+ All Categories
Home > Documents > Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

Date post: 14-Oct-2015
Category:
Upload: odhodberseri
View: 285 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
Description:
halal
Popular Tags:

of 183

Transcript
  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    1/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 1

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    2/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal2

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    3/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal i

    KATA PENGANTAR

    Perencanaan program dan kegiatan

    pembangunan perkebunan pada periode 2015-

    2019 sesuai arahan umum RPJMN 2015-2019

    difokuskan pada pencapaian daya saing

    kompetitif perekonomian yang berlandaskan

    keunggulan sumber daya alam dan sumber

    daya manusia berkualitas, oleh karena itu

    kebijakan program dan kegiatan Direktorat

    Jenderal Perkebunan kedepan harus juga

    diarahkan dalam hal pemanfaatan SDA yang efektif dan efisiendengan tujuan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing

    komoditi perkebunan serta diiringi oleh peningkatan kapasitas dan

    kapabilitas SDM perkebunan.

    Kaitan dengan hal tersebut, Direktorat Jenderal Perkebunan

    menekankan bahwa pola perencanaan pembangunan perkebunan

    berdasarkan prinsip sinergi antara pola top down policydan bottom

    up planning. Dengan pola ini sangat diharapkan bahwa kegiatanyang dilakukan benar-benar sesuai dengan tujuan nasional,

    potensi, kebutuhan dan kesiapan daerah sebagai pelaksananya.

    Pada kenyataannya, pola bottom up planning yang selama ini di

    adopsi memiliki banyak kelemahan terutama dalam hal proses

    pengajuan kegiatan dari daerah (SKPD Provinsi dan

    Kabupaten/Kota) yang dilakukan melalui mekanisme manual

    proposal.

    Pada dasarnya, manual proposal yang selama ini diterapkan

    memiliki beberapa kelemahan diantaranya bersifat keproyekan,

    hanya berisi daftar keinginan (shopping list), tidak efisien karena

    menghabiskan banyak kertas, mudah rusak karena penyimpanan,

    kurang tersedianya data dan informasi tentang potensi keunggulan

    daerah dan terbatasnya peran pemerintah Pusat dalam

    menganalisis kelayakan kegiatan yang diusulkan. Untuk mengatasi

    kelemahan tersebut, mekanisme pengajuan usulan kegiatan

    dilaksanakan dalam kerangka pelaksanaan reformasi birokrasi

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    4/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposalii

    yaitu mewajibkan K/L membangun dan mengembangkan sistem

    elektronik pemerintah (e-goverment) dengan rencana aksi antara

    lain pelaksanaan e-office, e-planning, e-budgetting, e-procurement,

    e-performance dan e-audit. Implementasi pelaksanaan e-planning

    dalam rangka mengefektifkan dan mengefisienkan pengajuan

    usulan kegiatan dari daerah adalah dalam bentuk e-proposal

    (elektronik proposal).

    Direktorat Jenderal Perkebunan merasa memiliki

    kepentingan dan kewajiban di dalam membangun dan

    mengembangkan sistem aplikasi e-proposal tersebut karena pada

    hakikatnya eksistensi dan kesuksesan pelaksanaan kegiatan

    pembangunan perkebunan tidak terjadi dengan sendirinya atautidak ditentukan secara general oleh Pusat, namun lahir dari

    dinamika proses berbagai aspek pelaksanaan kegiatan di daerah.

    Untuk menjembatani pemerintah Pusat dan Daerah dalam hal

    perencanaan kegiatan pembangunan perkebunan maka di susunlah

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan

    Pembangunan Perkebunan melalui e-Proposal. Pedoman ini

    berfungsi sebagai salah satu alat/instrumen untuk kelancaran

    penyusunan kegiatan pembangunan perkebunan. Pedoman iniberupaya mendorong para pengusul kegiatan di daerah untuk

    memanfaatkan sebanyak mungkin potensi lokal masing-masing

    daerah dalam ruang lingkup pengembangan kawasan/cluster

    berbasis komoditas perkebunan. Selain itu, pedoman ini

    memberikan masukan kepada daerah untuk membangun

    keunggulan kompetitif berdasar pada keunggulan komparatif dari

    produk unggulan daerah serta berkontribusi dalam mempercepat

    pembangunan perkebunan dalam meningkatkan daya saingkomoditi perkebunan dan meningkatkan kesejahteraan petani/

    pekebun.

    Buku pedoman ini disusun dan diterbitkan untuk

    memberikan panduan kepada SKPD Provinsi dan Kabupaten/Kota

    yang menangani fungsi perkebunan dalam mengajukan rencana

    kegiatan pembangunan perkebunan untuk mendapatkan

    pendanaan APBN. Dengan terbitnya Buku Pedoman ini diharapkan

    SKPD Provinsi dan Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    5/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal iii

    dapat menyusun dan mengajukan proposal yang sejalan dengan

    ketentuan dan kebijakan Direktorat Jenderal Perkebunan serta

    sesuai dengan potensi dan kebutuhan pembangunan perkebunan di

    daerah sehingga akan tercapai peningkatan kualitas dan sinergitas

    perencanaan di tingkat Pusat dan Daerah serta diharapkan dapat

    mencapai tujuan kegiatan dengan lebih baik. Akhir kata, kami

    mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat untuk

    memberikan masukan dan berpartisipasi aktif dalam penyusunan

    pedoman perencanaan pengajuan usulan kegiatan pembangunan

    perkebunan melalui e-proposal. Kami juga sangat mengharapkan

    saran perbaikan yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

    buku pedoman ini dimasa mendatang.

    Jakarta, Maret 2014

    Direktur Jenderal,

    Ir. Gamal Nasir, MS

    Nip. 19560728 198603 1 001

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    6/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposaliv

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    7/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal v

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

    DAFTAR ISI.............................................................................................................. iv

    DAFTAR TABEL.................................................................................................... vii

    DAFTAR GAMBAR............................................................................................. viii

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... ix

    I. PENDAHULUAN............................................................................................ 11.1. Latar Belakang....................................................................................... 11.2. Maksud dan Tujuan ............................................................................. 41.3. Sasaran dan Ruang Lingkup ............................................................ 51.4. Pengertian ............................................................................................... 6

    II.

    PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNANPERKEBUNAN ............................................................................................ 10

    2.1. Komoditas Unggulan Nasional Perkebunan .......................... 10

    2.2. Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditi

    Perkebunan ......................................................................................... 14

    2.3. Program Direktorat Jenderal Perkebunan ............................. 19

    2.4. Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan ............................. 21

    2.5. Jenis Kegiatan dan Sub Kegiatan Direktorat

    Jenderal Perkebunan ....................................................................... 22

    III. MEKANISME PENGAJUAN USULAN KEGIATANMELALUI e-PROPOSAL.......................................................................... 36

    3.1. Prosedur dan Jadwal Pengusulan Kegiatan ........................... 36

    3.2. Persyaratan Pengusul Kegiatan melalui

    e-Proposal ............................................................................................. 42

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    8/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposalvi

    3.3. Gambaran Umum Sistem Aplikasi e-proposal ...................... 453.4. Ketentuan Umum Pengajuan Usulan Kegiatan

    Melalui e-proposal ............................................................................ 48

    3.4.1.Muatan e-proposal tingkat Provinsi danKabupaten/Kota .................................................................... 53

    3.4.2.Alur Pengajuan Usulan Kegiatan Melaluie-proposal tingkat Provinsi dan Kabupaten/

    Kota ............................................................................................ 73

    3.5. Bagan Proses Pengajuan Usulan Kegiatan Melaluie-proposal ............................................................................................ 84

    3.5.1.Bagan Proses Pengajuan e-proposal sebagaiAdmin SKPD Provinsi .......................................................... 84

    3.5.2.Bagan Proses Pengajuan e-proposal sebagaiAdmin SKPD Kabupaten/Kota ........................................ 98

    IV. PENILAIAN KELAYAKAN USULAN KEGIATANMELALUI e-PROPOSAL........................................................................ 121

    4.1. Proses Penilaian e-proposal tingkat Provinsi ..................... 1214.1.1.Kriteria Penilaian e-proposal tingkat

    Provinsi ................................................................................... 125

    4.1.2.Bobot Penilaian e-proposal tingkatProvinsi ................................................................................... 127

    4.1.3.Bagan Penilaian e-proposal tingkatProvinsi ................................................................................... 131

    4.2. Proses Penilaian e-proposal tingkat Pusat ........................... 136V. PENGORGANISASIAN e-PROPOSAL DIREKTORAT

    JENDERAL PERKEBUNAN................................................................... 151

    VI. PENUTUP.................................................................................................... 153LAMPIRAN .......................................................................................................... 155

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    9/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal vii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    1. Tahapan Pengusulan Kegiatan PembangunanPerkebunan Melalui e-Proposal ................................................ 39

    2. Standarisasi Skor Penilaian dari Masing-MasingIndikator Kriteria Penilaian Proposal .................................. 128

    3. Matriks Standarisasi Penilaian Usulan Kegiatan OlehDirektorat Jenderal Perkebunan ............................................ 147

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    10/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposalviii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    1. Skematik Proses Perencanaan Berbasis SistemAplikasi e-proposal ........................................................................ 42

    2. Alur Pengajuan Usulan Kegiatan PembangunanPerkebunan Melalui e-proposal dari SKPD Provinsi......... 78

    3. Alur Pengajuan Usulan Kegiatan PembangunanPerkebunan Melalui e-proposal dari SKPDKabupaten/Kota .............................................................................. 83

    4. Mekanisme Verifikasi Usulan Kegiatan PembangunanPerkebunan Melalui e-proposal ............................................. 122

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    11/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal ix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    1. Form Database Spesifik Kecamatan Perkebunan ............ 1552. Form Database Spesifik Kabupaten/Kota Sub Sektor

    Perkebunan .................................................................................... 158

    3. Form Database Umum Wilayah Provinsi ............................ 1654. Informasi terkait Narasi e-proposal ................................. 1695. Data Pendukung Uploading E-Proposal .............................. 170

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    12/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposalx

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    13/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar BelakangReformasi perencanaan dan penganggaran kegiatan

    pembangunan perkebunan mencakup 3 (tiga) faktor utama yaitu

    tepat, akuntabel dan transparan. Tepat maksudnya, setiap kegiatanyang dilakukan memiliki kinerja yang terukur dan runut mulai dari

    indikator, program dan kegiatan yang dilakukan serta tepat dalam

    pembagian urusan pemerintah antara Pemerintah Pusat danDaerah. Kegiatan juga harus dilakukan realistis berdasarkan

    ketersediaan anggaran, potensi sumber daya alam dan sumber

    daya manusia. Akuntabel ditentukan berdasarkan kejelasan dari

    sasaran yang akan dicapai dan penanggungjawabnya sedangkan

    transparan maksudnya kegiatan dapat diikuti dan dicermati olehmasyarakat. Perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja,

    berjangka menengah serta penganggaran terpadu merupakan

    perwujudan dari prinsip-prinsip pengelolaan keuangan publik

    yaitu kerangka kebijakan fiskal, alokasi pada prioritas dan efisiensi

    dalam pelaksanaan. Reformasi perencanaan dan penganggaran

    merupakan titik tolak mencapai good governance dalam rangka

    reformasi birokrasi.

    Mengacu pada Rencana Strategis Direktorat Jenderal

    Perkebunan tahun 2010-2014, salah satu strategi khusus untuk

    mencapai sasaran pembangunan perkebunan melalui reformasi

    perencanaan dan penganggaran adalah strategi peningkatanproduksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan

    berkelanjutan. Strategi ini merupakan upaya untuk meningkatkan

    produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan baikmelalui penerapan teknologi budidaya yang baik (Good Agricultural

    Practices/GAP) maupun yang ditetapkan dari strategi

    pengembangan komoditas perkebunan melalui upaya-upaya

    memprioritaskan pengembangan komoditas unggulan nasional

    yang meliputi Karet, Kelapa, Kelapa Sawit, Kopi, Kakao, Teh, JambuMete, Cengkeh, Lada, Jarak Pagar, Tebu, Tembakau, Kapas, Nilam

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    14/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal2

    dan Kemiri Sunan serta mendorong Pemerintah Daerah untuk

    memfasilitasi pengembangan komoditas spesifik dan potensial di

    wilayahnya. Kedepan untuk tahun 2015-2019, strategi Direktorat

    Jenderal Perkebunan diharapkan masih mengakomodir aspek

    peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman

    perkebunan walaupun prioritas komoditinya akan mengalami

    perubahan dengan melihat kinerja pembangunan perkebunanselama periode 2010-2014 tetapi berdasarkan keragaan besarnya

    potensi dari komoditi sagu dan pala maka kedua komoditi tersebut

    akan menjadi prioritas pengembangan Direktorat Jenderal

    Perkebunan sebagai komoditi spesifik daerah.

    Berdasarkan pengalaman pelaksanaan pembangunanperkebunan pada tahun-tahun sebelumnya, perencanaanpembangunan perkebunan yang diakomodir melalui proposal

    kegiatan masih banyak yang belum mengacu pada Rencana

    Strategis dan masih berupa daftar kebutuhan (shopping list)

    sehingga memerlukan pembenahan pada tingkat pendalaman

    maupun responsibilitas terhadap lingkungan strategis baik secara

    internal maupun eksternal. Hal ini penting diketahui agar produk

    perencanaan dapat akomodatif terhadap kebutuhan daerah danaspirasi masyarakat. Selain itu, selama ini proposal kegiatan daridaerah dalam bentuk hardcopy/manual proposal, format dan isi

    beragam menjadikan seleksi pengajuan kegiatan tidak optimal,

    pengiriman yang tidak terjadwal, pemberkasan proposal

    menumpuk di pusat, isi proposal belum mencerminkan kebutuhan,

    sulit dianalisis, proposal belum dinilai secara kuantitatif dan

    transparan, persepsi bahwa proposal dijadikan alat untuk

    mendapat anggaran dan belum menjadi acuan dalam penyusunananggaran secara kualitatif. Untuk mengatasi hal tersebut,

    perencanaan pembangunan perkebunan kedepan diperlukan suatu

    sistem untuk meningkatkan kualitas perencanaan, efisiensi dan

    efektivitas manajemen perencanaan. Amanat 9 langkah Reformasi

    Birokrasi salah satunya adalah mewajibkan K/L termasuk

    Kementerian Pertanian untuk membangun sistem elektronik

    pemerintah (e-government)yang mencakup e-office, e-procurement,

    e-planning, e-budgetting, e-performance dan e-audit. Tindak lanjutdari e-planning adalah di dalamnya memuat data dan informasi

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    15/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 3

    terkait e-proposal, Musrenbang, Renja, RKA-KL, pedoman umum

    dan lain-lain. Pengembangan e-proposal inilah yang nantinya

    sebagai unjung tombak pelaksanaan kegiatan pembangunan

    perkebunan berdasarkan mekanisme bottom up planning.

    Melalui sistem e-proposal, mekanisme pengajuan usulan

    kegiatan pembangunan perkebunan diharapkan mampumengedepankan potensi kawasan dan kemampuan masyarakatnya.

    Hal ini dapat di implementasikan melalui pelaksanaan kegiatan

    pembangunan perkebunan dengan penetapan lokasi kawasan

    berbasis komoditas perkebunan sesuai amanat Peraturan Menteri

    Pertanian (Permentan) nomor 50 tahun 2012 tentang pedoman

    pengembangan kawasan pertanian. Substansi penting dalamPermentan tersebut adalah perlunya setiap K/L terkait untukmendukung pengembangan kawasan pertanian sesuai tupoksinya.

    Berkaitan dengan hal tersebut bahwa Direktorat Jenderal

    Perkebunan mempunyai semangat dan tujuan yang sama dalam

    mengembangkan kawasan pertanian kedepan khususnya

    pengembangan kawasan berbasis komoditi perkebunan sesuai

    potensi daerah. Dengan penerapan kawasan tersebut diharapkan

    pelaksanaan kegiatan pembangunan perkebunan akan berjalanefektif, efisien, terfokus, terpadu dan berkelanjutan serta daerahsebagai ujung tombak pelaksanaan pembangunan perkebunan

    memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dalam

    meningkatkan daya saing komoditi perkebunan di pasar nasional

    dan internasional.

    Penyusunan pedoman perencanaan pengajuan usulan

    kegiatan pembangunan perkebunan melalui e-proposal merupakanrencana penting didalam mengajukan usulan kegiatan yang

    bersumber dari dana APBN Direktorat Jenderal Perkebunan karena

    memiliki 3 alasan yaitu (1) pedoman ini merupakan representasi

    dari potensi, kemampuan dan kesiapan daerah terhadap rencana

    program dan kegiatan perkebunan yang akan dijalankan, (2)

    pedoman ini merupakan representasi dari asumsi daerah terhadap

    prospek peningkatan dan pengembangan pembangunanperkebunan, dan (3) pedoman ini merupakan tolok ukur dan

    panduan bagi daerah untuk melaksanakan kegiatan pembangunan

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    16/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal4

    perkebunan. Dengan pertimbangan tersebut maka Pedoman

    Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan

    Perkebunan Melalui e-Proposal diterbitkan sebagai satu

    kelengkapan materi dalam mengajukan rencana usulan kegiatan

    pembangunan perkebunan serta sebagai kelengkapan panduan

    bagi Pusat dan Daerah dalam rangka mendampingi dan

    mengarahkan kegiatan pembangunan perkebunan di daerah.

    Pedoman perencanaan pengajuan usulan kegiatan

    pembangunan perkebunan melalui e-proposal pada dasarnya

    merupakan sarana/alat acuan dalam pelaksanaan kegiatan yang

    akan dilaksanakan oleh pemerintah baik Pusat maupun Daerah.

    Dengan terbitnya Buku Pedoman ini diharapkan SKPD Provinsi danSKPD Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan dapatmenyusun dan mengajukan usulan kegiatan pembangunan

    perkebunan melalui mekanisme aplikasi e-proposal yang sejalan

    dengan ketentuan dan kebijakan Direktorat Jenderal Perkebunan.

    Harapan lain adalah SKPD pengusul dapat mengajukan usulan

    kegiatan yang menjadi prioritas nasional serta sesuai dengan

    potensi dan kebutuhan pembangunan perkebunan di daerah

    sehingga akan tercapai peningkatan kualitas dan sinergitasperencanaan di tingkat Pusat dan Daerah untuk mencapai tujuankegiatan pembangunan perkebunan dengan lebih baik. Secara

    teknis diharapkan dengan adanya e-proposal, pengusulan kegiatan

    akan lebih cepat, efektif dan efisien dalam pelayanannya dengan

    menekankan asas keterbukaan serta mempertimbangkan

    kemampuan dan kebutuhan pekebun.

    1.2.

    Maksud dan Tujuan

    Maksud diterbitkannya pedoman perencanaan pengajuan

    usulan kegiatan pembangunan perkebunan melalui e-proposaladalah untuk mendorong, memfasilitasi, memberikan kesempatan

    dan pemahaman bagi SKPD Provinsi dan SKPD Kabupaten/Kota

    yang membidangi perkebunan agar secara konsisten dan

    berkelanjutan mampu mengusulkan kegiatan pembangunan

    perkebunan sesuai potensi, kebutuhan, kemampuan dan kesiapan

    di Daerah.

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    17/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 5

    Tujuan diterbitkannya pedoman perencanaan pengajuanusulan kegiatan pembangunan perkebunan melalui e-proposal

    adalah :

    1. Memberikan acuan pengajuan usulan kegiatan pembangunanperkebunan melalui sistem aplikasi e-proposal bagi SKPDProvinsi dan SKPD Kabupaten/Kota yang membidangi

    perkebunan dalam menjalankan fungsi perencanaan kegiatan

    pembangunan perkebunan.

    2. Meningkatkan kualitas perencanaan kegiatan pembangunanperkebunan di Pusat dan Daerah.

    3.

    Meningkatkan koordinasi, keterpaduan dan sinergismeperencanaan kegiatan pembangunan perkebunan antara

    pemerintah Pusat dan pemerintah Daerah.

    4. Meningkatkan efisiensi, efektivitas, tertib dan transparan sertatanggung jawab dalam penyusunan rencana kegiatan

    pembangunan perkebunan sehingga memudahkan monitoring

    dan evaluasi kinerja pelaksanaan pembangunan perkebunan.

    5. Memperkuat koordinasi perencanaan satu pintu di Pusat,Provinsi dan Kabupaten/Kota.

    6. Meningkatnya mutu penyajian proposal kegiatanpembangunan perkebunan sebagai sasaran utama dari

    penyusunan rencana program dan kegiatan pembangunanperkebunan.

    7. Membangun dan mengembangkan database perencanaanterutama terkait potensi daerah dan pengembangan kawasan

    berbasis komoditi perkebunan.

    1.3. Sasaran dan Ruang LingkupSasaran diterbitkannya pedoman perencanaan pengajuan

    usulan kegiatan pembangunan perkebunan melalui e-proposal

    adalah :

    1. Terwujudnya penyusunan proposal rencana kegiatanpembangunan perkebunan melalui mekanisme situsweb/website yang mengacu pada program dan kegiatan

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    18/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal6

    Direktorat Jenderal Perkebunan sebagai implementasi

    kebijakan dan strategi pembangunan perkebunan.

    2. Terjabarkannya program pembangunan perkebunan di daerahke dalam kegiatan-kegiatan operasional berdasarkan anggarankinerja pembangunan perkebunan yang diusulkan daerah

    melalui mekanisme situs web/website.

    3. Terlaksananya koordinasi dan keterpaduan dalam penyusunanrencana dan kegiatan pembangunan perkebunan baik antar

    pusat dan daerah maupun antar sub sektor.

    4. Terlaksananya pengajuan usulan kegiatan melalui sistem e-proposal oleh SKPD Provinsi dan SKPD Kabupaten/Kota yang

    membidangi perkebunan sesuai dengan arah dan kebijakanDirektorat Jenderal Perkebunan.

    Ruang lingkup pedoman perencanaan pengajuan usulankegiatan pembangunan perkebunan melalui e-proposal antara lain

    meliputi program dan kegiatan pembangunan perkebunan,

    mekanisme pengajuan usulan kegiatan melalui e-proposal,

    penilaian kelayakan usulan kegiatan melalui e-proposal dan

    pengorganisasian e-proposal Direktorat Jenderal Perkebunan.

    1.4. PengertianBeberapa pengertian dari istilah-istilah yang terdapat pada

    pedoman perencanaan pengajuan usulan kegiatan pembangunan

    perkebunan melalui e-proposal yaitu :

    1. E-planning adalah situs web (laman) yang dikembangkanKementerian Pertanian dalam rangka mewujudkan amanat

    Reformasi Birokrasi. E-planning Kementerian Pertanian

    memuat berbagai informasi peraturan perundang-undangan

    terkait perencanaan dan penganggaran, pedoman,

    juklak/juknis, musrenbangtan, Renja dan RKAKL KementerianPertanian, perencanaan kawasan, aplikasi e-Proposal dan

    lainnya.

    2. E-proposal adalah aplikasi untuk pengusulan dan penilaianproposal berbasis situs web (online) yang dikembangkanKementerian Pertanian guna memudahkan mengelola data dan

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    19/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 7

    informasi proposal secara efektif, efisien, akuntabel dan

    transparan.

    3. Satuan Kerja pada Instansi Pemerintah (Satker) adalahorganisasi dalam pemerintah yang dibentuk untukmelaksanakan tugas tertentu di bidang masing-masing atau

    bertugas melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari satu

    program.

    4. Program/Outcome adalah bentuk instrumen kebijakan yangberisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh satu

    atau beberapa unit organisasi dalam satu atau beberapa

    instansi untuk mencapai tujuan dan sasaran kebijakan serta

    memperoleh alokasi anggaran.

    5. Kegiatan/Output adalah bagian dari program yangdilaksanakan oleh satu atau beberapa satuan kerja sebagai

    bagian pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan

    terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumberdaya

    (manusia, material, dana, teknologi) sebagai masukan (input)

    untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk

    barang/jasa.6. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) adalah dokumen

    perencanaan tahunan yang memuat kerangka makro dan

    program-program pembangunan baik yang dilaksanakanlangsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan

    mendorong partisipasi masyarakat untuk kurun waktu 1

    (satu) tahun.

    7. Rencana Strategis (Renstra) K/L adalah dokumenperencanaan yang bersifat indikatif yang memuat program-

    program pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh

    pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong

    partisipasi masyarakat untuk kurun waktu lima tahun.

    8. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga(RKA-KL) adalah dokumen perencanaan yang merupakan

    pedoman tugas bagi pelaksanaan tugas kementerian dan

    merupakan penjabaran dari RKP dan rencana strategiskementerian yang bersangkutan dalam satu tahun anggaran.

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    20/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal8

    9. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalahrencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang

    disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat, yang masa

    berlakunya dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31

    Desember tahun berkenaan.

    10. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) atau dokumenlain yang dipersamakan dengan DIPA adalah suatu dokumen

    pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh Menteri/Pimpinan

    Lembaga atau Satuan Kerja serta disahkan oleh Direktur

    Jenderal Perbendaharaan atau Kepala Kantor Wilayah Ditjen

    Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan dan berfungsi

    sebagai dokumen pelaksanaan kegiatan.11. Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) adalah dokumen

    yang merupakan bagian tak terpisahkan dari DIPA dan RKA-KLyang memuat kegiatan secara rinci dan dijadikan acuan dalam

    pelaksanaan kegiatan dalam kurun waktu satu tahun.

    12. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dariPemerintah kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah

    dan/atau kepada Instansi Vertikal di wilayah tertentu.13. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah

    kepada daerah untuk melaksanakan tugas tertentu dengan

    kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkanpelaksanaannya kepada yang menugaskan.

    14. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBNyang dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah

    yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalamrangka pelaksanaan Dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang

    dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.

    15. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dariAPBN yang dilaksanakan oleh daerah yang mencakup semua

    penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas

    pembantuan.

    16. DAK adalah alokasi dari Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara kepada provinsi/kabupaten/kota tertentu dengan

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    21/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 9

    tujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan

    urusan Pemerintahan Daerah dan sesuai dengan prioritas

    nasional.

    17. DAK Bidang Pertanian adalah alokasi dari APBN kepadaProvinsi/Kabupaten/Kota tertentu untuk mendanai kegiataninfrastruktur/ prasarana dasar bidang pertanian yang menjadi

    urusan Pemerintah Daerah dan sesuai dengan Prioritas

    Nasional.

    18. SIKP adalah Sistem Informasi Perencanaan Kawasan Pertanianmerupakan laman yang berisi informasi mengenai kawasan

    pertanian. SIKP memuat data existing kawasan yang

    memanfaatkan database yang dihimpun dari aplikasi e-proposal sampai pada level kecamatan.

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    22/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal10

    BAB II

    PROGRAM DAN KEGIATAN

    PEMBANGUNAN PERKEBUNAN

    2.1. Komoditas Unggulan Nasional PerkebunanKondisi topografi di indonesia mempunyai strata topografi

    yang paling lengkap mulai dari dataran tinggi, menengah dan

    dataran tinggi. Di setiap daerah pada umumnya mempunyai

    komoditas unggulan yang mempunyai cita rasa khusus di

    bandingkan dengan komoditas serupa didaerah lainnya sehinggajika komoditas tersebut dikembangkan secara optimal akanmempunyai tingkat produksi dan nilai jual yang cukup tinggi bagi

    kesejahteraan petani. Dengan begitu strategi pembangunan

    pertanian ke depan dalam rangka mendukung revitalisasi

    pertanian ditekankan, diintensifkan dan difokuskan kepada

    kualitas komoditas unggulan tersebut baik pada penerapan

    teknologi produksi, teknologi pascapanen, efisiensi biaya produksi

    sampai dengan pemasaran. Pemberdayaan petani di pedesaanperlu juga dilakukan dengan fokus optimalisasi komoditasunggulan daerah bertujuan terwujudnya sektor pertanian nasional

    yang tangguh dan mampu bersaing dalam era pasar bebas.

    Berkaitan dengan hal tersebut, perencanaan pembangunan

    perkebunan dengan pendekatan komoditas unggulan menekankan

    motor penggerak pembangunan suatu daerah pada komoditas-

    komoditas yang dinilai bisa menjadi unggulan baik di tingkatdomestik maupun internasional. Penentuan komoditas unggulan

    merupakan langkah awal menuju pembangunan perkebunan yang

    berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan

    komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi

    perdagangan. Ada beberapa kriteria mengenai penentuan

    komoditas unggulan nasional perkebunan, diantaranya :

    1. Komoditas unggulan perkebunan harus mampu menjadipenggerak utama pembangunan perekonomian yaitu dapat

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    23/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 11

    memberikan kontribusi yang signifikan baik pada peningkatan

    produksi, pendapatan maupun pengeluaran.

    2. Komoditas unggulan perkebunan mempunyai keterkaitan kedepan dan ke belakang yang kuat baik sesama komoditasunggulan maupun komoditas-komoditas lainnya lingkup

    pertanian.

    3. Komoditas unggulan perkebunan mampu bersaing denganproduk sejenis dari wilayah lain di pasar nasional maupun

    internasional baik dalam harga produk, biaya produksi,

    kualitas pelayanan maupun aspek-aspek lainnya.

    4.

    Komoditas unggulan perkebunan di suatu daerah memilikiketerkaitan dengan daerah lain baik dalam hal pasar maupun

    pasokan bahan baku.

    5. Komoditas unggulan perkebunan mampu menyerap tenagakerja berkualitas secara optimal sesuai dengan skala

    produksinya.

    6. Komoditas unggulan perkebunan bisa bertahan dalam jangkawaktu tertentu, mulai dari fase kelahiran, inisiasi,pertumbuhan, puncak hingga penurunan.

    7. Komoditas unggulan perkebunan tidak rentan terhadapgejolak eksternal dan internal.

    8. Pengembangan komoditas unggulan perkebunan berorientasipada kelestarian sumber daya alam dan lingkungan.

    Selanjutnya untuk menjadikan suatu daerah dapat

    dijadikan sentra produksi komoditas unggulan baik dalamkonstelasi Kabupaten/Kota, Provinsi, Nasional maupun Regional

    terdapat beberapa prasyarat diantaranya :

    1) Adanya jaminan atau kepastian pasar dan pemasarankomoditas.

    2) Adanya sistem penjaminan mutu dari produksi komoditasyang dihasilkan, baik segar maupun olahan.

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    24/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal12

    3) Ketepatan dalam pemilihan komoditas unggulan dan wilayahpengembangannya.

    4) Potensi sumber daya wilayah berupa lahan, agroklimat, tenagakerja, sarana maupun prasarana sosial dan ekonomi sertakondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat.

    5) Tingkat ketersediaan dan aplikasi IPTEKS yang mendukungpengembangan agribisnis dan agroindustri.

    6) Skala ekonomi usaha tani/koperasi yang secara teknis,ekonomis dan lingkungan bersifat efisien serta mampu

    menjamin kontinuitas produksi, distribusi dan pemasaran

    komoditas.7) Peran aktif petani/pengusaha kecil dan tingkat kemampuan

    untuk mengakses seluruh potensi sumberdaya (sumber daya

    alam, sumber daya manusia, teknologi, distribusi danpemasaran, modal dan kelembagaan).

    8) Orientasi untuk menciptakan usaha yang memiliki tingkatpemanfaatan sumberdaya secara optimal dengan tingkat

    keuntungan yang optimal pula dan lestari atau berkelanjutan.

    9) Kelembagaan agribisnis spesifik komoditas dan lokasi yangkokoh dalam pengembangan teknologi, permodalan,

    pemasaran, penyuluhan, pelayanan dan peningkatan mutu

    serta penanganan lingkungan.

    10) Kemitraan yang saling membutuhkan, tergantung, adil,menguntungkan dan meningkatkan daya saing.

    11) Faktor pendukung untuk kemudahan dalam pelayananteknologi, perizinan investasi, perpajakan, permodalan, saranaproduksi, distribusi, insentif dan peningkatan mutu produk.

    12) Political will dari pemerintah pusat dan daerah yangditunjukkan dalam bentuk operasionalisasi seluruh gerakan

    pembangunan agribisnis yang didukung oleh seluruh sektor

    terkait dalam kondisi clean governmentdangood governance.

    13)Koordinasi dan sinkronisasi yang harmonis antar instansiterkait dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    25/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 13

    pembangunan agribisnis komoditas unggulan secara

    keseluruhan.

    Komoditas unggulan perkebunan dapat juga ditinjau dari

    sisi penawaran dan permintaan. Dari sisi penawaran komoditasunggulan perkebunan dicirikan oleh superioritas dalam

    pertumbuhannya pada kondisi biofisik, teknologi dan kondisi sosialekonomi petani di suatu wilayah. Sementara dari sisi permintaan,

    komoditas unggulan perkebunan dicirikan oleh kuatnya

    permintaan di pasar baik pasar domestik maupun internasional.

    Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa komoditas

    unggulan perkebunan merupakan komoditas yang memiliki nilai

    strategis berdasarkan pertimbangan fisik (kondisi tanah dan iklim)maupun sosial ekonomi dan kelembagaan (penguasaan teknologi,kemampuan sumber daya manusia, infrastruktur dan kondisi sosial

    budaya) untuk dikembangkan di suatu wilayah dan di lahan

    perkebunan.

    Berkaitan dengan aspek komoditas, komoditi perkebunan

    terdiri atas 127 jenis tanaman, berupa tanaman tahunan dan

    tanaman semusim dengan areal sebaran mulai dataran rendahsampai dataran tinggi, hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri

    Pertanian nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006 tentang jenis komoditi

    tanaman binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat

    Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura

    serta Keputusan Menteri Pertanian nomor 3399/Kpts/PD.310/

    10/2009 tentang perubahan lampiran I dari Keputusan Menteri

    Pertanian nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006. Dari 127 komoditas

    binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, prioritas penangananuntuk difasilitasi dan dikembangkan sesuai dengan arah dan

    kebijakan Direktorat Jenderal Perkebunan dalam Renstra Ditjen.

    Perkebunan periode 2010-2014 adalah difokuskan pada 15

    komoditas strategis yang menjadi unggulan nasional yaitu Karet,

    Kelapa Sawit, Kelapa, Kakao, Kopi, Lada, Jambu Mete, Teh, Cengkeh,

    Jarak Pagar, Kemiri Sunan, Tebu, Kapas, Tembakau dan Nilam

    sedangkan Pemerintah Daerah didorong untuk memfasilitasi danmelakukan pembinaan komoditas spesifik dan potensial di

    wilayahnya masing-masing. Mengingat besarnya potensi daerah

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    26/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal14

    untuk pengembangan komoditi Pala dan Sagu terutama di wilayah

    Indonesia Timur seperti Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku dan

    Maluku Utara maka Direktorat Jenderal Perkebunan akan

    menjadikan kedua komoditi tersebut sebagai prioritas/fokus

    kebijakan pengembangan komoditi perkebunan untuk di fasilitasi

    kegiatan dan pendanaannya kedepan.

    Untuk itu, dalam rangka pengembangan komoditas

    unggulan nasional perkebunan, Kementerian Pertanian secara

    intensif telah melakukan berbagai langkah strategis dengan

    mengidentifikasi dan mengembangkan potensi komoditas

    unggulan tersebut di berbagai daerah di Indonesia. Langkah

    strategis tersebut dapat diketahui dengan terbitnya PeraturanMenteri Pertanian (Permentan) nomor 50/Permentan/OT.140/8/2012 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian.

    2.2. Pengembangan Kawasan Berbasis KomoditiPerkebunan

    Arahan dan kebijakan dari Permentan nomor 50 tahun

    2012 terkait pengembangan komoditas pertanian dalam ruanglingkup kawasan antara lain :

    1. Menteri Pertanian memfasilitasi kawasan pertanian bagipengembangan 40 komoditas unggulan nasional diKabupaten/Kota dengan mengembangkan potensi yang ada,

    melanjutkan dari kondisi saat ini, pengutuhan kegiatan,

    menyediakan sarana dan prasarana, kemudahan perijinan,

    pemanfaatan lahan, penyediaan data dan informasi, promosi,

    penganggaran, membangun keterpaduan secara multi-yearssehingga menjadi satu kesatuan sistem pertanian industrial

    (Pasal 3 ayat 1).

    2. Gubernur dan Bupati/Walikota mensinergikan kegiatan untukmendukung pengembangan kawasan pertanian melalui dana

    APBD maupun sumber pembiayaan lainnya (Pasal 3 ayat 2).

    3. Provinsi dan Kabupaten/Kota yang tidak termasuk dalamlokasi kawasan komoditas unggulan nasional dapat

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    27/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 15

    mengalokasikan APBD dalam rangka mendukung pencapaian

    swasembada pangan (Pasal 3 ayat 3).

    4. Kawasan pertanian dibedakan menjadi kawasan pertaniannasional, kawasan pertanian Provinsi dan kawasan pertanianKabupaten/Kota (Pasal 4 ayat 1).

    5. Kawasan pertanian nasional ditetapkan oleh Menteri, kawasanpertanian Provinsi ditetapkan oleh Gubernur, dan kawasanpertanian Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Bupati/Walikota

    (Pasal 4 ayat 2).

    6. Pengembangan kawasan pertanian harus memperhatikanrencana tata ruang wilayah, menjamin kelestarian sumberdayaalam, fungsi lingkungan, keselamatan masyarakat dan selaras

    dengan Rencana Strategis Pembangunan Daerah (Pasal 5).

    7. Dalam kawasan pertanian dapat dikembangkan komoditas laindengan pola polikultur, tumpangsari, rotasi tanam, pola tanam

    dan/atau pola integrasi antar komoditas (Pasal 6).

    8. Kementerian Pertanian melakukan kegiatan yang fokus danterpadu untuk mendukung kawasan pertanian pada lokasiKabupaten/Kota dimaksud sesuai dengan hasil identifikasi

    potensi dan kebutuhan pembangunan (Pasal 7).

    9. Kementerian Pertanian mendorong Kementerian/ Lembaga(K/L) terkait untuk mendukung pengembangan kawasanpertanian sesuai dengan tupoksinya (Pasal 8).

    10. Kementerian Pertanian bersama dengan Pemerintah Provinsidan Pemerintah Kabupaten/Kota mendorong minat investor

    (BUMN, BUMD, PMA, PMDN, koperasi dan lainnya) untukmengembangkan kawasan pertanian (Pasal 9).

    11. Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang antara lain meliputiaspek perbenihan, penyuluhan, penelitian, infrastruktur sertapengendalian organisme pengganggu tanaman dan penyakit

    hewan serta perkarantinaan harus tersedia di setiap wilayah

    NKRI (Pasal 10).

    Pokok-pokok penting dari Permentan tersebut, salahsatunya adalah mendorong setiap K/L terkait untuk mendukung

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    28/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal16

    pengembangan kawasan pertanian sesuai tupoksinya (Pasal 8) dan

    Direktorat Jenderal Perkebunan memiliki semangat dan tujuan

    yang sama seperti yang diamanatkan di Permentan tersebut dalam

    mengembangkan kawasan pertanian yaitu melalui pengembangan

    kawasan berbasis komoditi perkebunan. Pengembangan kawasan

    berbasis komoditi perkebunan adalah salah satu pendekatan yang

    dilaksanakan dalam rangka menjaga kualitas pemanfaatan ruanguntuk sub sektor perkebunan dengan cara mengoptimalkan

    sinergitas intra dan/atau antar wilayah yang memiliki kemiripan

    agro-ekosistem sehingga utuh secara ekonomis dan teknis.

    Pengembangan kawasan berbasis komoditi perkebunan

    pada era otonomi daerah menjadi tanggung jawab sepenuhnyapemerintah daerah, yang dalam hal ini adalah di tingkatKabupaten/Kota sebagai daerah otonom, dengan demikian daerah

    sebagai ujung tombak pembangunan nasional dituntut untuk dapat

    bersaing dalam meningkatkan daya saing wilayahnya agar dapat

    meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, dengan mengacu

    pada tolok ukur kemajuan pembangunan wilayah yaitu

    pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pendapatan per kapita yang

    merata dan tingkat pengangguran yang rendah. Pemerintah pusatdalam hal ini hanya berfungsi sebagai pemangku kebijakan danregulasi dalam mendukung pengembangan kawasan berbasis

    komoditi perkebunan, selain itu memiliki kewenangan dalam

    pengawasan dan evaluasi kegiatan pembangunan perkebunan

    berbasis kawasan yang dilaksanakan di daerah.

    Secara garis besar, kriteria umum pengembangan kawasan

    berbasis komoditi perkebunan adalah :1. Kawasan eksisting atau kawasan berpotensi dari masing-

    masing jenis budidaya tanaman perkebunan.

    2. Jenis pengusahaannya : rakyat atau besar.3. Pengusahaan dengan skala terintegrasi dengan unit

    pengolahannya.

    4. Mitra dengan usaha perkebunan rakyat berkelanjutan.5. Memiliki keterkaitan dengan pengolahan dan pemasaran hasil.

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    29/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 17

    6. Dapat ditingkatkan produksi dan produktivitasnya.7. Pengembangan pengolahan skala wilayah.8. Pengembangan kebersamaan ekonomi petani melalui

    pemberdayaan.

    9. Arah pengembangan menuju prinsip pembangunanberkelanjutan.

    10. Sejalan dengan Renstra Kementerian Pertanian dan RenstraDirektorat Jenderal Perkebunan.

    11. Dukungan dari Pemerintah Daerah dan swadaya masyarakat.Dalam pengembangan kawasan perkebunan, suatu daerah

    dapat dikatakan berhasil apabila memiliki beberapa kriteria

    keberhasilan pengembangan kawasan perkebunan yaitu :

    1. Memiliki kegiatan ekonomi yang dapat menggerakkanpertumbuhan daerah.

    2. Mempunyai sektor ekonomi unggulan yang mampumendorong kegiatan ekonomi sektor lain dalam kawasan itu

    sendiri maupun di kawasan sekitarnya.

    3. Memiliki keterkaitan kedepan (memiliki daerah pemasaranproduk-produk yang dihasilkan) maupun ke belakang

    (mendapat suplai kebutuhan komponen produksinya dari

    daerah belakang) dengan beberapa daerah pendukung.

    4. Memiliki kemampuan untuk memelihara sumber daya alamsehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dan

    mampu menciptakan kesejahteraan ekonomi secara adil danmerata bagi seluruh masyarakat.

    Untuk mewujudkan pengembangan kawasan perkebunan

    yang berhasil maka diperlukan strategi yang optimal. Strategi

    pengembangan kawasan berbasis komoditi perkebunan adalahmenempatkan komoditas perkebunan sebagai komoditas unggulan

    nasional melalui pengembangan industri perkebunan yang

    menghasilkan produk hulu hingga hilir serta pengembangan

    produk samping secara industrial. Strategi pengembangan kawasan

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    30/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal18

    ini perlu didukung oleh kebijakan yang lebih operasional

    menyangkut aspek-aspek yang menjadi kriteria pengembangan

    kawasan diantaranya 1) kesesuaian sumber daya alam (agro-

    ekologi); 2) ketersediaan sarana dan prasarana penunjang

    (dukungan infrastruktur); 3) potensi dukungan layanan

    pengembangan (service); 4) kontribusi terhadap ekonomi wilayah

    (kontribusi ekonomi); 5) dukungan stakeholder (support); 6)penerimaan masyarakat (sosial budaya) dan 7) potensi

    keberlanjutan pengembangan kawasan (kelestarian). Dari ketujuh

    kriteria pengembangan kawasan tersebut akan menjadi dasar

    dalam penetapan kawasan berbasis komodiri perkebunan

    berdasarkan peringkat Kabupaten/Kota yang dihitung dengan

    menggunakan metode AHP (Analisis Hierarkhi Proses).

    Rekomendasi teknis pengembangan kawasan yang menjadi

    arah dan kebijakan Direktorat Jenderal Perkebunan kedepan

    adalah memfasilitasi pengembangan komoditi unggulan

    perkebunan sesuai peringkat kawasan per Kabupaten/Kota melalui

    intervensi program/kegiatan dan penetapan regulasi yang akanmenjadi dasar pengalokasian anggaran berjalan secara terpadu,

    terintegrasi dan berkelanjutan. Bagi pemerintah daerah (Provinsidan Kabupaten/Kota) melalui SKPD yang membidangi perkebunan

    diharapkan dapat mendukung penetapan peringkat kawasan

    berbasis komoditi perkebunan, salah satunya adalah dengan cara

    menetapkan CP/CL melalui kelompok tani penerima manfaat yang

    berkinerja baik dan lokasi pengembangan dengan potensi yang

    baik pula serta dengan menyusun rencana strategis daerah terkaitpengembangan kawasan berbasis komoditi perkebunan. Hal lain

    bagi SKPD Provinsi sesuai amanat Permentan nomor 50 tahun

    2012 adalah segera membuat Masterplan pengembangan

    kawasan pertanian/perkebunan dan SKPD Kabupaten/Kota

    menjabarkan masterplan tersebut kedalam rencana aksi untuk

    setiap tahun perencanaan.

    2.3. Program Direktorat Jenderal PerkebunanPembangunan perkebunan saat ini dan dimasa yang akan

    datang menghadapi tantangan yang cukup berat. Selaintuntutan pembangunan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan,

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    31/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 19

    juga mampu memecahkan masalah kemiskinan dan

    pengangguran. Keberhasilan pembangunan perkebunan di era yang

    penuh persaingan ini adalah bagaimana kita dapat

    mensinergikan seluruh potensi sumber daya yang ada untuk

    mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan.

    Berdasarkan hasil restrukturisasi program dan kegiatansesuai surat edaran bersama Menteri Keuangan nomor SE-

    1848/MK/2009 dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

    Nasional/Bappenas nomor 0142/M.PPN/06/2009 tanggal 19 Juni

    2009, setiap unit Eselon I mempunyai satu program yang

    mencerminkan nama Eselon I yang bersangkutan dan setiap unit

    Eselon II hanya mempunyai dan tanggung jawab terhadappelaksanaan kegiatan. Dengan demikian indikator kinerja unitEselon I adalah outcomedan indikator kinerja unit Eselon II adalah

    output.

    Sesuai hasil analisa terhadap potensi, permasalahan,

    peluang dan tantangan pembangunan perkebunan ditetapkan

    bahwa program pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 yang

    menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal Perkebunan adalah:Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman

    perkebunan berkelanjutan. Program ini dimaksudkan untuk

    lebih meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman

    perkebunan melalui rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan

    diversifikasi yang didukung oleh peningkatan produksi,

    produktivitas dan mutu tanaman semusim, tanaman tahunan dan

    tanaman rempah penyegar yang didukung oleh penanganan

    pascapanen dan pembinaan usaha serta dukungan pelaksanaanperlindungan perkebunan. Untuk program pembangunan

    perkebunan tahun 2015-2019, Direktorat Jenderal Perkebunan

    masih dalam tahap menggali potensi dan kemampuan institusi

    terhadap pengembangan komoditi perkebunan kedepan dan

    disesuaikan dengan arah kebijakan RPJMN 2015-2019 serta

    melalui evaluasi terhadap kinerja pembangunan perkebunan

    selama periode 2010-2014.

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    32/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal20

    Arahan umum RPJMN 2015-2019 adalah pencapaian daya

    saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber

    daya alam dan sumber daya manusia berkualitas yang di

    implementasikan melalui 5 kebijakan teknis yaitu 1) peningkatan

    produksi pangan pokok; 2) stabilitas harga; 3) perbaikan kualitas

    gizi masyarakat; 4) pemberdayaan dan perlindungan petani/

    nelayan/ pembudidaya ikan dan 5) peningkatan daya saing, nilaitambah komoditi pertanian dan perikanan. Berdasarkan hal

    tersebut maka secara garis besar Kementerian Pertanian

    memfokuskan pengembangan komoditas pertanian menjadi

    beberapa komoditi unggulan diantaranya :

    1. Komoditi yang menjadi Prioritas Swasembada Pangan (padi,jagung, kedelai, tebu, daging sapi, cabai, bawang merah).2. Komoditi yang menjadi Bahan Makanan Pokok Nasional

    (Beras, Jagung, Kedelai, Gula/Tebu, Daging Unggas, Daging

    Sapi-Kerbau).

    3. Komoditi yang menjadi Bahan Makanan Pokok Lokal (Sagu,Jagung, Ubi kayu, Ubi jalar).

    4. Komoditi yang menjadi Produk Pertanian Pengendali Inflasi(Cabai, Bawang Merah, Bawang Putih, CPO/Minyak Goreng).

    5. Komoditi yang menjadi Bahan Baku Industri (CPO, Karet,Kakao, Kopi, Kelapa, Jambu Mete, Lada, Teh, Cengkeh, Pala,

    Kapas, Susu, Ubi kayu).

    6. Komoditi yang menjadi Bahan Baku Industri lainnya(Nilam/Minyak Atsiri, Sorgum, Gandum, Tanaman Obat).

    7. Komoditi yang menjadi Produk Industri Pertanian Prospektif(Aneka Tepung, Jamu, Sagu).

    8. Komoditi yang menjadi Produk Energi Pertanian Prospektif(Biodiesel, Bioetanol, Biogas).

    9. Komoditi yang menjadi Produk Pertanian Berorientasi EksporProspektif (Nanas, Manggis, Salak, Mangga, Kambing dan

    Domba, Babi, Florikultura).

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    33/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 21

    2.4. Kegiatan Direktorat Jenderal PerkebunanSebagai penjabaran dari program, masing-masing unit

    Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai satu

    kegiatan. Dengan demikian di lingkup Direktorat JenderalPerkebunan terdapat 9 kegiatan pembangunan perkebunan sesuai

    Peraturan Menteri Pertanian nomor 61/Permentan/T.140/10/

    2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja

    Kementerian Pertanian yaitu:

    (1) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu TanamanSemusim dengan fokus pengembangan pada 4 komoditas

    strategis yaitu Tebu, Kapas, Tembakau dan Nilam.(2)Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman

    Rempah dan Penyegar dengan fokus pengembangan pada 6

    komoditas strategis yaitu Kakao, Kopi, Lada, Teh, Cengkeh dan

    Pala.

    (3)Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu TanamanTahunan dengan fokus pengembangan pada 7 komoditas

    strategis yaitu Karet, Kelapa Sawit, Kelapa, Jambu Mete, Jarak

    Pagar, Kemiri Sunan dan Sagu.

    (4)Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usahadengan fokus pengembangan pada kegiatan penanganan

    pascapanen (tanaman semusim, tanaman rempah penyegar dan

    tanaman tahunan), antisipasi dampak perubahan iklim,

    bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan sertapenanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan.;

    (5)Dukungan Perlindungan Perkebunan dengan fokuspengembangan pada kegiatan penurunan luas areal

    perkebunan yang terserang OPT (Organisme PenggangguTumbuhan).

    (6)Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya denganfokus pengembangan pada kegiatan pelayanan dan pembinaanyang berkualitas di bidang perencanaan, keuangan, umum dan

    evaluasi serta pelaporan.

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    34/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal22

    (7)Dukungan Pengujian, Pengawasan Mutu Benih dan PenerapanTeknologi Proteksi Tanaman Perkebunan BBP2TP Medan,

    Surabaya dan Ambon dengan fokus pengembangan pada

    kegiatan pelayanan sertifikasi benih (jumlah bibit yang

    disertifikasi) dan peningkatan jumlah teknologi terapan

    perlindungan perkebunan. Sedangkan untuk bidang Proteksi

    Tanaman Perkebunan Pontianak (BPTP Pontianak) difokuskanpada kegiatan pengembangan teknologi proteksi perkebunan.

    2.5. Jenis Kegiatan dan Sub Kegiatan DirektoratJenderal Perkebunan

    Berikut ini dapat dijelaskan mengenai jenis kegiatan dansub kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan pada proses

    pengajuan usulan e-proposal baik pada kegiatan tugas pembantuan

    Kabupaten/Kota (SKPD Kabupaten/Kota), tugas pembantuan

    Provinsi (SKPD Provinsi) maupun kegiatan dekonsentrasi (Pusat,

    SKPD Provinsi dan UPT).

    A. Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan MutuTanaman Rempah Penyegar

    Pada kegiatan peningkatan produksi, produktivitas dan

    mutu tanaman rempah dan penyegar untuk e-proposal

    perencanaan kegiatan tahun 2015 difokuskan pada komoditi

    Kakao, Kopi, Teh, Lada, Cengkeh dan Pala. Daftar jenis kegiatan dan

    sub kegiatan pada pengembangan tanaman rempah dan penyegar

    antara lain :

    1. Kegiatan pengembangan komoditi Kakao, dengan sub kegiatansebagai berikut :a. Rehabilitasi tanaman kakao (Hektar)b. Intensifikasi tanaman kakao (Hektar)c. Perluasan tanaman kakao (Hektar)d. Peremajaan tanaman kakao (Hektar)e. Integrasi tanaman kakao-ternak (kelompok tani/KT)f. Pemberdayaan pekebun tanaman kakao (orang)g. Pembangunan kebun sumber bahan tanam kakao (Hektar)

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    35/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 23

    h. Penilaian, pemurnian, penetapan kebun sumber bahantanam kakao (kegiatan)

    i. Pemeliharaan kebun sumber bahan tanam kakao (Hektar)j. Revitalisasi perkebunan kakao (bulan)k. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman rempah dan

    penyegar (bulan)

    2. Kegiatan pengembangan komoditi Kopi, dengan sub kegiatansebagai berikut :

    a. Rehabilitasi tanaman kopi (Hektar)b. Intensifikasi tanaman kopi (Hektar)c. Perluasan tanaman kopi (Hektar)d. Peremajaan tanaman kopi (Hektar)e. Integrasi tanaman kopi-ternak (kelompok tani/KT)f. Pemberdayaan pekebun tanaman kopi (orang)g. Pembangunan kebun sumber bahan tanam kopi (Hektar)h. Penilaian, pemurnian, penetapan kebun sumber bahan

    tanam kopi (kegiatan)

    i. Pemeliharaan kebun sumber bahan tanam kopi (Hektar)j. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman rempah dan

    penyegar (bulan)

    3. Kegiatan pengembangan komoditi Teh, dengan sub kegiatansebagai berikut :

    a. Rehabilitasi tanaman teh (Hektar)

    b. Intensifikasi tanaman teh (Hektar)

    c. Integrasi tanaman teh-ternak (kelompok tani/KT)

    d. Pemberdayaan pekebun tanaman teh (orang)

    e. Pembangunan kebun sumber bahan tanam teh (Hektar)f. Penilaian, pemurnian, penetapan kebun sumber bahan

    tanam teh (kegiatan)g. Pemeliharaan kebun sumber bahan tanam teh (Hektar)

    h. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman rempah dan

    penyegar (bulan)

    4. Kegiatan pengembangan komoditi Lada, dengan sub kegiatansebagai berikut :

    a. Rehabilitasi tanaman lada (Hektar)

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    36/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal24

    b. Intensifikasi tanaman lada (Hektar)

    c. Perluasan tanaman lada (Hektar)

    d. Pemberdayaan pekebun tanaman lada (orang)

    e. Pembangunan kebun sumber bahan tanam lada (Hektar)

    f. Penilaian, pemurnian, penetapan kebun sumber bahan

    tanam lada (kegiatan)

    g. Pemeliharaan kebun sumber bahan tanam lada (Hektar)h. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman rempah dan

    penyegar (bulan)

    5. Kegiatan pengembangan komoditi Cengkeh, dengan subkegiatan sebagai berikut :

    a. Rehabilitasi tanaman cengkeh (Hektar)b. Intensifikasi tanaman cengkeh (Hektar)

    c. Perluasan tanaman cengkeh (Hektar)d. Pemberdayaan pekebun tanaman cengkeh (orang)

    e. Pembangunan kebun sumber bahan tanam cengkeh

    (Hektar)

    f. Penilaian, pemurnian, penetapan kebun sumber bahan

    tanam cengkeh (kegiatan)

    g. Pemeliharaan kebun sumber bahan tanam cengkeh(Hektar)

    h. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman rempah danpenyegar (bulan)

    6. Kegiatan pengembangan komoditi Pala, dengan sub kegiatansebagai berikut :

    a. Rehabilitasi tanaman pala (Hektar)

    b. Intensifikasi tanaman pala (Hektar)c. Perluasan tanaman pala (Hektar)

    d. Pemberdayaan pekebun tanaman pala (orang)e. Pembangunan kebun sumber bahan tanam pala (Hektar)

    f. Penilaian, pemurnian, penetapan kebun sumber bahan

    tanam pala (kegiatan)

    g. Pemeliharaan kebun sumber bahan tanam pala (Hektar)

    h. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman rempah dan

    penyegar (bulan)

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    37/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 25

    7. Kegiatan koordinasi kegiatan pengembangan tanaman rempahdan penyegar (Pusat/dekonsentrasi), dengan sub kegiatan

    sebagai berikut :

    a. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman rempah danpenyegar (12 bulan)B. Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu

    Tanaman Semusim

    Pada kegiatan peningkatan produksi, produktivitas dan

    mutu tanaman semusim untuk e-proposal perencanaan kegiatan

    tahun 2015 difokuskan pada komoditi Tebu, Kapas, Nilam danTembakau. Daftar jenis kegiatan dan sub kegiatan pada

    pengembangan tanaman semusim antara lain :

    1. Kegiatan pengembangan komoditi Tebu, dengan sub kegiatansebagai berikut :

    a. Perluasan tebu rakyat (Hektar)b. Bongkar ratoon (Hektar)c. Rawat ratoon (Hektar)d. Pembangunan kebun benih datar (Hektar)e. Demplot pengembangan tebu (Hektar)f. Operasional tenaga pendamping (TKP dan PLP-TKP)

    (orang)g. Pemberdayaan pekebun dan penguatan kelembagaan tebu

    (orang)

    h. Bantuan peralatan (unit)i.

    Penataan varietas (paket)j. Sensus database tebu sistem online (paket)k. Integrasi tanaman tebu-ternak (kelompok tani/KT)l. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman semusim

    (bulan)

    2. Kegiatan pengembangan komoditi Kapas, dengan sub kegiatansebagai berikut :

    a. Penanaman kapas (Hektar)

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    38/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal26

    b. Pemberdayaan pekebun dan penguatan kelembagaan kapas(orang)

    c. Operasional tenaga pendamping (TKP dan PLP-TKP)(orang)

    d. Pembangunan kebun induk penanaman kapas (Hektar)e. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman semusim

    (bulan)

    3. Kegiatan pengembangan komoditi Nilam, dengan sub kegiatansebagai berikut :

    a. Penanaman nilam (Hektar)b. Pemberdayaan pekebun dan penguatan kelembagaan nilam

    (orang)c. Pembangunan kebun penangkar benih nilam (Hektar)d. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman semusim

    (bulan)

    4. Kegiatan pengembangan komoditi Tembakau, dengan subkegiatan sebagai berikut :

    a. Penanaman tembakau (Hektar)b. Pemberdayaan pekebun dan penguatan kelembagaan

    tembakau (orang)

    c. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman semusim(bulan)

    5. Kegiatan koordinasi kegiatan pengembangan tanamansemusim (Pusat/dekonsentrasi), dengan sub kegiatan sebagai

    berikut :

    a. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman semusim (12bulan)C. Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu

    Tanaman Tahunan

    Pada kegiatan peningkatan produksi, produktivitas dan

    mutu tanaman tahunan untuk e-proposal perencanaan kegiatan

    tahun 2015 difokuskan pada komoditi Kelapa Sawit, Karet, Kelapa,

    Jambu Mete, Kemiri Sunan, Jarak Pagar dan Sagu. Daftar jenis

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    39/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 27

    kegiatan dan sub kegiatan pada pengembangan tanaman tahunan

    antara lain:

    1. Kegiatan pengembangan komoditi Kelapa Sawit, dengan subkegiatan sebagai berikut :a. Peremajaan tanaman kelapa sawit (Hektar)b. Perluasan tanaman kelapa sawit (Hektar)c. Intensifikasi tanaman kelapa sawit (Hektar)d. Demplot peremajaan kelapa sawit (Hektar)e. Pemberdayaan pekebun dan penguatan kelembagaan

    kelapa sawit (orang)

    f. Pembangunan kebun sumber bahan tanam kelapa sawit(Hektar)

    g. Pemeliharaan kebun sumber bahan tanam kelapa sawit(Hektar)

    h. Penilaian, pemurnian dan penetapan kebun sumber bahantanam kelapa sawit (kegiatan)

    i. Integrasi tanaman kelapa sawit-ternak (kelompok tani/KT)j. Revitalisasi perkebunan kelapa sawit (bulan)k. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman tahunan

    (bulan)

    2. Kegiatan pengembangan komoditi Karet, dengan sub kegiatansebagai berikut :

    a. Peremajaan tanaman karet (Hektar)b. Perluasan tanaman karet di wilayah perbatasan, bencana

    alam dan pasca konflik (Hektar)

    c. Pemberdayaan pekebun tanaman karet (orang)d. Pembangunan kebun sumber bahan tanam karet (Hektar)e. Pemeliharaan kebun sumber bahan tanam karet (Hektar)f. Penilaian, pemurnian dan penetapan kebun sumber bahan

    tanam karet (kegiatan)

    g. Revitalisasi perkebunan karet (bulan)h. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman tahunan

    (bulan)

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    40/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal28

    3. Kegiatan pengembangan komoditi Kelapa, dengan subkegiatan sebagai berikut :

    a. Peremajaan tanaman kelapa (Hektar)b. Perluasan tanaman kelapa (Hektar)c. Rehabilitasi tanaman kelapa (Hektar)d. Demplot peremajaan tanaman kelapa (Hektar)e. Pemberdayaan pekebun tanaman kelapa (orang)f. Pembangunan kebun sumber bahan tanam kelapa (Hektar)g. Pemeliharaan kebun sumber bahan tanam kelapa (Hektar)h. Penilaian, pemurnian dan penetapan kebun sumber bahan

    tanam kelapa (kegiatan)

    i.

    Integrasi tanaman kelapa-ternak (kelompok tani/KT)j. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman tahunan

    (bulan)

    4. Kegiatan pengembangan komoditi Jambu Mete, dengan subkegiatan sebagai berikut :

    a. Peremajaan tanaman jambu mete (Hektar)

    b. Perluasan tanaman jambu mete (Hektar)

    c. Rehabilitasi tanaman jambu mete (Hektar)d. Intensifikasi tanaman jambu mete (Hektar)

    e. Pemberdayaan pekebun tanaman jambu mete (orang)

    f. Pembangunan kebun sumber bahan tanam jambu mete

    (Hektar)

    g. Pemeliharaan kebun sumber bahan tanam jambu mete

    (Hektar)

    h. Penilaian, pemurnian dan penetapan kebun sumber bahantanam jambu mete (kegiatan)

    i. Demplot tanaman jambu mete (Hektar)

    j. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman tahunan

    (bulan)

    5. Kegiatan pengembangan komoditi Kemiri Sunan, dengan subkegiatan sebagai berikut :

    a. Perluasan tanaman kemiri sunan (Hektar)b. Pemberdayaan pekebun tanaman kemiri sunan (Orang)

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    41/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 29

    c. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman tahunan

    (bulan)

    6. Kegiatan pengembangan komoditi Jarak Pagar, dengan subkegiatan sebagai berikut :a. Perluasan tanaman jarak pagar (Hektar)

    b. Pengadaan kompor tanaman jarak pagar (unit)

    c. Pemberdayaan pekebun tanaman jarak pagar (orang)d. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman tahunan

    (bulan)

    7. Kegiatan pengembangan komoditi Sagu, dengan sub kegiatansebagai berikut :a. Perluasan tanaman sagu (Hektar)b. Penataan tanaman sagu (Hektar)c. Pemberdayaan pekebun tanaman sagu (orang)d. Penilaian, pemurnian dan penetapan kebun sumber bahan

    tanam sagu (kegiatan)

    e. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman tahunan(bulan)

    8. Kegiatan koordinasi kegiatan pengembangan tanamantahunan (Pusat/dekonsentrasi), dengan sub kegiatan sebagai

    berikut :

    a. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman tahunan (12bulan)

    D. Kegiatan Dukungan Pascapanen dan Pembinaan UsahaKegiatan dukungan pascapanen dan pembinaan usaha

    untuk e-proposal perencanaan kegiatan tahun 2015 difokuskan

    untuk mendukung semua komoditi unggulan perkebunan. Daftarjenis kegiatan dan sub kegiatan pada dukungan penanganan

    pascapanen dan pembinaan usaha antara lain:

    1. Kegiatan penanganan pascapanen tanaman rempah penyegar,dengan sub kegiatan sebagai berikut :

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    42/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal30

    a. Penanganan pascapanen tanaman kakao (kelompoktani/KT)

    b. Penanganan pascapanen tanaman kopi (kelompok tani/KT)c. Penanganan pascapanen tanaman teh (kelompok tani/KT)d. Penanganan pascapanen tanaman lada (kelompok tani/KT)e. Penanganan pascapanen tanaman cengkeh (kelompok

    tani/KT)f. Penanganan pascapanen tanaman pala (kelompok tani/KT)

    2. Kegiatan penanganan pascapanen tanaman semusim, dengansub kegiatan sebagai berikut :

    a. Penanganan pascapanen tanaman tebu (kelompok tani/KT)b. Penanganan pascapanen tanaman kapas (kelompok

    tani/KT)

    c. Penanganan pascapanen tanaman nilam (kelompoktani/KT)

    d. Penanganan pascapanen tanaman tembakau (kelompoktani/KT)

    3. Kegiatan penanganan pascapanen tanaman tahunan, dengansub kegiatan sebagai berikut :a. Penanganan pascapanen tanaman kelapa sawit (kelompok

    tani/KT)

    b. Penanganan pascapanen tanaman karet (kelompoktani/KT)

    c. Penanganan pascapanen tanaman kelapa (kelompoktani/KT)

    d. Penanganan pascapanen tanaman jambu mete (kelompoktani/KT)

    e. Penanganan pascapanen tanaman kemiri sunan (kelompoktani/KT)

    f. Penanganan pascapanen tanaman jarak pagar (kelompoktani/KT)

    g. Penanganan pascapanen tanaman sagu (kelompok tani/KT)4. Kegiatan dukungan penanganan pascapanen dan pembinaan

    usaha perkebunan, dengan sub kegiatan sebagai berikut

    (khusus untuk usulan kegiatan di TP Provinsi) :

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    43/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 31

    a. Inventarisasi dan identifikasi serta penanganan kasusgangguan usaha perkebunan (Kabupaten)

    b. Inventarisasi dan identifikasi serta penanganan kasuskonflik usaha perkebunan (Kabupaten)

    c. Pertemuan koordinasi penanganan gangguan usaha dankonflik perkebunan (Kabupaten)

    d. Pemantauan, pengawasan dan penyelesaian masalah PIRTRANS/KKPA (Kabupaten)

    e. Pemantauan, pengawasan dan penyelesaian masalahPIRBUN (Kabupaten)

    f. Pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan (Kabupaten)g. Penilaian usaha perkebunan (Kabupaten)h. Penerapan standar perkebunan besar berkelanjutan

    (Kabupaten)i. Penerapan standar perkebunan berkelanjutan pola plasma

    dan swadaya (Kabupaten)

    j. Koordinasi kegiatan penanganan pascapanen danpembinaan usaha di pusat/dekonsentrasi (bulan)

    E. Kegiatan Dukungan Perlindungan PerkebunanKegiatan dukungan perlindungan perkebunan untuk e-

    proposal perencanaan kegiatan tahun 2015 difokuskan untuk

    mendukung semua komoditi unggulan perkebunan. Daftar jenis

    kegiatan dan sub kegiatan pada dukungan perlindungan

    perkebunan antara lain:

    1. Kegiatan penanganan organisme pengganggu tanaman (OPT)tanaman rempah dan penyegar, dengan sub kegiatan sebagai

    berikut :

    a. Pengendalian OPT tanaman kakao (Hektar)b. Pengendalian OPT tanaman kopi (Hektar)c. Pengendalian OPT tanaman teh (Hektar)d. Pengendalian OPT tanaman lada (Hektar)e. Pengendalian OPT tanaman cengkeh (Hektar)f. Pengendalian OPT tanaman pala (Hektar)

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    44/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal32

    2. Kegiatan penanganan organisme pengganggu tanaman (OPT)tanaman semusim, dengan sub kegiatan sebagai berikut :

    a. Pengendalian OPT tanaman tebu (Hektar)b. Pengendalian OPT tanaman kapas (Hektar)c. Pengendalian OPT tanaman nilam (Hektar)d. Pengendalian OPT tanaman tembakau (Hektar)

    3. Kegiatan penanganan organisme pengganggu tanaman (OPT)tanaman tahunan, dengan sub kegiatan sebagai berikut :

    a. Pengendalian OPT tanaman kelapa sawit (Hektar)b. Pengendalian OPT tanaman karet (Hektar)c.

    Pengendalian OPT tanaman kelapa (Hektar)d. Pengendalian OPT tanaman jambu mete (Hektar)

    e. Pengendalian OPT tanaman kemiri sunan (Hektar)f. Pengendalian OPT tanaman jarak pagar (Hektar)g. Pengendalian OPT tanaman sagu (Hektar)

    4. Kegiatan dukungan perlindungan perkebunan, dengan subkegiatan sebagai berikut :

    a. Operasional laboratorium lapangan/LL (Unit)-termasukkegiatan dekonsentrasi yang hanya di usulkan oleh SKPD

    Provinsi

    b. Operasional laboratorium utama pengendalianhayati/LUPH (Unit)-termasuk kegiatan dekonsentrasi yang

    hanya diusulkan oleh SKPD Provinsi

    c. Operasional sub laboratorium hayati (Unit)-termasukkegiatan dekonsentrasi yang hanya diusulkan oleh SKPD

    Provinsid. Sekolah lapang pengendalian hama terpadu/SLPHT

    tanaman perkebunan (kelompok tani/KT)-dapat diusulkan

    oleh SKPD Kabupaten/Kota

    e. Antisipasi dampak perubahan iklim (Kegiatan)-termasukkegiatan TP Provinsi yang hanya diusulkan oleh SKPD

    Provinsi

    f. Koordinasi kegiatan perlindungan perkebunan di pusat/dekonsentrasi (bulan)

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    45/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 33

    F. Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan TeknisLainnya (Pusat)

    Kegiatan dukungan manajemen dan dukungan teknis

    lainnya (pusat) untuk e-proposal perencanaan kegiatan tahun 2015merupakan kegiatan dukungan secara administratif Ditjen.

    Perkebunan yang termasuk kedalam kegiatan dekonsentrasi.Daftar jenis kegiatan dan sub kegiatan pada dukungan manajemen

    dan dukungan teknis lainnya antara lain:

    1. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman rempah danpenyegar (pusat), dengan sub kegiatan sebagai berikut :

    a. Koordinasi, pembinaan dan monev pengembangan tanamanrempah dan penyegar (dokumen)

    b. Layanan perkantoran rempah dan penyegar (dokumen)2. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman semusim (pusat),

    dengan sub kegiatan sebagai berikut :

    a. Koordinasi, pembinaan dan monev pengembangan tanamansemusim (dokumen)

    b. Layanan perkantoran semusim (dokumen)3. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman tahunan (pusat),

    dengan sub kegiatan sebagai berikut :

    a. Koordinasi, pembinaan dan monev pengembangan tanamantahunan (dokumen)

    b. Layanan perkantoran tahunan (dokumen)4. Koordinasi kegiatan dukungan pascapanen dan pembinaan

    usaha (pusat), dengan sub kegiatan sebagai berikut :

    a. Koordinasi, pembinaan dan monev kegiatan dukunganpascapanen dan pembinaan usaha (dokumen)

    b. Layanan perkantoran pascapanen dan pembinaan usaha(dokumen)

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    46/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal34

    5. Koordinasi kegiatan dukungan perlindungan perkebunan(pusat), dengan sub kegiatan sebagai berikut :

    a. Koordinasi, pembinaan dan monev kegiatan dukunganperlindungan perkebunan (dokumen)

    b. Layanan perkantoran perlindungan perkebunan (dokumen)6. Koordinasi kegiatan dukungan manajemen dan dukungan

    teknis lainnya Ditjen. Perkebunan (pusat/sekretariat), dengansub kegiatan sebagai berikut :

    a. Dokumen perencanaan (dokumen)b. Dokumen keuangan dan perlengkapan (dokumen)c.

    Dokumen kepegawaian, hukum dan humas (dokumen)d. Dokumen evaluasi dan pelaporan (dokumen)

    e. Layanan perkantoran sekretariat (dokumen)7. Kegiatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya

    (dekonsentrasi) hanya di khususkan bagi SKPD Provinsi,

    dengan sub kegiatan sebagai berikut :

    a. Administrasi kegiatan dana dekonsentrasi/DK (bulan)b. Administrasi kegiatan dana tugas pembantuan/TP (bulan)c. Perencanaan (bulan)d. Pengelolaan keuangan dan aset (bulan)e. Data informasi dan statistik (bulan)f. Insentif mantri statistik perkebunan (bulan)g. Monitoring dan evaluasi (bulan)h. Insentif pengawas benih tanaman (bulan)i. Operasional PPNS (bulan)j. Dukungan kegiatan manajemen dan teknis lainnya (bulan)

    G. Kegiatan Dukungan Pengujian, Pengawasan Mutu Benihdan Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan

    Kegiatan dukungan Pengujian, Pengawasan Mutu Benih dan

    Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan untuk e-

    proposal perencanaan kegiatan tahun 2015 merupakan kegiatandukungan secara administratif dari UPT pusat lingkup Ditjen.

    Perkebunan yang termasuk kedalam kegiatan dekonsentrasi yangmeliputi bidang sertifikasi benih dan teknologi penerapan proteksi

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    47/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 35

    tanaman perkebunan. Daftar jenis kegiatan dan sub kegiatan pada

    dukungan Pengujian, Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan

    Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan antara lain:1. Dukungan Pengujian, Pengawasan Mutu Benih dan PenerapanTeknologi Proteksi Tanaman Perkebunan (UPT pusat), dengan

    sub kegiatan sebagai berikut :a. Layanan perkantoran UPT (dokumen)b. Perangkat pengolah data dan komunikasi (unit)c. Peralatan dan fasilitas perkantoran (unit)d. Gedung dan bangunan (unit)e. Operasional laboratorium (bulan)f. Pembangunan kebun contoh, demplot, uji koleksi, dll

    (Hektar)g. Pengawasan peredaran benih (dokumen)h. Rakitan teknologi spesifikasi proteksi tanaman perkebunan

    (paket)i. Pemanfaatan agensia hayati (jenis)j. Sertifikasi dan pengujian mutu benih (batang)k. Administrasi keuangan dan kepegawaian (bulan)l. Penyusunan rencana kegiatan (laporan)m.Peningkatan kapabilitas pegawai/petugas (orang)n. Monitoring dan evaluasi (laporan)

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    48/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal36

    BAB III

    MEKANISME PENGAJUAN USULAN KEGIATAN

    MELALUI E-PROPOSAL

    3.1. Prosedur dan Jadwal Pengusulan KegiatanBerikut ini adalah prosedur pengusulan usulan kegiatan

    pembangunan perkebunan melalui e-proposal dari daerah (need

    assessment) yang terlebih dahulu melalui mekanisme

    MUSRENBANG sebagai berikut :

    1. Rancangan usulan kegiatan pembangunan perkebunan dimulaidari penjaringan aspirasi di lapangan (need assessment). Di

    tingkat lapangan, petani melalui kelompok tani di

    kecamatan/desa melakukan perencanaan partisipatif dalam

    rangka menyusun rencana program dan anggaran kinerja

    pembangunan perkebunan. Usulan dari kelompok tanitersebut memuat kebutuhan petani dalam pengembangan

    kegiatan pembangunan perkebunan dan merupakan aspirasi

    terpadu yang didasari oleh kondisi nyata di lapangan sesuai

    potensi daerah.

    2. Rumusan rancangan kebutuhan kegiatan dan anggaran darikelompok tani didaerah yang dihasilkan dari mekanisme need

    assessment akan dibahas pada Musyawarah Perencanaan

    Pembangunan tingkat Desa, Kelurahan hingga tingkat

    Kecamatan sebelum diusulkan ke SKPD Kabupaten/Kota. Hasil

    Musrenbang tersebut selanjutnya di usulkan ke SKPD yangmembidangi perkebunan di Kabupaten/Kota agar dibahaspada Musyawarah Perencanaan Pembangunan Perkebunan

    tingkat Kabupaten/Kota.

    3. Pelaksanaan Musrenbangbun tingkat Kabupaten/Kotadilaksanakan dengan menjaring beberapa usulan kegiatankelompok tani/pekebun dari tingkat Kecamatan. Hasil

    Musyawarah Perencanaan Pembangunan Perkebunan tingkat

    Kabupaten/Kota diusulkan oleh SKPD yang membidangiperkebunan di Kabupaten/Kota dengan meng-input melalui

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    49/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 37

    sistem aplikasi e-proposal. Hasil input beberapa usulan

    kegiatan pembangunan perkebunan melalui e-proposal

    selanjutnya di sampaikan kepada SKPD yang membidangi

    perkebunan di tingkat Provinsi.

    4. Pemerintah Provinsi melalui SKPD yang membidangiperkebunan melakukan kompilasi semua usulan kegiatan

    SKPD Kabupaten/Kota yang disampaikan melalui e-proposal

    setelah melalui mekanisme Musrenbangbun tingkat

    Kabupaten/Kota. Hasil kompilasi tersebut dilakukan penilaian

    untuk menentukan apakah usulan kegiatan tersebut layak

    untuk diterima dengan penilaian yang baik atau tidak. Usulan

    kegiatan yang dinilai layak akan dibahas kembali melaluiMusyawarah Perencanaan Pembangunan Perkebunan tingkat

    Provinsi. Hasil keputusan usulan kegiatan melalui e-proposal

    dari Musrenbangbun tingkat Provinsi selanjutnya akan

    menentukan pengajuan atau tidaknya kepada Direktorat

    Jenderal Perkebunan dengan mempertimbangkan kebijakan

    pimpinan daerah.

    5. Selanjutnya, Direktorat Jenderal Perkebunan melakukanpenilaian terhadap semua usulan kegiatan melalui e-proposaldari SKPD Provinsi dan SKPD Kabupaten/Kota setelah

    dilakukan verifikasi penilaian tingkat provinsi. Usulan kegiatandengan penilaian yang baik dan dinyatakan layak maka akan di

    rekapitulasi/di rangkum sebagai bahan pembahasan lanjutan

    melalui Musrenbangtan/nas yang akan menentukan

    pengalokasian anggaran sesuai keputusan/kebijakan

    pimpinan.

    Menyesuaikan dengan jadwal agenda penyusunan RKP

    (Rencana Kerja Pemerintah), RKA-KL (Rencana Kerja dan Anggaran

    Kementerian/Lembaga), DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran)

    untuk Kementerian Pertanian, maka jadwal pemrosesan usulan

    kegiatan pembangunan perkebunan melalui e-proposal adalah

    sebagai berikut:

    1. Bulan Januari-Februari yaitu sosialisasi sistem aplikasi e-proposal dan penyebarluasan Pedoman PerencanaanPengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan melalui

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    50/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal38

    e-proposal. Pada bulan ini juga direncanakan kegiatan

    penyerahan POK (Petunjuk Operasional Kegiatan) dan

    sosialisasi pedoman pelaksanaan/teknis kegiatan lingkup

    Direktorat Jenderal Perkebunan.

    2. Bulan Februari-Maret yaitu usulan kegiatan yang dibahaspada forum Musrenbangbun tingkat Kabupaten/Kota telah

    mendapat persetujuan dari pimpinan daerah

    (Bupati/Walikota) melalui SKPD yang membidangi

    Perkebunan lingkup Kabupaten/Kota untuk segera di-input

    melalui sistem aplikasi e-proposal. Selanjutnya disampaikan

    kepada SKPD Provinsi yang membidangi perkebunan untuk

    dilakukan proses verifikasi melalui penilaian kelayakan yanghasilnya akan dibahas dalam forum Musrenbangbun

    (Musyawarah Perencanaan Pembangunan Perkebunan)

    tingkat Provinsi hingga pada akhirnya dapat diajukan/

    disampaikan ke Direktorat Jenderal Perkebunan.

    3. Bulan Maretyaitu rekapitulasi usulan kegiatan pembangunanperkebunan melalui e-proposal dari SKPD Provinsi yang sudah

    dilakukan penilaian kelayakannya dan dilakukan pembahasan

    pada forum Musrenbangbun tingkat Provinsi, harus sudahditerima di Direktorat Jenderal Perkebunan. Dokumen ini

    selanjutnya akan dievaluasi dan dijadikan bahan pembahasanuntuk penetapan alokasi kegiatan dan anggaran pembangunan

    perkebunan untuk disampaikan kepada Direktur Jenderal

    Perkebunan sebagai bahan MUSRENBANG tingkat nasional di

    Bappenas dan MUSRENBANGTAN yang akan dilaksanakan

    pada bulan April.

    4. Bulan April-Meiyaitu Kegiatan Musrenbangtan dilaksanakanoleh Kementerian Pertanian setiap tahunnya pada awal atau

    pertengahan bulan April dengan memperhatian waktu, tema

    dan agenda Musrenbangnas yang diselenggarakan oleh

    Bappenas pada akhir bulan April setiap tahunnya. Sebelum

    Musrenbangnas didahului pelaksanaan pra musrenbangnas.Pada awal bulan Mei tindaklanjut Musrenbangnas adalah

    pelaksanaan pasca Musrenbangnas hingga penyempurnaan/

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    51/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 39

    finalisasi Rencana Kerja Pemerintah (RKP) menjadi Rancangan

    Akhir RKP dengan diterbitkannya Perpres penetapan RKP.

    5. Batas waktu penyampaian usulan kegiatan melalui e-proposalbagi SKPD Kabupaten/Kota diharapkan dapat diajukan keSKPD Provinsi paling lambat tanggal 30 Maret setiap tahunnya.

    Sedangkan SKPD Provinsi melakukan proses penilaian dan

    mengajukan ke Pusat paling lambat tanggal 31 Maret setiap

    tahunnya. Namun batas waktu tersebut dapat diperpanjang

    sampai dengan Oktober setiap tahunnya untuk mengakomodir

    usulan-usulan yang berkembang pada proses perencanaan

    (sifatnya non regular).

    6. Dokumen lembar pengesahan usulan kegiatan pembangunanperkebunan disampaikan kepada Sekretaris Direktorat

    Jenderal Perkebunan melalui fax atau pos surat.

    Berikut ini adalah Tabel yang menunjukkan tahapan

    pengusulan kegiatan pembangunan perkebunan melalui

    mekanisme e-proposal.

    Tabel 1. Tahapan pengusulan kegiatan pembangunan perkebunan

    melalui e-proposal

    Uraian KegiatanBulan

    Jan Feb Mar Apr Mei Jun-Nov

    Identifikasi kegiatan (needassessment) dari kelompoktani (KT) yang akan

    diusulkan di tingkatKabupaten/Kota (sekaligus

    penetapan CP/CL)Sosialisasi aplikasi e-

    proposal dan penyampaianpedoman perencanaanpengajuan usulan kegiatan

    pembangunan perkebunanmelalui e-proposal oleh

    petugas pusat (BiroPerencanaan dan Ditjenbun)

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    52/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal40

    Lanjutan Tabel 1 :

    Uraian KegiatanBulan

    Jan Feb Mar Apr Mei Jun-Nov

    Usulan kegiatan dibahaspada forum Musrenbangbun

    tingkat Kabupaten/Kotadan telah mendapatpersetujuan dari pimpinan

    daerah (Bupati/Walikota)melalui SKPD yang

    membidangi Perkebunanlingkup Kabupaten/Kota

    Input usulan kegiatanmelalui sistem aplikasi e-proposal oleh SKPD yang

    membidangi PerkebunanKabupaten/Kota (hasil

    Musrenbangbun Kab/Kota)sekaligus penyampaian ke

    SKPD yang membidangiperkebunan Provinsi

    Semua usulan kegiatan SKPDKabupaten/Kota akan dinilai kelayakannya/ di

    verifikasi yang selanjutnyadibahas melalui mekanisme

    MusrenbangbuntingkatProvinsi untuk menentukanusulan kegiatan yang dapat

    di ajukan ke Pusat

    Penyampaian e-proposaloleh SKPD yang membidangiPerkebunan Provinsi ke

    Pusat/ Direktorat JenderalPerkebunan

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    53/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 41

    Lanjutan Tabel 1 :

    Uraian KegiatanBulan

    Jan Feb Mar Apr Mei Jun-Nov

    E-proposal harus diterimaoleh Ditjen. Perkebunan

    untuk selanjutnya di lakukantelaah melalui prosespenilaian sebagai bahan

    pembahasan pada forumMusrenbangtan/nas

    PelaksanaanMusrenbangtan/nas(Proses

    Validasi Usulan Kegiatan)yang akan disetujui melaluimekanisme penganggaran

    Usulan kegiatan melalui E-

    Proposal yang telah disetujuianggarannya akan di proses

    dalam RENJA & RKAKLDitjen. Perkebunan

    Sistem aplikasi e-proposal merupakan proses perencanaan

    yang berbasis situs web dalam mengajukan usulan kegiatan

    pembangunan perkebunan di tahun berikutnya. Untuk lebih

    memahami proses perencanaan yang berbasis situs web maka

    dapat dijelaskan pada Gambar 1 yang menunjukkan skematikproses perencanaan berbasis sistem aplikasi e-proposal.

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    54/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal42

    Gambar 1. Skematik Proses Perencanaan berbasis Sistem Aplikasi

    e- proposal

    3.2. Persyaratan Pengusul Kegiatan Melalui e-ProposalBeberapa persyaratan pengusul kegiatan pembangunan

    perkebunan melalui sistem aplikasi e-proposal antara lain :

    1. Yang mengajukan usulan kegiatan pembangunan perkebunanadalah SKPD Kabupaten/Kota dan SKPD Provinsi. Pengusulankegiatan oleh SKPD Kabupaten/Kota di dapat dari hasil

    mekanisme need assessmentyang dilaksanakan oleh kelompoktani (KT) melalui proses CP/CL yaitu dengan mengidentifikasi

    calon petani, calon lokasi pengembangan, kebutuhan kegiatan

    dan anggaran, kemampuan petani dan potensi daerah.

    2. Kelompok tani/gapoktan sebagai penerima manfaat harusterdaftar di Bakorluh/Bapeluh setempat dengan

    menunjukkan/menyampaikan nomor register penetapan

    kelompok tani/gapoktan atau nomor SK pengukuhan

    kelompok tani/gapoktan.

  • 5/24/2018 Pedoman Pengajuan E-Proposal (2)

    55/183

    Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 43

    3. Mengajukan usulan kegiatan menggunakan user name danpasswordyang sudah diberikan untuk log inkedalam aplikasi

    e-proposal.

    4. Mengusulkan kegiatan yang ber


Recommended