+ All Categories
Home > Documents > M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

Date post: 06-Mar-2016
Category:
Upload: money-and-i-communication
View: 230 times
Download: 5 times
Share this document with a friend
Description:
M&I Vol 30 Jun-Jul 2012
Popular Tags:
39
1 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 ISSN: 2087-5975 www.money-and-i.com SIMON PURWA Grow With Business Around Him Christina Prapmika Smart Girl Who Lives Between Fashion, Singing & Modelling Special Report : Bali International Triathlon 2012 Vol. 30 Jun -Jul 2012
Transcript
Page 1: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

1Vol. 30 | Juni - Juli 2012

ISSN: 2087-5975

www.money-and-i.com

SIMON PURWAGrow With Business Around HimChristina PrapmikaSmart Girl Who Lives Between Fashion, Singing & Modelling

Special Report : Bali International Triathlon 2012

Vol. 30 Jun -Jul 2012

Page 2: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

2 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 3Vol. 30 | Juni - Juli 2012

It doesn’t get any better than sharing a meal at Starfish Bloo while looking out over the Indian Ocean. Take a different approach; Pan Asian cuisine

infused with Western techniques that bring together unexpected taste sensations. Settle in and enjoy. Sunsets are free.

Sunday Brunch @ Starfish BlooDive into a multitude of tastes with endless options of sushi & oysters, dim sum

& curries, carving & satay stations and more! Our resident DJ whips up some tunes while the kids are entertained by our Recreation Team.

12.00PM - 3.30PM

Lunch With A ViewFrom Monday thru Saturday, choose from our delectable 3-course set

menu and receive one complimentary cocktail smash, a glass of wine or an ice cold San Miguel.

12.00PM - 3.00PM / Three course set menu including one beverage.

STARFISH BLOOJL. PETITENGET, SEMINYAK, KEROBOKAN, DENPASAR, BALI

T: +62 361 4738 106 E: b&[email protected]

EXPLORE WHOTELS.COM/BALISEMINYAKFACEBOOK.COM/WRETREATBALI

TWITTER @WBALI

RAW. RARE. NAKED.

STARFISH BLOO WAS NOMINATED FOR :

SFB@BPR Lestari.indd 1 7/7/12 10:58 AM

Page 3: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

4 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 5Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Page 4: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

6 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 7Vol. 30 | Juni - Juli 2012

36

8 FROM THE EDITOR

12 QUOTES OF THE MONTH

13 PIN UP

14 Event Arisan Lestari & Lestari Berbagi

18 Market ResearchNilai Bisnis Piala Eropa 2012

20 Road To WealthGreed

22 OutlookPasar Hotel di Bali

24 Info PropertyUbud sebagai investasi property di Bali

26 Note From the GuruMenimbang Kektuatan Kelas Menengah di Indonesia

32 Special ReportBali International Triathlon 2012

42 CommunityDapur Olah Kreatif

46 Lestari FirstSector Bar & Restaurant

50 Smart FamilyDelay Pesawat selama 3 Jam

52 LiteratureThe 3rd Alternatif

58 InsightDuit Menganggur, No Way!

60 Lestari InstituteKomunikasi Efektif

62 SocialitaChristina Prapmika Jayanti

66 Front of MindChris Gardner

70 Growth StrategiesWhat Nedds To Be Done

72 Notes From A FriendsUMR

74 InspirationToy Show 2012

Tourism is a new religion. Inilah “agama” baru bagi kalangan kelas menengah, traveling ke pelosok negeri mencari

destinasi baru sebagai pelepas penat. Pelaku industri dengan jeli melihat peluang ini dan berlomba menggaet konsumen, berbagai promosi dilakukan, ajang-ajang digelar dan berbagai upaya dilakukan untuk peningkatan industri pariwisata Bali. Kami membahasnya secara detail pemetaan pasar industri emas tersebut saat ini.

SPECIAL FEATURE

contentsJuni - Juli 2012 | Volume 30

28

Cover Photography by Gus Baruna

Interview with Simon PurwaGrow With Business Around Him

Page 5: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

8 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 9Vol. 30 | Juni - Juli 2012

PUBLISHERAlex P. Chandra

MARKETING COMMUNICATION

I Putu Agus Ariawan

PUBLIC RELATIONWahyu Sari Pande

MANAGING EDITORArif Rahman

CONTRIBUTORSAlex P. Chandra • Hermawan Kartajaya • Pribadi BudionoI Made Wenten B. • Suzanna Chandra • Yuswohady • Hary Susanto

MANAGING SUPPORTAnton HPT

CONTENT EDITORKinan Setya

DESIGNBonavertus

MARKETINGAan Evarudin

CIRCULATIONLodji Hartawan

PHOTOGRAPHYGus Baruna

Alamat Redaksi:PT. BPR SRI ARTHA LESTARIJl. Teuku Umar 110 DenpasarT. (0361) 246706 F. (0361) 246705

E. [email protected] [email protected] Sales & Marketing for AdvertisementT. 0361 7843244www.money-and-i.com

MANAGEMENT

EDITORIAL

SUPPORTED BY

Editor’s Note

Bulan Juni dan Juli menjadi satu dari dua kali periode peak season di Bali. Sekalipun

berbeda dengan puncak liburan Natal dan tahun baru yang didominasi oleh wisatawan asing, periode pertama liburan ini, Bali diserbu oleh wisatawan lokal, sehingga tetap saja rupiah akan mengalir deras. Hebatnya tahun ini sedikit istimewa, karena periode peak season yang diperkirakan akan lebih panjang sampai dengan Agustus dan bahkan awal September. Hal ini karena dari liburan sekolah, akan berlanjut ke liburan lebaran, dan di Bali sendiri akan bersambung ke libur Galungan dan Kuningan.

Itulah sebabnya pada volume kali ini kami di redaksi memberikan perhatian lebih pada geliat industri pariwisata

Arif RahmanManaging Editor, Money & I

Peak Seasondi Bali, di rubrik special feature kami menyampaikan kabar update akan pemetaan pariwisata Bali yang fantastis dan berhasil memikat investor asing untuk datang dan berujung pada aset properti yang mengalami kenaikan tinggi. Sudah bukan rahasia lagi bahwa harga tanah di Bali melesat kencang selama beberapa tahun terakhir. Untuk memperkuat pemetaan tersebut, kami pun mewawancarai sosok muda yang bisnisnya memiliki kontribusi besar bagi perkembangan pariwisata Bali.

Namanya Simon Purwa, generasi kedua dari perintis bisnis tours & travel KCBJ, yang mulai beroperasi dengan produk ticketing, dan saat ini telah melebarkan sayap bisnisnya hingga ke villa dan tours travel. Simak interview kami dikantornya yang penuh dengan miniatur pesawat terbang bentuk apresiasi dari berbagai kolega dan partner bisnisnya untuk KCBJ. Kami juga menyertakan special report dari ajang Bali Triathlon ke 6 yang berlangsung di Jimbaran, dengan sebuah keberhasilan bagi tim yang disponsori oleh BPR Lestari meraih posisi ketiga disalah satu kategori yang diikuti. Semoga reportase kami bisa menghadirkan wacana lebih bagi Anda akan industri pariwisata Bali, dan upaya apa yang selayaknya kita lakukan untuk membawa industri ini kian bersinar. Selamat membaca!

Jabat Erat,Arif Rahman

Send your letter to PT BPR Sri Artha Lestari, Jl. Teuku Umar 110 Denpasar or mail to M&I Magazine: [email protected]

Page 6: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

10 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 11Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Advetorial

Page 7: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

12 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 13Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Pin Up

“Making money isn’t hard in itself...What’s hard is to earn it doing something worth devoting one’s life to.” Carlos Ruiz Zafón, The Shadow of the Wind

13Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Rejeki yang

dilimpahkan

Tuhan selalu

diberikan kepada

mereka yang

bekerja lebih

keras”

Chairul Tanjung saat peluncuruan bukunya Chairul Tandjung si Anak Singkong.

Kita tidak punya

cukup waktu

untuk belajar

dari kesalahan

diri sendiri, maka

belajarlah dari

kesalahan orang

lain”Mario Teguh dalam serial regulernya Golden Ways di Metro TV

Bahkan pemimpin

paling radikal di

Yunani saat ini tidak

bicara soal keluar

dari Zona Eropa,

karena tetap berada

didalam adalah

prospek terbaik”

Charles Dallara, Dirut Institute of Internastional Finance

Page 8: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

14 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 15Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Event

Masih ramai .. masih seru ..dan masih bertaburan hadiah...

Inilah gambaran Arisan Lestari Supermom seri kedua yang berlangsung di Sanur Paradise Hotel tanggal 4 Juli lalu. Tetap dimeriahkan dengan tarian salsa dan pameran produk, tetap menghadirkan narasumber dengan topik menarik

sebagai pembicara dalam seminar, dan tentu saja dengan acara puncak penarikan arisan dan undian doorprize. BPR Lestari sebagai sponsor utama acara ini memberikan doorprize paket liburan 3 hari 2 malam di Singapura.

Jika di acara arisan sebelumnya topik yang diangkat adalah Building Wealth Through Bali Property dengan narasumber pakar pemasaran dan investasi Tony Eddy, maka arisan kedua kemarin menghadirkan dr. Kadek Sugiharta, SP. OG dari rumah sakit Bali Med. Topik yang diangkat berkaitan dengan kesehatan perempuan dalam aktivitasnya, khususnya bagi mereka yang sudah berusia diatas 40, karena bagaimana pun peran wanita diusia tersebut telah mengalami berbagai perubahan hormonal, yang biasanya akan berdampak secara psikologis yang jika tidak dikelola dengan tepat, maka aktivitas perempuan aktif bisa jadi kontraproduktif. Dalam seminar tersebur dr. Kadek Sugiharta, SP. OG menyampaikan bagaimana perempuan sebenarnya bisa menyiasati segala keterbatasan tersebut dengan cara-cara tertentu, sehingga tetap aktif dan bahkan makin produktif sekalipun usia telah memasuki kepala empat.

Tentu saja referensi ini menjadi ilmu yang berharga bagi peserta arisan yang memang notabene adalah para mommy, dan bisa mengenal sejak dini apa yang harus dilakukan agar tetap mencapai performa terbaiknya kapan dan diusia berapa saja.

Lewat acara ini juga, para peserta arisan menjadi saling kenal antara satu dan lainnya, saling berbagi dan menambah jaringan. Ibu-ibu bisa memanfaatkan momen ini untuk saling bercerita tentang pertumbuhan si buah hati dengan ibu lainnya, atau bahkan mengembangkan proyek baru karena bertemu dengan partner yang tepat. Tidak berlebihan untuk menyebut acara ini sebagai sarana networking antar para ibu. Membangun relasi, sehat dengan salsa, dapat tiket liburan ke Singapura dan berbagai doorprize menarik, sampai dengan wacana seminar yang menambah pengetahuan menjadikan kegiatan ini sebagai arisan paling komplet.

Supermom Seri ketiga masih akan digelar pada bulan September nanti, So, para mommy, masih belum terlambat untuk turut merasakan kemeriahan dan mendapatkan berbagai hadiah menarik, buruan gabung!

How to Keep Healthy and Active When You Are Over 40

Supermom Series

Arisan Lestari

Page 9: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

16 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 17Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Event Event

Sebagaimana telah terjalin pada tahun-tahun sebelumnya, tahun ini BPR Lestari kembali menunjukkan komitmennya untuk berperan

aktif dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat disekitarnya, lewat program Lestari Berbagi, BPR Lestari yang bekerja sama dengan K3S [Koordinator Kegiatan Kesejahteraan Sosial] kota Denpasar, memberikan bantuan alat kesehatan kepada warga kota Denpasar yang membutuhkan.

Kegiatan yang dipimpin langsung oleh ketua K3S ibu walikota I.A Selly D. Mantra, berkunjung kesejumlah rumah warga untuk memberikan bantuan kursi roda dan alat bantu dengar, sumbangan dari BPR Lestari dengan nilai total hingga Rp. 100 juta, dan dibagikan kepada 9 warga yang membutuhkan, enam diantaranya bantuan kursi roda dan tiga lainnya untuk alat bantu dengar.

Prosesi penyerahan alat-alat kesehatan yang berlangsung pada tanggal 25 Juni 2012 tersebut berjalan baik mulai pagi hingga tengah hari. Sekalipun sempat

diwarnai hujan gerimis, kegiatan ini berjalan dengan lancar.

Warga yang menerima bantuan tampak semangat, mereka yang sebelumnya mengalami gangguan pendengaran, sudah mulai bisa menangkap suara ketika alat bantu dengar dipasang langsung oleh ibu walikota kepada seorang nenek yang mengalami gangguan pendengaran, demikian pula dengan mereka yang sudah tidak sanggup berjalan, bisa melakukan aktivitasnya lebih mudah dengan adanya kursi roda.

Kegiatan ini menjadi bentuk kerjasama antara pemerintah dan sektor swasta yang sanggup memberikan dampak positif bagi masyarakat yang membutuhkan. Kedepan program Lestari berbagi ini akan tetap dilakukan oleh BPR Lestari sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap masyarakat dan lingkungan, serta turut berperan sebagai perusahaan yang berbasis human spirit untuk masyarakat banyak.

Program Lestari Berbagi

K3S dan BPR Lestari

Memberikan Kursi Roda dan Alat

Bantu Dengar Ke Masyarakat

Page 10: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

18 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 19Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Market Research Market Research

Jatah menjadi tuan rumah pagelaran event olahraga selalu menjadi rebutan, saat ini saja, negara yang sudah berancang-ancang untuk mencalonkan diri menjadi tuan rumah piala Dunia, piala Asia atau Eropa bahkan Olimpiade sudah antre dari berbagai belahan benua, termasuk salah satunya Indonesia. Pasalnya jelas, bukan

hanya gengsi yang akan mengangkat suatu negara menjadi lebih moncer dimata dunia, namun juga keuntungan finansial yang bisa diraup para tuan rumah.

Jatah menjadi tuan rumah pagelaran event olahraga selalu menjadi rebutan, saat ini saja, negara yang sudah berancang-ancang untuk mencalonkan diri menjadi tuan rumah piala Dunia, piala Asia atau Eropa bahkan Olimpiade sudah antre dari berbagai belahan benua, termasuk salah satunya Indonesia. Pasalnya jelas, bukan

hanya gengsi yang akan mengangkat suatu negara menjadi lebih moncer dimata dunia, namun juga keuntungan finansial yang bisa diraup para tuan rumah.

Total perkiraan pendapatan komersial yang dikantongi UEFA sebagai penyelenggara Euro 2012 dari 31 pertandingan. Sebagai informasi komparasi, dalam ajang Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, FIFA mendapatkan pendapatan US$ 3,6 miliar dari 64 certandingan. Laba bersih UEFA dari Euro 2012 diperkirakan akan sedikit lebih rendah dari laba Euro 2008 yang mencapai US$ 394 juta.

Rata-rata jumlah penonton (audience) televisi yang menyaksikan setiap pertandingan Euro 2012, jumlah yang fantastis dan mengangkat rating acara tersebut kian tinggi dan memaksa televisi membayar mahal untuk hak siar dan pemasangan iklannya.

Sementara untuk final, maka audience yang menyaksikan berada pada kisaran 237 juta orang.

Rata-rata pendapatan UEFA dari setiap pertandingan yang dihelat selama Euro 2012. Angka ini kalah tipis dari rata-rata perolehan pertandingan FIFA di Afrika Selatan yang mencapai US$ 56,7 juta.

Dana yang akan dibagi-bagikan UEFA sebagai uang partisipasi dan hadiah kepada 16 tim negara peserta Euro 2012. Ini alasan selain gengsi, mengapa para negara peserta begitu ngotot ikut masuk dan terlibat di even tersebut.

Maksimal uang yang bisa diperoleh sebuah tim jika berhasil mengangkat trofi Euro 2012 dan memenangi semua pertandingan. Spanyol, pada saat juara Piala Dunia 2010 lalu mendapatkan uang sebesar US$ 30 juta.

Nilai dana yang akan dibagi-bagikan UEFA sebagai kompensasi kepada klub sepakbola yang melepas pemainnya mengikuti Euro 2012. Hal ini terjadi karena pemain memiliki ikatan kontrak dengan klub, sehingga asosiasi merasa perlu memberikan kontribusi sejumlah dana. Namun pada Piala Dunia 2014 di Brazil, FIFA hanya akan membagikan dana sekitar US$ 70 juta kepada klub yang melepas pemainnya. Padahal, total jumlah pemain yang terlibat dua kali lipat pemain di Euro 2012.

Ini adalah setoran sebesar 1% dari hasil penjualan 1,4 juta tiket pertandingan yang akan didapatkan oleh FIFA. Sebagai induk sepak bola dunia yang juga membawahi UEFA.

Perkiraan total pendapatan UEFA dari 51 pertandingan Euro 2016 di Prancis yang akan melibatkan 24 tim.

Nilai BisnisPiala Eropa 2012

Data paling gress bisa kita lihat pada pagelaran piala Eropa 2012 yang baru berakhir, persaingan 16 negara peserta ditengah keceriaan para supporter yang menjadi daya tarik mengangkat Euro 2012 sebagai even eksklusif. Bahkan di tengah krisis di sebagian besar wilayah Eropa, tetap saja uang miliaran dolar Amerika berputar dengan kencang, dan diyakini akan menjadi pemicu berputarnya perekonomian secara makro. Berikut ini rincian beberapa angka hasil rangkuman Associated Press yang menghitung menggunakan asumsi untuk menggambarkan nilai bisnis Euro 2012.

Data paling gress bisa kita lihat pada pagelaran piala Eropa 2012 yang baru berakhir, persaingan 16 negara peserta ditengah keceriaan para supporter yang menjadi daya tarik mengangkat Euro 2012 sebagai even eksklusif. Bahkan di tengah krisis di sebagian besar wilayah Eropa, tetap saja uang miliaran dolar Amerika berputar dengan kencang, dan diyakini akan menjadi pemicu berputarnya perekonomian secara makro. Berikut ini rincian beberapa angka hasil rangkuman Associated Press yang menghitung menggunakan asumsi untuk menggambarkan nilai bisnis Euro 2012.

US$ 1,6 Miliar

150 Juta

237 Juta

US$ 51,6 Juta

US$ 244 Juta

US$ 23 Juta

US$ 124 Juta

US$ 51,6 Juta

US$ 2,6 Miliar

Page 11: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

20 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 21Vol. 30 | Juni - Juli 2012

kabur membawa uang kliennya. Dia tahu pasti, pada satu titik, perusahaannya tidak akan mampu membayar hasil investasi seperti yang dijanjikannya.

Saya mencoba memperingatkan beberapa teman jangan berinvestasi di Balicon. Namun saya tidak tahu apakah nasihat saya diperhatikan atau tidak.

Ternyata PT. Balicon ini persis seperti yang saya perkirakan. Dan akhirnya dibubarkan secara paksa. Berapa uang klien yang tidak terbayar tidak jelas jadinya.

Sebelumnya Bali digegerkan oleh scheme yang sama yang dijalankan oleh Koperasi Karangasem Membangun (KKM). Miliaran uang rakyat raib.

Bapak/Ibu sekalian, ponzi scheme adalah modus penipuan yang sudah tua. Sudah puluhan tahun. Korbannya sudah banyak. Namun misterinya adalah kenapa masih banyak juga yang tertipu.

Bapak/Ibu sekalian, penyebabnya adalah banyak orang ingin kaya secara mudah dan cepat. Dalam kesempatan ini saya pastikan sukses instan seperti itu tidak ada. Jangan percaya jika ada yang menjanjikan “menjadi kaya secara cepat”, “investasi hasil berlipat ganda”.

Namun ketika seseorang yang ingin kaya secara cepat, ingin investasi yang mudah namun hasil cepat, bertemu dengan janji ‘penipu’, keserakahan mengalahkan logikanya. When greed is upon us, our logic is going down.

Wealth Creation ataupun penciptaan kekayaan bukanlah sebuah misteri, prosesnya dapat dipelajari. Kolom ini, seperti namanya Road To Wealth, diantaranya mencoba mengurai proses penciptaan kekayaan. Prosesnya dapat diamati dan ditiru, namun tidak ada yang namanya kaya secara instan.

Jadi Bapak/Ibu sekalian, berhati-hatilah jika keserakahan kita mulai merasuk. Ingat jika kita serakah, akal sehat kita menurun. Baru-baru ini di Bali ada lagi institusi yang menawarkan investasi yang mirip-mirip walaupun dibungkus dengan skema yang sedikit berbeda. Akankah kita tertipu lagi ?

Semoga bermanfaat.

Saya meradang. Saya menegur pihak panitia supaya berhati-hati. Namun nasi sudah menjadi bubur. Akibatnya saya tidak mau lagi menjadi sponsor acara-acara yang diadakan oleh EO tersebut. Terlalu riskan buat saya.

Mengapa demikian ?

PT. Balicon menawarkan investasi yang luar biasa bagusnya. Janji return lebih dari 5% sebulannya, bahkan hampir 10% sebulan, 120% setahun. Dan bisa saya pastikan, scheme PT.Balicon itu adalah Ponzi Scheme.

Ponzi Scheme adalah skema membayar hasil investasi klien dengan menggunakan setoran klien baru. Jadi hasil investasi yang 5% tadi akan dibayarkan oleh investasi klien baru. Demikian seterusnya. Sistem ini akan berjalan terus. Para early investor memang akan mendapatkan hasil investasinya. Sehingga mereka menjadi percaya, dan menganggap investasinya benar-benar mendapatkan hasil yang bagus.

Para early investor ini yang sudah mendapatkan hasil akan menjadi promotor untuk mengundang klien-klien investor baru. Dia akan mengajak tetangganya dan kawan serta sanak saudaranya. Dan hasil yang diterimanya menjadi cerita sukses, memberikan bukti bukan janji. Tidak jarang para early investor ini akan melipat gandakan investasinya dengan iming-iming akan mendapatkan hasil yang lebih besar lagi nantinya.

Sistem ini akan berjalan terus, sampai terkumpul sejumlah dana yang cukup besar. Setelah itu dapat dipastikan, pemilik perusahaan investasi tadi akan

Road to Wealth Road to Wealth

Alex P. ChandraCEO BPR Lestari

Pada suatu ketika, BPR Lestari pernah mensponsori seminar yang waktu itu pembicaranya adalah James Gwee. Acaranya

bagus, audience nya membludak. Saya senang dengan James Gwee. Menurut saya dia adalah salah satu speaker terbaik di Indonesia.

Namun sayangnya di acara itu, panitia mendapat sponsor pula dari PT. Balicon, perusahaan investasi yang berkedok asuransi. BPR Lestari adalah sponsor utama dari acara itu, namun saya tidak bisa menghalangi panitia mendapatkan sponsor dari pihak lain. Di balik brosur dimana BPR Lestari menjadi sponsor itu, tercetak tawaran investasi dari PT. Balicon tersebut.

Greed

“When your greed control

you, your logic is down”

Page 12: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

22 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 23Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Outlook Outlook

Peristiwa bom Bali I dan II, diikuti dengan travel warning dari berbagai negara terkait isu virus SARS

dan Flu Burung, menjadi fase declyning bagi industri pariwisata khususnya Bali. Tidak terhitung jumlah PHK dan gulung tikarnya berbagai entitas bisnis karena peristiwa tersebut. Namun tidak butuh waktu lama bagi industri di pulau Dewata ini kembali menggeliat, berbagai award selama tujuh tahun terakhir mengukuhkan pulau kecil ini sebagai salah satu destinasi terbaik dunia. Bukan hanya untuk liburan, perlahan Bali mulai

Menariknya, dengan bertambahnya supply, tidak serta merta menurunkan tarif, justru sebaliknya, sepanjang 2011 Knight Frank mencatat dalam US Dolar rata-rata hotel bintang 3, 4 dan 5 mencapai US$112,21 atau kira-kira Rp. 1,1 juta dengan kurs Rp. 9.043 per US Dolar) ini artinya pertumbuhan sekitar 8,5% jika dibandingkan dengan tahun 2010. Dengan okupansi tertinggi jika dibandingkan dengan hotel berbintang lainnya, tarif kamar rata-rata untuk hotel bintang lima mencatat pertumbuhan terbesar sekitar 11,9% dibandingkan periode yang sama 2010.

Salah satu perhelatan besar terdekat adalah APEC 2013, diperkirakan akan ada tambahan pasokan hotel baru sebanyak 7.109 kamar dari total 41 proyek yang saat ini sedang dibangun di Bali. Dari jumlah itu, 4.508 kamar atau sekitar 63,4% dari total pasokan baru tersebut menurut rencana akan mulai beroperasi 2012 tahun ini. Proporsinya, hotel bintang 5 mengambil jatah terbesar sekitar 36%, diikuti bintang 4 sebanyak 32% dan bintang 3 sebanyak

Pasar Hotel di Bali:Menjelang APEC 2013 & Kenaikan Wisatawan, Pembangunan Hotel Semakin Melejit

menjadi tempat untuk melakukan MICE [meeting, incentive, convention & exhibition] layaknya Singapura. Salah satunya adalah event Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) tahun 2013 nanti.

Dengan terus meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan domestik dan asing ke Bali, mendorong pengembang terus melakukan pembangunan hotel dan resort. Riset Knight Frank mengungkapkan pasokan hotel di Bali pada periode 2010-2011 tumbuh 10% dengan penambahan kamar hotel sebanyak 1.850 kamar, dimana hotel bintang lima

masih mendominasi pangsa pasar, yakni sebesar 48% [10.099 kamar hotel].

Dari jumlah itu, Kuta merupakan daerah dengan jumlah kamar terbanyak untuk hotel bintang 3 dan 4, atau masing-masing sebanyak 2.450 kamar dan 3.119 kamar. Sedangkan kawasan Nusa Dua membukukan jumlah kamar terbanyak untuk hotel bintang 5, yakni 3.367 kamar. Sementara itu, kawasan lainnya seperti Sanur, Tanjung Benoa, Seminyak, Jimbaran dan Ubud juga menunjukkan dominasi supply hotel terutama untuk kelas bintang 5.

31%. Namun secara keseluruhan, hotel berbintang 4 mendominasi pangsa pasar pasokan baru, yakni sebesar 41,1% diikuti bintang 3 dan 5 masing-masing 31% dan 27,8%.

Namun pertumbuhan jumlah kamar hotel ini ternyata menimbulkan kekhawatiran terjadinya perang harga dan persaingan tidak sehat, karena Bali dinilai cukup memiliki 45.408 kamar hotel yang sanggup menampung wisatawan yang berlibur ke Bali. Jumlah akomodasi di Bali tahun 2010 mencapai 2.190 unit dengan 45.408 kamar. Angka tersebut

terdiri dari hotel berbintang 158 unit dengan total kamar 20.558, hotel melati 1.036 unit dengan total kamar 20.410 serta pondok wisata 996 unit total kamar 4.440. Hingga 2011 jumlah kamar hotel di Bali telah mencapai angka 55.000 kamar lebih.

Wacana moratorium untuk menghentikan pembangunan hotel juga sempat mengemuka beberapa tahun terakhir, namun dengan sistem pasar bebas saat ini, maka rasanya ide moratorium tersebut tidak sejalan dengan semangat liberalisasi pasar. Direktur Eksekutif Asosiasi Hotel Bali (BHA), Djinaldi Gosana menyampaikan agar harga kamar hotel akan tetap kompetitif di Bali, maka hotel-hotel baru diminta untuk membuka pasar baru bagi destinasi wisata Bali. Dengan adanya tambahan kamar baru tantangannya menjadi semakin kompleks dalam upaya menjaga harga kamar hotel di Bali agar tidak dijual terlalu murah. ‘’Pasar baru yang memungkinkan untuk digarap antara lain India, Timur Tengah dan Amerika Selatan,’’ tandasnya.

Jumlah pasokan hotel baru tahun 2012-2013

Tarif Hotel di Bali

Distribusi pasokan hotel di Balimenurut klasifikasi bintang

Distribusi pasokan hotel di Bali berdasarkan lokasi menurut klasifikasi bintang

Sumber: Knight Frank/ PT. Wilson Properti Advisindo & Elite Heavens

48%

28%

24%

Page 13: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

24 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 25Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Info Property Info Property

Property di Bali lagi HOT! Bukan cuma Kuta, Legian dan Jimbaran. Seminyak, Kerobokan, Umalas, Canggu, Echo Beach, Pererenan juga diincar oleh domestik investor dan International investor. Ubud yang tadinya

hanyalah ‘sleepy cultural town” beberapa tahun belakangan ini semakin popular dimata investor dan business people.

Kombinasi rice field yang teras siring, cool weather dan “arty crafty” plus spirit dari Ubud, menjadikan daerah ini semakin popular untuk “holiday” maker. Bahkan Julia Robert menemukan “love” di Ubud ini. Film Eat, Pray and Love menyuguhkan “the beauty and magic of Bali” kepada dunia.

Pertanyaan yang biasa dilontarkan kalau orang ke Bali, adalah mau pantai atau mau gunung. Kalau gunung, pilihannya adalah Ubud.

Dan sebagaimana layaknya hukum “supply dan demand”. Harga property sekitar terus didorong naik dengan sedemikian banyaknya ‘interest” terhadap daerah tersebut.

Sedangkan untuk “ego” kayaknya kok keren banget yaa punya Villa di Ubud.

Kampoeng Villa, Ubud - Your Pride and Joy In Ubud

Kampoeng Villa Ubud adalah sebuah Kluster 4 villas yang didesain sebagai residential villa atau longterm stay accommodation.

Lokasinya sangat strategis, dengan lingkungan “villa” yang sudah terbentuk, baik commercial rental villa maupun residential villa (yaitu untuk expat dan lokal yang memilih Ubud sebagai rumah mereka di Bali), ataupun sebagai holiday home.

Sawah menghijau, sungai deras, pohon kelapa sekeliling, winding road (popular untuk biking road juga), udara sejuk, jauh dari keramaian tetapi hanya sekitar 10 menit untuk mencapai “keramaian desa Ubud” dengan café-café, restaurant dan mini market.Lokasinya “tucked away” dari hustle and bustle, dengan “valley” didepan property anda. It’s a million dollar view.

Menengok Ubud Sebagai

Investasi Property

di Bali

Kampoeng Villa Ubud, memang ditujukan untuk mereka, small to medium size investor, yang mau berinvestasi dan menikmati ‘booming’ property market di daerah tersebut.

Di Kampoeng Villa Ubud, ada 2 kombinasi potensi yang ditujukan untuk mendapatkan return, yang pertama adalah dari Cash Flow (yang berasal dari bisnis penyewaan villa sebagai holiday rental villa) dan Capital Gain (yang berasal dari nilai Villa tersebut yang meningkat karena adanya kenaikan harga tanah atau properties didaerah tersebut). Jadi ada cash flow dari bisnis dan ada capital gain dari apresiasi nilai villa.

Kampoeng Villa Ubud dapat dioperasikan sebagai rental villa dengan full team yang bertugas untuk menjalankan bisnisnya sebagai bisnis sewa menyewa villa. Mulai dari merawat villa, berkebun, membersihkan, ganti sprei, cuci piring, ganti kran yang bocor, cat ulang, ganti furniture, pokoknya semua maintenance dari villa. Kemudian ada full team yang melakukan marketing dan advertising untuk mendatangkan tamu-tamu ke villa tersebut dan melayani tamu supaya mereka betah dan balik lagi sambil membawa teman-temannya yang lain. Beberapa professional villa management dapat diajak bekerjasama untuk mengelola villa ini.

Kampoeng Villa Ubud, juga dapat digunakan sebagai “your private holiday home” atau sebagai residential villa.

Mengenai Capital Gain dari apresiasi harga atau nilai property, sebagai background saja, tanah sekitar area Ubud tersebut harganya naik 100% dalam kurun waktu 3 tahun terakhir. Sebidang tanah dilokasi sekitar, nilainya 13 kali lipat dibandingkan 10 tahun yang lalu (ini pengalaman pribadi yaaa).

Silahkan hubungi 081916 268 868 untuk informasi lebih lanjut.

Note : Pada saat ini hanya 3 unit villa available for sale. Leased hold 30 tahun.

Gambar: www.youonlyliveonce.com.au

Page 14: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

26 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 27Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Perkembangan kelas menengah di Indonesia boleh dibilang fenomenal. Dari tahun ke tahun selalu mengalami pertumbuhan. Kelas menengah inilah yang sekarang ini menjadi kekuatan nyata bagi dinamika bisnis dan

sosial Indonesia.

THE WHY: The Three Reasons and The Four Faces

Ada tiga hal yang menarik untuk dikaji di awal pembahasan ini. Pertama, tentang pengertian middle class yang sebenarnya lebih banyak dipakai para politisi

Note from The Guru

Hermawan KartajayaAsia’s Leading Marketing Strategiest & CEO of Markplus Inc

Menimbang Kekuatan Kelas Menengahdi Indonesia

penduduk terakhir yang dilakukan BPS tahun 2010 yang menemukan bahwa saat ini presentase urban area di Indonesia sudah mencapai 52%. Dapat dikatakan bahwa Indonesia itu bukan lagi didominasi oleh rural area. Jadi jangan pernah berpikir bahwa Indonesia itu “ndeso”, karena sudah banyak desa yang memang sudah berubah jadi kota. Nah, kaum middle class yang tinggal di wilayah urban atau kota inilah yang perlu diperhatikan oleh para marketeers. Mengapa? Karena mereka tinggal di area yang dinamik dan interaktif serta didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai untuk mencapai gaya hidup yang mereka mau. Ditambah lagi dengan adanya konektivitas yang kuat sehingga mereka akan dengan cepat saling mempengaruhi satu dengan yang lain terutama dalam pola konsumsi dan brand yang disukai.

THE WHAT : The Three Realities and The Thirteen Urban-Centers

Ada stereotype yang salah bahwa Indonesia saat ini sama seperti pada jaman Pak Harto dulu, vertikal, otoritatif dan sentralistik! Semua pembangunan ekonomi ditetapkan dari Jakarta.

Semua gubernur bahkan sampai walikota dan bupati juga secara langsung atau tidak langsung ditunjuk oleh Pak Harto juga. Semua orang di luar Jawa harus berkiblat ke Jawa jika mau “selamat”. Pada saat itu, Bhinneka Tunggal Ika lebih memberat ke “IKA” nya,dalam arti Indonesia itu jadi hampir seragam pola budayanya walaupun akar budayanya berbeda.

Apakah hal ini berdampak pada pemasaran? Ya,semua strategi marketing juga jadi vertikal,otoritatif dan sentralistik. Kantor pusat menentukan segalanya sementara regional manager dan kacab hanya jadi middle managers atau bahkan do-ers yang siap menjalankan strategi pemasaran. Ajaibnya, It works! Ini bisa terjadi karena pasar-pasar di semua daerah masih relatif homogen.

Pada kenyataannya, kondisi itu sudah tidak sama lagi sekarang. Setelah empat belas tahun dan mengalami tiga presiden transisi, maka Indonesia berubah total terutama dalam era SBY-2 ini. Indonesia sekarang menjadi sangat horisontal,demokratis dan desentralistik.

Salah satu bukti yang paling kelihatan dari ke-Bhinneka-an Indonesia saat ini adalah dilihat dari pengeluaran pribadi per orang per bulan di setiap kota. Dapat kita lihat bahwa struktur middle class di Jakarta lebih beragam, dari yang paling irit sampai yang paling boros. Hal ini ternyata tidak sama dengan kondisi middle class di Medan yang lebih didominasi oleh mereka yang pengeluarannya tidak terlalu besar, sementara di Makassar lebih mirip Jakarta namun tidak banyak yang memiliki pengeluaran pribadi bulanan di atas Rp 12.500.000,- Perbedaan ini harusnya sudah cukup dapat mengingatkan kita bahwa daerah di Indonesia tidaklah sama satu dengan yang lainnya.

THE HOW : The Three Rationales and The Three Sub-Cultures

Setelah mengerti bahwa Indonesia itu sebenarnya mozaik, maka Indonesia bukanlah hanya the bigger Singapore atau the bigger Malaysia in term of market size. Indonesia memang merupakan the biggest middle class market in ASEAN, however the most complecated to understand too !You must go deeper and deeper to understand the real drivers behind it !Find the real drivers,touch them ! so the impact will be enormous !

Kami menemukan bahwa tiga sub-cultures penting yang akan menjadi the driver dari Indonesian middle class di urban ini . Ketiga sub-cultures tersebut adalah YOUTH, WOMEN, NETIZEN! Ini tidak lain karena makin meluasnya penggunaan internet baik yang fixed-line maupun mobile di Indonesia !

*Diadaptasi dari Majalah Marketeers

Kami menemukan bahwa tiga sub-cultures penting yang akan menjadi the driver dari Indonesian middle class di urban ini adalah YOUTH, WOMEN, NETIZEN!

di seluruh dunia untuk mengklaim keberhasilannya. Walaupun ada berbagai definisi, tapi sepertinya ada konsensus umum yang menyatakan bahwa yang disebut middle class di Indonesia adalah yang mereka yang mempunyai pengeluaran USD 2-USD 20 per hari per orang. Angka ini mengacu pada definisi World Bank bahwa sesorang yang pengeluarannya dibawah USD 2 per hari dianggap miskin dan di atas USD 20 sudah mulai “naik” ke kelas atas.

Situasi seperti itu cukup menguntungkan bagi pemasar karena pengeluaran dasar rumah tangga bisa di-share bersama sehingga disposable income yang jadi purchasing power keluarga bisa lebih besar. Jika sudah demikian, maka estimasi jumlah middle class yang katanya separuh penduduk Indonesia itu akan lebih besar lagi daya belinya.

Kedua, perlu disadari bahwa selain besar, middle class ini juga bertumbuh pesat! Tentu saja, karena kelompok inilah yang akan sangat antusias untuk terus meningkatkan taraf hidupnya dari hari ke hari. Tentu saja tidak dapat dipungkiri bahwa mereka yang sudah berada di kelas atas tetap akan terus bertambah kaya, hanya jumlahnya relatif sedikit dibandingkan middle class ini. Yang masih di bawah biasanya akan terus berusaha untuk naik walaupun terkadang masih belum tahu caranya dan belum punya akses untuk naik kelas.

Besarnya kelompok middle class di negara berkembang membawa keuntungan bagi negara tersebut. Tingkat pertumbuhan middle class yang lebih tinggi dari kelas di bawah atau di atasnya akan menjadi penyeimbang atau “bantalan” bagi kestabilan kondisi ekonomi dan politik suatu negara.

Ketiga, yang menarik lagi adalah hasil dari sensus

Note from The Guru

Page 15: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

28 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 29Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Special Feature

Tourism is a New Religion!Destinasi Baru Sangat Prospektif

penduduk yang tidak jauh berbeda dengan Bali, bahkan tidak memiliki sumber daya alam, namun negeri Singa ini mampu menggaet wisatawan asing untuk melakukan meeting, incentives, convention dan exhibition serta wisata hiburan disana.

Ada tiga hal yang setidaknya diyakini menjadi penyebabnya, pertama karena tidak adanya keunikan dalam promosi wisata, hal ini ditegaskan oleh Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bali, Gde Sumarjaya Linggih yang menyampaikan bahwa selama ini branding Bali Shanti yang dimiliki Bali belum kuat secara implementasi, sehingga perlu adanya kebijakan yang benar-benar mengangkat brand Bali tersebut. “Jika proses dan kebijakannya salah, maka implementasinya juga salah,” ungkapnya saat Brand Communication Workshop di Kantor Kadin Bali.Dalam kesempatan yang sama dosen senior London School of Public, Ermil H Thabrani juga mengatakan, untuk membuat brand, harus diketahui dulu apa relevansi dari potensi wilayah dengan audiens. Bahasa promosi Bali Shanti yang didengungkan juga dirasa masih terdengar abstrak dan sulit dipahami oleh orang asing, itu sebabnya bahasa promosi lewat proses branding harus dilakukan seksama, contoh adalah Yogyakarta dengan branding “Jogja Never Ending Asia”, terdengar lebih menggaung.

Kedua adalah otonomi daerah yang menjadikan setiap wilayah tingkat dua saling berkompetisi, tidak ada differensiasi dan positioning yang jelas antar kabupaten bahkan kecamatan. Satu daerah berhasil membangun villa dan menjual destinasi alam dan berhasil, kemudian diikuti oleh kabupaten lain yang ramai-ramai melakukan hal yang sama. Di China, mereka membagi wilayah pariwisatanya, Macau menjadi

Apa yang disampaikan tokoh dari Inggris tersebut semakin terasa nyata saat ini, berwisata bak sebuah agama, bukan lagi kebutuhan sekunder, namun merupakan kebutuhan pokok yang harus terpenuhi.

Bahkan tidak sedikit masyarakat khususnya dari kelas menengah yang memprioritaskan liburan keluar negeri daripada membeli rumah. Bandara membludak dan tidak lagi sanggup menampung calon penumpang, pelabuhan antre panjang terlebih pada periode liburan, hotel-hotel menolak tamu karena semua kamar terisi. Perputaran uang baik yang rupiah maupun valas berputar kencang ditengah dinamika globalisasi yang menghapus jarak dan batas.

Perubahan pesat ini bermuara dari kemajuan teknologi informasi yang pesat mengabarkan destinasi-destinasi baru ke seantero negeri dengan murah dan cepat, ditunjang dengan kemajuan teknologi dan sistem kompetisi transportasi yang menjadikan harga tiket pesawat terbang semurah tiket angkutan darat. Semua

ini adalah peluang khususnya bagi Bali, propinsi emas untuk kawasan pariwisata. Dengan lebih dari 15 kawasan wisata, 226 objek wisata dan terus bertambah, 32 tempat pertunjukan wisata dan 167 usaha tirta menjadi paket komplet yang ditawarkan pulau kecil ini.

Namun demikian, ternyata rangkaian mutu manikam Bali ini dirasa belum cukup istimewa untuk memanen devisa, hal ini terlihat jika dibandingkan dengan destinasi wisata lainnya dikawasan Asia. Yang paling klise adalah Singapura, dengan luas dan jumlah

tempat judi, Hongkong untuk wisata modern dan China daratan untuk objek wisata tradisional. Bali sangat mungkin untuk melakukan hal yang sama, misalkan menjadikan Kuta dan Legian sebagai kawasan wisata modern sementara Ubud dengan wisata tradisionalnya, kemudian masing-masing titik daerah wisata tersebut memiliki brand yang kuat sebagai bahasa promosi yang bisa didengungkan untuk menonjolkan masing-masing keunikan daerah wisata tersebut.

Faktor ketiga, agar daerah wisata seperti Bali mengalami pertumbuhan yang ekselen adalah dengan menghadirkan destinasi baru. Selama ini yang kerap terjadi, pemerintah dan pengusaha hanya fokus pada destinasi wisata yang sudah ada saja, kalaupun ada yang baru, jumlahnya tidak banyak. Dan ironisnya, begitu ada destinasi wisata baru, destinasi lama seolah terlupakan. Hal ini menjadi peluang bagi daerah wisata lain untuk menggaet wisatawan, katakan saja Lombok yang terus berbenah dan berhasil menyita perhatian turis untuk berkunjung ke pulau tersebut.

Masih banyak yang harus dibenahi saat ini dan menjadikan industri pariwisata sebagai lumbung emas kesejahteraan rakyat Bali. Karena bagaimanapun juga, dampak positif dari industri ini sangat besar bagi semua kalangan, dari villa dan hotel-hotel mewah, sampai ke losmen dan hotel melati, dari restauran mewah sampai dengan warung tradisional, dari modern retail store sampai dengan pedagang asongan, semuanya memperoleh berkah dari manisnya industri ini, belum lagi jika kemudian ada investasi yang ditanamkan oleh para wisatawan, maka secara makro pun perekonomian akan mengalami pertumbuhan. Ini saatnya berbenah, untuk menjadikan pariwisata Bali kian menggeliat.

“In the middle ages people were tourists because of their religion, where as now they are tourist because tourism is their religion”

~ Robert Runcie

Special Feature

Page 16: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

30 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 31Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Special Feature Special Feature

Ada tiga faktor yang menjadi penyebab selama beberapa tahun terakhir perkembangan industri pariwisata Bali menjadi demikian

perkasa, pertama karena agenda APEC 2013. Kedua, bertumbuhnya dengan pesat kelompok pasar kelas menengah baru yang hobi traveling, dan terakhir perubahan orientasi kunjungan ke Bali. Ketiga faktor tersebut dapat dilihat secara detail pada hasil research Knight Frank yang dirilis bulan Februari lalu. Untuk kelompok pasar kelas menengah baru misalkan, kita bisa melihat dari jumlah total kedatangan penumpang

Dari pertumbuhan rata-rata kenaikan kunjungan wisman setiap tahun, pada periode tahun 2001-2011 sebesar 8,7%. Jumlah kumulatif kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali periode bulan Januari-Desember 2011 naik sebesar 9,73% atau menjadi 2.826.709 orang dibandingkan periode yang sama tahun 2010 sebesar 2.576.142 orang. Bali masih menunjukkan jumlah total

Kunjungan Ke Bali, Saat Ini Bukan Semata Untuk LiburanPemetaan Pasar Industri Pariwisata Bali

kunjungan wisman yang tertinggi dibandingkan dengan pintu masuk lainnya di Indonesia.

Kedatangan turis asing dari ASEAN dan Asia-Pasifik masih mendominasi pasar sebanyak 71% disusul oleh Eropa (24%) dan Amerika (5%). Meskipun jumlah kedatangan turis asing dari Eropa cenderung turun akibat ancaman krisis Eropa semenjak dua tahun lalu, namun kenaikan jumlah kedatangan turis asing dari Asia-Pasifik masih mampu mengimbangi dan justru menunjukkan kenaikan laju pertumbuhan secara keseluruhan. Selama tahun 2011, turis asing dari negara Australia, China, Jepang, Malaysia dan Taiwan menempati posisi tertinggi dalam jumlah kedatangan.

Turis dari Australia melonjak sebesar 22,85%, turis dari China, Amerika Serikat dan Rusia juga mencatat peningkatan masing-masing sebesar 20,28%, 29,86% dan 16,15% jika dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya. Namun untuk turis Jepang, sekalipun menduduki posisi tertinggi ketiga dari segi jumlah kedatangan justru turun drastis sebesar 25.62%

Dan tahun 2011 lalu menunjukkan data yang menarik, yakni selain berlibur sebagai tujuan utama wisatawan datang ke Bali, -walaupun menurun dari 68,20% pada tahun 2005 menjadi 57,11% pada tahun 2011-, rupanya menjadikan Bali untuk tujuan bisnis atau MICE (Pertemuan, Insentif, Konvensi & Pameran) meningkat menjadi 32,65% pada tahun 2011 dari sebelumnya 12,84% pada tahun 2005. Ini adalah pencapaian yang cukup baik mengingat selama ini Singapura banyak mengandalkan strategi ini untuk menarik wisatawan.

angkutan udara baik domestik dan internasional ke Bali yang tumbuh rata-rata sebesar 10,3% per tahun pada periode tahun 2001-2011.

Namun kali ini yang lebih menarik, rasio jumlah kedatangan penumpang domestik selama tahun 2011 kembali menggeser jumlah penumpang internasional asing setelah 3 tahun sebelumnya didominasi oleh penumpang internasional, hal ini menunjukkan besarnya potensi pangsa pasar turis domestik yang terdiri dari kelompok pasar kelas menengah.

20052011

Page 17: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

32 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 33Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Special Report

Potensi pariwisata dan tourisme yang demikian besar, akhirnya mengundang banyak negara berkompetisi untuk mempromosikan destinasi

daerahnya, dan salah satu cara promosi yang belakangan kerap dilakukan dengan menggelar even kejuaraan olahraga, salah satunya adalah Bali Internasional Triathlon yang baru dihelat pada 24 Juni lalu.

Ajang yang digelar untuk ke-6 kalinya tersebut dilaksanakan di hotel Intercontinental. Ajang tahunan

ini bertujuan untuk mempromosikan pariwisata Bali dan menyita perhatian masyarakat domestik maupun warga internasional. Dan tidak percuma, karena tercatat 29 negara dengan total lebih dari 700 peserta turut ambil bagian dalam even olahraga ini.

Jumlah peserta terbanyak berasal dari Australia, Indonesia, Inggris serta Amerika Serikat dan sisanya terbagi dari negara-negara Eropa dan Asia lainnya. Menurut Direktur Bali Triathlon Fathur Rozi, tahun ini

lomba terasa lebih aman dan nyaman, karena panitia telah menyediakan lintasan yang lebih nyaman. “Jalur baru untuk balap sepeda dan lari dijamin bakal lebih datar. Para peserta juga bisa melaju lebih cepat. Ini sengaja kami lakukan untuk menambah semaraknya pelaksanaan Triathlon,” ungkapnya.

Seperti tahun lalu, tahun ini ada kelas utama yang dipertandingkan, yakni Olimpic All Item dan Sprint All Item, serta ada kelas tambahan yakni Run for Fun

serta Kids Run. Kedua kategori baru ini ditujukan untuk menarik minat masyarakat agar dapat mengikuti ajang ini.

Untuk kategori Olimpic All Item dimenangkan oleh juara tim DKPH yang beranggotakan Samgar kalamsi, I Made Budiyasa dan Dyon Efendi dengan catatan waktu 2 jam 9 menit 16 detik. Urutan Kedua di raih tim beregu yang terdiri dari Mark Wiggin, Supaendi dan Supriyadi Supri dengan waktu tempuh 2 jam 10 menit 13 detik. Sedangkan juara ketiga di raih oleh tim Bali Riders yang beranggotakan Wark Fitpsimons, Ketut Jaya dan John Seram yang mampu membukukan waktu 2 jam 11 menit 59 detik. Pada kelas Olimpic ini para peserta di wajibkan berenang sejauh 1500 meter di Pantai Jimbaran, Badung, Bali. Kemudian dilanjutkan dengan bersepeda sejauh 42 kilometer, terakhir dengan lari sejauh 10 Km untuk menuju garis finish.

Dalam ajang beregu Sprint All Item dijuarai oleh semua tim dari Bali. Juara pertama diraih oleh Tim Balawista Badung 2 yang regunya terdiri dari Supriadi, Wayan Sudarta dan Dewa Made Juliarta dengan meraih finish total waktu 1 jam 10 menit 21 detik. Peringkat kedua di raih tim Australia Canggu Inter yang beranggotakan Alejandro Revilla, Brice van der Post dan Yasmeen dengan catatan waktu 1 jam 23 menit dan 36 detik, dan juara ketiga di raih tim BPR Lestari yang terdiri dari Ali Thomas, Eric Chandra dan Bobby Santosa dengan raihan waktu 1 jam 24 menit 46 detik. Dalam kelas sprint selain peserta di wajibkan berenang sejauh 500 meter, tim peserta lainnya juga diharuskan mengayuh sepeda sejauh 20 kilometer dan berlari 5 kilometer.

Bagi tim dari BPR Lestari, ajang ini merupakan kali pertama yang diikutinya. Menurut Alex P. Chandra selaku Komisaris bank tersebut, keikutsertaan Lestari menjadi sponsor merupakan bentuk perhatian BPR Lestari akan pentingnya olahraga terutama fitnes. “Kita ingin mendukung betapa pentingnya budaya sehat, bisa dilihat para bule-bule itu walau sudah tua, tapi masih dapat renang 1,5 km, ini terlihat betapa mereka masih bugar,” ungkap banker ini saat mendampingi timnya. Persiapan Lestari Team sesungguhnya sudah sangat baik, menurut Bobby Santosa, selama latihan, mereka

Bali International Triathlon 2012

Page 18: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

34 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 35Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Special ReportSpecial Report

telah mampu membukukan waktu 1:15 menit, lebih baik 5 menit dari juara tahun lalu yang mencetak waktu 1:20 menit. Namun, tim harus banyak kehilangan waktu direnang, “Tenyata saat latihan dan keadaan nyata berbeda jauh, kita latihan dikolam, sedangkan disini kita ditendang dan banyak meminum air, serta kita harus melawan arus,” ungkap Ali Thomas. Walau mencatat waktu 20 menit direnang, namun melalui lintasan sepeda dan lari, tim BPR Lestari mampu memperkecil ketertinggalan, dan akhirnya sanggup naik podium ketiga.

Menurut Eric Chandra, timnya tampil baik dalam ajang ini, dan melihat pencapaian tersebut, Eric yakin tahun depan tim Lestari dapat menjadi juara pertama, karena dari catatan waktu, timnya hanya tertinggal 1 menit dari juara kedua.”Tahun depan kita akan mengikuti lagi ajang ini, dan kita optimis juara satu akan kita raih,” terangnya. Bagaimana pun, ini adalah sebuah pencapaian prestasi yang membanggakan, selamat untuk para pemenang.

Page 19: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

36 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 37Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Interview Interview

Industri pariwisata mengalami perkembangan yang pesat selama beberapa dekade terakhir, khususnya di Bali yang memang merupakan destinasi internasional. Namun sekalipun demikian, bukan berarti pariwisata menjadi industri yang mudah untuk digeluti. Banyak perusahaan yang gagal berkembang, terlebih ketika periodisasi awal munculnya Bali sebagai salah satu tujuan wisata favorit. Salah satu yang sanggup bertahan dan bahkan menjadi pioner di industri ini adalah KCBJ Tours. Start up sejak tahun 1983 ketika jumlah kedatangan wisatawan belum banyak di Bali, kemudian

berkembang dan mengalami diversifikasi produk yang beragam, hingga memiliki lebih dari 100 orang karyawan, bahkan saat ini pengelolaannya sudah dialihkan ke generasi kedua, tidak berlebihan untuk menyebut KCBJ tours sebagai leader di industri ini. Apa yang menjadi tipping point dari perusahaan ini hingga mampu bertahan dan bahkan meraih berbagai prestasi saat ini, Simon Purwa, putra kedua dari Al Purwa perintis bisnis ini, menceritakannya kepada reporter M&I Arif Rahman dan Anton HPT. Yang juga memberikan gambaran bagaimana secara historis industri pariwisata mengalami perkembangan di pulau Dewata ini.

Grow With Business Around HimSimon Purwa

Bagaimana awalnya perjalanan bisnis ini dirintis?

Awal ceritanya cukup panjang, KCB Tours sendiri sebagai sebuah bisnis sudah berdiri sejak tahun 1983, dan masuk asosiasi keanggotaan IATA sejak tahun 1984, jadi bisa dibilang kita termasuk sedikit bisnis tour travel saat itu yang mengawalinya dengan konsep modern untuk lokal Bali. Kita justru memiliki kompetitor dari nama-nama besar bisnis tour & travel yang berasal dari Jakarta. Dan kita termasuk yang masih bertahan sampai saat ini, dari beberapa usaha sejenis yang berdiri saat itu.

Konsep modern? Apakah ini ada kaitannya dengan no telp internasional yang saya dengar dimiliki pertama kali oleh KCBJ Tours?

Iya, bisa dibilang itu stepping stone kita, jadi begini, kalau dulu komunikasi sambungan langsung jarak jauh tidak seperti sekarang, SLJJ relatif sulit. Kalau kita mau telepon ke Sanur misalkan, kita mesti telepon ke operator di airport dulu untuk minta disambungkan, jadi nggak seperti sekarang yang komunikasi itu bisa dilakukan dengan mudah. Dan untuk memiliki sambungan line international juga nggak gampang, awalnya kita bisa punya line tersebut saat presiden Amerika Reagen [Ronald Reagen.red] datang ke Bali dan menginap di Nusa Dua Beach Hotel, dia minta di hotel tersebut dipasangkan satu line international, dan itu satu-satunya telepon internasional direct line yang ada, dan hotel setempat memenuhinya dengan memasang line international dengan nomer awal 777 itu.

Setelah presiden Reagen pulang, line telepon internasional itu dijual oleh pihak hotel, dan Bapak saya lah yang memberanikan diri membelinya. Dengan harga yang cukup tinggi untuk saat itu, mungkin kira-kira samalah dengan harga sebuah mobil. Namun dengan satu line itu, kita jadi punya dial internasional langsung satu-satunya di industri tour travel di Bali, dari sinilah kami berkembang menjadi penghubung internasional. Jadi teknologi terbaik saat itu untuk komunikasi jarak jauh, baik untuk telepon maupun fax pertama kalinya, dan satu-satunya cuma kami yang punya. Dengan keunggulan inilah kita bisa mendapatkan begitu banyak tamu dan relasi.

Pada jaman itu juga belum banyak tamu yang datang ke Bali sudah membeli tiket kembali ke negara mereka. Biasanya mereka datang, baru setelah tiba di Bali mereka kemudian membeli tiket untuk kembali ke negaranya. Dengan sambungan internasional ini, maka kita satu-satunya yang bisa melayani tamu yang mau membeli tiket langsung kembali dari negara mereka.

Positioning KCB Tours menjadi kuat saat itu, nomer itu masih digunakan?

Nomer itu jadi nomer fax kita sekarang.

Bagaimana ayah Anda terjun kebisnis ini, padahal saat itu prospek pariwisata belum secerah sekarang?

Bapak saya bekerja sebagai guide waktu itu, pernah juga jadi waiter dan berbagai profesi lain yang berkaitan dengan hospitality, pernah juga bikin usaha dengan teman-

Page 20: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

38 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 39Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Interview Interview

temannya. Waktu itu bapak sewa tempat di Kuta ini, cuma bukan dilokasi sekarang, tapi ke arah pantai [sebelah kantor BCA Kuta saat ini], untuk penjualan tiket pesawat. Teman-temannya saat itu banyak yang mempertanyakan keputusan ini, kenapa kok buka usahanya jauh dari daerah kota, malah di Kuta yang saat itu masih sepi. Tapi sekarang kita sangat bersyukur karena lokasi usaha kita ada di Kuta ini.

Bagaimana dengan brand yang dikembangkan, karena sebelumnya yang kami dengar bukanlah KCBJ Tours, tapi KCB Tours?

Ya, itu ada ceritanya juga. Jadi sebenarnya kalau berdasar badan usaha, nama PT kita adalah Kuta Cemerlang Bali Jaya, dan kalau disingkat jadinya KCBJ Tours, tapi karena dulu

pengucapannya dipermudah, maka orang lebih gampang mengejanya dengan 3 huruf saja, yakni KCB Tours, makanya sering disebut KCB, dan kita berjalan dengan sebutan nama itu. Namun di tahun 95-an kita ada problem, dimana salah satu perusahaan di Bandung menghubungi kita dan mengatakan bahwa nama KCB sudah dipatenkan.

Perusahaan itu memiliki domain yang sama?

Totally different, dan mereka meminta kita harus membayar sejumlah uang jika mau menggunakan brand itu. Padahal nama KCB sendiri nggak menasional sekali, kalau di Bali mungkin orang kenal, tapi kalau secara nasional belum sebesar itu. Dan kebetulan nama PT kita memang ada inisial J nya untuk kata Jaya, makanya sekarang kita coba perkenalkan dengan nama KCBJ Tours, tetapi karena mindset orang yang masih ingat KCB saja, makanya kita sering berkelakar, kalau ada yang tanya, kok sekarang ganti nama dari KCB ke KCBJ Tours, ya kita bilang saja karena sekarang KCB sudah semakin Jaya ha..ha..

Ya.. hal yang sama juga pernah terjadi dengan brand kita dari yang dulunya Money & You menjadi Money & I. So, Anda saat ini mewarisi bisnis yang dirintis oleh ayah, bagaimana Anda melihat sosok beliau?

Saya memposisikan diri sebagai follower yang baik, karena menurut saya kita nggak akan bisa jadi leader yang baik, kalau belum jadi follower yang baik. Bapak bisa dibilang sebagai idola bagi saya, dan ini saya lakukan agar saya juga bisa jadi leader yang lebih baik.

“Saya memposisikan diri

sebagai follower yang baik,

karena menurut saya kita

nggak akan bisa jadi leader

yang baik, kalau belum jadi

follower yang baik.”

Banyak orang bilang, mewarisi bisnis yang sudah dirintis dari generasi pendahulu itu lebih mudah, namun bagi saya pribadi justru sebaliknya, banyak usaha yang justru gagal ketika beralih ke generasi berikutnya, bagaimana dengan Anda?

Generasi kedua itu harus inovatif, karena perubahan itu selalu ada, jadi tantangannya adalah bagaimana kita bisa inovatif agar bisa beradaptasi dengan perubahan itu. Kita ambil story dari line telepon internasional itu, bapak memberanikan diri membeli line tersebut dan menjadikan kita sebagai satu-satunya yang memiliki line tersebut. Tapi sekarang telepon dan fax bukan teknologi baru, malah sudah out of date, sekarang kita gunakan email, dan sekarang email pun, sudah ketinggalan jaman, karena sekarang kan jamannya mobile internet. Disinilah saya kemudian mengembangkannya, dengan memiliki divisi khusus untuk pengelolaan IT, itu sebabnya perubahan itu harus di ikuti, dan menjadi challenge bagi kita. Saya sendiri lahir dan besar di Bali, dan sekolah dari SD sampai kuliah juga disini, angkatan tahun 1999 di Udayana ekonomi manajemen. Sebelum tamat saya sudah terjun di bisnis ini walaupun belum aktif, setelah tamat baru terjun aktif, namun efektif baru tahun 2007 saya mengambil operasional. Bapak sudah pasif saat ini dioperasional dan lebih banyak meluangkan waktu di organisasi seperti Rotary Club. Saya mencintai pariwisata karena lahir dan besar di Bali ini, dan bagi saya itu berkah, walaupun saya juga memiliki passion pada hal-hal yang lain.

Dalam perjalanan perkembangan perusahaan, dengan perubahan yang terus terjadi, diversifikasi apa yang sudah dilakukan KCBJ Tours?

Dulu awalnya memang core kita ticketing, tapi kita juga melihat perkembangan bahwa orang Bali sendiri sudah memiliki disposible income, itu sebabnya kita mulai

mengembangkan divisi outbond untuk mereka yang mau traveling keluar, ada juga villa dan transportasi, termasuk tim yang handling events. Semua dikelola disini dengan divisi-divisi yang berbeda, dan prinsip diversifikasi kita yang controllable, sehingga diversifikasi produk tersebut ada range nya, sekalipun semakin bertambah, namun masih bisa di manage, dan semua produk kita itu basic-nya tetap bagian dari industri pariwisata.

Jadi perkembangannya bertahap, untuk ticketing dengan nama KCBJ Tours mulai tahun 1983, kemudian ada pengembangan untuk transport company nya, itu untuk tours, awalnya kita kerjasama dengan perusahaan lain, tapi sejak tahun lalu kita coba kelola sendiri dengan manajemen yang independent, serta kita mengganti dengan brand sendiri yakni MTrans. Tahun 1996 kita mendirikan Cempaka Belimbing Villas, yang sudah mendapatkan Emerald Award Tri Hita Karana, itu artinya kita sudah 3 kali Gold dan sudah tidak diperkenankan lagi untuk ikut kompetisi, karena menang terus. Kemudian ada KCB Convex, yakni event management, bergeraknya di Jakarta, disini kita supporting saja, itu mulai dari tahun 2008. Terakhir kita punya The Experience, adventure tour dengan Land Rover.

Bagaimana dengan perkembangan dari jumlah karyawan?

Jumlah karyawan awal sekali mungkin sekitar 3-4 orang, sekarang 54 orang untuk di KCBJ Tours saja yang berkantor disini, kalau sama company lain dari diversifikasi kita, maka total dalam satu grup sudah sekitar 100 an orang.

Dengan perkembangan ini, nampaknya sudah siap untuk naik ke level yang lebih tinggi, mendirikan cabang lain mungkin?

Page 21: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

40 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 41Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Interview

Banyak yang tanya soal ini, dan kita sudah beberapa kali pernah mencoba membuka cabang, namun untuk saat ini masih belum karena KCBJ Tours itu perusahan keluarga, yang secara internally kita mengangkat karyawan dengan hubungan kekeluargaan, kita mencoba membawa perusahaan ini ke level dimana kita bisa nyaman. Kalau kita besar dan menjadi korporasi, justru bisa membuat kita tidak nyaman, kita memang harus terus bertumbuh. Kita sebenarnya seperti sudah stage group holding, tapi kembali lagi kekonsep family business tadi, kita tidak mau yang terlalu struktural. Saat ini reporting dari karyawan juga nggak perlu resmi-resmi banget, tinggal datang dan ngobrol, saya nggak mau kalau menjadi terlalu struktural. Jadi kita ingin grow in the controllable way, keep small dulu, kita jalan dulu dari baby step dan step by step, jangan jump apalagi untuk family business seperti kita. Tapi mungkin saja nanti kita ke arah sana. IPO mungkin di generasi ke tiga ha..ha..

Dengan perkembangan teknologi saat ini, maka sistem penjualan tiket saat ini sudah bisa dilakukan oleh perseorangan, atau agency kecil. Belum lama ini saya mendapat tawaran menjadi agency tiket dengan modal awal hanya Rp. 2.500.000, dan beroperasi dengan modal sebuah laptop saja. Hal ini menjadikan persaingan kian ketat. Bagaimana Anda melihat ini?

Betul sekali, dengan perkembangan teknologi dan semangat entrepreneurship saat ini, maka persaingan menjadi lebih sulit, karena sekarang semua orang bisa jadi independen agen. Tentu saja mereka kompetitor, tapi kita juga harus jeli, karena mereka juga peluang. Kita ini kan agennya resminya airlines, kita juga harus bergerak untuk merangkul mereka, menjadikan mereka distribution chain. Sehingga saat ini, ada independen agen yang secara parsial menjadi kompetitor, tapi ada juga yang justru support kita. Mereka menjadi distribution channel perusahaan kita, ini ibaratnya hanya perubahan model bisnis saja karena perkembangan teknologi. Kalau dulu itu 90% business modelnya Business to Customer, sekarang menjadi Business [agency ticketing besar] to Business [agency ticketing independen yang relatif kecil], yang nantinya bisa jadi modelnya akan menjadi B to B to C. Jadi betul mereka kompetitor, tapi kalau bisa kita rangkul, mereka jadi peluang, misalkan ada market yang tidak bisa kita jangkau, dengan kehadiran mereka justru bisa kita jangkau. Perluasan network jadinya.

Apa kendala yang di hadapi saat ini?

Ya mungkin soal pembayaran, karena di Indonesia semua transaksi belum di atur harus menggunakan rupiah. Dalam logo KCBJ Tours, ada simbol senyuman, apa yang ingin disampaikan lewat logo tersebut?

Pariwisata adalah bisnis jasa, karena kita nggak jual barang, maka service jadi poin penting. Orang tidak hanya sekadar beli tiket, kita coba memberikan lebih, pada saat orang ingin pergi dari Bali ke Jakarta, kita nggak tahu tujuannya ke Jakarta untuk apa, sifatnya bisnis urgent atau hanya liburan. Karenanya kita memberitahu mereka dengan informasi yang lengkap. Kita berikan opsi, perbandingan jam dan harga tiket misalnya, maka sedikit tidak itu bisa menjadi nilai tambah. Itu sebabnya logo kita senyuman, service with a smile, tag line informal yang terus kita angkat. Jadi kalau ada karyawan yang merengut, masak kalah dengan logo diseragam mereka.

Apa yang Anda lihat dari perkembangan industri pariwisata saat ini?

Kita harus terus inovatif, dalam arti mengikuti perkembangan, kita juga sudah harus mulai diversifikasi, karena industri pariwisata itu kan luas, kita bicara Bali, merupakan destinasi internasional. Itu sebabnya ditengah perubahan dan perkembangan bisnis ini, kita juga harus melakukan diversifikasi.

Apakah kerap terlibat dengan pemerintah untuk memajukan industri pariwisata khususnya Bali?

Hubungan dengan pemerintah selalu ada, yang sering kita lakukan exhibition, kita aktif di kementrian seperti ke London atau Singapura dengan mereka untuk mempromosikan Bali, hasilnya cukup baik. Perkembangan industri pariwisata di Bali juga signifikan dengan kontribusi pemerintah. Walalupun masih ada hal lain yang kita harapkan bisa dilakukan lebih oleh pemerintah, karena negara lain saat ini promosinya gila-gilaan. Saya pikir event internasional di Indonesia masih bisa diperbaiki jika kita refleksi apa yang sudah kita lakukan.

Terima kasih atas waktunya dan sukses terus KCBJ Tour.

Page 22: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

42 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 43Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Community Community

Anda ingin mendapatkan hiburan untuk melepas lelah di akhir pekan dengan

sajian paket komplet? Rasanya tidak ada tempat yang paling tepat untuk mendapatkan semua itu kecuali di komunitas Dapur Olah Kreatif, sebuah komunitas yang menyediakan wahana bagi lahir dan tumbuh berkembangnya kreativitas seni di Kota Denpasar. Markas komunitas ini adalah Warung Tresni, dimana setiap Sabtu malam, beragam aktifitas dihadirkan diwarung yang berlokasi di jalan Drupadi Denpasar ini. Money & I yang berkunjung pada pementasan ke 40 bulan Juni lalu, mendapatkan sajian hiburan dari Bali Blues Island yang saat itu mendapat giliran unjuk presentasi.

Komunitas yang belum lama ini mendapatkan bantuan perlengkapan musik dari Gubernur Bali ini, awalnya bermula dari obrolan kecil para seniman kawakan macam Putu Indrawan (musisi yang pernah meraih gelar Bassist Terbaik Indonesia dalam Festival Rock di Surabaya 1985), Tan Lioe Le (Penyair di Bali yang kerap menghadiri berbagai forum sastra di beberapa negara Eropa, Afrika dan Asia), I Wayan "Jengki" Sunarta (penyair berbakat yang telah melahirkan beberapa buku dan

memenangi berbagai penghargaan sastra), Kadek Jango Paramartha (mantan Ketua Persatuan Kartunis Indonesia), Erick EST (Sutradara video clip dan film pendek yang beberapa karyanya sempat memenangi penghargaan tingkat nasional maupun internasional), Iwan Dharmawan (fotografer dan novelis yang banyak menggerakkan berbagai aktivitas fotografi di Bali), Maria Ekaristi (penulis buku dan organisator beberapa event kesenian di Bali), dan Agung Bawantara (penulis). Merekalah para founder yang kemudian menindaklanjuti ide-ide tersebut dalam bentuk komunitas yang diresmikan pada 1 Oktober 2011. Agendanya sederhana, setiap Sabtu malam menggelar ajang kreativitas bagi para pecinta seni.

Selama 40 edisi pagelarannya, DOK (Dapur Olah Kreatif)sudah menghadirkan apresiasi dan diskusi sastra; pemutaran dan diskusi video dokumenter,

Wadah Pengembangan Multi Kesenian

[DOK]Dapur Olah Kreatif

video clip indie, pertunjukkan dan diskusi musik, peluncuran buku, pameran dan diskusi kartun, pentas musikalisasi puisi termasuk diskusi bisnis dengan mengundang narasumber kompeten seperti Cok Anom pemilik Gerai Krisna Oleh-oleh. Di luar bidang seni tersebut, disisipkan juga acara-acara menarik yang berkaitan dengan seni kuliner. Misalnya, pada program acara tanggal 15 Oktober 2011, DOK menggelar “Pentas Musik Rock & Blues dilanjutkan dengan diskusi “Perkembangan Musik Rock dan Blues di Bali” yang juga dilengkapi dengan aksi kreatif Chef Ketut “Gogonk” Pramana yang mendemontrasikan masakan langka khas Bali diiringi dengan musik blues.

Pada pagelaran DOK ke-40 kemarin, Bali Blues Island mendapat giliran unjuk penampilan dan sebuah diskusi kecil juga sempat digelar, yang membahas perkembangan musik Blues di

Page 23: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

44 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 45Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Community

Bali, yang saat ini sudah memiliki banyak peminat dengan jumlah anggota komunitas yang semakin bertambah.

Hampir sepanjang 6 jam acara, berbagai musik blues dibawakan secara silih berganti dari berbagai band yang tergabung di BBI, bahkan beberapa kali jam session dilakukan untuk memanjakan audiens yang hadir, tidak sedikit warga asing yang menikmati sajian hari itu.

Berbagai atraksi musik blues yang tampil pada perhelatan DOK kemarin kami sajikan di rubrik ini. Di tengah banyak vakumnya berbagai komunitas seni di Bali, maka tidak berlebihan rasanya untuk menyebut bahwa DOK bisa menjadi guyuran segar agar eksistensi seni tetap terjaga, bagi Anda pecinta seni dan tertarik untuk berbagi dan mengembangkan kreatifitas. Maka komunitas ini bisa menjadi mediasi tepat bagi Anda mengasah talenta.

Page 24: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

46 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 47Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Berangkat dari sebuah desa di Baturiti Tabanan, dibesarkan dari keluarga petani dan memulai bisnis

sebuah toko penjualan pakaian jadi kecil-kecilan merupakan sebuah fase awal yang dijalani oleh Kang Dharma Wijaya, pria yang saat ini memiliki garmen, berbisnis real estate dan lapangan golf seluas 19 haktare dikawasan elit Grand Inna Bali Beach Hotel. Nampaknya pepatah roda pedati yang selalu berputar itu nyata tampak terjadi pada pria yang saat ini sudah mengalihkan hampir sebagian besar bisnisnya untuk dikelola oleh anak-anaknya tersebut. Bahkan dirinya pernah berujar, apa yang diraihnya bak mimpi, “dulu sering berpikir kapan bisa masuk hotel bintang lima, sekarang saya setiap

Lestari FirstLestari First

Sector Bar & Restaurant

hari berada dikawasan hotel bintang lima, hidup saya bagaikan mimpi.”

Pria kelahiran 28 Februari 1949 ini merupakan satu dari sedikit orang yang berhasil mencapai puncak kesuksesan setelah melewati begitu banyak tantangan, anak ke 13 dari 15 bersaudara ini gigih menopang kehidupan keluarganya, ayahnya seorang petani dan pernah menjadi pekaseh [kepala subak] mendidik anak-anaknya dengan disiplin. Sejak SD sepulang dari sekolah rakyat Baturiti, Kang diminta membantu mengupas bawang untuk mendapatkan upah. Memasuki masa SMU Kang muda yang terampil bermain tenis meja, mendapat tawaran dari BRI yang berniat merekrutnya sebagai PNS. Suatu tawaran yang mungkin jika diterima Kang saat itu, tidak akan

membawanya meraih apa yang dicapainya saat ini.

Fase paling getir yang dirasakan Kang ketika dirinya keracunan cairan soda api yang meluluhkan tenggorokannya, mengharuskan dirinya absen selama 2 tahun makan melalui mulut, namun dari tabung suntik dan selang yang menembus perutnya. Upaya pengobatannya hingga ke Jakarta tidak menunjukkan adanya indikasi kesembuhan berarti, secara medis Kang sudah pasrah dengan kondisinya tersebut. Namun siapa sangka seorang dokter dari Belanda melakukan upaya intensif dengan sebuah operasi selama 8 jam yang mampu menyembuhkan dirinya, sebuah keajaiban dan kejutan yang tidak pernah disangkanya. Selama 2 tahun itulah fase berat dijalani

Kang dan menjadikan dirinya semakin tangguh. Bahkan dalam kondisi jarum dan selang yang menembus perutnya, dan tabung yang selalu didekapnya, Kang tetap memberanikan diri untuk bekerja, sebagai pengawas proyek bangunan yang dibangun kakaknya.

Sekembalinya ke Bali, Kang mulai bekerja sebagai pembawa pupuk sampai akhirnya ditahun 1979, Kang memberanikan diri membuka

usaha pertamanya dengan menyewa sebuah kios kecil ukuran 3 x 4 meter di kawasan Kuta, yang kemudian disekatnya menjadi 2 ruangan, bagian depan untuk menjual pakaian jadi dan bagian belakang sebagai tempat tinggalnya. Perlahan usahanya tersebut menunjukkan arah yang berarti ketika orderan semakin banyak, akhirnya Kang memutuskan untuk mendirikan garmen berbekal modal patungan dengan kedua adiknya. Inilah Carolina, Pengelola Sector Bar, Putri

Bungsu Kang Dharma Wijaya

Page 25: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

48 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 49Vol. 30 | Juni - Juli 2012

perusahaan yang kemudian terus membesar hingga mempekerjakan 1800 karyawan, dan membawa dirinya dianugerahi Upakarti dari Presiden Soeharto dan Primaniarta masing-masing sebanyak dua kali.

Dari sinilah Kang kemudian terjun ke bisnis real estate dan pada tahun 2004 untuk memenuhi hobbi nya bermain golf, Kang mengelola sebuah lapangan golf yang awalnya tidak terawat di kawasan Bali Beach menjadi padang golf skala internasional yang dimanajemeni di bawah bendera PT Karya Cipta Balindo.

Lapangan golf yang juga dikenal dengan nama Bali Beach Golf Course merupakan bagian dari property Inna Grand Bali Beach Hotel yang didirikan tahun 1972. Sejak tahun 2004, PT Karya Cipta Balindo masuk sebagai investor baru dan melakukan berbagai perubahan, mulai dengan melengkapi fasilitas locker room, 8 arcade dan pro shop. Secara bertahap terus dilakukan penambahan berbagai fasilitas, seperti adanya lounge, meeting room dan Bar, sehingga pada tahun 2006, berbagai fasilitas tersebut menjadi domain bisnis yang berdiri sendiri dengan nama Sector Bar & Restaurant.

Carolina, putri bungsu dari Kang Dharma Wijaya saat ini menjadi pengelola restaurant tersebut dan menceritakan bagaimana lapangan golf di kawasan Sector Bar merupakan salah satu yang terunik, karena kesukaan ayahnya akan buah-buahan, sehingga menanami lapangan tersebut dengan pepohonan buah seperti klengkeng, buah naga bahkan hingga tanaman langka Cleopatra. Bahkan direstaurannya pun terdapat beberapa ekor burung

yang meramaikan riuhnya suasana. Restauran yang dibangun diatas lapangan golf itu dilengkapi dengan design bergaya klasik modern dan dilengkapi Veranda Restaurant, Bar, Lounge, Darmawangsa Room, Excecutive Room serta ballroom dengan kapasitas ruangan 150-500 orang, dan beroperasi sejak pukul 06.00 hingga 23.000 Wita.

Nampak dua konsep yang diharmonisasikan, dari pagi hingga sore Sector akan terlihat casual, serba cepat dan sporty, namun dari petang hingga langit gelap maka suasana makan malam akan terlihat elegan dan romantis, pun demikian dengan menunya yang menawarkan perpaduan Western Asia dan tradisional. Sector bar restaurant juga dilengkapi dengan business lounge berkapasitas 28 orang dilengkapi dengan fasilitas proyektor dan sound system yang memukau, terlebih dengan konsep menawan dimana lounge dengan kaca dimensi lebar kearah lapangan golf akan menghilangkan kesan monoton. Itu sebabnya Sector Bar & Restaurant menjadi tempat yang

tepat untuk berkumpul dengan rekan bisnis, meeting, gathering atau hanya sekedar duduk menikmati makan malam dengan pasangan.

Mereka yang tengah menunggu giliran atau setelah bermain golf juga bisa melepas lelahnya disini. Konsep one stop entertainment yang disuguhkan membuat betah pengunjung yang datang, konsep open restauran yang memanfaatkan antar ruang menumbuhkan kesan friendly dengan art scelpture yang dihadirkan sepanjang dinding selasar.

Lapangan golf nya sendiri saat ini merupakan lapangan 9 hole dengan fairways berupa barisan pepohonan yang rapat, dan menjadikan hal ini sebagai tantangan tersendiri bagi kesabaran dan akurasi pemain. Demikian pula dengan hamparan pasir bunker, kolam dan pohon pinus menambah daya tarik disela-sela tantangan yang harus ditaklukkan pemain. Golf tournament pun rutin diadakan bagi setiap membernya.

Lestari First

Page 26: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

50 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 51Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Smart Family

EMANG GUE PIKIRIN?“Saya tuh ada meeting jam 12 siang di Jakarta dan sudah book untuk balik lagi sore ini. Kalo delay lagi, bisa-bisa sampe Jakarta, saya ndak sempet apa-apa, tapi langsung balik lagi dengan pesawat sorenya” Petugas hanya tersenyum dan menginformasikan bahwa proses refund bisa diajukan kalau keterlambatan ini tidak berkenan.

Dengan lemas bapak tersebut terduduk, geleng -geleng kepala antara kesal dan putus asa. Pesawatnya sudah didelay dari jam 8 pagi

sampai jam 12 siang. Dan itu adalah pesawat Garuda yang sengaja dipilih supaya menghindari “delay”. Solusi refund “tidaklah” menyelesaikan masalah, karena yang dia perlukan adalah siang ini sudah ada di Jakarta untuk business meetingnya .

Rasanya “pesawat delay”sudah menjadi sesuatu yang biasa dan “expected”. Permintaan maaf dari flight attendant ataupun pilot yang diumumkan dari “voice over” di pesawat, terkesan basa-basi dan tanpa ada indikasi bahwa mereka bener-bener peduli atas ketidak nyamanan yang diakibatkan oleh keterlambatan.Dan akibat keterlambatan itu, biasanya ‘general cleaning’ pada pesawat yang baru datang tidaklah dilakukan dengan benar, demikian juga dengan service dan maintenance. Semuanya mengalami keterlambatan.

Kursi-kursi kadang masih kotor, di folding trays masih terdapat sisa-sisa makanan dari penumpang sebelumnya, toilet sudah berbau pesing dan lantainya juga agak mengerikan. Yang lebih menyeramkan lagi adalah semakin seringnya terjadi permasalahan dari “mesin” pesawat. Bayangkan saja, pesawat-pesawat yang dipakai biasanya sudah berumur, dan “dipaksa” untuk beroperasi dengan jam terbang yang tinggi, Tanpa

perawatan dan pengecekan yang rutin, ini khan sama saja dengan mengundang masalah. Saya masih ingat, waktu kecil, saya begitu semangatnya waktu diajak ke airport untuk lihat-lihat oleh ayah saya Kayaknya aiport pada saat itu merupakan suatu tempat yang megah, keren dan mahal. Wow, asyik sekali.

Pengalaman masa kecil itu, terhapus tuntas dengan gambaran airport di Indonesia pada saat sekarang. Pemandangan di airport sekarang tidaklah berbeda dengan pemandangan di terminal bis Pulo Gadung. Bising, kotor, berdebu, penuh sesak dengan penumpang yang telantar karena pesawat yang delay. Jumlah kursi yang ada tidak memadai untuk jumlah penumpang yang menunggu.

Para penumpang duduk di lantai, banyak yang tertidur berselonjor di kursi dan dilantai, box-box makanan (kompensasi dari keterlambatan pesawat) berserakan, tempat sampah yang meluber ke kanan kiri, toilet yang bau pesing dan basah, antrian check in yang panjang. Semuanya bercampur aduk. Bukanlah suatu pemandangan ataupun pengalaman yang menyenangkan.

Kemudian yang paling menyedihkan adalah “delay” terjadi hampir setiap saat dan sebuah penerbangan bsa delay berulang-ulang, sehingga kita sebagai konsumen

Smart Family

Suzana ChandraManaging Director, Lestari Living

hanya bersikap pasrah, kalau nggak on time, nggak mungkin deh. Kalo pesawat “on time” malah menjadi surprise, lho kok on time yaa?)

Emang Gue Pikirin?

Service atau pelayanan yang mediocre dibawah standard dalam bisnis airlines di Indonesia, menjadi sesuatu yang biasa. Sepertinya mereka termasuk petugas lapangan semua bersikap “ Emang Gue Pikirin?” lha keadaannya seperti ini, mau gimana lagi?..

Minggu lalu saya pergi ke Jakarta dengan jadwal pesawat jam 11.15 am dengan Citilink. Pada jam 9.30, bersamaan dengan mendaratnya saya di airport, ada sms masuk dari Citilink yang mengatakan bahwa pesawat saya dialihkan ke pesawat jam 14.10 pm. Bayangkan keterkejutan saya, lha…masa tinggal 1.5 jam pesawat akan berangkat, baru dikabarkan pemindahan jadwal selama 3 jam. Rasanya kok tidak fair, kebetulan saya harus berada di Jakarta pada jam 1 siang hari tersebut.

Telp kepada call centre tidaklah memberikan solusi, malah menghabiskan energi dan pulsa karena selama 25 menit saya dilempar kanan kiri dan di hold kanan kiri, sampai itu telepon terputus (atau diputus, tidaklah jelas). Terbersit keinginan untuk mengurus di

counternya Citilink, tetapi begitu melihat antrian yang sedemikian panjangnya, saya urungkan niat itu.

Duh, kecewanya hati ini. Dan kebetulan sekali, hari itu tidak ada lagi ticket available for sale dari seluruh penerbangan, full house. Terpaksa menelan kekecewaan karena tidak ada lagi pilihan lain. Cuma bisa update PP saja dengan mengatakan ‘Citilink payaaaaaahhh”.

Beberapa saat setelah update PP, saya dibanjiri komentar bertubi-tubi dari teman-teman antara lain “baru tau yaaa?”, “gue juga lagi delay 1.5 jam”, “tiket angus, padahal masih 45menit”, ”Citilink gitu lho”, “Flights di Indonesia, mana ada yang nggak telat” dan seterusnya ..

Hal tersebut “ternyata” setali tiga uang dengan maskapai penerbangan di ndonesia yang lainnya. Mau penerbangan biasa maupun budget, semua sama. Delay…delay…delay.

Pertumbuhan “demand” yang luarbiasa, atau Pertumbuhan infrastruktur yang terlambat?

Banyak anak banyak rejeki, mungkin itu yang berlaku di Indonesia”, plus banyak berdoa. Jumlah penduduk yang sangat banyak, menjadikan Indonesia target market yang sangat menarik, bukan saja bagi domestik, tetapi juga dunia international. Bayangkan ada 300 juta penduduk yang memerlukan sandang, pangan dan papan. Size market yang sangat luar biasa. Istilahnya jualan tusuk gigi dan sandal jepit saja, omsetnya bisa luar biasa.

Sayangnya, pangsa pasar yang besar ini tidaklah ditunjang oleh infrastruktur yang memadai. Kondisi jalan yang dihiasi lubang kanan, kiri, banjir dan kekeringan karena pembuangan dan peresapan air yang tidak memadai, macet yang luarbiasa karena jumlah dan kapasitas jalan tidak memadai untuk kendaraan bermotor yang ada, kapasitas pelabuhan yang jauh dibawah standard sehingga menciptakan delay, airport yang landing strips dan peralatannya tidak memadai sehingga pesawat sangat “riskan” dengan delay.

Tugas siapa sih infrastruktur itu? Kalau lihat budget yang dikeluarkan untuk infrastruktur dari APBN, kayaknya cukup besar , tapi kok di “dunia nyata” tidaklah demikian, hmm kemana tuh larinya dana? Kalau mikirin begitu, …capee deeeeh :)

Delay pesawat selama 3 jam

Page 27: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

52 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 53Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Literature Literature

Pribadi BudionoDirektur BPR Lestari

Di dunia, konflik Israel-Palestina yang berlangsung sejak tahun 1948 hingga kini seperti tidak akan pernah bisa diakhiri. Konflik Israel-Palestina ini bukanlah sebuah konflik dua sisi yang

sederhana, seolah-olah seluruh bangsa Israel (atau bahkan seluruh orang Yahudi yang berkebangsaan Israel) memiliki satu pandangan yang sama, sementara seluruh bangsa Palestina memiliki pandangan yang sebaliknya. Penyerangan-penyerangan di antara kedua belah pihak selalu akan terjadi. Pihak Israel beralasan mempertahankan diri dari serangan pejuang Palestina dan tentara Hamas, sedang pihak Palestina mengadakan perlawanan karena merasa wilayahnya semakin menyempit direbut rezim Zionis dengan pendudukan bersenjata maupun mendirikan pemukiman-pemukiman Yahudi dengan cara merampas tanah rakyat Palestina.

Di Indonesia ada konflik Aceh. Provinsi di ujung Pulau Sumatera yang akrab kita sebut sebagai Serambi Mekah, sudah sejak lama menjadi seperti rumah bagi peluru dan senjata. Semenjak beratus-ratus tahun lamanya semenjak abad ke17 kekerasan kerap melanda negeri Serambi Mekah tersebut. Saking terbiasanya dengan

peperangan, maka rakyat Aceh sering menganggap perang hanyalah mainan belaka, tapi matinya sungguhan. Di mana-mana kalau ada pemberontakan yang menyebabkannya tak lain dan tak bukan adalah rasa ketidakadilan. Rasa kecewa yang berkepanjangan pula inilah yang sering hingap di rakyat Aceh, mulai dari kecewa terhadap penjajahan Belanda, dan kecewa terhadap pemerintahan Indonesia itu sendiri. Mereka merasa sebagai daerah yang kaya akan sumber daya alam hanya menjadi sapi perah pusat saja. Hasil bumi yang melimpah diperkirakan hanya satu persennya saja yang sampai ke tangan rakyat Aceh.

Berbagai kekerasan yang acapkali terjadi di Bumi Aceh ini, pada akhirnya membuat alam pun menjadi murka. Tsunami melanda Serambi Mekah dengan korban ratusan ribu. Kejadian tsunami ini membuka mata semua pihak yang bertikai, menyadarkan mereka bahwa alam tidak restu dibasahi oleh tetesan darah. Untuk itulah pada saat akan dilakukan rehabilitasi pasca tsunami, tidak mungkin bisa membangun Aceh dengan cepat tanpa adanya perdamaian. Bagaimana bantuan kemanusiaan akan sampai kalau mereka selalu dihantui oleh desingan peluru, sampai-sampai saat mengunjungi

Aceh saya harus dikawal panser dari empat penjuru. Yang dibutuhkan oleh Aceh adalah perdamaian.

Di Bali, perselisihan antara Gubernur Bali dan Harian Bali Post akhirnya berlanjut ke pengadilan. Perselisihan antara Gubernur Bali-Harian Bali Post, diawali oleh berita di media terbitan Bali Post yang menulis berita berjudul "Gubernur: Bubarkan Saja Desa Pakraman'', yang dimuat harian itu edisi Senin (19/9). Merasa tak pernah memberikan pernyataan seperti itu, Gubernur merasa namanya tercoreng dan mengajukan somasi, namun belum mendapatkan tanggapan yang memuaskan. Hingga akhirnya memilih jalur hukum untuk menyelesaikan kasus itu. Pihak Bali Post menyampaikan harapan supaya proses mediasi dapat menghasilkan keputusan yang adil dan sempurna. Sementara itu, pihak Gubernur Bali, mengatakan pintu perdamaian antara kedua belah pihak sangat terbuka. Namun, perdamaian itu harus yang berkeadilan. Kalau berita itu memang tidak benar, maka Bali Post harus menyatakan yang sejujurnya, diikuti dengan permintaan maaf agar publik mengetahuinya. Hal ini sebenarnya masalah kecil yang tidak perlu terjadi di wilayah tercinta Bali.

Apakah Anda sering dikejutkan oleh hal-hal yang dipertentangkan orang? Hal yang dipertentangkan kerap merupakan sesuatu yang remeh atau kecil. Banyak negara berperang demi memperebutkan secuil wilayah. Suami dan istri bercerai karena bertengkar soal siapa yang harus membersihkan apa setelah makan. Banyak perusahaan menjadi bangkrut karena hal-hal sepele. Namun hal yang dipertengkarkan biasanya bukan “persoalannya”. Umumnya yang melandasi konflik destruktif adalah hal-hal yang lebih dalam. Tugas

sebenarnya yang harus dilakukan bukan menyelesaikan pokok konflik melainkan mengubah paradigma yang menyebabkan konflik.

Kapan konflik itu akan berakhir?

Bila kita disakiti, respon yang umum terjadi adalah membalas. Mereka tidak boleh melakukannya pada saya. Mereka pikir mereka siapa? Saya akan menggugat! Inilah yg menjadi latar belakang, mengapa sulit mencapai kesepakatan karena tidak adanya kepercayaan apapun satu terhadap yang lain. Ditambah lagi dengan pemikiran balas dendam, gigi ganti gigi, mata ganti mata, nyawa ganti nyawa, selingkuh dibalas selingkuh. Kalau kita masih mempergunakan paradigma “Ini cara saya dan itu cara Anda”, maka semua konflik tidak akan ada ujungnya atau tiada akhir. Yang diperlukan untuk mengatasi konflik adalah dengan paradigma “cara kita”. Harus ditanggalkan semua kepentingan “Saya dan Anda” semua dilandaskan pada kepentingan “Kita”. Ternyata menggunakan “cara kita” berhasil dalam menyelesaikan konflik Aceh.

Suksesnya penyelesaian konflik di Aceh pada masa lalu bisa menjadi contoh bagi berbagai upaya penyelesaian konflik di dunia, termasuk di Jalur Gaza, Palestina. Cara yang dilakukan Indonesia adalah dengan mengakui dan berunding dengan pihak Gerakan Aceh Merdeka (GAM) meskipun di masa lalu GAM terlibat dalam aktivitas kekerasan melawan pemerintah RI. Jika hanya berkutat pada ekstrimisme semata maka tidak akan ada solusinya. Ketika GAM menang dalam pemilihan umum( pilkada Gubernur NAD) pemerintah Indonesia pun mengakuinya. Konflik tidak akan pernah menemukan titik temu jika kita menggunakan “cara

The 3rd AlternativeSaat “Win-Win Solution” Tak Lagi Cukup untuk Menyelesaikan Konflik

Stephen R. Covey

Page 28: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

54 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 55Vol. 30 | Juni - Juli 2012

saya” dan “cara anda”. Cara ini akan mengakibatkan banyak benturan dan saling serang. Dengan pola pikir menyerang, permainan akhir terbaik yang mungkin adalah kompromi.

Kompromi tidak sama dengan sinergi. Dalam sebuah kompromi, satu tambah satu sebaik-baiknya sama dengan satu setengah. Setiap orang kehilangan sesuatu. Kompromi memiliki reputasi baik dan orang merasa bahwa berkompromi adalah sesuatu yang baik, tapi kompromi bukan sinergi. Kompromi tidak sama dengan sinergi. Kompromi ini juga merupakan cara “Kita” untuk menyelesaikan konflik.

Sedangkan cara “Kita” terbaik untuk mengatasi konflik melalui jalan yang disebut dengan sinergi. Sinergi tidak hanya mengatasi sebuah konflik. Ketika kita bersinergi, kita melampaui konfliknya. Kita melangkah melampauinya untuk menjangkau sesuatu yang baru, sesuatu yang menggairahkan semua orang untuk mengubah masa depan. Sinergi lebih baik daripada cara saya atau cara Anda. Sinergi adalah cara kita. Sinergi

terjadi ketika satu tambah satu sama dengan sepuluh atau seratus bahkan seribu. Ini adalah hasil dahsyat yang terjadi ketika dua manusia atau lebih secara bersama memutuskan untuk menjangkau gagasan baru yang melampaui gagasan awal mereka untuk menghadapi tantangan.

Ternyata cara “Kita” bekerja dengan baik untuk menyelesaikan konflik Aceh, berarti ini bisa dipergunakan untuk menyelesaikan konflik yang lain misal konflik Papua, bentrok antar ormas, bentrok antar warga, pemberantasan korupsi, masalah pangan, masalah energi maupun persoalan keluarga.

Dengan cara “Kita” banyak persoalan bangsa bisa diselesaikan. Semuanya bergantung dari kemauan kita untuk menanggalkan cara “Saya” dan cara ”Anda”. Stephen R. Covey melalui bukunya The 3 rd Alternative menuntun kita untuk mencari cara “Kita”, saat “Win-Win Solution” tak lagi cukup untuk menyelesaikan konflik. Selamat membaca, semoga terinspirasi.

Literature

Page 29: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

56 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 57Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Book Review

Kehidupan yang biasa-biasa saja dijalani, Anda adalah pribadi yang spesial. Dari pengalaman memberikan In House Training, Public Seminar maupun Personal Coaching bagi puluhan ribu peserta, penulis mengetahui bahwa setiap orang termasuk Anda memiliki potensi terpendam yang luar biasa untuk mencapai kesuksesan. Maka Haryanto Kandani menulis buku the achiever ini agar Anda bisa mengetahui rahasia serta cara untuk membangkitkan potensi Anda dengan mengubah pola pikir serta kebiasaan-kebiasaan lama menjadi pola pikir dan kebiasaan-kebiasaan seorang pemenang.

Dalam waktu singkat sejak diterbitkan, buku the achiever mendapatkan predikat “Recommended Book” dan “Best Seller” dari Kompas Gramedia Group. Adam Khoo, seorang pelatih sukses no 1 di Asia dan penulis buku terlaris juga memberikan endorsement untuk buku the achiever : “A great book that share with you the secrets of how anyone can learn to be a successful high-achiever in life.” Dan buku ini adalah updated dari buku The Achiever terdahulu. Lebih up-to-date, plus diberikan bonus CD Audio terkini tentang motivasi dari Haryanto Kandani.

Author : Haryanto Kandani Publisher : Elex MediaPublish : 27 Juni 2012Pages : 320Dimension (mm) : 150 x 230

THE ACHIEVER

Setiap presentasi ditujukan untuk maksud tertentu. Apa pun tujuannya, setiap presenter ingin tujuan itu tercapai. Begitu juga seluruh tim manajemen, desainer, atau pendukung lainnya ingin tujuan itu tercapai. Presentasi hanya akan mencapai tujuan bila memenuhi karakteristik impressive, powerful, actual, contextual, dan trustworthy atau disingkat Impact. Karakteristik tersebut tidak dibangun sendiri-sendiri. Kelimanya dibangun secara terpadu, dimulai saat kita menyiapkan bahan, menata layout, membuat ilustrasi, mengolah data, hingga melakukan presentasi. Proses penyiapan hingga pelaksanaan presentasi yang sepenuh hati akan menghasilkan presentasi yang hebat.

Buku ini akan membahas bagaimana mencapai kelima karakteristik tersebut. Buku ini akan membahas bagaimana mempersiapkan presentasi; menata layout, warna, huruf, ilustrasi; mengolah data; serta berbagai hal lainnya. Akan dibahas pula bagaimana melakukan presentasi yang efektif. Pada akhir buku ini disajikan beberapa contoh slide presentasi dari para presenter, yang disiapkan dan dipresentasikan dengan luar biasa.

Author : Tedy J. SitepuPublisher : GramediaPublish : 21 Juni 2012Pages : 178Dimension (mm) : 190 x 220

PRESENTATION WITH IMPACT

Author : Adam KhooPublisher : Elex MediaPublish : 16 Juni 2012Pages : 288Dimension (mm) : 150 x 230

LUCKY BASTARD

Beginilah cara agar anda dapat mengembangkan bisnis Internet yang menguntungkan dan memecat bos Anda tanpa ampun! Jujur sajalah. Sebagian besar dari kita memimpikan penghasilan yang melimpah sehingga kita bisa berhenti dari pekerjaan yang membosankan, dengan waktu dan kebebasan untuk melakukan apa saja yang kita inginkan.

Temukan bagaimana pemuda berusia 25 tahun ini, dengan gaya khas “Lucky Bastard”, dalam satu momen luar biasa di usianya yang ketika itu masih 18 tahun, membuat keputusan mengejutkan yang mengubah arah hidupnya, selamanya! Keputusan itulah yang membawanya ke dunia Internet Marketing, mengembangkan dan menikmati pemasukan ratusan ribu dolar dari bisnis online, dengan bekerja hanya empat jam sehari.

Dalam buku serius tapi santai ini, Anda akan mempelajari rumus langkah demi langkah yang mengantarkan Adam bisa menikmati hidup sesuka hatinya, atau bahkan dengan cueknya menikmati liburan hedonis kapan saja dia mau, sambil tetap memperoleh pemasukan ratusan ribu dolar dari rumah.

Berbelanja Rp 200.000,- di Gramedia & menangkan ratusan hadiah istimewa *(Setiap berbelanja min. Rp 200.000,- dapatkan 1 (satu) lembar kupon undian (berlaku kelipatan) 2 Toyota Avanza & ratusan hadiah menarik lainnya) Di Gramedia Duta Plaza

SCHOOLHOLIDAY FAIR 2012

1J

un

i -

31

Ag

us

t

Pick Up PointLestari Teuku UmarJl. Teuku Umar 110 Denpasar

Lestari ThamrinJl. Thamrin No. 31 Denpasar

Lestari GatsuJl. Gatot Subroto No. 356

Lestari RenonJl. Letda Tantular No. 1 Blok A 16

Lestari MelatiJl. Melati No. 69 Denpasar

Lestari TohpatiJl. Wr Supratman No. 311

Lestari Sanur Jl. By Pass Ngurah Rai

Auto Bridal 1 Jl. Sunset Road

Auto Bridal 2 Jl Sudirman

Orange BakeryJl. Teuku Umar

Salon New MelatiJl. Badak Agung

Joger Kuta

Warung SubakJl. Astasura

CNIPertokoan Kuta Galleria

Krisna KutaJl. Sunset Road

Krisna Denpasar 1Jl. Nusa Kambangan

Krisna Denpasar 2Jl. Nusa Indah

Krisna TubanTuban

Gramedia Duta PlazaJl. Dewi Sartika

Gramedia NikitaJl. Gatot Subroto Timur

Apotik AnugrahJl. Pattimura Kopi Bali HouseJl. By Pass Ngurah Rai

Hotel Aston DenpasarJl. Gatot Subroto Tengah

Pop Harris HotelJl. Teuku Umar

Fave HotelJl. Teuku Umar

Cempaka Lounge AirportBandara Ngurah Rai

Mandiri Lounge AirportBandara Ngurah Rai

Padma Lounge AirportBandara Ngurah Rai

1Vol. 29 | Mei - Juni 2012

ISSN: 2087-5975

www.money-and-i.com

Navnit AnandThe Mind Of Body & Soul

Ayu Laksmi Coming Out of The Dark

Vol. 29 Mei - Jun 2012

Page 30: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

58 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 59Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Insight

data SUSENAS, jumlah kelompok ini pada tahun 2009 saja sudah mencapai 2,2 juta. Jumlah mereka terus meningkat sehingga Indonesia merupakan pasar yang sangat prospektif bagi para manager investasi.

Seperti tercermin dari FGD (focus group discussion) yang saya lakukan akhir tahun lalu, konsumen kelas menengah adalah kelompok masyarakat yang sudah sadar mengelola aset-aset mereka secara sistematis. Prosesnya berjalan secara natural. Karena mereka mulai memiliki dana menganggur yang cukup besar, akan sayang jika dana berlebih tersebut tidak berkembang. Kalau dana mereka masih kecil, maka menyimpan dana tersebut dalam bentuk tabungan biasa tidak menjadi masalah. Namun ketika dananya sudah cukup besar maka mereka mulai berpikir bagaimana dana tersebut bisa menghasilkan return yang lebih besar.

Karena itu mereka mulai mencari instrumen-instrumen investasi yang sesuai dengan kebutuhan keuangan mereka. Pilihannya beragam, mulai dari memilih saham atau reksadana yang berisiko. Ada memilih investasi melalui pembelian properti. Atau pilihan yang aman seperti deposito atau obligasi pemerintah. Riset yang

dilakukan oleh Knight Frank dan Citi Private Bank misalnya, menemukan sasaran investasi mereka terutama adalah obligasi pemerintah, dana tunai, dan emas yang relatif lebih aman. Intinya mereka mulai berpikir bahwa duit menganggur tersebut harusnya bekerja untuk mereka; bukannya mereka yang bekerja untuk mencari duit.

Saya sering menggunakan istilah mass luxury untuk menyebut produk atau layanan yang dulunya hanya dimonopoli oleh segelintir kalangan atas, tapi kemudian turun kelas mulai diadopsi secara massal oleh konsumen kelas menengah. Saya sering menyebut mobil, iPad, TV flat, tiket pesawat, atau liburan ke luar negeri sebagai contoh aktual dari mass luxury. Barang-barang tersebut awalnya dimonopoli milik orang kaya, tapi kemudian menjadi merakyat milik orang kebanyakan.

Nah, di industri perbankan saya melihat tren fenomena mass luxury ini pun terjadi ketika instrumen-instrumen investasi keuangan diadopsi secara massal oleh konsumen kelas menengah. Ketika jumlah kelas menengah ini kian signifikan, maka tak terelakkan lagi layanan keuangan tersebut akan menemukan critical mass-nya.

Saya punya teman seorang brand manager di se-buah perusahaan consumer good

terkemuka di Jakarta. Teman asal Klaten ini termasuk workaholic karena kesehariannya hanya kerja dan kerja. Ya, karena belum ada anak dan istri, ditambah lagi ia tinggal sendirian alias kos di Jakarta. Karena berprestasi dan kerja sepenuh hati, belum sampai lima tahun posisi empuk brand manager ia raih, tentu dengan gaji yang lumayan.

Karena terbiasa prihatin sejak kecil, pengeluarannya perbulan minim. Ia nggak hobi belanja atau makan-makan di mal. Ia nggak hobi mengoleksi gadget seperti banyak dilakukan temen-teman profesional muda. Ia juga tidak hobi travelling menghabiskan uang. Akibatnya gampang ditebak, gajinya tiap bulan praktis utuh.

Lalu dikemanakan uangnya yang menganggur? Ini yang tidak saya duga. Rupanya si teman piawai mengelola aset yang dimilikinya. “Ada yang di deposito, ada yang diinvestasikan di properti, lalu satu lagi diinvestasikan di reksadana,” ujar si teman ketika saya tanya ke mana lari gajinya. Saya tak menduga si teman begitu rapi mengelola uangnya, karena setahu saya ia lugu dalam hal mengurus duit. Ya karena seumur-umur tidak pernah punya uang banyak.

Kelas Menengah BaruTeman saya di atas adalah potret kelas menengah baru Indonesia. Awalnya dari kampung, berasal dari keluarga sederhana, pintar di sekolah sehingga mampu belajar sampai ke universitas. Berbekal sekolah dan pengetahuan mereka berurbanisasi ke ibukota untuk mengadu nasib. Pengetahuan memang ampuh menjadi alat pendongkrak status ekonomi. Dengan pengetahuan yang didapat di universitas mereka bisa mendapatkan pekerjaan bagus

Duit Menganggur...

No Way!dan survive hidup di Jakarta. Dengan “kultur kampung” yang prihatin dan kerja keras mereka sukses berkompetisi di antara kolega-koleganya di kantor sehingga posisi demi posisi empuk diraihnya. Sukses karir tentu saja diikuti dengan sukses fulus. Maka dua-tiga tahun bekerja, biasanya mereka mulai punya duit berlebih. Apalagi di awal-awal bekerja umumnya mereka belum berkeluarga sehingga banyak porsi duitnya menganggur (discretionary income).

Kelas menengah baru ini umumnya sangat knowledgeable dan technology savvy, karena itu mereka banyak membaca buku dan googling untuk mencari informasi mengenai bagaimana mengelola aset miliknya. “Gara-gara baca buku Cashflow Quadrant-nya Robert Kiyosaki saya jadi tahu bagaimana mengelola duit,” begitu komentar teman saya mengenai bagaimana awalnya ia sadar untuk mengelola keuangannya. Melalui internet mereka juga aktif berburu informasi mengenai instrumen-instrumen investasi keuangan seperti saham, reksadana, obligasi, unit link, dan lain-lain.

Asset Management Saya memperkirakan kelompok kelas menengah yang memiliki potensi dana berlebih untuk diinvestasikan ke dalam berbagai instrumen keuangan ini ada di segmen kelas menengah atas (upper middle-class) yang memiliki rentang pengeluaran perhari $10-20. Menurut

Insight

YuswohadyPraktisi Pemasaran dan ex. Sekjen Indonesia Marketing Association

Page 31: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

60 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 61Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Lestari InstituteKomunikasi

EfektifBanyak praktisi yang meyakini, bahwa 90%

keberhasilan seseorang karena keterampilannya berkomunikasi, bahkan sebuah riset

menunjukkan bahwa hampir 70% seorang calon tenaga kerja akan diterima bekerja setelah melewati sesi interview, semakin baik penguasaan komunikasinya, maka semakin baik pula kesempatannya meyakinkan perusahaan untuk menerima dirinya, sekalipun test lainnya gagal. Kemampun berkomunikasi inilah yang menjadikan seseorang memiliki nilai tambah untuk meningkatkan karirnya.

Secara definitif, komunikasi adalah proses pengiriman atau penyampaian gagasan, ide atau pemikiran dari tujuan si pengirim kepada si penerima, dan menjadi efektif jika dalam proses tersebut dilakukan tanpa terjadi salah pengertian sehingga menciptakan tindakan yang produktif.

Ada bermacam teknik untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi, sehingga nantinya berdampak

pada produktifitas kerja baik perseorangan ataupun dalam sebuah tim. Terlebih jika komunikasi tersebut harus disampaikan oleh karyawan berlevel middle management, kemampuannya dalam menyampaikan job desc atau perintah kerja kepada timnya bisa memberikan efek positif jika dilakukan dengan tepat.

Pertama dengan memahami unsur komunikasi yang terdiri dari verbal dan non verbal. Dimana peran verbal ternyata hanya berkisar 0-7% saat komunikasi dilakukan, namun lebih dari 55% oleh bahasa tubuh dan 38% dari tone suara, seperti facial/mimik, gesture/gerak mata atau tangan sampai dengan postural. Proporsi non verbal inilah yang justru berpengaruh besar, mulai dari menunjukkan intensitas emosi, permainan intonasi suara sampai dengan menularkan antusiasme semua dilakukan dalam komunikasi non verbal tersebut.

Apakah saat ini Anda telah memiliki kemampuan komunikasi tersebut? Anda bisa menilainya melalui form berikut :

Jika hasil pengisian form menunjukkan akumulasi total nilai 30-35, maka kemampuan komunikasi Anda masih dapat ditingkatkan. Kabar baiknya, teknik komunikasi tersebut bisa dipelajari, lakukan segera dan tingkatkan produktifitas bisnis Anda.

Dipersembahkan oleh Lestari Institute

Page 32: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

62 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 63Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Socialita Socialita

Berkecimpung di dunia entertaint sejak kecil, apakah ini sebuah keputusan karir yang memang berawal dari diri sendiri, atau ada pengaruh dari orang tua?

Dari awal terjun ke entertaint itu karena memang suka, dari TK sudah suka menyanyi, suka menari, dan justru orang tua nggak terlalu memberikan dorongan. Mereka justru ingin saya berprestasi di akademik. Jadi waktu pertama saya mau gabung ke sebuah agency, orang tua memberi syarat harus rangking dulu. Dan syukurnya dari kelas 1 SD sampai dengan 3 SMU saya selalu masuk rangking 3 besar. Karena waktu kelas 2 SD itu bisa dapat rangking, maka masuklah saya ke sebuah agency, disana saya belajar olah vokal dan fashion. Jadi

Ada lebih dari 50 prestasi dan penghargaan yang diraih mantan artis cilik ini, padahal saat ini usianya masih tergolong belia. Sejak TK sudah mulai aktif diberbagai aktifitas, itu artinya dengan 15 tahun perjalanan karirnya, maka setiap tahunnya

perempuan yang saat ini sudah membintangi 22 judul FTV tersebut membukukan 3-4 penghargaan per tahunnya dengan berbagai genre, mulai dari fashion, lomba presenter, membaca berita sampai dengan menyanyi. Hal ini jelas bukan prestasi yang bisa dilakukan oleh banyak orang. Saat ini aktifitasnya semakin padat dengan berbagai permintaan untuk menggunakan jasanya sebagai MC diberbagai kegiatan-kegiatan komersil. Bahkan disela-sela proses make up yang dilakukan sebelum proses photo untuk majalah ini, wanita yang juga jawara Miss Emvee tahun 2011 ini masih sempat menerima panggilan telepon untuk sebuah job MC.

Bagi Anda penikmat acara Made in Bali di Dewata TV, tentu sudah tidak asing dengan wajah wanita yang satu ini. Kediamannya yang juga merupakan penginapan Janji Inn di Kuta, pemilik nama lengkap Ni Luh Christina Prapmika Jayanti yang kerap di panggil Titin ini, menyampaikan cerita perjalanan karirnya hingga meraih berbagai prestasi dan penghargaannya tersebut. Bagaimana dia mengawalinya?

ya masuk agency itu sebuah hadiah karena mendapat rangking.

Dari sanakah kemudian berkembang?

Setelah 6 bulan saya direkrut oleh Yong Sagita, dengan kualitas vokal anak-anak saat itu, saya dinilai salah satu yang terbaik, karenanya dengan dua orang teman lainnya kita diajak membuat album, maka muncullah Dedari, grup vokal anak-anak, itu waktu saya kelas 3 SD. Kemudian kita bertiga membuat studio sendiri. Dari sana saya berkembang, karena sering perform dan suka ngomong, maka saya dapat tawaran menjadi MC. Mulailah saya coba-coba pekerjaan itu, pertama ada perusahaan percetakan yang meminta saya menjadi MC

disebuah acara sekaligus menyanyi. Bahkan di kelas 6, saya sudah mulai mengembangkan koreo sendiri, malah dari sini saya pernah diminta bantuan kakak-kakak SMU membuat koreo mereka.

Terjun ke televisi waktu ikut lomba presentar, lomba pemilihan citra berprestasi yang diadakan oleh Bali TV dan dapat juara dua. Nah oleh Bali TV saya ditawari sebagai presentar program pendidikan anak-anak Melali sambil Melajah. Dari sanalah saya mulai menjadi MC freelance yang lebih profesional karena berbayar, walaupun belum sesering sekarang. Bila saya hitung, pengalaman saya menjadi MC dari SD dulu sampai dengan sekarang sudah 79 kali perform. Selain di televisi, saya juga pernah menjadi

Christina Prapmika Jayanti

Smart Girl Who Lives Between Fashion, Singing & Modelling

Biasanya saat ultah, saya ke rumah sakit dan memberikan bantuan ke mereka yang membutuhkan.

“ ..waktu pertama mau gabung

ke sebuah agency, orang tua memberi syarat harus

rangking dulu. Dan syukurnya dari

kelas 1 SD sampai dengan 3 SMU

saya selalu masuk rangking 3 besar.

Page 33: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

64 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 65Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Socialita Socialita

penyiar selama 3,5 tahun di radio Cassanova dari kelas 1 SMU sampai kuliah.

Sekarang, masih aktif syuting untuk program televisi?

Saya membintangi 22 judul FTV, dikontrak selama satu tahun. Disana saya mendapat peran sebagai pembantu utama, jadi itu peran dimana saya sering menjadi tokoh antagonisnya. Kalau di televisi, saya membawakan 3 program di Dewata TV, Made in Bali tiap hari Rabu jam 5 sore, program yang berkaitan soal kerajinan dan kewirausahaan. Kemudian program “Menuju sehat dengan herbal”, dan program ketiga off air dari perusahaan sepeda motor, namun ditayangkan reguler.

Untuk fesitival, kapan mulai terjun?

Tahun 2007 sudah ikutan festival, waktu itu Mama & Leon yang

mengadakan, namanya Putra Putri Klambi, kita disana menjadi brand ambassador untuk produk mereka. Cuma waktu itu nggak sampai juara 1, kemudian tahun 2008 ikutan Jegeg Bagus dan Runner Up 1 untuk Kabupaten Badung, baru kemudian ikut pemilihan Putri Emvee dan menjadi pemenang.

Nggak terpikir untuk lanjut ke festival yang skalanya lebih besar, seperti Miss Indonesia misalnya?

Sebenarnya ada harapan kesana, dari sisi waktu juga masih memungkinkan, tapi sepertinya nggak, saya ingin menyelesaikan kuliah, tetap nge MC dan buka usaha nantinya.

Jika harus memilih, mana yang akan diprioritaskan antara MC, main film, fashion atau menyanyi?

MC, karena saya suka ngomong,

passion saya suka menghibur orang, nggak wasting time juga dengan fee yang sangat menghargai kerja kita he..he… kalau film kan syutingnya lama.

Berarti untuk jangka pendek?

Ya lulus kuliah dulu, sambil mengembangkan talent, dan kalau bisa bekerja sama dengan banyak orang, dan bisa menjadi presentar yang menasional.

Apa yang belum tercapai saat ini?

Yang belum terpenuhi buka usaha, ingin punya usaha sendiri. Banyak

juga pertimbangan lain untuk perencanaan ke depan, termasuk keinginan untuk sekolah lagi keluar negeri.

Lho bukannya penginapan Janji Inn ini milik keluarga, kan nantinya bisa menjadi penerus?

Saya kan anak perempuan, dan masih ada adik-adik juga. Dan ada juga yang cowok. Saya inginnya mengembangkan usaha yang lain, yang kepikiran sekarang sih membuat café, atau kalau selesai kuliah nanti menjadi psikiater karena sekarang kuliah jurusan psikologi. Masih banyak keinginan

lainnya, seperti buka kursus public speaking kalau sudah banyak pengalaman. Saat ini sudah mulai belajar sambil membantu sesekali di usaha salon milik orang tua, tapi mereka juga sudah wanti-wanti agar saya punya usaha sendiri.

Saya lihat salah satu penghargaan yang pernah Anda terima sebagai pembaca presenter berita terbaik?

Iya, saya sebenarnya juga tertarik jadi presenter berita, tapi mungkin belum untuk televisi lokal karena berbagai pertimbangan, tapi tertarik kalau bisa menjadi presenter berita di televisi nasional. Saya juga suka nulis, semacam novel fiksi, draftnya sudah dibuat dari kecil, sekarang mungkin sudah selesai sekitar 70%, saya inginnya sih nanti dicetak, tapi sementara nulisnya masih stop.

Selain MC, ada kegiatan diluar entertaint?

Setiap tahun saya selalu melakukan kegiatan sosial, seperti berkunjung ke yayasan anak-anak berkebutuhan khusus. Biasanya saat ultah, saya ke rumah sakit dan memberikan bantuan ke mereka yang membutuhkan.

Sukses untuk karirnya ya Tin, semoga terus berkembang kedepannya!

Sama-sama, doa’in ya..

Page 34: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

66 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 67Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Tidak sedikit penonton yang menitikkan air mata saat menyaksikan film berjudul The Pursuit of Hapiness, yang dibintangi oleh Will Smith dan

putra kandungnya, sebuah film yang menceritakan kehidupan seorang bernama Chris Gardner, sosok impian Amerika yang bertransformasi dari gelandangan menjadi multi jutawan.

Lahir di Milwaukee, Winconsin pada 9 Februari 1954, dengan nama lengkap Christopher Gardner. Kehidupannya dimulai dengan kondisi memprihatinkan, sebagai satu-satunya anak laki-laki dalam keluarga dan diasuh oleh ibunya sebagai orang tua tunggal. Ibunya sendiri berprofesi sebagai guru, dan bekerja paruh waktu untuk mendapatkan tambahan pendapatan. Praktis Gardner tumbuh tanpa kasih sayang ayah. Namun bagi Gardner, tempat terburuk di dunia adalah rumah dimana ia tinggal bersama ibu dan ayah tirinya, sosok ringan tangan dan dengan lebih kejam daripada disiplin militer Amerika Serikat. Dalam perjalanannya, Gardner berpindah dari rumah saudara ke rumah panti asuhan. Setelah putus sekolah tinggi, Gardner berbohong tentang usia dan bergabung dengan US Navy. Ia berharap untuk menjadi seorang tenaga medis dan bisa keliling dunia, tetapi itu tidak pernah dicapainya. Ia hanya sampai di North Carolina. Namun, pengalaman itu mempertemukan Gardner ke seorang ahli bedah jantung, yang kemudian mempekerjakan Gardner sebagai asisten penelitian klinis di University of California Medical Centre di San Francisco. Sekalipun pekerjaan ini dinikmatinya, namun penghasilan $ 7,400 per tahun mendorongnya untuk melakukan hal yang lebih. Hal ini kemudian menjadikan dirinya sebagai penjual alat medis dengan

Front of Mind Front of Mind

The American Dream, Pelonjat kuadran paling ekstrem!

Chris Gardner penghasilannya mencapai $ 16.000 per tahun.

Namun periode titik balik dijumpainya ketika Gardner hendak memuat peralatan ke mobilnya, sebuah Ferrari merah melintasinya dan membuat Gardner langsung jatuh cinta. “Saya bertanya kepada pria pemilik Ferrari itu dua pertanyaan,” kenang Gardner. “Pertama, ‘apa yang Anda lakukan?’ Yang kedua adalah,’ Bagaimana Anda melakukan itu?‘”

Jika Anda sudah menonton filmnya, maka Anda tentu sudah mengetahui kelanjutan ceritanya, karena seolah sudah ditakdirkan, pengemudi Ferrari adalah seorang pialang saham. Ketika Gardner mendengar bahwa orang itu berpenghasilan lebih dari $ 80.000 sebulan, ia memutuskan bahwa menjadi pialang saham adalah masa depannya. Tanpa pendidikan, tidak ada pengalaman, dan tidak ada koneksi, namun semua itu tidak menghentikan Gardner untuk mencapai mimpi barunya.

Gardner kemudian melamar diperusahaan sekuritas dan melewati berbagai seleksi ketat. Dengan kemampuan komunikasinya, Gardner mampu meyakinkan para petinggi perusahaan untuk menerimanya. Namun dengan status magang tanpa gaji selama beberapa bulan, menjadikan hal ini sebagai salah satu periode terkelam dalam hidupnya. Bekerja tanpa gaji dan secara bersamaan istrinya meninggalkan Gardner dengan seorang anak. Sebagai ayah tunggal dengan pekerjaan tanpa gaji, memaksa Gardner hidup sebagai gelandangan karena tidak mampu membayar tempat tinggal. Tidur di kamar mandi stasiun kereta api bersama putranya, sembari menyempatkan waktu untuk menjual peralatan medisnya. Baru belakangan dirinya mulai mendapatkan tempat disebuah wisma khusus bagi gelandangan, namun wisma dengan jumlah kamar terbatas itu menjadikan Gardner dan putranya harus berlarian sepulang kerja untuk antri dan mendapatkan jatah kamar setiap harinya. Bajunya pun hanya dua pasang, dan harus dipakai bergantian ketika yang satu dicucinya.

Namun semangat dan kerja kerasnya perlahan mulai terbayarkan, salah satu bentuk kedisiplinannya terlihat dengan bagaimana Gardner mengenakan dua buah jam tangan saat ini. Satu di tangan kiri menunjukkan waktu

di Chicago, dan di kanan menunjukkan waktu di Afrika Selatan. Dia melakukan ini agar tidak pernah terlambat bekerja. Dia berkata, “Jika saya terlambat satu kali saja, maka saya akan rugi sebesar 50.000 dolar. Jadi saya pikir akan lebih murah jika saya mengenakan dua jam tangan.” Itu sebabnya Gardner tidak segan membeli jam tangan yang masing-masing seharga 10.000 dolar itu.

Selepas masa magang yang fenomenal karena Gardner mampu mendapatkan beberapa klien besar, dirinya kemudian diterima dengan bayaran sebagai pialang saham. Kejelian serta keluwesannya berinteraksi menjadikan karirnya meroket cepat dan mampu mendapatkan banyak klien yang bersedia keuangannya di kelola olah Gardner.

Pada tahun 1987, Chris Gardner mendirikan perusahaan pialang, Gardner Rich & Co di Chicago, Illinois, sebuah perusahaan pialang yang mengkhususkan diri dalam pelaksanaan utang, ekuitas dan transaksi produk-produk derivatif untuk beberapa lembaga terbesar negara, pensiun publik dan serikat pekerja. Perusahaan baru itu dimulainya dari apartemen kecil Presidential Towers, dengan modal awal sebesar $ 10.000 dan perabot meja kayu yang berfungsi sebagai meja makan keluarga. Gardner dilaporkan memiliki 75 persen dari perusahaan pialang saham dengan sisanya dimiliki oleh perusahaan Hedge Fund. Dia memilih nama “Gardner Rich” untuk perusahaannya karena ia menganggap Marc Rich, sebagai salah satu perusahaan berjangka yang paling sukses di dunia. Setelah Gardner menjual sahamnya dalam kesepakatan jutaan dolar pada 2006, ia menjadi CEO dan pendiri dari Christopher Gardner International Holdings, dengan kantor di New York, Chicago, dan San Francisco.

Chris Gardner dan anak, tak lama setelah periode mereka tunawisma seperti digambarkan dalam The Pursuit of

Happyness. Dalam kehidupan nyata, Chris muda berumur dua tahun saat ia dan ayahnya menjadi tunawisma.

Foto: www.chrisgardnermedia.com

Page 35: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

68 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 69Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Lestari Renon

BPR Lestari cabang Renon, merupakan satu dari tiga cabang Lestari

yang didirikan pada tahun 2008 lalu, lokasinya sangat strategis di tengah kota Denpasar yang mudah dijangkau khususnya bagi mereka yang berada diseputaran Renon, tepatnya di Pertokoan Dewata Square Jl. Letda Tantular No. 1 Blok A 16. Cabang Lestari yang satu ini berada diantara perusahaan dengan brand besar seperti Adira, Mama & Leon dan Oriflame yang berada dikawasan pertokoan yang sama.

Perjalanan selama 5 tahun, menjadikan Lestari Renon sebagai salah satu cabang Lestari dengan raihan prestasi yang tidak main-main, dengan jumlah tim sebanyak 9 orang, mereka saat ini mengelola portfolio investasi hampir 140 miliar. Ini artinya sudah mendekati 150 miliar sebagai raihan target yang hendak diraih. “Melihat performa tahun lalu, kami optimis bisa mencapai target tersebut, pasti bisa,” ucap Oliva Isvansony selaku Branch Manager.

Wanita yang juga Bachelor of Science in Business Administration Hawaii Pacific University, USA ini juga menyampaikan, bahwa target tersebut sebenarnya sudah tercapai pada tahun lalu, namun pada periode tutup buku akhir tahun banyak nasabahnya yang membeli aset, maka target tersebut gagal terwujud.

Pengalamannya bekerja di Standard Chartered selama 3

BPR Lestari Renon

tahun pada bidang Consumer Banking menjadi modal baginya untuk memahami dengan baik kebutuhan para nasabahnya dan memberikan advise berkaitan dengan wealth management. Hal ini menjadikan Lestari Renon perkasa di pengelolaan deposito dan tabungan.

“Namun kami juga ingin meningkatkan funding kita, saat ini kredit yang kita salurkan dikisaran 60 Milyar, tapi kami optimis bisa mencapai 90 milyar pada tahun ini,” ucap Olivia yang sudah bergabung di Lestari sejak tahun 2007 lalu.

Jadi masih banyak kesempatan bagi Anda yang membutuhkan bantuan kredit, hubungi 0361-229931 [Hunting] untuk mendapatkan berbagai informasi berkaitan dengan masalah keuangan Anda.

Pertokoan Dewata SquareJl. Letda Tantular No. 1 Blok A 16 Denpasar

Telp. 0361-229931 (hunting)

Olivia IsvansonyBranch Manager

BPR Lestari Renon

Tim Lestari RenonTerdiri dari 3 tim

funding, 2 administrasi dan marketing

Front OfficeNyaman dengan

layanan cepat bersahabat

Page 36: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

70 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 71Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Growth Strategies Growth Strategies

I Made Wenten B.Kabid Support & Operation BPR Lestari

Tuhan itu maha adil. Setiap orang diberikan account (rekening), dan setiap bangun pagi account yang dimiliki oleh setiap orang akan diberikan nilai atau saldo yang sama tanpa terkecuali.

Setiap bangun pagi Tuhan akan mengisi saldol tersebut sejumlah 86,400. Sepanjang hari, kita bisa menukar saldo tersebut dengan hal apapun, dan kita memiliki kebebasan penuh untuk itu. Jadi dengan apa saldo tersebut kita tukar, terserah kita.

Di malam hari pada saat kita tidur saldo tersebut secara otomatis akan lenyap, hilang. Dan esok harinya pada saat kita terbangun, saldo tersebut akan terisi kembali. Dan kemudian kita bisa habiskan sesuka kita.

Saldo tersebut adalah waktu dalam detik, semua orang memiliki waktu yang sama kan? Waktu tersebut bisa kita tukar dengan apa saja kan? Dan kita memiliki kebebasan penuh untuk menentukan apa yang dilakukan untuk menghabiskan waktu tersebutkan?

Dan bagaimana hidup kita sekarang dan nanti itu ditentukan oleh bagaimana cara kita menghabiskan saldo rekening waktu kita. Kita bisa menghabiskan dengan cara melakukan hal yang bermanfaat atau tidak? Kita bisa melakukan hal yang penting atau biasa saja.

Saya tulis ulang cerita diatas untuk berbagi inspirasi dengan Anda. Saya punya temen kantor, orangnya pinter, penampilannya bagus, komunikasinya bagus dan

nyeberang di jalan, sepertinya nggak janji deh kalau ada yang bantuin.

Dan ada satu orang yang berbeda. Berbeda karena kita tidak bisa tebak. Kadang dia sangat bersemangat terkadang tidak sama sekali. Kadang dia sangat detil kadang ceroboh. Kadang pekerjaan tertentu dia lakukan sangat bagus, kerjaan lain bisa berantakan.

Kita bingung memperhatikan , ini anak sebenarnya bagaimana sih?

Lama-lama benang merahnya ketemu. Ada kesamaan antara pekerjaan-pekerjaan yang dikerjakan dengan baik, yaitu pekerjaan tersebut ada unsur fun-nya. Kalau ada pekerjaan dengan unsur fun, maka orang ini akan bersemangat, bergairah dan sangat detil.

Dan apabila ada pekerjaan sangat penting yang tidak ada unsur fun-nya maka dia akan memilih mengerjakan pekerjaan yang tidak begitu penting yang ada unsur fun-nya. Dan pekerjaan penting yang tidak ada unsur fun-nya ini menjadi terabaikan. Jadi ingat sama tipsnya Peter Drucker, kalau ingin menjadi orang yang efektif hal pertama yang harus dipikirkan adalah “What needs to be done?”, apa yang harus diselesaikan.

Peter Drucker menyampaikan, bahwa kita sebaiknya melakukan pekerjaan yang masuk kategori “apa yang harus dilakukan atau di selesaikan” bukan apa yang ingin dilakukan. Jadi ingat dan malu sama diri sendiri, yang kadang masih mendahulukan melakukan apa yang yang ingin dilakukan daripada yang harus.

segini banyak guru yang ngajarin mereka, jangan-jangan kepala mereka bisa bengkak kebanyakan ilmu”

Pada saat program pengembangan hanya berupa training kelas, diskusi serta on the job training mereka terlihat memiliki kualitas yang sama. Sama-sama pintar, sama-sama bersemangat, sama-sama kritis dan sama-sama kreatif.

Dan mereka semua baru terlihat berbeda, pada saat mendapatkan tugas memimpin sebuah project. Beberapa orang terlihat masih sama, yaitu tetap menunjukkan kualitas yang bagus.

Beberapa orang lainnya mulai terlihat biasa-biasa saja. Mungkin karena berbeda jauh antara teori dengan praktik. Beda jauh antara ilmu dengan aplikasi dilapangan. Mirip seperti kalau soal di PMP (mata pelajaran jaman dulu), “Kalau ada nenek-nenek meyeberang maka kita harus?” dengan serentak kita akan menjawab benar “Membantu menyeberangkan Bu Guru”. Tetapi kalau beneran ketemu nenek-nenek lagi

juga bersemangat. Bersama-sama rekan seangkatannya, mereka merupakan recruitment terbaik.

Kita berharap banyak bahwa kedepan, dia bersama rekan-rekannya bisa kita titipkan tugas dan tanggung jawab yang banyak. Untuk mengembangkan kemampuan mereka, kita siapkan program pengembangan khusus yakni Management Development Program.

Pendidikan pengembangan ini berlangsung selama setahun. Terdiri dari training di kelas, on the job training di hampir semua bagian, termasuk juga coaching (bimbingan).

Tidak tanggung-tanggung, semua “tokoh persilatan” dari perguruan BPRLestari ikut membimbing mereka. Dari direksi, HRD, Kepala Kantor dan tokoh lain dari bagian manajemen.

Saking banyaknya orang yang membimbing mereka, sampai ada pikiran aneh di kepala saya. “Kalau sampai

“WHAT NEEDS TO BE DONE?”

“Kita sebaiknya melakukan pekerjaan yang masuk

kategori “apa yang harus dilakukan atau di selesaikan”

bukan apa yang ingin dilakukan”

Page 37: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

72 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 73Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Aburizal Bakrie resmi dicalonkan menjadi capres oleh Partai Golkar. Dan seperti biasa mulailah janji-janji ditebarkan. Salah satunya adalah, jika ia terpilih menjadi Presiden, upah minimum

regional akan dinaikkan menjadi minimal 2 juta rupiah.

Sudah bisa ditebak, ini merupakan cara untuk mendapatkan simpati dari kaum buruh. Tidak ada yang salah dengan maksud mulia meningkatkan kesejahteraan kaum buruh itu. Kaum buruh selama ini merupakan salah satu komponen masyarakat yang termiskin, selain

Notes from a Friend Notes from a Friend

Alex P. ChandraCEO BPR Lestari

petani dan nelayan. Dan tugas seorang presidenlah yang mengusahakan mensejahterakan komponen terbesar masyarakat Indonesia itu.

Tetapi policy menaikkan UMR, jika tidak dibarengi dengan keberhasilan menggenjot pertumbuhan akan mengakibatkan para pengusaha akan merugi. Bayangkan ongkosnya naik, sementara omzetnya stagnan atau menurun.

Jika policy yang populer tadi, yaitu menaikkan UMR, tidak dibarengi dengan keberhasilan dunia usaha bertumbuh, akan mengakibatkan pengusaha memberhentikan para buruhnya. Dan jika itu terjadi, kebijakan yang baik tadi malah mengakibatkan naiknya pengangguran. Pengangguran identik dengan kemiskinan dan kejahatan.

Yang saya maksudkan disini adalah bahwa setiap policy itu selain memiliki short-term benefit selalu memiliki secondary effect atau long-term consequences. Dan seringkali dalam politik, short-term benefit-nya yang diutamakan, sementara secondary effect dan long-term consequences-nya diabaikan.

Di Amerika misalnya adalah policy rent-control. Artinya pemilik apartemen (land-owner) dibatasi dengan Perda

untuk tidak boleh menaikkan harga sewa apartemennya. Tujuannya mulia, agar setiap orang dapat memiliki apartemen dan tidak dipajaki se-enak-enaknya oleh sang pemilik gedung. Tapi yang terjadi adalah, karena tidak ada return yang memadai, para pemilik gedung (investor) tidak lagi memelihara gedungnya dengan baik. Kualitas bangunan merosot. Harga properti merosot. Wealth dari kota itu ikut merosot.

Dan karena tidak ada insentif yang memadai, maka para investor enggan membangun apartemen baru. Mereka mengalihkan investasinya ke daerah-daerah yang memberikan insentif lebih baik. In the long run, karena tidak ada lagi gedung-gedung apartemen yang didirikan, maka lambat laun, jumlah apartemen menjadi short. Apartemen menjadi langka. Orang-orang tidak mempunyai tempat tinggal.

Policy yang tujuannya baik, dalam jangka panjang justru menghancurkan kota tersebut. Masalahnya adalah short-term benefit itu kasat mata, terlihat jelas, sementara efeknya jangka panjang dan sering kali tidak terasa. Seperti merokok, nikmatnya sekarang, matinya nanti. Sehingga orang tidak takut merokok, walaupun akan kanker dan impotent.

Masalahnya lagi bahwa dalam politik, horizon para politikus adalah jangka pendek. Bagaimana bisa terpilih, dan jika sudah terpilih, paling lama horisonnya adalah 5 tahun kedepan, bagaimana terpilih kembali. Jadi tidak ada insentif buat para politikus untuk memikirkan long term consequences-nya.

Subsidi BBM itu kelihatannya pro-rakyat. Namun efek jangka panjangnya adalah perilaku masyarakat yang tidak hemat BBM dipelihara, bahkan disubsidi. Harga BBM yang ‘semakin langka’ itu akan semakin mahal karena ketersediaannya semakin menipis, jadi subsidinya akan semakin bengkak juga. Jadi perilaku tidak hemat ini dibiayai oleh anggaran negara. Padahal anggaran tersebut sebenarnya bisa dialokasikan ke area yang lebih strategis bagi pembangunan negara, misalnya pembangunan infrastruktur ataupun mensubsidi pendidikan.

UMR

“In Politics, there is a

tendency to stress the

short-term-benefit of a

policy while completely

ignoring its longer-term

consequences”

Belum lagi, harga BBM yang disubsidi sehingga menjadi murah itu membuat investasi terhadap energi alternatif menjadi tidak justify. Tidak ada insentifnya mengupayakan energi alternatif jika harga BBM ditekan murah. Policy subsidi BBM yang kelihatannya pro-rakyat, sebenarnya dalam jangka panjang membunuh masa depan negara ini.

Kembali masalahnya adalah, keuntungan jangka pendek kelihatan, rakyatnya senang harga bensin tidak naik. Long-term consequences-nya, emang gue pikirin :)

Page 38: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

74 Vol. 30 | Juni - Juli 2012 75Vol. 30 | Juni - Juli 2012

Growth StrategiesInspiration

Bukan rahasia lagi bahwa gap kemajuan teknologi Japang dan Indonesia demikian lebar, bahkan dengan globalisasi saat ini pun, perbedaan itu

tidak serta merta menipis. Setidaknya hal ini terlihat dari pameran mainan bertajuk 'International Tokyo Toy Show 2012' yang digelar di kota Tokyo, Jepang, 14-17 Juni 2012 lalu. Sebanyak 35 ribu produk dari 144 produsen mainan seluruh dunia ditampilkan dalam ajang tersebut. Beberapa di antaranya adalah robot ikan produksi Takara Tomy A.R.T.S dan robot anjing 'Wappy Dog' produksi Sega Toys yang bisa dikontrol menggunakan iPhone.

(Foto: REUTERS/ Yuriko Nakao)

Toy Show 2012

Page 39: M&I Vol 30 Jun-Jul 2012

76 Vol. 30 | Juni - Juli 2012


Recommended