+ All Categories
Home > Documents > Paper Geomorfologi!!!!!11

Paper Geomorfologi!!!!!11

Date post: 30-Dec-2014
Category:
Upload: roni-hepson-tambun
View: 21 times
Download: 4 times
Share this document with a friend
17
PANGKALAN BRANDAN KOTA MINYAK PERTAMA DI INDONESIA RONI HEPSON TAMBUN 21100112140089 Email : [email protected] JURUSAN TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG ABSTRAK Oil is a generic term for all organic liquids that are not soluble / mixed in water (hydrophobic) but soluble in solvents organik.Ada additional properties other known layman: slippery when held. In a narrow sense, the word 'oil' usually refers to crude oil (petroleum) or dairy products: kerosene (kerosena). However, the word is actually broadly applicable, both for oil as part of the diet (eg cooking oil) as fuel (eg kerosene), a lubricant (such as brake fluid), as an energy transfer medium, as well as perfumes (such as patchouli oil). Oil is one of the groups belonging to the class of lipids, which is an organic compound that is present in nature and does not dissolve in water, but soluble in non-polar organic solvents, such as diethyl ether (C2H5OC2H5), Chloroform (CHCl3), benzene and other hydrocarbons same polarity. Oil is a triglyceride or triasgliserol compounds, which means "triesters of glycerol". So oil is also a compound ester.Hasil oil hydrolysis is a carboxylic
Transcript
Page 1: Paper Geomorfologi!!!!!11

PANGKALAN BRANDAN KOTA MINYAK PERTAMA DI

INDONESIA

RONI HEPSON TAMBUN

21100112140089

Email : [email protected]

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG

ABSTRAK

Oil is a generic term for all organic liquids that are not soluble / mixed in

water (hydrophobic) but soluble in solvents organik.Ada additional properties other

known layman: slippery when held. In a narrow sense, the word 'oil' usually refers to

crude oil (petroleum) or dairy products: kerosene (kerosena). However, the word is

actually broadly applicable, both for oil as part of the diet (eg cooking oil) as fuel (eg

kerosene), a lubricant (such as brake fluid), as an energy transfer medium, as well as

perfumes (such as patchouli oil).

Oil is one of the groups belonging to the class of lipids, which is an organic

compound that is present in nature and does not dissolve in water, but soluble in non-

polar organic solvents, such as diethyl ether (C2H5OC2H5), Chloroform (CHCl3),

benzene and other hydrocarbons same polarity.

Oil is a triglyceride or triasgliserol compounds, which means "triesters of

glycerol". So oil is also a compound ester.Hasil oil hydrolysis is a carboxylic acid

and glycerol. Carboxylic acid is also called a fatty acid having a hydrocarbon chain

length and branching.

Keyword : petroleum,oil

Page 2: Paper Geomorfologi!!!!!11

PENDAHULUAN

Pangkalan Berandan adalah

ibukota Kecamatan Babalan,

Kecamatan Sei. Lepan, Kecamatan

Brandan Barat, dan Kecamatan

Brandan Timur, Kabupaten Langkat,

Sumatra Utara. Terletak di pesisir

pantai timur pulau Sumatera, sekitar

60 km di sebelah utara Kota Binjai

atau 80 km dari Medan. Kelurahan ini

terletak strategis karena dilalui oleh

Jalan Raya Lintas Sumatera dan

merupakan pintu gerbang provinsi

Sumatera Utara relatif dari

Aceh.Jumlah penduduk berkisar

40.000 ribu jiwa. Penduduknya

heterogen, mulai dari Melayu yang

berdomisili di pesisir, ada juga Jawa,

Batak, Aceh, dan sebagainya. Cuaca

cukup panas karena dipengaruhi

wilayah pinggir pantai. Banyak

terdapat pulau kecil di sekitaran teluk.

Nama pulau –pulau tersebut agak ke-

Malaysia-an, seperti pulau Perlis,

Kelantan. Ada juga pulau Kampai,

Pulau Sembilan, dan masih banyak

pulau kecil lainnya. Potensi wisata di

kawasan ini patut dikembangkan.

Sejak jaman pemerintahan kolonial

Belanda, di Indonesia sudah dilakukan

eksplorasi dan produksi minyak bumi.

Pengusahaan minyak bumi di

Indonesia memang tergolong yang

tertua di dunia. Pengeboran minyak

pertama di Indonesia, yang dilakukan

oleh J Reerink, 1871, hanya berselang

dua belas tahun setelah pengeboran

minyak pertama di dunia oleh Kolonel

Edwin L Drake dan William Smith de

Titusville (1859), di negara bagian

Pensilvania, Amerika Serikat

GEOLOGI REGIONAL

PANGKALAN BRANDAN

Cekungan Sumatera Utara

mulai terbentuk pada awal Tersier,

selama zaman tersebut cekungan

Sumatera Utara berupa laut dengan

sedimentasi aktif. Sedimentasi tersebut

merupakan siklus suatu transgresi

sampai regresi yang terendapkan tidak

selaras di atas batuan Pra-Tersier.

Urutan pengendapan batuan

dicekungan Sumatera Utara pada masa

Trangresi terdiri dari batuan sedimen

klastik kasar, karbonat, batulempung

Page 3: Paper Geomorfologi!!!!!11

hitam, napal, batulempung gampingan,

batupasir, dan batuserpih diendapkan

secara tidak selaras diatas batuan dasar

Pratersier. Pada cekungan Sumatera

ini, hidrokarbon dijumpai pada

Formasi dan berumur Miosen, seperti

Formasi Belumai, Formasi Baong, dan

Ketapang. Stratigrafi daerah Sumatera

Utara dapat dilihat pada kolom

stratigrafi cekungan Sumatera Utara.

Urutan yang tertua adalah Formasi

Parapat yaitu berupa batuan Klastik

berbutir kasar dan terletak secara tidak

selaras di atas batuan dasar Pra –

Tersier. Pada topografi yang lebih

rendah dalam cekungan ini secara

selaras diatasnya berumur Oligosen.

Transgresi laut mencapai puncaknya

pada Miosen Bawah, kemudian

berhenti dan lingkungan berubah

menjadi tenang ditandai dengan

adanya endapan napal yang kaya

foraminifera plangtonik dari Formasi

Peutu. Dibagaian Timur cekungan

Sumatera Utara diendapkan Formasi

Belumai yang berkembang dalam dua

fasies klastik dan karbonat.

Kondisi tenang ini terus berlangsung

sampai Miosen Tengah dengan

pengendapan serpih dari Formasi

Baong. Bersamaan dengan hal tersebut

diatas, terjadi aktivitas awal

pengangkatan Bukit Barisan yang

mengakibatkan turunya muka air laut.

Hal ini mengakibatkan terjadinya

longsoran sedimen dipinggir

cekungan, kemudian diendapkan

kembali oleh pengaruh arus turbidit,

dan dikenal sebagai Middle Baong

Sand ( MBS ). Selaras diatas Formasi

Baong diendapkan berturut – turut

seperti Formasi Keutapang, Formasi

Seurula dan Formasi Julu Rayeu yang

merupakan batuan tipe regresi.

Kemudian diatasnya Tufa Toba dan

Alluvial.

Urutan Stratigrafi dari yang tertua

hingga yang termuda, antara lain :

1. Formasi Parapat

Formasi Parapat dengan

komposisi batupasir berbutir kasar dan

konglomerat di bagian bawah, serta

sisipan serpih yang diendapkan secara

tidak selaras. Secara regional, bagian

Page 4: Paper Geomorfologi!!!!!11

bawah Formasi Parapat diendapkan

dalam lingkungan laut dangkal dengan

dijumpai fosil Nummulites di Aceh.

Formasi ini diperkirakan berumur

Oligosen.

2. Formasi Bampo

Formasi Bampo dengan komposisi

utama adalah serpih hitam dan tidak

berlapis, dan umumnya berasosiasi

dengan pirit dan gamping. Lapisan

tipis batugamping, ataupun

batulempung berkarbonatan dan

mikaan sering pula dijumpai. Formasi

ini miskin akan fosil, sesuai dengan

lingkungan pengendapannya yang

tertutup atau dalam kondisi reduksi

(euxinic). Berdasarkan beberapa

kumpulan fosil bentonik dan

planktonik yang ditemukan,

diperkirakan formasi ini berumur

Oligosen atas sampai Miosen bawah.

Ketebalan formasi amat berbeda dan

berkisar antara 100 – 2400 meter.

3. Formasi Belumai

Pada sisi timur cekungan

berkembang Formasi Belumai yang

identik dengan formasi Peutu yang

hanya berkembang dicekungan bagian

barat dan tengah. Terdiri dari batupasir

glaukonit berselang – seling dengan

serpih dan batugamping. Didaerah

Formasi Arun bagian atas berkembang

lapisan batupasir kalkarenit dan

kalsilutit dengan selingan serpih.

Formasi Belumai terdapat secara

selaras diatas Formasi Bampo dan juga

selaras dengan Formasi Baong,

ketebalan diperkirakan antara 200 –

700 meter. Lingkungan pengendapan

Formasi ini adalah laut dangkal sampai

neritik yang berumur Miosen awal.

4. Formasi Baong

Formasi Baong terdiri atas

batulempung abu-abu kehijauan,

napalan, lanauan, pasiran. Umumnya

kaya fosil Orbulina sp, dan diselingi

suatu lapisan tipis pasir halus serpihan.

Didaerah Langkat Aru beberapa

selingan batupasir glaukonitan serta

batugampingan yang terdapat pada

bagian tengah. Formasi ini dinamakan

Besitang River Sand dan Sembilan

sand, yang keduanya merupakan

Page 5: Paper Geomorfologi!!!!!11

reservoir yang produktif dengan

berumur Miosen Tengah hingga Atas.

5. Formasi Keutapang

Formasi Keutapang tersusun

selang-seling antara serpih,

batulempung, beberapa sisipan

batugampingan dan batupasir berlapis

tebal terdiri atas kuarsa pyrite, sedikit

mika, dan karbonan terdapat pada

bagian atas dijumpai hidrokarbon.

Ketebalan formasi ini berkisar antara

404 – 1534 meter. Formasi Keutapang

merupakan awal siklus regresi dari

sedimen dalam cekungan sumatera

utara yang terendapkan dalam

lingkungan delta sampai laut dalam

sampai Miosen akhir.

6. Formasi Seurula

Formasi ini agak susah

dipisahkan dari Formasi Keutapang

dibawahnya. Formasi Seurula

merupakan kelanjutan facies regresi,

dengan lithologinya terdiri dari

batupasir, serpih dan dominan

batulempung. Dibandingkan dengan

Formasi Keutapang, Formasi Seurula

berbutir lebih kasar banyak ditemukan

pecahan cangkang moluska dan

kandungan fornifera plangtonik lebih

banyak. Ketebalan Formasi ini

diperkirakan antara 397 – 720 meter.

Formasi ini diendapkan dalam

lingkungan bersifat laut selama awal

Pliosen.

7. Formasi Julu Rayeu

Formasi Julu Rayeu merupakan

formasi teratas dari siklus endapan laut

dicekungan sumatera utara. Dengan

lithologinya terdiri atas batupasir halus

sampai kasar, batulempung dengan

mengandung mika, dan pecahan

cangkang moluska. Ketebalannya

mencapai 1400 meter, lingkungan

pengendapan laut dangkal pada akhir

Pliosen sampai Plistosen.

8. Vulkanik Toba.

Vulkanik Toba merupakan tufa

hasil kegiatan vukanisme toba yang

berlangsung pada Plio-Plistosen.

Lithologinya berupa tufa dan endapan-

endapan kontinen seperti kerakal, pasir

dan lempung. Tufa toba diendapkan

Page 6: Paper Geomorfologi!!!!!11

tidak selaras diatas formasi Julu

Rayeu. Ketebalan lapisan ini

diperkirakan antara 150 – 200 meter

berumur Plistosen.

9. Alluvial

Satuan alluvial ini terdiri dari

endapan sungai ( pasir, kerikil,

batugamping dan batulempung ) dan

endapan pantai yaitu, pasir sampai

lumpur. Ketebalan satuan alluvial

diperkirakan mencapai 20 meter.

SEJARAH

Inilah sekelumit kisah tentang

Pangkalan Berandan, wilayah pertama

ditemukannnya minyak komersial,

persisnya di Desa Telaga Said,

Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten

Langkat, sekitar 110 kilometer barat

laut Medan, ibukota Sumatera Utara.

Penemu sumur minyak pertama ini

adalah seorang warga Belanda

bernama Aeliko Janszoon Zijlker,

yang merupakan ahli perkebunan

tembakau pada Deli Tobacco

Maatschappij, perusahaan perkebunan

yang ada di daerah ini pada masa itu.

Penemuan itu sendiri merupakan buah

perjalanan waktu dan ketabahan yang

mengagumkan. Prosesnya dimulai

setelah Zijlker mengetahui adanya

kemungkinan kandungan minyak di

daerah tersebut. Ia pun menghubungi

sejumlah rekannya di Belanda untuk

mengumpulkan dana guna melakukan

eksplorasi minyak di Langkat. Begitu

dana diperoleh, perizinan pun diurus.

Persetujuan konsesi dari Sultan

Langkat masa itu, Sultan Musa,

diperoleh pada 8 Agustus 1883. Tak

membuang waktu lebih lama,

eksplorasi pertama pun segera

dilakukan Zijlker.

Pada 17 November 1884,

setelah pengeboran berlangsung

sekitar dua bulan, minyak yang

diperoleh hanya sekitar 200 liter.

Semburan gas yang cukup tinggi dari

sumur Telaga Tiga, membuyarkan

harapan untuk mendapatkan minyak

yang banyak. Namun Zijlker dan

kawan-kawan tidak berhenti sampai di

situ. Mereka kemudian mengalihkan

kegiatannya ke daerah konsesinya

yang berada di sebelah timur.

Page 7: Paper Geomorfologi!!!!!11

Untungnya memang konsesi yang

diberikan Sultan Musa cukup luas,

mencakup wilayah pesisir Sei Lepan,

Bukit Sentang sampai ke Bukit Tinggi,

Pangkalan Berandan, sehingga bisa

mencari lebih banyak titik pengeboran.

Pilihan kedua jatuh ke Desa Telaga

Said. Di lokasi kedua ini, pengeboran

mengalami sedikit kesulitan karena

struktur tanah lebih keras jika

dibandingkan dengan struktur tanah di

Telaga Tiga.

Usaha memupus rintangan struktur

tanah yang keras itu akhirnya

membuahkan hasil. Saat pengeboran

mencapai kedalaman 22 meter,

berhasil diperoleh minyak sebanyak

1.710 liter dalam waktu 48 jam kerja.

Saat mata bor menyentuh kedalaman

31 meter, minyak yang dihasilkan

sudah mencapai 86.402 liter. Jumlah

itu terus bertambah hingga pada 15

Juni 1885, ketika pengeboran

mencapai kedalaman 121 meter, tiba-

tiba muncul semburan kuat gas dari

dalam berikut mintak mentah dan

material lainnya dari perut bumi.

Sumur itu kemudian dinamakan

Telaga Tunggal I. Penemuan sumur

minyak pertama di Nusantara ini

berjarak sekitar 26 tahun dari

penemuan sumur minyak komersial

pertama di dunia pada 27 Agustus

1859 di Titusville, negara bagian

Pennsylvania, yang diprakarsai Edwin

L. Drake dan William Smith dari

Seneca Oil Company

EKSPLORASI MINYAK

BUMI DI PANGKALAN

BRANDAN

Menurut catatan sejarah, awal

penambangan minyak di Indonesia

dimulai dari Langkat dan Tamiang.

Pelopor penambangan tersebut adalah

Aeilko Jans Zijlker yaitu seorang ahli

perkebunan tembakau pada Deli

Tobacco Maatschappij. Aeilko Jans

Zijlker, adalah seorang penanam

tembakau di Jawa Timur yang pindah

ke Sumatra's East Coast pada tahun

1880 pada saat daerah ini dinyatakan

terbuka untuk untuk investor asing.

Pada tahun 1883, Sultan Musa

memberikan ijin konsesi kepada

Page 8: Paper Geomorfologi!!!!!11

Aeilko untuk membuka penambangan

minyak di desa Telaga Said kecamatan

Sei Lepan, Langkat. Ijin konsesi

diperoleh pada tanggal 8 Agustus 1883

dan berakhir pada 8 Agustus 1958

dengan lama konsesi 75 tahun. Atas

konsesi tersebut, sebagaimana yang

ditulis oleh Schadee (1984), Sultan

Musa mendapat bayaran dari Aeilko

sebesar  30 sen tiap hektoliter  minyak

kotor dan 15 sen tiap hektoliter minyak

bersih yang dibayar setelah dua tahun

dari waktu pemberian konsesi.

Kemudian, disebabkan oleh

peningkatan produksi minyak pada

tahun 1890, maka “Koninklijke”

mengurangi harga menjadi 5 sen per

hektoliter minyak bersih dan 3 sen per

hektoliter minyak kotor. Pada saat itu,

ijin konsesi telah berpindah tangan.

Penemuan minyak secara tidak

disengaja tersebut bermula dari

kunjungan Aeilko untuk memeriksa

tanaman tembakau di desa Telaga

Said.  Pada saat itu, hujan lebat yang

disertai petir menyebabkan Aeilko dan

stafnya berlindung pada sebuah gubuk

dilokasi perkebunan. Staf Aeilko yang

orang pribumi itu menghidupkan api

untuk memanaskan tubuh dengan cara

mencelupkan beberapa batang kayu ke

genangan cairan berwarna hitam

disekitar gubuk. Cahaya yang

dipancarkan oleh obor tersebut telah

menarik perhatian Aeilko dan stafnya.

Dalam keadaan heran dan penuh tanda

tanya, Aeilko mengambil sample

cairan berwarna hitam dimaksud dan

mengirimkannya ke Laboratoirum di

Netherland untuk diperiksa. Hasil

penelitian laboratorium yang

dilakukan oleh Dr. Rombouts dan Dr.

C. Engler  yang diterima Aeilko dari

Netherland menunjukkan bahwa cairan

berwarna hitam tersebut mengandung

62 persen paraffin yang mutunya

sangat baik.

Mengetahui hasil penyelidikan

laboratorium tersebut, Aeilko berupaya

untuk menghimpun dana guna

mengurus konsesi dan pembelian

peralatan pengeboran minyak. Atas

bantuan abangnya, J. De Ruyter

Zijlker, anggota Parlemen Belanda,

akhirnya Zijlker berhasil memperoleh

konsesi penambangan di Hindia

Page 9: Paper Geomorfologi!!!!!11

Belanda dari Gubernur Jenderal Hindia

Belanda, Van Rees, dan berkat

bantuan dana dari de Nederlandsch

Indische Handels Bank dan

perusahaan Tiedeman en Van

Kerchem, Zijlker mendirikan

perusahaan bernama De Voorloopige

Sumatra Petroleum Maatschappij.

Pasca diperolehnya ijin

konsesi, maka dilakukan pengeboran

pertama sekali di Pulau Sumatra

tepatnya di Telaga Said. Pada

pengeboran pertama ini, hasil yang

dicapai belum memuaskan.

Pengeboran berikutnya dilakukan di

Telaga Tunggal dan pada saat

mencapai kedalaman 22 meter,

diperoleh 1.710 liter dalam waktu  48

jam. Kemudian, pengeboran

dilanjutkan hingga mencapai

kedalaman 31 meter dan diperoleh

sebanyak 86.402 liter minyak.

Puncaknya adalah pada saat

pengeboran mencapai kedalaman 121

meter, yang secara tiba-tiba terjadi

semburan kuat gas bercampur air dan

minyak dari dalam tanah dengan suara

gemuruh sehingga pengeboran sempat

terhenti. Waktu pengeboran dengan

kedalaman 121 meter tersebut

dilakukan pada tanggal 15 Juni 1885.

Sebelumnya, memang terdapat

pertambangan minyak di Indonesia,

tepatnya pada tahun 1871 yang dikenal

sebagai usaha pertama pengeboran

minyak di Indonesia, yakni di Cirebon.

Namun, karena hasilnya tidak

maksimal, akhirnya tambang

tersebutpun ditutup. Kemudian pada

tahun 1880, potensi minyak Pangkalan

Brandan mulai mendapat perhatian

serius dari Pemerintah Belanda dan

khususnya sejak tahun 1883,

pengeboran minyak telah di mulai di

Pangkalan Brandan. Kemudian, tahun

1885, produksi minyak Telaga Said

dikendalikan oleh pemerintah Hindia

Belanda yakni ‘Royal Dutch’  dan

selanjutnya pada tahun 1890 di bentuk

‘Koninklijke’ yakni semacam

persekutuan untuk menjalankan usaha

tambang minyak di Sumatra Utara.

Pada tahun 1892, pengusaha Royal

Dutch mulai membangun kilang-

kilang minyak di Pangkalan Brandan

untuk selanjutnya menjadi Kilang

Page 10: Paper Geomorfologi!!!!!11

Minyak Pertama di Indonesia.  

Selanjutnya, pada tahun 1901, saluran

pipa minyak yang menghubungkan

Perlak (Aceh) dan Pangkalan Brandan

telah selesai dibangun.

DAFTAR PUSTAKA

Asisten Geologi Dasar, 2012,

Praktikum Geomorfologi, Universitas

Diponegoro, Semarang. Indonesia

Endarto, Danang. 2005.

Pengantar Geologi Dasar. Penerbit

LPP dan Percetakan UNS : Surakarta

Gilluly, James., Aaron C.

Waters, A. O. Woodford. 1968.

Principles of Geology, 3rd Edition.

San Francisco and London: W.H.

Freeman dan Company.

http://casdiraku.wordpress.com/2010/0

2/23/sejarah-pengelolaan-migas-

indonesia/

LAMPIRAN

Foto Udara Daerah Pangakalan

Brandan

Gambar 1.1

Gambar 1.2

Gamabar 1.3

Page 11: Paper Geomorfologi!!!!!11

Recommended