+ All Categories
Home > Documents > MULTICULTURAL EDUCATION AND THE FUTURE OF … · ayat yang bisa dijadikan asas untuk menghormati...

MULTICULTURAL EDUCATION AND THE FUTURE OF … · ayat yang bisa dijadikan asas untuk menghormati...

Date post: 07-Mar-2019
Category:
Upload: dangbao
View: 224 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
30
227 MULTICULTURAL EDUCATION AND THE FUTURE OF INDONESIA (Analysis of Various National Problems towards Unity and Integrity) By Rofiatul Hosna Abstract In Indonesia,the social and religious leaders have long discussed the concept of multiculturalism. This relates to the people of Indonesia that have many ethnicities, religions, races, and groups. Thus, the concept of multicultural education is a relevant topic discussion because it is in line with the Indonesian motto,Bhinneka Tunggal Ika(Unity in Diversity). Multicultural education here is seen as an effort to create public awareness of equality differences in action in the country despite of different ethnicities, religions, races, and groups. To understand the multicultural society, it is not only a concept of diversity in ethnic or cultural tribes, which characterizes a pluralistic society, but it insists on a correct understanding of the cultural diversity in equality. In another sense, multiculturalism is declared as an ideology that emphasizes recognition and appreciation of equality over cultural differences, so that it becomes the main capital in building the future of Indonesia. In this case, it includes Pancasila (the Five Principles) as an open ideology and and it cannot reduce the plurality of socio-political,
Transcript

227

MULTICULTURAL EDUCATIONAND THE FUTURE OF INDONESIA

(Analysis of Various NationalProblems towards Unity and

Integrity)

By Rofiatul Hosna

AbstractIn Indonesia,the social and religious leaders have longdiscussed the concept of multiculturalism. This relates tothe people of Indonesia that have many ethnicities,religions, races, and groups. Thus, the concept ofmulticultural education is a relevant topic discussionbecause it is in line with the Indonesian motto,BhinnekaTunggal Ika(Unity in Diversity). Multicultural educationhere is seen as an effort to create public awareness ofequality differences in action in the country despite ofdifferent ethnicities, religions, races, and groups. Tounderstand the multicultural society, it is not only aconcept of diversity in ethnic or cultural tribes, whichcharacterizes a pluralistic society, but it insists on a correctunderstanding of the cultural diversity in equality. Inanother sense, multiculturalism is declared as an ideologythat emphasizes recognition and appreciation of equalityover cultural differences, so that it becomes the maincapital in building the future of Indonesia. In this case, itincludes Pancasila (the Five Principles) as an open ideologyand and it cannot reduce the plurality of socio-political,

228

International Seminar on Islamic Civilization

ethnic and cultural ideologies. Through Pancasila, it couldfind a harmonic synthesis between religious plurality,multiculturalism, ethnic diversity and the ideology ofsocial politics to avoid any types of conflicts that will onlybring down the human dignity.

Keywords: multicultural education, and the future

229

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DANMASA DEPAN INDONESIA

(Analisis Berbagai Problem Bangsadan Negara Menuju Kesatuan dan

Persatuan)

Oleh Rofiatul Hosna

AbstakDi Indonesia, konsep tentang multikulturalisme telahlama diperbincangkan oleh para tokoh sosial maupunagama. Hal ini berkaitan dengan masyarakat Indonesiayang memiliki banyak suku bangsa, agama, ras, dan antargolongan. Dengan itulah konsep pendidikanmultikultural menjadi topik yang relevan untukdijadikan bahasan karena sesuai dengan semboyanIndonesia Bhinneka Tunggal Ika. Pendidikanmultikultural di sini dipandang sebagai usaha untukmenciptakan kesadaran masyarakat akan perbedaandalam kesederajatan dalam bertindak di negara meskiberbeda-beda suku bangsa, agama, ras, dan antargolongan, dan memahami masyarakat multikulturaltidaklah hanya sebagai konsep keanekaragaman secarasukubangsa atau kebudayaan sukubangsa yang menjadiciri masyarakat majemuk, akan tetapi menekankan padapemahaman yang benar tentang keanekaragamankebudayaan dalam kesederajatan. Dalam arti lain,multikulturalisme dinyatakan sebagai sebuah ideologiyang menekankan pengakuan dan penghargaan pada

230

International Seminar on Islamic Civilization

kesederajatan atas perbedaan kebudayaan, sehinggamenjadi modal utama dalam membangun masa depanIndonesia.Termasuk dalam hal ini Pancasila sebagaiideologi terbuka dan tidak boleh mereduksi pluralitasideologi sosial-politik, etnis dan budaya, melalui Pancasilabisa ditemukan sesuatu sintesis harmonis antara pluralitasagama, multikultural, kemajemukan etnis budaya, sertaideologi sosial politik, agar terhindar dari segala bentukkonflik yang hanya akan menjatuhkan martabatkemanusiaan.

Kata kunci; Pendidikan multikultural, dan masa depan

Pendahuluan

Samuel P. Huntuington (1993) dalam Azzumardi Azra(2007)”meramalkan” bahwa sebenarnya konflik antar

peradaban di masa depan tidak lagi disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi, politik dan ideologi, tetapi justru dipicu olehmasalah masalah Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan(SARA). Konflik tersebut menjadi gejala terkuat yang menan-dai runtuhnya polarisasi ideologi dunia kedalam komunismedan kapitalisme. Bersamaan dengan runtuhnya strukturpolitik negara-negara Eropa Timur. Ramalan ini sebenarnyatelah didukung oleh peristiwa sejarah yang terjadi pada era1980-an yaitu terjadinya perang etnik di kawasan Balkan, diYugoslavia, pasca pemerintahan Josep Broz Tito; keragaman,yang disatu sisi merupakan kekayaan dan kekuatan, berbalikmenjadi sumber perpecahan ketika leadership yang mengikat-nya lengser. Ramalan Huntuington tersebut diperkuat denganalasannya mengapa di masa mendatang akan terjadi bentur-an antarperadaban, karena antara lain; pertama, perbedaan

231

antar peradaban tidak hanya riil, tetapi juga mendasar; kedua,dunia sekarang semakin menyempit interaksi antar orangyang berbeda peradaban semakin meningkat; ketiga, prosesmodernisasi ekonomi dan sosial dunia membuat orangataumasyarakat tercerabut dari identitas lokal mereka yangsudah mengakar, disamping memperlemah negara-negarasebagai sumber identitasmereka; keempat, timbulnyakesadaran peradaban dimungkinkan karena peran gandaBarat,disatu sisi Barat berada di puncak kekuatan, dan di sisilain akibat dari posisi Barat yang kembali pada posisi asal,dan saat ini sedang berlangsung diantara peradaban-peradaban non Barat; kelima, karakteristik dan perbedaanbudaya kurang bisa menyatu, karena kurang bisa berkom-promi dibanding karakteristik, perbedaan politik, danekonomi; dan keenam regionalisme ekonomi semakinmeningkat.

Akan tetapi asumsi tersebut tidak mutlak menjadi sebabutama terjadinya sebuah perpecahan,misalnya, setelahberakhirnya perang dingin, kecenderungan yang terjadibukanlah pengelompokan masyarakat ke dalam entitastertinggi, yaitu pengelompokan peradaban, tetapi perpecahanmenuju entitas yang lebih kecil lagi, yaitu berdasarkan sukudan etnisitas. Hal ini jelas sekali terlihat pada disintegrasi UniSoviet yang secara ironis justru disatukan oleh dasar budayadan peradaban yang sama. Begitu pula, persoalan perpecahanantara Jerman Barat dan Jerman Timur yang kembali bersatukarena persamaan suku dan kebudayaan,di sini “multikultu-ralisme mendapatkan momentum justru menjadi sebuahpemersatu yang kokoh.

Pendidikan Multikultural Dan Masa Depan Indonesia

232

International Seminar on Islamic Civilization

Menurut Maulana (2000; 76) perlu merenungkan ajaranIslam yang telah disampaikan Allah SWT melalui para Rasul-Nya, yang terdapat dalam kitab suci al Qur’an. Hendaknyakita mampu mengoptimalkan peran agama sebagai faktorintegrasi dan pemersatu. Al Qur’an memuat banyak sekaliayat yang bisa dijadikan asas untuk menghormati danmelakukan rekonsiliasi di antara sesama manusia, sebagaicontoh; pertama, al Qur’an menyatakan bahwa dulu manusiaadalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan) makaAllah mengutus para Nabi, sebagi pemberi kabar gembiradan pemberi peringatan. Dan Allah menurunkan bersamamereka kitab yang benar, untuk memberikan keputusan diantara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan,hal ini dijelaskan dalam QS. al Baqarah, 213; “Tidak berselisihtentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkankepada mereka kitab, yaitu setelah datang kepada merekaketerangan-keterangan yang nyata, karena dengki antaramereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orangyang beriman kepada kebenaran tentang hal yang merekaperselisihkan itu dengan kehendakNya. Dan Allah selalumemberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki kepadajalan yang lurus”.Dengan ayat ini, alQur’an menegaskankonsep kemanusiaaan universal Islam yang mengajarkanbahwa umat manusia pada mulanya adalah satu. Perselisihanterjadi disebabkan oleh timbulnya berbagai vestedinterest masing-masing kelompok manusia. Yang masing-masing mereka mengadakan penafsiran yang berbedatentang suatu hakekat kebenaran menurut vested interest nya;kedua, meskipun asal mereka adalah satu, pola hidupnya

233

menganut hukum tentang kemajemukan, antara lain karenaAllah menetapkan jalan dan pedoman hidup yang berbeda-beda untuk berbagai golongan manusia. Perbedaan ituseharusnya tidak menjadi sebab perselisiahan danpermusuhan, melainkan pangkal tolak bagi perlombaanuntuk melakukan berbagai kebaikan.

Mengingat Indonesia adalah negara yang memilikiheteroginitas masyarakat yang tinggi baik agama, suku, ras,kebudayaan, adat istiadat, bahasa, dan lain sebagainya, yangrentan dengan disharmonisasi sekaligus heteroginitas itusebagai kekayaan bangsa Indonesia.Menurut Maslikhah(2007) bahwa dalam kehidupan yang beragam seperti inimenjadi tantangan untuk mempersatukan bangsa Indonesiamenjadi satu kekuatan yang dapat menjunjung tinggiperbedaan dan keragaman masyarakatnya.

Untuk mengatasi berbagai kemungkinan yang terjadidi Indonesia, maka dapat dilakukan melalui pendidikanmultikultural yang ditanamkan kepada peserta didik lewatpembelajaran di sekolah maupun di rumah. Seorang gurubertanggung jawab dalam memberikan pendidikan terhadapanak didiknya dan dibantu oleh orang tua dalam melihatperbedaan yang terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari.Namun pendidkan multikultural bukan hanya sebataskepada anak-anak usia sekolah tetapi juga kepadamasyarakat Indonesia pada umumnya lewat acara atau semi-nar yang menggalakkan pentingnya toleransi dalamkeberagaman menjadikan masyarakat Indonesia dapatmenerima bahwa mereka hidup dalam perbedaan dankeragaman.

Pendidikan Multikultural Dan Masa Depan Indonesia

234

International Seminar on Islamic Civilization

Ada tiga tantangan besar dalam melaksanakanpendidikan multikultural di Indonesia, yaitu; Pertama, Agama, suku bangsa dan tradisi.Agama secara aktualmerupakan ikatan yang terpenting dalam kehidupan orangIndonesia sebagai suatu bangsa,bagaimanapun agama ituakan dijadikan instrumen kekuatan masyarakat yangharmonis ketika hal itu digunakan sebagai senjata politik ataufasilitas individu-individu atau kelompok ekonomi. Di dalamkasus ini, agama terkait pada etnis atau tradisi kehidupandari sebuah masyarakat.

Masing-masing individu telah menggunakan prinsipagama untuk menuntun dirinya dalam kehidupan dimasyarakat, tetapi tidak berbagi pengertian dari keyakinanagamanya pada pihak lain. Hal ini hanya dapat dilakukanmelalui pendidikan multikultural untuk mencapai tujuan danprinsip seseorang dalam menghargai agama.

Kedua,Kepercayaan.Unsur yang penting dalamkehidupan bersama adalah kepercayaan,dalam masyarakatyang plural selalu memikirkan resiko terhadap berbagaiperbedaan,munculnya resiko dari kecurigaan/ketakutan atauketidakpercayaan terhadap yang lain dapat juga timbulketika tidak ada komunikasi di dalam masyarakat/plural.

Ketiga,Toleransi.Toleransi merupakan bentuk tertinggi,bahwa kita dapat mencapai keyakinan,toleransi dapatmenjadi kenyataan ketika kita mengasumsikan adanyaperbedaan. Keyakinan adalah sesuatu yang dapatdiubah,sehingga dalam toleransi, tidak harus selalumempertahankan keyakinannya, untuk mencapai tujuan

235

sebagai manusia Indonesia yang demokratis dan dapat hidupdi Indonesia diperlukan pendidikan multikultural.

Adapun pentingnya pendidikan multikultural di Indo-nesia yaitu sebagai sarana alternatif pemecahan konflik,peserta didik diharapkan tidak meninggalkan akarbudayanya, dan pendidikan multikultural sangat relevandigunakan untuk demokrasi yang ada seperti sekarang.

Ketika Multikulturalisme Menjadi SebuahMasalah

Akhir-akhir ini, intensitas dan ekstensitas konflik sosial ditengah-tengah masyarakat terasa kian meningkat, terutamakonflik sosial yang bersifat horisontal, yakni konflik yangberkembang di antara anggota masyarakat, meskipun tidakmenutup kemungkinan timbulnya konflik berdimensi vertikal,yakni antara masyarakat dan negara.Konflik sosial dalammasyarakat merupakan proses interaksi yang alamiyah.Karena masyarakat tidak selamanya bebas konflik. Hanya saja,persoalannya menjadi lain jika konflik sosial yang berkembangdalam masyarakat tidak lagi menjadi sesuatu yang positif,tetapi berubah menjadi destruktif bahkan anarkis.

Perkembangan terakhir menunjukkan pada kita,sejumlah konflik sosial dalam masyarakat telah berubahmenjadi destruktif bahkan cenderung anarkhis,misalnyakasus Ambon, Poso, Maluku, gerakan aceh merdeka di Aceh,dan berbagai kasus yang menyulut konflik yang lebih besardan berbahaya. Konflik sosial berbau SARA (agama) ini tidakdianggap remeh dan harus segera diatasi secara memadai

Pendidikan Multikultural Dan Masa Depan Indonesia

236

International Seminar on Islamic Civilization

dan proporsional agar tidak menciptakan disintergrasinasional. Banyak hal yang patut direnungkan dan dicermatidengan fenomena konflik sosial tersebut. Apakah fenomenakonflik sosial ini merupakan peristiwa yang bersifat insidentaldengan motif tertentu dan kepentingan sesaat, ataukah justrumerupakan budaya dalam masyarakat yang bersifat laten.Realitas empiris ini juga menunjukkan kepada kita bahwamasih ada problem yang mendasar yang belum terselesaikan.Menyangkut penghayatan kita terhadap agama sebagaikumpulan doktrin di satu pihak dan sikap keagamaan yangmewujud dalam prilaku kebudayaan di pihak lain.

Kemajemukan masyarakat lokal seperti itu bukan sajabersifat horisontal (perbedaan etnik, agama dan sebagainya),tetapi juga sering berkecenderungan vertikal, yaituterpolarisasinya status dan kelas sosial berdasar kekayaan danjabatan atau pekerjaan yang diraihnya. Dalam hal yangpertama, perkembangan ekonomi pasar membuat beberapakelompok masyarakat tertentu, khususnya dari etnik tertentuyang memiliki tradisi dagang, naik peringkatnya menjadikelompok masyarakat yang menimbulkan kecemburuansosial masyarakat setempat yang mandeg perkembangan-nya. Dalam hal kedua, kelompok masyarakat etnis danagama tertentu, yang semula berada di luar mainstream,yaitu berada di pinggiran, mulai menembus masuk ke tengahmainstream. Hal ini dapat menimbulkan gesekanprimordialistik, apalagi bila ditunggangi kepentingan politikdan ekonomi tertentu seperti terjadi di Ambon, Poso, Acehdan lain sebagainya.

237

Karakteristik Pendidikan Islam MultikulturalPendidikan Islam multikultural memiliki basis-basis

doktrinal yang bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah.Menurut Bakri (2015;115) bahwa basis doktrinal ini menjadikarakteristik yang melekat pada pendidikan Islam. Dalamhal ini setidaknya terdapat tiga kategori besar yang bisadisebutkan sebagai ciri-ciri pendidikan Islam multikultural.

Pertama, pendidikan Islam berorientasi pada prinsip-prinsip keadilan, demokrasi, dan kesetaraan. Basis-basisdoktrinal yang mendukung prinsip-prinsip ini dapatditemukan dalam al-Qur’an surat as-Syura, al-Hadid, danal-A’raf. Para intelektual muslim mengakui bahwa ayat-ayatsuci dalam al-Qur’an menyediakan basis moral dan etika yangmendukung prinsip keadilan, demokrasi, dan kesetaraan.Antara seorang muslim dengan muslim lainnya maupunseorang muslim dengan non-muslim, harus diperlakukansecara adil. Al-Qur’an mengajarkan model interaksi sosialyang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan ini.

Prinsip keadilan dalam berinteraksi sesama manusia inidipraktekkan oleh Rasulullah saw. dan para sahabatnya.Dalam satu kesempatan Rasulullah saw. bersabda: “tidak adakeutamaan orang Arab atas orang bukan Arab, tidak adakeutamaan orang bukan Arab atas orang Arab, kecuali karenataqwanya.” (HR. Imam Ahmad).

Al-Qur’an maupun as-Sunnah melarang rasismemaupun dominasi kebenaran oleh satu etnik terhadap etniklainnya. Dalam Islam, perbedaan umat manusia berdasarkanunsur kebudayaan, adat-istiadat, dan warna kulit dianggap

Pendidikan Multikultural Dan Masa Depan Indonesia

238

International Seminar on Islamic Civilization

sesuatu yang tidak penting. Islam menegaskan bahwamanusia sama di hadapan Tuhan dan hukum. Karenanya,multikulturalisme dijunjung tinggi dalam doktrin-doktrin Is-lam. Menjadi tidak relevan apabila pendidikan Islammenyimpang dari spirit multikulturalisme yang didukungsepenunya oleh doktrin Islam sendiri.

Menurut Sayuti Pulungan (2006; 112) bahwa denganmenempatkan semua manusia pada derajat yang sama,otomatis Islam hendak memberikan ruang dan kesempatanyang sama semua manusia. Semua manusia berhak eksisdengan keragaman budaya, adat, dan keyakinan masing-masing. Nuansa demokratis dalam berkehidupan, berbangsa,dan bernegara menjadi ajaran yang sangat inheren denganIslam. Rasulullah saw. bersama para sahabatnya telahmembangung Negara Madinah yang demokratis, sebagaisimbol yang harus dipahami oleh umat muslim generasipenerus. Dalam pasal-pasal Piagam Madinah, misalnya,ditemukan spirit-spirit demokrasi mengental. Perhatikan pasal16 dan 46 berikut:”dan bahwa orang Yahudi yang mengikutikami akan memperoleh hak perlindungan dan hakpersamaan tanpa ada penganiayaan dan tidak ada orangyang membantu musuh mereka.” (pasal 16)”dan bahwaYahudi al-Aus, sekutu mereka dan diri (jiwa) merekamemperoleh hak seperti apa yang terdapat bagi pemilikshahifat ini serta memperoleh perlakuan yang baik daripemilik shahifat ini.” (pasal 46).

Piagam Madinah menjadi simbol bagi bagi spirit Islamyang menjunjung tinggi demokrasi, kesetaraan, anti-rasisme,keadilan antar etinis, ras, dan agama. Prinsip keadilan,

239

kesetaraan, dan demokrasi yang diperjuangkan oleh Islammewujud dalam teks-teks Piagam Madinah. Oleh karenanya,simbolisme Islam dalam Piagam Madinah ini harus dipahamidan nilai-nilainya ditransformasikan terus-menerus darigenerasi ke generasi melalui saluran pendidikan yang tepat,yaitu pendidikan Islam yang menjunjung prinsip dan spiritmultikulturalisme.

Kedua, pendidikan Islam multikultural tidak bisadilepaskan dari karakteristiknya yang menjunjung tingginilai-nilai kemanusiaan, kebersamaan, dan kedamaian. Islammemahami manusia sebagai makhluk yang memiliki duadimensi; dimensi spiritual dan dimensi sosial. Dalamkonteksnya sebagai makhluk yang berdimensi spiritual,manusia memiliki relasi khusus antara dirinya denganTuhannya (habl min Allah). Sedangkan dalam konteksnyasebagai makhluk yang berdimensi sosial, manusia memilikirelasi dan hukum-hukum berinteraksi antar sesamanya (hablmin al-nas). Pada level habl min al-nas inilah, manusia harusmenjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, kebersamaan,dan kedamaian. Manusia harus tunduk di bawah hukumAllah yang dikenal sebagai “hukum kesatuan kemanusiaan(the unity of humankind)”.

Dua dimensi kemanusiaan manusia di atas meniscayakankewajiban bersama untuk mempertahankan kelangsunganhidup. Kebersamaan dan perdamaian, misalnya, tidak akanterwujud apabila manusia lebih mengedepankan egoismeyang melahirkan perang. Di sisi lain, egoisme dan perangberbenturan dengan nilai-nilai kemanusiaan yangmenghormati perdamaian dan kebersamaan. Karenanya,

Pendidikan Multikultural Dan Masa Depan Indonesia

240

International Seminar on Islamic Civilization

dalam hidup ini terdapat lima point penting yang harus dijaga,yaitu: pemeliharaan kehidupan manusia sebagai tolok ukurutama, pemeliharaan akal manusia, perjuangan untukkebenaran pengetahuan, menjunjung tinggi harkat manusiadan kehormatan masyarakat, dan pemeliharaankesejahteraan individu dan kelompok.

Kebersamaan dan perdamaian tidak mungkin mewujudtanpa disertai kehendak terdalam manusia untuk hiduprukun, tolong menolong, dan menghargai perbedaan demimewujudkan integrasi. Solusi-solusi semacam ini tergambardalam konsep saling mengenal (ta’aruf) dan tolong-menolong(ta’awun) yang digemakan oleh Islam. Kedua konsep inidiabadikan dengan jelas oleh al-Qur’an dalam surat al-Hujuratdan al-Maidah. Dorongan al-Qur’an untuk tolong-menolongdan menghindari konflik berdarah, tak lain bertujuan untukmenciptakan kerukunan, kedamaian, harmonisme, dankeberlangsungan hidup yang tidak disertai perang danpembunuhan.

Dengan ungkapan lain, agama Islam adalah agamadamai, mengajarkan damai, dan menghendaki damai. Inilahkonsep as-Salam dalam Islam. Konsep as-Salam menemukanbasis doktrinalnya dalam surat an-Nahl dan Fushshilat. Al-Qur’an mengajarkan teknik-teknik bagaimana mengatasipermusuhan dan menciptakan perdamaian, yaitu dengancara yang penuh hikmah, bijaksana, dan memenuhi standarkebaikan. Dalam pandangan al-Qur’an, perdamaian dankerukunan bukan idealisme utopis melainkan goals yangmenunggu diraih. Karenanya, Islam optimis menciptakantatanan sosial yang damai.

241

Optimisme Islam ini dapat lebih efektif apabiladitanamkan ke dalam kesadaran generasi muda muslimmelalui saluran pendidikan yang mendukung. PendidikanIslam harus mentransformasikan spirit, nilai, prinsip, dandoktrin Islam tentang perdamaian, kebersamaan (solidaritas),dan nilai-nilai luhur kemanusiaan lainnya. Dunia pendidikanIslam mengambil alih seluruh peran vital dalam rangkamencetak generasi paripurna (insan kamil), yang menghargaimultikulturalisme. Untuk itu, juga dibutuhkan modelpendidikan yang multikulturalistik.

Ketiga, pendidikan Islam multikultural memilikikarakteristik sebagai pengembang sikap-sikap sosial yangpositif: mengakui, menerima, dan menghargai keragaman.Multikultur yang berarti keragaman budaya, tidak mungkintetap eksis apabila manusia bersikap ekslusif terhadapkeragaman itu sendiri. Kesadaran multikulturalisme tidakmungkin diinternalisasikan oleh manusia-manusia yangberjiwa tertutup. Karenanya, pendidikan Islam berjuang kerasmembuka “jeruji-jeruji” besi yang memenjarakan kesadarankognitif manusia di ruangan yang begitu sempit. Ekslufismedan egoisme merupakan jeruji-jeruji besi yangmengkerangkeng kesadaran manusia untuk bersikapterbuka, menerima, dan menghargai yang lain (the others).

Eksklusifisme dan egoisme dapat menghancurkanupaya-upaya menciptakan tatanan sosial yang harmonisdalam masyarakat yang majemuk. Tanpa adanya sikappengakuan, penerimaan terhadap the others, danpenghargaan (respectfull) terhadap keragamaan makahubungan sosial yang harmonis mustahil dibangun di tengah-

Pendidikan Multikultural Dan Masa Depan Indonesia

242

International Seminar on Islamic Civilization

tengah masyarakat yang plural dan multikultur. Bagaimanamungkin totalitas-keseluruhan terbentuk sementara bagian-bagian terkecil sebagai unsur-unsur penyusunnya salingbercerai-berai? Bagaimana mungkin masyarakat yangmultikultur dapat hidup rukun dan damai sementara satusama lain tidak ada sikap saling menerima, salingmenghargai, dan saling mengakui?

Dengan pandangan yang filosofi, Muhammad Imarahmenjelaskan bahwa prinsip kemajukan adalah kodratmakhluk. Pluralisme adalah sifat yang melekat secara kodratidalam diri makhluk. Sementara keesaan hanya milik Tuhan.Dengan kata lain, keesaan mutlak milik Tuhan sementarakemajemukan mutlak milik makhluk. Ini hukum alam yangharus diterima oleh manusia. Menolak pluralisme,kemajemukan adat, budaya, dan parsialitas lainnya adalahtindakan mustahil. Karenanya, kehidupan itu sendirimenuntut manusia memiliki sifat-sifat sosial yang positif,seperti menghargai, menerima, dan mengakui keragamandan perbedaan.

Demikian halnya dengan pendidikan Islam multikultural,ia ditandai dengan upaya-upayanya untuk melahirkan out-put yang memiliki sifat-sifat sosial positif tersebut. Sejarahmencatat, ajaran Islam disampaikan oleh Rasulullah saw.kepada para sahabatnya di tengah-tengah kehidupan sosial-kemasyarakat yang majemuk. Baik di kota Makkah maupundi Madinah, umat Islam merupakan umat minoritas.Sedangkan umat Kristen, Yahudi, dan Zoroaster adalahkelompok minoritas. Keragaman budaya dan tradisi padamasa Rasulullah saw. hidup sudah ada, namun pendidikan

243

Islam tetap berjalan dengan baik. Para sahabat sebagai anak-didik Rasulullah saw. adalah orang-orang yang menghargaikemajemukan, dan mereka pula adalah cerminan outputpendidikan awal Islam yang menghargai keragaman dankemajemukan.

Sikap toleran dan empatik yang diajarkan olehRasulullah saw. dilanjutkan oleh sahabatnya Umar binKhattab. Hal ini dapat terlihat dapat sikap politisnya saatmengajadakan perjanjian damai dengan golongan Nashrani-Arab setelah mereka tidak memusuhi umat Islam. Masihbanyak lagi contoh-contoh sosok sahabat yangmencerminkan sikap-sikap sosial yang positif, dan merekasemua adalah output dunia pendidikan dan pembelajaranyang diselenggarakan oleh Rasulullah saw. Dengan kata lain,akar pendidikan Islam tidak bisa dilepaskan dari spiritmenjunjung tinggi multikulturalisme.

Pendidikan Multikultural Sarana AlternatifPemecahan Konflik

Penyelenggaraan pendidikan multikultural di duniapendidikan diakui dapat menjadi solusi nyata bagi konflikdan disharmonisasi yang terjadi di masyarakat, khususnyadi masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai macamunsur sosial dan budaya,dengan kata lain, pendidikanmultikultural dapat menjadi sarana alternatif pemecahankonflik sosial-budaya.

Struktur kultural masyarakat Indonesia yang amatberagam menjadi tantangan bagi dunia pendidikan untukmengolah perbedaan tersebut menjadi suatu aset, bukan

Pendidikan Multikultural Dan Masa Depan Indonesia

244

International Seminar on Islamic Civilization

sumber perpecahan. Saat ini pendidikan multikulturalmempunyai dua tanggung jawab besar, yaitu menyiapkanbangsa Indonesia untuk mengahadapi arus budaya luar diera globalisasi dan menyatukan bangsa sendiri yang terdiridari berbagai macam budaya.

Pada kenyataannya pendidikan multikultural belumdigunakan dalam proporsi yang benar. Maka, sekolah danperguruan tinggi sebagai institusi pendidikan dapatmengembangkan kurikulum pendidikan multikulturaldengan model masing-masing sesuai dengan otonomipendidikan atau sekolahnya sendiri.

Model-model pembelajaran mengenai kebangsaanmemang sudah ada. Namun, hal itu masih kurang untukdapat mengahargai perbedaan masing-masing suku, budayamaupun etnis. Hal ini dapat dilihat dari munculnya berbagaikonflik dari realitas kehidupan berbangsa dan bernegara saatini. Hal ini berarti bahwa pemahaman mengenai toleransi dimasyarakat masih sangat kurang.

Maka, penyelenggaraan pendidikan multikultural dapatdikatakan berhasil apabila terbentuk pada diri setiap pesertadidik dan masyarakat sikap saling toleransi, tidakbermusuhan, dan tidak berkonflik yang disebabkan olehperbedaan budaya, suku, bahasa, dan lain sebagainya.

Menurut Stephen Hill (1983) dalam Donna M. Gollnic(1994) bahwa pendidikan multikultural dikatakan berhasilapabila prosesnya melibatkan semua elemen masyarakat. Halitu dikarenakan adanya multidimensi aspek kehidupan yangtercakup dalam pendidikan multikultural.Perubahan yang

245

diharapkan adalah pada terciptanya kondisi yang nyaman,damai, toleran dalam kehidupan masyarakat, dan tidak selalumuncul konflik yang disebabkan oleh perbedaan budaya danSARA.

Pertemuan antar budaya di era globalisasi ini bisamenjadi ‘ancaman’ serius bagi peserta didik dan masyarakat,bila hal itu dapat di eliminir hendaknya diberikanpengetahuan yang benar untuk menyikapi keragaman baikdalam pendekatan sains maupun agama. Sehingga pesertadan didik dan masyarakat memiliki kemampuan global,termasuk kebudayaan. Dengan beragamnya kebudayaanbaik di dalam maupun di luar negeri, peserta didik danmasyarakat perlu diberi pemahaman yang luas tentangbanyak budaya, agar peserta didik dan masyarakat tidakmelupakan asal budayanya.

Menurut Fuad Hassan (1998) dalam Umi Khumaidah(2004; 45) bahwa saat ini diperlukan langkah antisipatifterhadap tantangan globalisasi, terutama dalam aspekkebudayaan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi(iptek) dapat memperpendek jarak dan memudahkanadanya persentuhan antar budaya.Tantangan dalam duniapendidikan saat ini sangat berat dan kompleks. Maka, upayauntuk mengantisipasinya harus dengan serius dan disertaisolusi konkrit. Jika tidak ditanggapi dengan serius terutamadalam bidang pendidikan yang bertanggung jawab ataskualitas sumber daya manusia, maka peserta didik danmasyarakat tersebut akan kehilangan arah dan melupakanasal budayanya sendiri.Sehingga dengan pendidikanmultikultural, diharapkan mampu membangun Indonesia

Pendidikan Multikultural Dan Masa Depan Indonesia

246

International Seminar on Islamic Civilization

yang sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia saat ini.Karena keanekaragaman budaya dan ras yang ada di Indo-nesia itu merupakan sebuah kekayaan yang harus kita jagadan lestarikan.

Pendidikan multikultural sebagai landasan pengem-bangan kurikulum menjadi sangat penting apabila dalammemberikan sejumlah materi kepada peserta didik denganukuran dan tingkatan tertentu. Menurut Khalid Abu Fadhil(2002;76) bahwa pengembangan kurikulum yangberdasarkan pendidikan multikultural dapat dilakukanberdasarkan langkah-langkah sebagai berikut.a. Mengubah filosofi kurikulum dari yang berlaku secara

serentak seperti sekarang menjadi filosofi pendidikan yangsesuai dengan tujuan, misi, dan fungsi setiap jenjangpendidikan dan unit pendidikan.

b. Harus merubah teori tentang konten (curriculumcontent) yang mengartikannya sebagai aspek substantifyang berisi fakta, teori, generalisasi, menuju pengertianyang mencakup nilai moral, prosedur, proses, danketerampilan (skills) yang harus dimiliki generasi muda.

c. Teori belajar yang digunakan harus memperhatikan unsurkeragaman sosial, budaya, ekonomi, dan politik.

d. Proses belajar yang dikembangkan harus berdasarkancara belajar berkelompok dan bersaing secara kelompokdalam situasi yang positif,dengan cara tersebut, perbedaanantarindividu dapat dikembangkan sebagai suatukekuatan kelompok dan peserta didik terbiasa untukhidup dengan keberanekaragaman budaya.

247

e. Evaluasi yang digunakan harus meliputi keseluruhanaspek kemampuan dan kepribadian peserta didik sesuaidengan tujuan dan konten yang dikembangkan.

Inti dari cita-cita reformasi Indonesia adalah mewujudkanmasyarakat sipil yang demokratis, dan ditegakkan hukumuntuk supremasi keadilan, pemerintah yang bersih darikorupsi, kolusi dan nepotisme, terwujudnya keteraturan sosialserta rasa aman dalam masyarakat yang menjaminkelancaran produktivitas warga masyarakat, dan kehidupanekonomi yang mensejahterakan rakyat Indonesia.

Corak masyarakat Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika,bukan hanya merupakan keanekaragaman suku bangsa sajamelainkan juga menyangkut tentang keanekaragamanbudaya yang ada dalam masyarakat Indonesia secaramenyeluruh. Eksistensi keberanekaragaman tersebut dapatterlihat dari terwujudnya sikap saling menghargai,menghormati, dan toleransi antar kebudayaan satu sama lain.

Berbagai konsep yang relevan dengan multikulturalismeantara lain adalah demokrasi, keadilan dan hukum, nilai-nilaibudaya dan etos, kebersamaan dalam perbedaan yangsederajat, suku bangsa, kesukubangsaan, kebudayaan sukubangsa, keyakinan keagamaan, ungkapan-ungkapanbudaya, domain privat dan publik, HAM, hak budayakomuniti, dan kosnep-konsep lain yang relevan.

Dinamika Multikulturalisme di IndonesiaTerlepas paparan diatas mengenai “multikulturalisme”,

apakah menjadi faktor perpecahan ataukah justru menjadi

Pendidikan Multikultural Dan Masa Depan Indonesia

248

International Seminar on Islamic Civilization

pemersatu suatu bangsa. Maka hal yang harus kita waspadaiadalah munculnya perpecahan etnis, budaya dan suku didalam tubuh bangsa kita sendiri. Bangsa Indonesia yang kitaketahui bersama memiliki bermacam-macam kebudayaanyang dibawa oleh banyak suku, adat-istiadat yang tersebardi seluruh Nusantara. Dari Sabang sampai Merauke kita telahbanyak mengenal suku-suku yang majemuk, seperti; SukuJawa, Suku Madura, Suku Batak, Suku Dayak, Suku Asmatdan lainnya. Yang kesemuanya itu mempunyai keunggulandan tradisi yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Begitu kayanya bangsa kita dengan suku, adat-istiadat,budaya, bahasa, dan khasanah yang lain ini, apakah benar-benar menjadi sebuah kekuatan bangsa ataukah justruberbalik menjadi faktor pemicu timbulnya disintegrasi bangsa.Seperti apa yang telah diramalkan Huntington, keanekara-gaman di Indonesia ini harus kita waspadai. Karena telahbanyak kejadian-kejadian yang menyulut kepadaperpecahan, yang disebabkan adanya paham sempit tentangkeunggulan sebuah suku tertentu.

Menurut Lawrence A. Blum (2001; 101) bahwa pahamSukuisme sempit inilah yang akan membawa kepadaperpecahan. Seperti konflik di Timur-Timur, di Aceh, di Am-bon, dan lainya. Entah konflik itu muncul semata-matakarena perselisihan diantara masyarakat sendiri atau ada“sang dalang” dan provokator yang sengaja menjadi penyulutkonflik. Mereka yang tidak menginginkan negara Indonesiayang utuh dan kokoh dengan keanekaragamannya. Untukitu kita harus berusaha keras agar kebhinekaan yang kitabanggakan ini tak sampai meretas simpul-simpul persatuan

249

yang telah diikat dengan paham kebangsaan oleh BungKarno dan para pejuang kita.

Hal ini disadari betul oleh para founding father kita,sehingga mereka merumuskan konsep multikulturalisme inidengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Sebuah konsep yangmengandung makna yang luar biasa. Baik makna secaraeksplisit maupun implisit. Secara eksplisit, semboyan inimampu mengangkat dan menunjukkan akan keanekara-gaman bangsa kita. Bangsa yang multikultural dan beragam,akan tetapi bersatu dalam kesatuan yang kokoh. Selain itu,secara implisit Bhineka Tunggal Ika juga mampu memberikansemacam dorongan moral dan spiritual kepada bangsa In-donesia, khusunya pada masa-masa pasca kemerdekaanuntuk senantiasa bersatu melawan ketidakadilan parapenjajah. Walaupun berasal dari suku, agama dan bahasayang berbeda (Ruslani, 1998; 71).

Kemudian munculnya Sumpah Pemuda pada tahun 1928merupakan suatu kesadaran akan perlunya mewujudkanperbedaan ini yang sekaligus dimaksudkan untuk membinapersatuan dan kesatuan dalam menghadapi penjajah Belanda.Yang kemudian dikenal sebagi cikal bakal munculnyawawasan kebangsaan Indonesia. Multikulturalisme ini jugatetap dijunjung tinggi pada waktu persiapan kemerdekaan,sebagaimana dapat dilihat, antara lain dalam sidang-sidangBPUPKI. Betapa para pendiri Republik ini sangat menghargaipluralisme, perbedaan (multikulturalisme). Baik dalam kontekssosial maupun politik. Bahkan pencoretan “tujuh kata” dalamPiagam Jakarta, pun dapat dipahami dalam konteksmenghargai sebuah multikulturalisme dalam arti luas.

Pendidikan Multikultural Dan Masa Depan Indonesia

250

International Seminar on Islamic Civilization

Kemudian sebuah ideologi yang diharapkan mampumenjadi jalan tengah sekaligus jembatan yang menjembataniterjadinya perbedaan dalam negara Indonesia, yaituPancasila, yang seharusnya mampu mengakomodasi seluruhkepentingan kelompok sosial yang multikultural, multietnis,dan agama ini. Termasuk dalam hal ini Pancasila haruslahterbuka. Harus memberikan ruang terhadap berkembangan-nya ideologi sosial politik yang pluralistik.Pancasila adalahideologi terbuka dan tidak boleh mereduksi pluralitas ideologisosial-politik, etnis dan budaya. Melalui Pancasila seharusnyabisa ditemukan sesuatu sintesis harmonis antara pluralitasagama, multikultural, kemajemukan etnis budaya, sertaideologi sosial politik, agar terhindar dari segala bentuk konflikyang hanya akan menjatuhkan martabat kemanusiaan itu.

Upaya Bersama dalam MenyikapiMultikulturalisme

Dengan menjalankan asas gerakan multikulturalismemenjadi sebuah ideologi yang dianggap mampumenyelesaikan berbagai masalah yang berkaitan denganMultikulturalisme. Yaitu dengan asas-asas sebagai berikut;pertama, manusia tumbuh dan besar pada hubungan sosialdi dalam sebuah tatanan tertentu, dimana sistem nilai danmakna di terapkan dalam berbagai simbol-simbol budayadan ungkapan-ungkapan bangsa, kedua, keanekaragamanbudaya menunjukkan adanya visi dan sisitem makna yangberbeda, sehingga budaya satu memerlukan budaya lain,dengan mempelajari kebudayaanlain, maka akan memper-luas cakrawala pemahaman akan makna multikulturalisme,

251

dan ketiga, setiap kebudayaan secara internal adalahmajemuk, sehingga dialog berkelanjutan sangat diperlukandemi terciptanya persatuan

Menurut Abdul Aziz (2001; 55) bahwa dalam masyarakatmultikultural seperti Indonesia, paradigma hubungandialogial atau pemahaman timbal balik sangat dibutuhkan,untuk mengatasi ekses-ekses negatif dari suatu problemdisintegrasi bangsa. Paradigma hubungan timbal balik dalammasyarakat multikultural mensyaratkan tiga kompetensinormatif, yaitu kompetensi kebudayaan, kemasyarakatandan kepribadian.

Kompetensi kebudayaan adalah kumpulan pengetahuanyang memungkinkan mereka yang terlibat dalam tindakankomunikatif membuat interpretasi-interpretasi yang dapatmengkondisikan tercapainya konsesus mengenai sesua-tu; kompetensi kemasyarakatanmerupakan tatanan-tatanansyah yang memungkinkan mereka yang terlibat dalamtindakan komunikatif membentuk solidaritas sejati,sedangkan kompetensi kepribadian adalah kompetensi yangmemungkinkan seorang subjek dapat berbicara danbertindak, dan karenanya mampu berpartisipasi dalam prosespemahaman timbal balik sesuai konteks tertentu dan mampumemelihara jati dirinya sendiri dalam berbagai perubahaninteraksi.

Semangat kebersamaan dalam perbedaan sebagaimanaterpatri dalam wacana Bhineka Tunggal Ikaperlu menjadi“roh” atau spirit penggerak setiap tindakan komunikatif,khususnya dalam proses pengambilan keputusan politik,

Pendidikan Multikultural Dan Masa Depan Indonesia

252

International Seminar on Islamic Civilization

keputusan yang menyangkut persoalan kehidupan bersamasebagai bangsa dan negara.

Menurut Yulia Riswanti (2008; 24) bahwa jika tindakankomunikatif terlaksana dalam sebuah komunitas masyarakatmultikultural, hubungan diagonal ini akan menghasilkanbeberapa hal penting, misalnya:a) Reproduksi kultural yang menjamin bahwa dalam kon-

sepsi politik yang baru, tetap ada kelangsungan tradisidan koherensi pengetahuan yang memadai untukkebutuhan konsesus praktis dalam praktek kehidupansehari-hari.

b) Integrasi sosial yang menjamin bahwa koordinasitindakan politis tetap terpelihara melalui sarana-saranahubungan antar pribadi dan antar komponen politik yangdiatur secara resmi (legitemed) tanpa menghilangkanidentitas masing-masing unsur kebudayaan.

c) Sosialisasi yang menjamin bahwa konsepsi politik yangdisepakati harus mampu memberi ruang tindak bagigenerasi mendatang dan penyelarasan konteks kehidupanindividu dan kehidupan kolektif tetap terjaga

Untuk itu, dapat dikatakan bahwa secara konstitusionalnegara Indonesia dibangun untuk mewujudkan danmengembangkan bangsa yang religius, humanis, bersatudalam kebhinnekaan. Demokratis dan berkeadilan sosial,belum sepenuhnya tercapai. Konsekwensinya ialah keharusanmelanjutkan proses membentuk kehidupan sosial budayayang maju dan kreatif; memiliki sikap budaya kosmopolitandan pluralistik; tatanan sosial politik yang demokratis dan

253

struktur sosial ekonomi masyarakat yang adil dan bersifatkerakyatan. Dengan demikian kita melihat bahwa semboyan‘Satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa yakni BhinnekaTunggal Ika masih jauh dari kenyataan sejarah. Ia masihmerupakan mitos yang perlu didekatkan dengan realitassejarah. Bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang kokoh,beranekaragam budaya, etnik, suku, ras dan agama, yangkesemuanya itu akan menjadikan Indonesia menjadi sebuahbangsa yang mampu mengakomodasi kemajemukkan itumenjadi suatu yang tangguh. Sehingga ancaman disintegrasidan perpecahan bangsa dapat dihindari.

KesimpulanBerdasarkan pada paparan di atas, maka dapat disimpulkan;

pertama, pendidikan multikultural dimaksudkan untukmeningkatkan pemahaman, kepekaan dalam memahami oranglain, termasuk terhadap berbagai kelompok budaya, kemampuanuntuk merasakan dan memahami kemajemukan, interpretasikebangsaan dan budaya yang kadang-kadang bertentanganmenyangkut sebuah peristiwa, nilai dan perilaku, membukapikiran ketika merespon isu, dan memahami latar belakangmunculya pandangan klise atau kuno, menjauhi pandanganstereotipe dan mau menghargai perbedaan semua orang.Untukitu sikap eksklusif dan egois justru akan dapat menghancurkantatanan sosial yang harmonis dalam masyarakat yang majemuk,tanpa adanya sikap pengakuan, penerimaan terhadap oranglaindan penghargaan terhadap keragamaan maka hubungansosial yang harmonis mustahil dibangun di tengah-tengahmasyarakat yang plural dan multikultur.

Pendidikan Multikultural Dan Masa Depan Indonesia

254

International Seminar on Islamic Civilization

Kedua,Islam melarang rasisme, perbedaan umat manusiaberdasarkan unsur agama, budaya, adat-istiadat, dan warnakulit adalah merupakan sunnatullah, Islam menegaskan bahwamanusia sama di hadapan hukum, karenanya multikulturalismedijunjung tinggi dalam doktrin-doktrin Islam. Menjadi tidakrelevan apabila pendidikan Islam menyimpang dari spiritmultikulturalisme yang didukung sepenunya oleh doktrin Is-lam, sebagaimana piagam madinah mengatur tata kehidupanyang harmonis, anggun dan berwibawa.

Ketiga, Semangat dan nilai-nilai Pancasila telahmengakomodasi seluruh kepentingan kelompok sosial yangmultikultural, multietnis, agama, dan terbuka bagi tumbuh danberkembangnya potensi bangsa, dan sekaligus memberi ruangterhadap berkembangannya ideologi sosial politik yangpluralistik.Pancasila adalah ideologi terbuka dan tidak akanmereduksi pluralitas ideologi sosial-politik, etnis dan budaya.Melalui Pancasila bisa ditemukan sesuatu sintesis harmonis antarapluralitas agama, multikultural, kemajemukan etnis budaya, sertaideologi sosial politik, agar terhindar dari segala bentuk konflikyang hanya akan menjatuhkan martabat kemanusiaan, danmenegabaiakan kepentingan bangsa dan negara.

Keempat,semboyan Bhineka Tunggal Ikamampumengangkat dan menunjukkan akan keanekaragamanbangsa. bangsa yang multikultural dan beragam, akan tetapibersatu dalam kesatuan yang kokoh. Selain itu, secara implisitBhineka Tunggal Ika juga mampu memberikan doronganmoral dan spiritual kepada bangsa Indonesia, sejak merdekahingga sekarang, dan menjadi dasar pijakan dalam praktekkehidupan berbangsa dan bernegara.

255

DAFTAR PUSTAKAAbdul Aziz Sachedina. 2001. The Islamic Roots of Democratic

Pluralism. New York: Oxford University Press.

Amir Hussain. 2003.Muslims, Pluralism, and Interfaith Dia-log, dalam Omid Safi (ed.), Progressive Muslims onJustice, Gender, and Pluralism. England: Bell and Bain,Ltd.

Azyumardi Azra. 2007.Jejak-jejak Jaringan Kaum Muslim DariAustralia Hingga Timur Tengah, cet. Jakarta: PenerbitHikmah (PT Mizan Publika)

Bakri, Masykuri. 2015. Pendidikan Mutikultural dalamPerspektif Islam. Malang: Program PascasrajanaUniversitas Islam Malang.

Choirul Mahfud, 2006. Pendidikan Multikultural.Yogyakarta; Pustaka Pelajar.

Donna M. Gollnick. 1994.Multicultural Education in a Plu-ralistic Society. London: The CV. Mosby Company.

Sayuthi Pulungan. 2006.Prinsip-prinsip Pemerintahan dalamPiagam Madinah Ditinjau dari Pandangan al-Qur’an.Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Khalid Abu Fadhil. 2002.The Place of Tolerance in Islam, terj.Heru Prasetia (Bandung: Arasy).

Lawrence A. Blum. 2001. Anti-Rasisme, Multikulturalisme, danKomunitas antar Ras: Tiga Nilai yang Bersifat Mendidikbagi sebuah Masyarakat Multikultur, dalam Lary Mary,Etika Terapan I: Sebuah Pendekatan Multikultural, terj.Sinta Carolina, dkk..Yogyakarta: Tiara Wacana.

Pendidikan Multikultural Dan Masa Depan Indonesia

256

International Seminar on Islamic Civilization

Maulana, Wahiduddin Khan. 2000.Islam Anti Kekerasan, terj.Samson Rahman. Jakarta; Pustaka al-Kausar.

Muhammad Yusri FM, 2008. Prinsip Pendidikan Multikultu-ralisme dalam Ajaran Agama-Agama di Indonesiaditulis dalam Jurnal Kependidikan Islam.Yogyakarta;Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah danKeguruan UIN Sunan Kalijaga.

Maslikhah. 2007. Quo Vadis Pendidikan Multikultur. Salatiga;Kerja sama STAIN Salatiga Press dengan JP BOOKS.

Nanih Mahendrawati dan Ahmad syafe’i. 2001.PengembanganMasyarakat Islam; dari Ideologi, Strategi sampaiTradisi.Bandung: Remaja Rosda karya.

Umi Khumaidah.2004.Pendidikan Multikulural,MenujuPendidikan Islami yang Humanis, yang ditulis dalambuku pendidikan Islam dan tantangan globalisasi.Yogyakarta; Presma Fakultas Tarbiyah UIN SunanKalijaga periode 2003-2004 dan Ar Ruz Media.

Ruslani, 1998. “Multikulturalisme Dan Masa Depan Indone-sia”, Kompas. 25 Agustus.

Yulia Riswanti. 2008. Urgensi Pendidikan Islam dalamMembangun Multikulturalisme ditulis dalam JurnalKependidikan Islam. Yogyakarta; JurusanKependidikan Islam Fakultas Tarbiyah danKeguruan UIN Sunan Kalijaga.


Recommended