pada hasil ciptaan logo sesuai dengan kreteria logo.
Untuk mendapatkan gambaran yang lengkap mengenai makna bentuk dan
peranan warna dan menghsilkan pengaruh ekspresi identitas pada logo yang
diteliti, maka pengumpulan data tesis diusahakan agar komprehensif.
Pengumpulan data tesis dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1.6.3. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan diperlukan untuk memperoleh gambaran tentang
penelitian-penelitian lain yang berhubungan dengan penelitian dalam tesis ini,
menghubungkan penelitian tesis dengan dialog yang lebih luas dan
berkesinambungan tentang topik yang sama, dan memberi kerangka untuk
melakukan analisis terhadap topik penelitian. Studi kepustakaan dalam rangka
penelitian tesis dilakukan dengan cara mempelajari sejumlah literatur, jurnal,
paper, naskah akademis dan tesis yang dinilai mampu memberikan kerangka teori
bagi penelitian ini. Peneliti juga mempelajari, baik cetak maupun online, makna
bentuk dan peranan warna serta pengaruh ekspresi identitas pada logo yang
diteliti.
Informasi-informasi yang memberikan gambaran tentang makna bentuk
pada logo yang diteliti dalam berbagai versi dan sudut pandang, tergantung pada
latar belakang narasumber yang dikutip. Informasi inilah yang akan digunakan
65
oleh peneliti untuk melakukan penggalian data lebih mendalam. Peneliti juga
mempelajari peranan warna pada logo. Hal ini dilakukan untuk memahami
konteks permasalahan sehingga dapat melakukan analisis secara tajam dan
mendalam. Di samping itu, peneliti melihat terciptanya pengaruh ekspresi
identitas pada logo yang diteliti.
1.6.4. Soal untuk penciptaan logo
Teknik pengumpulan data dengan kuesioner akan memberikan seperangkat
pertanyaan dan mendesain sebuah logo sesuai dengan ketentuan judul penelian
ini, kepada 50 orang (dua kelas) mahasiswa Program Studi Multimedia Polimedia
dengan batasan semester II kelas A dan B Politeknik Negeri Media Kreatif
Medan serta yang menjadi sample untuk dijawabnya, yang berupa angket. Isi
angket tersebut meliputi:
a. Nama b. NIM c. Program Studi d. Mata Kuliah e. Tanggal f. Deskripsi:
Seorang pengusaha batik ingin mendesain logo sesuai dengan bidang usahanya. Pengusaha tersebut menginginkan pada logo usahanya terdapat unsur motif Sumatera Utara. Dan juga harus memenuhi beberapa kreteria dalam mendesain logo perusahaannya yaitu: 1. Sederhana 2. Mudah diingat dan dimengerti 3. Tahan lama 4. Enak di pandang 5. Sesuai fungsi 6. Tepat Sasaran
66
7. Unik dan menarik
g. Soal/pertanyaan: Gambarkanlah desain logo sesuai dengan bidang usaha dan kreteria yang diinginkan pengusaha tersebut meliputi: Deskripsi logo 1. Konsep 2. Makna Bentuk 3. Peranan Warna 4. Jenis Font 5. Motif Logo
h. Ketentuan teknik 1. Logo dikerjakan pada lembar kerja yang telah disediakan 2. Logo dikerjakan dengan teknik BLOK hitam putih ataupun berwarna,
menggunakan teknik manual atau komputer 3. Nama perusahaan dapat juga digunakan sesuai dengan nama masing-masing
mahasiswa 4. Ukuran logo maksimal 6 X 10 cm, dengan posisi center pada lembar kerja
1.6.5. Observasi
Observasi yang dilakukan dalam dalam penelitian ini adalah
melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan terhadap makna bentuk
dan peranan warna serta pengaruh ekspresi identitas pada logo hasil ciptaan dari
50 orang (dua kelas) mahasiswa program studi multimedia polimedia dengan
batasan semester II kelas A dan B Politeknik Negeri Media Kreatif Medan sesuai
dengan sebagai instrument.
67
1.6.6. Dokumen
Hasil dari karya ciptaan logo dari 50 orang (dua kelas) mahasiswa program
studi multimedia polimedia dengan batasan semester II kelas A dan B Politeknik
Negeri Media Kreatif Medan mahasiswa dapat didokumentasi sebagai menggali
infromasi sebagai data yang akan diolah sesuai dengan makna bentuk dan peranan
warna serta pengaruh ekspresi identitas pada logo dalam penelitian ini.
1.6.7. Hipotesis kerja
Preposisi tesis ini adalah bahwa logo menghasilkan makna bentuk dan
peranan warna, maka logo yang dihasilkan akan menciptakan ekspresi identitas
karakter seseorang, perusahaan, produk atau jasa yang diwakilkan, serta
budanyanya, dari ciptaan para mahasiswa Polimedia PSDD Medan.
1.6.8. Teknik Analisis Data
Dalam melakukan penelitian terhadap Logo sebagai tanda (Analisis makna
bentuk dan peranan warna serta pengaruh ekspresi identitas hasil ciptaan
mahasiswa politiknik negeri media kreatif PSDD Medan), pertama-tama peneliti
menentukan pertanyaan penelitian yang relevan. Selanjutnya peneliti melakukan
penggalian data pustaka untuk menyusun pedoman untuk membuat angket untuk
kuesioner digunakan sebagai alat pengumpulan data kepada sampel. Kemudian
data tersebut diobservasi dan dipilah menurut teori-teori dan sesuai dengan data
68
pustaka. Data yang telah dipilah akan didokumentasikan, dan dianalisis sesuai
dengan makna bentuk dan peranan warna serta pengaruh ekspresi identitas
karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya.
Hasil yang diperoleh melalui proses analisis, kemudian akan digunakan
untuk menarik kesimpulan penelitian. Pada penelitian ini dari 50 karya logo
mahasiswa Polimedia PSDD yang jadi populasi, dan 20 karya logo yang memiliki
kreteria logo yang baik saja yang akan dijadikan sampel. Karya-karya ini
kemudian dianalisis dua aspeknya yakni makna bentuk dan peran warna dengan
pendekatan disiplin ilmu seni rupa dalam konteks multidisiplin ilmu.
1.7. Penentuan Lokasi dan Obyek Penelitian
Karena penelitian ini secara khusus menganalisis makna bentuk dan
peranan warna serta pengaruh ekspresi identitas pada logo, maka obyek penelitian
adalah Hasil logo ciptaan mahasiswa program studi multimedia polimedia
semester II kelas A dan B Polimedia PSDD Medan, sedangkan lokasi penelitian
adalah Guna memberikan gambaran umum yang lebih jelas terhadap obyek
penelitian dalam tesis ini, berikut akan disajikan hal-hal yang berkaitan dengan
logo sebagai tanda. Penggambaran meliputi pengertian makna bentuk logo,
peranan warna pada logo dan pengaruh ekspresi identitas pada logo hasil ciptaan
mahasiswa Polimedia PSDD Medan. Melalui Prodi Multimedia Polimedia PSDD
Medan.
69
Sejauh ini di wilayah Sumatera Utara khususnya Kota Medan, efektifitas
pembuatan logo hanya di tempat institusi pendidikan. Maka penelitian ini
dilakukan hanya di wilayah Kota Medan saja, yang terfokus pada Politeknik
Negeri Media Kreatif (Polimedia). Penelitian dilakukan diwilayah kota Medan,
pada mahasiswa program studi Multimedia Politeknik Negeri Media Grafis
Medan, dengan kurun waktu penelitian selama 12 bulan (Mei 2015 sampai
Desember 2015).
1.8. Pilihan Penelitian terhadap Para Mahasiswa Pencipta Logo
Mengacu kepada permasalahan yang ada dalam penelitian, maka yang
menjadi populasi adalah 50 orang (dua kelas) mahasiswa program studi
multimedia polimedia dengan batasan semester II kelas A dan B Politeknik Negeri
Media Kreatif Medan. Sedangkan yang menjadi sample pada penelitian ini adalah
karya logo ciptaan 50 orang (dua kelas) mahasiswa program studi multimedia
polimedia dengan batasan semester II kelas A dan B Politeknik Negeri Media
Kreatif Medan. Mengingat populasi pada penelitian ini jumlahnya sangat sedikit
kurang dari 60 orang, maka seluruh populasi akan menjadi sampel (n=50).
1.9. Sistematika Penulisan Tesis
Bagaimanapun juga tesis ini mengikuti sistematika penulisan ilmiah.
Tulisan ini secara umum. Tulisan ini secara umum di dibagi ke dalam V bab.
70
Setiap bab merupakan satu kesatuan yang utuh dan berisi satu rangkaian yang
terpadu.
Bab I merupakan pendahuluan yang memaparkan tentang menjelaskan
dimulai dari latar belakang penelitian, pokok masalah sebagai sasaran penulis
yang akan diteliti, tujuan penelitian, manfaat dan fokus peneliti, kerangka teori
sebagai acuan yang peneliti gunakan, metode penelitian sebagai teknik penelitian
yang penulis sajikan, teknik analisis data, studi kepustakaan dan sistematika
penulisan yang penulis gunakan. Kerangka tersebut meliputi: 1)latar belakang
masalah; 2)rumusan masalah; 3)tujuan dan manfaat penelitian; 4)tinjauan pustaka;
5)landasan teoritis; 6)metode penelitian; 7)sistematika penulisan
Bab. II Tinjauan Umum, pada bab ini akan mengulas keberadaan
Polimedia tempat untuk penelitian, juga pembahasan tentang sejarah, definisi,
unsur, kreteria, dan klasifikasi logo yang dikaitkan dengan unsur budaya serta
teori-teori pendukung lainnya. Yang terdiri dari: 1)deskripsi polimedia; 2)studi
logo; 3).pengaruh unsur budaya; 4). Pendekatan Teori Pendukung
Bab III metode penelitian, pembahasan ini menjelaskan urutan demi
urutan sesuai klasifikasi data dan kajian memahami makna bentuk dan peranan
warna pada logo. Meliputi dari : 1).rancangan penelitian; 2).lokasi penelitian;
3).jenis dan sumber data; 4).intrumen penelitian; 5)teknik pengumpulan data,
6).analisis data; 7). penyajian hasil analisis data
71
Bab IV analisis dan hasil pembahasan: pada bab ini merupakan
pembahasan hasil dai seluruh penelitian yang meliputi :1).pendekatan semiotika;
2).analisis makna bentuk pada logo; 3).analisis peranan warna pada logo;
4).ekspesi identitas pada logo
Bab V Penutup, pada bahagian ini penulis menguraikan secara umum hasil
penelitian ini, yakni mengenai dua aspek kajian, yang mencakup (a) makna
bentuk, (b) peranan warna. Setelah itu penulis memberikan saran-saran untuk
pengembangan keilmuan, khususnya kajian seni rupa di Program Studi Magister
Penciptaan dan Pengkajian Seni FIB USU, juga di Polimedia PSSD Medan, juga
secara umum untuk perkembangan seni rupa nasional dan dunia, terutama dalam
konteks kesejahteraan masyarakat pendukung seni rupa, terutama logo.
72
72
BAB II
ETNOGRAFIS ETNIK DI SUMATERA UTARA
DAN RAGAM HIASNYA
Pada Bab II ini, penulis mendeskripsikan secara etnografis etnik-etnik
yang terdapat di Sumatera Utara. Kemudian secara lebih khusus lagi menguraikan
keberadaan seni rupa mereka (baik yang disebut gorga, sejubilang, ragam hias,
motif-motif, dan sejenisnya). Di akhir bab ini dideskripsikan pula keberadaan
Polimedia, sebagai institusi pendidikan tinggi yang mengajarkan bidang media
kreatif, termasuk penelitian ini, yakni logo yang bermuatan etnik Sumatera Utara.
2.1. Konsep Suku Bangsa atau Kelompok Etnik
Dalam buku-buku antropologi seperti karya Narroll1 kelompok etnik atau
suku bangsa didefinisikan sebagai populasi yang: (1) secara bilogis mampu
berkembang biak dan bertahan; (2) mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan
sadar akan rasa kebersamaan dalam sebuah bentuk budaya; (3) membentuk
jaringan komunikasi dan interaksi sendiri; dan (4) menentukan ciri kelompoknya
sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok
populasi lain.
1R. Narrol, "Ethnic Unit Classification." Current Anthropology, volume 5 No. 4,"
1965.
73
Dalam konteks menganalisis kelompok etnik ini adalah pentingnya asumsi
bahwa mempertahankan batas etnik tidaklah penting, karena hal ini akan terjadi
dengan sendirinya, akibat adanya faktor-faktor isolasi seperti: perbedaan ras,
budaya, sosial,dan bahasa. Asumsi ini juga membatasi pemahaman berbagai
faktor yang membentuk keragaman budaya. Ini mengakibatkan seorang ahli
antropologi berkesmpulan bahwa setiap kelompok etnik mengembangkan budaya
dan bentuk sosialnya dalam kondisi terisolasi. Ini terbentuk karena faktor ekologi
setempat yang menyebabkan berkembangnya kondisi adaptasi dan daya cipta
dalam kelompok tersebut. Kondisi seperti ini telah menghasilkan suku bangsa
dan bangsa yang berbeda-beda di dunia. Setiap bangsa memiliki budaya dan
masyarakat pendukung tersendiri. Demikian pula yang terjadi di Sumatera Utara.
Setiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat yang dapat
berwujud sebagai satu komunitas desa, kota, kelompok kekerabatan, atau
kelompok adat yang lain, bisa menampilkan suatu corak khas yang terutama
terlihat oleh orang luar yang bukan warga masyarakat bersangkutan. Seorang
warga dari suatu kebudayaan yang telah hidup dari hari ke hari di dalam
lingkungan kebudayaannya biasanya tidak melihat lagi corak khas itu.
Sebaliknya, terhadap kebudayaan tetangganya, ia dapat melihat corak khasnya,
terutama mengenai unsur-unsur yang berbeda mencolok dengan kebudayaan
miliknya sendiri.
Corak khas sebuah kebudayaan dapat tampil karena kebudayaan itu
menghasilkan satu unsur kecil berupa suatu unsur kebudayaan fisik dengan bentuk
74
yang khusus. Atau karena di antara pranata-pranatanya ada suatu pola sosial yang
khusus. Dapat juga karena warganya menganut suatu tema budaya yang khas.
Sebaliknya, corak khas dapat disebabkan karena adanya kompleks unsur-unsur
yang lebih besar. Berdasarkan atas corak khususnya tadi, suatu kebudayaan dapat
dibedakan dari kebudayaan yang lain.
Pokok perhatian dari suatu deskripsi etnografi adalah ke-
budayaan-kebudayaan dengan corak khas seperti itu. Istilah etnografi untuk suatu
kebudayaan dengan corak khas adalah "suku bangsa,” atau dalam bahasa Inggris
ethnic group (kelompok etnik). Koentjaraningrat2 menganjurkan untuk memakai
istilah “suku bangsa" saja, karena istilah kelompok di dalam hal ini kurang cocok.
Sifat kesatuan dari suatu suku bangsa bukan sifat kesatuan "kelompok,"
melainkan sifat kesatuan "golongan."
Konsep yang tercakup dalam istilah "suku bangsa" adalah suatu golongan
manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan "kesatuan kebudayaan",
sedangkan kesadaran dan identitas tadi seringkali (tetapi tidak selalu) dikuatkan
oleh kesatuan bahasa juga. Dengan demikian "kesatuan kebudayaan" bukan suatu
hal yang ditentukan oleh orang luar, misalnya oleh seorang ahli antropologi, ahli
kebudayaan, atau lainnya, dengan metode-metode analisis ilmiah, tetapi oleh
warga kebudayaan itu sendiri. Dengan dernikian, misalnya kebudayaan
Mandailing merupakan suatu kesatuan, bukan karena ada peneliti-peneliti yang
secara etnografi telah menentukan bahwa kebudayaan Mandailing itu suatu
2 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmnu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta, 1990.
75
kebudayaan tersendiri yang berbeda dari kebudayaan Jawa, Makasar, atau Bali--
tetapi karena orang-orang Mandailing sendiri sadar bahwa di antara mereka ada
keseragaman budaya, yaitu budaya Mandailing yang mempunyai kepribadian dan
jati diri khusus. Berbeda dengan budaya-budaya etnik lainnya dalam wilayah
Indonesia. Apalagi bahasa Mandailing berbeda dengan bahasa Jawa atau Bali,
maka akan lebih mempertinggi kesadaran akan kepribadian khusus tadi.
Dalam kenyataan, konsep "suku bangsa" lebih kompleks daripada apa yang
terurai di atas. Ini disebabkan karena dalarn kenyataan, batas kesatuan manusia
yang merasakan diri terikat oleh keseragaman kebudayaan itu, dapat meluas atau
menyempit, tergantung pada keadaan. Misalnya, penduduk natif Sumatera Utara
yang terdiri dari orang Karo, Simalungun, Toba, Pakpak-Dairi, Nias, Melayu,
Pesisir, Lubu, Siladang, dan lainnya. Kepribadian khas dari setiap suku bangsa
ini dikuatkan olehbahasa-bahasa suku bangsa yang khusus. Walaupun demikian,
kalau orang Sumatera Utara berada di Jakarta, yang menyebabkan mereka harus
berhadapan dengan kelompok lain dalam konteks kekejaman perjuangan hidup di
skota besar, maka mereka akan merasa bersatu sebagai Putra Sumatera Utara (atau
yang dikonsepkan sebagai anak Medan), dan tidak sebagai orang Karo,
Simalungun, Toba, Pakpak-Dairi, Nias, Melayu, Pesisir, Lubu, dan Siladang.
Deskripsi mengenai kebudayaan suatu suku bangsa biasanya merupakan
isi dari sebuah karangan etnografi.3 Namun karena ada suku bangsa yang besar
3Etnografi berasal dari istilah ethnic yang arti harfiahnya suku bangsa dan graphein yang
artinya mengambarkan atau mendeskripsikan. Etnografi adalah jenis karya antropologis khusus dan penting yang mengandung bahan-bahan kajian pokok dari pengolahan dan analisis terhadap kebudayaan satu suku bangsa atau kelompok etnik. Oleh karena di dunia ini ada suku-suku
76
sekali, yang terdiri dari berjutajuta penduduk (seperti suku bangsa Jawa), maka
ahli antropologi yang mengarang sebuah etnografi sudah tentu tak dapat
mencakup keseluruhan hal etnografis suku bangsa besar itu dalam deskripsinya.
Maka biasanya ia hanya melukiskan sebagian dari kebudayaan suku bangsa itu.
Etnografi tentang kebudayaan Jawa misalnya hanya akan terbatas kepada
kebudayaan Jawa dalarn suatu desa atau beberapa desa tertentu. Atau kebudayaan
Jawa dalarn suatu daerah dialek dan sosiolek Jawa yang tertentu (Pesisiran,
Kasultanan, atau Kasunanan), kebudayaan Jawa dalam suatu kabupaten tertentu,
kebudayaan Jawa di pegunungan atau kebudayaan Jawa di pantai, atau
kebudayaan Jawa dalam suatu lapisan sosial tertentu.
Selain mengenai besar-kecilnya jumlah penduduk dalarn kesatuan
masyarakat suku bangsa, seorang ilmuwan antropologi tentu juga menghadapi
soal perbedaan asas dan kompleksitas dari unsur kebudayaan yang menjadi pokok
penelitian atau pokok deskripsi etnografinya. Dalarn kaitan ini, para ilmuwan
antropologi, sebaiknya membedakan kesatuan masyarakat suku-suku bangsa di
dunia berdasarkan kepada kriteria mata pencaharian dan sistem ekonomi, yang
mencakup enarn macarn: (1) masyarakat pemburu dan peramu, atau hunting and
bangsa yang jumlahnya relatif kecil, dengan hanya beberapa ratus ribu warga, dan ada pula kelompok etnik yang berjumlahrelatif besar, berjuta-juta jiwa, maka seorang antropolog yang membuat karya etnografi tidak dapat mengkaji keseluruhan aspek budaya suku bangsa yang besar ini. Oleh karena itu, untuk mengkaji budaya Melayu misalnya, yang mencakup berbagai negara bangsa, maka seorang antropolog boleh saja memilih etnografi masyarakat Melayu Desa Batang Kuis, atau lebih besar sedikit masyarakat Melayu Kabupaten Serdang Bedagai, atau masyarakat Melayu Labuhan Batu, dan seterusnya. Ada pula istilah yang mirip dengan etnografi, yaitu etnologi. Arti etnologi berbeda dengan etnografi. Istilah etnologi adalah dipergunakan sebelum munculnya istilah antropologi. Etnologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan kebudayaannya di seluruh dunia, sama maknanya dengan antropologi, yang lebih lazim dipakai belakang hari oleh para ilmuwannya atau dalam konteks sejarah ilmu pengetahuan manusia.
77
gathering societies; (2) masyarakat peternak atau pastoral societies; (3)
masyarakat peladang atau societies of shifting cultivators; (4) masyarakat nelayan,
atau fishing communities, (5) masyarakat petani pedesaan, atau peasant
communities; dan (6) masyarakat perkotaan yang kompleks, atau complex urban
societies.
Pembatasan deskripsi tentang suatu kebudayaan suku bangsa dalam sebuah
karya etnografi, memerlukan metode dalam menentukan asas-asas pembatasan.
Selain itu dibicarakan bagaimana unsur-unsur dalam kebudayaan sesuatu suku
bangsa yang menunjukkan persamaan dengan unsur-unsur sejenis dalam
kebudayaan suku-suku bangsa lain. Untuk itu dilakukan perbandingan satu
dengan lain. Untuk itu perlu suatu konsep yang mencakup persamaan unsur-unsur
kebudayaan antara suku-suku bangsa menjadi kesatuan-kesatuan yang lebih besar
lagi. Konsep itu adalah konsep "daerah kebudayaan" atau culture area.
2.2. Etnografi Masyarakat dan Kebudayaan Sumatera Utara
Dalam bagian ini, penulis mendeskripsikan secara umum geografi dan
etnografi masyarakat Sumatera Utara,4 yang biasanya dalam konteks
pemerintahan Republik Indonesia dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu: (1) delapan
4Pada masa penjajahan Belanda, di Sumatera Utara terdapat dua provinsi (afdeeling), yaitu Sumatera Timur dan Tapanuli. Ada perbezaan pengertian antara Sumatera Utara dengan Sumatera Timur. Wilayah Sumatera Timur (Oostkust van Sumatra dalam Bahasa Belanda atau East Coast of Sumatra dalam Bahasa Inggeris) mencakup Provinsi Sumatera Utara sekarang di luar Tapanuli, ditambah daerah Bengkalis Provinsi Riau--secara budaya termasuk pula Tamiang Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Lebih jauh lihat Blink, Sumatra's Oostkust: In Here Opkomst en Ontwikkelings Als Economisch Gewest, (s'Gravenhage: Mouton & Co., 1918), pp. 1 dan 9. Kini Sumatera Utara adalah salah satu dari 34 Provinsi di Indonesia, yang terdiri dari 33 Kabupaten dan Kota.
78
etnik setempat yang terdiri dari: Melayu, Karo, Simalungun, Pakpak-Dairi,
Batak Toba, Mandailing-Angkola, Pesisir, dan Nias; (2) etnik pendatang dari
Nusantara: Minangkabau, Aceh, Banjar, Jawa; serta (3) etnik pendatang dari luar
negeri: Tionghoa, Tamil, Benggali, dan Eropa.
Pada masa sekarang sebagian besar masyarakat Sumatera Utara,
menerima cara pembagian kelompok-kelompok etnik setempat ke dalam
delapan kategori, seperti yang ditawarkan oleh pemerintah Indonesia. Keberadaan
etnik setempat dijelaskan oleh Goldsworthy sebagai berikut.
The three major [North] Sumatran ethnic groups are the Batak, coastal Malay and Niasan ... North Sumatrans often divide the indigenous (that is, non-immigrant) population of the province into nine more narrowly defined ethnic groups (suku-suku). ... The broad Batak ethnic group is ussually divided into six main communities - Pakpak-Dairi Dairi, Toba, Angkola-Sipirok, Mandailing, Karo and Simalungun. All six groups have a broadly similar social organisation (patrilineal, exogamus dans) and related languages, but important social, religious and linguistic differences also divide them. The sharpest linguistic division is between the Karo/Pakpak-Dairi Dairi groups in the north and west and the Toba/Mandailing/ Angkola-Sipirok groups in the south. The Simalungun group falls between the two extreme points of contrast.5
Tiga kelompok etnik besar Sumatera Utara adalah Batak, Melayu Pesisir,
dan Nias. Orang-orang Sumatera Utara biasanya dibagi ke dalam sembilan
populasi setempat (yaitu mereka yang bukan imigran), yang biasa disebut
dengan suku-suku. Kelompok etnik Batak yang lebih luas, biasanya dibagi pada
lima komunitas utama, yaitu: Pakpak-Dairi-Dairi, Batak Toba, Angkola-Sipirok,
5 David J. Goldworthy, Melayu Mnusic of Noth Sumatra: Continuities and Changes,
Canberra: Monash University, 1976, disertasi doktoral.
79
Mandailing, Karo, dan Simalungun. Keenam komunitas utama ini mempunyai
organisasi sosial yang sama, yaitu berdasar pada sistem patrilineal dan klen yang
eksogamus.6 Mereka mempunyai sistem sosial, religi, dan linguistik yang
berbeda. Perbedaan linguistik paling jelas adalah antara kelompok Karo dan
Pakpak-Dairi-Dairi di utara dan barat--dengan kelompok Toba, Mandailing,
Angkola, dan Sipirok di Selatan. Simalungun berada di antara dua sistem
linguistik ini.
Sumatera adalah salah satu pulau besar di Indonesia yang terdiri dari
sekitar 3.000 pulau-pulau. Pulau Sumatera ini mencakup wilayah sebesar 473.606
km.7 Pulau ini mempunyai panjang lebih dari 1.920 km yang membentang dari
barat laut ke tenggara, dan mempunyai lebar maksimum sebesar 384 km.
Sumatera adalah pulau di sebelah barat Indonesia, yang terentang dari 6º LU
sampai 6º LS secara latitudinal dan 95º sampai 110º BT secara longitudinal.8
Sumatera juga dikelilingi oleh pulau-pulau di sekitarnya, baik yang berdekatan
dengan pantai barat ataupun timurnya. Pulau-pulau ini secara administratif ikut
ke dalam pemerintahan daerah di Sumatera. Struktur geologis Pulau Sumatera
didominasi oleh rangkaian Pegunungan Bukit Barisan. Rangkaian pegunungan ini
sampai ke wilayah Selat Sunda. Sumatera dibagi menjadi lima Provinsi atau
4Dalam tesis ini, yang dimaksud klen eksogamus adalah sistem kemasyarakatan dalam sebuah suku, yang norma pemilihan pasangan hidupnya berasal dari kelompok luar tertentu. Lihat Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1993:400). Dalam konteks masyarakat Batak, klen yang sama dilarang kawin.
7C.A. Fisher, “Indonesia: Physical and Social Geography.“ The Far East and Australasian 1977-78: A Survey and Directory of Asia and Pacific. London: Europe Publications Ltd., 1977, hlm. 455-457.
8 W.A. Withington, 1963. “The Distribution of Population in Sumatra, Indonesia, 1961.” The Journal of Tropical Geography, 17, 1963, hlm. 203.
80
Daerah Tingkat I. Sumatera adalah kawasan yang sangat cocok untuk bidang
pertanian dan perikanan.9 (Sebahagian besar penduduk Sumatera tergolong ke
dalam ras proto-Mongoloid,10 dan berbahasa sama dengan kelompok bahasa
Austronesia atau Melayu-Polinesia.11
Pada masa lampau, beberapa sistem klasifikasi regional dipergunakan
untuk membagi wilayah secara etnik. Provinsi Sumatera Utara misalnya pada
zaman Belanda terdiri dari dua wilayah yaitu Sumatera Timur dan Tapanuli.
Namun Sumatera Timur mencakup daerah Aceh Timur.12 Dalam konteks
perdagangan dunia, Sumatera Timur sangat terkenal, mempunyai pertumbuhan
ekonomi yang pesat. Sumatera Timur mempunyai beberapa perkebunan,
menghasilkan minyak bumi, dan menjadi daerah sumber devisa yang penting di
Indonesia. Perdagangan dan perikanan menjadi bidang ekonomi yang sangat
penting di Pesisir Timur Sumatera Utara ini. Daerah Sumatera Timur ini awalnya
dihuni oleh tiga etnik setempat, yaitu: Melayu, Karo, dan Simalungun.
Sumatera sendiri dihuni oleh beberapa kelompok etnik setempat, yaitu:
Aceh, Alas dan Gayo, Batak, Melayu, Minangkabau, Rejang, Lampung, Kubu,
Nias, Mentawai, dan Enggano. Di Pesisir Timur Sumatera Utara, yang pada masa
kesultanan lazim disebut Sumatera Timur, etnik Melayu mendiami wilayah yang
meliputi empat Kabupaten, yaitu: Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Asahan, dan
Labuhan Batu. Pada masa-masa pemerintahan sistem kesultanan, etnik Melayu di
9 Ibid., hlm. 539. 10 Fisher, op.cit., hlm. 456. 11W.Howell, W., The Pacific Islanders. London: Weidenfeld and Nicolson, 1923,
hlm. 80-81. 12Whitington, op.cit., hlm. 203.
81
Sumatera Timur ini berada dalam tiga kesultanan besar, yaitu: Langkat, Deli, dan
Serdang, dan ditambah sultan-sultan yang secara geografis dan politis lebih kecil,
yaitu: Asahan, Bilah, Kotapinang, Panai, dan Kualuh.
Bagan 2.1 : Tiga Kategori Kelompok-kelompok Etnik di Sumatera Utara
Sumber David J. Goldworthy, Melayu Mnusic of Noth Sumatra: Continuities and Changes, Canberra: Monash University, 1976, disertasi doktoral.
Diagram dikembangkan oleh penulis.
Wilayah Sumatera Timur terbentang dari perbatasan Aceh sampai
kerajaan Siak mempunyai batas-batas geografis sebagai berikut: (1) sebelah
utara dan barat berbatasan dengan wilayah Aceh; (2) sebelah timur berbatasan
dengan Selat Melaka; (3) sebelah selatan dan tenggara berbatasan dengan daerah
82
Riau; dan (4) sebelah barat berbatasan dengan daerah Tapanuli.13 Luasnya 94.583
km2 atau sekitar 20 % dari luas pulau Sumatera.14
Peta 2.1 : Wilayah Budaya Etnik Natif Sumatera Utara
2.3. Etnik Karo dan Seni Rupanya
Daerah kebudayaan Karo, mencakup beberapa kabupaten di Sumatera
Utara, di antaranya Kabupaten Karo, Langkat, Deli Serdang, dan Serdang
Bedagai. Secara wilayah budaya, etnik Karo di Dataran Tinggi Bukit Barisan
disebut dengan Karo Jahe, sementara mereka yang berada di Pesisir Pantai Timur
Sumatera Utara disebut Karo Jahe.
Secara administratif pemerintahan, Kabupaten Karo memiliki ketinggian
140 sampai 1400 meter dari permukaan laut. Iklimnya berkisar antara 16 sampai
13 Volker, T., Van Oerbosch tot Culturgebied. Medan: De Deli Planters Vereeniging,
1928, hlm. 192-1193. 14Pelzer, Karl J., Planters and Peasant Colonial Policy and the Agrarian Struggle in East
Sumatra 1863-1847. s’Gravenhage: Martinus Nijhoff, 1978. Juga terjemahannya dalam bahasa Indonesia, Karl J. Pelzer, Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria 1863-1947. Terjemahan J. Rumbo. Jakarta: Sinar Harapan, 1985.
83
27 Celsius, serta mempunyai curah hujan rata-rata 1000 mm sampai 1400 mm
per tahun. Ibukota Kabupaten Karo adalah Kabanjahe, yang berjarak 76 kilometer
dari Kota Medan.15
Etnik Karo mempunyai sistem kemasyarakatan yang disebut merga silima.
Sistem ini adalah pengelompokkan masyarakat ke dalam lima merga (klen) besar:
(1) Ginting, (2) Sembiring, (3) Karo-karo, (4) Perangin-angin, dan (5) Tarigan.
Setiap merga ini terbagi lagi ke dalam merga-merga kecil.
Istilah merga berasal dari kata meherga, yang artinya adalah mahal atau
berharga. Istilah ini melekat pada lelaki yang berstatus sebagai penerus keturunan
dan mewarisi nama merga. Bagi perempuan istilah yang dipergunakan adalah
beru, yang berasal dari kata mberu yang artinya adalah cantik. Selain itu,
masyarakat Karo mengenal istilah rakut sitelu, yaitu pengelompokkan tiga
struktur sosial: (1) kalimbubu (fihak pemberi isteri); (2) anak beru (fihak
penerima isteri, dan (3) senina yaitu orang satu merga.
Pada masa sekarang, masyarakat Karo beragama Kristen Protestan,
Katolik, Islam, Hindu dan sebahagiannya Pemena, yaitu religi pra_Kristen dan
Islam. Nilai-nilai religi Pemena ini sebahagian ditransformasikan hingga kini.
Para penganut religi Pemena mempercayai adanya pencipta alam semesta yang
disebut Dibata Kaci-kaci. Mereka juga mempercayai adanya tiga alam: (1) Banua
Datas alam bagian atas yang dikuasai oleh Dibata Datas yang bernama Guru
Batara Datas; (2) Banua Tengah yang dikuasai oleh Dibata Tengah yang
15 Keterangan dari Pemerintah Kabupaten Karo, 2016.
84
bernama Tuan Paduka ni Aji, dan (3) Banua Tero yang dikuasai Dibata Teroh
yang bernama Tuan Banua Koling.
Menurut konsep religi Pemena, alam sebagai tempat kehidupan manusia
terbagi atas delapan arah sesuai dengan arah mata angin. Arah ini adalah: (1)
purba (timur), (2) aguni (tenggara), deksina (selatan), nariiti (barat daya), pusima
(barat), mangadia (barat laut), batara (utara), dan irisan (timur).
Masyarakat Karo juga cukup memberikan perhatian kepada kesenian.
Misalnya dalam bidang kerajinan adalah gundala-gundala, yaitu topeng yang
menyerupai orang, tungkat (tongkat), dan alat-alat musik tradisional Karo, yang
terus lestari hingga sekarang. Djaga Depari adalah seorang komponis nasional
yang berasal dari daerah Karo. Lagu-lagu terkenal di Sumatera Utara, yang
diciptakannya antara lain: Piso Surit, Famili Teksi dan Erkata Bedil. Masyarakat
Karo juga mempunyai seni suara yang disebut rende (arti harfiahnya berbyabyi).
Lagu yang dinyanyikan disebut enden/ende.
Di dalam budaya masyarakat Karo, sebutan untuk para pemusik adalah
sierjabaten, yang secara denotatif artinya adalah yang memiliki tugas. Sierjabaten
terdiri dari pemain sarune, gendang singanaki, gendang singindungi, penganak,
dan gung. Setiap pemain alat musik dalam etnosains tradisional Karo mereka
memiliki nama masing-masing, yaitu: pemain sarune disebut panarune, pemain
gendang (singanaki dan singindungi) disebut penggual, dan pemain penganak
disebut simalu penganak, dan pemain gung disebut simalu gung, serta pemain
mangkuk michiho disebut simalu mangkuk michiho.
85
Kebudayaan seni rupa etnik berupa ragam hias motif geometris suku
Karo, di antaranya adalah gerga tutup dadu disebut juga cimba lau, merupakan
salah satu ragam hias suku karo motif geometris. ragam hias ini merupakan hiasan
tepi cimba lau dan tutup dadu dibuat berulang-ulang pada tepi bawah dan atas
melen-melen.16 Ragam hias ini melambangkan awan berarak dengan pengertian
kecerahan. Fungsi ragam hias ini hanya sebagai keindahan visual yang juga
memiliki makna-makna kebudayaan.
Gambar 2.1 : Ragam Hias Motif Geometris Tutup Dadu Suku Karo
Ragam hias motif geometris suku karo lainnnya adalah tapak raja
Sulaiman. Ragam hias ini tidak begitu jelas dari mana datangnya, sebsb
masyarakat pemakai hiasan ini belum beragam Islam ataupun Kristen pada waktu
itu. Disinyalir ornamen ini berasal dari Aceh atau Melayu. Menurut orang tua dan
orang pande gerga di Tanah Karo, Nabi atau Raja Sulaiman adalah orang sakti
16Ibid, hlm. 98.
86
dan berilmu. Bentuk ragam hias ini dianggap sebagai tempat duduk disebut ingan
kundul raja Sulaiman.17
Gambar 2.2 : Ragam Hias Motif Geometris Tapak Raja Sulaiman
Pada Budaya Suku Karo
Bentuk ragam hias tapak raja Sulaiman mengandung arti petunjuk jalan
supaya jangan tersesat. Motif seni rupa ini mempunyai fungsi mistik sebagai
penolak bala, menyembuhkan gatat-gatal, dan keracunan. Ragam hias ini sering
dibuat pada sendok nasi yang disebut ukat. Pada bangunan rumah ragam hias ini
terdapat pada dinding melen-melen dipangkal dan ujungnya.18
Warna dalam seni rupa suku Karo, dapat dideskripsikan sebagai berikut.
Dinding rumah terdapat ukiran 5 warna, dengan motif saling kait, yang masing-
masing warna pastilah memiliki makna sendiri, yang sayangnya tidak diketahui
17Bagianda Sirait, Pengumpulan dan Dokumenasi Ornamen Tradisional di Sumater
Utara, Sumatera Utara,:Pemerintah Tingkat I Sumut, 1977-1980, hlm. 93 18Ibid., hlm. 93.
87
secara pasti tentang makna tersebut. Menurut penuturan warga Karo, hanya
tinggal para orang tua lanjut usia saja yang paham mengenai makna 5 warna
tersebut.
Gambar 2.3 : Warna pada Ornamen Suku Karo
Menurut seorang warga Karo, bahwa 5 warna ukiran tersebut
melambangkan keakraban dan kekerabatan antara 5 marga besar dalam suku
Batak Karo, yang saling bersaudara, yaitu:
(1) warna Merah adalah simbol marga Ginting,
(2) warna Hitam, milik marga Sembiring,
(3) warna Putih, milik marga Siangin-Angin (Peranginangin),
(4) warna Biru, milik marga Tarigan, dan
88
(5) warna Kuning Keemasan, milik marga Karo-Karo.
2.4. Etnik Pakpak-Dairi dan Seni Rupanya
Etnik ini bertempat tinggal di sebahagian besar kawasan Kabupaten Dairi
dan Pakpak Bharat, yang sebahagian besar terdiri dari daratan tinggi dan bukit-
bukit yang ditumbuhi pohon-pohon yang membentuk hutan tropis. Posisi
koordinatnya terletak di antara 98 sampai 99 dera jat 20’ Bujur Timur dan 20
sampai 30 derajat 15’ Lintang Utara.
Sebelum masuknya ajaran Islam dan Kristen ke wilayah Pakpak-Dairi,
pada kebudayaan masyarakatnya terdapat beberapa bentuk kepercayaan yang
berdasar kepada adanya kekuatan ghaib pada tempat-tempat tertentu, benda-benda
alam, dan alam semesta memiliki kekuatan ghaib dengan adanya dewa-dewa dan
roh-roh nenek moyang. Konsep kepercayaan akan adanya alam ghaib terbagi atas
tiga bagian, yaitu: Batara Guru (Dewa Pencipta), Tunggul ni Kuta (Dewa Penjaga
Kampung), dan Berraspati ni Tanoh (Dewa yang Menguasai Tanah). Ketiga
wujud kekuatan alam ini disebut dengan Tri Tunggal Penguasa Alam. Mereka
sebagai penganut kepercayaan kepada kekuatan ghaib juga mempercayai adanya
Sinaga Ale (Dewa Penguasa Air), Jandi ni Mora (Dewa Penjaga Udara) dan
Mbarla (makhluk ghaib yang menguasai ikan dalam air). Pada tahun 1908
perkembangan agama Islam memasuki Pakpak-Dairi yang dibawa oleh Tuan
Pakih Brutu dari daerah Aceh. Pada mulanya penyebaran agama Islam selalu
memberikan rangsangan di hadapan orang banyak dengan menunjukkan kekuatan
89
ghaib, seperti menggerakkan batu, kayu, besi, yang diletakkan di atas tanah.
Sebelum datangnya masa kolonialisme Belanda, kelompok etnik Pakpak-Dairi
dibagi ke dalam lima golongan (puak), yaitu: (1) Pakpak Boang yang tinggal di
Lipat Kajang dan Singkel, yang sekarang merupakan wilayah Nanggroe Aceh
Darussalam bagian selatan; (2) Pakpak Kelasen yang meliputi daerah Parlilitan,
Pakkat dan Manduamas, yang saat ini menjadi bagian wilayah Tapanuli Bahagian
Utara dan Tapanuli Tengah; (3) Pakpak Kepas yang terdiri dari daerah Sidikalang,
Parongil, dan Banturaja, serta (4) Pakpak Simsim berada di Sukarame, Kerajaan,
dan Salak.
Ragam hias motif geometris suku Pakpak Dairi dapat diuraikan sebagai
berikut. Dari beberapa motif ragam hias pada suku Pakpak Dairi hanya memiliki
dua ragam hias geometris yaitu, bulan dan adep.19 Ragam hias bulan biasaya
terdapat diantara kedua cecak. Bulan menunjukkan kelembutan dan sebagai
lambang perhitungan musim, perhitungan ini dianggap penting bagi kehidupan
petani.
19 Ibid, hlm. 173.
90
Gambar 2.4 : Ragam Hias Motif Geometris Suku Pakpak Dairi (Bulan)
Menurut baginda Sirait ragam hias bulan diartikan sebagai lambang
kelembutan dan perhitungan musim, dan sangat penting bagi kehidupan petani.20
Dengan pengertian tersebut, maka didaerah Pakpak Dairi terdapat musim-musim
sebagai berikut.
1. Bulan pekesada (bulan pertama), musim penghijau (udan amanen apa-apa).
2. Bulan pakedua (bulan kedua), hujan dan kemarau bergantian (meru dan lego).
3.Bulan paketelu (bulan ketiga), hujan dan kemarau bergantian (rudan lego).
4. Bulan pakeempat (bulan keempat), mulai musim penghujan, mulai menanam
padi.
5. Bulan pakelima (bulan kelima), musim kemarau.
6. Bulan pakeenam (bulan keenam), mulai musim penghujan, mulai menanam
Padi.
20Bagianda Sirait, op. cit., hal. 163.
91
7. Bulan pakepitu (bulan ketujuh), musim hujan.
8. Bulan kewaluh (bulan kedelapan), hujan dan kemarau, merumputi.
9. Bulan pakesiwah (bulan kesembilan) , padi sedang bunting.
10. Bulan kesepuluh, mengusir burung dan monyet.
11. Bulan kesebelas, masa mengetam padi.
12. Bulan keduabelas, mengantar padi ke kampung dan menyimpan di lumbung.
2.5. Etnik Simalungun dan Seni Rupanya
Berdasarkan letak geografinya, Kabupaten atau juga wilayah budaya
Simalungun ini membentang antara 02 derjat 36’ sampai 3 derjat 18’ Lintang
Utara dan 9 derjat 32’ sampai 9 derjat 35 ‘ Bujur Timur. Luas keseluruhan daerah
Simalungun adalah 4,386.69 kilometer² atau 16.12% dari keseluruhan luas
Provinsi Sumatera Utara. Menurut Jahutar Damanik dalam bukunya yang bertajuk
Jalannya Hukum Adat Simalungun bahwa istilah simalungun berasal dari pokok
kata lungun yang artinya sunyi atau sepi. Ditambah awalan kata ma menjadi
malungun yang berarti suatu keadaan yang sunyi. Kemudian ditambah lagi awalan
kata si yaitu sebuah sebutan untuk menamakan suatu tempat. Jadi simalungun
berarti suatu nama bagi kawasan tanah yang disebut sunyi dan belum dikenal
orang. Pada masa-masa awal terbentuknya kebudayaan masyarakat
Simalungun,masih relatif jarang penghuninya. Kini telah berubah seiring dengan
perkembangan zaman, dengan dibukanya perkebunan-perkebunan sawit, coklat,
dan karet. Masyarakat Jawa datang ke daerah ini sejak abad ke-19, yang
92
umumnya sebagai buruh di perkebunan-perkebunan Belanda. Setelah habis masa
kerja di perkebunan, mereka membuka perkampungan sendiri. Kini menjadi
Daerah Kabupaten Simalungun, yang umumnya dihuni oleh etnik Simalungun dan
Jawa.
Sebelumnya kira-kira tahun 500–1290 M di daerah Simalungun telah
berdiri sebuah kerajaan, yang disebut Kerajaan Nagur dipimpin seorang raja yang
bernama Damanik (Jahutar Damanik 1974:33). Rakyatnya disebut suku Timur
Raya, karena daerah Simalungun ini terletak di Timur Danau Toba (M.D. Purba
1977:21). Setelah masa pemerintahan Kerajaan Nagur berakhir, maka digantikan
oleh Kerajaan Silou (1290-1350). Sebelum tahun 1500, wilayah Simalungun
terlepas dari Kerajaan Silou, sehingga masing-masing wilayah memegang
kekuasaan masing-masing. Tahun 1500-1906 di Simalungun berdiri empat
kerajaan yang disebut Raja Maroppat. Kerajaan ini terdiri dari: (1) Kerajaan
Dolok Silou dan (2) Kerajaan Panei masing-masing dengan rajanya bermarga
Purba; (3) Kerajaan Siantar yang rajanya bermarga Damanik; dan (4) Kerajaan
Tanah Jawa yang rajanya bermarga Sinaga. Setelah proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia tahun 1945, Simalungun menjadi Daerah Tingkat II
Simalungun dan Kotamadya Pematang Siantar, kemudian sesuai dengan semangat
reformasi sejak 2000 yang lalu berubah menjadi Kabupaten Simalungun dan Kota
Pematang Siantar.
Pada awalnya, etnik Simalungun menganut suatu religi yang disebut
dengan Sipajuh Begu-begu atau Parbegu. Sebelum masuknya agama Kristen dan
93
Islam, orang-orang Simalungun dapat dikelompokkan ke dalam orang-orang yang
religinya bersifat animisme. Orang-orang Simalungun yang beragama Kristen
Protestan terintegrasi ke dalam persekutuan iman gereja yang disebut Gereja
Kristen Protestan Simalungun (GKPS).
Sistem kekerabatan etnik Simalungun berdasarkan kepada sistem
keturunan patrilineal. Kelompok kekerabatan terkecil disebut satangga, yang
terdiri dari suami, istri, dan anak-anaknya. Anggota kerabat satu ayah disebut
sabapa, satu kakek disebut saompung. Dalam masyarakat Simalungun dikenal
istilah tolu sahundulan lima saodoran (“kedudukan yang tiga barisan yang lima”),
terdiri dari: tondong (pihak pemberi isteri), sanina (pihak satu marga), dan anak
boru (pihak pengambil isteri). Ditambah dua kelompok lagi yaitu tondong ni
tondong (tondong dari pihak pemberi isteri) dan boru ni boru (boru dari
pengambil isteri). Pada setiap upacara adat dan pelaksanaan horja (pesta), semua
unsur kekerabatan tersebut selalu berperan. Mereka akan tampil dengan
mewujudkan sifat tolong-menolongnya. Pihak yang menyumbang uang atau beras
adalah tondong, sedangkan yang menyumbangkan tenaga adalah pihak boru.
Orang-orang Simalungun secara tradisi menyebut musik vokalnya (nyanyian)
dengan doding. Aktivitas menyanyikan doding ini disebut dengan mandoding.
Selain istilah doding, di dlam genre musik vokal Simalungun dikenal pula istilah
ilah dan inggou, yang juga mempunyai makna nyanyian. Perbedaan antara
ketiganya adalah hanya dikenal antara khusus untuk suatu nyanyian yang
94
dilagukan secara bersama-sama maupun untuk menyatakan nama sebuah musik
vokal.
Gambar 2.5 : Ragam Hias Motif Geometris Suku Simalungun (Gorga Suleppat)
Ragam hias motif geometris suku Simalungun berupa gorga suleppat
dianggap sebagai hiasan utama pada rumah adat Simalungun, terdapat pada
sambahou yaitu sebagai landasan dinding.21 Melihat pada ikatan jalin menjalin
diartikan sebagai lambang persatuan. Adanya ikatan persatuan antara sesama
masyarakat, hidup rukun dipimpin olah raja. Fungsi ragam hias ini sebagai
lambang persatuan dan sebagai hiasan bangunan yang berbentuk geometris.22
21Bagianda Sirait, Pengumpulan dan Dokumenasi Ornamen Tradisional di Sumater Utara, Sumatera Utara: Pemerintah Tingkat I Sumut, 1977-1980, hlm. 60.
22 Ibid.
95
Gambar 2.6 : Ragam Hias Motif Geometris Suku Simalungun (Gorga Desa Na Uwaluh)
Lain halnya dengan gerga desa na uwaluh (bindu matogu), ragam hias ini
berbentuk gambar mata angin. Ragam hias ini dianggap juga sebagai lambang
keselamatan rakyat dari segala penjuru, juga berfungsi sebagai tanggal penyakit.
Begitu juga dengan gorga rot-rot derpih, ragam hias ini merupakan hiasan dari
ikatan tali pada dinding. Hiasan ini melambangkan kekuatan penangkal roh-roh
jahat (black magic).23
23Bagianda Sirait, Pengumpulan dan Dokumenasi Ornamen Tradisional di Sumater Utara, Sumatera Utara, Pemerintah Tingkat I Sumut, 74
96
Gambar 2.7 : Ragam Hias Motif Geometri Suku Simalungun (Rot-rot Derpih)
Di dalam seni rupa etnik Simalungun juga terdapat motif tumbuhan.
Ragam hias etnik Simalungun adalah salah satu jenis ragam hias tradisional di
Sumatera Utara. Walaupun batak Simalungun salah satu sub suku Batak, namun
ragam hias tradisionalnya masih dapat dibedakan dengan ragam hias-ragam hias
tradisional suku Batak lainnya.
Menurut Baginda Sirait, ada banyak jenis-jenis ragam hias motif
tumbuhan pada suku Simalungun adalah rombak-rombak sinade, sihilap horbou,
sihilap bajaronggi, pinar bunga bongbong, pinar bunga hambili, bunga tabu,
bunga sayur matua, hair potor, pahu-pahu patundal, pinar assi-assi, pinar bulung
ni andurdur, pinar bunga tarompet, pinar mombang, dan pinar silombur pingan.24
Sebagai latar belakang ragam hias suku Simalungun adalah sekitar daerah
Simalungun sendiri, motif-motif ragam hias salah satunya adalah motif tumbuhan,
24Bagianda Sirait, Pengumpulan dan Dokumenasi Ornamen Tradisional di Sumater Utara, Sumatera Utara: Pemerintah Tingkat I Sumut, 1977-1980, hlm. 81
97
makna ataupun simbol yang dihadirkan pada setiap bentuk ragam hias berbeda-
beda sesuai dengan bentuk motif tumbuhan yang dijadikan sebagai ragam hias.
Salah satu jenis ragam hias motif tumbuhan pada suku Simalungun adalah
gorga sihilap bajaronggi. Ragam hias ini merupakan sejis tumbuh-tumbuhan air
yang daunnya dapat dibuat sayur.
Gambar 2.8 : Motif tumbuhan Suku Simalungun (Sihilap Bajaronggi)
Motif tumbuhan gorga sihilap bajaronggi sebagai simbol sikap kesetia
kawanan, saling mengenang dan kharisma. Ragam hias ini juga dianggap sebagai
sikap simpatik dan salaing mengingatkan, biarpun berjauhan.25
Pada gorga bunga tabu, ragam hias ini berasal dari batang, daun dan
bunga labu (bunga tabu), yang memiliki makna sebagai simbol pemerintahan
yang baik. Begitu juga dengan gorga bunga sayur metua berasal dari bunga raya
berwarna merah, yang memiliki simbol dari seia sekata dan panjang umur.26
25Bagianda Sirait, Pengumpulan dan Dokumenasi Ornamen Tradisional di Sumater
Utara, Sumatera Utara: Pemerintah Tingkat I Sumut, 65. 26Ibid., hlm. 68.
98
Ragam hias yang keseluruhan ornamen memiliki hal-hal yang
berhubungan dengan lambang yang bermakna adat istiadat. Dalam pembuatan
ragam hias rumah adat Simalungun akan melewati berbagai proses perencanaan
yang matang dan tidak terlepas dari adat istiadat yang telah ditetapkan sebagai
sumber hukum yang berlaku di tengah-tengah masyarakat, melalui sidang adat
raja, yang kemudian dikirim kepada ahli kesenian
Gambar 2.9 : Warna ragam hias suku Simalungun
Tidak banyak warna yang dipakai untuk menggambarkan ornamen atau
hiasan pada bangunan tradisional suku Simalungun. Warna yang dipakai adalah
hitam, merah dan putih. Penggunaan warna tersebut sangat erat dengan nilai
filososif dari warna tersebut, yaitu 1). warna hitam dianggap sebagai warna iblis
atau tempat dunia kejahatan dengan sebutan nagori toruh; 2). warna merah
dianggap sebagai dunia atau duniawi dimana manuasia berjuang untuk hidup,
99
disanalah pertarungan antara kebaikan dengan kejahatan, kebodohan dengan
kejujuran. dunia adalah arena perjuangan diantara kedunya, siapa yang menang
tergantung pada manusia itu sendiri. tempat ini dalam bahasa Simalungun disebut
nagori tongah; 3). warna putih dianggap mewakili kekuasaan Tuhan Yang Maha
Esa yang bahasa Simalungun disebut nagori atas.
Bahan untuk ragam hias ini bermacam-macam ada yang terbuat dari ijuk,
bambu, rotan kayu dan sebagainya, sedangkan untuk mewarnainya dipergunakan
sejenis cat yang dibuat sendiri oleh masyarakat, yatiu terbuat dari bahan tanah,
gambir, kulit kayu dan sebagainya, warna putih terbuat dari kapur yang ada di
daerah tersebut, warna hitam terbuat dari arang dicampur kemiri bakar satau tanah
hitam, sedangkan warna merah terbuat dari batu bata warna merah atau kulit kayu
Menurut Sirait (1980:59) bahwa ragam hias tradisional Simalungun ada
yang berwarna, tetapi ada juga yang tidak berwarna. Warna dasar ragam hias
tersebut adalah warna merah, putih dan hitam. Pengertian warna-warna tersebut
adalah sebagai berikut : putih menunjukkan sifat atau jiwa yang bersih, merah
merupakan lambang keberanian dan hiatam adalah alambang pendirian yang
tetap. Ketiga warna tersebut disatukan di dalam benang manalu yang dipandang
sebagai anti roh dan berbuatan mistik.27
27 Bagianda Sirait, Pengumpulan dan Dokumenasi Ornamen Tradisional di Sumater Utara,
Sumatera Utara, Pemerintah Tingkat I Sumut, 59
100
2.6. Etnik Batak Toba dan Seni Gorganya
Sebagai satu kesatuan etnik, orang-orang Batak Toba mendiami suatu
daerah kebudayaan (culture area) yang disebut dengan Batak Toba. Mereka
disebut orang Toba. Menurut Vergouwen, masyarakat Batak Toba mengenal
beberapa kesatuan tempat yaitu: (1) kampung, lapangan empat persegi dengan
halaman yang bagus dan kosong di tengah-tengahnya, (2) huta, “republik” kecil
yang diperintah seorang raja, (3) onan, daerah pasar, sebagai satu kesatuan
ekonomi, (4) homban (mata air), (5) huta parserahan, kampung induk dan lain-
lain.28 Pada masa kini, wilayah kebudayaan etnik Batak Toba adalah daerah yang
sebagian besar termasuk Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir,
Kabupaten Humbang Hasundutan, dan Kabupaten Samosir, yang mengitari Danau
Toba. Letaknya di sebelah tenggara Kota Medan.
Luas daerah kebudayaan Batak Toba adalah 10.605 km². Umumnya tanah
kawasan ini terletak pada ketinggian 70-2.300 meter di atas permukaan laut.
Posisinya adalah berada pada 2º-3º Lintang Utara dan 98º-99,5º Bujur Timur
(Pemerintah Provinsi Sumatera Utara 1982:35). Kawasan di seluruh wilayah
Toba dapat dikelompokkan pada dua daerah yang luas, yaitu antara kawasan yang
terdapat di Pulau Samosir dan di luarnya.
Masyarakat batak Toba, baik secara peribadi maupun berkelompok
mengakui adanya kuasa di luar kuasa manusia. Dalam menghormati kuasa
tersebut mereka mempunyai cara penyembahan yang berbeda sesuai dengan
28J.C. Vergouwen, The Social Organization and Customary Law of the Toba
Batak. The Hague: Martinus Nijhoff, 1964.
101
kesanggupan memahami makna kuasa tersebut. Motif setiap penghormatan
ditujukan untuk mendapat perlindungan agar terhindar dari bahaya, sama ada
bahaya alam, penyakit menular mahupun serangan binatang buas. Demikian pula
untuk maksud mendapat restu, baik dalam perkawinan maupun usaha mencari
rezeki dilaksanakan melalui pemujaan.
Ben M. Pasaribu mengatakan tentang konsep menyatunya antara agama
dan adat pada masyarakat Batak Toba sebagai berikut.
... dalam masyarakat Batak Toba, yang mayoritas beragama Kristen dan Katolik, terdapat beberapa organisasi agamaniah yang berdasar kepada sistem kepercayaan Batak asli, yang dijalankan menurut persepsi dari pendiri-pendiri oraganisasi-organisasi tersebut dan beberapa persentuhan dengan agama wahyu. Hubungan antara organisasi agamaniah yang tradisi dengan organisasi gereja Kristen merupakan suatu hubungan yang bervariasi sekali, tergantung kepada perkembangan situasi masa yang mempengaruhi persepsi Kristen terhadap unsur kebudayaan tersebut. ... Sehingga selain gereja Kristen Protestan yang menghadirkan acara margondang dalam beberapa peristiwa gereja, gereja Katolik juga mengadakan suatu misa yang didasari oleh beberapa sekwen-sekwen dalam acara margondang dari organisasi agamaniah tersebut. Misalnya, Gondang Elek-elek sebagai kyre, daupa sebagai evangelium, Gondang Santi sebagai offertorium, Tortor Ulubalang sebagai agnus dei, Gondang Puji-Pujian sebagai sanctus dan sebagainya.29
Religi selain agama Kristen dan Islam, dan masih ada pengikutnya sampai
kini, yang dianut oleh sebilangan masyarakat Batak Toba adalah Parmalim,
Parbaringin, dan Parhudamdam. Religi-religi ini sering pula disebut agama Si
Raja Batak, karena religi ini diyakini oleh sebahagian besar orang Batak Toba,
29Ben M. Pasaribu, Taganing Batak Toba: Suatu Kajian dalam Konteks Gondang
Sabangunan. Skripsi Etnomusikologi Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara. Medan, 1986, hlm. 53-54.
102
dianut oleh Raja Si Singamangaraja XII. Mengikut Batara Sangti didirikannya
religi-religi tersebut adalah sengaja diperintahkan oleh Si Singamangaraja XII,
sebagai gerakan keagamaan dan politik, yaitu Parmalim; dan sebagai gerakan
ekstrimis berani amti, yaitu Parhudamdam (Batara Sangti 1977:79). Selepas
perang Lumban Gorat Balige pada tahun 1883, seorang keperayaan Raja Si
Singamangaraja XII yang bernama Guru Somalaing Pardede, ditugaskan
memperkuat pertahanan di wilayah Habinsaran, terutama untuk membendung
pengaruh agama Kristen dan membentuk sebuah agama baru yang disebut
Parmalim.30
Menurut Horsting, Parmalim adalah ajaran agama yang di dalamnya
terdapat unsur-unsur ajaran Kristen dan Islam, dan tidak meninggalkan
kepercayaan Batak Toba Tua. Unsur-unsur kedua agama tersebut dapat dilihat
dari kegiatan-kegiatan para penganutnya seperti di Barus Hulu, Humbang Barat,
Tanggabatu (Tampahan), Sigaol (Uluan), Simalungun dan Serdang Hulu dan
Dairi. Di Tanah Karo dinamakan Silimin.31 Namun setelah tersebarnya gama
Kristen dengan pesat sejak tahun 1862 di Tanah Batak, penganut agama tersebut
di atas semakin berkurang. Pada masa kini, umumnya masyarakat Batak Toba
menganut agama Protestan, Katolik, dan Islam.
Penyebaran agama Kristen, awalnya dimulai oleh Pendeta Burton dan
Ward dari Gereja Baptis Inggeris tahun 1824. Kedua pendeta ini mencoba
memperkenalkan Injil di kawasan Silindung (sekitar Tarutung sekarang).
30 Batara Sangti, Sejarah Batak. Balige: Karl Sianipar, 1977, hlm. 79. 31Ibid. , hal. 60.
103
Kehadiran mereka tidak diterima oleh masyarakat Batak Toba. Kemudian tahun
1834 Kongsi Zending Boston Amerika Serikat, mengirimkan dua orang pendeta,
yaitu Munson dan Lymann. Kedua misionaris ini dibunuh oleh penduduk di
bawah pimpinan Raja Panggalamei, di Lobupining, sekitar Tarutung, pada bulan
Juli 1834. Tahun 1849, Kongsi Bibel Nederland mengirim ahli bahasa Dr. H.N.
van der Tuuk untuk menyelidiki budaya Batak. Ia menyusun Kamus Batak-
Belanda, dan menyalin sebahagian isi Alkitab ke bahasa Batak. Tujuan utama
Kongsi Bibel Nederland ini adalah merintis penginjilan ke Tanah Batak melalui
budaya. Tahun 1859, Jemaat Ermelo Belanda dipimpin oleh Ds. Witeveen
mengirim pendeta muda G. Van Asselt ke Tapanuli Selatan. Ia tinggal di Sipirok
sambil bekerja di perkebunan Belanda. Kemudian disusul oleh para pendeta dari
Rheinische Mission Gesellschaft (RMG), pada masa sekarang menjadi Verenigte
Evangelische Mission (VEM), dipimpin Dr. Fabri. Penginjilan sampai saat ini
berjalan lambat. Kemudian tahun 1862 datanglah pendeta RMG, yang kemudian
diterima oleh masyarakat Batak Toba, yaitu Dr. Ingwer Ludwig Nommensen. Di
bawah pimpinannya misi penginjilan terjadi dengan pesat. Sampai dekade-dekade
awal abad kedua puluh, sebagian besar etnik Batak Toba telah menganut agama
Kristen Protestan. Berdasarkan rapat pendeta pada 3 Februari 1903, penginjilan
diperluas ke daerah Simalungun dan Karo, dan ternyata berhasil dengan baik.
Salah satu ciri masyarakat Batak Toba di samping mempunyai nama diri
selalu mengikutsertakan marga, sistem garis keturunan yang diambil dari ayah
atau bersifat patrilineal. Orang-orang yang mempunyai satu marga dianggap
104
keturunan satu kakek. Keturunan dari satu leluhur menurut garis pihak ayah
selagi masih menyatu, berdiam di satu kawasan membentuk sebuah ikatan
bernama marga. Mereka saling mengenal dan erat bergaul, yang satu
memperlakukan yang lain sebagai saudara kandung.
Salah satu ciri khas masyarakat Batak Toba, di samping nama diri selalu
mengikutsertakan marga. Dalam hal ini marga adalah nama garis keturunan yang
diambil dari pihak ayah atau bersifat patrilineal. Orang-orang yang mempunya
sebuah marga dianggap keturunan satu nenek moyang. Turunan dari satu leluhur
menurut garis keturunan pihak ayah selagi masih kompak, berdiam di satu tempat
membentuk sebuah ikatan bernama marga. Mereka saling mengenal dan erat
bergaul, yang satu memperlakukan yang lain sebagai saudara kandung.
Bila diperhatikan lebih dalam, khususnya terjadinya marga dalam
masyarakat Batak Toba, merupakan satu yang sangat rumit, karena erat sekali
hubungannya antara mitos dan sejarah penyebaran masyarakat Batak Toba itu
sendiri. Berdasarkan mitos dan sejarah, dapat dikatakan bahwa menurut persepsi
mereka pada umumnya setiap individu dalam masyarakat Batak Toba merupakan
keturunan Si Raja Batak, seperti tercermin dalam tulisan Napitupulu.
Dewa Mulajadi Na Bolon mengirim putrinya Si Boru Deak Parujar turun ke bumi. Ia kawin dengan Dewa Odap-odap dan melahirkan anak kembar manusia, satu lelaki Si Raja Ihat Manisia dan satu perempuan Si Boru Ihat Manisia. Mereka berdua, walau bersaudara, kawin dan lahirlah beberap anaknya. Salah seorangputeranya bernama Si Raja Batak, yang menjadileluhur seluruh suku Batak. Kampungkediamannya bernama Sianjur Mula-mula dekat kaki gunung Pusuk Buhit dis belah Barat Pulau Samosir. Setelah Si Raja Batak meninggal, arwahnya menetap di atas Gunung Pusuk Buhit.
105
Si Raja Batak mempunyai dua putra, yang sulung bernama Guru Tatea Bulan dan adiknya Raja Isumbaon. Si Guru yaitu Tatea Bulan ahli dalam ilmu sihir dan Sang Raja, adiknya ahli dalam ilmu hukum adat. Guru Tatea Bulan mempunyai lima putra dan empat putri. Kelima puteranya adalah: (1) Raja Biak-biak (Raja Uti), (2) Tuan Saribu Raja, (3) Limbong Mulana, (4) Sagala Raja, dan (5) Silau raja (Malau Raja). Nama dari keempat puterinya, sebagai berikut: (1) Si Boru Paromas (Si Boru Anting-anting Sabungan), (2) Si Boru Parema, (3) Si Boru Bindinglaut, dan (4) Nan Tinjo. Raja Isumbaon mempunyai tiga orang putra, yaitu: (1) Sorimangaraja, (2) Raja Asiasi, (3) Sangkar Somalidang (Langka Somalidang).32
Bila diperhatikan lebih jauh, khusus tentang terjadinya marga dalam
masyarakat Batak Toba merupakan hal yang rumit, karena erat sekali
hubungannya dengan mite33 dan sejarah penyebaran masyarakat Batak Toba.
Pada umumnya setiap individu dalam masyarakat Batak Toba mempercayai
dirinya sebagai keturunan Si Raja Batak, yang kalau diurutkan juga sebagai
keturunan dari Debata Mula Jadi na Bolon, yaitu dewa yang mempunyai
kekuasaan paling tinggi dalam sisetm religi Batak Toba.
32Nalom Siahaan Napitupulu, Sedjarah Kebudajaan Batak: Suatu Studi tentang Suku
Batak (Toba, Angkola, Mandailing, Simelungun, Pakpak Dairi, Karo), Michigan: University of Michigan, 1964.
33Mite adalah bagian dari folklor (cerita rakyat). Dari semua bentuk atau genre folklor, yang paling banyak diteliti para ahli folklor adalah cerita prosa rakyat. Mengikut William R. Bascom, cerita prosa rakyat dapat dapat dibagi ke dalam tiga golongan besar, yaitu: (1) mite (myth), (2) legenda (legend) dan (3) dongeng (folktale). Mite adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya cerita. Mite ditokohi para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa terjadi di dunia lain, atau di dunia yang bukan seperti kita kenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau. Legenda adalah prosa rakyat yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap pernah benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci—namun legenda ditokohi oleh manusia, meski kadangkala memiliki sifat-sifat luar biasa, dan sering juga dibantu makhluk-makhluk ajaib. Tempat terjadinya adalah di duania seperti yang kita kenal sekarang, waktu terjadinya belumbegitu lama. Dongeng adalah prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita, tidak terikat oleh waktu dan ruang. Lihat William R. Bascom Bascom, 1965. “The Forms of Folklore: Prose Narratives.” Journal of American Folklore. Volume 78, nombor 307, Januari-Mac 1965. Parafrase pengertian tiga bentuk cerita rakyat ini lihat James Danandjaja, 1984. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain. Jakarta: Grafiti Pers.
106
Memperhatikan peranan marga pada masyarakat Batak Toba merupakan
satu hal yang sangat penting. Sedemikian pentingnya, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari terutama pada saat perkenalan terlebih dahulu menyebutkan marga.
Sejauh ini tidak ada orang Batak Toba tanpa marga. Melalui marga orang-orang
Batak Toba boleh mengadakan partuturan (mencari hubungan kekerabatan) yang
merupakan salah satu aspek mendasar dalam dalihan na tolu, yang selalu
diterjemahkan sebagai tungku nan tiga, yaitu sebuah ungkapan yang menyatakan
kesatuan hubungan kekerabatan pada masyarakat Batak Toba. Dalihan na tolu
berarti tungku yang terdiri dari tiga buah batu, yang digunakan untuk memasak.
Konsep tersebut diterapkan pada sistem kekerabatan pada masyarakat Batak Toba
yang terdiri dari tiga unsur, yaitu: (1) dongan sabutuha (teman semarga); (2) hula-
hula (keluarga dari pihak istri); (3) boru (keluarga dari pihak menantu laki-laki).
Pedoman bersikap antara ketiga kelompok kekerabatan itu tergambara dalam
konsep: (1) molo naeng ho sangap, manat mardongan tubu, artinya jika kamu
ingin menjadi orang terhormat, hati-hatilah dan cermat dalam bergaul dengan
dongan sabutuha (teman semarga); (2) molo naeng ho gabe, somba ma ho
marhula-hula, artinya jika ingin keturunan banyak hormatilah hula-hula dan (3)
molo naeng namora, elek ma ho marboru, artinya kalau ingin kaya, baik-baiklah
kepada boru.
107
Gambar 2.10 : Motif tumbuhan suku batak toba (dalihan natolu)
Selanjutnya ragam hias motif tumbuhan pada suku Batak Toba banyak
ditemukan pada rumat adat, benda pakai, kain adat dan masih banyak lagi, jenis
motif tumbuhan yang terdapat pada suku Batak Toba adalah gorga sitompi,
dalihan na tolu, si meol-meol, simeol-meol masialoan, sitagan, sijonggi, silintong,
simarogung-ogung, dan sundung di langit.34
Masing-masing ragam hias memilik arti dan makna yang berbeda serta
menyimbolkan adat istiadat dalam masyarakat Batak Toba. Salah satunya adalah
gorga dalihan natolo. Gorga ini biasaya diukir dibagian dinding depan rumah.
Dalihan na tolu, menjadi dasar kekerabatan kebudayaan Batak Toba (hula-hula,
dongan sabutuha, boru). Gorga ini dilukiskan untuk menunjukkan bahwa yang
penghuni rumah adalah orang yang memiliki hubungan yang selaras dengan hula-
hula (paman), dongan sabutuha (teman semarga) dan boru (pihak perempuan).
34Bagianda Sirait, Pengumpulan dan Dokumenasi Ornamen Tradisional di Sumatera
Utara, Sumatera Utara, Pemerintah Tingkat I Sumut, 1977-1980, hlm. 39
108
Seperti yang yang di ungkapkan oleh Sirai Bagianda (1980:20) Istilah
dahilan natolu merupakan gerak hidup masyarakat Batak Toba, sehingga sering
disebut dengan ucapan falsafah Batak Toba.35 Dikiatakan demikian karena pada
setiap upacara adat atau aktivitas lain yang bersifat gotong royong selalu dikaitkan
dengan aturan-aturan yang telah digariskan dahilan natolu. Dahilan natolu dapat
diartikan dengan kesatuan tiga tungku, dahilan berati batu tungku masak dan ntolu
artinya tiga. Pada masyarakat batak toba tungku masaknya terdiri dari tiga kaki
tungku yang terbuat dari batu.
Hubungan ketiga kaki tungku tersebut melambangkan keakraban pada
masyarakat Batak Toba, yang dapat diartikan dengan; dongan sabutuha, yaitu
pihak yang seketurunan atau semarga dengan kita; hula-hula yaitu pihak marga
pemberi anak perempuan yang menjadi istri kita; boru, yaitu pihak marga yang
mengambil anak perempuan kita bisa disebut sebagai pihak menatu.
Karena demikian besarnya pengaruh dahilan natolu dalam kehidupan
masyarakat batak toba, maka terlukislah ungkapan ini pada gorga dahilan
natolu.Fungsi gorga dahilan natolu pada rumah adat batak toba sebagai penggaris
untuk pemilik rumah, agar selalu hormat kepada pihak hula-hula dan bersifat
mebujuk atau elek kepada boru serta hati-hati atau manat terhadap dongan
sabutuha.
35Ibid., hlm. 20.
109
Gambar 2.11 : Motif Tumbuhan Suku Batak Toba (Simarogung-ogung)
Gorga simarogung-ogung, merupakan salah satu dari motif tumbuhan
ragam hias suku Batak Toba, sering juga disebut dengan ogung. Ogung memiliki
arti gong salah satu jenis alat music. Bentuk ragam hias ini mirip seperti gong,
kalau dilihat dari geraka-gerakan sikalnya. Ragam hia sini biasanya terdapat pada
setiap rumah adat yang berukir, karena dianggap sebagai bentuk kegembiraan,
gong dianggap simbol pesta, yang diharapkan semua manusia.36
Gorga simarogun-ogun melambangkan kejayaan dan kemakmuran, dan
orang yang sudah memiliki kekayaan tersebut parbahul-bahul na bolon, yang
artinya pemilik rumah itu adalah seorang yang kaya yang pengasih dan
pemurah.37
36Ibid., hlm. 24. 37Ibid.
110
Gambar 2.12 : Ragam Hias Motif Tumbuhan pada Suku Batak Toba
Dari salah satu suku di Sumatera Utara, motif ragam hias mempunyai arti
khusus, seperti pohan hayat yang ada di Tapanuli disebut dengan gorga hariara
sundung langit yang mempunyai arti simbolik dan kekuatan batin yang dalam.
Adakalanya ragam hias tertentu dipergunakan sebagai pengobatan sehingga
merupakan roh yang dipahatkan pada rumah atau benda-benda pakai.
Sebagai alat untuk menganalisis makna simbol dan lambang pada logo
karya mahasiswa Polimedia PSDD Medan, penulis akan menguraikan makna
bentuk motif tumbuhan yang terdapat pada setiap suku disumatera utara.
Ragam hias motif tumbuhan pada suku batak toba banyak ditemukan pada
rumat adat, benda pakai, kain adat dan masih banyak lagi, jenis motif tumbuhan
yang terdapat pada suku Batak Toba adalah gorga sitompi, dalihan na tolu, si
111
meol-meol, simeol-meol masialoan, sitagan, sijonggi, silintong, simarogung-
ogung, dan sundung di langit.38
Ragam hias atau ornament pada batak toba disebut juga dengan gorga.
Gorga Batak merupakan salah satu karya seni dan kebudayaan Batak yang
usianya sudah cukup tua. Sebuah seni pahat tradisional yang dibuat secara alami.
Pada zaman dahulu, gorga hanya dibuat untuk rumah yang dianggap terhormat,
karena Nenek Moyang Batak menganggap bahwa gorga bukan hanya sekedar
hiasan, tetapi memiliki makna yang mencerminkan hidup Orang Batak.
Hanya tiga warna yang dipakai pada Gorga Batak Toba. Ketiga warna itu
adalah hitam, merah dan putih; melambangkan tiga bagian alam semesta (kosmos)
yaitu Banua Toru (alam bagian bawah, di bawah tanah, bukan neraka), Banua
Tonga (kosmos bagian tengah, permukaan Bumi tempat manusia, binatang-
binatang dan tumbuh-tumbuhan hidup), Banua Ginjang (kosmos bagian atas:
langit, tempat bersemayam para dewa). Ketiga warna gorga juga melambangkan
tiga penguasa alam semesta yaitu Batara, Guru penguasa Banua Toru
dilambangkan dengan warna hitam, Debata Sori penguasa Banua Tonga
dilambangkan dengan warna merah, dan Mangala Bulan penguasa Banua
Ginjang, dilambangkan dengan warna putih. Ketiga dewa yang dikenal dengan
sebutan ‘Debata Sitolu Sada’, atau tritunggal dewa dan tiga bagian alam semesta
ini sangat mempengaruhi hampir seluruh kebudayaan Batak.
38Ibid., hlm. 39.
112
Gambar 2.13 : Warna pada Motif Ornamen Batak Toba
Mengenai warna di dalam gorga Batak Toba adalah sebagai berikut.
Warna hitam adalah symbol dari Banua Toru (kosmos bagian bawah) dan
penguasaanya Batara Guru yang selalu mengendarai kuda hitam. Di dalam
kehidupan sehari-hari warna hitam dianggap sebagai simbol kekuatan pengobatan
dan kedukunan. Parmalim adalah suatu 10 kepercayaan kuno orang Batak
memakai warna hitam, sebagai simbolnya.
Warna hitam sering disebut sebagai Raja Warna, sebab kalau warna ini
dicampur dengan warna lain, dengan perbandingan yang sama, maka warna yang
lebih kuat adalah warna hitam. Selain itu warna hitam disebut sebagai raja warna
karena warna ini melambangkan kekuatan, pelindung dan kekuasaan yang adil
dan bijaksana.Itulah sebabnya ikat kepala kepala raja di Tanah Batak selalu
113
berwana hitam. Dalam Gorga Batak Toba warna hitam selalu dibuat pada andor
yaitu bidang gorga yang selalu dikontur dengan garis besar berwarna putih.
Seterusnya warna merah adalah simbol Banua Tonga (kosmos bagian
tengah) dan penguasanya adalah Debata Sori yang selalu mengendarai kuda
berwarna merah. Dahulu warna merah sangat ditakuti oleh Orang Batak, karena
warna ini dianggap sebagai penyebab kematian. Keyakinan itu di dapat dari
kenyataan pada kehidupan tanam-tanaman, yang pada mulanya berwarna hijau,
kemudian nampak berwarna kekuning-kuningan suatu pertanda mendekati
kematian. Dan apabila telah pasti mati, daun tanaman yang dulunya berwarna
hijau itu kelihatan merah (marrara).
Gambar 2.14 : Warna pada Ornamen Batak Toba
114
Warna merah dibuat pada latar belakang gorga yaitu pada sela-sela andor.
Juga di antara andor dengan daun gorga dan diantara andor dengan batas bidang
gorga. Merah adalah lambang keberanian dan kesaktian.
Di sisi lain, warna putih adalah symbol dari Banua Ginjang (kosmos
bagian atas) dan penguasanya Mangala Bulan. Putih melambangkan kesucian dan
kehidupan. Orang Batak percaya membuat hidup adalah gota (getah), suatu tenaga
ajaib yang mengalir dalam tubuh makhluk hidup. Orang Batak zaman dahulu
menganggap manusia hidup dari 11 gota ni (getah nasi), gota ni gadong (getah
ubi), dan gota ni ingkau (getah sayur-sayuran). Memang tidak semua getah
berwarna putih tetapi karena kebanyakan getah berwarna putih, maka orang Batak
menganggap bahwa getah itu berwarna putih.
Warna putih dibuat pada garis gorga (hapur atau lili), yaitu garis kontur
dan garis tengah yang selalu mengikuti andor (garis berwarna hitam). Dalam
konsep etnosains Batak Toba, warna putih melambangkan ketulusan dan
kejujuran yang berbuah kesucian.
2.7. Etnik Mandailing-Angkola dan Seni Rupanya
Wilayah budaya Mandailing-Angkola pada masa kini berada di sebagaian
besar Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Mandailing Natal. Mandailing
secara tradisional terdiri dari dua wilayah, yaitu Mandailing Godang
(Mandailing Besar) yang terletak di bagian Utara dan mandailing Julu
115
(Mandailing Hulu) yang terletak di bagian sebelah selatannya. Angkola terletak
di bagian utara Kabupaten Tapanuli Selatan ini. Mandailing Godang meliputi
wilayah Kecamatan Siabu dan Kecamatan Panyabungan, yang merupakan
dataran rendah yang penuh dengan lahan persawahan, sedangkan Mandailing
Julu meliputi wilayah Kecamatan Kotanopan, Muara Sipongi, dan Batang
Natal, yang merupakan kawasan pegunungan dan hanya sedikit memiliki
kawasan dataran rendah. Kini wilayah budaya Mandailing-Angkola ini mencakup
Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Mandailing Natal (Madina).
Di Kecamatan Panyabungan terdapat suku bangsa Siladang dan Lubu
yang sudah sejak lama mendiami daerah ini. Akan tetapi suku ini mempunyai
adat-istiadat dan kebudayaan yang berbeda dengan suku bangsa Mandailing.
Di Kecamatan Muarasipongi terdapat suku bangsa Ulu yang mempunyai adat-
istiadat dan kebudayaan yang berbeda juga dengan suku Mandailing.
Suku bangsa Mandailing digolongkan ke dalam kelompok Proto Melayu
(Melayu Tua) yang mempunyai persamaan ciri fisik dengan etnik: Toba,
Simalungun, Pakpak-Dairi-Dairi, dan Karo. Kelompok Proto Melayu ini
berasal dari Tiongkok Selatan dan pindah ke wilayah Indonesia, yang
diperkirakan berlangsung pada abad kedelapan atau kedau belas sebelum
Masehi. Dengan melihat ciri-ciri khas bentuk fisik dan temperamennya, maka
nenek moyang etnik Mandailing-Angkola termasuk rumpun Proto Melayu
(H.M.D. Harahap 1986:12). Sampai pada penjajahan Belanda, penduduk wilayah
Mandailing-Angkola umumnya dihuni etnik Mandailing-Angkola saja.
116
Namun setelah kemerdekaan, banyak orang Toba yang merantau dan menetap
di daerah ini, yang sampai sekarang bertambah terus jumlahnya. Selain orang
Toba, terdapat juga orang Minangkabau yang datang dari Sumatera Barat dan
umumnya bekerja sebagai pedagang.
Etnik Mandailing-Angkola menganut garis keturunan patrialineal,
mempunyai sistem kemasyarakatan yang disebut dalian na tolu ("tiga
tumpuan"). Sistem kekerabatan ini terdiri dari tiga unsur fungsional yang
masing-masing unsur tersebut mempunyai rasa ketergantungan antara satu
dengan lainnya yang berupa ikatan darah (genealogis) dan ikatan perkawinan.
Ketiga kelompok tersebut adalah: (1) mora, (2) kahanggi, dan (3) anak boru.
Mora adalah kelompok kerabat yang memberi anak perempuan atau pihak
pemberi isteri. Kahanggi yaitu kelompok keluarga yang mempunyai satu garis
keturunan yang sama atau disebut juga keluarga semarga. Anak boru yang
merupakan pihak penerima anak perempuan atau kerabat suami.39
Selain itu ada sistem sosial berdasarkan garis keturunan yang disebut
marga. Setiap anggota masyarakat yang mempunyai marga, biasanya
menempatkan nama marga di belakang namanya. Orang-orang Mandailing dan
Angkola yang semarga disebut markahanggi. Di dalam masyarakat Mandailing
dan Angkola, terdapat sejumlah marga, yang di antaranya adalah: Lubis,
Nasution, Rangkuti, Batubara, Daulae, Pulungan, Parinduri, Matondang,
Siregar, Hasibuan, dan lainnya. Di antara marga-marga ini sampai sekarang
39H.M.D. Harahap, Adat-istiadat Tapanuli Selatan, Jakarta: Grafindo Utama, 1986,
hlm. 12.
117
marga Lubis dan Nasution merupakan marga yang paling banyak jumlah
warganya di Mandailing. Sedangkan di wilayah Angkola Siregar adalah marga
terbesarnya.
Sebelum masuknya agama Islam ke Mandailing dan Angkola,
penduduknya menganut kepercayaan yang disebut Pelebegu, yaitu
kepercayaan yang intinya memuja roh nenek moyang. Untuk berhubungan
dengan roh nenek moyang, dilakukan upacara ritual yang dipimpin oleh
seorang ahli keagamaan yang disebut sibaso. Namun setelah masuknya
agama Islam, sekitar tahun 1820, kepercayaan Pelebegu ini tidak lagi
dianut oleh masyarakatnya. Agama Islam yang masuk ke Mandailing dan
Angkola dibawa oleh kaum Paderi dari daerah Minangkabau.
Di dalam kebudayaan Mandailing-Angkola, terdapat ragam hias motif
geometris. Hampir semuanya ragam hias suku Mandailing-Angkola berbentuk
geometris, tetapi bentuk ragam hias tersebut diambil dari motif tumbuhan yang
didistorsi menjadi bentuk geometris. Pada ragam hias suku Mandailing-Angkola
beberapa yang bermotif geometris diantaranya adalah raga-raga.
Gambar 2.15 : Ragam Hias Motif Geometris Suku Madailing-Angkola (Raga-raga)
118
Raga-raga dapat diartikan sebagai jalinan teratur. Hubungan keluarga atau
family antara satu dengan lainnya telah demikian eratnya, disebabkan terjadinya
hubungan perkawinan antara marga dengan marga atau perkawinan orang
pendatang dengan orang kampung, sehingga menimbulkan sifat raga-raga yang
saling menjalin, dengan bentuk geometris.40
Selain raga-raga ada juga ragam hias suku Mandailing yang bermotif
geometris yaitu bondul na opat. Ragam hias ini memiliki pengertian bahwa
sesuatu perkara adat akan dibawa ke tengah sidang adat sopo godang (balai adat).
Yang akan menangi perkara tersebut adalah pihak sidang adat dengan anggota-
anggotanya yang terdiri dari paea orang-orang tua di kampung tersebut.41
Gambar 2.16 : Ragam Hias Motif Geometris Suku Madailing-Angkola (Bondul na Opat)
Dalam sidang adat tersebut hendaklah dicapai keputusan yang seadil-adilnya,
sehingga yang berperkara merasa puas menerima keputusan siding adat tersebut.
40Ibid., hlm. 129. 41 Bagianda Sirait, Pengumpulan dan Dokumenasi Ornamen Tradisional di Sumater Utara,
Sumatera Utara, Pemerintah Tingkat I Sumut, 1977-1980, hlm. 131
119
Suku Mandailing memiliki berbagai macam bentuk ornamen (hiasan)
tradisional dapat kita temukan pada bagian tutup ari dari Sopo Godang (Balai
Sidang Adat) dan Bagas Godang (Rumah Besar Raja). Dalam bahasa Mandailing,
ornamen-ornamen tersebut disebut bolang yang juga berfungsi sebagai simbol
atau lambang itu memiliki makna-makna yang sangat mendalam bagi masyarakat
Mandailing.
Di dalamnya terkandung nilai-nilai, gagasan-gagasan, konsep-konsep,
norma-norma, kaidah-kaidah, hukum dan ketentuan adat-istiadat yang menjadi
landasan dan pegangan dalammengharungi bahtera kehidupan. Seperti yang telah
dijabarkan pada pembahasan sebelumnya motif ornament mandailing terbuat dari
tiga jenis material: 1) tumbuh-tumbuhan, 2) hewan atau binatang, 3) geometris,
serta 4) Figuratif.
Gambar 2.17 : Warna pada Ornamen Suku Mandailing
120
Motif ornamen-ornamen itu sebagian besar diberi warna na rara (merah),
na lomlom (hitam) dan na bontar (putih) yang erat kaitannya dengan kosmologi
Mandailing. Bahan yang dipakai sebagai bahan anyaman adalah lembaran-
lembaran bambu yang telah diarit dengan bentuk-bentuk terentu. Dalam hal ini, na
rara melambangkan kekuatan, keberanian dan kepahlawanan; na bontar
melambangkan kesucian, kejujuran dan kebaikan; na lomlom melambangkan
kegaiban (alam gaib) dalam sistem kepercayaan animisme yang disebut
Sipelebegu.
2.8. Suku Pesisir dan Seni Rupanya
Di Sumatera Utara terdapat sebuah kelompok etnik yang keberadaannya
secara budaya sangat unik. Kawasan budaya ini adalah tempat asal-usul penyair
dan ilmuwan agama dan sufi ternama yaitu Hamzah Fansuri, di masa Kesultanan
Aceh. Masyarakat ini berasaskan keturunannya berasal dari etnik Batak Toba,
Mandailing-Angkola, dan Minangkabau.Secara umum, mereka mempunyai
kebudayaan yang “dekat” dengan budaya Melayu Pesisir Timur Sumatera Utara.
Menurut Radjoki Nainggolan, ketua Yayasan Lembaga Adat Budaya Tapanuli
Tengah dan Sibolga bahwa keberadaan etnik Pesisir telah membentuk budayanya
sendiri sesuai dengan kehidupan di kawasan pantai. Sebahagian besar mata
121
pencahariannya adalah sebagai nelayan. Masyarakat Pesisir ini dapat
dikategorikan sebagai kelompok etnik tersendiri.42
Seni rupa suku Pesisir di Sumatera Utara ini, salah satunya pada seni
teratak dalam konteks upacara adat perkawinan. Keberadaan taratak ini
mengurangi kesulitan para orang-orang tua yang memiliki anak yang mau
dirayakan perkawinannya tersebut, maklum hampir semua rumah tidak punya
halaman atau ruangan dalam rumah tidak memadai menampung tamu yang datang
amat banyak.
Berbeda zaman dahulu, semua kegiatan berada di dalam rumah atau sekitar
rumah, saat ini kegiatan berpindah ke jalan dan bahkan jauh dari rumah bila
gangnya sempit dan rumah jauh di dalam. Akibatnya etnik Pesisir sudah mulai
jarang menjumpai aksesoris rumah pengantin ala pesisir yang amat memesona,
tidak banyak lagi kita lihat pelaminan yang bertirai kelambu bersusun, kareta
julak-jalik dan aneka hiasan seputar pelaminan ini.
Pendekorasian rumah ini tidak asal taruh saja, ada makna yang mengikuti
aturannya, setiap penempatan mengikuti aturan main, sehingga terlihat harmonis
dan sejuk dimata. Adapun makna lain dari aksesories tersebut sedikit saya bahas
antara lain sebagai berikut.
Tirai berwarna adalah corakragam masyarakat Pesisir, yang berbaur dari
berbagai etnis, Arab, China, Aceh, Minang dan Batak. Langit-langit fungsi
42Rajoki Nainggolan, 1997. “Kebudayaan Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga.”
Makalah pada Seminar Kebudayaan Suku Pesisir Tapanuli Tengah dan Sibolga di Medan 11 Oktober 1977, hlm. 11.
122
awalnya dahulu adalah sekat antara pagu (lantai atas rumah), tempat dimana para
gadis-gadis berada. Agar mereka tidak kontak langsung dengan para tamu yang
bukan semuhrim, digantungkanlah langit-langit tersebut, dan mereka bebas
melihat (mengintip) ke bawah siapa-siapa tamu yang datang, tanpa sang tamu
menyadarinya.Bentuk tirai langit-langit empat persegi seperti kotak tertelungkup.
Langit-langit ini mempunyai jurai-jurai pada pinggirnya dan dihiasi dengan
berbagai motif sulaman.
Pada sisi-sisi langit-langit ini tersemat lidah-lidah bentuknya seperti dasi.
Bahannya dari kain dan berbagai ragam. Ada yang bersulam benang emas, ada
yang bertabur bintang dan ada yang pakai kaca gemerlapan. Kesemuanya
mengandung makna mawas diri. Angkin main-mainan yang menyela lidah-lidah.
Angkin bahannya dari beludru atau satin. Angkin berhiaskan manik-manikan api-
api yang bermotifkan flora dan fauna. Angkin sebagai lambang kebahagiaan dan
kesejahteraan.
Tabir adalah kain dinding dengan berbagai warna. Tabir mempunyai
warna dasar hitam, kuning dan merah. Ditengahnya ditata dengan bermacam
warna kain yang membujur dan membelintang. Tata warna yang menarik
bermakna keragaman dalam alur dan patut. Kelambu terdiri dari dua helai kain
yang digandeng dan bersibak di tengah. Dasarnya beledru sutera, satin dll.
Motif sulaman kelambu berupa flora dan fauna. Kelambu berfungsi
sebagai layar masuk ke tempat tidur dan peristirahatan. Kelambu pelaminan
123
sampai tujuh lapis yang mempunyai makna bahwa untuk menuju dan
mendaparkan yang baik melalui berbagai lapis rintangan dan hambatan.
2.9. Suku Nias dan Seni Rupanya
Masyarakat Nias memiliki kepercayaan suku yang disebut Sanomba Adu.
Sanomba berarti menyembah, dan Adu adalah patung ukiran yang terbuat dari
kayu atau batu sebagai media tempat roh bersemayam. Adu untuk dewa-dewa
ditempatkan di osali boronadu, yaitu bangunan sebagai tempat ibadah religi
Sanomba Adu. Mereka mempercayai dewa-dewa, di antaranya: Luo Walangi
sebagai dewa pencipta alam semesta; Lature Sobawi Sihono dewa pemilik dan
penguasa babi; Uwu Gere dewa pelindung dan penguasa para ere (pemimpin
religi Sanomba Adu); Uwu Wakhe dewa penguasa tanam-tanaman; Gozo Tuha
Zangarofa dewa penguasa air, dan lainnya.
Kemudian datanglah agama Kristen ke Nias. Misionaris yang pertama kali
datang ke Nias adalah Denninger tahun 1865, tepatnya di Kota Gunung Sitoli.
Sebelumnya ia sudah bergaul dan belajar bahasa Nias dari orang-orang Nias yang
bermukim di Padang. Pada masa itu, orang Nias yang berjumlah sekitar 3000 jiwa
di Padang ini, merupakan pendatang. Dari merekalah Denninger mempelajari
kebiasaan-kebiasaan, adat-istiadat, dan kebudayaan Nias, hingga ia tertarik untuk
datang ke Nias mengajarkan agama Kristen, yang kemudian ternyata berhasil
dengan baik. Misi Kristen kemudian diteruskan oleh Thomas yang datang tahun
1873. Masa penting dalam pengembangan agama Kristen adalah antara tahun
124
1915-1930, masa ini disebut sebagai masa pertobatan total (fangesa dodo sebua).
Pada masa ini pula terjadi perubahan-perubahan sikap. Patung-patung mulai
dibakar dan dihancurkan. Poligami, sangsi-sangsi hukum adat dengan hukuman
badan, penyembahan patung, penyembuhan penyakit melalui fo’ere (dukun), dan
sejenisnya sudah makin berkurang. Hingga kini sebagian besar etnik Nias
beragama Kristen.
Masyarakat Nias mengenal derajat sosial berdasarkan kepimpinan dan
tingkat-tingkat kehidupan, yang disebut bosi. Sistem pembagian tingkatan hidup
manusia ini dijiwai oleh religi Nias pra-Kristen yang disebut Sanomba Adu.
Sistem pemerintahan tradisi pada masyarakat Nias Utara, didasarkan atas
pembahagian jabatan sebagai berikut: (1) tuhenori, tuhe berarti tunggul dan nori
atau ori artinya kumpulan dari beberapa banua (desa), tuhenori dipilih antara
pimpinan banua (salawa); (2) salawa artinya yang tinggi. Salawa ini memimpin
satu wilayah yang disebut banua. Jabatan salawa mempunyai pengertian: fa’atulo
(adil), fa’atua-tua (bijaksana), fa’abolo (kuat jasmani dan rohani), fokho (kaya
atau memiliki banyak harta dan benda) dan salawa sofu (berwibawa); (3) satua
mbanua, yaitu penasihat salawa yang terdiri dari tiga orang pemegang jabatan:
tambalina (wakil atau orang kedua), fahandrona (orang ketiga), dan sidaofa
(orang keempat).
Semua jabatan pemerintahan tersebut diduduki oleh golongan
bangsawan yang merupakan keturunan pendiri desa. Golongan orang yang
termasuk susunan pemerintahan desa ini selalu mendapat perlakukan yang
125
istimewa. Orang lain tidak dapat berbicara dengan tidak sopan, selalu dihormati,
selalu dijemput dan hadir dalam pesta adat, seperti perkawinan, kematian, dan
lainnya. Mereka memutuskan hal-hal penting dalam pemerintahan desanya.43
Sistem penggolongan derajat manusia berdasarkan tingkat-tingkat kehidupan,
dimulai dari janin sampai kehidupan akhirat. Pengertian bosi ini mencakup dua
belas tingkat kehidupan. Dalam konteks ini, bosi nantinya mengarahkan manusia
untuk berusaha mencapai tingkat tertinggi, agar setelah ia mati, akan masuk ke
dalam sorga. Kedua belas bosi itu adalah: fangaruwusi (memperlihatkan
kandungan); tumbu (lahir); famatoro doi (memberi nama); famoto (sirkumsisi);
falowa (kawin); famadadao omo (membangun rumah); fa’aniha banua
(memasuki persekutuan desa); famaoli (menjadi anggota adat); fangai toi
(mengambil gelar); fa’amokho (kekayaan); mame’e go banua (menjamu orang se
desa) dan mame’e go nori (menjamu orang satu ori, beberapa desa
Di dalam kebudayaan Nias dijumpai pula ragam hias motif geometris.
Motif ragam hias geometris bentuk yang saling terukur, memiliki keteraturan dan
keseimbangan. Ragam hias berpola geometris sering ditemukan dalam bentuk
spiral, zigzag, garis silang, persegi empat, dan lain-lain. Motif geometris sering
seringkali diaplikasikan dalam seni ukir atau pahatan. Namun, tidak jarang juga
ditemukan pada motif-motif geometris diterapkan ke dalam bentuk dua dimensi.
Pada ragam hias suku Nias, motif geometis memiliki arti tersendiri bagi
kebudayaanya. Salah satunya adalah ragam hias niohulayo. Ragam hias ini
43W. Gulö, Benih yang Tumbuh. Semarang: Satya Wacana, 1983.
126
memiliki garis geometris yang melambangkan sifat yang heroik (jiwa
kepahlawanan) dalam bahasa nias niohulayo artinya menyerupai bentuk ujung
tombak.44
Gambar 2.18 : Ragam Hias Motif Geometris Etnik Nias (Niohulayo)
Ragam hias ini biasanya terdapat di dalam rumah adat suku nias,
merupakan hiasan tepi, juga pada takaran lauru (beras), keris, dan pada pakaian
wanita ataupun pria. Suku Nias juga memiliki motif geometris lain yaitu niogama.
Ragam hias ini melambangkan perstuan dan kebulatan hati. Biasanya ragam hias
ini terdapat pada hiasan-hiasan rumah adat.
Hasil dari uraian bentuk-bentuk motif ragam hias dari ketujuh suku yang
ada di Sumatera Utara, bentuk motif tersebut memikili makna simbol dan
melambangkan peraturan ataupun tatanan pemerintah dan kehidupan
bermasyarakat, secara tidak langsung aturan tersebut yang tidak boleh dilanggar
44Bagianda Sirait, Pengumpulan dan Dokumenasi Ornamen Tradisional di Sumatera
Utara, Sumatera Utara: Pemerintah Tingkat I Sumut, hlm. 220.
127
dari masing-masing suku tersebut yang memikili sangsi sesuai dengan hukum adat
mereka.
Bentuk-bentuk motif tersebut memiliki keragaman, bukan hanya tepaut
pada motif tumbuhan dan geometri seperti yang telah diuraikan sebelumnya,
tetapi masih banyak lagi motif-motif dari ketujuh suku tersebut, diantaranya motif
hewan, motif figuratif, motif raksasa dan dan motif kosmos atau alam. Pada
penelitian ini penulis membatasi pembahasan hanya pada dua motif saja, sesuai
dengan karyadesain logo hasil ciptaan mahasiswa Polimedia PSDD Medan yang
menjadi sampel pada penelitian ini
Gambar 2.19 : Ragam Hias Motif Geometris Etnik Nias (Niogama)
Pada umumnya ragam hias yang terdapat di rumah adat dibuat dari bahan
kayu, dibentuk pada dinding dan tiang rumah adat. Disamping ragam hias pada
rumah adat, banyak juga terdapat pada senjata,benda-benda kesenian, pada batu-
128
batuan serta pakaian adat suku Nias. Ragam hias paada batu banyak kita jumpai
dihalaman sekitar rumah adat yang berbentuk tiang, tempat duduk, perahu, meja
dan bentuk koper. Jenis batu yang dipakai disebut kara satio artinya kara itu batu,
satio itu hitam, jadi berarti batu hitam yakni jenis batu-batu gunung.
Pakaian adat suku Nias dinamakan Baru Oholu untuk pakaian laki-laki dan
Oroba Si’oli untuk pakaian perempuan. Pakaian adat tersebut biasanya berwarna
emas atau kuning yang dipadukan dengan warna lain seperti hitam, merah, dan
putih. Adapun filosofi dari warna itu adalah:
Warna kuning yang dipadukan dengan corak persegi empat
(Ni’obakola) dan pola bunga kapas (Ni’obowo gafasi) sering dipakai oleh para
bangsawan untuk menggambarkan kejayaan kekuasaan, kekayaan, kemakmuran
dan kebesaran.
Gambar 2.20 : Warna pada ornament Suku Nias
129
Warna merah yang dipadukan dengan corak segi-tiga (Ni’ohulayo/
ni’ogöna) sering dikenakan oleh prajurit untuk menggambarkan darah, keberanian
dan kapabilitas para prajurit.
Warna hitam yang sering dikenakan oleh rakyat tani menggambarkan
situasi kesedihan, ketabahan dan kewaspadaan.
Warna putih yang sering dikenakan oleh para pemuka agama kuno (Ere)
menggambarkan kesucian, kemurnian dan kedamaian.
2.10. Etnik Melayu dan Seni Rupanya
Masyarakat Melayu ini menjadi bahagian integral dari Dunia Melayu
Dunia Islam, dan Indonesia. Orang Melayu biasanya mendefinisikan
kelompoknya sebagai orang yang beragama Islam, berbahasa Melayu, memakai
adat Melayu dan berbagai persyaratan tempatan. Orang-orang Melayu di
Sumatera Utara (dahulu Sumatera Timur) memiliki wilayah budaya dari Tamiang,
Langkat, Deli, Serdang, Batubara, Asahan, dan Labuhanbatu. Mereka juga
mempunyai kategorisasi integrasi masyarakatnya yang terdiri dari: Melayu asli,
Melayu semenda, dan Melayu seresam. Melayu asli adalah golongan yang secara
keturunan merupakan orang-orang dari puak Melayu apakah Sumatera atau
Semenanjung Malaysia dan Kalimantan. Melayu semenda adalah orang yang
bukan etnik Melayu tetapi masuk menjadi Melayu karena faktor perkawinan.
Sedangkan Melayu seresam adalah orang yang masuk menjadi Melayu diakui
130
sebagai Melayu karena mengamalkan resam Melayu. Termasuk di dalam seni
rupanya.
Di dalam kebudayaan Melayu di Sumatera Utara, terdapat ragam hias
motif geometris suku Melayu. Ragam hias tradisional Melayupada umumnya
terdapat pada bagian-bagian rumah adat Melayu salah satu ragam hias motif
geometris suku melalu adalah terali biola. Ragam hias ini memiliki bentuk lekuk-
lekuk tebukan yang mirip dengan bentuk biola, terbuat dari kepingan papan yang
diukir lalu disatukan. Berfungsi sebagai pagar, dan untuk memperindah beranda.
Gambar 2.21 : Ragam Hias Motif Geometris Etnik Melayu Sumatera Utara (Terali Biola)
Selain terali biola, ragam hias motif ragam hias lain adalah ragam hias
ricih wajid. Ragam hias ini merupakan potongan wajid, yaitu sejenis makanan
131
yang terbuat dari beras pulut (ketan). Pulut adalah lambang persatuan pada
masyarakat Melayu.45
Gambar 2.22 :
Ragam Hias Motif Geometris Etnik Melayu Sumatera Utara (Ricih Wajid)
Ragam hias ricih wajid terbentuk dari kepingan papan yang diukir
kemudian disatukan. Ragam hias ini melambangkan pemersatu masyarakat
Melayu.
Warna dalam Seni Rupa Suku Melayu. Dalam hal ini, pada dasarnya motif
pada ornamen Melayu menggunakan dua warna, yaitu warna hijau dan warna
kuning. Namun pada saat ini ornamen Melayu juga mengadopsi warna-warna lain,
misalnya warna putih, warna coklat, warna keemasan dan warna lain sebagainya.
Warna ini pada umumnya sering digunakan sebagai warna ornamen Melayu.
45Bagianda Sirait, Pengumpulan dan Dokumenasi Ornamen Tradisional di Sumatera
Utara, Sumatera Utara: Pemerintah Tingkat I Sumut, 1977-1980, hlm. 190
132
Gambar 2.23 : Warna pada Ornamen Melayu
Warna kuning ornamen Melayu pada bangunan Istana, Mesjid maupun
rumah penduduk di kota Medan ini melambangkan kemegahan dan kesuburan dan
kemakmuran dalam hidup. Warna ini pada umumnya sering digunakan pada latar
ornamen. Warna hijau melambangkan warna identik agama Islam. Sehingga
warna hijau selalu digunakan pada bangunan bernuansa Islam. Seperti contoh
pada Mesjid Al- Osmani di Belawan, maupun pada Istana Maimoon di Kota
Medan.
.
133
133
BAB III
POLIMEDIA MEDAN DAN DISKURSUS LOGO DALAM
DISIPLIN ILMU SENI RUPA
Pada Bab III ini, penulis mendeskripsikan keberadaan Polimedia sebagai
sebuah institusi pendidikan seni rupa, yang bertujuan menghasilkan ahli-ahli
madya di bidang seni rupa, dalam konteks pembangunan pendidikan di Indonesia.
Di dalam institusi pendidikan ini terdapat mata kuliah desain logo, yang menjadi
topik kajian tesis penulis ini. Setelah itu, khusus tentang logo sebagai sebuah sub
kajian di dalam disiplin seni rupa, dibahas di dalam bab ini, untuk memberikan
gambaran bagaimana logo ini dijadikan sebuah bidang telaah dan wacana
(diskursus) seiring dengan perkembangan seni dan media.
3.1. Deskrispsi Polimedia
Politeknik Negeri Media Kreatif (disingkat: Polimedia) adalah salah satu
politeknik yang berstatus negeri yang didirikan pada 8 Oktober 2008. Menurut
berita yang terdapat pada Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Polimedia ini
dirancang khusus untuk menyediakan tenaga terampil guna memenuhi kebutuhan
sumber daya manusia disektor industri kreatif. Departemen Pendidikan berharap
dengan pendirian Polimedia menghasilkan standar kompetensi lulusan yang
134
diselaraskan dengan kebutuhan dunia usaha kreatif dengan cara menerapkan
proses pendidikan berbasis kompetensi produksi dan kewirausahaan. 1
Secara organisasi, Polimedia memiliki manajemen di ibukora Indonesia
Jakarta, dan cabangnya di berbagai provinsi. Polimedia memiliki kampus cabang
di Makassar (Sulawesi Selatan) dan Medan (Sumatera Utara) yang saat ini
membuka 3 program studi yaitu: Program Studi Multimedia, Program Studi
Desain Grafis, dan Program Studi Teknik Grafika.
3.1.1. Sejarah Polimedia
Polimedia berdiri pada tanggal 8 Oktober 2008 berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 yang disahkan
oleh Menteri Pendidikan saat itu, yaitu Bambang Sudibyo. Polimedia berdiri
melalui kebijakan pemerintah dalam merevitalisasi Pusat Grafika Indonesia
(Pusgrafin) yang terlebih dulu memiliki reputasi panjang dalam pembinaan dan
pengembangan SDM kegrafikaan, penerbitan dan desain grafis, sejak tahun 1969.
Revitalisasi ini adalah bukti sikap pemerintah dalam menindak lanjuti amanat
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Pekan Produk Budaya Indonesia
(PPBI) di Jakarta Convention Center pada tanggal 4 Juni 2008.2
Pada awalnya Polimedia membuka 3 (tiga) jurusan/program studi, yaitu:
Teknik Grafika, Desain Grafis, dan Penerbitan. Polimedia adalah perguruan tinggi
vokasi yang secara khusus ditangani untuk menyiapkan tenaga terampil tingkat
1http//www.psddmedan.polimedia.ac.id. 2 Lihat pada http//www.psddmedan.polimedia.ac.id.
135
madya (dengan gelar Diploma 3) di bidang industri kreatif, yang lulusannya
difokuskan terampil dan memahami proses produksi, serta dibekali pengetahuan
konsep dan wawasan bisnis untuk berwirausaha.
Salah satu prodi yang memiliki mata kuliah untuk menciptakan desain
logo pada Polimedia PSDD Medan adalah prodi multimedia yang merupakan
sampel dalam penelitian ini, melalui mata kuliah Media Digital Grafis I (MDG I),
mahasiswa dibimbing untuk memiliki strategi pembelajaran berbasis kompetensi
produksi. Mahasiswa juga dibimbing dalam menciptakan desain logo sesuai
karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya. Latar
belakang kebudayaan yang berbeda, sangat mempengaruhi hasil dari desain logo
yang diciptakan mahasiswa tersebut, dengan kombinasi ekpresi dari unsur budaya
meliputi bentuk dan identitas warna yang mewakili ciri dari kebudayaan masing-
masing mahasiswa tersebut.
3.1.2. Mata kuliah logo
Mata kuliah Logo pada perkuliahan di Multimedia Polimedia PSDD
Medan terdapat pada semester pertama, yaitu mata kuliah Media Digital Grafis I
(MDG I), pada mata kuliah MDG I mahasiswa dibimbing untuk menciptakan
sebuah logo sesuai dengan unsur dan kreteria logo yang mampu memenuhi makna
bentuk dan peranan warna sebagai ekspresi identitas budaya dari keinginan
pemesan logo. Ada juga beberapa mata kuliah yang mendukung proses
keberhasilan dalam mendesain logo, yaitu mata kuliah Nirmana dan Tipografi
(Typography).
136
Dalam pengolahan bentuk pada logo, mata kuliah Nirmana sangat
membantu untuk mendistorsi bentuk-bentuk yang sesuai dengan identitas dari
bentuk alamiah. Nirmana merupakan pengorganisasian atau penyusunan elemen-
elemen visual seperti: titik, garis, warna, bentuk menjadi satu kesatuan harmonis
serta menghasilkan angan-angan dalam bentuk dwimatra, trimatra, yang memiliki
nilai keindahan.
Kendati demikian jurusan multimedia di Polimedia tidak memiliki mata
kuliah khusus tentang materi estetika, materi ragam hias, padahal mata kuliah
tersebut sangat mendukung dalam menciptakan sebuah logo serta untuk
menghasilkan karya dalam bentuk produk lokal.
3.2. Studi tentang Logo dalam Disiplin Ilmu Seni Rupa
Kata Logo berasal dari bahasa Yunani Logos, yang berarti kata, pikiran,
pembicaraan & akal budi. Logo sebenarnya merupakan penyingkatan dari
Logotype yaitu tulisan yang tercetak, namun kini istilah logolah yang lebih
populer. Tidak ada keseragaman istilah dalam mengartikan logo.
Mengutip ‘Design Dictionary’ dari ‘Board of International Research in Design
(BIRD)’, Logo biasanya mengandung teks, gambar atau kombinasi keduanya.
Elemen teks atau tulisan pada logo biasanya disebut dengan logotype, sedangkan
simbol atau gambar yang mewakili sebuah kata ataupun makna disebut logogram.
Menurut Surianto Rustan, S.Sn, “Mendesain Logo”, Logo merupakan
makna yang diperoleh dari suatu kualitas yang disimbolkan, melalui corporate
137
culture, positioning, historis atau aspirasi.3 Beliau juga mengatakan bahwa logo
merupankan sebuah simbol atau gambar pengidentifikasi perusahaan. Maksudnya
adalah penting dari pada seperti apa rupanya. Penekanannya pada makna di luar
atau di balik wujud logo itu.
Lain halnya dengan pendapat Gregory Thomas, “How to Design Logos,
Symbol and Icon, Cincinnati. Logo bukan hanya memenuhi persyaratan untuk
penampilan fisik saja tidak cukup, melainkan sebuah logo haruslah memiliki
makna dan tujuan yang terkandung di dalamnya.4
Berbeda dengan pendapat Heriyani Agustina/Farida Nurfalah/Popo
Sutopo, dalam “Makna Logo Sebagai Cerminan Citra Perusahaan” mengatakan
bahwa logo adalah presentasi, sosok atau penampilan visual yang senantiasa
dikaitkan dengan organisasi tertentu sebagai bentuk identitas dan bagian identitas
perusahaan5.
Sebagai bentuk representasi visual sebuah logo tentu saja memiliki unsur-
unsur visual yang terdiri dari teks, gambar atau kombinasi dari keduanya. Lebih
jauh definisi tentang logo diungkapkan oleh Ferri Chaniago sebagai berikut.
Logo merupakan identitas sebuah produk, perusahaan atau instansi tertentu, logo juga merupakan bentuk gambar atau sekedar sketsa dengan arti tertentu, dan mewakili suatu arti perusahaan, daerah, perkumpulan, produk, nedara yang dianggap membutuhkan hal yang singkat dan mudah diingat sebagai pengganti dari nama perusahaan6.
3 Surianto Rustan, Mendesain Logo, Jakarta, PT. Gramedia, 2009, hlm. 12 4Gregory Thomas, “How to Design Logos, Symbol and Icon, Cincinnati, Ohio: How
Design Book, 46 5Heriyani Agustina/Farida Nurfalah/Popo Sutopo, Makna Logo Sebagai Cerminan Citra
Perusahaan ( Studi Deskriptif Pada Logo Cirebon Televisi ) Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon, 331
6 Ferri Caniago, Cara Mutakhir Jago Desain Logo, Jakarta Timur, Niaga Swadaya, 2012, hlm. 3
138
Jadi secara garis besar, logo adalah bentuk simbol visual dari karakter
seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang dapat dilihat oleh setiap orang, dan
didalamnya terkandung makna bentuk, peranan warna pada logo sebagai ekspresi
identitas, dan unsur budaya, disertai dengan elemen teks atau tulisan yang sengaja
dibuat untuk memberikan suatu arti tertentu terhadap objek yang diwakilkan.
3.3. Sejarah Logo
Logo sudah dikenal sejak pusat peradaban di mesir dan Mesopotamia
berkembang. Biasanya berupa koin atau emblem kerajaan. Penemuan dan teknik
baru pembuatan logo terus berkembang. Gamal Kartono mengatakan pada Jurnal
Seni Rupa dalam “Sejarah dan Rahasia dibalik Logo”, ia mengulas bahwa pada
zaman kekaisaran Romawi (27 SM-476 M) diciptakan identitas Nasional Pertama
SPQR, singkatan dari Senatus Populusque Romanus atau Seant dari Rakyat
Roma. Ditetapkan pada koin, literature politik, dan monumen.7 Tahun 1961, Jan
Pieterzoon Coer menyaatakan Batavia sebagai pusat perdagangan Belanda di Asia
Timur melalui perusaahan dagang VOC “Veerengigde Oost-Indische Company”
Monogram VOC ditetapkan disemua bangunan dan benda intervertarisir mereka.8
Logo dalam ejaan Yunani berarti logos, juga dapat diterjemahkan sebagai
"kataku" ini merupakan istilah yang penting dalam filsafat, psikologi, retorika,
dan agama. Awalnya kata logos yang berarti "tanah", "permohonan", "pendapat",
7 Gamal Kartono, Sejarah dan Rahasia di Balik Logo (Jurna Seni Rupa FBS Unimed
Vol.9 no. 2, Desember 2012), Medan, Unimed, 2012, hlm. 11 8 Ibid
139
"harapan", "kata", "berbicara", "akun", dan "alasan" itu menjadi teknis dalam
istilah filsafat.9
Meskipun istilah "logos" secara luas digunakan dalam pengertian agama,
dikalangan akademisi logos sering disebut lego ataupun lexis yang artinya kata
atau bahasa yang kesemua ini mengacu pada berbagai kegunaan penafsiran
Yunani kuno, atau pada pasca Kristen digunakan dalam filsafat kontemporer,
tasawuf, dan psikologi analitis.10
Logos juga disebut sebagai premis atau anggapan dasar baik itu premis
mayor, minor dan silogisme, yang merupakan daya tarik logis, dan logika, dengan
definisi "logika". Kata logika dapat disimpulkan menjadi dua cara. yaitu, melalui
logika induktif yang memberikan contoh-contoh yang relevan dan
menggunakannya untuk menunjuk kembali ke pernyataan secara keseluruhan.
Dan yang kedua, melalui logika entimem deduktif yang memberikan skenario
umum dan kemudian menarik keluar kebenaran tertentu.11 Meskipun logos
diterjemahkan secara konvensional sebagai "kata", tidak digunakan untuk kata
dalam arti gramatikal, melainkan digunakan sebagai istilah untuk menghitung,
mengatakan, berbicara.12
Pengetian “kata” pada logo dalam bahasa Yunani adalah kata yang
berkaitan dengan Tuhan dan Tuhan adalah kata. Kata yang diterjemahkan "kata"
9 Henry George Liddell and Robert Scott, An Intermediate Greek-English Lexicon;
Logos. 10 May, Herbert G. and Bruce M. Metzger. The New Oxford Annotated Bible with the
Apocrypha. 11"Ethos, Pathos, and Logos" 12 Henry George Liddell and Robert Scott, "An Intermediate Greek–English Lexicon:
logos.
140
dalam bahasa Yunani adalah logo, bisa juga merunjuk kepada berita-berita
tersendiri yang diberikan kepada para Nabi (orang pilihan). Kameras Adam
membedakan antara "kata diucapkan" (logos prophorikos), dan "kata tersiat
dalam" (logos endiathetos)13.
Dari pembahasan sebelumnya penulis dapat menyimpulkan bahwa Logos
endiathetos yang artinya berbicara tentang apa yang ada di dalam, sama hal nya
seperti Tuhan memberikan wahyunya kepada orang pilihan, dengan kata lain
Tuhan memberitahu kita melalui kelimpahan hati. Pengertian kata yang
demikianlah disebut logos endiathetos.
Sedangkan Logo prophorikos yang artinya berbicara tentang apa yang
telah diucapkan. Merupakan kata untuk menyampaikan wahyu yang telah
diterima, sama halnya dengan mulut yang berbicara. Pengertian kata yang
demikianlah disebut logos prophorikos.
Berikut salah satu arti lain dari kata, Aristoteles (384-322 SM) memberi
logo definisi teknis yang berbeda di Arts rhetorica, menggunakannya sebagai
argumen makna dari alasan, salah satu dari tiga mode persuasi. (Dua mode
lainnya pathos (Yunani), yang mengacu pada persuasi dengan cara tarik
emosional, "menempatkan pendengar ke dalam bingkai pikiran tertentu", dan etos
persuasi melalui pendengar meyakinkan dari seseorang ". karakter moral").14
13Adam Kamesar. "The Logos Endiathetos and the Logos Prophorikos in Allegorical
Interpretation: Greek, Roman, and Byzantine Studies (GRBS). 44: 163–81. " Greek, Roman, and Byzantine Studies (GRBS). 44: 163–81.
14 Aristotle, Rhetoric, in Patricia P. Matsen, Philip B. Rollinson, and Marion Sousa, Readings from Classical Rhetoric, SIU Press, 1990, ISBN 0-8093-1592-0, p. 120.
141
Menurut Aristoteles, logo berkaitan dengan dalam kata-kata pidato itu sendiri,
sejauh itu membuktikan atau tampaknya untuk membuktikan. 15
Lain hal dengan logos spermatikos merupakan pengungkapan kata yang
dipandang sebagai re-interpretasi dari istilah stoik. Stoik disebut juga stoikisme
merupakan ilmu fisafat Yunani yang mempelajari cara menjalani hidup, sebagai
sistem yang rasional, dalam arti mempunyai ‘aturan main’ yang logis (hukum
alam). Manusia dalam pandangan Stoik adalah bagian dari alam yang telah
menunjukkan melalui etika dan sebagai dasarnya identik dengan akal manusia.
Filsafat Stoic dimulai dengan Zeno dari Citium c. 300 SM, di mana logo adalah
alasan aktif meresapi dan menjiwai alam semesta. Itu dipahami sebagai bahan,
dan biasanya diidentifikasi dengan Tuhan atau alam. Stoa juga disebut logo mani
("logos spermatikos"), atau hukum generasi di alam semesta, yang merupakan
prinsip alasan aktif bekerja di benda mati. Prinsip-prinsip genetika semesta
merupakan simbol-simbol yang yang dapat ditafsikan untuk berkomunikasi
sesama manusia ataupun dengan sang pencipta.16
Dengan kata lain, disposisi moral yang terkandung dalam jiwa secara
alami subjek dan tunduk pada pengembangan organik atau budaya. Cara hidup
yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan
diwariskan dari generasi ke generasi merupakan budaya.17 Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
15 n the translation by W. Rhys Roberts, this reads "the proof, or apparent proof, provided by the words of the speech itself."
16Tripolitis, A., Religions of the Hellenistic-Roman Age,. Wm. B. Erdmans Publishing. pp. 37–38
17 Siegfried Giedion, Space, Time and Architecture (6th ed.), p 3
142
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni, dan kesemua itu
disimpulkan sebagai prinsip generatif semesta. A. Tripolitis mengatakan bahwa
pemahaman yang demikianlah disebut logos spermatikos.18
Pemahaman dari pengertian logos prophorikos dan logos endiathetos,
merupakan ucapan seseorang dianggap dalam pengertian tertentu sebagai
sebagian dari kedirian si pembicara yang mempunyai keberadaan sendiri yang
nyata. Maka ucapan atau Firman Allah dalam kitab suci adalah penyataan diri-Nya
sendiri dan dapat menunjuk kepada berita-berita tersendiri yang diberikan kepada
para orang pilihan (Nabi). Kata itu digunakan berulang-ulang kali tentang
komunikasi dari Allah kepada manusia mengandung kuasa yang serupa dengan
kuasa Allah yang mengucapkannya dan melaksanakan kehendak-Nya, serta lebih
menunjuk kepada Firman Allah yang tertulis atau tercetak. Kata yang berarti logo
juga kemudian disandingkan dengan "type" yang berasal dari kata "typo", yang
merupakan perhurufan atau pencetakan huruf, sehingga diartikan menjadi
"logotype".
Pemahahan tentang pembahasan logos spermatikos tidak terlepas dari
unsur budaya manusia. Manusia itu tidak pernah melihat, menemukan dan
mengenal dunia secara langsung kecuali dengan berbagai simbol. Banyak fakta
yang hadir dalam dunia ini fenomena, tetapi menyembunyikan realitas
sesungguhnya yang ada dibalik fakta tersebut (noumena). Fakta-fakta yang
muncul tersebut menuntut untuk memahaminya dan memberikan interpretasi
terhadapnya. Penekanan dari itu bahwa manusia tidak pernah mendapatkan
143
penjelasan secara panjang lebar dalam kehidupannya di dunia secara langsung,
hanya saja perwakilan dari apa yang dialaminya secara singkat dan sederhana.
Permasalahan dalam pengungkapan sesuatu terkadang tidak didefinisikan
dengan jelas dalam penyebutannya. Sehingga penggunaannya pun tidak sesuai
dengan objek penyebutannya, tanda, indeks, ikon dan simbol, merupakan kata
yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu noumena atau realitas yang
melatarbelakangi terjadinya fenomena. Fenomena yang di wakilkan olah tanda,
indeks, ikon, simbol menjadi unsur budaya dalam kehidupan manusia. Dalam
bahasa Yunani, gram atau gramma memiliki arti huruf, tanda, dengan demikian
pemahaman dari uraian logos spermatikos dapat diartikan sebagai "logogram".
Dari hasil pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa logo dapat
dibagi menjadi dua bagian besar yaitu, logo yang didominasi gambar dan logo
dengan didominasi tulisan.
3.4. Klasifikasi Logo
Pengkatagorian bentuk logo dapat dilihat pada dua hal yang sederhana dan
mendasar. Pertama dapat dilihat dari seni konstruksinya, pada umumnya dapat
dibagi menjadi 3 jenis yaitu, 1).Elemen gambar dan tulisan saling terpisah (picture
mark dan letter mark); 2).Gambar dan tulisan saling membaur, dapat disebut
gambar bisa juga disebut tulisan (picture mark sekaligus letter mark); 3).Elemen
tulisan saja (Letter mark saja).
144
Gambar 3.1 : Logo dari segi kontruksi
Kedua semua bentuk logo berasal dari bentuk-bentuk dasar (bentuk dasar
tercipta dari titik dan garis). Apabila beberapa bentuk dasar bergabung, dapat
membentuk dua jenis objek yang lebih kompleks yang dikenal sebagai gambar
dan huruf.19
Gambar 3.2 : Klasifikasi bentuk logo
Pembahasan tentang gambar klasifikasi bentuk logo, areal yang paling kiri
logo yang elemen gambarnya mendekati bentuk-bentuk dasar. Karena sifatnya
abs`trak, sulit untuk menterjemahkan maknanya dari tampilan fisiknya saja. Pada
areal yang paling atas adalah areal logo yang elemen gambarnya sangat
19 Surianto Rustan, S.Sn, Mendesain Logo, Jakarta, PT. Gramedia, 22-23
145
menyerupai bentuk objek aslinya. Biasanya berupa foto, maupun illustrasi.
Tampilan fisiknya kongkrit sehingga mudah dimengerti.
Pada bagian bawah typographic logo yang elemen tulisannya mendekati
bentuk huruf yang sudah baku dan nama entitasnya mudah dibaca. Ditengah-
tengah adalah area logo yang mengandung semua elemen-elemen mendekati
bentuk dasar berupa gambar sekaligus huruf. Baik elemen gambar maupun elemen
tulisan.
Pada area kiri dan kekanan, disebelah kiri logo adalah area logo yang
bentuknya sederhana dan abstrak. Sedangkan semakin kekanan logo-logo
bentuknyanya semakin kongkrit. Apabila diperhatikan pada area dari atas ke
bawah, pada bagian atas logo didominasi oleh gambar kongkrit, sedangkan
semakin mengarah ke bawah logo didominasi oleh logo berbentuk tulisan.
Dapat disimpulkan bahwa, dari bentuk-bentuk sederhana dan mendasar
tersebut, dapat menciptakan hubungan yang kompleks antara jenis logo dengan,
bentuk dasar-gambar-huruf dan hubungan antara bentuk dan makna baik bersifat
abstrak, simbol, maupun kongkrit.
3.5. Katagori Logo
Pada pembahasan sebelumnya, jenis logo dapat dibedakan sesuai dengan
jenis dan bentuknya, jenis dan bentuk logo, memiliki makna ataupun keinginan
serta ide yang dikembangkan, dapat dihadirkan dalam bentuk, teks, gambar
bahkan gabungan teks dan gambar.
146
Mengutip”Design Dictionary” dari Board of Internasional Research in
Design (BIRD) dalam buku Rustam Surianto, “Mendesain Logo”: Logo biasanya
mengandung teks, gambar, atau kombinasi keduanya. Logo adalah sebuah simbol
atau gambar pengidentifikasi perusahaan tanpa kehadiran nama perusahaan.
Logotype adalah cara khusus menuliskan nama perusahaan.20
Perlu juga dipahami bahwa istilah logo secara keseluruhan mengalami
perluasan dan penyempitan serta pencampuran makna. Selain itu, masing-masing
istilah tidak berdiri sendiri melainkan saling terkait satu dengan yang lainnya.
Entitas bisa berupa apa saja baik itu objek fisik maupun non fisik yang meliputi:
barang dan jasa, organisasi; perusahaan, lembaga, partai, manusia; pribadi
maupun kelompok, tempat; daerah, kota atau Negara, konsep; ide dan gagasan,
pengalaman dan peristiwa. Dalam hal ini entitas akan banyak digunakan untuk
mewakili objek-objek tersebut. Dan dikatagorikan melalui logotype, logo,
logogram, signature, trandmark, waordmark, merek dan merek dagang serta
brand.
Yasaburo Kuwayama mengkategorikan logo dalam Rustan (2009:24) ada
4 jenis, yakni: 1). Alphabet (berbentuk huruf); 2). Symbols, Numbers (lambang-
lambang, angka-angka); 3).Concrete Forms (bentuk yang serupa dengan bentuk
aslinya) 4). Abstract Forms (bentuk abstrak)
Pertimbangan Kuwayama dalam pengkategorian ini adalah semata-mata
dilihat dari segi pemampilan fisiknya, bukan dari maknanya.
20 Surianto Rustan, Mendesain Logo, Jakarta PT. Gramedia, 2009, hlm. 13
147
Pengklasifikasian Per Mollerup berbeda dan jauh lebih kompleks, karena
menurutnya kategori yang lebih ideal harus mempunyai perbedaan yang tajam dan
jelas antara masing-masing kategori. Di dalam buku yang ditulisnya ”Mark of
Excellence”, ia mendasari klasifikasi dari sudut semiotik, logo sebagai sign. Logo
tidak hanya dilihat dari segi pemampilan fisiknya namun juga dari segi maknanya.
Menurut pendapat Kartono Gamal dalam Sejarah dan Rahasia dibalik
Logo (Jurnal Seni Rupa FBS Unimed), Katagori logo terdiri dari; Logotype, Logo,
Logogram dan Signature21.
Dalam pembahasanya Gamal mengatakan bahwa, Pertama Logotype
pertama kali logotype muncul pada tahun 1810-1840, diartikan sebagai tulisan
entitas yang didesain secara khusus dengan menggunakan teknik lettering atau
memakai jenis huruf tertentu.
Kedua logo adalah singkatan dari logotype Istilah ini baru muncul pada
tahun 1973 dan kini istilah logo lebih populer dari pada logotype. Logo bisa
menggunakan elemen apa saja: tulisan, logogram, gambar, illustrasi dan lain
sebagainya.
Ketiga .Logogram, sebuah simbol tulisan yang mewakili sebuah
kata/makna. Seperti angka-angka dan lambang matematika “1” mewakili sebuah
satu, “+” mewakili tambah, juga berfungsi untuk menguatkan penulisan sebuah
kata, seperti, “&” mewakili kata dan.
21 Gamal Kartono, Sejarah dan Rahasia di Balik Logo (Jurna Seni Rupa FBS Unimed
Vol.9 no. 2, desember 2012), Medan, Unimed, 2012, hlm. 13
148
Dan yang keempat signature berarti tanda tangan, secara umum juga
berarti karakteristik/identitas/tanda/ciri khusus yang diterapkan pada sebuh objek,
namun signature tidak terbatas hanya bersifat visual, yang bersifat
audio/suara/musik juga sering disebut signature.
Masing-masing klasifikasi tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan
atau kelemahan dan perkembangan desian logo yang makin jauh dari sifat
konvensional membutuhkan kategori yang sifatnya lebih fleksibel.
Berdasarkan pendapat para ahli dan pembahasan yang telah di uraikan,
jika dikategorikan berdasarkan unsur pembentukan dan maknanya, dapat
disimpulkan bahwa katagori logo terdiri dari: 1)..Logotype; 2)..Logogram; dan 3).
Combination type and gram.
Pada logo combination typo and gram (gabungan huhuf dan tulisan),
dilihat dari bentuk dasarnya terdiri dari dua bagian yaitu; 3.1).Logogram and
separate typo (logo yang gambar dan tulisan terpisah); dan 3.2).Logotype and
blend gram (logo tulisan dan gambar saling berbaur).
Logo pada bentuk logotype and blend gram (logo tulisan dan gambar
saling membaur) juga terbagi tiga yaitu; 3.2.1).Typographic (logo diantara
tulisannya terdapat gambar); 3.2.2).Gramgraphic (di dalam gambar terdapat
tulisan; dan 3.2.3). Logogram transform typo (Logo terdiri dari elemen-elemen
gambar kecil yang membentuk huruf dan 3.2.4) Logotype transform gram (Logo
terdiri dari elemen tulisan yang membentuk gambar).
149
3.5.1. Logotype (elemen tulisan saja)
Pada awalnya yang lebih polpuler adalah logotype. Istilah logotype
pertama kali muncul pada tahun 1810-1840 yang merupakan bentuk tulisan saja
yaitu logo yang dibentuk hanya oleh huruf dengan berbagai variasinya.
Menurut Gamal Kartono, dalam bukunya “Sejarah dan Rahasia Dibalik
Logo” pada Jurnal Seni Rupa Unimed, logotype diartikan sebagai tulisan entitas
yang disesain secara khusus dengan menggunakanteknik lettering, atau memkai
huruf tertentu,sehingga logotype hanya sedekar elemen tulisan saja.22
Logotype yang bermula didesain secara khusus dengan teknik tertentu
atau mengunakan jenis huruf tertentu contohnya seperti Logotype Coca-Cola
(1885).23
Hendi Hendratman, dalam bukunya “Computer Graphic Design”
mengatakan Logo adalah suatu indetitas visual yang berupa symbol, gambar atau
tulisan yang mewakilkan dan menggambarkan ciri dari sesuatu baik itu barang,
lembaga, perusahaan, instansi ataupun website.
Adi Kusrianto dalam “Pengantar Desain Komunikasi Visual” mengatakan
rangkaian logo dari huruf atau kata kata yang digunakan untuk mewakili sebuah
perusahaan disebut sebuah Logotype.24 Ia juga mengatakan sebuah font yang elok
dan cantik sering digunakan pada tipe logo ini. Logo ini akan memberikan kesan
yang bagus terhadap perusahaannya.
22 Gamal Kartono, Sejarah dan Rahasia di Balik Logo (Jurna Seni Rupa FBS Unimed
Vol.9 no. 2, desember 2012), Medan, Unimed, 12 23 Hendri Hendratman, “Computer Graphic Design”, Bandung, Informatika, 2014, hlm.
253 24 Adi Kusrianto, Pengantar Desain Komunikasi Visual”, Yogyakarta, Andi, 243
150
Jadi kesimpulannya adalah logotype atau tanda kata (word mark)
merupakan ekspresi identitas dari karakter seseorang, perusahaan, produk, atau
jasa yang diwakilkan dari budayanya.
Gambar 3.3 : Logo Cocacola (logotype)
3.5.2. Logogram (elemen gambar saja)
Logogram merupakan tanda atau karakter yang mewakili suatu kata atau
frase, seperti yang digunakan dalam steno dan beberapa sistem tulisan kuno.
Logogram sering juga diklasifikasikan icon logo dan illustratif logo. Tipe logo
seperti ini menjadikan sebuah gambar bentuk atau desain utama dari logo tersebut.
Logogram adalah elemen gambar pada logo. Istilah logogram telah mengalami
perubahan makna sehingga hampir mirip dengan logotype.
Menurut Surianto Rustan, S.Sn dalam bukunya Mendesain Logo,
Sebenarnya logogram adalah simbol tulisan yang mewakili sebuah kata atau
makna. Contohnya. Angka-angka atau lambing matematika. “1” mewakili “satu”,
151
atau “+” mewakili “tambah” bisa juga berfungsi untuk menyingkat simbol atau
kata, seperti kata, “&” mewakili kata dan25.
Distorsi bentuk untuk mewakilkan sebuah kata, atau benda serta fungsi
yang diwujudkan dalam bentu gambar, juga merupakan jenis logogram.
Sama halnya yang dikatakan Adi Kurrianto “Pengantar Komunikasi
Visual”. Logogram adalah berupa element gambar symbol dalam sebuah logo
biasanya berupa symbol angka ataupun symbol matematika yang disisipkan pada
suatu teks yang berfungsi memberikan variasi atau untuk mempersingkat sebuah
penulisan sebuah kata.26 Contoh : ‘&’ untuk menyingkat ‘dan’, ‘#’ untuk
meyingkat ‘nomor’. Pendapat lain mengatakan bahwa logogram sering juga
disebut ideogram yang berarti simbol yang mewakili sebuah ide atau arti.27 Pada
buku yang sama Hendri Herdratman mengatakan tapi banyak yang menduga
logogram adalah suatu gambar dalam logo namun sebenarnya gambar yang
berupa logo tersebut biasa disebut dengan istilah Picture mark sementara
tulisannya Letter Mark.
25 Surianto Rustan, Mendesain Logo, Jakarta PT. Gramedia, 13 26 Adi Kusrianto, Pengantar Desain Komunikasi Visual”, Yogyakarta, Andi, 243 27 Hendri Hendratman, “Computer Graphic Design”, Bandung, Informatika, 2014, hlm.
254
152
Gambar 3.4 : Logo Appel (logogram)
1.5.3. Combination typo and gram (gabungan tulisan dan gambar)
Gabungan antara logotype dan logogram terdiri dari elemen gambar dan
tulisan miliki fungsi dan makna yang saling menguatkan, logo tersebut
menghadirkan elemen gambar dan elemen tulisan yang bisa saja terpisah ataupun
membaur antara elemen tulisan dan elemen gambar.
Gabungan antara gambar dan tulisan dapat dikompokkan menjadi dua
bagian yaitu; Logogram and separate type (gabungan gambar & tulisan terpisah)
dan Logo gambar & tulisan membaur (logo type and blend gram )
3.5.3.1. Logogram and separate type (gabungan gambar & tulisan terpisah)
Pada perkembangan selanjutnya orang membuatnya lebih unik/berbeda
satu dengan lain. Dengan mengolah huruf, menambah elemen gambar, bahkan
153
tulisan dan gambar terpisah, dan masih banyak yang menyebutnya dengan istilah
logotype28.
Logo jenis ini merupakan penggabungan antara jenis gambar dan tulisan.
Logo jenis ini gambar dan tulisan terpisah, satu sama lain saling menguatkan
untuk menghadirkan makna dari tujuan logo tersebut.
Gambar 3.5 : Logo Garuda Indonesia (Logogram and Separate Type)
Rustan Suriaton mengungkapkan dalam bukunya “Mendesain Logo”,
yang mendasar dan sederhana dalam menciptakan logo, apabila dilihat dari segi
kontruksinya, pada salah satu logo gambar dan tulisan terpisah dan keduanya
saling keterkaitan.29
28 Gamal Kartono, Sejarah dan Rahasia di Balik Logo (Jurna Seni Rupa FBS Unimed
Vol.9 no. 2, desember 2012), Medan, Unimed, 2012, hlm. 12 29Surianto Rustan, Mendesain Logo, Jakarta, PT. Gramedia, 2009, hlm. 22
154
3.5.3.2. Logotype and blend gram (Logo gambar & tulisan membaur)
Logotype and blend gram terdiri dari elemen gambar dan tulisan pada logo
ini kedua elemen tersebut tidak terpisah melainkan membaur satu sama lainnya.
Seperti yang diungkapkan Rustan Suriaton dalam bukunya “Mendesain Logo”,
logo dikatagorikan pada dua hal yang mendasar dan sederhana, dapat dilihat dari
segi kontruksinya, pada salah satu logo bisa disebut gambar, bisa juga disebut
tulisan dan keduanya saling membaur
Jenis logo ini gambar dan tulisan saling membaur, dapat disebut sebagai
tulisan dan dapat juga disebut sebagai gambar, biasanya tulisan didistrosi sesuai
dengan bentuk gambar yang bersifat konvisional, atau pun sebaliknya. Terkadang
juga pada tulisan terdapat salah satu elemen gambar sebagai pengganti salah satu
hurufnya. Apabila dibedakan dari bentuk anatominya, logo jenis ini dapat
dikelompakkan menjadi tiga bagian.
3.5.3.2.1. Typographic (logo dalam tulisan terdapat gambar)
Pada logo ini logo dihadirkan berupa gambar mewakili dari salah satu
huruf, biasanya gambar tersebut didistorsi sesuai dengan perwakilan dari bentuk
objek atau benda yang menjadi perwakilan pada sebuah identitas, baik itu simbol
rasa, jasa, agama bahkan sampai simbol kebudayaan. Bentuk-bentuk gambar ini
sengaja dihadirkan agar logo tersebut dapat menginformasikan visi-misi atau
produk yang akan dipasarkan sesuai dengan identitas dari sebuah karakter
seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya dan unsur-unsur
kebudayaan.
155
Gambar 3.6 : Logo Logotype and Blend Gram (Typograghic)
3.5.3.2.2. Gramgraphic (logo dalam gambar terdapat tulisan)
Pada logo ini logo dihadirkan berupa gambar yang didalamnya teerdapat
tulisan, biasanya tulisan tersebut didistorsi mengikuti bentuk pola logo ataupun
bentu dasar yang menjadi pola sebuah logo, logo seperti ini biasanya dipakai
dalam dunia pendidikan ataupun pemerintahan. Karena tulisannya merupakan
informasi sebuah identitas, Elemen bentuk gambar sengaja dihadirkan agar logo
tersebut dapat menginformasikan visi-misi sesuai dengan identitas dari sebuah
karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya dan unsur-
unsur kebudayaan.
156
Gambar 3.7 : Logo Logotype and Blend Gram (Gramgraphic)
3.5.3.2.3. Logotype transform gram (logo tulisan membentuk gambar)
Pada jenis logo ini tulisan yang dihadirkan membentuk sebuah gambar.
seperti yang tedapat pada logo MTQN 31 Tanjung Balai pada tahun 2008.
Gambar 3.8 : Logo yang tulisan didistrosi sesuai dengan bentuk gambar
(Logo MTQN 31 Tanjung Balai 2008)
157
Pada logo MTQN 31 di Tanjung Balai, tulisan MTQN pada logo
membentuk gambar kapal lengkap dengan dayungannnya, sedangkan angka 31
yang dibentuk seperti gambar layar terkembang dengan tambahan ciri kota
Tanjaung Balai yang identik dengan kerang, sementara tulisan untuk identitas
nama kota dan tahun diposisi seperti gelombang laut.
3.5.3.2.4. Logogram transform typo (logo gambar membentuk huruf)
Sama halnya dengan bentuk logo yang lain. Logo jenis ini terdiri dari
elemen-elemen gambar kecil-kecil yang membentuk huruf inisial namanya.
Bentuk-bwntuk gambar tersebut merupakan identitas yang segaja dihadirkan
sesuai dengan identitas dari sebuah karakter seseorang, perusahaan, produk, atau
jasa yang diwakilkannya dan unsur-unsur kebudayaan.
Dapat dilihat pada salah satu logo distributor yang menghadirkan gambar-
gambar yang membentuk huruf sesuai dengan produk yang dipasarkannya.
Gambar 3.9 : Logo yang terdiri dari elemen gambar membentuk huruf (Logo unilever)
158
Dapat disimpulkan bahwa salah satu kategori logo yaitu jenis logo yang
diungkapkan oleh Gamal dan Rustam pada pembahasan sebelumnya, logo
merupakan bentuk global dari sebuah logo yang memiliki katagori atau bagian-
bagian sesuai dengan makna bentuk yang simbolkan dan makna warna yang
dilambangkan.
Ada beberapa bentuk yang sering dikatakan sebuah logo seperti signature,
yang merupakan tanda tangan, dalam pembahasan sebelumnya tanda tangan
merupakan index. Index diterjemahkan secara literal sebagai some sensory feature
(sesuatu yang dapat dilihat, didengar, atau mudah tercium baunya) yang kemudian
menghubungkannya dengan obyek tertentu. Index bukan logo melainkan bagian
dari makna logo.
Demikian juga halnya dengan mark, trademark,dan merek dan merek
dagang dapat diartikan sebagai lambang ataupun tanda yang digunakan pada
barang yang diperdagangkan oleh seseorang ataupun beberapa orang secara
bersama-sama, fungsinya hanya untuk membedakan dengan barang-barang sejenis
lainnya.
Wardmark juga dikategorikan sebagai logo yang berupa tulisan saja,
serupa dengan makna awal mula istilah logotype. Terkadang wardmark yang tidak
memiliki makna ketika terpisah dari gambar, wardmark hanya bagian dari sebuah
logo. Begitu juga dengan brand, memiliki makna yang jauh lebih luas dari pada
logo. Logo berbentuk benda fisik yang dapat dilihat. Brand mencakup
keseluruhannya, baik yang fisik, non fisik, pengalaman dan juga asosiasi.
159
Sesuai dengan pembahasan pendapat dari beberapa para ahli dan dapat
analisa dapat serta disimpulkan bahwa, logo dapat dikatagori menjadi 3 bagian
besar yaitu: 1).Logotype, 2).Logogram, dan 3).Combination typo and gram.
Pada logo combination typo and gram, dikelompok menjadi dua bagian
yaitu; 1).Logogram and separate type; dan 2).Logotype and blend gram
Logo pada bentuk logotype and blend gram dibedakan menjadi empat
yaitu; 1).Logo typographic (di dalam tuliasan terdapat gambar); 2) Logo
gramgraphic (di dalam gambar terdapat tulisan) dan 2). Logogram transform
typo (logo terdiri dari elemen-elemen gambar kecil yang membentuk huruf);
3).Logotypo transform gram (logo elemen tulisan yang membentuk gambar).
3.6. Kajian Bentuk Logo
Bentuk merupakan fenomena dua dan tiga dimensi. Bentuk juga
merupakan gabungan dari beberapa bentuk dasar, sehingga menciptakan unsur
dua dimensi yang memiliki panjang dan lebar, dan tiga dimensi yang memiliki
panjang dan lebar serta tinggi.
Bentuk dapat berarti bangun (shape) atau bentuk plastis (form).30 Menurut
Kartika Sony Dharsono dalam bukunya “Estetika” mengatakan bahwa bangun
(shape) ialah bentuk benda yang polos, seperti yang terlihat oleh mata, sekedar
untuk menyebut sifatnya yang bulat, persegi, ornamental, tak teratur dan
sebagainya. Sedang bentuk plastis ialah bentuk benda yang terlihat dan terasa
karena adanya unsur nilai (value) dari benda tersebut.
30 Dharsono Sony Kartika, Estetika, Bandung, Rekayasa Sains, 2007, hlm. 69
160
Menurut pendapat lain bentuk ialah satu titik temu antara ruang dan
massa.31 Djelantik mengakatan dalamnya buku “Estetika Sebuah Pengantar”
Bentuk juga merupakan penjabaran geometris dari bagian semesta bidang yang
ditempati oleh objek tersebut, yaitu ditentukan oleh batas-batas terluarnya namun
tidak tergantung pada lokasi (koordinat) dan orientasi (rotasi)-nya terhadap bidang
semesta yang di tempati.
Pendapat serupa juga dikatakan oleh Hendratman Heri, bentuk disebut
juga shape, yang dihasilkan dari garis-garis yang disusun sedemikian rupa.
Bentuk memiliki dua katagori yaitu bentuk dua dimensi (2D) dan tiga dimensi
(3D).32
Ada yang mengatakan bentuk yang paling sederhana ataupun bentuk
paling dasar adalah titik. Menurut Djelantik (1999:21), titik tidak mempunyai
ukuran ataupun dimensi. Titik tersendiri belum memiliki arti tertentu. Kumpulan
dari beberapa titik akan mempunyai arti tertentu. Kalau titik-titik berkumpul dekat
sekali dalam satu lintasan akan menjadi bentuk garis. Beberapa garis akan
menjadi bentuk bidang dan beberapa kumpulan bidang akan menjadi bentuk
ruang.
Dengan demikian titik, garis, bidang dan ruang merupakan bentuk-bentuk
dasar ataupun bentuk mendasar dalam seni rupa. Setiap bentuk mempunyai arti
tersendiri, tergantung budaya, geografis, dan sebagainya, seperti bentuk segitiga
31 A.A.M.Djelantik, Estetika Sebuah Pengantar, Bandung, Masyarakat Seni pertunjukan
Indonesia, 1999, hlm. 21 32 Heri Hendratman, Computer Graphic Design, Bandung, Informatiaka, 35
161
bisa melambangkan konsep trinitas (ayah, ibu, anak), tetapi dimesir bentuk
segitiga melambangkan simbol feminimitas (kewanitaan).
Bentuk-bentuk dasar tersebut yang berstruktur memiliki peranan masing-
masing dari seluruh aspek yang terdapat pada sebuah pengorganisasian ataupun
penataan yang ada hubungannya dengan bagian-bagian yang tersusun akan
menghasilkan sebuah pola ataupun motif. Pola atau motif ini merupakan susunan
dari komposisi, titik, garis, bidang dan pembagian ruang, yang dapat
melambangkan atau menyimbolkan sesuatu melalui perubahan bentuk ataupun
wujud antara lain; stilisasi, distorsi, transformasi, dan disformasi.\
3.6.1. Bentuk Pola
Pola dalam bahasa Inggris disebut “patent”, H.W. Fowler dan F.G. Fewler
pola disebut “decorative” design as executed on carpet, wall paper, clots etc”
sedangkan Herbet Read menjelaskan pola sebagai penyebaran garis dan warna
dalam seatu bentuk ulang tertentu.33
Pola adalah bentuk atau model (atau, lebih abstrak, suatu set peraturan)
yang bisa dipakai untuk membuat atau untuk menghasilkan suatu atau bagian dari
sesuatu, khususnya jika sesuatu yang ditimbulkan cukup mempunyai suatu yang
sejenis untuk pola dasar yang dapat ditunjukkan atau terlihat, yang mana sesuatu
itu dikatakan memamerkan pola. Deteksi pola dasar disebut pengenalan pola. Pola
33 Nurfitriana Sihombing dan Brisman Silaban, Analisis Penerapan Ornamen PakPak Dairi PAda Gedung Perkantoran Di Sidikalang Ditinjau Dari Bentuk, Warna, Dan Makna Simbolik, Medan, Jurnal Seni Rupa FBS Unimed Vol 9 No. 2, 55
162
yang paling sederhana didasarkan pada repetisi beberapa tiruan satu kerangka
digabungkan tanpa modifikasi.
Seperti yang telah dijabarkan pada pembahasan sebelumnya, bahwa
bentuk-bentuk dasar merupakan titik, garis, bidang dan pembagian ruang yang
dapat menyimbolkan ataupun melambangkan sesuatu apabila disusun dan
diorganisasikan dengan mengikuti pola.
3.6.1.1. Pola bentuk titik
Menurut Djelantik, dalam buku “Estetika Sebuah Pengantar” bentuk titik
belum berarti dan baru mendapat arti setelah tersusun penempatannya.34
Ketika titik disusun mengikuti pola, titik akan memiliki makna tersendiri
sesuai dengan pola yang telah dirancang dengan tujuan yang ingin dicapai,
sehingga menciptakan bentuk dengan memiliki makna tertentu yang dapat
berkomunikasi untuk menginformasikan pesan yang ingin disampaikan. Titik juga
biasa menggunakan unsur-unsur penunjang yang juga bisa membantu atau dipakai
untuk membentuk wujud yang lain. Seperti gerak, sinar dan warna.
34 A.A.M.Djelantik, Estetika Sebuah Pengantar, Bandung, Masyarakat Seni pertunjukan Indonesia,21
163
Gambar 3.10 : Bentuk Titik
3.6.1.2. Pola bentuk garis
Bentuk garis sebagai mengandung arti yang lebih dari pada titik, Karena
dengan bentuknya sendiri, garis menimbulkan kesan tertentu. Garis-garis tersebut
memberi makna tersendiri, seperti garis lurus memberikan makna kesan tegas,
kaku, keras tersendiri daripada garis yang melengkung memberikan kesan luwes,
lemah lembut, kesan yang diciptakan tergantung dari panjang pendeknya garis.
Seperti yang dikemukan oleh Djelantik, dalam buku “Estetika Sebuah
Pengantar.” Garis yang kencang memberikan memberikan perasaan yang lain
daripada garis yang membelok atau melengkung. Yang satu memberi kesan kaku,
keras dan yang lain memberi kesan lembut dan lewes.35
35A.A.M.Djelantik, Estetika Sebuah Pengantar, Bandung, Masyarakat Seni pertunjukan
Indonesia, 1999, hlm. 23
164
Gambar 3.11 : Pola Bentuk Garis
Menurut Hendratman Heri dalam bukunya “Computer Graphic Design”
Garis tercipta dari adanya perbedaan warna, cahaya atau jarak. Beliu juga
mengatakan dalam desain grafis garis juga didefenisisskan sebagai sekumpulam
titik yang dideretkan memanjang. 36
Kumpulan bentuk garis dapat disusun ataupun diberi pola sedemikian rupa
sehingga mewujudkan unsur-unsur structural seperti ritme, semetri,
keseimbangan, kontras, penonjolan dan seolah-olah garis bisa lebih berbicara
menyampaikan informasi yang ingin disampaikan, lebih daripada garis.
Garis mempunyai peranan sebagai garis, yang kehadirannya sekedar untuk
memberi tanda bentuk logis, seperti yang terdapat pada ilmu-ilmu eksakta atau
pasti. Menurut Sony Kartika Dharsono dalam bukunya “Estetika” bahwa Garis
mempunya peranan sebagai lambang, yang kehadirannya merupakan lambang
36 Heri Hendratman, Computer Graphic Design, Bandung, Informatiaka, 2014, hlm. 35
165
informasi yang sudah merupakn pola baku dari kehidupan sehari-hari.37 Seperti
pola pada lambang yang terdapat pada logo, tanda yang terdapat pada peraturan
lalu lintas, pola-pola yang digunakan pada kehidupan sehari-hari. Garis
mempunya peranan dalam menggambarkan sesuatu secara representative, seperti
yang tedapat dalam gambar illustrasi, dimana garis merupakan medium untuk
menerangkan kepada orang lain. Garis juga merupakan simbol ekpresi dari dari
ungkapan seniman, seperti garis-garis yang terdapat dalam seni non figurative
atau juga pada seni ekspresionisme dan abstraksionisme.
Bentuk garis selain memiliki peranan juga mempunyai sifat formal dan
non formal. Seperti yang dikatakan Djelantik (199:21) bahwa garis-garis dapat
disusun secara geometris sama dengan ukuran, proposi , siku-siku tertentu yang
teratur dan mewujudkan gambar yang memberi rasa indah karena keserasian dan
keseimbangan bentuknya.38
Sony Kartika Dharsono juga mengatakan Garis-garis geometrik bersifat
formal, beraturan dan resmi. Garis nom geometrik bersifat tak resmi dan cukup
luwes, lemah gemulai, lembut, acak-acakan.39
Namun yang paling penting bentuk garis bukan sekedar makna yang
disimbolkan ataupun dilambangkan, tetapi bagaimana merasakan intensitas garis
yang tergores memiliki kekuatan tersendiri yang butuh pemahaman. Ketika
melihat garis secara fisik saja, garis tersebut tidak berbicara banyak dan tidak
37 Dharsono Sony Kartika, Estetika, Bandung, Rekasaya Sain, 2007, hlm. 71 38 A.A.M.Djelantik, Estetika Sebuah Pengantar, Bandung, Masyarakat Seni pertunjukan
Indonesia, 1999, hlm 23 39Dharsono Sony Kartika, Estetika, Bandung, Rekasaya Sain, 2007, him. 71
166
menemukan apa-apa, tetapi ketika melihat sebuah garis harus dirasakan lewat
mata batin, sehingga dapat melatih daya sensitifitas untuk menangkap setiap
makna yang tersurat maupun tersirat pada setiap bentuk garis yang digoreskan.
3.6.1.3. Pola bentuk bidang
Bentuk bidang yang diciptakan melalui kumpulan dari beberapa garis
memiliki ukuran yaitu panjang dan lebar, yang disebut 2D. Bidang yang
berukuran 2D tidak selalu mendatar atau tampak, bisa juga melengkung, tidak
merata atau tidak bergelombangnya suatu bidang bisa diciptakan sebagai suatu
ilusi dengan menggunakan pewarnaan atau hitam putih yang memberi kesan
bayangan.
Menurut pendapat para ahli, bahwa bila garis diteruskan melalui belokan
atau paling sedikit dua buah siku samapi kembali lagi pada titik tolaknya,
selanjutnya wilayah yang dibatasi ditengah garis tersebut menjadikan suatu
bidang.40
Sony Kartina Dharsono juga mengatakan bahwa bidang sesuatu bentuk
kecil yang terjadi karena dibatasi oleh sebuah kontur garis atau dibatasi oleh
adanya warna yang berbeda atau oleh gelap terang pada arsiran atau adanya
tekstur.41
Untuk membatasi bidang dengan garis-garis yang kencang diperlukan
paling sedikit tiga garis kencang, dengan garis yang berbelok-belok satu garis bisa
40A.A.M.Djelantik, Estetika Sebuah Pengantar, Bandung, Masyarakat Seni pertunjukan
Indonesia,1999, hlm. 23 41 Dharsono Sony Kartika, Estetika, Bandung, Rekayasa Sains, 2007, hlm. 71
167
mencukupi. Wujud dari bidang masing-masing bisa memberi memberi kesan
estetik yang berbeda, sesuai dengan infomasi apa yang disimbolkan ataupun
dilambangkan.
Gambar 3.12 : Pola Bentuk Bidang
Kadang-kadang bidang mengalami beberapa perubahan di dalam
penampilannya yang sesuai dengan maksud dan tujuan tertentu. Perubahan itu
bisa saja mirip dengan objek yang sebenarnya, bisa saja tidak. Semua itu
menunjukkan adanya proses yang terjadi di dalam dunia penciptaan bukan
sekedar terjemahan dari pengalaman tertentu atau sekedar apa yang dilihatnya.
Pemaknaan dari bentuk bidang yang mengalami tranformasi sesuai dengan
apa yang harus disimbolkan dan apa yang harus dilambangkan. Dan pada
dasarnya bentuk bidang dimulai dari segitiga sampai segi yang tak terhingga atau
lingkaran, atau bentuk bidang simetris dan asimetris yang berasal dari bentuk
168
dasar tersebut dapat dibuat pengembangan ataupun kombinasi dan variasi, dengan
penafsiran pengalaman dalam memaknai suatu bentuk bidang.
Perwujudan bidang yang beraeka ragam dan bervariasi dengan garis-garis secara
geotrik banyak diterapkan dalam seni hias ornamentik.
3.6.1.4. Pola Bentuk Ruang
Bentuk yang terakhir ada ruang. Ruang merupakan kumpulan dari
beberapa bidang. Ruang mempunyai tiga dimensi panjang lebar dan tinggi.
Menurut Djelantik (1999:24) ruang pada aslinya adalah sesuatu yang kosong,
tidak ada isinya.42 Ruang yang seluruhnya terisi dengan benda disebut massa. Dan
bila benda itu kental massanya menjadi berat. Karena itu selain tiga dimensi,
massa mempunyai berat badan seolah-olah dimensi yang keempat atau yang
sering disebut empat dimensi (4D).
Dengan adanya ruang dapat dirakan jauh dekat, tinggi rendah, panjang
pendek, lebar sempit, besar kecil, kosong padat dan sebagainya. Karena adanya
perbandingan. Ruang merupakan kumpulan dari beberapa bidang, yang yang
terdiri dari sumbu X dan sumbu Y, ketika ditambah sumbu Z sebuah bidang akan
terbentuk menjadi bentuk ruang. Seperti yang diungkapkan oleh Hendratman
Hendri, bahwa apabila sebuah bidang ditambah sumbu Z atau kedalaman ruang,
maka ruang desain akan membentuk 3D.43
42A.A.M.Djelantik, Estetika Sebuah Pengantar, Bandung, Masyarakat Seni pertunjukan
Indonesia, 199, hlm. 24 43Hendri Hendartman, Conputer Graphic Design, Bandung, Informatika, 2014, hlm. 46
169
Dalam seni lukis yang menggunakan bidang pada media kertas atau
kanvas, ruang merupakan suatu ilusi yang dibuat dengan pengolahan bidang dan
garis, sering juga dibantu dengan warna sebagai unsur penunjang yang akan
menciptakan ilusi sinar atau bayangan.
Gambar 3.13 : Bentuk Ruang
Jadi ruang merupakan bentuk yang menghadirkan ilusi pada gambar 3D
dan 4D yang meliputi pengelolaan perspektif dan kontras antara gelap dan terang.
Dengan demikian pola merupakan susunan, tataan, kerangka, alur ataupun
jalur yang dirancang sedemikian rupa pada pegolahan bentuk untuk menghadirkan
kesan kedalaman atau persepektif dengan komposisi simetris dan asimetris yang
berasal dari bentuk dasar melalui pengembangan ataupun kombinasi dan variasi,
dengan penafsiran pengalaman dalam memaknai suatu bentuk.
170
3.6.2. Bentuk Motif
Provinsi Sumatera Utara memiliki suku yang beragam, daerah pesisir
Sumatera Utara, yaitu timur dan barat pada umumnya didiami oleh Suku Melayu
dan Suku Mandailing yang hampir seluruhnya beragama Islam. Sementara di
daerah pegunungan banyak terdapat suku batak yang sebagian besarnya beragama
kristen. Selain itu juga ada Suku Nias di kepulauan sebelah barat. Semua etnik
memiliki nilai budaya masing-masing, mulai dari adat istiadat, tari daerah, jenis
makanan, budaya dan pakaian adat juga memiliki bahasa daerah masing-masing.
Begitu pula dengan dengan bentuk-bentuk motif ragam hiasnya. Bentuk-bentuk
motif yang beragam merupakan tiruan dari bentuk-bentuk alam. Motif erat
kaitanya dengan ragam hias atau ornamen, yang merupakan hiasan pada hasil
pahatan arca, gerabah, keramik, senjata, genta, bangunan dan lainnya. Motif
adalah dorongan dalam diri manusia yang timbul dikarenakan adanya kebutuhan-
kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh manusia tersebut.
Motif berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak atau dalam
bahasa Inggris to move, yang artinya langkah, memindahkan. Motif memiliki arti
simbolik yang lebih padat, semakin sederhana bentuk motif-motif, semakin dalam
arti simbolik yang dikandungnya. Motif juga disebut ornamen atau ragam hias.
Ornamen atau ragam hias merupakan hiasan ataupun yang menghiasi, suatu media
agar tidak kelihatan kosong dengan motif-motif yang mengikuti pola tertentu yang
mempunyai nilai kebudayaan.
Kata ornamen berasal dari bahasa Latin ornare, yang memiliki arti yaitu
menghiasi. Menurut Gustami (1978) ornamen “adalah komponen produk seni
171
yang ditambahkan atau sengaja dibuat untuk tujuan sebagai hiasan. Jadi,
bedasarkan pengertian tersebut, ornamen merupakan penerapan hiasan pada suatu
produk. Bentuk-bentuk hiasan yang menjadi ornamen tersebut fungsi utamannya
adalah untuk memperindah benda produk atau barang yang dihias.”
Menurut Sirait Baginda, Istilah ragam hias berasal dari dua perkataan
ragam dan hias yang terpadu menjadi satu pengertian yang mengikuti pola. Dalam
bahasa Inggris ragam hias disebut juga ornament.44 Sirait juga mengatakan
(1980:6) dalam bahasa Belanda dikatakan siermotieieven. Dapa dilihat pada
terjemahan Van Der Hoop sebagai berikut; “arti ragam hias tidak gampang
diterangklang dengan satu kata-sering arti itu malahan sama sekali tidak tentu.
Dari uraian tersebut dapat diterima bahwa pengertian ragam hias memang
sulit dibuat batasannya, yang jelas terkandung didalamnya beragam-ragam pola
hias. Untuk menghias suatu dinding atau bidang sering dibubuhi dengan hiasan
untuk memeprindah, tetapi bila hiasan itu terdiri dari warna polos tanpa gambar
maka dekorasi ini bukanlah ornament atau ragam hias. Berarti dengan kata lain
hiasan yang ditambah itu harus berbentuk gambar yang disebut dengan motif yang
mengikuti pola.
Perkembangan ragam hias Nusantara menunjuk pada bermacam bentuk
motif ragam hias yang tersebar di berbagai wilayah tanah air, pada umumnya
bersifat tradisional yang pada setiap daerah memiliki khas dan keanekaragaman
44 Bagianda Sirait,Pengumpulan dan Dokumenasi Ornamen Tradisional di Sumater Utara,
Sumatera Utara, Pemerintah Tingkat I Sumut, 1077-1980, hlm. 6
172
masing-masing. Karena itu bentuk motif ragam hias Nusantara memiliki ciri-ciri
kedaerahan sesuai dengan cita rasa masyarakat setempat.
Dalam sebuah kebudayaan bentuk motif memiliki arti tersendiri bagi
setiap etnik, baik bentuk figurative, fauna, flora dan geometris. Arti simbolik
yang lebih dalam dapat dilihat pada awal perkembangan seni hias, dapat dikatakan
bahwa semakin sedehana bentuk-bentuk motif yang dijadikan sebuah suatu
ornamen, semakin dalam arti simbolik yang terkandung didalamnya. 45
Bentuk motif-motif ini didistorsi menjadi sederhana tetapi masih dapat
mengomunikasi dari bentuk yang sebenarnya, bentuk motif ini bisa berupa
simbol-simbol yang memiliki konsep tentang sebuah objek atau dapat juga tidak
mewakili dari objeknya itu sendiri.
Dalam bukunya Philoshopy in a New Key, Suzzane K. Langer menyatakan
bahwa simbol tidak mewakili objeknya tetapi wahana bagi konsep tentang objek.
Berbicara tentang konsep mengenai sesuatu, dan bukan sesuatu itu sendiri, semua
ini tentang konsep bukan tentang sesuatu itu, simbol itu harus diartikan. Bila
sebuah simbol diungkapkan, maka muncullah sebuah makna.46
Lebih jauh lagi Langer membedakan antara simbol diskursif dan simbol
presentatif. Menurutnya simbol diskursif digunakan dalam bahasa tulisan dan
lisan untuk keperluan berkomunikasi, sedangkan simbol presentatif, misalnya
gambar, merupakan bahasa presentasi suatu makna yang tidak terkatakan dalam
simbol diskursif. Simbol seni juga dapat melampai kedua merupakan wilayah
45 Diskusi Ilmiah Arkelogi II, Ektetika Dalam Arkeologi Indonesia, Jakarta, Ikiatan Ahli
Arkeologi Indonesia, 288 46 Jakob Sumardjo, Estetika Paradoks, Bandung, Sunan Ambu Press, 2006, hlm. 43
173
ketiga simbol yang merupakan fenomena sensoris mengandung makna implisit
yang terdapat dapat ritus dan mitos.
Jadi simbol tersebut lebih bersifat penggambaran segala sesuatu, objek,
fakta, kualitas pengalaman, denotasi, peristiwa, benda-benda yang memiliki
makna dan ditafsirkan melalui bentuk baik dari alam kesadaran manusia yang
merupakan konsep maupun dari reatitas.
Bentuk motif yang didistorsi dan ditranformasi serta didisformasi
menyerupai objek yang ada disekitar alam semesta. Baik yang kasat mata maupun
khayalan. Dalam hal ini distorsi merupakan pengambaran bentuk yang
menekankan pada pencapaian karakter, dengan cara menyangatkan bentuk-bentuk
tertentu pada benda atau objek yang digambar atau penyerdahaan bentuk.
Tranformasi adalah gambaran bentuk yang menekankan pada pencapaian
karakter, dengan cara memindahkan wujud objek atau vigur dari objek ke objek
yang digambar.
Desformasi merupakan penggambaran bentuk yang menekannya padan
interprestasi merupakan penggambaran bentuk yang menekankan pada
interprestasi karakter, dengan cara mengubah bentuk objek dengan cara
menggambarkan objek tersebut dengan sebagian yang dianggap mewakili, atau
pengambilan unsur tertentu yang mewakili karakter hasil interprestasi yang
sifatnya sangat hakiki.
Berdasarkan pengertian umum ornamen maka dapat diidentifikasi aneka
jenis ragam hias etnik di Sumatera Utara yaitu aneka hiasan visual pada rumah-
rumah adat berbagai produk kebutuhan hidup sehari-hari.
174
Pada suku Batak Toba masih banyak memiliki sisa kebudayaan tradisional
baik dalam bentuk struktur sosial ataupun kesenian. Dalam bidang seni rupa yang
tertinggal hanya sisa kebudayaan pada bangunan rumah adat, benda pakai, patung
dan alat musik yang dihiasi dengan motif ragam hias, dan ini tidak lagi dibuat
seperti kebiasan lama. Yang masih bertahan perkembangannya adalah kain adat
atau ulos. Pada adat suku batak toba jenis ragam hias disebut gorga.47
Sebagaimana halnya sisa kebudayaan pada buku Karo motif ragam hias
masih mudah ditemukan, baik struktur social maupun kesenia tradisional mudah
ditemukan. Dapat dilihat dari rumah adat dan alat-alat pakai sebagai peninggalan
kebudayaan lama. Pada suku adat karo ragam hias disebut dengan gerga.
Di daerah suku batak Simalungun ragam hias sudah sulit ditemukan satu-
satunya yang masih tertinggal dan lengkap adalah rumah raja yang berada
dipematang purba yang telah diserahkan pada Yayasan Museum Simalungun.
Pada suku adat Simalungun ragam hias disebut juga dengan gorga.48
Sama halnya suku Pakpak Dairi satu-satunya motif ragam hias yang masih
tertinggal pada rumah adat raja yang terdapat di Sikobang-kobang kecamatan
Sumbul. Sama halnya dengan suku Karo, pada suku Pakpak Dairi ragam hias
disebut juga dengan gerga.
Pada suku Angkola Mandailing motif ragam hias sudah sulit ditemukan,
besar kemungkinan hal ini disebabkan pengaruh agama Islam yang tidak
menghendaki mistik pelbegub dan pemujaan rah nenek moyang yang pada masa
47Bagianda Sirait,Pengumpulan dan Dokumenasi Ornamen Tradisional di Sumater Utara,
Sumatera Utara, Pemerintah Tingkat I Sumut, 1977-1980, hlm. 7
175
lalau dilakukan secara tradisional. Tetapi ragam hias tersebut banyak terpadat
pada rumah-rumah adat mandailing yang sudah hampir musnah. Pada suku
Mandailing ragam hias disebut juga dengan gorga.49
Ragam hias pada suku Melayu adat dilihat dari Istana mainun yang berada
dimedan. Ragam hias pada rumah-rumah adat dan alat-alat pakai kebanyakan
diambil dari motif Arab atau mirip dengan ragam hias melau dari Malaysia.
Sedangkan hiasan peninggalan Hindu sulit ditemukan. Umumnya ragam hias
Melayu bentuknya seruapa dengan ragam hias Arab yang dibawa dari kebudayaan
Islam dari Arab. Sedangkan kebudayaan Melayu yang berasal dari kebudayaan
Hindu tidak ada lagi ditemukan sebagai hiasan rumah dan alat pakai karena
bertentangan dengan kebudayaan islam.50 Pada suku Melalu ragam hias tidak
memiliki perubahan istilah, tetap dalam penyebutan ragam hias atauoun ornamen.
Karena banyaknya jenis motif gambar maka ragam hias maka ragam hias
dikelompoknya menurut jenis motifnya. Berdasarkan pola penggambarannya,
mengelompokkan motif ragam hias di Sumatera Utara dalam lima kategori yaitu :
berdasarkan pola bentuk gambarnya yaitu : bentuk manusia, bentuk hewan,
bentuk raksasa. bentuk tumbuh-tumbuhan, bentuk geometris , bentuk, kosmos
atau alam”51
Dari hasil Diskusi Ilmiah Arkeologi II, yang dibukukan dalam Estetika
Dalam Arkeologi Indonesia, mengatakan bahwa, berdasarkan motifnya hiasan
49 Bagianda Sirait,Pengumpulan dan Dokumenasi Ornamen Tradisional di Sumater Utara,
Sumatera Utara, Pemerintah Tingkat I Sumut, 1977-1980, hlm.v 7
50 Ibid, p6
176
dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, motif geometris, motif manusia dan
bagian-bagian tubuh manusia, motif flora, motif fauna dan lain sebagainya.52
Pendapat lain mengatakan bahwa motif dasar hiasan meliputi; 1) motif
manusia, 2) motif hewan, 3) motif khayalan atau raksasa, 4) motif tumbuh-
tumbuhan, 5) motif geometris, motif kosmos atau alam.53
Dengan demikian dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa bentuk motif pada ragam hias sumatera utara dapat diambil dari bentuk-
bentuk flora, fauna, figuratif, dan bentuk geometris. Dibeberapa suku di Sumatera
Utara, menurut Sirait Baginda (1984:180) bentuk motif yang berbentuk raksasa
tidak ada di temukan. Misalnya suku Melayu dan Mandailing, hal ini di selaraskan
dengan ketentuan-ketentuan Islam.54
Jadi pada penelitian ini penulis hanya mengkaji empat motif saja sebagai
panduan untuk menganalisis logo karya hasil ciptaan mahasiswa Polimedia PSDD
Medan, motif-motif tersebut adalah; motif tumbuhan, motif, hewan taupun
binatang, motif manusia dan motif geometris.
Agar tidak mengembang dan tetap fokus sesuai dengan tujuan penelitian,
penulis tidak membahas semua makna bentuk pada jenis-jenis motif ragam hias
pada setiap daerah, tetapi hanya beberapa dari setiap motif pada setiap perwakilan
suku yang ada di Sumatera Utara. Pembahasan mendalam pada makna bentuk
52 Diskusi Ilmiah Arkelogi II, Ektetika Dalam Arkeologi Indonesia, Jakarta, Ikiatan Ahli
Arkeologi Indonesia, 289. 53Tamrim M Sitorus dan Wahyu Tri Atmojo, Analisis Penerapan Ornamen Tradisional
Batak Toba Pada Alat Musik Tradisional Batak Toba Di Kabupaten Samosir, Medan, Jurnal Seni Rupa FBS Unimed, 2012, hlm. 45.
54Bagianda Sirait,Pengumpulan dan Dokumenasi Ornamen Tradisional di Sumater Utara, Sumatera Utara, Pemerintah Tingkat I Sumut, 180
177
ragam hias, sesuai bentuk dengan logo yang dihadirkan pada karya mahasiswa
Polimedia PSDD Medan.
3.6.2.1. Bentuk motif tumbuhan
Tumbuhan sebagai sumber objek motif dapat dijumpai hampir di seluruh
pulau di Indonesia. Bentuk ragam hias dengan motif tumbuhan mudah dijumpai
pada barang-barang seni seperti batik, ukiran, dan tenunan. Begitu juga di
Sumatera Utara hampir sebagian besar bentuk motif berasal dari, bentuk-bentuk
motif ini memiliki arti dari sesuatu yang disimbolkan ataupun yang
dilambangkan.
Menurut Sunaryo (2009:153) motif hias tumbuh-tumbuhan merupakan
motif hias yang diambil dari berbagai jenis-jenis tumbuhan seperti bentuk daun,
batang, bunga yang kemudian distilir menjadi bentuk hiasan yang merambat
bersulur meliuk ke kiri dan ke kanan.
Seperti halnya di daerah-daerah lain di Sumatera Utara, rumah adat
sebagai sumber utama ragam hias pada suku Karo, yang memiliki makna
tersendiri sesuai dengan adat istiadat tradisional suku Karo. Ragam hias ini
sebagai hiasan yang ditempelkan pada rumat adat karo. Selain itu ada juga yang
berfungsi sebagai penguat bangunan rumah adat tersebut. Makna yang terkandung
pada bentu ragam hias suku Karo, ada yang mempunyai arti magis penolakan bala
berupa hantu, kekutan guna-guna dan roh-roh jahat.
Hiasan-hiasan yang terdapat pada rumah adat Karo diantaranya adalah
ragam hias motif tumbuhan. Motif tumbuhan pada ragam hias suku Karo tidak
178
terlalu banyak, hanya terdapat tiga jenis. Menurut Siarait Baginda (1980:108)
ragam hias motif tumbuhan pada suku Karo hanya memiliki tiga jenis, gerga takal
dapur-dapur, gerga embun sikawiten, dan gerga bunga gundur dan pantil.
Bentuk motif yang berbentuk tumbuhan banyak terdapat pada ornamen
tradisional Melayu. Bentuk tersebut distilir dari bentuk-bentuk dasar tumbuh-
tumbuhan yang biasanya merupakan perwujudan dari daun, batang, bunga,
maupun dari tumbuhan yang merambat. Bentuk motif ragam hias tersebut
berbentuk tumbuh-tumbuhan juga banyak mengambil bentuk dasar bunga.
Misalnya : ornamen bunga ketola, bunga lawang, bunga cengkeh, bunga matahari
dan lain-ain.55
Salah satu bentuk motif flora suku melayu adalah pucuk rebung. Bentuk
motif melayu ini mengandung makna dan falsafaf yang mengacu kepada sifat
asal dari setiap sumber, dipadukan dengan nilai kepercayaan dan budaya. Motif
pucuk rebung mempunyai arti sesuai dengan namanya yang berarti tunas bambu.
Motif ini melambangkan sebagai sesuatu kekuatan yang muncul dari dalam, yaitu
segala sesuatu berasal dari tunasnya dari kekuatan didalamnya.
Menurut Sirait Baginda (1984:182) ornamen Tumbuh-tumbuhan
melambangkan kemakmuran. Ornamen ini terdapat pada lubang hawa bagian
dalam rumah bangsawan. Motif pucuk rebung ini hanya bisa kita lihat pada kain
tradisional. Makna simbolis sesusai dengan nama dari masing-masing bentuknya.
55 Lince Chrismi Yanti dan Azmi, Identifikasi Ragam Hias Melayu Pada Pameran Hasil
Kerajinan Cenderamata Di Arena Pekan Raya Sumatera Utara Yang Ke- 41. Unimed, 2012, hlm. 6
179
Bentuk motif flora pada suku simalungun salah satunya adalah pahu-pahu
patundal adalah tumbuhan pakis bertolak belakang. Motif pakis banyak kita
temukan dalam ragam hias Simalungun. Bentuk motif pahu-pahu patundaral
menyiratkan persatuan kesatuan yang saling menguntungkan. Sama halnya
dengan bentuk motif flora suku nias yaitu Ni’otalinga Woli-woli. Bentuknya
menyerupai tumbuhan pakis yang melambangkan kesuburan. Makna dan
simboliknya adalah suku nias dahulu menggunakan ragam hias ini untuk
melambangkan kesuburan.
Pada bentuk motif suku mandailing dinamakan bolang. Bolang atau
ornamen tradisional mandailing salah satunya adalah tumbuh-tumbuhan atau jenis
flora, seperti batang bambu yang melambangkan huta atau bona bulu; burangir
atau aropik melambangkan raja dan namora natoras sebagai tempat meminta
pertolongan; pusuk ni robung yang disebut bindu melambangkan adat dalian na
tolu atau adat markoum sisolkot.
Begitu juga bentuk motif-motif flora yang lainnya memiliki makna
simbolik yang sesuai dengan adat istiadat, kepercayaan dan kebudayaan masing-
masing.
3.6.2.2. Bentuk motif fauna
Bentuk motif fauna merupakan bentuk gambar motif yang diambil dari
hewan tertentu. Hewan pada umumnya telah mengalami perubahan bentuk atau
gaya. Beberapa hewan yang biasa dipakai sebagai objek ragam hias adalah kupu-
kupu, burung, kadal, gajah, ikan dan lain sebagainya. Bentuk motif fauna telah
180
mengalami deformasi namun tidak meninggalkan bentuk aslinya. Motif fauna
dapat dikombinasikan dengan motif flora dengan bentuk yang digayakan. Bentuk
motif ragam hias tersebut dapat dijumpai pada hasil karya batik, ukiran, anyaman,
dan tenun.
Motif hiasan berbentuk hewan pada ornamen tradisional Melayu banyak.
Ornamen tersebut telah distilirisasi sedemikian rupa dan selalu dikombinasikan
dengan pola yang berbentuk tumbuh-tumbuhan, yang biasanya perwujudan
dari:daun, batang, maupun dari tumbuhan yang merambat, juga berbentuk bunga.
Menurut Sunaryo (2009:67) pada umumnya munculnya motif hewan mengandung
maksud-maksud perlambangan.56 Motif-motif digambarkan dengan corak yang
beragam, ada yang realistis, stilisasi dekoratif, imajinatif, dan dalam bentuk
transformatif atau khayali.
56 Lince Chrismi Yanti dan Azmi, Identifikasi Ragam Hias Melayu Pada Pameran Hasil
Kerajinan Cenderamata Di Arena Pekan Raya Sumatera Utara Yang Ke- 41. Unimed,2012, hlm. 6
181
Gambar 3.14 : Bentuk Motif Fauna
Keterangan gambar dari atas: Motif Melayu “Lebah Bergantung”, Karo “Peng ret-ret”, Mandailing “Lipan”, Simalungun “Boras Pati” bawah dari kiri, Pakpak Dairi “Gogoyawa, dan Batak Toba “Boraspati”.
Bentuk motif yang terletak di bawah cucuran atap lesplang atau dan
kadang-kadang di bawah anak tangga lambang ini berpijar pada motif hiasan,
yakini ”sarang lebah” yang tergantung di dahan kayu. Motif lebah begantung
memiliki makna dan simbolik yang beragam seperti rajin, tawar penyakit,
begagan, beturai, bersyahadat, namun apa bila musuh menjual pantang tak dibeli
dan selalu mendatangkan kebaikan.
182
Motif bentuknya deformasi gambar cecak, dengan kepala kiri dan kanan.
memiliki arti simbolik dalam masyrakat Karo dianggap sebagai simbol kekuatan,
penangkal roh jahat ataupun tolak bala, dan juga simbol persatuan masyarakat
Karo dalam menyelesaikan suatu masalah. Motif pengretret pada ayo rumah
ukurannya yang lebih kecil dari pada yang ada di derpih. Ukuran tersebut
disesuaikan dengan luas bidangnya. Fungsinya telah dijelaskan di depan yakni
sebagai lambang penangkal kekuatan jahat masuk ke dalam dan menyerang
penghuni rumah.57 Disamping itu fungsi fisik bagi rumah adat Karo sebagai
pengikat atau sebagai paku pada dinding rumah sehingga menjadi kuat.
Pada suku mandailing bentuk motif lipan melambangkan asas
permusyawaratan untuk mufakat. Makna simbolik merupakan setiap keputusan
yang dihasilkan berdasarkan musyawarah bersama untuk mufakat merupakan
landasan hukum yang memiliki kekuatan tetap dan bersifat memaksa.58
Bentuk motif fauna pada suku pakpak dairi ditorsi bentuknya hampir sama
dengan motif fauna karo, namun penyebutan nama saja yang berbeda yaitu
Boraspati. Nama bentuk motif ini juga sangat serupa denga motif fauna Batak
Toba. Walaupun demikian makna simbolis masing-masih suku berbeda, sesuai
dengan kepercayaan serta adat istiadat daerah masing-masing.
3.6.2.3. Bentuk motif geometris
57 Fuad Erdansyah, Simbol Dan Pemaknaan Gerga Pada Rumah Adat Batak Karo Di
Sumatra Utara, Medan, Jurnal Seni Rupa FBS Unimed, 131 58Devi Apriani, Makna Simbol-Simbol Arsitektur Bangunan Bagas Godang Dan Sopo
Godang Pada Etnik Mandailing, Medan, Unimed, 4
183
Bentuk motif geometris merupakan motif hias yang dikembangkan dari
bentuk-bentuk geometris dan kemudian digayakan sesuai dengan selera dan
imajinasi pembuatnya. Bentuk motif geometris dapat dijumpai di seluruh
Indonesia, seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Gambar 3.15 : Beberapa Bentuk Motif Geometris Seni Rupa Etnik
Mandailng Sumatera Utara
Bentuk motif geometris suku mandailing Keterangan gambar dari atas Burangir/Aropik, Sipatomu-tomu dan Rudang
Motif berbentuk geometris pada ornamen Melayu dibuat secara ilmu ukur
dan selalu simetris. Ornamen yang berbentuk geometris misalnya: ornamen jala-
jala, ornament ricin wajid, ornamen yang terdapat pada kisi-kisi (jerejak),
ornamen sinar mata hari pagi, ornamen tampuk pinang, ornamen lebah gantung
dan lain-lain.
184
Disamping bentuk-bentuk yang abstrak murni, motif geometris adakalanya
menggambarkan objek-objek tertentu, tetapi karena bentuknya sudah sedemikian
jauh mengalami pengubahan sehingga sulit dikenali objek asalnya, maka motifnya
menjadi tampak abstrak.59 Motif geometris abstrak murni banyak terdapat pada
anyam, perulangan garis zigzag, perulangan bidang lingkaran atau segi tiga
(Sunaryo, 2009:19).
Bentuk motif geometris dapat dibuat dengan menggabungkan bentuk-
bentuk geometris ke dalam satu motif ragam hias. Di wilayah Sumatera Utara
bentuk motif geometris banyak dijumpai pada suku mandailing. Ornamen yang
terdapat pada bagas godang dan sopo godang nama rumah adat suku mandailing,
berupa garis-garis geometris atau garis lurus kecuali yang menggambarkan benda-
benda alam, seperti matahari, bulan dan bintang serta bunga. Fungsi utama dari
ornamen tersebut bukan sekadar sebagai hiasan, tetapi berfungsi simbolik untuk
menunjukkan banyak hal yang berkaitan dengan nilai budaya dan pandangan
hidup masyarakat Mandailing.60
Pada suku lain seperti Batak Toba bentuk motif geometris, salah satunya
adalah Gorga ipon-ipon, pada hakekatnya tidaklah semua gorga ipon-ipon
berbentuk gigi tetapi beberapa motif berbentuk dekoratif semata. Namun secara
visualisasi bentuk gorga ipon-ipon adalah bentuk geometris. Salah satu dari
bentuk geometris itu berbentuk segitiga sama kaki yang dibuat berulang-ulang
59Lince Chrismi Yanti dan Azmi, Identifikasi Ragam Hias Melayu Pada Pameran Hasil
Kerajinan Cenderamata Di Arena Pekan Raya Sumatera Utara Yang Ke- 41. Unimed, 6 60Devi Apriani, Makna Simbol-Simbol Arsitektur Bangunan Bagas Godang Dan Sopo
Godang Pada Etnik Mandailing, Medan, Unimed, 4
185
sehingga menyerupai gigi atau berbentuk taring. Berdasarkan hubungan bentuk
alamiah, ipon-ipon merepresentasikan bentuk susunan gigi dengan keberadaan
gorga ipon-ipon dimaksud hanya memberi fungsi sebagai menghiasi gorga yang
disertainya. Pemahaman makna simbol yang terkandung mengatakan bahwa ipon-
ipon suatu simbol kemajuan.
Gambar 3.16 : Bentuk Motif Geometris pada Gorga Batak Toba
Bentuk motif geometris Keterangan gambar dari atas motif geometris suku batak toba “Ipon-ipon, suku melayu
3.6.2.4. Bentuk Motif Figuratif
Bentuk motif figuratif berupa objek manusia yang digambar dengan
mendapatkan penggayaan bentuk. Bentuk motif figuratif biasanya terdapat pada
bahan tekstil maupun bahan kayu, yang proses pembuatannya dapat dilakukan
dengan cara menggambar. Motif figuratif banyak dijumpai di daerah timur seperti
papua.
186
Bentuk motif figurative juga terdapat dibeberapa ragam hias didaerah
Sumatera Utara, seperti batak toba, karo, pakpak dairi dan nias. Dalam bukunya
Sunarya (2009:40) yang berjudul Ornamen Nusantara menuliskan bahwa : Motif
hias berbentuk manusia atau figurative sudah ada sejak kebudayaan prasejarah.
Penggambaran motif manusia dapat dalam bentuk sosok manusia seutuhnya atau
bentuk sebagian saja.
Gambar 3.17 : Motif Figuratif
Dalam bentuk proporsi sosok manusia dapat dibuat kurus atau sangat
langsing sehingga menjadi pola-pola garis yang sangat kuat, atau dapat pula
dengan bagian kepala yang besar dengan kaki pendek. Bentuk menjadi terdistorsi
maupun terstilirisasi.
Motif tapak Raja Sulaiman adalah motif yang sangat dikenal oleh
masyarakat Batak Karo juga Simalungun. Kata Sulaiman adalah nama seorang
187
dukun sakti yang melegenda. Konon dukun tersebut mampu mengobati putri raja
yang sakit tak kunjung sembuh. Sang dukun melakukan pengobatan dengan cara
menyembelih ayam. Darah ayam tersebut digunakan untuk membuat garis di
tanah seperti melukis. Dengan cara itu kemudian putri raja tersebut sembuh, raja
kemudian memerintahkan pengawalnya untuk membuat lukisan dari darah ayam
itu pada sebidang papan. Dalam perkembangannya motif (lukisan darah) itu
dilukiskan pada bidang melmelen.61
Natogog merupakan istri dari Raja Sulaiman, sehingga penempatan gerga
ini diletakkan secara berdampingan. Erdansyah Fuad (2011:128) juga mengatakan
Gerga Bindu natogog merupakan deformasi bentuk dari Raja Sulaiman. Motifnya
berupa garis bersilang dan saling mengkait, melambangkan kekuatan kesatuan dan
keutuhan. Sebagai alat pegangan pada pintu rumah adat justru adalah cikepen
pengalo-alo. Sebagai pegangan bagi tamu yang berkunjung.
Dengan demikian bindu natogog adalah sebuah pesan mengingatkan
tentang mitos atau legenda tentang adat perkawinan yang sumbang dapat
menyebabkan bencana seperti kemarau panjang.
Motif hias manusia dalam ornamen hampir tidak ada yang di terapkan
berdiri sendiri melainkan seringkali di kombinasikan dengan motif lain. Menurut
Sirait (1984:180) pola hiasan yang berbentuk raksasa sejauh pengamatan penulis
tidak ada ditemukan. Hal ini di selaraskan dengan ketentuan-ketentuan Islam.
61Fuad Erdansyah, Simbol Dan Pemaknaan Gerga Pada Rumah Adat Batak Karo Di
Sumatra Utara, Medan, Jurnal Seni Rupa FBS Unimed, 128
188
3.7. Kajian Warna
Dalam sistem kebudayaan warna merupakan simbol-simbol ataupun
lambang-lambang yang digunakan untuk berkomunikasi, dan diterapkan pada
benda-benda menjadi sebuah tanda, begitu juga penerapan pada ornamen, yang
merupakan distorsi dari motif-motif alam. Menurut Francis D. K. Ching (2000 :
14) dalam bukunya Arsitekur bentuk ruang dan tatanan, mengatakan bahwa :
warna merupakan sebuah fenomena pencahayaan dan persepsi visual yang
menjelaskan persepsi individu dalam corak, intensitas dan nada. Selain itu Francis
D.K. Ching menyebutkan bahwa warna adalah atribut yang paling menyolok
membedakan suatu bentuk dari lingkungannya. Warna juga mempengaruhi bobot
visual suatu bentuk.
Kehadiran warna menjadikan benda dapat dilihat, dan melalui unsur warna
orang dapat mengungkapkan suasana perasaa, atau watak benda yang
dirancangnya. Warna juga menunjukkan sifat dan watak yang berbeda-beda.
Berdasarkan sifatnya dapat disebutkan sebagai warna muda, warna tua, warna tua,
warna gelap, warna redup dan warna cemerlang.
Dilihat dari macamnya, warna terdiri dari warna merah, kuning, biru dan
sebagainya, sedangkan dari segi karakternya disebutkan sebagai warna panas,
warna dingin, warna lembut, warna mencolok, warna ringan, warna berat, warna
sedih, warna gembira. Penataan warna dalam desain ornament mempunyai
189
peranan penting, karena karakternya yang akan mempengaruhi si pengamat, yang
berdampak kepada minat untuk memilikinya62
Setiap warna mampu memberikan kesan dan identitas tertentu sesuai
kondisi sosial pengamatnya. Misalnya warna putih akan memberi kesan suci dan
dingin di daerah Barat karena berasosiasi dengan salju. Sementara di kebanyakan
Negara Timur, warna putih memberi kesan kematian dan sangat menakutkan
karena berasosiasi dengan kain kafan, meskipun secara teoritis putih bukanlah
sebuah warna.
Di dalam ilmu warna, hitam dianggap sebagai ketidakhadiran seluruh jenis
gelombang warna. Sementara warna putih, dianggap sebagai representasi pada
kehadiran seluruh gelombang warna dengan posisi seimbang. Misalnya, warna
merah dan putih dalam bendera kebangsaan Indonesia masing-masing
melambangkan keberanian dan kesucian.63
Hubungan antara warna dan kebudayaan dapat dilihat dari tiga pola dalam
kebudayaan. Dasar kepercayaan kosmologi manusia peladang pada zaman dulu
menjadi landasan cara berfikirnya untuk semua hal, yakni tiga pola.
Menurut Sumardjo Yakub dalam bukunya “estetika paradoks” (2006:73)
bahwa pola tiga bertolak dari kepercayaan dualisme antagonistik segala hal.
Menurutnya langit di atas, bumi di bawah. Langit basah, bumi kering, Langit
62 Nawawi , “Analisis Penerapan Estetika Ragam Hias pada Kriya Keramik Mahasiswa
Jurusan Seni Rupa FBS-UNIMED” Jurnal Seni Rupa FBS UNIMED Vol. 2 No. 2 Desember. Hal 155-156
63Azmi “Memahami Karya Seni Rupa Kontemporer Melalui Karya Semiotika” Jurnal Seni Rupa FBS UNIMED Vol. 5 No. 2 Desember. Hal 2-3
190
perempuan, bumi lelaki. Langit terang, bumi gelap keduanya terpisah dan
berjarak.64
Jarak merupakan pemisahan yang harus diakhiri, dan harus mengawinkan
keduanya agar hidup lebih hrrmoni dari dua entitas yang bertentangan tapi saling
melngkapi. Peristiwa ini yang dimanakan dunia atas dan dunia bawah.
Bebeda dengan kaum peramu yang lebih menekankan pada pertentangan.
Harmoni ini tidak melenyapkan keduanya, tetapi mengawinkannya. Dalam
perkawinan, lelaki tetap lelaki, perempuan tetap perempuan, dan keduanya
melebur dalam satu kesatuan yang melahirkan entitas ketiga, yaitu anak dan
entitas ketiga adalah dunia tengah. Dunia tengah ini adalah penghubung antara
dunia atas dan dunia bawah.65
Sama halnya yang terjadi pada kosmologi Batak Toba, menstrukturkan
kosmologinya secara bersejajar dari atas kebawah. Pada Batak Toba dunia atas
berazazkan perempuan, dan namun didominasi oleh dunia bawah berazazkan
lelaki. Hujan memamang berasal dari langit, tetapi air langit berasal dari sungai
dan laut yang berasal dari dunia bawah.
Contoh-contoh ini menunjukan bahwa kosmologi didominasi oleh
keragaman pola tiga seperti pada kebudayaan Sunda, Minang, Batak, Melayu,
Nias, Mentawai, Madura, Nusa Tenggara, Maluku Selatan, Dayak, Sulaewsi
Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan lainnya.66
64Jakob Sumardjo, Estetika Paradoks, Bandung, Sunan Ambu Press, 73 65 Ibid, p74 66 Ibid, p79
191
Dari keterangan tersebut suku atau etnik yang menjadi 3 golongan besar di
Sumatera Utara yaitu Batak, Melayu dan Nias memakai pola tiga, yaitu dunia atas
yang lambangkan dengan warna kuning, dunia tengah yang dilambangkan dengan
warna merah dan duniah bawah yang dilambangkan dengan warna hitam.
Gambar 3.18 : Kosmologi I La Galigo
3.8. Pengaruh Unsur Budaya
Pemahaman tentang ilmu pengetahuan budaya yang mencakup disiplin-
displin yang mengkaji berbagai aspek dari apa yang diartikan dengan kebudayaan.
Konsep kebudayaan mempunyai berbagai definisi tergantung dari pada aliran
teoris yang dianutnya. Ada konsep budaya yang bersifat materialistis yang
mendefinisikan budaya sebagai sistem yang merupakan hasil dari adaptasi pada
lingkungan alam atau suatu sistem yang berfungsi untuk mempertahan kehidupan
192
masyarakat. Ada juga konsep budaya yang bersifat idealistis yang memandang
semua fenomena eksternal sebagai manifrestasi suatu sistem enternal.
Bertolak dari memikiran bahawa kebudayaan adalah suatu fenomena
social dan tidak dapat dilepaskan dari perilaku dan tindakan warga masyarakat
yang mendukung atau menghayatinya. Sebaliknya keteraturan , pola atau
konfigurasi, yang tampak pada perilaku dan tindakan warga masyarakat tertentu
dibandingkan perilaku dan tindakan warga masyarakat yang lain, tidak dapat
dipahami tanpa dikaitkan dengan kebudayaan.
Pandangan terhadap kebudayaan meliputi, 1).sebagai sistem adaptasi
terhadap lingkungan, 2).sebagai sistem tanda, 3).sebagai teks, 4).sebagai
fenomena yang mempunyai unsur fungsi, 5).menurut perspektif filsafat. Perilaku
dan tindakan berpola itu dianggap sebagai uangkapan budaya.67
Cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi merupakan budaya.68 Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni, dan kesemua itu
disimpulkan sebagai prinsip generatif semesta.
Salah satu generatif semesta adalah fakta sosial. Fakta sosial secara teoritis
sangat sulit diulang karena menghilang dengan berjalannya waktu. Akan tetapi,
mengungkap fakta tersebut dapat dilihat melalui penggunaan media tanda, baik
67 T.Christomy & Untung Yuwono, Semiotika Budaya, Depok, Universitas Indonesia,
200, hlm. 3 68 Siegfried Giedion, Space, Time and Architecture (6th ed.), p 3
193
dalam bentuk visual, verbal, kenesik, maupun proksemik yang merupakan proses
signifikasi dan komunikasi dan dtafsirkan dalam menggunakan tanda.
Tanda yang merupakan gagasan dan konsep, dapat dilihat dari simbol-
simbol yang dihadirkan melalui bentuk dan warna, direpresentasikan secara utuh
dan total, melalui sesuatu makna simbol dan lambang menjadikan suatu kualitas
dengan nilai-nilai yang ditunjukkan pada sebuah logo.
Di dalam uraian pandangan-pandangan tersebut sebagai pengantar pada
pembahasan yang berhubungan dengan penelitian, pada penelitian ini budaya
sebagai latar belakang ataupun sebagai identitas, agar dapat dibedakan sumber
kepemilikan logo tersebut.
3.8.1. Sebagai sistem tanda
Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat kerancuan pandangan antara tanda
dan simbol. Istilah tanda dan simbol sering digunakan dalam arti yang sama dan
penggunaannya berubah-ubah. Hal ini terjadi karena hubungan kedua istilah
tersebut erat dan batas-batasannya sangat erat. Akibatnya penggunaan kata tanda
dan simbol tumpang tindih karena perbedaan dari sudut pandang dalam menyikapi
konsep kedua istilah tersebut.
Menurut Darmojo (2005:28), Tanda tidak memiliki sifat merangsang
perasaan seseorang, cenderung univocal dan tertutup dan tidak berpartisipasi
194
dalam realitas yang ditinadakan juga secara sematis tanda memiliki sifat
tertutup.69
Tanda terdiri atas yang menandai (penanda) dan yang ditandai (petanda).
Baik penanda maupun petanda tidak dapat dipisakan satu dari yang lainnya,
seakan-akan yang kedua adalah sisi sebelah dari yang pertama, ibarat kedua sisi
sehelai kertas, helai kertas itu sendiri adalah tanda. Baik penanda dan petanda
bersifat mental; penanda adalah citra bunyi dan petanda adalah gagasan atau
konsep.70
Penegrtian tanda cukup rumit, akan tetapi secara umum pengertian tentang
tanda dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian besar dwipihak (dyadic) dan
tripihak (triadic).71 Defenisi dyalic bahwa tanda sebagai konsep dan bentuk. logo
adalah sebuah kata yang mendeskripsikan makna gambar ataupun tanda.
3.8.2. Makna simbol
Pembahasa tentang simbol dapat dilihat dari budaya masyarakat, manusia
sejak lahir sampai meniggal dipenuhi dengan upacara, dengan berbagai macam
simbol yang menyertainya. Hal ini jelas dalam tradisi jawa, misalnya dirumah
orang yang meninggal dipasang lampu teplok atau lampu listrik yang tetap
dinyalakan. Maksudnya agar orang yang meninggal dunia mendapat jalan yang
terang sampai di tujuan kembali kepada Tuhan. Bagi orang tionghoa, air dianggap
69 Darmojo, Sistem simbol dalam Munaba Waropen Papua, Jakarta, Pusat Bahasa
Departeman Pendididkan Nasional,28 70 T.Christomy & Untung Yuwono, Semiotika Budaya, Depok, Universitas Indonesia,20 71 Ibid, pvii
195
sebagai simbol keberuntungan, karena air disamakan dengan simbol harta dan
kekayaan. Adanya air yang mengalir melewati pintu atau gerbang utama rumah,
sama seperti menerima berlimpah ruahnya harta dan kekayaan.
Menurut pendapat Sobur Alex, dalam bukunya, “Semiotika Komuniksi”
(155) menjelaskan bahwa, secara etimologis istilah “simbol” berasal dari kata
Yunani yaitu “sym-ballein” yang berarti melempar bersama suatu (benda,
perbuatan) dikaitkan dengan suatu ide.72. Simbol juga sering di artikan sebagai ciri
yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang, dan biasanya simbol terjadi
berdasarkan metonimi yakni nama untuk benda lain yang berasosiasi atau menjadi
adtributnya. (Misalnya Si kaca mata untuk seseorang yang berkaca mata).
Pemakain kata atau ungkapan yang memiliki unsur metaforo untuk objek atau
konsep lain berdasarkan kias atau persamaan (misalnya kaki gunung, kaki meja,
yang berdasarkan pada kaki manusia).
Dalam pemikiran dan praktik keagamaan, simbol lazim dianggap sebagai
pancaran realitas transenden. Dalam sistem pemikiran logika dan ilmiah, lazimnya
istilah simbol dipakai dalam arti tanda abstrak.
Dalam beberapa pengertian, “simbol” diartikan sebagai berikut : simbol
adalah sesuatu yang biasanya merupakan tanda yang terlihat yang menggantikan
gagasan atau objek. Simbol adalah kata, tanda atau isyarat, yang digunakan untuk
mewakili sesuatu yang lain seperti arti, kualitas, abstraksi, gagasan, dan objek.
72 Alex Sobur, “Semiotika Komunikasi”,Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm
155
196
Simbol adalah apapun yang diberikan arti dengan pesetujuan umum dan atau
dengan kesepakatan atau kebiasaan.
Dalam peristilahan modern seringkali setiap unsur dari suatu sistem tanda-
tanda disebut simbol. Dengan demikian orang berbicara tentang logika simbolik.
Dalam arti yang tepat simbol dapat dipersamakan dengan citra (image) dan
menunjuk pada suatu tanda indrawi dan realitas supraindrawi. Tanda-tanda
indrawi pada dasarnya, memiliki kecendurungan tertentu untuk menggambarkan
realitas supraindrawi. Dalam suatu komunitas tertentu tanda-tanda indrawi
langsung dapat dipahami.. Apabila sebuah objek tidak dapat dimengerti secara
langsung dan penafsiran objek tersebut tergantung pada proses-proses pikiran
rumit, maka orang akan lebih suka berbicara secara alegoris.
3.8.3. Makna lambang
Lambang adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukan sesuatu tanda.
Berdasarkan kesepakatan sekelompok orang (konvensi). Lambang meliputi kata-
kata (pesan verbal), perilaku non verbal, dan objek yang maknanya disepakati
bersama. Kemampuan manusia menggunakan lambang verbal memungkinkan
perkembangan bahasa dan menangani hubungan antara manusia dan objek (baik
nyata maupun abstrak) tanpa kehadiran manusia atau objek tersebut.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, lambang adalah sesuatu seperti tanda
(lukisan, perkataan, lencana dan sebagainya) yang menyatakan sesuatu hal atau
mengandung maksud tertentu. Menurut Ensiklopedia Indonesia lambang adalah
197
suatu tanda atas dasar kesepakatan atau persetujuan bersama (meliputi juga
semboyan dan kata-kata sandi) serta berbagai tanda umumnya.
Lambang-lambang bahasa, baik lisan maupun tulisan disebut lambang
verbal. Sedangkan lambang-lambang lainnya yang bukan bahasa disebut lambang
non verbal. Lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan sesuatu hal
atau mengandung maksud tertentu. Lambang merupakan tanda-tanda yang dipakai
untuk menyampaikan pesan di dalam komunikasi.
Lambang adalah alat untuk mempergaruhi komunikan, dapat juga
menjadikan seseorang menjadi paham akan pesan yang disampaikan.
Berhubungan dengan hal tersebut, lambang adalah alat untuk menjadikan
pengertian terhadap pesan-pesan yang disampaikan juga sebagaa alat untuk
penghubung komunikator dengan komunikan. Seiring dengan pembahasan
tersebut lambang adalah alat untuk mencapai suatu tujuan komunikasi.
Pada dasarnya lambang merupakan suatu situasi dan kondisi yang bersifat
lahir dan batin, yang dialami ketika berkomunikasi, menurut Sobur Alex, dalam
bukunya “Semiotika Komunikasi”, lambang yang merupakan bagian dari dunia
makna manusia dengan tanda yang alamiah (natural sign) yang merupan bagian
dari dunia fisik. Yang pertama digunakan dengan sengaja sebagai sarana
komunikasi; yang kedua digunakan secara spontan dan tidak disengaja dalam
merespon stimuli.73
Berdasarkan pembahasan di atas, bahwa makna tanda alamiah ditemukan,
karena bagian dari hukum sebab akibat alam, seperti : lambang gerak yang
73 Alex Sobur, “Semiotika Komunikasi”,Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 163
198
menggunakan gerakan anggota badan, misalnya muka merah itu tandanya malu
atau marah, lambang suara yang menggunakan pendengaran (telinga) misalnya,
berteriak, menangis, lambang yang menggunakan warna-warna, misalnya lampu
merah di dalam lalu lintas adalah merupakan tanda berhenti bagi semua
kendaraan, lambang gambar yang menggunakan gambar-gambar, misalnya
gambar lalu lintas menggunakan gambar-gambar yang mempunyai arti tertentu,
lambang yang menggunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan. Bahasa lisan
adalah bahasa yang dilisankan, diucapkan atau dibunyikan, contohnya terdengar
nada lagu, irama. Sendangkan lambang tertulis adalah lambang yang ditulis,
lambang angka yang menggunakan angka angka, misalnya alat-alat menghitung ,
mistar, meteran, kode-kode telepon.
Lambang adalah alat komunikasi yang selalu memegang peranan penting,
sehingga manusia berkat kemampuan akalnya dan pengetahuannya mampu
menciptakan lambang-lambang yang dipergunakan dalam berkomunikasi,
sehingga lambang memberikan penegasan, bahwa penggunaan lambang akan
efektif apabila pihak pelaku komunikasi mempergunakan lambang-lambang yang
saling dipahami satu sama lainnya denga kesepakatan (konvensi). Lambang-
lambang itu hanya merupakan alat-alat untuk mencapai tujuan tertentu di dalam
berkomunikasi.
3.8.4. Perbedaan Simbol, Lambang, dan Logo
Logo merupakan kata yang mendeskripsikan makna gambar dan makna
tanda, serta mencerminkan ekspresi identitas karakter seseorang, perusahaan,
199
produk, atau jasa yang diwakili oleh budayanya. Dalam hal lainnya logo juga
membutuhkan sesuatu kata atau tulisan yang singkat dan mudah diingat sebagai
pengganti dari nama sebenarnya atau identitas.
Logo memiliki filosofi dan kerangka dasar berupa konsep dengan tujuan
melahirkan sifat yang berdiri sendiri atau mandiri. Logo lebih lazim dikenal oleh
penglihatan atau visual, seperti ciri khas berupa bentuk, warna dan typografi yang
sesuai dengan ekspresi identitas yang mencerminkan karakter seseorang,
perusahaan, produk, atau jasa yang diwakili oleh budayanya.
Berdasarkam pembahasan sebelumnya antara makna simbol, lambang dan
logo, dapat di simpulkan bahwa perbedaan antara ketiganya terletak pada makna
yang dihadirkan dalam konteks penyesuaian kebutuhan dari ekperesi identitas
yang mencerminkan karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang
diwakili oleh budayanya.
Pemahaman yang paling tepat adalah bahwa di dalam logo terdapat
simbol-simbol serta lambang yang dapat ditafsirkan ataupun diterjemahkan sesuai
dengan identitas yang mencerminkan karakter seseorang, perusahaan, produk,
atau jasa yang diwakili oleh budanya, dan menjadi sebuah tanda. Dapat dilihat
pada contoh gambar di bawah ini.
200
Gambar 3.19 : Contoh Gambar Perbedaan antara Simbol, Lambang, dan Logo
Pada gambar di atas merupakan contoh perbedaan antara simbol, lambang
dan logo. Contoh yang pertama, gambar. (a) simbol. Bentuk tersebut merupakan
gambar buah apel yang dililit pita yang disimpul. Bentuk gambar ini merupakan
sebuah hadiah, karena apabila sesuatu yang sederhana dikemas dengan special
benda tersebut akan menjadi lebih bermakna. Begitu juga dengan lilitan pita yang
disimpul berada pada benda tersebut. Benda apapun yang dikemas dengan lilitan
pita bersimpul bermaknakan sebuah hadiah. Pita merupakan makna konotatif dari
sebuah gagasan dengan pesetujuan umum dan atau dengan kesepakatan atau
kebiasaan.
Seperti yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya bahwa dalam
pemikiran dan praktik keagamaan, simbol lazim dianggap sebagai pancaran
realitas transenden. Dalam sistem pemikiran logika dan ilmiah, lazimnya istilah
simbol dipakai dalam arti tanda abstrak. Karena simbol adalah gagasan atau objek
yang merupakan kata, tanda atau isyarat, yang digunakan untuk mewakili sesuatu
yang lain seperti arti, kualitas, abstraksi, gagasan, dan objek. Juga merupakan
201
apapun yang diberikan arti dengan pesetujuan umum dan atau dengan kesepakatan
atau kebiasaan.
Pada gambar (a) ada gagasan yang merupakan untuk mewakili sesuatu
yang lain berupa pita yang dililit dan disimpul pada buah apel. Gagasan tersebut
memberikan arti dengan pesetujuan umum dan atau dengan kesepakatan atau
kebiasaan. Kebiasan yang lazim dimasyarakat bahwa ketika memberi suatu hadiah
kepada orang lain benda tersebut dibungkus ataupun dikemas sedemikian rupa
agar kelihatan indah, alasannya agar yang menerima hadiah sangat senang.
Banyak juga perusahan-perusahaan yang memberikan hadiah dengan cara
undian, misalnya bentuk hadiah yang besar berupa mobil, perusahan tersebut
langsung melilit mobil tersebut dengan pita yang bersimpul, sudah jelas makna
konotatifnya pita yang melilit pada mobil dan disimpul adalah simbol dari sebuah
hadiah. Jadi dari contoh gambar (a). bentuk apel yang dililit pita dan diberi simpul
merupakan contoh dari sebuah simbol.
Contoh yang kedua, gambar. (b) lambang. Gambar tersebut merupakan
bentuk buah apel yang memiliki warna sesuai dengan warna apel tersebut yaitu
merah. Bentuk gambar buah merupakan alat komunikasi yang dapat dicerna akal
manusia dan berkat pengetahuannya manusia mampu menafsirkan bahwa bentuk
apel yang berwarna merah merupakan lambang sebuah rasa. Apabila bentuk
gambar tersebut diletakan pada kemasan sebuah produk, gambar apel tersebut
telah memberikan penegasan, bahwa penggunaan gambar apel pada sebuah
produk tersebut melambangkan sebuah rasa yaitu rasa apel.
202
Pada pembahasan sebelumnya lambang merupakan alat komunikasi yang
selalu memegang peranan penting, sehingga manusia berkat kemampuan akalnya
dan pengetahuannya mampu menciptakan lambang-lambang yang dipergunakan
dalam berkomunikasi, sehingga lambang memberikan penegasan, bahwa
penggunaan lambang akan efektif apabila pihak pelaku komunikasi
mempergunakan lambang-lambang yang saling dipahami satu sama lain.
Makna denotatif pada bentuk apel yang berwarna merah merupakan
makna sebenarnya pada rasa buah apel yang segar. Jadi pada bentuk gambar apel
yang berwarna merah merupakan lambang dari sebuah rasa.
Contoh gambar (c).logo. Pada gambar tersebut terdapat distorsi bentuk
buah apel yang pada sisi kanannya terdapat sebuah gigitan. Penambahan pola
gigitan pada samping kanan buah didasari atas alasan visual, agar buah itu terlihat
seperti apel, bukan ceri, bukan pula tomat, apabila logo ditempatkan pada bentuk
yang sangat kecil.
Pola gigitan pada buah apel itu dipandang akan dialami semua orang dan
lintas budaya. Jika seseorang memiliki apel, maka ia akan menggigit dari samping
dan mereka akan mendapatkan hasilnya, dalam hal ini daging buahnya.
Salah seorang direktur kreatif di kantor RMI, memberi memahami bahwa
kata “Bite” yang berarti gigitan, pengucapannya sama seperti “Byte,” yaitu sebuah
unit informasi digital dalam sistem komputasi dan telekomunikasi.
Dalam hal ini bentuk apel dapat dimaknai sebagai lambang, dan bentuk
gigitan merupakan sebuah simbol. Kesemua bentuk-bentuk tersebut merupakan
kreteria dari sebuah logo.
203
Seperti yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya bahwa logo
memiliki filosofi dan kerangka dasar berupa konsep dengan tujuan melahirkan
sifat yang berdiri sendiri atau mandiri dan dikenal oleh penglihatan atau visual,
seperti ciri khas berupa bentuk, warna dan typongafi. Dan di dalam logo terdapat
makna bentuk yang disimbolkan dan peranan warna yang dilambangkan, serta
dapat juga dibubui bentuk typografi, kesemuanya bertujuan memperkuat identitas
yang menghasilkan sebuah tanda. Karena di dalam sebuah logo terdapat makna
simbol dan makna lambang.
Dengan demikian sudah jelas perbedaan antara simbol, lambang dan logo,
bahwa simbol dan lambang yang terdapat dalam sebuah logo sebagai
menyampaikan informasi brand kepada publik, mempengaruhi pemikiran atau
pendapat publik terhadap brand, serta merubah perilaku publik untuk mewujudkan
tujuan brand. Logo mampu mengatakan banyak hal mengenai brand. Setiap
elemen-elemen yang terdapat dalam logo saling mendukung untuk mempengaruhi
pandangan publik terhadap brand, bentuk, warna, dan teks, semuanya akan
menjadi informasi-informasi yang menjelaskan identitas logo tersebut.
204
204
BAB IV
ANALISIS MAKNA BENTUK DAN PERANAN WARNA LOGO
CIPTAAN PARA MAHASISWA POLIMEDIA MEDAN
Pada bab ini, untuk meminimalisasi kendala-kendala yang terjadi di
lapangan, penulis mengidentifikasi masalah yang akan diteliti, merumuskan
masalah yang akan dikaji dan menentukan tujuan yang akan dicapai dari
penelitian tersebut.
Hasil penelitian ini diperoleh dengan teknik kuesioner, teknik
pengumpulan data dengan kuesioner akan memberikan seperangkat pertanyaan
tertulis atau soalan yang merupakan penciptaan desain logo, analisis ini terfokus
pada 50 orang (dua kelas) mahasiswa program studi multimedia polimedia
dengan batasan semester II kelas A dan B Politeknik Negeri Media Kreatif
Medan pada mata kuliah MDG I yang menjadi sample dan dikaitkan dengan
rumusan masalah.
Agar penelitian ini lebih objektif dan akurat, pertanyaan atau soalan
tertulis tersebut merupakan menciptakan desain logo batik dengan motif
sumatera utara. Hasil karya logo dari 50 orang (dua kelas) mahasiswa program
studi multimedia, yang akan di uraikan secara deskriptif sesuai dengan
permasalahan yang telah dirumuskan pada Bab I, yaitu, Logo Sebagai Tanda
205
205
(Analisis Makna Bentuk Dan Peranan Warna Serta Pengaruh Ekspresi Identitas
Pada Hasil Ciptaan Mahasiswa Politiknik Negeri Media Kreatif Psdd Medan).
Pada pembahasan ini hanya 20 karya logo yang memiliki kreteria logo yang baik
saja yang akan dijadikan sampel
Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan
data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis yang dasari oleh orang atau perilaku
yang diamati. Pendekatannya diarahkan pada 50 karya logo dari hasil ciptaan
mahasiswa Polimedia PSDD Medan dan hanya 20 karya logo yang memiliki
kreteria logo yang baik saja yang akan dijadikan sampel.
Jadi, tidak dilakukan proses isolasi pada objek penelitian ke dalam
variabel atau hipotesis. Tetapi memandangnya sebagai bagian dari suatu
keutuhan.
Untuk tahap analisis, yang dilakukan oleh peneliti adalah membuat
soalan pertanyaan untuk pengumpulan data, observasi, dan dokumentasi dan
analisis data yang dilakukan sendiri oleh peneliti. Untuk pengumpulan data,
peneliti menggunakan beberapa tahap:
1. Pertama membuat soal untuk menciptakan desain logo sesuai dengan kreteria
logo yang baik.
2. Kedua, melaksanakan proses pembuatan desain logo kepada mahasiswa
Polimedia PSDD Medan guna menjadi data pendukung.
3. Ketiga melakukan dokumentasi langsung dilapangan untuk melengkapi data-
data yang berhubungan dengan penelitian
206
206
4. Keempat, memindahkan data penelitian yang berbentuk data dan gambar dari
semua karya desain logo kepada mahasiswa Polimedia PSDD Medan.
5. Kelima, menganalisis hasil karya desain logo kepada mahasiswa Polimedia
PSDD Medan yang telah dilakukan.
4.1. Deskripsi Bentuk Berdasarkan Teori Nirmana
4.1.1. Bentuk Logo Karya Pencipta 1 (Ade Fitria Ningsih)
Identitas mahasiswi pencipta logo ini, adalah seperti berikut.
Nama Mahasiswa : Ade Fitria Ningsih
NIM : 15810027
Program Studi : Multimedia kelas A
Mata Kuliah : Media Digital Grafis I
Tanggal : 14 Januari 2016
Latar belakang kultural : Mandailing-Angkola
Bentuk logo ciptaannya adalah sebagai berikut.
207
207
Gambar 4.1 : Desain Logo Batik Motif Angkola-Mandailing
oleh Ade Fitria Ningsih
Deskripsi logo.
a. Konsep : Logo merupakan inisial dari 5 nama si pemilik, kelima
nama tersebut memiliki kesamaan persis yaitu “Amir”
yang membedakan adalah marga dari kelima si pemilik
yaitu Nasution, Harahap, Lubis, Daulay, dan Siregar.
Konsepnya mencirikan batik yang berasal dari daerah
mandailing propinsi sumatera utara.
b. Warna : Warna yang dihadirkan yaitu hitam, merah, dan putih
yang merupakan ciri dari masyarakat Batak dalam hal ini
adalah suku Angkola-Mandailing.
c. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf arial
d. Motif Logo : Mandailing-Angkola
208
208
e. Desain : Desain logo batik motif Mandailing-Angkola.
4.1.2. Bentuk Logo Karya Pencipta 2 (Aditya Chansa M)
Nama Mahasiswa : Aditya Chansa M
NIM : 15810145
Program Studi : Multimedia kelas B
Mata Kuliah : Media Digital Grafis I
Tanggal : 14 Januari 2016
Latar Belakang Kultural : Batak Toba
Bentuk logo ciptaannya adalah sebagai berikut.
Gambar 4.2 : Desain Logo Batik Motif Batak Toba
oleh Aditya Chansa M.
209
209
Deskripsi logo.
a. Konsep : Logo ini terinspirasi dari rumah adat Batak Toba Sumatera
Utara
c. Warna : Warna yang dihadirkan yaitu hitam, merah dan putih yang
merupakan ciri dari suku Batak khususnya suku Batak
Toba.
d. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf tabatha heavy dan rage itali.
e. Motif Logo : Batak Toba
f. Desain : Logo batik motif Batak Toba
4.1.3. Bentuk Logo Karya Pencipta 3 (Agnes Ramadhani)
Nama Mahasiswa : Agnes Ramadhani
NIM : 15810085
Program Studi : Multimedia kelas A
Mata Kuliah : Media Digital Grafis I
Tanggal : 14 Januari 2016
210
210
Gambar 4.3 : Desain Logo Batik Motif Batak Toba
oleh Agnes Ramadhani
Deskripsi logo.
a. Konsep : Menciptakan batik dengan motif sumatera utara
c. Peranan Warna : Warna ciri khas batak yang merupakan perwakilan daerah
sumatera utara yaitu hitam, merah dan putih yang
merupakan ciri dari suku batak khususnya suku batak
toba.
d. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf comik
e. Motif Logo : Sumatera Utara
f. Desain : Logo batik motif sumatera utara
4.1.4. Bentuk Logo Karya Pencipta 4 (Agung Nugraha)
Nama Mahasiswa : Agung Nugraha
NIM : 15810223
211
211
Program Studi : Multimedia kelas B
Mata Kuliah : Media Digital Grafis I
Tanggal : 14 Januari 2016
Gambar 4.4 : Desain Logo Batik Motif Tembakau Deli
oleh Agung Nugraha
Deskripsi logo.
a. Knsep : Batik Deli. Tembakau deli yang telah mendunia sejak
dulu, akan dijadikan simbol pada logo ini, dan juga
melambangkan kesultanan deli yang istananya masih
berdiri megah dijantung kota medan.=
c. Peranan Warna : Warna hijau muda dan hijau tua selain berperan sebagai
warna tenbakau juga melambangkan tumbuh dan
berkembang, warna ini juga merupakan salah ciri dari
warna melayu, yang juga menghadirkan kenyamana
212
212
dengan warna yang sengaja didesain lembut. Sesuai
dengan identik melayu yaitu islami.
d. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf Segoe UI Semibold dan Zygo
e. Motif Logo : Tembakau deli
f. Desain : Logo batik motif tembakau deli
4.1.5. Bentuk Logo Karya Pencipta 5 (Bayu Irgi Fahrizal)
Nama Mahasiswa : Bayu Irgi Fahrizal
NIM : 15810201
Program Studi : Multimedia kelas B
Mata Kuliah : Media Digital Grafis I
Tanggal : 14 Januari 2016
213
213
Gambar 4.5 : Desain Logo Baytik (Bayu Batik) Motif Melayu
oleh Agung Nugraha
Deskripsi logo.
a. Konsep : Sumut Baytik yang berarti sebuah perusahan batik yang
berdiri di sumatera utara. Baytik adalah nama dari
perusahaan ini yang diambil dari nama sang pemilik yaitu
BAY artinya BAYU dan TIK artinya BATIK, jadi dapat
diartikan sebagai bayu batik sumatera utara, atau disingkat
dengan SUMUT BAYTIK.
b. Peranan Warna : Warna hijau kebiruan merupakan warna mordenisasi
yanhg warna ini juga merupakan salah ciri dari warna
melayu, yang juga menghadirkan kenyamanan
c. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf Crame
d. Motif Logo : Melayu
e. Desain : Logo bayu batik
214
214
4.1.6. Bentuk Logo Karya Pencipta 6 (Cepen Firmus G)
Nama Mahasiswa : Cepen Firmus G
NIM : 15810221
Program Studi : Multimedia kelas A
Mata Kuliah : Media Digital Grafis I
Tanggal : 14 Januari 2016
Gambar 4.6 : Desain Logo Cepen Batik Motif Melayu
oleh Cepen Firmus G
Deskripsi logo.
a. Konsep : Kain songket. Proses tenun pada pembuatan kain songket,
akan di ubah menjadi teknik batik, tetapi tidak mengurai
nilai dan keindahan kain songket tersebut.
b. Peranan Warna : Warna hijau merupakan salah ciri dari warna melayu,
yang juga menghadirkan kenyamanan.
215
215
c. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf arial black
d. Motif Logo : Melayu
e. Desain : Logo batik motif Melayu
4.1.7. Bentuk Logo Karya Pencipta 7 (Fita Elfatisi Purba)
Nama Mahasiswa : Fita Elfatisia Purba
NIM : 15810027
Program Studi : Multimedia kelas A
Mata Kuliah : Media Digital Grafis I
Tanggal : 14 Januari 2016
Gambar 4.7 : Desain Logo Batik Motif Bunga
oleh Fita Elfatisia Purba
216
216
Deskripsi logo.
a. Konsep : Mdnciptakan keindahan dari alam Indonesia yaitu dengan
menggunakan bunga sebagai ciri chas batik tersebut.
b. Peranan Warna : Warna biru muda dan merah muda merupakan warna
yang cerah, dan juga melambangkan keindahan. Warna
yang dihadirkan sangat elambut bukan berarti lemah, dasar
dari kedua warna ini adalah merah dan biru yang
merupakan warna yang kuat dan dan dinamis sesuai
dengan tujuan perusahan.
c. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf arial black
d. Motif Logo : Bunga
e. Desain : Logo batik motif bunga
4.1.8. Bentuk Logo Karya Pencipta 8 (Hasalan P. Samosir)
Nama Mahasiswa : Hasalan P. Samosir
NIM : 15810158
Program Studi : Multimedia kelas B
Mata Kuliah : Media Digital Grafis I
Tanggal : 14 Januari 2016
217
217
Gambar 4.8 : Desain Logo Batik Motif Ulos Toba Samosir
oleh Hasalan P. Samosir
Deskripsi logo
a. Konsep : Logo melambangkan bahwa batak memiliki keberanian
dan keberagaman, dan melakukan berbagai hal.
b. Peranan Warna : Warna merah melambangkan sifat orang batak keras
tetapi bukan berarti kasar, juga melambangkan
kebijaksanaan. Merah juga melambangkan darah yang
merupakan unsur dari ulos. Hitam melambangkan
kekuatan dan hal-hal mistis. Orang batak terutama
didaerah samosir sangat terkenal dengan mistisnya. Selain
itu semua warna yang dihadirkan pada logo merupakan
warna ciri khas dari suku batak.
c. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf arial black
d. Motif Logo : Ulos toba samosir
218
218
e. Desain : Logo batik motif ulos toba samosir
4.1.9. Bentuk Logo Karya Pencipta 9 (Iqbal Rizki)
Nama Mahasiswa : Iqbal Rizki
NIM : 15810235
Program Studi : Multimedia kelas B
Mata Kuliah : Media Digital Grafis I
Tanggal : 14 Januari 2016
Gambar 4.9 : Desain Logo Batik Motif Bunga
oleh Iqbal Rizki
Deskripsi logo
a. Konsep : Logo melambangkan salah satu jenis bunga yang ada di
Sumatera Utara dan sudah langka, Karena kelangkaannya
219
219
tersebut memiliki indahan dan memiliki warna yang sanat
cantik
b. Peranan Warna : Warna logo terdiri dari tiga warna primer atau dasar yaitu
merah, kuning dan biru.
c. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf arial black
d. Motif Logo : Bunga raya
e. Desain : Logo batik motif bunga raya
4.1.10. Bentuk Logo Karya Pencipta 10 (Masnur Pardede)
Nama Mahasiswa : Masnur Pardede
NIM : 15810034
Program Studi : Multimedia kelas A
Mata Kuliah : Media Digital Grafis I
Tanggal : 14 Januari 2016
Gambar 4.10 : Desain Logo Batik Melayu Langkat
oleh Masnur Pardede
220
220
Deskripsi logo
a. Konsep : Logo merupakan kunci dari brand perusahaan
b. Peranan Warna : Warna logo terdiri dari dua warna yaitu hijau muda dan
hijau tua, melambangkan tumbuh dan berkembang juga
merupakan ciri khas dari daerah asal memilik. Langkat
identic dengan melayu
c. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf Edmunds.
d. Motif Logo : Ornamen melayu langkat
e. Desain : Logo batik motif melayu langkat
4.1.11. Bentuk Logo Karya Pencipta 11 (Menanti Sitohang)
Nama Mahasiswa : Menanti Sitohang
NIM : 15810202
Program Studi : Multimedia kelas B
Mata Kuliah : Media Digital Grafis I
Tanggal : 14 Januari 2016
221
221
Gambar 4.11 : Desain Logo Batik Motif Daun Sirih
oleh Menenti Sitohang
Deskripsi logo
a. Konsep : Daun sirih sebagai sebuah ketenangan bagi pemakai sama
dengan kita ketika melihat daun sirih yang masih hijau.
b. Peranan Warna : Warna logo
Orange sebagai simbol eleganitas
Hitam sebagai simbol ketenangan
Putih sebagai simbol kesucian
c. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf ballemi extra
d. Motif Logo : Daun sirih
e. Desain : Logo batik motif daun sirih
222
222
4.1.12. Bentuk Logo Karya Pencipta 12 (Muhammad Soufiyarno)
Nama Mahasiswa : Muhammad Soufiyarno
NIM : 15810096
Program Studi : Multimedia kelas A
Mata Kuliah : Media Digital Grafis I
Tanggal : 14 Januari 2016
Gambar 4.12 : Desain Logo Batik Motif Ornamen Modern
oleh Muhammad Soufiyarno
Deskripsi logo
a. Konsep : Modernisasi sebagai unsur fashion yang tidak
menghilangkan unsur kebudayaan
b. Peranan Warna : Warna orange, melambangkan eleganitas
Warna biru, melambangkan kemakmuran
c. Jenis Font : Avalon
223
223
d. Motif Logo : Ornamen modern
e. Desain : Logo batik motif ornament modern
4.1.13. Bentuk Logo Karya Pencipta 13 (Muhammad Zailani)
Nama Mahasiswa : Muhammad Zailani
NIM : 15810217
Program Studi : Multimedia kelas B
Mata Kuliah : Media Digital Grafis I
Tanggal : 14 Januari 2016
Gambar 4.13 : Desain Logo Batik Motif Melayu
oleh Muhammad Zailani
224
224
Deskripsi logo
a. Konsep : Sederhana dengan inisial Z sebagai sebagai pemilik
perusahaan Zailani, tetapi tetap memiliki unsur-unsur
tradisi dan mudah dipahami.
b. Peranan Warna : Warna hijau adalah warna unsur budaya melayu
c. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf tiranti solid let dan arial bold
d. Motif Logo : Ornamen Melayu
e. Desain : Logo batik motif ornamen melayu
4.1.14. Bentuk Logo Karya Pencipta 14 (Nurul Azizah)
Nama Mahasiswa : Nurul Azizah
NIM : 15810079
Program Studi : Multimedia kelas A
Mata Kuliah : Media Digital Grafis I
Tanggal : 14 Januari 2016
225
225
Gambar 4.14 : Desain Logo Batik Motif Simalungun
oleh Nurul Azizah
Deskripsi logo
a. Konsep : Logo bermotif batik batak simalungun ini hanya
dihasilkan dari Indonesia yang memiliki rasa erat akan
keragaman budaya sumatera utara
b. Peranan Warna : Warna merah melambangkan kuat dan berani. Artinya
kuat dan berani dalam mempertahankan kualitas produk
yang akan dipasarkan
Putih melambangkan suci dan bersih dari rasa kecurangan
dari apa yang telah dijanjikan
Hitam melambangkan ketenganan dan kenyamanan,
artinya konsumen yang memakai produk ini akan terasa
nyaman karena produk ini berasal dari bahan yang
berkualitas.
226
226
c. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf indy condensed
d. Motif Logo : Ornamen batak simalungun
e. Desain : Logo batik motif ornamen Simalungun
4.1.15. Bentuk Logo Karya Pencipta 15 (Risky Hamdany Ks Lubis)
Nama Mahasiswa : Risky Hamdani Ks Lubis
NIM : 15810082
Program Studi : Multimedia kelas A
Mata Kuliah : Media Digital Grafis I
Tanggal : 14 Januari 2016
Gambar 4.15 : Desain Logo Batik Motif Simalungun
oleh Rizky Hamdani Ks Lubis
Deskripsi logo
a. Konsep : Batik batak simalungun memiliki konsep sederhana,
menarik yang mengandung unsur tradisi kebudayaan
227
227
b. Peranan Warna : Warna merah melambangkan kuat dan berani.
Putih melambangkan suci dan bersih dari
Hitam melambangkan ketenganan dan kenyamanan
c. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf arial black.
d. Motif Logo : Ornamen batak simalungun
e. Desain : Logo batik motif ornament batak simalungun
4.1.16. Bentuk Logo Karya Pencipta 16 (Sri Damayanti)
Nama Mahasiswa : Sri Damayanti
NIM : 15810033
Program Studi : Multimedia kelas A
Mata Kuliah : Media Digital Grafis I
Tanggal : 14 Januari 2016
Gambar 4.16 : Desain Logo Batik Motif Batak Toba
oleh Sri Damayanti
228
228
Deskripsi logo
a. Konsep : Logo batik ini merupakan corak khas batak toba
b. Peranan Warna : Logo terdiri dari 3 warna khas batak toba, yaitu merah
melambangkan kuat dimana perusahaan itu mampu
bersaing di dunia pasar, hitam melambangkan keagungan
dan kemakmuran dimana perusahan ini menjadi yang
terdepan dan putih melambakan suci dan kejujuran.
c. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf times new roman
d. Motif Logo : Ornamen batak toba
e. Desain : Logo batik motif ornament batak toba
4.1.17. Bentuk Logo Karya Pencipta 17 (Triana Sahfitri)
Nama Mahasiswa : Triana Sahfitri
NIM : 15810093
Program Studi : Multimedia kelas A
Mata Kuliah : Media Digital Grafis I
Tanggal : 14 Januari 2016
229
229
Gambar 4.17 : Desain Logo Batik Motif Modern
oleh Triana Sahfitri
Deskripsi logo
a. Konsep : Sederhana merupakan ciri khas dari perusahaan ini
b. Peranan Warna : Logo terdiri dari 2 warna cerah, yang menghadirkan kesan
modern
c. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf arial normal
d. Motif Logo : Ornamen modern
e. Desain : Logo batik motif modern
4.1.18. Bentuk Logo Karya Pencipta 18 (Yandri Hotdenito M)
Nama Mahasiswa : Yandri Hotdenito M
NIM : 15810081
Program Studi : Multimedia kelas A
Mata Kuliah : Media Digital Grafis I
230
230
Tanggal : 14 Januari 2016
Gambar 4.18 : Desain Logo Batik Motif Mandailing-Angkola
oleh Triana Sahfitri
Deskripsi logo
a. Konsep : Ornamen mandailing
b. Peranan Warna : Logo terdiri dari 3 warna yang merupakan ciri dari suku
mandailing
c. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf times new roman
d. Motif Logo : Ornamen modern
e. Desain : Logo batik motif modern
4.1.19. Bentuk Logo Karya Pencipta 19 (Yuni Kartika Sari)
Nama Mahasiswa : Yuni Kartika Sari
NIM : 15810230
Program Studi : Multimedia kelas A
231
231
Mata Kuliah : Media Digital Grafis I
Tanggal : 14 Januari 2016
Gambar 4.19 : Desain Logo Batik Motif Bnga Kenanga
oleh Yuni Kartika Sari
Deskripsi logo
a. Konsep : Keindahan alam Indonesia sebagai inspirasi dalam
menciptakan produk anak bangsa
b. Peranan Warna : Warna kuning memberikan kegembiraan dan kehangatan
pada pemakai, serta merangsang aktivitas mental dan
menarik perhatian.
Warna hijau memberikan makna tumbuh dan berkembang.
c. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf titanti solod led dan arial normal
d. Motif Logo : bunga kenanga
e. Desain : Logo batik motif bunga kenanga
232
232
4.1.20. Bentuk Logo Karya Pencipta 20 (Zulfi Arfian)
Nama Mahasiswa : Zulfi Afrian
NIM : 15810231
Program Studi : Multimedia kelas A
Mata Kuliah : Media Digital Grafis I
Tanggal : 14 Januari 2015
Gambar 4.20 : Desain Logo Batik Motif Mandailing
oleh Zufri Afrian
a. Konsep : Ikon kota Medan dan Sumatera Utara yang disusun oleh
bentuk-bentuk segi tiga dari motif Mandailing-Angkola
b. Peranan Warna : Logo terdiri dari 3 warna yaitu, merah, hitam dan putih
yang merupakan ciri dari unsur budaya suku mandailing
c. Jenis Font : Distorsi dari jenis huruf eyechart display caps ssi
d. Motif Logo : Ornamen Mandailing-Angkola
e. Desain : Logo batik motif Mandailing
233
233
`
4.2. Analisis Logo Karya Para Mahasiswa Polimedian Medan
Berdasarkan Teori Logo
4.2.1. Berdasarkan Kriteria Logo
Setelah dilakukan proses pembuatan desain logo kepada 50 orang
mahasiswa Polimedia PSDD Medan,desain logo yang akan dihasil harus sesuai
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan pada soalan yang diberikan kepada
mahasiswa, seperti pada pembahasan sebelumnya.
Dengan kata lain, logo harus sesuai dengan deskripsi pada soalan,
dengan ketentuan sebagai berikut : Seorang pengusaha batik ingin mendesain
logo sesuai dengan bidang usahanya. Pengusaha tersebut menginginkan pada
logo usahanya terdapat unsur motif Sumatera Utara.Dan juga harus memenuhi
beberapa kreteria dalam mendesain logo perusahaannya yaitu:
1. Sederhana
2. Mudah diingat dan dimengerti
3. Tahan lama
4. Enak di pandang
5. Sesuai fungsi
6. Tepat Sasaran
7. Unik dan menarik
8. Fleksibel
234
234
Dari populasi yang merupakan 50 karya logo mahasiswa Polimedia
PSDD Medan tersebut yang dijadi sampel dalam penelitian ini adalah karya logo
yang memenuhi kreteria logo yang baik. Ada beberapa aspek yang harus
diperhatikan pada logo. Aspek-aspek tersebut merupakan prinsip-prinsip dari
logo diantaranya : sederhana; mudah diingat dan dimengerti; tahan lama; enak di
pandang; sesuai fungsi; tepat sasaran; unik dan menarik dan fleksibel.1
Pada penelitian ini dari 50 karya logo mahasiswa Polimedia PSDD yang
jadi populasi, akan diseleksi menjadi 20 karya logo. Dari 20 karya direduksi
sesuai dengan prinsip-prinsip logo serta yang memiliki kreteria logo yang baik
saja yang akan dijadikan sampel.
Logo yang telah direduksi nantinya harus sesuai dengan beberapa
kreteria dalam mendesain logo yang baik,yang menjadi acuan logo yang akan
dianalisis sesuai dengan pembahasan pada bab-bab sebelumnya.
Seperti yang telah diuraikan pada Bab I, ada tujuh kreteria atau prinsip
dasar dalam pembuatan logo, hasil dari analisis ini hanya yang memenuhi empat
kreteria atau prinsip dasar saja yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Berikut karya-karya mahasiswa yang akan direduksi sesuai dengan
kedelapan prinsip-prinsip logo dengan menggunakan tabel. Dengan ketentuan
apabila sesuai dengan kreteria akan diberi tanda “O”; apabila tidak sesuai
dengan kreteria akan diberi tanda “X”. Hasil Reduksi logo ciptaan mahasiswa
Polimedia sesuai dengan kreteria logo, dari dilihat pada tabel dibawah ini:
1 Phili B Meggs, “A History of Graphic Design”, USA, Viking, 153
235
235
NO BENTUK LOGO
KRETERIA LOGO
SED
ERH
ANA
MU
DAH
DIIN
GAT
TAH
AN L
AMA
ENAK
DIP
AND
ANG
SESU
AIPU
NG
SI
TEPA
T SA
SAR
AN
UN
IK D
AN M
ENAR
IK
FLEK
SIBE
L
1
O O O O X O O O
2
O O O O X O O O
3
O O X O O O O X
4
O O O O X O X O
5
O O O O O O O O
6
O O X O O O X X
236
236
NO BENTUK LOGO
KRETERIA LOGO
SED
ERH
ANA
MU
DAH
DIIN
GAT
TAH
AN L
AMA
ENAK
DIP
AND
ANG
SESU
AIPU
NG
SI
TEPA
T SA
SAR
AN
UN
IK D
AN M
ENAR
IK
FLEK
SIBE
L
7
O O X O O O X X
8
X O O O O O O X
9
O O O O X O X O
10
O O O O O O X O
11
O O O O X O X O
12
O O O O O O O O
237
237
NO BENTUK LOGO
KRETERIA LOGO
SED
ERH
ANA
MU
DAH
DIIN
GAT
TAH
AN L
AMA
ENAK
DIP
AND
ANG
SESU
AIPU
NG
SI
TEPA
T SA
SAR
AN
UN
IK D
AN M
ENAR
IK
FLEK
SIBE
L
13
O O O O O O O O
14
X O O O O O O X
15
X O O O O O O X
16
O O O O O O O O
17
O O O O O O O O
18
X O O O O O X X
238
238
NO BENTUK LOGO
KRETERIA LOGO
SED
ERH
ANA
MU
DAH
DIIN
GAT
TAH
AN L
AMA
ENAK
DIP
AND
ANG
SESU
AIPU
NG
SI
TEPA
T SA
SAR
AN
UN
IK D
AN M
ENAR
IK
FLEK
SIBE
L
19
O O O O X O O O
20
O O X O O O O O
Keterangan tabel: (a) Apabila sesuai dengan kreteria diberi tanda “O” (b) Apabila tidak sesuai dengan kreteria diberi tanda “X”
4.2.2. Penilaian Secara Kualitatif
Hasil dari pengamatan pada 20 sampel logo yang akan diteliti, tidak
semua desain logo hasil karya mahasiswa Polimedia PSDD Medan memenuhi
kedelapan kreteria prinsip-prinsip logo. Pengamatan tersebut berdasarkan
pembahasan pada Bab I, yang sesuai dengan prinsip-prinsip logo yang baik.
Pada kajian ini, berdasarkan kriteria logo, penulis bagi menjadi lima
kelompok penilain. Kelima kelompok dan peringkat kualitatif itu adalah sebagai
berikut.
1. Sangat baik sekali : apabila desain logo tersebut memenuhi
kedelapan kreteria prinsip-prinsip logo.
239
239
2. Sangat baik : apabila desain logo tersebut hanya memenuhi
tujuh dari kedelapan kreteria prinsip-prinsip
logo
3. Cukup baik : apabila desain logo tersebut hanya memenuhi
enam dari kedelapan kreteria prinsip-prinsip
logo
4. Baik : apabila desain logo tersebut hanya memenuhi
lima dari kedelapan kreteria prinsip-prinsip logo
5. Kurang baik : apabila desain logo tersebut kurang memenuhi
lima dari kedelapan kreteria prinsip-prinsip logo
Hasil penilaian secara kualitatif logo tersebut, dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel 4.1 : Penilian Kualitatif Logo Ciptaan Para Mahasiswa Polimedia
Medan Berdasarkan Kriteria Logo
JENIS PENGAMATAN
PENILAIAN PENGAMTAN
SANG
AT
BAIK
SEK
ALI
SANG
AT
BAIK
CUKU
P BA
IK
BAIK
KURA
NG
BAIK
SAMPEL LOGO 5 5 7 3 0
240
240
Hasil reduksi dapat di lihat dari tabel pengamatan, bahwa logo yang menjadi
sampel telah layak dikatakan sesuai dengan logo yang baik, sesuai dengan
kreteri yang telah ditentukan pada pembahasan sebelumnya.
Untuk pencapaian penelitian yang maksimal peneliti mengamati logo
tersebut dari segi katagori. Karya-karya logo mahasiswa Polimedia PSDD yang
menjadi sampel tersebut akan diamati ataupun dianalisis sesuai dengan katagori
logo yang telah diuraikan pada Bab II. Katagori logo tersebut antara lain adalah:
(1).Logotype (logo bentuk tulisan saja), (2).Logogram(logo hanya bentuk
gambar saja), dan (3) Combination typo and gram. (gabungan logotype dan
logogram) (3.1) Logogram and separate type(logo tulisan dan gambar terpisah);
dan (3.2) Logotype and blend gram(logo tulisan dan gambar berbaur);
(3.2.1).Logo typographic (didalam tuliasan terdapat gambar), (3.2.2.).Logo
Gramgaphic, (3.2.3) Logogram transform typo (logo terdiri dari elemen-elemen
gambar kecil yang membentuk huruf), (3.2.4).Logotypo transform gram (logo
elemen tulisan yang membentuk gambar).
4.3. Analisis Berdasarkan Kategori Logo dalam Disiplin Seni Rupa
4.3.1. Katagori logotype
Logotype merupakan katagori logo yang disajikan hanya dengan elemen
tulisan saja. Menurut Gamal Kartono, dalam bukunya “Sejarah dan Rahasia
Dibalik Logo” pada Jurnal Seni Rupa Unimed, logotype diartikan sebagai tulisan
241
241
entitas yang disesain secara khusus dengan menggunakanteknik lettering, atau
memkai huruf tertentu,sehingga logotype hanya sedekar elemen tulisan saja.2
Hendi Hendratman, dalam bukunya “Computer Graphic Design”
mengatakan Logo adalah suatu indetitas visual yang berupa symbol,gambar atau
tulisan yang mewakilkan dan menggambarkan ciri dari sesuatu baik itu barang,
lembaga, perusahaan, instansi ataupun website.
Adi Kusrianto dalam “Pengantar Desain Komunikasi Visual”
mengatakan rangkaian logo dari huruf atau kata kata yang digunakan untuk
mewakili sebuah perusahaan disebut sebuah Logotype.3Logo karya mahasiswa
yang merupakan katagori logotype adalah sebagai berikut.
(1). Masnur Pardede
Masnur Pardede merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi
multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif Melayu
2 Gamal Kartono, Sejarah dan Rahasia di Balik Logo (Jurna Seni Rupa FBS Unimed Vol.9 no. 2, Desember 2012), Medan, Unimed, 12
3 Adi Kusrianto, Pengantar Desain Komunikasi Visual”, Yogyakarta, Andi, 243
242
242
Gambar 4.21 : Desain Logo Batik Motif Ragam Hias Melayu
Dalam Kategori Logogram
4.3.2. Kategori logogram
Logogrammerupakan logo yang hanya menampilkan elemen bentuk
gambar saja. Biasaya merupakan tanda atau karakter yang mewakili suatu kata
atau frase, seperti yang digunakan dalam steno dan beberapa sistem tulisan
kuno.Logogram sering juga diklasifikasikan ikon logo dan ilustratif logo. Tipe
logo seperti ini menjadikan sebuah gambar bentuk atau desain utama dari logo
tersebut.
Seperti yang dikemukan oleh Surianto Rustan, S.Sn dalam bukunya
Mendesain Logo, Sebenarnya logogram adalah simbol tulisan yang mewakili
sebuah kata atau makna. Contohnya. Angka-angka atau lambing matematika.
“1” mewakili “satu”, atau “+” mewakili “tambah” bisa juga berfungsi untuk
menyingkat simbol atau kata, seperti kata, “&” mewakili kata dan4.
4 Surianto Rustan, Mendesain Logo, Jakarta PT. Gramedia, 13
243
243
Distorsi bentuk untuk mewakilkan sebuah kata, atau benda serta fungsi
yang diwujudkan dalam bentu gambar, juga merupakan jenis logogram.Tulisan
pada logogram, hanya sekedar informasi identitas saja.
Logo karya mahasiswa yang merupakan katagori logotype adalah sebagai
berikut:
(1). Yandri Hotdenito M
Yandri Hotdenito M merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program
studi multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif Mandailing
Gambar 4.22 : Desain Logo Batik Motif Mandailing
Dalam Kategori Logogram
4.3.3. Katagori logo combination typo and gram
Gabungan antara logotype dan logogram terdiri dari elemen gambar dan
tulisan miliki fungsi dan makna yang saling menguatkan, logo tersebut
menghadirkan elemen gambar dan elemen tulisan yang bisa saja terpisah
ataupun membaur antara elemen tulisan dan elemen gambar.
244
244
Logo Combination typo and gram. (gabungan logotype dan logogram)
terbagi menjadi dua bagian yaitu 1).Logogram and separate type (logo tulisan
dan gambar terpisah); 2).Logotype and blend gram(logo tulisan dan gambar
berbaur).
4.3.3.1. Katagori logogram and separate type
Logogram and separate type merupakan logo gabungan dari bentuk dan
tulisan (Combination typo and gram), namun pada logo ini disajikan gambar dan
tulisan pada logo tepisah satu dan lainnya, dimana huruf atau tulisan memilik
karakter tersendiri ataupun typografinya segaja dirancang khusus sesuai dengan
karekter logo tersebut. Logo karya mahasiswa tersebut yang telah
dikelompokkan sebagai logoLogogram and separate typeadalah sebagai berikut .
(1) Agnes Ramadhani
Agnes Ramadhani merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program
studi multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif Sumatera Utara.
245
245
Gambar 4.23 : Desain Logo Batik Motif Sumatera Utara 1
Dalam Kategori Logogram and Separate Type
(2) Agung Nugraha
Agung Nugraha merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi
multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif tembakau mencirikan
Tanah Deli, atau kota Medan.
246
246
Gambar 4.24 : Desain Logo Batik Motif Daun Tembakau
Dalam Kategori Logogram and Separate Type
(3) Fita Elfatisia Purba
Fita Elfatisia Purba merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program
studi multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif Sumatera Utara.
Gambar 4.25 : Desain Logo Batik Motif Sumatera Utara 2
Dalam Kategori Logogram and Separate Type
247
247
(4) Iqbal Rizki
Iqbal Rizki merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi
multimedia, semester II kelas B. Desai logo batik motif bunga.
Gambar 4.26 : Desain Logo Batik Motif Bunga
Dalam Kategori Logogram and Separate Type
(5) Menanti Sitohang
Menanti Sitohang merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi
multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif daun sirih.
248
248
Gambar 4.27 : Desain Logo Batik Motif Daun Sirih
Dalam Kategori Logogram and Separate Type
(6) Muhammad Zailani
Muhammad Zailani merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program
studi multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif Melayu
Gambar 4.28 : Desain Logo Batik Motif Melayu
Dalam Kategori Logogram and Separate Type
249
249
(7) Sri Damayanti Hutabarat
Sri Damayanti Hutabarat merupakan mahasiswa Polimedia PSDD
program studi multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif Batak
Toba.
Gambar 4.29 : Desain Logo Batik Motif Batak Toba
Dalam Kategori Logogram and Separate Type
(8) Yuni Kartika Sari
Yuni Kartika Sari merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi
multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif Sumatera Utara.
250
250
Gambar 4.30 : Desain Logo Batik Motif Sumatera Utara 3
Dalam Kategori Logogram and Separate Type
(9) Zulfi Afrian
Zulfi Afrian merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi
multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif Mandailing.
Gambar 4.31 : Desain Logo Batik Motif Mandailing
Dalam Kategori Logogram and Separate Type
251
251
4.3.3.2. Logotype and blend gram
Logotype and blend grammerupakan logo gabungan dari logotype dan
logogram (combination typo and gram). Pada logo Logotype and blend
grammemiliki elemen tulisan dan gambar berbaur, logo ini terbagi menjadi
empat jenis yaitu; 1).Logo typographic (di dalam tuliasan terdapat gambar);
2).Logo gramgraphic(di dalam gambar terdapat tulisan); 3).Logogram transform
typo (logo terdiri dari elemen-elemen gambar kecil yang membentuk huruf)
4).Logotypo transform gram (logo elemen tulisan yang membentuk gambar).
4.3.3.2.1. Typographic
Logo typographicadalah salah satu dari jenis logotype and blend gram
yang memiliki elemen tulisan dan gambar berbaur. Logo tersebut juga
merupakan bagian dari logo gabungan kombinasi gambar dan tulisan
(combination typo and gram).
Jenis logo ini salah satu dari hurufnya diganti dengan bentuk objek sesuai
dengan konsep logo tersebut, bisa berupa flora, fauna, geometris dan figuratif.
Bentuk huruf yang diganii dengan elemen objek dapat menjadi simbol atau pun
lambang yang bersifat makna yang sebernarnya atau denotatif.
Logo karya mahasiswa tersebut yang telah dikelompokkan sebagai logo
typographicadalah sebagai berikut :
252
252
(1). Hasalan P. Samosir
Hasalan P. Samosir merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program
studi multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif ulos Samosir.
Gambar 4.32 : Desain Logo Batik Motif Ulos Samosir
Dalam Kategori Typographic
(2). Muhammad Soufiyarno
Muhammad Soufiyarno merupakan mahasiswa Polimedia PSDD
program studi multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif modern.
253
253
Gambar 4.33 : Desain Logo Batik Motif Modern 1
Dalam Kategori Typographic
(3). Triana Sahfitri
Triana Sahfitri merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi
multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif modern.
Gambar 4.34 : Desain Logo Batik Motif Modern 2
Dalam Kategori Typographic
254
254
4.3.3.2.2. Gramgraphic
Logo gramgraphicadalah salah satu dari jenis logotype and blend gram
yang memiliki elemen tulisan dan gambar berbaur. Logo tersebut juga
merupakan bagian dari logo gabungan kombinasi gambar dan tulisan
(combination typo and gram).
Pada logo ini yang disajikan huruf dan gambarnya membaur, pada logo
ini logo dihadirkan berupa gambar yang didalamnya terdapat tulisan, biasanya
tulisan tersebut didistorsi mengikuti bentuk pola logo ataupun bentuk dasar yang
menjadi pola sebuah logo. Elemen bentuk gambar sengaja dihadirkan agar logo
tersebut dapat menginformasikan visi-misi sesuai dengan identitas dari sebuah
karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya dan
unsur-unsur kebudayaan.
. Logo karya mahasiswa tersebut yang telah dikelompokkan sebagai logo
gramgraphic adalah sebagai berikut.
(1). Cepen Firmus G
Cepen Firmus G merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi
multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif Melayu.
255
255
Gambar 4.35 : Desain Logo Batik Motif Melayu
Dalam Kategori Gramgraphic
(2). Nurul Azizah
Nurul Azizah merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi
multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif Simalungun.
Gambar 4.36 : Desain Logo Batik Motif Simalungun
Dalam Kategori Gramgraphic
256
256
4.3.3.2.3. Logogram transform typo
Logogram transform typo adalah salah satu dari jenis logotype and
blend gram yang memiliki elemen tulisan dan gambar berbaur. Logo tersebut
juga merupakan bagian dari logo gabungan kombinasi gambar dan tulisan
(combination typo and gram).
Pada logo ini elemen bentuk disusun sehingga membentuk sebuah huruf
biasa elemen-elemen bentuk tersebut merupakan simbol-simbol atau lambang-
lambang yang dapat menginformasikan menjadi sebuah tanda. Tanda tersebut
merupakanidentitas dari sebuah karakter seseorang, perusahaan, produk, atau
jasa yang diwakilkan dari unsur-unsur kebudayaan.Logo karya mahasiswa
tersebut yang telah dikelompokkan sebagai logo logogram transform typoadalah
sebagai berikut :
(1). Bayu Irgi Fahrizal
Bayu Irgi Fahrizal merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program
studi multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif Melayu
.
257
257
Gambar 4.37 : Desain Logo Batik Motif Melayu
Dalam Kategori Logogram Transform Typo
4.3.3.2.4. Logotypo transform gram
Logotypo transform gramadalah salah satu dari jenis logotype and blend
gram yang memiliki elemen tulisan dan gambar berbaur. Logo tersebut juga
merupakan bagian dari logo gabungan kombinasi gambar dan tulisan
(combination typo and gram).
Pada logo ini bentuktulisanyang didistorsi mengikuti bentuk yang
memiliki makna tanda.Elemen bentuk gambar tersebut dapat menginformasikan
simbol-simbol atau lambang-lambang pada identitas dari sebuah karakter
seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkan dari unsur-unsur
kebudayaan.
Logo karya mahasiswa tersebut yang telah dikelompokkan sebagai logo
logotypo transform gram adalah sebagai berikut :
(1). Ade Fitria Ninggsih
258
258
Ade Fitria Ninggsih merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program
studi multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif Mandailing.
Gambar 4.38 : Desain Logo Batik Motif Angkola
Dalam Kategori Logotype Transform Gram
(2). Aditya Chansa M
Aditya Chansa M merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi
multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif Batak Toba.
Gambar 4.39 : Desain Logo Batik Motif Batak Toba
Dalam Kategori Logotype Transform Gram
259
259
(3). Risky Hamdani Ks Lubis
Risky Hamdani Ks Lubis merupakan mahasiswa Polimedia PSDD
program studi multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif batak
Simalungun.
Gambar 4.40 : Desain Logo Batik Motif Simalungun
Dalam Kategori Logotype Transform Gram
Hasil dari pengamatan desain logo karya mahasiswa Polimedia PSDD
Medan sesuai dengan katagori logo adalah; 1. Logotypeterdapat 1 (satu) desain
logo;2. Logogram terdapat 1 (satu) desain logo;3. Logo combination typo and
gram terdapat 17 (tujuh belas) desain logo yang terdiri dari;3.1. Logogram and
separate type 9 (sembilan) desain logo; 3.2. Logotype and blend gram8
(delapan) desain logo; Logotype and blend gram; logo ini terbagi menjadi; 3.2.1.
Logo typographic3 (tiga) desain logo; 3.2.2. Logo Gramgaphic2 (dua)desain
logo; 3.2.3. Logogram transform typo1 (satu) desain logo dan 3.2.4. Logotypo
260
260
transform gram3 (tiga) desain logo. Jadi jumlah seluruh desian logo karya
mahasiswa Polimedia PSDD Medan sebanyak 20 sampel desain logo.
4.4. Analisis Semiotik Makna Bentuk dan Analisis Teori Warna terhadap
Peranan Warna Logo
Deskriptif data penelitian adalah analisis pada data yang diperoleh dari
hasil pengamatan 20 karya logo mahasiswa yang telah direkduksi sesuai dengan
prinsip-prinsip logo yang baik, kemudian dikelompokan sesuai dengan katagori
logo dan sudah memenuhi kreteriaseperti yang telah di uraikan pada
pembahasan sebelumnya.
Penciptaan desain logo karya mahasiswa Polimedia PSDD Medan
merupakan salah satu dari karya desain grafis, dalam menciptakan karya desain
grafis, dewasa ini menciptakan karya grafis tidak terlepas dari teknologi, bukan
berarti teknik manual ditinggalkan. Tetapi teknik manual berupa sket merupakan
tahap awal dalam menciptakan karya desain grafis yaitu berupa logo. Logo yang
akan diciptakan diawali dengan sket yang dilakukan secara manual, untuk proses
penciptaanya serta finishing dari desain tersebut, menggunakan teknologi yaitu
berupa komputer.
Semakin maju perkembangan teknologi semakin maksimal hasil yang
diciptakan dalam seni desain grafis, begitu juga dengan desain logo. Gaya-gaya
yang dihasilkan dalam menciptakan desain dengan menggunakan teknologi
tergantung dari ide kreatif sesorang desainer. Bentuk-bentuk gaya tersebut dapat
261
261
dihadirkan baik dalam bentuk tradisi dan modern atau kontemporer, dapat juga
gabungan dari keduanya.
Penguasaan teknologi juga mempengaruhi hasil dari ide kreatif yang
akan diciptakan, apabila secara manual dapat menuangkan ide kreatif melalui
sket dengan maksimal, ketika diaplikasikan melalui teknologi komputer, belum
tentu hasilnya akan maksimal, begitu sebaliknya, apabila mahir dalam
mengoperasikan teknologi komputer, kemampuan dalam menggambar secara
manual tidak sempurna, ide-ide kreatifnya juga tidak bisa diituangkan secara
maksimal untuk menghasilkan sebuah desain yang sempurna.
Dari penelitian yang telah penulis lakukan dalam kegitan belajar
mengajar mata kuliah logo pada mahasiswa Polimedia PSDD Medan,
keterbatasan menggunakan alat dan kemampuan manual serta reprensi dan
wawasan dari setiap mahasiswa dalam menuangkan ide kreatif yang sesuai
dengan angket yang telah dibagikan, sangat mempengaruhi keberhasilan saat
menuangkan ide-ide kreatif, untuk menciptakan desain logo batik dengan unsur
Sumatera Utara.
Untuk menganalisis sampel logo tersebut,logo-logo tersebut yang telah
dikatagorikan pada pembahasan sebelumnya, sesuai dengan katagori logo yaitu;
1. Logotype terdapat 1 (satu) desain logo; 2. Logogram terdapat 1 (satu) desain
logo; 3. Logo combination typo and gram terdapat 17 (tujuh belas) desain logo
yang terdiri dari; 3.1. Logogram and separate type 9 (sembilan) desain logo; 3.2.
Logotype and blend gram 8 (delapan) desain logo; Logotype and blend gram;
262
262
logo ini terbagi menjadi; 3.2.1. Logo typographic3 (tiga) desain logo; 3.2.2.
Logo Gramgaphic 2 (dua) desain logo; 3.2.3. Logogram transform typo 1 (satu)
desain logo dan 3.2.4. Logotypo transform gram 3 (tiga) desain logo.
Masing-masing katagori logo akan dianalisis dari sisimakna bentuk serta
peranan warnanya, yang sesuai dengan bentuk pola pada unsur nirmana dan
bentuk motif ragam hias Sumatera Utara. Logo-logo tersebut akan dianalisis
sesuai dengan proses penciptaan logo yaitu bentuk, warna dan typografi yang
telah dibahas pada Bab I.
Penelitian ini akan dilakukan terhadap 20 sampel logo, penulis akan
mengunakan metode kuantitatif deskriptif deskriptif. Penelitian kualitatifsecara
teoritis pada umumnya penelitian yang tidak berpola.Format desain penelitian
kualitatif terdiri dari tiga model, yaitu format deskriptif, format verifikasi, dan
format grounded research. Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif
dengan desain deskriptif, yaitu penelitian yang memberi gambaran secara cermat
mengenai hasil pengamatan penulis pada sampel.
Logo yang telah dikelompakkan menurut katagori logo, akan dianalis
berdasarkan bentuk pola yang merupakan unsur nirmana meliputi, titik, garis,
bidang dan bentuk, sertaketujuh bentuk motif ragam hias Sumatera Utara,
meliputi, suku Batak Toba, Simalungun, Karo, Mandailing, Pakpak Dairi,
Melayu dan Nias. Begitu juga dengan peranan warna pada logo.
Logo yang dihasilkan melalui dua bentuk pola dan motif ragam hias
tersebut bisa aja memiliki muatan etnis Sumatera Utara, baik dari bentuk, warna
263
263
serta typografinya, yang dikatagorikan sebagai logo bermuatan etnis. Logoyang
bemuatan modern,baik dari bentuk, warna serta typografinya dikatagorikan
sebagai logo kontemporer. Kedua katagori tersebut tidak terlepas dari unsur-
unsur Sumatera Utara yang akan dijadikan sebagai logo batik sebagai perusahan
tisktil yang ada di Sumatera Utara.
Hasil logo yang telah dikelompakkan menurut katagori, akan dianalisi
sesusi dengan makna logo dan peranan warna, meliputi; makna bentuk dan
penanan warna. Pada makna bentuk akan diuraikan berdasarkan bentuk pola dari
teori nirmana dan bentuk motif ragam hias dari unsur kebudayaan. Peranan
warna pada logo juga akan diuraikan berdasarkan terori-teroi yang telah
dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, sehingga dapat dikaitkan pada ekrpesi
identitas pada logo tersebut terhadap latarbelakang penciptanya.
Penelitian ini akan menganalisis sesuai dengan katagori logo yang telah
dikelompokkan seperti yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya,
yaitu; logotype, logogram, combination typo and gram, katagori logo ini yang
terdiri dari; Logogram and separate type dan Logotype and blend gram,jenis
logo ini terbagi menjadi; logo typographic,logo Gramgaphic, logogram
transform typo, dan logotypo transform gram.
Logo-logo tersebut akan diuraikan sesuai dengan proses pembuatan logo
meliputi;
a. Konsep
b. Makna bentuk
264
264
c. Penanan warna
d. Typografi
e. Makna keseluruhan logo
4.4.1. Makna Bentuk dan Peranan Warna Katagori Logotype
Setelah pengelompakkan logo sesesuai dengan katagorinya. Desain logo
karya mahasiswa yang merupakan katagori logotypehanya satu logo yaitu desain
logo milik Masnur Pardede.
4.4.1.1. Logo Masnur Pardede
Masnur Pardede merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi
multimedia, semester II kelas B.
Logo karyanya ini merupakan katagori logotype, seperti telah diuraikan
sebelumnya bahwa logo ini merupakan bentuk tulisan saja. Logo ini telah
direduksi dan diamati, bahwa logo ini telah memenuhi 7 (tujuh) dari 8(delapan
kreteria logo, hanya satu kreteria logo yang tidak terpenuhi yaitu unik dan
menarik.
Logo ini belum dikatakan unik dan menarik, karena desain logo seperti
ini hampir sama dengan desain logo yang lain, walaupun karakternya berbeda.
Namun dari delapan kreteria logo yang baik, logo memenuhi tujuh prinsip logo
yang baik, yaitu, sederhana, mudah diingat, enak dipandang, sesuai fungsi, tepat
sasaran, dan fleksibel. Dengan predikat sangat baik.
265
265
Gambar 4.41 : Tampilan Bentuk dan Warna
Logo Masnur Pardede
4.4.1.1.1. Makna bentuk logo Masnur Pardede
Menurut teori nirmana logo ini memiliki bentuk pola dasar hampir
seperti lingkaran yang didistorsimembentuk huruf K A Y, bentuk huruf tersebut
merupakan pola garis yang terdiri dari dua elemen, elemen inti dan elemen
penutup, jadi makna dari bentuk logo tersebut bahwa banyak koleksi yang ada
didalamnya KAY merupakan kunci, bahwa dalam sebuah usaha tersebut kunci
adalah fashion.
Garis apabila dilihat sangat sederhana merupakan gabungan titik-titik
yang lurus. Akan tetapi dibalik kesederhanaannya itu, garis bahkan memiliki
makna yang mampu merubah pandangan orang yang melihatnya. Ia juga
menjadi dasar dari terbentuknya setiap logo.
266
266
Selain elemen dasar dalam senirupa, garis memiliki kemampuan dalam
mengungkapkan suasana. Garis menciptkan suasana akibat proses stimulasi atau
mendorong indera kita dari melihat bentuk-bentuk sederhana yang sering kita
lihat disekitar kita begitu juga pada sebuah logo. Hal ini berkaitan dengan sifat-
sifat yang dimiliki oleh masing-masing garis tersebut. Untuk mendesain bentuk
logo yang sesuai dengan karakter perusahaan, setiap desainer harus mampu
memahami kesan yang akan dibentuk dari setiap garis. Setiap garis mampu
berbicara dan membentuk image dalam setiap diri orang yang melihatnya.
Pada logo ini garis yang dihadirkan berbentuk melengkung dan hampir
membentuk lingkaran, hanya saja lingkaran tersebut terputus dari sisi atas dan
bawah pada logo. Makna simbol dari garis melengkung akan terasa suasana
dengan sesuatu yang lembut, halus dan gemulai. Perasaan ini tercipta melalui
ingatan kita sebelumnya dengan bentuk-bentuk yang dominan, bentuk lengkung
seperti penari, gerak ombak di laut. Pola garis melengkung juga
mencerminkankeanggunan, gerakan dan pertumbuhan.
Jika dilihat dari bentuk motif ragam hias, logo ini merupakan motif
ragam hias tumbuhan yang berasal dari suku Melayu. Huruf K dan Y yang
didistorsi menjadi motif sulur-suluryang membentuk seperti lingkaran, bila
dikaitkan dengan motif tumbuhan suku Melayu bentuk sulur pada logo ini mirip
dengan ragam hias Melayu yaitu kuntum bujang. Seperti pepatah Melayu,
Hiasan bernama Kuntum Bujang, disebut juga Kuntum Setangkai. Di dalam
susah menolong orang, hidup bahagia rukun dan damai. Ragam hias tersebut
267
267
memiliki makna saling tolong menolong dan hidup rukun sesama, agar hidup
aman, bahagia dan sejahtera.Makna bentuk tersebut sangat mencerminkan pola
hidup suku Melayu, yang suka tolong menolong di dalam kesusah maupun
kesenangan, pola hidup seperti merupakan aturan hidup mereka yang diaplikasi
dari aturan agama mereka yaitu agama Islam.
Menurut desainernya, bentuk logo ini merupakan simbol dari kepemiliki
perusahan batik yang berasal dari daerah Langkat Sumatera Utara. Langkat
identik dengan suku Melayu.
4.4.1.1.2. Peranan warna logo Masnur Pardede
Warna logo terdiri dari tiga warna yaitu putih hijau muda dan hijau tua.
Namun pada pembahasa warna pada penelitian ini terfokus pada warna yang
dominan yaitu hijau muda dan hijau tua. Merurut teori nirmana warna hijau
merupakan warna skunder, yaitu gabugan dari dua warna primer. Warna hijau
merupakan hasil penggabugan dari warna biru dan kuning. Warna hijau
memiliki arti dan keistimewaan dan melambangkan kehidupan dan tabah dalam
menghadapi masalah.
Hijau dikaitkan dengan dunia alam. Karena hubungannya dengan alam,
hijau dianggap sebagai warna menenangkan dan santai. Warna ini dapat
membantu orang yang sering merasa tegang. Hijau akan menyeimbangkan
emosi, menciptakan keterbukaan antara anda dan orang lain. Warna ini juga
terkait dengan cakra jantung sehingga dipercaya membantu masalah emosional,
268
268
seperti cinta, kepercayaan, dan kasih sayang. Para peneliti juga menemukan
warna hijau dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa. Para siswa yang
membaca materi tulisan di atas lembaran hijau transparan akan meningkatkan
kecepatan membaca dan pemahaman. Efek rileksasi dan menenangkan dari
warna ini mungkin jadi penyebabnya. Hijau adalah warna yang tenang karena
biasanya di kaitkan dengan lingkungan dan alam. Di dalam desain, kita bisa
menggunakan warna hijau untuk memberikan kesan segar. Dan dengan mudah
dapat memberikan nuansa membumi dengan kombinasi warna hijau dan coklat
gelap.Warna hijau ini memiliki sifat : menyegarkan, membangkitkan energi,
memberikan efek menenangkan, menyejukkan, menyeimbangkan emosi kita,
memberikan rasa bahagia, dan rasa percaya diri. Warna hijau mudan dan hijau
muda melambangkan tumbuh dan berkembang juga merupakan ciri khas dari
daerah asal memilik.
Warna hijau dalam kebudayaan biasanya identik dengan suku Melayu,
orang Melayu pada umumnya beragama Islam, menurut sejarah Melayu itu
adalah Islam, sehingga warna hijau melambangkan warna identik agama Islam.
Sehingga warna hijau selalu digunakan pada bangunan bernuansa Islam
melambangkan kesuburan dan kesetiaan, taat serta patuh, terhadap ajaran agama.
Warna Pakaian Hijau Lumut dipakai oleh kaum-kaum bangsawan, Tengku,
Encik, dan Wan.
269
269
Gambar 4.42 : Ukuran skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna Logo
Logo Masnur Pardede
4.4.1.1.3. Jenis tipografi Masnur Pardede
Logo huruf (font) seringkali merupakan bagian dari logo atau merek
dagang. Tipografi merupakan seni memilih dan menata huruf dengan pengaturan
penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan
khusus, sehingga akan membantu pembaca menemukan karakterdan makna dari
logo.
Penggunaan huruf hendaknya mempertimbangkan 2 hal, yakni, pertimbangan
keseimbangandan pertimbangan kecocokan.
Keseimbangan dalam huruf dalam kata mempertimbangkan dimensi,
pandangan, dan lekukan/kontur agar logo terlihat padat berkarakter, bermakna
dan applicable. Sedangkan faktor kecocokan adalah penyesuaian produk dengan
270
270
bentuk fontnya dimana beberapa bentuk font memberikan gambaran karakter
tertentu.
Tipografi yang digunakan pada logo ini merupakan distorsi dari jenis
huruf Edmunds, jenis huruf ini digolongkan pada kelompok raman serif. Roman
serif adalh jenis huruf yang menggunakan sirip pada ujungnya. Biasanya jenis
huruf ini digunakan untuk kalangan akademisi dan formil, namun jenis huruf
Edmund ini di bentuk sangat dinamis untuk menghilangkan kesan kaku pada
bentuknya. Jenis huruf ini hampir mendekati katagori jenis scrip, tetapi di bentuk
tegak lurus, sehingga kelihatan tegas, walaupun dibeberapa baguian dari huruf
terlihat lebih dinamis. Makna tulisan pada logo adalah LANGKAT
melambangkan pemilik usaha tersebut berasal dari daerah langkat. BATIK
bermakna Indonesia bahwa pemilik bersal dari Indonesia
Jadi logo milik Masnur Pardede merupakan kunci dari brand
perusahaanbatik dengan unsur Sumatera Utara yaitu suku Melayu
yangmencerminkan keanggunan, gerakan dan pertumbuhan, sehingga mampu
mengungkapkan suasana, serta menciptakan proses stimulasi atau mendorong
indera kita dari melihat koleksi batik bernuansa motif Melayu yang menjadi
band perusahaanya.
Logo ini juga merupakan kunci dari fashion batik dengan penerapan
warna hijau muda dan hijau tua, melambangkan tumbuh dan berkembang sesuai
dengan harapan pemikinya sampai menembus pasar internasional.
271
271
Logo ini juga menghadirkan kesan kesederhanaan, mudah diingat, tahan
lama, enak dipandang, sesuai fungsi, tepat sasaran dan fleksibeldan memiliki
keseimbangan yang diperkuat dari jenis tipografinya.
Gambar 4.43 : Diagram Tanda, Penanda dan Petanda
Logo Masnur Pardede
Abtraksi dari distorsi bentuk KAY memiliki makna denotatif sebagai
oranamen Melayu. Distorsi bentuk KAY adalah tektual dari simbol kunci.
Picture mark pada logo ini merupakan penanda. Typo (teks) Batik Langkat
berkonotasi pada suatu daerah yang identik dengan Melayu. Letter Mark yang
melekat pada bentuk logo adalah petanda. Warna putih, hijau muda dan hijau tua
merupakan lambang sebagai konsepsi dari logo tersebut.
Bentuk KAY adalah simbol yang bersifat tekstual merupakan penanda
dan warna putih, hijau muda serta hijau tua adalah lambang yang bersifat
272
272
konseptul merupakan petanda. Jadi bentuk dan warna adalah logo yang
merupakan sebuah tanda.
4.4.2. Makna bentuk dan Peranan Warna Kategori Logogram
Dari pengelompakan pada katagori logo. Desain logo karya mahasiswa
yang merupakan katagori logogram sama seperti katagori logotype hanya satu
desain logo saja yaitu logo milik Yandri Hotdenito M.
4.4.2.1. Logo Yandri Hotdenito M
Yandri Hotdenito M merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program
studi multimedia, semester II kelas A. Logo miliknya ini merupakan katagori
logogram, logo yang pada unsurnya hanya memiliki elemen gambar. Logo
Yandri Hotdenito H ini telah diamati dan direduksi sesusai kreteria logo yang
baik, logo ini memiliki lima dari dari delapan kreteria logo yang baik.
Logo karya Yandri ini, belum terlihat sederhana, karena elemen-elemen
gambar yang ada didalamnya terlalu rumit walaupun elemen tersebut
menggunakan bentuk yang sederhana yaitu segitiga. Logo tersebut juga belum
terlihat unik karena masih terlihat seperti desain logo kebanyakan yang bentuk
dasarnya adalah lingkaran. Desain logo ini juga belum terlihat fleksibel karena
elemen-elemen yang tedapat dalam logo terlalu kecil, sehingga apabila
273
273
diterapkan pada media yang kecil misalnya ukuran 1 x 1 cm, elemen yang
terdapat di dalam logo tidak terlihat jelas.
Namun logo ini memiliki kreteri yang mudah diingat, tahan lama (tidak
termakan zaman) enak dipandang sesuai dengan fungsi dan tepat sasaran sesuai
dengan tujuan dari perusahan batik dengan unsur Sumatera Utara. Dari hasil
reduksi dan pengamatan logo ini memiliki predikat baik.
Gambar 4.44 : Tampilan Bentuk dan Warna
Yandri Hotdenito M.
4.4.2.1.1. Makna bentuk logo Yandri Hotdenito M.
Menurut teori nirmana logo ini memiliki dasar pola bidang, bentuk yang
terdapat pada logo tersebut adalah bentuk segitiga yang membentuk lingkaran.
Namun bentuk setitiga tersebut didistorsi menjadi pola garis.
Penentuan bentuk logo berdasarkan maknanya dipilih dengan maksud
supaya logo tersebut mampu menyampaikan pesan yang ingin disampaikan oleh
274
274
pemilik logo kepada konsumennya. Selian itu, logo juga mampu membangun
brand image seperti yang diinginkan oleh pemilik logo. Oleh karenanya bentuk
logo merupakan gambaran dari karakter pemilik logo.
Ada beberapa bentuk dasar yang dapat dipilih berdasarkan kesan apa
yang ingin diterapkan pada benak publik. Bentuk tersebut diantaranya adalah
lingkaran.
Bentuk lingkaran sangat cocok dengan perusahaan yang ingin
memberikan kesan yang dinamis, bergerak, memiliki kecepatan, sesuatu yang
berulang, tidak terputus, tidak memiliki awal atau akhir, abadi, memiliki
kualitas, dapat diandalkan, sesuatu yang sempurna, serta kehidupan.
Makna atau kesan yang diberikan ini adalah sebuah simbol yang secara
tidak sadar menjadi suatu peraturan. Atau dengan kata lain, terjadi dialam bawah
sadar manusia. Ini merupakan simbol-smbol dan manusia modern adalah
manusia yang penuh dengan simbol. Menyampaikan sesuatu dengan simbol
dianggap akan lebih praktis jika menggunakan tulisan. karena simbol bisa dilihat
lebih cepat dibandingkan dengan tulisan. Apalagi simbol yang secara tidak sadar
telah melekat dalam otak manusia karena ketika simbol tersebut dilihat, maka
secara otomatis maka dari simbol tersebut akan muncul sebagai suatu
pemahaman yang mengendalikan pemikiran dan perasaan manusia.
Lingkaran tentu termasuk sebuah simbol yang akan mengendalikan
pikiran serta perasaan orang yang melihatnya. Hal ini karena arti atau makna
dari lingkarang yang memiliki sifat-sifat seperti yang telah dikemukakan
275
275
sebelumnya. Oleh karenanya logo berbentuk lingkaran akan mampu membangun
brand image yang sama seperti makna pada bentuk lingkaran.
Segitiga sering dianggap sebagai lambang dari konsep Trinitas, atau
lambang 3 unsur tertentu yang saling berhubungan. Dalam konsep religius
mendasarkan pada tiga unsur alam semesta, yaitu Tuhan, manusia dan alam.
Segitiga juga merupakan perwujudan dari konsep keluarga yakni ayah, ibu dan
anak. Dalam dunia metafisika segitiga merupakan lambang dari raga, pikiran
dan jiwa. Segitiga yang simetris dapat menjadi simbol untuk hukum, ilmu dan
agama.
Segitiga juga dapat menunjukkan pergerakan berdasarkan ke mana mereka
menunjuk atau sebagai arah/puncak keberhasilan. Segitiga dapat digunakan
untuk memberikan tema yang umum seperti piramida, gunung, panah dan
simbol api. Sifat dinamisnya membuat segitiga lebih cocok untuk desain logo
pada perusahaan teknologi tinggi yang berkembang daripada untuk institusi
keuangan.
Makna tersembunyi segitiga dalam logo dapat digunakan untuk
menyampaikan perkembangan, arah dan tujuan, maskulinitas, trinitas, ketegaran,
stabilitas dan menembus batas.
Kalau dilihat dari makna motif ragam hias logo ini memilik bentuk motif
suku Batak yang ada di Sumatera Utara, motif berbentuk segitiga yang dibagi
menjadi tiga bagian merupakan ciri dari bentuk motif ragam hias suku Batak
Toba, Batak Simalungun, Batak Mandiling. Dan Batak Pakpak Dairi. Pada
276
276
masing-masing suku ini bentuk segitiga memiliki nama dan arti yang berbeda
beda.
Pada suku Batak Toba disebut gorga ipon-ipon pada rumah adat Batak
Toba ipon-ipon ini merupakan gorga hiasan tepi, yang merupakan bentuk motif
ragam hias geometris, selain berfungsi sebagai hiasan ipon-ipon ini yang
memiliki arti bahwa seriap insan mengharapkan keturunannya berpendidikan.
Pada suka Simalungun dan suku Pakpak dairi bentuk segitiga hanya
berfungsi sebagai hiasan tepi saja. Namun memiliki penyebutan yang berbeda,
pada suku Simalungun disebut ipon-ipon dan pada suku Pakpak Dairi disebut
ipen-ipen, dan jenis bentuk ini merupakan bentuk motif ragam hias geometris.
Pada suku Mandailin bentuk segitiga memiliki nama bindu, berdasarkan
pemahaman masyarakat Mandailing bindu memiliki arti dasar masyarakat dalam
suatu kampung dan berdasarkan dalihan natolu yakni pihak mora, kahanggi dan
anak boru. Setiap pkerjaan yang dilaksanakan dalam kampung atau huta akan
diserahkan tanjung jawab pelaksanaan berdasarkan kedudukannnya pada dalihan
natolu. Walaupun bentuknya geemotris yaitu segitiga namun, bentuk segigita ini
merupakan distorsi dari bentuk tumbuh-tumbuhan yang berasal dari tunas bambu
yang disebut dengan pucuk rebung. Dan bentuk ragam hias ini merupakan
bentuk motif tumbuh-tumnbuhan.
Menurut pencipta logo ini, motif yang diaplikasikannya pada logo adalah
bentuk motif ragam hias suku mandaling.
277
277
4.4.2.1.2. Peranan warna logo Yandri Hotdenito M.
Sebagai bagian dari elemen logo, warna memegang peran sebagai sarana
untuk lebih mempertegas dan memperkuat kesan atau tujuan dari logo tersebut.
Dalam perencanaan corporate identity, warna mempunyai fungsi untuk
memperkuat aspek identitas dan untuk mempertegas maksud dari simbol-simbol
tersebut.
Kemampuan warna menciptakan impresi, mampu menimbulkan efek-
efek tertentu. warna itu mempengaruhi perilaku, memegang peranan penting
dalam penilaian estetis dan turut menentukan sikap kesukaan konsumen terhadap
produk.
Logo terdiri dari tiga warna yaitu, merah, hitam dan putih. Dalam teori
nirmana warna merah merupakan warna dasar yang merupakan warna yang
berdiri sendiri tanpa campuran dari warna apapun. Warna merah memiliki arti
tersendiri sesuai dengan penerapan warna tersebut pada sebuah benda.
Merah adalah warna yang paling sering menarik perhatian. Warna
memilki karateristik merangsang saraf, kelenjar adrenal (endokrin) dan saraf
sensorik. Merah juga meningkatkan sirkulasi darah dan kereaktivan darah itu
sendiri. Warna merah juga paling ampuh untuk merangsang dan meningkatkan
energi fisik, memperkuat motivasi, meningkatkan sirkulasi, dan berkaitan
dengan seksualitas. Merah juga membangkitkan emosi dan menciptakan
perasaan kegembiraan atau intensitas. Tetapi pada saat yang sama, warna ini
dapat dianggap sebagai tuntutan dan sikap agresif. Merah adalah warna yang
278
278
kuat sekaligus hangat. Biasanya di gunakan untuk memberikan efek psikologi
panas, berani ,marah dan berteriak. Beberapa studi juga mengindentifikasi merah
sebagai warna yang sexy. Didalam desain, warna merah digunakan sebagai
aksen karena sifatnya yang kuat. Misalnya, pada logo hitam putih di berikan
aksen warna merah sedikit saja sudah bisa membuat logo tersebut menjadi
terlihat berbeda.
Dalam teori hitam dan putih bukan bagian warna, hitam dan putih
merupakaan gelap terang untuk menerangkan dan menggelapkan warna. Dalam
psykologi warna hitam adalah warna yang gelap, suram, menakutkan tetapi
elegan. Karena itu elemen apapun jika di taruh di atas background hitam akan
terasa lebih bagus (misalnya, pada waktu menampilkan foto, portfolio atau
produk).
Dengan pemahaman efek dari berbagai macam warna ini maka Akarapi
mampu menerapkannya dalam dunia komunikasi visual, marketing, materi
promosi (brosur, undangan, x banner, leaflet) , corporate identity (kop surat,
kartu nama, amplop) hingga pembuatan desain logo perusahaan yang menjadi
titik awal dari program branding yang sukses dan berhasil. Warna berfungsi
untuk memberikan vibrasi tertentu di dalam suatu desain logo. Begitu hebatnya
kekuatan warna hitam, sehingga bisa memberikan efek psikologis dan kesan
yang mendalam kepada semua orang yang melihatnya. Malah di dalam terapi
kesehatan, warna tertentu di gunakan untuk membantu pasien menjadi lebih
cepat sembuh.
279
279
Pilihlah warna putih memiliki sugesti untuk meredakan rasa nyeri. Putih
juga meberikan aura kebebasan dan keterbukaan. Rumah sakit dan pekerja
rumah sakit menggunakan warna putih untuk menciptakan kesan steril. Namun,
terlalu banyak banyak warna putih dapat memberikan rasa sakit kepala dan
kelelahan mata karena cahaya yang dipantulkan. Putih adalah warna yang murni,
tidak ada campuran apapun. Makanya sering di anggap sebagai warna yang
menimbulkan efek suci dan bersih. Ketika kita ingin membuat desain yang
simple dan minimalis, menggunakan warna putih adalah langkah yang tepat
walaupun bukan cara satu-satunya.
Menurut pengertian pada kebudayaan di Sumatera Utara, warna merah,
hitam dan putih merupakan ciri warna dari suku Batak Toba, Simalungun,
Mandailing, Karo, Pakpak dairi dan Nias. Dari setiap suku, terkadang miliki arti
yang sama ada juga yang berbeda, pada logo ini warna merah, hitam dan putih
diambil dari pengertian suku Mandailing. Menurut masyarakat Mandailing
warna merupakan simbol-simbol yang mewakiliaturan tentang tata cara adat
istiadat.
Penggunaan warna tersebut tidak terlepas dari pengertian simbol atau
lambang kepercayaan. Arti dari warna tersebut adalah merah dianggap sebagai
lambang kekuatan, keberanian, kepahlawanan. Warna putih melambangkan
kejujuran, kesucian, kebaikan, dan warna hitam diartikan sebagai lambang
kegaiban.
Gambar 4.45 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna
280
280
Logo Yandri Hotdenito M.
4.4.2.1.3. Jenis font logo Yandri Hotdenito M.
Pada logogram, tipografi huruf tidak memepengaruh arti dan makna
logo. Jenis huruf digunakan sebagai menguat identitas sebuah perusahaan saja.
Yang lebih diutamakan dalam penciptaan logogram adalah bentuk dan warna
yang mewakili makna simbol serta peranan lambang yang diinformasikan oleh
logo tersebut.
Logo milik Yandi merupakan logo batik khas suku Mandailing yang
memiliki makna bahwa perusahan batik tersebut memiliki kesan yang dinamis,
elegan, mandiri, terbukadan berani membuat keputusan serta cepat dalam
melihat peluang pasar. Memiliki pasar yang tidak terputus, serta kualitas yang
dapat diandalkan, menuju kearah perkembangan, arah dan tujuan, memiliki
stabilitas dan menembus pasar tanpa batas. Logo ini juga mudah diingat, tidak
termakan zaman, sesuai dengan fungsinya dan tepat sasaran dalam menentukan
pasar.
281
281
Gambar 4.46 : Tanda, Penanda dan Petanda Logo Yandri Hotdenito M.
Abtraksi dari distorsi bentuk segitiga yang terdapat pada lingkaran
memiliki makna denotatif sebagai motif tumbuhan yaitu pucuk rebung. Distorsi
bentuk tersebut adalah tekstual dari simbol ragam hias suku mandailing dalam
bentuk kongkrit. Picture mark pada logo ini merupakan penanda. Warna putih,
merah dan hitam merupakan lambang sebagai konsepsi dari logo tersebut.
Bentuk segitiga membentuk lingkaran pada motif tumbuhan dengan
nama pucuk rebung adalah simbol yang bersifat tekstual merupakan penanda.
Warna putih, merah serta hitam adalah lambang yang bersifat konseptul
merupakan petanda. Jadi bentuk dan warna adalah logo yang merupakan sebuah
tanda.
4.4.3. Makna Bentuk dan Peranan Warna Katagori Logogram and separate
type
282
282
Dari pengelompakan pada katagori logo. Desain logo karya mahasiswa
yang merupakan katagori Logogram and separate type merupakan logo
gabungan dari bentuk dan tulisan (Combination typo and gram), namun pada
logo ini disajikan gambar dan tulisan pada logo tepisah satu dan lainnya, dimana
huruf atau tulisan memilik karakter tersendiri ataupun typografinya segaja
dirancang khusus sesuai dengan karekter logo tersebut. Logo karya mahasiswa
tersebut yang telah dikelompokkan sebagai logo Logogram and separate typeada
sembilan desain logo karya mahasiswa Polimedia PSDD Medan.
Desain logo tersebut karya, Agnes Ramadhani, Agung Nugraha, Fita
Elfatisia Purba, Iqbal Rizki, Menanti Sitohang, Muhammad Zailani, Sri
Damayanti Hutabarat, Yuni Kartika Sari dan Zulfi Afrian
4.4.3.1. Logo Agnes Ramadhani
Agnes Ramadhani merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program
studi multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif Sumatera Utara.
Logo ini telah diamati dan reduksi sesuai dengan kreteria logo yang baik. Logo
ini memiliki eman dari delapan kreteria logo yang baik.
Desain logo ini tidak tahan lama maksudnya dengan desain logo seperti
ini akan termakan oleh pengaruh zaman. Karena desain logo seperti ini
merupakan desain logo musiman yang lagi mendominasi pada zaman sekarang
yaitu minimalis. Ketika zaman berubah dengan gaya yang baru, desain seperti
ini sudah kelihan ketinggalan zaman.
283
283
Logo seperti ini juga kurang fleksibel, karena tidak bisa ditempatkan
diberbagai media, karena bentuk elemenya terlalu kecil. Tetapi logo ini terlihat
sangat sederhana, dan mudah diingat, enak dipandanag, sesuai dengan fungsi
dan tepat sasaran terhadap tujuan perusahaan. Logo ini juga sangat unik dilihat
dari jenis tipografinya yang non formal bukan dari bentuknya. Tetapi logo
dengan gaya minimalis karya Agnes Ramadhani memiliki predikat cukup baik.
Gambar 4.47 : Tampilan Bentuk dan Warna
Logo Agnes Ramadhani
4.4.3.1.1. Makna bentuk logo Agnes Ramadhani
Logo karya Agnes Ramadhani memiliki bentuk elemen-elemen segitiga
yang membentuk segi empat. Dalam teori nirmana bentuk ini merupakan pola
bidang.Logo ini mempunyai bentuk dasar segi empat atau belah ketupat atau
sering disebut persegi panjang atupun kotak. Bentuk seni empat atau kotak
284
284
umumnya tidak menarik perhatian, namun dapat di twist menjadi bentuk yang
lebih dinamis dan berasumsi teknologi yang kokoh. Logo yang tidak dibatasi
dengan kotak atau lingkaran, menandakan kedinamisan yang tidak terbatas serta
fleksibilitas.
Kotak dan persegi panjang yang berhubungan dengan kualitas dan
teknologi sebagai simbol statis, bangunan, kehandalan, ketertiban, simetris,
konstruksi, dan stabilitas. Karena makna ini, bentuk-bentuk ini sering digunakan
dalam industri bangunan, konstruksi, teknologi perlindungan. Makna
tersembunyi bentuk kotak dalam logo biasanya melambangkan ruang khusus,
visi kekuatan, pandangan-pandangan yang terukur dan harapan (jendela).
Walaupun dasar dari logo ini terkena kaku dari bentuk dasarnya, namun
elemen segitiga yang membentuk segiempat tersebut memiliki kesan dimanis.
Seperti logo Yandi, logo ini juga memiliki elemen bidang segitiga.
Seperti yang telah diuraikan pada pembahasan logo miliki Yandri bahwa
segitiga dapat mengimplentasikan pergerakan berdasarkan ke mana mereka
menunjuk atau sebagai arah atau puncak keberhasilan. Segitiga dapat digunakan
untuk memberikan tema yang umum seperti piramida, gunung, panah dan
simbol api. Sifat dinamisnya membuat segitiga lebih cocok untuk desain logo
pada perusahaan teknologi tinggi yang berkembang.
Makna tersembunyi segitiga dalam logo dapat digunakan untuk
menyampaikan perkembangan, arah dan tujuan, maskulinitas, trinitas, ketegaran,
stabilitas dan menembus batas.
285
285
Segi empat menurut makna bentuk suku Batak Toba menyerupai bentuk
ragam hias yang terdapat pada salah satu hiasan tengah ulos atau badan. Ulos
merupakan selembar kain yang ditenun untuk keperluan adat. Ulos adat
memiliki makna simbolis berupa pelindung roh (mangulasi tondi) dan
mendatangkan rahmat dari Tuhan. Pengertian umum adalah kain melindungi
tubuh dari gangguan alam.
Bentuk segitiga yang terdapat pada logo yang membentuk segi empat,
hampir sama dengan gerga ipon-ipon. Ipon-ipon merupakan hiasan tepi. Seperti
yang telah dibahas pada logo karya Yandri bahwa ipon-ipon bukan saja sekedar
hiasan tetapi memiliki makna setiap insan mengharapkan keturunannya
berpendidikan.
4.4.3.1.2. Peranan warna logo Agnes Ramadhani
Logo terdiri dari tiga warna yaitu, merah, hitam dan putih. Dalam teori
nirmana warna merah merupakan warna dasar yang merupakan warna yang
berdiri sendiri tanpa campuran dari warna apapun. Hitam dan putih dalam teori
warna merupakan gelap terang.
Warna-warna yang dihadirkan dalam logo ini merupakan perencanaan
corporate identity, warna mempunyai fungsi untuk memperkuat aspek identitas
dan untuk mempertegas maksud dari simbol-simbol tersebut.
Kemampuan warna merah, hitam dan putih dapat menciptakan impresi,
mampu menimbulkan efek-efek tertentu, sehingga mampu mempengaruhi
286
286
perilaku, memegang peranan penting dalam penilaian estetis dan turut
menentukan sikap kesukaan konsumen terhadap produk.
Warna merah yang dihadirkan pada logo ini paling sering menarik
perhatian. Karena warna merah memilki karateristik merangsang saraf, kelenjar
adrenal (endokrin) dan saraf sensorik, juga dapat meningkatkan sirkulasi darah
dan kereaktivan darah itu sendiri. Warna merah juga paling ampuh untuk
merangsang dan meningkatkan energi fisik, memperkuat motivasi,
meningkatkan sirkulasi, dan berkaitan dengan seksualitas. Merah juga
membangkitkan emosi dan menciptakan perasaan kegembiraan atau intensitas.
Tetapi pada saat yang sama, warna ini dapat dianggap sebagai tuntutan dan sikap
agresif. Merah adalah warna yang kuat sekaligus hangat.
Pada desain logo ini, warna merah digunakan sebagai aksen karena
sifatnya yang kuat. Warna hitam putih pada logo dan di berikan aksen warna
merah sedikit saja sudah bisa membuat logo ini menjadi terlihat berbeda.
Dalam desain pada logo ini hitam memerakan warna yang elegan.
Karena itu elemen warna putih dan merah yang didampingkan dengan hitam
akan terasa lebih bagus dan menonjol. Sehingga menciptakan efek komunikasi
visual, marketing, materi promosi pada logo perusahaan yang menjadi titik awal
dari program branding yang sukses dan berhasil.
Warna hitam berfungsi untuk memberikan vibrasi tertentu di dalam
desain logo yang diciptakan oleh Agnes Ramadhani.
287
287
Pilihlah warna putihpada logo memiliki sugesti untuk meredakan rasa
nyeri. Putih juga meberikan aura kebebasan dan keterbukaan, untuk menciptakan
kesan steril.
Warna putih pada logo ini menghadirkan originalitas warna yang murni,
tidak ada campuran apapun, yang efek suci dan bersih pada perusahan batik
tersebut. Desain ini memiliki gaya simple dan minimalis, dengan menggunakan
warna putih adalah langkah yang tepat walaupun bukan cara satu-satunya.
Kalau dilihat peranan warna dari suku Batak Toba, warna yang dominan
pada gorga batak Toba adalah warna hitam, merah dan putih. Ketiga warna
gorga juga melambangkan tiga penguasa alam semesta yaitu Batara, Guru
penguasa Banua Toru dilambangkan dengan warna hitam, Debata Sori penguasa
Banua Tonga dilambangkan dengan warna merah, dan Mangala Bulan penguasa
Banua Ginjang, dilambangkan dengan warna putih. Ketiga dewa yang dikenal
dengan sebutan ‘Debata Sitolu Sada’, atau tritunggal dewa dan tiga bagian alam
semesta ini sangat mempengaruhi hampir seluruh kebudayaan Batak.
Warna hitam pada logo ini merupakan symbol dari Banua Toru (kosmos
bagian bawah) dan penguasaanya.Sebagai lambang yang adil dan bijaksana. Di
dalam kehidupan sehari-hari warna hitam dianggap sebagai simbol kekuatan
pengobatan dan kedukunan.
Warna hitam disimbolkan sebagai Raja Warna, sebab kalau warna ini
dicampur dengan warna lain, dengan perbandingan yang sama, maka warna
yang lebih kuat adalah warna hitam. Selain itu warna hitam disebut sebagai raja
288
288
warna karena warna ini melambangkan kekuatan, pelindung dan kekuasaan yang
adil dan bijaksana.Itulah sebabnya ikat kepala kepala raja di Tanah Batak selalu
berwana hitam. Dalam Gorga Batak Toba warna hitam selalu dibuat pada andor
yaitu bidang gorga yang selalu dikontur dengan garis besar berwarna putih.
warna hitam yang dihadirkan pada tulisan yang terdapat pada logo merupakan
warna ciri khas batak yang merupakan perwakilan daerah sumatera utara yaitu
hitam.
Begitu hebatnya kekuatan warna hitam pada logo ini, sehingga bisa
memberikan efek psikologis dan kesan yang mendalam kepada semua orang
yang melihatnya. Malah di dalam terapi kesehatan, warna tertentu di gunakan
untuk membantu pasien menjadi lebih cepat sembuh.
Warna merah pada logo ini merupakan simbol Banua Tonga (kosmos
bagian tengah) dan penguasanya adalah Debata Sori. Merah adalah lambang
keberanian dan kesaktian.
Warna putih merupakan simbol dari Banua Ginjang (kosmos bagian
atas) dan penguasanya Mangala Bulan. Putih melambangkan kesucian dan
kehidupan.Orang Batak percaya membuat hidup adalah gota(getah), suatu
tenaga ajaib yang mengalir dalam tubuh makhluk hidup. Orang Batak zaman
dahulu menganggap manusia hidup dari 11 gota ni (getah nasi), gota ni gadong
(getah ubi), dan gota ni ingkau (getah sayur-sayuran). Memang tidak semua
getah berwarna putih tetapi karena kebanyakan getah berwarna putih, maka
orang Batak menganggap bahwa getah itu berwarna putih.
289
289
Warna putih dibuat pada garis gorga (hapur atau lili), yaitu garis kontur
dan garis tengah yang selalu mengikuti andor (garis berwarna hitam). Warna
putih melambangkan sebagai warna sisandang dera sebagai kuda kendaraan
Tuan Malabulan adik dari Tuan Sorimangaraja, maka ini dianggap sebagai
lambang pekerja yang baik (paninggal sibola tali).
Gambar 4.48 : Ukuran skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna
Logo Agnes Ramadhani
4.4.3.1.3. Jenis font logo Agnes Ramadhani
Jenis tipografi memperkuat untuk menampilkan kesan modernisasi dan
menutupi kekakuan dari bentuk segiempat yang dihadirkan pada logo, sehingga
menimbulkan kesan dimanis. Jenis tipografi dari logo ini adalah distorsi dari
290
290
jenis komik yang segaja didesain bebas agar logo tersebut terlepas dari
kekakuan.
Jenis huruf digunakan pada logo ini sebagai menguat identitas sebuah
perusahaan. Yang lebih diutamakan dalam penciptaan adalah kebebasan dalam
mengomunikanmakna simbol serta peranan lambang yang diinformasikan oleh
logo tersebut. Jenis huruf ini sengaja di pilih untuk menciptakan kesan unik pada
logo tersebut.
Jadi picture mark logo yang berbentuk segi empat merupakan wadah dari
tempat proses penciptaan batik. Walaupun bentuk segiempat atau disebut juga
dengan tidak menarik perhatian, namun picture mark lebih terlihat dinamis dan
berasumsi teknologi yang kokoh serta berkualitasdan memberikan harapan pada
sebuah perusahan, makna simbolis dari unsur budaya merupan mangulasi tondi
dan mendatangkan rahmat dari Tuhan. Peran segitiga yang membentuk
segiempat menunjuk atau sebagai arah atau puncak keberhasilan
Letter mark pada logo menjadikan desain logo yang diciptakan Agnes
menjadi lebih bebas dan dinamis, warna-warna yang dihadirkan padamenjadikan
logo ini menjadi lebih elegan, berani, jujur dan berkuliatas, menjadikan
perusahan batik yang memiliki ciri khas Batak Toba menjadi raja di Sumatera
Utara khususnya dan dunia internasional diantara perusahan-perusahan batik
yang lain
Gambar 4.49 : Diagram, Tanda, Penanda dan Petanda
291
291
Logo Agnes Ramadhani
Segitiga yang tersusun membentuk segiempat adalah abtraksi dari
distorsi bentuk ulos memiliki makna denotatif sebagai perlengkapan upacara
adat Batak Toba. Distorsi bentuk ulos tersebut yang secara kongkrit adalah
tekstual dari simbol suku batak toba. Picture mark pada logo ini merupakan
penanda. Typo (teks) Batik Sumut berkonotasi pada suatu daerah di Sumatera
Utara yaktu Batak Toba. Letter Mark Warna putih, merah dan hitam merupakan
lambang sebagai konsepsi dari logo tersebut.
Distorsi kain ulos yang berbentuk segiempat adalah simbol yang bersifat
tekstual merupakan penanda. Warna putih, merah serta hitam adalah lambang
yang bersifat konseptul merupakan petanda. Jadi bentuk dan warna adalah logo
yang merupakan sebuah tanda.
4.4.3.2. Logo Agung Nugraha
292
292
Agung Nugraha merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi
multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif tembakau mencirikan
Tanah Deli, atau kota Medan yang merupakan jenis motif kontemporer. Logo
hasil ciptaan Agung Nugrana ini ditelah diamati dan direduksi sesuai dengan
prinsip-prinsip logo yang baik, hasilnya logo ini memiliki enam dari delapan
kreteria logo yang baik.
Desain logo karya Agung ini, dilihat dari picture mark-nya tidak sesuai
dengan fungsi dari perusahaan yaitu logo batik, dan juga tidak memiliki
keunikan, karena desain logo terlihat lebih elegan, apalagi dilihat dari letter
mark-nya, huruf yang dipilih menghadirkan kedinamisan yang sangat mewah.
Namun logo ini memiliki keserhanaan dari bentuknya, mudah diingat
kerena mencirikan sesuatu, sangat enak dipandang dengan warna yang
dihadirkan dan tepat sasaran dari identitas yang tonjolkan. Logo ini memiliki
predikat cukup baik.
Gambar 4.50 : Tampilan Bentuk dan Warna
Logo Agung Nugraha
293
293
4.4.3.2.1. Makna bentuk logo Agung Nugraha
Dalam teori nirmana bentuk yang dihadirkan tidak berwujud karena
nirmana dibentuk dari dua kata yaitu nir berarti tidak, mana berarti makna, jika
digabungkan berarti tidak bermakna atau tidak mempunyai makna. Jika di
artikan lebih dalam nirmana berarti lambang-lambang bentuk tidak bermakna,
dilihat sebagai kesatuan pola, warna, komposisi, irama, nada dalam desain.
Bentuk yang dipelajari biasanya diawali dari bentuk dasar seperti kotak, segitiga,
bulat yang sebelumnya tidak bermakna diracik sedemikian rupa menjadi
mempunyai makna tertentu.
Namun pada logo ini bentuk yang dihadirkan memiliki wujud yaitu dua
helai daun tembakau yang menjadi picture mark. Ketika berbicara tentang
tembakau dunia pasti menyahut “Tembakau Deli” milik Kesultan Deli yang
istananya masih berdiri megah di kota Medan yaitu Istana Maimoon. Citra rasa
yang tinggi menjadikan tembakau deli pada zaman dulu tersohor sampai
keseluruh belahan dunia.
Pada logo ini bentuk tembakau yang dihadirkan mencermin komoditi
eksport yang berasal dari tanah deli yaitu kota Medan. Dua helai daun tembakau
yang dihadirkan merupakan simbol pasangan, produk batik yang berciri khas
kota Medan akan dipasarkan sepasang yaitu produk untuk laki-laki dan
perempuan. merupakan batik dengan ciri khas kota Medan yaitu kesultanan deli
yang identik dengan suku Melayu.
294
294
4.4.3.2.2. Peranan warna logo Agung Nugraha
Warna yang dihadirkan pada logo, picture markyang berbentuk dua helai
tembakau deli berwarna hijau tua dan hijau muda. Merurut teori nirmana warna
hijau merupakan warna skunder, yaitu gabugan dari dua warna primer. Warna
hijau merupakan hasil penggabungan dari warna biru dan kuning. Warna hijau
memiliki arti dan keistimewaan dan melambangkan kehidupan dan tabah dalam
menghadapi masalah. Hijau dikaitkan dengan dunia alam. Karena hubungannya
dengan alam, hijau dianggap sebagai warna menenangkan dan santai. Warna
hijau yang dihadirkan picture mark pada logo akan menyeimbangkan emosi,
menciptakan keterbukaan antara anda dan orang lain. Warna ini juga terkait
dengan cakra jantung sehingga dipercaya membantu masalah emosional, seperti
cinta, kepercayaan, dan kasih sayang. Di dalam desain logo karya agung ini,
warna hijau digunakan untuk memberikan kesan segar, membangkitkan energi,
memberikan efek menenangkan, menyejukkan, menyeimbangkan emosi,
memberikan rasa bahagia, dan rasa percaya diri. Warna hijau muda dan hijau
muda melambangkan tumbuh dan berkembang juga merupakan ciri khas dari
daerah asal memilik.
Warna hijau dalam kebudayaan biasanya identik dengan suku Melayu,
orang Melayu pada umumnya beragama Islam, menurut sejarah Melayu itu
adalah Islam, sehingga warna hijau melambangkan warna identik agama Islam.
295
295
Sehingga warna hijau selalu digunakan pada bangunan bernuansa Islam
melambangkan kesuburan dan kesetiaan, taat serta patuh, terhadap ajaran agama.
Warna Pakaian Hijau Lumut dipakai oleh kaum-kaum bangsawan,
Tengku, Encik, dan Wan. Seperti kesultan deli. Warna hitam yang dihadirkan
letter markpada logo memberikan kesan kokoh, kuat dan elengan. Dalam
kebudayaan warna hitam mencerminkan kedudukan atau pun bersifat menguasa
seperti seorang raja.
Gambar 4.51 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna
Logo Agung Nugraha
4.4.3.2.3. Jenis font logo Agung Nugraha
Bentuk huruf yang disajikan sangat tegas dan dinamis, semakin menbuat
logo ini terkesan mewah, bermatabat dan elegan. Jenis huruf ini merupakan
distorsi dari jenis tipografisegoe ui semibold dan zygo. Jenis huruf ini sengaja
296
296
dihadirkan agar logo tersebut menciptakan kemewahan seperti kehidupan
kesultanan deli.
Pemilihan nama perusahan batik tersebut sangat tepat yaitu AGUNG
yang diambil dari nama depan pencipta logo tersebut. Yang menciptakan kesan
agung ada logo tersebut.
Jadi logo karya Agung ini merupakan logo batik yang berasal dari kota
Medan yang mampu menciptakan karya-karya yang mewah, agung dan elengan,
dan menambah wibawa bagi orang yang memakainya laksana seorang raja yang
tersohor sampai kepenjuru dunia, seperti tembakau deli yang menjadi komoti
ekspor yang diinginkan oleh dunia.
Gambar 4.52 : Diagram Tanda, Penanda dan Petanda
Logo Agung Nugraha
Dua bentuk daun adalah abtraksi dari distorsi tumbuhan memiliki makna
denotatif sebagai daun tembakau. Distorsi bentuk daun tembakau tersebut adalah
297
297
tekstual dari simbol kesultanan deli. Picture mark pada logo ini merupakan
penanda. Typo (teks) Batik Agung berkonotasi pada pencapaian sebuah tujuan
adalah konsep dari branding dan identitas dari pemilik logo tersebut. Letter
Mark yang terpisah dari bentuk logo bentuk logo adalah petanda.Warna hijau
muda dan hijau tua merupakan lambang juga sebagai konsepsi dari logo
tersebut.
Distorsi daun tembakau yang dibentuk menjadi dua helai daun tembakau
adalah simbol yang bersifat tekstual merupakan penanda. Warna hijau muda dan
hijau tua adalah lambang yang bersifat konseptul merupakan petanda. Jadi
bentuk dan warna adalah logo yang merupakan sebuah tanda.
4.4.3.3. Logo Fita Elfatisia Purba
Fita Elfatisia Purba merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program
studi multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif Sumatera Utara
yang merupakan jenis motif kontemporer. Logo ini telah direduksi dan diamati
sesuai dengan kreteria logo. logo karaya Fita Elfatisia Purba ini memiliki eman
dari delapan kreteria logo yang baik.
Desain logo ini terkesan klasik, namun pada pewarnaanya terkesan
modern, jenis desain logo sepertinya hanya jadi primadona dizamannya, ketika
zaman berubah logo sepertinya lambat laun akan terasa ketinggalan zaman.Juga
idak terlihat unik, karena desain seperti ini sering dibuat orang hanya dengan
pemisahan picture mark dan letter mark, padahal pemilihan objek pada picture
298
298
mark sudah tepat, hanya pengaturan komposisi dan layout antara picture mark
dan letter mark saja yang perlu dibenahi
Bila terdapat ruang yang kecil untuk sebuah promosi, tulisan batik yang
ada pada huruf tidak akan terlihat, ini yang mmbuat logo karya Fita ini kurang
fleksibel. Namun logo ini memiliki kesederhaan dan mudah diingat dari bentuk
serta warnanya, enak dipandang, sesuai fungsi dan tepat sasaran. Logo ini
memiliki predikat baik.
Gambar 4.53 : Tampilan Bentuk dan Warna
Logo Fita Elfatisia Purba
4.4.3.3.1. Makna bentuk logo Fita Elfatisia Purba
Bentuk yang dihadirkan pada logo ini merupakan ciri khas Sumatera
Utara yang di ambil dari motif tumbuhan. Picture mark pada logo ini merupakan
bentuk serangkaian bunga.Say it with flowers, itulah ungkapan yang sering
didengar untuk mengungkapkan sesuatu pada seseorang. Bungalah yang selalu
299
299
mewakili perasaan terhadap seseorang yang dikasihi dan membuatnya sangat
berarti dalam kehidupan.
Beda warna bunga, beda pula arti bunga yang tersimpan di dalamnya.
Misalnya, warna merah menunjukkan gairah yang mendalam, putih menyiratkan
kesan elegan, dan emas menggambarkan sebuah kegembiraan.
Bunga diartiakn sebagai keindahan, serta keharuman yang menjadi cita-
cita perusahaan tersebut, perusahan batik ini akan menciptakan kain batik yang
bermotif indah dan alami serta keharuman yang akan didapatkan oleh
perusahaan yang akan dikenali dan namanya menjadi harum dikalangan
masyarakat dengan produk yang berkulitas.
4.4.3.3.2. Peranan warna logo Fita Elfatisia Purba
Warna tidak terlepas dari peranan logo yang memiliki simbol-simbol
yang dapat diterjemahkan menjadi sebuah makna yang tersirat maupun tersurat.
Pada desain logo karya Fita ini warna yang dihadirkan sangat feminism sesuai
dengan yang menciptakan logo tersebut, feminim indetik dengan kaum hawa.
Warna yang dominan pada logo tersebut ilah biru muda dan merah muda atau
pink.
Kedua warna ini sangat disukai oleh kaum hawa, karena warna ini sangat
lembut layaknya seperti bunga. Kalau dilihat dari maknanya warna biru muda
Biru termasuk salah satu warna yang paling populer dalam desain logo bahkan
hampir 83% orang mencantumkan warna ini sebagai salah satu warna favorit
300
300
mereka. Langit dan lautan yang berwarna biru melambangkan sesuatu yang luas
dan tanpa batas. Biru juga menggambarkan rasa tenang, berwibawa, percaya
diri, kesetiaan dan kesuksesan. Warna ini bahkan dipakai pada hampir semua
logo perusahaan Top 500 Fortune diamerika serikat dan bukan hanya para
pebisnis yang menyukai warna ini, para tokoh super hero seperti superman,
spiderman atau wonder women selalu memakai kostum dengan aksen biru
tersebut.
Begitu juga dengan warna Merah muda mewakili bagian feminin dari
kehidupan manusia yang menggambarkan kelembutan dan cinta. Terkadang
warna ini selain dianggap romantis juga terasosiasi dengan sifat kekanak-
kanakan. Merah muda adalah varian lembut dari warna merah dan sering
dimanfaatkan untuk menambahkan kesan feminin dalam sebuah logo. Selain itu
warna merah muda atau pink ini dapat pula melambangkan perasaan yang halus,
kewanitaan dan kemurnian serta karena gencarnya kampanye kesadaran
terhadap penyakit kini warna ini sudah mulai terasosiasi dengan kanker
payudara.
Kalau warna biru muda dan merah muda disandingkan dengan bunga
akan memiliki makna yang berbeda. Makna dari bunga warna biru muda tidak
dapat ditemukan dengan mudah. Contoh bunga biru yang sangat “kaya” dan
mewah adalah iris blue dan hydrangea blue. Bunga berwarna biru menawarkan
efek ketenangan yang luar biasa. Karena warna biru mengingatkan kita terhadap
langit dan laut yang sangat menenangkan. Bunga biru digunakan untuk berbicara
301
301
tentang keintiman dan bentuk kepercayaan serta komunikasi untuk membangun
hubungan dalam jangka panjang. Biru juga mengandung makna kedamaian dan
simpati.
Merah muda atau merah muda adalah warna bunga untuk menunjukkan
sikap innocence, sensitivitas, dan sedikit bermain-main. Bunga dengan warna
merah mudah dianggap bunga yang paling romantis karena identik dengan
warna yang biasa digunakan untuk menyatakan cinta dan keromantisan. Secara
tradisional, bunga merah muda kerap kali dikaitkan dengan feminitas dan
kelembutan. Akan tetapi, banyak pasangan modern yang menganggap bunga
merah muda sebagai suatu hal untuk mewakili perhatian dan spontanitas.
Warna hitam yang dijakan sebagai kontur ataau garis pinggir pada logo
memikili makna melindungi ataupun keangunan serta eleganitas yang dapat
menyeimbangkan warna lembutyang dominan pada logo tersebut.
Gambar 4.54 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna
Logo Fita Alfatisia Purba
302
302
4.4.3.3.3. Jenis font logo Fita Elfatisia Purba
Jenis huruf ini merupakan distorsi dari storybook, huruf sengaja dibuat
melengkung menyerupai bentuk tangkai bunga agar letter mark mendekati
karakter dari picture mark yaitu bentuk bunga.
Logo karya Fita ini memiliki makna keharuman yang menjadi cita-cita
perusahaan tersebut, perusahan batik ini akan menciptakan kain batik yang
bermotif indah dan alami serta keharuman yang akan didapatkan oleh
perusahaan yang akan dikenali dan namanya menjadi harum dikalangan
masyarakat dengan produk yang berkulitas. Yang bercirikan hanya produk
perempuan yang mewah layaknya seperti putri raja.
Gambar 4.55 : Diagram Tanda, Penanda dan Tanda
Logo Fita Elfatisia Purba
303
303
Bentuk tumbuhan adalah abtraksi dari distorsi bentuk untaian bunga
memiliki makna denotatif sebagai bunga raya atau kembang sepatu. Distorsi
bentuk tersebut adalah tekstual dari simbol perempuan. Picture mark pada logo
ini merupakan penanda. Typo (teks) Batik Fita berkonotasi pada pencapaian
sebuah tujuan adalah konsep dari branding dan identitas dari pemilik logo
tersebut. Letter Mark yang terpisah pada bentuk logo adalah petanda. Warna
putih, biru muda dan merah muda merupakan lambang juga sebagai konsepsi
dari logo tersebut.
Bentuk bunga raya atau kembang sepatu adalah simbol yang bersifat
tekstual merupakan penanda dan warna putih, biru muda serta merah muda
adalah lambang yang bersifat konseptul merupakan petanda. Jadi bentuk dan
warna adalah logo yang merupakan sebuah tanda.
4.4.3.4. Logo Iqbal Rizki
Iqbal Rizki merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi
multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif bunga kembang sepatu
yang merupakan jenis motif kontemporer. Desain logo ini telah diamati dan
direduksi yang kemiliki enam dari delapan kreteria logo yang baik. Jenis simbol
yang dihadikan pada picture mark tidak sesuai dengan fungsi dari perusahan
yairu batik tetapi picture mark pada logo ini mengidentikkan bahwa bentuknya
merupakan ciri dari daerah Sumatera.
304
304
Logo ini juga belum terlihat unik karena picture mark dan letter mark
dirancang dengan komposisi seperti kebanyakan logo lainnya. Tetapi logo ini
memiliki kesederhanaan mudah diingat, tidak termakan oleh zaman, tepat
sasaran dan dapat diterapkan diberbagai media atau memikili fleksibelitas.
Berdasarkan pengamatan dan reduksi logo ini tergolong logo yang cukup baik.
Gambar 4.56 : Tampilan Bentuk dan Warna
Logo Iqbal Rizki
4.4.3.4.1. Makna bentuk logo Iqbal Rizki
Bentuk picture mark pada logo ini merupakan bentuk bunga kembang
sepatu, kembang sepatu merupakan tumbuhan liar yang tumbuh di daerah
Sumatera dan negara Malaysia. Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)
adalah tanaman semak suku Malvaceae yang berasal dari Asia Timur dan
banyak ditanam sebagai tanaman hias di daerah tropis dan subtropis. Bunga
besar, berwarna merah dan tidak berbau. Bunga dari berbagai kultivar dan
305
305
hibrida bisa berupa bunga tunggal (daun mahkota selapis) atau bunga ganda
(daun mahkota berlapis) yang berwarna putih hingga kuning, oranye hingga
merah tua atau merah jambu.
Di Sumatera dan Malaysia, kembang sepatu disebut bunga raya. Bunga
ini ditetapkan sebagai bunga nasional Malaysia pada tanggal 28 Juli1960. Orang
Jawa menyebutnya kembang worawari.
Bunga jenis ini terdiri dari lima helai daun kelopak, yang dilindungi oleh
kelopak tambahan (epicalyx), sehingga terlihat seperti dua lapis kelopak bunga.
Mahkota bunga terdiri dari lima lembar atau lebih jika merupakan hibrida.
Tangkai putik berbentuk silinder panjang dikelilingi tangkai sari berbentuk oval
yang bertaburan serbuk sari. Biji terdapat di dalam buah berbentuk kapsul
berbilik lima.
Pada umumnya tinggi tanaman sekitar dua sampai lima meter. Daun
berbentuk bulat telur yang lebar atau bulat telur yang sempit dengan ujung daun
yang meruncing. Di daerah tropis atau di rumah kaca tanaman berbunga
sepanjang tahun, sedangkan di daerah subtropis berbunga mulai dari musim
panas hingga musim gugur.Bunga berbentuk trompet dengan diameter bunga
sekitar enam cm hingga dua puluh cm. Putik (pistillum) menjulur ke luar dari
dasar bunga. Bunga bisa mekar menghadap ke atas, ke bawah, atau menghadap
ke samping.
Bunga kembang sepatu, selain dimanfaatkan untuk perhiasan di taman
atau di pekarangan, juga dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Misalnya, daun
306
306
kembang sepatu digunakan sebagai obat penurun panas pada anak-anak maupun
orang dewasa.
4.4.3.4.2. Peranan warna logo Iqbal Rizki
Logo karya Rizky ini memiliki warna yaitu, putih merah, kuning, biru
dan hitam, namun yang dibahasa pada peneliatian ini adalah warna yang lebih
dominan pada logo. Menurut teori nirmana, warna ini merupakan warna dasar
atau primer, warna yang berdiri sendiri tidak mengalami campuran dari warna
manapun.
Penanan warna merah pada logo ini adalah untuk menarik perhatian.
Warna merah juga paling ampuh untuk merangsang dan meningkatkan energi
fisik, memperkuat motivasi, meningkatkan sirkulasi, dan berkaitan dengan
seksualitas. Merah juga membangkitkan emosi dan menciptakan perasaan
kegembiraan atau intensitas. Merah adalah warna yang kuat sekaligus hangat.
Didalam desain, dapatdigunakan warna merah sebagai aksen karena sifatnya
yang kuat.
Kuning adalah warna cerah yang dapat menarik banyak perhatian. Warna
ini bisa dipakai sedikit untuk pemberitahuan, seperti cahaya kedua lampu rem
yang berada dikendaraan. Pada logo ini warna kuning memiliki makna
intelektual dan proses mental. Warna cerah ini juga merangsang otak serta
membuat lebih waspada dan tegas. Kuning adalah warna yang ceria,
menyenangkan dan penuh energi. Kuning juga biasanya di gunakan untuk
307
307
mendapatkan perhatian dari orang yang melihat desain logo. Karena begitu
kuatnya warna kuning ini, seringkali di gunakan untuk mendapatkan perhatian
orang.
Dari semua warna dalam spektrum, biru juga merupankan warna yang
meningkatkan ekspresi verbal, komunikasi, ekspresi artistik dan kekuatan. Biru
yang kuat (biru tua) akan merangsang pemikiran yang jernih dan biru muda akan
menenangkan pikiran dan membantu konsentrasi.
Biru adalah warna favorit para pria dan termasuk warna yang dingin.
Kalau di dunia desain logo, biru sering di sebut warna corporate karena hampir
semua perusahaan menggunakan warna biru sebagai warna utamanya. Tidak
heran memang, karena biru merupakan warna yang termasuk tenang dan bersifat
profesional. Efek lain warna biru adalah sering di anggap sebagai warna yang
melambangkan kepercayaan dan trustfulness.
Gambar 4.57 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna
Logo Iqbal Rizki
308
308
4.4.3.4.3. Jenis font logo Iqbal Rizki
Letter mark pada logo ini mencermikan kebebasan tidak kaku dan
fleksibel. Jenis huruf ini merupakan distorsi dari huruf fontdinerdotcom
huggable, jenis font ini menjadikan logo ini lebih dinamis, dan menciptakan
Suasana ceria, tetapi tidak menghilangkan kesan tegas dan elegan pada logo
tersebut.
Jadi logo karya Rizky ini, memiliki makna bahwa picture mark dari logo
tersebut mengambarkan perusahan yang terbesar di Indonesia, memiliki daya
rangsang yang kuat dalam berkomunikasi pada konsumen, serta
menginformasikan produk dari batik tersebut satu-satunya yang memiliki
kualitas terbaik di Sumatera Utara yang memiliki kekuatan untuk bersaing
dipasar lokal maupaun internasional.
Gambar 4.58 : Diagram Tanda, Penanda dan Petanda
Logo Iqbal Rizki
309
309
Bentuk tumbuhan liar adalah abtraksi dari distorsi bentuk setangkai
bunga memiliki makna denotatif sebagai bunga raya atau kembang sepatu.
Distorsi bentuk bunga tersebut adalah tekstual dari simbol salah satu pulau di
Indonesia yaitu Sumatera. Picture mark pada logo ini merupakan penanda. Typo
(teks) Iqbal Batik berkonotasi pada pencapaian sebuah tujuan adalah konsep dari
branding dan identitas dari pemilik logo tersebut. Letter Mark yang terpisah
pada bentuk logo adalah petanda. Warna putih, merah, biru, kuning dan hitam
merupakan lambang juga sebagai konsepsi dari logo tersebut.
Bentuk bunga raya atau kembang sepatu adalah simbol yang bersifat
tekstual merupakan penanda dan warna putih, biru, kuning, serta hitam adalah
lambang yang bersifat konseptul merupakan petanda. Jadi bentuk dan warna
adalah logo yang merupakan sebuah tanda
4.4.3.5. Logo Menanti Sitohang
Menanti Sitohang merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi
multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif daun sirih yang
merupakan jenis motif kontemporer. Logo hasil ciptaan M. Sitohang ini telah
diamati dan direduksi. Hasi pengamatan tersebut adalah bahwa logo tersebut
telah memenuhi enam dari delapan kreteris logo yang baik, diantaranya,
sederhana, mudah diingat, tahan lama (tidak termakan zaman),enak dipandang,
dan tepat sasaran serta fleksibel.
310
310
Picture mark pada logo tidak menggambarkan logo batik, tetapi motif
pada logo ini merupakan jenis tumbuhan yang ada di pulau Sumatera, logo
tersebut juga belum bisa dikatakan sebagai logo yang unik, karena layout pada
komposisi picture mark dan letter mark-nya, masih seperti kebanyakkan logo
yang lain. Namun dari hasil pengamatan logo karya M. Sitohang ini memiliki
predikat CUKUP BAIK, menurut kreteria logo, seperti yang dibahas pada bab-
bab sebelumnya.
Gambar 4.59 : Tampilan Bentuk dan Warna
Logo Menanti Sitohang
4.4.3.5.1. Makna bentuk logo Menanti Sitohang
Bentuk dasar picture markadalah lingkaran, dan terdapat dua lingkaran,
lingkaran yang pertama merupakan distorsi dari bentuk daun sirih, dan
lingkaran yang kedua sebagai pengunci ataupun hiasan tepi pada picture mark.
Menurut teori nirmana picture mark pada logo merupakan dasar pola
bidang. Penentuan bentuk logo berdasarkan maknanya dipilih dengan maksud
311
311
supaya logo tersebut mampu menyampaikan pesan yang ingin disampaikan oleh
pemilik logo kepada konsumennya. Selain itu, logo juga mampu membangun
brand image seperti yang diinginkan oleh pemilik logo. Oleh karenanya bentuk
logo merupakan gambaran dari karakter pemilik logo.
Bentuk lingkaran sangat cocok dengan dengan perusahaan ini yang
memberikan kesan yang dinamis, bergerak, memiliki kecepatan, sesuatu yang
berulang, tidak terputus, tidak memiliki awal atau akhir, abadi, memiliki
kualitas, dapat diandalkan, sesuatu yang sempurna, serta kehidupan.
Makna atau kesan yang diberikan ini adalah sebuah simbol yang secara
tidak sadar menjadi suatu peraturan. Atau dengan kata lain, terjadi dialam bawah
sadar manusia. Ini merupakan simbol-smbol dan manusia modern adalah
manusia yang penuh dengan simbol. Menyampaikan sesuatu dengan simbol
dianggap akan lebih praktis jika menggunakan tulisan. karena simbol bisa dilihat
lebih cepat dibandingkan dengan tulisan. Apalagi simbol yang secara tidak sadar
telah melekat dalam otak manusia karena ketika simbol tersebut dilihat, maka
secara otomatis maka dri simbol tersebut akan muncul sebagai suatu pemahaman
yang mengendalikan pemikiran dan perasaan manusia.
Lingkaran tentu termasuk sebuah simbol yang akan mengendalikan
pikiran serta perasaan orang yang melihatnya. Oleh karenanya logo berbentuk
lingkaran akan mampu membangun brand image yang sama seperti makna pada
bentuk lingkaran.
312
312
Pada lingkaran yang kedua terdapat distorsi daun sirih yang memiliki
makna sebagai simbol kerukunan dan perdamaian, tak heran dalam adat istiadat
suku tertentu kerap membawa dan atau menyuguhkan daun sirih ini sebagai
artian pernyataan hidup harmonis dan tidak saling merugikan
Sirih memiliki keunikan, tumbuhan sirih bila diperhatikan tumbuh
merambat dari bawah ke atas yang bermakna juga dalam kehidupan maupun
pekerjaan segala sesuatunya haruslah dimulai dari bawah hingga perlahan-lahan
menjadi lebih tinggi dengan tanpa merugikan orang lain.
Sangat disayangkan jika kebanyakan dari kita beranggapan bahwa sirih
hanyalah ritual khusus sekapur sirih para orang tua atau nenek-nenek saja yang
biasa selalu menyantapnya dilengkapi dengan hidangan kapur, gambir dan
pinang atau juga sedikit campuran tembakau.
4.4.3.5.2. Peranan warna logo Menanti Sitohang
Warna pada logo ini adalah putih, orange dan hitam. Pada penelitian ini
yang dibahas adalah warna yang lebih dominan pada logo tersebut. Orange
merupakan warna skunder yang terdiri dari warna primer atau warna dasar yaitu
merah dan kuning. Dan hitam memjadikan warna lebih gelap, ataupun dikatakan
sebagai gelap dan putih terang.
Orange merupakan warna hangat dan ramah yang membuat orang merasa
nyaman. Orange berhubungan dengan cakra sakral dan diyakini bermanfaat
untuk ginjal, saluran kemih dan organ repoduksi. Dia juga meningkatkan
313
313
metabolisme, memperkuat paru-paru, limpa dan pankreas. Orange adalah hasil
peleburan merah dan kuning, sehingga efek yang di hasilkan masih tetap sama,
yaitu kuat dan hangat. Dari sisi psikologis sebenarnya warna orange memberikan
kesan untuk menarik perhatian orang.
Hitam adalah warna yang gelap, suram, menakutkan tetapi elegan.
Dengan pemahaman efek dari berbagai macam warna ini maka Akarapi mampu
menerapkannya dalam dunia komunikasi visual, marketing, materi promosi,
corporate identity hingga pembuatan desain logo perusahaan yang menjadi titik
awal dari program branding yang sukses dan berhasil.
Gambar 4.60 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna
Logo Menanti Sitohang
314
314
4.4.3.5.3. Jenis font logo Menanti Sitohang
Letter mark pada logo ini merupakan kejelas identitas dari sebuh
perusahaan, ketika ditampilkan bersamaan dengan picture mark, makna pesan
yang disampaikan akan lebih akurat. Letter mark pada logo ciptaan M. Sitohang
ini merupakan distorsi dari jenis huruf ballemi extra. Penggunaan jenis huruf ini
dapat mempertegas identitas yang ingin disampaikan.
Jadi makna dari logo ini adalah perusahan batik yang memiliki unsur
budaya bangsa Indonesia akan berkembang perlahan seperti tumbuhan sirih yang
tumbuh dari bawah ke atas yang berdiri sendiri tanpa merugiakan orang lain.
Memiliki kekuatan dan dapat menyata perhatian dari kualitas produknya serta
berani tampil pada pangsa pasar local dan internasional, sebagai
wujudmemahami dan menghargai budaya bangsa kita yang luhur ini agar
tercipta suatu perdamaian melalui sehelai daun sirih.
Gambar 4.61 : Diagram Tanda, Penanda dan Petanda
Logo Menanti Sitohang
315
315
Bentuk lingkaran adalah abtraksi dari distorsi bentuk tanaman menjalar
yang terdapat didalamnya memiliki makna denotatif sebagai daun sirih. Distorsi
bentuk daun sirih tersebut adalah tekstual dari simbol kehidupan Sumatera
Utara. Picture mark pada logo ini merupakan penanda. Typo (teks) Batik
berkonotasi pada pencapaian sebuah tujuan adalah konsep dari branding dan
identitas dari produk dari logo tersebut. Letter Mark yang terpisah pada bentuk
logo adalah petanda. Warna putih, orange dan hitam merupakan lambang juga
sebagai konsepsi dari logo tersebut.
Bentuk daun sirih adalah simbol yang bersifat tekstual merupakan
penanda dan warna putih, orange serta hitam adalah lambang yang bersifat
konseptul merupakan petanda. Jadi bentuk dan warna adalah logo yang
merupakan sebuah tanda.
4.4.3.6. Logo Muhammad Zailani
Muhammad Zailani merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program
studi multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif Melayu. Logo ini
telah diamati dan direduksi sesuai dengan kreteria logo yang baik. Logo karya
Zailani ini memenuhi semua kreteria logo yang baik, dan memiliki muatan
sederhana, mudah diingat, tahan lama (tidak terpengaruh olah zaman), enak
dipandang, sesuai fungsi, tepat sasaran, unik dan menarik serta memikili
fleksibelitas pada semua media. Hasil dari pengamatan dengan kreteria logo
316
316
yang baik, logo karya Muhammad Zailaniini ditempatkan pada predikat sangat
baik sekali.
Gambar 4.62 : Tampilan Bentuk dan Warna
Logo Muhammad Zailani
4.4.3.6.1. Makna bentuk logo Muhammad Zailani
Menurut teori nirmana, picture mark pada logo merupakan bentuk pola
bidang, yaitu bidang setengah lingkaran. Seperti yang telah diuraikan pada
pembahasan sebelumnya, bahwa makna lingkaran memberikan kesan yang
dinamis, bergerak, memiliki kecepatan, sesuatu yang berulang, tidak terputus,
tidak memiliki awal atau akhir, abadi, memiliki kualitas, dapat diandalkan,
sesuatu yang sempurna, serta kehidupan.
Bentuk setengah lingkaran dapat juga diartikan pelangi. Pelangi pada
dasarnya lingkaran utuh, karena pengaruh sudut pandang, sehingga pelangi
terlihat setengah lingkaran. Pelangi merupakan sebuah demonstrasi nyata dari
317
317
dispersi (pembiasan) cahaya dan merupakan bukti bawa sinar matahari atau
cahaya tampak tersusun dari spektrum panjang gelombang. Masing-masing
panjang gelombang tersebut menghasilkan warna yang berbeda-beda yakni
warna merah, orange, kuning, hijau, biru, violet, ungu.
Makna yang lain adalah kubah masjid, bentuk setengah lingkaran biasaya
yang sering terlihat kubah masjid. Kubah merupakan bentuk setengah lingkaran
atau setengah bola, yang merupakanarsitetur banguan masjid, masjud adalah
bangunan rumah ibadah umat Islam. Tidak semua masjid menggunakan kubah
setengah lingkaran. Namun seiring berkembangan zaman, kubah indentik
dengan Islam, sehingga menjadi lambang bagunan ibadah umat Islam.
Kalau dianalis melalui makna kebudayaan, picture mark pada logo karya
Zailani ini, merupakan motif ragam hias suku Melayu. Bentuk yang dihadirkan
berupa motif tumbuh-tumbuhan. Motif seperti ini bagi orang Melayu merupakan
ragam hias dengan nama sinar matahari pagi.
Ragam hias sinar matahari pagi ini melambangkan kehidupan
masyarakat Melayu, itu sebabnya rumah-rumah Melayu pada zaman dahulu
menghadap ke matahari terbit. Tetapi seiring perkembangan jaman bentuk
ragam hias ini mengalami variasi-variasi sehingga ditengah-tengah lingkaran,
ragam hias sinar matahari pagi telah ditukar dengan motif-motif lain, seperti
tumbuhan, bunga dan lain-lain. Karena motif aslinya sudah bertukar maka
makna dari setengah lingkaran menjadi bentuk groda dalam bahasa Indonesia
disebut roda. Ragam hias sinar matahari pagi terdapat lobang hawa atau
318
318
ventelasi, dan orang menyebutnya dengan kasa pintu masuk lobang hawa atas
pintu, dan kasa jendela untuk lubang hawa di atas jendela.
4.4.3.6.2. Peranan warna logo Muhammad Zailani
Desain logo karya Zailani ini mempunyai pada picture mark warna hijau
dan pada letter mark hitam. Warna hijau adalah warna skunder, yaitu gabungan
dari warna biru dan kuning, kedua warna tersebut adalah warna primer. Warna
hijau memiliki arti dan keistimewaan dan melambangkan kehidupan dan tabah
dalam menghadapi masalah.
Hijau dikaitkan dengan dunia alam. Karena hubungannya dengan alam,
hijau dianggap sebagai warna menenangkan dan santai. Warna hijau yang
dihadirkan picture mark pada logo akan menyeimbangkan emosi, menciptakan
keterbukaan antara anda dan orang lain. Warna ini dipercaya membantu masalah
emosional, seperti cinta, kepercayaan, dan kasih sayang.
Di dalam desain logo karya Zailani ini, warna hijau digunakan untuk
memberikan kesan segar, membangkitkan energi, memberikan efek
menenangkan, menyejukkan, menyeimbangkan emosi, memberikan rasa
bahagia, dan rasa percaya diri.
Dalam teori nirmana warna hitam sebagai unsur memberi kesan gelap
pada warna. Warna hitam yang dihadirkan letter markpada logo memberikan
kesan kokoh, kuat dan elengan. Dalam kebudayaan warna hitam mencerminkan
kedudukan atau pun bersifat menguasa seperti seorang raja.
319
319
Warna hijau dalam kebudayaan biasanya identik dengan suku Melayu,
orang Melayu pada umumnya beragama Islam, menurut sejarah Melayu itu
adalah Islam, sehingga warna hijau melambangkan warna identik agama Islam.
Sehingga warna hijau selalu digunakan pada bangunan bernuansa Islam
melambangkan kesuburan dan kesetiaan, taat serta patuh, terhadap ajaran
agama.Warna Pakaian Hijau Lumut dipakai oleh kaum-kaum bangsawan,
Tengku, Encik, dan Wan. Seperti kesultan deli. Menurut kebudayaan Melayu
warna hitam melambangkan keperkasaan Warna ini selalu dipakai oleh panglima
dan hulubalang, ketika diperapkan pada pakaian adat, warna hitam
melambangkan kesetiaan, ketabahan dan bertanggung jawab serta jujur. Baju
warna Hitam dipakai oleh datuk dan orang besar kerajaan dalam upacara adat
kebesaran kerajaan.
Gambar 4.63 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna
Logo Muhammad Zailani
320
320
4.4.3.6.3. Jenis font logo Muhammad Zailani
Pada letter mark typografi yang digunakan merupakan distorsi dari jenis
huruf tiranti solid let dan arial bold. Bentuk letter mark distorsi huruf Z,
memudahkan konsumen atau pemakai produk ini untuk mengingat, karena
menggunakan konsep yang sederhana dan tidak lekang dimakan zaman.
Jadi logo milik Zailani ini memiliki makna menghadirkan kesan yang
dinamis, bergerakcepatdan tidak berhenti dalam berinovasi, , memiliki produk
berkualitas seperti baju para datok dan raja-raja, dapat diandalkan, menjadikan
usaha tersebut sempurna, serta memiliki keberhasilan seperti angin yang
berhempus masuk melalui ventelasi dan bercirikan islami seperti kehidupan
sukun Melayu.
Gambar 4.64 : Diagram Tanda, Penanda dan Petanda
Logo Muhammad Zailani
Bentuk setenga lingkaran abtraksi dari distorsi bentuk ragam hias
Matahari Terbit memiliki makna denotatif sebagai ornamen Melayu. Distorsi
bentuk ragam hias tersebut adalah tekstual dari simbol salah satu suku di
321
321
Sumatera utara adalah Melayu. Picture mark pada logo ini merupakan penanda.
Typo (teks) Zailani Batik berkonotasi pencapaian sebuah tujuan adalah konsep
dari branding dan identitas dari pemilik logo tersebut. Letter Mark yang melekat
pada bentuk logo adalah petanda. Warna putih, hijau dan hitam merupakan
lambang sebagai konsepsi dari logo tersebut.
Bentuk ragam hias matahari terbit adalah simbol yang bersifat tekstual
merupakan penanda dan warna putih, hijau muda serta hijau tua adalah lambang
yang bersifat konseptul merupakan petanda. Jadi bentuk dan warna adalah logo
yang merupakan sebuah tanda.
4.4.3.7. Logo Sri Damayanti Hutabarat
Sri Damayanti Hutabarat merupakan mahasiswa Polimedia PSDD
program studi multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif Batak
Toba. Desain logo miki Damayanti ini telah diamati dan direduksi sesuai
dengan kreteria loho yang baik. Hasil dari reduksi tersebut adalah logo ini
memenuhi seluruh prinsip kreteria logo yang baik.
Seluruh prinsip-prinsip yang ada dilogo ini adalah sederhana, mudah
diingat, tidak ternakan zaman, enak dipandang, sesuai fungsi, tepat sasaran,
unik dan menarik serta memiliki fleksibelitas di setiap media.
322
322
Gambar 4.65 : Tampilan Bentuk dan Warna
Logo Sri Damayanti Hutabarat
4.4.3.7.1. Makna bentuk logo Sri Damayanti Hutabarat
Picture mark pada logo ini merupakan distorsi dari bentuk hati. Bentuk
hati merupakan bagian dari pola bidang gambungan dari distori dua lingkaran
yang berbentuk oval. Bentuk hati biasanya identik dengan simbol cinta.
Simbol hati banyak digunakan sebagai ekspresi cinta dan kasih sayang.
Di banyak negara, simbol hati digunakan untuk menunjukkan bahwa seseorang
sedang jatuh cinta. Sebagai lambang cinta, simbol hati sering digambarkan
dengan hati yang retak atau patah biasanya melambangkan kesedihan atau rasa
sakit akibat cinta.
Bentuk asal simbol hati masih menjadi kontoversi. Walaupun secara
umum simbol ini berasal dari bentuk jantung, simbol ini hanya samar-samar
melambangkan jantung manusia. Ada pendapat yang mengusulkan bahwa benih
323
323
tanaman silphium (yang pada masa kuno digunakan sebagai alat kontrasepsi
alami) merupakan asal mula simbol hati.
Simbol hati juga disebut-sebut menggambarkan bagian-bagian tubuh
perempuan, misalnya bokong perempuan, mons pubis, atau vulva yang terbuka.
Simbol "yoni" merupakan contoh lainnya dari vulva perempuan.Simbol hati
terbalik digunakan sebagai lambang kebangsawanan karena mirip dengan testis.
Di negara Swedia bentuk hati melambangkan pembuangan air atau
kamar mandi (toilet). Bentuk hati yang arah runcingnya ke bawah merupakan
ikon dari toilet perempuan, dan bentuk hati yang terbalik atau runcingnya
mengarah ke atas merupakan ikon dari toilet laki-laki.
Picture mark pada logo karya Damayanti ini ragam hias suku Batak Toba
didistori kebentuk hati. Motif ragam hias yang dihadirkan menjadi picture mark
pada logo ini merupakan ragam hias motif tumbuhan yang didistorsi dari bentuk
gorga simarogung-ogung.
Simarogung-ogung memiliki makna bahwa ogung berarti gong yang
merupakan salah satu alat musik pukul. Gorga Simarogung-ogung memiliki
bentuk seperti gong tersebut. Gong dianggap sebagai simbol pesta yang
merupakan ungkapan kegembiraan. Gorga ini juga melambangkan kejayaan dan
kemakmuran, sehingga rumah orang yang dihiasi Gorga Simarogung-ogung ini
merupakan orang kaya yang pengasih dan pemurah (parbahul-bahul na bolon).
324
324
4.4.3.7.2. Peranan warna logo Sri Damayanti Hutabarat
Warna pada logo ini adalah hitam, merah dan putih. Warna merah dalam
teori nirmana merupakan warna dasar atau warna primer.
Pemahaman makna hitam dan putih sering disebut sebagai gelap terang.
Fakta lain mengungkapkan bahwa hitam dan putih juga merupakan bagian dari
warna yang memiliki makna dari masing-masing warna tersebut.
Hitam adalah mencerminkan kesan elegan. Karena itu elemen apapun
jika di taruh di atas dasar hitam akan terasa lebih bagus dan menonjol.Dengan
pemahaman efek dari berbagai macam warna ini mampu menerapkannya dalam
dunia komunikasi visual, marketing, materi promosi, hingga pembuatan desain
logo perusahaan yang menjadi titik awal dari program branding yang sukses dan
berhasil.
Putih juga meberikan aura kebebasan dan keterbukaan serta menciptakan
kesan steril. Putih adalah warna yang murni, tidak ada campuran apapun.
Makanya sering di anggap sebagai warna yang menimbulkan efek suci dan
bersih.
Merah adalah warna yang paling sering menarik perhatian. Warna
memilki karateristik merangsang saraf, kelenjar adrenal (endokrin) dan saraf
sensorik. Warna merah juga paling ampuh untuk merangsang dan meningkatkan
energi fisik, memperkuat motivasi, meningkatkan sirkulasi, dan berkaitan
dengan seksualitas. Merah juga membangkitkan emosi dan menciptakan
perasaan kegembiraan atau intensitas.
325
325
Didalam desain logo ini, penggunakan warna merah sebagai aksen
karena sifatnya yang kuat. Pada logoiniwarna hitam putih di berikan aksen
warna merah menjadikan logo ini terlihat berbeda.
Pengertian lain dilihat dari pemahaman kebudayaan. Pada masyarakat
suku Batak Toba, hitam merah dan putih ini merupaka ciri khas dari suku Batak
Toba, dan memiliki arti tersendiri bagi setiap warna yang dihadirkan.
Kemampuan warna merah, hitam dan putih dapat menciptakan impresi,
mampu menimbulkan efek-efek tertentu, sehingga mampu mempengaruhi
perilaku, memegang peranan penting dalam penilaian estetis dan turut
menentukan sikap kesukaan konsumen terhadap produk.
Kalau dilihat peranan warna dari suku Batak Toba, warna yang dominan
pada gorga batak Toba adalah warna hitam, merah dan putih. Ketiga warna
gorga juga melambangkan tiga penguasa alam semesta yaitu Batara, Guru
penguasa Banua Toru dilambangkan dengan warna hitam, Debata Sori penguasa
Banua Tonga dilambangkan dengan warna merah, dan Mangala Bulan penguasa
Banua Ginjang, dilambangkan dengan warna putih. Ketiga dewa yang dikenal
dengan sebutan ‘Debata Sitolu Sada’, atau tritunggal dewa dan tiga bagian alam
semesta ini sangat mempengaruhi hampir seluruh kebudayaan Batak.
Warna hitam pada logo ini merupakan symbol dari Banua Toru (kosmos
bagian bawah) dan penguasaanya.Sebagai lambang yang adil dan bijaksana. Di
dalam kehidupan sehari-hari warna hitam dianggap sebagai simbol kekuatan
pengobatan dan kedukunan.
326
326
Warna hitam disimbolkan sebagai Raja Warna, warna ini melambangkan
kekuatan, pelindung dan kekuasaan yang adil dan bijaksana.Itulah sebabnya ikat
kepala kepala raja di Tanah Batak selalu berwana hitam. Dalam Gorga Batak
Toba warna hitam selalu dibuat pada andor yaitu bidang gorga yang selalu
dikontur dengan garis besar berwarna putih. warna hitam yang dihadirkan pada
tulisan yang terdapat pada logo merupakan warna ciri khas batak yang
merupakan perwakilan daerah sumatera utara yaitu hitam.
Warna merah pada logo ini merupakan simbol Banua Tonga (kosmos
bagian tengah) dan penguasanya adalah Debata Sori. Merah adalah lambang
keberanian dan kesaktian.
Warna putih merupakan simbol dari Banua Ginjang (kosmos bagian
atas) dan penguasanya Mangala Bulan. Putih melambangkan kesucian dan
kehidupan.Orang Batak percaya membuat hidup adalah gota(getah), suatu
tenaga ajaib yang mengalir dalam tubuh makhluk hidup. Orang Batak zaman
dahulu menganggap manusia hidup dari 11 gota ni (getah nasi), gota ni gadong
(getah ubi), dan gota ni ingkau (getah sayur-sayuran). Memang tidak semua
getah berwarna putih tetapi karena kebanyakan getah berwarna putih, maka
orang Batak menganggap bahwa getah itu berwarna putih.
Warna putih dibuat pada garis gorga (hapur atau lili), yaitu garis kontur
dan garis tengah yang selalu mengikuti andor (garis berwarna hitam). Warna
putih melambangkan sebagai warna sisandang dera sebagai kuda kendaraan
327
327
Tuan Malabulan adik dari Tuan Sorimangaraja, maka ini dianggap sebagai
lambang pekerja yang baik (paninggal sibola tali).
Gambar 4.66 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna
Logo Sri Damayanti Hutabarat
4.4.3.7.3. Jenis font logo Sri Damayanti Hutabarat
Jenis tipografi pada letter mark, sengaja dipilih agak kaku agar memiliki
kesesuaian dengan picture mark, jenis huruf merupakan distorsi dari huruf
rockwell. Jenis huruf ini yang memiliki ketegasan dan kekakuan mirip dengan
karakter suku batak, namun dibalik karakter tersebut jenis font roman serif ini
memiliki nilai artistik sehingga logo tersebut identik terhadap nilai-nilai budaya
suku Batak Toba.
Jadi logo karya Damayanti ini memiliki makna kecintaan terhadap
kebudayaan suku Batak Toba sehingga pelestarian budaya tersebut di
aplikasikan dengan produk batik melalui motif-motif ragam hias yang ada
328
328
disuku Batak Toba, yang mampu bersaing dengan produk asal batik yaitu pulau
Jawa bahkan sampai kemancanegara.
Gambar 4.67 : Diagram Tanda, Penanda an Petanda
Logo Yuni Kartika Sari
Bentuk love adalah abtraksi dari distorsi gorga Simarogung Ogung
memiliki makna denotatif sebagai ragam hias Batak Toba. Distorsi bentuk ragam
hias tersebut adalah tekstual dari suku Batak Toba. Picture mark pada logo ini
merupakan penanda. Typo (teks) Batik Batak Toba berkonotasi pada suatu
daerah yang identik dengan Batak Toba. Letter Mark yang terpisah dari bentuk
logo adalah petanda. Warna merah, putih dan hitam merupakan lambang sebagai
konsepsi dari logo tersebut.
Bentuk gorga Simarogung Ogung adalah simbol yang bersifat tekstual
yang bersifat kongkrit merupakan penanda dan warna merah, putih, serta hitam
adalah lambang yang bersifat konseptul merupakan petanda. Jadi bentuk dan
warna adalah logo yang merupakan sebuah tanda.
329
329
4.4.3.8. Logo Yuni Kartika Sari
Yuni Kartika Sari merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi
multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif sumatera utara.
Berdasar hasil reduksi dan pengamatan logo inimemiliki tujuh dari delapan
kreteria logo yang baik. Salah satu kreteria ya g tidak dimiliki logo ini adalah
sesuai dengan fungsi.
Fungi sesuai dengan produk yang akan dipasarka yatu Batik dengan etnis
Sumatera Utara, tetapi logo tersebut memiliki keserhanaan, mudah diingat tidak
termakan zaman, tepat sasaran, unik dan menarik serta fleksibilitas apabila
ditempat diberbagai media. Dari hasil pengamatan logo ini memiliki predikat
sangat baik.
Gambar 4.68 : Tampilan Bentuk dan Warna
Logo Yuni Kartika Sari
330
330
4.4.3.8.1. Makna bentuk logo Yuni Kartika Sari
Logo karya Yuni ini merupaka logo batik dengan ciri khas Sumatera
Utara. Pada picture mark, logo ini menghadirkan distorsi bentuk bunga kenanga
yang telah menjadi ciri khas ataupun maskot propinsi Sumatera Utara. Bunga
kenanga yang sering disebut masyarat Sumatera Utara sebagai bunga kantil
memiliki aroma yang harum, Karena itulah bunga ini kerap disuling untuk
dijadikan minyak wangi. Sering juga dipergunakan sebagai pelengkap acara-
acara adat dan keagamaan. Termasuk salah satu bunga tabur saat berziarah.
Nama lain bunga ini adalah Cananga odorataTanaman ini satu suku
dengan sirsak dan srikaya, yaitu suku Annonaceae. Ditinjau dari sosok
tanamannya,bunga kenanga ini dibedakan atas dua jenis, yaitu: jenis pohon dan
jenis perdu, akan tetapi, keduanya termasuk dalam spesies yang sama.
Secara tradisional, bunganya berfungsi sebagi bunga tabur di
pemakaman, campuran bunga rampai atau sebagai hiasan pada sanggul wanita.
Bunga Kenanga juga dapat mendatangkan devisa, dari bunganya yang wangi
terkandung minyak atsiri. Selain itu bagian batangnya mempunyai nilai
ekonomis, kayunya yang ukuran besar dapat dimanfaatkan untuk membuat
berbagai perkakas rumah tangga, peti, dan sebagainya.
331
331
4.4.3.8.2. Peranan Warna logo Yuni Kartika Sari
Warna pada logo memiliki dua warna yaitu hijau dan kuning. Warna
tersebut merupakan warna bunga dan tangkai sebenarnya, hijau warna tangkat
dan kuning warna bunga. Namun ada makna lain yang tersirat dari dua warna
tersebut.
Menurut teori nirmana, warna kuning dan hijau merupakan bagian dari
teori warna. Kuning merupan warna dasar atau primer sedangkan warna hijau
merupakan warna sekunder.
Telah diuraikan pada pembasahan sebelumnya, warna primer adalah
warna dasar yang berdiri sendiri tanpa campuran dari warna apapun, dalam logo
ini warna tersebut adalah warna kuning. Begitu juga warna hijau merupakan
warna skunder yang merupakan campuran dari dua warna primer atau warna
dasar yaitu biru dan kuning.
Kedua warna ini apabila disandingan memiliki makna tumbuh dan
berkembang, hijau biasa identik dengan muda mentah dan kuning identik dengan
warna masak atau tua. Namun apabila dibahas makna masing-masing warna
memiliki makna yang berbeda.
Kuning adalah warna cerah yang dapat menarik banyak perhatian. Warna
ini bisa dipakai sedikit untuk pemberitahuan. Kuning juga berhubungan dengan
intelektual dan proses mental. Warna cerah ini juga merangsang otak serta
membuat Anda lebih waspada dan tegas. Kuning adalah warna yang ceria,
332
332
menyenangkan dan penuh energi. Tidak heran warna kuning identik dengan
mainan anak-anak.
Kuning juga biasanya di gunakan untuk mendapatkan perhatian dari
orang yang melihat desain logo. Karena begitu kuatnya warna kuning ini,
seringkali di gunakan untuk mendapatkan perhatian orang, warna kuning
sifatnya menarik perhatian.
Seperti yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya, hijau
dikaitkan dengan dunia alam. Karena hubungannya dengan alam, hijau dianggap
sebagai warna menenangkan dan santai. Warna ini dapat membantu orang yang
sering merasa tegang. Hijau akan menyeimbangkan emosi, menciptakan
keterbukaan.
Warna ini juga terkait dengan cakra jantung sehingga dipercaya
membantu masalah emosional, seperti cinta, kepercayaan, dan kasih sayang.
Hijau adalah warna yang tenang karena biasanya di kaitkan dengan lingkungan
dan alam. Di dalam desain, kita bisa menggunakan warna hijau untuk
memberikan kesan segar. Dan dengan mudah kita bisa memberikan nuansa
membumi dengan kombinasi warna hijau dan coklat gelap.
Hitam adalah warna yang gelap, tetapi elegan. Mampu menghadirkan
komunikasi visual, marketing, materi promosi Warnahitam juga berfungsi untuk
memberikan vibrasi tertentu di dalam suatu desain logo.
333
333
Gambar 4.69 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna
Logo Yuni Kartika Sari
4.4.3.8.3. Jenis font logo Yuni Kartika Sari
Letter mark pada logo ni merupakan distorsi dari jenis huruftitanti solod
led jenis huruf ini merupakan kelompok hurufscrift. Dan huruf sebagai informasi
identitas merupakan jenis huruf arial normal.
Tipe huruf eyechart display caps ssi¸ sangat sesuai apabila disandingkan
picture mark, karena karakter huruf ini memiliki kelembutan seperti halnya
dengan bunga. Kesan tegas yang dihadirkan pada huruf yang menjadi informasi
identitas pada logo yaitu arial normal, menjadikan logo ini lebih seimbang dan
menamkah ketegas pada logo karya Yuni ini.
Jadi makna logo karya Yuni adalah bahwa produk yang nantinya akan
dipasarkan mendapat tepat dimasyarakat, menjadi pusat perhatian dan sebagai
334
334
alat komunikasi sehinggamenghadirkan rasa cinta dan kepercaya kepada
konsumen serta memiliki nama yang harum sebagai produk kebanggaan daerah
Sumatera Utara yang memiliki tekat dapat bersaing dipasar internasional.
Gambar 4.70 : Diagram Tanda, Penanda dan Petanda
Logo Yuni Kartika Sari
Bentuk tumbuhan adalah abtraksi dari distorsi bentuk setangkai bunga
memiliki makna denotatif sebagai bunga kenanga. Distorsi bentuk tersebut
adalah tekstual dari simbol Sumatera Utara. Picture mark pada logo ini
merupakan penanda. Typo (teks) Yuni Batik berkonotasi pada pencapaian
sebuah tujuan adalah konsep dari branding dan identitas dari pemilik logo
tersebut. Letter Mark yang terpisah pada bentuk logo adalah petanda. Warna
kuning, hijau dan hitam merupakan lambang juga sebagai konsepsi dari logo
tersebut.
335
335
Bentuk bunga raya atau kembang sepatu adalah simbol yang bersifat
tekstual merupakan penanda dan warna kuning, hijau serta hitam adalah
lambang yang bersifat konseptul merupakan petanda. Jadi bentuk dan warna
adalah logo yang merupakan sebuah tanda.
4.4.3.9. Logo Zulfi Afrian
Zulfi Afrian merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi
multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif Mandailing. Logo ini
direduksi dan diamati sesuai dengan kreteri logo yang baik. Dan hasil dari
pengamatan, logo memiliki tujuh dari delapan kreteria logo yang baik. Salah
satu poin yang belum memenuhi kreteria sebagai logo yang baik adalah tidak
tahan lama, maksudnya jenis desain logo tersebut akan tekikis oleh
perkembangan zalam, karena picture mark pada logo tersebut. Merupakan gaya
masa kini yaitu desain minimalis. Apabila trand zaman berubah logo ini akan
ketinggalan zaman.
Namun dari hasil pengamatan logo ini memiliki kesan sederhana, mudah
diingat, enak dipandang sesuai dengan fumgsi, tepat sasaran dan unik dan
menarik serta memiliki fleksibelitas apabila ditempatkan diberbagai media. Logo
ini memiliki predikat sangat baik.
336
336
Gambar 4.71 : Tampilan Bentuk dan Warna
Logo Zulfi Afrian
4.4.3.9.1. Makna bentuk logo Zulfi Afrian
Menurut teori nirmana picture mark pada logo merupakan pola bidang,
bidang tersebut merupakan segitiga, yang disusun sedemikian rupa sehingga
menghadirkan nilai estetis pada logo.
Segitiga memiliki arti sebagai lambang dari konsep Trinitas, atau lambang 3
unsur tertentu yang saling berhubungan. Dalam konsep religius mendasarkan
pada tiga unsur alam semesta, yaitu Tuhan, manusia dan alam. Segitiga juga
merupakan perwujudan dari konsep keluarga yakni ayah, ibu dan anak. Dalam
dunia metafisika segitiga merupakan lambang dari raga, pikiran dan jiwa.
Segitiga yang simetris dapat menjadi simbol untuk hukum, ilmu dan agama.
Segitiga juga dapat menunjukkan pergerakan berdasarkan ke mana
mereka menunjuk atau sebagai arah atau puncak keberhasilan. Segitiga dapat
337
337
digunakan untuk memberikan tema yang umum seperti piramida, gunung, panah
dan simbol api. Sifat dinamisnya membuat segitiga lebih cocok untuk desain
logo pada perusahaan teknologi tinggi yang berkembang daripada untuk institusi
keuangan.
Makna tersembunyi segitiga dalam logo dapat digunakan untuk
menyampaikan perkembangan, arah dan tujuan, maskulinitas, trinitas, ketegaran,
stabilitas dan menembus batas.
Bentuk lain yang dihadirkan pada picture mark, merupakan distorsi dari
bentuk ragam hias suku Mandailing. Bentuk ragam hias tersebut adalah bindu.
Bindu memiliki arti dasar masyarakat dalam suatu kampung dan berdasarkan
dalihan natolu yakni pihak mora, kahanggi dan anak boru.
Setiap pekerjaan yang dilaksanakan dalam kampung atau huta akan
diserahkan tanjung jawab pelaksanaan berdasarkan kedudukannnya pada dalihan
natolu. Walaupun bentuknya geemotris yaitu segitiga namun, bentuk segigita ini
merupakan distorsi dari bentuk tumbuh-tumbuhan yang berasal dari tunas bambu
yang disebut dengan pucuk rebung. Dan bentuk ragam hias ini merupakan
bentuk motif tumbuh-tumnbuhan.
4.4.3.9.2. Peranan warna logo Zulfi Afrian
Warna yang dihadirkan merupakan warna merah, putih dan hitam. warna
merah merupakan warna dasar, dan hitam dan putih merupakan warna gelap
338
338
terang, sesuai dengan teori nirmana. Warna-warna trsebut memiliki arti dan
makna yang berbeda dan satu sama lainnya memilik keterkaitan.
Merah adalah warna yang paling sering menarik perhatian, juga
memperkuat motivasi, meningkatkan sirkulasi, dan berkaitan dengan seksualitas.
Merah juga membangkitkan emosi dan menciptakan perasaan kegembiraan atau
intensitas. Didalam desain, warna merah dapat menggunakan sebagai aksen
karena sifatnya yang kuat. Misalnya, pada logo hitam putih di berikan aksen
warna merah sedikit saja sudah bisa membuat logo tersebut menjadi terlihat
berbeda.
Pada logo ini putih juga memberikan aura kebebasan dan keterbukaan..
Putih adalah warna yang murni, tidak ada campuran apapun.Hitam mampu
menghadirkan kesan elegan. Warna tersebut juga mampu menghadirkan
komunikasi visual, marketing, materi promosi Warnahitam juga berfungsi untuk
memberikan vibrasi tertentu di dalam suatu desain logo.
339
339
Gambar 4.72 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna
Logo Zulfi Afrian
4.4.3.9.3. Jenis font logo Zulfi Afrian
Jenis letter mark pada logo merupakan distorsi dari jenis huruf eyechart
display caps ssi. Jenis huruf ini tergolong kepada kelompok huruf sans serif.
Huruf ini sengaja dihadirkan untuk menyeimbangkan komposisi bentuk dari
picture mack. Jenis huruf ini terkesan modern dan sedikit futuristik, sanagtsesuai
dengan bentuk picture mark yang hadirkan kesan minimalis.
Penggabungan antara desain milimalis pada picture mark dan futuristik
pada letter mark¸menjadikan logo ini memiliki kesan elengan sesuai dengan
jenis produk yang akan dipasarkan nantinya
Jadi makna logo tersebut dapat diartikan sebagai berikut; bentuk segitiga
yang meruncing dapat menjadi suatu penunjuk arah, untuk itu kesan yang timbul
340
340
adalah pencapaian tujuan. Bentuk ini dapat menyimbolkan stabilitas namun
dapat pula sebaliknya. Dalam spiritualitas bentuk ini digunakan untuk mewakili
pengenalan diri, dan pencerahan yang merupakan picture mark pada logo.
Didukung dengan warna merah, putih dan hitam menambah kesan
berani, terbuka, dan elegen sesuai dengan produk yang ditawarkan. Sehingga
desain produk batik akan menciptakan kreafitas tanpa batas yang dalam
mengikuti perkembangan zaman.
Gambar 4.73 : Diagram Tanda, Penanda dan Petanda
Logo Zulfi Afrian
Segitiga adalah abtraksi dari distorsi bentuk bindu memiliki makna
denotatif sebagai ragam hias Mandailing. Distorsi bentuk tersebut adalah
tekstual dari simbol suku Angkola Mandailing. Picture mark pada logo ini
merupakan penanda. Typo (teks) Mandailing Batik berkonotasi pada suatu
daerah yang identik dengan suku Mandailing. Letter Mark yang terpisah pada
341
341
bentuk logo adalah petanda. Warna putih, merah dan hitam merupakan lambang
juga sebagai konsepsi dari logo tersebut.
Bentuk bindu adalah simbol yang bersifat tekstual merupakan penanda
dan warna kuning, hijau serta hitam adalah lambang yang bersifat konseptul
merupakan petanda. Jadi bentuk dan warna adalah logo yang merupakan sebuah
tanda.
4.4.4. Makna Bentuk dan Peranan Warna logo Typographic
Logo typographic adalah salah satu dari jenis logotype and blend gram
yang memiliki elemen tulisan dan gambar berbaur. Logo tersebut juga
merupakan bagian dari logo gabungan kombinasi gambar dan tulisan
(combination typo and gram).
Jenis logo ini salah satu dari hurufnya diganti dengan bentuk objek sesuai
dengan konsep logo tersebut, bisa berupa flora, fauna, geometris dan figuratif.
Bentuk huruf yang diganii dengan elemen objek dapat menjadi simbol atau pun
lambang yang bersifat makna yang sebernarnya atau denotatif.
Dari hasil pengelompokan logo pada pembahasan sebelumnya. Karya logo
mahasiswa tersebut yang telah dikelompokkan sebagai logo typographic adalah
sebagai berikut : Hasalan P. Samosir, Muhammad Soufiyarnodan Triana Sahfitri
342
342
4.4.4.1. Hasalan P. Samosir
Hasalan P. Samosir merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program
studi multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif ulos
Samosiryaitu suku Batak Toba. Dari hasil reduksi dan pengamatan logo ini telah
memenuhi enam dari delapan kreteria logo yang baik.
Dua dintaranya adalah sederhana dan fleksibel. Desain logo ini terlihat
rumit, karena diadopsi dari unsur-unsur ragam hias suku Batak Toba, yang
mengikuti tigas garis pada letter mark dan picture mark seperti pewarnaan
ragam hias suku Batak Toba, sehingga menjadikan logo ini kurang fleksibel
ketika ditempat diberbagai media.
Enam diantaranya yang memenuhi kreteria logo yang baik adalah, mudah
diingat, tahan lama (tidak tergilas zaman) enak dipandang, sesuai fungasi dan
tepat sasaran sesuai dengan produk batik serta unik dan menarik. Logo ini
memiliki predikat cukup baik, setelah diamati sesuai dengan kreteria logo yang
baik.
343
343
Gambar 4.74 : Tampilan Bentuk dan Warna
Logo Hasalan P. Samosir
4.4.4.1.1. Makna bentuk logo Hasalan P. Samosir
Bentuk picture mark dan letter markmembaur pada logo ini, huruf “O”
pada tulisan SAMOSIR dan ULOS, dijadikan sebagai picture mark dan
digabungkan sebagai huruf “O” pada kedua tulisan tersebut.
Apabila dianalisis dengan teori nirmana bentuk logo pada letter mark
merupakan pola garis, yang terdiri dari tiga garis yaitu; garis dalam, garis tengah
dan garis luar. Garis-garis ini didistrosi dan disusun menyeruapi bentuk letter
mark¸dengan tulisan SAM-SIR (samosir) dan UL-S (ulos).
Garis terbentuk dari gerakan dari suatu titik yang membentuk suatu
goresan yang mengungkapkan gerakan dan bentukan.Garis yang dibentuk
sedemikian rupa dan bercerita, memiliki kemampuan untuk mengungkapkan
suasana tertentu. mampu membentuk symbol yang memiliki pengertian khusus,
seperti : garis lurus mengesankan kekuatan, arah dan sikap yang kuat. Garis
344
344
lengkung mengesankan keanggunan, gerakan dinamis, pertumbuhan.Garis
Horizontalmemberi sugesti ketenangan atau hal yang tak bergerak.Garis Vertikal
memberikan stabilitas, kekuatan atau kemegahan.Garis Diagional mengesankan
tidak stabil, sesuatu yang bergerak atau dinamika.Garis Lengkungberbelok
menghadirkan grace, keanggunan.Garis Zig-zag menhadirkan kesan bergairah,
semangat, dinamika atau gerak cepat. Dan Garis coretan kuas memberikan kesan
casual, seni, fleksibilitas.
Bentuk pada picture mark merupakan pola bidang, terdapat dua bentuk
bidang pada logo tersebut. Bidang segitiga disusun sedemikian rupa sehingga
membentuk lingkaran. Bentuk-bentuk tersebut merupakan bentuk geometris.
Bentuk geometris biasanya terstruktur dan umumnya merupakan bentuk
yang simetris. Bentuk geometris ini contohnya adalah segi empat, lingkaran,
segitiga, segitujuh, segidelapan dan kerucut. Bentuk geometris ini biasanya
mudah untuk dikenali. Bentuk geometris ini juga biasanya teratur dan efisien.
Segitiga sering dianggap sebagai lambang dari konsep Trinitas, atau lambang
tiga unsur tertentu yang saling berhubungan. Dalam konsep religius
mendasarkan pada tiga unsur alam semesta, yaitu Tuhan, manusia dan alam.
Segitiga juga merupakan perwujudan dari konsep keluarga yakni ayah, ibu dan
anak. Dalam dunia metafisika segitiga merupakan lambang dari raga, pikiran
dan jiwa. Segitiga yang simetris dapat menjadi simbol untuk hukum, ilmu dan
agama.
345
345
Segitiga merupakan pergerakan berdasarkan menunjukkan atau sebagai
arah ataupun puncak keberhasilan. Segitiga dapat digunakan untuk memberikan
tema yang umum seperti piramida, gunung, panah dan simbol api. Sifat
dinamisnya membuat segitiga lebih cocok untuk desain logo pada perusahaan
teknologi tinggi yang berkembang.
Lingkaran adalah elemen dasar yang sangat populer dalam desain logo.
Ini dapat digunakan sebagai elemen logo independen. Bentuk lingkaran sangat
cocok dengan perusahaan yang ingin memberikan kesan yang dinamis, rotasi,
memiliki kecepatan, sesuatu yang berulang, tidak terputus, tidak memiliki awal
atau akhir, abadi, memiliki kualitas, dapat diandalkan, sesuatu yang sempurna,
serta kehidupan. Juga sering digunakan untuk benda-benda yang akrab seperti
roda, bola, dan berbagai macam buah.
Lingkaran juga dilambangkan dengan matahari atau pembatasan dalam
kurva yang melambangkan pertahanan, menjaga hal-hal yang ada di dalam dan
menunjukkan suatu komunitas, integritas dan kesempurnaan.
Beda hal dengan budaya, logo ini merupakan bentuk motif geometris dari
suku Batak Toba. Tiga garis yang dihadirkan letter mark pada logo
merupakangaris yang berwarna hitam, putih dan juga merah.Warna hitam
sebagai garis utama disebut sonom, pada pertengahannya terdapat garis tipis
berwarna putih, setelah warna hitam di sebelah luarnya terdapat lagi garis putih
mengapit warna hitam dan ditutup dengan warna hitam.Garis-garis warna hitam
dan putih ini dinamakan andor. Paling sedikit tiga garis putih dan empat garis
346
346
hitam untuk membentuk andor.Garis putih inilah yang disebut lili atau
hapur.Gorga hanya mempunyai tiga lili yang disebut dengan gorga si tolu lili
(gorga dengan tiga garis), apabila suatu gorga mempunyai lima garis disebut
dengan gorga si lima lili.
Bentuk segitiga pada picture mark menyerupai bentuk dari ipon-ipon
yang merupakan hiasan tepi pada gorga batak, tetapi juga memiliki arti sebagai
lambang kemajuan, bentuk segitiga disusun menjadi bentuk lingkaran. Bentuk
picture mark ini mirip seperti bentuk matahari.
4.4.4.1.2. Peranan warna logo Hasalan P. Samosir
Pemilihan warna pada logo ini sesuai dengan warna khas suku Batak
Toba, yaitu hitam, putih dan merah. Sama seperti warna logo lainnya yang
memilih warna logonya sesuai dengan suku Batak Toba.Uraian maknanya
hampir sama persis seperti pembahasan sebelumnya pada logo-logo yang sesuai
dengan Batak Toba.
Berikut pembahasannya pada logo sebelumnya. Warna merah dalam
teori nirmana merupakan warna dasar atau warna primer.
Pemahaman makna hitam dan putih sering disebut sebagai gelap terang.
Fakta lain mengungkapkan bahwa hitam dan putih juga merupakan bagian dari
warna yang memiliki makna dari masing-masing warna tersebut.
Hitam adalah mencerminkan kesan elegan. Karena itu elemen apapun
jika di taruh di atas dasar hitam akan terasa lebih bagus dan menonjol.Dengan
pemahaman efek dari berbagai macam warna ini mampu menerapkannya dalam
347
347
dunia komunikasi visual, marketing, materi promosi, hingga pembuatan desain
logo perusahaan yang menjadi titik awal dari program branding yang sukses dan
berhasil.
Putih juga meberikan aura kebebasan dan keterbukaan serta menciptakan
kesan steril. Putih adalah warna yang murni, tidak ada campuran apapun.
Makanya sering di anggap sebagai warna yang menimbulkan efek suci dan
bersih.
Merah adalah warna yang paling sering menarik perhatian. Warna
memilki karateristik merangsang saraf, kelenjar adrenal (endokrin) dan saraf
sensorik. Warna merah juga paling ampuh untuk merangsang dan meningkatkan
energi fisik, memperkuat motivasi, meningkatkan sirkulasi, dan berkaitan
dengan seksualitas. Merah juga membangkitkan emosi dan menciptakan
perasaan kegembiraan atau intensitas.
Di dalam desain logo ini, penggunakan warna merah sebagai aksen
karena sifatnya yang kuat. Pada logo iniwarna hitam putih di berikan aksen
warna merah menjadikan logo ini terlihat berbeda.
Pengertian lain dilihat dari pemahaman kebudayaan. Pada masyarakat
suku Batak Toba, hitam merah dan putih ini merupaka ciri khas dari suku Batak
Toba, dan memiliki arti tersendiri bagi setiap warna yang dihadirkan.
Kemampuan warna merah, hitam dan putih dapat menciptakan impresi,
mampu menimbulkan efek-efek tertentu, sehingga mampu mempengaruhi
348
348
perilaku, memegang peranan penting dalam penilaian estetis dan turut
menentukan sikap kesukaan konsumen terhadap produk.
Kalau dilihat peranan warna dari suku Batak Toba, warna yang dominan
pada gorga batak Toba adalah warna hitam, merah dan putih. Ketiga warna
gorga juga melambangkan tiga penguasa alam semesta yaitu Batara, Guru
penguasa Banua Toru dilambangkan dengan warna hitam, Debata Sori penguasa
Banua Tonga dilambangkan dengan warna merah, dan Mangala Bulan penguasa
Banua Ginjang, dilambangkan dengan warna putih. Ketiga dewa yang dikenal
dengan sebutan ‘Debata Sitolu Sada’, atau tritunggal dewa dan tiga bagian alam
semesta ini sangat mempengaruhi hampir seluruh kebudayaan Batak.
Warna hitam pada logo ini merupakan symbol dari Banua Toru (kosmos
bagian bawah) dan penguasaanya.Sebagai lambang yang adil dan bijaksana. Di
dalam kehidupan sehari-hari warna hitam dianggap sebagai simbol kekuatan
pengobatan dan kedukunan.
Warna hitam disimbolkan sebagai Raja Warna, warna ini melambangkan
kekuatan, pelindung dan kekuasaan yang adil dan bijaksana.Itulah sebabnya ikat
kepala kepala raja di Tanah Batak selalu berwana hitam. Dalam Gorga Batak
Toba warna hitam selalu dibuat pada andor yaitu bidang gorga yang selalu
dikontur dengan garis besar berwarna putih. warna hitam yang dihadirkan pada
tulisan yang terdapat pada logo merupakan warna ciri khas batak yang
merupakan perwakilan daerah sumatera utara yaitu hitam.
349
349
Warna merah pada logo ini merupakan simbol Banua Tonga (kosmos
bagian tengah) dan penguasanya adalah Debata Sori. Merah adalah lambang
keberanian dan kesaktian.
Warna putih merupakan simbol dari Banua Ginjang (kosmos bagian
atas) dan penguasanya Mangala Bulan. Putih melambangkan kesucian dan
kehidupan.Orang Batak percaya membuat hidup adalah gota(getah), suatu
tenaga ajaib yang mengalir dalam tubuh makhluk hidup. Orang Batak zaman
dahulu menganggap manusia hidup dari 11 gota ni (getah nasi), gota ni gadong
(getah ubi), dan gota ni ingkau (getah sayur-sayuran). Memang tidak semua
getah berwarna putih tetapi karena kebanyakan getah berwarna putih, maka
orang Batak menganggap bahwa getah itu berwarna putih.
Warna putih dibuat pada garis gorga (hapur atau lili), yaitu garis kontur
dan garis tengah yang selalu mengikuti andor (garis berwarna hitam). Warna
putih melambangkan sebagai warna sisandang dera sebagai kuda kendaraan
Tuan Malabulan adik dari Tuan Sorimangaraja, maka ini dianggap sebagai
lambang pekerja yang baik (paninggal sibola tali).
350
350
Gambar 4.75 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna
Logo Hasalan. P. Samosir
4.4.4.1.3. Jenis font logo Hasalan P. Samosir
Jenis huruf yang disajikan pada logo ini merupakan letter markdalam
istilah logo. Jenis huruf ini adalah indy condensed. Huruf ini memiliki karakter
modern, sehingga mampu menjadi penyeimbang antara tradisi dan modernisasi.
Bentuk huruf juga besar dan flesibel, sehingga lebih mudah untuk mendistorsi
menjadi garis-garis seperti gorga Batak Toba.
Jadi makna logo ini adalah Lingkaran dapat mewakili kekekalandan
bersifat melindungi, kadangLingkaran tebal (ring) dalam sebuah logo dapat
memberi arahan, persahabatan, cinta, hubungan dan kesatuan. Memiliki
implikasi perkawinan dan kemitraan, yang menunjukkan stabilitas dan daya
tahan, konsentrasi, ketepatan dan target.
Logo ini juga memiliki makna untuk menyampaikan perkembangan, arah
dan tujuan, maskulinitas, trinitas, ketegaran, stabilitas dan menembus batas, dan
351
351
garis dalam logo melambangkan persatuan, integritas, ikatan yang kuat dan arah
yang jelas.
Gambar 4.76 : Diagram Tanda, Penanda, dan Petandan
Logo Hasalan. P. Samosir
Segitiga yang tersusun membentuk lingkaran adalah abtraksi dari distorsi
bentuk ipon-ipon memiliki makna denotatif sebagai ragam hias Batak Toba.
Distorsi bentuk ipon-ipon adalah tekstual dari simbol matahari. Picture mark
pada logo ini merupakan penanda. Typo (teks) Samosir Ulos berkonotasi pada
suatu perlengkapan upacara Suku Batak. Letter Mark yang melekat pada bentuk
logo adalah petanda. Warna merah, putih dan hitam merupakan lambang sebagai
konsepsi dari logo tersebut.
Bentuk ipon-ipon adalah simbol yang bersifat tekstual merupakan
penanda dan warna merah, putih serta hijau adalah lambang yang bersifat
352
352
konseptul merupakan petanda. Jadi bentuk dan warna adalah logo yang
merupakan sebuah tanda.
4.4.4.2. Logo Muhammad Soufiyarno
Muhammad Soufiyarno merupakan mahasiswa Polimedia PSDD
program studi multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif modern.
Dari haril reduksi dan pengamatan logo ini memenuhi semua kreteria logo yang
baik, karena bentunya sederhana, mudah diingat, tahan lama (tidak termakan
zaman), enak dipandang, sesuai fungsi tetap sasaran unik dan menarik serta
fleksibel. Logo ini memiliki predikat sangat baik sekali.
Gambar 4.77 : Tampilan Bentuk dan Warna
Logo Muhammad Soufiyarno
4.4.4.2.1. Makna bentuk logo Muhammad Soufiyarno
Huruf “S” terbentuk sepertiragam hias klasik yang merupakan picture
mark pada logo, yang berada di tengah-tengan tulisan batik sumatera,
mengantikan huruf “S” sebagai simbol dari logo batik tersebut. Namun apabila
353
353
dilihat secara detail ragam hias ini adalah distorsi ragam hias suku Melayu yang
berbentuk sulur-sulur. Ragam hias ini merupakan motif tumbuhan. Pada ragam
hias suku Melayu ornament ini sering digunakan pada sudut segitiga siku-siku
dan lazimnya disusun secara simetris denga komposisi bentuk kanan dan kiri
seimbang.
Bentuk picture mark pada logo ini merupakan distorsi lagi salah satu
ragam hias suku Melayu yang sering disebut genting tak putus. Ragam hias ini
biasanya berbentukdaun yang bersulur dan terdapat gambar burung di dalamnya,
hanya aja picture mark pada logo karya Soufiyarnobentuk burunganya
dihilangkan dan hanya menggunakan bentuk sulur saja.
Orang Melayu mengartikan ragam hias genting tak putus bermakna
bahwa sesusah-susahnya manusia dalam hidup ini tetapi tidak sampai habis
sama sekali. Ragam hias ini sebenarnya memiliki dasar pada bentuknya,
berbentuk segitiga atau segi empat, yang memiliki lubang hawa atau ukuran
terawang. Biasanya digunakan sebagai penyekat antar ruang pada rumah adat
suku Melayu sesuai dengan susunan kontruksi atap rumah, yang berfungsi
sebagai ventilasi.
4.4.4.2.2. Peranan warna logo Muhammad Soufiyarno
Warna yang dihadirkan pada logo ini adalah biru dan orange. Dalam
teori nirmana warna biru sebagai warna dasar (primer) dan warna orange sebagai
354
354
warna skunder. Warna dasar merupakan warna yang berdiri sendiri yang terdiri
dari merah, kuning dan biru. Sedangkan warna skunder merupakan gabungan
dari dua warna primer. Dalam hal ini orange merupakan gabungan dari warna
merah dan kuning. Apabila dianalisis lebih dalam warna logo ini terdiri dari
senua warna primer, hanya saja warna orange yang jadi perwakilan dari warna
merah dan kuning.
Warna birudari semua warna dalam spektrum, biru adalah warna yang
bisa Warna ini juga meningkatkan ekspresi verbal, komunikasi, ekspresi artistik
dan kekuatan. Pada dunia desain logo, biru sering di sebut warna corporate
karena hampir semua perusahaan menggunakan warna biru sebagai warna
utamanya. tidak heran memang, karena biru merupakan warna yang termasuk
tenang dan bersifat profesional. Efek lain warna biru adalah sering di anggap
sebagai warna yang melambangkan kepercayaan dan trustfulness.
Warna orange ialah kombinasi warna merah dan kuning. merupakan
warna hangat dan ramah yang membuat orang merasa nyaman. Orange
berhubungan dengan cakra sakral dan dapat menarik perhatian.
Dalam kajian budaya khususnya budaya Melayu, warna-warna pada suku
Melayu ada beberapa warna yang diadopsi dari warna-warna ragam hias Arab,
sehingga warna pada ragam hias tersebut menjadi beragam. Warna bagi orang
Melayu juga merupakan lambang atau simbol yang dapat membedakan setatus
seseorang di dalam kehidupannya. Lambang warna juga dapat menandakan
kepatuhan.
355
355
Warna birumenurut suku melayu adalah memiliki makna lambang
keperkasaan di sungai dan lautan . Dahulunya pakaian biru di peruntukkan bagi
pelaksana kerajaan. Warna orange sebenarnya merupakan warna emas. Dalam
menciptakan sebuah logo, warna emas sering diterjemahkan dengan warna
orange, karena warna emas tidak dapat dihadirkan dengan teknik blok.
Pemilihan teknik dalam pewarnaan pada sebuah logo ada baiknya tidak
menggunakan warna yang bergradasi, karena akan perpengaruh apabila warna
ini disajikan dalam bentuk hitam putih ataupun difotocopi. Disarankanagar
menggunakan teknik blok untuk pemilihan waran apada logo. Pada suku Melayu
warna orange (keemasan) memiliki makna lambang kejayaan dan kemegahan.
Warna ini dahulu di pakai oleh raja yang sedang berkuasa.
Gambar 4.78 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna
Logo Muhammad Soufiyarno
4.4.4.2.3. Jenis font logo Muhammad Soufiyarno
Letter mark pada logo ini merupakan jenis tipografi Avalon. Jenis huruf
ini dikelompokkan kepada bentuk tipografi script, kalau dalam dunia pendidikan
356
356
jenis huruf ini dinamakan halus kasar. Karena pada beberapabagian garis pada
huruf dalam penulisannya, ada yang tebal ada nada yang tipis, teknik ini akan
menciptakan huruf yang lebih indah.Begitu juga jenis huruf pada logo ini, jenis
tipografi avalon, menghadirkan bentuk klasik yang menjadikan logo ini
memiliki nilai estetis yang menawan.
Jadi makna logo ini menggambarkan dua elemen dalam bentuk letter
mark merupakan kata batik sumut dan picture mark yang membentuk huruf “S”
yang merupakan kata awal “Sumut”. Sebuah penggambaran bentuk kerjasama
yang sangat erat antara perusahaan batik dengan masyarakat Sumatera Utara
sebagaimana visi dari perusahaan batik tersebut.
Warna oranye sebagai simbol suatu hasrat untuk terus maju yang
dilakukan dengan energik yang dipadu dengan warna biru yang sportif dan
profesional sebagaimana misi dari perusahan batik.
Dasar warna pada logo berwarna putih sebagai ungkapan ketulusan hati
untuk melayani sebagaimana statemen perusahaan batik. Penulisan Batik
Sumutterkesan sederhana dan mudah dibaca, guna lebih mengedepankan
Sumatera Utara, sebagai gambaran keinginan dan dukungan untuk melestarikan
kebudayaan di Sumatera Utara.
357
357
Gambar 4.79 : Diagram Tanda, Penanda dan Pertanda
Logo Muhammad Soufiyarno
Bentuk “S” adalah abtraksi dari distorsi bentuk Genting Tak Putus
memiliki makna denotatif sebagai ragam hias suku Melayu. Distorsi bentuk
tersebut adalah tekstual dari simbol suku Melayu. Picture mark pada logo ini
merupakan penanda. Typo (teks) Batik Sumut berkonotasi pada pencapaian
sebuah tujuan adalah konsep produk dari branding dan identitas domisili dari
pemilik logo tersebut. Letter Mark yang terpisah pada bentuk logo adalah
petanda. Warna birudan orange merupakan lambang juga sebagai konsepsi dari
logo tersebut.
Bentuk ragam hiasa Genting Tak Putus yang bersifat tekstual merupakan
penanda dan warna biru serta orange adalah lambang yang bersifat konseptul
merupakan petanda. Jadi bentuk dan warna adalah logo yang merupakan sebuah
tanda.
358
358
4.4.4.3. Logo Triana Sahfitri
Triana Sahfitri merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi
multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif modern. Logo ini
telah diamati dan direduksi sesuai kreteria logo yang baik.
Dari haril reduksi dan pengamatan logo karya Triana ini memenuhi
semua kreteria logo yang baik, karena bentunya sederhana, mudah diingat, tahan
lama (tidak termakan zaman), enak dipandang, sesuai fungsi tetap sasaran unik
dan menarik serta fleksibel. Logo ini memiliki predikat sangat baik sekali.
Gambar 4.80 : Tampilan Bentuk dan Warna
Logo Triana Sahfitri
4.4.4.3.1. Makna bentuk logo Triana Sahfitri
Bentuk picture mark yang dihadirkan pada logo ini merupakan bentuk
daun dan canting serta sulur-sulur tumbuhan. Picture mark dan letter mark
359
359
berbaur pada logo ini. Picture mark membentuk huruf “T” yang merupakan
nama depan dari sang pemilik perusahan batik, perpaduan dari daun dan canting.
Umur alat untuk membatik ini memang sudah setua peradaban Mesir
lama.
Canting merupakan alat untuk melukis dalam pembuatan batik tulis. Fungsi alat
ini semacam pena yang menggunakan lilin malam (wax) cair sebagai tintanya.
Canting biasanya terbuat dari tembaga dan bambukayu sebagai pegangannya.
Bentuk canting beraneka ragam tergantung dari fungsinya, namun secara umum
bentuk canting terdiri tiga bagian yaitu : nyamplung tempat untuk menampung
cairan malam (wax) yang tebuat dari tembaga; cucuk menjadi satu bagian
dengan nyamplung sebagai tempat keluarnya cairan malam (wax) panas saat
menulis batik; gagang pegangan canting, biasanya terbuat dari bambu atau kayu.
Membatik merupakan sebagai media ekspresi emosi, juga menjadi media
kompensasi yang dapat meredakannya, lantaran membatik selalu menuntut
keluwesan, keprigelan, dan kesabaran.
Daun memiliki bentuk dasar oval, yang merupakan pola bidang pada
teori nirmana. Bidang oval didistorsi menjadi bentuk daun dan disteelisasi
menjadi garis di atas pada huruf “T”, sedangkan garis vertikan yang ada pada
huruf “T” distorsi dari bentuk canting.
Bentuk oval memiliki sifat tidak terbatas, sempurna, melindungi dengan
garis yang menyatu. Memiliki kesan hangat, nyaman, cinta, dan keselarasan.
Selain itu, bentuk ini juga menggambarkan kesatuan dan integritas. Digunakan
360
360
untuk menggambarkan sifat alam semesta yang tidak bertepi, mewakili sifat
keabadian.
Bentuk oval cenderung memproyeksikan pesan emosional yang positif.
Menggunakan lingkaran dalam sebuah logo dapat menyarankan masyarakat,
persahabatan, perkawainan dan kemitraan, yang menunjukkan stabilitas dan
daya tahan. Sedangkan curves pada bidang apapun cenderung dipandang sebagai
suatu gaya yang feminin di alam.
Daun merupakan simbol komponen yang hidup dan tumbuh. Bermakna
mendorong untuk tetap tumbuh, hidup dan berkembang dengan semangat dan
energi yang tetap segar.
Bentuk sulur merupakan distosi dari motif tumbuh-tumbuhan, karena
tumbuh-tumbuhan merupakan perlambang dari kehidupan, dan manusia juga
hidup dari tumbuh-tumbuhan. Motif sulur-suluran yang melambangkan
kehidupan terus menerus. Begitu pun, motif-motif yang berbentuk bunga juga
dianggap merupakan simbol atau perlambang.
4.4.4.3.2. Pernanan warna logo Triana Sahfitri
Warna yang digunakan pada logo ini adalah warna yang lembut ataupun
feminim, warna logo ini menunjukan identitas bahwa pemilik perusahaan ini
adalah seorang perempuan. warna tersebut adalah biru tua dan merah muda
(pink).
361
361
Biru memiliki maknameningkatkan ekspresi verbal, komunikasi, ekspresi
artistik dan kekuatan. Biru tua warna yang kuat untuk merangsang pemikiran
yang jernih.
Warna merah muda atau pink, juga disebut juga waran merah
jambu.Merah muda adalah warna yang feminin, kalau menggunakan warna ini
pasti kamu berurusan dengan sesuatu yang bersifat kewanitaan. Efek cinta
romantis juga bisa timbul dari warna merah muda ini, agak sedikit berbeda
dengan warna merah yang lebih menggambarkan berani. Tetapi banyak juga
desain logo perusahaan yang berani menggunakan warna merah muda ini
dengan terang-terangan. Misalnya dengan kombinasi hitam dan merah muda
sebuah desain bisa menjadi terlihat unik.
Gambar 4.81 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna
Logo Triana Sahfitri
362
362
4.4.4.3.3. Jenis font logo Triana Sahfitri
Jenis huruf pada logo ini hampir sama dengan jenis huruf staccato,letter
mark pada logo ini merupakan huruf yang sengaja diciptakan untuk logo ini.
Logo ini merupakan nama dari pemilik perusahaan tersebut yaitu TIA.Huruf “T”
merupakan distorsi dari bentuk daun dan canting, sementara huruf A dan I,
merupakan huruf vocal dan huruf kecil dalam abjad. Dan diperkuat dengan
kaliamat BATIK COLLECTION yang menjadi identitas perusahan pada logo
tersebut.
Jadi makna logo tersebutb merupakan bentuk canting merupakan alat
utama dalam membuat batik, di atas canting terdapat distorsi bentuk daun
dengan sulur dikanan dan kiri menciptakan huruf T. Huruf I dan A kecil
melengkapi nama pemiliki perusahan.
Logo tersebut memiliki makna tanpa batas, sempurna, melindungi
dengan garis yang menyatu, memiliki kesan hangat, nyaman, cinta, dan
keselarasan. Selain itu, bentuk ini juga menggambarkan kesatuan dan integritas,
dan menggambarkan sifat alam semesta yang tidak bertepi, mewakili sifat
keabadian, cenderung memproyeksikan pesan emosional yang positif,
persahabatan, perkawainan dan kemitraan, yang menunjukkan stabilitas dan
daya tahan, cenderung dipandang sebagai suatu gaya yang feminin di alam, dan
mendorong untuk tetap tumbuh, hidup dan berkembang dengan semangat dan
energi yang tetap segar.
363
363
Bentuk sulur merupakan distosi dari motif tumbuh-tumbuhan, karena
tumbuh-tumbuhan merupakan perlambang dari kehidupan, dan manusia juga
hidup dari tumbuh-tumbuhan. Motif sulur-suluran yang melambangkan
kehidupan terus menerus. Begitu pun, motif-motif yang berbentuk bunga juga
dianggap merupakan simbol atau perlambang.
Warnanya juga meningkatkan ekspresi verbal, komunikasi, ekspresi
artistik dan kekuatan dan merangsang pemikiran yang jernih. Kehadiran warna
merah muda memperkuat identitas perusahan batik ini bahwa produk yang
dipasarkan hanya untuk kaum hawa saja dan tulisan batik menandakan
perusahaan batik.
Gambar 4.82 : Diagram Tanda, Penanda dan Petanda
Logo Triana Sahfitri
Abtraksi dari distorsi bentuk canting dan daun memiliki makna denotatif
sebagai alat utama dalam membatik. Distorsi bentuk tersebut adalah tekstual dari
simbol Batik. Picture mark pada logo ini merupakan penanda. Typo (teks) TIA
364
364
yang pada huruf “T” diwakilkan dengan bentuk canting dan daun berkonotasi
pada pencapaian sebuah tujuan adalah konsep dari branding dan identitas dari
pemilik logo tersebut. Letter Mark yang TIA yang membaur pada bentuk logo
adalah petanda. Warna biru dan merah muda merupakan lambang juga sebagai
konsepsi dari logo tersebut.
Bentuk canting dan daun adalah simbol yang bersifat tekstual merupakan
penanda dan warna biru serta merah muda adalah lambang yang bersifat
konseptul merupakan petanda. Jadi bentuk dan warna adalah logo yang
merupakan sebuah tanda.
4.4.5. Makna Bentuk dan Peranan Warna Logo Gramgraphic
Logo gramgraphic adalah salah satu dari jenis logotype and blend gram
yang memiliki elemen tulisan dan gambar berbaur. Logo tersebut juga
merupakan bagian dari logo gabungan kombinasi gambar dan tulisan
(combination typo and gram).
Pada logo ini yang disajikan huruf dan gambarnya membaur, pada logo
ini logo dihadirkan berupa gambar yang didalamnya terdapat tulisan, biasanya
tulisan tersebut didistorsi mengikuti bentuk pola logo ataupun bentuk dasar yang
menjadi pola sebuah logo. Elemen bentuk gambar sengaja dihadirkan agar logo
tersebut dapat menginformasikan visi-misi sesuai dengan identitas dari sebuah
karakter seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkannya dan
unsur-unsur kebudayaan.
365
365
Dari hasil pengelompokan logo pada pembahasan sebelumnya. Karya
logo mahasiswa tersebut yang telah dikelompokkan sebagai logo gramgraphic
adalah sebagai berikut; Cepen Firmus G dan Nurul Azizah.
4.4.5.1. Logo Cepen Firmus G
Cepen Firmus G merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi
multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif melayu. Logo ini telah
diamati dan di reduksi sesuai dengan kreteria logo yang baik. Logo ini memiliki
lima unsur dari delapan unsur kreteria logo.
Desain logo seperti ini merupakan logo yang lagi trand dizaman ini, logo
seperti ini tidak tahan lama, karena apabila zaman berubah logo ini akan
ketinggalan zaman. Desain bentuk logo seperti ini, kurang menarik, karena mirip
seperti logo institusi dan pendidikan. Lebih mendekati lagi dengan jenis stempel.
Dari hasil pengamatan, logo ini juga tidak fleksibel tidak bisa ditempat
diberbagai media, apabila dibuat ukuran kecil misalnya 1X1 cm tulisan pada
logo terlalu kecil dan tidak kelihatan.
Namun logo ini memiliki unsur sederhana, mudah diingat, enak
dipandang, sesuai dengan fungsi dan tepat sasaran. Logo karya Cepen ini
memiliki predikat cukup baik.
366
366
Gambar 4.83 : Tampilan Bentuk dan Warna
Logo Cepen Firmus G.
4.4.5.1.1. Makna bentuk logo Cepen Firmus G
Picture mark pada logo ini, memiliki bentuk dasar lingkaran, lingkaran
sengaja dibuat tegas, sesuai dengan karakter perusahan. Lingkaran terdiri dua
bentuk yaitu lingkaran dalam dan lingkaran luar. Lingkaran dalamberfungsi
untuk penempatan media tulisan, sedangkan lingkaran luar berfungsi sebagai
garis penutup pada logo.
Bentuk lingkaran sangat cocok dengan perusahaan yang ingin
memberikan kesan yang dinamis, tidak terputus, tidak memiliki awal atau akhir,
abadi, memiliki kualitas, dapat diandalkan, sesuatu yang sempurna.
Lingkaran dapat mewakili kekekalandan bersifat melindungi, kadang
dilambangkan dengan matahari atau pembatasan dalam kurva yang
melambangkan pertahanan, menjaga hal-hal yang ada di dalam dan
menunjukkan suatu komunitas, integritas dan kesempurnaan.
367
367
Apabila dilihat dari sisi budaya, ragam hias ini mrupakan motif
tumbuhan, motif ini merupakan ragam hias suku Melayu yaitu pucuk rebung.
Jenis ragam hias suku Melayu ini terdapat pada benda yang bernama pahar
(dalung) yaitu sejenis meja tempat hidangan orang pada zaman dahulu. Benda
ini terbuat dari tembaga yang diberi ukuran pada tepinya. Pahar digunakan
sebagai tempat meletakan hidangan diwaktu hendak makan. Dan sebagai alas
bahagian atas dari pahar diberi lapit yang namanya senggora dan baru diletakan
hidangan berupa nasi atau lauk pauknya di dalam sebuah cawan. Lapit dari pada
pahat terbuat dari berbagai-bagai warna, sesuai dengan yang dihidangkan.
Apabila yang makan adalah kaum bangsawan maka lapitnya berwarna kuning.
Pucuk rebung merupakan motif ragam hias suku Melayu yang berupa
pucuk bambu yang masih muda. Bentuk pucuk rebung pad pahar disusun
melingkar pada tepi pahar. Ragam hias pucuk rebung tidak memiliki makna
hanya sebagai hiasan saja.
4.4.5.1.2. Peranan warna logo Cepen Firmus G
Logo karya Cepen ini memiliki perpaduan dua warna yaitu hijau dan
putih. Dalam teori nirnama hijau merupan warna skunder yaitu gabungan dari
dua warna primer. Warna hiajau dihasilkan dari campuran warna kuning dan
biru.
Hijau dikaitkan dengan dunia alam. Karena hubungannya dengan alam,
hijau dianggap sebagai warna menenangkan dan santai.Hijau akan
368
368
menyeimbangkan emosi, menciptakan keterbukaan, seperti cinta, kepercayaan,
dan kasih sayang. Di dalam desain, kita bisa menggunakan warna hijau untuk
memberikan kesan segar.
Putih juga memberikan aura kebebasan dan keterbukaan serta
menciptakan kesan steril. Putih adalah warna yang murni, tidak ada campuran
apapun. Makanya sering di anggap sebagai warna yang menimbulkan efek suci
dan bersih.
Apabila ditijau dari unsur budaya Melayu, warna hijau pada umumnya
sering digunakan pada latar ragam hias. Dengan bentuk ragam hias berwana
kuning. Warna hijau melambangkan warna identik agama Islam. Sehingga
warna hijau selalu digunakan pada bangunan bernuansa Islam. Bagi masyarakat
Melayu hijau juga melambangkan kesuburan dan kemakmuran.
Putih juga identik dengan umat Islam karena putih melambangkan
kebersihan dan kesucian, seperti cirinya umat Islam. Perkembangan pada ragam
hias Melayu yang diadopsi dari arab warna putih juga melambangkan tanda
kesucian dalam tata pakaian adat putih di pakai juga sebagai tanda berkabung.
369
369
Gambar 4.84 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna
Logo Cepen Firmus G
4.4.5.1.3. Jenis font logo Cepen Firmus G
Jenis huruf letter mark pada logo ini adalah arial black. Jenis font ini
memiliki karakter tegas agar dapat mengimbangi bentuk ragam hias pucuk
rebung yang melengkung-lengkung. Pada jenis logo ini di dalam picture mark
dan letter mark membaur atau dengan kata lain tulisan terdapat di dalam gambar.
Jadi makna logo inidapat memberi arahan, persahabatan, cinta, hubungan
dan kesatuan. Memiliki implikasi perkawinan dan kemitraan, yang menunjukkan
stabilitas dan daya tahan. Melambangkan konsentrasi, ketepatan dan target.
Juga melambangkan menyeimbangkan emosi, menciptakan keterbukaan,
seperti cinta, kepercayaan, dan kasih saying dan memberikan kesan segar.Serta
memberikan aura kebebasan dan keterbukaan serta menciptakan kesan steril
serta menimbulkan efek suci dan bersih.
370
370
Gambar 4.85 : Diagram Tanda, Penanda dan Petanda
Logo Cepen Firmus G
Lingkaran adalah abtraksi dari distorsi bentuk Pucuk Rebung memiliki
makna denotatif sebagai ragam Hias Melayu. Distorsi bentuk tersebut adalah
tekstual dari simbol suku Melayu. Picture mark pada logo ini merupakan
penanda. Typo (teks) Cepen Batik berkonotasi pada pencapaian sebuah tujuan
adalah konsep dari branding dan identitas dari pemilik logo tersebut. Letter
Mark yang membaur pada bentuk logo adalah petanda. Warna putih dan hijau
merupakan lambang juga sebagai konsepsi dari logo tersebut.
Bentuk tragam hias pucuk rebung adalah simbol yang bersifat tekstual
merupakan penanda dan warna putih serta hijau adalah lambang yang bersifat
konseptul merupakan petanda. Jadi bentuk dan warna adalah logo yang
merupakan sebuah tanda.
371
371
4.4.5.2. Nurul Azizah
Nurul Azizah merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi
multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif batak Simalungun.
Logo ini telah diamati dan direduksi sesuai dengan kreteria logo yang baik. Logo
ini memiliki enam dari delapan unsur logo yang baik.
Logo ini hanya tidak terlihat sederhana dan fleksibel. Logo ini terkesan
rumit dan sepertinya didapat ditempat diberbagai media, karena bentuk elemen-
elemennya terlalu detail dan kecil-kecil. Hasil dari pengamatan logo ini memiliki
predikat sangat baik.
Gambar 4.86 : Tampilan Bentuk dan Warna
Logo Nurul Azizah
4.4.5.2.1. Makna bentuk logo Nurul Azizah
372
372
Bentuk picture mark pada logo, merupakan pola garis yaitu garis
melengkung berbentuk “S” dan bidang yang terdiri dari lingkaran dan segitiga.
Pola garis melengkung yang berbentuk “S” terdiri dari tiga garis, memiliki
makna sedemikian rupa dan bercerita, memiliki kemampuan untuk
mengungkapkan suasana tertentu. mampu membentuk symbol yang memiliki
pengertian khusus yaitub keanggunan.
Pola bidang lingkaran pada picture markyang terdiri dari sembilan
bidang lingkaran. Lingkaran pertama yang paling dalam berfungsi sebagai dasar
dari logo untk ruang pada letter mark, lingkaran kedua berfungsi sebagai
pemisah antara lingkaran pertama dan ketiga. Lingkaran ketiga berfungsi
sebagai garis penutup lingkaran pertama. Lengkaran keempat merupakan
pemisah antara lingkaran ketiga dan kelima. Lingkaran kelima merupakan dasar
dari garis melengkung berbentuk “S” yang disusun membentuk lingkaran.
Lingkaran keenam berfungsi sebagai pemisah antara lingkaran kelima dan
ketujuh. Lingkaran ketujuh merupakan dasar dari bentuk segitiga yang disusun
dengan sudut yang paling runcing mengarah ke atas dan kebawah, membentuk
lingkaran. Lingkaran kedelapan berfungsi sebagai pemisah antara lingkaran
ketujuh dan kesembilan dan yang lingkaran terakhir berfungsi sebagai penutup
atau hiasan tepi dari picture mark pada logo.
Pada dasarnya lingkaran memiliki makna kekekalandan bersifat
melindungi, kadang dilambangkan dengan matahari atau pembatasan dalam
373
373
kurva yang melambangkan pertahanan, menjaga hal-hal yang ada di dalam dan
menunjukkan suatu komunitas, integritas dan kesempurnaan.
Bentuk yang terakhir adalah segitiga. Bentuk segitiga yang disusun sudut
yang paling runcing mengarah ke atas dan kebawah, membentuk lingkarann
memiliki makna menyampaikan perkembangan, arah dan tujuan, maskulinitas,
trinitas, ketegaran, stabilitas dan menembus batas.
Lain halnya dengan pemahaman dari unsur budaya. Logo ini mengadopsi
unsur-unsur suku Simalungun baik dari bentuknya juga warnanya. Picture mark
pada logo ini merupakan motif ragam hias bentuk geometris. Bentuk-bentuk
elemen ragam hias geometris pada logo ini adalah segitiga, lingkaran dan garis
melengkung membentuk “S”.
Bentuk ragam hias yang tedapat pada logo seperti hopuk, pada
masyarakat suku Simalungun hopuk merupakan sejinis peti yang dipergunakan
menyimpan kain, ulos dan barang pelah belah berharga. Dan pada bagian atas
dihiasi dengan ipon-ipon yang berbentuk segitiga berfungsi sebagai pengikat dan
penutup hiasan yang merupan hiasan tepi. Gundur manggulapa, pinar bindoran
dan pahu-pahu patundal.
Ragam hias pada logo ini hampir mirip dengan hopuk, hanya saja ragam
hias yang ada didalamnya didistori agar terkesan minimalis. Ragam hias yang
terdapat pada logo adalah ipon-ipon yang berbentuk segitiga berfungsi sebagai
pengikat dan penutup sebagai hiasan tepi pada logo, ragam hias yang lain di
dalam logo tersebut yaitu pokis marodor, bentuk ragam hias ini sangat mirip
374
374
dengan garis melengkung “S”. Suku Simalungun mengartikan pokis marodor
merupakan semut berfungsi sebagai pengapit bentuk paling bagian dalam pada
logo yaitu letter mark. Pokis marodor melambangkan sifat gotong-royong dan
bentuk kerajianan bekerja pada masyarakat Simalungun.Bidang lingkaran
sebagai bentuk penutup hopuk.
4.4.5.2.2. Pernanan warna logo Nurul Azizah
Warna pada sebuah logo dapat digunakansebagai materi promosi,
branding,marketing, corporate identity serta logo perusahaan dapat membawa
harmoni, stabilitas, keseimbangan dan peningkatan penjualan yang
mengagumkan.
Warna pada logo ini memiliki tiga warna yaitu, merah, putih dan hitam.
dalam teori nirmana merah merupakan warna dasar atau warna primer yang
berdiri sendiri tanpa ada campuran dari warna apa pun.
Merah memiliki karateristik merangsang saraf, kelenjar adrenal
(endokrin) dan saraf sensorik Merah adalah warna yang paling menarik
perhatian. Warna merah dapat memperkuat motivasi, meningkatkan sirkulasi,
dan berkaitan dengan seksualitas. Merah juga membangkitkan emosi dan
menciptakan perasaan kegembiraan atau intensitas. Didalam desain, kita bisa
menggunakan warna merah sebagai aksen karena sifatnya yang kuat.
Hitam dan putih dalam teori nimana adalah gelap terang, namun disisi
lain hitam dan putih juga disebut warna yang juga memiliki makna. Warna hitam
375
375
mencerminkan eleganitas. Dalam dunia komunikasi visual, warna hitam dapat
dijadikan sebagai sarana marketing, materi promosi corporate identitysehingga
dapat menjadi titik awal dari program branding. Warna hitam berfungsi untuk
memberikan vibrasi tertentu di dalam suatu desain logo. Begitu hebatnya
kekuatan warna hitam, sehingga bisa memberikan efek psikologis dan kesan
yang mendalam kepada semua orang yang melihatnya.
Putih juga memberikan aura kebebasan dan keterbukaan serta mampu
menciptakan kesan steril. Putih adalah warna yang murni, yang menimbulkan
efek suci dan bersih, tidak ada campuran apapun.
Gambar 4.87 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna
Logo Nurul Azizah
4.4.5.2.3. Jenis font logo Nurul Azizah
Letter mark pada logo merupakan jenis huruf indy condensed. Letter
mark merupakan bagian dari logo, merupakan bagian paling dalam pada logo,
376
376
dengan dasar bidang lingkaran. Logo ini pucture dan letter mark berbaur, dan
katagori logo ini huruf berada dalam bentuk.
Apabila pada hopuk bagian adalah ragam hias isi, pada logo ini didistorsi
menjadi letter mark.
Jadi logo ini memiliki makna sebagai tempat produk batik yang memiliki
kualitas,integritas dan kesempurnaan. Juga mengarah perkembangan, tujuan,
maskulinitas, trinitas, ketegaran, stabilitas dan menembus batas, dan menjadikan
perusahan batik karya Nurul kuat dan memiliki keagungan dan tak tergoyahkan
dalam bersaing di pasar nasional maupun internasional.
Gambar 4.88 : Diagram Tanda, Penanda dan Petanda
Logo Nurul Azizah
Bentuk lingkaran adalah abtraksi dari distorsi bentuk Hopuk memiliki
makna denotatif sebagai gerga Simalungun. Distorsi bentuk tersebut adalah
tekstual dari simbol suku Simalungun. Picture mark pada logo ini merupakan
377
377
penanda. Typo (teks) Batik Sumut berkonotasi pada suatu daerah yang identik
dengan Simalungun dan berorentasi pada produk tersebut. Letter Mark yang
terpisah pada bentuk logo adalah petanda. Warna putih, merah dan hitam
merupakan lambang juga sebagai konsepsi dari logo tersebut.
Bentuk Hopuk adalah simbol yang bersifat tekstual merupakan penanda
dan warna putih, merah serta hitam adalah lambang yang bersifat konseptul
merupakan petanda. Jadi bentuk dan warna adalah logo yang merupakan sebuah
tanda.
4.4.6. Makna Bentuk dan Peranan Warna Logogram transform typo
Logogram transform typo adalah salah satu dari jenis logotype and
blend gram yang memiliki elemen tulisan dan gambar berbaur. Logo tersebut
juga merupakan bagian dari logo gabungan kombinasi gambar dan tulisan
(combination typo and gram).
Pada logo ini elemen bentuk disusun sehingga membentuk sebuah huruf
biasa elemen-elemen bentuk tersebut merupakan simbol-simbol atau lambang-
lambang yang dapat menginformasikan menjadi sebuah tanda. Tanda tersebut
merupakan identitas dari sebuah karakter seseorang, perusahaan, produk, atau
jasa yang diwakilkan dari unsur-unsur kebudayaan. Logo karya mahasiswa
tersebut yang telah dikelompokkan sebagai logo logogram transform typo adalah
hanya bayu Irgi Fahrizal.
378
378
4.4.6.1. Logo Bayu Irgi Fahrizal
Bayu Irgi Fahrizal merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program
studi multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif Melayu. Telah
dilakukan pengamatan dan reduksi pada logo ini sesuai dengan kreteria logo
yang baik.
Logo ini memenuhi seluruh kreteria logo yang baik yaitu desain sangat
sederhana, mudah diingat, tahan lama (tidak termakan zaman), enak dipandang,
sesuai fungsi, tepat sasaran, unik dan menarik dan fleksibel. Jadi logo ini
memiliki predikat sangat baik sekali
Gambar 4.89 : Tampilan Bentuk dan Warna
Logo Bayu Irgi Fahrizal
379
379
4.4.6.1.1. Makna bentuk logo Bayu Irgi Fahrizal
Bentuk pada logo ini merupakan bentuk geometis yang sesuai dengan
pola bidang segitiga. Picture mark pada logo ini merupakan bidang segitiga
disusun sedemian rupa sehingga membentuk huruf “B” jadi elemen bidang yang
mengikuti bentuk huruf “B”.Bentuk huruf “B” merupakan huruf depan dari
Bayu dan Batik, Bayu merupakan nama sipemilik perusahaan batik dan Batik
nama atau jenis produk yang akan dipasarkan.
Bentuk elemen segitiga pada logo memiliki makna sebagai lambang dari
konsep Trinitas, atau lambang tiga unsur tertentu yang saling berhubungan.
Dalam konsep religius mendasarkan pada tiga unsur alam semesta, yaitu Tuhan,
manusia dan alam. Segitiga juga merupakan perwujudan dari konsep keluarga
yakni ayah, ibu dan anak. Dalam dunia metafisika segitiga merupakan lambang
dari raga, pikiran dan jiwa. Segitiga yang simetris dapat menjadi simbol untuk
hukum, ilmu dan agama.
Segitiga juga dapat menunjukkan pergerakan sebagai petunjuk arah atau
puncak keberhasilan. Segitiga dapat digunakan untuk memberikan tema yang
umum seperti piramida, gunung, panah dan simbol api dan memiliki sifat
dinamis.
Apabila diamati dari segi budaya picture mark pada logo ini adalah motif ragam
hias suku Melayu. Ragam hias ini motif geometris. Pada suku Melayu ragam
hias ini disebut ragam hias bintang-bintang memiliki makna ketaqwaan kepada
Tuhan sebagai pemilik alamsemesta.
380
380
Perempuan yang memiliki hubungan darah dengan sultan. Perempuan
tersebut akan cenderung memilih motif salah satunya adalah ragam
hiasnyabintang-bintang dan memiliki maknauntuk menunjukkan kemakmuran
dan menegaskan kekuasaan keluarganya.
4.4.6.1.2. Peranan warna logo Bayu Irgi Fahrizal
Warna pada logo ini keseluruhannya dominan warna hijau. Menurut teori
nirmana warna hijau merupakan warna skunder gambungan dari dua warna
primer. Warna hijau dihasilkan dari warna kuning dan hijau.
Hijau dikaitkan dengan dunia alam. Karena hubungannya dengan alam,
hijau dianggap sebagai warna menenangkan dan santai. Hijau akan
menyeimbangkan emosi, menciptakan keterbukaan, membantu masalah
emosional, seperti cinta, kepercayaan, dan kasih sayang, menciptakan
ketenangandan memberikan kesan segar.
381
381
Gambar 4.90 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna
Logo Bayu Irgi Fahrizal
4.4.6.1.3. Jenis font logo Bayu Irgi Fahrizal
Jenis huruf yang digunakan pada picture mark yang dibentuk dari
susunan elemen segitiga adalah arial black. Jenis huruf ini sengaja pilih untuk
menghadirkan kesan kokoh, kuat dan elengan.
Tulisan baytik sebagai identitas perusahaan merupakan kependekan dari
mana si pemilik perusahaan dan jenis produk yang akan dipasarkan yaitu BAYU
BATIK. Jenis huruf yang dipakai untuk informasi identitas ini adalah jenis huruf
script¸yang sering kita sebut sebagai jenis huruf halus kasar. Nama huruf
tersebut adalah Crame. Huruf ini sengaja disandingkan dengan huruf arial black,
agar menghilangkan kesan kaku picture mark pada logo karya Bayu.
Jadi makna tersembunyi dalam logo adalah menyampaikan
perkembangan, arah dan tujuan, maskulinitas, trinitas, ketegaran, stabilitas dan
menembus tanpa batas.
382
382
Juga menunjukkan kemakmuran dan mempertegas kualiatas keluarga
kesultanan pada produk tersebut. Sehingga mampu menciptakan keterbukaan,
menciptakan emosional, seperti cinta, kepercayaan, dan kasih sayang,
memberikan ketenangan dan memberikan rasa nyaman pada konsumen.
Gambar 4.91 : Diagram Tanda, Penanda dan Petanda
Logo Bayu Irgi Fahrizal
Abtraksi dari distorsi bentuk ragam hias Melayu memiliki makna
denotatif sebagai Bintang Bedada Wajik. Distorsi bentuk tersebut adalah tekstual
dari simbol suku Melayu. Picture mark pada logo ini merupakan penanda. Typo
(teks) “B” yang dibentuk dari susunan Bintang Bedada Wajik berkonotasi pada
inisial identitas dari pemilik logo tersebut. Letter Mark yang terpisah pada
bentuk logo adalah petanda. Warna hijau merupakan lambang juga sebagai
konsepsi dari logo tersebut.
383
383
Bentuk Bintang Bedada Wajik adalah simbol yang bersifat tekstual
merupakan penanda dan warna hijau adalah lambang yang bersifat konseptul
merupakan petanda. Jadi bentuk dan warna adalah logo yang merupakan sebuah
tanda.
4.4.7. Makna Bentuk dan Peranan Warna Logotypo transform gram
Logotypo transform gram adalah salah satu dari jenis logotype and blend
gram yang memiliki elemen tulisan dan gambar berbaur. Logo tersebut juga
merupakan bagian dari logo gabungan kombinasi gambar dan tulisan
(combination typo and gram).
Pada logo ini bentuktulisanyang didistorsi mengikuti bentuk yang
memiliki makna tanda. Elemen bentuk gambar tersebut dapat menginformasikan
simbol-simbol atau lambang-lambang pada identitas dari sebuah karakter
seseorang, perusahaan, produk, atau jasa yang diwakilkan dari unsur-unsur
kebudayaan. Logo karya mahasiswa tersebut yang telah dikelompokkan sebagai
logo logotypo transform gramadalahAde Fitria Ninggsih; Aditya Chansa M dan
Risky Hamdani Ks Lubis.
4.4.7.1. Logo Ade Fitria Ningsih
Ade Fitria Ninggsih merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program
studi multimedia, semester II kelas A. Desain logo batik motif mandailing. Logo
ini telah diamati dan direduksi sesusai dengan kreteria logo yang baik. Logo
384
384
karya Ade tidak memenuhi satu dari delapan kreteria logo yang baik. Sata unsur
tersebut adalah tidak sesuai dengan fungsi.
Namun logo karya Ade ini memiliki unsur kesederhanaan, mudah
diingat, tahan lama (tidak termakan zaman), enak dipandang, tepat sasaran, unik
dan menarik serta memiliki fleksibelitas pada setiap media. Logo ini memiliki
predikat sangat baik.
Gambar 4.92 : Tampilan Bentuk dan Warna
Logo Ade Fitria Ningsih
4.4.7.1.1. Makna bentuk logo Ade Fitria Ninggsih
Picture mark pada logo ini merupakan inisial dari huruf depan nama
perusahaan yaitu “A” dan “B”. Bentuk “A” adalah angkola dan “B” adalah
batik. Huruf “A” didistorsi menjadi bentuk segitiga dan huruf “B” didistorsi
menjadi bentuk segiempat. Bentuk segitiga dan segiempat merupakan pola
bidang dalam teori nirmana, didalam bentuk bidang segitiga dan segiempat
385
385
terdapat tiga unsur garis yang tidak terputus. Ketiga unsur garis tersebut disebut
pola garis.
Bidang segitaga merupakan distorsi dari atap (tutup ari) rumah adat suku
Mandailing dan segiempat merupakan distorsi dari bagian rumah suku
Mandailing. Jadi bentuk huruf “A” dan “B” mengikuti pola bidang yang
merupakan distorsi dari rumah adat suku Mandailing yang disebut bagas godang,
dengan tiga garis yang tak terputus.
Pada logo ini letter mark mengikuti pola picture mark dan saling
membaur. Bentuk segitiga pada logo karya Ade terbagi dalam tiga garis yang
memiliki makna sebagai lambang dari konsep trinitas, atau lambang tiga unsur
tertentu yang saling berhubungan.Dalam konsep religius dimaknai sebagai tiga
unsur alam semesta, yaitu Tuhan, manusia dan alam.
Segitiga yang simetris dapat menjadi simbol untuk hukum, ilmu dan
agama.Segitiga juga dimaknai sebagai arah atau puncak keberhasilan yang
memiliki sifat dinamisnya.
Segiempat pada logo ini memiliki makna kesesuaian, kedamaian,
soliditas, keamanan dan kesetaraan serta kedinamisan yang tidak terbatas serta
fleksibilitas. Segiempat sebagai simbol statis, bangunan, kehandalan, ketertiban,
simetris, konstruksi, dan stabilitas.
Garis juga memiliki makna yang berbeda pada logo ini tiga garis yang
mengikuti betuk segitiga dan segiemapt memiliki kemampuan untuk
mengungkapkan suasana tertentu, mampu membentuk symbol mengesankan
386
386
kekuatan, arah dan sikap yang kuat serta mengesankan keanggunan, gerakan
dinamis, dan pertumbuhan tanpa henti.
Apabila dilihat dari unsur budaya suku Mandailing bentuk segitiga dan
segiempat yang meruapkan rumah adat suku Mandailing. Nama rumah adat
Mandailing ada dua macam bentuk yaitu bangunan yang disebut bagas godang
sebagai tempat namora-natoras. Namora-natoras adalah raja yang memiliki
wewenang diwilayah kampung atau huta, berfungsi sebagai mengatur tentang
tata cara adat istiadat sebagai pedoaman penghayatan hidup warga masyarakat
kampung, baik secara lahir maupun batin.Bangunna yang kedua adalah sopo
godang tempat balai sidang adat.
Bentuk atap segitiga memiliki makna gaja manyusu artinya orang miskin
yang wajib ditolong dan diberi makan dan yang sudah dipertongan olah raja
harus berterima kasih dan tidak seterusnya hidup demikian dan harus mencari
nafkah ddengan usaha sendiri.
Apabila dikaji secara keseluruhan bentuk rumah adat Mandailing
mempunyai gambaran adat yang berdasarkan dahilan natolu yang merupakan
gambaran falsafah hidup masyarakat daerah Mandailing.
4.4.7.1.2. Peranan warna logo Ade Fitria Ninggsih
Pada logo ini warna yang dihadirkan merupakan warna merah, putih dan
hitam. warna merah merupakan warna dasar atau warna primer. Pada teori
387
387
nirmana merah merupakan warna dasar atau warna primer yang berdiri sendiri
tanpa ada campuran dari warna apa pun.
Merah memiliki karateristik merangsang saraf, kelenjar adrenal
(endokrin) dan saraf sensorik Merah adalah warna yang paling menarik
perhatian. Warna merah dapat memperkuat motivasi, meningkatkan sirkulasi,
dan berkaitan dengan seksualitas. Merah juga membangkitkan emosi dan
menciptakan perasaan kegembiraan atau intensitas. Di dalam desain, warna
merah memiliki aksen karena sifatnya yang kuat.
Hitam dan putih dalam teori nimana adalah gelap terang, namun disisi
lain hitam dan putih juga disebut warna yang juga memiliki makna. Warna
hitammencerminkan eleganitas. Dalam dunia komunikasi visual, warna hitam
dapat dijadikan sebagai sarana marketing, materi promosi corporate identity
sehingga dapat menjadi titik awal dari program branding. Warna hitam
berfungsi untuk memberikan vibrasi tertentu di dalam suatu desain logo. Begitu
hebatnya kekuatan warna hitam, sehingga bisa memberikan efek psikologis dan
kesan yang mendalam kepada semua orang yang melihatnya.
Putih juga memberikan aura kebebasan dan keterbukaan serta mampu
menciptakan kesan steril. Putih adalah warna yang murni, yang menimbulkan
efek suci dan bersih, tidak ada campuran apapun.
Dalam kajian budaya warna yang terdapat pada logo merupakan warna
ragam hias yang dimiliki oleh suku Mandailing. Warna-warna tersebut memiliki
arti bagi masyarakat Mandailing. Seperti warna merah melambangkan kekuatan,
388
388
keberanian, dan kepahlawanan, warna putih melambangkan kesucian, kejujuran
dan kebaikan. Sedangkan warna hitam dilambangkan sebagao kegaiban.
Gambar 4.93 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna
Logo Ade Fitria Ninggsih
4.4.7.1.3. Jenis Font logo Ade Fitria Ninggsih
Tulisan pada logo ini sebagai identitas untuk menunjukan kepuyaannya,
pada letter mark tulisan ANGKOLA BATIK, jdenis huruf yang dipakai adalah
arial normal bold. Bentuk huruf yang didistorsi menjadi bagas godang
merupakan tiga unsur garis yang tak terputuh mengikuti bentuk bidang segitiga
dan segiempat.
Jadi makna yang tersembunyi pada logo adalah melambangkan ruang
khusus, visi kekuatan, pandangan-pandangan yang terukur dan harapan
(jendela). Menciptakan perkembangan, arah dan tujuan, maskulinitas, trinitas,
ketegaran, stabilitas dan menembus batas.
389
389
Bentuk huruf yang didistorsi menjadi bagas godang merupakan tiga
unsur garis yang tak terputus mengikuti bentuk bidang segitiga dan
segiempat.Garis paling luar berwarna hitam merupakan distorsi dari sopo
godang yang memiliki arti kegaiban. Gaib dalam hal ini sesuatu yang ada tetapi
tidak dapat dilihat yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Makna perusahan batik ini, akan
diberkahi Tuhan dalam menjalankan roda perusahaan, tanpa henti.
Bentuk garis ditengah yang mengikuti bidang segitiga dan segiempat
garis berwarna merah melambangkan kekuatan, keberanian, dan kepahlawanan.
Serta garis yang berwarna putih melambangkan kesucian, kejujuran dan
kebaikan. Sebagai garis pemisah antara hitam dan merah.
Gambar 4.94 : Diagram Tanda, Penanda dan Petanda
Logo Ade Fitria Ninggsih
Segitiga dan segiemapt adalah abtraksi dari distorsi bentuk atap rumah
adat Mandailing memiliki makna denotatif sebagai rumah adat Mandailing.
390
390
Distorsi bentuk tersebut adalah tekstual dari simbol suku Mandailing. Picture
mark pada logo ini merupakan penanda. Typo (teks) A dan B berkonotasi pada
produk serta tujuan pencapaian adalah konsep dari branding dan identitas dari
pemilik logo tersebut. Letter Mark yang berbaur pada bentuk logo adalah
petanda. Warna putih, merah dan hitam merupakan lambang juga sebagai
konsepsi dari logo tersebut.
Bentuk rumah adat Mandailing adalah simbol yang bersifat tekstual
merupakan penanda dan warna putih, merah serta hitam adalah lambang yang
bersifat konseptul merupakan petanda. Jadi bentuk dan warna adalah logo yang
merupakan sebuah tanda.
4.4.7.2. Logo Aditya Chansa M
Aditya Chansa M merupakan mahasiswa Polimedia PSDD program studi
multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif Batak Toba.Logo ini
telah diamati dan reduksi sesuai dengan kreteria logo yang baik. Sama halnya
dengan logo Ade. Logo milik Aditya ini, hanya satu tidak memenuhi kreteria
logo yang baik yaitu sesuai fungsi. Logo ini memiliki predikat sangat baik.
391
391
Gambar 4.95 : Tampilan Bentuk dan Warna
Logo Aditya Chansa M
4.4.7.2.1. Makna bentuk logo Aditya Chansa M
Bentuk dasar logo ini adalahsegitiga yang merupakan bentuk distorsi dari
huruf “A”. Huruf “A” merupakan inisal dari nama pemilik perusahaan batik
yaitu Adytia, Bentuk segitiga merupakan distosi dari bentuk rumah adat Batak
Toba.
Bentuk segitiga dibentuk dari dua garis, jadi picture mark dari logo ini
memiliki pola garis dan pola bidang. Bentuk garis paling atas merupakan
distorsi dari atap rumah adat batak toba, bentuk garis kedua yang berada di
bawah merupakan tutup ari dari atap rumah adat suku Batak Toba yang biasanya
dihiasi oleh ragam hias. Bentuk segitiga telah banyak diuraikan pada
pembahasan logo-logo sebelumnya, pada logo ini bentuk segitiga tidak lagi
dibahas secara spesifik. Pada pembahasan kali ini akan diulas mengenai filosofi
bentuk atap rumah adat Batak Toba.
392
392
Masyarakat Batak Toba memiliki rumah adat yang merupakan tempat
tinggal disebut rumah bolon. Rumah bolan terbagi atas beberapa bangunan yaitu,
jabu rumah artinya rumah adat batak tanpa ragam hias atau gorga, jabu rumah
gorga artinya rumah adat pakai hiasan ragam hias, jabu sopo artinya lumbung
padi tanpa ragam hias, dan sopo gorga adalah lumbung padi berhias ragam hias.
Rumah adat Batak Toba merupakan mikro kosmos perlambang makro
kosmos yang terbagi alas 3 bagian atau tritunggal banua, yakni banua tongga
(bawah bumi) untuk kaki rumah, banua tonga (dunia) untuk badan rumah, banua
ginjang (singa dilangit) untuk atap rumah.
Bagian atas rumah (langit-langit) dan atap rumah adat suku Batak Toba
disebut banua ginjang (singa di langit) pada atas rumah (langit-langit) inilah
yang berhak dihias dengan ragam hias.Atap Rumah Bolon mengambil ide dasar
dari punggung kerbau, bentuknya yang melengkung menambah nilai
keaerodinamisannya dalam melawan angin danau yang kencang.Atap terbuat
dari ijuk, yaitu bahan yang mudah didapat didaerah setempat. Suku batak
menganggap atap sebagai sesuatu yang suci, sehingga digunakan untuk
menyimpan pusaka mereka.
Dibawah atap bagian depan ada yang disebut “arop-arop”. Ini
merupakan simbol dari adanya pengharapan bahwa kelak dapat menikmati
penghidupan yang layak, dan pengharapan agar selalu diberkati Tuhan Yang
Maha Kuasa. Dalam kepercayaan orang Batak sebelum mengenal agama disebut
393
393
Mula Jadi Na Bolon sebagai Maha Pencipta dan Khalik langit dan bumi yang
dalam bahasa Batak disebut“Si tompa hasiangan jala Sigomgom parluhutan”.
Di sebelah depan bagian atas yang merupakan komponen untuk merajut
dan menahan atap supaya tetap kokoh ada “songsong boltok”. Maknanya,
seandainya ada tindakan dan pelayanan yang kurang berkenan di hati termasuk
dalam hal sajian makanan kepada tamu harus dipendam dalam hati. “Ombis-
ombis” disebut dengan list plank. Berfungsi sebagai pemersatu kekuatan bagi
“urur” yang menahan atap yang terbuat dari ijuk sehingga tetap dalam keadaan
utuh. Dalam pengertian orang Batak ombis-ombis ini dapat menyimbolkan
bahwa dalam kehidupan manusia tidak ada yang sempurna dan tidak luput dari
keterbatasan kemampuan, karena itu perlu untuk mendapat nasehat dan saran
dari sesama manusia.
Sosok individu yang berkarakter seperti itu disebut“Pangombisi do ibana
di angka ulaon ni dongan” yaitu orang yang selalu peduli terhadap apa yang
terjadi bagi sesama baik di kala duka maupun dalam sukacita.
Pada bagian depan atap rumah terdapat hiasan ragam hias berupa Gajah
dompak, bermotif muka binatang, memiliki makna sebagai penolak bala. Begitu
pula hiasan bermotif binatang cicak, kepala singa yang dimaksudkan untuk
menolak bahaya seperti guna-guna dari luar. Hiasan ini ada yang berupa ukiran
kemudian diberi warna, ada pula yang berupa gambaran saja.
394
394
4.4.7.2.2. Peranan warna logo Aditya Chansa M
Logo terdiri dari tiga warna yaitu, merah, hitam dan putih. Dalam teori
nirmana warna merah merupakan warna dasar yang merupakan warna yang
berdiri sendiri tanpa campuran dari warna apapun. Hitam dan putih dalam teori
warna merupakan gelap terang.
Warna-warna yang dihadirkan dalam logo ini merupakan perencanaan
corporate identity, warna mempunyai fungsi untuk memperkuat aspek identitas
dan untuk mempertegas maksud dari simbol-simbol tersebut. Kemampuan warna
merah, hitam dan putih dapat menciptakan impresi, mampu menimbulkan efek-
efek tertentu, sehingga mampu mempengaruhi perilaku, memegang peranan
penting dalam penilaian estetis dan turut menentukan sikap kesukaan konsumen
terhadap produk.
Warna merah yang dihadirkan pada logo ini paling sering menarik
perhatian. Karena warna merah memilki karateristik merangsang saraf, kelenjar
adrenal (endokrin) dan saraf sensorik, juga dapat meningkatkan sirkulasi darah
dan kereaktivan darah itu sendiri. Warna merah juga paling ampuh untuk
merangsang dan meningkatkan energi fisik, memperkuat motivasi,
meningkatkan sirkulasi, dan berkaitan dengan seksualitas. Merah juga
membangkitkan emosi dan menciptakan perasaan kegembiraan atau intensitas.
Tetapi pada saat yang sama, warna ini dapat dianggap sebagai tuntutan dan sikap
agresif. Merah adalah warna yang kuat sekaligus hangat. Sehingga menciptakan
395
395
efek komunikasi visual, marketing, materi promosi pada logo perusahaan yang
menjadi titik awal dari program branding yang sukses dan berhasil.
Warna hitam berfungsi untuk memberikan vibrasi tertentu di dalam
desain logo yang diciptakan oleh Aditya. Pilihlah warna putih pada logo
memiliki sugesti untuk meredakan rasa nyeri. Putih juga memberikan aura
kebebasan dan keterbukaan, untuk menciptakan kesan steril. Warna putih pada
logo ini menghadirkan originalitas warna yang murni, tidak ada campuran
apapun, yang efek suci dan bersih pada perusahan batik tersebut. Desain ini
memiliki gaya simple dan minimalis, dengan menggunakan warna putih adalah
langkah yang tepat walaupun bukan cara satu-satunya.
Kalau dilihat peranan warna dari suku Batak Toba, warna yang dominan
pada gorga batak Toba adalah warna hitam, merah dan putih. Ketiga warna
gorga juga melambangkan tiga penguasa alam semesta yaitu Batara, Guru
penguasa Banua Toru dilambangkan dengan warna hitam, Debata Sori penguasa
Banua Tonga dilambangkan dengan warna merah, dan Mangala Bulan penguasa
Banua Ginjang, dilambangkan dengan warna putih. Ketiga dewa yang dikenal
dengan sebutan ‘Debata Sitolu Sada’, atau tritunggal dewa dan tiga bagian alam
semesta ini sangat mempengaruhi hampir seluruh kebudayaan Batak.
Warna hitam pada logo ini merupakan symbol dari Banua Toru (kosmos
bagian bawah) dan penguasaanya.Sebagai lambang yang adil dan bijaksana. Di
dalam kehidupan sehari-hari warna hitam dianggap sebagai simbol kekuatan
pengobatan dan kedukunan.
396
396
Warna hitam disimbolkan sebagai Raja Warna, sebab kalau warna ini
dicampur dengan warna lain, dengan perbandingan yang sama, maka warna
yang lebih kuat adalah warna hitam. Selain itu warna hitam disebut sebagai raja
warna karena warna ini melambangkan kekuatan, pelindung dan kekuasaan yang
adil dan bijaksana.Itulah sebabnya ikat kepala kepala raja di Tanah Batak selalu
berwana hitam. Dalam Gorga Batak Toba warna hitam selalu dibuat pada andor
yaitu bidang gorga yang selalu dikontur dengan garis besar berwarna putih.
Warna hitam yang berada pada bentuk segitiga yang merupakan atas rumah adat
Batak Toba menunjukan kekuatan Tuhan Yang Maha Esa.
Begitu hebatnya kekuatan warna hitam pada logo ini, sehingga bisa
memberikan efek psikologis dan kesan yang mendalam kepada semua orang
yang melihatnya. Malah di dalam terapi kesehatan, warna tertentu di gunakan
untuk membantu pasien menjadi lebih cepat sembuh.
Warna merah pada logo ini merupakan simbol Banua Tonga (kosmos
bagian tengah) dan penguasanya adalah Debata Sori. Merah adalah lambang
keberanian dan kesaktian.
Putih melambangkan kesucian dan kehidupan.Orang Batak percaya
membuat hidup adalah gota(getah), suatu tenaga ajaib yang mengalir dalam
tubuh makhluk hidup. Warna putih dibuat pada garis gorga (hapur atau lili),
yaitu garis kontur dan garis tengah yang selalu mengikuti andor (garis berwarna
hitam).
397
397
Gambar 4.96 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna
Logo Aditya Chansa M
4.4.7.2.3. Jenis font logo Aditya Chansa M
Keberadaan tipografi pada logo ini merupakan bagian identitas dari
pemilik perusahaan tersebut. Baik yang terdapat pada picture mark dan letter
mark. Tipografi yang terpat pada picture mark merupakan “A” bentuk segitiga,
sengaja didesain agar kelihatan bentuk atap rumah adat suku Batak Toba.Pada
letter mark huruf yang digunakan adalah tabatha heavy dan rage italic. Bagian
dari huruf ini juga dibentuk dari tiga garis, dengan nuansa suku Batak Toba.
Jadi pengertian makna pada logo ini adalah picture mark yang juga
dibentuk dari huruf dan letter mark, merupakan bentuk ketegasan dan eleganitas
pada perusahaan batik tersebut. Bentuk segitiga yang berwarna hitam berada di
atas merupakan atas dari ruma bolon, memiliki makna keTuhan sebagai sumber
rezeki, pengetahuan yang harus diagungkan. Sedangkan segitiga yang kedua
398
398
berada di bawah atap merupakan tempatnya diisi oleh macam-macam ragam
hias suku Btak Toba. Maknanya adalah sebagai penggalang dari roh-roh jahat
atau sihir. Bentuk segitiga ditengah yang berwarna merah diwakili oleh dua garis
distorsi dari huruf A yang merupakan inisil dari nama pemilik perusahaan,
melambangkan kekuatan, keberanian, dan kepahlawanan. Warna putih
melambangkan kesucian, kejujuran dan kebaikan. Sebagai garis pemisah antara
hitam dan merah.
Gambar 4.97 : Diagram Tanda, Penanda dan Petanda
Logo Aditya Chansa M
Segitiga adalah abtraksi dari distorsi bentuk atap rumah Batak
Tobamemiliki makna denotatif sebagai rumah adat Batak Toba. Distorsi bentuk
tersebut adalah tekstual dari simbol Batak. Picture mark pada logo ini
merupakan penanda. Typo (teks) Toba berkonotasi pada dimensi Batak. Letter
399
399
Mark yang berbaur pada bentuk logo adalah petanda. Warna merah, putih dan
hitam merupakan lambang juga sebagai konsepsi dari logo tersebut.
Bentuk rumah adat Batak Toba adalah simbol yang bersifat tekstual
merupakan penanda dan warna merah, putih serta hitam adalah lambang yang
bersifat konseptul merupakan petanda. Jadi bentuk dan warna adalah logo yang
merupakan sebuah tanda.
4.4.7.3. Risky Hamdani Ks Lubis
Risky Hamdani Ks Lubis merupakan mahasiswa Polimedia PSDD
program studi multimedia, semester II kelas B. Desain logo batik motif
Simalungun. Logo ini sudah diamati dan direduksi sesui dengan kreteria logo
yang baik. Logo ini memiliki enam dari delapan kreteria logo yang baik.
Logo ini pada dasarnya sederhana tetapi, beberapa garis pewarnaan yang
menjadi ciri-ciri dari suku Simalungun, menjadi logo ini terkesan rumit. Kare
pewarnaannya logo ini juga menjadi tidak fleksibel, karena garisnya yang
terlalu kecil, sehingga ketika diterapkan diberbagai media apalagi dengan media
yang kecil, garis-garis warna yang menjadi ciri chas suku Simangun tidak akan
terlihat, menjadikan logo ini terkesan polos dan mengurangi nilai estetisnya.
Logo ini memiliki unsur logo mudah diingat, tahan lama, enak
dipandang,sesuai fungsi,tepat sasaran serta unik dan menarik. Pridikat logo ini
adalah cukup baik.
400
400
Gambar 4.98 : Tampilan Bentuk dan Warna
Logo Hamdani Ks Lubis
4.4.7.3.1. Makna bentuk logo Risky Hamdani Ks Lubis
Picture mark pada logo ini di bentuk dari dua huruf “S” dan “B”
singkatan dari Sumut Batik, bentuk ini juga merupakan distorsi dari salah satu
ragam hias suku Simalaungun yaitu gorga pinar bulung ni andurdur.
Menurut teori nirmana logo merupakan bagian dari pola garis. Picture
mark pada logo ini terdiri lima garis yang menbentuk gorga pinar bulung ni
andurdur. Ragam hias ini membentuk huruf sebagai inisial dari logo tersebut.
Pola garis yang dihadirkan pada logo ini merupakan garis melengkung yang
memiliki komposisi simetris, menjadikan logo tersebut menjadi lebih seimbang.
Garis terbentuk dari gerakan dari suatu titik yang membentuk suatu
goresan yang mengungkapkan gerakan dan bentukan.Garis yang dibentuk
sedemikian rupa dan bercerita, memiliki kemampuan untuk mengungkapkan
401
401
suasana tertentu. mampu membentuk symbol yang memiliki pengertian khusus.
Garis lengkung mengesankan keanggunan, gerakan dinamis, pertumbuhan.
Apabila dianalis dari unsur budaya, picture markpada logo ini
merupakan ragam hias pinar bulung ni andurdur, bentuk ini adalah motif
tumbuhan. Andurdur adalah sejenis tumbuhan menjalar yang bagus gerakkanya,
ragam hias ini merupakan lambang kesetiaan untuk menepati janji sehingga
memperoleh kepentingan bersama.
4.4.7.3.2. Peranan warna logo Risky Hamdani Ks Lubis
Ragam hias suku Simalungun ada juga yang tidak berwarna, tetapi masih
tetap memiliki makna filosofi yang mengatur tata cara kehidupan masyarakat
tersebut. Pada logo ini warna yang dihadirkan pada logo ini adalah merah, hitam
dan putih yang merupakan warna dasar dari ragam hias suku Simalungun.
Menurut teori nirmana merah merupakan warna dasar, hitam dan putih
adalah gelap terang. Warna yang menjadi dasar dari ragam hias suku
Simalungun ini memiliki makna lain, dari filosofi budaya masyarakat
Simalungun.
Warna memilki karateristik merangsang saraf, kelenjar adrenal
(endokrin) dan saraf sensorik. Merah adalah warna yang paling sering menarik
perhatian, sehingga dapat memperkuat motivasi, meningkatkan sirkulasi, dan
berkaitan dengan seksualitas menciptakan perasaan kegembiraan atau intensitas.
402
402
Di dalam warna merah menggunakan sebagai aksen karena sifatnya yang kuat.
Pada logo ini hitam putih di berikan aksen warna merah sedikit saja diantara
putih sudah bisa membuat logo tersebut menjadi terlihat berbeda.
Putih pada logo ini memberikan aura kebebasan dan keterbukaan serta
menciptakan kesan steril. Fungsi putih pada logo ini sebagai pemisah antara
hitam dan merah yang memberikan ruang terhadap kedua warna tersebut. Putih
adalah warna yang murni, tidak ada campuran apapun. Makanya sering di
anggap sebagai warna yang menimbulkan efek suci dan bersih.
Hitam adalah warna yang gelap tetapi elegan, efek dari berbagai macam
warna ini mampu diterapkan kedalam dunia komunikasi visual, marketing,
materi promosi, corporate identity hingga pembuatan desain logo perusahaan
yang menjadi titik awal dari program branding yang sukses dan berhasil. Warna
berfungsi untuk memberikan vibrasi tertentu di dalam suatu desain logo.
Lain halnya apabila dipandang dari sisi kebudayaan, khususnya suku
Simalungun. Menurut masyarakat Simalungun, warna putih menunjukan sifat
atau jiwa yang bersih, merah merupakan lambang keberanian dan hitam adalah
lambang pendirian yang tetap.
Masyarakat suku Simalungun percaya bahwa apabila ketiga warna
tersebut disatukan di dalam benang manalu, dapat berfungsi sebagai anti roh
jahat. Disisi lain benang manalu yang sudah disatukan dengan ketiga warna
tersebut dapat dijadikan sebagai alat perbuatan mistik.
403
403
Gambar 4.99 : Ukuran Skala Perbandingan dan Kalibrasi Warna
Logo Risky Hamdani Ks Lubis
4.4.7.3.3. Jenis font logo Risky Hamdani Ks Lubis
Tipografi pada logo ini sebagai informasi identitas dari perusahaan batik
tersebut, pada picture mark, jenis huruf dirancang khusus sehingga dapat
menyerupai bentuk ragam hias suku Simalungun yaitu gorga bulung ni andurdur.
Tulisan Sumut Batik yang terdapat dibawah picture mark, merupakan
distorsi dari jenis huruf arial black, huruf ini dibentuk mengikuti bentuk ulos.
Ulos adalah kain adat yang biasa dipakai untuk keperluan adat dan sebagai
pakaian sehari-hari. Sebagai kain adat, ulos dianggap melindungi tondi. Todi
menurut kepercayaan masyarakat Simalungun merupakan roh dan jiwa, ulos
juga dapat melindungi jasmani dan alam. Ulos digunakan sebagai keperluan
acara-acara adat.
Jadi makna logo tersebut lambang kesetiaan dan janji kepada konsumen
akan memberikan pelayanan dan kualitas terbaik. Logo ini juga melambangkan
404
404
perusahan yang kuat serta elegan, memberikan pencerahan, terbuka dan berani
bersaing dipasar nasional dan internasional dengan perhitungan yang matang dan
professional.
Gambar 4.100 : Diagram Tanda, Penanda dan Petanda
Logo Risky Hamdani Ks Lubis
Bentul SB adalah abtraksi dari distorsi bentuk ragam hias Batak Toba
memiliki makna denotatif sebagai gorga Pinar Bulung Ni Andudur. Distorsi
bentuk tersebut adalah tekstual dari simbol Batak. Picture mark pada logo ini
merupakan penanda. Typo (teks) SB di bentuk dengan gerga Pinar Bulung Ni
Andudur berkonotasi pada dimensi Batak. Letter Mark yang berbaur mengikuti
bentuk huruf pada logo adalah petanda. Warna merah, putih dan hitam
merupakan lambang juga sebagai konsepsi dari logo tersebut.
Bentuk Pinar Bulung Ni Andudur adalah simbol yang bersifat tekstual
merupakan penanda dan warna merah, putih serta hitam adalah lambang yang
405
405
bersifat konseptul merupakan petanda. Jadi bentuk dan warna adalah logo yang
merupakan sebuah tanda.
Setalah dianalisis dan diuraikan berdasarkan teori-teori nirmana dan
unsur unsur budaya terhadap semua logo karya mahasiswa Polimedia PSDD
Medan yang sesuai dengan katagori dan kreteria yang terdapat dalam logo.
Dapat dipahami bahwa bentuk merupakan salah satu elemen dasar dalam desain
Logo. Bentuk-bentuk yang mengikuti pola titik, garis, bidangdan ruang dapat
menyampaikan arti yang secara umum dilihat dan memberikan pemahaman
tentang suatu maksud. Bentuk-bentuk itulah yang selalu dilihat dimanapun.
Motif-motif ragam hias yang merupakan unsur budaya seperti motif,
tumbuhan, hewan, geometris serta figuratif. Dapat memperkaya pengetahuan
melalui unsur budaya, secara tidak langsung dapat melestarikan budaya yang
hampir punah melalui makna bentuk dan peranan warna yang dihadirkan melalui
logo tersebut.
Logo adalah sebuah karya seni rupa dan tidak bisa lepas dari elemen-
elemen senirupa dasar yang membentuknya, seperti garis, bentuk, warna, ruang,
tipografi, dan motif dari unsur budaya. Sehingga dapat mencerminkan citra
positif dengan cara memaksimalkan pesan-pesan yang menguntungkan dalam
picture mark dan letter mark yang terdapat dalam sebuah logo.
Bentuk-bentuk yang kaku dan dinamis serta peranan dari sebuah warna
yang divisualkan dengan tepat akan menyampaikan kekuatan, profesionalisme
406
406
dan efisiensi. Image bentuk itulah yang ingin disampaikan kepada publik melalui
visual sebuah Logo.
Sebuah Logo akan berhasil apabila telah memiliki konsep visual yang
kuat. Penggambaran inilah yang dibuat dalam berbagai cara, baik dengan warna,
ilustrasi atau bahkan dengan Image.Bentuk-bentuk yang selama ini telah pahami
adalah bertujuan untuk mengelola informasi melalui suatu hubungan dan
pembagian bentuk, menyimbolkan ide-ide yang berbeda, menciptakan
pergerakan, tekstur dan kedalaman, menyampaikan keinginan dan emosi,
menekankan dan menciptakan entry point dan bagian yang menarik,
memberikan arah pada mata dari satu elemen desain ke elemen desain
selanjutnya. Sehingga dapat mempelajari arti dari elemen dasar logo yang
menunjukkan simbol-simbol umum yang terdiri dari elemen-elemen yang
terdapat dalam logo tersebut.
407
407
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Sebagai penutup dari tesis ini akan disajikan kesimpulan dari hasil
penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya. Kemudian, disampaikan pula
saran-saran ang didasarkan pada hasil kesimpulan. Saran dalam hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi akademisi dan beberapa pihak sebagai masukan
dalam menciptakan sebuah logo.
5.1. Kesimpulan
Sebuah logo dari merek besar tidak dipilih secara kebetulan. Ada banyak
aspek yang diperhitungkan dalam pembuatan sebuah logo, baik dari segi bentuk,
warna, susunan huruf, hingga makna psikologi yang ada didalamnya. Dalam
mengembangkan sebuah merek, desain logo adalah raja dari segalanya. Desain
logo yang baik yaitu mampu menimbulkan respon emosional dari pelanggan dan
calon pelanggan untuk suatu produk tertentu di sebuah perusahaan. Sebuah logo
yang kuat mungkin memang terlihat sangat sederhana, tapi dalam penciptaannya
tidak ada yang sesederhana yang terlihat dan dibayangkan.
Mengacu pada rumusan masalah penelitian hasil penelitian ini dapat sesuai
dengan pembahasan penelitian yaitu:
408
408
5.1.1 Makna Bentuk Pada Logo
Jika bentuk logo yang digunakan oleh merek tertentu menggambarkan diri
mereka, produk, perusahaan atau bahkan budaya lingkungan.Pikiran bawah sadar
akan merespon dengan cara yang berbeda untuk setiap bentuk logo yang berbeda
melalui pola dasar ataupun motif ragam hias dan lain sebagainya, menyiratkan
makna yang berbeda. Hasil kesimpulan makna bentuk pada logo ciptaan
mahasiswa Polimedia PSDD Medan adalah :
1). Bentuk-bentuk logo yang dihadirkan mahasiswa Polimedia PSDD Medan,
yang diadopsi dari bentuk dasar dan unsur budaya, setelah dianalisis, telah
memenuhi kreteria logo yang baik dan terarah pada kategori logo.
2). Bentuk logo yang digunakan sudah mampu menggambarkan kualitas produk,
identitas perusahaan, dengan kearifan lokal Sumatera Utara.
3). Bentuk logo yang dihasilkan telah berorintasi pada kajian semiotika sehingga
memiliki kandungan atau entitas diri dari penanda.
4). Melalui unsur bentuk yang bersifat tekstual telah menghasilkan makna
denotatif pada bentuk logo tersebut.
5). Bentuk logo yang bersifat kongkrit menghasilkan suatu simbol yang lebih
subtantif pada logo yang mengkomunikasikan sebuah tanda.
6). Bentuk logo tidak monoton dan menjadi daya tarik untuk bersaing di pasar
Internasional yang memiliki kandungan kearifan lokal Sumatera Utara.
409
409
5.1.2 Peranan Warna Pada Logo
Selain pertimbangan bentuk, warna juga menjadi bentuk komunikasi non
verbal yang bisa mengungkapkan pesan secara instan dan lebih bermakna yang
sering digunakan para marketer atau komunikasi visual yang handal untuk tujuan
branding, sales dan penjualan serta marketing perusahaan. Hasil kesimpulan
makna bentuk pada logo ciptaan mahasiswa Polimedia PSDD Medan adalah :
1). Warna-warna logo yang dihadirkan mahasiswa Polimedia PSDD Medan,
berorentasi dari teori nirmana dan warna pada unsur budaya Sumatera Utara.
2). Warna logo yang digunakan sudah mampu menggambarkan identitas
perusahaan dengan kearifan lokal Sumatera Utara.
3). Warna logo yang dihasilkan telah berorintasi pada kajian semiotika dan teori
nirmana sehingga memiliki kandungan atau entitas diri dari petanda.
4). Melalui unsur warna yang bersifat konseptual telah menghasilkan makna
konotatif pada bentuk logo tersebut.
5). Warna logo yang bersifat abtraksi dari kearifan lokal Sumatera Utara
menghasilkan suatu lambang yang mengkomunikasi sebuah tanda
Logo sebagai tanda, memiliki makna bentuk kongkrit dapat
mengkomunikasikan penanda dari unsur yang bersifat tekstual yang memiliki
makna denotatif pada bentuk simbol. Abtraksi warna menghasilkan komunikasi
petanda dari unsur yang bersifat kontekstual yang memiliki makna konotatif pada
peranan warna.
410
410
Kombinasi antara makna denotatif pada penanda dan makna konotatif
pada petanda menghasilkan sebuah tanda. Gabungan antara bentuk kongkrit pada
simbol dan abtraksi warna pada lambang adalah logo. Logo merupakan sebuah
tanda.
5.2. Saran
Berdasarkan penelusuran yang menurut penulis dapat bermanfaat secara
praktis maupun bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan berdasarkan
kedekatan disiplin ilmu yang dapat dikembangkan dalam suatu institusi
pendidikan maupun lembaga pendidikan serta kebutuhan perorangan untuk
menggali potensi yang ada.
Setiap institusi ataupun lembaga pendidikan khususnya Polimedia PSDD
Medan yang memiliki kompetensi produksi yang menunjang pada penguasaan
keahlian terapan tertentu, yang bersifat vokasi, dianjurkan memiliki kompetensi
pada bidang keilmuan filsafat budaya, filsafat estetika, antropologi budaya dan
dasar-dasar ilmu kesenirupaan khusnya desain grafis, yang berorentasi pada
kearifan budaya lokal, sehingga menghasilkan karya ataupun produk yang
bermutan lokal sebagai daya tarik untuk bersaing di pasar Internasional.
Secara teoritis buku-buku yang menjadi refrensi penulis hanya
menguraikan perkembangan dan perjalanan logo dari tahun ketahun yang
mengarah pada bentuk perkembangannya saja. Sejarah awal terjadinya sebuah
logo atau asal usul dari sebuah nama dari jenis logo, sering terlupakan karena
411
411
setiap yang menulis hanya mengejar perkembangan fisik dari logo tersebut,
dengan konsep yang berbeda dari tahun ketahun. Perkembangan bentuk fisik juga
sangat dibutuh untuk seorang desain logo, agar menjadi refrensi dalam
menciptakan logo pada zaman sekarang ini.
Logos prophorikosdan logos endiathetos, merupakan ucapan seseorang
dianggap dalam pengertian tertentu sebagai sebagian dari kedirian si pembicara
yang mempunyai keberadaan sendiri yang nyata yang disebut kata. Kata yang
berarti logo juga kemudian disandingkan dengan "type" yang berasal dari kata
"typo", yang merupakan perhurufan atau pencetakan huruf, sehingga diartikan
menjadi "logotype". Logos spermatikos tidak terlepas dari unsur budaya manusia.
Manusia itu tidak pernah melihat, menemukan dan mengenal dunia secara
langsung kecuali dengan berbagai simbol. Fenomena yang di wakilkan olah tanda,
indeks, ikon, simbol menjadi unsur budaya dalam kehidupan manusia. Dalam
bahasa Yunani, gram atau gramma memiliki arti huruf, tanda, dengan demikian
pemahaman dari uraian logos spermatikos dapat diartikan sebagai "logogram".
Dalam hal ini penulis menyarankan, untuk melakukan penelitian yang
lebih mendalam mengenai sejarah terciptanya nama logotype dan logogram.
Pada mata kuliah logo, pengelompokan logo juga belum jelas untuk semua
bentuk logo. Buku-buku yang penulis jadikan sebagai refrensi, belum mengatur
bentuk logo yang sesuai dengan katagorinya. Logo hanya dibagi atas tiga bagian
besar yaitu logotype (logo yang didominasi dengan tulisan saja), logogram (logo
yang bentuknya hanya gambar saja) serta gabungan logotype dan logogram
412
412
(gabungan antara bentuk dan gambar). Sementara logo gabungan antara bentuk
dan gambar, memiliki ciri yang beragam, misalnya logo yang gambar dan
tulisannya terpisah, logo yang tulisan dan gambarnya membaur, logo yang di
dalam tulisan terdapat gambar atau salah satu hurufnya diganti dengan gambar,
logo yang di dalam gambar terdapat tulisan, logo yang tulisanya membentuk
gambar dan logo yang gambarnya membentuk tulisan.
Kesemua logo ini belum dikatagorikan sesuai dengan karakter masing-
masing logo. Pada tesis ini penulis mengkatagori masing-masing logo sesuai
dengan karakter bentuk dan tulisan yang terdapat pada logo, dari hasil penelitian
katagori yaitu:
1).Logotype,
2).Logogram,
3).Combination typo and gram.
3.1). Logogram and separate type (gambar dan tulisan terpisah)
3.2). Logotype and blend gram. (gamabr dan tulisan membaur)
1). Logo typographic (di dalam tuliasan terdapat gambar)
2) Logo gramgraphic (di dalam gambar terdapat tulisan)
3). Logogram transform typo (logo terdiri dari elemen-elemen gambar
kecil yang membentuk huruf);
4). Logotypo transform gram (logo elemen tulisan yang membentuk
gambar).
413
413
Nama untuk masing-masing jenis dari katagori logo, belum dibuat secara
spasifik, nama-nama logo tersebut hanya sekedar untuk membadanya jenis logo
yang satu dengan lainnya. Disarankan untuk melalukan penelitian lebih mendalam
pada katagori logo-logo tersebut beserta nama masing-masing jenis logo.
414
414
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Juraid. 2006. Manusia, Filsafat,dan Sejarah. Jakarta : Bima Aksara. Ali, Mat. 2014. Mahir Membuat Ide Kreatif dan Desain Logo, Jakarta: Techno
Publishing. Arntson, Amy E. 2003. Grafihic design basic 4. Whitewater: university of
Wisconsin, Thomson Warswort Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek. ,edisi
revisi V. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek. ,edisi
revisi VI.Jakarta: Rineka Cipta. Barbier, Jean Paul. 1983. Tobaland : The Shreds Of Tradition. Geneva : Musée
Barbier-Müller. Berger, Arthur Asa. 1984. Signs in Contemporary Culture an Introduction to
Semiotics. Marianto & Sunarto. 2005. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. Capsule. 2007. Design matter, Logos. Massachusetts: rackport publisfher, inc. Caniago, Ferri. 2012. Cara Mutakhir Jago Desain Logo, Cipayung, Jakarta Timur
: Niaga Swadaya. Chernyshevsky, N.G. 2005. Hubungan Estitik Seni dengan Realita, Bandung:
Ultimus. Dharmojo. 2005. Sistem Simbol Dalam Munaba Waropen Papua, Jakarta :Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Djelantik, A.A.M. 1999. Estetika Sebuah Pengantar, Bandung: Masyarakat Seni
Pertunjukan Indonesia. Dreyfuss, Henry. 2010. ”Symbol Sourcebook: An Authoritative Guide to
International Graphic Symbols”, McGraw-Hill Companies. Hendratman, Hendri. Computer Graphic Design. Bandung: Informatika, 2014
415
415
Hasibuan, Jamaludin S. 1985. Art Et Culture/ Seni Budaya. Pierre-René Bauquis. Djakarta : PT. Jayakarta Agung Offset.
Joosten, Leo. 1992. Samosir The Old Batak Society. Pematangsiantar. Kartono, Gamal. 2012. Jurnal Seni Rupa FBS Unimed: Sejarah dan Rahasia
dibalik Logo. Medan : Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.
Kartono, Gamal. 2014. Poster, Medan: UNIMED PRESS Kartono, Gamal. 2015. Tipografi, Medan: UNIMED PRESS Kartika, Sony Dharsono. 2007. Estetika, Bandung: Rekayasa Sains. Masunah, Juju dan Narawati, Tati. 2003. Seni dan Pendidikan Seni, Bandung :
P4ST UPI. Meggs, P.B. 2006. A History of Graphic Design, USA : Viking Metha, Aline. 2014. The True Power of Color. Yogyakarta : Octopus Publishing
House. Narbuko, Cholid and Achmadi.H.Abu.1997. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi
Aksara. Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Pena , Tim Prima. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gita media
Press. Parera. J. D. 2004. Teori Semantik.edisi kedua. Jakarta : Erlangga. R.M. Yoyok. And Siswandi. 2007. Pendidikan Seni Rupa. Yudis Tira. Jakarta: PT
Ghalia Indonesia Printing. Rustam, Surianto. 2014 Mendesain Logo, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009 Sulianta, Feri. Rahasia Teknik Warna, Jakarta: PT. Elex Media Komputerindo. Sachari, Agus. 2005. Metodologi Penelitian Budaya Rupa Desain, Arsitektur,
Seni Rupa dan Kriya. Jakarta: Erlangga
416
416
Saragih, Daulat.dkk.1999. “Nilai Estetis dan Makna Simbolis yang Terkandung dalam Motif Ornamen Tradisional Bangunan Rumah Adat Batak Toba”. Laporan Penelitian. UNIMED
Sobur, Alex. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Simamora, Tano. 1997. Rumah Batak : Usaha Inkulturatif. Pematangsiantar:
Seminari menengah, tth. Sirait, Baginda. 1980. Pengumpulan dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di
Sumatera utara. IKIP. SP. Gustami. 1980. Nukilan Seni Ornamen Indonesia. Yogyakarta: Sekolah
Tinggi Seni Rupa Indonesia ASRI. Sudjiman, Panuti, and Zoest Aart Van. 1996. Serba-Serbi Semiotika. Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka Utama. Sulianta, Feri. 2014. Rahasia Teknik Warna. Jakarta : PT. Elex Media
Komputinda. Sukarman. 1982/1983. Pengantar Ornamen Timur I. Yogyakarta : SUB/BAG
PROYEK STSRI “ASRI”. Surakhmad, Winarto. 1980. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode, dan
Teknik. Bandung : TARSITO Sumarjo, Jayob. 2006. Estetika Paradoks. Bandung: Sunan Ambu Press. Sutopo, P., Agustina, H., Nurfalah, F. 2009. Makna Logo Sebagai Cerminan Citra
Perusahaan, Cirebon: Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon. Tambunan. E.H. 1982. Sekelumit Mengenai Masyarakat Batak Toba dan
Kebudayaannya Sebagai Sarana Pembangunan. Bandung: TARSITO. Teresa, Anna. 2006. Logos Of Phenomenology And Phenomenology Of The
Logos. Netherlan: The Netherlands
Thomas, Gregory. 2006. How to Design Logos, Symbol and Icon. Cincinnati: Ohio: How Design Book.
417
417
Vera, Nawiroh. 2014. Semiotika Dalam Riset Komunikasi, Bogor: Ghalia Indonesia.
Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2011. Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis
bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media. Wheeler, Alina. 2009. Designing Brand Identity New York: The United States of
America Zaviera, Ferdinannd. 2007. Teori Kepribadian Sigmund Reud, Jogyakarta:
Prismashopie. Zoest, Aart Van. 1978. Semiotika Tentang Tanda, Cara Kerjanya dan Apa yang
Kita Lakukan Dengannya. Soekowati, Ani. 1993. Jakarta: Yayasan Sumber Agung.
Z. Shahab, Yasmine. 2004. Antropologi Indonesia Tahun XXVIII No. 75 : Seni
Sebagai Ekpresi dan Eksistensi. Jakarta: Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sodial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
418
418
BUKU PANDUAN UMPN POLIMEDIA PSDD MEDAN
Kata Pengantar
Buku Panduan Ujian Masuk Politeknik Negeri Media Kreatif (PoliMedia)
tahun akademik 2011/2012 ini, disusun dalam rangka kegiatan penerimaan
mahasiswa baru (PMB) jalur ujian tertulis program Diploma III bagi lulusan
SMU/SMK/MA yang dilaksanakan secara nasional di Politeknik se-Indonesia
yang disingkat UMPN (Ujian Masuk Politeknik Negeri).
Calon mahasiswa Politeknik Negeri Media Kreatif PSDD di Medan dapat
memilih satu pilihan program studi atau dua pilihan program studi dari 2 Program
Studi yang dibuka tahun ini yaitu Program Studi Teknik Grafika, dan Desain
Grafis.
Buku panduan ini memberikan informasi yang berkaitan dengan Tata Cara
Pendaftaran Calon Mahasiswa Baru, Pengumuman Hasil Seleksi, dan Regristrasi
Ulang. Diharapkan Calon Mahasiswa Baru Politeknik Negeri Media Kreatif
PSDD di Medan dapat mempelajari dan mengikuti dengan seksama petunjuk-
petunjuk yang diberikan didalamnya, sehingga kesalahan-kesalahan yang dapat
merugikan tidak perlu terjadi.
419
419
Kami mengucapkan selamat datang Calon Mahasiswa Baru di Politeknik Negeri
Media Kreatif PSDD di Medan. Semoga sukses. Terimakasih
Jakarta, Pebruari 2011
Direktur PoliMedia
ttd
Bambang Wasito Adi, SH., M.Sc. NIP : 19570901 197803 1 001
420
420
PANDUAN JALUR UMPN
(UJIAN MASUK POLITEKNIK NEGERI)
Dalam Rangka Penerimaan Mahasiswa Baru Politeknik Negeri Media Kreatif PSDD di Medan
Tahun Akademik 2011/2012
I. PENDAHULUAN
Politeknik Negeri Media Kreatif (PoliMedia) Jakarta didirikan berdasarkan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor: 60 Tahun 2008 yang
berkedudukan di Jalan Srengseng Sawah, Jagakarsa Jakarta 12640. Politeknik
Negeri Media Kreatif (PoliMedia) Jakarta sesuai Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional RI Nomor 30 Tahun 2009 Membuka Program Studi Di Luar Domisili
Perguruan Tinggi di Medan untuk tahun ajaran 2011/2012 Politeknik Negeri
Media Kreatif (PoliMedia) PSDD di Medan menyelenggarakan Program studi
yaitu: Teknik Grafika dan Desain Grafis. PoliMedia PSDD di Medan sebagai
perguruan tinggi vokasi yang secara khusus ditangani untuk menyiapkan tenaga
terampil tingkat madya di bidang industri kreatif, yang lulusannya difokuskan
terampil dan memahami proses produksi, serta dibekali pengetahuan konsep dan
wawasan bisnis untuk berwirausaha.
Dewasa ini, kebutuhan tenaga terampil tingkat madya di sektor industri kreatif
yang beberapa tahun terakhir ini telah berkembang cukup pesat di Indonesia dan
421
421
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi cukup signifikan yaitu 6,7
% dari PDB. Salah satu kebijakan pemerintah dalam mengantisipasi kondisi
demikian, pada tahun 2011 PoliMedia PSDD di Medan membuka 2 (dua) program
di atas. Selanjutnya dalam kesempatan ini, kami informasikan secara terbuka
kepada lulusan terbaik dari SMA/MA/SMK seluruh wilayah tanah air Indonesia
untuk menjadi mahasiswa PoliMedia PSDD di Medan sesuai minat dan pilihannya
masing-masing dengan Rencana Mahasiswa baru yang akan diterima di PoliMedia
untuk tahun akademik 2011-2012 bisa dilihat pada tabel 1 di bawah ini:
No Program Studi Jenjang Daya Tampung
1 Desain Grafis D III 32 orang
2 Teknik Grafika D III 32 orang
Jumlah 64 orang
Jumlah Mahasiswa baru yang akan diterima melalui jalur UMPN sebanyak 100%
dari total kuota daya tampung. Secara singkat profile dua program studi tersebut
adalah:
1. Desain Grafis akan mempersiapkan tenaga sekaligus seorang wirausaha
mengenai kreasi seni dan desain dalam industri teknologi grafika yang
dipresentasikan dalam bentuk 2 dimensi maupun 3 dimensi sebagai media
komunikasi. Berbagai keahlian bidang desain grafis meliputi perancangan
logo/branding, bahan penerbitan, kemasan, literatur promosi, dan media
422
422
kehumasan. Mengingat perkembangan industri kreatif yang semakin
semarak di berbagai kota besar dan daerah dapat meningkatkan penyerapan
sumber daya manusia di bidang desain grafis.
2. Teknik Grafika akan mempersiapkan tenaga yang memiliki pengetahuan dan
keahlian teknik cetak yang diakui secara kualifikasi nasional sebelum
memasuki dunia industri sesuai dengan standar mutu. Program ini sangat
sesuai bagi calon mahasiswa yang ingin meniti karir di bidang produksi
cetak, cetak digital, administrasi dan manajemen cetak, disamping bagi yang
ingin membuka usaha percetakan secara mandiri. Program Studi Teknik
Grafika membekali mahasiswa dengan pengetahuan teknis dan keahlian
praktis serta pengalaman di perusahaan percetakan.
423
423
II. TUJUAN
Tujuan dari penerimaan mahasiswa baru melalui Jalur UMPN ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk menjaring calon mahasiswa yang berkualitas;
2. Memberikan kesempatan yang sama kepada semua calon mahasiswa dari
berbagai daerah di seluruh Indonesia;
III. PENJELASAN UMUM
1. Yang berhak mendaftarkan diri adalah siswa kelas 3 (tiga) SMU/SMK/MA
yang berumur tidak lebih dari 22 tahun (peserta lahir setelah tanggal 31
Agustus 1989).
2. Setiap calon mahasiswa diperbolehkan mengajukan 2 (DUA) PILIHAN
program studi dengan biaya pendaftaran sebesar Rp. 200.000,00 untuk 2
pilihan program studi dan Rp. 150.000,00 untuk 1 pilihan program studi.
IV. PROSES PELAKSANAAN UMPN JALUR UMB POLIMEDIA
1. Seleksi Calon Mahasiswa PoliMedia
Tempat : Politeknik Negeri Media Kreatif PSDD Medan
Jl. Guru Sinumba No. 06 Medan Helvetia
Pendaftaran : Senin, 11 s.d. 27 Juli 2011
424
424
Ujian Menggambar : Rabu, 27 Juli 2011 (Khusus Prodi Desain
Grafis)
(utk yang mendaftar tgl 27 Juli,ujiannya tgl 28 Juli 2011)
Ujian Tertulis : Jumat, 29 Juli 2011
Waktu : 09.00 – 12.30
Pengumuman Ujian Tertulis dan Menggambar: Menyusul akan diumumkan
setelah ujian tertulis
Daftar Ulang: Menyusul akan diumumkan setelah ujian tertulis
Catatan:
* Peserta Ujian Tertulis/Menggambar diwajibkan membawa; Alas Menulis,
Pensil 2B, Penghapus dan hal-hal lain yang diperlukan pada saat ujian.
2. Mekanisme Pendaftaran Secara Manual
1. Peserta datang ke Sekretariat Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) mengambil
formulir pendaftaran UMPN dan membayar biaya pendaftaran sebesar Rp.
150.000,00 untuk 1 pilihan atau Rp. 200.000,00 untuk 2 pilihan.
2. Pembelian formulir pendaftaran UMPN harus dilakukan pada waktu yang
telah ditentukan.
3. Pembelian formulir pendaftaran dapat dilakukan pada hari Senin – Jumat,
dimulai pukul 09.00 s.d. 12.00 dan 13.00 – 16.00.
425
425
4. Bukti pembayaran asli dapat diitukarkan dengan buku panduan UMPN.
5. Setelah formulir pendaftaran diisi oleh peserta dan diserahkan kepada panitia,
maka panitia akan menyerahkan kartu ujian.
Catatan: Peserta menyerahkan kembali formulir berikut persyaratannya paling
lambat dua hari setelah pembelian formulir.
6. Kartu ujian kemudian dibubuhi tanda tangan dan foto peserta ybs.
7. Satu lembar kartu ujian diserahkan kepada yang bersangkutan, dan satu lagi
disimpan oleh panitia untuk arsip.
3. Mekanisme Pendaftaran Online*:
Pendaftaran Online bisa dilakukan melalui website www.polimedia.ac.id dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Peserta membayar biaya pendaftaran di Bank Bukopin dengan No. Rek. 102
184 6011 Atas Nama Politeknik Negeri Media Kreatif (PoliMedia) Jakarta
dan mengirim bukti pembayaran melalui fax ke nomor (061) 8472896.
2. Peserta mengisi formulir melalui http://spmb.polimedia.ac.id/
3. Nama pengirim pada bukti pembayaran harus sama dengan nama peserta yang
dicantumkan pada form pendaftaran di website.
4. Panitia membuat kartu ujian ybs, setelah paitia menerima formulir melalui
internet dan bukti pembayaran.
426
426
5. Selambat-lambatnya seminggu sebelum pelaksanaan ujian, peserta diharuskan
datang ke Politeknik Negeri Media Kreatif (PoliMedia) PSDD Medan, untuk
melakukan registrasi ulang untuk melengkapi persyaratan administrasi.
6. Pada waktu registrasi ulang calon peserta membawa persyaratan antara lain:
a. Bukti pembayaran di Bank Asli.
b. Bukti pendaftaran di Website.
c. Akte Kelahiran.
d. Pas foto berwarna terbaru 4 lembar ukuran 3 x 4.
7. Panitia menyerahkan satu lembar kartu ujian kepada ybs, dan satu lagi untuk
arsip, setelah peserta melengkapi persyaratan yang diperlukan pada kartu
ujian peserta.
8. Peserta berhak mengikuti ujian bila yang bersangkutan mempunyai kartu
ujian.
9. Apabila calon peserta telah melakukan proses pendaftaran sebagaimana
tercantum pada butir 1 dan 2, tetapi tidak melakukan registrasi ulang pada
waktunya (Butir 5), maka pendaftaran dianggap batal atau calon peserta
dianggap mengundurkan diri.
427
427
4. Persyaratan umum pendaftaran UMPN
Pendaftaran UMPN dilakukan dengan persyaratan:
o Umur tidak boleh lebih dari 22 tahun (peserta lahir setelah tanggal 31
Agustus 1989)
o Foto copy surat keterangan lulus/ijazah SMU/SMK/MA yang dilegalisir 1
lembar.
o Foto copy identitas diri (Kartu Pelajar/KTP/SIM).
o Foto copy akte kelahiran/Surat Kenal Lahir.
o Pas foto berwarna terbaru 4 lembar ukuran 3 x 4.
o Surat Keterangan tidak buta warna
o Membayar uang pendaftaran Rp 200.000 untuk dua pilihan prodi, dan Rp
150.000 untuk satu pilihan program studi.
5. Persyaratan Khusus
1. Peserta yang memilih Bidang Rekayasa yaitu Program Studi Teknik Grafika
adalah peserta yang berasal dari SMA/MA jurusan IPA atau SMK Grafika.
2. Peserta yang berasal dari SMA/MA/SMK jurusan IPS atau Bahasa, atau Non-
IPA, hanya dapat memilih Bidang Non-Rekayasa yaitu Program Studi yaitu
Desain Grafis
428
428
6. Materi Ujian
Materi yang diujikan untuk Bidang Rekayasa yaitu Program Studi Teknik
Grafika adalah;
1. Bahasa Indonesia;
2. Bahasa Inggris;
3. Matematika;
4. Fisika.
Adapun materi yang diujikan untuk Bidang Non-Rekayasa yaitu Program
Program Studi Desain Grafis adalah;
1. Bahasa Indonesia;
2. Bahasa Inggris;
3. Matematika;
4. Ekonomi dan Akuntansi.
V. PENGUMUMAN HASIL UJIAN SELEKSI
Hasil proses seleksi akan diumumkan melalui:
o Papan Pengumuman di Politeknik Negeri Media Kreatif (PoliMedia) PSDD
di Medan.
o Website http://polimediapsddmedan.blogspot.com atau
http://www.facebook.com/poliMediaPSDDMedan
o Pengumuman ujian hasil seleksi :
429
429
Hari/tanggal : Menyusul akan diumumkan setelah ujian tertulis.
Pukul : 09.00 WIB
Tempat : Politeknik Negeri Media Kreatif (PoliMedia) PSDD di
Medan
VI. PENDAFTARAN ULANG
A. Pendaftaran Ulang Lulus Utama
Peserta yang telah dinyatakan lulus ujian seleksi calon mahasiswa/i PoliMedia
PSDD di Medan akan dinyatakan secara resmi diterima sebagai mahasiswa/i
PoliMedia Jakarta apabila melengkapi/memenuhi semua persyaratan
pendaftaran/registrasi ulang pada jadwal yang telah ditentukan.
Adapun waktu pendaftaran ulang mahasiswa baru Lulus Utama adalah:
Hari/Tanggal : Menyusul akan diumumkan setelah ujian tertulis
Pukul : 09.00-16.00 WIB
Tempat : Politeknik Negeri Media Kreatif PSDD di Medan
Adapun persyaratan daftar ulang adalah :
1. menyerahkan kartu peserta ujian
2. Membawa 2 lembar foto copy ijazah yang telah dilegalisir.
3. mengisi formulir pendaftaran ulang
4. menunjukkan ijazah/ STTB asli
5. Menunjukkan akte/ surat tanda lahir serta menyerahkan 1 lembar fotokopinya
430
430
6. menunjukan kwitansi lunas pembayaran biaya pendidikan
B. Pendaftaran Ulang Nominator Lulus Cadangan
Calon mahasiswa baru yang ikut ujian dan masuk Nominator Lulusan Cadangan,
dapat diterima sebagai calon mahasiswa baru Politeknik Negeri Media Kreatif
(PoliMedia) tahun akademik 2011/2012, dengan syarat apabila peserta ujian Lulus
Utama mengundurkan diri dan akan diisi oleh peserta ujian lulus cadangan sesuai
rangking lulus cadangan di masing-masing program studi yang diambil.
Pengumuman tentang peserta lulus ujian utama tetapi mengundurkan diri adalah
hari : Menyusul akan diumumkan setelah ujian tertulis
Selanjutnya peserta ujian lulus cadangan tersebut diwajibkan melakukan
pendaftaran ulang untuk melengkapi/memenuhi persyaratan (Lihat di butir VI.A)
sebagai mahasiswa baru PoliMedia PSDD Medan tahun akademik 2011/2012
pada :
Tanggal : Menyusul akan diumumkan setelah ujian tertulis
Pukul : 09.00-16.00 WIB
Tempat : Politeknik Negeri Media Kreatif PSDD di Medan
431
431
VII. BIAYA PENDIDIKAN
Biaya pendidikan yang harus dibayar oleh calon mahasiswa baru secara
keseluruhan adalah Rp 2.700.000 yaitu terdiri SPP semester 1 dan Angsuran 1
BPP dengan perincian sebagai berikut :
Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan (SPP) sebesar Rp. 2.000.000
(dua juta rupiah) per-semester; dan Biaya Pengembangan Pembangunan (BPP)
sebesar Rp. 2.000.000 (dua juta rupiah), BPP ini dibayar hanya 1 X selama kuliah
di PoliMedia PSDD di Medan dengan cara diangsur 3x selama setahun pertama
(Angsuran 1 Rp. 700.000,- Angsuran 2 Rp. 700.000,- dan Angsuran 3 Rp.
600.000,-)
Jakarta, Pebruari 2011
Pembantu Direktur I
ttd
Sarmada, S.Sos., M.Si. NIP 195902151986011000
432
432
433
433