Wasilatul Ibad & Samsul Arifin Makna Tradisi Khatm Al Quran
105 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
Volume IV Nomor 1 Maret 2021 e-ISSN 2620-5122
MAKNA TRADISI KHATM AL-QURAN DI ASTA BATU AMPAR
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL
KEAGAMAAN MASYARAKAT DESA PANGBATOK KECAMATAN
PROPPO KABUPATEN PAMEKASAN
Wasilatul Ibad1
Samsul Arifin2
Abstract:
This reseach reveals the phenomenon of the living Qur'an,
namely the phenomenon of the khatm al-Quran tradition in
Asta Batu Ampar, Bangpatok village, proppo pamekasan
city. This phenomenon is born from communal practices that
show the reception of certain people or groups of the Qur'an.
This activity is carried out by all who come to visit pilgrims
this place. The results of his research show that; (1) Khatam
al-Qur'an in Asta Batu Ampar village Bangpatok ke kab.
Pamekasan is carried out by pilgrims including local people
and also outsiders. In the process, it begins with tawasul to
the auliya 'batu, the implementation scheme of the Quran
khatm itself depends on the individual or group of
practitioners. There are those who do khatm of the Quran
individually, there are those who do it in
groups/congregations or a per-juz distribution scheme. Then
after completing the khatm of the Quran the pilgrims ended
the activity and pray to god; (2) khatm al-Quran which is
done to ask Allah's blessing, to give reward gifts to auliya
'batu Ampar and khatam Al-qur'an as a solution to a problem
for its practitioners (3) The implications khatm of the Quran
as tradition in Asta Batu Ampar on the socio-religious life of
the community are muamalah, ijarah, sodaqoh and waqof.
Keywords: Khatm, Religious Social Life, Implication
1 Fakultas Tarbiyah IAI AL Khoziny Buduran Sidoarjo 2 Fakultas Dakwah Dan Ushuluddin IAI AL Khoziny Buduran Sidoarjo
Wasilatul Ibad & Samsul Arifin Makna Tradisi Khatm Al Quran
106 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
Volume IV Nomor 1 Maret 2021 e-ISSN 2620-5122
PENDAHULUAN
Living Qur’an dalam penelitian agama merupakan suatu
gejala sosial yang disemangati oleh al-Qur’an. Living Qur’an
dimaksudkan sebagai suatu studi di mana individu atau sekelompok
orang memahami al-Qur’an (penafsiran). Living Qur’an adalah
tentang bagaimana al-Qur’an itu disikapi dan direspon masyarakat
muslim. Oleh karena itu maksud yang dikandung bisa sama, tetapi
ekspresi dan ekspektasi terhadap al-Qur’an antara kelompok satu
dengan kelompok yang lain, begitu juga antar golongan, antar etnis,
dan antar budaya bisa berbeda.3 Umat islam meyakini bahwa al-
Qur'an diturunkan, sebagai petunjuk dan pemberi pelajaran bagi
manusia sekaligus pembeda dari yang haq maupun yang bathil. Ayat-
ayatnya merupakkan jaminan hidayah bagi manusia dalam segala
urusan dan setiap keadaan serta jaminan bagi mereka untuk
memperoleh cita- cita tertingi dan kebahagiaan terbesar di dunia dan
akhirat. Barang siapa mengamalkannya, mendapatkan pahala, dan
barang siapa menyeru orang lain kepadanya, mendapatkan petunjuk
kejalan yang lurus. Firman Allah dalam QS. An Nahl ayat 89;
لنا عليك الكتاب تبيانا لكل شيء وهدى ورحمة وبشرى للمسلمين ونزArtinya: “Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-
orang yang berserah diri”.(QS. An Nahl [16] : 89)
Sejalan dengan ayat diatas untuk mendapatkan pemaknaan
al-Qur’an terhadap makna hidup mereka, orang-orang terus
mengkaji ayat al-Qur’an, kajian tersebut dapat menghasilkan
pemahaman yang beragam pula sesuai kemampuan masing-masing.
Sehingga pemahaman tersebut pada akhirnya akan melahirkan
perilaku yang beragam. Mereka ingin mencoba berinteraksi dengan
al-Qur’an tidak melalui pendekatan teks saja. Akan tetapi, perilaku
orang tersebut dalam berinteraksi dengan al-Qur’an, pada akhirnya
akan memunculkan mode of conduct (pola perilaku), menghadirkan
3 Muhammad yusuf, “pendekatan sosiologi dalam living qur‟an” dalam
shahiron syamsuddin(ed), metodologi penelitian al-qur‟an (Yogyakarta, teras, 2007), hlm
49-50.
Wasilatul Ibad & Samsul Arifin Makna Tradisi Khatm Al Quran
107 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
Volume IV Nomor 1 Maret 2021 e-ISSN 2620-5122
wacana (discourse) dalam ranah pemikiran, serta tindakan praksis
dalam realitas sosial.4
Al-Qur’an banyak memenuhi fungsi dalam kehidupan umat
muslim. Dalam ranah public misalnya Al-qur’an bisa berfungsi
sebagai pengusung perubahan, pembebas masyarakat tertindas,
pencerah masyarakat dari kegelapan dan kejumudan, pendobrak
sistem pemerintahan yang zalim dan amoral, penebar semangat
emansipasi serta penggerak transformasi masyarakat menuju
kehidupan yang lebih baik. Sedangkan dalam ranah privat, Al-qur’an
bisa menjadi obat, penawar, pemberi solusi untuk pribadi yang tengah
dirundung kesedihan, ditimpa musibah, serta didera persoalan hidup.
Dalam hal ini, ayat-ayat Al-qur’an berfungsi sebagai terapi psikis,
penawar dari persoalan hidup yang dialami seseorang. Jiwa yang
sebelumnya resah dan gelisah menjadi tenang dan damai ketika
membaca dan meresapi makna ayat-ayat tersebut.
Keyakinan pada Al-qur’an pada gilirannya memunculkan
praktek-praktek berlandaskan anggapan adanya “fadhilah” dari unit-
unit tertentu teks Al-Qur’an. Khatm al-Qur’an salah satu dari sekian
banyak fenomena tradisi umat islam dalam menghidupkan atau
menghadirkan Al-qur’an (living Qur’an). Salah satu praktik tradisi
keagamaan yang didasarkan atas pemahamannya terhadap Al-qur’an
ini terjadi di Asta Batu Ampar (sebuah kompleks makam para kyai
dan ulama) desa bangpatok kecamatan proppo kabupaten pamekasan
yang terkenal dengan khatm al-Qur’an. Khatm al-Quran di tempat
ini lebih tampak sebagai sebuah tradisi yang rutin dilaksanakan oleh
mayoritas para peziarah. Pelaksanaan Khatm Al-Qur’an ini tidak
hanya dilakukan oleh masyarakat setempat tapi juga banyak
dilakukan oleh masyarakat diluar provinsi. Mereka datang secara
rombongan menggunakan bus untuk menghatamkan Al-Quran di
lokasi. Dari pemaparan ini, penulis tertarik untuk meneliti fenomena
dimana al-Qur’an hidup pada masyarakat tidak hanya pada aspek
tekstual saja namun juga secara kontekstual.
4 Didi Junaedi, “Memahami Teks, Melahirkan Konteks” dalam Journal of Qur’an and Hadith
Studies, Vol. 2, No. 1, 2013.
Wasilatul Ibad & Samsul Arifin Makna Tradisi Khatm Al Quran
108 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
Volume IV Nomor 1 Maret 2021 e-ISSN 2620-5122
LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
Kajian living Qur’a berusaha memotret fenomena sosial
berupa prakatek keagamaan dalam sebuah masyarakat yang
didasarkan atas pemahamannya terhadap Al-Qur’an. misalnya,
kegiatan yang dilakukan oleh suatu masyarakat berdasarkan
keyakinan mereka yang bersumber dari hasil interaksi mereka dengan
al-Qur’an. Karena yang dikaji dalam living Qur’an ini berupa
fenomena sosial, maka model penelitian yang dipakai adalah model
penelitian sosial. Dalam hal ini, metode penelitian kualitatif lebih
tepat digunakan dalam kajian living Qur’an ini. Untuk itu, maka
langkah-langkah serta prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini
merujuk pada langkah-langkah serta prosedur penelitian kualitatif.
1. Lokasi
Tempat penelitian ini berada bertempat di Asta Batu Ampar
desa bangpatok kec. proppo kab. Pamekasan. Fenomena living
Qur’an yang terlihat ditempat ini yaitu dengan adanya tradisi
ritual mengkhatamkan Al-Qur’an yang dilakukan oleh ratusan
hingga ribuan warga di makam Syekh Abu Syamsudin.
Pelaksanaan Khatm Al-Qur’anini tidak hanya dilakukan oleh
masyarakat setempat tapi juga banyak dilakukan oleh masyarakat
diluar provinsi. Hal ini menjadi keunikan tersendiri bagi para
peneliti untuk dikaji ulang tentang panorama dan motif khusus
yang mendorong para peziarah melakukan kegiatan Khatm Al-
Qur’an di Asta Batu Ampar desa bangpatok kec. proppo kab.
Pamekasan tersebut, yang peneliti tidak temukan di makam auliya
lainnya.
2. Metode dan Pendekatan
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Metode kualitatif
adalah metode penelitian yang ditujukan untuk memahami
fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan. Partisipan
adalah orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi,
diminta memberikan data, pendapat, pemikiran dan persepsinya.
Sedangkan pendekatan deskriptif adalah pendekatan penelitian
yang bertujuan untuk mempelajarai secara intensif tentang latar
belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan sesuatu unit
sosial: individu, lembaga, kelompok atau masyarakat.
3. Sumber Data
Wasilatul Ibad & Samsul Arifin Makna Tradisi Khatm Al Quran
109 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
Volume IV Nomor 1 Maret 2021 e-ISSN 2620-5122
Sumber data yang dimaksud adalah subjek darimana data
diperoleh. Subjek atau sumber data penelitian di atas adalah:
a. Keluarga para masyayikh Batu Ampar desa Pangbatok
kecamatan Proppo kabupaten Pamekasan;
b. Tokoh agama yang ada di dusun Batu Ampar desa Pangbatok
kecamatan Proppo kabupaten Pamekasan;
c. Kepala desa Pangbatok kecamatan Proppo kabupaten
Pamekasan;
d. Peziarah yang mengkhatam kan Al-Qur’an yang berasal dari
kabupaten Pamekasan;
e. Peziarah yang mengkhatam kan Al-Qur’an yang berasal dari
luar kabupaten Pamekasan;
f. Peziarah yang mengkhatam kan Al-Qur’an yang berasal dari
luar provinsi.
4. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data-data yang terkait dengan tema penelitian
digunakan beberapa metode pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi
partisipasi (participant observation) dimana metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data
penelitian melalui pengamatan dan pengindraan karena
peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden,
peneliti menjadi observer aktif. Artinya, peneliti juga ikut
pengkhatam kan Al-Qur’an menjadi bagian dalam kegiatan
yang dilakukan oleh masyarakat yang menjadi objek
penelitian karena dengan cara seperti ini, maka peneliti akan
leluasa dalam memperoleh data penelitian, karena telah
dianggap sebagai bagian dari masyarakat yang menjadi objek
penelitian
b. Wawancara
Dalam penelitian wawancara bertujuan untuk
mengetahui fenomena interaksi masyarakat dengan al-Qur’an,
maka metode wawancara ini mutlak diperlukan. Dalam
penelitian ini misalnya, jika peneliti ingin melakukan
penelitian tentang praktek pembacaan surat al-Qur’an yang
dilakukan suatu komunitas masyarakat tertentu, maka seorang
peneliti dalam melakukan wawancara dengan para responden
Wasilatul Ibad & Samsul Arifin Makna Tradisi Khatm Al Quran
110 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
Volume IV Nomor 1 Maret 2021 e-ISSN 2620-5122
dan partisipan yang terlibat langsung dalam pelaksanaan ritual
tersebut. Untuk mendapatkan jawaban yang akurat dan valid,
maka peneliti menentukan tokoh-tokoh kunci (key persons)
yang akan diwawancarai. Mereka inilah yang dianggap
memiliki data yang akurat dan valid tentang ritual yang
menjadi objek penelitian ini
c. Dokumentasi
Penelitian living Qur’an tentang fenomena ritual
keagamaan yang terjadi di masyarakat akan semakin kuat jika
disertai dengan dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan
suatu cara pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
gambar maupun elektronik.5.
5. Metode Analisis Data
Model analisis data yang digunakan adalah model
analisis interaktif (interactive model of analysis) yang meliputi
tiga tahapan yaitu data reduction (reduksi data), data display
(penyajian data), dan conclusion drawing (penarikan
kesimpulan). Reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data mentah atau data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan.Penyajian data, yaitu
penyusunan informasi yang kompleks ke dalam suatu bentuk
yang sistematis, sehingga menjadi lebih selektif dan sederhana
serta memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan
data dan pengambilan tindakan
6. Validitas Data
Dalam penelitian ini triangulasi yang digunakan yaitu
triangulasi metode dan triangulasi sumber data sampai data
lengkap kemudian divalidasi dari berbagai sumber sehingga
dapat menjadi dasar untuk penarikan kesimpulan. Dengan
5 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), 221.
Wasilatul Ibad & Samsul Arifin Makna Tradisi Khatm Al Quran
111 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
Volume IV Nomor 1 Maret 2021 e-ISSN 2620-5122
teknik ini diharapkan data yang dikumpulkan memenuhi
konstruk penarikan kesimpulan. Kombinasi triangulasi ini
dilakukan bersamaan dengan kegiatan di lapangan, sehingga
peneliti bisa melakukan pencatatan data secara lengkap.
Dengan demikian, diharapkan data yang dikumpulkan layak
untuk dimanfaatkan.
HASIL DAN DISKUSI
Sejarah dan Pelaksanan Khatm Al-Quran
Menurut Ahmad Alawi dan Muhammad Kholil seorang
pemuka agama yang ada dikecamatan Proppo kabupaten Pamekasan
dan masih keturunan dan keluarga dengan para masyayikh Batu
Ampar serta diperkuat oleh pemaparan Abdul Halim seorang
pengurus asrama dan juru kunci makam batu ampar dan termuat juga
di dalam buku Manaqib Buju’ Batu Ampar yang bersumber pada Kiai
Haji Jakfar Shodiq Fauzi, di jelaskan bahwasanya pasarean Batu
Ampar merupakan komplek makam para ulama yang disegani oleh
masyarakat setempat, setiap harinya tempat ini tak pernah sepi dari
para peziarah lebih-lebih pada malam jum’at dan hari raya umat
islam. Salah satunya makam keramat yang ada di Batu Ampar yakni
makam sayyid Suadi atau Syekh Abu Syamsuddin (Bujuk Lathong)
Batu Ampar. Beliau merupakan pejuang atau penyebar syariah agama
islam di nusantara khususnya Madura.
Dikatakan Bujuk Lathong karena menurut riwayat yang sama
bahwasanya sayyid Suadi atau Syekh Abu Syamsuddin memiliki
lafadz jalalah di dadanya yang bersinar dengan cahaya yang sangat
menyilaukan. lalu Kiai Su’adi mendapatkan ilham petunjuk kepada
Allah agar menutupi sinar tersebut dengan calatthong (kotoran sapi)
untuk menghindar dari pandangan orang lain. Salah satu karomah
sayyid Suadi atau Syekh Abu Syamsuddin yang masih bisa disaksikan
hingga kini yaitu Aeng Nyono’. yakni air mengalir dari bawah ke atas.
Masyarakat setempat biasa menyebut air unik tersebut dengan
nama Aeng Nyono’. Pada musim hujan, aliran air tersebut harus
ditutup, karena jika tidak ditutup, maka akan terjadi banjir. Jika
musim kemarau, air tersebut tidak mengalir. Namun dengan ritual
Khatm Al-Qur’an air akan mengalir lagi ke atas. Khatm Al-Qur’an
juga merupakan kesukaan sekaligus riyadlahnya para Buju’ Batu
Wasilatul Ibad & Samsul Arifin Makna Tradisi Khatm Al Quran
112 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
Volume IV Nomor 1 Maret 2021 e-ISSN 2620-5122
Ampar semasa hidupnya. Bahkan di riwayatkan oleh nara sumber
diatas bahwa Buju’ Lathong sebelum wafatnya pernah berpesan:
“Siapa yang memiliki hajat, lalu ia mengkhatm kan Al-
Quran secara ikhlas lillahi ta’ala di pusaraku, insyaAllah
akan terkabulkan hajatnya. Jika sudah tiga kali khatm tapi
hajatnya tidak terkabul, robohkan nisanku”.
Pelaksanaan Khatm Al-Qur’an di Asta Batu Ampar desa
Bangpatok kecamatan Proppo kabupaten Pamekasan dilakukan oleh
ratusan hingga ribuan warga berziarah di makam Syekh Abu
Syamsudin. Pelaksanaan Khatm Al-Qur’an ini tidak hanya dilakukan
oleh masyarakat setempat tapi juga banyak dilakukan oleh masyarakat
diluar provinsi salah satunya peziarah yang sempat melakukan
wawancara dengan peneliti yaitu peziarah yang berasal dari Provinsi
Jawa Barat dan Jawa Tengah. Mereka datang secara rombongan
menggunakan bus untuk menghatamkan Alquran di lokasi. Skema
pelaksanaan Khatm Al-Qur’ansendiri tergantung individu atau
kelompok pengamalnya. Ada yang melakukan Khatm Al-Qur’an
secara individu ada yang melakukan secara berkelompok/ berjama’ah
atau skema pembagian per-juz. Kemudian setelah selesai meng-
Khatm Al-Qur’an biasanya para peziarah mengakhiri kegiatan
tersebut dengan doa khatmil Quran sekaligus memohon kepada Allah
SWT agar terkabul hajat yang sedang dimohonkan.
Makna Tradisi Khatm Al-Quran Setelah mengadakan wawancara dan observasi kepada para peng-
Khatm Al-Quran maka di dapatkan beberapa kesimpulan terkait motif
bagi pengamalnya diataranya yaitu:
1. Sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah (taqurrub
ilallah).
Taqarrub secara bahasa berasal dari kata qurbun, dalam Kamus
Arab al-Munawwir berarti dekat, mendekati. Istilah Taqarrub ini
berasal dari nash-nash syariah yang membicarakan upaya
pendekatan diri kepada Allah SWT, Dan menurut arti istilah
adalah upaya seseorang melakukan suluk untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT dengan melalui ibadah, amal saleh, tadabbur
dan tafakkur. Termasuk juga salah satunya dengan dengan cara
Wasilatul Ibad & Samsul Arifin Makna Tradisi Khatm Al Quran
113 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
Volume IV Nomor 1 Maret 2021 e-ISSN 2620-5122
meng- Khatm Al-Quran. Berikut sebuah hadist yang diriwayatkan
oleh Sunan Tirmidzi6:
؟ قال : أي العمل أحب إلى الل عن ابن عباس قال : قال رجل يا رسول الل
ل القرآن إلى آخره -الحال المرتحل قال : وما الحال المرتحل؟ قال الذي يضرب من أو
باب ما جاء أن القرآن -سنن الترمذي – 2782ل .)رواه الترمذي : كلما حل ارتح
(212صفحة : – 01الجزء : –أنزل على سبعة أحرف Artinya: Dari Ibnu Abbas ra, beliau mengatakan ada seseorang
yang bertanya kepada Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah,
amalan apakah yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab,
“Al-hal wal murtahal.” Orang ini bertanya lagi, “Apa itu al-hal
wal murtahal, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu yang
membaca Al-Qur’an dari awal hingga akhir. Setiap kali selesai ia
mengulanginya lagi dari awal.”
2. Sebagai sarana untuk menghaturkan hadiah pahala kepada auliya’
Batu Ampar. Terkait bahasan apakah menghaturkan hadiah pahala
kepada orang yang sudah meninggal sampai atau tidak, peneliti
menggaris bawahi bahwa penelitian ini bukan focus mengkaji hal
tersebut. Para peziarah yang mengamalkan tradisi tersebut
berkeyakinan bahwa menghaturkan hadiah pahala berupa Khatm
Al-quran dengan berwasilah kepada para auliya’ merupakan
sebuah iktiar untuk mengharap ridho Allah karena para auliya
merupakan hamba hamba pilihan Allah. Menurut para pengamal
kegiatan ziarah dan menghadiahkan pahala kepada orang yang
sudah meninggal merupakan salah satu ajaran agama islam yang
secara tegas dianjurkan oleh syariat. Terkait hal ini peneliti
mencoba mengutip pendapat dari Imam Al-Ghazali7:
زيارة القبور مستحبة على الجملة للتذكر والاعتبار وزيارة قبور الصالحين مستحبة
لأجل التبرك مع الاعتبار
Artinya: Ziarah kubur disunnahkan secara umum dengan tujuan
untuk mengingat (kematian) dan mengambil pelajaran, dan
menziarahi kuburan orang-orang shalih disunnahkan dengan
tujuan untuk tabarruk (mendapatkan barakah) serta pelajaran.
Dalil yang paling tegas tentang perintah mendoakan
kebaikan kepada yang sudah wafat disebutkan dalam Al-Qur'an:
ن و لا تجعل يم ننا ٱلذين سبقونا بٱل خو وٱلذين جاءو من بعدهم يقولون ربنا ٱغفر لنا ول
حيم لذين ءامنوا ربنا إنك رءوف ر فى قلوبنا غلا ل
6 HR. Tirmidzi:2872, Sunan Tirmidzi, Bab maa jaa-a annal-Qur’an unzila ‘alaa sab’ati ahruf,
juz 10, hal.202 7 Al-Ghazali, Ihya’ Ulum ad-Dien, juz 4, hal. 521
Wasilatul Ibad & Samsul Arifin Makna Tradisi Khatm Al Quran
114 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
Volume IV Nomor 1 Maret 2021 e-ISSN 2620-5122
Artinya: "Dan orang-orang yang datang sesudah mereka
(Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami,
ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman
lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan
kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman.
Ya Tuhan kami, Sungguh, Engkau Maha Penyantun, Maha
Penyayang".8
Nabi صلى الله عليه وسلم juga diperintahkan dengan ayat Al-Qur'an:
واستغفر لذنبك وللمؤمنين والمؤمنات
Artinya: "Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa)
orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan".9
3. Khatm Al-Quran dimaknai sebagai solusi sebuah masalah.
Khatm al-quran yang diamalkan oleh peziarah sebagai bentuk
dzikir kepada Allah dalam menenangkan hati dan memohon
kelapangan hidup serta bebas dari masalah yang mereka hadapi.
Peneliti meyakini bahwa setiap individu pasti mempunyai
masalah, baik masalah yang menyangkut pribadi maupun
kelompok. Dan setiap individu punya cara sendiri untuk
bertawakkal kepada allah dalam menemukan jalan ketenangan
dalam hidupnya. Beberapa dalil Al-Qur’an dan hadist yang
menguatkan pendapat ini diantaranya:
Firman Allah dalam QS. An Nahl ayat 89;
لنا عليك الكتاب تبيانا لكل شيء وهدى ورحمة وبشرى للمسلمين ونز
Artinya: “Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an)
untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi
orang-orang yang berserah diri”.10
ل من القرآن ما هو شفاء ورحمة للمؤمنين وننز
Artinya: “Dan kami turunkan Alquran sebagai penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman”.11
Ayat diatas menjelaskan bahwa membaca Al-Quran tak hanya
bernilai ibadah, tetapi juga dapat menjadi obat penawar jiwa yang
8 QS. Al-Hasyr, Ayat 10. 9 QS. Muhammad, Ayat 19. 10 QS. An Nahl, Ayat 89. 11 QS al-Isra , Ayat 82.
Wasilatul Ibad & Samsul Arifin Makna Tradisi Khatm Al Quran
115 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
Volume IV Nomor 1 Maret 2021 e-ISSN 2620-5122
gelisah, pikiran yang tak menentu, dan jasmani yang kurang sehat.
Pertama, Alquran dapat menjadi terapi bagi jiwa seseorang yang
dalam kondisi kebodohan dan keraguan. Kedua, Alquran
membuka jiwa seseorang yang tertutup dan menyembuhkan jiwa
yang rapuh. Ketiga, membaca Alquran juga menjadi terapi untuk
menyembuhkan penyakit jasmani.
Implikasi Sosial Tradisi Khatm Al-Quran
Kehidupan social keagamaan adalah kehidupan yang di dalamnya
terdapat unsur unsur social masyarakat dan agama. 12 Sebuah
kehidupan disebut kehidupan social apabila terjadi interaksi antar
individu lainnya dan terjadi komunikasi yang kemudian berkembang
menjadi saling membutuhkan kepada sesama. Implikasi adalah
sebuah akibat atau dampak langsung yang timbul karena suatu
fenomena/keadaan. fenomena yang dimaksud dalam penelitian ini
yaitu tradisi Khatm al-quran di Asta Batu Ampar. Jika diatas peneliti
sudah memaparkan makna dan dampak Khatm al-quran terhadap para
pengamalnya, maka di bahasan ini peneliti ingin mengkaji implikasi
tradisi Khatm Al-Quran ini terhadap kehidupan social keagamaan
masyarakat sekitar. Dari hasil penelitian di simpulkan sebagai berikut:
1. Terjadinya kegiatan Muamalah
Praktek muamalah di astana bhuju’ Batu Ampar dapat di lihat
dari begitu banyaknya para pengunjung setiap hari. Banyaknya
pengunjung ke tempat tersebut sangat potensial bagi masyarakat
untuk bermuamalah. Salah satu contohnya pengelola ditempat
tersebut menyusun buku sederhana yang berisi tentang sejarah
bhuju’ Batu Ampar yang kemudian dijual kepada pengunjung.
Ada juga pedagang batik yang berjualan batik Madura di tempat
tersebut dan diikuti pedagang pedagang asongan lainnya. Mereka
berpendapat bahwa dengan banyaknya peziarah yang berkunjung
dengan tujuan Khatm al-quran dari berbagai daerah membuat
tempat ini sangat stategis untuk melakukan muamalah.
2. Terjadinya kegiatan Ijarah
Ada Tiga Bentuk ijarah yang ditemukan dilapangan penelitian
diantaranya: (1) Yang pertama ijarah yang bersifat sewa-menyewa
seperti halnya yang dikatakan pengelola pasarean batu ampar
12 Yunika Wulandari, skripsi: Tradisi ziarah kubr paying dan implikainya terhadap
kehidupan social keagamaan di desa Sukabanjar kecamatan Muaradua kabupaten Ogan
Komering ulu Selatan, 2018, Lampung: UIN Raden Intan, h. 99
Wasilatul Ibad & Samsul Arifin Makna Tradisi Khatm Al Quran
116 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
Volume IV Nomor 1 Maret 2021 e-ISSN 2620-5122
bahwa salah satu upaya dalam perawatan serta pelestarian sarana
prasarana salah satunya adalah menyewakan lahan yang ada di
area astana bhuju’ Batu ampar kepada para pedagang. (2) yang
kedua adalah ijarah yang bersifat pekerjaan ialah mempekerjakan
seseorang untuk merawat serta menjaga kebersihan lingkungan
astana bhuju’ Batu Ampar dengan di bayar dengan upah yang
relevan. (3) ijarah yang bersifat jasa salah satunya penyewaan
kendaraan bermotor (ojek) untuk mempermudah para peziarah
menempuh lokasi astana bhuju’ Batu Ampar tanpa berjalan kaki.
3. Sodaqoh Suka Rela Dan Waqof
Jenis muamalah berupa varian sodaqoh suka rela yang
dimaksudkan disini adalah pihak pengelola menerima sumbangan
uang yang biasa ditemukan sepanjang jalan astana bhuju’ Batu
Ampar berupa kotak amal. Kotak amal ini kemudian untuk
dijadikan sebagai biaya dalam perawatan serta pelestarian warisan
budaya leluhur astana bhuju’ Batu Ampar. Juga terkait dengan
upaya pelestarian serta pengadaan sarana prasarana astana bhuju’
batu Ampar pihak pengelola menerima sumbangan waqof dari
masyarakat dan peziarah. Kotak amal yang biasa ditemukan di
sepanjang jalan astana bhuju’ Batu Ampar
KESIMPULAN
Dari paparan yang telah dijelaskan dalam penelitian ini maka
di dapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat suatu tradisi yang dilakukan oleh sekelompok
masyarakat di dusun Batu Ampar desa Pangbatok kecamatan
Proppo kabupaten Pamekasan, yaitu Khatm al-Quran. Asta Batu
Ampar merupakan komplek pemakaman Auliya’ yang disucikan
oleh orang orang yang percaya akan kekaromahannya.
sekelompok masyarakat dalam hal ini peziarah yang melakukan
tradisi tersebut tidak hanya berasal dari daerah sekitar tapi
berasal dari luar daerah dan luar provinsi. Dalam prosesinya
diawali dengan tawasul kepada para auliya’ batu ampar, Khatm
Al-Qur’an ini skema pelaksanaan tergantung individu atau
kelompok pengamalnya. Ada yang melakukan Khatm Al-Qur’an
secara individu ada yang melakukan secara berkelompok/
berjama’ah atau skema pembagian per-juz. Kemudian setelah
selesai meng-Khatm Al-Qur’an para peziarah mengakhiri
Wasilatul Ibad & Samsul Arifin Makna Tradisi Khatm Al Quran
117 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
Volume IV Nomor 1 Maret 2021 e-ISSN 2620-5122
kegiatan tersebut dengan doa khatmil Quran sekaligus memohon
kepada Allah SWT agar terkabul hajat yang sedang dimohonkan
2. Makna dari tradisi Khatm al-Quran di Asta Batu Ampar yang
dilakukan para peziarah bertujuan (1) Sebagai sarana untuk
mendekatkan diri kepada Allah (taqurrub ilallah). Dengan
melakukan Khatm al-Quran seseorang berupaya untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan niat ibadah, amal
saleh, tadabbur dan tafakkur, (2) Sebagai sarana untuk
menghaturkan hadiah pahala kepada auliya’ Batu Ampar . Para
peziarah yang mengamalkan tradisi tersebut berkeyakinan bahwa
menghaturkan hadiah pahala berupa Khatm Al-Quran dengan
berwasilah kepada para auliya’ merupakan sebuah iktiar untuk
mengharap ridho Allah karena para auliya merupakan hamba
hamba pilihan Allah. (3) Khatm al-Quran dimaknai sebagai
solusi sebuah masalah, Khatm al-Quran yang diamalkan oleh
peziarah sebagai bentuk dzikir kepada Allah dalam menenangkan
hati dan memohon kelapangan hidup serta bebas dari masalah
yang mereka hadapi. Peneliti meyakini bahwa setiap individu
pasti mempunyai masalah, baik masalah yang menyangkut
pribadi maupun kelompok. Dan setiap individu punya cara
sendiri untuk bertawakkal kepada allah dalam menemukan jalan
ketenangan dalam hidupnya.
3. Implikasi Tradisi Khatm Al-Quran di Asta Batu Ampar terhadap
kehidupan social keagamaan masyarakat diantaranya terjadinya
kegiatan muamalah, kegiatan ijarah dan sodaqoh suka rela serta
waqof.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia,
Surabaya: Pustaka Progresif, 1997.
Al-Munjid, Al-Munjid Al-Abjadi, Cet. 37, Beirut: Dar al-Masyriq,
1998.
Agama Department RI, Al-qur’andan Terjemah, Madinah
munawaroh: Mujamma’ khadim alharamain, malik fahd 1411.
H.
Dheny Irwan Saputra, Lima Sarana Taqarrub kepada Allah, Artikel :
BanjarmasinPost.co.id
Wasilatul Ibad & Samsul Arifin Makna Tradisi Khatm Al Quran
118 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
Volume IV Nomor 1 Maret 2021 e-ISSN 2620-5122
Didi Junaedi, Living Qur’an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian
Al-qur’an(Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-
Hasan Desa Kalimukti Kec. Pabedilan Kab. Cirebon), IAIN
Syekh Nurjati Cirebon: Journal of Qur’an and Hadist Studies,
2015.
Damanhuri fauzy ahmad, Buku Sejarah Selayang Pandang Makam
Batu Ampar, Sumenep: TP, 1988.
Hamzah Ya‘qub, Tingkat Ketenangan dan Kebahagiaan Mukmin;
Tasawuf dan Taqarrub, CV. Atisa: Jakarta, 1992.
Ismail aep usman, Apakah Wali itu ada?, Jakarta:Rajawali press,
2005.
Kartono kartini, Pengantar Metodologi Riset Social, Bandung:
Bandar Maju, 1996.
Koentjaraningrat, Metode Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta:
Gramedia, 1997.
Maleong, Lexi, J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda
Karya, 2001.
M Natsir Arsyad, Seputar Al-qur’an, Hadist dan Ilmu, cetakan III
Bandung: Al-bayan, 1995.
Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama,2007.
Nazir, Moh., Metode Penelitian , Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.
Nina M. Armando, Ensiklopedi Islam., Jilid 4, Jakarta: Ichtiar Baru
van Hoeve, 2005.
PEMKAB PAMEKASAN. Ensiklopedi Pamekasan,( Alam,
Masyarakat dan Budaya), Vol.1, Klaten; PT Intan Sejati,
2010.
Rahmat Safi’i, Fiqih Muamalah, CV Pustaka Setia, 2001.
Risty Bulqies Hamdani, Musyahadah Cinta, Yogyakarta: al-Manar,
2011.
Suhandi Irwan, Jejak para wali dan ziarah spiritual, Jakarta:
Kompas, 2006.
Sutopo, H.B. Metodologi Penelitian Kualitatif, Dasar Teori dan
Terapannya Dalam Penelitian, Surakarta; UNS Press, 1987.
Wasilatul Ibad & Samsul Arifin Makna Tradisi Khatm Al Quran
119 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
Volume IV Nomor 1 Maret 2021 e-ISSN 2620-5122
Taimiyah ibnu, Tawasul dan Wasilah, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006.
Tirmidzi, Bab ‘maa jaa-a annal-qur’anunzila’ alaa sab’ati ahruf juz
10, Sunan al-tirmidzi, jilid II, Beirut: Dar Al-fikr, 1384 H/
1964.