+ All Categories
Home > Documents > Osteomielitis

Osteomielitis

Date post: 14-Jul-2016
Category:
Upload: rizky
View: 33 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
Description:
makalah keperawatan osteomielitis
52
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Osteomielitis adalah infeksi tulang, infeksi ini lebih sulit di sembuhkan dari pada infeksi jaringan lunak, karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi , tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru disekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup sesorang atau mengakibatkan orang yang menderitanya kehilangan ekstremitas. Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang status nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes melitus. Selain itu, pasien yang menderita artitis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi, atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka yang mengeluarkan pus, mengalami nefrosis insisi margial atau dehidrasi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi. Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan intramusculus juga dapat menyebabkan osteomielitis eksogen. Osteomielitis akut biasanya dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus, jamur, dan mikro-organisme lain. 1
Transcript
Page 1: Osteomielitis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Osteomielitis adalah infeksi tulang, infeksi ini lebih sulit di sembuhkan dari pada

infeksi jaringan lunak, karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap

inflamasi , tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang

baru disekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang

akan mempengaruhi kualitas hidup sesorang atau mengakibatkan orang yang

menderitanya kehilangan ekstremitas.

Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang status

nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes melitus. Selain itu, pasien

yang menderita artitis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi

kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi, atau sedang

mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama,

mengalami infeksi luka yang mengeluarkan pus, mengalami nefrosis insisi margial atau

dehidrasi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.

Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau

penyuntikan intramusculus juga dapat menyebabkan osteomielitis eksogen. Osteomielitis

akut biasanya dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus, jamur, dan mikro-organisme

lain.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi osteomielitis?

2. Apa saja klasifikasi dari osteomyelitis?

3. Apa etiologi osteomyelitis?

4. Bagaimana patofisiologi osteomielitis?

5. Bagaimana manifestasi klinis osteomyelitis?

6. Apa komplikasi osteomyelitis?

7. Bagaimana pemeriksaan penunjang osteomyelitis?

8. Bagaimana penatalaksanaan dan pencegahan osteomyelitis?

9. Bagaimana asuhan keperawatan osteomieitis?

1

Page 2: Osteomielitis

1.3 Tujuan

1. Agar pembaca dapat memahami definisi osteomielitis.

2. Agar pembaca dapat memahami klasifikasi osteomielitis.

3. Agar pembaca dapat memahami etiologi osteomielitis.

4. Agar pembaca dapat memahami patofisiologi osteomielitis.

5. Agar pembaca dapat memahami manifestasi klinis osteomielitis.

6. Agar pembaca dapat memahami komplikasi osteomielitis.

7. Agar pembaca dapat memahami pemeriksaan penunjang osteomielitis.

8. Agar pembaca dapat memahami penatalaksanaan dan pencegahan osteomielitis.

9. Agar pembaca dapat memahami asuhan keperawatan ostomielitis.

2

Page 3: Osteomielitis

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Osteomielitis

Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada

infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap

inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang

baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang

akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Beberapa

ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :

1. Osteomyelitis adalah infeksi bone marrow pada tulang-tulang panjang yang

disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang haemophylus

influensae.

2. Osteomyelitis adalah infeksi tulang.

3. Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan

oleh staphylococcus.

4. Osteomyelitis adalah influenza bone marow pada tulang-tulang panjang yang

disebabkan oleh staphyilococcus aureus dan kadang-kadang haemophylus

influenzae, infeksi ini hampir selalu disebabkan oleh staphylococcus aureus.

2.2 Klasifikasi Osteomielitis

Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu :

1. Osteomielitis Primer

Osteomielitis primer penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme

berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.

2. Osteomielitis Sekunder

Osteomielitis sekunder terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat

dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.

Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:

1. Osteomielitis akut

Osteomielitis akut adalah osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak

infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya

3

Page 4: Osteomielitis

lebih sering terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi

sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah (osteomielitis hematogen).

Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:

a. Osteomielitis hematogen

Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis

hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah

yang jauh. Kondisi ini biasannya terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering

terinfeksi biasanya merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat dan metafisis

yang menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada

tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis

dan onset yang lambat.

b. Osteomielitis direk

Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat trauma

atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat

inokulasi bakteri yang menyebabkan trauma, yang menyebar dari focus infeksi

atau sepsis setelah prosedur pembedahan. Manifestasi klinis dari osteomielitis

direk lebih terlokasasi dan melibatkan banyak jenis organisme.

2. Osteomielitis sub-akut

Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau

sejak penyakit pendahulu timbul.

3. Osteomielitis kronis

Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama

atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya

terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma

(osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang yang

fraktur.

2.3 Etiologi Osteomielitis

Osteomielitis bisa disebabkan oleh bakteri antara lain :

1. Staphylococcus aureus (sebanyak 90%).

2. Haemophylus influenzae 50% terjadi pada anak-anak dibawah umur 4 tahun.

3. Streptococcus hemolitikus.

4. Pseudomonas aurenginosa.

5. Escherechia coli.

4

Page 5: Osteomielitis

6. Clastridium perfringen.

7. Neisseria gonorhoeae.

8. Salmonella thyposa

Bagian tulang bisa mengalami infeksi melalui 3 cara, yaitu :

1. Aliran darah

Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang.

Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di

tulang belakang (pada dewasa). Orang yang menjalani dialisa ginjal dan

penyalahgunaaan obat suntik ilegal, rentan terhadap infeksi tulang belakang

(osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam telah

ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah

tulang lainnya.

2. Penyebaran langsung

Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka,

selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.

Infeksi pada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar

ke tulang di dekatnya.

3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya

Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa

hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami

kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang

disebabkan oleh jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi

pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak.

2.4 Patofisiologi Osteomielitis

Staphylococcus aureus merupakan penyebab terbanyak dari infeksi tulang. Organisme

patogenik lainnya yang sering dijumpai pada osteomielitis meliputi : Pseudomonas, dan

Escerichia Coli. Awitan osteomyelitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3

bulan pertama (akut fulminan–stadium 1) dan sering berhubungan dengan  penumpukan

hematoma atau infeksi superficial.

Infeksi awitan lambat  (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah

pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran

hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan. Respon inisial terhadap

5

Page 6: Osteomielitis

infeksi merupakan salah satu dari inflamasi, terjadi peningkatan vaskularisasi dan edema.

Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada pembuluh darah akan mengakibatkan iskemia dan

nefrosis tulang, hal ini sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula.

Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat

menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat

dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang. Pada perjalanan alamiahnya,

abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase

oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya, terbentuk daerah jaringan

mati (sequestrum) yang tidak mudah mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan

menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak lainnya. Selanjutnya akan terjadi

pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun

tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap

rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup penderita. Hal ini dinamakan

osteomielitis tipe kronik.

2.5 Manifestasi Klinis Osteomielitis

Berikut ini adalah manifestasi klinis dari osteomyelitis :

1. Demam

2. Nafsu makan menurun

3. Nyeri tekan saat pemeriksaan fisik

4. Gangguan sendi karena adanya pembengkakan

Pada anak-anak, infeksi tulang didapat melalui aliran darah, menyebabkan demam

dan nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah diatas tulang bisa mengalami luka dan

membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan nyeri. Infeksi tulang belakang biasanya

timbul secara bertahap, menyebabkan nyeri punggung dan nyeri tumpul jika disentuh.

Nyeri akan memburuk bila penderita bergerak dan tidak berkurang dengan istirahat.

Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya atau yang

berasal dari penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan diatas tulang,

dan abses bisa terbentuk di jaringan sekitarnya. Infeksi ini tidak menyebabkan demam,

dan pemeriksaan darah menunjukkan hasil yang normal. Pada penderita yang mengalami

infeksi pada sendi buatan atau anggota gerak, biasanya memiliki nyeri yang menetap di

daerah tersebut. Jika suatu infeksi tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi osteomielitis

menahun (osteomielitis kronis). Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama

6

Page 7: Osteomielitis

bertahun-tahun dan tidak menimbulkan gejala selama beberapa bulan atau beberapa

tahun. Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak

diatas tulang yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau hilang timbul dari

kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang terinfeksi menembus

permukaan kulit dan suatu saluran (saluran sinus).

2.6 Komplikasi Osteomielitis

Komplikasi osteomyelitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi yang tidak

terkendali dan pemberian antibiotik yang tidak dapat mengeradikasi bakteri penyebab.

Komplikasi osteomyelitis dapat mencakup infeksi yang semakin memberat pada daerah

tulang yang terkena infeksi atau meluasnya infeksi dari fokus infeksi ke jaringan sekitar

bahkan ke aliran darah sistemik. Secara umum komplikasi osteomyelitis adalah sebagai

berikut :

1. Abses Tulang.

2. Bakteremia.

3. Fraktur Patologis.

4. Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic).

5. Sellulitis pada jaringan lunak sekitar.

6. Abses otak pada osteomyelitis di daerah kranium.

2.7 Pemeriksaan Penunjang Osteomielitis

1. Pemeriksaan darah

Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endap

darah.

2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus

Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan

uji sensitivitas.

3. Pemeriksaan feses

Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh

bakteri  salmonella.

4. Pemeriksaan biopsy tulang

Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk

serangkaian tes.

5. Pemeriksaan ultrasound

7

Page 8: Osteomielitis

Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.

6. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan poto polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik.

Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus dan

kerusakan tulang serta pembentukan tulang yang baru.

Pemeriksaan tambahan :

1. Bone scan dapat dilakukan pada minggu pertama.

2. MRI jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka

kemungkinan besar adalah osteomielitis.

2.8 Penatalaksanaan dan Pencegahan Osteomielitis

Penatalaksanaan Osteomielitis

a. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri.  

b. Penicillin cair 500.000 milion unit IV  setiap 4 jam.

c. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.

d. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam.

e. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.

f. Drainase bedah apabila setelah 24 jam pengobatan antibiotik tidak menunjukkan

perubahan yang berarti, hal ini bertujuan untuk mengeluarkan jaringan nekrotik,

mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta ruang kosong yang ditinggalkan

dengan cara mengisinya menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat.

g. Istirahat di tempat tidur untuk menghemat energy.

h. Asupan nutrisi tinggi protein, dan vitamin A, B, C, D dan K.

1. Vitamin K : diperlukan untuk pengerasan tulang karena vitamin K dapat mengikat

kalsium. Tulang berbentuk rongga, sehingga dengan adanya vitamin K maka akan

membantu mengikat kalsium dan menempatkannya ditempat yang tepat.

2. Vitamin A,B dan C  : untuk membantu pembentukan tulang.

3. Vitamin D : untuk membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur kalsium

dan fosfor yang terdapat dalam tubuh agar berada di dalam darah yang kemudian

8

Page 9: Osteomielitis

diendapkan pada proses pengerasan tulang. Salah satu cara pengerasan tulang ini

adalah pada tulang kalsitriol.

Pencegahan Osteomielitis

1. Berhenti merokok

Merokok dapat menyumbat arteri dan meningkatkan tekanan darah, dimana

keduanya buruk bagi sirkulasi. Hal ini juga dapat melemahkan sistem kekebalan

tubuh.

2. Diet sehat

Makanan berlemak tinggi dapat menyebabkan penumpukan simpanan lemak

di arteri dan kelebihan berat badan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Untuk

meningkatkan sirkulasi, diet tinggi serat dan rendah lemak dianjurkan, termasuk

banyak mengkonsumsi buah segar dan sayuran (setidaknya lima porsi sehari) serta

biji-bijian. Makan makanan yang sehat juga dapat membantu meningkatkan sistem

kekebalan.

3. Mengurangi alcohol

Jika minum alkohol, jangan melebihi batas harian yang direkomendasikan, 3-4

unit per hari untuk pria dan 2-3 unit sehari untuk wanita. Jika melebihi batas alkohol

yang direkomendasikan akan meningkatkan baik tekanan darah dan kadar kolesterol,

yang akan membuat sirkulasi menjadi buruk.

4. Olahraga teratur

Olahraga teratur akan membuat jantung dan sistem peredaran darah lebih

efisien dan dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh lemah.

2.9 Asuhan Keperawatan Teoritis

1. Pengkajian

a. Identitas

1) Identitas Pasien

Identitas pasien meliputi : nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat,

suku/bangsa, pekerjaan, pendidikan, status.

2) Identitas penanggung jawab

9

Page 10: Osteomielitis

Identitas penanggung jawab meliputi : nama, umur, agama, jenis kelamin,

alamat, suku/bangsa, pekerjaan, pendidikan, status, hubungan dengan klien.

b. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang

Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka, riwayat operasi tulang dengan

pemasangan fiksasi internal dan fiksasi eksternal dan pada osteomielitis

kronis penting ditanyakan apakah pernah mengalami osteomielitis akut yang

tidak diberi perawatan adekuat sehingga memungkinkan terjadinya supurasi

tulang.

2) Riwayat Kesehatan Dahulu

Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daerah vertebra torako-lumbal

yang terjadi akibat torakosentesis atau prosedur urologis. Dapat ditemukan

adanya riwayat diabetes melitus, malnutrisi, adiksi obat-obatan, atau

pengobatan imunosupresif.

c. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum

Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis yang

bergantung pada keadaan klien).

Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan pada

kasus osteomielitis biasanya akut).

Tanda-tanda vital tidak normal.

2) Sistem Pernafasan

Pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak mengalami

kelainan pernafasan. Pada palpasi toraks, ditemukan taktil fremitus seimbang

kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak didapatkan suara nafas tambahan.

3) Sistem Kardiovaskuler

Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan nadi

meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi, didapatkan suara S1 dan S2

tunggal, tidak ada murmur.

4) Sistem Muskuloskeletal

Adanya osteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang dan

osteomielitis yang menginfeksi sendi akan mengganggu fungsi motorik klien.

Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena adanya luka disertai dengan

pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.

10

Page 11: Osteomielitis

5) Tingkat kesadaran

Tingkat kesadaran biasanya kompos metis.

6) Sistem perkemihan

Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah, karakteristik, dan berat

jenis. Biasanya klien osteomielitis tidak mengalami kelainan pada sitem ini.

7) Pola nutrisi dan metabolism

Evaluasi terhadap pola nutrisi klien dapat menentukan penyebab masalah

muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak

adekuat. Masalah nyeri pada osteomielitis menyebabkan klien kadang mual

atau muntah sehingga pemenuhan nutrisi berkurang.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kompresi saraf, kerusakan

neuromuskoloskeletal.

b. Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan terbentuknya kloaka,

drainasi pus dari medula tulang.

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan

nutrisi yang kurang.

d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan respon nyeri, kerusakan

neoromuskuluskeletal.

e. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses

tulang.

f. Ansietas yang berhubungan dengan rencana pembedahan, kondisi sakit,

perubahan peran keluarga, kondisi status sosio ekonomi.

g. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan pemasangan fiksasi eksterna,

rencana amputasi.

3. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA NOC NIC

1. Nyeri

Batasan karakteristik :

a. perubahan selera

makan.

a. Pain level

b. Pain control

c. Comfort level

Pain management

1. lakukan pengkajian

nyeri secara

komprehensif

11

Page 12: Osteomielitis

b. perubahan tekanan

darah.

c. perubahan frekuensi

jantung.

d. perubahan frekuensi

pernafasan.

e. laporan isyarat.

f. perilaku distraksi.

g. mengekspresikan

perilaku.

h. masker wajah (mata

kurang bercahaya

dan tampak kacau).

i. sikap melindungi

area nyeri.

j. fokus menyempit

k. indikasi nyeri yang

dapat di amati.

l. perubahan posisi

untuk menghindari

nyeri.

m. melaporkan nyeri

secara verbal.

n. gangguan tidur

Faktor yang

berhubungan :

agen cidera (biologis,

zat kimia, fisik,

psikologis).

Kriteria hasil :

1. mampu mengontrol

nyeri, (tahu penyebab

nyeri, mampu

menggunakan teknik

non farmakologi untuk

mengurangi nyeri,

mencari bantuan).

2. melaporkan bahwa nyeri

berkurang dengan

menggunakan

manajemen nyeri.

3. mampu mengenali nyeri

(skala, intensitas,

frekuensi dan tanda

nyeri).

4. menyatakan rasa

nyaman setelah nyeri

berkurang.

termasuk lokasi,

karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas,

dan faktor

presipitasi.

2. observasi reaksi non

verbal dari ketidak

nyamanan.

3. gunakan teknik

komunikasi

teraupetik untuk

mengetahui

pengalaman nyeri

pasien.

4. kaji kultur yang

mempengaruhi

respon nyeri.

5. evaluasi pengalaman

nyeri pada masa

lampau.

6. bantu pasien dan

keluarga untuk

mencari dan

menemukan

dukungan.

7. kontrol lingkungan

yang dapat

mempengaruhi

nyeri.

8. kurangi faktor

presipitasi nyeri.

9. pilih dan lakukan

penanganan nyeri

(farmakologi, non

12

Page 13: Osteomielitis

farmakologi dan

interpersonal).

10. kaji tipe dan sumber

nyeri untuk

menentukan

intervensi.

11. ajarkan tentang

teknik non

farmakologi.

12. tingkatkan istirahat.

13. kolaborasi dengan

dokter jika nyeri

berlanjut.

Analgesic

administration

1. tentukan lokasi,

karakteristik,

kualitas, dan derajat

nyeri sebelum

pemberian obat.

2. cek instruksi dokter

tentang jenis obat,

dosis, dan frekuensi.

3. tentukan pilihan

analgesic tergantung

tipe dan beratnya

nyeri.

4. pilih rute pemberian

secara IV dan IM.

5. monitor vital sign.

6. evaluasi efektifitas

analgesik, tanda dan

13

Page 14: Osteomielitis

gejala.

2. Kerusakan integritas

jaringan berhubungan

dengan :

Gangguan sirkulasi,

iritasi kimia, (ekspresi

dan sekresi tubuh,

medikasi), defisit

cairan, kerusakan

mobilitasi fisik,

keterbatasan

pengetahuan, faktor

mekanik (tekanan,

gesekan), kurangnya

nutrisi, radiasi, faktor

suhu atau( suhu yang

ektrim)

a. Tissue integrity : skin

and mucous

membranes.

b. Wound healing :

primary and secondary

intention.

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan, kerusakan

integritas jaringan pasien

teratasi dengan kriteria

hasil:

1. Tidak ada tanda tanda

infeksi.

2. Ketebalan dan tekstur

jaringan normal.

3. Menunjukkan

pemahaman dalam

proses perbaikan kulit

dan mencegah terjadinya

cidera berulang.

4. Menunjukkan terjadinya

proses penyembuhan

luka.

Pressure ulcer,

prevention, wound

care

1. Anjurkan pasien

untuk menggunakan

pakaian yang

longgar.

2. Jaga kulit agar tetap

bersih dan kering.

3. Mobilisasi pasien

(ubah posisi pasien)

setiap dua jam

sekali.

4. Monitor kulit akan

adanya kemerahan

5. Oleskan lotion atau

minyak baby oil

pada daerah yang

tertekan.

6. Monitor aktivitas

dan mobilisasi

pasien

7. Monitor status

nutrisi pasien

8. Observasi luka :

lokasi, dimensi,

kedalaman luka,

karakteristik, warna

cairan, granulasi,

jaringan nekrotik,

tanda tanda infeksi

lokal, formasi

14

Page 15: Osteomielitis

fraktus.

9. Cegah kontaminasi

feces dan urine

10. Lakukan teknik

perawatan luka

dengan steril

3. Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan

Batasan karakteristik :

a. kram abdomen

b. nyeri abdomen

c. menghindari

makanan

d. penurunan berat

badan

e. diare

f. peningkatan bising

usus

g. kurang minat pada

makanan

h. kesalahan informasi

i. tonus otot menurun

j. menguluh gangguan

sensasi rasa

k. cepat kenyang

setelah makan

l. sariawan di rongga

mulut

Faktor-faktor yang

berhubungan :

a. faktor biologis

a. Nutrional status

b. Weight control

Kriteria hasil :

1. adanya peningkatan

berat badan

2. berat badan ideal sesuai

dengan tinggi badan

3. mampu mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi

4. tidak ada tanda tanda

malnutrisi

5. menunjukan

peningkatan fungsi

pengecapan dari

menelan

Nutrition management

1. kaji adanya nyeri

makanan

2. kolaborasi dengan

ahli gizi

3. anjurkan pasien

untuk

meningkatkan

intake Fe

4. anjurkan pasien

untuk

meningkatkan

protein dan vitamin

C

5. diet tinggi serat

untuk mencegah

kontipasi

6. ajarkan pasien

bagaimana

membuat catatan

makanan harian

7. monitor jumlah

nutrisi dan

kandungan jumlah

kalori

8. berikan informasi

tentang kebutuhan

15

Page 16: Osteomielitis

b. faktor ekonomi

c. ketidakmampuan

untuk mencerna

makanan

d. ketidakmampuan

menelan makanan

e. faktor psikologis

nutrisi

Nutrition Monitoring

1. BB pasien dalam

batas normal

2. Monitor adanya

penurunan berat

badan

3. Monitor tipe dan

jumlah aktifitas

4. Monitor lingkungan

selama makan

5. Monitor kulit kering

6. Monitor mual dan

muntah

7. Monitor

pertumbuhan dan

perkembangan

8. Monitor pucat,

kemerahan dan

kekeringan jaringan

konjungtiva.

16

Page 17: Osteomielitis

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN OSTEOMIELITIS

Contoh Kasus :

Pada tanggal 23 November 2015 jam 10.00 WIB An.A berjenis kelamin laki-laki

berusia 5 tahun datang ke RSUD Jombang di antar oleh orang tuanya dengan keluhan nyeri di

ujung tulang tungkai seperti di tusuk-tusuk disertai dengan demam. Nyeri dirasakan sejak 3

hari yang lalu sebelum masuk ke RS. Nyeri semakin dirasakan ketika beraktivitas. Dari hasil

pemeriksaan fisik didapatkan TD = 170/70 mmHg, suhu = 38,50C, nadi = 110 kali permenit,

RR = 25 kali permenit. Sebelum dibawa ke RSUD Jombang, An.A di bawa oleh ibunya

berobat ke mantri tempat pasien tinggal. Pasien hanya di beri obat analgesic dan paracetamol

namun keadaan pasien tidak terdapat perubahan sehingga pasien di bawa ke RSUD Jombang.

PENGKAJIAN

1. Identitas Klien

Nama : An.A No. Reg : 1234

Umur : 5 tahun Tgl MRS : 23-11-2015 (jam 10.00)

Jenis Kelamin : Laki-laki Diagnosis Medis : Osteomielitis

Suku/Bangsa : Indonesia Tgl Pengkajian : 23-11-2015 (jam 10.00)

Agama : Islam

Pendidikan : TK

Alamat : Jombang

Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny.B

Usia : 28 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Indonesia

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Hubungan dengan klien : Ibu

17

Page 18: Osteomielitis

Alamat : Jombang

2. Riwayat Keperawatan

a. Keluhan utama

Nyeri di ujung tulang tungkai seperti di tusuk-tusuk selama 3 hari.

b. Riwayat penyakit sekarang

Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya merasakan nyeri di ujung tulang tungkai

seperti di tusuk-tusuk disertai dengan demam. Nyeri dirasakan sejak 3 hari yang lalu

sebelum masuk ke RS. Nyeri semakin dirasakan ketika beraktivitas. Sebelum

dibawa ke RSUD Jombang, An.A di bawa oleh ibunya berobat ke mantri tempat

pasien tinggal. Pasien hanya di beri obat analgesic dan paracetamol namun keadaan

pasien tidak terdapat perubahan sehingga pasien di bawa ke RSUD Jombang.

P = nyeri ditimbulkan karena adanya organisme patogenik.

Q = seperti ditusuk-tusuk.

R = ujung tulang tungkai

S = 6

T = ketika beraktifitas.

c. Riwayat penyakit dahulu

Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya belum pernah mengalami sakit yang sama

dengan yang dirasakan saat ini.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Ibu pasien mengatakan bahwa keluarganya tidak pernah mengalami sakit yang sama

dengan yang dirasakan pasien saat ini.

e. Riwayat kesehatan lingkungan

Lingkungan rumah pasien kotor dan rumah pasien dekat dengan area pabrik.

3. Pemeriksaan Fisik

TTV

TD : 170/70 mmHg

Nadi : 110 kali permenit

Suhu : 38,50 C

RR : 25 kali permenit

Pemeriksaan persistem

18

Page 19: Osteomielitis

1. Sistem pernafasan

Anamnesa : tidak ada keluhan.

a. Hidung

Inspeksi : tidak ada secret / ingus, tidak epistaksis, tidak ada oedem pada

mukosa.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

b. Mulut

Inspeksi : mukosa bibir kering.

c. Leher

Inspeksi : tidak ada sumbatan jalan nafas

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

d. Faring

Inspeksi : tidak ada oedem / tanda-tanda infeksi

e. Area dada

Inspeksi : pola nafas cepat.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Perkusi : bunyi sonor

Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada ronkhi

2. Kardiovaskuler dan Limfe

Anamnesa : tidak ada keluhan.

a. Wajah

Inspeksi : muka pucat.

b. Leher

Inspeksi : tidak ada bendungan vena jugularis

Palpasi : Arteri carotis communis teraba kuat

c. Dada

Inspeksi : bentuk dada simetris

Palpasi : iktus kordis teraba

Perkusi : batas jantung jelas

Aukultasi : bunyi jantung normal

d. Ekstermitas atas

Inspeksi : perfusi merah

Palpasi : suhu akral hangat

19

Page 20: Osteomielitis

e. Ekstermitas bawah

Inspeksi : tidak ada sianosis

Palpasi : suhu akral hangat

3. Persyarafan

Anamnesa : tidak ada keluhan pada pasien.

a. Uji nervus I olfaktorius ( pembau) : paisen dapat membedakan bau bauan

b. Uji nervus II opticus ( penglihatan) : tidak ada katarak, tidak ada infeksi

konjungtiva atau infeksi lainya, paisen dapat melihat dengan jelas tanpa

menggunakan kaca mata

c. Uji nervus III oculomotorius : tidak ada edema kelopak mata, hipermi

konjungtiva, hipermi sklera kelopak mata jatuh (ptosis), celah mata sempit

(endophthalmus), dan bola mata menonjol (exophthalmus).

d. Nervus IV toklearis : ukuran pupil normal

e. Nervus V trigeminus ( sensasi kulit wajah) : pasien dapat membuka dan

menutup mulut

f. Nervus VI abdusen : tidak ada strabismus (juling), gerakan mata normal

g. Uji nervus VII facialis : pasien dapat menggembungkan pipi, dan menaikkan

dan menurunkan alis mata

h. Nervus VIII auditorius/akustikus : pasien dapat mendengar kata kata dengan

baik

i. Nervus IX glosoparingeal : terdapat reflek muntah

j. Nervus X vagus : dapat menggerakan lidah

k. Nervus XI aksesorius : dapat menggeleng dan menoleh kekiri kanan, dan

mengangkat bahu

l. Nervus XII hypoglosal/ hipoglosum : dapat menjulurkan lidah.

Pemeriksaan Reflek fisiologis : normal, tidak ada gangguan.

Pemeriksaan reflek patologis : normal, tidak ada gangguan.

GCS (Glasgow Coma Scale) :

- Eye/membuka mata (E) : 4

- Motorik (M) : 6

20

Page 21: Osteomielitis

- Verbal/bicara (V) : 5

4. Perkemihan

Anamnesa : tidak ada keluhan

a. Penis

Inspeksi : penis normal, tidak ada ulkus, tidak ada tumor, bersih, tidak ada

luka atau trauma.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

b. Scrotum

Inspeksi : tidak ada pembesaran, tidak ada luka/trauma, tidak ada tanda

infeksi, bersih.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada penurunan testis.

5. Sistem Pencernaan

Anamnesa : tidak ada keluhan.

a. Mulut

Inspeksi : mukosa bibir kering.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

a. Lidah

Inspeksi : tidak ada tremor, tidak ada lesi

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

b. Faring

Inspeksi : tidak ada kemerahan

Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar di faring

c. Abdomen

Inspeksi : tidak ada pembesaran abdomen, bentuk abdomen simetris, tidak

nampak vena pada abdomen.

Auskultasi : peristaltik usus 8 kali permenit.

Perkusi : tymphani.

d. Palpasi:

Kuadran I:

Hepar tidak terdapat hepatomegali, tidak ada nyeri tekan.

21

Page 22: Osteomielitis

Kuadran II:

Gaster tidak ada nyeri tekan abdomen, tidak ada distensi abdomen.

Lien tidak ada splenomegali

Kuadran III:

Tidak terdapat massa, tidak ada nyeri tekan.

e. Kuadran IV:

Tidak ada yeri tekan pada titik Mc Burney.

6. Sistem Muskuloskeletal & Integumen

Anamnesa : ibu pasien mengatakan bahwa anaknya merasakan nyeri di ujung

tulang tungkai.

Kekuatan otot 5 5

4 4

Keterangan:

0: Tidak ada kontraksi

1: Kontaksi (gerakan minimal)

2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi

3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi

4: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahanan ringan

5: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahanan penuh

7. Sistem Endokrin dan Eksokrin

Anamnesa : tidak ada keluhan

a. Kepala

Inspeksi : distribusi rambut merata, ketebalan normal, tidak ada kerontokan

(hirsutisme), tidak ada alopesia (botak)

b. Leher

Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

c. Payudara

Inspeksi : tidak ada pembesaran mamae

22

Page 23: Osteomielitis

d. Genetalia

Inspeksi : bersih

Palpasi : tidak ada benjolan

e. Ekstermitas bawah

Inspeksi : tidak ada odeme

8. Sistem Reproduksi

Anamnesa : tidak ada keluhan.

a. Genetalia :

Inspeksi : bentuk normal, bersih , tidak ada odema, tidak ada benjolan, tidak

ada pengeluaran (darah, cairan, lendir), tidak ada luka/keadaan luka

Palpasi: tidak ada benjolan.

9. Persepsi Sensori

Anamnesa : tidak ada keluhan

a. Mata

Inspeksi : bentuk mata simetris

Palpasi : tidak ada nyeri

b. Penciuman

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

ANALISIS DATA PASIEN

DIAGNOSA I

Ns. Diagnosis

(NANDA-I)

Nyeri Akut (00132)

Domain 12 : Kenyamanan

Kelas 1 : Kenyamanan Fisik

DEFINITION Pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan yang muncul akibat kerusakan

jaringan yang aktual atau potensial atau

digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian

rupa (internatioanal association for study of

pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari

intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang

23

Page 24: Osteomielitis

dapat diantisipasi atau diprediksi dan

berlangsung <6 bulan.

DEFINING

CERATERISTICS

Perubahan selera makan

Perubahan tekanan darah

Perubahan frekuensi jantung

Perubahan frekuensi pernapasan

Laporan isyarat

Diaforesis

Perilaku distraksi (mis., berjalan mondar

mandir, mencari orang lain dan / atau

aktivitas lain, aktivitas yang berulang)

Mengekspresikan perilaku (mis., gelisah,

merengek, menangis, waspada,

iritabilitas, mendesah)

Masker wajah (mis., mata kurang

cahaya, tampak kacau, gerakan mata

berpencar atau tetap pada satu fokus,

meringis)

Sikap melindungi rasa nyeri

Fokus menyempit (mis., gangguan

peresepsi nyeri, hambatan proses

berfikir, penurunan interaksi dengan

orang lain dan lingkungan)

Indikasi nyeri yang dapat diamati

Perubahan posisi untuk menghindari

nyeri

Sikap tubuh melindungi

Dilatasi pupil

Melaporkan nyeri secara verbal

Fokus pada diri sendiri

Gangguan tidur

RELATED TO Agens cedera (mis., biologis, zat kimia,

fisik, psikologis)

24

Page 25: Osteomielitis

ASSESSMENT Subjektive data

entry

Ibu pasien mengeluh

bahwa anaknya

merasakan nyeri di

ujung tulang tungkai

seperti di tusuk-tusuk

selama 3 hari.

Objektive data Entry

- TD = 170/70 mmHg

- Suhu = 38,50C

- Nadi = 110 kali permenit

- RR = 25 kali permenit.

DIAGNOSIS Client

Diagnostic

Statement :

Ns. Diagnosis (specify)

Nyeri Akut

Related to : Agen cedera biologis

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Tanggal No. Diagnosa Diagnosa Keperawatan

23-11-

2015

1 Nyeri akut b/d agen cedera biologis ditandai dengan

DS : Ibu pasien mengeluh bahwa anaknya merasakan

nyeri di ujung tulang tungkai seperti di tusuk-tusuk

disertai dengan demam. Nyeri dirasakan sejak 3 hari

yang lalu sebelum masuk ke RS. Nyeri semakin

dirasakan ketika beraktivitas. DO : TD = 170/70

mmHg, suhu = 38,50C, nadi = 110 kali permenit, RR =

25 kali permenit.

INTERVENSI

Inisial pasien : An.A

Tanggal : 23 November 2015

Diagnosa keperawatan : Nyeri akut b/d agen cedera biologis

Definisi NANDA : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan

yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam

hal kerusakan sedemikian rupa (internatioanal association for study of pain); awitan yang

25

Page 26: Osteomielitis

tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi

atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.

Definisi NIC :

1. Manajemen nyeri : mengurangi nyeri atau menurunkan nyeri ke level kenyamanan yang

diterima oleh pasien.

2. Administrasi analgetik : penggunaan obat-obatan untuk mengurangi atau

menghilangkan nyeri.

NIC NOC

INTERVENSI AKTIVITAS OUT COME INDIKATOR

Manajemen

nyeri

Definisi :

mengurangi

nyeri atau

menurunkan

nyeri ke level

kenyamanan

yang diterima

oleh pasien.

Manajemen nyeri

1. Lakukan pengkajian

yang komprehensif

tentang nyeri,

termasuk lokasi,

karakteristik,

onset/durasi,

frekuensi, kualitas,

intensitas, atau

beratnya nyeri dan

factor presipitasi.

2. Observasi reaksi non

verbal dari

ketidaknyamanan.

3. Kontrol lingkungan

yang dapat

mempengaruhi nyeri

seperti suhu

ruangan,

percahayaan,

kebisingan.

4. Ajarkan tentang

teknik

Kontrol Nyeri

Definisi : Tindakan

individu untuk

mengendalikan

nyeri.

- Mengenali

timbulnya nyeri

(160502) 3

- Menggunakan

analgesik yang

direkomendasik

an (160505) 4

- Laporkan

perubahan

gejala nyeri

pada dokter

(160513) 3

- Mengenali

kumpulan gejala

nyeri (160509)

3

26

Page 27: Osteomielitis

Administrasi

analgetik

Definisi :

penggunaan

obat-obatan

untuk

mengurangi

atau

menghilangkan

nyeri.

pernafasan/relaksasi.

5. Berikan analgesik

untuk mengurangi

nyeri.

6. Evaluasi keefektifan

kontrol nyeri.

7. Anjurkan klien

untuk beristirahat.

8. Kolaborasi dengan

dokter jika keluhan

dan tindakan nyeri

tidak berhasil.

Administrasi analgetik

9. Cek instruksi dokter

tentang jenis obat,

dosis dan frekuensi.

10. Cek riwayat alergi.

11. Monitor vital sign

sebelum dan

sesudah pemberian

analgesik pertama

kali.

12. Berikan analgesik

tepat waktu terutama

saat nyeri hebat.

13. Evaluasi efektifitas

analgesik, tanda dan

gejala (efek

samping).

27

Page 28: Osteomielitis

IMPLEMENTASI

No

Diagnosa

Tanggal /jam Tindakan Paraf

1 23-11-2015 Manajemen nyeri

1. Melakukan pengkajian yang

komprehensif tentang nyeri, termasuk

lokasi, karakteristik, onset/durasi,

frekuensi, kualitas, intensitas, atau

beratnya nyeri dan factor presipitasi :

P = nyeri ditimbulkan karena adanya

organisme patogenik.

Q = seperti ditusuk-tusuk.

R = ujung tulang tungkai

S = 6

T = ketika beraktifitas.

2. Melakukan observasi reaksi non

verbal dari ketidaknyamanan : pasien

nampak memegangi ujung tulang

tungkai.

3. Mengontrol lingkungan yang dapat

mempengaruhi nyeri seperti suhu

ruangan, percahayaan, kebisingan :

ruangan pasien jauh dari keramaian,

cukup cahaya, suhu ruangan normal.

4. Mengajarkan tentang teknik

pernafasan/relaksasi : pasien mampu

melaksanakan pernafasan dalam yaitu

menarik nafas lewat hidung ditahan 5

detik dan dikeluarkan pelan-pelan

lewat mulut.

5. Memberikan analgesik untuk

mengurangi nyeri.

6. Mengevaluasi keefektifan kontrol

28

Page 29: Osteomielitis

nyeri : pasien tampak tenang dan bisa

beristirahat.

7. Menganjurkan klien untuk beristirahat

: pasien dapat tidur dengan efektif.

8. Melakukan kolaborasi dengan dokter

jika keluhan dan tindakan nyeri tidak

berhasil : konsultasi dengan dokter

tentang pengobatan nyeri dada.

Administrasi analgetik

9. Mengecek instruksi dokter tentang

jenis obat, dosis dan frekuensi :

melakukan 6 benar (benar pasien,

benar obat, benar dosis, benar rute,

benar waktu, benar dokumentasi).

10. Mengecek riwayat alergi : dilakukan

injeksi IC skin test, dan tidak ada

alergi obat pada pasien.

11. Memonitor vital sign sebelum dan

sesudah pemberian analgesik pertama

kali : memeriksa TTV (TD, frekuensi

nadi, suhu, frekuensi nafas).

12. Memberikan analgesik tepat waktu

terutama saat nyeri hebat : ketika

pasien nyeri obat diberikan.

13. Mengevaluasi efektifitas analgesik,

tanda dan gejala (efek samping) :

tidak ada efek samping obat pada

pasien.

29

Page 30: Osteomielitis

EVALUASI

No Tanggal

dan jam

Diagnosa

keperawatan

Catatan perkembangan Paraf

1 23-11-

2015

06.00

Nyeri akut b/d agen

cedera biologis

S : Ibu pasien mengatakan

bahwa nyeri di ujung tulang

tungkai pada anaknya sudah

mulai berkurang.

O :

- P = nyeri ditimbulkan

karena adanya organisme

patogenik.

- Q = seperti ditusuk-tusuk.

- R = ujung tulang tungkai

- S = 5

- T = ketika beraktifitas.

- TD = 165/70 mmHg

- Suhu = 38,00C

- Nadi = 105 kali permenit

- RR = 22 kali permenit.

A : Nyeri akut b/d agen cedera

biologis terarasi sebagian.

P : Rencana tindakan nomer

1,2,5,6,8,9,11,12,13 dilanjutkan.

I :

Manajemen nyeri

- Melakukan pengkajian

yang komprehensif

tentang nyeri, termasuk

lokasi, karakteristik,

onset/durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas, atau

beratnya nyeri dan factor

presipitasi.

30

Page 31: Osteomielitis

- Melakukan observasi

reaksi non verbal dari

ketidaknyamanan.

- Memberikan analgesik

untuk mengurangi nyeri.

- Mengevaluasi

keefektifan kontrol nyeri.

- Melakukan kolaborasi

dengan dokter jika

keluhan dan tindakan

nyeri tidak berhasil.

Administrasi analgetik

- Mengecek instruksi

dokter tentang jenis obat,

dosis dan frekuensi.

- Memonitor vital sign

sebelum dan sesudah

pemberian analgesik

pertama kali.

- Memberikan analgesik

tepat waktu terutama saat

nyeri hebat.

- Mengevaluasi efektifitas

analgesik, tanda dan

gejala (efek samping).

E :

- Pasien dan keluarga

mampu mengontrol

lingkungan.

- Pasien dan keluarga

mampu melaporkan

nyeri apabila nyeri tidak

berkurang atau

31

Page 32: Osteomielitis

bertambah hebat.

- TD = 165/70 mmHg

- Suhu = 38,00C

- Nadi = 105 kali permenit

- RR = 22 kali permenit.

R : tujuan tercapai sebagian,

rencana tindakan dilanjutkan.

32

Page 33: Osteomielitis

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh

staphylococcus. Osteomyelitis diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu : osteomielitis

primer dan osteomielitis sekunder. Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi

menjadi 3, yaitu: osteomielitis akut, osteomielitis sub-akut, dan osteomielitis kronis.

Osteomielitis disebabkan oleh bakteri antara lain : Staphylococcus aureus (sebanyak

90%), Haemophylus influenzae 50% terjadi pada anak-anak dibawah umur 4 tahun,

Streptococcus hemolitikus, Pseudomonas aurenginosa, Escherechia coli, Clastridium

perfringen, Neisseria gonorhoeae, dan Salmonella thyposa. Berikut ini adalah manifestasi

klinis dari osteomyelitis : demam, nafsu makan menurun, yeri tekan saat pemeriksaan

fisik, dan gangguan sendi karena adanya pembengkakan. Komplikasi osteomyelitis

adalah sebagai berikut : abses tulang, bakteremia, fraktur patologis, dll. Pemeriksaan

penunjang osteomyelitis : pemeriksaan darah, pemeriksaan titer antibody – anti

staphylococcus, pemeriksaan feses, dll. Penatalaksanaan osteomielitis : istirahat dan

pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri, penicillin cair 500.000 milion unit IV

setiap 4 jam, erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam, dll. Pencegahan osteomielitis : berhenti

merokok, diet sehat, mengurangi alcohol, dan olahraga teratur.

4.2 Saran

Melalui makalah ini diharapkan pembaca dapat menambah informasi dan

pengetahuan mengenai osteomyelitis. Kami berharap agar pembaca dapat memperluas

informasi dan dapat memahami semua penjelasan yang diberikan dalam makalah ini,

sehingga apabila ada yang kurang jelas atau kesalahan dalam penyusunan makalah ini,

pembaca dapat memberikan masukan demi sempurnanya penyusunan makalah ini.

33

Page 34: Osteomielitis

DAFTAR PUSTAKA

Anjarwati, Wangi,(2010), Tulang dan Tubuh Kita, Getar Hati:Yogyakarta.

Brunner, Suddarth,(2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3,EGC :

Jakarta.

Brunner,suddarth.2001.Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah.Penerbit, EGC : Jakarta

Carpenito, 1990. Diagnosis Keperawatan Pada Praktek Klinik.

Depkes RI, 1995. Pusat Data Kesehatan.

Dorland, W. A. Newman, 2002. Kamus Kedokteran Dorland.Terbitan EGC : Jakarta. 

Dorland, 2002.Kamuskedokteran dorland.Terbitat EGC :Jakarta.

Henderson, 1997. Effects of Air Quality Regulation on in Polluting Industries.

Kamus Kedokteran Edisi 29. Alih bahasa : Andy Setiawan, et al. Jakarta : EGC, pp : 1565, 1.

NANDA,2012-2014. NIC fifth edition. NOC fifth edition. :Nyeri akut b/d agen injuri

fisik,Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan integritas tulang,Gangguan integritass kulit b/d

imobilitas fisik,Ansietas b/d stasus kesehatan,Resiko infeksi b/d pertahanan tubuh primer

yang tidak adekuat

Nursalam, 2001. Konsep dan Metode Keperawatan.

Penyakit tulang dan persendian. Jakarta : pustaka populer obor.

Price, Wilson, 2005.Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. EGC,

Jakarta.

34


Recommended