+ All Categories
Home > Documents > OSID N - The International Tropical Timber Organization … 19-99-2... · SlumilG KELO"PCK FF,...

OSID N - The International Tropical Timber Organization … 19-99-2... · SlumilG KELO"PCK FF,...

Date post: 18-Jun-2018
Category:
Upload: vuongmien
View: 217 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
106
. .. . OSID N .. ..., . . , ^ . . . . 3 Me I 200~ . . . PRE-PROJECT PPD 19/99 REV. I (F) STRENGTHENING SUSTAINABLE MANAGEMENT OF NATURAL FORESTS IN ASIA PACIFIC
Transcript

.

..

.

OSID N

..

...,

.

.

,^

.

.

.

.

3 Me I 200~

.

.

.

PRE-PROJECT PPD 19/99 REV. I (F)STRENGTHENING SUSTAINABLE MANAGEMENT OF

NATURAL FORESTS IN ASIA PACIFIC

Lokaka. ryaPelaksana. an Penebanga. n Huta. n

Ramah Lingkungan MenujuPengelolaa. n Hutan Berkelanjutan

Bogor, 2 - 3 Mei 2001

PROSIDING

@ PRE-PROJECT PPD 19/99 REV. I (F)STRENGTHENING SUSTAINABLE MANAGEMENT OF

NATURAL FORESTS IN ASIA-PACIFIC (^;^

tokakarya "Pelaksanaan penebangan Hutan Rainah Lingkungan MenujuPengelolaan Hutan Berkelanjut:an' telah diselenggarakan of Hotel Pangrang0 11,

Bogor pada tangga12 SId 3 Mei 2001. Lokakarva inI merupakan tindak lainut

dan "International Conference on the Application of Reduced Impact Logging

to Advance Sustainable Forest Management: Constraints, Challenges and

Opportunities' yang diselenggarakan or Kuching, Sarawak, Malaysia padatangga126 Pebruari - , Maret 200'1 .

KATA PE"OA"TAR

tokakarva dimaksud terselenggara atas keriasana Departemen Kehutanan

dengan InO, me Ialui Pre-Project PPD fig/99 Rev. , IFi : Strengthening

Sustalnable Management of Natural Forest in Asla-Pacific. dlmana kami sebagal

Task Manager APFC Working Group, mealabat sebagal Project Manager.

Lokakarya dinadlri o1eh =^. . 80 oreng peserta terdiri dan unsur-unsur

Departemen Kehutanan, BUMN, Swasta Kenutanan, Provek Keriasama Luar

Negeri, Lembaga Internasional. Perguruan Tinggi, LSM, dan Pemerintah

Daerah,

Kami menyampaikan tenmakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya

atas keriasama semua pihak dan pare peserlz 10kakarya seningga 10kakarva

dapat berlangsung sebagalmana yang dinarapkan.

.

Jakarta, Me 12001

Project ManagerPPD ,9199 Rev. , IFi

Dr. I G. ". Tant^

,

I_ _

KATA PE"CAI. TARDAISTAR ISIHASiL Run, USA" LOKAXARYALAPORA" PE"YELE"COARA DA, , Sri"BUTA"

Laporan Ketua PenyelenggaraDr. IC. M. Tantra

Sambutan Kepala Biro KLN dan InvestasiDr. Hadi S. PasarlbuSambutan Direktur Jenderal Bina ProduksiKehulznan

Ir. Surachmanto Hutomo, M. Sc

"AKAL. " LOKAKARYAPelaksanaan Reduced Impact Logging sebagaiKewajiban Pengelolaan Hutan Produksi Lestari.Ir. Brotohadi Sumadhiyo, Direktur BinaPengembangan Hutan A1amPelaksanaan, Permasa!ahan, dan Prospek RIL orIn donesla.

Ir. Muhandis Nabdlwirya, Ir. Rukmantara, Ir. Nanasuparna

Irisentif Bagi Upaya Percepal:an Penerapan ReducedImpact Logging RID Menuju Pengelolaan Hutsn A1amProduksi Lestari: Sebuah Alternatif PemiklranIr. A. A. Malik, Ketua Tlm IrisentifReduced Impact Logging of Malinau, KalimantanTimur,

Dr. Hanyatno Dwlprabowo, PIinio SISt dan Dr.Kuswata KarLawlnataProgram Pelatihan Untuk Mendukung PelaksanaanReduced Impact Logging IRIUIr. Engkos Kosaslh, Kapusdiklat KehutananRemoving Impediments to Adoption of ReducedImpact Logging Through Information, Training, andE)cLenslon Services,Mr. Art Klassen TFF

Establishment of a RIL Demonstration Area andTrainlng Center for Asia-Pacific .Dr. Elias, IPB

LAMPIRA"

Pedoman Teknis Pelaksanaan Reduced ImpactLogging IRiuKerangka ACUan LokakaryaDaftar PeserLa LokakarvaSusunan panitia Lokakarya

DAFTAIR ISI

"alaman

11

5

9

,S

17

2,

35

4,

47

53

65

79

8793

,03

tokakaryaPelaksanaan Penebangan Hutsn Rainah Lingkungan

Menuju Pengelolaan Hutan Berkelanjutan

Bogor, 2 - 3 MeI 200.1

,

HASIL RUMUSA" LOKAKARYA

.

I^

Sin", G KELO"PCK I

Hasll Ruin"san:

TidaK diperlukannya perubahan peraturan penebangan hutan, namunin.

diperlukan perbaikan-perbaikan peraturan yang sudan ada yangmengadopsiReduced Impact Logging 1171U.

2. Diperlukannya Criteria dan Indikator RIL sebagai to10k ukur pelaksanaandan keberhasilan implementssinya.

Perlunya diberikan incentif bagi HPH Yang meIaksanakan RIL dengan baik,khususnya perubahan Faktor eksploitasi (Fe}, dan reward misalnyadiberikannya "Self approval', Kernudahan dalam proses perillnan, dll.

Guna suksesnya pelaksanaan RIL, in aka perlu adanya perubahan/penyesuaian 51stem pengupahan kepada operator dan atau unit keria dilapangan, disamping gaji bulanan Yang me madal perlu diberikah bonussesuai prestosi kerianya baik secara kuantitatif inaupun kualitatif.

5. Untuk suksesnya pelaksanaan RIL dalam penebangan hutsn, diperlukanwadah/forum komunikasi yang dapat mewadahi dan memembatanikeinginan ataupun kepentingan seluruh stake-holders.

Dalam rangka pengawasan pengelolaan hutan, bentuk yang paling balkadalah pengawasan bedenjang, yaitu dan Pemerintah Kabupaten,Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Pusat. dengan mengikut sertakanpendampingan dan institusi independent, misalnya : Perguruan Tinggi,LSM, dll.

Dalam rangka otonomi daerah, in aka sudah saatnya memberIkan porsiyang Iebih Desar kepada daerah otonom dalam pengelolaan hutan.dengan tetap mein perhatikan peraturan perundangan yang berlaku dankaidah. kaidah pengelolaan hutan Iestari.

Diperlukan pemikiran ulang tentang kewenangan daerah dalam halpemberian peruinan us aria pemanfaal:an hutan dan hasll hutan berkaitandengan kepentlngan daerah hulu dan daerah hillr, dengan berpijak padaSIStem pengelolaan unit KPHP dan pengelolaan daerah allran sungai (DAS, .

3.

4.

6,

7.

8.

11^

Bogor, 2 Me I 2001

SuruG KELO"Pox "

Hasll Ruin"sari:

,. Bentuk Iatihan yang diperlukan dan target group daiam menunjangpelaksanaan RIL

a. pusat tworkshop}b. Propinsi Iworkshopic. Kabupaten/koto

{workshop)Ersekutlf dan leglslatm

PEMERINTAH

2. Tempat dan stintegi RILa. Tempat pelatlhan RIL dinkukan of kelas dan lapangan terutama of

kawasan hutan produksi yang sudan meIaksanakan R!Lb. Adapun strategl pelatlhan

. Bagi kelompok sasaran top manager dan in Iddle manager,pengenalan materI pada hari pertaina dilangsungkan di kelas,han ke 2-5 me11hat plot demonstrasi Ifield trip/study to un.

. Kelompok sasaran supervisor dan sebagian middle manager yangterkait bidang in-house training daiam implementssi ToT perlumeIakukan study banding ke tempat-tempat lain yang sudanmeIaksanakan R!L

. Bagi peserta pelatlhan yang sudah dinyatakan kompetendiberikan sertifikat personil,

3. Kelengkapan Yang dibutuhkan untuk keberhasilan pelatihan RILa. Dana

b. Instruktur yang berkualitas tinggi/qualifiedc. Model/kurikulum pelatihand. MaterI dan alat peraga pelatihane. Persiatan prektek terutama penggunaan peralatan me kanik termasuk

safetyf. Tempat pinktek/demonstratlon areag. Persyaratan peserLa, minimal mein punyai penga!am an of bidang

logging sesuai dengan/berdasarkan kelompok sasaran.

4. Be be rapa hal Yang berkaitan dengan keriasama Iuar negeri untukmendukung implementasi RIL di Indonesia, khususnya meIalui kegiatanpelatihan:a. Komitmen pemerintahb, Kesanggupan pelaksana lapanganc. Mengembangkan/menyebar Iuaskan kegiatan RIL yang telah dilakukan

ITFF, BFMP, CTZ, CIFORi meIalul keglatan pembangunan demonstrationplot dl berbagai tempat.

d, Kampanye RIL o1eh semua stake holder untuk mein peroleh irisentlfdan pengakuan upaya pencapaian SFM dan pasar internaslonal.

TARGEr GROUP/KELOMPOKSASARANlbentuklatlham

a. Top managertworkshopl

b, Middle manager rrOnc. supervisor crond. Operator toelatlhan

langsung di lapangan)IHPH dan supplier alat-alat:chainsaw yarderi

PENGUSAHAa. usM

b. PERS Martawan),konsultan/indlvldLVpemlnat{pelatlhanlangsung of lapangan)

MASYARAKAT

Bogor, 2 Me 1200*

I^

SlumilG KELO"PCK FF, ,BAMSA, , PROJECT PROPOSAL"ESTABLISH"E"T A"D DEVELOP, ,EDIT OF RIL TRAl"I"G CF"TER FOR ASIA.

PACIFIC"

Hasii Ruinusan

I. SIdang diikuti o1eh 36 peserta terdlri dan unsur Departemen Kehutanan,BUMN, Universitas, ASOsiasl, LSM, swasta kehutanan, dan provek bantuanIuar negeri.

2. Topik Yang dibahas:a. output dan keglatan provekb. Lokasi training centerc. Saran dan InO Project Manager Yang meliputl elaborasi technical

aspect, economical aspect, dan institusi yang menanganl pelaksanaanprovek dan pasca provek.

d. Pertimbangan teknls terhadap target group untuk regional training,establishment of RIL website.

e. Lain-lain

3. Rumusan hasi1 10kakarva:a. Untuk output I dan 2 perlu ditambahkan target group dan training

meliputi planers dan middle managers tsupervisors).b. Untuk output 2. ,. , international workshop and study tour ditujuKan

untuk top manager dan policy maker,c. Perlu ditambahkan output 1.3. yakni tersusunnya inodul dan training

materials.

d. Dengan mein pertimbangkan kriteria pemilihan 10kasi training center,status dan fasilit:as Yang ada, in aka diusulkan alternative 10kasi lain,yakni Labanan/Berau, Keriangan/ITCl, dan kernungkinan 10kasi lainseperti of Riau, Kalimantan Bamt dsb. Untuk ini segera dlkumpulkandata dan informasi mengenal colon 10kasl alternative tersebut.

e. PeserLa sidang menyetujui banwa Yang dinraikan pada 2.5. , 2.6. dan27. adalah tintauan aspek teknls, aspek ekonomi dan aspeklingkungan mengenai implementasi RIL seningga perludisempurnakan agar menguraikan aspeK-aspek Yang berkaitandengan pembangunan training center RIL.Pengelo!a dan training center pada saat pelaksanaan provek selama 3tanun adalah Departemen Kehutanan be keriasama dengan APHl danunlversitas/perguruan tinggl, sedangkan pengelolaan pasca projectdilakukan o1eh APHl atau Perguruan tinggi atau pihak swasta ordaerah yang lain.Peserta mein pertlmbangkan kernbali banwa training untuk operatortidak lavak untok dilakukan pada pelatlhan tingkat regional, senlnggapelatihan operator akan dilakukan di tingkat riaslonal atau sub-riasionai.

h. Sesual dengan penge!o1a training center pada saat Implementasiprovek in aka kepa!a sekolah atau direktur training center dltunjuko1eh Departemen Kehutanan.

I. Walaupun RILNET telah be roperasi or Malaysia, namun terbentuknyawebsite RIL masih dlperlukan, hal ini juga dikaitkan dengan fungsipromosi dan publikasi training center.Peserta menyetujui pula disempumakannya editorial daiam summarydan perbaikan Bab 2, yaknl mengenai sectorsl policies denganmengganti sub bab 2.2. menjadi national policies.

f.

g.

I,

I^I

Bogor, 3 Me I 200,

LokakaryaPelaksanaan Penebangan Hutsn Rainah Ungkungan

. Menuju Pengelolaan Hutsn Berkelanjutan

Bogor, 2 - 3 Me1200i

LAPORA" K=TUA PE"Y^LEI. CGARA

DR. 16. ". TA"TRA

01eh

J

I^

Selamat pagi. salam seiahtera, dan Assalamu'alaikum warrahmatullahiwabarakatuh

Yang ternormat DirekLur Jenderal Bina produksi Kehutanan,Saudara Kepa!a Biro KLN dan Investssi,Saudara Kepala Pusat DIKLAT Kehutanan,Pare direktur BUMN dan pimpinan asosiasi kehutanan,Perwakilan badan internasional dan institusi donor kenutanan.Pakar - pakar universltas. para undangan, dan peserta 10kakarva yang kamihormati,

Seiak diadopsinya Code of practice for Forest Harvesting in Asia-Pacific, diYogyakarta ing98, kita me11hat perkembangan Yang Iebih jelas berkenaandengan sikap negara-negara di kawasan Asia-Pasifik in I untuk meningkatkanpelaksanaan penebangan hutan ramah lingkungan untuk menuju kepadapengelolaan hutan Iestari.

Pada saat konferensi internasional mengenai Reduced Impact Logging sebagaiwujud dari keputusan SIdang APFC of Australia pada 1999, secara Iebih jelasdirekomendasikan beberapa langkah strategis yang perlu dilakukan o1ehpemerintah, peneliti, swasta dan Industri serta badan internasional untukimplementasi RIL inI bisa segera diwujudkan.

Para undangan dan para peserta 10kakarva,

Lokakarya inI didesain sedemikian rupa sehingga dinarapkan dapatmenginventarisir langkah-langkah menuju pelaksanaan RIL di Indonesia Yangsecara urnum dapat diklasifikasi dalam 2 kelompok kegiatan yaknl :

penyempurnaan peraturan, perumusan kebijaksanaan untuk mendorongdilaksanakannya RIL seperti pemberian irisentif, dan tindak lainut laindaiam menghi!angkan permasalahan dan hambatan pelaksanaan oflapangan.Meningkatkan pelaksanaan Iatihan baik bagi perencana, pengawas, danoperator lapangan serta mengusahakan dukungan organisasiinternasional untuk mendukung pelaksanaan RIL di Indonesia.

Sehingga setelah 7 in akalah disampaikan dalam 10kakarva yang akan segera dibuka o1eh BapaK Direktur Jenderal Bina Produksi Kenutanan in I, in aka nantisore dilakukan diskusi kelompok sesuai dengan 2 kelompok masalah tersebut.

Pada saat diskusi yang akan dilakukan sehabis penyampaian 3 atau 4 in akalahdimaksudkan untuk memberI kesempatan kepada pare peserta me mintsklarlfikasi dari pembawa in aka!an bersangkutan. Sedangkan diskusi Yangbersifat Iebih substantif akan dibahas pada saat sinang kelompok.

Pare undangan dan para peserta Yang kami normati,

Pada bari kedua 10kakaiya, acara akan difokuskan pada pembahasan untukpenyempurnaan proposal proveK "Establishment and Development ofReduced Impact Logging Training Center for Asia-Pacific" Yang akan segeradikirim ke InO pada awal bulan Juni 200". Demikian pu!a untuk acara be sokpagi kits akan meinbahas perumusan hasi1 10kakarva ini, senlngga tldak lamalagi dapat diselesaikan proseeding 10kakarya ini untuk kernudian diserahkan

11^

kepada para peserLa 10kakarva dan juga pada pmak-pihak yang terkait dengantindak lainut yang rill dan pelaksanaan RIL or Indonesia.

Apabila ada kekurangan yang dilakuKan o1eh kami beserta seiuruh iaiarankepanitiaan Yang berupa be be rapa hal atau kondisi Yang kurangmenyenangkan, pada kesempatan inI kami menyatakan permohonan in aafYang sebesar-besarnya. Sedangkan kepada semua pihak Yang telah mein bantupenyelenggaraan 10kakarva, khususnya pale pemrasaran dan peserLa Yangdatang dan daerah-daerah kami menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya dan terima kasih Yang sebesar-besarnya.

DemiKian sambutan kami dan setelah sambutan saudara Blro KLN dan Investasikami mengharapkan Bapak Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutananmeinbuka 10kakarva pada pagi han in I.

Tenma kasih

Bogor, 2 MeI 200,

KETUA PENYELENGGARA

^:^>^DR. IC. ". TA"TRA

I

^

I^

Lokaka, yapelaksanaan Penebangan Hutan Rainah Lingkungan

Menuju Pengelolaan Hutan Berkelanjutan

Bogor, 2 - 3 Me1200,

SAWIBUTA"KEPALA Brio KL" DAI. 11. VESTASl

01eh

DR. HADI S. PASARIBU

I^

Yang ternormat Bapak Direktur Jenderal Bina Produksl Kehutanan,Yang terhormat Saudara Kepala Pusat Pendidikan dan Latihan Kenutanan,para undangan dan peserta seminar yang kami normati,

Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh,Salam seiahtera buat kits semua,

Pull syukur kita painatkan kepada Tunan Yang Mahaesa karena atas rahmatdan karunia-NYa, kita dapat berkumpul pada pagi hari ini untok menghadiri10kakarva riasional tentang "Pelaksanaan Penebangan Hutan RainahLingkungan Menuju Pengelolaan Hutsn Berkelanjutan".

Pertaina kali, kami menyampaikan penghargaan kepada panitia penyelenggaraYang telah mein persiapkan pelaKsanaan 10kakarva in I dengan sebalk-balknya.Harepan kits semua tentunya agar 10kakarya Yang dihadiri o1eh para pakar,praktisl, dan pemerhatl bidang kenutanan, khususnya teknlk penebanganhutan rainah lingkungan dapat terlaksana dengan Iancar dan mencapai tujuanyang telah ditentukan.

Hadirin, peserta 10kakarva yang saya hormati

Sebagaimana disampaikan oreh Bapak Dr. Tantra, selaku keti. Ia paintiapenyelenggara dan Project Manager Pre-Project In0,10kakarva inI merupakantindak lainut dari International Conference on Reduced Impact Logging IRIU diKuching pada bulan Februari yang Ialu. Lokakarya in I merupakan tindak Ianjutdan diharapkan dapat meIahirkan Konsepsi dan kebijaksanaan yangmenyeluruh serta langkah-!angkah operasional untuk perilngkatan adopsi RILor Indonesia, Lebih khusus lagi kits berharap agar meIaiui institusi danme kanisme yang ada keriasama dengan badan-badan internasional dalammendukung kelestarian hutan Indonesia meIalui keriasama daiam teknikpenebangan hutsn rainah lingkungan, dapat ditingkatkan.

Dalam pelaksanaan Pre-Project bantuan ITFO; Strengthening SustainableManagement of Natural Forests in Asia-Pacific, Biro Keriasama Luar Negeri danInvestasi, berperan aktif karena kegiatan in I merupakan kelanjutan perun TaskManager Asia-Pacific Forestry Commission dan masih dalam tabap penyusunanproposal Drovek Yang sebenarnya akan diusulkan pendanaannya kepada InO.Hal in I tentunya sesuai dengan tugas dan fungsi organisasi yang diamanatkan.Untuk selanjutnya, setelah proposal in I disetujui, in aka unit teknis DepartemenKehutanan Yang terkait dengan pelaksanaan RIL khususnya Direktorat JenderalBina Produksi Kehutanan dan Pusdiklat Kehutanan dapat secara artif langsungmenge!o1a pelaksanaan kegiatan provek RIL in I .

para undangan dan saudara-saudara yang saya hormati,

Kami menyambut gembira banwa 10kakarva ini diikuti o1eh pakar-pakar dariberbagai universitas dan pejabat pemerintah daerah dari berbagal propinsidan kabupaten of Indonesia. Karena pada era desentralisasi in I peranan daerahdaiam pengelolaan hutan merupakan penentu utama balk dalam perencanaanteknis dan pelaksanaan of lapangan. Dengan demikian berhasilnya adopsiteKnik penebangan hutan rainah lingkungan in I sangat tergantung padakomitmen dan tekad dan kesungguhan kita semua terutama rekan-rekan kitsdi daerah tersebut.

Kita menyadari sepenuhnya banwa pelaksanaan eksploitasi hutan yangmenggunakan prtnslp RIL, pada skala tradisionai bukan merupakan hal yang

11^

baru, APIikasi RIL akan sangat nyata pengaruhnya pada saatnya kitaulnadapkan pada prtnsip pengelo!aan hutan secara berkelanjutan, efisiensidan efektifitas penggunaan sumber daya kita serLa pengaruhnya ternadaplingkungan 10kal, riasional dan global. Untok itu kits berkewajiban untukmenyiapkan strategi iangka pantang Yang akan ditempuh o1eh pemerintahantara lain mein persiapkan sumber daya inariusia yang handal.

Dalam kaitan ini kami telah me Iakukan Konsultasi dengan pihak InO, FAO, danInternational Labor organization (ILOi yang akan mendukung USUIan provekIndonesia untuk menjadi tuan ruinah bagi training center RIL untuk kawasanAsia-Pacific. Kita sangat mengharapkan kepercayaan dunia internasionalkepada Indonesia akan pullh kernbali bankan semakin meningkat karenakomitmen dan peran Indonesia daiam us aha menuju kelestarian hutan globalsemakin mendapatkan rekognisi internasional.

Demikian hal-hal yang dapat kami sampaikan dan seiring dengan harepanDr. Tantra kami inohon Bapak Direktur Jenderal Bina Produksl Kenutananuntuk dapat memberIkan arahan dan berkenan meinbuka resini acara10kakarva in I.

Wassalamu'alaikum warrahmatullahi unbarakatuh .

Jakarta, 2 Me I 200,Kepala Biro KLN dan Investssi

I^,

.

DR. HADI S. PASARIBU

11^.

LokakaryaPelaksanaan penebangan Hutsn Rainah tingkungan

Menuju Pengelolaan Hutsn Berkelamutan

Bogor, 2 - 3 MeI 200'1

SAMBUTA"DIREKTUR JEl, DERAL BINA PRODUKSI KEHUTAIVA"

01eh

Ir. SURACH, ,A"To HUT011,0,1111. Sc.

I^:l

Yth. Saudara-saudara para pejabat lingkup Departemen Kenutanan,Yth. Saudara Direktur PT. In hutani I,Yth, Saudara Direktur PT. In hutani 11,Yth. Saudara para Team Leader Proyek-proyek Keriasama Luar Negeri, dan pare undanganyang berbahagia.

Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh,Salam seiahtera bagi kita semua,

Pertaina-tama inarilah kits pantatkan puji dan syukur kepada Tunan Yang MahaKuasa karena atas perkenan-NYa kita dapat nadir di tempat in I dalam keadaansehat wal afiat.

Haulrin sekalian,

Sesuai dengan rencananya, in aka pagi in I kits bermaksud untuk meIaksanakanLokakaiya bertajuk "Lokakarva Nasional Tentang Pelaksanaan PenebanganHutan Rainah Lingkungan Menuju Pengelo1aan Hutan Berkelanjutan".Lokakarva in I merupakan tindak Ianjut dari "International Conference on theApplication of Reduced Impact Logging to Advance Sustalnable ForestManagement : Constrains, Challenges and Opportunities" or Kuching, Serawak,Malaysia pada tanggai 26 Pebruari 200, -, Maret 2001.

Sebagai tindak lainut atas Konferensi tersebut, in aka terdapat be be rapalangkah yang perlu di!akukan o1eh Pemerintah Indonesia, yaitu :,. Mencanangkan kepada pemegang HPH {misalnya meIalui suret edarani.

bahwa pelaksanaan RIL adalah merupakan kewajiban yang merupakanrangkaian dari pelaksanaan pengelolaan hutan jestsri (SFM}.

2. Memberikan irisentif bagi kelangsungan usaha dan bisnis kepada pihakyang me Iakukan RIL dan desinsentif/ sangsl bagi penebang hutan Yangmerusak lingkungan.

3. Menyempurnakan operasi dan meinbuat petunjuk prektis penebanganhutan rainah lingkungan.

4. Meningkatkan kampanye pelaksanaan RIL kepada pihak terkait dalam Ijinpenebangan, pelaksana. dan pengawas penebangan hutsn, PemerintahDaerah, dan sebagainya.

5. Mengusahakan perilngkatan training bagi perencana, operator, cruiserpenebangan hutan.

6. Meningkatkan penerCiban, transparansi dan akuntabilitas kegiatanpenebangan hutsn of Indonesia.

7. Mengusahakan dukungan dan bantuan provek dan negara-negara donoruntuk pelatihan, penelitian dan pelaksanaan RIL,

Hadirin yang berbahagia,

Sebagaimana kita in aklumi bersama, gejolak 5051al polltlk Negeri kits saat initerasa belum memberIkan situasi yang kondusif bagi terlaksananya reducedimpact logging secara matsimal.

Berkaitan dengan hal tersebut. in aka meIaiui 10kakarva inI dimaksudkan untukme in banas kernajuan, kendala dan permasalahan dalam pelaksanaanpenebangan hutan berkelanjutan dengan harepan untok dapat dirumuskanlangkah-langkah operasional guna peningkatan pelaksanaan pengelolaanhutsn jestari khususnya bentaltan dengan reduced impact logging ofIndonesia.

I^I

01eh karena itu sesuai dengan rekomendasi dan konferensi of Kuchingtersebut, terdapat bebe rapa hal Yang dapat did iskuslkan dalam 10kakarva inI,antara lain :

I. Lingkungan yang kondusif bagi pelaksanaan RIL;2. perilngkatan monitoring penebangan hutan;3. Penyusunan sop RIL, dan petunjuk pinktis penebangan (yang ada baru

edaran Dinen PHP berupa Pedoman Teknls RID;4. Terciptanya komitmen yang baik ternadap pengelolaan hutan dengan

mengadopsi RIL;5. Peningkatan keterampilan dan kernampuan pare pekerja meIalui training

dan kesadaran terhadap dampak lingkungan 5051al ekonomi penebanganhutan;

6. Penyusunan 51stem penggajian dan linentif kepada pekerja penebanganhutsn untuk meningkatkan Kualitas hasil keria dan efisiensi penebangannutan.

7. Penyusunan standar blaya guna menilai untung ruginya meIaksanakan RIL;8. Perillaian aplikasi RIL dalam konteks pengelolaan hutan Iestari (SFMi;9. penyusunan prioritas penelitian teraPan;,0, Dukungan perilngkatan kernampuan SDM;,,. perilngkatan transfer teknologi dan pertukaran Informasi tentang RIL;

Kami percaya serama 2 (dual han in I kita akan mainpu me!akukan diskusi atasmasalah-masalah tersebut hingga apa yang menjadi halepan kita bersamadapat tercapai.

Demikian Yang dapat kami sampaikan, dan dengan mengucapkanbismillahirakhmannirrakhim, "tokakarya Nasiona! Tentsng PelaksanaanPenebangan Hutan Rainah Lingkungan menuju Pengelolaan HutsnBerkelanjutan' secara resini saya buka.

Terima kasih,Wabilahi taufik walhidayah. wassalamualaikum warekhmatullahl wabarakatuh.

I

DIREKruR JENDERAL

BINA PRODUKSI KEHUTANAN,

Ir. SURACH, "A"To HUTo"0, ". sc.

I^

~ I

Lokakaryapelaksanaan Penebangan Hutsn Rainah Lingkungan

Menuju Penge!o1aan Hutan Berkelanjutan

8090r, 2 - 3 MeI 2007

PELAKSA"an" REDUCED IMPACT LOGGl"C tnnSEBAGAI ICEl"NIBA" P="GELOLAAlll HUTAll,

PRODUKSI LESTARl

IR. BROTO, IADI SUMAD"IYO, MMDirektur Bina Pengembangan Hutan A1am

Direktorat Jenderal Bina Produksi Kenutanan

o1eh

_I

I^

I.

Pengusahaan hutan alam di Indonesia tentunya menghendaki suatu 51stemSIIvikultur yang sesuai dengan type, struktur dan jenis hutannya. Tujuan SIStemSIIvikultur adalah untuk mengatur penebangan, peremajaan, danpemeliharaan tegakan tinggal yang pada akhirnya akan diperoleh hutan yangIestari. Hal ini sesuai dengan tujuan pengusahaan hutsn yaitu kelestarianproduksi, ekonomi in aupun ekologis,

or Indonesia saat in I telah me miltki seiumlah ketentuan teknik sitvikultur yaituTPTl, THPB, THPA, dan TPTJ . SIStem SIIvikultur yang telah digunakan dalampengusahaan hutan alam IHPH) di Indonesia seiama ini adalah TPTl dimanadaiam 51stem siivikultur ini ditetapkan limit diameter pohon yang bolehdirebang yaitu 50 cm untuk dataran rendah dan 35 cm untuk hutan rawa.Dengan demikian pohon beadiameter kurung dan 50 cm diharapkan menuaditegakan utama yang akan ditebang pada rotssl berikutnya.

Wa!aupun peraturan dalam pengelolaan hutan or Indonesia telah banyakdikeluarkan, namun demikian dalam prektek kegiatan pemanenan or lapanganmasih banyak masalah yang dihadapi Yaitu kerusakan terhadap tegakantinggal in aupun kerusakan lingkungan. Hal inI disebabkan o1eh aktivitas dilapangan tobih banyak Idititikberatkani pada kegiatan pemanenan, sedangkanperemajaan dan pemeiiharaan hampir terabaikan. Adapun dampaklingkungan akibat pembalakan adalah antara lain : Iai. keterbukaan Iahan; toI.kerusakan hanah dan erosi; IC). Kerusakan tegakan tinggal dan Id), limbahpenebangan.

Akibat yang Iebih nyata apablla intensitas penebangan tidak mein perhatikankelestarian hutsnnya adalah perkembangan permudaan Yang dinarapkan akankernbali kepada keadaan semula 135 tahun) setelah penebangan tidak dapatdicapai. Kondisl trillah yang menunjukkan banwa sasaran TPTl yang diharapkandapat meningkatkan kualitas dan kuantitas hutan alam dinilai belum be masil.

Penerapan SPHL merupakan us aha untuk meningkatkan daya saing produkkehutanan Indonesia of pasar global, Dengan demikian untuk mewujudkanpengelolaan hutan jestari langkah yang ditempuh o1eh DepartemenKehutanan adalah menghentikan Konversi hutan alam, mendorong penerapanRIL, mengkalku!asi kernbali nilai . rill potensl hutsn alam, dan meIaksanakanup aya-up aya untukmengurangi gangguan hutsn.

LATER BELAKA"G

11.

SIStem SIIvikultur didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan berencanamengenai pengelolaan hutan yang meliputi penebangan. peremajaan danpemeliharaan tegakan hutan guna menjamin kelestarian produksi kayu atauhasil hutsn lainnya. (Kep. Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan No. 5.1Kpts/IV-BPHHH/1993, tangga149 Oktober '1993, tentang Pedoman TPTiiOarl definisi diatas, nampak banwa SIStem SIIvikultur untok setiap tegakanhutan secara Konseptual meliputi tiga komponen yaltu 1.1. peremajaanaregeneration), (2). Pemeliharaan {tending) dan 131. Pemanenan/penebanganIHarvesting) . Dalam be be rapa kasus pemeliharaan, secara sederhana diartikansebagai perundungan, atau juga metode lain dari pemanenan kayu daiamrangka memberIkan perlakuan ternadap tegakan.

Komponen masing-masing phase dapat digambarkan sebagai berikut :a. Regeneration : Natural atau artifidai (seeding. planting)

KO"SEPSI SISTER, SILVIKULTUR HUTA" ALA"

11^

b. Tendingcutting

c. Harvestingmethod.

Jadi 51stem SIIvikultur secara urnum menggabungkan teknik pemanenandengan mengimpiementasikan perlakuan intermediate dan metodeperemajaan suatu kelas urnur dalam waktu yang tepat keterkaitan ketigakomponen tersebut akan menjamin 51stem/approach daiam pengelolaanhutan, artinya hilangnya salah satu komponen tersebut, me inbuat programmenjadi tidak Iengkap. dan akan menyebabkan salah satu komponen akannilang. . .Jika digambarkan, in aka keterkaitan tersebut berupa segitiga sama 5151 yangkokoh, dimana masing-masing sisinya adalah peremajaan, pemeliharaan danpemanenan, in aka yang ada on dalam tripod itu adalah SIStem SIIvlKulturnya.Jadi pengabaian terhadap salah satu komponen, akan be reklbat runtuhnyatripod tersebut.

Intensitas penebangan yang tidak mein perhatikan pemeliharaan aspekkelestarian hutsnnya, mengakibatkan perkembangan permudaan dan tegakantinggal Yang diharapkan akan kernbali kepada keadaan semula Isetelah satudaur), kernungkinan tidak bisa dicapai. Hasil penelitian menunjukkan, banwakegiatan pembalakan dan perlakuan SIIvlkultur yang memusnahkan pohon toadan masak tebang, akan meningkatkan kernbali potensial pertumbuhan. Jadidisini dapat orkatakan apabila ingin meningkatkan kernbali potensipertumbuhan, salah satunya dengan cara perbaikan teknik penebangan Yangtidak merusak ariakan a!am in aupun tegakan tinggal. Pemilihan TeknikPenebangan yang tepat akan meninggalkan tegakan SISa yang balk sertapersediaan permudaan a!am yang cukup.

: Realese cuttings. prunning. Thinning, Intermediate

: Clear cutting methode, Shelterwood method, selection

1/1.

Pinktek penebangan hutan sampai dengan saat inI, masih meninggalkanbanyaK dampak yang beret khususnya berkaitan dengan lingkungan dankualitas tegakan tinggal seperti :a. Pembukaan tegakan dan Iahanb. Kerusakan tegakan tinggalc. Tingkat erosi yang tinggid. Pemanfaatan kayu kurang optimal

Reduced Impact Logging, berupaya mengeleminir dampak kerusakanternadap lingkungan tersebut, dan dari hasil study SFMP-CTZ of KalimantanTimur diperoleh kesimpulan antara lain 1.1. banwa RIL meningkatkan intensitasperilngkatan pemanfaatan kayu ; (2). Keterbukaan Ianan aklbat pemanenansecara keseluruhan berkurang :L 29 % ; (3). Kerusakan tegakan tinggalberkurang ^ 28 % Ikondisi tegakan tinggal Yang Iebih baik dan tingkatketerbukaan Ianan yang Iebih kecil, otomatis akan mengurangi kebutuhanbibit/biaya untuk penanaman kernbali setelah pemanenan ; 141. Dan 5151finansial penggunaan RIL ternyata menyebabkan peningkatan biayaoperasional pemanenan meningkat ,: , Us $ per M, . Namun hal jin diimbangidengan adanya keuntungan lainnya 11ihat ,-31 dan menjanjikan keuntunganiangka pantang.

Dan hasil studi , balk Yang dilaksanakan oreh CTZ in aupun lainnya dildorongpula, bahwa RIL merupakan salah satu kunci dalam penerbitan SertifikatEko!abel. Maka Pemerintah bentetel:apan banwa RIL perlu diberlakukan ofseluruh HPH, yaitu dengan terbitnya sumt Direktur Jenderal Pengelolaan

PE, ,BALAKA" RA, ,AH Ll"GKU"GA" IRILi

I^

Hutan Produ!:SI No. 274Nl-pHN20ni tanggal 23 Februari 200, perihal ReducedImpact Logging sekaligus dengan Pedoman Teknis RIL.

Hal yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan RIL in I adalah perlunyakomitmen yang Kuat dan pemegang HPH, pelatihan, pengawasan internalyang Ieblh in tensif dan tentunya perlu adanya penyesuaian SIStem up ahPremi berdasarkan kualitas keria), yang dapat mendorong operator bekeriadengan Iebih balk.

Seiain dan itu Dalam Rencana Keria 200, Diden BPK Yang merupakanperuabaran dan program PROPENAS dan RENSTRA Departemen Kenutanan,in aka kegiatan pokok Ditjen BPK tanun 200, yang sifatnya mendesakUrnmediate Action Plain antara lain Perilngkatan EfEislensi Pemba!akan Hutsn

Demikian kami sampaikan in akalah ini semoga bermanfaat bagi yangmein butuhkannya.

I^

LokakaryaPelaksanaan Penebangan Hutan Rainah Lingkungan

Menuju Pengelolaan Hutan Berkelanjutan

8090r, 2 - 3 Me I 2007

PELAKSAlllAAlll, PERMASALAHA" DAI^ PROSPEK RILin 111100"ESIA

"u, IA"ms "ATAniwiRYA

Direktur Pengembangan PT. In hutani I

RUKMAlllTARA

Koordinator Assisten Bidang Ekolabel dan LingkunganAPHl

"ANA SUPARl, ADirektur Produksl PT. Alas Kusuma

01eh

I^

I.

I. ,.

PE"DA"ULUA"

Apabila kits berbicara tentang pemanenan hutsn in aka secara sadar kitssepakat banwa kita berhubungan dengan hutan produksi, yaitu areal yangmein punyai fungsi menghasilkan hasil hutan balk berupa kayu inaupun norikayu. Daiam hal inI pare rimbawan menyadari banwa pohon sebagai penghasilkayu me millki urnur panen atau masak tebang, dimana Iewat masa tersebutpohon tidak lagi menambah volume (kurva pertumbuhan akan tetap/stagnan).Bankan pada suatu saat kondisi fisik Dohon tersebut secara cepat atau lambatakan menurun. Pada saat in 11ah inariajemen harus me inutuskan banwa pohonsedemikian narus dipanen untuk selanjutnya diremajakan. InI adalah salahsatu prinsip inariajemen hutan produksi Iestari. Secara singkat dapatdikatakan bahwa pemanenan hasil hutan berfungsi untuk : Iai. Menghindarivolume kayu Yang terbuang, Ib}. menghasilkan pendapatan untuk me inbiayaipengelolaan dan (a. pemanenan adalah sebagai langkah awal peremajaanhutan dalam rangkaian kegiatan pengelolaan hutan secara Iestari. Kondisi in Iberlaku untuk hutsn seumur in aupun tidak seumur, untuk hutan tanamanin aupun hutsn alam.

Prinsi Pemanenan Hasil Hutan

,. 2.

Kegiatan pemanenan hutan ada!an suatu intervensi inariajemen terhadapekosistem hutan yang sangat penting bagi pelaksana dalam 51stem tebangpillh. Kegiatan pembalakan akan me rubah lingkungan fistk hutsn meIaluifragmentasi ekosistem hutsn baik secara vertikal in aupun norisontal, sehinggamein bentuk lingkungan biofisik baru yang berukuran kecil-kecil Yang dikenaldengan sebutan ecologicalIy uniform unit atau eco-unit (Oldeman dalamRukmantara, ,998). Pemanenan juga akan mein bentuk in OSaik yang rumityaitu canopy gap yang me millki kerngaman dalam hutan balk ukuran, bentukin aupun orientsslnya. Kegiatan pemanenan juga akan menyebabkannilangnya top soil dari jalan sarad dan TPn dlsamping tenadinya pemadatanhanah,

Darn ak Pemanenan Hasil Hutan

Benih-benih pohon sekltar akan menjadi tidak viable yang pada gillrannyapotensi hutan untuk regenerasi akan hilang. Bagi pohon-pohonDipterocarpaceae perubahan lingkungan in Ikro

Untuk itu dalam proses regenerasi ekosistem hutsn - kualitas maslng-masingeco-unit yang ditentukan o1eh proses dan metoda pembalakan - memegangperanan penting dalam kualitas hasil akhir pertumbuhan, sehingga metodapembalakan yang berdampak negatif rendah terhadap lingkungan biofisikmenjadi elemen kegiatan utama da!am usaria pengelolaan hutan Iestari.

Dengan demikian dapat disimpu!kan banwa dalam suatu kegiatan pemanenanhutan pasti akan menimbulkan dampak balk POSitif in aupun negatif seperti :Iai. tenadinya perubahan Iklim in Ikro, (b). adanya pembukaan hutan sepertipembuatan jalan, TPn, TPK, to. terbukanya akses yang Iebih mudah yangdimanfaatkan untuk tujuan balk in aupun tidak baik seperti pembinaan hutsn,mengumpulkan hasil hutan nori kayu, berburu atau bahkan perambahan, danIch. proses pemanenan menlmbulkan kerusakan kepada tegakan tinggal danhanah, mein pengaruhi habitat santa dan kualitas sumber air serLa dapatmenurunkan keanekaragaman hayati,

11^

,. S.

Mengingat kompleksnya Dermasalahan yang terkalt dengan pengelolaansumber daya alam termasuk hutan in aka perlu dicermati adanya salingketerkaitan antara berbagai kepentingan apabila kits berbicara tentsngpemanenan hutan produksi. Pada akhirnya kegiatan pemanenan harusmerupakan kompromi dari berbagai kepentingan tersebut yaitu : Ia}. biologi,SIIvikultur dan lingkungan. to). SOSial, ekonomi, otonomi daerah dan hak-hakadat dan rel. pasar, sektor nil, ekonomi negara dan Perpajakan.

01eh karena pemanenan hasil hutsn mein punyai banyak sekali dampak negatifpadahal kegiatan Ini perlu dilakukan untuk mein peroleh nilai ekonomlsdaripada hutsn dengan salah satu penggunaannya sebagai sumberpembiayaan pengelolaan hutan in aka perlu dicari metoda pemanenan Yangmengakibatkan dampak kerusakan yang paling minimal. perhatian parapelaksana pengelolaan hutan terhadap aplikasi metoda pembalakanberdampak rendah atau Iebih dikenal dengan istilah Reduced Impact LoggingIRIU telah dimulai of Indonesia sekitar tohun ,990. Da!am lingkup parepengusaha HPH, langkah-langkah menuju aplikasi RIL or lapangan telah dimulaipada tohun ,993, dengan dilaksanakannya keriasama antara APHl denganTropenbos khusus untuk pengembangan dan implementasl RIL of unitpengelolaan hutan o1eh HPH. Metoda RIL Yang dikembangkan o1eh APHltersebut dlberi nama Forest Inventory End - Product Lingking ProgramF1EPLP). Selama pengembangan metoda dan percobaan aplikasi or lapanganjuga telah dilakukan training kepada sekitar 80 personil dari 50 HPH.

Dalam perkembangannya, dengan mein perhatikan berbagai keuntungan baikyang bersifat finansial in aupun ekonomi, mistatif penyempurnaan, aplikasi danpelaksanaan RIL juga dilakukan o1eh pare pengelola hutsn balk secara sendiri.sendiri in aupun meIalui keriasama baik dengan instltusl riasional in aupuninternasional. Penting sekali untuk menggali berbagai pengalaman baik daiamtingkat penelitian, uji coba in aupun implementasi RIL of lapangan danberbagai pinak untuk meIakukan identifikasi persoalan-persoalan urnum balkteknis, implikasi finansial serta aspek nori-teknis, yang dihadapi daiampelaksanaan RiL serta alter natif solusinya.

Feinanenan seba ai Kom reinl Berba at Ke e"tln an

11. KEDUDUKA" RIL DALA, , PENCELOLAA" HUTA" PRODUKSlLESTARl

2, ,, Definisi RIL dan Kedudukan PIL daiam Pen elolaan Hutan Produksi

or dalam International Conference of RIL to Advance Sustainable Forest

Management di Kuching, Sarawak Malayasia tangga1 26 Pebruari sampaia Maret 200, , dikemukakan be be rapa difinisi tentsng RIL sebagaimanatercantum di daiam lampiran, Untuk penyederhanaan dapat digunakandlfinisi dan Killmann 1200/1 yang disarikan dari derinisi para ahli tersebut,sebagai berikut : "Pelaksanaan kegiatan pemanenan Yang direncanakan dandrawasi secara in tensif dan hati-hati untuk me minimalkan dampak padategakan tinggal dan hanah, Ibiasanya dalam sistem tebang pillh'individualI.

Pengembangan RiL dalam taraf implementssi di lapangan telah merupakansatu langkah maiu sekaligus merupakan respon terhadap perkembanganparadigma dalam pengelolaan hutsn Yang environmenta"y friendly. Demikianbesarnya tekanan terhadap pengelolaan hutsn Yang ramah lingkungan,sehingga prinsip, kriteria dan indikator pengelolaan hutan jestsri yang

Lestari

I

11^I

dikeluarkan balk o1eh FSC, LEI in aupun InO telah secara jelas menetapkan RILsebagal indikator penting dan pengelolaan Hutan Produksi Lestari IPHPU.

tombaga Ekolabel Indonesia ILEl) menggunakan indikator RIL sebagai salah satupertimbangan perillalan kinerja HPH yaitu terdapat pada indikator P. 2.8.Kriteria kelestarian fungsi produksi mengenai implementasi Reduced ImpactLogging. Selain mengurangi dampak negatif ternadap lingkungan, SIStem RILjuga dapat memberIkan keuntungan secara ekonomi dengan meningkatkanefisiensi dan efekLivltas produksi dlbandingkan dengan praktek pemanenanbukan metoda RIL. Dengan demikian leiaslah bahwa RIL merupakan aktivitasinti dabm pengeioiaan hutan Iestari.

SIStem RIL untuk hutan hujan tropis dikembangkan akhir ,970-an di Sarawak,Malaysia IMattson-Marn dan Jonkers, ,98.1. Dalam tahun ,980an SIStem RtLdikembangkan of Australia Ward dan Kanowski. *9851 dan or SunnameUonkers dan Hendrison, ,987 ; Heridrison, ,9901. Momentum penelitian RILtenadi tanun ,9906n dimana banyak penelitian diprakarsai di Indonesia,Sabah - Malaysia, Brazil. Guyana dan Kamerun. Ketika Itu kesadaranmasyarakat tentsng berkurangnya secara cepat Iuasan hutsn human tropis,sedang meningkat. Pelaksanaan RIL o1eh HPH atau unit pengelolaan nutsnmengandung arci tlngkat keseriusan HPH dalam meIakukan pengelolaan hutsnIestarl dan hal in I sangat dihargai o1eh semua pinak balk daiam negeri in aupunpihak Iuar negeri.

2.2.

Para an11 mengemukaKan be be rapa komponen Yang sangat being am di dalammengldentifikasikan pelaksanaan RIL. Akan tempi dan kerngaman tersebutdapat diambil inti sari Yang satu sama lain sallng menunjang. Dykstra (200, )menunjukkan dejapan komponen sebagai berikut :a. ITSP dan pembuatan peta pohonb. Direncanakan sebelum penebangan :c. Pemotongan lianan sebelum penebangand. Penebangan dan pemotongan batang Yang cermat termasuk directional

fellinge. Pembangunan prasarana tersebut pada butIr 2 dilakukan dengan

mengindahkan design engineering dan lingkunganf. Penggunaan teknik winching daiam penyaradang. Mengusahakan agar ujung logs selalu terangkat dalam proses penyaradanh. Pelaksanaan post harvest assessment untuk memberI urnpan ballk dan

sebagai evaluasi tingkat keberhasilan

Sedangkan Klassen {200, i menyatakan do komponen sebagai berikut :a. Menciptakan Mariajemen yang 'Recentive'b. Inventorisasi Yang operasionalc. Menyiapkan peta kontur Yang operaslonald. Merencanakan ianngan jalan sarade. Penandaan jalan salad dan TPnf. Pembuatan iaian sarad sebelum penebangang, Penebangan Yang benarh. penyaradanI. penutupanjalan sarad IDeactivation atau closing)I. Evaluasi dan monitoring

Hinrichs eta1. (2001) mein bagi komponen pelaksanaan RIL dalam 3 kelompok:a. perencanaan

Survey topografl dikaitkan dengan ITSPa. ,.

Kom onen Pelaksanaan RIL

I^

a. 2,as.

b. ProduksiPembuatan iaian saradb. ,.

b2. Directional fellingPenyaradan dengan menerapkan winchingb. 3.

b. 4. Closing upsupervisi dan Kontro! rutinb. 5.

c. Cabungan Perencanaan dan ProduksiEvaluasi atas realisasi pembuatan jalan sarad dibanding rencanac. , .Pemeriksaan seluruh blok tebangan sete!ah pembalakanc. 2.

Pembuatan peta Dohon dengan Info topograflPerencanaan dan penandaan jalan sarad

111. PELAKSA"in" RIL in BEBERAPA UNIT PENCELOLAA"

Pelaksanaan RIL of Indonesia dapat dluraikan berdasarkan hasil-hasil kegiatanlapangan yang dilakukan o1eh be be rapa perusahaan HPH seperti or bawah in I :

3. , .

Penerapan RIL of areal PT Sari Burni Kusuma (SBK) dilakukan daiam kerangkakeria sama dengan USAID/ NRMP. Salah satu uji coba implementasi RIL di HPHPT SBK inI ada!ah untuk meIakukan evaluasi perbedaan tingkat produktivitasdan dampak yang ditimbu!kan terhadap lingkungan sebagai akibat kegiatanpemanenan antara metoda RIL dengan metoda lama, terutama pada kegiatanpenebangan dan kegiatan penyaradan.

Dalam kegiatan uji coba RIL in I, dintikberatkan pada up aya perencanaanpemanenan yang Iebih matang terutama dalam pembuatan peta informasimengenai Kontur lapangan meta Kontur), informasi POSisi pohon pada plot ujicoba IPet:a pohoni. Berdasarkan data lapangan tersebut dilakukan disain jalansarad yang efektif. Dalam SIStem lama, walaupun data mengenai POSisi pohontersedia namun tidak cukup akurat sehlngga rencana Ialan sarad tldak did isainsecara matsng sebelumnya or awal perencanaan

Hasil-hasil yang diperoleh dalam pelaksanaannya aplikasi RiL seperti tabelberikutini:

HPH Sari Burnt Kusuma

Nomor BIOk

Area studiRata. rats potensiRata-rats volumeHasilproduksi aktual

Produktlvitas penebanganProduktivitas penyaradanKerusakan hanah I% danarea yang of tebang)Penutupan taiuk

Plot percobaanIRIU

Tegakan SISa 120-491Limbahdinindarl

J

BB 3625.5 ha

9.7 pohon/ha55 in 31ha

Yang

46.4 ms/ha

,7.4 phn/han16.8 potong/han

Plot kontrolISIstem lama)

4.2 %

dapat

V 36

6, %

44.9 ha

56 phn/ha

8.8 pohon/ha

'. 8 in 31ha

47n ms/ha

33.8 in 31

44 phn/hari,4 potong/han6.4 %

42.5 %41n/ha,3.4 in 31ha

I^I

Hasil uji coba in I menunjukkan bahwa terdapat inchkasi kuat banwaperilngkatan produktivitas penebangan, produksi aktual, jumlah Dohon intlyang ditinggalkan dan berkualitas balk serta menurunnya limbah penebangan,kerusakan hanah sudan merupakan bukti Yang jelas bahwa dengan aplikasi RILproses pemanenan akan Iebih menguntungkan

3.2.

Ujicoba pelaksanaan RIL or PT Suka Java Makmur IPT SJMi, Kalimantan Baratdibuat berdasarkan pengalaman Yang diperoleh pada ujicoba sebelumnya diPT. Sari Burni Kusuma GBIO, Kallmantan Barat. Berdasarkan data yangdiperoleh sebelumnya menunjukkan bahwa pelaksanaan RIL menghasilkanberbagai potensi keuntungan ekonomi/finansial in aupun keuntungan danaspek lingkungan/ekologi

HPH Suka Ja a Makmur

Dari proses pelaksanaan yang sama dengan plot ujicoba sebelumnya, yangmenekankan pada perencanaan Yang matsng dan akurat, diperoleh hasilbanwa keuntungan Yang diperoleh di PT. SIM sama dengan hasil yangdiperoleh dari PT. SBK, walaupun kedua areal in I berbeda kondisinya balkKondisi topografi in aupun potensi tegakannya.

Hasil-hasil yang diperoleh dan pelaksanaan RIL in PT Suka Java Makmur ISIM)Kalimantan Baret seperti daiam tabel berikut inI :

Nomor BiokArea studi

Rata-rata potensiRats-rata volumeHasilProduksi aktual

Produktivitas penebanganProduktivitas penyaradanKerusakan tanah I% dan

area yang or tebang)PenutuPan taiuk

Plot percobaanIRIU

Tegakan SISa 120-49}Limbahdihindari

0002297 ha

93.2 Dohon/ha

Hasll uji coba menunjukkan banwa terdapat Indikasi Kuat peningkatanproduktivitas penebangan, produksi artual, jumlah pohon intl yangditinggalkan dan berkualitas balk serta menurunnya limbah penebangan,kerusakan tanah yang merupakan bukti jelas banwa dengan aplikasi RIL prosespenebangan akan menguntungkan

25 in 31ha

Yang

2, .75 ms/ha

34.4 phn/hari2, .9 potong/hari

Plot kontrolISIstem lama)

3.96 %

dapat

3.3.

67 %

PPP 22

Proses ujicoba RIL dl lingkungan PT In hutanl I sudah cukup lama namun yangsecara terarah dllakukan dalam rangka keria sama provek pengelolaan hutsnBe reu atau Be reu Forest Management Project IBFMP). Provek inI merupakankeria sama antara Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan dengan UniEropa Yang juga mengikutsertakan Badan Litbang Kehutanan dan menugaskanPT Innutani I sebagai institusi pelaksana atau excecuting agency, Provek ini

aoo ha

50 phn/ha

PT INHUTANI I

38 in 31ha

3.3 pohon/ha26 ms/ha

20 ms/ha

25 phn/hari,6.6 potong/hari

I^

4.3 %

35 %671ha53 in 31na

berlokasi of Administratur PT Innutani I Labanan Kabupaten Be reu yangbertujuan untuk menjadi sebuah model pengelolaan hutan jestari pada skalaoperasionai.

Ujl coba RIL dilaksanakan dengan menitikberatkan pada time and cost studykegiatan penyaradan serta perilngkatan inutu perencanaan sebagai salah satukomponen RIL seperti yang disebutkan para ahli tersebut of atas. Peningkataninutu perencanaan dilakukan dengan meIaksanakan liventarisasi TegakanSebelum Penebangan (lispi secara cermat dan benar dengan meinarifaatkansebuah perangkat Iunak komputer yag disebut SIPTOP { SIStem InformasiPemetaan Topografi dan Pohom. Perangkat Iunak inI direncang dandikembangkan o1eh BFMP. Dalam proses penyaradan diupayakan tercapainyaefisiensi sebagai manfaat dan perencanaan Yang balk yaitu : (at. adanya petapohon dan peta topografi Yang akurat Yang mein ungkinkan diketahuinya10kasi pohon panen dengan tepat, toI. dibuatnya perencanaan Ianngan Ia!ansarad yang sependek in ungkin namun mencapai 10kasi-10kasi. pohon panentanpa meIalui lintasan Yang terla!u tenal, rel. dinindarinya kelompokkelompokpohon yang dllindungi dari lintasan trektor yang tidak perlu, danId). dinematnya jam operasi traktor sebagai inarifaat dan adanya peta danperencanaanjalan sarad.Hasil menunjukkan banwa pemetaan dan perencanaan Yang balk merupakanpersyaratan penting untuk meningkatkan efisiensi penyaradan dan dapatmenurunkan biaya produksi daiam jumlah yang cukup signifikan sepertitercantum pada tabel berikut in I :

Cara lama dengan trektorBiaya total Rp, ,54jutaWaktu yang diperlukan 48 hari

Biaya yang dapat dinemat dengan cam RIL dibandingkan konvensional adalahRp. 5, Juts = UsD 6,000 = UsD 601ha

Pelajaran dari pelaksanaan RIL di atas adalah :

a. Pokok dan pelaksanaan RIL adalah Perencanaan yang balk dan benar.an. Penyempumaan sistem perencanaan adalah inutlak.a. 2. perencanaan yang balk dapat mengurangi pemborosan waktu

o1eh penebang ketika menemukan pohon yang akan ditebang.Menghindari pembuatan jalan sarad yang tidak perlu.as.

b; Dari perencanaan ke tahapan produksib. ,. Mandor dan cruiser dapat merencanaKan Iaian sarad dan TPn

dengan telah mein pertlmbangkan aspek teknis dan lingkungan.b. 2, Informasi yang akurat dari setiap petak tebang akan

mengefisiensikan kegiatan sekaligus meminimalKan dampak yangtenadi dalam pelaksanaan pemanenan.

c. penggunaan peta dalam proses penyaradanPeta yang meinuat ianngan jalan sarad dan pohon panen narus tersedlasebelum penebangan dimulai.

d. Perillaian setelah pemanenanPeta Yang sama dapat digunakan untuk memeriksa dan mencatatkerusakan tegakan. dan lingkungan.

e. Hubungan biaya dengan dampak lingkunganAdanya korelasi yang Kuat bahwa kerusakan be rat dala'in pemanenanberarti biaya yang dikeluarkan cukup tinggi.

RIL dengan trekLorBiaya total Rp. ,031utaWaktu Yang diperlukan 32 hari

J

I^l

IV.

4.1. ^

Wa!aupun berbagai uji coba RIL of Indonesia menunjukkan indikasi kuat bahwablaya pemanenan akan menurun secara signifikan namun masih saia terdapatperbedaan dlantara para pinktisi dan juga para pakar tentsng pengaruh RILterhadap biaya pemanenan secara menyeluruh. Hal InI antara lain disebabkankarena sampai dengan saat in I masih belum ada sebuah acuan Yang dlsepakatiuntuk meIakukan analisis biaya pemanenan kayu dengan me masukkan unsurRIL. Perbedaan pendapat ini bankan tenadi diantara para pelaku dan para ahlion berbagai negara, terutama menyangkut pertanyaan apakah program RILmein butuhkan biaya-biaya tombahan. Sebagian penelitian menunjukkanbahwa biaya dengan program RIL Iauh Iebih inureh dan biaya logging

. sebelumnya akibat adanya peningkatan efisiensl dan efektifitas operasi.Prosentase inI dapat mencapai 30 % sd 65 % secara total. Namun sebagian lagimenunjukkan bahwa biaya RIL tetap Iebih tinggi akibat dan banyak tambahankomponen kegiatan Yang be rimplikasi pada peningkatan biaya dan waktu, danhal in I tentu saia akan dipandang memberatkan o1eh para pengusaha.

Persoalan utama yang menyebabkan adanya perbedaan pandangan yangmencolok tentang biaya RiL apakah Iebih inureh atau Iebih in ahal, terutamadisebabkan cam mein banding kan biaya RIL dengan biaya pemanenan yangseiama inI di!akukan. Padahal urnumnya cara yang selama in I dilakukan itujustru belum memenuhi prinsip pengelolaan hutan Iestari. Misalnya of Brasildan Indonesia, pada urnumnya hasil penelitian menunjukkan bahwa denganimplementasi RIL biaya pemanenan Iebih inureh karena tercapainya efisiensidan meningkatnya produktifitas. Kedua negara inI telah meIakukan ITSPdengan intonsitas ,00%, jauh sebelum apa yang dikena! sebagai RIL diuji coba.Sebaliknya Malaysia, selama in I ITSP dilakukan hanya dengan intensitas Co %,seningga ketika meIaksanakan RIL dengan keharusan meIakukan ITSP denganin tensitas ,00%, sudah bareng tentu para pengusaha merasakan 10njakanbiava.

PERMASALAHAl, PALA, , IMPLE"E"TASI RIL

4.2.

Ada 2 touai pertanyaan kritis dalam pelaksanaan RIL :

a. Mengapa perusahaan perkayuan masih enggan merubah kegiatanoperasionailogg"19nya ?

b. Apakah RIL dapat memenuhi kebutuhan pengelolaan hutan secaraJestari ?

Sika M na'emen

salah satu tonuan perusahaan adalah mein aksimalkan keuntungan, senlnggain uriculnya RIL dapat diduga menimbulkan permasalahan. Pada urnumnyapembell dan inariajemen pengelola hutan masih do minan dalam pengambilankeputusan inariajemen hutsn. Kekhawatiran-kekhawatiran para pengambi!keputusan daiam pelaksanaan RIL or lapangan Yang menyebabkan masihbanyaknya perusahaan HPH belum meIaksanakan RiL diantaranya :a. RIL dianggap sebagai metoda baru dan dikhawatirkan akan menimbulkan

nambatan baru dalam pengelolaan nutan.b. Bahwa setiap perubahan akan meinbawa permasalahan yang tidak perluc. Tambahan biaya akan berdampak bagi perusahaan dalam iangka pendekd. Adanya penyempurnaan 51stem perpetaan beTartl juga penambahan

pekenaan dan koordinasi Yang pada gillrannya akan me rubah organisasipembalakan dimana perubahan inI sangatlah mendasar

e. Belum dimengertinya hubungan pelaksanaan RIL dengan serLifikasi

I^

v.

SeperLi telah disebutkan o1eh para Dakar kehutanan bahwa kegiatanpemanenan hutsn adalah salah satu komponen of daiam SIStem pengelolaanhutan Iestari dengan salah satu tugas yaitu mein produksi hasil hutsn danmenghasilkan pendapatan untuk biaya pengelolaan termasuk biayarehabllitasi hutsn. Di!ain pihak, pemanenan mengandung resiko terhadaplingkungan dan ekosistem hutan Yang dapat mengarah pada dua orientasiYang berbeda yaitu merupakan seimulan untuk mendciptakan hutan Iestariyang Iebih balk atau mengarah pada kerusakan ekosistem hutan Yang bersifattidak dapat dipulihkan.

Reduced Impact Logging IRIU kernudian menjadi hal penting daiampengelolaan hutan jestari, seningga seluruh perhatian dunia terfokus padamasalah in I disamping perhatlan daiam aspek SOSial-ekonomi kernasyarakatan.

Besarnya perhatian masyarakat dunia ternadap aspek kelestarian hutan,diaktualisasikan dengan berbagai tindakan nyata balk berupa boikot terhadapproduk hasll hutan kayu in aupun me Iaiui restriksi restriksi daiam me kanismapasar seperti perlunya serCifikasi pengelolaan hutan Iestari o1eh independentbody. Tekanan-tekanan inI sangatlah nyata dan saat inI inulai ternsa o1eh parepengusaha hutan. B&Q (U. K) dan Home Depot USA) sebagai pembeli/pasarpotensial dl Iuar negeri telah memberIkan warning kepada kits bahwa merekaakan mein bell produk bersertifikasi inulai tanun 2002, yang akan segera diikutio1eh buyer-buyer lainnya. Disamping itu, sebelumnya, komitmen-komitmeninternasional terhadap pembangunan yang Iestari telah diretifikasi o1ehberbagai negara misalnya InO Objective of year 2000, clean DevelopmentMechanism COMJ yang merupakan inti dalam Kyoto Protocol. Hal in I sudansangat jelas bagi POSisi Indonesia untuk me millki komitmen, merencanakanstrategi dan implementssi PHPL,

Implementasi RIL daiam waktu Yang dekat in I akan menjadi suatu keharusandaiam praktek pengelo!aan hutan Iestari. Be be rapa keuntungan aplikasi RIL dilapangan, seiain dan perspektif teknis in aupun finansial, adalah sebagaiberikut:

PROSPEK RIL in INDONESIA

a, Pelaksanaan RIL akan meIanirkan pengakuan dunia internasional terutamanegara negara pembeli bahwa unit pengelo!aan hutan telah dengan senusmeinbuat progres dalam PHPL. Hal ini akan secara signlfikan me rubahpersepsi pembeli ternadap produk yang dihasilkan, dan pada 911irannyadapat mein peroleh harga yang khusus atau premium price

b. Dalam tingkat riasional, unit pengelolaan hutan yang menerapkan RIL akanmendapat pengakuan masyarakat, seningga akan mendptakan persepsiPOSitif bagi unit pengelolaan hutsn bersangkutan ISOCialrecognition)

c. Terciptanya implementasi pengelolaan sumberdaya alam yang rainahlingkungan

Ha! penting lain yang perlu perhatian adalah bahwa awareness RIL adalahbukan hanya merupakan tanggungjawab bagi pengusaha saia namun perlujuga adanya sharing tanggungjawab dengan negara pembeli meIaluiperilngkatan willingness to pay pembeli setiap meter kubik kayu yang dibeliuntuk pengelolaan lingkungan yang juga merupakan irisentlf Yang menarikbagi para pengelola hutan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan RIL kerusakan logging dapatdikurangi dan banwa RIL dan segi finansial sangat menarlk untukdiimplementasikan. Namun demikian sebagian besar perusahaan kayu masih

.

I^I

enggan me rubah SIStem operasional pembalakannya. Tanun ,990an banyakorganisasi mengupayakan pengembangan kriteria pengelolaan hutanberkelanjutan dan banyak dari hasll penelitian tersebut mengarah padapentingnya implementasi RIL of lapangan, Untuk itu metode RIL harus didisain untuk keperluan pengelolaan hutan secara Iestari.

Vl.

6. , .

KESl, ,PULA"

Pemanenan hasil hutsn adalah sebuah fase dalam rangkaianpengelolaan hutsn produksi Iestari yang antara lain berfungsi untukmenghasilkan pendapatan guna me inbiayai pengelolaan. Pemanenanjuga berFungsi me inarifaatkan pohon yang masak tebang untok digantidengan generasi pohon berikutnyaPemanenan menghasilkan dampak Yang tidak dapat dinindarkan namundapat diminimalkan. Untuk In I diperlukan metoda RILRIL adalah aspek penting sebagai metoda yang berusaha me minimalkandampak negatif dalam intervensi inariajemen kehutanan dimanatingkat kerusakan Yang tenadi akibat pemanenan masih be reda dalambatas-batas kernampuan pemulihan diri dan ekosistem hutan alam.Perhatian dunia internasional terhadap RIL telah diaktua!isaslkan meIaluiin uriculnya indikator RiL sebagai indikator penting balk daiam schemeFSC, InO in aupun LEI.Dalam waktu Yang bersamaan HPH-HPH baik secara sendiri-sendiriin aupun meIaiui keria sama dengan instansi dalam negeri in aupun Iuarnegerijuga mengembangkan RIL di masing-masing wilayah kerianya.Disamplng Dermasalahan yang masih dihadapi RIL me millki prospekuntuk terus dikembangkan dan diimplementasikan secara Iuas sebagaibagian yang tidak terpisahkan daiam pengelolaan hutsn produksiIestari.

6.2.

6.3.

6.4.

6.5.

6.6.

Vll. REKO"E"DASl

Rekomendasi Yang dihasilkan dari International Conference on RIL yangdi!aksanakan of Kuching tangga1 26 Pebruari sampai dengan , Maret 200,patut menjadi catstan pada 10kakarva in I. seiengkapnya rekomendasi tersebutadalah sebagai berikut :

7. ,. Rekomendasi untuk emerintah

a. Perlu menciptakan Iklim usaria yang kondusif bagi pengusahauntuk meIaksanakan RIL dan SFM termasuk memberIkankepastian usaha, keamanan investssi, irisentif sertamenghilangan kebijakan Yang kontraprodukLif denganpenyelenggraan SFM o1eh pengusaha.Meinperkuat pengawasan terhadap prektek pengelolaan hutanserta penegakan hukum dalam kernngka pengelo1aan hutanIestari

Mengembangkan kriteria SIStem standar operasl dan kompetensimeIaiui program training yang sesuai. SIStem akreditasi operatorserCa kesehatan dan keamanan keria

b.

c.

7.2. Rekomendasi untuk en elola kehutanan (Forest IndustriesI

a

t^

Menunjukkan komitmen terhadap pengelolaan hutan denganmengadopsi R!L dalam pelaksanaan SFM

b. Perilngkatan kernampuan SDM meIalui training, peningkatankesadaran ternadap lingkungan, SOSial serta Implikasi ekonomidalam pengeloiaan hutsnPerbaikan 51stem upah dan pemberian irisentif kepada parepegawai yang dapat mendorong perilngkatan kualitas

C

7.3.

performancenya dan effisiensi daiam kegiatan logging.

Rekomendasi untuk or anIsasl Internasional

a. Meinbantu dalam perilngkatan SDM untuk meningkatkankapasitas emampuan pada setiap level managemen, dan buruhsampai pengambil kebijakan inariajen, en untuk keefektifanpelaksanaan RIL.

b. Mendorong adanya transfer teknologi dai; meinfasilitasi dalamsharing pengalaman dan informasi berkaitan dengan RIL danaspek lain SFM

c. Meningkatkan kesadaran daiam be rinovasi untok mendorongproses adopsi dan aplikasi RiL Ie. g; certification, forest-basedcarbon offsets, and other payments for the environmentalbenefits of sustainable forest managementI

Rekomendasi untuk Penelitian74.

a. Mengembangkan dan menggunakan metoda standar untukperillaian biaya dan keuntungan ICBR) dari komponen spesifik RILseningga dapat mein bandingkan biaya operasionai RIL daiamrangka mein promosikan adopsi ternadap RIL bagi semua stakeholders

Perillaian RiL dalam konteks SFM dengan pertimbangan padakerusakan, produktivitas,penurunan Konservasi

keanekaragaman hayati dan nilai SOSialBenkan prioritas kegiatan pada penelltian apllkatif yangmendukung adopsi RIL o1eh pengusaha hutan,

b.

C.

DEFl"ITIO"S OF REDUCED IMPACT LOGGl"G

Armstrong, S. & Inglis, C. J. 2000. RIL for real: introducing reduced Impactlogging techniques into a commercial forestry operation In Guyana.International Forestry Review 21.1:, 7-23

RIL should at least imply a systematic approach to harvesting, speclallyimproved pre-harvest planning on the basis of appropriate and accurateInformation.

Elias. ,999.1ntroducing a manual on reduced impact timber harvesting In theIndonesian selective cutting and planting system. litO Tropical ForestryUpdate 9131 : 26 + 30.

Reduced Impact timber harvesting includes the to 100wlng :Forest surveys prior to harvesting to generate data required for

planning of the harvesting operations;A tree location and topographical map as a guide for felling andskidding;Climber cutting prior to felling

I^

Regular training and adequate supervision;Routine briefing on procedures and techniques;

Adoption of a premium wage system consisting of a base wage andpremiums depending on quality and quantity of production as wellas terrain difficulty.

Van der "uut, P. ing99. Reduced impact jogging in the tropical rain forest ofGuyana. Dissertation University Utrecht. q999.

The term 'reduced impact logging' (RID surFaced around the in Id 4990sminard et a1. ,9951, bur the concept is also referred to as 'low impactlogging' IBlate ,997; Holmes et al. q999i, 'planned' {as opposed to'unplanned'I logging (Johns et a1. ,996; Bareto et a1. 1998),'environmentally sound harvesting' {Heridrlson ,990). There is a need toclarify the substance covered by these terms, because we may becomparing apples and oranges. The adjective'reduced' hints at acomparison with another logging method, which is obviously thecurrent, local practice. The current practice may cover a broad range ofmethods, varying from 'hit and miss. unplanned' logging to 'standardpractice' logging Wari der Hout & Van Leersum ,9981. The place a currentpractice may take on this scale depends largely on the scale and level ofcapitalization of the operation, Several elements are common to mostRIL systems in duding the following (In0 1990i :Pre- harvest inventory and mapping;

Pre-harvest planning of roads and skid trails;Pre-harvest climber cutting;

Directional felling;Optimum recovery of utilizable timber;Winching of logs to planned skid trails.

Reld, ,. W. & Rice. Ie. E. ,997. Assessing natural forest management as a toolfor tropical forest conservation. Am bio 26(61: 382-386.

Natural forest management is controlledand regulated harvesting,combined with SIIvicultur and protective measures. to sustain or Increasethe commercial value of stands, all relying on natural regeneration ofnative species.

Rusllm, Y. , Hinrichs, A& Ulbricht, R. 4999. Technical guideline for reducedimpact tractor logging SFMP Document No loan999). Indonesia-GermanTechnical Coopertaion. Ministry of Forestry and Estate Crops inCooperation with Deutsche Gesellschaft fur Technische Zusammernabeit{CTZ).

Reduced Impact logging aims to:Reduced damage to the residual stand and soil roompaction anerosion};Leave the environment in good condition;Improve utilization of timber potential and reduce waste;Reduce rehabilitation costs;

RIL includes the following planning and harvesting stages:Pre-harvest Inventory and topographic survey;

Contour and tree location map plotting;SKId trail and log landing planning on the map;

Skid trail and log landing marking in the field;RIL using the marked trails and directional felling;

Skidding using "winching";Closing up

I^

Block Inspection, quality control and reporting;payment based on quality of work.

Sist, P. , Dylrstra, D. & I, jinbel, R. ,998. Reduced impact logging guidelines forfowland and hill dipterocarp forests in Indonesia, Occasional Paper No. , 5.Jakarta, Centre for International Forestry Research.

Reduced Impact logging aims to reduced soil disturbance, impact onwildlife. and damage to residual trees. RIL can be characterized throughthe following activities:

Stock survey Iharvestable trees, potential crop trees, protected treesspecies, trees for non-timber forest products, Important wildliferesource treesI;Climber cutting tall climbers > 2 cm dbh that are attached to thecanopy of harvestsble trees);Topography assessment;protected areas Iunworkable areas, sacred areas, conservation areas,stream buffer zones);Road, landing and skid trail planning;Final pre-logging RIL survey tinarking of skid trails, adjusting andmarking felling directions, exluding trees from harvest where theextraction intensity would exceed 8 trees/hai;Tactical maps and written plans;Directional felling;Skid trail marking and opening;Rehabilitaion of skid trails coross drams, removing temporary streamcrossing structures);Road closure (removal of temporary bridges and culverts, crossdrainsi;

other post-harvesting operations icontrolled access to thepermanent forest estate; proper maintenance of road surfaces,ditches, cross drains and stream crossings; clean landings andtemporary camps}.

Sist, P. 2000. Reduced impact logging in the tropics: objectives, principles andimpacts. International Forestry Review 21.1: SnO.

Reduced Impact Logging {RID is also called Low Impact Logging (LID orLow Impact Harvesting {LIH), It includes the following principles:

Planning of logging operations at the annual coupe scale;Pre. harvest forest inventory 1.00% timber inventoryI;Planning of felling;Planning of secondary roads. Landings and skidding trails;

Supervision of logging operations;Planning of post-logging operations;Detailed tactical logging map , : 2000;

RIL Is riot only a technique to reduce the damage to the residual stand; itSI also a procedure to optimize resource utilization through forestinventory and planning of harvesting

Vanuatu Department of Forests. '1999. Vanuatu reduced impact loggingguidelines. Vanuatu, Department of Forests.

The Vanuatu Reduced Impact Logging Guidelines were designed toreduce the impact of forest harvesting on soil and residual trees incomparison to damage levels incurred during conventional tractorlogging in natural forests in Vanuatu. The main objective of RIL is toprotect the regeneration and advance growth trees IPOtential crop

.

I^

trees} required for the next harvesting cycle and to minimize harvestingcosts and optimizing utilizable log volume. These objectives can beachieved through:

Appropriate pre-operational planning;Careful implementation of acceptable harvesting practices andSIIvicultural prescriptions;postoperatlonal restoration and maintenance.

Webb, E. L. q997. Canopy removal and residual stand damage during controlledselective logging in lowland swamp forest of northeast Costa Rica. ForestEcology and Management 95 : in, 7-, 29.

Selective logging is a harvesting system that produces disturbancessimilar to natural tree-fall gaps. Under optimal conditions selectivelogging does not significantly change forest structure, but stimulatesnatural regeneration and growth with the formation of gaps. A selectivelogging operation that residual stand is termed a controlled selectionsystem.

t^

LokakaryaPelaksanaan Penebangan Hutan Rainah Lingkungan

Menuju Pengelolaan Hutsn Berkelanjutan

8090r, 2 - 3 MeI 2001

11/15E"TIF BAGI UpAYA PERCEPATAlll PE"ERAPA"REDUCED IMPACT LOGGl"C 11^ID

MENUJU PENCELOLAA" HUTA" ALAll" PRODUKSlLESTARl :

SEBUAH ALTER"ATIF PEll"IKIRA"

IR. A. A. MALIKKetua Tim Irisentif Pengelolaan Hutan Lestari dan Ketua

Bidang Lingkungan dan Ekolabel APHl

01eh :

, 11^^I

^.

Sepanjang tiga dasawarsa ledh pengelo!aan hutsn tropis di Iuar Jawa telahmemberIkan Kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi, MeIalui ekstraksi danindustrialisasi hasll hutan sektor kehutanan mainpu menghasilkan danaberupa devisa. penyediaan kesempatan berusaha serLa penyerapan tenagakeria Yang sangat bel'arti bagi proses pembangunan riasional.

Fakta keberhasilan pengelolaan hutan tropis ternyatajuga dimngi sinyalemendegradasi. Degradasi tersebut antara lain berupa makin berkurangnya potensiproduksi, menurunnya berbagai fungsi ekologi, serLa tereduksinya fungsiSOSial ekonomi hutan. Berdasarkan realtas tersebut, tuntutan akan kelestarianproduksi dan lingkungan serta perilngkatan fungsi SOSial ekonomi hutan bagimasyarakat setempat semakin besar.

Kondisi tersebut mengharuskan setiap inariajemen unit HPH berupayamencari altematif pemecahan masalah. Disamping berbagai langkahpencegahan ternadap kerusakan lingkungan bagi keberlanjutan produksi, jugadlupayakan usaria me minimalkan berbagai dampak Yang me inarig SUIit atautidak inungkin dihindari dabm suatu kegiatan pembalakan. Pengurangan

PENDA"ULUA"

dampak negatip aktivitas pembalakan atau Reduced Impact Logging IRIUmerupakan sebuah alter natif 51stem pembalakan yang kirii sedang diuji cobadan inulai diterapkan o1eh sebaglan kalangan inariajemen unit HPH, MeIaiuiimplementasi RIL daiam kegiatan pengelolaan hutsn of inariajemen unit HPHdiharapkan dampak negatip kegiatan pembalakan akan dapat diminimalkan.Sehingga kelestarian fungsi produksi, fungsi lingkungan serLa fungsi SOSialekonomi hutan dalam pengelolaan hutan dapat ditlngkatkan.

Tuntutan penerapan metode RIL dalam 51stem pengelolaan hutan menjadisemakin signif7kan tatkala metode RiL telah diadopsi sebagai salah satuindikator pengelolaan hutan alam produksi Iestari, khususnya dari aspekkelestarian fungsi produksi dalam 51stem sertifikasi ekolabel.

11. 1.1L : Perbandingan Antara Konsepsi dan Implement asi

Harus diakui bahwa metode pembalakan minah lingkungan atau ReducedImpact Logging (RID merupakan sebuah teknologi baru Yang akhir-akhir In Imendapat respon POSitif di kalangan para pengusaha hutsn. Hal ini Iebih jauhberkaitan dengan pemanfaatan SIStem teknologi infomasi Yangmeinarifaatkan aplikasi teknologi GIS dan perpetaan. Meskipun daiamperspektif SIStem SIIvikuttur TPTi bebe rapa rangkaian keglatan RILsesungguhnya telah termaktub dalam tohapan kegiatan pra in aupun pascapenebangan. Karenanya, penerapan metode RIL dalam pengelolaan hutanakan menghasi!kan SIStem SIMkultur TFTI Plus.

Seiauh inI be be rapa inariajemen unit HPH telah me!akukan studi dan kegiatanuni coba berkaitan dengan implementasi metode RIL dalam prektekpengelolaan hutsnnya malalui keriasama dengan Iembaga-Iembaga donor danIembaga penelitian internasiona!, antara lain Yang dilakukan be be rapa HPH ofKeiompok usaria Alas Kusuma Group IAKG) dengan Natural ResourcesManagement Project {NRMP-USAIDi, PT. Innutani I dengan European Union IEU)serta ASOsiasi Pengusaha Hulan Indonesia (APHli dengan Iembaga TropicalForest Foundation CrFR.

Secara konseptual, implementssi metode RIL dalam praktek pengelolaanhutan akan menghasilkan be be rapa rimi POSitip. Dari perspektif elronomi,

I^I

penerapan metode RIL akan memberIkan nilai produktivitas yang Iebih tinggimeIalui upaya minimalisasi limbah kegiatan penebangan meIalui pinktekpenebangan, pemotongan dan penyaradan kayu Yang terencana secara balk.Hal itu telah terbukti dari hasil studi Yang telah dilakukan be be rapainariajemen unit HPH be keriasama dengan initra Iembaga Internasional.Sementara dan perspektif lingk"rigan, metode RIL Yang did asarkan padakegiatan penebangan dan penyaradan yang terencana dengan balk denganmengedepankan prinsip-prtnsip kelestarian lingkungan jelas akan dapatme minimalkan kerusakah tegakan tinggal dan Struktur tanah hutan, yangseiama in I merupakan dampak terbesar dan kegiatan pembalakan hutan.Terakhir, da!am konteks perdagangan produk hasll hutsn tropis or pasarinternasional penerapan metode RIL jelas akan mendorong tercapainyasertifikasi pengelolaan hutsn alam produksi secara Iestari (pHAPU. Tak lainkarena metode RIL sebagai sebuah bentuk pengelolaan hutan telah diadopsimenjadi salah satu indikator kelestarian fungsi produksi.

Meskipun secara konseptual metode RIL diyakini mainpu memberIkan banyakinarifaat, namun dalam konteks implementssi secara riil masih terdapatbe be rapa kondisi yang menjadikan keridala. Pertaina, dalam perspektifpene!itian dan pengembangan bebe rapa fakta berkaitan dengan rillai POSitipyang dihasilkan dalam pinktek pembalakan hubn bagaimanapun masihsebatas pada skala uji coba. Artinya, sesuai dengan prinsip uji coba in akasemua aspek studi be reda dalam kondisi "ceteris panbus", atau terkontrol dantermonitor. Sebaliknya, hal inI akan sangat berbeda bila dilaksanakan dalamkonteks Implementssi rill pinktek pembalakan yang Iebih mengutamakanaspek pragmatisme, sederhana dan biaya inureh. padahal dalam kontekspraktek pembalakan hutsn of lapangan terdapat banyak aspek yang tidak bisadikontrol atsu dimonitor secara langsung Dieh pihak inariajemen unit HPH.Dengan demikian, perlu digali secara Iebih mendalam berbagai fakta yangmengemuka dari penerapan metode RIL daiam konteks pelaksanaankeseharian pemanenan inariajemen unit HPH sehingga unsur pragmatisme,kesederhanaan dan biaya inureh dapat terpenuhi. Kedua, dalam perspektifaturan perundangan dimana prinsip keria inariajemen unit HPH padaurnumnya did asarkan pada ketaatan aturan ICOmplience to the rule) justruhingga han ini belum terdapat kebijakan pemerintah yang be nanbenarmengatur pelaksanaan RIL on setiap inariajemen unit HPH daiam prektekpembalakannya. Artinya, sebaik dan sepenting apapun sebuah metoda -dalamnat In I RIL- bila tidak ada payung kebijakan Yang mewajibkan bagiimplementasinya tampaknya akan mein akan waktu lama bagi para pengusahadalam mengadopsinya. Terakhir, telah menjadi pemahaman urnum banwakeberadaan sebuah sistem baru pasti akan me in butunkan berbagai input barupula, baik yang bersifat perangkat keras in aupun perangkat Iunak. Konkritnya,RIL akan menambah anggaran biaya dalam praktek pemanenan hutan.

Dengan konsepsi dan realitas of atas, in aka salah satu langkah penting danmendesak bagi percepatan adopsi RIL dalam praktek pembalakan hutsn disetiap inariajemen unit HPH adalah meIalui penciptaan Iklim Yang kondusifbagi pelaksanaan RIL. Salah satunya adalah meIalui pemberian Irisentif -disinsentlf kepada pare prektisi kehutanan Yang telah dan belum menerapkanprektek metode RIL dalam prektek pemanenan hutsnnya.

--.

I^

111. INSE"TIF BAGI PERCEPATA" ADOPSI RIL : SEBUAH PER, IKIRA"ALTER"ATIF

prektek pembalakan ramah lingkungan sebagai bagian dan konseppengelolaan hutan alam produksi jestsri merupakan tanggung jawab seiuruhstakeholder kehutanan. Untuk dapat mewujudkan Pengelolaan Hutan ProduksiLestari PHPU perlu diciptakan Iklim yang mendukung ternadap us ariatersebut, balk bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah, pengusaha in aupunmasyarakat. Kondisi inI dapat diwujudkan meIaiui pengembangan regulasi dankebijakan Yang bersifat dapat memberIkan jaminan kepastian usaria, rantaibirokrasi yang sederhana dan adanya keseimbangan serta ketegasan dalamreward and punishment system.

Keberadaan kebijakan RIL sebagai bagian dan SIStem PHPL tentu be rimp!ikasipada biaya tambahan Yang narus dikeluarkan o1eh pengusaha, sementara itupasar tidak memberIkan premi trainbahan hanga) terhadap produk yangberserLifikat. Untuk mengurangi biaya tombahan Yang dikeluarkan pengusahaserta memotivasi pengusaha agar mainpu daiam persalngan bebas in akadiperlukan irisentif dari pemerintah. Salah satu upaya Yang dapat dirempuhda!am mendorong para pengusaha untuk menerapkan metode ReducedImpact Logging sebagai salah satu indikator PHPL dalam mengelola hutan padaareal kerianya adalah adanya kejelasan dan keseimbangan antara bentuk sanksiatas Dejanggaran yang dilakukannya serta bentuk irisentif atas prestosi Yangdicapainya, berikut keje!asan dalam me kanisme dan kelembagaan yangmengaturnya.

Bentuk sanksi atas pelanggaran yang dilakukan o1eh Dam pemegang HPH telahbanyak diatur o1eh berbagai peraturan perundangan Yang berlaku pada saatin I, sedangkan bentuk irisentif Yang diberikan atas kirierja Yang dlcapalnyamasth belum. diatur secara tegas. Dengan dilandasi o1eh pemiklran tersebutMentori Kenutanan meIalui Surat Keputusan Menhutbun No. 1541Kpts-IV/, 999dan kernudian diperbaharui dengan SK Menhutbun No. 7551Kpts-111,999tortangga1 23 September *999 mein bentuk Tim Perumus Irisentif Yangbertugas untuk me ruinuskan SIStem irisentif yang dapat diberikan kepadaHPH.

Tim Irisentif telah menghasilkan suatu kernngka Yang nantlnya akan mendasaripengembangan perumusan Sub-51stem Irisentif bagi para pengusaha hutan.Dalam konteks tersebut berbagai kondisi empiris dan kernungklnan lain yangmenunjukkan keragaman persepsi tentsng Irisentlf dan kalangan pengelolaHPH akan dryadikan sebagai bahan dasar dalam menetapkan berbagaiDrasyarat dan prekondisi dalam mengldentiflkasi macam, sil'at dankernungklnan pengaruh irisentif dimaksud.

Sub-SIStem Irisentif yang akan dikembangkan adalah irisentlf yang bentuk danmacamnya cukup menarik bagl pengusaha akan tetapi tidak bersifatmenghambat terhadap kernungkinan pencapaian PHPL. Darl Informasi Yangdid apat, diperoleh gainbaran bentuk. bentuk Irisentif Yang diinginkan parapemegang HPH. Bentuk irisentif in I berkaitan dengan macam kewajiban yangdinarapkan HPH dapat dilepaskan. Macam kewajiban Yang dituntut in I dalamberbagai hal dipandang sebagai sumber inefisiensi dan bersifat dis-irisentiftechadap kegiatan teknis operasional pengusahaan hutan o1eh HPH. Namundemikian tidak semua kewajiban Yang diinginkan HPH untuk dapat dalepasdapat dipenuhi. 01eh sebab itu akan dikaji dengan jelas kewajiban mana yangsebenarnya dapat dilepaskan, Yang sekaligus dapat merupakan irisentif Yangmenarik bagi pengeloia HPH,

58

\

Bentuk irisentif Yang akan diberikan kepada HPH akan dikaitkan dengan kinerjapengelolaan HPH dalam mencapai PHPL atau pencapaian perlngkat sertifikatPHPL. Dengan demikian meIepas be be rapa kewajiban terCentu dapatmerupakan suatu bentuk irisentif yang akan dlberikan pemerintah atasprestosi HPH dalam mengelola nutsnnya yang dikaitkan dengan perlngkatkelulusan dalam S-PHPL.

Akhirnya, konsep pemberlan irisentif perlu diatur me kanisme dan dankelembagaannya seningga irisentif Yang diberikan. kepada sebuah inariajemenunit HPH be napbenar mencerminkan kirierja riilnya berkaitan denganpencapaian pengelolaan hutan secara jestsri,

IV.

Tuntutan terhadap pengelolaan hutan secara jestarl dewasa ini telah menjadisebuah keharusan. Dalam be be rapa perspektif, tuntutan tersebut bankantelah memelma menjadi sebuah pemikiran Yang sangat ekstrim denganUSUIan penghentian prektek pembalakan hutan dalam bentuk penghentiansementara praktek pembalakan finoratorium logging) atau pelaranganpinktek pembalakan 1109ging bani. Hal in I tentu saia akan akan sangatmengancam eksistensi dan keberlanjutan pengusahaan hutan tropis. Karenaitu sesungguhnya, in au tak in au, perubahan kirierja setiap inariajemen unitHPH menuju pengelolaan hutsn Iestari me inarig telah menjadi sebuahkeharusan.

PENUTUP

or SISi lain, kondisi rill obyektif pengeto1aan hutan dewasa in I justru sangattmak kondusif bagi setiap pengusat!a hutan untuk mewujudKan aspek-aspekkelestariannya. Meningkatnya prektek perambahan hutsn, penguasaan Iahan,pencurian dan penyelundupan kayu, Konflik di kawasan hutan sertain alpraktek lainnya telah menjadikan hutan sebagai sebuah arena chaotictanpa kepastlan hukum dan jaminan keamanan. Mewujudkan pengelolaanhutsn Iestari dalam kondisi tersebut di atas leias sangat SUIit kalau tidakmustan 11.

Irisentif merupakan sebuah alter natif solusi yang dapat dlberlkan o1ehpemerintah dan para pihak dalam rangka mewujudkan kelestarian fungsiproduksij lingkungan dan SOSial hutan. Irisentif tersebut dapat bersifat SOSialberupa jalinan intersksi Yang harmonis dengan para pihak, irisentlf polltikberupa penegakan hukum dan jaminan keamanan ataupun irisentif ekonomiberupa pengurangan kewajiban Yang bersifat inefisien. Lontaran ini tentu saianarus dikaji secara Iebih konseptual dan Konkrit seningga be nanbenar akandapat diimplementasikan di lapangan.

Akhirnya, meIalui tulisan ini dinarapkan akan menjadi stimulan bagi pareprektisi kehutanan, khususnya inariajemen unit HPH yang telah inulaimenerapkan metode RIL dalam prektek pemanenan hutannya. Sebagaipelaksana langsung of lapangan tentu akan Iebih mengetahui keridala-keridalayang hlngga hari in I masih ditemui di lapangan seningga menghambatrealisasi implementasi RIL. Hal itu dinarapkan dapat diformulasikan o1eh TimIrisentif PHPL untuk dirumuskan sebagai bentuk. bentuk irisentif bagi paraprakCisi RIL.

-.

I^

LokakaryaPelaksanaan Penebangan Hutsn Rainah Lingkungan

Menuju Pengelolaan Hutsn Berkelanjutan

8090r, 2 - 3 MeI 2007

REDUCED IMPACT LOGGl"G DI MALI"AU,KALlll"A1. TA" Tl, "UR

HARIYAT"O DWIPRABOWO

Peneliti Pusat Penelitian SOSial EKonomi Kenutanan,DEPHUT

01eh

KUSWATA KARTAWl"ATA

Direksi, Bulungan Research Forest Project CIFOR

PL1"10 SISTPeneliti CIRAD-FORET

11^I

I.

Seiak akhir tanun 1950an sebagai akibat meningkatnya penggunaan persiatanberet untuk eksploitasi hutsn, dampak dari pembalakan 1109girig) of hutantropis telah menariK perhatian pengelola hutan dan pakar SIIvikultur. Up aya-upaya ke areh pengelolaan hutan Iestari tsustainable forest management atauSFM) telah mein promosikan implementasi teknik Reduced Impact LoggingIRIU. Be be rapa waktu terakhir ini RiL telah diimplementasikan dan diuji diberbagai daerah tropis, terutama of Asia Tenggara dan Amerika Latin, Dalamkonteks inI perilngkatan up aya-upaya untuk mencapai SFM, kode pinktek danpedoman RIL telah dihasilkan oreh organlsasi kehutanan seperti FAO dan CIFORcoykstra dan Hein rich. 4996; SISt et a1. , "9981. Keberhasilan implementssi RiL dilapangan akan sangat bergantung kepada inotivasi pengusaha hutan untukmenerapkan teknik in I. Dewasa in I, terdapat pendapat urnum di kalanganpengusaha bahwa teknik RIL meritmbulkan biaya Yang Iebih tinggi dari padateknik konvensiona!, padahal beberapa studi menunjukkan fakta yangseballknya. Biaya tambahan tenadi pada tanap perencanaan, namun biayatambahan ini diserLai o1eh penurunan biaya pada tahap operaslonal danberkurangnya limbah pada saat pembalakan.Penelitian RIL di Malinau merupakan penelitian langka pantang dengan tujuanutama untuk mengurangi kerusakan tanah, dampak terhadapkeanekaragaman hayati, dan dampak terhadap kerusakan tegakan tinggal,serta menganalisis biaya pembalakan. Makalah in I difokuskan pada aspekariansial, terutama biaya-biaya dan inarifaat dan perencanaan, penebangandan penyaradan sebagai hasil dan implementssi RIL yang dibandingkandengan teknik konvensional CrKi.

PE"DAHULUA"

11.

2. ,.

LOKASI DAN METODA PE"EUTIA"

Penelitian dan implementssi RIL dinksanakan di areal keria PT INHUTAN1 11 diMalinau, Kabupaten Malinau . Kalimantan Timur. Luas areal Konsesi sekitar48,000 ha, Iuas tebangan tanunan IRKT} adalah sekitar 900 sampai ,000 haCainbar ,}. Peneiitian dan implementasi RIL dan TK dilakukan di RKF,9981,999, dengan petak untok RIL seiuas ,38 ha dan untuk TK 244 ha,Topografi sedang hingga beret dengan kelerengan inulai dan 40% hingga70%.

Konsesi Malinau dilaksanakan secara swakelola dengan produk utama adalahkayu bundar untuk digunakan sebagai bahan baku kayu lapis.

Lokasi

2.2.

Pengamatan dan pengukuran dilakukan pada kegiatan perencanaan,penebangan, dan penyaradan. Produktivitas penebangan dan penyaradandinkur dengan metoda time study. Biaya mesin per jam dinitung denganmenggunakan data PT INHUTANl " (untuk bulldozer 07i dan pembuat me sinCATERPILIAR Iuntuk skidder 5271. Biaya perencanaan diukur denganmenggunakan Iembaran keria (timesheet} daiam meIaksanakan masing-maslngkegiatan, tarif up ah, dan biaya (hangar pera!atan yang diperoleh dariperusahaan dan sumber lainnya fantara lain pengecer fretsilen peralatani,Perhitungan biaya operasional antara lain did asarkan pada metoda yangdiuraikan dalam penerbitan FAO 1,9921. Pengamatan mengenai penebangandan penyaradan pada RIL dan TK masing-mastng dilakukan terhadap dua orang

Metoda enelitian

I^

penebang dan dua unit penyaradan 12 unit skidder 527 untuk RIL dan 2 unit 07untuk Tlo.

Pengukuran besarnya limbah pada RIL dan TK dilakukan secara langsung padasaat keglatan penebangan dan penyaradan berlangsung dan di TPNPengukuran besarnya kerusakan dalam kegiatan penyaradan dllakuKan setelahoperasi selesai yang meliputl pengukuran dimensi iaian sarad dan pemetaan,Pelatihan RiL dilakukan sebelum implementasi dan meliputi teknlkinventarisasi, pembuatan peta. perencanaan jalan sarad, teknik penebanganterarah Idirectional felling), dan pengarahan singkat bagi operator alatpenyarad.

1/1.

3. ,.

HASIL DAN PE"BANASA"

,. Biaya perencanaanTahap keglatan perencanaan RIL meliputi inventarisasi pohon, pembuatanpeta pohon, topografi dan jalan sarad dalam petak RIL, penandaan iaiansarad di petak tebang, dan pemotongan liana. P embuatan jalan sarad pada RILdianggap sebagai bagian dan kegiatan penyaradan untuk me mudahkanperbandingan dengan TK.Kegiatan perencanaan dalam teknik konvensional meliputi inventarisasi pohondan topografi dan pembuatan peta pohon of petak tebang.Biaya perencanaan dalam RiL dan TK dibandingkan atas dasar lawas kegiatantersebut of atas. Biaya did asarkan atas dasar rp/in '10gs yang dietstraksi. Biayaperencanaan secara total daiam RIL naik sebesar 60% dlbandingkan denganbiaya daiam TK . Kenaikan biaya tersebut tenadl pada kegiatan inventorisasidan penandaan iaian sarad serLa biaya baru pada kegiatan pemotongan liana,yang tldak dilakukan pada TK. Penurunan biaya tenadi pada pembuatan petapohon, topografi dan rencana jalan sarad, meskipun terdapat tambahankomponen perangkat Iunak yang digunakan untok pembuatan peta. DalamRIL, kegiatan inventorisasi pohon dan topografi mengalami keriaikan sekitar,0%. dan in I disebabkan o1eh pengukuran kelerengan secara SIStematis yang

Hal Yang perlu mendapat catstan adalahmein akan waktu Iebih lama.

pelaksanaan inventarisasi dan letak pohon serta pengukuran kelerengan padaRIL. Kegiatan yang tidak dilakukan secara seksama sesuai dengan protocoldalam RIL dapat mengakibatkan tambahan waktu yang cukup nyata(significanti pada saat pembuatan peta mengingat perlu pengecekan u!ang oflapangan. 01eh karena itu kegiatan in I memerlukan disiplin Yang ketat untukmenghindari biaya tombahan Yang tidak perlu.

2. Biaya penebanganBiaya kegiatan penebangan dalam RIL (rp/m'i dianggap sama dengan biayadalam TK, karena keduanya did asarkan pada upah borongan rolece ratei.Berdasarkan asumsi inI Implementssi RIL tidak mengakibatkan perubahanbiaya penebangan.

Perencanaan Dan Ke Iatan O erasional

3. Biaya penyaradanDalam RIL blaya penyaradan Iebih kecil dibandingkan dengan biaya datam TK.Penurunan biaya in I adalah sekitar 28%, Yang did asarkan pada rp/ms logs Yangdiekstraksi. Penurunan in I terutama berkaitan dengan keriaikan produktivitaspenyaradan daiam RIL, yang disebabkan o1eh penurunan secara taiam waktuyang dlbutuhkan untuk pembukaan jalan sarad dan penalarian kernbalimenuju kayu balakan I log, dari TPN {"travel empty'I dan waktu yang terbuango1eh berbagai penundaan2 ("delays'),

I^

4. Biaya totalBiaya total. yang mencakup juga biaya pelatihan RIL, untuk kegiatan-keglatanyang dibandingkan antara RIL dan TK, sebagaimana dluraikan of atasmengalami penurunan sekitar 12% ,

5. Perbandingan produktivitasPerbandingan produktivitas RIL terhadap TK of Malinau IDwiprabowo at al, ,200.1 dengan implementssi serupa of Brazil IHolmes et a1. ,9991, provek NRM diKalimantan Barat INRM Report n0.37. ,9971, dan Berau INatadiwirya, PersonalCommunicationI menunjukkan keriaikan Yang nyata dalam hal produktivit:aspenyaradan Crabel in. Sementara itu produktivitas penebangan memberIkanhasil yang berbeda, yakni penurunan or Brazil, kenalkan di Kanmantan Baratdan Malinau. Hal inI menunjukl<an banwa implementasi RIL di Indonesia ,kecuali or Bereu yang data penebangannya tidak tersedla, telah meningkatkanproduktivitas penebangan dan penyaradan.

Tabel, . Produktivltas penebangan dan penyaradan hasil Implementasi RILdibandingkan dengan TK of berbagai tempat

Tampat

Cauaxi, Brazil

Kalimantan Barat

Be reu

Malinau

Keterangan : I+I : kenaikan. I-} penurunann. a. : angka tidak tersedia

3.2. ^

Jumlah volume kayu yang terClnggal fudak ditemukan operator atau masuk kedaiam jurang atau Iembahl merupakan baglan terbesar dan berbagai limbahYang diukur of lapangan. Limbah ini cukup penting artlnya karena me millkipotensi untuk menambah penerimaan perusahaan. Implementssi RlL telahmenurunkan volume limbah inI sekitar O. ,in' per in' logs yang diekstraksidibandingkan dengan TK. Penurunan ini ada!ah akibat dart perencanaan Ialansarad dan penebangan terarah daiam RIL

3.3. Kerusakan Jalan Sarad

satuan

Mayjam

,rinthariLogs/han

penebangan aj

May^in

Mayjam

1.1 8.8%

I + I 24.3 %

penyaradan

Dalam RIL dan TK, pengukuran dimensi iaian sarad yang mengakibatkankerusakan hanah dilakukan setelah penebangan. Implementasi RIL telahmenurunkan kerusakan pembukaan Ialan sarad. Jika parameter kerusakandiukur dengan menggunakan angka proporsi pembukaan jalan sarad techadapvolume Yang diekstraksi Isatuan in 21m3) pada petak tebang, in akaimplementssl RiL menurunkan besarnya kerusakan sekitar 50% rowlprabowoet a1. , 200.1.

n. a. 21

I+I 28%

I+I 4, %

I+I ,4.3 %

I + I 50%

I+I 35%

I^

3.4.

Be be rapa kernungkinan Yang menjadi hambatan untuk implementasi RILadalah:

Salah satu eiemen pokok implementasi RIL adalah perencanaan Yangbalk, Yang seiama in I masih dianggap sebagai kegiatan Yang baik hanyamenimbulkan biaya namun kurang memberIkan inarifaat.

2. Meskipun implementasi RIL di Malinau seperti yang diuraikansebelumnya menunjukkan penurunan biaya, penurunan ini tidak besardibandingkan dengan margin keuntungan Yang diperoleh sehinggatidak cukup memberIkan irisentif bagi pelaksanaan RiL.

3. Pelatihan adalah inutlak bagi implementssi RIL, tetapi dapatmenimbulkan biaya tambahan bagi pengusaha.

4. Salah satu elemen yang mehentukan keberhasilan implementasi RILadalah irisentif bagi operator lapangan, dan bagi pengusaha irisentif inimerupakan biaya tambahan

Hambatan Penerimaan RtL

IV. KESIMPULA" DAN SARAN

^o

,. Implementssi RIL or Malinau dan or tempat lain di Indonesiamenunjukkan produktivitas penebangan dan penyaradan yangmeningkat dan menurunkan biaya sebesar do% jika dibandingkandengan TK.

4. , .

2. Limbah pembalakan Yang dihasilkan o1eh pelaksanaan RIL,terutama Yang be resal dari kayu gelondongan Yang tertinggalmenurun sebesar 0.1 ms per ms kayu yang diekstraksi.Kerusakan Yang diakibatkan RIL yang diukur berdasarkan proporsipembukaan jalan sarad terhadap volume kayu Yang diekstraksimenurun sebesar 50%.

4.2. Saran

Hasil RIL dari implementssi of Malinau dan di tempat lain of Indonesia erludisosialisaikan

3.

DAFTAR PusTAKA

Dykstra, D. P. , Heinnch, R. ,996. FAO Model Code of Forest Harvestin Pr t'FAO Rome, 85 pp.

Dwiprabowo. H. , S. Crulois, P. Sist, K. Kartawinata. 2001. Cost-benefitanalysis of Reduced-impact logging in Mallnau concession, Bulun an,East Kalimantan. relFOR Draft Reportl.

FAO. ,992. Cost control in forest harvesting and road construction. For tPaper No. 99. Rome.

Holmes, Thomas P. , G. M. Blate, J. C. Zweede. R. Pereira Jr, P. Barreto, F.Boltz, and R. Bauch. ,999. Financial Costs and Benefits of Reduced-Impact Logging Relative to Conventional Logging in the EasternAmazon. Tropical Forest Foundation, Us DA Forest Service,

Natural Resources Management Project. a994. Avoidable Logging Waste.USAID report N0 37. Jakarta.

Sist, P. , Dykstra, D. P. , F1mbel, R. ,998. Reduced-Impact Logging Guidelin sfor Lowland and Hill Dipterocarp Forests in Indonesia. CIFOR occasionalpaper. No's IBulungan Research Report. No. ting pp.

r^

I

neujje", Iun q"s in INVLn""I 'Ld, .ii, I 'L JPqueg

" ~.,

~~. In. ^..... ". ^^U". ". ^,.... a.

......,..^

^ ".".^^

ms. I .., S

... ,,

o

TNNi\w 11Nh are",,, UrnHNI Ld

I'MUiusIC Buryon rinuuv

I on16.3

Uqt, "IPH 13.3

. ..

Lokakaryapelaksanaan penebangan Hutsn Rainah Ungkungan

Menuju Pengelolaan Hutan Berkelanjutan

8090r, 2 - 3 Me1200,

PROGRAM PELATl"A" UNTUK ME"DUKU"GPELAKSA"inI, REDUCED IMPACT LOGGl"G IRILi

IR. E. KOSASIH

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan KehutananDepartemen Kehutanan

01eh :

11^

I.

Hasii rekalkulasi {BAPLAN, ,9991 menunjukkan bahwa tingkat deforestasi padadasa warsa terakhir mencapai 4.6 juta haltahun. Kerusakan inutu sumberdayahutsnpun terlihat dan menipisnya hutan primer dan matuasnya hutsn Yangrusak, balk kawasan hutan produksi, rindung in aupun kawasan Konservasi.

Untuk mengurangi Iaiu deforestasi of hutsn produksi, salah satu upayanyaadalah mengharuskan perusahaan HPH untuk meIaksanakan pembalakanberdampak rendah (RID. Dengan meIaksanakan RlL perusahaan akanmein peroleh inarifaat ekonomijangka panjang,

Dan hasil penelitian dengan menerapkan RIL menunjukkan bahwa potenslkayu pada pembalan SIkius kedua relatif masih baik, disamping itupengurangan kerusakan tegakan tinggal relatif kecil sehingga kelestarian hasilhutsn dapat tenamin. Seialn itu dengan meIaksanakan R!L perusahaan akanmein peroieh sertifikasi dalam pengelolaan hutan jestari, dengan demikianproduknya dapat dipasarkan dl Iuar negeri.

Untuk meIaksanakan RIL dalam rangka pengelolaan hutsn Iestari sangatdiperlukan sumberdaya inariusia IsDM) yang mein punyai kernampuan yangme madai balk kuantitas in aupun Kualitas. Kenyataan di lapangan menunjukanbanwa SoM/tenaga or lapangan inulai dari tingkat perencana sampai operatormasih kurang. Salah satu kegiatan untuk memenuhi Rebutuhan tenagatersebut adalah meIalui pelatihan.

LATAR BELAKA"G

11.

Pusat Diklat Kehutanan telah menerima bantuan keriasama dari AustraliameIaiui Provek Indonesia-Australia Specialised Train^^g project WASPi untokmenyelenggarakan Pelatihan Reduced Impact Logging bagi Camp Managerfundle Manager) of perusahaan HPH dan Pegawai Negeri Sipil of lingkupkehutanan. Kegiatan in I dimulai pada tahun 1999 yaitu denganpenyelenggaraan pelatihan RIL Angkatan I yang pelaksanaannya bekeriasamadengan Be reu Forest Management Project IBFMP) dan Innutani I or Be reu,Ka!jinantan Timur. Pelatihan in I diikuti o1eh 36 oreng, dimana dalam rekruitingDeserta Pusat DRlat be keriasama dengan APHl. Tenaga pengajar adalah expertdari Australia dengan mentor dari Departemen Kehutanan.

Pada tanun 2000 telah diselenggarakan pelatihan RIL Angkatan 11 yangpelaksanaannya be keriasama dengan PT. In hutani " dan CIFOR of Malinau.Ka!jinantan Timur. Dalam rangka meningkatkan kernampuan tenaga pengajar.in aka ada 4 oreng tenaga pengajar IBLK dan SKMA Samarindai yang dirkutkanpelatihan in I. Pelatihan In I lamanya 8 hari dengan materi dan jadual sepertitercantum dalam Tabel ,.

PENGALA, ,A" PELATIHAl, RIL

I^I

..

Tabel ,, Jadual kegiatan pelatihan RiL.Han ke

23

Perkenalan, garis besar workshopPengembangan rencana keria SMART menjadianggota dan TIMPerencanaan keria operasi permanen Yang efektif

45

6

MeIaksanakan perencanaan of lapangan

7

Latar belakang Pemanenan berdampak rendahEnam komponen darl Pembalakan berdampak rendah

"aterl Pelatlhan

Penandaan pohon dan amh tebangan

Pelatihan In I telah menekankan kegiatan prektek lapangan dan diskusi orlapangan yang ada kegiatan loggingnya.

Adapun hasil evaluasi setelah akhir pelatihan RIL tanun 2000 dapat ditunjukkanpada tabe12 dl bawah ini.

Tabe12. Hasil evaluasi pelatihan RIL tahun 2000.

8

Penyaradan dalam RiL - analisis ekonomi, monitoring,auditing dan penyelesaian masalahSIStem monitoring di lapanganPemuiihan Ianan setelah tebanganMeinbuat perubahanMenyiapkan rencana keriaReview prinsip, prinsip RIL pada level pelaksanaroperasional)

No.

". Kesesuaian antara materI

dengan kebutuhan peserta :. Kurang- cukup- Balk

2. Relevansi antara materI pelatihan denganpekerjaan :. Kurung- cukup- Baik

Kriteria

3, Kesesuaian materI pelajarantu}uan pelatihan:- Kurang- Cukup- Balk

4.

Delatihan

Penguasaan pengajar terhadap materiyang dialarkan :- Kurang- Cukup- Balk

5,

Group APersentasi I%I

Kualitas materi pelajaran :- Kurang- cukup- Baik

6.

62as23

Metode

digunakan :- xurang- Cukup- Baik

Group B

dengan

oo

,00

552025

pelatihan/pengajaran

53S,,6

253540

46468

4045,5

yang

243838

45505

4623S,

45,S40

5040,O

I^

No.

7. perillaian ternadap pelatihankeseluruhan :

- Kurang- Cukup. Balk

Dan hasil evaluasi tersebut dapat disimpulkan bahwa darl aspek materipelatihan, metode, penguasaan pengajar terhadap materI perilaran dinilalmaslh kurang. Untuk pelatihan selanjutnya perlu perilngkatan pada aspek-aspek tersebut agar pelatihan memberIkan inarifaat Yang besar bagl pesertapelatihan.

Kriterla

111. RE"CA"A Tl"DAK LA"JUT

a. Keriasama dengan Australia

Pelatlhan RIL keriasama dengan Australia in I menurut rencana maslhdilanjutkan dan akan dilaksanakan pada bulan Juni 2001 of KalimantanTimur. Berdasarkan hasil evaluasi, in aka pelatihan yang akan datangperlu dipersiapkan dengan Iebih baik terutama untuk perbaikan materipelatihan dan metodologi pengajarannya.

b. Keriasama dengan The Tropical Forest Foundation (TFF)

Pusat Diklat telah be keriasama dengan TFF dan APHl untok menyusunProposal Provek Pelatihan RIL yang diajukan ke InO, Adapun pelatihan-pelatihan Yang direncanakan sebagal berikut :

i. Keiompok sasaran PerencanaSurvey and Mapping

Logging PlanningForest Road Planning

Penggunaan software komputer untilk pembuatan petacontur dan peta pohon

Penggunaan software komputer untok mendesainjalan hutan

ii. Kelompok sasaran Pelaksana roperaslonal LapanganiMengembangkan Standar Kernampuan bagl Operator

penebanganMengembangkan Standar Kernampuan bagl Operator Skidding

ill, Kelompok sasaran pengawasMengembangkan Standar Kernampuan Moriltoring dan

Evaluasi Keglatan RIL

Diharapkan Provek Proposal inI dapat dlklrim ke InO pada bulan Junl2001 dan dlharapkan kegiatannya bisa dimulai pada tanun 2002.

secara

Group APersentasl I%)

46- 3,

23

Group B

503515

I^

IV.

Untuk mein peroleh sertifikasi hasil hutan, salah satu syaratnya adalahmeIaksanakan Reduced Impact Logging. Dengan demikian diperlukan tenagaYang memenuhi kualifikasi untuk pelaksanaan RIL of lapangan.Untuk memenuhi kebutuhan tersebut sangat diperlukan adanya pelatihan RiLdari berbagai tingkatan of lapangan.

Selama inI terdapat be be rapa pelatihan RIL yang dilakukan o1eh BFMP, CIFOR,TFF dengan pendekatan dan materI pelatihan yang berbeda. Disarankanpelatihan RIL yang dllaksanakan den institusi-institusi tersebut materIpelatihannya diintegrasikan agar dapat sailng meIengkapi dan terdapat satupersepsi mengenai konsepsi pelatihan RIL.

PE"UTUP

I^

LokakaryaPelaksanaan Penebangan Hutsn Rainah Ungkungan

Menuju Pengelolaan Hutan Berkelanjutan

8090r, 2 - 3 MeI 200'1

REMovi"c IMPEniii, EiiiTS To THE ADOPTiO" OFREDUCED IMPACT LOGOl"G

THROUGH INFORMATIO", TRA11,11.6,AlliD ExTE"SIoiii SERVICES

by :

A. W. KLASSElllRegional Director of the Tropical Forest Foundation'

The Tropical Forest Foundation is a non-profit, non^ovemmenorganlzatlon whos self-appointed mandate Is to promote sustainable forest management through b'alnlng anddemonstration of RIL practices

- J

I^I

This paper builds on the momentom developed at the InternationalConference on Reduced Impact Logging which was held in Kuching,Sarawak at the end of February, 2001.

The need for information, training, and extension services was identifiedas a significant impediment to the wider adoption of RIL practices. Thispaper examines the nature of these impediments and reports on a RILtraining program being implemented by the Tropical Forest Foundationand the Association for Indonesian Forest Concessionaires IAPHli. Thiscollaborative effort was initiated in early 2000 and has been steadilybuilding momentum and acceptance within the forest industry,

Central to the TFF program, is a modular approach to training which isdelivered to the field sites in a normal working environment. Follow-upextension services are offered as an integral part of the training. Theprogram is being actively publicized to the APHl membership throughpublications, letter campaigns and personal contacts. TFF is alsodeveloping technical procedures manuals and guidelines in conjunctionwith the training program. These manuals will be made available astechnical reference material in due course

ABSTRACT

I.

^a^!^

There is a general and widespread recognition of the need for betterharvesting practices if sustainable forest management is to be achieved in thenatural forests of Indonesia. No one will argue that damage to the residualstand and to other environmental values can be dramatically reducedthrough the application of better practices which are commonly referred toas "Reduced Impact Logging" (RID. And no one will argue that the significantreduction of logging damage is central to the achievement of sustainableforest management.

,,,

I"TRODUCTIO"

Increasingly, research into RIL is supporting the assertion that pragmaticallyapplied R!L planning and harvesting methods riot only result in a verysubstantial reductions in environmental damage, but are also cost effective.Four days of technical papers presented in the recent conference in Kuchlng2,support this general statement with the exception of RIL cost studies gearedtowards the more rigorous objectives of carbon offset schemes. Theapplication of RIL in this very limited context is, by its nature, riot intended tobe cost effective, hence It is of only marginal relevance in the RIL discussion asit applies to normal forest management units.

International Conforence on Reduced Impact Logging held in Kuching, Sarawak between February2610 March I, 2001.

I^

The back-drop of this paper is the Kuching conference. This recentinternational conference brought together experts from around the worldwho are actively engaged in RIL. research, demonstration, and promotion. Anunderlying assumption of the conference was the recognition that RIL needsto be more actively promoted as a matter of necessity, if sustainable forestmanagement is to be achieved in the tropical forests of the world,

The obstacles to the adoption of RIL, were the subject of much debate. Thesingle most common obstacle to adoption mentioned by the majority ofspeakers, was the lack of practical training at all levels of the forestmanagement unit. It is precisely this need which is being addressed by theTropical Forest Foundation, both in its RIL training program in Brazil and in itsprogram established in Indonesia in early 2000.

, . 2 g^^

The objective of this paper is to examine the constraints to the adoption ofRIL within the context of an average forest concession or forest managementunit in Indonesia

It is not the intention of this paper to spend too much time discussing themacro-impediments to the adoption of better forest practices which arebeing faced by forest management units throughout Indonesia. Instead, it isthe intention of this paper to examine how obstacles within the typical forestmanagement unit can be overcome through better informationdissemination roctical trainin and extension services aimed at supportingthe transformation to RlL practices.

11.

2. , .

IMPEDl"E"TS To ADOPTION OF RIL

The situation in Indonesia today is not conducive to the widespread adoptionof R!L or, for that matter, to the adoption of sustainable forest managementpractices.

. Effective Implementation of regulations and monitoring of forestoperations was never strongly developed and has been further weakenedby uncertainty related to the lack of clear jurisdictional boundaries asIndonesia moves along a poorly defined path to decentralization.

. poor enforcement of regulations has led to a situation where forestcompanies have become accustomed to operating In an environmentwhere performance requirements can easily be manipulated.

. Local governments are granting harvesting permits without meaningfulSIIvicultural requirements or regulatory controls. These permits oftenoverlap existing tenures licensed by central government. This poorlyplanned and unregulated granting of harvesting permits is destabilizingefforts at achieving sustainable forest management within theestablished forest Industry.

Macro. !in ediments

. Local communities are asserting their rights to forest land and areincreasingly using forest development infrastructure as a means of

I^

I

occupying the land and converting it to nori-forest uses or selling theirrights to unscrupulous business interests.

. Illegal and unregulated harvesting activities are totally out of control ofthe central government and are threatening the sustainability oflegitimate license holders. Illegal and unregulated harvesting is alsoseriously undermining the competitiveness of the Indonesian plywoodindustry in the international market place, particularly with reference toits main competitor, Malaysia.

. A huge over capacity in the wood processing sector continues to fuelovenharvesting beyond sustainable limits.

The list could go on. Suffice 'it to say, that these are serious issues, thesolutions of which will require strong political will and effective institutions.

There are, however, obstacles to the adoption of RIL which can be addressedwithin the context of the working forest management units. These obstaclesare equally as real as the larger issues mentioned above and it is theseobstacles which are the primary focus of this paper.

Companies who's past success and who's hope for the future, still lies withinthe forest sector, are increasingly coming to realize that the adoption of RIL isin their immediate and long-term interest. Other companies who, as a resultof market pressures, are developing an interest in forest certification, are alsorealizing that the adoption of RIL practices is a necessity to achievecertification. However, these companies are also coming to realize that theadoption of RIL presents certain challenges which they may be poorlyequipped to face.

2.2,

First of all. the perception of managers at all levels, is often still one ofsatisfaction with the status quo. What has worked up to now has served our

. is still a commoncompany quite well so why should we change?"sentiment. This attitude Is what caused the dinosaurs to become extinct andit is what will cause many forest concessions to become extinct.

A second common perception is that RIL stands for "reduced income logging'.This perception is a as much a result of coinplacency and a failure to stayinformed with current developments in research as It is a failure to fullyunderstand the true costs of harvesting activity. There is a consensusdeveloping among researchers, that RIL can provide immediate financialbenefit in terms of higher productMty per machine unit and direct costsavings. The longer term economic benefits are riot as well studied butperhaps even more obvious.

Both of these perceptions need to be addressed through an active campalgnof information dissemination. This Is a necessity if we expect an interest inbetter harvesting practices IRIU to grow.

Perce tion IAttitudei

11^^

2.3.

Lack of understanding of what RIL really means in terms of implementationrequirements is still a major problem in most concessions, This problem startswith the top management and exhibits itself all the way down to the fieldworker level. A few examples of how lack of understanding can preventeffective implementation of RIL:

. The management of the concession often has some ideas about RIL, RILneeds maps and planning of the skid trails. What the managementMay 8,200, riot realize is that it also requires a different way oforganizing logging operations. The usual way of allocating operatingareas to a logging team will not result in successful implementationof RIL. Much greater emphasis will have to be placed on operationalstandards or guidelines, as well as closer supervision of the activities. Inother words, a different approach to organizing the key productionactivities will be requlred.

. Basic skills such as the use of maps, or even the creation of maps, canform major stumbling blocks to the effective implementation of an RILsystem.

. Even when maps are available and the planning department Is able tointerpret them and prepare a logging plan, they may lack the technicalunderstanding about the limitation of the logging equipment. Theresult could be skid trail locations which are not realistic in terms ofmachine capability.

Environmental considerations such as slope or riparian protection arepoorly understood concepts and often overlooked when planning forRIL.

. poor liaison between the planning department and the productiondepartment can lead to poor implementation of the logglng plan and afailure to optimize the benefits of RIL.

. Typically there is very little appreciation of the need for deactivationand monitoring and evaluation antivitles.

The 11st could be expanded into all aspects of the concession operations.Suffice it to say that a failure to understand the significance of one aspect ofthe RIL system can jeopardize successful implementation. This explains why atthe recent Kuching conference on RIL, the large majority of speakersemphasized the need for further training. The training required is often oneof education rather than the development of new skills.

Lack of Understandln

.

2.4.

Technical guidance has often been cited as an Impediment to the adoption ofRIL, In an effort to address this' situation and to demonstrate theGovernment's recognition of RIL as an integral part of the TPTl system, theMinistry of Forests recently issued a letter of technical clarification3 to the

Lack of Clear Technical Guidance

Technical letter of advise issued 10 the Provincial Kanwil and Dinas KGhutanari on 23" February,2001 by Direk, ur lendersl, IT. Soggyng Widodo

I^

Provincial forestry departments, There is still, however, a great lack oftechnical guidance in "how to" perform many of the functions of an RILsystem.

General guidelines for RIL have also been developed by CIFOR' and by thesFMP5. Despite a wide distribution and publicizing of these guidelines, fewmanagers have attempted to utilize them as a template for their operations,largely because they find them lacking in specific implementation details.

2.5.

Although related to the observations under section 2.3, 'Lack ofUnderstanding", deficiencies in technical skills are often cited as animpediment in the application of RIL practices. This excuse most frequently isbrought forward in the context of specific technical activities.

The ability to make a contour map; the ability to interpret such a map, andthe ability to create and implement a detailed logging plan, are all technicalactivities.

Deficiencies in Technical skills

Even the ability to fell a tree according to the direction which causes the leastimpact, could be viewed as a technical activity.

2.6.

Carrying out the various functions of an RIL system often involves the use oftools. If the appropriate survey equipment and mapping facilities is riotavailable in the concession, it will be very difficult to carry out these veryimportant preparatory activities.

Similarly, if the fallers don't have felling wedges, directional felling will riot bepossible in many situations.

Increasingly it is becoming clear that as companies penetrate even furtherinto steep, mountainous terrain, logglng with conventional crawler tractors isriot appropriate or sustainable. Skyline systems and helicopter logging offerlow impact solutions but there is an almost total absence of technicalunderstanding of such systems in Indonesia.

Numerous further examples of the lack of tools or the use of inappropriatetools or equipment, could be listed. The main point, however, is that oftensuch simple Issues as appropriate tools. can seriously affect the correctimplementation of important aspects of the RIL process.

Ina ro nate Tools

' Red"ced-ImpociLoggi"g G"iddi, ,231brLowl@"dondHil! Dipieroc@,:p Forests mindo"esi@,PIinio Sisi, Dennis bybus, Rober, rimbe1,1998, CIEOR Occasional Paper No. Is

STechnical Or, ideli"ejbrRech, eedlmp@at 71,610r Logging, Yosep Ruslim, AleXEnder Himclis,

toIfUlbricht, 1999, SFMP DocumentN0 100 (1999)

I^:I

1/1. THE SEARCH FOR A WAY FORWARD

The Indonesian Forestry Sector has been the recipient of numerous technicalprojects6. In recent years, some of these projects have initiated research,demonstrations, and training in RIL with their respective concession partners.These projects have produced some convincing data regarding the benefitsof an RIL system and have also carried out training In support of their researchand demonstration activities. Some technical manuals have also beenproduced' as out-put of these projects. All of these initiatives havecontributed to the wider recognition of the need for forest managementunits to carry out their logging In a more planned and careful manner.

However, despite these signiflcant efforts, very few concessions have madeany serious attempt to adopt RIL strategies. Part of the explanation for thisfailure to adopt better harvesting practices, may lie with the nature of theprojects and their relationships to their industry partners. Certainly, much ofthe blame can be placed on the macro-impediments which have beenmentioned earlier. without doubt, some of the explanation must rest withthe Ministry of Forestry for failing to ensure proper stewardship of the forestresource. And the forest industry can also be blamed for taking a short-sighted approach to its management responsibility.

TFF prefers to look for positive solutions. since it is becoming increasinglyclear that RIL is a strategy which is in the best interests of the forestcoinpanles, then surely the forest companies should pursue the objective ofadopting RIL from their own initiative. Consequently, a positive approachwould be to foster the ado tion of RIL throu h information disseminationroctical trainin , demonstration, and the development of technical

^elmes which can assist management unit staff and personnel in adoptingRIL techniques.

In early 2000, the Tropical Forest Foundation and the Association forIndonesian Forest Concessionaires IAPHli initiated a partnership arrangementwhich aims to promote the adoption of RIL to the APHl membership. Aprogram based on information dissemination and training has emerged and isreceiving Increasing interest from the forest industry. This program is beinggradually expanded and strengthened to address the previously mentionedimpediments to adoption of RIL in the following ways.

IV. I"FORMATION DISSE"I"ATIO"

The APHl publlshes a bi-monthly journal' on current developments in theforestry sector and on issues of interest to its membership. In an attempt topublicize RIL, the TFF and the APHl have during the past Year been publishingarticles on various aspects of RIL in this journal'. it is expected that this

6

7

a

SIrek Project, NanP, SFMP-CTZ. BFMP-EU Be reu, CIFOR. DIFIDPeru, !I',, k 7bk, ,is SurveiPoho" don Topogr@phi. BEMP. Sept. 1999HMM, , Indonesi@ is published every two months and is distributed to member companies. To beplaced on the mailing list contact theanHlEdisi 8, Tallun I'May 2000 Reduced Impuc! Logg, '"g: JPa dan Bag@fin@"@"@?Edisi 9 & 10, Tahun IVAugust & September. 2000: Analisis, 4spekFi"gustold@" Proof"kitvit@s

Reduced Impac, Logging myL)Edisi 11, Tallun Innovember 2000: Meinb""I Pela Koninrd@" FDho" deng"" Bantu@" Komp", er

9

L^

publicizing of RIL will continue for the foreseeable future and will receiveinput from other sources.

In addition, the APHl and TFF recently published the first RIL newsletter on atrial basis. It is expected that this newsletter will be formalized into aquarterly publication with the intention of soliciting artides from varioussources involved in RIL research, demonstration, or routine application.

The TFF/APHl collaboration is a small effort to educated and inform forestmanagers on developments in RIL. Additional efforts are clearly required.

APPLIED Tml"I"G - A MODULAR APPROACHV.

Applied training Is the center piece of the TFF/APHl effort at promoting RILadoption, A modular approach to training has been developed based on therecognition that:

. Forest concessions vary in terms of their human resources.

. Differences exist in the development of technical skills and thesophistication of management systems.

. Terrain and forest conditions vary.

. Motivation levels differ.

The result of these differences is that concessions are at different stages intheir ability to implement RIL and consequently, have different trainingneeds. Some concessions may riot have maps which are the basic tool forplanning R!L. Others may have developed the capability to make maps butlack the skills to utilize them effectiveIy for planning and operational control.Still others may be In need of management training in order to betterunderstand how their organization and functions need to be adjusted tomake RIL adoption possible,

The modular approach recognizes that the RIL system can be divided Into anumber of discrete functions. Each function represents unique skills. Hence aconcessions' lack of map reading and planning skills can be seen as a gap inthe management's ability to implement RIL. The modular approach isdesigned to fill these specific gaps by delivering onsite training tailored tothe individual needs of a concession and delivered In a realistic, workingenvironment:

TFF, with the assistance of APHl has already delivered a number of trainingmodules to forest concessions and continues to receive requests for anexpanding list of training assistance. As a result, training modules arecontinuously being developed to meet the growing need. The following is alist of modules which are either immediately available or are in the process ofbeing developed.

I^

TechnicalProcedures f or

TopographicForest Surveys

"OnULE

This module covers thetheory and_ practice ofcontour mapping based onthe ,00% inventory requiredunder the TPTl. Candidateslearn how to collect thenecessary data and then howto process it and producedetailed contour maps. Treemapping is a usual add-on tothis training module.

SUBJECT a, AnER

ROADE"GISOftware}

Training f DrContour "apping

ROADE"GISO, .ward

Training for RoadDesign

This module is a step-by-stepapproach to the use of theROADENC" program for thepurpose of contour and treemapping. The training usesreal field data collectedduring conventional, 00%inventory surveys

ESTIMATED COURSETl, ,E

6-7 days of field andoffice training, usuallyout of a HPH camp.

Road Planning,Field Locationand survey

tininimum one weeknotice based onavailable time slotsi

This module is a step-by-stepapproach to the use of theROADENC program for thepurpose of road design. Thetraining also includes datacollection requirements andprocedures.

3 - 4 days office

In ext training coursewill be in October,200.1

RiL Planning andImplementation

A field-orientsted training inroad planning and location,The course covers roadnetwork planning usingcontour maps. Specialemphasis is placed on actualroad location and surveytechniques,

2 days office

Inert training coursewill be in October,200.1

This module focuses on theapplication of petak levelcontour maps for maximumoperational benefit.participants are required todevelop a detailed harvestingplan including the location ofskid trails. Environmentalconcerns such as steep slopesand riparian protection zonesare included in the planningexercise. The course then

requires participants to carryout field location of the skidtrails according to technicalguidelines. A final map planis prepared after the field

5 days tapproximateifield and office

training. usually out ofa HPH camp.IMlnimum two weeksnotice based onavailable time slots.Participants to supplymaps)

_I

'' ROADENGis a comingreignbresle"gingeringprogrnm. IFFh@sino businessin, eresri" themarketing or sale @1this program.

7 days lapproximateifield and office

training based in a HPHcamp.

IMlnimum two weeksnotice based onavailable time slots.

Participants eithersupply detailedcontour maps orprovide an operationalpetak which hasalready been openedwith road access. The

focus is on preparingfor logging. Emphasis

t::^.

Workshop onForestcertification

location work has been

completed.

This module is intended for

companies who areinterested In pursuing thegoal of forest certification.The activities can vary from asimple. introductoryworkshop on forestcertification, to a pre. scopingfield evaluation followed by adetailed analysis of thecompany status in aworkshop environment.

Management'sRole In

Implementing RiL

Development ofRIL OperationsGuidelines

is also placed on theuse of petak maps forsupportingcertification efforts. I

Workshop on whatmanagement needs to do toimplement RIL. Emphasis isplaced on structural andfunctional adjustmentswithin a clearly defined RILframework.

,-3 days depending onthe depth of coveragerequired.

lone week noticei

In this module, managementand supervisory personnelare taken through the stepsof RIL implementation andare asked to developpractical guidelines for thevarious job functionsinvolved In the

implementation of the RILsystem.

Additional modules will be developed. For specialized training needs andmore information. contact the TFF office. "

Vl.

Extension services are essentially support functions which are Intended tofollow up on training activities. A one week course can be useful in teachingthe theory and demonstrating how to carry out a certain activity, however,follow-up support is after an essential ingredient to ensure that the initialtraining takes firm root.

In the implementation of a RiL system, the benefits of some of the initial datacollection, mapping, and planning functions have an additional cost and doriot always have an apparent, immediate benefit. It has been TFF's experiencethat unless follow-up services are made available, management may loose

I day workshop

ExrE"SIC" SERVICES

lone week noticel

, day workshopICan include a , dayfield exercise where

operational guidelinesfor fallers and skidder

operators are testedagainst localconditionsione week noticei

.

Tropical Forest Foundation/API"Manggala Wariabakti, Blk. IV, Floor 9, Wing B11. lend. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta 10270Tel. (021) 5735589 Fax (021) 57902925 E-mall^id

I^

interest In an artivity which has no apparent immediate benefit and whichappears to be difficult for the untrained staff to implement

TFF offers such follow-up extension services to ensure that management issupported and encouraged through the initial learning phase of changingover to an RIL system,

Demonstration actMties are a crucial aspect of extension work. Asconcessions begin to understand the essential differences between theirconventional method of operation and how an RIL system could improve theproductivity and quality of the harvesting activities, the need fordemonstration becomes more apparent. Demonstration can Involve theentire range of activities comprising an RIL system or, be limited to selectedelements of the system. The most important point Is that demonstrations on"how to correctly' carry out the activity should be a service which Is availableto the forest management unit.

Two RIL demonstrations are already booked for this year and furtherdemonstrations of RIL are being planned.

Vll.

The development of technlcal procedures manuals is crucial for training. Suchmanuals are also urgently needed as reference material in support of thevarious functions of an RIL system.

TFF has adopted a gradual approach to the development of technicalprocedures manuals. As an example, the manual for contour mapping Iwhichnow is at the printersi was developed over a period more than one Year andwas Incrementally improved with each training session. It will shortly beavailable as a reference text on contour mapping.

It is expected that two additional manuals on the used of a computerprogram for contour mapping and for road design, will able be publishedlater this Year. In addition, a manual on the use of contour maps for loggingplanning and implementation and, a manual for road planning, location,survey and design are also being developed.

Further technical manuals are being planned and the final synthesis of thesemanuals will be an abbreviated technical guideline for the implementations ofRIL.

TECH"ICAL rinAl, UALS A"D GUIDELl"ES

Vlll.

RIL Is a reality which must be implemented if forest management units wishto achieve sustainable forest management, However, if we are to besuccessful In encouraging widespread adoption of RIL practices, we will haveto take a more proactive approach.

The TFF/APHl collaboration is pursuing such a proactive approach throughengaging in information dissemination, training, extension work and thedevelopment of technical literature. In this regard, we welcome inquiriesfrom companies or forest management units who wish to learn more aboutRIL or who wish to develop the capability to upgrade their operation to RILstandards.

CONCLUSIONS

J

I^I^I

LokakaryaPelaksanaan penebangan Hutsn Rainah tingkungan

Menuju Pengelolaan Hutsn Berkelanjutan

Bog0, ; 2 - 3 MeI 2007

ESTABLISHME"T OF A I^IL DEMO"STRATIO" AREAA1.0 TRA1"11.6 CE"TER

FOR ASIA-PACIFIC'

DR. EUAS

Lecturer of the Faculty of Forestry IPB and Chairpersonof Indonesian Forest Products Harvesting Professional

Association (PERPPHINDO)

by :

I. This paper Is a summary of the project proposal ; Establlshment and Development or aReduced Impact Logging Tmlnlng Centre for Asia-Paclflc, will be submltted by Gol to inO2001

I^

. The forest area should reflect general working conditions in theregion and should prefersbly be a mixture of lowland and hill forest.It should also reflect the soil type, topography and generalbiodiversity of the region.

3. RIL Field Training Site

. A forest-based training camp must be present or be established withfacilities and infrastructure to enable a course of a minimum of 20-25people including instructors and course participants.

. The training centre should be in close proximity to thedemonstration site, preferamy no more than I hours drive.

4. Cost Aspects

. All cost saving aspects should be fully investigated, for example, usingexisting forest-based centres and forestry training systems within thehost country.

5. Location

. The host country should reflect a degree of partidpation in tropicallogglng and industrialised wood processing. For example Indonesia Isthe region's major producer of logs and forest related industrialproducts, It is appropriate to consider having a regional trainingcentre based in this country,

1/1.

I. Pro' c Ob'eatives

THE PROJECT

,., Develo merit Ob'eative

To improve forest harvesting techniques in natural forests in the Asia-Pacific region by training in RIL, thus promoting and aiding the adoptionand implementation of sustainable forest management,

,. 2 S ecific Ob'eatives

S ecific ob'ective ,

That RIL is widely adopted through the formation of a training centre.This will result in an increase in awareness and implementation of RiL byforest enterprises in the private and public sectors in the Asia-Pacificregion.

S ecific ob'ective 2

That stakeholders gain increased awareness of RIL. This will be achievedthrough workshops and study tours being held at the training centre fornational and international participants. This awareness will be furtherincreased by the promotion of a national RIL website and the publicationof a brochure and the publication of instruction manuals.

2. Justification

2. , Problems to be addressed

The main problems are as follows:

. Environmentally damaging logging is the standard practice in theregion

I^

. Lack of a RIL training centre and experienced instructors in theregion

Lack of operators in the region using RIL

Psychological barriers in the logging Industry must be overcome inorder for RIL to be widely accepted

Lack of logging industry guidelines about RIL related incentivepaymentsInadequate information transfer from RIL' research projects to thelogging industry.

.

.

.

.

2.2 Intended situation after ro'eat coin letlon

. A regional forest based training centre will have been successfullyestablished

. The desired number of RIL instructors and operators will have beentrained for the Asia-Pacific region's needs, which will enable othersuch training centres to be established

. A greater awareness and acceptsbility of RIL methods in commerciallogging practice

. An inter-regional and national network will have been established toeXchange RIL information

. By wider implementation of RIL the operational efFiclency of loggingoperations will have been Improved

. Forest production capacity will be increased following improvedlogging practices

. Forest biodiversity will be maintained by improved logging practices,

2.3 ^

* A forest training centre will be established in East Kallmantan,Indonesia, in the INHUTANl " concession, using the CIFOR Seturanforest camp, Operators and instructors will be trained here with aview to promoting greater awareness and acceptsbility of RIL,leading to more widespread adoption and implementation.

. Training strategies will formulated

. Using the Code of Practice for Forest Harvesting for Asia pacific IAPFC2000) and National Forest Harvesting Codes as guidelines, RIL trainingmodules will be formulated and taught

. National and regional networks will be implemented to increaseoverall awareness of R!L

. There will be two separate types of courses held at the centre. Onecourse will cover RIL mapping and planning and one will cover RILoperational methods up to the postlogging stage

. There will be a maximum of ,5 participants per course

. Due to set-up requirements there will be one course comprising twoseparate stages for regional participants in Year I. In Years 11 and 1/1there will be national and regional2 stage courses held

. In year 11 and Year in there will be national and regional workshopsand study tours hosted by the training center

I^

Table 'I. Proposed Training Activities

No.

,.

Training Activity

Regional RIL TrainingPart IPIanning and surveyPart 11 Operational

2. National RIL TrainingPart I Planning and surveyPart 11 Operational

3.

2.4 Tar et ben ficiarie

Workshop and Study TourRegionalNational

.

.

InO member countries benefit from improved forest practicesForest owners and enterprises benefit from adoption of RIL. whlch ispart of sustainable forest management

Stakeholders affected by the damage caused by current loggingpractices will benefit from better forest conservationLocal forest-based coinmunltles that harvest nori-timber forestproducts will benefit from access to a sustainable resourceCommunities around the forest will benefit from a decrease inenvironmental damage.

Forest agencies will be helped to meet their ITr0 2000 objectives

Operators and supervisors will benefit by gaining skills in RIL andenhancing their wage-earning potentialThe forest industry will benefit by producing products that have thepotential to have easler access to markets,

.

Year,

.

I

I

.

Year 2

.

.

I

I

.

Year 3

2.5 Techni I and cientlfic as eats

I

I

I

I

.

I

Previous RIL studies in the Asia-Pacific region have shown thatdamage to tropical forests can be significantly reduced by applyingsimple technlques of forest management planning, including pre-harvest survey, tree mapping, vine cutting, design and location ofskidtrails before logging, and directional felling.RIL has not been applied on a larger scale for numerous reasons.These include lack of technical knowledge by concession staff,minimal control of harvesting practices and the perceived high costof RIL. For example, current SIIvicultural prescriptions under theIndonesian SIIvicultural System ITPTl) call for enhanced regeneration,usually by under planting of commercial species in logged forest.However, under a RiL regime that Is designed to minimise damage toadvanced and understorey regeneration, artificial regenerationmight be rendered wholly or partially 11nnecessarv.

I

I

I

I

2.6 Economic as ects

. RIL supports sustainable forest management, thus ensuring that theforest resource contributes on a sustained basis to the economy

I^

. As a result of RtL there Is a more biodiverse forest ecosystem. thusenabling a sustained harvest of non-timber forest products.A sustalnable resource wlll result in a sustained downstream industry..

2.7 E vironmenta! as ects

. Sound environmental guidelines are promoted through use of RILmethods, such as attention to water crossings, streams and riparianreserves, and slope restrictions that reduce erosion. This benefitsbiodiversity in both forest and stream ecosystems.

2.8 ^^^s

. RIL supports sustainable forest management for local communitiesthat harvest non-timber forest products from the forest

. RIL planning methods recognise areas of cultural signlflcance andprotect them in exclusion zones.

2.9 Risks

. The main risk will be nori-adoption of RIL by the logging industry.With a diminishing forest resource, it is in industry's best interests toadopt sustainable forest management, of which RIL Is an integral part

. There Is the risk that qualified national and international instructorsare riot available.

3

S. ,.

Qu^CS

S ecific b'e iv

That RIL Is wldely adopted by forest enterprises in the private andpublic sectors In the Asia-Pacific region.

0:1^

A regional forest-based RIL training centre is established,

^^1.2:

Through on. SIte training, the appropriate number of operators andtrainers become available to assist implementation of RIL in the Asia-Pacific region.

3.2, S cific ob'eative 2

Stakeholders gain awareness of RIL. This will be achieved by workshopsand study tours being held at the training centre for national andinternational participants. This awareness will be further increased by aRIL website and the publication of a brochure and instruction manuals.

9:1^

National and international workshops and study tours are organised.

^^e^a:

A website is established.

-.

I^

91^

RIL brochure and manuals are published.

4. Activities

^;. A regional forest-based RIL training centre is established.

^,.

Deslgn a training strategy based on the proceedings of the regionalworkshop on the Development of Training Strategy in the Support ofCode Practice for Forest Harvesting in Asia-Pacific, held in Bogor,February 2000.

Be^Z

Design a RIL training curriculum for regional and national levels.

Be^

Establish a forest-based RIL training centre with appropriate I^cllltiesand infrastructure to host international participants.

^cog^2:

Through on-site training, the appropriate number of operators andtrainers become available to assist implementation of RIL in the Asia-Pacific region.

AC^The recruitment of international and national RIL instructors.

A^N^

The development of regional and national training modules.

^

The implementation of coinprehenslve RIL training courses at regionaland national levels.

Q!!^

National and international workshops and study tours are organised.

^,.Conduct a RIL regional workshop and study tour.

AC^Conduct a natlonal workshop and study tour,

91^

A website is established.

AC^I

Install, open and maintain a national RIL website.

I^I

O!^

A RIL brochure and manuals are published.

Be^

Formulate and publish brochure.

^u^z

Publish RIL training manuals.

I^

5. Work Plan

Output f. ,: A regional forest based RILti'alnlng centre Is established.

act^Design a training strategy based on theproceedings of the Regional Workshopon the Development of TrainingStrategy In the Support of the Code ofProCClce for Forest HarvestIng In theAsla-Pacific region, held in Bogor,February 2000,

AC^Deslgn a RILti'alnlng corrlculum forregional and national levels.

Act^Establish a fortsL-based RIL trainingInstitutlon with approprlate tocllltlesand Infrastructureto hostlnternationalparticipants.

Outputs/ACUvlties

.I.....

...,..,.,..,..

-. ... ,.

., .

. . ,

. .

. ,

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

. .

...,.

..."..

,.

. ,,.

,.. \.,..

,,...,. ~

,..I

Year,

2

Output ,. 2: Through onsite RIL training,the appropriate number of operatorsand trainers become available, toencourage Implementation of RIL In theAsiaPaclfic region.

BC^Recrultrnentof International andnationalRILlnsU'udors.

3

Yearly Quarter

4

.,.......

.

.

,

Year 2

BELL"^L32The development or regional andnational training modules.

A^y^The Implementation of comprehensiveRIL to In Ing courses at reglonal andnational levels.

2.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.,.....

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.,

.

3

,

,

.I,,.

,,,,

Ia.,............

4....................,......

.

...,

,

Year 3

Output2. ,: National andlnternatlonalworkshops and SUIdy tours areorganlsed

ACL^Conduct a RIL reglonal workshop andstudy tour.

agri!^ConducL a national workshop and studytour.

2...................

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.I

3

,.,

.

,

,,,,a.......

.

4.........

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

,a,.....

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.,...

, ........

', * , ~:*** ~:. .. .,. . ...,, .

. .

.. .

. ... . ,. .. .

... .. ...

I"t*-*, ..- *.,* ,*,,,*.*,'

Output 2.2: A website Is established.

Actlv, tv 2.2. ,Install, open and in alntaln RiLWebsite.

,

,

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.,..

,,

.

.

Output 2.3: RIL brochure and manualsare published.

BC^Formulate and publlsh brochures.

A^un^Publish RIL trainin manuals.

,

.,,,.....

.

.

.

.

.

.

.,,

"I

.,.,,

.

.

.

.

.

.

I,.....

.

.

,.

.... ,. ..

.

.

.

.

.

.

.

.,.I..,

,

.

.

.,.

.% :..,,,...,:, ,\, .

.," .

.

.

,

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.I

I^

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.I,

.,.

,....

,I

I

I.,.,..

.

.,..

.

.

,.....

.... .. .., ~,.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.,

.

.

.

.

.,

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

I

..

.,...

.

.

.

.

.

.L. .... .-.,.*,.

,.-" -.,,-~~., IJ .

a.

I.. .

.. . , . ..,., ,.-.

.,., ~...., .., t . -,.\.~:..

. .

.

.

.

,"

. ,

. .J. .

.. ..

. "-. -.- -.-.

.~,,-~.- t. -" ,, f . -.

,..

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

~ ~ .~~~..~. -

. - , .+" . . ' ., . ..,. .. t t ,,*-

.

.

.

.

.,

.

.

.

.

.

.

' ."',"~',.',-, - ~,"..~*'

.~ "....,. .....,.-

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

I

IV, MANAGEMENT STRUCTURE

The proposed project-implementing agency will be the Indonesian Ministry ofForestry IMOR. The co-ordinating team will be based in Jakarta. The co-ordinating team of MOF will be in charge of all administrative and operationalactivities, submission of project reports, convening of institutions and privateorganisations for workshop and other meetings, and recruitment ofnecessary consultants.

There should be an annual ITFO monitoring visit.

STEERING COMMITrEE

Or an is ational Structure

The Steering Committee will comprise representativesfrom, among others, the Indonesian Ministry of Forestry'sDirectorste General for Production Forest Utilisation, theMinistry's Forestry Training and Education Centre, theProvincial Government, InO, CIFOR and FAO/APFC,

PROJECT MANAGER

PROJECT STAFF

ITFO

I^I

A""Ex A

Secure" camp Is located in the gnunga" Research FC^. East KalmanLan, In donesla.It is already usco by CIFOR for Its re^arch co^, U. S. There have been a numhar orrosearct, procs established for RIL and come starF or UFOR and ale conF, ,., onalr. ,*"HUTA"I 11, have been tralned In RIL

The camp Is only a Few kliome. res from tile pro^^ demonstration SIC" and Isaccessible through Bankpapan and Mannau airports from Jakarta In one day's travel.

Fadl"leg req"Ire some Improvement to cater for the number or snident, but. ingeneral, the camp 13 SImple In deslgn and well kid our Dr Is sit" by the banks or theSealran river. Rotor to the attached plan or the existIng layo"L and proposal newbulldlngs.

ca and gassroom

I. co^710" inP ^uRM srArro"

%,^^

co

INHurANi I

\

o

I

^*

I'D

^/

LEGENDS:

cooR Regalch Forest

I Rivers

KByan Mannang NF

Lim, led Pro"Cnon ForestProduction Fore, IProtected Forest

co

I^,,.*^"'/INHUTANll

I

67

PT. SARANA in IRASABHAKri

,

S

,,--it' I \* .--. v" *

^I

<3 \, it, ,,, {

,

,

Vl. LAYOUT OF SETURA" STATIO"

z ,I- ~^"

Proposed newramn for

a^rimodatiori

E

a:

Once

Cl. SSRoorns

Forest R"d

- . . . -. . .. -. ~ . - .. . . . . .. . .. - ~ . -

- - . - . . . - .-. . . - ~ . - . ~ ., . . . - . ~ - ~ . -

^;

Kitchen

vii. FACILITIES OF SEruRA" STATIO", EULU"GA" RESEARCH FOREST -CIFOR

Buildl". S

Nine buildings, totalling 490m'. house offIces and facilities for admlnlstratlon,accommodation, logistics, research, toilets and warehousing, The buildingsare: Agathis: office (9x6m); Shorea: bedroom 15x, 2m); EUCeros:bedroom{6x9m); "an is: bedroom 13x9mi; EUslderoxylon: garage, warehouse,herbarium and bedrooms (2 storey 61<6m}; Tor: dining room and loglstlcsfox, Om}; kitchen 14x7m} and toilet block 16x6ml.

To connect those buildings and the river there Is a Scorn wooden walkway.

Din!rigRooms

bE

,Ein^

ProposedI toilets and

showers

o0en a ay

Bed

Rooms L

I^

LokakaryaPelaksanaan Penebangan Hutan Rainah Ungkungan

Menuju Pengelolaan Hutan Berkelanjutan

Bogor, 2 - 3 Me1200. I

PEDOll"A" TEK"Is PELAKSAlllAA"REDUCED IMPACT LOGGl"G IRIL,

I^

11.

2. ,.

LANGl<AH DASAR U"TUK BIDA"G PERE"CAI, an"

Kegiatan ITSP dilakukan pada saat Et-2, of inaria data yang diambil adalah datadiameter, spesies dan POSisi Dohon untuk menghasilkan peta penyebaranDohon serta data topografi untuk menghasilkan peta kontur. Dengandemikian dari kegiatan in I akan diperoleh 2 (dual peta dasar Yang sangatpenting peranannya terhadap keglatan berikutnya yaitu perencanaan tmseiaian sarad.

Peta topografi diper!ukan dalam menentukan trase iaian utama, cabangin aupun jalan sarad. sedangkan peta penyebaran pohon diperlukan dalammenentukan potensi yang akan dipanen, juga berguna untuk perencanaanarehjalan sarad.

Pare pelaksana yang terkait pada kegiatan ini yaitu Asisten dan MandorPerencanaan; Regu keria; Pare tenaga keria untuk ITSP sebanyak a'I orang padakondisi topografi beret atau Dotensi kayu Yang padat, sedangkan pada kondisitopografi yang ringan sampai sedang dan potensl sedang dapat digunakantenaga keria sebanyak 9 oreng.Untuk operasional diperlukan peta keria yaitu peta kontur dengan skala,:2,000 - ,:5,000 dengan interval garis kontur 5-40 in, Jalan sarad ditandai oratas peta Kontur yaitu dengan mengambil pada POSisi punggung. Selanjutnyapeta kontur di-overlaykan dengan peta pohon, sehingga diperoleh gainbaranperencanaan areh jalan sarad sesuai dengan sasaran pohon yang akan dipanenpada setiap petak Iuas ,00 ha. peta kontur dapat dibuat secara manualataupun meinarifaatkan fasilitas GIS.

Inventorisasi Te akan Sebelum Peneban an 11TSP} dan Surve To o refi

2.2.

Untuk me mudahkan regu survey menerapkan rencana jalan sarad or lapangan,in aka jalan sarad tenebih dahulu dibuat or peta topografi. Perencanaan jalansarad in I dilakukan o1eh tim perencanaan seiak pada POSisi Etc. 6.

Para Delaksana yang tenibat yaitu Kepala Bidang Perencanaan, Kepala BaglanPerencanaan, dan regu keria Survey.

Bahan-bahan yang diperlukan : peta penyebaran pohon dan peta topografiIskala I : 2,000 - I : 5.000i; pensil dan spidol warna.

Prinsip-prinsip yang narus diperhatikan yaitu :a. Peletakan trase iaian sarad pada kondisl topografi sedang sebaiknya

dilakukan pada daerah punggung, agar tingkat erosi minimal.b. Painang jalan sarad disesuaikan dengan penyebaran POSisi Dohon dan

hanya direncanakan sesuai dengan keperluan,c. Mencapai sebanyak in ungkin Dohon yang akan ditebang dengan

pantangjarak terpendek.d. Pantang jalan sarad sebaiknya tidak Iebih dari 500 in.e. POSisi iaian sarad pada SISi Iereng terletak of daerah Yang tidak cumin

(< 20%; penggalian/ dorongan matsimum < ,inI,f. Sebaiknya TPn direncanakan or atas (uphill skidding).

Perencanaan Jalan Sarad dan TPn.

I^

^^^

2.3,

Pelaksanaan penandaan iaian sarad dari peta keria ke lapangan tanpameIakukan kegiatan pengukuran tombahan, tetapi cukup dengan mencarinomor pohon Yang berlabel mereh/ kuning yang terdapat of kiri kanan tmsejalan sarad. Bila perlu dilakukan perbaikan rencana jalan sarad Yang ada.Perubahan segera ditandai pada peta rencana keria. Tanda Ialan sarad dibuatdengan cat pada pohon-pobon yang tenetak of kiri-kanan Ialan sarad. supayamemudahkan pengontrolan jalan sarad setelah dilakukan pendorongan.Untuk menandai tempat TPn cukup dengan garls verbikal pada pohon Yangtinggal.

Hal-hal Yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan jalan sarad adalahtingkat resiko kerusakan tegakan tinggal dan hanah; besarnya biayapenyaradan; tingkat kernudahan oparator chainsaw meIakukan orientasilapangan.

Para pelaksana Yang terlibat antara lain regu perencanaan jalan sarad dan TPn.Jumlah tenaga keria yang diperlukan sebanyak 3 oreng (, oreng ketua regudan 2 Drang penandaan caO.

Bananbahan Yang diperlukan peta penyebaran pohon/ peta topografi{skala , : 2,000 - I : 5.000); kompas; meteran; Kuas dan cat mereh.

Prtnsip-prinsip yang harus diperhatikan :a. Buatlah TPn sekecii in ungkin (misalnya 20 in x 40 in); jika hanya

be be rapa log, gunakan SISijalan tanpa perlu persiapan.b. Buatlah TPn pada daerah of pinggirjalan kering dan datar.c. Jalan sarad diusahakan tidak meIewati Iahan masyarakat atau pohon-

pohon bermanfaat bagi masyarakat,

Penandaan Jalan Sarad dan TPn sebelum Peneban an

2.4. Pemba ian Petak Ker'a dan Pemberian Peta Ker'a untuk O erator

Pembagian petak menjadi ariak petak sebanyak 3 atau 4 bagian IA, B, C, D) danpada mastng-masing ariak petak satu pasang operator chainsaw dan trekLor.Sebelum kegiatan penebangan peta keria sebaiknya diberikan kepada masing-masing operator untuk kelancaran kegiatan penebangan dan penyaradan.

Chainsaw dan Trektor

1/1.

3. , .

LANGKAH DASAR UNTUK BIDA"C PROPUKSl

Pembukaan iaian sarad dilakukan o1eh operator trektor sebelum penebangandimulai, Kegiatan inI dilakukan untuk mein permudah operator chainsawmenuju pohon yang akan direbang dan me in permudah pengarahan arahrebah ke jalan sarad. Seiain itu jalan sarad yang sudan terbuka. akanmein permudah operator chainsaw ke Iuar hutan apabila ada an gin kericang.

Para pelaksana terkait : operator traktor; operator chainsaw; helper; daninaridor tebang. persiatan Yang diperlukan : traktor dan chainsaw,Pendorongan trase Iaian sarad dan TPn di!akukan pada saat pembagian petakkeria telah diketahui o1eh operator chainsaw dan trektor. pendoronganhanya boleh dilakukan sampai dengan tanda stop yang telah ditentukan o1ehteam perencanaan. Apabila ada pohon-pohon Yang tidak tenangkau dan

Pembukaan Jalan Sarad dan TPn Sebelum Peneban an

-- ,

,

I^^

harus dibuat jalan sarad tombahan, in aka operator trektor wailb melaporkanke bagian perencanaan.

Hal-hal yang harus diperhatikan :a. Curekan peta keria IPeta pohon dan peta topografi) untuk perencanaan

keria setiap han,b. Jalan sarad direallsasikan sesuai dengan perencanaan or peta dan

seperti yang ditandai of lapangan.c. Buatlah jalan sarad sekecil in ungkin ItIdak meIebihi Iebar blade trektor,

hindari kerusakan pohon-pohon di sepanjang jalan sarad.d. ,Ika tidak diperlukan, tidak boleh meIakukan pengupasan tanah

(blading).e. Jangan mendorong pohon-pohon or kiri kanan jabn sarad Yang bercat

mereh.

3.2.

Tebang terarah adalah penebangan pohon-pohon secara tepat ke arehjatuhnya pohon Yang telah direncanakan sebelumnya,Tujuan tebang terarah adalah :

Mengurangi kerusakan terhadap tegakan tinggal, permudaan dana.

keterbukaan tanah meIalui proses penyaradan,Pemanfaatan kayu matsimal dengan mengurangi llmbahMengurangi jarak saradMengurangi tingkat kecelakaan pada saat pemanenan danmengurangi biaya operasional lainnya.

pare pelaksana terkait : operator chainsaw dan pembantunya.Banan dan peralatan Yang diperlukan : chainsaw; parang; bail untukpenebangan dan pembagian batang; spare parts Irantai dan bar cadangani;alat Ikikir, kunci busi, busi); petrol; o11 bekas; gemuk; kertas dan bollpoint ;pakaian pengaman (sarung tangan, helm, sepatu keria); pita diameter; airminum; in akanan.

Peneban an Terarah Sesuai den an Jalan Sarad dan Pemba ian Batan

b.C.

d.

3.3.

Tujuan utama dan penyaradan dengan menggunakan traktor daiam teknlk RILadalah 1.1. untuk mengeiuarkan kayu dan 10kasi penebangan sampai ke TPn,dengan mengurangi kerusakan terhadap tegakan tinggal dan keterbukaanhanah sekecil in ungkin yaitu dengan perencanaan areu penandaan jalan saraddan TPn sebelum penebangan; {21. mengurangi biaya penyaradan.

Pan pelaksana terkait : operator traktor dan pembantunya Ihook-main.Banan dan pera!aren Yang digunakan : trektor dengan kabel pada drumsepanjang 45 in; peta keria IPeta pohon dan peta topografi dengan rencanaiaian saradi; blanko laporan.

Prinsip. prinsip yang perlu diperhatikan : 1.1. Hindari pengupasan tanah,pengupasan dilakukan pada kelerangan < 26% (, 5'1; (2), Hindari penyaradanjika Kondisi hanah basah dan waktu hulan deras; 13). Gunakan peta rencanakeria untuk mengontrol kayu Yang disarad dan laporan dan penebang;(4). Gunakan winching secara konsekuen dart pangka! pohon sampai ke iaiansarad utama yang disarad sampal dengan pantang ,5-30 in. 151. Bila areh rebahmelintang terhadap iaian sarad inaka dilakukan penyaradan behanap.(6). Lebih optimal 11ka penyaradan digunakan 'choker'.(71. Apabila penyaradannarus menyeberangi ariak sungai, buatlah gorong-gorong sementara dari

Pen andan den an Men uriakan 'Winchin

I^

batong kayu Iubang dan setelah keglatan penyaradan selesai dibongkarkernbali agar saluran air tidak tersumbat, (8). Setiap sore hari operator trektormemberikan laporan rutin penebangan kepada inaridor blok yaitu berupalaporan harian jumlah batang Yang disarad operator trektor kepada inaridortebang. seperti contoh tabel berikut :

Nama operator Trektor :Petakl ariak petakTanggalNomorurut

,,2.

Jenis

3,

MM

3.4.

Nomor

pohon

KRBK

Closing up ada!ah pembuatan pant dan sudetan pada iaian sarad untukmengurangi erosi hanah setelah kegiatan penyaradan, Kegiatan pembuatansudetan dan pant dl!akukan langsung setelah Keglatan penyaradan selesaiyaitu pada saat operator traktor akan meninggalkan iaian sarad. Closing updibuat Iebih banyak jlka : ITi. Tingkat erosi tanah Iebih besar; (2). Pemanenandilakukan pada musim penghujan; 131. Kerniringanjalan sarad semakin tenal.Para pelaksana terkait : operator traktor dan helper.Hal-hal Yang perlu diperhatiKan banwa pembuatan sudetan dan parit dibuatpada daerah yang menurun dan tempat ajiran air. Pembuatan sudetan danpant dilakukan pada saat tmak ada hujan. Postsi sudetan mein bentuk sudut^ 450 ternadap jalan sarad dan dibuat pintu pembuangan air. Hal inidiperlukan untuk mengurangi Iaiu dan jumlah aliran air human dipermukaanjalan sarad.

2.7

Ke Iatan Pembuatan Sudetan dan Pant CIOsin up)

242

Jumlah

batang

2202

Nomorurut

Jenis

IV.

Nomor

pohon

4, ,,

KEGIATA" Tl, , PERE"CAI. an" DAN PRODUKSl

Kegiatan pengontrolan o1eh inaridor blok dilakukan rutin. setiap inaridor biokberLugas mengawasi dan memberikan pengarahan in aksimal untuk 3 orengpenebang serta 3 Drang penyarad secara bergantian.

4.2. T^!I

Kegiatan evaluasi o1eh tim gabungan dari bidang perencanaan dan produksidilakukan satu kali dalam sebulan, untuk mengevaluasi hasil perillaian inaridorbiok ternadap operator chainsaw in aupun operator traktor, pengontrolanterhadap kualitas penebangan dan penyaradan dilakukan secara acak denganjumlah sampel yang mewaki!I hasil perillaian.

Pen ontrolan HasilPeker^an Peneban an dan Pen aradan

Jumlah

batang

4.3.

Untuk memberIkan inotivasi dan mencapai Kualitas keria yang balk dalamkeglatan pemanenan, in aka perlu diberikan premi/ bonus sesuai kualitaspekerjaan dari masing-masing operator Ibonus untuk pekerjaan Yang sesuaiprosedur RIL dan sangsi apablla melanggar prosedur RID. Pengupahan

SIStem Pen u ahan dan Premi

I^I^I

pembantu operator meIPer} urnumnya dlbayar o1eh operator. Setlapperusahaan dapat menentukan SIStem bonus dan sangsinya musing masing.

Evaluasi kirierja operator chainsaw dan trektor dapat dlllhat pada masing-masing kegiatan, yaitu :

,. Kegiatan Penebangan

. Arah rebah : pohon yang ditebang sesuai dengan areh Yangdirencanakan yaitu mein bentok sudut t 45' (ship Ikani terhadapialan sarad.

. Pembagian batong : pemotongan batong tepat denganmeinarifoatkan batang secara in aksimal.

. Ketuntasan penebangan : penebangan semua pohon-pohonYang komersil dan yang dapat dimanfaatkan Iberlabel mereh).

. Tinggi tunggak : tinggi toktik balas or atas hanah untuk pohonYang tidak berbanir kurang dan 30 cm.

. Kerusakan pohon inti : dalam penebangan sebaiknyamenghlndari kerusakan pohon inti.

2. Keglata" Penyaradan

. Penyaradan pada Ialur : penyaradan hanya melaini Ialan saladyang telah direncanakan dan tidak keluarjalur,

. Lebar iaiur penyaradan : Iebar jalur penyaradan tidak merebihipisau traktor I^ 4.5 inI.

. Jarsk "winching" : penyaradan dengan menggunakan winchingdengan jarsk antara 15 - 30 in terhadap batang-batang yangrebahnya menjauhi jalan sarad,

. Ketuntasan penyaradan : menyarad semua kayu yang telahditebang.

. PenUtUpan iaiur penyaradan IClosing up) : setelan penyaradandilakukan closing up pada jalur sarad yang menurun.

I^^I

LokakaryaPelaksanaan penebangan Hutan Rainah Ungkungan

Menuju Pengelolaan Hutan Berkelanjutan

8090r, 2 - 3 MeI 2007

KERANGl<A ACUAN LOKAKARYA

I^

,0.50 -,,., O

,,., 0 - ,*. 30

,,. 30 -,,. 50

Pelaksanaan, permasalahan, dan prospek RILof Indonesia.

(Ir. Muhandis Natadiwirya, DirekturPengembangan PT. Innutant I, Ir RukmantaraAPHl, dan Ir. Nana Suparna, PT. Alas Kusuma)

Irisentif Bagi Upaya Percepatan PenerapanReduced Impact Logging IRIU MenujuPengelolaan Hutan A1am Produksi Lestari :Sebuah Alternatif Pemiklran.11r. A. A. Malik, Ketua Tim Irisentlf)Reduced Impact Logging of Malinau,Kalimantan Tlmur.

IHariyatno Dwiprabowo, PIinio Sist danDr. Kuswata Kartawinata, CIFORi

Diskusi

Makan Slang

Program pelatihan untuk MendukungPelaksanaan Reduced Impact Logging RID(Ir. E. Kosasih, Kapusdiklat Kenutanani

Removing impediments to the adoption ofRIL through information, training andextension services

IMr. A. W. Klassen dan Hasbillah, TFR

Establishment of a RIL Demonstration Areaand Training Center for Asia-Pacific.IDr. Elias, IPBi

Diskusi

Rehat Kopi

Sidang Keiompok : Meinbahas Tindak LanjutLokakaryaKe!ompok I : Peraturan, Irisentif dan

Pedoman/ PetunjukPinktls RIL

: Pelatlhan dan KeriasamaInternasionaltentangRIL

a, .50 - ,2.30

,2.30 -, 3.30

,3.30 -13.50

,3.50 - ,4. ,0

in 4.0 - ,4.30

a4,30 - , 5.00

,5.00 - 45.30

,5.30 - ,7.00

Kamis 3 M 1200,

08.30 - ,0.00

,0.00 -, 0.30

,0.30 -, 2.00

,2.00 -, 3.00

,3.00 -, 5.00

Keiompok "

-

I^I

SIdang Ke!Dinpok : Meinbahas ProposalProvek : "Establishment and Developmentof A Reduced Impact Logging TrainlngCenter for Asia-Pacific'

Rehat Kopi

SIdang Keiompok 11anjutan}

Makan Slang

Perumusan Hasll Lokakatya

15.00 - , 5.30

15.30 -, 6.30

6. PESERTA

PeserCa 10kakarya diperkirakan berjumlah in aksimum 80 oreng ; dibagi 2ruangan be resal dari berbagai instansi dan pinak terkait, Yakni :

I, Departemen Kehutanan2. BUMN Kenutanan3. HPH4. APHl

5. Provek-provek keriasama Iuar negeri (CTZ, EU, NRM, TFF, JICA, din6. CIFOR

7. Lembaga Ekolabeling Indonesia8. Universitas I IPB, UGM, UNMUL, UNHAS, UNTAN, UNCEN, dsbi9. LSM,0. Peruakilan PEMDA, , . ITro

,2. Badan-badan Internasional di Indonesia IFAO, UNDP, World Bank ,dsb}

Rehat Kopi

penutupan

7. PE"YELE"66N^

tokakarva jin dlselenggarakan o1eh Departemen Kehutanan be keriasamadengan InO meIalui Preproject PPD ,9199 Rev, , I^ ; StrengtheningSustainable Management of Natural Forests in Asla Pacific.

I^I

L

I _

LokakaryaPelaksanaan Penebangan Hutan Rainah Lingkungan

MenujtlPengelolaan Hutan Berkelanjutan

8090r, 2 - 3 MeI 2007

DAFTAR PESERTA

I^

DIREKTORAT JE"DEERLPERLl"DU"CAI, HUTA" DAIUKOI, SEI^VASI ALA"

, . Ir. Adj Susmianto

Gedung Manggala WariabakLiBIOk Vll Lantai 7

in. Jend. Catot Subroto,Jakarta do270

Telp. (62-2.1 5720227Fax. 162-2"} 5720227

2. Ir. Agus SriyantoDirektorat Konservasi KawasanSubdit. Informasi KonservasiAlam

Jl. Raya Pajajaran No. 79BogorTelp. 162-25,1357959 - 60Fax. (62-25, } 357960

6. Ir. Untung LusiantoDirektorat Pembenlhan TanamanHutan

Gedung Manggala WariabaktiBIOk I Lantai ,3Jl. Jend. Catot SubrotoJakarta ,0270

Telp. (62-211 5730,72 - 79Fax. (62-2, ) 5737092

3. Ir. Mudjiono MISronDirektorat PenanggulanganKebakaran Hutsn

Gedung Manggala WariabaktiBIOk N Lantai 7

Jl, Jend. Catot Subroto,Jakarta do270

Telp. 162-2, I 57046,8Fax, 162-2, I 57046,8

7. Darudono

Gedung Manggala WariabaktiBIOk I Lantai '12Jl. Jend. Catot SubrotoJakarta a0270

Telp. 162-2.1 57302,9Fax. 162-2, I 573343,

DIREKTORAT JE"DEERLRE"ABIUTASI LAHAl, DAIU

PER"UTA"A" SOSIAL

4.

8. SukandarSubdit. Evaluasi

Gedung Manggala WariabaktiBIOk I Lantai 43Jl. Jend. Catot SubrotoJakarta ,0270

Telp. 162-2, ) 573063,Fax. 162-2, I 573,839

Ir. Helmi Basal amah

Direktorat Pengelolaan DaerahAllran Sungai dan Rehabi!itasiLahan

Gedung Manggala WariabaktiBIOk I Lantai ,3Jl. Jend. Catot SubrotoJakarta ,0270

Telp. {62-2, } 5730/85Fax. 162-2, ) 5737092

DIREKTORAT JE"DEERL Bl"APROPUKSI ICE"UTA"A1,

5. Ir. SutrisnoDirektorat Bina Us aria Perhutanan

RakyatGedung Manggala WariabaktiBIOkl Lanta1 '14Jl. Jend. Catot SubrotoJakarta ,0270

Telp. 162-2'11 5730/53

9. Ir. Surechmanto HutomoDirektur Jenderal Bina ProduksiKenutanan

Gedung Manggala WariabaktiBIOk I Lantai 5

Jl, Jend. Catot Subroto, Jakarta,0270

Telp. 162-2, I 5730240Fax. 162-2, i 5733336

I^

40. Ir. Cogod Adj CahyonoDirekLorat Bina RencanaPemanfaatan Hutsn Produksi

Gedung Manggala WariabaktiBIOk I Lantai 5Jl. Jend. Catot SubrotoJakarta 10270

Telp. 162-2, } 5730230Fax. {62-2, I 5733336

,,. Ir. BrotohadiSumadyo, MMDirektur Bina PengembanganHutsn A1am

Gedung Manggala WariabaktiBIOk I Lantal ,,

Jl. Jend. Catot Subroto, Jakarta40270

Telp. 162-21) 5730393Fax. 162-2, I 573038,

a2. Ir, AUIia LP Aruan

Direktorat Bina PengembanganHutan Tanaman

Gedung Manggala WariabaktiBIOk I Lantai 6

Jl. Jend. Catot Subroto,Jakarta ,0270

Telp. 162-2, I 5730256

,6. Ir. Lasminl

Gedung Manggala WariabaktlBIOk I Lanta16

Jl. Jend. Catot Subroto, Jakartaton70

Telp. 162-2, I 5730268Fax. 162-2, ) 5733336

Fax, 162-2, ) 5733336E. mail : aaruan us a. net

43. Ir. R. Basar Manullang, MMDirektorat Blna Iuran Kehutanandan Peredaran Hasll Hutan

Gedung Manggala WariabaktiBIOk I Lantai 6

Jl. Jend, Catot Subroto,Jakarta ,0270

Telp. 162-2115730262Fax. (62-2, ) 5720203

BADA" PLA"aLOGI KEHUTA:, A"

,7. Dr. Dwi Sudharto, M. SISekretariat Badan PianologlKehutanan

Gedung Manggala WariabaktiBIOk Vll Lantai 5Jl. Jend, Catot SubrotoJakarta a0270

Telp. 162-2, I 5730280Fax. 162-211 573463

in4. Ir. Deny KustiawanDirektorat Bina PengembanganHutsn A1am

Gedung Manggala WariabaktiBIOk I Lantal ,,,

Jl. Jend Catot Subroto, Jakarta,0270

Telp. 162-2,15730395Fax. 162-2.1 573038,E-mail :

E. mail : df, s d=hat in do. net. Id

,8. Ir. Deddy Supredi, M. SIPusat Inventarisasi dan StatistikKehutanan

Gedung Manggala wariabaktlBIOk I Lantai 2Jl. Jend. Catot SubrotoJakarta ,0270

Telp. (6221) 5730337

subditkh in. hnet. id

15. it. Barnbang RiyantoDirektorat Bina PengembanganHutan A1am

Gedung Manggala WariabaktiBIOk I Lantai ,,,Jl. Jend Catot Subroto, Jakarta,0270

Telp. {62-2'11 5730377Fax. 162-2, } 573038,

E-mall : 12^"

E-mail :re ita de hut. cbn. net. id

de hut. cbn

,9. Dr. Ir. Nur MasripatinPusat Rencana KehutananGedung Manggala WariabaktiBIOk Vll Lantai 5Jl. Jend. Catot SubrotoJakarta ,0270

Telp. 162-2, ) 5730298

ri anto usa. net

Fax. 162-2, ) 57202,6E-mail : nur de hutbut. net. id

20, Augustijana K.Pusat Pengukuhan danPenatagunaan Kawasan HutanJl. Ir. H. Juanda No. 400

BogorTelp. (025.1 32,224,3.34,2Fax. 162-2, } 57202,6

I^

2, . Ir. M. A1iArsyadPusat Pembentukan WllayahPengelolaan dan PerubahanKawasan Hutsn

Gedung Manggala WariabaktiBIOk I Lantai 8Jl. ,end, Catot SubrotoJakarta ,0270

Telp. {62-2, I 5730295Fax. 162-2, I 5734632E. mail :ars ad de hut, cbn. net*id

22. Ir. Muhardi

Pusat Perpetaan KehutananGedung Manggala WariabaktiBIOk I Lantai 7Jl. Jend. Catot Subroto

27. Ir. Wesinan EndomPusat Penelitian Hasil Hutan

Jl. Gunung Batu N0 5P. 0. Box *82

BogorTelp. 162-25, ) 326378Fax. (62-25, } 3.63,6

Jakarta ,0270

Telp. 162-2, I 5730335E-mail : in uriardi de hut. net. id

23. Ir, Agus Justianto, M. ScGedung Manggala WariabaktiBIOk Vll Lantai 5J!. Jend. Catot SubrotoJakarta I0270

Telp. 162-2, ) 5730308Fax. (62-2, I 57202,6

SEKRETARIAT JE"DERAL

28. Dr. Hadi S. Pasaribu

Kepala Biro KLN dan InvestasiGedung Manggala Wariabaktl BIOkVll Lantai 4

Jl. Jend. Catot Subroto,Jakarta ,0270

Telp. 162-2, I 570, ,, 4,5730,65Fax. 162-2*) 57202,0

24, Ir. Hartono

Gedung Manggala WariabaktiBIOk Vll Lantai 5Jl. Jend. Catot SubrotoJakarta 10270

Telp. (62-2, I 573024,Fax. 162-24) 57202,6

29. Ir. E. Kosasih

Kepala PusDIKLAT KehutananJl. Gunung Batu, P. 0. Box ,4,

Bogor ,6610Telp, (62-25, ) 3,3622,3,284,

BADA" LITBA"G KEHUTA"A"

25. Ir. Dulsalam, MMPusLITBANG Teknologi Hasll HubnJl. Gunung Batu No. 5P. 0. Box ,82

BogorTelp. 162-25, I 326378Fax, 162-25, I 3163,6

Fax. 162-2541323565E-mail : dikhutan in do. net. id

30. Ir. Barnbang Unpno, M. EdPusat Bina PenyuluhanKehutanan

Gedung Manggala'WariabaktiBIOk Vll Lantai 8

Jl. Jend. Catot Subroto,Jakarta ,0270

Telp. 162-2, I 5720228Fax, (62-2, } 5720228

26. Dr. Hanatno DwiprabowoPusat Penelitian SOSial Ekonomi

dan Budaya KenutananJl, Gunung Batu No. 5P. 0, Box ,82

BogorTelp. 162-25, } 348644Fax. 162-25,1348644Small :

3, . Ir. BoedijonoKepa!a Pusat Standarlsasi danLingkunganGedung Manggala WariabaktiBIOk N Lantai 7

Jl. Jend, Catot Subroto,Jakarta a0270

Telp. (62-2, I 5720,90Fax. 162-21) 5733433E-mail :

I^

ridwi rabowo telkom. net

ka usdarlinId

de hut. CDn, net

32. Ir. Udi Wastoto, MFKabid Perumusan StandarPusat Standarisasi danLingkunganGedung Manggala WariabaktiBIOk N Lanta17Jl, Jend. Catot Subroto,Jakarta '10270

Telp, (62-2, ) 5733433Fax. {62-21) 5733433E-mail :udi as. I, tbanet. id

33. Ir. SIgit Pramono, M. Sc.Kasub Bidang Perumusan standarProsespusat standarisasi dan

LingkunganGedung Manggala WariabaktiBIOk N Lantai 7

Jl. Jend. Catot Subroto,Jakarta ,0270

Telp. 162-2, I 5733433Fax. 162-2, I 5733433E-mail :

37. Ir. Hardjono, M, EngKepala Bagian MultilateralBiro KLN dan InvestasiGedung Manggala WariabaktiBIOk Vll Lantai 4

Jl. Jend. Catot Subroto,Jakarta ,0270Telp. 162-2, } 5701, ,4,5730,65Fax. 162.2, ) 57202,0

de hut. cbn, n

34. Ir, Wahyu WardoyoKasub Bidang Penerapan StandarPusat Standarisasi danLingkunganGedung Manggala WariabaktiBIOk N Lantai 7

Jl. Jend. Catot Subroto,Jakarta '10270

Telp. 162-2, } 5733433Fax. (62-2, } 5733433E-mail :

usdarlin

E-mail :hardbno de hut. cbn. net. id

38. Ir. Gunarso, M, ScBiro KLN dan InvestssiGedung Manggala WariabaktiBIOk Vll Lantai 4Jl. Jend. Catot. Subroto,Jakarta 10270Telp. 162-2, ) 57th, 44,5730,65Fax, 162-2, ) 57202, o

de hut. cbn. net. Id

39. Ir, Barnbang TriyantoPusDIKLAT Kehutanan

Jl. Gunung Batu, P. 0. Box ,4,Bogor, 6610

35. Dr. IC. M. TantraPusDIKLAT Kehutanan

Jl. Gunung Batu, P. 0. Box ,4,Bogor, 66'10Telp. (62-25, } 3,3622

us danin

Telp. 162-25, } 3,3622,3,284,Fax. (62-25, } 323565E-mail : dikhutan in do. net. id

de hut. cbn. net. id

Fax. 162-25, } 323565E-mail : tantra in do. net, id

40. Ir, E. NurdinBaiai Latinan KehutananKampus Diklat RumpinJ!. Prada Samlawi-RumplnBogor

Telp. {62-25, ) 9,84977

36. Dr. Hadl DarvantoSekretariat JenderalGedung Manggala WariabaktiBIOk N Lantai 2Jl. Jend. Catot SubrotoJakarta ,0270

Telp. 162-2.1 5730,86Fax. 162-2'Ii 5738782

BUM"

4, . Ir. Muhandis NatadiwirvaDirektur pengembanganPT. INHUTANI IGedung Manggala WariabakCiBIOk Vll Lantai, 2Jl. Jend. Catot subroto,Jakarta do270Telp. 162-2, I 573,724 - 65.78-5746329Fax. {62-2, ) 5754335E-mail : inhban cbn. net. id

I^Zl

42. Oga Dhani P.PT, INHUTANI I

Gedung Manggala WariabaktiBIOk Vll Lant:ai ,2

Jl. Jend. Catot Subroto,Jakarta ,0270

Telp. 162-2, ) 573,724 - 65.78.5746329Fax. 162-2, ) 5734335

43. Trubus S.PT. INHUTANI I

Gedung Manggala WariabaktiBIOk Vll Lantai, 2

Jl, Catot Subroto, JakartaTelp. (62-2, I 573,724 - 65.78-5746329Fax. 162-2*I 5754335

48. Ir. Am an SomanaDirekCur ProduksiPT. INHUTANI N

Gedung Manggala WariabaktiBIOk N Lantai 4

Jl. Jend. Catot Subroto, Jakarta"0270

Telp. (62-2.1 572,292Fax. 162-211 57467,5

44. Ir. M. SaidDirektur UtamaPT. INHUTAN1 11

Gedung Manggala WariabakEiBIOk Vll Lantai ,3

Jl. Jend. Catot Subroto, Jakartado270

Telp. 162-2, ) 573,330-31,5737094Fax. 162-2, I 5733790

49. JejenPT. PERHUTANl

Gedung Manggala WariabaktiBIOk Vll Lantai 9

Jl. Jend, catot Subroto, Jakarta10270

Telp. 162-2, I 572,282Fax, 162-2, I 57336,6,573245,

45. An KuncoroPT. INHUTAN1 11

Gedung Manggala WariabaktiBIOk Vll Lantai ,3

Jl. Jend. Catot Subroto, Jakarta,0270

Telp. {62-2, } 573,330-3.1,5737094Fax, 162-2'I) 5733790

46. RulyanaPT. INHUTAN1 11

Gedung Manggala WariabaktiBIOk Vll Lantai ,3

Jl. Jend. Catot Subroto. Jakarta,0270

Telp. 162-2, I 573,3303t, 5737094Fax. (62-2, ) 5753790

SWASTA KEHUTA"A1.

50. Fatrah DikusumahPT. ALAS KUSUMA

Jl. Ballkpapan Raya No. ,4Jakarta Pusat

Telp. 162-2, ) 63863807Fax. 162-2, I 63863804-20

47. Ir, Harry SaritjokoDirektur ProduksiPT, INHUTAN1 1/1

Gedung Manggala WariabaktiBIOk Vll Lantai ,4

Jl, Jend. Catot Subroto. Jakarta,0270

Telp. (62-2, I 573709,Fax. 162-2, I 5704630

5, . Ir. Hidayat 1stIraharjoPT. SUMALINDO LESTARI JAYA, TbkGedung Astra Agro LestariLantai 2

Jl. Puloayang Raya BIOk DR. ,Kawasan Industri Pulogadung-Jakarta

Telp. 162-2, } 46,6641-43Fax. (62.2, ) 46,668, -82

52. Sjachrial Orig, MBAPT. MANDIRI TRACTOR UTAMAWisma 77 Lantai Dasar

Jl. S, Parman Kav. 77 Slipi, Jakarta,, 4.0

Telp. (6221) 536.2,6-19Fax. 162-2, I 536.2,9E-mail :

I^

s ahrial mandiri rou .coin

53, Ir. jinan sumantriPT. MANDIRI TRACTOR UTAMAWisma 77 Lantai DasarJl. S. Parman Kav. 77 Slipi, Jakarta,, 4.0

Telp. (62-2, I 536,216-, 9Fax. 162-211 536.2,9E-mail :intu mandiri rou .coin

54. Ir, Imam Harmaln

PT. TANJUNG RAYA INTIGA, KALTIMMenara Global Lantai ,8Jl. Jend. Catot Subrot0 27 Jakarta

Telp. 162-2, I 527020BFax. (62-2, ) 52702,6

55. Ir. Much!Is HidayatPT. BARITO PACIFIC GROUPWisma Banto Tower BLantai 5 -6

Jl. S, Parman Kav. 62-63 SlipiJakarta

Telp. 162-2, ) 53067'I,Fax. 162-2, ) 5306680E-mail : muchlis, I banto

56. Ir. Han SaptajiPT. BARITO PACIFIC GROUPWisma Banto Tower BLantai 5 -6Jl. s, parman Kav. 6263 SliplJakarta

Telp. 162-2,153067, IFax. 162-211 5306680

PROYEK KERJASA"A LUARI. ECE111

60. Mr. MartLi Matikainen

Berau Forest ManagementProject IBFMPiGedung Manggala WariabaktiBIOk N Lantai 7 Ruang 707Jl. Jend. Catot Subroto, Jakartaa0270

Telp. 162-2, I 5542/769Telp. (62-554i 2,760Fax. 162-2, } 5542/769

57. Dian NovarinaPT. BARITO PACIFIC GROUPWisma Barito Tower BLantai 5 -6

Jl. S. Parman Kav. 62-63 SlipiJakarta

Telp. 162-2, ) 53067, ,Fax. (62-2, I 5306680

E-mail :forest sind. me a. net. id

6, , Avianti ZulaichaBe reu Forest ManagementProject IBFMPlGedung Manggala WariabaktiBIOk IV Lantai 7 Ruang 707Jl. Jend. Catot Subroto, Jakarta10270

Telp. 162-2, I 5542/769Fax. 162-2, ) 5542. ,769E-mall :

58. Ir, AA. MalikASOSIASI PENGUSAHA HUTANINDONESIA

Gedung Manggala WariabaktiBIOk N Lantai 9

31. Jend. Catot Subroto, Jakartato270

Telp. 162-211 5737036,570, ,54-55Fax. 162-2, ) 5732564E-mail : a hi'k cbn. net. id

59. Ir, Rukmantara, M. ScASOSiASI PENGUSAHA HUTANINDONESIA

Gedung Manggala WariabaktiBIOk N Lantai 9

Jl. Jend. Catot Subroto, Jakarta,0270

Telp. 162-2, I 5737036,570, ,54-55Fax. 162-2, ) 5732564E-mail : a hi'kt cbn. net. id

forest sind. me a. net, id

62. Harry BudlCTZ-SFMPUniversitas MulawarmanP. 0. Box 4087, Samannda 7500,Jl. Kampus Gunung Kelua,Samarinda, Kalimantan TimurTelp. 162-54, I 7733434Fax. (62-54, I 7733437E. mall :

63. Hasblllah

Tropical Forest Foundation ITFFlGedung Manggala WariabaktiBIOk N Lantai 9 Wing BJl. Jend. Catot subroto, Jakarta,0270

Telp. 162-2, ) 5735589Fax. 162-21157902925E-mail : ^id

tZSfM

J

sind. me a. net. Id

I^^I

PERGURUA" Tl"CGI

64. Dr. EliasFakultas Kenutanan

Institut Pertanlan BogorKampus Oarmaga IPB,P. 0. Box ,68, Bogor, 6001Telp. {62-251) 628.45,62,589Fax, 162-25, ) 62,589,622202E. mail : el.ros bo or. wasantara. net. id

65. Dr. SuprlyantoIPB I SEAMEO-BIOTROP

Jl. Raya Taiur Km. 6,P. 0. Box, ,6

BogorTelp, 162-25, ) 323848

70. Ir. M. Ruslan, MsFakuitas Kehutanan

Universit:as Lambung Mangk!}ratJl, Brigjen Hasan Basrv,Banjarbaru. BamarmasinKalimantan Seiatan 70,23Telp. 162-5, ,} 92290,772290Fax. 162-5, ,1772290

Fax. (62-25, ) 32685,E-mail: su ri anto biotro .or

66. Dr. Nunuk SupriyatnoFakultas Kehutanan

Urnversitas Gadjah MadaBulaksumur, Yogyakarta 5528,Telp. 162-274i 550543,523533

7, . Ir, Barnbang SugiyantoFakultas Kenutanan

Universitas Winaya Mukti11. Winaya Mukti No. ,, Jatinangor,sumedangTelp. 162,221 7798260Fax. (62-22177982260 - 7798,39

Fax. 162-274i 90,420E. mail : fkt. u in idola. net. Id

67. Dr. Josep RuslimFakultas KehutananUniversitas Mulawarman

Jl. Kampus Gunung KeludP. 0. Box ,087 Samarinda

Kalimantan Timur. 7500,Telp. (62-54, } 733434,739886,733149

Fax. 162-54, I 733437,735379

72. Ir. BurhanuddinFaku!tas PertanianUniversitas AndalasJl. Kampus UNAND Limau ManihPadangTelp. {62-75, I 7270,Fax. 162-75, I 72702

E-mail :sfm ulb samarinda. wasantara, net. Id

68. Ir. Roup PurohimJl. Harmonls N0 31, Komp IPB ISindangbarang, Bogor, 66.7Telp. (62.25, } 3468,0,62,589Fax. 162-25, ) 62,589E-mail : el-

73. Ir. Eno SuwarnoFakultas Kehutanan

Universitas Lancang KuningJl. Dl, Pantaitan Km. 8, RumbaiPekanbaru, RiauTelp. 16276^) 53854,53.08Fax, 162-76, I 53348,52248

69. Prof. Dr. Heronono Hadisuparto,M. Sc

Universitas TanjungpuraPontianak

Telp. 162-56, } 73,082Fax. 162-56, } 739630-37

ros bo or. wasantara. net. id

LS, ,

74. Ir. Happy TarumadewantoLembaga A1am Tropika IndonesiaILATINi

. Program SerLifikasiJl. Astrojingga No. 7BogorTelp. 162-25, } 33794,7,374,43

I^

Fax. 162.25, I 379825E-mail : Iatin in donesi. id

75. Yan NgauLembaga PengembanganLingkungan dan Sumber DayaManusia, PLASMAJi. Juanda I No. 8,Samarinda 75.24, KaltimTelp. 162.54, ) 76,245,73907,Fax, 162-54, I 739071E-mail :dan"in sind. me a, n t*Id

DAERAH

76. Ir. Antung Abdu! Razak SumagiriKepala BLK SamarindaJl. Untung Suropati, P. 0. Box ,066Samarinda, 75.26Telp. 162-54, } 7798260

L^

LokakaryaPelaksanaan Penebangan Hutan Rainah Lingkungan

Menuju Pengelolaan Hutan Berkelanjutan

8090, ; 2 - 3 MeI 2001

SUSUNAN PANITIA

J

I^

@SumT Pa. UGAS".",, 0. 84, I'm. "/0,

Dalam rangka penyelenggaraan 'tokakarya Pelaksanaan Penebangan HutanRainah Lingkungan Menuju Pengelolaan Hutsn Berkelanjutan" tangga12-3 Mei200, of Hotel Pangrang0 11, Jl. Pajajaran No. 32, Bogor. dengan in I kamimenugaskan Panitia Pelaksana sebagai berikut:

,. Ir. Sumchmanto Hutomo IDirekLurJenderal BPIOPengarah2.1r. Harsono (Sekretaris Jenderal)

Dr. I G. M. Tantia IPusdiklat Kehutanan)

, . Dr. Hadisusanto Pasaribu, M. ScIKepala Biro KLN dan Investssil

2.1r. Muhandis Natadiwirva IPT. Innutani in

a, Ir. Dadang S. Djajaredja Diden BPIO2.1r. Deni Kustiawan {Ditjen BPIO

Aat Rosinhat. BSC. IBiro KLN dan Investasi)

,, Ir. Lasmini. M. Sc. (Ditjen BPiO2.1r. Barnbang Riyanto, Msc. (Diden BPIO

'I. Din. SumiyatiIBiro KLN dan Investasi}2.1r. Barnbang Triyanto IPusdiklat Kehutanan}

,. Drs. Yogie S. Hallm IBiro KLN dan Investasll2. Winarno IBiro KLN dan Investasil3. Jaeri IBiro KLN dan Investasii

,. Ir. Innani Bakri IBiro KLN dan Investssi)2. Betty Kusuma Astuti (Biro KLN dan Investasi)

I. Ir. Hardjono. M. Eng. (Blro KLN dan Investasi)2.1r. Siti Nunanah 11nO Pre-Pro^Cti3.1r. Hamzah in, eka tinO Pre-Projecti4. Suwarso IBiro KLN dan Investasli

DEPARTB^^, reaUTA^AN

S I^ 1:1R E T A I^ I A T J ^ 11 D E R A L

mamat : Gadus, g Mangga!a Wariabakli, iaiani Galo, SubrotoJakaria Pusa,Telepon : 583033 - 37; Telex : 45996 Dephut in

Kotok POS : 6 -IKWB. JkL 10270

Ketua

Wakll Ketua

.,

sekretaris

Bendahara

Seksi Acorn

30 April200,

Setsi Mater I

Seksi PerlengkapaN

Seksi Akomodasidan Konsumsi

Sekretariat

1:1^

SEKRETARIS JENDERAL.

Ir. H A R S O N ONIP. 0800,96.2

\

111AttAftYA^!IAI I!^!BAI^A1 11/1^ AMI^ 111111 1111 11/1 I it A

8000r. 2 - a Mat 2001

Pengarahan dan sambutan pembukaan o1eh Ir. Surechmanto Hutomo,Direkb. Ir Jenderal Bina Produksi Kehutanan

^-.

SE

P

-^--

^^

^

.

^

,.^

.

.^

.a

.

I,,..

Peserta 10kakarya pada SIdang PIeno

..

..

.

^


Recommended