Date post: | 16-Jan-2016 |
Category: |
Documents |
Upload: | hadrianti-daniella |
View: | 13 times |
Download: | 0 times |
Log In Sign Up
Laporan Pendahuluan dan Askep Mastitis
Uploaded byNia Logaritma
top 1% 3,577
11 a. Nyeri berhubungan dengan proses infeksi : mastitis Tujuan : 1) Nyeri berkurang/hilang 2) Ibu dapat menyusui bayinya dengan nyaman 3) Ibu dapat beraktifitas dengan normal Intervensi : 1) Ajarkan teknik relasksasi 2) Kompres hangat pada area nyeri 3) Kolaborasi pemberian obat analgetik Rasional : 1)
Teknik relaksasi akan sangat membantu mengurangi rasa nyeri. 2) Kompres hangat akan membantu melancarkan peredaran darah pada area nyeri. 3) Pemberian obat analgetik bekerja mengurangi rasa nyeri. b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan Tujuan : 1) Intake nutrisi adekuat 2) Tidak terjadi penurunan berat badan khususnya selama masa menyusui Intervensi : 1) Anjurkan pemberian makanan/nutrisi dengan porsi kecil tapi sering 2) Jelaskan pentingnya nutrisi khususnya pada masa menyusui 3) Jika perlu berikan tambahan multi vitamin 12 Rasional : 1) Porsi kecil tapi sering akan lebih memberikan banyak kesempatan bagi pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya 2) Pendidikan kesehatan/penkes mengenai nutrisi akan mendorong pasien untuk lebih memperhatikan pemenuhan kebutuhan nutrisinya 3) Multi vitamin dapat meningkatkan nafsu makan 4. Penatalaksanaan Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya. 5. Evaluasi Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil. 13 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1.
Mastitis adalah infeksi payudara yang kebanyakan terjadi pada ibu yang baru ertama kali menyusui bayinya.Mastitis hampir selalu unilateral dan berkembang setelah terjadi aliran susu 2. Organisme penyebab utama adalah Streptococcus aureus, Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat,akhirnya terjadi mastitis, BH yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement.kalau tidak disusukan bisa terjadi mastitis, Putting susu yang lecet akan memudahkan masuknya kuman menjalar ke duktus-duktus dan sinus.menyebabkan terjadinya mastitis, Ibu yang diit jelek kurang isirahat,anemia,akan mudah terjadinya infeksi, Putting susu yang pecah-pecah atau terluka, Adanya sumbatan pada saluran ASI, daya tahan tubuh yang lemah Kurang menjaga kebersihan putting payudara. 3. Mastitis adalah infeksi pada payudara yang terjadi pada 1-2 % wanita yang menyusui. Mastitis umum terjadi pada minggu 1-5 setelah melahirkan terutama pada primipara. Infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah. Mastitis ditandai dengan nyeri pada payudara, kemerahan area payudara yang membengkak, demam, menggigil dan penderita merasa lemah dan tidak nafsu makan. Terjadi beberapa minggu setelah melahirkan. 4. Mastitis ditangani dengan antibiotika. Infeksi payudara atau mastitis perlu diperhatian oleh ibu-ibu yang baru melahirkan. Infeksi ini biasanya terjadi kira-kira 2 minggu setelah melahirkan yang disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara. Kelelahan, stres, dan pakaian ketat dapat menyebabkan penyumbatan saluran air susu dan dari payudara yang sedang nyeri, jika tidak segera diobati bisa terjadi abses.
14 DAFTAR PUSTAKA Schwarz Richard H., dkk. 1997. Kedaruratan Obstetri, Edisi III. Widya Medika : Jakarta Doenges M. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta Dixon M., dkk. 2005. Kelainan Payudara, Cetakan I. Dian Rakyat : Jakarta Jatiarso, Eko. 2012. Makalah Asuhan Keperawatan Mastitis. Terdapat di : eko.jatiarso.blogspot.com/makalah-asuhan-keperawatan-mastitis.html diakses pada Minggu, 23 Maret 2014 pk. 15.00 wita. Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta. Sjamsuhidajat R. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi. EGC : Jakarta Tapan. 2005. Kanker, Anti Oksidan dan Terapi Komplement. Elex Media Komputindo : Jakarta
Job Board About Press Blog Stories Terms Privacy Copyright We're Hiring! Help Center
Academia © 2015
Log In Sign Up
Laporan-pendahuluan-mastitis
Uploaded byDjokos 412
82
LAPORAN PENDAHULUANMASTITIS1 . 1 P e n g e r t i a n M a s t i t i s Mastitis merupakan istilah medis untuk peradangan payudara. Gejalanya antaralain payudara memerah, terasa sakit serta panas dan membengkak. Bila semakin parah,maka suhu tubuh meningkat hingga lebih dari 38oC dan timbul rasa lelah yang sangat( , !""#$. Para %anita yang baru pertama kali menyusui &enderung lebih sering terkenamastitis. Mastitis ini dapat terjadi kapan saja sepanjang periode menyusui, tapi palings e r i n g t e r j a d i a n t a r a h a r i k e ' 1 " d a n h a r i k e ' ! 8 s e t e l a h k e l a h i r a n ( u m b e r ) % % % . l u s a .% e b . i d $ . * i d a k j a r a n g m a s t i t i s d i b a r e n g i o l e h k a n k e r p a y u d a r a , y a n g menyebabkan jalannya penyakit menjadi lebih &epat ( ar%ono, !""8) +8!$.1 . 2 J e n i s - j e n i s m a s t i t i sPada umumnya, terdapat dua jenis mastitis ( , !""#$) in ekti dan non'in ekti . 1.!.1-n ekti mastitis diakibatkan oleh kuman yang masuk ke saluran air susu di puting payudara melalui perantaraan mulut atau hidung bayi saat menyusui.1 . ! . ! on in ek t i mas t i t i s t e r jad i karena an ta ra l a in sa luran a i r susu yang t e r sumbatatau juga karena posisi menyusui yang salah.Mastitis la im dibagi dalam (1$ mastitis gra/idarum, dan (!$ mastitis puerperalis,karena memang penyakit ini boleh dikatakan hampir selalu timbul pada %aktu hamil danlaktasi ( ar%ono, !""8) +8!$.Berdasarkan tempatnya ( ar%ono, !""0) 0"1$ dapat dibedakan) 1. ! .1Mast i t i s yang menyebabkan abses d i ba%ah a reo la mammae. 1.!.!Mastitis di tengah'tengah mamma yang menyebabkan abses di tempat itu.1 . ! .3Mast i t i s pada ja r ingan d i ba%ah dorsa l dar i ke len ja r 'ke len ja r yang menyebabkan abses antara mamma dan otot'otot di ba%ahnya. 1 . 3 P e n y e b a b M a s t i t i s Pada umumnya yang dianggap porte d’entrée
dari kuman penyebab ialah putingsusu yang luka atau le&et, dan kuman per kontinuitatum menjalar ke duktulus'duktulusdan s inus . ebag ian besar yang di temukan pada pembiakan pus ia lah Staphylococcusaureus ( ar%ono, !""8) +8!$. ar i sumber la in ( umber) %%%.lusa .%eb. id$ didapa tkan , penyebab mas t i t i s adalah sebagai berikut )1 .3 .1Payudara bengkak yang t idak d i susukan se&ara adekua t . 1 . 3 . ! B r a y a n g t e r l a l u k e t a t . 1 .3 .3Put ing susu le&et yang menyebabkan in eks i .1 .3 .+2supan gi i kurang , i s t i raha t t idak &ukup dan te r jad i anemia .1 . ! e j a " a M a s t i t i sGambar 1. Payudara Mastitis ( umber) %%%.lusa.%eb.id$ *erjadi bendungan 2 - merupakan permulaan dari kemungkinan in eksi mamae. -n eks i pada mamae dapa t menimbulkan demam, nyer i lo&al pada mamae , t e r jad i pemadatan mamae, dan terjadi perubahan %arna kulit mamae. -n eksi mamae (mastitis$ dapat berkelanjutan menjadi abses dengan kriteria %arna kulit menjadi merah, terdapatrasa nyeri, dan pada pemeriksaan terdapat pembengkakan, di ba%ah kulit teraba &airan (Manuaba, 1##8) 310$.1 . # P e n $ e % a & a n M a s t i t i s
Pera%atan pu t ing susu pada %aktu lak tas i merupakan usaha pen t ing un tuk men&egah mas t i t i s . Pera%atan te rd i r i a tas members ihkan pu t t ing susu sebe lum dansesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang sudah mengering. elainitu, yang memberi pertolongan kepada ibu yang menyusui bayinya harus bebasa dariin eksi sta ilokokkus ( ar%ono, !""0) 0"1$.Pen&egahan yang dilakukan antara lain dengan)1 . .1Penguru tan payudara sebe lum lak tas i merupakan sa lah sa tu t indakan yang sanga t e ekti untuk menghindari terjadinya sumbatan pada duktus.1 . . !4sahakan un tuk se la lu menyusui dengan pos i s i dan s ikap yang benar . 5esa lahan s i k a p s a a t m e n y u s u i d a p a t m e n y e b a b k a n t e r j a d i n y a s u m b a t a n d u k t u s . Menggunakan penyangga bantal saat menyusui &ukup membantu men&iptakan posisi menyusui yang lebih baik ( umber) %%%.parentsguide.&o.id$.1 . . 3 u s u i b a y i s e g e r a d a n s e s e r i n g m u n g k i n . B i l a p a y u d a r a t e r a s a p e n u h , s e g e r a keluarkan dengan &ara menyusui langsung pada bayi. 5alaupun bayi belum lapar,keluarkan 2 - dengan &ara diperah atau dipompa sehingga pengeluaran 2 - tetaplan&ar. 1. .+6angan membersihkan puting dengan sabun. 5andungan soda pada sabun dapat membuat kulit menjadi kering sehingga mudah terjadi
iritasi seperti le&et atau luka bila disusu bayi.1 . . P i l i h b r a k h u s u s u n t u k i b u m e n y u s u i d e n g a n b a h a n y a n g m e n y e r a p k e r i n g a t . 6angan gunakan bra yang terlalu menekan payudara. emi menjaga higienitasdaerah payudara, ganti bra sesering mungkin setiap kali basah karena keringatatau setelah dipakai seharian ( edeh 5urniasih, !"1"$.1 . ' P e n a n % a n a n M a s t i t i sBidan sebagai tenaga medis terdepan di tengah masyarakat dapat meningkatkanusaha pre /en t i dan promot i payudara dengan ja lan mengaja rkan pemel iharaan payudara, &ara memberikan 2 - yang benar, memberikan 2 - jangan pilih kasih, kanan dan k i r i harus sama per lakuannya dan d iber ikan sampai payudara kempes . a lam
Job Board About Press Blog Stories Terms Privacy Copyright We're Hiring! Help Center
Academia © 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir
periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil.
Ingat bahwa perubahan ini adalah pada kondisi tidak hamil, bukan kondisi prahamil, seperti yang
sering dikatakan. Kondisi organ prahamil hilang selamanya, paling mencolok setelah pertama
kali hamil dan melahirkan, tetapi juga pada setiap kehamilan selanjutnya.
Periode ini disebut juga puerperium, dan wanita yang mengalami puerperium puerpera.
Periode pemulihan pascapartum berlangsung sekitar 6 minggu.
Kehamilan, persalinan dan menyusui merupakan proses fisiologi yang perlu dipersiapkan oleh
wanita dari pasangan subur agar dapat dilalui dengan aman. Selama masa kehamilan, ibu dan
janin adalah unit fungsi yang tak terpisahkan. Kehamilan, persalinan dan menyusui merupakan
proses fisiologi yang perlu dipersiapkan oleh wanita dari pasangan subur agar dapat dilalui
dengan aman. Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah fungsi yang tak terpisahkan.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Memenuhi tugas belajar mengajar pada mata kuliah MATERNITAS II.
2. Guna memberikan wawasan kepada para pembaca supaya dapat memahami dan mengerti
tentang MASTITIS.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Mastitis adalah peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak, yang
disebabkan oleh kuman terutama Staphylococcus aureus melalui luka pada puting susu atau
melalui peredaran darah. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis
laktasional atau mastitis puerperalis. Infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi
mungkin juga melalui peredaran darah. Kadang-kadang keadaan ini bisa menjadi fatal bila tidak
diberi tindakan yang adekuat.
Abses payudara, penggumpalan nanah lokal di dalam payudara, merupakan komplikasi
berat dari mastitis. Macam-macam mastitis dibedakan berdasarkan tempatnya serta berdasarkan
penyebab dan kondisinya.
Mastitis berdasarkan tempatnya dibedakan menjadi 3, yaitu:
1.Mastitis yang menyebabkan abses di bawah areola mammae
2.Mastitis di tengah-tengah mammae yang menyebabkan abses di tempat itu
3.Mastitis pada jaringan di bawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang menyebabkan abses antara
mammae dan otot-otot di bawahnya.
Sedangkan pembagian mastitis menurut penyebab dan kondisinya dibagi pula menjadi 3, yaitu :
1. Mastitis periductal
Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di usia menjelang menopause, penyebab
utamanya tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal juga dengan sebutan mammary duct ectasia,
yang berarti peleburan saluran karena adanya penyumbatan pada saluran di payudara.
2. Mastitis puerperalis/lactational
Mastitis puerperalis banyak dialami oleh wanita hamil atau menyusui.
Penyebab utama mastitis puerperalis yaitu kuman yang menginfeksi payudara ibu, yang
ditransmisi ke puting ibu melalui kontak langsung.
3. Mastitis supurativa
Mastitis supurativa paling banyak dijumpai. Penyebabnya bisa dari kuman Staphylococcus,
jamur, kuman TBC dan juga sifilis. Infeksi kuman TBC memerlukan penanganan yang ekstra
intensif. Bila penanganannya tidak tuntas, bisa menyebabkan pengangkatan
payudara/mastektomi.
B. Jenis – Jenis Mastitis
Ada 4 jenis mastitis yaitu mastitis puerparalis epidemic, mastitis maninfeksosa, mastitis
subklinis. Mastitis infeksiosa. Ke empat jenis ini muncul dalam kondisi yang juga berbeda.
Diantaranya adalah sebagai berikut:
Mastitis Puerparalis Epidemik
Mastitis puerparalis epidemic ini biasanya timbul bila pertama kali bayi dan ibunya terpajan pada
organisme yang tidak dikenal atau verulen. Masalah ini paling sering terjadi di rumah sakit, dari
infeksi silang atau bekesinambungan strain resisten.
Mastitis Moninfesiosa
Mastitis moninfeksiosa bila ASI tidak keluar dari sebagian atau seluruh payudara, produksi ASI
melambat dan aliran terhenti, namun proses ini membutuhkan waktu beberapa hari dan tidak
akan selesai dalam 2 – 3 minggu. Untuk sementara waktu, akumulasi ASI dapat menyebabkan
respons peradangan
Mastitis Subklinis
Mastitis subklinis telah diuraikan sebuah kondisi yang disebut mastitis subklinis. Dapat disertai
dengan pengeluaran ASI yang tidak adekuat, sehingga produksi ASI sangat berkurang sampai
sampai di bawah 400 ml/hari.
Mastitis Infeksiosa
Mastitis infeksiosa terjadi bila siasis ASI tidak sembuh dan proteksi oleh faktor imun dalam ASI
dan oleh respons – respons inflamasi. Secara formal ASI segar bukan merupakan media yang
baik untuk pertumbuhan bakteri. (Bertha, 2002).
C. Patofisiologi
Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran ASI)
akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi tegangan alveoli yang
berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan,
sehingga permeabilitas jaringan ikat meningkat. Beberapa komponen (terutama protein
kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke jaringan
sekitar sel sehingga memicu respons imun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan kerusakan
jaringan memudahkan terjadinya infeksi.
Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus laktiferus ke lobus sekresi,
melalui puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus (periduktal) atau melalui penyebaran
hematogen pembuluh darah). Organisme yang paling sering adalah Staphylococcus aureus,
Escherecia coli dan Streptococcus. Kadangkadang ditemukan pula mastitis tuberkulosis yang
menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil. Pada daerah endemis tuberkulosa
kejadian mastitis tuberkulosis mencapai 1%.
Faktor risiko terjadinya mastitis antara lain:
1. Terdapat riwayat mastitis pada anak sebelumnya.
2. Puting lecet.
Puting lecet menyebabkan timbulnya rasa nyeri yang membuat kebanyakan ibu
menghindari pengosongan payudara secara sempurna.
3. Frekuensi menyusui yang jarang atau waktu menyusui yang pendek.
Biasanya mulai terjadi pada malam hari saat ibu tidak memberikan bayinya minum
sepanjang malam atau pada ibu yang menyusui dengan tergesa-gesa.
4. Pengosongan payudara yang tidak sempurna
5. Pelekatan bayi pada payudara yang kurang baik.
Bayi yang hanya mengisap puting (tidak termasuk areola) menyebabkan puting terhimpit
diantara gusi atau bibir sehingga aliran ASI tidak sempurna.
6. Ibu atau bayi sakit.
7. Frenulum pendek.
8. Produksi ASI yang terlalu banyak.
9. Berhenti menyusu secara cepat/ mendadak, misalnya saat bepergian.
10. Penekanan payudara misalnya oleh bra yang terlalu ketat atau sabuk pengaman pada
mobil.
11. Sumbatan pada saluran atau muara saluran oleh gumpalan ASI, jamur,serpihan kulit, dan
lain-lain.
12. Penggunaan krim pada puting.
13. Ibu stres atau kelelahan.
14. Ibu malnutrisi. Hal ini berhubungan dengan daya tahan tubuh
yang rendah.
D. Anatomi Fisiologi Payudara
1. Anatomi Payudara
Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus
laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari payudara kurang lebih
75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal terutama dari bagian yang sentral dan
medial dan ada pula pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis.
2. Fisiologi payudara
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah
mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan
menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan
juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari
kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi
berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak
rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga
pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto
mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai,
semuanya berkurang.
Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi besar
karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel
alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.
E. Penyebab Penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. Statis ASI biasanya merupakan penyebab
primer yang dapat disertai atau menyebabkan infeksi.
1. Statis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal ini terjadi
jika payudara terbendung segera setelah melahirkan, atau setiap saat jika bayi tidak mengisap
ASI, kenyutan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif, pembatasan
frekuensi/durasi menyusui, sumbatan pada saluran ASI, suplai ASI yang sangat berlebihan dan
menyusui untuk kembar dua/lebih.
2. Infeksi
Organisme yang paling sering ditemukan pada mastitis dan abses payudara adalah
organisme koagulase-positif Staphylococcus aureus dan Staphylococcus albus. Escherichia coli
dan Streptococcus kadang-kadang juga ditemukan. Mastitis jarang ditemukan sebagai komplikasi
demam tifoid.
F. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis, yaitu :
1. Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada wanita di bawah
usia 21 tahun atau di atas 35 tahun.
2. Paritas
Mastitis lebih banyak diderita oleh primipara.
3. Serangan sebelumnya
Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini merupakan akibat teknik menyusui yang
buruk yang tidak diperbaiki.
4. Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis, walupun penggunaan oksitosin tidak
meningkatkan resiko.
5. Gizi
Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi terjadinya mastitis.
Antioksidan dari vitamin E, vitamin A dan selenium dapat mengurangi resiko mastitis.
6. Faktor kekebalan dalam ASI
Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam payudara.
7. Stres dan kelelahan
Wanita yang merasa nyeri dan demam sering merasa lelah dan ingin istirahat, tetapi tidak jelas
apakah kelelahan dapat menyebabkan keadaan ini atau tidak.
8. Pekerjaan di luar rumah
Ini diakibatkan oleh statis ASI karena interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan
waktu dalam pengeluaran ASI yang adekuat.
9. Trauma
Trauma pada payudara karena penyabab apapun dapat merusak jaringan kelenjar dan saluran
susu dan hal ini dapat menyebabkan mastitis.
G. Tanda dan gejala Mastitis
Gejala abses ini adalah nyeri bertambah hebat di payudara, kulit diatas abses mengkilat dan suhu
meningkat tinggi (390-400C). dan bayi dengan sendirinya tidak mau minum pada payudara yang
sakit, seolah-olah dia tahu bahwa susu disebelah itu bercampur dengan nanah.
Selain pembesaran berat, precursor tanda dan gejala mastitis biasanya tidak ada sebelum akhir
minggu pertama pasca partum. Setelah masa itu, wanita mungkin mengalami gejala-gejala
berikut :
1. Nyeri ringan pada salah satu lobus payudara, yang diperberat jika bayi menyusu.
2. Gejala seperti flu : nyeri otot, sakit kepala, keputihan.
Mastitis hampir selalu terbatas pada satu payudara. Tanda dan gejala actual mastitis meliputi :
1. Peningkatan suhu yang cepat dari 39,5 - 40
2. Peningkatan kecepatan nadi.
3. Menggigil
4. Malaise umum, sakit kepala.
5. Nyeri hebat, bengkak, inflamasi, area payudara keras.
6.. Kemerahan dengan batas jelas
7. Biasanya hanya satu payudara
8. Terjadi antara 3-4 minggu pasca persalinan
9. Peningkatan kadar natrium dalam ASI yang membuat bayi menolak menyusu karena ASI
terasa asin
10. Timbul garis-garis merah ke arah ketiak.
Mastitis yang tidak ditangani memiliki hampir 10 % resiko terbentuknya abses. Tanda dan gejala
abses meliputi :
1. Discharge putting susu purulenta
2. Demam remiten (suhu naik turun) disertai menggigil.
3. Pembengkakan payudara dan sangat nyeri; massa besar dank eras dengan area kuliut berwarna
berfluktuasi kemerahan dan kebiruan mengindikasikan lokaso abses berisi pus.
H. Penanganan dan pengobatanPerawatan puting susu pada waktu laktasi merupakan usaha penting untuk mencegah mastitis.
Perawatan terdiri atas membersihkan puting susu sebelum dan sesudah menyusui untuk
menghilangkan kerak dan susu yang sudah mengering. Selain itu yang memberi pertolongan
kepada ibu yang menyusui bayinya harus bebas dari staphylococcus. Bila ada retak atau luka
pada puting, sebaiknya bayi jangan menyusu pada mamma yangbersangkutan sampai luka itu
sembuh. Air susu ibu dikeluarkan dengan pijatan.
Penanganan terbaik mastitis adalah dengan pencegahan. Pencegahan dilakukan dengan :
1. Mencuci tangan menggunakan sabun anti bakteri secara cermat
2. Pencegahan pembesaran dengan menyusui sejak awal dan sering
3. Posisi bayi yang tepat pada payudara
4. Penyangga payudara yang baik tanpa konstriksi
5. Membersihkan hanya dengan air dan tanpa agens pengering
6. Observasi bayi setiap hari terhadap adanya infekssi kulit atau tali pusat
7. Menghindari kontak dekat dengan orang yang diketahui menderita infeksi atau lesi
stafilokokus.
Pengolesan bebertapa tetes air susu diarea putting susu pada akhir menyusui tampak
meningkatkan penyembuhan. Pertimbangan untuk melakukan kultur air susu jika terjadi visura
dalam atau persisten, dan provilaksis dengan antibiotic topical atau sistemik jika sesuai.
Jika diduga mastitis, intervensi dini dapat mencegah perburukan. Intervensi meliputi beberapa
tindakan hygiene dan kenyamanan :
1. BH yang cukup menyangga tetapi tidak ketat
2. Perhatian yang cermat saat mencuci tangan dan perawatan payudara
3. Kompres hangat pada area yang terkena
4. Masase area saat menyusui untuk memfasilitasi aliran air susu
5. Peningkatan asupan cairan
6. Istirahat
7. Membantu ibu menentukan prioritas untuk mengurangi stress dan keletihan dalam
kehidupannya
8. Suportif, pemeliharaan perawatan ibu
Bayi sebaiknya terus menyusu, dan jika menyusui tidak memungkinkan karena nyeri payudara
atau penolakan bayi pada payudara yang terinfeksi, pemompaan teratur harus terus dilakukan.
Pengosongan payudara dengan sering akan mencegah statis air susu.
Terapi antibiotic dapat meliputi :
1. penicillin resistan-penisilinase atau sepalosporin.
2. Eritromisin mungkin digunakan jika wanita alergi terhadap penicillin.
3. Terapi awal yang paling umum adalah dikloksasilin 500 mg peroral 4 kali sehari untuk 10
hari.
Regimen ini dapat diterapkan berdasarkan pada tanda mastitis meskipun tempat praktik tidak
buka, contohnya pada akhir minggu atau pada malam hari. Pada setiap kasus, penting untuk
dilakukan tindak lanjut dalam 72 jam untuk mengevaluasi kemajuan. Jika infeksi tidak hilang
hilang kultur air susu harus dilakukan.
Jika ibu adalah salah satu dari sekitar 10 % wanita yang mengalami abses, bidan perlu
melibatkan dokter konsultan untuk melakukan aspirasi dengan jarum (abses kecil) atau insisi
abses dan drainase pus. Insisi dibiarkan terbuka sering kali denngan drain sehingga tidak
menahan bakteri di dalam. Penyembuhan terjadi dari dalam ke luar dan memakan waktu 1
hingga 2 minggu. Antibiotic sebaiknya dilanjutkan meskipun wanita akan mengalami
penyembuhan secara dramatis dalam beberapa hari.
Ibu, bidan dan dokter sebaiknya menyetujui rencana menyusui. Secara umum dapat dikatakan,
apabila insisi tidak pada jalur menyusui, menyusui dapat dilanjutkan pada kedua payudara dan
ini merupakan cara terbaik untuk melanjukan pengosongan payudara yang terkena dan
menghindari berulangnya masalah. Sangat bermanfaaat untuk mengingat bahwa bakteri dalam
air susu akan dibunuh oleh asam dalam saluran gastrointestinal bayi dan tidak akan
membahayakan bayi. Apabila secara fisik tidak memungkinkan bagi ibu untuk melanjutkan
menyusui pada payudara yang terkena, payudara tersebut harus dikosongkan dengan memompa
dan masase, dan ibu harus melanjutkan menyusui pada payudara lainnya. Keterlibatan konsultan
laktasi yang berpengalaman menangani mastitis akan sangat bermanfaat.
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Mastitis adalah infeksi pada payudara yang terjadi pada 1-2 % wanita yang menyusui.
Mastitis umum terjadi pada minggu 1-5 setelah melahirkan terutama pada primipara. Infeksi
terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah. Mastitis
ditandai dengan nyeri pada payudara, kemerahan area payudara yang membengkak, demam,
menggigil dan penderita merasa lemah dan tidak nafsu makan. Terjadi beberapa minggu setelah
melahirkan. Penyebab adalah infeksi Stapilococus aureus.
Mastitis ditangani dengan antibiotika. Infeksi payudara atau mastitis perlu diperhatian
oleh ibu-ibu yang baru melahirkan. Infeksi ini biasanya terjadi kira-kira 2 minggu setelah
melahirkan yang disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara. Kelelahan,
stres, dan pakaian ketat dapat menyebabkan penyumbatan saluran air susu dan dari payudara
yang sedang nyeri, jika tidak segera diobati bisa terjadi abses.
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangKegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa
masalah, baik masalah pada ibu maupun bayi. Ada sebagian ibu yang tidak paham masalah ini,
kegagalan menyusui sering dianggap problem pada anak saja. Masalah menyusui dapat pula diakibatkan karena keadaan khusus. Selain itu ibu sering mengeluhkan bayinya sering menangis atau menolak menyusui, dan sebagainya yang sering diartikan ASInya tidak cukup atau tidak enak. Sehingga sering menyebabkan diambil keputusan untuk menghentikan menyusui. Masalah pada bayi umumnya berkaitan dengan manajemen laktasi, sehingga bayi sering menjadi ”bingung putting” atau sering menangis, yang sering diinterpretasikan oleh ibu dan keluarga bahwa ASI tidak tepat untuk bayi.
1. Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan mastitis ?2. Apa saja tanda gejala mastitis ?3. Bagaimana etiologi mastitis?4. Bagaimana patofisiologi terjadinya mastitis?5. Bagaimana cara pendokumentasian asuhan kebidanan pada mastitis ?
1. Tujuan1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari mastitis2. Untuk mengetahui dan memahami tanda gejala mastitis3. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari mastitis4. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari mastitis5. Untuk mengetahui dan memahami pendokumentasian asuhan kebidanan pada mastitis dalam kehamilan
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 DefinisiMastitis adalah infeksi pada jaringan payudara yang menyebabkan nyeri, pembengkakan
dan kemerahan pada payudara dan sering terjadi pada hari ke-10 dan hari ke-28, biasanya gejalanya disertai dengan demam dan menggigil. Mastitis paling sering menyerang wanita yang sedang menyusui, disebut juga dengan masitits laktasi. Namun, terkadang mastitis juga menyerang perempuan yang sedang tidak menyusui. Pada kebanyakan kasus, mastitis laktasi menyerang pada tiga bulan pertama setelah melahirkan (postpartum), tetapi dapat juga terjadi selama menyusui. Tapi seorang ibu masih bisa terus menyusui bayinya saat mastitis.
1. Jenis-Jenis MastitisAda 4 jenis mastitis yaitu mastitis puerparalis epidemic, mastitis maninfeksosa, mastitis
subklinis. Mastitis infeksiosa. Ke empat jenis ini muncul dalam kondisi yang juga berbeda. Diantaranya adalah sebagai berikut :1. Mastitis Puerparalis Epidemik
Mastitis puerparalis epidemic ini biasanya timbul bila pertama kali bayi dan ibunya terpajan pada organisme yang tidak dikenal atau verulen. Masalah ini paling sering terjadi di rumah sakit, dari infeksi silang atau bekesinambungan strain resisten.
2. Mastitis MoninfesiosaMastitis moninfeksiosa bila ASI tidak keluar dari sebagian atau seluruh payudara, produksi ASI melambat dan aliran terhenti, namun proses ini membutuhkan waktu beberapa hari dan tidak akan selesai dalam 2 – 3 minggu. Untuk sementara waktu, akumulasi ASI dapat menyebabkan respons peradangan
3. Mastitis SubklinisMastitis subklinis telah diuraikan sebuah kondisi yang disebut mastitis subklinis. Dapat disertai dengan pengeluaran ASI yang tidak adekuat, sehingga produksi ASI sangat berkurang sampai sampai di bawah 400 ml/hari
4. Mastitis InfeksiosaMastitis infeksiosa terjadi bila siasis ASI tidak sembuh dan proteksi oleh faktor imun dalam ASI dan oleh respons – respons inflamasi. Secara formal ASI segar bukan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri. (Bertha, 2002).
1. Tanda Gejala MastitisJika sudah terinfeksi, payudara akan bengkak dan terasa nyeri, terasa keras saat diraba dan
tampak memerah. Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecah-pecah. Badan demam seperti terserang flu. Namun bila karena sumbatan tanpa infeksi, biasanya badan tidak terasa nyeri dan tidak demam. Pada payudara juga tidak teraba bagian yang keras dan nyeri, serta merah.
Tanda-tanda dan gejala mastitis dapat muncul tiba-tiba dan bisa mencakup:1. Payudara hangat bila disentuh,2. Perasaan sakit,3. Pembengkakan payudara,4. Nyeri atau rasa panas terus menerus atau saat menyusui,5. Kulit kemerahan,6. Demam dengan suhu 38,3° C atau lebih.
Mastitis walaupun biasanya terjadi dalam beberapa minggu pertama menyusui, hal ini bisa terjadi setiap saat selama menyusui. Mastitis cenderung hanya menyerang satu payudara bukan kedua payudara.
1. Etiologi MastitisPada umumnya yang dianggap porte d’entre’e dari kuman penyebab adalah putting susu
yang luka atau lecet dan kuman perkontinuitatum menjalar ke duktus-duktus dan sinus. Sebagian
beasr yang ditemukan pada pembiakan pus ialah stavilokokus aureus. Penyebab mastitis diantaranya :
1. Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat2. Putting susu lecet akan memudahkan masuknya kuman3. BH yang terlalu ketat, mengakibatkan segmental engorgement4. Ibu yang diet jelek, kurang istirahat, dan anemi akan mudah terkena infeksi
1. PatofisiologiTingkat penykit ini ada dua yakni tingkat awal peradangan dan tingkat abses. Pada
peradangan dalam taraf permulaan penderita hanya merasa nyeri setempat, taraf ini cukup memberikan support mamae itu dengan kain tiga segi, supaya tidak menggantung dan memberikan rasa nyeri, dan di samping itu memberi antibiotika. Dalam hal ini antibiotik dapat dikemukakan bahwa kuman dari abses yang di biakkan dan di periksa resistensinya terhadap antibiotik,ternyata banyak yang resistensi terhadap penisilin dan stertomisin.
Dari tingkatradang ke abses berlangsung sangat cepat karena oleh radang duktulus-duktulus menjadi edemetus,air susu yang terbendung akan bercampur dengan nanah. Gejala abses ini menimbulkan nyeri bertambah heba dipayudara, kulit diatas abses mengkilat dan suhu tinggi(39-400c).
2. Pencegahan MastitisMastitis bisa dihindari jika ibu yang baru melahirkan cukup istirahat dan bisa secara teratur
menyusui bayinya agar payudara tidak menjadi bengkak. Gunakan BH yang sesuai dengan ukuran payudara. Serta usahakan untuk selalu menjaga kebersihan payudara dengan cara membersihkan dengan kapas dan air hangat sebelum dan sesudah menyusui. Usahakan payudara tetap kering sehabis menyusui.
Pengurutan payudara sebelum laktasi merupakan salah satu tindakan yang sangat efektif untuk menghindari terjadinya sumbatan pada duktus. Usahakan untuk selalu menyusui dengan posisi dan sikap yang benar. Kesalahan sikap saat menyusui dapat menyebabkan terjadinya sumbatan duktus. Menggunakan penyangga bantal saat menyusui cukup membantu menciptakan posisi menyusui yang lebih baik.
2.7 Pengobatan mastitisJika disebabkan oleh bakteri, maka pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotika.
Mintalah pada dokter antibiotika yang baik dan aman untuk ibu sedang menyusui. Selain itu, bila badan terasa panas, ibu dapat meminum obat penurun panas. Kemudian, untuk bagian payudara yang terasa keras dan nyeri, dapat dikompres dengan menggunakan air dingin untuk mengurangi rasa nyeri.
Bila tidak tahan nyeri, dapat meminum obat penghilang rasa sakit. Istirahat yang cukup amat diperlukan agara kondisi tubuh ibu kembali sehat dan segar. Makan makanan yang bergizi
tinggi sangatlah dianjurkan. Minum banyak air putih juga akan membantu menurunkan demam. Biasanya rasa demam dan nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan Anda akan mampu beraktivitas seperti semula.
Cara mengurangi efek mastitis:1. Konsumsi echinacea dan vitamin C untuk meningkatkan sistem imun dan membantu melawan
infeksi.2. Kompres daerah yang mengalami sumbatan duktus dengan air dingin3. Tetap berikan ASI kepada bayi, terutama gunakan payudara yang sakit sesering dan selama
mungkin sehingga sumbatan tersebut lama-kelamaan akan menghilang.Lalu, lakukanlah pemijatan ringan saat menyusui, ini juga akan sangat membantu.
ASUHAN KEBIDANANPADA IBU NY.F DENGAN MASTITIS
Tanggal didata : 16 Oktober 2010Jam Pengkajian : 16.00 WIBTempat : BPS
I. Pengkajian DataA. Data Subjektif
I. Anamnesis1. Biodata
NamaUmurAgamaSuku/BangsaPendidikanAlamatPekerjaan
:::::::
Ny.F24 thIslamRejangSMADesa TeladanIRT
Nama SuamiUmurAgamaSuku/BangsaPendidikanAlamatPekerjaan
:::::::
Tn.R27 thIslamJawaSMADesa TaladanSwasta
1. Alasan kunjungan dan keluhan :
Pada Tanggal 10 oktober 2010 pukul 16.10 WIB di Rumah , Ibu F melahirkan anak pertama secara spontan, jenis kelamin laki-laki BB 3.800 gram, PB 47 cm, Apgar score 9. Pada Pukul 16.15 WIB , Plasenta Lahir Lengkap, ibu mengatakan badan terasa panas Payudara terasa sakit jika disentuh,bengkak, dan mengeluarkan asi sedikit.
2. Kebidanan1) Riwayat Mentruasi
Menarche : 12 tahunSiklus : 28 hariLamanya : 5 hariWarnanya : MerahBanyaknya : sedang (2 kali mengganti pembalut/ hari)Disminore : Tidak
2) Riwayat PerkawinanPernikahan yang ke : SatuUmur Menikah : 22 TahunLama Menikah : 2 Tahun
3) Riwayat KehamilanHPHT : 04 Januari 2010 TP : 07 Oktober 2010Rumus Naegle ; +7 -3 +1UK : 40 mingguKeluhan selama kehamilan T I : Mual Muntah dan sering BAK T II : tidak ada T III :Lemah dan sering BAKANC TT 1 : Usia Kehamilan 12 minggu TT 2 : usia kehamilan 24 minggu Tablet Fe : 98 tab let yang telah ibu minum4) Riwayat Kontrasepsi
Jenis Kontrasepsi : belum pernah menggunakan alat kontrasepsiLama menggunakan : - TahunKeluhan : tidak ada
5) Riwayat Kesehatan (Penyakit ibu, maupun keluarga termasuk suami)Yang di derita ibu: Menahuno TBC : tidako Malaria : tidako Hepatitis : tidako Penyakit jantung : tidak
o Ginjal : tidako Diabetes Melitus : tidako Hypertensi : tidak Menularo TBC : tidako Hepatitis : tidako Gonore/ GO : tidako Sypilis : tidako HIV/AIDS : tidako Typoid : tidak Keturunano Jiwa : tidako Asthma : tidako Gemeli : tidako Diabetes Melitus : tidako Epilepsi : tidak Riwayat operasio Jenis Operasi : tidako Kapan/tahun : tidako Dimana : tidako Pengoprasi : tidakYang di derita keluarga Menahuno TBC : tidako Malaria : tidako Hepatitis : tidako Penyakit jantung : tidako Ginjal : tidako Diabetes Melitus : tidako Hypertensi : tidak Menularo TBC : tidako Hepatitis : tidako Gonore/ GO : tidako Sypilis : tidako HIV/AIDS : tidako Typoid : tidak Keturunano Jiwa : tidak
o Asthma : tidako Gemeli : tidako Diabetes Melitus : tidako Epilepsi : tidak6. Riwayat Psikososial
- Penerimaan terhadap kehamilan sekarang : Menerima- Hubungan Ibu dengan suami : Harmonis- Hubungan Ibu dengan keluarga : Harmonis- Jumlah seluruh anggota yang tingal di rumah : 2 orang- Pantangan Ibu terhadap makanan : tidak ada- Kebiasaan makan : teratur
7. Riwayal Sosial cultural- Riwayat Berobat : ke bidan- Adat istiadat yang mempengaruhi kehamilan/ persalinan dan nifas : tidak ada
8. Pola Kebiasaan Sehari-haria. Pola nutrisi- Pola Makan : 3x /hari- Pola minum : 10-12 / harib. Pola Eliminasi- Miksi : 5 x/ hari , warna kuning jernih- Defekasi : 1x/hari, Lembek kekuningan Istirahat : siang 1 – 2 jam /malam 5-6 jam
c. Aktifitas- Kegiatan RT : Mengerjakan kegiatan rumah tangga- Olahraga : rutin seminggu 1 xd. Rekreasi : Dilakukan 2 minggu 1 xe. Personal Hygiene- Mandi : 2x/ hari- Gosok gigi : 2x/hari saat mandi- Ganti pakaian dalam : 2x/hari sehabis mandi- Vulva Hygiene :2x/hari saat mandi9. Riwayat Persalinan Sekarang
- Jenis persalinan : Spontan- Tanggal dan jam persalinan : 10 Oktober 2010- Keadaan anak : Hidup- Jenis kelamin anak : Laki-laki- Berat badan lahir : 3.800 gram- Panjang badan : 47 cm- Ketuban Pecah : pecah sendiri, pukul 15.00
- Episiotomi : tidak dilakukan perineum t- Lama Persalinan :
Kala I : 9 jamKala II :1,5 jamKala III : +30menitKala IV : 2 JamTotal : 13 Jam
- Jumlah perdarahan :Kala I : + 50 cc
Kala II : + 50 ccKala III :+ 200 ccKala IV :+ 30 ccTotal : 330 cc
- Penyulit atau komplikasi : tidak ada
B. DATA OBJEKTIFII. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Umum- Keadaan umum : Baik TD : 100/60 mmHg- Kesadaran : Composmetis Pols : 84 x/ menit- BB sebelum hamil : 48 Kg Temps: 38 °C- BB Hamil : 56 Kg RR : 20x/menit- BB post natal : 52 Kg- TB : 152 Cm
2. Pemeriksaan Khusus2.1 Inspeksi Kepala
Rambut : Bersih, tidak rontok kontribusi merata , warna HitamMuka :tidak pucat dan masi terdapat cloasma gravidarumMata : Sclera tidak ikterik, konjungtiva palpebra tidak anemidHidung : Tidak ada PolipMulut : lidah bersih, tidak ada gingivitis,caries dan karang gigi
LeherPelebaran Vena jugularis : tidak adaPembengkakan kelenjar tyroid : tidak adaPembengkakan kelenjar limfe : tidak ada
Dada
Kelenjar limfe : terdapat pembesaran dan terasa nyeriMammae : kanan dan kiri simetrisPutting susu : kanan dan kiri menonjolPengeluaran ASI : pada payudara kanan dan kiri mengeluarkan Sedikit ASI
AbdomenPembesaran : tidak adaLuka bekas operasi : tidak ada
Genetalia Eksterna : tidak ada pembengkakan / oedema, Varises,dan tidak terdapat penyakit –penyakit genetalia. Pengeluaran yaitu Lochea serosa
Tungkai /Ekstermitas : tidak adanya pembengkakan,varices dan kelainan- kelainan lainnya.2.2 Palpasi
Payudara :Terdapat nyeri tekan2.3 Perkusi
Reflek Patela Ka/Ki : +/+2.4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratoriuma. Darah : - Hb : 11 gr %: - Golongan Darah : Ob. Urine : - Protein Urine : (-) negative: - Reduksi : (-)negative
C. ASESSMENT1. Diagnosa :
Ibu P1A0 Post Partum 6 hari dengan Mastitis Moninfesiosa2. Masalah
Gangguan rasa nyaman dan cemas3. Kebutuhan
1. Cara mengurangi rasa nyeri sebelum dan sesudah menyusui.2. Cara perawatan payudara selama menyusui3. Teknik menyusui yang benar4. Obat-obatan antipiretik untuk menghilangkan rasa nyeri5. Suport dan Dukungan pada ibu.
6. Antisipasi terhadap diagnosa atau masalah potensialJika mastitis tidak ditangani akan terjadi abses pada payudara
7. Identifikasi akan tindakan segera/kolaborasi/rujukanUntuk sementara ini belum memungkinkan tanda-tanda bahaya jika ditemukan tanda-tanda bahaya lakukan rujukan
D. INTERVENSI
TUJUAN / KRETERIA INTERVENSI RASIONALISASI
TujuanDalam 6 hari masa nifas berjalan normalKRETERIA
- k/u ibu baik- tanda-tanda vital dalam
batas normal :- TD :110/70 mmhg- N :80 x/menit- RR : 20 /menit- Suhu : 36,5 C- Kontraksi Uterus baik- TFU Pertengahan Pusat-
simfisis- Tidak terjadi infeksi
1. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu saat ini serta Observasi TTV
2. Jelaskan Keadaan ibu saat ini3. Jelaskan dan ajarkan cara
mengurangi rasa nyeri sebelum dan sesudah menyusui.
4. Jelaskan dan ajarkan tentang cara perawatan payudara selama menyusui
5. Jelaskan dan ajarkan tentang teknik menyusui yang benar
6. berikan Obat-obatan antipiretik untuk menghilangkan rasa nyeri
7. Beri Suport/ Dukungan kepada ibu
1. Dengan melakukan observasi TTV , dapat diketahui k/u ibu
2. Dengan Mengetahui keadaan ibu saat ini, ibu jadi mengerti dan ibu akan slalu mengontrol Keadaanya
3. Dengan Mengetahui cara mengurangi rassa nyeri, ibu menjadi tahu kiat-kiat agar tidak nyeri saat menyusui
4. Dengan Mengetahui tentang cara perawatan payudara, diharapkan ibu dapat mengatasi masalah-masalahnya.
5. Dengan mengetahui tentang cara menyusui yang benar, ibu merasa lebih nyaman dalam memberikan ASI
6. Dengan mengetahui tentang Obat-obat antipiretik untuk menghilangkan rasa nyeri, diharapkan
7. Dengan Memberi support mental, diharapkan ibu menjadi semangat dengan masalahnya
E. IMPLEMENTASI
X/MSL
HARI/TGL/JAM IMPLEMENTASI PARAF
DX Jum’at8 Oktober 201016.00
1. Mengobservasi TTV2. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan
ibu saat ini yaitu:a. Menjelaskan pada ibu bahwa ibu mengalami mastitis
yaitu bengkak keras dan nyeri serta merah meradangb. Mengajarkan pada ibu cara mencegah terjadinya
mastitis yaitu ibu harus menyusui bayinya tanpa jadwal dan cara menyusui yang benar, melakukan perawatan payudara selam menyusui, ibu harus menggunakan BH yang menyangga
3. Menjelaskan dan mengajarkan pada ibu cara
mengurangi rasa nyeri sebelum dan sesudah menyusui yaitu dengan cara :
a. Memessase payudara dan ASI di peras dengan tangan sebelum menyusui
b. Membasahi putting susu dengan ASI agar bayi mudah untuk menyusui
c. Kompres dingin payudara ibu sebelum menyusuid. Susukan payudara ibu yang sakit agar ASI lancar dan
menurunkan ketegangan pada payudarae. Pakai BH yang menyangga, gunakan yang menekan4. Menjelaskan dan mengajarkan pada ibu cara
perawatan payudara selama menyusuia. Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan payudara selama menyusuib. Mengajarkan pada ibu cara melakukan perawatan payudara selama menyusuic. Mengobservasi ibu saat melakukan perawatan payudara
5. Menjelaskan dan mengajarkan pada ibu tentang teknik menyusui yang benara. Menjelaskan pada ibu pentingnya cara menyusui yang benarb. Mengajarkan pada ibu cara menyusui yang benarc. Mengobservasi ibu cara menyusui
6. Memberikan obat-obatan antipiretik untuk menghilangkan rasa nyeria.Memberikan obat klokasilin 500 mg 6 jam selama 10 harib.Memberi paracetamol 500 mg setiap 3 x sehari
7. Memberikan Suport mental kepada ibu
F. EVALUASI
NO Hari / tgl / jam Evaluasi Paraf
Sabtu22 Desember 200817.30
S: Ibu mengatakan :1. Ibu mengerti keadaanya saat ini2. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan bidan3. Ibu berjanji akan melakukan semua anjuran yang diberikan
oleh bidan
4. Ibu bisa mempraktekkan perawatan payudara selama menyusui
5. Ibu bisa mempraktekkan teknik menyusui yang benar6. Ibu berjanji akan mengkonsumsi obat-obatan yang diberikanO : setelah diberikan asuhan oleh bidan, hasil yang didapat
yaitu:- payudara kanan dan kiri teraba lunak- nyeri mulai berkurang- payudara kanan dan kiri mengeluarkan asi dengan lancarA : Tujuan tercapaiP : Intervensi dilanjutkan pada kunjungan Selanjutnya atau Kunjungan ke III (2 minggu post partum) 8 hari yang akan datang, yaitu tanggal : 24 Oktober 2010.
BAB IIIPENUTUP
1. KESIMPULANMastitis adalah infeksi pada jaringan payudara yang menyebabkan nyeri, pembengkakan
dan kemerahan pada payudara dan sering terjadi pada hari ke-10 dan hari ke-28, biasanya gejalanya disertai dengan demam dan menggigil. Ada 4 jenis mastitis yaitu mastitis puerparalis epidemic, mastitis maninfeksosa, mastitis subklinis. Mastitis infeksiosa. Tanda-tanda dan gejala mastitis dapat muncul tiba-tiba dan bisa mencakup: Payudara hangat bila disentuh, Perasaan sakit, Pembengkakan payudara, Nyeri atau rasa panas terus menerus atau saat menyusui, Kulit kemerahan, Demam dengan suhu 38,3° C atau lebih.
Penyebab mastitis diantaranya : Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat, Putting susu lecet akan memudahkan masuknya kuman, BH yang terlalu ketat, mengakibatkan segmental engorgement, Ibu yang diet jelek, kurang istirahat, dan anemi akan mudah terkena infeksi.
2. SARANDengan adanya makalah ini kami berharap dapat dipergunakan dengan baik. Apabila ada
kesalahan dari penulisan kami, kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Syafudin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: ECGMamasHealth.com.http://www.mamashealth.com/women/salpingitis.asp.Sindharti, GM.2008. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Reproduksi. MalangBagian Obstetri dan Ginekologi, 1981. Ginekologi. Bandung:Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran BandungF Gary Cunningham, dkk.2005. Obstetri Williams edisi 21. ECG:Jakarta Ikatan Bidan Indonesia,2004,Asuhan Persalinan Nomal,Jakarta Mansjoer, A. dkk., 2001, Kapita selekta Kedokteran, Jakarta, Media Aesculapius