+ All Categories
Home > Documents > MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM...

MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM...

Date post: 13-Jan-2020
Category:
Upload: others
View: 7 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
30
1 MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM DENGAN UNCONDITIONAL DAN CONDITIONAL APPROACH (Studi Pada Perusahaan – Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Kelompok LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia Periode Januari 2008 Hingga Desember 2010) M. Dio Vanny Dra. Irene Rini Demi Pangestuti, ME. ABSTRACT The relationship between beta and return has always been controversial in various studies. Many sources said that the CAPM model able to describe the return movement caused by the beta. However, several other studies would deny the statement where it was found that the beta can’t be relied upon in estimating the return. This research was conducted with the aim to determine the effect of beta on the return with Unconditional and Conditional Approaches. The population in this study are all companies listed on the Indonesia Stock Exchange are incorporated in LQ 45 index from 2008 until 2010. Sampling was purposive sampling method using the 10 companies. Secondary data is used in this study in the form of stock-price data LQ 45 index stocks listed on the website yahoo.finance.com during the period January 2008 to December 2010. Partial test results (t test) for Unconditional Approach, shows that the influence of beta on the return is positive but insignificant. As for the Conditional Approach, a significant positive influence on the results obtained only occurs when a positive risk premium, but as a negative risk premium, obtained results are also positive but insignificant. Keywords : LQ 45, Indonesia Stock Exchange, Beta, Return, Risk Premium, Unconditional, Conditional
Transcript
Page 1: MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM …eprints.undip.ac.id/32608/1/JURNAL_SKRIPSI_DIO_(C2A007076).pdf · Dengan kata lain saham adalah suatu tanda penyertaan modal pada

1

MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP

RETURN SAHAM DENGAN UNCONDITIONAL DAN

CONDITIONAL APPROACH(Studi Pada Perusahaan – Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Kelompok LQ

45 Di Bursa Efek Indonesia Periode Januari 2008 Hingga Desember 2010)

M. Dio Vanny

Dra. Irene Rini Demi Pangestuti, ME.

ABSTRACT

The relationship between beta and return has always been controversial in

various studies. Many sources said that the CAPM model able to describe the

return movement caused by the beta. However, several other studies would deny

the statement where it was found that the beta can’t be relied upon in estimating

the return. This research was conducted with the aim to determine the effect of

beta on the return with Unconditional and Conditional Approaches.

The population in this study are all companies listed on the Indonesia

Stock Exchange are incorporated in LQ 45 index from 2008 until 2010. Sampling

was purposive sampling method using the 10 companies. Secondary data is used

in this study in the form of stock-price data LQ 45 index stocks listed on the

website yahoo.finance.com during the period January 2008 to December 2010.

Partial test results (t test) for Unconditional Approach, shows that the

influence of beta on the return is positive but insignificant. As for the Conditional

Approach, a significant positive influence on the results obtained only occurs

when a positive risk premium, but as a negative risk premium, obtained results

are also positive but insignificant.

Keywords : LQ 45, Indonesia Stock Exchange, Beta, Return, Risk Premium,

Unconditional, Conditional

Page 2: MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM …eprints.undip.ac.id/32608/1/JURNAL_SKRIPSI_DIO_(C2A007076).pdf · Dengan kata lain saham adalah suatu tanda penyertaan modal pada

2

1 PENDAHULUAN

Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang

atau badan dalam suatu perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas

yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang

menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa

besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmadji dan

Fakhruddin, 2006: 6). Dengan kata lain saham adalah suatu tanda penyertaan

modal pada perseroan terbatas dengan tujuan pemodal membeli saham untuk

memperoleh penghasilan dari saham tersebut.

Dalam melakukan investasi pada saham, para investor pasti akan

mempertimbangkan tingkat return yang akan diperolehnya. Return total suatu

perusahaan didapat dari capital gain or loss dan yield. Capital gain or loss

merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang

lalu (Jogiyanto,2003).

Capital gain terjadi ketika harga saham sekarang lebih tinggi dari harga

saham waktu yang lalu. Tetapi ketika harga saham sekarang lebih rendah dari

harga saham waktu yang lalu maka seorang investor mengalami kerugian modal

(capital loss). Sedangkan Yield adalah presentase penerimaan kas periodik

terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Untuk saham, yield

adalah presentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya yang

dibagikan pada para investor atas investasi mereka (Jogiyanto,2003).

Sekuritas di Bursa Efek Indonesia dikelompokkan dalam berbagai

kelompok, misalnya LQ 45, Jakarta Islamic Index, BISNIS-27, PEFINDO-25,

SRI-KEHATI. Pada index LQ 45, setiap 6 bulan sekali Bursa Efek Indonesia

mengelompokkan saham – saham ke dalam kategori LQ 45, dengan kata lain

selalu direvisi mana saham yang masih tetap dan mana saham yang diganti dalam

LQ 45 selama periode tertentu. Karena saham – saham di LQ 45 adalah saham

yang memiliki kapitalisasi pasar dan likuiditas yang tinggi. Oleh karena itu

Page 3: MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM …eprints.undip.ac.id/32608/1/JURNAL_SKRIPSI_DIO_(C2A007076).pdf · Dengan kata lain saham adalah suatu tanda penyertaan modal pada

3

banyak investor yang menjadikan saham – saham dalam kelompok LQ 45 sebagai

saham favorit mereka.

Dalam berinvestasi selain pertimbangan memperoleh return, investor juga

harus mempertimbangkan risiko atas investasi yang dilakukan. Risiko menurut

Suad Husnan (2004) ada yang sebagian dapat dihilangkan dengan diversifikasi

(yaitu risiko tidak sistematis), dan risiko yang tidak dapat diversifikasi (risiko

sistematis). Karena pemodal bersifat risk-averse maka mereka memilih

melakukan diversifikasi apabila mereka mengetahui bahwa dengan diversifikasi

tersebut mereka dapat mengurangi risiko. Akibatnya semua pemodal akan

melakukan hal yang sama dan dengan demikian risiko yang hilang karena

diversifikasi tersebut menjadi tidak relevan dalam memperhitungkan risiko.

Hanya risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasilah yang menjadi

relevan dalam perhitungan risiko. Risiko ini disebut sebagai risiko pasar dan

risiko inilah yang relevan dalam perhitungan risiko (Suad Husnan,2004:103).

Dalam teori portofolio Capital Asset Pricing Model (CAPM) menyatakan

bahwa jika risiko yang ditanggung oleh para pemegang saham itu besar, maka

saham tersebut akan memperoleh return saham yang besar pula atau dengan kata

lain “High Risk High Return”. Risiko pasar berhubungan erat dengan perubahan

harga saham jenis tertentu atau kelompok tertentu yang disebabkan oleh antisipasi

investor terhadap perubahan tingkat kembalian yang diharapkan. Pengukuran

risiko sistematis digunakan beta (β) untuk menjelaskan return saham yang

diharapkan. Beta adalah pengukur yang tepat dari indeks pasar karena risiko suatu

sekuritas yang diversifikasikan dengan baik, tergantung kepekaan masing-masing

saham terhadap perubahan pasar yaitu pada beta saham-saham tersebut (Michell

Suharli, 2005).

Terdapat beberapa kelemahan dalam teori CAPM ini, yaitu pergerakan

expected return dari waktu ke waktu yang disebabkan asumsi dimana pasar modal

adalah sempurna atau tidak ada friksi (pergesekan), dengan kata lain tidak ada

biaya transaksi atau biaya informasi (Fama and MacBeth,1973). Fama and

MacBeth (1973) menguji validitas CAPM dan menunjukkan adanya hubungan

Page 4: MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM …eprints.undip.ac.id/32608/1/JURNAL_SKRIPSI_DIO_(C2A007076).pdf · Dengan kata lain saham adalah suatu tanda penyertaan modal pada

4

yang positif antara beta dan return meskipun bersifat lemah. Penelitian tersebut

menggunakan tiga testable implications dalam menguji persamaan CAPM.

Pertama, hubungan antara expexted return suatu saham dengan risiko saham

tersebut haruslah linier. Kedua, Beta adalah ukuran akhir dari risiko, dengan kata

lain tidak ada pengukuran lain atas risiko saham yang muncul di persamaan

CAPM. Dan ketiga, dalam pasar risk-averse investor, risiko lebih tinggi

seharusnya berhubungan dengan expected return yang lebih tinggi pula dimana

risiko premiumnya harus positif ( E(Rm) – E(Rf) > 0 ).

Fama and French (1992) melakukan pengujian terhadap CAPM dengan

menggunakan data return bulanan saham-saham di Amerika dan menemukan

tidak ada hubungan cross-sectional yang signifikan antara beta dan return, justru

variabel lain seperti market factor, firm size dan rasio book to market value yang

dapat menjelaskan return secara signifikan.

Penelitian yang dilakukan Pettengill et al. (1995) dapat menjelaskan

mengapa hubungan beta dan return tidak signifikan atau lemah. Pettengill et al.

(1995) beragumen bahwa dibutuhkan adanya penyesuaian statistik dari

metodologi sebelumnya karena return yang digunakan dalam penelitian adalah

realized return, bukan menggunakan expected return. Maka dikembangkanlah

model Conditional Approach antara beta dan return yang dibedakan dalam dua

kondisi yaitu saat risk premium positif dan risk premium negatif.

Pettengill et al. (1995) mengatakan bahwa jika return pasar di atas return

aset bebas risiko maka risiko premium adalah positif ( E(Rm) – E(Rf) > 0 ), beta

dan return haruslah berhubungan positif. Tapi jika return pasar dibawah return

aset bebas risiko ( E(Rm) – E(Rf) < 0 ), maka beta dan return haruslah

berhubungan terbalik. Pada penelitian ini dihasilkan hubungan yang sangat

signifikan antara beta dan return dalam pendekatan kondisional baik saat risk

premium positif maupun saat risk premium negatif. Pettengill juga berpendapat

jika dalam hubungan kondisional antara beta risiko dan return ada, dengan

maksud adanya hubungan positif dalam beta dan return tersebut, maka

dibutuhkan dua kondisi yaitu:

Page 5: MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM …eprints.undip.ac.id/32608/1/JURNAL_SKRIPSI_DIO_(C2A007076).pdf · Dengan kata lain saham adalah suatu tanda penyertaan modal pada

5

(1). excess market return rata – rata haruslah positif dan

(2). risk premium pada pasar naik dan pasar turun haruslah simetris.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Fletcher (1997), Elsas et al. (1999)

Hodoshima et al. (2000), dan Ho (2007) juga membuktikan bahwa pada pasar

modal di Inggris, Jerman, Jepang dan Hongkong menunjukkan adanya hubungan

yang signifikan antara beta dan return dengan menggunakan metodologi

Conditional Approach yang dilakukan oleh Pettengill et al. (1995). Meskipun

menurut hasil penelitian Fletcher (1997) hubungan Conditional antara beta dan

return saat up market dan down market tidaklah simetris seperti yang

dikemukakan oleh Pettengill et al. (1995).

Dalam hubungan ini diasumsikan bahwa pasar modal adalah sempurna,

dimana informasi mudah didapat tanpa adanya biaya dan distribusi nilai suatu aset

atau portofolio berasal dari perkiraan yang sama dan tepat. Asumsi yang disebut

“homogeneous expectation” atau ekspektasi seragam (Fama and MacBeth, 1973).

Karena itulah menurut Fama and MacBeth (1973) alasan mengapa hubungan beta

dan return dengan pendekatan Unconditional menghasilkan hubungan yang tidak

signifikan.

Akan tetapi penelitian yang dilakukan oleh Michailidis dan Tsopoglou

(2007), mengemukakan bahwa saat penelitian dilakukan dengan metode

Condiotional Approach menghasilkan hasil yang negatif signifikan baik saat up

market maupun pada saat down market. Ini dimungkinkan karena waktu

penelitian dari Januari 1996 hingga Desember 2006 adalah waktu ketika pasar

saham di 26 negara sedang tidak stabil (volatile period). Sehingga didapat hasil

yang negatif dengan metode Conditional Approach.

Verma (2011) juga melakukan penelitian dengan pendekatan Conditional

seperti yang dilakukan oleh Pettengill et al. (1995) dengan menggunakan 18

negara dan periode Januari 1970 hingga Juli 1998 sebagai datanya. Penelitian itu

menghasilkan hubungan yang tidak signifikan baik pada saat up market maupun

down market.

Tujuan dalam penelitian ini adalah menguji 2 metode hubungan beta dan

return yaitu dengan pendekatan Unconditional dan Conditional. Unconditional

Page 6: MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM …eprints.undip.ac.id/32608/1/JURNAL_SKRIPSI_DIO_(C2A007076).pdf · Dengan kata lain saham adalah suatu tanda penyertaan modal pada

6

adalah dengan meregreskan beta saham terhadap return saham tersebut untuk

mengestimasi koefisien beta bulanan. Sedangkan Conditional adalah meregreskan

beta saham terhadap return saham untuk mengestimasi koefisien beta bulanan

dengan menambahkan variabel dummy untuk membedakan saat risk premium

positif dan saat risk premium negatif.

Karena terdapat perbedaan hasil penelitian terdahulu atau reseacrh gap,

maka penelitian ini mengambil judul “Menguji Pengaruh Beta Saham

Terhadap Return Saham Dengan Unconditional Dan Conditional Approach”

2 TELAAH PUSTAKA

2.1 Saham

Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan

dalam suatu perusahaan, selembar saham merupakan selembar kertas yang

menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya (berapapun

porsinya/jumlahnya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham)

tersebut. Perusahaan dapat mengeluarkan sertifikat saham untuk sejumlah lembar

saham yang diinginkan sesuai dengan kemampuan keuangan perusahaan dan

jumlah dana eksternal yang dibutuhkan oleh perusahaan. Maka seseorang atau

suatu badan melakukan investasi saham tersebut dengan tujuan mendapatkan

return atas investasi yang dia tanamkan.

Return adalah tingkat pengembalian atas investasi yang ditanamkan oleh

investor. Menurut Reilly and Brown (2000:6) investor menginvestasikan uangnya

dari tabungan mereka dan menunda konsumsi mereka karena untuk mendapatkan

Return atas investasi mereka. Dengan kata lain investor tidak akan berinvestasi

jika tidak ada return dimasa mendatang atas investasi yang mereka tanamkan.

Return total terdiri dari capital gain (loss) dan yield. Capital gain atau capital loss

merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode lalu :

Capital Gain (Loss) =

Page 7: MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM …eprints.undip.ac.id/32608/1/JURNAL_SKRIPSI_DIO_(C2A007076).pdf · Dengan kata lain saham adalah suatu tanda penyertaan modal pada

7

Jika harga sekarang (Pt) lebih tinggi dari harga investasi periode

sebelumnya (Pt-1) berarti ada keuntungan modal (capital gain), begitu pula

sebaliknya jika harga sekarang (Pt) lebih rendah dari harga investasi periode

sebelumnya (Pt-1) berarti ada kerugian modal (capital loss).

Investor yang ingin mendapatkan return berupa dividen atau capital gain

haruslah mampu menganalisis faktor – faktor yang akan mempengaruhi

perubahan return saham, baik dari segi fundamental maupun teknikal. Faktor

fundamental adalah faktor – faktor dasar yang terdapat dari data keuangan

perusahaan itu sendiri. Sementara faktor teknikal adalah faktor – faktor yang

tergambar dari pergerakan harga di pasar. Termasuk juga memperhitungkan risiko

suatu saham, apakah return yang investor harapkan sebanding dengan risiko yang

investor tanggung. Karena pada ujungnya investor hanya mengharapkan return

atas apa yang telah diinvestasikannya.

2.2 Beta Saham

Risiko menurut Jones (2007) adalah “the chance that the actual outcome

from an investment will differ from the expected outcome” atau dengan kata lain

peluang dimana hasil sesungguhnya dari suatu investasi akan berbeda dari hasil

yang diharapkan. Risiko menurut Suad Husnan (2005) ada yang sebagian dapat

dihilangkan dengan diversifikasi (yaitu risiko tidak sistematis), dan risiko yang

tidak dapat diversifikasi (risiko sistematis). Sehingga pengukuran risiko suatu

portofolio sekarang bukanlah deviasi standar (risiko total), akan tetapi hanya

risiko yang tidak dapat diversifikasikan atau disebut dengan Beta. Risiko pasar

yang digambarkan oleh nilai Beta perusahaan digunakan untuk mengetahui risiko

yang berkaitang dengan pasar. Jones juga mengatakan bahwa risiko pasar adalah

berubah – ubahnya return dikarenakan fluktuasi pasar secara keseluruhan yang

juga disebabkan oleh resesi, perang, perubahan struktural ekonomi, dan perubahan

pilihan konsumen.

Perusahaan yang memiliki risiko pasar yang tinggi akan sangat

berfluktuatif terhadap pergerakan pasar, karena semakin tinggi beta suatu

perusahaan maka semakin sensitif pula terhadap perubahan pasar. Dengan kata

lain, investor cenderung khawatir untuk masuk ke pasar, karena pergerakan pasar

Page 8: MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM …eprints.undip.ac.id/32608/1/JURNAL_SKRIPSI_DIO_(C2A007076).pdf · Dengan kata lain saham adalah suatu tanda penyertaan modal pada

8

yang tidak stabil. Sehingga perusahaan dengan beta yang tinggi akan sangat

berfluktuatif terhadap pergerakan pasar dan memberikan return yang tidak stabil.

Oleh karena itu, investor akan lebih memilih perusahaan dengan beta yang rendah

dan memiliki return yang lebih stabil.

Beta ini didapat dengan cara meregres return suatu saham dengan return

pasar dimana return saham sebagai variabel dependennya.

Rit = αi + βit Rmt + εit

Hasil regresi akan muncul misalnya Ri = 0,021 + 1,657 R_IHSG dimana

Beta merupakan koefisien parameter dari variabel R_IHSG, yaitu sebesar 1,657.

Dengan memperhitungkan beta setiap bulannya, maka investor akan dapat

melihat seberapa besar pergerakan harga saham dengan pergerakan pasar. Ini

dapat dijadikan pertimbangan apakah saham ini cocok untuk diinvestasikan atau

dianggap terlalu berisiko.

2.3 Risiko Premium

Bodie et al., (2005:142) mengatakan bahwa ukuran perbedaan antara

expected return aset berisiko di pasar saham dengan return aset tidak berisiko

seperti misalnya suku bunga SBI disebut risiko premium. Jadi jika return aset

tidak berisiko adalah 6% dan expected return pasarnya 14%, maka risiko

premiumnya adalah 8%. Perbedaan antara actual return pasar dengan return aset

tidak berisiko disebut excess return. Jadi risiko premium adalah expected excess

return.

Jika diasumsikan bahwa investor adalah risk averse, maka ketika risiko

premiumnya adalah 0, para investor akan lebih memilih untuk berinvestasi pada

aset yang bebas risiko daripada aset berisiko. Oleh karena itu, risiko premium

haruslah positif agar para investor lebih memilih berinvestasi pada aset berisiko di

pasar daripada aset yang tidak berisiko seperti SBI. Tapi jika risiko premiumnya

adalah 0 atau dibawah 0, maka para investor akan lebih memilih aset yang bebas

risiko. Karena disamping asetnya aman, tidak terpengaruh pergerakan pasar, tapi

juga return tiap bulannya lebih stabil dan menguntungkan.

2.4 Capital Asset Pricing Model

Page 9: MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM …eprints.undip.ac.id/32608/1/JURNAL_SKRIPSI_DIO_(C2A007076).pdf · Dengan kata lain saham adalah suatu tanda penyertaan modal pada

9

Dalam teori portofolio yang diperkenalkan oleh Sharpe (1964) dan Lintner

(1965) secara terpisah mereka merumuskan model keseimbangan umum yang

hampir sama yang dikenal dengan Capital Asset Pricing Model (CAPM).

Kemudian CAPM ini dikombinasikan dengan Black (1972), yang dikenal dengan

model SLB. Kedua model (CAPM dan SLB) menggunakan mean variance

efficient dalam konteks Harry Markowitz, dan telah banyak digunakan akademisi

dan praktisi dalam menganalisa hubungan risiko saham dengan return saham.

Jogiyanto (2009:469) mengatakan diperlukan beberapa asumsi untuk

mengembangkan model ini. Asumsi–asumsi untuk menyederhanakan persoalan

yang sesungguhnya terjadi di dunia nyata. Asumsi supaya suatu model lebih

mudah untuk dipahami dan lebih mudah diuji.

Banyak asumsi dalam model CAPM ini yang intinya adalah sebagai

berikut:

1. All investors have the same one-period time horizon. Atau dengan kata

lain investor memaksimumkan kekayaannya dengan memaksimumkan

utiliti harapan dalam satu periode waktu yang sama.

2. Semua investor mempunyai harapan yang segaram (homogeneous

expectation) terhadap faktor-faktor input yang digunakan untuk

keputusan portofolio. Faktor-faktor input yang digunakan adalah

expected return, varian return dan kovarian antar return. Atau dengan

kata lain, para investor memegang portofolio yang sama dari aset

beresiko.

3. Semua investor dapat meminjamkan atau meminjam sejumlah dana

dengan jumlah tidak terbatas pada tingkat suku bunga bebas risiko.

4. Penjualan pendek (short sale) diijinkan.

5. Tidak ada biaya transaksi.

6. Tidak terjadi inflasi.

7. Tidak ada pajak pendapatan atas dividen maupun capital gain.

8. Investor adalah penerima harga (price-takers), dan tidak dapat

mempengaruhi harga dari suatu aktiva dengan kegiatan membeli atau

menjual aktiva tersebut.

Page 10: MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM …eprints.undip.ac.id/32608/1/JURNAL_SKRIPSI_DIO_(C2A007076).pdf · Dengan kata lain saham adalah suatu tanda penyertaan modal pada

10

9. Pasar modal dalam kondisi ekuilibrium.

Keadaan ekuilibrium pasar mengenai expected return dan risiko dapat

digambarkan oleh Security Market Line (SML) untuk sekuritas individual.

Sementara Capital Market Line (CML) digunakan untuk menggambarkan tradeoff

antara risiko dan expected return portofolio. Meningkatnya expected return

sekuritas individual diakibatkan oleh tambahan risiko sekuritas yang diukur

dengan beta dengan argumentasi bahwa risiko tidak sistematik cenderung hilang

dan risiko yang relevan hanya risiko sistematik yang diukur oleh beta.

Hubungan expected return dan beta dapat digambarkan di Security Market

Line (SML) seperti tampak pada gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1. Security Market Line

Dari gambar 2.1 terlihat bahwa titik M menunjukkan portofolio pasar

dengan beta senilai 1 dengan expected return sebesar E(RM). Untuk beta bernilai

0 atau untuk aktiva bebas risiko, aktiva ini mempunyai expected return sebesar Rf

yang merupakan intercept dari SML. Dengan asumsi SML adalah garis linear,

maka persamaan dari garis nlinear ini dapat dibentuk dengan intercept sebesar Rf

dan slope sebesar [E(RM)-Rf] / βM. Karena βM adalah bernilai 1, maka slope dari

SML adalah sebesar [E(RM)-Rf]. Selanjutnya persamaan SML untuk sekuritas ke-i

Security Market Line (SML)

Aset denganresiko lebih kecildari pasar

Aset denganresiko lebih besardari pasar

Beta

E(Ri)

Risk Premium = E(Rm)-Rf

Rf

E(Rm)

1,0

M

Page 11: MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM …eprints.undip.ac.id/32608/1/JURNAL_SKRIPSI_DIO_(C2A007076).pdf · Dengan kata lain saham adalah suatu tanda penyertaan modal pada

11

dapat ditulis: E(Ri) = Rf + βi. [E(RM)-Rf]. Dari sinilah model CAPM terbentuk

dan banyak dipakai oleh para akademisi dan praktisi (Jogiyanto,2009).

2.4.1 Unconditional Approach

Unconditional Approach adalah pendekatan untuk menguji hubungan beta

dan return dengan meregreskan beta bulanan terhadap return bulanannya.

Pettengill et al. (1995) juga mengatakan bahwa hubungan unconditional

menggambarkan hubungan positif risk-return yang disebabkan kenaikan beta

yang akan diikuti dengan kenaikan return. Ini didasarkan pada model CAPM:

E (Ri) = Rf + βi (E (Rm) – Rf)E (Ri) = Expected Return / Return saham yang diharapkan

Rf = Return on the Risk Free Asset / Return aset bebas risiko

βi = Beta saham

E (Rm) = Return Pasar yang diharapkan

Model regresi dari metodologi Unconditional Approach untuk menilai

validitas CAPM adalah sebagai berikut:

Rit = γ0t + γ1t * βit + εit

Rit = Return bulanan saham

γ0t = Konstanta

γ1t = Koefisien beta bulanan saham

βit = Beta bulanan saham

Dimana Rit adalah return bulanan saham sebagai variabel dependen, dan

βit adalah beta bulanan saham sebagai variabel independen. Jika nilai dari γ1t

lebih besar dari 0 (nol) maka hubungan positif antara beta dan return dapat

terjadi. Sementara nilai εit menunjukkan error dari regresi tersebut.

Dari model CAPM dapat digambarkan bahwa jika E(Rm) < Rf, lalu pada

model βi * (E(Rmt) - Rft) < 0, maka saham dengan beta lebih tinggi akan

memperoleh return lebih rendah dibandingkan saham dengan beta yang rendah.

Page 12: MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM …eprints.undip.ac.id/32608/1/JURNAL_SKRIPSI_DIO_(C2A007076).pdf · Dengan kata lain saham adalah suatu tanda penyertaan modal pada

12

Atau dengan kata lain, model ini menggambarkan hubungan positif hanya jika

return pasarnya positif dan hubungan beta dan return negatif jika return pasarnya

juga negatif.

2.4.2 Conditional Approach

Conditional Approach adalah model regresi untuk menguji hubungan beta

dan return dengan meregreskan beta bulanan terhadap return bulanan dan

menambahkan variabel dummy untuk membagi dalam kondisi risk premium

positive dan risk premium negative. Model Conditional ini dikembangkan oleh

Pettengill et al. (1995) dengan membagi saat risk premium positif dan risk

premium negatif.

Metode ini dianggap dapat menggambarkan hubungan beta dan return

dengan membedakannya dalam kondisi saat risk premium positif dan risk

premium negatif. Jika return pasar diatas return aset bebas risiko atau dengan kata

lain risk premium adalah positif, maka seharusnya hubungan beta dan return

adalah positif. Tetapi jika return pasar dibawah return aset bebas risiko atau risk

premium adalah negatif, maka hubungan beta dan return seharusnya terbalik.

Conditional Approach membutuhkan 2 kondisi agar hubungan positif beta

dan return dapat terjadi yaitu :

(1). excess market return rata – rata haruslah positif dan

(2). risk premium pada pasar naik dan pasar turun haruslah simetris.

Pettengill et al. (1995) menjelaskan model Conditional Approach adalah

sebagai berikut:

Rit = γ0t + δt * γ2t * βit + (1 – δt) * γ3t * βit + εit

Rit = Return bulanan saham

γ0t = Konstanta

δt = Dummy saat risk premium positif = 1 dan negatif = 0

γ2t = Koefisien beta bulanan saham saat risk premium positif

γ3t = Koefisien beta bulanan saham saat risk premium negatif

Page 13: MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM …eprints.undip.ac.id/32608/1/JURNAL_SKRIPSI_DIO_(C2A007076).pdf · Dengan kata lain saham adalah suatu tanda penyertaan modal pada

13

βit = Beta bulanan saham

Dimana δt adalah variabel Dummy yang bernilai 1 jika risiko premiumnya

positif (Rm – Rf) > 0, dan bernilai 0 jika risiko premiumnya negatif (Rm – Rf) < 0.

Oleh karena itu, persamaan tersebut dapat diuji baik saat return pasarnya positif

maka koefisien γ2t adalah positif. Dan saat return pasarnya negatif maka koefisien

γ3t adalah negatif.

Setelah Pettengill et al. (1995) mengembangkan model Conditional

Approach, banyak penelitian yang menggunakan metode tersebut. Seperti pada

Fletcher (1997), Elsas et al. (1999), Hodoshima et al. (2000), Ho (2007), Tang

dan Shum (2004) dan Theriou et al. (2004) yang menemukan hubungan positif

signifikan di saat up market dan signifikan negatif saat down market. Meskipun

Fletcher (1997) dan Theriou et al. (2004) menyanggah 2 kondisi yang dibutuhkan

dalam Conditional Approach seperti yang disyaratkan oleh Pettengill et al.(1995).

Tetapi ada beberapa penelitian lain yang menggunakan metode

Conditional Approach dan menemukan hasil yang tidak signifikan. Seperti yang

dilakukan oleh Wu (2006) dan Verma (2011) dimana mereka menemukan hasil

yang tidak signifikan baik saat up market maupun saat down market. Selain itu,

Michailidis dan Tsopoglou (2007), menemukan hasil yang signifikan negatif baik

saat up market maupun down market dengan metode tersebut.

2.5 Hubungan Beta dan Return

CAPM menyatakan bahwa jika semakin tinggi risiko yang ditanggung

oleh para pemegang saham, maka saham tersebut akan memperoleh return saham

yang semakin tinggi pula. Atau dengan kata lain “High Risk High Return” dimana

makin besar risiko, makin besar pula return-nya. Ini dikarenakan risiko pasar

berhubungan erat dengan perubahan harga saham jenis tertentu atau kelompok

tertentu yang disebabkan oleh antisipasi investor terhadap perubahan tingkat

return yang diharapkan. Jadi berdasarkan teori CAPM, jika beta suatu perusahaan

meningkat, maka return yang diharapkan juga meningkat.

”The CAPM illustrates the positive relation between asset’s systematic

risks and their expected rates of return” atau dengan kata lain CAPM

Page 14: MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM …eprints.undip.ac.id/32608/1/JURNAL_SKRIPSI_DIO_(C2A007076).pdf · Dengan kata lain saham adalah suatu tanda penyertaan modal pada

14

mengilustrasikan hubungan positif antara risiko sistematis suatu aset dengan

return yang diharapkan (Francis, 1991). Tapi seperti yang sudah dijelaskan

sebelumnya oleh Fama dan MacBeth, bahwa dalam CAPM terdapat tiga hal:

pertama, hubungan antara expexted return suatu saham dengan risiko saham

tersebut haruslah linier. Kedua, Beta adalah ukuran akhir dari risiko, atau tidak

ada pengukuran lain atas risiko saham di persamaan CAPM. Dan ketiga, dalam

pasar risk-averse investor, risiko lebih tinggi seharusnya berhubungan dengan

expected return yang lebih tinggi pula dimana risiko premiumnya haruslah positif

( E(Rm) – E(Rf) > 0 ).

3 METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah return saham sebagai

variabel dependen (Y). Sedangkan variabel independen (X) pada penelitian ini

adalah beta saham.

3.1.1 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah return saham. Return pada

penelitian ini digunakan proxy capital gain atau capital loss. Capital gain atau

capital loss merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga

periode lalu (Jogiyanto,2003), yang dihitung sebagai berikut :

RETURN SAHAM : Capital Gain (Loss) = ri =

3.1.2 Variabel Independen

3.1.2.1 Beta Saham

Variabel independen dalam penelitian ini adalah beta saham. Menurut

Theriou et al. (2004) beta didapat dengan cara meregres return suatu saham

dengan return pasar dimana return saham sebagai variabel dependennya, dengan

model regresi sebagai berikut :

Rit = αi + βit Rmt + εit

Page 15: MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM …eprints.undip.ac.id/32608/1/JURNAL_SKRIPSI_DIO_(C2A007076).pdf · Dengan kata lain saham adalah suatu tanda penyertaan modal pada

15

Dimana Rit adalah return saham dan Rmt adalah return pasar atau IHSG.

Hasil regresi akan muncul misalnya Ri = 0,021 + 1,657 R_IHSG dimana Beta

merupakan koefisien parameter dari variabel R_IHSG, yaitu sebesar 1,657.

3.1.2.2 Dummy

Variabel independen lainnya dalam penelitian ini adalah dummy dimana

bernilai 1 saat risk premium positif (Rm – Rf) > 0 dan bernilai 0 saat risk premium

negatif (Rm – Rf) < 0 (Pettengill et al.,1995). Variabel dummy adalah sebagai

pembeda variabel beta saham saat diregreskan terhadap return saham pada

pendekatan Conditional sebagai berikut :

Rit = γ0t + δt * γ2t * βit + (1 – δt) * γ3t * βit + εit

Dimana beta akan memiliki nilai dan bernilai 0 saat dikalikan dengan nilai

dummy saat risk premium positif (1) dan risk premium negatif (0).

3.2 Model Analisis

Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan

menggunakan progam SPSS. Sebelumnya dilakukan terlebih dahulu uji asumsi

klasik untuk memastikan bahwa model yang digunakan adalah normal dan tidak

mengandung gejala multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah perusahaan – perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia dalam kelompok LQ 45 dengan periode Januari 2008

hingga Desember 2010. Total populasi perusahaan yang pernah masuk dalam

kelompok LQ 45 dengan periode antara Januari 2008 hingga Desember 2010

adalah berjumlah 70 perusahaan. Pemilihan sample yang akan digunakan sebagai

objek dalam penelitian ini dilakukan dengan purposive sampling dengan kriteria

sebagai berikut :

1. Perusahaan – perusahaan yang selalu masuk dalam indeks LQ 45 dari

Januari 2008 hingga Desember 2010.

2. Perusahaan dalam kelompok LQ 45 yang memiliki kelengkapan data

berupa harga historis setiap hari transaksi selama tahun 2008 – 2010.

Page 16: MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM …eprints.undip.ac.id/32608/1/JURNAL_SKRIPSI_DIO_(C2A007076).pdf · Dengan kata lain saham adalah suatu tanda penyertaan modal pada

16

3. Perusahaan – perusahaan dalam LQ 45 yang tidak melakukan aksi

korporasi (corporate action) seperti stock split, right issue, dan membagi

saham bonus. Ini dimaksudkan agar tidak ada bias dalam perubahan harga.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka yang menjadi sample dalam penelitian

ini adalah sebanyak 10 perusahaan. Pada kriteria pertama sebanyak 19 perusahaan

terpilih karena merupakan perusahaan - perusahaan yang selalu masuk dalam

indeks LQ 45 dengan periode dari Januari 2008 hingga Desember 2010. Setelah

itu 10 perusahaan terpilih menjadi sample dalam penelitian ini dan 9 perusahaan

lain tereliminasi karena melakukan aksi korporasi atau corporate action. Dan

dengan menggunakan metode penggabungan data (pooling) maka diperoleh data

penelitian sebanyak 36 x 10 = 360 data observasi.

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh dengan menggunakan no participant observation. Data berupa variabel

harga – harga saham yang diambil secara langsung dari website

yahoo.finance.com dari tanggal 28 Desember 2007 hingga 31 Desember 2010.

4.2 Statistik Deskriptif

Deskripsi variabel dalam penelitian ini meliputi nilai minimum, nilai

maksimum, mean dan standar deviasi dari dua variabel yaitu return saham dan

beta saham sebanyak 360 data pengamatan. Distribusi statistik deskriptif masing –

masing variabel terdapat pada tabel berikut :

Tabel 4.1Statistik Deskriptif Variabel

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Beta 350 -1.8337 3.9333 1.199133 .5847759

Return 350 -.3552 .4074 .021723 .1270177

Valid N (listwise) 350

Sumber : Data sekunder yang diolah

Page 17: MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM …eprints.undip.ac.id/32608/1/JURNAL_SKRIPSI_DIO_(C2A007076).pdf · Dengan kata lain saham adalah suatu tanda penyertaan modal pada

17

Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata tiap variabel berada pada

angka positif, walaupun terdapat angka negatif pada nilai minimum di kedua

varibel baik beta maupun return.

4.3 Analisis Data

4.3.1 Hasil Uji Asumsi Klasik

4.3.1.1 Hasil Uji Normalitas

Gambar 4.1 Gambar 4.2Uji Normalitas Histogram Uji Normalitas Plot

Sumber : Data sekunder yang diolah

Tabel 4.2Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 350

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .12653062

Most Extreme Differences Absolute .050

Positive .050

Negative -.037

Kolmogorov-Smirnov Z .936

Asymp. Sig. (2-tailed) .345

a. Test distribution is Normal.

Sumber : Data sekunder yang diolah

Page 18: MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM …eprints.undip.ac.id/32608/1/JURNAL_SKRIPSI_DIO_(C2A007076).pdf · Dengan kata lain saham adalah suatu tanda penyertaan modal pada

18

Hasil dari uji Kolmogorov-Smirnov yang ditunjukkan pada tabel 4.2 di-atas menunjukkan bahwa besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,936 dannilai signifikansi 0,345. Karena 0,345 lebih besar dari 0,05 sehingga dapatdisimpulkan bahwa data terdistribusi normal.4.3.1.2 Hasil Uji Autokorelasi

Tabel 4.3Uji Autokorelasi

Runs Test

Unstandardized

Residual

Test Valuea -.00209

Cases < Test Value 175

Cases >= Test Value 175

Total Cases 350

Number of Runs 173

Z -.321

Asymp. Sig. (2-tailed) .748

a. Median

Sumber : Data sekunder yang diolah

Dari tabel 4.3 dapat terlihat bahwa nilai Run Test adalah -0,321 dengan

signifikansi sebesar 0,748. Karena 0,748 lebih besar dari 0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa antar residual dalam penelitian ini bebas autokorelasi.

4.3.1.3 Hasil Uji Heterokedastisitas

Gambar 4.3Uji Heterokedastisitas

Sumber : Data sekunder yang diolah

Page 19: MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM …eprints.undip.ac.id/32608/1/JURNAL_SKRIPSI_DIO_(C2A007076).pdf · Dengan kata lain saham adalah suatu tanda penyertaan modal pada

19

Tabel 4.4Uji GlejserCoefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) .080 .010 8.103 .000

Beta .014 .007 .100 1.873 .062

a. Dependent Variable: AbsUt_3

Sumber : Data sekunder yang diolah

Dari tabel 4.4 di atas dapat dikatakan bahwa tidak terjadi

heterokedastisitas. Karena tingkat signifikansi variabel independen adalah sebesar

0,06 yang berada di atas 0,05. Sehingga secara statistik dapat disimpulkan bahwa

tidak terjadi masalah heterokedastisitas.

4.3.2 Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini dilakukan dua uji signifikansi parameter individual

(uji t) yaitu dengan pendekatan Unconditional dan pendekatan Conditional.

Sehingga dari dua pendekatan tersebut akan diuji dari dua uji t yang berbeda

dimana Unconditional Approach dengan regresi biasa dan Conditional Approach

melalui regresi dengan menambahkan variabel dummy.

4.3.2.1 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) Unconditional Approach

Untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu beta terhadap

variabel dependen yaitu return, maka digunakan uji t. Hasil uji t dapat dilihat pada

tabel 4.5 berikut ini :

Tabel 4.5Uji t Unconditional Approach

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) -.001 .015 -.069 .945

Beta .019 .012 .087 1.638 .102

Page 20: MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM …eprints.undip.ac.id/32608/1/JURNAL_SKRIPSI_DIO_(C2A007076).pdf · Dengan kata lain saham adalah suatu tanda penyertaan modal pada

20

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) -.001 .015 -.069 .945

Beta .019 .012 .087 1.638 .102

a. Dependent Variable: Return

Sumber : Data sekunder yang diolah

Hipotesis pertama mengenai variabel beta saham, terlihat dalam tabel 4.5

menunjukkan bahwa beta saham berpengaruh positif terhadap return saham

dengan koefisien sebesar 0,019. Nilai signifikansi variabel beta saham sebesar

0,102 dimana nilai ini lebih besar dari 0,05 yang berarti pengaruh variabel beta

saham terhadap return saham tidaklah signifikan. Dikarenakan nilai

signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka hipotesis pertama (H1) ditolak. Hal

ini menunjukkan bahwa beta saham berpengaruh positif tidak signifikan terhadap

return saham.

4.3.2.2 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) Conditional Approach

Sementara mengetahui pengaruh variabel independen yaitu beta terhadap

variabel dependen yaitu return dengan pendekatan Conditional, maka juga

digunakan uji t dengan membedakan saat risk premium positif dan negatif. Hasil

uji t dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini :

Tabel 4.6Uji t Conditional Approach

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) -.016 .014 -1.114 .266

D.beta .121 .016 .469 7.722 .000

(1 - D). Beta .011 .011 .063 1.034 .302

a. Dependent Variable: Return

Sumber : Data sekunder yang diolah

Page 21: MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM …eprints.undip.ac.id/32608/1/JURNAL_SKRIPSI_DIO_(C2A007076).pdf · Dengan kata lain saham adalah suatu tanda penyertaan modal pada

21

Hipotesis pertama mengenai variabel beta saham, terlihat dalam tabel 4.6

menunjukkan bahwa beta saham saat risk premium positif, beta berpengaruh

positif terhadap return saham dengan koefisien sebesar 0,121. Dengan nilai

signifikansi variabel beta saham sebesar 0,000 dimana nilai ini lebih kecil dari

0,05 berarti pengaruh variabel beta saham terhadap return saham adalah

signifikan saat risk premium positif. Dikarenakan nilai signifikansinya lebih kecil

dari 0,05 maka hipotesis kedua (H2) diterima. Hal ini menunjukkan bahwa beta

saham berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham saat risk

premium positif.

Sedangkan hipotesis kedua pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa beta saham

saat risk premium negatif adalah berpengaruh positif terhadap return saham

dengan koefisien sebesar 0,011. Dengan nilai signifikansi variabel beta sebesar

0,302 dimana nilai ini lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa pengaruh variabel

beta saham terhadap return saham adalah tidak signifikan saat risk premium

negatif. Dikarenakan nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 maka hipotesis

ketiga (H3) ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa beta saham berpengaruh positif

tidak signifikan terhadap return saham saat risk premium negatif.

4.3.3 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) bertujuan mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 pasti meningkat

setiap penambahan satu variabel tanpa memperhatikan signifikansi variabel

independen. Maka dalam penelitian ini digunakan adjusted R2 karena nilai

tersebut dapat naik atau turun jika satu variabel independen ditambahkan ke-

dalam model.

Sama seperti dalam uji hipotesis dimana uji signifikansi parameter

individual (uji t) dibagi menjadi dua pendekatan yaitu Unconditional Approach

dan Conditional Approach, koefisien determinasi juga dibagi dalam

Unconditional Approach dan Conditional Approach. Sehingga dalam penelitian

ini akan ditampilkan dua koefisien determinasi untuk dua pendekatan.

Page 22: MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM …eprints.undip.ac.id/32608/1/JURNAL_SKRIPSI_DIO_(C2A007076).pdf · Dengan kata lain saham adalah suatu tanda penyertaan modal pada

22

4.3.3.1 Koefisien Determinasi (R2) Unconditional Approach

Untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan

variasi variabel dependen dalam pendekatan Unconditional, maka dapat dilihat

pada tabel 4.7 berikut ini :

Tabel 4.7

Koefisien DeterminasiModel Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .087a .008 .005 .1267123

a. Predictors: (Constant), Beta

b. Dependent Variable: Return

Sumber : Data sekunder yang diolah

Pada tabel di atas terlihat angka koefisien korelasi (R) sebesar 0,087

artinya hubungan variabel independen dengan variabel dependen hanya sebesar

8,7 persen. Sementara nilai adjusted R2 adalah 0,005 yang artinya kemampuan

variabel beta dalam menjelaskan variasi variabel return hanya sebesar 0,5 persen.

Sedangkan 99,5 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan

ke dalam penelitian ini.

4.3.3.2 Keofisien Determinasi (R2) Conditional Approach

Untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan

variasi variabel dependen dalam pendekatan Conditional, maka dapat dilihat pada

tabel 4.8 berikut ini :

Tabel 4.8Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .434a .188 .183 .1147875

a. Predictors: (Constant), (1 - D). Beta, D.beta

b. Dependent Variable: Return

Sumber : Data sekunder yang diolah

Page 23: MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM …eprints.undip.ac.id/32608/1/JURNAL_SKRIPSI_DIO_(C2A007076).pdf · Dengan kata lain saham adalah suatu tanda penyertaan modal pada

23

Pada tabel di atas terlihat angka koefisien korelasi (R) sebesar 0,434

artinya hubungan variabel independen dengan variabel dependen sebesar 43,4

persen. Sementara nilai adjusted R2 adalah 0,183 yang artinya kemampuan

variabel beta dalam menjelaskan variasi variabel return sebesar 18,3 persen.

Sedangkan 81,7 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan

ke dalam penelitian ini.

4.4 Pembahasan

4.4.1 Unconditional Approach

Dari hasil penelitian melalui pendekatan Unconditional, didapat bahwa

beta saham memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap return saham. Hal

ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Elsas et al. (1999),

Hodoshima et al. (2000) dan Ho (2007) yang menyatakan bahwa beta

berpengaruh positif tidak signifikan terhadap return.

Pada model pendekatan Unconditional dalam penelitian ini menunjukkan

bahwa investor yang menginvestasikan modalnya pada kelompok saham LQ 45

dianggap risk taker. Terlihat dari uji t dimana beta memiliki pengaruh yang positif

terhadap return. Ini menggambarkan bahwa semakin tinggi nilai beta saham maka

semakin tinggi pula tingkat return saham tersebut dan tidak sesuai dengan

anggapan bahwa para investor adalah risk averse. Hasil ini seperti yang dikatakan

oleh Francis (1991:284) dimana CAPM menggambarkan hubungan positif antara

risiko sistematis aset dengan return yang diharapkan.

Akan tetapi nilai signifikansi sebesar 0,102 yang melebihi 0,05 berarti

pengaruh tersebut tidaklah signifikan. Didukung dengan adjusted R2 sebesar

0,005 menunjukkan bahwa kemampuan beta dalam menjelaskan variasi variabel

return hanya sebesar 0,5 persen. Sehingga dapat dikatakan bahwa Unconditional

CAPM dalam penelitian ini kurang mampu menggambarkan pengaruh beta saham

terhadap return saham. Seperti yang telah dijelaskan Pettengill et al. (1995)

bahwa dibutuhkan adanya penyesuaian statistik dari metode sebelumnya karena

return yang digunakan dalam penelitian adalah realized return, bukan

menggunakan expected return.

Page 24: MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM …eprints.undip.ac.id/32608/1/JURNAL_SKRIPSI_DIO_(C2A007076).pdf · Dengan kata lain saham adalah suatu tanda penyertaan modal pada

24

4.4.2 Conditional Approach

Pada hasil penelitian melalui pendekatan Conditional dengan membedakan

saat risk premium positif dan negatif, didapat bahwa saat risk premium positif,

beta saham memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap return saham.

Nilai koefisien yang positif sebesar 0,121 dan signifikansi sebesar 0,000 dimana

lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa terjadi pengaruh yang positif dan

signifikan saat risk premium positif dalam penelitian ini. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dikembangkan oleh Pettengill et al. (1995) dan penelitian yang

dilakukan Theriou et al. (2004), Fletcher (1997), Elsas et al. (1999) dan

Hodoshima et al. (2000) yang mengemukakan bahwa pada beta berpengaruh

positif dan signifikan terhadap return saat risk premium positif. Ini

mengindikasikan bahwa jika investor memegang saham dengan beta yang tinggi,

maka akan memberi tingkat return yang lebih tinggi pula dibandingkan saham

dengan beta yang lebih rendah. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan Wu (2006) dan Verma (2011) yang menemukan hasil tidak signifikan

saat risk premium positif.

Sedangkan saat risk premium negatif, beta saham juga mempunyai

pengaruh yang positif namun tidak signifikan terhadap return saham. Nilai

koefisien yang positif sebesar 0,011 dan signifikansi sebesar 0,302 dimana lebih

besar dari 0,05 menunjukkan bahwa terjadi pengaruh yang positif dan tidak

signifikan saat risk premium negatif dalam penelitian ini. Hal ini sesuai dengan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Wu (2006) dan Verma (2011) yang

menemukan hasil tidak signifikan saat risk premium negatif. Hasil ini tidak sesuai

dengan teori CAPM secara kondisional pasar dalam penelitian yang diungkapkan

Pettengill et al. (1995) dimana seharusnya terjadi hubungan yang terbalik antara

beta dengan return saat risk premium-nya negatif. Jadi seharusnya ketika risk

premium negatif (Rm < Rf), saham dengan beta lebih besar akan memberikan

return yang lebih sedikit dibandingkan saham dengan beta yang lebih kecil. Ini

dikarenakan saham dengan beta lebih besar akan lebih berfluktuatif saat return

pasar sedang bearish dibandingkan saham dengan beta yang kecil.

Page 25: MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM …eprints.undip.ac.id/32608/1/JURNAL_SKRIPSI_DIO_(C2A007076).pdf · Dengan kata lain saham adalah suatu tanda penyertaan modal pada

25

Akan tetapi pada hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda saat

risk premium-nya negatif. Pada penelitian ini didapat hasil yang positif namun

tidak signifikan saat risk premium negatif. Ini menggambarkan bahwa beberapa

saham dengan beta yang lebih tinggi memberikan tingkat return yang lebih tinggi

pula. Ini dimungkinkan dapat terjadi karena para investor menganggap bahwa

beberapa saham kelompok LQ 45 adalah saham-saham yang likuid dan cepat

dalam diperdagangkan dibandingkan saham lainnya. Sehingga meskipun return

pasar sedang bearish dan dibawah return aset bebas risiko, para investor

menganggap bahwa beberapa saham LQ 45 tetap likuid untuk diperdagangkan.

Sehingga Conditional CAPM yang dikembangkan oleh Pettengill et al. (1995)

kurang sesuai dengan hasil penelitian ini.

Sementara Pettengill et al. (1995) mengemukakan bahwa dalam

Conditional Approach dibutuhkannya dua kondisi yaitu:

(1). excess market return rata – rata haruslah positif dan

(2). risk premium pada pasar naik dan pasar turun haruslah simetris.

Pengujian kondisi pertama dapat dilakukan dengan One-Sample T Test

dengan risk premium sebagai variabel test-nya. Hasil dari pengujian kondisi

pertama dapat dilihat pada tabel 4.9 dan 4.10 berikut :

Tabel 4.9One-Sample T TestOne-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Risk_Prem 36 -.065628 .0993806 .0165634

Tabel 4.10One-Sample Test

Test Value = 0

T df Sig. (2-tailed)

Mean

Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Risk_Prem -3.962 35 0.000348 -.0656278 -.099253 -.032002

Sumber : Data sekunder yang diolah

Page 26: MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM …eprints.undip.ac.id/32608/1/JURNAL_SKRIPSI_DIO_(C2A007076).pdf · Dengan kata lain saham adalah suatu tanda penyertaan modal pada

26

Dari hasil di atas menunjukkan dari 36 bulan observasi (Januari 2008

hingga Desember 2010) didapat bahwa rata-rata excess market return adalah

negatif dan signifikan. Ini terlihat dari nilai t sebesar -3,962 dan signifikansi

sebesar 0,000348 yang lebih kecil dari 0,05. Kondisi ini tidak sesuai dengan

syarat yang dikemukakan oleh Pettengill et al. (1995) dimana rata-rata excess

market return haruslah positif.= , ,, , = ,Dari nilai t di atas didapat hasil untuk pengujian kondisi kedua dalam

pendekatan Conditional pada tabel 4.12 berikut :

Tabel 4.12Uji Simetrikal

beta 1

(γ2)

beta 2

(γ3)SEb1 SEb2 T-Statistik Df Signifikansi

0.12091 0.01091 0.01566 0.01055 5.8265 347 0.0000000129

Dari hasil uji simetrikal tersebut, dapat dikatakan bahwa risk premium saat

positif dan negatif tidaklah simetris. Hal ini dikarenakan nilai signifikansi yang

mendekati 0, menggambarkan bahwa kedua garis slope saat risk premium positif

dan saat risk premium negatif adalah berbeda. Jika kedua garis memiliki arah

yang berbeda maka dapat dikatakan bahwa kedua garis adalah simetris. Akan

tetapi kedua garis tersebut memiliki arah yang sama, yaitu positif. Sehingga

meskipun garis saat risk premium positif dan saat risk premium negatif berbeda

tetapi kedua garis tersebut tidak simetris, dikarenakan memiliki arah yang sama.

5 KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil dari penelitian ini, didapat bahwa pengaruh beta saham terhadap

return saham dengan pendekatan Unconditional adalah positif dan tidak

signifikan. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Elsas et al.

(1999), Hodoshima et al. (2000) dan Ho (2007) yang menemukan pengaruh

positif tidak signifikan antara beta terhadap return. Sehingga Unconditional

Page 27: MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM …eprints.undip.ac.id/32608/1/JURNAL_SKRIPSI_DIO_(C2A007076).pdf · Dengan kata lain saham adalah suatu tanda penyertaan modal pada

27

Approach kurang dapat menggambarkan pengaruh beta saham terhadap return

saham dalam kelompok LQ 45 di Bursa Efek Indonesia.

Sementara saat dilakukan uji dengan pendekatan Conditional, dimana beta

dibedakan saat risk premium positif dan saat risk premium negatif, didapat hasil

yang bias. Saat risk premium positif didapat bahwa beta saham berpengaruh

positif signifikan terhadap return saham. Sedangkan saat risk premium negatif

didapat bahwa beta saham juga berpengaruh positif namun tidak signifikan

terhadap return saham. Sehingga dapat dikatakan bahwa Conditional Approach

ini juga kurang mampu menggambarkan pengaruh beta saham terhadap return

saham dalam kelompok LQ 45 di Bursa Efek Indonesia.

Selain itu dua kondisi yang disyaratkan dalam Conditional Approach tidak

dapat terpenuhi. Kondisi pertama dalam penelitian ini menggambarkan bahwa

rata-rata excess market return adalah negatif, tidak sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Pettengill et al. (1995) tetapi sepakat dengan hasil penelitian

Theriou et al. (2004). Sedangkan kondisi kedua dalam penelitian ini

menggambarkan bahwa kedua slope saat risk premium positif dan saat risk

premium negatif tidaklah simetris, sepakat dengan hasil penelitian yang dilakukan

Fletcher (1997) dan tidak sependapat dengan Pettengill et al. (1995). Seperti yang

dikatakan Verma (2011), Conditional Approach tidak dapat digunakan sebagai

prediksi karena realized upstate and downstate conditions bukanlah ex-ante.

Dengan kata lain, pendekatan Unconditional dan Conditional kurang mampu

menggambarkan pengaruh beta saham terhadap return saham di perusahaan –

perusahaan yang terdaftar dalam kelompok LQ 45 di Bursa Efek Indonesia

periode Januari 2008 hingga Desember 2010.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat dijadikan

pertimbangan bagi peneliti berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik.

1. Lebih banyaknya periode risk premium yang negatif daripada yang

positif dimana banyak periode return pasar lebih kecil dari return aset

bebas risiko. Ini dapat menjadikan hasil yang bias dalam penelitian ini.

Page 28: MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM …eprints.undip.ac.id/32608/1/JURNAL_SKRIPSI_DIO_(C2A007076).pdf · Dengan kata lain saham adalah suatu tanda penyertaan modal pada

28

2. Pada penelitian ini hanya digunakan dua pendekatan, yaitu

Unconditional Approach dan Conditional Approach. Sedangkan

banyak pendekatan lain yang mungkin dapat menggambarkan

pengaruh beta saham terhadap return saham.

5.3 Saran

Di bawah ini peneliti akan memberikan saran yang terkait dengan

penelitian ini, antara lain :

5.3.1 Saran bagi para Investor

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa

pada pendekatan Unconditional, beta mempengaruhi return saham-saham LQ 45

secara positif namun tidak signifikan, dan pada pendekatan Conditional, beta

mempengaruhi return secara positif signifikan saat risk premium positif dan

positif tidak signifikan saat risk premium negatif. Jika investor ingin

menggunakan pendekatan Unconditional, maka dapat dipilih beberapa saham dari

10 sampel penelitian. Ini dikarenakan hanya beberapa saham yang memiliki

pengaruh positif signifikan. Sedangkan jika investor ingin menggunakan

pendekatan Conditional, maka saat risk premium positif dapat digunakan beta

untuk memperkirakan return. Tetapi saat risk premium negatif, hanya beberapa

saham saja yang menunjukkan pengaruh positif beta terhadap return. Investor

juga dapat memperkirakan return saham-saham LQ 45 dari faktor lain seperti

kondisi perekonomian, suku bunga, kurs rupiah terhadap dollar, tingkat inflasi,

pertumbuhan ekonomi dan faktor lainnya (Solechan,2009).

5.3.2 Saran bagi Peneliti Selanjutnya

1. Bulan amatan dan sampel penelitian sebaiknya diperbanyak. Karena

dengan bulan amatan dan sampel yang lebih banyak, diharapkan dapat

memberikan hasil yang lebih tepat

2. Sebaiknya penelitian selanjutnya menggunakan model atau alat uji yang

berbeda sebagai bahan perbandingan misalkan Covarians dan Varians

Labor dalam Jagannathan dan Wang (1996), atau model autoregresive,

moving average dan GARCH-in-mean seperti yang dilakukan Bali et

al. (2007). Dapat pula digunakan sumber data berbeda.

Page 29: MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM …eprints.undip.ac.id/32608/1/JURNAL_SKRIPSI_DIO_(C2A007076).pdf · Dengan kata lain saham adalah suatu tanda penyertaan modal pada

29

DAFTAR PUSTAKA

Bodie, Z., Kane, A., and Marcus, A.J. 2005. Investments. Sixth Edition. NewYork: Mc. Graw Hill.

Corhay, A., Hawawini, G. and Michel, P. 1987. Seasonality in the Risk-ReturnRelationship: Some International Evidence. Journal of Finance. Vol. 42iss. 1, pp. 49-68.

Darmadji T. dan Fakhruddin H.M. 2006. Pasar Modal di Indonesia: PendekatanTanya Jawab. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.

Elsas, Ralf., El-Shaer, Mahmoud., Theissen, Erik. 1999. Beta and ReturnsRevisited - Evidence from the German Stock Market. Journal ofInternational Financial Markets, Institutions and Money. Vol. 13,pp.354-379

Fama, E. and French, K. 1992. Common Risk Factors in the Returns on Stocksand Bonds. Journal of Financial Economics. Vol. 33, pp. 3-56.

Fama, E. and MacBeth, J. 1973. Risk, Return, and Equilibrium: Empirical Tests.The Journal of Political Economy. Vol. 81 No. 3 May-June, pp. 607-636.

Fletcher, Jonathan. 1997. An Examination of the Cross-Sectional Relationship ofBeta and Return: UK Evidence. Journal of Economics and Business.Vol 49: 211-221

Francis, Jack C. 1991. Investments: Analysis and Management. Fifth Edition.New York: Mc. Graw Hill.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariative Dengan Program SPSS.Semarang: BP UNDIP.

Ho, Wai Kit. 2007. The Conditional Relation between Beta and Returns in theHong Kong Stock Market. A Dissertation presented in part considerationfor the degree of MA Finance & Investment Degree.

Hodoshima, Jiro., Garza-Gomez, X. and Kunimura, M. 2000. Cross-sectionalregression analysis of return and beta in Japan. Journal of Economicsand Business. Vol. 52, pp. 515-33.

Husnan, Suad, dan Pudjiastuti, Enny. 2004. Dasar-dasar Teori Portofolio danAnalisis Sekuritas. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE.

Jones, Charles P. 2004. Investments: Analysis and Management. Ninth Edition.Danvers: Wiley.

Page 30: MENGUJI PENGARUH BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM …eprints.undip.ac.id/32608/1/JURNAL_SKRIPSI_DIO_(C2A007076).pdf · Dengan kata lain saham adalah suatu tanda penyertaan modal pada

30

Michailidis, Grigoris and Tsopoglou, Stavros. 2007. Beta and returns revisited.Evidence from international stock markets. Management ofInternational Business & Economic Systems. Vol 1, Issue 1, pp. 74-85

Paternoster, R., Brame, R., Mazerolle, P. and Piquero, A. 1998. Using TheCorrect Statistical Test For The Equality Of Regression Coefficients.Criminology. Vol. 36 No. 4, pp. 859-866.

Pettengill, G., Sundaram, S. and Mathur, I. 1995. The Conditional RelationBetween Beta and Returns. The Journal of Financial and QuantitativeAnalysis. Vol. 30 No. 1 March, pp. 101-116.

Reilly, Frank K, and Brown, Keith C. 2000. Investment Analysis and PortfolioManagement. Sixth Edition. Orlando: Dryden Press.

Solechan, A. 2009. Pengaruh Manajemen Laba Dan Earning Terhadap ReturnSaham (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Go Public di Bursa EfekIndonesia). Tesis (tidak diterbitkan). Semarang UNDIP.

Suharli, M. 2005. Studi Empiris Terhadap Dua Faktor yang MempengaruhiReturn Saham pada Industri Food and Beverages di Bursa Efek Jakarta.Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 7 No. 2 Nopember, hal.99-116.

Tang, G. and Shum, W. 2004. Beta and Returns Revisited: Evidence from TheKorean and Taiwan Stock Markets. Pacific-Basin Finance Journal.

Tang, G. and Shum, W. 2004. The Pricing Of Risky Assets In The Hong KongStock Market: New Evidence. Pacific-Basin Finance Journal.

Tang, G. and Shum, W. 2004. The Risk-Return Relations in the Singapore StockMarket. Pacific-Basin Finance Journal.

Theriou, N., Aggelidis, V. and Maditinos, D. 2004. Testing The Relation BetweenBeta and Return in the Athens Stock Exchange. Managerial Finance.Vol. 36 No. 12, pp. 1043-1056.

Tjahjo, Eko.H. 2003. Analisis Anomali Price to Earning Ratio dan Beta SahamSerta Pengaruhnya Terhadap Return Saham (Studi Empiris PadaBursa Efek Jakarta). Tesis (tidak diterbitkan). Semarang UNDIP.

Verma, Rahul. 2011. Testing forecasting power of the conditional relationshipbetween beta and return. The Journal of Risk Finance. Vol. 12 No. 1,pp. 69-77

Wu, Xinxin. 2006. An Empirical Test of CAPM: Evidence from Shanghai StockExchange 2001-2005. A Dissertation presented in part consideration forthe degree of MA Finance & Investment Degree.

Yuningsih, I., and Yudaruddin, R. Pengaruh Model Tiga Faktor terhadap ReturnSaham. Akuntabilitas. Vol. 7 No. 1 September, hal. 79-84.


Recommended