KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN “I” DENGAN
DIAGNOSA DEMAM TYPOID DI RUANG PAVILLIUN TULIP
RUMAH SAKIT TINGKAT III BRAWIJAYA
SURABAYA
Oleh :
DESTY WULANDARI
NIM. 1902058
PROGRAM DIII KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO
2020
i
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN “I” DENGAN
DIAGNOSA DEMAM TYPOID DI RUANG PAVILLIUN TULIP
RUMAH SAKIT TINGKAT III BRAWIJAYA
SURABAYA
Oleh :
DESTY WULANDARI
NIM. 1902058
SAMPUL DEPAN
PROGRAM DIII KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO
2020
ii
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN “I” DENGAN
DIAGNOSA DEMAM TYPOID DI RUANG PAVILLIUN TULIP
RUMAH SAKIT TINGKAT III BRAWIJAYA
SURABAYA
Sebagai Prasyarat untuk Memperoleh Gelar
Ahli Madya Keperawatan (Amd. Kep)
Di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo
SAMPUL DALAM DAN PRASYARAT GELAR
Oleh :
DESTY WULANDARI
NIM. 1902058
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO
2020
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Desty Wulandari
NIM : 1902058
Tempat, Tanggal Lahir : Gresik, 09 Desember 1997
Institusi : Akademi Keperawatan Kerta Cendekia
Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang Berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA TN “I” DENGAN DIAGNOSA DEMAM
TYPOID DI RUANG PAVILLIUN TULIP RUMAH SAKIT TINGKAT III
BRAWIJAYA SURABAYA” adalah bukan Karya Tulis Ilmiah orang lain baik
sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah
disebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi.
Sidoarjo, Januari 2020
Yang Menyatakan,
Desty Wulandari
NIM: 1902058
Mengetahui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Riesmiyatiningdyah, S.Kep., Ns., M.Kes Meli Diana, S.Kep.Ns.,M.Ke
NIDN. 0725027901 NIDN. 0724098402
iv
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH
Nama : Desty Wulandari
Judul : Asuhan Keperawatan pada Tn “I” dengan Diagnosa Demam
Typoid di Ruang Pavilliun Tulip RS Tingkat III Brawijaya Surabaya.
Telah disetujui untuk di ujikan di hadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
pada tanggal 13 Februari 2020
Oleh :
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Riesmiyatiningdyah, S.Kep., Ns., M.Kes Meli Diana, S.Kep.Ns.,M.Kep
NIDN.0725027901 NIDN. 0724098402
Mengetahui,
Direktur
v
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diuji dan disetujui oleh Tim Penguji pada Sidang di Progran D3
Keperawatan di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
Tanggal : 13 Februari 2020
TIM PENGUJI
Ketua : Kusuma Wijaya Ridi Putra, S.Kep., Ns., MNS (…………………)
Anggota: 1. Meli Diana, S.Kep.Ns.,M.Kep (…………………)
2. Riesmiyatiningdyah, S.Kep., Ns., M.Kes (…………………)
Mengetahui,
Direktur
vi
MOTTO
“Di mana ada kehidupan, ada harapan
Dimana ada Kehidupan, ada harapan
Jangan hanya menjadi pengikut ... Jadilah pemimipin
Masa depan Anda adalah surga yang tidak Anda ketahui Masa depan
Anda adalah surga yang tidak Anda ketehui
Jangan marah ketika orang berbicara di belakang Anda, Anda harus
senang bahwa Anda adalah orang yang ada di depan.
Jangan bersedih kompilasi orang membicarakan Anda dibelakang, Anda
harus bergembira karena Anda adalah orang yang didepan.
Saya terlalu malas untuk menjadi malas
Hidup itu sangat berat. Bahkan lebih sulit jika Anda bodoh
Hidup bahagia berat. Ini malah lebih berat kompilasi Anda bodoh
Waktu yang Anda nikmati membuang-buang tidak disebut sebagai waktu
yang terbuang
Waktu yang Anda nikmati dengan percuma tidak dapat diterima waktu
yang terbuang
Saya adalah edisi terbatas yang super ekstra
Saya adalah edisi super ekstra terbatas
Sukses adalah pembalasan terbaik
Sukses merupakan balas dendam terbaik
Hidup untuk sesuatu atau mati tanpa hasil
Hidup untuk segala hal atau mati tanpa untuk apa pun
Tugas Anda sebagai seorang anak adalah mengangkat kebanggaan
keluarga Anda
Kewajiban Anda sebagai seorang anak adalah harga diri keluarga”
vii
LEMBAR PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, tiada henti-hentinya penulis mengucapkan syukur kepada
Allah SWT. Atas Ridho-Nya, Waktu yang sudah kujalani penuh pengorbanan
dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku, sedih, Bahagia dan bertemu
berbagai macam orang yang karakter masing-masing berbeda satu dengan yang
lain, tapi dengan adanya ini dapat memberi warna di kehidupan dan memeberiku
sejuta kenangan kubersujud dihadapanMu. Engkau berikan aku kesempatan
untuk bisa sampai di penghujung awal perjuanganku Segala Puji bagi Mu ya
Allah, akhirnya penulisan bisa menyelesaikan Tugas Akhir ini. Sholawat serta
salam penulis kirimkan kepada Rosulullah, sehingga sampai sekarang indahnya
iman dan islam masih terasa. Banyak bantuan yang datang dari berbagai pihak,
sehingga Tugas Akhir terselesaikan dengan tepat waktu, bantuan datang tidak
hanya secara materi, spiritual, motivasi dan lainnya. Kupersembahkan karya
sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi:
1) Allah SWT Sujud Syukur kusembahkan kepadamu Tuhan yang Maha
Agung nan Maha Tiggi nan Maha Adil nan Maha Penyayang, atas takdirmu
telah kau jadikan aku manusia yang senantiasa berfikir, berilmu, beriman
dan bersabar dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini
menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih cita-cita besarku.
2) Ibu, Bapak, adik dan keluarga tercinta Sebagai tanda bukti, hormat, dan rasa
terimakasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada
ibu, bapak adik dan keluargaku yang telah memberi kasih dan saying, segala
dukungan dan cinta kasih tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas
hanya dengan selembar kertas yang bertulisan kata cinta dan persembahan.
viii
Untuk ibu, ayah, adik dan keluarga yang selalu membuatku termotivasi dan
selalu menyirami kasih saying, selalu mendoakanku, selalu menasehatiku
menjadi lebih baik, terimakasih ibu…….ibu…….ibu……… Terima kasih
Bapak, terima kasih Adik, terimakasih Keluargaku semuanya, terimakasih
ya Allah yang telah mengirimkan insan terbaik dalam hidupku.
3) Dosen pembimbing tugas akhirku. Ibu Riesmiyatiningdyah, S.Kep., Ns.,
M.Kes selaku pembimbing 1 pada tugas akhir, terima kasih….ibu., sudah
membantu atas kelancaran menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih
bantuannya, terimakasih waktunya, terimakasih keikhlasannya ibu. Semoga
kebaikan kembali baik.
4) My Best Ffriend’s. Terimakasih sudah saling menyemangati,
menggenggam tangan, menguatkan, berjuang, saling mendo’akan dalam
keadaan apapun, keadaan yang telah kita alami yang begitu pahit, musibah
demi musibah yang kita hadapi. Hingga kini Allah SWT melancarkan
semua perjuangan, niat dan tekat yang kuat. Akhirnya semua terlewati dan
sampailah di akhir ujung penantian dan harapan. Semoga keberhasilan ini
menjadi satu langkah awal menjadikan sebuah pelajaran dikemudian hari,
jika “kesabaran akan berbuah manis”. Kebaikan, kegigihan, kasih saying
kalian tidak akan pernah aku lupakan. Sukses di kehidupan baru.
5) Spesial For you. “LOVE”, kamu yang selalu ada di setiap cerita. Untuk
kamu salah satu alasanku untuk tersenyum dan terus melangkah walau
goyah untuk berusaha dan pantang menyerah. Dan teruntuk kamu yang
selalu berbagi cerita dan candamu yang membuatku selalu terasa nyaman
ketika menghadapi keadaan apapun. Terimakasih dari awal ku
ix
melangkahkan kaki menuju bangku kuliah dengan kesabaran dan
kesetiaanmu mengantarkan, mensuport, menemani hingga begitu tiba tiba
ada datangnya bertubi tubi cobaan dan akhirnya sampai di ujung titik akhir
perjuangan tetap setia menemani dan mendampingi.
6) Serta seluruh pihak, terimakasih telah mensyuport sampai selesai, karya
tulis ini kupersembahkan untuk kalian semua yang tidak bisa aku sebutkan
satu persatu. Terimakasih sudah membimbing sampai tugas akhir ini
terselesaikan.
Surabaya, Januari 2020
Desty Wulandari
NIM. 1902058
x
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, dan
dengan rahmat tuafiq dan hidayah-Nya penulisan dapat menyelesaikan KTI
dengan judul “Asuhan Keperawatan dengan Diagnosa Demam Typoid”, guna
memenuhi tugas dan melengkapi syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatan (AMD.Kep) pada Kerta Cendekia Sidoarjo.
Penulis yakin bahwa dalam penulisan tesis ini tidak akan selesai dengan
baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, yang telah dengan ikhlas
membantu penulis demi terselesainya penulisan. Untuk itulah penulisan
menyampaikan ucapan terimakasih, kepada :
1) Allah SWT yang memberikan kelancaran dan kemudahan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
2) Ibu Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes, selaku Direktur Akademi
Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo yang selalu memberikan dorongan
penuh dengan wawasan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya
manusia.
3) Ibu Riesmiyatiningdyah, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku Pembimbing I, yang
dengan tulus ikhlas bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta
xi
perhatian dalam memberikan dorongan, bimbingan dan arahan dalam
penyusunan Tugas Akhir ini.
4) Ibu Meli Diana, S.Kep.Ns.,M.Kep, selaku Penguji 1, yang dengan tulus
ikhlas telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan dalam
penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
5) Bapak Kusuma Wijaya Ridi Putra, S.Kep., Ns., MNS, selaku Ketua
Penguji, yang dengan tulus ikhlas telah memberikan arahan dan
bimbingan dalam penyusunan dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
6) Bapak dan Ibu Dosen Kerta Cendikia Sidoarjo, yang telah memberikan
bekal bagi penulis melalui materi – materi kuliah yang penuh nilai dan
makna dalam penyempurnaan penulisan tesis ini, juga kepada seluruh
tenaga administrasi yang tulus ikhlas melayani keperluan penulis selama
menjalani studi dan penulisannya.
7) Kepala Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya Surabaya yang telah
memberikan ijin kami untuk melakukan penelitian.
8) Bapak Said dan Ibu Paijah, selaku orang tua. Terimakasih, yang dengan
tulus ikhlas menemani, mengantarkan, mendoakan, menasehati,
memberikan pengorbanan baik berupa spiritual maupun material yang tak
terhingga nilainya, memberikan dorongan dan semangat penuh dalam
menyelesaikan studi hingga selesai.
xii
9) Bapak Muchlis dan Ibu Datik, selaku Calon Mertua. Terimakasih, sudah
menemani kami dan sudah memotivasi kami sehingga kami dapat
semangat dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
10) Terimakasih kepada Adik kami, Mohammad Aditya. Yang selalu
menyemangati dan menghibur pada waktu mengerjakan Karya Tulis
Ilmiah ini.
11) Terimakasih juga untuk Calon Suami kami, Muhammad Fazlin
Satriawan, S.Kom. Yang dengan tulus ikhlas menemani, memotivasi,
mensupport yang tiada henti, mendampingi, mengantarkan kami dari
awal studi sampai selesai.
12) Keluarga besar “KEMI FAMILY” Terimakasih, sudah menyemangati
dan mendukung kesuksesan dalam perjuangan menjalani studi.
13) Sahabat – sahabat seperjuangan serta saudara – saudara tersayang dalam
naungan Kerta Cendekia Sidoarjo yang telah memberikan dorongan
semangat sehingga KTI dapat terselesaikan, saya hanya dapat
mengucapkan semoga hubungan persahabatan tetap terjalin.
14) Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, terimakasih
atas bantuanya. kami hanya bisa berdo’a semoga Allah SWT membalas
amal baik semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian
Tugas Akhir ini.
xiii
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah “KTI” ini
masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu
saran dan kritik yang konstruktif senantiasa penulisan harapan, akhirnya
penulis berharap, semoga Karya Tulis Ilmiah “KTI” ini dapat memberikan
manfaat bagi siapa saja yang membaca terutama bagi Civitas Kerta Cendekia
Sidoarjo.
Surabaya, Januari 2020
Desty Wulandari
NIM. 1902058
xiv
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN ................................................................................................... i
SAMPUL DALAM DAN PRASYARAT GELAR ................................................ ii
SURAT PERNYATAAN....................................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH ....................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. v
MOTTO.................................................................................................................. vi
LEMBAR PERSEMBAHAN .............................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ............................................ xix
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 5
1.4 Manfaat .................................................................................................................... 6
1.5 Metode penulisan dan Teknik Pengumpulan Data ................................................... 6
1.6 Sistem Penulisan ...................................................................................................... 9
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................ 10
2.1 Konsep Dasar Demam Typhoid ............................................................................. 10
2.1.1Definisi Demam Typhoid ...................................................................... 10
2.1.2 Manifestasi klinis Demam typoid ........................................................ 10
2.1.3 Etiologi Demam Typoid ....................................................................... 12
2.1.4 Patofisiologi Demam Typoid ............................................................... 13
2.1.5 Pathway Demam Typoid ...................................................................... 15
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang Demam Typoid ............................................. 16
2.1.7 Penularan .............................................................................................. 19
2.1.8 Penatalaksanaan ................................................................................... 20
2.1.9 Pencegahan Demam Typoid ................................................................ 23
2.1.10 Klasifikasi Demam Typoid ................................................................ 25
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Teori ...................................................................... 26
2.2.1 Pengumpulan data ................................................................................ 26
2.2.2 Diagnosa Keperawatan......................................................................... 32
xv
2.2.3 Analisa Data ......................................................................................... 32
2.2.4 Intervensi .............................................................................................. 36
2.2.5 Implementasi ........................................................................................ 47
2.2.6 Evaluasi ................................................................................................ 49
BAB III.................................................................................................................. 51
TINJAUAN KASUS ............................................................................................. 51
3.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN ................................................................ 51
3.1.1 IDENTITAS KLIEN ........................................................................................... 51
3.1.2 RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY) ............................. 51
3.1.3 OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK .............................................. 55
3.1.3.1 Pernapasan (B1: Breathing) .............................................................. 55
3.1.3.2 Kardiovaskuler (B2: Bleeding) ......................................................... 56
3.1.3.3 Persyarafan (B3: Brain)..................................................................... 56
3.1.3.4 Perkemihan - Eliminasi Uri (B4: Bladder)........................................ 57
3.1.3.5 Pencernaan-Eliminasi Alvi (B5: Bowel) ........................................... 57
3.1.3.6 Tulang – Otot – Integumen (B6: Bone) ............................................ 58
3.1.3.7 Sistem Endokrin ................................................................................ 58
3.1.3.8 Sistem Reproduksi ............................................................................ 59
3.1.4 POLA FUNGSI KESEHATAN .......................................................................... 59
3.1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG ........................................................................ 62
3.1.6 TERAPI .............................................................................................................. 63
3.1.7 ANALISA DATA HIPERTERMI Dx.1 ............................................................. 65
3.1.8 ANALISA DATA KETIDAK SEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH Dx.2 ..................................................................................... 66
3.1.9 DIAGNOSA KEPERAWATAN......................................................................... 67
3.1.10 INTERVENSI KEPERAWATAN HIPERTERMI Dx.1 ................................... 68
3.1.11 INTERVENSI KETIDAK SEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH Dx.2 ..................................................................................... 71
3.1.12 IMPLEMENTASI HIPERTERMI Dx.1 ........................................................... 73
3.1.13 IMPLEMENTASI KETIDAK SEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH Dx.2 ..................................................................................... 75
3.1.14 IMPLEMENTASI HIPERTERMI Dx.1 ........................................................... 77
3.1.15 IMPLEMENTASI KETIDAK SEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH Dx.2 ..................................................................................... 79
3.1.16 IMPLEMENTASI HIPERTERMI Dx.1 ........................................................... 81
3.1.17 IMPLEMENTASI KETIDAK SEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH Dx.2 ..................................................................................... 83
3.1.18 EVALUASI ...................................................................................................... 85
xvi
BAB IV ............................................................................................................... 117
PEMBAHASAN ................................................................................................. 117
4.1 PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP ..... 117
4.2 IDENTIFIKASI DIAGNOSA KEPERAWATAN ............................................... 120
4.3 INTERVENSI KEPERAWATAN ....................................................................... 122
4.4 IMPLEMENTASI LANGSUNG ASUHAN DENGAN EFISIEN DANAMAN . 125
4.5 EVALUASI KEPERAWATAN ......................................................................... 129
BAB V ................................................................................................................. 134
SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 134
5.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 134
5.1.1 Pengkajian. ......................................................................................... 134
5.1.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................... 135
5.1.3 Intervensi Keperawatan ...................................................................... 135
5.1.4 Implementasi Keperawatan ................................................................ 136
5.1.5 Evaluasi .............................................................................................. 136
5.2 Saran .................................................................................................................... 136
5.2.1 Bagi Klien dan Keluarga. ................................................................... 137
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan. .................................................................. 138
5.2.3 Bagi Peneliti selanjutnya. ................................................................... 138
5.2.4 Bagi Rumah Sakit .............................................................................. 138
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 140
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 NCP (RENCANA KEPERAWATAN) HIPERTERMI ...................... 36
Tabel 1. 2 NCP (RENCANA KEPERAWATAN) Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya intake makanan
yang adekuat.......................................................................................................... 39
Tabel 1. 3 NCP (RENCANA KEPERAWATAN) Ganguan keseimbangan cairan
berhubungan dengan out put berlebih ................................................................... 43
Tabel 1. 4 NCP (RENCANA KEPERAWATAN) Gangguan aktifitas
berhubungan dengan kelemahan fisik ................................................................... 45
Tabel 1. 5 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tn “I”. ............................................ 62
Tabel 1. 6 Hasil Pemeriksaan Uji Widal Tn “I”.................................................... 63
Tabel 1. 7Analisa Data Hipertermi Tn “I” ............................................................ 65
Tabel 1. 8 Analisa data Ketidak Seimbangan Nutrisi Kurang dari Keseimbangan
Tubuh Tn “I” ......................................................................................................... 66
Tabel 1. 9 Diagnosa Keperawatan Prioritas Tn “I”............................................... 67
Tabel 1. 10 Intervensi Hipertermi Tn “I” .............................................................. 68
Tabel 1. 11 Intervensi Ketidak Seimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Tn “I” .................................................................................................................... 71
Tabel 1. 12 Implementasi Hipertermi Tn “I” tanggal 22 Juli 2019 ...................... 73
Tabel 1. 13Implementasi Ketidak Seimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan
Tubuh Tn “I” tanggal 22 Juli 2019 ...................................................................... 75
Tabel 1. 14 Implementasi Hipertermi Tn “I” tanggal 23 Juli 2019 ...................... 77
Tabel 1. 15 Implementasi Ketidak Seimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan
Tubuh Tn “I” tanggal 23 Juli 2019 ....................................................................... 79
Tabel 1. 16 Implementasi Hipertermi Tn “I” tanggal 24 Juli 2019 ...................... 81
Tabel 1. 17 Implementasi Ketidak Seimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan
Tubuh Tn “I” tanggal 24 Juli 2019 ....................................................................... 83
Tabel 1. 18 Evaluasi Hipertermi Tn “I” Hari ke 1 : Dx.1 ..................................... 85
Tabel 1. 19 Evaluasi Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Tn
“I” Hari ke 1 : Dx.1 Hari ke 1 : Dx.2 .................................................................... 91
Tabel 1. 20 Evaluasi Hipertermi Tn “I” Hari ke 2 : Dx.1 ..................................... 96
Tabel 1. 21 Evaluasi Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Tn
“I” Hari ke 2 : Dx.2 ............................................................................................. 102
Tabel 1. 22 Evaluasi Hipertermi “I” Hari ke 3 : Dx.1......................................... 107
Tabel 1. 23 Evaluasi Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Tn
“I” Hari ke 3 : Dx.2 ............................................................................................. 111
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pernyataan Bersedia Menjadi Responden
Lampiran 2 Berita Acara Perbaikan Studi Kasus
Lampiran 3 Lembar Konsultasi
Lampiran 4 Lembar Perbaikan
Lampiran 5 Surat ijin Penelitian
Lampiran 6 Surat Jawaban Penelitian
Lampiran 7 Daftar Pustaka
xix
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
Daftar Arti Lambang
= : Sama Dengan
% : Persentase
> : LebihBesar
< : LebihKecil
- : Sampai dengan
+ : Positif
/ : Garis Miring
: : Titik Dua
; : Titik Koma
. : Titik
? : Tanda Tanya
× : Kali
√ : Checklist
( : Kurung Buka
) : Kurung Tutup
“ : Tanda Petik
Daftar Arti Singkatan
AFK : Ahli Farmasi Kedokteran
AKK : Ahli Kedokteran Komunitas
ATD : Actual Time of Departure
BUN : Blood Urea Nitrogen
Dll : Dan lain-lain
Dr : Doktor
DKK : Dan Kawan-Kawan
KemenKes : Kementrian Kesehatan
M. Kep : Magister Keperawatan
M.Kes : Magister Kesehatan
MRS : Masuk Rumah Sakit
NIDN : Nomor Induk Dosen Nasional
NIM : Nomor Induk Mahasiswa
Ns : Ners
Prof : Professor
RR : Respiration Rate
S1 : Strata 1
AKPER : Akademi Keperawatan
STP : Survey Terpadu Penyakit
WHO : World Health Organization
WOC : Web Of Coution
NIC : Nursing Interventions Classification
NOC : Nursing Outcomes Classification
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut pada
usus halus yang disebabkan oleh Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella
typhi).1,2,3 Demam tifoid ditandai dengan gejala demam satu minggu atau lebih
disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan
kesadaran.4,5,6 Penyakit ini masih sering dijumpai secara luas di berbagai
negara berkembang terutama yang terletak di daerah tropis dan subtropik.7,8
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B dan C. penularan
demam tifoid melalui fecal dan oral yang masuk ke dalam tubuh manusia
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Widoyono, 2011).
Demam typoid merupakan penyakit yang rawan terjadi di Indonesia,
karena karakteristik iklim yang sangat rawan dengan penyakit yang
berhubungan dengan musim. Terjadinya penyakit yang berkaitan dengan musim
yang ada di Indonesia dapat dilihat meningkatnya kejadian penyakit pada musim
hujan. Penyakit yang harus diwaspadai pada saat musim hujan adalah ISPA,
leptosiposis, penyakit kulit, diare, demam berdarah dan demam tifoid
(Kementerian Kesehatan RI, 2012). Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di
dunia sangat sulit ditentukan karena penyakit ini dikenal mempunyai gejala
dengan spektrum klinis yang sangat luas. Data WHO
2
tahun 2003 memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di
seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun.9
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009, demam tifoid atau
paratifoid menempati urutan ke-3 dari 10 penyakit terbanyak pasienrawat inap
di rumah sakit tahun 2009 yaitu sebanyak 80.850 kasus, yang meninggal 1.747
orang dengan Case Fatality Rate sebesar 1,25%.10 Sedangkan berdasarkan
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 demam tifoid atau paratifoid juga
menempati urutan ke-3 dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di rumah
sakit tahun 2010 yaitu sebanyak 41.081 kasus, yang meninggal 274 orang
dengan Case Fatality Rate sebesar 0,67 %.11 Menurut Riset Kesehatan Dasar
Nasional tahun 2007, prevalensi tifoid klinis nasional sebesar 1,6%. Sedang
prevalensi hasil analisa lanjut ini sebesar 1,5% yang artinya ada kasus tifoid
1.500 per 100.000 penduduk Indonesia.12
Di Jawa Timur angka kejadian demam tifoid sebanyak 483 kasus.(Dinkes
Jawa Timur, 2012). Di Surabaya sendiri angka kejadian demam typoid pada
bulan januari sampai dengan Desember 2013 sebanyak 25.203 orang, penderita
typoid yang berusia 0-14 tahun sebanyak 11.711 orang dengan prosentase
46,5%, usia 15-44 tahun sebanyak 9.344 orang dengan prosentase 37,1% dan
usia lebih dari 45 tahun sebanyak 4.148 orang dengan prosentase 16,5%. Pada
bulan januari hingga agustus 2014, pasien typoid sebanyak 23.144 orang, pasien
usia 0-14 tahun sebanyak 11.311 orang dengan prosentase 48,9%, usia 15-44
tahun sebanyak 8.899 orang dengan prosentase 38,5% dan usia lebih dari 45
3
tahun sebanyak 2.934 orang dengan prosentase 12,7%. (Dinkes kota
Surabaya,2013).
Sedangkan pada laporan RS Tingkat III Brawijaya Surabaya tercatat pada
bulan januari hingga desember pada tahun 2017, mencapai 339 kasus demam
thypoid dengan prosentase 33,9%. Sedangkan pada bulan januari hingga
desember pada tahun 2018, sudah tercatat sebanyak 332 kasus dengan
prosentase 33,2% demam thypoid di rawat inap RS Tingkat III Brawijaya
Surabaya.
Demam Typoid disebabkan oleh Salmonella thypi. Demam typhoid dapat
ditularkan dengan berbagai cara yang dikenal dengan 5F yaitu: Food (makanan),
Fingers (jaritangan/kuku), Formitus (Muntah), Fly (lalat), dan Feses. Virus
masuk melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh feses atau urin
dari orang yang terkontaminasi Salmonella. (Raflizar& Holly,2012.)
Berdasarkan keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia NO
364/MANKES/SK/V/2006 tentang pedoman pengendalian demam typoid, ada
beberapa factor yang berperan dalam penularan demam typoid factor tersebut
antara lain adalah hygiene perorangan yang rendah, hygiene makanan yang di
cuci dengan air yang terkontaminasi Salmonella, sayuran yang di pupuk dengan
tinja manusia, makanan yang tercemar dengan debu, sampah, dihinggapi lalat,
selain itu hygiene minumn yang rendah, penyediaan air bersih yang tidak
memadai, jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat pasien dan karier
typhoid yang tidak diobati secara sempurna dan belum membudaya program
imunisasi typhoid. Terjadinya peningkatan jumlah kasus demam tifoid
4
disebabkan karena demam tifoid merupakan penyakit yang multifaktorial
artinya banyak faktor yang dapat memicu terjadinya demam tifoid antara lain
umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, sanitasi lingkungan, personal
hygiene, serta tempat tinggal si penderita yang dapat mempengaruhi timbulnya
penyakit tersebut (Ruztam, 2012). Penelitian yang dilakukan Maghfiroh (2016)
dan Batubuaya (2017) menyebutkan bahwa faktor yang berhubungan dengan
kejadian demam tifoid antara lain praktik cuci tangan sebelum makan, praktik
cuci tangan setelah buang air besar, kondisi tempat pembuangan sampah,
pengolahan makanan, kebiasaan makan di luar rumah, pekerjaan responden, dan
tingkat pendapatan kepala keluarga. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Nadyah (2014) menyebutkan bahwa faktor risiko paling dominan terjadinya
demam tifoid adalah faktor lingkungan dan faktor sumber pengolahan makanan.
Selain itu penelitian Malau (2015), Ramaningrum (2016) dan Nuruzzaman
(2016) menyebutkan faktor risiko terjadinya demam tifoid pada anak antara lain
umur responden, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang
air besar yang kurang baik, kondisi kuku jari tangan yang kotor, sering jajan saat
dirumah, membeli jajan di pedagang kaki lima, dan kemasan jajan yang terbuka.
Penelitian Pramitasari (2013) juga menyebutkan beberapa faktor risiko yang
berhubugan dengan kejadian demam tifoid antara lain adalah jenis kelamin laki-
laki lebih berisiko daripada perempuan dengan hasil OR sebanyak 3,84, selain
itu sumber air bersih yang digunakan berasal dari air sumur berisiko sebesar
OR=2,25.
Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi sangat diperlukan
yaitu dengan diet yang mengandung cukup cairan kalori dan tinggi protein,
5
makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak
menimbulkan banyak gas, antibiotic yaitu chloramfenikol atau thiamphenicol
sertatirah baring sampai 7 hari bebas demam. (Nugroho, 2012)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat
disusun rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana pemberian asuhan
keperawatan pada Pasien Demam Typoid di Ruang Rawat Inap RS Tingkat III
Brawijaya Surabaya?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawaan pada Pasien Demam Typoid.
1.3.2 Tujuan khusus
Laporan ini dibuat untuk :
1.3.2.1 Melakukan pengkajian pada Pasien dengan Demam Typhoid di
RS Tingkat III Brawijaya Surabaya.
1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul pada Pasien
dengan Demam Typhoid di RS Tingkat III Brawijaya Surabaya.
1.3.2.3 Merumuskan intervensi keperawatan pada Pasien dengan Demam
Typhoid di RS Tingkat III Brawijaya Surabaya.
1.3.2.4 Melakukan implementasi keperawatan pada Pasien dengan
Demam Typhoid di RS Tingkat III Brawijaya Surabaya.
6
1.3.2.5 Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada Pasien dengan
Demam Typhoid di RS Tingkat III Brawijaya Surabaya.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Dari segi pengembangan ilmu, hasil studi ini di harapkan mampu
memberikan Asuhan Keperawatan dengan memberikan edukasi atau Pendidikan
kesehatan pada pasien dengan kasus Typoid.
1.4.2 Manfaat Praktisi
1.4.2.1 Bagian Rumah Sakit
Sebagai dasar mengembangkan model asuhan keperawatan pada pasien serta
mendapatkan masukan tentang masalah kesehatan pada pasien, khususnya
tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus Typoid.
1.4.2.2 Bagi Profesi Keperawatan
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan
praktek pelayanan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus Demam
Typoid.
1.5 Metode penulisan dan Teknik Pengumpulan Data
1.5.1 Metode Penulisan
Metode deskriptif yaitu metode, yang sifatnya mengungkapkanperistiwa
atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi
kepustakaan yang mempelajari, mengumpulkan, membahas data yang
menggunakan studi pendekatan proses keperawatan dengan langkah
langkah pengkajian, perencanaan dan evaluasi. (Nikmatur, 2009)
7
1.5.1.1 Pengkajian adalah tahap awaldan dasar dalam proses keperwatan,
pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap
berikutnya pada pasien Typoid di Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya
Surabaya.
1.5.1.2 Diagnosa Keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan
respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi
aktual/potensial) dari individua atau kelompok tempat perawat secara
legal mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan pada pasien Typoid di Rumah Sakit Tingkat III
Brawijaya Surabaya.
1.5.1.3 Intervensi/perencanaan adalah pengembangan strategi design
untuk mencegah, mengurangi dan mengatasi masalah yang telah
diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan pada pasien Typoid di Rumah
Sakit Tingkat III Brawijaya Surabaya.
1.5.1.4 Implementasi/pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang di tetapkan pada pasien Typoid di Rumah
Sakit Tingkat III Brawijaya Surabaya.
1.5.1.5 Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria
hasil yang di buat pada tahap perencanaan pada pasien Typoid di Rumah
Sakit Tingkat III Brawijaya Surabaya.
1.5.2 Desain Penelitian
Desain penelitihan ini adalah Asuhan Keperawatan dengan jenis Demam
Typoid.
8
1.5.3 Sampel
Sampel dalam penelitihan ini yaitu pada pasien dengan diagnose Demam Typoid
yang di rawat di Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya Surabaya dan bersedia untuk
menjadi subjek penelitian.
1.5.4 Lokasi dan Waktu
1.5.4.1 Lokasi
Asuhan Keperawatan penelitihan ini dilaksanakan di Rumah Sakit
Tingkat III Brawijaya Surabaya.
1.5.4.2 Waktu
Waktu yang digunakan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
selama 3 x 8 jam
1.5.5 Pengumpulan Data
Adanya cara yang digunakan dalam pengumpulan data adalah :
1.5.5.1 Anamnesis
Tanya jawab atau komunikasi secara langsung dengan klien
(autonamnesis) dengan keluarga dengan menggali informasi tentang
status kesehatan klien. Komunikasi yang digunakan adalah komunikasi
terapeutik (Nikmatur, 2009).
1.5.5.2 Observasi
Tindakan mengamati secara umum terhadap perilaku dan keadaan klien.
Observasi memerlukan keterampilan, dan praktik klinik (Nikmatur,2009).
1.5.5.3 Pemeriksaan
1. Fisik : Pemeriksaan Fisik dilakukan dengan menggunakan empat secara
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
9
2. Penunjang : Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai dengan indikasi,
contoh : foto thorax, laboratorium, rekam jantung, dll. (Nikmatur,2009).
1.5.5.4 Intervensi
Kurangnya pengetahuan tentang penyakit DemamTypoid
1.6 Sistem Penulisan
Sistematika lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami
studi kasus ini, secara keseluruhan dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
1.6.1 Bagian awal memuat halaman judul, persetujuan komisi pembimbing,
pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar table.
1.6.2 Bagian ini, terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari
sub bab berikut ini :
BAB1 1 : Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, tujuan
manfaat penelitihaan, dan sistematika penulisan studi kasus
BAB 2 : Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari
sudut medis dan asuhan keperawatan pasien serta kerangka masalah.
BAB 3 : Tinjauan kasus berisi tentang diskripsi data hasil
pengkajian, diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
BAB 4 : Pembahasan berisi tentang perbandingan antara teori
dengan kenyataan yang ada di lapangan.
BAB 5 : Penutup, berisi tentang simpulan dan saran.
1.6.3 Bagian akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampira
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Demam Typhoid
2.1.1Definisi Demam Typhoid
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
Salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
Salmonella(Smeltzer, 2014).
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan
oleh Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara
berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini
juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena
penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk,
kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar higiene
industri pengolahan makanan yang masih rendah (Simanjuntak, C.H, 2009).
2.1.2 Manifestasi klinis Demam typoid
Menurut Ngastiyah (2012 : 237) Gejala klinis demam tifoid pada anak
biasanya lebih ringan jika dibanding dengan penderita dewasa. Selama inkubasi
mungkin di temukan gejala prodomal perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri
kepala, pusing dan tidak bersemangat. Kemudian menyusul gejala klinis yang
biasa ditemukan, yaitu :
2.1.2.1 Demam
1). Minggu I
11
Dalam minggu pertama gejala serupa dengan penyakit infeksi akut
pada umumnya, yaitu demam, nyeri kepala, pusing, anoreksia, mual,
muntah, diare, perasaan tidk enak di perut, batuk. Pada pemeriksaan
fisiknya hanya di dapatkan suhu badan meningkat.
2). Minggu II
Dalam minngu kedua gejala menjadi lebih jelas dengan demam,
bradikardi relative, lidah yang khas (kotor di tengah, tepi dan ujung
merah dan tremor), hepatomegali, splenomegaly, meteroismus,
gangguan mental berupa salmonella, stupor, koma, delirium atau
psikosis, roseolae jarang ditemukan pada orang Indonesia.
3). Minggu III
Dalam minggu ke tiga suhu badan berangsur angsur menurun dan
normal kembali pada akhir minggu ketiga.
2.1.2.2 Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan
pecah-pecah (ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor, ujung dan
tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin
ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan limpa membesar disertai
nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi, akan tetapi
mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.
2.1.6.3 Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapadalam,
yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi stupor, koma atau gelisah.
12
2.1.3 Etiologi Demam Typoid
Penyakit tipes Thypus abdominalis merupakan penyakit yang ditularkan
melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh bakteri Salmonella typhosa,
(food and water borne disease). Seseorang yang sering menderita penyakit tifus
menandakan bahwa dia mengkonsumsi makanan atau minuman yang
terkontaminasi bakteri ini. Salmonella thyposa sebagai suatu spesies, termasuk
dalam kingdom Bakteria, Phylum Proteobakteria, Classis Gamma
proteobakteria, Ordo Enterobakteriales, Familia Enterobakteriakceae, Genus
Salmonella. Salmonella thyposa adalah bakteri gram negative yang bergerak
dengan bulu getar, tidak berspora mempunyai sekurang kurangnya tiga macam
antigen yaitu: antigen 0 (somatik, terdiri dari zat komplek lipopolisakarida),
antigen H (flagella) dan antigen V1 (hyalin, protein membrane). Dalam serum
penderita terdapat zat anti (glutanin) terhadap ketiga macam anigen tersebut
(Zulkhoni, 2011).
Salmonella typhi mempunyai 3 macam antigen, yaitu:
2.1.3.1 Antigen O (Antigen somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari
tubuh kuman. Bagian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau
disebut juga endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi
tidak tahan terhadap formaldehid.
2.1.3.2 Antigen H (Antigen flagela), yang terletak pada flagela, fimbriae
atau pili dari kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein
dan tahan 14 terhadap formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan
alkohol yang telah memenuhi kriteria penilaian.
13
2.1.3.3 Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang
dapat melindungi kuman terhadap fagositosis. Ketiga macam antigen
tersebut di atas di dalam tubuh penderita akan menimbulkan pula
pembentukan 3 macam antibodi yang lazim disebut aglutinin (Sudoyo
A.W., 2010).
2.1.4 Patofisiologi Demam Typoid
Salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal
dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah),
Fly (lalat), dan melalui Feses. Yang paling menojol yaitu lewat mulut manusia
yang baru terinfeksi selanjutnya menuju lambung, sebagian kuman akan
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi lolos masuk ke usus halus
bagian distal (usus bisa terjadi iritasi) dan mengeluarkan endotoksin sehingga
menyebabkan darah mengandung bakteri (bakterimia) primer, selanjutnya
melalui aliran darah dan jaringan limpoid plaque menuju limfa dan hati. Di
dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah
sehingga menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa usus. Tukak dapat
menyebabkan perdarahan dan perforasi usus. Perdarahan menimbulkan panas
dan suhu tubuh dengan demikian akan meningkat.sehingga beresiko kekurangan
cairan tubuh.Jika kondisi tubuh dijaga tetap baik, akan terbentuk zat kekebalan
atau antibodi. Dalam keadaan seperti ini, kuman typhus akan mati dan penderita
berangsurangsur sembuh (Zulkoni.2011).
Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi masuk kedalam tubuh
manusia melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan
14
berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa IgA usus kurang baik
maka kuman akan menembus sel-sel epitel dan selanjutnya ke lamina propia. Di
lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit
terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam
makrofag dan selanjutnya dibawa ke plaque Peyeri ileum distal dan kemudian
ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui duktus torasikus
kuman yang terdapat di dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah
(mengakibatkan bakteremia pertama yang asimptomatik) dan menyebar ke
seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Di organ-organ
ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak di luar
sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi yang
mengakibatkan bakteremia yang kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan
gejala penyakit infeksi sistemik, seperti demam, malaise, mialgia, sakit
kepaladan sakit perut (Sudoyo A.W., 2010).
15
2.1.5 Pathway Demam Typoid
Kuman salmonella typhi yang
Masuk ke gastrointestinal
Lolos dari asam Dimusnakan oleh
asam lambung
Bakteri masuk
Ke usus halus
Pembuluh darah
Limfa
Peredaran darah Masukretikulo endothelial
(bakterimia promer) (RES) terutama hati dan limfe
Berkembang biak di hati Masuk ke aliran darah
Dan limfe (bacteremia skunder)
Empedu Endotoksin
Rongga usus pada Terjadi kerusakan sel
kel. Limfoid halus
Merangsang melepas
Pembesaran limfe zat epirogen oleh leokosit
Splenomegali Mempengaruhi pusat
Thermoregulator di
hipotalamus
NANDA NIC-NOC (2015)
HIPERTERMI
RESIKO KURANGNYA CAIRAN
Peningkatan asam lambung
Anoreksia mual muntah
KETIDAK SEIMBANGAN NUTRISI
KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH
16
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang Demam Typoid
Menurut Suryadi (2006) pemeriksaan pada klien dengan typhoid adalah
pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari:
2.1.6.1 Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat
leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah
sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit
pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-
kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi
sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk
diagnosa demam typhoid.
2.1.6.2 Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
2.1.6.3 Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam
typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa
faktor:
1) Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium
yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan
yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat
demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
17
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit
Biakan darah terhadap Salmonella thypii terutama positif pada
minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada
waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
3) Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat
menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan
bakteremia sehingga biakan darah negatif.
4) Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti
mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil
biakan mungkin negatif.
2.1.6.4 Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella thypii terdapat
dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang
disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh Salmonella thypii, klien
membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari
tubuh kuman).
18
2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari
flagel kuman).
3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari
simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan
titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita
typhoid.
Uji Widal merupakan suatu metode serologi baku dan rutin digunakan
sejak tahun 1896. Prinsip uji Widal adalah memeriksa reaksi antara antibodi
agglutinin dalam serum penderita yang telah mengalami pengenceran
berbeda-beda terhadap antigen somatik (O) dan flagela (H) yang ditambahkan
dalam jumlah yang sama sehingga terjadi aglutinasi. Pengenceran tertinggi
yang masih menimbulkan aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam serum.
Semakin tinggi titernya, semakin besar kemungkinan infeksi ini.
Uji Widal ini dilakukan untuk deteksi antibodi terhadap kuman
Salmonella typhi. Pada uji ini terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen
kuman Salmonella typhi dengan antibodi yang disebut aglutinin. Antigen
yang digunakan pada uji Widal adalah suspensi Salmonella yang sudah
dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksud uji Widal adalah menentukan
adanya aglutinin dalam serum penderita tersangka demam tifoid (Sudoyo
A.W., 2010).
2.1.6.5 Pemeriksaan urin
Didapatkan protein urin ringan (<2 gr/liter) juga di dapatkan peningkatan
leukosit pada urin.
19
2.1.6.6 Pemeriksaan feses
Didapatkan lender dan darah, dicurigai akan adanya perdarahan usus dan
perforasi.
2.1.6.7 Pemeriksaan bakteriologis
Untuk identifikasi kuman salmonella pada biakan darah tinja, urin, cairan
empedu, atau sumsum tulang.
2.1.6.8 Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau komplikasi
akibat demam typoid. (Muttaqin & Sari, 2013)
2.1.6.9 Pemeriksaan sumsum tulang
Pada pemeriksaan kultur sumsum tilang, biakan salmonella typhi dapat
tetap positif walaupun setelah pemberian antibiotikserta menunjukkan
gambaran hiperaktif sumsum tulang. (Suriadi. 2012)
2.1.7 Penularan
Transmisi Salmonella Typhi ke dalam tubuh manusia dapat melalui hal hal
berikut :
2.1.7.1 Transmisi oral, melalui makanan yang terkontaminasi kuman
salmonella typhi.
2.1.7.2 Transmisi dari tangan ke mulut, dimana tangan yang tidak
higienis yang mempunyai Salmonella typhi langsung bersentuhan dengan
makanan yang dimakan.
2.1.7.3 Transmisi kotoran, dimana kotoran yang indivisu yang
mempunyai hasil Salmonella typhi ke sungai atau dekat dengan sumber
20
air yang digunakan sebagai air minum yang kemudian langsung diminum
tanpa masak. (Muttaqin & Sari, 2013)
2.1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada demam tifoid adalah sebagai berikut:
2.1.8.1 Perawatan Pasien dengan demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit
untuk isolasi, observasi dan pengobatan. Pasien harus tirah baring
absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih 14 hari.
Mobilisasi pasien harus dilakukan secara bertahap, sesuai
dengan pulihnya kekuatan pasien. Pasien dengan kesadaran yang
menurun, posisi tubuhnya harus diubah-ubah pada waktu tertentu
untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus.
Defekasi dan buang air kecil perlu di perhatikan karena kadang-kadang
terjadi obstipasi dan retensi air kemih.
2.1.8.2 Diet
Makanan yang dikonsumsi adalah makanan lunak dan tidak banyak
serat.
2.1.8.3 Obat
Obat-obat antimikroba yang sering dipergunakan ialah:
1) Kloramfenikol
Menurut Damin Sumardjo (2009), kloramfenikol atau
kloramisetin adalah antibiotik yang mempunyai spektrum luas,
berasal dai jamur Streptomyces venezuelae. Dapat digunakan untuk
melawan infeksi yang disebabkan oleh beberapa bakteri gram
posistif dan bakteri gram negatif. Kloramfenikol dapat diberikan
21
secara oral. Rektal atau dalam bentuk salep. Efek samping
penggunaan antibiotik kloramfenikol yang terlalu lama dan dengan
dosis yang berlebihan adalah anemia aplastik. Dosis pada anak :
25 – 50 mg/kg BB/hari per oral atau 75 mg/kg BB/hari secara
intravena dalam empat dosis yang sama.
2) Thiamfenikol
Menurut Tan Hoan Tjay dan Kirana Raharja (2007, hal: 86),
Thiamfenikol (Urfamycin) adalah derivat p-metilsulfonil (SO2CH3)
dengan spektrum kerja dan sifat yang mirip kloramfenikol, tetapi
kegiatannya agak lebih ringan. Dosis pada anak: 20-30 mg/kg
BB/hari.
3) Ko-trimoksazol
Adalah suatu kombinasi dari trimetoprim-sulfametoksasol (10
mg TMP dan 50 mg SMX/kg/24 jam). Trimetoprim memiliki daya
kerja antibakteriil yang merupakan sulfonamida dengan menghambat
enzim dihidrofolat reduktase. Efek samping yang ditimbulkan adalah
kerusakan parah pada sel – sel darah antara lain agranulositosis dan
anemia hemolitis, terutama pada penderita defisiensi glukosa-6-
fosfodehidrogenase. efek samping lainnya adalah reaksi alergi antara
lain urticaria, fotosensitasi dan sindrom Stevens Johnson, sejenis
eritema multiform dengan risiko kematian tinggi terutama pada anak-
anak. Kotrimoksazol tidak boleh diberikan pada bayi di bawah usia
6 bulan. Dosis pada anak yaitu trimetoprim-sulfametoksasol (10 mg
TMP dan 50 mg SMX/kg/24 jam, secara oral dalam dua dosis).
22
Pengobatan dengan dosis tepat harus dilanjutkan minimal 5-7 hari
untuk menghindarkan gagalnya terapi dan cepatnya timbul resistensi,
(Tan Hoan Tjay & Kirana Rahardja, 2007, hal:140).
4) Ampisilin dan Amoksilin Ampisilin: Penbritin, Ultrapen,
Binotal.
Ampisilin efektif terhadap E.coli, H.Inflienzae, Salmonella, dan
beberapa suku Proteus. Efek samping, dibandingkan dengan perivat
penisilin lain, ampisilin lebih sering menimbulkan gangguan
lambung usus yang mungkin ada kaitannya dengan penyerapannya
yang kurang baik. Begitu pula reaksi alergi kulit (rash,ruam) dapat
terjadi. Dosis ampisilin pada anak (200mg/kg/24 jam, secara
intravena dalam empat sampai enam dosis). Dosis amoksilin pada
anak (100 mg/kg/24 jam, secara oral dalam tiga dosis), (Behrman
Klirgman Arvin, 2000, hal:942).
(1) Obat – obat simptomatik:
(1)). Antipiretika (tidak perlu diberikan secara rutin)
(2)) Kortikosteroid (dengan pengurangan dosis selama 5
hari)
(3)) Vitamin B komplek dan C sangat di perlukan untuk
menjaga kesegaran dan kekutan badan serta berperan dalam
kestabilan pembuluh darah kapiler.
Secara fisik penatalaksanaannya antara lain:
Mengawasi kondisi klien dengan : pengukuran suhu secara
berkala setiap 4-6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering
23
terkejut, atau mengigau. Perhatikan pula apakah mata anak
cenderung melirik keatas, atau apakah anak mengalami kejang-
Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi
perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak.
Terputusnya sulai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel otak.
Dalam kedaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa
rusaknya intelektual tertentu.
1). Buka pakaian dan selimut yang berlebihan.
2). Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan.
3). Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai
oksigen ke otak yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
4). Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak- Minuman
yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare
menyesuaikan), air buah atau air teh. Tujuannya agar cairan tubuh
yang menguap akibat naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
5). Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang.
6). Kompres dengan air hangat pada dahi, ketiak, dan lipatan
Tujuannya untuk menurunkan suhu tubuh di permukaan tubuh anak.
2.1.9 Pencegahan Demam Typoid
2.1.9.1 Usaha yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit ini adalah :
1) Dari sisi manusia :
(1). Vaksinasi untuk mencegah agar seseorang terhindar dari penyakit ini
dilakukan vaksinasi, kini sudah ada vaksin tipes atau tifoid yang
24
disuntikan atau diminum dan dapat melindungi seseorang dalam waktu
3 tahun.
(2). Pendidikan kesehatan pada masyarakat : hygiene, sanitasi, personal
hygiene.
2). Dari sisi lingkungan hidup :
(1). Penyediaan air minum yang memenuhi syarat kesehatan.
(2). Pembuangan kotoran manusia yang higienis.
(3). Pemberantasan lalat
(4). Pengawasan terhadap masakan dirumah dan penyajian pada penjual
makanan (Akhsin Zulkoni, 2011).
2.1.9.2 Sedangkan menurut Nurarif dan Kusuma diascharge planning pada
demam tifoid adalah:
1) Hindari tempat yang tidak sehat.
2) Cucilah tangan dengan sabun dan air bersih.
3) Makanlah makanan bernutrisi lengkap dan seimbang dan
masak/panaskan sampai 570 beberapa menit dan secara merata.
4) Salmonella thypi didalam air akan mati apabila dipanasi setinggi 570
untuk beberapa menit atau dengan proses iodinasi/klorinasi.
5) Gunakan air yang sudah direbus untuk minum dan sikat gigi.
6) Mintalah minuman tanpa es kecuali air es sudah dididihkan atau dari
botol.
7) Lalat perlu dicegah menghinggapi makanan dan minuman.
8) Istirahat cukup dan lakukan olahraga secara teratur.
9) Jelaskan terapi yang diberikan : dosis, dan efek samping.
25
10) Ketahui gejala-gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus
dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut.
11) Tekankan untuk melakukan control sesuai waktu yang ditentukan.
12) Vaksin demam tifoid.
13) Buang sampah pada tempatnya (Nurarif & Kusuma, 2015).
2.1.10 Klasifikasi Demam Typoid
2.1.10.1 Menurut WHO (2003), ada 3 macam klasifikasi demam tifoid dengan
perbedaan gejala klinis:
1) Demam tifoid akut non komplikasi
Demam tifoid akut dikarakteristikkan dengan adanya demam
berkepanjangan abnormalis, fungsi bowel (konstipasi pada pasien dewasa,
dan diare pada anak%anak), sakit kepala, malaise, dan anoksia. Bentuk
bronchitis biasa terjadi pada fase awal penyakit selama periode demam,
sampai 25% penyakit menunjukkan adanya rose spot pada dada, abdomen
dan punggung.
2) Demam tifoid dengan komplikasi
Pada demam tifoid akut, keadaan mungkin dapat berkembang menjadi
komplikasi parah. Bergantung pada kualitas pengobatan dan keadaan
kliniknYa, hinngga 10% pasien dapat mengalami komplikasi, mulai dari
melena, perforasi, usus dan peningkatan ketidaknyamanan abdomen.
3) Keadaan karier
Keadaan karier tifoid terjadi pada 1-5% pasien, tergantung umur pasien.
Karier tifoid bersifat kronis dalam hal sekresi Salmenella typhi difeses.
(Fitrianggraini, A., 2012)
26
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Teori
Faktor Presipitasi dan Predisposisi
Faktor presipitasi dari demam typhoid adalah disebabkan oleh makanan
yang tercemar oleh salmonella typhoid dan salmonella paratyphoid A, B dan C
yang ditularkan melalui makanan, jari tangan, lalat dan feses, serta muntah
diperberat bila klien makan tidak teratur. Faktor predisposisinya adalah minum
air mentah, makan makanan yang tidak bersih dan pedas, tidak mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan, dari wc dan menyiapkan makanan (Abdi, 2008).
2.2.1 Pengumpulan data
2.2.1.1 Identitas klien
Demam typhoid umumnya terjadi pada kelompok umur 5 – 30 tahun. Laki-
laki sama dengan wanita, jarang terjadi pada umur di bawah 2 tahun atau
diatas 60 tahun (Mutaqin & sari, 2011).
2.2.1.2 Keluhan utama
Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak turun-
turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta
penurunan kesadaran.
2.2.1.3 Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke
dalam tubuh.
2.2.1.4 Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit demam tifoid.
2.2.1.5 Riwayat penyakit keluarga
27
Adanya keluarga pernah menderita demam tifoid, dan penyakit turun
menurun.
2.2.1.6 Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola nutrisi dan metabolisme Klien akan mengalami penurunan
nafsu makan karena mual dan muntah saat makan sehingga makan
hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.
2) Pola eliminasi Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah
baring lama. Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami
gangguan, hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien
dengan demam thypoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang
berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat
meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.
3) Pola aktivitas dan latihan Aktivitas klien akan terganggu karena
harus tirah baring total, agar tidak terjadi komplikasi maka segala
kebutuhan klien dibantu.
4) Pola tidur dan istirahat Pola tidur dan istirahat terganggu
sehubungan peningkatan suhu tubuh.
5) Pola persepsi dan konsep diri Biasanya terjadi kecemasan pada
orang tua terhadap keadaan penyakit anaknya.
6) Pola sensori dan kognitif Pada penciuman, perabaan, perasaan,
pendengaran dan penglihatan umumnya tidak mengalami kelainan
serta tidak terdapat suatu waham pada klien.
28
7) Pola hubungan dan peran Hubungan dengan orang lain terganggu
sehubungan klien di rawat di rumah sakit dan klien harus bed rest
total.
8) Pola penanggulangan stress Biasanya orang tua akan nampak cemas.
2.2.1.7 Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum dan tingkat kesadaran.
Pada fase awal penyakit biasanya tidak didapatkan adanya
perubahan pada tingkat kesadaran. Pada fase lanjut secara umum
pasien terlihat sakit berat dan sering terjadi penurunan tingkat
kesadaran (apatis delirium).
2) Tanda-tanda vital
Suhu : Pada fase 7-14 hari didapatkan suhu tubuh meningkat 39-
41̊C pada malam hari dan biasanya turun pada pagi hari.
Nadi : pada pemeriksaan nadi ditemukan penurunan frekuensi nadi
(bradikardi relatif).
Pernafasan : Meningkat
Tekanan darah : Cenderung menurun
3) B1 (Breathing)
Sistem pernafasan biasanya tidak ditemukan adanya kelainan, tetapi
akan mengalami perubahan jika terjadi respon akut dan gejala batuk
kering. Pada beberapa kasus berat bisa didapat adanya
komplikasitanda dan gejala pneumonia.
29
4) B2 (Blood)
Penurunan tekanan darah, keringat dingin, dan diaphoresis sering
didapatkan pada minggu pertama. Kulit pucat dan akral dingin
berhubungan dengan penurunan kadar hemoglobin. Pada minggu
ketiga respon toksi sistemik dapat mencapai otot jantung dan
terjadi miokarditis dengan manifestasi penurunan curah jantung
dengan tanda denyut nadi lemah, nyeri dada, dan kelemahan fisik.
5) B3 (Brain)
Pada pasien dengan dehidrasi berat akan terjadi penurunan perfusi
serebral dengan manifestasi sakit kepala, perasaan lesu, gangguan
mental seperti halusinasi dan delirium. Pada beberapa pasien bisa
di dapatkan kejang umum yang merupakan respon terlibatnya
system saraf pusat oleh infeksi S. Typhi. Didapatkan icterus pada
sklera terjadi pada kondisi berat.
6) B4 (Blader)
Pada kondisi berat akan didapatkan penurunan urin output respon
dari penurunan curah jantung.
7) B5 (Bowel)
(1). Inspeksi :
(1)). Lidah kotor berselaput putih dan tepi hiperemis disertai
mistomatitis. Tanda ini jelas mulai Nampak pada minggu
kedua berhubungan dengan infeksi sistemik dan
endotoksin kuman.
(2)). Sering muntah
30
(3)). Perut kembung
(4)). Distensi abdomen
(2). Auskultasi :
Didapatkan penurunan bising usus kurang dari 5 kali per menit
pada minggu pertama dan terjadi kontipasi, serta selanjutnya
meningkat akibat diare.
(3). Perkusi :
Didapatkan suara timpani abdomen akibat kembung.
(4). Palpasi :
(1)). Hepatomegaly dan splenomegaly. Pembesaran hati dan
linfa mengindikasikan infeksi yang mulai terjadi pada minggu
kedua.
(2)). Nyeri tekan abdomen merupaan tanda terjadinya perforasi
dan peritonitis.
8) B6 (Bone)
Respon sistemik akan menyebabkan maise. Kelemahan fisik
umum dan didapatkan kram otot ekstermitas. Pemeriksaan
integument sering didapatkan kulit menurun, muka tampak pucat,
rambut agak kusam, dan terpenting sering didapatkan tanda roseola
(bitnik merah pada leher, punggung dan paha). Roseola merupakan
suatu nodul kecil sedikit menonjol dengan diameter 2-4 mm
berwarna merah, pucat, serta hilang pada penekanan, lebih sering
terjadi pada akhir minggu pertama dan awal minggu kedua.
Roseola ini merupakan emboli kuman dimana didalamnya
31
mengandung kuman salmonella dan terutama didapatkan di perut,
dada, dan terkadang bokong maupun bagian fleksor dari lengan
atas (Muttaqin dan sari, 2011).
2.2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1) Darah
Pada penderita demam tifoid bisa didapatkan anemia, jumlah leukosit
normal, bisa menurun atau meningkat.Penelitian oleh beberapa
ilmuwan mendapatkan bahwa hitung jumlah dan jenis leukosit serta
laju endap darah tidak mempunyai nilai sensitivitas, spesifisitas dan
nilai ramal yang cukup tinggi untuk dipakai dalam membedakan
antara penderita demam tifoid atau bukan, akan tetapi adanya
leukopenia dan limfositosis relatif menjadi dugaan kuat diagnosis
typoid
2) SGOT, SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal
setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan
penanganan khusus
3) Uji Widal
Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu ke depan, apakah ada
kenaikan titernya. Jika ada maka dinyatakan (+).Jika 1x pemeriksaan
langsung 1/320 atau 1/640,langsung dinyatakan (+) pada pasien
dengan gejala khas.
32
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
2.2.2.1 Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi penyakit typoid
2.2.2.2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
2.2.2.3 Ganguan keseimbanagan cairan berhubungan dengan out put
cairan berlebih
2.2.2.4.1 Gangguan aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
2.2.3 Analisa Data
Analisa data dalam mengenali pola atau pemgelompokan data, data yang
telah dikumpulkan dapat dikelompokan berdasarkan gejala yang memiliki
hubungan. Namun data juga dapat dikelompokan berdasarkan kebutuhan
biopsiko- social dan spiritual. Sehingga Perawat dapat menentukan informasi
yang relavan dengan bantuan pengelompokan data yang telah dilakukan,
sehingga perawat dapat dengan mudah menganisis data yang telah
dikelompokkan. Dalam analisis data perawat harus membuat keputusan terkait
dengan hasil dari pengkajian.
Analisis data merupakan kemampuan kognitif dalam pengembangan daya
berfikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan
pengetahuan, pengalaman, dan pengertian keperawatan. Dalam melakukan
analisis data, diperlukan kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan
data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat
kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien.
Tipe data menurut Setiadi (2012) adalah sebagai berikut:
33
2.2.3.1 Data subjektif adalah deskripsi verbal pasien mengenai masalah
kesehatannya. Data subjektif diperoleh dari riwayat keperawatan termasuk
persepsi pasien, perasaan dan ide tentang status kesehatannya. Sumber data lain
dapat diperoleh dari keluarga, konsultan dan tenaga kesehatan lainnya.
2.2.3.2 Data objektif Data objektif adalah hasil observasi atau pengukuran dari
status kesehatan pasien.
2.2.3.3 Adapun langkah-langkah dalam analisis data, yang diantaranya sebagai
berikut ini:
1) Yang pertama, tahap pengumpulan data.
2) Yang kedua, tahap editing. Pada tahap ini yaitu memeriksa kejelasan
maupun kelengkapan mengenai pengisian instrumen pengumpulan data.
3) Yang ketiga, tahap koding. Maksudnya pada tahap ini melakukan proses
identifikasi dan proses klasifikasi dari tiap-tiap pernyataan yang terdapat
pada instrumen pengumpulan data berdasarkan variabel yang sedang
diteliti.
4) Yang keempat, Tahap tabulasi. Melakukan kegiatan mencatat ataupun
entri data kedalam tebel-tabel induk dalam penelitian.
5) Yang kelima, Tahap pengujian. Pada tahapan ini data akan diuji
kualitasnya yaitu menguji validitas maupun realiabilitas instrumen dari
pengumpulan data.
6) Yang keenam, tahap mendeskripsikan data. Menyajikan dalam bentuk
tabel frekuensi ataupun diagram dan dalam berbagai macam ukuran
tendensi sentral maupun ukuran dispersi. Dengan tujuan untuk memahami
karakteristik data sampel dari penelitian tersebut.
34
7) Tahap pengujian hipotesis. Tahap ini merupakan tahapan pengujian
terhadap proposisi apakah ditolak atau bisa diterima dan memiliki makna
atau tidak, atas dasar hipotesis inilah nantinya keputusan akan dibuat.
Teknik analisis data dalam penelitian ada 2 (dua) jenis, yang diantaranya
sebagai berikut ini:
2.2.3.4 Teknik analisis data secara deskriptif.
Teknik analisis data deskriptif merupakan tekhnik analisis yang dipakai
untuk menganalisis data dengan mendeskripsikan atau menggambarkan
data-data yang sudah dikumpulkan seadanya tanpa ada maksud membuat
generalisasi dari hasil penelitian. Yang termasuk dalam teknik analisis data
statistik deskriptif diantaranya seperti penyajian data kedalam bentuk grafik,
tabel, presentase, frekwensi, diagram, grafik, mean, modus dll. Itulah
penjelasan mengenai tekhnik analisis data deskriptif.
2.2.3.5 Teknik analisis data secara inferensial.
Teknik analisis data inferensia merupakan statistik yang dipakai untuk
melakukan analisis data dengan cara membuat kesimpulan yang berlaku
secara umum. Ciri dari analisi data inferensial yaitu digunakanya rumus
statistik tertentu, lalu hasil perhitungan yang sudah dilakukan itulah yang
nantinya akan menjadi dasar dari pembuatan generalisasi yang berasal dari
samber bagi populasi. Dengan begitu statistik inferensial mempunyai fungsi
untuk mengeneralisasikan hasil dari penelitian sampel untuk populasi, sesuai
dengan fungsi itulah maka statistik inferensial sangat berguna untuk
penelitian sampel. Itulah penjelasan mengenai tekhnik analisis data
inferensial.
35
2.2.3.6 Fungsi analisis.
1) Dapat menginterpretasi data keperawatan dan kesehatan, sehingga data
yang diperoleh memiliki makna dan arti dalam menentukan masalah dan
kebutuhan klien.
2) Sebagai proses pengambilan keputusan dalam menentukan alternatif
pemecahan masalah yang dituangkan dalam rencana asuhan keperawatan,
sebelum melakukan tindakan keperawatan.
2.2.3.7 Adapun fokus dalam pengumpulan data.
1) Status kesehatan sebelumnya dan sekarang
2) Pola koping sebelumnya dan sekarang
3) Fungsi status sebelumnya dan sekarang
4) Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
5) Resiko untuk masalah potensial
6) Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien
7) Validasi data, teliti kembali data yang telah terkumpul
8) Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan bio-psiko-sosial dan
spiritual
9) Membandingkan dengan standart
10) Membuat kesimpulan tantang kesenjangan (masalah keperawatan) yang
ditemukan
36
2.2.4 Intervensi
2.2.4.1 NCP (RENCANA KEPERAWATAN) : Hipertermi berhubungan
dengan respon sistemik dari inflamasi gastrointestinal Tabel 1. 1 NCP (RENCANA KEPERAWATAN) HIPERTERMI
N
O
DIAGNOSA
KEPERAWATA
N
RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI
1 Hipertermi
berhubungan
dengan respon
sistemik dari
inflamasi
gastrointestinal
DS :
1) klien
mengeeluh
demam
2) klien
mengeluh lemas
DO :
1) kenaikan
suhu tubuh diatas
rentang normal
36,5-37,5 C
2) kulit
kemerahan dan
kering
3) pertambah
an RR Noormal
16-20 x/menit
4) tatikardi
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan masalah
keperawatan dapat
teratasi dengan criteria
hasil:
1) Suhu tubuh
dalam rentang normal
36,5-37,5 C
2) Nadi dan RR
dalam rentang normal
16-20 x/menit
3) Tidak ada
perubahan warna kulit
dan tidak ada pusing,
merasa nyaman
1) Monitor
suhu sesering
mungkin
R/: Agar tidak
terjadi dehidrasi
dan proses
penguapan
2) Monitor
warna dan suhu
kulit
R/: Mencegah
terjadinya
dehidrasi.
3) Monitor
tekanan darah,
nadi dan RR
R/: Mengetahui
keadaan umum
pasien.
4) Monitor
WBC, Hb, dan Hct
R/: Mencegah
terjadinya
komplikasi.
5) Monitor
intake dan output
37
5) kulit teraba
panas
R/: Mencegah
terjadinya
dehidrasi.
6) Berikan anti
piretik
R/: Mencegah
hipertermi.
7) Berikan
pengobatan untuk
mengatasi
penyebab demam
R/: Mencegah
terjadinya demam
tinggi dan syok.
8) Selimuti
pasien.
R/: dapat
memberikan
pasien tetap
keadaan hangat.
9) Berikan
cairan intravena
R/: Mencegah
dehidrasi.
10) Kompres
pasien pada lipat
paha dan aksila
R/: meralihkan
panas secara
konduksi dan
membantu tubuh
menyesuaikan
38
terhadap panas
dan memberikan
rasa nyaman.
11) Tingkatkan
sirkulasi udara
R/: Membantu
penurunan suhu
tubuh dan
memberikan
rasanyaman.
12) Monitor
suhu minimal tiap
2 jam
R/: Agar tidak
terjadi dehidrasi
dan proses
penguapan.
13) Tingkatkan
intake cairan dan
nutrisi
R/: Agar
memulihkan
keadaan pasien.
39
2.2.4.2 NCP (RENCANA KEPERAWATAN) : Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya intake makanan
yang adekuat
Tabel 1. 2 NCP (RENCANA KEPERAWATAN) Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya
intake makanan yang adekuat
N
O
DIAGNOSA
KEPERAWATA
N
RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI
1 Ketidakseimbang
an nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
kurangnya intake
makanan yang
adekuat
Ditandai dengan
DS :
1) klien
mengeluh
mengalami
penurunan nafsu
makan
2) klien
mengeluh
mengalami
penurunan berat
badan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan masalah
keperawatan dapat
teratasi dengan criteria
hasil:
1) Adanya
peningkatan berat
badan sesuai dengan
tujuan
2) Berat badan ideal
sesuai dengan tinggi
badan
3) Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
4) Tidak ada tanda
tanda malnutrisi
5) Tidak terjadi
penurunan berat badan
yang berarti
1) Kaji adanya
alergi makanan
R/: Mengetahui
jenis makanan
yang cocok untuk
pasien.
2) Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
R/: Memberikan
diit yang tepat.
3) Anjurkan
pasien untuk
meningkatkan
protein dan
vitaminC
R/: Mencegah
kurangnya vitamin
dan menjaga
4) Berikan
substansi gula
40
DO:
1) BB sebelum
sakit : .....kg,
2) BB sesudah
sakit : .....kg
R/: Mencegah
terjadinya kondisi
lemah pasien.
5) Yakinkan diet
yang dimakan
mengandung
rendah serat untuk
mencegah
konstipasi.
R/: Menghindari
pasien agar tidak
mual, dan
memulihkan usus
yang terinfeksi.
6) Berikan
makanan yang
terpilih ( sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
R/: Menjaga selera
makan pasien dan
terjamin akan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
7) Berikan
informasi tentang
kebutuhan nutrisi
R/: Agar pasien
mengetahui
makanan apa saja
yang harus di
41
konsumsi ketika
sakit, dan tidak
memakan
makanan yang
sembarangan.
8)
Dokumentasikan
hasil tindakan
dalam catatan
rekam medik
9). BB pasien
dalam batas
normal
R/: Mencegah
terjadinya
penurunan berat
badan.
10). Monitor tipe
dan jumlah
aktivitas yang
biasa dilakukan
menganjurkan
pasien untuk
istirahat total
ketika dilakukan
asuhan
keperawatan.
R/: Menstabilkan
keadaan pasien
11). Monitor
turgor kulit
42
R/: Mencegah
terjadinya
kurangnya nutrisi.
12). Monitor mual
dan muntah.
R/: Mengetahui
keadaan pasien
yang
terkontaminasi
virus.
13). Monitor
pucat, kemerahan,
dan kekeringan
jaringan
konjungtiva
R/: Mencegah
terjadinya
dehidrasi dan
kurangnya nutrisi.
6) Catat jika lidah
berwarna
magenta, scarlet
R/: Mengetahui
keadaan pasien.
43
2.2.4.3 NCP (RENCANA KEPERAWATAN) : Ganguan keseimbangan
cairan berhubungan dengan out put berlebih
Tabel 1. 3 NCP (RENCANA KEPERAWATAN) Ganguan keseimbangan
cairan berhubungan dengan out put berlebih
N
O
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI
3 Ganguan keseimbangan
cairan berhubungan
dengan out put berlebih
ditandai dengan
DS :
1) Klien mengatkan
lelah
2) Dan sering buang air
Besar/diare
DO:
1) Perubahan status
mental
2) Penurunan turgor
kulit dan lidah
3) Penurunan haluaran
urin
4) Penurunan pengisian
vena
5) Kulit dan membrane
mukosa kering
6) Kematokrit
meningkat
7) Suhu tubuh
meningkat
8) Peningkatan
frekuensi nadi, penurunan
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan
masalah
keperawatan
dapat teratasi
dengan criteria
hasil:
1) status
mental normal
2) turgor
kulit dan lidah
normal
3) jumnlah
urin normal
4) Penurunan
pengisian vena
5) Kulit dan
membrane
mukosa lembab
6) Kematokri
t normal
1) Pantau
warna, jumlah
dan frekuensi
kehilangan
cairan
R/: Mencegah
terjadinya
dehidrasi.
2) Observa
si khususnya
terhadap
kehilangan
cairan yang
tinggi
elektrolit
R/: Mencegah
terjadinya
dehidrasi.
3) Identifik
asi factor
pengaruh
terhadap
bertambah
buruknya
dehidrasi
44
TD, penurunan volume
dan tekanan nadi
9) Konsentrasi urin
meningkat
10) Penurunan berat
badan yang tiba-
tibaKelemahan
7) Suhu
tubuh normal
8) frekuensi
nadi, penurunan
TD, penurunan
volume dan
tekanan nadi
normal
9) berat
badan yang
normal
10) tidak
merasa
Kelemahan
R/: Agar
pasien tetap
terjaga intake
cairan.
4) Pantau
hasil
laboratorium
yang relevan
dengan
keseimbangan
cairan.
R/: Mencegah
terjadinya
komplikasi.
5) Pantau
status hidrasi
R/: Agar
pasien tetap
terjaga intake
outputnya.
6) Pertaruh
kan keakuratan
catatan asupan
dan haluaran
R/: Menjaga
keadaan pasien
agar cepat
stabil dan
mencegah
dehidrasi akut.
45
2.2.4.4 NCP (RENCANA KEPERAWATAN) : Gangguan aktifitas
berhubungan dengan kelemahan fisik
Tabel 1. 4 NCP (RENCANA KEPERAWATAN) Gangguan aktifitas
berhubungan dengan kelemahan fisik
N
O
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI
4 Gangguan aktifitas
berhubungan
dengan keletihan
fase penyakit
thypoid ditandai
dengan
DS:
1) klien
mengatakan
aktivitasnya dibantu
2) klien
mengatakan lemah
dan cepat lelah
3) klien
mengatakan adanya
sesak membuat
klien tidak nyaman
saat beraktivias
DO:
1) BAB dan
BAK diantum oleh
keluarga dan
perawat
2) terpasang
infus
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1x24 jam
diharapkan
masalah
keperawatan
dapat teratasi
dengan criteria
hasil:
1) Berpartisip
asi dalam
aktivitas fisik
tanpa disertai
peningkatan
tekanan darah,
nadi dan RR
2) Mampu
melakukan
aktivitas sehari
hari (ADLs)
secara mandiri
1.) Observasi
adanya pembatasan
klien dalam
melakukan aktivitas
R/: Agar pasien tetap
istirahat dan
mencegah terjadinya
komplikasi.
2.) Dorong anal
untuk
mengungkapkan
perasaan terhadap
keterbatasan
R/: Agar pasien
mengetahui
pentingnya
pembatasan aktivitas.
3.) Kaji adanya
factor yang
menyebabkan
kelelahan
R/: Mencegah
terjadinya
komplikasi.
46
3) klien terlihat
lemah
4.) Monitor
nutrisi dan sumber
energi tangadekuat
R/: Menjaga selera
makan pasien dan
terjamin akan jumlah
kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan
pasien.
5.) Monitor pola
tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
R/: Menjaga
terjadinya
komplikasi.
6.) Bantu klien
untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
mampu dilakukan
R/: Agar pasien
mengetahui
pentingnya istirahat
ketika sakit.
7.) Bantu untuk
memilih aktivitas
konsisten yangsesuai
dengan kemampuan
fisik, psikologi dan
social
R/: Agar pasien tetap
terjaga kesehatanya.
47
8.) Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
R/: Agar pasien tetap
terjaga kesehatanya.
2.2.5 Implementasi
Implementasi adalah tahap ke empat dalam tahap proses keperawatan
dalam melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan rencana (Hidayat,
2004). Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu
klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmadi, 2008). Implementasi
merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan mencakup
tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan
keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat serta bukan atas
petunjuk tenaga kesehatan yang lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah
tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan
dokter atau petugas kesehatan lain.
2.2.5.1 Tahap-Tahap Implementasi Keperawatan
Menurut Purwaningsih & Karlina (2010) ada 4 tahap operasional
yang harus diperhatikan oleh perawat dalam melakukan implementasi
keperawatan, yaitu sebagai berikut :
1) Tahap Prainteraksi
48
(1). Membaca rekam medis klien
(2). Mengeksplorasi perasaan, analisis kekuatan dan
keterbatasan professional pada diri sendiri
(3). Memahami rencana keperawatan secara baik
(4). Menguasai keterampilan teknis keperawatan
(5). Memahami rasional ilmiah dari tindakan yang akan
dilakukan
(6). Mengetahui sumber daya yang diperlukan
(7). Memahami kode etik dan aspek hukum yang berlaku dalam
pelayanan keperawatan
(8). Memahami standar praktik klinik keperawatan untuk
mengukur keberhasilan
(9). Memahami efek samping dan komplikasi yang mungkin
muncul
(10). Penampilan perawat harus meyakinkan
2) Tahap Perkenalan
(1) Mengucapkan salam
(2) Mengorientasikan/memperkenalkan nama
(3) Menanyakan nama, alamat dan umur klien
(4) Menginformasikan kepada klien tujuan dan tindakan yang
akan dilakukan oleh perawat
(5) Memberitahu kontrak waktu, berapa lama akan dilakukannya
tindakan
49
(6) Memberi kesempatan kepada klien untuk bertanya tentang
tindakan dan bertanya kepada klien setuju atau tidak pada
tindakan yang akan dilakukan
3) Tahap Kerja
(1) Menjaga privacy klien
(2) Melakukan tindakan yang sudah direncanakan
(3) Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan
tindakan adalah energi klien, pencegahan kecelakaan dan
komplikasi, rasa aman, privacy, kondisi klien, respon klien
terhadap tindakan yang telah diberikan
4) Tahap Terminasi
(1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengekspresikan
perasaannya setelah dilakukan tindakan oleh perawat
(2) Berikan feedback yang baik kepada klien dan puji atas
kerjasama klien
(3) Kontrak waktu selanjutnya Rapikan peralatan dan lingkungan
klien dan lakukan terminasi
(4) Berikan salam sebelum meninggalkan pasien
(5) Lakukan pendokumentasian
2.2.6 Evaluasi
Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan.
Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses
50
mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri.
(Ali, 2009)
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya
dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai
efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan
pelaksanaan. (Mubarak, dkk., 2011)
Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana: (Suprajitno dalam
Wardani, 2013)
S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh
keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O: Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang objektif.
A: Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.
P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi, menginterpretasi data
sesuai dengan kriteria evaluasi, menggunakan penemuan dari evaluasi untuk
membuat keputusan dalam memberikan asuhan keperawatan. (Nurhayati, 2011)
Dari hasil intervensi diatas, evaluasi yang diharapkan :
1) Suhu tubuh normal (36 0C) atau terkontrol.
2) Pasien mampu mempertahankan kebutuhan nutrisi adekuat.
3) Pasien bisa melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari optimal.
4) Kebutuhan cairan terpenuhi
51
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tinjauan Kasus ini penulis susun dengan menerapkan asuhan keperawatan
pada pasien dengan pendekatan keperawatan melalui langkah-langkah
melakukan pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
3.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal Masuk : 21 Juli 2019 Jam Masuk : 22.15
Ruang/ Kelas : Tulip Kamar No. : Tulip Laki-laki
Pengkajian Tanggal : 22 Juli 2019 Jam : 12.00 WIB
3.1.1 IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn “I” No. Reg. : 09XXXX
Umur : 25 tahun Tgl. MRS : 21 Juli 2019
Jenis Kelamin : ♂ (Laki-laki) Diagnosa : Demam Typoid
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia Alamat : Pulosari 3/14
Agama : Islam Pekerjaan : Swasta
Penanggung : BPJS Pendidikan : SMA
3.1.2 RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)
3.1.2.1 Riwayat Sebelum Sakit
1). Penyakit berat yang penah diderita : Pasien tidak pernah menderita
penyakit berat sebelumnya
2). Obat-obat yang biasa dikonsumsi : Pasien tidak pernah
mengkonsumsi obat obatan sebelum mengalami sakit saat ini.
52
3). Kebiasaan berobat : Pasien hanya berobat ketika
merasa sakitnya tidak kunjung sembuh selama lebih dari 1minggu.
4). Alergi : Pasien tidak mempunyai riwayat
alergi obat ataupun makanan
5). Kebiasaan merokok/ alkohol : Pasien tidak merokok/alkohol
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
1). Alasan dirawat :
Sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami panas, mual,
muntah selama 3 hari yang lalu. Sebelum masuk Rumah Sakit pasien
mengalami demam tinggi pada waktu siang dan malam hari, disertai mual,
muntah, keluhan bertambah berat bila beraktivitas, dan kurang bila
dikompres, istirahat dan minum obat. Pasien meminum obat penurun
panas paracetamol dan panasnya turun dan timbul panas lagi. Setelah
pasien merasa sakitnya tidak kunjung sembuh, makin panas dan lemas.
Pasien memeriksakan diri ke IGD Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya
Surabaya pada tanggal 21 juli 2019 pukul 22.15 . Setelah dilakuka
anamnesa dengan TD : 90/60 mmHg, S : 38.6 C̊, N : 82 x/menit, RR : 20
x/menit. Setelah dilakukan anamnesa dan hasil observasi pasien
mengalami demam selama lebih dari 3 hari, pasien disarankan untuk
dilakukan pemeriksaan lanjut, yaitu pemeriksaan laboratorium dan uji
widal. Hasil dari pemeriksaan laboratorium dan uji widal terdapat leukosit
: 4.45 , trombosit : 125 , salmonella typhi H : Positif 1/80. Dan pasien
positif dinyatakan terdiagnosa demam typoid.
53
2). Keluhan utama : Pasien mengatakan Demam, mual,muntah, lemas
selama 3 hari yang lalu.
3). Upaya yang telah dilakukan:
(1). Laboratorium
(2). Uji Widal.
4). Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien megatakan, dirinya dan keluarga tidak ada yang menderita
penyakit yang menurun dan keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit
seperti yang dideritanya sekarang Demam typoid dan tidak pernah
dirawat sebelumnya di rumah sakit.pasien dan keluarga juga tidak
mempunyai riwayat penyakit yang menular seperti HIV, Diabet Militus,
Jantung dan hipertensi.
54
Genogram:
Keterangan :
: Laki laki : Tn I yang sakit
: Perempuan : Ny Y
: Tinggal serumah : Garis hubung
Pasien adalah kepala keluarga dari keluarga kecilnya, suami dari istrinya.
5). Riwayat Kesehatan Lingkungan
Keadaan lingkungan bersih, Pasien sering membeli makanan di
warung – warung dan yang sering di warung dekat rumah, yang di jual
di tempat terbuka yang kemungkinan besar gampangnya makanan
terkontaminasi bakteri-bakteri terutama bakteri salmonella typhi.
6). Riwayat Kesehatan Lainnya: Pasien Ibu (KeluargaBerencana)
Pasien dan keluarga tidak pernah dirawat di rumah sakit, kesehatan
keluarga baik dan keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit
seperti yang pasien alami sekarang. Keluarga berharap bahwa anaknya
akan sembuh bila dirawat di RS. Tingkat III Brawijaya Surabaya.
55
Alat bantu yang dipakai:
Gigi palsu : X Ya √ Tidak
Kaca mata : X Ya √ Tidak
Pendengaran : X Ya √ Tidak
Lainnya (sebutkan):
Pasien tidak memakai alat bantu apapun di tubuhnya. Pasien juga
tidak bertato, di tubuhnya tidak ada bekas luka/bekas operasi (Pen).
3.1.3 OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1). Keadaan umum :
Pasien tampak lemah
2). Tanda – tanda vital, TB dan BB:
(1). S : 38,6 ̊C
(2). HR : 82 x/mnt
(3). TD : 90/60 mmHg
(4). RR : 20 x/mnt
Lainnya (sebutkan) :
TB : 160 cm, BB Sebelum sakit : 62 kg, BB Ketika sakit : 61 kg. Mukosa
bibir terlihat kering bibir pecah-pecah, konjungtiva tampak pucat, Lidah
pasien terlihat putih kotor area lidah atas, Akral teraba panas.
Masalah Keperawatan : HIPERTERMI
3). Body systems:
3.1.3.1 Pernapasan (B1: Breathing)
Hidung : Bentuk simetris, tidak ada massa dan sputum pergerakan paru kanan
dan kiri normal dengan frekuensi 20 kali/ menit, Tidak ada nyeri tekan
56
Trachea : Bentuk Simetris.
X Nyeri X Dyspnea X Orthopnea X Cyanosis
X Batuk darah X Napas dangkal X Retraksi dad X Respirato
X Tracheostomy X Sputum
Suara nafas tambahan :
Wheezing : lokasi : Tidak ada
Ronchi : lokasi : Tidak ada
Bentuk dada : Simetris
Lainnya (sebutkan) : Tidak ada pembesaran tyroid.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.3.2 Kardiovaskuler (B2: Bleeding)
Irama jantung : S1/ S2 Tunggal (lup-dup) tidak ad amur mur.
CRT: < 3 detik.
Nyeri dada : Tidak ada.
Kram kaki : Tidak ada.
Clubbing finger: Tidak ada.
Suara jantung : Normal
Ada kelainan (sebutkan) : Tidak ada.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
Edema : Tidak ada Edema dan tidak ada nyeri tekan.
3.1.3.3 Persyarafan (B3: Brain)
Kesadaran composmentis GCS 4 5 6, kepala dan wajah bersih, bentuk
simetris, tidak ada benjolan, Pengecapan baik, dapat merasakan manis, asin,
57
pahit, asam. Perabaan baik bisa merasakan rabaan panas, dingin dan tekanan.
Reflek PatelaNormal, Kejang Tidak ada, Nyeri Kepala tidak ada.
Istirahat tidur : tidak ada keluhan dalam frekuensi tidur.
Saat dirumah : malam 8 jam dan siang 3 jam
Saat MRS : Malam 7 jam dan siang 3 jam
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.
3.1.3.4 Perkemihan - Eliminasi Uri (B4: Bladder)
Produksi urine : ±800 ml Frekuensi : 6-8 x/hari
Warna : Kuning Jernih Bau : Khas urin
Masalah perkemihan: Tidak ada masalah perkemihan
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
3.1.3.5 Pencernaan-Eliminasi Alvi (B5: Bowel)
Mulut dan tenggorok : Lidah tampak putih kotor area lidah bagian atas,
tenggorokan tidak ada kelainan.
Abdomen : Bentuk normal, tidak ada nyeri tekan, terdapat
kembung.
BAB :
1) Sebelum sakit/saat di rumah : Frekuensi ± 1 x/hari. Warna kuning.
Bau khas fases. Konsistensi lunak.
2) Saat di rumah sakit : Frekuensi ± 1 x/hari. Warna kuning.
Bau khas fases. Konsistensi lunak.
Lainnya (sebutkan) : Pasien mengalami mual
Diet : TKTP 2100 Kal
58
Lain-lain : Sajikan makanan yang masih
hangat, beri nutrisi diet lembek.
Masalah keperawatan : Nutrisi kurang dari kebutuhan
tuubuh.
3.1.3.6 Tulang – Otot – Integumen (B6: Bone)
Kemampuan pergerakan sendi : Bebas, tidak dapat kelumpuhan.
Pergerakan sendi lengan dan tungkai (ROM) : 5 5
Parese : Tidak ada. 5 5
Paralise : Tidak ada
Hemiparese : Tidak ada.
Lainya (sebutkan) : Kulit Bersih, sawo matang, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada lesi. Akral Hangat. Turgor Cukup.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
Extremitas:
Atas : kiri tidak ada kelainan (terpasang Infus RL di
tangan sebelah kiri) kekuatan otot 5, Ekstremitas
atas kanan tidak ada kelainan, Kekuatan otot 5.
Lokasi : Ekstermitas atas tangan kiri terpsang
infus.
Bawah : ekstremitas bawah kanan tidak ada kelainan,
Kekuatan otot 5, ekstremitas bawah kiri tidak ada
kelainan, kekuatan otot 5. Lokasi : Tidak ada.
3.1.3.7 Sistem Endokrin
Terapi hormon: Tidak ada terapi hormon
59
Hasil Laboratorium Pemeriksaan
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
3.1.3.8 Sistem Reproduksi
Laki-laki :
Kelamin : Jenis kelamin pasien laki-laki
Bentuk : Normal
Kebersihan :Bersih
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawtan
3.1.4 POLA FUNGSI KESEHATAN
1) Persepsi terhadap kesehatan dan penyakit :
Pasien mengatakan sudah mengetahui tentang penyakit yang dialami
pasien dan Pasien mengatakan saat ini menerima dengan ikhlas dan tabah
pasien hanya ingin sembuh dari penyakit yang diderita.
2) Nutrisi – Metabolisme:
TB : 160 cm
BB sebelum sakit : 62kg
BB sesudah sakit : .61 kg
Diet khusus : IMT berat badan dibagi tinggi badan dikali tinggi badan {61
: 160 x 160 = 61(BB ideal) }Diet khusus TKTP, Frekuensi 3x/hari, Rendah
serat, Lunak, tinggi protein, sedikit tetapi Sering. Jenis makanan Nasi
lembek, lauk pauk, porsi makan tidak habis, Nafsu makan berkurang,
adanya mual, Tidak ada alergi baik pada makanan, obat-obatan, ataupun
terhadap suhu, minum air putih, Jumlah 1200 cc/24 jam, Jenis minuman
Cair.
60
3) Pola tidur dan istirahat : Saat sakit tidur malam 4-5 jam, tidur
siang 1-2 jam dan kadang tidak tidur siang.
4) Kognitif – perseptual : Komunikasi baik dan lancer.
5) Persepsi diri – konsep diri :
Tn. I merasa bersyukur memiliki keadaan tubuh yang normal meskipun
kini dia sedang sakit, dia pasrah kepada Allah SWT, ini merupakan cobaan
bagi dirinya, Tn.M mampu menyebutkan tentang identitas dirinya, Tn.I.
berharap ingin cepat sembuh dari penyakitnya, harga diri Tn.I baik, Tn.I
di rumah sakit berperan sebagai pasien, dan di rumah sebagai suami dan
ayah bagi anaknya.
6) Ekspresi afek dan emosi :
Tn.M tampak tenang terhadap penyakit yang dideritanya, pasien tampak
menerima dan ikhlas.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
7) Peran – hubungan :
Antara pasien dan perawat sangat kooperatif. Komunikasi lancar, antara
pasien dan petugas kesehatan saling percaya. Bahasa yang digunakan
yakni bahasa sehari-hari bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Berbicara
Normal dan Jelas. Hubungan dengan keluarga Baik, Tn.I dan keluarga
saling menolong dan mendukung satu sama lain untuk kesembuhan Tn.I.
Hubungan dengan teman/petugas kesehatan ataupun antara pasien dan
petugas kesehatan sangat kooperatif dan saling percaya.
8) Aktivitas dan kebersihan diri :
Saat di rumah pasien selalu mandi setiap hari secara mandiri, dan saat di
61
Rumah sakit pasien hanya di seka oleh keluarga 2x sehari.
9) Koping – toleransi stress (mekanisme pembelaan ego) :
Tn.I mengatakan apabila ada masalah dalam keluarga selalu dibicarakan
baik baik dengan anggota keluarga lainnya.
10) Nilai – pola keyakinan :
(1). Menjalankan ibadah :
Pasien beragama Islam dan biasanya pasien tiap harinya
melakuakan ibadah 5 waktu dan biasanya mengikuti pengajian
rutinan setiap minggu.
Pasien tetap melakukan ibadah selama sakit meskipun dalam
keadaan terbaring ditempat tidur ataupun duduk diatas tempat tidur
(2). Persepsi tentang kematian :
Kematian pasti semua manusia akan mengalaminya, tetapi kita
sebagai manusia ingin tetap selalu sehat dan dijauhkan dari segala
penyakit. Karena kesehatan sangat penting, kebetulan pasien
mengalami sakit. Pasien sangat sedih, banyak pekerjaan
terbengkal. Mungkin saya sangat ceroboh dengan kesehatan, tetapi
ketika sakit seperti ini terasa sekali nikmatnya sehat. Akhirnya
sekarang Cuma bisa di tempat tidur, berharap semoga penyakitnya
tidak semakin menjadi dan diberikan kesembuhan Panjang umur.
Lainnya (sebutkan) :
Keluarga dan pasien berharap semoga sakit yang di alami oleh
pasien segera sembuh dan bisa kembali sehat seperti biasanya. Dan
bisa kembali aktivitas seperti biasanya.
62
3.1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1). Laboratorium :
(1). Tabel Hasil lab tanggal 21 Juli 2019
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap di Rumah Sakit TK
III Brawijaya Surabaya Tanggal 21 Juli 2019 pada pukul (22.15)WIB.
Tabel 1. 5 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tn “I”.
X Ray : Tidak ada
USG :Tidak ada
Lain-lain (sebutkan) :
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
HEMATOLOGI
Darah Legkap
Hemoglobin
Leukosit
LED
Hitung jenis /Diff
Count
Eosinopil
Basophil
Stab
Segmen
Limposit
Monosit
Trombosit
PCV/Hematrokrit
14,6
4.45
6
0.7
0.2
0.0
57.8
24.0
17.3
125
42,8
P : 11.7 - 15.5 g/dl
L : 13.2 - 15.5 g/dl
L : 3.8 - 10.6 ribu/mm3
P : 3.6 -11 ribu/mm3
L : < 10. mm/jam
P : < 16. mm/jam
L/P : 2 - 4 %
L/P : 0 - 1 %
L/P : 2 - 6 %
L/P : 50 - 70 %
L/P : 25 - 40 %
L/P :2 - 8 %
L/P : 150 - 440
ribu/mm3
L : < 40 - 52 %
P : < 35 - 47 %
63
2). Uji Widal :
(2). Tabel Hasil Uji widal tanggal 21 Juli 2019
Hasil Pemeriksaan Uji Widal di Rumah Sakit TK III Brawijaya
Surabaya Tanggal 21 Juli 2019 pada pukul (22.15)WIB
Tabel 1. 6 Hasil Pemeriksaan Uji Widal Tn “I”
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
IMMUNOLOGI /
SEROLOGI
Widal
Salmonella Typhi O
Salmonella Typhi H
SalmonellaParatyphi OA
SalmonellaParatyphi OB
NEGATIF
POSITIF 1/80
NEGATIF
NEGATIF
L/P NEGATIF
L/P NEGATIF
L/P NEGATIF
L/P NEGATIF
3.1.6 TERAPI
1) Infus Ringer Laktat (RL) 500ml, 28 tetes/menit :
Ringer laktat adalah larutan steril yang digunakan sebagai penambah cairan dan
elektrolit tubuh untuk mengembalikan keseimbangannya
2) Paracetamol 3x1 :
Paracetamol adalah salah satu obat yang masuk ke dalam golongan analgesik
(pereda nyeri) dan antipiretik (penurun demam)
3) Antrain 2 ml 3x1 ampl/iv :
Antrain injeksi adalah obat untuk meredakan nyeri parah serta demam seperti
nyeri pasca operasi atau nyeri kolik yang memiliki bahan aktif natrium
64
metamizole
4) Ranitidine 50mg/2ml 2x1 ampl/iv :
juga digunakan untuk mengobati dan mencegah berbagai penyakit perut dan
kerongkongan yang disebabkan oleh terlalu banyak asam lambung, misalnya
erosive esophagitis dan refluks asam lambung (gastroesophageal reflux disease,
GERD).
5) Omeprazole 40mg 2x1 ampl/iv :
Omeprazole adalah obat untuk mengatasi masalah perut dan kerongkongan yang
diakibatkan oleh asam lambung.
Surabaya, 24 Juli 2019
Tanda Tangan Mahasiswa
Desty Wulandari
NIM : 1902058
65
3.1.7 ANALISA DATA HIPERTERMI Dx.1
Tabel 1. 7Analisa Data Hipertermi Tn “I”
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
KEPERAWATAN
DS :
1) Pasien mengatakan
demam sudah 3 hari.
2) Pasien mengatakan
demamnya tinggi pada
waktu siang dan malam
hari.
DO :
1) Pasien terlihat lemah.
2) TD : 90/60 mmHg.
3) S : 38.6 ̊C.
4) N : 82 x/menit.
5) RR : 20 x/menit.
6) Bibir tampak pecah-
pecah.
7) Akral teraba panas.
8) Pasien tampak pucat
9) Mukosa bibir terlihat
kering.
Bakteri salmonela
thyposa
Masuk lewat
makanan
Menginfeksi
saluran pencernaan
masuk ke usus
halus
demam thypoid
Inflamasi
Masuk kedalam
darah
Bakteri
mengeluarkan
endotoksin
Peradangan lokal
meningkat
Merangsang
hipotalamsu
HIPERTERMI
Hipertermi
66
3.1.8 ANALISA DATA KETIDAK SEIMBANGAN NUTRISI KURANG
DARI KEBUTUHAN TUBUH Dx.2
Tabel 1. 8 Analisa data Ketidak Seimbangan Nutrisi Kurang dari
Keseimbangan Tubuh Tn “I”
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
KEPERAWATAN
DS : Pasien mengatakan
mual, muntah, nafsu makan
menurun sudah 3 hari
DO :
1) Pasien terlihat lemah
2) TD : 90/60 mmHg
3) S : 38.6 ̊C
4) N : 82 x/menit
5) RR : 20 x/menit
6) Mukosa bibir terlihat
kering
7) Lidah pasien terlihat
putih kotor
8) Berat badan
berkurang
Sebelum sakit : 62Kg
Ketika sakit : 61Kg
Bakteri salmonela
thyposa
Masuk lewat makanan
Menginfeksi saluran
pencernaan
masuk ke usus halus
demam thypoid
Inflamsi
Anoreksia
Berat badan menurun
Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
67
3.1.9 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Setelah dilakukannya pengkajian dan analisa data, maka tahap selanjutnya
perumusan diagnosa keperawatan adapun diagnose yang muncul pada Tn. I
dengan Demam Typoid diruangan Tulip Di Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya
Surabaya adalah:
Nama : Tn. I
Diagnosa Medis : Demam Typoid
No. Register : 09XXXX
Ruang : Pavilliun Tulip
Tabel 1. 9 Diagnosa Keperawatan Prioritas Tn “I”
No.
Masalah Keperawatan
Tanggal
TTD Ditemukan Teratasi
1.
2.
Hipertermi berhubungan
dengan respon sistemik
dari inflamasi
gastrointestinal
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
kurangnya intake
makanan yang adekuat
21 Juli 2019
21 Juli 2019
24 Juli 2019
24 Juli 2019
68
3.1.10 INTERVENSI KEPERAWATAN HIPERTERMI Dx.1
Tabel 1. 10 Intervensi Hipertermi Tn “I”
No.
DX Tujuan,
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1.
Dx.1
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
3x24 jam diharapkan
masalah
keperawatan dapat
teratasi dengan
criteria hasil:
1) Suhu tubuh dalam
rentang normal 36,5-
37,5 C
2) Nadi dan RR
dalam rentang
normal 16-20
x/menit
3) Tidak ada
perubahan warna
kulit dan tidak ada
pusing, merasa
nyaman
1) Lakukan BHSP
(Menjelaskan maksud
dan tujuan)
2) Monitor suhu
minimal tiap 2 jam
3) Monitor TD, nadi,
dan RR
4) Monitor warna dan
suhu kulit
5) Menganjurkan
pasien untuk banyak
minum air putih
6) Beri kompres pada
daerah dahi
7) Kompres pasien
pada lipat paha dan
aksila
8) Anjurkan untuk
mengenakan pakaian
yang tipis
1). Dengan
melakukan BHSP
diharapkan pasien
kooperatif dengan
tindakan
2). Agar tidak
terjadi dehidrasi
dan proses
penguapan yang
berlebihan akibat
suhu tubuh yang
meningkat.
3). Mengetahui
keadaan umum
pasien
4). Mengetahui
Perubahan status
hidrasi, membran
mukosa, turgor
kulit
menggambarkan
69
9) Selimuti pasien
untuk mencegah
hilangnya kehangatan
tubuh
10) Berikan
pengobatan pemberian
terapi antibiotik dan
antipiretik untuk
mengatasi penyebab
demam K. kolaborasi
dengan dokter.
11) Dokumentasikan
hasil tindakan dalam
catatan rekam medik
berat ringannya
kekurangan cairan.
5). Peningkatan
suhu tubuh
mengakibatkan
penguapan tubuh
meningkat,
sehingga perlu
diimbangi dengan
asupan cairan yang
banyak
6). Pemberian
kompres dapat
menyebabkan
peralihan panas
secara konduksi
dan membantu
tubuh untuk
menyesuaikan
terhadap panas dan
memberi rasa
nyama
7). Diharapkan
panas dapat turun
70
dengan cepat dan
memberikan rasa
nyaman.
8). Agar keringat
yang keluar dapat
diserap oleh
pakaian yang tipis
dan memberikan
rasanyaman
9). Agar mencgar
komplikasi lebih
lanjut
10). antibiotik
untuk mengurangi
infeksi dan
antipiretik untuk
mengurangi panas
.
71
3.1.11 INTERVENSI KETIDAK SEIMBANGAN NUTRISI KURANG
DARI KEBUTUHAN TUBUH Dx.2
Tabel 1. 11 Intervensi Ketidak Seimbangan Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh Tn “I”
No.
DX
Tujuan,
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1.
Dx.2
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan masalah
keperawatan dapat
teratasi dengan criteria
hasil:
1). Adanya peningkatan
berat badan sesuai
dengan tujuan
2). Berat badan ideal
sesuai dengan tinggi
badan
3). Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
4). Tidak ada tanda
tanda malnutrisi
5). Tidak terjadi
penurunan berat badan
yang berarti
1). Lakukan BHSP
(Menjelaskan
maksud dan
tujuan)
2). Kaji adanya
alergi makanan
3). Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
4). Beri nutrisi
dengan diet
lembek, tidak
mengandung
banyak serat, tidak
merangsang
maupun
menimbulkan
banyak gas dan
1). Dengan
melakukan BHSP
diharapkan pasien
kooperatif dengan
tindakan
2). Mengetahui
jenis makanan
yang cocok untuk
pasien.
3). Memberikan
diit yang tepat D.
untuk
meningkatkan
asupan makanan
karena mudah
ditelan
4). Agar dapat
mengurangi
kepahitan selera
dan menambah
rasa nyaman
dimulut.
5). Agar makan
pasien kembali
normal
72
dihidangkan saat
masih hangat.
5). Lakukan oral
hygiene dan
anjurkan klien
menggosok gigi
setiap hari.
6). Anjurkan
makan sedikit tapi
sering.
7). Kolabarasi
dengan dokter
untuk pemberian
antasida dan
pemberian nutrisi
parentral.
8).Dokumentasika
n hasil tindakan
dalam catatan
rekam medik.
6). Antasida
mengurangi rasa
mual dan muntah,
Nutrisi parentral
dibutuhkan
terutama jika
kebutuhan nutrisi
per oral sangat
kurang.
73
3.1.12 IMPLEMENTASI HIPERTERMI Dx.1
Tabel 1. 12 Implementasi Hipertermi Tn “I” tanggal 22 Juli 2019
HARI/
TANGGAL
DIAGNOSA
KEPERAW
ATAN
IMPLEMENTASI
WAKTU
PARAF
Senin, 22
Juli 2019
Hipertermi
berhubungan
dengan
respon
sistemik dari
inflamasi
gastrointestin
al (Dx.1)
1) Melakukan
BHSP
(Menjelaskan
maksud dan tujuan)
2) Memonitor suhu
minimal tiap 2 jam
3) Memonitor TD,
nadi, dan RR
4) Memonitor
warna dan suhu
kulit
5) Menganjurkan
pasien untuk
banyak minum air
putih
6) Lakukan
Kompres pada
daerah dahi.
7) Lakukan
Kompres pasien
pada lipat paha dan
aksila
8) Menganjurkan
untuk mengenakan
pakaian yang tipis.
9) Menganjurkan
Selimuti pasien
12.00
12.00
12.00
12.00
12.00
13.30
13.30
13.32
13.32
74
untuk mencegah
hilangnya
kehangatan tubuh.
10) Memberikan
pengobatan
pemberian terapi
antibiotik dan
antipiretik untuk
mengatasi
penyebab demam
kolaborasi dengan
dokter.
11) Mendokumen
tasikan hasil
tindakan dalam
catatan rekam
medik
12.00
75
3.1.13 IMPLEMENTASI KETIDAK SEIMBANGAN NUTRISI
KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH Dx.2
Tabel 1. 13Implementasi Ketidak Seimbangan Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh Tn “I” tanggal 22 Juli 2019
HARI/
TANGGAL
DIAGNOSA
KEPERAW
ATAN
IMPLEMENTASI
WAKTU
PARAF
Senin, 22
Juli
2019
Ketidakseim
bangan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
kurangnya
intake
makanan
yang adekuat
(Dx.2)
1) Melakukan
BHSP
(Menjelaskan
maksud dan
tujuan).
2) Mengkaji adanya
alergi makanan.
3) Mengkolaborasi
kan dengan ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
4) Memberi nutrisi
dengan diet lembek,
tidak mengandung
banyak serat, tidak
merangsang
maupun
menimbulkan
banyak gas dan
dihidangkan saat
masih hangat.
5) Melakukan oral
hygiene dan
12.00
08.00
08.00
12.00
12.00
76
anjurkan klien
menggosok gigi
setiap hari.
6) Menganjurkan
makan sedikit tapi
sering.
7) Mengolabarasika
n dengan dokter
untuk pemberian
antasida dan
pemberian nutrisi
parentral.
8) Mendokumentasi
kan hasil tindakan
dalam catatan
rekam medik
12.00
12.00
77
3.1.14 IMPLEMENTASI HIPERTERMI Dx.1
Tabel 1. 14 Implementasi Hipertermi Tn “I” tanggal 23 Juli 2019
HARI/
TANGGAL
DIAGNOSA
KEPERAW
ATAN
IMPLEMENTASI
WAKTU
PARAF
Senin, 23
Juli 2019
Hipertermi
berhubungan
dengan
respon
sistemik dari
inflamasi
gastrointestin
al (Dx.1)
1). Melakukan
BHSP
(Menjelaskan
maksud dan tujuan)
2). Memonitor suhu
minimal tiap 2 jam
3). Memonitor TD,
nadi, dan RR
4). Memonitor
warna dan suhu
kulit
5). Menganjurkan
pasien untuk
banyak minum air
putih
6). Lakukan
Kompres pada
daerah dahi.
7). Lakukan
Kompres pasien
pada lipat paha dan
aksila
8). Menganjurkan
untuk mengenakan
pakaian yang tipis.
9). Menganjurkan
Selimuti pasien
12.00
12.00
12.00
12.00
12.00
13.30
13.30
13.32
13.32
78
untuk mencegah
hilangnya
kehangatan tubuh.
10). Memberikan
pengobatan
pemberian terapi
antibiotik dan
antipiretik untuk
mengatasi
penyebab demam
kolaborasi dengan
dokter.
11) Mendokumentasika
n hasil tindakan
dalam catatan
rekam medik
12.00
79
3.1.15 IMPLEMENTASI KETIDAK SEIMBANGAN NUTRISI
KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH Dx.2
Tabel 1. 15 Implementasi Ketidak Seimbangan Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh Tn “I” tanggal 23 Juli 2019
HARI/
TANGGAL
DIAGNOSA
KEPERAW
ATAN
IMPLEMENTASI
WAKTU
PARAF
Senin, 23
Juli
2019
Ketidakseimb
angan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
kurangnya
intake
makanan yang
adekuat
(Dx.2)
1) Melakukan
BHSP
(Menjelaskan
maksud dan
tujuan).
2) Mengkaji
adanya alergi
makanan.
3) Mengkolaborasi
kan dengan ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
4) Memberi nutrisi
dengan diet lembek,
tidak mengandung
banyak serat, tidak
merangsang
maupun
menimbulkan
banyak gas dan
dihidangkan saat
masih hangat.
5) Melakukan oral
12.00
08.00
08.00
12.00
80
hygiene dan
anjurkan klien
menggosok gigi
setiap hari.
6) Menganjurkan
makan sedikit tapi
sering.
7) Mengolabarasik
an dengan dokter
untuk pemberian
antasida dan
pemberian nutrisi
parentral.
8) Mendokumenta
sikan hasil tindakan
dalam catatan
rekam medik
12.00
12.00
12.00
81
3.1.16 IMPLEMENTASI HIPERTERMI Dx.1
Tabel 1. 16 Implementasi Hipertermi Tn “I” tanggal 24 Juli 2019
HARI/
TANGGAL
DIAGNOSA
KEPERAW
ATAN
IMPLEMENTASI
WAKTU
PARAF
Senin, 24
Juli 2019
Hipertermi
berhubungan
dengan
respon
sistemik dari
inflamasi
gastrointestin
al (Dx.1)
1). Melakukan
BHSP
(Menjelaskan
maksud dan tujuan)
2). Memonitor suhu
minimal tiap 2 jam
3). Memonitor TD,
nadi, dan RR
4). Memonitor
warna dan suhu
kulit
5). Menganjurkan
pasien untuk
banyak minum air
putih
6). Lakukan
Kompres pada
daerah dahi.
7). Lakukan
Kompres pasien
pada lipat paha dan
aksila
8). Menganjurkan
untuk mengenakan
pakaian yang tipis.
9). Menganjurkan
Selimuti pasien
12.00
12.00
12.00
12.00
12.00
13.30
13.30
13.32
13.32
82
untuk mencegah
hilangnya
kehangatan tubuh.
10). Memberikan
pengobatan
pemberian terapi
antibiotik dan
antipiretik untuk
mengatasi
penyebab demam
kolaborasi dengan
dokter.
11).Mendokumenta
sikan hasil tindakan
dalam catatan
rekam medik
12.00
83
3.1.17 IMPLEMENTASI KETIDAK SEIMBANGAN NUTRISI
KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH Dx.2
Tabel 1. 17 Implementasi Ketidak Seimbangan Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh Tn “I” tanggal 24 Juli 2019
HARI/
TANGGAL
DIAGNOSA
KEPERAW
ATAN
IMPLEMENTASI
WAKTU
PARAF
Senin, 24
Juli
2019
Ketidakseim
bangan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
kurangnya
intake
makanan
yang adekuat
(Dx.2)
1) Melakukan
BHSP
(Menjelaskan
maksud dan
tujuan).
2) Mengkaji adanya
alergi makanan.
3) Mengkolaborasi
kan dengan ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
4) Memberi nutrisi
dengan diet lembek,
tidak mengandung
banyak serat, tidak
merangsang
maupun
menimbulkan
banyak gas dan
dihidangkan saat
masih hangat.
5) Melakukan oral
hygiene dan
12.00
08.00
08.00
12.00
12.00
84
anjurkan klien
menggosok gigi
setiap hari.
6) Menganjurkan
makan sedikit tapi
sering.
7) Mengolabarasika
n dengan dokter
untuk pemberian
antasida dan
pemberian nutrisi
parentral.
8) Mendokumentasi
kan hasil tindakan
dalam catatan
rekam medik
12.00
12.00
85
3.1.18 EVALUASI
Tabel 1. 18 Evaluasi Hipertermi Tn “I” Hari ke 1 : Dx.1
HARI/
TANGGAL
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
EVALUASI
Senin, 22
Juli 2019
(12.00)
Siff Pagi
Hipertermi
berhubungan dengan
respon sistemik dari
inflamasi
gastrointestinal
(Dx.1)
S:
1) Pasien mengatakan demam
sudah dirasakan sejak 3 hari yang
lalusebelum masuk Rumah Sakit.
2) Pasien mengatakan demamnya
tinggi pada waktu siang dan
malam hari. Batuk dan pusing
O: Pasien tampak lemah
TTV :
1) S : 38,6 ̊C.
2) TD : 90/60 mmHg.
3) N : 82 x/menit.
4) RR : 20 x/menit.
5) Bibir tampak kering.
6) Akral terapa panas
7) Konjungtiva merah muda
Terapi :
1) Paracetamol 3x1
2) Antrain 2 ml 3x1
3) Ranitidine 50mg/2ml 2x1
4) Infus Ringer Laktat (RL)
86
500mg, 28 tetes/menit
5) Omeprazole 40mg 2x1
6) Infarsyl
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan Intervensi
1) Monitor suhu minimal tiap 2
jam
2) Monitor TD, nadi, dan RR
3) Monitor warna dan suhu kulit
4) Menganjurkan pasien untuk
banyak minum air putih
5) Beri kompres pada daerah
dahi
6) Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
7) Anjurkan untuk mengenakan
pakaian yang tipis
8) Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya kehangatan
tubuh
9) Berikan pengobatan
pemberian terapi antibiotik dan
antipiretik untuk mengatasi
penyebab demam kolaborasi
dengan dokter.
87
Senin, 22
Juli 2019
(20.00)
Siff Sore
Hipertermi
berhubungan dengan
respon sistemik dari
inflamasi
gastrointestinal
(Dx.1)
S:
1) Pasien mengatakan setelah
minum obat, panasnya menurun.
Selang waktu panas badanya terasa
panas lagi. Pusing, batuk.
2) Keluarga mengatakan telah
mengompres pasien ketika panas 1
kali dalam 10 menit.
O: TTV :
1) K/U : Lemah
2) TD : 100/70 mmHg
3) S : 38.0 ̊C
4) N : 84 x/menit
5) RR : 20x/menit
6) Bibir tampak kering
7) Akral teraba panas
8) Pasien tampak dikompres oleh
keluarga.
Terapi :
1) Paracetamol
2) Infarsyl
3) Antrain
4) Infus Ringer Laktat (RL)
500mg, 28 tetes/menit
88
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi
1) Monitor suhu minimal tiap 2
jam
2) Monitor TD, nadi, dan RR
3) Monitor warna dan suhu kulit
4) Menganjurkan pasien untuk
banyak minum air putih
5) Beri kompres pada daerah dahi
6) Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
7) Anjurkan untuk mengenakan
pakaian yang tipis
8) Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya kehangatan
tubuh
9) Berikan pengobatan pemberian
terapi antibiotik dan antipiretik
untuk mengatasi penyebab demam
10) kolaborasi dengan dokter.
89
Senin, 22
Juli 2019
(00.00)
Siff Malam
Hipertermi
berhubungan dengan
respon sistemik dari
inflamasi
gastrointestinal
(Dx.1)
S: Pasien mengatakan panasnya
sudah mendingan, badan lemas,
pusing, batuk
O: TTV :
1) K/U : Lemah
2) S : 37,6 ̊C
3) TD : 100/70
4) N : 82 x/menit
5) RR : 20 x/menit
6) Akral teraba hangat
7) Pasien tampak sering minum
air putih sedikit-sedikit.
Terapi :
1) Infus Ringer Laktat (RL)
500mg, 28 tetes/menit
2) Paracetamol
3) Infarsyl
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi
1) Monitor suhu minimal tiap 2
jam
2) Monitor TD, nadi, dan RR
3) Monitor warna dan suhu kulit
90
4) Menganjurkan pasien untuk
banyak minum air putih
5) Beri kompres pada daerah dahi
6) Kompres pasien pada lipat paha
dan aksila
7) Anjurkan untuk mengenakan
pakaian yang tipis
8) Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya kehangatan
tubuh
9) Berikan pengobatan pemberian
terapi antibiotik dan antipiretik
untuk mengatasi penyebab demam
10) kolaborasi dengan dokter
91
Tabel 1. 19 Evaluasi Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh Tn “I” Hari ke 1 : Dx.1 Hari ke 1 : Dx.2
HARI/
TANGGAL
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
EVALUASI
Senin, 22
Juli 2019
(12.00)
(Siff Pagi)
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
kurangnya intake
makanan yang adekuat
(Dx.2)
S: Pasien mengatakan mual,
muntah, mulut terasa pahit, nafsu
makan berkurang sudah 3 hari.
O: TTV :
1) K/U : Lemah
2) TD : 90/60 mmHg
3) N : 82 x/menit
4) S : 38,6 C̊.
5) RR : 20 x/menit
6) BB Sebelum sakit : 62Kg
7) BB ketika sakit : 61Kg
8) Pasien hanya menghabiskan
3-5 sendok makan
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi.
1) Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien.
2) Beri nutrisi dengan diet
lembek, tidak mengandung
92
banyak serat, tidak merangsang
maupun menimbulkan banyak gas
dan dihidangkan saat masih
hangat.
3) Lakukan oral hygiene dan
anjurkan klien menggosok gigi
setiap hari.
4) Anjurkan makan sedikit tapi
sering.
5) Kolabarasi dengan dokter
untuk pemberian antasida dan
pemberian nutrisi parentral.
Senin, 22
Juli 2019
(20.00)
(Siff Sore)
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
kurangnya intake
makanan yang adekuat
(Dx.2)
S: Pasien mengatakan, masih mual
dan nafsu makan masih kurang.
O: TTV :
1) K/U : Lemah
2) TD : 100/70 mmHg
3) N : 84 x/menit
4) S : 38,0 ̊C.
5) RR : 20 x/menit
6) Pasien hanya menghabiskan 3
sendok makan.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
93
1) Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien.
2) Beri nutrisi dengan diet
lembek, tidak mengandung
banyak serat, tidak merangsang
maupun menimbulkan banyak gas
dan dihidangkan saat masih
hangat.
3) Lakukan oral hygiene dan
anjurkan klien menggosok gigi
setiap hari.
4) Anjurkan makan sedikit tapi
sering.
5) Kolabarasi dengan dokter
untuk pemberian antasida dan
pemberian nutrisi parentral.
94
Senin, 22
Juli 2019
(00.00)
(Siff
Malam)
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
kurangnya intake
makanan yang adekuat
(Dx.2)
S: Pasien mengatakan masih mual
ketika makan, dan mulut masih
terasa pahit.
O: TTV :
1) K/U : Lemah
2) Pasien hanya menghabiskan 3
sendok makan.
3) TD : 100/70 mmHg
4) S : 37,6 ̊C
5) N : 82 x/menit
6) RR : 20x/menit
7) Pasien mual ketika makan
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
1) Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien.
2) Beri nutrisi dengan diet
lembek, tidak mengandung
banyak serat, tidak merangsang
maupun menimbulkan banyak gas
dan dihidangkan saat masih
hangat.
95
3) Lakukan oral hygiene dan
anjurkan klien menggosok gigi
setiap hari.
4) Anjurkan makan sedikit tapi
sering.
5) Kolabarasi dengan dokter
untuk pemberian antasida dan
pemberian nutrisi parentral.
96
Tabel 1. 20 Evaluasi Hipertermi Tn “I” Hari ke 2 : Dx.1
HARI/
TANGGAL
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
EVALUASI
Selasa, 23
Juli 2019
(12.00)
Siff Pagi
Hipertermi
berhubungan dengan
respon sistemik dari
inflamasi
gastrointestinal
(Dx.1)
(Perkembangan)
S:
1) Pasien mengatakan dipagi hari
sudah tidak merasakan panas. Dan
sekarang badanya terasa panas
lagi, dan masih batuk.
2) Pasien mengatakan sudah
banyak minum air putih sejak tadi.
O: TTV :
1). K/U : Lemah
2). S : 38.0 ̊C
3) TD : 110/80
4) N : 82 x/menit
5) RR : 20 x/menit
6) Pasien terlihat pucat
7) Akral teraba panas
8) Pasien tampak sering minum
air putih sedikit-sedikit.
9) Pasien tampak di kompres
oleh keluarga.
10) Pasien tampak memakai baju
kain tipis/kain yang bisa
meresabnya keringat.
97
11) Pasien tampak tidak memakai
selimut.
Terapi :
1). Infus Ringer Laktat (RL)
500mg, 28 tetes/menit
2). Paracetamol
3). Antrain
4). Infarsyl
A: Masalah belum teratasi.
P: Lajutkan intervensi.
1) Monitor suhu minimal tiap 2
jam
2) Monitor TD, nadi, dan RR
3) Monitor warna dan suhu kulit
4) Menganjurkan pasien untuk
banyak minum air putih
5) Beri kompres pada daerah
dahi
6) Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
7) Anjurkan untuk mengenakan
pakaian yang tipis
98
8) Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya kehangatan
tubuh
9) Berikan pengobatan
pemberian terapi antibiotik dan
antipiretik untuk mengatasi
penyebab demam kolaborasi
dengan dokter.
Selasa, 23
Juli 2019
(20.00)
Siff Sore
Hipertermi
berhubungan dengan
respon sistemik dari
inflamasi
gastrointestinal
(Dx.1)
(Perkembangan)
S: Pasien mengatakan demam
sudah berkurang. Sudah tidak
merasakan demam seperti siang
tadi tetapi masih pusing.
O: TTV :
1) K/U : Cukup
2) S : 37 C̊
3) TD : 110/70
4) N : 83 x/menit
5) RR : 20 x/menit
6) Akral teraba hangat
Terapi :
1). Infus Ringer Laktat (RL)
500mg, 28 tetes/menit
2). Ranitidine
99
3). Paracetamol
4). Infarsil
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
1). Monitor suhu minimal tiap 2
jam
2). Monitor TD, nadi, dan RR
3). Monitor warna dan suhu kulit
4). Menganjurkan pasien untuk
banyak minum air putih
5). Beri kompres pada daerah dahi
6). Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
7). Anjurkan untuk mengenakan
pakaian yang tipis
8) Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya kehangatan
tubuh
9). Berikan pengobatan
pemberian terapi antibiotik dan
antipiretik untuk mengatasi
penyebab demam
10). kolaborasi dengan dokter
100
Selasa, 23
Juli 2019
(00.00)
Siff Malam
Hipertermi
berhubungan dengan
respon sistemik dari
inflamasi
gastrointestinal
(Dx.1)
(Perkembangan)
S: Pasien mengatakan sudah tidak
demam tagi.
O: TTV :
1) K/U : Cukup
2) S : 36,5 ̊C
3) TD : 110/70
4) N : 82 x/menit
5) RR : 20 x/menit
6) Akral teraba hangat
7) Pasien terlihat tidur dengan
nyenyak.
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
1) Monitor suhu minimal tiap 2
jam.
2) Monitor TD, nadi, dan RR.
3) Monitor warna dan suhu
kulit .
4) Menganjurkan pasien untuk
banyak minum air putih.
5) Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya kehangatan
tubuh.
101
6) Berikan pengobatan
pemberian terapi antibiotik dan
antipiretik untuk mengatasi
penyebab demam.
7) kolaborasi dengan dokter.
102
Tabel 1. 21 Evaluasi Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh Tn “I” Hari ke 2 : Dx.2
HARI/
TANGGAL
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
EVALUASI
Selasa, 23 Juli
2019 (12.00)
(Siff Pagi)
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
kurangnya intake
makanan yang adekuat
(Dx.2)
(Perkembangan)
S: Pasien mengatakan masih
mual ketika makan tapi
sudah tidak muntah, dan
mulut masih terasa pahit.
O: TTV :
1) K/U : Lemah
2) S : 38.0 C̊
3) TD : 110/80 mmHg
4) N : 82 x/menit
5) RR : 20 x/menit
6) Pasien hanya
menghabiskan 4 sendok
makan
7) Pasien mual ketika
makan
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1) Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
103
2) Beri nutrisi dengan diet
lembek, tidak mengandung
banyak serat, tidak
merangsang maupun
menimbulkan banyak gas
dan dihidangkan saat masih
hangat.
3) Lakukan oral hygiene
dan anjurkan klien
menggosok gigi setiap hari.
4) Anjurkan makan sedikit
tapi sering.
5) Kolabarasi dengan dokter
untuk pemberian antasida
dan pemberian nutrisi
parentral.
Selasa, 23 Juli
2019 (20.00)
(Siff Sore)
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
kurangnya intake
makanan yang adekuat
(Dx.2)
S: Pasien mengatakan, ketika
makan sudah hampir habis,
dan mual sudah berkurang
O: TTV :
1) K/U : Cukup
2) S : 37 ̊C
3) TD : 110/70
104
(Perkembangan) 4) N : 83 x/menit
5) RR : 20 x/menit
6) Pasien hampir
menghabiskan makanannya
7) Pasien terlihat tenang dan
terbaring santai
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
1) Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
2) Beri nutrisi dengan diet
lembek, tidak mengandung
banyak serat, tidak
merangsang maupun
menimbulkan banyak gas
dan dihidangkan saat masih
hangat.
3) Lakukan oral hygiene
dan anjurkan klien
menggosok gigi setiap hari.
4) Anjurkan makan sedikit
tapi sering.
105
5) Kolabarasi dengan
dokter untuk pemberian
antasida dan pemberian
nutrisi parentral.
Selasa, 23 Juli
2019 (00.00)
(Siff Malam)
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
kurangnya intake
makanan yang adekuat
(Dx.2)
(Perkembangan)
S: Pasien mengatakan, ketika
makan sudah hampir habis,
dan mual sudah berkurang
O: TTV :
1) K/U : Cukup
2) S : 36,5 ̊C
3) TD : 110/70
4) N : 82 x/menit
5) RR : 20 x/menit
6) Pasien tertidur nyaman.
7) Pasien tidak mual ketika
makan.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan intervensi
1) Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
106
jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
2) Beri nutrisi dengan diet
lembek, tidak mengandung
banyak serat, tidak
merangsang maupun
menimbulkan banyak gas
dan dihidangkan saat masih
hangat.
3) Lakukan oral hygiene
dan anjurkan klien
menggosok gigi setiap hari.
4) Anjurkan makan sedikit
tapi sering.
5) Kolabarasi dengan dokter
untuk pemberian antasida
dan pemberian nutrisi
parentral.
107
Tabel 1. 22 Evaluasi Hipertermi “I” Hari ke 3 : Dx.1
HARI/
TANGGAL
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
EVALUASI
Rabu, 24
Juli 2019
(12.00)
Siff Pagi
Hipertermi
berhubungan dengan
respon sistemik dari
inflamasi
gastrointestinal
(Dx.1)
(Akhir)
S: Pasien mengatakan sudah tidak
demam lagi. Dan sudah tidak
pusing lagi. Tetapi masih batuk.
O: TTV :
1) K/U : Cukup
2) S : 36,1 ̊C
3) TD : 120/80
4) N : 84 x/menit
5) RR : 20 x/menit
6) Akral teraba hangat
7) Pasien tambak rileks
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi Pasien
rencana pulang.
1) Monitor suhu minimal tiap 2
jam.
2) Monitor TD, nadi, dan RR.
3) Monitor warna dan suhu kulit .
4) Menganjurkan pasien untuk
banyak minum air putih.
108
5) Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya kehangatan
tubuh.
6) Berikan pengobatan
pemberian terapi antibiotik dan
antipiretik untuk mengatasi
penyebab demam.
7) kolaborasi dengan dokter.
Rabu, 24
Juli 2019
(20.00)
Siff Sore
Hipertermi
berhubungan dengan
respon sistemik dari
inflamasi
gastrointestinal
(Dx.1)
(Akhir)
S: Pasien mengatakan sudah tidak
demam lagi. Dan sudah dan sudah
merasa enakan badanya, sudah
tidak pusing. Tetapi masih batuk.
O: TTV :
1) K/U : Cukup.
2) S : 36,3 ̊C.
3) TD : 110/80 mmHg.
4) N : 84 x/menit.
5) RR : 20 x/menit.
6) Akral teraba hangat .
7) Pasien tampak rileks.
8) Pasien tampak tidak pucat.
A: Masalah teratasi sebagian
pasien rencana pulang.
P: Lanjutkan intervensi.
109
1) Monitor suhu minimal tiap 2
jam.
2) Monitor TD, nadi, dan RR.
3) Monitor warna dan suhu kulit .
4) Menganjurkan pasien untuk
banyak minum air putih.
5) Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya kehangatan
tubuh.
6) Berikan pengobatan pemberian
terapi antibiotik dan antipiretik
untuk mengatasi penyebab demam.
7) kolaborasi dengan dokter.
Rabu, 24
Juli 2019
(00.00)
Siff Malam
Hipertermi
berhubungan dengan
respon sistemik dari
inflamasi
gastrointestinal
(Dx.1)
(Akhir)
S: Pasien mengatakan sudah tidak
ada keluhan
O: TTV :
1) K/U : Cukup.
2) S : 36,0 ̊C.
3) TD : 110/80 mmHg.
4) N : 84 x/menit.
5) RR : 20 x/menit.
6) Akral teraba hangat .
7) Pasien tampak rileks.
8) Pasien tampak tidak pucat.
A: Masalah teratasi sebagian
110
pasien rencana pulang.
P: Lanjutkan intervensi.
1) Monitor suhu minimal tiap 2
jam.
2) Monitor TD, nadi, dan RR.
3) Monitor warna dan suhu kulit .
4) Menganjurkan pasien untuk
banyak minum air putih.
5) Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya kehangatan
tubuh.
6) Berikan pengobatan pemberian
terapi antibiotik dan antipiretik
untuk mengatasi penyebab
demam.
7) kolaborasi dengan dokter.
111
Tabel 1. 23 Evaluasi Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh Tn “I” Hari ke 3 : Dx.2
HARI/
TANGGAL
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
EVALUASI
Rabu, 24
Juli 2019
(12.00)
(Siff Pagi)
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
kurangnya intake
makanan yang adekuat
(Dx.2)
(Akhir)
S: Pasien mengatakan sudah
tidak mual, tidak muntah. Nafsu
makan mulai ada.
O: TTV :
1) K/U : Cukup
2) S : 36,1 ̊C
3) TD : 120/80
4) N : 84 x/menit
5) RR : 20 x/menit
6) Pasien mengatakan sudah
menghabiskan makanan 1 porsi
7) Pasien mengatakan badan
sudah tidak lemas lagi.
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjut intervensi Pasien
rencana pulang.
1) Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien.
2) Beri nutrisi dengan diet
lembek, tidak mengandung
112
banyak serat, tidak merangsang
maupun menimbulkan banyak
gas dan dihidangkan saat masih
hangat.
3) Lakukan oral hygiene dan
anjurkan klien menggosok gigi
setiap hari.
4) Anjurkan makan sedikit tapi
sering.
5) Kolabarasi dengan dokter
untuk pemberian antasida dan
pemberian nutrisi parentral.
Rabu, 24
Juli 2019
(20.00)
(Siff Sore)
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
kurangnya intake
makanan yang adekuat
(Dx.2)
(Akhir)
S: Pasien mengatakan sudah
menghabiskan makanannya,
Pasien tidak mual, mulut pasien
sudah tidak terasa pahit pasien
tidak lemas lagi.
O: TTV :
1) K/U : Cukup.
2) S : 36,3 ̊C.
3) TD : 110/80 mmHg.
4) N : 84 x/menit.
5) RR : 20 x/menit.
113
6) Pasien tampak rileks.
7) Pasien tampak menghabiskan
makanan.
8) Pasien tampak lahap makan.
9) Pasien juga menghabiskan
minuman tea yang di belikan oleh
keluarga.
A; Masalah teratasi sebagian
pasien rencana pulang.
P: Lanjut intervensi Pasien
rencana pulang.
1) Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien.
2) Beri nutrisi dengan diet
lembek, tidak mengandung
banyak serat, tidak merangsang
maupun menimbulkan banyak
gas dan dihidangkan saat masih
hangat.
114
3) Lakukan oral hygiene dan
anjurkan klien menggosok gigi
setiap hari.
4) Anjurkan makan sedikit tapi
sering.
5) Kolabarasi dengan dokter
untuk pemberian antasida dan
pemberian nutrisi parentral.
Rabu, 24
Juli 2019
(00.00)
(Siff
Malam)
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
kurangnya intake
makanan yang adekuat
(Dx.2)
(Akhir)
S: Pasien mengatakan sudah
tidak mual ketika makan, pasien
sudah lahap makan. Pasien
tampak tertidur pulas
O: TTV :
1) K/U : Cukup.
2) S : 36,0 ̊C.
3) TD : 110/80 mmHg.
4) N : 84 x/menit.
5) RR : 20 x/menit.
6) Akral teraba hangat .
7) Pasien tampak rileks.
8) Pasien tampak tidak pucat.
9) Pasien tampak menghabiskan
makananya.
115
10) Pasien tampak menghabiskan
biscuit yang di bawakan
keluarganya.
A: Masalah teratasi sebagian
pasien rencana pulang.
P: Lanjut intervensi Pasien
rencana pulang.
1) Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien.
2) Beri nutrisi dengan diet
lembek, tidak mengandung
banyak serat, tidak merangsang
maupun menimbulkan banyak
gas dan dihidangkan saat masih
hangat.
3) Lakukan oral hygiene dan
anjurkan klien menggosok gigi
setiap hari.
4) Anjurkan makan sedikit tapi
sering.
116
5) Kolabarasi dengan dokter
untuk pemberian antasida dan
pemberian nutrisi parentral.
117
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan, yang penulis
temukan dalam praktek tentang kasus implementasi antara tinjauan teoritis
dengan tinjauan kasus di Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya Surabaya Pada
pembahasan ini penulis akan menguraikan mulai dari tahap pengkajian sampai
dengan evaluasi.
4.1 PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP
Pada tahap pengkajian dilakukan pendekatan umum untuk memperoleh
pengumpulan data yang meliputi aspek bio, psiko, spiritual. Pada tahap ini tidak
ditemukan kesulitan, karena px dalam sadar dan mau bekerja sama sehingga data
dapat diperoleh dengan mudah.
Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 22 Juli
2019 pukul 12.00 WIB, dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi
langsung kepada pasien dan keluarga. Pada kasus ini pasien bernama Tn “I”,
jenis kelamin laki - laki, umur 25 tahun, status pasien menjadi kepala keluarga,
suami dari Ny “Y”, berlamat di Pulosari 3/14, Surabaya. Dari hasil anamnesa
pasien mengatakan dirinya mengalami demam naik turun sejak 3 hari yang lalu,
mual - muntah dan nafsu makan menurun, setelah dilakukan pemeriksaan
didapatkan suhu 38,6⁰C, HR : 82 x/mnt, TD : 90/60 mmHg, RR : 20 x/mnt. Dari
hasil pemeriksaan fisik didapat keadaan umum lemah, kesadaran komposmentis,
suhu 38,6⁰C, HR : 82 x/mnt, TD : 90/60 mmHg, RR : 20 x/mnt, Masalah
Keperawatan : HIPERTERMI. (B5: Bowel) didapat keadaan umum lemah,
118
kesadaran komposmentis, muka tampak pucat, Lidah tampak putih kotor area
lidah bagian atas, tenggorokan tidak ada kelainan, bibir kering, dan pecah –
pecah, Abdomen : Bentuk normal, tidak ada nyeri tekan, terdapat kembung,
Sebelum sakit/saat di rumah : Frekuensi ± 1 x/hari. Warna kuning. Bau khas
fases. Konsistensi lunak, Saat di rumah sakit : Frekuensi ± 1 x/hari. Warna
kuning. Bau khas fases. Konsistensi lunak, Diet : TKTP 2100 Kal, Lain-lain :
Sajikan makanan yang masih hangat, beri nutrisi diet lembek, Masalah
keperawatan : Nutrisi kurang dari kebutuhan tuubuh. Setelah dilakukan
pemeriksaan laboratorium uji widal ditemukan bahwa titer S.Thypi H dalam
darah positif mencapai 1/80. Pasien mendapat terapi : Paracetamol 3x1, Antrain
2 ml 3x1, Ranitidine 50mg/2ml 2x1, Infus Ringer Laktat (RL) 500ml, 28
tetes/menit, Omeprazole 40mg 2x1, Infarsyl.
Menurut (Fitrianggraini, A., 2012) Tanda dan Gejala penyakit Demam
Typoid secara umum antara lain Demam tifoid akut non komplikasi, Demam
tifoid akut dikarakteristikkan dengan adanya demam berkepanjangan
abnormalis, fungsi bowel (konstipasi pada pasien dewasa, dan diare pada
anak%anak), sakit kepala, malaise, dan anoksia. Bentuk bronchitis biasa terjadi
pada fase awal penyakit selama periode demam, sampai 25% penyakit
menunjukkan adanya rose spot pada dada, abdomen dan punggung. Demam
tifoid dengan komplikasi, Pada demam tifoid akut, keadaan mungkin dapat
berkembang menjadi komplikasi parah. Bergantung pada kualitas pengobatan
dan keadaan kliniknYa, hinngga 10% pasien dapat mengalami komplikasi,
mulai dari melena, perforasi, usus dan peningkatan ketidaknyamanan abdomen.
119
Keadaan karier, Keadaan karier tifoid terjadi pada 1-5% pasien, tergantung umur
pasien. Karier tifoid bersifat kronis dalam hal sekresi Salmenella typhi difeses.
Saya telah mengumpulkan data dari pasien, keluarga dan hasil
pemeriksaan fisik dan laboratorium sehingga terdapat kesenjangan pada fakta
dan teori yaitu pada fakta tanda dan gejala Demam Typoid pada Demam tinggi
naik turun dan penurunan nafsu makan ditemukan pada pasien di rumah sakit
nafsu makan menurun, porsi makan ½ porsi, pasien mengalami mual. Keluhan
mual muntah kembung pada abdomen, karena pasien terinveksi bakteri
salmonella typhi. Sedangkan pada kasus Tn “I” ditemukan Demam tinggi naik
turun dan penurunan nafsu makan ditemukan pada pasien di rumah sakit nafsu
makan menurun, porsi makan ½ porsi, pasien mengalami mual, didapat keadaan
umum lemah, kesadaran komposmentis, suhu 38,6⁰C, HR : 82 x/mnt, TD : 90/60
mmHg, RR : 20 x/mnt, Masalah Keperawatan : HIPERTERMI. (B5: Bowel)
didapat keadaan umum lemah, kesadaran komposmentis, muka tampak pucat,
Lidah tampak putih kotor area lidah bagian atas, tenggorokan tidak ada kelainan,
bibir kering, dan pecah – pecah, Abdomen : Bentuk normal, tidak ada nyeri
tekan, terdapat kembung, Sebelum sakit/saat di rumah : Frekuensi ± 1 x/hari.
Warna kuning. Bau khas fases. Konsistensi lunak, Saat di rumah sakit :
Frekuensi ± 1 x/hari. Warna kuning. Bau khas fases. Konsistensi lunak, Diet :
TKTP 2100 Kal, Lain-lain : Sajikan makanan yang masih hangat, beri nutrisi
diet lembek, Masalah keperawatan : Nutrisi kurang dari kebutuhan tuubuh,
gejala seperti infeksi tulang tidak ditemukan karena dalam data pengkajian di
dapatkan hasil pemeriksaan Leukosit dalam batas normal dengan hasil
4.45rbu/mm3, uji widal salmonella typhi H : Positif 1/80, dan pada tulang tidak
120
ada kelainan. Ditemukan data pasien dewasa usia 25 tahun, Saat pengkajian
riwayat penyakit dahulu pasien tidak pernah mengalami Demam typoid
sebelumnya, pada riwayat penyakit keluarga juga tidak di temukan adanya
riwayat demam typoid . Saat pengkajian riwayat penyakit sekarang tidak di
temukan kesenjangan dengan teori, pada pasien terjadi 3 hari saat MRS terjadi
panas diikuti dengan penurunan nafsu makan. Oleh karena itu penanganan dini
pada penderita Demam Typoid sangat diperlukan karena jika tidak ditangani
lebih lanjut dapat menimbulkan komplikasi dan untuk mencegah penularan
penyakit Demam typoid pada orang lain diharapkan pasien menjaga kebersihan
hygien, mencucitangan sebelum melakukan tindakan, memilih mkanan yang
hygienis, lingkungan air ke selokan dengan kondisi air yang mengalir tidak
berbau, dan lingkungan pembuangan sampah tertutup.
4.2 IDENTIFIKASI DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari gejala yang ada pada dan Tn.I dari hasil pemeriksaan laboratorium
dapat ditegakkan diagnosa medis pada Tn.I yaitu Demam Typoid. Pada kasus
Tn.i muncul 2 diagnosa keperawatan Potensial dalam kasus ini yang menjadi
masalah.
Diagnosa Keperawatan yang ke 1 Hipertermi berhubungan dengan respon
sistemik dari inflamasi gastrointestinal. Dari data subjektif pasien mengeluh
demam sudah 3 hari, pasien mengatakan demamnya tinggi pada waktu siang dan
malam hari, S: 38.6̊C, Pernafasan 20 x/menit, Terdapat suara nafas tambahan
ronchi, Nadi 82 x/menit, TD: 90/60 mmHg. Dari hasil Uji widal didapatkan
salmonella typhi H positif 1/80, berdasarkan data tersebut maka dirumuskan
121
masalah keperawatan Hipertermi berhubungan dengan respon sistemik dari
inflamasi gastrointestinal.
Diagnosa keperawatan yang ke 2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya intake makanan yang adekuat,
muncul data subjektif didapatkan pasien mengatakan sebelum sakit pasien lahap
untuk nafsu makan, tidak merasakan mual ataupun muntah, dirumah makan
kurang lebih 1 porsi habis dan sehari 3 kali, sedangkan selama sakit pasien
mengalami penurunan nafsu makan, pasien tidak nafsu makan, nafsu makan
menurun, mual, muntah, pasien lemah. Lidah pasien tampak kotor, mukosa bibir
kering, berat badan pasien menurun, sebelum sakit 62 ketika sakit 61. Dengan
pemeriksaan fisik, TD:90/60 mmHg, nadi : 82 x/menit, suhu : 38,6oC,
pernafasan : 20 x/menit.
Berdasarkan diagnose keperawatan teori dan diagnose pada pasien
terdapat kesamaan yaitu bahwa hipertermi berhubungan denagn respon inflames
sistemik merupakan diagnose utama pada pasien dengan demam typoid.
Maksudnya kuman dalam tubuh baik turun khususnya suhu akan naik pada
malam hari dan akan menurun menjelang pagi hari. Setelah kuman melewati
fase awal intensinal, kemudian masuk ke sirkulasi sistemik dengan tanda
peningkatan suhu tubuh yang sangat tinggi. Pada mingguselanjutnya dimana
infeksi fokal intestinal terjadi dengan tanda tanda suhu tubuh tetap tinggi, tetapi
nilainya lebih rendah dari fase bakterimia dan berlangsung terus menerus
(demam kontinue) (Muttaqin & Sari,2011). Minggu ke empat disebut stadium
deternasi yaitu masa penurunan panas suhu berangsur angsur menurun, nafsu
makan mulai ada, badan merasa enak. (Wulandari, 2008)
122
Pada kasus pasien umur 25 tahun diagnosa potensial yang mungkin
muncul yaitu Hipertermi dan Ketidakseimbangan nutrisi. Antisipasi
penanganannya terhadap kasus tersebut adalah monitor suhu tubuh dan istirahat
yang cukup. Hal ini sesuai dengan teori Sodikin (2011) adalah terjadinya
komplikasi yang berupa perdarahan usus, perforasi, peritonitis, dan komplikasi
di luar usus. Sedangkan antisipasi yang dapat dilakukan perawat menurut
Susilaningrum, dkk (2013) adalah kebutuhan nutrisi/cairan elektrolit, observasi
intake/output, monitor suhu tubuh dan istirahat yang cukup. Sehingga pada
langkah ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktik.
4.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi Diagnosa Keperawatan
yang muncul yakni Hipertermi berhubungan dengan respon sistemik dari
inflamasi gastrointestinal, kriteria hasil pada diagnosa Hipertermi berhubungan
dengan respon sistemik dari inflamasi gastrointestinal. Keadaan umum lemah,
Pasien tampak lemas, pasien mengatakan panas tinggi sejak 3 hari yang lalu,
Suhu normal (36-37 ̊C), dan tindakan keperawatan yang di lakukan meliputi
Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital (vital sign), Berikan informasi
pada keluarga tentang penyakit yang diderita pasien. serta anjurkan untuk rawat
inap di rumah sakit untuk memperbaiki kondisi pasien, Anjurkan pasien untuk
banyak minum, Monitor warna dan suhu kulit, Beri kompres pada daerah dahi,
Kompres pasien pada lipat paha dan aksila, Anjurkan untuk mengenakan
pakaian yang tipis, Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan
tubuh, Kolaborasi dalam pemberian terapi dengan tim medis yaitu Paracetamol
123
3x1, Antrain 2 ml 3x1, Ranitidine 50mg/2ml 2x1, Infus Ringer Laktat (RL)
500ml, 28 tetes/menit, Omeprazole 40mg 2x1, Infarsyl.
Dalam kasus pasien umur 25 tahun dengan demam tifoid, perencanaan
asuhan yang dilakukan oleh perawat adalah observasi keadaan umum dan tanda-
tanda vital (vital sign), berikan informasi pada keluarga tentang penyakit yang
diderita pasien serta anjurkan untuk rawat inap di rumah sakit untuk
memperbaiki kondisi pasien, kolaborasi dengan bagian gizi dalam pemberian
diit makanan, anjurkan pasien untuk banyak minum, observasi intake/output,
kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi, motivasi pasien
untuk istirahat tirah baring selama demam, anjurkan keluarga untuk tetap
menjaga kebersihan pasien dan lingkungan sekitar, dokumentasikan hasil
tindakan dalam catatan rekam medik. Perencanaan asuhan pada pasien dengan
demam tifoid menurut Kepmenkes (2006), Susilaningrum dkk (2013), Sodikin
(2011) yaitu motivasi pasien untuk istirahat yang cukup agar demam turun,
pemberian nutrisi berupa cairan parenteral dan oral, observasi intake/output,
anjurkan pasien untuk banyak minum, observasi suhu tubuh, respirasi dan nadi,
monitor dan evaluasi gejala klinis maupun laboratoris setiap hari secara teratur
selama masa perawatan, beri penjelasan pada keluarga tentang penyakit
asiennya bahwa penderita demam tifoid dengan gambaran klinik jelas sebaiknya
dirawat di rumah sakit, anjurkan pada keluarga untuk tetap menjaga kebersihan
pada pasien dan lingkungan sekitar, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
terapi.
124
Pada langkah ini penulis menemukan kesenjangan antara teori dan praktik
yaitu pada perencanaan tidak dilakukan monitor gejala laboratoris setiap hari
secara teratur selama masa perawatan.
Rencana asuhan keperawatan yang akan disusun harus mempunyai
beberapa komponen, yaitu priorotas masalah, kriteria hasil, rencana intervensi,
dan pendokumentasian. Rencana asuhan keperawatan adalah suatu proses
informasi, penerimaan, pengiriman, dan evaluasi pusat rencana yang
dilaksanakan oleh seorang perawat profesional (Ryan, 1973).
Pada perencana tindakan keperawatan tidak terdapat kesenjangan antara
teori dan praktek nytanya untuk pasien demam typoid. Sehingga dapat
disimpulkan perencanaan yang selama ini ada dalam teori maupun mengatasi
masalah demam typoid pada pasien di rumah sakit. Selain itu melalui keluarga,
pasien juga di anjurkan banyak minum untuk mencegah dehidrasi yang dapat
meningkatkan suhu tubuh (Nugroho, 2011).
Tindakan keperawatan yang penulis rencanakan sudah tepat karena sudah
sesuai teori. Pada diagnosa keperawatan ini klien melaksanakan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam dan terdapat kesenjangan antara fakta dan teori
yaitu pada fakta ditemukan perencanaan keperawatan yaitu anjurkan minum air
sedikit sedikit tapi sering dan berikan edukasi pada pasien tentang demam tipoid,
Penulis memberikan Intervensi Keperawatan Anjurkan minum air sedikit tapi
sering dengan rasional untuk agar tidak terjadi dehidrasi dan proses penguapan
yang berlebihan akibat suhu tubuh yang meningkat. Penulis memberikan
intervensi keperawatan anjurkan pasien kompres pada dahi, aksila, lipatan paha.
Penulis juga memberikan Intervensi Keperawatan Berikan Edukasi pada pasien
125
demam typoid karena didapatkan data pengkajian pasien mengatakan belum
mengerti tentang riwayat penyakit yang dialami pasien sehingga penulis
memberikan edukasi pada pasien tentang demam typoid yaitu Pengertian
demam typoid, penyebab, tanda dan gejala, cara penularan, dan pencegahan
demam typoid.
4.4 IMPLEMENTASI LANGSUNG ASUHAN DENGAN EFISIEN
DANAMAN
Tanggal : 22 Juli 2019 Pukul : 12.00 WIB. Implementasi yang dilakukan
penulis tidak memuai hambatan dan penulis tidak melakukan tindakan yang
melenceng dari perencanaan yang ditetapkan, pada tanggal 22 Juli 2019, untuk
diagnosa keperawatan Hipertermi berhubungan dengan respon sistemik dari
inflamasi gastrointestinal. Implementasi yang telah dilakukan adalah Observasi
keadaan umum dan tanda-tanda vital (vital sign). Berikan informasi pada
keluarga tentang penyakit yang diderita pasien, serta anjurkan untuk rawat inap
di rumah sakit untuk memperbaiki kondisi pasien, Anjurkan pasien untuk
banyak minum, Monitor warna dan suhu kulit, Beri kompres pada daerah dahi,
Kompres pasien pada lipat paha dan aksila, Anjurkan untuk mengenakan
pakaian yang tipis, Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan
tubuh, Berikan pengobatan pemberian terapi antibiotik dan antipiretik untuk
mengatasi penyebab demam kolaborasi dengan dokter, Kaji adanya alergi
makanan, Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien, Beri nutrisi dengan diet lembek, tidak
mengandung banyak serat, tidak merangsang maupun menimbulkan banyak gas
dan dihidangkan saat masih hangat, Lakukan oral hygiene dan anjurkan klien
126
menggosok gigi setiap hari, Anjurkan makan sedikit tapi sering, Kolabarasi
dengan dokter untuk pemberian antasida dan pemberian nutrisi parentral,
Dokumentasikan hasil tindakan dalam catatan rekam medik, Kolaborasi dengan
tim medis dalam pemberian terapi, Paracetamol 3x1, Antrain 2 ml 3x1,
Ranitidine 50mg/2ml 2x1, Infus Ringer Laktat (RL) 500ml, 28 tetes/menit,
Omeprazole 40mg 2x1, Infarsyl.
Pada tanggal 22 Juli 2019 , Pasien mengatakan demam keluhan mual -
muntah. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital keadaan umum Lemah, pasien
demam (suhu 38,6⁰C), inspeksi lidah kotor, bibir kering dan pecah – pecah,.
Diagnosa keperawanya yaitu Tn“I” umur 25 tahun dengan demam tifoid dalam
perawatan hari pertama. Pelaksanaan yang dilakukan adalah memberitahukan
hasil pemeriksaan pada pasien dan keluarga dengan hasil keadaan umum lemah,
vital sign (suhu : 38,6⁰C nadi : 82 x/menit respirasi : 20 x/menit), melakukan
observasi tanda-tanda vital dengan hasil terlampir, melanjutkan terapi sesuai
advis dokter (Infus Ringer Laktat (RL) 500mg, 28 tetes/menit. Infarsyl. Injeksi
Omeprazole 40mg 2x1. Injeksi Ranitidine 50mg/2ml 2x1. Injeksi Antrain 2 ml
3x1. Paracetamol 3x1). melanjutkan kolaborasi dengan bagian gizi untuk diit
makanan dengan hasil pasien telah makan bubur yang diberikan dari Rumah
Sakit, menganjurkan pasien untuk meminum air putih yang banyak karena perlu
diimbangi dengan asupan cairan yang banyak ketika Peningkatan suhu tubuh,
menganjurkan pasien dan keluarga agar tidak jajan sembarangan dengan hasil
Keluarga dan pasien bersedia untuk tidak jajan sembarangan, menganjurkan
keluarga agar pasien tirah baring dan istirahat yang cukup dengan hasil pasien
telah istirahat tirah baring.
127
Hari kedua (23 Juli 2019) Pasien mengatakan demam berangsur angsur
menurun dan rasa mual muntah juga sudah berangsur angsur menurun, pasien
mulai menghabiskan makanan ¼ porsi. Hasil pemeriksaan keadaan umum
cukup, suhu tubuh 37, 0̊C, inspeksi lidah kotor, bibir kering dan pecah – pecah.
Diagnosa keperawatannya yaitu Tn “I” umur 25 tahun dengan demam tifoid
dalam perawatan hari kedua. Pelaksanaan yang dilakukan adalah
memberitahukan hasil pemeriksaan pada pasiena dan keluarga dengan hasil
keadaan umum cukup, vital sign (suhu : 37,0⁰C, nadi : 83 x/menit, respirasi : 20
x/menit, TD : 110/70 mmHg), melakukan observasi tanda-tanda vital tiap 6 jam
dengan hasil terlampir, melanjutkan terapi sesuai advis Dokter (Infus Ringer
Laktat (RL) 500mg, 28 tetes/menit. Infarsyl. Injeksi Omeprazole 40mg 2x1.
Injeksi Ranitidine 50mg/2ml 2x1. Injeksi Antrain 2 ml 3x1. Paracetamol 3x1).
melanjutkan kolaborasi dengan bagian gizi untuk diit makanan dengan hasil
pasien telah makan bubur yang diberikan dari Rumah Sakit, menganjurkan
Keluarga untuk tetap memberikan nutrisi pada anaknya dengan cara memberi
makanan sedikit-sedikit tapi seringdengan hasil orangtua bersedia memberikan
kebutuhan nutrisi pada anak dengan memberi makan sedikit tapi sering,
menganjurkan pasien dan keluarga menjaga kebersihan badan pasien dengan
cara mandi dan sikat gigi 2 kali sehari dan ganti baju 2 kali/hari dengan hasil
pasien telah disibin dan ganti baju pukul 06.30 WIB.
Pada hari ketiga perawatan (24 Juli 2019) pasien tidak memiliki keluhan
apapun dan besok sudah boleh pulang, keadaan umum baik dan suhu tubuh
36,1⁰C, inspeksi mulut dan bibir sudah tidak kering, anak sudah lebih sehat dan
lebih bersemangat serta nafsu makan pasien kembali pulih, palpasi tidak ada
128
nyeri tekan, perkusi tidak ada kembung. Diagnosa keperawatannya yaitu Tn “I”
umur 25 tahun dalam perawatan hari ketiga. Pelaksanaan yang dilakukan adalah
memberitahukan hasil pemeriksaan pada pasien dan keluarga dengan hasil
keadaan umum baik, vital sign (suhu : 36,1⁰C nadi : 84 x/menit respirasi : 20
x/menit TD : 120/80 mmHg), melakukan observasi tanda-tanda vital tiap 6 jam
dengan hasil terlampir, melanjutkan terapi sesuai advis dokter (Infus Ringer
Laktat (RL) 500mg, 28 tetes/menit. Infarsyl. Injeksi Omeprazole 40mg 2x1.
Injeksi Ranitidine 50mg/2ml 2x1. Injeksi Antrain 2 ml 3x1. Paracetamol 3x1).
menganjurkan keluarga untuk memberikan makan yang telah disediakan rumah
sakit berupa bubur dan lauk-pauk kepada pasiennya dengan cara
memberikannya sedikit-sedikit tetapi sering dengan hasil pasien mau makan
sediki-sedikit tetapi sering, menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan
lingkungan dan makanan yang diberikan pada anak serta menjaga pola makan
anak dengan hasil keluarga mengerti dan bersedia melakukan anjuran yang
diberikan, mengingatkan keluarga dan pasien agar tidak jajan sembarangan
dengan hasil keluarga dan pasien bersedia untuk tidak jajan sembarangan. Pasien
rencana pulang.
Pelaksanaan adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai
tujuan yang spesifik (Iyer et al., 1996). Tujuan dari implementasi adalah
membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan
memfasilitasi koping. Penyusunan asuhan keperawatan melalui tiga tahap, yaitu
: Tahap persiapan terdiri dari : Meninjau ulang tindakan antisipasi dari asuhan
keperawatan yang akan dilakukan, menganalisis pengetahuan dan keterampilan
129
keperawatan yang diperlukan, mengetahui komplikasi yang mungkin muncul.,
mempersiapkan peralatan yang diperlukan, mempersiapkan lingkungan yang
kondusif, mengidentifikasikan aspek-aspek hukum dan kode etik keperawatan.
Tahap intervensi terdiri dari : Fokus tahap implementasi asuhan keperawatan
adalah kegiatan implementasi dari perencanaan intervensi untuk memenuhi
kebutuhn fisik dan emosional.
Implementasi pada Tn.i dapat dilakukan penulis sesuai rencana tindakan
keperawatan yang ada. Penulis melakukan beberapa implementasi keperawatan
yang telah direncanakan tanpa mengalami kesulitan. Hal ini dikarenakan pasien
dan keluarga kooperatif. Implementasi yang dilakukan adalah sesuai dengan
Teori dan tidak ada kesenjangan antara fakta pasien di rumah sakit dan teori
karena tindakan yang dilakukan sudah meliputi tindakan Observasi, Nursing,
Planning, Education, Colaboration (ONEC), dan sesuai implementasi pada
pasien dengan kasus Demam Typoid. Pemberian edukasi atau pendidikan
kesehatan pada pasien Tn.I dan keluarga diberikan secara interpersonal pada hari
ketiga pada tanggal 24 Juli 2019 di ruang pasien dengan menggunakan metode
ceramah. Materi kesehatan sesuai dengan kasus pasien yaitu Demam Typoid.
Dan hasil dari edukasi pada pasien Tn.I dan keluarga mengerti dan mampu
menjelaskan kembali pengertian Demam Typoid, penyabab, tanda dan gejala,
cara penularan, dan pencegahan Demam Typoid. Dan hal ini terbukti selama 3
hari pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan, keluhan klien berkurang dan
diagnosa keperawatan teratasi.
4.5 EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal : 22 Juli 2019 Pukul : 12.00 WIB.
130
Catatan Perkembangan I
Pada tanggal 22 Juli 2019 , Pasien mengatakan demam keluhan mual -
muntah. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital keadaan umum Lemah, pasien
demam (suhu 38,6⁰C), inspeksi lidah kotor, bibir kering dan pecah – pecah,.
Diagnosa keperawanya yaitu Tn“I” umur 25 tahun dengan demam tifoid dalam
perawatan hari pertama. Pelaksanaan yang dilakukan adalah memberitahukan
hasil pemeriksaan pada pasien dan keluarga dengan hasil keadaan umum lemah,
vital sign (suhu : 38,6⁰C nadi : 82 x/menit respirasi : 20 x/menit), melakukan
observasi tanda-tanda vital dengan hasil terlampir, melanjutkan terapi sesuai
advis dokter (Infus Ringer Laktat (RL) 500mg, 28 tetes/menit. Infarsyl. Injeksi
Omeprazole 40mg 2x1. Injeksi Ranitidine 50mg/2ml 2x1. Injeksi Antrain 2 ml
3x1. Paracetamol 3x1). melanjutkan kolaborasi dengan bagian gizi untuk diit
makanan dengan hasil pasien telah makan bubur yang diberikan dari Rumah
Sakit, menganjurkan pasien untuk meminum air putih yang banyak karena perlu
diimbangi dengan asupan cairan yang banyak ketika Peningkatan suhu tubuh,
menganjurkan pasien dan keluarga agar tidak jajan sembarangan dengan hasil
Keluarga dan pasien bersedia untuk tidak jajan sembarangan, menganjurkan
keluarga agar pasien tirah baring dan istirahat yang cukup dengan hasil pasien
telah istirahat tirah baring.
Catatan Perkembangan II
Hari kedua (23 Juli 2019) Pasien mengatakan demam berangsur angsur
menurun dan rasa mual muntah juga sudah berangsur angsur menurun, pasien
mulai menghabiskan makanan ¼ porsi. Hasil pemeriksaan keadaan umum
131
cukup, suhu tubuh 37, 0̊C, inspeksi lidah kotor, bibir kering dan pecah – pecah.
Diagnosa keperawatannya yaitu Tn “I” umur 25 tahun dengan demam tifoid
dalam perawatan hari kedua. Pelaksanaan yang dilakukan adalah
memberitahukan hasil pemeriksaan pada pasiena dan keluarga dengan hasil
keadaan umum cukup, vital sign (suhu : 37,0⁰C, nadi : 83 x/menit, respirasi : 20
x/menit, TD : 110/70 mmHg), melakukan observasi tanda-tanda vital tiap 6 jam
dengan hasil terlampir, melanjutkan terapi sesuai advis Dokter (Infus Ringer
Laktat (RL) 500mg, 28 tetes/menit. Infarsyl. Injeksi Omeprazole 40mg 2x1.
Injeksi Ranitidine 50mg/2ml 2x1. Injeksi Antrain 2 ml 3x1. Paracetamol 3x1).
melanjutkan kolaborasi dengan bagian gizi untuk diit makanan dengan hasil
pasien telah makan bubur yang diberikan dari Rumah Sakit, menganjurkan
Keluarga untuk tetap memberikan nutrisi pada anaknya dengan cara memberi
makanan sedikit-sedikit tapi seringdengan hasil orangtua bersedia memberikan
kebutuhan nutrisi pada anak dengan memberi makan sedikit tapi sering,
menganjurkan pasien dan keluarga menjaga kebersihan badan pasien dengan
cara mandi dan sikat gigi 2 kali sehari dan ganti baju 2 kali/hari dengan hasil
pasien telah disibin dan ganti baju pukul 06.30 WIB.
Catatan Perkembangan III
Pada hari ketiga perawatan (24 Juli 2019) pasien tidak memiliki keluhan
apapun dan besok sudah boleh pulang, keadaan umum baik dan suhu tubuh
36,1⁰C, inspeksi mulut dan bibir sudah tidak kering, anak sudah lebih sehat dan
lebih bersemangat serta nafsu makan pasien kembali pulih, palpasi tidak ada
nyeri tekan, perkusi tidak ada kembung. Diagnosa keperawatannya yaitu Tn “I”
132
umur 25 tahun dalam perawatan hari ketiga. Pelaksanaan yang dilakukan adalah
memberitahukan hasil pemeriksaan pada pasien dan keluarga dengan hasil
keadaan umum baik, vital sign (suhu : 36,1⁰C nadi : 84 x/menit respirasi : 20
x/menit TD : 120/80 mmHg), melakukan observasi tanda-tanda vital tiap 6 jam
dengan hasil terlampir, melanjutkan terapi sesuai advis dokter (Infus Ringer
Laktat (RL) 500mg, 28 tetes/menit. Infarsyl. Injeksi Omeprazole 40mg 2x1.
Injeksi Ranitidine 50mg/2ml 2x1. Injeksi Antrain 2 ml 3x1. Paracetamol 3x1).
menganjurkan keluarga untuk memberikan makan yang telah disediakan rumah
sakit berupa bubur dan lauk-pauk kepada pasiennya dengan cara
memberikannya sedikit-sedikit tetapi sering dengan hasil pasien mau makan
sediki-sedikit tetapi sering, menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan
lingkungan dan makanan yang diberikan pada anak serta menjaga pola makan
anak dengan hasil keluarga mengerti dan bersedia melakukan anjuran yang
diberikan, mengingatkan keluarga dan pasien agar tidak jajan sembarangan
dengan hasil keluarga dan pasien bersedia untuk tidak jajan sembarangan. Pasien
rencana pulang.
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana intervensi
dan implementasinya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien
dalam mencapai tujuan. Hal ini dapat di lakukan dengan melihat respon pasien
terhadap asuhan keperawatan yang di berikan sehingga perawat dapat
mengambil keputusan.
Berdasarkan fakta dan teori dapat mengumpulkan bahan evaluai pada Tn.I
133
di lakukan dengan metode SOAP. Kebersihan dalam menegluarkan sekret di
tunjang oleh beberapa hal diantaranya sudah tidak Deam tinggi, demam batas
normal 36.0 ̊C dari keadaan pasien. Hal ini sesuai dengan hasil yang ada bahwa
dari seluruh tindakan keperawatan, demam tinggi yang dialami ini disebabkan
mereka memiliki penyakit Demam Typoid, sebelum dilakukan tindakan
mengompres pada daerah dahi, aksila, lipatan paha, pada evaluasi hari pertama
belum menempuh batas normal. Pada evaluasi hari ke2 masalah teratasi sebagian
dikarenakan pasien sering minum air sedikit sedikit tetapi sering, menerima
pengobatan antibiotic dan antipiretik untuk mengatasi penyebab demam. Pada
evaluasi hari ke3 kondisi pasien sudah membaik dengan masalah keseluruhan
hampir teratasi di karenakan pasien demam menurun batas normal 36.0 ̊C dan
pasien dengan keadaan umum cukup, nafsu makan bertambah, tidak mual.
Kondisi pasien berangsur membaik dalam waktu 3 hari.
134
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang menguraikan kesenjangan ataupun kesamaan
antara tinjauan pustaka dengan pengalaman kasus maka dari studi kasus yang
berjudul Asuhan Keperawatan pada Tn “I” dengan Diagnosa Demam Typoid di
Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya Surabaya.
1) Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut
pada usus halus yang disebabkan oleh Salmonella enterica serotype
typhi (Salmonella typhi).1,2,3 Demam tifoid ditandai dengan gejala
demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran
5.1.1 Pengkajian.
Berdasarkan asuhan keperawatan pada pasien, di dapatkan kesimpulan
sebagai berikut : dari data pengkajian kasus pada pengkajian data subyektif dan
data obyektif didapatkan melalui ungkapan bahwa pasien mengatakan Tn “I”
umur 25 tahun, dengan keluhan pada saat masuk rumah sakit yaitu demam naik
turun sejak 3 hari yang lalu, mual - muntah serta adanya penurunan nafsu makan
pada pasien keadaan umum baik, kesadaran composmentis, S : 36,6ºC, N: 85
kali/menit, R: 20 kali/menit TD : 120/80 mmHg.
Data obyektif pada Tn “I” yaitu keadaan umum lemah, kesadaran
komposmentis, suhu 38,6⁰C, lidah kotor, bibir kering dan pecah - pecah keadaan
umum baik, kesadaran composmentis, S : 36,6ºC, N: 85 kali/menit, R: 20
135
kali/menit TD : 120/80 mmHg, sedangkan pemeriksaan penunjang yang
dilakukan adalah uji
widal dengan hasil titer S.Thypi H 1/80 sehingga dari hasil pemeriksaan
ini dapat diketahui bahwa pasien menderita demam tifoid.
5.1.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul dari pengkajian pada pasien yang
digunakan dalam asuhan keperawatan demam thypoid adalah Hipertermi
berhubungan dengan proses inflamasi penyakit typoid dan Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5.1.3 Intervensi Keperawatan
Pada intervensi keperawatan pada Tn “I” yaitu Dalam kasus pasien umur
25 tahun dengan demam tifoid, perencanaan asuhan yang dilakukan oleh
perawat adalah observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital (vital sign),
berikan informasi pada keluarga tentang penyakit yang diderita pasien serta
anjurkan untuk rawat inap di rumah sakit untuk memperbaiki kondisi pasien,
kolaborasi dengan bagian gizi dalam pemberian diit makanan, anjurkan pasien
untuk banyak minum, observasi intake/output, kolaborasi dengan dokter
spesialis anak untuk pemberian terapi, motivasi pasien untuk istirahat tirah
baring selama demam, anjurkan keluarga untuk tetap menjaga kebersihan pasien
dan lingkungan sekitar,
Perencanaan asuhan yang dilakukan oleh perawat untuk mengatasi pasien
hipertermi yaitu untuk istirahat yang cukup agar demam turun, pemberian nutrisi
berupa cairan parenteral dan oral, observasi intake/output, anjurkan pasien untuk
136
banyak minum, observasi suhu tubuh, respirasi dan nadi, monitor dan evaluasi
gejala klinis.
5.1.4 Implementasi Keperawatan
Dalam penelitian ini, implementasi yang dilakukan pada klien tidak harus
langsung sesuai dengan intervensi keperawatan tetapi harus memperhatikan juga
aspek human respon (respon klien) karena hari pertama pasien pasti merasakan
mual, tidak enak diperut, lemas, tidak nafsu makan dan pusing, dan hal itu juga
yang harus kita perhatikan jika ingin mengaplikasikan intervensi peningkatan
nafsu makan, mengatasi pasien hipertermi dan implementasi yang belum
dilakukan bisa dilakukan di hari selanjutnya.
5.1.5 Evaluasi
Pada hari terakhir evaluasi pada pasien berhasil meningkatkan nafsu makan
dan menurunnya suhu menjadi normal dengan ditandai tercapainya tujuan dan
kriteria hasil peningkatan nafsu makan dan menurunnya suhu menjadi normal
36.6 ̊C berhasil sebagian ditandai dengan adanya tercapainya sebagian dari
tujuan dari tindakan yang telah dilakukan.
5.2 Saran
Pendekatan yang baik pada pasien hendaknya dilakukan oleh semua tim
kesehatan terutama perawatan sehari-hari, hubungan yang dekat pasien agar
pasien merasa diperhatikan.
Didalam proses keperawatan perlu adanya motivasi atau bimbingan dan
perawat, berharap px agar keperawatan berjalan efektif dengan menggunakan
137
tujuan pelaksanaan dari tindakan yang dibuat seperti hasil dari tujuan yang
diberikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.
Catatan perawatan di dokumentasikan dengan menggunakan
implementasi dan tindakan tersebut.
Perlu adanya peningkatan kerjasama yang baik antara perawat dan
keluarga pasien, tim medis dalam proses keperawatan.
Dari studi kasus pada Tn “I” dengan Diagnosa Demam Typoid penulis
dapat memberikan saran sebagai berikut :
5.2.1 Bagi Klien dan Keluarga.
Diharapkan keluarga mengetahui tentang penyakit Demam Typoid
dan menganjurkan untuk segera membawa akan ke petugas kesehatan yang
terdekat bila mengenali tanda bahaya, menjaga kebersihan diri sendiri dan
dapat memberikan penanganan segera apabila pasien menderita demam
typoid, yaitu dengan cara memberikan obat pereda batuk, pilek dan panas.
Penurunan asupan nutrisi pasien sangat berpengaruh terhadap proses
penyembuhan pasien mengingat di rumah sakit atau di rumah pasien harus
menjalankan tirah baring, dan mengonsumsi makanan yang mengandung 4 sehat
5 sempurna agar asupan kebutuhan nutrisi dalam tubuh dapat terpenuhi, peran
keluarga juga sangat penting untuk mendukung pasien supaya menambah
semangat. Keluarga juga harus berperan aktif jika pasien mempunyai suatu
masalah, menjaga komunikasi dan keharmonisan merupakan salah satu cara agar
masalah itu bisa diselesaikan bersama – sama.
138
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan.
Dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi tambahan refrensi bagi
mahasiswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan tentang proses keperawatan
pada kasus demam thypoid.
5.2.3 Bagi Peneliti selanjutnya.
Peneliti menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dengan adanya karya tulis ilmiah ini diharapkan pembaca
dapat memahami tentang penyakit demam typoid dengan baik.
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu
se efektif mungkin sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan khususnya
kepada pasien dengan demam thypoid secara optimal.
Diharapkan lebih mengutamakan upaya promotif, sehingga keluarga
dan masyarakat berperilaku hidup sehat serta tidak menganggap remeh
setiap penyakit pada pasien dan masyarakat karena dapat berpengaruh pada
proses pertumbuhan dan perkembangan.
5.2.4 Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dengan memberikan pelayanan dan mempertahankan
hubungan kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dan pasien yang
ditujukan untuk meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang
optimalz dan diharapkan rumah sakit dapat lebih meningkatkan mutu
pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dan
masyarakat sakit dengan Demam Typoid.
139
Diharapkan terus meningkatkanya penyuluhan pada keluarga mengenai
demam typoid sehingga keluarga menjadi lebih kooperatif terhadap terapi
yang diberikan, dapat menanggulangi secara dini kejadian demam typoid
dan mencegah timbulnya kekambuhan pada carier demam typoid.
140
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2001. Salmonella typhi - Material Safety Data Sheet-Infectious
Substances. Public health Agency of Canada
Widoyono. 2011. Penyakit Tropis. Jakarta: Erlangga: 36.
WHO, 2003, Diagnosis of Typhoid Fever. Dalam: Background Document: The
Diagnosis Treatment and Prevention of Typhoid Fever. Word Health
Organization.
Nanda Internasional. (2018). Diagnosa Keperawatan : definisi dan klasifikasi
2018-2020 (11th ed.). Jakarta: EGC.
Kusuma Huda dan Amin, 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC NOC. Jogyakarta: EGC.
Kepmenkes RI. 2006. Pedoman Pengendalian Demam Typoid Mentri Kesehatan
Republik Indonesia. Diunduh dari.
http://www.pdpersi.co.id/peraturan/kepmenkes/kmk3642006.pdf
Depkes. 2012. Profil kesehatan provinsi jawa timur. Diambil pada 02 Juli 2019
dari,
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2
012/15_Profil_Kes.Prov.JawaTimur_2012.pdf
Kepmenkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Kepmenkes RI. 2010 (online)
http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KESEHATAN_INDONESI
A_2009.pdf
diakses tanggal 11 September 2011
Journal. HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH RESEARCH AND
DEVELOPMENT
Ruztam, M, Z, A. (2012). Jurnal Ilmiah Kesehatan STRADA, 1(2): 58-63
Jurnal kesehatan, Vol VII, No 1, 305-321.
Nahdya. (2014). Hubungan factor – factor yang mempengaruhi insidens penyakit
demam tifoid
.
Widoyono. Penyakit Tropis. 2011. Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.
Zulkoni Akhsin. 2011. Parasitologi. Yogyakarta : Nuha Medika.
Ngastiyah, 2012. Perawatan anak sakit.Edisi II. Jakarta: EGC.
141
Fitrianggraini, A., 2012. Evaluasi Pola Penggunaan Antibiotik pada Pasien Anak
Penderita Demam Tifoid
Abdi. U. (2008). Metodologi Penelitian Sosial. Bandung: Alfabeta.
Hidayat, Aziz Alimul. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Asmadi. (2008).Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi
Nurhayati, Eti. 2011. Psikologi Pendidikan Inovatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk berpatisipasi
sebagai responden penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Akademi
Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo yang berjudul Asuhan Kepeawatan
dengan diagnose medis Demam Typoid.
Tanda tangan saya menunjukkan bahwa saya diberi informasi dan penjelasan
sehingga saya memutuskan untuk berpatisipasi dalam penelitian ini.
Demikian persetujuan ini saya buat secara sadar dan suka rela tanpa ada unsur
paksaan dari pihak manapun.
Surabaya, 22 Juli 2019
Responden
(……………………….)
AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO
(AKPER)
TERAKREDITASI B
Jl. Lingkar Timur, Rangkah Kidul. Sidoarjo 61234
LEMBAR BIMBIGAN
Nama : Desty Wulandari
NIM : 1902058
Dosen Pembimbing : Riesmiyatiningdyah, S.Kep., Ns., M.Kes
NO
HARI/TANGGAL
MASUKAN
PARAF
TTD
MAHASISWA
1.
2.
06 Februari 2020
06 Februari 2020
Penulisan
Halaman
Persetujuan
Karya Tulis
Ilmiah, Kata
Pengantar
(Revisi).
ACC
Laporan
Tugas Akhir
Karya Tulis
Ilmiah
(KTI).
AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO
(AKPER)
TERAKREDITASI B
Jl. Lingkar Timur, Rangkah Kidul. Sidoarjo 61234
BERITA ACARA PERBAIKAN KARYA TULIS ILMIAH
Nama : Desty Wulandari
NIM : 1902058
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Tn “I” dengan Diagnosa Demam
Typoid di Ruang Pavilliun Tulip Tingkat III Brawijaya Surabaya
Tanggal Ujian : 13 Februari 2020
Telah mengetahui ujian Karya Tulis Ilmiah dengan Penguji :
Ketua Penguji : Kusuma Wijaya Ridi Putra, S.Kep., Ns., MNS
Penguji 1 : Meli Diana, S.Kep.Ns.,M.Kep
Penguji 2 : Riesmiyatiningdyah, S.Kep., Ns., M.Kes
(Pembimbing) : Riesmiyatiningdyah, S.Kep., Ns., M.Kes
Dengan perbaikan sebagai berikut :
NO BAB Yang Harus di Perbaiki Keterangan
1.
2.
BAB I
BAB II
PENULISAN
PATHWAY,
PENGUMPULAN DATA
PENGKAJIAN TEORI
DAN PENULISAN
SUDAH DI
PERBAIKI
SUDAH DI
PERBAIKI
Sidoarjo, 13 Februari 2020
Ketua Penguji
Kusuma Wijaya Ridi Putra, S.Kep., Ns., MNS
NIDN : 0731108603
AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO
(AKPER)
TERAKREDITASI B
Jl. Lingkar Timur, Rangkah Kidul. Sidoarjo 61234
BERITA ACARA PERBAIKAN KARYA TULIS ILMIAH
Nama : Desty Wulandari
NIM : 1902058
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Tn “I” dengan Diagnosa Demam
Typoid di Ruang Pavilliun Tulip Tingkat III Brawijaya Surabaya
Tanggal Ujian : 13 Februari 2020
Telah mengetahui ujian Karya Tulis Ilmiah dengan Penguji :
Ketua Penguji : Kusuma Wijaya Ridi Putra, S.Kep., Ns., MNS
Penguji 1 : Meli Diana, S.Kep.Ns.,M.Kep
Penguji 2 : Riesmiyatiningdyah, S.Kep., Ns., M.Kes
(Pembimbing) : Riesmiyatiningdyah, S.Kep., Ns., M.Kes
Dengan perbaikan sebagai berikut :
NO BAB Yang Harus di Perbaiki Keterangan
1.
2.
3.
BAB I
BAB II
BABIII
PENULISAN
PENULISAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PRIORITAS DAN
PENULISAN
SUDAH DI PERBAIKI
SUDAH DI PERBAIKI
SUDAH DI PERBAIKI
Sidoarjo, 13 Februari 2020
Penguji 1
Meli Diana, S.Kep.Ns.,M.Kep
NIDN : 0724098402
AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO
(AKPER)
TERAKREDITASI B
Jl. Lingkar Timur, Rangkah Kidul. Sidoarjo 61234
BERITA ACARA PERBAIKAN KARYA TULIS ILMIAH
Nama : Desty Wulandari
NIM : 1902058
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Tn “I” dengan Diagnosa Demam
Typoid di Ruang Pavilliun Tulip Tingkat III Brawijaya Surabaya
Tanggal Ujian : 13 Februari 2020
Telah mengetahui ujian Karya Tulis Ilmiah dengan Penguji :
Ketua Penguji : Kusuma Wijaya Ridi Putra, S.Kep., Ns., MNS
Penguji 1 : Meli Diana, S.Kep.Ns.,M.Kep
Penguji 2 : Riesmiyatiningdyah, S.Kep., Ns., M.Kes
(Pembimbing) : Riesmiyatiningdyah, S.Kep., Ns., M.Kes
Dengan perbaikan sebagai berikut :
NO BAB Yang Harus di Perbaiki Keterangan
1.
2.
BAB III
BAB IV
OBSERVASI
PEMERIKSAAN FISIK (B3
BRAIN) DAN PENULISAN
PEMBAHASAN
PENGKAJIAN SAMPAI
DENGAN EVALUASI DAN
PENULISAN
SUDAH DI PERBAIKI
SUDAH DI PERBAIKI
Sidoarjo, 13 Februari 2020
Penguji 2
Riesmiyatiningdyah, S.Kep., Ns., M.Kes
NIDN : 0725027901
CURICULUM VITAE
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Desty Wulandari
Tempat, Tanggal Lahir : Gresik, 09 Desember 1997
Alamat Tinggal : ds. Bringkang RT 007 RW 004 Kec. Menganti
Kab.Gresik Kode Pos 61174
Alamat E- mail : [email protected]
Telepon/HP : 085259480044
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Kesehatan : Baik Sekali
Kewarganegaraan : Indonesia
DATA PENDIDIKAN FORMAL
SD : SDN Bringkang, 2004 – 2011
SMP : SMP Sunan Giri Menganti, 2011 – 2013
SMA : SMAN 1 Kedamean, 2013 – 2016
Perguruan Tinggi : Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo,
2016– 2020
Jurusan : D3 Keperawatan
Pengalaman Orgaisani
2011 – 2013 : Anggota Osis di Pendidikan Sekolah Menengah
Pertama (SMP)
KEMAMPUAN
Presentasi dan komunikasi
Kreativitas dan keterampilan tangan
Aplikasi dan program komputer ( Microsoft Office)
KARYA ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah : Asuhan Keperawatan pada Tn “I” dengan Diagnosa
Demam Typoid di Ruang Pavilliun Tulip RS Tingkat III Brawijaya Surabaya.
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PENDAHULUAN
TINJAUAN KASUS
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA