+ All Categories
Home > Documents > PEMETAAN ATURAN KEARIFAN LOKAL PADA PENGGUNAAN …

PEMETAAN ATURAN KEARIFAN LOKAL PADA PENGGUNAAN …

Date post: 18-Oct-2021
Category:
Upload: others
View: 12 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
9
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah Volume 3, Nomor 4: 180-188 November 2018 ISSN. 2527-6395 180 PEMETAAN ATURAN KEARIFAN LOKAL PADA PENGGUNAAN ALAT TANGKAP DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN PANGLIMA LAOT LHOK - LHOK KRUET ACEH JAYA MAPPING OF THE LOCAL WISDOM RULES TO WARD THE FISHING GEARS PANGLIMA LAOT AUTHORITY IN LHOK KRUET ACEH JAYA Muhammad Fajar Ilham, Edy Miswar*, Alvi Rahmah Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Kelautan Dan Perikanan, Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh. *email korespondensi: [email protected] ABSTRAK Pemetaan wilayah merupakan proses yang dilakukan dalam mengumpulkan data yang bertujuan untuk mengelompokkan sebuah wilayah berdasarkan keadaan sebenarnya dan menyajikan ke dalam bentuk peta. Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu kawasan pesisir yang letaknya berdekatan dengan Samudera Hindia menjadikan wilayah ini menjadi salah satu wilayah yang memiliki potensi sumberdaya laut yang besar. Dalam melindungi kekayaan lautnya, Kabupaten Aceh Jaya juga memiliki petugas kearifan lokal atau yang lebih dikenal dengan nama Panglima Laot. Atas dasar ini perlu kiranya memetakan wilayah pengelolaan perikanan berdasarkan kearifan lokal dan memberikan informasi melalui sebuah peta yang mana menyelaraskan penggunaan alat tangkap dengan aturan kearifan lokal yang berlaku. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis penggunaan alat tangkap pada wilayah pengelolaan Panglima Laot Lhok - Lhok Kruet dan memetakan alat tangkap pada wilayah pegelolaan perikanan panglima laot lhok yang disesuaikan dengan kearifan lokal. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengamatan langsung dilapangan. Hasil penelitian menyatakan tedapat 4 (empat) jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Lhok Kruet yaitu bagan rakit, pancing ulur, pancing rawai dan jaring insang. Dalam penggunaan jenis alat tangkap yang dipakai memiliki wilayah operasi penangkapan masing-masing dan memilki aturan dalam penggunaannya dan jika ada yang melanggar aturan maka ada pula sanksii yang akan diterima yang diberikan oleh Panglima Laot Lhok Kruet. Salah satu tugas Panglima Laot Lhok - Lhok kruet adalah sebagai pengawas dalam berjalannya kearifan lokal yang terjadi. Kata Kunci: Alat tangkap, Kearifan local, Panglima Laot Lhok - Lhok Kruet ABSTRACT Mapping the region is a process which is done in collecting data that aims to classify a territory based on the actual state and presents into the shape of the map. Aceh Jaya Regency is one of the coastal area that is located adjacent to the Indian Ocean make this region became one of the areas that have the potential of marine resources. In protecting its wealth, Aceh Jaya Regency also has officers’ local wisdom or better known by the name of Panglima Laot. On this basis may need to
Transcript
Page 1: PEMETAAN ATURAN KEARIFAN LOKAL PADA PENGGUNAAN …

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah Volume 3, Nomor 4: 180-188

November 2018 ISSN. 2527-6395

180

PEMETAAN ATURAN KEARIFAN LOKAL PADA PENGGUNAAN ALAT TANGKAP DI WILAYAH

PENGELOLAAN PERIKANAN PANGLIMA LAOT LHOK - LHOK KRUET ACEH JAYA

MAPPING OF THE LOCAL WISDOM RULES TO WARD THE FISHING GEARS PANGLIMA LAOT AUTHORITY IN LHOK

KRUET ACEH JAYA

Muhammad Fajar Ilham, Edy Miswar*, Alvi Rahmah Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Kelautan Dan

Perikanan, Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh. *email korespondensi: [email protected]

ABSTRAK

Pemetaan wilayah merupakan proses yang dilakukan dalam mengumpulkan data yang bertujuan untuk mengelompokkan sebuah wilayah berdasarkan keadaan sebenarnya dan menyajikan ke dalam bentuk peta. Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu kawasan pesisir yang letaknya berdekatan dengan Samudera Hindia menjadikan wilayah ini menjadi salah satu wilayah yang memiliki potensi sumberdaya laut yang besar. Dalam melindungi kekayaan lautnya, Kabupaten Aceh Jaya juga memiliki petugas kearifan lokal atau yang lebih dikenal dengan nama Panglima Laot. Atas dasar ini perlu kiranya memetakan wilayah pengelolaan perikanan berdasarkan kearifan lokal dan memberikan informasi melalui sebuah peta yang mana menyelaraskan penggunaan alat tangkap dengan aturan kearifan lokal yang berlaku. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis penggunaan alat tangkap pada wilayah pengelolaan Panglima Laot Lhok - Lhok Kruet dan memetakan alat tangkap pada wilayah pegelolaan perikanan panglima laot lhok yang disesuaikan dengan kearifan lokal. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengamatan langsung dilapangan. Hasil penelitian menyatakan tedapat 4 (empat) jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Lhok Kruet yaitu bagan rakit, pancing ulur, pancing rawai dan jaring insang. Dalam penggunaan jenis alat tangkap yang dipakai memiliki wilayah operasi penangkapan masing-masing dan memilki aturan dalam penggunaannya dan jika ada yang melanggar aturan maka ada pula sanksii yang akan diterima yang diberikan oleh Panglima Laot Lhok Kruet. Salah satu tugas Panglima Laot Lhok - Lhok kruet adalah sebagai pengawas dalam berjalannya kearifan lokal yang terjadi. Kata Kunci: Alat tangkap, Kearifan local, Panglima Laot Lhok - Lhok Kruet

ABSTRACT Mapping the region is a process which is done in collecting data that aims to

classify a territory based on the actual state and presents into the shape of the map. Aceh Jaya Regency is one of the coastal area that is located adjacent to the Indian Ocean make this region became one of the areas that have the potential of marine resources. In protecting its wealth, Aceh Jaya Regency also has officers’ local wisdom or better known by the name of Panglima Laot. On this basis may need to

Page 2: PEMETAAN ATURAN KEARIFAN LOKAL PADA PENGGUNAAN …

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah Volume 3, Nomor 4: 180-188

November 2018 ISSN. 2527-6395

181

map the region fisheries management based on local wisdom and provide information through a map which align the use of the fishing gears with the prevailing local wisdom rule. This study aims to describe the types of use of a fishing gears on the management of Panglima Laot Lhok - Lhok Kruet and mapped the fishing gearson the region Panglima LaotLhok Lhok Kruet of the fisheries areas lhok kruet tailored to local wisdom. Data collection was done with interviews and direct observation in field. The research stated there is a four (4) types of fishing gearswhich is used by fishermen lhok kruet. Lift net, hand line, long line and gill nets. In the use of this type of fishing gearsused has an area of operation interception each and have the rules in its use and if anyone violates the rules then there are sanctions that will be received by warlord given laot. One of the tasks of Panglima Laot Lhok - Lhok Kruet is as trustees in the passage of local wisdom happens. Keywords: Fishing gears, Local wisdom, Panglima Laot Lhok - Lhok Kruet

PENDAHULUAN Pemetaan wilayah merupakan proses yang dilakukan dalam mengumpulkan data

yang bertujuan untuk mengelompokkan sebuah wilayah berdasarkan keadaan sebenarnya dan menyajikannya ke dalam bentuk peta. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk proses pemetaan wilayah adalah menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Pemetaan dapat dilakukan untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan sebuah wilayah berdasarkan alat tangkap yang digunakan pada daerah tertentu.

Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu kawasan pesisir yang letaknya berdekatan dengan Samudera Hindia menjadikan wilayah ini menjadi salah satu wilayah yang memiliki potensi sumberdaya laut yang besar (Naziran et al., 2019). Untuk melindungi kekayaan lautnya, Kabupaten Aceh Jaya juga memiliki petugas kearifan lokal atau yang lebih dikenal dengan nama Panglima Laot. Panglima Laot merupakan Lembaga Adat Aceh yang bertugas khusus untuk menjaga dan melindungi sebuah wilayah. Panglima Laot sudah ada sejak zaman Kesultanan Iskandar Muda (1607-1636). Oleh karena itu, untuk melihat pemetaan wilayah penggunaan alat tangkap di Kecamatan Sampoiniet, maka penelitian ini penting untuk dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan jenis alat tangkap berdasarkan kearifan lokal pada wilayah pengelolaan perikanan Panglima Laot Lhok - Lhok Kruet dan Memetakan alat tangkap pada wilayah pengelolaan perikanan Panglima Laot Lhok - Lhok Kruet yang disesuaikan dengan kearifan lokal.

METODE Penelitian pemetaan aturan kearifan lokal pada penggunaan alat tangkap di

wilayah pengelolaan perikanan Panglima Laot Lhok - Lhok Kruet Aceh Jaya dilaksanakan selama 1 bulan terhitung pada awal januari 2018 hingga akhir januari 2018 di Lhok Kruet Aceh Jaya. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Pengambilan data primer melakukan pengamatan langsung di lapangan dan wawancara. Data primer yang dikumpulkan yaitu jenis alat tangkap, batas pengelolaan Panglima Laot Lhok dan daftar aturan Panglima Laot Lhok. Responden pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling menurut Sugiyono (2008), teknik dalam melakukan pengambilan sampel dari beberapa wakil populasi dari suatu kelompok, yang mana

Page 3: PEMETAAN ATURAN KEARIFAN LOKAL PADA PENGGUNAAN …

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah Volume 3, Nomor 4: 180-188

November 2018 ISSN. 2527-6395

182

jumlah responden 11 orang yang telah diambil serta dianggap dapat mewakili kepentingan dalam melakukan penelitian. Data sekunder diperoleh melalui penelitian sebelumnya, buku, jurnal dan tesis. Data yang telah didapat kemudian akan di evaluasi dengan data penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Analisis Data: 1. Analisis Penggunaan Alat Tangkap berdasarkan Kearifan Lokal pada

Wilayah Pengelolaan Perikanan Panglima Laot Lhok - Lhok Kruet Analisis alat tangkap dilakukan menggunakan kuesioner dalam memperoleh data

dan selanjutnya akan diamati secara deskriptif. Penggunaan alat tangkap akan dideskripsikan berdasarkan nama alat tangkap, konstruksi dan daerah penangkapan ikan nelayan Lhok Kruet. 2. Analisis Peta Wilayah Pengelolaan Perikanan Panglima Laot Lhok - Lhok

Kruet pada Alat Tangkap yang disesuaikan dengan Kearifan Lokal Peta yang diperoleh dari data sebelumnya yakni peta wilayah pengelolaan

panglima Laot Lhok - Lhok Kruet, maka akan di analisis dengan menggunakan metode deskriptif yang merupakan sebuah metode penyampaian dari hasil penelitian yang bertujuan menyajikan gambaran lengkap dari eksplorasi mengenai penelitian kemudian akan dibahas secara deskriftip. Hasil dari analisis peta akan disajikan dalam bentuk gambar yang akan menjelaskan penggunaan alat tangkap yang disesusaikan dengan aturan-aturan Panglima Laot Lhok.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Penggunaan Alat Tangkap berdasarkan Kearifan Lokal di Wilayah Pengelolaan Panglima Laot Lhok

a. Bagan Apung Bagan apung/rakit adalah nama alat tangkap yang biasa disebut oleh nelayan

Lhok Kruet. Rata-rata nelayan di Desa Lhok Kruet, dengan jumlah keseluruhan bagan rakit berjumlah 10 unit bagan rakit. Penggunaan alat tangkap bagan rakit ada aturan yang telah dimusyawarahkan oleh panglima laot yaitu melarang pemasangan bagan rakit diwilayah penangkapan udang sabu (rebon) masyarakat umum ± 300 meter dari bibir pantai pada musim penangkapan udang sabu (rebon).

Kontruksi bangunan pada bagan rakit terdapat bangunan bawah dan atas. Pada bagian bawah bagan rakit terdapat beberapa unit drum sebagai penahan bangunan agar tetap mengapung pada permukaan air dan pada bagian bawah dan samping terdapat lampu yang digantung sebagai alat bantu penangkapan pada saat pengoperasian bagan rakit pada malam hari, Jenis jaring yang digunakan adalah jenis jaring marlin, panjang jaring rata-rata 8,5 meter dan lebar 8,5 meter dengan bentuk persegi dengan kedalaman 8-10 meter dan mempunyai ukuran mata jaring 0,4 inch (Gambar 1) serta terdapat 4 buah pemberat berupa batu.

Bagian atas bangunan terdapat bangunan yang berbentuk rumah yang digunakan sebagai tempat beristirahat dan tempat berteduh jika terjadi hujan. pada bagian atas terdapat pula roller sebagai penggulung tali jaring dan terdapat mesin genset yang berfungsi sebagai sumber tenaga listrik pada bagan rakit.

Page 4: PEMETAAN ATURAN KEARIFAN LOKAL PADA PENGGUNAAN …

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah Volume 3, Nomor 4: 180-188

November 2018 ISSN. 2527-6395

183

Gambar 1. Alat tangkap bagan apung dan jaring bagan apung

b. Pancing Ulur

Pancing yang digunakan nelayan Lhok Kruet hanya menggunakan paduk (tempat menggulung benang pancing) dan tidak menggunakan joran seperti pada umumnya, penggunaan paduk lebih sederhana dan murah. benang pancing berjenis PA (polyamide) pada tali pancing menggunakan kili-kili agar tali pada pancing tidak terlilit dan kusut. mata pancing yang digunakan bervariasi tergantung ukuran benang pancing dan target tangkapan. (Gambar 2). Pancing ulur merupakan alat tangkap yang siap untuk di operasikan, pancing biasanya dioperasikan di kapal kecil yang membawa 2-3 orang saja dan penangkapan dilakukan pada daerah yang berkarang. Pancing terkadang digunakan pada bagan rakit yang dioperasikan pada saat jaring belum diturunkan.

Gambar 2. Alat tangkap pancing dan penggulung tali pancing

Penentuan lokasi pemancingan nelayan Lhok Kruet juga harus memperhatikan beberapa wilayah yang memiliki aturan dalam mengoperasikan alat tangkap yaitu, Ujong Manek ± 1.500 meter dari bibir pantai, Kareung Cut ± 1.500 meter dari bibir pantai, Lam Aroh (sepanjang Aroh), Lhok Uno (sepanjang Lhok Uno). Batas wilayah yang telah ditetapkan adalah hasil keputusan bersama panglima laot, peutua teupin dalam wilayah Lhok - Lhok Kruet dengan memasang beberapa tanda/rambu-rambu sebagai batas wilayah yang telah disepakati bersama. Pancing yang berada pada daerah perairan Lhok Kruet dioperasikan diperairan Pulo Raya yang berjarak sekitar 1 mil dari bibir pantai Pulo Raya. perairan sekitar karang. Jenis ikan yang diperoleh dari pancing adalah ikan kerapu merah (Plectropomus leopardus), ikan kakap (Lutjanidae sp.), ikan todak (Xiphias gladus).

Page 5: PEMETAAN ATURAN KEARIFAN LOKAL PADA PENGGUNAAN …

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah Volume 3, Nomor 4: 180-188

November 2018 ISSN. 2527-6395

184

c. Pancing Rawai Alat tangkap rawai beroperasi pada kawasan perairan Lhok Kruet, aktivitas penangkapan biasanya mempunyai jarak tempuh yang berkisar 1,5 mil dari Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Lhok Kruet. Aturan dalam mengoperasikan Pancing Rawai sama dengan peraturan daerah lokasi pemancingan yang lain. Panjang Rawai yang digunakan oleh nelayan Lhok Kruet sepanjang 100 -150 meter, tali yang digunakan berjenis monofilament dengan ukuran mata pancing 9-10 (Gambar 3). Hal ini sesuai dengan pernyataan Sudirman (2013), pada pengoperasiannya pancing rawai cukup membawa 2-3 orang karena ukuran kapal pancing rawai juga tidak terlalu besar. Kapal yang digunakan dalam pengoperasian mempunyai lambung berbentuk V supaya kapal yang dapat melaju dengan cepat.Alat tangkap rawai dioperasikan oleh 2-3 orang. Adapun jenis hasil tangkapan yang didapatkan pada pancing rawai ini adalah ikan kakap merah (Lutjanus Campechanus), ikan dencis (Sardinella aurita), ikan tongkol (Euthynnus affinis) dan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis).

Gambar 3. Tali pancing dan mata pancing rawai

d. Jaring Insang Alat tangkap jaring insang pada perairan Lhok Kruet menggunakan jenis jaring yang dioperasikan dipermukaan perairan. Jaring insang Lhok Kruet berbentuk persegi panjang yang mana pada tali diatas diberi pelampung agar jaring tetap berada pada permukaan air, jenis jaring yang digunakan berwarna bening agar ikan tidak dapat mengetahui adanya jaring yang dipasang pada perairan (Gambar 4).

Gambar 4. Jaring ikan yang digunakan oleh nelayan Lhok Kruet

Pengoperasian jaring insang bisa dilakukan pada pagi hari maupun malam karena tidak memiliki waktu yang ditentukan seperti alat tangkap bagan apung/rakit. Hal ini

Page 6: PEMETAAN ATURAN KEARIFAN LOKAL PADA PENGGUNAAN …

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah Volume 3, Nomor 4: 180-188

November 2018 ISSN. 2527-6395

185

sesuai dengan pendapat Sudirman (2004) yang menyatakan kegiatan operasi penangkapan ikan dengan menggunakan jaring insang dasar dilakukan oleh dua orang nelayan dan beroperasi di sore hari pada jam 4 sore sampai malam hari sekitar jam 10. Penentuan lokasi penangkapan nelayan masih menggunakan pengalaman sebagai metode yang lebih mudah. Pemasangan jaring insang pada perairan Lhok Kruet ada juga yang melakukan pada malam hari, namun pengoperasian pada malam hari jarang dilakukan karena perairan Lhok Kruet banyak memiliki terumbu karang dan nelayan akan kesulitan dalam pengoperasiannya jaring insang. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudirman (2004) yang menyatakan jaring insang yang dioperasikan secara pasif umumnya dilakukan pada malam hari dengan atau tanpa alat bantu cahaya. Jarak fishing base menuju fishing ground pada alat tangkap jaring insang ini berkisar 1 - 1,5 mil. Penentuan lokasi dalam pemasangan jaring insang juga diatur oleh kesepatan bersama panglima laot, yaitu tidak memperbolehkan pemasangan jaring dalam batas 300 meter dari bibir pantai. Adapun jenis hasil tangkapan yang tertangkap adalah ikan kembung (Rastrelliger) dan ikan kakap (Lutjanidae). 1.1. Pemetaan Penggunaan Alat Tangkap pada Wilayah Pengelolaan Perikanan

Panglima Laot Lhok - Lhok Kruet yang disesuaikan dengan Kearifan Lokal

Panglima Laot Lhok - Lhok Kruet memiliki luas kelola wilayah perairan pesisir dengan batas ke laut adalah 2 mil. Pemetaan penggunaan alat tangkap pada wilayah pengelolaan Panglima Laot telah memiliki aturan tetap dengan melihat kondisi perairan yang banyak terdapat terumbu karang, kegiatan penangkapan ikan yang menggunakan bahan peledak/bom, racun, serta alat tangkap yang membahayakan lingkungan perairan dapat mengancam kelestarian habitat. Peraturan yang dikeluarkan oleh Panglima Laot Lhok dan beberapa pihak yang terkait dalam penyusunan peraturan adat melaot didaerah desa Lhok Kruet telah dilaksanakan sejak lama oleh nelayan Lhok Kruet tersebut hingga pada saat ini. Nelayan Lhok Kruet dapat dikategorikan sebagai nelayan yang taat peraturan karena berdasarkan hasil penelitian dan wawancara tidak ada pelanggaran yang dilakukan oleh nelayan. Pada dasarnya setiap orang boleh saja turun kelaut untuk mencari nafkah, namun masih ada pertimbangan untuk membebaskannya demi menjaga keselamatan dan juga untuk lingkungan perairan sekitar. Larangan hukum adat yang sampai kini dipertahankan untuk menjaga hal-hal yang tidak dinginkan. Larangan yang dilakukan juga masih masuk akal dimana pelarangan itu terjadi pada beberapa hari-hari besar nasional, hari besar Islam, dan peristiwa yang pernah terjadi dilaut. Puspita (2008) menjelaskan, setiap aturan yang telah diberlakukan maka ada pula sanksi yang diberikan, dalam pemberian sanksi bukanlah terhadap fisik namun akan berupa larangan bekerja di laut selama waktu tertentu dan hanya Panglima Laot saja yang akan mengadili setiap pelanggaran yang terjadi. Hal ini dilakukan untuk memberi efek jera kepada pelaku yang melakukan tindak kejahatan dalam aktivitas penangkapan. Semua aturan/hukum yang telah diterapkan oleh Panglima Laot kepada nelayan dilaksanakan oleh seluruh nelayan, ini menyangkut kepada aturan

Page 7: PEMETAAN ATURAN KEARIFAN LOKAL PADA PENGGUNAAN …

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah Volume 3, Nomor 4: 180-188

November 2018 ISSN. 2527-6395

186

yang telah dikeluarkan sebagai rumusan yang secara bersama-sama untuk menjaga kepentingan pengelolaan perikanantangkap yang berbudaya. Peran dan status kearifan lokal adalah sebagai hukum atau aturan yang dilaksanakan di wilayah-wilayah pesisir. hal ini sangat penting untuk mengontrol sifat manusia yang kebutuhan dan keinginannya tidak terbatas. Keberadaan kearifan lokal sangat mempengaruhi kelestarian lingkungan manusia sebagai tempat tinggal khususnya wilayah pesisir. Kearifan lokal merupakan tata nilai kehidupan yang terwarisi dari satu generasi ke generasi berikutnya yang berbentuk religi, budaya ataupun adat istiadat yang umumnya dalam bentuk lisan dalam suatu bentuk sistem sosial suatu masyarakat. Keberadaan kearifan lokal dalam masyarakat merupakan hasil dari proses adaptasi turun menurun dalam periode waktu yang sangat lama terhadap suatu lingkungan yang biasanya didiami ataupun lingkungan dimana sering terjadi interaksi didalamnya. Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom dapat dipahami sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal budinya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu. Wisdom dapat dipahami sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan akal pikirannya dalam bertindak atau bersikap sebagai hasil penilaian terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi. Tradisi hukum adat laot Aceh Jaya bukan satu-satunya yang menjalankan hukum adat melaot, bahkan hukum adat melaot ini berlaku diseluruh provinsi Aceh. Tujuan dari adanya hukum adat laot ini adalah sebagai bentuk untuk menjaga dan melindungi wilayah sumberdaya alam khususnya pada bagaian pesisir. Beberapa kearifan lokal yang juga menjaga sumberdaya alam pada wilayah pesisir dapat ditemui pada daerah Lebak lebung Sumatera Selatan, Ponggawa Sawi Sulawesi Selatan, Sasi Maluku, Pamali Mamanci Ikang Desa Bobaneigo Maluku Utara dan Awig-awig Lombok Barat Nusa Tenggara Barat. Nababan (2003) mengatakan banyak studi yang telah dilakukan untuk memperlihatkan bahwa masyarakat Indonesia dapat menjaga sumberdaya alam dengan kearifan lokal untuk pengelolaannya. Penggunaan alat tangkap berdasarkan wilayah pengelolaan perikanan Panglima Laot Lhok - Lhok Kruet dibagi menjadi beberapa bagian yang sesuai dengan alat tangkap yang digunakan pada daerah perairan Lhok Kruet. Pada peta yang disajikan memiliki beberapa warna yang berbeda, perbedaan warna meliputi masing-masing alat tangkap yang di gunakan pada perairan dan sesuai dengan kondisi dasar perairan lhok kruet agar tidak merusak lingkungan. Berdasarkan penggunaan alat tangkap yang digunakan pada lingkungan perairan Lhok kruet alat tangkap tersebut termasuk ramah lingkungan dalam penggunaannya. Kegiatan penangkapan ikan ramah lingkungan sebagai sebuah acuan untuk penggunaan teknologi dalam melakukan penangkapan ikan yang ramah lingkungan. Faktor-faktor yang sering dilihat seperti metode pengoperasian, bahan dan kontuksi alat, daerah penangkapan, serta ketersediaan sumberdaya ikan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan perairan tersebut. Semua kegiatan yang berpihak dibidang perikanan agar dapat mematuhi peraturan yang telah berlaku sebagai cara untuk menjaga kelestarian ekosistem perairan (Dahuri, 1993).

Page 8: PEMETAAN ATURAN KEARIFAN LOKAL PADA PENGGUNAAN …

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah Volume 3, Nomor 4: 180-188

November 2018 ISSN. 2527-6395

187

Kegiatan penangkapan ikan yang menggunakan bahan peledak/bom, racun, serta alat tangkap yang membahayakan lingkungan perairan dapat mengancam kelestarian habitat. Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan untuk peningkatan untuk peningkatan sosial ekonomi masyarakat tersebut (Nontji, 2002). Hal ini juga disampaikan oleh Anggoro (2004) idealnya pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungan haruunya bisa menjamin ekologis dan produktif agar eksistensi lingkungan ikan tetap berlangsung. Alat tangkap bisa dikatakan ramah lingkungan menurut FAO (1995) jika terdapat 9 kritera alat tangkap ramah lingkungan dengan standar Code of Counduct for Responsible Fisheries (CCRF) yaitu mempunyai selektivitas yang tinggi, tidak merusak habitat spesies lain, menghasilkan ikan yang memiliki nilai ekonomis tingggi, tidak mengancam keselamatan pengguna alat penangkapan, hasil produksi tidak bahaya untuk konsumen, By-catch rendah, tidak merusak ekosistem perairan serta tidak menangkap spesies ikan yang dilindungi, dampak terhadap biodiversity rendah dan dapat diterima khususnya untuk nelayan maupun khalayak umum di Indonesia. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arimoto, et al. (1999) menyatakan alat penangkapan ikan pada suatu perairan mestinya tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, yaitu tidak merusak dasar perairan serta kontribusinya terhadap polusi. Faktor lain adalah dampak terhadap biodiversity dan target resources yaitu komposisi hasil tangkapan, adanya by catch serta tertangkapnya ikan-ikan muda. Pemberian warna pada lokasi tersebut bertujuan sebagai penanda dalam melakukan operasi penangkapan yang dilakukan oleh nelayan Desa Lhok Kruet, Pada peta yang disajikan terdapat beberapa warna sebagai penanda lokasi penggunaan alat tangkap, warna yang digunakan pada peta mewakili alat tangkap yang dioperasikan. Warna yang digunakan ialah hijau untuk bagan, merah pancing rawai, putih pancing dan orange jaring insang. Pada peta juga terdapat titik-titik merah yang merupakan daerah terumbu karang sebagaimana terlihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Peta penggunaan alat tangkap berdasarkan kearifan lokal di wilayah pengelolaan

perikanan panglima laot lhok – Lhok Kruet

Page 9: PEMETAAN ATURAN KEARIFAN LOKAL PADA PENGGUNAAN …

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah Volume 3, Nomor 4: 180-188

November 2018 ISSN. 2527-6395

188

KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat 4 jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan dalam melakukan aktivitas penangkapan yaitu bagan rakit, pancing ulur, pancing rawai dan juga jaring insang. Pemetan alat tangkap dilakukan berdasarkan jenis alat tangkap yang dioperasikan di wilayah kewenangan Panglima Laot Lhok. Berdasarkan jenis alat tangkap terdapat beberapa wilayah pada peta yang menunjukan 1 wilayah pancing rawai, 2 bagan apung, 3 jaring insang dan 2 wilayah pancing ulur.

DAFTAR PUSTAKA Anggoro, S. 2004. Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah. MSDP, UNDIP,

Semarang. Arimoto, T., S.J. Choi, Y.G. Choi.1999. Trends and Perspectives for Fishing

Technology Research Towards the Sustainable Development. Proceeding of 5th International Symposium on Efficient Application and Preservation of Marine Biological Resourse. OSU National University.

Dahuri, R. 1993. Model Pembangunan Sumberdaya Perikanan Secara Berkelanjutan. Prosiding Simposium Perikanan Indonesia, I: 297-316.

Erna, W. 2000. Konstruksi Kearah Penelitian Deskriptif. Avyrouz. Yogyakarta. Halaman 87.

FAO. 1995. Code of Conduct for Responsible Fisheries. Food and Agricultural Organization of the United Nations. Rome.

Nababan. 2003, Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat Adat, Tantangan dan Peluang. http://dte.gn.org.../makalah_ttg_psda_berb-ma_di_pplh_ipb.htm.

Naziran, N., R. Munadi, M. Muchlisin. 2019. Penentuan Tingkat Penyebaran Ikan Berdasarkan Citra Suhu Permukaan Laut Di Perairan Laut Kabupaten Aceh Jaya Menggunakan Satelit Aqua Modis. Jurnal Nasionak Komputasi dan Teknologi Informasi, 2(1): 19-25.

Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Cetakan ketiga. Penerbit Djambatan. Jakarta Puspita, M. 2008. Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut.

www.researchgate.net/publication/322295908_KEARIFAN_LOKAL_DALAM_PENGELOLAAN_SUMBER_DAYA_PESISIR_DAN_LAUT_Hukum_Adat_Laot_dan_Lembaga_Panglima_Laot_di_Nanggroe_Aceh_Darussalam/download.

Sudirman, A. Mallawa. 2004. Metode Penangkapan Ikan. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Sudirman. 2013. Mengenal Alat dan Metode Penangkapan Ikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.


Recommended