Date post: | 13-Jun-2015 |
Category: |
Documents |
Upload: | septiadhi-wirawan |
View: | 515 times |
Download: | 9 times |
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.....................................................................ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
BAB I: PENDAHULUAN: RIAU DAN KEPULAUAN RIAU, POTENSI KAMPUNG ANAK MELAYU..................2
PENDAHULUAN.................................................................................................................2
RIAU DAN KEPULAUAN RIAU.............................................................................................4
ANALISA POTENSI SUMBER DAYA ALAM RIAU DAN KEPULAUAN RIAU.........................................6
KEPULAUAN RIAU......................................................................................................6
RIAU (DARATAN).....................................................................................................13
BAB II: GELIAT INDUSTRI DI RIAU DAN KEPULAUAN RIAU.........................................................23
ULASAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM.............................................................................23
BATU BARA............................................................................................................24
MINYAK BUMI.........................................................................................................24
GAS ALAM.............................................................................................................26
KAOLIN..................................................................................................................28
GRANITE................................................................................................................29
BAUKSIT................................................................................................................30
PASIR KUARSA........................................................................................................30
PASIR BESI.............................................................................................................31
TIMAH...................................................................................................................32
FELDSPAR.................................................................................................................33
INDUSTRI BERBASIS SUMBER DAYA ALAM RIAU DAN KEPULAUAN RIAU......................................................34
PERTAMINA...............................................................................................................35
CHEVRON PACIFIC INDONESIA............................................................................................40
BAB III: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI DALAM PEMANFAATAN POTENSI SUMBERDAYA ALAM ANORGANIK DI RIAU DAN KEPULAUAN RIAU...............................................................................................42
KACA DARI PASIR KUARSA..............................................................................................42
ALUMINIUM DARI BAUKSIT..............................................................................................45
PENGOLAHAN MINYAK BUMI...........................................................................................49
2
BAB I: PENDAHULUAN: RIAU DAN KEPULAUAN RIAU, POTENSI KAMPUNG ANAK MELAYU
Gurindam-VJika hendak mengenal orang berbangsa,lihat kepada budi dan bahasa,Jika hendak mengenal orang yang berbahagia,sangat memeliharakan yang sia-sia.
PENDAHULUAN
ndonesia sebuah negeri yang sangat besar tercatat tak kurang dari 16.000 pulau
berada dalam kesatuan negara Republik Indonesia ini. Dan tak salah lagi,
kepulauan ini sudah dikenal semenjak ratusan tahun yang lalu. Tercatat sudah
semenjak abad ke 13 perdagangan dengan pedagang dari arab sudah dilakukan di
semenanjung malaka. Banyak pedagang pedagang lain pula seperti dari china dan
India. Dan semenjak abad ke 16, pedagang pedagang eropa masuk dan mulai
memonopilo perdagangan rempah di Indonesia. Sampai akhirnya belanda secara
serius menjajah nusantara ini dan membuat koloni dan menggali kekayaan alam
Indonesia untuk dikirimkan ke negeri asalnya negeri kincir angin.
I
Abstraks tersebut merupakan sebuah gambaran, keadaan Indonesia sebuah
negeri yang menyimpan kekayaan alam yang sangat melimpah. Sebuah anugerah yang
terletak di posisi strategis ini sudah dari dahulu menjadi incaran banyak sekali pihak
pihak. Namun hal yang masih sangat disayangkan
adalah kekayaan ini, sebuah potensi yang
tersembunyi di alam nusantara masih belum mampu
sepenuhnya teroptimalkan untuk dikembangkan
menjadi asset Negara yang mampu mengantarkan
rakyatnya menuju kesejahteraan nasional. Kejadian
nyata yang terjadi saat ini adalah beberapa
pertambangan emas, sumur minyak, dan beberapa
situs penggalian kekayaan mineral masih dikuasai pihak asing. Bahkan tersebut pada
Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar 37,17 juta (16,58 persen).
http://dds.bps.go.id
3
sebuah buku yang ditulis oleh mantan ketua MPR Amien Rais, pembagian profit di
beberapa Oil dan Gas Plant di Indonesia jelas jelas tidak menguntungkan pihak
Indonesia. Sungguh sangat disayangkan keadaan ini menyebabkan kita menjadi seperti
tidak berdaulat di negeri sendiri dimana, kekayaan alam kita yang melimpah justru
dikuasai oleh pihak asing. Namun anggapan ultra nasionalisme yang terlalu menutup
mata atas modal asing, dimana konsep berdiri di atas kaki sendiri di tranlasikan terlalu
sederhana juga tidak benar. Kondisi bangsa ini belum mampu memang untuk
mengembangkan semua potensi yang ada dalam dirinya. Bayangkan untuk kegiatan
ekspllorasi saja dalam usaha pencarian sumber minyak baru sudah menghabiskan
biaya yang sangat tinggi. Belum lagi teknologi terbaru dalam semua kegiatan
pengembangan sumberdaya alam kita masih dibilang sedikit tertinggal.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis berkenan untuk memaparkan
potensi kekayaan alam yang tersimpan dalam bumi Indonesia dan dalam kesempatan
ini akan dispesialisasikan kepada dua provinsi yang berada di pulau sumatera, Riau
yang kini telah pecah menjadi dua provinsi yaitu Riau, dan Kepulauan Riau. Kedua
provinsi ini merupakan dua provinsi yang berada pada gerbang perdagangan dunia,
berbatasan dengan Malaysia dan Singapur, Potensi yang dimiliki juga tidak tanggung
dan telah dikenal sejak jaman colonial.
Riau telah menjadi Daerah penghasil
Minyak Bumi yang ternama semenjak
Tahun 30an, semenjak Caltex berdiri
dan mengembangkan Perminyakan di
wilayah itu. Tujuan dari penulisan
makalah yang merupakan tugas pada
mata kuliah sumber daya alam
anorganik, adalah untuk memaparkan
potensi yang ada pada kedua provinsi yaitu provinsi riau dan kepulauan riau agar
dapat diketemukan semua potensi yang ada pada kedua provinsi tersebut baik yang
sudah dikembangkan maupun yang belum dikembangkan agar kedepannya
Lambang Caltex sebelum tahun 1947
4
mahasiswa sebagai agent of change memiliki kepercayaan diri, kebanggan pada
negerinya yang kaya dan mempunyai wawasan teknologi dalam pengembangan
sumber daya alam yang ada di wilayahnya dalam hal ini khususnya pengembangan
sumber daya alam anorganik. Lingkup pembahasan pada makalah ini adalah
penganalisaan sumber sumber daya alam yang ada di wilayah riau dan riau kepulauan,
pengidentifikasian industry yang ada di wilayah tersebut berdasarkan peta industry
dan teknologi tekologi yang dapat dikembangkan dalam rangka mengembangkan
potensi sumberdaya alam tersebut.
RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
Sekilas mengenai Riau dan kepulauan Riau. Riau disebutkan sebagai pusat kebudayaan
melayu di dunia. Dilihat dari sejarahnya, Riau dahulu
merupakan bagian dari Kesultanan Johor-Riau yang
merupakan pecahan dari Kesultanan malaka yang pada
saat itu digempur oleh belanda, karena belanda sangat
menginginkan untuk menguasai Bandar malaka.
Kesultanan Johor-Riau mencapai kejayaan saat dipimpin
sultan Ali Haji seorang sultan keturunan bugis melayu,
dimana saat kepemimpinannya, dibangun Bandar
dagang baru yang juga menjadi pusat pemerintahan kesultanan saat itu yaitu tanjung
pinang. Pada masa itu, Tanjung pinang berkembang menjadi Bandar dagang
internasional menggantikan Bandar malaka yang saat itu dikuasai oleh Belanda.
Tanjung pinang pun berkembang menjadi pusat kebudayaan melayu dimana
kesusasteraan melayu merupakan hal yang sangat diminati, posisi bahasa melayu pun
menjadi setara dengan bahasa bahasa dunia saat itu lainnya seperti bahasa china,
arab dan inggris.
Tercatat sebuah perang yang terjadi antara kesultanan Johor – Riau dengan
Belanda yang akhirnya dimenangkan oleh belanda yang akhirnya menguasai tanjung
5
pinang dan menetapkannya menjadi pusat armada militernya. Titik puncak
kemunduran kesultanan Riau adalah saat Kesultanan Johor – Riau yang melingkupi
Wilayah Johor-Riau-Lingga-Pahang, dipecah belah oleh belanda dan inggris dengan
ditanda tanganinya Traktat London pada tahun 1824. Sehingga Johor yang saat itu
dipengaruhi inggris ditetapkan menjadi wilayah Britania (inggris) sedangkan Riau –
Lingga yang dipengaruhi Belanda menjadi wilayah belanda.
Pada masa masa awal kemerdekaa, Riau tergabung dengan jambi dan
sumatera barat yang disebut dengan sumatera tengah, namun Pada tahun 1958
ditetapkan oleh pemerintah untuk memekarkan wilayah sumatera tengah yang saat
itu sedang dilanda pemberontakan PRRI. Pada awalnya Provinsi Riau yang dibentuk
beribukota di Tanjung pinang, namun setelah masa masa pemberontakan telah usai,
maka ibukota pun dipindahkan ke Pekanbaru.
Pada masa kini,
Riau berkembang
menjadi sebuah
propinsi besar yang
perkembanganya
terbilang cukup pesat.
Sampai sampai pada
tahun 2002 daerah
bintan lingga dan riau kepulauan lainnya sampai daerah natuna terlepas dari riau
daratan, berdiri sendiri menjadi provinsi bernama Riau Kepulauan. Dan sampai saat ini
perkembangan Kepulauan Riau (Kepri) sungguh sangat pesat walaupun masih
terhitung sangat muda. Keberadaan letak posisinya yang sangat berdekatan dengan
Malaysia dan Singapore menjadi nilai lebih tersendiri. Namun ini bukan hanya karena
factor Investasi namun juga keberuntungan dari letaknya yang berada di pintu
perdagangan dunia sehingga menyebabkan potensi perdagangan tak terbayangkan
Kilang Minyak di Provinsi Riau
6
dari wilayah Kepri. Sebagaimana selama ini orang terbiasa mengetahui pesatnya
perkembangan di wilayah Batam.
Namun tidak karena lepasnya Kepri,
Riau daratan menjadikan pengembangan
wilayah riau daratan menjadi tersendat.
Setelah sistem otonomi daerah
diimplementasikan, pengembangan wilayah
riau mendapat tantangan baru. Riau kini
menjadi lebih fokus dalam
mengembangkan potensi yang tertanam
dalam perut bumi baik minyak dan gas
maupun mineral batu bara lainnya juga berbagai potensi yang terdapat di atas
permukaan tanahnya seperti sector kehutanan, perkebunan dan lain lain.
Pada akhirnya didapat kesimpulan bahwa Riau dan Kepulauan riau merupakan
dua wilayah yang memang tak bias dipisahkan, keberadaannya saling menunjang satu
sama lain, antara lain juga dalam mewujudkan kawasan ekonomi Riau, Malaysia,
Singapura. Potensi potensi yang ada di dua wilayah ini merupakan potensi yang
diperebutkan oleh banyak pihak sejak jaman dahulu. Dan sudah menjadi tugas
mahasiswa pada masa kini untuk terus mempertahankan budaya dan memperluas
pengetahuan untuk dapat mengembangakan sendiri apa yang ada di tanah melayu
tersebut.
ANALISA POTENSI SUMBER DAYA ALAM RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
KEPULAUAN RIAU
KONDISI GEOGRAFIS
Kota Batam sebagai Pusat perekonomian Kepulauan Riau
7
Secara geografis Provinsi Kepulauan Riau berbatasan dengan negara tetangga yaitu
Singapura, Malaysia, dan Vietnam yang memiliki luas wilayah 251,810,71 km dengan
96 persennya adalah perairan dengan 1350 pulau besar dan kecil telah menunjukkan
kemajuan dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan. Ibukota Provinsi Kepulauan Riau berkedudukan di Tanjung Pinang.
Provinsi ini terletak pada jalur lalu lintas transportasi laut dan udara yang strategis dan
terpadat pada tingkat internasional, serta pada bibir pasar dunia yang memiliki
peluang pasar. (Wikipedia)
DAFTAR KABUPATEN DAN KOTAMADYA
No.
Kabupaten/Kota Ibu kota
1 Kabupaten Bintan Bandar Seri Bentan
2 Kabupaten Karimun Tanjung Balai Karimun
3 Kabupaten Kepulauan Anambas Tarempa
4 Kabupaten Lingga Daik, Lingga
5 Kabupaten Natuna Ranai, Bunguran Timur
6 Kota Batam -
7 Kota Tanjung Pinang -
Dari http://id.Wikipedia.org
8
PETA KEPULAUAN RIAU
KLASIFIKASI POTENSI
kedalaman tanah > 700 M
Kedalaman tanah < 700 M
Permukaan Tanah
Air (Laut dan Darat)
Udara
9
UDARA
KANDUNGAN GAS DALAM UDARA
No Nama gas mulia Simbol Fraksi Mol Persentase volume
1 Nitrogen N2 0.78084 78.08
2 Oxygen O2 0.209476 20.95
3 Argon Ar 0.00934 0.93
4 Carbon Dioxide CO2 0.000314 0.038
5 Neon Ne 0.00001818 0.0018
6 Methane CH4 0.000002 -
7 Helium He 0.00000524 0.0005
8 Krypton Kr 0.00000114 0.0001
9 Hydrogen H2 0.0000005 0.00005
10 Xenon Xe 0.000000087 8.7x10^-6
Dari: http://en.wikipedia.org
CRC Handbook of Chemistry and Physics, 1997 Edition
10
AIR (DARAT DAN LAUT)
POTENSI SUMBERDAYA HAYATI
No Jenis Sumberdaya Luas
(Ha)
Wilayah Sebaran
Ekosistem
1 Terumbu Karang 50.718,
3
Kota Batam, Kabupaten
Bintan, Kabupaten Natuna
dan Kabupaten Lingga
2 Hutan
Bakau(Mangrove)
57.849,
2
Se- Provinsi Kepulauan
Riau
3 Padang Lamun 11.489,
6
Se- Provinsi Kepulauan
Riau
4 Rumput Laut 37.634,
8
Kabupaten Kepulauan Riau
Dari: http://kepriprov.go.id/
POTENSI MINYAK DAN GAS BUMI DI PERAIRAN
No Jenis Bahan
Galian
Kabupaten/Kota Jumlah Cadangan
1 Minyak Bumi Natuna 298,81 MMBO
2 Gas Alam Natuna 55,3 TSCF
Dari: http://kepriprov.go.id/
11
PERMUKAAN TANAH
POTENSI BAHAN GALIAN
No Jenis Bahan
Galian
Kabupaten/Kota Jumlah Cadangan
1 Pasir Besi Lingga
Natuna
-
-
2 Pasir Darat Karimun
Lingga
Bintan
16.800.000 m3
-
-
3 Pasir Laut Karimun
Bintan
- 7.164.348.267 ton
4 Granit Karimun
Bintan
Natuna
Lingga
4.204.840 ton
-
19.662.288.605 m3
-
5 Granulit Natuna 1.148.000.000 m³.
6 Feldspar Lingga -
Dari: http://kepriprov.go.id/
BAWAH TANAH KEDALAMAN < 200 M
POTENSI BAHAN GALIAN
No Jenis Bahan Galian Kabupaten/Kota Jumlah Cadangan
1 Timah Karimun
Lingga
11.360.500 m3
-
2 Bauksit Bintan -
12
Karimun
Lingga
T. Pinang
3.832.500 m3
-
1.150.000 m3
3 Zircon Lingga -
4 Antimon Natuna -
5 Diorit Natuna
Lingga
882.000.000
-
6 Andesit Natuna
Karimun
-
20.000.000 m3
7 Rijang Natuna 78.013.300.931 m3
8 Kaolin Lingga -
9 Batu setengah
permata
Lingga -
10 Hornfels Natuna 43.240.000 m3
11 Batuan Ultrafamic Natuna 36.555.921.955 m
Dari: http://kepriprov.go.id/
BAWAH TANAH KEDALAMAN > 200 M
POTENSI MINYAK DAN GAS BUMI
No Jenis Bahan
Galian
Kabupaten/Kota Jumlah Cadangan
1 Minyak Bumi Natuna 298,81 MMBO
2 Gas Alam Natuna 55,3 TSCF
Dari: http://kepriprov.go.id/
13
RIAU (DARATAN)
KONDISI GEOGRAFIS
Berdasarkan data dari Kanwil Badan Pertanahan Nasional
Provinsi Riau, Provinsi Riau memiliki luas area sebesar 8
915 015,09 Hektar. Keberadaannya membentang dari
lereng Bukit Barisan sampai dengan Selat Malaka,
terletak antara 01o05'00’’ Lintang Selatan sampai
02o25'00’’ Lintang Utara atau antara 100o00'00’’ Bujur Timur-105o05'00’’ Bujur Timur.
Di daerah daratan terdapat 15 sungai, di antaranya ada 4 sungai yang mempunyai arti
penting sebagai prasarana perhubungan seperti Sungai Siak (300 km) dengan
kedalaman 8-12 m, Sungai Rokan (400 km) dengan kedalaman 6-8 m, Sungai Kampar
(400 km) dengan kedalaman lebih kurang 6 m dan Sungai Indragiri (500 km) dengan
kedalaman 6-8 m. Ke 4 sungai yang membelah dari pegunungan dataran tinggi Bukit
Barisan bermuara di Selat Malaka dan Laut Cina Selatan itu dipengaruhi pasang surut
laut.
Batas-batas daerah Riau adalah:
o Sebelah Utara:
Selat Malaka dan Provinsi Sumatera Utara
o Sebelah Selatan:
Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Barat
o Sebelah Timur:
Provinsi Kepulauan Riau dan Selat Malaka
o Sebelah Barat:
Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Sumatera Utara
(Wikipedia)
14
DAFTAR KABUPATEN DAN KOTAMADYA
No.
Kabupaten/Kota Ibu kota
1 Kabupaten Bengkalis Bengkalis
2 Kabupaten Indragiri Hilir Tembilahan
3 Kabupaten Indragiri Hulu Rengat
4 Kabupaten Kampar Bangkinang
5 Kabupaten Kuantan Singingi Teluk Kuantan
6 Kabupaten Pelalawan Pangkalan Kerinci
7 Kabupaten Rokan Hilir Ujung Tanjung (de juree), Bagan Siapi-api (de facto)
8 Kabupaten Rokan Hulu Pasir Pengaraian
9 Kabupaten Siak Siak Sri Indrapura
10 Kabupaten Kepulauan Meranti
Selatpanjang
11 Kota Pekanbaru -
12 Kota Dumai -
Dari http://id.Wikipedia.org
15
PETA KEPULAUAN RIAU
KLASIFIKASI POTENSI
kedalaman tanah > 700 M
Kedalaman tanah < 700 M
Permukaan Tanah
Air (Laut dan Darat)
Udara
16
UDARA
KANDUNGAN GAS DALAM UDARA
No Nama gas mulia Simbol Fraksi Mol Persentase volume
1 Nitrogen N2 0.78084 78.08
2 Oxygen O2 0.209476 20.95
3 Argon Ar 0.00934 0.93
4 Carbon Dioxide CO2 0.000314 0.038
5 Neon Ne 0.00001818 0.0018
6 Methane CH4 0.000002 -
7 Helium He 0.00000524 0.0005
8 Krypton Kr 0.00000114 0.0001
9 Hydrogen H2 0.0000005 0.00005
10 Xenon Xe 0.000000087 8.7x10^-6
Dari: http://en.wikipedia.org
CRC Handbook of Chemistry and Physics, 1997 Edition
17
AIR (DARAT DAN LAUT)
POTENSI SUMBERDAYA HAYATI
Potensi sumber daya yang terdapat di perairan terutama dikembangkan di daerah
perikanan air tawar yaitu
1. Budidaya ikan di tambak
Budidaya ini terutama berkembang di daerah Indragiri Hilir, Siak dan Bengkalis
2. Budidaya ikan air tawar di Kolam
Budidaya ini berkembang di daerah Palalawan dan siak
Selain itu pula terdapat kegiatan bernelayan untuk mengekslorasi kekayaan hayati di
daerah laut Provinsi riau, yaitu antara lain di seluruh pesisir provinsi riau terutama di
daerah bengkalis
PERMUKAAN TANAH
POTENSI BAHAN MINERAL
Potensi mineral yang terdapat atas permukaan tanah di Provinsi Riau antara lain:
1. Pasir Kuarsa
2. Pasir Laut
POTENSI PERKEBUNAN
Perkebunan mempunyai kedudukan yang penting di dalam pengembangan pertanian
baik pada tingkat nasional maupun regional. Perkembangan kegiatan perkebunan di
Provinsi Riau menujukkan trend yang semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari
semakin luasnya lahan perkebunan dan meningkatnya produksi rata-rata pertahun,
dengan komoditas utama kelapa sawit, kelapa, karet, kakao dan tanaman lainnya.
18
Luas Areal Kelapa Sawit, Kelapa, Karet dan Kopi Tahun 2006
No. KABUPATEN/ KOTA LUAS AREAL (Ha)
KLP. SAWIT KELAPA KARET KOPI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Kuantan Singingi
Indragiri Hulu
Indragiri Hilir
Pelalawan
Siak
Kampar
Rokan Hulu
Bengkalis
Rokan Hilir
Pekanbaru
Dumai
60.547,70
55.667,00
37.547,00
54.392,00
93.115,18
139.195,00
105.998,00
99.575,00
80.399,00
0
21.933,00
2.274,95
2.024,15
379.509,00
26.316,00
3.395,80
2.892,00
760,23
50.407,00
5.944,00
0
2.033,00
157.070,12
72.894,15
3.225,00
22.436,50
18.124,95
81.691,00
46.087,00
50.779,00
36.678,00
0
1.736,00
389,40
1.276,40
4.234,00
830,00
801,56
379,00
634,57
1.217,50
1.054
0
0
R A K Y A T 748.368,88 475.556,13 490.721,72 10.816,43
P B N 72.011,00 - 10.901,00 -
P B S 709.770,51 - 12.847,00 -
J U M L A H 1.530.150,39 475.556,13 514.469,72 10.816,43
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Riau – 2006
POTENSI KEHUTANAN
Pembangunan kehutanan pada hakekatnya mengcakup semua upaya memanfaatkan
dan memantapkan fungsi sumber daya alam hutan dan sumber daya alam hayati lain
serta ekosistemnya, baik sebagai pelindung dan penyangga kehidupan dan pelestarian
19
keanekaragaman hayati maupun sebagai sumber daya pembangunan. Namun dalam
realitanya tiga fungsi utamanya sudah hilang, yaitu fungsi ekonomi jangka panjang,
fungsi lindung dan estetika sebagai dampak kebijakan pemerintah yang lalu.
Luas Hutan Berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakatan di Kabupaten/Kota
No
.
KABUPATEN/
KOTA
HL HSAW HPT HPTb HB
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Kuantan Singingi
Indragiri Hulu
Indragiri Hilir
Pelalawan
Siak
Kampar
Rokan Hulu
Bengkalis
Rokan Hilir
Pekanbaru
Dumai
49.040,66
21.315,58
34.973,05
0
0
41.697,04
67.574,05
1.995,80
12.197,64
0
0
48.817,23
147.304,9
9
24.761,92
33.976,47
72.314,30
102.097,3
3
0
94.184,28
559,60
749
4.721,60
0
54.506,18
217.634,62
424.456,69
188.187,69
34.392,45
51.592,17
212.767,32
138.739,08
0
145.840,58
127.145,33
161.698,97
54.731,34
297.018,16
215.229,48
304.072,31
134.771,75
347.591,18
276.385,08
15.024
644,86
0
0
63.534,01
444,78
6.830,56
0
0
47.600,02
8.441,46
0
11.582,79
T O T A L 228.793,8
2
529.487,0
2
1.468.116,7
8
1.934.312,1
2
138.433,6
2
Sumber : RTRW Provinsi Riau 2001 – 2015
Keterangan :
HL : Hutan Lindung (Ha)
HSAW : Hutan Suaka Alam dan Wisata (Ha)
HPT : Hutan Produksi Tetap (Ha)
20
HPTb : Hutan Produksi Terbatas (Ha)
HB : Hutan Bakau (Ha)
POTENSI PERTANIAN
Pada awal tahun 2007 saja, potensi pertanian khususnya tanaman pangan dan
hortikultura cukup besar dimana untuk penggunaan lahan sawah sebesar 278.876 Ha
dan bukan lahan sawah 1.120.177 Ha, dari luas 8.915.016 Ha. Realisasi luas tanam
padi sampai awal tahun 2007 seluas 114.612 Ha. Untuk itu perlu diupayakan
peningkatan penggunaan lahan pertanian lebih secara intensif dan penggunaan
teknologi tepat guna serta peningkatan Indek Pertanaman (IP.100 menjadi IP.200),
serta pembukaan kawasan sentra pertanian baik untuk tanaman pangan maupun
hortikultura dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas juga mutu produk
yang dihasilkan.
Luas Areal dan Jumlah Produksi Komoditi Unggulan Kabupaten/Kota
No. KABUPATEN/ KOTA PADI JAGUNG SINGKONG/ UMBI
LAP JP LAP JP LAP JP
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Kuantan Singingi
Indragiri Hulu
Indragiri Hilir
Pelalawan
Siak
Kampar
Rokan Hulu
Bengkalis
Rokan Hilir
Pekanbaru
9.412
4.608
30.721
9.844
5.860
8.980
14.763
10.473
36.895
0
30.517
13.577
103.911
30.618
18.717
25.900
36.325
33.245
123.714
0
219
966
5.417
4.928
366
1.218
1.351
227
515
128
470
2.045
12.333
11.162
784
2.672
2.967
487
1.106
274
369
398
286
251
222
849
628
479
271
238
3.760
3.707
3.666
2.426
4.709
10.631
4.923
5.122
3.520
2.344
21
11. Dumai 4.621 12.846 204 428 217 3.078
T O T A L 136.177 429.380 15.539 34.728 4.208 47.586
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Riau 2006
Keterangan : LAP = Luas Areal Produksi (Ha)
JP = Jumlah Produksi (Ton)
BAWAH TANAH KEDALAMAN < 200 M
POTENSI BAHAN GALIAN
Perkembangan pertambangan umum di Provinsi Riau relatif cukup pesat, ditandai
dengan banyaknya perusahaan yang bergerak dibidang ini yang ikut serta dalam
mengusahakan beberapa hasil pertambangan antara lain
1. Batu bara
2. Kaolin
3. Bentonite
4. Granite
5. Bauksit
6. Timah
7. Emas
8. andesit
Potensi Pertambangan Menurut Jenis di Provinsi Riau
No. KABUPATEN/KOTA POTENSI PERTAMBANGAN (TON)
BATU BARA TIMAH EMAS
1.
2.
3.
4.
Kuantan Singingi
Indragiri Hulu
Indragiri Hilir
Kampar
140.000.000
1.600.000.000
65.000.000
75.000.000
-
-
-
3.000
120.078
-
-
59.470
22
5. Rokan Hulu 145.000.000 - -
J U M L A H 2.025.000.000 3.000 179.548
Sumber : Dinas Pertambangan Provinsi Riau
Produksi Pertambangan di Provinsi Riau Tahun 2004 – 2006 Menurut Jenis
J E N I S SATUAN P R O D U K S I
2004 2 0 0 5 2 0 0 6
1. Batu Bara Metrik Ton 651 344,52 909 468,924 2.040.500,69
2. Gambut Ton 77 102,20 285 740,400 423.587,40
Sumber : Dinas Pertambangan Provinsi Riau
BAWAH TANAH KEDALAMAN > 200 M
POTENSI MINYAK DAN GAS BUMI
Struktur ekonomi Provinsi Riau sangat didominasi oleh sektor yang berkaitan dengan
migas seperti sektor pertambangan dan industri.
Produksi Pertambangan di Provinsi Riau Tahun 2004 – 2006 Menurut Jenis
J E N I S SATUAN P R O D U K S I
2004 2 0 0 5 2 0 0 6
1. Minyak Bumi
Crude Oil
Ribu Barel 181 302,85 166 224,300 157.765,42
2. Kondensat Ribu Barel - - -
3. Gas Bumi Ribu MSCF - - -
Sumber : Dinas Pertambangan Provinsi Riau
23
BAB II: GELIAT INDUSTRI DI RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
ndustri merupakan sebuah titik penting dalam sejarah manusia, revolusi industri
telah membawa manusia dari jaman dimana keterbatasan akhirnya terus
menerus ditekan, manusia berusaha terus menerus mencukupi semua kebutuhan
hidup yang dibutuhkannya dengan jumlah yang tentu saja terus mengikuti kebutuhan
pasar yang ada.
IIndonesia sebagai sebuah Negara yang memiliki potensi yang sangat besar dilihat dari
keberadaan sumber daya alamnya baik yang organic maupun anorganik tentu saja hal
ini merupakan sebuah tantangan bagi semua pihak yang terlibat dalam sector industri
dalam pengembangan potensi ini selanjutnya.
Berikut akan diulas beberapa jenis potensi sumber daya alam dan kearah mana saja
pengembangan sumber daya alam tersebut dapat dibawa menjadi produk yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia, dalam hal ini potensi potensi tersebut merupakan
kekayaan alam di dua provinsi yaitu riau dan kepulauan riau. Dan akan dibahas pula
beberapa sector industri yang telah menggarap potensi kekayaan yang ada di kedua
provinsi itu.
ULASAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM
Potensi sumber daya alam yang ada di riau dan kepulauan riau sangat beragam,
dengan persebaran yang merata, potensi sumber daya alam anorganik yang terutama
kebanyakan merupakan bahan tambang, sedangkan perbedaan potensi sumber daya
alam organic kedua provinsi tersebut tentu saja dipengaruhi perbedaan tipe alam
yaitu antara kepulauan dan daratan.
24
BATU BARA
Batubara merupakan batuan hidrokarbon padat yang terbentuk dari tetumbuhan
dalam lingkungan bebas oksigen, serta terkena pengaruh tekanan dan panas yang
berlangsung sangat lama. Proses pembentukan (coalification) memerlukan jutaan
tahun, mulai dari awal pembentukan yang menghasilkan gambut, lignit,
subbituminus, bituminous, dan akhirnya terbentuk antrasit.
Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan
Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera
dan Kalimantan), pada umumnya endapan batubara tersebut tergolong usia muda,
yang dapat dikelompokkan sebagai batubara berumur Tersier Bawah dan Tersier
Atas.
Potensi batubara di Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau Kalimantan dan
Pulau Sumatera, sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batubara walaupun
dalam jumlah kecil, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua, dan Sulawes
MINYAK BUMI
Minyak bumi (bahasa Inggris: petroleum, dari bahasa Latin petrus – karang
dan oleum – minyak), dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah cairan kental, coklat
gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari
beberapa area di kerak Bumi. Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari
berbagaihidrokarbon, sebagian besar seri alkana, tetapi bervariasi dalam
penampilan, komposisi, dan kemurniannya.
Komponen kimia dari minyak bumi dipisahkan oleh proses distilasi, yang
kemudian, setelah diolah lagi, menjadi minyak tanah, bensin, lilin, aspal, dll.
Minyak bumi terdiri dari hidrokarbon, senyawaan hidrogen dan karbon.
25
Empat alkana teringan- CH4 (metana), C2H6 (etana), C3H8 (propana), dan
C4H10 (butana) - semuanya adalah gas yang mendidih pada -161.6 °C, -88.6 °C, -
42 °C, dan -0.5 °C, berturut-turut (-258.9°, -127.5°, -43.6°, dan +31.1° F).
Rantai dalam wilayah C5-7 semuanya ringan, dan mudah menguap, nafta jernih.
Senyawaan tersebut digunakan sebagai pelarut, cairan pencuci kering (dry clean),
dan produk cepat-kering lainnya. Rantai dari C6H14 sampai C12H26 dicampur
bersama dan digunakan untuk bensin. Minyak tanah terbuat dari rantai di wilayah
C10
Minyak pelumas dan gemuk setengah-padat (termasuk Vaseline®) berada di antara
C16 sampai ke C20.
Rantai di atas C20 berwujud padat, dimulai dari "lilin, kemudian tar, dan
bitumen aspal.
Titik pendidihan dalam tekanan atmosfer fraksi distilasi dalam derajat Celcius:
minyak eter : 40 - 70 °C (digunakan sebagai pelarut)
minyak ringan: 60 - 100 °C (bahan bakar mobil)
minyak berat: 100 - 150 °C (bahan bakar mobil)
minyak tanah ringan : 120 - 150 °C (pelarut dan bahan bakar untuk rumah
tangga)
kerosene : 150 - 300 °C (bahan bakar mesin jet)
minyak gas : 250 - 350 °C (minyak diesel/pemanas)
minyak pelumas : > 300 °C (minyak mesin)
sisanya: tar, aspal, bahan bakar residu
Beberapa ilmuwan menyatakan bahwa minyak adalah zat abiotik, yang berarti zat
ini tidak berasal dari fosil tetapi berasal dari zat anorganik yang dihasilkan secara
alami dalam perut bumi. Namun, pandangan ini diragukan dalam lingkungan
ilmiah.
26
GAS ALAM
Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa, adalah bahan bakar
fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana C H 4). Ia dapat ditemukan
di ladang minyak, ladang gas bumi dan juga tambang batu bara. Ketika gas yang
kaya dengan metana diproduksi melalui pembusukan oleh bakteri anaerobik dari
bahan-bahan organik selain dari fosil, maka ia disebut biogas. Sumber biogas dapat
ditemukan di rawa-rawa, tempat pembuangan akhir sampah, serta penampungan
kotoran manusia dan hewan.
Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang
merupakan molekul hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas alam juga mengandung
molekul-molekul hidrokarbon yang lebih berat seperti etana (C2H6), propana (C3H8)
dan butana (C4H10), selain juga gas-gas yang mengandung sulfur (belerang). Gas alam juga
merupakan sumber utama untuk sumber gas helium.
Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global ketika terlepas ke
atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai
polutan ketimbang sumber energi yang
berguna. Meskipun begitu, metana di atmosfer
bereaksi dengan ozon, memproduksi karbon
dioksida dan air, sehingga efek rumah
kaca dari metana yang terlepas ke udara relatif
hanya berlangsung sesaat. Sumber metana
yang berasal dari makhluk hidup
kebanyakan berasal dari rayap, ternak
(mamalia) dan pertanian (diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75 dan 100 juta ton per
tahun secara berturut-turut).
Komponen %
Metana (CH4) 80-95
Etana (C2H6) 5-15
Propana (C3H8) and Butane (C4H10) < 5
27
Nitrogen, helium, karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), dan air dapat juga
terkandung di dalam gas alam. Merkuri dapat juga terkandung dalam jumlah kecil.
Komposisi gas alam bervariasi sesuai dengan sumber ladang gasnya.
Campuran organosulfur dan hidrogen sulfida adalah kontaminan (pengotor) utama
dari gas yang harus dipisahkan . Gas dengan jumlah pengotor sulfur yang signifikan
dinamakan sour gas dan sering disebut juga sebagai "acid gas (gas asam)". Gas
alam yang telah diproses dan akan dijual bersifat tidak berasa dan tidak berbau.
Akan tetapi, sebelum gas tersebut didistribusikan ke pengguna akhir, biasanya gas
tersebut diberi bau dengan menambahkan thiol, agar dapat terdeteksi bila terjadi
kebocoran gas. Gas alam yang telah diproses itu sendiri sebenarnya tidak
berbahaya, akan tetapi gas alam tanpa proses dapat menyebabkan tercekiknya
pernafasan karena ia dapat mengurangi kandungan oksigen di udara pada level
yang dapat membahayakan.
Gas alam dapat berbahaya karena sifatnya yang sangat mudah terbakar dan
menimbulkan ledakan. Gas alam lebih ringan dari udara, sehingga cenderung
mudah tersebar di atmosfer. Akan tetapi bila ia berada dalam ruang tertutup,
seperti dalam rumah, konsentrasi gas dapat mencapai titik campuran yang mudah
meledak, yang jika tersulut api, dapat menyebabkan ledakan yang dapat
menghancurkan bangunan. Kandungan metana yang berbahaya di udara adalah
antara 5% hingga 15%.
Secara garis besar pemanfaatan gas alam dibagi atas 3 kelompok yaitu :
Gas alam sebagai bahan bakar, antara lain sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik
Tenaga Gas/Uap, bahan bakar industri ringan, menengah dan berat, bahan bakar
kendaraan bermotor (BBG/NGV), sebagai gas kota untuk kebutuhan rumah tangga
hotel, restoran dan sebagainya.
Gas alam sebagai bahan baku, antara lain bahan baku pabrik pupuk, petrokimia,
metanol, bahan baku plastik (LDPE = low density polyethylene, LLDPE = linear low
28
density polyethylene, HDPE = high density polyethylen, PE= poly ethylene,
PVC=poly vinyl chloride, C3 dan C4-nya untuk LPG, CO2-nya untuk soft drink, dry
ice pengawet makanan, hujan buatan, industri besi tuang, pengelasan dan bahan
pemadam api ringan.
Gas alam sebagai komoditas energi untuk ekspor, yakni Liquefied Natural Gas
(LNG.
Teknologi mutakhir juga telah dapat memanfaatkan gas alam untuk air conditioner
(AC=penyejuk udara), seperti yang digunakan di bandara Bangkok, Thailand dan
beberapa bangunan gedung perguruan tinggi di Australia.
KAOLIN
Kaolin merupakan masa batuan yang tersusun dari material lempung dengan
kandungan besi yang rendah, dan umumnya
berwarna putih atau agak keputihan. Kaolin
mempunyai komposisi hidrous alumunium silikat
(2H2O.Al2O3.2SiO2), dengan disertai mineral
penyerta.
Proses pembentukan kaolin (kaolinisasi) dapat terjadi melalui proses pelapukan
dan proses hidrotermal alterasi pada batuan beku felspartik. Endapan kaolin ada
dua macam, yaitu: endapan residual dan sedimentasi.
Mineral yang termasuk dalam kelompok kaolin adalah kaolinit, nakrit, dikrit, dan
halloysit (Al2(OH)4SiO5.2H2O), yang mempunyai kandungan air lebih besar dan
29
umumnya membentuk endapan tersendiri.
Sifat-sifat mineral kaolin antara lain, yaitu: kekerasan 2 – 2,5, berat jenis 2,6 – 2,63,
plastis, mempunyai daya hantar panas dan listrik yang rendah, serta pH bervariasi.
Potensi dan cadangan kaolin yang besar di Indonesia terdapat di Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, dan Pulau Bangka dan Belitung, serta potensi lainnya tersebar
di Pulau Sumatera, Pulau Jawa, dan Sulawesi Utara.
GRANITE
Granit merupakan salah satu batuan beku, yang bertekstur granitik dan struktur
holokristalin, serta mempunyai komposisi kimia
±70% SiO2 dan ±15% Al2O3, sedangkan mineral
lainnya terdapat dalam jumlah kecil, seperti biotit,
muskovit, hornblende, dan piroksen. Umumnya
granit berwarna putih keabuan, Sebagai batu hias
warna granit lainnya adalah merah, merah muda,
coklat, abu-abu, biru, hijau, dan hitam, hal ini
tergantung pada komposisi mineralnya.
Granit merupakan batuan beku asam plutonik atau terbentuk dan membeku
dalam kerak bumi. Bentuk cebakan yang terjadi dapat berupa dike, sill, atau dalam
bentuk masa yang besar dan tidak beraturan. Batuan lelehan dari granit disebut
rhiolit, yang mempunyai susunan kimia dan mineralogy yang sama dengan granit
tetapi tekstur dan strukturnya berlainan.
Granit mempunyai sumber cadangan yang potensial, namun sampai saai ini belum
banyak yang ditambang. Potensi tersebut terdapat di Pulau Sumatera, Kepulauan
Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan
30
BAUKSIT
Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang mempunyai mineral dengan
susunan terutama dari oksida aluminium, yaitu
berupa mineral buhmit (Al2O3H2O) dan mineral
gibsit (Al2O3 .3H2O). Secara umum bauksit
mengandung Al2O3 sebanyak 45 – 65%, SiO2 1 –
12%, Fe2O3 2 – 25%, TiO2 >3%, dan H2O 14 – 36%.
Bijih bauksit terjadi di daerah tropika dan subtropika
dengan memungkinkan pelapukan sangat kuat. Bauksit terbentuk dari batuan
sedimen yang mempunyai kadar Al nisbi tinggi, kadar Fe rendah dan kadar kuarsa
(SiO2) bebasnya sedikit atau bahkan tidak mengandung sama sekali. Batuan
tersebut (misalnya sienit dan nefelin yang berasal dari batuan beku, batu lempung,
lempung dan serpih. Batuan-batuan tersebut akan mengalami proses lateritisasi,
yang kemudian oleh proses dehidrasi akan mengeras menjadi bauksit.
Bauksit dapat ditemukan dalam lapisan mendatar tetapi kedudukannya di
kedalaman tertentu.
Potensi dan cadangan endapan bauksit terdapat di Pulau Bintan, Kepulauan Riau,
Pulau Bangka, dan Pulau Kalimantan
PASIR KUARSA
Pasir kuarsa adalah bahan galian yang terdiri atas kristal-kristal silika (SiO2) dan
mengandung senyawa pengotor yang terbawa
selama proses pengendapan. Pasir kuarsa juga
dikenal dengan nama pasir putih merupakan hasil
pelapukan batuan yang mengandung mineral
utama, seperti kuarsa dan feldspar. Hasil pelapukan
kemudian tercuci dan terbawa oleh air atau angin
31
yang terendapkan di tepi-tepi sungai, danau atau laut.
Pasir kuarsa mempunyai komposisi gabungan dari SiO2, Fe2O3, Al2O3, TiO2, CaO,
MgO, dan K2O, berwarna putih bening atau warna lain bergantung pada senyawa
pengotornya, kekerasan 7 (skala Mohs), berat jenis 2,65, titik lebur 17150C, bentuk
kristal hexagonal, panas sfesifik 0,185, dan konduktivitas panas 12 – 1000C.
Dalam kegiatan industri, penggunaan pasir kuarsa sudah berkembang meluas, baik
langsung sebagai bahan baku utama maupun bahan ikutan. Sebagai bahan baku
utama, misalnya digunakan dalam industri gelas kaca, semen, tegel, mosaik
keramik, bahan baku fero silikon, silikon carbide bahan abrasit (ampelas dan sand
blasting). Sedangkan sebagai bahan ikutan, misal dalam industri cor, industri
perminyakan dan pertambangan, bata tahan api (refraktori), dan lain sebagainya.
Cadangan pasir kuarsa terbesar terdapat di Sumatera Barat, potensi lain terdapat
di Kalimantan Barat, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Pulau
Bangka dan Belitung
PASIR BESI
Secara umum pasir besi terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan butiran-
butiran dari mineral non logam seperti, kuarsa, kalsit,
feldspar, ampibol, piroksen, biotit, dan tourmalin.
mineral tersebut terdiri dari magnetit, titaniferous
magnetit, ilmenit, limonit, dan hematit, Titaniferous
magnetit adalah bagian yang cukup penting
merupakan ubahan dari magnetit dan ilmenit. Mineral bijih pasir besi terutama
berasal dari batuan basaltik dan andesitik volkanik.
Kegunaannya pasir besi ini selain untuk industri logam besi juga telah banyak
32
dimanfaatkan pada industri semen
Pasir besi ini terdapat seperti di Sumatera, Lombok,
Sumbawa, Sumba, Flores, dan Timor
TIMAH
Timah adalah logam berwarna putih keperakan,
dengan kekerasan yang rendah, berat jenis 7,3
g/cm3, serta mempunyai sifat konduktivitas panas
dan listrik yang tinggi. Dalam keadaan normal (13 –
1600C), logam ini bersifat mengkilap dan mudah
dibentuk.
Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada daerah
sentuhan batuan endapan metamorf yang biasanya berasosiasi dengan turmalin
dan urat kuarsa timah, serta sebagai endapan sekunder, yang di dalamnya terdiri
dari endapan alluvium, elluvial, dan koluvium.
Mineral yang terkandung di dalam bijih timah pada umumnya mineral utama yaitu
kasiterit, sedangkan pirit, kuarsa, zircon, ilmenit, plumbum, bismut, arsenik,
stibnite, kalkopirit, kuprit, xenotim, dan monasit merupakan mineral ikutan.
Kegunaan timah banyak sekali terutama untuk bahan baku logam pelapis, solder,
cendera mata, dan lain-lain.
Potensi Timah di Indonesia terdapat di Pulau Bangka, Pulau Belitung, Pulau
Singkep, dan Pulau Karimun
FELDSPAR
33
Sebagai mineral silikat pembentuk batuan, felspar mempunyai kerangka struktur
tektosilikat yang menunjukkan 4 (empat) atom oksigen dalam struktur tetraheral
SiO2 yang dipakai juga oleh struktur tetraheral lainnya. Kondisi ini menghasilkan
kisi-kisi kristal seimbang terutama bila ada kation lain yang masuk ke dalam
struktur tersebut seperti penggantian silikon oleh aluminium.
Terlepas dari bentuk strukturnya, apakah triklin atau monoklin, felspar secara
kimiawi dibagi menjadi empat kelompok mineral yaitu kalium felspar (KAlSi3O8),
natrium felspar (NaAlSi3O8), kalsium felspar (CaAl2Si2O8) dan barium felspar (Ba
Al2Si2O8) sedangkan secara mineralogi felspar dikelompokkan menjadi plagioklas
dan K-felspar. Plagioklas merupakan seri yang menerus suatu larutan padat
tersusun dari variasi komposisi natrium felspar dan kalsium felspar
Plagioklas felspar hampir selalu memperlihatkan kenampakan melidah yang
kembar (lamellar twinning) bila sayatan tipis mineral tersebut dilihat secara
mikroskopis. Sifat optis yang progresif sejalan dengan berubahnya komposisi
mineralogi memudahkan dalam identifikasi mineral-mineral felspar yang termasuk
ke dalam kelompok plagioklas tersebut. Na-plagioklas banyak ditemukan dalam
batuan kaya unsur alkali (granit, sienit). Andesin dan oligoklas terdapat pada
batuan intermediate seperti diorit sedangkan labradorit, bitownit dan anortit
biasanya sebagai komponen batuan basa (gabro) dan anortosit.
Mineral yang termasuk kelompok K-felspar diklasifikasikan berdasarkan suhu
ristalisasinya, mulai dari sanidin (suhu tinggi), ortoklas, mikroklin sampai adu-laria
(suhu rendah). Keempat mineral mempunyai rumus kimia sama yaitu KAlSi3O8
dan (terutama) ditemukan pada batuan beku asam seperti granit dan sienit, selain
itu ditemukan pula pada batuan metamorfosis dan hasil re-work pada batuan
sedimen.
Keberadaan felspar dalam kerak bumi cukup melimpah. Walaupun demikian untuk
34
keperluan komersial dibutuhkan felspar yang memiliki kandungan (K2O + Na2O) >
10%. Selain itu, material pengotor oksida besi, kuarsa, oksida titanium dan
pengotor lain yang berasosiasi dengan felspar diusahakan sesedikit mungkin.
Felspar dari alam setelah diolah dapat dimanfaatkan untuk batu gurinda dan
felspar olahan untuk keperluan industri tertentu. Mineral ikutannya dapat
dimanfaatkan untuk keperluan industri lain sesuai spesifikasi yang ditentukan.
Industri keramik halus dan kaca/gelas merupakan dua industri yang paling banyak
mengkonsumsi felspar olahan, terutama yang memiliki kandungan K2O tinggi dan
CaO rendah.
Berbicara mengenai potensi endapan felspar di Indonesia, sebaran material ini
terdapat hampir di seluruh negeri dengan bentuk endapan berbeda dari satu
daerah dengan daerah yang lain tergantung jenis endapan, primer atau sekunder.
Data dari Direktorat Inventarisasi Sumberdaya Mineral menunjukkan cadangan
terukur (proved), tereka (probable) dan terindikasi (possible) masing-masing
sebesar 271.693, 11.728 dan 56.561 ribu ton.
INDUSTRI BERBASIS SUMBER DAYA ALAM RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
Sejarah perindustrian di riau dimulai pada masa masa colonial belanda sekitar tahun
1930an, dimana para geologist dari Caltex berhasil menemukan sumber baru minyak
di wilayah sumatera tengah yaitu di wilayah duri dan sekitarnya. Berikut merupakan
industri industri yang ada di wilayah riau dan kepulauan riau
PERTAMINA
35
KILANG DUMAI
Peresmian pengoperasian kompleks kilang seluas 360 hektare ini dilakukan oleh
Presiden Soeharto, 8 September 1971.
Selanjutnya pada tahun itu dibangun
dua Unit Proses, yaitu Naptha Rerun
Unit dan Hydrocarbon Platforming Unit.
Dua unit ini selesai dan dioperasikan
tahun 1973.
Kilang UP II Dumai memiliki 14 unit
proses produksi pengolahan dan dua
unit penunjang proses produksi. Kilang
minyak UP II Dumai terdiri atas kilang lama (Existing Plant) dan kilang baru (New
Plant).
Existing Plant terdiri atas 3 unit proses, yaitu Topping Unit/Crude Distilling Unit
(CDU), Naptha Rerun Unit (NRU), dan Hydrobon Platforming Unit (Platforming I).
New Plant (Hydrocracker Complex) merupakan perluasan dari Existing Plant yang
dibangun pada tahun 1981. Pengoperasiannya diresmikan oleh Presiden Soeharto,
16 Februari 1984.
New Plant terdiri atas 11 unit proses produksi, yaitu High Vacuum Unit (HVU),
Delayed Coking Unit (DCU), Hydrocracking Unit (HCU), Naptha Hydrotreating Unit
(NHDtU), CCR Platforming Unit, Destillate Hydrotreating Unit (DHDtU), Amine &
LPG Recovery Unit, Hydrogent Plant, Nitrogen Plant, dan Sour Water System
Plant.
Sedangkan dua unit penunjang produksi adalah Instalasi Tanki dan Pengapalan dan
Utilities Unit.
Dibangunnya Kilang Hydrocracker Complex ini bertujuan untuk memproses lebih
lanjut LSWR (Low Sulfur Waxy Residu) yang dihasilkan oleh Crude Distilling Unit
(CDU) Dumai dan CDU Sungai Pakning, sehingga dapat menghasilkan produk-
36
produk BBM yang siap pakai.
Dari 100 persen minyak mentah yang diolah (100 persen Crude Intake) hanya
dapat dihasilkan sekitar 37,5 persen produk BBM, 62 persen LSWR (Residu), dan
sisanya sekitar 0,5 persen gas.
Sedangkan dengan mengolah LSWR lebih lanjut di unit proses produksi
Hydrcocracker Complex dapat dihasilkan produk BBM sekitar 93,34 persen dan
sisa berupa produk gas yang digunakan sebagai bahan bakar (fuel) di unit-unit
proses produksi kilang.
Selain itu dihasilkan produk padat berupa green coke dan calcined coke. Produk ini
digunakan kalangan industri untuk bahan elektroda dalam proses peleburan biji
alumunium.
Kilang Dumai mengolah minyak mentah jenis Sumatera Light Crude (SLC) dan jenis
Duri Crude Oil (DCO) yang dihasilkan oleh PT Caltex Pacific Indonesia.
Kilang Dumai menghasilkan berbagai
macam produk BBM dan produk non
BBM. Jenis-jenis produk BBM yang
dihasilkan adalah premium, kerosene,
avtur, JP-5 (bahan bakar khusus), dan
solar/diesel. Sedangkan jenis-jenis
produk non BBM yang dihasilkan
adalah Elpiji (LPG), green coke, dan
calcined coke.
Produk BBM yang dihasilkan Kilang
Minyak UP II Dumai memenuhi
kebutuhan konsumsi dalam negeri,
khususnya daerah operasi UPms I
(Provinsi-provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Riau, dan Kepulauan Riau).
Sementara produk non BBM (coke) diarahkan untuk ekspor. Pendistribusian
37
produk tersebut dikirim melalui perpipaan (10 persen) dan melalui kapal (90
persen).
Sebagai sebuah kilang, Kilang UP II di Dumai memiliki sejumlah fasilitas
pendukung, yaitu tangki penampung; pembangkit listrik baik PLTU (4 unit), PLTG (2
unit), maupun PLTD (4
unit) dengan daya
sebesar 104 Mega Watt.
Di kompleks kilang ini pun
terdapat pengolah air
tawar (WTP) yang
berkemampuan
pengolahanan 1.2000 m3
per jam.
Terdapat juga pembangkit steam, udara tekan, nitrogen plant, dan unit pengolah
limbah cair. Termasuk memiliki dermaga yang dibangun di pantai timur kota
Dumai, berhadapan dengan Pulau Rapat.
Selain itu untuk pengisian Elpiji Kilang Dumai memiliki Fasilitas Filling. Untuk
memperlancar suplai Elpiji ke Pekanbaru dan sekitarnya, telah dibangun fasilitas
LPG Filling yang diresmikan Mei 1997.
Sebelumnya, suplai Elpiji melalui SPPBE (Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk
Elpiji) di Pekanbaru yang dipasok dari Pangkalan Susu, Sumatera Utara.
KILANG SUNGAI PAKNING
Sementara itu Kilang Sei Pakning terletak di tepi pantai Sungai Pakning dengan
areal seluas 40 hektare. Kilang minyak ini dibangun pada November 1968 oleh
Kontraktor Refican Ltd. (Refining Associates Canada Limited).
38
Selesai dibangun dan mulai berproduksi pada bulan Desember 1969. Pada awal
beroperasi kapasitas produksi 25.000 barel per hari.
Pada September 1975 seluruh operasi Kilang Sei Pakning beralih dari Refican
kepada Pertamina. Selanjutnya kilang ini mulai mengalami penyempurnaan secara
bertahap sehingga kapasitas produksinya dapat lebih ditingkatkan. Pada akhir
1977 kapasitas produksi meningkat menjadi 35.000 barel per hari dan April 1980
naik menjadi 40 barel per hari. Kemudian mulai 1982 kapasitas produksi sesuai
dengan design, yaitu 50.000 barel per hari.
Bagian operasi Kilang Sungai Pakning terdiri atas: CDU, ITP (Instalasi Tanki dan
Pengapalan), utilities, dan laboratorium.
ITP di Kilang Sei Pakning adalah untuk menangani pengoperasian tangki crude dan
produk. Juga untuk proses loading (muat) dan unloading (bongkar) minyak mentah
atau produk. Selain itu, pengelolaan separator (penampung sementara buangan
minyak).
Faslitias utilities di Kilang Sei Pakning mengelola water treatment plant (WTP)
Sejangat dan Water Intake Sungai Dayang. Selain itu pengoperasian boiler
(penghasil steam), pengoperasian WDcP (Water Decoloring Plant) dan RO (Reverse
Osmosis). Juga pengoperasian Power Plant (pembangkit listrik) dan pengoperasian
udara kempa (compression air).
Power plant sendiri di Kilang Sei Pakning digunakan untuk menyuplai listrik untuk
kebutuhan pabrik, perkantoran, balai pengobatan dan rumah bersalin,
perumahan, serta sarana lainnya.
Pembangkit tenaga listrik tersebut adalah berupa generator (gas turbine) yang
terdiri atas:
GE-02 kapasitas 500 KWH
39
GE-03 kapasitas 500 KWH
GE-04 kapasitas 500 KWH
GE-05 kapasitas 750 KWH
GE-06 kapasitas 750 KWH
GE-10 kapasitas 2.500 KWH
GE-11 kapasitas 2.500 KWH
Kilang minyak Sungai Pakning mengolah SLC (Sumatera Light Crude) sekitar 83
persen; LCO (Lirik Crude Oil) sekitar 15 persen; juga SPC (Selat Panjang Crude) dan
Slop Oil masing-masing satu persen.
Dari proses produksi yang ada dihasilkanlah jenis-jenis produk gas & losses (1
persen); stright run naptha (SRN) sebesar 8 persen; kerosene (16 persen);
solar/ADO (Automotive Diesel Oil) (17 persen); dan LSWR (58 persen).
Naptha dari Sungai Pakning dikirim ke Dumai dengan kapal laut untuk selanjutnya
diolah menjadi Mogas di Kilang Dumai (Secondary Processing).
Kerosene dan diesel dikirim dengan kapal ke Depot Siak dan Tank Car ke Bengkalis
dan sekitarnya. Di samping itu kadang dikirim juga ke Belawan, Padang,
Tembilahan, Krueng Raya, dan Tanjung Gerem.
Sedangkan produk LSWR dikirim dengan kapal laut ke Kilang Dumai untuk diproses
di High Vacuum Unit (HVU) dan selanjutnya diolah di Hydrocracker Unit (HCU).
LSWR juga diekspor ke luar negeri. Akhir 1983, sejak beroperasinya Kilang
Hydrocracker Dumai, maka LSWR yang dihasilkan oleh Kilang Putri Tujuh Dumai
dan Kilang Sei Pakning seluruhnya diolah habis menjadi BBM, green coke, calcined
coke, dan LPG.
CHEVRON PACIFIC INDONESIA
40
Chevron Pacific Indonesia (CPI) adalah anak perusahaan dari Chevron yang
bertugas mengeksplorasi minyak yang ada di Riau. Sebelum diambil alih oleh
Chevron, perusahaan ini bernama Caltex Pacific Indonesia. Para karyawan CPI
ditempatkan di 4 kota di Riau yaitu Dumai, Duri, Minas dan Rumbai. CPI juga
merupakan perusahaan minyak kontraktor terbesar di Indonesia, dengan produksi
sudah mencapai 2 miliar barrel.
CPI pertama kali didirikan di Indonesia pada awal tahun 1924. Standard Oil
Company of California (Socal) dan Texas Oil Company (Texaco) membentuk sebuah
perusahaan patungan di daerah Sumatera, bernama N.V. Nederlandsche Pacific
Petroleum Maatschappijatau NPPM. Perusahaan ini menemukan sebuah sumur
minyak non-produktif yang akhirnya ditutup. Pada tahun 1944, ahli geologi
NPPM, Richard H. Hopper dan Toru Oki bersama timnya menemukan sumur
minyak terbesar di Asia Tenggara, Minas. Sumur ini awalnya bernama Minas No. 1.
Minas terkenal dengan jenis minyak Sumatera Light Crude (SLC) yang baik dan
memiliki kadar belerang rendah.
Pada masa awal 1950-an, NPPM berubah nama menjadi Caltex Pacific Oil
Company(CPOC), dan mulai melakukan ekspor minyak dari Minas, melalui
Perawang. Sumur minyak barupun ditemukan di Duri, Bengkalis, dan Petapahan.
Nama Caltexpun berubah kembali di awal 1960-an menjadi Caltex Pacific
Company (CPC).
Seiring semakin banyaknya sumur minyak yang ditemukan di daerah operasi
Caltex, peta daerahpun dibuat. Peta daerah operasi ini biasa disebutKangaroo
Block, karena bentuknya yang seperti kangguru. Di luar Kangaroo Block, Caltex
(yang pada dekade 1970-an mengubah kembali namanya menjadi PT Caltex Pacific
Indonsia) pada saat itu juga mengopeasikan daerah Coastal Plains Pekanbaru Block
(CPP Block) dan Mount Front Kuantan Block (MFK Block).
Pada 1980, CPI merasa memerlukan suatu terobosan untuk meningkatkan
produksi minyak di ladang minyak Duri. Pada tahun ini dibangunlah proyek Sistem
41
Injeksi Uap terbesar di dunia, yaitu Duri Steam Flood, yang diresmikan
Presiden Soeharto pada pertengahan 1980an.
Pada tahun 2005, Caltex, sebagai anak perusahaan Chevron dan Texaco Inc.
diakuisisi oleh Chevron bersama dengan Texaco dan Unocal. Maka, resmi nama PT
Caltex Pacific Indonesia berubah menjadi PT Chevron Pacific Indonesia
42
BAB III: PENGEMBANGAN TEKNOLOGI DALAM PEMANFAATAN POTENSI SUMBERDAYA ALAM ANORGANIK DI RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
KACA DARI PASIR KUARSA
Kaca adalah salah satu produk industri kimia yang paling akrab dengan kehidupan kita
sehari-hari. Tetapi seberapa banyakkah yang kita ketahui tentang senyawa unik ini?
Inilah beberapa fakta tentang kaca.
Dipandang dari segi fisika kaca merupakan zat cair yang sangat dingin. Disebut
demikian karena struktur partikel-partikel penyusunnya yang saling berjauhan seperti
dalam zat cair namun dia sendiri berwujud padat. Ini terjadi akibat proses pendinginan
(cooling) yang sangat cepat, sehingga partikel-partikel silika tidak “sempat” menyusun
diri secara teratur. Dari segi kimia, kaca adalah gabungan dari berbagai oksida
anorganik yang tidak mudah menguap , yang dihasilkan dari dekomposisi dan
peleburan senyawa alkali dan alkali tanah, pasir serta berbagai penyusun lainnya. Kaca
memiliki sifat-sifat yang khas dibanding dengan golongan keramik lainnya. Kekhasan
sifat-sifat kaca ini terutama dipengaruhi oleh keunikan silika (SiO2) dan proses
pembentukannya.
Beberapa sifat-sifat kaca secara umum adalah:
Padatan amorf (short range order).
Berwujud padat tapi susunan atom-atomnya seperti pada zat cair.
Tidak memiliki titik lebur yang pasti (ada range tertentu)
Mempunyai viskositas cukup tinggi (lebih besar dari 1012 Pa.s)
Transparan, tahan terhadap serangan kimia, kecuali hidrogen fluorida. Karena
itulah kaca banyak dipakai untuk peralatan laboratorium.
Efektif sebagai isolator.
43
Mampu menahan vakum tetapi rapuh terhadap benturan.
Sebagaimana bahan-bahan yang sangat banyak digunakan dalam peradaban modern,
riwayat penemuan kaca tidaklah jelas sama sekali. Salah satu rujukan yang paling tua
mengenai bahan ini dibuat oleh Pliny, yang menceritakan bagaimana pedagang-
pedangang phoenisia purba menemukan kaca tatkala memasak makanan. Periuk yang
digunakannya secara tidak sengaja diletakkan di atas massa trona di suatu pantai.
Penyatuan yang terjadi antara pasir dan alkali menarik perhatian dan orang Mesir
telah berusaha menirunya. Sejak tahun 6000 atau 5000 sebelum Masehi, orang mesir
telah membuat permata tiruan dari kaca dengan ketrampilan yang halus dan
keindahan yang mengesankan. Kaca jendela sudah mulai disebut-sebut sejak tahun
290. Silinder kaca jendela tiup ditemukan oleh para pendeta pada abad kedua belas.
Dalam abad tengah, Venesia memegang monopoli sebagai pusat industi kaca. Di
jerman dan inggris, kaca baru mulai dibuat pada abad ke-16. Secara keseluruhan
sebelum tahun 1900, industri ini merupakan seni yang dilengkapi oleh rumus-rumus
rahasia yang dijaga ketat. Proses pembuatannya-pun bersifat empiris dan hanya
berdasarkan pada pengalaman.
Pada tahun 1914, di Belgia dikembangkan proses Fourcault untuk menarik kaca plat
secara kontiniu. Selama 50 tahun berikutnya para ilmuwan dan insinyur telah berhasil
menciptakan berbagai modifiklasi terhadap proses penarikan kaca dengan tujuan
untuk memperkecil distorsi optik kaca lembaran (kaca jendela) dan menurunkan biaya
pembuatan.
Reaksi yang terjadi dalam pembuatan kaca secara ringkas adalah sebagai berikut:
Na2CO3 + aSiO2 ? Na2O.aSiO2 + CO2
CaCO3 + bSiO2 ? CaO.bSiO2 + CO2
Na2SO4 + cSiO2 + C ? Na2O.cSiO2 + SO2 + SO2 + CO
44
Walaupun saat ini terdapat ribuan macam formulasi kaca yang dikembangkan dalam
30 tahun terakhir ini namun gamping, silika dan soda masih merupakan bahan baku
dari 90 persen kaca yang diproduksi di dunia.
Kuarsa (SiO2), salah satu bentuk polimorfi silika
Secara umum, kaca komersial dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan:
1. Silika lebur. Silika lebur atau silika vitreo dibuat melalui pirolisis silikon
tetraklorida pada suhu tinggi, atau dari peleburan kuarsa atau pasir murni. Secara
salah kaprah, kaca ini sering disebut kaca kuarsa (quartz glass). Kaca ini mempunyai
ciri-ciri nilai ekspansi rendah dan titik pelunakan tinggi. Karena itu, kaca ini
mempunyai ketahanan termal lebih tinggi daripada kaca lain. Kaca ini juga sangat
transparan terhadap radiasi ultraviolet. Kaca jenis inilah yang sering digunakan
sebagai kuvet untuk spektrometer UV-Visible yang harganya sekitar dua jutaan per
kuvet.
2. Alkali silikat. Alkali silikat adalah satu-satunya kaca dua komponen yang
secara komersial, penting. Untuk membuatnya, pasir dan soda dilebur bersama-sama,
dan hasilnya disebutNatrium silikat. Larutan silikat soda juga dikenal sebagai kaca
45
larut air (water soluble glass) banyak dipakai sebagai adhesif dalam pembuatan
kotak-kotak karton gelombang serta memberi sifat tahan api.
3. Kaca soda gamping. Kaca soda gamping (soda-lime glass) merupakan 95
persen dari semua kaca yang dihasilkan. Kaca ini digunakan untuk membuat segala
macam bejana, kaca lembaran, jendela mobil dan barang pecah belah.
4. Kaca timbal. Dengan menggunakan oksida timbal sebagai
pengganti kalsium dalam campuran kaca cair, didapatlah kaca timbal (lead glass).
Kaca ini sangat penting dalam bidang optik, karena mempunyai indeks refraksi dan
dispersi yang tinggi. Kandungan timbalnya bisa mencapai 82% (densitas 8,0, indeks
bias 2,2). Kandungan timbal inilah yang memberikan kecemerlangan pada “kaca
potong” (cut glass). Kaca ini juga digunakan dalam jumlah besar untuk membuat bola
lampu, lampu reklame neon, radiotron, terutama karena kaca ini mempunyai
tahanan (resistance) listrik tinggi. Kaca ini juga cocok dipakai sebagai perisai radiasi
nuklir.
5. Kaca borosilikat. Kaca borosilikat biasanya mengandung 10 sampai 20% B2O3,
80% sampai 87% silika, dan kurang dari 10% Na2O. Kaca jenis ini mempunyai koefisien
ekspansi termal rendah, lebih tahan terhadap kejutan dan mempunyai stabilitas kimia
tinggi, serta tahanan listrik tinggi. Perabot laboratorium yang dibuat dari kaca ini
dikenal dengan nama dagangpyrex. Kaca borosilikat juga digunakan sebagai isolator
tegangan tinggi, pipa lensa teleskop seperti misalnya lensa 500 cm di Mt. Palomer
(AS).
6. Kaca khusus. Kaca berwarna , bersalut, opal, translusen, kaca
keselamatan,fitokrom, kaca optik dan kaca keramik semuanya termasuk kaca khusus.
Komposisinya berbeda-beda tergantung pada produk akhir yang diinginkan.
7. Serat kaca (fiber glass). Serat kaca dibuat dari komposisi kaca khusus, yang
tahan terhadap kondisi cuaca. Kaca ini biasanya mempunyai kandungan silika sekitar
55%, dan alkali lebih rendah.
ALUMINIUM DARI BAUKSIT
46
Aluminium adalah logam yang terbanyak di dunia. Logam ini merupakan 8% dari
bagian kerak bumi. Logam aluminium pertama kali dibuat dalam bentuk murni oleh
Oersted, pada tahun 1825, melalui pemanasan amonium klorida dengan amalgam
kalium raksa. Pada tahun 1854, Henri Sainte dan Claire Deville membuat aluminium
dari natrium aluminium klorida dengan cara memanaskannya dengan logam natrium.
Pada tahun 1886, Charles Hall mulai memproduksi aluminium dengan proses skala
besar seperti sekarang, yaitu melalui elektrolisis alumina di dalam kriolit lebur. Pada
tahun itu pula Paul Herault mendapat paten Perancis untuk proses serupa dengan
proses Hall.
Kombinasi sifat yang ringan dan kuat, membuat aluminium cocok untuk berbagai
penggunaan. Dengan berat yang sama, aluminium mempunyai konduktivitas dua kali
lebih baik dari tembaga, dan keuletannya (DUCTILITY) pun tinggi pada suhu tinggi.
Aluminium biasa dipadukan dengan logam seperti tembaga, magnesium, seng, silikon,
krom, dan mangan sehingga kemanfaatannya pun lebih banyak lagi. Logam aluminium
atau paduannya (ALLOY), terutama paduannya dengan magnesium, banyak digunakan
dalam struktur pesawat terbang, mobil, truk, dan gerbong kereta api, dll. Bila
digunakan dengan baik, aluminium tahan korosi.
Logam aluminium dibuat melalui reduksi elektrolitik alumina murni (Al2O3) di dalam
penangas kriolit lebur. Alumina tidak dapat direduksi dengan karbon, karena adanya
pembentukan Al4C3 (aluminium karbida), dan reaksi balik antara uap aluminium
dengan CO2 di dalam kondensor akan menyebabkan terjadinya pembentukan
aluminium oksida sebagaimana semula. Perubahan entalpi yang terjadi dalam reaksi
itu adalah sebagai berikut:
Al2O3 + 1,5C --> 2Al + 1,5CO2
47
Karbon yang diperlukan untuk reduksi berasal dari anode dan untuk itu diperlukan
antara 0,5 sampai 0,6 kg karbon per kilogram logam. Walaupun secara teoritis yang
diperlukan sebetulnya hanyalah 0,33 kg, namun karena karbon dioksida yang keluar
itu mengandung 10% sampai 15% karbon monoksida (CO), maka jumlah yang
diperlukan dalam praktik tentu lebih besar. Langkah-langkah pembuatan logam
aluminium adalah sebagai berikut.
1. Pasang atau ganti pelapis sel
2. Buat anode karbon dan gunakan di dalam sel
3. Siapkan penangas kriolit dan kendalikan komposisinya
4. Larutkan alumina di dalam kriolit lebur
5. Larutan alumina dielektrolisis sehingga membentuk aluminium logam yang
bertindak sebagai katode.
6. Karbon elektrode teroksidasi oleh oksigen yang dibebaskan
7. Aluminium cair dialirkan keluar dari sel, dipadu (bila perlu), dicetak menjadi logam
batangan dan didinginkan.
Sel elektrolit berbentuk kotak baja besar. Di dalamnya terdapat kompartemen katode
yang dilapisi dengan campuran pitch dan batubara antrasit atau dengan kokas yang
dipanggang di tempat dengan bantuan arus listrik, atau dengan blok-blok katode yang
telah dipanggang dan kemudian disemenkan satu sama lain. Lubang kompartemen
katode itu mempunyai kedalaman 30 sampai 50 cm, dengan lebar mencapai 3 m dan
panjang 9 m bergantung pada jenis sel dan beban yang direncanakan. Tebal pelapis
berkisar antara 15 sampai 25 cm pada bagian sisi dan 26 sampai 46 cm pada bagian
dasar. Di antara dinding baja dan pelapis dipasang isolasi termal yang terdiri dari baja
tahan panas, blok asbes, atau bahan lain. Pada pelapis bagian dasar dipasang
48
batangan baja besar yang berfungsi sebagai pengumpul arus katode. Batangan ini
menjulur keluar melalui lubang pada kotak baja dan dihubungkan dengan batangan
pengantar katode. Pelapis sel biasanya tahan 2 sampai 4 tahun. Kerusakan biasanya
terjadi karena penyusupan logam melalui katode sehingga melarutkannya atau karena
penetrasi logam keluar dari kotak baja melalui kebocoran di sekitar kolektor arus.
Keseluruhan pelapis, isolasi dan kolektor itu kemudian diganti. Pelapisan kembali
kotak sel merupakan sebagian besar dari biaya produksi dan di sini tercakup bukan
saja tenaga kerja, kolektor, pelapis dan bahan isolasi, tetapi juga kehilangan bahan
elektrolit yang diserap oleh pelapis yang terpakai. Gambar skematik penampang
penangas reduksi aluminium ditunjukkan seperti gambar berikut ini (Sumber
gambar:http://www.substech.com/)
Selama beroperasinya sel, terjadi pembentukan kerak di atas permukaan penangas
lebur. Alumina ditambahkan ke atas kerak ini, dimana alumina mengalami pemanasan
dan melepaskan kandungan airnya. Kerak ini dipecahkan secara berkala dan alumina
diaduk ke dalam penangas agar konsentrasinya tetap berada di sekitar 2% sampai 6%.
Kebutuhan teoristis alumina adalah 1,89 kg per kilogram aluminium. Tetapi dalam
praktik, angkanya kira-kira 1,91 kg. Bilamana kadar alumina di dalam penangas
berkurang, dan efek anode berlangsung, maka pada anode terbentuk suatu lapisan
tipis karbon tetrafluorida dan penangas tidak dapat lagi membasahi permukaan
49
anode. Mengenai mekanisme yang sebenarnya terjadi dari pelarutan alumina di dalam
penangas dan bagaimana mekanisme dekomposisi elektrolitiknya masih belum jelas.
Tetapi hasil akhirnya adalah pembebasan oksigen pada anode dan pengendapan
logam aluminium pada katode. Oksigen bergabung dengan anode karbon dan
menghasilkan CO dan CO2, tetapi yang terbanyak adalah CO2.
PENGOLAHAN MINYAK BUMI
Minyak bumi biasanya berada 3-4 km di bawah
permukaan laut. Minyak bumi diperoleh dengan
membuat sumur bor. Minyak mentah yang
diperoleh ditampung dalam kapal tanker atau
dialirkan melalui pipa ke stasiun tangki atau ke
kilang minyak.
Minyak mentah (cude oil) berbentuk cairan kental
hitam dan berbau kurang sedap. Minyak mentah
belum dapat digunakan sebagai bahan bakar
maupun untuk keperluan lainnya, tetapi harus
diolah terlebih dahulu. Minyak mentah
mengandung sekitar 500 jenis hidrokarbon dengan
jumlah atom C-1 sampai 50. Titik didih hidrokarbon
meningkat seiring bertambahnya jumlah atom C
yang berada di dalam molekulnya. Oleh karena itu,
pengolahan minyak bumi dilakukan melalui
destilasi bertingkat, dimana minyak mentah
dipisahkan ke dalam kelompok-kelompok (fraksi)
dengan titik didih yang mirip.
Secara umum Proses Pengolahan Minyak Bumi
digambarkan sebagai berikut:
50
Destilasi adalah pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan perbedaan titik
didihnya. Dalam hal ini adalah destilasi fraksinasi. Mula-mula minyak mentah
dipanaskan dalam aliran pipa dalam furnace (tanur) sampai dengan suhu ± 370°C.
Minyak mentah yang sudah dipanaskan tersebut kemudian masuk kedalam kolom
fraksinasi pada bagian flash chamber (biasanya berada pada sepertiga bagian bawah
kolom fraksinasi). Untuk menjaga suhu dan tekanan dalam kolom maka dibantu
pemanasan dengan steam (uap air panas
dan bertekanan tinggi).
Minyak mentah yang menguap pada proses
destilasi ini naik ke bagian atas kolom dan
selanjutnya terkondensasi pada suhu yang
berbeda-beda. Komponen yang titik
didihnya lebih tinggi akan tetap berupa
cairan dan turun ke bawah, sedangkan
yang titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke bagian atas melalui
sungkup-sungkup yang disebut sungkup gelembung. Makin ke atas, suhu yang
terdapat dalam kolom fraksionasi tersebut makin rendah, sehingga setiap kali
komponen dengan titik didih lebih tinggi akan terpisah, sedangkan komponen yang
titik didihnya lebih rendah naik ke bagian yang lebih atas lagi. Demikian selanjutnya
sehingga komponen yang mencapai puncak adalah komponen yang pada suhu kamar
berupa gas. Komponen yang berupa gas ini disebut gas petroleum, kemudian dicairkan
dan disebut LPG (Liquified Petroleum Gas).
Fraksi minyak mentah yang tidak menguap menjadi residu. Residu minyak bumi
meliputi parafin, lilin, dan aspal. Residu-residu ini memiliki rantai karbon sejumlah
51
lebih dari 20.
Fraksi minyak bumi yang dihasilkan berdasarkan rentang titik didihnya antara lain
sebagai berikut :
1. Gas
Rentang rantai karbon : C1 sampai C5
Trayek didih : 0 sampai 50°C
2. Gasolin (Bensin)
Rentang rantai karbon : C6 sampai C11
Trayek didih : 50 sampai 85°C
3. Kerosin (Minyak Tanah)
Rentang rantai karbon : C12 sampai C20
Trayek didih : 85 sampai 105°C
4. Solar
Rentang rantai karbon : C21 sampai C30
Trayek didih : 105 sampai 135°C
5. Minyak Berat
Rentang ranai karbon : C31 sampai C40
Trayek didih : 135 sampai 300°C
6. Residu
Rentang rantai karbon : di atas C40
Trayek didih : di atas 300°C
Fraksi-fraksi minyak bumi dari proses destilasi bertingkat belum memiliki kualitas yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga perlu pengolahan lebih lanjut yang
meliputi proses cracking, reforming, polimerisasi, treating, dan blending.
52
Setelah melalui tahap destilasi, masing-masing fraksi yang dihasilkan dimurnikan
(refinery), seperti terlihat dibawah ini:
Cracking adalah penguraian molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang besar
menjadi molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang kecil. Contoh cracking ini
adalah pengolahan minyak solar atau minyak tanah menjadi bensin.
Proses ini terutama ditujukan untuk memperbaiki kualitas dan perolehan fraksi gasolin
(bensin). Kualitas gasolin sangat ditentukan oleh sifat anti knock (ketukan) yang
dinyatakan dalam bilangan oktan. Bilangan oktan 100 diberikan pada isooktan (2,2,4-
trimetil pentana) yang mempunyai sifat anti knocking yang istimewa, dan bilangan
oktan 0 diberikan pada n-heptana yang mempunyai sifat anti knock yang buruk.
Gasolin yang diuji akan dibandingkan dengan campuran isooktana dan n-heptana.
Bilangan oktan dipengaruhi oleh beberapa struktur molekul hidrokarbon.
Terdapat 3 cara proses cracking, yaitu :
a. Cara panas (thermal cracking), yaitu dengan penggunaan suhu tinggi dan tekanan
yang rendah.
Contoh reaksi-reaksi pada proses cracking adalah sebagai berikut :
b. Cara katalis (catalytic cracking), yaitu dengan penggunaan katalis. Katalis yang
digunakan biasanya SiO2 atau Al2O3 bauksit. Reaksi dari perengkahan katalitik melalui
mekanisme perengkahan ion karbonium. Mula-mula katalis karena bersifat asam
menambahkna proton ke molekul olevin atau menarik ion hidrida dari alkana sehingga
menyebabkan terbentuknya ion karbonium :
53
c. Hidrocracking
Hidrocracking merupakan kombinasi antara perengkahan dan hidrogenasi untuk
menghasilkan senyawa yang jenuh. Reaksi tersebut dilakukan pada tekanan tinggi.
Keuntungan lain dari Hidrocracking ini adalah bahwa belerang yang terkandung dalam
minyak diubah menjadi hidrogen sulfida yang kemudian dipisahkan.
Reforming adalah perubahan dari bentuk molekul bensin yang bermutu kurang baik
(rantai karbon lurus) menjadi bensin yang bermutu lebih baik (rantai karbon
bercabang). Kedua jenis bensin ini memiliki rumus molekul yang sama bentuk
strukturnya yang berbeda. Oleh karena itu, proses ini juga disebut isomerisasi.
Reforming dilakukan dengan menggunakan katalis dan pemanasan.
Contoh reforming adalah sebagai berikut :
Reforming juga dapat merupakan pengubahan struktur molekul dari hidrokarbon
parafin menjadi senyawa aromatik dengan bilangan oktan tinggi. Pada proses ini
digunakan katalis molibdenum oksida dalam Al2O3 atauplatina dalam
lempung.Contoh reaksinya :