Date post: | 29-Oct-2015 |
Category: |
Documents |
Upload: | adindaestikawati |
View: | 225 times |
Download: | 5 times |
PARAMETER PENYIMPANAN SEKUNDER
4.1 METODE BLOCKING
Konsep Blocking berkaitan dengan bagaimana record-record ditempatkan
di dalaam sebuah blok.
Berdasarkan ukuran record, terdapat tiga buah metode blocking :
A. Fixed Blocking,
B. Variable-length spanned blocking, dan
C. Variable-length unspanned blocking
A. Fixed Blocking
Karakteristik yang dimiliki oleh metode blocking yang pertama yaitu :
ukuran record-nya tetap (sesuai dengan namanya fixed berarti tetap) dan
ukuran record tersebut lebih kecil atau sama dengan ukuran bloknya.
Ukuran blok dilambangkan dengan menggunakan huruf B. Ukuran record
dilambangkan dengan menggunakan huruf R. Untuk mengetahui berapa
banyak jumlah record dalam sebuah blok, dapat menggunakan rumus
blocking factor berikut ini :
Catatan : Lakukan pembulatan ke bawah.
Contoh soal:
Ukuran blok = 100 Byte, ukuran record = 30 Byte.
Berapa banyak record yang dapat ditampung dalam sebuah blok?
Bfr = B/R
Jawaban :
B = 100 Byte
R = 30 Byte
Bfr = B/R
= 100/30
= 3
Jadi, maksimal yang dapat ditampung dalam sebuah blok adalah 3 record.
Berdasarkan perhitungan tersebut, sebenarnya terdapat pemborosan per
bloknya karena ukuran tersebut.
Detailnya sebagai berikut :
Ukuran blok sebesar 100 byte, ukuran record sebesar 30 byte. Banyaknya
record yang dapat ditampung oleh blok yang ukurannya 100 byte adalah
sebanyak 3 buah record.
30 byte * 3 = 90 Byte.
Ukuran blok = 100 Byte.
Ada ukuran kosong yang terbuang sebesar 10 Byte.
(Perhitungannya berasal dari 100 byte – 90 byte).
Dengan menggunakan soal yang sama. Bagaimana cara untuk mengetahui
jumlah blok yang diperlukan bila kita memiliki sejumlah record (b).
Catatan : Lakukan pembulatan ke atas.
Contoh soal:
Jumlah record yang dimiliki berjumlah 10 record. (Bfr berasal dari
perhitungan sebelumnya yaitu 3)
Jawaban :
b = 10/3
= 4
Jadi, untuk menampung 10 buah record dibutuhkan 4 buah blok.
b = n/Bfr
Berdasarkan jumlah blok yang diketahui tersebut kita dapat mengetahui ukuran
ruang harddisk yang diperlukan, yaitu dengan mengalikan jumlah blok yang
diperlukan (b) dengan ukuran blok (B).
Ruang harddisk = b*B
Contoh soal:
Berdasarkan perhitungan sebelumnya kita memliki ukuran sebuah blok sebesar
10 Byte dan banyak blok yang kita perlukan adalah sebesar 4 blok.
Jawaban :
Ruang harddisk = 4 * 100
= 400 Byte
Berdasarkan informasi perhitungan yang telah dilakukan, kita dapat
menemukan berapa besar ruang kosong yang terbuang.
Untuk memudahkannya marilah kita mencatat data perhitungan yang telah kita
lakukan.
Ukuran blok = 100 Byte
Ukuran record = 30 Byte
Jumlah record = 10
Jumlah blok = 4
(b * B) – (n * R)
(4 * 100) – (10 * 30) = 100 Byte
Berikut ini merupakan gambar metode Fixed Blocking berdasarkan contoh
soal.
Sisa tempat
yang tidak
diisi data
B = 100
R = 30Inter-block Gap (IBG)
Ruang blok yang terbuang
Kelebihan metode Fixed Blocking ada pada imlementasi yang sederhana dan
memungkinkan pengaksesan secara acak. Namun, Fixed Blocking
memiliki kekurangan yaitu bila ukuran blok bukan kelipatan dari ukuran
record, maka akan terjadi pemborosan ruang di setiap blok.
B. Variable Length Spanned Blocking
Metode blocking yang kedua bernama Variable Length Spanned Blocking
(VLSB). Metode blocking ini memiliki karakteristik sebagai berikut :
• Ukuran recordnya bisa berbeda satu sama lain (variable).
• Pada Variable Length Spanned Blocking. Record disimpan pada blok
yang berukuran tetap dan record dapat dipecah apabila ukuran record
lebih besar dari ukuran bloknya.
• Pada Variable Length Spanned Blocking terdapat pointer yang
menghubungkan dua buah pecahan record (apabila record terpecah).
• Setiap block memiliki pointer ke block berikutnya (successor block).
Rumus yang digunakan untuk menemukan jumlah record yang mampu
ditampung dalam sebuah blok, yaitu :
Bfr = (B-P)/(R+P)
Dimana : B = Ukuran blok
P = Panjang block pointer dan panjang record mark yang
diasumsikan sama dengan panjang block pointer.
R = Ukuran record rata-rata.
Satu block Inter-block Gap (IBG)
Record Pointer
Next block pointer
Kelebihan VLSB terletak pada fleksibilitasnya. Pada VLSB, ukuran record
tidak tergantung pada ukuran blok. Sehingga memungkinkan ukuran
record yang lebih besar dibandingukuran bloknya. Dengan demikian ruang
kosong yang terbuang menjadi lebih kecil.
Selain kelebihan VLSB juga memiliki kekurangan, yaitu: sulitnya
implementasi VLSB dalam program akibat record yang terpecah sulit
untuk ditransfer dan file sulit di-update.
contoh:
Terdapat recort sebagai berikut
R1=10, R2=20, R3=40, R4=10, R5=30.
Ukuran P=2, B=56. IBG=2
1. Gambarkan penempatan record dengan metode variable-length spanned
blocking
2. Hitung Bfr
Jawaban :
No.1
Satu blockInter-block Gap (IBG)
Space Koseng
2 2
10 20 22 18 10 24 6 48
Record Pointer
Blok Pointer
IBG
No.2
Bfr = [(B - P) / (R + P)]
Bfr = [(56 – 2) / (22 + 2)] = 2,25
C. Variable Length Unspanned Blocking
Metode blocking yang ketiga Variable Length Unspanned Blocking.
Karakteristik dari metode blocking tersebut adalah:
• Ukuran recorth yang bervariasi (sama seperti Variable Length spanned
Blocking), tapi
• Pada variable length unspanned blocking sebuah record tidak dapat
dipecah-pecah ke dalam beberapa block.
• Untuk ukuran record-nya. Variable length unspanned blocking memiliki
ukuran record yang lebih kecil sama dengan dibandingkan dengan ukuran
bloknya.
Rumus yang digunakan untuk menemukan jumlah record yang mampu
ditampung dalam sebuah blok, yaitu:
Bfr = (B - 0.5R)/(R + P)
Yang dimaksud dengan 0.5R adalah rata-rata ruang block yang terbuang.
Satu hal yang perlu diingat dari metode blocking ini yaitu bahwa metode
blocking ini tidak memerlukan pointer ke block berikutnya.
Inter-block Gap (GAP)
Ruang blok yang terbuang
Berikut ini merupakan kelebihan dan kekurangan Variable Length
Unspanned Blocking :
Kelebihan :
• Implementasi Variable Length Unspanned Blocking lebih
mudah bila dibandingkan dengan metode Variable Length
spanned Blocking,
• Jumlah record per blok-nya bisa bervariasi sama dengan
Variable Length spanned Blocking.
Kekurangan :
• Ada kemungkinan banyak ruang terbuang, record tidak dapat
dipecah seperti yang terjadi pada Variable Length Spanned
Blocking
• Ukuran record harus lebih kecil sama dengan ukuran bloknya.
Apabila ditemukan bahwa semua ukuran record adalah sama,
maka Variable Length Unspanned Blocking menjadi fixed
blocking.
Contoh soal :
Terdapat record sebagai berikut dengan
R1 = 10, R2 = 20, R3 = 40, R4 = 10, R5 = 30
Ukuran P = 2, B = 56
1. Gambarkan penempatan record dengan metode Variable Length
Unspanned Blocking
2. Hitung Bfr
Jawaban :
No.1
No.2
Bfr = [(B – ½ R) / (R + P)]
Bfr = [(56 – ½ 22) / (22 + 2)] = [45 / 24] = 1,875
Satu blockInter-block Gap (IBG)
4.2 Penanda Record
Jenis-jenis penanda record, diantaranya :
• Separator
• Record-length indicator
SeparatorKarakter ‘#’ bisa diganti
Dengan karakter lain
Length indicator
• Position table
Position table
Contoh soal position table :
Diketahui bahwa isi dari position table adalah 5, 35, 50, 95. Panjang position
table adalah 5 byte. Ukuran blok = 130 byte (termasuk IBG = 2 byte).
Pemborosan diketahui sebesar 13 byte.
Pertanyaan :
1. Hitung panjang R1, R2, R3, R4
2. Sebutkan metode blocking yang dapat digunakan untuk kasus tersebut.
3. Hitung jumlah record yang dapat ditampung dalam sebuah blok.
Jawaban :
1. Untuk mengetahui panjang R1. Kita dapat melakukan perhitungan sebagai
berikut :
Panjang R1 = Isi position table 2 dikurangi isi position table 1.
Panjang R1 = 35 – 5 = 30 byte.
Panjang R2 = Isi position table 3 dikurangi isi position table 2.
Panjang R2 = 50 – 35 = 15 byte.
Panjang R3 = Isi position table 4 dikurangi isi position table 3.
Panjang R3 = 95 – 50 = 45 byte.
Panjang R4 = Ukuran blok dikurangi dengan (panjang R1, panjang R2,
panjang R3, pemborosan, IBG, ukuran panjang position
table).
Panjang R4 = B – (R1 + R2 + R3 + wasting space + IBG + panjang
position table )
= 130 – (30 + 15 + 45 + 13 + 2 + 5)
= 20 byte.
2. Metode blocking yang digunakan yaitu : variable length unspanned
blocking.
3. Bfr = (B – o,5 R) / (R + P)
= (128 – ½ 27,5) / (27,5 + 5/4)
= 3,97
Catatan : B adalah ukuran blok tanpa IBG
4.3 Pemborosan Ruang pada Block
Ada dua macam pemborosan ruang :
• Pemborosan karena IBG (WG)
• Pemborosan karena metode blocking (WR)
4.3.1 Pemborosan pada Fixed Blocking
Rumus :
Keterangan : WG = G / Bfr
WR = sisa blok / Bfr
G adalah ukuran IBG, sedangkan sisa blok merupakan ruang kosong dalam
sebuah blok.
W = WG + WR
Rumus pemborosan pada fixed blocking sering didekati dengan :
W ≈ WG = G / Bfr
4.3.2 Pemborosan pada Variable Length Spanned Blocking
Rumus :W = P + (P + G)
Bfr
Pemborosan tersebut dihitung untuk pemborosan per record, per penanda
record, dan per blok pointer.
4.3.3 Pemborosan pada Variable Length Unspanned Blocking
Rumus : W = P + (0,5 R + G)Bfr
Pemborosan tersebut dihitung untuk pemborosan per record, per penanda
record, dan per blok pointer. (Sama seperti pemborosan ruang pada Variable
Length Spanned Blocking .
4.4 Parameter Penyimpanan Sekunder
Ukuran utama yang digunakan untuk mengukur kualitas disk, diantaranya :
• Kapasitas
• waktu akses (access time)
• kecepatan transfer data (data transfer rate)
• reliabilitas (reliability)
Random Access Time (RAT) dihitung dengan menggunakan rumus :
RAT = s + r + t
Keterangan : s = Seek Time
r = Rotational Latency
t = Transfer Rate
4.4.1 Seek Time (s)
Seek Time merupakan waktu yang dibutuhkan oleh lengan (arm) pada harddisk
untuk menggerakkan head ke posisi track yang dituju dimana data tersebut
berada. Semakin jauh arm harus bergerak, seek time semakin tinggi atau
semakin lama.
Rumus seek time (s) : S = Sc + δ I ms
Keterangan : rpm = jumlah putaran disk per menit.
δ = Waktu untuk head berpindah satu track.i = Jumlah ruang anatar-track yang ditempuh.
4.4.2 Rotational Latency (r)
Rotational Latency merupakan waktu yang dibutuhkan head untuk menunggu
perputaran disk sehingga data yang akan dibaca tepat berada di bawah head.
Rumus Rotational Latency (r) : r = 0,5 * 60 * 1000rpm
ms
Keterangan : Sc = Waktu penyalaan awal.
4.4.3 Transfer Rate (t)
Transfer Rate merupakan kecepatan transfer data aktual dari penyimpanan
sekunder ke memori, dan sebaliknya.
Transfer rate dihitung dalam jumlah byte data (bps,Kbps,Mbps). Transfer rate
banyak dipengaruhi oleh ukuran blok data dan kecepatan membaca dan menulis
data pada penyimpanan sekunder.
Dalam transfer rate terdapat dua buah besaran yang bergantung pada transfer
rate yaitu waktu transfer record dan waktu transfer blok.
Record Transfer Time (TR) merupakan waktu untuk transfer satu record
logik berukuran R byte . Rumus yang digunakan yaitu :
satuan : ms (milisecond)
Block transfer time (btt) merupakan waktu untuk transfer satu block data
berukuran B byte. Rumus Yang digunakan yaitu :
satuan : ms (milisecond)
TR = R/t
Btt = B/t
Untuk transfer time, semua yang ditransfer diasumsikan sebagai data.
Namun, pengaksesan sekumpulan (besar) block tidak dapat menghindari
pengaksesan daerah-daerah yang bukan data seperti Inter Block Gap (IBG),
Pemborosan ruang (W), Pointer (P), dan sebagainya.
Kemudian dia akhir tiap track harus dilakukan pencarian untuk melanjutkan
pengaksesan ke track berikutnya. Selama pencarian, tidak ada data yang
ditransfer.
Untuk pengaksesan data dalam jumlah besar secara sekuensial dari titik awal,
melewati gap-gap dan batas silinder sampai menemukan blok berisi record
yang diinginkan memiliki waktu total yang diistilahkan sebagai bulk transfer
rate (t’).
Pada bulk transfer rate, rata-rata yang transfer dapat berupa data maupun
nondata. Hal ini dipengaruhi oleh ukuran record, ukuran block, pemborosan
ruang, dan waktu transfer itu sendiri.
Bulk transfer rate (t’) dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini :
satuan : ms (milisecond)
t’ = R / { L (R + W) / t + s’}
Dengan
S’ = 1 / L (R+W) / t
Sehingga
t’ = (t/2) * {R/(R+W)}
Dari rumus-rumus tadi terlihat bahwa t’ tergantung pada :
• Pemborosan ruang (W) yang merupakan gabungan antara ukuran IBG (G),
Ukuran pointer (P), dan jumlah record yang dapat ditampung dalam sebuah
blok (Bfr).
• Ukuran record (R)
• Transfer Rate (t)
Contoh :
Sebuah harddisk memiliki karakteristik sebagai berikut : seek time = 10 ms,
kecepatan putar 3000 rpm, transfert rate = 1024 byte/s. Penyimpanan record
menggunakan metode fixed blocking. ukuran blok 2 KB, ukuran record 128
byte, ukuran IBG 64 byte.
Hitung Bfr, r, TR, Btt, W, t’, RAT untuk transfer record.
Jawaban :
• Bfr = (B / R)
= (2048 / 128)
= 16• r = 0,5 x 60 x 1000 / rpm
= 30000 / 3000= 10 ms
• TR = R /t= 128 / 1024= 0,125 s
• Btt = B /t= 2048 / 1024= 2 s
• W = G /Bfr= 64 / 16= 4 byte
• t’ = (1024 /2 ) x (128 / 128 +4)= 496,48 s
• RAT untuk transfer record = s+r+t= 10 + 10 + 125= 145 ms (t yang digunakan adalah nilai TR)
4.5 Pengalamatan Blok
Ada 3 alternatif alamat yang disimpan di blok ini :
• Alamat fisik
• Alamat relatif
• Alamat simbolik
4.5.1 Pengalamatan Fisik
Dalam pengalamatan fisik, untuk mengacu satu unit data pada media. Ada 6
besaran yang harus disimpan, diantaranya :
• Nomor perangkat fisik
• Nomor silinder
• Nomor permukaan
• Nomor sektor / block
• Nomor record dalam block
• Nomor field dalam record
Metode pengalamatan fisik ini memiliki kelemahan yaitu sulit
diimplementasikan, karena bervariasinya kemungkinan peletakan record
didalam block.
Selain itu, metode ini sangat bergantung pada perangkat (device-dependent).
Akibatnya ketika perangkatnya berbeda, maka hal tersebut mengharuskan
perubahan pada parameter-parameter di atas.
4.5.2 Pengalamatan Relatif
Pada pengalamatan relatif, setiap block dinomori dari 0 hingga jumlah
maksimum block di dalam media. Sistem operasi menggunakan nomor-nomor
tersebut untuk menghitung alamat fisik dari block yang dituju.
4.5.3 Pengalamatan Simbolik
Pada pengalamatan simbolik, setiap block mempunyai alamat simbolik (ID).
Dalam pengalamatan ini terdapat tabel alamat yang berisi alamat simbolik dan
alamat fisik/relatifnya. Apabila ada sebuah block yang diminta, maka sistem
akan mencari di dalam tabel menggunakan ID block tersebut sebagai kunci / key
pencarian. Dalam sistem ini block mudah dipindahkan karena hanya meng-
update tabel alamatnya.